The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by eksuttomo, 2022-04-19 01:13:34

Modul Proses Produksi dan Manufaktur

Modul Proses Produksi dan Manufaktur

Fixed cost merupakan biaya dengan jumlah tetap serta tidak bergantung
pada produksi yang didapatkan pada periode tertentu. Sebagai contoh, pajak
perusahaan, sewa gedung, biaya administrasi dan sebagainya.
• Variable Cost

Biaya variabel ini besarnya bisa berubah-ubah disesuaikan dengan hasil
produksi. Dalam artian hasil produksi yang semakin besar maka biaya variabel
juga akan semakin besar. Seperti, upah bagi pekerja, biaya bahan baku yang
digunakan sesuai dengan jumlah produksi.
• Total Cost

Pada periode tertentu sebuah perusahaan menghasilkan barang jadi.
Maka total dari biaya tetap dan biaya variabel yang digunakan perusahaan
tersebut dihitung sebagai besarnya production cost, inilah biaya total.
• Average Cost

Adanya production cost per unit yang dihasilkan oleh perusahaan yang
mengasilkan barang produksi dalam jumlah banyak dan average cost ini
dihitung melalui pembagian total biaya dengan jumlah produksi yang dihasilkan
di perusahaan.
• Marginal Cost

Biaya marginal merupakan biaya tambahan yang dibutuhkan dalam
menghasilkan unit barang yang sudah jadi. Marginal cost yang muncul saat
adanya perluasan produksi pada saat akan menambah jumlah barang yang
dihasilkan.

3. PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI

Berikut adalah contoh dari cara menghitung production cost. Misalnya
saja perusahaan GG yang memproduksi gasket untuk kendaraan bermotor,
dalam kurun waktu satu bulan bisa memproduksi 5000 produk jadi yang
dipasarkan pada 2 toko besar dan e-commerce secara online.

Pada proses produksi 5.000 produk jadi, maka diperlukan:
• Rp. 80.000.000 untuk pengadaan bahan baku

43

• Rp. 30.000.000 sebagai gaji karyawan
• Rp. 20.000.000 untuk endorsement
• Rp. 15.000.000 guna launching produk mengundang media
• Rp. 12.000.000 digunakan sebagai bandwith kuota internet
• Rp. 6.000.000 untuk transport produk ke 2 toko besar
• Rp. 10.000.000 packaging produk.
• Rp. 3.000.000 digunakan sebagai pengeluaran gudang penyimpanan.
Setelah dijumlahkan biaya tersebut maka menghasilkan produksi sebesar
Rp 176.000.000 dan dibagi dengan 5000 unit, hasilnya biaya rata-rata atau
Average Cost untuk satu buah barang adalah Rp 35.200.
Contoh lain, sebuah PT ZZZ perusahaan dalam pengadaan spare-part
sepeda motor. Di awal Maret, PT ZZZ memiliki laporan bisnis sebagai berikut,
• Persediaan bahan baku mentah Rp. 50.000.000
• Bahan baku setengah jadi, Rp 80.000.000
• Barang jadi yang siap dijual Rp. 110.000.000
• Pembelian persediaan bahan baku, Rp. 700.000.000
• Biaya pengiriman Rp. 10.000.000.
• Biaya pemeliharaan mesin Rp 8.000.000
• Sisa penggunaan bahan baku serta sisa bahan setengah jadi, Rp.

50.000.000
• Sisa bahan baku setengah jadi, Rp. 10.000.000
• Spare-part siap dijual Rp. 25.000.000.
Bahan baku digunakan = saldo awal bahan baku + pembelian bahan
baku- saldo akhir bahan baku. 80.000.000 + ( 700.000.000 +10.000.000) –
50.000.000 = 740.000.000
Total production cost = bahan baku digunakan + tenaga kerja langsung
+ overhead produksi. 135.000.000+ 8.000.000 = 143.000.000
Harga pokok produksi = total biaya + saldo awal persediaan – saldo akhir
persediaan. 143.000.000 + 80.000.000 – 10.000.000 = 213.000.000

44

Harga pokok produksi = HPP + persediaan barang awal – persediaan
barang akhir. 213.000.000 + 110.000.000 – 25.000.000 = 298.000.000

Jadi, harga pokok produksi bulan Maret adalah Rp 298.000.000.
Dengan adanya proses dari perhitungan biaya produksi serta contoh
production cost yang mempengaruhi perhitungan tersebut, maka diambil
kesimpulan bahwa setiap kebutuhan dan unsur yang mempengaruhi produksi
akan menghasilkan biaya.

LATIHAN

Petunjuk Jawaban Latihan
Untuk menjawab soal latihan ini dengan benar, Anda harus membaca dan

mempelajari Kegiatan Pembelajaran 1 dalam Modul yang meliputi materi:
1. Analisis dan penetapan langkah-langkah optimasi fleksibilitas dan
efisiensi Tata-letak pabrik atau sistem aliran kerja
2. Penerapan Kaidah-kaidah perencanaan manajemen
3. Pengawasan, Perbaikan dan Peningkatan hasil keluaran (output)
Proses Produksi
4. Analisis Lintasan Kritis, Line Of Balance dan Linier Programming
5. Pengaturan dan Koordinasi Hubungan Kerja Antara Bagian
Perencanaan Produksi Dengan Tim Perancang Produk
6. Pengaturan Alur Proses Kerja Untuk Pekerjaan Produksi Dan
Manufaktur
7. Analisis Biaya Proses Produksi dan Manufaktur

Soal Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan

Anda mengerjakan soal latihan berikut ini!

1. Sebutkan dan jelaskan jenis dari penataan letak (layout) pabrik.!
2. Yang dimaksud dengan perwncanaan (Planning) dalam unsur

manajemen produksi adalah.?
3. Sebutkan dan jelaskan 4 langkah dalam pengawasan produksi.!
4. Tujuan dari merencanakan suatu proses produksi adalah.?
5. Suasana dan lingkungan kerja yang baik dapat diciptakabn melalui.?

45

RANGKUMAN

Secara garis besar, tujuan utama dari perencanaan dan pengaturan
tata letak pabrik ini adalah mengatur area kerja dan segala fasilitas
produksi yang paling ekonomis untuk operasi produksi, aman dan nyaman
sehingga menaikkan moral kerja dan performa dari operator. Lebih
spesifik lagi suatu perencanaan dan pengaturan tata letak yang baik akan
memberikan keuntungan dalam sistem produksi. Berdasarkan dari urutan
mesin dan peralatan produksi, tata letak pabrik dibagi menjadi empat jenis,
yaitu Process Layout, Fixed Layout, Product Layout, dan Group Layout.

Manajemen atau yang sering disebut pengelolaan atau tata
laksana adalah merupakan suatu proses dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian serta pengendalian.
Unsur-unsur yang terkandung di dalam manajemen ini adalah terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian serta
pengendalian.

Pengawasan secara umum dapat didefinisikan sebagai cara suatu
organisasi mewujudkan kinerja yang efektif dan efisien, serta lebih jauh
mendukung terwujudnya visi dan misi organisasi. Pengawasan Produksi
adalah kegiatan untuk mengoordinir aktivitas-aktivitas pengerjaan atau
pengelolaan agar waktu penyelesaian yang telah ditentukan terlebih dahulu
dapat dicapai dengan efektif dan efisien.

Perencanaan produksi adalah kegiatan pra produksi yang
merupakam pra-penentuan persyaratan manufaktur seperti tenaga kerja,
bahan, mesin dan proses manufaktur. Perencanaan produksi juga
merupakan penentuan, akuisisi dan pengaturan semua fasilitas yang
diperlukan untuk produksi di masa depan sehingga menggambarkan desain
system produksi.

Hubungan kerja adalah hubungan-hubungan dalam rangka
pelaksanaan kerja antara para pekerja dengan pengusaha dalam suatu

46

perusahaan yang berlangsung dalam batas-batas perjanjian kerja dan
peraturan kerja yang telah disepakati bersama oleh pekerja dan pengusaha.
Perencanaan tenaga kerja adalah cara menentukan kebijakan karyawan
yang berkaitan dengan stabilitas tenaga kerja, jadwal kerja, dan aturan
kerja.

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dilakukan pada
proses produksi perusahaan. Biaya tersebut meliputi bahan baku, overhead
pabrik dan biaya tenaga kerja langsung.

EVALUASI

Petunjuk:
Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Anda paling tepat dari

beberapa alternatif jawaban yang disediakan!

Soal:
1. Ruang lingkup dari tata letak pabrik mencangkup bidang – bidang
sebagai berikut, kecuali …
a. Gudang bahan-baku
b. Produksi
c. Perkantoran
d. Keamanan
e. Perakitan
2. Penyusunan layout pabrik yang mengacu berdasarkan tempat dimana
produk yang dikerjakan tetap berada pada tempatnya, dan semua fasilitas
yang diperlukan seperti manusia, mesin atau peralatan dan bahan
bergerak menuju produk, ialah pengaturan pabrik jenis …
a. Process Layout
b. Fixed Layout
c. Product Layout

47

d. Group Layout
e. Machine Layout
3. Fungsi manajeman untuk menggerakkan orang-orang untuk bekerja
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan adalah …
a. Directing
b. Planning
c. Actuating
d. Organizing
e. Controling
4. Pengawasan produksi yang dilakukan terhadap arus pekerjaan sehingga
dapat menjamin kelancaran proses pengerjaan, merupakan pengawasan
jenis …
a. Flow Control
b. Order Control
c. Pre-Order Control
d. Load Control
e. Block Control
5. Berikut yang merupakan tujuan dari proses perencanaan produksi,
kecuali …
a. Untuk mencapai tingkat/level keuntungan (profit) tertentu.
b. Untuk menguasai pasar tertentu.
c. Untuk mengusahakan supaya perusahaan dapatbekerja pada tingkat

efisiensi tertentu.
d. Untuk memngusahakan dan mempertahankan supaya pekerjaan dan

kesempatan kerja yang sudah ada tetap pada tingkatnya dan
berkembang.
e. Untuk membuat harga barang lebih murah
6. Hubungan-hubungan dalam rangka pelaksanaan kerja antara para pekerja
dengan pengusaha dalam suatu perusahaan yang berlangsung dalam
batas-batas perjanjian kerja dan peraturan kerja yang telah disepakati
bersama oleh pekerja dan pengusaha, merupakan pengertian dari …

48

a. Produktivitas kerja
b. Kenyamanan kerja
c. Hubungan kerja
d. Ergonomi
e. Rancangan kerja
7. Menetapkan tugas-tugas yang terkandung dalam suatu pekerjaan bagi
seseorang atau sebuah kelompok, merupakan pengertian dari …
a. Produktivitas kerja
b. Kenyamanan kerja
c. Hubungan kerja
d. Ergonomi
e. Rancangan kerja
8. Faktor yang sangat berperan penting bagi kinerja sebuah organisasi ialah
faktor …
a. Ergonomi
b. Produksi
c. Rancangan kerja
d. Kinerja manusia
e. Kinerja kelompok
9. Biaya yang ada pada Laporan Laba Rugi perusahaan yang ada di luar
aktivitas produksi perusahaan atau tidak bisa dikaitkan langsung dengan
produksi suatu produk atau jasa adalah …
a. Biaya bahan baku
b. Biaya tenaga kerja
c. Biaya overhead pabrik
d. Biaya produksi
e. Biaya distribusi
10. Berikut merupakan biaya yang digunakan dalam acuan perhitungan
produksi, kecuali …
a. Fixed Cost
b. Overhead Cost

49

c. Variable Cost
d. Total Cost
e. Marginal Cost

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Periksalah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban yang terdapat di bagian

akhir Modul ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar. Kemudian

gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda

terhadap MERENCANAKAN PROSES PRODUKSI ATAU

MANUFAKTUR ini.

Rumus:

Tingkat penguasaan = %


Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90 - 100% = sangat baik

80 - 89% = baik

70 - 79% = cukup

< 70% = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
melanjutkan mempelajari materi selanjutnya. Tetapi apabila tingkat
penguasaan Anda masih di bawah 80 %, Anda harus mengulanginya, terutama
pada bagian yang belum Anda kuasai.

50

MENGAWASI

II PROGRAM
PENJAMIN MUTU

Pada Bagian ini Akan Mempelajari Tentang Indikator Keberhasilan

A. Pencatatan dan Pengaturan Kinerja Proses Setelah mempelajari pokok bahasan ini,

Produksi atau Manufaktur peserta didik diharapkan mampu:
1. Faktor Pengaruh Kinerja Produksi 1. Memahami tentang pencatatan dan

B. Pelaksanaan Cara/Metode Baru Untuk pengaturan Kinerja Proses Produksi.

Perbaikan Terus-Menerus Terhadap Proses 2. Memahami cara/metode baru untuk

Produksi Manufaktur perbaikan terus-menerus terhadap proses

C. Penerapan Kaidah Pengendalian Mutu produksi manufaktur dilaksanakan.
1. Manajemen Mutu 3. Memahami dan menerapkan kaidah
2. Pendekatan Manajemen Kualitas
3. Kriteria Manajemen Kualitas pengendalian mutu.
4. Jaminan Mutu (Quality Assurance) 4. Memahami langkah perbaikan untuk

penurunan tingkat kegagalan produksi
dan kemacetan sistem produksi.

D. Melaksanakan Langkah Perbaikan Untuk 5. Menjelaskan tentang tatalaksana kerja

Penurunan Tingkat Kegagalan Produksi dan secara khusus.

Kemacetan Sistem Produksi 6. Memahami dan kontribusi terhadap

1. Sejarah Lean Manufacturing penilaian kinerja dan keandalan pemasok.

2. Sistem Produksi Lean

E. Melaksanakan dan Kontribusi terhadap
tatalaksana kerja secara khusus

F. Melaksanakan dan Kontribusi Terhadap
Penilaian Kinerja

1. Manfaat Penilaian Kinerja
2. Model Sistem Penilaian Kinerja

51

Pengelolaan kualitas atau Manajemen Mutu adalah aspek-aspek dari
fungsi manajemen keseluruhan yang menetapkan dan menjalankan kebijakan
mutu suatu perusahaan/organisasi. Dalam rangka mencukupkan kebutuhan
pelanggan dan ketepatan waktu dengan biaya yang hemat dan ekonomis, seorang
manager harus memasukkan dan mengadakan pelatihan management kualitas.
Hal-hal yang menyangkut kualitas yang di maksud di atas adalah;
produk/pelayanan/proses pelaksanaan, dan proses management proyek itu
sendiri.

Pengawasan kualitas merupakan alat bagi manajemen untuk
memperbaiki kualitas, mempertahankan kualitas yang sudah tinggi, dan untuk
menekan jumlah produk yang rusak. Pengawasan kualitas berfungsi untuk
melakukan tindakan korektif dan preventif agar basil produksi perusahaan dapat
memenuhi kebutuhan pemakai produknya. Dengan demikian pengawasan
kualitas perlu dilakukan pada setiap tahap dalam proses produksi sampai
menghasilkan produk akhir.

Oleh karena itu untuk memudahkan dalam memahami pengertian
kualitas, terlebih dahulu dalam bah ini akan diberikan pengertian secara terpisah
antara pengertian pengawasan dengan pengertian kualitas.

AA. PENCATATAN DAN PENGATURAN KINERJA
PROSES PRODUKSI ATAU MANUFAKTUR

Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Pada dasarnya pengertian kinerja
dapat dimaknai secara beragam. Beberapa pakar memandangnya sebagai hasil
dari suatu proses penyelesaian pekerjaan, sementara sebagian yang lain
memahaminya sebagai perilaku yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Kinerja juga dapat digambarkan sebagai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi
perusahaan yang tertuang dalam perumusan strategi planning suatu perusahaan.

52

Penilaian tersebut tidak terlepas dari proses yang merupakan kegiatan mengolah
masukan menjadi keluaran atau penilaian dalam proses penyusunan
kebijakan/program/kegiatan yang dianggap penting dan berpengaruh terhadap
pencapaian sasaran dan tujuan

1. FAKTOR PENGARUH KINERJA PRODUKSI

Kinerja tidak terjadi dengan sendirinya. Dengan kata lain, terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja. Adapun faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut.

• Faktor individu (personal factors). Faktor individu berkaitan dengan
keahlian, motivasi, komitmen, dll.

• Faktor kepemimpinan (leadership factors). Faktor kepemimpinan
berkaitan dengan kualitas dukungan dan pengarahan yang diberikan oleh
pimpinan, manajer, atau ketua kelompok kerja.

• Faktor sistem (system factors). Faktor sistem berkaitan dengan
sistem/metode kerja yang ada dan fasilitas yang disediakan oleh
organisasi.

• Faktor situasi (contextual/situational factors). Faktor situasi berkaitan
dengan tekanan dan perubahan lingkungan, baik lingkungan internal
maupun eksternal.
Dari uraian yang disampaikan oleh Armstrong, terdapat beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi kinerja seorang pegawai. Faktor-faktor ini perlu
mendapat perhatian serius dari pimpinan organisasi jika pegawai diharapkan
dapat memberikan kontribusi yang optimal.

Motivasi kerja dan kemampuan kerja merupakan dimensi yang cukup
penting dalam penentuan kinerja. Motivasi sebagai sebuah dorongan dalam diri
pegawai akan menentukan kinerja yang dihasilkan. Begitu juga dengan
kemampuan kerja pegawai, dimana mampu tidaknya karyawan dalam
melaksanakan tugas akan berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan.
Semakin tinggi kemampuan yang dimiliki karyawan semakin menentukan
kinerja yang dihasilkan.

53

BB. PELAKSANAAN CARA/METODE BARU UNTUK
PERBAIKAN TERUS-MENERUS TERHADAP
PROSES PRODUKSI MANUFAKTUR

Continuous Improvement adalah usaha atau upaya berkelanjutan yang
dilakukan untuk mengembangkan dan memperbaiki produk, pelayanan maupun
proses. Usaha-usaha tersebut bertujuan untuk mencari dan mendapatkan bentuk
terbaik dari improvement yang dihasilkan. Menciptakan solusi terbaik dari
masalah yang ada, yang hasilnya akan terus bertahan dan berkembang lebih baik
lagi.

Dalam Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 versi 2015 klausul 10.3
menyebut Continuous Improvement sebagai Continual Improvement. Siklus
metode 4 langkah yakni PDCA (Plan, Do, Check, Act) dapat diterapkan dalam
menjalankan Continuous Improvement Sistem Manajemen Mutu perusahaan.

• Plan
Menetapkan tujuan dari sistem dan proses untuk memberikan hasil yang
diinginkan. Merencanakan apa yang harus dilakukan dan bagaimana
melakukannya.

• Do
Melaksanakan dan mengontrol apa yang telah direncanakan.

• Check
Melaksanakan dan mengontrol apa yang telah direncanakan.

• Act
Mengambil tindakan untuk meningkatkan kinerja proses

54

CC. PENERAPAN KAIDAH PENGENDALIAN MUTU

Mutu atau kualitas dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai “ciri
dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi
kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu”. Hal ini
berarti bahwa kita harus dapat mengidentifikasikan ciri dan karkter produk yang
berhubungan dengan mutu dan kemudian membuat suatu dasar tolok ukur dan
cara pengendaliannya.

Definisi ini jelas menekankan pada kepuasan pelanggan atau pemakai
produk. Dalam suatu proyek gedung, pelanggan dapat berarti pemberi tugas,
penyewa gedung atau masyarakat pemakai. Misalnya dari segi disain, kepuasan
dapat diukur dari segi estetika, pemenuhan fungsi, keawetan bahan, keamanan,
dan ketepatan waktu. Sedangkan dari segi pelaksanaan, ukurannya adalah pada
kerapihan penyelesaian, integritas (sesuai gambar dan spesifikasi) pelaksanaan,
tepatnya waktu penyerahan dan biaya, serta bebas cacat.

Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, bervariasi dari
konvensional sampai yang lebih strategic. Definisi konvensional dari kualitas
biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti
kinerja (performance), keandalan (reliability), kemudahan dalam penggunaan
(easy of use), estetika (esthetics), dan sebagainya. Bagaimanapun cara manajer
dari perusahaan yang sedang berkompetisi dalam pasar global harus
memberikan perhatian serius pada definisi kualitas yang bersifat strategik yaitu
kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi kebutuhan pelanggan
(meeting the needs of customers).

Ada beberapa elemen bahwa sesuatu dikatakan berkualitas, yaitu:
• Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
• Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.
• Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang dianggap

berkualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada saat yang
lain).

55

• Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan.
Kualitas merupakan elemen yang penting dalam operasi, ada tiga alasan

kualitas itu penting, yaitu:
a. Reputasi Perusahaan.

Kualitas akan muncul sebagai persepsi tentang produk baru perusahaan,
kebiasaan pekerjanya, dan hubungan pemasoknya.
b. Kehandalan Produk.

Pengadilan terus berusaha menghukum organisasi-organisasi yang
merancang, memproduksi, atau mengedarkan produk atau jasa yang
penggunaannya mengakibatkan kerusakan atau kecelakaan. Contohnya:
Consumer Product Safety Act.
c. Keterlibatan global.

Kualitas adalah suatu perhatian internasional. Produk-produk perusahaan
yang akan bersaing di pasar internasional harus memenuhi ekspetasi akan
kualitas, desain, dan harganya secara global. Penerapan keunggulan kualitas
sangat bermanfaat baik bagi pelanggan, institusi, maupun bagi staf organisasi.

1. MANAJEMEN MUTU

Pengertian sistem mamajemen mutu menurut Stephen (1997;196) ISO
9001:2000 : ISO 9001:2000 is concerned with specifying requirements for a
quality system. A quality system is composed of an organizational structure,
documented ptrocedures, and tools. The goal is to present attributes of the
organization’s structure, procedures and/or tools that must be present in order
to satisfy the requirements of ISO 9001:2000 ” Sistem Manajemen Mutu
menjelaskan bahwa ISO 9001:2000 berhubungan dengan Sistem Manajemen
Mutu. Sistem Manajemen Mutu dibentuk dari struktur organisasi, dokumentasi,
prosedur dan alat-alat yang terdapat di dalam organisasi. Dan tujuannya adalah
untuk memberikan transparansi mengenai struktur organisasi, prosedur, dan alat-
alat organisasi yang kemudian dapat memberi kepuasan kepada konsumen.

56

Dalam hal ini dari dua pengertian yang telah disebutkan sebelumnya, dapat
dikatakan bahwa sistem manajemen mutu merupakan suatu alat yang diterapkan
dalam suatu organisasi.

Sedangkan menurut Gasperz (2002;10): Sistem Manajemen Mutu
merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi dan Praktek-praktek standar
untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses
dan produk (barang/jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan itu ditentukan
atau dispesifikasikan oleh pelanggan atau organisasi” Sistem Manajemen Mutu
mendefenisikan bagaimana organisasi menerapkan praktek-praktek manajemen
mutu secara konsisten untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar.

Manajemen kualitas memiliki arti sebagai tindakan mengawasai semua
kegiatan dan tugas-tugas yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat
keunggulan yang diinginkan. Ini termasuk penentuan kebijakan mutu,
menciptakan dan menerapkan perencanaan mutu dan jaminan dan kontrol
kualitas dan peningkatan kualitas.

Kualitas yang diawasi tidak hanya terbatas pada kualitas produk tetapi
juga kualitas perusahaan secara keseluruhan. Mulai dari kualitas karyawan yang
dipekerjakan, bahkan hingga kualitas perusahaan dimata para konsumen.

2. PENDEKATAN MANAJEMEN KUALITAS

Terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan sebelum melakukan
manajemen kualitas ini. Davis menegaskan bahwa kualitas bukan hanya
menekankan pada aspek akhir yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut
kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil
menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia dan
produk yang berkualitas. Davis mengidentifikasikan lima pendekatan perspektif
kualitas yang dapat digunakan oleh para praktisi bisnis yaitu:

a. Transcendental Approach
Kualitas dalam pendekatan ini ialah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi

sulit didefinisikan dan dioperasionalkan maupun diukur.

57

b. Product-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini ialah suatu karakteristik atau atribut yang

dapat diukur. Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut yang
dimiliki produk secara objektif, tetapi pendekataan ini tidak dapat menjelaskan
perbedaan dalam selera dan preferensi individual.
c. User-based Approach

Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas
tergantung pada orang yang memandangnya dan produk yang paling
memuaskan preferensi seseorang atau cocok dengan selera “fitnes foe used”
merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.
d. Manufacturing-based Approach

Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari
sudut pandang produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang
sesuai dengan pesyaratan “conformance quality” dan prosedur.

Pendekatan ini berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang ditetapkan
perusahaan secara internal. Oleh karena itu, yang menentukan kualitas ialah
standar-standar yang ditetapkan perusahaan, dan bukan konsumen yang
menggunakannya.
e. Value-based Approach

Kualitas dalam pendekatan ini ialah memandang kualitas dari segi nilai
dan harga, kualitas didefinisikan sebagai “affordable ascellence”. Oleh karena
itu kualitas dalam pandangan ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki
kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Produk yang
paling bernilai ialah produk yang paling tepat beli.

3. KRITERIA MANAJEMEN KUALITAS

Manajemen kualitas dikatakan berhasil jika ada yang dikelolanya telah
memenuhi beberapa kriteria. Pendapat ini dikemukakan oleh Garvin.
Menurutnya kriteria tersebut ialah:

• Peformance “kinerja” yaitu karakteristik pokok dari produk inti.

58

• Features yaitu karakteristik pelengkap atau tambahan.
• Reliability “kehandalan” yaitu kemungkinan tingkat kegagalan

pemakian.
• Conformance “kesesuaian” yaitu sejauh mana karakteristika desain dan

operasi produk memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
• Durabilty “daya tahan” yaitu mengukur berapa lama suatu umur teknis
maupun umur ekonomis suatu produk.
• Serviceability “pelayanan” yaitu mudah untuk diperbaiki, yang meliputi
kecepatan, kompetensi, kenyaman, fasilitas, dalam pemeliharaan dan
penanganan keluahan yang memuaskan.
• Aesthetics “estetika” yaitu menyangkut pola, rasa dan daya tarik produk.
• Percived Quality yaitu menyangkut Citra atau reputasi produk serta
tanggung jawab perusahaan terhadap produk.

4. JAMINAN MUTU (QUALITY ASSURANCE)

Jaaminan Mutu (Quality Assurance) adalah seluruh tindakan yang
sistematis dan terencana yang diperlukan agar terjadi kepastian dan kepercayaan
terhadap mutu produk/jasa yang diberikan. Aktivitasnya mencakup kegiatan
proses, baik internal maupun eksternal termasuk merumuskan kebutuhan
pelanggan. Maksud dari Quality assurance ini adalah mengidentifikasi
kemajuan dari kualitas. Quality assurance mengevaluasi cost dari proyek secara
keseluruhan secara teratur untuk menetapkan anggaran yang keluar relevan dan
sesuai dengan standar kualitas.

DD. MELAKSANAKAN LANGKAH PERBAIKAN UNTUK
PENURUNAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUKSI
DAN KEMACETAN SISTEM PRODUKSI

Dalam melakukan bisnisnya, perusahaan dihadapkan pada berbagai

tantangan. Untuk menjawab tantangan tersebut, diperlukan sebuah strategi untuk

59

menjaga stabilitas asset dan biaya perusahaan, agar perusahaan mampu
mempertahankan asset dan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Siklus
bisnis yang dihadapi perusahaan terkadang pasang dan surut karena berbagai
faktor internal dan eksternal. Sebagai contoh faktor internal, ada permasalahan
dalam manajemen proses seperti penjadwalan, pengendalian produksi,
pengendalian kualitas dan pengendalian sumber daya manusia. Perusahaan harus
memiliki sistem pengendalian yang cepat dan tepat agar dapat memuaskan
pelanggan.

Lean merupakan metode perampingan atau efesiensi proses, metode lean
digunakan untuk menghilangkan pemborosan yang diakibatkan oleh DOWTIME
(Defect, Over Production, Waiting, Transportation, Invetory, Motion, Excess
processing). Lean sebagai suatu strategi yang berguna untuk menciptakan
keunggulan bersaing, lean merupakan suatu filosofi bisnis yang berlandaskan
pada minimasi penggunaan sumber daya (termasuk waktu) dalam berbagai
aktivitas. Lean berfokus pada indetifikasi dan eliminasi aktivitas-aktivitas yang
tidak memberikan nilai tambah (non-value added activities).

Pada dasarnya konsep lean adalah konsep perampingan atau efesiensi.
Konsep ini diterapkan pada perusahaan manufaktur maupun jasa, karena pada
dasarnya konsep efesiensi akan selalu menjadi suatu target yang ingin dicapai
oleh perusahaan. Lean pada awalnya merupakan terminologi yang digunakan
untuk mendiskripsikan pendekatan yang dilakukan di industri otomotif jepang,
yaitu toyota, untuk membedakanya dengan pendekatan produksi massal yang
ada di barat. Variasi dan ketergantungan merupakan hal yang kadang terabaikan
dalam penerapan lean production. Konsep lean yang dikenalkan oleh Womack
et al (2003) adalah sebuah usaha pembentukan suatu sistem yang menggunakan
input sedikit mungkin untuk menciptakan output yang sama, sesuai dengan
konsep yang disusun oleh Traditional Mass Production System tetapi
memberikan pilihan yang paling banyak kepada pelanggan (Hines et all, 2005).
Lean juga dapat diartikan sebagai filosofi untuk optimasi perfomansi sebuah
industri manufaktur (Askin & Goldberg, 2001).

60

1. SEJARAH LEAN MANUFACTURING

Perusahaan-perusahan jepang setelah masa perang dunia ke-2 berusaha
membangun kembali diri mereka. Masalah-masalah yang mereka hadapi sangat
berbeda, bahkan bertolak belakang dengan apa yang ada di Barat. Pada saat
Barat bergelimang dengan sumber-sumber daya, mereka mengalami kekurangan
sumber daya manusia, material, maupun finansial. Kondisi ini memaksa mereka
untuk mengembangkan praktek-praktek manufaktur baru yang rendah biaya.
Pimpinan-pimpinan perusahaan Jepang terdahulu seperti Eiji Toyoda, Taiichi
Ohno, dan Shingeo Shingo dari Toyota Motor Company, mengembangkan
sebuah sistem produksi yang disiplin dan berfokus pada proses yang sekarang
dikenal sebagai “Toyota Production System” atau “Lean Production”

2. SISTEM PRODUKSI LEAN

APICS Dictionary (2005) mendefinisikan lean adalah suatu filosofi
bisnis yang berlandaskan pada minimasi penggunaan sumber-sumber daya
(termasuk waktu) dalam berbagai aktivitas perusahaan. Dalam istilah kamus
Lean memiliki arti ramping, dimana jika dikaitkan dengan istilah waste yang ada
didalam sebuah perusahaan maka lean disini memiliki arti suatu metode dimana
menghilangkan waste dan meningkatkan nilai tambah (value added) produk
(barang/jasa) agar meningkatkan kepuasan konsumen. Waste adalah segala
aktivitas kerja yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses transformasi
input menjadi output sepanjang value stream. Konsep lean disini memiliki
tujuan yaitu untuk meningkatkan rasio antara nilai tambah terhadap waste secara
terus menerus (the value-to-waste ratio), sehingga dengan menggunakan konsep
lean maka diharapkan akan meningkatan tingkat efisiensi dari aktivitas
perusahaan yang menggunakan konsep lean tersebut

Terdapat lima prinsip dasar lean (Gaspersz, 2007) :
• mengidentifikasi nilai porduk (barang/jasa) berdasarkan perspektif

pelanggan.

61

• mengidentifikasi value stream process mapping (pemetaan proses pada
value stream) untuk setiap produk (barang/jasa)

• menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai tambah.
• mengorganisasikan material, informasi, dan produk itu secara lancar dan

efisien sepanjang proses value stream.
• terus-menerus mencari berbagai teknik dan alat peningkatan

EE. MELAKSANAKAN DAN KONTRIBUSI TERHADAP
TATALAKSANA KERJA SECARA KHUSUS

Tatalaksana kerja adalah proses pelaksanaan tugas dan fungsi tiap unit
kerja pada suatu perusahaan sesuai dengan struktur organisasi yang telah
ditetapkan. Tatalaksana Kerja ini akan menguraikan pekerjaan utama, proses dan
output masing-masing unit kerja dan subunit, keterkaitan antarsubunit dalam
unit kerja dan antarunit kerja, keterkaitan antarunit kerja dalam unit organisasi
dan antarunit organisasi, dan keterkaitan antarunit organisasi.

Tatalaksana kerja ini disusun untuk kejelasan tanggungjawab,
pelaksanaan kerja, dan keterkaitan masing-masing unit, subunit, hingga subunit
di lingkungan kerja, dan keterkaitan dengan Unit Organisasi lainnya. Dengan
adanya tatalaksana kerja ini diharapkan tidak ada lagi tumpang tindih ataupun
kekosongan pelaksanaan tugas akibat ketidakjelasan siapa mengerjakan apa, dan
bertanggungjawab terhadap apa, baik di lingkungan kerja maupun dengan Unit
Organisasi lain.

FF. MELAKSANAKAN DAN KONTRIBUSI TERHADAP
PENILAIAN KINERJA

62

Pengukuran kinerja (Performance Measurement) merupakan siklus dari
sistem manajemen kerja (performance management system) (Suwignjo dan
Vanany, 2003). Menurut bacal (2002), manajemen kinerja merupakan proses
komnikasi yang berlangsung terus-menerus, yang dilaksanakan berdasarkan
kemitraan, antara seorang karyawan dengan penyedia
langsungnya.Implementasi Sistem Pengukuran Kinerja (Performance
Measurement System) dalam organisasi seringkali belum difahami, apa itu
performance measure, Performance Measurement dan Performance
Measurement System.

Performance measure didefinisikan sebagai matriks yang mennjukkan
efesiensi dan atau efektifitas dari suatu tindakan. Pengukuran Kinerja
(Performance Measurement) didefinisikan sebagai proses untuk mengkuantifisir
efesiensi dan efektifitas suatu aktivitas. Sedangkan Sistem Pengukuran Kinerja
(Performance Measurement System) didefinisikan sebagai sekumpulan matriks
yang terstruktur (bukan acak) dan prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengkuantifisir efesiensi dan efektifitas suatu aktivitas (Suwignjo dan Vanany,
2003).

1. MANFAAT PENILAIAN KINERJA

Sistem pengukuran kinerja membantu manajer dalam
mengimplementasikan strategi bisnis dengan membandingkan hasil aktual
dengan sasaran strategis. Suatu sistem pengukuran kinerja menyangkut metode
sistematik tertentu dari setting sasaran bisnis bersama-sama dengan laporan
umpan balik periodik yang menyatakan peningkatan sasaran tersebut. Berikut
manfaat sistem pengukuran kinerja (Yuwono, dkk, 2003) :

• Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa
perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang
dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada
pelanggan.

• Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari
mata rantai pelanggan dan pemasok internal.

63

• Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-
upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).

• Membuat suatu sasaran strategis yang biasanya masih kabur menjadi
lebih konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

• Membangun konsensus untuk melakukan sesuatu perubahan dengan
memberi reward atas perilaku yang diharapkan tersebut. Uraian manfaat
pengukuran kinerja tersebut sudah cukup baik, hanya saja
kekurangannya belum mengungkapkan manfaat pengukuran kinerja
terkait dengan aspek non-market yaitu lingkungan dan sosial.

2. MODEL SISTEM PENILAIAN KINERJA

Didalam merancang sistem pengukuran kinerja organisasi dibutuhkan
model yang mampu memotret kinerja secara kesulurahan dari organisasi. Telah
banyak model Sistem Pengukuran Kinerja (SPK) terintegrasi berhasil dibuat
oleh para akademisi dan praktisi (Vanany, dkk., 2003). Model-model Sistem
Pengukuran Kinerja (SPK) tersebut antara lain:

a. Balance Scorecard (BSC)
Sampai saat ini Balance Scorecard adalah model terpopuler untuk Sistem
Pengukuran Kinerja (SPK) baru yang telah dikembangkan. Kerangka
kerja Balance Scorecard menggunakan empat perspektif (finansial,
pelanggan, proses bisnis internal, dan proses belajar & pertumbuhan)
dengan titik awal strategi sebagai dasar perancangan SPK.

b. Sustainability Balance Scorecard (SBSC)
Model SBSC merupakan perluasan dari model Balance Scorecard
dengan penambahan aspek lingkungan dan sosial. Sustainability Balance
Scorecard (SBSC) memperlihatkan hubungan kausal antara kinerja
ekonomi, lingkungan dan sosial dari perusahaan

c. Cambridge model

64

Cambridge model menggunakan product group sebagai dasar untuk
mengidentifikasi KPI dan dari pengelompokan produk tersebut
dilakukan penentuan tujuan bisnis untuk product group.
d. Integrated Performance Measurement System (IPMS)
Model IPMS merupakan model SPK yang bertujuan agar sistem
pengukuran kinerja lebih robust, terintegrasi, efektif dan efesien. Model
IPMS menjadikan keinginan stakeholder menjadi titik awal dalam
melakukan perancangan SPK.
e. Integrated Environment Performance Measurenment System (IEPMS)
Integrated Environment Performance Measurenment System (IEPMS)
merupakan model sistem pengukuran kinerja yang berkaitan dengan
lingkungan. IEPMS menggunakan ukuran-ukuran kuantitatif dan
kualitatif yang digunakan secara bersama-sama.

LATIHAN

Petunjuk Jawaban Latihan
Untuk menjawab soal latihan ini dengan benar, Anda harus membaca dan

mempelajari Kegiatan Pembelajaran 1 dalam Modul yang meliputi materi:
1. Pencatatan dan Pengaturan Kinerja Proses Produksi atau
Manufaktur
2. Pelaksanaan Cara/Metode Baru Untuk Perbaikan Terus-Menerus
Terhadap Proses Produksi Manufaktur
3. Penerapan Kaidah Pengendalian Mutu
4. Melaksanakan Langkah Perbaikan Untuk Penurunan Tingkat
Kegagalan Produksi dan Kemacetan Sistem Produksi
5. Melaksanakan dan Kontribusi Terhadap Tatalaksana Kerja Secara
Khusus
6. Melaksanakan dan Kontribusi Terhadap Penilaian Kinerja

Soal Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan

Anda mengerjakan soal latihan berikut ini!

1. Sebutkan faktor yang dapat berpengaruh terhadap kinerja produksi.?

65

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Continuous Improvement dan sebutkan
4 langkahnya.?

3. Apa yang dimaksud dengan manajemen mutu.?
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tatalaksana kerja.?
5. Jelaskan manfaat dari pengukuran kinerja.?

RANGKUMAN

Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Pada dasarnya
pengertian kinerja dapat dimaknai secara beragam. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja produksi diantaranya adalah, faktor individu, faktor
kepemimpinan, faktor sistem, dan faktor situasi.

Continuous Improvement adalah usaha atau upaya berkelanjutan
yang dilakukan untuk mengembangkan dan memperbaiki produk,
pelayanan maupun proses. Usaha-usaha tersebut bertujuan untuk mencari
dan mendapatkan bentuk terbaik dari improvement yang dihasilkan.
Menciptakan solusi terbaik dari masalah yang ada, yang hasilnya akan
terus bertahan dan berkembang lebih baik lagi.

Manajemen kualitas memiliki arti sebagai tindakan mengawasai
semua kegiatan dan tugas-tugas yang diperlukan untuk mempertahankan
tingkat keunggulan yang diinginkan. Ini termasuk penentuan kebijakan
mutu, menciptakan dan menerapkan perencanaan mutu dan jaminan dan
kontrol kualitas dan peningkatan kualitas.

Lean adalah suatu filosofi bisnis yang berlandaskan pada
minimasi penggunaan sumber-sumber daya (termasuk waktu) dalam
berbagai aktivitas perusahaan. Dalam istilah kamus Lean memiliki arti
ramping, dimana jika dikaitkan dengan istilah waste yang ada didalam
sebuah perusahaan maka lean disini memiliki arti suatu metode dimana
menghilangkan waste dan meningkatkan nilai tambah (value added)
produk (barang/jasa) agar meningkatkan kepuasan konsumen.

66

Tatalaksana kerja adalah proses pelaksanaan tugas dan fungsi tiap
unit kerja pada suatu perusahaan sesuai dengan struktur organisasi yang
telah ditetapkan. Tatalaksana Kerja ini akan menguraikan pekerjaan utama,
proses dan output masing-masing unit kerja dan subunit, keterkaitan
antarsubunit dalam unit kerja dan antarunit kerja, keterkaitan antarunit
kerja dalam unit organisasi dan antarunit organisasi, dan keterkaitan
antarunit organisasi.

Pengukuran Kinerja (Performance Measurement) didefinisikan
sebagai proses untuk mengkuantifisir efesiensi dan efektifitas suatu
aktivitas. Sedangkan Sistem Pengukuran Kinerja (Performance
Measurement System) didefinisikan sebagai sekumpulan matriks yang
terstruktur (bukan acak) dan prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengkuantifisir efesiensi dan efektifitas suatu aktivitas.

EVALUASI

Petunjuk:
Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Anda paling tepat dari

beberapa alternatif jawaban yang disediakan!

Soal:
1. Berikut yang bukan merupakan faktor pengaruh kinerja produksi ialah

a. Faktor individu
b. Faktor kepemimpinan
c. Faktor sistem
d. Faktor situasi
e. Faktor konsumen
2. Faktor pengaruh kinerja yang berkaitan dengan tekanan dan perubahan
lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal, adalah …
a. Faktor individu

67

b. Faktor kepemimpinan
c. Faktor sistem
d. Faktor situasi
e. Faktor konsumen
3. Usaha atau upaya berkelanjutan yang dilakukan untuk mengembangkan
dan memperbaiki produk, pelayanan maupun proses, merupakan
pengertian dari …
d. Continuous Improvement
e. Continuous replacement
f. Contextual Improvement
g. Contextual replacement
h. Situational improvement
4. Tindakan Pengawasan semua kegiatan dan tugas-tugas yang diperlukan
untuk mempertahankan tingkat keunggulan yang diinginkan adalah
kegiatan …
a. Manajemen tugas
b. Manajemen kualitas
c. Manajemen produksi
d. Manajemen pengawasan
e. Manajemen praktik
5. Kualitas dalam pendekatan yang memandang kualitas dari segi nilai dan
harga dan didefinisikan juga sebagai “affordable ascellence”,
merupakan pendekatan …
a. Transcendental Approach
b. Product-based Approach
c. User-based Approach
d. Manufacturing-based Approach
e. Value-based Approach
6. Manajemen kualitas dikatakan berhasil jika ada yang dikelolanya telah
memenuhi beberapa kriteria, berikut adalah kriteria manajemen kualitas,
kecuali …

68

a. Performance
b. Features
c. Ascellence
d. Reliability
e. Durability
7. Suatu filosofi bisnis yang berlandaskan pada minimasi penggunaan
sumber-sumber daya (termasuk waktu) dalam berbagai aktivitas
perusahaan adalah …
a. APICS
b. DOWNTIME
c. Lean
d. SIGMA
e. Six-SIGMA
8. Proses pelaksanaan tugas dan fungsi tiap unit kerja pada suatu
perusahaan sesuai dengan struktur organisasi yang telah ditetapkan,
merupakan pengertian dari …
a. Proses produksi
b. Proses kerja
c. Proses manufaktue
d. Tatalaksana kerja
e. Penilaian kinerja
9. Proses untuk mengkuantifisir efesiensi dan efektifitas suatu aktivitas
dalam sebuah organisasi, merupakan pengertian dari …
a. Performance Measurement
b. Performance Management System
c. Performance Measurement System
d. Performance Manajemen
e. Performance Efectivity
10. Berikut yang bukan merupakan model dari penilaian kerja yaitu …
a. Balance Scorecard (BSC)
b. Sustainability Balance Scorecard (SBSC)

69

c. Cambridge Model
d. Sustainability Cambridge Model
e. Integrated Performance Measurement System

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Periksalah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban yang terdapat di bagian akhir

Modul ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan

rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap

MENGAWASI PROGRAM PENJAMIN MUTU ini.

Rumus:

Tingkat penguasaan = %


Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90 - 100% = sangat baik

80 - 89% = baik

70 - 79% = cukup

< 70% = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
melanjutkan mempelajari materi selanjutnya. Tetapi apabila tingkat
penguasaan Anda masih di bawah 80 %, Anda harus mengulanginya, terutama
pada bagian yang belum Anda kuasai.

70

III MELAKSANAKAN TUGAS
PENGOPERASIAN,
PENGENDALIAN DAN
OPTIMASI PROSES

Pada Bagian ini Akan Mempelajari Tentang Indikator Keberhasilan

A. Melaksanakan dan Prtisipasi Terhadap Setelah mempelajari pokok bahasan ini,
Manajemen Operasional peserta didik diharapkan mampu:
1. Memahami dan berpartisipasi dalam
1. Tujuan Manajemen Operasional
2. Ciri Manajemen Operasional Manajemen Operasional.
3. Fungsi Manajemen Operasional 2. Memahami dan melaksanakan tugas

B. Melaksanakan dan Prtisipasi Terhadap Pengendalian Proses Produksi.
Terhadap Pengendalian Proses Produksi 3. Memahami dan berkontribusi dalam tugas

1. Tujuan Pengendalian Produksi Penilaian Kerja.
2. Fase Pengendalian Produksi 4. Memahami tugas Pemeriksaan Proses

C. Melaksanakan dan Kontribusi terhadap Produksi.
Analisis Penilaian Kerja 5. Memahami dan berkontribusi dalam

1. Tujuan Penilaian Kerja Proses Produksi dan Sistem Produksi.
2. Syarat Efektifitas Penilaian Kerja 6. Memahami dan berkontribusi untuk
3. Manfaat Penilaian Kerja
4. Manfaat Penilaian Kerja tatakerja yang ergonomis dan keselamatan
5. Metode Penilaian Kerja pabrik.

D. Melaksanakan Tugas Pemeriksaaan Proses
Produksi

1. Cara Kerja Inspeksi
2. Tujuan Inspeksi
3. Manfaat inspeksi
4. Jenis-jenis Inspeksi

E. Melaksanakan dan Kontribusi Pada Proses
Manufaktur dan Sistem Produksi

1. Indusri dan Manufaktur
2. Material Dalam Manufaktur
3. Proses Manufaktur
4. Sistem Produksi

F. Melaksnakan dan Kontribusi Terhadap
Tatakerja yang Ergonomis dan Keselamatan
Kerja

1. Ergonomi dan Lingkungan Kerja

71

AA. MELAKSANAKAN DAN PRTISIPASI TERHADAP
MANAJEMEN OPERASIONAL

Ahli manajemen J.Heizer dan B.Render mendefinisikan manajemen
operasional sebagai bentuk pengelolaan menyeluruh dan optimal pada aspek
tenaga kerja, barang-barang (mesin, peralatan, dan bahan mentah), atau faktor
produksi lain yang bisa dijadikan produk barang dan jasa yang lazim
diperdagangkan.

Manajemen operasional bisa juga diartikan sebagai pengelolaan
(perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengoordinasian, dan
pengendalian) semua kegiatan yang berhubungan dengan barang dan jasa secara
langsung.

Pengertian lainnya yakni aplikasi ilmu manajemen untuk mengatur
semua kegiatan produksi agar berjalan efektif dan efisien. Pengertian dari ahli
lainnya yaitu sebuah proses berkesinambungan dan efektif dalama memakai
semua fungsi manajemen untuk mengintegrasikan beragam sumber daya secara
efisien demi terwujudnya tujuan perusahaan.

Dalam manajemen operasional ada struktur kepengurusan yang mesti
dibentuk dan dilaksanakan sesuai fungsi masing-masing. Pimpinan tertinggi
dalam sistem itu adalah manajer operasional.

1. TUJUAN MANAJEMEN OPERASIONAL

Manajemen operasional bertujuan mengatur penggunaan semua sumber
daya yang dimiliki oleh perusahaan (bahan mentah, tenaga kerja, mesin, dan
perlengkapan) sehingga proses produksi berlangsung efektif dan efisien. Berikut
ini lima tujuan detail sistem operasional.

• Meningkatkan efisiensi perusahaan (Efficiency).
• Meningkatkan produktivitas perusahaan (Productivity).
• Mengurangi biaya pengeluaran berbagai kegiatan yang diselenggarakan

oleh perusahaan (Economy).

72

• Meningkatkan kualitas perusahaan (Quality).
• Mengurangi waktu proses produksi suatu perusahaan (Reduced

processing time).

2. CIRI MANAJEMEN OPERASIONAL

Terdapat tiga ciri atau karakteristik manajemen operasional, yaitu :
a. Bertujuan memproduksi barang dan jasa

Ciri pertama adalah bahwa manajemen operasional bertujuan untuk
mengatur secara keseluruhan proses produksi barang dan jasa untuk
menghasilkan pendapatan untuk perusahaan.
b. Mempunyai kegiatan proses transformasi

Proses transformasi adalah segala kegiatan atau kelompok kegiatan yang
mengambil satu atau lebih input, mengubah dan menambah nilai bagi mereka,
dan memberikan output untuk pelanggan atau klien.

Jika input adalah bahan baku, maka akan relatif mudah untuk
mengidentifikasi transformasi yang terlibat, seperti ketika susu diubah menjadi
keju dan mentega. Namun jika dimana input adalah informasi atau orang, sifat
transformasi mungkin kurang jelas. Misalnya, rumah sakit mengubah pasien
yang sakit (input) menjadi pasien yang sehat (output).
c. Terdapat suatu mekanisme pengendali sebuah pengoperasian

Ciri terakhir dalam manajemen operasional adalah terdapat suatu
mekanisme dalam mengendalikan pengoperasian pada suatu bisnis. Baik untuk
pengoperasian Langkah-langkah dalam proses operasi dasar harus diaplikasikan
pada semua divisi bisnis, seperti meningkatkan kualitas produk, mengurangi
limbah, dan meningkatkan penjualan.

3. FUNGSI MANAJEMEN OPERASIONAL

Ada empat fungsi manajemen operasional pada bisnis seperti uraian
berikut ini.
a. Perencanaan

73

Tahap ini meliputi semua kegiatan yang diawali dari penentuan barang
atau jasa yang akan diproduksi hingga jadwal untuk pemasaran produk.
Termasuk juga perencanaan penggunaan sumber daya dan fasilitas lainnya untuk
menghasilkan suatu produk. Anda sebagai manajer operasional mesti
mengembangkan program, kebijakan, dan prosedur yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan operasi perusahaan.
b. Pengorganisasian

Anda harus menentukan jumlah dan jenis sumber daya manusia yang
diperlukan untuk menjalankan semua kegiatan. Singkatnya, manajer operasional
membentuk struktur individu, grup, atau divisi dalam sebuah subsistem
operasional demi meraih tujuan perusahaan.
c. Penelaah

Tahap ini meliputi semua kegiatan untuk memperoleh keterangan
tentang setiap kegiatan yang dikerjakan dalam kegiatan operasi dan produksi.
d. Pengawasan

Fungsi pengawasan mencakup semua aktivitas yang bertujuan
mengarahkan dan menjamin agar berbagai kegiatan yang telah dan tengah
dikerjakan sesuai dengan perencanaan.

BB. MELAKSANAKAN DAN PRTISIPASI TERHADAP
TERHADAP PENGENDALIAN PROSES PRODUKSI

Perencanaan dan pengendalian produksi merupakan alat yang tersedia
bagi manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan
demikian, sistem produksi tercakup oleh keempat faktor tersebut. yaitu,
kuantitas, kualitas, biaya dan waktu. Perencanaan produksi dimulai dengan
analisis data, yaitu permintaan produk, jadwal pengiriman dan lain-lain.

Penentuan skema pemanfaatan perusahaan seperti mesin, bahan dan
tenaga kerja untuk mendapatkan target dengan cara yang paling ekonomis
berdasarkan informasi yang ada. Setelah rencananya disiapkan, maka

74

pelaksanaan rencana dilakukan sesuai dengan rincian yang diberikan dalam
rencana. Kontrol produksi dilakukan jika ada penyimpangan antara aktual dan
rencana. Tindakan korektif dilakukan untuk mencapai target yang ditetapkan
sesuai rencana dengan menggunakan teknik kontrol.

Perencanaan dan pengendalian produksi dapat didefinisikan sebagai
“arah dan koordinasi sumber daya perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. “Perencanaan dan pengendalian produksi membantu mencapai aliran
material tanpa terganggu melalui jalur produksi dengan menyediakan bahan
pada waktu yang tepat dan kuantitas yang dibutuhkan.

Skenario tekno-ekonomi sekarang menunjukkan trend penekanan pada
daya saing di bidang manufaktur. Industri harus merampingkan kegiatan
produksi dan mencapai utilisasi sumber daya perusahaan secara maksimal untuk
meningkatkan produktivitas. Perencanaan dan pengendalian produksi berfungsi
sebagai alat untuk mengkoordinasikan kegiatan sistem produksi dengan sistem
perencanaan dan pengendalian secara tepat.

Perencanaan dan pengendalian produksi diperlukan untuk mencapai:
• Pemanfaatan sumber daya perusahaan secara efektif.
• Tujuan produksi terkait kualitas, kuantitas, biaya dan ketepatan waktu

pengiriman.
• Memeperoleh arus produksi tanpa gangguan untuk memenuhi

permintaan beragam pelanggan yang berkualitas terkait jadwal
pengiriman dan terjadwal.
• Membantu perusahaan menyediakan produk berkualitas untuk pelanggan
secara terus-menerus dengan harga bersaing.
Beberapa langkah penting dalam aktivitas pengendalian mencakup: (1)
Memulai produksi; (2) Berkembang; dan (3) Tindakan korektif berdasarkan
umpan balik dan pelaporan kembali ke perencanaan produksi

1. TUJUAN PENGENDALIAN PRODUKSI

75

• Mengorganisir fasilitas produksi seperti mesin, tenaga kerja, dan lain-
lain, untuk mencapai tujuan produksi yang ditetapkan terkait kuantitas,
waktu dan biaya yang berkualitas.

• Penjadwalan sumber daya optimal.
• Berkoordinasi dengan departemen lain yang berkaitan dengan produksi

untuk mencapai arus produksi yang seimbang dan tidak terputus secara
teratur.
• Menyesuaikan diri dengan komitmen pengiriman.
• Perencanaan dan pengendalian material.
• Untuk penyesuaian karena perubahan permintaan dan pesanan
mendadak.

2. FASE PENGENDALIAN PRODUKSI

Fase pengendalian memiliki dua modul utama, yaitu: (1) Pelaporan
kemajuan; dan(2) Tindakan korektif.
a. Pelaporan kemajuan

Data tentang apa yang terjadi dengan pekerjaan dikumpulkan dalam
proses pelaporan untuk membantu membandingkannya dengan tingkat kinerja
saat ini. Berbagai data yang berkaitan dengan penolakan material, variasi proses,
kegagalan peralatan, efisiensi operator, ketidakhadiran operator, umur alat, dan
lain-lain, dikumpulkan dan dianalisis untuk tujuan pelaporan kemajuan. Data ini
digunakan untuk melakukan analisis varians, yang akan membantu
mengidentifikasi area kritis yang perlu mendapat perhatian segera untuk
tindakan perbaikan.
b. Tindakan koreksi

Tindakan korektif terutama terkait ketentuan tentang kejadian tak terduga
seperti menciptakan fleksibilitas jadwal, modifikasi jadwal, modifikasi
kapasitas, membuat atau membeli keputusan, mempercepat pekerjaan,
praperencanaan, dan sebagainya akibat kerusakan mesin, ketidakhadiran tenaga
kerja, terlalu banyak penolakan karena kualitas bahan yang buruk dan lainlain

76

sehingga tidak mungkin untuk mewujudkan jadwal sesuai rencana. Dengan
kondisi itu, lebih baik menjadwal ulang keseluruhan bauran produk sehingga
mendapatkan gambaran yang jelas mengenai situasi tersebut untuk tindakan
yang tepat. Ekspedisi berarti mengambil tindakan jika laporan kemajuan
menunjukkan penyimpangan dari target yang ditetapkan semula. Pra-
perencanaan keseluruhan urusan menjadi penting jika ekspedisi gagal membawa
rencana yang menyimpang ke jalan yang benar.

CC. MELAKSANAKAN DAN KONTRIBUSI TERHADAP
ANALISIS PENILAIAN KERJA

Penilaian Kerja (Performance Appraisal) yaitu suatu kajian mengenai
penilaian yang secara sistem terhadap keadaan kerja pegawai yang dilakukan
dengan formal yang berkaitan dengan standar kerja yang sudah ditetapkan
organisasi. Dengan kata lain, Penilaian Kinerja ini menilai dan mengevaluasi
keterampilan, kemampuan, pencapaian serta pertumbuhan seorang karyawan.

1. TUJUAN PENILAIAN KERJA

Adapun tujuan dari penilaian kinerja karyawan antara lain yaitu:

• Menjalankan peninjauan ulang atas kinerja karyawan di masa lalu.
• Memperoleh data yang sinkron dengan fakta dan sistematis dalam

menentukan nilai suatu pekerjaan.
• Melakukan identifikasi kemampuan organisasi.
• Melakukan analisa kemampuan karyawan secara individual.
• Menyusun sasaran pada masa yang akan datang.
• Melihat prestasi kinerja karyawan secara nyata.
• Memperoleh keadilan dalam sistem pemberian upah dan gaji yang

diterapkan pada organisasi.

77

• Memperoleh data untuk penentuan struktur pemberian upah dan gaji
yang sesuai dengan pemberlakukan secara umum.

• Membantu pihak manajemen dalam menjalankan pengukuran dan
pengawasan yang lebih akurat atas biaya yang dipakai oleh perusahaan.

• Memungkinkan manajemen menjalan negosiasi secara rasional dan
obyektif dengan serikat pekerja ataupun dengan langsung kepada
karyawan.

• Merancang kerangka berpikir dan standar dalam menjalankan peninjauan
yang dilakukan secara berkala pada sistem pemberian upah dan gaji.

• Mengarahkan pihak manajemen supaya bersikap obyektif dalam
memperlakukan karyawan sesuai dengan prinsip organisasi.

• Menjadi panduan organisasi dalam melakukan promosi, mutasi,
memindahkan dan peningkatan kualita karyawan.

• memperjelas tugas utama, fungsi, wewenang dan tanggung jawab dan
juga satuan kerja pada organisasi. Hal ini apabila dijalankan sesuai
dengan aturan dan berjalan baik akan memberikan manfaat untuk
organisasi khususnya untuk menghindari overlapin pada pemberian
tugas/program/kegiatan dalam organisasi.

• Melakukan minimalisir karyawan mengeluh yang berakibat karyawan
menjadi resign. Dengan adanya penilaian kerja karyawan maka
karyawan akan merasa diperhatikan dan dihargai dalam setiap
kinerjanya.

• Melakukan penyelerasakan penilaian kinerja dengan keberjalanan bisnis
menjadikan pergerakan dalam organisasi khususnya organisasi nirlaba
selalu sesuai dengan tujuan usaha.

• Melakukan identifikasi pelatihan apa yang dibutuhkan oleh karyawan.

2. SYARAT EFEKTIVITAS PENILAIAN KERJA

Dalam melakukan penilaian atau evaluasi kinerja yang efektif, ada
beberapa syarat dalam efektivitas penilaian kinerja yaitu:

78

a. Relevance
Ada kaitan yang jelas antara standard tampilan kerja dari suatu tugas dan

tujuan organisasi, dan ada kaitan yang jelas antara elemen tugas dan dimensi-
dimensi yang dinilai dalam lembaran penilaian.
b. Sensitivity

Sistem penilaian yang digunakan dapat membedakan antara pegawai
yang efektif dan pegawai yang tidak efektif.
c. Reliability

Hasil penilaian yang diperoleh menunjukkan konsistensi yang
tinggi.system yang digunakan harus dapat diandallkan, dipercaya bahwa
mengunakan tolok ukur yang objektif, shaheh, akurat, konsisten dan stabil.
d. Acceptability

Jenis dan tingkat perilaku kerja yang dinilai dapat diterima oleh kedua
belah pihak (atasan dan bawahan).
e. Practicality

Mudah dimengerti dan digunakan oleh manajer dan pegawai tidak rumit
dan tidak terbelit-belit.

3. MANFAAT PENILAIAN KERJA

Manfaat dari dilakukannya penilaian kinerja ialah sebagai berikut:
• Memberikan informasi tentang hasil yang diinginkan dari sebuah

pekerjaan.
• Bisa mencegah terdapatnya miskomunikasi berkaitan dengan kualitas

kerja yang diinginkan.
• Menciptakan peningkatan produktivitas karyawan sebab ada feedback

atau umpan balik untuk karyawan yang berprestasi.
• Menghargai setiap kontribusi.
• Membuat komunikasi dua arah antara pihak manajer dengan karyawan.

79

4. PROSES PENILAIAN KERJA

Gambar 7 Proses Penilaian Kerja
Dalam menerapkan penilaian kinerja karyawa mempunyai beberapa
proses yang harus dilakukan. Hal itu disebabkan penilaian kinerja ialah suatu
proses secara terus-menerus dan tidak bersifat temporer, proses tersebut antara
lain sebagai berikut:
a. Analisis Pekerjaan
Proses analisis ini dapat diawali dari analisi jabatan/posisi, dengan
mengetahui posisi seseorang karyawan maka akan lebih mudah menjelaskan
jenis pekerjaannya, tanggung jawab yang dipukul, kondisi kerja dan berbagai
program dan aktivitas yang dilakukan.
Analisis pekerjaan ini sangat penting dalam penilaian kinerja karena
merupakan dasar untuk penetapan standar dan evaluasi dan juga dalam
menganalisis pekerjaan sangat diperlukan sistem informasi manajemen yang
baik.

80

b. Standar Kerja
Penetapan standar kinerja dipakai untuk melakukan komparasi antara

hasil kerja standar dengan standar yang telah ditentukan. Dengan adanya
perbandingan ini maka bisa dilakukan identifikasi apakah kinerja karyawan telah
sesuai dengan target yang diinginkan atau tidak. Dalam hal ini standar kinerja
harus ditulis secara spesifik dan mudah dipahami, realistis dan terukur.
c. Sistem Penilaian Kerja

Pada umumnya terdapat empat sistem atau metode penilaian kinerja
karyawan. Pertama yaitu Behavior Appraisal System atau penilaian kinerja yang
berdasarkan terharap penilaian tingkah laku. Kedua Personel/Performer
Appraisal System atau penilaian kinerja yang berdasarkan terhadap dari ciri dan
sifat invidu karyawan. Ketiga ialah Result Oriented Appraisal System atau
penilaian kinerja dengan dasar hasil kerja. Keempat Contingency Appraisal
System atau penilaian kinerja terhadap dasar kombinasi beberapa unsur, ciri,
sifat, tingkah laku dan hasil kerja. Contoh penilaian kinerja karyawan
sebenarnya mudah ditemukan pada perusahaan yang telah settle secara
manajemen dan masing-masing perusahaan mempunyai metode penilaian
kinerja tersendiri.

5. METODE PENILAIAN KERJA

a. Metode Penilaian Umpan Balik 360-Derajat
Metode penilaian umpan balik 360-derajat adalah metode penilaian

kinerja popular yang melibatkan masukan evaluasi dari banyak level dalam
perusahaan sebagaimana pula dari sumber-sumber eksternal.

Dalam metode ini, orang-orang disekitar karyawan yang dinilai bias ikut
serta memberikakan nilai, antara lain manajer senior, karyawan itu
sendiri,atasan,bawahan, anggota tim. Dan pelanggan internal atau eksternal.
b. Metode Skala Penilaian

Metode skala penilaian (rating scales method) adalah metode penilaian
kinerja yang menilai para karyawan berdasarkan factor-faktor yang telah
ditetapkan.

81

Menggunakan pendekatan ini, para evaluator mencatat penilaian mereka
mengenai kinerja pada sebuah skala.Skala tersebut meliputi beberapa kategori,
biasanya dalam angka 5 sampai 7, yang didefinisikan dengan kata sifat seperti
luar biasa, memenuhi harapan, atau butuh perbaikan.Meskipun system-sistem
seringkali memberikan penilaian keseluruhan, metode ini secara umum
memungkinkan penggunaan lebih dari satu kriteria kinerja.

Untuk dapat menerima nilai luar biasa untuk factor seperti kualitas kerja.
Seseorang harus secara konsisten melampaui tuntutan-tuntutan kerja yang
ditetapkan. Meskipun contoh formulir tersebut kurang dalam hal ini, semakin
rinci definisi mengenai factor-faktor dan tingkat-tingkat, semakin akurat penilai
bias mengevaluasi kinerja karyawan.
c. Metode Insiden Kritis

Metode esai (essay method) adalah metode penilaian kinerja dimana
penilai menulis narasi singkat yang menggambarkan kinerja karyawan.

Metode ini cenderung berfokus pada perilaku ekstrim dalam pekerjaan
karyawan dan bukan kinerja rutin harian.Prnilaian jenis ini sangat bergantung
pada kemampuan menulis dari evaluator.Para atasan dengan ketrampilan
menulis yang sangat baik, jika mau, bisa membuat seseorang karyawan tyang
biasa-biasa saja terdengar seperti seorang berprestasi terbaik. Membandingkan
evaluasi-evaluasi esai bias menjadi sulit karena tidak ada kriteria umum. Namun,
beberapa manajer yakin bahwa metode esai bukan hanya yang paling sederhana
tetapi juga pendekatan yang dapat diterima untuk evaluasi karyawan.
d. Metode Standar Kerja

Metode standard kerja (work standards method) adalah penilaian kinerja
yang membandingkan kinerja setiap karyawan dengan standard yang telah
ditetapkan atau tingkat output yang diharapkan.

Standard-standar mencerminkan output normal dari seorang karyawan
rata-rata yang bekerja dengan kecepatan normal. Perusahan-perusahan bisa
menerapkan standard kerja untuk hampir semua jenis pekerjaan., namun
pekerjaan-pekerjaan produksi umumnya mendapat perhatian lebih besar.

82

Beberapa metode tersedia untuk menentukan standard kerja, termasuk studi
waktu (time study) den pengambilan sampel pekerjaan (work sampling).

Manfaat nyata penggunaan standard sebagai kriteria penilaian adalah
objektifitas. Namun, agar para karyaawan mempersepsikan bahwa standard-
standar tersebut objektif, mereka harus memahami dengan jelas cara standard-
standar tersebut ditetapkan. Manajemen juga harus menjelaskan alas an dari
setiap perubahan pada standard-standar.
e. Metode Peringkat

Metode peringkat (ranking metode) adalah metode penilaian kinerja
dimana penilai menempatkan seluruh karyawan dari sebuah kelompok dalam
urutan kinerja keseluruhan.

Sebagai contoh, karyawan terbaik dalam kelompok diberikan peringakat
tertinggi, dan yang terburuk diberi peringkat terendah.Anda mengikuti prosedur
ini hinggah anda memeringkaat semua karyawan. Kesulitan timbul ketika semua
orang kerja pada tingkat yang sebanding (sebagaimana dipersepsikan oleh si
evaluator).

Perbandingan berpasangan (paired comparison) adalah variasi dari
metode peringkat dimana kinerja tiap karyawan dibandingkan dengan setiap
karyawan lainnya dalam kelompook. Sebuahu kriteria tunggal.Seperti kinerja
keseluruuhan, seringkali menjadi dasar perbandingan tersebut. Karyawan yang
memperoleh angka perbandingan positif terbanyak mendapatkan peringkat
tertinggi.
f. Metode Distribusi Dipaksakan

Metode distribusi dipaksakan (forced distribution method) adalah
metode penilaian kinerja yang mengharuskan penilai untuk mebagi orang-orang
dalam sebuah kelompok kinerja kedalam sejumlah kategori terbatas, mirip suatu
distribusi frekuensi normal

System distribusi dipaksakan sudah ada sejak beberapa dekade dan
perusahan-perusahaan seperti General Electric, Microsoft, dan JPMorgan
menggunakannya saat ini.Disebabkan adanya peningkat focus pada bayaran
untuk kinerja (pay for performance), semakin banyak perusahan mulai

83

menggunakan disribusi dipaksakan. Para pendukung distribusi dipaksakan yakin
bahwa system tersebut memfasilitasi penganggaran dan mencegah para manajer
yang terlalu ragu-ragu untuk menyingkirkan mereka yang berprestasi buruk.
Mereka berpikir bahwa peringkat yang dipaksakan mengharuskan para manajer
bersikap jujur kepada para karyawan mengenai prestasi mereka.
g. Metode Skala Penilaian Berjangkar Keperilakuan

Metode skala penilaian berjangkar keperilakuan (Behaviourally
Anchored Rating Scale/BARS) adalah metode penilaian kinerja yang
mengabungkan unsur-unsur skala penilaian tradisional dengan metode insiden
kritis; berbagai tingkat kinerja ditunjukkan sepanjang sebuah skala dengan
masing-masing dideskripsikan menurut perilaku kerja spesifik seorang
karyawan.

Sistem BARS berbeda dengan skala penilaian karena, alih-alih
menggunakan istilah-istilah seperti tinggi. Menengah, dan rendah pada setiap
poin skala, sistem tersebut menggunakan jangkar-jangkar keperilakuan yang
berhubungan dengan standard yang sedang diukur. Modifikasi ini memperjelas
makna dari setiap poin pada skala serta mengurangi bias dan kesalahan penilai
dengan menjangkar nilai tersebut pada contoh-contoh perilaku spesifik yang
didasarkan pada informasi analisis pekerjaan. Alih-alih memberikan ruang untuk
memasukan angka penilai untuk kategori seperti di atas harapan, metode BARS
memberikan contoh-contoh perilaku tersebut.

DD. MELAKSANAKAN TUGAS PEMERIKSAAAN
PROSES PRODUKSI

Berdasarkan kamus besar indonesia, inspeksi adalah suatu pemeriksaan
yang dilakukan secara seksama, pemeriksaan yang dilakukan secara langsung
terkait peraturan, tugas, dll. Di dalam manajemen pengendalian kualitas.
Inspeksi adalah suatu elemen yang memiliki peranan penting. Inspeksi ini
dibutuhkan agar bisa memastikan kualitas produk yang dihasilkan bisa sesuai

84

dengan ketentuan dan juga standar, sehingga hasil kepuasan pelanggan bisa
dijaga dengan baik.

Inspeksi juga mampu mengurangi berbagai biaya produksi karena
buruknya kualitas produksi, seperti biaya pengembalian produk dari konsumen,
biaya pembuatan ulang dalam kuantitas yang banyak, dan juga biaya
pembuangan bahan yang sudah tidak sesuai lagi dengan ketentuan yang berlaku.

Dalam praktek pelaksanaannya di dalam dunia manufakturing, unit kerja
yang berhubungan dengan inspeksi dan juga pengujian ini mempunyai tanggung
jawab dalam menilai setiap kualitas bahan baku yang dikirim oleh pihak
pemasok dan juga barang jadi yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut agar
sesuai dengan karakteristik dan juga standar yang berlaku.

Unit kerja yang diberikan tanggung jawab dalam mendeteksi dan juga
memilah berbagai komponen yang dipasok oleh pihak supplier ataupun produk
setengah jadi dari unit kerja lainnya agar sesuai dengan standar kualitas yang
sudah ditentukan atau biasa disebut dengan incoming quality control (IQC).
Sedangkan unit kerja yang diberikan tanggung jawab untuk melakukan inspeksi
dan pengujian pada produk jadi yang diproduksi oleh perusahaannya sendiri
umumnya akan disebut dengan Outgoing quality control atau OQC.

1. CARA KERJA INSPEKSI

Pada dasarnya, inspeksi hanya melakukan pengukuran terkait tingkat
kesesuaian dengan standar dan juga karakteristik produk yang sudah ditentukan
serta memisahkan berbagai produk yang sudah tidak sesuai lagi, serta mencari
akar masalah terkait ketidaksesuaian ini.

Inspeksi menjadi metode yang paling banyak digunakan oleh perusahaan
manufaktur dalam mencapai adanya keseragaman kualitas produk dan juga
standarisasi terkait produknya.

Bila produk yang dihasilkannya sudah tidak sesuai lagi dengan ketentuan
standar dan juga spesifikasi, maka produk tersebut pun nantinya akan ditolak
dan pihak yang bertanggung jawab tersebut harus bisa melakukan tindakan
perbaikan agar kedepannya tidak ditemukan lagi ketidaksesuaian standar.

85

2. TUJUAN INSPEKSI

Setidaknya terdapat lima tujuan dilakukannya inspeksi, yaitu:
• Guna mendeteksi dan juga menghilangkan bahan baku yang cacat

sebelum masuk pada proses pengerjaan produk
• Agar bisa mendeteksi produk cacat dan juga produk yang berkualitas

rendah sebelum terkirim ke pelanggan
• Agar bisa memberikan pemberitahuan pada pihak manajemen sebelum

suatu masalah kualitas berubah menjadi lebih serius, sehingga pihak
manajemen bisa mengambil berbagai tindakan yang memang dibutuhkan
• Guna mencegah adanya keterlambatan pengiriman yang disebabkan
karena masalah kualitas dengan cara mengurangi keluhan dari pihak
pelanggan.
• Guna meningkatkan kualitas dan juga reliabilitas suatu produk

3. MANFAAT INSPEKSI

• Membedakan Produk Yang Baik Dan Juga Produk Yang Memang Cacat
• Agar Bisa Mengetahui Apakah Ada Perubahan Di Dalam Proses

Pembuat Produk.
• Agar Bisa Mengetahui Apakah Suatu Proses Produksi Berada Ataupun

Mendekati Batas Suatu Spesifikasi
• Guna Menilai Suatu Kualitas Produk
• Guna Mengukur Tingkat Ketepatan Alat Ukur Pada Proses Produksi
• Guna Mengukur Tingkat Kemampuan Suatu Proses

4. JENIS-JENIS INSPEKSI

Inspeksi terbagi dalam beberapa jenis, yang diantaranya adalah floor
inspection, centralized inspection, combined inspection, combined inspection,
funcional inspection, first piece inspection, final inspection, dan pilot piece
inspection.

86

a. Floor Inspection
Floor inspection adalah suatu inspeksi yang dilakukan di dalam proses

pengendalian produksi. Di dalam floor inspection ini, inspektor akan melakukan
pemeriksaan terkait material maupun produk setengah jadi pad produksi yang
dilakukan oleh tenaga manusia ataupun mesin.

Nantinya, pihak inspektor akan melakukan pemeriksaan dari suatu mesin
atau pekerja ke mesin ataupun ke pekerja lainnya. Metode pemeriksaan ini pun
mampu mendeteksi masalah lebih awal sebelum produk tersebut nantinya
diproduksi dalam jumlah yang lebih besar.
b. Centralised Inspection

Jenis inspeksi ini dilakukan pada lokasi tertentu ataupun lebih terpusat
pada tempat yang sudah ditentukan. Seluruh alat dan juga mesin pengujian
nantinya akan ditempatkan pada lokasi yang dikhususkan pada pengujian.
Seluruh contoh produk yang nantinya akan dilakukan pengujian pada tempat
khusus untuk dilakukan pengujian
c. Combine Inspection

Sama seperti namanya jenis inspeksi ini merupakan kombinasi atau
gabungan dari floor inspection dan centralised inspection.
d. Functional Inspection

Jenis inspeksi ini lebih fokus pada fungsional produk. Seperti contohnya
pada pemeriksaan fungsi suatu mobil, fungsi inspeksional di dalam akan
memeriksa karakter kecepatan mobil sesuai dengan ketentuan tanpa harus
mengetahui setiap komponen dari pembuatan mobil tersebut.

Pada umumnya, jenis inspeksi ini memang dilakukan setelah suatu
produk sudah jadi.
e. First Piece Inspection

First piece inspection adalah suatu jenis inspection yang dilakukan pada
unit pertama. Unit pertama ini bisa berbentuk pergantian LOT produk, unit
pertama pada pergantian alat kerja atau pada unit pertama dalam pergantian
parameter mesin produksi.
f. Pilot Piece Inspection

87

Pilot piece inspection adalah suatu inspeksi yang dilakukan pada produk
baru ataupun pada model yang lebih baru.
g. Finel Inspection

Final inspection adalah suatu jenis inspeksi yang dilakukan pada produk
jadi. Jenis final inspection ini akan memeriksa suatu karakteristik produk secara
lebih menyeluruh, baik itu pada fungsinya ataupun tampilannya. Jenis inspeksi
ini dilakukan sebelum suatu produk dikirim ke konsumen.

EE. MELAKSANAKAN DAN KONTRIBUSI PADA
PROSES MANUFAKTUR DAN SISTEM PRODUKSI

Manufaktur merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin, yaitu
“manus factus” yang berarti dibuat dengan tangan. Sedangkan kata manufacture
muncul pertama kali pada tahun 1576, dan kata manufacturing muncul tahun
1683. Jika kita melihat kata “manufaktur”, dalam arti yang paling luas, adalah
proses merubah bahan baku menjadi suatu produk. Proses pengubahan bahan
baku menjadi suatu produk ini meliputi (1) perancangan produk, (2) pemilihan
material, dan (3) tahap-tahap proses dimana produk tersebut dibuat.

Proses manufaktur adalah mengubah bahan dasar melalui berbagai
proses, permesinan, maupun operasi yang dirancang sedemikian rupa, agar
dihasilkan produk yang dikehendaki. Lebih singkatnya proses manufaktur
adalah proses untuk mengubah bahan dasar (raw materials) menjadi sebuah
produk.

1. INDUSTRI DAN PRODUK MANUFAKTUR

Manufaktur adalah kegiatan komersial penting yang dilakukan oleh
perusahaan yang menjual produk kepada pelanggan. Jenis manufaktur yang
dilakukan oleh perusahaan bergantung pada jenis produk yang dibuatnya. Mari
kita jelajahi hubungan ini dengan memeriksa jenis-jenis industri di bidang
manufaktur dan mengidentifikasi produk yang mereka buat.

88

Industri terdiri dari perusahaan dan organisasi yang memproduksi atau

memasok barang dan jasa. Industri dapat diklasifikasikan sebagai primer,

sekunder, atau tersier. Industri primer mengolah dan mengeksploitasi sumber

daya alam, seperti pertanian dan pertambangan. Industri sekunder mengambil

output dari industri primer dan mengubahnya menjadi barang konsumsi dan

barang modal. Manufaktur adalah kegiatan utama dalam kategori ini, tetapi

konstruksi dan tenaga juga berperan. Industri tersier merupakan jasa sektor

ekonomi. Daftar industri yang termasuk dalam kategori tersebut disajikan pada

Tabel berikut

Tabel Industri tertentu dalam kategori primer, sekunder, dan tersier

Primer Sekunder Tersier

Perkebunan Pakaian Asuransi

Perhutanan Otomotif Bank

Perikanan Kertas Pendidikan

Terbak Produksi makanan Telekominikasi

Pertambangan Bahan bangunan Kesehatan

Minyak bumi Keramik Hotel

Produksi obat Informasi

Komputer Hukum

Elektronik Restoran

Plastik (pembentukan) Transportasi

Karet (pembentukan) Pariwisata

Perabotan Bengkel

Gambar 8. Tabel Industri tertentu dalam kategori primer, sekunder,

dan tersier

Produk akhir yang dibuat oleh industri manufaktur dapat berupa barang

konsumsi dn barang modal. Barang konsumsi adalah produk yang dibeli

langsung oleh konsumen, seperti mobil, komputer, TV, ban dan raket. Barang

modal merupakan barang yang dibeli oleh perusahaan untuk menghasilkan

barang dan/atau memberikan layanan. Contoh barang modal antara lain pesawat,

peralatan medis, mesin/peralatan, dan bahan konstruksi.

89

Selain produk akhir, item manufaktur lainnya termasuk bahan,
komponen, dan perlengkapan yang digunakan oleh perusahaan yang membuat
produk akhir. Contohnya lembaran baja, bagian mesin, plastik, cetakan, alat
pemotong dan pelumas. Dengan demikian, industri manufaktur terdiri dari
infrastruktur yang kompleks dengan berbagai kategori dan lapisan diantaranya
pemasok yang tidak pernah berurusan dengan konsuen akhir.

2. MATERIAL DALAM MANUFAKTUR

Sebagian besar bahan dalam bidang teknik di klasifikasikan menjadi tiga
kategori dasar yaitu: (1) Logam, (2) Keramik, dan (3) Polimer. Sifat kimia,
mekanik dan fisik dari ketiga kategori tersebut berbeda, dan perbedaan ini
mempengaruhi proses manufaktur yang akan digunakan untuk menghasilkan
produk dari mereka.

Selain tiga kategori dasar tersebut bahan dalam manufaktur juga ada
composit, yaitu campuran nonhomogen dari tiga tipe dasar dan material yang
unik lainnya. Klasifikasi keempat kelompok tersebut digambarkan pada Gambar
berikut

90

Gambar 9. Klasifikasi bahan dalam bidang teknik
a. Logam (Metals)

Logam yang digunakan dalam manufaktur biasanya merupakan paduan
(alloys), yang terdiri dari dua atau lebih elemen, dengan setidaknya satu menjadi
elemen logam. Logam dan paduan dapat dibagi menjadi dua kelompok dasar:
(1) ferrous dan (2) nonferrous.

Ferrous Metals (logam besi) adalah campuran dengan dasar besi
termasuk baja dan besi cor. Logam-logam ini merupakan kelompok yang paling
penting secara komersial, dimana terdapat lebih dari tiga perempat tonase logam
di seluruh dunia. Besi murni memiliki penggunaan komersial yang terbatas,
tetapi ketika dipadukan dengan karbon, besi memiliki lebih banyak kegunaan
dan nilai komersial yang lebih besar daripada logam lainnya. Paduan besi dan
karbon membentuk baja dan besi cor.

91

Steel (baja) dapat didefinisikan sebagai paduan besi-karbon yang
mengandung 0,02% hingga 2,11% karbon. Ini adalah kategori yang paling
penting dalam kelompok logam besi. Komposisinya sering mencakup perpaduan
dari elemen lainnya, seperti mangan, kromium, nikel, dan molibdenum, untuk
meningkatkan sifat-sifat logam. Baja sering diaplikasikan dalam manufaktur
termasuk pembangunan (jembatan, balok-I, dan paku), transportasi (truk, rel,
dan ban kereta), dan produk konsumen (otomotif dan peralatan).

Cast Iron (besi cor) adalah paduan besi dan karbon (2% hingga 4%) yang
digunakan dalam pengecoran (biasanya pengecoran pasir). Silikon juga ada
dalam paduan (dalam jumlah dari 0,5% hingga 3%), dan elemen lain juga
ditambahkan untuk mendapatkan sifat yang diinginkan. Besi cor juga tersedia
dalam beberapa bentuk berbeda, yang paling umum adalah besi cor kelabu; besi
cor jenis ini sering diaplikasikan pada otomotof terutama pada kepala blok mesin
kendaraan.

Nonferrous Metals (logam non-besi) adalah campuran dengan dasar
logam lain (selain besi). Dalam hampir semua kasus, paduan lebih penting secara
komersial daripada logam murni. Logam nonferrous termasuk logam murni dan
paduan aluminium, tembaga, emas, magnesium, nikel, perak, timah, titanium,
seng, dan logam lainnya.
b. Keramik

Keramik didefinisikan sebagai senyawa yang mengandung logam (atau
semimetalik) dan elemen nonlogam. Unsur nonlogam yang khas adalah oksigen,
nitrogen, dan karbon. Keramik bisa terbuat dari bahan tradisional dan bahan
modern. Keramik tradisional, beberapa di antaranya telah digunakan selama
ribuan tahun, termasuk: tanah liat (tersedia berlimpah, terdiri dari partikel halus
dari silika hidro aluminium dan mineral lainnya yang digunakan dalam
pembuatan batu bata, ubin, dan tembikar); silika (merupakan dasar untuk hampir
semua produk kaca); dan alumina dan silikon karbida (merupakan dua bahan
abrasif yang digunakan dalam gerinda). Keramik modern mencakup beberapa
bahan sebelumnya, seperti: alumina, yang sifatnya ditingkatkan dalam berbagai
cara melalui metode pemrosesan modern. Keramik yang lebih baru meliputi:

92


Click to View FlipBook Version