The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by tiyapratiwi182, 2023-09-11 04:45:21

Materi Bab 2 Asal Usul Nenek Moyang di Indonesia

Kurikulum Merdeka Sejarah kelas X

Keywords: Sejarah,sabtiya Pratiwi,Asal usul nenek Moyang di Indonesia,Teori asal usul nenek moyang,Sejarah Indonesia,Anang Oqik

KELAS X Untuk SMA/MA/SMK


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` i Sejarah Indonesia ASAL-USUL NENEK MOYANG DI INDONESIA Penulis Sabtiya Pratiwi 190210302019 Editing dan Tata Letak Canva & Mr. Word ISBN: 000-000-0000-00-00 Cedakan 2, 2023


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` ii Sejarah Indonesia KATA PENGANTAR Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun Bahan Ajar sejarah kelas X tentang “Asal-Usul Nenek Moyang Di Indonesia” dapat berjalan dengan lancar dan baik. Penulis berharap semoga Bahan Ajar ini dapat digunakan sebagai panduan pembelajaran sejarah dan menambah pengetahuan juga bagi pembaca mengenai Asal-usul Nenek Moyang Kita. Akhir Kata, Semoga segala Upaya yang dilakukan bisa bermanfaat untuk memajukan pendidikan di Indonesia khususnya dalam bidang kesejarahan. Jember, 1 Agustus 2023 Penulis


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` iii Sejarah Indonesia DAFTAR ISI COVER.................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii PETA KONSEP ..................................................................................................... iv MASA PRAAKSARA............................................................................................ 1 MANUSIA PURBA................................................................................................ 8 PERSEBARAN NENEK MOYANG INDONESIA ............................................ 14 CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA PRAAKSARA ..................... 32 PERIODISASI DAN KEHIDUPAN ZAMAN PRASEJARAH DI INDONESIA ............................................................................................................................... 39 RANGKUMAN .................................................................................................... 59 UJI KOMPETENSI............................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` iv Sejarah Indonesia PETA KONSEP Asal Usul Nenek Moyang Di Indonesia Masa Praaksara Sebelum Mengenal Tulisan Terbentuknya Kepulauan Indonesia Manusia Purba Persebaran Nenek Moyang Corak Kehidupan Masa Praaksara Periodesasi Masa Praaksara


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` v Sejarah Indonesia PENDAHULUAN A. Informasi Umum Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Kelas/Semester : X (Sepuluh)/Ganjil Alokasi Waktu : 3 Pertemuan (2 x 45 Menit) Judul : Asal-Usul Nenek Moyang di Indonesia B. Capaian Pembelajaran Fase : E (Kelas X) CP : Pada akhir Fase E, peserta didik mampu memahami konsepkonsep dasar manusia, ruang, waktu, diakronis (kronologi), sinkronis, guna sejarah, sejarah dan teori sosial, metode penelitian sejarah, serta sejarah lokal. Melalui literasi, diskusi, kunjungan langsung ke tempat bersejarah, dan penelitian berbasis proyek kolaboratif peserta didik mampu menganalisis serta mengevaluasi berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia meliputi konsep asal-usul nenek moyang dan jalur rempah di Indonesia, kerajaan HinduBudha, dan kerajaan Islam di Indonesia. Elemen : Peserta didik juga dapat memahami konsep dasar asal usul nenek moyang dan jalur rempah; menganalisis serta mengevaluasi manusia dalam asal usul nenek moyang dan jalur rempah; menganalisis serta mengevaluasi asal usul nenek moyang dan jalur rempah dalam ruang lingkup lokal, nasional, serta global; menganalisis serta mengevaluasi asal usul nenek moyang dan jalur rempah dalam dimensi masa lalu, masa kini, serta masa depan; menganalisis serta mengevaluasi asal usul nenek moyang dan jalur rempah dari pola perkembangan, perubahan, keberlanjutan, dan keberuntungan; menganalisis serta mengevaluasi asal usul


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` vi Sejarah Indonesia nenek moyang dan jalur rempah secara diakronis (kronologi) dan/atau sinkronis. C. Petunjuk 1) Cermati daftar isi. 2) Pelajari dan pahami peta konsep yang ada di dalam bahan ajar. 3) Pelajari dan pahami uraian materi secara kronologis. 4) Lakukan uji kompetensi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman materi yang telah dipelajari. 5) Bertanyalah kepada pendidik jika menemukan materi yang kurang dipahami.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 1 Sejarah Indonesia MASA PRAAKSARA A. Sebelum Mengenal Tulisan Praaksara berasal dari dua kata yaitu “Pra” yang berarti sebelum dan “Aksara” yang berarti tulisan. Masa praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Praaksara disebut juga sebagai nirleka, “Nir” berarti tanpa dan “Leka” berarti tulisan. Disebut juga masa prasejarah. Walaupun belum mengenal tulisan, masyarakatnya telah memiliki kemampuan berbahasa dan berkomunikasi lisan serta mampu merekam pengalaman masa lalunya, sehingga kita sekarang dapat memperoleh gambaran tentang masyarakat di masa lalu. Masa praaksara dimulai sejak ada kehidupan manusia dimuka bumi dan berakhir sejak manusia mengenal tulisan. Manusia baru muncul pertama kali di muka bumi kira-kira tiga juta tahun yang lalu yaitu dikala Pleistosen. Kala Pleistosen berlangsung sekitar 3.000.000 sampai kira-kira 10.000 tahun yang lalu (Poesponegoro, M. D: 1995). Sedangkan manusia modern yang menjadi nenek moyang manusia baru muncul sekitar 20.000- 30.000 tahun yang lalu pada Kala Holosen. Di Indonesia, kehidupan masa praaksara-nya berlangsung lama bila dibandingkan dengan yang terjadi di India, Cina, Mesir, maupun Eropa. Hal seperti itu bisa terjadi karena bangsa Indonesia mulai mengenal tulisan menjadi pertanda berakhirnya masa Praaksara pada abad ke-4 sampai awal abad ke-5 Masehi. Bersamaan dengan munculnya peradaban di lembah Sungai Mahakam (Kerajaan Kutai) di Kalimantan Timur. Berdasarkan penelitian atas inskripsi-inskripsi ditemukan Prasasti Kutai, diketahui bahwa bangsa Indonesia baru mulai mengenal aksara (tulisan) sekitar tahun 400 Masehi, yakni akibat mendapat pengaruhan dari kebudayaan bangsa lain, terutama India. Bangsa India sendiri, bersama Cina, Mesir dan Yunani-Romawi di Eropa merupakan beberapa bangsa yang memang dikenal sejak lama telah memiliki peradaban yang tinggi, diantaranya adalah kepandaian tulis-menulis. Berdasarkan data etnografi, kehidupan masyarakat praaksara masih berlangsung sampai sekarang. Dapat dilihat dari pola hunian, pola pertanian subsistensi, teknologi tradisional dan konsepsi kepercayaan tentang hubungan


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 2 Sejarah Indonesia harmoni antara manusia dan alam, serta kebiasaan memelihara hewan seperti anjing dan kucing di lingkungan manusia modern perkotaan. Pentingnya belajar sejarah kehidupan masa praaksara adalah kesadaran akan asal usul manusia, dapat belajar banyak dari keberhasilan dan capaian prestasi terbaik dari pendahulu kita. Selain itu, sebagai inspirasi untuk pengembangan nalar kehidupan dan sebagai peringatan. Selebihnya kecerdasan dan pikiran-pikiran kritis lah yang akan menerangi kehidupan masa kini dan masa depan. B. Terbentuknya Kepulauan Indonesia Fenomena alam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari aktivitas panjang bumi sejak proses terjadinya alam semesta ratusan tahun, bahkan ribuan juta tahun yang lalu. Proses tersebut secara geologis mengalami beberapa tahapan atau pembabakan waktu. Salah satu diantara teori ilmiah tentang terbentuknya bumi adalah Teori “Dentuman Besar” (Big Bang), yang dikemukakan oleh sejumlah ilmuwan, misalnya ilmuwan besar Inggris, Stephen Hawking. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta mulanya berbentuk gumpalan gas yang mengisi seluruh ruang jagad raya. Gambar 1. Ilustrasi Teori Dentuman Besar Teori dentuman besar berkonsentrasi pada peristiwa awal alam semesta. Kejadian tersebut menampilkan evolusi progresif sejak saat itu hingga sekarang. Ledakan hebat yang terjadi menyebabkan alam semesta mengembang lebih dari ukuran aslinya. Jika dilihat menggunakan teleskop besar Mount Wilson, terlihat ruang jagat raya itu luasnya mencapai radius 500 juta tahun cahaya. Akibatnya terjadi gumpalan sangat padat dari materi dan energi. Terdapat banyak bagian yang semuanya berjalan dengan kecepatan berbeda-beda ke arah yang berbeda pula.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 3 Sejarah Indonesia Hasil dari ledakan ini berkondensasi atau mengerut membentuk benda-benda langit seperti nebula. Penggabungan nebula di ruang angkasa membentuk galaksi yang merupakan kumpulan dari bintang, matahari, planet-planet, bumi, bulan dan meteorit di alam semesta. Selanjutnya proses evolusi bumi ditandai dengan peristiwa alam yang menonjol seperti munculnya gunung-gunung, benua, dan makhluk hidup yang paling sederhana. Adapun proses evolusi bumi sebagai berikut: 1. Arkaekum merupakan zaman yang tertua. Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun. Pada zaman Arkaekum bumi masih dalam proses pembentukan. Keadaan kulit bumi masih sangat panas. Oleh karena itu, belum ada tanda-tanda kehidupan (Herimanto, 2019). 2. Paleozoikum merupakan zaman kehidupan tua atau zaman primer. Dalam zaman ini berlangsung kira-kira 340 juta tahun. Pada saat itu keadaan bumi masih sangat labil, iklim berubah-berubah dan curah hujan sangat tinggi. Pada fase ini sudah ada tanda-tanda kehidupan di bumi meskipun baru terbatas. Adanya jenis makhluk bersel satu (mikro organisme), hewan-hewan kecil yang tidak bertulang punggung, jenis ikan, amfibi, dan reptil. Selain muncul kehidupan hewan, muncul pula jenis tumbuh-tumbuhan seperti ganggang dan rerumputan Jaman ini juga dinamakan zaman Primer (Jaman pertama). 3. Mesozoikum merupakan zaman pertengahan atau zaman sekunder atau masa kehidupan kedua. Zaman ini berlangsung kira-kira 140 juta tahun. Periode ini suhu masih berubah-ubah, sungai-sungai besar dan danau banyak yang kering dan berlumpur. Mulai muncul pohon-pohon besar dan hewan yang hidup di darat. Beberapa jenis amphibi tumbuh menjadi besar sekali seperti Dinosaurus dengan panjang 12 meter, sedangkan Atlantosaurus ditemukan di Amerika panjangnya malah 30 meter, Tyrannosaurus, Spinosaurus, Deinonychus, Pachycephalosaurus, Triceratops Compsognathus, dan lain-lain.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 4 Sejarah Indonesia Gambar 2. Pembagian biogeografi utama di Kawasan Indo-Malaya menurut Bellwood (2000) 4. Neozoikum atau Kainozoikum merupakan zaman kehidupan baru. Para ahli sepakat membagi zaman Neozoikum ke dalam dua tahapan yakni: a) Masa Tersier berlangsung sekitar 60 juta tahun yang lalu. Ciri kehidupan pada masa ini adalah berkembangnya jenis binatang menyusui seperti jenis primata misalnya kera. b) Masa Kuarter ditandai dengan mulai munculnya jenis-jenis manusia purba. Zaman ini masih dibagi menjadi dua mas. ⮚ Zaman Pleistosen Zaman Pleistosen disebut pula zaman Diluvium, dan berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Masa ini sangat penting karena ditandai dengan munculnya manusia purba misalnya dari jenis Pithecanthropus dan Homo. Zaman Pleistosen juga sering disebut sebagai zaman Es (zaman Glasial). Disebut zaman Es karena pada masa ini terjadi proses pencairan gletser es dari daerah kutub Utara ke bagian-bagian dunia lainya yang diakibatkan oleh perubahan suhu bumi yang sangat ekstrim, hingga menutupi sebagian wilayah benua lainnya seperti Eropa, Asia, dan Amerika. Selain itu, akibat terjadinya proses alam yang sangat ekstrem, mengakibatkan keadaan alam di Bumi menjadi sangat labil, permukaan air laut turun dan ada yang naik karena pergeseran bumi, banyak lautan menjadi kering, sehingga di wilayah sekitar Asia misalnya muncul paparan Sunda dan di Australia muncul paparan Sahul.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 5 Sejarah Indonesia ⮚ Zaman Holosen Zaman ini berlangsung kira-kira sejak 25.000 tahun yang lalu dan terus berkembang hingga saat ini. Jaman ini dianggap paling penting bagi kehidupan manusia karena ditandai dengan munculnya manusia modern (Homo Sapien). Homo Sapien memiliki ciri-ciri seperti manusia sekarang sehingga dianggap sebagai nenek moyang manusia yang sesungguhnya (Manusia Modern). Secara lebih terperinci, pembabakan sejarah kehidupan di bumi berdasarkan geologi dapat dirangkumkan sebagaimana terdapat tabel berikut: Tabel 1. Pembabakan Sejarah Kehidupan di Bumi Berdasarkan Geologi Berdasarkan tarikh bumi di atas, sejarah Kepulauan Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang. Sebelum bumi didiami manusia, kepulauan ini hanya diisi flora dan fauna yang masih sangat kecil dan sederhana. Menurut para ahli bumi, posisi pulau-pulau di Kepulauan Indonesia terletak di atas tungku api yang Jaman Sub-Zaman Masa/Kala Skala Waktu Neozoikum (Kainozoikum) Kuarter Holosen (Alluvium) 25.000 Pleistosen (Diluvium) 1 Juta Tersier Pliosen 12 Juta Milosen 26 Juta Oligosen 38 Juta Eosen 58 Juta Paleosen 65 Juta


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 6 Sejarah Indonesia bersumber dari magma dalam perut bumi. Inti perut bumi tersebut berupa lava cair bersuhu sangat tinggi. Saat lava mencapai di permukaan bumi, suhu menjadi dingin dengan suhu normal 30 derajat. Pada suhu ini cairan lava akan membeku membentuk batuan beku atau kerak. Keberadaan kerak benua (daratan) dan kerak samudra selalu bergerak secara dinamis akibat tekanan magma dari perut bumi. Pergerakan unsur-unsur geodinamika ini dikenal sebagai kegiatan tektonis. Indonesia adalah wilayah kepulauan yang berada di titik tiga lempeng, yaitu Lempeng Indo-Australia di selatan, Lempeng Eurasia di utara dan Lempeng Pasifik di timur. Gerakan lempeng tersebut akan menimbulkan: Subduksi yaitu pergerakan lempeng ke atas Obduksi yaitu pergerakan lempeng ke bawah Kolisi yaitu tumbukan lempeng Divergensi yaitu tabrakan antar lempeng-lempeng Keadaan geografis pada masa Paleozoikum, kepulauan Indonesia belum terbentuk. Pada akhir masa Mesozoikum kegiatan tektonis menjadi sangat aktif menggerakkan lempeng lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Kegiatan ini dikenal sebagai fase tektonis (orogenesa larami), sehingga menyebabkan daratan terpecah-pecah. Benua Eurasia menjadi pulau-pulau yang terpisah satu dengan lainnya. Sebagian diantaranya bergerak keselatan membentuk pulau-pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi serta pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan Banda. Benua Australia sebagian pecahannya bergerak tara membentuk pulau-pulau Timor, Kepulauan Nusa Tenggara Timur dan sebagian Maluku Tenggara. Kegiatan tektonis yang sangat aktif dan kuat telah membentuk rangkaian Kepulauan Indonesia pada masa Tersier sekitar 65 juta tahun lalu. Kenaikan permukaan laut (transgresi) membuat daratan Sumatra, Kalimantan, dan Jawa tenggelam menjadi laut yang dangkal. Wilayah Sulawesi saat itu sudah mulai terbentuk, dan wilayah Papua sudah mulai bergeser ke Utara. Pada kala Pliosen sekitar lima juta tahun lalu, terjadi pergerakan tektonis yang sangat kuat, yang mengakibatkan terjadinya proses pengangkatan permukaan bumi dan kegiatan vulkanis. Kegiatan tektonis dan vulkanis terus aktif hingga awal masa Pleistosen, yang dikenal sebagai kegiatan tektonis Plio-Pleistosen. Kegiatan


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 7 Sejarah Indonesia tektonis ini berlangsung di seluruh Kepulauan Indonesia. Pada kala Pliosen hingga awal Pleistosen pembentukan daratan Indonesia semakin luas. Gunung api aktif dan rangkaian perbukitan struktural tersebar di sepanjang bagian barat Pulau Sumatra, berlanjut ke sepanjang Pulau Jawa ke arah timur hingga Kepulauan Nusa Tenggara serta Kepulauan Banda. Kemudian terus membentang sepanjang Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Letak Kepulauan Indonesia yang berada pada deretan gunung api membuatnya menjadi daerah dengan tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi. Berdasarkan penelitian Alfred Russel Wallace, membagi Indonesia dalam dua wilayah yang berbeda dari ciri khusus baik fauna maupun floranya. Berikut ini pembagian Fauna dan floranya: a. Paparan Sahul di sebelah timur b. Paparan Sunda di sebelah barat Zona di antara paparan tersebut kemudian dikenal sebagai wilayah Wallacea yang merupakan pembatas fauna yang membentang dari Selat Lombok hingga Selat Makassar ke arah utara. Fauna-fauna yang berada di sebelah barat garis pembatas itu disebut dengan Indo-Malayan region. Di sebelah timur disebut dengan Australia Malayan region.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 8 Sejarah Indonesia MANUSIA PURBA Peninggalan manusia purba banyak ditemukan di pulau Jawa. Selain itu, juga ditemukan di Flores walaupun hanya sedikit penemuannya. Berikut ini dijelaskan beberapa penemuan fosil manusia di Indonesia. A. Sangiran Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemulling tahun 1864, dengan laporan penemuan fosil vertebrata dari Kalioso, bagian dari wilayah Sangiran. Semenjak dilaporkan Schemulling situs itu seolah-olah terlupakan dalam waktu yang lama. Eugene Dubois juga pernah datang ke Sangiran, akan tetapi ia kurang tertarik dengan temuan-temuan di wilayah Sangiran. Pada 1934, G.H.R von Koenigswald dari Belanda menemukan artefak litik di wilayah Ngebung yang terletak sekitar dua km di barat laut kubah Sangiran. Artefak litik itulah yang kemudian menjadi temuan penting bagi Situs Sangiran. Semenjak penemuan von Koenigswald, Situs Sangiran Homo erectus adalah takson paling penting dalam sejarah manusia, sebelum masuk pada tahapan manusia Homo sapiens, manusia modern. Situs Sangiran tidak hanya memberikan gambaran tentang evolusi fisik manusia saja, akan tetapi juga memberikan gambaran nyata tentang evolusi budaya, binatang, dan juga lingkungan. Situs Sangiran telah diakui sebagai salah satu pusat evolusi manusia di dunia. Situs itu ditetapkan secara resmi sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalam nomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO. B. Museum Trinil Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masuk wilayah administrasi Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Tinggalan purbakala telah lebih dulu ditemukan di daerah ini jauh sebelum von Koenigswald menemukan Sangiran pada 1934. Ekskavasi yang dilakukan oleh Eugene Dubois (Belanda) di Trinil telah membawa penemuan sisa-sisa manusia purba yang sangat berharga bagi dunia pengetahuan. Penggalian Dubois dilakukan pada endapan alluvial Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan atap tengkorak Pithecanthropus erectus, dan beberapa buah tulang paha (utuh dan fragmen) yang menunjukkan pemiliknya telah berjalan tegak.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 9 Sejarah Indonesia Tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinil sangat pendek tetapi memanjang ke belakang, hidungnya lebar dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol. Volume otaknya sekitar 900 cc, di antara otak kera (600 cc) dan otak manusia modern (1.200-1.400 cc), tinggi 165 cm– 180 cm. Tulang kening sangat menonjol dan di bagian belakang mata, terdapat penyempitan yang sangat jelas, menandakan otak yang belum berkembang. C. Jenis Manusia Purba di Kepulauan Indonesia Manusia purba adalah manusia yang hidup sebelum tulisan ditemukan. Cara hidup mereka masih sangat sederhana dan masih sangat bergantung pada alam. Di Indonesia sendiri terdapat beberapa situs tempat dimana fosil manusia purba banyak ditemukan, seperti di Mojokerto, Solo, Ngandong, Pacitan, atau yang paling terkenal yaitu Sangiran. Berikut adalah beberapa jenis manusia purba yang fosilnya pernah ditemukan di Indonesia. 1) Meganthropus paleojavanicus Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata-kata; Megan: besar, Anthropus: manusia, Paleo: tua, Javanicus: dari Jawa. Jadi bisa disimpulkan bahwa Meganthropus paleojavanicus adalah manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa. Fosil manusia purba ini ditemukan di daerah Sangiran, Jawa tengah antara tahun 1936-1941 oleh seorang peneliti Belanda bernama Von Koenigswald. Gambar 3. Fosil Rahang Bawah


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` Sejarah Indonesia 10 Fosil tersebut tidak ditemukan dalam keadaan lengkap, melainkan hanya berupa beberapa bagian tengkorak, rahang bawah, serta gigi yang telah lepas.. Ciricirinya adalah: Mempunyai tonjolan tajam di belakang kepala. Bertulang pipi tebal dengan tonjolan kening yang mencolok. Tidak mempunyai dagu. Mempunyai otot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan kuat. Makanannya berupa tumbuh-tumbuhan. Memiliki perawakan yang tegap. Mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat 2) Pithecanthropus (Manusia Kera) Fosil manusia purba jenis Pithecantropus adalah jenis manusia purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Dengan cara stratigrafi, diketahui fosil tersebut berada pada lapisan Pucangan dan Kabuh. Ciri-ciri Pithecanthropus adalah: Tinggi tubuhnya kira-kira 165 - 180 cm. Badan tegap, namun tidak setegap Meganthropus. Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis. Alat pengunyah dan otot tengkuk sangat kuat. Hidung lebar dan tidak berdagu. Makanannya bervariasi tumbuhan dan daging hewan buruan. Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc. Adapun jenis-jenis Pithecanthropus sebagai berikut: a) Pithecanthropus Erectus (manusia kera yang berjalan tegak). Fosil manusia purba jenis ini ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1890 di Trinil, Lembah Bengawan Solo. Fosil berupa tulang rahang, bagian atas tengkorak. geraham, dan tulang kaki. b) Pithecanthropus Mojokertensis (manusia kera dari Mojokerto). Fosil manusia purba jenis ini ditemukan oleh Von Koenigswald di dekat Mojokerto, Jawa Timur, pada tahun 1936. Fosil berupa tengkorak. Fosil tersebut disebut juga Pithecanthropus Robustus.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 11 Sejarah Indonesia c) Pithecanthropus Soloensis (manusia kera dari Solo). Fosil manusia purba jenis ini ditemukan oleh von Koenigswald dan Oppenorth di Ngandong dan Sangiran, di tepi Bengawan Solo, antara tahun 1931 - 1933. Fosil berupa tengkorak dan tulang kering. Gambar 4. Ciri-ciri Pithecanthropus 3) Homo Sapiens Ciri-ciri Homo sapiens adalah sebagai berikut: Tinggi tubuh 130-210 cm, dengan berat badan 30-150 kg. Otak lebih berkembang dibanding Meganthropus dan Pithecanthropus, berkisar 1.000- 2.000 cc dengan rata-rata 1.350-1.450 cc. Otot kunyah, gigi dan berkurang dan sudah menyusut. Tonjolan kening sudah berkurang dan sudah berdagu. Mempunyai ciri-ciri ras Mongoloid dan Austromelanesoid. Otak besar dan kecil sudah berkembang terutama kulit dan otaknya.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 12 Sejarah Indonesia Berjalan lebih tegak. Muka tidak terlalu menonjol ke depan. Berkemampuan membuat peralatan dari batu dan tulang meskipun masih sederhana. Fosil jenis homo yang ditemukan di Indonesia ada tiga, yaitu sebagai berikut: a) Homo Soloensis (Manusia dari Solo) Fosil jenis Homo soloensis ditemukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931-1933. Fosil tersebut ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan Sambung Macan, Sragen, yang berasal dari lapisan pleistosen atas. Homo Soloensis Diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu. Menurut Von Koenigswald makhluk ini lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan Pithecanthropus erectus. Diperkirakan Homo soloensis merupakan evolusi dari Pithecanthropus mojokertensis. Menurut sebagian para ahli, Homo soloensis digolongkan dengan Homo neanderthalensis yang merupakan manusia purba jenis Homo sapiens dari Asia, Eropa, dan Afrika yang berasal dari lapisan pleistosen atas. Homo Soloensis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Otak kecilnya lebih besar daripada otak kecil Pithecanthropus erectus. Tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus erectus, dengan volume berkisar antara 1.000 -1.300 cc. Tonjolan kening agak terputus di tengah (di atas hidung). Berbadan tegap dan tingginya kurang lebih 180 cm. b) Homo Wajakensis Fosil manusia purba jenis Homo wajakensis ditemukan Van Rietschoten pada tahun 1889 di Wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur. Diteliti oleh Eugene Dubois dan termasuk Homo sapiens. Manusia jenis ini sudah dapat membuat alatalat dari batu maupun tulang. Mereka juga telah mengenal cara mengolah makanan. Beberapa ahli arkeologi melihat bahwa Homo wajakensis memiliki kesamaan ciri dengan ras Mongoloid dan Austromelanesoid. Homo wajakensis mempunyai tengkorak yang cukup besar dengan ukuran sekitar 130-210 cm dan berat badan berkisar antara 30-150 kg. Manusia purba ini hidup sekitar 25.000-40.000 tahun


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 13 Sejarah Indonesia yang lalu. Pada masa ini, mereka sudah memakan makanan yang dimasak terlebih dahulu meskipun masih sangat sederhana. c) Homo Floresiensis/ Manusia Liang Bua Homo floresiensis, ditemukan saat penggalian di Liang Bua, Flores oleh tim arkeologi gabungan dari Puslitbang Arkeologi Nasional, Indonesia diketuai Prof. Dr. Raden Panji Soejono dan University of New England, Australia pada tahun 2003. Saat dilakukan penggalian pada kedalaman lima meter, ditemukan kerangka mirip manusia yang belum membatu (belum menjadi fosil) dengan ukurannya yang sangat kerdil. Ukuran manusia ini tidak lebih besar dari anak-anak usia lima tahun, diperkirakan memiliki tinggi badan 100 cm dan berat badan 30 kg, selain itu, mereka sudah berjalan tegak dan tidak memiliki dagu.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 14 Sejarah Indonesia PERSEBARAN NENEK MOYANG INDONESIA 1) Pendapat Ahli Kepulauan Nusantara bersatu dengan daratan Asia pada masa pleistosen. Laut dangkal yang ada di antara pulau-pulau di Nusantara bagian barat surut. Akibatnya terbentuklah paparan Sunda yang menyatukan Indonesia dengan daratan Asia. Begitu juga di Indonesia bagian timur juga terjadi hal yang sama. Di situ terbentuk paparan Sahul yang menyatukan Indonesia bagian timur dengan daratan Australia. Adanya paparan Sunda dan paparan Sahul menyebabkan terjadinya perpindahan manusia dan hewan dari daratan Asia serta Australia ke Indonesia, dan sebaliknya. Mengenai asal-usul manusia di kepulauan Indonesia banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya, antara lain sebagai berikut: Tabel 2. Pendapat Ahli No. Nama Tokoh Gambar Pendapat 1. Robert Barron van Heine Geldern Bangsa Indonesia berasal dari daerah Asia. Pendapatnya ini dibuktikan oleh kesamaan artefak purba yang ditemukan di Indonesia dengan artefak purba di daratan Asia. 1. Prof. Dr. N.J. Krom Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Cina Tengah. Mereka menyebar ke wilayah Indonesia sekitar 2000-1500 SM. 2. J.L.A. Brandes Bangsa yang mendiami kepulauan Indonesia memiliki banyak persamaan dengan bangsa-bangsa yang datang dari daerah sebelah utara Pulau Formosa, sebelah barat daerah Madagaskar, sebelah selatan yaitu Jawa dan Bali, serta sebelah timur sampai ke tepi pantai barat Amerika.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 15 Sejarah Indonesia Brandes melakukan penelitian berdasarkan perbandingan bahasa. 3. Majumdar Bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia berasal dari India, kemudian menyebar ke Indocina terus ke daerah Indonesia dan Pasifik. Pendapat Majumdar ini didukung oleh penelitiannya berdasarkan bahasa Austria yang merupakan bahasa muda di India Timur. 4. Prof. Dr. Muh. Yamin Asal bangsa Indonesia dari daerah Indonesia sendiri. Bahkan, dimungkinkan bangsa-bangsa lain yang berada di Asia berasal dari Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan penemuan fosil-fosil dan artefak tertua yang lebih lengkap ditemukan di wilayah Indonesia. Muh. Yamin menentang semua pendapat yang dikemukakan oleh para ahli. Pendapat Muh. Yamin ini didukung oleh suatu pernyataan tentang Blood und breden unchro yang berarti "Darah dan tanah bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri”. 5. Dr. J.H.C. Kern Bangsa Indonesia berasal dari Asia. Teorinya ini berdasarkan perbandingan bahasa karena bahasa-bahasa yang dipakai di kepulauan Indonesia adalah Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia yang berasal dari satu akar yang sama yaitu bahasa Austronesia. Menurut Kern, berdasarkan penelitian terhadap penggunaan bahasa yang dipakai di berbagai kepulauan, bangsa Indonesia berasal dari satu daerah dan menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Champa dan agak ke utara yaitu Tonkin. Namun, sebelum sampai di Nusantara daerah Indonesia lebih dahulu ditempati oleh bangsa yang berkulit hitam dan keriting. Bangsabangsa tersebut sampai sekarang masih mendiami daerah Indonesia bagian


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 16 Sejarah Indonesia timur dan daerah-daerah di Benua Australia. 2) Teori-Teori Kedatangan Berikut ini teori-teori kedatangan nenek moyang Indonesia: a. Teori Yunan Teori Yunan menyatakan asal usul nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, Tiongkok. Ada sejumlah ahli yang mendukung teori ini. Para ahli tersebut R.H Geldern, J.H.C. Kern, J.R . Foster, dan J.R. Logon. Secara garis besar, teori ini memiliki beberapa dasar utama. Pertama, teori tersebut didukung oleh penemuan kapak tua di wilayah Nusantara yang memiliki kesamaan dengan kapak tua yang terdapat di wilayah Asia Tengah. Hal tersebut menunjukkan ada proses migrasi manusia dari wilayah Asia Tengah menuju Kepulauan Nusantara. Selain itu, dasar kedua yang mendasari pendapat bahwa manusia Indonesia berasal dari Yunan adalah ditemukan adanya kesamaan bahasa yang berkembang di Kepulauan Nusantara dengan bahasa yang ada di Kamboja, yaitu bahasa Melayu Polinesia. Hal tersebut menandakan bahwa penduduk yang berada di Kamboja berasal dari Yunan dengan cara menyusuri Sungai Mekong. Arus perpindahan tersebut selanjutnya diteruskan ketika sebagian dari mereka melanjutkan perpindahan dan sampai ke wilayah Nusantara. Adanya kesamaan bahasa Melayu dengan bahasa Cham di Kamboja menunjukkan adanya hubungan dengan dataran Yunan. Teori Yunan tak hanya didukung oleh para ahli dari luar negeri, termasuk juga ahli dalam negeri, yakni Moh. Ali yang menyatakan asal usul nenek moyang bangsa Indonesia merupakan manusia yang berasal dari Yunan yang didasari oleh ada dugaan migrasi atau perpindahan dari daerah Mongol ke selatan lantaran terdesak dengan bangsa-bangsa lain, khususnya bangsa yang lebih kuat. Berdasarkan teori Yunan, proses migrasi tersebut melalui tiga gelombang, ketiga gelombang tersebut terdiri dari orang Negrito, Proto Melayu, dan Deutro Melayu. b. Teori Nusantara Teori Nusantara menyatakan bahwa asal mula manusia yang menghuni wilayah Nusantara tidak berasal dari luar, tetapi dari wilayah Nusantara sendiri. Mengikuti sudut pandang Multiregional Evolution Model, teori Nusantara


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 17 Sejarah Indonesia menyatakan bahwa manusia purba yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Pendukung teori Nusantara adalah Muhammad Yamin, J. Crawford, K. Himly, Sutan Takdir Alisjahbana, dan Gorys Keraf. Berikut adalah argumen yang melandasi teori Nusantara. 1. Bangsa Melayu merupakan bangsa yang berperadaban tinggi. Peradaban tidak mungkin dapat dicapai apabila tidak melalui proses perkembangan dari kebudayaan sebelumnya. 2. Bahasa Melayu memang memiliki kesamaan dengan bahasa Champa (Kamboja), tetapi persamaan tersebut hanyalah suatu kebetulan saja. 3. Adanya kemungkinan bahwa orang Melayu adalah keturunan dari Homo soloensis dan Homo wajakensis. 4. Adanya perbedaan bahasa antara bahasa Austronesia yang berkembang di Nusantara dan bahasa Indo-Eropa yang berkembang di Asia Tengah. Berdasarkan hasil penelitian Gregorius Keraf (Gorys Keraf) mengenai bahasa-bahasa Nusantara sebagaimana dipaparkan dalam bukunya yang berjudul Linguistik Bandingan Historia membuahkan teori baru mengenai asal-usul bahasa dan bangsa Indonesia. Menurut teori Keraf, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari wilayah Indonesia sendiri, bukan dari mana-mana, bukan pula dari Asia Tenggara Daratan atau dari Semenanjung Malaka. Teori Keraf ini didasarkan pada tiga landasan tinjauan sebagai berikut: Situasi geografis masa lampau. Pertumbuhan dan penyebaran umat manusia Teori migrasi bahasa dan leksikostatistik c. Teori Out Of Africa Teori ini lebih berbeda lagi dari dua teori sebelumnya, Teori ini menyatakan bahwa manusia Indonesia berasal dari Afrika. Pendapat ini berdasarkan kajian ilmu genetika melalui DNA mitokondria gen perempuan dan gen laki-laki. Mereka bermigrasi dari Afrika hingga ke wilayah Australia. Teori ini juga menyebutkan bahwa manusia Afrika melakukan perpindahan dari Afrika menuju Asia Barat sekitar 50.000-70.000 tahun yang lalu.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 18 Sejarah Indonesia Dalam teori ini, disebutkan bahwa sekitar 70.000 tahun yang lalu, bumi memasuki akhir dari zaman glasial ketika permukaan air laut menjadi lebih dangkal disebabkan oleh air yang masih berbentuk gletser. Pada masa itu, memungkinkan manusia menyeberangi lautan hanya dengan menggunakan perahu yang masih sederhana. Manusia Afrika yang melakukan perpindahan menuju Asia terpecah menjadi beberapa kelompok. Terdapat kelompok yang tinggal sementara wilayah Timur Tengah (Asia Barat Daya). Kelompok lainnya melakukan migrasi dengan menyusuri Pantai Semenanjung Arab menuju India, Asia Timur, Indonesia sampai ke Australia. Hal tersebut diperkuat dengan penemuan fosil laki-laki di wilayah Lake Mungo. Ada dua jalur migrasi yang diperkirakan ditempuh manusia pada masa itu, yakni jalur menuju Lembah Sungai Nil yang melintasi Semenajung Sinai kemudian ke utara melewati Arab Levant dan jalur yang melewati Laut Merah. d. Teori Out Of Taiwan Teori Out of Taiwan ini memiliki pandangan mirip dengan teori Out of Africa. Teori Out of Taiwan menyatakan bahwa asal usul manusia Indonesia berasal dari kepulauan Formosa atau Taiwan. Teori yang didukung oleh pakat Harry Truman Simanjuntak didasari sejumlah argumentasi. Pertama, menurut teori ini, tidak adanya pola genetika yang sama antara kromosom manusia Indonesia dengan manusia yang berbeda di Tiongkok. Lalu, menurut teori ini bahasa yang digunakan dan berkembang di wilayah Nusantara adalah bahasa yang merupakan rumpun Austronesia. Rumpun Austronesia ini digunakan oleh leluhur bangsa Indonesia yang menetap di Pulau Formosa. 3) Berdasarkan Rumpun Kebahasaan Penduduk Indonesia memiliki banyak persamaan dalam hal ras, bahasa, dan kebudayaan. Banyak pendapat para ahli yang mengemukakan pendapatnya terkait asal usul nenek moyang bangsa Indonesia yang didukung oleh berbagai penelitian yang mereka lakukan selama bertahun-tahun lamanya. Menurut teori Kern dan teori Von Heine Geldern mengatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah bangsa Austronesia, yang mulai datang ke Nusantara sekitar 3000 tahun SM pada zaman Neolithikum (R. Soekmono, 1973). Zaman Neolitikum merupakan salah


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 19 Sejarah Indonesia satu bagian dari zaman prasejarah yang ada di Indonesia. Zaman ini ditandai dengan kehidupan masyarakatnya yang sudah mulai menetap, sebelumnya masih berpindah-pindah dalam bertahan hidup. Bangsa penutur bahasa Austronesia masuk ke wilayah Nusantara sudah terlebih dahulu dihuni oleh masyarakat lokal atau penduduk pribumi. Di bagian barat kepulauan Indonesia, keuntungan utama dari para pemukim baru itu di atas populasi lokal, yang terdiri atas kelompok-kelompok kecil orang Veddoid dan Papua-Melanesoid yang bergaya hidup berburu dan mengumpulkan bahan-bahan makanan (Paul Michel Munoz, 2009). Bangsa Austronesia datang ke wilayah Nusantara hampir tidak adanya pengakuan dari masyarakat lokal akan kedatangannya tersebut. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat lokal Nusantara saat itu telah memiliki sikap keterbukaan terhadap bangsa dan budaya luar. Mengenai asal daerah bangsa Austronesia sampai dengan saat ini masih belum begitu jelas dan beberapa ahli berbeda pendapat mengenai dimana mereka berasal. Hal ini disebabkan karena istilah Austronesia sendiri hanya digunakan untuk menyebut rumpun bahasa yang dituturkan oleh penduduk yang mendiami kepulauan Nusantara dan Pasifik (I Gde Pitana, 2011). Para ahli budaya menyatakan bahwa terdapat rumpun bahasa yang sama di wilayah tersebut, sedangkan orang atau penduduk yang menggunakan bahasa Austronesia yang sampai ke wilayah Nusantara disebut dengan rumpun bangsa Proto dan Deutro Melayu. Menurut R. Von Heine-Geldern menyatakan bahwa para penutur bahasa Austronesia awalnya berasal dari Cina kemudian bermigrasi melalui jalur darat ke Indo-Cina bahkan kemudian ke Semenanjung Malaya, sedangkan menurut K.C. Chang mencetuskan gagasan bahwa tempat asal penutur bahasa Austronesia adalah Taiwan (Daud Aris Tanudirjo, 2009: 253). Terlepas dari perbedaan pandangan tentang dari mana penutur bahasa Austronesia berasal atau berbagai teori tentang proses kehadirannya di kepulauan Indonesia saat itu, kehadiran mereka telah meletakkan dasar-dasar peninggalan berbagai hasil budaya yang hingga kini menjadi akar budaya bangsa Indonesia.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` Sejarah Indonesia 20 Penutur bahasa Austronesia ini masuk ke Nusantara melalui dua tahapan. Dalam tahanan masuknya tersebut ke Nusantara melalui jalur yang berbeda. Tahap pertama dimulai oleh bangsa Proto-Melayu yang diperkirakan terjadi pada tahun 3000 SM yang melalui jalur barat dan tahap kedua oleh bangsa Deutro-Melayu diperkirakan pada tahun 300-200 SM melalui jalur timur yang pada akhirnya mereka menyebar ke berbagai wilayah Indonesia. a. Proto Melayu Di Indonesia sebelum kedatangan rumpun Austronesia (Proto-Melayu dan Deutro-Melayu), sudah ada yang menempati wilayah Indonesia mereka adalah ras Negrito yang termasuk ras Vedda. Ras Negrito tinggal di dalam gua-gua untuk berlindung dari bahaya alam maupun dari serangan hewan buas dan mereka hidup secara berpindah-pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya. Ciri-ciri golongan ras negrito yaitu berkulit hitam, berambut keriting, lengkung alis menjorok ke dalam, tinggi rata-rata 1,5 M. Ras ini biasa ditemui pada orang Tapiro di Irian. Gambar 5. Ras Negrito Mereka ini dipercaya sebagai ras pertama yang mendiami wilayah Indonesia saat itu dan mulailah rumpun baru imigran yang datang ke wilayah Indonesia yaitu rumpun Austronesia. Proto-Melayu adalah bagian dari rumpun Austronesia yang menyebar ke wilayah Indonesia. Rumpun Austronesia awalnya berasal dari Cina lalu bermigrasi melalui jalur darat ke Indo-Cina bahkan kemudian ke Semenanjung Malaya. Dari Semenanjung Malaya, para penutur Austronesia lalu menyebar lewat jalur laut ke kepulauan Indonesia dan selanjutnya ke timur menuju Melanesia dan Polinesia (Daud Aris Tanudirjo, 2011: 253). Mereka yang bermukim di kepulauan Indonesia dan Pasifik juga dikenal sebagai Malayu-Polinesia (Michel Paul Munoz.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 21 Sejarah Indonesia 2009: 28). Sehingga menurut Michael dalam bukunya menegaskan bahwa wilayah pasifik termasuk rumpun Melayu-Polinesia. Rumpun Austronesia yang diyakini sebagai induk dari rumpun Proto-Melayu dan Deutro-Melayu ini kemudian menyebar ke wilayah Indonesia dengan beberapa gelombang kedatangannya. Diawali dengan kedatangan Proto-Melayu dan selanjutnya dalam gelombang kedua Deutro-Melayu datang ke wilayah Indonesia. Deutro Melayu mendesak ProtoMelayu untuk tinggal di pedalaman dan membawa mereka ke wilayah timur Indonesia. Tidak heran bahwa Proto-Melayu ini terdesak oleh Deutero-Melayu ke pedalaman Indonesia karena kedatangan Deutro-Melayu termasuk sebuah gelombang kedatangan nya yang begitu besar. Proto-Melayu diyakini adalah nenek moyang dari semua orang yang kini dianggap masuk kelompok Melayu Polinesia yang tersebar mulai dari negara Madagaskar sampai pulau-pulau paling timur di Pasifik, mereka diperkirakan bermigrasi ke Kepulauan Indonesia dari Cina bagian selatan. Di Cina tempat tinggal asli mereka diperkirakan berada di wilayah yang secara kasar termasuk dalam provinsi Yunan sekarang. Dari situ mereka bermigrasi ke Indocina dan Siam lalu kemudian ke kepulauan Indonesia. Kedatangan mereka tampaknya bersamaan dengan munculnya perkakas neolitik pertama di Indonesia dan dengan demikian dapat ditentukan pada sekitar 3.000 SM (Bernard Vlekke H.M. 2010: 10). Proto Melayu tua berhasil berlayar dan menetap di Indonesia melalui dua jalur yaitu: a. Jalur barat dari daerah Yunan (Cina Selatan) berpindah melalui Selat Malaka (Malaysia) kemudian masuk ke Pulau Sumatra dan masuk ke Pulau Jawa. Gambar 6. Peta Jalur Barat Proto Melayu


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 22 Sejarah Indonesia b. Jalur timur yaitu dari Yunan (Cina Selatan) berpindah melalui Formosa (Taiwan) kemudian masuk ke Filipina dilanjutkan penyeberangan ke Pulau Sulawesi dan masuk ke Pulau Papua. Ini dibuktikan dengan penemuan bukti kebudayaan neolitikum telah berlaku dengan hampir semua peralatan mereka terbuat dari batu yang sudah dihaluskan. Gambar 7. Peta Jalur Timur Proto Melayu Kelompok Proto-Melayu, menghuni pedalaman pulau-pulau besar, lebih baik dapat menyimpan kemurnian rasnya, kendatipun sudah terjadi ikatan perkawinan dengan orang pribumi orang Batak di Sumatra, orang dayak di Borneo, orang Alfur di Sulawesi dan di Maluku (George Coedes, 2010: 38). Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan kehidupan dan kebudayaan dari Proto-Melayu yang berlangsung dalam waktu yang lama, akhirnya keturunan Proto-Melayu terdesak di pedalaman dan menyingkir ke pelosok negeri karena adanya pendatang baru ke wilayah Indonesia yang selanjutnya disebut sebagai Deutero-Melayu. Ciri-ciri Proto-Melayu secara umum mereka berasal dari Cina bagian selatan (Yunan) dan masuk ke wilayah Indonesia sekitar 3000 SM. Mendiami daerah-daerah Indonesia yaitu Batak, Dayak, Toraja, Borneo, Alfur, Gayo, dan Alas. Ciri fisik memiliki rambut lurus, kulit kuning yang berwarna kecoklatan (Sawo Matang), dan bermata sipit. Memiliki rambut hitam lurus, bermata hitam besar, bentuk wajah yang bulat, memiliki hidung dan bibir tebal, dan tinggi badan bangsa Proto melayu rata-rata 150-165 cm (Antik Dalu, 2022).


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 23 Sejarah Indonesia Gambar 8. Ciri Fisik Proto Melayu Kedatangan penutur Austronesia telah menimbulkan interaksi adaptasi dengan populasi lokal (Australomelanesoid), bahkan memungkinkan perkawinan campuran. Bukti-bukti percampuran kedua ras ditemukan pada sisa manusia pada situs prasejarah di Anyer (Jawa Barat) dan Gilimanuk (Bali) (I Gde Pitana, 2011:11). Interaksi sosial yang mereka tunjukkan bukan hanya interaksi damai. Memungkinkan pola interaksi yang tercipta diantara keduanya adalah interaksi konflik. Hal ini dikarenakan jumlah masyarakat penutur bangsa Austronesia yang datang ke Nusantara lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat lokalnya. Penduduk lokal kebanyakan diperbudak, komunitas Austronesia perlahan menduduki lahan-lahan yang terbaik dan terus melakukan pengembangan territorial (Paul Michel Munoz, 2009: 29). Secara garis besar, Proto Melayu menghasilkan kebudayaan Neolitikum. Zaman Neolitikum sering dinamakan Proto-Melayu (Abdullah Idi, 2011), pendukung kebudayaan kapak persegi adalah masyarakat yang berbahasa Austronesia yaitu rumpun Proto-Melayu. Persebaran kapak ini terdapat di wilayah Nusantara bagian barat, sedangkan pendukung kebudayaan kapak lonjong adalah bangsa Papua-Melanesoid dan persebarannya pun terdapat di wilayah Nusantara bagian Timur (R. Soekmono, 1974: 79). Selain itu peninggalan-peninggalan penting bangsa Proto Melayu adalah sebagai berikut:


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 24 Sejarah Indonesia a) Kapak persegi Gambar 9. Kapak Lonjong Kapak persegi digunakan untuk menyebut kapak yang berbentuk persegi panjang ataupun berbentuk trapesium. Kapak persegi yang besar sering disebut dengan beliung atau cangkul, bahkan sudah ada yang diberi tangkai, sehingga bentuknya persis seperti cangkul pada zaman sekarang. Sementara yang berukuran kecil dinamakan tarah atau tatah. Penyebaran alat-alat ini terutama di Kepulauan Indonesia bagian barat seperti Sumatera, Jawa, dan Bali. b) Kapak Bahu Gambar 10. Kapak Bahu Peninggalan bangsa Proto Melayu ini bentuknya semacam kapak persegi, tetapi pada bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher, sehingga menyerupai bentuk botol persegi. Di Indonesia, kapak bahu hanya ditemukan di Minahasa.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 25 Sejarah Indonesia c) Kapak Lonjong Gambar 11. Kapak Lonjong Kapak lonjong berasal dari bentuk penampang alat ini yang berbentuk lonjong. Bentuk keseluruhan alat ini seperti bulat telur, di mana pada ujungnya yang lancip ditempatkan tangkai dan bagian ujung yang bulat diasah hingga tajam. Kapak lonjong mempunyai berbagai macam ukuran, yang besar sering disebut walzenbeil, sedangkan yang kecil dinamakan kleinbeil. Penyebaran jenis kapak lonjong terutama di Kepulauan Indonesia bagian timur, seperti di daerah Papua, Seram, dan Minahasa. d) Tembikar Gambar 12. Tembikar Peninggalan berupa tembikar atau periuk belanga banyak ditemukan di Sumatera dan pantai selatan Jawa, antara Yogyakarta dan Pacitan. Tembikar peninggalan bangsa Proto Melayu sudah dihiasi gambar-gambar yang didapat dengan cara menekankan suatu benda ke tanah yang belum kering (Widya Lestari, 2021). Kebudayaan lain yang menjadi dasar kebudayaan Nusantara saat ini, yang ditanamkan oleh bangsa penutur bahasa Austronesia selain bertempat tinggal


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 26 Sejarah Indonesia menetap adalah bersawah atau cara mengolah dan menanam padi, beternak, bermasyarakat, berperahu cadik dan masih banyak lagi. Menurut Heine-Geldern, ciri-ciri budaya penutur bahasa Austronesia meliputi, kegiatan cocok tanam padi, berternak babi-sapi-kerbau untuk upacara, membuat barang tembikar atau gerabah, membuat kain dari kulit kayu dan menggembangkan gaya seni tertentu. (Daud Aris Tanudirjo, 2012: 258-260). a. Deutro Melayu Proto-Melayu yang telah menyingkir ke daerah pedalaman Indonesia, diakibatkan karena kedatangan Deutero-Melayu. Deutero-Melayu membawa budaya yang lebih maju dibandingkan dengan budaya Proto-Melayu. Kedatangan Deutro Melayu ke wilayah Indonesia tidak lepas dengan mereka mendesak ProtoMelayu yang ada di wilayah Indonesia. Menurut teori Sarasin, keturunan ProtoMelayu pada gilirannya terdesak ke pedalaman oleh datangnya imigrasi baru, Deutero-Melayu yang juga berasal dari daerah Indocina bagian Utara dan wilayah sekitarnya. Deutero-Melayu diidentifikasikan dengan orang yang memperkenalkan perkakas dan senjata besi ke dunia kepulauan Indonesia. Studi mengenai perkembangan peradaban di Indocina tampaknya menunjukkan suatu tanggal bagi peristiwa itu, imigrasi itu terjadi antara 300 dan 200 SM (Bernard Vlekke H.M. 2010: 10). Berdasarkan bukti-bukti sejarah yang ditemukan, diketahui bahwa Bangsa Deutero-Melayu masuk ke wilayah Indonesia melalui jalur Barat, di mana rute yang mereka tempuh dari Yunan (Teluk Tonkin), Vietnam, Malaysia, hingga akhirnya tiba di Indonesia dan mereka menyebar ke wilayah-wilayah yang ada di Indonesia. Rumpun Deutro-Melayu secara tidak langsung menjalin hubungan dengan ProtoMelayu, walaupun banyak dari Proto-Melayu sudah menyingkir ke pedalaman wilayah Indonesia. Mengakibatkan rumpun Deutro-Melayu menguasai wilayah Indonesia dan menyebar secara merata. Keturunan Deutro-Melayu dapat kita temukan berada di hampir wilayah Indonesia kecuali Gayo dan Alas di Sumatra dan Toraja di Sulawesi serta papua yang termasuk Proto-Melayu. Dengan sendirian Proto-Melayu dan Deutro-Melayu berbaur dengan bebas, yang menjelaskan kesulitan membedakan kedua kelompok


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 27 Sejarah Indonesia rasial itu di antara orang Indonesia. Proto-Melayu dianggap mencakup Gayo dan Alas di Sumatra bagian utara dan Toraja di Sulawesi. Hampir semua orang lain di Indonesia, kecuali orang Papua dan pulau-pulau disekitarnya, dimasukkan dalam kelas Deutero-Melayu (Bernard Vlekke H.M. 2010: 10). Ciri-ciri Deutro-Melayu berasal dari Indocina Utara yang masuk ke wilayah Indonesia tahun 300-200 SM. Adapun ciri fisik yang dimiliki oleh Deutro Melayu adalah rambut lurus warna hitam. Bola mata berwarna coklat, mata sipit, kulit putih cenderung kuning dan sawo matang, tulang rahang lebih kecil dari Proto Melayu serta tubuh cenderung kecil. Gambar 13. Suku Bugis dari Sulawesi, Keturunan Deutro Melayu Kedatangan rumpun Deutro-Melayu membawa persebaran kebudayaan logam atau kebudayaan perunggu merupakan salah satu zaman di masa prasejarah Indonesia. Zaman ini ditandai dengan munculnya berbagai macam alat-alat dari logam (R. Soekmono¸ 1974: 60) atau disebut dengan kebudayaan perunggu dimana alat-alatnya dari perunggu. Deutero-Melayu merupakan penghidupan manusia pada Zaman Logam, H.R. van Heekeren menyebut zaman ini dengan “the Bronze-iron Age” (H.R. van Heekeren, 1958). Zaman ini disebut dengan perundagian yaitu sekelompok atau golongan masyarakat yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha seperti pembuatan gerabah, perhiasan, atau peralatan batu atau besi. Selain itu, tinggalan budaya lain dari jaman ini tetap melanjutkan tradisi pada zaman neolitik tetapi dengan bentuk dan teknik yang lebih baik. Benda gerabah pada zaman ini umumnya sudah menggunakan teknik roda putar dan memiliki bentuk dan hiasan atau ukiran yang beraneka ragam. (R. Cecep Eka


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 28 Sejarah Indonesia Permana, 2012: 10-11). Hasil kebudayaan ini memiliki kemiripan dengan budaya Dongson yang merupakan salah satu wilayah di daerah Indocina Vietnam (Paul Michel Munoz, 2009: 40) yang ada di Nusantara dengan yang ada di wilayah Asia daratan. Masyarakat Deutro-Melayu kemungkinan pernah atau sering berinteraksi dengan masyarakat yang ada di wilayah Asia daratan. Terbukti, adanya interaksi dengan Asia Tenggara Daratan yang membawa teknologi metalurgi khususnya perunggu dari budaya Dongson melalui jalur perdagangan, Barang-barang kerajinan perunggu telah membanjiri pasar Nusantara. Barang-barang itu semua ditukarkan dengan komoditi yang ada di Nusantara. Singkatnya, para bangsa penutur bahasa Austronesia ini telah terlibat interaksi global (I Gde Pitana, 2011: 17). Masyarakat rumpun Deutro-Melayu yang ada di Nusantara juga mempelajari cara membuat peralatan dari logam. Teknik pembuatan benda-benda dari logam dinamakan a cire perdue (R. Soekmono, 1974: 69). Secara otomatis teknik ini membutuhkan seseorang yang ahli dibidangnya. Kemudian menjadikan pula sistem pembagian kerja sesuai dengan keahlian yang masyarakat miliki. Melalui sistem pembagian kerja yang baik ini nantinya akan menghasilkan masyarakat yang tertata secara status sosial dan ekonomi. Gambar 14. Kebudayaan Deutro Melayu Kebudayaan lain di jaman ini adalah, kapak perunggu atau kapak corong, yang banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Bali hingga ke pulau Selayar. Ada juga perhiasan dan manik-manik yang berasal dari logam (Paul Michel Munoz, 2009: 39).


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 29 Sejarah Indonesia b. Melanesoid Ras lain yang juga terdapat di Kepulauan Indonesia adalah ras Melanesoid. Mereka tersebar di lautan Pasifik di pulau-pulau yang letaknya sebelah Timur Irian dan benua Australia. Di Kepulauan Indonesia mereka tinggal di Papua. Bersama dengan Papua Nugini dan Bismarck, Solomon, New Caledonia dan Fiji, mereka tergolong rumpun Melanesoid. Ras Melanesoid berasal dari Yunani "melano" artinya hitam dan imbuhan "soid" artinya penampilan. Disimpulkan bahwa, ras melanesoid adalah kelompok atau golongan manusia yang berpenampilan hitam. Gambar 15. Ras Melanesoid Menurut Daldjoeni suku bangsa Melanesoid sekitar 70% menetap di Papua, sedangkan 30% lagi tinggal di beberapa kepulauan di sekitar Papua dan PapuaNugini. Pada mulanya kedatangan Bangsa Melanesoid di Papua berawal saat zaman es terakhir, yaitu tahun 70.000 SM. Pada saat itu Kepulauan Indonesia belum berpenghuni. Ketika suhu turun hingga mencapai ketinggian maksimal, air laut menjadi beku. Permukaan laut menjadi lebih rendah 100 m dibandingkan permukaan saat ini. Pada saat itulah muncul pulau-pulau baru. Adanya pulau-pulau itu memudahkan makhluk hidup berpindah dari Asia menuju kawasan Oseania. Bangsa Melanesoid melakukan perpindahan ke timur hingga ke Papua, selanjutnya ke Benua Australia, yang sebelumnya merupakan satu kepulauan yang berhubungan dengan Papua. Bangsa Melanesoid saat itu hingga mencapai 100 ribu jiwa meliputi wilayah Papua dan Australia. Peradaban bangsa Melanesoid dikenal dengan paleotikum.Pada saat masa es berakhir dan air laut mulai naik lagi pada tahun 5000 S.M, kepulauan Papua dan Benua Australia terpisah seperti yang dapat kita lihat saat ini. Pada saat itu jumlah


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` Sejarah Indonesia 30 penduduk mencapai 0,25 juta dan pada tahun 500 S.M. mencapai 0,5 jiwa. Asal mula bangsa Melanesia, yaitu Proto Melanesia merupakan penduduk pribumi di Jawa. Mereka adalah manusia Wajak yang tersebar ke timur dan menduduki Papua, sebelum zaman es berakhir dan sebelum kenaikan permukaan laut yang terjadi pada saat itu. Di Papua manusia Wajak hidup berkelompok-kelompok kecil di sepanjang muara-muara sungai. Mereka hidup dengan menangkap ikan di sungai dan meramu tumbuh-tumbuhan serta akar-akaran, serta berburu di hutan belukar. Tempat tinggal mereka berupa perkampungan-perkampungan yang terbuat dari bahan-bahan yang ringan. Rumah-rumah itu sebenarnya hanya berupa kemah atau tadah angin, yang sering didirikan menempel pada dinding gua yang besar. Kemah-kemah dan tadah angin itu hanya digunakan sebagai tempat untuk tidur dan berlindung, sedangkan aktivitas lainnya dilakukan di luar rumah. Bangsa Proto Melanesoid terus terdesak oleh bangsa Melayu. Mereka yang belum sempat mencapai kepulauan Papua melakukan pencampuran dengan ras baru itu. Percampuran bangsa Melayu dengan Melanesoid menghasilkan keturunan Melanesoid-Melayu, saat ini mereka merupakan penduduk Nusa Tenggara Timur dan Maluku. c. Negrito dan Weddid Sebelum kedatangan kelompok-kelompok Melayu tua dan muda, negeri kita sudah terlebih dulu kemasukan orang-orang Negrito dan Weddid. Sebutan Negrito diberikan oleh orang-orang Spanyol karena yang mereka jumpai itu berkulit hitam mirip dengan jenis-jenis Negro. Sejauh mana kelompok Negrito itu bertalian darah dengan jenis-jenis Negro yang terdapat di Afrika serta Kepulauan Melanesia (Pasifik), demikian pula bagaimana sejarah perpindahan mereka, belum banyak diketahui dengan pasti.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 31 Sejarah Indonesia Gambar 16. Kelompok Negrito dan Weddid Kelompok Weddid terdiri atas orang-orang dengan kepala mesocephal dan letak mata yang dalam sehingga nampak seperti berang; kulit mereka coklat tua dan tinggi rata-rata lelakinya 155 cm. Weddid artinya jenis Weda yaitu bangsa yang terdapat di Pulau Ceylon (Srilanka). Persebaran orang-orang Weddid di Nusantara cukup luas, misalnya di Palembang dan Jambi (Kubu), di Siak (Sakai) dan di Sulawesi pojok tenggara (Toala, Tokea dan Tomuna). Periode migrasi itu berlangsung berabad-abad, kemungkinan mereka berasal dalam satu kelompok ras yang sama dan dengan budaya yang sama pula. Mereka itulah nenek moyang orang Indonesia saat ini. Sekitar 170 bahasa yang digunakan di Kepulauan Indonesia adalah bahasa Austronesia (Melayu-Polinesia). Bahasa itu kemudian dikelompokkan menjadi dua oleh Sarasin, yaitu Bahasa Aceh dan bahasa-bahasa di pedalaman Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Kelompok kedua adalah bahasa Batak, Melayu, Jawa, dan Bali. Kelompok bahasa kedua itu mempunyai hubungan dengan bahasa Malagi di Madagaskar dan Tagalog di Luzon. Persebaran geografis kedua bahasa itu menunjukkan bahwa penggunanya adalah pelaut pada masa dahulu yang sudah mempunyai peradaban lebih maju. Di samping bahasa-bahasa itu, juga terdapat bahasa Halmahera Utara dan Papua yang digunakan di pedalaman Papua dan bagian utara Pulau Halmahera.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 32 Sejarah Indonesia CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA PRAAKSARA 1) Pola Hunian Gambar 17. Pola Hunian Manusia Purba Ada dua karakter khas hunian purba yaitu, (1) kedekatan dengan sumber air dan (2) kehidupan di alam terbuka. Pola hunian itu dapat dilihat dari letak geografis situs-situs serta kondisi lingkungannya. Beberapa contoh yang menunjukkan pola hunian seperti itu adalah situs-situs purba di sepanjang aliran Bengawan Solo (Sangiran, Sambungmacan, Trinil, Ngawi, dan Ngandong) merupakan contohcontoh dari adanya kecenderungan manusia purba menghuni lingkungan di pinggir sungai. Kondisi itu dapat dipahami mengingat keberadaan air memberikan beragam manfaat. Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Air juga diperlukan oleh tumbuhan maupun binatang. Keberadaan air pada suatu lingkungan mengundang hadirnya berbagai binatang untuk hidup di sekitarnya. Begitu pula dengan tumbuhtumbuhan, air memberikan kesuburan bagi tanaman. Keberadaan air juga dimanfaatkan manusia sebagai sarana penghubung dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui sungai, manusia dapat melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Petunjuk yang dapat memberikan gambaran mengenai kehidupan manusia purba adalah adanya sebaran sisa-sisa peralatan yang digunakan manusia purba pada waktu itu yang umumnya berada di dasar atau di sekitar sungai. Kehidupan di sekitar sungai menunjukkan pola hidup manusia purba di alam terbuka. Manusia purba mempunyai kecenderungan untuk menghuni lingkungan terbuka di sekitar aliran sungai. Manusia purba tersebut juga memanfaatkan berbagai sumber daya


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 33 Sejarah Indonesia lingkungan yang tersedia, salah satunya tinggal di gua-gua.Lama hunian manusia purba di suatu lingkungan eksploitasi dipengaruhi oleh ketersediaan bahan makanan. Pada waktu lingkungan sudah tidak ada bahan makanan, manusia berpindah ke lingkungan baru di tepi sungai untuk membuat persinggahan yang baru. Di tempat tinggal sementara tersebut mulai berkembang pola hunian. 2) Dari Berburu-Meramu sampai Bercocok Tanam Berdasarkan hasil penelitian berupa fosil dan artefak diperkirakan manusia praaksara awalnya hidup dengan cara berburu dan meramu, kemudian bercocok tanam. Hidup mereka bergantung pada alam. Untuk mempertahankan hidup, mereka menerapkan pola hidup nomaden atau berpindah-pindah bergantung dari bahan makanan yang ada. a. Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan (Meramu) Dalam kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan (meramu) dibagi menjadi sebagai berikut: 1) Masyarakat Berburu dan Meramu Tingkat Awal Pada masa berburu dan meramu, lingkungan hidup manusia masih liar dan keadaan bumi masih labil. Pada saat itu banyak terjadi letusan gunung berapi dan daratan tertutup hutan yang lebat, serta berbagai binatang purba masih hidup di dalamnya. Manusia pendukung pada masa itu adalah Pithecanthropus erectus dan Homo wajakensis. Kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan (meramu) telah ada semenjak manusia muncul di permukaan bumi, begitu pula halnya dengan manusia Indonesia. Kegiatan berburu dan meramu Ini merupakan yang paling sederhana yang bisa dilakukan manusia karena manusia dapat mengambil makanan secara langsung dari alam dengan cara mengumpulkan makanan (food gathering). Kehidupan masyarakat berburu dan berpindah-pindah mempunyai ciri- ciri sebagai berikut.: ▪ Belum mengenal bercocok tanam. ▪ Kebutuhan makan mereka bergantung pada alam sehingga cara mereka mencari makan disebut dengan nama food gathering (mengumpulkan makanan) dan berburu..


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 34 Sejarah Indonesia ▪ Alat-alat kebutuhan mereka dibuat dari batu yang belum dihaluskan (masih sangat kasar) ▪ Manusia hidup berkelompok dan tempat tinggal mereka berpindah- pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain (nomaden) seiring dengan usaha memenuhi kebutuhan hidup mereka. Ada dua hal yang menyebabkan masyarakat berburu berpindah tempat, yaitu pertama karena binatang buruan serta umbi-umbian semakin berkurang di tempat yang mereka diam, dan yang kedua karena musim kemarau menyebabkan binatang buruan berpindah tempat untuk mencari sumber air yang lebih baik. 2) Masyarakat Berburu dan Meramu Tingkat Lanjut Masa berburu dan meramu tingkat lanjut berlangsung setelah zaman pleistosen. Corak kehidupan masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut masih terpengaruh pada masa sebelumnya. Kehidupan mereka masih bergantung pada alam. Mereka hidup dengan cara berburu binatang di dalam hutan, menangkap Ikan, dan dengan mengumpulkan makanan, seperti umbi-umbian, buah- buahan, bijibijian, dan dedaunan. Alat-alat kehidupan yang digunakan pada berburu dan meramu tingkat lanjut, misalnya kapak genggam, flake, dan alat- alat dari tulang. Pada masa Itu, juga telah dikenal gerabah yang berfungsi sebagai wadah. Pola bermukim mereka mulai berubah dari nomaden menjadi semi sedenter. Ketika masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut telah mampu mengumpulkan makanan dalam jumlah yang cukup banyak, mereka mulai lebih lama mendiami Suatu tempat. Setelah itu, pengetahuan mereka berkembang untuk menyimpan dan mengawetkan makanan. Daging binatang buruan diawetkan dengan cara dijemur setelah terlebih dahulu diberi ramuan. Mereka bertempat tinggal di gua-gua (abris Sous roche). Mereka memilih gua yang letaknya cukup tinggi di lereng-lereng bukit Untuk melindungi diri dari Iklim dan dari binatang buas. Masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut juga telah mengenal pembagian kerja. Kegiatan berburu banyak dilakukan oleh kaum laki-laki. Kaum wanita yang tidak banyak terlibat dalam kegiatan perburuan, lebih banyak berada di sekitar gua-gua tempat tinggal mereka. Oleh karena perhatian wanita ditujukan kepada lingkungan yang terbatas, ia mampu memperluas pengetahuannya tentang


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 35 Sejarah Indonesia seluk-beluk tumbuh-tumbuhan yang dapat dibudidayakan. Masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut telah mengenal bercocok tanam, meskipun dalam taraf yang sangat sederhana dan dilakukan secara berpindah-pindah. Mereka membuka lahan dengan cara menebang hutan, membakar, dan membersihkannya. Setelah tidak subur lagi, tanah tersebut mereka tinggalkan untuk mencari lahan yang baru. Pada masyarakat masa berburu dan mengumpulkan makanan diduga telah muncul kepercayaan. Buktinya adalah dengan ditemukannya bukti-bukti tentang penguburan di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo, Jawa Timur, Gua Sodong, Besuki, Jawa Timur, dan Bukit Kerang, Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam. Dari mayat-mayat yang dikubur tersebut ada yang ditaburi dengan cat merah. Diperkirakan cat merah tersebut berhubungan dengan upacara penguburan yang maksudnya adalah membuktikan kehidupan baru di alam baka. Di dinding-dinding Gua Leang Pattae, Sulawesi Selatan ditemukan lukisan cap-cap tangan dengan latar belakang cat merah. Menurut para ahli, hal tersebut mungkin mengandung arti kekuatan atau simbol kekuatan pelindung untuk mencegah roh-roh jahat. Ada beberapa gambar jari yang tidak lengkap. Gambar tersebut dianggap sebagai tanda adat berkabung. Di Pulau Seram dan Papua juga ditemukan lukisan gua. Di dua tempat tersebut ditemukan lukisan kadal. Diperkirakan lukisan tersebut mengandung arti lambang kekuatan magis, yaitu sebagai penjelmaan roh nenek moyang atau kepala suku yang sangat dihormati. b. Kehidupan Masyarakat Bercocok Tanam dan Hidup Menetap 1) Kehidupan Ekonomi Masa bercocok tanam merupakan masa yang penting bagi perkembangan masyarakat dan peradaban. Adanya penemuan baru dalam rangka penguasaan Sumber alam bertambah cepat. Berbagai macam tumbuhan dan hewan mulai dipelihara dan dijinakkan. Cara bercocok tanam dengan berhuma mulai dikembangkan sehingga muncullah ladang-ladang pertanian yang sederhana. Berhuma adalah bercocok tanam secara berpindah-pindah dengan cara menebang, membakar, serta membersihkan hutan, kemudian menanamnya dan meninggalkannya setelah tanah tersebut tidak subur lagi.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 36 Sejarah Indonesia Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami peningkatan cukup pesat. Masyarakat praaksara pada saat itu telah memiliki tempat tinggal yang tetap. Mereka memilih tempat tinggal pada suatu tempat tertentu. Hal ini dimaksudkan agar hubungan antar manusia di dalam kelompok masyarakatnya semakin erat. Eratnya hubungan antar manusia di dalam kelompok masyarakatnya merupakan suatu cermin bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa anggota masyarakat yang lain. Kehidupan sosial yang dilakukan oleh masyarakat pada masa bercocok tanam Ini terlihat dengan jelas melalui cara bekerja dengan bergotong royong. Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat selalu dilakukan dengan cara bergotong royong, antara lain pekerjaan bertani, merambah hutan, berburu, dan membangun rumah. Cara hidup bergotong royong itu merupakan salah satu ciri kehidupan masyarakat yang bersifat agraris. Kegiatan gotong royong hingga saat ini masih tetap dipertahankan terutama di daerah pedesaan. Dalam kehidupan masyarakat bercocok tanam sudah terlihat peran pemimpin (primus inter pares). Geras primus inter pares di Indonesia adalah ratu atau datuk artinya orang terhormat dan yang patut dihormati karena kepemimpinannya, kecakapan, kesediaannya, pengalaman dan lain-lain. Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam dan menetap memiliki ciri-ciri sebagai berikut.: Sudah mengenal bercocok tanam secara baik. Sudah mampu mengolah bahan makanan sendiri sesuai dengan kebutuhan mereka (menghasilkan makanan/food producing). Di samping berburu dan menangkap ikan, mereka juga telah memelihara binatang jinak seperti kerbau. Binatang tersebut selain untuk keperluan konsumsi juga dapat dipakai sebagai binatang korban. Sudah mempunyai tempat tinggal yang menetap secara mantap. Peralatan yang dibuat dari batu lebih halus dan bermacam-macam, seperti kapak, tombak, dan panah. Selain peralatan, mereka juga berhasil membuat perhiasan, seperti gelang-gelang dan biji-biji kalung dari batu. Peradaban mereka sudah lebih maju, alat-alat rumah tangga dibuat lebih baik, dan mereka telah mengerti seni.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 37 Sejarah Indonesia 2) Kehidupan Budaya Kebudayaan manusia praaksara pada masa bercocok tanam mengalami perkembangan dengan hasil kebudayaan yang bervariasi (ada yang terbuat dari batu dan tulang hingga yang terbuat dari tanah liat). Hasil-hasil kebudayaan pada masa bercocok tanam, seperti kapak persegi, kapak lonjong, mata panah, gerabah, dan perhiasan. 3) Sistem Kepercayaan Tahukah Anda, bagaimana kepercayaan nenek moyang kta? Bagaimana mereka melakukan atau menjalankan kepercayaannya? Nenek moyang kita percaya bahwa ada kekuatan lain yang maha kuat yang ada di luar dirinya. Mereka mengenal kepercayaan kehidupan setelah kematian. Perwujudan kepercayaan nenek moyang dituangkan dalam berbagai bentuk, seperti dengan karya seni. Salah satunya berfungsi sebagai bekal kubur untuk orang yang telah meninggal. Seiring dengan adanya bekal kubur tersebut, manusia purba telah mengenal penguburan mayat. Pada saat itulah, mereka mengenali sistem kepercayaan. Sebelum meninggal, manusia menyiapkan dirinya dengan membuat berbagai bekal kubur dan membuat tempat penguburan yang menghasilkan karya seni yang cukup bagus. Masyarakat pada zaman praaksara (terutama pada periode zaman neolitikum) telah mengenal adanya sistem kepercayaan. Mereka sudah memahami/mengetahui adanya kehidupan setelah meninggal. Mereka meyakini bahwa roh seseorang yang teah meninggal akan ada kehidupan di alam yang lain. Oleh karena itu, mereka meyakini bahwa roh orang yang sudah meninggal akan senantiasa dihormati oleh sanak kerabatnya. Sehubungan dengan hal tersebut, kegiatan ritual yang paling menonjol adalah upacara penguburan. Dalam tradisi penguburan, jenazah orang yang telah meninggal dibekali dengan berbagai benda dan peralatan kebutuhan sehan-han, seperti barang-barang perhiasan, penuk, dan benda lainnya yang dikubur bersama mayatnya. Adanya bekal tersebut dimaksudkan agar perjalanan arwah orang yang meninggal selamat dan dapat terjamin dengan baik. Dalam upacara penguburan semakin kaya orang yang meninggal, upacara penguburannya juga semakin mewah. Begitu juga dengan barang-barang berharga yang ikut dikubur.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 38 Sejarah Indonesia Selain adanya upacara penguburan, juga ada upacara-upacara pesta untuk mendirikan bangunan suci. Mereka mempercayai bahwa manusia yang sudah meninggal akan mendapatkan kebahagiaan jika jenazahnya ditempatkan pada susunan batu-batu besar, seperti pada sarkofagus atau peti batu. Batu-batu besar tersebut menjadi lambang perlindungan bagi manusia yang berbudi luhur dan juga memberi peringatan bahwa kebaikan kehidupan di akhirat hanya akan dapat dicapai sesuai: dengan perbuatan baik selama hidup di dunia. Hal tersebut sangat bergantung pada kegiatan upacara kematian yang pernah dilakukan untuk menghormati leluhurnya. Oleh karena itu, upacara kematian merupakan manifestasi dari rasa bakti dan hormat Seseorang terhadap leluhurnya yang telah meninggal. Adanya sistem kepercayaan masyarakat praaksara tersebut telah melahirkan tradisi megalitik (zaman megalitikum/zaman batu besar). Masyarakat pada zaman megalitikum mendirikan bangunan batu-batu besar. Bangunan batu-batu besar tersebut, seperti menhir, sarkofagus, dolmen, dan punden berundak.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 39 Sejarah Indonesia PERIODISASI DAN KEHIDUPAN ZAMAN PRASEJARAH DI INDONESIA 1. Periodisasi Zaman Prasejarah Indonesia Sekitar tahun 1836 seorang ahli sejarah dari Denmark C. J. Thomson mengemukakan periodisasi zaman pra-sejarah/pra-aksara. Ia membagi zaman prasejarah/pra-aksara menjadi 3 zaman yaitu: zaman batu, zaman perunggu dan zaman besi. Konsep ini bertahan lama di Eropa Barat dan terkenal dengan sebutan three age system. Konsep yang dikemukakan oleh Thomsen ini menitikberatkan pada pendekatan yang bersifat teknis yang didasarkan pada penemuan atas alat-alat yang ditinggalkan. Sedangkan pakar yang berasal dari Indonesia R. Soekmono membagi zaman pra-sejarah Indonesia menjadi dua zaman yaitu zaman batu (meliputi Palaeolithikum, Mesolithikum, Neolithikum dan Megalithikum) dan zaman logam (meliputi zaman Tembaga, Perunggu dan Besi). Pada sekitar tahun 1970 seorang ahli sejarah R.P. Soedjono menggunakan pendekatan sosial ekonomis untuk membuat periodisasi zaman pra-sejarah/pra-aksara Indonesia. Menurut versi lainnya, zaman pra-aksara di Indonesia dibagi menjadi 2 (dua), yaitu : (1) zaman batu, dan (2) zaman logam. Pembagian itu didasarkan pada alat-alat atau hasil kebudayaan yang mereka ciptakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupannya. Disebut zaman batu karena hasil-hasil kebudayaan pada masa itu sebagian besar terbuat dari batu, mulai dari yang sederhana dan kasar sampai pada yang baik dan halus. Perbedaan itu merupakan gambaran usia peralatan tersebut. Semakin sederhana dan kasar, maka peralatan itu dikatakan berasal dari zaman yang lebih tua, dan sebaliknya. Zaman batu sendiri dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu: (1) zaman batu tua (paleolitikum), (2) zaman batu tengah (mesolitikum), dan (3) zaman batu muda (neolitikum). Di samping ketiga zaman batu itu, juga dikenal zaman batu besar (megalitikum). Sementara zaman logam: (1) zaman tembaga, (2) zaman perunggu dan (3) zaman besi.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` Sejarah Indonesia 40 Tabel 3. Periodisasi Prasejarah dan Hasil Kebudayaan No. Zaman Waktu Manusia/Kebudayaan 1. Paleolitikum Bawah Tengah Atas 450 000 – 350.000 80.000 – 35.000 3.500 – 1.500 Manusia: Pithecanthropus, Mojokertensis,Meganthropus, Paleojavanicus,Pithecanthropu s, Erectus, Homo Erectus, Homo Wajakensis, Homo Soloensis Kebudayaan: batu yang masih kasar 2. Mesolitikum 8.000–4.500 6.500–2.000 Manusia: Austronesia, Melanesia Kebudayaan: Pabble, Bascon Hoabins Wedda, Negrito, Blade, Toale 3. Neolitikum 4.500 – 2.500 Manusia: Proto Melayu Kebudayaan: Kapak persegi, Kapak lonjong 4. Megalitikum - Manusia: Austronesia, Melanesia, Proto Melayu, Deutro Melayu. Kebudayaan: Menhir, Bangunan Berundak, Tugu. 5. Logam ● Perunggu ● Tembaga ● Besi 2.500-2.000 - - Manusia: Deutro Melayu Kebudayaan: Kapak corong, Nekara, dan Bejana perunggu Sumber: R. Soekmono. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Kanisius


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 41 Sejarah Indonesia A. Zaman Batu 1) Zaman Palaeolithikum Zaman paleolitikum atau zaman batu tua merupakan zaman dimana peralatan manusia pra-sejarah dibuat dari batu yang cara pengerjaannya masih sangat kasar. Zaman ini berlangsung pada zaman pleistosen yang berlangsung kira-kira 600.000 tahun lamanya. Pada saat itu manusia pra-aksara kehidupannya masih sangat sederhana. Mereka hidup berkelompok dengan anggota kelompok sebanyak 10-15 orang. Mereka sudah mengenal api, meskipun baru dimanfaatkan sebagai senjata untuk menghadapi makhluk hidup lain, atau untuk menakuti binatang buruan. Manusia pra-sejarah/pra-aksara pada zaman palaeolithikum ini mendapatkan bahan makanan dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan dengan memungut langsung dari alam (food gathering). Mereka sangat tergantung dengan persediaan makanan dari alam karena mereka belum mampu memproduksi makanan. Oleh karenanya mereka selalu berpindah-pindah tempat (nomaden) mengikuti musim makanan. Apabila makanan di tempat mereka habis, maka mereka akan pindah ke tempat yang persediaan makanannya mencukupi. Biasanya manusia purba hidup di dalam gua atau di pinggir sungai dengan tujuan utama untuk mempermudah dalam pencarian makanan. Sungai merupakan tempat yang paling memung-kinkan untuk mendapatkan ikan. Sedangkan gua dapat mereka manfaatkan sebagai tempat untuk melindungi diri dari cuaca panas, hujan dan serangan dari binatang buas. Dari sini mereka mulai tumbuh dan berkembang. Mereka mulai membuat alat-alat berburu, alat memotong, alat pengeruk tanah dan lainnya. Menurut para ahli pembuatan alat-alat tersebut adalah jenis manusia Pithecanthropus. Alat tersebut banyak ditemukan di Pacitan (Jawa Timur) dan Ngandong (Jawa Timur). Untuk itu para Arkeolog sepakat untuk membedakan temuan benda-benda prasejarah di kedua tempat tersebut yaitu sebagai kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 42 Sejarah Indonesia Kebudayaan Pacitan Kebudayaan Pacitan dikenal sebagai tingkat perkembangan budaya batu paling awal di Indonesia dan paling banyak penemuannya. Jenis kebudayaan Pacitan juga ditemukan di Jampang Kulon (Sukabumi) penemunya adalah D. Erdbrink. Kemudian juga ditemukan di Gombong, Perigi dan di Bengkulu oleh J.H. Houbalt. Selanjutnya ditemukan di Sumatra Selatan (Lahat, Kalianda), Timor Timur, Awang Bangkal (Kalimantan Timur), dan Cabbenge (Sulawesi Selatan). Berikut ini hasil kebudayaan Pacitan sebagai berikut: a. Kapak Perimbas Gambar 18. Kapak Perimbas Kapak perimbas tidak memiliki tangkai dan digunakan dengan cara menggenggam. Kapak ini ditemukan hampir di daerah yang disebutkan di atas dan diperkirakan berasal dari lapisan yang sama dengan kehidupan Pithecanthropus. Kapak jenis juga ditemukan di beberapa negara Asia, seperti Myanmar, Vietnam, Thailand, Malaysia, Filipina sehingga sering dikelompokkan dalam kebudayaan Bascon- Hoabin. Penelitian terhadap kapak ini dilakukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1935 di Pacitan tepatnya di desa Punung. Dilihat dari teknologinya alat ini dibuat dengan cara sederhana dan masih kasar. Alat ini ditemukan di permukaan tanah sehingga sulit untuk menentukan siapa pendukung kebudayaan ini. Meskipun ditemukan di atas permukaan tanah, namun setelah diteliti alat ini berasal dari lapisan pleistosen tengah, lapisan yang sama dengan Pithecanthropus erectus, sehingga disimpulkan bahwa merekalah pembuat kapak perimbas ini.


Asal-usul nenek moyang Di indonesia ` ` 43 Sejarah Indonesia b. Kapak Penetak Kapak penetak memiliki bentuk yang hampir sama dengan kapak perimbas. Kapak penetak ini bentuknya lebih besar dari kapak perimbas dan cara pembuatannya masih kasar. Kapak ini berfungsi untuk membelah kayu, pohon, bambu, atau disesuaikan dengan kebutuhannya. Kapak penetak ini juga ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Gambar 19. Kapak Penetak Kapak Ngandong Von Koenigswald pada tahun 1934 dalam penelitian di Ngandong (Madiun) menemukan alat-alat tulang, tanduk dan alat batu yaitu kapak genggam. Karena ditemukan di Ngandong maka Von Koenigswald menamakannya kebudayaan Ngandong. Termasuk kebudayaan Ngandong adalah alat-alat serpih yang ditemukan di Sangiran. Alat serpih ini berfungsi sebagai pisau, belati dan alat penusuk. Alat serpih juga ditemukan di Sulawesi Selatan, Flores dan Timor. a) Kapak Genggam Kapak genggam memiliki bentuk hampir sama dengan kapak perimbas dan kapak penetak, tetapi bentuknya jauh lebih kecil. Kapak genggam dibuat masih sangat sederhana dan belum diasah. Kapak ini kemudian juga ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Cara pemakaiannya digenggam pada ujungnya yang lebih kecil.


Click to View FlipBook Version