The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

sebuah novel karya JIhan Amira

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by habibahn09, 2021-03-23 20:26:15

Pesawat Kertas

sebuah novel karya JIhan Amira

Keywords: Novel

“E-ehhh, Hah? Kok aku di ruang BK? harusnya
Indra,” teriak Dafa.

“Kamu yang membuat salah, Dafa. Sekarang
bersihkan sekolah!” kata guru BK.

“Ishh, lihat saja nanti,” gumam Dafa.

Sesampainya di Kantin…
Kami sedang makan besama di kantin. Mereka
pada melawak. Tawa terbahak-bahak terdengar di
meja tersebut. Heboh.
Namun, kebahagiaan itu akan selalu hancur. Yap,
datang si Rita, tapi kami memiliki trik.
“Ryan, duduk bareng boleh enggak?” tanya Rita.
“Maaf, kursinya diambil orang,” jawabku.
“Tapi kan banyak kursi yang ko ...,” kata Rita.
“Udah penuh sekarang,” potong Sara.
Yap, kami yang tadi berdiri langsung duduk
sehingga tidak ada kursi yang kosong. Enggak ada
kursi cadangan lagi.
“Yah...” kata Rita sambil pergi.
“Wee, kita bar-bar euyy,” ujar Indra.
“Ehek, langsung pergi dianya,” sambungku.

43

“Ehh, tapi kalau dia lapor ke kepala sekolah
gimana? Kita bisa bisa diskor,” kata Ruby.

“Iya juga,” kataku.
“Tunggu, ada yang telepon aku.” Tiba-tiba, Ruby
ditelepon seseorang yang dia belum save nomornya.

44

Bagian 11

Naksir

“Teman-teman, tunggu ya, aku ada yg
telepon,” kata Ruby.
“Oke,” jawab kami.
“Haloo? Ini siapa ya?” tanya Ruby kepada
seseorang.

“Aku ini sahabatmu.” Begitu kata pertama yang
dikatakan oleh orang yang tidak dikenal.

“R-rita?” tanya Ruby.
“Bwaaa!” teriak Rita.
“Ishh, kamu kagetin aku terus,” kataku.
“Hehehe, seram ya?” jawab Rita.
“Sedikit, hihi,” kata Ruby.
“Aku mau bilang sesuatu nih,” ujar Rita.
“Kayak mana ya, kamu selalu sama dia nih, apa
kalian ada hubungan, kayak pacaran gitu?” tanya Rita
tiba-tiba.
Jlebb, tiba-tiba saja dia berbicara seperti itu, apa
yang harus Ruby katakan.

45

“Ehh, kami cuman sahabat dekat kok, hehe,” jawab
Ruby.

“Ohh, enggak ada hubungan, kan? Cuman
sahabatan, kan? Iya, kan?” tanya dia berkali-kali.

“I-iya,” kata Ruby.
“Ya sudah, itu saja, daah.”
Tutt! Telepon pun telah selesai. Ruby pun kembali
ke kantin. Dia duduk di sampingku.
“Siapa yang nelepon kamu Ruby?” tanya Sara.
“Enggak ada kok,” jawab Ruby.
“Oke, yang penting dah siap nih waktu istirahat,
yuk masuk kelas,” kata Jenny.
“Oke,” jawab kami serempak.

Sesampainya di kelas…..
“Ehhh, mana Indra??” tanyaku panik.
“Iya, ya?”
“Hai!” Tiba-tiba kami dikagetkan oleh Indra. Dasar
pembuat orang kaget.
“Hehe, ehh tapi aku masih heran, kenapa ya Dafa
selalu dekat dengan Uzuri,” kata Indra.
“Nah, sekarang mana si Uzuri,” tanya Surya.
“Entah?” kata kami semua.

46

Suasana menjadi hening. Tidak ada yang berani
menjawab. Lalu datanglah Dafa dan kami pun heran
kenapa Dafa yang datang.

“Hehe, kalian cari teman lama aku ya? Kenapa
cari?” tanya dia dengan licik.

47

Bagian 12

Teman Lama

“Hah? Teman lama? Maksudnya Uzuri
teman lamamu?” tanya kami berteriak.
“Iya, kami sudah bertemu sebelum
kalian bertiga masuk,” jawab Dafa santai.

“Ehh, kok pada ramai? Kenapa, Daf?” tiba-tiba
datang si Uzuri.

“Jadi Dafa teman lamamu?” tanya Indra.
“Iya. Memangnya kenapa?” jawab Uzuri heran.
“Dia kan jahat, kok kamu mau berteman dengan
dia?” kataku.
“Dulu aja dia baik, sekarang dia menyebalkan,”
jawab Uzuri dengan kesal.
“Ehh, kok gitu sih Uzuri! Huhh,” kata Dafa sambil
pergi keluar.
Setelah pulang dari sekolah, aku melamun.
Terdiam di atas meja memikirkan sesuatu, lalu aku
teringat tentang dulu saat aku belum masuk di
sekolah ini.

48



Beberapa tahun yang lalu….
“Assalamu’alaikum, Ruby! Wah, bawa apa tuh?”
sapaku sembari tersenyum.
“Hihi, nih buat kamu pecinya. Bagus, kan?” kata
Ruby.
“Wah, makasih ya. Bagus banget,” kataku bahagia.
“Hihi!” Tiba-tiba dia jinjit meletakkan peci tersebut
ke kepalaku.
“Hehehe, makasih Ruby,” kataku.
Krsek! Krsek! Krsek!
“Suara apa ya? Hmm,” tanyaku.
“Hihi, apa ya?” kata Ruby penasaran.
“Hmmm, kok dari tas aku yah, krsek! krsek!” Lalu
aku pun mengeluarkan jilbab berwarna pink dan
memberikannya kepada Ruby.
“Wahh, cantik ya jilbabnya,” kata Ruby.
“Hihi, dan ini untukmu, bacanya di rumah ya,”
kataku.
“Pesawat kertas?” tanya Ruby heran.
“Ini pesawat kertas spesial loh, isinya tentang
memori-memori indah. Jadi, jaga baik-baik ya,” kataku.

49

“Oke. Eh, udah sore, daah!” pamit Ruby pergi.
Suara azan menghentikanku memikirkan itu. Aku
pun shalat dan menyadari bahwa Indra dan Surya
masih belum pulang. Aku pun langsung panic, lalu
menelepon mereka berdua.

Di tempat Uzuri dan Jenny…
“Uzuri, kamu menyukai seseorang?” tanya Jenny.
“Ehm, aku suka Indra,” jawab Uzuri.
“Ehhh? Aku juga suka Indra!” kata Jenny.
“Aku.”
“Ihh, Akuu,” jawab Jenny.
Tiba-tiba Indra datang.
“Kenapa Jen, Uz?” tanya Indra.
“Indra-Kun, kamu pilih salah satu ya.”
“Iya, Indra kamu pilih aku atau Uzuri!” tanya Jenny
sambil berteriak.
“Ehhh, kok gini pertanyaannya,” kata Indra terbata-
bata.
“Ayo pilih!” kata mereka berdua.
“Ehh a-aku ke rumah dulu, Ryan pasti udah
nunggu,” jawab Indra.
“Oke,” kata Jenny dan Uzuri.

50

Setelah Indra telah pulang, Jenny dan Uzuri duduk
di tempat makan eskrim.

“Enak ya. Oh yaa…” kata Uzuri.
Clinkk! Mata mereka menatap dengan sinis.

51

Bagian 13

Jenny Dan Uzruri

Berantem

“Yang penting Indra itu punyaku! Kamu
enggak boleh ambil. Titik!” kata Uzuri.
“Ish, enggak, Indra-Senpai milikku!”
jawab Jenny.

“Tunggu, sejak kapan kamu enggak suka Korea?
Biasanya panggil oppa tuh?” tanya Uzuri.

“Karena enak. Yang penting Senpai milikku!” kata
Jenny.

“Tunggu aja besok. Dah mau sore, yuk pulang
bareng!” ajak Uzuri.

“Ayo,” jawab Jenny.


Indra pun pulang ke rumah dan aku yang
melihatnya memarahinya.

52

“Sudah habis shalat Magrib kamu belum sampai.

Kok lama banget!” bentakku.

“Ishh, tadi aku ketemu dengan Uzuri dan Jenny,

mereka kayak berantem gitu, kira-kira kenapa?” tanya

Indra.

“Wehh, kok sama? Aku juga gitu, tapi kulihat muka

si Ruby, dia kayak kecewa gitu, aku merasa kasihan,”

jawabku.

Lalu kulihat Surya sudah pulang dan dia membawa

makanan untuk kami.

“Kalau aku sih lebih memilih Jenny, dia imut,

cantik, gemes dah pokoknya. Dia juga berbakat nyanyi

sama nari, kan?” saran Surya.

“Tapi kalau si Uzuri sihh, enggak terlalu tapi dia

hapal semua di sekolah, tapi menurutku bagusan si

Jenny,” kataku.

“Oke dah, sip!” jawab Indra sambil tersenyum.

Kami pun makan bersama, lalu bermain hape

sebentar. Setelah itu kami tidur dan tidak sabar untuk

besok pagi.



53

Keesokan harinya, aku membangunkan abang -
abangku, lalu mandi dan sarapan. Yap, hari ini diawali
seperti biasa hingga kami ke sekolah. Baru saja kami di
gerbang, kami sudah dikagetkan dengan Uzuri dan
Jenny.

“Indra-Senpai, kamu pilih aku atau Uzuri?” tanya
Jenny tiba-tiba.

“Pasti aku!” jawab Uzuri.
“Enggak!” bentak Jenny.
“Bilang lah, In,” jawabku.
“Oke, maaf ya Uzuri, tapi aku memilih Jenny,” kata
Indra.
“Yei...!” kata Jenny.
“Enggak apa-apa, kamu juga jelek kok,” kata Uzuri.
“Baguslah kalau begitu,” jawab Indra.
“Indra-kun, Uzuri-Chan, yuk kita makan bareng,”
ajak Jenny.
“Daah!” kataku dan Surya.
Aku dan Surya berjalan jalan keliling sekolah,
sedangkan Indra, Jenny, dan Uzuri pergi ke kanti. Kami
bertemu dengan Sara. Setelah itu kami berjalan di
taman sekolah, tiba-tiba aku melihat Ruby selalu dekat

54

dengan Adi. Aku pun memberanikan diri mendekati
mereka.

“Ruby?” kataku, “kamu kok akhir-akhir ini sering
dekat dengan dia sih, sekarang aku yang kecewa!”
kataku teriak.

“R-ryan...”

55

Bagian 14

Bingung

Aku pun pergi meninggalkan Surya dan Ruby.
Aku sudah enggak tahan lagi ketika aku
mencari Ruby. Aku tidak akan pernah bertemu
dia. Ternyata dia bersama si Adi, adik aku sendiri.

“Hayolah Ruby,” goda Surya.
“Ihh, sekarang aku bingung pilih Adi atau Ryan,”
kata Ruby.
“Ya pilih si Ryan lah. Dia enggak mata duitan kayak
aku dan Indra, dia dibilang bapak satu-satunya
harapan. Dia yang paling baik daripada si Adi, curi
cewek orang,” jawab Surya dengan lantang.
“Ehh, iya juga sih,” ujar Ruby sedikit berbisik.
“Ya tunggu apa lagi, ayo kejar si Ryan,” kata Surya.
“Oke,” jawab Ruby.
Sementara mereka mencariku, aku sembunyi di
tempat Indra. Aku pun mengambil topi besar lalu
memakainya sehingga aku sepert orang yang tak
dikenal. Aku, Indra, Uzuri, dan Jenny makan bersama.

56

“Ryan-San? Kenapa kamu memakai topi itu?” tanya
Jenny.

“Oh, kamu mau bergaya? Sini sekolah, bukan
panggung,” ucap Indra.

“Jadi aku lagi sembunyi dari Ruby,” kataku sambil
berbisik.

“Oh, ya sudah sini, sini!” kata Indra.
“Ehh, aku dipanggil seseorang, tunggu ya!” kata
Uzuri.
“Oke,” kataku.
“Huhh, aku harap mereka tidak menemukanku,”
kataku.
“Emang kalau aku ketemu kenapa?” tanya Indra.
“Iya, kenapa?” tanya Jenny.
“Huhh, mereka pasti minta maaf, lalu ngambekan,”
kataku sambil melipat tangan.
“Oh, ya bagus dong kalau kalian minta maaf,” kata
Jenny.
“Ishh, nanti pasti Ruby dengan si Adi ketemu lagi,”
jawabku.
“Ya jauhkan lah dari si Adi,” kata Indra.
“Iya juga ya,” kataku.
“Ya sudah lah,” kata Indra sambil tersenyum.

57

“Makan aja dulu,” ucap Jenny.
“Oke,” jawabku.
Namun saat aku ke toilet, tiba-tiba aku dilihat oleh
Surya, kemudian dia memanggil Ruby.
“Ruby...! Sini ada Ryan!” teriak Surya.
“Iya Surya? Ehh R-ryan…!” katanya.
“Ehh, Ruby, aku minta maaf ya, soal yang-,” kataku.
“Iya Ryan, aku maafin kok, aku juga minta maaf
ya,” ucap Ruby memotong pembicaraan.
“Nah, gitu dong baikan,” kata Surya.
“Hihi, eh kalian mau makan bareng enggak, ada
Indra, Uzuri, dan Jenny,” ajakku.
Kami pun pergi ke kedai kopi. Akhir-akhir ini laris,
walaupun Dafa selalu menggangu. Tapi aku heran,
akhir-akhir ini dia jarang menggangu kami. Aku lihat
Surya dan Uzuri tidak ada. Namun…
“Surya. Surya. Hmmm mana ya?” kata Sara gelisah.
“Kamu cariin siapa, Sar?” tanya Ruby.
“Itu, si Surya,” kata Sara.
“Hmmm, aku lagi cari si Uzuri nih,” jawab Ruby.
“Cari bareng yuk,” ajak Sara.
“Boleh!” jawab Ruby.

58

Mereka pun mencari Surya dan Uzuri. Aku tahu
kalau Sara itu menyukai Surya. Semoga saja Surya
tidak melalukan apa pun yang membuat Sara sakit
hati. Tapi doaku tak terkabul.

“Nah, itu Sur-,” kata Sara.
“Ya..,” lanjut Ruby.

59

Bagian 15

Surya Playboy

“Wah, si Surya playboy nih, mana sama
Uzuri,” kata Sara.
“Jadi bagaimana nih, Sar?” tanya
Ruby.

“Pertama-tama, kita memerlukan bantuan Indra
dan Jenny, lalu kita berempat akan menjadi detektif.
Gimana? Seru, kan?” kata Sara.

“Hemm aku tel-,” kata Ruby.
“Bwaa...! Kaget enggak?” potong Indra.
“Enggak, hahaha,” jawab Ruby dan Sara.
“Yah, yang penting kenapa kalian sembunyi di
sini?” tanya Jenny.
“Lihat itu,” kata Sara sambil menunjuk ke arah
Uzuri dan Surya.
“Hwaa, bukannya Sara-Chan suka sama Surya-san?
Trus Surya-san suka balik?” kata Jenny.
“Iya, itu masalahnya. Jadi begini rencananya, ....”
bisik Ruby.

60

Yap! Aku tidak dipanggil karena aku tidak di dalam
masalahnya. Aku tahu sih rencana mereka, tapi aku
enggak boleh beritahu ke kalian nih para pembaca
setia buku ini. Mungkin bagian selanjutnya diberitahu.
Jangan di-skip ya, lanjut ke cerita.

“Oke! Hehehe,” kata Indra dan Jenny.
“Tapi siap-siapin barang-barangnya!” kata Ruby.
“Oke!” kata Sara, Indra, dan Jenny.
Bel sekolah telah berbunyi. Saatnya aku dan
teman-teman pulang. Aku lihat Indra selalu menatap
sinis ke Surya. Menurutku itu wajar karena aku tahu
apa rencana mereka.
“In? Kenapa kamu menatapku seperti itu?” tanya
Surya.
“Enggak apa-apa,” jawab Indra.
Sesampainya kami di rumah, Indra sedang mencari
barang-barang yang diminta oleh Sara.
Aku pun bermain hape sebentar, lalu memakan
kue yang dibawa Surya. Tiba-tiba, datanglah Sara. Dia
pun berlari ke arah Surya.

“Surya, kamu playboy ya?” tanya Sara.

61

Ya, rencananya sedikit terbuka sih tapi kalian masih
enggak tahu apa selanjutnya. Hahaha

“Ehhh, enggak kok, dulu sih,” jawab Surya.
“Tadi sama si Uzuri,” kata Sara.
“Ishh, itu tadi lagi minta bantuin bawa kertas ini,”
ujar Surya.
“Ohh, tapi ...,” kata Sara.
“Dah dah, aku lagi sibuk! Lain kali ya,” kata Surya.
“Oke,” jawab Sara.
“Kayak dia ganteng banget!” kata Sara.
“Iya lah, abang aku gitu loh,” kataku.
“Ye lah, tuh,” jawab Sara.
Setelah Sara pulang, aku lihat Ruby, Jenny, dan
indra sudah berkumpul di rumah Sara.
“Yei, kita akan menjadi detektif yang keren!” sorak
Jenny.
“Hush! Nanti ketahuan Surya gimana?” kata Indra.
“Oke, ayo kita mulai,” ujar Ruby.
“Jadi coba kamu duluan In, coba kamu pakai topi
ini?” kata Sara sambil memberikan topi detektif.
“Oke,” kata Indra sambil memakai topi tersebut.
“Hmm, bagus tuh!” puji Ruby dan Jenny.

62

Setelah mereka sudah mengetes alat-alatnya,
mereka sudah siap untuk menjadi detektif cinta.

63

Bagian 16

Squad Detektif Cinta

Keesokan harinya, tepatnya hari Sabtu, aku lihat
mereka telah bersiap-siap di gang belakang
sekolah. Mereka telah memakai kostum-
kostum yang mereka bawa kemarin serta alat-alat
yang diperlukan.

“Oi, foto bareng yuk!” ajakku sambil mengeluarkan
kamera dari tas kecilku.

“Boleh tuh. tapi di-private kan untuk Surya dan
Uzuri, biar mereka tidak tahu kita seorang detektif,”
jawab Sara.

“Oke!” kata Jenny.
“1…2…3!” hitung Indra.
Cekrikk!
Satu foto telah kami simpan. Sungguh kenangan
yang indah. Beberapa foto pun mulai terkumpul.
Persahabatan kami tidak terbatas.
Cringg!

64

Aku lihat kacamata ala detektif milik Ruby
membuatku serasa berada di sebuah kasus. Well, aku
sebenarnya juga ikut sih, tapi tugasku adalah menjadi
mata-mata. Maksudnya aku harus memperhatikan
mereka diam-diam, serasa menjadi agen-agen rahasia.
Kalau misi mengintip diam-diam kami gagal, kami
memiliki rencana B, yaitu Sara, Jenny, dan Indra akan
langsung maju dan akan menegur mereka, sementara
aku dan Ruby akan diam saja, menunggu jawab
mereka.

“Ayo mulai!” ajak Ruby.
Kami pun pergi mencari mereka berdua. Setelah
kami bertemu mereka, kami pun bersembunyi, lalu
mendengar kata-kata mereka. Lalu sesuatu terjadi.
Yap! Kami ketahuan, waktunya rencana B!
“Surya! Kamu ngapain sih sama Uzuri terus?” tanya
Ruby.
“Iya, kasihan tahu si Sara!” sambung Indra.
“Ishh, kamu enggak tahu ya?” jawab Surya.
“Apa?” tanya Jenny.
“Lupa? Kan aku satu kelompok dengan Uzuri, kok
kalian lupa?” kata Surya.
“Ohh, kirain kalian udah…” jawab Sara.

65

“Mana ada, aku kan enggak bisa jadi jepang-
jepangan,” kata Surya.

“Iya, aku kan sukanya sama orang yang mengerti
Jepang,” sambung Uzuri.

“Maafkan aku ya,” jawab kami.
“Iya, iya,” jawab mereka berdua.
“Hihi, by the way, Sara cantik enggak pakai baju
detektif ini,” bisik Indra.
“Ishh, dikit lah, dikit,” jawab Surya.
“Kenapa? Kalian bisik-bisik?” tanya Sara.
“E-enggak ada sih,” jawab Surya.
“Ya sudah, yuk kita makan bareng. Aku traktir nih,”
kata Indra.
“Yei...!” sorak kami semua.
“Tapi kita perginya pake apa?” tanyaku.
“Ojek online?” jawab Jenny.
“BTW, udah waktu pulang kan?” tanya Uzuri.
“Pake ojek online, terus udah pulang, tunggu
apalagi? Ayo!” jawab Sara.
“Yok, tunggu, aku lagi mau pesan nih,” kata Ruby.
“Oke,” jawab kami.
Setelah kami sampai ke restoran, kami pun
mencari tempat duduk lalu memesan makanan. Aku

66

pun mengambil foto di tempat tersebut. Sungguh
memori yang berarti bagiku.

“Ihh, lihat nih es krimnya, imut ya,” kata Jenny.
“Iya yah, beli yuk,” ajak Sara.
“Hihi!” sorak mereka.

67

Bagian 17

Taubat

Y ap! Hari itu sangatlah seru. Sorak tawa dan
canda ditemani oleh makanan yang enak.
Huah, serasa di tempat adem deh.
“Ishh, bagi lah!” kata Jenny.
“Hehe, nih kukasih!” jawab Indra.
“Ehh, mana Sara dengan Ruby?” tanyaku.
“Entah? Mungkin ke toilet kali,” jawab Surya.
“Yeii, eskrim mocha-nya sudah siap! Enggak sabar
mau makan!” sorak Uzuri.

“Huhh huhh, huahhh capek!” kata Ruby.
“Iya,” sambung Sara.
“Kenapa?” tanyaku.
“Tadi kami mau beli kue itu, terus aku lihat di
pagar ada laba-laba,” jelas Sara.
“Idih, cuman itu doang masa takut,” kata Indra.
Plakkk!
Satu benjolan di pipi indra.
“Hmph!” marah Sara.

68

“Maaf lah,” kata Indra meminta maaf.
Beberapa jam kemudian, kami pun pulang lalu
shalat Magrib dan tidur sebentar.

Keesokan harinya…
Aku pun bersiap-siap ke sekolah seperti biasa. Aku
pun menemui Rita. Ak lari dan sembunyi daripada
nanti dikejar-kejar. Aku pun memasuki sekolah lewat
pintu belakang. Aku takut dia membawaku ke kantin
lagi dan melupakan sahabat-sahabatku.
Aku meletakkan tas di atas meja, lalu
membersihkan kursiku biar enggak kotor-kotor amat.
Lalu aku pergi keluar untuk bertemu Indra dan Surya.
Aku mencari mereka berdua. Agak susah sih, jadi aku
pun mengambil hape, lalu menonton anime sebentar.
1-2 episode berlalu akhirnya bel sekolah berbunyi dan
aku pun memasukkan hape ke dalam tas, kemudian
masuk ke kelas.

“Huhhh, kalian dari mana saja, aku dah cariin kalian
berdua!” tegurku.

“Ya maaf, tadi aku temenin Indra ke toilet, tadi
lampunya kedap-kedip, takut dia,” jawab Surya.

69

“Hehehe,” kata Indra.
“Ya sudah, yuk duduk!” ajakku.
“Oke,” jawab mereka berdua.
Setelah pelajaran itu selesai, aku, Indra, dan Surya
pun pergi ke kantin. Kami memesan kentang goreng
dan keripik.
“Nyamm, enak ya,” kata Indra.
“Semuanya enak bagimu, apa yang enggak enak?”
kata Surya.
“Manusia,” jawab Indra.
“Ish!” kataku sambil mengambil satu kentang
goreng.
Tiba-tiba Dafa mendekati kami dan kami pun
bingung, kenapa dia mendekat. Dia mendekat,
semakin mendekat dan kami pun menjadi takut. Tiba-
tiba dia pun mengambil kursi dan mendekatkannya ke
meja kami.
“Kenapa kamu ke sini? Kan kami tidak ada salah
apa-apa,” kataku.
“Iya, kok kamu di sini?” sambung Surya.
“Betul tuh betul!” lanjut Indra.
“Aku mau minta maaf,” kata Dafa tiba-tiba.

70

Hem, novelnya mau habis. Tapi insyaallah ada
season 2 kok. Mau tahu selanjutnya? Lanjut yuk!

71

Bagian 18

Damai

“Hah?!” teriak kami.
“Iya, aku mau damai aja, soalnya
enggak seru sendirian mulu,” sambung
Dafa.

“Oke lah, kami maafkan,” kata kami bertiga.
“Wah, beneran?” tanya Dafa memastikan.
“Iya,” jawab Surya.
“Wah, makasih ya,” kata Dafa.
“Eh, aku pulang dulu ya,” kata Dafa.
“Kok kamu pulang cepat?” tanyaku.
“Tadi disuruh ibu, katanya ada urusan, dada...!”
ucap Dafa.
“Daa..!” jawab kami.
“Sekarang kita ngapain?” tanya Indra.
“Entah,” jawabku.
“Masuk ke kelas lah, bentar lagi mau masuk nih,”
ujar Surya.
“Oke, oke,” jawabku dan Indra.

72

Sesampainya di kelas, aku, Indra, dan Surya pun
duduk lalu mencatat tulisan yang di papan tulis. Lalu
kami pun duduk dan mendengarkan perkataan guru
kami.

“Yei, akhirnya sekolah sudah selesai!” kata Indra.
“Ho oh, dah capek aku,” kata Surya.
“Ya sudah, yuk kita pulang,” kataku.

Sesampainya di rumah….
Aku pun meletakkan tas dan bukuku di atas meja,
kemudian mengerjakan PR.
“Yes, dah selesai yang ini,” ujarku.
“Huh, istirahat lah dulu,” kataku sambil berbaring.
Aku tertidur sebentar. Sementara mereka berdua
sedang main. Akhirnya aku terbangun dari tidurku.
Aku lihat ke luar tidak ada mereka. Oh, ternyata
mereka sedang di kamar. Aku pun mengambil hape,
lalu bermain sebentar, tak terasa sudah magrib. Aku
mengambil air wudu, lalu shalat Magrib.

“Huhh, laper nih,” kataku.
“Oi, kalian beli makanan?” tanyaku.
“Iya, itu di meja. Kusisain tadi,” jawab Surya.

73

“Oh, oke,” kataku sambil duduk di kursi makan.
Nyamm! Enak lho. Maafkan author yang lagi gabut
sangat.
Setelah makan aku pun tertidur, mimpi yang
indah!
Tiba-tiba aku terbangun di rumah sakit. Aku pun
melihat ke sekeliling. Aku lihat ada Mbak Tyas, Adi,
Surya, dan Indra sedang berdiri di depan kasurku.
“Ryan, tadi kamu kecelakaan saat kamu mau
menyeberang,” kata Adi.
“Tapi tenang saja! Besok kamu boleh pulang kok,
lalu dua hari kemudian kamu bersekolah di tempat si
Ruby,” sambung Mbak tyas.
“Wah,” kataku bahagia.
Yap! Petualangan akan menjadi kenyataan, bukan
hanya di mimpi, dan tamat dong.

74

Profil Penulis

Jihan Amira. Lahir pada tanggal 9
Desember 2009 di Pekanbaru, Riau.
Sekarang bersekolah di SDIT Al-
Hidayah. Dia memiliki hobi menggam-
bar, membuat short videos, membuat
puisi, dan mengedit. Dia pernah juara 1 membuat
puisi tema Ramadan tingkat kota dan pernah
menampilkan drama di Bandung dan Pekanbaru. Dia
dapat dihubungi di Facebook: Jihan Amira, Instagram:
jihanamira.ddrsnpai, No WA: 082252334606, dan surel:
[email protected].

75

76




Click to View FlipBook Version