The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

sebuah novel karya JIhan Amira

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by habibahn09, 2021-03-23 20:26:15

Pesawat Kertas

sebuah novel karya JIhan Amira

Keywords: Novel

i

Pesawat Kertas

Penulis: Jihan Amira
ISBN 978-623-272-869-1

Editor: Syaiful Rahman
Penata Letak: @timsenyum
Desain Sampul: @timsenyum

Copyright © Pustaka Media Guru, 2020
vi, 76 hlm, 14,8 x 21 cm
Cetakan Pertama, September 2020

Diterbitkan oleh
CV. Pustaka MediaGuru
Anggota IKAPI
Jl. Dharmawangsa 7/14 Surabaya
Website: www.mediaguru.id

Dicetak dan Didistribusikan oleh
Pustaka Media Guru

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta, PASAL 72

Selayang Pandang

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah
SWT Yang Mahakuasa atas limpahan berkah,
rahmat, dan inspirasi sehingga buku ini dapat
terselesaikan. Salawat dan salam semoga tetap
tercurah kepada insan mulia sepanjang zaman,
Rasulullah Muhammad SAW yang mengantarkan kita
dari kegelapan kepada cahaya terang benderang.

Novel ini menceritakan tentang tiga anak yang
menjadi yatim. Mereka mendapatkan wasiat dari
almarhum ayahnya untuk masuk sekolah. Sebelumnya
Ryan memberikan pesawat kertas tentang cintanya
kepada Ruby, namun hubungan mereka berantakan
karena sahabat Ruby bernama Rita. Dia juga memiliki
perasaan kepada Ryan, lalu Ryan memiliki ide untuk
membuat pesawat kertas sebagai simbol cinta dan
minta maaf kepada Ruby.

Saya ingin berterimakasih kepada keluarga saya
yang telah mendukung buku ini untuk terbit. Terima
kasih juga kepada Kak Natia dan Bunda Wulan yang

iii

telah memberikan semangat pada saya. Begitu juga
dengan Kak Syaiful dan Kak April yang telah
mengajarkan saya tentang menulis.

Tentu peserta daring Sasisabu IV juga pantas
mendapatkan ucapan terima kasih karena telah
memotivasi saya untuk menulis buku ini. Semoga
buku ini mampu memberikan manfaat dan inspirasi
kepada para pembaca. Terakhir, saya ucapkan selamat
membaca!

Pekanbaru, 17 Juni 2020
Jihan Amira

iv

Daftar Isi

Selayang Pandang......................................................................iii
Daftar Isi ..................................................................................... v
Bagian 1 Awal Pertemuan........................................................... 1
Bagian 2 Anak Baru .................................................................... 7
Bagian 3 Ruby Cemburu ........................................................... 13
Bagian 4 Mimpi Aneh................................................................18
Bagian 5 Pesawat Kertas ..........................................................22
Bagian 6 Tim Hitam.................................................................. 26
Bagian 7 Diancam Dafa ............................................................ 30
Bagian 8 Buku Sakit Hati.......................................................... 33
Bagian 9 Kecewa.......................................................................37
Bagian 10 Kedai Kopi.................................................................41
Bagian 11 Naksir........................................................................ 45
Bagian 12 Teman Lama ............................................................ 48
Bagian 13 Jenny Dan Uzruri Berantem .....................................52
Bagian 14 Bingung.................................................................... 56
Bagian 15 Surya Playboy .......................................................... 60
Bagian 16 Squad Detektif Cinta ............................................... 64

v

Bagian 17 Taubat ...................................................................... 68
Bagian 18 Damai ........................................................................72
Profil Penulis .............................................................................75

vi

Bagian 1

Awal Pertemuan

Pagi pun tiba. Matahari bersinar terang. Saatnya
aku membangunkan kedua abangku yang
rewel.
“Oii... Indra, Surya, ayo bangun!” kataku sambil
bersiap-siap untuk mandi.

“Emangnya sudah jam berapa sih. Aku masih
ngantuk,” jawab Indra.

“Sekarang sudah jam enam, nanti kita telat lagi!
Cepetan mandinya, Ryan!” teriak Surya.

“Eee... Iya, iya,” jawabku.
Setelah semua siap, kami beres-beres dan
langsung pergi ke sekolah.
“Huh, pagi-pagi sudah buat masalah aja tadi,”
kataku.
“Yang penting lihat, sekolahnya besar juga ya,”
kata Surya.

1

“Iya, ya. Eh, aku duluan ya, mau cari Ruby. Kan
kemarin dia bilang sekolah di sini juga,” kataku sambil
pergi.

“Iya. Indra, aku mau ketemu si Sara, ada sesuatu
yang harus dibicarakan,” ujar Surya.

“Lah, aku gimana dong, kok ditinggal sendiri?”
tanya Indra.

“Ya ke kantin aja, daah..!” jawab Surya lalu pergi.


Ruby dan Rita lagi asyik latihan menari. Tiba-tiba
Rita teringat sebuah handuk kecil yang ada di dalam
tasnya yang merupakan hadiah istimewa dari
seseorang yang sangat spesial di hatinya.

“Rita, kenapa kamu memegang handuk kecil itu?
Kan enggak ada latihan nari,” tanya Ruby.

“Oh ini, dari seseorang yang spesial deh, tapi aku
sudah lupa namanya, hehe,” jawab Rita.

“Beritahu dong, bagaimana ceritanya? Kepo nih,”
kata Ruby.

“Jadi, dulu aku lagi latihan nari, terus pas sudah
selesai handuk ini hilang. Terus ada laki-laki, dia

2

menemukan handukku ini, lalu kami kenalan deh. Aku
rindu sama dia,” kata Rita.

“Semoga ketemu ya,” jawab Ruby.
“Oo ya? Aku ada teman nih, dari perumahanku
juga nih, mau aku kenalin?” tanya Ruby.
“Ehh…” Suara sesak napas.
“Ehh? Rita, mana inhaler-mu? di tas, kan? Ha, nih
pake, kita ke UKS ya.”
Rita dan Ruby berjalan menuju UKS sekolah. “Ya
sudah, untuk sementara kamu istirahat saja dulu di
sini. Nanti aku bilang kepada guru kalau asmamu
kambuh,” kata Ruby.
“Iya, Rub. Makasih ya, udah bantu aku,” jawab Rita.
“Iya dong, kan teman itu harus saling membantu?”
ujar Ruby.
“Hehe,” jawab Rita.
“Ya sudah, aku duluan ya, daah...!” kata Ruby.
“Dadaa…!” jawab Rita.



Sesampai di kelas anak-anak sudah sibuk
menunggu Ruby.

3

“Hmm, mana ya si Ruby. Oh, itu dia! Oi.., Ruby..!”
kataku memanggil Ruby.

“Hai Ryan! Dah lama ya enggak ketemu,” jawab
Rita.

“Kan kemarin ketemuan, hehe. Eh, itu jilbab yang
aku kasih kemarin ya? Cantik ya kalau kamu pake,”
kataku. Memang kami itu sahabat, tapi rasa pacar.
Kami juga sering ketemuan di perumahan.

“Hihi, bisa aja kamu. Yuk masuk ke kelas!” jawab
Ruby.

“Ayo,” jawabku sembari masuk ke kelas.
“Ehh, itu dia si Ryan. Ada informasi ini untukmu,”
kata Surya.
“Emang apa sih, mi goreng? Untuk apa? Aku kan
enggak pesan mi goreng,” jawabku.
“Itu untukku, bukan si Ryan, Surya,” kata Indra
tiba-tiba.
“Aaaa, oh Indra, kirain apa, hehe,” kata Ruby.
“Yuk duduk di kursi masing-masing,” kata Surya.
Kami pun belajar komputer selama dua jam.
Akhirnya tanpa terasa waktunya sudah selesai. Tiba-
tiba bel istirahat berbunyi.

4

Tiba-tiba Indra tidak sengaja menyenggol
seseorang.

“Heh! Enak saja ya kamu senggol aku, Aku itu
ketua kelas kalian. Push up 50 kali!” kata Dafa.

“Iya, dia Dafa. Ketua kelas yang juga seorang
gangster dengan tim bernama tim Kain Hitam, dia
selalu menggangu kami, hubungan aku dengan Ruby,
banyak deh pokoknya.”

“Maaf, Bang. Enggak sengaja,” kata Indra meminta
maaf.

“Tapi boong.” Indra membuat masalah lagi.
“Ishh, lihat saja nanti,” kata Dafa mengancam.
“Nanti apa?” kata Indra mengejek lagi.
“Ishh!” Dafa pun pergi.
“Heh, kamu kok kayak gitu ke dia? Dia kan ketua
kelas kita. Harusnya kita sopan,” kataku.
“Iya, iya,” jawab Indra.
“Dah ah, mau ama si Sara dulu. Daah...!” ucap
Surya.
“Daah...!” jawab kami.



5

Suasana kelas yang begitu ramai teriakan teman-
teman sebelum proses belajar dimulai.

“Kenapa kita enggak dihukum ya?” kataku heran.
“Karena kita bar-bar,” jawab Indra.
“Enggak juga,” kataku.
“Anak-anak, kalian kedatangan anak baru dari
Korea. Silakan memperkenalkan diri,” kata guru.

6

Bagian 2

Anak Baru

Hari ini kami disuruh masuk ke kelas. Aku,
Indra, Surya, dan Ruby masuk ke dalam kelas
dengan cepat.
“Hmmm, kira-kira kenapa ya kita disuruh masuk ke
kelas cepat-cepat?” tanya Ruby heran.

“Entah, padahal aku masih mau makan lagi,” jawab
Indra.

“Kamu ini, makanan terus, makanan terus,” ujar
Surya sambil duduk.

“Ehh, gurunya sudah datang tuh,” kataku.
“Anak-anak, hari ini kita ada murid baru ya, silakan
mengenalkan diri,” kata Bu Guru.
“Annyounghaseo, namaku Jenny, umurku 17 tahun,
salam kenal ya,” sapa Jenny.
Ya, itu Jenny. Gadis berumur 17 tahun yang
menyukai lagu genre K-Pop, pujaan hati si Indra. Dia
menyukai hal-hal yang chubby, seperti Indra, pipi si

7

Indra memang chubby yang membuat Jenny
menyukainya.

Kriiingg..!
Bel telah berbunyi. Saatnya kami untuk istirahat.
“Jenny imut ya, cantik lagi. Ya kan, Sur, Ryan?”
tanya Indra.
“Alah, cantikan lagi Sara,” jawab Surya.
“Kalau si Ryan mah, palingan si Ruby,” sambung
Surya.
“Betul, si surya tuh,” jawabku.
“Yadah, aku mau ketemu si Ruby ya,” jawabku
sambil pergi.
“Daaah!” jawab mereka berdua.
Aku pun mencari Ruby, lalu aku lihat dia berada di
kantin. Aku pun berlari ke arah Ruby.
“Hai Ruby, ngapain tuh?” tanyaku sambil duduk di
sampingnya.
“Oh, aku lagi ngerjain tugas sambil makan kue
nih,” jawab Ruby.
“Barengan yuk. By the way, bagi ya kuenya,” kataku
sambil mengambil kertas tugas.
“Hihi, boleh kok. Kan kita sahabatan,” jawab Ruby.

8

Beberapa menit telah berlalu. Akhirnya tugas kami
berdua telah selesai.

“Hosh! Akhirnya dah siap ya,” kataku.
“Kalau sama kamu mah jadi cepat selesainya,”
tambahku.
“Hehe, Ryan bisa aja deh,” kata Ruby.
“Yuk kita masuk kelas, bentar lagi bel kayaknya,”
jawabku.

Sementara di tempat Indra...
“Jenny, kamu dari mana?” tanya Indra.
“Aku barusan cari kamu, ehh ternyata di sini,”
jawab Jenny.
“Ohh, ini nih. Aku mau kasih kamu gorengan, hehe,
nih,” ujar Indra sambil memberikan gorengan kepada
Jenny.
“Wahh, makasih ya Indra. Kamu baik banget,
kamsahamida!” jawab Jenny.
“Ehh, arigatou?” kata Indra.
“Hihi, itu Jepang Indra. Lain kali belajar bahasa
Korea ya,” jawab Jenny sambil mengambil satu
bakwan.
“Oh. Hehe,” kekeh Indra.

9



Kringggg!!
Waktu istirahat telah selesai. Saatnya aku, Indra,
Surya, dan Ruby bersiap-siap memasuki kelas.
“Surya, tadi kamu ke mana? Kok enggak
kelihatan?” tanya Ruby kepada Surya.
“Aku ke tempat situ tuh, ketemu si Sara,” jawab
Surya sembari menunjuk ke arah kanan.
“Oohh, kalau kamu Indra? Kamu ke mana?”
tanyaku kepada Indra.
“Kalau kami tadi makan bareng sambil belajar
bahasa Korea,” jawab Jenny.
“Ehh, ada Jenny. Hai!” sapaku.
“Hai juga, Ryan?” jawab Jenny.
“Iya Ryan, hehe. Masa lupa dengan adiknya Indra
sihh,” kataku.
“Hehee maaf. Anyeonghaseo semuanya,” ujar
Jenny.
“Annyeong, Jenny!” sapa kami semua.
Kami memang selalu kompak, bermain bersama,
makan bersama, eskul bersama, usaha bersama,

10

belajar bersama, duduk bersama, bahkan berantem
bersama. Memang kami itu barengan terus.


Setelah pulang sekolah….
Aku, Surya, dan Indra sering sekali berkumpul di
pos ronda. Kadang-kadang ketemu Sara, Pak kades,
Ali,Ustaz Syafiq, Adi, atau musuh kami, Bang Ardi. Dia
sepupu si Dafa. Mereka sama sama licik, jahat, dan
selalu membuat masalah dengan kami.
“Huuuhh, bosen. Enggak ada yang lewat apa?”
kata Indra.
“Iya nih, bosen. Pulang aja yuk,” jawab Surya.
“Ya sudah, aku jajan bakso aja lah,” kataku.
“Ikut lah!” kata mereka.
“Ya sudah, ayo!” kataku.



Keesokan harinya…
“Ryan, sini ikut aku,” ajak Ruby.
“Oke Ruby. Emang kita ke mana sih?” tanyaku.
“Aku mau kenalin kamu sama temen aku nih,”
jawab Ruby.
“Ohh,” kataku.
“Rita, kenalin ini Ryan,” kata Ruby.

11

“Jlebb, Rita kan… Cewek yang suka sama aku dulu,
kayak mana yah ini,” gumamku.

“Rub, itu cowok yang aku bilang itu,” bisik Rita.

12

Bagian 3

Ruby Cemburu

“Hah?!” gumam Ruby.
“Halo Rita,” sapaku.
“Halo juga, Ryan,” jawab Rita.
“Ruby, temenin aku bentar ke sana,” ajakku.
“Tapi kan kita baru saja ketemu Ryan, masak
langsung ditinggalin sih,” kata Rita.

“Enggak apa-apa kok, Ryan. Kalian kan baru saja
ketemuan,” jawab Ruby.

“Ya sudah, Ruby, kami duluan ya,” ujar Rita.
“Ehh… Ehh,” kataku pelan.



Suasana kantin cukup ramai. Anak-anak sibuk
berbelanja. Ada yang sedang makan dan ada juga
yang sedang bercerita. Di sana tampak Jenny bersama
Indra.

“Jenny, suapin dong,” kata Indra.

13

“Aneh bener kamu, dah besar masih mau disuapin.
Enggak malu apa dilihatin orang?” jawab Surya sambil
mengunyah donat.

“Bener tuh kata Surya, Sara aja enggak minta
disuapin tuh, kamu kan yang paling besar, kok kamu
yang minta disuapin,” ujar Sara.

“Kan jadi malu,” jawab Indra.
“Hahaha.” Mereka pun tertawa.
Kringg!!
Bel telah berbunyi. Saatnya kami masuk kelas.
Kami tidak sabar karena pelajaran selanjutnya adalah
komputer.
“Yei, computer!” teriak Indra.
“Kamu berisik banget sih, Indra,” kataku.
“Hehe, kan aku enggak sabaran,” ujar Indra.
“Kamu terlalu semangat ya Indra, aww.. kiyowoo,”
kata Jenny.
“Iya nih Jenny,” jawab Indra.
“ Ya sudah, yuk masuk ke ruang computer,” ajak
Surya.
Hari ini aku berada di antara beruntung atau tidak,
beruntungnya aku bermain di ruang komputer, tidak
beruntungnya, ketemu si Rita. Aku enggak suka dia

14

sama sekali. Kalau harus memilih Ruby atau Rita, tentu

saja aku memilih Ruby. Dia salihah, cantik, pintar, dan

abangnya ustadz lagi. Wah, idaman banget tuh.

Setelah belajar komputer, kami pun langsung

pulang ke rumah menaiki mobil hasil uang warisan

ayah kami. Sesampainya di rumah, kami pun langsung

mengganti baju, lalu makan. Aku lihat Indra sedang

video call dengan Jenny, sedangkan Surya lagi pergi

mau beli makanan dan aku sendiri sedang

mengerjakan tugas.



Malam hari setelah shalat Isya di musala aku
menunggu Rubby di pertigaan sebab biasanya Rubby
pasti lewat sini setelah pulang shalat Isya. Jalan itu
yang sering dilewati Ruby ke rumahnya. Aku
menunggu terus hingga akhirnya aku menemuai dia.
Aku pun bergegas mendekati dia.

“Assalamu’alaikum, Ruby,” sapaku dengan salam.
“Wa’alaikumus-salam, Ryan,” jawab Ruby.
“Kenapa? Kok kamu kayak murung gitu?” tanyaku.
“Enggak ada kok Ryan, aku duluan ya,” ujar Ruby.

15

Aku pun merasa sedih. Mungkin dia kecewa
denganku, apa yang harus kulakukan.

Sesampainya di rumah, aku pun memiliki ide,
bangaimana kalau menggunakan pewasat kertas. Itu
gampang, namun menyentuh hati. Aku pun menulis
kata-kata, lalu kulipat menjadi pesawat kertas.

Disana tertulis RUBY X RYAN SELAMANYA, lalu aku
letakkan di meja teras rumah Ruby dan aku ketuk
pintunya, lalu pulang.

“Ehh? Apa ini, pesawat kertas?” gumam Ruby.
“Ruby x Ryan Selamanya, Ryan?” kata Ruby.



Keesokan harinya, aku, Indra, dan Surya bersiap-
siap ke sekolah. Pagi-pagi sekali aku bangun dan
berkemas untuk berangkat kesekolah. Ibu sudah
menyiapkan sarapan pagi.

“Udah siap kalian sarapan? Lama banget ih,”
kataku sambil menggandeng tas ransel.

“Bentar, aku mau mandi dulu,” jawab Indra.
“Hah?! Kamu belum mandi? Telatlah kita!” teriakku
dan Surya.

16

“Hehe, canda-canda, tegang amat,” ujar Indra
menghibur.

“Huhh, kirain benaran,” kata surya.
“Yosh, kita ke sekolah!” ajakku.
Sesampainya di sekolah. Kami bertemu dengan
teman-teman di halaman sekolah. Mereka berteriak
semua sebab hari ini sekolah pulang lebih awal, tidak
seperti biasa.
“Hari in Jum’at, kita bisa pulang cepat nih,” kataku.
“Ehh, tapi kita telat, sekarang jam… Hah?! jam 10!”
sorak Indra.
“Apa? Ayo cepetan ke kelas!” kataku dan Surya.
Setelah satu jam kemudian bel panjang sekolah
berbunyi. Anak-anak berhamburan ke luar kelas.
Terlihat Indra dan Surya kegirangan sambil menjinjing
ranselnya berjalan dengan penuh ceria.
“Yei, akhirnya pulang!” kataku, Indra, dan Surya.
“Huhh, tidur yuk,” ajak Surya.

17

Bagian 4

Mimpi Aneh

“Hah?! Itu kan, Bapak? Kok masih hidup?”
tanyaku.
“Ryan, kamu adalah satu satunya
harapan Bapak. Jadi, kamu harus mengurus abang-
abangmu, buat mereka hindari perbuatan jahat?”
jawab Bapak.

“B-baik, Pak,” kataku terbata-bata.
Pada saat yang sama Indra juga sedang mimpi
bapaknya yang telah meninggal.
“Bapak? Bapak kan mati, jadi… Aaaa-,” sorak Indra.
“Shhh, Indra, kamu yang tertua di antara mereka,
jadi kamu harus memberikan contoh yang baik, bukan
seperti itu? Dan Bapak tidak pernah mengajarkan sifat
manja dan tidak sopan,” tegur Bapak.
“A-ampun, Pak. Iya, Pak. Aku bakal baik sama adik-
adik, janji,” ampun Indra.
“Ingat Indra, janji adalah hutang, mengerti?” kata
bapak.

18

“Janji, Pak. Janji,” jawab Indra.

Sedangkan Surya juga mimpi bertemu bapaknya.

“Pak? Itu bapak, kan? Bukannya bapak

meninggal?” tanya surya.

“Nak Surya, kamu harus baik ke abang dan

adikmu. Jangan hanya peduli si Sara. Ingat, kamu itu

bersaudara,” kata bapak.

“Iya, Pak. Tapi merek-,” potong Surya.

“Tak ada tapi-tapi, pokoknya harus baik!” jawab

bapak.



Kami pun bangun secara bersamaan. Kami saling
menanyakan apa mimpi kami.

Secara serentak aku, Indra, dan Surya terbangun
dari mimpi sambil menceritakan mimpi masing-
masing tentang ketemu bapaknya.

“A-aku mimpi ketemu bapak,” kata Surya.
“Kok sama, aku juga mimpi bertemu bapak,”
kataku.
“Kalian kok mimpinya sama kayak aku?” ujar Indra.

19

Kami pun sarapan. Hari ini kami makan telur
ceplok dengan ayam goreng kriuk. Hmmm, baunya
enak sekali.

“Tapi aku masih heran, kenapa mimpi kita sama
ya? Emangnya apa yang dikatakan bapak?” tanya
Indra.

“Kalau aku sih disuruh menjadi abang dan adik
yang peduli kepada mereka, bukan hanya Sara,” jawab
Surya.

“Aku disuruh menjadi abang yang memberikan
contoh yang baik ke adik adiknya,” ujar Indra.

“Aku sih dijadikan satu-satunya harapan bapak,
juga jangan egois,” kataku.

“Kalau si Surya mah rata-rata pedulinya ama si
Sara terus,” ejek Indra.

“Ya, kan aku mau berubah, Indra nih,” jawab Surya.
“Yang penting, kita ke mana nih? Kan hari ini hari
Minggu,” tanyaku.
“Kita ke mal yuk, dah lama enggak ke sana,” jawab
Surya.
“Yok lah,” jawab kami.
Tidak beberapa lama aku bersama Indra dan Surya
berjalan ke mal.

20

“Jadi kita beli apa?” tanyaku.
“Hemm, aku mau beli makanan di sana,” ujar Indra.
“Aku mah, mau ke sana,” kata Surya sambil
menunjuk ke arah kanan.
“Aku mau cari kertas warna-warni dan bunga,”
jawabku.
“Untuk siapa nih??” tanya Indra dan Surya.
“Ada deh,” kataku sambil pergi ke tempat
peralatan seni.

21

Bagian 5

Pesawat Kertas

Setelah membeli beberapa alat menulis dan
bunga-bunga, aku pun langsung membuat
kata-kata untuk Ruby.

Dear Ruby, aku ingin meminta maaf kepadamu.
Aku terpaksa mengikuti Rita karena jika tidak, kami
akan dikeluarkan dari sekolah, tolong megerti Ruby.

Lalu aku memberikan hiasan dan bunga-bunga
tersebut. Aku pun bergesas ke rumah Ruby dan
meletakkannya di meja teras, setelah itu aku pulang.

“Oi Ryan, kamu dari tadi ke mana sih, aku dari tadi
nyariin tahu?” tegur Indra.

“Hehe, barusan ke rumah Ruby,” kataku.
“Yodah, mandi sana, busuk tahu,” jawab Surya.
“Iya, iya,” ujarku.



22

Sekarang sudah sore, aku, Indra, dan Surya sedang
jalan-jalan. Tiba-tiba kami bertemu dengan Dafa. Yap,
orang yang disenggol Indra.

“Ehh! kamu yang nyenggol aku di sekolah ya. Wah,
kurang ajar kamu!” tegur Dafa.

“Eh,” jawab Indra.
“Ingat, kamu harus push up 50 kali, cepat!” bentak
Dafa.
“Besok lah pas sekolah,” kata Surya.
“Iya, sekarang kan udah mau magrib,” sambungku.
“Oke dah, ingat ya, besok!” jawab Dafa.



Malam pun tiba. Kami makan malam dan bermain
handphone.

“Ayo tembak, dhuarr! Kulempar bom nih. Eh, Doni
sekarat, revive, revive!”

“Indra!” sorakku.
“Yah… Doni mati…, kenapa?” tanya Indra.
“Kamu besok kan harus push up 50 kali, latihan
sana!” kata Surya.
“Iya, iya nih, 1, 2, 3, 4, 5, 6. Huhh, capek,” kata
Indra.

23

“Enam aja udah capek, apalagi lima puluh,” kataku.
“Coba aku minta nomor telepon dia dari si Ruby,”
ujar Surya.

Tut! Tut! Tut!

“Halo, ini Surya, adiknya Indra, mau nanya nih,
kalau enggak push up 50 kali dapat apa? Hah? Oke,”
kata Surya lewat telepon.

“Kenapa?” tanyaku.
“Kalau enggak push up 50 kali, akan dilapor ke
kepala sekolah untuk dikeluarkan,” jawab Surya.
“Cuman hal sepele gitu? Ahh, ngambek!” kata
Indra.
“Kamu nih, kayak cewek aja. Tanggung jawab
dong,” jawab Surya.
“Iya, tuh,” kataku.
“Dah ahh, mau tidur dulu,” ujar Indra.
“Enggak boleh, kamu harus latihan dulu, lagi pula
ini baru jam 7,” kataku.
“Iya, iya, 1, 2, 3, 4, 5.”



24

Kesekokan harinya Ryan bertemu dengan Ruby di
sekolah.

“Ryan, aku maafin kok, hehe,” jawab Ruby.
“Beneran? Wah, makasih ya,” kataku.
“Iya dong,” kata Ruby.
Tidak berapa lama Indra datang menjumpai Ryan.
“Eh, si tukang marah enggak datang tuh,” kata
Indra.
“Iya, ya,” jawab Surya.
“Berarti sia-sia kamu latihan, hahaha,” kataku.
“Iya juga ya,” jawab Indra.
“Itu cuman Dafa, anak buahnya enggak.” Tiba-tiba
salah satu anak buahnya menghampiri kami.
“Kain itu,” kata Surya.

25

Bagian 6

Tim Hitam

“Iya, kenapa? Ada masalah dengan kain ini?”
tanya anak buah Dafa.
“Kok warna hitam, kenapa enggak warna
pink saja,” ejek Indra.

“Heh, Indra! Ingat kata bapak,” bisikku.
“Oh iya ya,” jawab Indra sambil berbisik.
“Maaf, Bang. Enggak sengaja bilang itu, Bang,”
kata Indra.
“Kali ini kami maafin, tapi kalau sekali lagi terjadi,
kami akan melaporkannya ke ketua tim hitam,” ancam
mereka.
“I-iya,” jawab Indra.
“Mereka seram ya,” kataku.
“Iya nih,” jawab indra.
“BTW, mana Surya?” tanyaku.
“Entah, palingan di kantin,” kata Indra.
“Ya sudah, yuk kita cari,” ajakku.
“Yok lah,” kata Indra.

26

Sementara Ruby dan Surya lagi di kantin makan mi
rebus.

“Enak ya mie rebus yang ini, rasanya enak! Makasih
ya Ruby,” kata Surya.

“Iya, sama-sama,” jawab Ruby.
“Itu dia. Oi.., Surya!” teriak Indra.
Kami pun berlari ke arah meja kantin, lalu duduk di
samping Surya.
“Kamu dari tadi ke mana sih, kami tadi cariin
kamu,” kataku.
“Hehe, tadi aku lagi lewat kantin, terus aku lihat
ada Ruby, jadi aku samperin, ternyata dia lagi coba
mie baru ini, gitu,” cerita Surya.
“Oh,” ujarku.
“Ehh, Ryan. Makasih ya, yang pesawat kertas
kemarin, hehe. Aku maafin kok!” Kata-kata Ruby yang
membuatku terharu akan itu.
“Cie cieee, ada yang maafan nih eakk,” goda Indra.
“Indra, kamu nih, godain orang terus. Enggak ingat
kata Bapak?” tegur Surya.
“Bukannya Bapak kalian sudah meninggal, kok bisa
bicara?” tanya Ruby keheranan.

27

“Dua hari yang lalu, kami sedang tidur, tiba-tiba
kami bermimpi dinasihatin bapak gitu,” kata Indra.

“Oh, gitu,” jawab Ruby.
“Ryan itu datang,” kata Rita.



Kutatap wajah Ruby. Muka dia seperti orang sedih.
Tidak ada senyuman. Aku merasa kasihan, namun aku
juga takut dikeluarkan oleh bapaknya Rita. Bapaknya
adalah kepala sekolah di sini. Aku pun bingung, tidak
tahu mau memilih ke mana, akhirnya aku memilih
untuk kabur.

“Eeh, Ruby, Rita, aku ke toilet dulu,” kataku.
“Sur, ikut aku cepat,” ajakku sambil berbisik.



Suasana kelas waktu istirahat.
“Kenapa Ryan? Ini kan waktu istirahat, kok di
kelas?” tanya Surya.
“Stt, aku di sini bingung, pilih Ruby atau Rita, yang
mana nih?” tanyaku panik.
“Heh, yang kita takuti sekarang itu Dafa dan tim
hitammnya, bukan masalah cewek,” kata Indra.

28

“Huh, sekarang tambah dengan masalah Indra,
salah Indra sih malah menggangu dia, kita kan jadi
ikut masalah,” kataku.

“Eitss, bentar ada telepon, halo? Hah?! Ditambah?
Kok gini sih,” telepon Surya.

“Kenapa? Kok panik?” tanyaku setengah panik.
“Push up kamu ditambah,” ujar Surya.

29

Bagian 7

Diancam Dafa

“Push up kamu In, ditambahin 50 kali, jadi
100 kali,” jawab Surya.
“Kan jadi banyak, kamu sih Indra.
Sudah lah, enggak mau bantu kamu lagi,” bentakku.

“Katanya, kalau Indra enggak push up 100 kali
besok, dilaporin ke kepala sekolah,” kata Indra.

“Dan kami enggak mau bantu kamu lagi, tanggung
jawab sendiri dong,” ujar kami.

“Yah, kalian gitu deh,” kata Indra.
“Yok Sur, kita balik ke kantin,” ajakku.
“Yok lah, aku mau bayar mi tadi,” jawab Surya.
Kami sudah muak dengan si Indra. Dia selalu
membuat masalah, terutama pada si Dafa. Biarlah dia
yang urus masalahnya sendiri.
Malam harinya anak-anak lagi asyik memainkan
handphone-nya masing-masing. Kami pun melihat
Indra sedang belajar push up di internet, lalu kami
makan dan bermain handphone.

30

“Tumben tuh, dia belajar, biasanya engg-,” kataku.
“Pew… pew, tembak! Lempar granat, dhuarrrr! Apa
Ry?” teriak Surya.
“Enggak, enggak jadi,” jawabku.
“Ya sudah, pew!” lanjut Surya.
Pagi sekali Surya dan Indra siap-siap untuk
berangkat sekolah.
Kami pun bersiap-siap ke sekolah, lalu kami
melihat Indra pergi ke suatu tempat.
“Indra, kamu ke mana? Situ kelas loh,” kataku.
“Aku mau cari Dafa, mau nunjukin kalau aku bisa!”
ucap Indra sambil penuh semangat dan tersenyum.
“Ohh, semangat ya Indra!” kataku menyemangati
Indra.
“Iya, bye the way, Surya hilang lagi,” ujar Indra.
“Surya nih, anaknya hilang terus. Ya sudah, aku cari
Surya dulu, kamu cari si Dafa, semangat!” kataku
kepada Indra.
“Iya,” jawab Indra.
Surya langsung ke kantin. Dia penasaran pada
seseorang yang telah berjanji dengannya.

31

Aku lihat Surya sedang duduk menunggu
seseorang. Aku tidak tahu siapa yang ditunggunya,
jadi aku mendanginya saja.

“Hei, Sur. Kamu nugguin siapa nih?” tanyaku.
“Sara,” jawab Surya.
“Et dah, kirain apaan,” kataku.
“Hehe, ya sudah, sini aku traktir mi.”
“Yei...!” sorakku.
Tiba-tiba aku melihat Indra berlari ke arah kami.
“Sur, Ry, ikut aku! Sini sini!” ajak Indra sambil panik.
“Oke, oke. Emang ada apa?” tanyaku.
Tapi tidak dijawab oleh Indra. Aku lihat mukanya
kayak takut. Aku lihat dari kejauhan. Ternyataaa…
“R-ruby, Adi!” ujarku.

32

Bagian 8

Buku Sakit Hati

“Ruby, kamu ngapain?” tanya Dafa
mendekati Ruby.
“Oh, aku sedang membaca buku ini,”
jawab Ruby.

“Aku mau ngomong sesuatu nih,” kata Dafa.
“Indra, Ryan, dan Surya akan aku laporkan ke
kepala sekolah,” lanjut Dafa.
“Hah? Kenapa? Kan mereka tidak ada salah,” jawab
Ruby.
“Asalkan Ruby menjadi pasanganku,” kata Dafa.
Dafa pun merampas buku Ruby dengan paksa dan
mengangkat buku itu tinggi-tinggi.
“Heh! Berhenti!” teriak seseorang yang sepertinya
aku kenal. Tunggu, itu Adi. Kok dia bisa ke sini,
bukannya dia di sekolah lain.
Aku pun ikut membantu si Ruby. Dafa berhasil
kabur saat itu. Huhh, namun aku melihat hal yang
membuat aku sedih dan cemburu. Ruby lebih memilih

33

ditolong Adi daripada aku. Aku merasa kesal
dengannya.

Kringgg!
Bel pun berbunyi. Saatnya aku dan dua abangku
masuk ke kelas dan tiba-tiba ada pengunguman.
Sekarang ada anak baru yang dulu sudah bersekolah
di sini.
“Kira-kira siapa ya? Apa cewek lagi?” gumam
Surya.
Ternyata cewek lagi, dia bernama Uzuri. Memang
namanya berasa dia dari Jepang, tapi dia asli dari
Indonesia. Mungkin saja kakeknya berasal dari Jepang
ke Indonesia. Anehnya dia sering bersama Indra. Iya,
Indra, cowok tinggi yang gembul dan suka membuat
usil disukai oleh gadis cantik ini. Memang aneh dan
katanya Jenny juga memiliki perasaan yang sama
dengan Uzuri.
“Hadeh, cewek lagi cewek lagi. Enggak ada yang
cowok apa?” kata Surya.
“Aku mah untung,” kata Indra dengan sombong.
“Ish, bye the way aku juga untung tapi bingung
mau pilih Ruby atau Rita,” kataku bingung.
“Hemm oh iya,” kata Indra.

34

Ternyata ada anak baru lagi. Namanya Adi, adik
angkat dari bapak kami yang mengambil Ruby dariku.
Aku masih sebal dengan dia.

Sesampaimya di rumah, kami langsung istirahat
karena bosan dan mengantuk.

“Jadi kita ngapain nih? Bosen,” kataku.
“Nge-galau aja, Ry. Kayak aku,” jawab Surya.
“Yah, satu tim dengan si Doni lagi nih. Yah, kalah
lagi ini kayaknya,” kata Indra.
“Kamu main game terus, main game terus, enggak
ada yang lainnya apa?” kataku memarahi indra.
“Hehe, enak tahu,” jawab Indra.
“Iya enak, lihat pas mata sakit, baru enggak enak,”
kata Surya.
“Ya sudah, aku enggak main hape, tapi aku masih
bosan,” jawab Indra.
“Kita jalan-jalan aja yuk daripada di rumah terus,”
ajakku.
“Yuk lah, tapi naik mobil ya, aku capek,” ujar Surya.
“Oke, oke. Mana kunci mobilnya,” kataku.
“Aku yang nyetir ya,” kata Indra.
“Iya lah, kan kamu yang paling tua, kami kan
belum bisa nyetir.”

35

“Ya sudah. Ayo,” kata Surya.
Indra pun tergesa-gesa berangkat ke taman.
“Dah sampai nih, ayo turun!” kata Indra.
“Ehh, ayo bangun. Hei, ayo!” kata Indra.
“Hehm, kenapa sih,” kataku sambil mengantuk.
“Dah sampai tahu,” kata Indra.
“Ohh…oke, oke, Sur!” teriakku.
“Apa sih,” kata Surya.
“Sin- Ehh.... Surya, lihat!” kata Indra menunjuk ke
arah jendela.
“Sa-Ra?” kata Surya dengan kaget.

36

Bagian 9

Kecewa

“Si Adi beraninya dekatin si Sara itu,” ujar
Surya.
“Sabar aja, Sur. Mungkin Sara perlu
bantuan, tapi enggak ada orang, eh datang si Adi
nolong dia,” kataku.

“Iya, jangan suuzan, Sur,” sambung Indra.
“Ya udah, yuk turun,” ajak Surya.
Kami pun mencari tempat santai, lalu membeli
makanan dan minuman yang enak. Tiba-tiba ponsel
Indra bordering. Aku lihat dari Mbak Tyas, ibu
keempat kami. Dia masih muda jadi kami sering
memanggilnya mama muda.
“Halo, Mbak? Kenapa? Buka usaha? Jual? Oh, oke,
oke, Mbak. Assalamu’alaikum,” ujar Surya sambil
menelepon.
“Kenapa, Sur?” tanyaku dan Indra.
“Kita disuruh membuat usaha, disuruh jualan kopi,”
kata Surya.

37

“Tapi kan kita cuman bertiga, mana sanggup
berkerja gitu,” kataku.

“Tenang, kan ada bantuan Lisa, Sara, Uzuri, dan
Ruby,” jawab Surya.

“Okelah tuh,” kata Indra.
“Besok kita mulai ya,” kataku.
“Oke,” jawab mereka.



Keesokan harinya aku menyuruh Sara, Jenny, Ruby,
Uzuri untuk berkumpul di rumahku.

“Yei, hari pertama jualan senang sekali,” kata Jenny
dan Uzuri dengan imut? Meh, masih imutan Ruby
menurutku.”

“Hai, Gaisss. Jadi kami bersiap-siap untuk
membuka warung kopi travelling nih, nanti kami
mulainya di sekolah kami, ke sana ya biar ramai. Enak,
Gaiss,” kata Sara sedang nge-vlog mempromosi kopi
kami.

Tapi kami harus tes rasa kopi tersebut. Sara mulai
mencoba kopinya.

“Mmm, enak banget. Jadi mau lagi,” kata Sara
sambil tersenyum.

38

“Hmm, baunya wangi ya. Mmm, enak,” lanjut Ruby.
“Berarti laris dong. Ya sudah, kita masukkan
barang-barang ke dalam mobilnya,” ajak Surya.
Sesampainya di sekolah....
“Perhatian-perhatian semua, kami sedang
membuka kedai kopi karena hari ini hari pertama, jadi
hari ini gratis!” kata Surya.
“Yei, ayo mulai bekerja!” kata Jenny dengan
semangat.
“Kami belajar dulu ya. Dah mau telat nih,” teriak
kami bertiga.
“Daaah!” jawab Ruby, Uzuri, Jenny, dan Sara.
Beberapa jam telah berlalu. Akhirnya tugas tugas
menyebalkan itu telah selesai. Saatnya aku mengecek
kedai kopiku tersebut, tapi tiba-tiba Rita
menghampiriku.
“Ryan, lagi ngapain?” tanya Rita dengan nada yang
menyebalkan.
“Ehh, ini lagi mau cek kopi aku,” jawabku terbata-
bata.
“Wahh, temanin aku dong, mau coba juga,” kata
Rita sambil menarik tanganku ke kedai kopi tersebut.

39

Jlebb, rasanya kayak dihujanin 2001 panah dari
seluruh arah. Aku melihat Ruby. Yap, dia terlihat
kecewa, sedih, seperti batu, terdiam sunyi, hampa.
Jujur aku merasa kasihan, tapi apa boleh buat, bisa
saja Rita akan membalas dendam jika aku selalu
mendekati Ruby.

“E-ehh, aku mau ke toilet dulu ya,” kataku.
“Ohh, iya, iya,” jawab Rita.
“Ehh, kira-kira, kenapa ya, Ryan akhir-akhir ini
selalu menjauhiku, Uzuri?” tanya Rita dengan sedih.
“Ehh, mungkin Ryan memiliki seseorang yang
disukainya,” jawab Uzuri dengan takut.
Benar saja, asma dia kambuh lagi dong. Uzuri
mengambil inhaler, lalu memberikannya kepada Rita.
Keesokan harinya Dafa besama anak buahnya
menuju kedai kopi.
Tiba-tiba dengan santai Dafa dan anak buahnya
datang ke kedai kopi milik kami, lalu menukar inhaler
yang di tas Rita dengan Indra.
Lalu, dia pun memaksa kami memberikan kopi
gratis. Dia bahkan menyamar menjadi bapaknya Rita
demi itu dan hampir ketahuan. Banyak masalah yang
kami hadapi gara-gara dia.

40

Bagian 10

Kedai Kopi

Hari-hari telah berlalu. Tentu saja makin
banyak masalah di kehidupan kami. suatu
hari Dafa membuat masalah lagi. Yap, seperti
halaman sebelumnya.

Aku sedang berjalan bersama Ruby di sekolah,
keliling-keliling sekolah. Kami bersenda gurau.
Pokoknya bahagia. Kami tidak tahu kalau Rita ada di
belakang kami. Kami terus berjalan hingga Ruby
mendengar suara sesak napas. Kami pun melihat ke
belakang, ternyata ada Rita. Kami pun panic, lalu
membawa Rita ke kedai kopi. Kami mengacak tas Rita
dan tidak ada, lalu Dafa membuka tas Indra dan aku
lihat ada inhaler Rita.

“Hah?! Kok ada Inhaler-nya Rita di tas kamu?”
tanya Surya.

Dafa pun berkata sambil tersenyum licik, “Kamu
mau buat orang makin sakit ya, akan aku lapor ke
polisi ini mah.”

41

“Ishh, enggak!” kata Indra.
Plakk!
Suara keras terdengar mengenai Dafa. Indra
menampar Dafa hingga pingsan, lalu semuanya panik.
Jlebb, kepala sekolah masuk. Wah, ketahuan deh kami
membuat masalah lagi.
“Kenapa pada rebut? Kenapa si Dafa pingsan gitu?
Siapa yang apain?” tanya kepala sekolah dengan
lantang.
“Indra, Pak,” sorak anak-anak.
“Kamu, In-” kata kepala sekolah, lalu
perkataaannya dipotong oleh Sara.
“Tapi, Pak. Si Dafa yang duluan, Pak. Dia menukar
inhaler yang ada di tas si Rita, Pak. Aku ada bukti dari
hape yang aku gunakan untuk nge-vlog!” kata Rita
dengan lancang.
“Betul, Pak. Dia barusan makan denganku dan
Uzuri, ya kan Uzuri-chan?” lanjut Jenny.
“Betul, Pak. Betul. Lalu kami mendengar sesuatu
dan melihat kekacauan tadi,” ujar Uzuri.
“Coba Sara, perlihatkan videonya!” kata Surya.
Setelah di beritahukan videonya, akhirnya Dafa
bangun dari pingsannya.

42


Click to View FlipBook Version