Giat Seribu Warna
Catatan Perjalanan Calon Guru Penggerak Angkatan 3
Kabupaten Barito Utara
YouTube
Khairun Nissa
Book Link : https://anyflip.com/yrtlh/nlja/
Penulis
Khairun Nissa, S.Pd.
Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas karunia-Nya
sehingga penulisan buku dengan judul “Giat Seribu Warna”
dapat penulis selesaikan. Buku ini berisikan Catatan Perjalanan
Calon Guru Penggerak Kabupaten Barito Utara yang
mengikuti Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3. Penulis
berharap agar cerita ini dapat memberikan inspirasi dan
memotivasi rekan guru dimana pun berada untuk selalu
meningkatkan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran
yang berpihak pada murid, dan agen transformasi ekosistem
pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.
Manis, pahit, getir atau gagal sebagai pemanis cerita, tetap
bangkit kembali karena semua kesuksesan tidak dapat diraih
secara instan.
Penulis berterima kasih kepada semua pihak yang
mendukung hingga penulis sampai di titik ini. Kepada
keluarga tercinta, dan kepada orang-orang yang telah
memberbagi ilmu tanpa pamrih. Semoga apa yang telah
dilakukan untuk dunia Pendidikan menjadi catatan amal
jariyah di sisi Allah Swt. Aamiin yaa rabbal ’aalamiin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
i
Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................. i
Daftar Isi ............................................................................ ii
Lulus Seleksi Calon Guru Penggerak Angkatan 3 ...... 1
Pengenalan LMS .......................................................... 7
Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan ..................... 10
Uji Kinerja PPG vs PGP .............................................. 13
Lakukan Lakukan dan Lakukan .................................. 19
Visi Impian .................................................................. 21
Budaya Positif ............................................................. 23
Komunitas Praktisi ...................................................... 26
Diferensiasi .................................................................. 31
Mulai Dari Diri ............................................................ 37
Jadi Nyata .................................................................... 40
Coaching ...................................................................... 42
Ambil Keputusan yang Tepat ...................................... 48
Kekuatan Apa yang Kami Miliki?................................ 53
Aset Kita....................................................................... 56
Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid ... 59
Puisi Murid Kelas VII SMPN 4 Gunung Timang ....... 68
ii
Lulus Seleksi Calon Guru Penggerak
Angkatan 3
Tim seleksi Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi telah melakukan proses seleksi tahap 2
calon guru penggerak angkatan 3, melalui seleksi simulasi
mengajar dan wawancara. Pengumuman Kelulusan Hasil
Seleksi Tahap 2 Calon Guru Penggerak Angkatan 3 Nomor :
3310/B2/GT.03.15/2021 tanggal 14 Juli 2021, sejumlah 4446
orang calon guru penggerak telah mengikuti seleksi tahap 2
pada tanggal 24 Mei s.d. 3 Juli 2021, dan sejumlah 2.801
peserta dinyatakan “LULUS CALON GURU PENGGERAK
ANGKATAN 3”. Lembar ke 6 nomor urut 26 bertuliskan
nama saya “KHAIRUN NISSA SMPN 4 Gunung Timang
Kabupaten Barito Utara Kalimantan Tengah”.
Pikiran saya bercabang kesana dan kemari, sedangkan
saat ini saya telah menjalani Pendidikan Profesi Guru Dalam
Jabatan (PPG-Dj) Angkatan 1 GPAI Kementerian Agama yang
telah berjalan kurang lebih 2 bulan. Sungguh tidak dapat saya
pikirkan kedepan harus bagaimana? Ditambah secepatnya
segara diminta untuk melakukan konfimasi keikutsertaan
1
secara daring di SIMPKB. Mengunduh, mencetak, mengisi
dan menandatangani (di atas materai 10.000) dokumen Pakta
Integritas. Panik? Ya. Saya hubungi Ibu Pahrina Pengajar
Praktik Kabupaten Barito Utara, beliau juga adalah Pengawas
pada Dinas Pendidikan Kabupaten Barito Utara. Sedikit
bercakap-cakap beliau menyarankan untuk tetap ikut karena
tidak mudah untuk dapat berhasil lulus seleksi calon guru
penggerak. Masukan dari beliau akhirnya menanggalkan hati
yang gundah gulana.
“Entah mengapa saya bisa lulus seleksi calon guru
penggerak? Berbarengan lagi dengan PPG. Oh My God. Ucap
saya pada diri sendiri. Lulus pretes PPG-Dj PAI Tahun 2019
tetapi baru mendapatkan panggilan berangkat PPG Tahun
2021, sudah tidak menjadi rahasia lagi jika PPG untuk guru
PAI antrinya bak akan naik haji ckckck.. Mungkin ini rezeki
saya karena masa kerja terhitung sejak honorer TMT 1 Juli
2013 dan dapat ikut pretes saat itu, sekarang masa kerja PNS
telah 2 tahun, doa saya terkabul alhamdulillah PPG
dilaksanakan secara daring. Merasakan nikmatnya PPG yang
telah berjalan 2 bulan siang malam dengan tugas dan zoom.
Siapa yang akan tahu jika PGP akan segera dilaksanakan?
Benar saya ingat, saya telah mengikuti tahap 1 tes essay
dengan seabrek pertanyaan, tes bakat skolastik seperti
2
mengulang tes seleksi kompetensi dasar CPNS. Tahap 2 tes
mengajar, sempat asessor menanyakan kepada saya “Mba
Nissa, apakah gugup?” Saya jawab dengan jujur “Iya Bu saya
gugup?” Bagaimana tidak setelah pengumuman tahap 1 yang
saya dapatkan malam hari saya mendapatkan chat dari panitia
yang mengingatkan bahwa besok akan tes mengajar.
“Sepertinya saya urutan pertama tes mengajar?” pikir saya.
Pukul 20.00 WIB suami saya akan lembur kantor dan tak lupa
saya minta untuk membawa oleh-oleh yaitu PAPAN TULIS.
“Dimana ya ada orang jualan papan tulis malam-malam
gini?” sahut suami saya. Saya hanya terdiam. Suami saya
segera untuk berangkat. Sambil saya tengok aplikasi hijau,
ternyata 1 pesan dari suami saya menyampaikan bahwa ada
toko yang menjual papan tulis malam hari itu. Saya hanya
terdiam karena memikirkan apalagi yang harus saya sediakan
untuk tes mengajar. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang
sudah saya print out ditandatangan Kepala Sekolah dan
terbukukan rapi secepatnya saya scan dan upload ke halaman
GURU BERBAGI SIM PKB. Beberapa buah rpp memang
sering saya share pada halaman tersebut, suka-suka itu sering
saya kerjakan untuk menambah pengetahuan terkait RPP dan
saya bagikan.
Pukul 22.00 WIB suami saya tiba dirumah dengan
3
menenteng sebuah papan tulis ukuran sedang tidak besar dan
tidak terlalu kecil, spidol pun tak lupa dia belikan. Terlihat
tentengan map pada tangan kiri hasil lemburnya, nampak
bagus map tersebut dan akhirnya saya memiliki ide untuk
mengeksekusi map tersebut menjadi halaman masjid yang
ditempeli dengan sticky note jadilah sebuah alat peraga posisi
sholat berjamaah, sederhana sekali dari map bekas lembur
suami, besok siap saya jadikan teman saat tes mengajar. Pagi
hari aku berangkat ke sekolah, yang harus ditempuh kurang
lebih 1,5 jam bagaimana tidak 78 km harus dilalui sehingga
total 156 km pulang pergi akan memakan waktu 3 jam
perjalanan. Hati dak dik duk sedari di atas motor, sampai di
rumah, sore hari saya laksanakan tes mengajar. “Yang penting
selesai, lulus atau tidak semua alhamdulillah” gumam saya.
Nama sudah ada pada daftar sehingga wajib bagi saya
memenuhi tes tersebut, jika saya tidak lulus seleksi mungkin
sampai disitulah kemampuan saya itulah yang saya pikirkan
sama seperti saat tes wawancara yang terpenting adalah semua
sudah saya jalani niat saya hanya untuk belajar dan
memperoleh pengalaman, nampak terlihat asessor yang
menilai Ibu dan Bapak yang pastinya sudah sangat banyak
pengalaman dan mahir dengan bergelar doktor sekurang-
kurangnya adalah magister dan sangat menghargai saya
4
sebagai peserta seleksi. Senyum semringah setelah tes
wawancara, saya merasa plong. Bukan keinginan saya untuk
ikut PGP sekaligus PPG mungkin ini sudah takdir, dalam
benak saya yakinkan diri pasti saya bisa. Jika Allah swt.
Berkehendak pasti tidak melebihi batas kemampuan umat-
Nya. Saya beranikan diri untuk memberitahukan informasi
hasil lulus seleksi CGP kepada orang tua.
“Kamu itu ikut apa lagi?”
“La kok kegiatan terus” omel mamak kepada saya.
“Hehehe...” saya hanya tertawa sembari kabur.
Pastinya orang tua ku selalu mendukung dan merestui
apapun kegiatan yang saya ikuti selama bernilai positif untuk
diri. Tak saya sangka sebenarnya ikut guru penggerak hanya
iseng membuka SIM PKB, saya pikir hanya diklat biasa seperti
dihalaman guru belajar. Saya membuka SIM PKB karena
rindu dengan kegiatan pengembangan diri sebagai guru. Saat
saya menjadi honorer di SLBN 1 Muara Teweh banyak sekali
kegiatan yang saya ikuti, saat ini saya telah mutasi dan
berstatus PNS. Posisi saya mengajar di SMPN 4 Gunung
Timang 78 km dari Kabupaten Barito Utara tepatnya Desa
Sangkorang sebagai guru PAI, tidak ada sinyal telepon atau
jaringan internet di sana “BLANK SPOT?” Yes. Saya
menyadari jika kita hanya menunggu sebagai guru bagaimana
5
kita dapat mengembangkan diri kita untuk pembelajaran yang
lebih baik kedepannya untuk murid. Inilah awal niat saya
mengikuti guru penggerak, eeitssssss... yang gak tahunya
kebablasan sampai nantinya akan ditempuh selama 9 bulan.
Apa itu guru penggerak?
Bagaimana proses pendidikannya?
Apakah saya bisa?
Membulatkan semangat dan tekat mungkin ini adalah hal
yang lebih baik, dengan niat ingin selalu belajar.
6
Pengenalan LMS
Rabu, 7 Agustus 2021 sebelum memasuki modul kami
melakukan lokakarya 0 secara daring untuk pengenalan LMS
yang akan kami pantengin selama 9 bulan. 15 CGP Kabupaten
Barito Utara yang lulus seleksi tahap 2 saat itu masih belum
mengenal satu sama lain hanya mesam dan mesem dalam
ruang zoom, karena dari berbagai jenjang SD, SMP, dan SMA
dan dari berbagai Kecamatan. Awesome, ternyata Kecamatan
Gunung Timang memiliki 4 orang CGP. Tujuan dari lokakarya
0 sendiri yaitu dapat mengidentifikasi dukungan, membuat
rencana belajar, mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi,
serta mengenakan peran fasilitator dan pengajar praktik selama
proses PGP.
12 Agustus 2021 modul pertama dimulai, minggu
pertama mengikuti program Pendidikan Calon Guru Penggerak
angkatan 3 melalui ruang kolaborasi saya dikenalkan dengan
Learning Management System (LMS) yang terhubung dengan
SIMPKB. Di dalam LMS tersebut telah tersedia material PGP
berupa modul berikut susunan jadwal kegiatan yang terdiri
dari beberapa sub bagian. Paket Modul 1 diawali dengan Tes
(1.a Tes Awal Paket Modul 1) pada tes awal ini saya tidak
mengerti apapun bahkan cara menjawab pun masih meraba-
7
raba. Tiap bagian berisi materi berikut tugas yang harus
diselesaikan sampai batas waktu yang telah ditentukan pada
jadwal.
Saya merasa jadwal terlalu padat karena pagi sampai
siang di sekolah untuk mengajar dengan lokasi yang jauh 78
km, serta kegiatan aktivitas lainnya dan kemudian sorenya
mengikuti video conferensi PPG serta mengharuskan saya
membuka LMS PGP setiap hari dan menyelesaikan setiap
tugas kemudian menguploadnya.
Saya harus mempelajari materi bahkan video yang
disediakan di LMS secara terjadwal kemudian menjawab
pertanyaan serta merefleksikan seputar pemahaman materi
atau tayangan video yang mana hal ini memerlukan
pemahaman dan konsentrasi yang tinggi.
Dalam minggu pertama ini hampir setiap hari mengakses
LMS berada di ruang kolaborasi melalui gmeet memerlukan
waktu, jaringan, serta kondisi lingkungan yang stabil. Dua
laptop saya gunakan untuk memandang indah LMS PPG dan
satu laptop lagi untuk mantengin LMS PGP secara bersama.
Tanggal 20 Agustus 2021 ketika melaksanakan zoom
untuk presentasi kondisi cuaca tidak memungkinkan hingga
saya merasa takut akan koneksi listrik padam dan jaringan
terputus. Melalui ruang kolaborasi dan berdiskusi dengan
8
fasilitator maupun peserta CPG angkatan 3 lainnya saya
mendapat pencerahan dan motivasi untuk menyelesaikan
setiap tugas yang tersedia di LMS. Ternyata tugas yang
tersedia di LMS tersebut tidaklah sesulit dan serumit yang saya
bayangkan sebelumnya. Kerja sama tim/ kelompok membuat
saya merasa ada mendapatkan kemudahan dalam pengerjaan
tugas. Saya banyak mendapatkan inspirasi dari rekan-rekan
sesama anggota CGP. Alhamdulillah saya mendapatkan teman
rekan baru yang awalnya mungkin tidak saling mengenal kita
dapat berbagi ilmu pengetahuan dan belajar bersama.
Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan setiap tugas dengan
baik dan tepat pada waktunya minggu pertama ini.
Untuk kedepannya saya akan lebih terbuka lagi
berkolaborasi dengan rekan CGP angkatan 3 maupun dengan
fasilitator dan pengajar praktik agar saya bisa lebih maksimal
dalam memahami setiap modul ataupun tugas yang disediakan
di LMS. Saya lebih bersemangat lagi mengikuti pendidikan
guru penggerak dan mengikuti setiap tahapan demi tahapan
dengan semangat pantang menyerah dan bahagia. Menerapkan
apa yang telah saya pelajari dari modul dalam proses kegiatan
pembelajaran agar terwujudnya Desain Kerangka
Pembelajaran sesuai Pemikiran Ki Hajar Dewantara.
9
Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan
Menjalani pendidikan guru penggerak angkatan 3 mulai
terbiasa belajar menggunakan LMS dapat berkolaborasi
bersama rekan calon guru penggerak, fasilitator, dan pengajar
praktik yang baik. Melakukan refleksi terbimbing pemikiran
Ki Hajar Dewantara sebagai pengetahuan dan pengalaman
baru bagi saya. Menuangkan pemahaman atas pemikiran Ki
Hajar Dewantara dalam konten peran sebagai guru dan
interaksinya dengan murid serta warga sekolah.
26 Agustus 2021 saya mengikuti Kegiatan Webinar
Nasional dengan tema “Memaknai Filosofi Pendidikan Ki Hadjar
Dewantara di Sekolah oleh persatuan Perguruan Tinggi Taman
Siswa. Mengoneksikan serta melakukan refleksi pemikiran Ki Hajar
Dewantara. Minggu kedua saat ini setelah saya mempelajari materi
Ki Hajar Dewantara tentunya saya sangat kagum akan pemikiran
beliau dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Adapun kendala saya saat belajar yaitu jaringan internet yang
terkadang karena cuaca yang tidak mendukung sehingga sinyal
dapat terputus. Konsentrasi yang terbagi karena tidak hanya
mengikuti kegiatan PGP saya juga telah menjadi mahasiswa PPG
Daljab yang sedang menjalani kegiatan PPL akan menuju ke tahap
UKIN dan UP. Ditambah lagi tugas dan kewajiban di sekolah dan
rumah saya mempunyai seorang anak balita 2 tahun. Kegiatan PPL
10
memerlukan konsentrasi yang tinggi, pembuatan perangkat
pembelajaran, setting lokasi syuting PPL, serta editing video PPL
yang harus saya lakukan sendiri seperti sutradara, tidak menyurutkan
semangat dan tekat saya untuk meninggalkan tugas kewajiban pada
PGP.
Setelah mempelajari Filosofi Pendidikan Ki Hadjar
Dewantara saya lebih memahami betapa besarnya peran menjadi
seorang guru dalam membentuk budi pekerti serta karakter dari
murid. Mengikuti PGP merupakan kegiatan yang menyenangkan
dan bermanfaat bagi saya yang berprofesi sebagai guru. Melalui
diskusi kelompok saya mendapatkan inspirasi dan saling berbagi
praktik baik bagaimana caranya menerapkan pemikiran Ki Hajar
Dewantara dalam proses kegiatan pembelajaran dan sebagai wujud
dari aksi nyata mencoba mengaplikasikan pemikiran KHD dan
praktik baik di kelas saya untuk mewujudkan Program Merdeka
Belajar dengan belajar yang berpusat kepada murid serta
menciptakan suasana belajar yang bahagia.
Saya harus lebih bisa menjadi guru yang bisa membimbing
dengan keteladanan, membina dan membangun semangat dan
memberikan kreativitas dengan memberikan kekuatan seperti
pemikiran Ki Hajar Dewantara karena teladan akan membentuk
pengaruh kepada murid. Sebagai guru saya berpikir harus mandiri,
menanamkan inisiatif mandiri dapat menunju kepada perubahan
positif yang pastinya mulai dari diri sendiri harus memahami
pentingnya nilai mandiri pada diri tanpa harus diperintah ataupun
11
diminta insiatif kita sudah dapat tergerak sehingga menjadikan diri
bergerak dan berawal dari diri kemauan sendiri sehingga kemudian
akan menggerakkan seluruh elemen.
Guru penggerak hadir sebagai agen perubahan ekosistem
Pendidikan yang berpijak pada Filosofis Pemikiran Ki Hajar
Dewantara yang menghadirkan tiga kunci utama yaitu
keteladanan, menuntun, dan merdeka. Pembelajaran yang
dapat diambil guru mulai dari diri memberikan keteladanan
yang konsisten dan melakukan pembiasaan dalam
meningkatkan kompetensi diri seperti mengikuti pelatihan,
mencoba hal baru, selalu berinovasi, serta displin waktu.
Peningkatan kualitas murid tentunya diiringi peningkatan
kualitas pendidik, ketika kita ingin meningkatkan kualitas
murid kita maka kita juga harus meningkatkan kualitas kita
sebagai pendidiknya, kita harus bisa menjadi teladan melalui
nilai-nilai yaitu mandiri, kolaborasi, inovasi, reflektif, dan
berpihak pada murid. Penerapan memberikan contoh yang
tentunya dengan proses yang bertahap untuk membentuk
karakteristik peserta didik, dan memberikan keteladanan
secara konsisten.
12
Uji Kinerja PPG vs PGP
Pada minggu ke-4 saya mempelajari modul 1.2 yaitu
Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak. Mulai dari Diri Nilai-
nilai dan Peran Guru Penggerak, melaksanakan kolaborasi
dengan CGP lainnya. Melakukan refleksi terbimbing, hingga
membuat demonstrasi kontekstual Nilai-nilai dan Peran Guru
Penggerak yang ada pada diri saya.
Mengelaborasi pemahaman mengenai Nilai dan Peran
Guru Penggerak. Membuat kesimpulan berdasarkan materi
modul 1.2. Nilai & Peran Guru Penggerak serta kaitannya
dengan modul 1.1. Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.
Setelah satu bulan terbiasa dengan LMS kami
melaksanakan lokakarya 1 secara daring yang didampingi oleh
pengajar praktik saya Bapak Ropal Aria Silo, S.Pd., M.Pd.
tidak ada yang salah semua boleh mengutarakan pendapat,
awal mula kami menuliskan kesepakatan kelas. Kesepakatan
kelas disini adalah kesepakatan yang disepakati bersama
sebelum kami memulai untuk masuk dalam kegiatan
pembelajaran. Kesepakatan yang dibuat bersama masing-
masing CGP menuliskan satu kesepakatan seperti datang 15
menit sebelum pembelajaran dimulai, berdoa sebelum dan
sesudah, menyalakan video saat pembelajaran, satu berbicara
13
yang lain mendengarkan, dan angkat tangan jika ingin
bertanya. Kegiatan lokakarya 1 kami menuliskan tantangan/
hambatan
menganjal saat
ini dihati serta
harapan yang
diharapkan
pada saat
menjalani
program guru penggerak. Serta melakukan refleksi “Apa
kendala yang kalian hadapi pada pembelajaran hari ini?”
Saya merasa jadwal kegiatan bulan September 2021 ini
sangat padat. Hal ini karena terbarenganya jadwal saya harus
mengikuti Uji Kinerja mahasiswa PPG PAI Angkatan 1. Saya
harus mempelajari materi bahkan video yang disediakan di
LMS secara terjadwal kemudian menjawab pertanyaan serta
merefleksikan seputar pemahaman materi atau tayangan video
tadi yang mana hal ini memerlukan pemahaman.
Saya harus membagi waktu antara Kegiatan PGP dengan
PPG untuk saat ini yang sangat padat semuanya tentang tugas
hingga sangat memerlukan konsentarasi penuh. Saya pun harus
membagi waktu untuk mengajar di sekolah dan juga membagi
waktu untuk suami dan anak saya usia 2 tahun. Jujur saya
14
merasa kegiatan di minggu ke-4 ini melelahkan karena
berbenturan sekali akhirnya membuat perasaan saya lelah,
lesu, letih, sedih, takut tidak bisa memenuhi tugas, dan sangat
capek. Semua saya jalani secara perlahan menghadapi uji
kinerja dan PGP yang keduanya harus berkonsentrasi penuh
walaupun tubuh hampir tidak mampu karena harus menahan
sakit gigi geraham yang meradang. Ingin saya membuang jauh
gigi yang ada pada rongga mulut ini rasanya, namun tidak bisa.
Sedikit pembedahan pada gigi geraham tak bisa dipungkiri
lagi. Rasa sakit lelah bercampur menjadi satu hanya kuasa-Nya
yang dapat menolong. Di antara khawatiran pasti ada harapan
untuk bisa melalui semua ini. Rekan CGP juga semua
memiliki kekhawatiran tetapi juga memiliki harapan. Harapan
semua ingin walau ada hambatan selalu mengharapkan ada
kemudahan. Belajar dari rekan CGP niat saya pun penuh.
18 September 2021 saya menghadapi Uji Pengetahuan
(UP) PPG Kemenag periode 3 Tahun 2021. Semua saya pasrah
kepada-Nya. Pukul 12.00 s.d 16.00 WIB terselesaikanlah UP.
Semua lelah terasa rontok, pikiran saya kembali fresh, apapun
hasilnya saya pasrah kepada-Nya. “Satu telah terselesaikan
Ibu Nissa pasti bisa lebih fokus kedepannya” ungkap Bapak
Sugiri fasilitator kami pada sesi gmeet ruang kolaborasi.
15
Diam Dalam Doa
Oleh
Khairun Nissa, S.Pd.
Dalam hujan
Ujung gelora membara kini memadam
Sinar mentari kini tak lagi terbit
Diam hanya diam
Angin berhembus sepoi-sepoi
Udara menusuk tulang rapuh
Tertetes peluh sunyi
Tertetes akhir gelora membara
Mengalir secepat derasnya air
Cabang hati yang sunyi
Tak lagi ingin berdiri
Hanya kepada-Nya
Diam dalam hujan
Bersujud penuh harapan
Perjalanan tetap berlanjut ruang kolaborasi, berdiskusi,
dan berbagi praktik baik dengan fasilitator maupun peserta
CPG angkatan 3 lainnya saya mendapat pencerahan bekerja
sama, dan bertukar pikiran hingga memberikan motivasi
16
untuk menyelesaikan setiap tugas yang tersedia di LMS dan
saat kami zoom.
Saya akhirnya memahami Nilai-nilai Guru Penggerak
dan Guru Penggerak seperti apa saya?
Saya mulai memahami mengapa Nilai tersebut penting
bagi saya dan yang mana yang harus saya tingkatkan lagi Nilai
pada diri saya.
Alhamdulillah walaupun semua berbenturan jadwal
kegiatan saya baik PGP, kegiatan saya di sekolah, di rumah,
dan UKin PPG semua terselesaikan berkat dukungan dari
semua pihak terutama keluarga orang tua, suami dan anak dan
pihak sekolah. Untuk kedepannya saya akan lebih terbuka lagi
berkolaborasi dengan rekan CGP angkatan 3 maupun dengan
fasilitator dan pengajar praktik agar saya bisa lebih maksimal
dalam memahami setiap modul ataupun tugas yang disediakan
di LMS.
Saya lebih bersemangat lagi mengikuti pendidikan guru
penggerak dan mengikuti setiap tahapan demi tahapan dengan
semangat pantang menyerah dan bahagia karena disetiap
kesulitan pasti ada kemudahan tidak mungkin kita diberikan
tugas yang seberat kita tidak mampu karena semua sudah
ditetapkan Allah Swt. dengan niat yang baik berakhir pada
kebaikan pula.
17
Sebagai Calon Guru Penggerak saya harus mampu
menanamkan ke lima Nilai pada diri saya yang nantinya
menguatkan peran saya sebagai Guru Penggerak agar dapat
mewujudkan merdeka belajar sesuai dengan Filosofis
Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang nantinya mencetak
generasi Pelajar Pancasila.
Setelah mempelajari Nilai-nilai dan Peran Guru
Penggerak, begitu banyak keterkaitan dengan peran saya
sebagai Calon Guru Penggerak, bagaiamana untuk
mengembangkan semua Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak
dengan baik. Mulai dari diri CGP harus menanamkan teladan
yang baik, “Pendidikan yang berhamba (berpihak) pada
anak” dengan peran saya sebagai pendidik yaitu melakukan
pendidikan dan pengajaran yang berfokus kepada peserta
didik, memahami kondisi peserta didik, memahami keinginan
peserta didik membuat mereka merasa senang bahagia
gembira dalam menerima pendidikan dan pengajaran.
18
Lakukan Lakukan dan Lakukan
Setelah pembelajaran minggu keenam ini saya mampu
mulai dari diri berkreasi dalam memaparkan visi guru
penggerak dan mempelajari inkuiri apresiatif (IA) dan
BAGJA. Inkuiri
Apersiatif dikenal
sebagai
pendekatan
manajemen
perubahan yang
kolaboratif dan berbasis kekuatan oleh David Cooperrider
(Noble & McGrath, 2016). IA sebagai salah satu model
manajemen perubahan di sekolah, tahapan dari IA adalah
BAGJA. Berkolaborasi membuat pemetaan kekuatan yang
dapat mewujudkan visi impian. Saling memberikan tanggapan
positif dan umpan balik hasil pemaparan pemetaan kekuatan
CGP. Dapat mengambil pembelajaran dari proses kolaborasi
dan hasil pekerjaannya sendiri.
Setelah pembelajaran minggu ini saya memahami
bahwa kita bekerja dalam mewujudkan visi impian di sekolah
tidak bisa dilakukan sendiri harus bersama-sama baik kekuatan
dari internal dan eksternal dukungan dari semua pihak sangat
19
diperlukan dengan mengutamakan kepentingan peserta didik
untuk mewujudkan visi impian guru penggerak menciptakan
generasi Pelajar Pancasila.
Setelah pembelajaran minggu ini target saya adalah
bersemangat, bekerja sama dengan semua pihak baik Kepala
Sekolah rekan guru teman sejawat dan selalu membuka diri
untuk belajar ilmu yang baru agar lebih berinovasi. Berusaha
untuk mampu menghadapi tantangan dan membangun
paradigma yang lebih luas guna mewujudkan visi impian.
Perasaan saya setelah pembelajaran minggu ini saya
bersyukur mendapatkan pengetahuan baru IA dan BAGJA,
dapat berkolaborasi dengan CGP-CGP hebat khususnya
Kabupaten Barito Utara, Fasilitator yang ramah dan baik hati
serta memberikan motivasi dan inspirasi, saling memberikan
semangat untuk mewujudkan visi impian generasi pelajar
Pancasila. Bersyukur telah dapat mengikuti kegiatan Program
Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3 semoga dengan
semangat selalu diberikan kesehatan kemudahan dalam
menjalankan semua aktivitas.
Semangat melakukan untuk perubahan yang lebih baik
mulai dari lingkup terkecil yaitu kelas kita.
20
Visi Impian
Minggu ke-7 saya telah mempelajari visi impian guru
penggerak. Membuat demonstrasi kontekstual penerapan
inkuiri apresiatif dengan tahap BAGJA yang disesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik saya yang ada di SMPN 4
Gunung Timang. Prakarsa perubahan “Mewujudkan peserta
didik yang religius, berkarakter, dan mandiri melalui literasi
dan program "Sabtu Berkah" dengan Implementasi BAGJA”.
Mimpi yang saya harapkan ialah :
1. Peserta didik dapat membaca huruf hijaiyah baik iqro
ataupun Al-Quran secara mandiri;
2. Peserta didik terbiasa bertanggung jawab memunculkan
sifat yang baik dalam kegiatan yang dilaksanakan;
3. Mengembangkan minat belajar peserta didik dengan
saling bantu tutor teman sebaya dalam belajar;
4. Peserta didik senang dan bahagia dapat belajar bersama-
sama dengan teman kelas lainnya.
Elaborasi pemahaman konsep bersama instruktur Ibu
Twi Endah Kurniyanti. Mempelajari keterkaitan antar materi
visi guru penggerak dengan modul sebelumnya, serta mencoba
melakukan aksi nyata terkait visi impian guru penggerak di
21
sekolah. Mengikuti lokakarya 2 pada tanggal 2 Oktober 2021
tentang membangun komunitas praktisi.
Dalam
membentuk suatu
visi dan misi
impian tentunya
perlunya
kolaborasi,
kerjasama dengan
anggota kelompok peserta didk, Kepala Sekolah dan Guru
rekan sejawat. Membentuk komunitas praktisi di sekolah
khususnya perlu perencanaan serta diskusi saling berbagi
informasi, permasalahan, menyampaikan ide pendapat
dilakukan dengan pendekatan konsultasi bersama Kepala
Sekolah serta guru perindividu yang bersedia turut aktif dan
bersemangat menggerak komunitas praktisi agar dapat
mendapat solusi bersama baik dalam tujuan perubahan yang
diinginkan sekolah serta pengembangan kompetensi guru.
22
Budaya Positif
Minggu ke-8 saya mempelajari modul 1.4 Budaya Positif
- Mulai dari diri - Budaya Positif mengaktifkan pengetahuan
awal tentang dan apa yang telah dipelajari sebelumnya tentang
konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan
konsep budaya dan lingkungan positif di sekolah.
1.4.a.4. Eksplorasi Konsep - Budaya Positif melakukan
kegiatan ekspolasi konsep secara,mandiri dan diskusi pada
tanggal 5 s.d 6 Oktober 2021 serta Eksplorasi Konsep-Forum
Diskusi (asinkron) pada tanggal 7 Oktober 2021, Serta
bersama-sama dengan CGP lain melakukan kolaborasi pada
ruang gmeet tentang kasus yang telah disediakan di LMS pada
hari Jumat, 8 Oktober 2021.
Saat melakukan kegiatan mandiri di LMS membuat saya
mengingat kembali masa saya disekolah. Melakukan Ilusi guru
mengontrol murid. Disini saya contohkan seperti halnya anak
saya yang saya minta untuk makan tetapi menolak dan saya
tidak bisa memaksakan kehendaknya menolak untuk makan
tersebut tapi pada akhirnya dengan bujukan dan pemberian
arahan yang tepat jika nanti tidak makan maka akan sakit
perutnya lebih memberikan penjelasan sebab akibat jika tidak
23
ingin melakukan hal tersebut anak mau makan. Seperti halnya
peserta didik saya yang sulit untuk belajar membaca al-quran
menolak tidak mau karena takut salah dengan perlahan dengan
bimbingan arahan dan ketekunan bahwa hal tersebut
merupakan kewajibannya supaya dapat diterapkan anak didik
tidak hanya disekolah tetapi juga dirumah sebagai bentuk
ibadah akhirnya
peserta didik
tersebut mau belajar
membaca al-quran.
Kita tidak bisa
memaksa dengan
kekerasan menurut saya lebih baik kita mengajak
membersamai anak dalam suatu pembelajaran sehingga
mereka tidak merasa tertekan dalam belajar, anak akan merasa
aman dan nyaman mereka memiliki kepercayaan kepada
gurunya. Menghafalkan setiap harinya walaupun hanya 1 ayat
itu akan sangat berarti bagi murid saya di sekolah yang belum
memahami apa itu huruf hijaiyah dikarenakan kondisi
lingkungan mayoritas di masyrakat sekitar sekolah adalah
penduduk non muslim.
Penghargaan tidak berupa hadiah tetapi bisa berupa
pujian yang nantinya memotivasi teman-teman lainnya dan
24
tidak tergantung dengan hadiah yang diperoleh. Memahami
kebutuhan dasar manusia terdiri dari survival, belonging,
power, dan freedom and fun, posisi kontrol guru, langkah-
langkah restitusi dari kasus yang disediakan di LMS dengan
berkolaborasi. Dari setiap kasus yang telah di diskusikan pada
ruang kolabirasi jika hal tersebut saya hadapi rencana alternatif
contohnya saat Sabrina lupa memakai sepatu hitam tentunya
saya akan memposisikan diri saya sebagai manajer, lebih
memahami kembali kebutuhan yang diperlukan oleh murid
saya seperti Sabrina. Memahami setiap kondisi peserta didik
itu sangat penting, apalagi disekolah saya kita sebagai guru
tidak bisa memaksakan kehendak kita kepada peserta didik,
contoh kecil hal ini akan menyebabkan murid kehilangan
kebebasan baik itu berpendapat jika merasa pendapatnya tidak
diterima sehingga acuh tak acuh pun dapat terjadi pada saat
proses pembelajaran.
25
Komunitas Praktisi
Minggu ke-9 setelah mempelajari modul 1.3 visi guru
penggerak rencana perbaikan yang akan dilaksanakan dimasa
mendatang yaitu menerepkan tahapan BAGJA sesuai dengan
visi impian yang telah direncanakan secara berkelanjutan,
merencanakan tahapan sebuah komunitas praktisi khususnya
yang ada disekolah bersama dengan rekan guru yang
bersemangat dan bersedia turut menggerak komunitas praktisi
dan lebih meningkatkan dan menjalin kolaborasi dengan
sesama CGP dalam membentuk komunitas praktisi untuk
mewujudkan merdeka belajar.
Melakukan refleksi terkait pemahamannya mengenai
konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif. Tentunya
dalam penyelesain tugas-tugas pada minggu ini saya bersama
teman CGP saling berkomunikasi bertukar pendapat dalam
menjalankan tugas hal ini saya rasakan sangat membantu
sekali walaupun kami berjauhan. Dalam minggu ini pun
sempat tertunda dalam beberapa pengiriman tugas dikarenakan
sedang sakit fertigo tetapi dorongan dan motivasi dari teman-
teman CGP sangat membatu sekali. Fasilitator yang baik selalu
mengingatkan agenda kegitan setiap harinya serta memberikan
arahan tugas-tugas akhrinya walaupun sakit tetap dapat
26
mengerjakan tugas tersebut.
Kolaborasi dengan teman-taman CGP untuk membuat
komunitas praktisi, pada ruang kolaborasi ini terbagi menjadi
dua bagian yaitu kerja kelompok dan diskusi sinkronus
bersama fasilitator. Masing-masing kelompok
mempresntasikan hasil diskusi dan analisis dari 4 kasus yang
disediakan pada LMS. Saling memberikan masukan serta
tanggapan positif kepada kelompok lain sangat membantu saya
dalam memahami 4 kasus tersebut, baik posisi kontrol guru,
penerapan restitusi, keyakian kelas, nilai kebajikan, serta
kebutuhan yang diperlukan oleh seorang murid yang tentunya
berbeda-beda.
Mendemonstrasikan mengenai segitiga restitusi dengan
melakukan praktik segitiga restitusi dengan murid di sekolah
saya SMPN 4 Gunung Timang. Terdapat 2 kasus dalam
skenario segitiga restitusi. Kasus 1 yaitu tentang peserta didik
yang telambat masuk kelas saat PTS B. Indonesia, kasus 2
yaitu tentang peserta didik yang membuang sampah tidak pada
tempatnya dan mencoret-coret meja. Saya membuat skenario 2
kasus tersebut karena memang kasus ini yang sering terjadi di
sekolah kami. Sebagai salah satunya peserta didik yang
terlambat masuk dikarenakan anak tersebut menyempatkan diri
ke pasar karena posisi di Desa pasar hanya satu minggu sekali
27
inilah alasan dari anak tersebut dapat. Dapat diketahui dalam
melakukan suatu masalah pasti ada alasannya dan kebutuhan
masing-masing.
Melakukan elaborasi pemahaman secara lebih mendalam
mengenai konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif
bersama instruktur Ibu Fitri Krisnawati. Sehingga daapt lebih
memahami tentang manfaat Budaya Positif yang berpihak
pada murid, menerapkan keyakinan kelas sehingga
terbentuknya nilai karakter pada murid, menciptakan Displin
Positif kita sebagai guru harus memahami kebutuhan peserta
didik dan menghindari
pemberian hukuman.
Budaya positif bisa kita
mulai dari lingkungan
terkecil terlebih dahulu,
yaitu dari kelas kita.
Sehingga menimbulkan
dampak positif berupa
penerapan budaya
positif oleh semua warga
sekolah.
Pada minggu sepuluh membuat koneksi antar materi
Budaya Positif. Untuk menciptakan budaya positif sendiri
28
tidak lepas dari filosofis
pemikiran KHD, nilai dan peran
seorang guru, dengan
menggunakan pendekatan inkuiri
apresiatif melalui tahapan
BAGJA, untuk mewujukan visi
impian merdeka belajar
menciptakan generasi Profil
Pelajar Pancasila. Membuat rancangan aksi nyata yang akan
diterapkan menjadi pembiasaan di SMPN 4 Gunung Timang.
Baik berupa kesepakatan kelas, serta budaya positif yang
lainnya seperti 5S, literasi dalam pembelajaran.
Sosialisasi Budaya Positif di SMPN 4 Gunung Timang
dan SMAN 1 Gunung Timang bersama rekan CGP Kabupaten
Barito Utara Angkatan 3 wilayah Kecamatan Gunung Timang,
Montallat, dan Sabuh Weldia Atmanegara, S.Pd., Siti
Wahidah, S.Pd., Viktor Herry Mondawitu, S.Pi., Tri Ari
Mistha, S.Pi., dan Nurul Hatma, S.Pd., sebagai salah satu
wujud dari aksi nyata, berbagi ilmu pengetahuan yang telah
didapat kepada komunitas guru disekolah.
Pengimbasan ini tentunya memiliki pengaruh besar bagi
komponen sekolah agar tergerak dan bergerak bersama-sama
secara simultan. Ini menjadi penting, agar unsur sekolah maju
29
dan berkembang secara bersama.
Saling tukar pendapat demi mewujudkan perubahan-
perubahan kearah yang lebih baik dan berpihak kepada peserta
didik. Tentunya Sosialiasi Budaya Positif yang dilakukan
diterima baik oleh rekan guru. Berkolaborasi dengan rekan
sejawat sesama CGP merupakan pengalaman yang luar biasa,
kini kami tidak mesam mesem seperti awal mula yang tidak
saling kenal.
Bertukar pendapat dan pikiran terkait tugas-tugas dan hal
baik yang dapat diterapkan di sekolah juga mewarnai
kebersamaan
kami. Tibalah
saatnya
melaksanakan tes
akhir paket modul
1. Perlu lebih
banyak belajar
kembali terutama
dalam hal
pemahaman baik konsep atau studi kasus dalam lingkup
pendidikan sehingga dapat memecahkan permasalahan-
permasalahan yang ada dan memahami solusinya.
30
Diferensiasi
Minggu ini mulailah kembali modul baru yaitu modul 2
diawali dengan tes awal modul yang pastinya membuat saya
getar-getir. Menikmati hari yang setiap harinya penuh dengan
tes, teringat PPG-Dj setiap awal modul juga akan melakukan
pretes. Modul 2.1 praktek pembelajaran yang berdiferensiasi
juga mengingatkan saya kepada sekolah tempat mengabdi
pertama kali yaitu SLBN 1 Muara Teweh. Pembelajaran
berdiferensiasi menurut pemahaman saya yaitu pembelajaran
yang mengakomodir semua perbedaan individu, terbuka untuk
semua kebutuhan yang dibutuhkan individu atau murid.
Setelah pembelajaran minggu ke-12 ini saya mampu
menemukan dan memperoleh pemahaman tentang diferensiasi
konten, proses, dan produk, memetakan kebutuhan belajar
murid dan pembelajaran berdiferensiasi dengan menggunakan
Diagram Frayer. Dari ruang kolaborasi kami bersama
kelompok CGP saling mendiskusikan membuat RPP
berdiferensiasi. Setelah pembelajaran minggu ini saya
memahami bahwa sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa
murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-
tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan
31
pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan
belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan
atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu
memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan
cara yang mereka sukai (profil belajar). Perlunya membangun
lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran diferensiasi
yaitu setiap orang di dalam kelas akan menyambut dan merasa
disambut oleh orang lain, saling menghormati, dan guru
berkolaborasi bersama murid untuk mencapai pertumbuhan
dan kesuksesan bersama, adanya tanggung jawab masing-
masing agar pembentukan dan tercipta kelas yang efektif.
Setelah pembelajaran minggu ini target saya adalah
bersemangat, mengelola pembelajaran secara efektif sehingga
dapat memenuhi kebutuhan belajar murid saya, mendesain
pengalaman belajar yang bervariasi berdasarkan minat, tingkat
kesiapan, dan profil belajar murid, serta mendiagnosis
kesiapan belajar murid, murid memiliki gaya belajar yang
berbeda-beda, dan minat yang berbeda-beda.
Perasaan saya setelah pembelajaran minggu ini saya
bersyukur mendapatkan pengetahuan baru khususnya tentang
pembelajaran diferensiasi dan pembuatan RPP berdiferensiasi.
Bersama-sama dengan teman-teman CGP menimba ilmu baru
belajar bersama. Fasilitator yang selalu memberikan semangat
32
dan motivasi walaupun dalam setiap modul nya saya
merasakan tingkat pembelajaran semakin bertambah bagaikan
soal HOTS semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dapat
berbagi juga di sekolah masing-masing CGP khususnya
pembelajaran berdiferensiasi beserta RPP berdiferensiasi.
Pada minggu ke-13 ini masih pada modul 2.1
pembelajaran berdiferensiasi refleksi terbimbing asinkron,
memahami materi yang menjadi solusi bagi permasalahan
yang terkait dengan pembelajaran di kelas saya, demonstarasi
kontekstual membuat RPP berdiferensiasi, dan melakukan
Elaborasi Pemahaman bersama instruktur. Tentunya perasaan
saya sangat senang mengikuti kegiatan pembelajaran
diferensiasi dapat bertukar pendapat dan praktik baik dalam
menyiapkan RPP yang berdiferensiasi dan lebih memahami
kembali pemberlajaran berdiferensiasi dan pemetaan
kebutuhan peserta didik. Hal positif yang saya dapatkan
setelah mempelajari materi ini yaitu :
1. Berusaha untuk memahami kesiapan belajar, minat
belajar, dan profil belajar murid;
2. Memahami bahwa pembelajaran harus berani mencoba
menggunakan hal-hal yang kreatif baik materi ajar;
3. Mendesain pengalaman belajar yang bervariasi
berdasarkan minat, tingkat kesiapan, dan profil belajar
33
murid;
4. Lebih memahami tentang diferensiasi baik diferensiasi
konten, proses, dan produk.
Kendala yang dihadapi untuk mengimplementasikan
pembelajaran diferensiasi di sekolah saya yaitu masih
terbatasnya waktu dalam proses belajar mengajar pandemi
covid-19 karena walaupun sudah tatap muka terbatas
pembelajaran dibatasi waktu 20-30 menit satu guru, sulitnya
untuk mendapatkan akses jaringan internet di Desa sehingga
murid jauh dari hal informasi dan teknologi hal ini tidak
menyurutkan semangat saya.
Setelah saya mempelajari pembelajaran berdiferensiasi,
saya merencang pelaksanaan pembelajaran yang lebih
berpihak kepada murid, dengan tujuan pembelajaran yang
memuat ABCD. Didalam pembelajaran murid bebas untuk
memberikan pendapat. Lebih menekankan kepada minat
peserta didik baik menciptakan hasil karya yang mereka
inginkan. Belajar tidak hanya dari guru tetapi belajar juga dari
murid.
Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk
menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi
kebutuhan belajar individu setiap murid. Tujuan pembelajaran
mengarahkan murid pada sesuai minat, tingkat kesiapan, dan
34
profil belajar yang berbeda-beda. Pembelajaran berdiferensiasi
untuk semua murid karena murid memiliki keunikannya
masing-masing.
Selain guru PAI di sekolah saya juga memegang mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Puisi oleh murid kelas VII SMPN
4 Gunung Timang sebagai produk dalam pembelajaran di kelas
yang menyesuikan dengan minat mereka dalam
mengekspresikan sebuah puisi. BTQ dan pembuatan kaligrafi
pada kegiatan keagamaan “Sabtu Berkah” juga menjadi salah
satu penerapan pembelajaran yang berpihak kepada murid
sesuai dengan kebutuhan murid.
Tergabung dalam sebuah komunitas tidak hanya saya
lakukan pada lingkup sekolah tetapi juga komunitas guru
penggerak wilayah Kecamatan Gunung Timang yang
memiliki 5 orang guru penggerak. Berbagi bersama materi
yang telah didapat pada PGP kami lakukan ke masing-masing
sekolah kami secara bergantian. Walaupun sekolah kami
memiliki jarak yang berjauhan hingga puluhan kilometer
tidak menyurutkan kami CGP melakukan pengimbasan,
sosialiasasi, dan juga workshop terkait PGP seperti Budaya
Positif dan RPP Berdiferensiasi.
35
Dokumentasi Workshop RPP Berdiferensiasi pada
SMPN 4 Gunung Timang dan SMPN 2 Montallat bersama
CGP Weldia Atmanegara, S.Pd., Viktor Herry Mondawitu,
S.Pi, dan Tri Ari Mistha, S.Pi.
36
Mulai Dari Diri
Minggu ke-14 setelah mempelajari modul 2.1
memenuhi kebutuhan murid melalui pembelajaran
berdifirensiasi dalam minggu ini saya mengaitkan antara
materi dalam modul ini dengan modul 1 di Program
Pendidikan Guru Penggerak. Mencoba untuk melakukan
aksi nyata pembelajaran berdiferensiasi, memasuki modul
baru 2.2 pembelajaran sosial dan emosional. Materi yang
didapat dalam minggu ini sangat bermanfaat sekali
menunjang peran saya sebagai pendidik. Saya belajar
banyak hal bagaimana memetakan kebutuhan murid, dan
mulai dari diri memahami emosi positif dan emosi negatif.
Mulai dari diri CGP harus memahami konsep
pentingnya kesadaran penuh (mindfulness), kesadaran diri,
kesadaran sosial, keterampilan berelasi, pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab, dan pengelolaan diri.
Teknik STOP adalah salah satu teknik mindfulness yang dapat
digunakan untuk mengembalikan diri pada kondisi saat ini
dengan kesadaran penuh. Pembelajaran modul 2.2 ini sangat
bagus kami dihadapkan dengan 5 kasus dari kasus tersebut
belajar menganalisis kembali permasalaham yang dihadapai
37
yang kaitannya erat nyata terjadi dilingkungan saya sebagai
pendidik. Kesadaran diri, membangun kemampuan untuk
menempatkan diri dan melihat perspektif orang lain. Penting
untuk menerapkan latihan berkesadaran penuh (mindfulness)
sambil mengembangkan kompetensi kesadaran diri (self
awareness). Kesadaran sosial, membangun kemampuan untuk
menempatkan diri dan melihat perspektif orang lain.
Keterampilan berelasi, bekerja sama dan menyelesaikan
konflik dengan membangun (konstruktif) hubungan yang
positif dengan orang lain. Pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab, menghadapi segala konsekuensi yang
harus dihadapi kibat keputusan yang dibuat dalam hidupnya,
pengelolaan diri, dan kemampuan mengelola fokus.
Perubahan yang saya ingin lakukan adalah berusaha
mengelola emosi saya dengan baik tentunya nanti akan
bermanfaat terhadap kesehatan saya, berusaha mengelola diri
baik dalam pengambilan keputusan harus lebih matang dalam
memutuskan suatu hal memikirkan sebab akibatnnya.
Bersyukur sekali modul ini sangat bermanfaat sekali tentunya
jika saya tidak mengikuti program PGP saya tidak akan
mendapatkan modul ini dilain kesempatan.
38
Mulai Dari Diri
Oleh
Khairun Nissa, S.Pd.
Mulai dari diri ku sadari
Mulai dari diri ku pahami
Apa yang ada pada diri ini
Mulai dari diri ku gali potensi
Apa yang telah terjadi
Jadi pengalaman pasti
Ku sadari …
Ku hargai …
39
Jadi Nyata
Kasus pada LMS PGP sungguh luar biasa masih
mempelajari kompetensi sosial emosional menganalisis 5
kasus yang erat terjadi pada ruang lingkup saya sebagai
pendidik. Baik tugas saya menjadi guru di sekolah tentunya
saya juga adalah seorang ibu rumah tangga yang berperan
andil dalam kegiatan sehari-hari di rumah ditambah lagi
menjadi peserta HUT PGRI, ANBK untuk SD pada sekolah
kami, yang menurut saya semua jadi satu berbarengan.
Semua ini jadi nyata seperti kasus Bapak Eling di LMS,
saya hampir menjadi Bapak Eling. Teknik STOP sebagai
salah satu teknik untuk mengambil keputusan pada posisi
saya, mengembalikan kesadaran penuh agar dapat berpikir
fresh lagi.
Setelah pembelajaran minggu ke-16 ini target saya
adalah dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi
terintegrasi kompetensi sosial dan emosional di kelas. Berani
untuk mencoba hal baru untuk pembelajaran yang lebih
menarik khususnya mata pelajaran PAI tidak hanya dengan
metode ceramah. Setelah pembelajaran minggu ini saya
mampu mendemostrasikan RPP berdiferensiasi terintegerasi
kompetensi sosial dan emosional. Serta sudah mencoba
40
melakukan aksi nyata dalam pembelajaran di kelas. Tentunya
modul 2.2 ini berkaitan dengan modul PGP sebelumnya tidak
lepas dari hal seperti budaya positif bahwa KSE yang
diterapkan akan menumbuhkan budaya positif serta
pembiasaan positif baik kepada saya seorang guru dan murid
saya. Setelah pembelajaran minggu ini saya memahami bahwa
kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial,
keterampilan sosial dan pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab semua ini sangat dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari tidak hanya murid tetapi juga guru dan
latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dapat membangun
keterhubungan diri sendiri (self-awareness) dengan berbagai
kompetensi emosi dan sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Perasaan saya setelah pembelajaran minggu ini tentunya
sangat senang bersyukur dapat belajar modul 2.2 dan akan
segera ke modul berikutnya. Tidak terasa sampai pada tahap
ini. Saat bersama instruktur Bapak Cokorda Agung Anre
Juniana diruang eksploriasi pemahaman ada disampaikan
materi bersyukur dan saya sangat setuju sekali bahwa dengan
bersyukur kita akan memperoleh suatu ketenangan.
Terlintas dalam benak menerapkan teknik STOP
menyadari pada diri sendiri apa yang telah menjadi potensi.
41
Coaching
Alhamdulillah minggu ke-17 ini saya belajar modul
coaching. Menyimak video perbedaan antara coaching,
konseling, dan mentoring. Mempelajari penerapan coaching
dalam model TIRTA, coaching dalam konteks sekolah,
komunikasi yang memberdaya dan Paradigma Pendampingan
Coaching Sistem Among - ARTI. Ternyata banyak sekali hal
yang harus dipelajari dan dipahami dalam konsep coaching.
Tentunya saya bersyukur dengan mengikuti program
PGP ini mendapatkan ilmu baru tentang coaching, yang
pastinya tidak akan saya dapatkan dilain kesempatan,
sebelumnya saya hanya mengetahui bahwa coaching dilakukan
untuk membuat sebuah artualisasi, saya pernah sebelumnya
mendapatkan coach dan mentor untuk diklat prajabatan, saya
berpikir mengapa coach saya tidak dapat memberikan solusi
dalam aktualiasi saya beliau hanya mengarahkan akhirnya saya
sendiri yang mengambil keputusan, juga dalam hal membantu
dan membimbing orang lain dalam membuat perangkat
pembelajaran, ternyata hanya sebatas itu pengetahuan yang
saya tahu. Ternyata setelah melaksanakan mulai dari dan
eksplorasi konsep saya mulai menyadari bahwa coaching itu
luas dan dapat dilakukan oleh guru dan murid juga baik ruang
42
lingkup kelas maupun sekolah.
Pembelajaran yang saya dapat dalam minggu ini
tentunya banyak sekali salah satunya lebih memahami
perbedaan coaching, konseling, dan mentoring. Dalam
coaching seorang coach mendengarkan serta membangun
komunikasi asertif dengan coachee; Ketika melakukan
kegiatan coaching, sebagai seorang coach kita biasanya
menghendaki adanya hasil yang dicapai, namun ada kalanya
coachee kita (murid) merasa tidak suka atau merasa ragu serta
tertekan dengan komunikasi yang hendak dibangun.
Karenanya, sebuah pemahaman komunikasi asertif perlu
dibangun agar timbul rasa percaya dan aman. Ketika rasa aman
itu hadir dalam sebuah hubungan coach and coachee, maka
coachee akan lebih terbuka dan menerima ajakan kita untuk
berkomunikasi. Keselarasan pada tujuan mulai terbangun.
Dalam usaha membangun keselarasan berkomunikasi, coach
juga perlu belajar menyamakan posisi diri pada saat coaching
berlangsung.
Akhirnya setelah memperoleh pembelajaran coaching
terjawab pertanyaan yang ada pada diri saya tentang proses
coaching yang pernah saya jalani bahwa coach hanya
membantu coachee mengenali dan menentukan tujuan awal
coaching, mendorong coachee menggali ide dan alternative
43
solusi dan menentukan keputusan agar terciptanya sebuah
rencana coachee untuk menyelesaikan masalah dengan hasil
yang dapat dicapai dalam rentang waktu yang jelas, terukur,
dan spesifik sesuai kebutuhan; bertanggung jawab atas aksi
nyata yang akan lakukan berkaitan dengan hasil yang ingin
dicapai.
Minggu ke-18 setelah mempelajari modul 2.3 pada
eksplorasi konsep saya dalam diskusi asinkron
mereneungkan pertanyaan-pertanyaan jika saya berhadapan
dengan situasi yang dialami baik oleh rekan sesama
pendidik maupun murid, mengapa saya memerlukan
keterampilan coaching selain keterampilan yang lainnya,
dan kendala yang akan saya hadapi ketika harus
menempatkan diri saya pada posisi yang setara dengan
murid sebagai coachee. Dalam situasi dan konteks lokal
kelas dan sekolah, praktek coaching model TIRTA sangat
mungkin untuk diimplementasikan untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi murid, guru dan sekolah.
Tantangan utama saya mempraktikkan coaching model
TIRTA adalah kemampuan komunikasi.
Kemampuan komunikasi yang mampu menampilkan
komunikasi yang cermat dan fokus. Komunikasi yang
menjadikan coach sebagai pendengar aktif dan dan penanya
44
efektif untuk menemukan pemahaman, rencana, tindakan dan
tanggung jawab. Coach memberikan keyakinan kepada
coachee bahwa setiap permasalahan dapat diselesaikan dan
membangun keakraban yang memberikan rasa aman dan
nyaman kepada coachee untuk berbagi keluh kesah dan
permasalahan yang dihadapi; Coach memposisikan diri
sebagai pendengar aktif yang memberikan perhatiaan dan
menghargai apa yang dirasakan coachee; Coach membantu
mengembangkan kemampuan coachee dalam mengambil
keputusan, menerima umpan balik dan membantu
merefleksikan.
Perubahan yang saya ingin lakukan adalah berusaha
untuk mengembangkan melatih diri dalam praktik coaching
baik di kelas dengan murid, maupun di sekolah dengan murid
atau rekan guru/ teman sejawat. Semakin banyak berlatih,
baik berlatih komunikasi dan menjadi pendengar yang baik.
Pada minggu ini dalam ruang kolaborasi dengan teman-
taman CGP untuk membuat komunitas praktisi pratik model
coaching, pada ruang kolaborasi ini terbagi menjadi dua
bagian yaitu kerja kelompok dan diskusi sinkronus bersama
fasilitator. Masing-masing kelompok melakukan latihan
coaching, berpasangan ada yang sebagai coach dan ada yang
sebagai coachee.
45
Praktik coaching dilakukan pada hari berikutnya, saat
coaching saya sebagai coach berusaha untuk memilih
pertanyaan-pertanyaan yang berusaha tidak menyinggung
coachee, agar coachee dapat mau bercerita dan terbuka
percaya pada coach. Tujuan dalam proses coaching harus
jelas, identifikasi masalah yang dihadapi coachee harus
berusaha untuk tidak menyinggung coachee, coach berusaha
merasakan apa yang dirasakan oleh coahee dan berada pada
posisi coachee.
Mendemonstrasikan/melakukan proses demonstrasi
kontekstual praktik coaching di sekolah, disini saya memiliki
peserta didik yang mengalami kelelahan setalah mengikuti
ekstrakulikuler dengan melakukan praktik coaching dengan
murid di sekolah saya SMPN 4 Gunung Timang. Praktik
coaching ini memiliki tujuan agar anak tersebut dapat
mengambil keputusan/ solusi dari kelelahan yang dia hadapi.
Dalam praktik coaching itu sendiiri tidak lah mudah, saya
terkadang tidak ingat pada konsep coaching itu sendiri, saya
malah ingin langsung memberikan solusi pada proses
coaching, hal ini juga saya rasakan pada saat praktik coaching
dengan rekan sejawat CGP. Hal ini karena saya merasa apa
yang dia rasakan. Tetapi saya kembali lagi pada konsep
coaching bahwa saya hanya memberikan pertanyaan-
46