The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by kharismaucuz, 2021-11-12 02:44:32

kharisma pc

rzk

Nama : Kharisma Putri Cahyani
Kelas : 10 / X

Jurusan : Multi Media

I Miss You Friends

Hai, ini kisah tentang ku Mayu Saputri dan sahabat masa kecil ku Revano
Putra.

Vano adalah seorang anak laki-laki yang termasuk baik, dia adalah seorang
yang penurut. Kami teman satu perumahan, rumah milik ku tidak jauh dari
rumah milik nya. Kami sering bermain bersama, kami juga bersekolah di
sekolah yang sama. Awal pertemuan ku dengan vano adalah ketika aku dan
mommy ku menemani sepupu nya pulang ke rumah nya.

Jadi saat itu aku baru saja pulang dari sekolah. Aku bersekolah di Taman
kanak-kanak lentera harapan. Saat itu mommy ku sudah menunggu ku di
depan kelas, namun mommy ku tak langsung mengajak ku kembali ke rumah.
Mommy bilang kami harus menunggu seseorang lagi baru bisa kembali ke
rumah. Aku berpikir siapa kira-kira yang harus kami tunggu.

Tak lama, teman satu kelas ku yang bernama Arkana Reyhan keluar dari kelas.
Mommy ku yang melihat arkan langsung saja menghampiri nya dan mengajak
nya pulang bersama kami.

Saat aku kecil, aku paling tidak suka dengan arkan. Karena apa?, tentu saja
karena arkan selalu mengganggu ku di sekolah. Arkan termasuk murid yang
sangat nakal di TK. Banyak anak-anak perempuan yang di buat menangis oleh
nya, tak terkecuali aku. Aku selalu berusaha menghindari nya. Tapi arkan tetap
saja mengincar ku sebagai 'teman bermain' nya yang paling utama.

Saat kami sampai di rumah vano. Aku sama sekali tidak tahu rumah siapa yang
sedang ku masuki itu. Mommy menyuruh ku dan arkan untuk duduk di sofa
rumah asing itu. Tidak lama seorang wanita paruh baya yang seumuran dengan
mommy ku keluar dari dalam rumah nya. Ia melihat kami yang sedang duduk.

Mommy ku dan wanita itu bercengkerama, sedangkan arkan mulai
mengganggu ku lagi.

Tidak berselang lama, seorang anak laki-laki seumuran dengan ku dan arkan
muncul. Arkan segera berlari dan memeluk anak laki-laki itu. Mereka terlihat
cukup akrab. Aku penasaran siapa anak laki-laki itu. Saat ingin bertanya,
mommy ku malah mengajak ku pulang.

Di jalan, mommy memberitahu kan ku bahwa rumah yang tadi kami kunjungi
adalah rumah sepupu nya arkan. Anak laki-laki tadi ternyata teman sebaya ku.
Mommy bilang anak laki-laki itu akan satu sekolah dengan ku besok. Tapi aku
tidak peduli, aku pikir anak laki-laki itu pasti sama nakal nya dengan arkan.
Namun semua itu salah, semua penilaian buruk ku tentang anak laki-laki itu
terhapus saat kami sudah mulai bersekolah bersama.

Pagi itu, aku datang ke sekolah dengan hati yang gembira. Sesampai nya di
kelas, aku melihat anak laki-laki yang merupakan saudara arkan. Aku duduk di
bangku ku dan memperhatikan nya. Seperti biasa, arkan datang bersama
teman-teman sekelompok nya untuk menjahili ku. Tentu yang terjadi selanjut
nya adalah aku menangis.

Anak-anak perempuan segera melapor kan kenakalan arkan kepada guru.
Sebelum guru ku datang, Vano yang saat itu belum kukenal datang menolong
ku. Ia memarahi arkan dan meminta nya untuk berhenti menjahili ku. Arkan
menurut pada nya dan pergi dari hadapan ku sambil masih terus mengejek.

Vano yang melihat ku masih menangis segera menggandeng tangan ku
menemui ibu guru yang baru saja masuk kelas.

"Siapa yang bikin mayu nangis? Hayo ngaku! Minta maaf cepat ke mayu" ucap
bu guru
"Arkan bu!!" Balas seisi kelas termasuk vano

Arkan pun di marahi dan di suruh untuk meminta maaf kepadaku. Selesai dari
masalah pagi yang kerap terjadi itu, kami melanjutkan kegiatan belajar kami.
Vano memindah kan kursi nya dan memilih untuk duduk di sebelah ku.

"Eh kamu namanya siapa?" Tanya vano yang berniat menyapa ku lebih dulu
"Mayu saputri, panggil aja mayu. Kalo kamu?" Tanya ku balik kepada vano
"Aku Revano putra, Panggil vano aja. Mau jadi temen ku gak?" Tanya balik
vano dengan mengulur kan tangan nya
"Mau, tapi jangan nakal kayak arkan ya" ucap ku menyambut uluran tangan
vano
"Iya. Aku mah beda dari arkan. Aku anak baik" balas vano dengan tersenyum
ceria.

Akhir nya kami pun menjadi teman dekat. Sewaktu istirahat kami selalu main
bersama. Berbagi jajanan dan belajar kelompok bersama. Ibu ku, ibu vano, dan
para guru pun tau dengan kedekatan kami. Mereka sering bercanda soal
perjodohan.

Seperti saat kami pulang sekolah, mommy ku dan bunda vano sudah
menunggu di saung sekolahan sambil bercengkerama dengan ibu kepala
sekolah sekaligus guru les ku dan vano di luar sekolah. Bu Tata namanya.

"Bagaimana bu vano sama mayu? Gak nakal kan ya di kelas?" Tanya bunda
vano pada bu tata
"Alhamdulillah sih gak. Mereka lebih banyak akrab nya. Kalo ke mana-mana
pasti berdua terus. Sudah seperti orang pacaran saja. Vano pergi ke mana,
mayu ikut in. Mayu pergi ke mana, vano ikut in. Itu berdua-dua nempel mulu.
Makan bareng, main bareng, belajar kelompok bareng. Mau maju buat hafalan
aja bareng bu. Itu dua anak gak mau lepas sama sekali. Sampe pusing saya liat
nya. Nempel mulu kayak prangko" ucap bu tata sambil tertawa

Mommy ku dan bunda vano pun ikut tertawa.
"Trus itu si arkan sama anak saya bagaimana? Masih sering di gangguin apa gak
ya bu?" Tanya mommy ku di sela-sela obrolan
"Alhamdulillah ya bu udah berkurang. Mungkin karena mayu sekarang main
nya sama vano terus, arkan jadi jarang-jarang gangguin mayu. Soal nya tiap di
gangguin vano bakal langsung maju gitu bu buat melindungi mayu. Biasa nya
habis itu arkan minta maaf sama mayu terus langsung pergi. Gak berani lama-
lama ganggu nya" jelas bu tata

"Cocok ya berarti mayu sama vano" lanjut mommy ku
"Jodoh in aja bu. Kali aja langgeng sampai besar nanti" ucap bu tata menimpali.
Mereka pun tertawa bersama, mereka berhenti bercanda saat melihat ku dan
vano keluar kelas.

2 tahun kemudian saat kami lulus dari tk, kami masuk ke dalam sekolah dasar
yang sama. Aku dan vano mendapat kelas yang sama. Kelas 1B. Kami juga satu
sekolah dengan sahabat perempuan ku yang bernama sylvi. Sylvi adalah
sahabat pertama ku sebelum aku pindah dan bertemu vano.

Aku dan sylvi bermain bersama saat jam istirahat di hari pertama sekolah.
Tentu nya dengan vano yang mengikuti kami. Oh ya, sylvi masuk ke dalam
kelas 1A. Kami beda kelas namun kami tetap bermain bersama. Aku
memperkenal kan sylvi pada vano, begitu pula sebalik nya, aku mengenal kan
vano pada sylvi.

Awal mula nya kami sering bermain bersama, sampai satu semester kemudian
kami mulai jarang main bersama sylvi. Tentu aku dan vano masih terus
bersama. Bahkan kami semakin menjadi dekat. Saat di rumah, kami bahkan
sering saling menginap. Hubungan orang tua kami pun semakin dekat. Aku
sangat kenal dengan seluruh anggota keluarga vano, begitu pula vano, ia
sangat mengenal seluruh anggota keluarga ku.

Hari-hari kami di lalui dengan penuh cerita. Kami saling berbagi mainan. Tidur
siang bersama di salah satu rumah kami. Mandi bersama. Di titip kan saat salah
satu keluarga pergi. Berangkat sekolah pun kadang bersama.

Semakin bertambah nya umur, vano semakin menjadi pendiam. Vano mulai
menjadi anak yang sedikit bicara dan sedikit bertingkah. Namun tetap tidak
mempengaruhi persahabatan kami. Vano tetap seperti biasa di hadapan ku.

Meski begitu aku tetap merasa risau. Sampai akhir nya sejak kami menginjak
kelas 4 sd, kami mulai beranjak dewasa dan mulai mengerti arti kata malu.
Lambat laun hubungan kami mulai renggang seiring berjalan nya waktu.

2 tahun terlewati begitu saja dengan kami yang masing-masing saling hilang
kabar dan masuk ke dalam kelas yang berbeda. Hingga aku mendapat berita
bahwa vano akan masuk pesantren saat lulus sd. Dan itu sungguh terjadi.

Sejak saat itu aku sudah tidak pernah bertemu dengan vano lagi. Di tambah
dengan kepindahan ku dan keluarga ku ke luar negeri. Kadang kala aku
merindukan saat-saat kami masih bermain bersama dengan polos nya tanpa
tau arti malu.

Aku selalu merasa sedih setiap kali melihat anak-anak kecil yang bermain di
depan rumah ku. Rindu rasa nya setiap melihat anak laki-laki yang
menggandeng tangan anak perempuan untuk di ajak main. Aku jadi teringat
dulu vano juga selalu seperti itu. Satu pesan yang selalu ku ucap kan setiap kali
merindukan mu adalah...

“Untuk mu REVANO PUTRA, aku merindukan mu teman
masa kecil ku. Aku harap kita bisa bertemu kembali <3.”


Click to View FlipBook Version