The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by lelirizki29, 2022-07-03 09:57:28

E-Modul Berbasis Etnokimia untuk Materi Asam Basa

Leli Nur Rizki




















Berbasis Etnokimia





Untuk Kelas XI SMA/SMK/MA

Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan


Alam


























Pembimbing :
i

Prof Dr Sri Handayani

ii

Leli Nur Rizki
























Berbasis Etnokimia






Untuk Kelas XI SMA/SMK/MA

Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan


Alam













































Pembimbing :
iii

Prof Dr Sri Handayani

KATA PENGANTAR




Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena

berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan e-Modul
Pembelajaran Berbasis Etnokimia untuk Mater Asam Basa ini. E-

modul ini dimaksudkan sebagai salah satu bahan ajar yang dapat

digunakan dalam menunjang proses pembelajaran yang berlangsung.

E-modul ini dikembangkan menggabungkan antara aspek

etnokimia (batik) dengan materi pembelajaran asam basa dalam
pembelajaran kimia. Di dalamnya juga terdapat praktikum indikator

asam basa yang didasarkan pada aspek etnokimia yaitu menggunakan

bahan pewarna batik. Selain itu, terdapat link-link soal dan kunci
jawabannya, barcode untuk melihat video-video yang berkaitan dengan

aspek etnokimia dan materi asam basa.

Penulis menyadari dalam penyusunan e-modul ini masih belum

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan sangat

dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas e-modul ini. Penulis berharap
dengan hadirnya e-modul ini, akan berguna dan bermanfaat untuk

menunjang proses pembelajaran kimia.

Banyumas,………………2022


Penulis,







Leli Nur Rizki











iv

DAFTAR ISI





Kata Pengantar ................................................................................................................ iv

Daftar Isi .......................................................................................................................... v
Peta konsep ..................................................................................................................... vi

Deskripsi E-Modul ........................................................................................................ vii
Glosarium ..................................................................................................................... viii

Kegiatan Pembelajaran 1 ................................................................................................ 1

Teori Asam Basa ............................................................................................................. 1
A. Tujuan Pembelajaran ........................................................................................... 1
B. Uraian Materi ........................................................................................................ 1

C. Rangkuman ......................................................................................................... 11
D. Uji Kompetensi KP 1 .......................................................................................... 12

E. Pedoman Penilaian ............................................................................................. 13
Kegiatan Pembelajaran 2 ............................................................................................... 14

Kesetimbangan Ion dalam Larutan Asam Basa dan pH ................................................ 14
A. Tujuan Pembelajaran .......................................................................................... 14

B. Uraian Materi ...................................................................................................... 14
C. Rangkuman ......................................................................................................... 23

D. Uji Kompetensi KP 2 .......................................................................................... 24
E. Pedoman Penilaian ............................................................................................. 25

Kegiatan Pembelajaran 3 ............................................................................................... 26
Indikator dan Reaksi Asam Basa ................................................................................... 26

A. Tujuan Pembelajaran .......................................................................................... 26
B. Uraian Materi ...................................................................................................... 26

C. Rangkuman ......................................................................................................... 37
D. Uji Kompetensi KP 3 .......................................................................................... 40

E. Pedoman Penilaian ............................................................................................. 40
LKPD Berbasis Etnokimia ............................................................................................ 38

Kunci Jawaban KP 1 ..................................................................................................... 41
Kunci Jawaban KP 2 ..................................................................................................... 41

Kunci Jawaban KP 3 ..................................................................................................... 43
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 44

Tentang Penulis ............................................................................................................ 45



v

PETA KONSEP






Teori Arrhenius








Teori Asam- Teori
Basa BrØnsted-
Lowry



Teori BrØnsted-
Lowry






Senyawa-
senyawa
Asam-Basa
ASAM- Kesetimbangan

BASA Larutan Asam-
Basa dalam suatu
larutan
Perhitungan
Derajat
Keasaman
(pH)







Indikator
Alami


Indikator
Asam-Basa

Indikator di
Laboratotium





Reaksi Asam
Basa








vi

DESKRIPSI E-MODUL








E-modul ini berisikan penjelasan materi, latihan soal, rangkuman, soal, dan

kunci jawaban mengenai materi asam basa. Di dalam e-modul ini akan dibahas

mengenai etnokimia yaitu batik dan kaitannya dengan konsep asam basa. Ternyata di
dalam beberapa proses pembuatan batik mengandung konsep asam basa. Beberapa

proses dalam pembuatan batik yang mengandung konsep asam basa adalah pada tahap
pewarnaan, fiksasi, dan pengolahan limbah batik. Oleh karena itu, e-modul ini

dinamakan sebagai e-modul asam basa yang berbasis etnokimia. E-modul ini berisikan
3 kegiatan pembelajaran yang tentu saja berisikan materi-materi tentang etnokimia dan

kaitannya dengan asam basa.

Adapun Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi yang
terkandung dalam e-modul ini sesuai dengan tabel 1.

Tabel 1 Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.10 Menjelaskan konsep asam dan 3.10.1 Menjelaskan konsep asam basa

basa serta kekuatannya dan menurut beberapa teori asam basa yang
kesetimbangan pengionannya dalam berkembang.

larutan. 3.10.2 Mengukur pH beberapa larutan
asam basa yang diberikan


4.10 Menganalisis trayek perubahan pH 4.10.1 Melakukan percobaan membuat

indikator yang diekstrak dari bahan indikator asam basa dari bahan alam.

alam melalui percobaan .















vii

Materi-materi pokok yang ada dalam kompetensi dasar, e-modul ini dibagi

menjadi 3 buah kegiatan pembelajaran dengan sub-materi sesuai tabel 2.
Tabel 2 Kegiatan Pembelajaran dan Sub-Materi.

Kegiatan Sub-Materi
Pembelajaran

1 Teori Asam Basa

2 Kesetimbangan Ion dalam Larutan Asam Basa dan pH
3 Indikator dan Reaksi Asam Basa


Relevansi yang diharapkan dapat diperoleh setelah mempelajari e-modul ini

antara lain :
1. Pengetahuan baru mengenai konsep ilmu kimia yang diterapkan dalam proses

pembuatan batik yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
2. Pemanfaatan senyawa asam basa dalam kehidupan sehari-hari.




GLOSARIUM



Asam : merupakan suatu zat yang mempunyai pH < 7.

Basa : merupakan suatu zat yang mempunyai pH < 7.
α (derajat ionisasi ) : jumlah bagian yang mengalami ionisasi .

+
Valensi asam : jumlah ion H yang dihasilkan jika 1 molekul
asam mengalami ionisasi.
-
Valensi basa : jumlah ion OH yang dihasilkan jika 1 molekul
basa mengalami ionisasi.
Donor : pemberi sesuatu (misalnya donor proton)

Akseptor : penerima sesuatu (misalnya akseptor elektron)
Indikator : alat atau bahan yang dapat memberikan tanda

sifat suatu senyawa.

Asam konjugasi : basa yang sudah menerima 1 ion H +
Basa konjugasi : asam yang sudah melepaskan 1 ion H+








viii

ix

Kegiatan

Pembelajaran 1
(Ardra, 2014) (Abdulmalik & Khairunnisa, 2016) (Fitinline, 2018) (Abdullah, 2007)

(Chang, 2004)






A. Tujuan Pembelajaran


Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang dikaitkan

dengan topik etnokimia ini, peserta didik diharapkan dapat

menjelaskan sifat-sifat asam basa berdasarkan teori asam basa
Arrhenius, BrØnsted-Lowry, dan Lewis.
B. Uraian Materi


Apa yang kalian bayangkan ketika mendengar kata batik? Kain

yang motifnya beragam. Kata “batik” berasal dari gabungan bahasa
Jawa yaitu “amba” yang berarti menulis dan “titik” yang artinya titik

(Ardra, 2014) .
Kalian sudah memahami proses pembuatan batik dimulai dari

tahapan mendesain batik, melukis kain, menutupi bagian putih,

pewarnaan kain, melukis kembali dengan canting, menghilangkan lilin,
membatik lagi, nglorot, dan mencuci kain batik.

Berikut ini beberapa contoh batik yang ada di Indonesia sesuai

dengan gambar 1.1 dan 1.2 berikut.

















Gambar 1.1 Batik Gambar 1.2 Batik
Pekalongan Banyumas











1

Klik gambar di bawah ini untuk melihat isinya!












Setelah melihat video tersebut. Mari kita kupas lebih dalam lagi
mengenai hubungan proses pembatikan dengan materi asam basa dalam

kimia. Proses awal pembatikan yakni tahapan mendesain batik, melukis
kain, tidak ada kaitannya dengan konsep kimia tertentu. Pada proses

penutupan kain putih, digunakan suatu zat yang dinamakan lilin atau

yang sering disebut malam. Malam digunakan untuk menutup motif
yang tidak ingin dikenai warna saat pewarnaan berlangsung.

Malam batik ini bukan merupakan terdiri dari satu macam
bahan, tetapi campuran dari berbagai bahan pokok lilin. Sebagai bahan

pokok lilin misalnya adalah gondorukem, damar (mata kucing), paraffin
(putih dan kuning), microwax, lemak binatang (kendal, gajih), minyak

kelapa, lilin tawon, lilin lancing (Abdulmalik & Khairunnisa, 2016).

Proses berlanjut di pewarnaan kain batik. Berdasarkan sumber
atau asalnya, pewarna batik dibagi menjadi 2 golongan, yaitu berupa

pewarna alami dan pewarna sintetis. Berikut ini beberapa contoh
pewarna alami yang dapat digunakan antara lain kunyit, tanaman

Indigofera, jalawe, secang, kulit manggis, kelapa, jambal, serta tegeran

(Fitinline, 2018). Sementara untuk pewarna sintetis berupa naphthol
(misalnya naphthol AS, naphthol ASG, naphthol ASGR, dll), zat warna

indigosol yang mudah larut dalam air (misalnya IRD untuk warna
coklat, IGK untuk kuning, IBL untuk abu-abu, IR untuk warna merah,

IB untuk hijau, dll), zat warna remasol yang tidak mudah larut dalam

air, zat warna rapid, dan zat warna direk.







2

Zat warna naphthol akan memberikan warna tua dan warna

gelap. Naphthol AS akan memberikan warna merah, biru, violet,

orange, dan hitam. Naphthol ASG memberikan warna kuning, dan
Naphthol ASGR untuk warna hijau. Sebelum dapat menghasilkan

warna pada kain yang akan dibatik, naphthol yang akan digunakan harus
dilarutkan terlebih dahulu. Napthol sendiri tidak larut dalam air, namun

akan larut dengan NaOH yang kemudian membentuk naphtholat dan

kemudian membentuk zat warna naphthol dengan bantuan garam
diazonium untuk mengeluarkan warna sesungguhnya.

Pertanyaan yang dapat diajukan ketika berbicara mengenai
hubungan antara proses pewarnaan dengan salah satu konsep teori asam

basa adalah, bagaimanakah reaksi yang terjadi antara salah satu jenis

pewarna batik (Napthol AS) dengan NaOH dalam pembuatan pewarna
batik? Jelaskan hubungannya dengan salah satu teori asam basa yang

berkembang!



























Untuk membuat kalian bisa menjawab
pertanyaan di atas dan lebih memahami lagi

mengenai hubungan antara materi asam basa
dengan etnokimia dan, pelajarilah uraian

materi mengenai teori asam basa yang ada di
bawah ini!





3

Teori yang berkembang mengenai asam basa yang akan

dipelajari dalam modul ini ada 3:

1. Teori asam basa Arrhenius
2. Teori asam basa BrØnsted-Lowry.

3. Teori asam basa Lewis

Seperti hal-nya teori perkembangan atom, ketiga teori di atas saling

melengkapi satu sama lain.

1. Teori Asam Basa Arrhenius


Svante Arrhenius adalah
seorang kimiawan Swedia yang

mendefinisikan tentang asam basa
pada abad ke-19. Arrhenius

mendeskripsikan asam sebagai zat
yang menghasilkan ion hidrogen

+
(H ) dalam air. Sedangkan basa
digambarkan sebagai zat yang
-
menghasilkan ion hidroksida (OH )

di dalam air. Gambar 1.3 Svante Arrhenius
Sifat-sifat suatu asam yang dikemukakan oleh Arrhenius antara

lain:

a. Asam memiliki rasa masam.
b. Asam menyebabkan perubahan warna pada zat warna tumbuhan

(perubahan warna dari lakmus berwarna biru menjadi merah).
c. Larutan asam dalam air dapat menghantarkan listrik.

Sementara itu, sifat-sifat suatu basa menurut Arrhenius antara
lain :

a. Basa memiliki rasa pahit.

b. Basa menyebabkan perubahan warna pada zat warna tumbuhan
(perubahan warna dari lakmus berwarna merah menjadi biru).

c. Larutan basa dalam air menghantarkan arus listrik (Chang,
2004).




4

Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Arrhenius, suatu
+
asam akan melepaskan ion H jika dilarutkan dalam air. Kenyataannya,
+
ion H bukan merupakan proton bebas dan hampir tidak bisa berdiri
+
sendiri dalam suatu larutan. Namun ion H akan terikat pada molekul

+ +
air dan membentuk ion hidronium yaitu H O karena ion H
3
mempunyai jari-jari ion yang sangat kecil.
-13
+
Ion H mempunyai radius kurang dari 0,1 pm ( 1 pm = 1 x 10
m). Hal ini berarti jika partikel kecil ini mempunyai konsentrasi muatan

+
positif yang sangat besar dimasukkan ke dalam air, maka ion H akan
tertarik dengan kuat ke arah dipol negatif dari air (Utomo, 2008). Oleh

+
karena itu, terbentuklah ion hidronium (H O ) .
3
Contoh pereaksian senyawa HCl dilarutkan dalam air akan

-
+
terbentuk ion H3O dan ion Cl sebagai berikut :
+
-
HCl (aq) + H2O(l) H3O (aq) + Cl (aq)
Adapun untuk contoh reaksi basa pada penjelasan teori Arrhenius
adalah :
+
-
NH3(aq) + H2O(l) NH4 (aq) + OH (aq)
!
Hal penting yang harus diingat adalah :

+
Ketika membicarakan ion H dalam sebuah larutan, maka tidak

lain dan tidak bukan yang sedang dibicarakan adalah ion
+
hidronium (H3O ). Oleh sebab itu untuk kepraktisan penulisan

seringkali dituliskan ion H +



















(Utomo,
2008)
! = Ingat-Ingat 5

Latihan Soal


Tuliskan persamaan reaksi berikut ini!

1. Asam iodida direaksikan dengan air akan menghasilkan ion

hidronium dan ion iodida.

Jawaban :


















2. Kalium hidroksida dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion

kalium dan ion hidroksida.

Jawaban :


























Scan barcode di samping untuk
memperoleh jawaban yang
benar!!







6

Jika HaX adalah asam, maka reaksi ionisasinya dalam air akan
menjadi seperti berikut ini : !

+
a-
HaX (aq) aH (aq) + X (aq)


Keterangan :

+
a = valensi asam atau jumlah ion H yang dihasilkan jika 1 molekul
senyawa asam mengalami reaksi ionisasi.
Contoh :

+
-
HF(aq) H (aq) + F (aq) (asam fluorida)
+
2-
H2SO4(aq) 2H (aq) + SO4 (aq) (asam sulfat)
Dapat dilihat bahwa harga valensi pada kedua reaksi berbeda. Jadi,
harga valensi suatu asam akan berbeda yang bergantung pada senyawa

yang bereaksi.

Jika Y(OH)b adalah basa, maka reaksi ionisasinya dalam air

akan seperti berikut ini : !
-
b+
Y(OH)b(aq) Y (aq) + bOH (aq)

Keterangan :

-
b = valensi basa atau jumlah ion OH yang dihasilkan jika 1 molekul
senyawa basa mengalami reaksi ionisasi.

Contoh :

-
+
NaOH(aq) Na (aq) + OH (aq) (natrium hidroksida)
-
2+
Ca(OH)2(aq) Ca (aq) + 2OH (aq) (kalsium hidroksia)
Dapat dilihat bahwa harga valensi pada kedua reaksi berbeda. Jadi,
harga valensi suatu basa akan berbeda yang bergantung pada senyawa
yang bereaksi.














! = Ingat-Ingat 7

2. Teori Asam Basa BrØnsted-Lowry.


Konsep yang digunakan
oleh Arrhenius mempunyai

keterbatasan dalam hal penggunaan
yaitu hanya berlaku untuk pelarut

air. Tahun 1923, kimiawan Denmark
bernama Johannes BrØnsted. dan

kimiawan Inggris bernama Thomas

Lowry secara mandiri mengajukan
definisi asam basa secara umum Gambar 1.4 BrØnsted (kiri)

berdasarkan fakta yaitu reaksi asam dan Lowry (kanan)
basa melibatkan transfer ion dari satu zat ke zat yang lain. Karena

konsep yang digunakan adalah adanya transfer ion dari satu zat ke zat
yang lain, konsep ini dapat digunakan bukan hanya pada pelarut air.

Definisi asam BrØnsted-Lowry.adalah suatu zat yang dapat
mendonorkan protonnya, sedangkan basa adalah sebagai akseptor

(penerima) proton.

Contoh :
+
-
HCl(aq) + H2O(aq) H3O (aq) + Cl (aq)
Pada kasus di atas, HCl bertindak sebagai asam BrØnsted-Lowry.karena
mendonorkan protonnya. H2O bertindak sebagai basa BrØnsted-Lowry..


Bagaimana kalau pelarutnya

bukan air?


Inilah keunggulan konsep asam basa BrØnsted-Lowry.karena dapat

membedakan suatu asam atau basa bukan dalam pelarut air saja.
Contoh :

+
-
HClO(g) + CH3NH2(g) CH3NH3 (s) + ClO (s)
Pada kasus di atas, HClO juga bertindak sebagai asam BrØnsted-Lowry.
karena mendonorkan protonnya, sedangkan ammonia (CH3NH2)

bertindak sebagai basa BrØnsted-Lowry..





= Perhatikan baik-baik! 8

Reaksi antara salah satu jenis Naphthol yaitu Naphthol AS

dengan larutan NaOH panas seperti gambar 1.5 berikut.




















Gambar 1.5 Reaksi Naphtol AS dan NaOH

Penjelasan :


Reaksi di atas merupakan aplikasi dari teori asam basa yang
dikembangkan oleh BrØnsted-Lowry. Naphthol AS bertindak sebagai

senyawa asam dan NaOH sebagai senyawa basa. Naphthol AS akan
+
memberikan atau mendonorkan protonnya (ion H ), oleh karena itu
bertindak sebagai asam BrØnsted-Lowry. Sedangkan NaOH bertindak

+
sebagai basa BrØnsted-Lowry.karena akan menerima proton (ion H )
yang dilepaskan oleh Naphthol AS guna membentuk H O. Teori
2
BrØnsted-Lowry sendiri menjelaskan konsep asam basa dengan cara

transfer ion. Oleh karena itu, reaksi di atas masuk ke dalam reaksi asam
basa berdasarkan teori BrØnsted-Lowry.


H yang berwarna merah berasal dari senyawa Napthol As sehingga ini
merupakan asam BrØnsted-Lowry.


OH yang berwarrna biru berasal dari basa NaOH, yang merupakan basa

BrØnsted-Lowry.






9

3. Teori Asam Basa Lewis


Teori asam basa yang
dikemukakan oleh BrØnsted-

Lowry.mempunyai keterbatasan
terutama untuk senyawa-senyawa

+
yang tidak mempunyai proton (H ).
Oleh sebab itu, tahun 1932, seorang
ilmuwan bernama Gilbert Newton

Lewis mengajukan konsep
mengenai asam basa. Gilbert N.

Lewis menamainya sebagai asam Gambar 1.6 Gilbert Newton

Lewis dan basa Lewis. Lewis

Asam Lewis adalah suatu senyawa yang mampu menerima
pasangan elektron atau akseptor pasangan elektron dari senyawa lain.

Sedangkan basa Lewis adalah suatu senyawa yang mampu
memberikan pasangan elektron atau pendonor pasangan elektron

kepada senyawa lainnya. Konsep ini memperluas konsep asam basa

BrØnsted-Lowry sehingga mampu menjelaskan sifat suatu asam atau
basa untuk senyawa-senyawa yang tidak mempunyai proton.


!
Konsep yang digunakan dalam teori asam basa menurut Lewis

didasarkan pada ikatan kovalen koordinasi. Zat yang menjadi
basa Lewis akan mendonorkan pasangan elektron bebasnya ke

zat lainnya.


Contoh :


BF3(aq) + NH3(aq) NH3BF3(aq)
Manakah yang bertindak sebagai basa
F H
jika dilihat dari gambar disamping??
F B + N H Yapss, NH3 merupakan basa karena
H
F
mendonorkan pasangan elektronnya.

! = Ingat-Ingat

10

C. RANGKUMAN


1. Terdapat 3 teori yang berkembang mengenai konsep asam basa yaitu

teori Arrhenius, teori BrØnsted-Lowry, dan teori Lewis.
2. Teori asam basa Arrhenius menjelaskan bahwa asam adalah zat yang

+
melepaskan ion H ketika direaksikan dengan air. Sedangkan basa
-
adalah zat yang melepaskan ion OH ketika direaksikan dengan air.
3. Teori asam basa BrØnsted-Lowry menjelaskan bahwa suatu asam

adalah zat yang mendonorkan protonnya kepada zat lainnya,
sedangkan basa adalah zat yang menerima proton.

4. Teori asam basa Lewis menjelaskan bahwa basa adalah suatu zat
yang mendonorkan pasangan elektron, sedangkan asam adalah zat

yang menerima pasangan elektron bebas tersebut.

5. Kelemahan teori asam basa Arrhenius adalah hanya berkutat pada
pelarut air, sehingga muncul teori asam basa BrØnsted-Lowry untuk

menyempurnakan teori sebelumnya.
6. Kelemahan teori asam basa BrØnsted-Lowry adalah kesulitan untuk

menjelaskan senyawa-senyawa yang tidak mempunyai proton,

sehingga muncul teori baru yang didasarkan pada konsep
penggunaan pasangan elektron bersama untuk membentuk ikatan
kovalen antar senyawa.

7. Dalam proses pewarnaan kain batik, digunakan senyawa-senyawa

asam basa seperti NaOH dan HCl sebagai bahan pembantu pelarutan
dan pemancar warna.

8. Reaksi yang terjadi pada proses pewarnaan antara NaOH dengan

Naphthol AS sesuai dengan teori asam basa BrØnsted-Lowry karena
terjadi proses transfer ion di dalamnya.

















11

D. Uji Kompetensi KP 1






Yuk, ukur kemampuan kalian dalam memahami materi yang ada
di kegiatan pembelajaran 1 dengan mengerjakan soal-soal di

bawah ini!
Pilihan Ganda


Untuk memperoleh dan mengerjakan soal pilihan ganda pada kegiatan
pembelajaran 1, bukalah link berikut ini.


https://bit.ly/UjiKompetensiKP1

Kerjakan dengan jujur, dan skor kalian akan langsug muncul.


Uraian

1. Sebutkan kelemahan teori asam basa menurut Arrhenius dan
BrØnsted-Lowry! (2)

2. Konsep asam basa menurut Lewis dapat menjelaskan reaksi yang

terjadi di bawah ini!
CO2(g) + H2O(aq) H2CO3(aq)

Gambarkan struktur Lewis pada reaksi tersebut! Manakah yang
merupakan asam Lewis dan basa Lewis? (4)

3. Perhatikan reaksi berikut ini!
+
-
H2O(aq) + HNO2(aq) H3O (aq) + NO2 (aq)
Sebutkan zat yang merupakan pasangan asam-basa konjugasi dan

basa-asam konjugasi! (2)

















12

E. PEDOMAN PENILAIAN




1. Hitunglah skor yang kalian dapat untuk masing-masing soal (untuk

setiap soal pilihan ganda bernilai 2 dan untuk soal uraian sudah
tertera di dalam soal tentang skor maksimalnya).

2. Jumlahkan skor tersebut (soal pilihan ganda dan uraian) dengan total
skor maksimal adalah 20.

3. Kalikan 5 total skor yang kalian punya untuk mengubahnya menjadi

satuan 100.
4. Itulah nilai yang kalian dapat untuk kegiatan 1 e-modul ini.


Konversi Nilai Kuantitatif menjadi Kualitatif


Nilai Kriteria
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
< 21 Sangat kurang


Jika nilai kalian masih berada di kriteria cukup ke bawah (<60),

maka kerjakan ulang soal-soal tersebut hingga nilaimu memuaskan.

Namun, jangan melihat kunci jawaban yang sudah ada, karena
sama saja akan membohongi hasil dan nilai yang akan kalian

dapatkan!






















13

Kegiatan
Pembelajaran
2














A.Tujuan Pembelajaran


Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang dikaitkan dengan

topik etnokimia ini, peserta didik diharapkan dapat menghitung
-
+
konsentrasi ion H dan OH serta dapat menghitung nilai derajat
keasaman suatu zat atau larutan.
B.Uraian Materi

Dalam proses pewarnaan batik,
digunakan senyawa asam ataupun basa


untuk membantu proses-proses
pewarnaan. Misalnya untuk zat warna
naphthol digunakan NaOH sebagai


untuk membantu pelarutan, karena zat
warna naphthol tidak mudah larut
dalam air. Begitupun dengan zat warna

remasol yang menggunakan NaOH

Gambar 2.1 Contoh zat sebagai salah satu bahan yang
warna Indigosol ditambahkan ketika proses pencelupan
kain batik

Berbeda halnya dengan zat warna naphthol dan remasol yang

menggunakan suatu basa untuk membantu proses pelarutan, zat warna
indigosol menggunakan asam untuk proses fiksasinya. Asam yang

digunakan dalam proses fiksasi zat warna indigosol adalah HCl. Dengan
penambahan beberapa senyawa asam basa yang digunakan baik dalam

proses pewarnaan maupun fiksasi akan berdampak pada nilai derajat
keasamannya (pH).








14

Pembuatan larutan zat warna pewarna naphthol dengan

penambahan NaOH. Pembuatan zat warna naphtol melalui proses
berikut ini :

1. Buatlah pasta dengan cara menambahkan sedikit air ke dalam

zat warna naphtol.
2. Penambahan soda kaustik atau NaOH ke dalam larutan tersebut.

3. Penambahan air panas sesuai dengan takaran yang dibutuhkan.
4. Perbandingan ketiga bahan adalah 5 gram naphthol : 1 gram soda

kaustik : 1 L air. Berikut ini merupakan video tata cara membuat zat

warna naphtol dan perubahan warnanya.
Klik gambar di bawah ini untuk melihat isinya!











Contoh lainnya adalah pada pembuatan zat warna indigosol. Zat

warna ini larut dalam air sehingga proses pelarutannya cukup

menggunakan air panas saja. Namun, warna yang sebenarnya belum
akan keluar jika hanya menggunakan air panas saja, tetapi pada proses

fiksasi digunakan larutan asam yaitu HCl (asam klorida). Pembuatan
larutan zat warna indigosol melalui proses berikut :

1. Pelarutan zat warna indigosol ke dalam air panas. Untuk
perbandingannya adalah sekitar 5-6 gram/ 1 L air panas.

2. Pembuatan larutan fiksasi yaitu campuran antara 8 gram Natrium

Nitrit + HCl 10 mL/ 1 L air dingin.
3. Untuk membantu mengeluarkan warna sebenarnya, lakukan proses

fiksasi dengan larutan fiksasi yang telah dibuat.
Bagaimana bisa penambahan senyawa asam/basa dapat mempengaruhi

nilai derajat keasaman suatu zat? Mari kita pelajari bersama pada materi

berikut ini!




15

1. Tetapan Kesetimbangan Air


Air adalah pelarut yang paling sering digunakan yang bersifat
elektrolit lemah. Sebagian kecil molekul air terionisasi menjadi ion H +

-
dan OH , menurut reaksi berikut ini :
-
+
H2O(l) H (aq) + OH (aq)
Berdasarkan reaksi tersebut, maka untuk memperoleh nilai K (tetapan

kesetimbangan), digunakan rumus :

+
ሾ ሿ ×ሾ ሿ
K =
ሾ ሿ
2
+
-
K [H2O] = [H ] x [OH ]
Karena fraksi molekul air yang terionisasi sangat kecil, konsentrasi air

yaitu H2O hampir tidak berubah. Dengan demikian :
K [H2O] = Kw = [H ] x [OH ]
+
-
+
Berdasarkan reaksi ionisasi air, kita tahu bahwa perbandingan ion H
-
+
-
dan OH dalam air murni (larutan netral) adalah [H ] = [OH ]. Sehingga
rumusan Kw dapat ditulis sebagai berikut:
+
+
Kw =[H ] x [H ]
+ 2
Kw =[H ]
Berikut ini merupakan tabel harga tetapan kesetimbangan air pada
beberapa suhu tertentu sesuai dengan tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tetapan kesetimbangan air dalam beberapa suhu tertentu

Suhu ( ̊C) Kw
0 0,114 x 10 -14
10 0,295 x 10 -14
20 0,676 x 10 -14
-14
25 1,00 x 10
-14
60 9,55 x 10
-14
100 55,0 x 10


Dilihat dari tabel tersebut, harga tetapan kesetimbangan air (Kw), pada
-14
+
suhu 25 ̊ C adalah 1,00 x 10 . Oleh sebab itu,maka harga [H ] maupun
[OH ] dapat ditentukan yaitu sebesar 1,00 x 10 untuk masing-masing
-
-7
konsentrasi.




16

2. Pengaruh Asam Basa terhadap Kesetimbangan

Air
a. Pengaruh Asam

Berdasarkan konsep pergeseran kesetimbangan, jika konsentrasi
+
[H ] ditambahkan, maka kesetimbangan bergeser ke arah kiri, namun
+
-
tidak akan merubah harga Kw (perkalian antara [H ] dan [OH ]).
-
+
Akibatnya, perbandingan ion H dan OH dalam larutan asam menjadi :
+
-
[H ] > [OH ]
b. Pengaruh Basa
Berdasarkan konsep pergeseran kesetimbangan, jika konsentrasi

-
[OH ] ditambahkan, maka kesetimbangan bergeser ke arah kanan,
+
namun tidak akan merubah harga Kw (perkalian antara [H ] dan
-
-
+
[OH ]). Akibatnya, perbandingan ion H dan OH dalam larutan basa
menjadi :
+
-
[H ] < [OH ]
3. Menghitung Konsentrasi [H ] dan [OH ] dan
+
-
Hubungannya Harga Derajat Keasamannya (pH)
!

Kekuatan asam, sebanding dengan jumlah ion H + ,

sedangkan kekuatan basa sebanding dengan OH -
a. Senyawa Asam

Senyawa asam sendiri dapat dibedakan menjadi 2 dilihat dari

kemampuan terionisasinya. Senyawa asam yang terionisasi secara

sempurna mempunyai harga α = 1 disebut sebagai asam kuat. Untuk
senyawa asam yang tidak terionisasi dengan sempurna dan mempunyai

harga 0 < α < 1 disebut sebagai asam lemah. Berikut ini merupakan

tabel 2.2 senyawa asam kuat dan asam lemah (Chang & Overby, 2011).
Tabel 2.2 Contoh senyawa asam kuat dan asam lemah

No Asam Kuat Asam Lemah

1 HCl (asam klorida) HF (asam fluorida)
2 HBr (asam bromida) CH3COOH (asam asetat)

3 HI (asam iodida) HCN (asam sianida)

! = Ingat-Ingat

17

4 HNO3 (asam nitrat) HCO3 (asam karbonat)

5 H2SO4 (asam sulfat) HNO2 (asam nitrit)

6 HClO4 (asam perklorat) H3PO3 (asam phosphit)
dll

Note : untuk mempermudah klasifikasi jenis asam, maka semua asam yang
tidak ada di golongan senyawa asam kuat, merupakan senyawa asam lemah.


+
Bagaimana cara menghitung konsentrasi H
dalam suatu asam kuat dan asam lemah?


+
Untuk menghitung konsentrasi [H ] dalam larutan asam kuat dengan
harga α = 1, maka digunakan rumus :
[H ] = a x Ma
+

Keterangan :
+
[H ] = konsentrasi ion H +
Ma = molaritas asam kuat (M)
a = valensi asam

+
Untuk menghitung konsentrasi [H ] dalam larutan asam lemah
dengan harga 0 < α < 1 melalui beberapa proses. Jika konsentrasi awal
larutan asam lemah HA dinyatakan sebagai Ma, maka:

-
+
HA(aq) ⇌ H (aq) + A (aq)
Mula-mula: Ma (komposisi mula-mula tiap spesi)
Reaksi : −αMa +αMa +αMa (reaktan berkurang, produk
bertambah)

+
Setimbang : Ma−αMa αMa αMa (komposisi spesi saat setimbang)

Atau dapat dituliskan komposisi saat kesetimbangan terjadi (1−α)Ma,
αMa, αMa. Jika nilai α sangat kecil (α ≪ 1), maka dapat diasumsikan

nilai (1 − α) ≈ 1, sehingga persamaan Ka (tetapan asam) untuk asam
2
lemah dapat ditulis seperti berikut: Ka = α × Ma
+
Jadi untuk menghitung konsentrasi H dalam larutan asam lemah
adalah:
+
[H ] = ξ ×





18

Hubungan konsentrasi ion H dengan nilai Derajat Keasaman
+
(pH)
Konsep pH pertama kali diajukan oleh seorang ahli biokimia

dari Denmark yaitu S.P. Sorensen pada tahun 1909. Sorensen
menyatakan pH merupakan logaritma negatif dari konsentrasi ion
hidrogen dan dirumuskan sebagai berikut.


+
pH = -log [H ]


Keterangan :
+
[H ] = konsentrasi ion Hidrogen
b. Senyawa Basa
Senyawa basa sendiri dapat dibedakan menjadi 2 dilihat dari

kemampuan terionisasinya. Senyawa basa yang terionisasi secara
sempurna dan mempunyai harga α = 1 disebut sebagai basa kuat. Untuk

senyawa asam yang tidak terionisasi dengan sempurna dan mempunyai

harga 0 < α < 1 disebut sebagai basa lemah. Berikut ini merupakan
tabel 2.3 , senyawa basa kuat dan basa lemah (Kroschwitz et al., 1995).

Tabel 2.3 Contoh senyawa basa kuat dan basa lemah

No Basa Kuat Basa Lemah
1 LiOH (litium hidroksida) Be(OH)2 (berrilium

hidroksida)

2 NaOH (natrium hidroksida) Fe(OH)2 (besi (II)
hidroksida)

3 KOH (kalium hidroksida) Cu(OH)2 (tembaga (II)

hidroksida)
4 Mg(OH)2(magnesium hidroksida) N2H4 (hidrazin)

5 Ca(OH)2 (kalsium hidroksida) C6H5NH2 (anilin)

6 Sr(OH)2 (stronsium hidroksida) NH3 (ammonia)
7 Ba(OH)2 (barium hidroksida) dll

Note : untuk mempermudah klasifikasi jenis basa, maka semua basa yang
tidak ada di golongan senyawa basa kuat, merupakan senyawa basa lemah.






19

-
Untuk menghitung konsentrasi [OH ] dalam larutan basa kuat
dengan harga α = 1, maka digunakan rumus :


[OH ] = b x Mb
-
Keterangan :
-
[OH ] = konsentrasi ion OH -
Mb = molaritas basa kuat (M)

b = valensi basa
Dengan cara yang sama seperti pada senyawa basa lemah, perhitungan

-
konsentrasi [OH ] dalam larutan basa lemah dengan harga 0 < α < 1,
maka digunakan rumus :
-
[OH ] = ξ ×
Keterangan :
-
[OH ] = konsentrasi ion OH -
Kb = tetapan basa

Mb = molaritas basa lemah
-
Hubungan konsentrasi ion OH dengan nilai Derajat Keasaman
(pH)
pOH = -log [OH ]
-


Keterangan :

-
[OH ] = konsentrasi ion Hidroksida
Hubungan antara pH dan pOH dapat diturunkan dari persamaan tetapan

kesetimbangan air (Kw) pada suhu 25 ̊C sbb.

-14
+
-
[H ] . [OH ] = Kw (1 x 10 )
pH + pOH = pKw
pH + pOH = 14
Maka mencari pH dari suatu pOH, menggunakan rumus :


-
pH = 14- log [OH ]







20

Latihan Soal

1. Tentukan nilai pH dari larutan HBr dengan konsentrasi 0,005M!

Jawab :






















2. Tentukan nilai pH dari larutan KOH dengan konsentrasi 0,004 M!

Jawab :































21

3. Naphtol AS (C17H22NO) 0,1 bereaksi dengan air menghasilkan pH
6. Tentukan nilai Ka yang dimiliki naphtol AS tersebut!

Jawab :






























Scan barcode di samping untuk
memperoleh jawaban yang
benar!!




































22

C. Rangkuman


1. Air mengalami kesetimbangan, dimana tetapan kesetimbangan air
+
-
(Kw) merupakan hasil kali ion [H ] dan [OH ].
-
-7
+
-14
2. Nilai Kw = 1 x 10 , dengan harga [H ] dan [OH ] = 1 x 10
3. Asam dan basa kuat adalah asam dan basa yang dianggap
terionisasi sempurna dalam larutannya. Mencari konsentrasi ion
Hidrogen dan Hidroksida dalam asam dan basa kuat menggunakan

rumus :
+
-
[H ] = a x Ma (asam kuat) dan [OH ] = b x Mb (basa kuat)
4. Asam dan basa lemah adalah asam dan basa yang dianggap tak
terionisasi sempurna dalam larutannya. Mencari konsentrasi ion

Hidrogen dan Hidroksida dalam asam dan basa lemah
menggunakan rumus :

-
+
[H ] = ξ × (asam lemah) dan [OH ]= ξ × (basa
lemah)
+
5. Hubungan derajat keasaman (pH) dengan konsentrasi [H ] dalam
suatu larutan adalah :
+
pH = - log [H ]
-
6. Hubungan derajat keasaman (pH) dengan konsentrasi [OH ] suatu
larutan adalah :

-
pOH = - log [OH ]
pH = 14 – pOH
7. Penggunaan NaOH pada proses pewarnaan batik menggunakan

pewarna remasol dan naphthol akan membuat pH larutan menjadi

tinggi (kebasaan).
8. Penggunaan HCl sebagai bahan fiksasi pada pewarna indigosol

akan membuat pH larutan menjadi rendah (keasaman)













23

D. Uji Kompetensi KP 2




Yuk, ukur kemampuan kalian dalam memahami materi yang ada
di kegiatan pembelajaran 2 dengan mengerjakan soal-soal di

bawah ini!
Pilihan Ganda

Untuk memperoleh dan mengerjakan soal pilihan ganda pada kegiatan
pembelajaran 2, bukalah link berikut ini.


https://bit.ly/UjiKompetensiKP2


Kerjakan dengan jujur, dan skor kalian akan langsug muncul.

Uraian

-5
1. Tentukan nilai pH larutan NH4OH 0,1 M jika nilai Kb = 1 x 10 !
(10)

2. Tentukanlah gram NaOH yang dibutuhkan untuk mendapatkan

200 mL NaOH (Mr = 40 gr/mol) dengan pH 13 + log 4! (15)
3. Untuk menetralkan 50 mL larutan Ca(OH)2 0,9 M, tentukan larutan

HCl 0,2 M yang dibutuhkan ! (5)































24

E. Pedoman Penilaian




1. Hitunglah skor yang kalian dapat untuk masing-masing soal (untuk

setiap soal pilihan ganda bernilai 10 dan untuk soal uraian sudah
tertera di dalam soal tentang skor maksimalnya).

2. Jumlahkan skor tersebut (soal pilihan ganda dan uraian) dengan

total skor maksimal adalah 100.
3. Itulah nilai yang kalian dapat untuk kegiatan 2 e-modul ini.


Konversi Nilai Kuantitatif menjadi Kualitatif


Nilai Kriteria
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
< 21 Sangat kurang


Jika nilai kalian masih berada di kriteria cukup ke bawah (<60), maka

kerjakan ulang soal-soal tersebut hingga nilaimu memuaskan. Namun,

jangan melihat kunci jawaban yang sudah ada, karena sama saja
akan membohongi hasil dan nilai yang akan kalian dapatkan!

































25

Kegiatan
Pembelajaran

(Pringgenies et al., 2017) 3


(Fakriyah, 2015) (Sumarni, 2018)





. A. Tujuan Pembelajaran


Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang dikaitkan
dengan topik etnokimia ini, peserta didik diharapkan dapat

memprediksi pH larutan asam basa berdasarkan indikator asam

basa dan menjelaskan reaksi yang terjadi antara asam dan basa.

B. Uraian Materi


Pada kegiatan pembelajaran 1, sudah dijelaskan bahwa salah satu

cara yang digunakan untuk menentukan apakah suatu zat masuk
golongan asam atau basa adalah menggunakan indikator. Indikator yang

tersedia untuk mengetahui sifat asam atau basa suatu zat secara umum
dibedakan menjadi 2 yaitu indikator alami dan indikator buatan.

Proses pembatikan yang erat kaitannya dengan materi indikator
dan reaksi pada asam dan basa adalah tahapan fiksasi dan pengolahan

limbah. Fiksasi merupakan proses untuk memperkuat warna agar tidak

mudah luntur (Pringgenies et al., 2017). Bahan-bahan yang biasa
digunakan dalam proses fiksasi ini adalah tawas, tunjung, dan kapur

untuk pewarna alami.

Sementara itu, pada proses pembuatan batik pasti akan dihasilkan
limbah yang biasanya berupa cairan. Limbah-limbah ini mengandung

bahan kimia karena pada proses pembuatannya terdapat bahan kimia
yang digunakan. Parameter-parameter yang digunakan untuk mengukur

limbah batik dinyatakan dalam beberapa indikasi dan salah satunya
adalah derajat keasamannya atau pH. pH merupakan parameter penting

untuk kehidupan biota air, tanaman dan industri. Limbah cair dikatakan

bersifat asam apabila pH < 7 dan alkalis atau basa apabila pH > 7. Air
limbah proses pencelupan batik, ada yang bersifat asam dan adavpula
yang bersifat basa (Abdullah, 2007).





26

!


Skala pH

0 7 14
Asam Netral Basa



Salah satu proses pengolahan limbah batik adalah dengan cara
elektrodegradasi. Terdapat konsep kimia asam basa di dalamnya,
meskipun konsep kimia yang sangat kental dalam proses ini adalah reaksi

reduksi dan oksidasi (redoks). Proses elektrodegradasi adalah suatu

proses degradasi kontinyu dengan menggunakan arus listrik searah
melalui peristiwa elektrolisis. Proses elektrolisis tersebut terjadi reaksi

reduksi air menjadi gas hidrogen dan ion hidroksida pada katoda dan
-
terjadi reaksi oksidasi ion Cl menjadi gas Cl2 pada anoda. Hasil dari
reaksi oksidasi dan reduksi dalam larutan tersebut yakni gas klorin
-
(Cl2 ), asam hipoklorit (HOCl), dan ion hipoklorit OCl yang merupakan
agen pengoksidasi yang kuat yang digolongkan ke dalam klor aktif. Klor

aktif mempunyai kemampuan untuk mendegradasi zat warna di dalam
limbah karena merupakan oksidator yang sangat kuat (Sumarni, 2018).

Berikut ini gambar 3.1 yang menunjukan reaksi reduksi dan oksidasinya:

-
Reaksi Katoda : 2H2O (l) + 2eˉ 2OH (aq) + H2(g)

-
Reaksi Anoda : 2 Cl (aq) Cl2(g) + 2eˉ

-
-
Reaksi Sel : 2H2O (l) + 2 Cl (aq) 2OH (aq) + H2(g) + Cl2(g)

Gambar 3.1 Reaksi reduksi dan oksidasi
dalam proses elektrodegradasi


Proses pengolahan limbah batik (Elektrodegradasi) merupakan

peristiwa reaksi redoks yang menghasilkan klor aktif. Klor aktif tersebut

yang dapat mendegradasi limbah batik sehingga tidak membahayakan
ketika dibuang ke sungai atau ke tempat lainnya.




! = Ingat-Ingat

27

Pada reaksi tersebut, terdapat ion hidroksida yang artinya

menunjukan adanya sifat basa larutan yang digunakan. Beberapa cara
lain untuk mengetahui sifat larutan apakah asam atau basa adalah dengan

menggunakan indikator. Berikut ini penjelasan materinya!!

1. Indikator Alami


Indikator alami merupakan indikator yang digunakan untuk

mengetahui kisaran pH dari suatu larutan uji yang terbuat dari bahan
alami. Bahan alami yang umum digunakan biasanya berupa tanaman

yang mempunyai warna terang agar dapat dilihat perbedaannya ketika
ditetesi larutan uji. Berikut ini adalah tabel 3.1 yang menunjukan

perubahan warna beberapa indikator alami.
Tabel 3.1 Tabel Perubahan Warna Indikator Alami

Perubahan Warna
No Ekstrak
Air Jeruk Nipis Air Sabun

1 Kol ungu Merah muda Biru muda
2 Kembang sepatu Merah Ungu muda

3 Kembang telang Ungu muda Biru pudar

4 Kulit manggis Orange Merah bata
5 Pacar Merah muda Cream

6 Bougenville Merah muda Nila



Salah satu indikator alami yang paling umum digunakan adalah

kunyit. Warna yang dihasilkan dari kunyit yang di ekstraksi sederhana
dapat membedakan suatu larutan bersifat asam atau basa. Ternyata kunyit

juga bisa digunakan sebagai pewarna alami dari batik loh. Pewarna alami
batik biasanya berasal dari tumbuhan-tumbuhan di sekitar kehidupan

manusia. Biasanya berasal dari kulit-kulit pohon seperti pohon mahoni,

pohon songa tingi, dan pohon mangrove. Lalu, kira-kira bagaimana
hasilnya setelah dilakukan proses fiksasi ya? Mari kita pelajari bersama!!








28

Penggunaan kapur, tawas, dan tunjung sebagai bahan fiksasi

warna batik juga berprinsip yaitu menggunakan parameter perubahan

warna. Karakteristik penggunaan bahan fiksasi terhadap perubahan
warna yang terjadi antara lain :

1. Kapur untuk menghasilkan warna yang muda atau terang.
2. Tawas untuk memperoleh warna dasar atau asalnya.

3. Tunjung agar menghasilkan warna yang lebih tua (Fitinline, 2018).
Berikut ini pengaruh penggunaan bahan fiksasi terhadap perubahan

warna indikator alami yang terjadi menurut hasil penelitian Pringgenies

et al., (2017:5) sesuai gambar 3.2.






















Gambar 3.2 Pengaruh penggunaan bahan
fiksasi terhadap beberapa pewarna alami

Untuk membuat kunyit sebagai indikator alami untuk asam basa,

lakukanlah langkah-langkah berikut ini:
1. Hilangkan semua kulit kunyit menggunakan pisau atau alat lainnya.

2. Tumbuklah atau haluskan kunyit menggunakan cobek atau parutan..
3. Masukkanlah air ke dalam kunyit tersebut.

4. Saringlah dan ambil sari kunyit untuk dijadikan sebagai indikator
alami.





29

Sementara untuk proses pembuatan zat warna alami kunyit

untuk kain batik, sebagai berikut:

1. Kunyit dicuci bersih, kemudian hilangkan kulitnya.
2. Kunyit ditimbang 80 gram kemudian tambahkan air sebanyak 800

mL untuk dihancurkan menggunakan blender. (Perbandingan kunyit
dengan air 1 : 10)

3. Hasil kunyit yang sudah diblender tersebut direbus selama 20 menit.

4. Larutan yang sudah selesai direbus kemudian disaring untuk
memisahkan antara filtrat dengan bagian yang tidak diinginkan.

5. Diamkan selama 12-24 jam agar endapan dapat dipisahkan sebelum
digunakan sebagai pewarna alami batik.

6. Kunyit sebagai pewarna alami batik siap digunakan (Fakriyah,

2015).
7. Lakukan proses fiksasi menggunakan kapur/tawas/tunjung.

Pemilihan bahan fiksasi yang digunakan akan mempengaruhi warna
akhir batik yang dihasilkan.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai 3 bahan fiksasi yang biasanya
digunakan untuk fiksasi pewarna alami dalam pembuatan batik.

Kapur yang biasanya digunakan sebagai bahan fiksasi adalah

kapur tohor dengan rumus kimia CaO (D et al., 2015). Unsur-unsur
logam akan membentuk suatu larutan basa apabila direaksikan dengan

air (Sudarmo & Mitayani, 2014). CaO sendiri merupakan suatu oksida
basa (karena merupakan gabungan dari unsur logam (Ca) dan oksigen)

sehingga apabila direaksikan dengan air akan membentuk larutan basa.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan kapur ini merupakan
representasi suatu basa untuk bahan fiksasi.

Tawas yang digunakan sebagai bahan fiksasi batik mempunyai
rumus kimia KAl(SO ) .12H O. Jika diperhatikan lebih dalam lagi
2
4 2
dalam rumus kimia tawas, terdapat oksida asam di dalamnya yaitu SO .
4
Apakah tawas merupakan representasi dari suatu
asam yang digunakan sebagai bahan fiksasi
dalam pembuatan batik?



= Perhatikan baik-baik!
30

Ternyata ada satu unsur lainnya yang menjadi penentu

sebenarnya tawas merupakan representasi dari suatu asam atau basa.
Unsur tersebut adalah kalium (K), dimana kalium sendiri merupakan

unsur logam. Ingatkah kalian cara memperoleh larutan basa?

Jawabannya adalah dengan mereaksikan oksida basa dengan air seperti
yang dijelaskan di halaman sebelumnya. Selain itu, ternyata ada satu

cara lagi untuk membuat larutan basa yaitu dengan mereaksikan logam
reaktif dengan air. Jadi, kesimpulan yang didapatkan disini adalah,

tawas merupakan representasi suatu larutan netral untuk bahan fiksasi

pembuatan batik.
Tunjung yang digunakan dalam proses fiksasi pembuatan batik

mempunyai rumus kimia FeSO . Terdapat kandungan oksida asam di
4
dalam rumus kimia tunjung yaitu SO . Oksida asam sendiri adalah
4
oksida yang berasal dari reaksi antara unsur non-logam dengan oksigen
(Sudarmo & Mitayani, 2014). Selain SO , contoh lain oksida basa
4
adalah CO SO , P O , Cl O dll. Kesimpulannya adalah tunjung
2, 2 2 3 2 7,
merupakan representasi dari suatu asam yang digunakan sebagai bahan

fiksasi pembuatan batik.
Penggunaan pewarna alami dalam proses pembuatan batik

mempunyai beberapa keunggulan diantaranya:
1. Dilihat dari segi limbah yang dihasilkan, pewarna alami lebih ramah

lingkungan dan lebih aman untuk kesehatan.

2. Ketersediaan bahan baku yang melimpah dan merupakan bahan baku
yang terbarukan.

3. Mendorong pelestarian dan pembudidayaan keanekaragaman hayati,

karena termasuk industri ramah lingkungan.


Scan barcode di samping untuk
melihat pengaruh limbah batik
terhadap lingkungan







31

2. Indikator Buatan (Laboratorium)


Indikator selanjutnya adalah indikator buatan. Indikator ini
biasanya hasil produksi/sistetis di laboratorium. Berikut ini beberapa

contoh indikator buatan :


a. Kertas Lakmus
Kertas lakmus menjadi salah

satu jenis indikator buatan yang paling

sering didengar namanya. Hal ini
karena, pada satuan tingkat pendidikan

yang lebih rendah juga sudah
dikenalkan apa itu kertas lakmus dan

Gambar 3.3 Kertas Lakmus cara penggunaannya.


Perubahan yang terjadi pada kertas lakmus ketika diuji menggunakan

larutan asam, netral, atau basa, dijabarkan dalam tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Perubahan Warna pada Kertas Lakmus

Kertas Lakmus
Larutan
Lakmus Merah Lakmus Biru
Asam Merah Berubah menjadi merah

Netral Merah Biru

Basa Berubah menjadi biru Biru



b. Indikator Universal


Indikator universal berarti indikator yang
dapat digunakan pada semua jenis

senyawa/zat baik asam ataukah basa.

Indikator jenis ini biasanya berguna ketika

seseorang tidak mengetahui za tapa yang
diujikan dan berapa kira-kira kisaran nilai
Gambar 3. 4
pH nya. Indikator Universal






32

Prinsip kerjad dari indikator universal ini (biasanya berupa
potongan kertas) kemudian dicelupkan ke larutan yang akan di uji, dan

diamkan hingga perpaduan warna pada indikator keluar warnanya.

Cocokkan dengan gambar warna pada kemasan indikator untuk
mengetahui nilai kisaran pH larutan tersebut.


c. pH meter
pH meter merupakan alat

pengukur pH dengan cepat dan akurat.

Alat ini dilengkapi elektroda yang

dapat dicelupkan ke dalam larutan

yang akan diukur nilai pH-nya. Nilai
pH dapat dengan mudah dilihat secara


langsung melalui angka yang tertera
pada layar digital alat tersebut.
Gambar 3.5 pH meter


Scan barcode di samping untuk mengetahui
prinsip kerja pH meter dalam mengukur pH

suatu zat/cairan.





c. Larutan Indikator

Beberapa jenis larutan indikator yang sering digunakan di

laboratorium beserta perubahan warna dan kisaran pHnya sesuai tabel
3.3 berikut ini.
Tabel 3.3 Perubahan Warna dan Trayek pH Larutan Indikator


Indikator Perubahan Warna Trayek pH
Metil jingga (MO) Merah ke kuning 3.1 - 4.4

Metil merah (MM) Merah ke kuning 4.4 – 6.2

Bromtimol biru (BTB) Kuning ke biru 6.0 – 7.6
Phenolphtaleine (PP) Tak berwarna ke
8.3 - 10
merah ungu






33

3. Reaksi Asam Basa


a. Reaksi Netralisasi
Reaksi antara larutan asam dan larutan basa untuk membentuk

suatu larutan yang bersifat netral disebut sebagai reaksi netralisasi

atau penetralan. Reaksi netralisasi secara umum merupakan reaksi
+
-
antara sejumlah ion H dengan sejumlah ion OH yang sama banyaknya
sehingga akan membentuk molekul H2O.

Bagaimana untuk menghitung pH dari pencampuran

suatu asam dengan basa?



Untuk menghitung nilai derajat keasaman (pH) larutan campuran asam
dan basa tidak bisa langsung menggunakan rumus-rumus yang sudah

dipelajari sebelumnya. Perhatikan contoh soal berikut ini!

Penambahan NaOH 0,1 M sebanyak 2 mL ke dalam 10 mL larutan HCl

0,1 M akan menghasilkan larutan dengan nilai pH….

Langkah Penyelesaian :

1) Tentukan jumlah mol awal untuk masing-masing larutan.

-
+
Dengan data ini, maka harga mol untuk ion H dan OH dapat
diketahui.
Mol NaOH = M xV = 0,1 M x 0,002 L = 0,0002 mol
-
NaOH(aq) Na(aq) + OH (aq)
0,0002 mol 0,0002 mol 0,0002 mol

Mol HCl = M x V = 0,1 M x 0,01 L = 0,001 mol
-
+
HCl(aq) H (aq) + Cl (aq)
0,001 mol 0,001 mol 0,001 mol
2) Gunakan konsep stoikiometri untuk menghitung pH larutan

campuran.
-
+
H (aq) + OH (aq) H2O(l)
m 0,001 mol 0,0002 mol -

r 0,0002 mol 0,0002 mol 0,0002 mol
s 0,0008 mol - 0,0002 mol



= Perhatikan baik-baik! 34

+
3) Hitung harga konsentrasi ion H yang tersisa untuk memperoleh
nilai pH larutan campuran

+
+
[H ] = = 0,0008 = 0,067 M
0,012
+
pH = - log [H ]
pH = - log 0,067
pH = 1,17



b. Titrasi Asam Basa
Salah satu penerapan dari reaksi netralisasi adalah titrasi.

Pengertian titrasi merupakan prosedur yang bertujuan untuk
menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah

diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang
dianalisis (ingin diketahui kadarnya) (Sudarmo & Mitayani, 2014).


Titrasi yang melibatkan antara asam dan basa dikenal sebagai

titrasi asam basa atau alkalimetri. Secara teknis titrasi dilakukan dengan
cara meneteskan sedikit demi sedikit larutan yang berada di buret

dengan volume larutan tertentu yang berada di erlenmeyer sampai
keduanya habis bereaksi. Hal ini ditandai dengan perubahan warna

indikator yang digunakan. Tepat pada saat indikator berubah, maka

penambahan larutan yang berada di buret dihentikan dan volumenya
dicatat sebagai volume titik akhir titrasi.
Pada gambar 3.5 di samping

1 terlihat jelas rangkaian alat yang
digunakan untuk menitrasi suatu
2
larutan. Alat-alat di samping
1
meliputi (1)statif dan klem sebagai

penyangga saat titrasi dilakukan,
(2)buret sebagai wadah untuk titran,

dan (3)labu erlenmeyer sebagai
3
wadah untuk titrat.
Gambar 3.6 Rangkaian Alat
Titrasi




35

Latihan Soal


1. Suatu larutan limbah batik akan memberikan warna kuning dengan
indikator metil jingga dan metil merah, serta memberikan warna biru

dengan indikator BTB. Sementara itu, jika diuji dengan indikator
PP, larutanya menjadi tidak berwarna. Berapakah kisaran pH larutan

limbah batik tersebut?

Jawab :




























Scan barcode di samping untuk
memperoleh jawaban yang
benar!!
































36

C. Rangkuman


1. Indikator alami adalah indikator yang digunakan untuk mengetahui

kisaran pH dari suatu larutan uji yang terbuat dari bahan alami.
2. Indikator buatan meliputi kertas lakmus, indikator universal, pH

meter, dan larutan indikator.

3. Reaksi netralisasi adalah reaksi antara larutan asam dan larutan basa
untuk membentuk suatu larutan yang bersifat netral.

4. Rumus reaksi netralisasi antara asam dan basa adalah :
(M x V) valensi asam = (M x V) valensi basa

5. Titrasi merupakan prosedur yang bertujuan untuk menentukan
banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui

agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis

(ingin diketahui kadarnya).
6. Kapur, tawas, dan tunjung merupakan representasi dari suatu asam,

netral, dan basa dalam proses fiksasi pembuatan batik.














































37

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

“PERCOBAAN INDIKATOR ALAMI BERBASIS ETNOKIMIA”


A. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat suatu

larutan pewarna batik (Naphthol AS, Indigosol IRD, dan remasol)

menggunakan indikator alami asam basa (kol ungu dan kembang
sepatu).

B. Alat dan Bahan
1. Gelas beaker 1. Naphthol AS

2. Mortar dan alu/blender 2. Indigosol IRD
3. Saringan 3. Remasol

4. Kaki tiga 4. Kembang sepatu

5. Pembakar spirtus 5. Kol ungu
6. Pipet tetes 6. Aquades

7. Tabung reaksi

C. Petunjuk Percobaan
1. Pembuatan larutan pewarna batik

a. Masukkan 3-5 gram pewarna batik ke dalam gelas beaker.
b. Panaskan aquades 50 mL hingga mendidih.

c. Masukkan aquades tersebut ke dalam gelas beaker yang berisi
pewarna batik.

d. Aduk hingga pewarna batik larut.

e. Diamkan larutan hingga siap digunakan.
2. Pembuatan larutan indikator alami asam basa

a. Masukkan bahan yang akan digunakan sebagai indikator alami
ke dalam mortar, kemudian haluskan atau gunakan blender

untuk menghaluskan bahan.
b. Pindahkah ke dalam gelas beaker.

c. Masukkan aquades ke dalam gelas beaker tersebut.

d. Saringlah dan ambil filtratnya yang berupa larutan berwarna.
e. Larutan berwarna siap digunakan sebagai indikator asam basa.





38

3. Percobaan indikator alami asam basa dengan pewarna pada

batik
a. Masukkan 2 mL larutan indikator alami ke dalam tabung reaksi.

b. Tambahkan larutan pewarna batik yang sudah dibuat
sebelumnya.

c. Amati perubahan warna yang terjadi.
d. Catatlah hasil tersebut dan masukkan ke dalam tabel hasil

percobaan.

D. Hasil Percobaan
Indikator Pewarna Batik
Warna Perubahan
No Alami Naphthol Indigosol
Remasol asli warna
AS IRD

1 Kol ungu

2 Kembang
Sepatu



E. Pembahasan
Bandingkan dengan perubahan warna yang terdapat pada tabel 3.1

perubahan warna pada indikator alami untuk menentukan sifat dari
larutan pewarna batik yang digunakan.




F. Kesimpulan


G. Pertanyaan

1. Hasil praktikum menunjukkan, Naphtol AS merupakan

senyawa… karena ….
2. Hasil praktikum menunjukkan, Indigosol IRD merupakan

senyawa… karena ….


3. Hasil praktikum menunjukkan, Remasol merupakan senyawa…
karena….

H. Daftar Pustaka

\



39

D. Uji Kompetensi KP 3


Yuk, ukur kemampuan kalian dalam memahami materi yang ada
di kegiatan pembelajaran 3 dengan mengerjakan soal-soal di

bawah ini!

Pilihan Ganda
Untuk memperoleh dan mengerjakan soal pilihan ganda pada kegiatan

pembelajaran 3, bukalah link berikut ini.

https://bit.ly/UjiKompetensiKP3


Kerjakan dengan jujur, dan skor kalian akan langsug muncul.

E. Pedoman Penilaian




1. Hitunglah skor yang kalian dapat untuk masing-masing soal (untuk

setiap soal pilihan ganda bernilai 10.

2. Jumlahkan skor tersebut dengan total skor maksimal adalah 70.
3. Bagilah skor yang kalian peroleh dengan 0,7 untuk mengkonversi

menjadi bentuk ratusan.
4. Itulah nilai yang kalian dapat untuk kegiatan 3 e-modul ini.

Konversi Nilai Kuantitatif menjadi Kualitatif


Nilai Kriteria
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
< 21 Sangat kurang


Jika nilai kalian masih berada di kriteria cukup ke bawah (<60), maka

kerjakan ulang soal-soal tersebut hingga nilaimu memuaskan. Namun,
jangan melihat kunci jawaban yang sudah ada, karena sama saja

akan membohongi hasil dan nilai yang akan kalian dapatkan!






40

KUNCI JAWABAN Uji

Kompetensi KP 1



Pilihan Ganda


Scan barcode di samping untuk melihat
jawaban pilihan ganda UK KP 1





Uraian


1. Kelemahan teori asam basa Arrhenius : hanya berlaku untuk pelarut
air saja (1), sementara kelemahan teori asam basa BrØnsted-Lowry

adalah mempunyai keterbatasan untuk senyawa-senyawa yang tidak

mempunyai proton (1).
2. Gambar struktur lewis (2) :













Asam Lewis = CO2 (1)

Basa Lewis = H2O (1)


3. Diketahui reaksi :
-
+
H2O(aq) + HNO2(aq) H3O (aq) + NO2 (aq)
Asam : HNO2 (karena kehilangan atau mendonorkan proton) (1)
Basa : H2O (karena bertindak sebagai akseptor proton) (1)

+
Asam konjugasi : H3O (1)
-
Basa konjugasi : NO2 (1)






41


Click to View FlipBook Version