The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini berisi ulasan pameran yang diselenggarakan pada tanggal 27
Juli-4 Agustus 2018, dengan tema
Narasi Mithos dan Legenda Indonesia
dalam Ekpresi Batik Tamarin
terinspirasi dari sejumlah karya Lukisan
Basoeki Abdullah dari kisah mitos dan
legenda, seperti Nyi Roro Kidul, Gatut
Kaca dan Antasena, Barong Bali, Jaka
Tarub dan lainnya.. Pameran dibuka oleh Bapak Gubernur DKI Jakarta.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Ariesa Pandanwangi, 2020-03-18 01:38:35

NARASI MITOS DAN LEGENDA INDONESIA

Buku ini berisi ulasan pameran yang diselenggarakan pada tanggal 27
Juli-4 Agustus 2018, dengan tema
Narasi Mithos dan Legenda Indonesia
dalam Ekpresi Batik Tamarin
terinspirasi dari sejumlah karya Lukisan
Basoeki Abdullah dari kisah mitos dan
legenda, seperti Nyi Roro Kidul, Gatut
Kaca dan Antasena, Barong Bali, Jaka
Tarub dan lainnya.. Pameran dibuka oleh Bapak Gubernur DKI Jakarta.

Keywords: Mitos dan legenda Indonesia,Komunitas 22 Ibu,Museum Basoeki Abdullah Jakarta

Narasi
Mitos&Legenda

Indonesia

NARASI
MITOS DAN LEGENDA

INDONESIA

DALAM EKSPRESI BATIK TAMARIN

KATALOG PAMERAN NASIONAL:
NARASI MITOS DAN LEGENDA INDONESIA
DALAM EKSPRESI BATIK TAMARIN

@ Penerbit Monochrome Press
Prodi DKV Universitas Paramadina

Narator : Nuning Yanti Damayanti
Penyunting : Ariesa Pandanwangi

Nara Sumber Ayoeningsih Dyah Woelandhary
Rancang Sampul Dina Lestari
Rancang Isi dan Tata Letak : Niken Apriani
Gambar sampul : Vidya Kharishma
: Vidya Kharishma
: Lukisan ilustrasi batik tamarin "Legenda Pulau Nias"

Kerjasama Kemendikbud, Museum Basoeki Abdullah dan Komunitas 22Ibu

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa ijin tertulis dari penerbit.

ISBN: 978-602-607-654-0

Cetakan Pertama, tahun 2018

DAFTAR ISI

Pengantar Kepala Museum Basoeki Abdullah................................................... 2
Pengantar Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud
Republik Indonesia .......................................................................................... 4
Sekapur Sirih Ketua Pelaksana Pameran........................................................... 7

I. Pendahuluan ............................................................................................ 11
II. Pengertian Mitos dan Legenda................................................................ 13
III. Mtos dan Legenda dalam Lukisan Ilustratif.............................................. 18
IV. Lukisan Naratif Ilustratif dan Ekspresi Naratif Batik Tamarin.................... 21
V. Teknik Gutha Tamarin.............................................................................. 23
VI. Lukisan Ilustrasi Mitos dan Legenda Indonesia........................................ 27
28
1. Mitos Asal usul Pulau Nias Wilayah Sumatra.............................. 33
2. Legenda Sangkurang dan Tangkuban Perahu........................... 40
3. Asal Usul Desa Beringin Cirebon............................................... 44
4. Mitos Jawa Barat Lutung Kasarung............................................ 48
5. Mitos Nyi Roro Kidul di Pantai Selatan Pulau Jawa.................... 52
6. Legenda Jaka Tarub.................................................................... 56
7. Mitos dari Pulau Bali "Barong Landung".................................... 59
8. Legenda Roro Jonggrang............................................................ 63
9. Legenda Jaka Tingkir................................................................... 67
10. Asal usul Legenda Danau Toba................................................... 70
Kesimpulan .......................................................................................... 73
VII. Data Perupa...............................................................................................

Acuan Pustaka...................................................................................................... 96

1

Pengantar Kepala Museum Basoeki Abdullah

Pameran dilaksanakan dari tanggal 27
Juli-4 Agustus 2018, dengan tema
Narasi Mithos dan Legenda Indonesia
dalam Ekpresi Batik Tamarin
terinspirasi dari sejumlah karya Lukisan
Basoeki Abdullah dari kisah mitos dan
legenda, seperti Nyi Roro Kidul, Gatut
Kaca dan Antasena, Barong Bali, Jaka
Tarub dan lainnya.

Assalamu’alaikum Wr.Wb. Sejatinya setiap bangsa memiliki
Legenda dan mithologi dalam
Salam Sejahtera untuk kita semua. kebudayaannya, begitu juga Indonesia,
adalah negara yang sangat kaya akan
Puji syukur kita panjatkan kepada budaya dari Sabang sampai Merauke,
dimana berbagai ragam cerita
Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga mengenai makhluk mitologi dan kisah
klasik yang melegenda di tiap
Pameran Seni Rupa yang daerahnya, dan disampaikan secara
terus menerus dari generasi ke
diselenggarakan oleh 44 Perupa, yang generasi sehingga melegenda dan
menjadi mitos dan bahkan sering
berasal dari berbagai Lembaga diyakini dan pernah ada dalam
kehidupannya.
Pendidikan, dari Dosen, Guru, Tenaga
Pameran dihadirkan secara unik
Pendidikan, Praktisi Seni Rupa dari menggunakan Teknik Batik dengan
Bubur Asam Jawa (Tamarin) di atas
berbagai wilayah di Indonesia yang media kain adalah sebuah
persembahan pameran yang bertujuan
tergabung dalam Komunitas 22 Ibu tidak hanya untuk memberikan ruang
apresiasi bagi khalayak luas, namun
atau disingkat K22 kerjasama dengan

Museum Basoeki Abdullah dapat

terselenggara.

2

juga memberikan makna lain. Kami berharap kegiatan ini dapat
Diharapkan pameran ini dapat menjadi mendorong para pelaku dan pengelola
“ruang belajar dan perenungan” bagi seni Indonesia untuk terus berproses
kita semua, untuk semakin kreatif melestarikan, menggali potensi
menumbuhkan rasa cinta tanah air dan dan terus mengembangkan kesenian
menyulut rasa nasionalisme dan Indonesia dan upaya yang sudah
kebangsaan kita. dilakukan ini akan terus
berkembangmenjadi lebih baik di masa
Pemberian dukungan dalam pameran yang akan datang.

ini, merupakan wujud hadirnya Akhir kata, selamat berpameran bagi
para peserta dan juga selamat
Pemerintah dalam kegiatan kesenian mengapresiasi karya bagi para
pengunjung pameran.
yang diinisiasi oleh masyarakat yang

bertujuan untuk meningkatkan

apresiasi seni oleh masyarakat sebagai

media pendidikan karakter bangsa.





Kepala Museum Basoeki Abdullah

Dra. Maeva Salmah., M.Si

3

Pengantar
Sekretaris Direktorat Jenderal
Kebudayaan Kemendikbud Republik Indonesia


dari lintas instansi di berbagai daerah

di Indonesia, mendapatkan
kesempatan untuk mengadakan
pameran di Museum Basoeki Abdullah
dengan mengusung tema:

"NARASI MITOS DAN LEGENDA
INDONESIA DALAM EKSPRESI
BATIK TAMARIN"

Mitos dan legenda Indonesia yang

diangkat adalah kisah yang telah

dikenal oleh masyarakat, seperti

Batik adalah salah satu karya adi legenda Sangkuriang, Lutung Kasarung,
luhung yang keberadaannya telah Jaka Tingkir dan lainnya. Karya para
menjadi identitas dan kebanggaan perupa ini digoreskan dalam bidang
bangsa Indonesia, bahkan telah kain, dengan teknik tentu karya yang
menjadi bagian dari warisan dihasilkan telah melalui serangkain
kemanusiaan untuk budaya lisan dan penyesuaian baik dari gaya visual,
non bendawi (Masterpieces of the Oral mengingat pameran ini memiliki
and Intangible Heritage of Humanity) keunikan, yakni menggunakan teknik
oleh UNESCO. membatik dengan material yang ramah
lingkungan, yakni memanfaatkan

Terinspirasi dari karya lukisan maestro limbah biji asam, yang disebut gutha
Basoeki Abdullah, yaitu Drama, Mitos, tamarin.

dan Spiritual, pameran yang Karya dari para perupa perempuan
diselengarakan oleh Komunitas 22 Ibu,
yakni sebuah komunitas yang terdiri yang juga pendidik seni ini mencoba
dari para dosen, guru dan praktisi seni
“merespon”, “membaca” dan

“memaknai’ mengenai mitos dan

4

legenda yang ada di Indonesia, untuk menghasilkan karya yang dapat
dengan harapan tidak hanya
diapresiasi sescara estetika, namun diapresiasi oleh khalayak.
dapat menjadi ajang pembelajaran,
terutama bagi kita semua dan juga Pameran ini merupakan salah satu
generasi muda yang kondisinya
semakin melupakan keberadaan mitos pameran yang berkerjasama antara
dan legenda yang telah menjadi
bagian dari kekayaan warisan tradisi Kementerian Pendidikandan
bertutur di Indonesia.
Kebudayaan melalui Ruang Publik di

Museum Basoeki Abdullah dengan

komunitas-komunitas. Melalui pameran

ini para perupa semakin memiliki

kesempatan untuk berunjuk gigi,

menyampaikan aspirasinya yang

Konsep pameran ini dapat dikatakan dituangkan kedalam karya-karya
jarang dilakukan oleh para perupa
lainnya, yakni membuat karya yang kepada masyarakat masyarakat, hingga
dilakukan secara berkelompok, dimana
setiap kisah legenda yang terpilih mengasah dan mengembangkan bakat
dikerjakan oleh 4-5 orang perupa.
Visual yang dibuat mencoba yang mereka miliki.
menggambarkan setiap narasi atau
kejadian penting dari ebuah Selain berkarya, para perupaini pun
legenda/mitos, hingga para audiens
yang mengapresiasi dapat melihat turut diminta untuk menata pameran
kesinambungan cerita melalui setiap
frame yang disajikan. mereka sendiri. Disinilah ekosistem

kebudayaa nmulai terbentuk, dengan

semangat kerjasama dan gotong

royong dalam menyelenggarakan

pameran. Ruang-ruang publik ini

diharapkan dapat menjadi fondasi awal

untuk pembentukan ekosistem

Jumlah perupa yang terlibat sejumlah kebudayaan yang

43 orang perempuan, berasal dari representatif. Terlebih lagi kini kita

beberapa area, mulai dari Bandung, memiliki payung besar yang menaungi

Jakarta, Bekasi, Purwakarta, Tangerang, kebudayaan di Indonesia, yakni

hingga Bali, tentu merupakan Undang-undang Pemajuan

tantangan tersendiri dalam sebuah Kebudayaan.

pekerjaan yang membutuhkan

komitmen yang tinggi dalam proses Dengan disahkannya Undang-Undang

Pemajuan Kebudayaan, maka

5

kebutuhan akan ruang-ruang publik semakin menumbuhkan rasa cintatanah

sebagai sarana mengekspresikan dan air dan menyulut rasa nasionalisme dan

mengapresiasi seni dan budaya kebangsaankita, agar selalu cinta pada

merupakan suatu hal yang tak dapat Tanah Air Indonesia. Semoga kegiatan

ditawar. Melalui ruang publik pameran yang dilakukan Komunitas 22

tersebutlah negara hadir langsung ke Ibu ini akan terus berkembang menjadi

tengah-tengah masyarakat, khususnya lebih baik lagi di masa yang akan

dalam ruang lingkup kebudayaan. datang.

Semoga dengan adanya kesempatan Akhir kata, selamat berpameran bagi

ini dapat dimanfaatkan dengan baik para peserta dan juga selamat

dan positif oleh masyarakat guna mengapresiasi karya bagi para

memajukan kebudayaan di Indonesia. pengunjung pameran.

Besar harapan, pameran ini dapat

bermanfaat bagi kita semua, untuk





































Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan







Dra. Sri Hartini, M.Si.

6

Sekapur Sirih
Ketua Pelaksana Pameran

kebudayaannya, begitu juga Indonesia,
adalah negara yang sangat kaya akan
budaya.

Mulai dari Sabang sampai Merauke,
dimana ragam cerita mengenai
makhluk mitologi dan kisah kisah klasik
yang melegenda di tiap daerahnya,
dan disampaikan terus menerus dari
generasi-ke generasi melegenda dan
menjadi mitos yang bahkan sering
diyakini dan pernah ada dalam
kehidupannya.

Pameran Komunitas 22 Ibu di Museum Tujuan dari penyelenggaraan pameran
Basoeki Abdullah ini mengangkat tema
mitos dan legenda Indonesia yang Seni Rupa yang dilakukan para dosen
dihadirkan secara unik dengan
menggunakan Teknik Batik dengan dan guru perempuan yang tergabung
Bubur Asam Jawa (Tamarin) di atas
media kain. Pameran ini terinspirasi dalam Komunitas 22 Ibu atau disingkat
dari sejumlah karya Lukisan Basuki
Abdullah yang berseumber dari kisah K22 adalah sebuah persembahan
mitos dan legenda, seperti karya Nyi
Roro Kidul, gatut kaca dan Antasena, pameran yang bertujuan tidak hanya
Barong Bali, Jaka Tarub dan lainnya,
pada pameran ini karya perupa yang untuk memberikan ruang apresiasi bagi
dihasilkan dihadirkan dengan sejumlah
penyesuaian. Sejatinya setiap bangsa khalayak luas, namun juga
memiliki Legenda dan mithologi dalam
memberikan makna lain, yakni

memberikan pesan penting bagi anak

bangsa, untuk kembali melihat jati diri

bangsa yang tercermin melalui

rangkaian kisah mitos, legenda, bentuk

kearifan lokal sekaligus kekayaan

bangsa yang ada di Nusantara.

7

Konsep pameran ini bisa dikatakan Kendala tentu ada, karena setiap
menampilkan kebaruan, baik dari aspek perupa tidak berada dalam satu
tema, penyajian karya hingga teknis domisili area, ada yang di Bandung,
dalam berkarya. Jumlah perupa Jakarta, Bekasi, Purwakarta hingga
melibatkan 44 orang perempuan,yang Tangerang, sebuah pekerjaan yang
berasal dari berbagai lembaga menantang dan membutuhkan
pendidikan, dari Dosen, Guru, Tenaga komitmen yang tinggi dalam proses
Pendidikan hingga Praktisi seni. Dari menghasilkan karya yang dapat
sejumlah mitos dan legenda Indonesia, diparesiasi oleh khalayak.
dilakukan proses seleksi, hingga
didapat 10 kisah yang dapat Besar harapan, pameran yang bertema
merepresentasi mitos dan legenda Narasi Mithos dan Legenda Indonesia
yang ada di Indonesia. dalam Ekpresi Batik tamarin dapat
menjadi “ruang belajar dan merenung”
Dalam teknik pengerjaannya pun cukup bagi kita semua, untuk semakin
unik, dimana satu narasi mitos yang menumbuhkan rasa cinta tanah air dan
dipilih, harus dibuat menjadi beberapa menyulut rasa nasionalisme dan
adegan penting, hingga kisah nya tidak kebangsaan kita, agar selalu cinta pada
terputus dan dapat dibaca pesan dari Tanah Air Indonesia. Dan semoga
mitos atau legenda tersebut. kegiatan pameran yang dilakukan
Komunitas 22 Ibu ini akan terus
Dan yang tidak kalah menarik lagi berkembang menjadi lebih baik di
adalah, setiap kisah penting tesrebut masa yang akan datang.
dikerjakan oleh 5-4 orang perupa,
secara mandiri, tentu dimana Akhir kata, selamat berpameran bagi
dibutuhkan sebuah kordinasi yang baik, para peserta dan juga selamat
hingga setiap fragmen atau babak mengapresiasi
tertuang apik tanpa terputus.
karya bagi para pengunjung pameran. Ketua Pelaksana




Ayoeningsih Dyah Woelandhary., M.Sn

8

NARASI VISUAL:

ILUSTRASI
MITOS DAN LEGENDA

INDONESIA

DALAM EKSPRESI LUKISAN BATIK TAMARIN

9

PENULIS NARASI

Nuning Yanti Damayanti, Dosen

FSRD ITB. Lulusan S1 FSRD ITB,

1989-1991 pendidikan non degree

di HBK Braunschweig, Jerman,

beasiswa Goethe Institute & HBK

Braunschweig. 1993 -1996

menyelesaikan S2 di HBK

Braunschweig, beasiswa DAAD-

Jerman. 2007 lulus program Doktor

FSRD ITB. 1997-2016 menjabat

berbagai jabatan struktural di ITB.

Selain mengajar, aktif dalam

kegiatan kebudayaan, pengabdian

masyarakat, penelitian, pameran

Seni rupa, seminar nasional &

internasional, traveling, menulis

puisi dan essay



10

I
Pendahuluan

11

Hingga kini masih banyak pertanyaan dan rasa penasaran mengenai keberadaan
mitos dalam kehidupan manusia dan mengapa mitos dianggap berpengaruh
terhadap peradaban berrbagai bangsa di dunia. Bangsa Eropa mencari asal usul dan
kebudayaan leluhurnya dari peradaban Yunani yang sangat dipengaruhi mitologi
dewa dewi melalui mite mite mengenai Zeus, Aprodhite, Mars, yupiter dll, bahkan
Athena nama seorang dewi menjadi nama Ibukota negara Yunani yang diyakini
sebagai pusat cikal bakal kebudayaan masa renesans Eropa. Mitologi itu tetap hidup
karena dimaknai dan di re-interpretasi disesuaikan dengan kondisi zaman.
Setiap bangsa memiliki legenda dan mitos dalam kebudayaannya, begitu juga bangsa
Indonesia negara yang sangat kaya mitologi dalam kebudayaannya. Mulai dari
Sabang sampai Merauke, kita akan menemukan cerita-cerita mengenai tokoh mitologi
dan kisah kisah klasik yang melegenda di tiap daerahnya. Meskipun hanya mitos atau
legenda, ternyata masyarakat kita masih banyak yang percaya dengan tokoh-tokoh
legenda dan mitologi ini. Bahkan banyak kisah-kisahnya menginspirasi seniman yang
kemudian memaknai dan menginterpretasi ulang menjadi kreasi karya seni. Legenda
atau Mitos selalu ada persamaan juga perbendaan disesuaikan dengan latar belakang
lingkungan geografi dan ke-khas-an masyarakat penciptanya masing-masing.

12

II
Pengertian
Mitos dan Legenda



13

Pengertian mitos , mythos berasal dari kata myth (Inggris) dan muthos (Yunani kuno)
yang artinya adalah kepercayaan yang dianggap sebagai acuan pola hidup pada 1
komunitas atau tatanan pada masyarakat tertentu. Pengertian mitos sesuai kamus
adalah cerita masyarakat tradisional yang mempersembahkan hal-hal supranatural
tentang nenek moyang atau kepahlawanan yang disajikan dalam gaya primordial
melalui sudut pandang masyarakat yang masih dianggap primitif. (Cottterel &Storm ,
2007). Mitos dipahami juga sebagai cerita atau dongeng tetang figur (character)
segala sesuatu yang bersifat imajiner, artinya mitos merupakan hal yang tidak nyata,
khayalan, fiktif dan imajinatif namun diyakini keberadaannya oleh masyarakat
setempat. Bagi masyarakat yang meyakininya, mitos dianggap hal yang nyata dan
mempengaruhi pola pikir (paradigm) dan pola kehidupan sosial (social-society)
masyarakat tersebut. Mitos diwariskan secara turun temurun (tradition) sehingga
mitologi atau mitos-mitos itu merupakan hal yang penting bagi masyarakat yang
masih berfikir tradisional dan menjadi salah 1 bagian dari pola kehidupannya. Hal
tersebut terefleksikan dalam perilaku, ucapan, upacara ritual, berkesenian dan bahkan
dalam tatanan pemerintahan negara, semua itu sesuai dengan peraturan atau kearifan
lokal (local wisdom) yang berasal dari mitologi yang diterapkan oleh leluhur
masyarakat tersebut secara turun temurun (regeneration) dan masih ada yang
meyakini berkelanjutan sampai sekarang. (Campbell, 1988 )

Pada perkembangan selanjutnya kemudian terjadi perubahan mendasar mengenai
mitologi yang pada awalnya dianggap rasional kemudian menjadi irasional ketika
manusia mulai berfikir filosofis. Pemikiran filsafat dimulai pada abad 5 hingga abad
1empat, pemikiran filsafat Eropa mengacu pada tokoh-tokoh filsuf Eropa diantaranya
yang kita dikenal adalah Plato, Aristoteles, Socrates dll mempertanyakan tentang alam
semesta dan gejala-gejala alam yang terjadi dilingkungan kehidupannya. Masa ini
diyakini sebagai kelahiran filsafat, dan sejak itu lambat lain mitos tergeser oleh akal
budi manusia (rasio) dan logika (logos). Mitos kemudian menjadi sesuatu yang
dianggap irasional. (Bertens,1996).

Pengertian mitos di Indonesia secara umum ada beberapa penjelasan, bahwa mitos
merupakan cerita yang dibuat-buat oleh masyarakat yang mempercayainya.
Pengertian lain mitos adalah dongeng yang pada umumnya menyangkut tokoh-tokoh
heroik zaman kuno, seperti dewa-dewi (istilah yang diadop dari kepercayaan Hindu-

14

India), manusia perkasa/super yang ada kaitannya dengan penanda-penanda yang
terdapat di alam, yang tujuannya untuk menjawab keterbatasan pengetahuan
manusia tentang alam, karena itu mitos di Indonesia seringkali dikaitkan dengan hal
spiritualitas kegaiban dan mistis. Hal ini kemungkinan besar karena bangsa Indonesia
dibesarkan oleh mitologi yang direalisasikan dalam cara lisan, tulisan maupun artefak
yang tersebar hampir diseluruh wilayah kepulauan Indonesia (Nusantara), sehingga
eksistensi mitos menjadi hal yang fundamental dalam mengatur sendi-sendi
kehidupan dan kehidupan sosial masyarakat khususnya pada masa kerajaan.

Pengertian mitologi adalah pengetahuan tentang mitos, yang merupakan kumpulan
cerita-cerita mitos. (Bertens,1996). Mitologi mengenai mitos di Indonesia diduga
sudah ada sejak masa prasejarah, cerita mitos disampaikan dari mulut ke mulut atau
secara lisan. Mitologi dibedakan menjadi 3 ragam, yang pertama yaitu mitos
sebenarnya, dimana manusia berusaha dengan imajinasinya menerangkan gejala
alam/kekuatan alam/kegaiban/mistis yang ada dikaitkannya dengan kepercayaan
Hindu India mulai mempengaruhi cara berfikir masyarakat Indonesia, karena itu mitos
di Indonesia seringkali dikaitkan dengan hal spiritualitas, kegaiban dan mistis. Istilah
kedewaan dan dewa-dewi dalam kepercayaan Hindu India mulai mempengaruhi cara
berfikir masyarakat Indonesia menggeser imajinasi gejala alam. Mitos-mitos cerita
Mahabharata melegenda dan tokoh-tokoh cerita pewayangan menjadi panutan
masyarakat pulau jawa dan Bali yang diselaraskan dengan kepercayaan lokal, menjadi
cerita-cerita mitos Wayang Golek Jawa Barat, Wayang Cepak Cirebon, Wayang Kulit
Solo dan Yogjakarta, Wayang kamasan Bali. (Adisasmito, Nuning, 2018)

Yang ke2 adalah Cerita Rakyat, yang merupakan usaha manusia mengisahkan

peristiwa penting menyangkut kehidupan masyarakat yang disampaikan dari mulut ke

mulut juga secara lisan, seringkali menjadi kisah heroik yang tidak masuk diakal

sehingga sulit dibuktikan kebenarannya. Secara universal gejala yang ada dalam

masyarakat memang terjadi hampir diberbagai belahan dunia, maka agar meyakinkan

dikaitkanlah seorang tokoh ideal dalam cerita tersebut. Lutung Kasarung adalah salah

satu legenda yang dipaparkan dalam cerita pantun yang sangat terkenal di kalangan

masyarakat Sunda Jawa Barat. Cerita ini mengisahkan

perjalananSangyangGuruminda darikahyanganturun ke bumi dalam wujud seekor

lutung, yaitu kera hitam berekor panjang, karena dikutuk oleh Sang Hyang kemudian

15

ia bertemu dengan seorang putri bernama Purbasari yang kelak menjadi istrinya
kemudian menjadi raja di wilayah kerajaan jawa Barat.

Yang ke3 adalah Legenda, biasanya dikaitkan dengan seorang tokoh manusia hebat
dan berdirinya suatu tempat di daerah tersebut sebagai pembenaran suatu legenda.
Contohnya adalah Legenda Sangkuriang yang tidak dapat dipisahkan dengan nama
Gunung Tangkuban Perahu dan kota Bandung di Jawa Barat.
Pada masa mitologi berkembangnya suatu cerita di Indonesia selalu dikaitkan dengan
hal-hal gaib dan mistis.Hal ini karena peradaban manusia pada zaman itu masih
dalam tingkat mistis, mereka masih percaya akan adanya kekuatan-kekuatan gaib
melebihi kekuatan manusia biasa yang mengendalikan alam. Ada tidaknya tokoh-
tokoh tersebut belum diketahui secara pasti, hanya saja tokoh-tokoh tersebut
dihubungkan dan menjadi penanda di suatu daerah.

Makhluk mitologi lainnya yang sudah dikenal oleh hampir seluruh rakyat Indonesia

adalah tokoh Garuda. Namun, berbeda dengan wujud Garuda Pancasila yang kita

kenal, garuda makhluk mitologi ini adalah kendaraan Dewa Wisnu dalam ajaran Hindu,

yaitu wujud manusia yang berkepala burung elang, tubuhnya berwarna emas,

wajahnya berwarna putih dan sayapnya berwarna merah. Garuda digambarkan gagah

dan perkasa memiliki tubuh yang sangat besar. Mitologi lainnya di Kalimantan

menjadi kebanggaan warga Kutai adalah Lembuswana mahluk yang digambarkan

memiliki kepala singa, bersayap elang, berbelalai gajah, dan bersisik ikan. Ia adalah

penguasa sungai Mahakam yang tinggal di dasar sungai sebagai pelindung Kutai.

Warak Ngendon kreasi imajinatif masyarakat tradisional Cirebon dan Semarang,

penciptaan wujud mahluk berkepala naga, badan menyerupai wujud harimau dan

kakinya menyerupai kaki Kambing, merupakan khas kebudayaan pesisir Utara Jawa.

Leak dan Barong merupakan mitologi yang kerap muncul dalam kisah-kisah di

masyarakat Bali dan digambarkan sebagai manusia karena akibat tertentu

menyebabkan tokoh itu mempraktekkan ilmu hitam. Di saat matahari masih bersinar

ia hanya seorang manusia biasa. Namun ketika malam telah tiba, ia berubah menjadi

mahluk mengerikan menjadi pemangsa bayi. Kisah mitos Indonesia lainnya yang

sangat dikenal dalam kepercayaan masyarakat di pulau jawa adalah Nyai Roro Kidul,

yang diyakini sebagai tokoh mitos Kanjeng Ratu penguasa Laut Kidul (Selatan), masih

banyak lagi mitos dan legenda lainnya di Indonesia.

16

III
Mitos dan Legenda
dalam Lukisan Ilustratif

17

Mitos dan Legenda Indonesia akan dijadikan tema permasalahan yang akan
diangkat dalam pameran 22Ibu di Museum Basuki Abdullah, tema mitos ini
terinspirasi karakter dan tema-tema cerita Mitologi dari sejumlah karya Lukisan Basuki
Abdullah, tentunya dengan penyesuaian mengingat tema ini tentu sangat luas
cakupannya. Tentang ingatan masa lalu Romantisme, tentang beragam mitos dan
Legenda kisah berdirinya kota diberbagai wilayah/kota-kota tua legendaris dimasa
lalu. Gambaran matahari yang terbit dan terbenam, wilayah rimba raya dan pantai
yang misterius, romantik-spiritual-mistis dan kegaiban peradaban Indonesia dimasa
lalu disampaikan terus menerus dari generasi-kegenerasi melegenda dan menjadi
mitos yang diyakini dan pernah ada dalam kehidupannya.

Sekarang masa modern terjadi pergeseran pada pemikiran spiritual dan mistis
menjadi materialistik dan rasionalisme berfikir masyarakat menyebabkan
pemandangan romantik masa lalu itu perlahan hilang dari ingatan karena modernisasi
dan kota mengalami perubahan wajah secara perlahan. Kota kota Legenda dan
mitos diberbagai wilayah itu sekarang berubah menjadi lokasi pariwisata. Bukit dan
hutan menjadi perumahan urban, wajah kota yang sempat menjadi mitos dan
legenda sekarang menjadi pemukiman, dengan gedung-gedung menjulang,
apartemen, mall dan pusat bisnis, pusat perkantoran tempat berlangsungnya kegiatan
perekonomian.

Citra kota mitos dan legenda sudah sangat berubah menjadi kota modern. Mitos dan
legenda mengenai kelahiran 1 wilayah pemukiman atau kota-kota tertentu semakin
terlupakan karena perubahan zaman dan arus teknologi informasi yang membawa
tokoh-tokoh hero/pahlawan baru dan asing mengantikan mitos-mitos lokal. Ajaran
dan filsafat yang dimuat dalam mitos-mitos itu semakin tidak dipahami dan apalagi
bagi anak-anak dan generasi muda masa kini.

Museum Basuki Abdullah dan Komunitas Perempuan Pendidik Seni Indonesia
merancang program pameran dengan tema “Narasi Visual : Ilustrasi Mithos dan
Legenda Indonesia dalam Ekspresi Batik Tamarin” mengamati dan menawarkan
pemikiran betapa kini pesona-pesona mithos dan Legenda yang berubah fungsi dan
pemaknaannya, dari hal yang gaib, mistis dan spiritualitas Ke Tuhanan secara alami
akrab dengan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai kehidupan, kemudian bergeser

18

menjadi lebih akrab dengan hal-hal bersifat profane, materialis, karena derasnya arus
modernisasi akibat perkembangan teknologi informasi media sosial.

Perupa perempuan yang juga pendidik seni Indonesia dari Komunitas 22Ibu ini akan
mencoba menawarkankhususnya lebih jauh lagi menginterpretasi ulang mengenai
Mitos dan Legenda, melalui berbagai interpretasi visual, sesuai dengan imajinasi
perupa sebagai upaya mengingat dan menyajikannya dalam lukisan bergaya naratif
ilustratif kepada khalayak apresiator pencinta seni. Diharapkan karya-karya pada
pameran ini bisa menjadi salah 1 ajang proses pembelajaran yang menarik untuk
mengenal kembali mitos dan legenda yang semakin terlupakan tergerus oleh arus
modernisasi.

Tentunya memakai sudut pandang, kaca mata dan pemahaman yang berbeda dari
perupa-perupa yang juga perempuan pendidik sekaligus ibu dari generasi masa kini.
Mereka memiliki bahasa visual yang memiliki keunikan masing-masing dalam
mengekspresikan dan menyampaikan pesan-pesan yang memuat harapan.

Ungkapan bahasa tentang kompleksitas pemaknaan terhadap mitos dan legenda
yang dikaitkan dengan pemahaman spiritualitas, kegaiban, mistisisme yang telah
bergeser pemahaman dan fungsinya dimasa kini. Hal yang ditawarkan lainnya adalah
teknik batik lilin dingin, memanfaatkan bubuk tamarin sebagai pengganti malam (lilin
cair) , teknik hasil eksperimen, pengembangan sekaligus penyederhanaan teknik batik
tradisional yang sudah dipergunakan sejak ribuan tahun lalu dalam pembuatan motif
kain yang fungsinya sebagai pakaian khas Jawa dan Bali.



19

IV
Lukisan Naratif Ilustratif dan Ekspresi

Naratif Batik Tamarin

20

Gaya Naratif Ilustratif pada artefak dan karya seni rupa merupakan karakter khas di
wilayah Asia khususnya di Asia Tenggara, begitu juga di Indonesia, dalam hal ini
khususnya di wilayah Jawa dan Bali. Gaya rupa pada dinding candi yang mengalami
proses transformasi bentuk ketika terjadi perubahan media dan tentu saja
penyesuaian tehnik, ketika diterapkan pada media kayu, kulit, daun Lontar, kain, dan
media terbaru adalah kertas, hal yang menjadi benang merah tetap hadir adalah
visualisasi gaya naratif ilustratif ( Adisasmito, 2007).

Gaya naratif dan ilustratif itu bahkan selalu ada pada setiap periode mainstream di
Indonesia hingga masa modernisme dan bahkan masa kontemporer sekarang. Gaya
naratif ilustratif juga menjadi salah satu pilihan seniman Basoeki Abdullah dalam karya
lukisan mitos dan legenda seperti pada contoh Lukisan sebagai berikut;

Legenda Pahlawan Goa Selarong, Mitos Ratu Pantai Selatan, Legenda Jaka Tarub
karya Basuki Abdullah.

Pada karya perupa perempuan dari komunitas 22 ibu tampaknya jejak-jejak itu masih
sangat kuat mempengaruhi wujud karya sejumlah perupa, meskipun tidak bergaya
sangat naturalistis seperti lukisan Basoeki Abdullah. Persamaan yang divisualisasikan
oleh para perupa perempuan ini adalah gaya ilustrasi yang bercerita (naratif ilustratif),
meskipun ada beberapa yang berusaha melepaskan diri dan mencari keunikan untuk
bergaya simbolik dengan mencoba mencari esensi dari mitos/legenda melalui
abstraksi dan penyederhanaan bentuk, stilasi, deformatif, dekoratif. Komposisi dan
penyajian potongan-potongan naratif terbagi dengan arah meninggi vertikal menjadi

21

unik dalam lukisan Mitos dan Legenda, karena juga merupakan karakter lukisan tradisi
Asia di negara Cina, Jepang, Persia, Thailand juga Indonesia ada pada beberapa
krakter lukisan tradisi Bali.

Karya perupa komunitas 22 Ibu (kanan-kiri) Arleti M. Apin, Luki Lutvia, Niken Apriani, Ariesa
Pandanwangi, Rina Mariana, dan Yully Ambarsih E.

Bisa jadi adalah konsepsi berfikir bangsa Indonesia tentang hubungan arah religiusitas
menuju ke atas, adalah pemikiran tentang Ke-Tuhan-an, adalah kekuatan bangsa Asia
akan kepercayaan pada yang Maha Gaib Penguasa alam semesta yang bermukim
disemesta bagian atas yaitu langit, sangat berbeda dengan bangsa-bangsa di benua
Eropa atau Amerika Serikat yang cenderung sekuler.Perubahan atau tampilan yang
cukup unik dari sebagian besar lukisan batik tamarin ini adalah pemilihan warna-
warna primer yang kuat dan tampil dominan. Mungkinkah warna kekinian itu
sebenarnya merupakan jatidiri manusia kepulauan yang terletak di wilayah geografis
di garis khatulistiwa dengan kekayaan warna yang terbiasa dengan polarisasi cahaya
matahari sehingga warna dominan cerah dan atraktif alam tropis itu terefleksi pada
lukisan.
Ada beberapa lukisan yang masih memilih tampilan konvensional akan tetapi warna-
warna yang dipilih adalah warna primer, hanya saja dengan warna primer dengan
intensitas warna yang lebih rendah.

22

V
Teknik Gutha Tamarin

23

Melukis dengan Teknik Batik Gutha Tamarin merupakan eksplorasi dan eksperimen
mencari alternatif pengganti bahan dasar lilin (malam/Wax) dalam teknik membatik
tradisional, hasilnya adalah pemanfaatan tepung biji asam (Tamarin) yang diolah
secara sederhana menjadi “Gutha” sebagai pengganti lilin (malam/wax) yang
fungsinya merintangi warna pada kain. Perintang adalah pembatas atau outline pada
kain sebagai media batik, yang fungsinya merintangi/membatasi antar warna, antar
bidang dan memperjelas bentuk pada objek gambar/motif yang dibuat.

Biji asam dantepung biji asam
(sumber data: Niken Apriani, komunitas 22ibu, 2017)

Tepung biji asam + tamarin powder+margarin+air hangat, hingga membentuk Gel/pasta.
Gel dibungkus dalam plastik segitiga untuk bisa difungsikan dalam melukis,
(sumber data: Niken Apriani, komunitas 22ibu, 2017)

Bentang Kain pada spanram, desain motif yang akan diaplikasikan, lukisan pasta gutha
pada pola gambar.

(sumber data: Niken Apriani, komunitas 22ibu, 2017)

24

Dengan Gutha Tamarin tehnik membatik menjadi lebih sederhana akan tetapi menjadi
tehnik yang lebih modern”. Teknik ini dapat dikatakan modern karena ada perbedaan
tahapan prosesnya dengan pembuatan batik tradisional, yang menggunakan malam
(lilin/wax panas dan cair) sebagai bahan perintang warnanya.Tehnik gutha tamarin
tidak mempergunakan canting alat untuk menorehkan perintang pada kain dan juga
tidak harus ada proses pRorod dalam menguatkan warna. Tepung biji asam/tamarin
diolah dan dicampur dengan bahan margarin/lemak nabati dan air hangat hingga
menjadi larutan berupa gel pasta (gutha), kemudian gel pasta gutha dituliskankan
pada permukaan kain seperti juga malam (lilin/wax) yang berfungsi sebagai perintang
warna pada proses batik tradisional. Proses lebih sederhana, karena tidak melewati
proses pRorod, begitu pula dalam pewarnaan yang hanya membutuhkan proses
pengukusan selama satu jam, agar warna melekat pada kain.

Teknik membuat batik dengan tepung biji asam (gutha) perlu dikembangkan dengan
tujuan agar proses membuat batik yang selama ini dianggap tehnik yang sulit, dapat
dilakukan dengan teknik dasar yang lebih sederhana, tanpa menghilangkan esensi
dari batik itu sendiri, diharapkan teknik ini dapat dipelajari dengan mudah oleh
siapapun yang tertarik, bahkan untuk anak usia dini. Keistimewaan lain juga gutha
tamarin adalah bahan dasar yang tidak berbahaya sehingga sangat aman sesuai
dengan konsep Gogreen masa kini.

Bibit Tepung biji Asam (Tamarindus Indica), diduga berasal dari savanna Afrika dan
Sudan, persebarannya ke Indonesia dimungkinkan melalui jalur perekonomian dan
perdagangan dengan India. Pohon asam ternyata tanaman yang dapat tumbuh subur
di wilayah tropis, sehingga berkembang baik diseluruh kepulauan Indonesia, nama
yang dikenal kemudian adalah Asam Jawa pada awalnya sebagai bahan penguat rasa
pada masakan, namun kini berdasarkan hasil berbagai penelitian pada asam jawa
dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk beragam fungsi
diantaranya kosmetik, extrak penguat rasa, makanan, manisan dan bahkan menjadi
sumber cadangan energi. Biji asam/tamarin dapat digunakan sebagai pengental dan
membantu dalam proses pengecapan dalam pewarnaan tekstil. Tepung biji asam
memberikan efek kaku pada kain, juga memperkuat tingkat kecerahan warna pada

25

kain, mengurangi luntur dan dapat bereaksi dengan serat kain maupun zat warna
secara homogen.
Gutha Tamarin adalah perintang warna pada kain menjadi outline/garis pada media
batik, yang fungsinya akan membatasi antar warna agar tidak tercampur antara bidang
warna dan memperjelas bentuk pada objek gambar/motif. Perintang (gutha) jika tanpa
campuran warna, akan menghasilkan warna atau jejak putih pada karya batik yang
dihasilkan. Apabila diberi warna, maka akan memberikan jejak sesuai warna yang
ditambahkan pada pasta perintang. Aplikasi gutha sebagai perintang dilakukan pada
kain yang telah dibentang pada spanram dan setelah sketsa gambar dibuat kemudian
diberi perintang pada sepanjang garis sketsa. Waktu yang dibutuhkan agar perintang
menempel kuat pada kain sekitar 4-8 jam. Perintang yang mengering menandakan
bahwa tahap pewarnaan dapat dilakukan, dan cairan warna tidak akan rembes ke area
yang diberi perintang. Setelah gutha mengering dapat diaplikasikan warna sesuai
dengan konsep karya. Proses finishing selanjutnya adalah pengukusan, pencucian dan
pengeringan kemudian dirapihkan dengan cara disetrika, tahap terakhir presentasi
karya dengan pembingkaian atau strategi lainnya.

26

VI
Lukisan Ilustrasi
Mitos dan Legenda Indonesia

27

1
Mitos
Asal Usul Pulau Nias
Wilayah Sumatra

28

Nias adalah Pulau yang terkenal dengan budaya megalitiknya ini menyimpan sejumlah
misteri dan keunikan. Termasuk mengenai asal-usul leluhur orang Nias saat ini. Data-
data ilmiah hasil temuan para arkeolog menuliskan bahwa leluhur orang Nias saat ini,
ada yang bersumber dari Hoho (cerita lisan yang berkembang di masyarakat Nias dan
diwariskan secara turun-temurun sehingga menyerupai mitos).

Hoho yang berkembang di Nias menyebutkan bahwa manusia pertama yang tinggal
di Nias adalah sowanua atau ono mbela. Ono mbela merupakan keturunan penguasa
kayangan, Ibu Sirici, yang memerintahkan keenam anaknya untuk turun ke bumi
menggunakan liana lagara, sejenis tumbuhan yang biasanya merambat di pohon.
Liana lagara yang digunakan telah rapuh, sebagian di antara mereka ada yang jatuh
ke bumi dan sebagian yang lain memilih tinggal di atas pohon. Anak turunan Ibu Sirici
yang memilih tinggal di atas pohon inilah yang kemudian disebut sebagai sowanua
atau ono mbela (manusia pohon).

Omo Hada adalah rumah adat tempat tinggal pimpinan masyarakat atau disebut
Si’ulu atau penghulu di daerah Nias bagian selatan dan Balugu/Salawa pada
masyarakat Nias bagian utara. Pada bagian bangunan Omo Hada terdapat ukiran-
ukiran yang unik yang melambangkan kekuasaan dan kekayaan. Pada bagian depan
rumah banyak terdapat menhir dengan ukuran yang luar biasa besar.

Status Sosial dalam masyarakat Nias ditentukan oleh kemampuannya untuk menjamu
(memberi makan) orang banyak, termasuk para bangsawan yang berada di wilayah
(öri) sekitarnya. Jamuan yang dimaksud di sini ialah Pesta besar (Owasa). Setiap
membangun rumah adat, harus dibarengi dengan jamuan/pesta. Demikian dilakukan
sampai rumah adat itu hingga selesai. Dengan demikian, orang mengetahui bahwa
pemilik rumah adat itu sungguh orang berada dan dengan itu status sosialnya
semakin diteguhkan.

Hoho Ono Niha, pulau ini dihuni oleh sejumlah besar suku-suku." Tradisi lisan Nias
menyebutkan ada enam suku yang berbeda. Masih belum jelas dari mana suku Ono
Niha berasal. Tapi banyak dari kedatangan pertama di Nias memiliki nama seperti Hia
atau Ho, yang juga merupakan nama umum di Cina. Penelitian DNA berhasil

29

menemukan, bahwa keturunan mereka ini (”niha“ atau suku ”manusia“) yang
sekarang disebut “Ono Niha” (orang Nias) paling dekat dengan Taiwan dan Filipina.
Saat ini suku Nias asli masih tinggal di Bawomataluo, di kelilingi gunung dan laut,
pemandangan yang indah.

Ragam hias Nias dari rumah-rumah tradisional yang masih mendominasi wilayah.
Rumah tradisional ini biasanya ditempati oleh orang penting. yang memiliki ornamen
dan simbol-simbol. Ragam hias ini pada didinding, ornamen lainnya
Ni’otalingawoliwoli, wujudnya seperti pakis hutan, ditempatkan pada 1 bidang
dengan arah menghadap ke atas.Memiliki makna simbolik lambang kesuburan dan
diletakkan di bagian dinding.

Rumah adat di Nias yang disebut Omo Hada. Tiang rumah adat Nias ukurannya besar
mempunyai kolong, tangganya tinggi, dindingnya dirakit tanpa paku, tiang dinding
diberi relief dengan motif khas Nias. Rumah adat pada masyarakat Nias memiliki
bentuk yang berbeda-beda, sesuai dengan kegunaan dan tingkat strata sosial dan
kedudukannya dalam adat.

lustrasi legenda asal usul bangsa Nias merupakan suatu ke1an sehingga karya ini
menjadi agak berbeda dengan karya-karya lainnya. Konsep visual dan estetik
merupaka simpulan dari kondisi sejarah dan geografi masyarakat Nias berdasarkan
data tertulis mengenai budaya megalithikum hingga sekarang yang belum banyak
diketahui oleh masyarakat sekarang. Narasi konsep disusun oleh para perupa yaitu
Ariesa Pandanwangi, Siti Sartika, Wien K Meilina, Shitra Noor Handewi dan Sri
Nuraeni

Babak pertama ilustrasi dinarasikan berdasarkan istilah asal usul leluhur masyarakat
Nias yaitu Ono Niha, Nias adalah Pulau yang terkenal dengan budaya megalitiknya ini
menyimpan beberapa misteri dan keunikan. Termasuk mengenai asal-usul leluhur
orang Nias saat ini. Para penghuni pulau ini menyebut dirinya sebagai ono niha (orang
Nias).Leluhur orang Nias saat ini, ada yang bersumber dari hoho (cerita lisan yang
berkembang di masyarakat Nias dan diwariskan secara turun-temurun sehingga
menyerupai mitos), maupun data-data ilmiah temuan para arkeolog. Hoho yang
berkembang di Nias menyebutkan bahwa manusia pertama yang tinggal di Nias

30

adalah sowanua atau ono mbela.Ono mbela merupakan keturunan penguasa
kayangan, Ibu Sirici, yang memerintahkan keenam anaknya untuk turun ke bumi
menggunakan liana lagara, sejenis tumbuhan yang biasanya merambat di pohon.
Karena liana lagara yang digunakan telah rapuh, sebagian di antara mereka ada yang
jatuh ke bumi dan sebagian yang lain memilih tinggal di atas pohon. Anak turun Ibu
Sirici yang memilih tinggal di atas pohon inilah yang kemudian disebut sebagai
sowanua atau ono mbela (manusia pohon).

Babak ke2 narasi visual berdasarkan bencana Tsunami Tano Niha, Nias 28 Maret 2005,
sebuah gempa bumi dengan kekuatan 8,5 melanda di Pulau Nias. Ombakpun
bergulung bahkan mengangkat bumi Nias.Banyak yang hancur.Tapi Rumah tradisional
Nias masih ada yang kokoh berdiri.Membangun kembali Nias, salah 1 sudut yang
paling terpencil di Indonesia, bukan hal mudah. Saat ini Nias masih terus membangun.

Pada visualisasi Babak ke3 diinterpretasikan dari istilah darimana masyarakat Nias itu
berasal menurut sejarah migrasi Hoho Ono Niha. Pulau ini dihuni oleh sejumlah besar
suku-suku."Tradisi lisan Nias menyebutkan ada enam suku yang berbeda.Masih belum
jelas dari mana suku Ono Niha berasal. Tapi banyak dari kedatangan pertama di Nias
memiliki nama seperti Hia atau Ho, yang juga merupakan nama umum di Cina.
Penelitian DNA menemukan, bahwa keturunan mereka ini (”niha“ atau
suku ”manusia“) yang sekarang disebut “Ono Niha” (orang Nias) paling dekat dengan
Taiwan dan Filipina. Saat ini suku Nias asli masih tinggal di Bawomataluo, di kelilingi
gunung dan laut, pemandangan yang indah.

Penggambaran pada babak keempat diambil dari pola dan motif Ragam Hias Nias
arsitektur masyarakat pulau Nias.Nias memiliki rumah-rumah tradisional yang masih
mendominasi wilayah ini. Rumah tradisional yang ditempati oleh orang penting
memiliki ornament yang memiliki symbol-simbol. Ragam hias ini terdapat
didnding.Ornamen lainnya adalah Ni’otalingawoliwoli, wujudnya seperti pakis hutan,
ditempatkan pada 1 bidang dengan arah menghadap ke atas.Memiliki makna
simbolik lambang kesuburan dan diletakkan di bagian dinding.

Ilustrasi babak kelima disusun konsep visual berdasarkan anatomi rumah adat
masyarakat Nias yang sangat melegenda karena tidak hancur ketika bencana Tsunami

31

2005 lalu, menunjukan kehebatan konsep dan teknik bangunan bangsa Nias , yaitu
http://www.museum-nias.org/sejarah-nias/Omo Hada. Rumah adat di Nias disebut
sebagai Omo Hada.Tiang rumah adat Nias ukurannya besar mempunyai kolong,
tangganya tinggi, dindingnya dirakit tanpa paku, tiang dinding diberi relief dengan
motif khas Nias.Rumah adat pada masyarakat Nias memiliki bentuk yang berbeda-
beda, sesuai dengan kegunaan dan tingkat kedudukannya dalam adat. Omo
Hada adalah rumah adat tempat tinggal pimpinan masyarakat atau disebut Si’ulu atau
penghulu di daerah Nias bagian selatan dan Balugu/Salawa pada masyarakat Nias
bagian utara. Pada bagian bangunan Omo Hada terdapat ukiran-ukiran yang unik
yang melambangkan kekuasaan dan kekayaan. Pada bagian depan rumah banyak
terdapat menhir dengan ukuran yang luar biasa. Status Sosial dalam masyarakat Nias
ditentukan oleh kemampuan seseorang untuk menjamu (memberi makan) orang
banyak, termasuk para bangsawan yang berada di wilayah (öri) sekitarnya.Jamuan
yang dimaksud di sini ialah Pesta besar (Owasa).Setiap mengerjakan 1 bagian dari
rumah adat, harus dibarengi dengan jamuan/pesta.Misalnya pada saat mendirikan
tiang rumah, pemilik rumah harus mengadakan pesta/perjamuan.Demikian dilakukan
sampai rumah adat itu selesai.Dengan demikian, orang mengetahui bahwa pemilik
rumah adat itu sungguh orang berada dan dengan itu status sosialnya semakin
diteguhkan.Seluruh ilustrasi memiliki kesamaan Konsep dan komposisi vertikal tanpa
perspektif dengan warna cerah masa kini menjadi tampil lebih atraktif modern.Gaya
stilasi dekoratif dengan menampilkan kekayaan motif flora fauna khas pulau nias yang
biasanya diterapkan pada artefak-artefak pada hiasan bangunan di wilayah pulau Nias.

32

2
Legenda
Sangkuriang dan
Tangkuban Perahu

33

Mitos ini ditulis oleh Bujangga Manik pada daun Palem sekitar abad Ke 15. Kisah Awal
legenda Sangkuriang alkisah di kahyangan sepasang dewa dewi, dikutuk turun ke
bumi dalam wujud hewan oleh Sang Hyang Tunggal karena melanggar aturan
kahyangan. Sang dewi berubah menjadi babi hutan (celeng) bernama Celeng Wayung
Hyang (atau Wayungyang), sedangkan sang dewa berubah menjadi anjing bernama
Tuma Hyang (Tumang). Mereka harus menjalani hukuman dan bertapa mohon
pengampunan agar dapat kembali ke wujud dewa-dewi Kahyangan.

Diceritakan di bumi Tatar Sunda Raja Sungging Perbangkara tengah pergi berburu
dan di tengah hutan Raja membuang air seni yang tertampung dalam daun caring
(keladi hutan), Pada waktu yang bersamaan Celeng Wayung Hyang yang tengah
bertapa mengalami kehausan, yang kemudian tanpa sengaja menemukan dan
meminum air seni sang raja tadi. Wayung Hyang atas kuasa dewata hamil
dankemudian melahirkan seorang bayi yang cantik, karena pada dasarnya ia adalah
seorang dewi yang sangat cantik. Sembilan purnama berlalu Raja Sungging
Perbangkara kembali pergi berburu, di tengah hutan tempat raja biasa berburu Raja
Sungging Perbangkara menemukan bayi yang sangat cantik, sang raja tidak
menyadari bahwa bayi itu adalah putrinya.

Bayi perempuan itu begitu menarik hatinya sehingga dibawa ke keraton dan diberi
nama Dang Hyang Sumbi, kemudian dipanggil Dayang Sumbi atau Rarasati. Dayang
Sumbi tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik terkenal setatar Sunda. Banyak para
raja dan pangeran yang ingin meminangnya, tetapi atas kersa para dewata tidak
seorang pun ada yang diterimanya.

Pada suatu hari terjadi pergolakan politik dan peperangan, kemudian Dayang Sumbi
pun atas permintaannya sendiri mengasingkan diri di hutan larangan ditemani seekor
anjing jantan yaitu Tumang yang setia menemani sejak kelahirannya dihutan. Suatu
hari yang panas Dayang Sumbi seperti biasanya berhari-hari menenun kain, pada saat
begitu lelahnya sehingga tidak sengaja torompong (torak) alat menenun kain terjatuh
ke kolong rumah panggung. Dayang Sumbi merasa lelah untuk turun, kemudian
terlontar ucapan Dayang Sumbi tanpa disadari, mengucap janji bahwa siapa pun
yang mengambilkan torak/torompong yang terjatuh itu, bila laki-laki akan dijadikan

34

suaminya, dan jika perempuan akan dijadikan saudarinya. Tumang yang setia
mengambilkan torak tersebut kepada Dayang Sumbi.

Akibat perkataannya itu Dayang Sumbi harus memegang teguh sumpah dan janjinya,
maka ia pun menikah dengan Tumang. Pada setiap malam bulan purnamaTumang
kembali ke wujud aslinya sebagai dewa yang tampan, Dayang Sumbi pada akhirnya
mengetahui bahwa Tumang adalah Dewa yang sedang menjalani hukuman dan
sesungguhnya Tumang berparas tampan layaknya dewa kahyangan. Maka setelah
sekian purnama menikah dengan Tumang Dayang Sumbi melahirkan bayi laki-laki
yang diberi nama Sangkur Ra Hyang (Sangkuriang), Sangkuriang tumbuh menjadi
anak yang kuat dan tampan.

Suatu hari Dayang Sumbi tengah mengidamkan hati menjangan (rusa), ketika itu
Sangkuriang sudah berumur 10 tahun, maka ia meminta Sangkuriang ditemani
Tumang berburu ke hutan. Setelah sekian lama Sangkuriang berburu, tetapi tidak
tampak hewan buruan seekorpun. Hingga akhirnya Sangkuriang melihat seekor babi
hutan, Sangkuriang menyuruh Tumang untuk memburu babi hutan, ternyata Tumang
mengenali Celeng Wayung Hyang, ibu Dayang Sumbi dan nenek dari Sangkuriang
sendiri, maka si Tumang tidak mau menuruti perintah itu.

Saking kesalnya Sangkuriang kemudian menakut-nakuti si Tumang dengan panah,
akan tetapi secara tak sengaja anak panahnya terlepas dan si Tumang terbunuh
tertusuk oleh anak panah. Sangkuriang menjadi bingung dan lalu karena tidak
memperoleh hewan buruan maka Sangkuriang pun membedah tubuh Tumang dan
mengambil hatinya. Sangkuriang memberikan hati Tumang kepada Dayang Sumbi,
yang kemudian dimasak dan dimakannya. Sekian lama Tumang tidak kembali pulang,
Dayang Sumbi menanyakan keberadaan Tuman, Sangkuriang akhirnya menceritakan
kejadian dihutan dan setelah Dayang Sumbi mengetahui bahwa yang dimakan adalah
hati Tumang, suaminya sendiri, maka kemarahannya pun meledak; serta-merta kepala
Sangkuriang dipukul dengan centong (sendok nasi) demikian kerasnya sehingga
kepalanya terluka. Sangkuriang diusir oleh Dayang Sumbi dan dengan kesakitan dan
ketakutan akhirnya Sangkuriang lari meninggalkan ibunya.

35

Dayang Sumbi, sangat berduka juga menyesali perbuatannya telah mengusir anaknya,
kemudian mencari Sangkuriang ke hutan serta mengharapkan untuk segera pulang;
akan tetapi Sangkuriang telah pergi jauh. Dayang Sumbi sangat sedih dan memohon
kepada Sang Hyang Tunggal agar kelak dipertemukan kembali dengan anaknya.
Untuk itu Dayang Sumbi menjalankan tapa dan laku hanya memakan tumbuh-
tumbuhan dan sayuran mentah (lalapan). Sangkuriang sendiri pergi mengembara
melanglang buwana dan berguru kepada banyak pertapa sakti, sehingga Sangkuriang
tumbuh menjadi seorang kesatria tampan, sakti, dan gagah perkasa. Setelah kira-kira
12 tahun mengembara ke arah timur akhirnya Sangkuriang berbalik arah
perjalanannya kembali ke Barat dan tanpa sadar kembali ketanah kelahirannya
ketempat Dayang Sumbi berada.

Namun ketika bertemu kembali dengan Dayang Sumbi Sangkuriang tidak mengenali
bahwa putri cantik yang ditemukannya adalah Dayang Sumbi – ibunya. Dayang
Sumbi melakukan tapa dan laku hanya memakan tanaman mentah, maka Dayang
Sumbi menjadi tetap cantik dan awet muda. Dayang Sumbi pun tidak menyadari
bahwa sang ksatria tampan itu adalah putranya sendiri. Kedua insan merasa saling
tertarik dan menjalin hubungan menjadi sepasang kekasih. Sangkuriang
menyampaikan niatnya untuk meminang Dayang Sumbi. Suatu saat Dayang Sumbi
menyisir rambut Sangkuriang, tanpa sengaja Dayang Sumbi melihat tanda luka di
kepala Sangkuriang, dia teringat kembali pada anaknya Sangkuriang menjadi curiga
kemudian bertanya mengenai bekas luka dikepala Sangkuriang. Setelah mendengar
kisah masa kecil Sangkuriang dan penyebab luka dikepalanya barulah Dayang Sumbi
menyadari bahwa Kesatria tampan kekasihnya itu adalah putra kandungnya sendiri.
Kemudian Dayang Sumbi berusaha menghindar dan menjelaskan bahwa dia adalah
ibu kandung Sangkuriang dan mereka tidak mungkin menikah. Walau demikian
Sangkuriang tidak mempercayainya dan tetap memaksa untuk menikahinya. Dayang
Sumbi pada akhirnya mengajukan syarat pinangan yang tak mungkin dipenuhi oleh
manusia biasa.

Dayang Sumbi meminta agar Sangkuriang membuatkan perahu dan membangun
telaga (danau) dalam waktu semalam dan harus membendung aliran Sungai Citarum.
Sangkuriang adalah titisan dewata sakti mandraguna langsung menyanggupinya.

36

Sangkuriang membuat perahu dari sebuah pohon besar yang tumbuh di sebelah
timur; kelak, tunggul atau pangkal pohon itu berubah menjadi gunung yang bernama
Bukit Tunggul. Rantingnya (rangrang) ditumpukkan di sebelah barat dan kelak
menjadi Gunung Burangrang. Dengan bantuan para guriang (makhluk halus), lewat
tengah malam bendungan pun hampir selesai dikerjakan.

Dayang Sumbi merasa khawatir karenanya lalu memohon kepada Sang Hyang
Tunggal agar niat Sangkuriang tidak terlaksana. Para lelembut leluhur Dayang Sumbi
menyuruh membentangkan helai kain boeh rarang (kain putih hasil tenunannya) di
atas bukit di timur, sehingga kain putih itu tampak bercahaya bagai fajar yang
merekah di ufuk timur. Sementara itu ia dan penduduk desa memukulkan alu ke
lesung, seolah-olah sedang menumbuk padi. Para guriang makhluk halus yang
membantu Sangkuriang pun ketakutan karena mengira hari mulai pagi, mereka lalu
lari menghilang dan pembuatan bendungan pun tidak terselesaikan.

Sangkuriang gagal memenuhi syarat Dayang Sumbi, sehingga dengan marah Perahu
yang telah dikerjakannya dengan bersusah payah lalu ditendangnya ke arah utara dan
jatuh menangkup kelak menjadi Gunung Tangkuban Perahu. Di puncak kemarahannya,
dinding bendungan yang berada di sebelah barat dijebolnya; kelak lubang tembusan
air Citarum ini dikenal sebagai Sanghyang Tikoro (tikoro, tenggorokan atau
kerongkongan). Sumbat aliran Citarum dilemparkannya ke arah timur dan menjelma
menjadi Gunung Manglayang.

Air Talaga Bandung pun menjadi surut kembali; bekas danau ini kelak menjadi lokasi
cikal bakal Kota Bandung. Dikisahkan Sangkuriang terus mengejar Dayang Sumbi
yang berlari menghindari kejaran Sangkuriang. Di Gunung Putri Dayang Sumbi
memohon kepada Sang Hyang Tunggal agar menyelamatkannya, maka Dayang
Sumbi pun berubah menjadi setangkai bunga jaksi sehingga tidak tampak lagi oleh
Sangkuriang. Adapun Sangkuriang setelah sampai di sebuah tempat yang disebut
dengan Ujung Berung akhirnya menghilang ke alam gaib (ngahiyang).

Babak pertama divisualisasikan oleh Cama Ria, Peristiwa tersebut digambarkan
dengan alur cerita mulai dari bawah berupa siluet para Ki Gede yang sedang berjalan
setelah pulang perang pada sebuah jalan panjang dan berakhir pada sebuah pohon

37

beringin besar dimana mereka beristirahat melepas lelah. Gayadekoratif diterapkan
dengan motif mega mendung sebagai ciri khas batik Cirebon. Siluet manusia
digambarkan sebagai sosok tokoh utama, sedang menghadap ke arah mukanuansa
warna gradasi putih, kuning dan hitam.Warna dalam karya adalah komposisi warna ciri
khas pesisir Cirebon. Secara keseluruhan akan memakai warna nuansa warna primer,
seperti biru, kuning, hijau, dan merah sebagai aksen.

Babak ke2 diilustrasikan oleh Niken Apriani adalah adegan ritual penting mitos Desa
Beringin ilustrasi ki Gede Serangin menancapkan golok bertuah Ki Bandawasa ke
tanah dan digambarkan bekas tancapan golok bandawasa dari tanah itu keluar air
yang melimpah ruah . Tempat mata air itu akhirnya menjadi sebuah sumur yang
disebut “sumur kedokan wungu”.Kedokan artinya telaga, Wungu artinya bangunan
(tangi – Bhs. Jawa), yaitu para Ki Gede bangun dari tidurnya.

Babak ke3 adalah visualisasi karya Ayoeningsih Dyah, bidang dibagi 3 bagian yaitu
bidang atas digambarkan sumur Kedokan Wungu mitos mahluk mistisbelut putih, ikan
gabus pitak, ikan lele yang hanya ada kepalanya dan duri serta ekornya saja (tanpa
ada dagingnya), dan kadang-kadang muncul bulus putih yang berasal dari Telaga
Remis Cikarang. Bagian tengah gambaran ritual bersejarah saatyaitu Ki Gede Srangin
beserta empat puluh Ki Gede pengikutnya pergi ke Kedongdong untuk membuat
batas tanahRajeg Kedongdong, yanghingga sekarang membatasi wilayah Kabupaten
Cirebon, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Indramayu. Bidang ke3 bagian
bawah adalah figur Ki Gede Srangin berpakaian warna kuning, symbol seseorang
yang dihormati menjadi legenda, yang membangun Desa Bringin. Warna dan konsep
estetik stilasi dekoratif tanpa prespektifdankomposisi warna primer yang kontras, ciri
khas warna pesisir Cirebon dan motif mega mendung Cirebon.

Babak keempat visualisasi karya Vera Gede Utami, ilustrasi dengan gaya stilasi dan
dekoratif tentang upacara ritual Ki Gede Bringin mengubur jimatnya yang bernama
golok bandawasa di kedongdong, tempat tersebut sekarang disebut Ki Buyut
Bandawasa, tempat sumur dan pendukuhan Desa Bringin.Vera membagi. bidang
dibagi 3 bagian bidang atas adalah gambar gerbang Bentar Desa Bringin bagian
tengah adalah hutan alas berawan ungu dan upacara ritual Ki gede Bringin mengubur
jimat ki Bandawasa. Warna yang digunakan warna-warna dasar primer, warna-warna

38

seperti merah, kuning, hijau, secara intensif digunakan karena merupakan perpa2n
warna harmonis dan berkesan sejuk.Sementara pada tokoh lebih dominan
menggunakan warna kuning sebagai ciri khas dari salah 1 warna budaya daerah
Cirebon.Seluruh ilustrasi Legenda Desa Beringin memiliki kesamaan Konsep dan
komposisi vertikal tanpa perspektif dengan warna cerah masa kini menjadi tampil
lebih modern.Gaya stilasi dekoratif dengan menampilkan kekayaan motif flora fauna
khas Cirebon yang biasanya diterapkan pada kain batik.

39

3
Asal-usul Desa Beringin

di Cirebon

40

Desa Bringin adalah salah satu desa dalam wilayah kecamatan Ciwaringin, kabupaten
daerah tingkat II Cirebon. Alkisah setelah Perang Kedongdong ada 40 orang Ki Gede
(Kesatryan) dalam perjalanan pulang, mereka beristirahat dan bernaung di bawah
pohon beringin yang rindang. Dalam kondisi lelah mereka tertidur dengan lelapnya.
Ketika terbangun, ada aura tanpa ujud yang mengatakan bahwa orang yang pertama
datang ketempai itu adalah Ki Gede Srangin yang kemudian di kenal dengan sebutan
Ki Gede Bringin.

Setelah terbangun ke empat puluh Ki Gede merasa haus dan ingin minum. Mereka
akan mencari air untuk minum namun dicegah oleh Ki Gede Srangin, kemudian ki
Gede Srangin menancapkan golok jimatnya yang bernama Bandawasa ke tanah. Dari
dari tanah tancapan golok bandawasa itu keluar air, yang mereka minum untuk
melepas dahaga. Tempat keluar air itu akhirnya menjadi sebuah sumur yang disebut
“sumur kedokan wungu” ( Kedokan artinya telaga dan Wungu artinya bangunan).

Sumur kedokan wungu terletak ± 100 meter di sebelah utara desa Bringin hingga
sekarang, di dalam sumur tersebut dulunya banyak terdapat belut putih, ikan gabus
pitak, ikan lele yang hanya ada kepalanya dan duri serta ekornya saja (tanpa ada
dagingnya), dan kadang-kadang muncul bulus putih yang diduga berasal dari Telaga
Remis Cikarang. Ke empat puluh Ki Gede, yang dipimpin Ki Gede Srangin beserta
kawan-kawannya pergi ke desa Kedongdong untuk membuat batas tanah. Batas
tanah tersebut akhirnya disebut Rajeg Kedongdong, yang sekarang membatasi
wilayah Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Indramayu.
Setelah itu Ki Gede Bringin mengubur jimatnya yang bernama golok Bandawasa di
Kedongdong, tempat tersebut sekarang disebut Ki Buyut Bandawasa. Kemudian ki
Gede Srangin kembali ke tempat Sumur Kedokan Wungu dan disana membangun
padukuhan. Padukuhan itu sekarang adalah Desa Bringin.

Babak pertama divisualisasikan oleh Cama Ria, Peristiwa tersebut digambarkan
dengan alur cerita mulai dari bawah berupa siluet para Ki Gede yang sedang berjalan
setelah pulang perang pada sebuah jalan panjang dan berakhir pada sebuah pohon
beringin besar dimana mereka beristirahat melepas lelah. Gaya dekoratif diterapkan
dengan motif mega mendung sebagai ciri khas batik Cirebon. Siluet manusia
digambarkan sebagai sosok tokoh utama, sedang menghadap ke arah muka nuansa

41

warna gradasi putih, kuning dan hitam. Warna dalam karya adalah komposisi warna
ciri khas pesisir Cirebon. Secara keseluruhan akan memakai warna nuansa warna
primer, seperti biru, kuning, hijau, dan merah sebagai aksen.

Babak ke-2 diilustrasikan oleh Niken Apriani adalah adegan ritual penting mitos Desa
Beringin ilustrasi ki Gede Serangin menancapkan golok bertuah Ki Bandawasa ke
tanah dan digambarkan bekas tancapan golok bandawasa dari tanah itu keluar air
yang melimpah ruah . Tempat mata air itu akhirnya menjadi sebuah sumur yang
disebut “sumur kedokan wungu”. Kedokan artinya telaga, Wungu artinya bangunan
(tangi – Bhs. Jawa), yaitu para Ki Gede bangun dari tidurnya.

Babak ke-3 adalah visualisasi karya Ayoeningsih Dyah, bidang dibagi 3 bagian yaitu
bidang atas digambarkan sumur Kedokan Wungu mitos mahluk mistisbelut putih, ikan
gabus pitak, ikan lele yang hanya ada kepalanya dan duri serta ekornya saja (tanpa
ada dagingnya), dan kadang-kadang muncul bulus putih yang berasal dari Telaga
Remis Cikarang. Bagian tengah gambaran ritual bersejarah saatyaitu Ki Gede Srangin
beserta empat puluh Ki Gede pengikutnya pergi ke Kedongdong untuk membuat
batas tanahRajeg Kedongdong, yanghingga sekarang membatasi wilayah Kabupaten
Cirebon, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Indramayu. Bidang ke3 bagian
bawah adalah figur Ki Gede Srangin berpakaian warna kuning, symbol seseorang
yang dihormati menjadi legenda, yang membangun Desa Beringin. Warna dan
konsep estetik stilasi dekoratif tanpa prespektif dan komposisi warna primer yang
kontras, ciri khas warna pesisir Cirebon dan motif mega mendung Cirebon.

Babak keempat visualisasi karya Vera Gede Utami, ilustrasi dengan gaya stilasi dan
dekoratif tentang upacara ritual Ki Gede Bringin mengubur jimatnya yang bernama
golok bandawasa di kedongdong, tempat tersebut sekarang disebut Ki Buyut
Bandawasa, tempat sumur dan pendukuhan Desa Bringin.Vera membagi. bidang
dibagi 3 bagian bidang atas adalah gambar gerbang Bentar Desa Bringin bagian
tengah adalah hutan alas berawan ungu dan upacara ritual Ki gede Bringin mengubur
jimat ki Bandawasa. Warna yang digunakan warna-warna dasar primer, warna-warna
seperti merah, kuning, hijau, secara intensif digunakan karena merupakan perpa2n
warna harmonis dan berkesan sejuk.Sementara pada tokoh lebih dominan
menggunakan warna kuning sebagai ciri khas dari salah 1 warna budaya daerah

42

Cirebon.Seluruh ilustrasi Legenda Desa Beringin memiliki kesamaan Konsep dan
komposisi vertikal tanpa perspektif dengan warna cerah masa kini menjadi tampil
lebih modern.Gaya stilasi dekoratif dengan menampilkan kekayaan motif flora fauna
khas Cirebon yang biasanya diterapkan pada kain batik.

43

4
Mitos Jawa Barat
Lutung Kasarung

44

Pada zaman dulu ada sebuah kerajaan di daerah Jawa Barat. Raja dan ratumua
memiliki 7 orang putri, yang 5 sudah menikah, kecuali putri tertua dan termuda
karena mereka adalah calon pengganti Raja. Raja harus segera menunjuk
penggantinya, akan tetapi putri tertua yang bernama Purbararang kurang disukai
rakyatnya karena mempunyai perangai kurang baik untuk menjadi pemimpin,
sedangkan putri bungsu, Purbasari dicintai semua orang.

Sang raja memilih Purbasari untuk memimpin kerajaan. Purbararang sangat ingin
menjadi penguasa kerajaan, bersama tunangannya Indrajaya, merencanakan cara
untuk mengusir Purbasari dari kerajaan. Purbasari diberi racun, yang menyebabkan
sekujur tubuh Purbasari dipenuhi ruam dan gatal. Termakan hasutan Purbararang, raja
akhirnya mengutus agar Purbasari diasingkan dan dengan sabar, Purbasari menerima
hukuman dan tinggal ditemani seorang patih kepercayaan raja di hutan larangan.

Kebaikan hati Purbasari menyebabkan hewan hutan menyayanginya. Di antara hewan
di hutan, Purbasari menemukan seekor monyet yang berperilaku seperti manusia
bernama Lutung Kasarung. Lutung Kasarung itu sebenarnya seorang pangeran yang
dihukum menjadi lutung para dewa kahyangan karena melakukan perbuatan tercela.
Mereka berdua menjadi sahabat dekat. Lutung Kasarung sangat menyayangi
Purbasari kemudian bertapa dan memohon pada dewa agar menyembuhkan penyakit
Purbasari. Dewa mengabulkan tapa Lutung dan memerintahkan Purbasari mandi
disebuah telaga yangb tiba-tiba muncul dihutan. Setelah mandi di telaga Purbasari
pun sembuh dari penyakitnya dan kembali ke wujud aslinya yang sangat cantik. Patih
kerajaan setelah melihat kondisi Purbasari membawa sang putri kembali ke kerajaan
dan Lutung Kasarung dibawa serta.

Kembalinya Purbasari ke kerajaan disambut gembira oleh rakyat, kecuali Purbararang.
Purbararang membujuk ayahnya untuk menggelar perlombaan menentukan siapa
yang berhak menduduki tahta kerajaan. Pertama, sang raja menggelar lomba
memasak. Purbararang dibantu oleh para pelayan istana, sedangkan Purbasari hanya
ditemani oleh Lutung. Saat Purbararang hampir selesai memasak, Lutung pun
memanggil para bidadari dari langit untuk membantu Purbasari, sehingga Purbasari
pun dapat menyelesaikan masakannya tepat waktu. Para juri juga memutuskan bahwa
masakan Purbasari lebih lezat daripada masakan Purbararang

45

Purbararang tidak dapat menerima keputusan juri, dan kembali merayu raja
menyelenggarakan lomba lain. Pada kali kedua, sang raja memerintahkan kedua putri
untuk menggerai rambutnya dan membandingkan rambut siapa rambut siapa yang
lebih panjang. Purbararang membuka gelungnya, sehingga rambutnya tergerai
hingga ke betis. Purbasari hampir putus asa karena rambutnya tidak sepanjang itu.
Sekali lagi, Lutung memohon kepada dewa agar membantu Purbasari. Saat Purbasari
membuka gelungnya, secara ajaib rambut indahnya terurai hingga menyentuh mata
kaki. Purbararang semakin marah harus menerima kekalahan itu. Ia bersikeras agar
sang raja memilih siapa di antara mereka berdua yang memiliki tunangan paling
tampan. Purbararang percaya diri, karena tidak ada pria di seluruh kerajaan yang
ketampanannya melebihi tunangannya, Indrajaya. Purbasari hendak menyerah karena
ia tidak memiliki tunangan.

Melihat ini, Lutung berdoa lebih keras lagi, memohon dengan sangat kepada para
dewa untuk mengampuni dosanya di masa lalu dan mengembalikannya ke wujud asli
sebagai manusia. Melihat kesungguhan doa Lutung, para dewa merasa trenyuh dan
mengabulkan doa si Lutung. Kemudian Lutung kasarung berubah dari seekor monyet
menjadi seorang pemuda yang sangat tampan bernama Guruminda, jelmaan para
dewa. Guruminda jauh lebih tampan daripada Indrajaya. Sang raja tidak lagi
menghiraukan Purbararang setelah itu segera mengumumkan bahwa Purbasari dan
Guruminda-lah yang akan menggantikannya sebagai pemimpin kerajaan dan tentu
saja direstui oleh rakyat.

Babak pertama divisualisasikan oleh Wida Widya Kusumah, gambaran 2 putri
Purbasari dan Purbararang mengisi bidang atas dan bidang bawah, gaya ilustratif
realis dengan warna cerah dan kontras. Ilustrasi Babak ke2 divisualisasikan oleh
Wanda Listiani ilustrasi dengan gaya kartun, di bidang atas digambarkan Lutung
Kasarung sedang semedi dan dibagian bawah bidang gambar digambarkan putri
Purbasari mandi di telaga dan Purbasari pun sembuh dari penyakitnya kembali ke
wujud aslinya yang sangat cantik.Babak ke3 divisualisasikan oleh Sri Sulatri, ilustrasi
lomba memasak antaraPurbararang yang dibantu oleh emban-emban istana
mengganggu Purbasari masak dengan Lutung, juga komposisi bagian atas vertikal
diisi dengan figur-figur perempuan gambaran para bidadari yang membantu
Purbasari dengan gaya kekinian. Babak ke empatMeyhawati Yuyu membuat ilustrasi

46

kontes Rambut panjang antara 2putri yg akhirnya dimenangkan jelmaan lutung.
Komposisi karya dengan gaya kartun dibidang atas diisi oleh gambaran lutung
kasarung. Bagian tengah sosok perempuan memakai kain tradisonal dan berambut
sangat panjang. Babak ke 5 ilustrasi dibuat oleh Ida Rustiana para dewa merasa
trenyuh dan mengabulkan doa si Lutung. Kemudian Lutung kasarung berubah dari
seekor monyet menjadi seorang pemuda yang sangat tampan bernama Guruminda,
jelmaan para dewa.Guruminda jauh lebih tampan daripada Indrajaya. Sang raja tidak
lagi menghiraukan Purbararang setelah itu segera mengumumkan bahwa Purbasari
dan Guruminda yang akan menggantikannya sebagai pemimpin kerajaan dan tentu
saja direstui oleh rakyat.

47


Click to View FlipBook Version