The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini berisi ulasan pameran yang diselenggarakan pada tanggal 27
Juli-4 Agustus 2018, dengan tema
Narasi Mithos dan Legenda Indonesia
dalam Ekpresi Batik Tamarin
terinspirasi dari sejumlah karya Lukisan
Basoeki Abdullah dari kisah mitos dan
legenda, seperti Nyi Roro Kidul, Gatut
Kaca dan Antasena, Barong Bali, Jaka
Tarub dan lainnya.. Pameran dibuka oleh Bapak Gubernur DKI Jakarta.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Ariesa Pandanwangi, 2020-03-18 01:38:35

NARASI MITOS DAN LEGENDA INDONESIA

Buku ini berisi ulasan pameran yang diselenggarakan pada tanggal 27
Juli-4 Agustus 2018, dengan tema
Narasi Mithos dan Legenda Indonesia
dalam Ekpresi Batik Tamarin
terinspirasi dari sejumlah karya Lukisan
Basoeki Abdullah dari kisah mitos dan
legenda, seperti Nyi Roro Kidul, Gatut
Kaca dan Antasena, Barong Bali, Jaka
Tarub dan lainnya.. Pameran dibuka oleh Bapak Gubernur DKI Jakarta.

Keywords: Mitos dan legenda Indonesia,Komunitas 22 Ibu,Museum Basoeki Abdullah Jakarta

5
Mitos Nyi Roro Kidul

di Pulau Jawa

48

Legenda Kanjeng Ratu Kidul dan Nyai Roro Kidul dalam ceritanya memuat Konsep
Filosofis negara Maritim dan pengetahuan perbintangan/astronomi yang
diekspresikan dalam gerakan Tari Bedhaya Ketawang. Ada kepercayaan di wilayah
kerajaan Surakarta dan Yogyakarta. Tokoh mitos ini sering digambarkan sebagai
wanita cantik luar biasa, seorang penguasa atau Ratu yang berbusana warna hijau
lengkap dengan hiasan kepala mirip mahkota dari emas.

Digambarkan mengendarai kereta kencana yang megah dengan ukiran bergambar
naga. Kedudukan Nyai Roro Kidul sebagai Ratu-Lelembut tanah Jawa menjadi motif
populer dalam cerita rakyat dan mitologi, selain juga dihubungkan dengan kecantikan
putri-putri Sunda dan Jawa. Mitos Historis bahwa tiap raja Jawa (Hamengkubuwono
dan Pakubuwono) harus menikah dgn Kanjeng ratu Kidul. Dalam perkembangannya
sampai sekarang ini Tari Bedhaya Ketawang masih tetap dipertunjukkan saat
penobatan dan upacara peringatan kenaikan tahta Sunan Surakarta.

Ratu ( penguasa) samudra Hindia yang amat cantik ini sering dikaitkan dengan
larangan mengenakan baju berwarna hijau di pantai Selatan. Kepercayaan lokal jika
mengenakan pakaian berwarna hijau akan membuat pemakainya tertimpa kesialan,
karena hijau adalah warna kesukaannya, karenanya tidak boleh ada yang memakai
warna tersebut di sepanjang pantai selatan Jawa Secara logika, alasan tersebut
muncul karena air laut pada daerah pantai selatan warnanya cenderung kehijauan
sehingga korban tenggelam yang mengenakan pakaian hijau akan sulit ditemukan.

Sedangkan cerita Nyi Roro Kidul adalah cerita seorang putri Kerajaan Sunda yang
terusir dari istana karena ulah ibu tirinya. Ibu tiri Ratu Dewi Mutiara ingin anaknya
menjadi raja, kemudian mengirim guna-guna sehingga Dewi Kandita menjadi sakit
disekujur tubuh dan wajah penuh dengan bisul-bisul. Ratu Dewi mutiara
memintakepada raja agar mengasingkan puterinya karena penyakitnya dianggap akan
mendatangkan kesialan bagi seluruh negeri. Raja tidak menginginkan puterinya
menjadi gunjingan di seluruh negeri, ia terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara untuk
mengirim putrinya keluar dari negeri mereka. Dewi Kandita pergi berkelana dan
memohon petunjuk agar Sanghyang Kersa mendampinginya sampai ia tiba dipantai
Samudera Selatan, disana suara gaib menyuruhnya agar terjun ke dalaman Laut
Selatan. Konon air laut Samudera Selatan melenyapkan bisul disekujur tubuhnya,

49

mengembalikan kecantikan Dewi Kandita. Atas kuasa Sanghyang Kersa Dewi Kandita
diberi kekuasaan atas Samudera Selatan dan menjadi tokoh mitos yang dikenal
dengan sebutan Nyai Roro Kidul Ratu pantai Selatan yang hidup abadi. Kawasan
Pantai Palabuhan Ratu, pantai Parang Tritis hingga kepesisir jawa Timur secara khusus
dikaitkan dengan legenda ini sampai sekarang.

Gambar Ilustrasi Pertama divisualisasikan oleh Arleti Apin, adalah interpretasi mitologi
Jawa, Kanjeng Ratu Kidul merupakan ciptaan dari Dewa Kaping Telu yang mengisi
alam kehidupan sebagai Dewi Padi (Dewi Sri) dan dewi alam yang lain. Komposisi
vertikal dibagian atas ada gambaran wajah perempuan berwarna kuning kehijauan
yang disederhanakan dengan rambut panjang terurai yang diposisikan dibagian kanan
bidang dihiasi tanaman seperti padi-padian dan beragam tumbuh-tumbuhan
membentuk seperti pesisir pantai mungkin gambaran laut Kidul Jawa.Bidang tengah
kebawah memanjang mulai dari batas wajah kebatas bidang bawah berwarna biru
gambaran lautan luas.Sedangkan bidang bagian kiri atas kebawah bentuk abstrak
dekoratif berwarna keunguan.

Ilustrasi ke2 divisualisasikan oleh Yustine, dengan gaya ilustratif semi realis sosok figur
wanita cantik berpakaian warna hijau sebagai pakaian sederhana Nyi Roro Kidul.
Karena itu pakaian berwarna hijau merupakan larangan bagi siapapun yang berenang
dipantai laut Jawa.Sosok perempuan itu bermahkota dan berdiri diatas ombak lautan,
latar belakang daratan dan karang, diufuk langit berwarna coklat digambarkan pula
matahari yang berwarna jingga kemerahan.

Ilustrasi ke 3 dibuat oleh Arleti Apin, gambaran seorang sosok perempuan dengan
atribut-atribut alam sebagai symbol-simbol masyarakat. Dalam legenda Nyai Roro
Kidul ini tersirat pengetahuan mengenai kemaritiman dan pengetahuan perbintangan
atau astronomi. Pola gerakan tari bedhaya Ketawang berhubungan dengan astronomi,
yaitu mengikuti pola perbintangan(rasi bintang) yang dikenal dan dianut masyarakat
Jawa untuk keperluan sehari-hari (menentukan musim, bertani, dan sebagainya).
Beberapa pola rasi bintang yang digunakan adalah gubug penceng danwaluku. Pola
bedhaya Semang dalam tari dan kostum menggambarkan pola strategi perang dan
berkesan tegas. Ilustrasi babak ke empat divisualisasikan oleh Rina Mariana,
gambaran seorang perempuan dengan pakaian kebesaran dan segala Atribut seorang

50

ratu Sunda Jawa, merupakan interpretasi perupanya mengenai Ratu Penguasa Laut
Kidul. Komposisi warna hitam sebagai latar dunia gaib dan simbol kekuasaan
memakai mahkota, melati putih, selendang merah kelembutan ibu pertiwi Ratu
legendaris yang terkenal cantik dan bijak, akan tetapi misterius menguasai sepanjang
pantai Pulau Jawa dari Barat ke Timur.


51

6
Legenda Pulau Jawa

Jaka Tarub

52

Disuatu desa di wilayah Jawa tengah, hiduplah seorang perempuan yang biasa
dipanggil Mbok Randa, dia mempunyai anak angkat bernama Jaka Tarub yang telah
tumbuh menjadi seorang pemuda dewasa yang tampan dan sangat senang berburu.
Jaka Tarub juga selain gagah berani memiliki kesaktian.

Dengan keberaniannya itu ia sering bulak-balik ke hutan yang ada di gunung Keramat
untuk berburu dan disana terdapat telaga yang sangat indah. Suatu hari ketika dia
berburu seperti biasanya, dia mendengar suara wanita samar-samar karena ditelan
dedauanan, karena penasaran Jaka Tarub mencari sumber suara itu. Jaka Tarub
melihat 7 orang gadis cantik yang sedang mandi di telaga, hampir bersamaan dengan
itu, dia juga melihat beberapa lembar selendang yang tergeletak dipinggir telaga,
kemudian Jaka Tarub mengambil salah satunya.

Ketika para gadis yang ternyata bidadari itu hendak kembali ke khayangan, salah
seorang dari 7 bidadari tidak menemukan selendangnya, tapi keenam bidadari lain
tidak dapat berbuat apa-apa. Melihat hal tersebut Jaka Tarub mendekati sang
bidadari yang tertinggal itu bernama Dewi Nawang Wulan itu. Dewi Nawang Wulan
terpaksa harus menceritakan semuanya pada jaka tarub, karena tidak punya pilihan
lain Nawang Wulan ikut ke rumah Jaka Tarub. Hari berganti hari, akhirnya mereka
menikah dan mempunyai anak.

Dewi Nawang Wulan adalah seorang bidadari sehingga dia mempunyai kelebihan,
salah satunya adalah dapat membuat sebakul nasi hanya dari satu butir padi, asalkan
tidak ada yang mengetahui hal itu, itulah sebabnya Dewi Nawang Wulan melarang
suaminya untuk membuka tanakan nasinya, namun Jaka Tarub tidak sanggup
menahan rasa penasarannya, dia membuka tanakan nasi itu dan sangat terkejut
karena hanya ada satu butir padi di dalamnya. Jaka Tarub menanyakan perihal itu ke
isterinya, ketika itu pula Dewi Nawang Wulan kehilangan kesaktian. Karena telah
sepenuhnya menjadi manusia biasa, Dewi Nawang Wulan pun harus bekerja keras
memenuhi kebutuhan sehari-hari ,harus menumbuk padi, dan mengambil padi
dilumbung.

Semakin lama, padi dilumbung semakin berkurang. Sampai suatu hari, ketika Dewi
Nawang Wulan ingin mengambil padi,dia menemukan selendangnya terselip diantara

53

butir-butir padi. Dewi Nawang Wulan merasa sedih sekaligus gembira, dia senang
karena mengetahui dia akan segera berkumpul bersama teman-temannya, dia sedih
karena harus berpisah dengan keluarganya, tapi tak ada pilihan lain,dia harus
meninggalkan Jaka Tarub. Jaka Tarub menyadari bahwa Nawang Wulan pada
akhirnya menemukan kembali selendang milinya dan berubah kembali menjadi
bidadari. Sesaat sebelum kembali ke khayangan Nawang Wulan berpesan agar
suaminya merawat Nawangsih dan berjanji akan menengok dihari hari tertentu.

Setelah itu Jaka Tarub menjadi pemuka desa dan memiliki gelar Ki Ageng Tarub. Ia
bersahabat dengan Raja Majapahit yaitu Brawijaya. Kelak putra Brawijaya yang
bergelar Lembu Peteng menikah dengan Nawangsih putri Jaka Tarub. Lembu Peteng
dan putri Nawangsih melahirkan seorang putra yaitu Ki Getas Pandawa yang
kemudian menurunkan raja-raja besar di Jawa salah satunya yaitu Panembahan
Senapati yang menjadi legenda pendiri Kerajaan Mataram di Jawa.

Babak pertama divisualisasikan Oleh Siti Wardiyah, ilustrasi dibagi menjadi 2 bidang,
bidang atas digambarkan Jaka tarub sedang melihat 7 bidadari yang sedang mandi
ditelaga dikomposisi pada bidang bagian bawah. Siti Wardiyah memilih gaya kartun
dalam mengilustrasikan karyanya dengan komposisi warna kontras. Babak ke2
digambarkan oleh Dina Lestari, Ilustrasi yang digambarkan adalahkepergian para
bidadari kembali kekahyangan danNawangwulan tidak menemukan selendangnya
sehingga tidak bisa kembali ke kahyangan, pada bagian bawah bidang digambarkan
sosok pemuda Jaka tarub yang menyembunyikan selendang Nawang Wulan. Babak
ke 3diilustrasikan oleh Dina Fatimah dengan cara membagi bidang menjadi 3 bagian,
bagian atas dfibuat sebagai latar warna biru dan dekoratif stilasi daun dan bunga
merambat, bagian tengah ada figur perempuan dan laki-laki saling berpelukan bidang
bagian bawah dihiasi kembali dengan motif dekoratif stilasi dari tumbuhan, bunga
dan dedaunan. Komposisi warna adalah warna dominan biru dan nuansa kuning.

Nawangwulan bersedia menikahi Jaka Tarub yang berpura-pura menolongnya dan
kemudian mereka memiliki anak bernama Nawangsih. Babak ke empat ilustrasi
gambar dibuat oleh Almira Belinda AZ, Almira mengangkat penggambaran lumbung
sebagai ruang sacral dalam konsep ruang rumah Sunda, dan selendang sebagai
objek utama simbol dari Nawang Wulan. Penggambaran ilustrasi tidak realis dengan

54

gaya abstrak simbolik. Warna yang digunakan hanya warna putih, hitam (abu-abu),
dan merah yang sebenarnya pada tradisi Indonesia memiliki makna simbolik Tatar
Sunda.Selendang Nawangwulan dan obyek-obyek lainnya diabstraksi dan
disederhanakan menjadi sebuah bidang kotak datar yang berada dalam potongan
pintu masuk lumbung.Babak kelima ilustrasi dibuat oleh Gilang Cempaka yang
menggambarkan kepulangan Nawang Wulan ke kahyangan, Jaka Tarub yang sedang
menggendong anak mereka yang masih bayi. Gilang merancang penggambaran
ilustratif dengan gaya realis imajinatif bidadari terbang kekahyangan, komposisi warna
yang sangat kaya dan beragam. Setiap ilustrasi dalam cerita Jaka tarub memiliki gaya
yang beragam meskipun memiliki kesamaan konsep dan komposisi vertikal tanpa
perspektif dengan warna cerah masa kini menjadi tampil lebih modern. Gaya stilasi
dekoratif dengan menampilkan kekayaan motif flora fauna khas Jawa jugagaya
abstrak simbolis magis yang biasanya diterapkan pada artefak-artefak seni rupa tradisi
budaya jawa.


55

7

Mitos Dari Pulau Bali
Barong Landung

56

Diceritakan pada masa Bali Kuno terdapat sebuah kerajaan besar, kaya makmur
bernama Kerajaan Balingkang. Kerajaan tersebut dipimpin oleh Raja yang bernama Sri
Jaya Pangus. Singkat cerita datanglah seorang pedagang dari Cina yang kaya raya
tertarik menjalin hubungan kerja sama dengan Raja Sri Jaya Pangus. Pedagang Cina
tersebut memiliki putri yang sangat cantik bernama Kang Ching Wei membuat Sri
Jaya Pangus jatuh cinta padanya dan akhirnya menikah. Perkawinan antara raja Sri
Jaya Pangus dari kerajaan Balingkang dengan Kang Ching Wei putri dari Cina
digambarkan sangat megah. Raja Sri Jaya memakai kostum kerajaan Balingkang dan
Kang Ching Wei memakai pakaian pengantin adat Cina.

Namun setelah bertahun-tahun menikah mereka tak kunjung memiliki anak, ini
membuat Sri Jaya Pangus mengalami kesedihan yang teramat dalam. Sri Jaya Pangus
memutuskan untuk berkelana ke hutan untuk mencari pencerahan, hingga sampai lah
beliau di danau yang terletak di kaki Gunung Batur. Disana beliau bertapa selama
beberapa tahun, Hingga penunggu danau Batur yang bernama Dewi Danu datang
menghampirinya. Melihat Dewi Danu yang cantik Raja Sri Jaya Pangus tergoda
akhirnya menikahinya dan kemudian dikaruniai seorang anak.

Di saat yang bersamaan, Kang Ching Wei amatlah gelisah, karena sang suami tak
kunjung pulang, dan dia pun memutuskan untuk mencari sang suami. Di tengah
perjalanan Kang Ching Wei berhadapan dengan pusaran angin yang
menghempaskanya ke danau tempat suaminya bertapa. Betapa terkejutnya dia
melihat suaminya bersama Dewi Danu, dan kecewa melihat Raja Sri Jaya Pangus telah
menikahi Dewi Danu. Terjadilah pertikaian antara Kang Ching Wei menyerang Dewi
Danu, akan tetapi Dewi Danu jauh lebih kuat dan sakti. Dengan kesaktian Dewi Danu
akhirnya Kang Ching Wei kalah, tak tega melihat istri pertamanya kesakitan, Raja Sri
Jaya Pangus berusaha untuk menolong Kang Ching Wei akhirnya Sri Jaya Pangus
melindunginya.

Hal tersebut menyebabkan Dewi Danu Murka dan akhirnya mengutuk Raja Sri Jaya
Pangus dan Kang Ching Wei menjadi arca. Menyadari kesalahan yang dibuat oleh
Dewi Danu, dia bersama anaknya pergi ke kerajaan. Di kerajaan dia menceritakan
semua yang telah terjadi dan mengatakan anak yang bersamanya adalah anak dari Sri
Jaya Pangus. Rakyat Balingkang pun akhirnya mengangkat anak itu sebagai penerus

57

kerajaan, dan untuk menghormati Raja dan Permaisurinya rakyat Balingkang
membangun sepasang arca atau barong, yang kemudian dikenal dengan Barong
Landung. Upacara dilakukan sekaligus penobatan anak laki-laki Raja Sri Jaya Pangus
dan Dewi Danu untuk menjadi pengganti Raja kerajaan Balingkang.

Babak pertama dari mitos ini diilustrasikan oleh Nia Kurniasih adalah gambaran
prosesi perkawinan raja Sri Jaya Pangus dari kerajaan Balingkang dengan Kang Ching
Wei putri dari saudagar Cina, yang sangat megah. Raja Sri Jaya memakai kostum
kerajaan Balingkang dan Kang Ching Wei memakai pakaian pengantin adat Cina
dengan latar belakang Pura dengan pemain gamelan, sedangkan pada bagian depan
gambaran penari dan barong. Gaya yang ditampilkan melalui penyederhanaan bentuk
menjadi semi realis, Kompisisi vertikal dengan susunan paling atas adalah obyek
terjauh, tengah dan bawah semakin kedepan sehingga terlihat seperti gambar
perspektifis.

Babak ke2 diilustrasikan oleh Febri Maharlika, melalui gayaabstraks dekoratif yang
memperlihatkan unsur-unsur rupa khas Bali. Gambar dibagi menjadi 3 babak narasi
dengan komposisi vertical; yaitu Gambaran pertama adalah pertemuan raja Sri Jaya
PangusdenganDewi Danu saat bertapa di danau Batur. Gambaran ke2 adalah saat
Kang Cing Wei istri Raja Sri Pangus berperang dan Kang Cing wei tidak mampu
melawan Dewi Danu. Selanjutnya Raja Sri Pangus melindungi Kang Cing Wei, yang
menyebabkan Dewi Danu marah sehingga mengutuk ke2nya menjadi arca batu.

Babak ke 3 diilustrasikan oleh Nina Fajriah, gaya dekoratif Bali direinterpretasi
kemudian gambaran Dewi Danu membawa Sri Jaya Pangus dibawa ke kerajaan
Balingkang dan Raja Sri Jaya Pangus dan Dewi Danu untuk menjadi pengganti Raja
kerajaan Balingkang. Latar belakang adalah gambaran patung arca yang dibangun
rakyat Balingkang untuk menghormati Raja dan Permaisurinya, yang kemudian dikenal
dengan Barong Landung.Komposisi vertikal dan pemilihan warna dominan kuning,
merah hitam simbolisasi warna yang mengandung falsafah kehidupan dan
kepercayaan di Bali.



58

8
Legenda
Roro Jonggrang

59

Roro Jonggrang merupakan mitos/legenda berdirinya sebuah candi megah di
tenggara gunung Merapi awal abad ke – 9. Candi dibangun oleh dinasti Sanjaya yang
menganut Hindu Tantrayana, ini dianggap salah satu puncak arsitektur masa Hindu
klasik awal.

Legenda ini diduga berkembang pada masa Mataram, berabad setelah candi
rampung. Berlatar belakang perseteruan dua kerajaan yang bertetangga, kerajaan
Pengging dan Boko Prambanan. Prabu Boko yang memerintah di Prambanan adalah
seorang raja yang sakti.

Ia mempunyai seorang puteri yang bernama Roro Jonggrang yang sangat cantik.
Berbatasan dengan kerajaan Boko ada sebuah kerajaan bernama Pengging. Pada
suatu hari raja Pengging ingin memperluas wilayah kerajaannya, maka ia mengutus
puteranya, Bandung Bondowoso memimpin pasukan menyerang kerajaan Prambanan.
Bandung Bondowoso berhasil mengalahkan pasukan Boko bahkan membunuh raja
Boko. Di tengah cerita pangeran kerajaan Pengging, Bandung Bondowoso pun
tinggal di istana Prambanan. Ia jatuh cinta kepada Roro Jonggrang dan meminta
gadis itu menjadi permaisurinya. Roro Jongrang tidak ingin menjadi isteri Bandung
Bondowoso yang telah membunuh ayahandanya. Ia mencari akal agar dapat menolak
pinangan pangeran Pengging itu dengan halus. Akhirnya ia menemui Bandung
Bondowoso dan berkata, “Aku mau menjadi isterimu, tetapi sebagai syaratnya
engkau harus membuat dua buah sumur dan seribu candi dalam waktu semalam.

Meskipun syarat yang diajukan Roro Jonggrang mustahil dipenuhi orang lain,
Bandung Bondowoso langsung menyanggupinya. Ia mengumpulkan makhluk-
makhluk halus yang menjadi anak buahnya dan mulai menggali sumur dan
membangun candi. Bandung Bondowoso mengerahkan pasukan gaibnya untuk
membangun 1000 candi di malam hari. Dalam sekejap, berkat kesaktian pasukan gaib,
ratusan candi dapat berdiri megah.
Roro Jonggrang mengamati dari kejauhan dengan cemas. Ia berpikir keras untuk
menemukan cara menggagalkan usaha Bandung Bondowoso.

60

Roro Jonggrang pun melakukan siasat terakhirnya, diperintahkannya semua rakyat
menumbuk lesung. Roro Jonggrang pun memanggil dayang-dayang agar
melemparkan selendang berwarna merah dan menyuruh mereka membakar jerami.
Api dari jerami yang dibakar membuat suasana menjadi terang dan suara tabuhan
lesung yang gaduh mengejutkan ayam ayam kemudian berkokok, makhluk-makhluk
halus yang sedang bekerja mengira hari sudah pagi. Hal tersebut menyebabkan
pasukan gaib segera meninggalkan candi – candi dan sumur yang belum genap 1000.

Kejadian tersebut diketahui oleh Bandung Bondowoso sehingga bangkitlah
kemarahannya dan kemudian mengutuk Roro Jonggrang menjadi Arca. Roro
Jonggrang berubah menjadi arca terindah untuk menggenapi candi yang berjumlah
999. Perwujudan sang putri yang dikutuk menjadi batu ini tetap dikenang sebagai
Lara Jonggrang yang juga berarti "gadis yang ramping". Ornamen yang ditampilkan
di sekitar patung Roro Jonggrang merupakan ornamen khas pada permukaan Candi
Prambanan.

Ornamen-ornamen tersebut didominasi oleh bentuk bunga dan garis-garis lengkung
yang anggun, selaras dengan kecantikan sang putri. Sampai sekarang Arca Roro
Jonggrang yang cantik dapat disaksikan di dalam ruangan candi utama di Prambanan.

Babak pertama divisualisasikan oleh Ulfa Septiana, gaya stilasi dekoratif dan
gabungan gaya kartun pada anatomi manusia. Simbolisasi 2 kerajaan di jawa tengah
yaitu kerajaan Ratu Baka dengan figure Roro Jonggrang dan Kerajaan Pengging
diwakili oleh figure Bandung Bondowoso. Latar belakang dihiasi dengan gambar
pemandangan sawah. Narasi visual babak ke2 diilustrasikan oleh Vidya Kharishma.
“Ketika langit memerah dan angin berteriak. Ketika perang akhirnya tidak akan
memenangkan ke2 belah pihak”. Ilustrasi memvisualisasikan pertempuran antara
Bandung Bondowoso yang berasal dari kerajaan Pengging dan Ratu Boko dari
kerajaan Prambanan. Dalam karya ini digambarkan pengenalan para tokoh dalam
legenda Roro Jongrang dengan penggambaran kerajaan Ratu Baka dan kerajaan
Pengging sebagai latar belakangnya. Pada adegan babak ke 3 Ratih Mahardika
mengilustrasikan pertemuan Bandung Bondowasa dengan Roro Jonggrang, saat itu
Bandung Bondowasa jatuh cinta melihat kecantikan Dewi Roro Jonggrang, namun

61

Roro Jonggrang menolak secara halus karena mengetahui bahwa Bandung
Bandawasa adalah orang yang telah membunuh ayahnya. Adegan dialog visual ketika
Roro jonggrang menolak secara halus mengajukan pesyaratan untuk dibuatkan seribu
candi dalam waktu 1 malam. Bandung Bandawasa menyanggupi persyaratan tersebut.
Babak ke empat diilustrasikan oleh Bayyinah N.H, gambaransaat Bandung
Bondowoso mengerahkan pasukan gaibnya untuk membangun 1000 candi di malam
hari. Dalam sekejap, berkat kesaktian pasukan gaib, ratusan candi dapat berdiri
megah. Loro Jonggrang pun melakukan siasat terakhirnya, diperintahkannya semua
rakyat menumbuk lesung. Lalu dilemparkannya selendang berwarna merah.
Sehingga ayam – ayam berkokok mengira hari sudah pagi. Hal tersebut membuat
pasukan gaib segera meninggalkan candi – candi yang belum genap 1000.

Babak kelima diilustrasikan oleh Yunita F.A.menggambarkan adegan klimaks terakhir
dari kisah roro jonggrang, yaitu ketika roro jonggrang telah berubah bentuk menjadi
patung karena dikutuk oleh Bandung Bondowoso. Roro Jonggrang berubah menjadi
arca terindah untuk menggenapi candi yang berjumlah 999.Arca sang putri dikenang
sebagai Lara Jonggrang yang juga berarti "gadis yang ramping". Ornamen yang
ditampilkan di sekitar gambar patung Roro Jonggrang merupakan ornament khas
yang terdapat pada permukaan Candi Prambanan. Ornamen-ornamen tersebut
didominasi oleh bentuk bunga dan garis-garis lengkung yang anggun, selaras dengan
kecantikan sang putri. Seluruh ilustrasi memiliki kesamaan Konsep dan komposisi
vertikal tanpa perspektif dengan warna cerah masa kini menjadi tampil lebih kini.
Gaya stilasi dekoratif dengan menampilkan kekayaan motif flora fauna khas Jawa yang
biasanya diterapkan pada kain batik.



62

9
Legenda
Jaka Tingkir

63

Nama asli Jaka Tinggir adalah Mas Karèbèt, putra Ki Kebo Kenanga, seorang Dalang
keluarga keraton pertunjukan wayang bersama dalang Ki Ageng Tingkir. Kedua ki
ageng ini adalah murid Syekh Siti Jenar. Setelah kedua orang tuanya meninggal Mas
Karebet menjadi anak angkat Nyai Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir). Mas
Karebet tumbuh menjadi pemuda yang gemar bertapa, dan dijuluki Jaka Tingkir.
Guru pertamanya adalah Sunan Kalijaga dan Ki Ageng Sela, selanjutnya Jaka Tingkir
mengabdi ke Demak.

Jaka Tingkir pandai menarik simpati raja Demak Trenggana sehingga ia diangkat
menjadi kepala prajurit Demak berpangkat lurah wiratamtama. Ketika Jaka Tingkir
bertugas menyeleksi penerimaan prajurit baru. Ada seorang pelamar bernama
Dadungawuk yang sombong. Jaka Tingkir menguji kesaktiannya dan Dadungawuk
tewas hanya dengan menggunakan Sadak Kinang (Tusuk Konde). Jaka Tingkir pun
dipecat dari ketentaraan dan diusir dari Demak.

Banyubiru adalah nama desa terpencil di suatu kota di Jawa Tengah. Alamnya sangat
indah dan tanahnya subur. Di desa itu tinggal seorang yang amat saleh dan bijaksana,
bernama Ki Buyut Banyubiru. Jaka Tingkir berguru kepada Banyubiru dengan tujuan
untuk mendapat ampunan dari Sultan Demak atas kesalahannya karena telah
membunuh Dadungawuk. Jaka Tingkir kemudian berguru pada Ki Ageng Banyubiru
atau Ki Kebo Kanigoro (kakak mendiang ayahnya). Setelah tamat berguru ia kembali
ke Demak bersama ketiga murid yang lain, yaitu Mas Manca, Mas Wila, dan Ki
Wuragil. Ketika Rombongan Jaka Tingkir menuju Demak dengan menyusuri Sungai
Kedung Srengenge menggunakan rakit, kawanan siluman buaya menyerang namun
dapat ditaklukkan.

Untuk mendapatkan kembali ampunan Sultan Demak, gurunya Banyubiru
memerintahkan Jaka Tingkir untuk menampakkan diri di hadapan Sultan Demak,
sebelumnya dia menerima segenggam tanah yang harus disumpalkan pada seekor
banteng yang akan dijumpainya dalam perjalanan menuju ibukota demak. Akhirnya
mereka tiba di tepi sungai dan segera memasuki hutan belantara. Tiba-tiba mereka
melihat seekor banteng ganas yang siap menyerang.

64

Jaka Tingkir segera memasukkan tanah yang diberikan oleh Ki Buyut Banyubaru ke
dalam mulut banteng. Seketika itu juga banteng mengamuk dan lari ke Alun-Alun
Prawata. itulah Peristiwa yang menghebohkan itu akhirnya didengar oleh Sultan
Demak. Beliau sangat cemas memikirkan keselamatan penduduknya. Tiba-tiba ia
melihat Jaka Tingkir yang sedang berdiri di pinggir alun-alun menyaksikan banteng
mengamuk itu. Raja meminta Jaka Tingkir bila dapat mengalahkan banteng itu, raja
bersedia mengampuni kesalahannya.
Singkat cerita terjadilah pertarungan yang seru antara banteng dan Jaka Tingkir. Jaka
Tingkir menghantam kepala banteng itu. Seketika kepala banteng itu pecah dan
tubuhnya roboh tak berdaya. Kemenangannya disambut dengan sorak-sorai
penduduk yang menyaksikan keberaniannya. Setelah berhasil memenangkan
pertarungan itu Jaka Tingkir kembali menghadap Sultan Demak.

Akhirnya Jaka Tingkir diangkat sebagai Lurah Prajurit Tamtama, karena selama
mengabdi perilakunya sangat baik dan bijaksana maka akhirnya Jaka Tingkir diangkat
menjadi menantu Sultan Demak yaitu Sultan Trenggono. Dengan persyaratan harus

1. Menaklukan para adipati dan Tumenggung serta para raja di bawah
kekuasaan Demak;

2. Mencari legitimasi atau pengakuan restu jajaran Wali Songo, mula-mula
Sunan Giri selanjutnya Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus, yang lain otomatis
akan merestui;

3. Jaka tingkir harus melakukan lobi lobi politik dengan para Adipati dan
Tumenggung

Setelah menjadi Sultan Hadiwidjaya beliau memindahkan Istana Kasultanan Demak
Bintoro ke Kasultanan Pajang dan mendeklarasikan dirinya sebagai penerus
Kasultanan Demak Bintoro yang menguasai setanah Jawa.

Ilustrasi babak pertama dan ke2 divisualisasikan Nina Irnawati di Banyubiru desa
terpencil di suatu kota di Jawa Tengah. Alamnya sangat indah dan tanahnya subur. Di
desa itu tinggal seorang saleh dan bijak, Ki Buyut Banyubiru. Jaka Tingkir berguru
kepada Banyubiru dengan tujuan untuk mendapat ampunan dari Sultan Demak.
Setiap hari Jaka Tingkir menerima berbagai ilmu untuk menambah kesaktian,dan
diminta untuk menampakkan diri di hadapan Sultan Demak, dan menerima

65

segenggam tanah. Babak ke3 divisualisdasikan oleh Dyah Limaningsih.Berangkatlah
Jaka Tingkir didampingi 3 teman dekatnya Ki Mas Manca, Ki Wuragil dan Ki Wila
menggunakan Getek (rakit). Mereka mengayuh rakit agar bisa cepat sampai ke
tujuan.Rakit yang dinaiki Jaka Tingkir bergerak sangat cepat.Jaka Tingkir bisa
menangkap isyarat, rakit yang mereka tumpangi digerakan oleh puluhan
buaya.Buaya-buaya tersebut adalah buaya silumana, rakit didorong hingga ke daratan.
Secepat kilat puluhan buaya menyerang, Ki Mas Manca dengan sigap menghadapi
serangan bersama Ki Wuragil dan Ki Wila. Sementara Jaka Tingkir dengan terjun ke
dalam sungai mencari Raja buaya.Ki Mas Manca dan kawan-kawan berhasil
menghabisi puluhan buaya, begitupun Jaka Tingkir berhasil menangkap raja buaya
dan melumpuhkannya. Akhirnya pasukan buaya mengawal Jaka Tingkir sampai ke
tujuan. Karena peristiwa tersebut tercipta tembang yang melegenda:

“Sigra milir sang gethek sinangga bajul,
Kawan dasa kang njageni,

Ing ngarsa miwah ing pungkur,
Tanapi ing kanan kering,

Sang ghetek lampahnya alon”

Babak ke empat divisualisasikan oleh Didit Atridia, gambaran Jaka Tingkirsaat
perjalanan menuju mataram bertemu seekor banteng yang mengamuk menyerang
area penduduk. Adegan ketika klimaks Sultan berjanji bila Jaka Tingkir mengalahkan
banteng itu maka kesalahannya akan diampuni dan secaraheroik Jaka Tingkir
mengalahkan banteng tanduknya dihantam kepalanya hingga banteng tersebut rubuh
tersungkur dan mati. Kemenangan dan keberanian Jaka Tingkir membawa hasil
dengan mendapatkan pengampunan dari Sultan Demak.Babak kelima divisualisasikan
oleh Endang Caturwati. Ilustrasi yang dipilih adalah Sultan Trenggono menikahkan
putri tunggalnya Raden Ayu Mas Cempaka dengan Jaka Tingkir, danJaka Tingkir
telah menjadi panglima. Jaka Tingkir dinobatkan menjadi Sultan. Bergelar Sultan
Hadiwidjaya dan mendeklarasikan dirinya sebagai penerus Kasultanan Demak Bintoro
yang menguasai setanah Jawa.

66

10
Asal-usul
Legenda Danau Toba

67

Legenda terjadinya danau Toba berasal dari Tanah Batak, sebuah legenda yang
menceritakan asal-muasal terbentuknya Danau Toba, mitos yang berkembang
merupakan wujud dari karakter masyarakat itu sendiri. Alkisah Toba, seorang pemuda
gagah tinggal di daerah lembah yang indah dan subur. Suatu hari Toba ingin
menangkap ikan di sungai, dan berhasil mendapat seekor ikan besar yang sangat
cantik dengan sisik berwarna keemasan, dengan gembira Toba membawanya pulang
untuk disantap di rumah.

Sore hari Toba mendapati ikan itu telah hilang dan menemukan kepingan emas diatas
meja. Selain itu muncul seorang gadis yang sangat cantik. Ternyata gadis itu adalah
jelmaan ikan yang ditangkap oleh Toba, dan kepingan emas tersebut adalah sisiknya
yang terlepas. Toba akhirnya meminang gadis itu untuk menjadi istrinya. Gadis
tersebut menerima pinangan Toba, dengan syarat agar Toba selalu menyembunyikan
asal-usulnya. Toba pun bersedia.

Waktupun berlalu, mereka hidup berbahagia, ditambah kelahiran seorang anak laki-
laki yang diberi nama Samosir. Samosir tumbuh menjadi anak yang lincah, aktif, dan
cerdas. Samosir sangat menyayangi ibunya, sehingga ia selalu menuruti perintah
ibunya. Suatu hari, ibu meminta Samosir untuk mengantarkan makanan kepada
ayahnya yang sedang bekerja di ladang. Samosir pun menuruti perintah ibunya. Akan
tetapi, Samosir yang sebelumnya bekerja membantu ibunya merasa lapar, maka
dimakanlah sebagian bekal untuk ayahnya. Sesampai di ladang Toba sangat terkejut
melihat bekal yang dibawakan istrinya telah berkurang. Rasa lapar yang melanda
menyebabkan Toba sangat marah, sehingga terucap kalimat mengumpat, “Dasar kau
anak ikan”. Sedemikian keras ucapannya, sehingga terdengar oleh ibu.

Terkejut, kecewa, marah berkecamuk dalam hati ibu, karena Toba telah melanggar
janji. Cepat dia bawa Samosir ke tempat tinggi, kemudian ia menengelamkan diri ke
dalam sungai. Terjadilah banjir besar yang menenggelamkan seluruh desa.
Terbentuklah sebuah danau yang kemudian dikenal sebagai Danau Toba. Sementara
Samosir berubah menjadi pulau kecil yang terletak di bagian tengah danau tersebut.

Ilustrasi babak terakhir ketika sang ibu merasa kecewa terhadap Toba yang telah
melanggar janji. Sosok ibu digambarkan sedang menangis, dan air matanya melebur

68

menjadi air bah yang mengalir deras. Menenggelamkan Toba yang diperlihatkan
sedang memarahi Samosir. Gambaran kasih sayang ibu untuk tetap menjaga dan
melindungi Samosir dari derasnya air bah. Kemudian dengan adanya seekor ikan dan
bunga teratai di sebelah Samosir. Gambar ikan pada bagian rambut ibu, menunjukkan
bahwa ibu adalah jelmaan ikan berwarna emas yang tinggal di sungai.

Babak pertama Zaenab A Shahab, ilustrasi sosokpria bernama Toba memperlihatkan
hasil tangkapan ikan bersisik emas, ternyata ikan mas itu adalah ikan jadi-jadian
sebenarnya adalah putri yang cantik. Latar belakang bidang gambaran Latar
pemandangan gunung dan danau toba .hutan dengan komposisi warna ceria dan dan
motif dekoratif flora fauna. Ilustrasi babak ke2karya Tjutju Wijaya gambaran tentang
laki-laki bernama Toba berhasil meminang gadis itu untuk menjadi istrinya. Gadis
tersebut menerima pinangan Toba, karya ke2 ini menggambarkan
sepasangpengantin putri ikan dengan toba, pasangan berpakaian Batak Toba.

Babak ke3Yully Ambarsih Ekawardhani , Mengacu pada legenda Danau Toba, ketika
Toba telah menikah dengan gadis cantik siluman ikan. Kehidupan bahagia dilengkapi
dengan kehadiran Samosir, si anak semata wayang. Samosir seringkali tidak menuruti
perkataan ibunya. Ketika diminta mengantar makanan untuk ayahnya, tidak segera
dilakukan. Sibuk bermain-main, bahkan dihabiskannya makanan untuk sang ayah.
Murka sang ayah sehingga mengingkari janji pada sang ibu. Pecahlah mantra yang
sebelumnya melindungi mereka. Samosir terdampar dan sang ayah tenggelam dalam
air yang menggelegak. Ketika berhenti jadilah ia Pulau Samosir, dikelilingi air Danau
Toba. Gambaran stilasi bentuk flora fauna gayadekoratif didominasi warna biru hijau
kuning merah ungu cerah, datar warna khas pesisiran Cirebon. Babak keempat
gambaran IGPA Mirah Rahmawati.Ilustrasi babak terakhir ketika sang ibu merasa
kecewa terhadap Toba yang telah melanggar janji. Sosok ibu digambarkan sedang
menangis, dan air matanya melebur menjadi air bah yang mengalir deras membentuk
danau. Menenggelamkan Toba yang diperlihatkan sedang memarahi
Samosir.Gambaran kasih sayang ibu untuk tetap menjaga dan melindungi Samosir
dari derasnya air bah.Kemudian dengan adanya seekor ikan dan bunga teratai di
sebelah Samosir.Gambar ikan pada bagian rambut ibu, menunjukkan bahwa ibu
adalah jelmaan ikan berwarna emas yang tinggal di sungai.

69

Simpulan

Bangsa Indonesia memiliki kekayaan kisah kisah Mitologidan Legenda dalam
kebudayaannya. Mulai dari Sabang sampai Merauke beragam cerita-cerita mengenai
tokoh mitologi dan kisah kisah klasik yang melegenda di tiap daerahnya. Legenda
atau mitosIndonesia seringkali memiliki persamaan dan perbedaan, pembedanya
adalah latar belakang lingkungan geografi dan ke-khas-an
budayamasyarakatpenciptanya masing-masing. Mitos diwariskan secara turun
temurun (tradition) sehingga merupakan hal yang penting bagi masyarakat yang
masih berfikir tradisional dan menjadi salah 1 bagian dari pola kehidupannya. Hal
tersebut terefleksikan dalam perilaku masayarakatnya bahkan dalam tatanan
bernegara, disesuaikan dengan peraturan atau kearifan lokal (local wisdom)
diterapkan oleh leluhur masyarakat tersebut secara turun temurun (regeneration).

Masyarakat Indonesia masih ada yang meyakini tokoh-tokoh legenda dan mitologi
keberkelanjutannya sampai sekarang, terutama di daerah pedalaman, dan bahkan
banyak menginspirasi seniman yang kemudian memaknai dan menginterpretasi ulang
menjadi kreasi karya seni. Mitos dan Legenda di Indonesia seringkali dikaitkan
dengan hal spiritualitas kegaiban dan mistis. Hal ini kemungkinan besar karena
bangsa Indonesia dibesarkan oleh mitologi yang direalisasikan terus menerus dalam
cara lisan, tulisan maupun artefak yang tersebar hampir diseluruh wilayah kepulauan
Indonesia (Nusantara), sehingga eksistensi mitos menjadi hal yang fundamental dalam
mengatur sendi-sendi kehidupan sosial masyarakatnya, khususnya pada masa
kerajaan.Secara universal gejala meng-eksis-kan tokoh mitos atau tokoh legenda ada
dalam masyarakat memang terjadi hampir diberbagai belahan dunia, agar
meyakinkan dikaitkanlah seorang tokoh ideal dalam cerita tersebut, jadilah tokoh ideal
itu Legenda/Mitos.

Citra Mitos dan Legenda pada suatu wilayah perlahan berubah karena proses
modernisasi. Mitos dan legenda kelahiran 1 wilayah pemukiman yang dulunya
dianggap peristiwa sakral, semakin terlupakan karena perubahan zaman dan arus
teknologi informasi yang membawa tokoh-tokoh hero/pahlawan baru dan asing

70

mengantikan mitos-mitos lokal. Ajaran dan filsafat yang dimuat dalam mitos-
mitoslokal itu semakin tidak dipahami apalagi bagi anak-anak dan generasi muda
masa kini. Perihal ini yang memicu tema Mitos dan Legenda Indonesia dijadikan
fokus pameran Komunitas22Ibu di Museum Basuki Abdullah selain itu tema mitos ini
terinspirasi karakter dan tema-tema cerita Mitologi dari sejumlah karya Lukisan Basuki
Abdullah. Tema ini tentu sangat luas cakupannya sehingga dibatasi dan dipilih hanya
10 mitos dan legenda yang cukup akrab. Tema cerita cenderung mengingatkan
romantisme masa laludariberagam mitos dan legendaris, gambaran matahari yang
terbit dan terbenam, wilayah rimba raya dan pantai yang misterius, romantik-spiritual-
mistis dan kegaiban peradaban Indonesia.

Museum Basuki Abdullah dan Komunitas Perempuan Pendidik Seni Indonesia
menggelar pameran dengan tema “Narasi Visual : Ilustrasi Mithos dan Legenda
Indonesia dalam Ekspresi Batik Tamarin”.Pameran ini mencoba
menawarkankhususnya menginterpretasi ulang mengenai Mitos dan Legenda, melalui
berbagai interpretasi visual dan secara kultural, sesuai dengan imajinasi perupa, upaya
mengingat dan menyajikannya dalam lukisan bergaya naratif ilustratif kepada
khalayak pencita seni. Diharapkan karya-karya pada pameran ini bisa menjadi salah
1ajang proses pembelajaran yang menarik untuk mengenal kembali mitos dan
legenda yang semakin terlupakan tergerus oleh arus modernisasi. Perupa merespon
betapa kini pesona-pesona mithos dan Legenda yang berubah fungsi dan
pemaknaannya, dari hal yang gaib, mistis dan spiritualitas Ke-Tuhanan secara alami
akrabdengan nilai-nilaikemanusiaandan nilai-nilaikehidupan, kemudian bergeser
menjadi lebih akrab dengan hal-hal bersifat profane, materialis, karenaderasnya arus
modernisasi informasi media sosial.

Gaya naratif ilustratif juga menjadi salah 1 pilihan seniman Basoeki Abdullah dalam
karya lukisan mitos dan legenda.Pada karya perupa perempuan dari komunitas 22ibu
tampaknya jejak-jejak itu masih sangat kuat mempengaruhi wujud karya sejumlah
perupa, meskipun tidak bergaya sangat naturalistik seperti lukisan Basoeki Abdullah.
Persamaan yang divisualisasikan oleh para perupa perempuan ini adalah gaya ilustrasi
yang bercerita (naratif ilustratif), meskipun ada beberapa yang berusaha melepaskan
diri dan mencari keunikan untuk bergaya simbolik dengan mencoba mencari esensi
dari mitos/legenda melalui abstraksi dan penyederhanaan bentuk, stilasi, deformatif,

71

dekoratif. Gaya Naratif Ilustratif pada artefak dan karya seni rupa Indonesia
merupakan karakter khas bahkan selalu ada pada setiap periode mainstream di
Indonesia hingga masa modernisme dan kontemporer sekarang. Representasi visual
yang cukup unik dari karya ilustrasi ini adalah menggunakan teknik batik yang
disederhanakan dengan menggunakan perintang warna dari tepung Tamarin (tepung
biji asam). Tehnik Lilin dingin Tamarin tidak mempergunakan canting alat untuk
menorehkan perintang pada kain.Teknik membuat batik dengan tepung tamarin ini
perlu dikembangkan dengan tujuan agar proses membuat batik yang selama ini
dianggap tehnik yang sulit, dapat dilakukan dengan teknik yang lebih sederhana,
tanpa menghilangkan esensi dari batik itu sendiri, diharapkan teknik ini dapat
dipelajari dengan mudah oleh siapapun yang tertarik, bahkan untuk anak usia dini.
Keistimewaan laindari teknikbatik ini tidak berbahaya sehingga sangat aman sesuai
dengan konsep Gogreen masa kini.























72

VII
DATA PERUPA

73

Almira Belinda Zainsjah Ariesa Pandanwangi

Almira Belinda Zainsjah, lahir di Bandung, 8 Ariesa Pandanwangi, lahir, sekolah, lulus S3
Juli 1991. Menempuh pendidikan sarjana di FSRD ITB dan saat ini bekerja sebagai
Program Studi Seni Rupa FSRD ITB dosen, di Fakultas Seni Rupa dan Desain
angkatan 2009 dengan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha. Aktif meneliti,
kekaryaan berupa lukisan dengan tema ‘In pengabdian pada masyarakat, pameran
Harmonia’ dan menuntaskan Program karya seni, juga mensinergikan energi kreatif
Magister Jalur Teori dan Sejarah Seni FSRD perempuan Indonesia melalui komunitas 22
ITB pada tahun 2016 dengan judul ibu. Selain itu travelling ke pelosok
penelitian ‘Kajian Simbol Arketipal pada Indonesia juga ke beberapa Negara
Karya Rupa Ay Tjoe Christine’. Co-Founder bersama teman dan keluarga. Ariesa, juga
dan CEO QuestionArtes (Event Organizer seorang aktivis pelayanan sosial dan
untuk pameran seni dan desain) anggota Lions Club di Distrik 307B2 di
Indonesia. Saat ini dipercaya oleh Lions
Club International untuk menjadi Guiding
Lion hingga tahun 2020. Sekalipun jadwal di
kantor padat, tetapi hang out dan kumpul-
kumpul sambil selfie adalah moment yang
tak terlupakan. Fun, relax, and enjoy.

74

Arleti Mochtar Apin Atridia Wilastrina

Pendidikan desain Tekstil S1 dan S2 dari ITB Didit Atridia, dosen FSRD Universitas
2001. Mulai mengajar desain Tekstil dari th Trisakti jurusan desa Interior.Lulus S1
1992 ( STISI hingga sekarang di ITHB di tahun 1988 dari Universitas Trisakti. Tahun
bidang DKV. Kegiatan sosial dalam bidang 2000 mendirikan perusahaan konsultan
pendidikan,budaya dan sejarah di interior bersama 2 rekan dari Trisakti
Bumidega. Juga menjadi peneliti dan dengan bendera perusahaan PT Karisma
pengamat budaya secara mandiri.2017 Ornamen Raras Arte Linea ( PT KORAL).
Pameran Sejarah Kemendikbud , Galeri Mengerjakan proyek proyek seperti rumah
Nasional Jakarta, Pameran Pahlawan tinggal, apartemen, rumah sakit, kantor dll.
Perempuan Indonesia, Galeri Medco Jakarta, Tahun 2000 sampai sekarang mengajar
Pameran 22 Ibu ,The Power of Silence, sebagai dosen di Trisakti. Tahun 2010
Galeri Equilibrium Bandung, Pameran melanjutkan S2 di Universitas risakti lulus
Mahasiswa dan Dosen ITHB, PVJ Bandung, tahun 2012. Tahun 2011 mengajar juga di
Pameran Internasional,Batik Tamarin New Universitas Bina Nusantara (Binus) sampai
Delhi Galery, India, Pameran Internasional sekarang. Selain mengajar juga aktif di
Batik Tamarin Aligarh Muslim University bidang seni dan budaya dibawah
Galery, India, 2016 Pameran 22 Ibu; Lelakiku, Lembaga Budaya Trisakti. Sebagai dosen
Galeri YPK, Bandung, Pameran Kartini , juga mengikuti berbagai macam kegiatan
Galeri Taman Budaya Bandung, Pameran akademis seperti penelitian, Pengabdian
International Asean Fine Art Exhibition UPI kepada Masyarakat, dan seminar.
Bandung, Pameran Mahasiswa dan Dosen
ITHB, 2015 Pameran bersama siswa kelas
kreatif, Bumidega, Bandung.

75

Ayoeningsih Dyah W Bayyinah Nurrul Haq

Ayoeningsih Dyah, Dosen Prodi DKV Terlahir di Bandung tanggal 25 Juni 1979
dengan nama Bayyinah Nurrul Haq, saat ini
Universitas Paramadina. Setelah lulus S1 bekerja sebagai tenaga pengajar di
Universitas Trilogi, latar pendidikan S1
dan S2 di FSRD ITB dengan beasiswa dari Desain Produk FSRD ITB lulus tahun 2002,
Ford Foundation dengan predikat Cum selama 6 tahun bekerja di beberapa
perusahaan swasta, tahun 2008 bersama
Laude, aktif dalam kegiatan pengabdian seorang teman arsitek mengerjakan
masyarakat, penelitian, pemakalah dalam beberapa proyek desain interior di Bandung.
Tahun 2011 melanjutkan pendidikan ke S2
seminar nasional & internasional, dan Universitas Penidikan Indonesia (UPI) jurusan
pameran seni rupa. Tahun 2017:Pameran Magister Pendidikan Seni. Mulai tahun 2014
saya bergabung dengan Universitas Trilogi
Ibu Bumi & Pahlawan Perempuan Indonesia, di Program Studi Desain Produk.
Galery Mezanin, The Energy Building, Pengalaman pameran seni rupa pertama
kalinya setelah bergabung dengan dengan
Medco SCBD Jakarta, Pameran Sejarah komunitas 22 ibu di akhir tahun 2017.
“Visualisasi Pahlawan perempuan dan Pameran pertama yang diikutinya Desember
2017 di Galeri Equilibrium - Bandung
Tokoh Nasional Perempuan Inspiratif”, bertajuk “The Power of Silence”, dengan
Galeri Nasional, Jakarta, “Indonesian Batik judul karya “not Mute.

Tamarin on Silk” Gallery of Indira Gandhi
National Centre for the Arts, (IGNCA), New

Delhi, KBRI Indonesia New Delhi.

2016 :Participation to Art Work Contribution
to the 2016 Unesco International Arts

Education Week IANEA, INSEA, UNESCO,
USA, Pameran “ Zona 2 Jawa Barat”, Taman

Budaya, Bandung. Pameran “Pandora , Sex,
Woman and the City”, Gramedia Group,

Galeri Bentara Budaya, Jakarta.
2015:Pameran “Portis Tertia Mundi', Griya

seni Popo Iskandar, Bandung,Pameran #21
“Spirit of Woman” , Galeri Nurcholis Majid ,

Universitas Paramadina.

76

Belinda Sukapura Dewi Cama Juli Ria

Belinda lulus dari jurusan Seni Rupa, Cama Juli Rianingrum, Dosen FSRD
Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Universitas Trisakti. S1 (1987 - 1993) Desain
Teknologi Bandung (ITB) meraih gelar Interior FSRD Universitas Trisakti. Program
sarjana dan master. Dia mengambil jurusan Master ilmu Sosiologi di Universitas
melukis dan melukis secara aktif sampai Indonesia. 2015 lulus Program Doktor di
sekarang, dan berpameran di dalam dan FSRD ITB. Setelah lulus S1 tahun 1993-1995
luar negeri. Selain melukis, Belinda bekerja pada beberapa kantor konsultan
berpartisipasi dalam seminar, dan Interior. Sejak tahun 1995 sampai sekarang
melakukan penelitian seni. Dia juga sebagai dosen di FSRD universitas Trisakti
berpartisipasi dan mengatur beberapa pada Program Studi Desain Interior, dan
kegiatan sosial dengan fakultasnya. Saat ini, pernah menjabat berbagai jabatan stuktural
beliau mengajar di jurusan Seni Rupa, yang terakhir sebagai Wakil Dekan IV.
Fakultas Seni Rupa dan Desain di Disamping sebagai dosen juga bekerja
Universitas Kristen Maranatha dan freelance untuk menerima proyek interior.
berpartisipasi aktif dalam pameran dengan sebagai dosen, selain mengajar juga aktif
kelompoknya 22 Ibu ( kelompok yang terdiri dalam berbagai penelitian, pengabdian
dari guru seni rupa dan dosen). masyarakat, menulis pada jurnal nasional
dan internasional, dan pemakalah maupun
partisipan berbagai seminar. Tahun 2013
mengikuti pameran pada acara ICAD di
Kemang Hotel berupa karya produk
Standing Lamp.

77

Dina Fatimah Dina Lestari

Lahir di Bukittinggi 11 Mei 1982, Lulusan dari Jurusan Seni Rupa Universitas
menempuh pendidikan S1 di ITB Program Negeri Jakarta dan Program Penciptaan
Studi Desain Interior dan S2 di ITB dengan Seni di Pascasarjana Institut Seni Indonesia
fokus bidang keilmuan Desain. Tahun 2008- (ISI) Yogyakarta. Berpengalaman mengajar
sekarang menjadi pengajar di Program Studi Seni Rupa, kerajinan dan Sinematografi di
Desain Interior Universitas Komputer beberapa sekolah ddan perguruan tinggi
Indonesia (UNIKOM). Selain mengajar juga seperti di Trinity International School,
aktif dalam mengerjakan proyek desain Nasional Montessori, Sancta Ursula, Kids
interior dan aktif dalam melakukan World, X-Kul TV, Jurusan Seni Rupa dan PG-
penelitian dengan kajian Nusantara serta Paud Universitas Negeri Jakarta. Saat ini
beberapa kali ikut serta dalam pameran berkonsentrasi berkarya, menjadi desainer
karya seni rupa. Pameran Narasi Mithos dan lepas dan mengajar tetap di Jurusan Desain
Legenda Indonesia adalah pameran karya Produk Universitas Agung Podomoro.
batik kedua yang diikuti dengan Pengalaman Pameran 3 Tahun terakhir:
menggunakan media lilin dengin dan “Pameran Bertukar Sapa, Bertukar Karya.”
tamarin. Harapannya adalah terciptanya Gudang Sarinah Ekosistem, Pancoran. 2017,
suatu karya yang inovatif dengan menggali “Pameran The Power of Silence”
akar budaya Nusantara. Equilibrium Gallery, Bandung. 2017,
“Pameran karya Mural untuk festival panen
raya (PARARA)” Lapangan Banteng Jakarta.
2015. “Pameran sang Subjek” Bentara
Budaya Bali. 2018, Pameran persahabatan
di Sekolah Indonesia di Tokyo 2018.
Sebagai dosen aktif melaksanakan kegiatan
penelitian, pengabdian dan juga sebagai
narasumber dalam berbagai pelatihan.

78

Dyah Limaningsih W Endang Caturwati

Menyelesaikan kuliah S2 di STSI jurusan Prof. Dr. Endang Caturwati, S.S.T.,M.S,
adalah Guru Besar Seni Pertunjukan
Kajian Seni, ASTI Bandung dan Fakultas Indonesia -Institut Seni Budaya Indonesia
(ISBI) Bandung. Lulusan Doktor Universitas
Pendidikan Universitas Pasundan. Mengajar Gadjah Mada, Ilmu Budaya Program Studi
Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Penelitian
Seni Rupa di SMP Slamet Riyadi dan SMP yang banyak dilakukan, adalah khusus
mengenai perkembangan Seni di Indonesia
Santa Maria sejak 1986. Mengajar di SMPN terutama dari perspektif Sosial Budaya,
pendidikan karakter berbasis kearifan lokal,
47 Bandung, tahun 2000 mutasi ke SMPN serta Seni Industri. Aktif di beberapa
Komunitas Seni, antara lain ‘Perempuan
20 Bandung sampai sekarang.Menata Pendidik Seni’, dan ‘Ajang Kreativitas Seni
Tradisi Indonesia’ dengan kegiatan
busana mulai dari kegiatan- kegiatan membina para guru seni dan masyarakat
pelaku seni, menyelenggarakan pertunjukan
Karang Taruna , Penata Busan a Studi Klub untuk anak berbakat, serta Festival dan
Pameran Seni. Karya Buku nya, antara lain
Teater Bandung, Sanggar Kita, Lingkung berjudul: Seni Pertunjukan Indonesia, Seni
Tradisional sebagai Tumpuan Kreativitas
Seni Unpas, ASTi, STSI Bergabung Seni, Ronggeng di Tatar Sunda, dan Seni
dalam Dilema Industri. Karya tarinya antara
dengan Ajang Kreasi Seni Hapsari sejak lain, tari Kariaan, Kelangan, Kembang Ligar,
Balebat, Drupadi, dan Patrem Sang Dewi
1980 sampai sekarang. Beabung dengan Sinta. Aktif berpameran di dalam dan luar
negeri.
Komunitas 22 Ibu mulai 2017.

PENGALAMAN PAMERANtahun 2017 "

PATREM DEWI SHINTA", Equllibrium,

Galery Art Bandung; “ NYI AGENG

SERANG, di Galeri Nasional, Jakarta.

79

Ety Sukaetini Febry Maharlika

Ety Sukaetini dilahirkan di Bandung pada Lahir di Singaraja pada tanggal 13 Februari
tanggal 26 Agustus 1966, anak ke 4 dari 8 1986. Sejak tahun 2010 menjadi pengajar di
bersaudara. Masuk ke k22i mulai dari tahun program studi desain interior Unikom.
2013 sampai sekarang. Pameran yang Menempuh pendidikan S1 program studi
pernah di ikuti mulai dari pameran nasional desain interior di UNIKOM dan S2 di Institut
dan internasional. Pengalaman Pameran Seni Budaya Indonesia (ISBI). Ketertarikan
Tahun 2017 “Indonesian Folks Moderen pada budaya tradisional Indonesia,
Batik” New Dhelhi India. 2016 “Pandora 2 difokuskan pada ragam hias Bali. Selama 3
Sex, Women, And The City” Bentara tahun terakhir aktif dalam pameran seni
Budaya Jakarta. 2015 “Pameran 21 Sprit Of rupa diantaranya Pameran Revolusi Mental
Women Univ Paramadina” Jakarta. dalam Spirit Kartini yang diadakan oleh
Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan (2016)dengan
judul karya “After 30”, International Visual
Art Exhibition Intercultural Academic
International Forum (IAIF 2017) – The World
of Innocence dengan judul karya “when
they’re asleep” dan Exhibition of Cultural
Heritage And Friendship Indonesia- Japan
(2018) dengan judul karya “Semar”.

80

Gilang Cempaka Ida Rustiana

Gilang Cempaka pengajar di Universitas Lahir dan tumbuh di Surabaya yang
Paramadina, program studi DKV, saat ini kemudian hijrah ke Bekasi Jawa Barat.
menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan formal sebagai lulusan Sastra
Rekayasa. Gilang aktif berpameran baik di Inggris FISIP Univ Airlangga. Dari sinilah
dalam dan di luar negeri, memberikan mulai mengenal dengan Karya seni dan
workshop menggambar dan membatik. kemanusiaan dalam wacana linguistik dan
Pengalaman pameran pada tahun 2017 kesusastraan. Kecintaan dunia seni
“Indonesian Folks Modern Batik”, Indira selanjutnya diwujudkan dalam bentuk usaha
Gandhi national Center of the Arts, New atau belajar menjadi pengusaha wanita
Delhi, dan di Aligargh Muslim University, dalam dunia Batik dan Craft dengan
Uttar Pradesh; “Pameran Pahlawan Dan mendirikan Galeri Soka, Batik & Craft. juga
Tokoh Perempuan Dalam Ekpresi Batik” aktif mengadakan pelatihan ketrampilan,
Galeri Nasional Jakarta. 2016 “Portis Tertia membatik ecogreen, dan lainnya. Partisipasi
Mundi” Galeri Seni Popo Iskandar; “Spirit ke dalam dunia seni lukis bukan karena saya
Kartini” Taman Budaya Dago Bandung; pandai melukis tapi sebagai bentuk expresi
“Lelakiku”, Gedung YPK Bandung. 2015 kecintaan terhadap keindahan seni budaya
“PANDORA” di Taman Budaya Tea Huis, asli Indonesia. Semoga dapat dinikmati dan
Bandung; “Pandora”, Taman Budaya Tea bermanfaat memberikan inspirasi bagi yg
Huis, Bandung, 22-30 Agustus 2015. lainnya. Pengalaman pameran 2017 di
Galeri Equilibrium Bandung, SogoMall
Malaysia, 2016 “Smesco; 2015 Iman
academy Houston Texas.

81

I.G.P.A Mirah R Luki Lutvia

I.G.P.A Mirah Rahmawati merupakan lulusan Lahir 55 tahun yang lalu di Bandung dan
S1 jurusan seni lukis Denpasar 2001 dan
melanjutkan S2 di kajian budaya Universitas menetap di Kota Kembang hingga sekarang,
Udayana, juga mengambil pendidikan
diploma bahasa inggris D1 di Universitas Lulusan FSRD ITB jurusan Desain Tekstil ini
Udayana. Mulai melukis sejak umur 12
tahun dan tergabung dalam sanggar muda setelah lulus sempat membuat usaha
seniwati art by woman di ubud Bali.
Berpameran sejak usia 12 tahun di dalam memproduksi tekstil untuk house hold
maupun di luar negeri. Juga mendapat
beberapa penghargaan dari UNESCO, dengan brand El n El bekerja sama dengan
UNICEF, penghargaan lomba lukis di
Shankar India, juara 1 nasional desain sesama rekan kuliah, pada saat yang sama
peraangko tingkat SMP di Jakarta dan
beberapa lomba lainnya. Belajar melukis bekerja juga sebagai pengajar di STISI
pertama dari ayah.
Bandung selama 5 tahun untuk kemudian

berhenti dan hijrah ke Amerika dan

menetap disana selama 15 tahun. Di

Amerika mulai serius mendalami

photography dari tahun 2012 sampai

sekarang. Hasil karya nya dapat dilihat

disini http://www.thepicta.com/user/lukilutvi

a/1481314843 Tahun 2016 kembali ke

tanah air dan bergabung dengan ITENAS

dan DKV ITHB menjadi staf pengajar Luar

Biasa mengajar mata kuliah Nirmana 2D dan

Dasar Fotografi hingga sekarang.

Pengalaman Pameran tahun 2017 Pameran

bersama Komuitas Ibu22, Galery

Equilibrium, Bandung, Bentara Budaya Bali.

82

Meyhawati Yuyu J.R Nia Kurniasih

Alumni Seni Rupa IKIP Bandung Tahun Lahir dan besar dikota Garut.
1980.Guru Seni Lukis di TKN Pembina jln
Sadang Serang Bandung. Pengalaman Pendidikannya adalah Seni Rupa UPI dan
pameran 2017 “ New Delhi Exhibition dilanjutkan studinya di FRSD ITB Bandung
Indonesia folks modern Batik bulan februari;
Reuni visual #3 di gedung Museum Nasional program Animasi.Saat ini berprofesi
Pendidikan Indonesia bulan Mei; Pameran sebagai Guru Seni Budaya di SMA KARYA
Sejarah dan tokoh perempuan dalam
bingkai kebinekaan di Galeri Nasional PEMBANGUNAN 2BDG , Aktif berpameran
Indonesia bulan Agustus; Pameran lukisan
Batik Tamarind,Ibu bumi dan pahlawan sejak kuliah hingga saat ini. Motto hidup
Indonesia bulan Desember di Galeri nya: akan tetap berkarya dan berkaryaaa....
Mezanin the Energy Building Jakarta. 2016.
Pameran Reuni Visual#2 di UPI bulan Juli; Pengalaman pameran 2015 Exhibition
Pameran hari ibu 22desember.#4.di YPK Japan-Ind "Faces 2015" Eco Gallery
Naripan.2015 “PANDORA” di Bentara
Budaya Jakarta. Building-Shinjuku-Tokyo Japan; PANDORA,
Sex, Women and The City, Thee Huis Art

Gallery, Taman Budaya, Jawa Barat;
Indonesia Drawing Festival “outline” di

Gedung Indonesia Menggugat;2nd
International Alumni eSe-arts 2015

(Exhibition, Seminar of Art in Education);
Galeri Seni, Universiti Pendidikan Sultan

Idris, Malaysia; Pameran “Reuni Visual” UPI,
Bandung; Pameran Asia Afrika Pelukis Jawa

Barat di Gedung Sate; Pameran Portis Tertia

Mundi di GSPI Bandung. 2016Pameran 70
Unggulan Jawa Barat; Pameran Pandora di

Bentara Budaya Jakarta; Pameran ASEAN
“Kearifan Budaya Lokal Sebagai Kekuatan

Bangsa Asia Tenggara” di UPI.2017Pameran
Pahlawan Galeri Nasional Equilibrium PT

MEDCO SCBD Jakarta; Pameran The Power
of Silence di Equilibrium Bandung.

83

Nida Nabilah Niken Apriani

Nida, lahir di Bandung, 10 Mei 1994 anak Niken Apriani, Guru SMPN3 Cimahi. Lulus
dari S1- UPI Bandung. Selain mengajar,
pertama dari 3 bersaudara. Sejak usia 8 memberikan WS dibeberapa komunitas
tentang membatik menggunakan bubur biji
tahun saya sudah berkegiatan seni seperti tamarin sebagai pengganti malam pada
membatik tradisional, juga cukup aktif
menggambar. Tahun 2013 bergabung berkesenian khususnya pameran seni rupa.
Pengalaman pameran - Tahun 2017,
dengan Gambaris sebuah komunitas Pameran Ibu Bumi & Pahlawan Perempuan
Indonesia, Galery Mezanin, The Energy
gambar di Bandung. Tahun 2014bergabung Building, Medco SCBD Jakarta; Pameran
Sejarah “Visualisasi Pahlawan perempuan
dengan forum Perupa Bandung.Akhir tahun dan Tokoh Nasional Perempuan Inspiratif”,
Galeri Nasional, Jakarta, “Indonesian Batik
2015 bergabung dengan komunitas perupa Tamarin on Silk” Gallery of Indira Gandhi
National Centre for the Arts, (IGNCA), New
wanita di Bandung, yaitu Komunitas 22 Ibu Delhi, KBRI Indonesia New Delhi. 2016,
Pameran ALUR.di Galeri Nasional, Jakarta;
dan aktif berpameran di dalam dan luar Pameran “ Pandora , Sex, Woman and the
City”, Gramedia Group, Galeri Bentara
negeri. Salah 1 karyanya di koleksi oleh Budaya, Jakarta. 2015, Pameran “Portis
Tertia Mundi', Griya seni Popo Iskandar,
Kemendikbud-Jakarta. Karya-karyanya Bandung; Pameran #21 “Spirit of Woman” ,
Galeri Nurcholis Majid, Universitas
menjelajahi ruang publik seperti Galeri Paramadina.

Nasional Indonesia di Jakarta, bentara

Budaya Jakarta, Bentara Budaya bali, dan

masih banyak ruang-ruang publik lainnya.

84

Nina Fajariyah Nina Irnawati

Dia seorang guru seni rupa. Aktif mengajar Profesi menjadi pendidik adalah pilihan

hingga saat ini dan mengikuti pamera Nina Irnawati. Pilihannya sudah

pameran. Sangat menyukai batik dan membuahkan hasil dengan gelar yang

beberapa kali menjadi pelatih pada disabetnya sebagai Guru Berprestasi.

workshop batik. Bergabung dengan Kepiawaiannya dalam bidang seni menjadi

komunitas 22 ibu dan mempelajari batik anugerah untuk berbagi dengan masyarakat.

teknik dingin. Karya terakhir adalah Ilustrasi Undangan untuk berpameran dan juga

yang dibiat untuk cover buku Antologi Puisi mengikuti memberikan workshop

puputan melawan korupsi yang diterbitkan kesenirupaan banyak berdatangan.

KPK. Pengalaman pameran 20171. Bertegur Sedangkan karya karyanya terseleksi dalam

sapa bertukar karya, ged sarinah ekosistem; event yang diadakan oleh Galeri Nasional

Indonesian Exhibition environment and eco Jndonesia di Jakarta. Saat ini Nina Irnawati

tourism , Asean japan centre Tokyo; Galeri banyak bereksplorasi dengan teknik batik,

thiempo iberaamericano Fukuoka Japan; beberapa teknik yang terus dikembangkan

Power of silent pameran bersama 22 ibu, adalah teknik opaque, teknik batik dengan

Bandung. gaya pop art, juga teknik ikat celup yang

mengkombinasikan dengan gaya ikat celup

dari Jepang. Dan masih banyak lagi

eksplorasi batik yang dikembangkannya.

85

Ratih Mahardika Rina Mariana

Ratih Mahardika, 2008 S1 Desain Produk, Riwayat pendidikan perguruan tinggi negeri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Surabaya. Profesi sebagai desainer pada di UPI jurusan Seni Rupa kemudian
konsultan interior. 2012 lulus S2 Desain ITB.
2013-sekarang dosen tetap di Universitas meilanjutkan pendidik dengan beberapa
Trilogi. 2014 menjabat sebagai Ketua
Program Studi Desain Komunikasi Visual kali mendapat beasiswa belajar di ITB
dan merangkap sebagai Koordinator
Program Studi (Dekan) Industri Kreatif. jurusan Seni Rupa.Kini bergelar Rina
Pengurus Asosiasi Professional Desain
Komunikasi Visual Indonesia skala Nasional Mariana S.Pd, S.ST, M.Ds.. Kesenang
sejak 2015. Tenaga Ahli dalam kegiatan
pemerintahan sebagai Tenaga Ahli Desain berolah raga di lakukan sejak kecil dan salah
Kemasan dan Branding pada Project 12
Kabupaten Pesisir Indonesia Timur 1 prestasi pernah yaitu beberapa kali
kerjasama IFAD dan KKP. 2016, desainer
Program IKKON - BEKRAF (juli-oktober) di menjuarai olah raga tenis meja tingkat
Lampung mengembangkan produk tenun
tapis bersama para pengrajin. Bagian dari kecamatan dan Kabupaten, selain
Indonesia Trend Forecasting (Textile &
Pattern) 2017pada program BEKRAF 2017 berkesenian. Aktif di bidang pendidikan seni,
(april-agustus); Tenaga Ahli Desain pada
program KEMENDAG sebagai Designer aktif dalam berbagai organisasi seni dan
Dispact Service dan UKM Binaan PT. Sarinah.
November 2018 menjabat Sekretaris LPPM pengalaman berpameran diawali dari tahun
di Universitas Trilogi. Selain aktivitas
mengajar, usaha dibidang desain produk 1982 hingga kini, berpameran seni rupa
home décor, studio RANDOMdécor, dan
aktif berpameran dalam karya seni rupa. baik seni rupa 2 dimensi maupun instalasi di

dalam negeri maupun mancanegara .

86

Shitra Noor Handewi Siti Sartika

Shitra Noor Handewi, sarjana Pendidikan Bandung kota kelahiran Siti Sartika.
Bahasa dan Sastra Perancis di Universitas Dilahirkan dari keluarga yang menyukai seni,
Pendidikan Indonesia. Pernah bekerja Ibunya pandai membatik, mendisain, dan
sebagai penerjemah dan instruktur di PT membuat pakaian buat aku dan
Dirgantara Indonesia.Saat ini mengajar kakak.Sehingga membuat Siti Sartika
bahasa Perancis di kelas privat. Pengalaman menyukai dunia seni sejak kecil. Profesinya
pameran 2017 - Desember: Pameran di saat ini sebagai guru yang tak henti
Galeri Equilibrium Bandung; Pameran di berkarya, ruang di tempatnya mengajar,
Galeri Nasional Jakarta. “Indonesian Folks menjadi sebuah studio yang nyaman untuk
Modern Batik”, Indira Gandhi national proses berkarya. Pengalaman pameran
Center of the Arts, New Delhi, dan di semakin menambah wawasannya dan
Aligargh Muslim University, Uttar Pradesh; memperluas jaringan. Adapun pameran
“ Pameran Pahlawan Dan Tokoh Perempuan penting yang sudah dilakoninya pada tahun
Dalam Ekpresi Batik” Galeri Nasional 2017 mengikuti pameran Indonesian
Jakarta. Exhibition Environment And Eco Tourism Di
Tokyo. Ibu Bumi Dan Pahlawan Perempuan
Indonesia, Galeri Mezzanin, Gedung Energi
Energy Building, Jakarta. Pahlawan Dan
Tokoh Perempuan Dalam Bingkai
Kebinekaan. Di Galeri Nasional Jakarta, dan
Internasional Collaboration Program
Republic of Indonesia-New Delhi, IGNCA-
India. Tahun 2016 pameran “PANDORA” di
Bentara Budaya Jakarta dan pada tahun
2015 mengikuti pameran Asia lnternational
Friendship Exchange Exhibition, Eco Gallery
Shinjuku-Tokyo, dan pameran PORTIS
TERTIA MUNDI. Griya Seni Popo Iskandar
Bandung.

87

Siti Wardiyah Sri Nuraeni

Siti Wardiyah Sabri,S.Pd atau biasa dikenal

dengan nama dunki sabri, Guru Seni Budaya Sri Nuraeni, lahir di Bandung pada tanggal
30 April 1966, Tinggal di Bandung.Saat ini
bidang seni rupa SMP Islam Al Azhar 1 sedang melanjutkan studi S2 Pendidikan
Seni UPI Bandung semester terakhir.
Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Lulus S1 Menjadi pendidik Seni Rupa sejak tahun
1988 sampai sekarang, aktif menjadi
Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri pengurus MGMP Kab.Bandung, Intruktur
Nasional Kurikulum 2013 dan Guru
Jakarta pada tahun 2008, hingga saat ini Pembelajar. Membimbing siswa dalam
berbagai lomba seni. Bergabung dengan
banyak berkecipung dibidang pendidikan Komunitas 22 Ibu sejak tahun 2013 sampai
sekarang. Aktif mengikuti berbagai Pameran
nonformal juga pengabdian masyarakat Nasional maupun Internasional. Pameran
yang diikuti dalam 3 tahun terakhir antara
dengan mengadakan workshop lain Pameran lukisan 3 negara Indonesia,
Singapura dan Malaysia,Pameran Pahlawan
menggambar, melukis dan handycraft dan Tokoh Perempuan di Galery Nasional,
Pameran dan Workshop Batik di Galery
khususnya yang diperuntukan bagi anak- Stavia India,Pameran Pendd. Seni Rupa
Asean di UPI Bandung, Pameran Pandora
anak dan guru-guru PAUD. Sebelum diGallery Bentara Budaya Jakarta, Pameran
Internasional’ Exhibition, Seminar of Art
mengajar di SMP Al Azhar Pusat pernah Education Gallery Seni Univ. Pend.Sultan
Idris Malaysia, Asia Friendship Exchange
berprofesi sebagai desainer produk export Exhibition "FACE 2015" Eco Gallery
Shinjuku-Japan, Pameran Guru Seni Berlari,
handycraft dan illustrator lepas di beberapa diGaleri Nasional Jakarta; Pameran Intrl
"Impression of China”, Hebei Normal
agency periklanan dan penerbit buku University, China.

seperti BIP,Erlangga, Republika, Gagas

Media, Serambi dan lain sebagainya.

88

Sri Rahayu Saptawati Sri Sulastri

Akrab dipanggil Ibu Sapta oleh anak Profesi menjadi pendidik adalah pilihan
didiknya.Saat ini berprofesi sebagai guru
seni budaya bidang seni tari. Melirik seni Nina Irnawati. Pilihannya sudah
rupa yang memberikan energi dalam
berkarya. Menurutnya dalam seni tari ketika membuahkan hasil dengan gelar yang
kita memoles rupa penari kita juga bermain
dalam warna dalam keseimbangan dan disabetnya sebagai Guru Berprestasi.
harus juga memunculkan karakter. Hal
tersebut memberikan peluang untuk Kepiawaiannya dalam bidang seni menjadi
mengkolaborasikan antara gerak dan rupa.
Harmoni keseimbangan inilah yang anugerah untuk berbagi dengan masyarakat.
diekspresikannya melalui kain sutera yang
menjadi pilihannya dalam proses Undangan untuk berpameran dan juga
kreatifnya.Pengalaman pamerannya 2017
Ibu Bumi Dan Pahlawan Perempuan mengikuti memberikan workshop
Indonesia, Galeri Mezzanin, Gedung Energi
Energy Building, Jakarta. Pahlawan Dan kesenirupaan banyak berdatangan.
Tokoh Perempuan Dalam Bingkai
Kebinekaan. Di Galeri Nasional Jakarta. Sedangkan karya karyanya terseleksi dalam

event yang diadakan oleh Galeri Nasional

Jndonesia di Jakarta. Saat ini Nina Irnawati

banyak bereksplorasi dengan teknik batik,

beberapa teknik yang terus dikembangkan

adalah teknik opaque, teknik batik dengan

gaya pop art, juga teknik ikat celup yang

mengkombinasikan dengan gaya ikat celup

dari Jepang. Dan masih banyak lagi

eksplorasi batik yang dikembangkannya.

89

Tjutju Widjaja Ulfa septiana

Tjutju Widjaja, merupakan seniman asal Ulfa Septiana. Pendidikan S1 diperoleh di
Bandung yang memiliki banyak inspirasi Jurusan Kriya Tekstil, Universitas Sebelas
melukis dari cucunya. Hal ini sejalan Maret Surakarta pada tahun 2004 sampai
dengan berbagai pengalaman yang dengan 2009. Pada tahun 2009 sampai
membuat Tjutju intens terus berkarya. 2011 melanjutkan pendidikan Magister
Karyanya banyak yang terseleksi baik di Desain di Institut Teknologi Bandung. Pada
tingkat nasional ataupun internasional. saat S1 dan S2 aktif meneliti Batik Bakaran,
Seniman yang saat ini sedang berupaya dan di tahun 2008, memenangkan lomba
menyelesaikan program doktoralnya di ITB, desain batik pada acara ‘the 4th Texcraft’ di
terus berkarya dengan aktif hingga hari Yogyakarta. Sejak 201empat, aktif sebagai
ini.Pameran bersama dan pameran tunggal tenaga pengajar di Program Studi Desain
terus dijalaninya dengan aktif. Tjutju Produk, Universitas Trilogi. Selain mengajar,
Widjaja juga seniman kaligrafi China, aktif dalam kegiatan penelitian dan
mengatakan, kaligrafi China adalah menulis pengabdian masyarakat dalam bidang kriya
huruf China dengan cara yang indah. tekstil dan fesyen. Pada tahun 2017
Sebuah kaligrafi, berisi beragam tulisan, mendapatkan Hibah Penelitian Dosen
mulai dari puisi hingga kata-kata bijak. Pemula yang menghasilkan luaran berupa
Seniman yang menjadi juara dalam karya tas rajut dari limbah sulam pita yang
kompetisi kaligrafi China pada tahun 2010. dipamerkan pada Pameran “Eksplorasi
Tjutju Widjaja sangat mencintai seni kaligrafi Benang”, di Griya Seni Popo Iskandar, dan
Cina, selain oleh makna yang terkandung artikel jurnal yang dimuat di Fesyen
di dalamnya juga Kaligrafi China memiliki Perspektif.
banyak makna dan filosofinya sangat dalam.

90

Vera Utami Gede Putri Vidya Kharishma



Vera utami gede putri, adalah salah satu Vidya Kharishma, saat ini dosen di
dosen di perguruan tinggi negeri pada Universitas Trilogi, jurusan Desain
Komunikasi Visual. Tahun 2002-2006
program studi fashion design. Lahir di menyelesaikan studi di S1 Arsitektur,
Jakarta tahun 1981 pada bulan Desember Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Trisakti. Dilanjut, 2007- 2010
tanggal 19, dan saat ini sudah memiliki dua Magister Desain di Fakultas Seni Rupa dan
putra. Pendidikan yang pernah di tempuh Desain di Institut Teknologi Bandung.
Sempat bekerja di Gong Studios, salah 1
pada program sarjana yaitu dari universitas studio 2D art outsourcing di Indonesia
yang sama tempatnya bekerja saat ini, fpkud games art, dan freelance pada tahun
201empat. Sebagai dosen, giat dalam
adapun gelar yang di tempuh Sarjana berbagai kegiatan penelitian dan
Pendidikan dari Program Studi Tata Busana pengabdian dengan konsentrasi di bidang
ilustrasi, infografis, dan sustainable design.
dari tahun 1999-2004, lalu tahun 2005-2007 Selain itu, aktif di Universitas Trilogi dalam
hal desain, logo dan poster untuk kegiatan-
melanjuti program magister di ITB Bandung kegiatan kampus. Bergabung pada
bidang studi Magister Desain. Selain komunitas 22 Ibu tahun 2017 dan mulai aktif
untuk ikut pameran seni rupa. Pameran
menjalankan kewajiban Tri Dharma terakhir yang diikuti adalah Pameran The
Perguruan Tinggi sebagi dosen, beberapa Power of Silence yang diselenggarakan oleh
Komunitas 22 Ibu di Equilibrium Art Gallery,
menjadi narasumber dalam bidang industri Bandung, 10-15 Desember 2017. 2016
kreatif, kepribadian dan komunikasi. “Revolusi Mental dalam Spirit Kartini” di
Galeri Tee Huis - Taman Budaya
Pengalaman mendapat Certificate
Participated int Exhibition of Cultural

Heritage and Friendship Indonesia – Japan
Exhibition of Cultural Heritage and

Friendship Indonesia – Japan. Dan juga
pernah berpartisipasi dalam pameran di

New Delhi tahun 2017 dan di Japan tahun
2018. Bidang yang diminati adalah Desain,

Budaya, dan Craft. Buku yang sudang

mendapat HAKI adalah Industri Kreatif
(Teori) dan Industri Kreatif (Terapan)

91

Wanda Listiani Wida Widya Kusuma

Wanda Listiani, aktif dalam berbagai Berprofesi sebagai guru dan saat ini
penelitian seni rupa dan menulis opini tergabung dalam komunitas 22 aktif yang
tentang pendidikan dan kebudayaan di banyak memberikan kesempatan untuk
media massa serta pameran nasional menampilkan karyanya di ruang publik.
maupun Internasional. Pemanfaatan waktu Pengalaman pamerannya, berpameran
luangnya digunakan untuk menulis novel dalam "3 Negara" YPK Bandung. 2016
dan buku teks.Salah 1 karya seni rupa “Visual Art 3" Upi Bandung. 2015
“Kedok” dan “Macaca” mendapatkan “Hardiknas" Upi Bandung.
penghargaan dan dipamerkan di Jepang
Tahun 2017. Pengalaman pameran 2017
“Hanasan#2”, Equlibrium Bandung;
“Macaca”, ASEAN-JAPAN center Tokyo,
Jepang; “Kedok”, Eco Gallery Shinjuku,
Jepang; “Arumbae”, AICAD International
Exhibition, Galeri 212 ISBI Bandung. 2016
“Simpang Dago”, Indira Gandhi Art, New
Delhi, India; “Sonne”, Taman Budaya Jawa
Barat, Bandun; “Kumincir”, Unesco
International Arts Education Week IANEA,
USA. 2015 “Hoffesun”, Taman Budaya Jawa
Barat, Bandung; 2015 “Saehu”, Gedung
Sate, Bandung; 2015 “The Geist”,
International Women Art Exhibiton,
Universitas Paramadina; Kurator dalam
Pameran Instalasi Nandanggawe, S1empat;
Kurator dalam Pameran Drawing Urban
Valid, Kebun Seni.

92

Wien K Meilina Yully Ambarsih E.

Pameran Ibu Bumi & Pahlawan Perempuan Lahir di Malang, 27 Juli 1969. Lulus sebagai
Indonesia, Galery Mezanin, The Energy sarjana tahun 1995 Proram Studi Seni Murni
Building, MEDCO SCBD, Pameran Sejarah Institut Teknologi Bandung. Menyelesaikan
“Visualisasi Pahlawan Perempuan dan Program Magister tahun 2003 di Magister
Tokoh Nasional Perempuan Inspiratif”, Seni Institut Teknologi Bandung. Saat ini
Galeri Nasional Jakarta, “Indonesian Batik bekerja sebagai dosen di UNIKOM. Memiliki
Tamarin on Silk” Gallery of Indira Gandhi ketertarikan dalam membuat ilustrasi.
National Centre for the Arts, (IGNCA), New Sebagai dosen aktif mengikuti berbagai
Delhi, KBRI Indonesia New Delhi.2016 kegiatan akademis seperti penelitian,
Pameran “lelakiki”, Gedung YPK Bandung, pengabdian kepada masyarakat, dan juga
“ Pameran Zona 2 Jawa Barat” Taman seminar.
Budaya Bandung, Pameran “Pandora, Sex
Woman and the City”,Gramedia Group,
Galeri Bentara Budaya Jakarta. 2015
“PANDORA” di Taman Budaya Tea Huis,
Bandung.“Portis Tertia Mundi”, Griya Seni
Popo Iskandar, Bandung, Pameran #21
“Spirit of Woman”, Galeri Nurcholis Maid,
Universitas Paramedina, Jakarta.

93

Yunita Fitra Andriana Yustine

Yustine sebagai ibu rumah tangga yang
Yunita Fitra Andriana. Tahun 2005-2009 semenjak usia dini mempunyai kesenangan
menyelesaikan studi di S1 Kriya Tekstil FSRD drawing dan melukis. Pada tahun 1975
ITB. Pada tahun 2010 melanjutkan studi sampai tahun 1979 kuliah menjadi
Magister Desain di fakultas dan institusi mahasiswa di jurusan Seni Rupa IKIP
yang sama, lulus pada tahun 2013. Tahun Bandung dengan mendapatkan beasiswa
2011-2012 program exchange student ke Super Semar selama 3 tahun. Pada tahun
Sangmyung University, Seoul Korea Selatan 1978 sampai 1979 menjadi pengajar di SPG
jurusan Fashion Design. Tahun 2009 tenaga Citarum Bandung dan SMP Kartika Candra
akademisi tidak tetap di beberapa di Geger Kalong Bandung. Pada tahun 1980
perguruan tinggi yaitu, ITENAS, Universitas sampai dengan tahun 2 keliling berkeliling
TELKOM, UNIBI dan POLIMEDIA. Saat ini Indonesia Tengah dan Indonesia Timur
aktif sebagai dosen tetap di Universitas mengikuti tugas suami sebagai Construction
Trilogi Jakarta jurusan Desain Produk Engineer di bidang jalan dan jembatan.
dengan konsentrasi Fashion Design. Selain Pada tahun 2016 bergabung bersama
mengajar, aktif dalam berbagai kegiatan Komunitas 22Ibu.
penelitian, Maret 2017 hasil riset
dipresentasikan di international conference,
Asia Islamic Fashion Week di KLCC,
Malaysia. Pameran terakhir yang diikuti
adalah Pameran Eksplorasi Benang yang
diselenggarakan oleh Fakultas Seni Rupa
dan Desain Universitas Pendidikan
Indonesia di Gallery Popo Iskandar Bandung,
6-7 Oktober 2017. Pameran Sang Subyek di
Bentara Budaya Bali, Denpasar, Bali.

94

Zaenab Ahmad Shahab

Perupa yang berprofesi juga sebagai dokter
adalah dr. Zaenab Ahmad Shahab, lahir di

Pekalongan, dan menetap di Jakarta
bersama dengan keluarganya. Lulusan

fakultas kedokteran di Cairo-Mesir. Setelah

menjalani ujian adaptasi di UNAIR pada
tahun 1989, ditugaskan di Puskesmas

Driyorejo-Gresik selama 3 tahun. Setelah itu
beliau bekerja di Rumah Bersalin Poliklinik di

Bangil Pasuruan selama 13 tahun. Tahun
2007 pindah ke Jakarta mengembangkan

kemampuannya dalam bidang seni,
menyulam, melukis diatas sutera, dan

membuat craft. Bergabung dengan
komunitas Crafter di Jagodetabek dan juga

bergabung dengan komunitas silk painting,
dan bergabung dengan komunitas 22 Ibu

Agustus 2017; Pameran di Sekolah
Indonesia di Tokyo 2018; Pameran di

Bentara Budaya Bali 2018.

















95

Pustaka Acuan

Adisasmito, Nuning D, Wayang Kulit Cirebon, Estetika dan Konsep Visual, FSRD ITB,
2018

Campbell, Joseph , The Power of Myth, Anchor Books, 1988
Cottterel, Arthur & Storm, Rachel , The Ultimate Encyclopedia of Mythology, Hermes

House, London, 2007
Damayanti, Nuning, Transformasi Wujud Visual dan Penggayaan Gambar Ilustrasi Jawa Periode

1800-1920, Disertasi, Program Doktor-FSRD ITB, 2007Bertens, K. Sejarah Filsafat Yunai,
Kanisius 1999
Dyah, Ayuwoelandari & Pratiwi,Niken, Pahlawan dan Tokoh dalam Bingkai
Kebinekaan,Direktorat sejarah, Kemendikbud, 2017
Duha, N. (2012). Omo Niha: Perahu Darat di Pulau Bergoyang. Gunung Sitoli, Nias,
Indonesia/South Asia: Museum Pusaka Nias. Retrieved 2017. Hidayah, Zulyani.
(2015). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Ions Veronica, The World”s Mythology of Color, Nias 2005
Olthof, W.L..Babad Tanah Jawi: Mulai dari Adam Sampai Runtuhnya Mataram. Yogyakarta:
Penerbit Narasi, 2017
Djawas, Rofiqoh, Makna Filosofis Pada Perupaan Kepala Wayang Cepak Indramayu
Tokoh Panji Songsong, Tesis Publikasi Terbatas, Perpustakaan Program Studi
Magister,FSRD ITB, 2015.
http://ononiha2empat.blogspot.co.id/20013/03/asal-usul-nias.html Tsunami Tano Niha, 28 Maret
2005 (http://www.museum-nias.org/sejarah-nias/)
tribun-bali.comhttp://bali.tribunnews.com/2018/02/16/sejarah-budaya-tionghoa-di-bali-hingga-
munculnya-barong-landung?page=2

96

Sponsor dan Media Partner

97


Click to View FlipBook Version