The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by febiiainpklproject, 2018-12-10 21:38:56

RENSTRA FEBI

Rencana Strategi FEBI

Keywords: RENSTRAFEBI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemikiran
IAIN Pekalongan merupakan salah satu dari 5 STAIN yang mengalami

perubahan status menjadi IAIN pada tahun 2016 berdasarkan Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang perubahan status Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Pekalongan. Seiring dengan perubahan status tersebut, IAIN Pekalongan
merumuskan rencana strategis (Renstra) 2017-2021 sebagai Renstra periode
pertama dan memberikan arah bagi 3 (tiga) Renstra periode berikutnya, demi
terwujudnya peningkatan yang berkelanjutan (continuous improvement).

FEBI sebagai bagian organ dari IAIN Pekalongan dituntut juga untuk
merumuskan renstra di tingkat fakultas. Penyusunan renstra ini menggunakan
pendekatan SWOT yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi berbagai peluang,
ancaman, kekuatan, dan kelemahan berdasarkan pada analisis terhadap kondisi
eksternal dan internal FEBI IAIN Pekalongan yang menjadi dasar perumusan
kebijakan dan program pengembangan FEBI IAIN Pekalongan 2017-2021.

Renstra FEBI IAIN Pekalongan 2017-2021 disusun dengan mengacu pada:
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional
2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan

Renstra Kementerian/Lembaga.
3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025;
4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019
5. Renstra Kementerian Pendidikan Nasional 2015 – 2019
6. Renstra Kementerian Agama 2015 – 2019
7. Renstra Direktorat Pendidikan Tinggi Islam 2015 – 2019
8. Statuta IAIN Pekalongan Tahun 2016
9. Organisasi dan Tata Kerja IAIN Pekalongan Tahun 2016
10. Rencana Induk Pengembangan IAIN Pekalongan
11. Rencana Strategis IAIN Pekalongan

Dalam kedudukan tersebut di atas, Renstra FEBI IAIN Pekalongan 2017– 2021
berfungsi sebagai pedoman dan bersifat mengikat bagi seluruh pimpinan, dosen
dan staf administrasi FEBI IAIN Pekalongan dalam penyusunan, pelaksanaan, dan
monitoring serta evaluasi program dan kegiatan.

B. Landasan Penyusunan Renstra
Renstra FEBI IAIN Pekalongan 2017-2021 disusun dengan mengacu pada beberapa
landasan, antara lain: landasan normatif, landasan filosofis, landasan pedagogis,
landasan historis, landasan edukatif, landasan sosiologis, dan landasan praktis.

1. Landasan Normatif
a. Surat Al-'Alaq ayat 1-5. Ayat ini menunjukkan pada keutamaan ilmu
pengetahuan, yaitu memerintahkan untuk membaca sebagai kunci ilmu
pengetahuan dan menyebut qalam, alat transformasi ilmu pengetahuan.

1

Perintah membaca pada surat Al-'Alaq ayat pertama ini bukan hanya sebatas
membaca tulisan, tetapi membaca fenomena alam dan peristiwa dalam
kehidupan, termasuk kejadian manusia. Oleh sebab itu, fungsi pertama dan
terutama dalam pengembangan pendidikan di FEBI IAIN Pekalongan adalah
membudayakan kebiasaan membaca (iqra') pada mahasiswa terhadap
sumber ilmu berbasis bayani, burhani, dan irfani.

b. Surat Al-Baqarah ayat 208. Ayat ini menjelaskan bahwa Islam mengajarkan
kepada pemeluknya untuk memasuki Islam secara kaffah (menyeluruh). Jadi,
pengembangan pendidikan diarahkan pada sumber belajar yang digunakan di
FEBI IAIN Pekalongan berbasis pada kesatuan iman, ilmu pengetahuan, dan
teknologi serta karakter kultur ke-Indonesiaan.

c. Surat Al-Qashash ayat 77. Ayat ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam
merupakan pendidikan yang mengarah kepada dua harapan, yaitu
keseimbangan antara dunia dan akhirat, sehingga mahasiswa diwajibkan
mencari ilmu pengetahuan untuk dipahami secara mendalam yang dalam
taraf selanjutnya dikembangkan dalam rangka ibadah sekaligus bekal untuk
keterampilan hidupnya di dunia guna terwujud kemaslahatan umat manusia.

d. Surat Al Mujadalah ayat 11. Ayat ini memberikan landasan bahwa kedudukan
ilmu pengetahuan begitu tinggi dalam kehidupan umat. Sebagai perguruan
tinggi, maka FEBI IAIN Pekalongan mengarahkan lulusannya memiliki iman
dan takwa yang mantap, sekaligus penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang luas.

e. Surat al-Baqarah ayat 3. Ayat ini memberikan pengertian bahwa seorang
ekonom itu harus memiliki amalan shalat bagus, amalan shalat yang bagus
itu harus didasarkan pada pengetahuan kepada Allah Swt yang bagus pula.

2. Landasan Filosofis

Landasan filosofis Renstra FEBI IAIN Pekalongan 2017-2021 meliputi: prinsip
progesivisme, prinsip Developmentally Appropiate Practice (DAP), dan prinsip
Humanisme. Prinsip progresivisme menyatakan bahwa pembelajaran di
Perguruan Tinggi seharusnya berlangsung secara alami, tidak artifisial. Prinsip
DAP menyatakan bahwa pembelajaran harus disesuaikan dengan
perkembangan usia dan idividu yang meliputi perkembangan kognisi, emosi,
minat, dan bakat mahasiswa. Dengan demikian, pendidikan di FEBI harus
dilandasai dengan memahami perkembangan mahasiswa yang diharapkan
mahasiswa mampu memecahkan suatu masalah melalui kegiatan
eksperimentasi dalam perkuliahan.

3. Landasan Pedagogis

Landasan pedagogis Renstra IAIN Pekalongan meliputi: Pertama, teori
konstruktivis, mahasiswa sendiri yang menemukan dan mentranformasikan
informasi kompleks apabila mereka menginginkan informasi itu menjadi
miliknya.Kedua, teori pembelajaran Teori Gestalt, di mana prinsip utamanya
menekankan keseluruhan dan keterpaduan, sehingga mahasiswa harus
difasilitasi untuk mempelajari ilmu pengetahuan secara menyeluruh (holistic),
agar pemahamannya mahasiswa menjadi utuh. Ketiga, teori perkembangan
kognitif yang lebih menekankan pada proses mengetahui (knowing), yaitu

2

menemukan cara-cara ilmiah dalam mempelajari proses mental yang terlibat
dalam upaya mencari dan menemukan pengetahuan, sehingga sesuaidengan
desain dan pengembangan pembelajaran di FEBI yang berbasis riset.

4. Landasan historis
a) Historis perkembangan ilmu pengetahuan Islam.

Pada era klasik, perkembangan ilmu pengetahuan Islam dalam berbagai
ilmu-ilmu keagamaan, humaniora, dan ilmu kealaman berkembang pesat.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan itu terjadi karena didukung
oleh adanya atmosfir kebebasan berfikir, tetapi tetap konsen pada agamanya
yang menumbuhkan semangat ijtihad dengan tujuan untuk membela agama.
Dalam era ini sosok umat Islam tampil komprehensif dengan kepribadian
integratif dan inklusif, serta terbuka pada komunikasi keilmuan dari mana
pun asalnya. Sementara itu, era modern ini merupakan akar sejarah
berkembangnya dikotomi pendidikan Islam.

Berangkat dari latar historis tersebut, FEBI IAIN Pekalongan terpanggil
untuk ikut menata kembali sistem pendidikan yang telah terbengkalai, yang
mana pembaharuan pendidikan yang datang dari Barat bersifat westernisasi
dan kristenisasi untuk kepentingan Barat dan Nasrani. Sebagai implikasinya,
sistem pendidikan Islam membangun pendidikan melalui pendidikan terpadu
yang di dalamnya tidak ada lagi dikotomi ilmu antara ilmu agama dan ilmu
umum.
b) Historis kelahiran IAIN Pekalongan.

IAIN Pekalongan merupakan perguruan tinggi agama Islam yang cikal
bakalnya berasal dari Fakultas Syari’ah Bumiayu yang berdiri pada tahun
1968, kemudian diresmikan pada Tahun 1970 dan menjadi salah satu fakultas
cabang dari IAIN Walisongo Semarang. Seiring perkembangan kebijakan di
lingkungan Kementerian Agama, maka pada pidato HAB Depag, 3 Januari
1997, Menteri Agama mengumumkan langkah-langkah penataan
pengembangan lembaga tinggi agama Islam di lingkungan IAIN. Langkah
kebijakan itu kemudian dituangkan dalam Keputusan Presiden No.11 tahun
1997, tanggal 21 Maret 1997 tentang pendirian STAIN yang jumlahnya 33
buah di seluruh Indonesia, termasuk STAIN Pekalongan. Selanjutnya, tanggal
1 Agustus 2016 STAIN Pekalongan dikukuhkan perubahan statusnya menjadi
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan melalui Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016.

Dengan demikian, lahirnya FEBI Bumiayu sampai perkembangannya
menjadi FEBI IAIN Pekalongan saat ini dilatarbelakangi oleh semangat agar
lembaga ini terus berkembang dan maju dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat Pekalongan dan sekitarnya. Karena itu ke depan,

5. Landasan Edukatif

Pendidikan adalah proses pencarian jati diri manusia dan proses
memanusiakan manusia. Menurut Ki Hadjar Dewantara, tujuan pendidikan
adalah sebagai penyokong kodrat alami anak, agar mereka dapat
mengembangkan kehidupan lahir dan batinnya menurut kodrat masing-masing.
Hal ini meniscayakan bahwa pendidikan di FEBI IAIN Pekalongan harus

3

berorientasi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kematangan, integritas
dan kapabilitas pribadi untuk suatu perubahan sosial dalam masyarakat. Untuk
itulah dikembangkan pendidikan FEBI yang berwawasan imtaq dan iptek serta
ke-Indonesiaan agar lulusannya menjadi pribadi yang merdeka dan utuh (insan
kamil).

6. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis FEBI IAIN Pekalongan diilhami dari hal-hal berikut:

Pertama, tradisi dan budaya masyarakat Kota Pekalongan yang agamis. Kedua,
Pekalongan adalah salah satu kota basis pesantren di Jawa. Ketiga, Pekalongan
memiliki posisi strategis dari aspek pengembangan ekonomi masyarakat sebagai
pusat industri batik nasional.Keempat, Pekalongan sebagai pusat kajian tarekat
dan tasawuf dengan keberadaan Habib Lutfi dan majelis Kanzussolawat di Kota
Pekalongan. Kelima, Pekalongan memiliki banyak pondok pesantren, lembaga
pendidikan madrasah. Keenam, Pekalongan sebagai kota pelabuhan besar. Oleh
karena itu, FEBI IAIN Pekalongan mengarahkan kajian-kajiannya pada ilmu
syariah dan hukum yang sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat
Pekalongan pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

7. Landasan Praktis
Landasan ini mengharapkan bahwa Renstra IAIN Pekalongan 2017-2021

disusun dan dikembangkan serta dilaksanakan dengan memperhatikan situasi
dan kondisi praktis yang berpengaruh terhadap kemungkinan pelaksanaanya
untuk mencapai hasil yang optimal.

Renstra IAIN Pekalongan 2017-2021 disusun dengan langkah sebagaimana
Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Langkah Penyusunan Renstra

IKU dan IKK

Landasan Yuridis (Hukum)

4

Rencana strategis 2017-2021 ini merupakan perwujudan dari penerapan berbagai
peraturan perundangan yang meliputi:
1. Landasan Ideal: Pancasila.

2. Landasan Kontitusional: Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

3. Landasan Operasional:
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
c. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi .

d. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen.
g. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama.

h. Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2016 tentang Institut Agama Islam
Negeri Pekalongan.

i. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Agama sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2015 tentang
Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama.

j. Peraturan Menteri Agama Nomor 65 Tahun 2013 tentang Pelayanan Publik
di Kementerian Agama.

k. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2014
tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.

l. Peraturan Menteri Agama Nomor 55 Tahun 2014 tentang Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat pada Perguruan Tinggi Keagamaan.

m. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 87 Tahun 2014
tentang Akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi.

n. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun
2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

o. Peraturan Menteri Agama Nomor 68 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Rektor dan Ketua pada Perguruan Tinggi Keagamaan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah.

p. Peraturan Menteri Agama Nomor 47 Tahun 2016 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Institut Agama Islam Negeri Pekalongan.

q. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender

r. Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2006 tentang Penetapan Unit
Pelaksana, Tugas dan Fungsi Pengarusutamaan Gender di Lingkungan
Departemen Agama

s. Keputusan Menteri Agama Nomor 478 Tahun 2006 tentang Pembentukan
Tim Penyusun Rencana Strategis Pengarusutamaan Gender

5

BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN FEBI

IAIN PEKALONGAN

1. Sejarah Singkat FEBI IAIN Pekalongan

FEBI IAIN Pekalongan merupakan salah satu di antara 4 fakultas yang ada di
IAIN Pekalongan. Jika dirunut sejarahnya, cikal bakal FEBI IAIN Pekalongan berawal
dari satu program studi (prodi) yang ada di Jurusan Syariah. Prodi D3 PBS mulai
dibuka dan menerima mahasiswa baru pada tahun akademik 2004-2005. Satu
tahun kemudian dibuka lagi satu prodi juga menjadi embrio FEBI, yaitu Prodi S1
Ekonomi Syariah (Ekosy). Dua prodi baru yang dibuka ini ternyata mendapat
respon yang sangat positif dari masyarakat, terindikasi dari semakin banyaknya
jumlah peminat yang mendaftar pada dua prodi tersebut. Jumlah mahasiswa pada
Prodi D3 PBS dan S1 Ekosy ini pun perkembangannya sangat meningkat sangat
signifikan.

Semenjak dibuka pada tahun 2004, Prodi D3 PBS dipimpin oleh Ketua Prodi
Dra. Hj. Rita Rahmawati, M.Pd. dibantu Sekretaris Prodi Drs. H Achmad Tubagus
Surur, M.Ag. (2005 – 2006), Ahmad Syukron, M.E.I. (2006 s.d 2014), H. Ahmad
Rosyid, M.Si. (2014-2017). Sedangkan untuk Prodi S1 Ekosy diketuai oleh Dr. AM.
M. Hafidz MS., M.Ag. (2004-2007), Karima Tamara, M.M. (2007-2014), Dr. Hj.
Susminingsih, M.Ag. (2014-2017)

Seiring dengan dinamika yang berkembang, STAIN Pekalongan yang
kemudian bertransformasi menjadi IAIN Pekalongan berimbas pada perubahan
pada organisasi dan tata kerjanya. Prodi D3 PBS dan S1 Ekosy yang semula

“menginduk” di Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam kemudian berdiri sendiri
menjadi fakultas baru, yaitu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Sejak menjadi
fakultas tersendiri, FEBI membawahi empat jurusan, yaitu: D3 Perbankan Syariah
dan S1 Perbankan Syariah yang diketuai oleh H. Tamamudin, M.M., S1 Ekonomi
Syariah, yang diketuai oleh Agus Fakhrina, M.S.I dibantu sekretaris Kuat Ismanto,
M.Ag., serta S1 Akuntansi Syariah yang diketuai oleh H. Gunawan Aji, M.Si.
2. Visi FEBI
Menjadi Fakultas terkemuka dan kompetitif dalam pengembangan ilmu
ekonomi dan bisnis Islam berwawasan keindonesiaan di tingkat nasional
pada tahun 2036

Berdasarkan visi tersebut, FEBI IAIN Pekalongan bercita-cita menjadi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam yang terkemuka, dikenal sebagai Fakultas yang unggul di IAIN
Pekalongan, berdaya saing dan mampu berkompetisi baik secara akademik maupun non
akademik dengan target masuk peringkat 10 terbaik di antara Fakultas di perguruan
tinggi keagamaan. Selanjutnya, FEBI IAIN Pekalongan menetapkan target menjadi
Menjadi Fakultas terkemuka dan kompetitif dalam pengembangan ilmu ekonomi dan
bisnis Islam berwawasan keindonesiaan di tingkat nasional pada tahun 2036.

FEBI IAIN Pekalongan terkemuka dan kompetitif di tingkat nasional ditunjukkan dengan
tata kelola yang baik, bersih dan melayani. Selain itu, paradigma keilmuan
dikembangkan dengan tidak mendikotomikan ilmu-ilmu keislaman dengan ilmu-ilmu
umum berdasarkan wawasan keindonesiaan dan entrepeneurship. Kajian keilmuan
yang dikembangkan di FEBI IAIN Pekalongan bersifat integral, multi dan interdisipliner,
serta tidak berlawanan dan tidak mengubah nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.

6

Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di FEBI IAIN Pekalongan
bertujuan untuk melahirkan lulusan, sivitas akademik dan masyarakat yang cerdas
secara spiritual dan intelektual, setia terhadap nilai-nilai budaya bangsa Indonesia,
mandiri dan menjadi pelopor perubahan sosial yang lebih baik.

3. Misi
Visi FEBI IAIN Pekalongan diwujudkan dalam misi sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan lulusan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam yang memiliki kecerdasan spiritual, keluasan ilmu
pengetahuan, kesetiaan terhadap keindonesiaan, kemandirian dan kepeloporan
dalam kehidupan.
b. Mengembangkan ilmu ekonomi dan bisnis Islam melalui penelitian bagi
kepentingan keindonesiaan dan kemanusiaan.
c. Mempelopori dan ikut berperan aktif dalam penguatan dan pemberdayaan
masyarakat berbasis ilmu ekonomi dan bisnis Islam.
d. Menyelenggarakan tata kelola kelembagaan secara profesional, transparan,
dan akuntabel dalam rangka mencapai kepuasan civitas akademika dan
pemangku kepentingan.

4. Tujuan FEBI
FEBI IAIN Pekalongan memiliki tujuan:
a. Menghasilkan sarjana ilmu ekonomi dan bisnis Islam yang memiliki kecerdasan
spiritual, keluasan ilmu pengetahuan, kesetiaan terhadap keindonesiaan, dan
kemandirian dalam kehidupan.
b. Berkembangnya ilmu ekonomi dan bisnis Islam berwawasan keindonesiaan
melalui pengkajian dan riset ilmiah.
c. Terbentuknya masyarakat yang kuat dan berdaya dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara berbasis ilmu ekonomi dan bisnis Islam.
d. Terselenggaranya tata kelola lembaga yang profesional, transparan, dan
akuntabel dalam rangka mencapai kepuasan civitas akademika dan pemangku
kepentingan

5. Sasaran FEBI
FEBI IAIN Pekalongan memiliki Sembilan sasaran yaitu::
a. Pencapaian Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
b. Tata Kelola, Penjaminan Mutu dan Kerjasama
c. Mahasiswa dan Alumni
d. Sumber Daya Manusia
e. Pembelajaran dan Suasana Akademik
f. Penelitian
g. Pengabdian Masyarakat
h. Sarana dan Prasarana
i. Keuangan

6. Nilai-nilai Dasar (CoreValues)
Dalam upaya mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, FEBI IAIN

Pekalongan berpegang pada nilai-nilai dasar. Nilai-nilai dasar adalah nilai-nilai yang
dijunjung tinggi oleh organisasi dalam perjalanan mewujudkan visi. Nilai dasar yang
dianut sebagai berikut:

a. Spiritualitas
b. Keteladanan
c. Integritas
d. Keadilan
e. Keindonesiaan

7

f. Kebersamaan
g. Transparansi
h. Enterpreneurship
i. Saintifik
7. Keyakinan Dasar (CoreBeliefs)
Keyakinan dasar merupakan keyakinan tentang kebenaran visi dan kebenaran
jalan yang dipilih untuk mewujudkan visi. Keyakinan dasar yang dianut IAIN
Pekalongan adalah sebagai berikut:
a. Integrasi Ilmu

FEBI IAIN Pekalongan meyakini bahwa di dalam Islam tidak ada dikotomi ilmu.
Karena itu, pengembangan ilmu bersifat integralistik, multi dan interdisipliner.
b. Transformasi Sosial
FEBI IAIN Pekalongan meyakini bahwa perguruan tinggi bukanlah menara
gading. Karena itu, Tri Dharma perguruan tinggi yang dikembangkan oleh IAIN
Pekalongan diorientasikan untuk memberdayakan masyarakat.
c. Good Governance
FEBI IAIN Pekalongan meyakini bahwa tata kelola yang baik akan
mengantarkan lembaga menjadi perguruan tinggi yang terkemuka dan
kompetitif.
d. Independensi
FEBI IAIN Pekalongan meyakini bahwa perguruan tinggi memiliki independensi
dan otonomi dalam pengembangan keilmuan.

8

BAB III
ARAH PENGEMBANGAN
FEBI IAIN PEKALONGAN

A. Rencana Induk Pengembangan FEBI IAIN Pekalongan 2017-2036
Rencana Induk Pengembangan (RIP) FEBI IAIN Pekalongan 2017-2036 ini

disusun berdasarkan milestone 20 tahun yang dibagi menjadi empat tahap sebagai
berikut.

TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3 TAHAP 4
(2017 – 2021) (2022 – 2026) (2036 – 2031) (2032 – 2036)
Competitive
Good University University Performance Global Recognition
Advantages
Governance Improvement University
University
(GUG) (UPI) (CAU) (GRU)

Memperkuat tata Meningkatkan kinerja Meningkatkan daya Mendapatkan
kelola yang baik, institusi untuk saing kelembagaan pengakuan nasional
bersih dan melayani dan regional sebagai
dan membangun mengembangkan sumber dan kontribusi fakultas terkemuka
basis keilmuan FEBI daya manusia guna keilmuan FEBI IAIN dalam pengelolaan
IAIN Pekalongan yang kelembagaan dan
mengembangkan konsep Pekalongan
berwawasan keilmuan FEBI IAIN berwawasan pengembangan
keindonesiaan. keindonesiaan. IPTEK berwawasan
Pekalongan berwawasan
keindonesiaan. keindonesiaan.

B. Arah Pengembangan 2017-2021

Pada tahapan Renstra 2017-2021, pengembangan yang ingin dicapai oleh FEBI
IAIN Pekalongan diarahkan kepada 9 (sembilan) aspek, yaitu:
1. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran (VMTS),serta Strategi Pencapaian.

Pencapaian program kerja FEBI pada tahap ini adalah tersedianya VMTS,
milestones strategi pencapaian, dokumen rencana induk pengembangan (RIP),
rencana strategis (renstra), sosialisasi VMTS, tingkat pemahaman VMTS yang
tinggi dan pemanfaatannya di semua organ institut, fakultas, dan stakeholders.

2. Tata Pamong, Kepemimpinan, Sistem Pengelolaan, dan Penjaminan
Mutu Pencapaian program kerja FEBI pada tahap ini adalah:

a. Tersedianya berbagai dokumen tata kelola yang menjamin terlaksananya
lima pilar tata pamong (kredibel, transparan, akuntabel, bertanggung jawab,
dan adil).

b. Tersedianya dokumen sistem kepemimpinan yang visioner, inovatif dan
responsif yang mengimplementasikan kepemimpinan operasional,
organisasi dan publik.

c. Tersedianya dokumen perencanaan, pengendalian, dan evaluasi dengan tata
kelola yang baik.

d. Implementasi Sistem penjaminan mutu berbasis ISO.
e. Terkelolanya sistem informasi dengan baik.

f. Tersedianya dokumen kerjasama dan manfaat kerjasama yang terkelola
dengan baik.

9

3. Mahasiswa dan Alumni
Pencapaian program kerja FEBI pada tahap ini adalah.
a. Tersedianya dokumen sistem rekrutmen dan seleksi mahasiswa baru yang
efektif dan terstandar.
b. Terpenuhinya jumlah mahasiswa baru dengan sistem tata kelola rekrutmen
yang berdasarkan pada standar rasio yang ideal dari jumlah dosen dan
mahasiswa yang diterima.
c. Semua kegiatan kemahasiswaan baik akademik maupun non-akademik
dapat terkelola dengan baik.
d. Kegiatan dan partisipasi alumni dalam mendukung pengembanan
akademik.
e. Mendirikan pusat inkubasi dan inovasi kewirausahaan yang didasarkan
pada tata kelola yang baik.
f. Terkelolanya ikatan alumni yang diarahkan pada kegiatan-kegiatan
kewirausahaan.
g. Terkelolanya semua kegiatan kewirausahaan alumni.

4. Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Pencapaian program kerja FEBI pada tahap ini adalah
a. Pengelolaan SDM yang berkelanjutan secara kualitas maupun kuantitas.
b. Adanya sistem monitoring dan evaluasi, serta rekam jejak kinerja dosen
dan tenaga kependidikan yang dikelola dengan baik.
c. Terkelolanya sistem rekrutmen dosen yang dapat dipertanggungjawabkan.
d. Pencapaian rasio dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa yang
proporsional.
e. Tersedianya sistem pengelolaan sumber daya manusia yang lengkap,
transparan, dan akuntabel.
f. Tersedianya pustakawan, tenaga kependidikan dan laboran yang
memenuhi standar minimal bagi pelayanan akademik.
g. Tersedianya instrumen survei kepuasan dosen, pustakawan, laboran,
teknisi, mahasiswa, dan tenaga administrasi terhadap sistem pengelolaan
sumber daya manusia.

5. Pembelajaran, Kurikulum dan Suasana Akademik
Pencapaian program kerja FEBI pada tahap ini adalah
a. Tersedianya kebijakan, pedoman atau panduan yang mendukung
terciptanya tata kelola yang baik dalam bidang pendidikan.
b. Tersedianya kebijakan pengembangan kurikulum yang mendukung
terciptanya tata kelola yang baik dalam bidang pendidikan.
c. Tersedianya dokumen formal tentang kebebasan akademik, kebebasan
mimbar akademik, dan otonomi keilmuan, serta konsistensi
pelaksanaannya.

6. Penelitian
Pencapaian program kerja FEBI pada tahap ini adalah;
a. Meningkatnya jumlah dan kualitas penelitian dosen dan mahasiswa (rasio
peneliti dan jumlah dosen/mahasiswa) dan pusat-pusat penelitian/studi

10

yang sesuai dengan bidang keilmuan prodi, multidispliner dan kolaboratif
dengan tata kelola yang baik.

b. Meningkatnya jumlah artikel ilmiah yang dihasilkan oleh dosen pada buku
dan jurnal bereputasi serta mendapat banyak sitasi dengan tata kelola
yang baik.

c. Terakreditasinya jurnal FEBI, International Journal of Islamic Bussiness and
Economics (IJIBEC) dan menjadi rujukan ilmu ekonomi syariah.

d. Meningkatnya jumlah karya dosen dan mahasiswa yang mendapat
paten/hak atas kekayaan intelektual (haki) di tingkat nasional dengan tata
kelola yang baik.

e. Meningkatnya jumlah karya dosen dan mahasiswa yang memberikan
kontribusi pada pembelajaran, kebijakan dan problem solving.

f. Meningkatnya jumlah dana (rasio dosen/mahasiswa dengan dana)
penelitian dengan tata kelola yang baik.

7. Pengabdian Kepada Masyarakat
Pencapaian program kerja FEBI pada tahap ini adalah:

a. Meningkatnya jumlah pengabdian masyarakat yang dilakukan dosen dan
mahasiswa (rasio peneliti dan jumlah dosen/mahasiswa) yang sesuai
dengan bidang keilmuan prodi, multidispliner dan kolaboratif dengan tata
kelola yang baik.

b. Meningkatnya jumlah artikel ilmiah yang dihasilkan dari kegiatan
pengabdian masyarakat oleh dosen dan mahasiswa pada jurnal, modul dan
buku bereputasi, mendapat banyak sitasi, serta paten/hak atas kekayaan
intelektual (haki) di tingkat nasional.

c. Terwujudnya laboratorium sosial jurusan/prodi dengan tata kelola yang
baik.

d. Meningkatnya jumlah dana (rasio dosen/mahasiswa dengan dana)
pengabdian kepada masyarakat.

8. Sarana Prasarana
Pencapaian program kerja FEBI adalah:
a. Terwujudnya dokumen perencanaan pengadaan sarana dan prasana
kampus yang mampu menjamin mutu penyelenggaraan tridarma
perguruan tinggi.
b. Adanya dokumen kepemilikan dan penggunaan lahan FEBI IAIN
Pekalongan.

c. Tersedianya kecukupan dan mutu prasarana pembelajaran yang dikelola
FEBI: prasarana akademik (kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi) dan
prasarana non-akademik (fasilitas pengembangan minat, bakat, dan
kesejahteraan).

d. Tersedianya sistem pengelolaan prasarana dan sarana berupa kebijakan,
peraturan, dan pedoman/panduan untuk aspek: pengembangan dan
pencatatan, penetapan penggunaan, keamanan dan keselamatan
penggunaan, dan pemeliharaan/perbaikan/kebersihan.

9. Keuangan
Pencapaian program kerja FEBI adalah:

11

a. Tersedianya dokumen pengelolaan dana yang mencakup perencanaan
penerimaan, pengalokasian, pelaporan, audit, monitoring dan evaluasi,
serta pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan untuk
peningkatan tata kelola yang baik.

b. Tersedianya mekanisme penetapan biaya pendidikan mahasiswa dengan
mengikutsertakan semua pemangku kepentingan internal dalam rangka
mewujudkan tata kelola yang baik.

c. Terpenuhinya standar minimal pedoman penggunaan keuangan untuk
mewujudkan tata kelola yang baik.

d. Tersedianya pedoman penetapan pembiayaan mahasiswa FEBI IAIN
Pekalongan

e. Tersedianya pedoman penggalian sumber dana lain dalam rangka
mewujudkan tata kelola yang baik.

f. Tersedianya kebijakan mengenai pembiayaan mahasiswa berprestasi dan
kurang mampu untuk meningkatkan tata kelola pembiayaan pendidikan.

12

BAB IV
KONDISI OBJEKTIF DAN ANALISIS KESENJANGAN

Kondisi obyektif FEBI IAIN Pekalongan mengacu pada 9 standar kriteria mutu BAN-PT: (1)
standar visi, misi; (2) Tata Kelola, kerjasama dan sistem informasi; (3) mahasiswa dan alumni; (4)
SDM; (5) Pembelajaran dan suasana akademik; (6) Penelitian; (7) Pengabdian kepada masyarakat; (8)
sarana dan prasarana; (9) keuangan. Sembilan kriteria ini dianalisis secara kritis untuk menemukan
kesenjangan capaian berdasarkan standar dan kriteria mutu yang telah ditetapkan.

Penjelasan rinci setiap standar adalah sebagai berikut:

1 Pencapaian visi , misi, tujuan dan sasaran
FEBI IAIN Pekalongan merupakan pengembangan dari Jurusan Syariah dan Ekonomi islam STAIN

Pekalongan. Seiring dengan perubahan status dari STAIN ke IAIN, maka Jurusan Syariah dan Ekonomi
Islam dipecah menjadi Fakultas Syariah dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, dimana Program
Studi (Prodi) Hukum Keluarga dan Hukum Ekonomi Syariah berada di bawah Fakultas Syariah
sedangkan Prodi Ekonomi Syariah dan Diploma Tiga Perbankan Syariah berada di bawah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam. Ketika kedua prodi (Prodi Ekonomi Syariah dan Diploma Tiga Perbankan
Syariah) berada di bawah Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam, visi, misi, dan tujuan kedua prodi
tersebut mengacu kepada visi, misi, tujuan dan sasaran STAIN pekalongan, yang tercantum di dalam
Renstra STAIN Pekalongan yang berakhir pada tahun 2016. Oleh karena itu, perlu disusun RIP baru
sebagai dasar pengembangan kelembagaan dua puluh tahun ke depan.

Visi Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Pekalongan 2012-2016 adalah “Terdepan dan
Terkemuka dalam Ilmu-ilmu Kesyariahan”. Rumusan visi tersebut dinilai masih memiliki beberapa
kelemahan, antara lain:
a) Visi belum disusun dengan menggunakan asas SMART (Specific, Measurable, Achievable,

Realistic, Timely).
b) Misi dan tujuan tidak dipahami dan tidak dijalankan oleh sivitas akademik secara maksimal
c) Visi, misi, dan tujuan disusun tidak mengacu pada RIP.
d) Visi, misi, dan tujuan belum dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun kebijakan, program

dan kegiatan.
e) Visi, misi, dan tujuan tidak tercantum dalam statuta
f) Visi yang ada belum menunjukkan distingsi keilmuan yang akan dikembangkan oleh seluruh

organ pelaksana akademik.
g) Penyusunan visi belum secara maksimal melibatkan stakeholders dan civitas akademika,

sehingga ide pemikiran belum terakomodasi.
h) Visi belum diturunkan kepada sasaran mutu dan indikator kinerja utama.

1.1 Adanya Tonggak Capaian Tujuan
Renstra STAIN Pekalongan tahun 2012-2016 sudah memuat tonggak capaian, namun tidak ada
keterpaduan antar program untuk mencapai kriteria mutu.

1.2 Sosialisasi dan Pemanfaatan
Visi dan misi telah disosialisasikan dengan baik melalui web, banner, spanduk, MMT, leaflet, block
note, namun belum ada keseriusan dan kepedulian dari civitas akademika dalam memahami,
mengaktualisasikan serta menginternalisasi.

13

1. Tata Pamong

2.1. Tata Kelola
Sistem tata kelola FEBI IAIN Pekalongan masih dalam penataan karena baru saja mengalami

perubahan dari Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Pekalongan. Tata pamong FEBI sedang
menyesuaikan dengan budaya organisasi yang mencerminkan pada aturan, tata cara pemilihan
pimpinan, etika dosen, etika mahasiswa, etika tenaga kependidikan, sistem penghargaan dan sanksi
serta pedoman dan prosedur pelayanan (administrasi, perpustakaan, laboratorium, dan studio).
Sistem tata pamong yang meliputi: input, proses, output dan outcome serta lingkungan eksternal
diupayakan mampu menjamin terlaksananya tata pamong yang baik. Pembangunan sistem tata
pamong di FEBI IAIN Pekalongan diupayakan selaras dan sesuai dengan tata nilai yang kredibel,
transparan, akuntabel, adil dan bertanggung jawab. Secara umum, kelemahan tata kelola di FEBI
IAIN Pekalongan diantaranya:

1. Belum maksimalnya koordinasi dan komunikasi antar-unit organisasi
2. Belum efektifnya mekanisme komplain atau pengaduan
3. Prinsip-prinsip tata pamong belum dijalankan secara konsisten
4. Empat pilar (kredibel, akuntabel, transparan dan bertanggung jawab) dalam tata pamong masih

perlu ditingkatkan.
5. Dokumen-dokumen yang mendukung terlaksananya tata pamong belum lengkap.

2.2. Kepemimpinan (Operasional, Organisasi, Publik)
Secara umum, kepemimpinan di FEBI IAIN Pekalongan telah memiliki mekanisme pemilihan dan

penempatan pimpinan mengacu peraturan yang ada. Pimpinan di lingkungan FEBI IAIN Pekalongan
mempunyai peran-peran penting di berbagai organisasi masyarakat dan organisasi profesi.

Kinerja kepemimpinan di FEBI IAIN Pekalongan mengacu pada tiga pilar kepemimpinan, yaitu
kepemimpinan operasional, organisasi dan publik, yang dideskripsikan sebagai berikut.

a. Pada kepemimpinan operasional, FEBI IAIN Pekalongan telah mengacu pada Wewenang dan
Tugas (WT), Standar Operasional Prosedur (SOP). Namun demikian, pelaksanaanya belum
terlaksana dengan maksimal.

b. Pada kepemimpinan organisasi, pimpinan telah mengacu pada tata kelola organisasi
Perguruan Tinggi yang baik (Good University Governance). Akan tetapi perlu peningkatan
koordinasi ekternal terkait dengan lembaga lain dan tindak lanjut dari hasil evaluasi.

c. Pada kepemimpinan publik, pimpinan telah berpartisipasi pada organisasi profesi maupun
kemasyarakatan. Namun peran dan partisipasinya perlu diperluas pada tingkat nasional dan
internasional.

2.3. Sistem Pengelolaan
Tata kelola FEBI IAIN Pekalongan mengacu pada RIP, Renstra, Renop, Statuta, Ortaker IAIN

Pekalongan. Selain itu juga mengacu pada regulasi yang berlaku di Indonesia. Secara umum, kondisi
objektif berkenaan dengan aspek pengelolaan FEBI IAIN Pekalongan, telah menganut sistem
manajemen strategis kelembagaan. Prinsip-prinsip manajemen yang terdiri dari planning, organizing,
actuating dan controlling (POAC) telah diaplikasikan secara konsisten sehingga sangat berpengaruh
kepada performa institusi. Namun demikian, pimpinan masih berupaya secara maksimal untuk
memperbaiki tata kelola yang baik.

2.4. Sistem Penjaminan Mutu
Pelaksanaan Tri Dharma secara umum, STAIN Pekalongan sudah memiliki sistem penjaminan

mutu, sistem monitoring dan evaluasi terhadap seluruh aspek pengelolaan di organ dan unit
lembaga. Salah satu bentuk penjaminan mutu internal (SPMI) adalah dilakukannya audit internal
oleh P2M setiap semester. Dengan adanya audit internal dapat diketahui proses-proses akademik
yang masih mengalami kelemahan. SPMI FEBI IAIN Pekalongan mengadopsi sistem manajemen mutu

14

ISO 9001 yaitu menggunakan pola PDCA (Plan, Do, Check, Action). Meski sistem penjaminan mutu
berjalan akan tetapi perlu melakukan penguatan-penguatan: (1) Peningkatan kapasitas SDM yang
mampu mengimplementasikan penjaminan mutu. (2) Penyusunan dokumen mutu secara lengkap
yang meliputi manual mutu, kebijakan mutu, sasaran mutu, standar mutu, prosedur mutu dan
instruksi kerja. (3) Sosialisasi yang masif terhadap seluruh civitas akademika di lingkungan pemilihan
dan penempatan pimpinan Pekalongan. (4) Peningkatan standar mutu yang tidak hanya mengacu
pada standar BAN PT, akan tetapi sudah mulai memikirkan standar mutu yang lebih tinggi misalnya
ISO, AUN-QA, maupun World QS.

2.5. Penggunaan Sistem Informasi
Program pembelajaran dan manajemen kelembagaan, FEBI IAIN Pekalongan telah

menggunakan sistem informasi berbasis IT diantaranya: (1) Sistem informasi administrasi
kemahasiswaan, yang telah mengaplikasikan sistem informasi terpadu untuk memudahkan
manajemen pembelajaran mulai dari perencanaan studi, proses pembelajaran sampai pada evaluasi.
Namun dalam praktiknya masih terjadi mis-administration akibat human error atau misconduct,
sehingga berakibat pada rendahnya akses stakeholder internal dan stakeholder eksternal IAIN
Pekalongan untuk memanfaatkan dan melakukan pengawasan terhadap informasi institusi. Sebagai
contoh, FEBI IAIN Pekalongan sudah memiliki sistem monitoring pelaksanaan pembelajaran yang
datanya dapat diakses publik melalui sistem informasi terpadu (www.sikadu.iainpekalongan.ac.id) namun
tindaklajut dari monitoring tersebut perlu ditingkatkan.

Selain itu, keberadaan sistem informasi berbasis internet, belum secara maksimal
termanfaatkan sebagai media dan sumber pembelajaran. Terbukti belum teraplikasikannya program
e-learning, e-library, e-book, dan e-journal baik untuk dosen maupun mahasiswa. Berbagai dokumen
akademik, kepegawaian dan SDM belum juga dilakukan digitalisasi yang terintegrasi sehingga
memudahkan proses pelaksanaan manajemen dalam semua aspek kegiatan di FEBI IAIN Pekalongan.

2.6. Jumlah Kerjasama dan Kemanfaatan
FEBI IAIN Pekalongan telah melakukan pengembangan kerjasama dengan lembaga-lembaga lain

yang dapat mendukung tercapainya visi dan misi FEBI IAIN Pekalongan sesuai rencana. Diantaranya
adalah: (a) meningkatkan kerja sama (sinergi) antar perguruan tinggi; baik dalam maupun luar Negeri
dan (b) meningkatkan kerja sama dengan pemerintah daerah, dunia usaha, dan lembaga lain baik di
dalam maupun luar negeri untuk kegiatan Tri Dharma perguruan tinggi.

Pada tahun 2017 FEBI IAIN Pekalongan telah memiliki 43 Memorandum of Understanding
(MoU) dengan berbagai instansi, baik dalam maupun luar negeri. Sebagai contoh kerjasama dalam
negeri, kerjasama dengan instansi pemerintah, Perguruan Tinggi, lembaga keuangan, organisasi
profesi, dan organisasi kemasyarakat. Adapun kerjasama luar negeri difokuskan pada bidang
akademik.

Manfaat yang telah diperoleh dari kerjasama yang telah terjalin, diantaranya:
1. Pelaksanaan penelitian
2. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) bagi mahasiswa
3. Kukliah Kerja Lapangan (KKL) bagi mahasiswa.
4. Narasumber seminar dan workshop.

Namun kerjasama yang dilakukan oleh FEBI IAIN Pekalongan perlu diimplementasikan secara
kongkrit dalam bentuk program-program yang mendukung tercapainya sasaran mutu di semua
aspek Tri Dharma.

2. Mahasiswa dan Alumni
a. Pedoman seleksi Mahasiswa baru

Penerimaan mahasiswa baru FEBI IAIN Pekalongan dilakukan melalui empat jalur: Seleksi
Prestasi Akademik Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (SPAN-PTKIN), Ujian Masuk

15

Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN), jalur ujian mandiri dan jalur penelusuran
bakat dan minat. Keempat jalur penerimaan di atas dapat dilihat pada tabel 1. berikut:

Tabel 1.

Mekanisme Penerimaan Mahasiswa

No. Jalur Penerimaan Mekanisme Keterangan

1 SPAN-PTKIN Sekolah mengirimkan nama- a. Input calon mahasiswa

nama siswa berprestasi dengan lebiha banyak di dominasi

kriteria: sekolah berakreditasi A dari wilayah eks

sebanyak 30% dari total siswa Karesidenan Pekalongan.

kelas XI, sekolah berakreditasi B b. Sekolah di wilayah eks

20% dan berakreditasi C 10% Karesidenan Pekalongan

mayoritas terakreditasi B

dan C sehingga input yang

masuk melalui jalur ini

kurang maksimal

c. Calon mahasiswa melalui

jalur ini lebih banyak

berasal dari sekolah umum

(SMA dan SMK) sehingga

lemah dari sisi akademik

kegamamaan.

2. UM-PTKIN Mahasiswa melakukan FEBI IAIN Pekalongan mesih

pendaftaran sesuai dengan minat menjadi second choise bagi

keilmuan yang ada di PTKIN calon mahasiswa.

seluruh Indonesia

3. Mandiri FEBI IAIN Pekalongan membuka a. Penetapan jadwal

pandaftaran calon mahasiswa pendaftaran setelah SPAN

baru secara mandiri dan UM PTKIN

menyebabkan mayoritas

pendaftar adalah calon

mahasiswa yang tidak

diterima di perguruan

tinggi lain sehingga

mengurangi kualitas.

b. Proses seleksi belum

menggunakan standar

penilaian yang jelas

4. Minat Bakat FEBI IAIN Pekalongan menerima Sosialisasi melalui jalur ini

calon mahasiswa baru melalui belum maksimal.

jalur prestasi akademik dan non

akademik.

16

b. Jumlah Mahasiwa Baru
Tabel 2. Data Mahasiswa FEBI IAIN Pekalongan 2017

No. Jurusan 2013 Tahun 2016 2017
2014 2015
1 Ekonomi Syariah
2 Perbankan Syariah
3 Akuntansi Syariah
4 D3 Perbankan Syariah

Total
Perkembangan

Dari data tabel 2. diatas tampak bahwa mahasiswa FEBI IAIN Pekalongan mengalami kenaikan
setiap tahun. Jurusan perbankan syariah dan akuntansi syariah merupakan jurusan baru yang dibuka
pada Tahun Akademik 2017/2018. Sedangkan jurusan D3 perbankan Syariah tidak dibuka
penerimaan mahasiswa baru sesuai arahan DIKTIS.

c. Kegiatan Kemahasiswaan

FEBI IAIN Pekalongan memiliki Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang dapat dijadikan wadah
untuk mengembangkan minat, bakat dan kemampuan berorganisasi. UKM dibimbing oleh dosen
pembimbing. Diantara UKM yang ada sebagai berikut:
1) Racana Kusuma Bangsa - Dewi Kusuma Bangsa
2) Resimen Mahasiswa
3) GEMALAWA
4) Seni Musik El Fata
5) Al-Mizan
6) Teater Zenith
7) SPEAC
8) KOPMA
9) KSR-PMI
10) LPTQ
11) Studi Gender Mahasiswa
12) Lembaga Dakwah Kampus
13) SPORT
14) DEMA dan SEMA Fakultas
15) Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)

Beberpa hal yang perlu ditingkatkan pada pengelolaan UKM di lingkungan FEBI Pekalongan
adalah
1. Program UKM perlu inovatif.
2. Tata kelola UKM perlu diperbaiki sehingga menjadi lebih transparan, akuntabel, dan kredibel.
3. Kooordinasi antar UKM dan fakultas.
4. Pembinaan dan pengawasan dosen pembimbing.
5. Sarana dan prasarana penunjang kegiatan UKM.
6. Dukungan institut, fakultas, dan jurusan.
7. Penguatan sense of belonging terhadap sarana dan prasaramna oleh mahasiswa.

17

d. Kegiatan Alumni
FEBI IAIN Pekalongan telah memiliki wadah alumni yang berfungsi sebagai media komunikasi

dan networking. Selain itu sebagai mitra fakultas dalam pengembangan lembaga. Wadah alumni FEBI
dikembangkan dari IKA Alumni STAIN, sehingga wadah ini masih tergolong baru. Untuk
meningkatkan kontribusi alumni terhadap pengembangan lembaga, maka terhadap wadah yang
sudah ada perlu dioptimalkan.

Beberapa hal yang perlu ditingkatkan wadah alumni FEBI IAIN Pekalongan adalah:
1. Peran aktif kepengurusan
2. Program tracer study
3. Kontrbusi alumni, baik akademik maupun non akademik

e. Kewirausahaan Alumni
Salah satu ciri khas Pekalongan adalah enterpreneurship. Mayoritas masyarakat Pekalongan

adalah pengusaha dan pedagang. Muatan lokal ini juga menjadi ciri FEBI IAIN Pekalongan. Bukti
kekhasan tersebut tertuang dalam mata kuliah kewirausahaan yang wajib diambil oleh seluruh
mahasiswa. Harapannya adalah seluruh lulusan atau alumni tidak hanya mengandalkan sektor
pekerjaan formal, tetapi juga dapat bergerak di sektor informal.

Selain mata kuliah kewirausahaan, FEBI IAIN Pekalongan juga menyelenggarakan workshop
kewirausahaan bagi para calon alumni dengan narasumber berasal dari alumni. Hal ini ditujukan
untuk memberikan motivasi dan bekal bagi calon lulusan agar mereka punya alternatif pekerjaan
dalam aplikasi keilmuannya.

Meskipun dua usaha di atas telah dilakukan, akan tetapi ada beberapa hal yang masih perlu
ditingkatkan antara lain: membangun jaringan alumni yang kuat pada sebuah instansi yang dapat
membantu para wisudawan baru untuk mendapatkan pekerjaan, menyelenggarakan job fair bagi
para alumni, dan mengadakan temu alumni yang telah sukses dalam rangka sharing informasi dan
pengalaman.

3. Sumber Daya Manusia
a. Sistem Pengelolaan SDM

FEBI IAIN Pekalongan sudah melakukan pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada, di
antaranya: menentukan kuota penerimaan dosen dan tenaga kependidikan yang disesuaikan dengan
kebutuhan. Demikian juga upaya-upaya pengelolaan SDM yang baik terus dilakukan, seperti adanya
sistem monitoring dan evaluasi, serta rekam jejak kinerja dosen dan tenaga kependidikan yang baik,
pengelolaan rasio dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa yang proporsional, serta
diupayakannya sistem pengelolaan SDM yang lengkap, transparan, dan akuntabel. Namun demikian,
FEBI IAIN Pekalongan sedang melakukan proses pembuatan buku pedoman sistem pengelolaan
sumber daya yang lengkap yang meliputi: perencanaan, rekrutmen, seleksi, orientasi, penempatan
pegawai, pengembangan karir, penghargaan dan sanksi.

b. Monitoring dan Evaluasi Kinerja SDM
FEBI IAIN Pekalongan telah melakukan langkah-langkah untuk memonitoring dan mengevaluasi

kinerja dosen dan tenaga kependidikan, di anataranya melalui: kegiatan evaluasi kinerja dosen
dengan menggunakan ukuran Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan Beban Kinerja Dosen (BKD) dan
Indeks Kinerja Akademik Dosen (IKAD), kegiatan evaluasi kinerja tenaga kependidikan melalui
Laporan Catatan Kinerja Harian (LKH), dan upaya peningkatan kedisiplinan melalui sistem fingerprint.

Meskipun FEBI IAIN Pekalongan telah melakukan langkah-langkah monitoring dan evaluasi
kinerja seperti tersebut di atas, namun monitoring dan evaluasi tersebut belum maksimal. Misalnya,
fingerprint hanya dilakukan pada waktu berangkat dan pulang, belum dilakukan pada waktu

18

menjelang dan setelah istirahat. Selain itu, FEBI IAIN Pekalongan juga belum menerapkan sanksi
secara tegas sehingga masih ada beberapa dosen dan tenaga kependidikan yang tidak disiplinan
dalam melaksanakan tugasnya.

c. Jumlah Dosen
Selama ini FEBI IAIN Pekalongan hanya memiiliki 25 dosen yang teridiri dari 23 dosen tetap PNS,

2 dosen tetap bukan PNS. Jumlah dosen tersebut belum sebanding dengan jumlah mahasiswa yang
ada. Hal ini disebabkan pengadaan dosen STAIN Pekalongan sebagai lembaga pendidikan negeri
sangat tergantung pada kebijakan pemerintah pusat. Sementara kebijakan pemerintah sejak tahun
2010 sampai 2015 pemerintah mengeluarkan kebijakan moratorium. padahal di sisi lain terjadi
peningkatan jumlah peminat mahasiswa yang sangat tinggi. Sehingga Jumlah dosen tersebut tidak
ideal jika dibandingkan dengan jumlah mahasiswa yang ada sekarang yaitu 2.776 orang. Dengan
demikian maka rasio perbandingan dosen dan mahasiswa adalah 1:111. Padahal menurut standar
BAN PT rasio perbandingan dosen mahasiswa adalah 1:33. Selain ada kelemahan juga dapat dilihat
dari jenjang pendidikan dosen dimana saat ini dosen yang bergelar doktor (S3) masih berjumlah 3
orang dan dari jumlah tersebut, belum ada satu pun yang bergelar guru besar (Profesor).

d. Pengembangan Dosen
FEBI IAIN Pekalongan berusaha untuk melakukan pengembangan dosen, terutama dari aspek

kompetensi akademik. Sampai saat ini jumlah dosen yang bergelar doktor sebanyak 3 orang. Oleh
karena itu, semua dosen yang ada didorong untuk mengikuti studi lanjut.Selain pengembangan
kualifikasi pendidikan, pengembangan kapasitas dosen juga dilakukan dalam bidang riset,
pengabdian dan publikasi ilmiah. Untuk menghasilkan riset dan karya tulis ilmiah yang baik, para
dosen juga diberikan pelatihan-pelatihan penulisan ilmiah. Karya tulis ilmiah yang sudah ditulis oleh
dosen-dosen yang ada juga didorong untuk dapat diterbitkan di jurnal-jurnal terakreditasi baik
nasional maupun internasional.

Selain itu, dosen juga didorong untuk memiliki kompetensi sosial, sehingga para dosen FEBI IAIN
Pekalongan dapat berkiprah dalam melakukan perubahan-perubahan sosial di masyarakat. Namun
demikian, pedoman sistem pengembangan dosen sampai saat ini belum terumuskan dengan baik,
sehingga upaya-upaya pengembangan yang selama ini dilakukan masih bersifat sporadis dan tidak
mengacu pada rencana pengembangan yang sistematis dan berkelanjutan.

e. Tenaga Kependidikan
FEBI IAIN Pekalongan saat ini memiliki 10 tenaga kependidikan yang terdiri dari:

1) Tenaga PNS sebanyak 4 orang
2) Pegawai Kontrak sebanyak 6 orang

Jika dilihat dari jabatannya, tenaga kependidikan PNS dapat dirinci sebagai berikut:
1) Jabatan Fungsional Struktural : 4 orang

Jumlah tenaga kependidikan tersebut sangat ideal jika dibandingkan dengan jumlah dosen,
yaitu: 1:2,5. Namun, Job description dan analisis jabatan masih kurang baik.

f. Pengukuran Kepuasan Pegawai Dan Dosen
Pengukuran kepuasan pegawai dan dosen terhadap sistem pengelolaan SDM di FEBI IAIN

Pekalongan dilakukan oleh Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) melalui survey yang dilakukan secara
rutin setiap tahun. Survei kepuasan pegawai dan dosen terhadap sistem pengelolaan SDM meliputi
perekrutan, penempatan, pengembangan, fasilitas, iklim dan suasana kerja, sanksi, keteladanan,
penghasilan dan penghargaan.

19

2) Pembelajaran dan Suasana Akademik
a. Kebijakan Pendidikan Dan Pedoman Pembelajaran

Sejak awal FEBI IAIN Pekalongan bekerja keras untuk memberikan proses pembelajaran yang
disesuaikan dengan visi misi tujuan dan sasaran. Oleh karenanya beberapa kebijakan pendidikan
terkait arah kurikulum dan pembelajaran menjadi sangat strategis. Kebijakan pendidikan selalu
diarahkan kepada uoaya implementasi proses pembelajaran yang menjawab kebutuhan leaners dan
stakeholders serta mencerminkan pengembangan keilmuan yang berwawasan keindonesiaan.

Beberapa kebijakan telah diterapkan FEBI IAIN Pekalongan terkait kegiatan pendidikan dan
proses pembelajaran, antara lain:
1. FEBI IAIN Pekalongan menetapkan kebijakan bahwa setiap dosen wajib mengajar maksimal 16

SKS per semester.
2. Mewajibkan dosen menyiapkan perangkat pembelajaran (silabus, SAP-Satuan Acara

Pembejaran)
3. Pemberlakuan Sikadu (sistem akademik terpadu) dalam rangka mengontrol kegiatan

perkuliahan, seperti: jurnal mengajar, presensi, perwalian dan penilaian).
4. Adanya monitoring dan evaluasi terkait kegiatan pembelajaran dosen melalui IKAD, survei

kepuasan mahasiswa, monitoring jurusan melalui kartu kontrol yang dibawa mahasiswa.

Kebijakan-kebijakan tersebut belum berjalan maksimal karena; pertama, banyak dosen yang
mendapatkan lebih dari 16 SKS dalam satu semester. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya jumlah
dosen. Kedua, belum adanya standar penyusunan silabus dan SAP yang baku sehingga silabus dan
SAP yang dibuat oleh masing-masing dosen berbeda. Di samping itu, dosen terlambat dalam
mengumpulkan silabus dan SAP sehingga memperlemah jurusan dalam kontrol pembelajaran.
Ketiga, perangkat sikadu hanya menyediakan kolom nilai akhir pada penilaian mahasiswa tanpa
menyediakan kelengkapan kolom penilaian (nilai UTS, UAS, tugas). Keempat, tidak ada reward and
punishment terhadap hasil penilaian kinerja dosen.

b. Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah sistem pembelajaran. Oleh

karena itu, upaya pengembangan kurikulum merupakan sebuah keniscayaan yang harus dilakukan
secara periodik dan berkesinambungan. FEBI IAIN Pekalongan telah melakukan kegiatan-kegiatan
terkait pengembangan kurikulum, seperti workshop perumusan dan evaluasi kurikulum, dan public
hearing dengan stakeholders.

Kebijakan pengembangan kurikulum dimulai dengan penerbitan SK Ketua tentang dosen
serumpun yang berfungsi untuk merumuskan dan menyamakan persepsi mata kuliah-mata kuliah
serumpun. Dasar kebijakan pengembangan kurikulum juga diperoleh dari feedback para
stakeholders yang ditempati sebagai lokasi PPL (Praktik Pengalaman Lapangan).

Idealnya, evaluasi kurikulum dilakukan minimal empat tahun sekali. FEBI IAIN Pekalongan telah
mewajibkan masing-masing program studi untuk menerapkan kurikulum KKNI (Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia) mulai tahun 2017. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi lulusan
dan menjawab tantangan kompetisi antar perguruan tinggi. Namun demikian, pemahaman konsep
dan pelaksanaan KKNI masih perlu ditingkatkan lagi.

c. Suasana Akademik
Kampus telah mendorong tumbuhnya suasana akademik diantaranya adalah dengan

mewujudkan unit pengkajian dan pengembangan sistem dan mutu pembelajaran. Mendorong
mahasiswa untuk berfikir kritis, bereksplorasi, berekspresi, bereksperimen dengan memanfaatkan
aneka sumber yang hasilnya dapat dimanfaatkan oleh institusi.

Dibukanya kemudahan akses internet bagi mahasiswa secara luas dan masif juga menjadii bukti
keseriusan kampus dalam melayani kebutuhan informasi kekinian terkait dengan perkembangan

20

ilmu pengetahuan. Dosen melibatkan mahasiswa dalam penelitian-penelitian sosial dan keagamaan,
baik dalam tugas sebagai observer awal maupun penggalian data

3) Penelitian
a. Kebijakan dan Rencana Induk Penelitian

Secara kelembagaan, pengembangan penelitian di FEBI IAIN Pekalongan dilaksanakan oleh
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M). Namun program-program tersebut
belum dituangkan dalam rencana induk penelitian sebagaimana dalam RIP dan renstra. Beberapa
kebijakan yang dikeluarkan selama ini bersifat insidental dan tidak direncanakan secara matang.

Pendekatan penelitian masih bersifat monodisiplin ilmu pengetahuan, sehingga penelitian tidak
memeliki daya tarik dan daya ungkit bagi perubahan sosial yang kongkrit. Bahkan ruang lingkup
penelitian belum menyentuh disiplin keilmuan yang diajarkan, yang membutuhkan konfirmasi data
di lapangan sosial.

Secara normatif, bidang penelitian sudah menjadi bagian dari ruang lingkup kerjasama
kelembagaan baik dalam maupun luar negeri, namun belum ada tindaklanjut secara konrit. Bahkan
MoU yang sudah dimiliki, tidak ada evaluasi bersama untuk mengetahui pelaksanaan dan
kemanfaatan bagi kedua belah pihak.

Selama ini pelaksanaan penelitian sudah di jalankan dengan mengacu kepada buku pedoman
penelitian yang disusun secara periodik oleh LP2M. Pedoman ini berkaitan dengan pelaksanaan
teknis mulai dari pendaftaran, seleksi proposal, pelaksanaan, evaluasi, dan seminar hasil serta
laporan akhir. Semua pedoman tersebut sudah berbasis paperless service. Hal ini menjadi kendala
bagi sebagian dosen yang gagap teknologi untuk bisa mendapatkan informasi secara cepat, sehingga
sebagian dosen tidak bisa mengakses dan ikut serta dalam kompetisi penelitian. Selain itu, pedoman
tidak secara rinci menjelaskan tatacara penggunaan dana penelitian, sehingga menjadi kendala bagi
penyelesaian penelitian. Pedoman juga terkesan tidak memberikan informasi dalam rentang waktu
yang memadai, sehingga para dosen tidak bisa merencanakan dengan baik.

b. Penelitian Dosen
Sembilan puluh persen pelaksanaan penelitian di FEBI IAIN Pekalongan dilakukan oleh dosen

sebagai implementasi dari tugas Tri Dharma yang kedua. Semua dosen dapat mengakses penelitian,
baik secara individu mapun kolektif, sehingga jumlah penelitian dosen dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan secara signifikan.

Beberapa kendala yang masih dihadapi dalam kegiatan penelitian di FEBI IAIN Pekalongan di
antaranya:
1. Lemahnya kemampuan mengakses penelitian di luar FEBI IAIN Pekalongan. Hal ini disebabkan

oleh beberapa faktor antara lain: metodologi, keilmuan, motivasi, dan keaktifan dosen
mengakses peluang penelitian sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya
2. Laporan penelitian belum sesuai dengan SOP yang telah ditentukan.
3. Penelitian kolaboratif antar lembaga lain masih rendah. Hal ini dikarenakan diktum yang ada di
dalam MoU belum ditindaklanjuti.
4. Belum ada peta kompetensi riset di kalangan dosen, yang berakibat sulitnya mengoptimalkan
kualitas pengembangan keilmuan.

c. Publikasi dan Sitasi
Publikasi dan sitasi dosen FEBI IAIN Pekalongan masih relatif terbatas sehingga perlu upaya

konkrit guna meningkatkan desiminasi hasil penelitian dan karya akademik dosen di lingkup yang
lebih luas. Lemahnya sitasi tersebut, baik penelitian dosen maupun mahasiswa, berakibat pada
tingkat pengakuan eksistensi kelembagaan sebagai pusat pengembangan ilmu. Berikutnya hal ini
berimplikasi pada rendahnya desiminasi karya ilmiah civitas akademika STAIN Pekalongan baik pada
tingkat nasional apalagi internasional.

21

Salah satu faktor rendahnya kualitas penelitian adalah tidak adanya kontrol atas kualitas
penelitian berdasarkan standar ilmiah secara universal, misalnya mekanisme kontrol plagiasi. Faktar
kedua adalah kendala status Badan Layanan Umum (BLU) e-book belum ada, sehingga publikasinya
tidak bisa menjangkau pada komunitas ilmiah secara lebih masih.

d. Penghargaan Hasil Penelitian
Sampai saat ini FEBI IAIN Pekalongan belum memiliki kebijakan dan SOP yang tegas dan mapan

yang mengatur tentang pemberian penghargaan terhadap hasil penelitian, sehingga belum
maksimal implementasi program reward and punisment tersebut secara konkrit di lapangan.
Diantara implementasi kebijakan tersebut adalah pemberian kemudahan berangkat ke forum
desimenasi penelitian baik nasional maupun internasional melalui pemberian SPPD. Keterbatasan
fasilitas dan penghargaan inilah yang tidak mendorong terciptanya kultur dan semangat meneliti
sebagai ruh pengembangan keilmuan suatu perguruan tinggi, sehingga proses kenaikan pangkat dan
jabatan dosen mengalami pelambatan.

e. Pemanfaatan Hasil Penelitian
Salah satu penilaian publik atas keberadaan institusi adalah tingkat kemanfaatan yang

dihasilkan oleh program-program yang dilakukan, khususnya program penelitian. Bila suatu program
dinilai sangat bermanfaat, maka program itu diyakini sebagi sesuatu yang baik yang harus
didapatkan, didukung dan dikondisikan untuk terus dilakukan secara intens dan konsisten.

Berdasarkan asas kemanfaatan hasil penelitian dosen dan mahasiswa FEBI IAIN Pekalongan selama
ini, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Secara umum hasil penelitian baik dosen maupun dosen belum memiliki kemanfaatan subtantif
karena hasil penelitian yang ada hanya dijadikan sebagai dokumen program kerja.

2. Belum ada sinergi antara riset dan pembelajaran, riset dan pengabdian.
3. Hasil riset belum memberikan kontribusi secara maksimal dalam peningkatan manajemen

institusi, pembelajaran, suasana akademik dan peningkatan sumber daya insani.
4. Hasil-hasil riset juga belum dijadikan sebagai pertimbangan kebijakan strategis dan praktis baik

bagi pimpinan internal institusi maupun kebijakan institusi eksternal terkait.
5. Hasil-hasil riset juga belum memberikan kontribusi secara maksimal bagi pemeliharaan nilai-

nilai keislaman (academic expectation) di masyarakat dan mendorong perubahan sosial yang
kongrit dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat (social expectation).
6. Lemahnya pemanfaatan peluang-peluang penelitian yang berbasis kerjasama dengan pihak
ketiga.
7. Hasil riset belum di publikasikan pada jurnal bereputasi tingkat nasional maupun internasional
baik di kalangan dosen maupun mahasiswa

f. Dana Penelitian
Ketersediaan dana penelitian belum diimbangi dengan regulasi yang mengatur pemanfataan

dana penelitian secara maksimal. Akibatnya sebagian dana penelitian itu tidak terserap seluruhnya.
Ketidakserapan anggaran secara maksimal tersebut juga disebabkan oleh regulasi anggaran dari
pemerintah yang tidak mendukung pelaksaaan penelitian secara maksimal.

Selain itu, sumber dana riset selama ini masih berorientasi pada DIPA dan BOPTN, dan belum
tersedia sumberdana lain yang signifikan baik dari lembaga mitra kerjasama maupun dari lembaga
funding penelitian dalam dan luar negeri. Keterbatasan dana penelitian juga disebabkan oleh
lemahnya jejaring institusi yang berimbas pada kepercayaan melaksanakan proyek penelitian yang
bermanfaat bagi kedua belah pihak.

22

7. Pengabdian kepada Masyarakat
a. Kebijakan Dan Rencana Induk Pengabdian Kepada Masyarakat

Beberapa kebijakan FEBI IAIN Pekalongan bidang pengabdian kepada masyarakat,
mencakup:
(1) Pengamalan ilmu pengetahuan Islam;
(2) Peningkatan hubungan antara program FEBI IAIN Pekalongan dengan kebutuhan masyarakat
dan membantu masyarakat dalam melaksanakan pembangunan;
(3) Pelaksanaan pengembangan wilayah terpadu melalui program Desa Binaan/Desa Mitra Kerja.
Program-program tersebut lebih memfokuskan kepada permasalahan-permasalahan riil yang
dihadapi masyarakat dan diupayakan serta dikembangkan lebih efektif dan efisien.

Judul-judul pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan semangat visi dan misi STAIN
Pekalongan yang berkomitmen dalam mengembangkan keilmuan bagi peradaban, dan
mengembangkan sumber daya yang potensial, efektif dan berkualitas menjadi aktual dalam ikut
serta menyelesaikan persoalan-persoalan masyarakat, bangsa, dan bekerja sama dengan
lembaga serta mengembangkan interdisipliner.
Arah kebijakan bidang ini adalah mendekatkan diri dengan masyarakat, menghilangkan kesan
bahwa perguruan tinggi sebagai menara gading yang eksklusif dan elitis. Juga diarahkan untuk
membangun sifat homo akademikus, homo social dan homo religious, serta mematangkan sifat
pengabdian kepada masyarakat yang rahmatan lil alamin.

b. Program Kerja Pengabdian Kepada Masyarakat
Program pengabdian pada masyarakat LP2M IAIN Pekalongan pada pokoknya meliputi dua

program utama, yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Desa Binaan. Perbedaan keduanya, bahwa
program KKN dilaksanakan mahasiswa, sementara program Desa Binaan dilaksanakan oleh dosen.
Tema KKN yang dikembangkan oleh LP2M antara lain adalah pemberdayaan komunitas/jama’ah
masjid; pemberdayaan masyarakat melalui madrasah; Peningkatan Kualitas Hidup Keluarga Berbasis
Sumber Daya Pesisir dan Laut; Konservasi Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat; Pemberdayaan
Masyarakat Perkotaan Berbasis Gender.

c. Publikasi Pengabdian Kepada Masyarakat
Berbagai program pengabdian yang selama ini dilaksanakan oleh FEBI IAIN Pekalongan, belum

ada upaya-upaya sistematik untuk mempuplikasikan kepada masyarakat baik berupa jurnal ilmiah,
artikel populer, seminar dan desimenasi lainnya.

d. Relevansi Penelitian Dengan Pengabdian Kepada Masyarakat
Berdasarkan asas kemanfaatan hasil pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh para dosen
dan mahasiswa FEBI IAIN Pekalongan selama ini, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Secara umum hasil penngabdian baik dosen maupun dosen belum memiliki kemanfaatan
subtantif karena hasil pengabdian yang ada hanya dijadikan sebagai dokumen program kerja.

2. Belum ada sinergi antara program-program pengabdian dengan program riset dan pelaksanaan
pembelajaran.

3. Hasil pengabdian masyarakat belum memberikan kontribusi secara maksimal dalam
peningkatan peningkatan sumber daya insani di masyarakat.

4. Hasil-hasil pengabdian masyarakat juga belum dijadikan sebagai pertimbangan kebijakan
strategis dan praktis baik bagi pimpinan internal institusi maupun kebijakan institusi eksternal
terkait .

5. Hasil-hasil pengabdian masyarakat juga belum memberikan kontribusi secara maksimal bagi
pemeliharaan nilai-nilai keislaman (academic expectation) di masyarakat dan mendorong
perubahan sosial yang kongrit dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat (social
expectation).

23

6. Lemahnya pemanfaatan peluang-peluang pengabdian masyarakat yang berbasis kerjasama
dengan pihak ketiga.

7. Hasil pengabdian masyarakat belum di publikasikan pada jurnal bereputasi tingkat nasional
maupun internasional, sehingga belum bisa menunjukkan eksistensi institusi dan memberi
manfaat bagi masyarakat secara luas.

8. Belum ada data yang mapan tentang tingkat perubahan sosial terdampak program pengabdian
masyarakat, karena belum ada rencana tindaklanjut dari hasil pengabdian masyarakat.

e. Dana Pengabdian Kepada Masyarakat
Sumber dana pengabdian masyarakat selama ini masih berorientasi pada BOPTN, dan belum

tersedia sumberdana lain yang signifikan baik dari lembaga mitra kerjasama maupun dari lembaga
founding pengabdian dalam dan luar negeri. Keterbatasan dana pengabdian juga disebabkan oleh
lemahnya jejaring institusi yang berimbas pada kepercayaan melaksanakan proyek pengabdian yang
bermanfaat bagi pengembangan masyarakat.

Berikut ini disampaikan beberapa hal yang merupakann persoalan-persoalan yang masih
dihadapi di bidang pengabdian masyarakat; (1) Sebaran wilayah pengabdian yang belum merata
pada masing-masing dosen jurusan. (2) Kegiatan pengabdian masyarakat belum merata pada
masing-masing jenis kegiatan,(3) Daerah binaan masih terpusat pada wilayah-wilayah tertentu,(4)
Serapan dana pengabdian masyarakat belum bisa dalam ikut serta pengajuan pilot project dana
pembangunan desa 1 milyard, (5) Keterlibatan dosen dan mahasiswa lebih terkonsentrasi pada saat
Kuliah Kerja Nyata, (6) Belum ada indikator yang pasti untuk mengukur tingkat keberhasilan
pengabdian masyarakat.

Kegiatan pelayanan/pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan selama beberapa
tahun terakhir ini, disesuaikan dengan FEBI IAIN Pekalongan. Namun demikian, banyak
pelayanan/pengabdian yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa belum memberikan kontribusi
maksimal dalam perubahan sosial. Diantara kegiatan tersebut adalah ceramah keagamaan, khutbah
jum'at dan hari raya, pemberian fatwa, takmir masjid dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya.

Pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan dosen FEBI IAIN Pekalongan
telah memadai, walaupun belum optimal mewujudkan visi dan misi FEBI IAIN Pekalongan. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa kendala, antara lain: (1) Sebaran wilayah pengabdian yang tidak
merata; (2) Kesan umum bahwa pengabdian pada masyarakat hanya bersifat fisik (pembangunan,
renovasi, plangisasi), sedangkan bidang nonfisik (capacity building, kesehatan, pendidikan) kadang-
kadang tidak diperhitungkan; (3) Metode pendekatan pada masyarakat masih lemah dan kurang
fleksibel; (4) Keterlibatan dosen dan mahasiswa lebih terkonsentrasi pada saat Kuliah Kerja Nyata
(KKN).

8. Sarana dan Prasarana
a. Lahan

FEBI IAIN Pekalongan memiliki lahan seluas 4.000M2. Lahan tersebut digunakan untuk 2.776
mahasiswa dan 25 dosen dan 10 tenaga kependidikan.

b. Prasarana Pembelajaran
FEBI IAIN Pekalongan memiliki 21 ruang kelas, 1 ruang dosen, 4 laboratorium (BMT

Kusuma, laboratorium keuangan, laboratorium mini bank, laboratorium bahasa).

c. Sarana Pembelajaran
Sarana pembelajaran di kelas dilengkapi dengan multi media dan sarana jaringan internet

sehingga dosen dan mahasiswa dapat mengakses internet dari dalam kelas.

d. Sistem Pengelolaan Sarana Prasarana
Sarana prasarana di FEBI IAIN Pekalongan dikelola dengan Sitem Informasi Manajemen Aset

Negara. Sistem ini merupakan aplikasi yang digunakan untuk mendukung proses pengelolaan Barang

24

Milik Negara (BMN), yang meliputi perencanaan, penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan,
penatausahaan, penghapusan, dan pemindahtanganan aset negara berbasis internet yang dapat
diakses oleh Pengelola dan Pengguna. Tujuannya adalah untuk:
1. Proses pengelolaan BMN menjadi lebih cepat, efisien dan terdokumentasi secara digital.
2. Proses pengelolaan BMN dapat dimonitor secara online oleh Pengguna dan Pengelola.
3. Melengkapi data BMN untuk kebutuhan manajemen aset.
4. Mengintegrasikan proses pengelolaan BMN kedalam satu sistem.

Data Sistim Informasi Manajemen Aset Negara (SIMAN) bersumber dari data Sistem Informasi
Manajemen Akuntansi dan Keuangan (SIMAK). SIMAN menyiapkan fitur untuk melengkapi data
SIMAK BMN dengan atribut aset dalam rangka mendukung pengelolaan Barang Milik Negara,
seperti: identitas aset, riwayat pengelolaan, riwayat pemeliharaan, riwayat penilaian, riwayat
pemakai, riwayat mutasi, lokasi posisi Global Position System (GPS), dan foto dan dokumen digital.

9. Keuangan
a. Pedoman Pengelolaan Dana

Ada beberapa pedoman pengelolaan Dana yang digunakan di STAIN Pekalongan yang diatur
oleh beberapa Peraturan Menteri Keuangan (PMK), Peraturan Menteri Agama (PMA) dan SOP,
antara lain:
1. PMK tentang pedoman Pengelolaan APBN
2. PMK tentang BMN
3. PMK tentang Sistem Akuntansi Instansi
4. PMK tentang penerimaan APBN
5. PMA tentang pengelolaan keuangan.
6. SOP internal STAIN Pekalongan tentang penggunaan APBN
7. dan lain-lain
b. Pedoman Dan Mekanisme Penetapan Biaya Pendidikan

Pedoman dan mekanisme penetapan biaya pendidikan di FEBI IAIN Pekalongan, masing
menggunakan peraturan Menteri Keuangan No........tahun........, tentang Standar Biaya Umum (SBU).
Disamping itu untuk menetapkan beaya pendidikan, FEBI IAIN Pekalongan menyusun analisis biaya
pendidikan yang dituangkan dalam Uang Kuliah Tunggal (UKT ). Penyusunan UKT berdasarkan
Keputusan Menteri Agama (KMA) No.....tahun.

Kelebihan sistem UKT adalah memberikan bantuan kepada masyarakat kurang mampu untuk
tetap bisa melanjutkan kuliah dengan biaya terjangkau sesuai dengan kemampuan mereka. Hal ini
karena sistem biaya pendidikan ini didasarkan kepada kemampuan konkrit masyarakat. sedangkan
kelemahan dari sistem UKT diantaranya biaya operasional PNBP FEBI IAIN Pekalongan tidak bisa
mencapai target, sehingga berakibat tidak terbiayainya semua program kegiatan yang telah
direncanakan.

c. Biaya Pendidikan
Biaya pendidikan di FEBI IAIN Pekalongan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu

1. Kategori pertama sebesar Rp 0 - Rp 400.000
2. Kategori kedua sebesar Rp 800.000, Rp 850.000, dan 900.000,-
3. Kategori ketiga sebesar Rp 1.250.000,-

d. Sumber Pendanaan Pendidikan
Sumber pendanaan berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Penerimaan

Negara Bukan Pajak (PNBP), Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) dan Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN).

25

e. Pembiayaan Pendidikan

Pada tahun 2017 Anggaran FEBI IAIN Pekalongan sebesar Rp 44.916.266.000. Adapun rincian
penggunaan anggaran tersebut adalah sebagai mana terlihat dalam tabel berikut:

No RINCIAN ANGGARAN JUMLAH

1 Perpustakaan PTKI yang memenuhi standar 164,000,000

2 Model Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis program yang 758,082,000
bermutu

3 Penelitian yang bermutu 1,184,692,000

4 Bidik Misi PTKI 1,650,000,000

5 Layanan Perkantoran (belanja dan Pemeliharaan 2,086,718,000

6 Layanan Pendidikan Islam yang Bermutu / Layanan Manajemen 385,374,000
Pendidikan Islam yang Bermutu

7 Layanan Perkantoran (Belanja Pegawai) 21,830,836,000

8 Sarana Prasarana Pendidikan Tinggi Agama Islam yang 3,639,000,000
memenuhi standar

9 Program Studi PTKI yang Terakreditasi 299,136,000

10 Pembinaan Pendidikan Tinggi Islam 11,090,307,000

11 Mahasiswa Berprestasi Penerima Beasiswa 379,000,000

12 Layanan Manajemen Pendidikan Islam yang Bermutu 1,449,121,000

JUMLAH 44,916,266,000

Jika dilihat dari jumlah anggaran dan jumlah mahasiswa maka dapat diketahui bahwa biaya
satuan (unit cost) mahasiswa STAIN Pekalongan tahun 2016 sebesar Rp 4.716.113,6/mahasiswa. Unit
Cost tersebut masih berada di bawah standar BAN-PT yang sebesar Rp 18.000.000/mahasiswa.

f. Audit Keuangan
Audit keuangan di FEBI IAIN Pekalongan dilakukan oleh auditor internal dan eksternal. Auditor

internal dilakukan oleh Sistem Pengawas Internal (SPI), sedangkan auditor eksternal dilakukan oleh
Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

A. Analisis SWOT FEBI IAIN Pekalongan

1. Kekuatan Internal IAIN Pekalongan

a. Kepercayaan pemerintah terhadap FEBI IAIN Pekalongan kian bertambah. Hal ini ditandai
dengan meningkatnya jumlah program studi yang mencapai 4 program studi.

b. Kepercayaan dan kebutuhan masyarakat terhadap IAIN Pekalongan kian bertambah setiap
tahunnya.

c. FEBI IAIN Pekalongan memiliki tempat atau lokasi yang strategis, berada di pusat penyebaran
Islam dan perdagangan di wilayah eks-Karesidenan Pekalongan sehingga menjadi magnet baru
khususnya dalam hal pendidikan tinggi Islam.

d. Sarana dan prasarana pendidikan yang terus menerus berkembang setiap tahunnya dalam
upaya menciptakan pelayanan yang optimal.

e. Secara singkat potensi internal yang telah ada, FEBI IAIN Pekalongan telah memiliki beberapa
hal kekuatan, sebagai berikut:

ASPEK KONDISI 2016
Jumlah Program Studi
Jenjang Program Studi 4
D3, S14

26

Dosen Tetap 25

Lektor Kepala : 2

Lektor: 19

Asisten Ahli: 4

Jenjang Pendidikan Dosen S3: 3

S2: 22

Tenaga Kependidikan 10

PNS : 4

Tenaga Kontrak: 6

Mahasiswa aktif 2.776 org (semester gasal 2017/2018)

2. Kelemahan

a. SDM yang masih kurang berkaitan kepangkatan fungsional Guru Besar tetap PNS belum ada.

b. Alih status STAIN menjadi IAIN belum diimbangi dengan kesiapan sistem manajemen dan
pengelola (kuantitas dan kualitas).

c. Terbatasnya sarana prasarana terutama dalam menghadapi penambahan Program Studi,
mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan. Selain itu, kampus lama (Kota Pekalongan)
mengalami kerentanan karena adanya ancaman bencana alam di satu sisi, sementara
pengadaan lahan dan pembangunan gedung di kampus baru juga belum maksimal.

d. Tatakelola dan birokrasi kurang efektif.

e. Misi lembaga sebagai pengembang ilmu pengetahuan belum terlaksana secara optimal.

3. Peluang

a. Peluang yang terbuka bagi FEBI IAIN Pekalongan adalah sebagai berikut:

a. Diberlakukannya MEA dapat menjadi pemicu peningkatan kualitas pendidikan

b. Ketertinggalan negara Indonesia di bidang pembangunan dengan negara-negara lain telah
mendorong pemerintah melakukan percepatan pembangunan di semua aspek. Hal ini tentu
membutuhkan investasi di segala bidang, termasuk bidang pendidikan.

c. Peran perguruan tinggi sangat dibutuhkan dalam pembangunan daerah, nasional dan global.

4. Ancaman

a. Semakin tumbuh dan berkembangnya kompetitor baru

b. Semakin tingginya standar-standar kualifikasi yang harus dicapai

c. Perubahan regulasi yang kurang mendukung pengembangan pendidikan tinggi.

Pada bab ini akan diuraikan kondisi objektif FEBI IAIN Pekalongan yang mengacu
kepada 9 standar BAN PT, yang meliputi: (1) visi, misi, tujuan dan sasaran (VMTS); (2) Tata
Kelola, kerjasama dan sistem informasi; (3) mahasiswa dan alumni; (4) Sumber Daya
Manusia (SDM); (5) Pembelajaran dan suasana akademik; (6) Penelitian; (7) Pengabdian
kepada masyarakat; (8) sarana dan prasarana; (9) keuangan. Dari data objektif tersebut
dianalisis secara kritis untuk menemukan kesenjangan capaian berdasarkan standar dan
kriteria mutu yang telah ditetapkan.

Adapun penjelasan rinci setiap standar adalah sebagai berikut:

A. Visi , misi, tujuan dan sasaran (VMTS)
1. Ketersediaan VMTS

Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Pekalongan sudah memiliki visi, misi,
tujuan dan sasaran. Seiring dengan perubahan STAIN Pekalongan menjadi IAIN
Pekalongan dan terbentuknya FEBI, maka perlu dirumuskan visi dan misi FEBI.
Adapun visi Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Pekalongan 2012-2016 adalah
“Menjadikan Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam sebagai institusi pendidikan tinggi

27

yang berkualitas serta berorientasi pada keilmuan dan pasar kerja”. Berdasarkan
analisis keberadaan visi,misi, tujuan dan sasaran selama ini dinilai oleh berbagai
pihak, salah satunya sejumlah asesor BANPT, memiliki beberapa kelemahan, antara
lain:
i) Visi tidak disusun dengan menggunakan asas SMART (Specific, Measurable,

Achievable, Realistic, Timely) dan belum diselaraskan dengan Renstra Diktis dan
Kemenag
j) Visi, Misi, Tujuan, Strategi dalam Renstra tidak dipahami dan dijalankan secara
maksimal
k) Visi, misi, tujuan dan strategi belum ditetapkan STAIN Pekalongan sebagai
pedoman dan arahan dalam menyusun kebijakan, program dan kegiatan
l) Visi yang ada belum menunjukkan distingsi keilmuan yang akan dikembangkan
oleh seluruh organ pelaksana akademik.
m) Penyusunan visi belum secara maksimal melibatkan stakeholders dan sivitas
akademika, sehingga ide pemikiran belum terakomodasi.
n) Visi belum diturunkan kepada sasaran mutu dan indikator kinerja utama

2. Sosialisasi dan Pemanfaatan
a) Visi, misi, tujuan dan sasaran telah disosialisasikan melalui berbagai media,
namun belum intens dan belum dilakukan dengan metode yang lebih menarik
dan belum dilaksanakan secara masif.
b) Tingkat pemahaman sivitas akademika Fakultas Syariah terhadap visi, misi,
tujuan dan sasaran masih rendah, yang berakibat tidak merasa memiliki nilai-
nilai yang terkandung dalamnya, sehingga belum termanifestasikan pada tingkat
pengetahuan dan program-program kegiatan Fakultas (Jurusan Syariah dan
Ekonomi Islam).
c) Berdasarkan rendahnya tingkat pemahaman terhadap visi, misi, tujuan dan
sasaran di atas, yang terjadi adalah rendahnya tingkat internalisasi di kalangan
Fakultas Syariah.
d) Karena rendahnya pemahaman dan internalisasi, maka pemanfaatan visi, misi,
tujuan dan sasaran belum dapat mengarahkan kepada peningkatan kinerja
kelembagaan,

B. Tata Pamong, Kepemimpinan, Sistem Pengelolaan dan Penjaminan Mutu

Adanya tata kelola organisasi dan manajemen di FEBI diharapkan mampu
mendukung tercapainya visi dan misi FEBI sesuai rencana. Pengelolaan organisasi
Fakultas Syariah juga diselenggarakan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen mutu
dengan tata pamong yang lengkap dan fungsi-fungsi yang jelas dan rasional, di bawah
kepemimpinan yang memegang teguh amanat dan bekerja secara terencana. Adapun
kondisi objektif bidang organisasi dan manajemen (Jurusan Syariah dan Ekonomi
Islam) adalah sebagai berikut:

1. Tata Pamong
Sistem tata pamong belum berjalan secara efektif sesuai mekanisme yang

disepakati bersama, serta belum mengakomodir semua unsur, fungsi, dan peran
dalam institusi Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Pekalongan. Tata
pamong belum didukung oleh budaya organisasi yang dicerminkan dengan ada

28

dan tegaknya aturan, etika dosen, etika mahasiswa, etika tenaga kependidikan,
sistem penghargaan dan sanksi serta pedoman dan prosedur pelayanan. Sistem
tata pamong (input, proses, output dan outcome serta lingkungan eksternal yang
menjamin terlaksananya tata pamong yang baik) belum diformulasikan,
disosialisasikan, dilaksanakan, dipantau dan dievaluasi dengan peraturan dan
prosedur yang jelas.

Pembangunan sistem tata pamong Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam STAIN
Pekalongan belum selaras dengan tata nilai yang kredibel, transparan, akuntabel,
adil dan bertanggung jawab. Secara lebih tegas, kelemahan tata kelola Jurusan
Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Pekalongan disebabkan oleh::
1) Lemahnya koordinasi dan komunikasi antar-unit organisasi
2) Belum ada mekanisme komplain atau pengaduan
3) Inisiatif bersifat parsial, spontan, reaksioner
4) Prinsip-prinsip tata pamong tidak dijalankan secara konsisten
5) Tata pamong tidak dijalankan dalam mewujudkan visi, terlaksananya misi,

tercapainya tujuan, berhasilnya strategi.
6) Tata pamong yang dijalankan tidak memenuhi empat pilar (kredibel,

akuntabel, transparan dan bertanggung jawab).
7) Dokumen-dokumen yang mendukung terlaksananya tata pamong tidak

lengkap (peraturan, kode etik, wewenang dan tanggung jawab, jobandtask,
analisis jabatan)

2. Kepemimpinan (Operasional, Organisasi, Publik)

Tata kelola aspek kepemimpinan belum mengacu kepada regulasi yang memiliki
kekuatan hukum serta belum lengkapnya SOP dan regulasi lainya, sehingga roda
organisasi belum dapat berjalan sesuai dengan prinsip tata kelola yang baik. Pola
dan dikinerja kepemimpinan di STAIN Pekalongan masih belum didasarkan pada
tiga pilar kepemimpinan, yaitu kepemimpinan operasional, organisasi dan publik.
Secara rinci, gambaran pola kepemimpinan di Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam
STAIN Pekalongan adalah:

a) Dalam hal kepemimpinan operasional, belum secara maksimal mengarah pada
prinsip perencanaan, pengarahan, koordinasi dan pengendalian untuk setiap
aktivitas yang menyangkut pelaksanaan tridharma. Semua aktivitas belum
direncanakan terlebih dahulu dengan mengacu renstra dan masukan dari
stakeholder, yang kemudian diturunkan dalam bentuk sasaran mutu institusi.
Kemampuan pimpinanan dalam hal komunikasi dan koordinasi dalam
menjabarkan visi, misi, tujuan dan sasaran dalam kegiatan operasional Tri
Dharma masih relatif rendah. Belum mapannya mekanisme perencanaan
mengenai pelakasanaan tridharma, baik yang menyangkut kebutuhan dosen

dan tenaga kependidikan, kurikulum, proses pembelajaran, evaluasi hasil studi,
kompetensi lulusan, keterserapan lulusan dalam masyarakat, penelitian dosen,

pengabdian masyarakat dan administrasi akademis. Kesemua program
tersebut belum dirumuskan berdasarkan standar penjaminan mutu internal
dan standar mutu BAN-PT. Pelaksanaan setiap kegiatan belum dikontrol dan

diawasi secara optimal oleh lembaga terkait sesuai mekanisme yang baik,

29

sehingga belum secara berkala memperoleh tindak lanjut yang mengarah pada
terjaminnya sasaran mutu yang telah ditetapkan.
b) Dalam hal kepemimpinan organisasi, belum adanya penegasan atas wewenang
dan tanggungjawab (WT) secara mapan sehingga menimbulkan jobdescription
yang overlappingdiantara pimpinan. Implementasi kepemimpinan organisasi
secara keseluruhan belum mencakup pemahaman terhadap tata kerja antar
unit dalam organisasi, sehingga kurang terjalin mekanisme kerja yang harmonis
dalam lembaga.
c) Dalam hal kepemimpinan publik, belum terarahnya kemampuan dalam
menjalin kemitraan dengan lembaga lain, untuk bisa menjadikan institusi
sebagai rujukan bagi publik dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial
kemasyarakat. Kerjasama dengan lembaga lain selama ini belum ditekankan
pada upaya institusi untuk berperan aktif dalam pengembangan keilmuan dan
penelitian bersama, seperti narasumber dalam seminar hasil penelitian,
sertifikasi, tim penguji, pertukaran dosen dan mahasiswa.

3. Sistem Pengelolaan
Secara umum, kondisi objektif berkenaan dengan aspek pengelolaan di Jurusan
Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Pekalongan, belum menganut sistem
manajemen strategis kelembagaan secara total. Prinsip-prinsip manajemen yang
terdiri dari planning, organizing, actuating dan controlling belum diaplikasikan
secara konsisten sehingga sangat berpengaruh kepada performa institusi, yang
ditunjukan dengan nilai akreditasi yang belum memuaskan. Hal ini disebabkan
oleh belum adaya RIP dan Renstra yang mapan yang dapat dijadikan acuan dalam
setiap proses manajemen.

4. Penggunaan Sistem Informasi
Dalam melaksanakan program pembelajaran dan manajemen kelembagaan, STAIN
Pekalongan telah menggunakan sistem informasi berbasis IT diantaranya sebagai
beikut: (1) Sistem informasi administrasi kemahasiswaan, yang telah mengaplikasikan
sistem informasi terpadu untuk memudahkan manajemen pembelajaran mulai dari
perencanaan studi, proses pembelajaran sampai pada evaluasi. Namun dalam
praktiknya masih banyak terjadi mis-administration akibat human error atau
misconduct, sehingga berakibat pada rendahnya akses stakeholder internal dan
stakeholder eksternal STAIN Pekalongan untuk memanfaatkan dan melakukan
pengawasan terhadap informasi institusi. Sebagai contoh, STAIN Pekalongan sudah
memiliki sistem monitoring pelaksanaan pembelajaran yang datanya dapat diakses
publik melalui sistem informasi terpadu (www.sikadu.stain-pekalongan.ac.id) namun
belum ada wewenang dan tanggungjawab untuk melakukan monitoring pembelajaran.

Selain itu, keberadaan sistem informasi berbasis internet, belum secara maksimal
dimanfaatkan sebagai media dan sumber pembelajaran. Terbukti belum
teraplikasikannya program e-learning, e-library, e-book, dan e-journal baik untuk dosen
maupun mahasiswa. Berbagai dokumen akademik, kepegawaian dan SDM belum juga
dilakukan digitalisasi yang terintegrasi sehingga memudahkan proses pelaksanaan
manajemen dalam semua aspek kegiatan di STAIN Pekalongan.

30

5. Jumlah Kerjasama Dan Kemanfaatannya
STAIN Pekalongan telah melakukan pengembangan kerjasama dengan lembaga-
lembaga lain yang dapat mendukung tercapainya visi dan misi STAIN Pekalongan sesuai
rencana. Diantaranya adalah: (a) meningkatkan kerja sama (sinergi) antar perguruan
tinggi; baik dalam maupun luar Negeri dan (b) meningkatkan kerja sama dengan
pemerintah daerah, dunia usaha, dan lembaga lain baik di dalam maupun luar negeri
untuk kegiatan Tri Dharma perguruan tinggi. Namun kerjasama yang dilakukan oleh
STAIN Pekalongan baru sebatas pada bentuk kerjasama yang berbasis dokumen dan
belum terimplementasi secara kongkrit dalam bentuk program-program yang
mendukung tercapainya sasaran mutu di semua aspek Tri Dharma.
Sampai pada akhir tahun 2016, STAIN Pekalongan telah memiliki 43 memorandum of
understanding(MoU) atau dokumen kerjasama dengan instansi dalam dan luar negeri.
Dilihat dari penyebaran negara yang dijadikan sasaran kerjasama selama ini mencakup
Mesir, Malaysia, United Kingdom, Casablanca, Iran, Jerman, Thailand dan Brunei
Darussalam.
Diagram.1 Negara yang ber-MoU dengan STAIN Pekalongan sampai 2016

Diagram. 2 Jumlah Instansi yang ber-MoU dengan STAIN Pekalongan sampai 2016

31

Adapun bidang kerjasama meliputi pendidikan, penelitian, pengabdian dan menejemen
kelembagaan. Sedangkan kesenjangan bidang kerjasama antara lain:

1. Belum ada kebijakan tentang arah kerjasama, yang dihantarkan kepada peningkatan
kualitas mutu akademik sebagaimana standar yang ditentukan baik RIP-Renstra,
BAN-PT maupun standar internasional.

2. Belum ada evaluasi hasil kerjasama yang saling menguntungkan antar pihak yang
terlibat.

3. Tidak ada analisis kemanfaatan MoU yang sudah ditandatagani.
4. Pedoman dan SOP pelaksanaan atau tindak lanjut dari butir-butir MoU belum ada.

5. Layanan jasa STAIN Pekalongan masih rendah, sehingga belum ada bergaining yang
setara dalam pelaksanaan kerjasama

6. Pokja-pokja pelaksana kerjasama belum terbentuk, sehingga program kerjasama
tidak terarah dan tidak terintegrasi. Walaupun selama ini ada tugas dan wewenang
kerjasama pada Wakil Ketua III, namun fungsi dan peran ini belum diaksanakan.

a. Mahasiswa dan alumni
f. Pedoman seleksi Mahasiswa baru

Penerimaan mahasiswa baru STAIN Pekalongan dilakukan melalui empat jalur: Seleksi
Prestasi Akademik Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SPAN-PTAIN), Ujian Masuk
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (UM-PTAIN), jalur ujian mandiri dan jalur
penelusuran bakat dan minat.

Keempat jalur penerimaan di atas mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut:

No. Jalur penerimaan Regulasi Kelemahan
1 SPAN-PTAIN
Sekolah mengirimkan d. Input calon
nama-nama siswa
berprestasi dengan mahasiswa lebiha
kriteria: sekolah
berakreditasi A sebanyak banyak di dominasi
30% dari total siswa
kelas XI, sekolah dari wilayah eks
berakreditasi B 20% dan
berakreditasi C 10% Karesidenan

Pekalongan.

e. Sekolah di wilayah

eks Karesidenan

Pekalongan mayoritas

terakreditasi B dan C

sehingga input yang

masuk melalui jalur

ini kurang maksimal

f. Calon mahasiswa

melalui jalur ini lebih

banyak berasal dari

sekolah umum (SMA

dan SMK) sehingga

lemah dari sisi

akademik

kegamamaan.

32

2 UM-PTAIN Mahasiswa melakukan STAIN Pekalongan mesih
3 Jalur mandiri pendaftaran sesuai menjadi secondchoise
dengan minat keilmuan bagi calon mahasiswa.
4. Jalur minat bakat yang ada di PTKIN
seluruh Indonesia c. Penetapan jadwal
STAIN Pekalongan
membuka pandaftaran pendaftaran setelah
calon mahasiswa baru
secara mandiri SPAN dan UM PTAIN

STAIN Pekalongan menyebabkan
menerima calon
mahasiswa baru melalui mayoritas pendaftar
jalur prestasi akademik
dan non akademik. adalah calon

mahasiswa yang tidak

diterima di perguruan

tinggi lain sehingga

mengurangi kualitas.

d. Proses seleksi belum

menggunakan

standar penilaian

yang jelas

Sosialisasi melalui jalur

ini belum maksimal.

Selain kelemahan masing-masing proses penerimaan mahasiswa baru di atas,
permasalahan lain yang muncul adalah proses sosialisasi yang belum maksimal (timing
dan media sosialisasi).

g. Jumlah mahasiwa baru
Data perkembangan jumlah mahasiswa STAIN Pekalongan selama lima tahun adalah
sebagai berikut:

No. Jurusan 2011 Tahun 2014 2015
1213 2012 2013 2372 2775
1 Syariah dan Ekonomi 1444 1764
Islam 3044 3415 3460
107 2968 3168 544 714
2 Tarbiyah 141 374 148 168
3 Ushuludin 4364 51 128
4 Pasca sarjana 6479 7117
4604 5434 19% 10%
Total 5% 18%
Perkembangan

Berdasarkan data di atas, jumlah mahasiswa STAIN Pekalongan dari tahun ke tahun
mengalami perkembangan. Perkembangan mahasiswa paling tinggi terjadi tahun 2013
dan 2014, hal ini terjadi karena adanya pembukaan program studi baru di masing-

33

masing jurusan. Perkembangan ini cukup menggembirakan akan tetapi tidak diimbangi
dengan penambahan sarana prasarana, dan dosen.

Beberapa program studi juga mengalami overload mahasiswa (ekonomi syariah dan
Pendidikan Agama Islam). Hal ini terjadi karena proses penerimaan mahasiswa masih
lebih mengedepankan kuantitas daripada kualitas. Rasio pendaftar dan penerimaan
mahasiswa baru adalah 1 : 2, sehingga tidak ideal untuk menggambarkan tingkat
kompetisi antar calon mahasiswa baru.

Kompetisi yang rendah antar calon mahasiswa baru, menyebabkan calon mahasiswa
baru yang diterima memiliki beberapa kekurangan antara lain kualitas akademik yang
rendah. Disamping itu, terjadi masalah lain yaitu, mahasiswa yang tidak diterima di prodi
yang dipilih diarahkan untuk masuk prodi lain yang sepi peminat, sehingga terjadi
ketidaksesuaian antara prodi yang dipilih mahasiswa dengan penempatannya.

h. Kegiatan kemahasiswaan
STAIN Pekalongan telah memiliki unit kegiatan mahasiswa yang dapat dijadikan wadah
pengembangan minat, bakat dan kemampuan berorganisasi. Unit-unit kegiatan
mahasiswa di STAIN Pekalongan sebagai berikut:
16) Racana Kusuma Bangsa - Dewi Kusuma Bangsa
17) Resimen Mahasiswa (Menwa)
18) Greget Mahasiswa Pecinta Alam Walisongo (GEMALAWA)
19) Seni Musik El Fata
20) Al-Mizan
21) Teater Zenith
22) Spirit EnglishandArabic Club (SPEAC)
23) Koperasi Mahasiswa (KOPMA)
24) Korps Sukarela PMI (KSR-PMI)
25) Lembaga TilawatilQur'an (LPTQ)
26) Studi Gender Mahasiswa
27) Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
28) Pengembangan Olah Raga Mahasiswa (SPORT)
29) HMJ dan HMPS masing-masing jurusan dan prodi

UKM merupakan bagian penting dari proses pendewasaan mahasiswa. Di sini,
mahasiswa dapat belajar berorganisasi, mengembangkan potensi diri dan mengelola
kegiatan. Masing-masing Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di STAIN Pekalongan
dibimbing oleh seorang dosen pembimbing. Tugas pembimbing adalah mengarahkan,
memonitor dan mengevaluasi kegiatan masing-masing UKM.

Beberapa kelemahan yang ada di UKM STAIN Pekalongan adalah
8. Program yang disusun monoton, tidak ada inovasi kegiatan yang dapat

mengembangkan UKM tersebut.
9. Tidak mampu merencanakan program yang berkelanjutan.
10. Kooordinasi antar UKM belum maksimal, hal ini dibuktikan dengan sering

terjadinya kegiatan yang sama tetapi dilakukan per UKM. Contoh: pelaksanaan
maulid, kurban, dan lainnya.

34

11. Fungsi pembimbing belum berjalan maksimal.
12. Keterbatasan lahan menjadi kendala bagi penyelenggaraan kegiatan UKM.
13. Dukungan dan persiapan yang kurang maksimal pada kegiatan yang bersifat

kompetitif antar perguruan tinggi sehingga prestasi kurang maksimal.

i. Kegiatan alumni
Sampai dengan tahun 2016, STAIN Pekalongan telah menghasilkan 6.949 alumni yang
tersebar di seluruh Indonesia. Alumni-alumni STAIN Pekalongan telah terserap di
berbagai instansi seperti pengadilan, pemerintah kota/kabupaten, sekolah-sekolah,
lembaga keuangan dan lainnya. Selain itu, banyak alumni yang bergerak di sektor
informal, seperti berwirausaha.

Alumni STAIN Pekalongan mempunyai wadah ikatan alumni yang bernama IKA alumni
STAIN Pekalongan. IKA Alumni telah melakukan rekrutmen anggota alumni pada
peserta wisuda pada tahun berjalan.

Beberapa kelemahan keberadaan IKA Alumni adalah:
4. Kepengurusan belum berjalan maksimal
5. Belum mempunyai kantor kesekretariatan
6. Tidak memiliki data base alumni
7. Tidak adanya program yang dapat mengumpulkan alumni masing-masing angkatan

sehingga data tracerstudy tidak terdokumentasi maksimal.
8. Alumni belum memberikan kontribusi riil terhadap pengembangan kelembagaan

STAIN secara keseluruhan.
9. Alumni belum berperan dalam memberikan sumbangan dana baik akademik

maupun non akademik.

j. Kewirausahaan alumni
Salah satu ciri khas Pekalongan adalah enterpreneurship. Mayoritas masyarakat
Pekalongan adalah pengusaha dan pedagang. Muatan lokal ini juga menjadi ciri STAIN
Pekalongan. Bukti kekhasan tersebut tertuang dalam mata kuliah kewirausahaan yang
wajib diambil oleh seluruh mahasiswa. Harapannya adalah seluruh lulusan atau alumni
tidak hanya mengandalkan sektor pekerjaan formal, tetapi juga dapat bergerak di
sektor informal.

Selain mata kuliah kewirausahaan, STAIN Pekalongan juga menyelenggarakan
workshopkewirausahaan bagi para calon alumni dengan narasumber berasal dari
alumni. Hal ini ditujukan untuk memberikan motivasi dan bekal bagi calon lulusan agar
mereka punya alternatif pekerjaan dalam aplikasi keilmuannya.

Meskipun dua usaha di atas telah dilakukan, akan tetapi ada beberapa hal yang masih
perlu ditingkatkan antara lain: membangun jaringan alumni yang kuat pada sebuah
instansi yang dapat membantu para wisudawan baru untuk mendapatkan pekerjaan,
menyelenggarakan jobfair bagi para alumni, dan mengadakan temu alumni yang telah
sukses dalam rangka sharing informasi dan pengalaman.

35

b. Sumber Daya Manusia
g. Sistem Pengelolaan SDM

STAIN Pekalongan sudah melakukan pengelolaan Sumber Daya Manusia yang ada, di
antaranya; menentukan kuota penerimaan dosen dan tenaga kependidika yang
disesuaikan dengan kebutuhan prodi, Penempatan dosen sesuai dengan prodi,
menempatkan tenaga kependidikan sesuai dengan kebutuhan unit. Demikian juga
upaya-upaya pengelolaan SDM yang baik terus dilakukan seperti adanya sistem
monitoring dan evaluasi, serta rekam jejak kinerja dosen dan tenaga kependidikan
yang baik, pengelolaan rasio dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa yang
proporsional, serta diupayakannya sistem pengelolaan SDM yang lengkap, transparan,
dan akuntabel.

Namun demikian, secara keseluruhan STAIN Pekalongan belum memiliki pedoman
sistem pengelolaan sumber daya yang lengkap yang meliputi: perencanaan,
rekrutmen, seleksi, orientasi, penempatan pegawai, pengembangan karir,
penghargaan dan sanksi. Hal ini disebabkan karena STAIN Pekalongan belum memiliki
pedoman yang mengatur sistem pengelolaan SDM.

h. Monitoring dan Evaluasi Kinerja SDM
STAIN Pekalongan telah melakukan langkah-langkah untuk memonitoring dan
mengevaluasi kinerja dosen dan tenaga kependidikan, di antaranya melalui: kegiatan
evaluasi kinerja dosen dengan menggunakan ukuran Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan
Beban Kinerja Dosen (BKD) dan Indeks Kinerja Akademik Dosen (IKD), kegiatan
evaluasi kinerja tenaga kependidikan melalui Laporan Catatan Kinerja Harian (LCKH),
dan upaya peningkatan kedisiplinan melalui sistem fingerprint.

Meskipun STAIN Pekalongan telah melakukan langkah-langkah monitoring dan
evaluasi kinerja seperti tersebut di atas, namun belum sepenuhnya monitoring dan
evaluasi secara maksimal. Misalnya, fingerprint hanya dilakukan pada waktu
berangkat dan pulang, belum dilakukan pada waktu menjelang dan setelah istirahat.
Selain itu, STAIN Pekalongan juga belum menerapkan sanksi secara tegas sehingga
masih ada beberapa dosendan tenaga kependidikan yang tidak sisiplin dalam
melaksanakan tugasnya.

i. Jumlah Dosen
Selama ini STAIN Pekalongan hanya memiiliki 139 dosen yang teridiri dari 90 dosen
tetap, 22 Tenaga Pengajar (cados), dan 27 dosen tetap bukan PNS. Jumlah dosen
tersebut belum sebanding dengan jumlah mahasiswa yang ada. Hal ini disebabkan
STAIN Pekalongan sebagai lembaga pendidikan negeri pengadaan dosen sangat
tergantung dari kebijakan pemerintah pusat. Sementara kebijakan pemerintah sejak
tahun 2010 sampai 2015 pemerintah mengeluarkan kebijakan moratorium.
Sementara di sisi lain terjadi peningkatan jumlah peminat mahasiswa yang sangat
tinggi. Sehingga Jumlah dosen tersebut tidak ideal jika dibandingkan dengan jumlah
mahasiswa yang ada sekarang yang mencapai 9.524 orang karena rasio perbandingan
dosen mahasiswa masih 1:68,5. Sementara menurut standar BAN PT rasio
perbandingan dosen mahsiswa adalah 1:33. Kelemahan lain dapat dilihat dari jenjang
pendidikan dosen dimana saat ini dosen yang bergelar doktor (S3) masih berjumlah

36

23 orang dan dari jumlah tersebut, tidak ada satu pun yang bergelar guru besar
(Profesor).

j. Pengembangan Dosen

STAIN Pekalongan berusaha untuk melakukan pengembangan dosen, terutama
terkait dengan pengembangan kompetensi akademik. Sampai saat ini jumlah dosen
yang bergelar doktor sebanyak 23 orang. Oleh karena itu, semua dosen yang ada
didorong untuk mengikuti studi lanjut. Selain pengembangan jalur pendidikan,
pengembangan kapasitas dosen juga dilakukan pada kegiatan-kegiatan riset,
pengabdian dan publikasi ilmiah. Untuk menghasilkan riset dan karya tulis ilmiah yang
baik, para dosen juga diberikan pelatihan-pelatihan terkait dengan penulisan ilmiah,
seperti kegiatan academicwriting. Karya tulis ilmiah yang sudah ditulis oleh dosen-
dosen yang ada, juga didorong untuk dapat diterbitkan di jurnal-jurnal terakreditasi
baik nasional maupun internasional.

Selain itu, dosen juga didorong untuk memiliki kompetensi sosial, sehingga para
dosen STAIN Pekalongan dapat berkiprah dalam melakukan perubahan-perubahan
sosial di masyarakat. Namun demikian, pedoman sistem pengembangan dosen
sampai saat ini belum terumuskan dengan baik, sehingga upaya-upaya
pengembangan yang selama ini dilakukan masih bersifat sporadis tidak mengacu
kepada rencana pengembangan yang sistematis dan berkelanjutan.

k. Tenaga Kependidikan
STAIN Pekalongan saat ini memiliki 146 tenaga kependidikan yang terdiri dari:
3) Tenaga PNS sebanyak 64 orang
4) Tenaga CPNS sebanyak 1 orang
5) Pegawai Kontrak sebanyak 84 orang

Jika dilihat dari jabatannya, tenaga kependidikan PNS dapat dirinci sebagai berikut:

4) Pustakawan : 1 orang

5) Jabatan Fungsional Umum : 59 orang

6) Jabatan Fungsional Struktural : 4 orang

7) CPNS : 1 orang

Jumlah tenaga kependidikan tersebut tidak ideal jika dibandingkan dengan jumlah
dosen. Idealnya rasio tenaga kependidikan dan dosen adalah 1:10. Selain itu
Jobdescription dan analisis jabatan masih kurang baik.

l. Pengukuran Kepuasan Pegawai Dan Dosen

Pengukuran Kepuasan Pegawai dan Dosen terhadap Sistem Pengelolaan SDM di
STAIN Pekalongan dilakukan oleh Pusat Penjaminan Mutu (P2M) melalui survey yang
dilakukan secara rutin setiap tahun. Survei Kepuasan Pegawai dan Dosen terhadap
Sistem Pengelolaan SDM meliputi perekrutan, penempatan, pengembangan, fasilitas,
iklim dan suasana kerja, sanksi, keteladanan, penghasilan dan penghargaan. Dari hasil
survey diketahui bahwa Program Pascasarjana memiliki nilai kepuasan tertinggi,
diikuti dengan Jurusan Ushuluddin dan Dakwah, Jurusan Tarbiyah dan Jurusan
Syari’ah.

37

Dari hasil survei Kepuasan Pegawaidan Dosen terhadap Sistem Pengelolaan SDM di
STAIN Pekalongan secara umum dapat disimpulkan bahwa sistem manajemen
pengelolaan SDM di STAIN Pekalongan dilakukan secara baik dengan memperhatikan
kepuasan dosen dan tenaga kependidikan.

c. Pembelajaran dan Suasana Akademik
d. Kebijakan pendidikan dan pedoman pembelajaran

Sejak awal STAIN Pekalongan bekerja keras untuk memberikan proses pembelajaran
yang disesuaikan dengan visi misi tujuan dan sasaran. Oleh karenanya beberapa
kebijakan pendidikan terkait arah kurikulum dan pembelajaran menjadi sangat
strategis. Kebijakan pendidikan selalu diarahkan supaya terimplementasikannya
proses pembelajaran yang menjawab kebutuhan leanersdan stakeholders serta
mencerminkan pengembangan keilmuan yang berwawasan keindonesiaan.

Beberapa kebijakan telah diterapkan STAIN Pekalongan terkait kegiatan pendidikan
dan proses pembelajaran, antara lain:
5. STAIN Pekalongan menetapkan kebijakan bahwa setiap dosen wajib mengajar

minimal 12 SKS per semester.
6. Mewajibkan dosen menyiapkan perangkat pembelajaran (silabus, SAP-Satuan

Acara Pembejaran)
7. Pemberlakuan Sikadu (sistem akademik terpadu) dalam rangka mengontrol

kegiatan perkuliahan, seperti: jurnal mengajar, presensi, perwalian dan
penilaian).
8. Dimonitoring dan evaluasi kegiatan pembelajaran dosen melalui IndekskInerja
Dosen (IKD), indeks kepuasan mahasiswa (IKM), monitoring jurusan melalui
absensi dan kartu kontrol yang dibawa mahasiswa.

Kebijakan-kebijakan tersebut belum berjalan maksimal karena; pertama, banyak
dosen yang mendapatkan lebih dari 12 SKS dalam satu semester. Hal ini disebabkan
oleh terbatasnya jumlah dosen. Kedua, belum adanya standar penyusunan silabus
dan SAP yang baku sehingga silabus dan SAP yang dibuat oleh masing-masing dosen
berbeda. Di samping itu, dosen terlambat dalam mengumpulkan silabus dan SAP
sehingga memperlemah jurusan dalam kontrol pembelajaran. Ketiga, kolom dan
komponen perangkat sikadu hanya menyediakan kolom nilai akhir pada penilaian
mahasiswa tanpa menyediakan kelengkapan kolom penilaian (nilai UTS, UAS, tugas).
Keempat, tidak ada rewardandpunishment terhadap hasil penilaian kinerja dosen.

e. Pengembangan kurikulum
Kurikulum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah sistem
pembelajaran, oleh karena itu upaya pengembangan kurikulum harus dilakukan
secara periodik dan berkesinambungan. STAIN Pekalongan telah melakukan kegiatan-
kegiatan dalam rangka pengembangan kurikulum tersebut, seperti workshop
perumusan dan evaluasi kurikulum, konsorsium mata kuliah.

Kebijakan pengembangan kurikulum dimulai dengan penerbitan SK Ketua tentang
dosen mata kuliah serumpun yang berfungsi untuk merumuskan dan menyamakan

38

persepsi mata kuliah-mata kuliah serumpun. Dasar kebijakan pengembangan
kurikulum juga diperoleh dari feedback para stakeholders yang ditempati sebagai
lokasi PPL (Praktik Pengalaman Lapangan).

Idealnya, evaluasi kurikulum dilakukan minimal empat tahun sekali, dalam hal ini
STAIN Pekalongan telah memandatkan pada masing-masing program studi untuk
menyiapkan, merancang, dan menerapkan kurikulum KKNI (Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia) mulai tahun 2016. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
kompetensi lulusan dan menjawab tantangan kompetisi antar perguruan tinggi dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Namun demikian, konsep KKNI belum sepenuhnya dipahami oleh masing-masing
prodi sehingga perumusan dan penyusunan kurikulum KKNI masih dalam proses
pematangan.

f. Suasana akademik
Lingkungan kampus telah mendorong tumbuhnya suasana akademik di antaranya
dengan mewujudkan unit pengkajian dan pengembangan sistem dan mutu
pembelajaran dan mendorong mahasiswa untuk berfikir kritis, bereksplorasi,
berekspresi, bereksperimen dengan memanfaatkan aneka sumber belajar yang
hasilnya dapat dimanfaatkan oleh institusi.

Akses internet bagi mahasiswa secara luas dan masif sebagai bukti keseriusan
kampus dalam melayani kebutuhan informasi kekinian terkait dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, selain itu dalam bentuk proses pemeblajaran setiap dosen
melibatkan mahasiswa dalam penelitian-penelitian sosial dan keagamaan baik dalam
tugas sebagai observer awal maupun penggalian data.

8.6 Penelitian
g. Kebijakan Dan Rencana Induk Penelitian

Secara kelembagaan, pengembangan penelitian di STAIN Pekalongan dilaksanakan
oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M). Namun program-
program tersebut belum matang dituangkan dalam rencana induk penelitian
sebagaimana dalam RIP dan renstra. Beberapa kebijakan yang dikeluarkan selama ini
bersifat insidental dan tidak direncanakan adapun cakupan kebijakan lembaga ini
adalah:
1) Akses penelitian. Semua dosen dapat mengakses program penelitian secara

terbuka sesuai dengan kecenderungan kompetensi keilmuannya. Namun
keterbukaan akses tersebut tidak ada affirmativeaction untuk kesetaraan
gender, tidak ada pembagian kelompok penelitian berbasis program studi,
kebijakan dan penelitian dosen belum melibatkan mahasiswa secara maksimal.
Gambar akses penelitian berbasis kesetaraan jender sebagai berikut:

39

Diagram.3 Akses Penelitian Berdasarkan Jender

Diagram.4 Akses Penelitian Berdasarkan Jendersebagai ketua dan anggota peneliti

2) Ruang lingkup penelitian. Selama ini kondisi penelitian di STAIN
Pekalongan,masih terfokus pada persoalan-persoalan dalam lingkungan internal
institusi, sementara objek penelitian yang lebih besar di luar institusi belum
mendapatkan perhatian yang signifikan, sehingga belum menyentuh pada
problematika sosial. Hal ini juga berakibat pada tidak signifikanya dengan
standar mutu hasil penelitian yang layak publikasi jurnal dan buku.
Selain itu pendekatan penelitian masih bersifat monodisiplin ilmu pengetahuan,
sehingga penelitian tidak memiliki daya tarik dan daya ungkit bagi perubahan
sosial yang nyata. Bahkan ruang lingkup penelitian belum menyentuh disiplin
keilmuan yang diajarkan, yang membutuhkan konfirmasi data di lapangan sosial.
Berikut gambaran tentang tema kajian penelitian yang dilakukan selama
beberapa tahun terakhir:

40

Diagram.5 Ruang lingkup Penelitian berdasarkan bidang/tema kajian
Diagram.6 Ruang lingkup Penelitian berdasarkan jenis riset

Diagram.7 Ruang lingkup Penelitian berdasarkan pendekatan riset
41

Diagram 8. Ruang lingkup Penelitian Berdasarkan Kluster Riset

3) Kerjasama penelitian. Secara normatif, bidang penelitian sudah menjadi bagian
dari ruang lingkup kerjasama kelembagaan baik dalam maupun luar negeri,
namun belum ada tindaklanjut secara konrit. Bahkan MoU yang sudah dimiliki,
tidak ada evaluasi bersama untuk mengetahui pelaksanaan dan kemanfaatan
bagi kedua belah pihak.

4) Pedoman pelaksanaan. Selama ini pelaksanaan penelitian sudah mengacu
kepada buku pedoman penelitian yang disusun secara periodik oleh P3M.
Pedoman ini berkaitan dengan pelaksanaan teknis mulai dari pendaftaran,
seleksi proposal, pelaksanaan, evaluasi, dan seminar hasil serta laporan akhir.
Semua pedoman tersebut sudah berbasis paperlessservice. Hal ini menjadi
kendala bagi beberapa dosen yang gagap teknologi untuk bisa mendapatkan
informasi secara cepat, sehingga sebagian dosen tidak bisa mengakses dan ikut
serta dalam kompetisi penelitian. Selain itu, pedoman tidak secara rinci
menjelaskan tata cara penggunaan dana penelitian, sehingga menjadi kendala
bagi penyelesaian laporan penelitian bidang keuangan. Pedoman juga terkesan
tidak memberikan informasi dalam rentang waktu yang memadai, sehingga para
dosen tidak bisa merencanakan dengan baik.

h. Penelitian Dosen
Pelaksanaan penelitian di STAIN Pekalongan, 90% dilakukan oleh dosen sebagai
implementasi dari tugas Tri Dharma yang ke dua. Semua dosen dapat mengakses
penelitian, baik secara individu maupun kolektif, sehingga jumlah penelitian dosen
dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan secara signifikan. Kondisi ini dapat
digambarkan sebagaimana dalam diagram di bawah ini:

42

Diagram.9 Jumlah Penelitian dari Tahun 2011 – 2015

Beberapa kendala yang masih dihadapi dalam kegiatan penelitian di STAIN Pekalongan
di antaranya :
5. Lemahnya kemampuan mengakses penelitian di luar STAIN Pekalongan, hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: Pertama, lemahnya penguasaan
metodologi riset. Kedua, penguasaan kompetensi keilmuan yang masih rendah.
Ketiga, motivasi riset hanya mengutamakan unsur formalitas belum mengarah
pada unsur kualitas. Keempat, kurang proaktifnya para dosen di dalam
memperoleh peluang penelitian sesuai dengan kompetensi yang di milikinya
6. Laporan penelitian belum sesuai dengan SOP yang telah ditentukan.
7. Penelitian kolaboratif antar lembaga lain masih rendah, hal ini dikarenakan diktum
riset bersama yang ada di dalam MoU belum ditindaklanjuti, disisi lain karena P3M
STAIN Pekalongan belum mempunyai badan hukum dibidang kajian keilmuan yang
ada dilingkungan STAIN Pekalongan
8. Penelitian multi dan interdispliner masih minim dan hasil penilitian belum ada
yang dipatenkan (HAKI)
9. Belum ada peta kompetensi riset di kalangan dosen, yang berakibat sulitnya
mengoptimalkan kualitas pegembangan keilmuan.
i. Publikasi dan Sitasi
Publikasi dosen STAIN Pekalongan baik jurnal, karya ilmiah dan buku dari tahun 2012-
2014 berjumlah 149 karya yang terdiri dari 45 karya di tahun 2012, 47 karya di tahun
2013 dan 57 karya di tahun 2014.

43

Diagram 10. Jumlah Publikasi Dosen Tahun 2012-2014

Dari jumlah publikasi tersebut belum diketahui berapa jumlah publikasi jurnal yang
terakreditasi maupun yang belum, juga belum diketahui berapa jumlah buku yang
terpublikasi pada setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan lemahnya dokumentasi
karya ilmiah yang terpublikasi, secara kuantitas dan kualitas, ini mengakibatkan
rendahnya sitasi yang dilakukan oleh user dan khalayak umum. Lemahnya sitasi
penelitian dosen maupun mahasiswa, berakibat pada tingkat pengakuan eksistensi
kelembagaan sebagai pusat pengembangan ilmu. Hal ini berimplikasi pada
rendahnya desiminasi karya ilmiah sivitas akademika STAIN Pekalongan baik pada
tingkat nasional apalagi internasional.

Salah satu faktor rendahnya kualitas penelitian adalah: pertama, tidak adanya
kontrol atas kualitas penelitian berdasarkan standar ilmiah secara universal,
misalnya mekanisme kontrol plagiasi. Kedua, kendala status Badan Layanan Umum
(BLU) e-book belum ada, sehingga publikasinya tidak bisa menjangkau pada
komunitas ilmiah secara lebih masih.

j. Penghargaan Hasil Penelitian
Untuk mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas karya penelitian, sebenarnya
STAIN Pekalongan telah mencanangkan, sebagaimana termaktub dalam standar
mutu pada renstra STAIN 2012-2016, seperti adanya mekanisme
rewardandpunisment. Apabila para dosen menghasilkan karya yang bermutu dan
dapat pengakuan publik pada tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional
akan mendapatkan insentif atau penghargaan berupa sejumlah uang dan fasilitas
lain yang memudahkan terlaksananya proses publikasi dan diseminasi serta
penghargaan lainnya. Sebaliknya bila tanggungjawab penelitian tidak dapat
dihasilkan sesuai dengan SOP yang ada, maka dosen mendapatkan peringatan dan
hukuman mulai dari akses penelitian yang dibatasi ditingkat internal sanksi lainya
yang bersifat mendidik.

Namun demikian, sampai saat ini STAIN Pekalongan belum memiliki kebijakan dan
SOP yang tegas dan mapan yang mengatur tentang pemberian penghargaan
terhadap hasil penelitian, sehingga belum maksimalnya implementasi program

44

rewardandpunisment tersebut secara konkrit di lapangan. Di antara penelitian
institusi terhadap kasus di atas yang pernah dilakukan adalah seperti pemberian
kemudahan berangkat ke forum desimenasi penelitian baik nasional maupun
internasional melalui pemberian SPPD. Keterbatasan fasilitas dan penghargaan inilah
yang tidak mendorong terciptanya kultur dan semangat meneliti sebagai ruh
pengembangan keilmuan suatu perguruan tinggi, sehingga proses kenaikan pangkat
dan jabatan dosen mengalami pelambatan.

k. Pemanfaatan Hasil Penelitian
Salah satu penilaian publik atas keberadaan institusi adalah tingkat kemanfaatan
yang dihasilkan oleh program-program yang dilakukan, khususnya program
penelitian. Bila suatu program dinilai sangat bermanfaat, maka program itu diyakini
sebagi sesuatu yang baik yang harus didapatkan, didukung dan dikondisikan untuk
terus dilakukan secara intens dan konsisten.

Berdasarkan asas kemanfaatan hasil penelitian dosen dan mahasiswa STAIN
Pekalongan selama ini, dapat dijelaskan sebagai berikut:
8. Secara umum hasil penelitian baik dosen maupun dosen belum memiliki

kemanfaatan subtantif karena hasil penelitian yang ada hanya dijadikan sebagai
dokumen program kerja.
9. Belum ada sinergi antara riset dan pembelajaran, riset dan pengabdian.
10. Hasil riset belum memberikan kontribusi secara maksimal dalam peningkatan
manajemen institusi, pembelajaran, suasana akademik dan peningkatan sumber
daya insani.
11. Hasil-hasil riset belum dijadikan sebagai pertimbangan kebijakan strategis dan
praktis baik bagi pimpinan internal institusi maupun kebijakan institusi eksternal
terkait.
12. Hasil-hasil riset belum memberikan kontribusi secara maksimal bagi
pemeliharaan nilai-nilai keislaman (academicexpectation) di masyarakat dan
mendorong perubahan sosial yang kongrit dalam berbagai bidang kehidupan
masyarakat (socialexpectation).
13. Lemahnya pemanfaatan peluang-peluang penelitian yang berbasis kerjasama
dengan pihak ketiga.
14. Hasil riset belum di publikasikan pada jurnal bereputasi tingkat nasional maupun
internasional baik di kalangan dosen maupun mahasiswa

l. Dana Penelitian
Seiring dengan amanat Undang-undang perguruan tinggi untuk mengalokasian 30 %
dari seluruh anggaran pendidikan agar digunakan untuk penelitian dan pengabdian
masyarakat. Bahkan Anggaran riset juga sudah memanfaatkan dana BOPTN sebesar
40 %, sehingga dana penelitian di STAIN Pekalongan mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dari tahun ke tahun. Gambaran dinamika dana penelitian itu
sebagaimana di bawah ini:

45

Gambar 11. Dinamika Pendanaan Penelitian Tahun 2011-2015

Ketersediaan dana penelitian yang signifikan tersebut belum diimbangi dengan
regulasi yang mengatur pemanfataan dana penelitian secara maksimal. Akibatnya
sebagian dana penelitian itu tidak terserap seluruhnya. Ketidakserapan anggaran
secara maksimal tersebut juga disebabkan oleh regulasi anggaran dari pemerintah
yang tidak mendukung pelaksaaan penelitian secara maksimal.
Selain itu, sumber dana riset selama ini masih berorientasi pada DIPA dan BOPTN, dan
belum tersedia sumber dana lain yang signifikan baik dari lembaga mitra kerjasama
maupun dari lembaga founding penelitian dalam dan luar negeri. Keterbatasan dana
penelitian juga disebabkan oleh lemahnya jejaring institusi yang berimbas pada
kepercayaan melaksanakan proyek penelitian yang bermanfaat bagi kedua belah
pihak.
8.7 Pengabdian kepada Masyarakat
f. Kebijakan Dan Rencana Induk Pengabdian Kepada Masyarakat

Beberapa kebijakan STAIN Pekalongan bidang pengabdian kepada masyarakat,
mencakup:
(1) Pengamalan ilmu pengetahuan Islam;
(2) Peningkatan hubungan antara program STAIN Pekalongan dengan kebutuhan

masyarakat dan membantu masyarakat dalam melaksanakan pembangunan;
(3) Pelaksanaan pengembangan wilayah terpadu melalui program Desa Binaan/Desa

Mitra Kerja. Program-program tersebut belum memfokuskan kepada

46

permasalahan-permasalahan riil yang dihadapi masyarakat dan diupayakan serta
dikembangkan lebih efektif dan efisien.

Judul-judul pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan semangat visi dan misi
STAIN Pekalongan yang berkomitmen dalam mengembangkan keilmuan bagi
peradaban, dan mengembangkan sumber daya yang potensial, efektif dan
berkualitas.

Arah kebijakan bidang ini adalah mendekatkan diri dengan masyarakat,
menghilangkan kesan bahwa perguruan tinggi sebagai menara gading yang eksklusif
dan elitis. Juga diarahkan untuk membangun sifat homo akademikus, homo social
dan homo religious, serta mematangkan sifat pengabdian kepada masyarakat yang
rahmatanlilalamin.

Namun demikian, kebijakan pengabdian belum memiliki regulasi (RIP-Renstra)
sebagai kebijakan tersebut sehingga belum memiliki standar yang tetap.

g. Program Kerja Pengabdian Kepada Masyarakat
Program pengabdian pada masyarakat P3M STAIN Pekalongan pada pokoknya
meliputi dua program utama, yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Desa Binaan.
Perbedaan keduanya, bahwa program KKN dilaksanakan mahasiswa, sementara
program Desa Binaan dilaksanakan oleh dosen. Tema KKN yang dikembangkan oleh
P3M antara lain adalah pemberdayaan komunitas/jama’ah masjid; pemberdayaan
masyarakat melalui madrasah; Peningkatan Kualitas Hidup Keluarga Berbasis Sumber
Daya Pesisir dan Laut; Konservasi Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat;
Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan Berbasis Gender.

Adapun program desa binaan merupakan program bagi komunitas untuk melakukan
perubahan sosial di desanya dengan berbagai permasalahan sosial yang
melingkupinya. Gambaran mengenai program pengabdian masyarakat terdapat
dalam grafik berikut:

Diagram 12. Program Pengabdian Kepada Masyarakat tahun 2013-2015

47

Program-program dilaksanakan di wilayah-wilayah yang membutuhkan upaya
pemberdayaan masyarakat dalam bidang-bidang sosial keagamaan. Gambaran
wilayah yang dijadikan sasaran pengabdian adalah sebagai berikut:

Diagram 13. Lokasi Sasaran Pengabdian Masyarakat tahun 2013-2015

Program-program pengabdian selama ini belum dievaluasi seberapa besar dampak
perubahan sosial yang dihasilkan, juga belum ada tindak lanjut program yang
berkesinambungan.

h. Publikasi Pengabdian Kepada Masyarakat
Berbagai program pengabdian yang selama ini dilaksanakan oleh STAIN Pekalongan,
belum ada upaya-upaya sistemik untuk mempublikasikan kepada masyarakat baik
berupa jurnal ilmiah, artikel populer, seminar dan desimenasi lainnya. Adapun
kegiatan-kegiatan publikasi yang dilakukan, baru bersifat parsial per unit di lingkungan
STAIN Pekalongan. Misal pengabdian di kampung Bahasa Arab yang hanya melibatkan
unit pelaksanaan teknis Prodi PBA, pengabdian masyarakat peningkatan ekonomi desa
seperti peternak ikan lele dumbo yang terlibat hanya dosen pendampingnya.

i. Relevansi Penelitian Dengan Pengabdian Kepada Masyarakat
Berdasarkan asas kemanfaatan hasil pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh para
dosen dan mahasiswa STAIN Pekalongan selama ini, dapat dijelaskan sebagai berikut:
9. Secara umum hasil penngabdian baik dosen maupun dosen belum memiliki
kemanfaatan subtantif karena hasil pengabdian yang ada hanya dijadikan sebagai
dokumen program kerja.
10. Belum ada sinergi antara program-program pengabdian dengan program riset dan
pelaksanaan pembelajaran.
11. Hasil pengabdian masyarakat belum memberikan kontribusi secara maksimal
dalam peningkatan peningkatan sumber daya insani di masyarakat.
12. Hasil-hasil pengabdian masyarakat juga belum dijadikan sebagai pertimbangan
kebijakan strategis dan praktis baik bagi pimpinan internal institusi maupun
kebijakan institusi eksternal terkait .
13. Hasil-hasil pengabdian masyarakat juga belum memberikan kontribusi secara
maksimal bagi pemeliharaan nilai-nilai keislaman (academicexpectation) di

48

masyarakat dan mendorong perubahan sosial yang kongrit dalam berbagai bidang
kehidupan masyarakat (socialexpectation).
14. Lemahnya pemanfaatan peluang-peluang pengabdian masyarakat yang berbasis
kerjasama dengan pihak ketiga.
15. Hasil pengabdian masyarakat belum di publikasikan pada jurnal bereputasi tingkat
nasional maupun internasional, sehingga belum bisa menunjukkan eksistensi
institusi dan memberi manfaat bagi masyarakat secara luas.
16. Belum ada data yang mapan tentang tingkat perubahan sosial terdampak program
pengabdian masyarakat, karena belum ada rencana tindaklanjut dari hasil
pengabdian masyarakat.
j. Dana Pengabdian Kepada Masyarakat
Seiring dengan amanat peraturan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, perguruan
tinggi agama Islam harus mengalokasian 10 % anggaran BOPTN STAIN Pekalongan
digunakan untuk pengabdian masyarakat. Berubahnya regulasi anggaran secara
nasional menyebabkan dana pengabdian masyarakat di STAIN Pekalongan
mengalami pasang surut dari tahun ke tahun. Gambaran dinamika dana pengabdian
masyarakat itu sebagaimana di bawah ini:

Diagram 14. Pasang Surut dana Pengabdian 2013-2015

Sumber dana pengabdian masyarakat selama ini masih berorientasi pada BOPTN, dan
belum tersedia sumberdana lain yang signifikan baik dari lembaga mitra kerjasama
maupun dari lembaga founding pengabdian dalam dan luar negeri. Keterbatasan dana
pengabdian juga disebabkan oleh lemahnya jejaring institusi yang berimbas pada
kepercayaan melaksanakan proyek pengabdian yang bermanfaat bagi pengembangan
masyarakat.

Berikut ini disampaikan beberapa hal yang merupakann persoalan-persoalan yang
masih dihadapi di bidang pengabdian masyarakat; (1) Sebaran wilayah pengabdian
yang belum merata pada masing-masing dosen jurusan. (2) Kegiatan pengabdian
masyarakat belum merata pada masing-masing jenis kegiatan,(3) Daerah binaan masih
terpusat pada wilayah-wilayah tertentu,(4) Serapan dana pengabdian masyarakat
belum bisa dalam ikut serta pengajuan pilot project dana pembangunan desa 1
milyard, (5) Keterlibatan dosen dan mahasiswa lebih terkonsentrasi pada saat Kuliah
Kerja Nyata, (6) Metode pendekatan pada masyarakat masih lemah dan kurang

49


Click to View FlipBook Version