The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by weninovitasari55, 2021-05-02 19:11:01

PGSD-MODUL 5 PKN - Total KB

PGSD-MODUL 5 PKN - Total KB

a) Integrasi nilai. Integrasi nilai menunjuk pada adanya kesepakatan terhadap
nilai yang diperlukan dalam memelihara tertib sosial. Nilai-nilai Pancasila merupakan
nilai integratif karena telah menjadi hasil kesepakatan para pendiri bangsa (Pancasila
sebagai perjanjian luhur). Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa ini perlu
dilestarikan dan dikembangkan terus-menerus sebagai nilai integratif melalui
Pendidikan, utamanya Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar.

b) Integrasi perilaku. Integrasi perilaku menunjuk pada kesepakatan perilaku
positif yang menekankan perilaku berkebangsaan dan kenegaraan di atas golongan atau
pribadi. Mewujudkan perilaku integratif dilakukan dengan pembentukan lembaga
politik/pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan. Pembentukan lembaga-lembaga
politik dan birokrasi di Indonesia diawali dengan hasil sidang I PPKI tanggal 18
Agustus 1945 yakni memilih Presiden dan Wakil Presiden. Sidang PPKI ke-2 tanggal
19 Agustus 1945 memutuskan pembentukan dua belas kementerian dan delapan
provinsi di Indonesia. Pembentukan lembaga-lembaga politik dan birokrasi ini
berlanjut dan berkembang sampai sekarang dan nantinya.

Pelurusan perilaku negatif-menyimpang menjadi tanggung jawab semua elemen
bangsa secara terintegrasi, bukan hanya tanggung jawab guru, ulama, polisi, Komisi
Pemberantasan Korupsi, ataupun Badan Narkotika Nasional. Banyaknya kasus
narkoba, korupsi, pornografi, penggundulan hutan dan lain-lain menjadi contoh
permasalahan integrasi perilaku. Integrasi nilai berkaitan dengan hati dan pikiran,
integrasi perilaku berkaitan dengan tindakan.

Nah, sekarang mari kita kembali pada pertanyaan 5W dan 1 H tentang integrasi
nasional atau persatuan dan kesatuan Negara Bangsa Indonesia. Apa yang dipersatukan
(What)? Yang dipersatukan adalah wilayah yang terdiri dari tanah dan air beserta
kekayaan yang terkandung di dalamnya. Selain wilayah kita juga mempersatukan
isinya yaitu bangsa Indonesia yang mengalami kesamaan sejarah yang mengalami

11

penderitaan bersama akibat penjajahan, kesamaan tempat yang sama sama tinggal
dalam wilayah Indonesia,

Dimana persatuan dan kesatuan itu dapat terwujud (Where) ? Di wilayah negara
Indonesia yang luasnya mencapai 1.904.569 Km2 atau mencapai luas wilayah terbesar
no 7 dunia. Siapa yang dipersatukan (Who)? Seluruh bangsa yang mendiami wilayah
negara Indonesia tanpa terkecuali dan tidak ada yang perlu merasa dikecualikan.
Kapan mulai bersatu (When) ? Dimulai dari kerajaan yang banyak tertebaran di
wilayah negara Indonesia, masa perintis, masa penegas hingga sekarang dan berlanjut
selamanya. Mengapa perlu bersatu (Why) ? Kita perlu bersatu untuk mewujudkan
kesejahtaraan dan keadilan bersama yang dilandasi dan sebagai perwujudan kita
sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan makhluk pribadi. Bagaimana
mempersatuan (How) ? Menerima dan menjalankan Nilai nilai Pancasila secara benar,
utuh, dan memberantas segala bentuk upaya memecah belah bangsa yang terdapat di
wilayah negara Indonesia.

3. Pentingnya Nasionalisme
Anda mungkin sering mendengar istilah nasionalisme. Akan tetapi apakah Anda
tahu apa makna dari istilah tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari Anda mungkin
pernah mengalami peristiwa-peristiwa berikut:

1) Bersuka cita ketika Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan yang
merupakan pebulutangkis andalan negara kita berhasil menjadi Juara
Dunia Bulutangkis yang berlangsung di Swiss pada tahun 2019.

2) Tersinggung ketika melihat bendera merah putih dibakar oleh para
demonstran dalam salah satu aksi demonstrasi di Australia.

3) Kecewa ketika kesebelasan nasional Indonesia dikalahkan oleh
kesebelasan dari negara lain.

4) Bangga ketika mendengar para pelajar dari negara kita merebut juara
dunia dalam kejuaran dunia mata pelajaran Fisika.

Coba Anda renungkan apa makna dibalik peristiwa itu? Peristiwa-peristiwa
tersebut mencerminkan kecintaan kita terhadap bangsa dan negara Indonesia.

12

Bagaimanapun kondisinya, kita tetap lebih mencintai bangsa dan negara sendiri
daripada bangsa dan negara lain. Anda pasti pernah mendengar ada peribahasa yang
relevan dengan rasa cinta terhadap negara, yaitu “ lebih baik hujan batu di negeri
sendiri, daripada hujan emas di negeri orang”. Peribahasa tersebut menggambarkan
begitu besarnya kecintaan terhadap bangsa dan negara, meskipun kesengsaraan tengah
melanda negaranya.

Dari uraian di atas kita dapat merumuskan pengertian dari nasionalisme.
Secara sederhana nasionalisme dapat diartikan sebagai faham atau ajaran untuk
mencintai bangsa dan negara sendiri. Hans Kohn (1961:11) dalam bukunya yang
berjudul Nasionalisme; Arti dan Sejarahnya (Nationalism: Its Meaning and History),
mendefinisikan nasionalisme sebagai berikut:

1) Suatu faham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus
diserahkan kepada negara kebangsaan.

2) Perasaan semangat yang sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan
tanah tumpah darahnya, dengan tradisi setempat dan penguasa resmi daerahnya.

Terbentuknya nasionalisme Indonesia melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Tahap mulai terbentuknya kelompok-kelompok kecil masyarakat Indonesia yang
terikat oleh kesamaan daerah geografis. Masyarakat-masyarakat kecil ini
umumnya masih merupakan tribe) yang umumnya belum mempunyai peradaban
maju. Terbentuknya kerajaan-kerajaan kecil atau suku-suku tradisional adalah
wujud nyata pola kehidupan masyarakat pada saat itu.

2) Terbentuknya masyarakat suku-suku bangsa yang lebih luas yang selanjutnya
akan merupakan bagian dari masyarakat Indonesia. Masyarakat suku bangsa ini
terbentuk karena terjadinya pergeseran makna dengan terlahirnya penciptaan diri
akan keterbatasannya dari ikatan kebersamaan yang mengkungkung mereka.

13

3) Terbentuknya masyarakat bangsa Indonesia seperti yang kita kenal sekarang ini,
atau yang kita sebut sebagai nation-state Indonesia. Pada tahap inilah lahir bangsa
Indonesia dengan wawasan budaya yang berlandaskan sistem nilai budaya
bangsa Indonesia yang modern.
Sekalipun Indonesia telah menjadi negara bangsa yang merdeka, bersatu dan

berdaulat, kualitas nasionalisme diantara elemen bangsa ini harus senantisa dibina
dan ditingkatkan. Karena jika tidak dilakukan proses pembinaan dan peningkatan,
nasionalisme kita akan luntur dan berakibat pada hancurnya bangsa dan negara
Indonesia.

Ada dua hal yang harus kita lakukan untuk membina nasionalisme Indonesia,
yaitu:

1) Mengembangkan kesamaan di antara suku-suku bangsa penghuni Nusantara
2) Mengembangkan sikap toleransi

Bagaimana perwujudan konsep kesatuan bangsa dalam aspek sosial? Dalam
aspek sosial sebagaimana yang diutarakan oleh Bakri (2009:318-321), kesatuan
tersebut diwujudkan dalam beberapa aspek kehidupan, yaitu:

1) Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik
a) Bahwa keutuhan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya
merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup, dan kesatuan mitra
seluruh bangsa, serta menjadi modal dan milik bersama bangsa.
b) Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara dalam
berbagai bahasa daerah, memeluk, dan meyakini berbagai agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan satu kesatuan
bangsa yang bulat dalam arti yang seluas-luasnya.
c) Bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib
sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam
mencapai cita-cita bangsa.

14

d) Bahwa Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta ideologi bangsa dan negara,
yang melandasi, membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya.

e) Kehidupan politik di seluruh wilayah nusantara merupakan satu kesatuan
politik yang diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

f) Bahwa seluruh kepulauan nusantara merupakan kesatuan hukum, dalam arti
bahwa hanya ada satu hukum yang mengabdi kepada kepentingan nasional.

g) Bangsa Indonesia hidup berdampingan dengan bangsa lain, ikut menciptakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial melalui politik luar negeri bebas aktif serta diabadikan untuk
kepentingan nasional.

2) Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi
a) Bahwa kekayaan wilayah nusantara baik potensial maupun efektif adalah
modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa keperluan hidup sehari-hari harus
tersedia merata di seluruh wilayah tanah air.
b) Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah,
tanpa meninggalkan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh daerah-daerah dalam
mengembangkan ekonominya.
c) Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara merupakan satu
kesatuan ekonomi yang diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan dan ditujukan bagi kemakmuran rakyat.

3) Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan sosial budaya
a) Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus
merupakan kehidupan yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan
masyarkat yang sama, merata dan seimbang serta adanya keselarasan
kehidupan yang sesuai dengan kemajuan bangsa.

15

b) Bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan corak ragam
budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya yang menjadi modal dan
landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya, yang hasil-hasilnya dapat
dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia.

4) Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan
keamanan
a) Bahwa ancaman terhadap satu daerah pada hakikatnya merupakan ancaman
bagi seluruh bangsa dan negara.
b) Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama di
dalam pembelaan negara.
Dari uraian di atas semakin jelas tergambar bahwa negara kepulauan Indonesia

dipersatukan bukan hanya dari aspek kewilayahannya saja, tetapi meliputi pula aspek
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan kemanan. Wawasan
Nusantara bagi Indonesia merupakan suatu politik kewilayahan bangsa dan negara
Indonesia. Sebagai politik kewilayahan, Wawasan Nusantara mempunyai sifat
manunggal dan utuh menyeluruh. Wawasan Nusantara bersifat manunggal artinya
mendorong terciptanya keserasian dan keseimbangan yang dinamis dalam segenap
aspek kehidupan, baik aspek alamiah maupun aspek sosial. Sedangkan utuh
menyeluruh maksudnya menjadikan wilayah nusantara dan rakyat Indonesia sebagai
satu kesatuan yang utuh dan bulat serta tidak dapat dipecah-pecah oleh kekuatan apa
pun sesuai dengan asas satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa persatuan Indonesia.

Konsep selanjutnya, yakni konsep keempat yang tercakup dalam substansi
persatuan dan kesatuan bangsa adalah integrasi nasional. Integrasi sendiri dapat
diartikan sebagai suatu proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda
yang ada dalam kehidupan sehingga menghasilkan keserasian dalam kehidupan
masyarakat. Dengan demikian integrasi nasional berarti integrasi yang terjadi di dalam
tubuh bangsa dan negara Indonesia.

16

Bangsa Indonesia yang secara sadar ingin bersatu agar hidup kokoh sebagai
bangsa yang berdaulat, memiiiki faktor-faktor integratif bangsa sebagai perekat
persatuan, yaitu:

1) Pancasila.
2) UUD NRI 1945,
3) Sang Saka Merah Putih.
4) Lagu Kebangsaan Indonesia Raya,
5) Bahasa Indonesia, dan
6) Sumpah Pemuda.

Konsep kelima yang tercakup dalam substansi persatuan dan kesatuan bangsa
adalah nasionalisme. Nasionalisme adalah suatu faham yang menganggap bahwa
kesetiaan tertinggi atas setiap pribadi harus diserahkan kepada negara.

Faham nasionalisme mulai dikenal di Indonesia sejak awal abad ke-20, yaitu
saat berdirinya Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908. Berdirinya Budi Utomo itu
merupakan awal dari Kebangkitan Nasional dan merupakan awal dari kesadaran
nasional. Tanggal berdirinya orgamsasi pergerakan tersebut hingga kini kita peringati
sebagai hari Kebangkitan Nasional.

Konsep terakhir yang tercakup dalam substansi persatuan dan kesatuan
bangsa adalah patriotisme. Coba Anda pikirkan sejenak, apakah patriotisme berbeda
dengan nasionalisme? Patriotisme merupakan salah satu unsur nasionalisme.
Patriotisme merupakan sikap sudi mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan
tanah air, bangsa dan negara. Sedangkan ciri-ciri patriotisme diantaranya:

1) Cinta tanah air
2) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
3) Menempatkan persatuan, kesatuan serta keselamatan bangsa dan negara diatas

kepentingan pribadi dan golongan.
4) berjiwa pembaharu
5) Tidak kenal menyerah

17

2. Faktor Pendorong dan Penghambat Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Indonesia

Selain penyakit budaya yang dikemukakan sebelumnya, berikut ini akan dikemukakan
faktor pendorong dan penghambat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

1) Faktor Pendorong Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia
Persatuan dan kesatuan suatu negara merupakan faktor utama yang

menentukan keberhasilan pembangunan yang dijalankannya. Begitu juga dengan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tengah melaksanakan pembangunan di
segala bidang sangat memerlukan Persatuan dan kesatuan negara yang di dalamnya
terdapat semangat persatuan dan kesatuan di antara rakyat Indonesia. Suatu program
pembangunan tidak akan terlaksana dengan baik dan mencapai suatu keberhasilan jika
kondisi negara terpecah belah atau tidak adanya persatuan dan kesatuan diantara
warga negaranya. Dengan demikian Persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan
pembangunan yang sedang sedang dilaksanakan negara kita.

Selain dalam aspek pembangunan, Persatuan dan kesatuan negara juga
memegang peranan penting dalam meningkatkan harga diri bangsa di hadapan bengsa
dan negara asing. Bangsa dan negara asing menghormati bangsa dan negara kita, serta
tidak akan berani mencampuri urusan negara kita. Bangsa dan negara kita tidak akan
mudah dipecah-belah dan diinjak-injak oleh negara lain, jika seluruh lapisan
masyarakat memperkuat Persatuan dan kesatuan negara. Coba kamu bayangkan, apa
yang akan terjadi jika negara kita terpecah belah? Tentu saja yang akan terjadi adalah
negara kita akan dianggap sepele oleh bangsa dan negara lain, bahkan tidak menutup
kemungkinan bangsa dan negara kita akan dijajah kembali oleh bangsa dan negara
asing.

18

Persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah hal yang
mutlak dipertahankan dan terus diperkuat dalam seluruh aspek kehidupan. Kita harus
menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bisa menimbulkan perpecahan
bangsa, misalnya merendahkan suku bangsa lain, mengganggap sukunyalah yang
paling baik dan sebagainya. Kita harus memupuk persaudaraan dengan sesama warga
negara Indonesia supaya persatuan dan kesatuan negara kita senantiasa terjaga.

Ada tiga faktor yang dapat memperkuat Persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Ketiga faktor tersebut merupakan pemersatu seluruh
bangsa Indonesia. Ketiga faktor tersebut dapat mempersatukan perbedaan dan
keanekaragaman yang telah mewarnai kehidupan bangsa Indonesia. Perbedaan suku
bangsa, agama, bahasa dan sebagainya dapat dipersatukan dengan menjalankan nilai-
nilai yang terdapat dalam ketiga faktor tersebut, sehingga pada akhirnya akan
memperkuat Persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. ketiga
faktor tersebut adalah Sumpah Pemuda, Pancasila dan semboyan Bhineka Tunggal
Ika.

Sumpah Pemuda merupakan sumpah yang menunjukkan kebulatan tekad dari
seluruh pemuda Indonesia yang merupakan unsur utama perjuangan bangsa dalam
melawan penjajah untuk mempersatukan seluruh rakyat Indonesia dalam perjuangan
meraih kemerdekaan. Dalam isi rumusan Sumpah Pemuda tersebut terkandung nilai
utama yaitu satu nusa (tanah air), satu bangsa dan satu bahasa, yaitu Indonesia. Ikrar
satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa telah menjadi penyemangat bangsa Indonesia
untuk bersatu. Ikrar ini juga telah memberikan manfaat-manfaat lainnya seperti
mempererat hubungan kekeluargaan dan persaudaraan diantara bangsa Indonesia;
membina kerukunan hidup dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; dan
menumbuhkan kesadaran bahwa ancaman terhadap satu pulau atau daerah berarti
ancaman bagi seluruh tanah air Indonesia. Nah, ikrar inilah yang dapat memperkokoh
Persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pancasila dapat memperkokoh Persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Hal itu dikarenakan nilai-nilai Pancasila bersifat universal atau

19

menyeluruh. Artinya nilai-nilai Pancasila tidak diciptakan hanya untuk satu suku
bangsa saja. Nilai-nilai Pancasila juga tidak hanya diperuntukan untuk penganut
agama tertentu saja, akan tetapi nilai-nilai Pancasila berlaku dan menjadi pedoman
hidup Rakyat Indonesia tanpa memandang perbedaan suku bangsa, agama, budaya,
bahasa dan sebagainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pancasila dimiliki
dan digunakan oleh semua unsur bangsa Indonesia.

Bhineka Tunggal Ika artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Inti
dari semboyan Bhineka Tunggal Ika adalah adanya persatuan dalam berbagai
perbedaan. Kondisi bangsa Indonesia yang diliputi oleh berbagai perbedaan dapat
dipersatukan salah satunya dengan melaksanakan makna semboyan bhineka tunggal
ika. Semboyan tersebut menjadi penyemangat seluruh rakyat Indonesia untuk
memersatukan bangsa Indonesia di tengah-tengah perbedaan. Persatuan dan kesatuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia akan senantiasa terjaga jika nilai-nilai dalam
semboyan bhineka tunggal ika selalu dilaksanakan oleh rakyat Indonesia dalam
pergaulan sehari-hari.

2) Faktor Penghambat Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia
Sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya bahwa persatuan dan kesatuan

bangsa merupakan syarat mutlak untuk memperoleh kemajuan bangsa. Akan tetapi
pada kenyataannya, kita sering melihat berbagai peristiwa yang mencerminkan gejala
perpecahan bangsa seperti kerusuhan antar pendukung klub sepakbola, demonstrasi
yang diwarnai aksi kekerasan, konflik antar suku dan sebagainya. Peristiwa-peristiwa
tersebut apabila tidak segera diatasi akan menyebabkan rusaknya persatuan dan
kesatuan bangsa.

Pada bagian sebelumnya, Anda sudah mengetahui beberapa faktor yang
mendorong semakin kuatnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Nah, ternyata
ada juga faktor-faktor yang berpotensi menjadi penghambat kuatnya persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia. Hal tersebut penting Anda ketahui, supaya senantiasa

20

meningkatkan kewaspadaan akan hal tersebut. Adapun faktor-faktor yang
menghambat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia diantaranya:
a) Kebhinekaan/keberagaman pada masyarakat Indonesia.

Kondisi ini bisa menjadi penghambat persatuan dan kesatuan bangsa apabila tidak
diiringi oleh sikap saling menghargai, menghormati dan toleransi yang telah
menjadi karakter khas masyarakat Indonesia. Hal tersebut dapat mengakibatkan
munculnya perbedaan pendapat yang lepas kendali, tumbuhnya perasaan kedaerah
yang berlebihan bisa memicu terjadinya konflik antar daerah atau antar suku
bangsa.
b) Geografis
Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk memisahkan diri adalah daerah
yang paling jauh dari ibu kota, atau daerah yang besar pengaruhnya dari negara
tetangga atau daerah perbatasan, daerah yang mempunyai pengaruh global yang
besar, seperti daerah wisata, atau daerah yang memiliki kakayaan alam yang
berlimpah. Kondisi ini akan semakin memperlemah persatuan dan kesatuan bangsa
apabila ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan masih belum bisa di atasi.
a. Munculnya penyakit kultural pada masyarakat Indonesia
Penyakit kultural atau penyakit budaya merupakan sikap atau perilaku seseorang
atau kelompok orang yang dapat menyebabkan kerenggangan sosial atau
perpecahan. Penyakit tersebut diantaranya berupa gejala etnosentrisme, prasangka,
stereotif, rasisme, dan diskriminasi.
c) Melemahnya nilai budaya bangsa
Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, baik melewati kontak langsung maupun
kontak tidak langsung. Kontak langsung, antara lain melalui unsur-unsur
pariwisata, sedangkan kontak tidak langsung, antara lain melalui media cetak

21

(majalah, tabloid), atau media elektronik (televisi, radio, film, internet, telepon
seluler yang mempunyai fitur atau fasilitas lengkap).

2. Problema Keberagaman Masyarakat Multikultural
Belanda hanya merupakan negara kecil yang luas wilayahnya hanya 42.508

Km2 yang 55% dari wilayahnya itu berada di bawah permukaan laut dibandingkan
luas wilayah Indonesia 1.904.569 Km2. Bagaimana mungkin sebuah negara kecil yang
luasnya 0,02 % mampu menjajah Indonesia yang besar. Hal ini karena kita memiliki
penyakit yang terkait dengan budaya yang dapat dimanfaatkan oleh penjajah atau
siapapun sampai kapanpun untuk menguasai Indonesia. Mari kita membahas satu
persatu.

Perhatikan berita JAYAPURA, HaIPapua.com – Ribuan warga kembali
menggelar unjuk rasa menolak rasisme di Jayapura, Provinsi Papua, Kamis
(29/8/2019) yang dilansir oleh https://haipapua.com/unjuk-rasa-menolak-rasisme-
berujung-kerusuhan-di-jayapura/

Perhatikan foto kerusakan dan kerugian yang diderita semua pihak oleh isu rasisme
yang tidak jelas sumbernya. Sekali lagi hanya isu saja sudah berdampak kerugian
materiil berupa rusaknya dan hancur fasilitas yang dibangun dengan biaya besar,
belum lagi korban nyawa manusia.
Perhatikan berita tragis beberapa tahun lalu yaitu pada tanggal 5 Maret 2001 dari
https://www.liputan6.com/news/read/9010/dan-kepala-bocah-pun-dipenggal (penulis
sengaja tidak menuliskan rincian dari peristiwa biadab ini).

22

...........
SCTV memperoleh cerita memilukan. Ada pasangan suami istri yang
harus berpisah lantaran keduanya berlainan etnis. Sang istri Madura
dan suami Dayak. Tak lama setelah pertikaian pecah, si istri turut
mengungsi ke Madura. Alih-alih nyaman di kampung sendiri,
kehadirannya malah ditolak lantaran bersuami orang Dayak. Begitu
pun ketika ia harus mengikuti si suami, masyarakat Dayak sulit
menerima. Kini, ibu muda yang tengah hamil tua itu terpaksa
diungsikan ke Banjar. Sedangkan suami tetap di kampungnya. Entah
sampai kapan mereka harus berpisah.

Perhatikan isu etnis bisa membuat bangsa ini menjadi terpecah pecah. Berikut ini
dibahas tentang berbagai penyakit budaya yang dapat merusak persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia.
1. Prasangka

Prasangka adalah sikap yang bisa positif maupun negatif berdasarkan
keyakinan stereotipe atau pemberian label kita tentang anggota dari kelompok
tertentu. Prasangka meliputi keyakinan untuk menggambarkan jenis pembedaan
terhadap orang lain sesuai dengan peringkat nilai yang kita berikan. Prasangka
yang berbasis ras kita sebut rasisme, sedangkan yang berbasis etnis disebut
etnisisme. Sementara itu John (1981) menyatakan bahwa prasangka adalah sikap
antipasti yang berlandaskan pada cara menggeneralisasi yang salah dan tidak
fleksibel. Kesalahan ini mungkin saja diungkapkan secara langsung kepada
orang yang menjadi anggota kelompok tertentu. Prasangka merupakan sikap
negatif yang diarahkan kepada seseorang atas dasar perbandingan dengan
kelompoknya sendiri. Jadi prasangka merupakan salah satu rintangan atau
hambatan bagi kegiatan komunikasi karena orang yang berprasangka sudah
bersikap curiga dan menentang komunikator yang melancarkan komunikasi.
Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar
prasangka buruk tanpa memakai pikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang
nyata. Karena itu, bila prasangka sudah menghinggapi seseorang, orang tidak
dapat berpikir logis dan obyektif dan segala apa yang dilihatnya akan dinilai

23

secra negatif (Dalam Sutarno, 2008: 4-12)
2. Stereotipe

Stereotipe yaitu pemberian sifat tertentu terhadap seseorang berdasarkan
kategori yang bersifat subyektif, hanya karena dia berasal dari kelompok yang lain.
Pemberian sifat itu bisa sifat positif maupun negatif (Sutarno, 2008:4-12). Allan G.
Johnson (1986) menegaskan bahwa stereotipe adalah keyakinan seseorang untuk
menggeneralisasikan sifat-sifat tertentu yang cenderung negatif tentang orang lain
karena dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman tertentu. Keyakinan ini
menimbulkan penilaian yang cenderung negative atau bahkan merendahkan kelompok
lain. Ada kecenderungan untuk memberi “label” atau cap tertentu pada kelompok
tertentu dan yang termasuk problem yang perlu diatasi adalah stereotipe yang negative
atau memandang rendah kelompok lain (Sutarno, 2008: 4-12).
3. Etnosentrisme

Etnosentrisme yaitu paham yang berpandangan bahwa manusia pada dasarnya
individualistis yang cenderung mementingkan diri sendiri, namun karena harus
berhubungan dengan manusia lain, maka terbentuklah sifat hubungan yang
antagonistik (pertentangan). Supaya pertentangan itu dapat dicegah, perlu ada
folkways (adat kebiasaan) yang bersumber pada pola-pola tertentu. Mereka yang
mempunyai folkways yang sama cenderung berkelompok dalam suatu kelompok yang
disebut etnis. Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menetapkan semua norma
dan nilai budaya orang lain dengan standar budayanya sendiri (Sutarno, 2008:4-10)
4. Rasisme.

Rasisme yaitu suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa
perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya
atau individu – bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk
mengatur ras yang lainnya (Sutarno, 2008: 4-10). Kata ras berasal dari bahasa Perancis
dan Italia “razza”. Pertama kali istilah ras diperkenalkan Franqois Bernier, antropolog
Perancis, untuk mengemukakan gagasan tentang pembedaan manusia berdasarkan
kategori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah. Setelah itu, orang

24

menetapkan hierarkhi manusia berdasarkan karakteristik fisik atas orang
Eropah berkulit putih yang diasumsikan sebagai warga masyarakat kelas atas
yang berbeda dengan orang Afrika yang berkulit hitam sebagai warga kelas
dua. Atau ada ideologi rasial yang berpandangan bahwa orang kulit putih
mempunyai misi suci untuk menyelamatkan orang kulit hitam yang dianggap
sangat primitif. Hal tersebut berpengaruh terhadap stratifikasi dalam berbagai
bidang seperti bidang sosial, ekonomi, politik, dimana orang kulit hitam
merupakan subordinasi orang kulit putih. Ras sebagai konsep secara ilmiah
digunakan bagi “penggolongan manusia” oleh Buffon, anthropolog Perancis,
untuk menerangkan penduduk berdasarkan pembedaan biologis sebagai
parameter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada ras yang benar-
benar murni lagi. Secara biologis, konsep ras terkait dengan pemberian
karakteristik seseorang atau sekelompok orang ke dalam kelompok tertentu
yang secara genetik memiliki kesamaan fisik seperti warna kulit, mata, rambut,
hidung, atau potongan wajah. Pembedaan seperti itu hanya mewakili faktor
tampilan luar. Karena tidak ada ras yang benar-benar murni, maka konsep
tentang ras seringkali merupakan kategori yang bersifat non-biologis. Ras
hanya merupakan konstruksi ideologi yang menggambarkan gagasan rasis.
Secara kultural, Carus menghubungkan ciri ras dengan kondisi kultural. Ada
empat jenis ras: Eropah, Afrika, Mongol dan Amerika yang berturut-turut
mencerminkan siang hari (terang), malam hari (gelap), cerah pagi (kuning) dan
sore (senja) yang merah. (Sutarno, 2008:4-11). Namun konsep ras yang kita
kenal lebih mengarah pada konsep kultural dan kategori sosial tertentu yang
dikenakan pada kategori biologis.

5. Diskriminasi.
Diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-bedakan dan kurang

bersahabat dari kelompok dominan terhadap kelompok subordinasinya.

25

Jika prasangka lebih mengarah pada sikap dan keyakinan, maka diskriminasi tertuju
pada tindakan. Tindakan diskriminasi biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki
prasangka kuat akibat tekanan tertentu, misalnya tekanan budaya, adat istiadat,
kebiasaan, atau hukum. Ada hubungan antara prasangka dan diskriminasi yang saling
menguatkan, selama ada prasangka, di sana ada diskriminasi. Jika prasangka
dipandang sebagai keyakinan atau ideologi, maka diskriminasi adalah terapan
keyakinan atau ideologi.
Apabila sikap-sikap negatif atau penyakit budaya itu sangat rawan terjadi pada negara
kita yang bersifat multikulturalisme, yang jika tidak diikat oleh nilai Pancasila yang
berasaskan Bhineka Tunggal Ika, akan menimbulkan perpecahan yang sangat
merugikan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.
a. Makna Multikulturalisme

Istilah “multikultural” jika ditelaah asal-usulnya mulai dikenal sejak tahun
1960-an, setelah adanya gerakan hak-hak sipil sebagai koreksi terhadap kebijakan
asimilasi kelompok minoritas terhadap melting pot yang sudah berjalan lama
tentang kultur dominan Amerika khususnya di New York dan California (Banks,
1984: 3, 164; Sobol, 1990: 18). Istilah multikultural tersebut selalu melekat dengan
pendidikan, yang mempunyai arti secara luas meliputi any set of processes by which
schools work with rather than against oppressed groups (Sleeter, 1992: 141).
Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan Kymlicka (2002: 8, 24)., profesor
filsafat pada Queen University Canada dalam bukunya Multicultural Citizenship,
bahwa multikultural merupakan suatu pengakuan, penghargaan, dan keadilan terhadap
etnik minoritas baik yang menyangkut hak-hak universal yang melekat pada hak-hak
individu maupun komunitasnya yang bersifat kolektif dalam mengekspresikan
kebudayaannya.

Garna (2003; 164), Antropolog Universitas Pajajaran berpendapat bahwa
dalam masyarakat majemuk (plural society), terdapat dua tradisi dalam sejarah
pemikiran sosial. Pertama; bahwa kemajemukan itu merupakan suatu keadaan yang

26

memperlihatkan wujud pembagian kekuasaan di antara kelompok-kelompok
masyarakat yang bergabung atau bersatu, dan rasa menyatu itu dibangun melalui
dasar kesetiaan (cross-cutting) kepemilikan nilai-nilai bersama dan perimbangan
kekuasaan (Peh, 1985: 77-79). Kedua; dalam masyarakat majemuk dikaitkan dengan
relasi antar ras/etnik, bahwa masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri dari
berbagai kelompok ras/etnik yang berada dalam satu sistem pemerintahan, oleh karena
itu sering mengalami konflik dan paksaan (Garna, 2003: 164-165).

Implikasi dari adanya masyarakat majemuk tersebut menurut Smith (1965)
juga memiliki berbagai kelompok budaya yang beragam. Masyarakat yang memiliki
budaya beragam ini maka terminologi multikulturalisme sering didiskusikan baik
sebagai respons menghadapi tantangan realitas sosial itu, maupun sebagai pengakuan
atas diversitas budaya majemuk tersebut. Multikulturalisme dalam perkembangannya
sebagai suatu sikap, praktik sosial, dan kebijakan pemerintah, yang sekarang ini telah
meluas ke arah suatu keyakinan atau kebijakan politik pemerintah semacam ‘ideologi’
dalam pengembangan kebudayaan menciptakan masyarakat yang sehat. Berry,
Poortinga, dan Segall (1998: 577-580) dalam karyanya Cross-cultural psychology:
Research and applications, menyebutnya multikulturalisme pada dasarnya bertujuan
untuk menciptakan suatu konteks sosiopolitik yang memungkinkan individu dapat
mengembangkan identitas yang sehat dan secara timbal-balik mengembangkan sikap-
sikap positip antar kelompok.

Multikulturalisme yang sarat dengan penghargaan, penghormatan, dan
kebersamaan dalam suatu komunitas yang majemuk inilah yang oleh Blum (2001:
16), , menyatakan bahwa:

Multikulturalisme meliputi sebuah pemahaman, penghargaan dan penilaian
atas budaya seseorang, dan sebuah penghormatan dan keingintahuan tentang
budaya etnis orang lain. Ia meliputi penilaian terhadap kebudayaan-
kebudayaan orang lain, bukan dalam arti menyetujui seluruh aspek dari
kebudayaan-kebudayaan tersebut, melainkan mencoba melihat bagaimana

27

kebudayaan tertentu dapat mengekspresikan nilai bagi anggota-anggotanya
sendiri.

Kata kunci dalam multikulturalisme tersebut, yakni pengakuan adanya
perbedaan dan penghargaan, dua kata yang selama ini sering dikontraskan. Karena itu
dalam pendekatan multikulturalisme tidak sesungguhnya berlandaskan pada pemilikan
yang mengisaratkan pada memiliki atau dimiliki budaya tertentu, tetapi berlandaskan
pada kesadaran untuk menghargai dan menghormati yang mampu bernegosiasi tentang
rumusan-rumusan realitas yang ada. “Ia tak seutuhnya merupakan bagian ataupun
sama sekali terpisah dari budayanya, alih-alih ia berada di perbatasan” (Adler, 1982:
389). Keanekaragaman budaya bukan faktor penentu pemecah-belah bangsa,
melainkan diharapkan mampu menjadi “bumbu kehidupan” bagi perekat bangsa-
bangsa di dunia.

Elemen-elemen multikulturalisme, menurut Blum (2001:19) mencakup tiga
sub-nilai sebagai berikut; (a) menegaskan identitas kultural seseorang, mempelajari
dan menilai warisan budaya seseorang, (b) menghormati dan berkeinginan untuk
memahami dan belajar tentang etnik / kebudayaan-kebudayaan selain kebudayaannya;
(c) menilai dan merasa senang dengan perbedaan kebudayaan itu sendiri; yaitu
memandang keberadaan dari kelompok-kelompok budaya yang berbeda dalam
masyarakat seseorang sebagai kebaikan yang positif untuk dihargai dan dipelihara.

b. Keberagaman Masyarakat Indonesia
1) Faktor Penyebab Keberagaman Masyarakat Indonesia

Keberagaman bangsa Indonesia dapat dibentuk oleh banyaknya jumlah suku
bangsa yang tinggal di wilayah Indonesia dan tersebar di berbagai pulau dan wilayah
di penjuru indonesia. Setiap suku bangsa memiliki ciri khas dan karakteristik sendiri
pada aspek sosial dan budaya.

28

Keberagaman yang ada pada masyarakat bisa menjadi kekayaan bangsa
Indonesia dan potensi bangsa. Namun, keberagaman juga menjadi tantangan hal itu
disebabkan karena orang yang mempunyai perbedaan pendapat bisa lepas kendali.
Munculnya perasaan kedaerahan serta kesukuan yang berlebihan dan dibarengi
tindakan yang dapat merusak persatuan, hal tersebut dapat mengancam
keutuhan NKRI. Karena itu adanya usaha untuk dapat mewujudkan kerukunan bisa
dilakukan dengan menggunakan dialog dan kerjasama dengan prinsip kesetaraan,
kebersamaan, toleransidan juga saling menghormati satu sama lain.

Keberagaman masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, di
antaranya adalah sebagai berikut :

a) Keadaan geografis
Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki 16.056 pulau besar dan kecil
(BPS, 2017) yang “dipisahkan” oleh selat dan laut. Ini merupakan kondisi
lingkungan geografis Indonesia. Lingkungan geografis semacam itu menjadi
sumber adanya keanekaragaman suku, budaya, ras dan golongan Indonesia.
Kondisi geografis yang demikian menimbulkan perbedaan dalam kehidupan
masyarakat. Salah satunya adalah mata pencaharian penduduk. Jenis-jenis
pekerjaan yang ada juga menyebabkan beranekaragamnya peralatan yang
diciptakannya, misalnya bentuk rumah dan bentuk pakaian. Akhirnya sampai pada
bentuk kesenian yang ada di masing-masing daerah berbeda. Keadaan geoografis
juga menyebabkan tiap-tiap pulau memiliki agama dan budaya yang berkembang
sendiri-sendiri.

b) Pegaruh kebudayaan asing
Adanya kontak dan komunikasi dengan para pedagang asing yang memiliki corak
budaya dan agama yang berbeda menyebabkan terjadinya proses akulturasi unsur
kebudayaan dan agama.

c) Penerimaan masyarakat terhadap perubahan.

29

Sikap masyarakat terhadap sesuatu yang baru baik yang datang dari dalam maupun
luar masyarakat membawa pengaruh terhadap perbedaan masyarakat Indonesia.
Ada masyarakat yang mudah menerima orang asing atau budaya lain, seperti
masyarakat perkotaan. Namun ada juga sebagian masyarakat yang tetap bertahan
pada budaya sendiri, tidak mau menerima budaya luar.

d) Keadaan transportasi dan komunikasi
Kemajuan sarana transportasi dan komunikasi juga mempengaruhi perbedaan
masyarakat Indonesia. Kemudahan sarana ini membawa masyarakat mudah
berhubungan dengan masyarakat lain, meskipun jarak dan kondisi alam yang sulit.
Sebaliknya sarana yang terbatas juga memjadi penyebab keberagaman masyarakat
Indonesia.

e) Perbedaan kondisi alam
Kondisi alam yang berbeda seperti daerah pantai, pegunungan, daerah subur,
padang rumput, pegunungan, dataran rendah, rawa, laut mengakibatkan perbedaan
masyarakat. Juga kondisi kekayaan alam, tanaman yang dapat tumbuh, hewan
yang hidup di sekitarnya. Masyarakat di daerah pantai berbeda dengan masyarakat
pegunungan, seperti perbedaan bentuk rumah, mata pencaharian, makanan pokok,
pakaian, kesenian, bahkan kepercayaan.

c. Wujud Keberagaman Masyarakat Indonesia
Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan keberagaman merupakan suatu

kekayaan tersendiri bagi bangsa Indonesia, hal ini harus dijadikan sebagai dorongan
bagi masyarakat untuk mengenal dan memahami keberagaman yang ada di
masyarakat Indonesia, agar keberagaman yang dimiliki menjadi sebuah kekuatan
sehingga bangsa Indonesia dapat lebih maju dan lebih bermartabat. Keberagaman
masyarakat Indonesia diantaranya suku bangsa, agama, ras dan antargolongan. Berikut
ini dipaparkan berbagai keberagaman masyarakat Indonesia tersebut.

30

1. Keberagaman Suku Bangsa

Tahukah Anda apa yang dimaksud dengan suku bangsa itu? Suku bangsa
adalah sekelompok manusia yang memiliki kesatuan dalam dan terikat oleh
kesadarannya akan identitasnya tersebut. Kesadaran dan identitas yang dimiliki
biasanya diperkuat dengan kesatuan bahasa (Koentjaraningrat, 1982). Secara
sederhana suku bangsa merupakan kelompok orang yang mempunyai adat istiadat
yang sama dan mempunyai keterikatan kuat yang tidak dibatasi oleh tempat dan
waktu. Di mana pun anggota suatu suku itu berada, ia tetap merasa sebagai anggota
suku bangsanya. Misalnya, seseorang yang mengaku berasal dari suku sunda, ia akan
tetap merasa sebagai bagian dari suku sunda meskipun ia bertempat tinggal berada di
Kalimantan Selatan.

Suku-suku bangsa yang ada di Indonesia telah ada sebelum bangsa Indonesia
terbentuk. Pada hakekatnya bangsa Indonesia itu merupakan gabungan dari berbagai
suku bangsa yang telah ada sebelumnya. Kondisi ini menjadikan bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang beranekaragam suku bangsa. Suku-suku bangsa yang
beranekaragam itu menempati hampir seluruh wilayah Indonesia yang terdiri dari
ribuan pulau. Suku-suku bangsa tersebut mengikatkan diri dalam wadah sebuah negara
yaitu negara kesatuan Republik Indonesia. Jadi semboyan Bhinneka tunggal ika
menjadi faktor pemersatu berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia.

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang paling banyak memiliki suku
bangsa. Saat ini suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia terdiri dari 1.340
suku bangsa (BPS, 2010). Akan tetapi dari sekian banyak suku bangsa yang ada di
Indonesia sebenarnya berasal dari keturunan yang sama, yaitu keturunan bangsa
Yunan dan Dongson. Keduanya berasal dari dataran Tinggi Tibet. Kedatangan bangsa
Yunan lebih awal dibandingkan dengan bangsa Dongson. Bangsa Yunan disebut juga
bangsa Proto Melayu (Melayu Tua). Keturunannya diantaranya adalah suku bangsa
Batak, Dayak, Nias, Kubu dan Toraja. Sedangkan bangsa Dongson disebut juga

31

bangsa Duetero Melayu (Melayu Muda). Keturunannya diantaranya adalah suku Jawa,
Sunda, Madura, Minangkabau dan Bugis. Sengkan suku-suku bangsa yang ada di
Papua dan suku-suku bangsa yang ada di daerah Maluku bukan dari bangsa Yunan dan
Dongson, tapi berasal dari suku bangsa Aborigin Australia dari ras Melanesoid (Negro
Melanesia).

Keanekaragaman suku bangsa di Indonesia merupakan kenyataan yang tidak
dapat dipungkiri. Berbagai kelompok suku bangsa tentunya sering Anda temui. Di
sekolahmu mungkin saja terdiri dari berbagai suku bangsa. Tidak menutup
kemungkinan Anda mempunyai teman yang berbeda suku bangsa dengan Anda.
Selain itu ketika Anda pergi ke daerah lain, Anda juga tentunya akan menjumpai
orang-orang yang berasal dari suku bangsa yang berbeda denganmu.

Apa yang harus Anda lakukan ketika menghadapi kondisi lingkungan yang
beraneka ragam ini? Tentu saja keanekaragaman ini jangan dijadikan sebagai alat
pemecah persatuan dan kesatuan, melainkan sebagai faktor yang memperkuat
persatuan dan kesatuan. Sebagai warga negara yang baik, Anda harus menghargai
keragaman suku bangsa. Sikap saling menghargai antar suku bangsa ini sangat penting
untuk dilakukan. Dengan terwujudnya sikap seperti itu maka persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia tetap terjaga.

1) Keberagaman Agama
Kemerdekaan beragama di Indonesia menyebabkan Indonesia mempunyai

agama yang beraneka ragam. Di sekolah Anda, mungkin saja warga sekolahnya (siswa
dan guru) menganut agama yang berbeda-beda sesuai dengan keyakinannya. Atau
mungkin saja, Anda mempunyai tetangga yang tidak seagama dengan Anda. Hal itu
semua, di negara kita merupakan sesuatu yang wajar.

Agama merupakan satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat
Indonesia, keanekaragaman suku bangsa, letak geografis dan latar belakang sejarah
merupakan faktor penyebab terjadinya keragaman tersebut. Pemerintah menetapkan

32

agama Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghuchu merupakan agama
resmi penduduk di Indonesia.

2) Keberagaman Ras
Beberapa pakar mempunyai pendapat berbeda tentang pengertian ras, namun

biasanya ras dapat diartikan sebagai sekelompok besar manusia yang mempunyai ciri-
ciri fisik yang sama. Manusia yang satu mempunyai perbedaan ras dengan manusia
laian sebab adanya perbedaan ciri- ciri fisik, seperti warna kulit, warna dan bentuk
rambut, bentuk muka, ukuran badan, bentuk badan, bentuk dan warna mata, dan ciri
fisik yang lain.

Masyarakat Indonesia mempunyai keberagaman ras, disebabkan oleh
kehadiran bangsa asing ke wilayah Indonesia, sejarah penyebaran ras di dunia, letak
dan kondisi geografis wilayah Indonesia. Beberapa ras yang ada dalam masyarakat
Indonesia antara lain:

a) Kelompok ras Papua Melanezoid, mayoritas di Papua, Pulau Aru, dan Pulau Kai.
b) Kelompok ras Negroid, contohnya orang Semang di semenanjung Malaka dan

orang Mikopsi di Kepulauan Andaman.

c) Kelompok ras Weddoid, antara lain orang Sakai di Siak Riau, orang Kubu di

Sumatra Selatan dan Jambi, orang Tomuna di Pulau Muna, orang Enggano di
Pulau Enggano, dan orang Mentawai di Kepulauan Mentawai.

d) Kelompok ras Melayu Mongoloid, yang terdiri dari 2 (dua) golongan, yaitu Ras

Proto Melayu atau Melayu Tua (terdiri dari Suku Batak, Toraja, dan Dayak)
dan Ras Deutro Melayu atau Melayu Muda (beranggotakan antara lain Suku
Bugis, Madura, Jawa, dan Bali)

33

3) Keberagaman Golongan
Keberagaman golongan atau kelompok dalam masyarakat merupakan suatu

gejala yang selalu ada dalam setiap kehidupan manusia dan kedudukannya sangat
penting. Mungkin Anda tidak menyadari, bahwa sejak kaian lahir sampai meninggal
dunia menjadi anggota kelompok dan terikat dengan kelompok. Sejak lahir Anda
menjadi anggota keluarga, menjadi warga suatu RT, RW, kelurahan, desa, kecamatan,
kabupaten, provinsi dan negara. Ketika menginjak remaja dan dewasa Anda juga akan
menjadi anggota berbagai macam dan jenis kelompok, mulai menjadi kelompok teman
bermain, organisasi sekolah, organisasi bidang sosial, ekonomi, politik seni dan
seterusnya. Jadi jelas sekali bahwa manusia itu sangat terikat dengan kelompok dan
hidup bersama dalam kelompok serta tidak mungkin lepas dari suatu kelompok
(menyendiri tanpa berinteraksi dengan orang lain).

Keanekaragaman golongan atau kelompok dalam masyarakat harus dijadikan
potensi untuk mempersatukan bangsa, karena pada prinsipnya antara golongan yang
satu dengan golongan lainnya saling membutuhkan. Dalam perusahaan misalnya
golongan atas (atasan) akan membutuhkan golongan bawah (bawahan atau karyawan).
Begitu pula dalam pemerintahan, pejabat pemerintah membutuhkan rakyat.

4. Model Pembelajaran untuk Materi yang Berkaitan dengan Persatuan dan
Kesatuan Dalam Keberagaman Masyarakat Multikultural di Sekolah Dasar
Dalam tinjauan pedagogik, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

(PPKn) dapat dikatakan merupakan bidang kajian keilmuan, program kurikuler, dan
aktivitas sosial-kultural yang bersifat multidimensional. Sifat multidimensional ini
menyebabkan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat disikapi sebagai:
pendidikan nilai dan moral, pendidikan kemasyarakatan, pendidikan kebangsaan,
pendidikan kewarganegaraan, pendidikan politik, pendidikan hukum dan hak asasi
manusia, serta pendidikan demokrasi.

34

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di tingkat persekolahan bertujuan
untuk mempersiapkan para peserta didik menjadi warga negara yang cerdas dan baik
(to be smart dan good citizen) berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Warga negara yang
dimaksud adalah warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), sikap dan
nilai (attitudes and values), keterampilan (skills)yang dapat dimanfaatkan untuk
menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air sebagai wujud implementasi dan
aktualisasi nilai-nilai Pancasila. Konsekuensinya dalam pelaksanaan proses
pembelajaran di sekolah harus dapat membantu siswa dalam mengembangkan potensi
serta kompetensi yang dimilikinya baik potensi kognitif, afektif maupun perilaku
dalam menghadapi lingkungan hidupnya.

Tujuan akhir dari PPKn adalah warga negara yang cerdas dan baik, yakni
warga negara yang bercirikan tumbuh-kembangnya kepekaan, ketanggapan, kritisasi,
dan kreativitas sosial dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara secara tertib, damai, dan kreatif, sebagai cerminan dan pengejawantahan
nilai, norma dan moral Pancasila. Para peserta didik dikondisikan untuk selalu
bersikap kritis dan berperilaku kreatif sebagai anggota keluarga, warga sekolah,
anggota masyarakat, warga negara, dan umat manusia di lingkungannya secara cerdas
dan baik. Oleh karena itulah untuk melaksanakan proses pembelajaran PPKn yang
berkenaan dengan tema “Persatuan dan Kesatuan dalam Keberagaman dalam
Masyarakat Multikultural” perlu dikembangkan model pembelajaran yang dikemas
secara interaktif oleh guru.

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru tentu saja menganalisis
dokumen kurikulum PPKn sekolah dasar yang termaktub dalam Permendikbud Nomor
37 Tahun 2018 tentang Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Guru harus
mengklasifikasikan KI dan KD yang terdapat dalam ketentuan tersebut kedalam tema-
tema besar, salah satunya berkaitan dengan Persatuan dan kesatuan dalam
keberagaman. KI dan KD yang menjadi muatan materi di setiap tingkatan, tentunya
ada yang berkaitan dengan tema tersebut seperti tergambarkan dalam tabel berikut.

35

No Kelas Kompetensi Dasar

1. I 1.4 Menerima keberagaman di rumah sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa di rumah

2.4 Menampilkan sikap kerja sama dalam keberagaman di
rumah

3.4 Mengidentifikasi bentuk kerjasama dalam keberagaman
di rumah

4.4 Menceritakan pengalaman kerjasama dalam
keberagaman di rumah

2. II 1.4 Menerima keberagaman di sekolah sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa

2.4 Menampilkan sikap kerja sama dalam keberagaman di
sekolah

3.4 Memahami makna bersatu dalam keberagaman di
sekolah

4.4 Menceritakan pengalaman melakukan kegiatan yang
mencerminkan persatuan dalam keberagaman di
sekolah

3. III 1.4 Mensyukuri makna bersatu dalam keberagaman di
lingkungan sekitar sebagai anugerah Tuhan Yang Maha
Esa

2.4 Menampilkan sikap kerja sama sebagai wujud bersatu
dalam keberagaman di lingkungan sekitar

3.4 Memahami makna bersatu dalam keberagaman di
lingkungan sekitar

4.4 Menyajikan bentuk-bentuk kebersatuan dalam
keberagaman di lingkungan sekitar

4 IV 1.4 Mensyukuri berbagai bentuk keberagaman suku bangsa,
sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan
dan kesatuan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa

2.4 Menampilkan sikap kerja sama dalam berbagai bentuk
keberagaman suku bangsa, sosial, dan budaya di
Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan

3.4 Mengidentifikasi berbagai bentuk keberagaman suku
bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat

36

No Kelas Kompetensi Dasar

persatuan dan kesatuan

4.4 Menyajikan berbagai bentuk keberagaman suku bangsa,
sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan
dan kesatuan

5 V 1.4 Mensyukuri manfaat persatuan dan kesatuan sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa

2.4 Menampilkan sikap jujur pada penerapan nilai-nilai
persatuan dan kesatuan untuk membangun kerukunan di
bidang sosial budaya

3.4 Menggali manfaat persatuan dan kesatuan untuk
membangun kerukunan hidup

4.4 Menyajikan hasil penggalian tentang manfaat persatuan
dan kesatuan untuk membangun kerukunan.

6 VI 1.4 Mensyukuri persatuan dan kesatuan sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa beserta dampaknya

2.4 Menampilkan sikap tanggung jawab terhadap penerapan
nilai persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara

3.4 Menelaah persatuan dan kesatuan terhadap kehidupan

berbangsa dan bernegara beserta dampaknya

4.4 Menyajikan hasil telaah persatuan dan kesatuan
terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara beserta
dampaknya

Langkah berikutnya tentu saja menentukan model pembelajaran yang akan
digunakan. Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif untuk
materi persatuan dan kesatuan dalam keberagaman adalah bermain peran. Model ini
dirasakan tepat karena berupaya memberikan pengalaman langsung kepada siswa

37

untuk memerankan tokoh-tokoh tertentu yang mencermenkan keberagaman
masyarakat Indonesia.

Saripudin (1997:91) menyatakan bahwa bermain peran berarti memainkan satu
peran tertentu sehingga yang bermain tersebut harus mampu berbuat seperti peran
yang dimainkannya. Dengan demikian, dalam bermain peran terdapat situasi tiruan
seperti simulasi.

Menurut Shaftel yang dikutip oleh Sundawa (2010:4.35) metode bermain peran
terdiri dari sembilan tahapan, yaitu:

a. Merangsang semangat kelompok,
b. Memilih peran,
c. Mempersiapkan pengamat,
d. Mempersiapkan tahap-tahap peran,
e. Pemeranan,
f. Mendiskusikan dan mengevaluasi peran dan sisinya,
g. Pemeranan ulang,
h. Mendiskusikan dan mengevaluasi pemeranan ulang,
i. Mengkaji kemanfataannya dalam kehidupan nyata melalui saling tukar

pengalaman dan penarikan generalisasi.
Kesembilan langkah pengembangan model bermain peran di atas, dalam

penerapannya di kelas bisa berkembang, dalam arti dapat ditambahkan oleh guru yang
bersangkutan. Jadi sangat tergantung kebutuhan termasuk kemampuan sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh sekolah.

Forum Diskusi

Setelah Anda mempelajari Kegiatan Belajar 2, diskusikan bersama peserta
PPG lainnya melalui fasilitas daring pada slot forum diskusi terkait berikut :

1. Jelaskan makna persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia!

38

2. Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Berkaitan dengan hal tersebut, coba anda identifikasi faktor-faktor
yang dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia!

3. Uraikan jenis-jenis keberagaman bangsa Indonesia!
4. Bagaimana perwujudan konsep multikulturalisme pada masyarakat Indonesia

yang sangat beragam?
5. Keberagaman pada masyarakat Indonesia harus dikelola dengan baik supaya

dapat menjadi potensi keunggulan Bangsa Indonesia. Apabila tidak dikelola
dengan baik, keberagaman tersebut dapat menjadi ancaman bagi keutuhan
Bangsa Indonesia, seperti munculnya konflik antar suku. Berkaitan dengan
hal tersebut, bagaimana strategi yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam
mengelola keberagaman pada masyarakat Indonesia?

F. Rangkuman Kegiatan Belajar 2
1. Nasionalisme sebagai suatu faham yang menegaskan bahwa kesetiaan tertinggi

individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan.
2. Ada dua hal yang harus kita lakukan untuk membina nasionalisme Indonesia, yaitu

mengembangkan kesamaan di antara suku-suku bangsa penghuni Nusantara dan
mengembangkan sikap toleransi
3. Prasangka yaitu sikap positif atau negatif berdasarkan keyakinan stereotipe kita
tentang anggota dari kelompok tertentu. Prasangka lebih tertuju pada sikap antipati
yang berlandaskan pada cara menggeneralisasi yang salah dan tidak fleksibel.
Prasangka yang berbasis ras kita sebut rasisme, sedangkan yangberbasis etnis
disebut etnisisme.
4. Stereotipe, yaitu pemberian label sifat tertentu terhadap seseorang berdasarkan
kategori yang bersifat subyektif, hanya karena dia berasal dari kelompok yang lain.
Stereotipe adalah keyakinan seseorang untuk menggeneralisasikan sifat-sifat
tertentu yang cenderung negatif tentang orang lain karena dipengaruhi oleh
pengetahuan dan pengalaman tertentu.

39

5. Dalam substansi persatuan dan kesatuan bangsa itu terdapat sejumlah konsep dasar,
di antaranya adalah persatuan, kesatuan, bangsa, integrasi nasional, nasionalisme
dan patriotisme.

6. Ada tiga faktor yang dapat memperkuat Persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Ketiga faktor tersebut merupakan pemersatu seluruh bangsa
Indonesia. Ketiga faktor tersebut adalah Sumpah Pemuda, Pancasila dan semboyan
Bhineka Tunggal Ika.

7. Multikulturalisme pada dasarnya adalah pengakuan adanya perbedaan dan
penghargaan.

8. Keberagaman masyarakat Indonesia antara laian disebabkan oleh keadaan geografis,
pegaruh kebudayaan asing, penerimaan masyarakat terhadap perubahan, keadaan
transportasi dan komunikasi serta perbedaan kondisi alam.

9. Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif untuk materi
persatuan dan kesatuan dalam keberagaman adalah bermain peran. Model ini
dirasakan tepat karena berupaya memberikan pengalaman langsung kepada siswa
untuk memerankan tokoh-tokoh tertentu yang mencerminkan keberagaman
masyarakat Indonesia.

G. Tes Formatif Kegiatan Belajar 2

Pilihlah alternatif jawaban yang paling tepat!

1. Menurut Hans Kohn, nasionalisme diartikan sebagai paham yang berpendapat
bahwa ... .
A. kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan
B. kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada pemerintah yang
berdaulat
C. pengabdian tertinggi seorang pemimpin adalah melayani rakyatnya
D. kesetian tertinggi seorang individu harus diserahkan kepada suku bangsanya

40

E. pengabdian tertinggi rakyat adalah mencintai daerah kelahirannya

2. Persatuan dan kesatuan bangsa yang menjadi modal utama untuk mempertahankan
NKRI ternyata tidak selamanya berdiri kokoh. Persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia dalam perwujudannya sangat dinamis. Oleh karena itu, menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa harus dilakukan. Berkaitan dengan hal tersebut,
salah satu alasan pentingnya kita menjaga persatuan dan kesatuan bangsa adalah
….
A. persatuan dan kesatuan bangsa menentukan harkat dan derajat Bangsa
Indonesia dalam pergaulan dengan bangsa lainnya
B. kemajuan ekonomi suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan rakyatnya
dalam menjaga persatuan dan kesatuan
C. paham kedaerahan akan semakin kuat apabila persatuan dan kesatuan
bangsanya pun semakin kokoh dan selalu dijaga
D. Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat mensejajarkan diri dengan bangsa
lain dalam pergaulan internasional
E. persatuan dan kesatuan merupakan alat bagi bangsa Indonesia untuk
mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan

3. Sikap yang menganggap suku bangsa sendiri yang paling baik. Akibatnya akan
selalu mementingkan suku bangsa sendiri dan mengabaikan kepentingan suku
bangsa lain disebut ... .
A. Sukuisme
B. Chauvinisme
C. Provinsialisme
D. Primordialisme
E. Ekstrimisme

41

4. Kecintaan terhadap tanah air, bangsa, dan negara bukan hanya ditampilkan ketika
kalau ada negara lain yang ingin menjajah negara kita, akan tetapi diwujudkan
dalam kegiatan pembangunan di segala bidang. Berkaitan dengan hal tersebut,
salah satu contoh sikap/perilaku yang mencerminkan kecintaan kepada tanah air di
bidang ekonomi adalah … .
A. mengembangkan koperasi berasaskan kekekeluargaan untuk kesejahteran
bersama
B. menerima pengaruh asing yang dapat memajukan dan mengembangkan
kebudayaan nasional
C. menjauhi paham kedaerahan yang dapat melemahkan persatuan dan kesatuan
bangsa
D. berani melaporkan kepada pihak yang berwajib apabila terjadi pelanggaran
E. mendukung dan melaksanakan semua kebijakan pemerintah pusat dan daerah

5. Perhatikan perwujudan kepulauan nusantara di bawah ini :
(1) Bahwa ancaman terhadap satu daerah pada hakikatnya merupakan ancaman
bagi seluruh bangsa dan negara.
(2) Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama di
dalam pembelaan negara.

Dua pernyataan di atas merupakan perwujudan dari ....
A. Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan ideologi
B. Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi
C. Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan sosial budaya
D. Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik
E. Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan keamanan

6. Sebagai warga negara Indonesia kita sudah tidak asing lagi dengan slogan
Bhinneka Tunggal Ika. Slogan yang merupakan prinsip dari pandangan hidup

42

negara kita terhadap kemajemukan suku-suku yang ada di dalamnya. Berdasarkan
hal tersebut, fungsi dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah ….
A. menjadi landasan mewujudkan persatuan dan juga kesatuan bangsa Indonesia
B. sebagai pedoman untuk mengembangkan kebudayaan daerah masing-masing
C. menjadi landasan dalam berperilaku antarsuku bangsa yang berbeda-beda
D. sebagai pedoman menyusun amandemen terhadap UUD NRI Tahun 1945
E. menjadi landasan dalam menerapkan Pancasila sebagai ideologi terbuka

7. Sebagai negara majemuk, Indonesia menjadi negara paling rawan terhadap konflik
yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk mengatasinya peran
serta masyarakat sangat diperlukan. Salah satu peran tersebut adalah dimilikinya
kesadaran berbangsa dan bernegara yang diwujudkan dengan … .
A. memiliki sikap disiplin yang tinggi untuk mendorong kemajuan masyarakat
B. menghindari perilaku yang menimbulkan pertentangan diantara tokoh
masyarakat
C. menghormati dan menghargai keberagaman di masyarakat
D. berwawasan luas dalam menyelesaikan permasalahan di masyarakat
E. memiliki sikap hidup modern dan mampu memanfaatkan teknologi modern

8. Indonesia adalah negara dengan keberagaman suku, etnik, budaya, agama serta
karakteristik dan keunikan di setiap wilayahnya. Pada dasarnya keberagaman
masyarakat Indonesia menjadi modal dasar dalam pembangunan bangsa. Oleh
karena itu, sangat diperlukan sikap atau perilaku warga negara yang dapat
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, seperti sikap saling
menghargai dan menghormati.
Berdasarkan ilustrasi, salah satu arti penting sikap/perilaku yang menunjang
terciptanya kondisi tersebut adalah untuk ….

43

A. memperkuat posisi kebudayaan daerah di atas kebudayaan nasional
B. memperkecil segala hal yang berpotensi menimbulkan konflik di masyarakat
C. memperkuat kedudukan pemerintah pusat sebagai pemegang kedaulatan rakyat
D. memperkuat kedudukan bahasa daerah sebagai salah satu simbol persatuan
E. menghilangkan perbedaan antarsuku bangsa dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara

9. Kata kunci dalam multikulturalisme adalah ... .
A. pengakuan adanya perbedaan dan penghargaan
B. penegasan tentang keberagaman
C. pengakuan adanya kesenjangan dalam masyarakat majemuk
D. pengakuan adanya keseragaman dan penghargaan
E. penegasan akan pentingnya persatuan dan kesatuan

10. Rambu-rambu dalam pelaksanaan bermain peran adalah ... .
A. Setiap siswa hendaknya memerankan peran yang berbeda
B. Setiap siswa diminta untuk memainkan peran yang sejenis untuk memudahkan
pengamatan
C. Guru hendaknya berperan sebagai salah satu tokoh
D. Guru dapat meminta siswa untuk membuat skenario sendiri
E. Guru meminta siswa untuk mencari tokoh yang akan diperankan

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan, apakah Anda telah menguasai kegiatan
belajar 2 tentang Persatuan dan kesatuan dalam keberagaman masyarakat
multikultur, ada baiknya hasil evaluasi yang telah Anda lakukan, perhatikan rumus
pada table di bawah :

44

Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif kegiatan belajar 1
yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang tepat. Kemudian
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pemahaman anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Tepat x 100%
Tingkat Pemahaman =

Jumlah Soal

Arti tingkat pemahaman : 90 – 100% = baik sekali
80 – 89% = baik
70 - 79% = cukup

< 70% = kurang

Apabila tingkat pemahaman anda mencapai 80% atau lebih, anda dapat
melanjutkan dengan kegiatan belajar 2. Akan tetapi, apabila masih di bawah 80%,
anda harus mengulangi materi kegiatan belajar 1 terutama bagian yang belum
dipahami. Jangan cepat berpuas diri, teruslah belajar supaya tingkat
kecerdasan anda meningkat!

H. Daftar Pustaka
Bakri, Noor MS. (2009). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Banks, James (1984) Teaching Strategies for Ethnic Studies, Newton: Allyn and

Bacon.
Berry, J.W, Ed. (1999) Psikologi Lintas Budaya Riset dan Aplikasi, Alih Bahasa: Edi

Suhardono, Jakarta: PT Gramedia
Blum, A. Lawrence, (2001) Antirasisme, Multikulturalisme, dan Komunitas Antar

Ras, Tiga Nilai yang Bersifat Mendidk Bagi Sebuah Masyarakat
Multikultural, dalam Larry May, dan Shari Colins-Chobanian, Etika Terapan:

45

Sebuah Pendekatan Multikultura, Terjemahan: Sinta Carolina dan Dadang
Rusbiantoro, Yogyakarta: Tiara Wacana
Dikwar. Tidak dipublikasikan.

Garna, Judistira, K. (2003) Ilmu-ilmu Sosial: Dasar-Konsep-Posisi, Bandung: Primaco
Akademika. hlm.27-30

Koentjaraningrat, (1987) Sejarah Teori Antropologi, Jilid I dan II, Jakarta, Universitas
Indonesia Press

Kohn, Hans.(1961). Nasionalisme; Arti dan Sedjarahnja.Jakarta: PT Pembangunan
Kymlicka, Will (2002) Kewargaan Multikultural, Terjemahan Edlina Hafmini Eddin,

Jakarta: LP3ES.
Sleeter, C.E. (1992) “Restructuring Schools for Multicultural Education”, dalam

Journal of Teacher Education 43, halm. 141-148
Sobol, T. (1990) “Understanding Diversity” dalam Education Leadership, 48 (3),
Sumiarno, S. 2005. Geopolitik Indonesia. Paparan disampaikan pada Penataran Dosen

Sutarno. (2008). Pendidikan Multikultural. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

https://haipapua.com/unjuk-rasa-menolak-rasisme-berujung-kerusuhan-di-jayapura/

I. Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 2

1. A 6. A
2. E 7. C
3. B 8. B
4. A 9. A
5. E 10 A

46

47

No Kode : DAR2/Profesional/027/5/2019

MODUL 5
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

KEGIATAN BELAJAR 3
KONSEP NILAI, MORAL DAN NORMA

Penulis:
Dr. MUHAMMAD HALIMI, M.Pd

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2019

i

DAFTAR ISI

Daftar isi ………………………………………................................................ Ii

A. Pendahuluan ……………………………………………………………… 1

B. Capaian Pembelajaran ……………………………………………………. 1

C. Sub-Capaian Pembelajaran …..…………………………………………… 2

D. Uraian Materi …………………………………………………………..… 3

E. Rangkuman Kegiatan Belajar 3……………………………………………. 36

F. Tes Formatif Kegiatan Belajar 3 …………………………………………... 38

G. Daftar Pustaka ……………………………………………………………… 43

H. Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 3 ………………………………………. 44

ii

A. Pendahuluan
Kegiatan belajar ini membahas tentang materi Konsep Nilai, Moral dan

Norma. Mengapa para guru termasuk para guru di sekolah dasar harus memahami,
belajar dan membelajarkan tentang konsep Nilai, Moral dan Norma? Masalah konsep
Nilai, Moral dan Norma menjadi permasalahan yang sudah familiar (telah kita
ketahui) dalam kehidupan keluarga, masyarakat maupun Negara. Persoalan konsep
nilai, moral, dan norma sering sekali menjadi bahan pembicaraan atau diskusi di
masyarakat baik yang berkaitan dengan konsep nilai, moral serta norma, penerapan
tentang konsep nilai, moral, dan norma dalam kehidupan bermasyarakat, maupun
pelanggaran terhadap nilai, moral, dan norma yang ada di tiap masyarakat. Oleh
karena itu, sudah seyogianya para siswa melalui guru-guru sebagai pendidik,
pembelajar di sekolah harus sejak dini sudah dikenalkan tentang konsep nilai, moral,
dan norma, supaya mereka mengetahui dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai
warga Negara dan warga masyarakat sehingga mampu menghargai dirinya sendiri,
sekaligus menghargai orang lain, yang pada akhirnya mereka akan terbiasa untuk
menghormati diri dan orang lain yang memiliki perbedaan nilai, moral, maupun norma
masing-masing.

Dalam kegiatan belajar 3 ini Anda akan diajak untuk mengkaji dan
menganalisis beberapa materi yang berkaitan dengan Konsep Nilai, Moral, Norma,
hukum dan peraturan serta aplikasinya dalam pembelajaran di SD, diantaranya:

1. Makna Nilai, Moral, Norma, Hukum, dan Peraturan lainnya.

2. Nilai, Moral, Norma, Hukum dan peraturan lainnya dalam Kehidupan Bernegara

B. Capaian Pembelajaran

Menguasai teori dan aplikasi mencakup muatan materi lima mata
pelajaran pokok di SD 1) Bahasa Indonesia terdiri atas Ragam Teks; Satuan Bahasa
Pembentuk Teks, Struktur, Fungsi, dan Kaidah Kebahasaan Teks Fiksi; Struktur,

Fungsi, dan Kaidah Kebahasaan Teks Nonfiksi, serta Apresiasi dan Kreasi Sastra
Anak; 2) Matematika terdiri atas Bilangan, Geometri dan Pengukuran, Statistik, dan
Kapita Selekta; 3) Ilmu Pengetahuan Alam terdiri atas Metode Ilmiah, Makhluk Hidup
dan Proses Kehidupan, Benda dan Sifatnya, Energi dan Perubahannya, Bumi dan Alam
Semesta; 4) Ilmu Pengetahuan Sosial terdiri atas Manusia, Tempat dan Lingkungan;
Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan; Sistem Sosial dan Budaya; Perilaku Ekonomi
dan Kesejahteraan; Fenomena Interaksi Dalam Perkembangan IPTEK dan Masyarakat
Global; dan 5) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang terdiri atas Hak Asasi
Manusia; Persatuan dan Kesatuan Dalam Keberagaman Masyarakat Multikultur;
Konsep Nilai, Moral, dan Norma; Pancasila; serta Kewarganegaraan Global; termasuk
advance materials secara bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten),
“mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari”

C. Sub-Capaian Pembelajaran

Selain memiliki kemampuan seperti telah disinggung di atas, juga Anda
diharapkan memiliki penguasaan materi tentang:

1. Bahan ajar tentang konsep nilai, norma, dan moral.
2. Konsep nilai, moral, norma, hukum, dan aturan lainnya dalam kehidupan

bernegara
3. Upaya perlindungan terhadap nilai, moral, norma, hukum, dan aturan lainnya

oleh negara

Agar anda memperoleh hasil atau memiliki kompetensi yang diharapkan dalam
mempelajari materi pembelajaran pada kegiatan belajar ini, ikutilah petunjuk belajar
berikut ini.

1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini sampai anda paham betul
tentang apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari materi pada kegiatan
belajar ini.

2

2. Bacalah sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-
kata yang anda anggap asing. Pelajarilah kata-kata tersebut dengan mencari
makna atau pengertiannya pada kamus yang anda miliki.

3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi kegiatan belajar ini melalui
pemahaman sendiri, dan lakukan sharing pendapat dengan kolega yang juga
memperdalam materi atau dengan instruktur yang ditunjuk oleh lembaga.

4. Mantapkan pemahaman anda melalui diskusi, dan menganalisis berbagai kasus
yang relevan dengan materi pada kegiatan belajar ini.

D. Uraian Materi
Konsep Nilai, Norma, dan Moral

1. Makna Nilai, Moral dan Norma
a. Makna Nilai
Mari kita mulai kegiatan belajar 3 ini, simaklah dengan teliti. Dalam kehidupan

sehari-hari kita sering mendengar istilah nilai, terkadang kita menilai yang lain atau
terkadang kita sendiri yang dinilai. Bila demikian apakah Anda tahu apa sebenarnya
‘nilai’ tersebut ?, Apa sebenarnya fungsi nilai ? Mungkin Anda sering melakukan
penilaian atau memberikan nilai, namun biasanya kita merasa kesulitan untuk
memberikan definisi tentang nilai. Nah pada kesempatan kegiatan belajar 3 ini, kami
akan mencoba mengajak Anda untuk menjelaskan apa sebenarnya yang dimaksud
dengan nilai ?

Tidak mudah untuk menjelaskan apa itu suatu nilai, namun setidak-tidaknya
dapat dikatakan bahwa nilai merupakan suatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang
kita cari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan,
singkatnya sesuatu yang diinginkan (K. Bertens, 2004: 139).

Nilai atau “value” (bahasa Inggris) yang kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi nilai, termasuk pada salah satu kajian filsafat, yakni filsafat

3

nilai (axiology, theory of Value) (Kaelan, 2000:174). Nilai juga biasa dimaknai harga.
Namun, ketika kata tersebut dihubungkan dengan suatu obyek atau dipersepsi dari satu
sudut pandang tertentu, maka harga yang terkandung di dalamnya memiliki tafsiran
yang bermacam-macam. Ada harga menurut ilmu ekonomi, psikologi, sosiologi,
antropologi, politik, maupun agama. Perbedaan tafsiran tentang harga suatu nilai lahir
bukan hanya disebabkan oleh perbedaan minat manusia terhadap hal yang material
dan lainnya, tetapi lebih dai itu, harga suatu nilai perlu diartikulasikan untuk
menyadari dan memanfaatkan makna-makna kehidupan.

Dictionary of Sociology and Related Sciencies (dalam Hamid Darmadi,
2007:67) dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada
suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan
menarik minat seseorang atau kelompok. Jadi nilai itu hakikatnya adalah sifat atau
kualitas yang melekat pada suatu objek, namun bukan objek itu sendiri. Arti lain dari
nilai adalah sesuatu yang penting, berguna, atau bermanfaat. Misalkan suatu benda
semakin penting, berguna, atau bermanfaat, maka akan semakin tinggi pula nilai dari
benda tersebut. Namun sebaliknya suatu benda ini memiliki banyak kegunaan, suatu
benda tidak penting, berguna atau bermanfaat, maka semakin rendah nilai dari benda
tersebut. Pada contoh nyata misalkan ‘emas’, dikatakan sebagai benda yang bernilai
karena emas memiliki banyak kegunaan; baik sebagai perhiasan, sebagai tabungan
kekayaan pengganti uang, mampu menaikkan kedudukan seseorang karena memiliki
sejumlah emas dan sebagainya. Tapi sebaliknya limbah atau sampah yang yang
kurang berguna, yang hanya merusak lingkungan, maka ia akan ditinggalkan, karena
dianggap kurang bernlai.

Nilai dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara merupakan salah
satu yang dapat dijadikan sebagai alat ukur terhadap arti pentingnya suatu benda,
sikap, perilaku, perbuatan atau lainnya. Oleh karenanya nilai memiliki banyak macam
dan ragamnya.

4

Nilai bukanlah benda atau materi. Nilai adalah standar atau kriteria
bertindak, kriteria keindahan, kriteria kebermanfaatan, ketidak-bermanfaatan, atau
disebut pula harga yang diakui oleh seseorang dan oleh karena itu orang berupaya
menjunjung tinggi u n t u k memeliharanya. Nilai tidak dapat dilihat secara konkrit
melainkan tercermin dalam pertimbangan harga yang khusus yang diakui oleh
individu. Oleh karena itu, ketika seseorang menyatakan bahwa sesuatu itu bernilai
maka seyogianya ada argumen-argumen baik dan tidak baiknya. Misalnya,
mengapa ada orang yang menolak hukuman mati bahkan mengusulkan agar hukuman
mati dihilangkan karena bertentangan dengan hak asasi manusia. Hal ini tentu
dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan. Ketika ada orang yang berkampanye dan
mengajak orang lain untuk mendukung calon anggota legislatif, karena orang
tersebut terkenal dengan kejujurannya. Hal ini tentu saja dilandasi dengan nilai etika.

Menurut Fraenkel, dalam Rahmat et al et al. (2009: 11) nilai atau value
adalah konsep (concept). Seperti umumnya konsep lainnya, maka nilai sebagai
konsep tidak muncul dalam pengalaman yang dapat diamati melainkan ada dalam
pikiran orang. Nilai dapat diartikan sebagai kualitas dari sesuatu atau harga dari
sesuatu yang diterapkan pada konteks pengalaman manusia, nilai dapat dibagi
atas dua bidang, yaknik nilai estetika dan nilai etika. Estetika terkait dengan
masalah keindahan atau apa yang dipandang indah (beautiful) atau apa yang
dapat dinikmati oleh seseorang. Sedangkan etika terkait dengan kaitan
perilaku baik dan buruk. Etika terkait dengan masalah moral, yakni pertimbangan
reflektif tentang mana yang bias dilakukan atau tidak dilakukan.

Selanjutnya Fraenkel mengidentifikasi tiga aspek kriteria untuk melakukan
penilaian, yakni perlu ada pilihan, penghargaan dan tindakan . Pertama, memilih
tindakannya dilakukan secara bebas dari sejumlah alternatif yang dilandasi hasil
pemikiran yang mendalam, artinya setelah memperhitungkan berbagai akibat dari
alternatif tersebut. Kedua, ada penghargaan atas apa yang dipilih dan dikenal oleh

5

masyarakat. Ketiga, melakukan tindakan sesuai dengan pilihannya dan
dimanfaatkan dalam kehidupan secara terus menerus.

Selain dengan kriteria di atas, ada sejumlah indikator untuk menentukan nilai,
yakni dilihat dari tujuan, maksud, sikap, kepentingan, perasaan, keyakinan,
aktivitas, dan keraguan. Namun, dalam konteks tertentu nilai dapat diidentifikasi
dari keadaan dan kegunaan atau kemanfaatan bagi kehidupan manusia. Secara
singkat dapat disimpulkan bahwa nilai hasil pertimbangan baik atau tidak baik
terhadap sesuatu yang kemudian dipergunakan sebagai alasan motivasi untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Dari penjelasan di atas dan untuk menyederhanakan pemahaman Anda,
Rohmat Mulyana (2004: 11) memberikan definisi sederhana yang menyatakan bahwa
‘nilai’ adalah “rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan”. dari sini saya
harap, Anda sudah memahami tentang apa itu nilai.

Setelah menyimak pengertian tentang nilai dengan berbagai kriterianya, betapa
banyak ragam dan jenis nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat. Pada bahasan
selanjutnya, Anda akan diajak untuk mengidentifikasi tentang macam-macam nilai
yang ada dalam kehidupan masyarakat. Berikut ini macam-macam nilai menurut
kriteria beserta contoh-contohnya di antaranya yaitu:

1) Nilai Sosial, yaitu nilai yang telah melekat di dalam masyarakat serta
berhubngan dengan sikap dan tindakan manusia di dalamnya, nilai ini
berhubungan dengan sikap manusia yang tidak dapat hidup secara mandiri dan
membutuhkan pertolongan orang lain. Contohnya : dalam beberapa tindakan
dan perilaku individu di masyarakat seringkali memperoleh perhatian atau
memperoleh berbagai penilaian, seperti halnya membunuh bernilai buruk,
demikian pula halnya menolongnyapun bernilai buruk.

2) Nilai Kebenaran, yakni nilai yang bersumber dari akal manusia (rasio, cipta,
dan budi), yang mutlak dibawa sejak lahir. Demikian Nilai inipun mutlak

6

dibawa sejak lahir dalam bahasa agama disebut sebagai fitrah dari yang maha
kuasa. Oleh karena itu banyak yang menyatakan nilai ini adalah merupakan
kodrati dari Tuhan sebagai pemberian tentang nilai kebenaran melalui akal dan
pikiran manusia. Adapun contoh dari nilai ini antara lain : misalnya pada saat
seorang penegak hukum memberikan sanksi kepada orang yang bersalah, Ia
akan memberikan sanksi hukum sesuai dengan kebenaran yang ia yakini.
3) Nilai Keindahan, yakni nilai yang bersumber melalui unsur rasa yang terdapat
pada setiap diri manusia, dengan istilah lain biasa disebut dengan nilai
“estetika”. Keindahan ini bersifat universal, dalam arti semua orang
membutuhkan keindahan. Namun, diantara yang satu dengan orang lainnya
akan memandang keindahan pasti berbeda sesuai selera dan kemampuan
mencerna keindahan tersebut. Contoh lain, misalkan kita menilai sebuah tarian
yang bukan dari lingkungan kita, maka setiap orang akan menilai berbeda, ada
yang menyatakan indah, baik, kurang indah, kurang baik, dan sebagainya.
4) Nilai Moral, yaitu suatu penilaian yang bersumber dari kehendak maupun
kemauan (karsa, etik). Dengan moral manusia dapat bergaul dengan baik antar
sesama manusia lainnya. Oleh karena itu nama lain dari nilai moral ini sering
dikatakan sebagai nilai kebaikan. Contohnya : misalkan ketika seseorang
berbicara dengan lawan bicara yang lebih tua dan dihormati, maka ia akan
menggunakan tutur bahasa yang halus, tidak keras, dan lainya. Hal ini
merupakan etika yang tinggi nilainya
5) Nilai Agama, yakni nilai yang bersumber dari nilai ketuhanan disimpan dalam
sebuah agama. Nilai agama ini merupakan nilai yang sangat tinggi dan mutlak
tidak dapat diganggu gugat. Nilai ini menetap dalam setiap hati manusia
melalui hidayah dari Tuhan Yang Maha Esa. Nilai agama ini seringkali orang
menyebutkan sebagai nilai religious, yang dapat menuntun manusia ke jalan
yang diridhoi Tuhan Yang Maha Esa baik dalam menjalani kehidupan di
dunia, bahkan hingga ke akhirat kelak. Contoh dari nilai agama ini antara lain :
manusia yang beriman memiliki kewajiban berbakti kepada Tuhan-Nya

7

melalui ritual-ritual peribadatan agamanya masing-masing. Semua penganut
agama sangat menjunjung tinggi nilai agamanya masing-masing dan
mempertahankannya.
Notonagoro berpendapat macam-macam nilai sosial dalam berlangsung
kehidupan masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga macam diantaranya adalah :

1) Nilai Material, yakni nilai sosial yang berguna bagi jasmani manusia,
termasuk benda-benda nyata yang dapat dimanfaatkan bagi memenuhi
kebutuhan fisik manusia.

2) Nilai Vital, merupakan nilai sosial yang berguna bagi aktivitas atau kegiatan
manusia dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari.

3) Nilai Rohani, merupakan nilai sosial yang berguna bagi memenuhi
kebutuhhan rohani atau spiritual manusia, nilai ini lebih universal atau umum,
Nilai rohani sendiri dibedakan menjadi beberapa macam , seperti :

a) Nilai Kebenaran dan Nilai Empiris, merupakan nilai yang bersumber pada
proses berpikir oleh akal manusia yang disertai dengan fakta yang terjadi.

b) Nilai Keindahan, merupakan nilai yang berkaitan dengan perasaan atau jiwa
keindahan manusia, atau juga sering disbut sebagai nilai estetika.

c) Nilai Moral, merupakan nilai yang menyangkut perilaku baik maupun buruk
oleh manusia, atau juga sering disebut sebagai nilai etika.

d) Nilai Religius, merupakan nilai ketuhanan yang mengandung suatu keyakinan
atau kepercayaan oleh mansia terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Dari para ahli lainnya, misalnya Max Scheler (1874-19280) menyatakan

bahwa nilai adalah hal yang dituju manusia. Jika ada orang yang mengejar
kenikmatan, maka hal itu bukan demi kepuasan perasaan, melainkan karena
kenikmatan yang dipandang sebagai suatu nilai. Nilai tidak bersifat relatif, melainkan
mutlak. Nilai bukan ide atau cita-cita, melainkan sesuatu yang kongkret, yang hanya
dapat dialami dengan jiwa yang bergetar dan dengan emosi. Dalam pengertian sehari-
hari, nilai sering dikacaukan dengan hal yang bernilai.Namun Max Scheler

8

membedakan dengan jelas antara nilai dan hal yang bernilai.Nilai adalah kualitas yang
membuat suatu hal menjadi hal yang bernilai, sedangkan hal yang bernilai merupakan
suatu hal yang membawa kualitas nilai. Kimmball Young (1915-1972), dan sosiolog
lainnya memiliki pandangan yang sama seperti dikemukakan di atas tentang macam
nilai-nilai sosial yang hidup dan ada dalam kehidupan masyarakat.

b. Makna Moral
Dalam bahasa Indonesia, kata moral diterjemahkan dengan “aturan kesusilaan”

atau satu istilah yang sering digunakan untuk menentukan sebuah batas-batas dari sifat
peran lain, pendapat, atau batasan perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar,
salah, baik maupun buruk. Moral secara eksplisit adalah hal-hal yang berhubungan
dengan proses sosialisasi individu, tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses
sosialisasi, karena moral merupakan alat yang dapat mempersatukan antara individu
atau masyarakat yang satu dengan individu atau masayarakat lainnya. Moral di zaman
sekarang memiliki konotasi berbeda, karena banyak orang yang memiliki moral atau
sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan
dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya.

Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan dan perasaan seseorang dalam
berinteraksi dengan manusia lainnya. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai
dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral
yang baik, demikian pula sebaliknya.

Pengertian moral menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bisa
diartikan sebagai :

1) (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budin pekerti; susila;

9

2) kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah,
berdiriplin, dan sebagainya; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana
terungkap dalam perbuatan;

3) ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.
Selain pengertian moral secara umum, etimologi dan menurut KBBI seperti

yang tercantum berbeda-beda dalam mendefinisikan apa itu moral. Di bawah ini
dikutif pendapat beberapa ahli, seperti ditulis oleh Zakky (2018) antara lain :

1) Merian-Webster, Moral adalah mengenai atau berhubungan dengan apa yang
benar dan salah dalam perilaku manusia, dianggap benar dan baik oleh
kebanyakan orang sesuai dengan standard perilaku yang tepat pada kelompok
atau masyarakat tersebut.

2) Hurlock, moral adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok
sosial. Moral sendiri berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral
dikendalikan oleh konsep-konsep moral atau peraturan perilaku yang telah
menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.

3) Sonny Keraf, moral dapat digunakan untuk mengukur kadar baik dan
buruknya sebuah tindakan manusia sebagai manusia, mungkin sebagai anggota
masyarakat (member of society) atau sebagai manusia yang memiliki posisi
tertentu atau pekerjaan tertentu.
Masih banyak sebenarnya pendapat tentang moral dari para ahli, namun pada

prinsipnya tidak jauh berbeda dengan yang telah dikemukakan di atas. Seperti halnya
Hamzah Ya’qub (1993, hal.14-15) menyatakan bahwa dalam bahasa Indonesia, moral
diterjemahkan dengan arti susila. Yang dimaksud dengan moral ialah sesuai dengan
ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar.
Jadi sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum diterima yang meliputi
kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Dengan demikian jelaslah persamaan antara
etika dan moral. Namun ada pula perbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat
teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis.

10

Dalam mempelajari tentang moral, kita mengenal istilah, perkembangan moral
seorang anak manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya. Oleh
karena itu teori perkembangan moral yang dikembangkan oleh Laurence Kohlberg ini
berkaitan erat dengan teori perkembangan kognitif yang dikembangkan oleh Jean
Piaget. Pengembangan teori perkembangan moral yang dikembangkan berkaitan erat
dengan tingkat kematangan seorang anak manusia. Dalam hal ini Anda diajak untuk
menelaah sejenak tentang pemahaman para ahli tersebut, antara lain :

1) Jean Piaget, yang dikenal dengan Perkembangan Kognitif. Piaget membagi
perkembangan konitif seseorang pada empat tahap, yaitu sensori motor,
praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. Tahap sensori
motor, terjadi pada usia sekitar 0 – 2 tahun. Pada tahapini anak dicirikan
dengan tindakannya yang suka meniru dan bertindak secara refleks. Anak
dalam tahap ini hanya memikirkan apa yang terjadi sekarang. Anak akan
meniru apa yang diperbuat orang dewasa. Oleh karena itu penanaman nilai
dilakukan dengan cara menirukan, dan orang dewasa sebagai teladan yang
ditirukan. Tahap praoperasional, terjadi pada umur 2 – 7 tahun, pada tahap ini
anak mulai menggunakan simbol dan bahasa. Dengan penggunaan bahasa,
anak mulai dapat memikirkan yang tidak terjadi sekarang, tetapi yang sudah
lalu. Dengan adanya bahasa maka ia dapat mengungkapkan sesuatu hal lebih
luas daripada yang dapat dijamah, yang sekarang dilihatnya. Tahap
praoperasional konkret, terjadi pada umur 7 – 11 tahun, anak sudah mulai
berpikir transformasi. Pada tahap ini anak dapat mengerti adanya perpindahan
benda, mulai mampu membuat klasifikasi, namun dasarnya masih pada hal
konkret. Anak sudah mengerti persoalan sebab akibat. Oleh karena itu, dalam
penanaman nilai pun sudah dapat dikenalkan suatu tindakan dengan akibat
yang baik dan tidak baik. Tahap opreasional formal, terjadi pada umur 11
tahun ke atas, anak sudah mampu berpikir formal, abstrak. Ia dapat berpikir
secara deduktif, induktif dan hipotesis. Ia tidak membatasi berpikir pada yang

11


Click to View FlipBook Version