51 4. Rangkuman Ringkasan materi pada sesi ini meliputi: 1. Teknik penilaian pengetahuan terdiri dari tes tulis, tes lisan dan penugasan; 2. Instrumen penilaian pengetahuan meliputi soal pilihan ganda, soal isian, soal menjodohkan, soal benar-salah, soal uraian; 3. Kisi-kisi memuat rambu-rambu tentang kriteria soal yang akan ditulis, meliputi KD yang akan diukur, materi, indikator soal, level kognitif, bentuk soal, dan nomor soal. 5. Tugas Jawablah dengan jelas! 1. Uraikan teknik-teknik penilaian pengetahuan! 2. Jelaskan perbedaan antara penugasan dengan penilaian produk! 3. Jelaskan struktur pembuatan kisi-kisi soal! 6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Jika penguasaan anda telah mencapai 80% silakan lanjutkan ke materi 5. Jika belum sampai 80%, baca kembali materi 4.
52 F. Materi 6: Pengembangan Penilaian Keterampilan 1. Capaian Pembelajaran a. Tujuan sesi. Setelah mengikuti sesi materi ini, peserta diharapkan dapat: 1) Mengidentifikasi jenis-jenis teknik penilaian keterampilan; 2) Memetakan perencanaan penilaian keterampilan; 3) Menyusun instrumen penilaian keterampilan. b. Indikator Keberhasilan Pembelajaran. Indikator keberhasilan pembelajaran seteleh mengikuti sesi materi ini adalah peserta dapat: 1) Menjelaskan dan menguraikan jenis-jenis teknik penilaian keterampilan; 2) Menyusun perencanaan penilaian keterampilan; 3) Menyusun instrumen penilaian praktik/unjuk kerja/kinerja; 4) Menyusun instrumen penilaian proyek; 5) Menyusun instrumen penilaian portofolio; 6) Menyusun instrumen penilaian produk. 2. Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi pada sub bab ini meliputi: Teknik Penilaian Keterampilan, Instrumen Penilaian Keterampilan. 3. Uraian Materi a. Teknik Penilaian Keterampilan Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk mengukur kompetensi keterampilan. Skema teknik penilaian keterampilan dapat dilihat sebagai berikut:
53 1) Unjuk Kerja/Kinerja/Praktik Unjuk kerja/Kinerja atau lumrah disebut dengan praktik adalah penilaian yang dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Dalam pelaksanaan penilaian kinerja perlu disiapkan format observasi dan rubrik penilaian untuk mengamati perilaku peserta didik dalam melakukan praktik. Kompetensi Dasar pada PAI dan Budi Pekerti yang dapat dinilai dengan Unjuk Kerja biasanya diawali dengan kata kerja: mempraktikkan, membaca, melafalkan, mencontohkan perilaku, menulis, menceritakan. 2) Proyek Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan, yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, inovasi dan kreativitas, kemampuan penyelidikan dan kemampuan peserta didik menginformasikan matapelajaran tertentu secara jelas. Pada penilaian proyeksetidaknya ada empat hal yang perlu dipertimbangkan yaitu pengelolaan, relevansi, keaslian, inovasi, dan kreativitas. a) Pengelolaan yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan. b) Relevansi yaitu kesesuaian topik, data, dan hasilnya dengan KD atau mata pelajaran. c) Keaslian yaitu proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karya sendiri dengan mempertimbangkan kontribusi guru dan pihak lain berupa bimbingan dan dukungan terhadap proyek yang dikerjakan peserta didik. d) Inovasi dan kreativitas yaitu proyek yang dilakukan peserta didik terdapat unsurunsur baru (kekinian) dan sesuatu yang unik, berbeda dari biasanya. Dalam penilaian proyek, ada tiga hal yang harus menjadi unsur penilaian, yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan. Kompetensi Dasar pada PAI dan Budi Pekerti yang dapat dinilai dengan proyek
54 biasanya diawali dengan kata kerja: melakukan pengamatan, menjalankan. 3) Portofolio Penilaian Portofolio adalah penilaian yang didasarkan pada koleksi atau kumpulan pekerjaan yang diberikan guru kepada peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan berdasarkan kumpulan informasi yang bersifat reflektifintegratif yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Ada beberapa tipe portofolio yaitu portofolio dokumentasi, portofolio proses, dan portofolio pameran. Pendidik dapat memilih tipe portofolio sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar dan/atau konteks mata pelajaran. Rambu-rambu penyusunan dokumen portofolio: a) Dokumen portofolio berupa karya/tugas peserta didik dalam periode tertentu, dikumpulkan dan digunakan oleh pendidik untuk mendeskripsikan capaian kompetensi keterampilan. b) Dokumen portofolio disertakan pada waktu penerimaan rapor kepada orangtua/wali peserta didik, sehingga mengetahui perkembangan belajar putera/puterinya. Orangtua/wali peserta didik diharapkan dapat memberi komentar/catatan pada dokumen portofolio sebelum dikembalikan ke sekolah. c) Pendidik pada kelas berikutnya menggunakan portofolio sebagai informasi awal peserta didik yang bersangkutan. Secara umum, penilaian portofolio dapat dibedakan menjadi lima bentuk, yaitu: Portofolio ideal, portofolio penampilan, portofolio dokumentasi, portofolio evaluasi dan portofolio kelas (Nitko, 2000). Sementara menurut Fosters dan Masters, penilaian portofolio dibagi ke dalam tiga bentuk, yaitu: portofolio kerja (working portfolio), portofolio dokumentasi (documentary portfolio), portofolio penampilan (show portfolio). 4) Produk Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat siuatu produk dan kualitas produk tersebut. Dalam pendidikan Agama Islam, produk yang dapat dihasilkan misalnya alat peraga pendidikan, karya seni seperti kaligrafi dan lain-lain. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu: a) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam merencanakan, menggali, mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
55 b) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik. c) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan, misalnya berdasarkan tampilan, fungsi, dan estetika. Penilaian produk biasanya menggunakan cara analitik atau holistik. a) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan (tahap: persiapan, pembuatan produk, penilaian produk). b) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan hanya pada tahap penilaian produk. b. Instrumen Penilaian Keterampilan 1) Unjuk Kerja/Kinerja/Praktik Contoh instrumen penilaian kinerja 2) Proyek Contoh instrumen penilaian proyek untuk tingkat SD Mata Pelajaran : PAI dan Budi Pekerti Kelas/Semester : III/1 Tahun Pelajaran : ..... Kompetensi Dasar: 4.3 melakukan pengamatan terhadap diri dan makhluk ciptaan Allah yang dijumpai di sekitar rumah dan sekolah sebagai implementasi iman terhadap keesaan Allah Yang Maha Pencipta.
56 Indikator: 4.3.1 Melakukan pengamatan terhadap diri sendiri 4.3.2 Melakukan pengamatan terhadap hewan 4.3.3 Melakukan pengamatan terhadap tumbuhan 4.3.4 Melakukan pengamatan terhadap lingkungan abiotik Rumusan Tugas Proyek a. Lakukanlah pengamatan terhadap diri sendiri, hewan, tumbuhan dan lingkungan di sekitar sekolah dan rumah serta catatlah apa yang menarik untuk kalian. b. Tugas dikumpulkan dua minggu sejak ditugaskan. Rubrik Penilaian Tugas Proyek No Aspek Hasil Pengamatan Skor 1 Pengamatan Diri Sendiri 2 Pengamatan terhadap hewan 3 Pengamatan terhadap tumbuhan 4 Pengamatan terhadap lingkungan alam Contoh proyek untuk tingkat SMA/SMK Mata Pelajaran : PAI dan Budi Pekerti Jenjang : SMA …………………………………………… Kelas/Semester : X\1 Kompetensi Dasar : 4.7.1 Menyajikan dalil tentang ketentuan wakaf 4.7.2 Menyajikan pengelolaan wakaf Indikator : Menyajikan data pengelolaan wakaf di masing-masing wilayah. Tugas Proyek 1. Lakukanlah penelitiah tentang pengelolaan wakaf di daerah tempat tinggal masing-masing 2. Laporan dikumpulkan satu bulan setelah penugasan dengan ketentuan diketik pada kertas A4, 1½ spasi, times new roman, margin: T: 4,L: 4, B: 3, R: 3. 3. Laporan meliputi: Perencanaan, Pelaksanaan, Pelaporan Hasil.
57 Contoh rubrik penilaian proyek: No Aspek Skor 1 Perencanaan: Latar Belakang Rumusan masalah 1-3 1-3 2 Pelaksanaan: a. Pengumpulan data/informasi b. Kelengkapan data c. Pengolahan dan analisis data d. Simpulan 1-3 1-3 1-3 1-3 3 Pelaporan hasil: a. Sistematika laporan b. Penggunaan bahasa c. Tampilan 1-3 1-3 1-3 Skor maksimal 27 Kriteria penilaian: 3 : Tepat (sesuai akidah), 2 : Kurang tepat (kurang sesuai kaidah), 1 : tidak tepat (tidak sesuai akidah) 3) Portofolio Contoh instrumen penilaian portofolio: Tugas Portofolio Mata Pelajaran : PAI dan Budi Pekerti Jenjang : SMA …. Kelas/Semester : X\1 Kompetensi Dasar : 4.4 Berperilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada malaikat-malaikat Allah SWT Indikator: Menunjukkan perilaku semangat menuntut ilmu, optimis dalam mencari rizki, membantu orang tua, Shalat malam, shaum sunnah, aktif dalam kegiatan keagamaan dan sosial di masyarakat. Uraian tugas portofolio: Susunlah portofolio yang menunjukkan perilaku kalian yang mencerminkan keimanan kepada malaikat! Kriteria Penilaian Portofolio:
58 No Kriteria Bukti Fisik Nilai A. Perilaku semangat menuntut Ilmu 1. Aktif mengikuti pengajian di lingkungan rumah 2. Anggota Komunitas Kajian Ilmu Pengetahuan Surat Keterangan dari Guru Ngaji Surat keterangan dari pengurus komunitas 10 10 B. Belajar berpenghasilan sendiri 1. Memiliki buku tabungan 2. Bekerja paruh waktu Fotocopy buku tabungan Foto ketika bekerja 10 10 C. Membantu Orang Tua Agenda Kegiatan Harian yang ditandatangani orang tua 10 D. Ibadah Sunnah 1. Sahalat Tahajud 2. Shalat Dhuha 3. Puasa senin - Kamis Surat Keterangan Orang Tua 10 E. Keaktifan di organisasi sekolah 1. Menjadi Pengurus Rohis di Sekolah 2. Aktif mengikuti kajian/pengajian di sekolah Fotocopy SK Fotocopy daftar hadir kajian rohis 10 10 F. Keaktifan di Masyarakat Pengurus Kepemudaan Panitia Kegiatan Keagamaan Panitia Kegiatan Sosial Kemasyarakatan Fotocopy SK Kepengurusan Fotocopy SK Kepanitiaan Fotocopy SK Panitia 20 Jumlah Total 100 4) Produk Contoh instrumen penilaian produk: Mata Pelajaran : PAI dan BP Kompetensi Dasar : 4.4 menyajikan hubungan antara beriman kepada malaikat-malaikat Allah Swt. dengan perilaku teliti, disiplin, dan waspada Nama Produk : Makalah Nama Peserta didik : ........ Kelas : .........
59 No Aspek Skor Maks Skor Nilai 1 Sistematika Malakah 10 2 Tesis dan argumen 30 3 Organisasi dan paragraf 20 4 Pendahuluan dan kesimpulan 20 5 Tata bahasa, penggunaan, dan ejaan 10 6 Sumber dan kutipan 10 Nilai 4. Rangkuman Ringkasan materi pada sesi ini meliputi: a. Jenis-jenis teknik penilaian keterampilan Teknik penilaian keterampilan terdiri dari: 1) Praktik/Unjuk Kerja/Kinerja 2) Proyek 3) Portofolio 4) Produk b. Instrumen penilaian keterampilan Instrumen penilaian keterampilan berupa rubrik. Secara umum terdiri dari rubrik penilaian kinerja, rubrik penilaian proyek, rubrik penilaian portofolio, dan rubrik penilaian produk berupa daftar ceklis atau skala rentang. 5. Tugas Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut! a. Jelaskan jenis-jenis teknik penilaian keterampilan! b. Jelaskan teknik penilaian unjuk kerja! Buatlah satu contoh instrumen penilaian unjuk kerja! c. Jelaskan teknik penilaian protofolio! Buatlah satu contoh instrumen penilaian unjuk portofolio! d. Jelaskan teknik penilaian produk! Buatlah satu contoh instrumen penilaian unjuk produk! e. Jelaskan teknik penilaian proyek! Buatlah satu contoh instrumen penilaian unjuk proyek!
60 6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Jika penguasaan anda telah mencapai 80% silakan lanjutkan ke materi 6. Jika belum sampai 80%, baca kembali materi 5.
61 G. Materi 7: Pengembangan AKM dan IPK HOTS 1. Capaian Pembelajaran a. Tujuan Sesi ini: Setelah mengikuti sesi ini, peserta bimtek diharapkan dapat: 1) Memahami konsep, fungsi, dan esensi AKM dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) HOTS. 2) Memahami mekanisme pengembangan AKM dan IPK HOTS. 3) Menganalisis KD yang dikonstruksi menjadi IPK HOTS. 4) Menilai IPK HOTS dan bukan HOTS. 5) Mengkonstruksi IPK berbasis HOTS. b. Indikator Keberhasilan Peserta dapat memahami, menganalisis, menelaah, menyajikan, dan mendiseminasikan materi tentang: 1) Konsep, fungsi, dan manfaat/esensi AKM dan IPK HOTS 2) Mekanisme pengembangan AKM dan IPK HOTS 3) KD yang dikonstruksi menjadi IPK HOTS 4) IPK HOTS dan bukan HOTS 5) Konstruksi dan contoh IPK berbasis HOTS utuk jenjang SD, SMP, SMA/SMK. 2. Ruang Lingkup Materi a. Materi Pokok 1: Konsep, fungsi dan manfaat/esensi AKM dan IPK HOTS b. Materi Pokok 2: Mekanisme pengembangan AKM dan IPK HOTS c. Materi Pokok 3: Analisis lingkup materi dan level kognitif d. Materi Pokok 4: Contoh-contoh pengembangan IPK HOTS untuk jenjang SD, SMP, SMA/SMK. 3. Uraian Materi a. Konsep Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Adanya kebijakan dihapusnya Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), memunculkan kebijakan baru paradigma penilaian yang disebut Asesmen Nasional sebagai gantinya. Asesmen Nasional akan diselenggarakan di seluruh sekolah, madrasah, dan program pendidikan kesetaraan. Asesmen Nasional dimaksudkan untuk mengukur mutu seluruh sekolah yang terbagi menjadi 3 (tiga) instrumen, yaitu: (1) Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), untuk mengukur literasi membaca dan numerasi; (2) Survei Karakter, untuk mengukur sikap, kebiasaan, nilai-nilai (values), sebagai hasil belajar non-kognitif; dan (3) Survei Lingkungan Belajar,
62 untuk mengukur kualitas pembelajaran dn iklim sekolah yang menunjang pembelajaran. 1) Pengertian AKM Dalam modul ini pembahasannya difokuskan pada Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) saja. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kompetensi mendasar terkait kecakapan berpikir logis-sistematis, kemampuan bernalar menggunakan konsep serta pengetahuan yang telah dipelajari, serta keterampilan memilah dan mengolah informasi. Terdapat 2 (dua) kompetensi yang diukur dalam AKM yaitu kompetensi literasi dan kompetensi numerasi. Literasi membaca didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks tertulis untuk mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia dan untuk dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat. Numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia. 2) Komponen AKM Secara konseptual-operasional, kompetensi terkait literasi dan numerasi akan dapat ditinjau dari 3 (tiga) aspek/komponen, yaitu konten, proses kognitif, dan konteks. Sedangkan bentuk soal AKM dapat terdiri dari pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian singkat, dan uraian. Secara rinci komponen AKM aspek konten meliputi: No. Aspek AKM Literasi Numerasi 1. Konten Teks informasi, teks yang bertujuan untuk memberikan fakta, data, dan informasi dalam rangka pengembangan wawasan serta ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah. Teks fiksi, teks yang bertujuan untuk memberikan pengalaman mendapatkan hiburan, menikmati cerita, dan Bilangan, meliputi representasi, sifat urutan, dan operasi beragam jenis bilangan (cacah, bulat, pecahan, desimal). Pengukuran dan geometri, meliputi mengenal bangun datar hingga menggunakan volume dan luas permukaan dalam
63 melakukan perenungan kepada pembaca. kehidupan seharihari. Juga menilai pemahaman peserta didik tentang pengukuran panjang, berat, waktu, volume dan debit, serta satuan luas menggunakan satuan baku. 2. Proses Kognitif Menemukan informasi, mencari, mengakses serta menemukan informasi tersurat dari wacana. Interpretasi dan integrasi, memahami informasi tersurat maupun tersirat, memadukan interpretasi antar bagian teks untuk menghasilkan inferensi. Evaluasi dan refleksi, menilai kredibilitas, kesesuaian maupun keterpercayaan teks serta mampu mengaitkan isi teks dengan hal lain di luar teks. Pemahaman, memahami fakta, prosedur serta alat matematika. Penerapan, mampu menerapkan konsep matematika dalam situasi nyata yang bersifat rutin. Penalaran, bernalar dengan konsep matematika untuk menyelesaikan masalah bersifat non rutin. 3. Konteks Personal, berkaitan dengan kepentingan diri secara pribadi. Sosial Budaya, berkaitan dengan kepentingan antar individu, budaya dan isu kemasyarakatan. Saintifik, berkaitan dengan isu, aktivitas, serta fakta ilmiah baik yang telah dilakukan maupun futuristic Personal, berkaitan dengan kepentingan diri secara pribadi. Sosial Budaya, berkaitan dengan kepentingan antar individu, budaya dan isu kemasyarakatan. Saintifik, berkaitan dengan isu, aktivitas, serta fakta ilmiah baik yang telah dilakukan maupun futuristic. Tabel 1. Aspek AKM
64 3) Level AKM Secara implemntatif, AKM dikembangkan dalam 6 level/fase, yaitu: a) Level 1 (kelas 1-2) b) Level 2 (kelas 3-4) c) Level 3 (kelas 5-6) d) Level 4 (kelas 7-8) e) Level 5 (kelas 9-10) f) Level 6 (kelas 11-12) 4) Macam-macam AKM Secara garis besar AKM terbagi pada 2 bagian, yaitu: AKM Nasional dan AKM Kelas. AKM Nasional tidak melaporkan di tingkat individu murid. Diagnosa hasil belajar setiap murid dapat didiagnosa oleh guru menggunakan AKM Kelas. Hasil AKM Kelas digunakan untuk merancang pembelajaran yang menyesuaikan tingkat kompetensi murid (teaching at the right level). AKM Nasional berfungsi untuk mengevaluasi kualitas sistem pendidikan. Sampel peserta didik yang digunakan adalah kelas 5, 8, dan 11 yang ditentukan oleh Kemdikbud, dan pelaksanaannya terstandar oleh pusat. Sementara AKM Kelas berfungsi formatif untuk memahami hasil belajar individu peserta didik. Peserta didik yang dijadikan sasaran adalah kelas 2-12 sesuai dengan kebutuhan diagnosa guru, dan pelaksanaannya oleh guru kelas. b. Konsep, Fungsi, dan Esesnsi IPK HOTS 1) Pengertian IPK Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) merupakan salah satu komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang penting untuk menjamin akurasi dan keberhasilan pembelajaran. Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional secara spesifik yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diamati (observable) dan diukur (measurable), mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Konsep Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan: (1) tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD; (2) karakteristik mata pelajaran, peserta didik,
65 dan sekolah; dan (3) potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah. 2) Fungsi dan Esensi IPK HOTS Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mengembangkan pencapaian kompetensi berdasarkan KI-KD. Indikator berfungsi sebagai berikut: (a) Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran Pengembangan materi pembelajaran harus sesuai dengan indikator yang dikembangkan. Indikator yang dirumuskan secara cermat dapat memberikan arah dalam pengembangan materi pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan peserta didik, sekolah, serta lingkungan. (b) Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran Desain pembelajaran perlu dirancang secara efektif agar kompetensi dapat dicapai secara maksimal. Pengembangan desain pembelajaran hendaknya sesuai dengan indikator yang dikembangkan, karena indikator dapat memberikan gambaran kegiatan pembelajaran yang efektif untuk mencapai kompetensi. Indikator yang menuntut kompetensi dominan pada aspek prosedural menunjukkan agar kegiatan pembelajaran dilakukan tidak dengan strategi ekspositori melainkan lebih tepat dengan strategi discovery-inquiry. (c) Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar. Bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru guna menunjang pencapaian kompetensi peserta didik. Pemilihan bahan ajar yang efektif harus sesuai tuntutan indikator sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi secara maksimal. (d) Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar Indikator menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi hasil belajar, Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk dan jenis penilaian, serta pengembangan indikator penilaian. Pengembangan indikator penilaian harus mengacu pada indikator pencapaian yang dikembangkan sesuai dengan tuntutan KI dan KD. Berdasarkan fungsi IPK tersebut, maka esensi dari IPK yang dikembangkan berbasis HOTS adalah: (a) Menentukan tujuan pembelajaran
66 (b) Menentukan materi pelajaran (faktual, konseptual, prosedural, metakognitif) (c) Menentukan langkah-langkah pembelajaran (d) Menentukan media dan sumber belajar (e) Menentukan bentuk instrumen penilaian 3) Mekanisme Pengembangan Indikator (a) Menganalisis Tingkat Kompetensi dalam KI dan KD Langkah pertama pengembangan indikator adalah menganalisis tingkat kompetensi dalam KI dan KD. Hal ini diperlukan untuk memenuhi tuntutan minimal kompetensi yang dijadikan standar secara nasional. Sekolah dapat mengembangkan indikator melebihi standar minimal tersebut. Tingkat kompetensi dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang digunakan dalam KI dan KD. (b) Menganalisis Karakteristik Mata Pelajaran, Peserta Didik, dan Sekolah Pengembangan indikator mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah karena indikator menjadi acuan dalam penilaian. Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dari mata pelajaran lainnya. Perbedaan ini menjadi pertimbangan penting dalam mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran dapat dikaji pada dokumen standar isi mengenai tujuan, ruang lingkup dan KI serta KD masing-masing mata pelajaran termasuk PAI. Pengembangkan indikator memerlukan informasi karakteristik peserta didik yang unik dan beragam. Peserta didik memiliki keragaman dalam intelegensi dan gaya belajar. Oleh karena itu indikator selayaknya mampu mengakomodir keragaman tersebut. Karakteristik sekolah dan daerah menjadi acuan dalam pengembangan indikator karena target pencapaian sekolah tidak sama. Sekolah kategori tertentu yang melebihi standar minimal dapat mengembangkan indikator lebih tinggi. Sekolah dengan keunggulan tertentu juga menjadi pertimbangan dalam mengembangkan indikator. (c) Menganalisis Kebutuhan dan Potensi Peserta Didik Kebutuhan dan potensi peserta didik, sekolah dan daerah perlu dianalisis untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan indikator. Penyelenggaraan pendidikan seharusnya dapat melayani kebutuhan peserta didik, lingkungan, serta mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.
67 Peserta didik mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi dan kecepatan belajarnya, termasuk tingkat potensi yang diraihnya. Indikator juga harus dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu sekolah di masa yang akan datang, sehingga diperlukan informasi hasil analisis potensi sekolah yang berguna untuk mengembangkan kurikulum melalui pengembangan indikator. (d) Merumuskan Indikator Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut: (1) Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator. (2) Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam KI dan KD. Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik. (3) Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi dan/atau level kognitif. (4) Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi dan materi pembelajaran. (5) Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai. (6) Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang mencakup ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. (e) Mengembangkan Indikator Penilaian (Indikator Soal) Indikator penilaian merupakan pengembangan lebih lanjut dari IPK. Indikator penilaian perlu dirumuskan untuk dijadikan pedoman penilaian bagi guru, peserta didik maupun evaluator di sekolah. Indikator penilaian menggunakan kata kerja lebih terukur dibandingkan dengan IPK Rumusan indikator penilaian memiliki batasan-batasan tertentu sehingga dapat dikembangkan menjadi instrumen penilaian dalam bentuk soal (termasuk soal HOTS). (f) Merumuskan Indikator Soal (1) Esensi dan Kriteria Indikator Soal Esensi Indikator Soal HOTS, meliputi: (1) Ciri-ciri kemampuan yang akan diukur, karena indikator soal merupakan dasar
68 untuk penulisan soal; dan (2) Indikator soal merupakan jabaran (KD/IPK) lingkup materi dan level kognitif dari kisi-kisi. Kriteria perumusan indikator soal yang baik meliputi: Memuat ciri-ciri kompetensi yang akan diuji. Memuat kata kerja operasional yang dapat diukur (satu kata kerja operasional untuk soal pilihan ganda, satu atau lebih kata kerja operasional untuk soal uraian dan instrumen penilaian keterampilan/praktik). Berkaitan dengan materi/konsep yang dipilih. Dapat dibuat soalnya sesuai dengan bentuk soal yang telah ditetapkan. (2) Tahapan Penyusunan Indikator Soal HOTS Tahapan penyusunan indikator soal HOTS, meliputi: Menganalisis keterkaitan antara kata kerja operasional pada level kognitif dengan kompetensi yang diujikan pada lingkup materi. Kriteria Kompetensi / Materi Penting, meliputi: Urgensi: KD/indikator/materi yang secara teoritis, mutlak harus dikuasai oleh peserta didik. Kontinuitas: KD/indikator/materi lanjutan yang merupakan pendalaman materi sebelumnya. Relevansi: yang diperlukan untuk mempelajari dalam bidang studi lain. Keterpakaian: memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari. (3) Menyusun indikator soal dengan konstruksi stimulan sebelum stem (pokok soal). Cara menyusun Stimulan HOTS, meliputi: Pilihlah beberapa informasi dapat berupa gambar, grafik, tabel, wacana, dan lain-lain yang memiliki keterkaitan dalam sebuah kasus. Stimulus hendaknya menuntut kemampuan menginterpretasi, mencari hubungan, menganalisis, menyimpulkan, atau menciptakan. Pilihlah kasus/permasalahan konstekstual dan menarik (terkini) untuk dibaca oleh peserta didik. Pengecualian untuk mapel Bahasa, Sejarah boleh tidak kontekstual. Terkait langsung dengan pertanyaan (pokok soal) dan berfungsi. (4) Teknik perumusan indikator soal HOTS Bila soal terdapat stimulus Rumusan indikatornya: Disajikan …, peserta didik dapat menganalisis ….
69 Bila soal tidak terdapat stimulus Rumusan indikatornya: Peserta didik dapat membedakan …. Gambar 5.2: Teknik Perumusan Indikator Soal Gambar 5.3: Contoh Rumusan Indikator Soal (5) Manfaat Indikator Penilaian HOTS Indikator Penilaian bermanfaat bagi: (1) guru dalam mengembangkan kisi-kisi penilaian yang dilakukan melalui tes (tes tertulis seperti penilaian harian, penilaian tengah semester, dan penilaian akhir semester/penilaian akhir tahun, tes praktik, dan/atau tes perbuatan) maupun non-tes; (2) peserta didik dalam mempersiapkan diri mengikuti penilaian tes maupun non-tes. Dengan demikian peserta didik dapat melakukan self assessment untuk mengukur kemampuan diri sebelum mengikuti penilaian sesungguhnya; (3) pimpinan sekolah dalam memantau dan mengevaluasi keterlaksanaan pembelajaran dan penilaian di kelas dan satuan pendidikan;
70 dan (4) orang tua dan masyarakat dalam upaya mendorong pencapaian kompetensi peserta didik lebih maksimal. c. Analisis Lingkup Materi Proses penjabaran lingkup materi PAI (meliputi: aqidah, al-Qur’an dan Hadits, Akhlak, Fiqh, dan Sejarah Peradaban Islam) menjadi IPK ditunjukkan oleh diagram berikut: Gambar 6.1: Analisis Lingkup Materi dan IPK Keterangan: Lingkup materi langsung ke Indokator soal, maka akan membentuk blueprint. Lingkup materi kompetensi yang diuji materi indikator soal, merupakan akan membentuk kisi-kisi soal yang dipergunakan untuk penyusun dan atau perakit soal. Lingkup materi diambil dari penjabaran kompetensi dasar kurikulum. Kompetensi yang diuji dijabarkan dari kata kerja operasional yang tercantum dalam lingkup materi. Materi merupakan salah satu materi yang dianggap dapat mengukur semua kompetensi di dalam lingkup materi, yang memenuhi syarat UKRK (Urgen, Kontinyuitas, Relevansi, dan Keterpakaian). Indikator soal merupakan rumusan yang berisi ciri-ciri perilaku yang dapat diukur sebagai petunjuk ketercapaian kompetensi dalam mater, yang tentunya dapat dibuatkan soalnya. d. Analisis Level Kognitif Level kognitif merupakan tingkat kemampuan peserta didik secara individual maupun kelompok yang dapat dijabarkan dalam tiga level, yaitu: Level 1 tingkat kemampuan yang rendah yang meliputi pengetahuan dan pemahaman (knowing dan remembering) level 2 tingkat kemampuan yang lebih tinggi yang meliputi penerapan (applying) Lingkup Materi Kompetensi yang diuji Materi Indikator Soal
71 level 3 tingkat kemampuan tinggi yang meliputi penalaran (reasoning), antara lain: Menganalisis Mengevaluasi Mengkreasi Gambaran Level Kognitif knowing dan remembering Memperlihatkan ingatan dan pemahaman dasar terhadap materi pelajaran dan dapat membuat generalisasi yang sederhana. Memperlihatkan tingkatan dasar dalam pemecahan masalah dalam pembelajaran, paling tidak dengan satu cara. Memperlihatkan pemahaman dasar terhadap grafik-grafik, label, dan materi visual lainnya. Mengkomunikasikan fakta-fakta dasar dengan menggunakan terminologi yang sederhana. Gambaran Level Kognitif applying Memperlihatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap materi pelajaran dan dapat mengaplikasikan gagasan-gagasan dan konsepkonsep dalam konteks tertentu. Menginterpretasi dan menganalisis informasi dan data Menginterpretasi dan menganalisis informasi dan data. Memecahkan masalah-masalah rutin dalam pelajaran. Menginterpretasi grafik-grafik, tabel-tabel, dan materi visual lainnya. Mengkomunikasikan dengan jelas dan terorganisir penggunaan terminologi. Gambaran Level Kognitif Reasoning Memperlihatkan pengetahuan dan pemahaman yang luas terhadap materi pelajaran dan dapat menerapkan gagasan-gagasan dan konsep-konsep dalam situasi yang familiar, maupun dengan cara yang berbeda. Menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi gagasan-gagasan dan informasi yang faktual. Menjelaskan hubungan konseptual dan informasi yang faktual. Menginterpretasi dan menjelaskan gagasan-gagasan yang kompleks dalam pelajaran. Mengekspresikan gagasan-gagasan nyata dan akurat dengan menggunakan terminologi yang benar. Memecahkan masalah dengan berbagai cara dan melibatkan banyak variabel. Mendemonstrasikan pemikiran-pemikiran yang original. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.1 Dimensi Proses Kognitif, berikut:
72 HOTS Mengkreasi Penalaran (Level Kognitif 3) • Mengkreasi ide/gagasan sendiri. • Kata kerja: mengkonstruksi, desain, kreasi, mengembangkan, menulis, memformulasikan, dll. Mengevaluasi • Mengambil keputusan sendiri. • Kata kerja: evaluasi, menilai, menyanggah, memutuskan, memilih, mendukung, dll. Menganalisis • Menspesifikasi aspek-aspek/elemen. • Kata kerja: membandingkan, memeriksa, , mengkritisi, menguji, dll. MOTS Mengaplikasi Aplikasi (Level Kognitif 2) • Menggunakan informasi pada domain berbeda • Kata kerja: menggunakan, mendemonstrasikan, mengilustrasikan, mengoperasikan, dll. Memahami Pengetahuan & Pemahaman (Level Kognitif 1) • Menjelaskan ide/konsep. • Kata kerja: menjelaskan, mengklasifikasi, menerima, melaporkan, dll. LOTS Mengingat • Mengingat kembali. • Kata kerja: mengingat, mendaftar, mengulang, menirukan, menentukan, dll. Contoh Perumusan Indikator Soal Jenjang SMA/SMK KKO pada Level Kognitif Lingkup Materi Indikator Soal Pengetahuan dan Pemahaman • Menyebutkan • Mengidentifikasi • Menjelaskan • Menentukan • Mengkategorikan • Mengelompokkan • Menguraikan Al-Qur’an Disajikan kutipan salah satu ayat dari Q.S. Ali Imran/3: 190-191 atau Q.S. Ali Imran/3: 159, peserta didik dapat menentukan makna ayat yang bergaris bawah. Penerapan • Membedakan • Menerapkan • Memberi contoh • Menghubungkan • Menginterpretasi Akhlak Disajikan deskripsi tentang kinerja seseorang, peserta didik dapat menentukan perilaku kerja keras dan bertanggung jawab dalam kehidupan
73 • Membandingkan • Melengkapi Penalaran: • Menganalisis • Mengevaluasi • Menyimpulkan • Memecahkan Masalah • Memprediksi • Mensistesis Al-Qur’an Disajikan salah satu dari Q.S. Luqman: 13-14 atau Q.S. al-Baqarah: 83, peserta didik dapat menyimpulkan isi kandungan ayat tersebut 4. Rangkuman Ringkasan materi sesi ini: 1. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) merupakan salah satu komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. 2. Fungsi IPK adalah Indikator berfungsi sebagai pedoman dalam: (1) Mengembangkan materi pembelajaran; (2) Mendesain kegiatan pembelajaran; (3) Mengembangkan bahan ajar; dan (4) Merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar. 3. Esensi dari IPK yang dikembangkan berbasis HOTS adalah untuk: (1) Menentukan tujuan pembelajaran; (2) Menentukan materi pelajaran (faktual, konseptual, prosedural, metakognitif); (3) Menentukan langkahlangkah pembelajaran; (4) Menentukan media dan sumber belajar; dan (5) Menentukan bentuk instrumen penilaian. 4. Mekanisme Pengembangan Indikator HOTS, meliputi: (1) Menganalisis tingkat kompetensi dalam KI dan KD; (2) Menganalisis karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah; (3) Menganalisis kebutuhan dan potensi peserta didik; (4) Merumuskan indikator pencapaian kompetensi sesuai tuntutan KI dan KD; dan (6) Mengembangkan indikator penilaian (indikator soal). 5. Level kognitif merupakan tingkat kemampuan peserta didik secara individual maupun kelompok yang dapat dijabarkan dalam tiga level, yaitu: (1) Level 1 yaitu tingkat kemampuan yang rendah yang meliputi pengetahuan dan pemahaman (knowing dan remembering); (2) Level 2 yaitu tingkat kemampuan yang lebih tinggi yang meliputi penerapan (applying); dan (3) Level 3 yaitu tingkat kemampuan tinggi yang meliputi penalaran (reasoning).
74 5. Tugas a. Apa yang dimaksud IPK? Jelaskan! b. Jelaskan fungsi dan esensi IPK dalam pembelajaran dan penilaian! c. Bagaimana mekanisme pengembangan IPK HOTS? d. Apa yang dimaksud level kognitif? Jelaskan pula macam-macamnya! e. Bagaimana mengkonstruk IPK berdasarkan level kognitif? Berikan satu contohnya! Mengerjakan LK: 01 Mengembangkan IPK HOTS 6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Pelatih dan seluruh peserta secara bersama-sama membuat komitmen untuk menerapkan pengembangan IPK HOTS berdasarkan konsep, fungsi dan esensi IPK, mekanisme pengembangan IPK, analisis lingkup materi dan level kognitif, konstruk KD dengan IPK HOTS secara benar.
75 H. Materi 8 : Penyusunan Soal HOTS Berbasis Literasi dan Numerasi A. Capaian Pembelajaran 1. Tujuan Sesi ini Tujuan sesi penyusunan soal HOTS adalah agar peserta bimtek dapat: a. Memahami konsep dan karakteristik soal-soal HOTS berbasis Literasi dan Numerasi; b. Meningkatkan keterampilan untuk menyusun butir soal HOTS berbasis Literasi dan Numerasi; c. Menganalisis soal HOTS dan bukan HOTS d. Membuat contoh soal HOTS sesuai dengan lingkup materi dan jenjang. 2. Indikator Keberhasilan Sesuai dengan tujuan sesi di atas, maka hasil yang diharapkan sebagai berikut: a. Meningkatnya pemahaman GPAI tentang konsep dan karakteristik soalsoal HOTS berbasis Literasi dan Numerasi; b. Meningkatnya keterampilan GPAI untuk menyusun butir soal HOTS berbasis Literasi dan Numerasi; c. Meningkatnya kemampuan GPAI dalam menganalisis soal HOTS dan bukan HOTS; d. Meningkatnya daya nalar GPAI dalam menyusun contoh soal HOTS dan bukan HOTS. B. Ruang Lingkup Materi 1. Materi Pokok 1 : Pengantar 2. Materi Pokok 2 : Pengertian Soal HOTS berbasis Literasi dan Numerasi 3. Materi Pokok 3 : Karakteristik Soal HOTS berbasis Literasi dan Numerasi 4. Materi Pokok 4 : Level Kognitif dalam Penyusunan Soal HOTS 5. Materi Pokok 5 : Soal HOTS dan Tingkat Kesulitan Soal 6. Materi Pokok 6 : Peran Soal dalam Penilaian Hasil Belajar 7. Materi Pokok 7 : Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS 8. Materi Pokok 8 : Contoh Soal HOTS pada PAI C. Uraian Materi 1. Pengantar Seiring dengan implementasi kurikulum 2013, diharapkan adanya perubahan paradigma pada pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran yang pada awalnya berpusat pada para guru (teacher centered) berubah menjadi berpusat pada peserta didik (student centered).Guru diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan materi pelajaran.
76 Penerapan beberapa model pembelajaran seperti pembelajaran berbasis proyek (project based learning),pembelajaran berbasis masalah (problem based learning),pembelajaran dengan pendekatan penyelesaian masalah (problem solving),menemukan (discovery/ inquiry) menjadi peluang bagi guru untuk menerapkan kegiatan pembelajaran pada level HOTS (Higher Order Thinking Skill). Tinggal bergantung kepada kemampuan guru dalam merancang dan mengimplementasikannya pada pembelajaran. Kegiatan pembelajaran pun diharapkan didesain secara kolaboratif untuk melatih kerjasama, kemampuan berkomunikasi, kemampuan berargumentasi, serta kemampuan mengendalikan emosi. Dengan demikian, disamping belajar materi pelajaran, peserta didik pun diberikan penanaman pendidikan karakter dan literasi sebagaimana yang saat ini diamanatkan oleh Kemdikbud dimana kedua hal tersebut harus diintegrasikan pada kegiatan pembelajaran. Pada prakteknya, penerapan pembelajaran HOTS bukan hal yang mudah dilaksanakan oleh guru. Pada saat ini sedang ramai dibicarakan tentang penulisan soal HOTS.Guru diharapkan mampu menyusun soal-soal HOTS agar peserta didik tidak hanya menjawab pada level C-1 (mengetahui), C-2 (memahami), dan C-3 (menerapkan), tetapi juga pada level C-4 (menganalisis), C-5 (mengevaluasi), dan C-6 (mengkreasi). Penulisan soalsoal HOTS pada dasarnya harus diawali dengan pembelajaran yang HOTS juga, karena akan terasa ganjil mana kala pembelajarannya biasa-biasanya saja, tetapi guru tiba-tiba memberikan soal-soal HOTS pada saat penilaian hasil belajar peserta didik. Dengan demikian, penilaian HOTS harus diawali atau didasari oleh pembelajaran yang HOTS dengan mengembangkan literasi dalam arti luas serta keterampilan abad 21, yakni berfikir kritis (critical thinking), kreatif (creativity), komunikasi (communication), dan kolaborasi (collaboration). Ada tiga hal yang harus linier dan sinkron dalam pengembangan HOTS, yakni perencanaan pembelajaran HOTS (IPK HOTS), pelaksaaan pembelajaran HOTS, dan penilaian HOTS. Perencanaan pembelajaran HOTS dikembangan dengan mengembangkan IPK HOTS dari KD-KD yang tingkat kompetensinya HOTS pula. Pembelajaran HOTS dikembangkan sejalan dengan adanya penyempurnaan perubahan standar proses dan penilaian pada kurikulum 2013. Standar proses diarahkan pada pencapaian kompetensi abad ke-21 yang terdiri dari kemampuan untuk berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Kompetensi ini bisa tercapai apabila proses pembelajaran dan penilaian mengarah pada terwujudnya keterampilan berpikir tingkat tinggi. Sementara keterampilan berpikir tingkat tinggi, dalam rumusan Anderson dan Krathwohl (2001), merujuk pada dimensi proses berpikir pada level menganalisis, mengevaluasi, dan
77 mengkreasi ide. Pada konteks ini, soal HOTS merupakan tuntutan kurikulum agar peserta didik memperoleh keterampilan berpikir sesuai dengan perkembangan zaman. Sedangkan penilaian HOTS dikembangkan dengan merumuskan instrumen penilaian/soal-soal HOTS berdasarkan IPK HOTS yang telah dikembangkan. Perlu dipahami pula, bahwa soal-soal HOTS bukan berarti soal yang sulit, redaksinya panjang dan berbelit-belit sehingga banyak membuang banyak waktu membacanya dan sekaligus memusingkan peserta didik, tetapi soal tersebut disusun secara proporsional dan sistematis untuk mengukur Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) secara efektif serta memiliki kedalaman sehingga peserta didik pun terangsang untuk menjawab. 2. Pengertian Soal HOTS Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu keterampilan berpikir yang tidak sekadar mengingat (remember), memahami (understand), atau menerapkan (apply). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. Dengan demikian soal-soal HOTS menguji kemampuan berpikir menganalisa, mengevaluasi, dan mencipta. Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan: mengingat (remember-C1), memahami (understand-C2), menerapkan (apply-C3), menganalisis (analyze-C4), mengevaluasi (evaluate-C5), dan mencipta (create-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyze-C4), mengevaluasi (evaluate-C5), dan mencipta (create-C6). Ketiga kemampuan berpikir tinggi ini (analyze, evaluate, dan create) menjadi penting dalam menyelesaikan masalah, transfer pembelajaran (transfer of learning) dan kreatifitas. Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila soal tersebut untuk menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa
78 digolongkan C6 (mencipta) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat. Dalam struktur soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus. Stimulus merupakan dasar berpijak untuk memahami informasi. Dalam konteks HOTS, stimulus yang disajikan harus bersifat kontekstual dan menarik. Stimulus dapat bersumber dari isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Stimulus juga dapat bersumber dari permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar sekolah seperti budaya, adat, kasus-kasus di daerah, atau berbagai keunggulan yang terdapat di daerah tertentu. Stimulus yang baik memuat beberapa informasi/gagasan, yang dibutuhkan untuk menembangkan kemampuan untuk mencari hubungan antarinformasi, transfer informasi, dan terkait langsung dengan pokok pertanyaan. 3. Karakteristik Soal HOTS Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk penilaian hasil belajar. Untuk menginspirasi guru menyusun soalsoal HOTS di tingkat satuan pendidikan, berikut ini dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS. a. Mengukur Keterampilan berpikir Tingkat Tinggi The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, dan mencipta. Keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making). Keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap peserta didik. Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas: 1) kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar;
79 2) kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda; 3) menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara sebelumnya. Keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu agar peserta didik memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran harus dapat mendorong peserta didik untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis. b. Berbasis Permasalahan Kontekstual dan Menarik (Contextual and Trending Topic) Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, di mana peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah. Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam pengertian tersebut termasuk pula bagaimana keterampilan peserta didik untuk menghubungkan (relate), menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply) dan mengintegrasikan (integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata. Berikut ini diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT. 1) Relating, terkait langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. 2) Experiencing, ditekankan kepada penggalian (exploration), penemuan (discovery), dan penciptaan (creation). 3) Applying, kemampuan peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata. 4) Communicating, kemampuan peserta didik untuk mampu mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah. 5) Transfering, kemampuan peserta didik untuk mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.
80 Ciri-ciri asesmen kontekstual yang berbasis pada asesmen autentik, adalah sebagai berikut. 1) Peserta didik mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekedar memilih jawaban yang tersedia; 2) Tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata; 3) Tugas-tugas yang diberikan tidak hanya memiliki satu jawaban tertentu yang benar, tetapi memungkinkan banyak jawaban benar atau semua jawaban benar. Berikut disajikan perbandingan asesmen tradisional dan asesmen kontekstual. Tabel 6.1 Perbandingan asesmen tradisional dan kontekstual Asesmen Tradisional Asesmen Kontekstual Peserta didik cenderung memilih respons yang diberikan. Peserta didik mengekspresikan respons Konteks dunia kelas (buatan) Konteks dunia nyata (realistis) Umumnya mengukur aspek ingatan (recalling) Mengukur performansi tugas (berpikir tingkat tinggi) Terpisah dengan pembelajaran Terintegrasi dengan pembelajaran Pembuktian tidak langsung, cenderung teoretis. Pembuktian langsung melalui penerapan pengetahuan dan keterampilan dengan konteks nyata. Stimulus soal-soal HOTS harus dapat memotivasi peserta didik untuk membaca secara cermat dan menyeluruh informasi yang disajikan. Salah satu tujuan penyusunan soal-soal HOTS adalah meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik. Kemampuan berkomunikasi antara lain dapat direpresentasikan melalui kemampuan untuk mencari hubungan antarinformasi yang disajikan dalam stimulus, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, kemampuan mentransfer konsep pada situasi baru yang tidak familiar, kemampuan menangkap ide/gagasan dalam suatu wacana, menelaah ide dan informasi secara kritis, atau menginterpretasikan suatu situasi baru yang disajikan dalam bacaan. Untuk membuat stimulus yang baik, agar dipilih informasi-informasi, topik, wacana, situasi, berita atau bentuk lain yang sedang mengemuka (trending topic). Sangat dianjurkan untuk mengangkat permasalahanpermasalahan yang dekat dengan lingkungan peserta didik berada, atau bersumber pada permasalahan-permasalahan global yang sedang mengemuka. Stimulus yang tidak menarik berdampak pada ketidaksungguhan/ketidakseriusan peserta tes untuk membaca
81 informasi yang disajikan dalam stimulus atau mungkin saja tidak mau dibaca lagi karena ending-nya sudah diketahui sebelum membaca (bagi stimulus yang sudah sering diangkat, sudah umum diketahui). Kondisi tersebut dapat mengakibatkan kegagalan butir soal untuk mengungkap kemampuan berkomunikasi peserta didik. Soal dengan stimulus kurang menarik tidak mampu menunjukkan kemampuan peserta didik untuk menghubungkan informasi yang disajikan dalam stimulus atau menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah menggunakan logika-logika berpikir kritis. c. Tidak Rutin Salah satu tujuan penyusunan soal-soal HOTS adalah untuk membangun kreativitas peserta didik dalam memecahkan berbagai permasalahan kontekstual. Soal-soal HOTS tidak dapat diujikan berulang-ulang pada peserta tes yang sama. Apabila soal-soal yang pada awalnya merupakan soal HOTS diujikan berulang-ulang pada peserta tes yang sama, maka soal tersebut bukan merupakan soal HOTS lagi. Soal HOTS tersebut telah berubah karakteristinya hanya merupakan soal ingatan saja, peserta didik hanya perlu mengingat cara-cara yang telah pernah dilakukan sebelumnya. Soal-soal tersebut tidak lagi dapat mendorong peserta tes untuk kreatif menemukan solusi baru, bahkan tidak mampu menggali ide-ide orisinil yang dimiliki peserta tes untuk menyelesaikan masalah. Soal-soal yang tidak rutin dapat dikembangkan dari KD-KD tertentu, dengan memvariasikan stimulus yang bersumber dari berbagai topik. Pokok pertanyaannya tetap mengacu pada kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan tuntutan pada KD. Bentukbentuk soal dapat divariasikan sesuai dengan tujuan tes, misalnya untuk penilaian harian dianjurkan untuk menggunakan soal-soal bentuk uraian karena jumlah KD yang diujikan hanya 1 atau 2 KD saja. Sedangkan untuk soal-soal penilaian akhir semester atau ujian sekolah dapat menggunakan bentuk soal pilihan ganda (PG) dan uraian. Untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) akan lebih baik jika menggunakan soal bentuk uraian. Pada soal bentuk uraian mudah dilihat tahapan-tahapan berpikir yang dilakukan peserta didik, kemampuan mentransfer konsep ke situasi baru, kreativitas membangun argumen dan penalaran, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pengukuran keterampilan berpikir tingkat tinggi. Mencermati salah satu tujuan penyusunan soal HOTS adalah untuk mengembangkan kreativitas peserta didik, maka para guru juga harus kreatif menyusun soal-soal HOTS. Guru harus memiliki persediaan soalsoal HOTS yang cukup dan variatif untuk KD-KD tertentu yang dapat
82 dibuatkan soal-soal HOTS, agar karakteristik soal-soal HOTS tidak berubah dan tetap terjaga mutunya. 4. Level Kognitif dalam Penyusunan Soal HOTS Anderson & Krathwohl (2001) mengklasifikasikan dimensi proses berpikir sebagai berikut. Tabel 6.2 Dimensi Proses Berpikir HOTS Mencipta • Mencipta ide/gagasan sendiri. • Kata kerja: mengkonstruksi, desain, kreasi, mengembangkan, menulis, menggabungkan, memformulasikan. Mengevaluasi • Mengambil keputusan tentang kualitas suatu informasi. • Kata kerja: evaluasi, menilai, menyanggah, memutuskan, memilih, mendukung, menduga, memprediksi. Menganalisis • Menspesifikasi aspek-aspek/elemen. • Kata kerja: mengurai, membandingkan, memeriksa, mengkritisi, menguji. LOTS Mengaplikasi • Menggunakan informasi pada domain berbeda • Kata kerja: menggunakan, mendemonstrasikan, mengilustrasikan, mengoperasikan. Memahami • Menjelaskan ide/konsep. • Kata kerja: menjelaskan, mengklasifikasi, menerima, melaporkan. Mengingat • Mengingat kembali fakta, konsep, dan prosedur. • Kata kerja: mengingat, mendaftar, mengulang, menirukan. Sumber: Anderson & Krathwohl (2001) Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa kata kerja operasional (KKO) yang sama namun berada pada ranah yang berbeda. Perbedaan penafsiran ini sering muncul ketika guru menentukan ranah KKO yang akan digunakan dalam penulisan indikator soal. Untuk meminimalkan permasalahan tersebut, Puspendik (2015) mengklasifikasikannya menjadi 3 level kognitif, yaitu: 1) level 1 (pengetahuan dan pemahaman), 2) level 2 (aplikasi), dan 3) level 3 (penalaran). Berikut dipaparkan secara singkat penjelasan untuk masing-masing level tersebut. 1. Level 1 (Pengetahuan dan Pemahaman) Level kognitif pengetahuan dan pemahaman mencakup dimensi proses berpikir mengetahui (C1) dan memahami (C2). Ciri-ciri soal pada level 1 adalah mengukur pengetahuan faktual, konsep, dan prosedural. Bisa jadi
83 soal-soal pada level 1 merupakan soal kategori sukar, karena untuk menjawab soal tersebut peserta didik harus dapat mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi, atau menyebutkan langkahlangkah (prosedur) melakukan sesuatu. Namun soal-soal pada level 1 bukanlah merupakan soal-soal HOTS. Contoh KKO yang sering digunakan adalah: menyebutkan, menjelaskan, mengenal, mengidentifikasi, menunjukkan, membedakan, dan lain-lain. Contoh Soal level 1 mata pelajaran PAI pada jenjang SMA/SMK: Rumusan Soal: 1. Perhatikan QS. Ali- Imran/3: 159 berikut! ِب ََلْنفَ ُّضْوا ِم ْن َحْوِل َكۖ فَا ْع ُف ْ قَل ْ ظا َغِلْي َظ ال ًّ ْو ُكْن َت فَ َولَ ُهْمۚ َر ْح َمٍة ِ م َن هّٰللاِ ِلْن َت لَ ِ َما ُهْم فَب َوا ْستَ ْغِف ْر لَ َعْن ُهْم ْمِرۚ َْلَ ِو ْر ُه ْم فِى ا َو ُم َشا ْ َو َّك ْل َعلَى هّٰللاِۗ اِ َّن هّٰللاَ يُ ِح ُّب ال كِلْي َن َز ْم َت فَتَ َو فَِاذَا َع ِ تَ Terjemah ayat yang bergaris bawah adalah…. A. Maka bertawakallah kepada Allah B. Mohonkanlah ampunan untuk mereka C. Mereka sekiranya engkau bersikap keras D. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. E. dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu Kunci Jawaban: E Penjelasan: Soal di atas termasuk level 1 karena hanya membutuhkan kemampuan mengingat atau menghafal ayat dan arti ayat yang ditampilkan. 2. Level 2 (Aplikasi) Soal-soal pada level kognitif aplikasi membutuhkan kemampuan yang lebih tinggi dari pada level pengetahuan dan pemahaman. Level kognitif aplikasi mencakup dimensi proses berpikir menerapkan atau mengaplikasikan (C3). Ciri-ciri soal pada level 2 adalah mengukur kemampuan: a) menggunakan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu pada konsep lain dalam mapel yang sama atau mapel lainnya; atau b) menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu untuk menyelesaikan masalah kontekstual (situasi lain). Peserta didik harus dapat mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi/konsep, atau menyebutkan langkah-langkah (prosedur) melakukan sesuatu untuk menjawab soal level 2. Selanjutnya pengetahuan tersebut digunakan pada konsep lain atau untuk menyelesaikan permasalahan kontekstual. Namun soal-soal pada level 2 bukanlah merupakan soal-soal HOTS. Contoh KKO yang sering digunakan adalah: menerapkan, menggunakan, menentukan,
84 memberi contoh, mengklasifikasi, mendeskripsikan, menghitung, membandingkan, menghubungkan, dan lain-lain. Contoh soal pada level 2 mata pelajaran PAI jenjang SMA/SMK: Rumusan Soal: Perhatikan narasi di bawah ini! Hakim menyerahkan uang temuannya kepada polisi. Guru menilai peserta didik dengan obyektif. Siti menerima gratifikasi dari rekan bisnis bersama Erik. Antin selalu bangun malam melaksanakan salat tahajud. Karim mengambil uang temannya sendiri. Dari narasi di atas, perilaku yang sesuai dengan Asmaul Husna al-Matiin dilakukan oleh adalah…. A. Hakim, Siti, dan Antin B. Hakim, Antin, dan Karim C. Hakim, Guru, dan Antin D. Antin, Siti, dan Erik E. Antin, Hakim, dan Erik Kunci Jawaban: C Penjelasan: Soal di atas termasuk level 2 karena untuk menjawab soal tersebut, peserta didik harus mampu mengingat teori dan konsep iman kepada Allah dan Asmaul Husna, selanjutnya dihubungkan dengan perilaku yang mencerminkan keimanan pada Allah dan Asmaul Husna tersebut. 3. Level 3 (Penalaran) Level penalaran merupakan level keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS), karena untuk menjawab soal-soal pada level 3 peserta didik harus mampu mengingat, memahami, dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural serta memiliki logika dan penalaran yang tinggi untuk memecahkan masalah-masalah kontekstual (situasi nyata yang tidak rutin). Level penalaran mencakup dimensi proses berpikir menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Pada dimensi proses berpikir menganalisis (C4) menuntut kemampuan peserta didik untuk menspesifikasi aspek-aspek/elemen, menguraikan, mengorganisir, membandingkan, dan menemukan makna tersirat. Pada dimensi proses berpikir mengevaluasi (C5) menuntut kemampuan peserta didik untuk menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan atau menyalahkan. Sedangkan pada dimensi proses berpikir mencipta (C6) menuntut kemampuan peserta didik untuk merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah. Soal-soal pada level penalaran
85 tidak selalu merupakan soal-soal sulit. Ciri-ciri soal pada level 3 adalah menuntut kemampuan menggunakan penalaran dan logika untuk mengambil keputusan (evaluasi), memprediksi & merefleksi, serta kemampuan menyusun strategi baru untuk memecahkan masalah kontesktual yang tidak rutin. Kemampuan menginterpretasi, mencari hubungan antar konsep, dan kemampuan mentransfer konsep satu ke konsep lain, merupakan kemampuan yang sangat penting untuk menyelesaiakan soal-soal level 3 (penalaran). Kata kerja operasional (KKO) yang sering digunakan antara lain: menemukan, menyimpulkan, menganalisis, merumuskan, mengorganisir, membandingkan, menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, merancang, merencanakan, memproduksi, memperbaharui, menyempurnakan, dan menggubah. Berikut disajikan contoh soal level 3 mata pelajaran PAI jenjang SMA/SMK. Fenomena sosial yang kini tengah mewabah di Indonesia adalah lahirnya trend-trend baru remaja. Trend ini bisa melalui idola mereka yang sangat beragam ataupun melalui film yang sedang up to date, diantaranya adalah fashion yang merupakan implementasi dari dinamika kebudayaan. Dari narasi tersebut, hal yang bisa diprediksi ketika terjadinya pertentangan antara trend fashion dan syariat Islam dalam berpakaian adalah .… A. Hilangnya identitas dan martabat kemanusiaan B. Menurunnya image para remaja di mata publik C. Perubahan budaya Timur menjadi budaya Barat D. Menurunnya daya berpikir kritis peserta didik dalam berpakaian E. Melupakan pakaian tradisional sebagai ciri khas bangsa Kunci Jawaban: D Penjelasan: Soal di atas termasuk level 3 (penalaran) karena untuk menjawab soal tersebut, peserta didik harus mampu mengingat dan memahami materi faktual, konseptual, dan prosedural tentang adab berpakaian dalam Islam, serta mampu menggunakannnya dalam trend berpakaian. Selanjutnya, dengan melakukan analisis terhadap situasi (stimulus) yang diberikan peserta didik mampu memprediksi ketika terjadinya pertentangan antara trend fashion dan adab berpakaian menurut syariat Islam. 5. Soal HOTS dan Tingkat Kesulitan Soal Banyak yang salah menafsirkan bahwa soal HOTS adalah soal yang sulit. Soal sulit belum tentu soal HOTS, demikian pula sebaliknya ‘Difficulty’ is NOT the same as the higher order thinking.” kalimat sederhana ini bermakna bahwa soal yang sulit tidaklah sama dengan soal HOTS. Kenyataannya, baik
86 soal LOTS maupun HOTS, keduanya memiliki rentang tingkat kesulitan yang sama dari yang mudah, sedang dan sulit. Dengan kata lain, ada soal LOTS yang mudah dan ada juga soal HOTS yang mudah, demikian juga dengan tingkat kesulitan yang tinggi ada juga pada soal LOTS. Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk higher order thinking skills. Sebaliknya sebuah soal yang meminta peserta didik untuk menganalisa dengan melakukan pengelompokan benda berdasarkan ciri fisik bukan merupakan soal yang sulit untuk dijawab oleh peserta didik. Tingkat kesukaran (mudah v.s sukar) dan dimensi proses berpikir (berpikir tingat rendah vs berpikir tingkat tinggi) merupakan dua hal yang berbeda. Kesalahpahaman interpretasi kalau LOTS itu mudah dan HOTS itu sulit dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Implikasi dari kesalahpahaman ini adalah guru menjadi enggan memberikan atau mebiasakan peserta didiknya untuk berpikir tingkat tinggi hanya karena peserta didiknya tidak siap, dan hanya menerapkan pembelajaran LOTS dan tugas yang bersifat drill saja. 6. Peran Soal HOTS dalam Penilaian Hasil Belajar Peran soal HOTS dalam penilaian hasil belajar peserta didik difokuskan pada aspek pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan KD pada KI-3 dan KI-4. Soal-Soal HOTS bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pada penilaian hasil belajar, guru mengujikan butir soal HOTS secara proporsional. Berikut peran soal HOTS dalam penilaian hasil belajar. 1. Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyongsong abad ke-21 Penilaian hasil belajar pada aspek pengetahuan yang dilaksanakan oleh sekolah diharapkan dapat membekali peserta didik untuk memiliki sejumlah kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21. Secara garis besar, terdapat 3 kelompok kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke21 (21st century skills) yaitu: a) memiliki karakter yang baik (religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas); b) memiliki kemampuan 4C (critical thinking, creativity, collaboration, dan communication); serta c) menguasai literasi mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Penyajian soal-soal HOTS dalam penilaian hasil belajar dapat melatih peserta didik untuk mengasah kemampuan dan keterampilannya sesuai dengan tuntutan kompetensi abad ke-21 di atas. Melalui penilaian berbasis pada soal-soal HOTS, keterampilan berpikir kritis (critical thinking), kreativitas (creativity) dan rasa percaya diri (learning self reliance), akan dibangun melalui kegiatan latihan menyelesaikan
87 berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari (problemsolving). 2. Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah Soal-soal HOTS hendaknya dikembangkan secara kreatif oleh guru sesuai dengan situasi dan kondisi di daerahnya masing-masing. Kreativitas guru dalam hal pemilihan stimulus yang berbasis permasalahan daerah di lingkungan satuan pendidikan sangat penting. Berbagai permasalahan yang terjadi di daerah tersebut dapat diangkat sebagai stimulus kontekstual. Dengan demikian stimulus yang dipilih oleh guru dalam soal-soal HOTS menjadi sangat menarik karena dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh peserta didik. Di samping itu, penyajian soal-soal HOTS dalam penilaian hasil belajar dapat meningkatkan rasa memiliki dan cinta terhadap potensi-potensi yang ada di daerahnya. Sehingga peserta didik merasa terpanggil untuk ikut ambil bagian dalam memecahkan berbagai permasalahan yang timbul di daerahnya. 3. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik Pendidikan formal di sekolah hendaknya dapat menjawab tantangan di masyarakat sehari-hari. Ilmu pengetahuan yang dipelajari di dalam kelashendaknya terkait langsung dengan pemecahan masalah di masyarakat. Dengan demikian peserta didik merasakan bahwa materi pelajaran yang diperoleh di dalam kelas berguna dan dapat dijadikan bekal untuk terjun di masyarakat. Tantangan-tantangan yang terjadi di masyarakat dapat dijadikan stimulus kontekstual dan menarik dalam penyusunan soal-soal penilaian hasil belajar, sehingga munculnya soalsoal berbasis soal-soal HOTS, diharapkan dapat menambah motivasi belajar peserta didik. 4. Meningkatkan mutu dan akuntabilitas penilaian hasil belajar Instrumen penilaian dikatakan baik apabila dapat memberikan informasi yang akurat terhadap kemampuan peserta tes. Penggunaan soal-soal HOTS dapat meningkatkan kemampuan ketrampilan berpikir anak. Akuntabilitas pelaksanaan penilaian hasil belajar oleh guru dan sekolah menjadi sangat penting dalam rangka menjaga kepercayaan masyarakat kepada sekolah. Pada Kurikulum 2013 sebagian besar tuntutan KD ada pada level 3 (menganalisis, mengevaluasi, atau mencipta). Soal-soal HOTS dapat menggambarkan kemampuan peserta didik sesuai dengan tuntutan KD. Kemampuan soal-soal HOTS untuk mengukur keterampilan berpikir tigkat tinggi, dapat meningkatkan mutu penilaian hasil belajar. 7. Langkah-langkah Penyusunan Soal HOTS
88 Untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan. Berikut dipaparkan langkahlangkah penyusunan soal-soal HOTS pada mata pelajaran PAI. 1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS Terlebih dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS. Tidak semua KD dapat dibuatkan model-model soal HOTS. Pilihlah KD yang memuat KKO yang pada ranah C4, C5, atau C6. Guruguru secara mandiri atau melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS. 2. Merumuskan Spesifikasi Stimulus yang Menarik dan Kontekstual Stimulus yang digunakan harus menarik, artinya stimulus harus dapat mendorong siswa untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah dibaca oleh siswa, atau isu-isu yang sedang mengemuka. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, mendorong siswa untuk membaca. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menyusun stimulus soal HOTS: (1) pilihlah beberapa informasi dapat berupa gambar, grafik, tabel, atau wacana yang memiliki keterkaitan dalam sebuah kasus; (2) stimulus hendaknya menuntut kemampuan menginterpretasi, mencari hubungan, menganalisis, menyimpulkan, atau menciptakan; (3) pilihlah kasus/permasalahan konstekstual dan menarik (terkini) yang memotivasi siswa untuk membaca (pengecualian untuk mapel Bahasa, Sejarah boleh tidak kontekstual); dan (4) terkait langsung dengan pertanyaan (pokok soal), dan berfungsi. Berikut contoh spesifikasi stimulus penyusunan soal HOTS. Tabel 6.3: Format spesifikasi stimulus soal HOTS
89 3. Menyusun kisi-kisi soal Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru menulis butir soal HOTS. Kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu guru dalam: (a) menentukan kemampuan minimal tuntutan KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b) memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif. Berikut contoh kisi-kisi soal HOTS. Tabel 6.4: Format kisi-kisi soal HOTS 4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS. Kaidah penulisan butir soal HOTS, pada dasarnya hampir sama dengan kaidah penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi (harus disesuaikan dengan karakteristik soal HOTS di atas), sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai format berikut: Tabel 6.5: Format Kartu Soal HOTS
90 5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban Setiap butir soal HOTS yang ditulis harus dilengkapi dengan pedoman penskoran atau kunci jawaban. Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian. Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, dan isian singkat. 8. Contoh Soal HOTS pada Mata Pelajaran PAI a. Contoh Soal HOTS aspek al-Qur’an dan Hadits jenjang SMA Perhatikan QS. Luqman/31: 13 berikut ini! ٌم ٌم َع ِظْي ْ ِا هّٰللِۗاِ َّن ال ِ ش ْر َك لَ ُظل َّي ََل تُ ْشِر ْك ب َو ُهَو يَ ِع ُظٗه ٰيبُنَ ٰم ُن َِلْبنِ ٖه قْ ُ قَا َل ل َواِذْ Isi kandungan ayat tersebut di atas adalah.... A. perintah orangtua kepada anaknya harus dikerjakan B. pentingnya anak mendengarkan perintah orang tua C. pentingnya orang tua memberi nasihat kepada anaknya D. orangtua dan anak harus saling menasihati dalam kebenaran E. anak yang durhaka kepada orangtuanya tidak perlu dinasihati Kunci Jawaban: C b. Contoh Soal HOTS aspek Aqidah jenjang SMA Manusia tidak mampu terbang laksana burung, tumbuh-tumbuhan berkembang subur, lalu layu dan kering. Rumput-rumput subur bila selalu disiram, dan sebaliknya bila dibiarkan tanpa pemeliharaan akan
91 mati, semua contoh tersebut adalah ketentuan Allah Swt., dan itulah yang disebut takdir. Di bawah ini yang termasuk tanda-tanda beriman kepada qadha dan qadar Allah SWT adalah.... A. Bergembira karena do’anya dikabulkan B. Menerima apa yang terjadi tanpa berusaha C. Bertawakal kepada Allah setelah berusaha D. Pesimis karena terus menerus mengalami kegagalan E. Bersyukur kepada Allah karena tidak lulus ujian Kunci Jawaban: C c. Contoh Soal HOTS aspek Aqidah jenjang SMA Simaklah pernyataan berikut ini! (1) Dapat menciptakan keturunan yang baik, bersih dan suci (2) Kehidupan masyarakat terbebas dari fitnah dan laknat Allah SWT (3) Melemahnya ketahanan iman (4) Jiwa dan raga tetap bersih (5) Terhindar dari penyakit kelamin (6) Terjangkitnya penyakit kelamin/HIV/AIDS (7) Terpengaruh aib yang memalukan keluarga Yang termasuk manfaat dan hikmah menjauhi pergaulan bebas dan larangan perbuatan zina ditunjukkan oleh nomor .... A. (1), (2), (4) dan (5) B. (1), (3), (4) dan (6) C. (2), (3), (5) dan (6) D. (2), (4), (5) dan (7) E. (2), (4), (6) dan (7) Kunci Jawaban: A d. Contoh Soal HOTS aspek Fiqh jenjang SMA Di era digital dan kemajuan teknologi seseorang tidak perlu lagi pergi ke sebuah toko untuk membeli kebutuhan sehari-hari, karena segala macam kebutuhan dapat dibeli hanya dengan menekan jari di ponsel. Berdasarkan ilustrasi tersebut, transaksi jual beli online berikut yang tidak sesuai dengan syariat Islam adalah .... A. menentukan harga jual barang lebih tinggi dari penjual lainnya B. menentukan metode pembayaran hanya dengan cara transfer antar bank C. menuliskan keterangan sesuai dengan deskripsi produk yang ditawarkan dengan lengkap D. menampilkan gambar barang yang tidak sama dengan produk yang sebenarnya.
92 E. mengirimkan barang pesanan pembeli lebih lambat dari estimasi yang dijanjikan Kunci Jawaban: D e. Contoh Soal HOTS aspek SPI jenjang SMA Selain masjid Aya Sophia di Turki dan masjid-masjid hebat lainnya, Islam juga meninggalkan peninggalan lainnya seperti jembatan dan kanal di Spanyol, sistem pengairan bawah tanah di negara Arab, taman-taman kota di Cordoba. Memperhatikan narasi di atas, diantara faktor-faktor yang menyebabkan kemajuan Islam di dunia adalah .... A. Kebudayaan dan Sistem Pendidikan B. Sistem Pendidikan dan Arsitektur C. Kebudayaan dan intelektual D. Kebudayaan dan Arsitektur E. Intelektual dan Arsitektur Kunci Jawaban: D 9. Contoh soal HOTS dan bukan HOTS a. Soal HOTS dan Tidak HOTS Pilihan Ganda pada SMA KD 3.7 : Menganalisis dan mengevaluasi ketentuan waris dalam Islam. Materi : Ketentuan waris dalam Islam Kelas : XII Indikator Soal: Disajikan data/tabel ahli waris, peserta didik dapat menentukan bagian ahli waris menurut Islam dengan benar. Rumusan Soal PG: HOTS Perhatikan tabel kelompok ahli waris berikut! No. Ahli Waris Laki-Laki No. Ahli Waris Perempuan 1. Anak laki-laki 1. Anak Perempuan 2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki 2. Cucu perempuan dari anak lakilaki 3. Bapak 3. Ibu 4. Kakek dari bapak 4. Nenek dari ibu 5. Saudara laki-laki sekandung 5. Nenek dari bapak 6. Saudara laki-laki sebapak 6. Saudara perempuan sekandung 7. Saudara laki-laki seibu 7. Saudara perempuan sebapak 8. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung 8. Saudara perempuan seibu 9. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak 9. Istri 10. Paman yang sekandung dengan 10. Wanita yang memerdekakan si
93 No. Ahli Waris Laki-Laki No. Ahli Waris Perempuan bapak pewaris 11. Paman yang sebapak dengan bapak 12. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak 13. Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak 14. Suami 15. Laki-laki yang memerdekakan si pewaris Berdasarkan tabel tersebut, jika kelompok ahli waris laki-laki dan kelompok ahli waris perempuan ada semua, maka ahli waris yang berhak menerima bagian warisan hanya 5 (lima) orang, yaitu .... A. Anak laki-laki, anak perempuan, suami, bapak, dan ibu B. Anak laki-laki, anak perempuan, istri, bapak, dan ibu C. Anak laki-laki, anak perempuan, suami, istri, dan bapak D. Anak laki-laki, anak perempuan, suami atau istri, bapak, dan ibu E. Anak laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, dan ibu Kunci Jawaban: D Rumusan Soal PG: TIDAK HOTS Seorang suami meninggal dunia. Ahli waris yang ditinggalkan terdiri dari seorang istri, ibu, nenek, 1 orang anak laki-laki, dan 2 orang anak perempuan. Berdasarkan data tersebut, ahli waris yang memperoleh bagian 1/8 adalah .... A. Istri B. Ibu C. Nenek D. Anak laki-laki E. Anak perempuan Kunci Jawaban: A b. Soal HOTS dan Tidak HOTS Uraian pada SMA KD 3.7 : Menganalisis dan mengevaluasi ketentuan waris dalam Islam. Materi : Ketentuan waris dalam Islam Kelas : XII Indikator Soal: Disajikan deskripsi data pembagian warisan, peserta didik dapat menentukan bagian ahli waris menurut Islam dengan benar. Rumusan Soal URAIAN: HOTS
94 Pak H. Ahmad meninggal dunia dan meninggalkan harta warisan sebesar Rp 28.000.000. Ahli warisnya terdiri dari ibu, bapak, istri, 1 anak laki laki, 2 anak perempuan, dan nenek. Pak H. Ahmad memiliki hutang Rp 2.000.000,-, biaya selama perawatan sakit Rp 1.500.000,- dan meninggalkan wasiat Rp 500.000,-. Berdasarkan data tersebut, berapa bagian ahli waris masing-masing? Kunci Jawaban dan Pedoman Pesskoran: Nomor Soal Kunci Jawaban Skor Harta peninggalan Rp28.000.000,- Biaya-biaya 1. Hutang Rp2.000.000,- 2. Perawatan sakit Rp1.500.000,- 3. Wasiat Rp500.000,- Rp4.000.000,- Harta waris = Rp28.000.000 – Rp4.000.000 = Rp 24.000.000,- Ahli waris 1. Ibu 1/6 2. Bapak 1/6 3. Istri 1/8 4. Anak laki-laki (1) + anak perempuan (2)= ashabah 5. Nenek (tidak dapat waris karena terhalang oleh ibu) KPK 24 Ibu 1/6 = 4/24 x Rp24.000.000,- = Rp4.000.000,- Bapak 1/6 = 4/24 x Rp24.000.000,- = Rp4.000.000,- Istri 1/8 = 3/24 x Rp24.000.000,- = Rp3.000.000,- Rp11.000.000,- 1 Anak laki-laki (1x2) + 2 anak perempuan (2x1) = Rp24.000.000 -Rp11.000.000= Rp13.000.000 (4 bagian) 1 anak laki-laki = 2/4 x Rp13.000.000,- = Rp6.500.000,- 1 anak perempuan = 1/4 x Rp13.000.000,- = Rp3.250.000,- 0,5 0,5 1 1 1 1 0.5 0,5 0,5 0,5 1 1 1 Jumlah Skor 10 Rumusan Soal URAIAN: TIDAK HOTS Pak H. Abdullah meninggal dunia. Ia meninggalkan sejumlah harta warisan sebesar Rp 96.000.000,00. Sementara ahli waris terdiri dari seorang istri dan seorang anak laki-laki. Berdasarkan data tersebut, hitunglah berapa bagian warisan istri!
95 Kunci Jawaban: Nomor Soal Kunci Jawaban Skor Harta Peninggalan : Rp 96.000.000 Bagian ahli waris: Istri : 1/8 Anak laki-laki : Ashobah (sisa) Istri : 1/8 x Rp 96.000.000 = Rp 12.000.000 1 anak lk2 (sisa/ashobah) = Rp 84.000.000 1,5 1,5 1 1 Jumlah Skor 5 10.Contoh Soal HOTS Berbasis Literasi dan Numerasi a. Jenjang SD Contoh Soal AKM literasi numerasi bermuatan PAI Berdasarkan jadwal imsakiyah dan waktu adzan di atas, yang termasuk ke dalam shalat fardu adalah .... A. Zuhur, Asar, Magrib, Imsak dan Subuh B. Imsak, Subuh, Zuhur, Asar, dan Magrib C. Subuh, Duha, Zuhur, Asar, dan Magrib D. Subuh, Zuhur, Asar, Magrib dan Isya Pernyataan berikut yang sesuai dengan jadwal imsakiyah dan waktu adzan di atas adalah .... A. Dari masuk waktu subuh, Hasan harus menunggu 1 jam 33 menit untuk masuk ke waktu shalat duha.
96 B. Hasan harus menunggu 10 menit dari waktu imsak untuk melaksanakan shalat subuh tepat waktu C. Dari waktu Magrib, Hasan memiliki waktu 1 jam 7 menit untuk melaksanakan shalat Isya tepat waktu D. Dari waktu Asar, Hasan memiliki waktu 2 jam 29 menit untuk berbuka puasa b. Jenjang SMP Soal Literasi BERIMAN KEPADA MALAIKAT Para malaikat merupakan makhuk yang berbeda dengan kita. Mereka makhluk gaib yang diciptakan dari cahaya oleh Allah Swt. Mereka memiliki sifat sangat taat dalam menjalankan perintah-Nya dan tidak pernah ingkar sedikit pun. Mereka adalah hamba-hamba Allah Swt. yang mulia. Mereka sangat senang dan cinta kepada manusia yang berbuat mulia. Sama halnya dengan manusia malaikat juga termasuk makhluk Allah Swt. Mahasuci Allah yang telah menciptakan makhluk dengan berbagai macam bentuk dan keadaan. Meskipun tidak pernah berjumpa dengan malaikat, kita harus percaya akan keberadaannya. Iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang kedua. Malaikat diciptakan dari nur Ilahi (cahaya Allah). Malaikat diciptakan oleh Allah Swt. sebagai utusanNya untuk mengurusi berbagai urusan. Sifat-sifat dan perilaku malaikat antara lain: 1. Selalu patuh kepada Allah Swt. dan tidak pernah berbuat maksiat kepada-Nya. 2. Malaikat dapat berubah wujud sesuai kehendak Allah. Kadang-kadang Jibril datang kepada Nabi Muhammad saw. menyamar seperti sahabat yang bernama Dihyah al-Kalbi, terkadang seperti sahabat dari Arab Badui. 3. Malaikat tidak makan dan tidak minum. 4. Malaikat tidak memiliki jenis kelamin. 5. Malaikat tidak pernah letih dan tidak pula berhenti beribadah kepada Allah Swt. 6. Malaikat senang mencari dan mengelilingi majelis dzikir. 7. Malaikat berdoa bagi hamba yang duduk menunggu shalat berjamaah. Pertanyaan 1: BERIMAN KEPADA MALAIKAT Paparan di atas menjelaskan tentang apa? A. Penciptaan malaikat B. Sifat –sifat dan perilaku malaikat C. Persamaan antara manusia dan malaikat D. Jumlah malaikat ciptaan Allah
97 Soal Numerasi GAMBARAN PERILAKU REMAJA TERHADAP KEBIASAAN MENGONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL Sebuah penelitian yang dilakukan di Desa Sapa Lingkungan II Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan. Populasi pada penelitian ini adalah para remaja berusia 15-20 tahun (kriteria berdasarkan WHO) di Desa Sapa Lingkungan II Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan, sedangkan sampel pada penelitian ini adalah semua remaja berusia 15-20 tahun yang ada di Desa Sapa Lingkungan II berjumlah 93 orang. Diantara hasilnya dalah sebagai berikut: Apakah anda mengkonsumsi minuman beralkohol? Tindakan responden N % Ya 71 76,3 Tidak 22 23,7 Jumlah 93 100 Pernah merasa sakit setelah mengkonsumsi minuman beralkohol? Jawaban N % Ya pernah 49 69 Tidak pernah 22 31 Jumlah 71 100 Pada situasi seperti apa anda merasa memerlukan minuman beralkohol? Situasi yang membutuhkan minuman beralkohol N % Sendirian 9 12,7 Kumpul Bersama teman 40 56,3 Saat frustrasi/stress 10 14,1 Acara/syukuran 12 16,9 Jumlah 71 100 Bagaimana cara memperoleh minuman beralkohol? Memperoleh minuman beralkohol N % Beli di warung 51 72,8
98 Di beri teman 12 16,9 Memalak orang 5 7,5 Diberi orang tua 2 2,8 Jumlah 71 100 Pertanyaan 1: GAMBARAN PERILAKU REMAJA TERHADAP KEBIASAAN MENGONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terkait dengan jumlah remaja yang sudah mengonsumsi minuman beralkohol maka pernyataan berikut yang benar adalah… A. Sebagian besar remaja belum pernah mengonsumsi minuman beralkohol B. Remaja yang sudah pernah mengonsumsi minuman beralkohol lebih besar dari pada yang belum pernah minum C. Remaja secara umum tidak menyukai minuman beralkohol D. Hanya sebagian kecil saja remaja yang suka mengonsumsi minuman beralkohol. Pertanyaan 2 : GAMBARAN PERILAKU REMAJA TERHADAP KEBIASAAN MENGONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL Berdasarkan hasil penelitian tersebut, tentukan kebenaran pernyataan berikut! No Pernyataan Benar Salah 1. Situasi yang menjadikan remaja membutuhkan minuman beralkohol adalah saat berkumpul dengan teman 2. Sebagian besar remaja memperoleh minuman beralkohol dari pemberian teman 3. Sebagian besar remaja yang pernah minum minuman beralkohol merasakan sakit setelahnya 4. Remaja sangan jarang diberi minuman beralkohol oleh orang tua c. Jenjang SMA/SMK Soal Literasi
99 Amirul Mukminin Umar bin Khattab dikenal sebagai pemimpin yang kerap memperhatikan rakyatnya. Ia kerap blusukan untuk melihat sekaligus memperhatikan kehidupan rakyatnya. Jika melihat ada yang membutuhkan ia tidak sungkan untuk memberikan bantuan langsung. Suatu hari saat sedang blusukan, khalifah bertemu pemuda yang sedang menggembalakan kambingnya. Saat itu pemuda tersebut tengah sibuk menghalau kambingnya menuju ke kandang karena hari sudah hampir gelap. Amirul Mukminin pun mendekati pemuda tersebut. Ia ingin mengujinya, lalu berkata, “Sungguh banyak kambing yang kamu pelihara dan gemuk-gemuk pula keadaannya. Maukah kamu menjualnya satu kepadaku” Pemuda yang tidak mengenali lawan bicaranya tersebut menjawab, “Kambing-kambing ini bukanlah milik saya, tetapi milik majikan saya. Saya hanyalah seorang hamba dan pengembala yang mengambil upah saja” Amirul Mukminin pun berusaha terus merayu pemuda tersebut, “Saya pikir tidak mengapa kamu menjual seekor saja. Kamu akan mendapat uang yang banyak, dan jika majikanmu bertanya bilang saja kambing tersebut dimakan oleh serigala” “Tidak akan saya jual apa pun alasannya. Karena kambing-kambing ini amanah bagi saya” Lalu Amirul Mukminin kembali bertanya, “Siapakah majikanmu dan di manakah tempat tinggalnya?” Pemuda tersebut menjawab, “Si fulan, majikanku tinggal di balik atas bukit di ujung sana” Amirul Mukminin terus berusaha membujuk penggembala tersebut supaya menjual seekor dari kambing-kambingnya, “Jika kamu menjual kambing itu, maka majikan kamu tidak akan melihatnya dan tidak akan ada yang melaporkan karena tidak ada siapa pun yang melihat” Rayuan-rayuan tersebut tidak menggoyahkan pemuda penggembala. Sebaliknya ia tetap tegar dan menjawab,
100 “Memanglah majikan saya tidak dapat melihat, tetapi ada yang dapat melihatnya yaitu Allah swt dan saya sangat takut kepada Allah” jawab pemuda penggembala itu tegas. Mendengar itu Umar tersenyum puas. 1. Si penggembala kambing tidak akan menjual kambingnya kepada Umar bin Khatab, hal ini dikarenakan…. A. Umar sangat membenci si Penggembala itu B. Keimanan si Penggemabala kambing sangat kuat C. Allah maha melihat kepada seluruh perilaku hambanya D. Pengembala kambing tidak ingin mendapatkan keuntungan E. Umar akan merampas kambing-kambing tersebut untuk menjadi miliknya 2. Si penggembala tidak mau menjual kambingnya karena…. 3. Mengapa si penggembala tidak mau menjual, apa kerugiannya kalua ia menjual kambing tersebut? Soal Numerasi Ada satu kisah istimewa yang terjadi di Insantama Market Day (IMD) kali ini, sebagaimana dituturkan Ibu Evi, salah satu orang tua SDIT Insantama. Kisah ini tentang seorang anak bernama Andra, siswa kelas 3B. Ia terlihat menangis di koridor depan. Ketika ditanya, ternyata ia menangis karena lupa mengembalikan uang kembalian Rp 500,- kepada seorang ibu yang membeli makanan di stand jualannya. Andra pun terus mencari-cari ibu tersebut sambil bertanya kesanakemari. Berharap masih bertemu dengan ibut tersebut. Namun sayang, ia tidak bertemu dengan orang tersebut. “kayanya mungkin orangnya juga sudah lupa” ujar Bu Evi. Maka sejadi-jadinya Andra menangis karena takut berdosa lupa mengembalikan uang. Bagi Ummi Libby, salah satu orang tua yang ikut acara ini pun takjub. “Acara ini bagus dalam mengajarkan kejujuran, sampai-sampai anak pun sudah takut berdosa. Ini berarti nilai-nilai yang selama ini diajarkan tentang berdagang yang jujur sudah dapat dipahami dan teraplikasi sangat baik oleh anak-anak”, begitu tuturnya. Begitu pula Ibu Ela Ummi Farah yang ikut menyaksikan kejadian ini berkomentar “Saya mendengar langsung Ananda Andra menangis karena ingin mengembalikan uang sekedar Rp. 500,-. Ananda Andra