The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by yuliatri.ii, 2022-07-03 08:19:59

BUKU KERJA PRAKTEK MAHASISWA

E-BOOK

Keywords: BAHAN AJAR PRAKTIKUM

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

Pertemuan Ke :1

a. Minggu Ke :1
b. Pokok Bahasan : 2.1. Pembentukan Biji dan Buah
c. Sub Pokok Bahasan : 2.2.1. Identifikasi bunga, biji, dan

d. Durasi Waktu buah
e. Dosen : 100 menit
f. Lokasi Pelaksanaan : Ir. Rita Erlinda, M.P.
g. Capaian Pembelajaran : Laboratorium Jurusan Kebun
: Mampu melakukan identifikasi
Kegiatan Pembelajaran
bunga, biji, dan buah
: Praktek Laboratorium

I. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan identifikasi bunga dan buah serta

biji dan melakukan seleksi terhadap buah dan biji tanaman perkebunan

II. T E O R I
Identifikasi adalah mengamati atau mencatat cirri-ciri spesifik yang ada pada

satu bagian tanaman, baik bunga, buah, biji ataupun tanaman secara keseluruhan. Hal
ini perlu untuk membedakan yang satu dengan yang lainnya atau membedakan jenis
yang baik dengan yang buruk.

Bunga adalah suatu cabang tanaman yang tumbuhnya terbatas , beruas pendek
dan daunnya telah mengalami perubahan bentuk menjadi kelopak (calyx), tajuk
(corolla), benang sari (stamen) dan putik (pistillum) yang tersusun secara melingkar,
rapat sehingga nampak seperti bertumpuk pada sebuah buku (nodus)

Bunga dapat terletak di ujung batang atau cabang dan di ketiak daun yang
letaknya sama dengan tempat tunas yang akan tumbuh menjadi cabang. Bunga
disebut juga bunga sempurna apabila dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan
(benang sari /stamen), alat kelamin betina (putik/pistilum), tajuk (mahkota/corolla),

1

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

dan kelopak (calyx). Bunga sempurna ini disebut juga dengan bunga lengkap
(completus) atau bunga berkelamin dua (hermaphroditus). Namun adakalanya bunga
hanya mempunyai satu alat kelamin saja, seperti benang sari atau putik saja yang
dikenal dengan bunga tak lengkap (incompletus). Dari bunga tak lengkap ini dikenal
bunga jantan (masculus) dan bunga betina (femineus). Bunga jantan (masculus)
hanya mempunyai benang sari (stamen) dan tidak mempunyai putik (pistilum)
sehingga tidak dapat tumbuh menjadi buah. Sedangkan bunga betina (femineus)
hanya mempunyai putik (pistilum) tetapi tidak mempunyai benang sari. Akan tetapi
bunga betina dapat tumbuh memjadi buah bila mengalami penyerbukan dengan
serbuk sari bunga jantan dari tanaman lain yang sejenis.

Buah (fructus) adalah ovary matang yang terdapat pada bunga setelah melalui
proses penyerbukan dan pembuahan. Sedangkan biji (semen) adalah ovule yang telah
matang.

Bakal buah (avarium) yang telah dibuahi (fertilisasi) dan matang disebut
dengan buah. Buah memiliki bagian-bagian yang disebut dengan (i) pericarp (kulit
buah), (ii) seed (biji). Biji dilindungi di dalam bauh. Pericarp : setelah buah matang,
maka ovarium berubah menjadi pericarp. Pericarp dibedakan menjadi 3 lapisan yaitu:

✓ Epicarp : merupakan lapisan luar yang disebut dengan kulit buah.
✓ Mesocarp : merupakan lapisan tengah.
✓ Endocarp : merupakan lapisan pailing dalam.

Buah sejati merupakan buah yang berkembang dari bakal buah. Buah seperti
ini ditemukan pada buah mangga dan kelapa (Cocos nucifera), alpukat (Persea
americana). Buah palsu (pseudocarp) dalam bebarapa buah, letak bakal buah
strukturnya mirip dengan bunga seperti pada thalamus, inflorescence, calyx
merupakan modifikasi dari sebagian buah. Buah seperti ini disebut dengan buah palsu

2

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

seperti pada buah apple, strawberry, pear. Buah dikelompokkan menjadi 3 kelompok
yaitu:

✓ Buah sederhana
✓ Bauah aggregate
✓ Buah majemuk
Pada biji yang masih sangat muda dan sedang tumbuh terdiri atas 3 bagian,
yaitu : 1) embryo, 2) kulit biji (seed coat) dan 3) endosperm. Sedangkan pada biji
yang matang selalu terdiri dari paling kurang 2 bagian, yaitu : 1) embryo dan 2) kulit
biji (seed coat). Kulit biji berasal dari satu atau lebih integument. Sedangkan
embryo terbentuk dari kulit biji yang telah dibuahi (Zygot). Endosperm merupakan
jaringan penyimpan makanan cadangan (storage tissue) yang diserap oleh Embryo
sebelum dan (atau) selama proses perkecambahan biji.
Seleksi merupakan kebijksanaan pemulia dalam mendapatkan jenis unggul
(yang dikehendaki konsumen) dengan cara memilih generasi tanaman berikutnya
yang dianggap baik. Secara garis besar, seleksi dibagi atas 2 bagian, yakni seleksi
alam dan seleksi buatan.
Seleksi alam akan terjadi dengan sendirinya di alam, dimana jenis-jenis yang
kurang baik akan musnah sedangkan jenis-jenis yang baik akan bertahan terus.
Seleksi buatan adalah suatu tindakan memilih individu-individu tanaman (buah, biji,
klon) yang direncanakan menurut kehendak penyeleksi untuk mendapatkan jenis-
jenis yang paling baik dari populasi yang tercampur, dimana setiap individu tanaman
memiliki karakter yang berbeda-beda. Kriteria seleksi biji tergantung dari jenis
tanaman yang diseleksi, yang biasanya merupakan hasil identifikasi yang dianggap
paling baik pada saat itu. Tetapi biasanya biji diseleksi berdasarkan :
a. Berat biji
b. Warna biji
c. Kepadatan isi (bernas)
d. Bentuk biji

3

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

III. ORGANISASI
a. Mahasiswa dibagi atas beberapa kelompok
b. Tiap kelompok terdiri dari 5 – 8 orang
c. Tiap mahasiswa bekerja sama dalam kelompoknya

IV. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain : Kaca pembesar (lup),

pisau, staples dan isi, penggaris dan alat tulis, nampan plastik, kantong plastic ukuran
½ kg, seed bed, kertas HVS dan kertas label.

Bahan-bahan yang digunakan antara lain bunga kelapa sawit, bunga kopi dan
kakao, buah/biji tanaman perkebunan (Kakao, Kopi, Karet), pasir, abu dapur.

V. PELAKSANAAN PRAKTEK
1. Setiap mahasiswa dalam kelompoknya mengamati atau melakukan identifikasi
terhadap bunga, buah dan biji tanaman perkebunan yang sudah ditentukan.
2. Setelah diidentifikasi, kemudian dilakukan seleksi terhadap buah/biji tanaman
tertentu yang dilakukan berdasarkan kriteria secara manual yaitu dengan
memilih/memisahkan biji yang memenuhi syarat dan yang tidak memenuhi
syarat.
3. Hasil seleksi (biji terseleksi) dan biji afkir kemudian dimasukan ke dalam
kantong plastik dan diberi label
4. Sedangkan biji yang tidak mempunyai masa dormansi langsung disemai pada
seed bed pada media pasir
5. Beri label dan tulis nama biji, tanggal seleksi/penanaman dan nama penyeleksi
(Grup)

4

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

Syarat-syarat benih yang baik :
1. Kopi

 Buah masak sempurna
 Tidak hampa
 Bebas serangan hama dan penyakit (bebas hama bubuk buah)
 Ukuran normal
 Kulit tanduk tidak rusak
 Bebas benih lanang
2. Kakao
 Bentuk normal
 Masak
 Tidak pecah
 Ukuran sedang/rata-rata
 Biji padat berisi
 Kulit ari utuh
 Bebas serangan hama dan penyakit
 Yang baik 2/3 bagian tengah
3. Karet
 Daya lenting tinggi
 Biji mengkilat
 Tidak hampa
 Lembaga segar
 Endosperm putih
 Berbau segar
 Tidak terserang hama penyakit

5

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

4. Kapas
 Ukuran sedang
 Tidak pecah
 Padat berisi
 Tidak keriput
 Bebas serangan hama penyakit

5. Tembakau
 Bersih
 Bebas biji hampa
 Padat berisi (bernas)
 Biji mengkilat
 Bebas serangan hama dan penyakit

6. Teh
 Bebas serangan hama dan penyakit
 Tidak busuk
 Tidak hampa

7. Kelapa sawit
 Bersih
 Ukuran normal
 Bebas dari serangan hama dan penyakit

VI. TUGAS
1. Lakukan pengamatan setiap hari terhadap benih yang ditanam pada seed bed

sampai minggu kedua setelah tanam.
2. Hitung persentase tumbuh dan amati pertumbuhannya untuk pembuatan laporan.

6

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

Pertemuan Ke :3

a. Minggu Ke :5
b. Pokok Bahasan
c. Sub Pokok Bahasan : 4.1. Pemasakan Biji/Buah
: 4.1.1. Penentuan Kandungan air
d. Durasi Waktu
e. Dosen biji/benih
f. Lokasi Pelaksanaan
g. Capaian Pembelajaran : 100 menit
: Ir. Noveri, M.P.
Kegiatan Pembelajaran : Laboratorium Jurusan Kebun

: Mampu mengukur kadar air
biji/benih dengan berbagai
metoda

: Praktek Laboratorium

I. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran kandungan air biji/benih tanaman

perkebunan dengan metode oven.

II. TEORI
Kadar air merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi pemanenan,

pengolahan, penyimpanan dan pemasaran benih. Selamapenyimpanan, benih
mengalami kemunduran viabilitas dan vigor, terutamaberhubungan dengan kadar air
benih. Tingkat kadar air aman untukpenyimpanan benih tergantung pada jenis benih,
metode penyimpanan, danlama penyimpanan. Berdasarkan hasil penelitian Kolo dan
Anna (2016) bahwabenih tomat yang disimpan pada perlakuan suhu kamar dapat
meningkatkankadar air benih tetapi dapat menurunkan viabilitas serta vigor benih,
sedangkan benih yang disimpan pada perlakuan suhu kulkas dapat menurunkan kadar
air benih tetapi dapat meningkatkan viabilitas sertavigor benih. Pengaruh kadar air
benih selama penyimpanan berkorelasi dengansuhu dan kelembaban.

7

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit benih permeabel terhadapair
dan tersedia cukup dengan tekanan osmosis tertentu. Pada saat imbibisi sebagai tahap
awal dari suatu perkecambahan kadar air dalambiji tentunyameningkat dan kulit biji
mulai lunak serta terjadinya hidrasi dari protoplasma. Benih padi pada umumnya
mempunyai kadar air kritis untuk perkecambahanyaitu sebesar 32,35% (Delouche,
1972 Cit Wibisono et al., 2015)

Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sampai sekitar
20%, maka biji mencapai masak fisiologis atau disebut juga masak fungsional.
Setelah masak fisiologis ini tercapai translokasi zat makanan yang akan disimpan ke
dalam biji (buah) dihentikan. Tidak terjadi lagi proses pertumbuhan pada biji (buah)
sehingga tidak akan terjadi lagi proses pertambahan besar pada biji atau dengan kata
lain biji (buah) telah mencapai ukuran besar maksimum ( maximum size).

Disamping itu pada saat masak fisiologis biji mempunyai berat kerng
maksimum (maximum dry weight), daya tumbuh maksimum (maximum vigor) dan
daya kecambah maksimum ( maximum viability).

Mutu biji tertinggi ( maximum seed quality) juga diperoleh pada saat masak
fisiologis. Tidak pernah diperoleh mutu biji yang lebih tinggi dari pada mutu biji pada
saat masak fisiologis. Untuk itu dianjurkan agar melakukan pemanenan pada saat
masak fisiologis tercapai. Menunda waktu panen jauh sesudah masak fisiologis
menimbulkan banyak kejelekan seperti :

(1) menurunkan mutu biji
(2) menurunkan hasil
(3) kerusakan biji oleh fungi atau hama seperti pada jagung
(4) kerontokan biji seperti pada beberapa varitas kedele
(5) kerebahan tanaman yang juga dapat menurunkan hasil.
Umumnya pada tanaman setelah terjadinya proses pembuahan mempunyai kadar air
sekitar 80%. Dalam beberapa hari kemudian kadar air ini meningkat sampai kira-kira
85%, lalu pelan-pelan menurun secara teratur. Mendekati tercapainya waktu matang (

8

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

masak) biji/ buah, kadar ini menurun secara cepat sampai kira-kira 20%. Setelah
tercapainya berat kering maksimum dari pada biji maka kadar ini agak konstan yaitu
sekitar 20% tetapi sedikit naik turun (fluctuation) seimbang dengan perobahan
lingkungan di lapangan. Angka kadar air ini agak tinggi di daerah tropis oleh karena
kelembaban udara di daerah ini lebih tinggi yaitu rata-rata 75%.

Kadar air ini penting artinya untuk menetapkan waktu panen, karena
pemanenan itu harus dilakukan pada tingkat kadar air biji tertentu untuk setiap jenis
tanaman. Umumnya tanaman padi-padian dan biji-bijian dipanen pada kadar air
sekitar 20%. Umumnya kadar air 30% merupakan batas kadar air tertinggi untuk
panen. Pemanenan dengan kadar air biji diatas 30% tidak baik karena sukar untuk
pengeringan. Disamping itu biji ini akan menjadi rapuh apabila dikeringkan sampai
kadar airnya di bawah 20%. Tetapi ini juga tergantung kepada jenis bijinya karena
ada biji yang baik untuk dipanen dengan kadar air bijinya 10 – 12%.

Di daerah beriklim sedang, gandum misalnya akan baik dipanen pada
kandungan air biji 14 – 15%, kapas 12 – 14%, padi 18%, jagung 20 – 30%. Jagung
jika dibiarkan di lapangan sampai kandungan air bijinya 15 – 16% akan mudah
menjadi busuk dirusak oleh hama sehingga mengakibatkan produksi akan menurun.
Beberapa varitas padi gabahnya akan rontok dan jatuh ke tanah apabilakadar air
bijinya dibiarkan turun sampai 12 – 14%.

Di daerah tropis, varitas padi dan jagung dipanen pada kadar air biji lebih
tinggi dibandingkan dengan yang di daerah beriklim sedang. Di Indonesia, Thailand
dan Filipina, padi dipanen pada kadar air biji 20 – 25%.
Kadar air biji dapat ditentukan dengan menggunakan :

1. Bermacam-macam alat pengukur kadar air biji otomatis ( seed moisture tester),
Digital Moisture Computer, dan lain sebagainya.

2. Metode Oven, dimana contoh biji yang baru dipanen dikeringkan di dalam oven
listrik pada suhu 1050 – 1100 C selama 24 jam secara terus menerus. Setelah itu

9

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

biji dikeringkan di dalam eksikator, kemudian ditimbang lagi untuk mengukur
berat keringnya. Kadar air ( KA) dapat dihitung dengan rumus:
a. Kadar air biji = Berat basah – Berat kering x 100%

Berat basah
Ini disebut KA berdasarkan berat basah yang biasa digunakan pada industri (
biji, daging, dan lain-lain)

b. Kadar air biji = Berat basah – Berat kering x 100%
Berat kering

Ini disebut KA berdasarkan berat kering, biasa dipakai pada penelitian-
penelitian ilmiah.

III. ORGANISASI
1. Mahasiswa dibagi atas beberapa kelompok ( 4 kelompok )
2. Tiap kelompok terdiri dari 5 – 6 orang
3. Tiap mahasiswa bekerja sama dalam kelompoknya

IV. BAHAN DAN ALAT
4.1. Bahan

1. Buah Kakao; pada 5 tingkat kematangan
a. Buah muda ( matang 0%), buah masih bewarna hijau/ungu
b. Buah matang 25% ( 25% warna buah sudah berobah)
c. Buah matang 50% ( 50% warna buah sudah berobah)
d. Buah matang 75% ( 75% warna buah sudah berobah)
e. Buah matang 100% ( 100% warna buah sudah berobah jadi kuning/orange)
2. Buah Kopi; pada 5 tingkat kematangan
a. Buah muda ( matang 0%), buah masih bewarna hijau/ungu
b. Buah matang 25% ( 25% warna buah sudah berobah)

10

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

c. Buah matang 50% ( 50% warna buah sudah berobah)
d. Buah matang 75% ( 75% warna buah sudah berobah)
e. Buah matang 100% ( 100% warna buah sudah berobah jadi kuning/orange)
3. Abu gosok

4.2. Alat
Adapun alat yang kan digunkan pada praktikum Penentuan Kandungan air

biji/benih adalah : Timbangan analitis, Parang/pisau, Nampan, Oven, Cawan
aluminium, Seed bed, Kertas label Spidol permanen dan alat tulis lainnya.

VII. PELAKSANAAN PRAKTEK
1. Setiap mahasiswa dalam kelompoknya melakukan pekerjaan secara bersama
dan saling bekerjasama dalam kelompoknya
2. Ketua kelompok mengatur pembagian kerja dalam kelompoknya
3. Ambil buah kakao dan kopi pada 5 tingkat kematangan yang sudah disediakan
4. Belah buah kakao secara membujur dengan menggunakan parang
5. Ambil 2/3 untaian biji kakao bagian tengahnya, sedangkan 1/6 untaian buah
kakao bagian ujung dan 1/6 bagian pangkai dibuang
6. Bersihkan biji kakao dari lendirnya (pulp) dengan menggunakan abu gosok.
7. Setelah bersih dari lendirnya kemudian lap biji kakao tersebut sampai bersih
dari kotoran abu gosok
8. Ambil biji kakao yang sudah bersih tadi masing-masing sebanyak 5 biji untuk
setiap tingkat kematangan buah untuk diukur kadar airnya.
9. Timbang berat masing-masing biji tersebut, dan catat hasilnya.
10. Masukkan biji kakao tersebut ke dalam cawan aluminium dan panaskan
kedalam oven dengan temperatur 1050 - 1100 C selama 24 jam
11. Setelah 24 jam keluarkan biji kakao tersebut dari oven dan masukkan ke dalam
eksikator sebelum ditimbang.

11

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

12. Timbang berat kering masing-masing biji kakao tersebut dan catat hasilnya
13. Setelah didapat berat keringnya, hitung kandungan air masing-masing biji

tersebut, kemudian cari rata-rata kadar air biji untuk setiap tingkat kematangan
dengan rumus yang sudah dijelaskan di atas
14. Untuk biji kopi, setelah didapatkan 5 tingkat kematangan biji, kupas kulit
bijinya dan bersihkan lendirnya dengan abu gosok seperti pada kakao
15. Biji kopi yang berkeping satu ( biji lanang) tidak bisa digunakan
16. Untuk pekerjaan selanjutnya sama dengan pekerjaan pada penentuan kadar air
biji kakao.

VIII. TUGAS
1. Hitung kadar air biji kakako dan biji kopi pada 5 tingkat kematangan buah/biji
2. Hitung berat kering biji kakao dan biji kopi pada berbagai tingkat kematangan
buah
3. Apakah kandungan air biji buah muda lebih tinggi dibanding buah tua?
Jelaskan kenapa?
4. Apakah berat kering biji tua lebih besar dibanding biji / buah muda? Jelaskan
kenapa?
5. Buat laporan hasil praktek

12

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

Pertemuan Ke :4

a. Minggu Ke : 6 dam 9
b. Pokok Bahasan : 4.1. Pemasakan Biji/Buah
c. Sub Pokok Bahasan : 4.1.2.Pengujian Viabilitas dan

d. Durasi Waktu Vigor benih/biji
e. Dosen : 100 menit
f. Lokasi Pelaksanaan : Ir. Noveri, M.P.
g. Capaian Pembelajaran : Laboratorium Jurusan Kebun
: Mahasiswa dapat menjelaskan
Kegiatan Pembelajaran
tentang cara pengujian Viabilitas
(daya kecambah) dan kecepatan
tumbuh (Vigor) biji/benih
: Praktek Laboratorium

I. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa paham dan mampu melakukan pengujian viabilitas dan vigor

suatu benih / biji yang di ujikan

II. T E O R I
Daya Kecambah (Viabilitas) benih/biji

Viabilitas benih diperlukan untuk mengetahui kualiatas mutubenihtersebut
pada kondisi tumbuh optimumnya. Pengujian viabilitas benihyang sering dilakukan
adalah dengan mengecambahkan benih kemudian dihitung daya kecambahnya
(Subantoro dan Rossi, 2013). Daya kecambah (Viabilitas) biji/benih erat
hubungannya dengan pemasakan biji. Dalam kehidupan sehari-hari sering
dibayangkan bahwa perkecambahan biji adalah suatu peristiwa atau proses pada biji
yang terjadi sesudah panen. Padahal untuk bisa berkecambahnya biji tidak menunggu
sampai biji tersebut masak karena berdasarkan penelitian yang dilakukan ternyata

13

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

bahwa biji bisa berkecambah jauh sebelum tercapainya masak fisiologis atau sebelum
tercapainya berat kering maksimum.

Diketahui umumnya biji bisa berkecambah pada umur beberapa hari setelah
pembuahan atau anthesis misalnya beberapa varitas gandum bibi mampu
berkecambah 4 – 5 hari setelah pembuahan terjadi. Akan tetapi bibit atau tanaman
yang berasal dari biji yang sangat muda ini lemah karena:

1. Berat kering biji rendah
2. Biji masih kecil
3.Secara Fisiologis biji belum masak
4.Jaringan penunjang belum tumbuh dengan baik dan sempurna
Daya kecambah (viability) ini akan meningkat dengan bertambah tuanya biji
dan mencapai daya kecambah maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau berat
kering maksimum tercapai. Sampai masak fisiologis tercapai, daya kecambah
maksimum ( 100% ) ini konstan, tetapi setelah itu akan menurun dengan kecepatan
yang sesuai dengan keadaan lingkungan. Semakin jelek kondisi lingkungan akan
semakin cepat turunnya viability ini. Jadi untuk mendapatkan biji dengan viability
dan vigor yang tinggi dianjurkan pemanenan jangan terlalu lambat ( terlalu lama
setelah masak fisiologis). Lakukanlah pemanenan pada saat vigor maksimum dan
berat kering biji maksimum untuk memperoleh biji dengan kualitas yang tinggi baik
dalam arti botanis maupun ekonomis.

Dibandingkan dengan berat kering, viability dan vigor turun lebih cepat
setelah masak fisiologis. Fase setelah masak fisiologis ini disebut “ post maturity
period” sampai pada saat panen, pada fase ini proses pernapasan juga mengalami
penurunan dengan cepat.

Pada periode ini atau lepas panen termasuk pada penyimpanan, proses
metabolisme pada biji seakan-akan sudah terhenti karena prosesnya berlangsung
sangat lambat sekali. Juga proses-proses translokasi gula, asam lemak dan asam
amino sebagai hasil perombakan karbohidrat, lemak dan protein berurutan dihentikan.

14

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

Perombakan karbohidrat ( zat tepung) oleh enzym amylase, perombakan lemak
(lipids) oleh enzym lipase dan perombakan protein oleh enzym proteinase dihentikan.

Disamping itu proses tumbuh (growth process) pada embryonic axis juga
dihentikan. Hal ini dapat dilihat bahwa pada penyimpanan yang baik tidak terjadi
proses perkecambahan biji. Baru kemudian apabila biji tadi ditempatkan pada
medium yang menguntungkan pertumbuhan embryonic axis yang sudah dihentikan
tersebut akan aktif kembali dan terjadilah perkecambahan biji.

Vigor Benih
Untuk mengetahui kualitas benih, disamping dengan pengujian viabilitas kita

juga dapat melakukan dengan pengujin Vigor. Vigor diukur berdasarkan kemampuan
benih untuk dapat tumbuh normal denganlingkungan sub optimum. Faktor genetik
dari suatu spesies, faktor fisikbenih dan lingkungan penyimpanan benih sangat
menentukanlajukemunduran vigor dan viabilitas benih (Justice dan Bass, 2002).

Banyak pakar yang telah berusaha untuk mendefinisikan vigor benih.
Meskipun definisi yang mereka kemukakan itu berbeda tetapi pada prinsipnya sama
yaitu mengenai kekuatan tumbuh benih atau kekuatan untuk berkecambahnya benih.

Justice dan Bass (1990 dalam IPB, 2010) mengemukakan bahwa vigor
dihubungkan dengan kekuatan benih atau kekuatan kecambah, kemampuan benih
untuk menghasilkan perakaran dan pucuk yang kuat pada kondisi yang tidak
menguntungkan serta bebas dari serangan mikroorganisme. Sutopo (2010),
Mengemukakan bahwa secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk
tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang suboptimal. Vigor dipisahkan antara
vigor genetik dan vigor fisiologis. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik
yang berbeda-beda, sedangkan vigor fisiologis adalah vigor yang dapat dibedakan
dalam galur genetik yang sama. Sedangkan menurut Woodstock (1969) Vigor
merupakan sifat benih (alami) yang mempunyai sifat baik pada saat penanaman,
menghasilkan perkecambahan cepat dalam lingkungan yang beragam. Rendahnya

15

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal (Heydecker, 1972 dalam Sutopo
2010) yaitu: Genetis, Fisiologis, Morfologis, Sitologis, Mekanis, dan Mikroba.

Berdasarkan dari beberapa definisi diatas mungkin bisa kita buat suatu
pernyataan bahwa vigor adalah kecepatan berkecambahnya benih, secara serentak
dan seragam dalam waktu tertentu (sesuai benihnya) di dalam kondisi lingkungan
yang kurang memadai.

Pada pengujian vigor, kecambah yang tumbuh dapat diklasifikasikan
menjadi:

a. Kecambah yang vigor ( Greater Vigor)
Adalah kecambah yang muncul dari benih dan mampu tumbuh terus pada
kondisi lingkungan yang mendukung. Kevigoran kecambah makin tinggi jika
kecambah dapat tumbuh terus pada kondisi lingkungan yang tidak mendukung.

b. Kecambah yang kurang vigor (Less Vigor)
Adalah kecambah setelah muncul dari benih tidak dapat melanjutkan
pertumbuhannya atau kecambahnya tidak normal.

c. Kecambah tidak Vigor (Non Vigor)
Benih yang tidak mampu berkecambah tetapi masih hidup.

Heydecker (1972 dalam Sutopo 2010) mencirikan benih yang vigor sebagai berikut:
1. Benih tidak mengalami dormansi
2. Benih dalam satu plot/bedengan tidak dapat dibedakan mana yang baik dan
mana yang buruk berdasarkan perkecambahan
3. Dapat tahan jika disimpan
4. Berkecambah cepat dan merata
5. Bebas dari penyakit benih
6. Benih tahan terhadap gangguan mikroorganisme
7. Bibit tumbuhnya kuat
8. Laju pertumbuhannya tinggi

III. ORGANISASI

16

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

a. Mahasiswa dibagi atas beberapa kelompok ( 4 kelompok )
b. Tiap kelompok terdiri dari 5 – 6 orang
c. Tiap mahasiswa bekerja sama dalam kelompoknya

IV. BAHAN DAN ALAT
Bahan

1. Buah Kakao; pada 5 tingkat kematangan
a. Buah muda ( matang 0%), buah masih bewarna hijau/ungu
b. Buah matang 25% ( 25% warna buah sudah berobah)
c. Buah matang 50% ( 50% warna buah sudah berobah)
d. Buah matang 75% ( 75% warna buah sudah berobah)
e. Buah matang 100% ( 100% warna buah sudah berobah jadi kuning/orange)

2. Buah Kopi; pada 5 tingkat kematangan
a. Buah muda ( matang 0%), buah masih bewarna hijau/ungu
b. Buah matang 25% ( 25% warna buah sudah berobah)
c. Buah matang 50% ( 50% warna buah sudah berobah)
d. Buah matang 75% ( 75% warna buah sudah berobah)
e. Buah matang 100% ( 100% warna buah sudah berobah jadi kuning/orange)

3. Abu gosok

Alat
Adapun alat yang akan digunkan pada praktikum Pengujian Viabilitas dan

Vigor benih/biji tanaman perkebunan yaitu : Timbangan analitis, Parang/ pisau,
Nampan, Oven, Cawan aluminium, Seed bed berisi media pasir, Kertas label, Tissue
atau kain lap, Spidol permanen dan alat tulis lainnya.

V. PELAKSANAAN PRAKTEK

17

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

1. Setiap mahasiswa dalam kelompoknya melakukan pekerjaan secara bersama
dan saling bekerjasama dalam kelompoknya

2. Ketua kelompok mengatur pembagian kerja dalam kelompoknya
3. Ambil buah kakao dan kopi pada 5 tingkat kematangan yang sudah disediakan
4. Belah buah kakao secara membujur dengan menggunakan parang
5. Ambil 2/3 untaian biji kakao bagian tengahnya, sedangkan 1/6 untaian buah

kakao bagian ujung dan 1/6 bagian pangkal dibuang
6. Bersihkan biji kakao dari lendirnya (pulp) dengan menggunakan abu gosok.
7. Setelah bersih dari lendirnya kemudian lap biji kakao tersebut sampai bersih

dari kotoran abu gosok
8. Ambil biji kakao yang sudah bersih tadi masing-masing sebanyak 2 biji untuk

setiap tingkat kematangan buah untuk diukur kadar airnya.
9. Pengukuran Kadar air sama dengan cara praktek topik 4.2.1
10. Lakukan hal yang sama untuk menentukan kadar air biji kopi.
11. Sisa dari biji kakao dan biji kopi yang ada semaikan untuk menguji Viabilitas

dan Vigor biji/benih

A. Uji Viabilitas dan Vigor Biji/Benih Kakao
 Siapkan media tanam pasir halus dalam seed bed
 Ambil biji kakao yang sudah dibersihkan dari lendir/pulp dan dari kotoran
masing-masing sebanyak 10 biji untuk setiap tingkat kemasakan buah/biji
 Pilih biji yang padat berisi, bernas dan sehat
 Buang kulit biji dengan hati-hati, jangan sampai merusak
endospermnya(daging biji)
 Semaikan atau dederkan biji kakao tersebut dengan cara bakal radikelnya
menghadap kebawah sedalam kurang lebih 1cm dibawah permukaan media
pasir.
 Jarak pendederan yang dipakai adalah 2 x 3 cm.

18

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

 Bedakan barisan untuk setiap tingkat kematangan biji dan beri label
 Siram media pesemaian tersebut sampai lembab.
 Pemeliharaan yang perlu dilakukan selama benih dipersemaian adalah

memelihara tingkat kelembaban media tersebut sampai akhir pengamatan
 Pengamatan kecambah dilakukan setiap hari dengan menghitung biji yang

telah berkecambah sampai hari ke-12 setelah dikecambahkan.
 Benih dianggap berkecambah jika kotiledon biji tersebut sudah terangkat ke

permukaan tanah.
 Untuk menentukan viabilitas dan vigor kecambah dengan menggunakan

rumus :

Jumlah Benih Berkecambah Normal
Viabilitas = _______________________________ x 100%

Jumlah Benih Yang Dikecambahkan

Vigor Benih = Jumlah benih yang berkecambah setiap hari dibagi dengan
jumlah hari yang dibutuhkan untuk perkecambahan

Benih berkecambah Benih berkecambah hari ke-n

Vigor Benih = ________________ +………..+ _________________________

Hari berkecambah n

B. Uji Viabilitas dan Uji Vigor Benih Kopi
 Siapkan media tanam pasir halus dalam seed bed
 Ambil biji kopi yang sudah dibersihkan dari lendir/pulp dan dari kotoran

masing-masing sebanyak 10 biji untuk setiap tingkat kemasakan buah/biji
 Pilih biji yang padat berisi, bernas dan sehat
 Untuk biji kopi kulit tanduknya tidak dibuang

19

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

 Semaikan atau dederkan biji kopi tersebut dengan cara bagian perutnya
menghadap kebawah sedalam ketebalan biji dibawah permukaan media pasir.

 Jarak pendederan yang dipakai adalah 2 x 3 cm.
 Siram media persemaian sampai lembab
 Pemeliharaan yang perlu dilakukan selama benih dipersemaian adalah

memelihara tingkat kelembaban media tersebut sampai akhir pengamatan
 Pengamatan kecambah dilakukan setiap hari dengan menghitung biji yang

telah berkecambah selama 30 hari setelah dikecambahkan.
 Benih dianggap berkecambah jika kotiledon biji tersebut sudah terangkat ke

permukaan tanah.
 Untuk menentukan viabilitas dan vigor benih gunakan rumus

Hasil pengamatan dimasukkan ke dalam tabel 1
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Tingkat kemasakan biji (% perubahan warna buah)

0% 25% 50% 75% 100%
Kadar Air (%)
Berat Kering (gram)
Viabilitas (%)
Vigor

VI. TUGAS
1. Buat laporan hasil praktek topik 4.2.1 dan 4.2.2
2. Dalam laporan bahas hasil praktek yang anda peroleh apakah sesuai dengan
teori yang ada yaitu kaitannya dengan proses pemasakan biji, masak
fisiologis guna penentuan waktu panen yang tepat.

20

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

Pertemuan Ke :5

a. Minggu Ke : 6 dan 16
b. Pokok Bahasan : 5.1.Perkecambahan Biji
c. Sub Pokok Bahasan : 5.1.1.Pemecahan Dormansi Benih/Biji
d. Durasi Waktu : 100 menit
e. Dosen : Ir. Rita Erlinda, M.P.
f. Lokasi Pelaksanaan : Laboratorium Jurusan Perkebunan
g. Capaian Pembelajaran : Setelah mengikuti praktek ini ini

Kegiatan Pembelajaran mahasiswa dapat melakukan
berbagai macam cara pemecahan
dormansi benih
: Praktek Laboratorium

I. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami cara pematahan

dormansi biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

II. TEORI
Salah satu fakor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah dormansi

benih. Dormansi benih merupakan ketidakmampuan benih hidup untuk berkecambah
pada suatu kisaran keadaan luas yang dianggap menguntungkan untuk benih
tersebut. Dormansi dapat disebabkan karena tidak mampunya benih secara total untuk
berkecambah atau hanya karena bertambahnya kebutuhan yang khusus untuk
perkecambahannya. Dormansi pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari,
semusim bahkan sampai beberapa tahun, tergantung pada jenis tanaman dan tipe
dormansinya. Dormansi benih dapat disebabkan keadaan fisik dari kulit biji dan
keadaan fisiologis embrio, atau kombinasi dari keduanya (Tamin, 2007).

21

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya dormansi pada benih sangat

bervariasi, tergantung pada jenis tanaman dan tipe dormansinya, antara lain :

temperature yang sangat rendah di musim dingin, perubahan temperature yang silih

berganti, pinipisan kulit biji, hilangnya kemampuan untuk menghasilkan zat-zat

penghambat perkecambahan dan adanya kegiatan mikroorganisme.

Tipe-Tipe Dormansi

Berdasarkan hubungannya dengan sifat fisiologis, dormansi benih dapat

diklasifikasikan ke dalam 6 tipe seperti pada Tabel 2.1. Pada beberapa jenis sering

kali mempunyai dormansi ganda sehingga memerlukan perlakuan yang

dikombinasikan untuk memecahkan dormansi benih-benih tersebut (Schmidt, 2000).

Tabel 2.1 Tipe-Tipe Dormansi

Tipe Karakteristik Perlakuan
Dormansi Alami
Buatan
Dormansi
Embrio Benih secara Pertumbuhan setelah Pemeraman
Fisiologis belum Penyebaran
Dormansi masak atau embrio
Mekanis Dorman

Dormansi Pertumbuhan embrio Pembusukan bagian Pemencaran bagian
fisik secara fisik dihambat yang keras oleh yang keras
karena kulit benih organisme tanah
Dormansi
kimia Penyerapan air Abrasi oleh pasir, suhu Skarifikasi mekanis, air

Dormansi Dihambat karena kulit tinggi, pemangsaan mendidih, perlakuan
cahaya
benih yang kedap air oleh binatang dengan asam
Dormansi
suhu Benih mengandung Pemangsaan oleh Menghilangkan daging
zat-zat kimia binatang, pelarutan buah dan Membersihkan
penghambat oleh hujan atau dengan air, perendaman
perkecambahan pembusukan daging dengan penggantian air,
buah rendah jemur

Benih tidak dapat Kondisi cahaya yang Pemberian cahaya
Berkecambah kecuali tepat untuk memacu selama perkecambahan
jika berada dalam Perkecambahan Atau perlakuan gelap
kondisi cahaya dan terang

Perkecambaha Fluktuasi suhu harian, Suhu tinggi, suhu
n rendah tanpa Kebakaran lantai hutan berfluktuasi
suhu yang tepat

22

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

Metode Perlakukan pemecahan Dormansi
1. Perlakuan Mekanis
Umumnya digunakan untuk memecahkan dormansi benih yang disebabkan
oleh impermeabilitas kulit biji, baik terhadap air atau gas, resistensi mekanis
kulit perkecambahan yang terdapat pada kulit biji.
Contoh : Skarifikasi, seperti mengikir/menggosok kulit biji dengan amplas,
melobangi kulit biji dengan pisau.
2. Perlakuan Kimia
Perlakuan dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang bertujuan agar kulit
biji lebih mudah dimasuki air pada waktu imbibisi.
Seperti : Asam sulfat (H2SO4) pekat, Asam nitrat (HNO3) pekat, hormone
tumbuh cytokinin dan lain-lain.
3. Perlakuan perendaman dengan air panas
Perlakuan ini bertujuan untuk memudahkan penyerapan air oleh benih.
4. Perlakuan pemberian temperatur tertentu.
Perlakuan ini dilakukan dengan temperature rendah dan temperatur tinggi
ekstrim tidak boleh lebih dari 10o – 20o C.
Dalam pemecahan dormansi pada benih dapat terjadi karena pergantian

temperature tinggi dan rendah yang dapat menyebabkan benih retak akibat
pengembangan dan pengkerutan. Disamping itu dapat juga disebabkan oleh kegiatan
bakteri dan cendawan yang dapat membantu memperpendek masa dormansi benih.

III. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan antara lain : kemiri (atau tanaman perkebunan

lainnya), air panas, H2SO4 pekat, amplas, pasir halus.

23

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

Sedangkan alat yang digunakan antara lain kikir, nampan besar, gelas piala
1000 ml, kompor listrik, seed bed, dan ember.

IV. PELAKSANAAN PRAKTEK
Praktek 2 jam pertama :

a) Perlakuan Mekanis
- Ambil benih yang akan dipecahkan dormansinya
- Kikir dengan alat pengikir atau gosok dengan amplas
- Benih yang sudah dikikir/digosok ditanam dalam seed bed dengan media

pasir
b) Perlakuan Kimia

- Ambil benih yang akan dipecahkan dormansinya
- Rendam dalam larutan H2SO4 selama ± 30 menit
- Bilas dengan air kemudian ditanam dalam seed bed dengan media pasir
c) Perlakuan perendaman air panas
- Panaskan air sampai mendidih
- Kemudian ambil benih dan masukkan ke dalam air mendidih dan rendam

selama ± 30 menit
Praktek 2 jam Kedua :

a) Lakukan pengamatan terhadap benih yang telah diperlakukan 3 (tiga)
hari setelah tanam

b) Hitung kapan berkecambah dan % kecambah

V. ORGANISASI
1. Mahasiswa dibagi atas beberapa kelompok
2. Masing-masing kelompok terdiri dari 8 – 10 orang
3. Tiap kelompok melakukan salah satu cara pemecahan dormansi

24

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

VI. TUGAS
1. Tiap mahasiswa melakukan praktek pemecahan dormansi benih dalam
kelompok masing-masing
2. Pengamatan dilakukan pada praktek berikutnya dan semua data perlakukan
diambil dan dikumpulkan sebagai bahan perbandingan untuk lapaoran dan
diskusi pada pertemuan praktek berikut

25

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

Pertemuan Ke :6

a. Minggu Ke :8
b. Pokok Bahasan : 6.2.Kebun Induk
c. Sub Pokok Bahasan : 6.2.1.Melakukan pemeliharaan

d. Durasi Waktu kebun induk biji dan kebun induk
e. Dosen entres
f. Lokasi Pelaksanaan : 100 menit
g. Capaian Pembelajaran : Ir.Nin Patri Enati, M.P.
: Kebun Induk Politeknik Pertanian
Kegiatan Pembelajaran : Mahasiswa dapat melakukan
pemeliharaan kebun induk biji dan
kebun induk entres
: Praktek Lapangan

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeliharaan kebun induk biji dan

kebun induk entres.

II.TEORI
Proses pemeliharaan pada tanaman kopi salah satu caranya adalah dengan

melakukan pemangkasan, pemupukan dan pengendalian organisme pengganggu
tanaman. Pemangkasan pada tanaman kopi merupakan suatu hal yang sangat penting.
Hal ini dikarenakan pemangkasan memiliki tujuan untuk produksi yang optimal dan
berkesinambungan, membuang cabang yang terserang hama penyakit, mempermudah
mendapatkan cahaya, memperlancar peredaran udara dan lain sebagainya. Bagian
tanaman kopi yang dipangkas adalah cabang tanaman yang sudah tidak produktif

26

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

lagi, seperti cabang kipas, cabang yang tumpang tindih, cabang balik, cabang cacing
dan lain sebagainya. Pemangkasan ini sendiri dibagi menjadi dua fase dimana fase
pertama dilakukan pada saat tanaman belum menghasilkan buah biasanya
pemangkasan ini adalah pemangkasan bentuk. Fase kedua dilakukan setelah
pemangkasan bentuk dengan tujuan jumlah produksi tinggi.

Menurut Birhan et al (2014), pemangkasan pada tanaman kopi merupakan
kegiatan prapanen yang sangat penting. Hal ini dikarenakan kegiatan pemangkasan
ini memiliki tujuan untuk mengurangi tanaman kopi terserang penyakit,
memodifikasi pergerakan udara, membantu kerangka kerja bentuk tanmaan,
mengurangi waktu pengguliran daun kering. Menurut Patel (2012), pemangkasan
pada tanaman kopi terdapat dua macam, yaitu pemangkasam sebelum dan sesudah
pemangkasan. Pemangkasan sebelum adalah pemangkasan yang dilakukan untuk
meraangsang cabang dan bentuk dari tubuh tanaman. Pemangkasan setelah adalah
pemangkasan yang berkala.

Agar tidak terjadi keasalahan dalam pelaksanaan pemangkasan maka kita
harus mengetahui terlebih dahulu tentang tunas legitim dan tunas seri. Pemangkasan
produksi atau pemeliharaan dilakukan pada tanaman menghasilkan yang bertujuan
untuk mempertahankan keseimbangan kerangka tanaman setelah pemangkasan
bentuk.

Pemangkasan produksi terdiri dari pemangkasan berat/panglepan dan
pemangkasan ringan. Pemangkasan berat dilakukan satu kali dalam setahun setelah
panen selesai, sehingga disebut panglepan (pangkasa lewat panen). Caranya dengan
membuang wiwilan, cabang kering, cabang sakit, cabang tidak berguna (cabang balik
dan cabang liar) dan cabang tua yang tidak produktif. Peremajaan cabang penting
dilakukan mengiungat tiap ruas berbunga dan berbuah hanya satu kali, bunga atau
buah berikutnya terbentuk pada buku-buku baru di bagian ujung.

Pemangkasan ringan terdiri dari wiwil kasar dan wiwil halus. Wiwil halus
dilakukan dua kali dalam setahun. Wiwil halus I dilakukan 3 bulan setelah panglepan

27

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

dengan jalan membuang semua cabang yang baru timbul dan tidak berguna, sehingga
pertumbuhan tanaman dapat lebih diarahkan keperkembangan yang lebih baik. Wiwil
halus ke II dilakukan 3 bulan setelah wiwil halus I. Cabang yang harus dibuang
adalah cabang kering, cabang sakit, cabang tidak berguna dan cabang tua yang tidak
produktif. Wiwil kasar dilakukan dua minggu sekali pada musim hujan dan 4 minggu
sekali pada musim kemarau dengan membuang semua wiwilan dan cabang-cabang
lain yang tidak berguna.

Istilah-istilah berikut perlu dipelajari derngan baik :
1. Cabang cacing, yaitu reproduksi cabang primer yang pertumbuhannya

lemah sehingga tetap kecil dan bengkok-bengkok seperti cacing.
2. Cabang balik, yaitu reproduksi primer yang pertumbuhannya mengarah

ke batang poko tanaman.
3. Cabang cambuk, yaitu reproduksi cabang primer yang pertumbuhannya

mengarah ke atas dan setelah mencapai tinggi tertentu melengkung.
4. Cabang kipas, yaitu reproduksi cabang primer yang pada bagian ujungnya

membentuk cabang kipas.
5. Cabang kering
6. Cabang liar
7. Cabang-cabang yang tidak berguna.

III. ORGANISASI
1. Jumlah mahasiswa dalam satu grup dibagi menjadi 4 kelompok.
2. Tiap 2 kelompok beranggota 5 – 6 orang

IV. BAHAN DAN ALAT
Adapun Bahan yang akan digunakan pada praktikum ini adalah tanaman kopi

yang tumbuh di perkebunan. Bahan yang bakan digunakan yaitu tali rafia, gergaji
pangkas, parang, gunting pangkas, meteran dan tangga dll.

28

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

V. PELAKSANAAN PRAKTEK
1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Sebelum pemangkasan dilakukan mahasiswa diharapkan mampu
menggambarkan masing-masing cabang yang harus dipangkas pada 3
tanaman. Perhatikan dengan cermat.
3. Memangkas dengan hati-hati cabang-cabang yang harus dipangkas pada
pohon yang saudara telah amati.
4. Apabila didapat cabang yang tidak produktif maka pangkas cabang tersebut
dengan membiarkan lebih kurang 20 cm dari pangkal cabang.

VI. PERTANYAAN / TUGAS
1. Buat gambar cabang-cabang yang saudara harus pangkas pada 3 buah tanaman.
2. Hitung jumlah masing-masing cabang setiap pohon.
3. Kenapa tanaman kopi harus dipangkas? Jelaskan apa manfaatnya!

29

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

Pertemuan Ke :7

a. Minggu Ke :9
b. Pokok Bahasan
c. Sub Pokok Bahasan : 4.1. Pemasakan Biji/Buah
: Pembahasan Hasil Praktek 4.1.1
d. Durasi Waktu
e. Dosen dan 4.1.2
f. Lokasi Pelaksanaan
: 100 menit
g. Capaian Pembelajaran : Ir. Noveri, M.P.
: Laboratorium Jurusan
Kegiatan Pembelajaran
Perkebunan

: Mampu menganalisa dan
membahas hasil praktek

: Praktek Laboratorium

I. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu dan bisa menetapkan waktu tercapainya masak Fisiologis

suatu buah/ biji tanaman ( Menetapkan waktu Panen).

II. TEORI
Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sampai sekitar

20%, maka biji mencapai masak fisiologis atau disebut juga masak fungsional.
Setelah masak fisiologis ini tercapai translokasi zat makanan yang akan disimpan ke
dalam biji (buah) dihentikan. Tidak terjadi lagi proses pertumbuhan pada biji (buah)
sehingga tidak akan terjadi lagi proses pertambahan besar pada biji atau dengan kata
lain biji (buah) telah mencapai ukuran besar maksimum ( maximum size).

Disamping itu pada saat masak fisiologis biji mempunyai berat kerng
maksimum (Maximum Dry Weight), daya tumbuh maksimum (Maximum Vigor) dan
daya kecambah maksimum ( maximum viability).

30

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

Mutu biji tertinggi (Maximum Seed Quality) juga diperoleh pada saat masak
fisiologis. Tidak pernah diperoleh mutu biji yang lebih tinggi dari pada mutu biji pada
saat masak fisiologis. Untuk itu dianjurkan agar melakukan pemanenan pada saat
masak fisiologis tercapai. Menunda waktu panen jauh sesudah masak fisiologis
menimbulkan banyak kejelekan seperti :

1) menurunkan mutu biji
2) menurunkan hasil
3) kerusakan biji oleh fungi atau hama seperti pada jagung
4) kerontokan biji seperti pada beberapa varitas kedele
5) kerebahan tanaman yang juga dapat menurunkan hasil.

III. ORGANISASI
a. Mahasiswa dibagi atas beberapa kelompok ( 4 kelompok )
b. Tiap kelompok terdiri dari 5 – 6 orang
c. Tiap mahasiswa bekerja sama dalam kelompoknya

IV. BAHAN DAN ALAT
Adapun Bahan dan alat yang akan digunakan pada praktikum ini adalah Data

hasil praktek topik 4.1.1 dan 4.1.2, Kertas double folio bergaris, White board, Spidol,
LCD proyektor dan lain sebagainya.

V. PELAKSANAAN PRAKTEK
Tahapan Praktikum :

1. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil praktek dihadapan
kelompok lainnya

2. Setelah presentasi lakukan diskusi dengan kelompok lain
3. Kelompok lain harus aktif dan memberi masukan
4. Pada akhir diskusi dapat dilahirkan kesimpulan tentang hasil praktek berupa :

31

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

a. Biji kakao dan biji kopi pada tingkat kematangan yang mana memberikan
hasil terbaik dalam hal viabilitas dan vigor tertinggi, berat kering maksimum.

b. Pada tingkat kematangan berapa persen baru tercapainya masak fisiologis
untuk biji kakao dan biji kopi

c. Bisa ditetapkan waktu panen yang terbaik sehingga diperoleh biji yang paling
berkualitas dan produksi yang tertinggi ( berat kering maksimum biji)

32

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

Pertemuan Ke :8

a. Minggu Ke :9
b. Pokok Bahasan : 7.2. Bangunan Pembibitan dan
c. Sub Pokok Bahasan
persemaian bibit
d. Durasi Waktu : 7.2.1. Membuat dan memelihara
e. Dosen
f. Lokasi Pelaksanaan bangunan pembibitan/pesemaian
g. Capaian Pembelajaran sesuai syarat-syarat yang dianjurkan
: 100 menit
Kegiatan Pembelajaran : Ir. Noveri, M.P.
: Kebun Pembibitan
: mahasiswa dapat membuat dan
memelihara Bangunan
pembibitan buatan
: Praktek Lapangan

I. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu membuat bangunan pembibitan tanaman perkebunan.

II. TEORI
Bangunan pembibitan merupakan tempat dimana dilakukannya kegiatan

pembibitan , baik berupa bangunan yang sederhana maupun yang modern. Tujuan
dibuatnya bangunan pembibitan adalah untuk menciptakan kondisi iklim lingkungan
yang sesuai dan lebih konstan untuk pertumbuhan bibit atau tanaman muda.

Bibit atau tanaman muda tidak dapat langsung ditanam di lapangan karena
sifatnya yang antara lain: preka terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi, peka
terhadap suhu tinggi, peka terhadap serangan hama dan penyakit, serta peka terhadap
kekeringan. Kondisi optimal untuk pertumbuhan bibit/ kecambah adalah sejuk dan

33

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

lembab ( RH : 80 – 90%), intensitas cahaya rendah biasnya 10 – 50% tergantung pada
jenis dan umur bibit, dan kelembaban tanah yang cukup.

Bangunan pembibitan pada dasarnya dibagi atas dua yaitu berupa sungkup
dan berupa naungan :

A. SUNGKUP
Merupakan bangunan pembibitan atau persemaian yang fungsi utamanya adalah
untuk mempertahanka kelembaban dan temperatur sesuai dengan yang
dikehendaki bibit secara konstan. Bagian-bagian dari sebuah sungkup terdiri
dari :
1. Kerangka sungkup; umumnya terbuat dari bambu atau besi dengan ukuran
dan bentuk disesuaikan dengan jenis, sifat, habitus dan lamanya bibit di
pembibitan. Secara umum tinggi sungkup adalah 60 – 70 Cm, lebar 1,0 –
1,2 m, dan panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan tetapi sebaiknya
jangan lebih 5 m.
2. Penutup kerangka sungkup, biasanya dengan menggunakan plastik
transparan atau kain blacu putih. Arah bangunan sungkup adalah mengarah
utara- selatan.
Sungkup biasanya dipakai untuk pembibitan tanaman yang tidak tahan terhadap

fluktuasi suhu dan kelembaban yang tinggi, dan umunya digunakan pada pembibitan
tanaman yang diperbanyak secara vegetatif ( + 3 – 6 bulan).

B. NAUNGAN
Fungsi naungan adalah :
1. Mengatur intensitas cahaya matahari yang masuk ke pembibitan secara
langsung
2. Mengatur iklim mikro ( terutama kelembaban dan suhu)
3. Mengurangi kerusakan bibit dari percikan air hujan secara langsung

34

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

Syarat-syarat naungan yang baik :
1. Atap naungan mudah diatur sehingga intensitas cahaya yang masuk bisa

diatur sesuai kebutuhan tanaman
2. Sirkulasi udara dibawah naungan cukup baik
3. Letak naungan diatur sedemikian rupa sehingga bibit mendapat cahaya

matahari yang cukup pada pagi hari dan terlindung pada siang dan sore hari.

BENTUK-BENTUK NAUNGAN
a. Naungan Individu; naungan yang hanya menutupi/ menaungi satu bedengan
pembibitan.
b. Naungan Kolektif; menaungi lebih dari satu bedengan pembibitan

Bentuk dan ukuran bangunan pembibitan tergantung pada :
a. Jenis tanaman, misalnya tembakau cukup dengan tinggi + 1 m karena lama
pembibitan hanya berkisar 38 – 45 hari.
b. Lamanya bibit di pembibitan
c. Sistim pembibitan yang dipakai apakah untuk persemaian saja atau
persemaian langsung pemeliharaan

A.NAUNGAN INDIVIDU B. NAUNGAN KOLEKTIF

Keterangan : 1. Tiang Belakang ( lebih pendek)
2. Tiang depan ( lebih panjang)

35

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

3. Atap ( alang-alang, jerami, paku andam,daun kelapa, dll

4. Jalan / Drainase

5. Bedengan Pesemaia
III. ORGANISASI

1. Mahasiswa dibagi atas beberapa kelompok ( 4 kelompok )
2. Tiap kelompok terdiri dari 5 – 6 orang
3. Seluruh mahasiswa saling bekerjasama dalam kelompoknya maupun sesama

kelompok

V. BAHAN DAN ALAT
Bahan

a. Bambu batangan dengan diameter 8-10 cm, panjang 3 m sebanyak 4 batang
b. Bambu batangan dengan diameter 8-10 cm, panjang 2,5 m sebanyak 4 batang
c. Bambu batangan dengan diameter 5 cm, panjang 6 m sebanyak 12 batang
d. Anyaman bambu sebanyak 5 buah
e. Kawat pengikat 1 kg
f. Paku panjang 5 cm 1kg
g. Atap rumbia 50 buah

Alat
Alat yang digunakan adalah Gergaji, Parang, Palu, Tang, Linggis, Meteran,

Cangkul dan lain sebagainya.

V. PELAKSANAAN PRAKTEK
1. Bersihkan dan datarkan lahan tempatdimana akan didirikan bangunan
pembibitan
2. Banguan pembibitan dibuat memanjang arah utara – selatan dengan ukuran
bangunan 6 m x 3 m

36

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

3. Tinang bangunan sebelah depan yang menghadap arah timur dibuat dengan
ketinggian 2,5 m dan tiang belakang dengan ketinggian 2m.

4. Tiang dibuat setiap jarak 2 m menurut arah utara – selatan dan setiap jarak 3m
menurut arah timur barat.

5. Untuk tiang bangunan gunakan bambu batangan berukuran diameter 8 – 10 cm
panjang 3 m untuk tiang sebelah timur, dan yang berukuran 2,5 untuk tiang
bagian barat

6. Untuk kerangka atap gunakan batangan bambu yang berukuran panjang 6 m
dan berdiameter 5 cm

7. Buat para-para tempat peletakan atap sesuai dengan ukuran atap rumbia yang
digunakan

8. Pasang atap bangunan berupa atap rumbia
9. Pagar keliling bangunan dengan menggunakan anyaman bambu setinggi 1m
10. Buat bedengan persemaian benih dibawah naungan sebanyak 4 buah dengan

ukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 25 cm.
11. Bedengan pesemaian dibuat dengan menggunakan papan atau bambu
12. Sebagai media pengisi bedengan gunakan pasir sungai yang sudah diayak

dengan ayakan pasir.

VI. TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Buat laporan praktek secara perorangan
2. Kenapa arah bangunan pembibitan mengarah memanjang menurut utara –
selatan
3. Kenapa bangunan pembibitan yang menghadap ke timur lebih tinggi
dibandingkan yang kenghadap ke barat ?
4. Kenapa media pengisi bedengan persemaian digunakan pasir, tetapi bukan
tanah top soil atau campuran top soil dengan pupuk kandang ?

37

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

Pertemuan Ke : 10 dan 11

a. Minggu Ke : 10 dan 11
b. Pokok Bahasan : 8.2. Perbanyakan Generatif
c. Sub Pokok Bahasan : 8.2.1.Melakukan berbagai macam

d. Durasi Waktu cara pembibitan/pesemaian secara
e. Dosen Generatif dan pemeliharaan bibit
f. Lokasi Pelaksanaan hasill perbanyakan sampai siap
g. Capaian Pembelajaran tanam ke lapangan
: 2 x 100 menit
Kegiatan Pembelajaran : Ir. Nin Patri Enati, M.P.
: Bangunan pembibitan Poiteknik
: Setelah mengikuti praktek ini ini
Mahasiswa dapat melakukan
berbagai macam cara
perbanyakan dan pembibitan/
pesemaian secara generatif
: Praktek Lapangan

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
1. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan persemaian/pembibitan kakao secara
generatif dengan berbagai metode
2. Mahasiswa diharapkan mampu memelihara pembibitan sampai bibit siap dipindah ke
lapangan.

II.T EORI
Untuk memperoleh bahan tanam yang baik di dalam usaha perbanyakan

generatif, benih diambil dari kebun biji yang diketahui tertuanya, dengan syarat
produksinya tinggi, resistensi terhadap serangan hama penyakit, mempunyai
perakaran yang kuat serta tahan kondisi ekstrim serta berbagai sifat unggul lainnya.

Di dalam persiapan bahan tanam untuk kakao, jika tidak terdapat kebun induk
biji yang khusus untuk itu, maka bahan tanam biji dapat diperoleh dari pohon terpilih

38

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

di areal kebun produksi dengan ketentuan produksinya haruslah tinggi, bebas
serangan hama dan penyakit serta berbuah sepanjang tahun.

Biji diambil dari buah yang telah matang (kulit buah sudah berubah warna
lebih dari 75%). Usahakan buah jangan lewat matang, karena pulpnya telah
mengering serta biji mungkin sudah berkecambah di dalam buah. Untuk keperluan
benih, biji diambil dari bagian tengah buah yakni 2/3 bagian dari untaian biji. Lendir
(pulp) yang melekat pada biji harus dibuang karena dapat mengakibatkan tumbuhnya
jamur serta serangan semut yang dapat merusak biji. Diduga pula bahwa pulp ini
mengandung zat penghambat perkecambahan. Pulp ini dihilangkan dengan cara
menggosok dengan abu dapur atau dapat juga digunakan pasir, tetapi resiko rusaknya
kulit biji sangat besar. Cara lain yang bisa ditempuh adalah dengan merendam biji
dengan air kapur (25 gr/liter) selama 20 menit, lalu digosok dengan tangan dan dicuci
dengan air bersih. Biji yang sudah bebas dari pulp lalu dilumuri dengan Dithane M 45
sebelum dikecambahkan untuk menghindar serangan jamur.

Perkecambahan benih/pendederan benih dilaksanakan pada bak pendederan
dengan media pasir setebal lebih kurang 20 cm. Agar perkecambahan berjalan dengan
baik, maka bak pendederan sebaiknya ditutupi dengan goni, penyiraman dilakukan di
atas goni tersebut.

Benih biasanya sudah berkecambah pada umur 4 – 5 hari, namun demikian
kalau masih ada yang belum berkecambah agar ditunggu sampai 2 – 3 hari kemudian,
sisanya dibuang sebagai benih afkir. Benih yang berkecambah sudah dapat
dipindahkan ke dalam polibag yang sudah disiapkan sebelumnya untuk dipelihara
sebagai bibit sebelum ditanam di lapangan. Perlu diperhatikan bahwa kecambah yang
perakarannya bengkok atau ujung akar tunggangnya mati atau rusak tidak boleh
dipindahkan ke polibag.

39

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

III. ORGANISASI
1. Jumlah mahasiswa dalam satu grup dibagi menjadi 4 kelompok.
2. Tiap-tiap kelompok beranggota 5 – 6 orang

IV. BAHAN DAN ALAT
Adapun Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Polibag ukuran 15

x 25 cm, Pupuk kandang, Bak persemaian yang berisi media pasir lengjkap dengan
naungannya, Buah kakao matang, Dithane M 45, Abu dapur, Karung goni dan Papan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu Cangkul, Gembor, Ember,
Gerobak, Parang dan Pisau

V. PELAKSANAAN PRAKTEK
A. Pembuatan Bak Pendederan
1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Buat bak pendederan dengan ukuran panjang 2 m dan lebar 1 m dengan
menggunakan papan setinggi 20 cm.
3. Gemburkan tanah dalam bak persemaian.
4. Isi bak persemaian dengan pasir lolos ayakan 2 mm setinggi15 cm. Agar
penguapan tidak terlalu tinggi media juga dapat dicampur dengan tanah
dengan perbandingan tanah : pasir = 1 : 4
5. Campur pasir pengisi bedengan dengan Dithane M 45 dan Curater untuk
menghindari serangan hama dan penyakit.

B. Persiapan Pendederan benih dan Penanaman Kecambah di Polibag
1. Pilih buah yang sudah matang, sehat, ukuran rata-rata sedang.
2. Belah atau pecahkan buah kakao secara membujur dengan menggunakan
parang atau pisau.
3. Ambil biji yang berasal dari 2/3 bagian tengah untaian biji.

40

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

4. Bersihkan biji tersebut dari pulpnya dengan menggunakan abu dapur dengan
cara meremas-remasnya, tetapi jangan sampai merusak biji.

5. Setelah lendir terlepas, cuci biji tersebut dengan air bersih lalu kering
anginkan. Setelah kering angin, biji tersebut sudah merupakan bahan tanam
yang disebut dengan benih. Buat perlakuan lain dengan cara membuka kulit
buah.

6. Benih didederkan dengan jarak tanam 3 x 5 cm dengan kedalaman 2/3 bagian
benih terbenam. Buat berbagai perlakuan posisi penanaman benih.

7. Tutup bak persemaian dengan karung goni yang ditempatkan di atas
penyangga sehuingga nantinya kecambah leluasa untuk tumbuh.

8. Siram dengan menggunakan gembor di atas permukaan goni, penyiraman
dilakukan dengan intensif dengan tetap menjaga kelembaban media.

9. Seminggu setelah tanam, buka karung goni penutup persemaian, amati dan
catat pertumbuhan kecambah dari masing-masing perlakuan.

10. Kecambah yang baik siap untuk ditanam dipolibag.

C. Pembibitan
1. Siapkan polibag berukuran 15 x 25 cm
2. Siapkan campuran top soil dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1
sebagai media pembibitan.
3. Masukkan campuran tersebut ke dalam polibag dan siram secukupnya.
4. Cabut kecambah kakao yang telah dideder sebelumnya dengan hati-hati.
5. Tanam kecambah tersebut dengan membuat lubang tugalan pada media
polibag terlebih dahulu.
6. Setelah ditanam, tempatkan bibit pada areal yang ternaungi untuk dipelihara
selanjutnya sampai bibit siap tanam di lapangan.

41

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

VI. PERTANYAAN / TUGAS
1. Kenapa media polibag campuran pupuk kandang dengan Top Soil dengan
perbandingan 1:1?
2. Apa kriteria bibit yang siap dipindahkan kepolibag?
3. Hitung persentase kecambah sampai hari ke 12 dan amati.

42

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

Pertemuan Ke : 12 dan 13

a. Minggu Ke : 12 dan 13
b. Pokok Bahasan : 9.2. Perbanyakan Vegetatif
c. Sub Pokok Bahasan : 9.2.1. Melakukan berbagai macam

d. Durasi Waktu cara pembibitan/pesemaian secara
e. Dosen vegetatif dan pemeliharaan bibit
f. Lokasi Pelaksanaan hasil perbanyakan sampai siap
g. Capaian Pembelajaran tanam ke lapangan
: 2 x 100 menit
Kegiatan Pembelajaran : Ir. Nin Patri Enati, M.P.
: Bangunan pembibitan Poiteknik
: Setelah mengikuti praktek ini ini
mahasiswa dapat melakukan
berbagai macam cara
perbanyakan dan
pembibitan/pesemaian secara
vegetatif
: Praktek Lapangan

I. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan berbagai cara perbanyakan
tanaman secara vegetatif.
2. Mahasiswa diharapkan mampu memelihara pembibitan hasil perbanyakan
vegetatif sampai siap dipindah ke lapangan.

II.T EORI
Perbanyakan tanaman kakao dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif.

Dalam usaha menurunkan sifat-sifat baik dari suatu tanaman maka perbanyakan
vegetatif merupakan cara yang tepat. Salah satu cara perbanyakan vegetatif yang
banyak dan sudah umum dilakukan adalah secara setek. Banyak keuntungan-
keuntungan yang didapatkan pada perbanyakan dengan cara setek dibandingkan

43

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

dengan cara generatif maupun dengan cara vegetatif lainnya. Adapun keuntungan-
keuntungan tersebut adalah :

1. Pembuatan setek kakao secara teoritis dapat dilakukan setiap waktu
sepanjang tahun, karena cukup tersedianya bahan setek berupa cabang kipas
atau tunas air.

2. Pengadaan bahan tanam setek kakao dapat dilakukan dalam waktu relatif
singkat. Pembuatan setek kakao siap tanam memerlukan waktu kurang lebih
5 bulan dari semaian, sedangkan untuk mendapatkan tanaman berokulasi
diperlukan waktu rata-rata 1,5 tahun.

3. Karena tidak memerlukan batang bawah, maka tanaman setek kakao tidak
menjumpai akibat negatif dan interaksi antara batang bawah dan batang atas
(ketidak cocokan).

4. Tidak dijumpai masalah tumbuhnya tunas palsu dari batang bawah serta
tumbuhnya tunas air yang berlebihan.

5. Diperoleh keturunan yang sifatnya seragam dan sama dengan tanaman
induknya.

6. Tanaman asal setek mempunyai akar lateral dan akar rambut yang lebih
banyak dari tanaman semaian.

7. Tanaman kakao asal setek lebih cepat berbunga dan berbuah.
8. Dilihat dari segi produksi, tanaman asal setek mempunyai produksi yang

lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kakao asal semaian maupum
okulasi.
Untuk menjamin keberhasilan penyetekan yang dilakukan, kita harus
mengetahui terlebih dahulu faktor-faktor yang berpengaruh dan menentukan
keberhasilan penyetekan tersebut. Sampai saat ini yang menjadi permasalahan pada
perbanyakan kakao secara setek ini adalah masih rendahnya tingkat keberhasilan
setek berakar (0-68%) terutama bila digunakan peralatan secara sederhana.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya penyetekan kakao adalah

44

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

a. Bahan setek
b. Media penyetekan
c. Suhu dan kelembaban
d. Penyinaran
e. Penggunaan hormon akar

A. BAHAN SETEK
Setek yang diambil dari tanaman yang mempunyai kandungan karbohidrat

tinggi akan membentuk perakaran yang lebih baik dari pada yang mempunyai
kandungan karbohidrat rendah. Bahan setek yang baik adalah cabang plagitrop yang
baik baru saja selesai mengalami masa flus (cabang yang tidak terlalu tua dan tidak
terlalu muda), dimana permukaan bagian ujung cabang sepanjang 10 – 20 cm masih
berwarna hijau, sedangkan bagian bawah cabang sudah menunjukkan warna
kecoklatan. Sebaiknya bahan setek (cabang) diambil dari tanaman kakao yang masih
muda (umur sekitar 8 bulan), sehat, pertumbuhannya baik dan pohon mendapat
penyuinaran 25 – 50%.

B. MEDIA PERAKARAN
Media yang sesuai untuk pembentukan perkaran setek adalah media yang

mempunyai drainase baik, tetapi tetap dapat mempertahankan kelembabannya.
Keseimbangan udara dan kelembaban media perakaran berpengaruh terhadap
pembentukan kalus pada pangkal setek kakao. Akibat kekurangan udara maupun
kelebihan udara pada media perakaran menyebabkan tidak terbentuknya akar atau
pembentukan akar terhambat.

Menurut Situmorang (1973), media yang baik untuk pertumbuhan perakaran
setek kakao adalah pasir dan serbuk kelapa. Hanya saja bila menggunakan pasir
sebaiknya digunakan pasir dengan ukuran butir yang relatif sama.

45

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

C. INTENSITAS PENYINARAN, TEMPERATUR DAN KELEMBABAN
DALAM SETEK BAK

Apabila kita membiarkan sinar matahari masuk terlalu banyak ke dalam setek
bak berarti akan meningkatkan temperatur dan menurunkan kelembaban. Untuk
mencapai perakaran yang baik, temperatur yang dikehendaki adalah 28,3o – 29,4oC,
dan kelembaban yang diperlukan 94 – 100%. Tetapi kelembaban udara yang berkisar
antara 75 – 80% ternyata sudah cukup untuk memberikan hasil yang baik.

Keadaan dalam sungkup tidak boleh terlalu gelap atau terang. Penyinaran
sebanyak 10 – 35% telah terbukti memberikan hasil yang baik. Penyinaran matahari
ini diatur dengan menambah atau mengurangi tebalnya atau penaung buatan atau
alami.

Temperatur media perakaran yang dikehendaki berkisar antara 19,3o – 23,7o C,
dimana pada temperatur media sekitar 21o C akan membentuk perakaran yang jauh
lebih baik dari pada temperatur media yang berfluktuasi. Tingginya temperatur media
perakaran setek walaupun berlangsung sebentar sudah dapat mematikan setek.

D. PENGGUNAAN HORMON ATAU ZAT PENGATUR TUMBUH
Untuk lebih berhasilnya perbanyakan dengan setek dapat digunakan zat

pengatur tumbuh (ZPT) untuk merangsang keluarnya akar sehingga kecepatan dan
jumlah akar dari masing-masing setek dapat ditingkatkan. Pemberian auxin pada
setek dapat meningkatkan persentase berakar, mempercepat munculnya akar,
meningkatkan kualitas akar, dan menyeragamkan munculnya akar. Salah satu jenis
ZPT yang sudah umum digunakan, banyak tersedia, dan murah harganya serta mudah
penggunaannya adalah Rootone F yang juga dapat digunakan untuk perbanyakan
setek kakao.

46

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

III. ORGANISASI
1. Jumlah mahasiswa dalam satu grup dibagi menjadi 4 kelompok.
2. Tiap-tiap kelompok beranggota 5 – 6 orang

IV. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan :
a. Cabang plagiotrop
b. Dithane M 45
c. Rootone F
d. Polibag kecil
e. Top soil
f. Setekres kakao

Alat yang digunakan :
a. Pisau setek
b. Lap dari kain halus
c. Ember
d. Plastik sungkup
e. Tempat pembibitan

V. PELAKSANAAN PRAKTEK
A. PEMBUATAN BEDENGAN DAN PENGISIAN MEDIA

1) Siapkan alat dan bahan yang digunakan dalam praktek.
2) Buat bedengan pembibitan dengan panjang 4 meter dan lebar 1 meter dengan

tinggi 30 cm.
3) buat kerangka sungkup dengan tinggi 70 cm dari permukaan tanah.
4) Siapkan media tanam top soil dan haluskan.
5) Isikan media tanah ke dalam polibag.
6) Susun polibag dalam bedengan dan siram sampai jenuh air.

47

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

B. PEMBUATAN SETEK DAN PENANAMAN
1) Buat setek dari cabang plagiotrop yang memenuhi syarat setek 3 daun.
2) Potong bagian ujung cabang dengan posisi miring kira-kira 1 cm dari daun
teratas dan kira-kira 6 cm dari daun terbawah (daun ketiga) juga dengan posisi
miring, usahakan satu kali potong setek bisa terputus.
3) Buang daun setek kira-kira 1/3 – ½ bagian atau tergantung pada panjang dan
lebarnya daun.
4) Setek yang sudah dibuat ditampung/dimasukkan dalam larutan Dithane M 45
dengan konsentrasi 0,2%.
5) Tanamkan setek yang yang sudah jadi tersebut pada media tanam polibag
yang sudah disiapkan dengan cara dibuat dulu lobang tanamnya sedalam 4 – 5
cm, bersihkan lendir yang masih ada pada pangkal setek dengan kain halus,
lalu olesi dengan Rootone F berbentuk pasta secara tipis dan merata,
kemudian tanamkan pada media.
6) Setelah ditanam padatkan tanah disekitar setek dengan tangan.
7) Siramkan larutan Dithane M 45 sisa perendaman setek ke dalam media tanam
kemudian baru dibilas lagi dengan air bersih.
8) Pasang sungkup plastik transparan pada kerangka sungkup.

VI. PERTANYAAN / TUGAS
1. Apa fungsi Rootone F ?
2. Kenapa pada pembuatan setek digunakan cabang plagitrop ?
3. Apa tanda-tanda penyetekan yang berhasil? Jelaskan bagai mana bentuknya?

48

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

Pertemuan Ke : 14 dan 16

a. Minggu Ke : 14
b. Pokok Bahasan : 10.2. Pengemasan Bahan
c. Sub Pokok Bahasan
Tanaman
d. Durasi Waktu : 10.2.1. Melakukan berbagai
e. Dosen
f. Lokasi Pelaksanaan macam cara pengemasan bahan
g. Capaian Pembelajaran tanaman (Biji, bibit dan stekkres)
: 100 menit
Kegiatan Pembelajaran : Ir. Noveri, M.P.
: Bangunan pembibitan Poiteknik
: Setelah mengikuti praktek ini
mahasiswa dapat melakukan
berbagai cara pengemasan,
pengangkutan dan penyimpanan
bahan tanam
: Praktek Lapangan

I. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu melakukan pengemasan bahan tanaman untuk tujuan
penundaan waktu tanaman atau pengiriman bahan tanaman kesuatu lokasi

II. TEORI
Bahan tanam adalah bagian dari pohon induk yang digunakan untuk

memperbanyak tanaman, baik untuk perbanyakan secara vegetatif atau untuk
perbanyakan secara generatif. Bahan tanam harus berasal dari pohon induk yang
sehat dan telah diketahui silsilahnya, mudah dibiakkan, produktivitas perakaran yang
kuat dan rimbun. Oleh karena itu penentuan bahan tanam sangat diperlukan untuk
keberhasilan suatu tanaman yang akan dibudidayakan. Jadi dalam hal ini bahan tanam
tersebut dapat berupa biji/benih, bibit maupun bagian-bagian dari suatu tanaman
seperti akar, batang, daun, cabang ( stekkres), dan pucuk tanaman.

49

POLITEKNIK PERTANIAN BUKU KERJA
NEGERI PAYAKUMBUH PRAKTEK MAHASISWA

Pengemasan bahan tanaman bertujuan untuk mempertahankan kesegaran dan
mencegah terjadinya kerusakan bahan tanam tersebut walau tidak segera ditanam atau
terjadinya penundaan waktu penanaman. Bahan tanaman yang berupa stekkres
biasanya cepat sekali terjadinya penurunan kesegarannya terutama disebabkan oleh
berkurangnya kandungan air bahan tersebut karena terjadinya penguapan. Begitu juga
halnya pada bibit yang berasal dari bibit cabutan atau bibit putaran jika tidak segera
ditangani maka bibit tersebut juga akan kehilangan kesegarannya, apalagi bibit
putaran, bibit cabutan, dan bibit stum yang sewaktu diambil sebagian besar akarnya
mengalami kerusakan dan di buang.

Bibit cabutan adalah bibit yang sewaktu pengambilannya dengan cara
mencabutnya tanpa mengikut sertakan medianya. Bibit stum adalah bibit yang
sewaktu pengambilannya juga dengan cara mencabutnya, kemudian sebagian besar
akarnya dibuang, tanamannya dipotong pendek sehingga bibit tersebut kondisinya
tanpa daun dan tanpa akar utuh karena sebagian besar akarnya dipotong dan dibuang,
misalnya bibit stum karet. Sedangkan yang dimaksud dengan bibit putaran adalah
bibit-bibit yang sewaktu pengambilannya dengan mengikutkan media tanamnya.

Penundaan waktu penanaman pada umumnya sering terjadi jika suatu bahan
tanaman dikirimkan kesuatu tempat yang lokasinya cukup jauh dan perlu waktu
berhari-hari untuk pengirimannya. Untuk menghindari terjadinya kerusakan bahan
tanaman karena terjadinya penundaan penanaman maupun akibat kerusakan dalam
pengiriman perlu dilakukam penanganan khusus pada bahan tamanan tersebut
sehingga resiko kerusakan dan matinya tanaman dapat dikurangi.

Bahan tanaman berupa bibit polybag jika pengirimannya membutuhkan waktu
lama dan berhari-hari jika tidak ditangani secara khusus juga akan dapat merusak
bibit tersebut. Kerusakan bibit sewaktu pengiriman bisa saja disebabkan karena
terjadinya pergesekan sesama bibit sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan
mekanis pada bibit. Disamping itu kerusakan bibit dalam pengiriman juga disebabkan
karena terjadinya penguapan yang tinggi dalam pengiriman akibat tertiup oleh angin

50


Click to View FlipBook Version