The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Konsep Dasar Komunikasi, Pengelompokkan Teori Komunikasi berdasarkan Tradis Robert Craig

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by safa.auliya2301, 2021-10-13 04:00:05

Ebook Teori Dasar Ilmu Komunikasi

Konsep Dasar Komunikasi, Pengelompokkan Teori Komunikasi berdasarkan Tradis Robert Craig

Kata Pengantar

Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah atas segala limpahan karunia, nikmat
kesehatan dan nikmat waktu yang telah diberikan. Serta shalawat
dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam.

Ebook ini di susun secara sederhana dengan tujuan agar
mudah dimengerti dan dipahami oleh para pembaca.

Ebook ini terdiri atas empat bagian, bagian pertama berisi
tentang pengertian teori komunikasi, bagian kedua berisi tentang
teori komunikasi manusia yang terdiri atas empat tipologi, bagian
ketiga berisi tentang teori komunikasi berdasarkan Richard West
dan Lynn H. Turner, dan bagian keempat berisi tentang
Pengelompokan Teori Komunikasi Richard West dan Lynn H.
Turner berdasarkan 7 Tradisi Robert Craig.

Sebelumnya, terimakasih kepada dosen pengampuh mata
kuliah “Teori Dasar Ilmu Komunikasi” karena telah memberikan
berbagai pengetahuan dan wawasan secara luas, serta arahan
dalam pembuatan ebook ini. Dan terimakasih juga kepada teman-
teman yang mengarahkan dan membagi pengetahuannya selama
penyusunan ebook ini.

Dan terakhir semoga ebook ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Walaupun masih terdapat kekurangan dalam ebook ini.

Makassar, Oktober 2021

penulis

i

Review

REVIEW DARI 2 TEMAN

Nama: Dinah Nurhaliyah
Nim: E021201092

Judul buku: Teori Dasar Ilmu Komunikasi “Pengelompokkan Teori
Komunikasi berdasarkan Tradisi Robert Craig”
Penulis: Safa Auliya
Jumlah halaman: 67

Ingin mengetahui tentang teori komunikasi? 7 tradisi
menurut Robert Craig? atau pengelompokan teori-teori
komunikasi menurut ke dalam 7 tradisi menurut Robert Craig?
Ebook ini memiliki apa yang kita cari dari tiga pertanyaan di atas.
Ebook dengan jumlah halaman sebanyak 63 ini tidak hanya
mengulas tentang tiga pertanyaan kita di atas, melainkan ebook ini
juga menyediakan bab-bab yang membahas tentang materi-materi
lain terkait dengan bidang ilmu komunikasi.

Ebook terbagi menjadi beberapa bagian yang disetiap
bagiannya di buatkan bab sesuai dengan tema bagian yang dibagi
contoh seperti pada bagian pertama yang terdiri dari 1 bab, ebook
ini memberikan kita sebuah konsep dasar komunikasi yang
membicarakan pengertian teori komunikasi, objek kajian
komunikasi dari terdiri dari dua yaitu objek material atau subject
matter dan objek formal atau focus of Interest, kemudian
karakteristik yang dibagi menjadi 3 bagian yaitu abstraksi,
konstruksi, dan yang berkaitan langsung dengan tindakan, hingga
pada paradigma yang merupakan hasil pandangan komunitas

ii

Review

ilmuwan terhadap suatu fenomena komunikasi yang terdiri dari 4
paradigma.

Pada bagian ketiga atau bagian terakhir yaitu teori
komunikasi berdasarkan Richard West dan Lynn H. Turner, pada
bagian ini terdapat 6 bab yang menjelaskan tentang 27 teori
menurut West dan Turner. Pada bagian terakhir ini tertulis 27 teori
yang di masukkan ke dalam sebuah tabel dengan alasan
disebelahnya mengapa suatu teori West dan Turner ini dapat
masuk ke dalam tradisi Robert, serta untuk beberapa teori di
berikan sebuah contoh untuk membantu kita lebih memahaminya.

Untuk penulisan dan pengaturan tata bahasa pada ebook ini
sudah cukup bagus hanya ada beberapa bagian yang perlu di
perbaiki seperti pembagian bab yang saya rasa terlalu banyak
membuat pembaca menjadi kesulitan untuk mengingat letak
materi, untuk jarak setiap paragraf mungkin bisa di beri sedikit
jarak karena menurut terlalu berdempetan, untuk segi
kelengkapan sudah sesuai dengan apa yang di minta, dan untuk
materi yang dibahas itu sudah mudah dipahami karena ditulis
dengan ringkas dan jelas, ebook ini juga memiliki referensi dari
buku yang memang menjadi panduan dasar untuk bidang ilmu
komunikasi.

iii

Review

Nama: Syafiqah Mangkawani Caneng
Nim: E021201050

Ebook tentang Teori Dasar Ilmu Komunikasi ini menyajikan
beberapa bagian, yaitu konsep dasar komunikasi, menjelaskan
paradigma penelitian, diskursus komunikasi, tingkatan
komunikasi, tradisi komunikasi dan teori-teori komunikasi. Ebook
ini juga sekaligus menyajikan pengelompokan teori komunikasi
dengan menggunakan dua cara, yaitu berdasarkan teori oleh
Richard West dan berdasarkan tradisi komunikasi oleh Robert T.
Craig. Dengan pengelompokan ini, pembaca dapat mengenal dua
sudut pandang yang berbeda terhadap pengelompokan teori dan
lebih baik dalam memahami pengelompokan teori tersebut.

Untuk penyajian isi sendiri, menurut saya ebook ini cukup
sederhana dan mudah dipahami, serta menjelaskan isi dari umum
hingga khusus sehingga membantu pembaca memahami fokus
dari buku ini karena telah dijelaskan terlebih dahulu dasar-
dasarnya. Dalam ebook ini juga disajikan tabel yang membantu
pemahaman pembaca.Secara keseluruhan, menurut saya ebook
ini baik dalam menjelaskan dasar-dasar teori komunikasi beserta
sub-sub pembahasannya disertai dengan penyajian yang
sederhana, sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami
keseluruhan isi.

iv

Daftar Isi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
REVIEW DARI 2 TEMAN ii
DAFTAR ISI 5

BAGIAN PERTAMA 11

Teori Komunikasi

BAB 1 KONSEP DASAR KOMUNIKASI 11

1. Pengertian Teori Komunikasi 11
2. Objek Material dan Objek Formal 11
3. Karakteristik 12
4. Paradigma 12

BAGIAN KEDUA 14

Teori Komunikasi Manusia

BAB 2 PARADIGMA PENYELIDIKAN GIBSON 14
BAB 3 BURRELL DAN GREATH MORGAN
16
1. Fungsionalis 16
2. Interpretatif 16
3. Strukturalis Radikal 17
4. Humanis Radikal
17
DISKURSUS STANLEY DEETZ
17
1. Diskursus Studi Normatif 17
2. Diskursus Studi Interpretasi

5

Daftar Isi

3. Diskursus Studi Kritis 18
4. Diskursus Studi Dialogis 18

BAB 4 TINGKATAN JOHN POWERS 18

1. Tingkatan Satu 19
2. Tingkatan Dua 19
3. Tingkatan Tiga 19
4. Tingkatan Empat 20

BAB 5 Tradisi Robert Craig 20

1. Tradisi Retorika 21
2. Tradisi Semiotika 21
3. Tradisi Sosio-Psikologi 22
4. Tradisi Fenomenologi 22
5. Tradisi Sosial Budaya 23
6. Tradisi Sibernetika 23
7. Tradisi Kritis 23

BAGIAN KETIGA 25

Teori Komunikasi berdasarkan Richard West dan Lynn H. Turner

BAB 6 DIRI DAN PESAN 25
BAB 7
1. Teori Interaksi Simbolik 25
2. Mananjemen Makna yang Terkoordinasi 26
3. Teori Disonasi Kognitif 28
4. Teori Pelanggaran Harapan 29

PENGEMBANGAN HUBUNGAN 30

6

BAB 8 1. Teori Pengurangan Ketidakpastian Daftar Isi
BAB 9 2. Teori Pertukaran Sosial
BAB 10 3. Teori Penetrasi Sosial 30
4. Teori Dialektika Relasional 32
BAB 11 5. Teori Manajemen Privasi Komunikasi 33
6. Teori Pemrosesan Informasi Sosial 34
35
GRUP, TIM, DAN ORGANISASI 36

1. Kelompok Berpikir 37
2. Teori Struktur
3. Teori Budaya Organisasi 37
4. Teori Informasi Organisasi 38
39
PUBLIK (MASYARAKAT) 40

1. Retorika 41
2. Drama
3. Paradigma Naratif 41
42
MEDIA 43

1. Teori Pengaturan Agenda 44
2. Teori Spiral Keheningan
3. Pengguna dan Teori Gratifikasi 44
4. Teori Kultivasi 45
5. Studi-studi Budaya 46
6. Teori Ekologi Media 47
48
BUDAYA DAN KEANEKARAGAMAN 48

1. Teori Negosiasi Wajah 49

49

7

Daftar Isi

2. Teori Akomodasi Komunikasi 50
3. Teori Grup Teredam 50
4. Teori Sudut Pandang Feminis 51

BAGIAN KEEMPAT 54

Pengelompokan Teori Komunikasi Richard West dan Lynn H.

Turner berdasarkan 7 Tradisi Robert Craig

BAB 12 TRADISI RETORIKA 54
BAB 13
BAB 14 1. Retorika 54
2. Drama 54
3. Paradigma Naratif 55

TRADISI SEMIOTIKA 55

1. Teori Interaksi Simbolik 55
2. Drama 55

TRADISI SOSIO-PSIKOLOGI 55

1. Teori Disonasi Kognitif 56
2. Teori Pelanggaran Harapan 56
3. Teori Pengurangan Ketidakpastian 56
4. Teori Pertukaran Sosial 57
5. Teori Penetrasi Sosial 57
6. Teori Pemrosesan Informasi Sosial 57
7. Kelompok Berpikir 57
8. Teori Pengaturan Agenda 58
9. Teori Spiral Keheningan 58
10. Teori Negosiasi Wajah 58

8

Daftar Isi

BAB 15 11. Teori Akomodasi Komunikasi 59
BAB 16
TRADISI FENOMENOLOGI 59
BAB 17
BAB 18 1. Teori Interaksi Simbolik 59
2. Manajemen Makna yang Terkoordinasi 59

TRADISI SOSIAL BUDAYA 60

1. Manajemen Makna yang Terkoordinasi 60
2. Teori Dialektika Relasional 60
3. Teori Manajemen Privasi Komunikasi 60
4. Kelompok Berpikir 61
5. Teori Strukturasi 61
6. Teori Budaya Organisasi 61
7. Penggunaan dan Teori Gratifikasi 61
8. Teori Kultivasi 62
9. Teori Ekologi Media 62

TRADISI SIBERNETIKA 62

1. Teori Strukturasi 62
2. Teori Informasi Organisasi 63
3. Teori Spiral Keheningan 63

TRADISI KRITIS 63

1. Drama 63
2. Teori Kultivasi 64
3. Studi-studi Budaya 64
4. Teori Ekologi Media 64
5. Teori Grup yang Teredam 65
6. Teori Sudut Pandang Feminis 65

9

DAFTAR PUSTAKA Daftar Isi

66

10

Bagian Pertama

Bagian Pertama

Teori Komunikasi

Pada bagian ini merupakan awal untuk mempelajari dan
memahami tentang dasar-dasar teori komunikasi.

BAB 1

KONSEP DASAR KOMUNIKASI

1. Pengertian Teori Komunikasi
Teori komunikasi merupakan suatu rangkaian konsep,
penjelasan, dan prinsip-prinsip yang terorganisasi atau
terstruktur yang menggambarkan berbagai aspek pengalaman
manusia.

2. Objek Material dan Objek Formal
• Objek Material (Subject Matter)
Objek material merupakan segala yang konkret atau
fenomena yang dipelajari dalam suatu disiplin ilmu, seperti
manusia, tumbuhan, alam semesta luar angkasa, kehidupan
sosial manusia, dan lain sebagainya.
Selain itu, terdapat juga objek material ilmu komunikasi
yang menggambarkan perilaku manusia dalam kehidupan
sosial.
• Objek Formal (Focus of Interest)
Objek formal terbagi atas dua bagian, yaitu:

11

Bagian Pertama

1. Pandangan khusus yang berupa paradigma dan
perspektif setiap disiplin ilmu terhadap objek material
yang dihadapi.

2. Pembeda antara satu disiplin dengan disiplin lainnya.

Selain itu, terdapat juga objek formal ilmu komunikasi atau
proses komunikasi yang melibatkan seluruh elemen-
elemen komunikasi. Adapun elemen-elemen tersebut, yaitu
komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek.

3. Karakteristik
Karakteristik dalam teori komunikasi terbagi atas tiga bagian,
yaitu:
• Teori merupakan abstraksi atau penggambaran yang
berupaya untuk menyederhanakan pengalaman dalam
kategori-kategori. Karena teori yang baik merupakan teori
yang bisa di aplikasikan.
• Teori merupakan konstruksi atau upaya manusia ilmuan
membuat pilihan dan simpulan, kemudian mengkategorikan
apa yang akan di observasi.
• Teori berkaitan langsung dengan tindakan, kemudian teori
memberi petunjuk bagaimana berpikir dan bertindak
tentang sesuatu hal.
Dalam hal ini teori dikatakan tidak mutlak 100%

4. Paradigma

12

Bagian Pertama

Paradigma merupakan pandangan komunitas ilmuwan
terhadap suatu fenomena. Dalam hal ini paradigma terbagi atas
empat bagian, yaitu:
1) Paradigma Positivisme

Paradigma positivisme merupakan paradigma yang harus
ada pada posisi yang objektif, tidak dalam subjektif. Artinya,
peneliti tidak boleh melibatkan dirinya atau bersifat subjekif
pada saat melakukan sebuah penelitian. Dan dalam hal ini
penilaian yang digunakan ialah bebas nilai.
2) Paradigma Interpretivism
Paradigma interpretivism merupakan lawan dari paradigma
positivism. Artinya, peneliti melibatkan dirinya atau bersifat
subjektif pada saat melakukan sebuah penelitian dan
menggunakan kualitas pada penjelasannya.
3) Paradigma Konstraktivism
Paradigma konstraktivism beranggapan bahwa masyarakat
bersifat aktif dan dinamis dalam menciptakan realitas yang
berdasarkan pada kesepakatan.
4) Paradigma Kritis
Paradigma kritis merupakan teori yang harus memberikan
nilai yang bermanfaat. Dan paradigma ini dianggap sebagai
paradigma politisi.

13

Bagian Kedua

Bagian Kedua

Teori Komunikasi Manusia

Pada bagian ini akan membahas tentang empat tipologi atau
skema untuk mengorganisir teori ke dalam unit atau kelompok
yang lebih besar dan untuk memahami disiplin komunikasi sebagai
bidang penyelidikan. Adapun empat tipologi tersebut, yaitu
paradigma Gibson Burrell dan Greath Morgan, Diskursus Stanley
Deetz, tingkatan John Powers, dan tradisi Robert Craig. Empat
tipologi ini fokus pada berbagai aspek teori, disiplin, dan
penyelidikan secara umum. Dan perlu diketahui bahwa tipologi
yang dijelaskan tersebut, bukan karena memberikan cara yang
benar untuk mengatur sebuah teori, tetapi karena setiap tipologi
memiliki pengaruh dan daya tahan dalam disiplin teori komunikasi.
Berikut penjelasan dari tipologi tersebut.

BAB 2

PARADIGMA PENYELIDIKAN GIBSON BURRELL
DAN GREATH MORGAN

Pada awalnya empat paradigma Burrell dan Morgan
dipahami sebagai proyek untuk menghubungkan teori oragnisasi
dengan konteks ilmu-ilmu sosial yang lebih besar. Kemudian,

14

Bagian Kedua

pendekatan tersebut secara umum merupakan diskursus tentang
sifat ilmu sosial dan sifat masyarakat.

Sifat Ilmu Sosial
Burrell dan Morgan mengelompokkan teori-teori dalam

ilmu sosial dengan membahas empat perdebatan utama. (1)
Ontologi atau sifat realistis, yaitu upaya untuk mempresentasikan
objek, tindakan, dan kondisi sosial apa adanya. (2) Epistemologi
atau sifat pengetahuan, yaitu adanya ikatan yang erat atau saling
berkaitan antara epistemologi dengan ontologi. (3) Masalah sifat
manusia diidentifikasi bahwa adanya determinisme dan
volunterisme. Determinisme atau keyakinan adalah tindakan
manusia yang ditentukan oleh kondisi keberadaan diri mereka
sendiri. Dan volunterisme atau kesukarelaan menunjukkan bahwa
manusia memiliki dan melaksanakan kehendak secara bebas,
terlepas dari faktor atau kendala situasional apapun. (4)
Konsekuensi metodologis dari operasi dalam perkataan yang
diberikan. Kemudian, Burrell dan Morgan menyatukan keempat
perdebatan ini menjadi satu kesatuan objektif-subjektif. Objektif
adalah upaya untuk menerapkan model dan metode yang
diturunkan dari ilmu-ilmu alam untuk mempelajari urusan
manusia. Sedangkan subjektif menunjukkan bahwa urusan
manusia tidak dapat dipahami melalui model atau metode ilmu
alam.

Sifat Masyarakat

15

Bagian Kedua

Pada sifat ini menawarkan prinsip regulasi-perubahan
radikal untuk memahami masyarakat yang bersinggungan dengan
ilmu-ilmu sosial. Penggunaan istilah regulasi mengarah pada
teori-teori yang fokus pada kesatuan dan kekompakan yang
mendasari masyarakat dan kebutuhan terhadap regulasi dalam
urusan manusia.

Adapun empat paradigma menurut Burrell dan Morgan,
yaitu:

1) Fungsionalis
Fungsionalis, yaitu menjelaskan tipologi Burrell dan
Morgan, karena telah menjadi paradigma utama untuk
penyelidikan organisasi dalam sosiologi. Teori-teori yang
terletak pada bagian ini berbagi pandangan tentang dunia
sosial yang relatif stabil dan konkret.

2) Interpretatif
Paradigma interpretatif sama seperti fungsionalis, tetapi
memiliki sudut pandang subjektif sebagai fokusnya.
Paradigma ini berusaha menjelaskan sifat dasar dunia
sosial seperti yang termanifestasi pada tingkat pengalaman
subjektif. Dan menekankan pada aktivitas interpretasi
khalak media.

3) Strukturalis Radikal
Paradigma strukturalis radikal mendekati dunia dari sudut
pandang objektivitas dengan tujuan perubahan. Para ahli
teori bekerja mencari perubahan dalam struktur dan

16

Bagian Kedua

hubungan masyarakat. Dan contoh dari paradigma ini, yaitu
teori sudut pandang feminis.
4) Humanis Radikal
Humanis Radikal bersifat subjektif dan berorientasi pada
perubahan. Dan hasil yang diharapkan adalah pelepasan
kesadaran manusia dari ideologi yang mengasingkan dan
membatasi sifat masyarakat.
Maka dari itu, perubahan yang dicari adalah kesadaran dari
individu itu sendiri, bukan pada struktur masyarakat.

BAB 3

DISKURSUS STANLEY DEETZ

Dalam hal ini Deetz tertarik pada “bagaimana ilmu
organisasi dipraktikkan-bagaimana representasi penelitian
diproduksi, disebarluaskan, dan digunakan”. Setiap diskursus
memiliki cara yang berbeda untuk terlibat dalam proses penelitian.
Adapun empat diskursus Stanley Deetz, yaitu:

1) Diskursus Studi Normatif
Diskursus ini dicirikan dengan praktik penelitian yang
mencerminkan ilmu-ilmu alam. Tujuan penelitian ini untuk
menemukan proses fundamental yang dapat berkontribusi
pada penciptaan perubahan untuk kemajuan dunia sosial
manusia.

2) Diskursus Studi Interpretasi

17

Bagian Kedua

Diskursus ini mengistimewakan peserta penelitian itu
sendiri dibandingkan menormalkan proses yang berusaha
untuk mengkategorikan, menggeneralisasi dan membuat
undang-undang yang berlaku di seluruh populasi. Dan
diskursus ini mengandalkan penelitian lapangan dan
wawancara pribadi yang mendalam.
3) Diskursus Studi Kritis
Diskursus ini mengidentifikasi dan mengkritik bentuk
dominasi dan penindasan dengan menunjukkan bahwa
berbagai konstruksi realitas mendukung kepentingan
tertentu dan mengaburkan yang lain. Hasilnya adalah
kesadaran palsu dan komunikasi terdistorsi, konstruksi
yang tampak normatif atau alami dari waktu ke waktu.
4) Diskursus Studi Dialogis
Diskursus ini berkaitan dengan “fragmentasi dan potensi
perpecahan dalam diskursus apa pun”. Dan diskursus ini tidak
melihat dominasi sebagai kondisi atau struktur yang sudah ada
sebelumnya, tetapi dominasi bersifat situasional.

BAB 4

TINGKATAN JOHN POWERS

John Powers dalam hal ini tertarik untuk memahami apa
yang membuat khas disiplin komunikasi, serta bagaimana
keragaman intelektual kepentingan penelitian bermain di seluruh
konteks yang berbeda pada saat berkomunikasi. Powers juga

18

Bagian Kedua

membangun model disiplin yang terdiri atas empat tingkatan. Dan
setiap tingkatan berkaitan dengan aspek lapangan yang berbeda
dan masing-masing dibangun di atas tingkatan sebelumnya.
Adapun tingkatan dari John Powers, yaitu:

1) Tingkatan Satu
Identifikasi kekuatan tingkatatan satu fokus pada sifat khas
dari disiplin tersebut dan yang membuat bidang komunikasi
unik adalah konsep pesan. Seperti yang dicatat oleh Powers,
“konsep pesan adalah konsep inti tunggal yang paling jelas
membedakan setiap disiplin yang berpusat pada komunikasi
dari semua pengerjaan intelektual lainnya.” (Gurwood &
Kabat, 2009).
Karena pesan adalah pusat konseptual dari disiplin, maka
tingkatan satu dikhususkan untuk menganalisis pesan.

2) Tingkatan Dua
Tingkatan dua berpusat pada komunikator dan secara
khusus pada hubungan antara komunikator dan sebuah
pesan. Powers memberikan tiga perhatian utama tentang
komunikator yang telah memenuhi kepentingan orang-
orang dalam disiplin komunikasi, yaitu: (1) komunikator
sebagai individu, (2) sifat hubungan yang diciptakan,
dipelihara, diganggu, dan dihancurkan melalui komunikasi,
dan (3) peran komunikasi dalam menciptakan komunitas
budaya (Gurwood & Kabat, 2009).

3) Tingkatan Tiga

19

Bagian Kedua

Tingkatan tiga berpusat pada level dalam skema Powers.
Penggunaan istilah tersebut untuk menggambarkan sifat
atau lingkup komunikasi dan membahas tiga tingkatan yang
secara tradisional telah mendefenisikan disiplin komunikasi
interpersonal, kelompok, dan publik.
4) Tingkatan Empat
Tingkatan empat berpuast pada situasi. Situasi yang
dimaksud adalah pendidikan, keluarga, konteks medis dan
kesehatan, pengaturan hukum, komunikasi yang di mediasi,
organisasi, pengaturan agama, dan tim olahraga.

Secara singkat pendekatan Powers memetakan bidang
intelektual, yaitu komunikasi sebagian besar dirancang untuk
menghadirkan disiplin sebagai entitas yang koheren atau
seimbang kepada orang luar. Maka dari itu dapat berfungsi tidak
hanya sebagai referensi historis tentang bagaimana bidang
tersebut berkembang, tetapi bisa juga sebagai alat atau panduan
penetapan agenda untuk menilai kemajuan dari bidang intelektual
tersebut.

BAB 5

TRADISI ROBERT CRAIG

Pendekatan Robert Craig untuk mengorganisir teori
merupakan skema terbaru. Craig membagi dunia teori komunikasi
menjadi tujuh tradisi, yaitu: semiotika, fenomenologi, sibernetika,
sosio-psikologi, sosial budaya, kritis, dan retorika. Setiap tradisi

20

Bagian Kedua

tersebut dapat dianggap menawarkan perspektif komunikasi yang
berbeda. Selain itu, beberapa tradisi bertentangan satu sama lain.
Namun sebagai sebuah kelompok tradisi tersebut memberikan
koherensi yang memungkinkan teori-teori berdampingan, serta
memahami persamaan dan perbedaan esensi dari setiap teori. Dan
menurut Craig tradisi tersebut memberikan semacam koherensi
intelektual, bukan dengan mencapai konsensus universal pada
satu teori besar, tetapi dengan mempromosikan dialog beragam
tradisi teori komunikasi.
Adapun penjelasan dari tradisi Robert Craig, yaitu:

1) Tradisi Retorika
Komunikasi sebagai seni berbicara di depan umum yang
bertujuan untuk meyakinkan khalayak atau tindakan
persuasi. Tradisi ini mengandung tiga unsur, yaitu ethos,
pathos, dan logos. Dan inti dari tradisi retorika adalah lima
kanon retorika, yaitu penemuan, pengaturan, gaya,
penyampaian, dan ingatan.

2) Tradisi Semiotika
Komunikasi sebagai proses berbagi makna melalui sebuah
tanda. Tradisi semiotika juga mencakup penggunaan tanda
dan simbol pada sejumlah teori untuk mewakili sebuah
objek, ide, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi diluar
dirinya. Semiotika biasa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
semiotika atau studi tentang tanda dan simbol sebagai
elemen dasar, pragmatic atau studi tentang hubungan di
antara tanda-tanda, dan sintaksis atau cara tanda-tanda

21

Bagian Kedua

digabungkan ke dalam sistem tanda yang kompleks. Maka
tradisi semiotika fokus kepada tanda dan fungsi dalam
proses komunikasi.
3) Tradisi Sosio-Psikologi
Komunikasi sebagai interaksi interpersonal dan
pengaruhnya. Tradisi ini fokus pada perilaku individu dalam
hubungan sosial, variabel psikologis, dan presepsi individu.
Tradisi ini penekanannya pada proses penyampaian pesan
dan berorientasi pada proses kognitif (kesadaran, terutama
tentang pengolahan informasi). Tradisi ini dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu: (1) teori perilaku artinya bagaimana
individu berperilaku dalam situasi komunikasi, (2) teori
kognitif artinya bagaimana individu memperoleh,
menyimpan dan memproses informasi dan hasilnya
mengarah pada perilaku, dan (3) teori biologi artinya
bagaimana struktur otak, neurochemistry, dan faktor
genetik yang menjelaskan perilaku manusia. Maka tradisi
sosio-psikologi fokus pada teori kognitif yang mengarah
pada emosi dan perilaku.
4) Tradisi Fenomenologi
Tradisi fenomenologi melihat individu sebagai komponen
atau kunci dalam proses komunikasi, karena tradisi ini juga
memandang individu sebagai penafsir. Artinya,
fenomenologis merupakan cara manusia memahami dunia
melalui pengalaman langsung atau komunikasi sebagai
pengalaman diri/pribadi dan orang lain melalui sebuah

22

Bagian Kedua

dialog. Dalam hal ini mengarah pada mewujudkan suatu
objek, peristiwa atau kondisi yang dipresepsi dan
mewujudkan hal tersebut menjadi nyata apa adanya. Maka
inti dari fenomenologi, yaitu mempelajari proses konstruksi
sebuah makna dan pengalaman itu bersifat subjektif, bukan
objektif.
5) Tradisi Sosial Budaya
Pendekatan tradisi Sosial Budaya terhadap komunikasi,
yaitu sebagai penciptaan dan perwujudan realitas sosial
yang secara interaktif dilakukan dalam komunikasi,
sehingga menghasilkan makna, peran, aturan, dan nilai
budaya. Tradisi ini fokus pada bagaimana identitas itu
dibentuk melalui interaksi sosial dan menciptakan realitas
yang dikonstruksi melalui bahasa. Penggunaan bahasa
dalam hal ini untuk menjelaskan identitas diri sebagai
makhluk sosial dan budaya dari satu situasi ke situasi
lainnya.
6) Tradisi Sibernetika
Tradisi sibernetika merupakan sistem kompleks yang terdiri
atas elemen-elemen yang saling berinteraksi dan
memengaruhi. Adapun teori yang masuk ke dalam
kelompok tradisi ini menjelaskan bagaimana proses fisik,
biologis, sosial, dan perilaku bekerja dan semua sistem
bersifat unik dan dinamis, sehingga dapat diadaptasi dan
berubah.
7) Tradisi Kritis

23

Bagian Kedua
Pendekatan tradisi kritis terhadap komunikasi, yaitu sebagai
refleksi kritis terhadap diskursus yang tidak adil, tidak
seimbang, dan tidak emansipatif atau dipahami juga untuk
mengungkapkan kondisi sosial yang menindas. Dan realitas
pada tradisi ini tidak dapat dilihat sebagai apa adanya,
karena hal ini merupakan hasil pandang yang dikontruksi
oleh manusia yang di dalamnya selalu terdapat
kepentingan-kepentingan, baik kepentingan politik, ekonomi
dan lainnya. Serta realitas dalam hal ini dibangun dari
kontradiksi-kontradiksi yang hadir di masyarakat.

24

Bagian Ketiga

Bagian Ketiga

Teori Komunikasi berdasarkan Richard West dan
Lynn H. Turner

BAB 6

DIRI DAN PESAN

Pada bab ini menggambarkan tentang proses komunikasi
yang terdiri atas pesan dan makna, serta bagaimana kita menilai
pemikiran sendiri dan menilai penafsiran orang lain terhadap
pesan yang kita sampaikan. Atau bagaimana kita memproses
sebuah makna terhadap sebuah pesan dalam komunikasi. Adapun
teori pada bab ini, yaitu:

1) Symbolic Interaction Theory (Teori Interaksi Simbolis) oleh
George Herbert Mead
Teori Interaksi Simbolik membahas tentang interaksi antara
diri dan masyarakat tempat mereka hidup dan berpendapat
bahwa tindakan seseorang berdasarkan pada peristiwa
atau makna yang mereka berikan kepada orang tersebut.
Selain itu terdapat tiga asumsi pada Teori Interaksi
Simbolik, yaitu:
• Individu membangun makna melalui proses
komunikasi.

25

Bagian Ketiga

Dalam hal ini untuk membangun sebuah makna
dibutuhkan interaksi dan dari interaksi juga akan
menghasilkan sebuah makna bersama. Karena
seseorang akan bertindak sesuai dengan makna yang
dimiliki, sehingga dengan menghasilkan makna
bersama akan memberikan komunikasi yang baik.
• Konsep diri merupakan motivasi untuk berperilaku.
Dengan konsep ini akan mempengaruhi perilaku
individu saat berinteraksi, karena dengan berbagai
perilaku individu dapat menimbulkan berbagai
penafsiran atau perspektif.
• Terdapat hubungan yang unik antara individu dan
masyarakat.
Dalam hal ini menggambarkan bahwa dengan adanya
interaksi antarindividu dengan lingkungan sosial akan
mempengaruhi pikiran dan perilaku individu, sehingga
dapat menciptakan sebuah makna dengan berbagai
penafsiran dari simbol-simbol saat berinteraksi.
Pada tradisi komunikasi, teori ini masuk ke dalam tradisi
semiotika dan tradisi fenomenologis, serta konteks
komunikasi teori ini fokus terhadap komunikasi
intrapersonal atau pribadi dan antarpribadi.
2) Coordinated Management of Meaning (Manajemen Makna
yang Terkoordinasi) oleh W.Barnett Pearce dan Vernon
Cronen

26

Bagian Ketiga

Manajemen Makna yang Terkoordinasi menggambarkan
bahwa seseorang akan menerapkan suatu aturan untuk
memahami dan menafsirkan makna terhadap situasi sosial.
Selain itu, terdapat tiga asumsi, yaitu:

• Manusia hidup dalam komunikasi
Dalam hal ini komunikasi bukan hanya sekedar
berbicara, tetapi menciptakan dan melakukan sesuatu.
Maka dari itu manusia selalu melakukan komunikasi
bergantung pada situasi sosialnya.

• Manusia bersama-sama menciptakan realitas sosial
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan ialah
kepercayaan terhadap sebuah makna pada saat
berinteraksi. karena pada saat berinteraksi
memungkinkan timbulnya ketidak cocokan terhadap
sebuah makna.

• Transaksi informasi bergantung pada makna pribadi
dan antarpribadi

Dalam hal ini komunikasi adalah sebuah makna dan
makna dapat berubah dari interaksi ke interaksi, sehingga
sebuah makna dapat dicapai dengan berinteraksi dengan
orang lain.
Pada tradisi komunikasi, hal ini masuk ke dalam tradisi
fenomenologis dan tradisi sosial-budaya. Dan konteks
komunikasi fokus pada komunikasi intrapersonal atau
pribadi dan antarpribadi atau masyarakat

27

Bagian Ketiga

3) Cognitive Dissonance Theory (Teori Disonasi Kognitif) oleh
Leon Festinger
Menurut Leon Festinger (West, R., & Turner, 2008) perasaan
tidak seimbang disebut sebagai disonasi kognitif. Artinya
perasaan yang dimiliki seseorang ketika menemukan diri
mereka melakukan suatu hal yang tidak sesuai dengan apa
yang mereka tahu atau yakini. Dalam hal ini menjelaskan
bahwa bagaimana keyakinan dan perilaku mengubah sikap,
serta teori ini fokus pada efek dari inkonsistensi. Selain itu
terdapat empat asumsi pada teori ini, yaitu:
• Manusia menginginkan konsistensi dalam keyakinan,
sikap, dan perilaku mereka.
• Disonasi diciptakan oleh inkonsistensi psikologi.
• Disonasi adalah keadaan permusuhan yang
mendorong orang untuk bertindak dengan efek yang
terukur.
• Disonasi memotivasi upaya untuk mencapai
keselarasan dan upaya pengurangan disonasi.
Pada tradisi komunikasi teori ini masuk ke dalam tradisi
sosial-psikologi dan konteks komunikasi fokus pada
komunikasi intrapersonal atau pribadi. Karena dalam hal ini
berkaitan dengan keyakinan pribadi terhadap suatu hal,
yang bisa jadi bertentangan dengan apa yang ia yakini.
Seperti, seseorang yakin bahwa ketika ia makan pedas ia
akan sakit mag, tapi di sisi lain ia suka makanan pedas.
Maka hal inilah yang menjadi tidak seimbang.

28

Bagian Ketiga

4) Expectancy Violations Theory (Teori Pelanggaran Harapan)
oleh Judee Burgoon
Teori Pelanggaran Harapan menggambarkan bahwa ketika
seseorang melakukan sesuatu yang berbeda dari yang kita
harapkan. Atau apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan
presepsi atau ekspektasi kita terhadap respon orang
tersebut. Selain itu, terdapat tiga asumsi pada teori ini, yaitu:
• Harapan mendorong interaksi manusia.
• Harapan untuk perilaku manusia dipelajari.
• Orang membuat prediksi tentang perilaku nonverbal.
Menurut Judee Burgoon dan Jerold Hale (West, R., & Turner,
2008) berpendapat bahwa ada 2 jenis harapan, yaitu: (1) pra-
interkasi, yang meliputi jenis pengetahuan dan keterampilan
pada saat interaksi yang dimiliki komunikator sebelum
memulai percakapan. Kemampuan ini penting dimiliki, agar
pada saat ingin menyampaikan harapan kepada orang lain
dapat tersampaikan dengan baik. (2) ekspektasi
interaksional berkaitan dengan kemampuan individu untuk
melakukan interaksi. Dalam hal ini interaksi sosial akan
mempengaruhi perilaku individu, sehingga individu harus
berinterksi dan memahami lingkungan sosial dengan baik,
agar perilaku yang dihasilkan juga baik. Teori ini fokus
terhadap apa yang diharapkan seseorang dan reaksi
mereka terhadap orang lain dalam sebuah percakapan.
Serta dalam teori ini menyampaikan apa yang terjadi pada
pikiran komunikator dan bagaimana komunikator melihat

29

Bagian Ketiga

nonverbal dan verbal perilaku orang lain selama
percakapan berlangsung. Hal ini menggambarkan bagaiman
perilaku inidvidu sangat penting saat berinterkasi dengan
orang lain, karena ketika berinteraksi sebenarnya ada
sebuah harapan atau ekspektasi yang dibawa setiap individu
dan dengan harapan tersebut dapat menimbulkan berbagai
macam presepsi yang akan berpengaruh pada komunikasi.
Pada tradisi komunikasi teori ini masuk ke dalam tradisi
sosio-psikologi dan konteks komunikasi teori ini fokus pada
intrapersonal atau priadi dan antarpribadi. Karena dalam
hal ini bagaimana seseorang dapat mengontrol ekspektasi
mereka yang akan disampaikan oleh orang lain selama
berkomunikasi. Seperti saat berdiskusi A berharap
mendapatkan respon yang cepat karena A memiliki
pandangan bahwa B orang yang cepat respon, tetapi pada
saat itu respon dari B tidak sesuai dengan harapan A.

BAB 7

PENGEMBANGAN HUBUNGAN

Pada bab ini membahas tentang bagaimana dan mengapa
hubungan antarpribadi dimulai, berkembang, dan dipertahankan.

1) Uncertainty Reduction Theory (Teori Pengurangan
Ketidakpastian) oleh Charles Berger dan Richard
Pada teori ini menggambarkan bahwa ketika orang asing
bertemu, maka fokus mereka adalah mengurangi tingkat
ketidaktahuan, dengan cara hubungan komunikasi,

30

Bagian Ketiga

sehingga mengurangi ketidakpastian satu sama lain dalam
sebuah situasi.
Selain itu, dalam teori ini terdapat beberapa asumsi, yaitu:

• Orang mengalami ketidakpastian dalam pengaturan
interpersonal dan hal itu menghasilkan stress kognif.

• Ketika orang asing bertemu, perhatian utama mereka
adalah mengurangi ketidak pastian dan meningkatkan
prediktabilitas.

• Komunikasi interpersonal merupakan proses
perkembangan yang terjadi melalui tahap, dan hal itu
merupakan cara utama mengurangi ketidakpastian.

• Kuantitas dan sifat informasi yang dibagikan orang
berubah seiring waktu.

• Suatu hal yang mungkin untuk memprediksi perilaku
orang dengan cara seperti hukum.

Maka secara umum, asumsi ini menggambarkan untuk
mengurangi ketidakpastian diperlukan usaha untuk
memperoleh informasi antarindividu. Dan dalam
memperoleh informasi inilah terjadi proses komunikasi
interpersonal yang menjadi hal utama untuk mengurangi
ketidakpastian.
Pada tradisi komunikasi teori ini masuk ke dalam tradisi
sosial-psikologi dan konteks komunikasi fokus pada
intrapersonal atau pribadi dan interpersonal atau
antarpribadi.

31

Bagian Ketiga

2) Social Exchange Theory (Teori Pertukaran Sosial) oleh John
Thibaut dan Harold Kelley
Pada teori ini menggambarkan bahwa orang
mempertahankan hubungan antarpribadi berdasarkan rasa
dan manfaat di dalamnya. Dan teori ini berpendapat bahwa
kekuatan utama dalam hubungan interpersonal adalah
kepuasan terhadap kepentingan diri antarindividu.
Asumsi pada teori ini dibagi menjadi 2, yaitu berdasarkan
sifat manusia dan sifat hubungan.
• Sifat manusia: (1) Manusia mencari imbalan dan
menghindari hukuman, (2) Manusia merupakan
makhluk rasional, (3) Standar yang digunakan manusia
untuk mengevaluasi biaya dan imbalan bervariasi dari
waktu ke waktu dan dari orang ke orang.
Maka secara umum asusmsi berdasarkan sifat
manusia menggambarkan bahwa perilaku individu
dipengaruhi oleh mekanisme internal dan manusia
akan berpikir secara rasional untuk menentukan suatu
pilihan, serta mempertimbangkan suatu keragaman
pada saat berinteraksi.
• Sifat hubungan: (1) Saling bergantung, (2) Kehidupan
relasional adalah sebuah proses. Dan asumsi
berdasarkan sifat hubungan, secara umum
menggambarkan bahwa dalam proses interaksi setiap
inidividu akan saling bergantung satu sama lain.

32

Bagian Ketiga

Teori ini melibatkan hubungan dengan orang lain dan
kepercayaan antarindividu. Teori ini masuk ke dalam tradisi
sosio-psikologi dan konteks komunikasi fokus pada
komunikasi intrapersonal dan interpersonal.
3) Social Penetration Theory (Teori Penetrasi Sosial) oleh
Irwin Altman dan Dalmas Taylor
Teori ini mengarah kepada ikatan suatu hubungan individu,
yang berawal dari komunikasi sosial ke komunikasi yang
lebih mendalam atau intim. Karena teori ini
menggambarkan bagaimana keputusan untuk
mengungkapkan informasi pribadi kepada orang lain yang
dapat mempengaruhi hubungan mereka. Maka dari itu,
dibutuhkan dasar perilaku verbal (kata-kata yang
digunakan) dan nonverbal (postur tubuh, pandangan dan
sebagainya), serta berorientasi pada lingkungan perilaku
(ruang antar komunikator dan sebagainya). Karena
hubungan interpersonal dapat berkembang melalui
beberapa cara, dan cara utamanya ialah pengungkapan diri.

• Pada teori ini terdapat empat asumsi, yaitu:
• Hubungan berkembang dari tidak intim menjadi intim.
• Perkembangan relasional umumnya sistematis dan

dapat diprediksi.
• Perkembangan relasional mencakup depenetrasi dan

pembubaran.
• Pengungkapan diri adalah inti dari pengembangan

hubungan.

33

Bagian Ketiga

Dari asumsi ini, dapat dilihat bahwa suatu hubungan dapat
berkembang menjadi lebih intim melalui pengungkapan diri,
tetatpi perlu diingat bahwa tidak semua hubungan harus
menjadi lebih intim, terkadang ada hubungan yang nonintim
atau impersonal, serta dalam hubungan yang intim dapat
terjadi putusnya sebuah hubungan yang disebabkan oleh
kegagalan komunikasi.
Teori ini masuk ke dalam tradisi sosio-psikologi dan
konteks komunikasi mengarah kepada interpersonal atau
antarpribadi.
4) Relational Dialectics Theory (Teori Dialektika Relasional)
oleh Leslie Baxter dan Barbara Montgomery
Teori ini menggambarkan kehidupan yang relasional
sebagai proses yang konstan dan gerak. Pemikiran dialektis
tidak mengarah kepada mencari keseimbangan, tetapi lebih
fokus kepada praktik yang kurang logis dan tidak konsisten.
Rawlins menemukan dialektika yang fokus pada ketegangan
antara penilaian dan penerimaan. Pada teori ini terdapat
empat asumsi, yaitu:

• Hubungan tidak linear.
• Kehidupan relasional dicirikan oleh perubahan.
• Kontradiksi adalah fakta mendasar dari kehidupan

relasional.
• Komunikasi adalah pusat dari pengorganisasian dan

negosiasi relasional kontradiksi.

34

Bagian Ketiga

Selain itu, terdapat juga konsep inti dialektika, yaitu
totalitas, kontradiksi, gerak, dan praksis. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam sebuah hubungan setiap
individu akan saling bergantung, dan dari sebuah hubungan
dapat menghasilkan kontradiksi atau ketegangan, sehingga
dapat mempengaruhi perubahan dari sebuah hubungan.
Maka perlu membuat suatu pilihan yang praktis ketika
dihadapkan pada kondisi ketegangan.
Teori masuk ke dalam tradisi sosial-budaya dan konteks
komunikasi mengarah kepada komunikasi interpersonal
atau antarpribadi.
5) Communication Privacy Management Theory (Teori
Manajemen Privasi Komunikasi) oleh Sandra Petronio
Pada teori ini menggambarkan bahwa setiap orang dalam
sebuah hubungan akan terus mengelola batas-batas antara
pikiran dan perasaan yang ingin mereka sampaikan dan
yang tidak ingin disampaikan. Selain itu dalam teori ini
terdapat tiga asumsi, yaitu:

• Manusia adalah pembuat pilihan.
• Manusia adalah pembuat aturan dan pengikut aturan.
• Pilihan dan aturan manusia berdasarkan pada

pertimbangan orang lain juga diri sendiri.
Dari asumsi ini menjelaskan bahwa dengan memahami
sebuah pilihan dapat membantu hubungan dengan orang
lain, serta pada proses hubungan tersebut dapat
mengahsilkan suatu aturan yang dipertimbangkan bersama.

35

Bagian Ketiga

Teori ini merupakan teori sederhana yang dirancang untuk
menjelaskan masalah sehari-hari pada sebuah kegiatan.
Teori ini juga membantu untuk menjelaskan bagaimana
orang membuat penilaian tentang mengelola informasi
pribadi dengan orang lain.
Teori ini masuk ke dalam tradisi sosial-budaya dan konteks
komunikasi mengarah kepada komunikasi interpersonal
atau antarpribadi.
6) Social Information Processing Theory (Teori Pemrosesan
Informasi Sosial) oleh Joseph Walter
Pada teori ini berkaitan dengan bagaimana seseorang
memulai dan mengembangkan suatu hubungan melalui
komunikasi yang dimediasi komputer. Dan teori ini
mengarah pada bagaimana identitas diri itu dikelola dan
bagaimana hubungan dapat berpindah dari yang umum
menjadi hubungan yang intim.
Pada teori ini terdapat tiga asumsi, yaitu:

• Komunikasi yang dimediasi komputer memberikan
peluang unik untuk terhubung dengan orang.

• Komunikator online termotivasi untuk membentuk
kesan (menguntungkan) tentang diri mereka sendiri
dengan yang lain.

• Hubungan interpersonal online membutuhkan waktu
yang lama dan lebih banyak pesan yang terakumulasi
untuk mengembangkan tingkat keintiman yang

36

Bagian Ketiga

setara yang terlihat terlihat dalam hubungan
interpersonal FtF.
Dalam hal ini hubungan komunikasi tetap dapat
berlangsung, namun melalui sebuah medium atau teknologi
sebagai penghubung, serta bagaimana setiap individu
menggambarkan dirinya kepada orang lain agar
memberikan kesan yang baik sehingga hubungan
komunikasi berjalan dengan baik, tetapi dalam hal ini dapat
menimbulkan komunikasi yang asinkron atau dibatasi oleh
waktu yang dapat mempengaruhi perkembangan hubungan.
Teori ini masuk ke dalam tradisi sosio-psikologi dan
konteks komunikasi mengarah pada komunikasi
interpersonal atau antarpribadi.

BAB 8

GRUP, TIM, DAN ORGANISASI

Pada bab ini terdapat empat teori yang konteks
komunikasinya mengarah pada kelompok dan organisasi. Setiap
teori melihat peran anggota kelompok dengan berbagai cara dan
pengaruh individu dan perilaku individu pada organisasi tertentu.

1) Group Think (Kelompok Berpikir) Irving Janis
Teori ini merupakan cara berunding yang digunakan anggota
kelompok, ketika mereka ingin menentukan hasil suara
dengan cara mengesampingkan motivasi atau ego mereka
untuk menilai semua rencana yang tersedia.
Pada teori ini terdapat tiga asumsi, yaitu:

37

Bagian Ketiga

• Kondisi dalam kelompok mendorong kekompakan
yang tinggi.

• Pemecahan masalah kelompok terutama merupakan
proses terpadu, dan kelompok.

• Pengambilan keputusan kelompok seringkali rumit.
Dalam hal ini menjelaskan bahwa perilaku individu sangat
berpengaruh dalam hubungan sebuah kelompok, karena
setiap individu memiliki presepsi dan karakteristik yang
berbeda dalam sebuah kelompok. Asumsi ini juga
menjelaskan bahwa dalam proses interaksi kelompok dapat
menghasilkan peran, aturan dan nilai yang harus diterapkan
oleh anggota kelompok untuk menjaga kekompakan dari
kelompok. Adapun keterkaitan hal ini terhadap groupthink
ialah anggota yang memiliki kesamaan satu sama lain akan
memberikan kualitas yang baik terhadap groupthink dan
mempengaruhi hubungan dalam kelompok.
Teori ini masuk ke dalam tradisi sosio-psikologi dan tradisi
sosial-budaya dan konteks komunikasi teori ini mengarah
pada kelompok kecil dan organisasi.
2) Structuration Theory (Teori Strukturasi) oleh Anthony
Giddens, M. Scout Poole, David R. Seibold, dan Robert D.
McPhee
Teori ini melihat individu dan kelompok sebagai hal yang
dibatasi dan di dorong oleh struktur organisasi. Dan dalam
hal ini struktur mengarah kepada aturan dan sumber daya
yang digunakan individu untuk menciptakan dan

38

Bagian Ketiga

mempertahankan sistem, serta untuk memandu perilaku
individu yang terkait dengan perilaku/praktik tersebut. Teori
ini cukup kompleks, karena berkaitan dengan orang,
sumber daya, perilaku, tugas, norma, dan kehidupan
organisasi.
Pada asumsi ini terdapat tiga asumsi, yaitu:

• Kelompok dan organisasi diproduksi dan direproduksi
melalui tindakan dan perilaku kelompok.

• Aturan komunikasi berfungsi baik sebagai media untuk
dan hasil dari interaksi.

• Struktur kekuasaan hadir dalam organisasi dan
memandu pengambilan keputusan proses

Teori ini masuk ke dalam tradisi sosial-budaya dan tradisi
sibernetika, serta konteks komunikasi teori ini mengarah
pada kelompok dan organisasi.

3) Organizational Culture Theory (Teori Budaya Organisasi)
oleh Clifford Geertz, Michael Pacanowsky, dan Nick
O’Donnel-Trujillo
Teori ini mencakup semua simbol (tindakan, rutinitas,
percakapan, dan sebagainya) dan makna yang disampaikan
orang melalui simbol-simbol tersebut, serta makna dan
pemahaman budaya dicapai melalui interaksi satu sama
lain.
Pada teori ini terdapat tiga asumsi, yaitu:
• Anggota organisasi menciptakan dan memelihara rasa
bersama realitas organisasi, menghasilkan

39

Bagian Ketiga

pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai
organisasi.
• Penggunaan dan interpretasi simbol sangat penting
bagi budaya organisasi.
• Budaya bervariasi di seluruh organisasi, dan
interpretasi tindakan dalam budaya ini beragam.
Dari asumsi ini menjelaskan bahwa anggota dalam
organisasi sangat penting, karena dapat menciptakan dan
mempertahankan realitas mereka. Dan penggunaan simbol
sangat berpengaruh, karena dengan simbol dapat
memberikan gambaran yang realitas mengenai budaya
organisasi.
Teori ini masuk ke dalam tradisi sosial-budaya dan konteks
komunikasi mengarah pada organisasi.

4) Oragnizational Information Theory (Teori Informasi
Organisasi) oleh Karl Weick
Teori ini berfokus pada informasi yang sangat vital dalam
menentukan kesuksesan suatu organisasi. Tugas
pemrosesan informasi tidak hanya mencapai sebuah
informasi, tetapi yang sulit adalah menguraikan dan
mendistribusikan informasi yang diperoleh. Hal ini membuat
pemikiran sistem sangat berguna untuk memahami
hubungan timbal balik di antara berbagai organisasi.
Pada teori ini terdapat tiga asumsi, yaitu:
• Organisasi manusia ada dalam lingkungan informasi.

40

Bagian Ketiga

• Informasi yang diterima organisasi berbeda dalam hal
ketidakjelasan.

• Organisasi manusia terlibat dalam pemrosesan
informasi untuk mengurangi ketidakjelasan informasi.

Dari asumsi di atas menjelaskan bahwa organisasi
bergantung pada informasi untuk mencapai suatu tujuan.
Serta memiliki keterkaitan untuk membuat informasi baru
yang mudah dimengerti untuk mengurangi ketidakjelasan
atau ambiguitas pada pemrosesan informasi. Dalam teori ini
Weick menekankan pentingnya interaksi manusia dalam
pemrosesan informasi. Karena dengan adanya interaksi
manusia dapat mengurangi ketidakjelasan atau informasi
yang bersifat ambigu.

BAB 9

PUBLIK (MASYARAKAT)

Publik atau masyarakat dalam teori komunikasi mengarah
pada bagaimana individu berperan sebagai pendengar, konsumen,
dan audiens dalam memutuskan sejauh mana orang lain dapat
mempengaruhi.

1) The Rhetoric (Retorika) oleh Aristoteles
Teori retorika berpusat pada gagasan retorika yang disebut
sebagai sarana persuasi. Artinya, seorang pembicara ketika
akan membujuk audiens harus memperhatikan tiga bukti
retori, yaitu etika (ethos), emosi (pathos), dan logika (logos).

41

Bagian Ketiga

Karena audiens merupakan kunci dalam persuasif yang
efektif.
Pada teori ini terdapat dua asumsi, yaitu:

• Pembicara publik yang efektif harus
mempertimbangkan audiens mereka.

• Pembicara publik yang efektif menggunakan sejumlah
bukti dalam presentasi mereka.

Menurut Aristoteles hubungan pembicara dan audiens
harus diakui dan sangat utama dalam proses berbicara.
Karena pembicara merupakan pusat dari audiens, sehingga
isi dari pidato sangat perlu diperhatikan, sebab akan
berpengaruh pada efektivitas pidato, terutama bagi audiens
pada saat efektivitas akhir pembicara.
Teori ini masuk ke dalam tradisi retorika dan konteks
komunikasi mengarah pada komunikasi publik atau
khalayak.
2) Dramatism (Dramatik) oleh Kenneth Burke
Teori ini mengkonseptualisasikan kehidupan sebagai
sebuah drama dan menempatkan fokus pada tindakan yang
dilakukan oleh berbagai pemain. Drama selalu ditujukan
kepada penonton atau publik, karena konteks
komunikasinya mengarah kepada publik.
Pada teori ini terdapat tiga asumsi, yaitu:

• Manusia adalah hewan yang menggunakan simbol.
• Bahasa dan simbol membentuk sistem yang sangat

penting bagi manusia.

42

Bagian Ketiga

• Manusia adalah pembuat pilihan.
Dari asumsi tersebut menggambarkan bahwa apa yang
dilakukan dimotivasi oleh simbol dan bahasa merupakan hal
yang sangat penting, karena hal ini akan berpengaruh pada
proses komunikasi dan Burke menyarankan bahwa
behaviorisme harus ditolak, karena bertentangan dengan
pilihan manusia. Arti dari behaviorisme ialah perilaku
manusia yang dapat diprediksi dan dikondisikan tanpa
melibatkan kesadaran atau hasil interaksi stimulus dan
respon.

Teori masuk ke dalam tiga tradisi, yaitu tradisi retorika,
tradisi semiotika, dan tradisi kritis. Konteks komunikasi
teori ini mengarah pada publik atau khalayak.

3) The Narrative Paradigm (Paradigma Naratif) oleh Walter
Fisher
Menurut Fisher pendekatannya disebut sebagai paradigma
daripada teori, karena paradigma dianggap lebih luas.
Paradigma narasi melihat publik sebagai peserta dalam
cerita.
Pada paradigma ini terdapat lima asumsi, yaitu:
• Manusia secara alami adalah pendongeng atau narasi.
• Keputusan tentang nilai sebuah cerita di dasarkan
pada “alasan yang baik”.
• Alasan yang baik ditentukan oleh sejarah, biografi,
budaya, dan karakter.

43

Bagian Ketiga

• Rasionalitas didasarkan pada penilaian orang tentang
konsistensi cerita dan kebenaran.

• Kita mengalami dunia yang penuh dengan cerita, dan
kita harus memilih di antara mereka.

Dari asumsi diatas menggambarkan bahwa ketika ingin
bercerita/beretorika diperlukan keputusan dan alasan yang
baik untuk menentukan sebuah cerita yang akan
disampaikan kepada publik, karena audiens akan menilai
sebuah cerita dari konsisten dan kebenaran pada isi cerita.
Fisher memberikan sebuah gagasan bahwa pengalaman
hidup orang membuat mereka mampu menganalisis
retorika.
Teori ini masuk ke dalam tradisi retorika dan konteks
komunikasi mengarah pada publik atau khalayak.

BAB 10

MEDIA

Pada bab ini membahas enam teori yang konteks
komunikasinya mengarah pada media. Dan setiap teori
menempatkan media pada pusat kehidupan dalam berbagai format
atau aturan. Dalam hal ini media tidak memberi tahu apa yang
harus dipikirkan, tetapi media hanya memberi tahu untuk berpikir.

1) Agenda Setting Theory (Teori Pengaturan Agenda) oleh
Maxwell McCombs dan Donald Shaw

44

Bagian Ketiga

Teori ini berpendapat bahwa media memberikan pengaruh
terhadap konsumen mereka atau publik.
Pada teori ini terdapat tiga asumsi, yaitu:

• Media menetapkan agenda dan dengan demikian tidak
hanya mencerminkan realitas, tetapi membentuk dan
menyaring realitas bagi publik.

• Konsentrasi media pada isu-isu yang yang terdiri dari
agenda mereka mempengaruhi agenda publik, dan ini
bersama-sama mempenagruhi agenda pembuat
kebijakan.

• Publik dan pembuat kebijakan memiliki kemungkinan
untuk mempenagruhi agenda media juga.

Pada proses teori ini terdapat tiga bagian, yaitu setting
agenda media, setting agenda publik, dan penetapan agenda
kebijakan. Dalam hal ini, secara sederhana menyatakan
bahwa agenda media mempengaruhi agenda publik, yang
kemudian akan berdampak pada agenda kebijakan.
Teori ini masuk ke dalam tradisi sosio-psikologi dan
konteks komunikasi mengarah pada komunikasi massa
atau media.
2) Spiral of Silence Theory (Teori Spiral Keheningan) oleh
Elisabeth Noelle-Neumann
Teori ini berkaitan dengan penagruh media terhadap
individu dalam berkomunikasi, apakah akan berbicara
tentang suatu masalah atau tidak.
Pada teori ini terdapat tiga asumsi, yaitu:

45

Bagian Ketiga

• Masyarakat mengancam individu yang menyimpang
dengan isolasi, dan ketakutan akan isolasi menyebar.

• Ketakutan akan isolasi menyebabkan individu mencoba
menilai iklim pendapat setiap saat.

• Perilaku publik dipengaruhi oleh penilaian opini publik.
Dari teori ini menggambarkan bahwa interaksi
interpersonal sangat berpengaruh pada lingkungan sosial,
sehingga individu akan memilih kelompok yang akan
mereka ikuti, baik itu mayoritas ataupun minoritas. Karena
dalam hal ini masyarakat memegang kekuasaan terbesar.
Teori ini masuk ke dalam tradisi sosio-psikologi dan
konteks komunikasi mengarah pada komunikasi massa
atau media.
3) Uses and Gratifications Theory (Penggunaan dan Teori
Gratifikasi) oleh Elihu Katz, Jay G. Blunder, dan Michael
Gurevitch
Teori ini menunjukkan bahwa penonton/pendengar aktif
dalam mengkonsumsi media mereka dan apa konsekuensi
dari hal tersebut.
Pada teori ini terdapat lima asumsi, yaitu:

• Audiens aktif dan penggunaan medianya berorientasi
pada tujuan.

• Inisiatif dalam menghubungkan kebutuhan kepuasan
dengan pilihan media tertentu yang terletak pada
anggota audiens.

46

Bagian Ketiga

• Media bersaing dengan sumber lain untuk kepuasan
kebutuhan.

• Orang-orang memiliki kesadaran diri yang cukup
tentang penggunaan, minat, dan motif media mereka
untuk dapat memberikan para peneliti gambaran yang
akurat tentang penggunaan itu.

• Penilaian konten media hanya dapat dinilai oleh
khalayak.

Teori ini masuk ke dalam tradisi sosial-budaya dan konteks
komunikasi mengarah pada komunikasi massa atau media.
4) Cultivation Theory (Teori Kultivasi) oleh George Gerbner
Teori ini berfokus pada peran televisi dalam kehidupan dan
berkaitan dengan efek dari menonton televisi yang dapat
menghasilkan berbagai presepsi, sehingga dapat
berpengaruh pada hubungan kekuasaan dalam masyarakat.
Pada teori ini terdapat tiga asumsi, yaitu:

• Televisi pada dasarnya dan secara fundamental
berbeda dari bentuk media massa lainnya.

• Televisi membentuk cara berpikir dan berhubungan
dengan masyarakat.

• Pengaruh televisi terbatas.
Dari asumsi ini menggambarkan bahwa, media membentuk
pola pikir masyarakat dan hubungan atau interaksi yang
terjadi di lingkungan akan dipengaruhi juga oleh media.
Walaupun pengaruh televisi cukup terbatas, tetapi fungsi

47

Bagian Ketiga

utama dari televisi ialah untuk menstabilkan pola-pola
sosial, karena televisi merupakan media sosialisasi.
Teori ini masuk ke dalam tradisi sosial-budaya dan tradisi
kritis. Konteks komunikasi teori ini mengarah pada
komunikasi massa atau media.
5) Cultural Studies (Studi-studi Budaya) oleh Stuart Hall
Pada dasarnya teori ini berkaitan dengan bagaimana
kelompok elit atau atasan, menjalankan kekuasaan mereka
terhadap kelompok bawahan melalui media. Pada teori ini
terdapat dua asumsi, yaitu:

• Budaya meresapi dan menyerang semua segi perilaku
manusia.

• Orang adalah bagian dari struktur hierarki kekuasaan.
Selain itu, konsep hegemoni merupakan hal yang penting
dalam teori ini. Karena hegemoni merupakan kekuasaan
atau dominasi satu kelompok sosial terhadap kelompok
yang lain.
Teori ini masuk ke dalam tradisi kritis dan konteks
komunikasi mengarah pada komunikasi massa atau media.
6) Media Ecology Theory (Teori Ekologi Media) oleh Marshall
McLuhan
Pada teori ini terdapat tiga asumsi, yaitu:

• Media menanamkan hampir setiap tindakan dan
tindakan dalam masyarakat.

• Media memperbaiki persepsi kita dan mengatur
pengalaman kita.

48

Bagian Ketiga

• Media mengikat dunia bersama-sama.
Dari asumsi ini menggmabarkan bahwa media dapat
mempengaruhi persepsi individu dalam kehidupannya
Teori ini masuk ke dalam tradisi sosial-budaya dan tradisi
kritis. Konteks komunikasi teori ini mengarah pada
komunikasi massa atau media.

BAB 11

BUDAYA DAN KEANEKARAGAMAN

Pada bab ini terdapat empat teori yang konteks
komunikasinya mengarah pada budaya. Dalam hal ini setiap
budaya mempertimbangkan apa yang akan terjadi jika
berkomunikasi dengan orang yang berasal dari latar belakang
budaya yang berbeda dan dengan harapan atau presepsi budaya
yang juga berbeda.

1) Face-Negotiation Theory (Teori Negosiasi Wajah) oleh Stella
Ting-Toomey
Teori ini berfokus pada peran komunikasi verbal dan
nonverbal dalam berinteraksi.
Pada teori ini terdapat tiga asumsi, yaitu:
• Identitas diri penting dalam interaksi interpersonal.
• Pengelolaan konflik dimediasi oleh wajah dan budaya.
• Tindakan tertentu mengancam citra diri (wajah) yang di
proyekkan.

49


Click to View FlipBook Version