PENGUATAN NILAI-NILAI MORAL
DAN KARAKTER PANCASILA
DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA
DAN BERNEGARA
Dosen Pengampu
Yuniar Mujiwati, S. Pd, M.Pd
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, dengan memanjatkan puji syukur
kehadirat Allah SWT atas semua kelancaran dan
kemudahan serta petunjuk yang telah diberikan, penulis
dapat menyelesaikan buku sederhana ini yang berjudul
Penguatan Nilai-Nilai Moral dan Karakter Pancasila
Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Dalam buku ini membahas tentang penguatan nilai-
nilai moral dan karakter pancasila terhadap bangsa
Indonesia melalui dimensi pendidikan, lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat,
kearifan lokal dan media sosial. Pembaca diharapkan
paham akan muatan nilai moral dan pendidikan karakter
setelah membaca buku ini. Pembaca juga dapat
memahami implementasi nilai-nilai moral dan karakter
pada kehidupan sehari-hari. Sehingga setelah membaca
buku ini bisa menjadi stakeholder pancasila yang
tercermin pada moral dan karakter dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Penulis menyadari bahwa ada semua batasan yang
ada pada buku ini jauh dari sempurna dan segala
kekurangannya. Penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak kesempurnaannya.
Pasuruan, 13 Juni 2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................i
DAFTAR ISI............................................................................ ii
BAB I PENTINGNYA PENGUATAN NILAI MORAL DAN
KARAKTER BERBANGSA DAN BERNEGARA................1
A. PENGERTIAN MORAL DAN KARAKTER .............1
B. PENGUATAN DAN PENERAPAN NILAI MORAL
DAN KARAKTER BERBANGSA DAN BERNEGARA .4
BAB II MUATAN NILAI MORAL PANCASILA..............11
A. MUATAN NILAI MORAL PANCASILA...............11
B. PENJABARAN NILAI MORAL PANCASILA .......13
BAB III MUATAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
PANCASILA .........................................................................18
A. MUATAN PENDIDIKAN KARAKTER ..................18
B. NILAI – NILAI KARAKTER PANCASILA ............20
BAB IV PENGUATAN MORAL DAN KARAKTER
MELALUI DIMENSI PENDIDIKAN...................................25
A. PENGUATAN MORAL DAN KARAKTER
MELALUI DIMENSI PENDIDIKAN...............................25
BAB V PENGUATAN MORAL DAN KARAKTER
MELALUI LINGKUNGAN KELUARGA ...........................32
A. PENDIDIKAN KARAKTER DAN NILAI MORAL
DALAM LINGKUNGAN KELUARGA. .........................32
BAB VI PENGUATAN MORAL DAN KARAKTER
MELALUI LINGKUNGAN SEKOLAH ..............................39
ii
A. KARAKTER DAN NILAI MORAL DALAM
LINGKUNGAN SEKOLAH .............................................39
B. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL DI
SEKOLAH .........................................................................42
BAB VII PENGUATAN MORAL DAN KARAKTER
MELALUI LINGKUNGAN MASYARAKAT.....................46
A. KARAKTER DAN NILAI MORAL DALAM
MASYARAKAT................................................................46
B. PENGUATAN MORAL DAN KARAKTER
MELALUI LINGKUNGAN MASYARAKAT .................50
BAB VIII PENGUATAN MORAL DAN KARAKTER
MELALUI KEARIFAN LOKAL ..........................................55
A. KEARIFAN LOKAL BANGSA INDONESIA .........55
B. MENANAMKAN NILAI MORAL DAN
KARAKTER MELALUI KEARIFAN LOKAL ...............57
C. MENGUATKAN NILAI MORAL DAN KARAKTER
MELALUI KEARIFAN LOKAL ......................................61
BAB IX PENGUATAN MORAL DAN KARAKTER
MELALUI MEDIA SOSIAL.................................................65
A. PENGUATAN MORAL DAN KARAKTER
MELALUI MEDIA SOSIAL.............................................65
B. PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI UPAYA
MENUMBUHKAN SIKAP BIJAK MENGGUNAKAN
MEDIA SOSIAL DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 ...72
BAB X IMPLEMENTASI NILAI -NILAI MORAL DAN
KARAKTER PANCASILA PADA KEHIDUPAN BANGSA
................................................................................................75
iii
A. IMPLEMENTASI NILAI -NILAI MORAL DAN
KARAKTER PANCASILA DI LINGKUNGAN
KELUARGA. ..................................................................... 75
B. IMPLEMENTASI NILAI - NILAI MORAL DAN
KARAKTER PANCASILA DI LINGKUNGAN
PENDIDIKAN DAN SEKOLAH ......................................78
C. IMPLEMENTASI NILAI - NILAI MORAL DAN
KARAKTER PANCASILA DI LINGKUNGAN
MASYARAKAT................................................................79
D. IMPLEMENTASI NILAI - NILAI MORAL DAN
KARAKTER PANCASILA MELAUI KEARIFAN
LOKAL ..............................................................................81
E. IMPLEMENTASI NILAI - NILAI MORAL DAN
KARAKTER PANCASILA MELAUI MEDIA SOSIAL .83
DAFTAR PUSTAKA ............................................................84
iv
BAB I
PENTINGNYA PENGUATAN NILAI
MORAL DAN KARAKTER BERBANGSA
DAN BERNEGARA
A. PENGERTIAN MORAL DAN KARAKTER
Moral berasal dari kata Latin ”mos” (Moris), yang
berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/ nilai-nilai atau
tatacara kehidupan. Selanjutnya, moralitas merupakan
kemampuan untuk menerima dan melakukan nilai-nilai
peraturan atau prinsip-prinsip moral. Moral merupakan
kondisi mental yang membuat orang tetap berani,
bersemangat, bergairah, dan berdisiplin.
Secara etimologis, nilai harga, makna, isi dan pesan,
semangat, atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam
fakta, konsep, dan teori, sehingga bermakna secara
fungsional (Djahiri: 1999), nilai adalah harga atau
kualitas sesuatu Artinya, sesuatu dianggap memiliki nilai
apabila sesuatu tersebut secara instrinsik memang
berharga. Nilai memiliki sifat statis, karena akan
dijadikan oleh seseorang untuk berperilaku. Sedangkan
moral menurut Suseno (1998) adalah ukuran baik-
buruknya seseorang, baik sebagai pribadi maupun
sebagai warga masyarakat, dan warga negara. Moral
lebih bersifat dinamis. Seseorang dapat dikatakan
memiliki moral baik karena orang tersebut telah
menjalankan nilai-nilai kebaikan itu sendiri.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia yang telah disahkan sebagai dasar Negara
1
adalah merupakan kesatuan utuh nilai-nilai budi pekerti
atau moral. Oleh karena itu Pancasila dapat disebut
sebagai moral bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia telah
menegara dalam NKRI, dengan demikian Pancasila juga
merupakan moral Negara, yaitu moral yag berlaku bagi
Negara.
Secara etismologis Pancasila berarti lima asas
kewajiban moral. yang dimaksud dengan moral ialah
keseluruhan norma dan pengertian yang menentukan
baik atau buruknya sikap dan perbuatan manusia.
Dengan memahami norma-norma, manusia akan tahu
apa yang harus atau wajib dilakukan dan apa yang harus
dihidari.Norma moral tidak sama dengan norma sopan
santun dan juga berbeda dengan norma hukum. Norma
sopan santun berlaku berdasarkan kebiasaan, sedang
norma hukum berlaku berdasarkan undang-undang,
sedangkan norma moral bersumber pada kodrat manusia
(human nature).
Nilai-nilai moral itu seperti (a) seruan untuk berbuat
baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan
keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak
orang lain dan (b) larangan mencuri, berzina,
membunuh, meminum minuman keras dan berjudi.
Seseorang dapat dikatakan bermoral apabila tingkah laku
orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai pendidikanmoral
yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti "to
mark" (menandai) dan memfokuskan, bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan
atau tingkah laku. Oleh sebab itu, seseorang yang
2
berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus dikatakan
sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara
seoarang yang berperilaku jujur, suka menolong
dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi
istilah karakter erat kaitanya dengan personality
(kepribadian) seseorang. Seseorang bisa disebut orang
yang berkarakter (a person of character) apabila
perilakunya sesuai dengan kaidah moral.
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa
Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi
pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen,
watak. Adapun yang dimaksud berkarakter adalah
berkepribadian, beperilaku, bersifat, bertabiat, dan
berwatak. Sebagian menyebutkan karakter sebagai
penilaian subjektif terhadap kualitas moral dan mental,
sementara yang lainya menyebutkan karakter sebagai
penilaian subjektif terhadap kualitas mental saja,
sehingga upaya mengubah atau membentuk karakter
hanya berkaitan dengan stimulasi terhadap intelektual
seseorang.
Kalau diamati fenomena kerusakan moral tidak
hanya muncul di tengah-tengah orang yang tidak
berpendidikan saja tetapi justru terjadi juga pada orang-
orang yang terpelajar. Dikalangan pelajar dan
mahasiswa, kita sering disuguhi berbagai jenis kenakalan
mulai tawuran antarpelajar, demo-demo dengan
kekerasan, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas,
perilaku penyimpangan seksual, pesta minum-minuman
keras dan masih banyak perilaku negatif lainya. Kian
maraknya pelanggaran nilai moral oleh remaja dapat
3
dipandang sebagai perwujudan rendahnya disiplin diri.
Disiplin diri merupakan aspek utama dan esensial pada
pendidikan dalam keluarga yang diemban oleh orang tua
karena mereka bertanggung jawab secara kodrati
dalam meletakkan dasar-dasar dan fondasinya kepada
anak-anak. Upayaorang tua atau pendidik akan tercapai
jika anak telah mampu mengontrol perilakunya sendiri
dengan acuan dari nilai-nilai moral yang
terinternalisasi.
Runtuhnya karakter bangsa Indonesia yang
mengemuka belakangan ini seperti terlihat pada
memudarnya sikap toleran dan menghormati nilai-nilai
pluralisme sehingga kekerasan begitu mudah terjadi
seperti berbagai bentuk anarkisme seperti tawuran,
perusakan sarana publik, penipuan, pelecehan seksual
hingga pembunuhan dan berbagai bentuk penyimpangan
moral lainnya menjadi bukti konkret memudarnya nilai-
nilai luhur yang selama ini melekat pada bangsa ini.
B. PENGUATAN DAN PENERAPAN NILAI
MORAL DAN KARAKTER BERBANGSA
DAN BERNEGARA
Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 diimplementasikan sebagai tuntunan
pergaulan hidup antar warga negara Indonesia satu sama
lain maupun tuntunan moral bagi pemerintah dan
segenap rakyat biasa agar selalu mempertanggung
jawabkan segala keputusan dan tindakannya
4
berlandaskan nilai-nilai Pancasila.
Pembudayaan nilai Pancasila merupakan
pembangunan karakter bangsa (nation and character
building) melalui penemuan kembali nilai-nilai dan
pembumian Pancasila demi mewujudkan masyarakat adil
dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembumian nilai
Pancasila melalui kebijakan pembangunan nasional di
segala bidang kehidupan serta regulasi peraturan
perundangan yang mengikat seluruh bangsa. Dalam hal
ini nilai Pancasila merupakan norma dasar dan kerangka
acuan dalam menyusun program-program dan sasaran
pembangunan demi mewujudkan masyarakat adil
berkemakmuran dan makmur berkeadilan. Nilai-nilai
Pancasila merupakan seperangkat pemikiran yang lahir
sebagai kristalisasi pengalaman kehidupan manusia
Indonesia yang diyakini kebenarannya karena mampu
menjaga keberlanjutan berbangsa dan bernegara.
Penguatan nilai moral Pancasila diperlukan sebagai
salah satu wahana sosiopedagogis pembentukan
identitas, kepribadian, dan moralitas generasi muda
Indonesia menyiapkan diri untuk keberlanjutan
kepemimpinan bangsa. Internalisasi nilai moral Pancasila
merupakan awal untuk melakukan penguatan nilai moral
Pancasila.
Mutiara pengalaman bersumber pada religisitas
bangsa Indonesia, adat-istiadat, kearifan lokal, falsafah
dan ideologi lain yang berkembang maupun budaya
bangsa. Dalam ideologi terkandung nilai-nilai yang
mendasar (dimensi idealitas) sebagai pedoman yang
5
mendasari perilaku moralitas manusia Indonesia sebagai
makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk Tuhan
Yang Maha Esa sekaligus nilai-nilai nyata (dimensi
realitas) menyediakan paradigma berfikir dalam
memaknai realitas sebagai keseimbangan antara rasio
dan rasa, antara pemuliaan kemanusiaan sekaligus
kebersamaan dan semangat gotong-royong dengan
komposisi tidak salingterpisah maupun dimensi tindakan
di mana nilai-nilai praktis yang bersifat dinamis sehingga
memiliki kelenturan dalam menghadapi tantangan baru
kehidupan.
Pancasila sebagai satu kesatuan nilai mengandung
nilai-nilai dasar Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan
Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai
dasar sebagaimana terkandung dalam sila-sila Pancasila
itu selanjutnya dioperasionalisasikan ke dalam nilai
instrumental sehingga bisa diimplementasikan sebagai
nilai praktis. Nilai moral tersebut meliputi (1) nilai
moral ketuhanan, (2) nilai moral sosial, dan (3) nilai
moral berbangsa dan bernegara .
1. Nilai Moral Ketuhanan
Nilai moral ketuhanan merupakan nilai moral yang
menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan. Manusia
Indonesia melaksanakan perintah agama dan
kepercayaannya masing-masing dengan tetap
6
mengedepankan harmoni dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bangsa
Indonesia memiliki kesadaran yang tinggi bahwa ada
kekuasaan tertinggi dan agung yang mengatur kehidupan
manusia, yakni kekuasaan Illahi yang mendasari nilai ke-
Tuhanan. Pengejawantahan manusia yang berkeTuhanan
diamalkan melalui risalah atau sistem kepercayaan sesuai
dengan agama dan keyakinan masing-masing. Dalam hal
ini dikembangkan toleransi dan sikap saling
menghormati antara pemeluk agama dan kepercayaan
yang berbeda-beda sehingga leluasa beribadah tanpa ada
paksaan dari pihak lain atau kepada pihak lain. Negara
Kesatuan Republik Indonesia bukan negara agama.
Namun nilai- nilai agama menjadi inspirasi dan sumber
motivasi dalam rangka mewujudkan masyarakat
sejahtera, berkeadaban dan berkeadilan berdasarkan
Pancasila dengan naungan ridho Tuhan Yang Maha Esa.
2. Nilai Moral Sosial
Nilai moral sosial merupakan nilai moral yang
menyangkut hubungan manusia dengan kehidupan
pribadi atau cara manusia memperlakukan diri sendiri.
Nilai moral dan hubungan manusia dengan manusia, hal
ini sesuai dengan pengamalan pancasila sila ke-2.
Penjabaran nilai Kemanusiaan yang adil dan beradab
menjelaskan bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian
kemanusiaan universal yang menghendaki pergaulan
bangsa-bangsa di dunia dengan prinsip saling
menghormati jati diri nasional. nilai nasionalisme setiap
bangsa tumbuh dalam pergaulan antar bangsa. Dorongan
7
manusia Indonesia untuk berinteraksi sosial tidak saja
dibatasi antar pribadi maupun lingkungan pergaulan
terdekat, namun meliputi pula pergaulan yang lebih luas
yakni pergaulan internasional antar bangsa di dunia.
Kualitas kehidupan kemanusiaan tertinggi yang ingin
diwujudkan adalah masyarakat berperadaban,
berkeadaban, non-diskriminasi, saling mencintai dan
bertenggang rasa, membela kebenaran dan keadilan,
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan serta ikut serta
mengambil bagian dari seluruh umat manusia dengan
saling menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain
di dunia.
3. Nilai moral sosial berbangsa dan bernegara
Hal ini sesuai dengan pancasila sila ke-3. nilai
Persatuan Indonesia menjelaskan bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdiri untuk
seluruh rakyat, bukan untuk satu kelompok atau
golongan. NKRI berlandaskan pada kehendak untuk
bersatu demi mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin.
Persatuan Indonesia bernafaskan semangat kebangsaan
yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia.
Perwujudan masyarakat Pancasila dibangun melalui
upaya penguatan karakter manusia Pancasila.
Karakteristik manusia Pancasila berisi gambaran tentang
seorang manusia yang memiliki cipta, rasa, karsa dan
karya. pembangunan karakter bangsa harus dilihat dalam
cakupan dan tingkat urgensi yang sangat luas dan
8
bersifat multidimensional. Dilihat dari substansinya
kebijakan tersebut sangatlah luas karena memang secara
substantif dan operasional terkait dengan pengembangan
seluruh aspek potensi-potensi keunggulan bangsa dan
bersifat multidimensional karena mencakup dimensi-
dimensi kebangsaan yang hingga saat ini sedang dalam
proses. pembangunan karakter bangsa harus difokuskan
pada tiga tataran besar, yaitu untuk menumbuhkan dan
memperkuat jati diri bangsa, untuk menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan untuk
membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang
berakhlak mulia dan bangsa yang bermartabat.
Pembangunan karakter bangsa secara fungsional
memiliki tiga fungsi utama untuk pembentukan dan
pengembangan potensi perbaikan dan penguatan serta
fungsi penyaring, yang harus disikapi dan diperlakukan
sebagai suatu kegiatan sistemik nasional yang harus
menjadi komitmen seluruh komponen bangsa dengan
tema membangun generasi Indonesia yang jujur, cerdas,
tangguh, dan peduli dengan berdasar pada sikap (1)
religius. Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang
diupayakanselalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan
dan/atau ajaran agamanya. (2) hubungannya dengan diri
sendiri, yaitu jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup
sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa
wirausaha, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif,
mandiri, ingin tahu, cinta ilmu. (3) hubungannya dengan
sesama, yaitu sadar akan hak dan kewajiban diri dan
orang lain, patuh pada aturan sosial, menghargai karya
dan prestasi orang lain, santun, demokratis. (4) hubungan
9
dengan lingkungan, yaitu peduli akan sosial dan
lingkungan ditunjukkan dengan sikap dan tindakan selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan
selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan dan (5) nilai kebangsaan,
yaitu nasionalis dan menghargai keberagaman.
10
BAB II
MUATAN NILAI MORAL
PANCASILA
A. MUATAN NILAI MORAL PANCASILA
Nilai memiliki pengertian yang beragam. Dalam
kehidupan sehari-hari manusia akrab dengan istilah nilai,
yang sering digunakannya, dan dapat merasakan adanya
berbagai macam makna nilai. Ini selalu menjadi standar
untuk menentukan kebenaran dan nilai. Keadilan berupa
ajaran-ajaran agung dan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat sehingga tidak pernah lepas dari sumber
aslinya. (Hartini, 2013 : 19)
Memahami moralitas sebagai cerminan kepribadian,
seseorang yang memiliki pandangan hidup sehari-hari
yang baik belum tentu orang yang bermoral. Sebuah
penilaian baik buruknya manusia cendrung dilihat dari
kelakuan atau hasil perbuatannya.
Berangkat dari nilai-nilai luhur budaya Indonesia,
nilai-nilai moral yang tersurat dan tersirat dalam Pancasila
merupakan isi Pancasila. Pancasila sebagai falsafah
negara, dasar negara, dan ideologi bangsa harus
dilaksanakan dan dilaksanakan secara terencana,
sistematis, dan terpadu di seluruh wilayah negara baik
bagi penyelenggara negara maupun warga negara
Indonesia. Pancasila merupakan pedoman hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan berbangsa dalam konteks
dinamika global.
11
Pancasila sebagaimana diuraikan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dilaksanakan sebagai pedoman hidup bermasyarakat
bangsa Indonesia dan sebagai pedoman moral bagi
pemerintah dan seluruh rakyat untuk selalu bertanggung
jawab atas segala keputusan. Perbuatan berdasarkan nilai-
nilai Pancasila.
Pembinaan nilai-nilai Pancasila adalah
mengembangkan karakter negara (pembentukan negara
dan kepribadian) melalui penemuan kembali nilai-nilai
dan pembentukan Pancasila untuk membangun
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Landasan nilai-nilai Pancasila dinilai melalui kebijakan
pembangunan nasional di segala bidang, serta peraturan
dan undang-undang yang mengikat negara secara utuh.
Dalam hal ini, nilai Pancasila merupakan kerangka norma
dan standar dasar dalam mengembangkan program dan
tujuan pembangunan untuk membangun masyarakat yang
adil, makmur dan berkeadilan.
Nilai-nilai Pancasila merupakan rangkaian gagasan
yang lahir dari pengalaman hidup manusia di Indonesia
dan diyakini kebenarannya karena kemampuannya
menjaga kelestarian bangsa dan negara. Pengalaman
Mutiara berakar pada agama, adat istiadat, kearifan lokal,
falsafah serta ideologi dan budaya bangsa Indonesia yang
berkembang lainnya. Memperkuat pembelajaran nilai-
nilai moral Pankashira (dimensi ideal) yang terkandung
dalam ideologi sebagai pedoman yang mendasari perilaku
moralitas manusia Indonesia sebagai individu, makhluk
12
sosial, dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa (dimensi
realistis) ) Realitas berada di antara keseimbangan
proporsi dan rasa, semangat gotong royong antara
kemuliaan kemanusiaan dan kesatuan serta komposisi
yang tidak saling meniadakan, atau dimensi tindakan yang
di dalamnya nilai-nilai praktis bersifat dinamis. memiliki
fleksibilitas untuk menghadapi tantangan baru dalam
hidup.
B. PENJABARAN NILAI MORAL PANCASILA
Pancasila sebagai kesatuan nilai yang memiliki
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan berdasarkan
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
nilai-nilai inti keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Kedua, nilai-nilai inti yang terkandung dalam
amanat-amanat Pancasila dapat dimanipulasi menjadi
nilai-nilai instrumental sehingga dapat diubah menjadi
nilai-nilai praktis.
1. Penjabaran sila pertama ketuhanan yang maha esa
Pemurnian satu perintah ilahi menyatakan bahwa
bangsa Indonesia adalah negara yang percaya kepada
Tuhan dan menolak paham antiteisme (ateisme).
Masyarakat Indonesia menjalankan perintah agama dan
kepercayaannya dengan tetap mengedepankan kerukunan
antar masyarakat, bangsa, dan kehidupan berbangsa.
Bangsa Indonesia sangat menyadari bahwa ada kekuasaan
tertinggi dan terbesar yang mengatur kehidupan manusia,
kekuasaan Tuhan yang melandasi nilai-nilai Tuhan.
13
Reifikasi orang-orang yang percaya kepada Tuhan
dipraktikkan melalui disertasi dan sistem kepercayaan
yang disesuaikan dengan agama dan kepercayaan mereka.
Dalam hal ini timbul toleransi dan saling menghormati
antar pemeluk agama dan kepercayaan yang berbeda, dan
mereka bebas beribadah dari atau tanpa paksaan kepada
pihak lain. Negara Kesatuan Republik Indonesia bukanlah
negara agama. Namun, nilai-nilai agama merupakan
sumber inspirasi dan motivasi bagi terwujudnya
masyarakat yang sejahtera, beradab, dan adil berdasarkan
Pancasila dengan ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Penjabaran asas kemanusiaan yang adil dan beradab
Penyempurnaan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan
beradab memerlukan koalisi negara-negara di dunia yang
negara Indonesianya memiliki asas saling menghormati
identitas nasional. balapan. Dalam konteks ini, nilai
nasionalisme di setiap negara meningkat dalam ikatan
antar bangsa. Kesediaan orang Indonesia untuk
berinteraksi dengan masyarakat tidak terbatas pada
individu dan lingkungan sosial terdekat, tetapi juga pada
hubungan yang lebih luas: hubungan internasional antar
negara di dunia. Kualitas kehidupan kemanusiaan
tertinggi yang ingin diwujudkan adalah masyarakat
berperadaban, berkeadaban, nondiskriminasi, saling
mencintai dan bertenggang rasa, membela kebenaran dan
keadilan, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan gemar
melakukan kegiatan terlibat dalam partisipasi semua
manusia dengan saling menghormati dan kerjasama antara
umat manusia dan seluruh dunia.
14
3. Penjabaran Sila Persatuan Indonesi
Untuk mengelaborasi nilai persatuan Indonesia, Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dinyatakan
mewakili semua orang, bukan golongan atau golongan.
Negara Kesatuan Republik Indonesia didasarkan pada
keinginan bersatu untuk mencapai kesejahteraan lahir dan
batin. Persatuan Indonesia menghembuskan semangat
nasionalisme yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan tanah airnya, yang senasib sepenanggungan dalam
kerangka negara kesatuan Republik Indonesia.
Nasionalisme Indonesia bukanlah nasionalisme yang
sempit dan berlebihan (chauvinism) melainkan
nasionalisme yang menghormati eksistensi bangsabangsa
lain. Persatuan Indonesia adalah pengorbanan untuk
negara dan bangsa, cinta tanah air dan tanah air, orang
Indonesia, bangga memiliki tanah air Indonesia,
mengembangkan persatuan berdasarkan Bhinneka
Tunggal Ika dan mengembangkan hubungan
internasional.
4. Perumusan kebijakan kerakyatan yang berpedoman
pada kebijaksanaan dalam permusyawaratan yang khas.
Penjabaran nilai-nilai kerakyatan yang berpedoman
pada kearifan permusyawaratan/perwakilan, menyatakan
bahwa Indonesia adalah negara demokrasi yang
menghormati dan mendukung kedaulatan rakyat dengan
mengedepankan prinsip-prinsip musyawarah. Demokrasi
Pancasila mengutamakan permusyawaratan akal sehat,
keutuhan, mendukung mufakat, serta dilaksanakan secara
15
jujur dan bertanggung jawab dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Putusan penyesalan dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang menopang nilai-nilai harkat, kebenaran,
dan keadilan manusia untuk kepentingan umum.
5. Penjabaran keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Untuk mengelaborasi nilai keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia, dijelaskan bahwa keadilan dalam
kehidupan tercermin dalam hubungan yang saling
memberi dan menerima. Hal ini tercermin dalam
kreativitas, rasa, inisiatif, dan karya yang harus selalu
dibagikan, diberikan, atau diterima oleh orang lain.
Keadilan sosial adalah tindakan positif negara untuk
memberikan dukungan, perlindungan, dan ruang keadilan
bagi mereka yang rentan terhadap faktor alam dan/atau
manusia. Keadilan sosial terjadi ketika hak milik
dihormati dan upaya orang lain untuk memeras dicegah.
Perilaku kasih sayang menumbuhkan rasa percaya diri
dalam membantu satu sama lain dan kesediaan untuk
berkorban demi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Keadilan sosial dicapai melalui upaya struktural menuju
pengembangan etos kerja dan kemandirian masyarakat
Indonesia serta pemerataan kesejahteraan.
Ciri utama Pancasila sebagai perpaduan dan
keselarasan antara unsur manusia, politik dan ekonomi,
meliputi keadilan sosial, gotong royong dan
16
kekeluargaan. Keadilan sosial dicapai melalui kreasi, cita
rasa, prakarsa, lapangan pekerjaan, hubungan antar
pemangku kepentingan dalam masyarakat Indonesia, dan
peran aktif negara dalam mewujudkan perlindungan
masyarakat rentan dan pemerataan upaya kesejahteraan.
Gotong royong merupakan sikap dinamis yang
mencerminkan kepedulian bersama. Di Gotong Royong,
kami memiliki kesadaran dan semangat untuk
mengerjakan dan menanggung hasil kerja bersama untuk
mencapai kesejahteraan bersama. Asas kekeluargaan
mengutamakan pembelajaran kepentingan dan nilai-nilai
moral Pancasila 10 untuk kepentingan bersama, bukan
untuk kepentingan pribadi. Pemimpin harus selaras
dengan orang-orang dalam membangun pekerjaan
bersama yang sama-sama bermanfaat bagi peningkatan
kesejahteraan. Kepemilikan pribadi tetap diakui, tetapi
ada fungsi sosial yang penggunaannya dibatasi oleh
kepentingan bersama. Ciri penting Pancasila adalah
perwujudannya yang dikembangkan melalui demokrasi
Pancasila, masyarakat Pancasila, dan upaya
pembangunan nasional sebagai perwujudan nilai-nilai
Pancasila.
17
pBrAB III
MUATAN NILAI PENDIDIKAN
KARAKTER PANCASILA
A. MUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan Pendidikan karakter memiliki makna
lebih tinggi dari pada pendidikan moral, karena
pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan
persoalan benar-salah , namun bagaimana menanamkan
kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam
kehidupan sehingga anak atau siswa mempunyai
kesadaran, dan pemahaman yang tinggi serta kepedulian
dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Lickona (2012), kepribadian / karakter
adalah sifat alami seseorang yang merespon secara moral
terhadap suatu situasi. Sifat alami itu dimanifestasikan
dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik,
jujur, bertanggung jawab, menghormati dan menghargai
orang lain, serta karakter mulia lainnya.
Karakter pada umumnya dihubungkan dengan
watak, akhlak atau budi pekerti yang dimiliki seseorang
menjadi jati diri atau karakteristik kepribadiannya yang
membedakan seseorang dari orang lain. dengan istilah
lain, karakter adalah kebiasaan baik seseorang sebagai
cerminan dari jati dirinya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Hill yaitu “Kepribadian menentukan pikiran
dan perilaku pribadi seseorang. Kepribadian yang baik
18
merupakan motivasi penting untuk melakukan hal yang
benar sesuai dengan standar perilaku tertinggi dalam
segala situasi.”
Kepribadian seseorang, bisa menentukan cara
berpikir dan bertindak sesuai motivasi terhadap
kebaikan pada menghadapi segala situasi. Cara berfikir
serta bertindak tersebut, telah menjadi ciri-ciri diri dalam
berbuat dan bersikap sesuai dengan yang berdasarkan
moral itu baik, seperti halnya: jujur, bertanggung jawab,
dan mampu bekerjasama dengan baik. Pendapat di atas
adalah bahwa “kepribadian AS mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk berfungsi secara moral”
dapat dipahami bahwa, karakter adalah seperangkat ciri
psikologis yang dimiliki setiap individu dan berpengaruh
terhadap kemampuan serta kesamaan untuk berfungsi
secara moral
Seseorang bisa dianggap orang yang berkarakter (a
person ofcharacter) saat perilakunya sesuai dengan etika
atau kaidah moral. Kebiasaan berbuat baik tidak selalu
menjamin bahwa mereka yang terbiasa dengannya akan
secara sadar memahami pentingnya nilai-nilai karakter.
Hal ini dimungkinkan karena plot mungkin didasarkan
pada risiko membuat kesalahan daripada menilai
karakter. sebagai contoh, saat seorang berbuat jujur,
maka yang dilakukan sebab takut dinilai oleh orang lain
dan lingkungannya, bukan karena dorongan yang ikhlas
untuk menghargai nilai kejujuran. oleh sebab itu, dalam
pendidikan karakter diperlukan juga aspek perasaan
19
(emosi), yang dianggap desiring the good atau keinginan
untuk melakukan kebajikan (Lickona, 2012).
Satuan pendidikan ialah institusi yang efektif untuk
membentuk karakter peserta didik dan sebagai pusat
penguatan pendidikan karakter. Pendidikan kepribadian
yang menciptakan kepribadian yang berakhlak mulia
harus segera menjadi perhatian semua pihak. Maraknya
problem moral, kejahatan anak pada dunia maya, tawuran
pelajar dan perundungan yangmakin meningkat
membuat kita bahu membahu bekerja sama dalam
membentuk karakter peserta didik.
Lebih dari sekedar prihatin terhadap perilaku negatif
sebagian para peserta didik, pendidikan karakter
sesungguhnya ingin menumbuhkan semangat optimisme
dan pengharapan bagi capaian mereka pada masa depan
menjadi masyarakat negara yang bertanggung jawab
pada bangsa dan negara melalui berbagai macam profesi
yang akan mereka dapatkan di masa depan.
B. NILAI – NILAI KARAKTER PANCASILA
Nilai-nilai karakter termasuk dalam karakter dalam
profil siswa Pancasila. Terdiri dari 6 elemen, yaitu:
1. Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia
Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berkepribadian luhur dimiliki oleh para murid yang
memiliki kepribadian dalam hubungannya dengan Tuhan
Yang Maha Esa. Siswa memahami ajaran dan keyakinan
20
agama dan menerapkan pemahaman tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
Elemen Kunci:
a. Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu
dengan, menerapkan pemahamannya tentang kualitas
atau sifat-sifat Tuhan dalam kehidupan.
b. Moralitas pribadi mengakui bahwa penting untuk
peduli pada orang lain dan lingkungan serta menjaga diri
sendiri dengan baik sekitarnya.
2. Berkebhinekaan global
Elemen Kunci:
a. Mengenal dan menghargai budaya yaitu dengan,
mengenali, mengidentifikasi dan mendeskripsikan
berbagai macam kelompok berdasarkan perilaku, cara
komunikasi dan budayanya, serta mendeskripsikan
pembentukan identitas dirinya dan kelompok, juga
menganalisis bagaimana menjadi anggota kelompok
sosial regional, regional, nasional dan kelas dunia.
b. Komunikasi dan interaksi antar budaya yaitu dengan,
memperhatikan, memahami, menerima keberadaan, dan
menghargai keunikan masing-masing budaya sebagai
sebuah kekayaan perspektif sehingga terbangun
kesalingpahaman dan empati terhadap sesama.
3. Gotong Royong
21
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan gotong-royong,
yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara
bersama-sama dengan sukarela agar kegiatan yang
dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan.
Elemen Kunci:
a. Kolaborasi yaitu dengan, bekerja bersama dengan
orang lain disertai perasaan senang ketika berada
bersama dengan orang lain dan menunjukkan sikap
positif terhadap orang lain.
b. Kepedulian, yaitu dengan memperhatikan kondisi atau
keadaan lingkungan fisik dan sosial dan bertindak
proaktif.
4. Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar yang mandiri, yaitu
seorang pelajar bertanggung jawab atas proses dan hasil
dalam belajarnya.
Elemen Kunci:
a. Kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi dengan
melakukan refleksi terhadap kondisi dirinya dan situasi
yang dihadapi dimulai dari memahami emosi dirinya dan
kelebihan serta keterbatasan dirinya, sehingga mampu
mengenali dan menyadari perlunya pengembangan diri
dalam menanggapi perubahan dan perkembangan yang
terjadi.
22
b. Regulasi diri yaitu mampu mengatur pikiran, perasaan,
dan perilaku dirinya untuk mencapai tujuan belajarnya.
5. Bernalar Kritis
Siswa yang berpikir kritis dapat mengolah informasi
secara kualitatif dan kuantitatif secara objektif,
membangun hubungan antara informasi yang berbeda,
dan menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan
informasi.
Elemen Kunci:
a. Memperoleh dan mengolah informasi dan ide melalui
rasa ingin tahu, pertanyaan terkait, identifikasi dan
klarifikasi ide dan informasi yang diterima, dan
pemrosesan informasi.
b. Siswa yang kreatif dan bermakna ketika mereka
menganalisis dan mengevaluasi pikiran, yaitu ketika
mereka menggunakan pemikiran mereka sesuai dengan
aturan sains dan logika dalam keputusan mereka, dan
membuat keputusan dan tindakan dengan menganalisis
dan mengevaluasi ide dan informasi yang ia dapatkan.
6. Kreatif
Pelajar yang kreatif akan mampu memodifikasi dan
menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna,
bermanfaat, dan berdampak.
Elemen Kunci:
23
a. Menghasilkan gagasan yang orisinal yaitu dengan,
menginisiasi ide yang terbentuk dari hal yang sederhana,
seperti ekspresi pikiran dan/atau perasaan, sampai dengan
gagasan yang kompleks untuk kemudian
mengaplikasikan ide baru tergantung pada konteksnya,
untuk mengatasi masalah dan menunjukkan berbagai
alternatif solusi.
b. Menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal yaitu
dengan, menciptakan karya yang didorong oleh minat
dan kesukaan pada suatu hal, emosi yang dirasakan.
24
BAprB IV
PENGUATAN MORAL DAN KARAKTER
MELALUI DIMENSI PENDIDIKAN
A. PENGUATAN MORAL DAN KARAKTER
MELALUI DIMENSI PENDIDIKAN
Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi
yaitu suatu cara membimbing anak-anak supaya bisa
mengambil keputusan dengan bijak serta mempraktikkan
hal tersebut di dalam kehidupan sehari-hari, maka dari itu
mereka bisa memberikan dedikasi yang baik pada
lingkungannya. Nilai-nilai karakter yang harus
dikembangkan pada anak-anak yakni nilai-nilai universal
dimana semua agama, tradisi, serta budaya pasti
menjunjung/memuliakan nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai
universal tersebut harus bisa jadi perekat untuk semua
warga negara meskipun beda latar belakang budaya, suku
serta agama.
Menurut suyanto pendidikan karakter yaitu lebih
terikat pada pilar-pilar sebagai berikut, yakni cinta
kepada tuhan serta semua ciptaan-Nya, hormat serta budi
pekerti, murah hati, suka tolong menolong, baik dan
sendah hati. Karena itulah, ada yang mengatakan
pendidikan karakter itu merupakan pendidikan budi
pekerti/akhlak mulia. Pendidikan karakter dapat di
artikan sebagai bentuk metode dalam mengajarkan
kebiasaan cara bagaimana berfikir serta berperilaku yang
menolong individu untuk hidup serta bekerja sama
25
sebagai anggota keluarga, masyarakat serta bernegara.
Dan menolong mereka agar bisa membuat keputusan
yang dapat di pertanggung jawabkan.
Creasy, mengartikan pendidikan karakter sebagai
suatu upaya yang mendorong siswa tumbuh dan
berkembang dalam kompetensi berfikir dan juga
berpegang teguh dalam prinsip-prinsip moral pada
hidupnya dan memiliki keberanian untuk melakukan
suatu tindakan yang ‘benar’, walaupun dihadapi banyak
bermacam tantangan. Hal itu, mengutamakan pendidikan
karakter tidak terbatas pada mentrasfer pengetahuan
tentang nilai-nilai yang baik, tapi dari itu mencapai pada
bagaimana membuat nilai-nilai tersebut tertanam serta
menyatu pada totalitas pikiran dan tindakan.
Secara akademis, pendidikan karakter menjelaskan
tentang pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, serta pendidikan akhlak yang
mempunyai tujuan untul meningkatkan kemapuan peserta
didik untuk memberi mana keputusan yang baik atau
buruk, serta memperjuangkan kebaikan tersebut
dikehidupan sehari-hari dengan tekun.
Secara praktis, pendidikan karakter yaitu sebuah
metode penanaman nilai-nilai kepada warga sekolah
yang mencangkup komponen pengetahuan, kesadaran
atau keinginan, serta berbuat dalam menjalankan nilai-
nilai tersebut, baik dalam berhubungan kepada Tuhan
Yang Maha Esa (YME), sesama manusia, lingkungan,
maupun nusa dan bangsa sehingga membentuk manusia
26
maksimum. Pendidikan karakter di lembaga pendidikan
(sekolah) harus mencantumkan bermacam-macam
komponen bertautan yang di dukung oleh metode
pendidikan itu sendiri yakni isi kurikulum, metode
pembelajaran serta penilaian, keunggulan ikatan antar
warga sekolah, pengelolaan perkuliahan, pengelolaan
bermacam aktivitas siswa/peserta didik, menguatkan
sarana dan prasarana.
Dalam grand desain pendidikan karakter, pendidikan
karakter adalah metode pembudayaan serta
pemberdayaan nilai-nilai luhur di dalam lingkungan
satuan pendidikan (sekolah), lingkuan keluarga dan juga
lingkungan masyarakat. Nilai-nilai luhur tersebut berasas
dari filosofi-filosofi pendidikan, pendidikan intelektual,
nilai-nilai sosial budaya, petunjuk agama, pancasila serta
UUD 1945 serta UU No. 20 tahun 2003 mengenai
metode pendidikan nasional, dan pengetahuan terbaik
serta praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari. Metode
pembudayaan serta pemberdayaan nilai-nilai luhur
tersebut juga harus didukung oleh kewajiban serta
kebijakan penanggung jawab kepentingan dan pihak-
pihak yang bertautan, termasuk dukungan sarana dan
prasarana yang diinginkan.
Pendidikan karakter dipahami dalam upaya
penanaman kecerdasan untuk berfikir, penjiwaan dalam
bentuk sikap, serta pengetahuan dalam membangun
perilaku yang tertera dalam nilai-nilai luhur yang menjadi
jati dirinya, diwujudkan ketika interaksi dengan
tuhannya, diri sendiri, antar sesama, serta lingkungan
27
sekitarnya. Nilai-nilai luhur tersebut yakni terdapat:
kejujuran, kemandirian, budi pekerti, kemuliaan sosial,
dan juga kecerdasan dalam berfikir tertera kepenasaran
akan intelektual dalam berfikir logis. Oleh sebab itu,
penanaman pendidikan karakter tidak boleh hanya
sekedar mentransfer ilmu pengetahuan atau melatih suatu
keterampilan tertentu. Penanaman pendidikan karakter
perlu proses, contoh teladan, serta pembudayaan dalan
lingkungan siswa atau peserta didik dalam lingkungan
sekolah, keluarga masyarakat, ataupun lingkungan
(ekposure) media massa.
Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan
yang meningkatkan nilai nilai karakterkepada peserta
didik maka dari itu mereka mempunyai nilai serta
karakter sebagai karakter dirinya, sebagai kelompok
masyarakat serta warga negara yang religius, nasionalis,
produktif, dan juga kreatif.
Pendidikan karakter secara rinci mempunyai lima
tujuan. Pertama, meningkatkan potensi kalbu/nurani
peserta didik menjadi manusia manusia serta warga
negara yang mempunyai nilai-nilai karakter bangsa.
Kedua, meningkatkan kebiasaan serta tingkah laku
peserta didik yang baik dan juga searah dengan nilai-nilai
universal dan trasi budaya bangsa religius. Ketiga,
mengembangkan jiwa leadership serta tanggung jawab
peserta didik menjadi generasi penerus bangsa. Keempat,
meningkatkan kemampuan siswa/peserta didik sebagai
manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.
Kelima, meningkatkan lingkungan kehidupan sekolah
28
menjadi lingkungan belajar yang damai, jujur, penuh
kreativitas serta persahabatan, dan dengan rasa
kebangsaan yang agung dan penuh kekuatan.
Pendidikan karakter dari sisi subtansi dan tujuannya
sama dengan dengan pendidikan budi pekerti, sebagai
sarana dalam melaksanakan modifikasi secara
fundamental, sebab membawa modifikasi individu
sampai ke akar-akarnya. Istilah dari budi pekerti
mengacu pada pandangan dalam bahasa inggris, yang di
terjemahkan menjadi moralitas. Moralitas tercantum
berbagai pengertian yakni: adat-istiadat, sopan santun
serta tingkah laku. Budi pekerti berisi nilai-nilai tingkah
laku manusia yang akan diukur untuk kebaikan serta
keburukannya dengan norma agama, norma hukum, tata
krama, norma budaya serta adat-istiadat masyarakat.
Budi pekerti akan mengidentifikasi tingkah laku yang
baik yang diinginkan bisa tercapai dalam perbuatan,
ucapan, pikiran, sikap, perasaan dan juga kepribadian
siswa.
Berdasarkan pembahasan di atas ditegaskan bahwa
pendidikan karakter itu adalah usaha-usaha yang bentuk
serta dilakukan secara sistematis dalam membentuk
peserta didik untuk memahami nilai-nilai budi pekerti
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan serta
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, serta perilaku berdasarkan norma-
norma agama, hukum, tata krama, budaya serta adat
istiadat.
29
Gerakan penguatan pendidikan karakter (PPK)
diharapkan di jadikan fondasi serta ruh utama
pendidikan, pendidikan karakter harus bisa meningkatkan
manusia yang terampil dalam akhlak, cerdas dalam
berfikir. Pendidikan karakter itu sendiri mempunyai
beberapa dimensi yang saling berhubungan satu sama
lain, berikut beberapa dimensi-dimensi dari pendidikan
karakter yaitu:
1. Dimensi etik (olah hati)
Dalam dimensi ini peserta didik di inginkan menjadi
pribadi yang beriman dan bertaqwa, oleh karena itu
sangat jelas metode/presedurnya yakni dengan
membimbing serta mengajar siswa/peserta didik dalam
belajar serta mempelajari ilmu agama. ilmu agama yakni
fondasi utama yang membangun karakter peserta didik
menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Generasi yang
mempunyai akhlak mulia bisa jadi recovery dalam
masyarakat dalam mendatangkan suasana masyarakat
yang sopan santun dan peduli.
2. Dimensi literasi (olah pikiran)
Dalam dimensi ini peserta didik didorong agar
menjadi manusia yang cerdas membentuk individu yang
unggul dalam bidang akademis sebagai hasil dari
pembelajaran yang bisa dipakai sebagai pembelajaran
sepanjang hayat. Dimensi literasi/olah pikiran di inginkan
bisa tumbuh semangat dan juga motivasi peserta didik
untuk menjadi pembelajar yang serius dan benar-benar
untuk menggapai mimpi dan cita-citanya supaya nanti
30
bisa jadi pribadi yang sukses serta berguna bagi orang
lain.
3. Dimensi estetik (olah rasa)
Dalam dimensi estetik ini mengarahkan dalam
membimbing peserta didik menjadi manusia yang
mempunyai integritas moral, rasa kesenian serta
berkebudayaan. Denga melalui dimensi ini peserta didik
akan belajar mendapatkan sisi estetiknya dalam dirinya
sendiri baik yang berhubungan dalam bidang seni,
kebudayaan dan juga moral.
4. Dimensi kinestetik (olah raga)
Dalam dimensi kinestetik mengarah kepada
pembentukan individu yang sehat serta bisa berpartisipasi
aktif menjadi warga negara. Dalam hal tersebut terbentuk
secara maksimal bila siswa mempunyai raga yang sehat.
Demikian dari 4 dimensi pendidikan karakter yang
diinginkan dapat menjadi instrumen untuk melahirkan
generasi bangsa yang cerdas berkarakter.
31
BAB V
PENGUATAN MORAL DAN KARAKTER
MELALUI LINGKUNGAN KELUARGA
A. PENDIDIKAN KARAKTER DAN NILAI
MORAL DALAM LINGKUNGAN
KELUARGA.
Pendidikan bertujuan untuk menciptakan lingkungan
belajar dan metode pembelajaran bagi peserta didik untuk
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memperoleh jiwa keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, kepribadian yang luhur, dan
keterampilan yang diperlukan, merupakan upaya sadar
dan sistematis yang harus dilakukan diri sendiri,
masyarakat, bangsa. Dalam UU no. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 3,
menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan karakter merupakan harapan untuk
meminimalisir dampak buruk zaman. Ketika era telah
berkembang menjadi era komunikasi dan informasi yang
begitu bebas dan terbuka, diperlukan tata nilai yang baik.
Salah satunya adalah mengimplementasikan pendidikan
Pancasila dan pendidikan karakter. Pancasila sebagai
ideologi negara ini harus meramaikan setiap tindakan
rakyat. Namun yang terjadi justru sebaliknya, seperti
ketika kita melihat media sosial, terlihat adanya
32
ambivalensi antara citra masyarakat Indonesia dengan
kenyataan di dunia nyata. Pernyataan tersebut terlihat
dari banyaknya ujaran kebencian yang begitu mudah
ditulis oleh pengguna media sosial.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008),
kepribadian adalah sifat kejiwaan, moral, atau
kepribadian yang membedakan seseorang dengan orang
lain. Karakter menjadi pembeda antara individu yang
satu dengan yang lainnya dalam lingkungannya.
Pembentukan kepribadian dikaitkan dengan konsep
moral, sikap moral, dan perilaku moral. Berdasarkan
ketiga hubungan tersebut, akhlak yang baik didukung
oleh pengetahuan yang baik, keinginan untuk berbuat
baik, dan perbuatan baik.
Untuk menjadi negara yang baik tentunya sangat
membutuhkan usaha dari seluruh lapisan masyarakat
terutama di lingkungan keluarga. Keluarga merupakan
salah satu agen sosialisasi selain lembaga pendidikan,
media massa dan teman bermain. Keluarga merupakan
salah satu sarana penting dalam menanamkan nilai-nilai
pendidikan karakter, dimana keluarga adalah lingkungan
pertama anak dalam mengenal lingkungan sosial. Peran
penting keluarga sangat vital dan penting dalam
pembentukan kepribadian anak.
Anak-anak adalah peniru terbaik dari orang tuanya.
Untuk itu perlu adanya pemberian contoh perbuatan dan
perkataan yang baik oleh orang tua kepada anaknya.
Tunjukkan perilaku positif pada fase tumbuh kembang
33
anak, tunjukkan rasa hormat, jujur, suka membantu dan
melakukan tindakan positif lainnya. Sehingga anak akan
langsung mengalami, melihat tindakan positif dengan
harapan dapat menirunya. Kunci sukses tidaknya suatu
program pendidikan karakter terletak pada mampu atau
tidaknya orang tua menjalankan peran dan fungsi
pendidikan karakter anak secara berkelanjutan. Peran
keluarga dalam hal ini juga harus turut serta dengan
pihak sekolah dalam meningkatkan kecerdasan anak,
baik IQ (Intellegence Quotient), EQ (Emotional
Quotient), SQ (Spiritual Quotient), AQ (Addversity
Quotient).
Orang tua zaman sekarang sangat khawatir dengan
sekolah yang bereputasi baik untuk membentuk anaknya
menjadi anak yang cerdas, cerdas dan kuat. Tetapi pada
kenyataannya, orang tua berharap masih jauh dari
keadaan nyatanya. Karakter kita dibentuk oleh kebiasaan
kita. Kebiasaan yang berkembang di masa kanak-kanak
dan remaja sering bertahan hingga dewasa. Orang tua,
baik atau buruk, dapat mempengaruhi pembentukan
kebiasaan anak mereka.
Ada beberapa cara untuk menanamkan kepribadian
pada anak Anda :
Internalisasi
Internalisasi adalah upaya memasukkan pengetahuan
dan keterampilan untuk mengimplementasikan
pengetahuan ke dalam diri seseorang sehingga
34
pengetahuan menjadi kepribadiannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Keteladanan
“Anak itu menyontoh yang baik.” Ungkapan ini perlu
disadari oleh orang tua agar dapat lebih menjaga sikap
dan perilakunya saat bersama atau bersama anak. Berbagi
contoh parenting sangat penting.
Pembiasaan
Inti dari keakraban adalah pengulangan. Jika orang
tua masuk rumah setiap kali menyapa, ini diartikan
sebagai tugas koordinasi. Ketika seorang anak masuk
rumah tanpa salam, orang tua mengingatkannya untuk
menyapa.
Bermain
Bermain Masa kanak-kanak adalah puncak
kreativitas, dan kreativitas mereka perlu dipertahankan
dengan menciptakan lingkungan yang menghargai
kreativitas, yaitu melalui bermain.
Cerita
Story Stories memiliki daya tarik untuk menginspirasi
anak-anak dengan mendongeng sehingga orang tua dapat
menanamkan nilai-nilai pada anak-anaknya dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Nasihat
35
Nasihat adalah kata yang menyentuh dengan contoh.
Nasihatnya merupakan kombinasi dari metode
penyampaian dan contoh, tetapi berfokus pada bahasa
pikiran.
Penghargaan dan Hukuman
Pemberian penghargaan kepada anak penting
dilakukan, karena pada dasarnya setiap orang
membutuhkan penghargaan dan ingin dihargai. Selain
reward, punishment juga dapat digunakan untuk
membentuk kepribadian anak. Penghargaan harus
didahulukan dari pada hukuman.
Dalam sosialisasi pendidikan karakter, orang tua
menghadapi beberapa kendala :
Perubahan zaman dan gaya hidup
Pengaruh televisi pada gaya komunikasi anak
Perbedaan watak dan jenis kelamin anak
Perbedaan tipe kecerdasan anak
Dari berbagai kendala tersebut, orang tua harus selalu
meningkatkan pengetahuan dan usahanya, serta harus
lebih mengenal anaknya agar pembentukan karakter pada
anak dapat berhasil dan berjalan dengan sempurna.
Berikut beberapa contoh kebiasaan yang dapat
dilakukan di lingkungan keluarga untuk membentuk
karakter anak :
36
1. Biasakan anak bangun pagi, menata tempat tidur dan
berolahraga.
2. Biasakan anak mandi dan berpakaian bersih.
3. Membiasakan anak membantu pekerjaan rumah.
4. Membiasakan anak-anak untuk mengatur dan
memelihara barang-barang mereka.
5. Membiasakan dan mendampingi anak dalam
belajar/mengulang pelajaran/mengerjakan tugas
sekolah.
6. Biasakan anak berpamitan saat keluar rumah.
7. Biasakan anak dengan sapaan saat berangkat dan
pulang.
8. Melaksanakan pelaksanaan shalat sendiri dan
berjamaah.
9. Membaca Alquran dan ceramah agama dalam
keluarga.
10. Melaksanakan musyawarah dan mufakat dalam
keluarga agar dalam diri anak tumbuh jiwa
demokrasi.
Jika keluarga melepaskan tanggung jawab untuk
membangun karakter hanya di sekolah, maka
pembentukan karakter ini tidak akan berhasil dan tidak
masuk akal. Karena keluarga merupakan lingkungan
pertama dan utama bagi pembentukan karakter dan
pendidikan karakter. Dari keluargalah anak belajar
berperilaku dan bertindak sebagai anggota masyarakat
yang bermartabat. Peran keluarga mempunyai peranan
penting, agar proses pada setiap jenjang, jalur, dan jenis
pendidikan serta pengembangan potensi peserta didik
37
agar menjadi Orang yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa akhlak mulia, sehat, berilmu,
ramah, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab.
38
BAB VI
PENGUATAN MORAL DAN KARAKTER
MELALUI LINGKUNGAN SEKOLAH
A. KARAKTER DAN NILAI MORAL DALAM
LINGKUNGAN SEKOLAH
Moral di definisikan sebagai baik serta buruk tingkah
laku seseorang di terima oleh masyarakat mengenai
perubahan, perilaku, kewajiban dan sebagainya.
Etika/moral juga dapat mengacu pada sanksi-sanksi yang
ada di masyarakat terkait perilaku yang baik dan dapat di
terima. Moral terbentuk tentunya memiliki sebuah tujuan
atau punya fungsi yang bermanfaat bagi masyarakat luas
yaitu untuk mewujudkan harkat dan martabat kepribadian
manusia melalui pengamalan nilai-nilai dan istiadat yang
berlaku di masyarakat.
Dalam kehidupan, manusia tentunya mempunyai
moral. Baik buruknya moral di tentukan oleh manusia itu
sendiri dan juga ajaran yang pada terimanya dari
lingkungan keluarga ataupun lingkungan masyarakat.
Maka dari itu pentingnya moral pada kehidupan manusia
supaya manusia tidak bisa berbuat semaunya sendiri,
karena di dalam kehidupan masyarakat terdapat banyak
peraturan, dimana peraturan tersebut sesuai dengan nilai-
nilai moral serta adat-istiadat yang sesuai dengan kaidah
yang berlaku di masyarakat, sehingga seseorang harus
berperilaku sesuai dengan norma serta nilai-nilai moral
yang berlaku di masyarakat.
39
Salah satu sarana yang dapat membentuk moralitas
seseorang yaitu dengan media pendidikan karena lebih
terencana dan sistematis daripada di lingkungan keluarga.
Salah satu konsep perkembangan moral dan karakter
seseorang pada lingkungan sekolah yaitu konsep yang di
jelaskan oleh Thomas Lickona yang berarti bahwa
Pendidikan Karakter memiliki 3 unsur, yaitu mengetahui
kebaikan, mengasihi kebaikan, dan melakukan kebaikan.
Lickona juga menetapkan tujuh unsur-unsur karakter
yang harus didik tanamkan pada peserta didik yaitu:
1. Ketulusan hati atau kejujuran (honesty)
Salah satu sifat utama yang harus di tanamkan pada
peserta didik yaitu kejujuran. Peserta didik yang
memiliki ketulusan hati dan kejujuran bisa di pastikan
memiliki peluang yang besar untuk memiliki karakter
dan moral yang baik, sehingga kemungkinan besar
dapat berperilaku baik juga di berbagai keadaan dan
lingkungan manapun.
2. Belas kasih (compassion)
Sifat yang selanjutnya yaitu sifat belas kasih.
Seseorang yang memiliki belas kasih makan bisa
merasakan kebahagiaan ataupun kesedihan yang
dirasakan oleh orang lain, sehingga tidak menyepelekan
apapun yang terjadi di orang lain.
3. Kegagah beranian (courage)
40
Seseorang yang mempunyai sifat ini berani untuk
menyelesaikan apapun masalahnya tanpa rasa takut akan
kegagalan yang mampu saja terjadi pada dirinya.
4. Kasih sayang (kindness)
Semua manusia harus mempunyai sifat kasih sayang
supaya mampu mengasihi, menghormati dan menghargai
sesama dan juga menyayangi binatang dan tumbuhan.
5. Kontrol diri (self-control)
Pengendalian diri atau biasa di sebut kontrol diri
yaitu perbuatan untuk menahan atau mencegah perbuatan
atau emosi yang buruk.
6. Kolaborasi (cooperation)
Kolaborasi yang di maksud yaitu saling membantu
sesama, tidak membeda-bedakan suatu golongan, tidak
hanya pada manusia akan tetapi pula kepada hewan serta
tumbuhan.
7. Kerja keras (diligance or hard work)
Mempunyai semangat yang berkobar serta
mempunyai kemauan dan kemampuan untuk mencapai
apa yang di inginkan yang di anggap sedikit melebihi
batas kemampuan kita sendiri. Batas ini juga tidak
menjadi tolak ukur bahwa apakah benar kita bisa keras
kepada diri kita sendiri atau tidak.
41
B. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL DI
SEKOLAH
a. Nilai Keagamaan
Upaya pengenalan dan pengembangan karakter serta
moral di lingkungan sekolah bisa di contohkan dengan
melaksanakan ajaran agama yang di anut, seperti berdoa
sebelum makan atau sebelum melakukan kegiatan
pembelajaran, sikap toleransi terhadap pelaksanaan
ibadah pada agama lain, tidak mengejek atau
menjelekkan agama lain dan merasa agama sendiri lebih
baik, dan hidup rukun bersama pemeluk agama lain.
b. Dapat di Percaya/Jujur
Sebuah sifat yang membutuhkan kesesuaian sikap
antara perkataan dan perbuatan. Seperti mengembalikan
barang teman yang telah di pinjam, menyampaikan
sesuatu dengan benar tanpa ada yang di tambahi atau di
kurangi, dan lain sebagainya.
c. Toleransi
Sikap yang selalu menghargai dan menghormati
pada sesama manusia tanpa membeda-bedakan ras,
golongan, agama, dan tindakan atau perkataan/pendapat
yang berbeda dengan diri sendiri. Seperti menghargai
teman mengemukakan pendapatnya saat melaksanakan
musyawarah.
42
d. Tertib/Disiplin
Melakukan sesuatu dengan tepat sesuai waktu yang
di tentukan. Seperti melaksanakan piket tepat waktu,
masuk kelas tepat waktu, menjalankan peraturan sekolah
dengan tertib, menghindari larangan apa saja yang berada
di sekolah seperti memakai pakaian yang tidak sesuai
aturan sekolah, misalnya memakai sandang yang ketat
atau terlalu pendek.
e. Bekerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya bersungguh-
sungguh dalam belajar, mengerjakan tugas dan
bersungguh-sungguh dalam mengatasi kendala belajar.
Seperti membangun suasana belajar yang kondusif di
kelas, menciptakan suasana belajar yang dapat memacu
daya tahan kerja.
f. Berpikir Kreatif
Suatu perilaku yang memiliki daya cipta,
mempunyai kemampuan untuk menciptakan. Seperti
menciptakan sesuatu yang menumbuhkan daya berpikir
dan bertindak kreatif. Seperti pemberian tugas yang
menantang munculnya karya-karya baru baik yang
autentik maupun modifikasi.
g. Bisa Bersikap Mandiri
Dapat di artikan sebagai sikap yang tidak mau
bergantung pada orang lain. Seperti menciptakan suasana
sekolah yang membentuk kemandirian peserta didik.
43
h. Berjiwa Demokratis
Bisa di artikan sebagai cara berpikir, bersikap dan
bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain. Seperti melibatkan warga sekolah dalam
membentuk pengambilan keputusan.
i. Rasa Ingin Tahu
Juga bisa di artikan sebagai keinginan untuk
mengetahui sesuatu dengan lebih jelas. Seperti
menyediakan media komunikasi atau informasi (seperti
media cetak atau media elektronik) untuk berekspresi
bagi warga sekolah, menciptakan suasana kelas yang bisa
mengundang rasa ingin memahami, dan lain sebagainya.
j. Semangat Kebangsaan
Bisa di artikan sebagai semangat menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri
sendiri dan kelompoknya. Seperti melakukan upacara
rutin, melakukan upacara hari-hari besar nasional,
menyelenggarakan peringatan hari kepahlawanan
nasional, dan lain sebagainya.
k. Cinta Tanah Air
Dapat di artikan sebagai sikap yang rela berkorban,
mengabdi dan melindungi bangsa dari banyak sekali
ancaman dan gangguan. Seperti menggunakan produk
buatan dalam negeri, menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, dan lain sebagainya.
44
l. Menghargai Prestasi
Yaitu perilaku dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, mengakui serta menghormati keberhasilan
orang lain. Seperti memberikan penghargaan atas hasil
prestasi kepada warga sekolah, memajang tanda
penghargaan prestasi, dan lain sebagainya.
45