The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by zentset, 2022-04-21 19:02:21

UTS SEJARAH HINDU BUDHA KELAS 2B.docx

UTS SEJARAH HINDU BUDHA KELAS 2B.docx

manuskrip Viang Sa terdapat tulisan sebanyak 29 baris, sedangkan di sisi yang lainnya yang dikenal
dengan nama prasasti Ligor B terdapat 4 baris tulisan.Isi pokok tulisan prasasti Ligor pada sisi A
adalah tentang raja atau penguasa (negeri) Sriwijaya yang terdapat pada kata: Sriwijayendraraja
(baris 14) , Sriwijayeswarabhupati (baris 16), dan kata Sriwijayanrpati (baris 28), yang pada tahun 775
M  membangun  bangunan suci Trisamaya Caitya untuk Padmapani, Sakyamuni, dan Wajrapani di
Ligor.Pada sisi B, prasasti ini menyebutkan tentang Sri Maharaja yang berasal dari Wangsa Sailendra,
raja yang dijuluki sarwwarimadawimathana  (pembunuh musuh-musuh perwira) Tidak ada nama
penguasa yang disebutkan dalam prasasti Ligor ini selain istilah visnvakhyo yang artinya bisa “Wisnu
menurut nama” atau juga bisa sebagai “memiliki penampilan seperti Wisnu”.

Siapakah Sri Maharaja dari wangsa Sailendra yang disebut dengan nama Wisnu atau memiliki
penampilan seperti Wisnu?

Dalam prasasti Kelurak 782 M yang ditulis atas perintah Rake Panangkaran disebutkan bahwa  raja ini
disebut sebagai permata dari wangsa Sailendra atau Sailendravansatilakena yang memiliki gelar Sang
Sanggramadhananjaya dan mendapat julukan Wairiwarawiramardana. Gelar julukan di prasasti
Kelurak ini memiliki makna yang sama dengan gelar Sesarwwarimadawimathana yang terdapat di
prasasti Ligor   yaitu sebagai “pembunuh musuh-musuh perwira”.Oleh karenanya, penyebutan Sri
Maharaja yang memiliki nama Wisnu atau memiliki penampilan sebagai Wisnu dalam prasasti Ligor
adalah tidak mengherankan karena penampilan dari Sri Maharaja (Rake Panangkaran) dianggap
sebagai perwujudan dari Bodhisattva Manjusri. Jadi belum dipastikan siapa srimaharaja yang
dimaksud dalam prasasti Ligor.Kehadiran awal keluarga Sailendra di pantai utara Jawa sebagaimana
tertulis pada Prasasti Sojomerto (~700M) dikaitkan dengan ekspedisi yang dilakukan oleh Kerajaan
Sriwijaya ke Pulau Jawa sebagaimana yang tertulis pada Prasasti Kota Kapur (686M). Dari berita
Tiongkok didapatkan nama Sri Indrawarman (memerintah 702-728M) sebagai pendiri dinasti
Sailendra yang pada tahun 702,718 dan 724M mengirim sejumlah utusan ke Tiongkok.

Menurut catatan Tiongkok, Raja Sriwijaya setelah Sri Indrawaraman adalah Rudra Wikrama
(memerintah 728-770M) yang pada tahun 728 dan 742M mengirim utusan ke Tiongkok. Keterangan
yang didapat dari prasasti ini menyebutkan sebelum naik tahta, Sri Maharaja Indra menjabat sebagai
yuwaraja (Çrivijayavarabhupati). Hal Ini menunjukkan sistem pemerintahan yang ada pada waktu itu
dimana putra-putra raja yang lebih muda dikirim ke perbatasan sebagai penguasa lokal. Sebagai
putra mahkota (adhimukti), Indra ditugaskan untuk menjadi penguasa Ligor.Ia kemudian membuat
sebuah bagunan suci ( stupa ) di suatu tempat bernama Trisamaya Chaiya. Sebagai raja ke empat
Sriwijaya, hal ini dilakukannya untuk menghormati raja-raja sebelumnya yang telah mangkat yang
digambarkan sudah berada di Khayangan. Secara anumerta mereka disempurnakan di dalam
bangunan suci itu dalam wujud Padmapani, Sakyamuni dan Vajrapani (Boddhisatvadeva).

Interpretasi

Prasasti Ligor merupakan pahatan Ditulis pada dua sisi jadi satu batu ada dua sisi yang yang ditulis
dalam prasasti ini bagian pertama itu lebih dikenal dengan sebutkan prasasti ligor a yang yang sisi
yang satunya atau dikenal juga yang di sisi satunya ini yang ligor a ini dengan nama manuskrip viang
sa sedangkan di bagian lainnya disebut dengan prasasti prasasti ligor b yang beraksara kawi dan
berangkat tahun 775 masehi jadi prasasti ini 775 masehi kurang lebih ya inilah sekitar masa dari
pemerintahan Sriwijaya.Jadi Prasasti Ligor B mungkin dibuat oleh Maharaja Dyah pancapana karyana
Panamkarana yang merupakan raja dari wangsa Syailendra. Dr. Ch. Chabbra beranggapan bahwa

Pasasti Ligor A dan B itu pada hakekatnya hanya suatu piagam yang terputus pada baris ke-7.
Manggala Carana Swasti terdapat pada piagam B sedangkan yang sedangkan diagram Prasasti Ligor A
tahun 775 M tidak dimulai dengan Manggala Dr. Chm chabbra mengambil kesimpulan bahwa ini
adalah merupakan suatu yang terputus karena yang tidak dimulai dengan Manggala carana.

Sriwijaya pada tahun 1933 dalam tulisannya, Les Rois Cailendra de Suevarbadvipa, R.C. Majundar
juga telah mengemukakan pendapat bahwa piagam ligor a dan b piagam yang ditulis oleh dua orang
raja. Menurut beliau lagi yaitu R.C. Majundar berdasarkan bukunya Les Rois Cailendra de Sueq
Varbadvipa berpendapat bahwa piagam a lebih dulu di tulis sebelum piaagam b jadi piagam a dulu
baru piagam b.Artinya adalah prasasti ligor dalam tulisan itu Dr. Boch mengulangi pendapat Drm
chabbra kita sudah sebutkan dan akhirnya mengambil kesimpulan bahwa pada tahun 775 seorang
raja Syailendra yang bernama Wisnu memerintah Sriwijaya pada tahun 775 M. Kemudian raja Wisnu
yang tercatat pada piagam itu tidak lain daripada Rakai Panunggalan yang tercatat pada piagam kedu
yang dikeluarkan oleh raja balitung berangkat 907 M. Menurut pendapat Dr.ED.K. Boch jadi raja
Wisnu ini adalah Rakai Panunggalan yang tercatat pada piagam Kedu yang dikeluarkan raja
Balitiung.Rakai panunggalan ini sama dengan samarotungga pada piagam karang Tengah dan
samaratungga adalah samaragrawira pada piagam nalanda ia adalah putra Rakai pancapana
panangkaran yang tersebut pada piagam Kalasan dari tahun 778 M.

Jadi dalam prasasti ligor bahwa Rakai Panunggalan ini sama dengan samaratungga dan
samaragrawira pada piagam Nalanda. Jadi memang penyebutan nama raja itu kadang berbeda-beda
saat di lahirkan dan diberi nama saat nama kecil nama dewasa nama pemerintahan nama
penghargaan dan nama pada masa tuanya itu suka berbeda-beda . Jadi raja Wisnu ini yang disebut
sebagai Rakai Panunggalan, Samarotungga dan Samaragrawira pada piagam Nalanda ini adalah putra
Raja Rakai Pancapana Panangkaran yang terdapat yang disebut dalam piagam alasan dari 778 m.
Pada piagam kelurak Raja sailendra panangkaran itu menyebutkan bahwa dirinya membunuh musuh
perwira vairivara-viramardana, dan pada piagam Nanda disebut Viravairimathana.

Sumber yang menjadi buku panduan kami adalah buku tentang kerajaan Sriwijaya karangan sejarah
Wati ya karena beliau ibu-ibu itu ibu dokter Nia Kurnia solihat yang bukunya yang fenomenal
Kerajaan Sriwijaya yang merupakan peneliti dan juga juga penulis di bidang sejarah.Wangsa
Syailendra ini apakah dari Jawa dia menguasai Sumatera atau dari dari Sumatera dia menguasai Jawa
jadi sebenarnya dari mana dinasti Syailendra tersebut .Tidak dapat disangkal bahwa Kerajaan
Sriwijaya mempunyai bentuk hubungan tertentu dengan dinasti Syailendra (Cailendrawangsa) yang
pernah memerintah kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah . Hal ini tidak menulis tidak bermaksud
untuk membahas dinasti Syailendra secara lengkap hanya ingin membahas hubungan dinasti itu
dengan kerajaan Sriwijaya dari penulis ini menggunakan 2 sumber sejarah yang menerangkan adanya
hubungan tersebut yaitu prasasti ligor yang tidak di like a dan b nanti sisinya sebelah depan ligor a
yang belakangnya ligor b dan juga menggunakan prasasti nalanda yang berada di India supaya kita
bisa mengetahui dinasti Syailendra tersebut . prasasti ligor terdiri dari dua sisi yang dikenal oleh ahli
sejarah sebagai sisi a dan sisi b yang isinya sudah di jelaskan tadi.

Prasasti Nalanda ditemukan ditemukan di timur di India Timur dan dipahat sekitar tahun 860 M.
Isinya menguraikan permintaan Raja balaputradewa dari suwarnadwipa (Sumatera ) kepada raja
Benggala, Dewapaladewa untuk mendirikan wihara di Nalanda. Disebutkan bahwa balaputradewa
adalah anak samaragrawira yang nikah dengan Tara samaragrawira adalah anak raja Jawa Jawa bumi

yang menjadi mustika keluarga Syailendra dan berjuluk wira-wiri makanan atau membunuh perwira
musuh sedangkan Tara adalah anak raja dharmasetu dari keluarga Soma.

Jadi dari kedua prasasti yang kita jelaskan itu menunjukkan adanya hubungan yang erat antara
Sriwijaya di Sumatera dengan dinasti Syailendra di Jawa kerajaan Sriwijaya dan raja dinasti Syailendra
sama-sama disanjung dan dipuji dalam prasasti ligor balaputradewa dari dinasti Syailendra dapat
menjadi raja Sriwijaya. Hubungan antara Kerajaan Sriwijaya dengan dinasti Syailendra sudah sejak
lama menjadi perdebatan para ahli sejarah namun hasil yang telah dicapai belum semuanya
memuaskan jadi memang ahli sejarah menyimpulkan ada hubungan tapi bagaimana hubungan
dinasti Syailendra dengan kerajaan Sriwijaya apakah kerajaan Sriwijaya adalah dinasti Syailendra itu
sendiri atau ada periode tertentu di dalam periode Jawa menyusup disana periode Sumatera atas
baliknya periode Sumatera menyusup di sana periode Jawa karena saling takluk menaklukkan ini juga
dibahas -oleh nicolaas Johannes krom seorang ilmu sejarawan juga dia mengatakan the sumatran
striotis javanes ke si Denis atau periode Sumatera dalam sejarah jawa . Krom menguraikan bahwa
adanya prasasti berbahasa Melayu kuno yang ditemukan di Jawa tengah lalu dikatakannya bahwa
Raja Raja Syailendra di Jawa Tengah tidak lain adalah raja-raja Sriwijaya sehingga krom berpendapat
bahwa Jawa Tengah berada dalam kekuasaan dinasti Syailendra dari Sumatera. Juga pada tahun 1929
profesor webstastarhem yang saat itu memimpin sekolah AMS di Surakarta menulis buku yang
berjudul (the Javanese period in Sumatra history) ini kebalikannya dari kelompok yang saling terkait
dia kebalikannya yaitu periode Jawa dalam sejarah Sumatera kalao krom tadi periode Sumatera
dalam sejarah jawa dari judul buku itu nampak bawah ini membalikan teori dari Krom kebalikannya .

Jadi teka teki ini mulai terungkap jawabannya ketika pada tahun 1963 ditemukan sebuah prasasti
berbahasa Melayu kuno yang ditemukan di Sojomerto daerah Batang Pekalongan prasasti ini telah
ditranslasikan dan dibahas oleh dokter Buchari pada tahun 1966, sayangnya prasasti ini tidak ada
tanggalnya atau tidak tertarik namun Buchari memperkirakannya di dipahat pada abad ke-7 hurufnya
sama dengan huruf prasasti kedukan bukit di Palembang yang prasasti sojomerto di hurufnya.
Prasasti sojomerto yang ditemukan di Jawa ini terdiri dari 11 baris ia menceritakan seseorang yang
bernama dapunta selendra dalam hal ini penulis ingin mengutip beberapa kesimpulan Bukhari yang
pertama adalah nama sarendra tidak diragukan lagi merupakan bentuk pengindonesiaan dari nama
Syailendra nama keluarga atau dinasti Syailendra wangsa diambil dari nama dapunta selendra
kemudian kesimpulan yang ketiga dari Bukhari yaitu dinasti Syailendra adalah bangsa Indonesia asli
hal ini dibuktikan dari fakta fakta bahwa dapunta selendra menggunakan bahasa Melayu kuno dalam
prasastinya jadi tidak menggunakan bahasa Pallawa atau Sansekerta tetapi menggunakan bahasa
Melayu tapi dalam bentuknya yaitu bahasa Melayu kuno namun apakah dapunta selendra yang
dimaksudkan prasasti sojomerto ini berasal dari Sumatera atau memang orang Jawa asli. Hal ini Oleh
Bukhari tidak dibahas hanya mengatakan untuk penulisan sejarah nasional Indonesia cukup
dibuktikan bahwa dapunta selendra adalah orang Indonesia asli bukan pengungsi atau penakluk dari
luar Indonesia jadi kesimpulan Bukhari bahwa dapunta selendra adalah orang Indonesia asli tapi
Indonesianya di mana apakah di Jawa apakah asli Sumatera ini juga masih jadi pertanyaan Bukhari.

Dapunta selendra segera mengingatkan kita dengan nama dapunta hyang yang menjadi gelar Raja
Sriwijaya. Sumber-sumber sejarah yang berasal dari abad ke-7 dan abad ke-8 tidak ada yang
menyebutkan bahwa laskar Jawa melakukan ekspansi ke Sumatera ini tidak ada sumber-sumber yang
bahwa Jawa melakukan ekspansi ke Sumatera yang di dapati adalah berita ekspansi laskar Sriwijaya
ke jauh sebagaimana yang jelas tercantum pada prasasti kota kapur di Bangka. Apakah ekspansi

Sriwijaya itu sampai pula ke Jawa Tengah hal tersebut dapat kita telusuri melalui data arkeologis
selain prasasti sojomerto sampai saat ini telah banyak ditemukan pasti prasasti berbahasa Melayu
kuno di Jawa Tengah yaitu prasasti gandasuli,Dieng ,candi Sewu dan Bukateja. Dalam prasasti
gandasuli yang bahasanya serupa dengan prasasti talang tuo di Palembang banyak di sebutkan para
pembesar selendra yang bergelar Sida gelar ini tidak pernah dikenal sebagai gelar pembesar Jawa
yang terang gelar sidang merupakan gelar pembesar Sriwijaya pada abad ke-7 sebagaimana
tercantum dalam sebuah pecahan prasasti di Palembang berdasarkan seluruh fakta sejarah di atas
dapatlah disimpulkan bahwa dapunta selendra berasal dari Sriwijaya dan dialah yang menurunkan
raja-raja Sriwijaya, Raja Raja sailendra di Jawa Tengah nama selendra digunakan sebagai wangsakara
atau cikal bakal dinasti jadi banyak penemuan di Jawa Tengah yang berbahasa Melayu kuno di mana
bahasa Melayu kuno ini hanya ada pada zaman Sriwijaya yang membuktikan bahwa selendera adalah
orang Indonesia asli yang kedua juga penggunaan gelar sidang menurut ahli-ahli sejarah tidak ada
Sida penggunaan di Jawa tetapi hanya digunakan oleh raja-raja Sriwijaya di di Sumatera sehingga ini
juga memperkuat bahwa dinasti Syailendra adalah asalnya dari Sumatera dari Sriwijaya. Dengan
demikian kedua orang raja yang sama-sama disanjung dan dipuji dalam prasasti ligor yaitu Raja
Sriwijaya dan raja dinasti Syailendra pada hakekatnya berasal dari satu keluarga lalu mengapa kah
kedua-duanya memakai gelar Raja dalam hal ini penulis berpendapat bahwa setelah Sriwijaya
menaklukkan Jawa Tengah pemerintahan atas daerah Jawa Tengah dipisahkan dari pemerintahan
pusat di Sriwijaya Palembang pemikiran penulis ini bukan tanpa alasan Kronik Hsin-Tang- Shu bagian
5A jelas menyebutkan “ shil-li-fo-shih” atau Sriwijaya terbagi menjadi dua kerajaan dan
masing-masing memiliki administrasi yg terpisah.

Terlepas dari berbagai kemungkinan itu, tidak dapat dibantah “Shil-li-fo-shih” ( Sriwijaya) terbagi
menjadi dua kerajaan . Berita kronik Hsin-Tang-Shu ini tidak pernah ditafsirkan secara jelas oleh para
ahli sejarah Sriwijaya. Padahal Informasi itu sangatlah penting. Maka penulis berkeyakinan bahwa
dinasti Syailendra di Jawa Tengah timbul akibat perpecahan daerah kekuasaan Sriwijaya di Sumatera
Dengan demikian raja raja dinasti Syailendra yang memerintah Jawa Tengah mempunyai kedudukan
yang setara dengan raja-raja yang bertahta di Sriwijaya sehingga sama-sama memakai gelar Raja
itulah sebabnya pada prasasti ligor Raja Sriwijaya dan raja dinasti Syailendra sama-sama disanjung
dan dipuji. Pada hakekatnya prasasti ligor itu yang ditemukan di Thailand melambangkan perdamaian
dari kedua raja tersebut sebagai keluarga besar Sriwijaya prasasti ligor ini menguatkan bahwa ada 5
pembagian kekuasaan yang semuanya adalah dikuasai oleh dinasti Syailendra yang dikuatkan oleh
dinasti Syailendra soalnya berasal dari Sriwijaya dari Sumatera menurut penulis Nia Kurnia solihat
Irfan

Julukan yang terakhir ini sangat menarik perhatian pada prasasti Ligor yang bertahun 775 masehi
nama raja Sailendra juga tidak disebut yang disebut hanya julukannya saja yaitu
sarwarimadawimathana = pembunuh perwira musuh. Yang gagah laksana Dewa Wisnu.Nah dengan
demikian kita bisa tarik kesimpulan ya bahwa Raja Syailendra Sri sanggrama dhananjaya inilah yang
disanjung laksana dewa Wisnu pada prasasti Ligor . Dan beliau merupakan kakek balaputradewa
yang disebutkan pada prasasti nalanda.Itu oleh karena prasasti nalanda menyatakan balaputradewa
anak samaragrawira atau samaratungga sedangkan menurut prasasti Karangtengah samaratungga
mempunyai Putri pramodhawardhani maka dapat disimpulkan balaputradewa adalah adik
pramodawardhani istilah balaputra sendiri artinya yaitu anak bungsu

Nama: farell abdiel fayyedh

Nim: 2288210049

Kelas: 2B/pendidikan sejarah

Mata kuliah: sejarah indonesia pada masa hindu budha

PRASASTI KOTA KAPUR

A. Isi prasasti:

Siddha titam hamba nvari i avai kandra kayet ni paihumpaan namuha ulu lavan tandrun luah
makamatai tandrun luah vinunu paihumpaan hakairum muah kayet ni humpa unai tunai.
Umentern bhakti ni ulun haraki. unai tunai kita savanakta devata mahardika sannidhana.
manraksa yan kadatuan çrivijaya. kita tuvi tandrun luah vanakta devata mulana yan
parsumpahan. paravis. kadadhi yan uran didalanna bhami paravis hanun. Samavuddhi lavan
drohaka, manujari drohaka, niujari drohaka talu din drohaka. tida ya. Marppadah tida ya
bhakti. tida yan tatvarjjawa diy aku. dngan diiyan nigalarku sanyasa datua. dhava vuathana
uran inan nivunuh ya sumpah nisuruh tapik ya mulan parvvanda datu çriwi- jaya. Talu muah
ya dnan gotrasantanana. tathapi savankna yan vuatna jahat. makalanit uran. makasuit.
makagila. mantra gada visaprayoga. udu tuwa. tamval. Sarambat. kasihan.
vacikarana.ityevamadi. janan muah ya sidha. pulan ka iya muah yan dosana vuatna jahat inan
tathapi nivunuh yan sumpah talu muah ya mulam yam manu- ruh marjjahati. yan vatu
nipratishta ini tuvi nivunuh ya sumpah talu, muah ya mulan. saranbhana uran drohaka tida
bhakti tatvarjjava diy aku, dhava vua- tna niwunuh ya sumpah ini gran kadachi iya bhakti
tatvjjava diy aku. dngan di yam nigalarku sanyasa dattua. çanti muah kavuatana. dngan
gotrasantanana. Samrddha svasthi niroga nirupadrava subhiksa muah vanuana paravis
chakravarsatita 608 din pratipada çuklapaksa vulan vaichaka. Tatkalana Yan manman sumpah

ini. nipahat di velana yan vala çrivijaya kalivat manapik yan bhumi java tida bhakti ka
çrivijaya.

B. Terjemahan prasasti:

Keberhasilan ! (disertai mantra persumpahan yang tidak dipahami artinya) Wahai sekalian
dewata yang berkuasa, yang sedang berkumpul dan melindungi Kadātuan Śrīwijaya ini; kamu
sekalian dewa-dewa yang mengawali permulaan segala sumpah ! Bilamana di pedalaman
semua daerah yang berada di bawah Kadātuan ini akan ada orang yang memberontak yang
bersekongkol dengan para pemberontak, yang berbicara dengan pemberontak, yang
mendengarkan kata pemberontak; yang mengenal pemberontak, yang tidak berperilaku
hormat, yang tidak takluk, yang tidak setia pada saya dan pada mereka yang oleh saya
diangkat sebagai datu; biar orang-orang yang menjadi pelaku perbuatan-perbuatan tersebut
mati kena kutuk biar sebuah ekspedisi untuk melawannya seketika di bawah pimpinan datu
atau beberapa datu Śrīwijaya, dan biar mereka dihukum bersama marga dan keluarganya.
Lagipula biar semua perbuatannya yang jahat; seperti mengganggu:ketenteraman jiwa orang,
membuat orang sakit, membuat orang gila, menggunakan mantra, racun, memakai racun upas
dan tuba, ganja, saramwat, pekasih, memaksakan kehendaknya pada orang lain dan
sebagainya, semoga perbuatan-perbuatan itu tidak berhasil dan menghantam mereka yang
bersalah melakukan perbuatan jahat itu; biar pula mereka mati kena kutuk. Tambahan pula
biar mereka yang menghasut orang supaya merusak, yang merusak batu yang diletakkan di
tempat ini, mati juga kena kutuk; dan dihukum langsung. Biar para pembunuh, pemberontak,
mereka yang tak berbakti, yang tak setia pada saya, biar pelaku perbuatan tersebut mati kena
kutuk. Akan tetapi jika orang takluk setia kepada saya dan kepada mereka yang oleh saya
diangkat sebagai datu, maka moga-moga usaha mereka diberkahi, juga marga dan
keluarganya dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebasan dari bencana,
kelimpahan segalanya untuk semua negeri mereka ! Tahun Śaka 608, hari pertama paruh
terang bulan Waisakha (28 Februari 686 Masehi), pada saat itulah kutukan ini diucapkan;
pemahatannya berlangsung ketika bala tentara Śrīwijaya baru berangkat untuk menyerang
bhūmi jāwa yang tidak takluk kepada Śrīwijaya.

C. Interpretasi kehidupan pada masa itu:

Berdasarkan isi prasasti kota kapur diatas, diketahui bahwa kerajaan Sriwijaya telah
menguasai seluruh Pulau Sumatera bagian selatan, termasuk Bangka Belitung dan Lampung.
Selain itu, dalam prasasti ini juga disebutkan bahwa Sri Jayanasa melakukan ekspedisi militer
ke Bhumi Jawa yang tidak mau tunduk terhadap Kerajaan Sriwijaya.

Nama : Ahmad Hiisyam Syauqi Solihin

NIM : 2288210047

Kelas : 2B

Mata Kuliah : Sejarah Indonesia Masa Hindu Budha

Dosen Pengampu : Yuni Maryuni, M.Pd.

Jawaban : Prasasti Mantyasih (Kerajaan Mataram Kuno)

Isi Prasasti :

Prasasti ini bertarikh 828 Saka, bagian yang memuat silsilah raja adalah pada bagian B baris
7-9:

● 7 ta sak rahyang ta rumuhun. sirangbăsa ing wanua. sang mangdyan kahyaňan. sang
magawai kadatwan. sang magalagah pomahan. sang tomanggöng susuk. sang
tumkeng wanua gana kandi landap nyan paka çapatha kamu. rahyang

● 8 ta rumuhun. ri mdang. ri poh pitu. rakai mataram. sang ratu sańjaya. çri mahǎrǎja
rakai panangkaran. çri mahǎrǎja rakai panunggalan. çri mahǎrǎja rakai warak. çri
mahǎrǎja rakai garung. çri mahǎrǎja rakai pikatan

● 9 çri mahǎrǎja rakai kayuwańi. çri mahǎrǎja rakai watuhumalang. lwiha sangkā
rikā landap nyān paka çapatha çri mahǎrǎja rakai watukura dyah dharmmodaya
mahāçambhu.

Terjemahan :

● Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya,
● Sri Maharaja Rakai Panangkaran,
● Sri Maharaja Rakai Panunggalan,
● Sri Maharaja Rakai Warak,
● Sri Maharaja Rakai Garung,
● Sri Maharaja Rakai Pikatan,
● Sri Maharaja Rakai Kayuwangi,
● Sri Maharaja Rakai Watuhumalang, dan
● Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Dharmmodaya Mahasambhu.

Intrepretasi :

Prasati ini menceritakan kerajaan medang yang berkuasa di wilayah selatan jawa. Prasasti ini
juga yang memberi tahu para pendahulu atau raja-raja yang terjadi di Wangsa Sanjaya. Akan
tetapi pada daftar tersebut, raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Medang. Dan dalam
prasati ini membahas tentang gelar rakai yang artinya penguasa atau penjabat di suatu
wilayah atau bawahan yang masih mempunyai suatu hubungan dengan keluarga yang
bertahta. Sehingga prasasti ini menyimpulkan bahwa raja-raja dan orang-orang yang masih
mempunyai hubungan keluarga di kerajaan Medang. Prasasti ini juga berusia 907 M, serta
menjelaskan bahwa desa Mantyasih sebagai desa bebas dari pajak. Kata “Mantyasih” Sendiri
dapat diartikan sebagai “Beriman dalam cinta kasih”.

Nama: Muhammad Fikri Azka Haikal
Nim:2288210051
Kelas: 2B Pendidikan Sejarah

Ujian Tengah Semester Sejarah Indonesia Masa Hindu Buddha

Prasasti Kelurak Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Prasasti Kelurak merupakan prasasti batu berangka tahun 782 M yang ditemukan di dekat
Candi Lumbung, Desa Kelurak, di sebelah utara Kompleks Percandian Prambanan, Jawa
Tengah. Keadaan batu prasasti Kelurak sudah sangat halus, sehingga isi keseluruhannya
kurang diketahui. Secara garis besar, dalam isinya adalah tentang didirikannya sebuah
bangunan suci untuk arca Manjusri atas perintah Raja Indra yang bergelar Sri
Sanggramadhananjaya. Menurut para ahli, yang dimaksud dalam bangunan tersebut adalah
Candi Sewu, yang terletak di Kompleks Percandian Prambanan. Nama raja Indra tersebut
juga ditemukan pada Prasasti Ligor dan Prasasti Nalanda peninggalan kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Kelurak ditulis dalam aksara Pranagari, dengan menggunakan bahasa Sanskerta.

Alih aksara bisa di lihat pada gambar yang penulis sertakan dalam tulisan ini

Berikut adalah terjemah bebas Prasasti Kelurak dari De Inscnptie van Keloerak Door Dr F. D.
K. Bosch. Kemungkinan masih ada kekeliruan dalam penerjemahan dari tulisannya Dr F. D.
K. Bosch dari bahasa belanda ke indonesia.

Penghargaan untuk Tiga Permata.

(1) Prinsip Kebuddhaan Jayalokegwara yang Tidak Bisa Dihancurkan! Prinsip
Kebuddhaan Jayabhadregvara yang Tak Terganggu! Prinsip Kebuddhaan dari
Jayavigve-Gvara! Prinsip tak tergoyahkan dari Kebuddhaan Jaya ….. gvara!

(2) Sembah Lokega, Tuhan Dunia, megah Bersinar di semua titik kompas, Lokegvara,
Amita-bha, Penguasa Dunia, berani menyeret dahi

(3) Sebagian besar tidak terbaca. Perlindungan Lokegvara yang disebutkan dalam ayat
sebelumnya tampaknya telah dimohonkan terlebih dahulu. Takut (bhayabhita)
melakukan kesalahan

(4) Oleh orang-orang benar, oleh-tetangga-pria-dan-sabar (?),

Oleh-penaklukan-atas-dunia-penguasa-kepahlawanan-diperoleh – memiliki,

Orang-orang baik penghancur kafir,Lakukan untuk kepentingan orang lain

terus-menerus-penuh kasih-untuk-demi-orang lain …. Oleh dia, permata keluarga

Cailendra, penuh keagungan, debu yang kaki padma-nya disembah … oleh raja yang

bertekad ini bernama Indra ditopang bumi

(5) Melalui dia, perhiasan dari …, dipenuhi dengan belas kasih saat melihat dunia,
menjadi penyelamat dunia ….

(6) Olehnya, yang anggota tubuhnya yang waras telah dibersihkan oleh debu dari kaki
padma guru negeri Gaudi…………

(7) Manjucri ini dibuat oleh …. Guru dari sang pangeran dibesarkan demi dunia.

(8) ….. Manjughosa ….. Pilar Kemuliaan.

(9) Dia, pembawa Vajra, yang termasyhur, adalah brahma, Visnu dan Maheswara; Dia
adalah Tuhan, terdiri dari semua dewa dan dinyanyikan sebagai Manjuvac.

(10) (Ini) Manjucrl di sini memberikan perlindungan atas tempat ini (?) Dan atas
properti orang lain (?)

(11) Pohon harapan muda dari Kali (yuga), yang akarnya adalah pengertian (?), Batang
welas asih, cabang-cabangnya. Kesabaran, dedaunan. Kata kerja • • • * dari (semua)
keinginan (?),

(12) Dia, Tarksya, Manjurava, yang menghilangkan semua ketakutan, (melatih)
perlindungan dalam kegelapan.

(13) Saya meminta semua penguasa masa depan dengan perilaku penuh kasih dan
melalui ini …dari bhrtkumara (Manjucri) dilindungi.

(14) Hanya nama Ćri Sanggramadhanamjaya.

Dalam hal ini Dr F. D. K. Bosch berpendapat bahwasanya Telah ditunjukkan dalam
prasasti Nalanda yang dikeluarkan oleh Devapaiadeva, yang kemungkinan sekitar
tahun 860 M. Pangeran dari Yavabhumi (pulau jawa) kakek Balaputradeva, yang
sezaman dengan prasasti ini, tidak disebutkan nama rajanya tetapi disebut sebagai

(Cailendravaiigatilaka) ini adalah pembunuh musuh- musuh yang gagah berani.
Cailendravaiigatilaka dari prasasti nalanda merupakan julukan dan menurut bunyi
vokal suara dan artinya menunjukkan kemiripan yang mencolok dengan bait ke 4 dari
prasasti Kelurak. Dan ini meningkatkan kemungkinan bahwa keduanya sebagai
keluarga Ćailendravan- pangeran gatilaka dari ‘Nalanda dan Kelurak adalah satu
orang yang sama. Selanjutnya Raja Ćailendravamśatilaka juga disebut dalam
beberapa prasasti, yaitu Prasasti Kelurak (782 Masehi), Prasasti Abhayagirivihara di
bukit Ratu Baka (792 Masehi), Prasasti Kayumwungan (824 Masehi), dan Prasasti
Ligor B (775 Masehi), Dalam Prasasti Kelurak, Ćailendravamśatilaka yang bergelar
Ćri Wirawairimathana (pembunuh musuh yang gagah berani), ia mendirikan sebuah
bangunan suci untuk Mañjusri atau Mañjugosha, diresmikan oleh gurunya pendeta
Kumaragosha yang datang dari Gaudidvipa. Bangunan suci yang disebut dalam
Prasasti Tersebut adalah candi Sewu di jawa tengah.

NAMA : Yosephinne Regina K D W

NIM : 2288210053

KELAS :B

MATA KULIAH : Sejarah Hindu-Budha

PRASASTI KERAJAAN KUTAI
“Prasasti Muarakaman II”

Isi dari prasasti

Muarakaman II ini adalah sebagai berikut.

srimato nrpamukhyasya
rajñah sri mulavarmmanah

danam punyatame ksetre
yad dattam vaprakesvare
dvijatibhyo ‘gnikalpebhyah
vinsatir ggosahasrikam
tasya punyasya yupo ‘yam
krto viprair=ihagataih.

Artinya:
Dengarkanlah oleh kamu sekalian, Brahmana yang tekemuka, dan sekalian orang baik
lain-lainnya, tentang kebaikan budi Sang Mulawarman, raja besar yang sangat mulia.
Kebaikan budi ini ialah berwujud sedekah banyak sekali, seolah-olah sedekah kehidupan
atau semata-mata pohon kalpa (yang memberi segala keinginan), dengan sedekah tanah
(yang dihadiahkan). Berhubung dengan kebaikan itulah maka tugu ini didirikan oleh para
Brahmana (buat peringatan).

Interpretasi Prasasti Yupa Muarakaman II

Menurut sumber sejarah prasasti muarakaman II ini adalah prasasti yang paling tinggi
diantara 7 prasasti yupa lainnya. Isi dari prasasti tersebut sebanyak 8 baris tulisan.  Keadaan
Muarakaman II masih terjaga dengan baik dan tulisannya masih terbaca, tetapi pada baris
keenam dan ketujuh dan bagian belakang terdapat bercak putih. Prasasti ini menceritakan
tentang Sri Mulawarman sebagai raja mulia dan terkemuka yang telah menyedekahkan
20.000 ekor sapi untuk kaum Brahmana, Yupa ini dibuat oleh kaum Brahmana sebagai
peringatan akan kebajikan Raja Mulawarman.

Pada zaman prasejarah bisa dikatakan awal mula masyarakat mengenal tulisan. Prasasti ini
berasal atau ditemukan di kerajaan Kutai wilayah Muara Kaman, Kalimantan Timur. Prasasti
Yupa Muarakaman II ini dibuat sekitar tahun 350-400 M. Dari ketujuh prasasti tersebut ada
empat diantaranya yang ditemukan pada tahun 1879 sedangkan ketiga lainnya ditemukan
pada 1940. Prasasti Yupa ini ditulis dengan huruf pallawa dengan memakai Bahasa Sanskerta

NAMA/NIM : NURUL ROHMAH/2288210055

KELAS : 2B PENDIDIKAN SEJARAH

DOSEN PENGAMPU : YUNI MARYUNI,M.Pd.

KETERANGAN : UJIAN TENGAH SEMESTER SEJARAH HINDU BUDHA

SALAH SATU PRASASTI KERAJAN MATARAM KUNO

PRASASTI KALASAN

Prasasti kalasan merupakan prasasti peninggalan wangsa sanjaya dari kerajaan
wedang ( mataram kuno ) pada tahun 700 saka atau 788 SM. Prasasti ini di temukan di daerah
Sleman kecamatan Kalasan, Yogyakarta. Prasasti ini di tulis dalam bahasa pra-nagari ( India
Utara ) dan sanskerta. Prasasti ini ditemukan pada tahun 1886 di namakan prasasti kalasan
karena lokasi ditemukannya prasasti ini yaitu daerah kalasan dan prambanan. Prasasti ini
tersusun dalam bentuk metrum atau sloka dan ditulis dalam aksara sidham.

Kemunculan prasasti kalasan ini sebagai bentuk penghormatan kepada Dewi Tara dan
menceritakan tentang Isi permohonan para guru keluarga Śailendra kepada Mahārāja
Panangkarana agar dibuatkan sebuah bangunan suci untuk pemujaan dewi Tārā. Permohonan
ini kemudian dikabulkan. Pada tahun 700 Śaka ( sama dengan 778 atau 779 Masehi)
Mahārāja Dyaḥ Pañcapaṇa Kariyāna Paṇaṃkaraṇaḥ (Rakai Panangkaran) memerintahkan
pendirian bangunan suci untuk pemujaan dewi Tārā (tārābhavanam). Bahkan ditambah
dengan hadiah tanah di desa Kalasa untuk kepentingan pemeliharaan bangunan suci tersebut.
Peristiwa penting ini diabadikan di dalam sebuah prasasti, disaksikan oleh pejabat-pejabat
kerajaan seperti Pangkur, Tawan dan Tirip. Bangunan suci dewi Tārā ini diidentifikasikan
sebagai candi Kalasan sekarang.

Sumber gambar. Wikipeda/Prasasti Kalasan

Terjemahan:

Hormat untuk Bhagavatī Ārya Tārā

1. Setelah melihat mahluk2 di dunia yang tenggelam dalam kesengsaraan, ia
menyeberangkan (dengan) Tiga Pengetahuan yang benar, Ia Tarā yang menjadi
satu-satunya bintang pedoman arah di dunia dan (tempat) dewa-dewa.

2. Sebuah bangunan suci untuk Tārā yang indah benar2 telah disuruh buat oleh guruguru
raja Śailendra, setelah memperoleh persetujuan Mahārāja dyāh Pancapana
Panamkarana

3. Dengan perintah guru, sebuah bangunan suci untuk Tārā telah didirikan, dan demikian
pula sebuah bangunan untuk para bhiksu yang mulia ahli dalam ajaran Mahāyana,
telah didirikan oleh para ahli

4. Bangunan suci Tārā dan demikian juga itu (bangunan) milik para bhiksu yang mulia
telah disuruh dirikan oleh para pejabat raja, yang disebut Pangkura, Tavana, Tiripa

5. Sebuah bangunan suci Tārā telah didirikan oleh guru-guru raja Śailendra di kerajaan
Permata Wangsa Śailendra yang sedang tumbuh

6. Mahārāja Panangkarana mendirikan bangunan suci Tārā untuk menghormati guru
pada tahun yang telah berjalan 700 tahun.

7. Desa bernama Kalasa telah diberikan untuk Samgha setelah memanggil para saksi
orang-orang terkemuka penguasa desa yaitu Pangkura, Tavana, Tiripa.

8. Sedekah “bhura” yang tak ada bandingannya diberikan untuk Sangha oleh “raja yang
bagaikan singa” (rājasimha-) oleh raja-raja dari wangsa Śailendra dan para penguasa
selanjutnya berganti-ganti.

9. Oleh para Pangkura dan pengikutnya, sang Tavana dan pengikutnyam sang Tiripa dan
pengikutnya, oleh para prajurit, dan para pemuka agama, kemudian selanjutnya,

10. “Raja bagaikan singa” (rājasimhah) minta berulang-ulang kepada raja-raja yang akan
datang supaya Pengikat Dharma agar dilindungi oleh mereka yang ada
selama-lamanya.

11. Baiklah, dengan menghibahkan vihara, segala pengetahuan suci, Hukum Sebab
Akibat, dan kelahiran di tiga dunia (sesuai) ajaran Buddha, dapat difahami.

12. Kariyana Panangkarana minta berulang -ulang kepada yang mulia raja-raja yang akan
datang senantiasa melindungi vihara yang penting ini sesuai peraturan.

Nama : Rika Oktavia Ningsih

Nim : 2288210056
Kelas : 2B Pendidikan Sejarah
Mata Kuliah : Sejarah Indonesia Masa Hindu Budha
Dosen Pengampu : Yuni Maryuni, M.Pd.

PRASASTI TELAGA BATU KERAJAAN SRIWIJAYA

ISI PRASASTI TELAGA BATU

Prasasti Telaga Batu adalah sebuah prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di sekitar
kolam Telaga Biru. Letaknya tidak jauh dari Bukit Sabokingking, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir
Timur 2 Kota Palembang. Prasasti Telaga Batu ditulis menggunakan aksara Pallawa akhir dan
bahasa Melayu Kuno, tetapi pada awal penulisannya ada beberapa kata yang ditulis
menggunakan bahasa Sanskerta. Tidak hanya ukurannya yang sangat besar, tulisan yang
terpahat pun cukup panjang, terdiri dari 28 baris. Akan tetapi, beberapa baris tulisannya telah
terkikis sehingga sulit bahkan tidak dapat dibaca lagi.

Berikut ini bunyi isi Prasasti Telaga Batu baris ketiga hingga kelima.

kamu vanyakmamu, rajaputra, prostara, bhupati, senapati, nayaka, pratyaya, haji pratyaya,
dandanayaka, ....murddhaka,tuha an vatak, vuruh, addhyaksi nijavarna, vasikarana,
kumaramatya, catabhata, adhikarana, karmma...., kayastha, sthapaka, puhavam, vaniyaga,
pratisara, kamu marsi haji, hulun haji, wanyakmamu urang, niwunuh sumpah dari
mangmang kamu kadaci tida bhakti di aku.

Terjemahan dalam Bahasa Indonesia.

Kalian semua: putra raja, menteri, bupati, panglima, tokoh terkemuka, bangsawan, raja
bawahan, hakim, ...murddhaka, ketua pekerja, pengawas, rakyat jelata, ahli senjata, menteri,
tentara, pekerja konstruksi, karma..., juru tulis, arsitek, nakhoda, saudagar, kapten, kamu
hamba raja, hamba raja, semua orang, akan terbunuh oleh mantra sumpahmu jika kamu
tidak setiapadaku.

Tulisan yang dipahatkan pada prasasti cukup panjang, namun secara garis besar isinya
tentang kutukan terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan di kedatuan Sriwijaya dan
tidak taat kepada perintah datu. Casparis berpendapat bahwa orang-orang yang disebut pada
prasasti ini merupakan orang-orang yang berkategori berbahaya dan berpotensi untuk
melawan kepada kedatuan Sriwijaya sehingga perlu disumpah.

INTERPETASI KEHIDUPAN KERAJAAN SRIWIJAYA

DARI PRASASTI TELAGA BATU

Menurut saya kehidupan Kerajaan Sriwijaya dilihat dari sumber prasasti Telaga Batu ini
menggambarkan pada saat itu banyak orang-orang di Kerajaan Sriwijaya yang berbuat
kejahatan mulai dari rakyat bawah, para pejabat bahkan keluarga di Kerajaan Sriwijaya
tersebut, sehingga Raja Sriwijaya membuat sebuah sumpah atau kutukan untuk orang-orang
yang ingin berbuat jahat kepada kerajaan Sriwijaya. Selain itu Adanya kutukan-kutukan yang
ditujukan kepada keluarga raja menyiratkan adanya putra mahkota yang memerintah daerah
taklukan yang letaknya jauh dari pusat pemerintahan. Kemudian dengan adanya prasasti ini
mengandung maksud agar seluruh aparat pemerintahan dan rakyat Kerajaan Sriwijaya tetap
setia kepada rajanya. Selain itu, penyebutan beberapa pihak tersebut juga memberikan
data-data bagi penyusunan ketatanegaraan Kerajaan Sriwijaya. Misalnya penyebutan
yuvaraja untuk putra mahkota, bhupati untuk bupati, senapati untuk pemimpin pasukan, dan
sebagainya. Prasasti ini sangat dikenal akan kutukan-kutukannya yang ampuh sehingga
rakyat pun dan para pejabat takut ketika hendak melakukan kejahatan. Hal ini membuat
kerajaan Sriwijaya aman dan damai dan sangat ditakuti. Rakyat, pejabat, dan keluarga
Kerajaan Sriwijaya sangat patuh dan setia pada Raja Sriwijaya. Jika sampai ada yang tidak
patuh, melakukan kejahatan, dan melakukan pemberotakan maka akan terkena kutukan mati
menurut isi prasati tersebut. Menurut saya kehidupan Kerajaan Sriwijaya cukup aman dan
rakyat, pejabatan dan keluarga patuh pada Raja. Serangan dari luar pun sedikit karena takut
akan kutukan yang terdapat dalam prasasti Telaga Batu. Biasanya prasasti berisikan tentang
kejayaan Raja, tapi ada juga beberapa prasasti yang berisikan tentang sumpah-smpah dan
kutukan.

Nama : Putri Frilly Natasya
NIM : 2288210059
Prodi :Pendidikan Ssejarah / 2B
MK : Sejarah Hindu Budha

Isi dari sumber sejarah prasasti tuk mas dari kerajaan Holing / Kalingga.

Isi Prasasti Tukmas atau disebut pula dengan nama prasasti Dakawu berbentuk sajak,
sebagai berikut:
(itant) uśucyamburuhānujātā
Kwacicchilāwālukanirgateyam
Kwacitprakĩrnnā śubhaśĩtatoyā
Samprasratā m(edhya) kariwa gańgā
Terjemahan sajak yang terdiri dari empat baris tersebut adalah :
Bermula dari teratai yang gemerlapan
dari sini memancarlah sumber air yang mensucikan,

air memancar keluar dari sela-sela batu dan pasir,

di tempat lain memancar pula air sejuk

dan keramat seperti (sungai) Gangga

Interpretasi :

Hasil interpretasi saya yaitu. Kerajaan holing diperkirakan terletak di Jawa tengah.
Sumber-sumber sejarah tentang kerajaan Kalingga atau holing dapat diketahui dari
berita berita dari Tiongkok dan prasasti tukmas. Prasasti tuk Mas ditemukan di desa
dakwuu daerah Grobogan, Purwodadi di lereng gunung Merbabu di Jawa tengah
prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti menyebutkan
tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air
tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Adanya Prasasti Tukmas
adalah bentuk bukti peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno. Isi dari prasasti
tukmas itu dapat dimaknai bahwa batu alam berukuran cukup besar ini berada di
dekat sebuah mata air yang jernih. Kemungkinan besar, mata air tersebut
merupakan sumber air suci, seperti air suci dari Sungai Gangga di India, yang
dipercaya oleh masyarakat dan pemuka agama Siwa. Kesucian mata air tersebut
dikuatkan dengan keberadaan prasasti, yang berada di tepi sungai yang mata airnya
berasal dari pegunungan.

Pada prasasti tersebut ada gambar-gambar seperti trisula kendi, kapak, kelas angka,
Cakra, dan bunga teratai yang merupakan lambang kerapatan hubungan manusia
dengan dewa-dewa Hindu

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa agama yang dianut pada saat prasasti ini
dibuat diperkirakan agama Hindu beraliran Syiwa.

Pada tahun 674 m Kerajaan holing diperintah oleh Ratu Sima yang tegas dan
berwibawa ia menghendaki rakyatnya menjadi orang yang jujur. Setiap orang
dilarang mencuri atau mengambil barang yang bukan miliknya. Rakyat patuh
terhadap peraturan yang berlaku. Adanya Prasasti Tukmas adalah bentuk bukti
peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno.

UTS SEMESTER GENAP AKADEMIK 2021-2022
SEJARAH INDONESIA MASA HINDU BUDHA

Dosen Pengampu : Yuni Maryuni, M.Pd

Nama : Putry Maharani Adillah

Nim : 2288210060

Kelas :B

Semester : 2 (dua)

LEMBAR JAWABAN
1. Isi dan terjemah Sumber Prasasti dari Kerajaan Sriwijaya (Prasasti Kedukan Bukit)

Isi Prasasti :

swasti śrī śakawarsātīta 604 ekādaśī śu klapaksa wulan waiśāka dapunta hiyam nāyik di
samwau manalap siddayātra di saptami śuklapaksa wulan jyestha dapunta hiyam marlapas
dari mināńa tāmwan mamāwa yam wala dua laksa dañan kośa dua ratus cāra di sâmwau
dańan jälan sariwu tlu rātus sapuluh dua wañākña dātam di mukha-p sukhacitta di pañcami
śuklapaksa wula (n āsādha) laghu mudita dātam marwuat wanua (ini...) śriwijaya jaya
siddhayātra subhiksa ni(t)y(akāla)

Terjemah:

selamat tahun Saka telah berjalan 605 tanggal 11 paro terang bulan Waisaka, Dapunta Hyang
naik di perahu mengambil perjalanan suci. Pada tanggal 7 paro terang bulan jyesta Dapunta
hyang berangkat dari minanga tamwan membawa bala (tentara) dua puluh ribu dengan peti
dua ratus berjalan di perahu dengan jalan (darat) seribu tiga ratus sepuluh dua banyaknya,
datang di mukha (upang) bersuka cita pada tanggal lima paro terang bulan asadha dengan
suka cita datang di suatu tempat dan membuat kota sriwijaya memperoleh kemenangan,
perjalanannya berhasil dan seluruh negeri memperoleh kemakmuran (Boechari, 2012: 388).

Interpretasi :

Hasil Interpretasi saya mengenai isi dan terjemah dari prasasti kedukan bukit ini Prasasti
ini pertama tulisannya menggunakan huruf pallawa, menceritakan lahirnya Kerajaan
Sriwijaya.

Maksud dari isi prasasti kedukan bukit ini, yaitu pada tanggal 11 Waisaka 604, Dapunta
Hyang (Raja Sriwijaya) menaiki perahu ke suatu tempat untuk bertemu para pasukannya
yang baru saja menaklukan Minanga. Kemudian pada tanggal 7 jesta Dapunta Hyang
membawa pasukannya dari Minanga kembali ke ibu kota dengan bahagia.

Setelah itu, Dapunta Hyang memerintah mereka untuk membangun vihara sebagai bentuk
rasa syukur dan kegembiraan kemenangan pasukannya. Pada tanggal 11 Waisaka 604 pada
tanggal 23 April 682, raja Sriwijaya yang bergelar Dapunta Hyang naik perahu dari suatu
tempat untuk menggabungkan diri dengan balatentaranya yang baru saja menaklukkan
Minanga (Binanga).

Lalu pada tanggal 19 Mei Dapunta Hyang memimpin balatentaranya berangkat dari
Minanga untuk kembali ke ibu kota. Mereka bersuka cita karena pulang dengan kemenangan.
Lalu tanggal 16 Juni mereka tiba di Muka Upang, sebelah timur Palembang.

Sesampainya di ibu kota, Dapunta Hyang menitahkan pembuatan wanua (bangunan)
berupa sebuah wihara, sebagai manifesti rasa syukur dan gembira.

Jadi dapat disimpulkan Prasasti Kedukan Bukit peninggalan Kerajaan Sriwijaya menjadi
bukti kemajuan pelayaran di Indonesia pada masa Hindu-Buddha. Inti dari Prasasti tersebut
mengisahkan tentang keberhasilan perjalanan penguasa Kerajaan Sriwijaya yang bergelar
Dapunta Hyang.


Click to View FlipBook Version