The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by zentset, 2022-04-21 19:02:21

UTS SEJARAH HINDU BUDHA KELAS 2B.docx

UTS SEJARAH HINDU BUDHA KELAS 2B.docx

ULANGAN TENGAH SEMESTER
SEJARAH HINDU-BUDHA
KELAS 2B

Dosen Pengampu : Yuni Maryuni M.Pd.

UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Pendidikan Sejarah UNTIRTA

UTS SEJARAH HINDU-BUDHA

Nama : Alfri Pratama Herdiana
Kelas : 2B
NIM : 2288210001
Mata Kuliah : Sejarah Hindu-Budha
Dosen Pengampu : Yuni Maryuni, M.Pd.

LEMBAR JAWABAN

Prasasti Karang Berahi

Prasasti Karang Berahi adalah prasasti dari zaman Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan pada
1904 oleh seorang kontrolir Belanda bernama L.M. Berkhout. Prasasti ini terletak di Desa
Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi. Prasasti Karang Berahi
menggunakan bahasa Melayu Kuno dan ditulis dalam aksara Pallawa. Isinya tentang kutukan
bagi orang yang tidak tunduk atau setia kepada raja dan orang-orang yang berbuat jahat.
Kutukan pada isi prasasti ini mirip dengan prasasti Kerajaan Sriwijaya lainnya, yaitu Prasasti
Kota Kapur dan Prasasti Telaga Batu.

Isi Prasasti

Pada prasasti berukuran tinggi 130 cm, lebar 80 cm, dan ketebalan 48 cm ini terpahat 16 baris
isi dalam kondisi aus. Dalam Prasasti Karang Berahi tidak disebutkan nama raja ataupun
gelarnya, hanya menggunakan kata "saya". Berikut adalah isi dari Prasasti Karang Berahi.

● || siddha || titam hamvan vari avai kandra kayet ni
● paihumpaan namuha ulu lavan tandrun lua makamatai ta
● ndrun luah vinunu paihumpaan hakairu muah kayet nihumpa u
● nai tuai umente bhakti niulun haraki unai tunai || kita savanakta de
● vata matahar[d]dhika sannidhana mamraksa yam kadatuan srivijaya kita tuvi tandrun
● luah vanakta devata mulana yam parsumpahan paravis kadaci yam uram
● didalamna bhumi [ajnana kadatuan ini] paravis drohaka haun samavuddhi la
● van drohaka manujari drohaka niujari drohaka tahu dim drohaka tida
● ya marpadah tida ya bhakti tida ya tatvarjjava diyaku dnan di iyam nigalarku sanyasa

datua dhava vuatna uram inan nivunuh
● ya sumpah nisuruh tapik ya mulam parvvandan datu srivijaya talu mua ya dnan
● gotrasantanana tathapi savanaknaa yam vuatna jahat makalanit uram makasa
● kit makagila mantra gada visaprayoga upuh tuva tamval saramvat kasa
● han vasikarana ityevamadi janan muah ya siddha pulam ka iya muah yam dosa
● na vuatna jahat inan tathapi nivunuh ya sumpah tuvi mulam yam manuruh marjjahati yam

marjjahati yam vatu nipratistha ini tuvi nivunuh ya sumpah talu muah ya mulam
sarambhana uram drohaka tida bhakti tida tatvarjjava diy aku dhava vuatna nivunuh ya
sumpah ini gran kadaci iya bhakti tatvarjjava diy aku dnan di yam ni
● galarku sanyasa datua santi kavuatana dnan gotrasantanana samrddha
● svastha niroga nirupadrava subhiksa muah yam vanuana paravis || sakavarsatita 608
dim pratipada suklapaksa vulan vaisakha tatkalana  yam mammam sumpah ini nipahat di
velana yam vala srivijaya kalivat manapik yam bhumi java tida bhakti ka srivijaya.

Terjemahan

● Keberhasilan! [disusul mantra kutukan yang tak dapat diartikan].
● Wahai sekalian dewata yang berkuasa, yang sedang berkumpul dan yang melindungi

provinsi [kedatuan] srivijaya [ini]; juga kau Tandrun luah [?] dan semua dewata yang
mengawali setiap mantra kutukan!
● Bilamana di pedalaman semua daerah (bhumi) [yang berada di bawah provinsi
(kadatuan) ini] akan ada orang yang memberontak […]
● yang bersekongkol dengan pemberontak, yang berbicara dengan pemberontak, yang
mendengarkan kata pemberontak, yang mengenal pemberontak, yang tidak berperilaku
hormat, yang tidak takluk, yang tidak setia pada saya dan pada mereka yang oleh saya
diangkat sebagai datu
● biar orang-orang yang menjadi pelaku perbuatan-perbuatan tersebut mati kena kutuk;
biar sebuah ekspedisi [untuk melawannya] seketika dikirim di bawah pimpinan datu [atau
beberapa datu] srivijaya, dan biar mereka dihukum bersama marga dan keluarganya
● Lagi pula biar semua perbuatannya yang jahat, [seperti] mengganggu ketenteraman jiwa
orang, membuat orang sakit, membuat orang gila, menggunakan mantra, racun,
memakai racun upas dan tuba, ganja, saramvat, pekasih, memaksakan kehendaknya
pada orang lain dan sebagainya

● [semoga perbuatan-perbuatan itu] tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah
melakukan perbuatan jahat itu, biar pula mereka mati kena kutuk.

● Tambahan pula biar mereka yang menghasut orang supaya merusak, yang merusak
batu yang diletakkan di tempat ini, mati juga kena kutuk dan dihukum langsung.

● Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang tak berbakti, yang tak setia pada saya,
biar pelaku pelaku perbuatan tersebut mati kena kutuk.

● Akan tetapi jika orang takluk, setia kepada saya dan kepada mereka yang oleh saya
diangkat sebagai datu, maka moga-moga usaha mereka diberkahi, juga marga dan
keluarganya: dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebasan dari bencana,
kelimpahan segalanya untuk semua negeri mereka!

● Tahun saka 608, hari pertama paruh terang bulan waisakha, pada saat itulah kutukan ini
diucapkan; pemahatannya berlangsung ketika bala tantara srivijaya baru berangkat
untuk menyerang tanah (bhumi) Jawa yang tidak takluk kepada srivijaya.

INTERPRETASI

Prasasti Karang Berahi ditemukan oleh L. Berkhout di Bangko, Provinsi Jambi pada tahun
1904, pada waktu itu Residen Jambi, O.L. Helfrich, menyatakan bahwa penemuannya di kaki
tangga masjid yang digunakan sebagai ubin pencuci kaki, lalu pada Februari 1906, van Rijn
van Alkemade membuat cetakan kertas dari Prasasti Karang Berahi yang menyatakan prasasti
itu tidak terbaca tapi prasasti ini mirip dengan prasasti Canggal yang berangka tahun 732.
Jika kita amati prasasti Karang Berahi ini sempat terlupakan lalu pada tahun 1920, Krom
menyebutkan bahwa prasasti ini sama dengan prasasti Kota Kapur yang diterbitkan Kern
pada tahun 1912. Prasasti Karang Berahi ini tidak disebutkan angka tahunnya namun prasasti
ini diperkirakan dibuat pada tahun 686 atau 608 saka.

Nama : Muhamad Ade Firman
Nim : 2288210005
Kelas : 2B Pendidikan Sejarah
Mata Kuliah : Sejarah Indonesia Masa Hindu Budha
Dosen Pengampu : Yuni Maryuni, M.Pd.

Jawaban :

Prasasti Canggal (Mataram Kuno)

Prasasti Canggal adalah Prasasti peninggalan zaman Kerajaan Mataram Kuno, ditemukan di
Gunung Wukir, Desa Canggal, Kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah. Masyarakat
sekitar biasa menyebut dengan sebutan Prasasti Gunung Wukir atau Prasasti Sanjaya. Karena
Prasati ini berangka tahun 654 Saka atau 732 Masehi ini dibuat ketika Mataram Kuno
diperintah oleh Raja Sanjaya.
Prasasti Canggal ditulis dengan menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Fungsi
Prasasti Canggal yang merupakan Prasasti pertama yang dikeluarkan Raja Sanjaya ini adalah
untuk memperingati pendiri Lingga di bukit Sthringga.

Prasasti Canggal menjadi sumber sejarah yang penting karena menceritakan kehidupan awal
di Kerajaan Mataram Kuno. Dijelaskan bahwa yang menjadi raja awalnya adalah Sanna, yang
kemudian digantikan oleh Sanjaya anak dari Sannaha yang berasal dari Galuh.

Adapun isi dari Prasasti Canggal adalah sebagai berikut:

● Bait 1: Pembangunan lingga oleh Raja Sanjaya di atas bukit.
● Bait 2-6: Pemujaan terhadap Dewa Siwa, Brahma, dan Wisnu.
● Bait 7: Jawa yang sangat makmur, kaya akan tambang emas dan menghasilkan padi.

Pulau itu didirikan candi Siwa demi kebahagiaan penduduk dengan bantuan dari
penduduk Kunjarakunja desa.
● Bait 8-9: Jawa yang dahulu diperintah oleh Raja Sanna, yang sangat bijaksana, adil
tindakannya, perwira perang, murah hati kepada rakyatnya. Ketika meninggal dunia
negara berkabung, sedih kehilangan pelindung.
● Bait 10-11: Pengganti Raja Sanna adalah putranya bernama Sanjaya yang diibaratkan
sebagai matahari. Kekuasaanya tidak langsung diberikan kepada Sanjaya, melainkan
melalui saudara perempuannya (Sannaha).
● Bait 12: Kesejahteraan, keamanan, dan ketenteraman negara. Rakyat dapat tidur di
tengah jalan, tanpa takut akan pencuri dan penyamun atau akan terjadi kejahatan
lainnya. Rakyat dapat hidup senang.

Interpretasi dari Prasasti Canggal Kerajaan Mataram Kuno
Munculnya Kerajaan Mataram diceritakan dalam carita parahyangan. Yang dimana
dahulu ada sebuah kerajaan dijawa barat yang bernama Galuh. Rajanya yang Bernama
Sanna (Prabu Bratasenawa), suatu Ketika dia digulingkan dari tahtanya oleh
Purbasoraya (saudara satu ibunya). Kemudian Sanna melarikan diri kepakuan
(kerajaan sunda). Meminta perlindungan pada Raja Tarusbawa sekaligus sahabat
baiknya. Atas dasar persahabat itulah kemudian Raja Tarusbawa menjadikan Sanjaya
anak dari saudara perempaunnya Sanaha sekaligus istri dari Sanna sebagai
menantunya. Kemudian atas bantuan Raja Tarusbawa Sanjaya menyerang Kerajaan
Galuh dan melengserkan Purbasora, setelah itu ia menjadi Raja dari kerajaan sunda
Galuh.

Sanjaya adala penguasa Kerajaan Sunda, Galuh, dan Kalingga (setelah diangkat oleh
Ratu Shima). Sebagai ahli waris Kerajaan Kalingga Kemudian Sanjaya berkuasa di
Kalingga Bagian utara yang disebut dengan Mataram Kuno pada tahun 732 M.
Kekuasaan dijawa barat diberikan kepada putranya yaitu Rakeyan Panaraban,
Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada tahun 732 M. Raja pertamanya adalah Sanjaya
yang bergelar (Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya). Ibukotanya disebut dengan
Bhumi Mataram, Kerajaan mataram kuno ini dikelilingi dengan banyak pegunungan

salah satunya yaitu Gunung Merapi dan juga dikelilingi oleh banyak sungai sehingga
wilayah mataram kuno ini sangat subur. Raja Sanjaya kemudian mendirikan sebuah
lingga (lambang Siwa) di Kunjarakunja. Kunjarakunja dapat diartikan sebagai tanah
dari pertapaan Kunjara yang diidentifikasi sebagai tempat pertapaan Resi Agastya
yang berasal dari India selatan. Pendirian lingga ini sebagai rasa syukur bahwa
Sanjaya telah dapat membangun kembali kerajaan dan bertakhta dengan aman, setelah
berhasil mengalahkan musuh-musuhnya, pada masa Kerajaan Mataram Kuno yang
dipimpin oleh Raja Sanjaya menganut ajaran Hindu Siwa.

Nama : Ninda Kiyan Maharani
Kelas : 2B
NIM : 2288210006
Mata Kuliah : Sejarah Hindu – Budha

PRASASTI KERAJAAN MATARAM KUNO
Berdiri antara abad ke-8 hingga abad ke-11 Salah satu peninggalan Kerajaan Mataram

Kuno adalah Prasasti Canggal. Prasasti Canggal ditemukan di Gunung Wukir, Desa Canggal,
Kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah. Selain dikenal sebagai Prasasti Canggal, prasasti
ini juga disebut oleh masyarakat sekitar sebagai Prasasti Gunung Wukir atau Prasasti
Sanjaya. Hal itu karena prasasti ini berangka tahun 654 Saka atau 732 Masehi dan dibuat
ketika Mataram Kuno diperintah oleh Raja Sanjaya. Prasasti ini berupa batu berwarna
kuning kecoklatan yang berbentuk persegi empat pipih atau stele dengan bagian tepinya telah
diratakan. Selain itu, permukaan bidang yang berisi tulisan isinya juga telah diratakan dan
diupam, sementara bagian atasnya dibentuk lengkung kurawal. Saat penemuannya pada 1879,
Prasasti Canggal kondisinya terbelah menjadi dua bagian.
Adapun isi dari Prasasti Canggal adalah sebagai berikutberikut :

Bait 1: Pembangunan lingga oleh Raja Sanjaya di atas bukit.
Bait 2-6: Pemujaan terhadap Dewa Siwa, Brahma, dan Wisnu.

Bait 7: Jawa yang sangat makmur, kaya akan tambang emas dan menghasilkan padi.
Pulau itu didirikan candi Siwa demi kebahagiaan penduduk dengan bantuan dari penduduk
Kunjarakunjadesa.

Bait 8-9: Jawa yang dahulu diperintah oleh Raja Sanna, yang sangat bijaksana, adil
tindakannya, perwira perang, murah hati kepada rakyatnya. Ketika meninggal dunia negara
berkabung, sedih kehilangan pelindung.

Bait 10-11: Pengganti Raja Sanna adalah putranya bernama Sanjaya yang
diibaratkan sebagai matahari. Kekuasaanya tidak langsung diberikan kepada Sanjaya,
melainkan melalui saudara perempuannya (Sannaha).

Bait 12: Kesejahteraan, keamanan, dan ketenteraman negara. Rakyat dapat tidur di
tengah jalan, tanpa takut akan pencuri dan penyamun atau akan terjadi kejahatan lainnya.
Rakyat dapat hidup senang.

INTERPRETASI KEHIDUPAN MATARAM KUNO

Prasasti Canggal merupakan prasasti peninggalan dari Mataram Kuno. Kedua bagian
Prasasti Canggal ditemukan di tempat yang berbeda. Pecahan pertama ditemukan di halaman
Candi Gunung Wukir, sedangkan pecahan terbesar ditemukan di Desa Canggal, yang
letaknya di kaki gunung. Prasasti Canggal diidentifikasi sebagai prasasti tertua kedua di
Pulau Jawa setelah prasasti Tuk Mas.

Selain itu, prasasti ini merupakan sumber tertulis tertua yang menyebut Pulau Jawa
atau Yawadwipa, yang dipuji sangat subur, kaya akan tambang emas, dan menghasilkan
gandum atau padi. Adapun fungsi Prasasti Canggal yang merupakan prasasti pertama yang
dikeluarkan Raja Sanjaya, adalah untuk memperingati pendirian lingga di atas Bukit
Sthirangga. Prasasti ini menjadi sumber sejarah yang penting karena menceritakan kehidupan
awal di Kerajaan Mataram Kuno.

Dijelaskan bahwa yang menjadi raja awalnya adalah Sanna, yang kemudian
digantikan oleh Sanjaya anak dari Sannaha yang berasal dari Galuh. Prasasti Canggal juga
menceritakan Raja Sanjaya yang memerintahkan mendirikan sebuah lingga (lambang Siwa)
di Kunjarakunja. Kunjarakunja dapat diartikan sebagai tanah dari pertapaan Kunjara yang
diidentifikasi sebagai tempat pertapaan Resi Agastya yang berasal dari India selatan.

Pendirian lingga ini sebagai rasa syukur bahwa Sanjaya telah dapat membangun kembali
kerajaan dan bertakhta dengan aman, setelah berhasil mengalahkan musuh-musuhnya.

UTS SEJARAHNINDONESIA MASA HINDU-BUDHA

NAMA : PUTRI WAHYUNINGSIH
NIM : 2288210009
KELAS : 2B PENDIDIKAN SEJARAH

PRASASTI TUKMAS

A. Isi Prasasti Tukmas Salah Satu Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Prasasti Tukmas adalah bukti prasasti dari peninggalan sejarah, yakni peninggalan dari
Kerajaan Mataram Kuno. Prasasti Tukmas terletak di sebelah barat Gunung Merapi, tepatnya
di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang, Jwa Tengah. Pahatan isi pada
Prasasti ini ditulis menggunakan huruf aksara Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Adapun juga
bentuk aksaranya itu diperkirakan lebih muda daripada aksara pada masa Raja Purnawarman
dari Kerajaan Tarumanegara. Oleh karena itu, diperkirakan bahwa Prasasti Tukmas ini
berasal dari abad ke-6 atau abad ke-7.
Prasasti Tukmas ini kondisinya sudah tidak utuh lagi dan banyak mengalami kerusakan
dibeberapa bagiannya, namun sebagian pahatnya masih bisa dibaca oleh ahli arkeologi.
Adapun isi dari Prasasti Tukmas, yaitu sebagai berikut :
(itant) usucyamburuhanujata
Kwacicchilawalukanirgateyam
Kwacitprakirnna subhasitatoya
Samprasrata m(edhya) kariwa ganga
Terjemahannya :

(Mata air) yang airnya jernih dan dingin ini dan yang keluar

Dari batu atau pasir ke tempat yang banyak bunganya tujung putih

Serta mengalir sana-sini

Setelah menjadi satu lalu mengalir, Seperti sungai Gangga.

B. Interpretasi mengenai Prasasti Tukmas.

Berdasarkan dari isi Prasasti Tukmas dapat di simpulkan bahwa Prasasti Tukmas ditemukan
di sebuah lereng barat Gunung Merapi tepatnya terdapat di Dusun Dkawu, yaitu di Desa
Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang, Jawa Tengah, yang bertuliskan huruf Pallawa yang
berbahasa Sanskerta, dan Isi Prasasti Tukmas ini menceritakan tentang mata air yang bersih
dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan sungai Gangga
yang berada di India, dan pada Prasasti Tukmas ini juga terdaat gambar-gambar seperti
trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan dari suatu lambang
keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa hindu.

Nama : Tubagus Rafli Zainul Arifin
NIM : 2288210010
Kelas : 2/B
Mata Kuliah : Sejarah Hindu-Budha
PRASASTI KERAJAAN KUTAI
Prasasti Yupa adalah sebuah prasasti yang merupakan peninggalan dari Kerajaan Kutai.
Terdapat tujuh buah yupa yang memuat prasasti, tetapi baru 4 yang berhasil dibaca dan
diterjemahkan. Prasasti ini menggunakan huruf Pallawa Pra-Nagari dan dalam bahasa
Sanskerta, yang diperkirakan dari bentuk dan jenisnya berasal dari sekitar 400 Masehi.
Prasasti ini ditulis dalam bentuk puisi anustub.

Adapun, Isi dari Prasasti Yupa Muarakaman II Kerajaan Kutai, yaitu :
srimato nrpamukhyasya

rajñah sri mulavarmmanah
danam punyatame ksetre
yad dattam vaprakesvare

dvijatibhyo ‘gnikalpebhyah
vinsatir ggosahasrikam

tasya punyasya yupo ‘yam
krto viprair=ihagataih.

Yang terdapat artinya, yaitu :

Dengarkanlah oleh kamu sekalian, Brahmana yang tekemuka, dan sekalian orang baik
lain-lainnya, tentang kebaikan budi Sang Mulawarman, raja besar yang sangat mulia.
Kebaikan budi ini ialah berwujud sedekah banyak sekali, seolah-olah sedekah kehidupan
atau semata-mata pohon kalpa (yang memberi segala keinginan), dengan sedekah tanah
(yang dihadiahkan). Berhubung dengan kebaikan itulah maka tugu ini didirikan oleh para

Brahmana (buat peringatan).

Interpretasi dari Prasasti Yupa Muarakaman II Kerajaan Kutai 

Zaman prasejarah atau praaksara dapat dikatakan berakhir ketika masyarakat di suatu wilayah
telah mengenal tulisan. Prasasti Yupa berasal dari Kerajaan Kutai di wilayah Muara Kaman,
Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur, yang dibuat sekitar tahun 350-400 masehi. Yupa adalah
prasasti pertama yang pernah dibuat oleh Kerajaan Kutai, sekaligus menjadi bukti bahwa
pernah ada kerajaan Hindu di Kalimantan. Prasasti Yupa berbentuk tiang batu yang berfungsi
untuk mengikat hewan kurban yang dipersembahkan untuk para dewa. Dari tujuh buah
Prasasti Yupa yang ditemukan, empat di antaranya ditemukan pada 1879, sedangkan tiga
lainnya pada 1940. Prasasti Tupa ditulis menggunakan huruf Pallawa dengan Bahasa
Sanskerta.

Yupa Muarakaman II merupakan Yupa tertinggi diantara tujuh Yupa yang ditemukan, terdiri 8
baris, menceritakan tentang Sri Mulawarman sebagai raja mulia dan terkemuka yang telah
menyedekahkan 20.000 ekor sapi untuk kaum Brahmana, Yupa ini dibuat oleh kaum
Brahmana sebagai peringatan akan kebajikan Raja Mulawarman. Keadaan Muarakaman III
masih terjaga dengan baik dan tulisannya masih terbaca, tetapi pada baris keenam dan
ketujuh dan bagian belakang terdapat bercak putih. 

Nama: Khansa Hasna Sahl
Nim: 2288210012
Kelas: 2B Pendidikan Sejarah
Dosen Pengampu: Yuni Maryuni,M.Pd

Ujian Tengah Semester Sejarah Hindu Budha
Salah satu prasasti dari Kerajaan Mataram Kuno:
Prasasti Canggal

Prasasti Canggal (juga dikata Prasasti Gunung Wukir atau Prasasti Sanjaya)
merupakan prasasti dalam bentuk candra sengkala berangka tahun 654 Saka atau 732 M yang
ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Kadiluwih, kecamatan Salam, Magelang,
Jawa Tengah. Prasasti yang ditulis pada stela batu ini menggunakan aksara Pallawa dan
bahasa Sanskerta. Prasasti dipandang kepada pernyataan diri Raja Sanjaya pada tahun 732
kepada seorang penguasa universal dari Kerajaan Mataram Kuno.

Prasasti ini menceritakan tentang pendirian lingga (lambang Siwa) di desa
Kunjarakunja oleh Sanjaya. Dibicarakan pula bahwa yang dijadikan raja mula-mula
merupakan Sanna, yang belakang sekali digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha, saudara
perempuan Sanna.

Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan
mengenai berdirinya dinasti Sanjaya sebagai penguasa di wilayah Jawa serta berisikan
mengenai sistem kepercayaan yang dianut oleh kerajaan Mataram Kuno.
Bait 1 : Pembangunan lingga oleh Raja Sanjaya di atas gunung
Bait 2-6 : Pujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Brahma, dan Dewa Wisnu
Bait 7 : Pulau Jawa yang sangat makmur, kaya akan tambang emas dan jumlah memproduksi
padi. Di pulau itu didirikan candi Siwa demi kebahagiaan penduduk dengan bantuan dari
penduduk Kunjarakunjadesa
Bait 8-9 : Pulau Jawa yang dahulu diperintah oleh raja Sanna, yang sangat ahli, tidak
sewenang-wenang dalam tingkah laku yang dibuatnya, perwira dalam peperangan, bermurah
hati kepada rakyatnya. Ketika wafat Negara berkabung, sedih kehilangan pelindung

Bait 10-11 : Pengganti raja Sanna yaitu putranya bernama Sanjaya yang diibaratkan dengan
matahari. Kekuasaan tidak langsung diserahkan kepadanya oleh raja Sanna tetapi melintasi
kakak perempuannya (Sannaha)

Bait 12 : Kesejahteraan, keamanan, dan ketentraman Negara. Rakyat dapat tidur di tengah
jalan, tidak usah takut akan pencuri dan penyamun atau akan terjadinya kejahatan yang lain.
Rakyat hidup serba senang.

Nama : Hilma Liana
Kelas : 2B
NIM : 2288210014
Mata Kuliah : Sejarah Hindhu Budha

Prasasti Yupa Muarakaman 1 (kerajaan Kutai)

Prasasti Yupa ditemukan pertama kali dengan Muarakaman I, terdiri dari 12 baris di salah
satu sisinya. Prasasti ini berisi silsilah Raja Mulawarman. Selain itu, disebutkan pula tentang
upacara selamatan yang dilakukan oleh Mulawarman.

● Isi dari prasasti yupa muarakaman 1
Kundunggasya mahatmanah
Putro ‘svavarmmo vikhyatah
Vansakartta yathangsuman
Tasya putra mahatmanah
Trayas traya ivagnayah
Tesan trayanam pravarah
Tapo bala damanvitah
Sri mulavarmma rajendro
Yastva bahusuvarnnakam
Tasya yajñasya yupo ‘yam
Dvijendrais samprakalpitah

● Terjemahan dari prasasti yupa muarakaman 1
Sang Maharaja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mahsyur, Sang
Aswawarman namanya, yang berarti Sang Ansuman (Dewa Matahari) menumbuhkan
keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci)
tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mulawarman, raja yang berperadaban
baik, kuat dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan kenduri (selamatan yang

dinamakan) emas amat banyak. Buat peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini
didirikan oleh para Brahmana

● Interpretasi dari prasasti lupa muarakaman 1

Isi prasasti ini menjelaskan tentang silsilah raja mulawarman yang
merupakan,yang berawal dari maharaja kudungga yang mempunyai putra bernama
aswawarman yang dinamai dengan dewa matahari (ansuman) Serta mempunyai 3
orang anak,disebutkan juga bahwa salah satu dari anak yang terkemuka tersebut
adalah Mulawarman ,yang memiliki perilaku baik,kuat dan berkuasa.Dalam
prasasti ini juga diceritakan bahwa mulawarman telah melakukan banyak
selamatan yang dinamakan dengan bahusuwarnnakam (“emas amat banyak”).

UTS SEJARAH INDONESIA MASA HINDU-BUDDHA
Nama : Shalama Qaulum Fadilla
NIM : 2288210018
Kelas : B Pendidikan Sejarah
Semester : 2 (Genap)

Sumber Sejarah : Prasasti Kedukan Bukit.

Letak, teks prasasti, isi terjemahan dapat dibaca disini :

https://museumnusantara.com/prasasti-kedukan-bukit/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Kedukan_Bukit

A. Sejarah dan Isi Prasasti Kedukan Bukit Sebagai Salah Satu Peninggalan
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan bercorak Buddha terbesar yang pernah
ada di Indonesia. Sebagai kerajaan yang besar, Sriwijaya memiliki banyak
peninggalan seperti Kitab, Candi, sampai Prasasti. Salah satu peninggalan berupa
prasasti yaitu, prasasti Kedukan Bukit. Prasasti ini dianggap sebagai bukti awal dari
berdirinya Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di daerah Kedukan Bukit, Kota Palembang,
Sumatera Selatan, atau lebih tepatnya di tepi Sungai Tatang yang merupakan anak
sungai dari Sungai Musi. Prasasti ini merupakan salah satu bukti tersohornya
Kerajaan Sriwijaya sekaligus bukti dari lahirnya Kerajaan Sriwijaya. Penemuan
prasasti ini terjadi pada tanggal 29 November 1920 oleh C.J. Batenburg dari Belanda
yang sedang melakukan penelitian.
Ukuran prasasti ini adalah 45 x 80 cm, ukuran yang cukup kecil jika dibandingkan
kebanyakan prasasti dari kerajaan lain. Prasasti ditulis dalam bahasa Melayu Kuno
dengan huruf Pallawa. Saat ini, Prasasti Kedukan Bukit diletakkan di Museum
Nasional, Jakarta.

Teks Prasasti Kedukan Bukit

svasti śrī śakavaŕşātīta 605 ekādaśī śukla-
klapakşa vulan vaiśākha ḍapunta hiyaṃ nāyik di
sāmvau mangalap siddhayātra di saptamī śuklapakşa
vulan jyeşţha ḍapunta hiyaṃ maŕlapas dari minānga
tāmvan mamāva yaṃ vala dua lakşa dangan kośa
duaratus cāra di sāmvau dangan jālan sarivu
tlurātus sapulu dua vañakña dātaṃ di mata jap (mukha upaṃ)
sukhacitta di pañcamī śuklapakşa vulan... (āsāḍha)
laghu mudita dātaṃ marvuat vanua ...
śrīvijaya jaya siddhayātra subhikşa nityakāla

isi terjemahan :
Selamat ! Tahun Śaka telah lewat 605, pada hari ke sebelas
paro-terang bulan Waiśakha Dapunta Hiyang naik di
sampan mengambil siddhayātra. pada hari ke tujuh paro-terang
bulan Jyestha Dapunta Hiyang berlepas dari Minanga
tamwan membawa bala tentara dua laksa dengan perbekalan
dua ratus cara (peti) di sampan dengan berjalan seribu
tiga ratus dua belas banyaknya datang di mata jap (Mukha Upang)
sukacita pada hari ke lima paro-terang bulan....(Asada)
lega gembira datang membuat wanua....
Śrīwijaya jaya, siddhayātra sempurna....

B. Interpretasi Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti Kedukan Bukit diyakini sebagai bukti dari awal berdirinya Kerajaan
Sriwijaya. Lokasi ditemukannya prasasti ini dianggap sebagai titik pusat kota atau
ibukota pemerintahan Kerajaan Sriwijaya di masa lalu. Letak prasasti Kedukan Bukit
tepatnya berada di tepian sungai Tatang yang aliran airnya mengalir menuju sungai
Musi, di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Sriwijaya dahulu merupakan kerajaan
yang sangat disegani kekuatan kemaritiman nya di Nusantara.
Salah satu peninggalan kemaharajaan Sriwijaya diantaranya, prasasti Kedukan Bukit.
Prasasti Kedukan Bukit berisi mengenai seseorang yang bernama Dapunta Hyang
yang berambisi menaklukan kerajaan-kerajaan lain dan mendirikan Sriwijaya sebagai
pusat kota. Dapunta Hyang melakukan berbagai ekspedisi untuk meluaskan wilayah
nya. Pada 11 Waisaka 604, Ia mengerahkan ribuan bala tentara untuk menyerang dan
mengalahkan Minanga atau daerah pusat Kerajaan Minangkabau di masa lalu.
Ekspedisi Minanga tersebut pun berhasil. Dapunta Hyang menyambut suka cita atas
kemenangan tersebut. Ia dikatakan membangun sebuah vihara sebagai wujud rasa
bahagia dan bersyukur atas kemenangan yang didapatkan.
Sriwijaya semakin berkembang dan menjadi sebuah pemerintahan kerajaan yang
tangguh. Berbagai ekspedisi untuk memperluas wilayah kekuasaan kembali dilakukan
dengan menaklukan kerajaan-kerajaan Melayu, dan memperluas daerah kekuasaan
Sriwijaya sampai wilayah Jambi, Lampung dan Bangka. Kobaran semangat untuk
membuat kekuasaan Kerajaan Sriwijaya semakin besar inipun diceritakan dalam
sebuah prasasti sebagai kutukan dari sang raja kepada kerajaan lain bahwa siapa yang
tidak tunduk di bawah kekuasaan Sriwijaya akan diserang.
Kerajaan Sriwijaya tumbuh menjadi kemaharajaan yang disegani. Kehidupan di
Sriwijaya terkendali dengan aman dan masyarakat nya hidup makmur pada masa itu.

Daftar Pustaka :

https://museumnusantara.com/prasasti-kedukan-bukit/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Kedukan_Bukit

Sumber Gambar : https://historia.id/kuno/articles/inilah-akta-kelahiran-sriwijaya-vVenW

Nama : Aldin Nur Habibi Hadiyanto
Nim : 2288210020
Kelas : B Semester 2
Mata Kuliah : Sejarah Indonesia Masa Hindu Budha
Dosen Pengampu : Yuni Maryuni, M.Pd

Prasasti Canggal Kerajaan Mataram Kuno

Prasasti canggal merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang ditemukan di daerah
Gunung wulkir, Desa Canggal, Kecamatan Salam, Magelang Jawa Tengah. Masyrakat daerah
menyebutnya dengan julukan Prasasti Gunung Wulkir atau Prasasti Sanjaya. Berita
penemuan Prasasti ini pertama kali di publikasikan pada tanggal 10 Maret 1884di pertemuan
Ilmiah Royal Academy di Amsterdam Belanda. Tahun pendirian kerajaan Mataram Kuno
didalam Prasasti ini disebutkan dalam sebuah candrasengkala yang berbunyi “Sruti Indriya
Rasa” yang artinya Sruti = 4, Indriya = 5, dan Rasa = 6 yang menyatakan 654 Saka atau 732
Masehi.

Secara umum prasasti canggal menceritakan menenai pendirian seuah LINGGA (Simbol Siva)
dibukit Kunjakrunja perintah SANJAYA memuja Dewa Siva, Dewa Vishnu dan Dewa Brahma
Gambaran geografis pulau jawa yang makmur.

Adapun isi Tulisan Prasasti Canggal ini memiliki 12 Bait yang berbunyi sebagai Berikut :

Bait 1 : pembangunan lingga oleh raja Sanjaya di atas gunung

Bait 2-6 : Pujaan Terhadap Dewa Siwa, Dewa Brahma dan Dewa Wisnu

Bait 7 : Pulau Jawa yang sangat makmur, kaya akan tambang emas dan banyak
menghasilkan padi. Di pulau itu didirikan candi Siwa demi kebahagiaan penduduk dengan
bantuan dari peduduk Kunjarakunjadesa.

Bait 8-9 : Pulau Jawa yang dahulu diperintah oleh raja Sanna yang sangat bijaksana, adil
dalam tindakannya, perwira dalam peperangan, bermurah hati kepada rakyatnya. Ketika
wafat Negara berkabung, sedih kehilangan pelindung

Bait 10-11 : Pengganti raja Sanna yaitu putranya bernama Sanjaya yan diiaratkan dengan
matahari. Kekuasaan ridak langsung diserahkan kepadanya oleh raja Sanna tetapi melalui
kakak peremuannya (Sannaha)

Bait 12 : Kesejahteraan, keamanan, dan ketentraman Negara. Rakyat dapat tidur di tenah
jalan, tidak usah takut pencuri dan penyamun atau akan terjadinya kejahatan lainnya.
Rakyat hidup serba senang.

Interpetasi Kehidupan Kerajaan Mataram Kuno Menurut/Dari Prasasti Canggal

Prasasti canggal ini berisikan tentang kisah seorang raja yang membangun arca atau patung
pemujaan umat hindu, arca ini dibangun oleh raja Sanjaya yan di bangun/didirikan di atas
gunung. Tidak hanya pembangunan arca didalam Prasasti ini juga menceritakan pemujaan
terhadap dewa dari agama Hindu yaitu Dewa Wisnu, Dewa Siva, dan Dewa Brahma yang
dimana ketiga dewa ini merupakan dewa besarnya umat agama Hindu yang sangat
dihormati dan di puja oleh umatnya. Prasasti ini Menceritakan tentang pulau Jawa yang
makmur yang benar-benar kaya akan sumber daya alamnya, seperti tambang emas dan
diceritakan pula bahwa padi yang sangat melimpah akan hasilnya dan di pulau Jawa ini
didirikan candi Siwa yang dima bertujuan untuk keahagiaan penduduk yang dibantu oleh
penduduk Kunjarakunjadesa. Pada prasastiini juga menceritakan pemerintahan raja Sanjaya
yang konon katanya memiliki sifat yang sangat bijaksana dan adil dalam bertindak, yang
meiliki sifat perwira dalam berperang murah hati kepada rakyatnya. Ketika raja sanna wafat
negara berkaung sedih akan kehilangan sesosok pelindung terhadap kerajaan, dan pengganti
sang raja ialah anaknya yang bernama Sanjaya, Sanjaya ini di ibaratkan matahari yang
menyinari, kekuasaan Sanjaya tidak langsung diberikan kepadanya melainkan melalui kaka
perempuan yang bernama Sammaha yang selanjutnya menyerahkan tahta kerajaan kepada
adiknya yaitu Sanjaya tadi, pada kekasaan ini memiliki keunggulan dalam pemerintahannya
yaitu : Kesejahteraan terhadap rakyatnya,keamana dan tentram terhadap rakyat dan
negaranya diibaratkan rakyat dapat tertidur nyenyak dijalan raya yang tidak usah takut akan
pencurian, atau terjadinya kejahatan-kejahatan terhadap rakyatnya yang dimana rakyat
hidup sera tenang dan senang. Mungkin hanya itu yang dapat saya paparkan terhadap
prasasti canggal yang saya fahami akan isi dan implementasi saya, sya memohon maaf yang
sebebsar-besarnya bila ada kesalahan dalam penulisan.

Sumber :

https://sumbersejarah1.blogspot.com/2017/11/isi-prasasti-canggal.html

https://www.academia.edu/16308526/Prasasti_Canggal

Nama : Abdul Hamid Zahwan
NIM : 2288210021
KELAS : Pendidikan Sejarah B 2021
MATA KULIAH : Sejarah Indonesia Masa Hindu Budha
Dosen Pengampu : Yuni Maryuni, M.Pd.

Prasasti Yupa Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan salah satu kerajaan kuno di Indonesia yang bercorak Hindu dan
disinyalir sebagai kerajaan tertua di Indonesia. Diperkirakan berkembang pada abad ke-5
yang dibuktikan dengan penemuan prasasti yupa. Prasasti Yupa merupakan prasasti
berbentuk tiang batu dengan bertuliskan bahasa sansekerta sebagai salah satu peninggalan
dari kerajaan Kutai. Di Indonesia terdapat 4 prasasti yupa kerajaan Kutai yang masih dapat di
baca, salah satunya yaitu Prasasti Yupa 1 atau Muarakaman I, sebagai berikut:

A. Mengenai isi dari prasasti Yupa Muarakaman I ini yaitu:

srimatah sri-narendrasya,
kundungasya mahatmanah,
putro svavarmmo vikhyatah,
vansakartta yathansuman,
tasya putra mahatmanah,

trayas traya ivagnayah,
tesan trayanam pravarah,

tapo-bala-damanvitah,
sri mulawarmma rajendro,
yastva bahusuvarnnakam,
tasya yajnasya yupo 'yam,
dvijendrais samprakalpitah.
B. Lalu adapun terjemahan dari isi prasasti ini yaitu :
“Sang Maharaja Kundunga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang
Aswawarman namanya, yang seperti Sang Ansuman (dewa Matahari) menumbuhkan
keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarman mempunyai putra tiga, seperti api
(yang suci) tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mulawarman, raja
yang berperadaban baik, kuat dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan
kenduri (selamatan yang dinamakan) emas amat banyak. Buat peringatan kenduri
(selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana.”

C. Interpretasi berdasarkan prasasti MuaraKaman I

Prasasti Muarakaman I memiliki makna isi yang dapat di artikan dalam
beberapa point, di antaranya yang pertama mengenai silsilah keturunan dari raja
kerajaan Kutai. Dideskripsikan bahwa Raja Mulawarman merupakan salah satu dari
tiga bersaudara yang memiliki seorang ayah yang bernama Aswawarman.
Aswawarman dianggap sebagai pendiri dari kerajaan Kutai dan raja Asmawarman
memiliki seorang ayah sekaligus kakek dari raja Mulawarman yang bernama
Kudunga.

Kemudian dari silsilah tersebut dapat digambarkan bahwa bentuk sistem
pemerintahannya berupa bentuk kerajaan dengan kekuasaan yang dipimpin oleh

seorang raja yang diturunkan berdasarkan silsilah darah. pada masa kejayaan dari
kerajaan Kutai berada pada masa pemerintahan Raja Mulawarman yang di mana
seluruh rakyat hidup dengan sejahtera. Bentuk kesejahteraan ini berdasarkan pada
bentuk persembahan-persembahan dan sedekah yang diberikan raja Mulawarman
berupa emas, tanah dan hewan ternak. Kemudian untuk sebagai hadiah dan rasa
hormat atas kedermawanan raja Mulawarman lalu para kaum brahmana mendirikan
prasasti sebagai bentuk peringatan atas hal tersebut. Pendirian prasasti ini juga
menggambarkan betapa dekatnya para kaum brahmana dengan sang raja
mulawarman. Kedekatan hubungan dengan para kaum brahmana juga menunjukkan
bahwa sang raja Mulawarman merupakan sosok dengan kepribadian yang religius.
Pada prasasti juga dapat dilihat dari perbedaan nama yang begitu mencolok antara raja
terdahulu sebelum Raja Mulawarman yaitu Raja Kudungga. nama ini seperti belum
terpengaruh oleh budaya India atau Hindu sehingga kita bisa disimpulkan bahwa
agama Hindu masuk dan berkembang itu pada saat Raja Mulawarman memerintah
Kerajaan Kutai dan ditambah dengan keberadaan kaum brahmana pada masa
pemerintahan raja mulawarman dapat dijadikan pendukung atas teori masuknya
agama Hindu ke wilayah nusantara merupakan dibawa oleh para kaum brahmana.

UTS SEJARAH INDONESIA MASA HINDU BUDHA

Nama : Siti Hamdah

NIM : 2288210022

Kelas : 2B Pendidikan Sejarah

Mata Kuliah : Sejarah Indonesia Masa Hindu Budha

Dosen Pengampu : Yuni Maryuni, M.Pd

Prasasti Mantyasih Peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno

Isi atau terjemahan Prasasti Mantyasih :

Prasasti Mantyasih di dalamnya terdapat 829 Saka atau 907 M berisi tentang raja-raja yang
dulunya pernah memerintah di saat Dinasti Sanjaya, sebelum Diah Balitung berkuasa. Kata
Mantyasih sendiri artinya yaitu Beriman Dalam Cinta Kasih. Raja-raja yang pernah
memimpin disebutkan di antaranya Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan,
Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang. Di

dalam Prasasti Mantyasih juga berisi tentang pemberian hadiah tanah oleh Diah Balitung
kepada 5 orang patihnya yang telah dan sangat berjasa kepada kerajaan.

Interpretasi Kehidupan Kerajaan Mataram Kuno Menurut atau dari Prasasti
Mantyasih :

Prasasti Mantyasih atau disebut juga Prasasti Balitung atau dapat juga disebut dengan Prasasti
Tembaga Kedu pertama kali di temukan di Mateseh, Magelang Utara Provinsi Jawa Tengah
yang berangka 907 Masehi berasal dari Wangsa Sanjaya, Kerajaan Mataram Kuno. Dan
berarti Prasasti Mantyasih ini adalah Prasasti peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno.
Tujuan utama dari pembuatan prasasti ini merupakan salah satu upaya untuk melegitimasi
Balitung untuk menyebutkan raja-raja yang sangat berjasa dan berdaulat terhadap wilayah
kerajaan Mataram Kuno itu sendiri. Di dalam prasasti ini juga disebutkan bahwa Desa
Mantyasih ini merupakan desa yang ditetapkan oleh Raja Balitung sebagai desa atau wilayah
atau juga daerah yang bebas dari yang namanya pajak.

Di dalam Prasasti Mantyasih, dituliskan dan diceritakan bahwa Raaja Sanjaya ialah raja
pertama dari Kerajaan Mataram Kuno ini. Dan diceritakan pula bahwa ada seorang Raja yang
bernama Raja Sanna yang memerintah sebelum Raja Sanjaya. Karena Raja Sanna gugur dan
dijatuhkan oleh musuh karena diserang yang berakibat kerajaan yang dipimpinnya menjadi
kacau, maka hadirlah Raja Sanjaya yang kemudian di dalam Prasasti Mantyasih disebutkan
dan diceritakan bahwa Raja Sanjaya adalah Raja pertama dari Kerajaan Mataram Kuno atau
disebut juga Kerajaan Medang.

Sumber :

https://www.kelassejarah.com/2020/06/keraajaan-mataram-kuno.html?msclkid=5fbd799fbdfc
11ec9929256bff4db90d

https://www.kompas.com./skola/read/2020/09/02/192953969/prasasti-peninggalan-sejarah-ke
rajaan-mataram-kuno.

Nama : Annisa Mutmainah
NIM : 2288210023
Kelas : 2 B Pendidikan Sejarah

PRASASTI TALANG TUO (Peninggalan Sriwijaya)

Berisi 14 baris tulisan yang di tulis menggunakan aksara Palawa dan berbahasa
Melayu Kuno, antara lain sebagai berikut:

1. // svasti. Sri sakavarsatita 606 dim dvitiya sukalapaksa vulan caitra. Sana tatkalana
parlak sriksetra ini. Niparvuat.

2. Parvanda punta hiyam sri jayanasa. Ini pranidhananda punta hiyam. Savanakna yam
nitanam di sini. Niyur pinam hanau.ru.

3. Mviya dnan samisrana yam kayu nimakan vuahna. Tathapi haur vuluh pattum
ityevamadi. Punarapi yam parlak vukan.

4. Dnan tavad talaga savanakna yam vuatku sucarita paravis prayojanaka punyana
sarvvastva sacaracar. Varopayana tmu.

5. Sukha. Di asannakala di antara margga lai. Tmu muah ya ahara dnan air niminumna.
Savanakna vuatna huma parlak mancak mu

6. Ah ya mamhidupi pasu prakara. Marhulun tuvi vrdddhi muah ya janan ya niknai
savanakna yam upasargga. Pidanu svapnavigna. Varam vua.

7. Tana kathamapi. Anukula yam graha naksatra paravis diya. Nirvyadhi ajara
kavuatanana. Tathapi savanakna yam nhtyana.

8. Satyarijava drdhabhakti muah ya dya. Yam mitrana tuvi janan ya kapatayam vinina
mulam anukula bharyya muah ya. Varam stha

9. Nana lagi curiuca vadhana paradara di sana. Punarapi tmu ya kalyanamitra.
Marvvanun vodhicitta dnan maitri.

10. Dhari di dam hyam ratnatraya janan marsarak dnan dam hyam ratnaraya. Tathapi
nityakala tyaga marsila ksanti marvvanun viryya rajin

11. Tahu di samisrana silpakala paravis. Samahitacina. Tmu ya prajna. Snrti medhavi.
Punarapi dhairyyamani mahasattva

12. Vajrasarira. Anupamasakti. Jaya. Tathapi jatismara. Avikalendriya. Mancak rupa.
Subhaga hasin halap. Ade

13. Yavakya. Vramaswara. Jadi laki. Svayambhu. Punarapi tmu ya cintamanindhana.
Tmu janmavasita karmavasita. Klesavasita.

14. Avasana tmu ya anuttarabhisamyaksamvodhi.

Terjemah:

1. Selamat sejahtera! Pada hari kedua paroterang, Bulan Caitra, Tahun 606 Saka, saat
itulah taman (yang bernama) Sri Ksetra ini dibuat.

2. Punta Hyam Sri Jayanasa wujud pranidhana Punta Hiyam, (dan) hendaknya semua
tanaman yang telah ditanam di taman Sri Ksetra ini seperti kelapa, pinang,

3. Aren, dan sagu serta jenis-jenis pohon bambu, seperti bambu haur, bambu (wuluh),
dan bambu betung dan sejenisnya. Termasuk pula taman-taman,
bendunganbendungan,

4. Telaga-telaga. Semua amal saya berikan hendaknya dipelihara, demi kesejahteraan
dan kepentingan seluruh makhluk hidup seperti manusia, binatang (bergerak) dan
tanaman (tidak bergerak). Sebagai tempat yang memberi rasa nyaman.

5. Kebahagian. Sebagai tempat beristirahat dan melepaskan lelah bagi mereka yang
sedang dalam perjalanan, penawar lapar dan dahaga. Semoga pula kebun-kebun yang
ada di taman ini hasilnya berlimpah, sehingga

6. Ternak-ternak terurus karenanya. Demikian pula para juru peliharanya. Semoga
mereka senantiasa aman, tenang, nyaman tidur dan berbahagia apapun yang mereka
perbuat.

7. Semoga semua yang ada di taman ini dilindungi oleh planet dan rasi serta selalu
dalam keberuntungan, awet muda, panjang usianya selama menjalankan tugas
mereka. Semoga para hamba

8. Yang setia dan berbakti memelihara taman ini selalu dicintai, keluarganya di karuniai
kebahagian. Dan para pengunjung taman ini selalu yang jujur, dari manapun mereka
datang dan singgah

9. Tidak ada pencuri, perampas, pembunuh, atau penzinah (pelacur). Selalu itu semoga
mereka yang datang merupakan kawan dan penasehat yang baik, dan dalam jiwanya
terlahir pikiran Bodhi serta persahabatan

10. Selalu sesuai dan tak terpisah dari ajaran suci tiga ratna. Dan semoga mereka
senantiasa (mereka bersikap) murah hati, taat pada peraturan, dan sabar. Semoga
dalam diri mereka timbul tenaga, kerajinan.,

11. Pengetahuan, dan seluruh citarasa keindahan. Semoga semangat mereka terpusatkan,
mereka memiliki pengetahuan, ingatan kecerdasan. Lagi pula semoga mereka teguh
pendapatnya, bertubuh intan seperti mahasattwa,

12. Berkekuatan tiada tara, berjaya dan juga ingat akan kehidupankehidupan mereka
sebelumnya, berindera lengkap, berbentuk penuh, berbahagia, bersenyum, tanang,

13. Bersuara merdu seperti suara brahma. Semoga mereka terlahir sebagai pria yang
menjadi wadah batu ajaib, mempunyai kekuasaan atas kelahiran-kelahiran, kekuasaan
atas karma, dan kekuasaan atas

14. Noda-noda, semoga akhirnya mereka mendapat penerangan yang sempurna dan
agung.

Interpretasi prasasti Talang Tuo:

Berdasarkan hasil terjemahan diatas isi dari prasasti Talang Tua yang terdiri dari 14 baris
terdapat relevansi perkembangan agama budha di Sriwijaya yaitu berupa usaha Dapunta
Hiyang Sri Jayanasa yang bertujuan untuk mensejahterakan rakayat dan
pemerintahannya, masyarakat yang tertib, aman, teratur sesuai dengan dharma sekaligus
menyelamatkan rakyatnya dari samsara atau penderitaan dunia.

Prasasti Talang Tuo juga menjelaskan tentang jiwa kepemimpinan raja Sriwijaya yang
sangat bijaksana, adil, tegas dan taat beragama yaitu dibuktikan raja Dapunta Hiyang Sri
Jayanasa telah memerintahkan untuk membuat taman Sriksetra.

Taman Sriksetra dibuat pada tahun 606 Saka (684 Masehi), dapat dipahami bahwa pada
saat itu Dapunta Hiyang Sri Jayanasa baru beberapa waktu menjalankan
pemerintahannya, sehingga ia perlu menjalankan pemerintahan sesuai ajaran seorang
budhis yang adil, bijaksana dan bersih dalam bertindak terutama terhadap kebijakan
kepada masyarakat.

NAMA : Divino Narendra

NIM : 2288210026

KELAS : 2B / Pendidikan Sejarah

MATA KULIAH : Sejarah Hindu-Budha

PRASASTI KALASAN (MATARAM KUNO)

ISI

1. Namo bhagavatyai āryātārāyai yā tārayatyamitaduḥkhabhavādbhimagnaṃ lokaṃ vilokya
vidhivattrividhair upayaiḥ Sā vaḥ surendranaralokavibhūtisāraṃ tārā diśatvabhimataṃ
jagadekatārā

2. āvarjya mahārājaṃ dyāḥ pañcapaṇaṃ paṇaṃkaraṇāṃ Śailendra rājagurubhis
tārābhavanaṃ hi kāritaṃ śrīmat

3. gurvājñayā kŗtajñais tārādevī kŗtāpi tad bhavanaṃ vinayamahāyānavidāṃ bhavanaṃ
cāpyāryabhikṣūṇāṃ

4. pangkuratavānatīripanāmabhir ādeśaśastribhīrājñaḥ Tārābhavanaṃ kāritamidaṃ mapi
cāpy āryabhiksūṇam

5. rājye pravarddhamāne rājñāḥ śailendravamśatilakasya śailendrarajagurubhis
tārābhavanaṃ kŗtaṃ kŗtibhiḥ

6. śakanŗpakālātītair varṣaśataiḥ saptabhir mahārājaḥ akarod gurupūjārthaṃ tārābhavanaṃ
paṇamkaraṇaḥ

7. grāmaḥ kālasanāmā dattaḥ saṃghāyā sākṣiṇaḥ kŗtvā pankuratavānatiripa desādhyakṣān
mahāpuruṣān

8. bhuradakṣineyam atulā dattā saṃghāyā rājasiṃhena śailendrarajabhūpair
anuparipālyārsantatyā

9. sang pangkurādibhih sang tāvānakādibhiḥ sang tīripādibhiḥ pattibhiśca sādubhiḥ, api ca,

10. sarvān evāgāminaḥ pārthivendrān bhūyo bhūyo yācate rājasiṃhaḥ, sāmānyoyaṃ
dharmmasetur narānāṃ kāle kāle pālanīyo bhavadbhiḥ

11. anena puṇyena vīhārajena pratītya jāta arthavibhāgavijñāḥ bhavantu sarve
tribhavopapannā janājinānām anuśsanajñāḥ

12. kariyānapaṇaṃkaraṇaḥ śrimān abhiyācate bhāvinŗpān, bhūyo bhūyo vidhivad
vīhāraparipālan ārtham iti.

TERJEMAHAN

1. Hormat untuk Bhagavatī Ārya Tārā setelah melihat makhluk-makhluk di dunia yang
tenggelam dalam kesengsaraan, ia menyeberangkan (dengan) Tiga Pengetahuan yang benar,
Ia Tārā yang menjadi satu-satunya bintang pedoman arah di dunia dan (tempat) dewa-dewa.

2. Sebuah bangunan suci untuk Tārā yang indah benar-benar telah disuruh buat oleh
guru-guru raja Śailendra, setelah memperoleh persetujuan Mahārāja Dyāh Pancapana
Panankarana

3. Dengan perintah guru, sebuah bangunan suci untuk Tārā telah didirikan, dan demikian pula
sebuah bangunan untuk para bhiksu yang mulia ahli dalam ajaran Mahāyana, telah didirikan
oleh para ahli

4. Bangunan suci Tārā dan demikian juga itu (bangunan) milik para bhiksu yang mulia telah
disuruh dirikan oleh para pejabat raja, yang disebut Pangkur, Tawan, dan Tirip.

5. Sebuah bangunan suci Tārā telah didirikan oleh guru-guru raja Śailendra di kerajaan
Permata Wangsa Śailendra yang sedang tumbuh

6. Mahārāja Panangkarana mendirikan bangunan suci Tārā untuk menghormati guru pada
tahun Śaka yang telah berjalan 700 tahun

7. Desa bernama Kalasa telah diberikan untuk Samgha setelah memanggil para saksi
orang-orang terkemuka penguasa desa yaitu Pangkur, Tawan, Tirip

8. Sedekah “bhura” yang tak ada bandingannya diberikan untuk Sangha oleh “raja yang
bagaikan singa” (rājasimha-) oleh raja-raja dari wangsa Śailendra dan para penguasa
selanjutnya berganti-ganti

9. Oleh para Pangkur dan pengikutnya, sang Tawan dan pengikutnya, sang Tirip dan
pengikutnya, oleh para prajurit, dan para pemuka agama, kemudian selanjutnya,

10. “Raja bagaikan singa” (rājasimhah) minta berulang-ulang kepada raja-raja yang akan
datang supaya Pengikat Dharma agar dilindungi oleh mereka yang ada selama-lamanya

11. Baiklah, dengan menghibahkan wihara segala pengetahuan suci, Hukum Sebab Akibat,
dan kelahiran di tiga dunia (sesuai) ajaran Buddha, dapat dipahami.

12. Kariyana Panangkarana minta berulang - ulang kepada yang mulia raja-raja yang akan
datang senantiasa melindungi vihara yang penting ini sesuai peraturan.

INTERPRETASI

Dari terjemahan Prasasti Kalasan tersebut dijelaskan bahwa di daerah Jawa Tengah pada abad
8-10 terbagi menjadi 2 dinasti, yakni dinasti Sanjaya yang dipimpin oleh raja Sanjayavamsa
dan dinasti Sailendra yang dipimpin oleh raja Sailendravamsa. Pada masa itu, Raja
Sailendravamsa menjabat sebagai raja dibawah Sri Maharaja Dyah Pancapana Panangkarana.
Oleh sebab itu, sebelum mendirikan bangunan suci Tara di Kerajaannya sendiri ia tetap harus
meminta izin kepada Sri Maharaja Panangkarana, melalui guru-gurunya. Sri Maharaja

Panangkarana tidak berganti agama, beliau setuju dengan pendirian bangunan suci Tara
dikarenakan ia menghormati para guru. Mungkin dengan alasan ini raja Sailendra mengirim
guru-gurunya untuk meminta izin kepada Maharaja Panangkaranan untuk mendirikan
bangunan suci Tara tersebut.

Nama : Suryaningrat
Nim : 2288210028
Kelas : 2B
Mata kuliah : Sejarah Indonesia Masa Hindu – Budha

Prasasti Canggal

Prasasti Canggal (juga disebut Prasasti Gunung Wukir atau Prasasti Sanjaya) adalah
prasasti dalam bentuk candra sengkala berangka tahun 654 Saka atau 732 Masehi[1]
yang ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di Dusun Canggal,desa
Kadiluwih,kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah. Prasasti yang ditulis pada stela
batu ini menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta

Isi dari prasasti canggal

Bait 1 : Pembangunan lingga oleh Raja Sanjaya di atas gunung
Bait 2-6
Bait 7 : Pujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Brahma, dan Dewa Wisnu

Bait 8-9 : Pulau Jawa yang sangat makmur, kaya akan tambang emas
dan banyak menghasilkan padi. Di pulau itu didirikan candi Siwa
Bait 10-11 demi kebahagiaan penduduk dengan bantuan dari penduduk
Kunjarakunjadesa
Bait 12
: Pulau Jawa yang dahulu diperintah oleh raja Sanna, yang
sangat bijaksana, adil dalam tindakannya, perwira dalam
peperangan, bermurah hati kepada rakyatnya. Ketika wafat
Negara berkabung, sedih kehilangan pelindung.

: Pengganti raja Sanna yaitu putranya bernama Sanjaya yang
diibaratkan dengan matahari. Kekuasaan tidak langsung
diserahkan kepadanya oleh raja Sanna tetapi melalui kakak
perempuannya (Sannaha)

: Kesejahteraan, keamanan, dan ketentraman Negara. Rakyat
dapat tidur di tengah jalan, tidak usah takut akan pencuri dan
penyamun atau akan terjadinya kejahatan lainnya. Rakyat hidup
serba senang.

interpretasi

Prasasti ini di tulis menggunakan aksara palawa dan Bahasa sansekerta artinya
prasasti ini di buat oleh para brahmana karena hanya kaum brahmana yang
dapat menulis dengan aksara palawa. Prasasti ini di buat dengan maksudkan
untuk mengenang ke agungan, kedermawanan, kebijaksanaan raja sanna dan
raja Sanjaya.

kondisi pada saat itu pulau jawa sangat Makmur, kemakmuran mereka di
topang dari kekayaan alam yang ada di pulau jawa di buktikan dengan
tambang emas dan pertanian yang subur. atas kesejahteraan tersebut maka
raja Sanjaya memerintahkan untuk membangun candi siwa sebagai salah satu
dewa utama, sebagai ucapan sukur atas kemakmuran yang mereka peroleh.
Selain menyembah dewa siwa mereka juga menyembah dewa Brahma, dan
Dewa Wisnu

sebelum kepemimpinan raja Sanjaya, Raja sanna sebagai ayah dari raja Sanjaya
memimpin kerajaan dengan penuh kebijaksanaan dan kemurahaan hatinya
sehingga membawa kemakmuran serta kebahagiaan bagi rakyat dan negara
maka atas tindakannya tersebut raja sanna sangat di sukai oleh rakyat kerena
di anggap sebagai pelindung dalam setiap aspek negara dan rakyat, Hal itu

terlihat saat kematian raja sanna, negara dan rakyat berkebung atas
kematiannya. Setelah kematian raja sanna maka hak atas tahta kerajaan jatuh
ke putranya yaitu Sanjaya, akan tetapi sebelum kematiannya raja sanna belum
memberikan tahtanya kepada Sanjaya, maka dari itu saudara perempuannya
sannaha memberikan hak atas tahta kepada Sanjaya.

Setelah memimpin Sanjaya juga di anggap sebagai matahari, matahari sendiri
di ibaratkan keikhlasan dalam memberikan sinarnya sepanjang hari kepada
semua makhluk yang ada di Bumi, tanpa mengharapkan imbalan. Ia rela
sinarnya selalu dimanfaatkan untuk kepentingan setiap makhluk yang ada di
Bumi, maka setiap makhluk yang ada di Bumi dapat tetap bertahan hidup
dengan kehangatannya, maka atas pengibaratan tersebut dapat di simpulkan
bahwa raja Sanjaya adalah raja yang agungan, kedermawanan dan
kebijaksanaan.

Atas kepemimpinan raja Sanjaya kehidupan dalam bernegara dan
bermasyarakat sangat aman, selain ketegasannya dalam memberantas
Tindakan kejahatan raja Sanjaya juga senantiasa melindungi rakyatnya dengan
sangat baik.

LEMBAR JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER

NAMA : PIPIT WAHYU RAMADANI
NIM : 2288210029
KELAS : 2B / PENDIDIKAN SEJARAH
MATA KULIAH : SEJARAH INDONESIA MASA HINDU – BUDDHA
DOSEN PENGAMPU : YUNI MARYUNI, M.Pd.

PRASASTI KARANG BERAHI

Prasasti Karang Berahi merupakan salah satu prasasti peninggalan Sriwijaya yang berisikan
kutukan maupun ancaman bagi siapa pun yang hendak menentang atau tidak mau berbakti
kepada raja. Pada prasasti berukuran tinggi 130 cm, lebar 80 cm, dan ketebalan 48 cm ini
terpahat 16 baris isi dalam kondisi aus. Atau susut karena tergores. Dalam Prasasti Karang
Berahi tidak disebutkan nama raja ataupun gelarnya, hanya menggunakan kata "saya".

Baris 1 : ||siddha|| titam hamvan vari avai kandra kayet ni

Baris 2 : paihumpaan namuha ulu lavan tandrun lua makamatai ta

Baris 3 : ndrun luah vinunu paihumpaan hakairu muah kayet nihumpa u

Baris 4 : nai tuai umente bhakti niulun haraki unai tunai || kita savanakta de

Baris 5 : vata matahar[d]dhika sannidhana mamraksa yam kadatuan srivijaya kita

tuvi tandrun

Baris 6 : luah vanakta devata mulana yam parsumpahan paravis kadaci yam uram

Baris 7 : didalamna bhumi [ajnana kadatuan ini] paravis drohaka haun samavuddhi
la

Baris 8 : van drohaka manujari drohaka niujari drohaka tahu dim drohaka tida

Baris 9 : ya marpadah tida ya bhakti tida ya tatvarjjava diyaku dnan di iyam

nigalarku sanyasa datua dhava vuatna uram inan nivunuh

Baris 10 : ya sumpah nisuruh tapik ya mulam parvvandan datu srivijaya talu mua ya
dnan

Baris 11 : gotrasantanana tathapi savanaknaa yam vuatna jahat makalanit uram
makasa

Baris 12 : kit makagila mantra gada visaprayoga upuh tuva tamval saramvat kasa

Baris 13 : han vasikarana ityevamadi janan muah ya siddha pulam ka iya muah yam
dosa

Baris 14 : na vuatna jahat inan tathapi nivunuh ya sumpah tuvi mulam yam manuruh
marjjahati yam marjjahati yam vatu nipratistha ini tuvi nivunuh ya sumpah talu muah ya
mulam sarambhana uram drohaka tida bhakti tida tatvarjjava diy aku dhava vuatna nivunuh
ya sumpah ini gran kadaci iya bhakti tatvarjjava diy aku dnan di yam ni

Baris 15 : galarku sanyasa datua santi kavuatana dnan gotrasantanana samrddha

Baris 16 : svastha niroga nirupadrava subhiksa muah yam vanuana paravis ||
sakavarsatita 608 dim pratipada suklapaksa vulan vaisakha tatkalana  yam mammam
sumpah ini nipahat di velana yam vala srivijaya kalivat manapik yam bhumi java tida bhakti
ka srivijaya.

Terjemahan
Keberhasilan! [disusul mantra kutukan yang tak dapat diartikan]. Wahai sekalian dewata yang
berkuasa, yang sedang berkumpul dan yang melindungi provinsi [kedatuan] srivijaya [ini];
juga kau Tandrun luah [?] dan semua dewata yang mengawali setiap mantra kutukan!
Bilamana di pedalaman semua daerah (bhumi) [yang berada di bawah provinsi (kadatuan)
ini] akan ada orang yang memberontak […] yang bersekongkol dengan pemberontak, yang
berbicara dengan pemberontak, yang mendengarkan kata pemberontak, yang mengenal
pemberontak, yang tidak berperilaku hormat, yang tidak takluk, yang tidak setia pada saya
dan pada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu biar orang-orang yang menjadi pelaku
perbuatan-perbuatan tersebut mati kena kutuk; biar sebuah ekspedisi [untuk melawannya]
seketika dikirim di bawah pimpinan datu [atau beberapa datu] srivijaya, dan biar mereka
dihukum bersama marga dan keluarganya. Lagi pula biar semua perbuatannya yang jahat,
[seperti] mengganggu ketenteraman jiwa orang, membuat orang sakit, membuat orang gila,
menggunakan mantra, racun, memakai racun upas dan tuba, ganja, saramvat, pekasih,
memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebagainya [semoga perbuatan-perbuatan itu]
tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah melakukan perbuatan jahat itu, biar
pula mereka mati kena kutuk. Tambahan pula biar mereka yang menghasut orang supaya
merusak, yang merusak batu yang diletakkan di tempat ini, mati juga kena kutuk dan
dihukum langsung. Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang tak berbakti, yang tak
setia pada saya, biar pelaku pelaku perbuatan tersebut mati kena kutuk. Akan tetapi jika orang
takluk, setia kepada saya dan kepada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu, maka
moga-moga usaha mereka diberkahi, juga marga dan keluarganya: dengan keberhasilan,
kesentosaan, kesehatan, kebebasan dari bencana, kelimpahan segalanya untuk semua negeri
mereka! Tahun saka 608, hari pertama paruh terang bulan waisakha, pada saat itulah kutukan
ini diucapkan; pemahatannya berlangsung ketika bala tantara srivijaya baru berangkat untuk
menyerang tanah (bhumi) Jawa yang tidak takluk kepada srivijaya.

Kehidupan yang terjadi di Kerajaan Sriwijaya

Prasasti Karang Berahi yang bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Melayu kuno ini
terbuat dari batu yang di bawahnya telah patah sehingga seolah-olah membentuk telur.
Prasasti ini disebut juga prasasti persumpahan karena menceritakan kutukan terhadap
orang-orang jahat yang menentang kedaulatan Kerajaan Sriwijaya.

Yang dapat saya tangkap mengenai kehidupan di Kerajaan Sriwijaya dengan adanya prasasti
Karang Berahi yaitu pada masa itu apabila orang-orang jahat yang menentang Sriwijaya atau
menjadi sekongkolan pemberontak atau tidak setia maka orang tersebut akan mati kena
kutuk, sedangkan orang-orang yang setia, takluk kepada “saya” (tidak disebutkan nama raja
atau jabatannya), maka orang tersebut akan diberkahi kelimpahan segalanya.

Nama : Fajar Sucipto

NIM : 2288210031

Mata Kuliah : Sejarah Hindu-Budha

Lembar Jawab

Prasasti Kerajaan Kutai

Prasasti Yupa Muarakaman I terdapat tulisan dengan dua belas baris pahatan yang
menjelaskan akan silsilah Kerajaan Kutai. Yang diperkirakan sudah ada sejak abad
keempat dan menyatakan Raja Mulawarman sebagai keturunan dari Aswawarman
dan cucu dari Kudungga. Isi Prasasti Yupa Muarakaman I yaitu;

Srimatah srinarendrasya,
Kudunggasya mahatamanah,
Putro svavarmmo vikhyatah,

Vansakartta yathangsuman,

Tasya putra mahatamanah,

Trayas traya ivagnayah,

Tesan trayanam pravarah,

Tapo bala damanvitah,

Sri mulavarmma rajendro,

Yastava bahusuvarnnankam,

Tasya yajnasya yupo ’yam,

Dvijendaris samprakalpitha.

Yang jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berarti;

“Sang Maharaja Kudungga,
yang amat mulia,

mempunyai putra yang mashur,
Sang Aswawarman namanya,

yang seperti Sang Asuman (dewa matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat
mulia.

Sang Aswawarman mempunyai putra tiga,
seperti api (yang suci) tiga.

Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mulawarman,
Raja yang berperadaban baik,
kuat dan kuasa.

Sang Wulawarman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas
amat banyak.

Buat peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para
brahmana.”

Interpretasi Prasasti Yupa Muarakaman I Kerajaan Kutai

Dari sumber sejarah Kerajaan Kutai yaitu Prasasti Yupa Muarakaman I dapat
diidentifikasikan bahwa Prasasti Yupa tersebut menggunakan huruf Pallawa
Pra-Nagari serta berbahasa Sansekerta. Perlu diingat bahwa tulisan huruf Pallawa
hanya dapat ditulis oleh orang-orang tertentu yaitu para kaum Brahmana, sebab
huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta termuat dalam kitab suci agama Hindu yaitu
Weda. Sehingga dapat disimpulkan agama yang berkembang pada masa Kerajaan
Kutai adalah penganut agama Hindu.

Prasasti Yupa sendiri merupakan prasasti yang berbentuk tiang tugu batu yang
fungsinya sebagai pengikat hewan yang digunakan untuk dikorbankan kepada para
dewa. Dalam prasasti yupa ini juga menjelaskan bagaimana silsilah Kerajaan Kutai
bahwa Sri Maharaja Kudungga berputrakan Aswawarman dan memiliki tiga orang
anak, dan yang terkenal serta agung adalah sang Raja Mulawarman, yang memiliki
sikap dermawan dibuktikan dengan dilakukannya selamatan dan penyembelihan
hewan qurban, Yang diperuntuan kapada para Brahmana. Hal inipun menjadi acuan
bahwa raja Mulawarman termasuk penganut agama Hindu yang taat.
Prasati Yupa Muarakaman I menjelaskan bahwa Raja Mulawarman melakukan
upacara keagamaan yaitu bahusuwarnnakam (emas yang banyak) upacara
selamatan. Dan prasasti ini dituliskan para Brahmana untuk memperingati acara
tersebut.

Nama: Desika Meidifania Puteri
NIM: 2288210033
Program Studi: Pendidikan Sejarah

UTS SEMESTER GENAP SEJARAH INDONESIA MASA HINDU-BUDDHA

Prasasti Canggal – Kerajaan Mataram Kuno

Isi/terjemahan Prasasti Canggal:

Bait 1: Pembangunan lingga oleh Raja Sanjaya di atas gunung.

Bait 2-6: Pujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Brahma, dan Dewa Wisnu.

Bait 7: Pulau Jawa yang sangat makmur, kaya akan tambang emas dan banyak
menghasilkan padi. Di pulau itu didirikan candi Siwa demi kebahagiaan penduduk dengan
bantuan dari penduduk Kunjarakunjadesa.

Bait 8-9: Pulau Jawa yang dahulu diperintah oleh raja Sanna, yang sangat bijaksana, adil
dalam tindakannya, perwira dalam peperangan, bermurah hati kepada rakyatnya. Ketika
wafat Negara berkabung, sedih kehilangan pelindung.

Bait 10-11: Pengganti raja Sanna yaitu putranya bernama Sanjaya yang diibaratkan dengan
matahari. Kekuasaan tidak langsung diserahkan kepadanya oleh raja Sanna tetapi melalui
kakak perempuannya (Sannaha).

Bait 12: Kesejahteraan, keamanan, dan ketentraman Negara. Rakyat dapat tidur di tengah
jalan, tidak usah takut akan pencuri dan penyamun atau akan terjadinya kejahatan lainnya.
Rakyat hidup serba senang.

Prasasti Canggal merupakan prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno dengan
latar tahun 654 Saka atau 732 Masehi. Prasasti ini ditemukan pada tahun 1879 di bagian
halaman Candi Gunung Wukir di Dusun Canggal, Desa Kadiwulih, Kecamatan Salam,
Magelang, Jawa Tengah. Prasasti ini dalam bentuk candrasengkala dengan wujud batu
berwarna kuning dan cokelat dengan bentuk persegi empat pipih atau stele dengan bagian
tepinya yang sudah diratakan. Prasasti ini ditulis dengan menggunakan huruf Pallawa serta
bahasa Sanskerta.

Bagian permukaan bidangnya yang berisi tulisan telah diratakan sedangkan bagian
atasnya berbentuk lengkung kurawal. Prasasti ini tidak hanya dinamakan dengan Prasasti
Canggal, tetapi juga dinamakan dengan Prasasti Gunung Wukir atau Prasasti Sanjaya.
Disebut Prasasti Gunung Wukir karena prasasti ini ditemukan di halaman Candi Gunung
Wukir sedangkan mengapa dinamai Prasasti Sanjaya karena prasasti ini merupakan bentuk
pernyataan dari Raja Sanjaya yang pada saat itu merupakan pemimpin dari Kerajaan
Mataram Kuno.

Prasasti ini merupakan prasasti pertama dari Raja Sanjaya yang berisi atau
menceritakan mengenai kehidupan Kerajaan Mataram Kuno pada saat itu. Pada saat itu,
dibangun yang namanya lingga atau lambang Siwa. Lingga tersebut dibangun di Desa
Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya. Kunjarakunja dapat memiliki arti sebagai tanah dari
pertapaan Kunjara yang berarti merupakan tempat untuk bertapanya Resi Agastya. Resi
Agastya sendiri seorang maharesi atau pendeta yang beragama Hindu yang berasal dari India
Selatan.

Dalam Ramayana, dikatakan bahwa Rama, Sinta, dan Laksmana pernah berkunjung
ke tempat tersebut. Lambang Siwa dipilih karena pada saat itu sistem kepercayaan

masyarakat Mataram Kuno adalah menyembah dewa dengan agama Hindu dan mereka
menyembah Dewa Siwa. Selain Dewa Siwa, masyarakat Mataram Kuno juga menyembah
Dewa Brahma dan Dewa Wisnu karena di dalam prasasti itu juga tertulis mengenai pujaan
terhadap Dewa Siwa, Dewa Brahma, dan Dewa Wisnu.

Selain itu, prasasti ini juga menjelaskan bahwa pada saat itu masyarakat Pulau Jawa
hidup dengan makmur. Sumber daya alam Pulau Jawa pada saat itu dipenuhi dengan tambang
emas dan juga padi. Di Pulau Jawa juga didirikan Candi Siwa agar masyarakatnya dapat
hidup bahagia. Pembangunan candi itu tidak terlepas dari bantuan penduduk Desa
Kunjarakunja. Pada saat itu juga sebelum Raja Sanjaya naik takhta, raja sebelumnya adalah
Sanna. Diceritakan bahwa Raja Sanna adalah pemimpin yang sangat adil dan bijaksana. Ia
juga merupakan perwira perang.

Raja Sanna juga sangat bermurah hati kepada rakyatnya. Ketika ia meninggal, negara
dan rakyatnya merasakan kehilangan yang sangat dalam. Hal tersebut sekaligus membuktikan
bahwa Raja Sanna sangat dicintai oleh rakyatnya karena merasa telah kehilangan seorang
pelindung. Setelah Raja Sanna meninggal, pengganti selanjutnya adalah Raja Sanjaya. Raja
Sanjaya diibaratkan dengan matahari. Setelah Raja Sanjaya naik takhta, ia tidak berkuasa
langsung, tetapi kekuasaan diberikan kepada Sannaha yang merupakan kakak perempuan
Sanna.

Pada saat itu, kehidupan masyarakat Kerajaan Mataram Kuno sangatlah baik.
Masyarakatnya hidup senang, sejahtera, aman, dan tentram. Hal tersebut tentu tidak terlepas
dari penguasa Kerajaan Mataram Kuno yang sangat memperhatikan kelangsungan hidup
rakyatnya. Saking amannya, rakyat dapat tidur di tengah jalan karena tidak akan ada pencuri,
penyamun atau kejahatan lainnya.

DAFTAR REFERENSI

Khaerunisa. 2022. Kehidupan Awal Kerajaan Mataram Kuno Diceritakan dalam
Prasasti Ini, Inilah Prasasti Canggal, Salah Satu Prasasti Tertua di Indonesia.
intisari.grid.id. Diakses pada tanggal 14 April 2022 melalui
https://www.google.com/amp/s/intisari.grid.id/amp/033152289/kehidupan-awal-kerajaan-mat
aram-kuno-diceritakan-dalam-prasasti-ini-inilah-prasasti-canggal-salah-satu-prasasti-tertua-di
-indonesia

Lukman Hadi Subroto. 2022. Prasasti Canggal: Letak, Fungsi, dan Isinya.
kompas.com. Diakses pada tanggal 14 April 2022 melalui
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/stori/read/2022/01/26/130000779/prasasti-c
anggal-letak-fungsi-dan-isinya

UTS SEJARAH INDONESIA MASA HINDU-BUDHA

Nama :Asih Selma Al.K
Nim :2288210037
Kelas : Sejarah 2B
Mata kuliah : Sejarah Indonesia masa hindu-buddha
Dosen pengampu : Yuni Maryuni .M.Pd

Pasasti Kedukan Bukit

A. Isi Prasasti Prasasti Kedukan Bukit Salah satu peninggalan kerajaan Sriwijaya
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan pertama kali oleh orang Belanda bernama C.J.
Batenburg pada 29 November 1920 di Kedukan Bukit, Palembang, Sumatera Selatan,
di tepi Sungai Tatang, anak Sungai Musi. Prasasti ini merupakan peninggalan Raja
Dapunta Hyang atau juga dikenal dengan Raja Sri Jayanasa di Kerajaan Sriwijaya
yang saat ini dikenal sebagai Palembang. Prasasti ini dianggap mengandung kunci
pemecahan masalah lokasi ibu kota Kerajaan Sriwijaya oleh para ahli. Ukurannya
tergolong kecil, yakni berupa batu berukuran 45 × 80 cm. Prasasti ini berangka tahun
604 Saka (682 M), ditulis menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno.
Kemudian pada 1924, prasasti ini ditranskripsikan dan diterjemahkan oleh Philippus
Samuel van Ronkel, seorang ahli Bahasa Melayu kenamaan.
Prasasti Kedukan Bukit terdiri dari sepuluh baris, yang berbunyi sebagai berikut:
“svasti sri sakavastitta 605 ekadasi sukla- paksa vulan vaisakha dapunta hiyam nayik
di samvau mangalap siddhayatra di saptami suklapaksa vulan jyestha dapunta hiyam
marlapas dari minana tamvan mamava yam vala dua laksa dangan kosa duaratus
cara di samvau danan jalan sarivu tluratus sapulu dua vañakña datam di mata jap
mukha upam sukhacitta di pañcami suklapaksa vulan... asadha laghu mudita datam
marvuat vanua ... srivijaya jaya siddhayatra subhiksa nityakala!”
Jika diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia artinya :
Selamat! Tahun Saka telah lewat 605, pada hari ke sebelas paro-terang bulan
Waisakha Dapunta Hiyang naik di sampan mengambil siddhayatra. Pada hari ke
tujuh paro-terang bulan Jyestha Dapunta Hiyang berlepas dari Minanga untuk 
membawa bala tentara 20.000 dengan perbekalan 200 peti di sampan dengan diiringi
sebanyak 1312 orang berjalan kaki datang ke hulu Upang dengan sukacita. Pada 15
hari pertama bulan asadha dengan lega gembira datang membuat benua...  srivijaya
jaya siddhayatra subhiksa nityakala!”

B. Interpretasi mengenai kehidupan yang terjadi di kerajaan Sriwijaya
berdasarkan prasasti Kedukan Bukit
Isi prasasti Kedukan Bukit tersebut dapat ditafsirkan sebagai berikut: Pada tanggal 11
Waisaka 604 (23 April 682) raja Sriwijaya yang bergelar Dapunta Hyang naik perahu
dari suatu tempat untuk menggabungkan diri dengan balatentaranya yang baru saja
menaklukkan Minanga (Binanga). Lalu pada tanggal 7 Jesta (19 Mei) Dapunta Hyang
memimpin balatentaranya berangkat dari Minanga untuk kembali ke ibu kota. Mereka
bersuka cita karena pulang dengan kemenangan. Tanggal 5 Asada (16 Juni) mereka
tiba di Muka Upang, sebelah timur Palembang. Sesampainya di ibu kota, Dapunta
Hyang menitahkan pembuatan wanua (bangunan) berupa sebuah wihara, sebagai
manifesti rasa syukur dan gembira.
Untuk interpretasi saya sendiri mengenai prasasti kedukan bukit ini yaitu
Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Buddha yang didirikan oleh Dapunta Hyang Sri
Jayanasa pada abad ke-7, Pusat Kerajaan Sriwijaya sendiri terletak di tepian Sungai
Musi, di daerah Palembang, Sumatera Selatan. Salah satu peninggalan kerajaan
Sriwijaya berupa prasasti yaitu prasasti Kedukan Bukit yg menjadi bukti kemajuan

pelayaran di Indonesia pada masa Hindu-Buddha. Prasasti tersebut mengisahkan
tentang keberhasilan perjalanan penguasa Kerajaan Sriwijaya yang bergelar Dapunta
Hyang. Pada abad ke-7, Dapunta Hyang banyak melakukan usaha perluasan
daerah.melalui sebuah ekspedisi militer dan dalam perjalanan tersebut, ia berhasil
menaklukkan daerah-daerah yang strategis untuk perdagangan sehingga Kerajaan
Sriwijaya menjadi berkembang dan makmur.

Nama : Moch Aditya Pratama

NIM : 2288210041

Kelas : 2B Pendidikan Sejarah

Mata Kuliah : Sejarah Indonesia Pada Masa Hindu-Budha

Prasasti Canggal Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Prasasti Canggal merupakan prasasti peninggalan dari kerajaan Mataram Kuno. Prasasti
canggal ini diketahui di buat pada masa pemerintahan Raja Sanjaya. Prasasti ini ditemukan di
Gunung Wukil, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Prasasti Canggal ini ditulis menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dilihat
secara umum, isi dari prasasti Canggal adalah sebuah pernyataan dari Raja Sanjaya yang pada
masa itu menjadi penguasa Kerajaan Mataram Kuno. Prasasti ini terdiri dari 12 bait di
dalamnya. Terjemahan Prasasti Canggal :

Bait 1 :

Membahas mengenai pembangunan lingga yang dilakukan oleh Raja Sanjaya

Bait 2-6 :

Berisi mengenai pujaan terhadap Dewa Siwa, Brahma, dan Wisnu

Bait 7 :

Pulau Jawa yang sangat Makmur, menghasilkan tambang emas dan padi yang melimpah. Di
pulau itu didirikan candi Siwa demi kebahagiaan penduduk dengan bantuan dari penduduk
Desa Kunjarajunja.

Bait 8-9 :

Pulau Jawa yang dahulu diperintah oleh Raja Sanna, yang adil dalam tindakannya, bijaksana,
bermurah hati kepada rakyatnya dan perwira dalam peperangan, Ketika Raja Sanna wafat
Negara berkabung, sedih kehilangan pelindung.

Bait 10-11 :

Pengganti raja Sanna yaitu putranya bernama Sanjaya, ia diibaratkan dengan matahari.
Perpindahan kekuasaan tidak langsung diberikan kepadanya, tetapi melalui kakak
perempuannya bernama Sannaha.

Bait 12 :

Berisi mengenai kesejahteraan, keamanan dan ketenteraman Negara. Rakyat bisa tidur
ditengah jalan, tidak takut akan pencurian karena tidak ada tindakan kejahatan dan rakyat
hidupnya serba senang.

Dilihat dari isi prasasti Canggal tersebut maka kita akan menemukan beberapa informasi
terkait kerajaan Mataram Kuno. Maka saya akan menyimpulkan atau mengutarakan pendapat
saya mengenai isi dari Prasasti Canggal.

Dari informasi pada bait pertama hingga ke enam saya menyimpulkan itulah mengapa
kerajaan Mataram Kuno ini dikenal sebagai kerajaan bercorak Hindu, karena tertulis bahwa
Raja Sanjaya membangun Lingga, yang mana itu merupakan arca atau patung yang
digunakan untuk melakukan penyembahan. Lalu dalam prasasti itu juga dituliskan pujaan
terhadap Dewa Siwa, Wisnu, dan Brahma yang membuat itu semua jelas bahwa kerajaan
Mataram Kuno merupakan kerajaan bercorak Hindu. Lalu dijelaskan pula bahwa pada jaman
itu pulau Jawa adalah penghasil emas dan padi yang cukup besar. Dan dari situ juga kita
dapat mengetahui bahwa kerajaan pada masa kekuasaan Raja Sanna bisa dibilang sangat
Makmur dan para rakyat suka terhadap sosok pribadi Raja Sanna, itu terlihat dari bagaimana
kesedihan yang terjadi Ketika wafat nya Raja Sanna. Dan betapa aman nya Kerajaan pada
masa itu juga terlihat dari bagaimana para rakyat di masa itu sampai tidak perlu takut dan
khawatir lagi dengan adanya pencurian.

Nama : Fauzan Hilmani
Nim : 2288210043
Kelas : 2B Pendidikan Sejarah
MK : Sejarah Indonesia Masa Hindu – Budha
Dosen : Yuni Maryuni,M.Pd

UTS SEJARAH INDONESIA MASA HINDU – BUDHA
Prasasti Tugu Kerajaan TARUMANAGARA

Isi Prasasti Tugu
Adapun isi teks yang tertulis dalam prasasti Tugu adalah sebagai berikut. 

pura rajadhirajena guruna pinabahuna khata khyatam purim prapya
candrabhagarnnavam yayau// pravarddhamane dvavingsad vatsare sri gunau jasa
narendradhvajabhutena srimata purnavarmmana// prarabhya phalguna mase khata
krsnastami tithau caitra sukla trayodasyam dinais siddhaikavingsakaih ayata
satsahasrena dhanusamsasatena ca dvavingsena nadi ramya gomati nirmalodaka//
pitamahasya rajarser vvidaryya sibiravanim brahmanair ggo sahasrena prayati
krtadaksina//

Terjemahan Prasasti Tugu 

Setelah diterjemahkan oleh beberapa ahli maka artinya adalah sebagai berikut. 

“Dahulu sungai yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia
dan yang memiliki lengan kencang serta kuat yakni Purnawarman, untuk
mengalirkannya ke laut, setelah kali (saluran sungai) ini sampai di istana kerajaan
yang termasyur. Pada tahun ke-22 dari tahta Yang Mulia Raja Purnawarman yang
berkilau-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji-panji
segala raja-raja, (maka sekarang) dia pun menitahkan pula menggali kali (saluran
sungai) yang permai dan berair jernih Gomati namanya, setelah kali (saluran sungai)
tersebut mengalir melintas di tengah-tengah tanah kediaman Yang Mulia Sang
Pendeta Nenekda (Raja Purnawarman). Pekerjaan ini dimulai pada hari baik, tanggal
8 paro-gelap bulan dan disudahi pada hari tanggal ke 13 paro terang bulan Caitra,
jadi hanya berlangsung 21 hari lamanya, sedangkan saluran galian tersebut
panjangnya 6122 busur. Selamatan baginya dilakukan oleh para Brahmana disertai
1000 ekor sapi yang dihadiahkan”. 

Interpretasi Saya :

Tentunya kita sama sama mengetahui yang mana banyak sekali kisah kisah heroic yang
terjadi di masa lampau dan menurutku kehebatan raja purnawarman pun termasuk dalam
hal itu.dan prasasti ini membahas tentang salah satu peristiwa yang menunjukan
kepiawayan raja purnawarman dalam memerintah yaitu dengan membuat atau menggali
sungai Chandrabhaga. Kita semua tahu dan belajar dari masa praaksara atau prasejarah yang
dimana manusia purba pada saat itu tentunya memiliki kehidupan di tepi sungai, Adapun
mengapa di tepi sungai karena memang banyak hal yang dibutuhkan oleh manusia terhadap
Air. Raja Purnawarman pada masa ini membangun atau membuat sebuah aliran sungai yang
memang tentunya amat sangat dibutuhkan bagi rakyat tarumanagara.

Tetapi yang patut ditanyakan ialah mengapa memulai menggali atau membuat
sungai pada masa ke- 22 tahun raja Purnawarman memerintah? Adapun yang mungkin pada

saat itu terjadi sebuah krisis ataupun masalah yang kerap dihadapi oleh Kerajaan
Tarumanagara. Dan tentunya bukan hanya sekedar menjadikanya sebuah penopang
kehidupan bagi rakyat Tarumanagara. Lalu yang selanjutnnya yaitu seperti yang sudah
disebutkan terkait dengan kegagahan.Kepandaian, serta Kebijaksanaan raja Purnawarman
yang menjadi contoh bagi kerajaan lain pada masa itu yang dikarenakanya tentunya tidak
terlepas dari kehebatan raja purnawarman dari membuat atau menggali sungai
Chandrabhaga.

Serta disebutkan pula berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun sungai
Chandrabhaga tersebut yakni 21 Hari yang dimana kita bisa menilai atau memproyeksikan
bagaimana kecerdikan serta kebijaksanaan raja Purnawarman dalam mengelola dan
mengkordinir rakyat yang membantu membangun sungai pada waktu itu. Serta mengapa
aliran air dari hulu ke laut antara lain iyalah tentunya itu bagian dari cara yang dilakukan raja
purnawarman supaya dapat menyuburkan beberapa wilayah yang ada di kerajaan
Tarumanagara.

Dan terakhir berdasarkan isi dari prasasti tugu disebutkan bahwa Raja Purnawarman
memberikan persembahan seribu ekor lembu untuk brahmana. Yang dimana tentunya ini
menjelaskan bahwa raja purnawarman serta hindu pada saat itu adalah suatu kepercayaan
yang ada di kerajaan tarumanagara. Mungkin jika di dalam agama islam yang bias akita
ketahui tentunya tujuan dari raja purnawarman biasa disebut sebagai “Syukuran” yang
dimana pola nya serupa yaitu memberikan sebuah harta terhadap orang ataupun ustadz
yang memang pemangku agama. Tujuan dari raja purnawarman berarti ialah dengan
memberikan persembahan atas sungai yang telah dibangun dan tentunya sebagai sebuah
wujud pengharapan untuk kelancaran kepada para dewa .

Nama : Anggi Ghefira Sukmawati

Nim : 2288210044

Pendidikan sejarah semester 2 kelas B

UTS Hindu Budha

Sumber Sejarah Prasasti Ligor dari Kerajaan Sriwijaya

Prasasti Ligor (Vat Semammuang) adalah sebuah batu bertulis yang ditemukan di Chaiya, atau Ligor
(sekarang Nakhon Si Thammarat) yang berada di Semenanjung Melayu-Thailand bagian selatan. Batu
bertulis ini terbuat dari batu pasir yang diukir di kedua sisinya. Pada sisi A yang dikenal dengan nama


Click to View FlipBook Version