42 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r (ayat-ayat lainnya) kitabullah. Sebab tidakada seorangpun yang lebih tahu makna kalamullah kecuali Allah SWT sendiri. 2. Menjelaskan hukum-hukum yang terkandung dalam semua ayat yan dijelaskan dalam kitab ini yang disandarkan kepada dalil-dalil shahih dari sunnah Nabawiyyah dan pendapat para ulama, kemudian dipilihkan pendapatyang terkuat tersebut tanpa rasa fanatik mazhab. 3. Dilengkapi penjelasan tambahan. Seperti contohnya pembahasan tentangbeberapa masalah kebahasaan (Lughah) dan hal-hal yang diperlukannyaseperti sharaf (pembahasan tentang perubahan suatu kata) dan i’rab(pembahasan tentang kedudukan kata dalam suatu kalimat), penyebutan syair-syair arab sebagai penguat serta analisis terhadap masalah-masalah yangdibutuhkan dalam menafsirkan sebuah ayat seperti masalah ushuliyah (yangpokok) dan kalam (akidah) yang dilandasi sanad-sanad hadis. 4. Menjelas pemikiran Ahli sunnah dan mendebat aliran-aliran sesat. Di antara kekurangan kitab tafsirnya ialah : 1. Pencantuman hadits sebagai sumber tafsir yang terkadang tidak diseleksi terlebih dahulu kualitasnya dan juga tidak disebutkan kualitas haditsnya. 2. Dalam penafsirannya, al-Syanqithi seorang pengarang tafsir juga banyak mengutip pada kitab tafsir sebelumnya. Kemudian dalam memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat al-Qur’an beliau banyak menggunakan pendapat dari para ulama lainnya, baik dari ulama hadits, fiqh dan ulama tafsir. 3. Ada puluhan ayat atau lebih yang tidak ditafsirkan.
43 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r BAB VII Tafsir al-Tahrir Wa Tanwir BAB VII Tafsir al-Tahrir Wa Tanwir “Muhammad Al Tahir Ibnu Asyur” (Ahmad Dermawan & Milzam Zulfahmi)
44 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r BAB VIII Tafsir Shafwah At Tafasir & Rawai’ul Bayan BAB VIII Tafsir Shafwah At Tafasir & Rawai’ul Bayan “Karya Muhammad Ali Ash-Shabuni” (Bayan Rahman & Asri Nurul Jannah)
45 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r BAB IX Tafsir al-Aisar BAB IX Tafsir Al-Aisar “Karya Abu Bajar Jabir Al-Jazairi” (Muhammad Arif & Abdul Aziz) A. Biografi dan Latar Belakang Penulisan Tafsir Syeikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi dilahirkan di Algeria pada tahun 1342 H/ 1921 M. Nama lengkap beliau adalah Abu Bakar Jabir bin Musa bin ‘Abdul Qadir bin Jabir Al-Jazairi. Ayahnya bernama Musa bin ‘Abdul Qadir. Ibunya adalah seorang yang solehah dan pandai dalam mendidik anak. Ayah dan ibunya berbangsa al-Jazair. Al-Jazairi merupakan seorang ulama hadits yang zuhud yang terkenal di Madinah. Nama lengkap beliau diambil dari nama ayahnya dan nama tempat kelahirannya, yaitu abu bakar (nama panggilan beliau), Musa bin ‘Abdul Qadir (diambil dari nama ayahnya), al-Jazairi (diambil dari tempat kelahirannya). Sehingga beliau lebih dikenal dengan nama Abu Bakar Jabir al-Jazairi. Kedua orang tuanya berasal dari dua keluarga yang sangat terkenal komitmen dengan keshalihannya dalam menghafal al-Qur‘an al-Karim. Hal seperti itulah yang selalu diwariskan dan dijadikan semacam adat di tengah kehidupan keluarga al-Jazairi. Akan tetapi ayahnya alJazairi sendiri justru menekuni tasawuf. Al-Jazairi hidup dalam keadaan yatim, karena ketika umurnya kurang lebih dari satu tahun, ayahnya telah meninggal dunia. Oleh karena itu, al-Jazairi diasuh oleh seorang ibu dengan bantuan paman-pamannya dari keluarganya. Al-Jazairi memulai belajar AlQur’an ketika beliau masih muda saat umurnya baru dua belas tahun. Beliau mulai menempuh pendidikan awalnya di rumahnya
46 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r sendiri, kemudian dipindahkan ke ibu kota Algeria dan bekerja sebagai seorang guru di sebuah sekolah.39 Al-Jazairi adalah seorang syaikh, alim, ahli tafsir, dan seorang da‘i. Perkumpulan beliau dalam berdakwah dan pendidikan sangatlah banyak, beliau juga cukup andil dalam penulisan karya tulis Islam dan ceramah-ceramah. Dia juga banyak melakukan kunjungan ke berbagai negara dalam rangka menyebarkan dakwah Islam dan ishlah. beliau adalah seorang yang fasih, dan ilmunya sangat luas. 1. Pendidikan dan Profesi Al-Jazairi mulai menekuni pendidikan yang pertama kali adalah di Negerinya atau tempat kelahirannya. Keberhasilannya dalam menghafal Al-Qur’an al-Karim dijadikan sebagai bekal ilmu untuk belajar ke berbagai kota, ditambah dengan hafalan Al-Muqaddimah Al-Ajurrumiyyah dalam ilmu gramatika bahasa Arab (nahwu) dan Manzhumah Ibnu Asyir dalam fikih yang bermadzhab Maliki. Dari sinilah, beliau pindah ke Bukrah untuk belajar kepada seorang ulama, yang bernama Syaikh Nu‘aim an-Nu‘aimi. Pada saat al-Jazairi belajar di Bukrah, beliau mendengar kabar bahwa di desanya (Jazair) kedatangan seorang ulama yang bernama Syaikh Isa Ma‘thuqi. Hal itu yang menjadikannya kembali ke kampung halamannya untuk belajar bahasa Arab, fikih, manthiq, mushthalah hadits, dan ushul fikih kepada ulama tersebut. Pada saat itu usia beliau menginjak usia remaja. 39 Diyan Fatmawati, Penafsiran Abu Bakar Jabir Al-Jazairi Terhadap Ayat-Ayat Yang Berkaitan Tentang Lingkungan Hidup Dalam Tafsir Al-Aisar, Skripsi pada Universitas Islam Negeri (UIN) Wali Songo Semarang, 2015, h. 47.
47 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r Setelah beliau selesai mendalami ilmu dari Syaikh Isa Ma‘thuqi, beliau pergi ke ibu kota untuk mengamalkan ilmunya yaitu mengajar di salah satu sekolah swasta. Dari sinilah beliau mulai kehidupan yang baru. Di tengah kesibukannya mengajar, beliau masih merasa ilmunya belum sempurna dan melanjutkan belajar kepada Syaikh athThayyib al-Uqbi, yang merupakan salah satu rekan dari alAllamah Ibnu Badis. Kepada al-Allamah Ibnu Badis beliau mulai menekuni pengajaran (agama Islam) dalam beberapa tahun. Setelah beberapa tahun kemudian akhirnya beliau dan keluarganya pergi ke Madinah al Munawwarah Saudi Arabia untuk belajar, mengajar, mendalami, serta menekuni beberapa pengajaran (agama Islam) dengan berbagai ulama, diantaranya Syaikh Umar Birri, Syaikh Muhammad alHafizh, Syaikh Muhammad al-Khayal, dan Syaikh Abdul Aziz bin Shalih, ketua para hakim kota Madinah dan Khathib Masjid Nabawi. Selain itu beliau juga berusaha menyempurnakan belajarnya tentang ilmu Syar’i, maka beliau mulai menghadiri pengajaran ilmiyah para Ulama yang terkemuka untuk mendapatkan ijazah. Setelah pendidikannya selesai dia mendapatkan “Ijazah” (izin pengajaran) dari Pimpinan Qadhi Makkah al-Mukarramah, dengan demikian al-Jazairi dapat mengajar di Masjid Nabawi, sehingga dia memiliki pengajaran khusus dibawah bimbingannya sendiri, di Masjid Nabawi beliau mengajar tafsir ayat-ayat Al-Qur’an, hadits dan yang lainnya. Selain itu beliau juga sangat disibukkan dengan berbagai kegiatan ilmiyah, diantaranya sebagai dosen dibeberapa Madrasah dibawah Departemen Pendidikan, dan
48 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r pengajar di Ma‟had Darul Hadits di Madinah alMunawwarah. Al-jazairi merupakan dosen salah satu dari generasi pertama yang mengajar di Jami‘ah Islamiyah (Universitas Islam Madinah) pada tahun 1380 H, hingga masa pensiunnya tahun 1406 H.40 Selang satu tahun, dengan sifat ketekunannya dan lemah lembut al-Jazairi memperoleh ijin mengajar di Masjid Nabawi dari komite kehakiman Makkah Al-Mukarramah. Di saat itu beliau mendaftarkan diri ke Fakultas Syari‘ah di Riyadh dan berhasil memperoleh gelar “Lc”. Sejak itulah beliau mencurahkan waktu, tenaga, dan ilmunya untuk mengajar di Masjid Nabawi, dimana masjid itu merupakan masjid yang didatangi dan dirindukan oleh ribuan kaum muslimin dari penjuru dunia. a. Diantara guru-guru di negerinya (al-Jazair) sebagai berikut 1) Syaikh Nu‘aim an-Nu’aimi 2) Syaikh Isa Mu’tauqi 3) Syaikh Thoyib al-Uqbi b. Sedangkan guru-gurunya yang di Madinah antara lain: 1) Syaikh Umar Barri 2) Syaikh Muhammad al-Hafizh 3) Syaikh Muhammad Khoyal B. Gambaran Umum kitab Aisar Al-Tafasir Tafsīr al-Aisar ini di tulis oleh seorang ulama hadits Madinah yaitu Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, yang berupaya menafsirkan Al-Qur’an sesuai dengan pemahaman Salafus Salih, suatu kitab tafsir yang diharapkan memudahkan kaum muslimin 40 Diyan Fatmawati, Penafsiran Abu Bakar Jabir Al-Jazairi Terhadap Ayat-Ayat Yang Berkaitan Tentang Lingkungan Hidup Dalam Tafsir Al-Aisar, Skripsi pada Universitas Islam Negeri (UIN) Wali Songo Semarang, 2015, h. 49.
49 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r dalam memahami ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Qur’an, sebagaimana namanya “al-Aisar” (yang termudah). Oleh karena itu beliau dalam menyusun kitab tafsirnya dalam bentuk pelajaran yang berkesinambungan dan saling terkait, menjelaskan katakatanya secara literal, menjelaskan maknanya secara global, kemudian yang terakhir dalam penafsirannya menyebutkan satu persatu pelajaran yang dapat diambil dan diamalkannya.41 Aisar al-Tafasir li Kalami al-Aliyyi al-Kabir (tafsir Al-Qur’an termudah) ini merupakan kitab tafsir Al-Qur’an yang ringkas yang menekankan pada penafsiran manhaj salaf dalam masalah akidah, asma, dan sifat Allah. Dimana tafsir ini menggunakan empat sumber referensi antara lain Jami’ al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an, oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari, Tafsīr al-Jalalain, oleh al-Mahalli dan as-Suyuthi, Tafsīr al-Maraghi, dan Tafsir al-Karim ar-Rahman. 1. Keistemewaan Tafsir al-Aisar adalah sebagai berikut: a. Berukuran sedang, tidak terlalu ringkas yang dapat mengurangi pemahaman, dan tidak terlalu panjang agar pembaca tidak bosan dalam membacanya. b. Mengikuti manhaj salaf dalam masalah akidah, asma‘, dan sifat. c. Konsisten untuk tidak keluar dari empat madzhab (Hanafi, Syafii, Hambali, Hanafi) dalam masalah-masalah fikih. d. Bersih dari tafsir israiliyyat (kisah-kisah yang berasal dari orang Yahudi), baik yang shahih maupun yang lemah, kecuali yang menjadi tuntutan pemahaman ayat, dan memang diperbolehkan untuk meriwayatkannya. e. Mengesampingkan perbedaan pendapat dalam penafsirannya. f. Mengikuti pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Jarir ath-Thabari dalam kitab tafsirnya Jami‘ al-Bayan fi Tafsīr Al-Qur’an, jika terjadi perbedaan tafsirannya tentang makna ayat diantara para 41 Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Qur’an al-Aisar, jilid I, (Jakarta: Darus Sunnah: 2008), h. XX.
50 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r mufassirīn (ulama yang ahli dalam bidang tafsir). Tetapi kadang kala ada yang tidak memakai pendapat Ibn Jarir ath-Thabari dalam penafsiran terhadap beberapa ayat. g. Menjauhkan tafsir ini dari masalah-masalah tata bahasa (nahwu), balaghah, dan bentuk-bentuk argumen bahasa. h. Tidak menyinggung tentang qiraat kecuali hanya pada ayat-ayat tertentu dan memang perlu. i. Mencukupkan pada hadits shahih dan hasan. j. Dalam tafsir ini lebih konsisten pada khithah (metodologi), yang banyak dipakai oleh para mufassirin dari kalangan Salafush Shalih, dengan tujuan untuk menyatukan muslimin dalam satu pemikiran Islam yang terpadu, benar dan lurus. k. Memudahkan muslimin untuk mempelajari, mengamalkan AlQur’an dan menjauhkan dari pengamalan yang sekedar wacana dan perdebatan. C. Metode dan Corak Penafsiran 1. Metode Penafsiran Metode tafsir yang digunakan oleh Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi adalah metode ijmali (global), Pembahasannya hanya meliputi beberapa aspek dalam bahasa yang singkat misal al-Tafsir al-Farid li al-Qur’an al-Majid yang hanya mengedepankan arti katakata (al-mufradat), sabab al-nuzul (latar belakang penurunan ayat), dan penjelasan singkat (al-ma’na), yang sistematikanya sering diubah-ubah. Maksudnya, adakalanya mengedepankan mufradat kemudian sabab al-nuzul dan al-ma’na tetapi sering pula mendahulukan al-ma’na dan sabab al-nuzul. Keistimewaan kitab Aisar Al-Tafasir li Kalami Al-‘Aliyyi AlKabir adalah menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh orang awam. Pembahasannyapun bersifat global yaitu tidak berbelit-belit serta sangat ringkas, sehingga tafsir ini sangat mudah difahami oleh orang awam. Disisi lain, kitab Aisar Al-Tafasir li Kalami Al-‘Aliyyi Al-Kabir diperkaya dengan kajian qiraat sehingga bagi pembaca
51 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r yang ingin mengkaji masalah qiraat sangatlah terbantu sehinggga tidak terjadi terjadi kekeliruan. a. Tafsir al-Aisar disusun dengan metode khusus antara lain: 1) Menjelaskan arti kata per kata dari ayat secara literal. 2) Menafsirkan ayat secara global dengan menghubungkan ayat satu dengan ayat lainnya, dan dengan hadits Rasulullah, perkataan para sahabat, dan kata-kata hikmah. 3) Diakhiri untuk setiap ayat-ayat penafsiran dengan pelajaranpelajaran yang dapat diambil dari ayat tersebut. 2. Corak Penafsiran Tafsir al-Aisar karya Abu Bakar Jabir al-Jazairi lebih cenderung bercorak bi al-Ma‘tsur yaitu penafsiran ayat dengan ayat, penafsiran ayat dengan hadits Nabi, yang menjelaskan makna sebagian ayat yang dirasa sulit dipahami oleh sahabat, atau penafsiran ayat dengan hasil ijtihad para tabi‘in.42 Adapun penafsiran ayat ahkam pada Tafsir al-Aisar lebih condong kepada Madzhab Hanbali, walaupun Abu Bakar Jabir alJazair lahir di negara Algeria yang mayoritas bermadzhab Maliki, namun beliau tumbuh kembang dalam keilmuan di kalangan masyarakat Madinah yang mayoritas bermadzhab Hanbali. Semakin jauh rentang zaman dari masa Nabi dan sahabatnya, maka pemahaman umat tentang makna ayat-ayat al-Qur‘an semakin bervariasi dan berkembang.43 Tafsīr bil al-Ma‘tsur pada dasarnya menampilkan penjelasan terhadap ayat-ayat al-Qur‘an yang diambil dari sumber-sumber tradisional Islam yang secara hirarkis diurutkan mulai dari al-Qur‘an, hadist Nabi SAW, atsar sahabat, dan aqwal tabiin. a. Ada beberapa kelemahan Tafsīr bi al-Ma‘tsur antara lain: 42 Muhammad Nur Ichwan, Memasuki Dunia Al-Qur‟an, (Semarang: Lubuk Raya Semarang, 2001), h. 168. 43 Abd. al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu‘i, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), h. 13.
52 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r 1) Mencampurkan antara riwayat yang shahih dengan riwayat yang tidak shahih. 2) Dalam buku-buku Tafsīr bi al-Riwayat sering dijumpai kisah-kisah Israiliyyat yang penuh dengan khufarat, tahayul, dan bid‘ah yang sering kali menodai akidah Islamiyah yang sangat steril dari hal-hal semacam itu. 3) Sebagian pengikut mazhab tertentu seringkali mengklaim (mencatat) pendapat mufasir-mufasir tertentu. 4) Sebagian orang kafir zindiq yang notabene memusuhi Islam seringkali menyisipkan (kepercayaannya) melalui sahabat dan tabi‘in sebagaimana halnya mereka juga berusaha menyisipkan melalui Rasulullah. di dalam hadits-hadits Nabawiyah, yang demikian itu sengaja mereka lakukan untuk menghancurkan Islam dari dalam.44 D. Contoh Penafsiran 1. Tafsir QS. Al-Fatihah: 5 ِيَّ َ اك ْ نَستَ ِع ُ ين وإ َ ِيَّ َ اك ْ نَعبُدُ إ Artinya: “Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan”. a. Makna kata: 1) اكَّ يِإ adalah dhomir (kata ganti) dalam posisi nashab, ditujukan untuk mengajak bicara satu orang. ْعبُ ُد (2 ن artinya Kami ta’at kepada Mu dengan seluruh ketundukan, cinta, dan pengagungan. ِع ُ ين (3 ْست ن artinya Kami memohon pertolongan-Mu untuk kami agar dapat menta’atiMu. b. Makna ayat: Allah Ta’ala mengajari hamba-hamba-Nya tata cara bertawassul kepada-Nya agar Dia mengabulkan doa hamba-Nya. 44 Muhammad Ali al-Shabuni, al-Tibyan fi ‘Ulum al-Qur’an, (Dimasyq: Maktabah al-Ghazali 1401H/ 1981 M), h. 78-79.
53 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r Yaitu dengan ucapan-Nya: Pujilah Allah Ta’ala dan sanjunglah serta agungkanlah Dia. Berlakulah konsisten dengan hanya beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya. Mintalah pertolongan kepada-Nya dan jangan meminta pertolongan kepada selain-Nya. c. Pelajaran dari Ayat: 1) Adab dalam berdoa, ketika seseorang akan berdoa hendaklah memulai dengan memuji Allah, menyanjungNya, dan mengagungkanNya. Kemudian ditambah dengan mengucap shalawat atas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, setelah itu baru meminta apa yang dibutuhkan. Hal itu lebih dekat untuk terkabulnya doa. 2) Jangan menyembah selain Allah Ta’ala dan jangan meminta pertolongan (dalam hal yang hanya mampu dilakukan oleh Allah) kepada selain-Nya.45 2. Tafsir QS. Al-Baqarah: 183 ِذ َ ين ِ من قَ ْبِل َّ ْي ُكُم ِ ٱلصيَ ُام َ كَم ُ ا كتِ َب َ علَى ٱل ُ كتِ َب َ علَ ۟ امنُوا ِذ َ ين َ ء َ َّ َها ٱل يُّ َ أ َون ٰٓ ُكْم يَ تَتَّقُ َّ ل ُكْم لَعَ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. a. Makna kata : 1) بِ كت ُadalah Diwajibkan dan ditetapkan ُام (2 ٱلصي ِ adalah Puasa secara bahasa diartikan menahan, sedangkan yang dimaksud di sini adalah menahan diri dari makanan, minuman, dan menggauli istri sejak terbit matahari sampai tenggelam. b. Makna Ayat Ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم berhijrah ke Madinah dan menjadi negeri Islam, maka syariat mulai turun dan berkelanjutan. Pada ayat-ayat sebelumnya telah disebutkan hukum mengenai qishash, wasiat, dan muraqabatullah dalam melaksanakan hukum-hukum tersebut. Lantas di antara hal yang dapat mewujudkan ketakwaan seorang 45 https://tafsirweb.com/56-surat-al-fatihah-ayat-5.html/ diakses pada 8 Juni 2023
54 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r muslim adalah dengan berpuasa. Maka Allah Ta’ala menurunkan kewajiban puasa pada tahun kedua hijriah, seraya menyeru umat muslim dengan label keimanan, “Wahai orang-orang yang beriman” dan memberitahukan mereka bahwa Dia mewajibkan puasa kepada mereka, sebagaimana telah diwajibkan kepada umatumat sebelumnya (مۡك ُلِب ۡق َمن َِين ذِ ُام َك م ُ ا َكتِ ب َعل ى َٱلَّ ( ُكتِ ب َعل ۡي ُكُم ِ َٱلصي “diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada umat-umat sebelum kalian”. Lantas Allah Ta’ala menyebutkan alasan turunnya kewajiban itu dengan firman-Nya “Agar kalian bertakwa” yaitu menyiapkan kalian agar bertakwa dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, karena dalam ibadah puasa terdapat pengawasan dari Allah Ta’ala. c. Pelajaran Ayat 1) Kewajiban untuk berpuasa di bulan Ramadhan 2) Puasa mendidik mukmin untuk semakin bertakwa 3) Puasa dapat menghapuskan dosa berdasarkan hadits, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan didasari keimanan dan mengharap pahala dari Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.46 46 https://tafsirweb.com/687-surat-al-baqarah-ayat-183.html/ diakses pada 8 Juni 2023
55 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r Lampiran kitab Aisar Al-Tafasir
56 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r
57 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r
58 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r
59 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r BAB X Tafsir al-Wasith BAB X Tafsir al-Wasith “Karya Muhammad Sayyid Thanthawi” (Muhammad Akbar, Zulaikha dan Jawahir) A. Biografi. 1. Kelahiran, pendidikan dan wafat. Muhammad Sayyid ‘Athiyah al-Tantawi adalah ulama besar yang di lahirkan pada tanggal 28 Oktober 1928 bertepatan Pada tanggal 14 Jumada al-Ula 1347 H, Nama terakhir dari ‘Tantawi’ dinisbahkan dari kota Tanta, sebuah kota yang berada di provinsi ElGharbiyah, Mesir. Muhammad Sayyid Tantawi lahir di sebuah kampung kecil bernama kampung Sulaim al-Syarqiyyah, Shahaq, Mesir.47 Muhammad Sayyid ‘Athiyah al-Tantawi, memulai awal pendidikannya dari kampung halaman tempat beliau tinggal di sana, beliau memulai dalam pendidikannya untuk menghafal Al-Qur'an, dimana beliau beruru kepada sheikh Maktab Al-Qurawi kemudian setelah beliau berhasil menjadi seorang hafizh Qur'an beliau melanjutkan pendidikannya ke sebuah Ma’had di kota Alexandria pada tahun 1944.6 dan selama menempuh pendidikan di Alexandria tersebut, Tantawi mulai terbentuk kepribadian yang kuat dan tangguh dalam membela ajaran-ajaran agama. Sebab, di Alexandria banyak bertemu orang-orang ‘alim yang tanpa takut dalam menegakkan ajaran agama,seperti Sheikh Muhammad Shakir, kepala Ma’had tersebut.48 Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ushuluddin 47 Muhamad Sayyid al-Thanthawi, Kepiawaian Berdialog Para Nabi dan Figur-Figur Terpilih, Terjemah dari, Zuhairi Misrawi, (Jakarta: Azam, 2001), hlm. 11. 48Muhammad Rajab al-Bayumi, al-Imam Muhammad Sayyid Tantawi; Hayat ‘Amirah bi al-Ilm waal-‘Amal wa al-Iman, Majalah alAzhar (April: 2010), b.
60 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r di Universitas Al-Azhar, dan selesai pada tahun 1958 dan pada tahun 1959, ia menyelesaikan pendidikan takhassus-nya di Al-Azhar. Pada tahun 1966 Muhammad Sayyid ‘Athiyah al-Tantawi berhasil mendapatkan gelar doktornya di fakultas yang sama yakni pada Konsentrasi Tafsir dan Hadits dengan nilai mumtaz (cumlaude) dengan judul tesis “Banu Israil Fi Al-Qur’an Wa Al-Sunnah”.49 Pada hari Rabu tanggal 24 Rabi‟ul awal tahun 1431 H. yang bertepatan dengan tanggal 10 Maret 2010 di Riyadh beliau wafat pada umur 81 tahun. Tepat setelah melaksanakan salat subuh, dimana sebelumnya beliau di undang pada acara anugerah al-Malik Faisal atas undangan kerajaan Arab Saudi dan brliau wafat ketika menghadiri acara tersebut. Penyebab krmatian beliau adalah serangan jantung yang telah dialami beliau beberapa tahun belakangan ini, beliau wafat di Bandara Internasional Raja Khaled di Saudi, tepat saat boarding dalam rencana pulang kembali ke Mesir. Muhammad Sayyid Tantawi akan dimakamkan di pemakaman kompleks di sekitar daerah baqi mekah, jenazah Muhammad Sayyid Tantawi dibawa ke Madinah alMunawwarah untuk dishalatkan di Masjid Nabawi setelah shalat Isya pada hari yang sama kemudian jenazah beliau segera dibawa kepemakaman beliau.50 2. Kiprah dan pengaabdian. Pada masa moderen ini, Muhammad Sayyid Tantawi merupakan salah seorang ulama Mesir yang berpengaruh karena beliau sangat disiplin dan multi talenta dalam bidang ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Tafsir Al-Qur'an Muhammad Sayyid Tantawi merupakan seorang Imam Besar Masjid Al-Azhar Mesir. Beliau menempati jabatan tertinggi di institusi Al-Azhar Mesir, 49 Muhammad Rajab Bayyoumi, al-Imam Muhammad Sayyid alThanthawi; Baina al-Tafsir wa al-Ifta” (Bagian I)”, Majalah Al-Azhar, edisi Januari 2001, tahun ke-73, hlm 152. 50 Biografi Muhammad sayyid Tantawi dan Intelektualitasnya, skripsi pada Institut Agama Islam Negri Syekh Nurjati, hlm 71.
61 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r yaitu sebagai Grand Syekh Al-Azhar, yang merupakan jabatan yang lebih tinggi di atas Mufti di Dar al-Ifta’.51 Semasa hidupnya Muhammad Sayyid Tantawi slalu mengabdikan dirinya dalam mengajarkan ilmu-ilmi agama trutama dalam bidang tafsir Al-Que’an dan Hadits di berbgai macam Universitas tepatnya pada tahun 1944. Muhammad Sayyid Tantawi bergabung dengan Institut Agama Iskandariah, sehingga tahun 1944 menjadi anggota Fakultas Ushuluddin.Tahun 1972, Muhammad Sayyid Tantawi menjadi anggota Fakultas Bahasa Arab dan Studi Islam di Universitas Islam Libia.Kemudian, Muhammad Sayyid Tantawi diberi tugas oleh Al-Azhar untuk menjadi UstadzMusa’id (Professor Madya) di Universitas Madinah.52 Muhammad sayyid tantawi memutuskan berhijrah ke Arab Saudi dan menjadi kepala Pascasarjana bidang Tafsir di Universitas Islam Madinah, yaitu pada tahun 1944. Setelah beberapa tahun mengabdikan dirinya di universitas Madinah, beliau memutuskan untuk kembali ke Mesir dan beliau menjadi dekan Fakultas Ushuluddin di Alexandria Religious Institute meskipun jabatan beliau hanya selama setahun yaitu pada tahun 1986 masa jabatan beliau berakhir.Pada tanggal 28 Oktober 1985, disebabkan kecerdasan yang ia miliki, lalu ia ditunjuk menjadi Mufti al-Diyar Al-Misriyah. Setelah Syekh Gad al-Haq Ali Gad al-Haq Grand Syekh al-Azhar wafat tahun 1996 M. Secara struktur jabatan yang beliau pegang tersebut masih berada di bawah naungan departemen kehakiman mesir dimana beliau memegang jabatan tersebut selama sepuluh tahun lamanya sampai pada tanggal 27 Maret 1996. Sayyid Muhammad Tantawi dipilih langsung oleh presiden Mesir pada masa itu yaitu Husni Mubarok sebagai imam besar Masjid 51 Biografi Muhammad sayyid Tantawi dan Intelektualitasnya …, hlm 71. 52 Ali Ahmad Al-Sallus, al-Iqtishad al-Islami wa al-Qadhaya alFiqhiyyah al-Mu’ashirah. Juz 1, (Qatar: Daral-Tsaqafah, 1418 H/ 1998 M), hlm. 358.
62 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r Al-Azhar dan Grand Syekh Universitas Al-Azhar. Selama kepemimpinan beliau Al-Azhar adalah lembaga penting bagi sunni dan beliau telah berfatwa sebanyak 7.557 fatwa. Fatwa beliau yang sangat terkenal yaitu terkait penyerangan bom WTC pada tanggal 11 September, beliau menjelaskan menjelaskan bahwa tindakan ini tidak dibenarkan dalam Alquran dan kelompok Taliban serta Al-Qaidah adalah kelompok yang radikal dengan menggunakan ayat-ayat suci Alquran untuk melegitimasi segala tindakan-tindakan dan perbuatan mereka.53 Sayyid Muhammad Tantawi adalah ulama yang banyak megeluarkan fatwa, di antara fatwa-fatwanya yang kontrofersial itu banyak sekali yang ditentang oleh ulama-ulama pada masa itu, seperti seperti Yusuf al-Qardhawi dan Ibrahim Musa, berikut penulis akan memberikan contoh fatwa-fatwa beliau yang sangat kontrofersial itu: a. Dibolehkamnya bunga bank, terutama bank yang berada di bawah naungan pemerintah. b. Dibolehkan bagi pelajar wanita untuk tidak memakai jilbab ketika sekolah, terutama bagi mereka yanh bersekolah di tempat yang melarang seorang wanita untuk berjilbab, seperti wanita prancis yang di larang untuk berjilbab ketika belajar di suayu universitas tertentu. c. Bagi wanita yang hamil hasil dari pemerkosaan, maka dibolehkan untuk aborsi. d. Pelarangan bom bunuh diri, kecuali bagi negara yang bernasip sama seperti palestina, menurut beliau apa yanh dilakukan rakyat Palestina itu adalah jihad fi sabilillah. e. Pelarangan menggunakan cadar 53 Ali Ahmad Al-Sallus, al-Iqtishad al-Islami wa al-Qadhaya alFiqhiyyah al-Mu’ashirah. (Qatar: Dar al-Tsaqafah, 1418 H/ 1998 M), juz. 1, hlm 358.
63 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r f. Tidak dibolehkannya seorang perempuan menerima donor sperma dari laki-laki termasuk dari suaminya yang sudah meninggal. 3. Karya-karya. a. Adab al-Hiwar fi al-Islam. Yaitu sebuah buku yang berisi tentang tata cara berdialog sesuai dengan tuntunan islam. b. Kitab Fiqh al-Muyassar. Sebuah kitab fiqih yang mudah di pahami bagi pembacanya dan merujuk kepada dua sumber utama yaotu Al-Qur'an dan Hadits c. Al-Qishshah fi Al-Qur’an. Buku ini merupakan buku yang mengutarakan kisah-kisah dalam Alquran, serta hikmah dari kisah-kisah tersebut. d. Banu Israil fi al-Qur’an. Sebuah buku yang menceritakan tentang bani israil. e. Al-Tafsir Al-Wasithh. Sebuah kitab tafsir karangan beliau yang akan menjadi pembahasan utama pada tulisan ini.54 B. Tafsir Al-Wasithh. 1. Latar belakaang penulisan. Dalam mewujudkan kinginan beliau untuk mengexploitasi setiap makna yang terdapat di dalam Al-Qur’an serta mnjelaskan kandungaan dari ayat-ayat Al-Qur’aan sebagai sumbangsih beliau dalam menuangkan ilmu pengetahhuan yang beliau miliki serta menjaga kesucian dan kemuliaan Al-Qur’an dan bermanfaat bagi masyarakat. Dengan demikian dalam menulis kita Al-Wasith ini beliau menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti masyarakat awam, sesuai dengan nama tafsirnya al-Wasīth yang dapat berarti sederhana sebagai petunjuk dan pegangan umat islam dalam kehidupan sehari-hari.55 54 Biografi Muhammad sayyid Tantawi dan Intelektualitasnya …, hlm 77. 55 Muhammad Sayyid Tantawi, Al-Tafsir Al-Wasit li Al-Qur’an AlKarim vol 1 (Cairo: Dar al- Sa’adah: 2008 M), hlm 9.
64 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r Muhammad Sayyid Tantawi mulai menulis kitab tafsir AlWasith pada tahun 1972 ketika mulaibertugas sebagai utusan pengajar universitas al-Azhar ke Universitas Islam Libya Beliau tidak mencantumkan tanggal pasti awal mula kitab tersebut ditulis. Pada akhir penulisan kitab tersebut, beliau mencantumkan tanggal terakhir kitab tafsir Al-Wasith di tulis, yaitu pada tanggal tanggal 26 Rabi’ul Awwal tahun 1407 H yang bertepatan dengan tanggal 28 November 1986. Jadi, tafsir al-Wasit selesai ditulis oleh Sayyid Tantawi selama lebih dari 10 tahun.56 Dalam upaya memahami kandungan, hikmah dan maknamakna Al-Qur'an sangatlah mustahil jika tanpa menggunakan tafsir Al-Qur'an, menurut Sayyid Muhammad Tantawi tafsir Al-Qur'an merupakan sebuah kunci untuk membuka hikmah-hikmah yang terdapat di dalamnya. Seperti apa yang diucapkan oleh Iyas bin Mu’awiyah: “orang yang membaca Al-Qur’an dengan tanpa mengetahui tafsirnya seperti kaum yang mendapatkan surat dari rajanya di malam hari tetapi tidak memiliku lampu. Maka kaum tersebut akan dilanda kegelisahan karena tidak mengerti isi kitab tersebut. Dan orang yang mengerti tafsir seperti kaum yang mempunyai lampu dan mampu membaca surat dari raja tersebut”. Hal itulah yang kemudian mendorong Sayyid Tantawi menulis kitab tafsirnya.57 2. Metodologi. Tafsir Al-Wasith merupakan tafsir hasil pemikiran beliau sendiri atau bisa di sebut juga dengan tafsir bil ra'yi, dimana dalam menjelaskan setiap lafadhnya beliau menggunakan bahasa yang mudah dipahami, selain menggunakan akalnya dalam memberikan sebuah makna yang ada di dalam Al-Qur'an beliau juga mengutip dari 56 Fithrotin, …, hlm 45. 57 Muhammad Sayyid Tantawi, Al-Tafsir Al-Wasit li Al-Qur’an AlKarim …, hlm 8.
65 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r beberapa hadits nabi, ayat-ayat yang lain dan pendapat ulama salaf, sehingga metode penafsiran beliau merupakan penggabungan dari dua metode yaitu tafsir bil ra'yi dan bil ma'tsur. Kitab tafsir Al-Wasith juga mencakup seluruh ayat Al-Qur'an dengan terperinci, mulai dari surat Al-Fatihah sampai surat Al-Nas atau bisa disebut juga dengan metode tafsir Tahlili, dimana Sayyid Muhammad Tantawi dalam meenulis tafsirannya itu beliau menjelaskan segala aspek yang ada di dalam ayat-ayat yang ingin ditafsirkannya sertaa menjelaskan maknaa-makna perkata sesuai dengan keahliann mufassir. Sebeum melakukan penafsiran dala ayat tertentu Muhammad Sayyid Tantawi selalu melihat asbâb Al-Nuzûl terlebih dahulu agar pesan yang disampaikan ayat tersebut dapat dipahami scara utuh. Begitu juga dalam memahami (Zauq balagy wa al-bayan) yaitu pemahaman bahasa dari suatu ayat tertentu dan jika beliau menemukan satu ayat yang di dalamnya terdapat hukum-hukumm syariat yang memiliki ragam macam pendapat ulama yang berbedabeda, beliau menganalisanya lalu kemudian memilih pendapat yang terkuat guna menghindari kesan bertele-tele dan fanatisme Mazhab. Menurut Muhammad Rajab Bayyomi, karya beliau ini dapat disejajarkan dengan karya-karya monumental para ahli tafsir kontemporer lainnya seperti Rasyid Ridha dengan tafsir al-Manar dan Sayyid Kutub dengan tafsir Fi Zilal al-Qur‟an atau Muhammad Mutawally Sya‟rawy dengan tafsir Sya‟rawy.58 3. Pendekatan. Pendekatan multidisipliner merupakan pendekatan yang beliau lakukan dalam menafsirkan Al-Qur’an dimana dalam menafsirrkan Al-Qur’an beliau sangat memperhatikan struktur kebahasaan mulai dari lingguistik, fikih dan historis, Tergambar jelas bahwa beliau banyak menggunakan pendekatan lingguistik terhadap 58 Muhammad Hasdin.Has, Sayyid Muhammad Tantawi dan Peranannya Dalam Tafsir Al-Qur’an, hlm 44.
66 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r lafaz-lafaz ayat Al-Qur‟an baik dari segi ilmu nahwu maupun balagha, beliau juga memperhatikan irab ayat. Dalam menafsirkan aya-ayat Al-Qur’an yang mengandung unsur fiqih dimana beliau juga mahir dan sangat mendalami ilmu fiqih, beliau tidak terikat dan cenderung kepada madhhab teertentu, dalam tafsiranya beliau hanya memilih pendapat yang dipilih oleh mayoritas ulama dan juga pendapat yang lebih sesuai dengan AlQu’an dan Al-Hadits yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab. Sebagaimana yang dilakukan oleh Sayyid Muhammad Tantawi dalam menafsirkan QS Al-Baqarah ayat 219: ُمُهَمآ اَ ْكبَ ُر ِم ْن ْ واِث ِۖ اس َ ْي ر َّ و َمنَافِ ُع ِ للنَّ ِ م َ كب ْ ِهَمآ اِث َمْي ِسِِۗر قُ ْل فِ ْي ْ وال َخ ْمِر َ ْ ْو َ نَك َ ع ِن ال ُ ل َٔ يَ ْسـ ُكْم تَتَفَ َّكُرْو َن َّ ل ُن ه َّللاُ لَ ُكُم ْ ٰ اَلٰي ِت لَعَ ِ ِل َك يُبَي َوِۗ َ كذٰ ْف عَ ْ ِل ال ْو َن ەِۗ قُ ْو َ نَك َ ماذَا يُْنِفقُ ُ ل َٔ َويَ ْسـ نَّ ْف ِعِهَماِۗ Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya.” Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah, “Kelebihan (dari apa yang diperlukan).” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan, (QS AL-Baqarah [2]:219). Menurt Imam Hanafi kata khamr hanya dinisbatkan kepada perasan anggur saja dan kata tersebut tidak dinisbatkan kepada hal yang lain meskipun hal yang lain ituu bersifat memabukkan. Menurut Jumhur ulama bahwa lafaz khamar umum bagi setiap yang memabukkan, baik itu terbuat dari perasan anggur atau lainnya berdasarkan hadis Nabi saw dan makna bahasanya bahwa dia disebut khamr karena khamr menutup akal. Maka pendapat dari jumhur ulama inilah yang diikuti oleh Sayyid Muhammad tantawi dalm memilih makna dari kata khamar, beliau berpendapat bahwasanya khamr dari perasan anggur tidak ada di Madinah, tepatnya ketika pelarangan khamr diturunkan kepada Nabi Muhammad جل جلاله ,tapi khamr pada zama Nabi جل جلاله hanyalah khamr yanng terbuat dari perasan kurma. 59 59Sayyid Muhammad Tantawi,…, hlm 481.
67 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r 4. Analisis. Dalam mengumpulkan data, beliau terlebih dahulu melihat ayat-ayat lain yang dapat mentafsirkan suatu ayat tertentu, jika makna dari ayat tersebut tidak di temukan dalam Al-Qur'an, maka beliau mencari maknanya pada hadits-hadits Nabi Muhammad fdfb, baru kemudian beliau mencari pendapat para sahabat dan pendapat para tabi'in, dalam menafsirkan Al-Qur'an beliau juga mengutip para mufassirin dari zaman terdahulu seperti Alusi, al-Samakhsyary dan syekh Baedawy, Al-Qurtubi. Ibn Katsir serta lainnya ditandai dengan perkataan beliau yang menjungjung tinggi nilai keilmiahan pendapat dengan menyebut orang yang mengatakannya. Misalnya beliau menulis; Berkata Al-Alusi, berkata Al-Baidawy dan Rahimallahu Syamaksyari ketika menafsirkan firman Allah صلى الله عليه وسلم .Dalam menafsirkan Al-Qur'an beliau sangat menghindari atau bahkan hampir tidak ditemukan riwayat-riwayat israilliyat, sebagaimana pendapat beliau dalam menafsirkan surat Al-Kahfi dalam menafsirkan anjing yang bersama dengan ashhabul kahfi beliau mengatakan bahwa nama anjing Ashab al-Kahfi bukanlah hal yang penting untuk diketahui.60 Dalam memulai tafsirannya, beliau mentafsirkan satu surat tersebut secara global (ijmali), jadi memudahkan para pembacanya dalam memahami kandungan surat tersebut dan memiliki gambaran terkait tafsuran pada surat tersebut. Penafsiran secara global ini biasanya memuat informasi tentang urutan kronologis turunnya serta urutannya dalam Mushaf, Makkiyah dan Madaniyah, Munasabah dengan surat sebelumnya, keutamaan-keutamaan surat serta pokokpokok pembahasan dalam surat tersebut.61 5. Interpretasi. a. Interpretasi menggunakan Al-Qur'an maupun Al-Hadits. 60 Sayyid Muhammad Tantawi,…, hlm 487. 61 Muhammad Hasdin.Has, Sayyid Muhammad Tantawi dan Peranannya Dalam Tafsir Al-Qur’an, hlm 46.
68 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r Seperti penafsiran beliau dalam surat Al-Hijr [15]:19 dimana beliau menafsirkan kata wa al-arda madad na ha dengan firman Allah .صلى الله عليه وسلم ِهدُ َون َمٰـ أ ٱل َ َها فَنِأعم َر أش ٰنَـ أر َض فَ َو أٱْلَ “ Dan kami Telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.” (QS Adz-Dzariyat [51]:48). Beliau juga menafsirkan kalimat wa al-qaynâ fî hâ rawâ siya dengan firmannya صلى الله عليه وسلم: َها َّث فِ ْي وبَ َ ُكْم ِ َي اَ ْن تَِمْيدَ ب ْر ِض َ رَو ِ اس ْى اَلَ ٰى فِ ق ْ ا واَل َرْو َنَه َ ِر َ ع َمٍد تَ ِغَ ْي َق َّ الس ٰمٰو ِت ب َخلَ َ كِرْيٍم َ زْوجٍ َه ِ ا م ْن ُ ك لِ بَتْنَا فِ ْي ْۢ ء فَاَْن ۤ ِء َ ما ۤ ِ نَا م َن َّ الس َما ْ واَْن َزل َ ِۗ بَّ ٍة ۤ ِم ْن ُ ك لِ دَا Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi agar ia (bumi) tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. (QS Luqman [31]:10). Serta kalimat wa anbatnâ fî hâ min kulli shay'in mauûun dengan firman Allah صلى الله عليه وسلم: ِقَدَر ٰنَـهُ ب أ ِنَّ ُ ا ك َّل َ ش أیٍء َ خلَق ࣲإ Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (QS Al-Qalam [54]:49). b. Interpretasi linguistik. Penggunaan bahasa dan kaidah-kaidah linguistik yang paling utama dalam melakukan penafsiran pada suatu ayat tertentu. Sebagai contoh pada penafsiran pada surat Al-Baqarah ayat 31-32. Allah صلى الله عليه وسلم berfirman: ٓ ه ُؤَ َٓل َ ِء ٰ أس َمآ َ ِأ ُٔونِي ب ِـ نب َْۢ َ ال أ سمح ئِ َكِة فَقَ ٰٓ َملَ أ َّم َ ع َر َض ُهأم َ علَى ٱل َها ثُ َّ َء ُ كل أس َمآ أ ٱْلَ َ َ َ ءادَم م َّ َو َعل ِن ِء إ ِدقِ َ ين ََّل َ م ُكنتُ ٣١ ا أم َ صٰ ِ نَآ إ لَ َ م أ َ نَك َ َل ِ عل ُ سأب َح ٰ ْ ُوا َح ِك ُيم قَال أ ُيم ٱل عَِل أ َ نت ٱل َ َك أ ِنَّ َّمأ تَنَآۖ إ َع ٣٢سمح ل Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (bendabenda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada- Ku nama benda-
69 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS albaqarah [2] 31-32). Pada ayat tersebud Sayyid Muhammad Tantawi menafsirkannya perkata. Kata 'allama berasal dari kata al-ta'liim yang memiliki arti mengetahui sesuatu. Kata âdam adalah sebuah bahasa yang berasal dari bahasa ibrani yang berarti tanah maka permulaan dari manusia itu adalah tanah, jadi beliau menafsirkan kata aadam sebagai bapak dari manusia. Pada kata aradahum beliau menjelaskan bahwa Nabi Adam ‘alayhhissalâl di tampakkan kepada sesuatu, sesuatu itu berupa al-asmâ’a kullahâ yaitu seluruh jenis nama-nama, baik yang berakal maupun yang tidak berakal62 c. Interpretasi sistemaatik Interpretasi ini bisa dipahami dengan interpretasi munasabah (keterkaitan) ayat yang satu dengan lainnya atau munasabah satu surat dengan surat yang lain. Contonya ketika permulaan dalam menafsirkan surat Al-Nahl ayat 38, beliau menjelaskan bahwa sanya ayat ini masih ada keterkaitannya dengan ayat yang sebelumnya dibahas, yaitu pada firman Allah صلى الله عليه وسلم wa qâla al-ladhîna ashrakû law shâ’a allâh mâ ashraknâ nahnu wa lâ âbâunâ…, beliau berpendapat mereka semua itu baik orang yang musyrik ataupun orang-orang yang bersumpah pada ayat 38, mereka semua sama-sama ingkar atas kebesaran Allah صلى الله عليه وسلم dan mereka juga mengingkari hari kebngkitan seteelah kematian.63 d. Interpretasi sosio historis. Selanjutnya adalah interpretasi sosio historis, yaitu cata mentafsirkan Al-Qur'an dengan melihat kehidupan serta kultural bangsa Arab ketika suatu ayat Al-Qur'an diturunkan, biasanya dikenal 62 Sayyid Muhammad Tantawi,…, hlm 94-96. 63 Sayyid Muhammad Tantawi,…, hlm 77.
70 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r al-asbaab al-nuzuul al-ayaat. Seperti sebuah kisah ada seorang Arab badwi datang kepada Nabi saw dan bertanya: Apakah Tuhan kami dekat sehingga kami berdoa dengan berbisik atau jauh sehingga kami berdoa kepadanya dengan suara keras? Rasulullah saw terdiam lalu turunlah QS Al-Baqarah ayat 186. Yang berbunyi ِ ْي ْوا ب يُ ْؤ ِمنُ ْ ول ْي َ ِجْيبُ ْو ِ ا ل يَ ْستَ ْ ان فَل اِذَا دَ َع ِ ِ ِجْي ُب دَ ْعَوةَ الدَّاع ِرْي ب ِۗ اُ ْي قَ ِ ْي فَِان ِ َك ِ عبَ ِاد ْي َ عن َ ا ساَلَ َواِذَ ْو َن ُهْم يَ ْر ُشدُ َّ ل لَعَ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepadaKu, agar mereka memperoleh kebenaran. (QS Al-Baqarah [2]:186). Diketahui bahwa hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibn Jarir dan Ibn Abi Hatim. e. Interpretasi ganda. Pada interpretasi ini Sayyid Muhammad Tantawi menggunakan 2 atau ebih jenis interpretasi dalam memahami sebuah ayat Al-Qur’an, penafsiran ini bisa dilihat dalam tafsir QS Al-Baqarah ayat 197. ُكْمۚ ٰى نِ َسائِ لَ ِ ِ الصيَ ِام َّ الرفَ ُث إ ْيلَةَ ِح َّل لَ ُكْم لَ ُ ْم أ نَّ ُكْم ُ كْنتُ َ َّ َّللاُ أ َ ُه َّن َ ِۗ عِلم ْم ِ لبَ اس لَ ْنتُ َ وأ َ ُ ه َّن ِ لبَ اس لَ ُكْم َب َّ َّللاُ لَ ُكْمۚ َ وا م َ ا كتَ و ْابتَغُ َ ا عْن ُكْم ۖ فَ ْاْل َن بَ ِ اش ُر ُوه َّن َ و َعفَ َ ْي ُكْم َ اب َ علَ َس ُكْم فَتَ ْنفُ َ تَ ْختَانُ َون أ وا ُ و ُكل َ ٰى يَتَبَيَّ َن لَ َو ْ اش َربُ َ وا حتَّ لَى ِ إ َ تِ ُّم ِ وا الصيَام َ َّم أ فَ ْجِر ۖ ثُ ْ ْسَوِد ِ م َن ال َخْي ِط ْ اْلَ ْ ْبيَ ُض ِ م َن ال ُط ْ اْلَ َخْي ْ ُكُم ال ِل ٰ َربُ َوه َ ا ِۗ كذَ َك ُ حدُودُ َّ َّللاِ فَ َل تَقْ ْ َم َس ِ اجِد ِۗ تِل ْ َون فِي ال ْم َ ع ِاكفُ ْنتُ َ وأ ۚ وََل تُبَ ِ اش ُر ُوه َّن َ ِل َ ْي َّ ِ الل ُن َّ َّللاُ َك يُبَي ُهْم يَتَّقُ آيَاتِ َون َّ ل ِ اس لَعَ ِه ِ للنَّ “ Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu
71 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri´tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa”. (QS AlBaqarah [2]:187). Pada ayat ini Sayyid Muhammad Tantawi memberikan beberapa pendapat mufassir, pendapat yang pertama merekaa berpendapat bahwa ayat ini tergolonng dalam jenis ayat nâsikh dan mansukh, karena pada ayat ini menjelaskan bahwa Allah صلى الله عليه وسلم menasikh trkait puasa umat muslim pada jaman dahulu yakni pada awal-awal diwajibkannya berpuasa. Pendapat lain mengatakan bahwa ayat ini tergolong kedalam irshad dan tidak tergilong dalam ayat nâsikh mansukh, ayat ini adalah sebuah petunjuk kepada umat muslim terkait tat cara berpuasa di bulan Ramadhan, tepatnya dalam adab menggauli istri dan halalnnya makan dan minum di waktu malam. Sayyid Muhammad Tantawi menjeladkan dalam tafsirannya terkait sebab turun ayat ini, bahwa dalam ayat ini trddapat sebuah riwayat bahwa pada awal disyariatkan berpuasa di bulan Ramadhan dimana pada malam hari ketika waktu umat muslim sedang tertidur, mereka semua diharamkan untuk makan, minum dan menggauli isyrisitri meereka sampai waktu berbuka puasa di pagi hari.64 Beliau juga menjelaskan terkit susunan bahasa pada ayat ini. Pada ayat tersebu kata al-libâs dimaknai sebagai pakaian, karena orang arab menyebut wanita sebagai al-libâs karena baik suami maupun istri sudah sangat dkat, bagaikan pakaian yang menempel pada tubuh, sehingga ayat ini menunjukkan kebolehan seorang suami dalam menggauli istrinya dimalam hari. Demikian pada kata bâshirûhuna diambil dari kaa mubâsharah yakni pertemuan antara kkulit dengaan kulit dan beliau memaknainya sebagai hubungan suami istri, hal ini diperkuat dengan kalimat setelahnya yang berbunyi wabtagû mâ kataba allâhhu lakum dimana kalimat tersebut 64 Sayyid Muhammad Tantawi,…, hlm 512.
72 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r mengndung perintah untuk mengiuti ketentuan-ketentuan Allah صلى الله عليه وسلم dalam melaksanakan hubungan suami istri.65 6. Contoh tafsir. Dalam mentafsirkan ayat-ayat mutashaabihat yang bersinggungan dengan sifat Allah صلى الله عليه وسلم beliau lebih memilih untuk menerahkan maknanya kepada Allah صلى الله عليه وسلم dan menjauhi dari pemberian makna yang berpotensi memiliki kesamaan sifat dengan makhluqnya. Sebagaimana dalam tafsirnanya pada surat Al-‘Araf ayat 54. عَ ْر ِِۗش يُ ْغ ِشى ْ َّم ْ استَٰو َى علَى ال ِة اَيَّ ٍام ثُ ْي ِ ستَّ ْر َض فِ و ْاَلَ َق َّ الس ٰمٰو ِت َ ِذ ْي َ خلَ َّ اِ َّن ْي َل َ ربَّ ُكُم ه َّللاُ ال َّ ال ْ َخل ْ ٓ اَََل لَهُ ال ْمِرِه ِاَ َ ُ م َس َّخ ٰر ٍتْۢ ب ُجْوم والنُّ َمَر َ قَ ْ وال َّ و َّ الش ْم َس َ ا َ حثِ ْيث بُهُ ُ ْطل َه َار يَ َك ه َّللاُ َر النَّ ْمُرِۗ تَٰب و ْاَلَ ُق َ ِمْي َن ٰعلَ ْ َر ُّب ال Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hakNya. Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam. (QS Al-A’raf [7]:54). Sayyid Muhammad Tantawi dlam mentafsirkan ayat ini beliau pada awalnya mmberikan makna terkait kata istiwâ, beliau berpendapat bahwa kata tersebut memiliki arti yang beragam sesuai dngan kata yang bersanding ssetelahnya, jika kata istawâ bersabding dengan kata ilâ maka maknanya “ menuju “ atau bergerak dari satu temmpat ketempat yang lainnya, bisa juga kata istawâ dimaknai sebagai istiqrâr atau menepat pada suatu tempat tertentu. Dalam memaknai firman Allah صلى الله عليه وسلم yang mmiliki arti yang berpotensi mngandunng fanatisme agama tersebut, beliau lebih memilih mencantumkan kedua pendaapt yang menurut beliau sesuai dengan ahlussunnah wal jama’ah, dalam tafsirannya beliau mencantumkan dua pendapat, yang pertama pendapat dari ulama salaf, dimana mereka mensucikn zat Allah صلى الله عليه وسلم dari sifat yag menyerupai makhluqnya dan lebih memilih menyerahkan makna kalimat tersebut 65 Sayyid Muhammad Tantawi,…, hlm 512.
73 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r kepada Allah صلى الله عليه وسلم tanpa menanyakan bagaimana Allah صلى الله عليه وسلم beristiwaa, sepeerti apa Allah berisstiwa dan pertaanyaan lainnya yang memungkikan timbul pemahaman terhadap menjisimkan Allah صلى الله عليه وسلم , pada pendapat yang kedua beliau mencantumkan pendapat dari ulama khaalaf yang mentakwil ayat tersebut, maknanya bahwa Allah صلى الله عليه وسلم menguasai alam semsta ini bserta seisinya dan hanya Allah صلى الله عليه وسلم yang sanggup mengurus serta mengatur jagat raya ini.66 Contoh lain yang terdapat dalam surat Al-Kahf dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an beliau sangat mengnnindari yang namanya israiliyat. Dalam mentafsirqan firmman Allah صلى الله عليه وسلم: بُهُ ْم َ ر ْج ما ْ َون َ خ ْمسَة سَ ِادسُ ُه ْم كَل ُ ويَقُول َ بُهُ ْم ْ ِعُ ُه ْم كَل َ راب َون ثَ َلثَة ُ سَيَقُول ََّل ِ ُم ُه ْم إ ِه ْم َ ما يَعْلَ ِ ِعدَّتِ ْعلَمُ ب َ ِي أ بُهُ ْم ۚ قُ ْل َ رب ْ ُه ْم كَل ِ امنُ وثَ َ َون سَبْعَة ُ ۖ ويَقُول َ غَيْبِ ْ ِال ب َحد ا َ ِ يه ْم ِ منْهُ ْم أ ِت فِ ا و ََل تَ ْستَفْ ِ اه ر َ ََّل ِ م َر اء ظَ ِ ِ يه ْم إ َم ِ ار فِ قَلِ يل ِۗ فَ َل تُ Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka. (QS Al-Kahf [18]:22) Beliau berpendapat dalam tafsirannya terkait jumlah ashâbul kahfi hanyalah Allah صلى الله عليه وسلم yang mengetaahui, kita tidak berhak untuk menebak jumlahnya dan beliau lebih memilih untuk mengambil kisahkisah israilliyat terkait ayat ini, karena mnurut beliau dalam mentafsirkan sebuah ayat, alangkah baiknya tafsiran tersebut yang bisa diterima oleh masyarakat seluruhnya.67 66 Sayyid Muhammad tantawi, …, Hlm 67. 67 Sayyid Muhammad tantawi, Juz 15 …, Hlm 50.
74 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r 7. Kekurangan dan kelebihan a. Kekurangan. 1) Keterbatasan dalam analisis linguistik: Meskipun Tafsir AlWasit memberikan penjelasan makna umum ayat-ayat AlQur'an, terdapat keterbatasan dalam analisis linguistik yang mendalam, dalam tafsir tersebut tiak membahas terkait I’rab pada ayat yang sedang di bahas sehingga pembacaa kurang memahami kenapa pada ayat tersbut bisa diberikan penafsiran seperti itu dan tidak ada juga pembahasan terkait qira’at-qira’at sb’ahnya. 2) Keterbatasan dalam penafsiran kontroversial: Tafsir AlWasit cenderung menghindari penafsiran kontroversial atau sensitif dari ayat-ayat Al-Qur'an. Meskipun hal ini dapat dimaklumi dalam konteks pengarang yang berusaha untuk mempertahankan keselarasan dan harmoni, namun pembahasan lebih lanjut tentang sudut pandang yang berbeda dapat membuka ruang bagi pemahaman yang lebih luas. b. Kelebihan. 1) Keterbacaan dan kejelasan: Tafsir Al-Wasit ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami dan struktur yang teratur. Hal ini membuatnya dapat diakses dengan baik oleh pembaca dari berbagai latar belakang. 2) Tafsir ini cenderug kepda sifat moderatnya dalam menafsirkan Al-Qur’an tanpa mencampuri pemaahaman pemahaman yng lain yang kurang tepat menurut beliau.
75 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r BAB XI Tafsir Sya’rawi BAB XI Tafsir Sya’rawi “Karya Muhammad Mutawalli Sya’rawi” (Adib Mukhtar, Susy Suzanna & Ratu Nur Aulia) A. Biografi Penulis Kitab Tafsir Sya’rawi Diantara kitab-kitab tafsir kontemporer yang masyhur terdapat salah satunya yaitu Kitab Khowatir as-Sya’rawi Haul alQuran al-Karim atau yang lebih dikenal dengan Tafsir Asy-Sya’rawi. Adapun nama kitab tersebut diambil dari nama penulisnya yang bernama aslinya yaitu Muhammad Mutawali Asy-Sya’rawi yang lahir pada tanggal 16 April tahun 1911 M di desa Daqadus, provinsi Daqahlia, Mesir.68 Sejak kecil beliau sudah menghafal syair-syair dan pepatah Bahasa Arab dan sejak usia 11 tahun sudah menjadi penghafal al-Qur’an. Dengan kemampuan menghafal syair-syair berbahasa Arab tersebut, maka beliau diangkat menjadi Ketua Persatuan Mahasiswa pada tahun 1934 M dan pula menjadi Ketua Perkumpulan sastrawan di Zaqaziq.69 Setelah menyelesaikan program Sarjananya pada tahun 1940, beliau mengajar di pesantren Thanta pada tahun 1943, yang kemudian dipindahkan ke Zaqaziq dan ke Iskandaria. Sepanjang perjalanannya Syeikh Asy-Asya’rawi bekerja sebagai dosen syari’ah di Universitas Ummu al-Qurro, Saudi Arabia pada tahun 1950 M. Dengan terjadinya perselisihan pendapat diantara Presiden Jamal Abdul Naser dan Raja Saudi, maka beliau diminta kembali ke Mesir dan ditugaskan sebagai Direktur di kantor Syaikh al-Azhar, Kairo, Mesir. 68 A.Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir. (Depok: Lingkar Studi Al Qur’an, 2019) hal. 259. 69 Muhammad Afi>f ad-Di>n Dimya>ti>, Jam’ u’ al-Abi>r fi> Kutub atTafsi>r, (Malang: Lisan Arabi, 2019) Juz 2, hal. 512.
76 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r Beliau pergi dan menetap di Algeria selama tujuh tahun sebagai Duta al-Azhar, dan kembali lagi ke Kairo sebagai Kepala Departemen Agama provinsi Gharbiyah. Kemudian beliau mengajar di Universitas King Abdul Aziz, Kerajaan Saudi Arabia untuk yang kedua kalinya. Syeikh Asy-Sya’ra>wi> ditugaskan untuk Departemen Urusan Wakaf dan Urusan al-Azhar oleh Perdana Menteri Mamduh Salim pada bulan November tahun 1976 M sampai dengan bulan Oktober 1978. Adapun penghargaan yang pernah diterima Syekh AsySya’rawi yaitu gelar Doktor Honoris Causa pada bidang sastra dari Universitas Manshurah dan Universitas al-Azhar Daqahlia, dan terpilih sebagai anggota tetap Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Makkah al-Mukarramah.70 Sebelum membahas karya-karya dari Syeh Mutawalli> AsySya’ra>wi, perlu di jelaskan lagi bahwa diantara karya tulisnya bahkan hampir seluruhnya bukan ditulis oleh tangannya sendiri, tetapi ditulis oleh para muridnya. Sya’ra>wi> tidak menulis buku-bukunya karena berpendapat bahwa kalimat yang di sampaikan secara langsung dan di perdengarkan akan lebih bisa masuk ke relung hati, menurutnya metode seperti ini lebih efektif dari pada harus menulisnya dalam sebuah karya ilmiah, sebab, dengan menggunakan metode seperti ini, manusia akan mendengar langsung dari narasumber yang asli. Namun kepedulian beliau tidak menafikan kebolehan untuk mengalihbahasakan apa yang beliau sampaikan secara lisan menjadi Bahasa tulisan. Sehingga tertulis dalam sebuah buku karena tindakan ini membantu progam sosialisai pemikirannya dan juga mencakup asas mangfaat yang lebih besar bagi manusia secara keseluruhan.71 70 A.Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir…hal. 259. 71 Ahmad al-Mursy> Husain Jauhar, al-Syekh Muhammad Mutawali> AsySya’ra>wi> Imam al-Ashry, (kairo: Handasah Mishr, 1990) hal. 124.
77 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r Suplemen majalah al-Azhar menyebutkan, beberapa kali mencetak karangan Imam Mutawalli Asy-Sya’rawi, seperti Tafsir Sya’rawi. Dimana Sebagian karanganya ini bukan hanya ditulis dalam bentuk tafsir, tapi juga diformat dalam bentuk audio visual pasca permintaan izin darinya. Dalam hal ini al-Sya’rawi tidak melakukan revisi tetapi beliau mengembalikannya kepada hati nurani orang-orang yang mengerjakan formasi audio visual tersebut. Namun hadis-hadis yang ada dalam tafsirnya telah di takhrij oleh Dr. Umar Hasyim yang juga pernah menjabat sebagai rector al-Azhar. Ketika karangan saya al-Sya’rawi direvisi, diringkas, dan di rubah redaksinya. Beliau berkomentar “Apabila Sebagian distributor (orang yang merekam dan menulis Kembali apa yang di sampaikannya) tergesa-gesa mengganti perkataan saya dengan Bahasa tulisan, maka hal ini tidaklah terlepas dari faktor efesiensi waktu atau hal-hal lain. Saya sangat berterima kasih atas tersebarnya pemikiran saya. Dan juga tidak menutup kemungkinan bahwa saya akan menggumpulkan dalam sebuah buku, sehingga saya dapat mengkaji ulang dan memahaminya secara detail. Hanya kepada Allah saya bersandar agar cita-cita saya terkabul.”72 Beberapa kitab dari hasil karya Syeikh Asy-Sya’ra>wi>, diantaranya yaitu: 1. Khowatir Syaikh asy-Sya’rawi haula”Umran al-Mujtama’ 2. As-Shir wa al-Hasad 3. Mu’jizat ar-Rasul 4. Al-Qashash al-Qur’ani fi Surah al-Kahf 5. Mu’jizah al-Qur’an al-Karim 6. Al-Isra wa al-Mi’raj 7. Al-Mukhtar min Tafsir al-Karim 72 Faizah Ali Syibromalisi, MA., & Jauhar Azizy, MA., Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, (Tanggerang selatan: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) hal. 148-149.
78 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r 8. al-Qur’an al-Karim: Mu’jizatan wa Manhajan 9. al- Mar’ah fi Quran al-Kari>m 10. al-Ghaib 11. al-Halal wa al-Haram 12. al-Hajj al-Mabrur73 Syeh Sya’rawi tutup usia pada hari Rabu 17 Juni 1998 M, bertepatan dengan tanggal 22 Safar 1419 H, dalam usia 87 tahun. Tentunya menyimpan duka bagi masyarakat Islam, baik masyarakat Mesir itu sendiri maupun dunia Islam atas kepergiannya.74 B. Deskripsi Kitab Tafsir Sya’rawi Tafsir Sya’rawi adalah salah satu tafsir kontemporer. Syaikh Sya'rawi menafsirkan al-Qur'an dengan memberikan makna kosakata yang dianggap sulit, menjelaskan aspek bahasa yang terkandung dalam ayat dan menerangkan makna umum ayat khususnya yang berkaitan dengan masalah-masalah aktual kemasyarakatan atau ijtima'i. Tafsir ini sendiri diberi nama Khawatir al-sya'rawi yang diartikan bak perenungan (Khawatir) dari al-sya'rawi tentang ayatayat al-Quran. Didalam penulisan tafsir, Syekh Muhammad Mutawalli Sya’rawi lebih dahulu menyodorkan pengantar yang panjang (kurang lebih 35 lembaran), membahas tentang al-Qur’an dan Tafsir. Dalam lembar pengantarnya, ia selalau menyertakan sebuah ayat dan riwayaat sebagai penyejuk hati pembacannya. Dia menyebutkan bahwa al-Qur’an harus di jadikan petunjuk-petunjuk dalam kegiatan 73 As-Sayyid Muhammad Ali> Iya>zi>, al-Mufassiru>n Haya>tihim wa Manhajihim, (Teheran: Muasasah at-Thoba>ah wa an-Nasr, 1212 H.) hal. 268-269. 74 Badruzzaman M. Yunus, Tafsir al-Sya’rawi: Tinjauan Terhadap Sumber, Metode dan Ittijah, Disertasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009, hal. 40.
79 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r manusia dan merupakan hukum yang harus di ikuti, sesuai dengan pengantarnya dari bukunya75 . Tafsir asy-Sya’rawi disebut dengan nama itu karena keinginan penerbit yaitu Akbar al-Yaum, mulai dari terbitan berbentuk tafsir pada tahun 1991. Tafsir asy-Sya’rawi ini tak seperti karya-karya tafsir yang ada, sebab tujuannya itu hendak mengemukakan tentang ‘Ijaz al-Qur’an serta mengungkapkan gagasan iman bagi para pembaca dan penikmat tafsir. Maka dari itu, buku tafsir ini dibuat melalui dengan bahasa yang mudah dipahami dan juga tafsir ini tidak menggunakan tulisan penulisan ilmiah, tetapi dicatat menggunakan versi pidato atau ceramah oleh seorang guru di depan siswa-siswanya dan pendengar dengan derajat pemahaman yang berbeda-beda. Jadi tafsir yang diberikan oleh asy-Sya’rawi tidak terlepas dari mukjizat dari al-Quran dan ajarannya. Mungkin bisa kita pahami tempat perbedaan antara al-Quran dan kitab-kitab terdahulu. Maka al-Quran bukan hanya pengajaran semata melaikan keajaiban yang diturunkan oleh Allah SWT., Kepada Nabi Muhammad SAW. tafsir ini dicetak dalam 29 jilid. Tetapi dari referensi lain yang sama mengatakan buku ini tulis dengan 18 jilid dengan penjabaran seperti ini : Dari jilid I dari surah al-Fatihah sampai surah al-Baqarah ayat 154, Jilid II Surah al-Baqarah ayat 155 sampai surah Ali-Imran ayat 13, Jilid III surah Ali Imran ayat 14 sampai surah Ali Imran ayat 189, Jilid IV surah Ali Imran ayat 190 sampai surah an-Nisa ayat 100, Jilid V surah an-Nisa ayat 101 sampai surah al-Maidah ayat 54,, Jilid VI surah al-Maidah ayat 55 sampai surah al-An’am ayat 109, Jilid VII surah al-An’am ayat 110 sampai surah al-A’raf ayat 188, Jilid VIII surah al-A’raf ayat 189 sampai surah at-Taubah ayat 44, Jilid IX surah at-Taubah ayat 45 samapi surah Yunus ayat 14, Jilid X surah Yunus ayat 15 sampai surah Hud ayat 27, Jilid XI surah Hud ayat 28 sampai 75 Muhammad-Mutawalli Al-Sya`rawi, Tafsir Al-sya`rawi (kairo: Akhbar Al-Yaum Idarah Al-Kutub Wa Al-Maktabât, 1991). Hal 41-43
80 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r surah Yunus ayat 96, Jilid XII surah Yusuf ayat 97 samapi surah alHijr ayat 47, Jilid XIII surah al-Hijr ayat 48 sampai al-Isra ayat 4, Jilid XIV surah al-Isra ayat 5 sampai al-Kahf ayat 98, Jilid XV surah alKahf ayat 99 samapai surah al-Anbiya ayat 90, Jilid XVI surah alAnbiya ayat 91 sampai surah an-Nur ayat 35, Jilid XVII surah an-Nur ayat 36 sampai al-Qasas ayat 29, Jilid XVII surah al-Qasas ayat 30 sampai ar-Rum ayat 58. Penulis berpendapat bahwa referensi di atas tampaknya belum mencangkup seluruh jilid yang pernah di cetak, atau mungkin sebab referensi-referensi yang belum utuh, sebab tafsir ini yang penulis ketahui hanya berjumlah 20 Jilid, di mana 20 jilid ini di mulai dari surah-Al-Ahzab ayat 64-sampai surah-al-Shaffat ayat 18. Sekirannya seperti berikut: Jilid XIX surah ar-Rum ayat 59 sampai alAhzab ayat 63, dan Jilid XX surah al-Ahzab ayat 64 sampai alQashash ayat 138. Akan tetapi penulis sendiri dalam hal ini kekurangan referensi saja, oleh karena itu, Muhammad Ali iyazi berpendapat beliau berpendapat kitab ini di cetak 29 jilid, yang merangkum segala ayat al-Qur’an 30 juz. pengarang ketahui bermula penjelasan dari Abu Irfah dia berpendapat bahwa kitab tafsir asySya’ra>wi> sudah dikeluarkan kedalam bahasa Indonesia dengan penerjemah Safir al-Azhar Indonesia yang di ketuai Zainal Arifin. Abu Irfah mengatakan ‘ yang saya tahu kitab tafsir ini telah di terjemahkan dari juz 1 sampai juz 30, kecuali juz 27 sampai juz 29. Tafsir ini bermuat dari 13 jilid. Dalam kumpulan koleksi saya, hanya ada jilid 1-5 saja. Tahun 2008 al syarawi menafsirkan juz amma yang sudah dibukukan dan di terbitkan oleh Dar al-Rayah mesir.76 C. Metode dan Corak Kitab Tafsi>r Sya’ra>wi> Tafsir Sya’ra>wi> ini dimuat dengan metode Tahlili>, secara etimologis kata tahlili> bersala dari kata Bahasa arab yang 76 Jihan Rahmawati, Kontribusi asy-Syara>wi> Terhadap perkembangan Tafsir (Kajian Terhadap Kitab Tafsir asy-syara>wi>) vol. 1, Al-Mustafid: Jurnal of Quran and Hadith Studies, 2022, hal. 43.
81 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r berakar dari kata halla-yuhallilu-tahlilan, yang bermakna mengurai dan menganalisa. Menurut al-Farmawi> metode penafsiran tahlili> adalah sebuah metode penulisan tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Quran dari seluruh aspeknya.77 Salah satu ciri-ciri dari penafsiran tahlili> adalah penfasiran yang berurutan atau bisa disebut dengan sebuah metode penulisan tafsir yang runtut dari awal hingga akhir. Penulisannya dimulai dari surah al-Fatihah dan berakhir pada surah an-Nass. Atau dengan kata lain, tafsir yang menggunakan metode penulisan tahlili> adalah penulisan materi tafsir yang mengikuti susunan surah-surah dan ayatayat sebagaiman yang telah berurutan dalam mushaf al-Quran. Mengamati metode penulisan tafsir Sya’ra>wi> dari sisi runtutan bisa dikatakan tafsir ini menggunakan metode tahlili>. Disisi lain kita juga bisa melihat syeh Mutawa>lli Sya’ra>wi> ketika membahas dan menafsirkan ayat demi ayat dan mengaitkanya dengan ayat lain yang memiliki keterkaitan dengan tema, karena al-sya’ra>wi> yakin ada kesatuan tema dalam al-Quran. Sedangakan dalam sisitematika penafsiran yang demikian ini disebut dengan penafsiran al-Quran bil Quran, yang menjadi ciri dari tafsir bi al-Ma’tsur, serta bisa dikaitkan sebagai aplikasi dari tafsir tematik.78 Corak dari Penafsiran asy-Sy’rawi yaitu corak tarbawi (Pendidikan) dan Ishlahi (perbaikan).79 Sedangkan Faizah Ali Syibromalisi dalam bukunya berpendapat bahwa corak dari tafsir Sya’ra>wi adalah corak al-adabi ijtima’i yaitu memfokuskan pada nilai-nilai sosial dalam kehidupan kemasyarakatan. Oleh karenanya banyak sekali penafsiran yang menggunakan corak ini dengan 77 Abdul Hay al-Farmawi>, Muqoddimah fi Tafsi>r al-Maudhu’I, (Kairo: al-hadroh al-Arabiyah, 1977), hal. 23. 78 Faizah Ali Syibromalisi, MA., & Jauhar Azizy, MA., Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern,….hal. 153. 79 A.Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir…hal. 261.
82 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r pemahaman kebahasaan dan fiqh al lughoh serta I’jaz lughowi, yang di mana penalarannya mereka itu berbeda dengan ahli tafsir yang lain. Hal yang menonjol dari corak ini dilihat dari posisi ijtimai nya atau solusinya. Beliau sering mengutarakan pemikiran dan pemahamannya itu berkaitan dengan pendidikan dan kemasyarakatan. Kitab ini yang memberi petunjuk dam jalan menggunakan metode pendidikan. asySyarawi pada penafsiran nya itu seorang yang tangguh dan pejuang, walaupun tidak mencemaskan pendapat-pendapat ulama tafsir sebelum beliau. Beliau selalu berkomitmen memaparkan tentang akidah umat dan akhlak. Imam Sya’rawi dalam tafsirannya cenderung menggunakan corak al-Adab al-Ijtimâʻi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa contoh seperti berikut : 1. Mampu_memberikan contoh-contoh yang sebenarnya dan modern yang bisa membawa arti yang biasa di artikan lebih dekat dan sangat mudah di pahami bagi penonton ataupun_ pembaca. 2. Menerangkan ayat bersandarkan kenyataan yang di alami, bertujuan agar nilai-nilai yang ada di dalam al-quran agar dapat diimplementasikan di dalam aktivitas manusia. 3. Menimplementasikan metode dialog,tanya jawab,_untuk menerangkan halhal_yang ada di dalam tafsirr serta makna dari_ayat tersebut. Gaya dari Tafsir yang_di bentuk dalam analogi_tanya-jawab pada_tafsir asy-Sya’rawi dapat dikatakan sangat_mencolok.80 Jika melihat dari segi penulisan, Al-Sya’rawi melakukan penulisan dengan menliskan ayat per ayat secara berurutan sesuai dengan urutan ayat al-Quran dapat dipahami metode tafsir ini, 80 file:///C:/Users/syari/Downloads/471-Article%20Text-2056-1-10- 20230120 .pdf Diakses pada: kamis, 8 Juni 2023. Pukul 16.47 WIB.
83 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r menggunakan metode tafsir tahlili. Namun karena kompleksitas isinya dan pemaparannya dimulai dari awal ayat ke ayat selanjutnya, dan secara substansi tafsir Al-Sya’rawi lebih condong ke pola tafsir tematik (maudhu’i). Hal ini dikarenakan sense of language beliau tajam, menjadikannya mampu memahami suatu kata secara detail dengan membandingkan kata tersebut dengan kata yang sama di lain ayat sehingga membentuk satu pengertian yang utuh.81 D. Karakteristik Penafsiran Kitab Tafsir Sya’rawi Karakteristik penafsiran as-Sya’rawi adalah: 1. Sangat memperhatikan kebahasaan dan arti kosa kata. Seringkali as-Sya’rawi menganalisa arti kosa kata ayat per-ayat dengan menggunakan kaidah-kaidah kebahasaan tanpa mengurangi konsentrasi pembaca pada pesan-pesan hidayah al-Quran. Karena beliau menyakini bahwa al-Quran mempunyai relevansi tema antara satu ayat dengan ayat yang lain. 2. Pada ayat-ayat yang berkaitan dengan akidah, as-Sya’rawi selalu mengikuti penafsiran dari golongan Ahlu as-Sunnah wa alJamaah. Baik dalam bentuk penjelasan dan arugumentasi dari dalil-dalil maupun dialog-dialog yang dianggap logis dan ilmiah, guna memantapkan akidah dan tauhid serta mengajak manusia untuk Kembali ke jalan Allah SWT.82 3. Dalam proses penafsiran, as-Sya’ra>wi mengambil ayat per ayat, masing-masing dari ayat itu di tafsirkan dengan sangat Panjang lebar. Namun juga ada beberapa ayat yang ditafsirkan secara singkat, jika sekiranya sudah cukup jelas dan memiliki keterkaitan dengan ayat setelahnya. 81 Stibsyaroh, Hak-Hak Perempuan Relasi Jender menurut Tafsir alSya’rawi, (Jakarta: Teraju, 2004), hal.51. 82 Faizah Ali Syibromalisi, MA., & Jauhar Azizy, MA., Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern,… hal.155-156.
84 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r 4. As-Syarawi termasuk ulama tafsir yang sangat memberikan perhatian kepada mukjizat ilmiah, bahkan pada menafsirkan suatu ayat, as-Sya’rawi sering mengaitkan dengan ilmu-ilmu modern. Dalam kaitan ini as-Sya’rawi menulis buku yang secara khusus membahas hal ini, yaitu yang berjudul: Mu’jizat alQur’an al-Karim, sebanyak 3 jilid. Menurutnya, mukjizat ilmiah dari al-Quran, pada saat ini, adalah sangat penting dan tepat. Meskipun begitu, as-Sya’rawi sangat tidak setuju kalau mengaitkan al-Quran dengan teori-teori ilmiah yang belum mapan. Dalam pernyataanya, as-Sya’rawi berpendapat: Hukum alam itu tidak ada, yang ada adalah hukum Allah yang berlaku di alam ini. Jika Allah berkehendak, berjalanlah hukum itu , namun jika Allah berkehendak lain, bisa saja hukum alam itu berjalan tidak seperti yang biasanya. Bahkan mufassir berkeyakinan bahwa al-Quran bukanlah kitab buku ilmiah, tetapi ia merupakan kitab yang berisi petunjukpetunjuk Ilahi untuk ibadah kepadanya. Karena di dalam alQuran Allah SWT. menuturkan masalah-masalah ghaib dan mu’jizat yang melampui batas akal manusia.83 Pada tafsir ini dijabarkan dengan berturut-turut ayat dengan ayat kemudian surah pertama sampai akhir dengan runtutan dalam mushaf al-Quran, latar belakang turunya ayat al-Quran, dan tidak lupa pula argumen-argumen yang telah diberikan atas tafsiran ayat tersebut, hal yang di ucapkan Sahabat nabi, para tabi’in sekalipun pakar tafsir lainnya.84 Setelah itu beliau menguraikan menerapkan metode-metode dan pendekatan-tematik, yaitu mengulas ayat-ayat alQuran di dalam bentuk judul yang runtut. 83 A.Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir…hal.266. 84 Ali Hasan Al-Aridh, Tarkh ‘Ilm Al-Tafsi>r Wa Manahij Al-Mufassiri>n (Dar Al-I’tisham).hal. 47
85 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r ‘Usman Abd al-Rahim al-qamihi memandang langkahlangkah yang di tempuh asy-Sya’rawi dalam memaparkan ayat alQur’an yaitu : 1. Kitab berikut yakni Tafsir al-Sauti (hasil dari ceramah atau pidato yang kemudian di tulis). 2. Kitab ini membuat pemikiran dan wawasan yang baik. 3. Memuat tentang isi tafsir maudu’i, tentang menerangkan ayat al-Quran beliau mencoba meninjaunya pada-satu judul. 4. Asy-Sya’rawi ahli di-bidang bahasa dan sastra bahasa-Arab. 5. Beliau selalu menyikapi Falsahah al-Qurani (kemukjizatan alQur’an). 6. Wujud kitab ini yaitu terhadap pengubahan sosial (al-ishlah al-ijtimai) 7. Menyikap ayat-ayat hukum dari memandang asbab-al-nuzulnya, 8. Beliau memakai metode analisis dan tematik serta menggabungkan ayat (munasabah al-ayat). 9. Menyikap penelitian ilmiah pada al-Qur’an. 10. Biasanya bersifat sufistik.85 Metode pada kitab tafsir ini yang diterapakan adalah ketika selesai menuturkan mukaddimahnya, diawali dari surat al-Fatihah, dengan menjelaskan makna Izti’azah, tertib turunya ayat, asy-syara>wi> memulai untuk menjelaskan tafsir surat al-Fatihah tersebut dengan penjelasan yang sangat Panjang, juga mengambil ayat-ayat lain yang memiliki keterkaitan dengan ayat yang dimaksud. Dalam proses penafsiran, asy-sya’rawi mengambil ayat per ayat. Masing-masing setiap ayat itu ditafsirkan dengan penafsiran Panjang lebar. Namun juga ada yang singkat, jika sekiranya udah dirasa cukup jelas dan memiliki keterkaitan dengan ayat setelahnya. asy-Sya’ra>w>i selalu 85 Jihan Rahmawati, Kontribusi asy-Syara>wi> Terhadap perkembangan Tafsir…hal. 44.
86 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r mendasari penafsirannya kepada pokok-pokok kebahasaan dengan menggunakan logika Qurani. asy-Sya’rawi selalu berusaha mengunggkap makna yang dikandung oleh lafadz (term) dari ayat-ayat tersebut sebelum menafsirkannya. Bahkan seringkali dijumpai menampilkan beberapa kandungan makna dari lafadz tersebut, yang selanjutnya memberi penekanan pada salah satu dari beberapa makna, yang kemudian dinyatakan bahwa ayat tersebut berarti demikian, dengan mengacu kepada makna yang dikandung oleh lafadz tersebut. Sebagai seseorang pakar Bahasa arab, tentu saja asy-Sya’rawi juga menjelaskan kaidah-kaidah Bahasa arab, seperti nahwu, balaghoh, dll. Sementara terkait dengan persoalan-persoalan akidah dan keimanan, asy-Sya’rawi memiliki metode khusus. Namun hampir mirip dengan metode para mufassir modern seperti: Muhammad Abduh, Rasyid Ridho, dan Sayyid Quthb. Yakni dengan menjelaskan secara mendalam ayat-ayat yang berkenaan dengan akidah itu. asySya’rawi termasuk ulama tafsir yang sangat memberikan perhatian kepada mu’jizat ilmiah, bahkan, seringkali mengaitkan dengan ilmuilmu modern. Menurut asy-Sya’rawi mu’jizat ilmiah al-Quran pada saat ini sangatlah tepat dan sesuai. Meskipin begitu, asy-Sya’rawi tidak setuju menghubungkan secara langsung ayat-ayat al-Quran dengan teori teori ilmiah.86 Di antara karakter yang menonjol dari kitab tafsir ini adalah caracara yang ditawarkan asy-Sya’rawi untuk memecahkan problematika masyarakat. Oleh karena itu, akan banyak kita jumpai penjelasan asySya’rawi yang bersifat Ishlah atau memperbaiki sesuatu yang telah dirusak oleh zaman dalam konteks kehidupan masyarakat islam. asySya’rawi berusaha menawarkan obat untuk mengobati kerusakan mental yang menimpa masyarakat islam dewasa ini. asy-Sya’rawi 86 A.Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir…hal. 264-256.
87 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r menampilkan penyakit masyarakat-masyarakat yang disertai dengan solusi pemecahannya. Pada hakekatnya, manhaj dari asy-Sya’rawi bisa dibilang sebagai pembaharuan dan upaya yang serius dalam penafsiran. Meskipun begitu, asy-Sya’rawi tidak meninggalkan sama sekali pendapat para ulama tafsir klasik. asy-Sya’rawi juga berusaha memberikan penjelasan yang memadai kepada para pembacanya sekitar persoalan akidah, keimanan dan akhlak. asy-Sya’rawi juga mengaitkan penafsirannya dengan aktfitas manusia melalui metode Tarbawi (Pendidikan) dan al-Hida’I (bimbingan).87 E. kelebihan dan kekurangan dari kitab tafsir Sya’rawi 1. kelebihan: a. Sebelum menjelaskan tafsir ayat, seringkali asy-Sya’rawi membahas tafsiran dari kata-perkata yang terdapat pada ayat yang ingin ditafsirkan. Dan selalu berpeganggan pada kaidah kebahasaan. b. Seringkali dalam menjelaskan tafsiran ayat, asy-Sya’rawi selalu mengaitkan dengan penjelasan-penjelasan masalah di zaman modern 2. kekurangan: a. Terlalu bertele-tele dalam mukaddimah dan bertele-tele dalam menafsirkan ayat. b. Metode penulisan tidak baku, dan sistem penulisannya tidak sitematis, padahal tafsir Sya’rawi ini masuk kategori kitab tafsir modern-kontemporer. c. Kitab tafsir asy-Sya’rawi ini tidak lengkap 30 juz. 87 A.Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir…hal. 269.
88 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r F. Contoh Penafsiran Kitab Tafsir Sya’rawi 1. Contoh penafsiran dengan kaidah kebahasaan Sarat akan nuansa gramatikal, As-Sya’rawi sangat teliti dalam mencermati kaidah kebahasaan dalam Al-Quran, sehingga mampu menguliti dan menggunakan bahasa yang ringan yang dapat dipahami oleh semua kalangan. Sebagai contoh ketika menjelaskan Surat Al-Baqarah [2]: 258. ِه َر ٰ أب ِ َّج إ ِذ َي حآ َّ لَى ٱل ِ َر إ أم تَ لَ أ َك َ أ ُمل أ َأن َ ءاتَٰىهُ َّ ٱَّللُ ٱل ِ ِٓهۦ أ َي رب فِ َ ۧم Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). َر{؛ فأنت تعلم أنها مكونة من همزة هي )أ( وحرف نفي وهو )لم(، ْم تَ لَ َ وساعة تسمع }أ ومنفي هو )تر( والهمزة: تأتي هنا لإلنكار، واْلنكار نفي بتقريع، ولكنها لم تدخل على فعل مثبت حتى يقال: إنها أنكرت الفعل بعدها، مثلما تقول للولد: أتضرب أباك! هنا الهمزة جاءت َل لتستفهم وإنما أتت تنكر هذه الفعلة، ْلن الفعل بعدها مثبت وهو )تضرب(، وجاءت الهمزة قبله فتسمى )همزة إنكار( للتقريع. إذن فاْلنكار: نفي بتقريع إذا دخلت على فعل منفي. وما دام اْلنكار نفيا والفعل بعدها منفي فكأنك نفيت النفي، إذن فقد أثبته، كأنه سبحانه عندما يقول َر{ فالمقصود )أنت رأيت( ْم تَ لَ َ 88 للرسول صلى للا عليه وسلم: }أ Pada ayat ini didahului dengan ungakapan “alam tara”. Coba kita perhatikan penggabungan kalimat ini terdiri dari hamzah (merupakan bentuk tanda tanya atau istifham) dan huruf lam (huruf untuk menafikan sesuatu atau harfun nafy). Selanjutnya, kata setelahnya yaitu tara, bentuk fi’il mudhari, berarti kamu melihat. 88 Muhammad Mutawalli as-Sya’rowi, Khowatir as-Sya’rowi, (Kairo: Dar an-Nasyr li Thob’i 2010) Juz 2, hal. 1121-1122.
89 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r Huruf hamzah (istifham/apakah) merupakan pertanyaan yang dilontarkan sebagai bentuk pengingkaran suatu perbuatan yang tidak layak dilakukan karena perbuatan itu terhina. Huruf seperti ini tidak boleh masuk pada kalimat kata kerja positif. Contoh !أباك أتضرب) apakah kamu memukul bapakmu), kata tanya disini bukan untuk sebuah pertanyaan tetapi untuk sebuah menginggkari perkara tersebut. Kalimat ini begitu nampak mempesona sekaligus memberi nuansa makna yang amat mendalam. Huruf hamzah yang datang sebelum huruf lam merubahnya menjadi bentuk pengingkaran terhadap pekerjaan yang dinafikan. Sehingga membawa kita pada makna sebenarnya yaitu anta raaita, kamu telah melihatnya. ُهأر َنۖ ٰى يَطأ َربُ ُوه َّن َ حتَّ أ َوََل تَق …Dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci.. َربُ ُوه َّن{ أي َل تأتوهن في المكان الذي يأتي منه اْلذى وهو دم َ ، فقوله الحق: }وَلَ تَقْ َمَر ُكُم للا{. و)يطهرن( من الطهور َ تُ ُوه َّن ِ م ْن َ حْي ُث أ ْ ِذَا تَ َط َّهْر َن فَأ ْط ُهْر َن فَإ الحيض. }حتى يَ ِذَا تَ َط َّهْر َن{ نجد مصدر طهر يطهر، وعندما نتأمل قوله: }فَإ أنه لم يقل: )فإذا طهرن(، فما الفرق بين )طهر( و)تطهر(؟ إن )يطهرن( معناها امتنع عنهن الحيض، و)تطهرن( يعني اغتسلن من الحيض Pada ayat diatas terdapat kalimat yg unik untuk dibahas, ْط ُهْر َن yakni kedua dari perbedaan apakah Lantas. تَ َط َّهْر َن dan يَ kalimah tersebut? Keduanya terambil akar kata yang sama yaitu ْط ُهْر َن .طهر َي Mempunyai makna berhentinya darah haid. Sedangkan ن َرْه َّطَ َت mempunyai makna mandi besar ( syarat bersuci dari hadas besar)
90 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r 2. Contoh model penafsiran corak tarbawi ٰ لَ ِ ُوم َّ ٱَّللُ َ ٓ َل إ قَيُّ أ َح ُّي ٱل أ ََّل ُ هَو ٱل هَ إ ٢ِ Allah, tidak ada tuhan selainnya (yang berhak disembah) melainkan dia. Yang maha hidup, yang terus mengurus makhluknya. Q.s. Ali Imran: 2. إذن فكلمة )قي وم( صيغة مبالغة من القيام على اْلمر، قائم بنفسه، قائم بذاته، ويُقيم غيره، والغير متعدد متكرر، فعندما يكون هذا الغير متعددا ومتكررا فهو يحتاج إلى صفة قوية في ُ هَو الحي القيوم{ هو سند المؤمن َِلَّ خالقه، فيكون الخالق قي وما. إن قوله الحق: }للا َل إله إ في كل حركات حياته، عن أبي بن كعب رضي للا عنه قال: قال رسول للا صلى للا عليه ُ هَو الحي َِلَّ وسلم: »يا أبا المنذر أتدري أي آية من كتاب للا معك أعظم؟ قلت: }للا َل إله إ ُ القيوم{ فضرب في صدري وقال: ليهنك العلم أبا المنذر «. وقولوا لنا باهلل: حين يوجد ولد وأب، هل يحمل الولد هما ْلي مسألة من مسائل الحياة؟ َل؛ ْلن اْلب متكفل بها، والمثل العامي يقول: الذي له أب َل يحمل هم ٌّ ا، إذن فالذي له رب عليه أن يستحي؛ ْلنه سبحانه يقول: أنا حي، وأنا قي وم، و)قي وم 89 ( Al-Qoyyum (terus menerus mengurus makhluknya) disebut dengan shighot mubahlaghoh/superlative dari al-Qiya>m (mengurus), suatu kejadian apabila terjadi sekali itu mungkin biasa saja, akan tetapi jika kejadian tersebut bisa terus-menerus di kerjakan maka hal itu menjadi luar biasa. Maka Allah harus disifati Al-Qoyyum (terus menerus mengurus makhluknya) untuk menunjukan kekuasaan-nya yang tidak ada batasnya. ُ هَو الحي القيوم{ َِلَّ seorang bagi sandaran merupakan{ للا َل إله إ mukmin dalam segala orientasi dan gerak langkah hidupnya. Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab. Rasulullah bersabda: hai Abu 89 Muhammad Mutawalli as-Sya’rowi, Khowatir as-Sya’rowi,…hal.1261.
91 | K h a z a n a h K i t a b T a f s i r K o n t e m p o r e r Mundizr, ayat manakah dalam al-Quran yang kamu anggap agung? Maka saya menjawab: ُ هَو الحي القيوم{ َِلَّ إ إله ل َللا }Rasul pun langsung mengelus dadaku seraya berkata, semoga Allah menambah ilmumu dan menambah barokah didalamnya. Ketika seorang anak memiliki seorang ayah, apakah dalam hidupnya mereka akan gelisah? Tentu tidak! Karena seorang ayah akan menjamin keberlangsungan kehidupan anaknya. Maka siapa saja yang memiliki tuhan (Allah) dia akan hidup dengan tentram, karena Allah Maha Hidup Serta Maha Mengurus segala urusan makhluknya. 3. Contoh penafsiran fawatih as-Suwa>r ٓ الٓم بدأت سورة البقرة بقوله تعالى: }الم{.. وهذه الحروف حروف مقطعة ومعنى مقطعة أن وأن هذا القرآن موحى به من للا سبحانه وتعالى. ونجد في فواتح كل حرف ينطق بمفرده السور التي تبدأ بأسماء الحروف. تنطق الحروف بأسمائها وتجد الكلمة نفسها في آية أخرى تنطق بمسمياتها. فألم في أول سورة البقرة نطقتها بأسماء الحروف ألف َلم ميم. بينما تنطقها َك َ ص ْدَر بمسميات الحروف في شرح السور َك{ ]الشرح: ْم ْ نَش َر ْح لَ لَ َ ة في قوله تعالى: }أ 1 ] ْص َح ِ اب الفيل{ ]الفيل: َ ِأ َف فَعَ َل َ ربُّ َك ب َر َ كْي ْم تَ لَ َ وفي سورة الفيل في قوله تعالى: }أ 1 ]ما الذي جعل رسول للا صلى للا عليه وسلم.. ينطق }الم{ في سورة البقرة بأسماء الحروف.. وينطقها في سورتي الشرح والفيل بمسميات الحروف. َلبد أن رسول للا عليه الصلة والسلم سمعها من للا كما نقلها جبريل عليه السلم إليه هكذا. إذن فالقرآن أصله السماع َل يجوز أن تقرأه