The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

PEDOMAN EJAAN DAN PENGEMBANGAN PARAGRAF

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by indraandibatara, 2021-10-12 10:29:17

PAJAPPA

PEDOMAN EJAAN DAN PENGEMBANGAN PARAGRAF

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah yang terus menganugerahkan rahmat dan
nikmat-Nya dalam penyusunan buku digital Pedoman Ejaan dan Pengembangan Paragraf
(PAJAPPA) ini sehingga bisa dirampungkan sesuai dengan waktu yang diharapkan. Buku
digital Pedoman Ejaan dan Pengembangan Paragraf sebagai wujud aktualisasi penulis
sebagai syarat untuk menjadi seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang diharapkan akan
terus digunakan dalam lingkungan instansi. Buku digital PAJAPPA ini merupakan hasil
modifikasi dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dan buku Paragraf karya Suladi.

Penulis menyadari betul bahwa pedoman ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan,
bimbingan, dan dukungan dari semua pihak. Dengan segala kerendahan hati dan
mengharapkan rida Allah Swt., penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Abdul
Pirol, M.Ag. selaku Rektor IAIN Palopo, Dr. Muhaemin, M.A. selaku Wakil Rektor III yang
sekaligus menjadi mentor, Dr. Masmuddin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab,
dan Dakwah, Dr. A. Ali Imran Sadiq, S.Ap., M.Adm., SDA. selaku coach, dan Drs. Ilham,
M.Si. selaku penguji yang banyak memberikan masukan yang sangat berarti, Wahyuni
Husain, S.Sos., M.I.Kom. selaku Kaprodi KPI. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada civitas akademica di Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN Palopo.

Penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal kepada mereka yang
telah memberikan bantuan. Besar harapan penulis, dengan adanya buku digital Pedoman
Ejaan dan Pengembangan Paragraf ini dapat membantu banyak mahasiswa dalam
penyusunan skripsi dan karya ilmiah lainnya.

Penulis

Andi Batara Indra, S.Pd., M.Pd.

ii

SEKAPUR SIRIH ii
DAFTAR ISI iii
I. EJAAN BAHASA INDONESIA 1
2
A. Penulisan Huruf 12
B. Penulisan Kata 18
C. Penulisan Unsur Serapan 20
D. Penulisan Angka atau Bilangan 23
E. Pemakaian Tanda Baca 38
II. PARAGRAF 39
A. Paragraf yang Baik 40
B. Paragraf Berdasarkan Pola Penalaran 43
C. Paragraf Berdasarkan Pola Pengungkapan 50
D. Paragraf Berdasarkan Pola Pengembangan 56
E. Format Paragraf 57
DAFTAR RUJUKAN
Catatan Kosultasi

iii

Pengertian ejaan mencakup kaidah cara menggambarkan/ melambangkan bunyi-bunyi tuturan
(kata, kalimat, dan sebagainya) dan berkaitan dengan hubungan di antara lambang-lambang
itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, ejaan berkaitan
dengan penulisan huruf (huruf kapital/ besar dan huruf miring), penulisan kata, penulisan
unsur serapan, penullisan angka/ bilangan, dan penulisan tanda baca. Berikut ringkasan
kaidah ejaan bahasa Indonesia.

1

2

A. Penulisan Huruf
1. Penulisan Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf,

yaitu a, e, i, o, dan u

Huruf Vokal Contoh Pemakaian dalam Kata

a Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
e*
i api padi lusa
o
u enak peta sore

itu simpan murni

oleh kota radio

ulang bumi ibu

Catatan:

* Untuk pengucapan (pelafalan) kata yang benar, diakritik berikut ini dapat
digunakan jika ejaan kata itu dapat menimbulkan keraguan.

a. Diakritik (é) dilafalkan [e].
Contoh:

Anak-anak bermain di teras (téras).
Kedelai merupakan bahan pokok kecap (kécap).

b. Diakritik (è) dilafalkan [ɛ].
Contoh:

Kami menonton film seri (sèri).

Pertahanan militer (militèr) Indonesia cukup kuat.
c. Diakritik (ê) dilafalkan [ə].

Pertandingan itu berakhir seri (sêri).
Upacara itu dihadiri pejabat teras (têras) Bank Indonesia.

3

2. Penulisan Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas 21
huruf, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

Huruf Konsonan Contoh Pemakaian dalam Kata

b Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
c
d bahasa sebut adab
f
g cara kaca -
h
j delta ada abad
k
l fakir kafan maaf
m
n guna tiga gudeg
p
q* hati saham tuah
r
s jail manja mikraj
t
v kamu paksa politik
w
x* laku alas akal
y
z maki kami diam

nama tanah daun

pasti apa siap

qariah iqra -

rasa bara putar

satu asli tepis

tidur mata rapat

variasi lava molotov

wali hawa takraw

xenon - -

yakin payung -

zeni lazim juz

Catatan:

* Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu. Huruf
x pada posisi awal kata diucapkan [s].

3. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan
gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan o.

Huruf Diftong Contoh Pemakaian dalam Kata

ai Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
au
ei aileron balairung pandai
oi
autodidak taufik harimau

eigendom geiser survei

- boikot amboi

4

4. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu
bunyi konsonan.

Gabungan Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata
Konsonan
kh Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ng
ny khusus akhir tarikh
sy
ngarai bangun senang

nyata banyak -

syarat musyawarah arasy

5. Huruf Kapital
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contoh:

Bagaimanakah sistematika penulisan makalah?
Apakah tujuan penulisan makalah?
Kita harus membuat makalah sesuai sistematika penulisan.
Dia membaca buku.
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
merupakan nama jenis atau satuan ukuran.
Contoh:

ikan mujair pisang ambon apel malang

Huruf kapital tidak dipakai sebagai untuk menuliskan huruf pertama kata
bermakna_anak_dari’, seperti bin, van, binti, dan boru.
Contoh:

Abdul Rahman bin Suti
Agustan binti Salim
Indani boru Sitanggang

b. Huruf pertama ungkapan yang berkaitan dengan nama Tuhan dan kitab suci,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:

Allah Quran Islam
Yang Mahakuasa Alkitab Kristen

5

c. Huruf pertama dalam gelar kehormatan, keturunan, jabatan, pangkat dan
keagamaan yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:

Haji Abdul Rahman Imam Syafii
Sultan Hasanuddin Nabi Ibrahim
Bupati Luwu Utara Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Contoh:

Beliau baru saja diangkat menjadi sultan.
Siapa bupati yang baru dilantik itu?

d. Huruf pertama nama bangsa, nama suku, dan nama bahasa.
Contoh:

bangsa Indonesia suku Bugis bahasa Indonesia

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Contoh:
mengindonesiakan kata asing
keinggris-inggrisan

e. Huruf pertama nama geografi.
Contoh:

Laut Jawa Jalan Kamizaun Gunung Semeru
Pulau Papua Asia Tenggara Danau Toba

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak

dipakai menjadi unsur nama diri.

Contoh:

pergi ke arah timur menyeberangi pulau

mandi di sungai berlayar ke teluk

6

f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh:

Kakak bertanya, “Kapan kita berangkat?”
Siapa yang menjadi ketua?” tanya dia.

g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Contoh:

Sapardi Djoko Damono Chairil Anwar Amir Hamzah
Eleanora Batara Ivan Lanin Nadin Amizah

h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh:

bulan November bulan Maulid
hari Natal Proklamasi Kemerdekaan

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang
tidak dipakai sebagai nama.
Contoh:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali
kata seperti dan.
Contoh:

Republik Indonesia
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan resmi
unsur negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama
dokumen resmi.
Contoh:
menjadi sebuah republik
menurut undang-undang yang berlaku

7

j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan kenegaraan, lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Contoh:

Perserikatan Bangsa-Bangsa
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan
judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang
menempati posisi sebagai kata hubung, serta tidak terletak pada posisi awal.
Contoh:

Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia telah membaca novel Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Saya menjadi agen surat kabar Sinar Pembangunan.

l. Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Contoh:

Prof. (profesor) Tn. (tuan)
M.A. (Master of art) Ny. (nyonya)
S.S. (Sarjana Sastra) Sdr. (saudara)

m. Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan
pengacuan.
Contoh:

“Kapan Paman berangkat?” tanya Harrti.
Surat Saudara sudah kami terima.
Kakak bertanya, “Itu apa, Bu?”
“Silakan duduk, Dik!” kata Rico.

Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Contoh:
Sebagai anak, kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah lulus sarjana.

8

n. Huruf pertama kata penyapaan atau pengacuan, termasuk kata ganti Anda.
Contoh:

Sudahkah Anda tahu tentang kejadian itu?
Surat Anda telah saya terima.
Selamat pagi, Dokter.
Silakan duduk, Pak

6. Huruf Tebal
a. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis
miring.
Contoh:

Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa
Indonesia.

Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‘dan’.

b. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti
judul buku, bab, atau subbab.
Contoh:

1.1 Latar Belakang dan Masalah Kondisi kebahasaan di Indonesia yang
diwarnai oleh bahasa standar dan nonstandar, ratusan bahasa daerah,dan
ditambah beberapa bahasa asing, membutuhkan penanganan yang tepat
dalam perencanaan bahasa. Agar lebih jelas, latar belakang dan masalah
akan diuraikan secara terpisah seperti tampak pada paparan berikut.

1.2 Latar Belakang Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan
munculnya sikap yang beragam terhadap penggunaan bahasa yang ada
di Indonesia, yaitu (1) sangat bangga terhadap bahasa asing, (2) sangat
bangga terhadap bahasa daerah, dan (3) sangat bangga terhadap bahasa
Indonesia.

7. Penulisan Huruf Miring
a. Nama buku, nama majalah, dan nama surat kabar yang dikutip dari karangan.
Contoh:

surat kabar Suara Rakyat
buku Negarakertagama karangan Prapanca
majalah Bahasa dan Sastra
berita “Banjir Bandang di Luwu” dimuat di Kompas

9

b. Huruf, bagian kata, atau kelompok kata yang hendak ditegaskan atau
dikhususkan.
Contoh:
Huruf pertama tahun adalah t.
Dia tidak menipu melainkan ditipu.
Bagian ini tidak perlu dibahas.
Buatlah kalimat dengan kata tanya mengapa!
Dia tidak diantar, tetapi mengantar.

c. Nama-nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali kata yang telah disesuaikan
ejaannya.
Contoh:
Nama ilmiah buah manggis adalah Gracinia mangostana.
Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Download diterjemahkan menjadi ‘unduh’.
Istilah asing yang sudah menjadi ketetapan seperti civitas akademica.
Nama diri (orang, organisasi, dll.) dalam bahasa asing tidak ditulis dengan
huruf miring.
Contoh:
Central Intelegence Agency (CIA) didirikan pada tahun 1947.
World Health Organization (WHO) bagian dari oraginasasi PBB.

10

11

B. Penulisan Kata
1. Penulisan kata dasar diperlukan sebagai satu kesatuan.
Contoh:

Luka Kuliah pangan makan

2. Kata turunan
a. Penulisan imbuhan atau afiks (awalan, sisipan, dan akhiran) dilakukan
serangkai dengan kata dasar.
Contoh:

berjalan gemetar makanan
tertidur memasak siapkan

Catatan:
Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -wi,
ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Contoh:

sukuisme seniman kamerawan
gerajawi

b. Penulisan imbuhan dilakukan serangkai dengan kata yang langsung mengikuti
atau mendahuluinya jika kata dasar berbentuk gabungan kata untuk
memperjelas makna, dapat digunakan tanda hubung.
Contoh:

bertanggung jawab, bertanggung-jawab
garis bawahi, garis-bawahi

c. Penulisan unsur gabungan dilakukan serangkai jika kata dasar yang berbentuk
gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus. Tanda hubung dapat
digunakan untuk memperjelas.
Contoh:

menggarisbawahi, menggaris-bawahi
dilipatgandakan, dilipat-gandakan

12

d. Gabungan kata ditulis serangkai jika salah satu unsur gabungan hanya
digunakan dalam kombinasi tertentu.
Contoh:

adipati mancanegara nonaktif

e. Penulisan salah satu unsur gabungan yang hanya dipakai dalam kombinasi
dilakukan dengan menyisipkan tanda hubung jika huruf awal kata dasar
adalah huruf kapital.
Contoh:

non-Indonesia se-ASEAN bbm-an

f. Kata Maha sebagai unsur gabungan ditulis terpisah jika diikuti kata dasar,
kecuali kata Esa dan kata yang berimbuhan.
Contoh:

Hanya Tuhan Yang Maha Esa
Tuhan Mahakuasa segalanya.
Manusia tidak pantas disebut Mahatahu.

g. Kata peri sebagai unsur gabungan ditulis terpisah jika diikuti kata
berimbuhan.
Contoh:

Tindakannya berdasarkan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
Guru sebaiknya memperhatikan perilaku siswanya dengan baik.

3. Gabungan kata atau kata majemuk
a. Penulisan gabungan kata, termasuk istilah khusus, dilakukan terpisah.
Contoh:

rumah sakit orang tua ibu kota

b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang dapat menimbulkan kesalahan
pengertian, ditulis dengan menyisipkan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian antarkata.
Contoh:

Di sini kami tidak menjual alat pandang-dengar.
Agus pergi bertugas ke luar negeri meninggalkan anak-istri.

13

c. Gabungan kata yang sudah lazim dan dianggap sebagai satu kata ditulis
serangkai.
Contoh:

saputangan segitiga dukacita

4. Penulisan bentuk ulang dilakukan secara lengkap dengan menggunakan tanda
hubung, baik yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak,
buku-buku), maupun yang berubah beraturan (sayur-mayur, ramah-tamah).

5. Penulisan kata kau-, -ku, -mu, -nya dilakukan serangkai dengan kata dasar.
Contoh:

Semua telah kumiliki.

Berapa kauambil uangku?
“Apa kabar?” tanyanya kepadaku.

6. Kata depan atau preposisi (di, ke, dari, pada) ditulis terpisah, kecuali yang sudah
lazim, seperti kepada, daripada, keluar.
Contoh:

Di dalam badan yang sehat, terdapat jiwa yang sehat.
Dia berasal dari Papua.
Sejuta harapan kusandarkan pada negeri ini.

7. Penulisan partikel si dan sang dilakukan terpisah.
Contoh:

Sang pangeran mendambakan istri yang rupawan.
Karena kulitnya yang hitam, Sandro dipanggil si hitam.
Manusia tidak bisa lari sang maut.

8. Partikel
a. Penulisan partikel -lah, -kah, dan tah dilakukan serangkai dengan kata dasar.
Contoh:

bacalah siapakah apatah

14

b. Penulisan partikel –pun dilakukan terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu
seperti adapun, bagaimanapun, sekalipun, sugguhpun, kalaupun, biarpun,
ataupun, kendatipun, walaupun, andaipun, maupun, dan meskipun.
Contoh:

Dalam situasi apa pun kalian harus ingat kepada Sang Pencipta.
Tidak pernah satu kali pun Garry membolos kuliah.

c. Penulisan partikel per- yang berarti mulai, demi, dan setiap dilakukan
terpisah.
Contoh:

Aturan itu berlaku per 1 November 2019.
Per mahasiswa dikenai biaya dua puluh ribu rupiah.
Mahasiswa kembali ke ruangan satu per satu.

9. Singkatan
a. Singkatan bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, atau huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil.
Contoh:

pemilu (pemilihan umum) rapim (rapait pimpinan)
bimbel (bimbingan belajar) tilang (bukti pelanggaran)

b. Singkatan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, atau huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf kapital pada huruf awalnya.
Contoh:

Golkar (Golongan Karya)
Kadin (Kamar Dagang dan Industri)

c. Penulisan singkatan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret
kata yang disingkat dilakukan seluruhnya dengan huruf kapital dan tidak
diakhiri tanda titik.
Contoh:

DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
PT (Perseroan Terbatas)
KKN (Kuliah Kerja Nyata)

15

d. Penulisan singkatan umum yang terdiri atas satu kata dilakukan dengan
menambahkan satu titik.
Contoh:

no. (nomor) ket. (keterangan) lamp. (lampiran)

e. Penulisan singkatan dalam dua huruf menggunakan titik di setiap akhir huruf.
Contoh:

a.n. (atas nama) s.d. (sampai dengan) u.b. (untuk beliau)

f. Penulisan singkatan dalam tiga huruf atau lebih diberi titik di akhir singkatan.
Contoh:

sda. (sama dengan di atas) ttd. (tanda tangan) hlm. (halaman)

g. Singkatan lambang kimia, ukuran timbangan, dan mata uang tidak
dibubuhkan tanda titik.
Contoh:

cm (sentimeter) Rp (rupiah) kg (kilogram)

16

17

C. Penulisan Unsur Serapan

1. Penerjemahan istilah asing
Contoh:

samenwerking (kerja sama)
balanced (anggaran berimbang)

2. Penyerapan istilah asing
Contoh:

energy (energi)
oxygen (oksigen)

3. Penyerapan dan penerjemahan sekaligus
Contoh:

clay colloid (koloid lempung)
subdivision (subbagian)

4. Macam dan sumber bentuk serapan
Contoh:

system (sistem)
mathematics (matematika)

5. Penyesuaian ejaan awalan asing
Contoh:

anti-, ant- (bertentangan dengan)
co-, com-, con- (dengan/ bersama-sama)

6. Penyesuaian ejaan akhiran asing
Contoh:

-able, -ble (menjadi –bel, contoh: variabel)
-age (menjadi –ase, contoh: sabotase)

7. Majemuk bentuk bebas dan bentuk terikat
Contoh:

adi- (contoh: adikarya, adikuasa)
aneka (contoh: anekabahasa, aneka warna)

18

19

D. Penulisan Angka atau Bilangan

1. Untuk menyatakan lambang atau nomor.
Contoh:

1,2,3,4 I,II,III,IV (i),(ii),(iii),(iv)

2. Untuk menyatakan ukuran panjang, berat, isi, satuan waktu, nilai uang, dan
kuantitas.
Contoh:

5 cm 1 jam 20 menit Rp 5.000,00

3. Untuk nomor jalan dan alamat.
Contoh:

Jalan Bima VII No.20 Hotel Indonesia, Kamar 169

4. Untuk bagian karangan dan ayat di dalam kitab suci.
Contoh:

Bab IX, Pasal 7, halaman 252 Surat Yasin: 7

5. Angka ditulis dengan huruf jika lebih dari dua kata; ditulis seluruhnya dalam
bentuk angka itu sendiri dipakai secara berurutan.
Contoh:

-Krisna membaca novel itu hingga tiga kali.
-Di antara 25 korban kecelakaan bus di Solo, diketahui 1 orang meninggal,

5 orang luka berat, dan 19 orang luka ringan.

6. Angka ditulis dengan huruf jika di awal kalimat.
Contoh:

Dua puluh tahun yang lalu, saya lahir.
Empat puluh mahasiswa mengikuti KKN tahun ini.

7. Jika dilambangkan dengan angka dan huruf.
Contoh:

Sudah diterima uang sebesar Rp 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah)

20

8. Penulisan bilangan tingkat.
Contoh:

abad XXI abad ke-21 abad kedua puluh satu

9. Bilangan yang berakhiran –an.
Contoh:

tahun ’90 uang 10.000-an

10. Bilangan dan huruf tidak perlu ditulis sekaligus, kecuali dalam akta atau dokumen
resmi.
Contoh:

Dalam hal dokumen dibuat 2 (dua) pihak atau lebih, masing-masing terutang
bea materai atas dokumen yang diterimanya.

11. Bilangan yang besar dapat tidak dinyatakan dalam huruf.
Contoh:

Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 220 juta.
Di lemari itu tersimpan 250 buku dan majalah.

Catatan:
Hindari contoh penulisan berikut:

220 juta penduduk Indonesia.
250 buku dan majalah tersimpan di lemari.

21

22

E. Pemakaian Tanda Baca

1. Tanda titik (.)
a. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam satu bagan, ikhtisar,
atau daftar.
Contoh:

I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia
A. Bahasa Indonesia
1. Kedudukan
2. Fungsi
B. Bahasa Daerah
1. Kedudukan
2. Fungsi

b. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh:

Mereka berdiri di sana.
Dia akan datang pada seminar itu.

Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung
dalam suatu perincian.
Contoh:

Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,

a) lambang kebanggaan nasional,
b) identitas nasional, dan
c) alat pemersatu bangsa.

Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu
angka.
Contoh:

III.A.2.b

23

Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam
penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan,
grafik, atau gambar.
Contoh:

Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia
Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia
Bagan 2 Struktur Organisasi
Bagan 2.1 Bagian Umum
Grafik 4 Sikap Masyarakat Perkotaan terhadap Bahasa Indonesia
Grafik 4.1 Sikap Masyarakat Berdasarkan Usia
Gambar 1 Gedung Cakrawala
Gambar 1.1 Ruang Rapat

c. Tanda titik digunakan untuk penanda waktu (jam, menit, dan detik).
Contoh:

pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20
detik)
01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
00.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
00.00.30 jam (30 detik)

d. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit di dalam daftar pustaka.
Contoh:

Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta.
Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.

e. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka ribuan atau kelipatan.
Contoh:

Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.
Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang.
Anggaran lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00.

24

Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:

Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
halaman 1305.
Nomor rekening panitia seminar adalah 0015645678.

Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan,
ilustrasi, atau tabel.
Contoh:

Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
Gambar 3 Alat Ucap Manusia
Tabel 5 Sikap Bahasa Generasi Muda Berdasarkan Pendidikan

Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat
serta (b) tanggal surat.
Contoh:

Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki
Jalan Cikini Raya No. 73
Menteng
Jakarta 10330

2. Tanda koma (,)
a. Tanda koma digunakan di antara unsur-unsur di dalam pemerincian atau
pembilangan.
Contoh:

Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
Satu, dua, ... tiga!

b. Tanda koma digunakan untuk memisahkan antara kalimat setara yang satu dan
kalimat setara yang lainnya yang didahului kata tetapi atau melainkan, dan
sedangkan.
Contoh:

Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.

25

c. Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika anak kalimat itu mendahului induk kalimat.
Contoh:

Kalau diundang, saya akan datang.
Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.

Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Contoh:

Saya akan datang kalau diundang.
Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.
Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.

d. Tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat di awal kalimat.
Contoh:

Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa
belajar di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi
bintang pelajar
Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil
menjadi sarjana.

e. Tanda koma digunakan untuk memisahkan kata, seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan, dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Contoh:

O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati ya, jalannya licin!

f. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
di dalam kalimat.
Contoh:

Kata nenek saya, “Kita harus berbagi dalam hidup ini.”
“Kita harus berbagi dalam hidup ini,” kata nenek saya, “karena manusia
adalah makhluk sosial.”

26

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa
kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang
mengikutinya.
Contoh:

“Di mana Saudara tinggal?” tanya Pak Lurah.
“Masuk ke dalam kelas sekarang!” perintahnya.
“Wow, indahnya pantai ini!” seru wisatawan itu.

g. Tanda koma digunakan di antara nama alamat, bagian-bagian alamat, tempat
dan tinggal, nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:

Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan
Matraman, Jakarta 13130
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6,
Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960
Papua, Indonesia

h. Tanda koma digunakan untuk memisahkan nama yang dibalik susunannya di
dalam daftar pustaka.
Contoh:

Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat
Bahasa.
Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah
Indonesia Timur. Ambon: Mutiara Beta.

i. Tanda koma digunakan di antara bagian-bagian di dalam catatan kaki.
Contoh:

Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2
(Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia
(Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang
(Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

27

j. Tanda koma digunakan di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Contoh:

B. Ratulangi, S.E. Bambang Irawan, M.Hum.
Ny. Khadijah, M.A. Siti Aminah, S.H., M.H.

k. Tanda koma digunakan di awal angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:

12,5 m Rp 500,50
27,3 kg Rp 750,00

l. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan
aposisi.
Contoh:

Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan
paduan suara.
Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan Nonblok.

m. Tanda koma dapat digunakan untuk menghindari salah baca di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:

Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

3. Tanda titik koma (;)
a. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Contoh:

Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita
pendek.

28

b. Tanda titik koma digunakan sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan klausa yang setara di dalam kalimat majemuk.
Contoh:

Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
(1) berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah sarjana S-1;
(3) berbadan sehat; dan
(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

c. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian
dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.
Contoh:

Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan
jeruk.
Agenda rapat ini meliputi
a. pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
b. penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja;

dan
c. pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.

4. Tanda titik dua (:)
a. Tanda titik dua digunakan setelah kata atau ungkapan yang memerlukan
perincian.
Contoh:

Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan yaitu: hidup atau mati.

b. Tanda titik dua digunakan dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku percakapan.
Contoh:

Ibu : "Bawa koper ini, Nak!"
Amir : "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa, letakkan baik-baik!"

29

c. Tanda titik dua digunakan di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara
judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan penerbit buku dalam
acuan karangan.
Contoh:

Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Albaqarah: 2—5
Matius 2: 1—3

Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara

Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.

d. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Contoh:

Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi

e. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh:

Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi

a. persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data, dan
d. pelaporan.

5. Tanda hubung (-)
a. Tanda hubung digunakan untuk menyambung suku kata dasar yang terputus
karena pergantian baris.
Contoh:

Di samping cara lama, diterapkan juga ca-
ra baru …
Nelayan pesisir itu berhasil membudidayakan rum-
put laut.

30

b. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh:

anak-anak kemerah-merahan
berulang-ulang mengorek-ngorek

c. Tanda hubung digunakan untuk menyambung huruf pada kata yang dieja satu
per satu dan bagian tanggal.
Contoh:

11-11-2019 p-a-n-i-t-i-a

d. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian kata
atau ungkapan dan penghilangan bagian-bagian kelompok kata.
Contoh:

ber-evolusi
meng-ukur
dua-puluh-lima ribuan (25 x 1.000)
23/25 (dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima)
mesin hitung-tangan

e. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya
yang diawali dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan –an,
singkatan dengan huruf kapital, imbuhan, kata, serta nama jabatan rangkap.
Contoh:

• se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-
Indonesia, se-Jawa Barat);

• ke- dengan angka (peringkat ke-2);
• angka dengan –an (tahun 1950-an);
• kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H,

sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan); e. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-
Nya, atas rahmat-Mu);
• huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan
• kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital
(KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku).

31

Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut
melambangkan jumlah huruf.
Contoh:

BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia)
LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia)
P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)

f. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan
unsur bahasa asing.
Contoh:

di-sowan-i (bahasa Jawa, 'didatangi')
ber-pariban (bahasa Batak, 'bersaudara sepupu')
di-back up
me-recall

g. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek
bahasan.
Contoh:

Kata pasca- berasal dari bahasa Sansekerta.
Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.

6. Tanda pisah (—)
a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
di luar bangun kalimat.
Contoh:

Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh
bangsa itu sendiri.
Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha
keras.

b. Tanda pisah menegaskan keterangan aposisi atau keterangan yang lain untuk
memperjelas kalimat.
Contoh:

Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama
bandar udara internasional.
Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom—telah
mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

32

c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti
'sampai dengan' atau 'sampai ke'.
Contoh:

Tahun 2010—2013 Jakarta—Bandung
Tanggal 5—10 April 2013

7. Tanda elipsis (...)
a. Tanda elipsis dinyatakan dengan tiga tanda titik dalam kalimat yang
dipenggal.
Contoh:

Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah ...
..., lain lubuk lain ikannya.

b. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
Contoh:

“Menurut saya ... seperti ... bagaimana, Bu?”
“Jadi, simpulannya ... oh, sudah saatnya istirahat.”

8. Tanda tanya (?)
a. Tanda tanya digunakan untuk mengakhiri kalimat tanya.
Contoh:

Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?
Siapa pencipta lagu “Indonesia Raya”?

b. Tanda tanya digunakan di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:

Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).
Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.

33

9. Tanda seru (!)
Tanda seru digunakan setelah ungkapan seruan atau perintah yang meyatakan
kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi.
Contoh:

Alangkah indahnya taman laut di Bunaken!
Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
Bayarlah pajak tepat pada waktunya!
Masa! Dia bersikap seperti itu?
Merdeka!

10. Tanda kurung ((...)) untuk mengapit tambahan keterangan atau
a. Tanda kurung digunakan
penjelasan.
Contoh:

Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).
Warga baru itu belum memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
Lokakarya (workshop) itu diadakan di Manado.

b. Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan yang bukan bagian
penting dari pembicaraan.
Contoh:

Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar
dalam negeri.

c. Tanda kurung digunakan untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di
dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh:

Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.
Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.

34

d. Tanda kurung digunakan untuk mengapit angka atau huruf yang merinci
urutan keterangan.

Contoh:

Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c)
tenaga kerja.
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
(1) akta kelahiran,
(2) ijazah terakhir, dan
(3) surat keterangan kesehatan.

11. Tanda kurung siku ([...])
a. Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
penulis asli.
Contoh:

Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah bahasa
Indonesia.
Ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan] Republik Indonesia dirayakan secara
khidmat.

b. Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit keterangan di dalam kalimat
penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh:

Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat
halaman 35-38]) perlu dibentangkan di sini.

12. Tanda petik (“...”)
a. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Contoh:

“Merdeka atau mati!” seru Bung Tomo dalam pidatonya.
“Kerjakan tugas ini sekarang!” perintah atasannya. “Besok akan dibahas
dalam rapat.”
Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, ”Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan.”

35

b. Tanda petik digunakan untuk judul syair, karangan, atau bab buku yang
dipakai di dalam kalimat.
Contoh:

Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.
Marilah kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!
Film "Ainun dan Habibie" merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah
novel.

c. Tanda petik digunakan untuk istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
khusus.
Contoh:

“Tetikus” komputer ini sudah tidak berfungsi.
Dilarang memberikan “amplop” kepada petugas!

13. Tanda petik tunggal (‘...’)
a. Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit petikan yang tersusun di dalam
petikan lain.
Contoh:

Tanya dia, “Kaudengar bunyi ’kring-kring’ tadi?”
“Kudengar teriak anakku, ’Ibu, Bapak pulang!’, dan rasa letihku lenyap
seketika,” ujar Pak Hamdan.

b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan ungkapan
asing.
Contoh:

tergugat ‘yang digugat’ noken ‘tas khas Papua’
retina ‘dinding mata sebelah dalam’

14. Tanda garis miring (/)
a. Tanda garis miring digunakan dalam nomor surat dan nomor pada alamat;
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun penanggalan.
Contoh:

Nomor: 7/PK/II/2013 tahun ajaran 2012/2013
Jalan Kramat III/10

36

b. Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata dan, atau, serta tiap.
Contoh:
mahasiswa/mahasiswi = ‘mahasiswa dan mahasiswi’
dikirimkan lewat darat/laut = ‘dikirimkan lewat darat atau lewat laut’
buku dan/atau majalah = ‘buku dan majalah atau buku atau majalah’
harganya Rp1.500,00/lembar = ‘harganya Rp1.500,00 setiap lembar’

c. Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam
naskah asli yang ditulis orang lain.
Contoh:
Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali.
Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa.
Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.

15. Tanda penyingkat atau apostrof (‘)
Tanda penyingkat atau apostrof dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian
kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu.
Contoh:
Dia 'kan kusurati. ('kan = akan)
Mereka sudah datang, 'kan? ('kan = bukan)
Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
11-11-'19 ('13 = 2019)

37

Paragraf merupakan unit terkecil dalam penyusunan sebuah karangan. Sebagai unit terkecil,
paragraf memiliki suatu suatu gagasan utama. Gagasan utama inilah yang disusun oleh
kalimat-kalimat yang membentuk paragraf tiu (Munir K, 2008:86).

Paragraf merupkan konsep dasar dalam penulisan karangan. Dalam sebuah paragraf
terdapat sebuah ide pokok yang didukung oleh seluruh kalimat dalam paragraf tersebut.
Mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama, kalimat penjelas sampai kalimat penutup.
Keseluruhan kalimat saling berkaitan satu sama lain dalam membentuk sebuah karangan
dengan sebuah gagasan.

38

A. Paragraf yang Baik
Secara umum rambu-rambu paragraf yang baik meliputi kesatuan, kepaduan,
kelengkapan/ketuntasan, keruntutan, dan konsistensi.

1. Kesatuan
Bahwa paragraf yang baik apa bila memiliki satu ide pokok atau gagasan utama, yang
diikuti gagasan penjelas atau pengembang. Setiap kalimat dalam paragraf harus ada
kaitannya dengan ide pokok tersebut.

2. Kepaduan
Bahwa paragraf yang baik harus dibentuk oleh kalimat-kalimat yang memiliki kaitan
yang erat atau timbal balik. Kepaduan dapat tercapai jika jalinan kalimat-kalimatnya
terangkai dengan rapi dan sistematis.

3. Konsistensi Sudut Pandang
Bahwa sudut pandang atau cara penulis menempatkan diri dalam tulisannya harus
konsisten, termasuk dalam pelibatan pembaca. Jika mewakili dirinya dengan
menggunakan kata penulis, pemeriksa, atau peneliti, kata tersebut hendaknya tetap
digunakan secara konsisten sampai akhir tulisan.

4. Kerututan Penyajian
Bahwa penyusunan paragraf yang baik ialah adanya keruntutan penyajian. Penyajian
informasi dalam paragraf dapat menggunakan model urutan waktu, (kronologis),
tempat, deduktif, induktif, campuran, dan lain sebagainya.

39

B. Paragraf Berdasarkan Pola Penalaran
1. Deduktif
Paragraf deduktif menempatkan sebuah ide pokok atau gagasan utama pada awal
paragraf. Dapat dikatakan, kalimat pertama dalam paragraf adalah inti pesan yang
kemudian didukung dengan kalimat-kalimat lain sebagai penjelas.
Contoh:

Kesehatan mental adalah komponen yang penting dalam setiap jenjang
kehidupan manusia, mulai dari masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasa.
Kesehatan mental seseorang dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu.
Perubahan mental ini terjadi ketika seseorang dihadapkan dengan tuntutan atau
beban yang melebihi sumber daya. Seseorang yang memiliki gangguan mental,
terutama depresi, dapat meningkatkan risiko berbagai masalah fisik pada masa
mendatang. Seperti stroke, diabetes, dan penyakit jantung.

Catatan:
Kalimat pertama menjelaskan kesehatan mental merupakan komponen penting
dalam kehidupan manusia. Kalimat-kalimat berikutnya lantas berdiri sebagai
penjelas dengan sejumlah bukti yang menunjukkan penyebab dan risiko dari
kesehatan mental.

2. Induktif
Paragraf induktif menepatkan gagasan utama pada akhir paragraf. Mudahnya, paragraf
induktif ditutup dengan kalimat yang memiliki kesimpulan.
Contoh:

Tahun 1960-an, Ubud adalah desa yang kecil dan terpencil. Di malam hari, anjing-
anjing melolong mengabarkan tentang malam gelap yang mistis. Apa yang
dilukiskan pelukis Rudolf Bonnet benar-benar nyata di depan mata. Tetapi, bagi
para pemburu kedamaian, inilah sepotong surga yang hilang di bumi. Tidak salah
jika banyak seniman kemudian menerjemahkan Ubud sebagai ubad (obat),
bagi jiwa-jiwa yang kosong dan kesepian.

40

Catatan:
Kalimat dalam paragraf tersebut memiliki penutup yang menyimpulkan bahwa kota
Ubud dianggap sebagai obat bagi jiwa-jiwa yang kesepian.

3. Campuran
Paragraf campuran gagasan utama juga bisa dituliskan pada awal dan akhir paragraf.
Pola ini dinamakan pengembangan deduktif-induktif atau campuran.
Contoh:

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingginya kolesterol merupakan
faktor risiko yang paling besar yang menyebabkan seseorang terserang
penyakit jantung koroner. Hampir 80% penderita jantung koroner di Eropa
disebabkan kadar kolesterol dalam tubuh yang tinggi. Bahkan, di Amerika hampir
90% penderita jantung koroner disebabkan penderita makan makanan yang berkadar
kolesterol tinggi. Begitu juga di Asia, sebagian besar penderita jantung koroner
disebabkan oleh pola makan yang banyak mengandung kolesterol. Dengan
demikian, kolesterol merupakan penyebab utama penyakit jantung coroner.

Catatan:
Paragraf tersebut dibuka dan ditutup dengan gagasan yang sama, yaitu kolesterol
sebagai penyebab utama penyakit jantung koroner

41

4. Ineratif
Paragraf ineratif memungkinkan ide pokok tidak terletak di awal atau akhir paragraf.
Pada paragraf ineratif, kalimat topik yang memuat gagasan utama terletak di tengah.
Contoh:

Gunung Sinabung di Sumatera Utara meletus. Belum reda letusan Gunung Sinabung,
Gunung Kelud di Jawa Timur juga meletus. Selain gunung berapi yang meletus itu,
banjir terjadi di beberapa daerah. Ibu kota Jakarta, seperti tahun-tahun sebelumnya,
dilanda banjir. NTT yang sering mengalami kekeringan juga dilanda banjir. Indonesia
memang sedang ditimpa banyak musibah dan bencana. Bencana-bencana tersebut
menelan korban, baik harta maupun jiwa. Padi di sawah-sawah yang siap panen
menjadi gagal panen. Sayur mayur yang banyak ditanam dan dihasilkan di lereng-
lereng gunung juga hancur sehingga harga di pasar menjadi melambung.

Catatan:

Pada paragraf tersebut, gagasan utama diwakili oleh kalimat Indonesia memang
sedang ditimpa banyak musibah dan bencana.

5. Menyebar
Terkadang, ide pokok tidak harus dituliskan secara tersurat. Gagasan utama bisa saja
tersebar secara implisit pada kalimat-kalimat dalam paragraf. Pada umumnya, pola ini
kita temukan pada novel, cerpen, atau berita khas.
Contoh:

Matahari belum tinggi benar, tapi keringat mulai bercucuran. Beberapa orang sudah
mulai berdatangan. Mereka yang duduk di ruang tamu tak ada yang berbicara. Diam
dalam kesunyian. Pikiran melayang, harap cemas menanti kabar dari seberang desa.
Sesekali mata menelisik tajam jika terdengar suara kendaraan yang lewat.

Catatan:
Untuk mendapatkan gagasan utamanya, kita mesti membaca seluruh kalimat dalam
paragraf tersebut dengan memperhatikan setiap kalimat dalam paragraf. Kita dapat
menyarikan isinya, yaitu gambaran suasana pada pagi hari yang menegangkan. Inti sari
itulah yang menjadi gagasan utamanya.

42

C. Paragraf Berdasarkan Pola Pengungkapan
1. Paragraf Narasi
Narasi adalah gaya pengungkapan yang menekankan kisahan dengan paragraf yang
memiliki rantaian peristiwa berdasarkan urutan waktu. Tokoh dan konflik juga menjadi
dua unsur utama dalam gaya pengungkapan narasi.

Catatan: Paragraf narasi dapat dibedakan menjadi tiga.
a. Narasi ekspositoris memuat informasi mengenai seseorang atau sesuatu yang

diceritakan dalam rangkaian peristiwa berbasis data dan bukti.
Contoh:

Pramoedya Ananta Toer meninggal dunia karena komplikasi. Pram diketahui lahir
di Blora, Jawa Tengah pada 6 Februari 1925. Ia memulai kariernya sebagai juru ketik
di kantor berita Jepang, Domei pada 1942. Di samping menulis, Pramoedya juga
pernah bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada 1965 Ia ditangkap
pemerintah Orde Baru dan ditahan di Pulau Buru selama 14 tahun. Di sana, Ia
menulis Tetralogi Buru, Arus Balik, Arok Dedes, dan beberapa karya lainnya.
Pemeritah Orde Baru membebaskan Pramoedya pada 1979. Namun, menjadikannya
tahanan kota. Karyanya tak hanya dibaca di dalam negeri. Para mahasiswa di
Malaysia, Australia, Amerika Serikat, Belanda, Korea Selatan, dan beberapa negara
lain akrab dengan karya-karya Pram. Karya-karya Pram dikenal berkualitas dan
layak dibaca oleh masyarakat. Ia telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan
diterjemahkan ke dalam lebih dari 42 bahasa.

Catatan:

Paragraf tersebut dapat itu digologkan ke dalam paragraf narasi ekspositoris. Penulis
menyampaikan informasi secara tepat tentang suatu peristiwa yang dialami tokoh
Pramoedya Ananta Toer berdasarkan data yang sebenarnya dengan maksud
memperluas pengetahuan pembaca.

43

b. Narasi narasi artistik narasi sugestif menekankan sifat implisit karena bermaksud
menyampaikan amanat tertentu secara terselubung.
Contoh:

Matahari mulai menjingga. Karyamin merasa lelah tak mendapatkan-apa-apa.
Sebelum naik meninggalkan pelataran sungai, mata Karyamin menangkap sesuatu
yang bergerak pada sebuah ranting yang menggantung di atas air. Oh, si paruh
udang. Punggung biru mengkilap, dadanya putih bersih, dan paruhnya merah saga.
Tiba–tiba burung itu menukik menyambar ikan kepala timah sehingga air
berkecipak. Dengan mangsa diparuhnya, burung itu melesat melintas para pencari
batu, naik menghindari rumpun gelangan dan lenyap di balik gerumbul pandan. Ada
rasa iri di hati Karyamin terhadap si paruh udang. Tetapi dia hanya bisa tersenyum
sambil melihat dua keranjangnya yang kosong.

Catatan:
Paragraf tersebut, berdasarkan sifat infomasi, merupakan contoh paragraf narasi
yang berupa fiksi. Penulis memaparkan kisah tokoh menurut rekaan atau
imajinasinya meskipun kadang-kadang ada yang merupakan pengalaman hidup
penulis atau orang lain.

44

2. Paragraf Deskripsi

Paragraf deskripsi memiliki kata kunci dalam gaya pengungkapan deskripsi
adalah indra. Tulisan dengan gaya deskriptif memuat gambaran atas suatu objek atau
peristiwa dengan jelas. Pembaca dipicu untuk bisa ikut merasakan, melihat,
mendengarkan, meraba, mencium, dan mendengarkan apa-apa yang tertulis dalam
cerita.

Catatan: Paragraf deskripsi memiliki pola pengembangan, yakni deskripsi spasial,
deskripsi sudut pandang, deskripsi observasi, dan deskripsi fokus.

Contoh paragraf deskripsi spasial:

Ruang yang berukuran 8m x 8m ini sungguh sangat nyaman ditempati. Beberapa
kursi dan meja mengitari ruangan. Di sebelah selatan dinding ruangan terdapat
lemari yang berwarna cokelat. Di samping lemari tersebut, terdapat rak buku berisi
beberapa novel dan buku-buku ilmiah diletakkan mepet dengan dinding. Di luar
ruangan, terdapat kursi berwarna biru yang diperuntukkan pada mahasiswa yang
sedang menunggu dosen. Jika kita membuka jendela ruangan, tampak pemandangan
yang mengarahkan mata pada laut dan merasakan hembusan angin yang membuat
suasana jadi tenang.

Catatan:

Pengembangan deskripsi spasial merupakan suatu pola pengembangan paragraf yang
menggambarkan objek berupa ruang, benda, atau tempat.

Contoh paragraf deskripsi menggambarkan objek:

Pantai Bira terletak di Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi
Selatan. Pantai ini berjarak 186 km atau lima jam perjalanan dari pusat Kota
Makassar. Di kanan kiri pantai tampak landai dengan pasir putih. Tak jauh dari bibir
pantai, tampak pula jejeran tempat penginapan. Pantai ini memiliki ombak yang
sedang. Walau demikin, wisatawan dilarang berenang ke tengah karena sangat
berbahaya.

45

Catatan:

Pengembangan paragraf deskripsi dengan cara menggambarkan objek secara apa
adanya tanpa disertai opini penulis.

Contoh paragraf deskripsi menggambarkan observasi atau pengamatan:

Setiap malam terlihat awan mendung di langit berwarna keabu-abuan. Jika terdapat
awan mendung, bintang tidak akan tampak. Awan mendung dianggap sebagai tanda
hujan akan turun. Awan berarak tertiup angin. Ada yang bersatu dengan awan lain.
Ada juga yang berpencar. Tidak lama kilat menyambar. Kemudian, hujan pun turun.
Hujan turun dengan sangat deras. Air mengalir ke segala arah dan menggenang di
mana-mana. Rupanya peresapan air ke dalam tanah semakin berkurang akibat daerah
resapan menjadi pemukiman.

Catatan:

Pola deskripsi pengamatan (observasi) adalah suatu pola paragraf yang
dikembangkan dengan melakukan pengamatan terhadap objek yang akan
dideskripsikan. Pembaca seolah-olah dapat melihat atau mengalami sendiri tentang
objek yang dilukiskan.

Contoh paragraf deskripsi fokus:

Suasana pagi hari di Taman Wisata Malino sangat sejuk. Kicau burung bersahut-
sahutan. Angin sepoi-sepoi menambah sejuknya udara pagi berselimut kabut tipis.
Pohon-pohon yang rindang membuat orang betah duduk. Taman dihiasi pepohonan
pinus yang menjulang. Taman itu juga dihiasi beberapa ayunan yang terikat di pohon.
Di tengah taman terdapat lahan untuk berkuda. Aneka warung makan juga berjejer
turut melengkapi Taman Wisata Malino.

Catatan:
Fokus yang dibicarakan dalam paragraf tersebut adalah sebuah taman di tempat
wisata di Malino. Selain menggambarkan peristiwa, paragraf deskripsi dapat
digunakan untuk menjelaskan objek benda atau manusia.

46

3. Paragraf Eksposisi
Gaya pengungkapan paragraf eksposisi lebih sering dimanfaatkan pada ragam nonfiksi.
Paragraf eksposisi bersifat informatif dan pada umumnya ditemukan dalam laporan,
wacana kiat-kiat yang menjelaskan proses atas suatu hal, tulisan dengan klasifikasi,
pemaparan dengan ilustrasi, dan pengembangan definisi.
Contoh paragraf eksposisi klasifikasi:
Pemerintah akan memberikan bantuan pembangunan rumah atau bangunan kepada
korban banjir bandang di Luwu Utara. Bantuan pembangunan rumah atau bangunan
tersebut disesuaikan dengan tingkat kerusakannya. Warga yang rumahnya rusak
ringan mendapat bantuan sekitar 15 juta. Warga yang rumahnya rusak sedang
mendapat bantuan sekitar 40 juta. Warga yang rumahnya rusak berat
mendapat bantuan sekitar 70 juta. Calon penerima bantuan tersebut ditentukan
oleh data yang terhimpun dari aparat desa, camat, hingga tingkat kabupaten.

Catatan:
Kalimat klasifikasi berada pada (1) warga yang rumahnya rusak ringan mendapat
bantuan sekitar 15 juta; (2) warga yang rumahnya rusak sedang mendapat bantuan
sekitar 40 juta; dan kalimat (3) warga yang rumahnya rusak berat mendapat bantuan
sekitar 70 juta.

47


Click to View FlipBook Version