The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Materi tentang empat pilar kebangsaan untuk penguatan nasionalisme pelajar Pancasila

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by azzakomunika, 2021-05-17 08:24:38

4 PILAR KEBANGSAAN

Materi tentang empat pilar kebangsaan untuk penguatan nasionalisme pelajar Pancasila

Keywords: pilar kebangsaan

Ngawi. 7 Februari 2021



Video

WELCOME

BU INA AMMANIA

Biodata Staf Milenial Suyanto.id
(Prof.Suyanto,P.h.D. Guru Besar UNY &
WA 08123329123 _ 0818 212 789_ 0816234 148 anggota BSNP)
Email: [email protected]
[email protected] Anggota Komisi Nasional Pendidikan
Provinsi Jawa Timur
Website :
https://edukasibelajaripa.blogspot.com/ Presenter & Pemakalah Seminar Nasion
Chanel : Guru Berprestasi Kemdikbud 2019
http://bit.do/mediakomunika
Pemakalah Simposium Nasional
Pengurus MGMP IPA P4TK IPA 2019
Penulis 12 buku:
Terbaru 2020: Taman Literasi Masa Pandemi Penulis Terpilih cerpen Even StarLight
Finalis artikel perlindungan guru Penulis Terpilih Lomba Puisi 2020
Kemdikbud 2018 Sagama Pasca Sarjana UGM

Finalis KTI P4TK IPA 2019 Finalis INOBEL Kemdikbud 2019

Juara Favorit pembelajaran
kolaboratif guru siswa oleh Yayasan
Pendidikan Astra & Jura Lomba Cerita
Rakyat Jatim 2020

Finalis Penghargaan Guru
berdedikasi dan inovatif Kemdikbud
2020

Ice breaking Tebak Kata

Ice breaking Tebak Kata

SOSIALISASI EMPAT PILAR 1
MPR RI

Pancasila sebagai Dasar
dan Ideologi Negara

Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sebagai Konstitusi

Negara serta Ketetapan MPR

Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagai Bentuk Negara

Bhineka Tunggal Ika sebagai
Semboyan Negara

DASAR HUKUM SOSIALISASI 2

D UU NOMOR 27 TAHUN 2009
A tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD,
S Pasal 15 Ayat (1) huruf e

A KOMITMEN
PIMPINAN MPR
R KEPUTUSAN MPR RI NO. 1/MPR/ 2010 MEMASYARAKATKAN

Tentang Peraturan Tata Tertib MPR, PANCASILA,
UUD NRI TAHUN
H Pasal 22 ayat (1) huruf e
1945, NKRI,
U BHINNEKA
TUNGGAL IKA

K INPRES NO.6 TAHUN 2005 tentang
Dukungan kelancaran pelaksanaan
U Sosialisasi UUD NRI Tahun 1945 yang

M dilakukan oleh MPR



TANTANGAN KEBANGSAAN 3

Menurut TAP MPR No.VI Tahun 2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa

Masih lemahnya penghayatan dan pengamalan

I agama serta munculnya pemahaman terhadap
ajaran agama yang keliru dan sempit.

N Pengabaian terhadap kepentingan daerah serta
T timbulnya fanatisme kedaerahan.

E Kurang berkembangnya pemahaman dan
penghargaan atas kebinnekaan dan

R kemajemukan.

N Kurangnya keteladanan dalam sikap dan perilaku
sebagian pemimpin dan tokoh bangsa.

A

L Tidak berjalannnya penegakan hukum
secara optimal.

TANTANGAN KEBANGSAAN 4

Menurut TAP MPR No.VI Tahun 2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa

E Pengaruh Globalisasi
kehidupan yang semakin
K meluas dan persaingan

S antar bangsa yang

T semakin tajam.

E

R Makin Kuatnya
N intensitas intervensi
kekuatan
A global dalam
L perumusan kebijakan

nasional.









PANCASILA

KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

Dasar dan Ideologi Negara

Filosofische Grondslag PANCASILA PANDANGAN
PEMERSATU HIDUP
yaitu sebagai fondamen,
filsafat, pikiran yang BANGSA (WAY OF LIFE)
mendalam

PANCASILA SEBAGAI DASAR DAN IDEOLOGI NEGARA

Pancasila Sebagai Dasar Negara berarti Pancasila menjadi dasar untuk
mengatur penyelenggaraan negara dan seluruh warga negara Indonesia.

Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 alenia keempat terdapat rumusan sila-sila Pancasila

sebagai dasar negara Indonesia. Rumusan sila-sila Pancasila itulah
dalam hukum positif Indonesia secara yuridis-konstitusional sah, berlaku,
dan mengikat seluruh lembaga negara, lembaga masyarakat, dan setiap

warga negara, tanpa kecuali.

Pancasila sebagai ideologi negara, dapa dimaknai sebagai sistem
kehidupan nasional yang meliputi aspek etika/moral, politik, ekonomi,
sosial budaya dan pertahanan keamanan dalam rangka pencapaian cita-

cita dan tujuan bangsa yang berlandaskan dasar negara.

Sumber : Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, 2012, hal. 87 - 94

PROSES PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

SIDANG PERTAMA BPUPKI PANITIA KECIL/PANITIA SIDANG PPKI
SEMBILAN (PANCASILA DALAM
(Ir. SOEKARNO
MENAWARKAN 5 PRINSIP (PANCASILA DALAM PEMBUKAAN
PIAGAM JAKARTA) UUD NRI TAHUN 1945)
DASAR NEGARA YANG
DIBERI NAMA PANCASILA) 22 JUNI 1945 18 AGUSTUS 1945

1 JUNI 1945

DASAR PIAGAM JAKARTA PANCASILA
NEGARA/PANCASILA
1. Ketuhanan Dengan 1. Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Kebangsaan Indonesia 2. Kemanusiaan Yang Adil
2. Internasionalisme Atau Kewajiban Menjalankan
Dan Beradab
Peri-kemanusiaan Syariat Islam Bagi Pemeluk- 3. Persatuan Indonesia
3. Mufakat Atau Demokrasi 4. Kerakyatan Yang Dipimpin
4. Kesejahteraan Sosial Pemeluknya
5. Ketuhanan Oleh Hikmat Kebijaksanaan
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Dalam Permusyawaratan /
Perwakilan
Beradab 5. Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia
3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan Yang Dipimpin

Oleh Hikmat Kebijaksanaan

Dalam Permusyawaratan /

Perwakilan

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh

Rakyat Indonesia

Rangkaian dokumen sejarah perumusan Pancasila yang bermula dari 1 Juni 1945, 22 Juni 1945, hingga
teks final 18 Agustus 1945, dapat dimaknai sebagai satu kesatuan dalam proses kelahiran Pancasila
sebagai dasar negara. (Sumber: Buku Empat Pilar MPR, 2012, hal 41)

SEJARAH PEMBENTUKAN
BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN

KEMERDEKAAN INDONESIA (BPUPKI)

Dimasa Akhir Perang Asia Timur Raya Tahun 1945, Pada tanggal 29
April 1945, Dibentuk Suatu Badan Yang Diberi Nama BPUPKI Yang

Bertugas Untuk Menyelidiki Hal-hal Penting Yang Berhubungan
Dengan Berbagai Hal Yang Diperlukan untuk Kemerdekaan Bangsa

Indonesia.

MASA SIDANG I SUSUNAN MASA SIDANG I
(29 Mei – 1 Juni 1945) PENGURUS BPUPKI (10 – 17 Juli 1945)

MEMBICARAKAN TERDIRI DARI 69 MEMBAHAS
PERUMUSAN DASAR ORANG + 7 RANCANGAN UNDANG-
NEGARA INDONESIA
ANGGOTA ISTIMEWA. UNDANG DASAR
MERDEKA KETUA BPUPKI
ADALAH

DR. K.R.T RADJIMAN
WEDIODININGRAT

SUSUNAN PENGURUS BPUPKI

• Ketua : Dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat
• Wakil Ketua I : Itjibangase Yosio
• Wakil Ketuan II : Raden Panji Soeroso

NO Anggota N Anggota NO Anggota Tambahan
Masa Sidang I (29 Mei – 1 Juni 1945) O Masa Sidang I (29 Mei – 1 Juni 1945) Masa Sidang II (10 – 17 Juli 1945)

1 A.R. Baswedan 31 Mr. K.R.M.T Wongsonagoro 61 Adbdul Kaffar
2 Abdoel Kadir 32 Mr. Mohammad Yamin 62 B.K.P.A Soerjo Hamidjojo
3 A. Kahar Moezzakir 33 Mr. R. Ahmad Soebardjo 63 Pangeran Mohammad Noor
4 Abikoesno Tjokrosoejoso 34 Mr. R. Hindromartono 64 K.H. Abdul Fatah Hasan
5 Agus Muhsin Dasaad 35 Mr. R. Mas Sartono 65 Mr. Mas Besar Martokoessoemo
6 Bendoro Pangeran Hario Poeroebojo 36 Mr. R. Pandji Singgih 66 R. Asikin Natanegara
7 Bendoro Pangeran Hario Bintoro 37 Mr. R. Samsoedin
8 R. Boentaran Martoatmodjo 38 Mr. R. Sastromoeljono NO Anggota Istimewa
9 Dr. Samsi Sastrawidagda 39 Mr. R. Soewandi
10 Dr. Soekiman Wirjosandjojo 40 Mr. Soesanto Tirtoprojo 1 Ide Teitiro
11 Drs. K.R.M Ario Sosrodiningrat 41 Mr. Tan Eng Hoa 2 Itagaki Masamitu
12 Drs. Mohammad Hatta 42 Ny. Mr. Maria Ulfa Santoso 3 Masuda Toyohiko
13 K.H. Abdoel Wachid Hasyim 43 Ny. R. Soekaptinah S. Mangoenpoepita 4 Matuura Mitikiyo
14 H. Agus Salim 44 Oei Tiang Tjoei 5 Miyano Syoozoo
15 Ir. R Ashar Sutedjo Moenandar 45 Oei Tjong Hauw 6 Tanaka Minoru
16 Ir. R.M. Panjdi Soerachman Tjokroadisoerjo 46 P.F. Dahler 7 Takonomi Tokuzi
17 Ir. Soekarno 47 Parada Harahap
18 K.H Abdoel Halim 48 Prof. Dr. Mr. R. Soepomo
19 K.H Ahmad Sanoesi 49 Prof. Dr. Pangeran Ario Housein
20 K.H. Mas Mansoer 50 Djajadiningrat
21 K.H. Masjkoer 51 Prof. Dr. R. Asikin Widjajakoesoema
22 K.R.M.T Hario Woerjaningrat 52 Prof. Ir. R. Rooseno
23 Ki Bagoes Hadikoesoemo 53 R.A.A Soemitro Kolopaking Poerbonegoro
24 Ki Hajar Dewantara 54 R.A.A Wiranatakoesoemah
25 Lim Koen Hian 55 R. Abdoelrahim Pratalykrama
26 Mas Aris 56 R.M Margono Djojohandikoesoemo
27 Mas Soetardjo Kartohadikoesoemo 57 R.M.T Ario Soerjo
28 Mr. A.A Maramis 58 R. Otto Iskandardinata
29 Mpt.Dr.R. Koesomaatmadja 59 R. Roeslan Wongsokoesoemo
30 Mr. K Latuharhary 60 R. Soedirman

R. Soekardjo Wirjopranoto
Sumber: Setjen MPR RI, Konstitusi dan MPR Dalam Dinamika Sejarah, 2014, hal 61-62



PIDATO SOEKARNO 1 JUNI 1945

PANCASILA TRISILA EKASILA

Kebangsaan Sosio GOTONG
Nasionalisme ROYONG
Internasionalisme
atau Sosio
Demokrasi
Perikemanusiaan
Ketuhanan
Mufakat atau
Demokrasi
Kesejahteraan

Sosial

Ketuhanan

(Sumber: Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegaram 2011, hal 32-33)

12

PANITIA DELAPAN

Ir. Soekarno R. Otto Iskandardinata
(Ketua) (Kebangsaan)

Drs. Moh. Hatta M. S
(Kebangsaan) Kartohadikoesoemoe

Mr. Moh Yamin (Kebangsaan)
(Kebangsaan)
Ki Bagoes
Hadikoesoemoe

(Islam)

Mr. A. A Maramis K.H Wachid Hasjim
(Kebangssaan) (Islam)

(Sumber: Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegaram, 2012, hal 35)

PANITIA SEMBILAN

Ir. Soekarno Mr. A. Soebardjo
(Ketua) (Kebangsaan)

Drs. Moh. Hatta K.H Wachid
(Kebangsaan) Hasjim (Islam)

Mr. Moh Yamin H. Agus Salim
(Kebangsaan) (Islam)

K.H. Kahar
Moezakkir

(Islam)

Mr. A. A Maramis R. Abikoesno
(Kebangssaan) Tjokrosoejoso

(Islam)

(Sumber: Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegaram, 2012, hal 36)

14

PIAGAM JAKARTA 22 JUNI 1945

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat
yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan
pintu gerbang Kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur.

Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka Rakyat Indonesia dengan
ini menyatakan kemerdekaannya.

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan
untuk memajukan kesedjahteraan umum, mencerdaskan kehidupan Bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasar kepada:
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan sjariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

16

17

PEMBUKAAN UUD TAHUN 1945

(Disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI)

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan
di atas dunia harus dihapuskan,karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

NASKAH PEMBUKAAN UUD TAHUN 1945 TERSEBUT
MERUPAKAN KESEPAKATAN FINAL, SAH DAN MENGIKAT SELURUH RAKYAT DAN BANGSA
INDONESIA. SEJAK DISAHKAN TANGGAL 18 AGUSTUS 1945, PANCASILA RESMI MENJADI DASAR NEGARA

PRINSIP-PRINSIP DALAM PEMBUKAAN (PREAMBULE) 18
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Pengakuan HAM Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
Sebagai Hak sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Universal Segala
Bangsa

Penegasan Tentang Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
Perjuangan kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa
Pergerakan mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Kemerdekaan
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan
Pengakuan Terhadap Nilai- oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas,
Nilai Religi, Tekad Untuk maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Merdeka, Pernyataan Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Bukan Negara Sekuler dan Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
Bukan Negara Agama mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
1. Hakikat Tujuan maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Negara; Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
2. Cara Mencapai berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
Tujuan Negara beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
Melalui Hukum kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
Dasar dan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kedaulatan
Rakyat;

3. Prinsip Dasar
Penyelenggaraan
Negara.



INTISARI NILAI-NILAI 19
YANG TERKANDUNG DALAM PANCASILA

SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang ber-Tuhan dan menolak paham anti Tuhan (atheisme)

Pada prinsipnya bangsa Indonesia wajib untuk menyembah
Tuhannya dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya

masing-masing secara leluasa, berkeadaban,

Pada prinsipnya bangsa Indonesi melaksanakan perintah agama
dan kepercayaannya masing-masing dengan tetap mengedepankan

harmoni dalam kehidupan bermasyarakat, bebrbangsa dan
bernegara

Pada prinsipnya bangsa Indonesia menjalankan perintah agama
dan kepercayaannya masing-masing dengan cara berbudi pekerti

luhur dan sikap saling menghormati

20

SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

Pada prinsipnya menegaskan bahwa
Indonesia adalah negara bangsa (nation
state) yang merdeka, bersatu dan berdaulat
menuju kepada kekeluargaan bangsa-

bangsa di dunia

Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang menghendaki
pergaulan bangsa-bangsa di duniad dengan

prinsip saling menghormati nilai-nilai
nasionalisme setiap bangsa yang tumbuh
subur dalam taman sarinya bangsa-bangsa

di dunia
Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa

Indonesia merupakan bagian dari
kemanusiaan universal yang menjunjung

tinggi hak asasi manusia dan
mengembangkan persaudaraan dunia
berdasarkan nilai-nilai keadilan dan

keadaban

21

SILA PERSATUAN INDONESIA

Pada prinsipnya menegaskan bahwa kita
mendirikan suatu Negara Kebangsaan Indonesia
untuk seluruh rakyat Indonesia, bukan negara
untuk satu kelompok, maupun untuk satu golongan

Pada prinsipnya menegaskan bahwa Persatuan
Indonesia bernafaskan semangat kebangsaan yang

melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia yang senasib dan sepenanggungan

dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia

Pada prinsipnya menegaskan bahwa Persatuan
Indonesia adalah sikap kebangsaan yang saling

mengormati perbedaan dan keberagaman
masyarakat dan bangsa Indonesia

Pada prinsipnya menegaskan kebangsaan Indonesia
bukanlah kebangsaan yang sempit dan berlebihan

(chauvinisme), melainkan kebangsaan yang
menghormati eksistensi bangsa-bangsa lain

SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT 22

KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN

Pada prinsipnya menegaskan bahwa negara Indonesia
adalah negara demokrasi yang mengakui dan menjunjung

tinggi kedaulatan rakyat

Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia
memelihara dan mengembangkan semangat

bermusyawarah untuk mufakat dalam pengambilan setiap
keputusan

Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia
meyakini jalan musyawarah untuk mufakat dapat menjaga

keselamatan dan keberlangsungan bangsa dan negara

Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia
tidak mengenal sistem diktator mayoritas dan tirani
minoritas

Pada prinsipnya bangsa Indonesia dalam mengambil
keputusan senantiasa dipimpin oleh nilai-nilai ketuhanan,

kemanusiaan, persatuan, dan keadilan dalam semangat
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan untuk

mewujudkan keadilan

23

SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT
INDONESIA

Pada prinsipnya negara Indonesia didirikan untuk
bersungguh-sungguh memajukan kesejahteraan
bagi seluruh rakyat Indonesia baik lahir maupun
batin

Pada prinsipnya dalam negara Indonesia setiap
warga negara berhak untuk mendapatkan
pekerjaan dan penghidupan yang layak,

bermartabat dan berkeadilan bagi kemanusiaan

Pada prinsipnya negara Indonesia wajib menjamin
setiap warga negara untuk mendapatkan

pendidikan, pekerjaan dan penghidupan yang
layak, bermartabat dan berkeadilan

BAHAN TAYANG
UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 1945

SEKRETARIAT JENDERAL MPR RI
TAHUN 2017

26

SEJARAH PERJALANAN UNDANG-UNDANG DASAR

UUD 1945 KONSTITUSI UUD UUD 1945 UUD NRI
RI SERIKAT SEMENTARA Tahun
18 AGUSTUS 1945 Dekrit Presiden
S.D. 27 DESEMBER 1949 1950 5 JULI 1959 S.D. 1945 Hasil
Perubahan
1949 27 DESEMBER 1949 17 AGUSTUS 1950 TAHUN 1999
S.D. 5 JULI 1959 1. Perubahan
1. Masa peralihan S.D. 17 AGUSTUS 1. Di bagian konsideran pertama tahun
revolusi fisik 1. Lembaga disebutkan bahwa 1999, ditetapkan
belum tuntas 1950 konstituante Piagam Jakarta Tanggal 19
selama 2,5 tertanggal 22 Juni Oktober 1999.
2. Rongrongan 1. Banyak negara Tahun belum 1945 menjiwai UUD
penjajah tidak bagian yang dapat 1945 dan adalah 2. Perubahan kedua
mengakui tidak tunduk menyelesaikan merupakan suatu tahun 2000,
kemerdekaan kepada tugasnya rangkaian kesatuan ditetapkan
Indonesia pemerintah dengan Konstitusi tanggal 18
federal 2. Rapat tidak tersebut Agustus 2000.
3. Praktek memenuhi
penyelenggaraa 2. Wibawa Kuorum 2. Menetapkan UUD 3. Perubahan ketiga
n negara pemerintah 1945 berlaku lagi tahun 2001,
menggunakan berkurang 3. Situasi tanah air segenap bangsa ditetapkan
sistem semakin genting Indonesia dan seluruh tanggal 9
parlementer 3. Dari 16 negara tumpah darah November 2001.
sedangkan UUD bagian hanya 3 4. Tanggal 5 Juli Indonesia terhitung
1945 negara bagian 1959 Presiden mulai hari tanggal 4. Perubahan
menggunakan yang tunduk : mengeluarkan penetapan dekrit ini keempat tahun
sistem negara republik Dekrit untuk dan tidak berlakunya 2002, ditetapkan
Presidensiil indonesia , kembali ke UUD lagi UUDS 1950 tanggal 10
Indonesia timur, 1945 Agustus 2002.
dan negara
sumatera timur

PROSES PERUBAHAN 27
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Tuntutan Reformasi Sebelum Perubahan Latar Belakang Tujuan Perubahan
Perubahan
Antara lain: 1. Pembukaan Menyempurnakan aturan
1.Amandemen UUD 1945 2. Batang Tubuh 1. Kekuasaan tertinggi di dasar, mengenai:
2.Penghapusan doktrin tangan MPR 1.Tatanan negara
- 16 bab 2.Kedaulatan Rakyat
Dwi Fungsi ABRI - 37 pasal 2. Kekuasaan yang sangat 3.HAM
3.Penegakan hukum, HAM, - 49 ayat besar pada Presiden 4.Pembagian kekuasaan
- 4 pasal Aturan 5.Kesejahteraan Sosial
dan pemberantasan KKN 3. Pasal-pasal yang terlalu 6.Eksistensi negara
4.Otonomi Daerah Peralihan “luwes” sehingga dapat demokrasi dan negara
5.Kebebasan Pers - 2 ayat Aturan menimbulkan multitafsir hukum
6.Mewujudkan kehidupan 7.Hal-hal lain sesuai dengan
Tambahan 4. Kewenangan pada perkembangan aspirasi dan
demokrasi 3. Penjelasan Presiden untuk mengatur kebutuhan bangsa
hal-hal penting dengan
undang-undang

5. Rumusan UUD 1945
tentang semangat
penyelenggara negara
belum cukup didukung
ketentuan konstitusi

Hasil Perubahan Sidang MPR Kesepakatan Dasar Dasar Yuridis

1. Pembukaan 1. Sidang Umum MPR 1999 1. Tidak mengubah 1. Pasal 3 UUD 1945
2. Pasal-pasal: Tanggal 14-21 Okt 1999 Pembukaan UUD 1945 2. Pasal 37 UUD 1945
- 21 bab 3. TAP MPR No.IX/MPR/1999
- 73 pasal 2. Sidang Tahunan MPR 2. Tetap mempertahankan 4. TAP MPR No.IX/MPR/2000
- 170 ayat 2000 Negara Kesatuan 5. TAP MPR No.XI/MPR/2001
- 3 pasal Aturan Peralihan Tanggal 7-18 Agt 2000 Republik Indonesia
- 2 pasal Aturan Tambahan
3. Sidang Tahunan MPR 3. Mempertegas sistem
2001 presidensiil
Tanggal 1-9 Nov 2001
4. Penjelasan UUD 1945
4. Sidang Tahunan MPR yang memuat hal-hal
2002 normatif akan dimasukan
Tanggal 1-11 Agt 2002 ke dalam pasal-pasal

5. Perubahan dilakukan
dengan cara “adendum”

NASKAH RESMI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK 28
INDONESIA TAHUN 1945

Naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan
Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi pada
tanggal 22 Juli 1959 oleh Dewan Perwakilan Rakyat (sebagaimana tercantum
dalam Lembaran Negara Nomor 75 Tahun 1959)

Naskah Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (hasil Sidang Umum MPR Tahun 1999), sebagaimana tercantum
dalam Lembaran Negara Nomor 11 Tahun 2006

Naskah Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2000), sebagaimana tercantum
dalam Lembaran Negara Nomor 12 Tahun 2006

Naskah Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2001), sebagaimana tercantum
dalam Lembaran Negara Nomor 13 Tahun 2006

Naskah Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2002), sebagaimana tercantum
dalam Lembaran Negara Nomor 14 Tahun 2006

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu
Naskah (Risalah Rapat Paripurna ke-5 Sidang Tahunan MPR Tahun 2002
Sebagai Naskah Perbantuan Dan Kompilasi Tanpa Ada Opini)

29

BENTUK DAN KEDAULATAN
BAB I

Negara Indonesia ialah Negara
Kesatuan, yang berbentuk Republik

[Pasal 1 (1)]

Negara Indonesia Kedaulatan berada di
adalah negara huku m tangan rakyat dan
dilaksanakan
[Pasal 1 (3)***] menurut Undang-
Undang Dasar

[Pasal 1 (2)***]

PENATAAN KEKUASAAN/LEMBAGA NEGARA 30
UUD NRI TAHUN 1945
PUSAT

kpu BPK bank Presiden DPR MPR DPD MA MK KY
sentral
kementerian Badan-badan lain
negara Yang fungsinya
dewan Berkaitan dengan
Kekuasaan
pertimbangan kehakiman

TNI/POLRI

Perwakilan Pemerintahan Daerah Lingkungan DAERAH
BPK Provinsi Provinsi
Peradilan Umum
Gubernur DPRD
Lingkungan
` Peradilan Agama

Pemerintahan Daerah Lingkungan
Kabupaten/Kota Peradilan Militer

Bupati/ DPRD Lingkungan
Walikota Peradilan TUN

Legislatif Eksekutif Yudikatif

DPR Presiden MA MK

Memegang kekuasaan Memegang kekuasaan Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
membentuk UU pemerintahan yang merdeka untuk menyelenggarakan
Pasal 20 (1)* Pasal 4 (1) peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan
Pasal 24 (1)***

MAJELIS PERMUSYAWARATAN 31
RAKYAT BAB II

ANGGOTA MPR ANGGOTA
DPR DPR
dan
ditambah
UTUSAN ANGGOTA
DAERAH dan DPD
GOLONGAN
Dipilih melalui

pemilu

Wewenang Sebelum Perubahan Wewenang Sesudah Perubahan

1. Menetapkan dan mengubah UUD 1945; 1. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar
[Pasal 3 ayat (1)*** dan Pasal 37**** ];
2. Menetapkan garis-garis besar daripada haluan
negara; 2. Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden [Pasal 3
ayat (2)***/**** ];
3. Memilih dan memberhentikan Presiden dan
Wakil Presiden; 3. Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden
dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang
4. Membuat Putusan yang tidak dapat dibatalkan Dasar [Pasal 3 ayat (3)***/****];
oleh lembaga negara lainnya;
4. Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan
5. Memberikan penjelasan/penafsiran terhadap oleh Presiden dalam hal terjadi kekosongan Wakil
Putusan MPR; Presiden [Pasal 8 ayat (2)***];

6. Meminta pertanggungjawaban Presiden. 5. Memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan
calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh
partai politik atau gabungan partai politik yang
pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih
suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan
umum sebelumnya sampai berakhir masa jabatannya
[Pasal 8 ayat (3)****].

32

MEKANISME PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR

LEMBAGA YANG PROSES PERUBAHAN OBJEK PERUBAHAN
BERWENANG

MPR berwenang Usul perubahan diajukan secara Pasal-Pasal
mengubah dan diajukan oleh tertulis dan Undang-Undang Dasar
sekurang-
menetapkan kurangnya 1/3 ditunjukkan dengan Yang tidak dapat
Undang-Undang dari jumlah jelas bagian yang dilakukan perubahan
anggota MPR diusulkan untuk
Dasar diubah beserta 1. Pembukaan Undang-
[Pasal 3 Ayat (1)] [Pasal 37 (1)****] alasannya Undang Dasar
[Pasal 37 (2)****] (Kesepakatan Dasar)

Putusan dilakukan sidang MPR dihadiri 2. Bentuk Negara
dengan persetujuan oleh sekurang- Kesatuan Republik
sekurang-kurangnya Indonesia
kurangnya 2/3 dari [Pasal 37 (5)****]
50% + 1 anggota jumlah anggota
dari seluruh anggota MPR
[Pasal 37 (3)****]
MPR
[Pasal 37 (4)****]

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 33

anggota DPR BAB VII anggota DPR
dipilih melalui dapat
pemilihan umum DPR
diberhentikan
[Pasal 19 (1)**] memegang dari jabatannya,
kekuasaan
membentuk UU yang syarat-
[Pasal 20 (1)*] syarat dan tata

caranya
diatur dalam
undang-undang

(Pasal 22B**)

Fungsi, Wewenang, dan Hak

Antara lain tentang:

1. memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan 7. pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam
fungsi pengawasan [Pasal 20A (1)**] ; pemberian amnesti dan abolisi [Pasal 14 (2)*] ;

2. mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak 8. persetujuan atas perpu [Pasal 22 (2)] ;
menyatakan pendapat [Pasal 20A (2)**] ;
9. pembahasan dan persetujuan atas RAPBN yang
3. pengajuan usul pemberhentian Presiden dan/atau diajukan oleh Presiden [Pasal 23 (2) dan (3)***] ;
Wakil Presiden [Pasal 7B (1)***] ;
10. pemilihan anggota BPK dengan memperhatikan
4. persetujuan dalam menyatakan perang, membuat pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***] ;
perdamaian dan perjanjian
[Pasal 11 (1) dan (2)****] ; 11. persetujuan calon hakim agung yang diusulkan oleh KY
[Pasal 24A (3)***] ;
5. pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam
pengangkatan duta [Pasal 13 (2)*] ; 12. persetujuan pengangkatan dan pemberhentian anggota
KY [Pasal 24B (3)***] ;
6. pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam
menerima penempatan duta negara lain 13. pengajuan tiga orang calon anggota hakim konstitusi
[Pasal 13 (3)*] ; [Pasal 24C (3)***] ;

MEKANISME PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG 34

Terkait dengan Dalam hal RUU
Kewenangan DPD tidak disahkan
dalam waktu
DPD DPR mendapat
persetujuan bersama 30 hari, RUU
dapat memegang tersebut sah
mengajukan RUU kekuasaan RUU dibahas Presiden menjadi UU
membentuk oleh DPR dan
yang sesuai Presiden untuk berhak dan wajib
dengan UU mengajukan diundangkan
[Pasal 20 (1)*] mendapat [Pasal 20 (5)**]
kewenangannya persetujuan RUU
[Pasal 22D (1)***] Anggota [Pasal 5 (1)*] mengesahkan
berhak bersama UU
ikut membahas mengajukan
dan memberikan usul RUU [Pasal 20 (2)*] [Pasal 20 (4)*]
(Pasal 21*)
pertimbangan tidak mendapat tidak boleh
atas RUU yang persetujuan bersama diajukan lagi
sesuai dengan
kewenangannya dalam
[Pasal 22D (2)***] persidangan

masa itu
[Pasal 20 (3)*]

37

DEWAN PERWAKILAN DAERAH
BAB VIIA

Anggota DPD dipilih dari DPD Anggota DPD dapat
setiap provinsi melalui pemilu diberhentikan dari
jabatannya, yang syarat-
[Pasal 22C (1)***] syarat dan tata caranya

Anggota DPD dari setiap diatur dalam
provinsi jumlahnya sama dan
jumlah seluruh anggota DPD itu undang-undang
[Pasal 22D (4)***]
tidak lebih 1/3 jumlah
anggota DPR

[Pasal 22C (2)***]

38

KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH

KEWENANGAN DPD

I. RUU yang berkaitan dapat ikut memberi dapat
dengan: mengajukan membahas pertimbangan melakukan
pengawasan

1. Otonomi daerah ● ● ●

2. Hubungan pusat dan daerah ● ●

3. Pembentukan dan pemekaran ● ●●
serta penggabungan daerah
● ●●
4. Pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ●
ekonomi lainnya
●●
5. Perimbangan keuangan pusat ●●
dan daerah ●●
●●
6. RAPBN ●

7. Pajak

8. Pendidikan

9. Agama
II. Pemilihan anggota BPK

SYARAT, MASA JABATAN, WEWENANG, KEWAJIBAN DAN HAK PRESIDEN/WAKIL PRESIDEN 39
BAB III

Calon Presiden dan calon Presiden/ Presiden dan Wakil Presiden
Wakil Presiden harus seorang Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan
warga negara Indonesia sejak secara langsung oleh rakyat
kelahirannya dan tidak pernah
menerima kewarganegaraan [Pasal 6A (1)***]
Presiden dan Wakil Presiden
lain karena kehendaknya memegang jabatan selama
sendiri, tidak pernah lima tahun, dan sesudahnya
dapat dipilih kembali dalam
mengkhianati negara, serta jabatan yang sama, hanya
mampu secara rohani dan untuk satu kali masa jabatan.
jasmani untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban sebagai (Pasal 7 *)
Presiden dan Wakil Presiden.

[Pasal 6 (1)***]

Wewenang, Kewajiban, dan Hak

Antara lain tentang:
1. memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD [Pasal 4 (1)];
2. berhak mengajukan RUU kepada DPR [Pasal 5 (1)*];
3. menetapkan peraturan pemerintah [Pasal 5 (2)*];
4. memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa [Pasal 9 (1)*];
5. memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL, dan AU (Pasal 10);
6. menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (1)****];
7. membuat perjanjian internasional lainnya… dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (2)***];
8. menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12);
9. mengangkat duta dan konsul [Pasal 13 (1)]. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (2)*];
10. menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (3)*];
11. memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA [Pasal 14 (1)*];
12. memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 14 (2)*];
13. memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan UU (Pasal 15)*;
14. membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden (Pasal 16)****;
15. pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri [Pasal 17 (2)*];
16. pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR [Pasal 20 (2)*] serta pengesahan RUU [Pasal 20 (4)*];
17. hak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti UU dalam kegentingan yang memaksa [Pasal 22 (1)];
18. pengajuan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23 (2)***];
19. peresmian keanggotaan BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***];
20. penetapan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh KY dan disetujui DPR [Pasal 24A (3)***];
21. pengangkatan dan pemberhentian anggota KY dengan persetujuan DPR [Pasal 24B (3)***];
22. pengajuan tiga orang calon hakim konstitusi dan penetapan sembilan orang anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***].

PRESIDEN PERLU MENDAPAT PERSETUJUAN DAN PERTIMBANGAN DPR 40
SERTA PERTIMBANGAN MA

DPR Presiden MA

dengan menyatakan perang, membuat perdamaian dan
persetujuan perjanjian dengan negara lain dan internasional
lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan
dengan
pertimbangan mendasar bagi kehidupan rakyat
[Pasal 11 (1)**** dan (2)***]

menyatakan keadaan bahaya
(Pasal 12)

mengangkat dan menerima Duta
[Pasal 13 (2)* dan (3)*]

memberi grasi dan rehabilitasi dengan
[Pasal 14 (1)*] pertimbangan

dengan memberi amnesti dan abolisi
pertimbangan [Pasal 14 (2)*]

memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda
kehormatan yang diatur dengan
undang-undang
(Pasal 15 *)

41

KEMENTERIAN NEGARA DAN DEWAN PERTIMBANGAN

Presiden

membentuk suatu dibantu Pembentukan,
dewan pertimbangan menteri-menteri negara pengubahan, dan

yang bertugas [Pasal 17 (1)] pembubaran
memberikan nasihat yang diangkat dan kementerian negara
diberhentikan oleh Presiden diatur dalam undang-
dan pertimbangan
kepada Presiden [Pasal 17 (2)*] undang
membidangi urusan tertentu
(Pasal 16) **** [Pasal 17 (4) ***]
dalam pemerintahan
[Pasal 17 (3)*]


Click to View FlipBook Version