COVER
KALIGRAFI KONTEMPORER
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4 Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Pembatasan Pelindungan Pasal 26 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap: i Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual; ii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan; iii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan iv Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran. Sanksi Pelanggaran Pasal 113 1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). 2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
KALIGRAFI KONTEMPORER Cika Faradila Fadillah Rahmadana Putri Kurnia Rita Juliani Rahmatsyah Penerbit CV. MEDIA SAINS INDONESIA Melong Asih Regency B40 - Cijerah Kota Bandung - Jawa Barat www.medsan.co.id Anggota IKAPI No. 370/JBA/2020
KALIGRAFI KONTEMPORER Cika Faradila Fadillah Rahmadana Putri Kurnia | Rita Juliani | Rahmatsyah Editor: Rintho R. Rerung Tata Letak: Risma Birrang Desain Cover: Manda Aprikasari Ukuran: A5: 14,8 x 21 cm Halaman: ii, 57 ISBN: 978-623-195-605-7 Terbit Pada: Oktober 2023 Hak Cipta 2023 @ Media Sains Indonesia dan Penulis Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit atau Penulis. PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA (CV. MEDIA SAINS INDONESIA) Melong Asih Regency B40 - Cijerah Kota Bandung - Jawa Barat www.medsan.co.id
PRAKATA Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga tim dapat menyelesaikan buku yang berjudul “Kaligrafi Kontemporer” ini. Tak lupa tim mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penulisan dan juga penerbitan buku ini. Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat, bagi para pembaca sekalian. Terima kasih. Medan, September 2023 Penulis i
DAFTAR ISI PRAKATA ............................................... i DAFTAR ISI .......................................... ii BAB I. PENDAHULUAN ..................... 1 BAB II. KALIGRAFI ............................ 7 2.1.Pengertian Kaligrafi........................ 7 2.2. Jenis-Jenis Kaligrafi ...................... 12 BAB III. KALIGRAFI KONTEMPORER................................ 39 BAB IV. KALIGRAFI KONTEMPORER RANTING TEH.. 45 BAB V. PENUTUP............................... 57 DAFTAR PUSTAKA ........................... 58 GLOSARIUM ....................................... 60 ii
BAB I PENDAHULUAN Perkembangan kaligrafi tumbuh sebanding dengan minat baru dalam teks Al-Qur’an sebagai pembimbing untuk semua pemikiran dan aktivitas, keinginan untuk menjaganya dan menyampaikannya secara akurat. Perkembangan kaligrafi dalam sejarah kebudayaan Islam, sejak awal tumbuhnya, perlu dilihat dari banyak faktor yang mendukungnya. Dapat diklasifikasikan ada dua perspektif pokok yang perlu dibahas, pertama perspektif doktrin agama, dan kedua, perspektif sejarah. Memandang kaligrafi dari perspektif doktrin agama, hal ini juga didukung oleh citra bahwa kaligrafi, dalam 1
Islam, dipandang sebagai manifestasi semangat religiusitas. Ini bermula dari pernyataan-pernyataan Allah sendiri dalam Al-Qur’an, dan sunnah-sunnah yang ditunjukkan Nabi. Kualitas religius yang suci ini akhirnya menjadi ciri yang sangat tipikal dalam apresiasi kaligrafi dalm peradaban Islam. Kemudian, kembali pada perspektif doktrin agama, aspek terakhir dari pembahasan ini adalah adanya kelekatan kaitan antara aspek religiusitas Islam dengan nilai estetika seni Islam secara umum. Ibadah dan dzikir untuk Allah yang dilakukan berulang-ulang, misalnya 2
tercermin dalam pengulangan pola-pola geometris yang tak terbatas, yang memenuhi hampir seluruh permukaan dinding masjid atau istana dalam arsitektur Islam. Kaligrafi ayat-ayat Al-Qur’an pun ditulis pada sudut-sudut pandang strategis, atau disela-sela ornamen dekoratif, dengan pengulangan-pengulangan tertentu bila memang diperlukan. Selanjutnya pada perspektif kedua, perspektif sejarah, kita melihat bahwa perkembangan kaligrafi (seni Islam secara umum) didukung oleh beberapa aspek, atau pihak-pihak yang berperan yang terjadi dalam sejarah Islam. 3
Pertama, yakni pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan yang demikian pesat dalam peradaban Islam pada seputar Abad Pertengahan. Di kurun ini keterlibatan masyarakat Islam dengan tulis-menulis menjadi semakin nyata. Mereka saling berlomba-lomba memperindah kualitas tulisan untuk menulis naskah-naskah buku. Apalagi setelah adanya produksi kertas sejak tahun 751 M, sehingga para kaligrafer dapat berkreasi lebih leluasa. Kertas merupakan salah satu faktor utama bagi perkembangan gaya tulisan kursif ornamental (lentur indah), yang sebelum 4
didominasi oleh gaya Kufi yang kaku. Faktor kedua yang menjadikan kaligrafi berkembang pesat terutama pada abad-abad awal perkembangannya adalah peran para raja dan elite-sosial. Mereka sangat mendukung perkembangan berbagai cabang seni Islam, seperti arsitektur, kaligrafi, ornamentasi dan sebagainya dalam berbagai media. 5
6
BAB II KALIGRAFI 2.1 Pengertian Kaligrafi Pada mulanya kaligrafi adalah sebuah ekspresi ide yang dilahirkan dalam bentuk menampilkan pesan tertulis seindah mungkin. Kaligrafi bukanlah sebuah teks, tapi membungkusnya dengan kemasan yang membuat teks berbicara lebih menggoda pikir. Kaligrafi adalah suatu ilmu dan seni menulis huruf Arab dengan indah, merangkai susunan hurufhuruf tunggal, letak-letaknya dan cara-cara merangkai menjadi sebuah kalimat tersusun, dimana rangkaian huruf-huruf itu dibuat dengan proporsi yang sesuai, baik jarak maupun ketepatan sapuan huruf, 7
yang isinya mengenai ayat-ayat Al-Quran atau Al-Hadits. Istilah Kaligrafi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Kaligraphia atau Kaligraphos. Kata kaligrafi berasal dari Kallos yang berarti indah dan grapho yang artinya tulisan. Sehingga kata kaligrafi mempunyai dua unsur, yaitu tulisan (aksara) dan keindahan (nilai estetis). Dalam bahasa Arab, kaligrafi disebut Khatt, yaitu dasar garis, coretan tangan, atau tulisan pena. Dengan demikian, Khatt atau kaligrafi adalah tulisan indah yang memiliki nilai estetis (Hiyani, 2007). 8
Khat (kaligrafi) adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya dan cara merangkainya menjadi sebuah tulisan yang tersusun. Atau apa yang ditulis diatas garis-garis; bagaimana cara menulisnya dan menentukan mana yang tidak perlu ditulis; mengubah ejaan yang perlu diubah serta menentukan cara mengubahnya. Kaligrafi merupakan suatu geometri spiritual yang dapat diekspresikan dengan perangkat fisik. Kaligrafi melahirkan suatu ilmu tersendiri tentang tata cara menulis, yang meneliti tentang tanda-tanda bahasa yang bisa dikomunikasikan, yang 9
diperoleh secara proporsional dan harmonis, yang dapat dilihat secara kasat mata dan diakui sebagai susunan yang dihasilkan lewat kerja kesenian. Kaligrafi juga merupakan apa-apa yang ditulis para ahli dengan sentuhan kesenian. Kaligrafi melahirkan suatu ilmu tersendiri tentang tata cara menulis, yang meneliti tentang tanda-tanda bahasa yang bisa dikomunikasikan, yang ditorehkan secara proporsional dan harmonis, yang dapat dilihat secara kasat mata dan diakui sebagai susunan yang dihasilkan lewat kerja kesenian. Berikut definisi dan pengertian kaligrafi dari beberapa sumber buku: 10
Menurut Al Qoshid (2000), kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letakletaknya, dan cara-cara merangkai menjadi sebuah kalimat tersusun. Menurut Sirojuddin (2006), kaligrafi adalah seni menulis huruf Arab dengan indah yang isinya mengenai ayat-ayat Al-Quran atau Al-Hadits. Menurut Rahman (2006), kaligrafi adalah rangkaian huruf-huruf hijaiyah yang memuat ayat-ayat Al-Quran maupun Al-Hadist ataupun kalimat hikmah dimana rangkaian huruf-huruf itu dibuat dengan proporsi yang sesuai, baik jarak maupun ketepatan sapuan huruf. 11
2.2 Jenis-Jenis Kaligrafi Menurut Sirojuddin (2006), kaligrafi arab terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu: 1. Tsulust Tulisan Tsulust merupakan tulisan yang sangat tua yang populer pada dekade awal periode Dinasti Abbasiyah, pada akhir abad kedelapan Masehi. Tulisan kaligrafi gaya Tsuluts sangat ornamental, dengan banyak hiasan tambahan dan 12
mudah dibentuk dalam komposisi tertentu untuk memenuhi ruang tulisan yang tersedia. Karena keindahan dan keluwesannya ini, gaya Tsuluts banyak digunakan sebagai ornamen arsitektur masjid, sampul buku, dan dekorasi interior. Karya kaligrafi yang menggunakan gaya Tsuluts bisa ditulis dalam bentuk kurva, dengan kepala meruncing dan terkadang ditulis dengan gaya sambung dan interseksi yang kuat. Bentuk dan lekukan hurufnya jelas dan gagah. Keindahannya terletak pada penataan 13
hurufnya yang serasi dan sejajar dengan disertai harakat dan hiasanhiasan huruf, sehingga jenis ini mempunyai nilai keindahan yang tinggi dibandingkan dengan jenis khat lainnya. 2. Naskhi Kaligrafi gaya Naskhi paling sering dipakai umat Islam, baik 14
untuk menulis naskah keagamaan maupun tulisan sehari-hari. Gaya Naskhi termasuk gaya penulisan kaligrafi tertua. Sejak kaidah penulisannya dirumuskan secara sistematis oleh Ibnu Muqlah pada abad ke-10, gaya kaligrafi ini sangat populer digunakan untuk menulis mushaf Alquran sampai sekarang. Karakter hurufnya sederhana, nyaris tanpa hiasan tambahan, sehingga mudah ditulis dan dibaca. Keindahan aliran ini disebabkan karena adanya iringan harakat atau syakal walaupun 15
pembentukannya sederhana. Atas dasar itulah, Naskhi sering dipakai untuk menyalin terjemahan dari naskah-naskah Yunani, India, Persia dan lain-lain pada zaman keemasan Islam. Selain dipakai untuk menyalin naskah Arab, aliran ini juga bisa dipakai dalam seni dekorasi ataupun lukisan Arab meskipun kurang cocok dengan kesederhanaannya. 3. Kufi 16
Gaya penulisan kaligrafi ini banyak digunakan untuk penyalinan Alquran periode awal. Karena itu, gaya Kufi ini adalah model penulisan paling tua di antara semua gaya kaligrafi. Gaya ini pertama kali berkembang di Kota Kufah, Irak, yang merupakan salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam sejak abad ke-7 M. Khat kufi mempunyai ciri istimewa dan berbeda dengan khatkhat lain. Khat kufi mudah dikenal, sifatnya yang bersudut17
sudut atau bersegi, mempunyai ukuran yang seimbang dan spesifik khat ini nampak lebih kokoh dan ringkas. Sapuan garis vertikalnya pendek manakala sapuan garis horizontal memanjang dalam ukuran yang sama lebar. Maka ini akan menyebabkan tulisan khat kufi kelihatan berbentuk segi empat panjang. Hal yang penting dalam menulis khat ini ialah menekankan bahwa khat kufi dari jenis tulisan yang bersiku-siku. 18
4. Riq’ah Kaligrafi gaya Riq’ah merupakan hasil pengembangan kaligrafi gaya Naskhi dan Tsuluts. Riq’ah dikembangkan oleh kaligrafer Daulah Utsmaniyah, lazim pula digunakan untuk tulisan tangan biasa atau untuk kepentingan praktis lainnya. Karakter hurufnya sangat sederhana, tanpa harakat, sehingga 19
memungkinkan untuk ditulis cepat. Khat ini digunakan sebagai tulisan harian di sekolah, kantor untuk berbagai kebutuhan, urusan bisnis dan rumah tangga. 5. Ijazah (Raihani) Tulisan ini diciptakan pertama kali oleh Ibnu Al-Bawwab sebagai pecahan yang dikembangkan dari asalnya yaitu Naskhi, Tsuluts, dan Muhaqqaq. Perbedaan khat Raihani dengan Tsulutsi terletak pada 20
pukulan garis yang lurus dan tajam mulus. Adapun corak yang membedakan dengan Muhaqqaq adalah bentuk poros/pusat lekukan yang tak pernah tersumbat. Gaya ini lazim digunakan untuk penulisan ijazah dari seorang guru kaligrafi kepada muridnya. Karakter hurufnya seperti Tsuluts, tetapi lebih sederhana, sedikit hiasan tambahan, dan tidak lazim ditulis secara bertumpuk (murakkab). 21
6. Diwani Gaya kaligrafi Diwani dikembangkan oleh kaligrafer Ibrahim Munif. Kemudian, disempurnakan oleh Syaikh Hamdullah dan kaligrafer Daulah Usmani di Turki akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16. Gaya ini digunakan untuk menulis kepala surat resmi kerajaan. Karakter gaya ini bulat dan tidak berharakat. Keindahan tulisannya bergantung 22
pada permainan garisnya yang kadang-kadang pada huruf tertentu meninggi atau menurun, jauh melebihi patokan garis horizontalnya. Model kaligrafi Diwani banyak digunakan untuk ornamen arsitektur dan sampul buku. 7. Diwani Jali Gaya Diwani Jali merupakan pengembangan gaya Diwani. Gaya penulisan kaligrafi ini diperkenalkan oleh Hafiz Usman, seorang 23
kaligrafer terkemuka Daulah Usmani di Turki. Anatomi huruf Diwani Jali pada dasarnya mirip Diwani, namun jauh lebih ornamental, padat, dan terkadang bertumpuk-tumpuk. Berbeda dengan Diwani yang tidak berharakat, Diwani Jali sebaliknya sangat melimpah. Harakat yang melimpah ini lebih ditujukan untuk keperluan dekoratif dan tidak seluruhnya berfungsi sebagai tanda baca. Karenanya, gaya ini sulit dibaca secara selintas. Biasanya, model ini digunakan untuk aplikasi yang tidak fungsional, seperti 24
dekorasi interior masjid atau benda hias. 8. Farisi Kaligrafi gaya Farisi dikembangkan oleh orang Persia dan menjadi huruf resmi bangsa ini sejak masa Dinasti Safawi sampai sekarang. Kaligrafi Farisi sangat mengutamakan unsur garis, ditulis tanpa harakat, dan kepiawaian 25
penulisnya ditentukan oleh kelincahannya mempermainkan tebal-tipis huruf dalam takaran yang tepat. Gaya Farisi memiliki kecenderungan kemiringan huruf ke kanan yang tidak terjadi pada khat jenis lainnya) dan ditulis tanpa harakat ataupun hiasan. Khat ini sampai sekarang masih tetap dipakai oleh orang-orang Iran, Pakistan, baik formal maupun nonformal. 26
Terdapat banyak pendapat yang menyangkut asal-usul kali grafi Arab, sebagian mendasarkan dari data-data historis yang bisa dilacak dan diuji validitasnya, sebagian lagi mendasarkannya kepada keyakinankeyakinan mistis yang kerap tidak terang ujung pangkalnya, maka sulit dibuktikan secara ilmiah. Namun demikian dapat dijelaskan tulisan (termasuk kaligrafi Arab) tidak tercipta secara mendadak pada satu kesempatan dalam keadaan yang sempurna, melainkan tumbuh melewati proses panjang secara berangsur-angsur, setiap jenis tulisan berproses me lalui eksperimentasi dan inten sifikasi selama 27
bertahun-tahun dan berkurun-kurun sampai kemudian membentuk tulisan yang ada seka rang, bahkan selalu berkembang. (Ilham Khoiri R, 1999:50) Kaligrafi Arab memiliki tempat kedua setelah aksara Romawi yang telah banyak dipakai dalam ber bagai penulisan sampai sekarang. Jika dibandingkan dengan bangsa lain seperti Mesir, Babilonia atau Cina yang telah sukses mengem bangkan sistem tulis dan memiliki kaligrafi yang sangat kompleks, boleh dikatakan kaligrafi Arab se bagai pendatang agak terlambat. (D. Sirojuddin AR, 1985:19) 28
Kaligrafi Arab sebagai salah satu wujud seni rupa Islami yang kehadirannya dapat membangkit kan imajinasi tentang seni yang berpedoman pada nilai-nilai ajaran Islam, yang bertujuan untuk meng ingatkan kepada umat manusia tentang keagungan dan kebesaran Tuhan. Selain memiliki bentuk yang artistik juga memiliki makna yang luhur merupakan penggam baran firman-firman Allah yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an. Kaligrafi Arab sebagai suatu karya seni merupakan paduan antara isi ayat yang dikutip dalam Al-Qur’an dengan bentuk visual yang ditam pilkan, sehingga menjadi karya seni yang dibalik keindahan 29
visual (makna yang tersurat) juga mengandung keindahan non vi sual (makna yang tersirat) dengan kata lain keindahan visual (bentuk) adalah hubungan manusia dengan manusia atau hablun minannas, sedangkan keindahan non visual (makna) adalah hubungan ma nusia dengan Allah atau hablun minallah. Al-Qur’an sebagai wahyu Al lah diturunkan dalam bahasa Arab merupakan sumber kaligrafi Arab mengandung makna yang luhur, membawa manusia pada kesadaran tauhid dan akidah keimanan kepada Allah. Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat 30
kelak. Bentuk kaligrafi Arab sangat elastis dan menyumbangkan banyak unsur keindahan visual penuh pesona nilai-nilai estetis, penuh dinamika dan sangat variatif bahkan dalam hal ini C. Israr menjelaskan bahwa Tulisan Arab adalah jenis tulisan yang elastis, fleksibel dan berirama, sehingga mudah dan dapat dikembangkan dengan berbagai variasi. Huruf demi huruf mengandung nilai keindahan, mempunyai gaya estetis yang dapat digubah dengan mudah dan indah. (C. Israr,1985:79). Kaligrafi Arab sebagai ekspresi seni merupakan perwujudan unsur unsur estetik dari bentuk huruf huruf Arab. Sebagaimana yang diungkapkan oleh D. 31
Sirojudin AR. bahwa: Huruf Arab memiliki postur elok yang mempesona, karena itu seniman-seniman masehi abad pertengahan memanfaatkannya untuk dekorasi. Dilukiskannya lah huruf Khufi di atas cawan dan pakaian. Di balik keindahan pada huruf ini nampak pula kein dahan pada kata-kata yang terangkai yakni keindahan su sunan dengan barisbaris harakat yang membentuk garis-garis simetris untuk medium sebuah seni yang mengagumkan. Bukankah ini sebuah keistimewaan satu-satunya yang hanya dimi liki oleh tulisan Arab, sehingga menghasilkan medium kaligrafi yang paling memukau 32
yang mengusik perasaan tentram karena keindahan susunan dan gaya rangkaiannya yang bagus. (Kamil Al-Baba, 1992: 168) Lebih lanjut dia mengatakan bahwa ada tiga keistimewaan pokok dalam tulisan Arab yaitu: Pertama: keaneka ragaman bentuk untuk satu huruf, ha sebagai misal, ditulis dengan tiga bentuk. Demikian juga A’in dan Ra’, huruf Kaf, Mim, Nun, Ha, Wau, Sin, Ya’ dan Lam Alif masing-masing ditulis dengan dua bentuk seperti berikut: Latin: Ha ha ha, ‘Ain ‘ain ‘ain, Ra’ ra, S a sa 33
Latin: Ma ma, Na na, Ha ha, Wa wa, La la, Ya ya Kedua: Keistimewaan kedua berkaitan dengan kekejuran, yakni pemanjangan dan kelenturan (elastisitas) pada kebanyakan huruf baik huruf tunggal maupun yang terangkai diawal atau ditengah kata seperti berikut: Latin: Ba, Sa, Sa, qa, Ya Latin: Nâ, Jada, Sara, Dama 34
Ketiga: Keistimewaan ketiga adalah keringkasan huruf Arab ketika dirangkai dipermulaan atau di tengah-tengah kata, kalau kita misalnya ingin menulis kata (yasta’milu) cukup ditulis dengan bentuk ini: Latin: Yast’amilu Jadi dengan merangkai setiap huruf satu sama lainnya menciptakan kata tersebut dengan bentuk yang ringkas, disini terlihat setiap huruf boleh dirangkai dengan huruf sebelum atau sesudahnya dengan pengecualian enam huruf yaitu: Alif, Dal, Dzal, Ra’, Za dan Wau huruf-huruf 35
tersebut hanya menerima sambungan dengan sebelumnya (Kamil Al-Baba, 1992:168-169). Jalinan huruf-huruf kaligrafi Arab merupakan perpaduan seni yang artistik, menimbulkan aspek keindahan visual yang dapat dinik mati dan menimbulkan rasa senang, mendorong manusia untuk men dekatkan diri kepada Allah SWT, cinta kepada kebaik-an keluhuran budi dan sebagainya, yang diresap kan ke dalam sanubari orang yang melihatnya, oleh makna dari jalinan tulisan tersebut. Kehadiran kaligrafi Arab sebagai aspek terpenting dalam kebu dayaan Islam, secara umum dapat diakui menumbuhkan 36
berbagai alternatif lain terhadap pemenuhan atau kebutuhan ekspresi seniman. Keterkaitan semacam ini dapat pula diartikan bahwa besarnya niat seniman dalam mencari nilai-nilai keindahan sehingga segala sesuatu yang dapat membangkitkan penga laman estetis dapat diungkapkan melalui kaligrafi Arab. 37
38
BAB III KALIGRAFI KONTEMPORER Kaligrafi kontemporer merupakan karya seni dua dimensi dengan kebebasan dalam kreasi dalam menciptakannya. Pada penerapan huruf harus menjadi elemen pada gambar lukisan, salah satu contohnya huruf arab yang dituliskan seolah-olah dipahatkan pada batu. Selanjutnya juga dituntut mampu memilih tulisan yang mempunyai huruf yang dapat disatukan menjadi lukisan dan sehingga pengolahan huruf dan warna dapat yang terlihat menarik. Bangkitnya karya seni mulai menjadi kontemporer adalah sekitar tahun 70-an, di 39
karenakan proses perkembangan yang mulanya tumbuh di barat merambat ke timur tengah serta negara negara islam termasuk indonesia. Adapun ciri ciri daripada kaligrafi kontemporer di antaranya : 1. Kaligrafi tersebut biasanya keluar dari aturan baku, tidak terlalu begitu menuruti kaidah kepenulisan huruf , kecuali hanya sedikit saja. 2. Alat maupun bahan atau medianya lebih bebas tidak hanya menggunakan kertas maupun pena biasa. 40
3. Dalam pembuatanya cenderung bergaya dan bertema bebas , terkadang abstark, simbolis atau expresionis. Dari ketiga ciri-ciri kaligrafi kontemporer di atas, kaligrafi kontemporer juga memiliki beberapa corak. Kaligrafi kontemporer yang memang merupakan pembrontakan atas kaidah kaidah murni kaligrafi klasik seperti khat, Naskhi, Tsulusi, Farisi, Diwani, dan lain sebagianya. Ismail dan Lamya Al-Faruqi Membagi corak Kaligrafi Kontemporer menjadi lima, Tradisional, Figural, Ekspresionis, Simbolik dan Abstrak. 41
1. Corak Tardisional Corak Kaligrafi jenis ini lebih menutamakan kepada kaidah kepenulisan huruf hurufnya, bukan kepada lukisan yang menjadi bacground tulisan kaligrafi tersebut. 2. Corak Ekspresionis Untuk corak Kaligrafi Ekspresionis ini mengarah kepada perkembangan ukuran dalam estetika barat, para kaligrafer ekspresionis ini lebih menggunakan perbendaharaan kata warisan dari arsitek 42
islam yang jauh dari grammer kaligrafi yang asli. 3. Corak Simbolis Kaligrafi yang bercorak simbolis ini biasanya memaksakan penyatuan melalui kombinasi makna huruf untuk menyampaikan sebuah pesan yang terkandung dalam tulisan tersebut. Desain kaligrafi corak ini menggunakan huruf arab sebagai simbol suatu gagasan atau ide yang sangat kompleks 4. Corak Abstrak Al-Faruqi menyebut kaligrafi kontemporer dengan julukan Khat 43