4.5 Rujukan
Pada materi yang menjadi sumber bacaan yang dapat dijadikan rujukan bagi para
pembaca yaitu Andi Prastowo. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: DIVA Press, Chomsin, Widodo S. dan Jasmadi (2008). Panduan menyusun bahan
ajar berbasis kompetensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, Lestari, Ika (2013).
Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang: Akademia Permata, Ruhimat, Toto.
Dkk, (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada, Mulyasa,
E.2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, M Atwi
Suparman. (2012). Panduan Para Pengajar dan Inovator Pendidikan: Desain Instruksional
Modern. Jakarta: Erlangga, Arifin, Syamsul & Kusrianto, Adi. 2009. Sukses Menulis Buku
Ajar. Grasindo, Jakarta, Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia,
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2006. Pedoman Penyusunan Bahan Ajar.
Jakarta : Lukmana, Kemp & Dayton. (1985). Planning & Producing Instructional Media. New
York: Harper & Row Publishers.
Cinta memang buta. Kalau tidak buta, itu
namanya matematika, yang bisa dihitung,
dikurangi, ditambah, dikalikan, dibagi, dan
hasilnya pasti. Irene Dyah
“Mathematics is a place where you can do
things which you can’t do in the real world.”
— Marcus Du Sautoy
(Matematika adalah tempat di mana kamu
dapat melakukan hal-hal yang tidak dapat
kamu lakukan di dunia nyata.)
46
BAB 5
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA
5.1 Pendahuluan
Pada Bab ini akan dikupas mengenai defenisi model-model pembelajaran matematika,
jenis-jenis dan langkah-langkah model pembelajaran matematika.
Capaian khusus dalam pembelajaran ini yaitu Mnjelaskan model-model pembelajaran
matematika.
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa dapat:
Menjelaskan defenisi model-model pembelajaran matematika
Menjelaskan jenis-jenis model-model pembelajaran matematika
Menjelaskan langkah-langkah model-model pembelajaran matematika
5.2 Uraian Materi
A. Definisi Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran dan
dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, dan teknik.
Sedangkan istilah “strategi “ awal mulanya dikenal dalam dunia militer terutama terkait dengan
perang atau dunia olah raga, namun demikian makna tersebut meluas tidak hanya ada pada
dunia militer atau olahraga saja akan tetapi bidang ekonomi, sosial, pendidikan.
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna,
sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut
adalah : (1) pendekatan pembelajaran, (2)strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran, (4)
teknik pembelajaran, (5) taktik pembelajaran, dan (6) model pembelajaran. Berikut ini adalah
kedudukan metode pembelajaran bila dikaitkan dengan istilah-istilah tersebut.
Model
PenPdeenkdaetaknatan
Strategi
Metode
teknik
47
Metode
Menurut Ruseffendi (1980), istilah strategi, metode, pendekatan dan teknik
mendefinisikan sebagai berikut :
Strategi pembelajaran adalah separangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang telah
dikaitkan dengan faktor yang menetukan warna atau strategi tersebut, yaitu :
1. Pemilihan materi pelajaran (guru atau siswa)
2. Penyaji materi pelajaran (perorangan atau kelompok, atau belajar mandiri)
3. Cara menyajikan materi pelajaran (induktif atau deduktif, analitis atau sintesis, formal
atau non formal)
4. Sasaran penerima materi pelajaran ( kelompok, perorangan, heterogen, atau homogen
Pendekatan Pembelajaran adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan. Misalnya
memahami suatu prinsip dengan pendekatan induktif atau deduktif.
Metode Pembelajaran adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada
semua mata pelajaran, misalnya mengajar dengan ceramah, ekspositori, tanya jawab,
penemuan terbimbing dan sebagainya.
Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus suatu metode pembelajaran yang
telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran
serta kesiapan siswa. Misalnya teknik mengajarkan perkalian dengan penjumlahan berulang.
Sedangkan Model Pembelajaran adalah sebagai suatu disain yang menggambakan
proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi
sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa
Soedjadi (1999 :101) menyebutkan strategi pembelajaran adalah suatu siasat melakukan
kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah keadaan pembelajaran menjadi pembelajaran
yang diharapkan. Untuk dapat mengubah keadaan itu dapat ditempuh dengan berbagai
pendekatan pembelajaran. Lebih lanjut Soedjadi menyebutkan bahwa dalam satu pendekatan
dapat dilakukan lebih dari satu metode dan dalam satu metode dapat digunakan lebih dari satu
teknik. Secara sederhana dapat dirunut sebagai rangkaian :
teknik metode pendekatan strategi model
Istilah “model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu model
pembelajaran yang luas dan menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang
dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Konsep
model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya (Joyce,
Weil dan Showers, 1992)
48
Konsep model pembalajaran menurut Trianto (2010: 51), menyebutkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran mengacu
pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan
pengelolaan kelas.
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami
kedudukan Model pembelajaran sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian dalam
keberhasilan bagi kegiatan belajar mengajar. kerangka berfikir yang demikian bukanlah suatu
hal yang aneh, tapi nyata dan memang betul-betul dipikirkan oleh seorang guru.
Model pembelajaran adalah suatu bentuk kegiatan pembelajaran yang mempunyai empat
ciri khusus yaitu:
1. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya;
2. Tujuan yang akan dicapai
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
sehingga berhasil
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran
adalah suatu bentuk kegiatan pembelajaran yang membentuk pola interaksi antara siswa
dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran yang diterapkan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Model
pembelajaran matematika yang lazim diterapkan antara lain model pembelajaran klasikal,
individual, diagnostik, remidial, terprogram, dan modul. Untuk membelajarkan siswa sesuai
dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal
ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada
model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam
memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi
bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif
sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang dikemukakan
pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip,
modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas
para guru sangat tinggi.
49
B. Jenis-jenis Model Pembelajaran Matematika
Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan Model pembelajaran meliputi
pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya pada model
pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama
memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang
menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam
keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model pembelajaran
berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Pada model ini pembelajaran
dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan
kerjasama diantara siswa-siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa
menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan.
Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya,
sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian
berdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, suatu model pembelajaran yang baik untuk
membantu siswa mempelajari keterampilan dasar seperti tabel perkalian atau untuk topik-topik
yang banyak berkaitan dengan penggunaan alat. Akan tetapi ini tidak sesuai bila digunakan
untuk mengajarkan konsep-konsep matematika tingkat tinggi.
Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan
urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan
pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan
dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks (pola
urutan) dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang
sama. Contoh, setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan
memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri
dengan tahap menutup pelajaran, didalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok
pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar
yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan
belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model
pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti
tapal kuda. Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan
guru.Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain,
sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru.
50
Pada saat ini banyak dikembangkan model-model pembelajaran. Menurut penemunya,
model pembelajaran temuannya tersebut dipandang paling tepat diantara model pembelajaran
yang lain. Untuk menyikapi hal tersebut diatas, maka perlu kita sepakati hal-hal sebagai
berikut:
1. Siswa Pendidikan Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah banyak yang masih berada dalam
tahap berpikir konkret. Model dan metode apapun yang diterapkan, pemanfaatan alat
peraga masih diperlukan dalam menjelaskan beberapa konsep matematika.
2. Kita tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada. Setiap model
pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kekuatan.
3. Kita dapat memilih salah satu model pembelajaran yang kita anggap sesuai dengan
materi pembelajaran kita; dan jika perlu kita dapat menggabungkan beberapa model
pembelajaran.
4. Model apa pun yang kita terapkan, jika kita kurang menguasai meteri dan tidak
disenangi para siswa, maka hasil pembelajaran menjadi tidak efektif.
5. Oleh kerena itu komitmen kita adalah sebagai berikut :
a. Kita perlu menguasai materi yang harus kita ajarkan, dapat mengajarkannya, dan
terampil dalam menggunakan alat peraga.
b. Kita berniat untuk memberikan yang kita punyai kepada para siswa dengan sepenuh
hati, hangat, ramah, antusias, dan bertanggung jawab.
c. Menjaga agar para siswa “mencintai” kita, menyenangi materi yang kta ajarkan,
dengan tetap menjaga kredibilitas dan wibawa kita sebagai guru dapat
mengembangkan model pembelajaran sendiri.
Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Model
pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan
agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat di capai
dengan lebih efektif dan efisien.
Jenis-Jenis Model Pembelajaran Matematika
Berikut Uraian singkat dari model-model pembelajaran matematika yaitu :
1. Koperatif (CL, Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh
ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,
pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok
secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan,
pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-
51
sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari
kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi, model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan
persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-
partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan,
gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok
berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-
strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan
pelaporan.
2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya
jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily
life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar
muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan
menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan
mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model
lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan,
pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing,
menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning
community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on,
hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur,
generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi
konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic
assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap
aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek
dengan berbagai cara).
3. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan
pola guided reinvention dalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of
mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan
untuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal
(reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan matematika).
52
Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-
aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke
formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai
aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).
4. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan
dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya
adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan
mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori
(ceramah bervariasi).
5. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih
dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada
masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi,
demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator
model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi,
identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri
6. Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum
dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara
penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah: sajikan
permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual
mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi,
mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
7. Problem Posing
Bentuk lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah
dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang
lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi
kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.
8. Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan
permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam
(multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas,
53
kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa
dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi
dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk
menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini
lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan,
keterbukaan, dan ragam berpikir. Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara
matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan
kemampuan berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan
(sedikit demi sedikit dilepas mandiri). Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian
pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat
kesimpulan.
9. Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan
serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir
yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang
sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi
pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa
secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa
menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.
Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk
mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah
ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana
menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah
harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi
10. Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)
Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari
eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif).
Eksplorasi berarti menggali pengetahuan prasyarat, eksplanasi berarti mengenalkan konsep
baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang
berbeda.
11. Reciprocal Learning
Weinstein & Meyer mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan
empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan
54
Resnik mengemukan bahwa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum,
bertanya, representasi, hipotesis. Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer
mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok
mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.
12. SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah
memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan
dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan
mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui
mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan
menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui
mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat
peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan
berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya
melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi,
memecahkan masalah, dan menerapkan.
13. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap
kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama
dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak
serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan
seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah ,
lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok
sehingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam
beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian
raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:
a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan
\mekanisme kegiatan
b. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4
siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari
tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya
paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil
kesepakatan kelompok.
55
c. Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang
telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu
(misal 3 menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan
dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor
kelompok asal. Siswa pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya
diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.
d. Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.),
dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar
tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja
turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan
penghargaan kelompok dan individual.
14. VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)
Model pembelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan
memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa
yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya
dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.
15. AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)
Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi
yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa
dilatih melalui pemberian tugas atau quis.
16. TAI (Team Assisted Individualy)
Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok
(BidaK) dengan karateristirk bahwa tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Oleh karena itu
siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi
guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi.
Sintaksi BidaK menurut Slavin adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar
berupak modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota
kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3)
penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.
17. STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD adalah salah satu model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat
kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif,
sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor
56
perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan
reward.
18. NHT (Numbered Head Together)
NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat
kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan
ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa,
tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok,
presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga
terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil
kuis dan beri reward.
19. Jigsaw
Model pembelajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks seperti berikut
ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS)
yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota
kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat
kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi,
kembali ke kelompok asal, pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok
ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
20. TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi
klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan
sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor
perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
21. GI (Group Investigation)
Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan
orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek
tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan
di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf
sekolah), pengolahan data penyajian data hasil investigasi, presentasi, kuis individual, buat
skor perkembangan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
22. MEA (Means-Ends Analysis)
Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah
dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic,
57
elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub
masalah sehingga terjadi koneksivitas, pilih strategi solusi.
23. CPS (Creative Problem Solving)
Ini juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik
sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab
lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan
orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi.
24. TTW (Think Talk Write)
Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi,
dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan
kemudian buat laporan hasil presentasi. Sintaknya adalah: informasi, kelompok (membaca-
mencatatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.
25. TS-TS (Two Stay – Two Stray)
Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman
dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain
dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain,
kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok.
26. CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)
Sintaknya adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi ide
untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E)
mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.
27. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif
siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat,
dengan sintaks: Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci,
Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan
(materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan
pertimbangkan jawaban yang diberikan (catat-bahas bersama), dan Review dengan cara
meninjau ulang menyeluruh
28. SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review)
SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect, yaitu
aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang
relevan.
58
29. MID (Meaningful Instructionnal Design)
Model ini adalah pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan
efektifivitas dengan cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-
konstruktivis. Sintaknya adalah (1) lead-in dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan
pengalaman, analisis pengalaman, dan konsep-ide; (2) reconstruction melakukan fasilitasi
pengalaman belajar; (3) production melalui ekspresi-apresiasi konsep
30. KUASAI
Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini, Kerangka pikir
untuk sukses, Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar, Ambil pemaknaan (mengetahui-
memahami-menggunakan-memaknai), Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta
koneksinya, Ajukan pengujian pemahaman, dan Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya
belajar.
31. CRI (Certainly of Response Index)
CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang berkenaan dengan
tingkat keyakinan siswa tentang kemampuan yang dimilkinya untuk memilih dan
menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Hutnal (2002) mengemukakan bahwa CRI
menggunakan rubric dengan penskoran 0 untuk totally guested answer, 1 untuk amost guest, 2
untuk not sure, 3 untuk sure, 4 untuk almost certain, dn 5 untuk certain.
32. DLPS (Double Loop Problem Solving)
DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan
pada pencarian kausal (penyebab) utama daritimbulnya masalah, jadi berkenaan dengan
jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara
menghilangkan gap yang menyebabkan munculnya masalah tersebut.
Sintaknya adalah: identifkasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan solusi, analisis
kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesaian masalah
sebagai berikut: menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala, menuliskan
pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasi kausal, implementasi solusi,
identifikasi kausal utama, menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.
33. DMR (Diskursus Multy Reprecentacy)
DMR adalah pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan, penggunaan, dan
pemanfaatan berbagai representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintaksnya
adalah: persiapan, pendahuluan, pengembangan, penerapan, dan penutup.
34. CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)
59
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara
koperatif –kelompok. Sintaksnya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru
memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama
(membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana
kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi.
35. IOC (Inside Outside Circle)
IOC adalah model pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar
(Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan
dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Sintaksnya adalah: Separuh dari
jumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk
lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa yang berhadapan berbagi informasi secara
bersamaan, siswa yang berada di lingkaran luar berputar kemudian berbagi informasi kepada
teman (baru) di depannya, dan seterusnya.
36. Tari Bambu
Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi informasi
pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara teratur. Strategi ini cocok
untuk bahan ajar yang memerlukan pertukaran pengalaman dan pengetahuan antar siswa.
Sintaksnya adalah: Sebagian siswa berdiri berjajar di depan kelas atau di sela bangku-meja dan
sebagian siswa lainnya berdiri berhadapan dengan kelompok siswa pertama, siswa yang
berhadapan berbagi pengalaman dan pengetahuan, siswa yang berdiri di ujung salah satu
jajaran pindah ke ujung lainnya pada jajarannya, dan kembali berbagai informasi.
37. Artikulasi
Artikulasi adlah model pembelajaran dengan sintaks: penyampaian kompetensi, sajian
materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang
baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya,
guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.
38. Debate
Debat adalah model pembalajaran dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian
duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing
kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian
ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara bergantian, guru membimbing
membuat kesimpulan dan menambahkannya biola perlu.
39. Role Playing
60
Sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan skenario pembelajaran,
menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut, pembentukan kelompok siswa,
penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah
dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil
kelompok, bimbingan kesimpulan dan refleksi.
40. Talking Stick
Sintak pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa
membaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat
kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat
diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan pertanyaan lagi dan seterusnya, guru
membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi.
41. Snowball Throwing
Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan
ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap
kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain
menjawab secara bergantian, penyimpulan, refleksi dan evaluasi.
42. Student Facilitator and Explaining
Langkah-langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian materi, siswa
mengembangkannya dan menjelaskan lagi ke siswa lainnya, kesimpulan dan evaluasi, refleksi.
43. Course Review Horay
Langkah-langkahnya: informasi kompetensi, sajian materi, tanya jawab untuk
pemantapan, siswa atau kelompok menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan ke dalam
kotak, guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak, siswa yang punya nomor sama
dengan nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan
siswa menyambutnya dengan yel hore atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan dan
evaluasi, refleksi.
44. Demostration
Pembelajaran ini khusus untuk materi yang memerlukan peragaan media atau
eksperimen. Langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan
ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk siswa atau kelompok
untuk mendemonstrasikan bagiannya, dikusi kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
45. Explicit Instruction
Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural,
langkah demi langkah bertahap. Sintaknya adalah: sajian informasi kompetensi,
61
mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan prosedural, membimbing pelatihan-
penerapan, mengecek pemahaman dan balikan, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
46. Scramble
Sintaknya adalah: buatlah kartu soal sesuai marteri bahan ajar, buat kartu jawaban
dengan diacak nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu
jawaban, siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang
cocok.
47. Pair Checks
Siswa berkelompok berpasangan sebangku, salah seorang menyajikan persoalan dan
temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban, bertukar peran, penyimpulan dan
evaluasi, refleksi.
48. Make-A Match
Guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan-permasalahan dan kartu yang berisi
jawabannya, setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha
menjawabnya, setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa
yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk babak berikutnya
pembelajaran seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
49. Mind Mapping
Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal siswa. Sintaknya
adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk
menanggapi dan membuat berbagai alternatif jawaban, presentasi hasil diskusi kelompok,
siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.
50. Examples Non Examples
Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan
gambar ditempel atau pakai OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi
kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan,
evaluasi dan refleksi.
51. Picture and Picture
Sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan berkaitan
dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi
urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan,
evaluasi dan refleksi.
52. Cooperative Script
62
Buat kelompok berpasangan sebangku, bagikan wacana materi bahan ajar, siswa
mempelajari wacana dan membuat rangkuman, sajian hasil diskusi oleh salah seorang dan yang
lain menanggapi, bertukar peran, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
53. LAPS-Heuristik
Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bersifat tuntunan dalam rangka solusi
masalah. LAPS ( Logan Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya, adakah
alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya.
Sintaks: pemahaman masalah, rencana, solusi, dan pengecekan.
54. Improve
Improve singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing,
Reviewing and reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment. Sintaknya
adalah sajian pertanyaan untuk mengantarkan konsep, siswa latihan dan bertanya, balikan-
perbaikan-pengayaan-interaksi.
55. Generatif
Basis generatif adalah konstruksivisme dengan sintaks orintasi-motivasi, pengungkapan
ide-konsep awal, tantangan dan restrukturisasi sajian konsep, aplikasi, rangkuman, evaluasi,
dan refleksi
56. Circuit Learning
Pembelajaran ini adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan
dengan pola bertambah dan mengulang. Sintaknya adalah kondisikan situasi belajar kondusif
dan fokus, siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya-peta konsep-bahasa
khusus, Tanya jawab dan refleksi
57. Complette Sentence
Pembelajaran dengan model melengkapi kalimat adalah dengan sintaks: sisapkan blanko
isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap, sampaikan kompetensi, siswa
ditugaskan membaca wacana, guru membentuk kelompok, LKS dibagikan berupa paragraph
yang kaliatnya belum lengkap, siswa berkelompok melengkapi, presentasi.
58. Concept Sentence
Prosedurnya adalah penyampaian kompetensi, sajian materi, membentuk kelompok
heterogen, guru menyiapkan kata kunci sesuai materi bahan ajar, tiap kelompok membuat
kalimat berdasarkan kata kunci, presentasi.
59. Time Token
Model ini digunakan (Arebds, 1998) untuk melatih dan mengembangkan keterampilan
sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Langkahnya adalah
63
kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, tiap siswa diberi kupon bahan pembicaraan (1
menit), siswa berbicara (pidato-tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai
kupon dikembalikan.
60. Take and Give
Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks, siapkan kartu
dengan yang berisi nama siswa – bahan belajar – dan nama yang diberi, informasikan
kompetensi, sajian materi, pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan mencari
teman dan saling informasi tentang materi atau pendalaman-perluasannya kepada siswa lain
kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa lain secara bergantian,
evaluasi dan refleksi
61. Superitem
Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-bertahap
dari simpel ke kompleks, berupa pemecahan masalah. Sintaksnya adalah ilustrasikan konsep
konkret dan gunakan analogi, berikan latihan soal bertingkat, berikan soal tes bentuk super
item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi informasi, integrasi, dan hipotesis.
62. Hibrid
Model hibrid adalah gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan cara siswa
mengadopsi konsep. Sintaknya adalah pembelajaran ekspositori, koperatif-inkuiri-solusi-
workshop, virtual workshop menggunakan computer-internet.
63. Treffinger
Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap. Sintaks:
keterbukaan-urutan ide-penguatan, penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill, proses rasa-
pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan-minat-kuriositi-
tanya, kelompok-kerjasama, kebebasan-terbuka, reward.
64. Kumon
Pembelajaran dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual, dan
menjaga suasana nyaman-menyenangkan. Sintaksnya adalah: sajian konsep, latihan, tiap siswa
selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru langsung dikembalikan untuk diperbaiki
dan diperiksa lagi, lima kali salah guru membimbing.
65. Quantum
Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Guru
harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling
menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan,
konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhkan
64
minat dengan AMBak, alami-dengan dunia realitas siswa, namai-buat generalisasi sampai
konsep, demonstrasikan melalui presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-
rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-
harapan.(muhfida.com)
C. Langkah-langkah Model Pembelajaran Matematika
Dengan uraian sebagai berikut :
a. Model Pembelajaran Langsung
No. Langkah-langkah Peran guru
1. Menjelaskan tujuan pembela-jaran dan Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang
mempersiapkan siswa pembelajaran, pentingnya pelajaran dan memotivasi
siswa
2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan
keterampilan benar, atau memberi informasi tahap demi tahap
3. Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan
pelatihan awal
4. Menelaah pemahaman dan Guru mengecek apakah siswa telah berhasil
memberikan umpan balik melakukan tugas dengan baik dan memberikan
umpan balik
Memberikan kesempatan untuk Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan dan penerapan pelatihan lanjutan, khusus penerapan pada situasi
kompleks dalam kehidupan sehari-hari.
b. Model Pembelajaran Kooperatif
No. Langkah-langkah Peran guru
1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
siswa ingin dicapai dan memberi motivasi siswa agar
dapat belajar dengan aktif dan kreatif
2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
cara demonstrasikan atau lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa dalam Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
kelompok-kelompok membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien
65
4 Membimbing kelompok bekerja dan Guru membimbing kelompok belajar pada saat
belajar mereka mengerjakan tugas-tugas
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil
kerja masing-masing kelompok
6 Memberi penghar-gaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya
atau hasil belajar individu maupun kelompok
Dalam model kooperatif terdapat banyak pengembangan model seperti Model
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD, Model pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw, Model
Pembelajaran Kooperatif tipe think Pair and Share, Langkah-langkah Model pembelajaran
TGT, Langkah Model Pembelajaran Group Investigation, 5. Langkah Model Pembelajaran
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dll.
c. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)
Langkah pertama : Review
dengan cara mengulah ulang mata pelajaran yang lalu,
membahas tugas yang diberikan /pekerjaan rumah.
Langkah kedua:Pengembangan
penyajian ide baru atau perluasan konsep matematika yang terdahulu
penjelasan tentang diskusi, demonstrasi, dengan contoh kongkret yang sifatnya
piktoral dan simbolik.
Langkah ketiga :Latihan Terkontrol
siswa merespon soal
guru mengamati
belajarnya kooperatf
Langkah keempat : Seatwork
siswa bekerja sendiri untuk latihan atau perluasan konsep
Langkah kelima : Pekerjaan Rumah
Tugas membuat pekerjaan rumah.
d. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Langkah yang ditempuh guru dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
Merumuskan masalah yang diberikan kepada siswa dengan data secukupnya.
Perumusan harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga
arah yang di tempuh siswa tidak salah.
66
Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan
menganalisis data tersebut. Bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang di perlukan.
Bimbingan sebaiknya mengarah siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju,
melalui pertanyaan-pertanyaan, atau lembar kerja siswa (work sheet).
Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasi analisis yang dilakukan
Konjektur yang telah dibuat siswa, diperiksa oleh guru. Hal ini digunakan untuk
meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak
dicapai.
Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur teresbut, maka
verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan kepada siswa untuk menyusunnya.
Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan
atau soal tambahan.
e. Langkah-langkah Model pembelajaran Problem posing
Prinsipnya dari model ini yaitu mewajibkan siswa mengajukan soal sendiri melalui
belajar soal secara mandiri.
guru menjelaskan materi pelajaran, alat peraga disarankan.
memberikan latihan soal secukupnya.
siswa mengajukan soal menantang,& dapat menyelesaikan secara kelompok.
pertemuan berikutnya, guru menyuruh siswa menyajikan soal temuan dikelas.
guru memberikan tugas rumah secara individual
f. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Fase Indikator Kegiatan Guru
1 Orientasi siswa kepada Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik
masalah yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif dan kreatif
dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya
2 Mengorganisasikan siswa Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
untuk belajar tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3 Membimbing penyelidikan Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
individual maupun sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
kelompok penjelasan dan pemecahan masalah
4 Mengembangkan dan Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
menyajikan hasil karya karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan
67
5 Menganalisis dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
mengevaluasi proses Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
pemecahan masalah terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan
g. Langkah Model Pembelajaran Problem Solving
Syarat (siswa) yang bisa diterapkan model ini yaitu:
Memlki prasyarat untuk mengerjakan soal tsb.
Belum tahu cara pemecahan soal tsb.
Soal terjangkau
Siswa mau dan berkehendak untk menyelesaikan soal tsb
Langkah guru dalam model ini yaitu :
Guru mengjarkn materi seperti biasa, alat peraga disarankan .
Dngan tanya jawab, guru memberikan contoh soal.
Guru membrikn soal yg dikerjakan siswa brdsar persyaratan soal sbgai problem.
Siswa di pandu guru menyelesaikan soal.
h. Langkah Model Pembelajaran Example Non Example
Langkah-langkah dari model ini yaitu :
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar
Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
dicatat pada kertas
Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan
yang ingin dicapai
Kesimpulan
i. Langkah Model Pembelajaran Role Playing
Langkah-langkah dari model ini yaitu:
Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm
Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
68
Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan
Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan
mengamati skenario yang sedang diperagakan
Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar
kerja untuk membahas
Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
Guru memberikan kesimpulan secara umum
Evaluasi
Penutup
j. Langkah-langkah model pembelajaran Think-Pair-Square
– Guru memberi masalah
– Siswa berpikir untuk memecahkan masalah secara individu
– Siswa berdiskusi dalam kelompok (4 orang)
– Siswa mempresentasikan hasil
– Guru membahas masalah dengan cara menampung berbagai pendapat siswa sampai
menemukan penyelesaian masalah sebagai suatu kesimpulan.
k. Langkah-langkah model pembelajaran Team Game Tournamen
Siswa dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok
Siswa belajar dengan menggunakan lembar kerja dalam kelompok untuk menguasai
materi.
Turnamen: siswa memainkan pertandingan akademik dalam regu yang berkemampuan
homogen, (misalnya ada tiga meja turnamen untuk kelompok rendah, sedang dan
tinggi)
Penghargaan kelompok: skor kelompok dihitung berdasarkan skor anggota kelompok
turnamen, dan kelompok baru diakui bila dapat melampaui kriteria minimal.
l. Langkah-langkah model pembelajaran Grup Investigation (GI)
Siswa dikelompokkan menjadi kelompok kecil (1-4)
Guru memberi masalah yang menantang pada tiap kelompok
Tiap kelompok menyelidiki berbagai aspek dari masalah dan merencanakan apa yang
akan diselidiki dan bagaimana menyelidikinya.
Tiap kelompok melaksanakan rencananya dan
menampilkan hasil kerjanya
69
Guru dan siswa dari kelompok lain dan anggotakelompok yang tampil melakukan
evaluasi dan tanggapan pada presentase dari hasil penyelidikannya.
m. Langkah-langkah model pembelajaran Inner Circle Out Circle
Siswa dalam satu kelas terbagi menjadi 2 kelompok besar
Tiap kelompok berembuk untuk membuat pertanyaan dan kunci jawaban serta bobot
penilaian
Satu kelompok melingkar kecil dengan menghadap keluar dan bertugas memberi
pertanyaan serta memberi skor pada jawaban kelompok lain (separuh kelas lainnya)
sebagai pasangannya yang berada di lingkaran luar sambil menghadap ke dalam
Tiap anggota kelompok akan mendapat pertanyaan dari tiap anggota kelompok
pasangannya.
Kemudian siswa di lingkaran kecil diam di tempat sementara siswa yang berada di
lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi/pertanyaan.
Tiap kelompok menjumlahkan skor untuk tiap anggota kelmpok pasangannya
Yang bertugas untuk memberi pertanyaan dan menjawab dilakukan secara bergantian
n. Langkah-langkah model pembelajaran Snowball Throwing
Guru menyampaian materi yang akan disajikan
Guru membentuk kelompok-kelmpok dan memanggil masingmasing ketua kelompok
untuk memberikan penjelasan tentang materi
Masing-masing ketua kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan
materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
Kemudian masing-masing siswa diberi satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu
pertanyaan apa saja menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari
satu siswa ke siswa lain
Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian.
o. Langkah-langkah model pembelajaran Team Games Tournamen (TGT)
Kelompok siswa heterogen 4 orang
Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4
siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari
tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya
70
paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil
kesewpakatan kelompok.
Pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada
tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit). Siswa
bisda mengerjakan lebbih dari satu soal dan hasilnya diperik\sa dan dinilai, sehingga
diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa
pada tiap meja tunamen sesua dengan skor yang diperolehnay diberikan sebutan
(gelar) superior, very good, good, medium.
Pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan
pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa
superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen
yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
Hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan
kelompok dan individual.
5.3 Rangkuman
Berdasarkan uraian materi yang telah dikemukakan, ada beberapa hal yang
perlu di rangku yaitu sebagai berikut:
1. Model pembelajaran adalah suatu bentuk kegiatan pembelajaran yang
membentuk pola interaksi antara siswa dengan guru di dalam kelas
yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran yang diterapkan dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar
2. Ada beberapa jenis model pembelajaran matematika yaitu Model
Pembelajaran Langsung, Model Pembelajaran Kooperatif, Missouri
Mathematics Project (MMP), Model Pembelajaran Penemuan
Terbimbing, Model pembelajaran Problem posing, Model Pembelajaran
Problem Solving, Model Pembelajaran Example Non Example, Model
Pembelajaran Role Playing, model pembelajaran Think-Pair-Square,
eam Game Tournamen, group Investigation dan berbagai jenis model
pembelajaran matematika lainnya
a.
3.
71
5.4 Latihan Soal
Latihan soal
1. Berikan tanggapan Anda, bagaimana kedudukan model pembelajaran dengan strategi,
pendekatan, metode dan teknik ?
2. Jelaskan pengertian model pembelajaran matematika?
3. Kembangkanlah satu model pembelajaran matematika yang menurut Anda akan efektif
dalam proses belajar mengajar?
4. Sebutkan 15 jenis model pembelajaran matematika?
5. Berikan satu contoh model pembelajaran matematika, kemudian uraikan kelebihan dan
kekurangannya?
5.5 Rujukan
Pada Bab ini yang menjadi sumber rujukan yaitu Afandi M, Dkk (2013) Model dan
metode pembelajaran di Sekolah. UNISSULA PRES, Depdiknas. (2003). Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: BalaiPustaka, Ismail.(2003). Media Pembelajaran (Model-
model Pembelajaran), Modul Diklat Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran
Matematika. Jakarta: Direktorat PLP, Sudrajat, Akhmat. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi,
Metode, Teknik, Taktikdan Model Pembelajaran, Ruseffendi. 1980. Pengajaran Matematika
Modern Untuk Orang Tua Murid Guru dan SPG seri 5. Bandung: Tarsito. Soedjadi, R. (1999)
Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional, Joyce, B., Weil, M., and Shower, B. (1992) Models of Teaching.
Massachusetts: Allyn and Bacon, Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep,
Strategi dan Implementasinya dalam KTSP. Jakarta: Bumi Aksara, Ramsey, J. (1993). “Reform
Movement Implication Social Responsibility”. Science Education. 77, (2). 235-258.,
Jika A adalah sukses, maka
rumusnya adalah A= X + Y +
Z, dimana X adalah kerja, Y
adalah bermain dan z adalah
jaga mulut anda agar tetap
tertutup. Albert Einstein
72
BAB 6
METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA
6.1 Pendahuluan
Pada Bab ini akan dikupas mengenai Metode yang digunakan dalam pembelajaran
matematika. Capaian khusus dalam pembelajaran ini yaitu Mahasiswa diharapkan dapat
menjelaskan defenisi metode pembelajaran matematika dan jenis-jenis metode pembelajaran
matematika.
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan definisi metode pembelajaran matematika
2. Menjelaskan jenis-jenis metode pembelajaran matematika
6.2 Uraian Materi
A. Defenisi Metode pembelajaran Matematika
Metode berasal dari bahasa yunani “metodhos” yang berarti cara atau jalan yang
ditempuh. Jadi, metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Metode pembelajaran menurut Djamarah, SB. (2006: 46) ”suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan’. Dalam kegiatan belajar mengajar,
metode diperlukan oleh guru agar penggunaanya bervariasi sesuai yang ingin dicapai setelah
pengajaran berakhir.
Menurut Afandi (2013), Metode pembelajaran adalah cara atau tahapan yang digunakan
dalam interaksi antara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan sesuai dengan materi dan mekanisme metode pembelajaran.
Metode pembelajaran adalah cara (umum) yang digunakan untuk menerapkan rencana
yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Ini meliputi: presentasi; demonstrasi; diskusi; simulasi; laboratorium;
pengalaman lapangan; brainstorming; debat, simposium, tutorial; penemuan; ceramah.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
adalah suatu cara yang digunakan sebagai bentuk interaksi antara pendidik dengan peserta
didik dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Selama ini pembelajaran dengan tatap muka menjadi model pembelajaran yang paling
efektif karena telah dilaksanakan di sekolah selama beberapa waktu dan menjadi pilihan utama
hingga saat ini. Pandemi Covid-19 yang melanda berbagai belahan dunia dalam beberapa bulan
ini telah mengubah kebiasaan berbagai aspek kehidupan, tidak terkecuali pembelajaran di
73
sekolah. Metode pembelajaran klasik dengan tatap muka yang selama ini menjadi andalan di
sekolah dan luar sekolah mendadak harus berubah drastis dengan model daring (online).
Di antara guru mata pelajaran di sekolah, guru mata pelajaran Matematika menghadapi
kendala metode pembelajaran yang tidak mudah. Selama ini mata pelajaran Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap momok bagi siswa. Dengan pembelajaran
tatap muka biasa saja banyak siswa yang mengalami kesulitan, apalagi jika dilaksanakan secara
daring.
Pembelajaran Matematika yang ideal harus memperhatikan perbedaan kecepatan
berpikir, daya juang, gaya belajar anak, minat dan motivasi anak. Meskipun metode daring
merupakan metode pembelajaran baru dan banyak kendala, namun seorang guru Matematika
harus mampu membangun kreativitas agar proses pembelajaran tetap berjalan menarik dan
efektif. CL Dillon and C.N Gunawardena (1995) menyebutkan, ada tiga hal yang akan
menentukan efektivitas dalam pembelajaran jarak jauh. Pertama, teknologi. Dalam hal ini guru
dan siswa harus punya akses yang mudah terhadap jaringan dengan waktu seminim
mungkin. Kedua, karakteristik pengajar. Guru sebagai pengajar memegang peranan penting
dalam efektivitas pembelajaran secara daring. Ketiga, karakteristik siswa sendiri. Setiap siswa
memiliki karateristik spesifik yang harus dipahami oleh guru.
Karakteristik yang kompleks dan membutuhkan daya abstraksi yang tinggi,
mengharuskan guru Matematika memilih pendekatan yang tepat dalam menyampaikan materi.
Dienes (1969) menyatakan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran
Matematika, antara lain (1) pengetahuan tidak diterima secara pasif. Pengetahuan dibentuk atau
ditemukan secara aktif oleh anak. (2) Siswa mengkonstruksi pengetahuan yang baru melalui
proses refleksi terhadap pengetahuan dan ketrampilan yang diperolah yang dilakukan secara
fisik dan mental.
Mereka berpikir dan bernalar untuk menemukan pola, keterkaitan dan pola serta
membentuk generalisasi dan abstraksi. Dalam hal ini anak harus terlibat aktif dalam refleksi,
dialog atau diskusi baik dengan diri sendiri maupaun orang lain termasuk guru dan sumber-
sumber yang relevan.
B. Jenis-jenis Metode Pembelajaran Matematika
Terdapat beberapa jenis metode pembelajaran matematika yaitu :
1. Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.
Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang
74
paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi
kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :
a. Membuat siswa pasif
b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c. Mengandung daya kritis siswa
d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang
lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g. Bila terlalu lama membosankan
Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :
1) Guru mudah menguasai kelas.
2) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
3) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
4) Mudah dilaksanakan
2. Metode diskusi ( Discussion method )
Muhibbin Syah (2000), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar
yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini
lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (
socialized recitation ). Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
a. Mendorong siswa berpikir kritis.
b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan
masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
2) Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan
pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda
dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah,
2000)
75
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
a) Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah,
2000)
3. Metode demontrasi ( Demonstration method )
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang,
kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui
penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan. Muhibbin Syah ( 2000). Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk
memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan
pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa
Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :
1) Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu
benda.
2) Memudahkan berbagai jenis penjelasan
3) Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui
pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful
Bahri Djamarah, 2000).
Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :
a) Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
b) Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
c) Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang
didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
4. Metode ceramah plus
Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu
metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya. Dalam hal ini penulis akan
menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu :
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).
76
Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan
pemberian tugas. Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :
Penyampaian materi oleh guru.
Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
Pemberian tugas kepada siswa.
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)
Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu
pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan
akhirnya memberi tugas.
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran
dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill)
5. Metode resitasi ( Recitation method )
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat
resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :
a. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih
lama.
b. Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil
inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :
1) Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil
pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
2) Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
3) Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual (Syaiful Bahri
Djamarah, 2000)
6. Metode percobaan ( Experimental method )
Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan
atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah,
(2000). Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan
dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.
77
Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :
a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi
(menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan
baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
kesejahteraan hidup manusia.
Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :
1) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan
mengadakan ekperimen.
2) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk
melanjutkan pelajaran.
3) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana
siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas
dan dievaluasi oleh guru.
Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan
sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan
percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn
siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan,
maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa. (b) Agar
eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin
hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan
harus baik dan bersih. (c) dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam
mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka
menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d) Siswa dalam eksperimen
adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka
disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan
sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu. (e) Tidak semua
78
masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan
social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat,
sehingga masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a) Perlu dijelaskan kepada
siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan
melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan
yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan
eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. (c) Selama eksperimen berlangsung guru harus
mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang
kesempurnaan jalannya eksperimen. (d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan
hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di
mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam
proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,
keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri ,
mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan
dari proses yang dialaminya itu.
Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut. Kelebihan
metode eksperimen : (a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya. (b) dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan
baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. (c)
Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.
Kekurangan metode eksperimen :(a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan
teknologi. (b) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu
mudah diperoleh dan kadangkala mahal. (c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan
ketabahan. (d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena
mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau
pengendalian.
Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen
adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu
memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas
secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam
struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.
79
Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental,
serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar
memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat
tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan
dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa
percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.
Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar
konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan
mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri
konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.
Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-
tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan
yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini
menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. (2)
pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan
untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3) hipoteis awal, siswa dapat merumuskan
hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. (4) verifikasi , kegiatan untuk
membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja
kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan,
selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan
menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan
pemantapan konsep yang telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah
selesai satu konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk
memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan
secara lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki
kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep
terkait dengan pokok bahasan .
Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari
suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip
metode ilmiah.
7. Metode Karya Wisata
80
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu
oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan
peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan. Kelebihan
metode karyawisata sebagai berikut :
a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan
nyata dalam pengajaran.
b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan
kebutuhan yang ada di masyarakat.
c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
1) Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
2) Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
3) Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama,
sedangkan unsur studinya terabaikan.
4) Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di
lapangan.
5) Biayanya cukup mahal.
6) Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan
keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk
meninjautempat tertentu atau obyek yang lain. Menurut Roestiyah (2001:85) , karya wisata
bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat
kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang
dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk
mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil,
toko serba ada, dan sebagainya. Menurut Roestiyah (2001:85) ,teknik karya wisata ini
digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya wisata
diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat
turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan
jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran,
ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa
yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu
yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.
81
Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu
memeperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Persiapan, dimana guru perlu
menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik,
menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya,
penyusunan rencana yang masak, membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana, pembagian
siswa dalam kelompok, serta mengirim utusan, (b) Pelaksanaan karya wisata, dimana
pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata
tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian
pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggungjawabnya, serta memberi petunjuk bila
perlu, (c) Akhir karya wisata, pada waktu itu siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal
hasil karya wisata, menyusun laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang diperoleh,
menindaklanjuti hasil kegiatan karya wisata seperti membuat grafik, gambar, model-model,
diagram, serta alat-alat lain dan sebagainya.
Karena itulah teknik karya wisata dapat disimpulkan memiliki keunggulan sebagai
berikut: (a) Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para
petugas pada obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan
mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh disekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat
mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan mereka, (b) Siswa dapat melihat berbagai
kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung
yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka, (c) dalam kesempatan ini siswa
dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala
persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau
mencobakan teorinya ke dalam praktek, (d) Dengan obyek yang ditinjau itu siswa dapat
memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak
terpisah-pisah dan terpadu.
Penggunaan teknik karya wisata ini masih juga ada keterbatasan yang perlu diperhatikan
atau diatasi agar pelaksanaan teknik ini dapat berhasil guna dan berdaya guna, ialah sebagai
berikut: Karya wisata biasanya dilakukan di luar sekolah, sehingga mungkin jarak tempat itu
sangat jauh di luar sekolah, maka perlu mempergunakan transportasi, dan hal itu pasti
memerlukan biaya yang besar. Juga pasti menggunakan waktu yang lebih panjang daripada
jam sekolah, maka jangan sampai mengganggu kelancaran rencana pelajaran yang lain. Biaya
yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka perlu bantuan dari sekolah. Bila
tempatnya jauh, maka guru perlu memikirkan segi keamanan, kemampuan pihak siswa untuk
82
menempuh jarak tersebut, perlu dijelaskan adanya aturan yang berlaku khusus di proyek
ataupun hal-hal yang berbahaya.
Metode karya wisata (field-trip) memiliki keuntungan: (a) Memberikan informasi teknis,
kepada peserta secara langsung, (b) Memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan
praktik dalam kenyataan atau pelaksanaan yang sebenarnya, (c) Memberikan kesempatan
untuk lebih menghayati apa yang dipelajari sehingga lebih berhasil, (d) membei kesempatan
kepada peserta untuk melihat dimana peserta ditunjukkan kepada perkembangan teknologi
mutakhir.
Sedangkan kekurangan metode Field Trip adalah: (a) Memakan waktu bila lokasi yang
dikunjungi jauh dari pusat latihan, (b) Kadang-kadang sulit untuk mendapat ijin dari pimpinan
kerja atau kantor yang akan dikunjungi, (c) Biaya transportasi dan akomodasi mahal.
Menurut Djamarah (2002:105), pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar
sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi
tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu,
dikatakan teknik karya wisata, yang merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan
mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau
menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. Banyak istilah yang dipergunakan pada
metode karya wisata ini, seperti widya wisata, study tour, dan sebagainya. Karya wisata ada
yang dalam waktu singkat, dan ada pula yang dalam waktu beberapa hari atau waktu panjang.
Metode karya wisata mempunyai beberapa kelebihan yaitu: (a) Karya wisata memiliki
prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran, (b)
Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di
masyarakat, (c) Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa, (d) Informasi
sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.
Kekurangan metode karya wisata adalah: (a) Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang
diperlukan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah, (b) Sangat memerlukan persiapan
dan perencanaan yang matang, (c) memerlukan koordinasi dengan guru-guru bidang studi lain
agar tidak terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya wisata, (d) dalam karya
wisata sering unsure rekreasi menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama, sedang unsure
studinya menjadi terabaikan, (e) Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan
mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi permasalahan.
Metode field trip atau karya wisata menurut Mulyasa (2005:112) merupakan suatu
perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman
belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah.
83
Meskipun karya wisata memiliki banyak hal yang bersifat non akademis, tujuan umum
pendidikan dapat segera dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan wawasan
pengalaman tentang dunia luar.
Sebelum karya wisata digunakan dan dikembangkan sebagai metode pembelajaran, hal-
hal yang perlu diperhatikan menurut Mulyasa (2005:112) adalah: (a) Menentukan sumber-
sumber masyarakat sebagai sumber belajar mengajar, (b) Mengamati kesesuaian sumber
belajar dengan tujuan dan program sekolah, (c) Menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai-
nilai paedagogis, (d) Menghubungkan sumber belajar dengan kurikulum, apakah sumber-
sumber belajar dalam karyawisata menunjang dan sesuai dengan tuntutan kurikulum, jika ya,
karya wisata dapat dilaksanakan, (e) membuat dan mengembangkan program karya wisata
secara logis, dan sistematis, (f) Melaksanakan karya wisata sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, efek pembelajaran,
serta iklim yang kondusif. (g) Menganalisis apakah tujuan karya wisata telah tercapai atau
tidak, apakah terdapat kesulitan-kesulitan perjalanan atau kunjungan, memberikan surat ucapan
terima kasih kepada mereka yang telah membantu, membuat laporan karyawisata dan catatan
untuk bahan karya wisata yang akan datang.
8. Metode latihan keterampilan ( Drill method )
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke
tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara
menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan
keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.
Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf,
membuat dan menggunakan alat-alat.
b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan,
pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
1) Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa
kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3) Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang
monoton dan mudah membosankan.
84
4) Dapat menimbulkan verbalisme.
9. Metode mengajar beregu ( Team teaching method )
Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari
satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk
sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung.
Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik
tersebut.
10. Metode mengajar sesama teman ( Peer teaching method )
Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh
temannya sendiri
11. Metode pemecahan masalah ( Problem solving method )
Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu
diminta pemecahannya.
12. Metode perancangan ( projeck method )
Metode ini yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek
yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
Kelebihan metode perancangan sebagai berikut :
a. Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan
menyuluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan.
b. Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari.
Kekurangan metode perancangan sebagai berikut :
a. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal,
belum menunjang pelaksanaan metode ini.
b. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan
memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini.
c. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas,
dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
d. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang
dibahas.
85
13. Metode Bagian ( Teileren method )
Metode bagian yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian,
misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan
dengan masalahnya.
14. Metode Global (Ganze method )
Metode global yaitu yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca
keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari
dari materi tersebut.
15. Metode Discovery
Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah
yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini: (a)
Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) Dengan menemukan
sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam
ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, (c) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan
pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain,
(d) Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah
yang akan dapat dikembangkannya sendiri, (e) dengan metode penemuan ini juga, anak belajar
berfikir analisis dan mencoba memecahkan probela yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan
ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian diharapkan metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam
berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan. Metode Discovery
menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang
mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai
kepada generalisasi. Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang
meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses,
mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational
Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam
berbagai cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah
sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar
guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional
biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
86
C. Manfaat dan kriteria pemilihan penggunaan metode pembelajaran
Adapun peranan penggunaan metode pembelajaran matematika yaitu sebagai berikut:
1. Membantu menjelaskan materi pembelajaran untuk dikuasai oleh peserta didik
2. Membantu untuk menyamakan pendapat atau persepsi yang benar terhadap suatu materi
3. Menarik perhatian peserta didik sehingga membangkitkan minat, motivasi, aktivitas dan
kreatifitas belajar peserta didik
4. Membantu peserta didik belajar secara individual, kelompok ataupun klasikal
5. Membantu guru dalam pembelajaran sehingga materi yang disajikan lebih lama diingat
dan mudah untuk dikuasai oleh peserta didik.
6. Mempermudah dan mempercepat guru dalam menyajikan materi pembelajaran sehingga
peserta didik mudah mengerti
7. Sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran
Menurut Slameto kriteria pemilihan metode pembelajaran yaitu sebagai berikut.
a. Tujuan pengajaran yaitu tingkah laku yang diharapkan dapat ditunjukkan peserta didik
setelah proses belajar mengajar
b. Materi pengajaran yaitu bahan yang disajikan dalam pengajaran berupa fakta yang
memerlukan metode berbeda yang dipakai mengajarkan materi yang berupa konsep,
prosedur atau kaidah
c. Besar kelas yaitu banyaknya peserta didik yang mengikuti pelajaran dalam kelas
berangkutan
d. Kemampuan peserta didik yaitu kemampuan peserta didik memahami dan
mengembangkan bahan pengajar yang diajarkan.
e. Kemampuan guru, yaitu kemampuan dalam menggunakan berbagai jenis metode
pengajar yang Optimal.
f. Fasilitas yang tersedia, yaitu bahan atau alat bantu serta fasilitas lain yang dapat
digunakan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran.
g. Waktu yang tersedia, yaitu jumlah waktu yang direncanakan atau dialokasikan untuk
menyajikan bahan pengajaran yang sudah ditentukan.
Ahmadi (1997:3) mengemukakan syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam
penggunaan metode mengajar, diantaranya sebagai berikut,
a. Metode mengajar harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar peserta
didik.
b. Metode mengajar harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian peserta
didik.
87
c. Metode mengajar harus dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
mewujudkan hasil karya.
d. Metode mengajar harus dapat merangsang keinginan peserta didik untuk belajar lebih
lanjut serta melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaruan).
e. Metode mengajar harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara
memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
f. Metode mengajar harus dapat mengadakan penyajian yang bersifat veebalitas dan
menggantinya dengan pengalaman atau situasi ysng nyata dan bertujuan.
g. Metode mengajar harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai dan sikap-sikap
utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-
hari.
6.3 Rangkuman
RANGKUMAN
Berdasarkan uraian materi yang telah dipaparkan, ada beberapa hal yang dapat dirangkum
yaitu:
1. Metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan sebagai bentuk interaksi antara
pendidik dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan
2. Ada beberapa jenis metode pembelajaran yaitu Metode Ceramah (Preaching Method),
Metode diskusi ( Discussion method ), Metode demontrasi ( Demonstration method ),
Metode ceramah plus, Metode resitasi ( Recitation method ), Metode percobaan (
Experimental method ), Metode Karya Wisata, Metode latihan keterampilan ( Drill method ),
Metode mengajar beregu ( Team teaching method ), Metode mengajar sesama teman ( Peer
teaching method ), Metode pemecahan masalah ( Problem solving method ), Metode
perancangan ( projeck method ), Metode Bagian ( Teileren method ), Metode Discovery dan
berbagai metode lainnya
88
6.4 Latihan Soal
Latihan soal
Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!
1. Jelas pengertian metode pembelajaran menurut pendapat Anda?
2. Melihat banyaknya metode dalam pembelajaran matematika, Menurut Anda metode apa
yang paling menarik dan efektif digunakan dalam pembelajaran matematika?
3. Angkat satu materi, kemudian berikan gambaran metode apa yang tepat untuk
mengajarkannya?
6.5 Rujukan
Pada Bab ini yang menjadi sumber rujukan yaitu.Aqib Zainal dan Ali Murtadlo, 2016.
Kumpulan metode pembelajaran kreatif dan inovatif. Bandung:Sarana Tutorial Nurani
Sejahtera, Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.2006. strategi Belajar mengajar.
Jakarta:Depdikbud, Afandi dkk.(2013). Model-model Pembelajaran. Semarang: Sultan Agung
Press. Dillon, C. L., & Guawardena, C. N. (1995). “A framework for the evaluation of
telecommunications-based distance education.” Paper presented at the 17th Congress of the
International Council for Distance Education, Open University, Milton Keynes. Dienes, Z.P.
(1969). Mathematics in The Primary School. London: Macmillan and Co Ltd, Muhibbin, Syah.
2000. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya,
Roestiyah NK., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, Palendeng. 2003.
Strategi Pembelajaran Aktif. Jakarta: Rineka Cipta, Al-Farisi. 2005. Startegi Pembelajaran.
Rajawali Pres, Jakarta, Roestiyah NK., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2001,
B. Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ahmadi, Abu. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia
Kemenangan itu bak
lingkaran gelombang
permukaan air yang tak
pernah berhenti melebarkan
dirinya, terus melebar hingga
akhirnya hilang tak
berwujud
89
BAB 7
MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
7.1 Pendahuluan
Pada Bab ini akan dikupas mengenai defenisi, fungsi dan manfaat, jenis-jenis,
penggunaan dan pengembangan Media pembelajaran matematika.
Capaian khusus dalam pembelajaran ini yaitu Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
media yang tepat digunakan dalam pembelajaran matematika.
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa dapat:
b. Menjelaskan definisi Media pembelajaran matematika
c. Menjelaskan Fungsi dan manfaat Media pembelajaran matematika
d. Menjelaskan jenis-jenis Media pembelajaran matematika
e. Memahami penggunaan Media pembelajaran matematika
f. Mengembangkan Media pembelajaran matematika
7.2 Uraian Materi
A. Defenisi Media Pembelajaran Matematika
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu jamak dari kata medium yang secara harfiah
berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum media pembelajaran dalam pendidikan
disebut media, yaitu berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk berpikir, menurut Gagne (dalam Sadiman, 2002: 6). Sedangkan menurut
Brigs (dalam Sadiman, 2002: 6) media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan
serta merangsang siswa untuk belajar. Jadi, media merupakan segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, minat dan perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi
(Sadiman, 2002: 6). Menurut Latuheru (dalam Aisyah, 2005: 8) menyatakan bahwa media
pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat
berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna. Beberapa pendapat ahli mengenai pengertian
media pembelajaran (Aisyah, 2005) yaitu :
1. Martin dan Briggs (1986), mengatakan bahwa media pembelajaran mencakup semua
sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan pelajar. Hal ini bisa
berupa perangkat keras atau perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras.
90
2. Hamalik (1994), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang
perhatian, minat, fikiran, dan perasaan pelajar dalam kegiatan belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu.
3. Asosiasi Pendidikan Nasional di Amerika ( National Education Association/NEA)
seperti yang dikutif AECT (1979) mendefinisikan media dalam lingkup pendidikan
sebagai segala benda yang dapat dimanifulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau
dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut.
4. Menurut Anderson: Media merupakan alat peraga atau perlengkapan yang digunakan
untuk membantu guru dalam mengajar.
5. Menurut Briggs: Media pengajaran meliputi objek (benda nyata), model, suara
langsung, rekaman radio, televisi dan slide.
6. Menurut Darhim: Media merupakan alat peraga yang penggunaannya diintegrasikan
dengan tujuan dan isi pengajaran yang telah tertuang dalam GBPP dan bertujuan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Menurut tim PKG: Media merupakan alat peraga yang berupa benda-benda konkret
sebagai model dan ide-ide matematika dan untuk penerapannya. Sadiman (2010:6)
mengatakan media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan. Robert, dkk (2002) dalam (Arsyad, 2016) mendefinisikan media adalah saluran
informasi yang menghubungkan antara sumber informasi dan penerima. Gagne (1970)
dalam Sadiman, dkk (2010:6) menyatakan media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Briggs (1970) dalam Sadiman,
dkk (2010:6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan
serta merangsang siswa untuk belajar. Misalnya; Anderson dalam Musfiqon (2012:27)
menyatakan media pembelajaran adalah media yang memungkinkan terwujudnya hubungan
langsung antara karya seseorang pengembang mata pelajaran dengan para siswa. Secara
umum wajarlah bila peranan seorang guru yang menggunakan media pembelajaran sangat
berbeda dari peranan seorang guru “biasa”.Istilah “media” bahkan sering dikaitkan atau
dipergantikan dengan kata “teknologi” yang berasal dari kata latin tekne dan logos yaitu
ilmu. Dalam konsep ini media dinilai sebagai teknologi pembelajaran. Secara lebih utuh
media pembelajaran dapat didefinisikan sebagai alat bantu berupa fisik maupun nonfisik
yang sengaja digunakan sebagai perantara antara guru dan siswa dalam memahami materi
pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah
diberikan, maka media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam
91
kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa
sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru (atau pembuat media) dan siswa
dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna. Berdasarkan uraian para ahli di
tersebut di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan media
pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungi untuk
memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan
atau pembelajaran dengan efektif dan efisien.
Media pembelajaran matematika adalah sarana dalam menyajikan, mempelajarai,
memahami, dan mempermudah dalam mempelajari matematika. Matematika bersifat
abstrak, bagi siswa SD dan SMP berpikir secara abstrak mungkin merupakan hal yang sulit.
Oleh karena itu, diperlukan alat yang dapat membantu siswa membayangkan hal yang
abstrak melalui benda konkret. Media pembelajaran matematika bisa berupa alat peraga,
tayangan, software, dan sebagainya. Media pembelajaran tidak selalu berbentuk alat peraga.
Papan tulis bisa menjadi media pembelajaran utama untuk menjelaskan beberapa pokok
bahasan.
Media pembelajaran matematika adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan
pengetahuan dari pendidik (sumber informasi) kepada siswa (penerima informasi ) dalam
pembelajaran matematika. yang paling banyak digunakan dalam pembelajran matematika
yaitu media cetak, media elektronik, media model dan petakonsep Menurut H.W.Fowler
(Suyitno, 2000: 1). Agar media pembelajaran menjadi efektif dan efisien serta dapat
digunakan dalam jangka panjang, dibutuhkan beberapa pertimbangan dalam membuatnya
yaitu sebagai berikut:
a. Local Material (bahan-bahan mudah didapat)
b. Proses pembuatan hendaknya menggunakan alat yang tepat agar hasilnya akurat
c. Mudah untuk dibuat oleh sendiri
d. Efisien dalam menggunakan bahan
e. Terdapat petunjuk penggunaan
f. Mudah digunakan, baik oleh guru, siswa, dan orang lain yang membutuhkannya
g. Dapat membantu memahami materi
h. Tidak berbahaya
i. Tampilanya menarik
j. Tahan lama
k. Bernilai jual (Opsional)
92
Dari beberapa penjelasan di atas, kita ketahui bahwa Media pembelajaran adalah
media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar
serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai
penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru
menyajiakan informasi belajar kepada siswa.
Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan
dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru. Secara umum manfaat media
pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan
pembelajaran lebih afektif dan efisien.
B. Fungsi dan Manfaat Media pembelajaran Matematika
1. Fungsi Media Pembelajaran Matematika
Menurut Levie dan Lenzs (1982) Mengemukakan ada beberapa fungsi media
pembelajaran :
a. Fungsi Atensi merupakan inti, yaitu menarik dan mengerahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan
atau yang menyertainya teks materi pelajaran.
b. Fungsi Afektif dapat menggugah emosi sikap siswa, misalnya informasi yang mneyangkut
masalah sosial datau ras.
c. Fungsi kognitif mempelancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
d. Fungsi kompensatoris untuk mengekomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan
memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
Adapun nilai atau fungsi khusus media pendidikan matematika antara lain:
untuk mengurangi atau menghindari terjadinya salah komunikasi;
untuk membangkitkan minat atau motivasi belajar siswa;
untuk membuat konsep matematika yang abstrak, dapat disajikan dalam bentuk konkret
sehingga lebih dapat dipahami, dimengerti, dan dapat disajikan sesuai dengan tingkat-
tingkat berpikir siswa (Darhim, 1993: 10).
Jadi, salah satu fungsi media pembelajaran matematika adalah untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa. Sedangkan motivasi dapat mengarahkan kegiatan belajar, membesarkan
semangat belajar juga menyadarkan siswa tentang proses belajar dan hasil akhir. Sehingga
dengan meningkatnya motivasi belajar siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya pula
(Dimyati, 1994).
2. Manfaat Media Pembelajaran Matematika
93
Menurut Hamalik (1986) bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh – pengaruh psikologi terhadap
siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat
membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi Latuheru (dalam Hamdani, 2005:
menyatakan bahwa (1) media pembelajaran berguna menarik minat siswa terhadap
materi pembelajaran yang disajikan, (2) media pembelajaran berguna dalam hal
meningkatkan pengertian anak didik terhadap materi yang disajikan, (3) media pembelajaran
mampu menyajikan data yang kuat dan terpercaya. Heinich, Malenda, Russel dalam Ilda
Prayitno (dalam Hamdani 2005: 9) mengemukakan keuntungan penggunaan media dalam
pembelajaran adalah:
a. Membangkitkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang bersifat konseptual, sehingga
mengurang kesalahpahaman siswa dalam mempelajarinya.
b. Meningkatkan minat siswa untuk materi pelajaran.
c. Memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang merangsang aktivitas diri sendiri untuk
belajar.
d. Dapat mengembangkan jalan pikiran yang berkelanjutan.
e. Menyediakan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah didapat melalui materi-materi
yang lain dan menjadikan proses belajar mendalam dan beragam. Sehingga pembuatan
media pembelajaran diperlukan untuk proses pelaksanaan pembelajaran dan proses
berpikir siswa.
Dalam proses pembelajaran matematika penggunaan media pembelajaran, mempunyai
beberapa mamfaat ;
1) Memperjelas penyajian pesan dan ionformasi sehingga dapat memperlancar dan
meningkatkan proses dan hasil belajar.
2) Meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan
motivsasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya,
dan kemampuan siswa untuk belajar sendiri sesuai dengan kemapuannya.
3) Mengatasi keterbatasan indera , ruang dan waktu;
a) Objek yang terlalu besar dapat ditampilkan langsung diruang kelas depat
diganti dengan gambar, foto, slide, realita. film, radio atau model.misalnya
94
Untuk menghitung luas sebuah pulau guru dapat menampilkan sebuah peta
atau gambar ,tampa harus menghitung objek yang sebenarnya.
b) Objek yang terlalu kecil .yang tidak tanpak oleh indera dapat disajikan
dengan bantuan milroskop, film,slide, atau gambar.
c) Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan
dengan media seperti kioputer, film, dan video.
d) Memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa, tentang peristiwa-
peristiwa di lingkungan mereka.Menurut Sadiman (2002:16), media
pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
c. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi
dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini, media
pendidikan berguna untuk:
1) Menimbulkan kegairahan belajar.
2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak
didik dengan lingkungan dan kenyataan.
3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya.
4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi
dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda,
sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan
sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami
kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri.
Apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa
juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media
pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:
a) Memberikan perangsang yang sama.
b) Mempersamakan pengalaman.
c) Menimbulkan persepsi yang sama.
C. Jenis-jenis Media Pembelajaran Matematika
Media pembelajaran dibedakan atas 6 jenis media sebagai berikut :
95