The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

E-modul ini diperuntukkan bagi mahasiswa pendidikan matematika

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by nirfayanti nirfayanti, 2020-10-25 11:00:22

WORKSHOP PENDIDIKAN MATEMATIKA

E-modul ini diperuntukkan bagi mahasiswa pendidikan matematika

Keywords: Matematika

1. Media Pandang ( visual).
Media pandang meliputi : gambar buram, atau gambar tembus pandang. Gambar

buram meliputi : Sketsa, lukisan dinding,chart,grafik dll. Gambar tembus pandang
meliputi : slide, dan gambar bergerak.
2. Media Dengar ( audio)’
Media dengar meliputi: radio dan kaset.
3. Media pandang dengar(audio-Visual).
Media pandang dengar meliputi: TV dan Video.
4. Media cetak,
Media Cetak meliputi : buku – buku pelajaran, buku bacaan,kamus,ensiklopedia.
5. Objek fisik nyata.
Objek nyata meliputi lingkungan alam, lingkungan sosial,lingkungan budaya,nara
sumber,dan hasil karya siswa.
6. Media komputer.
a) Media objek fisik (model, alat peraga).
b) Media grafis/visual (poster, chart, kartu).
c) Media proyeksi
d) Media audio
e) Media audio-visual

Menurut Ega (2016) Jenis-jenis media pembelajaran yaitu media visual, media
pembelajaran berbasis audio visual, media pembelajaran berbasis ICT, media pembelajaran
Microsoft power point, media pembelajaran berbasis Internet, dan Multi media berbasis
computer dan interactive video.

D. Penggunaan Media Pembelajaran Matematika
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya yang

pembaharuan dalam pemanfaat hasi-hasil teknologi dalam proses belajar. Para pendidik
dituntut agar mampu menggunakan media yang dapat disediakan oleh sekolah dan tidak
tertutup kemungkinan bahwa media tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
zaman. Berbagai macam media pembelajaran merupakan salah satu factor penunjang yang
penting dalam proses peningkatan kualitas belajar mengajar.Untuk mencapai tingkat efisien
dan efektivitas yang memadai, salah satu usaha yang perlu dilakukan adalah mengurangi
system penyampain bahan pelajaran yang bersifat verbalistik dengan mengembangkan media
sebagai alat bantu maupun sumber belajar.

96

Oleh sebab itu, penting media perencanaan yang merupakan suatu perencanaan didalam
pemilihan media pembalajaran yang lebih baik dan dapat digunakan untuk proses belajar
mengajar yang diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapai. Media perencanaan
dibuat untuk membantu para pendidik menyampaikan berbagai materi tersusun secara rapi
yang dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai macam media yang disajikan
didalam proses belajar mengajar yang dapat membantu perkembangan pendidikan yang lebih
maju. Pentingnya Media/ Alat Peraga dalam pembelajaran matematika yaitu:

a. Mampu mengatasi keterbatasan perbedaan pengalaman pribadi siswa.
b. Mampu mengatasi keterbatasan ruang kelas.
c. Mampu mengatasi keterbatasan ukuran benda.
d. Mampu mengatasi keterbatasan kecepatan gerak benda.
e. Mampu mempengaruhi motivasi belajar siswa.
f. Mampu mempengaruhi daya abstraksi siswa.

Memungkinkan pembelajaran lebih bervariasi Pada awal sejarah pendidikan, guru
merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh pelajaran. Dalam perkembangan
selanjutnya, sumber belajar itu kemudian bertambah dengan adanya buku. Pada masa itu kita
mengenal tokoh bernama Johan Amos Comenius yang tercatat sebagai orang pertama yang
menulis buku bergambar yang ditujukan untuk anak sekolah. Media sangat berperan penting
dalam proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran Matematika.

Terdapat beberapa alasan pentingnya media dalam pembelajaran matematika, yaitu:
1. Objek matematika itu abstrak sehingga memerlukan peragaan

Dengan alat pembelajaran matematika, materi matematika yang abstrak disajikan
kedalam pendekatan yang lebih konkret, ada visualisasinya, serta manfaat dalam mempelajari
materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

2. Sifat materi matematika tidak mudah dipahami
Materi dari matematika bersifat abstrak, hal ini menjadikan materi matematika tidak

mudah dipahami oleh kebanyakan siswa
3. Hirarki matematika ketat dan kaku.
Dalam matematika terdapat materi prasyarat yang diperlukan untuk dapat menginjak ke

materi selanjutnya. Hirarki matematika bersifat ketat dan kaku artinya dalam pemecahan
masalah membutuhkan aturan, prinsip dan konsep-konsep terdefinisi sebagai prasyaratnya,
yang membutuhkan konsep konkret sebagai prasyarat berikutnya lagi. Jadi diperlukan media

97

agar dapat menuntun untuk terbiasa dalam belajar matematika yang tatanannya bersifat
sistematis dan cenderung kaku.

4. Aplikasi matematika kurang nyata
Dapat dirasakan oleh siswa bahwa aplikasi matematika itu kurang nyata, bahkan siswa

hanya menganggap bahwa matematika adalah kumpulan angka dan simbol-simbol. Oleh
karena itu diperlukan media agar matematika dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-
hari.

5. Belajar matematika perlu fokus
Matematika memang tidah mudah dipahami, serta hirarkinya yang kaku sehingga

membuat siswa menjadi kesulitan dalam mempelajari matematika. Maka dari itu siswa harus
fokus ketika guru sedang menerangkan materi matematika, sedangkan kebanyakan guru
menggunakan metode ceramah dalam pembelajarannya.

6. Citra pembelajaran matematika kurang baik
Pandangan siswa saat ini terhadap matematika memang kurang baik, mereka

berpandangan bahwa pembelajaran matematika itu menakutkan, tegang, bosan dan banyak PR.
7. Kemampuan kognitif siswa masih konkret
Pada dasarnya kemampuan kognitif siswa itu konkret, sedangkan materi matematika itu

bersifat abstrak. Hal ini akan menjadi hambatan bagi siswa dalam pembelajaran matematika.

E. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika
Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh

pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar itu kemudian bertambah
dengan adanya buku. Pada masa itu kita mengenal tokoh bernama Johan Amos Comenius
yang tercatat sebagai orang pertama yang menulis buku bergambar yang ditujukan untuk
anak sekolah.

Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar (teaching aids). Alat
bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya model, objek dan alat-alat lain yang
dapat memberikan pengalaman kongkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap
atau retensi belajar. Namun karena terlalu memusatkan perhatian pada alat bantu visual
kurang memperhatikan aspek disain, pengembangan pembelajaran (instruction) produksi dan
evaluasinya. Jadi, dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar abad ke-20, alat
visual untuk mengkongkritkan ajaran ini dilengkapi dengan alat audio sehingga kita kenal
dengan audio visual atau audio visual aids (AVA).

98

Berbagai peralatan digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan kepada siswa
melalui penglihatan dan pendengaran dengan maksud menghindari verbalisme yang masih
mungkin terjadi, kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Pada akhir tahun 1950
teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio-visual, sehingga selain
sebagai alat bantu, media juga berfungsi sebagai penyalur pesan atau informasi belajar.
Sejak saat itu alat audio-visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru saja,
melainkan juga sebagai alat penyalur pesan atau media.

Sekitar tahun 1960-1965 siswa mulai diperhatikan sebagai komponen yang penting
dalam proses pembelajaran. Pada saat itu teori tingkah laku (behaviorism theory) ajaran B.F.
Skinner mulai mempengaruhi penggunaaan media dalam kegiatan belajar-mengajar. Teori
ini mendorong untuk lebih memperhatikan siswa dalam proses belajar-mengajar. Pada
sekitar tahun 1965-1970 pendekatan sistem (system approach) mulai menampakkan
pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan sistem ini
mendorong digunakannya media sebagai bagian internal dalam program pembelajaran.
Setiap program pembelajaran perlu direncanakan secara sitematis dengan memusatkan
perhatian pada siswa. Dalam perencanaan ini media yang akan dipakai dan cara yang
digunakan telah ditentukan dengan pertimbangan saksama.

Secara garis besar kegiatan pengembangan media pembelajaran terdiri atas tiga langkah
besar yang harus dilalui, yaitu kegiatan perencanaan, produksi dan penilaian. Sementara itu,
dalam rangka melakukan desain atau rancangan pengembangan program media.

Arief Sadiman, dkk, (1984) memberikan urutan langkah-langkah yang harus diambil
dalam pengembangan program media menjadi 6 (enam) langkah sebagai berikut:

1. Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa

Kebutuhan dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa yang dimiliki

siswa dengan apa yang diharapkan. Contoh jika kita mengharapkan siswa dapat melakukan

sholat dengan baik dan benar, sementara mereka baru bisa takbir saja, maka perlu dilakukan

latihan untuk ruku, sujud, dan seterusnya. Setelah kita menganalisis kebutuhan siswa, maka

kita juga perlu menganalisis karakteristik siswanya, baik menyangkut kemampuan

pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Cara mengetahuinya

bisa dengan tes atau dengan yang lainnya. Langkah ini dapat disederhanakan dengan cara

mengenalisa topik-topik materi ajar yang dipandang sulit dan karenanya memerlukan

bantuan media. Pada langkah ini sekaligus pula dapat ditentukan ranah tujuan pembelajaran

yang hendak dicapai, termasuk rangsangan indera mana yang diperlukan (audio, visual,

gerak atau diam).

99

2. Merumuskan tujuan intruksional (Instructional objective) dengan operasional dan khas.
Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kita. Tujuan dapat

memberikan arah tindakan yang kita lakukan. Dalam proses belajar mengajar, tujuan
instruksional merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan dapat memberikan arah kemana
siswa akan pergi, bagaimana ia harus pergi kesana, dan bagaimana ia tahu bahwa telah
sampai ke tempat tujuan. Tujuan ini merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku
yang harus dapat dilakukan siswa setelah ia mengikuti proses instruksional tertentu.

Untuk dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik, ada beberapa ketentuan
yang harus diingat, yaitu:

a. Tujuan instruksional harus berorientasi kepada siswa. Artinya tujuan instruksional itu
benar-benar harus menyatakan adanya prilaku siswa yang dapat dilakukan atau
diperoleh setelah proses belajar dilakukan.

b. Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, artinya kata kerja itu
menunjukkan suatu prilaku/perbuatan yang dapat diamati atau diukur.

c. Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan.
Penyusunan rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub kemampuan atau

keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan khusus pembelajaran, sehingga materi yang
disusun adalah dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dari kegiatan proses belajar
mengajar tersebut. Setelah daftar butir-butir materi dirinci maka langkah selanjutnya adalah
mengurutkannya dari yang sederhana sampai kepada tingkatan yang lebih rumit, dan dari
hal-hal yang konkrit kepada yang abstrak.

3. Mengembangkan alat pengukur keberhasilan.

Alat pengukur keberhasilan seyogyanya dikembangkan terlebih dahulu sebelum naskah

program ditulis. Dan alat pengukur ini harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai dan dari materi-materi pembelajaran yang disajikan. Bentuk alat pengukurnya bisa

dengan tes, pengamatan, penugasan atau cheklist prilaku.

Instrumen tersebut akan digunakan oleh pengembang media, ketika melakukan tes uji

coba dari program media yang dikembangkannya. Misalkan alat pengukurnya tes, maka siswa

nanti akan diminta mengerjakan materi tes tersebut. Kemudian dilihat bagaimana hasilnya.

Apakah siswa menunjukkan penguasaan materi yang baik atau tidak dari efek media yang

digunakannya atau dari materi yang dipelajarinya melalui sajian media. Jika tidak maka

dimanakah letak kekurangannya. Dengan demikian, maka siswa dimintai tanggapan tentang

media tersebut, baik dari segi kemenarikan maupun efektifitas penyajiannya.

4. Menulis naskah media.

100

Naskah media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran melalui media rancangan
yang merupakan penjabaran dari pokok-pokok materi yang telah disusun secara baik seperti
yang telah dijelaskan di atas. Supaya materi pembelajaran itu dapat disampaikan melalui
media, maka materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan atau gambar yang kita sebut
naskah program media.

Naskah program media maksudnya adalah sebagai penuntun kita dalam memproduksi
media. Artinya menjadi penuntut kita dalam mengambil gambar dan merekam suara. Karena
naskah ini berisi urutan gambar dan grafis yang perlu diambil oleh kamera atau bunyi dan
suara yang harus direkam. Dalam teknis penulisannya, naskah tersebut dilakukan melalui
tahapan-tahapan.

Tahapan dalam pembuatan atau penulisan naskah adalah berawal dari adanya ide dan
gagasan yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. selanjutnya pengumpulan data dan
informasi, penulisan sinopsis dan treatment, penulisan naskah, pengkajian naskah atau revisi
naskah, revisi naskah sampai naskah siap diproduksi.

Ada beberapa macam bentuk naskah program media, namun pada prinsipnya mempunyai
maksud yang sama, yaitu sebagai penuntun dan usaha memproduksi media pembelajaran.
Naskah program media terdiri dari urutan gambar, caption atau grafis yang perlu diambil
dengan alat kamera dan suara atau bunyi yang diambil dengan alat perekam suara. Lembaran
naskah tersebut dibagi menjadi dua kolom, di sebelah kiri terdiri dari gambar, caption atau
grafis. Sedangkan di sebelah kanan berisi narasi atau percakapan yang dibaca narator atau
pelaku, dan suara lain yang diperlukan.
5. Mengadakan penilaian (evaluasi media) dan revisi.

Penilaian media adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat efektifitas dan
kesesuaian media yang dirancang dengan tujuan yang diharapkan dari program tersebut.
Sesuatu program media yang oleh pembuatnya dianggap telah baik, tetapi bila program itu
tidak menarik, atau sukar dipahami atau tidak merangsang proses belajar bagi siswa yang
ditujunya, maka program semacam ini tentu saja tidak dikatakan baik.Evalusi media
pembelajaran adalah suatu tindakan proses atau kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud
untuk menentukan nilai dari segala media atau alat yang digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang dibuat tersebut
dapat mencapai tujuan- tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.

Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, pertanyaan pokok yang
sering muncul adalah apa yang harus dievaluasi. Ini berarti, setiap evaluator untuk melihat
kembali fungsi dan prinsip penggunaan media.

101

Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, aspek psikologis perlu
dipertibangkan. Sebab aspek psikologis inilah yang membuat orang memiliki gaya belajar
berbeda. Menurut Michael Gardner ada tiga gaya belajar yang dimiliki manusia yakni: gaya
belajar visual (belajar dengan cara melihat), gaya belajar audiotorial (belajar dengan cara
mendengar) dan gaya belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan
menyentuh).

Tes atau uji coba tersebut dapat dilakukan baik melalui perseorangan atau melalui
kelompok kecil atau juga melalui tes lapangan, yaitu dalam proses pembelajaran yang
sesungguhnya dengan menggunakan media yang dikembangkan. Sedangkan revisi adalah
kegiatan untuk memperbaiki hal-hal yang dianggap perlu mendapatkan perbaikan atas hasil
dari tes.

Apabila dikaitkan dengan tujuan evaluasi sebagaimana yang telah dikemukakan, maka
ada berbagai jenis evualuasi terhadap media pembelajaran. Berdasarkan prosesnya, evaluasi
media ini terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang
efektifitas dan efisien bahan-bahan pembelajaran (dalam hal ini medianya) untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Data-data tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.

Dalam bentuk finalnya, setelah media tersebut diperbaiki dan disempurnakan, maka
data akan dikumpulkan untuk menentukan apakah media tersebut patut digunakan dalam
situasi-situasi tertentu atau media tersebut benar- benar efektif seperti yang dilaporkan. Jenis
evaluasi inilah yang kemudian disebut dengan evaluasi sumatif.

Ada 3 tahapan dalam mengevaluasi atau menilai suatu media pembelajaran

diantaranya adalah :

a. Evaluasi satu lawan Satu.

Pada tahap ini seorang designer memiilih beberapa orang siswa (tidak lebih dari tiga

orang) yang dapat mewakili populasi target dari media yang dibuat. Sajikan media tersebut

kepada mereka secara individual. Kalau media itu didesain untuk belajar mandiri, biarkan

siswa mempelajarinya, sementara pengembang (developer) mengamatinya. Kedua orang siswa

yang telah dipilih tersebut hendaknya satu orang dari populasi target yang berkemampuan yang

umumnya sedikit di bawah rata-rata dan satu orang lagi diatas rata-rata. Dengan kata lain,

dalam menentukan kelompok ini variasi kemampuan akademis populasi target

dipertimbangkan.

b. Evaluasi kelompok kecil.

102

Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-12 orang siswa yang dapat mewakili
populasi target. Jumlah 10 merupakan jumlah minimal, sebab kalau kurang dari jumlah
tersebut data yang diperoleh kurang dapat menggambarkan populasi target. Sabaliknya jika
lebih dari 12, data atau informasi melebihi yang diperlukan, akbibatnya kurang bermanfaat
untuk dianalisis dalam kelompok kecil. Siswa yang dipilih dalam kegiatan ini hendaknya
mencerminkan karakteristik populasi.Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa-siswa yang
kurang pandai, sedang, dan pandai, laki-laki dan perempuan, berbagai usia dan latar belakang.
c. Evaluasi Lapangan.

Evaluasi lapangan adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang perlu dilakukan.
Evaluasi lapangan diusahakan situasinya semirip mungkin dengan situasi sebenarnya. Setelah
melalui dua tahap evaluasi di atas tentulah media yang dibuat sudah mendekatki
kesempurnaan. Namun dengan hal itu masih harus dibuktikan. Melalui evaluasi lapangan
inilah, kebolehan media yang kita buat itu diuji. Dalam melakukan evaluasi lapangan seorang
designer memilih sekitar 30 orang siswa sambil memperhatikan beragam karakteristik seperti
kepandaian, kelas sosial, latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan belajar, dan lain
sebagainya sesuai dengan karakteristik sasaran. Jika semua langkah-langkah tersebut telah
dilakukan dan telah dianggap tidak ada lagi yang perlu direvisi, maka langkah selanjutnya
adalah media tersebut siap untuk diproduksi. akan tetapi bisa saja terjadi setelah dilakukan
produksi ternyata setalah disebarkan atau disajikan ada beberapa kekurangan dari aspek materi
atau kualitas sajian medianya (gambar atau suara) maka dalam kasus seperti ini dapat pula
dilakukan perbaikan (revisi) terhadap aspek yang dianggap kurang. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan kesempurnaan dari media yang dibuat, sehingga para penggunanya akan mudah
menerima pesan-pesan yang disampaikan melalui media tersebut.
7.3 Rangkuman

Berdasarkan uraian materi yang telah dipaparkan, maka ada beberapa hal yang dapat
dirangkum dalam materi ini yaitu:
 Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan

pesan atau informasi dalam proses pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian dan
minat siswa dalam belajar.
 Fungsi media pembelajaran matematika antara lain untuk mengurangi atau menghindari
terjadinya salah komunikasi, untuk membangkitkan minat atau motivasi belajar siswa,
untuk membuat konsep matematika yang abstrak, dapat disajikan dalam bentuk konkret
sehingga lebih dapat dipahami, dimengerti, dan dapat disajikan sesuai dengan tingkat-
tingkat berpikir siswa serta dapat meningkatkan motifasi siswa dalam belajar.

103

 Jenis-jenis media pembelajaran yaitu media visual, media pembelajaran berbasis audio

visual, media pembelajaran berbasis ICT, media pembelajaran Microsoft power point,

media pembelajaran berbasis Internet, dan Multi media berbasis computer dan interactive

video
 Langkah-langkah dalam pengembangan media pembelajaran yaitu Menganalisis

kebutuhan dan karakteristik siswa, Merumuskan tujuan intruksional (Instructional

objective) dengan operasional dan khas, Mengembangkan alat pengukur keberhasilan,

Menulis naskah media, Mengadakan penilaian (evaluasi media) dan revisi,

7.4 Latihan Soal

Latihan soal

Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat, tepat dan jelas !

1. Jelaskan pengertian media pembelajaran matematika menurut pendapat anda?

2. Sebutkan 3 jenis media pembelajaran matematika yang Anda anggap mudah untuk

diterapkan dan kemukakan alas an Anda?

3. Silahkan Anda coba memilih satu materi dalam pembelajaran matematika, dan

kembangkanlah media pembelajarannya?

7.5 Rujukan

Pada Bab ini yang menjadi sumber rujukan yaitu Ega RW. 2016. Ragam Media

pembelajaran. Kata pena, Sadirman AS. 2002. Media pendidikan: pengertian, pengembangan

dan pemanfaatannya. Jakarta: CV Rajawali, Kurniawan, Iwan. 2012. Pengembangan

media Pembelajaran, Aisyah, dkk. Modul Mata Kuliah Workshop Pembelajaran Matematika. `

Arsyad, Azhar. 2016. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Musfiqon. 2012.

Pengembangan Media Belajar Dan Sumber Belajar. Jakarta : Prestasi Pustakakarya, Suyitno,

Amin. 2000. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Semarang: Pendidikan

Matematika FMIPA UNNES, Levie dan lentz. (1982). media pembelajaran.

(https://www.academia.edu/4585307/Media-Pembelajaran) diakses tanggal 25 September

2020), Darhim. 1993. Alat Peraga Pendidikan. Bandung: Sinar Hrapan, Dimyati dan Mudjiono.

1994. Belajar dan Mengajar. Jakarta; Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 1986. Media Pendidikan.

Bandung : Alumni, Arif S. Sadiman Dkk. Media Pendidian Pengertian Pengembangan dan

Manfaatya, ( Jakarta : pustekom Dikbud An PT. Raja Grafindo Persada 1984)

104

Jika Anda bisa membuat orang lain tertawa,
maka Anda akan mendapatkan semua cinta yg

Anda inginkan".
"Jangan lihat siapa yg berbicara, tapi dengarkan

apa yg mereka bicarakan".
Tiada siapa paling pandai & paling bodoh di

dunia ini krn setiap yang pandai itu boleh
menjadi bodoh & setiap yg bodoh itu boleh

menjadi pandai

105

BAB 8

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

8.1 Pendahuluan
Pada Bab ini akan dikupas mengenai defenisi lembar kerja peserta didik, jenis-jenis

lembar kerja peserta didik dan teknik menyusun atau membuat lembar kerja peserta didik.
Capaian khusus dalam pembelajaran ini yaitu mahasiswa mampu menyusun dan

membuat Lembar Kerja peserta didik.
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa dapat:

b. Menjelaskan definisi Lembar kerja peserta didik
c. Menjelaskan jenis-jenis Lembar kerja peserta didik
d. Memahami teknik penyusunan Lembar kerja peserta didik
8.2 Uraian Materi
A. Defenisi Lembar Kerja Peserta Didik.

Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1992 : 40), LKPD atau Lembar
Kerja Peserta Didik merupakan sarana pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam
meningkatkan keterlibatan atau aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar. Pada umumnya,
LKPD berisi petunjuk praktikum, percobaan yang bisa dilakukan di rumah, materi untuk
diskusi, Teka Teki Silang, tugas portofolio, dan soal-soal latihan, maupun segala bentuk
petunjuk yang mampu mengajak siswa beraktivitas dalam proses pembelajaran. Pendapat
lainnya dikemukakan oleh Surachman (1998 : 46) yang menyatakan LKPD sebagai jenis hand
out yang dimaksudkan untuk membantu siswa belajar secara terarah (guided discovery
activities). Hal ini berarti melalui LKPD siswa dapat melakukan aktivitis sekaligus
memperoleh semacam ringkasan dari materi yang menjadi dasar aktivitas tersebut.

Berikut definisi dari lembar kerja peserta didik dari beberapa ahli yaitu:
 Menurut Depdiknas (2006)

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah lembaran-lembarang yang berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas dengan mengacu pada kompetensi dasar (KD) yang akan
dicapainya.
 Menurut Arliyah & Ismono (2015)

106

Lembar kerja peserta didik adalah lembaran berisi pertanyaan yang mengarahkan peserta
didik untuk memahami konsep yang ada dalam materi, sehingga peserta didik lebih
mudah untuk menulis konsep-konsep penting dalam pemetaan pikiran
 Menurut Trianto (2011)
LKPD adalah panduan yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan penyelidikan
atau pemecahan masalah
 Menurut Huda
Salah satu sumber belajar dan media pembelajaran yang dirasa dapat membantu dalam
proses pembelajaran adalah lembar kerja siswa (LKS)
Secara konseptual LKPD merupakan media pembelajaran untuk melatih daya ingat siswa
terhadap pelajaran-pelajaran yang telah didapat di dalam kelas. LKPD juga dapat dikatakan
sebagai aplikasi teori bank soal yang sebelumnya bank soal merupakan suatu cara untuk
melatih kecerdasan siswa. Guru mengumpulkan soal-soal sebanyak-banyaknya dan diberikan
terhadap siswa agar dijawab dengan benar.
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran.
Secara umum LKPD merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana
pendukung pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar Kerja Peserta
Didik berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-
pertanyaan) yang harus dijawab oleh peserta didik. LKPD ini sangat baik digunakan untuk
menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan
metode terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan. Dalam proses
pembelajaran matematika, LKPD bertujuan untuk menemukan konsep atau prinsip dan aplikasi
konsep atau prinsip.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa LKPD merupakan
sarana atau media pembelajaran yang digunakan untuk melatih daya ingat dan kecerdasan
siswa terhadap materi-materi yang telah diperoleh dalam proses balajar mengajar.
LKPD merupakan stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan
disajikan secara tertulis sehingga dalam penulisannya perlu memperhatikan kriteria media
grafis sebagai media visual untuk menarik perhatian peserta didik. Paling tidak LKPD sebagai
media kartu. Sedangkan isi pesan LKPD harus memperhatikan unsur-unsur penulisan media
grafis, hirarki materi dan pemilihan pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus yang efisien dan
efektif. Melalui LKPD guru menyuruh siswa untuk menjawab soal-soal yang telah tersedia
setelah menaikkan materi pokok tertentu. Baik secara personal maupun kelompok.
Adapun ciri-ciri LKPD adalah sebagi berikut:

107

1. LKPD hanya terdiri dari beberapa halaman, tidak sapai seratus halaman.
2. LKPD dicetak sebagai bahan ajar yang spesifik untuk dipergunakan oleh satuan tingkat

pendidikan tertentu.
3. Di dalamnya terdiri uraian singkat tentang pokok bahasan secara umum, rangkuman

pokok bahasan, puluhan soal-soal pilihan ganda dan soal-soal isian.
Ada beberapa keunggulan dari LKPD yaitu

a. Dari aspek penggunaan: merupakan media yang paling mudah. Dapat dipelajari di mana
saja dan kapan saja tanpa harus menggunakan alat khusus.

b. Dari aspek pengajaran: dibandingkan media pembelajaran jenis lain bisa dikatakan lebih
unggul. Karena merupakan media yang baik dalam mengembangkan kemampuan siswa
untuk belajar tentang fakta dan mampu menggali prinsip- prinsip umum dan abstrak
dengan menggunakan argumentasi yang realistis.

c. Dari aspek kualitas penyampaian pesan pembelajaran: mampu memaparkan kata- kata,
angka-angka, notasi, gambar dua dimensi, serta diagram dengan proses yang sangat cepat.

d. Dari aspek ekonomi: secara ekonomis lebih murah dibandingkan dengan media
pembelajaran yang lainnya.

Disisi lain terdapat juga kelemahan Media LKPD yaitu :

1) Tidak mampu mempresentasikan gerakan, pemaparan materi bersifat linear, tidak
mampu mempresentasikan kejadian secara berurutan;

2) Sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami kesulitan
memahmi bagian-bagian tertentu;

3) Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang diajukan yang memiliki
banyak kemungkinan jawaban atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang
kompleks dan mendalam;

4) Tidak mengakomodasi siswa dengan kemampuan baca terbatas karena media ini
ditulis pada tingkat baca tertentu;

5) Memerlukan pengetahuan prasyarat agar siswa dapat memahami materi yang
dijelaskan. Siswa yang tidak memenuhi asumsi pengetahuan prasyarat ini akan
mengalami kesulitan dalam memahami;

6) Cenderung digunakan sebagai hafalan. Ada sebagaian guru yang menuntut siswanya
untuk menghafal data, fakta dan angka. Tuntutan ini akan membatasi penggunaan
hanya untuk alat menghafal;

7) Kadangkala memuat terlalu banyak terminologi dan istilah sehingga dapat
108

menyebabkan beban kognitif yang besar kepada siswa;
8) Presentasi satu arah karena bahan ajar ini tidak interaktif sehingga cendrung

digunakan dengan pasif, tanpa pemahaman yang memadai.
B. Tujuan dan manfaat Lembar Kerja Peserta Didik

Tujuan penggunaan LKPD dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut.
1. Memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik.
2. Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan.
3. Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.

Menurut Akhyar dan Musta’in (1991) LKPD dapat berfungsi sebagai: Alat bantu
belajar siswa, sebagai dokumen berharga bagi guru untuk mengetahui tugas murid yang
bersangkutan. Manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKPD dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
b. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.
c. Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.
d. Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran.
e. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui

kegiatan belajar.
f. Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari

melalui kegiatan belajar secara sistematis. (Amin Suyitno, 1997:40).
Selain itu juga LKPD dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar berkala yang

statusnya tidak formal. Guru dapat menggunakan LKPD untuk mengetahui pengetahuan
siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan. Adapun menurut (Soekamto),
LKPD berfungsi di antaranya sebagai berikut:
1) Menyusun materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2) Menyusun langkah-langkah belajar untuk memudahkan proses belajar siswa
3) Memberikan tugas belajar siswa secara terpadu.
C. Komponen LKPD

Komponen Lembar Kerja Peserta Didik adalah sebagai berikut:

1. Judul LKPD
2. Identitas LKPD (Satuan Pendidikan, Kelas/Semester, Tema, Subtema, Pembelajaran,

Alokasi Waktu)

109

3. Identitas Siswa/Kelompok Siswa (Nama dan No Absen)
4. Tujuan LKPD
5. Materi pembelajaran
6. Alat dan Bahan
7. Langkah Kegiatan
8. Tempat Penyajian Data (contohnya: tabel pengamatan)
9. Pertanyaan
10. Kesimpulan
11. Kunci Jawaban (untuk guru)
12. Rubrik Penilaian (untuk guru)

Adapun Komponen LKPD Menurut Majid dalam Mahmudah (2017) yang dikenalkan
adalah informasi/konteks permasalahan dan pertanyaan/perintah dengan ciri-ciri sebagai
berikut:

1. Informasi. Informasi hendaknya menginspirasi peserta didik untuk menjawab atau
mengerjakan tugas

2. Pernyataan masalah. Pernyataan masalah hendaknya betul-betul menuntut peserta
didik menemukan cara/strategi untuk memecahkan masalah tersebut

3. Pertanyaan atau perintah. Pertanyaan atau perintah hendaknya merangsang peserta
didik untuk menyelidiki, menemukan, memecahkan masalah dan atau
berimajinasi/berkreasi.

4. Pertanyaan dapat bersifat terbuka atau membimbing
D. Teknik penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik

Langkah-langkah menyusun LKPD adalah sebagai berikut.

1. Analisis kurikulum untuk menentukan materi yang memerlukan bahan ajar LKPD.
2. Menyusun peta kebutuhan LKPD.
3. Menentukan judul-judul LKPD.
4. Penulisan LKPD.
5. Rumusan kompetensi dasar LKPD diturunkan dari buku pedoman khusus

pengembangan silabus.
6. Menentukan alat penilaian.
7. Menyusun materi.

Struktur LKPD secara umum adalah sebagai berikut:

110

1. Judul, mata pelajaran, semester, tempat
2. Petunjuk belajar
3. Kompetensi yang akan dicapai
4. Indikator
5. Informasi pendukung
6. Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
7. Penilaian

Ada dua macam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang Dikembangkan Dalam
Pembelajaran di Sekolah.

a. Lembar Kerja Peserta Didik Tak Berstruktur.
Lembar Kerja Peserta Didik tak berstruktur adalah lembaran yang berisi sarana untuk

materi pelajaran, sebagai alat bantu kegiatan peserta didik yang dipakai untuk
menyampaikan pelajaran. LKPD merupakan alat bantu mengajar yang dapat dipakai untuk
mempercepat pembelajaran, memberi dorongan belajar pada tiap individu, berisi sedikit
petunjuk, tertulis atau lisan untuk mengarahkan kerja pada peserta didik.

b. Lembar Kerja Peserta Didik Berstruktur.
Lembar Kerja Peserta Didik berstruktur memuat informasi, contoh dan tugas-tugas.

LKPD ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu program kerja atau mata
pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk mencapai
sasaran pembelajaran. Pada LKPD telah disusun petunjuk dan pengarahannya, LKPD ini
tidak dapat menggantikan peran guru dalam kelas. Guru tetap mengawasi kelas, memberi
semangat dan dorongan belajar dan memberi bimbingan pada setiap siswa. (Indrianto,
1998:14-17).

Rumaharto (dalam Hartati, 2002:22) menyebutkan bahwa LKPD yang baik harus
memenuhi persyaratan konstruksi dan didaktik. Persyaratan konstruksi tersebut meliputi
syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat
kesukaran dan kejelasan yang pada hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat
dimengerti oleh pihak pengguna LKPD yaitu peserta didik sedangkan syarat didaktif artinya
bahwa LKPD tersebut haruslah memenuhi asas-asas yang efektif.

Lembar kerja dapat digunakan sebagai pengajaran sendiri, mendidik siswa untuk
mandiri, percaya diri, disiplin, bertanggung jawab dan dapat mengambil keputusan. LKPD
dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap penanaman konsep
(menyampaikan konsep baru) atau pada tahap penanaman konsep (tahap lanjutan dari

111

penanaman konsep). Pemanfaatan lembar kerja pada tahap pemahaman konsep berarti
LKPD dimanfaatkan untuk mempelajari suatu topik dengan maksud memperdalam
pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari pada tahap sebelumnya yaitu penanaman
konsep.

E. Contoh Format LKPD

Adapun format lembar kerja peserta diidk (LKPD) menurut Widiasworo Erwin (2018)
adalah sebagi berikut:

LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK

(LKPD)

Mata Pelajaran : Matematika
Tema : Bilangan
Sub Tema : Bilangan Bulat
Kelas/ Semester : VII/Ganjil
Alokasi Waktu : 2×40 menit
Nama Guru :
Nama Individu :

A. Judul LKPD : Membandingkan dan mengurutkan bilangan bulat

B. Tujuan Pembelajaran LKPD :

Untuk mengetahui kemampuan anak-anak dalam membandingkan dan mengurutkan

bilangan bulat

C. Rumusan masalah

Dengan model PBL peserta didik dapat :

1. Bagaimana cara peserta didik membandingkan bilangan bulat?

2. Bagaimana peserta diidk mengurutkan bilangan bulat?

D. Langkah-Langkah kegiatan

1. Peserta didik diberikan kesempatan memilih 10 bilangan bulat secara acak, keudian

menyusun sesuia urutan dari kecil ke besar atau dari besar ke kecil

2. Peserta didik diberikan 5 bilanagn bulat oleh guru, kemudoan menyusun dari kecil ke

besar dan dari besar ke kecil

112

3. Peserta diidk menarik kesimpulan dari materi menemukan dan mengurutkan bilangan
bulat

8.3 Rangkuman
Berdasarkan materi yang telah dipaparkan, maka ada beberapa hal yang dapat dirangkum

pada materi ini yaitu :
 LKPD merupakan sarana atau media pembelajaran yang digunakan untuk melatih daya

ingat dan kecerdasan siswa terhadap materi-materi yang telah diperoleh dalam proses
balajar mengajar
 Tujuan penggunaan LKPD dalam proses belajar mengajar adalah memberi pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik, Mengecek tingkat
pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan, Mengembangkan dan
menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan
 Manfaat penggunaan LKPD dalam proses belajar mengajar yaitu mengaktifkan peserta
didik dalam proses pembelajaran, membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep,
melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan
proses, sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran,
membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui
kegiatan belajar dan membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep
yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis
 Langkah-langkah menyusun LKPD yaitu 1) analisis kurikulum untuk menentukan materi
yang memerlukan bahan ajar LKPD, 2) Menyusun peta kebutuhan LKPD, 3) Menentukan
judul-judul LKPD, 4) Penulisan LKPD, 5) Rumusan kompetensi dasar LKPD diturunkan
dari buku pedoman khusus pengembangan silabus, 6) Menentukan alat penilaian dan 7)
Menyusun materi
8.4 Latihan Soal

Latihan Soal
Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat, jelas dan tepat!
1. Kemukakan pendapat Anda, apa yang dimaksud Lembar Kerja Peserta Didik?
2. Uraikan dengan singkat manfaat penggunaan LKPD?
3. Pilihlah satu materi dalam pembelajaran matematika, kemudian buatlah satu LKPDnya?
8.5 Rujukan
Pada Bab ini yang menjadi sumber rujukan yaitu Arliyah, N. A., & Ismono. (2015).
Development of Student Worksheet with Mind Mapping Oriented Using Mindmap Application
for Atomic Structure and the Periodic System Of Elements Topic. UNESA Journal of

113

Chemical Education, Darmojo, Hendro., Jenny R.E Kaligis. 1993. Pendidikan IPA 2. Jakarta:
Depdikbud. Surachman. 2001. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Depdiknas 2006. Lampiran Permen Diknas NO 2006 tentang SI Jakarta: Depdiknas, Arliyah,
A., N., & Ismono. (2015). Development of Student Worksheet with Mind Mapping Oriented
Using Mind Map Application for Atomic Structure and The Periodic System of Elements
Topic. UNESA Journal of Chemical Education, Akhyar dan Musta’in. 1991. Pengembangan
dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers. Amin Suyitno 1997. Dasar-dasar Proses
Pembelajaran Matematika I. Semarang. Jurusan Pendidikan Matematika F Mipa Unnes.
Mahmudah, Siti (2017) Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (Lkpd) Tematik Berbasis
Scientific Tema Kayanya Negeriku Subtema 2 Pembelajaran 1 Di Sd Negeri
Mandirancan. Bachelor Thesis, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Hartati sukirman,
dkk. (2002). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: FIP Pres. Widiasworo Erwin.
(2017). Strategi dan Metode Mengajar Siswa diLuar Kelas.Yogyakarta: Ar-ruzz Media

Orang yang gagal selalu
mencari jalan untuk

menghindari kesulitan,
sementara orang yang sukses

selalu menerjang kesulitan
untuk menggapai kesuksesan

114

BAB 9

INSTRUMEN PENILAIAN

9.1 Pendahuluan
Pada Bab ini akan dikupas mengenai definisi instrument penilaian, jenis-jenis instrument

penilaian, format instrument penilaian dan teknik pengembangan instrument penilaian.
Capaian khusus dalam pembelajaran ini yaitu mahasiswa mampu menyusun dan

membuat instrument penilaian.
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa dapat:

 Menjelaskan definisi instrument penilaian
 Menjelaskan jenis-jenis instrument penilaian
 Memahami format instrument penilaian
 Mengembangkan instrument penilaian.

9.2 Uraian Materi

A. Defenisi Instrumen Penilaian
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001) kata instrumen dapat diartikan

sebagai: (1) alat yang digunakan dalam suatu kegiatan, atau (2) sarana untuk mengumpulkan
data sebagai bahan pengolahan. Jadi instrumen penilaian pembelajaran matematika dapat
diartikan sebagai alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penilaian pembelajaran
matematika.

Penilaian merupakan kegiatan sangat penting dalam pembelajaran matematika. Penilaian
dapat memberikan umpan balik yang konstruktif bagi guru maupun siswa. Berdasarkan hasil
penilaian, guru dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus
dilakukan selanjutnya. Guru juga dapat mengetahui seberapa jauh keberhasilan belajar
matematika siswa serta ketepatan metode mengajar yang digunakan. Hasil penilaian juga dapat
memberikan motivasi kepada siswa untuk berprestasi lebih baik. Bahkan penilaian dapat
mempengaruhi perilaku belajar karena siswa cenderung mengarahkan kegiatan belajarnya
menuju muara penilaian yang dilakukan guru. Oleh karena pentingnya penilaian, setiap guru
matematika harus memiliki pemahaman yang benar tentang berbagai aspek penilaian, baik
pengertian, objek, teknik maupun jenis penilaian, sehingga dapat merancang dan melaksanakan
penilaian pembelajaran matematika dengan baik.

Jadi dapat disimulkan bahwa Instrumen penilaian adalah alat atau sarana yang digunakan
untuk melakukan kegiatan pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan
pencapaian hasil belajar siswa.

115

Ada dua istilah terkait dengan konsep penilaian (assesment), yaitu pengukuran
(measurement) dan evaluasi (evaluation) (Djemari Mardaphi, 2007). Pengukuran adalah proses
penetapan angka terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Sedangkan evaluasi adalah
penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek. Dalam melakukan
evaluasi di dalamnya ada kegiatan untuk menentukan nilai (misalkan: paham-tidak paham,
baik-buruk, atau tuntas-tidak tuntas), sehingga ada unsur judgement. Pengukuran, penilaian,
dan evaluasi adalah hirarki. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria,
penilaian menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedang evaluasi adalah penetapan
nilai atau implikasi suatu perilaku, baik perilaku individu maupun lembaga.

Pada Permendiknas No 20 tahun 2007 tentang standar penilaian dijelaskan bahwa
penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian
hasil belajar siswa. Penilaian tidak sekedar pengumpulan data siswa, tetapi juga pengolahannya
untuk memperoleh gambaran proses dan hasil belajar siswa. Penilaian tidak sekedar memberi
soal siswa kemudian selesai, tetapi guru harus menindaklanjutinya untuk kepentingan
pembelajaran.

Dalam Permendikbud Nomor 66/2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dinyatakan
bahwa ruang lingkup penilaian hasil belajar siswa mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi
relatif setiap siswa terhadap standar 3 yang telah ditetapkan. Penilaian dari aspek pengetahuan
dapat dilakukan dengan cara pemberian serangkaian tes yang ada kaitannya aspek intelektual:
pengetahuan dan keterampilan berfikir. Penilaian ketrampilan meliputi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, dan mengoperasikan
mesin. Penilaian sikap meliputi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,
seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Penilaian sikap dapat diukur melalui
penilaian diri, jurnal ataupun observasi.

Pada Permendiknas No 20 tahun 2007 juga disebutkan bahwa penilaian hasil belajar
peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus memperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut:

e. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur.

f. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai.

116

g. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat,
status sosial ekonomi, dan gender.

h. Terpadu, berarti penilaian oleh guru merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

i. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

j. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh guru mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

k. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku.

l. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang
ditetapkan.

m. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya.
Untuk mengumpulkan data penelitian tentang hasil belajar atau prestasi belajar bisa

dilakukan dengan memakai instrumen tes. Kata tes secara harfiah berasal dari istilah
Perancis kuno yaitu testum, yang mempunyai arti “piring yang berfungsi menyisihkan logam
- logam mulia yang nilainya sangat tinggi seperti emas”. Sedangkan, di dalam bahasa Inggris
testum ini dikenal dengan test yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yang
berarti tes, percobaan atau ujian, dan kata ini di dalam bahasa Arab sama artinya dengan
imtihan.

Secara teoritis, test merupakan suatu alat atau prosedur yang dipakai dalam rangka
kegiatan pengukuran dan penilaian. Tes merupakan bagian tersempit dari penilaian. Menurut
Dejamri (2008:67), tes , merupakan salah satu cara untuk menaksirkan besarnya kemampuan
seseoarng secaratidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau
pertanyaan. Tes juga dapat diartikan sebagai jumlah pertanyaan yang harus diberikan
tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap
aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Tester merupakan orang yang melakukan tes,
pembuat tes atau eksperimentor merupakan orang yang melakukan percobaan dengan
menggunakan tes, sedangkan testee merupakan orang yang dikenai tes atau yang sedang
dikenai percobaan (Dimyati dan Mudjiono,1999:209).

117

Tes juga dapat diartikan berupa sejumlah pertanyaan yang diberikan kepada
seseorang untuk diberi respon atau dijawab. Sedangkan, pengukuran mempunyai pengertian
lebih luas lagi bila dibandingkan dengan tes. Adapun evaluasi, merupakan suatu proses
pengumpulan informasi guna membuat sebuah penilaian terhadap sesuatu, yang selanjutnya
dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan (Farida, 2008189-
190)
B. Jenis-jenis Instrumen Penilaian

Sesuai dengan teknik penilaian yang digunakan, instrumen penilaian dapat berupa
instrumen tes atau instrumen non tes. Jenis – jenis penilaian dapat digambarkan melalui bagan
berikut ini:

1. Instrumen Tes
Tes adalah sejumlah pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus

dipilih atau ditanggapi, tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes. Tes
merupakan adalah satu bukti penilaian yang data digunakan untuk mengukur dan mengetahui
sejauh mana perkembangan belajar siswa. Menurut pandangan siswa, apa yang guru ujikan itu
yang akan guru nilai. Berikut ini adalah beberapa tes kemampuan yang dapat dinilai melalui tes
yaitu: a) Berpikir mengenai ide matematika, b) Membuat pilihan dari strategi, c) Membuat
kesimpulan, d) Menyajikan informasi , dan e) Mengkomunikasikan ide matematika. Sedangkan
kegunaan tes adalah sebagai berikut: a) Memberitahu guru tentang kinerja siswa, b)
Memungkinkan siswa yang tidak banyak berbicara di kelas untuk dapat unggul dan
menunjukkan pemahamannya, c) Sebagai cara untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tertentu kepada semua siswa secara bersamaan, d) Memungkinkan setiap siswa (bukan hanya
siswa yang aktif dalam diskusi kelas) untuk membangun respon mereka sendiri, e) Sangat
efektif dalam menilai kemampuan, keterampilan dan pemahaman siswa.

Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes yaitu:

118

a. Tes penempatan adalah tes yang diperlukan untuk menempatkan siswa dalam kelompok
siswa sesuai dengan kemampuannya

b. Tes diagnostik adalah tes hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui kelemahan
dan kekurangan, sebagai dasar perbaikan.

c. Tes formatif dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana
siswa telah terbentuk setelah mengikuti proses belajar mengajar.

d. Tes sumatif adalah tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan kompetensi siswa
dalam satuan waktu tertentu seperti catur wulan atau semester.

Sedangkan berdasarkan bentuk pertanyaannya, tes dapat berbentuk objektif dan esay
(Hamzah B. Uno, dkk., 2001).

a. Tes objektif
Tes objektif adalah tes dimana keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab
tes telah tersedia dan peserta harus memilih salah satu alternatif yang disediakan
tersebut. Terdapat beberapa bentuk tes objektif, yaitu:
1. Tes benar salah
Tes benar salah adalah tes yang memuat pernyataan benar atau salah. Peserta
bertugas menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf “B” jika
pernyataan benar, dan “S” jika pernyataan salah. Bentuk tes benar salah saat ini
jarang digunakan guru matematika. Padahal melalui tes benar salah ini banyak
domain belajar matematika yang bisa di gali, misal: pemahaman konsep,
kemampuan bernalar, analisis dan lain-lain. Dua butir pertanyaan benar salah di atas
dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa tentang segitiga dan
lingkaran.
2. Tes pilihan ganda
Tes pilihan ganda adalah tes yang memuat serangkaian informasi yang belum
lengkap, dan untuk melengkapinya dilakukan dengan memilih berbagai alternatif
pilihan yang disediakan. Ada empat variasi tes pilihan ganda, yaitu: tes pilihan ganda
biasa, asosiasi, hubungan antar hal, dan menjodohkan.
a) Tes pilihan ganda, adalah soal yang disertai beberapa alternatif jawaban dimana
hanya tersedia 1 pilihan benar, dan siswa tugasnya adalah memilih mana dari
alternatif-alternatif tersebut yang benar.
b) Tes asosiasi, merupakan modifikasi dari tes pilihan ganda biasa. Bentuk asosiasi
juga terdiri dari satu pernyataan dan beberapa alternatif jawaban, hanya saja
terdapat lebih dari satu jawaban yang benar. Saat ini bentuk tes ini jarang

119

digunakan. Padahal bentuk tes ini tidak kalah potensialitasnya dibanding tes
pilihan ganda biasa. Dibanding tes pilihan ganda biasa, tes bentuk ini lebih
menuntut siswa bernalar, melihat semua kemungkinan jawaban, dan juga melihat
hubungan antar bagian.
c) Tes hubungan antar hal, adalah soal yang memuat pernyataan dan alasan, dengan
pola memuat pernyataan dan memuat alasan. Petunjuk pilihan:

 Jika pernyataan benar, alasan benar, dan ada hubungan sebab akibat
 Jika pernyataan benar, alasan benar, dan tidak ada hubungan sebab akibat
 Jika pernyataan benar, alasan salah
 Jika pernyataan salah, dan alasan salah
 Baik pernyataan maupun alasan salah
Tes ini jarang digunakan, padahal tes hubungan antar hal ini sangat baik
digunakan untuk mengukur banyak dimensi belajar matematika, antara lain:
kemampuan bernalar siswa, pemahaman konsep, hubungan antar konsep,
kemampuan berpikir matematis, dan lain-lain.
d) Tes menjodohkan, dalam bentuk tradisional item tes menjodohkan terdiri dari dua
kolom yang pararel. Tiap kata, bilangan, atau simbol dijodohkan dengan kalimat,
frase, atau kata dalam kolom yang lain. Item pada kolom di mana penjodohan
dicari disebut premis, sedangkan kolom di mana pilihan dicari disebut respon.
Tugas siswa adalah memasangkan antara presmis dan respon berdasarkan aturan
yang ditentukan. Tes menjodohkan ini juga relatif jarang digunakan dalam
penilaian pembelajaran matematika. Padahal seperti halnya tes hubungan antar
hal, tes bentuk ini juga dapat digunakan untuk mengukur banyak dimensi belajar
matematika, antara lain: mengukur kemampuan bernalar siswa, pemahaman
konsep, hubungan antar konsep, kemampuan berpikir matematis, dan lain-lain.
b. Tes Essay
Tes essay adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau perintah yang
menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang. Tes inidirancang
untuk mengukur hasil belajar di mana unsur yang diperlukan untuk menjawab soal dicari,
diciptakan dan disusun sendiri siswa. Siswa harus menyusun sendiri kata dan kalimat untuk
menjawabannya. Soal essay adalah soal yang menuntut siswa untuk menyampaikan
pendapat dan alasan sebagai jawaban soal secara logis dan sistematis. Siswa diberi
kebebasan dalam memberikan pendapat dan alasan yang diperlukan. Jawaban siswa tidak
dibatasi oleh persyaratan tertentu. Bentuk soal ini menuntut kemampuan siswa untuk

120

menyampaikan, memilih, menyusun, dan mengemukakan gagasan atau ide yang telah
dimilikinya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Keunggulan bentuk soal ini adalah
dapat mengukur tingkat berfikir siswa dari yang rendah sampai tinggi. Soal ini sangat cocok
untuk mengukur kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menyusun soal uraian adalah:
1) menggunakan kata-kata: mengapa, jelaskan, uraikan, bandingkan, buktikan, tafsirkan,

hitunglah, ,
2) Janganlah menggunakan kata atau kalimat yang dapat ditafsirkan ganda atau ambigu,
3) untuk keperluan penilaian, pembuat soal juga harus mempersiapkan: jawaban lengkap

dengan penjelasan, alternatif solusi yang lain, dan pedoman penskoran atau rubrik.
Rubrik yang cocok untuk bentuk soal uraian adalah rubrik analitik.
Tes esay diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk, yiatu: uraian bebas (non objektif),
uraian terstruktur (objektif), jawaban singkat, dan isian (melengkapi).
1) Uraian non objektif
Bentuk uraian bebas memberikan kebebasan untuk memberikan opini serta alasan yang
diperlukan. Jawaban siswa tidak dibatasi oleh persyaratan tertentu.
2) Uraian objektif
Bentuk uraian terstruktur atau uraian terbatas meminta siswa untuk memberikan jawaban
terhadap soal dengan persyaratan tertentu
3) Jawaban singkat
Tes jawaban singkat merupakan tipe item tes yang dapat dijawab dengan kata, frasa,
bilangan, atau simbol. Tes jawaban singkat menggunakan pertanyaan langsung, dan
siswa diminta memberi jawaban singkat, tepat dan jelas.
4) Bentuk melengkapi (isian)
Item tes melengkapi hampir sama dengan jawaban singkat, yaitu merupakan tipe item tes
yang dapat dijawab dengan kata, frasa, bilangan atau simbol. Bedanya, item tes
melengkapi merupakan pernyataan yang tidak lengkap, dan siswa diminta untuk
melengkapi pernyataan tersebut. Tes esay perlu lebih dikembangkan penggunaanya
dalam penilaian pembelajaranmatematika. Penggunaan tes esay selama ini agak kurang
karena lebih dominan digunakan tes objektif. Padahal tes esay ini sangat baik untuk
penilaian pembelajaran matematika karena memberi kesempatan pada siswa untuk
menyusun jawaban sesuai dengan jalan pikirannya sendiri. Saat ini memang telah muncul
kecenderungan kesadaran kembali menggunakan tes uraian, karena kesadaran bahwa:
 Menurunnya hasil belajar matematika disinyalir karena dominannya tes objektif

121

 Tes pilihan ganda tidak memberi kesempatan siswa mengkomunikasikan ide dengan
tulisan karena terbiasa hanya memilih dari alternatif yang sudah ada.

 Terlalu dominannya tes objektif dapat menyebabkan kurangnya daya analisis dan
kemampuan berpikir karena terbiasa tes objektif yang bisa tebak jawaban.

 Kekuatan tes esay adalah dalam mengukur hasil belajar yang kompleks dan
melibatkan level kognitif yang tinggi.

 Melalui tes esay guru dapat mencermati proses berpikir siswa
2. Instrumen non tes

Ada beberapa macam instrumen non tes yang dapat digunakan dalam penilaian
pembelajaran matematika, antara lain:

a. Angket/kuesioner
Angket adalah alat penilaian berupa daftar pertanyaan/pernyataan tertulis untuk

menjaring informasi tentang sesuatu. Angket dapat digunakan untuk memperoleh informasi
kognitif maupun afektif. Untuk penilaian aspek kognitif, angket digunakan untuk melengkapi
data yang diperoleh dari tes sehingga data yang diperoleh lebih komprehensif.

b. Lembar observasi
Lembar obeservasi adalah pedoman yang digunakan guru dalam melakukan observasi

pembelajaran. Observasi bisa dilakukan secara langsung tanpa menggunakan lembar observasi,
tetapi jika guru menginginkan observasi yang terfokus maka sebaiknya guru menggunakan
pedoman observasi ini.

c. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara adalah pedoman yang digunakan guru dalam melakukan

wawancara dengan siswa. Guru bisa wawancara langsung tanpa menggunakan pedoman
wawancara, tetapi jika guru menginginkan wawancara yang lebih terfokus sebaiknya guru
menggunakan pedoman wawancara ini.

Beberapa penilaian dalam pembelajaran yairu :
1. Penilaian Sikap

Dalam Permendikbud Nomor 81A/2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 dinyatakan
bahwa secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah:
a) Sikap terhadap materi pelajaran.

Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran. Dengan sikap`positif dalam
diri siswa akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi
motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
b) Sikap terhadap guru/pengajar.

122

Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Siswa yang tidak memiliki sikap
positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan
demikian, siswa yang memiliki sikap negatif terhadap guru/pengajar akan sukar
menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
c) Sikap terhadap proses pembelajaran.
Siswa juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang
berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi,
metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang
menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa,
sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
d) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi
pelajaran.
Misalnya, masalah lingkungan hidup (materi Biologi atau Geografi). Siswa perlu
memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus
lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya,
siswa memiliki sikap positif terhadap program perlindungan satwa liar.
2) Penilaian Kinerja (Unjuk Kerja)
Tujan penilaian kinerja adalah untuk mengetahui tingkat kinerja siswa. penilaian kinerja
ini dilakukan melalui pengamatan. Hal yang dapat diamati misalnya presentasi siswa. Alat
pengamatan yangdigunakan dapat berupa daftar cek atau skala bertingkat.
3) Penilaian Diri
Penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaitan dengan
kompetensi kognitif, afektif, psikomotorik. Dalam menerapkan penilaian diri, guru harus
melakukan hal – hal berikut:
a) Menentukan kompetensi yang akan dinilai
b) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan
c) Merancang format penilaian, dapat berupa pedoaman penskoran, daftar cek atau skala

bertingkat.
d) Meminta siswa untuk melakuakn penilaian diri
e) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong siswa supaya

senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
f) Menyampaikan umpan balik kepada siswa berdasarkan hasil kajian terhadap sampel

hasil penilaian yang diambil secara acak.
4) Penilaian Produk

123

Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses kegiatan praktek pembuatan dan
kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan membuat produk
teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar),
barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam atau alat-alat teknologi tepat guna
yang sederhana. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan
penilaian yaitu:

a) Tahap persiapan, yang meliputi: penilaian kemampuan dalam merencanakan,
menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk,

b) Tahap pembuatan produk (proses), yang meliputi penilaian kemampuan dalam
menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik,

c) Tahap penilaian produk (appraisal), yang meliputi penilaian produk yang dihasilkan
siswa sesuai kriteria yang ditetapkan.

Penilaian produk dalam pembelajaran matematik disesuaikan dengan karakteristik materi
yang diberikan serta tujuan dari belajar matematika.yaitu melatih pola pikir yang sistematis,
logis, runtut, konsisten, disiplin dan jujur. Dalam hal membuat produk, yang menjadi tujuan
belajar matematika adalah melatih siswa menerapkan konsep matematika dalam memecahkan
masalah yang berkait dengan pembuatan produk tertentu, sehingga mempelajari pembuatan
suatu produk secara fisik bukan menjadi tujuan utama belajar matematika. Walaupun
demikian, ada kemampuan yang dipelajari dalam matematika yang dapat membekali siswa
mampu menghasilkan produk dan berguna dalam kehidupan. Sebagai contoh adalah
kemampuan dalam menggambar berbagai bentuk jaring-jaring benda ruang. Kemampuan itu
akan sangat bermanfaat dalam pembuatan produk-produk benda ruang yang banyak digunakan
dalam kehidupan sehari - hari. Kemampuan melukis sudut, garis dan bangun datar yang dapat
digunakan dalam membuat desain atau pola baju, desain rumah, desain perlengkapan rumah,
pembuatan pintu dan jendela, kuda-kuda rumah, dll.
5) Portofolio.

Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa, sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja,
yang ditentukan oleh guru atau siswa bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan
belajar atau mencapai kompetensiyang ditentukan kurikulum. Portofolio sebagai alat penilaian
difokuskan pada dokumen yang berisi pekerjaan siswa yang dapat dijadikan alat bukti tentang
apa yang dapat dilakukan siswa, bukan apa yang tidak dapat dikerjakan siswa. Portofolio juga
dapat digunakan untuk mengindikasikan pertumbuhan pemahaman siswa akan matematika
setelah kurun waktu tertentu, serta menunjukkan sifat, keyakinan dan kemauan siswa dalam
mengerjakan matematika

124

6) Proyek.
Proyek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan,

pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam kurun waktu tertentu. Tugas
proyek adalah tugas penyelidikan terhadap sesuatu yang dikaitkan dengan permasalahan nyata
sehari-hari sehingga memerlukan data lapangan. Tahap tugas proyek mencakup perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan. Tahap perencanaan tugas proyek dapat memanfaatkan waktu pada
beban belajar tatap muka atau tugas terstruktur. Tahap pelaksanaan tugas proyek dapat
memanfaatkan waktu pada beban belajar tugas terstruktur dan tugas mandiri tidak terstruktur.
Tahap pelaporan tugas proyek dapat memanfaatkan waktu pada beban belajar tatap muka
dan/atau tugas terstruktur atau tugas mandiri tidak terstruktur.
7) Penilaian Sebaya

Penilaian sebaya atauantar siswa merupakan penilaian dengan cara meminta siswa untuk
saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa
lembar penilaian sebaya. Instrumen yang digunakan untuk penilaian sebaya adalah daftar cek
dan skala penilaian (rating scale) dengan teknik sosiometri berbasis kelas. Guru dapat
menggunakan salah satu dari keduanya atau menggunakan dua-duanya. Penilaian diri dapat
dilakukan setelah siswa selesai bekerja dalam kelompok, kemudian antar anggota kelompok
diminta untuk saling menilai
3. Guru sebagai instrumen

Penggunaan berbagai teknik penilaian di atas menempatkan posisi guru sangat vital.
Guru merupakan pusat kegiatan penilaian sekaligus bertindak sebagai instrumen penilaian
(human instrument). Guru bertindak sebagai perancang penilaian, penentu sumber data,
pengumpul data, pengolah data, menganalisis data, menafsirkan data dan mengambil
kesimpulan. Peran besar guru ini mungkin dianggap sebagai ancaman terhadap objektivitas.
Namun, sesungguhnya subjektivitas bukanlah kelemahan, melainkan potensi yang jika dapat
dimanfaatkan secara optimal memungkinkan pemerolehan data lebih komprehensif dan
bermakna. Peran langsung guru dalam penilaian diharapkan dapat menutup lubang data yang
tidak dapat dihasilkan instrumen ukur penilaian. Tentu saja, guru harus terus meningkatkan
kemampuan dan ketajaman dalam melakukan penilaian.

125

C. Contoh Format Instrumen Penilaian
1. Instrumen penilaian tes

Contoh format kisi-kisi

KISI-KISI PENULISAN SOAL
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Kabupaten/Kota :
Jenjang Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : MATEMATIKA PEMINATAN
Kurikulum : 2013
Jumlah Soal : 30 butir
Bentuk Soal : 30 Pilihan Ganda

No Kompetensi Dasar Bahan Materi Indikator Soal Bentuk Level
Kls/Smtr
Soal Kognitif

1 Mendesripsikan dan X / Fungsi Menggunakan

menentukan Ganjil ekspone aturan pangkat dan

penyelesaian fungsi nsial dan logaritma peserta Pengetahuan
PG dan
eksponensial dan logaritm didik dapat
Pemahaman
fungsi logaritma a menentukan nilai

menggunakan masalah bentuk pecahan

kontekstual serta yang memuat

keberkaitannya logaritma.

2 Mendesripsikan dan X / Fungsi Menggunakan

menentukan Ganjil ekspone aturan pangkat

penyelesaian fungsi nsial dan peserta didik dapat

eksponensial dan logaritm menentukan nilai

fungsi logaritma a hasil kali akar-akar PG Aplikasi

menggunakan masalah persamaan

kontekstual serta perpangkatan

keberkaitannya dengan

menggunakan

pemisalan

126

KARTU SOAL

Jenis Sekolah : SMA Kurikulum2013
Bahan Kelas
Nama Penyusun :X
Mata Pelajaran
: MGMP Matematika Kab. Maros
Program Studi
: Matematika Peminatan

Unit Kerja :-

: MIPA

Kompetensi Dasar Buku Sumber : Pengetahuan/ 
√ Pemahaman Penalaran
Mendesripsikan dan Aplikasi
menentukan
penyelesaian fungsi No. Soal Rumusan Butir Soal
eksponensial dan fungsi 1
logaritma menggunakan
masalah kontekstual
serta keberkaitannya

Materi Kunci Nilai dari 3 log 36 . 6 log 81+ 4 log 32 = ⋯
Jawaban
Fungsi eksponensial dan 1
logaritma D
9 log 27

b

Indikator A. 11

Peserta didik dapat B. 7
menentukan nilai
pecahan menggunakan C. 4
aturan pangkat D. – 7
logaritma E. – 11

2. Instrumen Penilaian Non tes
Penilaian Diri

Nama/Kelas : …………………………/VII

Topik : Himpunan

Hari/Tanggal Mengisi : ……………………………….

No Penyataan Alternatif
Tidak
ya

Saya bersyukur atas kesempatan yang
1. diberikan Tuhan dalam mempelajari

himpunan sehingga saya dapat

127

mengetahui penerapan materi himpunan
dalam kehidupan sehari-hari
Saya bersyukur atas kesempatan bbelajar
2. untuk bertanggungjawab menyelesaikan
tugas melalui materi himpunan
Saya telah memahami tentang materi
3. himpunan

Saya optimis dapat memperbaiki
4. pemahaman saya tentang materi

himpunan
Saya akan belajar keras untuk
5. mempelajari lebih lanjut terkait himpunan
dan saya yakin akan bisa memahaminya
Saya telah berperan aktif dalam kegiatan
6. belajar tentang himpunan

Saya akan bekerjasama dengan kelompok
7. saya dalam menyelesaikan tugas yang

berhubungan dengan himpunan
Saya bersyukur atas kesempatan bbelajar
2. untuk bertanggungjawab menyelesaikan
tugas melalui materi himpunan

3. Penilaian produk

Contoh Instrumen Penilaian Produk dalam Pembelajaran Matematika SMP/MTs

Kompetensi Dasar (Kelas VII)
1.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
6.3 Menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti, bertanggung jawab,
responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah
6.4 Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika serta
memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang terbentuk melalui
pengalaman belajar
4.7 Menyelesaikan permasalahan nyata yang terkait penerapan sifat-sifat persegi
panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang
Indikator Pencapaian Kompetensi: Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
pembuatan jaring-jaring balok dalam rangka membentuk bangun kubus

Sumber: Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013

Contoh Format instrument penilaian produk
Mapel/Kelas : Matematikan/VIII
Nama Produk : -------------------------

128

Tanggal : --------------------------
No
Nama siswa Persiapan Proses Akhir
ab a bc Skor Nilai

abc

Kriteria penskoran:

Tahap Aspek yang dinilai Kriteria penskoran
a = Ketepatan memilih 1 = tidak mengerjakan
Persiapan (memahami macam jaring- jaring 2= kurang tepat
masalah dan memilih sesuai ukuran kertas 3= tepat
strategi memecahkan b =penentuan ukuran 1 = tidak mengerjakan
panjang rusuk 2= belum maksimal
masalah) (diharapkan maksimal 3= maksimal
sehingga sisa kertas
Proses pembu-atan minimal) 1 = tidak mengerjakan
Produk a = Ketepatan cara 2= tidak tepat
menggunakan penggaris 3 = kurang tepat 4 = tepat
dan jangka 1= tidak mengerjakan
2= tidak tepat/benar
b = Ketepatan/ kebenaran 3= kurang tepat/benar
jaring-jaring 4=tepat
1 = tidak mengerjakan
c = Kecermatan membuat 2 = tidak cermat
jaring-jaring 3 = kurang cermat
4 = cermat
Penilaian Akhir Produk a = Kerapian 1 = tidak mengerjakan
penyambungan antar sisi 2= tidak rapi
melalui lidah yang dibuat 2 = kurang rapi 4 = rapi

b = Ketepatan/ kebenaran 1 = tidak mengerjakan
bentuk balok sebagai 2= tidak benar/tepat
produk akhir 3 = kurang benar/tepat
4 = tepat/benar
c = kerapian bentuk kubus
sebagai produk akhir 1 = tidak mengerjakan
2= tidak rapi
2 = kurang rapi 4 = rapi

129

D. Penyusunan dan Pengembangan Instrumen Penilaian
1. Penyusunan Instrumen Penilaian

Tes hasil belajar adalah salah satu tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan
atau kemajuan belajar peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan
prinsip-prinsip penyusunan tes hasil belajar, yaitu:

a. Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan
sesuai dengan tujuan instruksional.

b. Butir-butir soal hasil belajar harus merupakan sampel yang representative dari populasi
bahan pelajaran yang telah diajarkan.

c. Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi.
d. Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil

yang diinginkan.
e. Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan.
f. Tes hasil belajar harus dapat dij adikan alat untuk mencari informasi yang berguna

untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri
Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum menyusun sebuah tes,
supaya tes yang diberikan tidak berbeda dengan tujuan pelaksanaan tes. Langkah dalam
menyusun tes diantaranya sebagai berikut:

a. Merumuskan atau menentukan tes.
b. Mengidentifikasi hasil belajar (learning outcomes) yang hendak diukur dengan tes

tersebut.

c. Menandai hasil belajar yang spesifik, yang merupakan tingkah laku atau aktivitas
yang bisa diamati dan sesuai dengan TIK.

d. Merinci mata pelajaran atau bahan pelajaran yang akan diukur.
e. Menyiapkan tabel spesifikasi.
f. Menggunakan tabel spesifikasi, sebagai dasar penyususnan tes (Ngalim Purwanto,

2009:30).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999,210-216) prosedur yang perlu ditempuh dalam
menyusun instrumen penilaian tes, yaitu sebagai berikut:

1. Menentukan bentuk tes yang hendak disusun.
2. Membuat kisi-kisi butir soal, merupakan kegiatan yang dilakukan evaluator dalam

membuat suatu tabel yang dai dalamnya memuat mengenai perincian aspek isi dan

130

aspek perilaku beserta proporsi atau imbangan yang diinginkannya. Kisi-kisi butir soal
atau tabel spesifikasi terdiri atas ruang lingkup isi pelajaran, proporsi jumlah item dan
tiap - tiap sub isi pelajaran, aspek intelektual dan bentuk soal.
2. Pengembangan instrument penilaian
a. Instrumen Penilaian Tes
Berikut disajikan langkah-langkah untuk mengembangkan instrumen Penilaian tes.
1. Menetapkan tujuan tes
Langkah awal dalam mengembangkan instrumen tes adalah menetapkan tujuannya.
Tujuan ini penting ditetapkan sebelum tes dikembangkan karena seperti apa dan bagaimana tes
yang akan dikembangkan sangat bergantung untuk tujuan apa tes tersebut digunakan. Ditinjau
dari tujuannya, ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan, yaitu :
(a) tes penempatan, (b) tes diagnostik, (c) tes formatif, dan (d) tes sumatif (Thorndike &
Hagen, 1977).
2. Melakukan analisis kurikulum
Analisis kurikulum dilakukan dengan cara melihat dan menelaah kembali kurikulum
yang ada berkaitan dengan tujuan tes yang telah ditetapkan. Langkah ini dimaksudkan agar
dalam proses pengembangan instrumen tes selalu mengacu pada kurikulum (SKKD) yang
sedang digunakan. Instrumen yang dikembangkan seharusnya sesuai dengan indikator
pencapaian suatu KD yang terdapat dalam Standar Isi (SI).
3. Membuat kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal-soal (meliputi SK-KD, materi,
indikator, dan bentuk soal) yang akan dibuat. Dalam membuat kisi-kisi ini, kita juga harus
menentukan bentuk tes yang akan kita berikan. Beberapa bentuk tes yang ada antara lain:
pilihan ganda, jawaban singkat, menjodohkan, tes benar-salah, Bu Ina mengadakan ulangan
tengah semester matematika. Dari hasil ulangan yang diperoleh siswa, seluruh siswa
mendapatkan nilai yang bagus, yaitu mendapatkan nilai 9 dan 10. Melihat hal ini, mungkinkah
salah satu penyebabnya adalah kualitas tes yang disusun Bu Ina? Sudah tepatkah tes yang
dibuat Bu Ina untuk mengukur kemampuan siswa? Apakah sudah sesuai dengan kaidah
pengembangan instrumen tes? Bagaimanakah cara mengembangkan tes yang tepat?
4. Menulis soal
Pada kegiatan menuliskan butir soal ini, setiap butir soal yang Anda tulis harus
berdasarkan pada indikator yang telah dituliskan pada kisi-kisi dan dituangkan dalam
spesifikasi butir soal. Bentuk butir soal mengacu pada deskripsi umum dan deskripsi khusus
yang sudah dirancang dalam spesifikasi butir soal.

131

5. Melakukan telaah instrumen secara teoritis
Telaah instrumen tes secara teoritis atau kualitatif dilakukan untuk melihat kebenaran

instrumen dari segi materi, konstruksi, dan bahasa. Telaah instrumen secara teoritis dapat
dilakukan dengan cara meminta bantuan ahli/pakar, teman sejawat, maupun dapat dilakukan
telaah sendiri. Setelah melakukan telaah ini kemudian dapat diketahui apakah secara teoritis
instrumen layak atau tidak.
6. Melakukan ujicoba dan analisis hasil ujicoba tes

Sebelum tes digunakan perlu dilakukan terlebih dahulu uji coba tes. Langkah ini
diperlukan untuk memperoleh data empiris terhadap kualitas tes yang telah disusun. Ujicoba
ini dapat dilakukan ke sebagian siswa, sehingga dari hasil ujicoba ini diperoleh data yang
digunakan sebagai dasar analisis tentang reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, pola jawaban,
efektivitas pengecoh, daya beda, dan lain-lain. Jika perangkat tes yang disusun belum
memenuhi kualitas yang diharapkan, berdasarkan hasil ujicoba tersebut maka kemudian
dilakukan revisi instrumen tes.
7. Merevisi soal

Berdasarkan hasil analisis butir soal hasil ujicoba kemudian dilakukan perbaikan.
Berbagai bagian tes yang masih kurang memenuhi standar kualitas yang diharapkan perlu
diperbaiki sehingga diperoleh perangkat tes yang lebih baik. Untuk soal yang sudah baik tidak
perlu lagi dibenahi, tetapi soal yang masuk kategori tidak bagus harus dibuang karena tidak
memenuhi standar kualitas.Setelah tersusun butir soal yang bagus, kemudian butir soal tersebut
disusun kembali untuk menjadi perangkat instrumen tes, sehingga instrumen tes siap
digunakan. Perangkat tes yang telah digunakan dapat dimasukkan ke dalam bank soal sehingga
suatu saat nanti bisa digunakan lagi.
b. Instrumen Penilaian Non tes

Ada sembilan langkah dalam mengembangkan instrumen non tes, yaitu:
1. Menentukan spesifikasi instrumen

Penentuan spesifikasi instrumen dimulai dengan menentukan kejelasan tujuan. Setelah
menetapkan tujuan, kegiatan berikutnya menyusun kisi-kisi instrumen. Membuat kisi-kisi
diawali dengan menentukan definisi konseptual, yaitu definisi aspek yang akan diukur menurut
hasil kajian teoritik berbagai ahli/referensi. Selanjutnya merumuskan definisi operasional, yaitu
definisi yang Anda buat tentang aspek yang akan diukur setelah mencermati definisi
konseptual. Definisi operasional ini kemudian dijabarkan menjadi indikator dan ditulisan
dalam kisi-kisi. Selanjutnya Anda perlu menentukan bentuk instrumen dan panjang instrumen.
2. Menentukan skala penilaian

132

Skala yang sering digunakan dalam instrumen penilaian antara lain adalah: Skala
Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.
3. Menulis butir instrumen

Pada tahap ini Anda merumuskan butir-butir instrumen berdasarkan kisi-kisi. Pernyataan
dapat berupa pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif merupakan pernyataan yang
mengadung makna selaras dengan indikator, sedangkan pernyataan negatif adalah pernyataan
yang berisi kontra kondisi dengan indikator.
4. Menentukan penyekoran

Sistem penyekoran yang digunakan tergantung pada skala pengukuran yang digunakan.
Pada skala Thurstone, skor tertinggi tiap butir 7 dan skor terendah 1. Pada skala Likert, awal
skor tertinggi tiap butir 5 dan terendah 1, karena sering terjadi kecenderungan responden
memilih jawaban katergori tengah, maka dimodifikasi hanya menggunakan empat pilihan. Skor
siswa dapat ditafsirkan dengan kriteria berikut:
Keterangan: X : Skor responden
Mi : Mean ideal
Sbi : Simpangan baku ideal
Mi = (skor tertinggi + skor terendah)
Sbi = (skor tertinggi - skor terendah)
5. Menelaah instrumen

Kegiatan pada telaah instrumen adalah menelaah apakah: a) butir pertanyaan/pernyataan
sesuai dengan indikator, b) bahasa yang digunakan komunikatif dan menggunakan tata bahasa
yang benar, c) butir pertanyaan/pernyataan tidak bias, d) format instrumen menarik untuk
dibaca, e) pedoman menjawab atau mengisi instrumen jelas, dan f) jumlah butir dan/atau
panjang kalimat pertanyaan/ pernyataan sudah tepat sehingga tidak menjemukan untuk
dibaca/dijawab. Hasil telaah instrumen digunakan untuk memperbaiki instrumen.
6. Menyusun instrumen

Langkah ini merupakan tahap menyusun butir-butir instrumen setelah dilakukan
penelaahan menjadi seperangkat instrumen yang siap untuk diujicobakan. Format instrumen
harus dibuat menarik dan tidak terlalu panjang, sehingga responden tertarik untuk membaca
dan mengisinya.
7. Melakukan ujicoba instrumen

Setelah instrumen tersusun dengan utuh, kemudian melakukan ujicoba instrumen. Untuk
itu dipilih sampel yang karakteristiknya mewakili populasi. Ujicoba dilakukan untuk
memperoleh informasi empirik tentang kualitas instrumen yang dikembangkan.

133

8. Menganalisis hasil ujicoba
Analisis hasil ujicoba dilakukan untuk menganalisis kualitas instrumen berdasarkan data

ujicoba. Dari analisis ini diharapkan diketahui mana yang sudah baik, mana yang kurang baik
dan perlu diperbaiki, dan mana yang tidak bisa digunakan. Selain itu, analisis hasil ujicoba ini
juga dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang validitas dan reliabilitas instrumen.
9. Memperbaiki instrumen

Perbaikan dilakukan berdasarkan analisis hasil ujicoba. Bisa saja hasil telaah instrumen
baik, namun hasil ujicoba empirik tidak baik. Perbaikan termasuk mengakomodasi saran-saran
dari responden ujicoba.
9.3 Rangkuman

Berdasarkan uraian materi yang telah dipaparkan, ada beberapa hal yang bias dijadikan
rangkuman pada materi ini yaitu :

 Instrumen penilaian adalah alat atau sarana yang digunakan untuk melakukan kegiatan
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar
siswa

 Jenis-jenis instrument terdiri atas ibstrumen tes dan non tes. Instrumen penilaian tes
terbagi atas 2 yaitu objektif dan non objektif sedangkan instrument penilaian non tes
terbagi atas penilaian sikap, penilaian diri, protofolio, proyek dan unjuk kerja

 Langkah dalam menyusun tes diantaranya sebagai berikut Merumuskan atau menentukan
tes, Mengidentifikasi hasil belajar (learning outcomes) yang hendak diukur dengan tes
tersebut, Menandai hasil belajar yang spesifik, yang merupakan tingkah laku atau
aktivitas yang bisa diamati dan sesuai dengan TIK, Merinci mata pelajaran atau bahan
pelajaran yang akan diukur, Menyiapkan tabel spesifikasi dan Menggunakan tabel
spesifikasi, sebagai dasar penyususnan tes

 Langkah-langkah untuk mengembangkan instrumen Penilaian tes yaitu Menetapkan
tujuan tes, Melakukan analisis kurikulum, Membuat kisi-kisi, menulis soal, Melakukan
ujicoba dan analisis hasil ujicoba tes dan merevisi soal

 Langkah dalam mengembangkan instrumen non tes, yaitu Menentukan spesifikasi
instrumen, Menentukan skala penilaian, Menulis butir instrumen, Menentukan
penyekoran, Menelaah instrumen, Menyusun instrumen, Melakukan ujicoba instrumen,
Menganalisis hasil ujicoba, Memperbaiki instrumen

134

9.4 Latihan Soal
Latihan soal

Jawablah pertanyaan berikut singkat, tepat dan jelas!
1. Jelaskan perbedaan instrument penilaian tes dengan instrument penilaian non tes?
2. Sebutkan jenis-jenis intrumen penilaian tes dan non tes?
3. Angkat satu materi kemudian buatkan instrument penilaiannya baik tes maupun non tes?
9.5 Rujukan

Pada materi referensi yang dijadikan rujukan yaitu Permendiknas No 22 tahun 2006
tentang Standar Isi Guruan. Jakarta: Depdiknas, Permendiknas No 20 tahun 2007 tentang
Standar Penilaian Guruan. Jakarta:Depdiknas, Djemari Mardapi. 2008. Teknik Penyusunan
Instrumen Tes dan Non Tes. Yogyakarta:Mitra Cendikia Offset, Hamzah B. Uno, dkk. 2001.
Pengembangan Instrumen untuk Penelitian. Jakarta: Delima Press, Utari Sumarmo. 2010.
Berfikir Logis, Kritis, Kreatif dan Budi Pekerti: Apa, Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan
pada Siswa. Yogyakarta: Makalah disajikan pada Seminar Nasional Guruan Matematika di
Universitas Negeri Yogyakarta, 17 April 2010.

Ikhlas
Segemuk-gemuk ikan pasti ada

tulangnya.
Sekurus-kurus ikan pasti ada

dagingnya.
Sebaik-baik orang pasti ada

buruknya.
Seburuk-buruk orang pasti ada

baiknya.
Carilah baik dalam buruk orang,

itulah akhlak.
Carilah buruk sendiri dan

perbaiki. Itulah ikhlas

135

DAFTAR PUSTAKA

---- Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Guruan. Jakarta: Depdiknas
----. Permendiknas No 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Guruan. Jakarta:Depdiknas
Afandi dkk . (2013). Model-model Pembelajaran. Semarang: Sultan Agung Press
Ahmadi, Abu. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia
Akhyar dan Musta’in. 1991. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers
Al-Farisi. 2005. Startegi Pembelajaran. Rajawali Pres, Jakarta
Amin Suyitno 1997. Dasar-dasar Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang. Jurusan

Pendidikan Matematika F Mipa Unnes
Andi Prastowo. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA

Press, Chomsin
Arifin, Syamsul & Kusrianto, Adi. 2009. Sukses Menulis Buku Ajar. Grasindo, Jakarta
Arliyah, A., N., & Ismono. (2015). Development of Student Worksheet with Mind Mapping

Oriented Using Mind Map Application for Atomic Structure and The Periodic System of
Elements Topic. UNESA Journal of Chemical Education
Arsyad, Azhar. 2016. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada
B. Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Clarke, D. J. 2011. Assessment In The Mathematics ClassRoom, Year Book2011 (hal. 131 –
163). London: World Scientific
Darhim. 1993. Alat Peraga Pendidikan. Bandung: Sinar Hrapan
Darmojo, Hendro., Jenny R.E Kaligis. 1993. Pendidikan IPA 2. Jakarta: Depdikbud
Depdiknas, (2005) Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. Jakarta. Departemen pendidikan nasional
Depdiknas 2006. Lampiran Permen Diknas NO 2006 tentang SI Jakarta: Depdiknas
Dillon, C. L., & Guawardena, C. N. (1995). “A framework for the evaluation of
telecommunications-based distance education.” Paper presented at the 17th Congress of
the International Council for Distance Education, Open University, Milton Keynes.
Dienes, Z.P. (1969). Mathematics in The Primary School. London: Macmillan and Co
Ltd
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Mengajar. Jakarta; Rineka Cipta
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2006. Pedoman Penyusunan Bahan Ajar.
Jakarta : Lukmana,

136

Djemari Mardapi. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes. Yogyakarta:Mitra
Cendikia Offset

Erwin. (2018). Format LKPD Sukri [Online]. Diambil 27 September 2020 dari
https://id.scribd.com/dokument/369867488/3-FORMAT-LKPD-sukri-doc

Fadillah, M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs, &
SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Gable, Robert K. 1986. Instrument Development in the Aff ective Domain. Buston: Kliewe Nij
hoff Publishing.

Hamalik, Oemar. 1986. Media Pendidikan. Bandung : Alumni, Arif S. Sadiman Dkk. Media
Pendidian Pengertian Pengembangan dan Manfaatya, ( Jakarta : pustekom Dikbud An
PT. Raja Grafindo Persada 1984)

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia
Hamzah B. Uno, dkk. 2001. Pengembangan Instrumen untuk Penelitian. Jakarta: Delima Press
Hartati sukirman, dkk. (2002). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: FIP Pres
Huda, Muzamil. (____). Pengembangan Lembar Kerja Eksplorasi Mata Pelajaran Matematika.
Joyce, B., Weil, M., and Shower, B. (1992) Models of Teaching. Massachusetts: Allyn and

Bacon
Kemp & Dayton. (1985). Planning & Producing Instructional Media. New York: Harper &

Row Publishers.
Lestari, Ika (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang: Akademia

Permata
Levie dan lentz. (1982). media pembelajaran. (https://www.academia.edu/4585307/Media-

Pembelajaran) diakses tanggal 25 September 2020)
Muhibbin, Syah. 2000. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja

Rosdakarya
Mahmudah, Siti (2017) Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (Lkpd) Tematik Berbasis

Scientific Tema Kayanya Negeriku Subtema 2 Pembelajaran 1 Di Sd Negeri
Mandirancan. Bachelor Thesis, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Marwiyah, St., dkk. 2018. Perencanaan Pembelajaran Kontemporer Berbasis Penerapan
Kurikulum 2013. Yogyakarta: Deepublish
M Atwi Suparman. (2012). Panduan Para Pengajar dan Inovator Pendidikan: Desain
Instruksional Modern. Jakarta: Erlangga
Mayasari, Dian. 2020. Program Perencanaan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta:
Deepublish

137

Mulyasa, E.2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Musfiqon. 2012. Pengembangan Media Belajar Dan Sumber Belajar. Jakarta : Prestasi

Pustakakarya
Nando. (2019). Komponen LKPD [Online]. Diambil 26 September 2020, dari

https://id.scribd.com/document/415388810/KOMPONEN-LKPD-docx
NCTM. Handbook of Assesment Mathematics Grade 6-8. Reston: NCTM
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum

2013. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan Dan
Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ramsey, J. (1993). “Reform Movement Implication Social Responsibility”. Science Education.
77, (2). 235-258
Riadi, M. (2015). Lembar Kerja Peserta Didik [Online]. Diambil 26 September 2020, dari
https://www.kajianpustaka.com/2015/07/lembar-kerja-peserta-didik-lkpd.html?m=1
Roestiyah NK., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, Palendeng. 2003.
Strategi Pembelajaran Aktif. Jakarta: Rineka Cipta
Ruhimat, Toto. Dkk, (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada
Ruseffendi. 1980. Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua Murid Guru dan SPG seri
5. Bandung: Tarsito
Soedjadi, R. (1999) Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Sri Wardhani. 2013. Instrumen Penilaian Kompetensi Sikap-Pengetahuan-Keterampilan dalam
Pembelajaran Matematika SMP/MTs. Yogyakarta: PPPPTK Matematika
Surachman. 2001. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FMIPA UNY
Suyitno, Amin. 2000. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Semarang:
Pendidikan Matematika FMIPA UNNES
Trianto. 2011. Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta :
Prestasi Pustaka
Utari Sumarmo. 2010. Berfikir Logis, Kritis, Kreatif dan Budi Pekerti: Apa, Mengapadan
Bagaimana Dikembangkan pada Siswa. Yogyakarta: Makalah disajikan pada Seminar
Nasional Guruan Matematika di Universitas Negeri Yogyakarta, 17 April 2010
Widiasworo Erwin. (2017). Strategi dan Metode Mengajar Siswa diLuar Kelas.Yogyakarta:
Ar-ruzz Media

138

Widodo S. dan Jasmadi (2008). Panduan menyusun bahan ajar berbasis kompetensi. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo Widodo S. dan Jasmadi (2008). Panduan menyusun bahan
ajar berbasis kompetensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

139

140

141

BIOGRAFI PENULIS

Nirfayanti, lahir di Laccibunge pada tanggal 30 November
1989. Anak kedua dari empat bersaudara yang merupakan
buah kasih sayang dari pasangan Hajar Ponda dan Nickma.
Penulis pernah belajar jenjang S1 di Universitas Negeri
Makassar tahun 2011 pada Jurusan Matematika dan
menamatkan S2 Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana UNM yang lulus pada tahun 2014.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengajar tentor di salah satu
lembaga bimbingan belajar di Makassar, diantaranya LBB Primagama dan
Mandiri Privat Makassar. Setelah lulus dari S2, penulis pernah menjadi guru
matematika di SMP Negeri 32 Makassar dan selanjutnya memulai karir
menjadi dosen tetap yayasan di Yayasan Perguruan Islam Maros mulai tahun
2014 dan tahun 2017 menjabat sebagai ketua program studi pendidikan
matematika. Selain menjadi tenaga pengajar di kampus, penulis aktif menulis,
meneliti, dan melakukan pengabdian kepada masyarakat. Sekarang penulis
sedang melanjutkan Pendidikan S3 pada Program Studi Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Makassar.

142


Click to View FlipBook Version