LEGENDA CERITA
RAKYAT CIREBON
UNIVERSITAS OLEH
PENDIDIKAN WULAN FAJRIDEANI
INDONESIA
6 Legenda
Cerita Rakyat Cirebon
WULAN FAJRIDEANI
i
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau
seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
ii
6 Legenda Cerita Rakyat Cirebon
Wulan Fajrideani
vi + 60 halaman
ISBN :
Cetakan pertama, Agustus 2021
Penyunting : Wulan Fajrideani
Perancang sampul : Afina Naufalia
Ilustrasi : Made Casta
Penata aksara : Wulan Fajrideani
Penerbit:
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Press
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah swt., Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas limpahan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan
buku bahan Bahan Literasi siswa di Sekolah Menengah Atas
(SMA/SMK/MAN).
Penyusunan buku bahan literasi ini dilakukan dengan tujuan
membantu guru dan pihak sekolah dalam pengadaan sumber
bacaan untuk kegiatan literasi sekolah. Tujuan lainnya penyusunan
buku literasi yang diberi judul “6 Legenda Cerita Rakyat Cirebon”
adalah adanya pewarisan nilai-nilai kearifan lokal khususnya
daerah Cirebon, yang dapat dijadikan bahan untuk penguatan
karakter siswa. Struktur buku bahan literasi ini dilengkapi dengan
bahan bacaan dan latihan kegiatan pemahaman hasil bacaan dan
latihan keterampilan menulis cerita singkat.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan bahan literasi ini. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan
bahan literasi ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu proses penyelesain bahan literasi ini,
khususnya kepada Ibu Dra. Novi Resmini, M.Pd. dan Ibu Yostiani
Noor Asmi Harini, S.S., M.Hum. yang telah membimbing penulis.
iv
Akhirnya, semoga buku bahan literasi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, khususnya para peserta didik.
Cirebon, Agustus 2021
Penulis
v
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................... iv
Daftar Isi.................................................................................. vi
PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................. 1
B. Target Literasi .............................................................. 3
C. Indikator Pencapaian .................................................... 3
D. Ruang Lingkup Kegiatan .............................................. 3
E. Aktivitas Literasi .......................................................... 4
LITERASI DAN KEARIFAN LOKAL ................................ 5
A. Apa itu Literasi ? .......................................................... 5
B. Bagaimana Menjadi Siswa yang Literat ?...................... 5
C.Tahukah Kamu tentang Cerita Rakyat? .......................... 6
D. Apakah Cerita Rakyat Memiliki Struktur Cerita ?......... 8
E. Mengapa perlu membaca cerita rakyat ?........................ 8
F. Nilai Kearifan Lokal Itu Apa ? ...................................... 9
KEGIATAN LITERASI ........................................................ 10
A. Kegiatan Literasi 1 ........................................................ 10
B. Kegiatan Literasi 2......................................................... 19
C. Kegiatan Literasi 3......................................................... 25
D. Kegiatan Literasi 4 ........................................................ 34
E. Kegiatan Literasi 5 ......................................................... 42
F. Kegiatan Literasi 6 ......................................................... 50
REFLEKSI............................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 59
vi
vii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cerita rakyat (folklore) adalah sebuah cerita yang
berkembang di suatu daerah dan berkembang secara turun-
temurun. Cerita rakyat memiliki struktur, fungsi, dan nilai
kearifan lokal. Cerita rakyat menjadi salah satu materi yang
tercantum dalam Kurikulum 2013, yaitu pada kurikulum bahasa
Indonesia di SMA kelas X yang terdapat pada KD 3.7:
Mengidentifikasi nilai-nilai dan isi yang terkandung dalam cerita
rakyat (hikayat) baik lisan maupun tulis, dan KD 4.7:
Menceritakan kembali isi cerita rakyat (hikayat) yang didengar
dan dibaca. Berdasarkan KD tersebut siswa dituntut untuk
memiliki kemampuan menulis dan membaca cerita rakyat.
Namun, rendahnya tingkat literasi pada siswa mengakibatkan
sebuah persoalan yang cukup rumit untuk merealisasikannya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan
hasil survei kompetensi literasi yang dilakukan oleh Programme
for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2015.
Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa posisi Indonesia berada
1
di urutan ke-64 dari 72 negara. Selama kurun waktu 2012-2015,
skor PISA untuk membaca hanya naik 1 poin dari 396 menjadi
397. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan memahami
dan keterampilan menggunakan bahan-bahan bacaan, seperti teks
dokumen pada anak-anak Indonesia di bawah 9-14 tahun masih
berada di peringkat sepuluh terbawah. Berbagai faktor rendahnya
tingkat literasi di Indonesia, yaitu rendahnya motivasi siswa untuk
membaca-menulis, minimnya dukungan orang tua, dan kurangnya
persediaan buku bacaan sesuai minat siswa.
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan tersebut,
buku bahan literasi yang diberi judul “6 Cerita Legenda Cerita
Rakyat Cirebon” ini disusun. Bahan literasi bermuatan kearifan
lokal disusun sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
motivasi siswa untuk berliterasi. Adapun cerita rakyat Cirebon
yang dipilih adalah dengan alasan bahwa Cirebon adalah daerah
penyebaran agama Islam dan berkembangnya kerajaan Islam yang
dipimpin oleh salah satu Wali Songo yakni Syekh Syarif
Hidayatullah atau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gunung
Jati.
2
B. Target Literasi
Setelah membaca buku literasi ini, para siswa diharapkan
menjadi siswa yang literat. Siswa yang mampu menerima,
memahami, mengkritisi informasi, dan menuliskan gagasan hasil
refleksi dari bahan yang telah dibacanya.
C. Indikator Pencapaian
Setelah membaca buku literasi ini, siswa diharapkan mampu:
1. menemukan nilai kearifan lokal dalam cerita rakyat cirebon;
2. memahami dan mengkritisi sikap/karakter para tokoh dalam
cerita rakyat cirebon;
3. menuliskan cerita yang telah dibacanya dalam bentuk
penceritaan kembali atau penjelasan kontekstual dengan
kehidupannya.
D. Ruang Lingkup Materi Literasi
Ruang lingkup materi literasi adalah:
1. materi teks cerita rakyat;
2. materi latihan memahami bacaan; dan
3. materi latihan menulis
3
E. Aktivitas Literasi
Aktivitas literasi meliputi:
1. kegiatan membaca teks cerita rakyat;
2. memahami isi cerita dengan menjawab pertanyaan;
3. berlatih menulis dengan kegiatan menulis 1 paragraf; dan
4. refleksi kegiatan literasi.
4
LITERASI DAN KEARIFAN LOKAL
A. Apa itu Literasi?
Literasi adalah kemampuan dan keterampilan seseorang
dalam memahami dan mengolah informasi pada saat kegiatan
membaca dan menulis. Pengertian literasi sesuai
perkembangan keilmuan dan teknologi menjadi Luas. Literasi
tidak hanya membaca, menulis, berhitung, tapi juga pada
bidang-bidang lain, sehingga muncul istilah literasi: Literasi
Baca Tulis, Literasi Numerasi, Literasi Sains, Literasi
Finansial, Literasi Digital, Literasi Budaya dan Kewargaan.
B. Bagaimana Menjadi Siswa yang Literat ?
Apakah kamu sudah mendengar kata “literat”? ya, Literat
adalah orang yang memiliki kemampuan membaca dan
memiliki kegemaran membaca. Seseorang dapat dikatakan
literat apabila orang tersebut dapat memahami informasi yang
dibacanya dengan teapat dan dapat melakukan sesuatu
berdasarkan hasil dari pemahaman membacanya. Masyarakat
literat merupakan masyarakat maju dan diimpikan, karena
5
masyarakat literat adalah masyarakat yang menguasai ilmu
pengetahuan, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi.
Nah, bagaimana agar kamu menjadi siswa yang literat?
Jawabannya adalah melatih kemampuan membaca dan
menulis. Kamu harus banyak membaca yang berkaitan dengan
berbagai topik: politik, ekonoi, sosial budaya, dan karya sastra
(cerita rakyat). Dengan banyak membaca kamu akan banyak
menerima informasi dan secara tidak langsung akan
memahami, mengolah, dan mengkritisi informasi tersebut.
Pada akhirnya, kamu akan termotivasi untuk memberikan
respon terhadap hasil kritis tersebut dalam bentuk tulisan
sebagai gagasan atau komentar.
C. Tahukah Kamu tentang Cerita Rakyat?
Pasti kamu sudah baca tentang Malin Kundang,
Sangkuriang, Si Kancil, dan cerita lainnya. Cerita-cerita itulah
di antaranya yang disebut dengan cerita rakyat. Jadi, Cerita
rakyat (folklore) adalah sebuah cerita yang berkembang di
suatu daerah dan berkembang secara turun-temurun. Cerita
rakyat banyak jenisnya, ada yang berjenis legenda, mite, fabel,
6
dan dongeng. Cerita rakyat ini merupakan karya sastra yang
termasuk pada kelompok sastra lama.
Dalam buku ini, cerita rakyat yang dijadikan sebagai
bahan literasi adalah cerita rakyat Cirebon Jawa Barat. Alasan
pemilihan ini di antaranya adalah Cirebon merupakan kota
yang dikenal kaya akan peninggalan tradisi dan budayanya, hal
tersebut tidak terlepas dari peran Cirebon di masa lampau baik
secara geografis yang merupakan salah satu pusat perdagangan
melalui jalur laut maupun peran sosial budayanya sebagai
pelopor penyebaran Agama Islam sekaligus kerajaan Islam
pertama di Jawa Barat yang didirikan oleh Pangeran
Walangsungsang. Seiring berjalannya waktu kerajaan Islam di
Cirebon terus berkembang dan dipimpin oleh oleh salah satu
Wali Songo yakni Syekh Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal
dengan sebagai Sunan Gunung Jati. Di zaman Sunan Gunung
Jati para wali giat untuk menyebarkan agama Islam melalui
berbagai akulturasi budaya dengan berbagai macam
peninggalan-peninggalan kepercayaan terdahulu sebelum
masuknya agama Islam. Hal tersebut bertujuan agar Islam lebih
mudah diterima oleh masyarakat dengan baik dan damai.
7
D. Apakah Cerita Rakyat Memiliki Struktur Cerita?
Kamu pasti sudah tahu, bahwa setiap cerita itu pasti
memiliki struktur. Struktur adalah organ atau unsur yang
membangun sebuah cerita. Di dalam teks naratif kita mengenal
ada yang disebut dengan struktur intrinsik yang meliputi: tema,
tokoh, alur (plot), latar (setting) dan amanat. Struktur instrinsik
itu ada juga dalam cerita rakyat. Struktur tersebut berfungsi
untuk mewujudkan sebuah cerita menjadi utuh dan dapat
dipahami oleh pembaca atau penyimaknya.
E. Mengapa Perlu Membaca Cerita Rakyat?
Mengapa Kamu perlu membaca cerita rakyat? Ya, tentu
saja karena cerita rakyat itu adalah sebuah hasil budaya yang
berkembang di masyarakat kita. Cerita rakyat yang lahir baik
awalnya melalui penuturan lisan dan yang kemudian melalui
tulisan. Banyak manfaat yang dapat kita petik dari kegiatan
membaca cerita rakyat tersebut. Hal itu karena cerita rakyat
memiliki fungsi: 1) sebagai alat pendidikan; 2) sebagai alat
hiburan; 3) sebagai alat internalisasi norma sosial; dan 4)
sebagai internalisasi nilai budaya.
Fungsi cerita rakyat sebagai alat pendidikan adalah bahwa
cerita tersebut isi cerita dan prilaku tokoh dalam cerita tersebut
banyak mengandung unsur-unsur pendidikan. Fungsi cerita
8
rakya sebagai alat hiburan, adalah bahwa cerita itu dapat
memberikan suasana santai dan dapat memberikan suasana
tenag pada saat membaca cerita. Fungsi cerita rakya sebagai
alat internalisasi norma sosial, dan budaya adalah bahwa
cerita itu akan memberikan pengetahuan tentang norma dan
nilai sosial,serta nilai budaya sehingga ada proses internalisasi
atau pewarisan norma-norma sosial dan nilai budaya pada
generasi penerusnya.
F. Nilai Kearifan Lokal Itu Apa?
Kearifan lokal berkaitan adalah pandangan, sikap,
pemikiran, tindakan, dan kepercayaan (ideologi) yang berakar
pada nilai-nilai budaya lokal suatu daerah. Hasil pemikiran
kolektif dalam masyarakat akan melahirkan tradisi, norma,
etika, dan nilai-nilai yang dipercaya dan diaktualisasikan oleh
masyarakat pemiliknya. Kearifan lokal merupakan nilai-nilai
luhur yang terkandung dalam kekayaan budaya berupa tradisi,
pepatah-petitih, dan semboyan hidup. Jadi, nilai kearifan lokal
berkaitan dengan: 1) pandangan, sikap, pemikiran, tindakan
para tokoh dalam cerita; 2) kepercayaan para tokoh terhadap
Tuhan; dan 3) Ideologi yang berakar pada nilai-nilai budaya
lokal yang dipahami para tokoh dalam cerita.
9
KEGIATAN LITERASI
A. KEGIATAN LITERASI 1
1. Membaca Teks Cerita
ASAL USUL NAMA CIREBON
Pagi itu Negeri Pajajaran geger. Raja Walangsungsang putra
Maha Prabu Siliwangi menghilang dari istana. Kepergiannya
karena ingin mencari ajaran Islam seperti dalam mimpinya
semalam. Tentu saja keinginan Raden Walangsungsang itu
ditolak oleh ayahandanya yang memeluk agama Ieluhurnya.
Tekad putra Prabu Siliwangi untuk mencari Islam telah begitu
bulat. Ia terus berjalan menyusuri Iembah, menaiki bukit, dan
menuruni jurang hanya untuk mencari ajaran Islam. Ia rela
meninggalkan kehidupan bergelimpangan kemewahan di istana.
Setiap perguruan ia singgahi, pertapaan ia datangi hanya untuk
berguru ajaran Islam.
Raden Walangsungsang pernah bertemu dengan Sang
Hyang Danuwarsih di kaki Gunung Merapi. la juga sempat
dinikahkan dengan putri Sang Hyang Danuwarsih yang bernama
10
Nyi Mas Indangayu. Di sini pun ia bertemu dengan adiknya, Nyi
Mas Rarasantang yang telah sekian lama mencarinya.
Hati Raden Walangsungsang sangat bergembira.
Namun, ia belum merasa sempurna karena belum bertemu
dengan ajaran Islam. Ia pun menyampaikan keinginannya itu
kepada Sang Hyang Danuwarsih.
“Baiklah, Nak Mas. Sekarang pergilah menemui Sang Hyang
Nango di Gunung Ciangkup. Dan terimalah pusaka cincin batu
ampal yang khasiatnya bisa mengeringkan air samudra, baju
kemenyan untuk menggagalkan niat jahat orang, baju pengabaran
untuk keberanian, dan baju pengasihan.Jagalah pusaka-pusaka ini
dengan baik," petuah Sang Hyang Danuwarsih.
"Hamba, Rama Sang Hyang," kata Raden Walang-
sungsang.
Pagi itu juga Raden Walangsungsang berangkat
menuju Gunung Ciangkup. Istri dan adiknya ia masukkan ke
dalam batu cincin ampal. Perjalanan Raden
Walangsungsang akhirnya sampai juga di hadapan Sang
Hyang Nango. Namun, ia tidak menemukan ajaran Islam. Dari
Sang Hyang Nango ia hanya memperoleh ilmu menghilang,
kekuatan, kekebalan dan senjata golokcabang. Selanjutnya, ia
11
diminta menemui Sang Hyang Naga. Namun sayang, ia pun
gagal memperoleh ajaran Islam yang ia harapkan.
"Walangsungsang, putraku," kata Sang Hyang Naga, "di
sini tidak ada ajaran Islam. Cobalah kau berguru kepada
Sang Hyang Bang au di Gunung Cangak. Sekarang,
terimalah Aji Dipa untuk memahami bahasa binatang,
keperwiraan dan kesaktian. Terimalah juga peci waring, badong
batok untuk menaklukkan jin, dan umbul-umbul waring untuk
terhindar dari bahaya senjata lawan."
Raden Walangsungsang pun bergegas menuju
Gunung Cangak. Namun, di sana pun ia gagal. Dari Sang Hyang
Bangau ia hanya memperoleh pusaka piring panjang,
pendil (panci), dan benda (genderang). Selanjutnya, ia
diperintahkan menuju Gunung Jati.
Dengan tidak membuang waktu, Raden Walangsungsang
bergegas menuju Gunung Jati. Setelah tiba di Gunung Jati,
Rarasantang dan lndangayu dikeluarkan dari cincin ampalnya.
Mereka bertiga lalu menghaturkan salam dan duduk di hadapan
Syekh Nurjati.
Alangkah bahagianya Raden Walangsungsang saat itu
karena ajaran Islam yang telah lama ia cari sekarang
ditemukannya. Dengan bimbingan Syekh Nurjati, mereka bertiga
12
mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai kesaksian luhur
orang Islam. Mereka pun dengan tekun mengikuti dan
melaksanakan ajaran Islam. Berbagai ilmu keislaman ia tekuni
dengan senang hati. Jadilah mereka bertiga orang Islam yang
takwa dan berilmu tinggi.
Syekh Nurjati sangat senang melihat kesungguhan ketiga
muridnya itu. Pada suatu hari, ia memanggil ketiga muridnya.
"Anakku, Walangsungsang. Sekarang kau kuberi nama
Sopmadullah. Sekarang juga pergilah kalian ke arah selatan.
Babatlah hutannya dan jadikanlah sebagai tempat tinggalmu.
Dirikanlah pedukuhan dan sebarkanlah agama Islam," kata Syekh
Nurjati.
Pergilah mereka bertiga menyisir pantai, lalu
membelok ke arah barat. Di sebuah tempat, mereka berhenti
menentukan tempat yang akan mereka ubah menjadi tempat
tinggal. Di situ mereka bertemu dengan Ki Gede Alang Alang.
Raden Walangsungsang mengutarakan maksudnya. Pada
mulanya, lelaki tua itu keberatan karena tanah itu adalah
kekuasaan Negeri Galuh. Akan tetapi, setelah Raden
Walangsungsang menjelaskan jati dirinya, ia pun tak kuasa
menolak.
13
Mulailah mereka membabat hutan. Dengan senjata golok-
cabang yang sakti itu dan dengan sejumlah pusaka pemberian
gurunya, Raden Walangsungsang tidak menemukan kesulitan
dalam membabat hutan yang demikian lebat dan dikenal
angker itu. Dalam waktu singkat, hutan belukar itu sudah
berubah menjadi lahan yang subur. Berbagai palawija tumbuh
dengan suburnya. Di samping itu, laut di pantai itu memberikan
hasil laut berupa rebon (udang kecil) yang melimpah.
Kemudian, jumlah penduduk di situ pun terus bertambah.
Dalam waktu yang tidak berapa lama, jadilah sebuah pedukuhan.
Pada suatu hari, datanglah Adipati Palimanan yang
merupakan pembesar Karaton Negeri Galuh. Kedatangannya
untuk memeriksa pedukuhan baru di tepi pantai itu dan untuk
menentukan besarnya pajak yang harus dibayar kepada Negeri
Galuh.
"Selamat datang di kediaman kami, Tuan Adipati,"
sambut Raden Walangsungsang. "Apatah yang dapat kami
junjung sebagai perintah Gusti Adipati?"
"Ketahuilah hai kalian semua. Aku adalah utusan
Karaton Negeri Galuh yang menguasai wilayah ini. Aku
diperintahkan untuk membentuk pedukuhan dan
menentukan besarnya pajak yang harus kalian bayar," kata
14
Adipati Kiban dari Palimanan itu. "Oleh karena itu, sekarang
pilihlah salah seorang tetua di sini untuk diangkat menjadi
kuwu (kepala desa)."
Lalu, musyawarah pun berlangsung. Ki Gede Alang
Alang akhirnya terpilih sebagai kuwu mereka yang
pertama. Setelah itu, para penggede dari Negeri Galuh yang
dipimpin Adipati Kiban dijamu dengan hasil bumi mereka.
Mereka sangat terkesan dengan makanan yang terbuat dari
tumbukan rebon yang dikeringkan.
15
"Nikmat sekali makanan ini," puji Adipati
Kiban."Makanan apakah ini?"
"Ini tumbukan rebon," jawab Adipati Walangsungsang.
"Nikmat dan lezat sekali tumbukan rebon ini," puji
yang lain.
"Lebih nikmat dan lezat lagi air hasil tumbukan
rebonnya," kata Ki Gede Alang Alang.
“O, ya?”
Ki Gede Alang Alang lalu meminta Rarasantang dan
Indangayu menyiapkan air hasil tumbukan rebon untuk
dihidangkan kepada tamu mereka. Benarlah, mereka sangat
senang menikmati hidangan itu.
Sejak itu, sajian makanan dari tumbukan rebon dan air hasil
tumbukannya menjadi buah bibir di seluruh penjuru Negeri Galuh.
Orang-orang Galuh yang berbahasa Sunda menyebut air rebon itu
dengan sebutan Cairebon. Cai dalam bahasa Sunda artinya air.
Lamakelamaan pedukuhan di pesisir itu dikenal dengan sebutan
Cirebon.
(Cerita dan gambar sesuai aslinya. Sumber: Buku Cerita Rakyat dari Cirebon
karya Made Casta dan Masduki Sarpin tahun 1998).
16
2. Literasi Baca
Setelah membaca cerita rakyat “Asal Usul Nama
Cirebon” coba jawab pertanyaan berikut ini.
1. Menurut kamu apakah yang menarik dari cerita
tersebut?
2. Apa yang kamu rasakan setelah membaca cerita
tersebut?
3. Sebutkan nilai kearifan lokal Cirebon apa saja yang
kamu temukan dalam cerita tersebut?
4. Dalam cerita itu, ada nilai kearifan lokal berkaitan
dengan muswarah dalam menentukan sesuatu. Menurut
kamu apakah nilai tersebut masih ada dalam lingkungan
rumahmu? Mengapa musyawarah itu penting?
5. Masyarakat Cirebon menyambut baik tamu dari
kerajaan Galuh dan menjamunya dengan baik dengan
menyuguhkan “air rebon”. Bagaimana menurutmu
sikap tersebut?
3. Literasi Tulis
Untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulismu,
tulislah ringkasan cerita tersebut dalam satu paragraf !
17
4. Nilai Kearifan Lokal
Sebagai penguatan atas pemahamanmu mengenai nilai kearifan
lokal dalam cerita tersebut di antaranya adalah:
Nilai kesungguhan untuk belajar
Nilai menghormati guru
Nilai Melaksanakan tugas yang diberikan guru
Mengikuti dan patuh pada pemerintah (raja)
Menghormati tamu
18
B. KEGIATAN LITERASI 2
1. Membaca Teks Cerita
NYI MAS GANDASARI
Nyi Mas Gandasari adalah sebutan untuk Mutmainah, murid
Ki Kuwu Cirebon. Sesungguhnya, ia adalah putri Syekh Datuk
Soleh dari Pasai.
Selain terkenal sebagai wanita berilmu agama dan kesaktian
yang tinggi, ia juga memiliki kecantikan yang tiada tara.
Kecantikannya bahkan sempat menggegerkan seluruh wilayah
Cirebon. Banyak Ki Gede yang melamarnya, tetapi dengan halus
lamaran itu ditolak. Mbah Kuwu Carbon sedikit kebingungan
menghadapi persoalan ini. Oleh karena itu, diundanglah Sunan
Gunung Jati dan Sunan Kalijaga untuk membicarakan masalah itu.
"Anakku, Sunan Jati dan Sunan Kali. Rama harap kalian
berdua dapat memberikan jalan keluar tentang persoalan
Gandasari," kata Ki Kuwu Cirebon.
"Ampun, Kanjeng Rama," timpal Sunan Kalijaga. "Dengan
begitu, kita sekaligus bisa mengukur kesaktiannya dan
mencarikan jodohnya yang seimbang."
Semua sepakat dengan sayembara. Barangsiapa yang
sanggup mengalahkan Nyi Mas Gandasari maka ia berhak
19
menjadi jodohnya. Pemberitahuan pun segera disampaikan ke
setiap pelosok Negeri Cirebon. Banyak Ki Gede yang tertarik
untuk mengikuti sayembara itu.
Pada waktu yang telah ditentukan, sayembara pun
dimulai.Yang pertama maju adalah Ki Gede Pekandangan.
Dengan mudah, Nyi Mas Gandasari mengalahkan penggede dari
Indramayu itu.Begitu pun penggede Iainnya, termasuk Ki Dampu
Awang. Nyi Mas Gandasari memang agak kewalahan ketika
berhadapan dengan Ki Gede Bungko. Akan tetapi, dengan
mengerahkan seluruh kesaktiannya, murid Ki Kuwu Carbon bisa
mengalahkan juga.
Syekh Megelung yang semula hanya menonton sayembara
itu tiba-tiba menjadi tertarik untuk mengikuti sayembara. la pun
turun ke gelanggang setelah semua penggede dengan mudah
20
dikalahkan Nyi Mas Gandasari. Lalu, terjadilah perang tanding
yang benar-benar seru dan lama. Keduanya mengerahkan ilmu
kanuragan tingkat tinggi.Sampai-sampai yang melihatnya hampir
dibuat terbengong-bengong. Sunan Kalijaga yang menjadi
penengah dalam sayembara itu merasa khawatir kalau kedua satria
pilihan itu ada yang celaka. Oleh karena itu, dengan kesaktiannya,
Sunan Kalijaga melibatkan diri dalam pertarungan tanpa diketahui
keduanya. Mendadak Nyi Mas Gandasari terdesak. Tidak berapa
lama gerakannya tidak gesit lagi dan hanya dengan pukulan yang
menyerempet tubuhnya, ia terjatuh. Nyi Mas Gandasari kalah.
Seluruh rakyat yang menyaksikan sayembara itu bersorak-sorai.
"Hamba memang kalah, Rama Sunan. Hamba juga tidak
akan ingkar janji," kata Nyi Mas Gandasari masih tersengal."Akan
tetapi, pernikahan hamba dengan Kang Mas Syekh Magelung
Sakti hamba mohon ditangguhkan dulu."
"Kenapa begitu, Gandasari?" tanya Sunan Gunung Jati.
"Sekali lagi ampun, Rama Sunan. Tugas dan pengabdian
hamba pada Cirebon belumlah tuntas. Oleh karena itu, sudilah
Rama Sunan mengabulkan permohonan hamba."
"Kalau begitu persoalannya, Rama Sunan tidak
keberatan.Tetapi bagaimana dengan kau, Magelung?"
21
"Hamba patuh kepada Kanjeng Sunan. Oleh karena itu,
hamba pun tidak keberatan," jawab Syekh Magelung.
Sayembara pun usai. Semua penduduk kembali ke
tempatnya masing-masing. Beberapa tahun berselang, terjadilah
pertempuran besar antara Negeri Galuh dan Cirebon. Negeri
Galuh yang dipimpin oleh Prabu Cakraningrat tidak suka dengan
orang-orang Islam. Peperangan begitu dahsyat. Apalagi ketika
Negeri Galuh dibantu oleh Negeri Talaga. Banyak pembesar
kedua kerajaan yang gugur. Lama-kelamaan tentara Galuh
terdesak mundur dan kocar-kacir. Prabu Cakraningrat lalu
bersembunyi di gua sambil mengirimkan wabah penyakit secara
gaib ke Negeri Cirebon. Akibatnya, banyak penduduk Cirebon
yang meninggal.
Melihat kenyataan itu, Mbah Kuwu Carbon teringat kembali
peristiwa ketika ia dititipi Mutmainah atau Nyi Mas Gandasari
untuk menjadi muridnya. Firasatnya waktu itu, di Cirebon akan
terjadi perang besar melawan Negeri Galuh dan Gandasari-lah
yang dapat mengalahkan musuh. Teringat hal itu, Mbah Kuwu
segera menemui Sunan Gunung Jati. Ternyata sepakat untuk
mengutus Nyi Mas Gandasari menghadap Prabu Cakraningrat.
Kemudian, berangkatlah Nyi Mas Gandasari menemui
Prabu Cakraningrat yang sedang bertapa sambil mengirimkan
22
wabah maut ke Negeri Cirebon. Prabu Cakraningrat amat terkejut
melihat kedatangan Gandasari.
"Ketahuilah hai Prabu Cakraningrat! Aku bukanlah wanita
murahan. Aku adalah Gandasari, utusan Negeri Cirebon. Maka
bersiaplah menghadapi seranganku!" kata Nyi Mas Gandasari
sambil bersiap melepaskan pukulan mautnya. Prabu Cakraningrat
yang masih terkesiap tampak tidak berdaya menghadapi serangan
Gandasari yang tiba-tiba itu. Dengan pukulan berantai, ia pun
dapat terkalahkan, tak mampu memberikan perlawanan yang
berarti.
Nyi Mas Gandasari kembali ke Cirebon dengan membawa
kemenangan. Srikandi Cirebon itu pun dianugerahi beberapa
bidang tanah yang sekarang bernama pedukuhan Panguragan.
(Cerita dan gambar sesuai aslinya. Sumber: Buku Cerita Rakyat dari Cirebon
karya Made Casta dan Masduki Sarpin tahun 1998).
2. Literasi Baca
Setelah membaca cerita rakyat “Nyi Mas Gandasari” coba jawab
pertanyaan berikut ini.
1. Bagaimana penilaian kamu terhadap sikapnya yang mematuhi
orang tua untuk mendapatkan jodoh?
23
2. Bagaimana sikap kamu apabila kamu diberi tugas oleh gurumu
untuk mewakili sekolah dalam suatu kegiatan?
3. Jelaskanlah sikap tokoh Ki Kuwu, Nyi Mas Gandasari, Syekh
Magelung, dan Sunan Kalijaga!
4. Apakah sikap seperti yang dijelaskan pada nomor 3 itu masih
ada dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kita? Jika ada,
coba sebutkanlah sikap tersebut!
5. Jelaskan apa yang menarik dari cerita yang telah kamu baca
tersebut!
3. Literasi Tulis
Setelah membaca cerita tersebut, refleksikanlah sikap Nyi Mas
Gandasari dan Syeck Magelung dalam kehidupan kamu sehari-
hari. Refleksi ditulis dalam satu paragraf.
4. Nilai kearifan lokal
Menghormati dan patuh pada orang tua
Menghormati guru
Melaksanakan tugas yang diberikan guru
Melaksanakan tugas negara dengan penuh pengabdian
24
C. KEGIATAN LITERASI 3
1. Membaca Teks Cerita
KI KRIYAN
Cobaan hidup akan datang kepada siapa pun. Begitu juga
kepada Ki Kriyan yang dalam perjalanan pulang menuju Cirebon
setelah menunaikan ibadah haji di Mekkah. Perahu yang ia
kendarai tiba-tiba dihantam ombak dan badai di dekat Pulau
Sailan. Perahu itu hancur berkeping-keping. Di tengah lautan
itulah Ki Kriyan dimainkan gelombang dan hanya berpegangan
pada sebilah papan bekas perahunya.
Berjam-jam Iamanya Ki Kriyan diombang-ambingkan
ombak. Tubuhnya lemas dan matanya mulai berkunang-kunang.
Dengan sisa tenaganya, ia mencoba terus berenang. Namun,
ombak Laut Sailan cukup besar sehingga usaha Ki Kriyan untuk
sampai ke darat hampir sia-sia. Meskipun demikian, Ki Kriyan
tidak pernah berputus asa. Ia terus berusaha, berdoa kepada Allah
dan menyerahkan segalanya kepada Allah.
Di saat Ki Kriyan kelelahan dan kepayahan, tiba-tiba ia
dikejutkan dengan munculnya ikan hiu besar. Ia menangkap
isyarat ikan hiu itu agar segera menaiki punggungnya. Benar saja.
Setelah tubuh Ki Kriyan di atas punggung ikan hiu, ia cepat
25
meluncur menuju daratan. Akhirnya, selamatlah Ki Kriyan dari
amukan badai dan gelombang Laut Sailan.
Alhamdulillah. Allah menyelamatkan aku melalui jasa ikan
hiu itu. Oleh karena itu, aku berjanji, anak keturunanku tidak akan
memakan ikan hiu," Ki Kriyan membatin setelah tiba di pantai
sambil memandang perginya ikan hiu kembali ke tengah lautan.
Sementara itu, di istana Kolombo, sang Prabu yang sekian
lama dirundung duka karena sakitnya putra mahkota, baru saja
bermimpi. Dalam mimpinya, ia mendapat petunjuk bahwa orang
yang bisa menyembuhkan putra mahkota adalah Ki Kriyan yang
sekarang ada di pantai. Oleh karena itu, pagi itu juga diutuslah
orang untuk memanggil Ki Kriyan. Ki Kriyan yang baru saja
diselamatkan ikan hiu masih tertegun menatap kepergian ikan.
Mendadak ia terperanjat ketika tiba-tiba datang tentara kerajaan
yang menjemputnya. Tanpa basa-basi, Ki Kriyan akhirnya
menurut saja, pergi menuju istana Kolombo.
"Nama hamba Kriyan, Gusti Prabu. Hamba orang biasa dan
tidak bisa apa-apa."
"O, Ki Kriyan. Mimpiku begitu terang. Dalam mimpiku
dikatakan bahwa kaulah yang dapat menyembuhkan putraku. Oleh
karena itu, lakukanlah apa saja sebisamu. Aku berjanji, bila nanti
putraku sembuh, perahu berlapis emas di samping istanaku akan
26
kuserahkan kepadamu. Lakukanlah Ki Kriyan," kata Prabu
Kolombo.
"Ampun Gusti. Hamba hanya bisa berdoa."
"Kalau begitu, lakukanlah."
Maka Ki Kriyan pun berdoa, memohon kepada Allah agar
putra mahkota Negeri Kolombo itu sehat kembali. Tidak berapa
lama, putra mahkota yang sudah berbulan-bulan hanya terbaring
dengan mata terpejam, tiba-tiba mulai membuka matanya.
Wajahnya perlahan-lahan terlihat segar, lalu terduduk dan
bangkit! Sang Prabu amat gembira melihat kenyataan itu.Seluruh
27
istana bersuka cita. Seperti janjinya, sang Prabu menghadiahkan
perahu berlapis emas kepada Ki Kriyan.
"Terimalah perahu ini karena ini adalah janjiku. Gunakanlah
untuk kembali ke Cirebon," kata sang Prabu.
"Baiklah kalau begitu. Hamba mohon diri," Ki Kriyan
pamit.
Kepergian Ki Kriyan dari Negeri Kolombo menuju Cirebon
mendapat penghormatan yang luar biasa. Sang Prabu sendirilah
yang melepasnya. Hari itu, Ki Kriyan kembali mengarungi
samudra yang luas membiru menaiki perahu pemberian Prabu
Kolombo.
Di tengah perjalanan, di sekitar Selat Malaka, perahu Ki
Kriyan tiba-tiba didekati beberapa perahu. Ditilik dari cara dan
penampilannya yang mencurigakan, Ki Kriyan sadar ia dalam
bahaya.
"Teman-teman! Ayo kita ringkus saudagar tua ini!" pekik
salah seorang yang bertubuh tinggi besar, yang berada di atas
perahu menghalangi laju perahu Ki Kriyan.
Tidak berapa lama, para bajak laut itu berlompatan ke
perahu Ki Kriyan. Namun, tiba-tiba keanehan menimpa mereka.
Begitu kaki mereka menginjak perahu Ki Kriyan, tubuh mereka
mendadak lemas. Jangankan mau menguras barang-barang dan
28
membunuh Ki Kriyan, untuk bisa berdiri saja rasanya mereka tak
mampu. Sedihlah hati mereka karena akan kehilangan
keperkasaan.
"Siapakah kau sebenarnya, orang asing?" tanya pimpinan
bajak laut dengan nada gemetar.
"Aku Kriyan. Aku berniat kembali ke tanah Cirebon. Apa
yang dapat kulakukan untuk tuan-tuan?"
"Oh, Ki Kriyan. Ketahuilah, kami adalah para bajak laut.
Semula kami mau merampok barang-barangmu dan
membunuhmu, tapi tiba-tiba seluruh tubuh kami lemas tak
berdaya."
Kalau begitu, Iakukanlah."
"Oh, ampun Ki Kriyan. Sekali-kali kami tidak akan
melakukan perbuatan jahat itu. Kami insyaf dan sudilah Ki Kriyan
menerima kami menjadi murid," kata pimpinan bajak laut itu yang
diiyakan oleh anak buahnya.
"Kalau begitu, baiklah," jawab Ki Kriyan.
Namun, bersamaan dengan itu datanglah pasukan kerajaan
Negeri Johor yang memang sedang mencari para bajak laut.
Pasukan Negeri Johor itu sangat berterima kasih kepada Ki Kriyan
karena dianggap telah membantu menangkap bajak laut. Ki
Kriyan diajak menghadap Sultan Johor, sedangkan para bajak laut
29
itu diringkus. Ki Kriyan tidak sampai hati melihat kenyataan itu,
namun ia saat itu belum bisa berbuat banyak.
Di Negeri Johor, Ki Kriyan kembali menerima penghargaan
Sultan. la dihormati sebagai orang yang telah membantu
mengamankan wilayah perairan Johor. Namun, Ki Kriyan teramat
sedih begitu mendengar para bajak laut yang telah menyatakan
bertobat dan berniat menjadi muridnya itu akan menerima
hukuman mati.
"Ampun, Gusti Prabu. Kudengar mereka mau dihukum
gantung, benarkah demikian?" tanya Ki Kriyan perlahan.
"Memang benar, Ki Kriyan. Mereka adalah para penjahat
yang telah banyak berbuat dosa. Oleh karena itu, mereka harus
menerima hukuman yang setimpal," jawab Prabu Johor.
"Ampun, Gusti Prabu. Memanglah benar apa yang Gusti
katakan. Setiap penjahat harus mendapat hukuman yang setimpal.
Akan tetapi, barangkali Gusti Prabu perlu mengetahui bahwa di
hadapanku mereka telah menyatakan bertobat dan menyatakan
menjadi muridku. Oleh karena itu, urungkanlah hukuman untuk
mereka. Berilah mereka kesempatan untuk bertobat dan sebagai
dendanya aku bersedia menyerahkan perahuku beserta isinya,"
kata Ki Kriyan.
30
Sesaat Prabu Negeri Johor tercenung. Pandangannya
kemudian tertuju kepada para bajak laut yang Iehernya sudah
dikalungi jerat itu. Di telinga sang Prabu, kata-kata Ki Kriyan
terus mengiang menyentuh ke sanubarinya. Akhirnya, luluhlah
hati sang Prabu.
"Baiklah kalau begitu, Ki Kriyan. Aku percaya kepadamu,"
kata sang Prabu.
"Terima kasih, Gusti Prabu. Terima kasih."
Begitu akhirnya. Para bajak laut terhindar dari hukuman
gantung atas bantuan Ki Kriyan dan kemurahan hati Prabu Johor.
Mereka kemudian menghaturkan sembah kepada sang Prabu dan
bersama Ki Kriyan bertolak menuju Buntet Cirebon.
Buntet Cirebon adalah salah satu tempat pesantren tempat
belajar agama Islam terkenal dan para santrinya berasal dari
berbagai wilayah di Indonesia.
(Cerita dan gambar sesuai aslinya. Sumber: Buku Cerita Rakyat dari Cirebon
karya Made Casta dan Masduki Sarpin tahun 1998)
2. Literasi Baca
Setelah membaca cerita rakyat “Ki Kriyan” coba jawab
pertanyaan berikut ini.
31
1. Setelah membaca cerita Ki Kriyan bagaimana
pendapatmu mengenai tokoh Ki Kriyan?
2. Ki Kriyan dapat menyembuhkan putra mahkota negeri
Kolombo dengan doa. Mengapa doa seseorang dapat
menyembuhkan orang yang sakit?
3. Ki Kriyan menolong perompak yang akan dihukum
mati oleh Prabu Johor, padadal perompak itu yang
akan membunuhnya. Bagaimana menurut pendapatmu
mengenai sikap Ki Kriyan tersebut?
4. Nilai kearifan lokal apa yang dapat kamu ambil dari
cerita Ki Kriyan tersebut?
5. Apakah dalam lingkungan sekitarmu, masih ada orang
seperti tokoh Ki Kriyan? Jelaskan alasannya?
3. Literasi Tulis
Untuk meningkatkan kemampuan menulismu, tulislah amanat
yang ingin disampaikan dalam cerita “Ki Kriyan” tersebut.
Tulis dalam satu paragrat, minimal 5 baris. Setelah itu
tempelkan dalam pohon literasi di sekolahmu.
32
4. Nilai Kearifan Lokal
Sebagai penguatan atas pemahamanmu mengenai nilai
kearifan lokal dalam cerita tersebut di antaranya adalah:
Bertawakal kepada Allah
Sabar menghadapi masalah
Jujur dan dapat dipercaya
Rendah hati
Pemaaf
Penolong
33
D. KEGIATAN LITERASI 4
1. Membaca Teks Cerita
RADEN TARULINTANG
Malam itu petir dan guntur seperti bersahut-sahutan
membuat semua orang merasa ngeri. Hujan pun turun dengan
sangat lebat sehingga membuat orang menutup pintu rumahnya
rapat-rapat. Tak ada seorang pun yang berkeliaran di jalan. Pada
saat itulah di Keraton Cirebon terjadi suatu peristiwa, yakni Dewi
Arum Sari diculik. Penculiknya adalah Ki Ageng Wira Gora,
manusia sakti mandraguna yang bertubuh raksasa dari Negeri
Dermayu.
Dewi Arum Sari tampak tidak berkutik di tangan Wira Gora.
Malam itu, ia dibawa melesat ke angkasa oleh Wira Gora untuk
dihadapkan kepada Raden Wira Santika yang sangat
mencintainya. Sejak itu, Negeri Cirebon geger! Seluruh prajurit
dan orang-orang sakti dikerahkan untuk mencari Dewi Arum Sari.
Sementara itu, perjalanan Wira Gora yang menculik Dewi
Arum Sari dicegat oleh Raden Tarulintang. la adalah murid Ki
Tapak Jagat yang akan mengabdi di Keraton Cirebon.
34
"Minggirlah anak muda bau kencur! Kau jangan mencoba
menghalangi langkahku, kecuali kalau engkau mau binasa di
tanganku," kata Wira Gora dengan angkuh.
"Maaf, Ki Ageng. Aku bukan menghalangi langkahmu.
Hanya firasatku menyatakan bahwa aku perlu memeriksamu.
Ketahuilah, Negeri Cirebon kini kehilangan salah seorang
putrinya yang bernama Dewi Arum Sari. Apakah perempuan yang
ada dalam gendonganmu itu Dewi Arum Sari?" tanya Raden
Tarulintang.
Setelah mendengar pertanyaan itu, Ki Ageng Wira Gora
tertawa tergelak-gelak. Tawanya nyaring sekali sekaligus
menakutkan. Untung saja Dewi Arum Sari telah ditotok
(dihentikan) jalan darahnya dan pingsan. Kalau tidak, mungkin ia
akan sangat tersiksa.
"Kau memang sangat cerdik, anak muda. Perempuan ini
memang Dewi Arum Sari. Ia akan kujodohkan dengan Raden
Wira Santika," katanya sambil disambung dengan tawanya yang
menggelegar.
"Kalau begitu, turunkan dia. Ia akan kuserahkan kepada
Sultan."
35
Terdengar lagi tawanya. "Setan alas! Tidak segampang itu
anak muda. Aku akan menyerahkan Arum Sari kepadamu, tetapi
langkahi dulu mayatku!"
Lalu, pertarungan pun tak bisa dihindari. Tetapi Ki Ageng
Wira Gora terlalu sakti bagi Raden Tarulintang. Berkali-kali
serangan Raden Tarulintang hanya mengenai tempat kosong.
Hanya dengan beberapa jurus, Raden Tarulintang terjatuh tak
sadarkan diri.Ki Ageng Wira Gora pun segera menuju Negeri
Dermayu, meninggalkan Tarulintang yang terkapar di tanah.
Tidak berapa lama, datanglah beberapa prajurit Cirebon.
Raden Tarulintang pun dibuatnya siuman.
"Tenanglah anak muda.Kau jangan terlalu banyak bergerak.
Untunglah luka dalam yang dideritanya tidak begitu parah. Kalau
36
boleh kami bertanya, apakah yang menyebabkan kau terkapar di
sini?" tanya salah seorang pimpinan prajurit dari Cirebon itu.
"Terima kasih, Tuan. Hamba adalah Raden Tarulintang.
Maksud hamba akan mengabdi ke Keraton Cirebon. Di tengah
jalan, hamba bertemu dengan manusia bertubuh raksasa yang
menggendong Dewi Arum Sari."
"Dewi Arum Sari?"
"Benar, Gusti."
"Kalau begitu mari kita menghadap Gusti Sultan di Cirebon.
Keteranganmu akan sangat berharga bagi Gusti Sultan."
Mereka pun bergegas menuju Keraton Cirebon. Lalu, Raden
Tarulintang mengutarakan keinginannya untuk mengabdi kepada
Negeri Cirebon dan menceritakan pertemuannya dengan Wira
Gora. Sultan menjadi sangat murka mendengar Dewi Arum Sari
diculik.
"Kalau begitu pengabdianmu aku terima, Tarulintang. Dan
sekarang pergilah bersama Pangeran Nenggala dan beberapa patih
unggulan ke Negeri Dermayu. Bawalah kembali Dewi Arum Sari
ke sini dengan selamat," kata Sultan Panembahan Ratu.
"Baik, Gusti Sultan. Perintah Paduka akan selalu hamba
junjung tinggi," jawab Raden Tarulintang.
37
Di Negeri Dermayu, Raden Wira Santika gembira karena
Dewi Arum Sari telah berada di sampingnya. Namun, ia sering
merasa bingung karena Dewi Arum Sari selalu menangis dan
menolak untuk didekati. Berbagai macam barang berharga
diberikan Raden Wira Santika untuk Dewi Arum Sari. Berbagai
makanan dan buah-buahan yang lezat dihidangkan, namun tak
satu pun disentuh Dewi Arum Sari.
"Jangan kau menangis terus, Arum Sari. Kau dibawa ke sini
bukan untuk dicelakakan, tetapi akan menjadi permaisuri Raden
Wira Santika," bujuk Wira Santika lembut.
Dewi Arum Sari semakin berurai air mata. Ia seperti di
penjara dalam sebuah ruang yang mewah. Pintu kamar tempatnya
menangis selalu dijaga ketat oleh para pengawal dan dayang-
dayang. Tidak ada celah baginya untuk dapat melarikan diri.
"Hapuslah air matamu, Arum Sari. Sebentar lagi kau akan
menjadi istriku. Kau akan menjadi orang terpandang di Negeri
Dermayu ini," tambah Wira Santika.
"Tidak mungkin, Wira Santika," kata Arum Sari sambil
terisak. "Kau tidak mungkin memaksaku."
"O, Arum Sari. Kalau kau bersedia menjadi permaisuriku,
seluruh wilayah Teluk Gung akan kuserahkan untukmu," rayu
Wira Santika.
38
"Sekali lagi tidak, Wira Santika. Aku tidak mungkin
bersedia menuruti kehendakmu. Ketahuilah, jalan yang kau
tempuh ini adalah jalan yang tidak diridhoi Allah," balas Dewi
Arum Sari mantap.
Mendengar kata-kata Dewi Arum Sari, Raden Wira Santika
mendadak terhenyak. Ia lebih terkejut lagi ketika seorang
pengawal melaporkan bahwa di luar telah menunggu utusan
Negeri Cirebon yang hendak mengambil Dewi Arum Sari.
"Raden Wira Santika. Ketahuilah, aku Tarulintang adalah
utusan Negeri Cirebon yang akan mengambil Dewi Arum Sari dan
menangkapmu," kata Tarulintang. "Oleh karena itu, menyerahlah
sebelum kami melakukan kekerasan kepadamu," sambungnya.
Mendengar kata-kata Raden Tarulintang, Wira Santika
menjadi marah. Tidak berapa lama, pertarungan pun terjadi.
Keduanya mengerahkan ilmu kesaktian tingkat tinggi. Akhirnya,
Wira Santika merasa kewalahan menghadapi Tarulintang. Ia pun
segera berlari menemui Wira Gora untuk meminta bantuan.
Untuk kedua kalinya, pertarungan Wira Gora dan
Tarulintang terjadi. Untuk kedua kalinya pula Tarulintang
terkalahkan. la jatuh setelah pukulan telak mengenai dadanya.
"Sekarang tamatlah riwayatmu Tarulintang!" pekik Wira
Gora sambil menghunuskan kerisnya yang akan ditusukkan ke
39
dada Tarulintang. Namun, tiba-tiba pandangannya mendadak
menjadi gelap. Setelah semuanya terang, Raden Tarulintang sudah
tidak ada di depannya dan berganti dengan seorang yang tegak
berdiri dengan agung. Dialah Ki Tapak Jagat.
Pertarungan yang amat dahsyat terjadi antara Ki Ageng
Wira Gora dengan Ki Tapak Jagat. Pada akhirnya, Ki Ageng Wira
Gora pun kalah. la menyesal dan menyerahkan Dewi Arum Sari
tanpa kekurangan sedikit pun.
Kedatangan kembali Dewi Arum Sari disambut seluruh
rakyat Cirebon dengan sukacita. Kegembiraan pun dirasakan oleh
Raden Tarulintang karena setelah itu ia diangkat menjadi patih
dengan gelar Dipati Arya Kusumah.
(Cerita dan gambar sesuai aslinya. Sumber: Buku Cerita Rakyat dari Cirebon
karya Made Casta dan Masduki Sarpin tahun 1998)
2. Literasi Baca
Setelah membaca cerita rakyat “Raden Tarulintang” coba
jawab pertanyaan berikut ini.
1. Menceritakan tentang apa cerita Raden Tarulintang tersebut?
Jelaskan!
2. Bagaimana penilaianmu terhadap sosok tokoh Raden
Tarulintang?
40
3. Bagaimana penilaianmu terhadap tokoh Raden Wira Santika
yang mencintai Dewi Arum Sari, sehingga menculiknya dari
Keraton Cirebon?
4. Sebutkan nilai kearifan lokal Cirebon apa saja yang kamu
temukan dalam cerita Raden Tarulintang?
5. Bagaimana menurut kamu pesan apakah yang ingin
disampaikan dalam cerita tersebut?
3. Literasi Tulis
Untuk meningkatkan kemampuan menulismu, tuliskan rangkaian
peristiwa apa saja yang terjadi pada cerita Raden Trulintang
tersebut dalam 1 paragraf!
4. Nilai Kearifan Lokal
Sebagai penguatan atas pemahamanmu mengenai nilai kearifan
lokal dalam cerita tersebut di antaranya adalah:
Tanggung jawab
Suka menolong
Pemberani
Rela berkorban
Siap melaksanakan tugas
41
E. KEGIATAN LITERASI 5
1. Membaca Teks Cerita
HILANGNYA KERIS SETAN KOBER
Pagi itu mendung menyelimuti desa Pekandangan. Tiada
kicau burung yang bernyanyi membuka pagi. Semua penduduk
terlihat kebingungan dan berdiam di rumah masing-masing. Tak
ada yang melakukan kegiatan, baik di sawah maupun di pasar. Hal
itu terjadi karena tersiar kabar bahwa keris pusaka Setan Kober
yang menjadi tameng Negeri Dermayu itu hilang.
Raden Sutajaya masih tampak termenung. Rasa kemarahan
dan penyesalan bercampur dalam hatinya. Keris pusaka itu telah
banyak menyimpan sejarah hidup dan menjadi wasiat yang harus
dipelihara.
“Bersabarlah, Raden," kata pembantunya. "Raden harus
tetap memohon kepada Allah agar pusaka luhur dan sakti itu dapat
kembali.”
“Ya, Paman. Terima kasih."
“Sebaiknya Raden mencarinya dan jangan hanya
termenung. Kalau menurut perhitunganku, bukankah Raden akan
lebih baik jika menuju Negeri Cirebon. Kalau tidak salah, di sana
sedang ada sayembara memperebutkan Nyi Mas Reng Sari.
42