The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

kumpulan makalah mahasiswa PTIQ semester 4

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by M.Firjaun Balya, 2020-09-02 12:42:12

sirah nabawiyyah

kumpulan makalah mahasiswa PTIQ semester 4

Keywords: sirah nabawi

PERJALANAN RASULULLAH
DAN

BANGSA-BANGSA ARAB

Mahasiswa Ushuluddin Semester III B

Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an Jakarta

Perjalanan Rasulullah Dan Bangsa-Bangsa Arab

M. Firjaun Balya Barlaman, M. Rizki Manarul , Rachmat Jumadi Alwi,
M. Dhiyauddin, Abdi Bima Setia Dkk
Copyright © 2019 by Penerbit El-Siq

Diterbitkan oleh:

Penerbit El-Siq
Perum Wisma Mas, E1 No.22 Cinangka Sawangan Depok Jawa Barat

Web:
Instagram:

Penyunting: Lukman Hakim. M, A
Layout: M. Firjaun Balya Barlaman
Desain Cover: M. Syahrul Hidayat

Terbit: Januari 2019
ISBN: ......................................................................
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan bentuk dan cara apa
pun tanpa izin tertulis dari penerbit.

ii | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji dan syukur seluruh penulis kelas B
Ushuluddin Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir semester tiga Institut
Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an Jakarta bagi Allah swt karna buku sirah
nabawiyah ini selesai disusun. Buku ini disusun untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah Sirah Nabawiyah yang diampu oleh ustadz Lukman
Hakim, MA. Dengan buku ini setidaknya memberikan sepercik
keteladanan dari Nabi Muhammad saw tentang akhlaq beliau dalam
berdakwah kepada ummat dengan kasih sayang.
Penulis menyadari apabila dalam penyusunan buku ini terdapat
kekurangan, tetapi penulis meyakini sepenuhnya bahwa sekecil apapun
buku ini tetap memberikan manfaat
Akhir kata guna penyempurnaan buku ini kritik dan saran
sangatlah dinantikan demi terwujudnya kesempurnaan.

Jakarta, Januari 2019

a.n. Ushuluddin 3B

Salam Karya! El-Siq
Penerbit

Shirah Nabawaiyah | iii

Daftar Isi

Kata Pengantar.....................................................................................iii
Daftar Isi..................................................................................................iv

Bab I......................................................................................................1
Bab II................................................................................................. 12
Bab III................................................................................................19
Bab IV ............................................................................................... 26
Bab V ............................................................................................... 34
Bab VI ................................................................................................40
Bab VII ...............................................................................................50
Bab VIII ............................................................................................. 60
Bab IX .................................................................................................68
Bab X .................................................................................................. 73
Bab XI ..................................................................................................81
Bab XII ................................................................................................ 87
Daftar Pustaka ...................................................................................... 96

iv | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

BAB I
Bangsa Arab Pra Islam,
Makkah Dan Madinah Abad

Ke VI Dan VII

Oleh: M. Dhiyauddin, Muhaimin, M. Firjaun Balya Barlaman

Sirah Nabawiyyah | 1

A. Gambaran Bangsa Arab
1. Letak Geografis Bangsa Arab
Semenanjung Arabia terletak di satu lokasi yang sangat strategis
bentuknya memanjang dan tidak segi empat. Kesebelah utara palestina dan
syam, kesebelah timur hirah dan tigris dan eufrat serta teluk arab/persia.
Kesebelah selatan samudra hindia dan teluk aden, dan kesebelah barat
adalah laut merah. Demikian semenanjung ini dikelilingi oleh lautan dan
padang pasir. Sehingga sampai sekarangpun jazirah arab itu merupakan
jalur yang cukup penting untuk menghubungkan antara Asia, Afrika, dan
Eropa.Terlepas dari perbedaan-perbedaan yang seperti kami sebut diatas,
semenanjung arab diperkirakan meiliki luas diantara 1.000.000 mil persegi
hingga 1.300.000 mil persegi.1
Jazirah arab ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: hijaz, nejd,
yaman, hadramaut, dan oman. Dataran tinggi jazirah arab membentang
disepanjang pantai, mencapai ketinggian antara 6000 sampai 900 kaki di
Hijaz, tempat lahirnya islam dengan duakota suci Makkah dan Madinah.2
Hijaz adalah daerah Jazirah Arabia yang paling subur, diwilayah ini
ditemukan pegunungan yang tingginya mencapai sepuluh ribu meter, tapi
juga ada yang tingginya hanya mencapai 200 meter yang itu bisa disebut
bukit. Meskipun di daerah ini terdapat banyak tumpukan-tumpukan pasir,
tetapi terdapat juga banyak dataran-dataran tinggi yang cukup subur,
antara lain karena adanya sumur, mata air, dan telaga-telaga sehingga
tumbuh disekitarnya tumbuh sekian jenis tumbuhan dan rerumputan.
Kondisi seperti inilah yang menjadikan hijaz relatif lebih maju ketimbang
wilayah-wilayah lainnya. Namun demikian, sungguh tepat jika dikatakan
bahwa ciri umum Jazirah Arabia gersang karena faktor geografis dan
geologis, dan inilah yang menjadikannya Jazirah Arab menjadi miskin
Penduduk. Bahkan banyak diantara pendudukanya menjadi nomaden
(berpindah-pindah tempat) dan ini pada gilirannya tidak mendorong
lahirnya masyarakat berperadaban yang sejajar dengan masyarakat
dibelahan dunia yang lain. Keadaan demikian mendorong
perang/persaingan antar suku.3
Faktor yang terpenting buat mereka semua adalah air, yang
merupakan sumber kehidupan, dari sini ditemukan penduduk yang relatif
banyak diwilayah yang curah hujannya cukup tinggi atau memiliki banyak
mata air. Keadaan seperti inilah yang menjadikan mereka menetap di satu

1 Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahiq Al-Makhtum, Edisi revisi. Terj:
Hanif Yahya (PT. Megatama Sofwa Pressindo, 2004), Cet I, hal. 12

2 Majid Ali Khan, Muhammad SAW Rasul Terakhir, (Bandung: Penerbit Pusaka,
1995), Cet II, hal. 34

3 M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, (Tanggerang:
Lentera Hati, 2011), hal. 52

2 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

tempat selama air tersedia dan segera berpindah ketempat lain jika
persediaan air ditempat itu mulai kering. Karena itulah hidup mereka
keras.4

2. Asal-usul Keturunan
Ada tiga bagian tentang nasabketurunan Nabi Shallallahu Alaihi wa

sallam:
1. Bagian yang di sepakati kebenarannya oleh pakar biografi dan nasab,

yaitu sampai Adnan.
2. Bagian yang mereka perselisihan, yaitu antara nasab yang tidak

diketahui secara pasti dan nasab yang harus dibicarakan, tepatnya adnan
ke atas hingga Ibrahim Alaihis-salam.
3. Bagian yang sama sekali tidak diragukan bahwa di dalamnya ada hal-hal
yang tidak benar, yaitu Ibrahim ke atas hingga Adam.

Bagian pertama: Muhammad, bin Abdullah bin Abdul-Muthalib (yang
namanya Syaibah), bin Hasyim (yang namanya Amru), bin Abu Manaf (yang
namanya Al-Mughirah), bin Qushay (yang namanya Zaid), bin Kilab, bin
Murrah, bin Ka’b, bin Lu’ay, bin Ghalib, bin Fihr (yang berjuluk Quraisy dan
menjadi cikal bakal nama kabilah), bin Malik, bin An-Nadhr (yang namanya
Qais), bin kinanah, bin Khuzaimah, bin Mudrikah (yang namanya Amir) bin
Ilyas, bin Mudhar, bin Nizar, bin Ma’ad bin Adnan.5

Bagian kedua: Adnan dan seterusnya, yaitu bin Udad, bin Hamaisa’,
bin Salaman, bin Aush, bin Bauz, bin Qinwal, bin Ubay, bin Awwam, bin
Nasyid, bin Hazza, bin Baldas, bin Yadlaf, bin Thabik, bin Jahim, bin Nahisy,
bin Makhi, bin Aidh, bin Abqar, bin Ubaid, bin Ad-Da’a, bin Hamdan, bin
Sinbar, bin Yatsribi, bin Yahzan, bin Yalham, bin Ar’awy, bin Aid, bin
Daisyan, bin Aishar, bin Afnad, bin Aiham, bin Muqhsir, bin Nahits, bin
Zarih, bin Sumyan, bin Muzay, bin Iwadhah, bin Aram, bin Qaidar, bin
Ismail, bin Ibrahim.6

Bagian ketiga: Ibrahim dan seterusnya, yaitu bin Tarih (yang namanya
Azar) bin Nahur, bin Saru’ atau Sarugh, bin Ra’u, bin Falakh, bin Aibar, bin
Syalakh, bin Arfakhsyad, bin Sam, bin Nuh Alaihis-salam bin Lamk, bin
Matausyalakh, bin Akhnukh atau idris Alaihis-salam, bin Yard, bin Mahla’il,
bin Qainan, bin Yanisya, bin Syait, bin Adam Alaihis-salam.

3. Keluarga Nabi
Keluarga Nabi Shallallahu Alaihi wa sallam di kenal dengan sebutan

keluarga Hasyimiyah, yang mana di nisbatkan kepada kakeknya, Hasyim

4 M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW. Hal. 53
5 Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah. Terj. Kathur Suhardi,
(Jakarta: Al-Kautsar, 2012), hal. 37
6 Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, hal. 37

Sirah Nabawiyyah | 3

bin Abdu Manaf. Di bawah ini akan kami jelaskan sekilas tentang keadaan
Hisyam dan keturunan sesudahnya.
1. Hasyim

Hasyim adalah orang yang memegang urusan air minum dan
makanan dari Bani Abdu Manaf, tepatnya tatkala Bani Abdu Manaf
mengikat perjanjian dengan Bani Abdi-Dar dalam masalah pembagian
kedudukan di antara keduanya. Hasyim sendiri adalah orang kaya raya
yang terhormat, Dialah orang pertama yang memberikan remukan roti
bercampur kuah kepada orang-orang yang menunaikan haji di Makkah.
Nama aslinya Amru, dia dipanggil Hasyim karena suka meremukan roti.

Di antara momen kehidupannya, dia pernah pergi ke Syam untuk
berdagang, setiba di Madinah, dia menikahi Salma binti Amru, dari Bani
Adi bin An-Najjar dan menetap dan menetap di sana bersama istrinya
itu. Lalu dia melanjutkan perjalanan ke Syam, sementara istrinya tetap
bersama keluarganya, yang saat itu sedang mengandung anaknya, Abdul-
Muthalib. Namun Hasyim meninggal dunia setelah menginjakkan kaki di
Palestina, sementara Salma melahirkan Abdul-Muthalib pada tahun 497
M, dengan nama Syaibah, karena ada rambut putih (uban) di kepalanya.

Adapun pengasuh selanjutnya diserahkan kepada bapak Salma di
Yastrib, sementara tak seorangpun dari keluarga Hasyim di Makkah
yang merasakan kehadiran Abdul-Muthalib. Hasyim mempunyai empat
putra: Asad, Abu Shaifi, Nadlah dan Abdul Muthalib, dan lima putri:
Khalidah, Dha’ifah, Ruqayah, dan Jannah.7

2. Abdul Muthalib
Syaibah bin Hasyim lahir pada tahun 497 M dan wafat pada tahun 578

M, Syaibah lebih di kenal dengan nama Abdul Muthalib sejak ia di
besarkan oleh pamannya. Abdul Muthalib adalah orang yang memegang
urusan air minum dan makanan dari Bani Abu Manaf sepeninggal
kakenya Hasyim. Di antara peristiwa penting yang terjadi di Baitul –
Haram semasa Abdul Muthalib ialah: Semasa Abrahah Ash-Shabbah Al-
Habsi, gubernur yang berkuasa di Yaman dari Najasy, membangun
sebuah gereja yang sangat besar di Shan’a, karena dia melihat bangsa
Arab yang melaksanakan Haji di Ka’bah, dia menginginkan untuk
mengalihkan pusat kegiatan haji disana. Seseorang dari Bani Kinanah
mendengar niat Abrahah ini, maka tengah malam dia mengendap-
ngendap, dia masuk ke dalam gereja dan melumurkan kotoran ke pusat
kiblat. Tentu saja Abrahah marah setelah mengetahui hal ini. Singkat
cerita dia membawa enam puluh ribu pasukan prajurit untuk
mengahancurkan Ka’bah, ketika sesampainya di kota Makkah (Ka’bah)

7 Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, hal. 39

4 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

Allah mengirimkan Burung-burung Ababil di atas mereka. Setiap burung
membawa tiga biji batu yang di patuknya, dan dua batu di kedua
kakinya, lalu burung-burung tersebut menjatuhkan batu-batu dari tanah
yang panas, sehingga mereka tak ubahnya daun-daun yang dimakan ulat.

Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram, lima puluh atau lima
puluh lima hari sebelum kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wa Sallam,atau tepatnya pada akhir bulan februari atau awal bulan
Maret 571 M. Abdul Muthalib mempunyai sepuluh anak laki-laki: Al-
Harits, Az-Zubair, Abu Thalib, Abdullah, Hamzah, Abu Lahb, Al-Ghaidaq,
Al-Muqawwim, Shaffar, Al-Abbas. Ada yang berpendapat anaknya
sebelas di tambah Qatsam. Ada pula yang berpendapat tiga belas di
tambah Abdul-Ka’bah dan Hajla. Ada yang berpendapat, Abdul-Ka’bah
adalah Al-Muqawwim, dan Hajlah adalah Al-Ghaidaq. Sementara itu, tak
ada seorang di antara anak-anaknya yang bernama Qatsam. Sedangkan
anak perempuannya ada enam: Ummul-Hakim atau Al-Baidha,Barrah,
Atikah, Shafiyyah, Arwa, dan Umaimah8

3. Abdullah
Adalah Bapak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam. Ibunya adalah

Fathimah binti Amr bin A’idz bin Imran bin Makhzum bin Yaqzhah bin
Murrah. Abdullah merupakan anak termuda dari sepuluh bersaudara, ia
merupakan anak yang paling bagus dan paling di cintainya. Abdullah
lahir pada tahun 545 M dan wafat pada tahun 570 M. Meski abdullah
meninggal pada usia muda Abdullah adalah termasuk benang merah
dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW, karena dari
benihnyalah terlahir seorang manusia yang paling mulia dalam sejarah
umat manusia.

Abdul Muthalib menikahkan anaknya Abdullah dengan Aminah binti
Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab, yang saat itu Aminah
dianggap wanita paling terpandang di kalangan Quraisy dari segi
keturunan maupun kedudukannya. Bapaknya adalah pemuka Bani
Zuhrah. Abdullah hidup bersamanya di Makkah. Tak lama kemudian
Abdul-Muthalib mengutusya pergi ke Madinah untuk mengurus korma,
namun dia meninggal disana. Lalu dia singgah di Madinah dalam
keadaan sakit. Lalu meninggal di sana dan di kuburkan di Darun-
Nabighah Al-Ja’di. Saat itu umurnya dua puluh lima tahun. Abdullah
meninggal sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam di lahirkan,
begitu pendapat pakar sejarah.

8 Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, hal. 42

Sirah Nabawiyyah | 5

B. Kondisi Politik Bangsa Arab
Kondisi politik ditiga wilayah yang ada di sekitar Jazirah Arab

merupakan garis menurun, merendah dan tidak ada tambahan yang mengarah
keatas. Manusia disana bisa dibedakan menjadi tuan dan budak, pemimpin
dan rakyat. Para tuan, terlebih lagi seluruh arab, berhak atas semua harta
rampasan dan kekayaan, dan hamba diwajibkan membayar denda dan pajak.
Tidak berhenti sampai disini, bahkan mereka harus menahan rasa lapar,
ditekan dan mendapat berbagai macam penyiksaan dengan sikap diam, tanpa
mengadakan perlawanan sedikitpun.9

Kekuasaan yang berlaku saat itu adalah sistem diktator, banyak yang
hilang dan terabaikan, sedangkan kondisi kabilah-kabilah di Jazirah Arab tidak
pernah rukun, mereka lebih sering diwarnai permusuhan antar kabilah,
perselisihan rasial dan agama. Mereka tidak mempunyai seorang raja yang
memberikan kemerdekaan, atau sandaran yang bisa dijadikan tempat kembali
dan bisa diandalkan saat menghadapi kesulitan serta krisis.10

C. Kondisi Ekonomi Bangsa Arab
Makkah mengalami kemajuan dalam perdagangan. Sebagian besar

penduduknya menjadi orang-orang kaya, dan modal-modal mereka
bertambah banyak. Hal itu di buktikan dengan rombongan dagang suku
Quraisy yang kembali dari syam pada saat pernag badar, yang mencapai 1.000
ekor unta dengan dengan muatan mencapai 50.000 dinar. Mereka berdagang
dengan menggunakan mata uang romawi-byzantium dan iran-sasan.

Mereka menggunakan timbangan dan ukuran di pasar dalam bentuk sha’
(gantang), mud, rithal (ritl), auqiyah, dan mitsqal. Mereka mengenal satuan
berat yang beragam. Mereka mengenal ilmu berhitung yang di rujuk oleh Al-
Quran dalam menyebut bagian warisan. Di makkah terdapat rumah-rumah
dan keluarga-keluarga suku Quraisy yang terkenal kaya raya, banyak harta
dan hidup mewah, terkenal kaya, mempunyai banyak simpanan harta dan giat
mengembangkannya adalah al-walid bin al-mughirah, Abdul ‘Uzza bin Abdul
Muthalib (Abu Jahal) dan Abu Uhaihah bin Sa’id al ‘Ash bin Umayah, yang
memiliki 3.000 dinar pada kafilah dagang yang di pimpin oleh Abu Sufyan dan
Abdullah bin Abu Rabi’ah al-makhzumi.

Abbas bin Abdul Muthalib termasuk salah satu orang kaya dari suku
Quraisy. Ia membelanjakan hartanya dan melakukan riba sampai datangnya
islam. Ketika itu Rasululloh SAW, mengumumkan pelarangan riba yang di
mulai dari pamannya tersebut pada saat Haji Wada’. Beliau menyatakan:”Riba

9 Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, hal. 19
10 Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, hal. 20

6 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

pertama yang di haramkan adalah riba yang di lakukan oleh abbas bin abdul
muthalib”.11

Suku Quraisy mempunyai dua macam rombongan dagang, satu menuju
Syam pada musim panas, yang lain menuju yaman pada musim dingin. Bulan-
bulan Haji adalah bulan yang mereka hormati, yang terlarang untuk
berpergian. Mereka mendirikan pasar-pasar di sekitar Baitullah dan Masjidil
haram. Orang-orang bergegas ke pasar-pasar tersebut dan datang dari
berbagai sudut Jazirah yang jauh, untuk memenuhi kebutuhan dan perbekalan
mereka. Pasar-pasar yang ada di Makkah menunjukkan tingkat peradaban dan
perkembangan yang telah dicapai bangsa Arab. Diantaranya ada pasar minyak
wangi, pasar buah, pasar kurma, juga tempat praktik tukang bekam dan
tukang cukur. Lokasinya luas dan lapang. Di sana juga di jual biji gandum,
mentega, madu, dan biji-biji tumbuhan yang di bawa oleh kafilah dari luar-
Yamamah adalah lahan subur bagi Makkah.12 Di sana juga berpadat lorong-
lorong kios (los) bagi tukang-tukang sepatu dan pedagang kain.

Penduduk Makkah memiliki taman-taman yang biasa didatangi oleh
orang-orang Makkah pada waktu sore, pada bulan-bulan musim kemarau.
Sedangkan pada musim dingin, mereka menikmatinya di Makkah atau
mengunjungi Thaif. Sebagian besar muda-mudi di Makkah terkenal suka
berhias dan memakai pakaian indah. Pakaian-pakaian mereka berharga
ratusan dirham. Para wanita di Makkah juga menjadi saudagar. Mereka aksi
mengirim kafilah-kafilah dagang ke syam dan lain-lain. Diantara wanita
saudagar di Makkah yang terkenal adalah Khadijah binti Khuwailid dan al-
Hanthaliyah, ibu Abu Jahal.

Hal itu diisyaratkan oleh Alloh dalam firman-Nya yang artinya:
“bagi laki-laki ada bagian dari apa yang telah mereka usahakan, dan

bagi wanita ada bagiandari apa yang mereka usahakan.” (QS. An-Nisa: 32)

Industri (kerajinan) tidak memiliki porsi yang besar bagi penduduk
Mekkah. Bahkan mereka terkesan tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang
penting. Dalam kondisi yang normal industri tidak di lakukan kecuali oleh
para pelayan dan pekerja non Arab. Hanya beberapa industriyang terpaksa
mereka lakukan, yang dijalankan oleh penduduk asli Makkah. Disebutkan
bahwa Khabbab bin al-Arut adalah seorang budak yang bekerja membuat
pedang. Untuk industri bangunan, mereka bergantung pada para pekerja dari
Rumawi atau Persia.

11 Abul Hasan ‘Ali, As-Sirah An-Nabawiyyah, terj. M Halabi Hamdi, ( Jakarta:
Senja Media Utama, 2015 ) hal. 88

12 Abul Hasan ‘Ali, As-Sirah An-Nabawiyyah, terj. Muhammad Halabi Hamdi, hal.
85

Sirah Nabawiyyah | 7

D. Kondisi Sosial Budaya Bangsa Arab
Bangsa arab mempunyai tatanan dan nilai-nilai Jahiliyah yang mereka

percayai dan jadikan panutan, kondisi bangsa Arab secara moral terbilang
lemah. Sebab, pertaruhan dan perjudian telah menjadi kebiasan, dan mereka
merasa bangga dengan hal itu. Minuman keras merajalela, dan perbudakan
tersebar dimana mana. Pertemuan-pertemuan diadakan dengan hiburan-
hiburan, acara-acara nyayian, dan hidangan minuman-minuman (keras).
Perbuatan keji juga menjadi dominan, kedzaliman dan kekerasan kerap
terjadi, penghinaan terhadap manusia, pengingkaran terhadap kebenaran dan
pengambilan harta manusia secara tidak sah.

Gambaran tentang kondisi moral yang dialami oleh penduduk Jazirah
pada umumnya dan penduduk Makkah pada khususunya, tidak ada yang lebih
jujur dan lebih indah dari pada penututuran Ja’far bin Abi Thalib yng
merupakan penduduk asli Makkah. Ia bercerita tentang kehidupan bangsa
Arab dan moral mereka pada masa jahiliyah di hadapan Raja Najasyi atau
(Raja Negus), sebagai berikut: “Wahai baginda dahulu kami adalah kaum
jahiliyah. Kami menyembah berhala, memakan bangkai, dan melakukan
perbuatan keji. Kami memutus hubungan keluarga, bersikap masa bodoh
terhadap tetangga, dan kuat di antara kami memakn yang lemah.”13

Makkah dan penduduknya mempunyaicontoh teladan di Jazirah Arab
dalam hal kemurnian dzauq (rasa bahasa), kelembutan dan keindahannya.
Mereka adalah tipikal masyarakat metropolis yang menghuni kota-kota besar
disetiap penjuru dunia dan memiliki adab (atauran, etika) yang kuat. Bahasa
mereka menjadi ukuran dan rujukan. Bahasa mereka menjadi pegangan
setiap kaum di pelosok Jazirah Arab. Mereka lebih fasih dan lebih shahih
dalam mengungkapkan dan menyampaikan sesuatu di antara seluruh bangsa
Arab. Mereka lebih terhindar dari cacat bahasa atau pengguna bahasa asing,
akibat pengaruh pencampuran dengan non Arab.

Sehingga sebagian kalangan budaya baik mereka, menjadi pusat
perhatian umat manusia. Sebagian mereka ada yang menghimpun sifat-sifat
yang disebut sebagai futuwwah (wibawa kepimpinan) dan muru’ah (harga
diri, kehormatan). Para penyair dan ahli pidato selalu mendendangkan sifat-
sifat mereka dalam syair dan pidato-pidatonya. Oleh karena itulah mereka
menjadi menonjol di bandingkan manusia lainnya, baik dalam hal kejahatan
maupun dalam hal kebaikan.

Sebagian besar perhatian mereka tertuju pada nasab-nasab dan kisah-
kisahnya, kemudian pada syair-syairnya, lalu perbintangan dan isyarat-
isyarat, serta pada juru ramal. Sebagian besar perhatian mereka juga
ditujukan pada warna dan jenis kuda, pengetahuan yang mendalam tentang
anggota tubuh dan sifat-sifatnya, serta melihat tanda baik antara laki-laki dan
kuda. Sebagian kecil dari mereka memperhatikan ilmu kedokteran baik dalam

13 Abul Hasan ‘Ali, As-Sirah An-Nabawiyyah, hal. 92.

8 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

berdasarkan pengalaman maupun tranformasi pengetahuan. Mereka memiliki
cara-cara pengobatan seperti kay (pengobatan dengan besi panas),
pemotongan anggota badan, mengeluarkan darah, bekam dan meminum obat.

Di kalangan penduduk makkah ada yang berprofesi sebagai penulis, yang
mengenal tulis dan baca, sekalipun pada umumnya mereka ummi (tidak bisa
baca tulis) oleh karena itu al-Quran menyebut mereka sebagai bangsa yang
umm.

Allah berfirman yang artinya:
“Dialah Alloh yang telah mengutus pada kalangan ummi (tidak bisa

baca tulis) seorang Rasul dari kalangan mereka.” (QS. Al Jumu’ah: 2)

E. Kondisi Agama dan Kepercayaan
Mayoritas bangsa Arab mengikuti dakwah Isma’il Alaihis-Salam, yaitu

tatkala beliau menyeru kepada agama bapaknya, Ibrahim Alaihis-Salam, yang
intinya menyembah kepada Allah, mengesakan-Nya, dan memeluk agama-Nya.
Waktu bergulir sekian lama, hingga banyak di antara mereka yang melalaikan
ajaran yang pernah di sampaikan kepada mereka. Sekalipun begitu masih ada
sisa-sisa tauhid dan beberapa syiar dari agama Ibrahim, hingga muncul Amr
bin Luhay, pemimpin Bani Khuza’ah. Dia tumbuh sebagai orang yang di kenal
suka bebuat bijak, mengeluarkan sedekah, sehingga semua orang
mencintainya dan hampir-hampir mereka menganggapnya sebagai salah
seorang ulama besar dan wali yang di segani. Kemudian dia mengadakan
perjalanan ke Syam. Di sana dia melihat penduduk Syam yang menyembah
berhala dan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik serta benar. Sebab
menurutnya, Syam adalah tempat para rasul dan kitab. Maka dia pulang
sambil membawa Hubal dam meletakkannya di dalam Ka’bah. Setelah itu dia
mengajak penduduk Makkah untuk membuat persekutuan terhadap Allah.
Orang-orang Hijaz pun banyak yang mengikuti penduduk Makkah, karena
mereka di anggap sebagai pengawas Ka’bah dan penduduk Tanah Suci.14

Berhala mereka yang terdahulu adalah Manat, yang di tempatkan di
Musyallal di tepi Laut Merah di dekat Qudaid. Kemudian mereka membuat
Lata di Tha’if dan Uzza di Wadi Nakhlah. Inilah berhala yang paling besar.
Setelah itu kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih
kecil bertebaran di setiap tempat Hijaz. Di kisahkan bahwa Amr bin Luhay
mempunyai pembantu dari jenis Jin. Jin ini memberitahukan kepadanya
bahwa berhala-berhala kaum Num (Wud, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr)
terpendam di Jiddah. Maka dia datang ke sana dan mengangkatnya, lalu
membawanya ke Tihamah. Setelah tiba musim haji, dia menyerahkan berhala-
berhala itu kepada berbagai kabilah . Akhirnya berhala-berhala itu kembali ke
tempat asalnya masing-masing. Sehingga setiap kabilah dan setiap rumah
hampir pasti ada berhalanya. Mereka juga memenuhi Masjidil-Haram dengan

14 Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, hal. 21

Sirah Nabawiyyah | 9

berbagia macam berhala dan patung. Tatkala Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa
Sallam menaklukan Makkah, di sekitar Ka’bah ada tiga ratus enam puluh
berhala. Beliau menghancurkan berhala-berhala itu hingga runtuh semua,lalu
memerintahkan agar berhala-berhala tersebut dikeluarkan dari masjid dan di
bakar.15

Mereka juga mempunyai beberapa tradisi dan upacara penyembahan
berhala yang mayoritas di ciptakan Amr bin Luhay. Sementara orang-orang
mengira apa yang di ciptakan Amr itu adalah sesuatu yang baru dan baik serta
tidak merubah agama Ibrahim. Di antara bebrapa upacara penyembahan
berhala yang mereka lakukan adalah:

1. Mereka mengelilingi berhala dan mendatanginya, berkomat-kamit di
hadapannya, meminta pertolongan tatkala menghadapi kesulitan,
berdoa untuk memenuhi kebutuhan, dengan penuh keyakinan bahwa
berhala-berhala itu bisa memberikan syafaat di sisi Allah dan
mewujudkan apa yang mereka kehendaki.

2. Mereka menunaikan haji dan thawaf di sekeliling berhala, merunduk dan
sujud di hadapannya.

3. Mereka bertaqarub dengan menyajikan berbagai macam korban,
menyembelih hewan piaraan, dan hewan korban demi berhala dan
menyebut namanya. Dua jenis penyembelihan ini telah di sebutkan Allah
dalam firman-Nya, “...Dan apa yang di sembelih untuk berhala...” (Al-
Maidah), “... Dan janganlah kalian memakan binatang-binatang yang
tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya.” (Al-An’am)

4. Jenis taqarrub yang lain, mereka mengkhususkan sebagian dari makanan
dan minuman yang mereka pilih untuk di sajikan kepada berhala, dan
juga di khususkan bagian tertentu dari hasil panen dan binatang piaraan
mereka. Mereka mempunyai banyak sebab untuk memberikan sesaji
kepada berhala yang tidak akan sampai kepada Allah, dan apa yang
mereka sajikan kepada Allah hanya sampai kepada berhala-berhala

m‫ا َن‬e‫َك‬r‫ا‬e‫َم‬kَ‫ف‬a‫ا‬,َ‫َن‬s‫ائ‬e‫َنرَك‬bَ‫وُش‬a‫لَُم‬g‫ُك‬i‫ذا‬mَ‫َهَيح‬a‫اَو‬n‫حمَم‬aَ‫اَهء‬f‫َسَم‬i‫ع‬r‫زح‬mَ‫َهبحَم‬a‫هِئََل‬n‫َرَكَّال‬A‫َذُشا‬l‫َه‬l‫ل‬aََ‫ا‬h‫لُإَو‬:‫لََوَُشجَرعََكلُائوَاَهَّحلمهَِلفَََِملهايَذَََصرأَُلَمإَََنل ااّْحللهَِلَحر ََوثَماَواَكحْالَنحَنعَّاَلَهِمَل نَفَ ُهَصَيوبًايَ فََصَقاُل‬

Artinya:“Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari
tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata
sesuai dengan persangkaan mereka: "Ini untuk Allah dan ini untuk
berhala-berhala kami". Maka saji-sajian yang diperuntukkan bagi
berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sajian yang

15 Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, hal. 22

10 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

diperuntukkan bagi Allah, maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala
mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu.” (QS. Al-An’am: 136)
5. Di antara jenis taqarrub yang mereka lakukan ialah dengan bernadzar
menyajikan sebagian hasil tanaman dan ternak untuk berhala-berhala.
Allah berfirman:

Artinya:“Dan mereka mengatakan, inilah binatang ternak dan
tanaman yang di larang, tidak boleh memakannya, kecuali orang yang
kami kehendaki, menurut anggapan mereka, dan ada binatang ternak
yang diharamkan menungganginya, dan binatang ternak yang mereka
tidak menyebut nama Allah di waktu menyembelihnya, semata-mata
membuat-buat kedustaan terhadap Allah.” (QS. Al-An’am: 138).

Sirah Nabawiyyah | 11

BAB II
Geologi, Kelahiran dan
Kehidupan Nabi Muhammad
SAW Sebelum Menjadi Nabi

Oleh: M. Fathi dan M. Fadhil

12 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

A. Kelahiran Dan Kehidupan Nabi Muhammad Sebelum Menjadi Nabi
Nasab Rasulullah saw. Ia adalah pemimpin anak Adam, Abu Qasim,

Muhammad, Ahmad, Al-mahi yang menghapus kekufuran, Al-Hasyir yang
mengumpulkan manusia kepada kedua jejaknya, Ada juga yang disebut
sebagai Al-‘Aqib yang tidak ada nabi setelahnya. Ia adalah nabi penyayang dan
nabi tobat. Ia adalah putranya Abdullah bin abdul muthalib, bin hasyim, bin
Abdu Manaf,bin Qusay, bin Kilab, bin Murroh, bin Ka’ab, bin Lu’ay, bin Ghalib,
bin Fahr, bin Malik, bin Nadhar, bin Kinanah bin Khuzaimah, bin Mudrikah, bin
Ilyas, bin Mudhar, bin Nazar, bin Ma’ad, bin Adnan.1

Al-Hafidz Ibnu Katsir –semoga Allah merahmatinya- berkata, “Nasab
sampai Adnan ini tidak ada keraguan dan pertentangan. Ini kuat dengan
mutawattir dan disepakati.2

Al-Hafidz Ibnu Qayyim –Semoga Allah merahmatinya- berkata, “Nasab
sampai disini diketahui keshahihannya, disepakati para ahli nasab, tidak ada
perbedaan di dalamnya. Adapun nasab di atas Adnan, terdapat perbedaan.
Tidak ada perbedaan di kalangan para ahli nasab bahwa Adnan adalah
keturunan Ismail ‘alaihi salam. Dan, Ismail adalah ad-Dzabih ( sembelihan ),
menurut pendapat yang benar di kalangan ulama sahabat, tabi’in dan orang-
orang setelah mereka.3

Hikmah dari nama Muhammad beliau bias menjadi orang yang terpuji di
bumi dan di langit. Namanya dalam Injil dan Taurat disebut sebagai Ahmad.
Sedangkan dalam Al-Qur’an namanya adalah Muhammad. Segala kebaikan
hanyalah milik Allah.

Ia telah memilih namanya untuk sebuah kemuliaan Allah, Zat pemilik
Arasy, Maha Terpuji, Dan ini adalah Muhammad. Muhaamad adalah nama
yang mulia yang disebut juga sifat-sifat terpuji. Demi ayah dan ibuku.

Nabi Muhammad SAW dilahirkan di Makkah, Makkah adalah kota yang
sangat terkenal, namun ada beberapa tabir rahasia di dalamnya. Allah telah
memilih negri Makkah sebagai rumah-Nya. Nabi Ibrahim a.s, telah
membangun rumah dengan meninggikan dan memuliakan di bumi ini. Yang di
sebut sebagai Baitullah Al-Haram. Mekkah adalah negeri paling tengah di
dunia ini. Allah bersumpah dengan negeri ini,

“Aku benar-benar bersumpah dengan negeri ini, dan kamu (Muhammad)
bertempat di negeri ini.” (QS. Al-Balad: 1-2 )

Negeri ini adalah Makkah, Allah telah menamainya dalam kitab-Nya
dengan nama, Makkah dan Bakkah.

Allah Berfirman,
Artinya:“Dan Dia-lah yang menahan tangan mereka dari

(membinasakan) kamu dan (menahan) tangan kamu dari
(membinasakan) mereka di tengah kota Makkah sesudah Allah

1 Zaadul Ma’ad (1/17) dan Sirah Nabawiyah (1/33-34)
2 Al-Fushul fi Siratir-Rasul saw, hal.47-48
3 Zaadul Ma’ad (1/71)

Sirah Nabawiyyah | 13

menangankan kamu atas mereka, dan adalah Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.” ( QS. Al-Fath: 24).

Ibnu Qayyim berkata,”Ketika kembali pada sirah, petunjuk dan
akhlaknya, tidak ada perbedaan bahwa beliau di lahirkan di Makkah pada
tahun gajah. Peristiwa tahun gajah merupakan penghargaan Allah untuk nabi
dan rumah-Nya. Pasukan Gajah adalah orang-orang Nasrani ahli kitab, dimana
pada saat itu agama mereka lebih baik dari (agama) orang-orang Makkah
karena mereka adalah para penghamba berhala.

1. Kelahiran Rasulullah
Pada Masa Rasulullah di lahirkan di tengah keluarga Bani Hasyim di

Makkah pada senin pagi, tanggal 9 Rabi’ul Awwal, permulaan tahun dari
peristiwa gajah, dan empat puluh tahun setelah kekuasaan Kisra
Anusyirwan, atau bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 bulan April tahun
571 M. Berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad Sulaiman Al-
Manshurfuri dan peneliti astronomi Mahmud Basya.4

Setelah Aminah Melahirkan, dia mengirim utusan ketempat kakeknya,
Abdul Muthalib, untuk menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran
cucunya. Maka Abdul Muthalib dating dengan perasaan suka cita, lalu
membawa beliau kedalam ka’bah, seraya berdoa kepada Allah dan
bersyukur kepada-Nya. Dia memilih nama Muhammad bagi beliau.

Wanita pertama yang menyusui beliau setelah ibundanya adalah
Tsuwaibah, hamba sahaya Abu Lahab, yang kebetulan sedang menyusui
anaknya yang bernama Masruh, yang sebelum itu wanita ini juga menyusui
Hamzah bin Abdul Muthalib. Diriwayatkan bahwa pada suatu malam, ketika
bulan memancarkan sinarnya dengan terang. Aminah mendengar suara
berkata “ Tidak lama lagi engkau akan melahirkan tokoh umat ini...kalau dia
lahir berdoalah memohon perlindungan untuknya dari yang maha Esa dan
dari semua yang iri hati dan namailah dia Muhammad.” Pada hari senin
malam menjelang fajar, Aminah ditemani hanya oleh Jariah-nya
pembantunya yang berasal dari etiophia. Barokah Ummu Aiman.5

Mulai merasakan tanda-tanda akan melahirkan, disebut juga dalam
beberapa riwayat bahwa bidan yang membantu Aminah melahirkan adalah

4 Muhadharat Tarikhil-Umam Al-Islamiyyah, Al-Khadri,1/6; Rahmah lil-‘alamin,
1/38-39. Ada perbedaan tentang penentuan tanggal bulan April, karena adanya
perbedaan dalam kalender Masehi.

5 “Ada juga riwayat menyatakan ketika itu mereka bertiga karena bersama
mereka berdua ada juga Ummu ‘Utsman bin abi al-Ash, Fatimah binti Abdillah, yang
menuturkan ketika kelahirannya itu melihat segala sesuatu dirumah di penuhi
cahaya, bukan aku melihat bintang-bintang sampai-sampai aku kira di akan
menimpaku.”

14 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

al-Syaffa’. Pada mulanya Aminah merasa takut dan ini sangat wajar, lebih-
lebih bagi kelahiran pertama. Namun itu hanya sejenak karena tanpa
menanti lama Aminah melahirkan secara normal sebagaimana hampir
semua ibu melahirkan anaknya.

Berbeda-beda riwayat pendapat para pakar dan pendapat para pakar
tentang pada masa kelahiran Nabi Muahammad saw, Riwayat yang paling
popular adalah beliau lahir di Tahun Gajah. Tetapi kapan persisnya ini yang
menjadi perselisihan. Ada yang berkata beberapa hari setelah peristiwa
kebinasaan pasukan bergajah, atau lima puluh hari setelah itu. Ada lagi
yang berpendapat beberapa bulan sesudahnya, bahkan ada yang
menyatakan bahwa kelahiran beliau terjadi sekitar tiga puluh atau tujuh
puluh tahun setelah Tahun Gajah. Bulan kelahiran beliau pun menjadi
perselisihan. Yang popular adalah tanggal 12 Rabi’ul Awwal, yang ketika itu
jatuh pada hari senin malam bertepatan dengan tanggal 29 Agustus 580
Maseh, sejarawan al-Mas’udi menilai bahwa kelahiran nabi terjadi lima
puluh hari setelah kehadiran pasukan bergajah yang kehadiran mereka
berketepatan dengan hari senin, 13 Muharram dan mendekat ke Makkah 17
Muharram, sehingga dengan demikian, masih menurut al-Mas’udi kelahiran
nabi Muhammad SAW terjadi pada tanggal 8 Rabi’ul Awwal.

Bahwa Nabi Muhammad saw. Lahir pada hari senin di dukung oleh
hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim yang menyatakan bahwa Rasul
Saw di Tanya: “Mengapa berpuasa pada hari senin?” Beliau Menjawab “ ‫ذلك‬
‫ يو م ولدت فيه‬itulah hari aku lahir.

Mahmud al-Falaki al-Mashry, pakar ilmu falak mesir, sebagaimana
dikutip oleh Ali Husni al-Karbuthli dalam bukunya Abdul Muthalib Jad Ar-
rasul bahwa Nabi Muhammad saw lahir pada hari ke-55 setelah kekalahan
tentara bergajah, yakni pada pagi tanggal 9 Rabi’ul Awwal 571 M. Ada juga
yang menduga kelahiran beliau pada bulan Ramadhan, atau Muharram,
atau Rajab.

Demikian terlihat perbedaan pendapat menyangkut waktu kelahiran
Nabi Muhammad saw., Bukan saja pada hari dan bulan kelahiran beliau dan
apakah di malam atau pagi hari, tetapi juga pada kelahiran itu.

2. Di Tengah Bani Sa’d
Tradisi yang berjalan di kalangan bangsa Arab yang relative sudah

maju, mereka mencari wanita-wanita yang bisa menyusui anak-anaknya.
Sebagai langkah untuk menjauhkan anak-anak itu dari penyakit yang bisa
menjalar di daerah yang sudah maju, agar tubuh menjadi bayi dan kuat,
otot-ototnya kekar dan agar keluarga yang menyusui bisa melatih Bahasa
Arab dengan fasih.

Saudara-Saudara Nabi Muhammad SAW dari satu susunan disana
adalah Abdullah bin Al-Harits, Anisa binti Al-Harits, Hudzafah atau

Sirah Nabawiyyah | 15

Judzamah binti Al-Harits, yang julukannya justru lebih popular daripada
namanya sendiri, yaitu Asy-Syaima. Wanita inilah yang menyusui beliau
dan Abu Sufyan Al-Harits bin Abdul Muthalib, anak paman beliau.

Paman beliau, Hamzah bin Abdul Muthalib juga disusui di Bani Sa’d
bin Bakr. Suatu hari ibu susuan Rasulullah SAW ini juga pernah menyusui
Hamzah selagi beliau masih dalam susuanya. Jadi Hamzah adalah
Rasulullah SAW dari dua pihak, yaitu Tsuwaibah dan dari Halimah As-
Sa’diyah.

Muslim meriwayatkan dari Anas, bahwa Rasulullah SAW didatangi
Jibril, yang saat itu beliau sedang bermain-main dengan beberapa anak
kecil lainnya. Jibril memegang beliau dan menelentangkannya, lalu
memebelah dada dan mengeluarkan hati beliau dan mengeluarkan
segumpal darah dari dada beliau, seraya berkata. “Ini adalah bagian setan
yang ada pada dirimu.” Lalu Jibril mencucinya di sebuah baskom dari emas
dengan menggunakan air ZamZam, kemudian menata dan memasukkan ke
tempat semula. Anak-anak kecil lainnya berlarian mencari ibu susunya dan
berkata. “Muhammad telah dibunuh!” Mereka pun dating menghampiri
beliau yang wajah beliau semakin berseri.

3. Kembali Ke Pangkuan Ibunda Tercinta
Dengan ada peristiwa pembelahan dada itu Halimah merasa khawatir

terhadap keselamatan beliau, hingga dia mengembalikan kepada ibu beliau.
Maka beliau hidup bersama ibunda tercinta hingga berumur enam tahun.

minah merasa perlu mengenang suaminya yang telah meninggal
dunia. Dengan cara mengunjungi kuburannya di Yastrib. Maka dia pergi
dari Makkah untuk menmpuh perjalanan sejauh lima ratus kilometer,
bersama putranya yang yatim, Muhammad SAW, disertai pembantu
wanitanya, Ummu Aiman. Abdul Muthalib mendukung hal ini. Setelah
menetap selama sebulan di Madinah, Aminah dan rombongannya siap-siap
untuk kembali ke Makkah. Dalam perjalanan pulang itu dia jatuh sakit dan
akhirnya meninggal dunia di Abwa’, yang terletak di antara Makkah dan
Madinah.6

4. Kembali ke Kakek yang Penuh Kasih Sayang
Kemudian beliau kembali ke tempat kakeknya, Abdul Muthalib di

Makkah. Pada usi delapan tahun lebih dua bulan sepuluh hari dari umur
Rasulullah SAW, kakek beliau meninggal dunia di Makkah. Sebelum
meninggal, Abdul Muthalib sudah berpesan menitipkan pengasuhan sang
cucu kepada pamannya, Abu Thalin, saudara kandung bapak beliau.7

6 Ibnu Hisyam, Sirah An-Nabawiyah, 1/168; Talqihu Fuhumi Ahlil-Atsar, hal 8;
Muhadharat Tarikhil-Umam Al-Islamiyyah, Al-Khadri, 1/63; Fiqhis-Sirah, hal 50.

7 Talqihu Fuhumi Ahlil-Atsar, hal,7; Ibnu Hisyam, Sirah An-Nabawiyah, 1/69.

16 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

5. Menggembala Kambing
Pada awal masa remaja, Rasulullah SAW tidak mempunyai pekerjaan

tetap. Hanya saja beberapa riwayat menyebutkan beliau bisa menggembala
kambing di kalangan Bani Sa’d dan juga di Makkah dengan imbalan uang
beberapa dinar.8

Pada usia dua puluh lima tahun, beliau pergi berdagang ke Syam
menjalankan barang dagang milik Khadijah. Ibnu Ishaq menuturkan
Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita pedagang, terpandang dan
kaya raya. Dia bisa menyuruh orang-orang menjalankan barang
dagangannya, dengan membagi sebagian hasilnya kepada mereka .

6. Menikah dengan Khadijah
Sebenarnya sudah banyak para pemuka dan pemimpin kaum yang

hendak menikahinya, Namun dia tidak mau. Tiba-tiba saja dia teringat
seorang rekannya, Nafisah binti Munyah. Dia meminta agar rekannya ini
menmui beliau dan membuka jalan agar mau menikah dengan Khadijah.
Ternyata beliau menerima tawaran itu, lalu beliau menemui paman-paman
beliau. Kemudian paman-paman beliau menemui paman Khadijah untuk
mengajukan lamaran. Setelah semuanya di anggap beres, maka perkawinan
siap di laksanakan. Yang ikut hadir dalam pelaksanaan akad nikah adalah
Bani Hasyim dan para pemuka Bani Mudhar. Hal ini terjadi dua bulan
sepulang beliau dari Syam. Maskawin beliau dua puluh ekor onta muda.
Usia Khadijah sendiri empat puluh tahun, yang pada masa itu dia
merupakan wanita yang paling terpandang, cantik, pandai, dan sekaligus
kaya. Dia adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah SAW. Beliau
tidak pernah menikahi wanita lain sampai Khadijah meninggal dunia.

7. Daya Tarik Kepribadian Sebelum Nubuwah
Nabi Muhammad SAW telah menghimpun sekian banyak kelebihan

dari berbagai lapisan manusia selama pertumbuhan beliau. Beliau menjadi
sosok yang unggul dalam pemikiran yang jitu, pandangan yang lurus,
mendapat sanjungan karena kecerdikan, kelurusan pemikiran, dan
ketepatan dalam mengambil keputusan. Beliau tidak mau meminum
Khamr, tidak mau makan daging hewan yang di sembelih untuk di
persembahkan kepada berhala, tidak mau menghadiri upacara atau
pertemuan untuk menyembah patung-patung. Bahkan semenjak kecil
beliau senantiasa menghindari jenis-jenis penyembahan yang batil ini,
sehingga tidak ada suatu yang lebih beliau benci selain daripada
penyembahan kepada patung-patung ini, dan hamper-hampir beliau tidak

8 Fiqhus-Sirah, Muhammad Al-Ghazali, hal. 52.

Sirah Nabawiyyah | 17

sanggup menahan kesabaran tatkala mendengar sumpah yang di
sampaikan kepada Latta dan Uzza.9

Ibnul Atsir meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Tidak pernah terlintas dalam benakku suatu keinginan untuk mengikuti
kebiasaan yang dilakukan orang-orang jahiliyah kecuali hanya dua kali.
Namun kemudian Allah menjadi penghalang antara diriku dan keinginan itu.
Setelah itu aku tidak lagi berkeinginan sedikit pun hingga Allah memuliakan
aku dengan risalah-Nya. Suatu malam aku pernah berkata kepada seorang
pemuda yang sedang menggembala kambing bersamaku, karena aku hendak
masuk Makkah dan hendak mengobrol di sana sepeerti para pemuda lain.”

“Aku akan melaksanakannya,” Kata pemuda rekanku.
Maka aku beranjak pergi. Di samping rumah pertama yang kulewati di
Makkah, aku mendengar suara tabuhan rebana.
“Ada apa ini?” Aku bertanya.
Orang-Orang Menjawab.”Perhelatan pernikahan fulan dan fulanah.”
Aku ikut duduk dan mendengarkan . Namun Allah menutup telingaku
dan aku langsung tertidur, hingga aku terbangun karena sengatan matahari
esok harinya. Aku kembali menemui rekanku dan dia langsung
menanyakan keadaanku. Maka aku mengabarkan apa yang terjadi. Pada
malam lainnya aku berkata seperti itu pula dan berbuat hal yang sama.
Namun lagi-lagi aku mengalami kejadian yang sama seperti malam
sebelumnya. Maka setelah itu aku tidak lagi ingin berbuat hal yang
buruk.”10

9 Sikap beliau ini belum bisa dibuktikan dengan perkataan Bahira, Lihat Sirah
An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 1/128.

10 Kesahihan hadits ini diperselisihkan. Al-Hakim menshahihkannya dan Ibnu
Katsir mendhaifkannya di dalam Al-Bidayah wan-Nihayah, 2/287.
18 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

BAB III
Peristiwa Seputar
Diangkatya Muhammad SAW

Sebagai Nabi

Oleh: M. Muadz dan M. Luqman

Sirah Nabawiyyah | 19

A. Proses Pengangkatan Muhammad Sebagai Rosul
Sebelum menuju ke inti pembahasan seputar pengangkatan Muhammad

sebagai rosul, penulis ingin menyinggung sedikit tentang kelahiran
Muhammad sebagai orang biasa. Tepat pada senin malam Aminah ditemani
jariyahnya yang bernama Ummu aiman merasakan tanda-tanda akan
kelahiran anaknya. Konon diceritakan juga bahwa dalam proses
melahirkannya ditemani oleh bidan yang bernama al-Syaffa’.1

Sedangkan kapan waktu tepatnya Muhammad dilahirkan ini yang
menjadi perbincangan dikalangan sejarawan, karena tidak ada kepastian
tentang tanggal dan bulan lahir Muhammad. Ada yang mengatakan
bahwasannya kelahiran Muhammad tepat beberapa hari setelah kebinasaan
pasukan gajah atau beberapa minggu, bulan setelah kehancuran pasukan
laknat tersebut. Bahkan ada riwayat yang mengatakan bahwasannya kelahiran
beliau tiga puluh tahun, bahkan tujuh puluh tahun setelah tahun gajah.2

Bulan kelahiran beliaupun diperselisihkan, sedangkan yang paling
popular sampai kepada kita adalah 12 Robi’ul awal bertepatan dengan tahun
580 Masehi.3 Sedangkan pendukung tentang di lahirkannya Muhammad pada
hari senin adalah pengakuan beliau disaat ditanya oleh seorang sahabat
“kenapa engkau berpuasa pada hari senin wahai rosul?” beliaupun menjawab
“karena pada hari itu adalah hari kelahiranku” dari sinilah semua berita
tentang Muhammad sampai kepada kita. Ada beberapa tanda menjelang
diangkatnya beliau sebagai nabi dan rosul, yang pertama adalah dari sebuah
hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a bahwasanya menjelang kenabian
beliau selalu bermimpi dalam tidurnya yang mana mimpinya tersebut selalu
menjadi kenyataan (ru’yasholihah) seperti halnya fajar yang menyingsing
dipagi hari.4 Tanda yang kedua adalah kebiasaan beliau menyendiri di gua
Hira selama beberapa hari ketika umur beliau hampir mencapai 40 tahun.
Dalam riwayat hadis juga disebutkan bahwasanya selama pengasingan dalam
gua, istri beliau Khodijah selalu membawakan bekal secukupnya untuk beliau.
Begitulah beliau menjalani masa pengasingan sampai akhirnya wahyu turun
pertama kali.5

Ada beberapa alasan pendapat tentang pengasingan beliau di gua hira
selama beberapa waktu. Salah satunya adalah untuk membersihkan,
menyiapkan jiwa dan raga beliau untuk menerima wahyu kenabian. Hingga
pada pertengahan bulan ramadhan ketika beliau sedang tidur didalam gua

1 M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, (Tangerang:
Lentera Hati, 2014), hal. 210

2 M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, hal. 210
3 M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, hal. 210
4 Basyaruddin Yesi, Biografi Rosulullah, (Jakarta: Qisthi Press, 2014), hal. 170
5 Basyaruddin Yesi, Biografi Rosulullah, hal. 170

20 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

tersebut beliau di datangi malaikat Jibril untuk menerima wahyu kenabian
yang pertama. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwasannya wahyu yang
pertama kali turun kepada Muhammad sebagai tonggak awal pengangkatan
beliau sebagai nabi adalah surah al-alaq ayat 1 sampai dengan 5.6

Ada riwayat yang mengatakan bahwasanya datangnya jibril kepada rosul
adalah padahari senin bertepatan pada tanggal 21 Ramadhan.7 Kedatangan
jibril kepada beliau adalah dengan membawa wahyu ke-ilahian dan
memerintahkan kepada Muhammad untuk membaca, ”bacalah!”. Dalam
sebuah riwayat juga dikatakan bahwasannya Muhammad menjawab “aku
tidak bias membaca” lantas malaikat jibril mendekap beliau dengan sangat
kencang , kemudian jibril kembali mengulang apa yang tadi di bacakan hingga
berulang sebanyak 3 kali. Lantas jibril melanjutkan kepada wahyu berikutnya
“bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan”, sampai pada
ayat yang berbunyi “Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”.8

B. Kondisi Psikis Muhammad Setelah Diangkat Menjadi Rosul
Setelah pada malam hari jibril dating membawa risalah nubuwah kepada

Muhammad, yang kala itu sedang dalam pengasingan di goa hira. Rosulullah
berjalan pulang kepada khodijah dengan tubuh yang bergetar hebat sembari
mengingat, mereka apa yang telah di bacakan jibril kepadanya. Sesampainya
kepada khodijah beliaupun menyuruh khodijah untuk menyelimuti badan
sehingga badan beliau kembali normal seperti semula.9

Rosulullah pun bertanya kepada khodijah “ apa yang terjadi kepadaku?
Sungguh aku khawatir akan keadaan ku sendiri”. Kemudian dengan sangat
kasih sayang khodijah menenangkan beliau sehingga beliau benar-benar
tenang dan yakin bahwa yang terjadi didalam goa semalam merupakan
anugrah yang sangat besar dari tuhan. Untuk meyakinkan beliau, khodijah
kemudian membawanya kepada anak paman daripada khodijah yang
bernama Waroqoh bin Naufal bin Asad bin Abdul uzza yang merupakan
seorang Nasrani di masa jahiliyah. Khodijah bertanya kepada Waroqoh “
wahai putra pamanku, dengarkanlah kisah dari suami saudara
perempuanmu”. Kemudian rosulullah pun menceritakan apa yang telah terjadi
pada dirinya.

Waroqoh merupakan ahli kitab beragama nasrani di masa jahiliyah , dan
beliau juga penulis kitab injil dalam bahasa ibrani. Waroqoh tahu betul
bahwasannya apa yang terjadi terhadap Muhammad merupakan kejadian

6 Basyaruddin Yesi, Biografi Rosulullah, hal. 173
7 Basyaruddin Yesi, Biografi Rosulullah, hal. 172
8 Basyaruddin Yesi, Biografi Rosulullah, hal. 173
9 Firdaus Iman, Muhammad SAW My Beloved Prophet, (Jakarta: Qisthi press,
2008), hal. 134

Sirah Nabawiyyah | 21

yang sama persis dialami oleh nabi Musa A.S. KemudianWaroqoh berkata
kepada rosul “ wahai Muhammad, sungguh apa yang terjadi kepadamu adalah
namus yang diturunkan Allah kepada Musa, dan tidak ada seorang yang
menerima itu melainkan akan diusir oleh kaumnya”. Rosul pun semakin
penasaran dengan apa yang terjadi pada dirinya “betulkah aku akan diusir
wahai anak paman istriku?”. Kemudian Waroqoh pun menjawab “benar, tidak
ada seorang pun yang membawa apa yang seperti engkau bawa melainkan
akan diusir oleh ummatnya, andaikan aku masih hidup pasti aku akan
menyaksikan itu dan aku akan membantumu dengan sepenuh tenagaku”.

Kemudian Waroqoh pun meninggal dunia disaat berjalan turunnya wahyu.10

1. Peran Khodijah Mensikapi Psikis Nabi
Pada bulan Ramadan, usia Nabi ketika itu 40 tahun, saat sedang

berkontemplasi atau “khalwat” di Gua Hira untuk berzikir dan beribadah
kepada Allah Swt. Tiba-tiba malaikat Jibril mendatangi beliau dengan
menurunkan risalah kenabian dan wahyu.

Sebagaimana diriwayatkan oleh ibunda ‘Aisyah ra, yang berkata :
“Awal permulaan wahyu yang datang kepada Nabi berupa mimpi yang
hakiki dalam tidurnya. Beliau tidak melihat dalam mimpinya melainkan
sesuatu yang datang menyerupai fajar subuh, kemudian beliau
mengasingkan diri ke Gua Hira dan beribadah di sana pada malam hari
sebelum pulang ke keluarga dan mengambil bekal seperti biasanya, hingga
datang kebenaran ketika sedang berada di Gua Hira, Malaikat mendatangi
beliau seraya berkata, “Bacalah!”. Rasulullah berkata, “Aku tidak bisa
membaca.”

Dia malaikat Jibril memegangiku dan merangkulku hingga aku merasa
sesak. Kemudian Jibril melepaskanku seraya berkata lagi, “Bacalah!”

Aku menjawab, “Aku tidak bisa membaca”. Dia memegangiku dan
merangkulku hingga ketiga kalinya, hingga aku merasa sesak. Dia kemudian
melepaskanku, lalu berkata,

,‫َِبلحَقلََم‬ ‫َعله َم‬ ‫اله َذي‬ ,ُ‫احْلَ حكَرم‬ ‫َوَرُبّ َك‬ ‫اقحَرأح‬ ,‫َعلَق‬ ‫َم حن‬ ‫احَْلنح َسا َن‬ ‫َخلَ َق‬ ,‫اله َذي َخلَ َق‬ ‫اَِحبَْلحنسحَمَساَربََن ََمكا‬ ‫اَعقحلهَرأحَم‬
‫ََلح يَ حعلَحم‬
Artinya:”Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang
Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan, Tuhanmulah Yang Mahamulia, Yang Mengajar (manusia)
dengan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya. (QS. Al-Alaq:1-5).11

10 Firdaus Iman, Muhammad SAW My Beloved Prophet, hal. 135
11 Shafiyyurrahman Al–Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, hal. 57
22 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

Rasulullah Saw mengulang bacaan ini dengan hati yang bergetar, lalu
pulang menemui Khadijah binti Khuwailid, istri beliau, seraya bersabda,
“Selimutilah Aku, Selimutilah Aku!” maka beliau diselimuti hingga badan
beliau tidak lagi menggigil seperti terkena demam.

Ketika Rasulullah khawatir dengan keadaan dirinya pada saat itu,
Khadijah berkata, “Tidak, Demi Allah, Allah sama sekali tidak akan
menghinakan dirimu, karena engkau suka menyambung tali persaudaraan,
ikut membawakan beban orang lain, memberi makan orang miskin,
menjamu tamu, dan menolong orang yang menegakkan kebenaran.”

Lalu Khadijah membawa Nabi kepada anak pamannya yang bernama
Waraqah bin Naufal. Waraqah adalah seorang Nasrani pada zaman
jahiliyah.

Khadijah berkata kepada Waraqah, “ Wahai sepupuku, dengarkanlah
kisah dari saudaramu ( Rasulullah ).” Waraqah bertanya kepada beliau,
“Apa yang pernah engkau lihat wahai saudaraku?”

Rasulullah mengabarkan apa yang beliau lihatnya, lalu Waraqah
berkata, “ itu adalah Namus yang diturunkan Allah kepada Musa. Andaikan
saja aku muda pada masa itu. Andaikan saja aku masih hidup tatkala
kaummu mengusirmu.”

“Benarkah mereka akan mengusirku?” tanya Rasulullah saw.
Waraqah menjawab: “benar. Tak seorang pun pernah membawa
seperti apa yang engkau bawa, melainkan akan dimusuhi. Andai aku hidup
pada masamu tentu aku akan membantumu dengan sungguh-sungguh.”
Waraqah meninggal pada saat turunnya wahyu, kemudian terputuslah
wahyu.
Setelah pulang ke rumah, Khadijah sangat ingin meyakinkan tentang
kebenaran Muhammad Saw, agar keimanannya didasarkan pada ilmu dan
keyakinan. Ia pun menguji dengan langkah-langkah berikut. Ia berkata pada
Rasulullah,
”wahai putra pamanku,bisakah engkau menceritakan tentang temanmu
yang datang membawa wahyu itu?”
Rasulullah memnjawab, “Ya.”
Khadijah melanjutkan,”jika ia datang,katakan padaku.”
Ketika Jibril datang seperti biasa, Rasulullah berkata pada Khadijah,
“Khadijah, Jibril datang kepadaku.” “Bangkitlah, putra pamanku,
duduklah di pahaku sebelah kiri!” ujar Khadijah kepada Nabi Saw. Beliau
bangkit lalu duduk di paha Khadijah sebelah kiri. Kemudian Khadijah
bertanya kepada beliau, “Apakah engkau melihat malaikat itu?”
Beliau menjawab “Ya.”
Khadijah kembali berkata, “Bangkitlah, dan duduk di pahaku sebelah
kanan.”
Rasulullah mengubah posisinya dan duduk di paha kanan Khadijah. Lalu
Khadijah bertanya, “Apakah engkau masih melihatnya?”

Sirah Nabawiyyah | 23

Beliau menjawab “Ya.”
“Bangkit dan duduklah di pangkuanku,” ujar Khadijah kembali.
Beliaupun duduk di pangkuannya, lalu Khadijah bertanya, “Apakah
engkau masih melihatnya?”
“Ya,” jawab Rasulullah.
Setelah itu Khadijah membuka jilbabnya, sementara Rasulullah masih
dalam pangkuannya, Khadijah bertanya “Apakah engkau masih
melihatnya?”
“Tidak,” jawab Rasulullah.
Khadijah berkata, “Wahai putra pamanku,tetaplah teguh, Demi Allah, dia
adalah malaikat dan bukan setan.”12

Dengan demikian, Khadijah adalah orang yang pertama mendapatkan
cahaya kenabian Muhammad. Ia juga yang pertama beriman kepada
Rasulullah dan kepada wahyu yang di bawanya. Di samping dia, Waraqah
adalah orang yang mendapatkan kehormatan sebagai orang yang pertama
membenarkan kenabian Muhammad, jika bukan karena ia terlebih dahulu
meninggal, sehingga belum sempat menyaksikan matahari Muhammad
terbit hingga sepenggal kepala.

C. Petunjuk Pelaksanaan Tugas Kerasulan
Nabi Muhammad Saw mendapat banyak berbagai macam perintah dalam

firm,a‫ُر‬nَ‫حكث‬Aَ‫ت‬l‫حس‬laَ‫ت‬h‫حن‬:ُ‫ َوَل َتحن‬,‫ َوالُّر حجَز فَا حه ُجحر‬,‫ َوثَيَابَ َك فَطََهحر‬,‫ َوَربه َك فَ َكَحب‬,‫ قُحم فَأَنح َذحر‬,‫َََويلََربَأَُيََّكهافَاالح حُصمَهدحبثَُر‬

Artinya:”Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu
berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu
bersihkanlah, Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, Dan janganlah kamu
memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebihbanyak. Dan
untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (QS. Al-Mudatsir: 1-7)

Sepintas ini merupakan perintah-perintah yang sederhana dan remeh,
Namun pada hakikatnya mempunyai tujuan yang jauh, berpengaruh sangat
kuat dan nyata, yang dapat dirinci sebagai berikut:

1. Tujuan pemberian peringatan, agar siapapun yang menyalahi keridhaan
Allah di dunia ini diberi peringatan tentang akibatnya yang pedih di
kemudian hari, dan yang pasti akan mendatangkan kegelisahan dan
ketakutan di dalam hatinya.

2. Tujuan mengagungkan Rabb, agar siapapun yang menyombongkan diri
di dunia tidak dibiarkan begitu saja melainkan kekuatannya akan

12 Abu Bakar Jabir, Muhammad My Beloved Prophet, terj: Iman Firdaus, (
Jakarta: Qisthi Press, 2008 ), hal. 100

24 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

dipunahkan dan keadaanya dibalik total, sehingga tidak ada kebesaran
yang tersisa di dunia melainkan kebesaran Allah.
3. Tujuan membersihkan pakaian dan meninggalkan perbuatan dosa, agar
kebersihan lahir dan batin benar-benar tercapai, begitupula dalam
membersihkan jiwa dari segala noda dan kotoran bisa mencapai titik
kesempurnaan, agar jiwa manusia berada di bawah lindungan rahmat
Allah, penjagaan, pemeliharaan, hidayah, dan cahaya-Nya, sehingga ia
menjadi sosok paling ideal di tengah masyarakat manusia, mengundang
pesona semua hati dan kekaguman.
4. Tujuan larangan mengharap yang lebih banyak dari apa yang diberikan,
agar seseorang tidak menganggap perbuatan dan usahanya sesuatu yang
besar lagi hebat, agar dia senantiasa selalu berbuat, lebih banyak
berusaha dan berkorban, lalu melupakannya. Bahkan dengan
perasaannya di hadapan Allah, dan tidak merasa lelah berbuat dan
berkorban.
5. Dalam ayat yang terakhir terdapat isyarat tentang gangguan, siksaan,
ejekan, dan olok-olok yang bakal dilancarkan orang-orang yang
menentang, bahkan mereka berusaha membunuh beliau dan membunuh
para sahabat serta menekan setiap orang yang beriman di sekitar
beliau.13
Semua ayat ini menuntut tauhid yang jelas dari manusia, penyerahan
urusan kepada Allah, meninggalkan kesenengan diri sendiri dan keridhaan
manusia, untuk dipasrahkan kepada Allah, yang meliputi:
1. Tauhid
2. Iman kepada Hari Akhirat
3. Membersihkan jiwa, denga menjauhi kemungkaran dan kekejian.
4. Menyerahkan semua urusan kepada Allah
5. Dilakukan setelah beriman kepada risalah Muhammad, dengan
bimbingan beliau yang lurus.14

13 Shafiyyurrahman Al–Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, hal. 66
14 Shafiyyurrahman Al–Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, hal. 66

Sirah Nabawiyyah | 25

BAB IV
Dakwah Secara Tertutup,

Wahyu Pertama Dan AS-
Sabiqunal Awwalun

Oleh: M. fahmi dan M. Nabil Haikal Hamdi

26 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

A. Di Bawah Naungan Kenabian Dan Kerasulan
1. Kebiasaan Rasulullah SAW Pergi Ke Gua Hira
Sesuatu hal yang rasulullah saw sukai ialah mengasingkan diri.
Tatkala rasulullah saw berusia hampir 40 tahun, dengan perbekalan
membawa roti gandum dan air beliau suka merenungkan diri pergi ke gua
hira terletak di jabal nur dan jaraknya 2 mil dari kota makkah. Selama bulan
ramadhan beliau tinggal di gua itu dan tak pernah lupa memberikan
makanan kepada fakir miskin yang setiap saat juga datang kesana. Di gua
hira beliau menghabiskan waktunya untuk beribadah, memikirkan
kekuasaan penciptaan alam sekitarnya dan keagungan serta kekuatan tak
terkalahkan dibalik alam ini. Beliau tidak suka bahkan terpikirkan, serasa
tidak tenang atas perbuatan-perbuatan kaumnya oleh kemusyrikan yang
diyakini. Akan tetapi beliau tidak memiliki jalan keluar yang jelas untuk
meluruskan kaumnya menghantarkan dijalan keridhaan yang disetujui.
Pilihan mengasingkan diri ('uzlah) yang diambil Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam ini merupakan bagian dari tadbir (aturan) Allah
terhadapnya. Juga, agar terputusnya hubungannya dengan kesibukan-
kesibukan di muka bumi, serta sebagai langkah persiapan untuk menerima
urusan besar yang sedang ditunggunya.
Begitulah Allah mengatur dan mempersiapkan kehidupan rasulullah
saw untuk mengemban amanat yang besar, merubah wajah dunia dan
meluruskan garis sejarah. Allah telah mengatur pengasingan ini selama tiga
tahun bagi rasulullah saw sebelum membebaninya dengan risalah. Beliau
pergi untuk mengasingkan diri ini selama jangka waktu sebulan dengan
disertai ruh yang suci sambil mengamati kegaiban yang tersembunyi
dibalik alam nyata, hingga tiba saatnya untuk berhubungan denga kegaiban
itu tatkala Allah sudah memperkenankannya.1

2. Wahyu Pertama
Pada usia 40 tahun, beliau diangkat menjadi rasul dan mulai tampak

tanda-tanda nubuwwah (kenabian) yang timbul dari diri kehidupan beliau.
Di antara tanda-tandanya ialah adanya sebuah batu di makkah yang
mengucapkan salam kepada beliau, beliau juga bermimpi sangat jelas,
sejelas fajar subuh yang terbit. Tanda ini berlangsung selama dua pulu tiga
tahun dan juga merupakan bagian dari empat puluh enam tanda kenabian.
Memasuki tahun ketiga saat mengasingkan dirinya di gua hira tepatnya di
bulan ramadhan, Allah swt berkehendak untuk melimpahkan rahmat-nya
kepada penghuni bumi, memuliakan beliau dengan nubuwwah dan
menurunkan jibril kepada beliau sambil membawa ayat-ayat al-qur’an.

1 Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, (Jakarta Timur: Pustaka
Al-Kautsar, 2004), hal. 90

Sirah Nabawiyyah | 27

Dari beberapa penelitian dan penguat bukti serta dalil-dalil dapat
ditentukan bahwa terjadinya perisiwa tersebut secara tepat yaitu pada hari
senin, tanggal 21 ramadhan, di malam hari, bertepatan tanggal 10 Agustus
tahun 610 M. Tepatnya, beliau saat itu sudah berusia 40 tahun, 6 bulan, 12
hari menurut kalendar Hijriah dan sekitar usia 39 tahun, 3 bulan,
berdasarkan kalender masehi.

Suatu peristiwa yang merupakan titik permulaan kenabian beliau
terdapat dipenuturan aisyah ashiddiqah(istri rasulullah saw).

Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Saidatina ‘Aishah
RadiyaLlahu ‘Anha, sebagai berikut:2

Dari Aisyah Ummil Mu’minin RadiyaLlahu ‘anha dikhabarkan bahawa
ia telah berkata; “permulaan wahyu yang pertama dialami oleh rasulullah
saw adalah berupa ar-ru’ya asholihah (mimpi yang benar) dalam tidur.
Biasanya mimpi itu terlihat jelas oleh beliau, seperti jelasnya cuaca pagi.
Semenjak itu hati beliau tertarik hendak mengasingkan diri ke gua hira”.
dimana beliau beribadah didalamnya selama beberapa malam, tidak pulang
ke rumahnya. Untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya. Setelah
perbekalan itu habis, beliau kembali kepada khadijah binti khuwailid(isteri
rasulullah saw yang pertama) untuk mengambil perbekalan secukupnya.
Kemudian beliau kembali ke Gua Hira, hingga datang kepadanya Al Haq
(kebenaran atau wahyu), yaitu sewaktu beliau saw berada di Gua Hira itu.
Seorang malaikat datang menghampiri sembari berkata, ‘bacalah!’(beliau
berkata) lalu aku menjawab, ‘aku tidak bisa membaca!’ Beliau bertutur lagi,
‘kemudian dia memegang dan merengkuhku hingga aku kehabisan tenaga,
lalu setelah itu melepaskanku sembari berkata, ‘Bacalah!’ aku kemudian
tetap menjawab, ‘Aku tidak bisa membaca!’ Lalu untuk kedua kalinya, dia
memegang dan merengkuhku hingga aku kehabisan tenaga kemudian
melepaskanku seraya berkata lagi, ‘Bacalah’ Aku tetap menjawab, ‘Aku tidak
bisa membaca!’ kemudian dia meakukan hal yang sama untuk ketiga

k‫لهَم‬aَ‫ع‬lin,‫َم‬yَ‫ل‬a‫لحَق‬,‫َب‬sِ e‫َم‬m‫َعله‬b‫ي‬ar‫َذ‬i‫له‬b‫ ا‬e,ُ‫م‬r‫َر‬k‫حك‬aَ‫ل‬tْ‫ح‬a‫ ا‬,‫ اقحَرأح َوَرُبّ َك‬,‫ َخلَ َق احَْلنح َسا َن َم حن عَلَق‬,‫ااحقْحَلَرأنحح َِسَبا حَنسَمَماَربَََلحَكيَ حعالَلهحمَذي َخلَ َق‬

Setelah itu rasulullah saw pulang dengan merekam bacaan tersebut
dalam kondisi gemetar, lantas menemui isterinya, Khadijah binti Khuwailid,
sembari berucap, ‘selimuti aku! Selimuti aku!’ Belia pun diselimuti hingga
rasa takutnya hilang. Beliau bertanya kepada Khadijah, ‘Ada apa denganku
ini?’ Lantas beliau menuturkan semua kisahnya yang baru terjadi
dialaminya dan berkata, ‘Aku amat khawatir dengan diriku!’ Khadijah

2 Said Ramadhan Al-Buthy, Fikih Sirah, Terj. Fuad Syaifudin Nur, (Jakarta
Selatan: PT. Mizan Publika, 2010), Cet. I, hal. 77

28 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

berkata, ‘jangan takut! Demi Allah! Tuhan sekali-kali tidak akan
membinasakan anda (nabi muhammad saw). Sungguh engkau adalah
penyambung tali rahim, pemikul beban orang lain yang mendapatkan
kesusahan, pemberi orang yang papa, penjamu tamu serta penolong setiap
upaya menegakkan kebenaran". Kemudian Khadijah berangkat bersama
beliau untuk menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin 'Abdul 'Uzza, anak
paman Khadijah (sepupunya). Dia (anak pamannya tersebut) adalah
seorang yang menganut agama Nashrani pada masa Jahiliyyah, dia bisa
menulis dengan tulisan 'Ibrani dan sempat menulis dari injil beberapa
tulisan yang mampu ia tulis sebanyak apa yang dikehendaki oleh Allah
dengan tulisan 'Ibrani. Dia juga, seorang yang sudah tua renta dan buta;
ketika itu Khadijah berkata kepadanya: "wahai anak pamanku!
Dengarkanlah (cerita) dari anak saudaramu!". Waraqah berkata: "wahai
anak laki-laki saudara (laki-laki)-ku! Apa yang engkau lihat?". Lalu
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam membeberkan pengalaman yang
sudah dilihatnya. Waraqah berkata kepadanya: "sesungguhnya inilah
sebagaimana ajaran yang diturunkan kepada Nabi Musa! Andai saja aku
masih bugar dan muda ketika itu nanti! Andai saja aku masih hidup ketika
engkau diusir oleh kaummu!". Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
berkata kepadanya: "benarkah mereka akan mengusirku?". Dia menjawab:
"ya! Tidak seorangpun yang membawa seperti yang engkau bawa
melainkan akan dimusuhi, dan jika aku masih hidup pada saat itu niscaya
aku akan membantumu dengan sekuat tenaga". Kemudian tak berapa lama
dari itu Waraqah meninggal dunia dan wahyu pun terputus (mengalami
masa vakum).

Para ulama mempunyai banyak pendapat dalam masalah ayat apa
yang pertama kali diturunkan dan apa yang terakhir.3
a) Pendapat yang paling sahih mengenai yang pertama kali turun ialah

firman Allah, surat al-alaq: 1-5. Dasar pendapat ini adalah hadist yang
diriwayatkan Imam Al-Bukhari dan Muslim dan lainnya dari Aisyah ra.
b) Dikatakan pula, bahwa yang pertama kali turun adalah ayat, “Ya
ayyuhal muddatsir” (Hai orang yang berselimut). Ini didasarkan pada
hadist yang juga HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Salamah bin
Abdirrahman.
c) Pendapat lain mengatakan, bahwa yang pertama kali turun adalah
surat Al-Fatihah. Mungkin yang dimaksudkan adalah surat yang
pertama kali turun secara lengkap
d) Ada juga yang berpendapat, bahwa yang pertama kali turun adalah
Bismillahirrahmanirrahim, karena basmalah ikut turun mendahului

3 Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Ilmu Studi Al-Qur’an, Ter: H. Aunur Rafiq El-
Mazni, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2013), Cet. VIII, hal. 78

Sirah Nabawiyyah | 29

setiap surat. Pendapat pertama yang didukung oleh hadits Aisyah itulah
pendapat yang kuat dan masyhur.

3. MASA VAKUM TURUNNYA WAHYU
Mengenai hal ini, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad dari Ibnu

Abbas yang intinya menyatakan bahwa jangka waktu itu berlangsung
selama beberapa hari pendapat inilah yang rajih/kuat bahkan setelah
melalui penelitian dari segala aspeknya secara terfokus harus menjadi
acuan. Adapun riwayat yang berkembang bahwa hal itu berlangsung
selama tiga tahun atau dua tahun setengah tidaklah shahih sama sekali,
namun disini bukan pada tempatnya untuk membantah hal itu secara
detail.

Pada masa stagnan tersebut, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
dirundung kesedihan yang mendalam yang diselimuti oleh rasa
kebingungan dan panik.

Dalam kitab "at-Ta'bir" , Imam Bukhari meriwayatkan naskah sebagai
berikut:

"menurut berita yang sampai kepada kami, wahyupun mengalami
vakum hingga membuat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam sedih dan berkali-
kali berlarian agar dia dapat terjerembab ke ujung jurang-jurang gunung,
namun setiap beliau mencapai puncak gunung untuk mencampakkan
dirinya, malaikat Jibril menampakkan wujudnya sembari berkata: "wahai
Muhammad! Sesungguhnya engkau sebenar-benar utusan Allah!". Spirit ini
dapat menenangkan dan memantapkan kembali jiwa beliau. Lalu pulanglah
beliau ke rumah, namun manakala masa vakum itu masih terus berlanjut
beliaupun mengulangi tindakan sebagaimana sebelumnya dan ketika dia
mencapai puncak gunung, malaikat Jibril menampakkan wujudnya dan
berkata kepadanya seperti sebelumnya (memberi spirit kepada beliau)."

Ibnu Hajar berkata, “Adanya masa vakum itu bertujuan untuk
menghilangkan ketakutan yang dialami oleh Rasulullah SAW dan
membuatnya penasaran untuk mengalaminya lagi”.4

B. Periode Dan Tahapan Dakwah
Setelah Rasulullah saw dimuliakan oleh Allah dengan nubuwwah dan

risalah, kehidupan beliau dapat dibagi menjadi dua fase yang masing-masing
fase memiliki keistimewaan tersendiri secara total, yaitu:5
1. Fase Makkah: berlangsung selama 13 tahun
2. Fase madinah: berlangsung selama 10 tahun penuh

4 Syafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Muhammad Dari kelahiran Hingga Detik-
detik Terakhir, terj. Hanif Yahya, (Jakarta: Darul Haq, 2005), hal. 86

5 Syafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Muhammad Dari kelahiran Hingga Detik-
detik Terakhir, terj. Hanif Yahya, hal. 80

30 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

Masing-masing fase mengalami beberapa tahapan sedangkan masing-
masing tahapan memiliki karakteristik tersendiri yang menonjolkannya dari
yang lainnya. Hal itu akan tampak jelas setelah kita melakukan penelitian
secara seksama terhadap kondisi-kondisi yang dilalui oleh dakwah dalam
kedua fase tersebut.

Fase makkah dapat dibagi menjadi tiga tahapan:
1. Tahapan dakwah sirriyah (dakwah secara sembunyi-sembunyi)

berlangsung selama tiga tahun.
2. Tahapan dakwah jahriyyah (dakwah secara terang-terangan) kepada

penduduk makkah dari permulaan tahun keempat kenabian hingga
Rasulullah saw hijrah ke madinah.
3. Tahapan dakwah di luar makkah dan penyebarannya dikalangan
penduduknya dari penghujung tahun kesepuluh kenabian yang juga
mencakup fase madinah dan berlangsung hingga akhir hayat Rasulullah
saw.

C. Tahapan Dakwah Sirriyyah
1. Kawanan Pertama
Sudah merupakan sesuatu yang lumrah bila yang pertama-tama
dilakukan oleh Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam adalah menawarkan
Islam kepada orang-orang yang dekat hubungannya dengan beliau dan
keluarga besar serta shahabat-shahabat karib beliau. Mereka semua
didakwahi oleh beliau untuk memeluk Islam. Beliau juga tak lupa
mendakwahi orang yang sudah saling mengenal dengan beliau dan
memiliki sifat baik dan suka berbuat baik. Mereka yang beliau kenal sebagai
orang-orang yang mencintai Allah al-Haq dan kebaikan atau mereka yang
mengenal beliau Shallallâhu 'alaihi wasallam sebagai sosok yang selalu
menjunjung tinggi nilai kejujuran dan keshalihan. Hasilnya, banyak
diantara mereka yang tidak sedikitpun digerayangi oleh keraguan terhadap
keagungan, kebesaran jiwa Rasulullah serta kebenaran berita yang
dibawanya merespons dengan baik dakwah beliau. Mereka ini dalam
sejarah Islam dikenal sebagai As-Saabiquun al-Awwalluun (orang-orang
yang paling dahulu dan pertama masuk Islam).
Barisan depan mereka terdaftar isteri Nabi Shallallâhu 'alaihi
wasallam, Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid, Pembantu beliau,
Zaid bin Haritsah bin Syarahil al-Kalbi, keponakan beliau Ali bin Abi Thalib
yang ketika itu masih anak-anak dan hidup dibawah tanggungan beliau
serta shahabat paling dekat beliau, Abu Bakr ash-Shiddiq. Mereka semua
memeluk Islam pada permulaan dakwah.
Kemudian, Abu Bakar bergiat dalam mendakwahi Islam. Dia adalah
sosok laki-laki yang lembut, disenangi, fleksibel dan berbudi baik. Para
tokoh kaumnya selalu mengunjunginya dan sudah tidak asing dengan
kepribadiannya karena keintelekan, kesuksesan dalam berbisnis dan

Sirah Nabawiyyah | 31

pergaulannya yang luwes. Dia terus berdakwah kepada orang-orang dari
kaumnya yang dia percayai dan selalu berinteraksi dan bermajlis
dengannya. Berkat hal itu, maka masuk Islam lah 'Utsman bin 'Affana al-
Umawi, az-Zubair bin al-'Awam al-Asadi, 'Abdurrahman bin 'Auf, Sa'd bin
Abi Waqqash az-Zuhriyan dan Thalhah bin 'Ubaidillah at-Timi. Kedelapan
orang inilah yang terlebih dahulu masuk Islam dan merupakan kawanan
pertama dan palang pintu Islam.

Diantara orang-orang pertama lainnya yang masuk Islam adalah Bilal
bin Rabah al Habasyi, kemudian diikuti oleh Amin (Kepercayaan) umat ini,
Abu 'Ubaidah; 'Amir bin al-Jarrah yang berasal dari suku Bani al-Harits bin
Fihr, Abu Salamah bin 'Abdul Asad, al- Arqam bin Abil Arqam (keduanya
berasal dari suku Makhzum), 'Utsman bin Mazh'un dan kedua saudaranya;
Qudamah dan 'Abdullah, Ubaidah bin al-Harits bin al- Muththalib bin 'Abdu
Manaf, Sa'id bin Zaid al-'Adawy dan isterinya; Fathimah binti al-Khaththab
al-'Adawiyyah - saudara perempuan dari 'Umar bin al-Khaththab -,
Khabbab bin al-Arts, 'Abdullah bin Mas'ud al-Hazaly serta banyak lagi selain
mereka. Mereka itulah yang dinamakan as-Saabiquunal Awwaluun. Mereka
terdiri dari semua suku Quraisy yang ada bahkan Ibnu Hisyam
menjumlahkannya lebih dari 40 orang. Namun, dalam penyebutan sebagian
dari nama-nama tersebut masih perlu diberikan catatan dan diteliti lagi.

Ibnu Ishaq berkata: "Setelah itu banyak orang yang masuk Islam baik
laki-laki maupun wanita, sampai akhirnya tersiarlah dan menyebar "Islam"
di seluruh Makkah dan mulai banyak menjadi bahan perbincangan orang.

Mereka semua masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Rasulullah
Shallallâhu 'alaihi wasallam menemui mereka dengan memberikan
pengarahan agama dan mengajarkannya agama secara sembunyi-
sembunyi. Wahyu diturunkan sedikit demi sedikit lalu behenti setelah
turunnya permulaan surat al-Muddatstsir. Ayat-ayat dan penggalan-
penggalan surat yang turun pada masa itu merupakan ayat-ayat pendek,
memiliki makna-makna yang indah dan valid, senandung yang
menyejukkan dan memikat seiring dengan suasana suhu domestik yang
begitu lembut dan halus. Ayat-ayat tersebut membicarakan solusi
memperbaiki pensucian jiwa ( tazkiyatun nufuus), celaan mengotorinya
dengan gemerlap duniawi berisi ciri-ciri surga dan neraka yang seakan-
akan terlihat oleh mata kepala sendiri. Juga, menggiring kaum Mukminin ke
dalam suasana yang lain dari kondisi komunitas sosial kala itu.

2. Perintah Sholat
Di antara wahyu yang pertama-tama turun adalah perintah sholat.

Muqatil bin Sulaiman berkata, “Allah mewajibkan shalat dua rakaat pada
pagi hari dan dua rakaat pada petang hari pada masa awal islam, yang
didasarkan pada firman Allah surat Al-Mukmin: 55

32 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

‫َو َسبَ حح َِبَ حم َد َربَ َك َِبلحعَ َش َي َواحَْلبح َكا َر‬...

Artinya:“...Dan bertasbihlah seeraya memuji Rabbmu pada waktu
pagi dan petang.” (QS. Al-Mukmin: 55)

Ibnu Hajar mengatakan: “sebelum terjadinya Isra', Nabi Shallallâhu
'alaihi wasallam secara qath'i pernah melakukan shalat, demikian pula
dengan para shahabat. Akan tetapi terdapat perbedaan pendapat, apakah
ada shalat lain yang telah diwajibkan sebelum (diwajibkannya) shalat lima
waktu ataukah tidak?. Ada yang berpendapat mengatakan bahwa yang
telah diwajibkan pada masa itu adalah shalat sebelum terbit dan
terbenamnya matahari".

Al-Harits bin Usamah meriwayatkan dari jalur Ibnu Luhai'ah secara
maushul (disambungkan setelah sanad-sanadnya mu'allaq [terputus di
bagian tertentu]) dari Zaid bin Haritsah bahwasanya pada awal datangnya
wahyu, Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam didatangi oleh malaikat
Jibril; dia mengajarkan beliau tata cara berwudhu. Maka tatkala selesai
melakukannya, beliau mengambil seciduk air lantas memercikkannya ke
faraj beliau. Ibnu Majah juga telah meriwayatkan hadits yang semakna
dengan itu, demikian pula riwayat semisalnya dari al-Bara' bin 'Azib dan
Ibnu 'Abbas serta hadits Ibnu 'Abbas sendiri. Hal tersebut merupakan
kewajiban pertama.

Ibnu Hisyam menyebutkan bahwa bila waktu shalat telah masuk, Nabi
Shallallâhu 'alaihi wasallam dan para shahabat pergi ke perbukitan dan
menjalankan shalat disana secara sembunyi-sembunyi jauh dari kaum
mereka. Abu Thalib pernah sekali waktu melihat Nabi Shallallâhu 'alaihi
wasallam dan 'Ali melakukan shalat, lantas menegur keduanya namun
manakala dia mengetahui bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang serius,
dia memerintahkan keduanya untuk berketetapan hati (tsabat).

3. Kaum Quraisy mendengar dakwah secara global
Meskipun dakwah pada tahapan ini dilakukan secara sembunyi-

sembunyi dan bersifat individu, namun perihal beritanya sampai juga ke
telinga kaum Quraisy. Hanya saja, mereka belum mempermasalahkannya
karena Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam tidak pernah menyinggung
agama mereka ataupun tuhan-tuhan mereka.

Tiga tahun pun berlalu sementara dakwah masih berjalan secara
sembunyi-sembunyi dan individu. Dalam tempo waktu itu, terbentuklah
suatu jamaah Mukminin yang dibangun atas pondasi ukhuwwah
(persaudaraan) dan ta'awun (solidaritas) serta penyampaian risalah dan
proses reposisinya. Kemudian turunlah wahyu yang membebankan
Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam agar menyampaikan dakwah kepada
kaumnya secara terang-terangan dan menentang kebatilan mereka serta
menyerang berhala-berhala mereka.

Sirah Nabawiyyah | 33

BAB V
Dakwah Secara Terbuka Dan

Musuh-Musuh Awal Nabi

Oleh: M.Rizki Manarul Haq, M. Umar Sahid Abdullah

34 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

A. Dakwah Secara Terbuka
Dakwah secara terbuka adalah dakwah yang dilakukan nabi kepada

kaum Quraisy secara umum di Mekkah setelah ia melakukan dakwah secara
sembunyi-sembunyi selama 3 tahun. Dan dakwah terbuka ini berlangsung dari
permulaan tahun keempat kenabian hingga nabi hijrah ke Madinah.

Wahyu yang pertama kali turun tentang masalah ini ad‫َي‬aَ‫ب‬l‫َر‬a‫َقح‬h‫احْل‬fi‫َك‬rmَ‫يرَت‬a‫َش‬n‫َع‬A‫ر‬l‫ح‬l‫َذ‬a‫َنح‬h‫َوأ‬:

Artinya:“Dan Berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
dekat.” (QS. Asy Syu’ara: 214)

Permulaan surat Asy-Syu’ara ini menyebutkan tentang tahapan-tahapan
dakwah Musa, Nuh, ‘Ad, Tsamud, Ibrahim, Luth, dan Ashabul Aikah. Agar
Rasulullah SAW. mengetahui gambaran-gambaran yang bakal dihadapinya
ketika berdakwah yaitu berupa pendustaan dan tekanan selagi mereka
menanmpakan dakwahnya. Pada surat tersebut menitikberatkan tentang
kisah Fir’aun dan kaumnya, agar orang-orang yang mendustakan beliau
mengetahui hukuman-hukuman yang akan ditimpakan kepada mereka jika
mereka tetap mendustakan, dan juga agar orang-orang beriman mengetahui
kesudahan yang baik bagi mereka.1

B. Tahapan-tahapanDakwahSecara Terbuka
1. Menyeru Kepada Kerabat-Kerabat Dekat
Langkah awal yang dilakukan beliau adalah mengundang Bani
Hasyim. Mereka memenuhi undangan tersebut disertai dengan beberapa
orang dari Bani Al-Mutholibyang jumlahn keseluruhannya 45 orang. Akan
tetapi sebelum Rasulullah SAW. angkat bicara, Abu Lahab lebih dahulu
berbicara, “Mereka yang hadir disini adalah paman-pamanmu sendiri serta
anak-anaknya. Maka bicaralah jika ingin berbicara dan tidak perlu bersikap
kekanak-kanakan. Ketahuilah bahwa kaummu tidak memiliki cukup
kekuatan untuk melawan seluruh bangsa Arab. Akulah orang yang berhak
membimbingmu. Cukuplah bagimu suku-suku dari pihak ayahmu. Jika
engkau tetap melakukan sebagaiman yang engkau lakukan sekarang, maka
lebih mudah bagi mereka daripada seluruh bangsa Quraisy bersama bangsa
Arab memusuhimu. Aku tidak pernah melihat seseorang yang datang
kepada suku-suku dari bapaknya membawa sesuatu yang lebih jelek dari
apa yang engkau bawa ini.2
Kemudian beliau mengundang beliau untuk yang kedua kalinya dan
berbicara, ”Segala puji bagi Alllah dan aku memuji-Nya, meminta

1 Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahiq Al-Makhtum, Terj: Kathu Suhardi
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), hal. 75

2 Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahiq Al-Makhtum, Terj: Agus Suwandi
(Jakarta: Ulumul Qura, 2011), hal. 154

Sirah Nabawiyyah | 35

pertolongan, beriman serta bertawakal kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa
tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan tiada suku bagi-Nya”.
Kemudian beliau berkata lagi, “Sesungguhnya seorang pemimpin tidak
mungkin membohongi keluarganya sendiri. Demi Allah yang tiada tuhan
yang berhak disembah selain-Nya! Sesungguhnya aku adalah utusan Allah
yang datang kepada kalian secara khusus, dan kepada manusia secara
umum. Demi Allah, sungguh kalian akan mati sebagaiman kalian tidur dan
kalian akan dibangkitkan sebagaimana kalian bangun tidur. Sungguh kalian
akan dihisab terhadap apa yang kalian lakukan. Sesungguhnya yang ada
hanya surge yang abadi atau neraka yang abadi. Kemudian paman nabi
Abdul Muthalib berkomentar, “Alangkah senangnya kami membantumu,
menerima nasihatmu, dan sangat membenarkan kata-katamu. Mereka yang
merupakan suku-suku dari pihak bapakmu telah terkumpul. Sesungguhnya
aku hanyalah salah seorang dari mereka, namun aku adalah orang yang
paling cepat menanggapi apa yang kamu ingingkan. Teruskanlah apa yang
diperintahkan kepadamu. Demi Allah aku tetap akan melindungi dan
membelamu, tetapi diriku tidak memiliki cukup keberanian untuk
meninggalkan agama Abdul Muthalib. Kemudian Abu Lahab berkata, “Demi
Allah, ini lbenar-benar merupakan aib besar. Ayo cegahlah dia sebelum dia
menyeret orang lain. Kemudian Abu Thalib menjawab, “Demi Allah,
sungguh selama kita masih hidup, kita akan membelanya.3

2. Di Atas Bukit Shafa
Ketika Rasulullah SAW. merasa yakin terhadap janji Abu Thalib untuk

melindunginya dalam menyampaikan wahyu dari Allah, maka suatu hari
beliau bediri di atas bukit shafa seraya berteriak,”Wahai Shabiah!
(panggilan untuk orang-orang agar dikumpul pada waktu pagi).” Lalu
berkumpullah suku-suku Quraisy. Kemudian beliaumengajak mereka
tauhid, beriman kepada risalah yang dibawanya dan hari akhir.4

Al-Bukhari meriwayatkan kisah ini, dari Ibnu Abbas, dia
berkata,”Tatkala turun ayat, “Dan berilah peringatan kepada keluargamu
yang terdekat.” (Asy-Syu’ara: 214), maka Nabi SAW. naik ke bukit shafa, lalu
berseru, “Wahai Bani Fihr, Wahai Bany Ady …!” yang ditunjukkan kepada
seluruh suku Quraisy, hingga mereka berkumpul semua. Jika ada seseorang
yang berhalangan hadir, maka dia mengirim utusan untuk melihat apa yang
sedang terjadi. Abu Lahab beserta permuka Quraisy pun ikut datang.5

3 Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahiq Al-Makhtum, Terj: Agus Suwandi,
hal. 154-156

4 Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahiq Al-Makhtum, Terj: Agus Suwandi,
hal. 156

5 Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahiq Al-Makhtum, Terj: Kathu Suhardi,
hal. 76-77

36 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

Nabi SAW. berkata, “Apa pendapat kalian jika kukabarkan bahwa di
lembah ini ada pasukan kuda yang yang mengepung kalian, apakah kalian
mempercayainya?”

Mereka menjawab, “Ya kami percaya, kami tidak pernah mengetahui
dari dirimu kecuali kejujuran.”

Beliau berkata, “Sesungguhnya aku memberi peringatan kepada
kalian sebelum datangnya azab yang pedih.”

Abu Lahab pun mengangkat suara, “Celakalah engkau selama-
lamanya. Untuk inikah engkau mengumpulkan kami?”

Lalu turunlah ayat, “Celakalah kedua tangan Abu Lahab.” (Al-Lahab:
1)6

3. Menyampaikan Kebenaran Secara Terang-Terangan dan Menentang
Tindakan Orang-Orang Musyrik

Seruan nabi bergema di Mekkah hingga‫َي‬keَ‫َرك‬m‫ حش‬u‫ ُم‬d‫الح‬i‫َن‬anَ‫ ع‬t‫حض‬ur‫َر‬u‫ حع‬nَ‫َوأ‬la‫ُر‬h‫حؤَم‬aُ‫ت‬y‫َا‬a‫َِب‬t‫حع‬: ‫فَا حص َد‬

Artinya: “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan
segala apa ayng diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang-orang yang musyrik.” (QS. Al-Hijr: 94)

Maka Rasulullah SAW. Membeberkan kedudukan berhala yang
kedudukan dan hakikat berhala yang sama sekali tidak memiliki nila
dengan berbagai perumpamaan. Dan juga beliau menjelaskan bahwa
barang siapa yang menyembah berhala dan menjadikannya perantara
antara dirinya dengan Allah, merupakan sebuah kesesatan.

Tatkala orang-orang Quraisy mendengar hal tersebut, mereka bangkit
melawan revolusi yang tak terduga tersebut, karena mereka khawatir hal
tersebut akan merusak tradisi warisan mereka.7

4. Quraisy Mengirim Utusan kepada Abu Thalib
Beberapa pemuka Quraisy kemudian mendatangi Abu Thalib dan

berkata “Wahai Abu Thalib, sesungguhnya anak saudaramu telah mencaci
maki sesembahan kami, mencela agam kami, membodohkan harapan-
harapan kami dan menyesatkan nenek moyang kami. Cegahlah dia agar
tidak mengganggu kami, atau biarkanlah kami yang menanganinya sendiri.
Engkau juga menentangnya seperti kami, sehingga kita bisa mencegahnya.”

6 Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahiq Al-Makhtum, Terj: Agus Suwandi,
hal. 156-157

7 Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahiq Al-Makhtum, Terj: Kathu Suhardi,
hal. 78

Sirah Nabawiyyah | 37

Akan tetapi Abu Thalib menolak perkataan mereka dengan perkataan yang
halus, sehingga pemuka-pemuka Quraisy pulang dengan tangan hampa.8

5. Kesepakatan Bersama untuk Melarang Orang-Orang yang Menunaikan Haji
Mendengarkan Dakwah
Pada saat tersebut juga kegelisahan orang-orang Quraisy bertambah
karena semakin dekatnya musim haji. Mereka menyadari bahwa seluruh
utusan Jazirah Arab akan mendatangi mereka. Oleh karena mereka
besepakat untuk memberikan suatu laqab untuk disampaikan kepada
bangsa Arab tentang status Muhammad, agar dakwah beliau tidak
berpengaruh di hati mereka. Kemudian mereka sepakat untuk memberikan
laqab kepada Rasulullah SAW. sebagai seorang penyihir atas dasar usulan
Khalid bin Mughirah.9
Kemudian pada musim haji orang-orang Quraisy duduk di pinggir
jalan yang banyak dilalui orang, dan memberikan peringatan kepada orang-
orang tentang Rasulullah SAW. serta status beliau. Yang mempelopori hal
tersebut adalah Abu Lahab.10

C. Priode Sirah Nabi SAW yang Harus Diketahui
Pertama: ketika Rasulullah Saw. Mendakwahkan Islam secara terang-

terangan kepada suku Quraisy dan bangsa arab pada umumnya, beliau
mengejutkan mereka dengan sesuatu yang tidak pernah mereka perkirakan.
Ini jelas sekali tampak dari reaksi Abu Lahab kepada Muhammad Saw dan
kesepakatan para tokoh Quraisy untuk memusuhi dan melawannya.11

Kedua: bisa saja Allah Swt. Tidak memerintahkan Rosul-Nya untuk
menyampaikan peringatan kepada keluarga dan sanak kerabatnya ecara
khusus, karna telah tercakup dalam perintahnya, “Maka siarkanlah apa yang
diperintahkan kepadamu.” Kalimat itu bersifat umum semua orang termasuk
annggota keluarga dan sanak kerabat. Intinya dakwah itu mempunyai
tingkatan-tingkatan yang berupa tanggung jawab yang harus dipenuhi.12

Ketiga: Rasulullah mencela kaumnya karena menjadi budak dari
kebiasaan leluhur tanpa pernah memikirkan baik dan buruknya bagi mereka.
Beliau mengajak dan merubah cara pandang akal mereka untuk

8 Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahiq Al-Makhtum, Terj: Agus Suwandi,
hal. 159

9 Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahiq Al-Makhtum, Terj: Agus Suwandi,
hal. 161

10 Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahiq Al-Makhtum, Terj: Agus Suwandi,
hal. 162

11 Al-Buthy, The Great Episodes Of Muhammad SAW, (Bandung: Mizan Publika,
2015), hal. 117

12 Al-Buthy, The Great Episodes Of Muhammad SAW , hal. 119

38 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

memerdekakan akal dari belenggu taklid serta fanatisme pada tradisi yang
membabi buta.

Islam bukanlah tradisi dan tidak mengandung tradisi. Islam adalah
agama yang datang justru membebaskan akal dari cengkraman tradisi. Prinsip
Islam adalah garis serta ketentuan yang mengatur gerak zaman, bukan
sebaliknya. Sementara tradisi adalah kumpulan benalu yang tumbuh ditengah
kebun masyarat. Maka, tradisi adalah racun yang harus dibersihkan dari jalan
pemikiran yang sesat.13

13 Al-Buthy, The Great Episodes Of Muhammad SAW , hal. 120-122
Sirah Nabawiyyah | 39

BAB VI
Diplomasi Quraisy Dan
Pencarian Suaka Politik Ke

Habsyi

Oleh: M. Yahya Rahmatullah, M. Niamillah

40 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

A. Terjadinya Diplomasi Quraisy
Di riwayatkan oleh ibnu jarir dari ibnu abbas, bahwa `utbah dan syaibah

dua anak lekaki dari rabiah, Abu sufyan bin harban nadhr bin al haris bin
kaldah, abu al bukhturi, saudara lekaki bani al asad, aswad bin abdul muthalib
bin asad, zam`ah bin al aswad, umayyah bin khalaf dan lain-lain telah
berkumpul sesudah tenggelamnya matahari di sekeliling ka`bah, maka
beberapa orang dari mereka berkata kepada yang lain “utuslah seseorang
untuk memanggil muhammad, lalu bicaralah dengan dia dan berdebatlah
dengannya, sehingga kamu dapat mencari jalan penyelesaiannya dan alasan
untuk tidak menerima dakwahnya.”

Rasulullah segera datang menemui mereka telah membuat keputusan
atau pandangan baru untuk menerima agam islam. Beliau berharap mereka
mau beriman, Rasulullah saw telah sampai di majelis mereka dan duduk di
samping mereka. Mereka berkata, Hai Muhammad, sesungguhnya kami
mengundangmu kemari agar memperoleh alasan yang kuat mengenai dirimu.
Demi tuhan tidaklah kami mengetahui seorang lelaki dari kalangan bangsa
arab yang memasukan ke dalam kaumnya suatu paham sebagaimana yang
telah kamu masukan terhadap kaummu. Sesungguhnya kamu telah menghina
nenek moyang kita,menghina agama kita,menganggap bodoh akal kami.
Seandainya apa yang kamu lakukan dengan membawa berita ini semata-mata
untuk memperoleh harta, maka kami akan mengumpulkan harta kami dan
memberikan kepadamu sehingga kamu menjadi orang yang terkaya di antara
kami, bila kamu mencari kemulyaan dan kedudukan di antara kami maka kami
akan mengangkatmu sebagai seorang tokoh, jika apa yang kau lakukan itu
adalah karena pengaruh jin, maka kami akan mengorbankan uang kami guna
mencari obat untuk menyembuhkanmu hingga engkau sehat ataupun kami
bisa memperoleh alasan yang kuat mengenai dirimu.

Mendengar penjelasan mereka, Rasulullah saw bersabda, ”apa yang
kalian katakan tadi tidak terdapat pada diriku, aku datang bukanlah untuk
memperoleh harta kalian, tidak juga untuk kemuliaan, bukan juga untuk
menjadi raja, tetapi allah telah mengutusku sebagai pesuruhnya.

Setelah terjadi percakapan panjang suruan tokoh-tokoh quraisy (utbah
bin rabiah) meninggalkan rasulullah saw. Rasulullah saw sangat sedih, karena
keinginan beliau agar tokoh-tokoh quraisy memeluk islam tidak tercapai1.

Ketika utbah di tanya sama tokoh-tokoh quraisy yang lain, ia hanya
menjawab, aku tidak akan dapat menaklukan muhammad,jangankan di suruh
menaklukan, membantah saja aku tidak sanggup. Pada suatu hari, para tokoh-
tokoh musyrikin quraisy bermusyawarah yang dalam musyawarah itu
hadirlah utbah bin rabi`ah tempatnya di darun nadwah. Sesudah mereka
mengetaui utbah sudah putus asa, mereka kemudian berunding dan mereka

1 Maulana Muhammad Yusuf Al Kandhalawi, Hayatush Shahabah, (Bandung: PT.
Ramadhan, 2007), Terj. Dusturi Ahmad Dan KH. Yusuf Sa`Roni, hal. 81

Sirah Nabawiyyah | 41

memutuskan untuk mendatangi muhammad bin abdullah dengan maksud
mengejek, menghina dan menertawakan nabi saw 2.

Perseteruan anatara antara Quraisy dan rasulullah saw semakin
mendidih, rasulullah terus membacakan apa yang di turunkan kepadanya dari
al qur`an. Hal itu membuat jiwa-jiwa orang musyrikin dam tokoh-tokoh
Quraisy murka dan angkuh, mereka tidak mampu mencelakai beliau di
karenakan penjagaan dan pembelaan bani hasyim. 3

Tidak ada jalan bagi Quraisy kecuali menindas kaum muslimin yang
lemah agar menjadi ;pelajaran bagi yang lain. Semakin beragam bentuk
penyiksaan yang di berikan setiap kabilah kepada budak laki-laki dan
prempuan mereka, demi membuat mereka berpaling dari agamanya. Diantara
kaum muslimin ada yang mengatakan ucapan yang memuaskan hati orang-
orang Quraisy, di sebabkan kerasnya siksaan dan pedihnya azab, akan tetapi
hatinya masih tetap beriman, ada juga yang tetap sabar dan tegar lalu Allah
swt menjaga mereka, seperti bilal dari habsyah yang menjadai budak umayyah
bin khalaf kemudian di merdekakan oleh abu bakar.

Tidak ada yang selamat dari siksaan meskipun mereka berasal dari
orang-orang terpandang. Ustman bin affan di siksa, pamannya mengikatnya
dengan tali dan di pukuli dengan pukl menyakitkan, zubair bin awwam di
gulung dalam tikar kemudian di paksa untuk menghirup asap, abu jandal bin
suhail di pasung dengan besi dan di kurung. Abu bakar sendiri pun di lukai
kepalanya, membuat darah mengalir keluar hingga membuatnya jatuh
pingsan.

Bahkan Rasulullah saw tidak lepas dari penyiksaan ini, meskipun beliau
di jaga oleh allah swt dan dilindungi oleh bani hasyim, mereka meletakan duri
di jalan yang di laluinya dan saat beliau berjalan mereka melemparinya
dengan tanah, mereka meletakan sembelihan hewan di tubuh beliau saat
beliau sujud di masjidil haram atas perentah abu jahal, mereka melakukan
sambil tertawa-tawa dan bersorak-sorak sedangkan beliau sedang sujud dan
solat.

B. Pencarian Suaka Politik Ke Habsyi Yang Pertama
Rasululllah saw melihat kaum kafir Makkah tetap berada pada kesesatan

kejahatan mereka. Kekejama mereka yang begitu keji terhadap kaum
muslimin,membuat beliau khawatir jika siksaan ini terus berlanjut dalam
masa yang lama, sedangkan beliau tidak mampu menghalangi orang-orang
Quraisy dari menyiksa muslimin, beliau lalu menganjurkan mereka untuk
hijrah ke habasyah, beliau berkata “jika kalian berangkat ke habasyah, maka di

2 Chalil Moenawar, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw, (Jakarta: gema
insan prees, 2001), hal. 244

3 M. Said Sameh, Sang Yatim “Janji Dan Kemenangan Yang Dinanti”, (Bandung:
Cordoba Internsional, 2016), Terj. Gunawan Indra, hal. 85

42 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

sana ada raja yang tidak mendzalimi siapa pun yang datang kepadanya, di
sana negeri penuh kebaikan.pergilah hingga allah memberikan jalan keluar
atas apa yang menimpa kalian sekarang.” (al-bidayah wa an-nihayah 3/66)4.

Kemudian turun surat az-zumar yang mengisyaratkan hijrah dan

meny‫ا‬aَ‫ّهن‬tََ‫إ‬aٌ‫ة‬k‫َع‬a‫َس‬n‫َوا‬bَ‫ل‬aِ‫ّله‬h‫ ا‬w‫ ُض‬a‫حر‬bَ‫َوأ‬uٌ‫ة‬mَ‫َسن‬i‫َح‬All‫َا‬a‫نحي‬h‫ل ُّد‬i‫ا‬nَ‫ه‬i‫َذ‬t‫َه‬id‫ف‬aَِk‫وا‬laُ‫َسن‬h‫حح‬seَ‫ أ‬m‫ي َن‬p‫َذ‬i‫له‬tَ‫ب ل‬f‫حم‬ir‫اُك‬m‫َربَسه‬a‫واَح‬n‫رُق‬nَ‫احيته‬yَ‫ابَغ‬a‫ُو‬:‫يقَُُوحلَّهفََيال َعهبَصاابََدُراولهَنَذيأََنحجَرآُهَمحنم‬

Artinya: Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman.
bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia
ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka
tanpa batas. (QS. AZ-Zumar: 10)

Rasulullah sudah tau bahwa ashhamah an-najasyi, raja yang berkuasa di
habasyah adalah seorang raja yang adil, tidak ada seorang pun yang teraniaya
di sisinya. Oleh karena itu beliau memerintahkan agar beberapa orang muslim
hijrah ke habasyah, melepaskan diri dari cobaan sambil membawa agamanya.

Pada bulan rajab kelima dari nubuwah, sekelompok sahabat hijrah yang
pertama kali ke habasyah, tertidiri dari dua belas orang laki-laki dan empat
orang wanita yang di pimpin utsman bin affan. Dalam rombongan ini ikut juga
sayyidah ruqoyyah, putri rasulullah saw. Beliau bersabda tentang keduannya,
“mereka berdua adalah penduduk baitul-haram pertama yang hijrah di jalan
allah setelah ibrahim bin juth5.

Dengan berjalan mengendap-ngendap di tengah malam, mereka pergi
menuju pingir pantai, agar tidak diketahui orang-orang Quraisy. Secara
kebetulan saat mereka tiba di pelabuhan syaiban, ada dua kapal yang bertolak
ke habasyah. Setelah orang-orang Quraisy mengetahui kepergian orang-orang
muslim ini, mereka segera mengejar, tetapi tatkala mereka tiba di pinggir
pantai, orang-orang muslim sudah bertolak dengan selamat. Orang-orang
muslim hidup disana dengan mendapat perlakuan yang baik.

Orang-orang musyrik sangat meradang jika orang-orang muslim itu
memperoleh tempat yang aman bagi diri dan agama mereka. Untuk itu mereka
mimilih dua orang yang cukup terpandang dan cerdik, yaitu amr bin al-ash
dan abdullah bin abu rabi`ah, sebelum keduanya masuk islam. Mereka
mengirim dua orang ini sambil membawa berbagai macam hadiah untuk di
pesembahkan kepada raja najasyi dan para uskup disana. Barulah keduannya
menemui raja najasyi sambil menyerahkan berbagai macam hadiah, mereka
berdua berkaata, “wahai tuan raja, sesungguhnya ada orang bodoh yang
menyususp ke negeri tuan. Mereka ini telah memecah agama kaumnya, juga

4 M. Said Sameh, Sang Yatim “Janji Dan Kemenangan Yang Dinanti”, hal. 85
5 Abdullah An-Najdi, Mukhtashar Siratir-Rasul, hal. 92-93

Sirah Nabawiyyah | 43

tidak masuk ke agama tuan. Kami di utus para pembesar kaum mereka, dari
bapak-bapak, paman dan keluarga mereka untuk menemui tuan, agar tuan
berkenan mengembalikan orang-orang ini kepada mereka. Sebab mereka itu
lebih berhak terhadap orang-orang tersebut.”

“benar apa yang di katakan mereka berdua, wahai baginda raja. Maka
serahkanlah mereka itu kepada mereka berdua, agar kedunnya
mengembalikan mereka ke kaum dan negerinya,” kata para uskup

Tetapi raja najasyi merasa untuk meneliti secara deail masalh ini.maka
raja najasyi mengirim utusan untuk menemui orang-orang muslim dan
mendatang mereka ke hadapannya, maka raja najasyi berkata, “macam apakah
agama kalian, yang karena agama itu kalian memecah belah kaum kalian,dan
kalian juga tidak masuk agama kalian serta tidak satu pun agama-agama ini.

Ja`far bin abu thalib yang menjadi juru bicara orang-orang muslim,
“wahai raja kami dulu pemeluk agama jahiliah, kami menyembah berhala
memakan bangkai, memutuskan tali persaudaraan, menyakiti tetangga.
Begitulah gambaran kami dulu, hingga allah mengutus seorang rasul dari
kalangan kami sendiri yang kami ketahui nasab, kejujuran, amanah dan
kesucian dirinya. Beliau menyeru kami kepad a allah untuk mengesakan dan
menyembahnya serta meninggalkan penyembahan kamidan bapak-bapak
kamiterhadap batu dan batung.beliau memerintahkan kami untuk berkata
jujur, melaksanakan amanat, menjalin hubungan kekerabatan, dan berbuat
baik kepada tetangga, beliau melarang berkata palsu, mengambil harta anak
yatim. beliau menyuruh kami untuk menyembah allah semata, tidak
menyektukannya, mengerjakan solat, mengeluarkan zakat dan puasa.

“apakah engkau bisa membacakan sedikit ajaran dari allah yang di bawa
(rasulullah)?” tanya najasyi

“ya.”jawab ja`far.
“kalau begitu bacakanlah kepadaku”
Lalu ja`far mebacakan dengan menghafal,dari surat maryam, “kaf ha’ ya`
ain shad.
Demi allah, najasyi menangis hingga membsahi jenggotnya, begitu pula
para uskupnya hingga jenggot mereka basah oleh air mata, tatkala mendengar
apa yang di bacakan kepada mereka.
Kemudian najasyi berkata, “sesungguhnya ini dan yang di bawa isa
benar-benar keluar dari satu misykat. Pergilah kalian berdua, demi allah aku
tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian berdua dan sama sekali tidak,
maka keduanya beranjak pergi dari hadapan najasyi. Amr bin al-ash berkata
kepada abdullah bin rabi`ah, “demi allah, besok aku benar-benar akan
mendatangi mereka dengan sesuatu seperti yang bisa memusnahkan tanaman
mereka.”
Besoknya amr bin al-ash berkata kepada najasyi, “wahai tuan raja,
sesungguhnya mereka menyampaikan perkataan yang tidak bisa di anggap
enteng tentang nabi isa bin maryam.

44 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B

Najasyi memungut potongan dahan dari tanah, kemudian berkata, “demi
allah, isa bin maryam tak berbeda jauh dengan apa yang engkau katakan,
seperti potongan tanah ini.

Kemudian najasyi berkata, “kepada orang-orang muslim,” pergilah,
kalian aman di negeriku. Siapa yang mencaci kalian adalah orang yang tidak
waras sekalipun aku mempunyai gunung emas, aku tidak suka jika menyakiti
salah seorang diantara kalian.”

Najasyi lalu menggenggam sebuah batang dan berkata, “perbedaan
antara isa dan apa yang kamu katakan tidak melebihi batang kecil ini,”
tinggallah kalian di sini dengan aman. Aku tidak mau memiliki gunung emas,
tetapi aku sakiti salah seorang di antara kalian. “dia lalu mengembalikan
hadiah pemberian Quraisy. Orang-orang mukmin hidup dengan baik di negeri
habasyah. Tidak ada yang kembali ke Makkah kecuali ustman bin affan dan
istrinya, adapun yang lain tetap tinggal di sana hinga sebelas tahun lamanya.

C. Pencarian suaka politik ke habsyi yang kedua
Hasil rapat pemuka Quraisy yang dilangsungkan di Darun Nadwah

memutuskan bahwa Muhammad harus dibunuh. Namun pembelaan Abu
Thalib terhadap nabi Muhammad SAW secara ketat membuat mereka tidak
dapat menjalankan keputusan mereka untuk membunuh nabi. Kemudian
dengan diam-diam mereka mengadakan musyawarah lagi untuk
merundingkan cara membunuh Nabi SAW, akhirnya mereka sepakat untuk
mengadakan pemboikotan terhadap keluarga bani Hasyim dan bani Muthallib
serta semua kaum muslimin6

Isi pemboikotan itu antara lain sebagai berikut:
1. Larangan menikah
2. Larangan jual beli
3. Dilarang menjalin persahabatan atau pergaulan
4. Dilarang mengasihi dan menyayangi Muhammad dan kaumnya
5. Undang-undang yang telah ditetapkan ini sesudah ditulis dan

digantungkan di dalam ka’bah, ditetapkan sebagai undang-undang suci
kaum Quraisy dan keluarga Muhammad serta pengikutnya.
6. Undang-undang ini berlaku selama keluarga bani Hasyim dan bani
Muthallib belum menyerahkan Muhammad kepada kaum Quraisy untuk
dibunuh. Bilamana nabi Muhammad sudah diserahkan kepada mereka,
undang-undang ini tidak berlaku lagi.

Setelah Nabi mengetahui pemboikotan dan juga siksaan terhadap kaum
muslim semakin menjadi-jadi, maka Nabi mengutus kepada kaum muslimin
untuk hijrah kedua kalinya ke Habsyah dengan kepala robongan sahabat Ja’far

6 Syafiyyurrahman Al-Mubarakfurry, Sirah Nabawiyah, hal. 152-153

Sirah Nabawiyyah | 45

bin Abi Thalib, rombongan tersebut berjumlah 101 yang terdiri dari 83 orang
laki-laki dan 18 orang perempuan.

Setelah kaum muslimin di Yaman mendengar berita bahwa nabi
Muhammad beserta pengikutnya hijrah ke Habsyah, merekapun menyusul ke
Habsyah dengan kepala rombongan Abu Musa al-Anshari, rombongan
tersebut berjumlah lima puluh orang, tetapi karena beliau tidak ikut berhijrah
maka mereka tidak bertemu dengan beliau. Akhirnya Ja’far bin Abi Thalib
selaku kepala rombongan meminta mereka berdiam dulu di negeri Habsyah
untuk sementara waktu, merekapun akhirnya menuruti permintaan Ja’far bin
Abi Thalib.

Sesudah kaum musyrikin Quraish mendengar berita hijrah ke Habsyi
untuk kedua kali, mereka melakukan pertemuan kilat. Dari pertemuan
tersebut mereka sepakat mengirim dua orang pemuka Quraisy yang
terpandang dan cerdas untuk menghadap Raja Habsyah dengan membawa
hadiah berupa barang-barang berharga dan dengan tujuan memohon supaya
kaum muslimin supaya dikembalikan kepada kaum Quraisy yang di Makkah
dan diusir dari daerah kekuasaannya. Adapun dua orang tersebut adalah Amr
bin Ash dan Amrah bin Walid, yang keduanya berasal dari negeri Quraisy juga.

Setelah kedua utusan kaum Quraisy sampai di Habsyah, mereka segera
menemui raja dengan membawa hadiah dan mengemukakan maksud
kedatangan mereka untuk mencari penyusup yang bersembunyi di negeri
Habsyi, mereka bahkan mengarang cerita yang jelek-jelek mengenai
rombongan kaum muslimin yang berhijrah di Habsyi. Amr bin Ash juga
menghasut raja untuk mengusir mereka dan menyerahkan atas perwalian
dirinya karena jika tidak demikian agama dan kesejahteraan negeri Habsyah
terganggu.

Dengan segera raja memerintahkan kepada perajuritnya untuk mencari
dan menghadapkan kaum muslimin itu kepada raja. Ketika raja telah
memerintahkan hal tersebut, pembesar istana, Amr bin Ash, dan para pendeta
menghasut, dari mulai usulan agar setelah para penyusup tertangkap langsung
diserahkan kepada para pembesar kaum musyrikin Quraisy sampai cerita
yang sengaja dikarang untuk menjelekkan kaum muslimin.

Namun raja menolak dengan alasan ingin mengetahui keadaan mereka
dan memahami permasalahan mereka. Tidak sampai disitu, Amr bin Ash
kemudian menyebarkan fitnah dengan mengatakan bahwa penyusup itu
merupakan seorang pendusta. Setelah itu ada pula seorang pendeta
menghadap ke raja dan mengungkapkan hal yang sama dengan yang
dikatakan Amr bin Ash. Namun begitu raja teguh pendirian untuk menemui
kaum muslim dan menanyakan alasan mereka bersembunyi di negeri
Habsyah.

Pada saat kaum muslimin datang kepada raja, terjadilah percakapan
diantara mereka, pada saat itu kaum muslimin tidak melakukan sujud
penghormatan kepada raja, akan tetapi mereka memberi hormat kepada Raja

46 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B


Click to View FlipBook Version