dengan cara penghormatan yang telah berlaku dalam agama mereka dengan
alasan mereka hanya akan bersujud kepada Allah SWT.
Setelah itu, kaum Quraisy menghasut raja dengan mengatakan peristiwa
yang tidak baik tentang mereka yang akan mengganggu keamanan negeri
Habsyi. Ketika Ja’far mengetahui bahwa utusan Quraisy menghasut raja, maka
Ja’far mengajukan permintaan kepada raja untuk menjawab hasutan mereka,
dengan cara meminta kepada raja untuk bertanya kepada kaum Quraisy
mengenai beberapa hal, yakni: 1. Kaum muslim yang bersembunyi di Habsyah
hamba sahaya atau merdeka? 2. Pernahkah kaum muslim membunuh secara
tidak benar atau mengambil harta benda dengan tidak benar? 3. Pernahkah
kaum muslim mempunyai hutang dengan kaum kafir Quraisy? Ja’far juga
menyampaikan bahwa jika ada kesalahan-kesalahan yang telah disebutkan,
maka Ja’far mempersilahkan agar dirinya dan rombongannya dikembalikan ke
tangan para utusan kaum kafir Quraisy dan diusir dari negri Habsyi.
Raja lalu menanyai kaum kafir Quraisy tiga hal tersebut, dan mereka
menjawab: “Tidak”. Setelah selesai Tanya jawab maka raja berpaling kepada
utusan Quraisy dan berkata : “Pergilah kamu keduanya dari sini! Demi Allah,
Kami tidak akan menyerahkan mereka kepadamu selama-lamanya, meskipun
kamun memberikan segunung emas kepadaku!”.
Baginda raja lalu memberikan perintah kepada para prajuritnya untuk
mengembalikan semua hadiah yang telah diberikan dua utusan Quraisy
tersebut, lalu setelah prajurit mengembalikan hadiah-hadiah itu para utusan
Quraisy pergi meninggalkan negeri Habsyah dengan tangan hampa dan
perasaan kecewa.
Menurut riwayat yang sahih, pemboikotan itu terjadi selama kurang
lebih tiga tahun lamanya. Selama itu pula Nabi SAW dan keluarganya
(Keluarga bani Hasyin dan bani Muthallib) tidak ikut berhijrah ke negeri
Habsyah dan mereka menanggung beberapa kesukaran dan kesengsaraan di
dalam hidupnya.7
Selama pemboikotan Nabi Muhammad menyiarkan dakwahnya hanya di
dalam Sya’ib, dan tentu saja hanya tertuju pada orang-orang yang ikut
diboikot. Dakwah Nabi dilakukan diluar Sya’ib hanya pada musim haji (bulan
Haram), karena pada waktu tersebut tidak diperkenankan bagi siapa saja
melakukan perbuatan penganiayaan sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya. Namun demikian Abu Lahab dan kawan-kawannya merasa tidak
senang dan selalu mengikuti nabi ketika berdakwah dengan memberikan
fitnah yang sangat bengis dan kejam.
7 Fauzi Ibrahim, Sayyiduna Muhammad Saw A’dzamu Al-Khalqi, (Yogyakarta:
Citra Risalah, 2008), Terj. Irham Sya’roni dkk, hal. 86-87
Sirah Nabawiyyah | 47
Sebagian dari orang-orang Quraisy yang masih dekat kekeluargaannya
dengan Nabi saw. merasa kasihan atas pemboikotan ini, maka mereka
mengirimkan makanan di dalam Sya’ib secara sembunyi-sembunyi.8
Pada suatu hari ketika nabi Muhammad SAW sedang tertidur, beliau
bermimpi mengenai naskah pemboikotan yang digantung di dalam ka’bah
telah rusak dan hancur dimakan rayap kecuali yang bertuliskan “Bismika
Allahumma”, ketika nabi terbangun dari mimpinya, lalu ia segera
memberitahukan mimpinya kepada Abu Thalib, maka pergilah Nabi bersama
Abu Thalib dan sebagian keluarga hasyim dan Muthallib. Melihat kedatangan
mereka, para kaum Quraisy mereka bahwa nabi Muhammad akan diserahkan
kepada mereka untuk dibunuh, mereka lalu menanyakan hak itu kepada Abu
Thalib. Abu Thalib pun menjawab pertanyaan mereka dan menjelaskan
maksud atas tujuan kedatangan mereka yang semata-mata memberitahukan
mengenai naskah pemboikotan yang telah rusak dimakan rayap. Mereka lalu
bersama-sama membuktikan mimpi nabi, dan benar apa yang disampaikan
mereka kepada kaum Quraisy, bahwa naskah pemboikotan yang digantung di
Ka’bah telah rusak dan hancur dimakan rayap kecuali yang bertuliskan
“Bismika Allahumma”.
Setelah mereka mengetahui hal tersebut, paman nabi sempat bertanya
kepada kaum Quraisy mengapa mereka bisa dengan tega melakukan
pemboikotan yang sangat menyiksa dan memutuskan tali persaudaraan, lalu
kaum Quraisy menjawab bahwa mereka melakukan demikian semata-mata
karena sihir nabi Muhammad. Mendengar jawaban tersebut, Abu Thalib hanya
tersenyum dan beliau bersama orang-orang yang diboikot mendoakan kaum
Quraisy agar dapat mengalahkan mereka yang telah melakukan pemboikotan
dan penganiayaan.
Setelah tiga tahun pemboikotan secara menyeluruh oleh orang Quraisy,
maka ada dari orang Quraisy sendiri ada yang memulai untuk mengakhiri
pemboikotan. Dengan alasan kasian dan iba dengan saudara mereka yang
sengsara yang masuk islam akibat diboikot oleh orang Quraisy. Akhirnya
papan piagam pemboikotan itu benar-benar dirobek dan dibatalkan.
Rasulullah dan pengikutnya keluar dari perkampungan. Orang-orang musrik
telah melihat satu tanda yang besar dari tanda-tanda nubuwah, tetapi mereka
seperti diberitahukan Allah.9
Meskipun pemboikotan telah dihentikan namun tekanan dari kafir
Quraisy masih saja terjadi. Ini berakibat pada kondisi kaum muslim yang
banyak menderita sakit dan akhirnya meninggal termasuk paman Rasulullah
yaitu Abu Thalib yaitu pada bulan Rajab tahun kesepuluh nubuwah yaitu
selang enam bulan setelah pemboikotan. Kemudian disusul oleh istrinya rasul
8 Cholil Moenawar, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw, hal. 46
9 Syafiyyurrahman Al-Mubarakfurry, Sirah Nabawiyah., hal. 152-153
48 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
(Ummul Mukminin Khadijah Al-Kubra) ikut wafat tiga bulan setelah
pamannya wafat. Dua peristiwa ini terjadi dalam jangka waktu yang tidak
terpaut lama, sehingga menorehkan perasaan duka dan lara di hati Rasulullah,
belum lagi cobaan yang dilancarkan kaum Quraisy semakin menambah duka
nabi Muhammad yang semakin bertumpuk. Untuk itu nabi hijrah ke Thaif.
Setelah hijrah ke Habasyah yang ke dua, maka ada penyejuk bagi kaum
muslim yaitu masuk islamnya Umar bin Al-Khaththab dan Hamzah bin Abdul
Muththalib.
Faktor-faktor yang menguatkan kesabaran, ketabahan dan keteguhan
nabi adalah iman kepada Allah, sosok pemimpin yang bisa menyatukan hati
manusia, rasa tanggung jawab, imam kepada hari akhir, Al-Qur’an, kabar
gembira akan datangnya keberhasilan.10
Ibrah
1. Menigkatkan iman dan taqwa.
2. Sabar dan tabah atas segala sesuatu.
3. Peduli dan tidak egois.
4. Pemimpin hendaknya selalu memperhatikan firman-firman Allah dan
meneladani Rasulullah.
10 Fauzi Ibrahim, Sayyiduna Muhammad Saw A’dzamu Al-Khalqi, hal. 79
Sirah Nabawiyyah | 49
BAB VII
Tahun Duka Cita (Amul Huzni)
dan Peristiwa isra Mi’raj
Oleh: Prengki Ongri, Noor Zaman
50 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
A. Tahun Duka Cita
Dalam sejarah hidup Nabi Muhammad s.a.w. terdapat banyak sekali
rintangan dan kesedihan yang melanda Nabi Muhammad s.a.w. dalam
menyampaikan dakwahnya. Salah satu kesedihan terberat yang pernah
dialami Nabi Muhammad s.a.w. adalah tahun duka cita. Secara tiba-tiba dalam
satu tahun Nabi Muhammad s.a.w.mengalami duka cita yang mendalam,yakni
kematian dari Abu Thalib dan Khadijah secara berturut-turut.1
1. Meninggalnya Abu Thalib
Abu Thalib setelah ikut mengalami pemboikotan selama 3 tahun yang
membuat tubuhnya kurus dan penyakit tulang yang berat, paman pembela
da’wah rasulullah ini akhirnya meninggal duniapada bulan rajab dalam usia
lebih dari 80 tahun. Ia menderita sakit keras selam 6 bulan. Abu Thalib
adalah sesepuh Makkah yang sangat disegani oleh kaum quraisy,yang
menjadi alasan mengapa kafir quraisy setengah hati mengganggu Nabi saw.
Nabi Muhammad s.a.w.ingin sekali meminta ampunan Allah s.w.t. untuk
paman tersayang atas kebaikannya membela da’wah dan melindungi nabi.
Tapi turun penolakan dari Alah s.w.t. pada QS.At-Taubah: 113, tentang
orang beriman tidak boleh memintakan ampunan untuk orang-orang kafir.
QS.At-Taubah ayat 13 :
َوُه حم الهر ُسوَل َِبَ حخَرا َج أَُْمحيَحاؤَمَننَُحمَيَوََُهّوا أأََََلح ُّقتَُقأَاحتَنلُوَتحَن َشقَحوحهُوًمإَا حننَ َُككحنثُتُواحم
ُبََدءُوُك حم أَهوَل َمهرة أََتح َشحوَنُحم فَاّلهِل
Artinya: “Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang
beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik,
walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah
jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah
penghuni neraka jahanam. (QS. At-Taubah: 13)
Seperti yang kita ketahui sakit Abu Thalib kian parah sejak utusan
Quraisy mendatanginya. Tubuhnya makin lemah tak berdaya. Ia hanya bisa
terbaring di tempat tidur. Malaikat maut datang menghampiri. Di saat
itulah, Nabi saw mendampingi Abu Thalib. Namun Rasulullah saw tidak
sendiri. Di sampingnya juga ada Abu Jahal dan ‘Abdullah bin Abi Umayyah.
Muhammad saw menatap sedih pamannya tercinta. Orang yang selama ini
setia dan tegar melindunginya, kini tidak berdaya. Terlintas di benak Nabi
saw saar-saat Abu Thalib berjuang melindunginya dari ancaman kaum
Quraisy. Nabi saw tak ingin pamannya masih menjadi orang kafir saat maut
datang menjemput. Karena itu, Rasulullah saw berusaha membimbing
pamannya untuk mengucapkan kalimat tauhid.
1 Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad (Jakarta: Litera Antar
Nusa; 2014), hal. 151
Sirah Nabawiyyah | 51
“Wahai pamandaku! Katakanlah “La Ilaha Illallah”, kalimat ini akan
aku jadikan hujjah untukmu di sisi Allah,” ujar Nabi saw.
Namun, Abu Jahal dan ‘Abdullâh bin Abi Umayyah segera memotong.
“Wahai Abu Thâlib! Sudah bencikah engkau terhadap agama ‘Abdul
Muthallib?”
Keduanya terus mendesak agar Abu Thalib tak mengucapkan kalimat
tauhid. Usaha mereka tak sia-sia. Abu Thalib, di akhir hayatnya, berkata,
“Aku masih tetap dalam agama ‘Abdul Muthallib.”2
Nabi saw tak dapat menolong pamannya. Namun, beliau sempat
berujar, “Abu Thalib berada di neraka yang paling ringan, jika bukan
karenaku (karena perlindungannya kepadaku), niscaya dia berada di
neraka yang paling bawah.” (HR. Bukhâri).
“Semoga saja syafaatku bermanfaat baginya pada Hari Kiamat, lalu
dia ditempatkan di neraka paling ringan yang (ketinggian apinya) mencapai
dua mata kaki (saja).” (HR Bukhâri).
Abu Thâlib wafat pada bulan Rajab tahun ke-10 Hijriah dari kenabian
setelah enam bulan keluar dari perkampungannya. Ada riwayat lain yang
menyebutkan bahwa dia wafat pada bulan Ramadhan.
2. Meninggalnya Khadijah
Lagi-lagi duka seolah tidak mau pergi meninggalkan tanah Makkah.
Hanya berselang tiga bulan dari wafatnya Abu Thâlib, Nabi Muhammad
s.a.w. kembali menerima kabar yang menghantam relung hati. Ummul
Mukminin, Khadijah al-Kubra’ meninggal pada bulan Ramadhan tahun ke-
10 Hijniah dari kenabian dalam usia 65 tahun (Ibnu Jauzi mengatakan
wafatnya Khadijah pada bulan Ramadhan di tahun itu). Menurut riwayat
yang paling masyhur, ketika itu Nabi Muhammad s.a.w. berusia 50 tahun.
Sosok Khadijah merupakan nikmat Allah yang paling agung bagi Nabi
Muhammad s.a.w. Selama Khadijah hidup seperempat abad bersama beliau,
dia senantiasa menghibur di saat Nabi saw cemas, memberikan dorongan di
saat kritis, membantu dalam penyampaian risalah beliau, ikut serta
mcnghadapi rintangan yang menghadang jihad, dan selalu membela, baik
dengan jiwa maupun hartanya.3
Tidak mampu menyembunyikan kesedihannya Nabi Muhammad
s.a.w. berkata. “Dia telah beriman kepadaku saat manusia tidak ada yang
beriman, dia membenarkanku di saat manusia mendustakan, dia
membantuku dengan hartanya saat manusia menahannya, Allah
mengaruniaiku anak darinya, sementara Allah Ta’ala tidak memberikan
dari istri yang lainnya,” tutur Nabi Muhammad s.a.w. sambil mengenang
2 Shafiyyurrahman Al-mubarakfury, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2012), hal. 123
3 Shafiyyurrahman Al-mubarakfury, Sirah Nabawiyah, hal. 124
52 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
istrinya tercinta. Khadijah yang menjadi sandarannya tempat mencurahkan
segala rasa cinta dan kesetiaanya, dengan sikapnya yg lemah lembut dan
kekuatan imannya selalu menghibur Nabi Muhammad s.a.w. kini benar-
benar telah pergi meninggalkan Nabi Muhammad s.a.w.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu :
“Jibril pernah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu
berkata,“Wahai Rasulullah, khadijah akan datang kepadamu dengan
membawa bejana yang berisi cuka, makanan atau minuman. Apabila ia
datang kepadamu, maka sampaikanlah salam kepadanya dari Rabbnya dan
dariku. Dan berikan kabar gembira kepadanya bahwa ia berada di dalam
sebuah rumah di dalam surga yang terbuat dari mutiara yang berongga
yang tidak terdapat kegaduhan di dalamnya dan tidak pula keletihan”. (HR
Bukhari).4
3. Kaum Quraisy Semakin Ganas
Dua peristiwa kematian dalam waktu yang membuat jiwa Nabi
Muhammad s.a.w. terguncang. Kesedihan terus memayungi dirinya. Apalagi
jika teringat kenangan indah bersama Abu Thalib dan Khadijah. Duka
Rasulullah saw kian mendalam karena kekejian kaum Quraisy yang
semakin tak terkendali. Sepeninggal Abu Thalib, mereka bertambah leluasa
menyiksa Nabi Muhammad s.a.w. Tiada hari dilewati Nabi saw tanpa
disakiti kaum musyrik.
Suatu saat, seorang pandir Quraisy menghampiri beliau yang sedang
berjalan sendirian menuju rumahnya. Setelah jarak antara keduanya
semakin dekat, sang pandir langsung melemparkan debu ke wajah Nabi
Muhammad s.a.w. Beliau terperanjat, tak menduga akan mendapat
perlakuan seperti itu. Wajahnya penuh dengan debu kotor, Beliau tak
membalas perlakuan keji itu. Nabi Muhammad s.a.w. memilih pergi dengan
mempercepat langkahnya menuju rumah. Begitu tiba, seorang anak
perempuannya terkejut. Ia melihat wajah ayahnya dipenuhi debu. Muka
ayahnya kotor tidak secerah biasanya. Segera ia songsong ayahnya tercinta
dan membersihkan debu yang melekat di muka ayahnya. Sang anak
menangis melihat penderitaan yang dialami ayahnya. Namun, Nabi
Muhammad s.a.w. segera menghibur, tak ingin anaknya terus dirundung
kesedihan.
“Jangan menangis, duhai anakku! Katanya kepada putrinya yang
sedang berlinang air mata. Sesungguhnya Allah yang akan melindungi
ayahmu.”5 ujar Nabi Muhammad s.a.w. lembut seraya mengelus kepala
putrinya tercinta.
4 Shafiyyurrahman Al-mubarakfury, Sirah Nabawiyah, hal. 125
5 Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, hal. 153
Sirah Nabawiyyah | 53
Karena penderitaan yang bertumpuk-tumpuk pada tahun itu,maka
beliau menyebutnya sebagai “Ammul Huzni” (Tahun Duka Cita),yang
terkenal dalam sejarah.
B. Isra dan Mi'raj
Isra’ Mi’raj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu
peristiwa penting bagi umat Islam , karena pada peristiwa ini Nabi
Muhammad mendapat perintah untuk menunaikan shalat lima waktu dalam
sehari semalam.
Isra’secara etimologi atau menurut bahasa artinya berjalan di waktu
malam.
Isra’ secara terminologi atau menurut istilah artinya perjalanan Nabi
Muhammad s.a.w. diwaktu malam hari dari masjidil Haram (di Makkah) ke
masjidil Aqsha artinya masjid yang jauh (di Palestina).
Mi’raj secara etimologi atau menurut bahasa artinya tangga, atau alat
untuk naik dari bawah ke atas.
Mi’raj secara terminologi atau menurut istilah adalah perjalanan nabi
saw dari alam bawah (bumi) ke alam atas (langit) sampai langit yang ke tujuh
sampai ke sidratul muntaha, yakni dari Masjidil Aqsha di Palestina naik ke
alam atas melalui beberapa langit dan ke sidratul muntaha dan terakhir
sampai ke Arasyi dan Kursy dimana beliau menerima wahyu dari Allah yang
mengandung perintah shalat lima waktu.
َُح حولَه َِبَرحكنَاQيS.َذAلهlا-Iىsَصraْلَ’قحaاحyَدaجtَ 1م حس:َ الح إَََل اْحلََراَم أإََنهحهسَُرُهىَوبَالَعبحهسَدََهميلَُعحيًَاللحبََمَصَنيرُالح َم حس َج َد اله َذي لَنُُسَربحيَهَُحاَمَنحن
آََيتَنَا
Artiinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya
pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah
Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian
dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Isra: 1)
Selagi Nabi Shalilallahu Alaihi wa Sallam berada dalam kondisi terjepit di
perjalanan, antara keberhasilan dan tekanan, sementara bintang-bintang kecil
berkelip-kelip nun jauh di atas sana, terjadilah peristiwa Isra dan Mi'raj. Ada
perbedaan pendapat mengenai penetapan waktu kejadiannya, yaitu sebagai :
1. Isra terjadi pada tahun tatkala Allah memuliakan beliau dengan nubuwah.
Ini menurut pendapat Ath-Thabari
2. Isra terjadi lima tahun setelah diutus sebagai rasul. Ini menurut An-Nawawi
dan Al-Qurtubi.
54 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
3. Isra' terjadi pada malam tanggal dua puluh tujuh bulan Rajab tahun
kesepuluh dari nubuwah,ini menurut pendapat Al-Allamah Al-Manshurfuri
4. Ada yang berpendapat, Isra terjadi enam bulan sebelum hijrah, atau pada
bulan muharram tahun ketiga belas dari nubuwah.
5. Ada yang berpendapat, Isra terjadi setahun dua bulan setelah hijrah,
tepatnya pada bulan muharram tahun ketiga belas dari nubuwah.
6. Ada yang berpendapat, Isra' terjadi setahun sebelum hijrah, atau pada
bulan Rabi'ul-Awwal tahun ketiga belas dari nubuwah.
Tiga pendapat yang pertama tertolak. Dengan pertimbangan, karena
Khadijah Radhiyallahu Anha meninggal dunia pada bulan Ramadhan tahun
kesepuluh dari nubuwah. Sementara pada saat meninggalnya belum ada
kewajiban shalat lima waktu Juga tidak ada perbedaan pendapat, bahwa
diwajibkannya shalat lima waktu pada malam Isra'. Sedangkan tiga pendapat
lainnya tidak ada satu pun yang menguatkannya. Hanya saja kandungan surat
Al-Isra' menunjukkan bahwa Isra' itu terjadi pada masa-masa akhir.
Para imam hadist meriwayatkan rincian peristiwa ini, yang kami
paparkan secara singkat sebagai berikut :
Ibnul Qayyim berkata:”Menurut riwayat yang shahih bahwa Rasulullah
diisra'kan dengan jasadnya dari Al-Masjid Al-Haram menuju Baitul Maqdis
dengan mengendarai Al-Buraq, ditemani oleh Jibril. Lalu beliau singgah di
sana serta menjadi imam shalat bagi para nabi, lalu menambat Al-Buraq pada
pintu masjid. 6
Kemudian pada malam itu, beliau dinaikkan dari Baitul Maqdis menuju
langit dunia. Jibril meminta agar pintu langit dibukakan untuk beliau lalu
terbukalah pintunya. Di sana, beliau melihat Adam, bapak manusia. Beliau
memberi salam kepadanya lantas dia menyambutnya dan membalas salam
tersebut serta mengakui kenabian beliau. Allah juga menampakkan kepada
beliau ruh-ruh para syuhada dari sebelah kanannya dan ruh-ruh orang-orang
yang sengsara dari sebelah kirinya.
Kemudian beliau dinaikkan lagi ke langit kedua. Jibril meminta agar
dibukakan pintunya untuk beliau Di sana beliau melihat Nabi Yahya bin
Zakaria dan Isa bin Maryam, lalu menjumpai keduanya dan memberi salam.
Keduanya menjawab salam tersebut dan menyambut beliau serta mengakui
kenabian beliau Kemudian dinaikkan lagi ke langit ketiga. Di sana beliau
melihat nabi Yusuf lalu memberi salam kepadanya. Dia membalasnya dan
menyambut beliau serta mengakui kenabian beliau.
Kemudian dinaikkan lagi ke langit keempat. Di sana beliau melihat Nabi
Idris lalu memberi salam kepadanya. Dia menyambut beliau dan mengakui
kenabian beliau. Kemudian beliau dinaikkan lagi ke langit kelima. Di sana
6 Shafiyyurrahman Al-mubarakfury, Sirah Nabawiyah, hal. 153
Sirah Nabawiyyah | 55
beliau melihat Nabi Harun bin Imran lalu memberi salam kepadanya. Dia
menyambut beliau dan mengakui kenabian beliau.
Kemudian beliau dinaikkan lagi ke langit keenam. Di sana beliau
bertemu dengan Nabi Musa bin Imran lalu memberi salam kepadanya.Dia
menyambut beliau dan mengakui kenabian beliau.
Tatkala beliau hendak berlalu, Nabi Musa menangis. Ketika ditanyakan :,
'Apa yang membuatmu menangis? Dia menjawab, 'Aku menangis karena
rupanya ada seorang yang diutus setelahku tetapi umatnya yang masuk surga
lebih banyak dari umatku.
Kemudian beliau dinaikkan lagi ke langit ketujuh. Di sana beliau bertemu
dengan Nabi Ibrahim lalu beliau memberi salam kepadanya. Dia menyambut
beliau dan mengakui kenabian beliau.
Kemudian beliau naik ke Sidratul Muntaha, lalu dibawa naik ke Al-Bait
Al-Ma'mur Kemudian beliau dinaikkan lagi menuju Allah Yang Maha Perkasa.
Beliau mendekat kepada-Nya hingga jaraknya tinggal sepanjang dua
ujung busur atau lebih dekat lagi. Dia mewahyukan kepada hamba-Nya ini
dengan wahyu, mewajibkan kepadanya lima puluh waktu shalat.Beliau lalu
kembali hingga melewati Nabi Musa.7
Dia lalu bertanya kepada beliau, 'Apa yang diperintahkan kepadamu?"
Beliau menjawab, 'Lima puluh waktu shalat.' Dia berkata, 'Umatmu pasti
tidak sanggup melakukan itu, kembalilah ke Rabb-mu dan mintalah
keringanan untuk umatmu!
Beliau menoleh ke arah Jibril seakan ingin memintakan pendapatnya
dalam masalah itu. Dia mengisyaratkan persetujuannya jika beliau memang
menginginkan hal itu
Lalu Jibril membawa beliau naik lagi hingga membawanya ke hadapan
Allah, sedangkan Dia berada di tempatnya. Ini adalah redaksi milik Al-Bukhari
pada sebagian jalur periwayatannya. Lalu Allah meringankannya menjadi
sepuluh waktu shalat. Kemudian beliau turun hingga kembali melewati Nabi
Musa lagi lantas memberitahukan tentang tersebut kepadanya. Dia berkata
kepada beliau, 'Kembalilah lagi kepada Rabb-mu dan mintalah keringanan !
Beliau masih ragu-ragu antara mengikuti saran Musa dan meminta keringanan
kepada Allah 'Azza Wa Jalla, hingga akhirnya Dia menurunkannya menjadi
lima waktu shalat. Musa kemudian memerintahkan beliau agar kembali
kepada Rabb dan memintakan keringanan lagi.
Lalu beliau menjawab, Aku malu kepada Rabb-ku. Aku rela dengan hal
ini dan berserah diri. Setelah beliau menjauh, datanglah suara memanggil,
Engkau telah menyetujui fardlu-Ku dan Aku telah memberikan keringanan
untuk para hamba-Ku'."
7 Shafiyyurrahman Al-mubarakfuri, Ar-rahiq Al-makhtum, (Ummul Qura:
2011), hal. 264
56 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
Kemudian Ibnul Qayyim menyinggung perbedaan persepsi seputar
ru'yah (melihat) beliau terhadap Rabb-nya Tabaraka wa Ta'ala. Dia juga
menyebutkan ucapan Ibnu Taimiyyah mengenai hal ini, yang inti dari
pendapat-pendapat yang disebutkan olehnya menyatakan bahwa melihat
dengan mata telanjang sama sekali tidak valid. Pendapat semacam ini tidak
pernah diucapkan oleh seorang shahabat pun. Sedangkan nuklan yang berasal
dari Ibnu Abbas tentang ru'yah beliau secara mutlak dan ru'yah beliau dengan
hati, pendapat pertama ini tidak menafikan pendapat kedua.
Ibnul Qayyim kemudian mengomentari, "Sedangkan firman-Nya Ta'ala di
dalam surat An-Najm (artinya), "Kemudian dia mendekat lalu bertambah
mendekat lagi" Ungkapan 'mendekat' di sini bukan yang dimaksud di dalam
kisah Isra. Ungkapan 'mendekat' yang terdapat di dalam surat An-Najm
tersebut adalah 'mendekat dan bertambah mendekat'-nya Jibril sebagaimana
yang dikatakan oleh Aisyah dan Ibnu Mas'ud. Arah pembicaraan di dalam ayat
tersebut pun mendukungnya.8
Adapun mendekat dan bertambah mendekat' yang ada pada cerita Isra
adalah jelas sekali menyatakan 'mendekat dan bertambah mendekat'-nya
Rabb Tabaraka wa Ta'ala. Di dalam surat An-Najm tidak menyinggung tentang
hal itu bahkan di sana terdapat penegasan bahwa beliau melihat Jibril dalam
rupa aslinya yang lain di Sidratul Muntaha. Ini adalah Jibril yang dilihat oleh
Muhammad sebanyak dua kali dalam rupa aslinya, pertama di bumi dan yang
kedua di sidratul muntaha.
Di dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa kejadian pembelahan dada
beliau terjadi juga kali ini. Dalam perjalanan ini, Nabi m melihat dan
mengalami kejadian yang bervariasi :
1. Beliau ditawari susu dan khamar, lalu memilih susu. Kemudian dikatakan
kepada beliau, 'Engkau telah diberi petunjuk sesuai fitrah. Dalam lafal yang
lain. 'Engkau telah mengenai fitrah, sedangkan andaikata engkau
mengambil khamar, tentu umatmu akan sesat.
2. Beliau melihat empat sungai di surga; dua sungai tampak dan dua lagi
tersembunyi. Dua sungai yang tampak ini adalah sungai Nil dan Eufrat,
yakni unsur keduanya. Adapun yang tidak nampak adalah dua sungai di
surga. Barangkali makna melihat sungai Nil dan Eufrat tersebut adalah
sebagai isyarat atas eksistensi Islam pada kedua wilayah di mana kedua
sungai tersebut berada. Wallahu alam.
3. Beliau melihat Malaikat Malik, penjaga neraka yang tidak pernah tertawa,
di wajahnya tidak terpancar kegembiraan dan keceriaan.
4. Beliau juga melihat surga dan neraka.
8 Shafiyyurrahman Al-mubarakfuri, Ar-rahiq Al-makhtum, (Ummul Qura;
2011), hal. 265
Sirah Nabawiyyah | 57
5. Beliau melihat para pemakan harta-harta anak yatim secara zalim. Mereka
memiliki bibir seperti bibir unta, mulut-mulut mereka dilempari dengan
sepotong api dari neraka seperti batu sebesar genggaman tangan, lalu
keluar dari dubur-dubur mereka
6. Beliau melihat para pemakan riba yang memiliki perut-perut yang buncit.
Karena kondisi ini, mereka tidak mampu untuk beranjak dari tempat
mereka. Mereka dilintasi oleh keluarga pengikut Fir'aun saat akan
disodorkan ke neraka lalu mereka diinjak-injak.9
7. Beliau melihat para pezina, di antara tangan-tangan mereka terdapat
daging yang gemuk dan segar dan di sampingnya terdapat daging yang
bernanah dan membusuk. Mereka memakan yang bernanah dan membusuk
tersebut dan membiarkan yang gemuk dan segar.
8. Beliau melihat rombongan dari penduduk Mekkah sepulangnya dan ketika
pergi. Beliau telah menunjukkan kepada mereka tentang unta yang
melarikan diri dan meminum air milik mereka. Air minum ini ada di dalam
wadah yang tertutup saat mereka tertidur, lantas si unta tersebut
meninggalkan wadah tersebut dalam posisi tertutup. Hal itu telah menjadi
petunjuk akan kebenaran pengakuan beliau pada pagi hari dari malam Isra.
Ibnul Qayyim berkata, "Tatkala pagi datang, Rasulullah sudah berada di
tengah kaumnya, beliau memberitahukan kepada mereka tentang ayat-ayat
Allah yang Agung yang telah diperlihatkan kepadanya. Hal ini membuat
pendustaan, penyiksaan dan kesadisan mereka terhadap beliau semakin
menjadi. Mereka memintanya agar menyebutkan kriteria Baitul Maqdis
kepada mereka, lalu Allah menampakkannya kepada beliau, sehingga seakan
melihatnya dengan mata telanjang. Beliau mulai menceritakan kepada mereka
tentang tanda-tanda kebesaran-Nya. Mereka tidak mampu menyanggahnya
dengan sesuatu pun.
Kemudian beliau memberitahukan kepada mereka tentang rombongan
ketika beliau masih dalam perjalanan pergi dan sekembali darinya. Beliau juga
memberitahukan kepada mereka tentang waktu kedatangan rombongan
tersebut. Bahkan, beliau memberitahukan kepada mereka tentang rombongan
sebelumnya yang mendahului rombongan tersebut. Memang demikianlah
realitasnya, seperti yang beliau ucapkan Sayangnya, mereka malah bertambah
menghindar. Demikianlah tipikal orang-orang zalim yang hanya menginginkan
kekufuran.
9 Shafiyyurrahman Al-mubarakfuri, Ar-rahiq Al-makhtum, (Ummul Qura;
2011), hal. 268
58 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
Ada yang berpendapat bahwa Abu Bakar dijuluki sebagai Ash-Shiddiq
(Orang yang Benar) karena dia membenarkan peristiwa Isra dan Mi'raj ketika
orang-orang mendustakannya.10
Pada dasarnya tujuan utama dari peristiwa Isra’Mi’raj adalah menjemput
sholat lima waktu. Serta tujuan lainnya dari Isra' dan Mi'raj adalah
memuliakan Rasulullah dan memperlihatkan kepadanya beberapa keajaiban
ciptaan Allah sesuai dengan firman Allah dalam surat al Isra' ayat 1 ( )لنريهمنآياتنا
Maknanya: "Agar kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
kebesaran kami".serta mengagungkan beliau sebagai Nabi akhir zaman dan
sebaik-baik nabi di antara para nabi, sekaligus sebagai penguat hati beliau
dalam menghadapi tantangan dan cobaan yang dilontarkan oleh orang kafir
Quraisy terlebih setelah ditinggal mati oleh paman beliau Abu Thalib dan isteri
beliau Khadijah.
10 Shafiyyurrahman Al-mubarakfuri, Ar-rahiq Al-makhtum, (Ummul Qura;
2011), hal. 269
Sirah Nabawiyyah | 59
BAB VIII
Hijrah Ke Yatsrib,
Karakteristik Muhajirin Dan
Anshor
Oleh: Rahmat Jumadi Alwi, Rahmat Taufiq Sipahutar
60 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
A. Faktor Nabi Hijrah ke Madinah
Setelah turun ayat 94, surah Al hijr, Nabi Muhammad memulai
berdakwah secara terang-terangan, namun dakwah yang dilakukan beliau
tidak mudah karena mendapat tantangan dari kaum kafir Quraisy.
Banyak cara dan upaya yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk
mencegah dakwah Nabi Muhammad, namun selalu gagal, baik secara
diplomatic dan bujuk rayu maupun tindakan-tindakan kekerasan secara fisik.
Puncak dari segala cara itu adalah dengan diberlakukannya pemboikotan
terhadap bani Hasyim yang merupakan tempat Nabi Muhammad berlindung.
Pemboikotan ini berlangsung selama tiga tahun. Dan merupakan tindakan
yang paling melemahkan umat islam pada saat itu. Pemboikotan ini baru
berhenti setelah kaum quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan
sangat keterlaluan.1
Tekanan dari orang-orang kafir semakin keras terhadap gerakan dakwah
Nabi Muhammad SAW, terlebih setelah meninggalnya dua orang yang selalu
melindungi dan menyokong nabi Muhammad dari orang-orang kafir, yaitu
paman beliau, Abi Thalib, dan istri tercinta beliau, Khadijah. Peristiwa itu
terjadi pada tahun ke sepuluh kenabian. Tahun ini merupakan tahun
kesedihan bagi Nabi Muhammad SAW sehingga dinamakan ammul Huzn.
Karena di Mekkah dakwah Nabi Muhammad SAW mendapat rintangan
dan tekanan, pada akhirnya memutuskan untuk berdakwah di luar Mekkah.
Namun, di Thaif beliai dicaci dan dilempari batu sampai beliau terluka. Hal ini
semua hampir menyebabkan Nabi Muhammad putus asa, sehingga untuk
menguatkan hati beliau. Allah SWT mengutus dan mengisra dan mi’rajkan
beliau pada tahun ke sepuluh kenabian itu. Berita tentang isra’ dan mi’raj ini
menggemparkan masyarakat mekkah. Bagi orang kafir, peristiwa ini dijadikan
bahan propaganda untuk mendustakan Nabi Muhammad SAW. Sedangkan
bagi orang yang beriman ini merupakan ujian keimanan.
Setelah peristiwa isra’ dan mi’raj, suatu perkembangan besar bagi
kemajuan dakwah islam terjadi, yaitu dengan datangnya sejumlah penduduk
Yasrib (madinah) untuk berhaji ke Mekkah.
B. Perkembangan Madinah setelah Kedatangan Nabi
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan Negara baru, nabi segera
meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat.
1. Mendirikan masjid
Setelah agama Islam datang, rasulullah bermaksud hendak
mempersatukan suku-suku bangsa ini, dengan jalan menyediakan suatu
tempat pertemuan. Di tempat ini semua penduduk dapat bertemu untuk
1 Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2009), hal. 6
Sirah Nabawiyyah | 61
mengerjakan ibadah dan pekerjaan-pekerjaan atau upacara-upacara lain.
Maka Nabi mendirikan Masjid, dan diberi nama “Baitullah”
Di masjid ini kaum muslimin dapat bertemu mengerjakan ibadah,
belajar mengadili perkara-perkara, jual-beli, upacara-upacara lain.
Kemudian ternyata bahwa banyak terjadi hiruk-pikuk yang mengganggu
orang-orang yang sedang sembahyang. Maka dibuatnyalah suatu tempat
yang khas untuk sembahyang, dan satu lagi khas untuk jual beli, tempat
yang dibuat khas untuk “masjid”. Masjid ini memegang peranan besar
untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa mereka.
Tujuan Rasulullah mendirikan masjid adalah untuk mempersatukan
umat islam dalam satu majlis, sehingga majlis ini umat islam bias bersama-
sama melaksanakan shalat jama’ah secara teratur, mengadili perkara-
perkara dan berusyawarah. Masjid ini memegang peranan penting untuk
mempersatukan kaum muslimin dan mempererat tali ukhuwah Islamiyah.
2. Mempersatukan dan Mempersaudarakan antara Kaum Anshar dan
Muhajirin
Rasulullah telah memepertalikan keluarga-keluarga Islam yang terdiri
dari Muhajirin dan Anshar. Masing-masing keluarga mempunyai pertalian
yang erat dengan keluarga-keluarga yang banyak, karena ikatan
persaudaraan yang diadakan Rasulullah. Persaudaraan ini pada
permulaannya mempunyai kekuatan dan akibat sebagai yang dipunyai oleh
persaudaraan nasab, termasuk diantaranyahal pustaka, hal tolong-
menolong dan lain-lain.
Dengan mengadakan persaudaraan seperti ini Rasulullah telah
menciptakan suatu persatuan yang berdasarkan agama pengganti
persaudaraan yang berdasar kesukaran seperti yang banyak terjadi
sebelunya.
3. Menjalin Hubungan Persahabatan antara Kaum Muslim dengan yang tidak
beragama Islam
Nabi Muhammad SAW hendak menciptakan toleransi antar golongan
yang ada di Madinah, oleh karena itu Nabi membantu perjanjian antara
kaum muslimin dengan non muslimin.
Menurut ibnu Hisyam, isi perjanjian tersebut atntara lain sebagai
berikut:
a) Pengakuan atas hak pribadi keagamaan dan politik
b) Kebebasan beragama terjamin untuk sesame umat
c) Adalah kewajiban penduduk Madinah, baik Muslim maupun non
Muslim, dalam hal moril maupun materil, mereka harus bahu
membahu menangkis semua serangan terhadap kota mereka Madinah
d) Rasulullah adalah Pemimpin bagi penduduk Madinah kepada beliaulah
dibawa segala perkara dan perselisihan yang besar untuk diselesaikan.
62 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
e) Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan social untuk masyarakat
baru.
Karena masyarakat islam itu telah terwujud, maka menjadi suatu
keharusan islam untuk menentukan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat
yang baru terwujud itu. Sebab itu ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan
dalam periode ini terutama ditujukan kepada pembiaan hokum. Ayat-ayat
yang diturunkan itu diberi penjelasan oleh Rasulullah. Mana-mana yang
belum jelan dan belum terperinci dijelaskan oleh Rasulullah dengan
perbuatan-perbuatan beliau.
Maka timbullah dari satu buah sumber yang menjadi pokok hokum ini
(Al Qur’an dan Hadits). Satu sistem yang amat indah untuk bidang politik,
yaitu sistem bermusyawarah.
Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad
mengadakan ikatan perjanjian dengan Yahudi dan orang-orang Arab yang
masih menganut agama nenek moyang. Sebuah piagam yang menjamin
kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai suatu komunitas yang
dikeluarkan. Setiap golongan masyarakat yang memiliki hak tertentu dalam
bidang politik dan keagamaa. Kemerdekaan beragama dijamin, dan seluruh
anggota masyarakat berkewajiban mempertahankan negeridari serangan
luar.
Dalam perjajian itu disebutkan bahwa rasulullah menjadi kepala
pemerintahan karena menyangkut peraturan dan tat tertib umum, otoritas
mutlak diberikan pada beliau. Dalam bidang sodial, dia juga meletakkan
dasar persamaan antara sesame manusia perjanjian inin, dalam pandangan
ketatanegaraan sekarang, sering disebut dengan konstitusi madinah (
piagam madinah).
Diantaranya isi piagam madinah adalah :
a) Mereka adalah satu kesatuan masyarakat (ummah) yang mandiri
berbeda dengan yang lain
b) Muhajirin quraisy, seperti kelaziman mereka masa lalu, bersama –sama
( secara kelompok) membayar diyat di kalangan mereka sendiri, dan
mereka ( sebagai satu kelompok) menerima uang tebusan atau
(tawanan) mereka, (ini harus dilaksanakan dengan benar dan adil
diantara mukminin.
c) Mukmin tidak diperkenankan menyingkirkan arang yang berhutang
tapi harus memberinya (bantuan) menurut kewajaran, baik untuk
membayar tebusan maupun untuk membayar diyat.
d) Seorangmukmin tidak diperkenankan membunuh seseorang mukmin
untuk kepentingan kafir,dan tidak diperkenankan juga berpihak
kepada dalam sengketa dengan seorang mukmin.
Sirah Nabawiyyah | 63
e) Siapa saja yahudi yang mau bergabung berhak mendapatkan bantuan
dan persamaan (hak). Dia tidak boleh diperlakukan secara buruk dan
tidak boleh pula memberikan bantuan kepada musuh-musuh mereka.2
C. Karakteristik Kaum Muhajirin
Kaum Muhajirin ini telah mengalami siksaan yang tiada henti-hentinya
dari orang-orang kafir Makkah, sehingga tak tertahankan lagi untuk terus
menetap di sana. Keadaan inilah yang memaksa mereka untuk berhijrah ke
Madinah. Orang-orang kafir Makkah menguasai tempat tinggal dan harta
benda yang mereka tinggalkan. Maka dari itu Allah SWT menyebut mereka
didalam Al-Qur’an sebagai Fakir, atau dengan kata lain amat sangat miskin.
Seringkali, sebagian besar dari mereka tidak memiliki apapun untuk sekedar
makan sehingga biasanya mereka mengikatkan batu-batu untuk menekan
perut, menahankan lapar. Banyak pula yang diantara mereka yang menggali
tanah, membuat liang untuk duduk melindungi diri mereka sendiri dari
terpaan udara dingin.
Ciri-ciri ke-dua dari para Muhajirin ini adalah alasan yang melatar-
belakangi kepergian mereka meninggalkan kampung-halaman mereka.
Mereka berhijrah bukan demi keuntungan duniawi berupa apapun. Dapat
dipastikan bahwa mereka melakukannya demi mencari ridha Allah SWT
dalam kehidupan di dunia ini, dan untuk mencari karunia-Nya di Hari
Pembalasan kelak.
Ciri-ciri yang ke-tiga,mereka berhijrah untuk menolong Allah SWT dan
Rasulullah SAW.Maksud dari menolong Allah SWT disini adalah menolong
dalam hal mendakwahkan Al-Islam.Mereka telah memberikan pengorbanan
yang luar biasa demi mencapai dua macam tujuan di atas.
Ciri-ciri ke-empat dari para Muhajirin ini adalah, mereka itu benar dalam
kata dan perbuatan.Mereka berdiri tegak diatas ikrar yang mereka ucapkan
kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW (mengucapkan dua kalimat syahadat)
di awal mula mereka masuk Islam. Allah SWT menegaskan didalam firman-
Nya diatas, bahwa para Muhajirin itu seluruhnya adalah benar (shiddiq).Maka,
mengatakan sesuatu keburukan perihal mereka adalah bertentangan dengan
pernyataan Allah SWT tersebut di atas.
D. Karakteristik Kaum Anshar
Pada ayat berikutnya; Surat Al-Hasyr Ayat 9; Allah SWT menjelaskan
ciri-ciri kaum Anshar,
Dan mereka yang sebelum itu telah bertempat tinggal di Madinah dan
telah beriman (kaum Anshar), mencintai para Muhajirin, tidak ada
2 Fatah Syukur NC, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Pustaka Rizki Putra,
2005)
64 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
kecemburuan didalam dada mereka atas apa-apa yang telah mereka berikan
(kepada para Muhajirin) dan mereka itu lebih mengutamakan (para Muhajirin)
diatas kepentingan mereka sendiri, walaupun sebenarnya mereka juga
membutuhkan apa-apa yang telah diberikan itu.Dan barangsiapa yang
terpelihara dari kekikirannya sendiri, mereka itulah orang-orang yang
beruntung.
Penting untuk digaris-bawahi, bahwa Imam Malik menganggap kota
Madinah adalah kota yang paling diberkati oleh Allah SWT dan merupakan
kota yang amat berbeda dengan kota-kota lain di dunia ini. Sebab, kota ini
telah tertaklukkan oleh Iman. Adapun kota-kota lain, termasuk Makkah,
tertaklukkan melalui pertempuran dalam arti yang sebenarnya. Maka, Allah
SWT menyatakan bahwa ciri-ciri pertama dari kaum Anshar adalah, mereka
dibesarkan di kota yang dimuliakan, karena dipersiapkan sebagai tempat
bernaung bagi Rasulullah SAW dan para pengikutnya.3
Cir-ciri yang ke-dua, kaum Anshar tidak memandang para Muhajirin
yang tak berdaya itu sebagai aral atas diri mereka. Mereka menerima para
Muhajirin dengan tangan terbuka dan mencintai mereka secara tulus. Mereka
sangat termotivasi dengan ketentuan dari Allah, bahwa orang beriman itu
bersudara sesamanya. Karena cinta persudaraan inilah, Kaum Anshar rela
berbagi rata seluruh kepemilikan mereka dengan Kaum Muhajirin, bahkan
sampai pada perlengkapan rumah-tangga pun mereka bagikan. Lebih dari itu,
orang-orang Anshar yang beristri lebih dari satu, secara sukarela segera
menceraikan satu diantaranya agar dapat dinikahi oleh para muhajirin. Dalam
menjalankan hal ini, orang Anshar memperkenalkan saudaranya dari
Muhajirin kepada istri-istrinya, kemudian ia menyuruh saudaranya muhajirin
itu untuk memilih yang mana yang paling menarik hatinya. Kebetulan, pada
waktu itu kewajiban mengenakan jilbab belum diwahyukan.4
Ciri-ciri yang ke-tiga dari kaum Anshar adalah, mereka menerima
dengan sepenuh-hati apapun yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepada
kaum Muhajirin. Sebagai contoh, ketika kaum Muslim berhasil mengambil alih
kendali atas harta kekayaan dari Banu Nadhir dan Banu Qainuqa’ tanpa
menempuh jalan pertempuran, harta benda itu harus dibagikan oleh
Rasulullah SAW kepada lima kategori penerima Fa’i sebagaimana tersebut
didalam Al-Qur’an. Maka beliau meminta Tsabit bin Qaish RA untuk
mengumpulkan kaum Anshar. Beliau kemudian berkhutbah di hadapan
mereka dan memuji perilaku keteladanan mereka terhadap para Muhajirin.
Selanjutnya, Nabi SAW menawarkan dua pilihan berkaitan dengan pembagian
kepemilikan harta kekayaan yang baru saja diperoleh itu, “Jika kubagikan
perolehan ini kepada semua orang Anshar dan Muhajirin, maka para
Muhajirin masih akan terus tinggal di rumah para Anshar. Pilihan lainnya,
3 Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), hal. 99
4 Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam I, (Jakarta: PT Husna Zikra, 2000)
Sirah Nabawiyyah | 65
kubagikan perolehan ini hanya kepada para Muhajirin dan dengan demikian
mereka bisa meninggalkan rumah para Anshar dan memulai hidup mandiri.”
Pemimpin kaum Anshar, Sa’ad bin ‘Ibada dan Sa’ad bin Ma’az menanggapi,
“Silahkan, bagikanlah diantara kaum Muhajirin saja, dan hendaklah
merekapun tetap tinggal di rumah kami.” Allah SWT menyukai tanggapan para
Anshar ini dan mewahyukan ayat yang menyatakan bahwa kaum Anshar sama
sekali tidak merasa keberatan didalam hati mereka perihal pembagian harta
kekayaan yang bernilai tinggi.5
Kaum Anshar berbuat demikian bagaikan mereka sama sekali tidak
membutuhkan harta itu. Jika ada di dalam hati kaum Anshar percikan
kecemburuan social, sedikitpun tidak kelihatan dari sikapnya keseharian.6
Begitulah, pembagian pun dilakukan diantara kaum Muhajirin saja oleh
Nabi Muhammad SAW. Namun, dua orang Anshar yang sangat membutuhkan,
yakni Sahal bin Hanif RA dan Abu Dujana RA juga memperoleh bagian.
Ciri-ciri ke-empat dari kaum Anshar adalah, mereka lebih cenderung
mencukupi kebutuhan kaum Muhajirin, walaupun mereka juga mempunyai
kebutuhan yang sama.
Qurthubi telah menguraikan beberapa situasi yang menyangkut
hubungan Muhajirin dan Anshar. Beberapa diantaranya disajikan disini
karena sangat penting untuk penyadaran seluruh umat manusia.
Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa, suatu kali seseorang datang
kepada Nabi Muhammad SAW dan berkata, “Saya teramat sangat lapar dan
sudah tak tertahankan lagi.”Maka Rasulullah bertanya kepada Istri-istri beliau
adakah makanan di rumah.Mereka menjawab bahwa tidak ada lagi makanan,
hanya air saja yang tersedia.Maka, beliau bertanya kepada para sahabat,
“Siapa yang akan menjamu saudara kita ini pada malam ini?”Seorang Anshar
menawarkan diri.Ia membawa saudara yang kelaparan itu ke rumahnya dan
menyuruh istrinya menyajikan makanan. Tetapi istrinya menjawab, “Makanan
hanya pas-pasan untuk dibagikan pada anak-anak kita saja.”Orang Anshar
itupun berkata kepada istrinya,”Baringkanlah anak-anak, agar mereka
tertidur.Lalu, sajikankah makanan itu dan matikanlah lentera.Aku harus
berpura-pura makan bersama tamu kita ini.Ia tidak akan mengetahuinya
dalam gelap.”Maka tamu itupun makan, dan keesokan harinya kedua orang itu
kembali menjumpai Rasulullah SAW.Maka Nabi SAW memberi ucapan selamat
kepada orang Anshar ini, beliau bersabda, “Allah SWT sangat menyukai
keramah-tamahanmu tadi malam.” (Tirmidzi)
Peristiwa ini adalah membuktikan di depan Nabi SAW betapa kaum Anshar
mampu menerjemahkan atau mengimplementasikan pesan-pesan iman
kedalam perilakunya keseharian.
5 Fatah Syukur NC, Sejarah Peradaban Islam, hal. 8
6 Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah, hal. 87
66 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
Semoga Allah SWT memberikan kemampuan kepada kita untuk
menghargai dan menghormati keutamaan para Sahabat Rasulullah SAW,
sehingga kita bisa dimasukkan Allah SWT kedalam kelompok yang ketiga
umat Muhammad Rasulullah SAW, dan memperoleh keberhasilan di dalam
kehidupan yang sekarang maupun di kehidupan mendatang. Terutama
meneladani Keutamaan karakter sikap para Sahabat Rasulullah SAW
Muhajirin dan Anshar dalam hidup bermasyarakat. Cendekiawan muslim
wajib mempelajari dan mengembangan sistem manajemen yang
mendukung Masyarakat Tanpa Kekerasan, manajemen tanpa diskriminasi,
manajemen yang menjamin kebutuhan setiap orang terpenuhi secara mudah
dan tidak hanya menguntungkan segelintir orang. Setiap perjuangan harus
selalu bermuara pada tegaknya tegaknya kebajikan.
Amiin…
Sirah Nabawiyyah | 67
BAB IX
Pembentukan Masyarakat
Islam Dan Piagam Madinah
Oleh: Rajib Nur Rasyid, Reva Berliansyah Firdaus
68 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
A. Membangun Masyarakat Islam di Madinah
Pada hari Jumat tanggal 12 Rabiul Awal 1 H, bertepatan dengan tanggal
27 September 622 M, Rasulullah SAW singgah di Bani An-Najjar. Tatkala onta
yang beliau naiki berhenti dan menderum di hamparan tanah di depan rumah
Abu Ayyub, maka beliau bersabda, “Di sinilah tempat singgah, insya Allah.”
Maka beliau pun menetap dirumahnya.
Langkah-langkah Rasulullah SAW membangun masyarakat islam di
Madinah:
1. Membangun Masjid
Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah SAW adalah membangun
masjid, tepat ditempat menderumnya onta itulah beliau membeli tanah
tersebut dari 2 anak yatim yang jadi pemiliknya. Beliau terjun langsung
dalam pembangunan masjid itu seraya bersabda “Ya Allah, tiada kehidupan
yang lebih baik kecuali kehidupan akhirat, maka ampunilah orang-orang
Anshar dan Muhajirin.
Sementara ditempat tersebut ada kuburan orang-orang musyrik,
puing-puing reruntuhan bangunan, pohon kurma dan sebuah pohon lain.
Maka beliau memperintahkan menggali kuburan-kuburan itu meratakan
puing bangunan, memotong pohon dan menetapkan arah kiblatnya yang
saat itu masih menghadap ke Baitul Maqdis. Dua pinggiran pintunya dibuat
dari batu, dindingnya dari batu bata yang disusun dengan lumpur tanah,
atapnya dari daun kurma, tiangnya dari batang pohon, lantainya dibiarkan
dari pasir dan kerikil-kerikil kecil, pintunya ada tiga. Panjang bangunan
dari arah kiblat hingga keujungnya seratus hasta dan lebarnya hampir
sama. Adapun pondasinya kurang lebih tiga hasta.Tujuan Rasulullah
membangun masjid ini bukan sekedar mempersiapkan tempat untuk
shalat, tetapi sebagai tempat untuk bertemu, bermusyawarah dalam
menyelesaikan permasalahan umat, segala urusan terkosentrasi pada
tempat tersebut baik urusan duniawi maupun ukhrowi.
2. Mempersaudarakan Umat Islam
Setelah urusan sudah disentralisasikan, Rasulullah juga
mempersaudarakan antar sesama muslim, Khususnya kaum Muhajirin dan
kaum Anshar. Hal ini sangat penting, guna mensukseskan pembinaan
masyarakat Islam. Juga untuk mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan
papan. Sebab pada waktu hijrah sebagian tidak bisa membawa perbekalan.7
Persaudaraan yang dijalin oleh Rasulullah antar kaum Muslim itu Bukan
saja Berfungsi memberi bantuan materi dari yang berpunya kepada yang
tak berpunya, tetapi juga berusaha menghapus perbedaan-perbedaan yang
dapat mengakibatkan penghinaan sesama. Contohnya persaudaraan antara
7 M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW Dalam Sorotan Al-
Qur’an dan Hadits-Hadits Shahih, (Jakarta: Lentera Hati, 2012), Cet. I, hal. 512-513
Sirah Nabawiyyah | 69
Hamzah Bin Abdul Muthalib putra tokoh utama Quraisy masa jahiliyah
dengan Zaid Bin Haritsah yang dinilai sebagai bekas hamba sahaya.
8Rasulullah SAW menyuruh sahabat-sahabatny untuk melakukan sensus
penduduk muslim hal ini untuk mengetahu jumlah penganut islam yang
siap untuk melaksanakan Tugas, mempertahankan aqidah, dan kesatuan
masyrakat. Guna berhasilnya Tujuan dakwah, dalam hal ini keamanan dan
kedamaian yang harus dinikmati oleh semua pihak. Serta tersingkirnya rasa
takut dan sedih, dirancanglah “piagam madinah”. Guna mengcover segala
kebutuhan dan perbedaan masyarakat madinah yang penghuninya bukan
golongan orang muslim saja.
Isi dari Piagam Madinah:
“Ini adalah perjanjian dari Nabi SAW, berlaku di antara orang-orang
mukmin dan muslim dari Quraisy dan Yatsrib serta siapa pun yang
mengikuti mereka, menyusul dikemudian hari dan yang berjihad bersama
mereka:
1. Mereka adalah umat yang satu di luar golongan yang lain.
2. Muhajirin dan Quraisy dengan adat kebiasaan yang berlaku di antara
mereka harus saling bekerja sama dalam menerima atau membayar
suatu tebusan. Sesama orang mukmin harus menebus orang yang
ditawan dengan cara yang ma’ruf dan adil. Setiap kabilah dari Anshar
dengan adat kebiasaan yang berlaku di kalangan mereka harus
menebus tawanan mereka sendiri, dan setiap golongan di antara orang-
orang mukmin harus menebus tawanan dengan cara yang ma’ruf dan
adil.
3. Orang-orang mukmin tidak boleh meninggalkan seseorang yang
menanggung beban hidup di antara sesama mereka dan memberinya
dengan cara yang ma’ruf dalam membayar tebusan atau membebaskan
tawanan.
4. Orang-orang mukmin yang bertaqwa harus melawan orang yang
berbuat zhalim, berbuat jahat dan kerusakan di antara mereka sendiri.
5. Secara bersama-sama mereka harus melawan orang seperti ini,
sekalipun dia anak seseorang di antara mereka sendiri .
6. Seseorang mukmin tidak boleh membunuh mukmin yang tidak
bersalah, maka dia harus mendapatkan hukuman yang setimpal,
kecuali jika wali orang yang terbunuh merelakannya.
7. Seorang mukmin tidak boleh membantu orang kafir dengan
mengabaikan orang mukmin lainnya.
8. Jaminan Allah adalah satu. Orang yang paling lemah di antara mereka
pun berhak mendapat perlindungan.
8 M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW Dalam Sorotan Al-
Qur’an dan Hadits-Hadits Shahih, (Jakarta: Lentera Hati, 2012), Cet. I, hal. 512-513
70 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
9. Jika ada orang-orang Yahudi yang mengikuti kita, maka mereka berhak
mendapat pertolongan dan persamaan hak, tidak boleh di zhalimi dan
ditelantarkan.
10. Perdamaian yang dikukuhkan orang-orang mukmin harus satu.
Seorang mukmin tidak boleh mengadakan perdamaian sendiri dengan
selain mukmin dalam satu peperangan fi sabilillah. Mereka harus sama
dan adil.
11. Sebagian orang mukmin harus menampung orang mukmin lainnya,
sehingga darah mereka terlindungi fi sabilillah.
12. Orang musyrik tidak boleh melindungi harta orang Quraisy dan tidak
boleh merintangi orang mukmin.
13. Siapa pun yang membunuh orang mukmin tang tidak bersalah, maka
dia harus mendapat hukuman yang setimpal, kecuali jika wali orang
yang terbunuh merelakannya.
14. Semua orang mukmin harus bangkit untuk membela dan tidak boleh
diam saja.
15. Orang mukmin tidak boleh membantu dan menampung orang yang
jahat. Siapa yang melakukannya maka dia berhak mendapat laknat
Allah dan kemurkaannya pada hari kiamat dan tidak ada tebusan yang
bisa diterima.
16. Perkara apa pun yang kalian perselisihkan, harus dikembalikan kepada
Allah SWT dan Muhammad SAW.9
B. Implikasi Nilai-Nilai Moral Terhadap Masyarakat
Dengan kebijakan dan perencanaan tersebut, Rasulullah SAW telah
berhasil menancapkan pilar-pilar masyarakat baru, akan tetapi sebelum itu,
fenomena ini tidak lain merupakan implikasi dari nilai-nilai yang diserap oleh
para generasi agung tersebuut berkat persahabatan mereka dengan Nabi
SAW. beliau mengajarkan mereka adab-adab berkasih sayang, bersaudara,
menjunjung keagungan, kemuliaan, ibadah dan ketaatan.
Beliau bersabda:
َُل يَحد ُخلُ ا حلَنهةَ َم حن َل ََيحَم ُن َجاُرهُ بََوائََقه
“Tidak akan masuk surga, orang yang tetangganya tidak merasa
aman dari gangguannya.”10 (HR. Bukhari 6016 dan Muslim 46).
Beliau juga bersabda:
َلَ يُحؤَم ُن أَ َح ُدُك حم َحَهّت ََُي هب ْلَ َخيحَه َما ََُي ُّب لَنَ حف َسه
9 Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar) Hal. 213-214
10 HR. Muslim, Misykah al-Mashabih, 2/422.
Sirah Nabawiyyah | 71
“Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai
saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”11 (HR. Bukhori
dan Muslim)
Beliau menghitung perbuatan menyingkirkan gangguan dari jalan
sebagai sedekah dan menghitungnya sebagai satu cabang dari cabang-cabang
iman.12
Beliau menghimbau mereka agar berinfaq dan menyebutkan keutamaan-
keutamaannya yang membuat hati terpikat olehnya, yaitu saat beliau
bersabda, “sedekah akan memadamkan semua kesalahan (dosa-dosa kecil)
sebagaimana air memadamkan api.”13 Beliau juga menyampaikan kepada
mereka mengenai keutamaan beribadah, ganjaran serta pahalanya di sisi Allah
SWT ditambah lagi urgensi dari pemahaman dan refleksinya.
Dengan nilai-nilai yang kokoh dan tinggi ini, terciptalah elemen-elemen
masyarakat baru, yang (sanggup) menghadapi setiap benturan zaman
sehingga mampu mengalihkan arahnya dan merubah arus sejarah dan hari-
hari.
11 Shahih al-Bukhari, hal. 6
12 Dan hadits yang berkenaan dengan itu diriwayatkan di dalam kitab ash-
shahihain; Lihat juga, Misykah mashabih, hal. 167
13 HR. Ahmad, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah; Misykah al-Mashabih, hal. 14
72 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
BAB X
Perjanjian Hudaibiyah
Oleh: Syahrul Hidayat, Solahuddin
Sirah Nabawiyyah | 73
A. Pengertian Perjanjian Hudaibiyah
Perjanjian Hudaibiyah adalah perjanjian yang terjadi ketika Rasullullah
saw ingin umrah ke tanah suci Makkah, sesudah peristiwa perang Khandaq.
Saat itu Rasullullah saw sangat merindukan kampung halamannya, dan ingin
sekali melihat kakbah. Oleh karena itu, pada tahun 628M / tahun ke-6 H yakni
pada bulan Dzulqa’dah, Rasullullah saw mempersiapkan perbekalan dan
menyeru orang-orang Arab dan Badui yang ada di sekitarnya untuk pergi
bersama beliau, karena khawatir orang-orangQuraisy akan memerangi atau
menghalanginya berkunjung ke Baitullah. Tak sedikit orangBadui yang
menampik ajakannya. Walau demikian, Rasulullah tetap berangkat bersama
parasahabat dari kaum Muhajirin, kaum Anshar, dan orang-orang Arab
lainnya1.
Lalu perjanjian Hudaibiyah pun dibuat antara kaum Musyrikin Makkah
dengan Rasullullah saw di lembah Hudaibiyah, yaitu di pinggiran Makkah,
karena kaum Musyrikin Makkah ingin menghalangi rombongan Rasullullah
saw untuk masuk ke dalam kota Makkah, walaupun hanya sekedar umroh
saja.
Inilah isi perjanjian Hudaibbiyah tersebut:
1. Diberlakukannya gencatan senjata Makkah dan Madinah selama 10
tahun.
2. Jika ada warga Makkah yang menyeberang ke kawasan Madinah tanpa
seizin dari walinya maka akan dikembalikan ke Makkah.
3. Jika ada warga Madinah yang menyeberang ke kawasan Makkah maka
tidak diperbolehkan kembali ke Madinah.
4. Ada warga selain dari Makkah dan Madinah, maka warga tersebut bebas
untuk memilih Makkah atau Madinah.
5. Kaum Muslimin yang menempuh perjalanan ke Makkah, namun harus
berpulang tanpa harus menunaikan haji. Maka untuk tahun berikutnya
mereka hanya diperbolehkan 3 hari di Makkah.
B. Penyebab Terjadinya Perjanjian Hudaibiyah
Perkembangan dakwah yang terjadi setelah Rasullullah saw hijrah
sangatlah pesat, itu dapat kita ketahui dari kondisi kaum Muslimin pasca
perang Badar, Uhud, dan Khandaq. Tiga peperangan tersebut membawa efek
positif kepada pihak kaum Muslimin, dikarenakan keberhasilan dakwah
Rasullullah saw yang mulai diakui dan jadi pusat perhatian para pemimpin
kabilah-kabilah lain diluar kawasan Makkah maupun Madinah.
Dari perkembangan itu Rasullullah saw dan para sahabat mulai
mempersiapkan langkah-langkah permulaan untuk mendapatkan pengakuan
hak-hak kaum Muslimin dalam melaksanakan ibadah di Masjidil Haram, yang
1 Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah, (Bierut: Dar al kitab Arabi, 1990), hal. 255-256
74 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
selalu dihalang-halangi oleh kamu Musyrikin Makkah selama enam tahun
pasca hijrah ke Madinah.
Saat berada di Madinah Rasullullah saw pernah bermimpi bahwa Beliau
bersama para sahabat memasuki masjidil haram, mengambil kunci Ka’bah,
melakukan thawaf dan umrah, sebagian sahabat ada yang mencukur dan
sebagian lain ada yang memendekkan rambutnya2.Dari mimpi itu Rasullullah
saw lalu memberitahukannya kepada para sahabat Beliau, pada saat itu juga
langsung disambut gembira, karena para sahabat mengira mereka akan bisa
memasuki kota Makkah pada tahun ini juga.
Pada hari senin tanggal 1 Dzulqa’dah 6 H, Rasullullah saw berangkat
dengan menaiki unta yang bernama Al-Qashwabersama rombongan Beliau ke
Masjidil Haram dengan niat umrah, sedangkan yang menjaga kota Madinah
diserahkan kepada Ibnu Ummi Maktum atau pun Numailah Al-Laitsy, dan yang
mendampingi Rasulllullah saw pada saat itu adalah istri Beliau yang bernama
Ummu Salamah.
Sekitar 1400 hingga 1500 orang yang ikut bersama rombongan
Rasullullah saw, mereka membawa 70 ekor unta sebagai hewan sembelihan.
Di saat rombongan Rasullullah saw tiba Dzul Hulaifah, mereka mulai
mengalungi tali dan memberi tanda pada hewan kurban, dan mereka memakai
kain ihram sebagai tanda, agar orang-orang tidak salah sangka terhadap
rombongan Beliau. Pada saat yang sama, kaum Musyrikin Makkah sudah
mengetahui bahwa rombongan Rasullullah saw sedang menuju Masjidil
Haram, dan mereka menyelenggarakan majelis permusyawaratan. Dari situ
mereka ingin menghalangi rombongan Rasullullah saw untuk memasuki
Masjidil Haram dengan berbagai cara, salah satunya adalah mengirim pasukan
yang dipimpin oleh Khalid bin Al-Walid untuk menghalangi rombongan
Rasullullah saw memasuki Masjidil Haram, dan usaha itu dapat dihindari oleh
Rasullullah saw dengan mengambil jalan memutar melalui Al-Hamsy menuju
Tsaniyatul Murar sebelum turun ke Hudaibiyah.Hudaibiyah adalah sumur
yang terletak di sebelah barat daya kota Makkah yang berjarak sekitar 22 km.
Padahal terdapat peraturan tidak tertulis di anatar bangsa Arab itu
sendiri, apabila datang ke Masjidil Haram dengan tujuan yang baik dan niat
yang suci haruslah diperkenankan masuk dan dijamin keselamatan jiwa dan
raganya. Oleh karena itu, apabila ada seseorang ataupun kelompok yang
menghalangi orang lain yang hendak beribadah ke tempat suci itu, maka
dinyatakan sebagai pelanggaran hukum. Tetapi sikap orang-orang Quraisy
terhadap kaum Muslimin sangatlah bertolak belakang dari undang-undang
yang telah disepakati oleh segenap bangsa Arab pada masa itu3.
2 Shariyyurrahman Al-Mubarakfuri, Rahiqul Makhtum, (Jakarta: Dar Al-Kotob
Al-Ilmiyah, 2008), hal. 230
3 Chalil Moenawar, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw, (Depok: GEMA
INSANI, 2008 ), jilid. II, hal. 343
Sirah Nabawiyyah | 75
Setelah kejadian itu, Rasullullah saw ingin mengirim utusan sebagai
perwakilan Rasullullah saw untuk menjelaskan tujuan utama Beliau dan
rombongan ingin pergi ke Makkah, maka di utuslah Ustman bin Affan sebagai
utusan Rasullullah saw. Sebenarnya tidak hanya Ustman saja, sebelum itu ada
Budail bin Warqa’ Al-Khuza’y yang menjadi perantara Rasullullah saw dengan
Quraisy, dan orang-orang Quraisy pun mengirim beberapa utusan kepada
Rasullullah saw, seperti Al-Hulais bin Al-Qamah dan Urwah bin Mas’ud Ats-
Tsaqafi, tetapi dari semua utusan tersebut tidak menemukan jalan keluar yang
memuaskan dari kedua belah pihak.
Ketika Ustman bin Affan berangkat hingga dia bertemu dengan orang-
orang Quraisy di Baldah, Utsman bin Affan diberi Jaminan oleh Aban bin Sa’id
bin Al-Ash dan langsung mengawal Ustman bin Affan bertemu para pemimpin
Quraisy. Sempat tersiar kabar bahwa Utsman telah terbunuh karena sangat
lama sekali Utsman belum kembali jugake rombongan Rasullullah saw, sebab
Utsman bin Affan ditahan cukup lama oleh orang-orang Quraisy yang pada
waktu itu berusaha mencari jalan keluar yang memuaskan dari kedua belah
pihak. Oleh karena itu, barulah Utsman bin Affan dilepaskan dengan jawaban
yang mereka tulis dalam sebuah surat sebagai hasil dari perundingan mereka
dengan Utsman bin Affan.
Maka diutuslah Suhail bin Amr sebagai awal perundingan Rasullullah
saw dengan orang-orang Quraisy, karena mereka menyadari bahwa posisi
yang mereka hadapi sangatlah rawan. Oleh karena itu, Suhail bin Amr yang
ditunjuk sebagai perwakilan orang-orang Quraisy dalam perundingan dengan
Rasullullah saw, tetapi dalam hasil perundingan tersebut haruslah rombongan
Rasullullah saw pulang ke Madinah pada tahun ini, agar orang-orang Quraisy
tidak terdengar lagi kalah perang antar kaum Muslimin.
Lalu bertemulah Suhail bin Amr dengan Rasullullah saw dan
dilakukanlah perundingan di Hudaibiyah yang menghasilkan perjanjian
Hudaibiyah yang ditulis oleh Ali bin Abi Thalib. Sebenarnya perjanjian
tersebut tidak disetujui oleh sahabat yang lain sekalipun Ali bin Abi Thalib
yang menulisnya kecuali Abu Bakar, karena saat perundingan itu berlangsung
dan disetujui oleh Rasullullah saw, yang belum dirundingkan kepada sahabat
yang lain, tetapi hanya Abu Bakar saja yang tetap percaya kepada Rasullullah
saw atas keputusan yang diambil oleh Beliau.
C. Keuntungan dan Kerugian yang Didapat Kaum Muslimin
Dapat kita lihat dari perjanjian Hudaibiyah tersebut terdapat
keuntungan dan kerugian yang didapat oleh kaum Muslimin, tetapi kerugian
itu hanyalah sesaat saja dan banyak sekali keuntungan yang didapat oleh
kaum Muslimin. Hanya sedikit dari para sahabat yang menyadari tujuan
sebenarnya dari perjanjian Hudaibiyah itu, sedangkan Umar bin Khattab dan
para sahabat yang lain tidak menyadarinya, dikarenakan dua hal, yakni :
76 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
1. Sebelumnya Rasullullah saw sudah menyatakan untuk mendatangi
Masjidil Haram dan thawaf di sana. Lalu mengapa Rasullullah saw
kembali ke Madinah tanpa thawaf dulu.
2. Rasullullah saw yang telah jelas berada di atas kebenaran dan Allah
sudah menjanjikan kemenangan terhadap agama-Nya, mengapa buru-
buru merendahkan diri dengan mengkukuhkan perjanjian, tanpa
melakukan tekanan terhadap orang-orang Quraisy terlebih dulu4.
Atas dua perkara tersebut maka turunlah surah Al-Fath : 1, yang
artinya”Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu kemengan yang
nyata”. Maka barulah sadar dan tenang para sahabat yang lain atas perihal
perjanjian Hudaibiyah itu.
Sedangkan keuntungan yang didapat kaum Muslimin adalah :
1. Perhanjian Hudaibiyah ditanda tangani oleh Suhail bin Amr yaitu sebagai
perwakilan orang-orang Quraisy. Suku Quraisy merupakan suku
terhormat di Arab sehingga Madinah diakui memiliki otoritas sendiri
dalam perkembangannya.
2. Adanya perjanjian ini, pihak Quraisy Makkah artinya memberikan
wewenang kekuasaan terhadap pihak Muslim Madinah untuk
menghukum pihak Quraisy Makkah yang menyalahi perjanjian ini.
Rasullullah saw sudah sangat memahami betul karakteristik orang-
orang Makkah, sehingga Beliau mengetahui bahwa mereka akan melanggar
perjanjian tersebut sebelum selesai 10 tahun. Dan apabila itu terjadi, maka
akan menjadi landasan hukum untuk menaklukan orang-orang Quraisy di
Makkah.
D. Pengiriman Surat Dakwah kepada Beberapa Pemipin dan Raja
Selama masa gencatan senjata, kaum Muslimin sangat bersemangat
untuk menyebar luaskan agama Islam ke seluruh Jazirah Arab karena tidak
ada lagi yang dapat menghalangi mereka, oleh karena itu, Rasullullah saw
mulai menulis surat dakwah kepada beberapa raja, pada saat itu ada yang
memberitahukan kepada Beliau bahwa mereka tidak akan menerima kecuali
disertai dengan stempel cincin, maka dibuatlah cincin yang bertuliskan
“Allah”, ”Rasul”, ”Muhammad”. Dan ditunjuklah beberapa sahabat untuk
menyerahkan surat dakwah itu kepada beberapa raja5.
1. Surat kepada Najasyi, Raja Habasyah
Raja Habasyah bernama Ash-Shamah bin Al-Aijar, Rasullullah saw
menunjuk sahabat Amr bin Umayyah Adh-Dhamri yang bertugas mengirim
surat ini pada bulan Muharram tahun 7 H. karena pernah juga dulu dikirimi
4 Shariyyurrahman Al-Mubarakfuri, Rahiqul Makhtum, hal. 236
5 Shariyyurrahman Al-Mubarakfuri, Rahiqul Makhtum, hal. 240
Sirah Nabawiyyah | 77
surat oleh Rasullullah saw pada saat hijrah pertama ke Habasyah, maka
Raja habasyah pun telah menerima ajakan Rasullullah saw dan masuk
islam.
2. Surat kepada Muqauqis, Raja Mesir
Raja Mesir bernama Juraij bin Mata yang bergelar Muqauqis,
Rasullullah saw menunjuk sahabat Hathib bin Abu Balta’ah yang bertugas
mengirim surat ini. Setelah surat itu dibaca maka Raja Mesir pun mengakui
kenabian Muhammad saw dan mengirimkan dua wanita yang bernama
Mariyah dan Sirin, dan juga satu bagal. Tetapi dia tidak masuk islam.
3. Surat kepada Kisra, Raja Persia
Kisra adalah seorang raja yang memimpin di Persia dan beragama
Majusi, Rasullullah saw menunjuk sahabat Abdullah bin Hudzafah As-Sahmi
yang bertugas mengrim surat dakwah kepadanya. Setelah menerima
balasan dari Kisra maka Nabi saw bersabda,”Allah akan mencabik-cabik
kerajaannya.”karena Kisra mencabik-cabik surat dakwah Rasullullah saw
dan menghina Beliau. Maka sesuai yang disabdakan oleh Rasullallah saw
terjadilah pemberontakan oleh putra pertamanya Syiruyah yang
membunuh Kisra.
4. Surat kepada Qaishar, Raja Romawi
Raja Romawi yang lebih kita kenal pada masa itu adalah Heraklius,
Rasullullah saw menunjuk sahabat Dihyahbin Khalifah Al-Kahbi yang
bertugas mengirim surat dakwah kepadanya, tetapi ia hanya diperintahkan
menyerahkan surat itu kepada pemimpin Bashrah, biar dialah yang
menyampaikannya kepada Qaishar. Setelah membaca surat itu Qaishar
langsung memerintahkan anak buahnya seseorang yang dapat menjelaskan
sosok Rasullullah saw, pada saat itu Abu Sufyan bin Harb bersama Khalifah
dagangnya sedang berada di Ailia (Al-Quds), maka Abu Sufyanlah yang
memberikan kesaksian untuk Rasullullah saw terhadap semua pertanyaan
yang diajukan kepada Abu Sufyan. Setelah mendengar semua jawaban Abu
Sufyan dan membaca surat dakwah Rasullullah saw, maka berubahlah rona
wajah Heraklius seperti orang yang ketakutan terhadap seorang penguasa6.
Raja Heraklius berkata”Jika yang kau katakan itu benar,maka dia akan
menguasai tempat dimana aku berpijak sekarang. Andaikan aku bebas
bertemu dengannya, maka aku lebih memilih bertemu dengannya.
Andaikan aku berada dihadapannya, maka akan kucuci kedua kakinya.
6 Al-Hafni Abdul Mun’im, Ensiklopedia Muhammad Saw, (Jakarta: Noura Books,
2014), Terj. Mausu’ah Hayah Muhammad jilid 1 oleh Ahmad Dzulfikar dan Yusni
Amru Ghazali, Cet I, hal. 183
78 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
5. Surat kepada Al-Mundzir bin Sawa
Al-Mundzir bin Sawa adalah raja Bahrain, Rasullullah saw mengutus
Al-A’la bin Hadrami untuk mengantarkan kepada Al-Mundzir bin Sawa.
Setelah membaca surat dakwah itu Al-Mundzir mengirim surat balasan
kepada Rasullullah saw yang intinya bahwa “diantara semua rakyat Bahrain
ada yang sudah masuk islam, ada yang membenci islam, ada juga yang
beragama Majusi dan Yahudi, maka jelaskanlah urusan tuan”. Maka
Rasullullah saw menulis surat lagi yang intinya “Biarkanlah orang-orang
Muslim karena mereka telah masuk islam, kuampuni orang-orang yang
telah berbuat dosa dan terimalah mereka. Selagi engkau tetap berbuat baik,
maka kami tidak akan menurunkanmu dari kekuasaanmu, dan orang-orang
Majusi dan yahudi hendaklah membayar jizyah apabila tidak masuk islam7.
6. Surat kepada Pemimpin Yamamah
Haudzan bin Ali Al-Hafni adalah pemimpin Yamamah, Rasullullah saw
menugaskan Salith bin Al-Amiri sebagai pembawa surat Rasullullah saw.
Setelah membaca surat itu Haudzan malah meminta sedikit kekuasaan
kepada Rasullullah saw baru dia masuk islam, maka Rasullullah saw pun
menolak tawarannya.
7. Surat Pemimpin Damaskus
Rasullullah saw menunjuk Syu’ja bin Wahb dari Bani Asad bin
Khuzainah untuk mengantarkan surat dakwah Rasullullah saw kepada
pemimpin Damaskus, yakni Al-Harits bin Abu Syamr Al-Ghassani. Tetapi
reaksi yang didapat sehabis membaca surat itu adalah perlawanan, dan Al-
Harits tidak mau masuk Islam.
8. Surat kepada Raja Uman
Rasullullah saw mengirimkan surat kepada raja Uman yakni Abd dan
Jaifar keduanya adalah anak Al-Julunda, dan yang menjadi kurir adal Amr
bin Al-Ash. Pertama Amr menemui Abd Al-Julunda karena ia terkenal
dengan sifat lemah lembutnya, saat bertemu maka terjadi beberapa dialog
antara Amr dan Abd, Abd bertanya kepada Amr tentang seruan yang
dibawa oleh Nabi saw, keadaan orang-orang Quraisy, Raja Habasyah, Raja
romawi, dan apa saja pencapaian yang telah diraih oleh Nabi saw. Sehabis
dialog itu maka Abd menerima seruan Rasullullah saw tetapi dia tidak
memutuskannya karena saudaranya Jaifar lebih berkuasa dari pada dirinya,
maka Abd menjadi perantara antara Amr dan Jaifar, tetapi Jaifar tidak
mudah terpengaruh terhadap seruan nabi saw karena egonya terhadap
kerajaan yang dia pimpin. Setelah mengalami dialog yang panjang dan
7 Shariyyurrahman Al-Mubarakfuri, Rahiqul Makhtum, hal. 244
Sirah Nabawiyyah | 79
menghabiskan beberapa hari, maka mereka bersaudara akhirnya masuk
islam karena bujukan dari Abd kepada Jaifar.
80 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
BAB XI
Fathu Makkah, Faktor
Utama Kemenangan Umat
Islam
Oleh: Tri Fiandika, Iqbal Naisabur
Sirah Nabawiyyah | 81
A. Pengertian Fathu Makkah
Fathu secara bahasa memiliki arti membuka sedangkan Makkah
sebuah merupakan Kota suci umat Islam dan tempat kelahiran Nabi
Muhammad SAW, di kota ini terdapat Ka’bah yang merupakan kiblat umat
Muslim diseluruh dunia dan merupakan Baitullah dimana umat Islam pergi ke
Mekkah untuk melaksanakan Rukun Islam.
Fathu Makkah merupakan peristiwa yang terjadi pada tahun 630
tepatnya tanggal 10 Ramadhan 8 H. Dimana Nabi Muhammad SAW beserta
10.000 pasukan menju ke Makkah secara keseluruhan, dan menghancurkan
berhala-berhala.1
B. Sebab Terjadinya Peristiwa Fathu Makkah
Fathul Mekkah terjadi akibat dari penghianatan kaum Quraisy yakni
melanggar perjanjian Hudaibiyah. Semasa zaman Jahiliyah Bani Khuza’ah dan
Bani Bakr selalu bermusuhan dan saling menyerang. Setelah Islam datang
maka terjadilah gencatan senjata di Hudaibiyah sehingga kedua belah pihak
merasa aman dan tidak ada saling menyerang antar dua kubu. Dalam
Perjanjian Hudaibiyah “Bahwa siapa yang ingin bergabung dengan Rasul dan
membuat perjanjian maka Dia boleh melakukannya, dan siapa yang ingin
bergabung dengan Quraisy dan membuat perjanjian maka Dia boleh
melakukannya”. Berkat perjanjian ini maka Bani Khuza’ah berpihak kepada
Nabi Muhammad SAW dan Bani Bakr berpihak Kepada Quraisy.2
Dalam hal ini Bani Bakr berkesempatan untuk melampiaskan dendam
kepada Bani Khuza’ah dengan menyerang secara mendadak pada malam hari
ketika Bani Khuza’ah sedang di mata air mereka, Al-Watir. Dalam serangan
mendadak ini Naufal bin Mu’awiyah Ad-Daili bersama Bani Bakr menghabisi
sebagian Bani Khuza’ah,Orang-orang Quraisy diam-diam membantu
persenjataan untuk Bani Bakr bahkan ada yang ikut langsung dalam
penyerangan. Bani Khuza’ah tersendak hingga ke Mekkah dan berlindung di
rumah Budail bin Warqa’ Al-Khuza’i. Amir bin Salim Al-Khuza’i segara ke
Madinah untuk melaporkan kejadian ini Kepada Rasulullah SAW dan Budail
dan Bani Khuza’ah datang ke Madinah untuk melaporkan hal yang sama.3
Akibat dari pelanggaran perjanjian ini Orang-orang Quraisy dan Bakr
harus menanggung apa yang telah meraka buat. Kemudian Orang-orang
Quraisy mengadakan rapat dan mengambil keputusan untuk mengutus Abu
Sufyan untuk memperbaruhi perjanjian.Kabar ini sampai ke telinga Rasulullah
1 M. Lapidus Ira, Sejarah Sosial Ummat Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persad,
2000), hal. 128
2 Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2008), Terj. Kathur Suhardi, hal. 478-479
3 Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, Terj. Kathur Suhardi, hal.
479
82 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
SAW sehingga memberitahukan kepada para Sahabat bahwa Abu Sufyan akan
datang untuk melakukan pembaharuan isi perjanjian.4
Abu Sufyan menuju ke Madinah menemui Rasul dan para sahabat
tetapi, tidak membuahkan hasil sampai Ia bertemu dengan Ali bin Abi Thalib.
Kemudian Ali memberikan saran “Demi Allah, aku tidak melihat lagi sesuatu
pun yang berguna bagimu, Bukankah engkau pemimpin Bani Kinanah?
Bangkitlah dan berilah perlindungan diantara orang-orang kemudian
pulanglah ke tempatmu”. Kemudian Abu Sufyan pulang ke Mekkah dan
mencertikan hal ini.5
C. Proses Masuknya Kaum Muslimin Ke Makkah
1. Persiapan Perang Dan Usaha Merahasiakan Rencana
Rasulullah Memerintahkan agar melakukan persiapan untuk menuju
ke Mekkah. Kemudian Rasul bersabda “Ya Allah, butakanlah Quraisy tidak
melihat dan tidak mendengar kabar aku tiba di sana secara diam-diam.”
Rasul mengutus 80 pasukan yang dipimpin oleh Abu Qatadah bin Rab’i ke
suatu tempat bernama Dzu Khasyab dan Dzu Marwah pada bulan
Ramadhan 8 H supaya ada anggapan beliau pergi ke tempat itu. Ini
merupakan rencana Rasululah untuk sampai di Makkah.6
2. Pasukan Islam Bergerak Menuju Makkah
Sepuluh hari berlalu pada bulan Ramadhan 8 H. Rasulullah
berangkat menuju Makkah bersama 10.000 sahabat dan Madinah diwakili
oleh Abu Ruhm Al-Ghaifari. Ketika di Juhfah Rasul bertemu dengan
Pamannya Al-Abbas bin Abdul Muthalib bersama keluarganya. Kemudian
di Abwa Rasul bertemu dengan Abu Sufyan bin Al-Harist yang merupakan
anak paman beliau,dan Abdullah bin Umayyah yang merupakan anak bibi
beliau. Rasul tiba di sebuah tempat yang bernama Marr Azh-Zahran untuk
istirahat dan berbuka puasa.7
3. Abu Sufyan Masuk Islam
Allah menjadikan orang-orang Quraisy tidak mendengar kabar ini,
meskipun mereka selalu bersikap waspada. Berita mengenai pasukan
muslim sama sekali tidak terdengar oleh orang-orang Quraisy. Maka
4 Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, Terj. Kathur Suhardi, hal.
481
5 Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, Terj. Kathur Suhardi, hal.
482
6 Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, Terj. Kathur Suhardi, hal.
483
7 Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, Terj. Kathur Suhardi, hal.
484
Sirah Nabawiyyah | 83
keluarlah Abu Sufyan, Hakim bin Hizam, dan Budail bin Zarqa’ berusaha
mencari informasi.8
Mereka kemudian bertemu dengan Abbas bin Abdul Muththalib.
Abbas memperingatkan Abu Sufyan bahwa pasukan tersebut adalah
pasukan muslim, dan menyarankkan Abu Sufyan untuk meminta jaminan
keamanan kepada Rasul.
Abu Sufyan setuju dengan saran dari Abbas, maka keduanya
berangkat menuju perkemahan kaum muslimin untuk menemui
Rasulullah. Dalam perjalanannya, mereka bertemu Umar bin Khatab.
Ketika tau orang yang bersama Abbas adalah Abu Sufyan, Umar segera
bergegas ke tenda Rasulullah untuk memperingatkan beliau.
Rasulullah kemudian memerintahkan Abu Sufyan untuk pergi ke
tenda Abbas, dan meminta mereka kembali ke tenda Rasulullah keesokan
harinya.Abbas dan Abu Sufyan menuruti apa yang dikatakan Rasulullah,
keesokan harinya Abu Sufyan menemui kembali Rasulullah. Sempat
timbul keraguan pada diri Abu Sufyan, tetapi ia akhirnya masuk Islam.9
Setelah Abu Sufyan masuk islam, Rasul berpesan kepada Abu Sufyan
yang isinya:
a) Siapa yang masuk ke Masjidil haram maka ia akan aman
b) Siapa yang masuk dan menutup pintu maka ia akan aman
c) Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan maka ia akan aman
4. Pasukan Islam Menuju Ke Makkah
Pada Selasa pagi, 17 Ramadhan, Rasulullah meninggalkan Marr Azh-
Zhahran menuju Mekkah. Dari Marr Azh Zhahran, Rasulullah beserta
pasukan muslim melanjutkan perjalanan hingga tiba di Dzi Thuwa. Di
tempat ini beliau membagi pasukan muslim yang akan memasuki
Mekkah.10
Rasul membagi pasukannya menjadi 4 bagian:
a) Pasukan sayap kanan di pimpin oleh Khalid bin Walid
b) Pasukan sayap kiri di pimpin oleh Zubair bin Awwam
c) Bagian barat dipimpin oleh Sa'ad bin Ubadah
d) Pasukan Bukit Hind di pimpin oleh Abu Ubaidah dan Rasulullah
5. Pasukan Islam Masuk Ke Makkah
8 M. Sameh Said, Muhammad Sang Yatim, (Bandung: Cordofa, tt), Terj. Indra
Gunawan, hal. 355
9 Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, Terj. Kathur Suhardi, hal.
488
10 Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, Terj. Kathur Suhardi, hal.
488
84 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
Masing-masing pasukan melewati jalan yang sudah ditentukan.
Dalam peristiwa ini dua rekan Khalid bin Walid gugur yang bernama Kurz
bin jabir dan Khunais bin Khalid karena tersesatsehingga melewati jalan
yang tidak semestinya di lewati dan terbunuh oleh orang Quraisy.
Kemudian Khalid bin Walid berhasil membunuh 12 orang Musyrikin dan
sebagiannya tersendak dan akhirnya masuk kerumah. Kemudian Khalid
bin Walid memasuki Makkah dan menunggu Rasul.11
Di tempat lain, Rasulullah bergerak bersama Muhajirin dan Anshar
hingga masuk Masjidil Haram. Beliau menghampiri Hajar Aswat lalu
menciumnya. Rasul kemudian berthawaf di sekeliling Ka’ba sambil
memegang busur. Pada waktu itu, di sekitar Ka’bah terdapat 360 berhala,
beliau menyodok berhala-berhala itu dengan busur sambil mengucapkan
ayat: َوقُ حل َجاءَ اْحلَ ُّق َوَزَه َق الحبَا َطلُ ۚ إَ هن الحبَا َط َل َكا َن َزُهوقًا
Artinya: “Dan katakanlah Yang benar telah datang dan yang batil
telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti
lenyap.”
Setelah Rasulullah selesai melakukan thawaf. Beliau memanggil
Utsman bin Thalhah dan memerintahkannya untuk mengambil kunci
Ka’bah. Setelah masuk ke dalam Ka’bah, Rasul melihat berbagai gambar,
seperti gambar Ibrahim dan Islam yang sedang membagi anak panah
untuk undian.Beliau bersabda, “Semoga Allah membinasakan mereka.
Demi Allah, sekali pun Ibrahim tidak pernah mengundi dengan anak panah
ini.” Nabi kemudian memerintahkan agar semua gambar tersebut
dimusnahkan.12
Setelah itu Rasul menutup pintu Ka’bah, dan Sholat di dalamnya.
Selesai sholat, Rasul kemudian mengelilingi bagian dalam Ka’bah, dan
bertakbir di setiap sudutnya. Setelah itu Rasul membuka pintu Ka’bah, dan
berpidato.
Pada hari itu Rasul juga memutuskan untuk mengeksekusi sembilan
tokoh penjahat. Sembilan orang itu adalah Abdul Uzza bin Khathal,
Abdullah bin Abu Sarh, Ikrimah bin Abu Jahl, Al-Harist bin Nufail, Miqyas
bin Shubabah, Habbar bin Aswad dua biduanita milik Ibnu Khathal yang
selalu mencaci maki Rasul dan Sarah .13
Ketika Allah telah menaklukkan Mekkah utnuk Rasulullah dan kaum
muslimin, penduduk Mekkah bisa membuka mata mereka untuk
11 M. Sameh Said, Muhammad Sang Yatim, hal. 353
12 Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, Terj. Kathur Suhardi, hal.
492-493
13 Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, Terj. Kathur Suhardi, hal.
498
Sirah Nabawiyyah | 85
menerima kebenaran. Mereka akhirnya menyadari bahwa tidak ada jalan
kebenaran selain Islam.Mereka pun masuk Islam dan berkumpul untuk
menyatakan baiat. Rasulullah duduk di Shafa untuk membaiat mereka.
Sementara Umar bin Khatab berada di bawah beliau, memegang tangan
orang-orang yang berbaiat. Di dalam kitab al-Madarik disebutkan bahwa
seletah beliau selesai membaiat kaum laki-laki, beliau juga membaiat
kaum wanita.14
14 Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, Terj. Kathur Suhardi, hal.
499
86 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
BAB XII
Haji wada”, wafatnya
Rasulullah Dan Kehidupan
Sahabat Pasca Rasulullah
SAW
Oleh: M. Farhan, M. Khofif Lutfi Rohman
Sirah Nabawiyyah | 87
A. Haji Wada’ atau Haji Perpisahan
Hujjatul wada’ merupakan ibadah haji satu-satunya yang di lakukan
Rasulullah saw. Sejak beliau di bi’tsah sebagai nabi dan Rasul. Ketika kaum
Muslimin mendengar Rasulullah saw, hendak menunaikan ibadah dalam
tahun itu juga, tahun ke-10 Hijriyah.1Dari berbagai pelosok Jazirah Arabiyah
mereka datang berbondong-bondong ke Madinah untuk menyertai beliau
dalam ibadah tersebut. Menurut sementara penulis sejarah islam, jumlah
mereka yang menyertai ibadah haji beliau termasuk mereka yang berangkat
ke Makkah langsung dari daerah-daerah mencapai 114.000 orang.
Tentu saja jumlah tersebut didasarkan pada perkiraan yang mendekati
kebenaran. Berapa jumlahnya yang tepat sukar dipastikan karena tidak
mungkin diadakan penghitungan seperti yang di lakukan dalam zaman
sekarang.
Haji rasul ini selain dikenal dengan nama popular diatas, dinamai juga
dengan beberapa nama lainya,2 antara lain :
1. Hajjat al-islam karena inilah haji nabi yang pertama dan terakhir sesuai
dengan tuntunan islam, sebagaiman haji itu juga yang menjadi rujukan
kaum muslim dalam pelaksanaan ibadah haji, yang sedikit atau banyak
yang sedikit atau banyak berbeda dengan haji kaum musyrik.
2. Hajjat al-balagh / Haji penyampaian karena dalam khutbah Nabi saw.
Ketika berhaji ini salah satu yang beliau tanyakan kepada jama’ah adalah
“ هل بلغتapakah aku telah menyampaikan ? yakni ajaran agama islam.
Jawaban ini beliau inginkan agar menjadi saksi di Hari Kemudian bahwa
memang beliau telah menyampaikan ajaran. Secara khusus,pada haji ini
Rasulullah saw. Menyampaikan kepada umat islam rincian ibadah haji
secara lisan dan praktik.
3. Hajjat at-Tamam / Haji kesempurnaan karena pada hari Arafah saat
Nabi wukuf,turun penegasan allah tentang kesempurnaan agama dan
kَِفecهرuُطkحضuاpَنanفََمnاiًنkَديmَمaلtَ-حسnَلyْاحaُمm ُكeَ لlتaُluَضيi رfَوiَrmَِتaٌمَم-حعNََحنيyَحرمaويحٌرُك:َاَلحمحيََحموَمَصأَة حكَغَمحيحلَر ُُمتتَ لََجاُكنَحمفَدينَََْلُْكحثحم فََإَوأََهحنتَحامّلهِلَُت َغَُعفل
Artinya : “Hari ini telah ku sempurnakan agamamu, telah ku
cukupkan nikmat-ku untukmu, dan telah ku relai islam sebagai agama
(QS. Al-Maidah: 3)
B. Perjalanan Singkat Haji Nabi
1 H.M.H Al Hamid Al Husaini, Membangun Peradabn Sejarah Muhammad SAW,
(Bandung: pustaka hidayah,2000), hal. 937
2 M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW Dalam Sorotan Al-
Qur’an Dan Hadits Shohih, (Jakarta : lentera hati,2011), hal. 1043-1044
88 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad dari bapaknya, dia berkata:
“Saya meminta kepada Jabir bin Abdillah untuk mengabarkan tentang haji
Rasulullah SAW.” Dia (Jabir) berkata: “Sesungguhnya Rasulullah SAW tidak
berhaji selama sembilan tahun. Beliau diizinkan pada tahun kesepuluh. Pada
tahun itu beliau melakukan haji. Lalu orang-orang berdatangan ke Madinah.
Mereka semua ingin berhaji bersama Rasulullah SAW dan mengikuti apa yang
dilakukannya.
Lalu kami keluar bersamanya sampai tiba di Dzul Hulaifah. Di sana
Rasulullah shalat dimasjid kemudian naik ke atas Al-Qashwaa’ (nama unta
Nabi). Hingga saat untanya tiba ditempat bernama Al-Baida’, saya bisa melihat
sejauh pandangan saya kepada orang yang berada didepannya, ada yang
berkendara dan ada pula yang berjalan.3 Dan yang di sisi kanan, kiri maupun
belakangnya pun seperti itu.Lalu beliau bertalbiyah dengan suara keras sambil
meneriakkan kalimat tauhid:
. َلَ َشَريح َك لَ َك، إَ هن اْحلَحم َد َوالنَحع َمةَ لَ َك َوالح ُمحل َك،لَبهحي َك الل ُه هم لَبهيح َك َلَ َشَريح َك لَ َك لَبهيح َك
Artinya: “Ya Allah, saya memenuhi panggilanmu, tiada sekutu bagi-
Mu. Segala puji, nikmat dan kekuasaan hanya milik-Mu, tidak ada sekutu
bagi-Mu.”
Nabi tetap bertalbiyah sampai tiba di suatu tempat bernama Al ‘Araj.
Waktu itu beliau mengendarai hanya satu kendaraan bersama Abu Bakar.
Selanjutnya Nabi meneruskan perjalanan melewati desa Abwa’, lembah Asfan,
Saraf sampai tiba di suatu tempat yang bernama Dzi Thuwa. Di tempat ini
beliau bermalam. Keesokan harinya setelah shalat fajar beliau segera
melanjutkan perjalanan ke kota Mekkah. Setelah masuk ke Masjidil Haram
beliau langsung menuju Ka’bah dan mencium Hajar Aswad. Kemudian beliau
memulai thawafnya dengan setengah berlari pada putaran ketiga pertama.
Nabi berada di kota Mekkah selama empat hari (mulai hari ahad sampai rabu).
Pada hari kamis beliau bersama kaum muslimin berangkat ke Mina dan
bermalam disana. Keesokan harinya ketika matahari terbit beliau menuju ke
Arafah, di tempat tersebut beliau berkhutbah. Dalam khutbahnya Nabi
menerangkan tentang dasar-dasar agama Islam dan menghancurkan sendi-
sendi syirik serta adat istiadat jahiliah, seperti menghapuskan riba dan
sebagainya. Selain itu juga menganjurkan pada kaum muslimin untuk selalu
memperhatikan hak dan kewajiban kaum wanita, seperti berlaku baik,
memberi nafkah dan pakaian kepada mereka.
3 M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW Dalam Sorotan Al-
Qur’an Dan Hadits Shohih, hal. 1052-1055
Sirah Nabawiyyah | 89
Prinsip yang dapat digali dari khutbah Haji Wada’:
1. Seluruh kaum muslimin itu bersaudara satu sama lain, sehingga tak
seorang pun boleh mengambil kepunyaan saudaranya selain yang
diberikan olehnya secara baik.
2. Segala yang termasuk perkara jahiliah adalah hina, seperti pertumpahan
darah dan juga praktek riba.
3. Penjelasan tentang penetapan waktu sesuai dengan nama-nama bulan.4
Dا ََلثiَلَقaََثَفk.h.َ»تirحدحkَه حhحشَصuََاونtbتهمaهَُهhايحللnدأَهدyهََوaَ شت,َحNغحاaَلههمbلهُبهiاحلدsَقh«aسَكlَlنهaَاأlنهlُدلaَه اhَحَشلuَا‘نَإaواَهlُلُتaقَُاكiنحhَو؟يiََنwاَوءaُسائََملsقَهaلlحامlُتaأَََنحلmََماا إbُفََهeفَعrحنرsََّيaَةَعbَانبdَسوبهaلُه:َََِوأبََنحتُحصحمبَعَتَُه حسالأ
َمهرات
Kalian akan ditanya tentangku, apakah yang akan kalian katakan.
Jawab para sahabat: “kami bersaksi bahwa sesungguhnya engkau telah
menyampaikan (risalah), telah menunaikan (amanah) dan telah
menasehati.” Maka ia berkata dengan mengangkat jari telunjuk kearah
langit, lalu ia balikkan ke manusia: Ya Allah saksikanlah, Ya Allah
saksikanlah, sebanyak 3x” (HR. Muslim).
Setelah beliauينًاbَدeَمrَلkَh حسuَْلtاbُمaُكhَل, تAُ llيaَضhَوَرTتaَِ’َمaحعlَaحم نm ُكeلَيحn َعuتrُuحمnََحتkََوأanُك حمaَنyَديatحم:اليَوَم أَ حك َمحل ُت لَ ُك..
Artinya: “…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-
ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah: 3)
Ketika matahari terbenam beliau turun dari Arafah menuju
Muzdalifah. Di Muzdalifah Rasulullah shalat maghrib dan isya’ kemudian
bermalam sampai pagi hari. Keesokan harinya Rasulullah menuju Mina
untuk melempar Jumrah sekaligus berpidato dan menyampaikan pesan-
pesan tentang kebesaran Idul Adha dan kesucian kota Mekkah. Selain itu
Rasulullah menganjurkan agar kaum muslimin tetap berpegang teguh
pada Al Quran dan jangan berpecah belah atau kembali pada kekafiran.
.أُ حعبُُدحواَربه ُك حم َو َصُلّحوا ََخح َس ُك حم َو ُصوُمحوا َش حهَرُك حم َواَ َطيحعُحواذَااَحمَرُك حم تَحد ُخلُحوا َجنهةَ َربَ ُك حم
4 Said Ramadhan Al-Buthy, Fikih Sirah, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2009), Terj.
Fuad Syaifudin Nur, hal. 588-590.
90 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
Artinya:“Sembahlah Tuhan kamu sekalian, tunaikan shalat lima
waktu, berpuasalah selama sebulan (Ramadhan), patuhilah pemimpin
kamu, semoga kamu masuk ke dalam surga Tuhan kamu.”
Setelah itu Rasulullah mengucapkan salam perpisahan kepada
kaum muslimin, bahwa tahun depan belum tentu dapat melaksanakan
ibadah haji kembali. Karena itu haji beliau di sebut Hajjatul Wada’ (haji
perpisahan).5
C. Di Ghadir Khum
Dalam perjalanan pulang, pada hari Ahad 18 Dzulhijjah di Ghadir Khum,
sekitar 8 km dari Juhfah (miqat jamaah haji yang datang dari arah Mesir dan
Syam), sekitar 187 km dari Mekkah, beliau berkhutbah lagi di bawah satu
pohon. Dalam khutbah itu beliau menguraikan keutamaan Sayyidina Ali dan
menampik tuduhan sementara orang yang lemah iman, yang menuduh
Sayyidina Ali dengan tuduhan yang dzalim, yakni membagi secara tidak adil
dan kikir/ sangat ketat sampai-sampai menarik kembali sekian pakaian yang
dibagikan oleh wakil beliau karena pakaian itu belum berhak dibagi.
Dari berbagai sumber, baik Sunni maupun Syiah ditemukan cuplikan
dari khutbah Nabi SAW yang menyatakan, antara lain:
فيَاْنحُثهعظُُأنَرواَخزيَذَكدحيبَبيَََفدن-( ُرأكَواحههلهلُاُملحنبَؤَحيمَسِانتئ:َالَلهُلكَهُتََاوَمَعحَاوبََدلَالََمليَهحنَوأََوََعَنَعاحَْمَدتَحاَوَِهَُتل:وا.هُد َمَعَمحيا حنفَُتَإَُكهنحنُفََأَماُلتََجحبحنَمحُويتََحلفَإَهَََُْتّقَفنَاَهقََذَححادَهّتَتَولََُيّريحَكهَُرَدااَُلتّٰل ُهعَفَحيلَهم ُكىَوحاماَْلاحللَثحهَموَقحلَنَحضََي:َََعَكتحلَلأََُُّفينوَّفَنقََقحادفََيحل
)أرقم
Aku sepertinya telah diajak (kembali kepada Allah) dan aku telah
menyambutnya (ajakan itu). Aku meninggalkan buat kalian dua hal yang
sangat berbobot. Kitab Allah (Alquran) dan ‘Itraty (keluargaku), maka
camkanlah bagaimana kalian memperlakukan keduanya karena keduanya
tidak akan berpisah sampai keduanya menemui aku di telaga surgawi. Allah
adalah waliku, dan aku adalah wali setiap mukmin. Beliau kemudian
memegang tangan Ali bin Abi Thalib lalu bersabda: “ Siapa yang menjadikan
aku wali, maka inilah walinya. Ya Allah lindungilah siapa yang menjadikannya
(Ali bin Abi Thalib) sebagai walinya dan musuhilah siapa yang memusuhinya.”
(HR. An-Nasa’i melalui Zaid bin Arqam).
5 Abul Hasan Ali Al-Hasany An-Nadwy, Riwayat Hidup Rasulullah..........., 340-345.
Sirah Nabawiyyah | 91
Hadis dengan makna diatas, bermacam-macam teks dan nilai
keshahihannya, demikian juga penafsiran maknanya. Namun, betapapun
semua sepakat bahwa Alquran dan keluarga Nabi SAW adalah dua hal yang
berbeda tapi menyatu dan hendaknya setiap Muslim berpegang teguh dengan
ajaran Alquran serta mencintai keluarga Nabi SAW dan meneladani mereka.
Walau ini bukan berarti bahwa mencintai dan meneladani mereka itu sama
dengan menganut ajaran Syiah.6
D. Masa sakit Rasulullah SAW
Diceritakan bahwasannya pada suatu pertengahan malam tanggal 29
Shafar 11 H. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Menghadiri pemakaman
jenazah di Baqi. Ketika sedang dalam perjalanan pulang dari Baqi, beliau
merasakan sakit kepala dan suhu badannya naik. Karena suhu badan beliau
sangat tinggi, orang-orang dapat mengetahui tandanya dari urat nadi yang ada
di bagian kepala beliau.7
Ada tiga isyarat yang menandai bakal kepulangan Rasulullah SAW ke
alam baka, setelah kepulangan beliau dari Hijjatul wada’8
Tanda yang pertama adalah: Larut tengah malam beliau menyuruh Abu
Muwaihah, seorang maula beliau, pergi ke kuburan Baqi’, dan ia diminta
berdoa disana memohonkan ampunan kepada Allah SWT bagi para penghuni
kubur. Demikian menurut penuturan Abdullah bin Amr bin Al-Ash r.a.
Tanda yang kedua ialah pesan Rasulullah SAW. Kepada kaum muhajirin
agar bersikap dan berlaku baik-baik terhadap kaum Anshar. Pesan tersebut
beliau kemukakan pada hari-hari kondisi fisiknya sedang menurun karena
sakit. Abu Bakar yang mendengar langsung ucapan Rasulullah SAW. Itu
langsung menangis karena ia dapat memahami ucapan beliau mengisyaratkan
akan datangnya hari-hari terakhir beliau. Demikian menurut hadis yang
diketengahkan oleh Al-Baihaqy dengan isnadnya.
Tanda yang ketiga ialah sebagaimana yang diketengahkan oleh Al-
Bukhariy, bahwa Al-Fadhl bin Abbas r.a menuturkan: ketika penyakit
Rasulullah SAW bertambah parah, dengan kepala terbungkus kain, beliau
menghampiriku lalu meminta agar aku menggandeng tangan beliau. Beliau
kugandeng mendekati mimbar kemudian beliau duduk. Beliau minta
kepadaku supaya mengucapkan aba-aba Ash-Shalatu Jami’atan. Semua orang
yang berada di dalam masjidlalu berkumpul mendekati beliau.
6 M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW Dalam Sorotan Al-
Qur’an Dan Hadits Shohih, hal. 1064-1065
7 Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, Al-Rahiq al-Makhtum, (Jakarta: Robbani
Press, 2010), hal. 708
8 Al-Husaini Al-Hamid, Membangun Peradaban: Sejarah Muhammad SAW. Sejak
sebelum diutus menjadi Rasul, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2000), hal. 950
92 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
Dengan tiga kejadian tersebut cukup mengisyaratkan bahwa beliau SAW.
Tak lama lagi akan segera pulang menghadap Allah SWT. Akan tetapi hanya
beberapa orang sahabat beliau SAW. Saja yang dapat menangkap hikmah yang
tersirat di dalam ucapan-ucapan beliau.
E. Masa wafatnya Rasulullah SAW
Pada hari Ahad, sehari sebelum wafat, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
memerdekakan budak-budak lelakinya, menshadaqahkan tujuh dinar dari
harta yang dimilikinya, dan menghibahkan senjata-senjatanya kepada kaum
muslimin. Pada malam itu, Aisyah meminjam minyak lampu dari tetangganya
sementara baju besi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam digadaikan kepada
orang Yahudi senilai tiga puluh sha’ gandum.9
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa pada hari senin, ketika kaum
Muslimin sedang melaksanakan shalat Shubuh, sementara Abu Bakr sedang
mengimami mereka, tetapi hanya menyingkap tabir kamar Aisyah dan
memperhatikan mereka yang sedang berada di shaf-shaf shalat. Kemudian
beliau tersenyum Abu Bakr mundur berdiri di shaf, karena dia mengira
Rasulullah SAW keluar untuk shalat. Selanjutnya Anas menuturkan bahwa
kaum Muslimin hampir terganggu shalatnya, karena bergembira dengan
keadaan rasulullah SAW. Namun, beliau memberikan isyarat dengan tangan
beliau agar mereka menyelesaikan shalat. Kemudian, beliau masuk kamar dan
menurunkan tabir kamarnya. setelah itu, Rasulullah tidak mendapatkan waktu
shalat lagi.10
Ketika waktu dhuha hampir habis, Rasulullah memanggil Fatimah, lalu
membisikkan sesuatu kepadanya, dan Fatimah pun menangis. Kemudian
memanggilnya lagi dan mebisikkan sesuatu kepadanya, lalu Fatimah tersenyum.
Aisyah bertanya kepada Fatimah tentang hal tersebut. Dia menjawab, “Rasulullah
membisiki aku bahwa beliau akan wafat, lalu aku menangis. Kemudian beliau
membisiki aku lagi dan mengabarkan bahwa akuadalah orang pertama di antara
anggota keluarga beliau yang akan menyusul beliau. Aku pun tersenyum.”
Rasulullah SAW juga mengabarkan kepada Fatimah bahwa dia adalah
pemimpin kaum wanita semesta alam. Fatimah melihat penderitaan yang
berat yang dirasakan oleh Rasulullah, sehingga dia berkata, “Alangkah berat
penderitaan ayah” tetapi, beliau menjawab, “Sesudah hari ini, ayahmu tidak
akan menderita lagi.” Beliau memangil Hasan dan Husain, lalu mencium
keduanya, dan berpesan agar bersikap baik kepada keduanya. Beliau juga
memanggil istri-istri beliau, lalu beliau memberi nasihat dan peringatan
kepada mereka.
9 Aidh bin Abdullah al-Qarni, Qishas Ar-Risalah, (Jakarta: Maghfirah Pustaka,
2008), hal. 478
10 Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, Al-Rahiq al-Makhtum, (Jakarta: Robbani
Press, 2010), hal. 713
Sirah Nabawiyyah | 93
Penyakit beliau yang dideritanya semakin parah, dan pengaruh dari
racun yang pernah beliau makan dari daging yang diberikan oleh wanita
Yahudi ketika di Khaibar muncul, sampai-sampai beliau berkata “Wahai
Aisyah, aku masih merasakan sakit karena makanan yang telah ku makan
ketika di Khaibar. Sekarang aku merasakan terputusnya urat nadiku karena
racun tersebut.” Beliau juga memberi nasihat kepada orang-orang,
“Peliharalah shalat, dan budak-budak yang kalian miliki” beliau
menyampaikan wasiat ini sampai berulang-ulang.11
Tanda-tanda datangnya ajal mulai tampak. Aisyah menyandarkan tubuh
Rasulullah SAW ke pangkuannya. Dan dia berkata kepada Rasulullah
“Sesungguhnya diantara nikmat Allah yang dikaruniakan kepadaku adalah
bahwa Rasulullah SAW wafat dirumahku, pada hari giliranku, dan
dipangkuanku, serta Allah menyatukan antara ludahku dan ludah beliau saat
beliau akan wafat. Ketika aku sedang memangku Rasulullah SAW Abdur
Rahman bin Abu Bakr masuk dan ditangannya ada siwak. Aku melihat
Rasulullah memandanginya, sehingga aku mengerti bahwa beliau
menginginkan siwak. Aku bertanya, “Kuambilkan siwak untukmu?” beliau
memberikan isyarat “ya” dengan kepala, lalu kuambilkan siwak itu untuk
beliau. Rupanya siwak itu terasa keras bagi beliau lalu kukatakan,
“kulunakkan siwak itu untukmu?” beliau memberi isyarat “Ya”, lalu
kulunakkan siwak itu. Setelah itu aku menyikat gigi beliau dengan sebaik-
baiknya dengan siwak itu. Setelah itu, di hadapanbeliau ada bejana berisi air.
Beliau memasukkan kedua tangannya ke dalam air itu, lalu mengusapkannya
ke wajah beliau lalu berkata, “La ilaha illallah, sesungguhnya kematian itu ada
sekaratnya.”
Seusai bersiwak, beliau mengangkat kedua tangannya atau jari-jarinya,
mengarahkan pandangannya ke langit-langit, dan kedua bibirnya bergerak-
gerak. Aisyah mendengarkan apa yang beliau katakan itu, beliau berkata:12
“Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, dan pertemukanlah aku
dengan kekasih yang maha tinggi. Ya Allah, kekasih yang maha tinggi.”Tetapi
dalam riwayat lain ada juga yang menjelaskan, dari Ali bin Abi Thalib r.a
berkata:”Sesungguhnya Rasulullah ketika menjelang saat terakhir, telah
menggerakkan kedua bibir beliau sebanyak dua kali, dan saya meletakkan
telinga saya dekat dengan Rasulullah, seraya beliau berkata: “Umatku, umatku”
Lalu tangan beliau lunglai dan beliau kembali kepada kekasih Yang Maha
Agung. Peristiwa ini terjadi saat waktu Dhuha sedang memanas, yaitu pada
hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun 11 H. ketika itu beliau berusia 63
tahun.
11 Al-Husaini Al-Hamid, Membangun Peradaban: Sejarah Muhammad SAW. Sejak
sebelum diutus menjadi Rasul, hal. 962
12 Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Al-Rahiq al-Makhtum, (Jakarta: Robbani
Press, 2010), hal.716
94 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B
Dan setelah Rasulullah SAW wafat, Fatimah berkata, “Wahai ayah,
doa’mu telah dikabulkan oleh Rabb. Wahai ayah, surga Firdaus-lah tempat
kembalimu. Wahai ayah, kepada Jibril, kami memberitahukan wafatmu.”
F. Kehidupan Sahabat Pasca Rasulullah SAW
Ketika kabar wafatnya Rasulullah SAW ini datang maka Abu Bakr r.a
bergegas datang kemudian berhenti di pintu masjid, sementara Umar bin
Khathab masih berbicara di depan kerumunan kaum muslimin. Abu Bakr tidak
menghiraukan hal tersebut dan tetap fokus menuju rumah Aisyah tempat
Rasulullah wafat. Dan ketika itu wajah Rasulullah ditutup dengan pakaian di
sudut rumah. Abu Bakr r.a mendekat kepada Rasulullah, menyingkap
wajahnya kemudian mendekatinya dan menciumnya. Sambil menangis,
kemudian berkata “Demi ayah dan Ibuku sebagai tebusanmu. Allah tidak akan
menghimpun dua kematian pada diri engkau. Kalau memang kematian ini
sudah ditetapkan atas engkau, berarti memang engkau sudah meninggal
dunia.”
Kemudian Abu Bakar keluar rumah, yang saat itu Umar sedang berbicara
dihadapan orang-orang. Dia berkata, “Duduklah wahai Umar!” Umar tidak mau
duduk. Lalu Abu Bakar berkata, “Barang siapa di antara kalian ada yang
menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal
dunia. Tapi barang siapa di antara kalian menyembah Allah, maka
sesungguhnya Allah itu maha hidup dan tidak meninggal. Allah telah
berfirman:13
يََونحَمَقالَُُحمَبهم ٌعَدلَإَهىَل َعَرَقبَُسحيوَهٌلفَلَقَححند يََخُضلَهرحاتّلهَِلَم حنَشحيقَئًحبالََهَوالَسُّيَر ُسحجَزلُيأَفَاإَّلهِحنلُ اَلماهشاَتكَأََريحوَنقُتَ َل انحَقلَحبتُحم عَلَى أَ حعَقابَ ُك حم َوَم حن
Artinya: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul,
sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia
wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa
yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat
kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-
orang yang bersyukur”. (QS. Ali Imran: 144)
Ibnu Abbas menuturkan, “Demi Allah, seakan-akan mereka tidak tahu
bahwa Allah telah menurunkan ayat ini hingga saat Abu Bakar
membacakannya. Maka semua orang mempelajari ayat ini. Tak seorangpun
diantara mereka yang mendengarnya melainkan membacanya.
13 Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Akbar Media, 2012), hal.748
Sirah Nabawiyyah | 95
DAFTAR PUSTAKA
‘Ali, Abul Hasan. 2015. As-Sirah An-Nabawiyyah. Jakarta: Senja Media Utama.
Badri, Yatim. 2003. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Al-Buthy, Said Ramadhan. 2010. Fikih Sirah. Jakarta: PT. Mizan Publika.
Buthy. 2015. The Great Episodes Of Muhammad SAW. Bandung: Mizan Publika
Chalil, Moenawar. 2001. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw. Jakarta:
Gema Insan Prees.
Haekal, Muhammad Husain. 2014. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Litera
Antar Nusa.
Hisyam, Ibnu. 1990. Sirah Nabawiyah. Bierut: Dar al kitab Arabi.
Hisyam, Ibnu. 2012. Sirah Nabawiyah. Jakarta: Akbar Media.
Al- Husaini, Al Hamid. 2000. Membangun Peradaban Sejarah Muhammad SAW.
Bandung: pustaka hidayah.
Ibrahim, Fauzi. 2008. Sayyiduna Muhammad Saw A’dzamu Al-Khalqi.
Yogyakarta: Citra Risalah.
Iman, Firdaus. 2008. Muhammad SAW My Beloved Prophet. Jakarta: Qisthi
press.
Ira, M. Lapidus. 2000. Sejarah Sosial Ummat Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Jabir, Abu Bakar. 2008. Muhammad My Beloved Prophe. Jakarta: Qisthi Press.
Khan, Majid Ali. 1995. Muhammad SAW Rasul Terakhir. Bandung: Penerbit
Pusaka.
Al-Mubarakfuri, Shafiyyurrahman. 2011. Ar-rahiq Al-makhtum. TP: Ummul
Qura
96 | Kumpulan Makalah Ushuluddin III B