The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Raden Dimas, 2023-12-11 07:15:07

BUKU_DIGITAL_KELOMPOK_1

BUKU_DIGITAL_KELOMPOK_1

46 dibentuk melalui interaksi stimulus-respon dan penggunaan penguatan dalam konteks pembelajaran. Dalam penerapan teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran, guru perlu mempersiapkan dua hal penting. Pertama, guru harus menganalisis kemampuan awal dan karakteristik anak, sehingga mereka memiliki pemahaman yang mendalam tentang tingkat penguasaan materi dan kebutuhan individu anak. Analisis ini membantu guru merancang pembelajaran yang lebih relevan dan efektif. Kedua, guru perlu merencanakan materi pembelajaran dengan cermat, dan ini dapat mencakup pengelompokan anak berdasarkan kemampuan awal. Bagi anak yang telah paham materi, guru dapat memfasilitasi pembelajaran ko-kurikuler di mana anak dapat berkolaborasi dan mempresentasikan hasilnya. Sementara bagi anak yang belum memahami materi, guru perlu memberikan penjelasan lebih lanjut di dalam kelas. Dengan pendekatan yang memperhatikan karakteristik dan kemampuan individu siswa, guru dapat membantu mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal. Penerapan teori belajar behaviorisme dalam konteks pembelajaran melibatkan serangkaian langkah yang penting. Langkah-langkah ini mencakup identifikasi tujuan pembelajaran yang jelas, analisis pembelajaran, identifikasi karakteristik dan kemampuan awal anak, menentukan indikator keberhasilan belajar, pengembangan bahan ajar yang sesuai, perencanaan strategi pembelajaran, observasi terhadap stimulus seperti latihan atau tugas, pengamatan dan analisis respons pembelajar, serta pemberian penguatan positif dan negatif yang sesuai. Terakhir, revisi kegiatan pembelajaran dilakukan untuk memastikan bahwa tujuan pembelajaran tercapai. Dengan demikian, guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif dan memahami bagaimana perilaku anak dapat dipengaruhi dan dibentuk dalam konteks belajar. D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Pembelajaran Behaviora. 1) Kelebihan Ini seperti belajar dengan hadiah dan hukuman. Jika Anda melakukan sesuatu dengan benar, Anda mendapat pujian atau hadiah. Ini cocok untuk pembelajaran


47 hal-hal konkret seperti mengemudi mobil atau memasak. Ini juga mudah diukur, jadi guru tahu seberapa baik Anda belajar. 2) Kekurangan Masalahnya adalah kita tidak selalu belajar dengan motivasi seperti ini. Teori ini tidak memperhitungkan pikiran atau perasaan kita. Ini tidak baik untuk memahami konsep-konsep yang rumit atau untuk memecahkan masalah. 2.2 Teori Pembelajran Kognitif Dalam Psikologi Pendidikan A. Pengertian Pembelajaran Kognitif Perkembangan kognitif membentuk dasar bagi kemampuan berpikir anak. Teori kognitivisme menekankan lebih pada proses pembelajaran daripada hasil pembelajaran itu sendiri. Baharudin menjelaskan bahwa teori ini memberikan perhatian yang lebih besar pada proses internal daripada peristiwa-peristiwa luar. Pembelajaran tidak hanya melibatkan hubungan antara rangsangan dan tanggapan seperti yang diajukan dalam teori behaviorisme; sebaliknya, dalam teori kognitivisme, pembelajaran melibatkan proses berpikir yang sangat rumit (Nugroho, 2015: 290). Teori belajar kognitif berbeda dari teori belajar behavioristik karena teori belajar kognitif lebih menekankan proses belajar daripada hasil belajar (Bahruddin, dkk. 2012: 87). Pendukung pendekatan kognitif menyatakan bahwa belajar melibatkan lebih dari sekadar keterkaitan antara rangsangan dan respons. Berbeda dengan model belajar behavioristik yang hanya memandang proses belajar sebagai hubungan stimulus-respons, model belajar kognitif sering disebut sebagai model perseptual. Model belajar kognitif mengemukakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh persepsi dan pemahaman mereka tentang situasi yang terkait dengan tujuan belajar. Perubahan dalam pembelajaran sering kali berupa perubahan dalam persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat diamati sebagai perilaku yang nyata (Nurhadi, 2018: 7; Baharuddin, 2015: 167). Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi tidak dapat dipisahkan dari konteks keseluruhan situasi tersebut. Memecah situasi atau materi


48 pelajaran menjadi komponen-komponen kecil dan mempelajarinya secara terpisah akan mengurangi maknanya. Teori ini berpendapat bahwa belajar adalah proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspekaspek psikologis lainnya. Belajar adalah aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar melibatkan pengaturan stimulus yang diterima dan penyesuaian dengan struktur kognitif yang telah ada dalam diri seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman sebelumnya. Dalam praktik pembelajaran, teori kognitif terwujud dalam konsep-konsep seperti "tahap-tahap perkembangan" yang diajukan oleh J. Piaget, "advance organizer" oleh Ausubel, pemahaman konsep oleh Bruner, hirarki belajar oleh Gagne, web teaching oleh Norman, dan sebagainya (Budiningsih, 2015: 34). B. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif anak menunjukkan perkembangan dari cara berpikir anak. Ada faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut. Faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif menurut Piaget “pengalaman yang berasal dari lingkungan dan kematangan, keduanya mempengaruhi perkembangan kognitif anak”. Perkembangan kognitif dipengaruhi oleh pertumbuhan sel otak dan perkembangan hubungan antar sel otak. Kondisi kesehatan dan gizi anak walaupun masih dalam kandungan ibu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Piaget makin bertambahnya umur seseorang maka makin komplekslah susunan sel sarafnya dan makin meningkat pada kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahanperubahan kualitatif di dalam sruktur kognitifnya. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif. Menurut Ahmad Susanto (2011: 59- 60) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif antara lain: a. Faktor Hereditas/Keturunan


49 Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat Schopenhauer, mengemukakan bahwa manusia yang lahir sudah membawa potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Taraf intelegensi sudah ditentukan sejak lahir. b. Faktor Lingkungan John Locke berpendapat bahwa, manusia dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih yang belum ternoda, dikenal dengan teori tabula rasa. Taraf intelegensi ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya. c. Faktor Kematangan Tiap organ (fisik maupaun psikis) dikatakan matang jika telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Hal ini berhubungan dengan usia kronologis. d. Faktor Pembentukan Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Ada dua pembentukan yaitu pembentukan sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar). e. Faktor Minat dan Bakat Minat mengarahkan perbuatan kepada tujuan dan merupakan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Bakat seseorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya. Seseorang yang memiliki bakat tertentu akan semakin mudah dan cepat mempelajarinya. f. Faktor Kebebasan Keleluasaan manusia untuk berpikir divergen (menyebar) yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah dan bebas memilih masalah sesuai kebutuhan.


50 Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak adalah faktor kematangan dan pengalaman yang berasal dari interaksi anak dengan lingkungan. Dari interaksi dengan lingkungan, anak akan memperoleh pengalaman dengan menggunakan asimilasi, akomodasi, dan dikendalikan oleh prinsip keseimbangan. Pada anak TK, pengetahuan itu bersifat subyektif dan akan berkembang menjadi obyektif apabila sudah mencapai perkembangan remaja atau dewasa. C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Pembelajaran Kognitif 1) Kelebihan Ini berfokus pada bagaimana kita memproses informasi di otak kita. Ini bagus untuk memahami konsep yang lebih sulit seperti matematika atau ilmu pengetahuan. Ini juga membantu kita berpikir lebih dalam. 2) Kekurangan Tidak semua orang memproses informasi dengan cara yang sama. Beberapa orang lebih cepat belajar dengan metode ini daripada yang lain. Ini juga bisa sulit untuk mengukur sejauh mana seseorang memahami sesuatu. 2.3 Teori Pembelajaran Humanistic Dalam Psikologi Pendidikan A. Pengertian pembelajaran humanistik Pada dasarnya kata “Humanistik” merupakan istilah yang memiliki banyak makna tergantung dari konteksnya. Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950an. Adapun Humanistik memandang manusia sebagai manusia yang artinya, manusia adalah makhluk hidup dengan fitrah-fitrah tertentu. Ciri khas utama dari teori humanistik adalah berusaha untuk mengamati perilaku seseorang dari sudut si pelaku, bukan dari sudut pengamat. Sebagai makhluk hidup, manusia, dari dalam dirinya sendiri harus melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan hidupnya. Teori belajar humanistik merupakan suatu teori yang bertujuan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing


51 individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. B. Tokoh-tokoh penting teori humanistik 1. Abraham Maslow Abraham Maslow lahir di New York pada 1908, beliau dikenal dengan jasanya membidangi lahirnya pandangan pengaktualisasian diri. Ia wafat pada 1970 di California, Amerika. Maslow adalah lelaki yang cerdas, semasa kecil ia menjalin hubungan yang kurang baik dengan ibundanya yang keras dan kerap melakukan tingkah laku yang tidak ganjil. Ia menceritakan dirinya di waktu anak-anak sebagai pemalu namun gemar membaca buku. Namun maslow hanya sementara tidak menyukai dirinya pribadi. Ia sadar akan potensi yang dimilikinya, serta menjadi bapak psikologi humanistic populer yang mendorong adanya perubahan social yang positif. Maslow hidup di masa dimana banyak pandangan dan aliran psikologi baru yang hadir sebagai cabang keilmuan. William James mengembangkan aliran Fungsionalisme yang berkembang di Amerika. Di Jerman lahir psikologi gestalt, di wina hadir Sigmund Freud, serta aliran behaviorisme John B Watson yang mulai popular di Amerika. Di tahun 1954 Abraham Maslow mempublikasikan karyanya berupa buku dengan judul Motivationand Personality, karya ini menawarkan pengertian baru mengenai konsep kepribadian manusia. Sebelum karya ini muncul, ada dua teori besar yang berpengaruh pada masa itu, yaitu teori psikoanalisa dan


52 teori behaviorisme. Humanistik yang dibangun oleh Maslow adalah sangat berbeda dengan sikap humanistik yang dibangun oleh pakar dan penganut psikologi modern. Psikologi modern terlalu menekannya dan menggunakan pendekatan statistic dalam melihat semua fenomena psikologis. Sedangkan Maslow, sikap humanistiknya dalam psikologi selalu menekankan pada harapan besar terhadap manusia, karena potensi inner yang ada dalam diri manusia memungkinkan untuk dioptimalkan. Keadaan ini tercermin dari kata-katanya, yaitu: “untuk melihat kecepatan lari manusia, maka tidak perlu untuk mengambil kecepatan rata-rata dari kelompok orang yang diteliti, tetapi lebih baik kita mengumpulkan para peraih medali emas olimpiade-olimpiade dan melihat betapa cepatnya mereka mampu berlari”. Pemikiran Maslow ini disebut dengan Psikologi Humanistik, karena memiliki minat yang eksklusif terhadap tingkah laku manusia. Humanistik dapat diartikan sebagai orientasi teoritis yang menekankan kualitas manusia yang unik, khususnya terkait dengan freewill (kemauan bebas) dan potensi untuk mengembangkan dirinya. Psikologi Humanistik ini adalah sebuah gerakan yang muncul dengan menampilkan gambaran manusia yang berbeda dengan gambaran manusia yang dinyatakan oleh psikoanalisis maupun behaviorisme. 2. Carl Rogers Dalam psikologi humanistik, Carl Rogers memiliki dua konsep. Konsep yang pertama adalah jika manusia bisa memberikan peluang kepada diri sendiri dalam mengeksplorasi, menganalisis, memahami dan memecahkan persoalan masalah. Konsep yang kedua adalah freedom to learn (teori belajar bebas). Hal yang dimaksud adalah pendidikan yang bertujuan untuk membimbing peserta didik ke arah kemerdekaan dan kebebasan. Carl Rogers juga meyakini, bahwa pengalaman seseorang di dalam hidupnya akan menentukan masukan-masukan yang nantinya akan diterima olehnya, sehingga masukan-masukan tersebut akan mengarahkan hidupnya secara mutlak ke arah pemenuhan-pemenuhan kebutuhan di dalam dirinya (Qodir, 2017). Dari pengalama-pengalaman tersebut itulah, peserta didik akan menemukan sesuatu yang berbeda yang mampu meningkatkan semangat peserta didik.


53 Menurut Carl Rogers, setiap orang memiliki kebutuhan akan anggapan yang positif yang bernilai bagi dirinya sendiri. Carl Rogers juga menyatakan, bahwa konsep diri manusia adalah tersirat dan terpadu. Hal yang dimaksud adalah kebebasan seorang individu dalam mengekspresikan semua keinginan yang perlu dilakukan oeh individu tersebut (Nurbaiti, 2019). Proses belajar dengan konsep belajar Rogers adalah membangun kemauan belajar murid dalam memperoleh eksistensi dirinya di tengah-tengah lingkungan sekolah maupun masyarakat (Self Realization). Peserta didik diharapkan untuk menggunakan kemampuan dasar dan potensi yang dimiliki terhadap proses pembelajaran (Insani, 2019), sehingga peserta didik mampu memahami dirinya dan menemukan pengalaman-pengalaman yang berarti dalam kehidupannya pada proses pembelajaran. 3. Arthur Combs Arthur Combs juga adalah tokoh humanistik yang telah mencetuskan gagasannya yang juga memiliki keterkaitan dengan dunia pendidikan. Menurut Combs, bahwa pendidik perlu memahami tingkah laku peserta didik dengan melihat berbagai sudut pandang dari peserta didik itu sendiri (Yuliandri, 2017). Hal tersebut akan berdampak pada ranah kognitif dan afektif peserta didik dalam proses pembelajaran. Pada tahun 1904-1967, Combs bersama Donald Syngg menjelaskan tentang meaning. Hal yang dimaksud adalah peserta didik harus memperoleh kebermaknaan dalam proses pembelajaran. Dengan hal itu, peserta didik diharapkan untuk mengembangkan pengetahuan yang diperoleh dari proses pembelajaran dengan perubahan tingkah lakunya di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, peran yang harus dilakukan adalah pendidik juga mampu mengkonstruk pembelajaran atau materi ke dalam dunia peserta didik. Sehingga, proses pembelajaran dapat terhindar dari hal-hal yang dehumanis. C. Langkah-Langkah Pembelajaran Humanistik dan Penerapannya pada peserta didik 1. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistik, Menurut Suciati dan Prasetya Irawan langkah langkah dalam pendekatan humanistik adalah sebagi berikut :


54 1) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran. 2) Menentukan materi pembelajaran. 3) Mengidentifikasi kemampuan awal (entri behvior) siswa. 4) Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar. 5) Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran. 6) Membimbing siswa belajar secara aktif. 7) Membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman belajarnya. 8) Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya. 9) Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata. 10) Mengevaluasi proses dan hasil belajar. 2. Penerapan Teori Humanistik terhadap Pembelajaran. Dalam teori Humanistik Guru bertindak sebagai Fasilitator, sehingga disini guru mempunyai banyak tugas diantaranya : a) Memberi perhatian dan motivasi b) Membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum c) Memahami karakteristik siswa d) Mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar e) Dapat menyesuaikan dirinya bersama siswanya f) Berbaur dengan siswanya, berkomunikasi dengan sangat baik bersama siswanya g) Dapat memahami dirinya dan tentunya agar dapat memahami siswanya


55 D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Pembelajaran Humanistik 1) Kelebihan Ini memandang kita sebagai individu yang unik dan menekankan bahwa kita bisa belajar ketika kita merasa termotivasi dan merasa nyaman. Ini mendukung perkembangan pribadi dan kreativitas. 2) Kekurangan Tidak selalu praktis dalam pengaturan kelas yang besar. Beberapa orang mungkin tidak merasa nyaman dalam situasi pembelajaran semacam ini.


56 BAB 6 PROSES KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN A.Proses Kognitif Dalam Pemebelajaran Secara etimologi istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Dalam artian yang luas Cognition adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Didalam perkembangan selanjutnya, kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia atau konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat diotak juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang berkaitan dengan rasa. Awalnya teori kognitif terkenal oleh seorang tokoh yang bernama Jean Pieget. Ia mengembangkan teori kognitif menjadi dua, yaitu teori perkembangan kognitif dan teori belajar kognitif. Teori belajar kognitif mengartikan bahwa belajar merupakan sebuah proses internal yang melibatkan ingatan, penyimpangan, pemrosesan informasi, dan aspek psikologis lainnya yang tidak selalu berbentuk tingkah laku. Kognitif yang dimaksud adalah masalah yang mempengaruhi kemampuan untuk mengembangkan kapasitas rasional (akal). Teori kognitif menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kompetensi sisi rasional yang dimiliki oleh orang lain. Dalam teori kognitif, belajar adalah perubahan presepsi dan pemahaman, tidak selalu berupa perilaku yang dapat diamati atau diukur. Teori ini mengutamakan proses daripada hasil, bagaimana siswa berpikir, mempelajari konsep, dan memecahkan masalah. Awalnya teori kognitif terkenal oleh seorag tokoh yang bernama Jean Pieget. Ia mengembangkan teori kognitif menjadi dua, yaitu teori perkembangan kognitif dan teori belajar kognitif. Teori belajar kognitif


57 mengartikan bahwa belajar merupakan sebuah proses internal yang melibatkan ingatan, penyimpangan, pemrosesan informasi, dan aspek psikologis lainnya yang tidak selalu berbentuk tingkah laku. Kognitif yang dimaksud adalah masalah yang mempengaruhi kemampuan untuk mengembangkan kapasitas rasional (akal). Teori kognitif menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kompetensi sisi rasional yang dimiliki oleh orang lain. Dalam teori kognitif, belajar adalah perubahan presepsi dan pemahaman, tidak selalu berupa perilaku yang dapat diamati atau diukur. Teori ini mengutamakan proses daripada hasil, bagaimana siswa berpikir, mempelajari konsep, dan memecahkan masalah. Pada awalnya teori kognitif terkenal oleh seorang tokoh yang bernama Jean Pieget. ia mengembangkan teori kognitif menjadi dua, yaitu teori perkembangan kognitif dan teori belajar kognitif teori belajar kognitif mengartikan bahwa belajar merupakan sebuah proses internal yang melibatkan ingatan, penyimpangan, memprosesan informasi, dan aspek psikologis lainnya yang tidak selalu berbentuk tingkah laku. Kognitif yang dimaksud adalah masalah yang mempengaruhi kemampuan untuk mengembangkan kapasitas rasional yaitu (akal). Sedangkan teori kognitif menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kompetensi sisi rasional yang dimiliki oleh orang lain. Teori ini mengutamakan proses daripada hasil, bagaimana siswa berpikir, mempelajari konsep, dan memecahkan masalah. Jika teori behavioristik yang menekan pembentukan perilaku sebagai hasil belajar, Menurut Budiningsih Teori Kognitif sedikit berbeda. dia menyebutkan bahwa teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. namun teori belajar kognitif percaya bahwa setiap orang sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Teori kognitivisme diprakarsai oleh perkembangan psikologi Gesalt yang diusung oleh Marx Wertheimer yang kemudian dikembangkan oleh Jean Piaget. seiring berjalannya waktu teori kognitivisme diperluas oleh beberapa pakar psikologi terkenal, seperti Kurt Lewin, Jerome S.Bruner, Robert M. Gagne, Dan David P. Ausubel.


58 B. Proses berfikir dalam pembelajaran 1. Definisi Berfikir Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long- trem memory. Jadi, berfikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item dalam dunia. Plato beranggapan bahwa berpikir itu adalah berbicara dalam hati. Sehubungan dengan pendapat Plato ini adalah pendapat yang mengatakan bahwa berpikir adalah aktivitas idioasional. Pada pendapat yang terakhir itu dikemukakan dua kenyataan, yaitu: a. Bahwa berpikir itu adalah aktivitas, jadi subjek yang berpikir aktif, dan b. Bahwa aktivitas itu sifatnya indiasional, jadi bukan sensoris dan bukan motoris walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu berpikir itu mempergunakan abstraksiabstraksi atau "ideas”. 2. Pengaruh berfikir pada belajar Jenis berfikir yang memiliki nilai positif terhadap proses belajar adalah berfikit krisis. Perkins menyatakan bahwa berfikir kritis adalah kemampuan untuk mengumpulkan, menginterpretasi, dan mengevaluasi informasi secara akurat dan efisien. Menurut Rebort Sternberg, berfikir kritis terdiri dari proses-proses, strategi, dan representasi mental yang digunakan orang untuk memecahkan masalah, membuat leputusan, dan mempelajari konsep-konsep baru. Berbagai penilitian tentang berfikir memiliki implikasi dalam praktik Pendidikan sebagai berikut: a. Untuk membantu siswa mencapai penguasaan keterampilan, guru dapat menggunakan metode metode seperti reciprocal teaching. b. Guru harus menggunakan pendekatan mengajar yang sesuai dengan tujuan. c. Guru harus mengajarkan materi Pelajaran yang sesuai dengan konteksnya.


59 d. Untuk menghindari dekontekstualisasi, guru harus membuat siswa mengatasi berbagai masalah masalah nyata tapi identic dengan tujuan yang diharapkan e. Siswa perlu diminta untuk mengklarifikasi segala sesuatu kedalam kategori kategori dan dimensi-dimensi, membuat hipotesis, menarik kesimpulan melakukan analisis, dan memecahkan masalah f. Guru memainkan peran penting dalam meningkatkan pemahaman terhadap proses belajar. C. Proses memori dalam pembelajaran 1. Definisi Memori Para ahli memberikan bermacam-macam pengertian tentang memori. Pada umumnya memandang memori sebagai hubungan dengan pengalaman masa lampau. Dengan adanya kemampuan untuk mengingat, manusia mampu menyimpan dan menimbulkan kembali apa yang telah pernah dialaminya. Dalam kamus lengkap psikologi (Chaplin), memori diartikan sebagai; 1. Fungsi yang terlibat dalam mengenang atau mengalami lagi pengalaman masa lalu, 2. Keseluruhan pengalaman masa lampau yang dapat diingat kembali dan 3. Satu pengalaman masa lalu yang khas. 1.Faktor-faktor yang mempengaruhi memori Kuat atau lemahnya memori seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah kondisi fisik. Di antara kondisi fisik yang sangat berpengaruh dalam mengingat adalah kelelahan, kurang tidur dan sakit. Seseorang yang dalam kondisi lelah kurang tidur dan sakit akan mengalami kesulitan untuk mengingat sesuatu. Hal ini disebabkan ketika dalam kondisi tersebut biasanya individu mengalami kemunduran kemampuan mental yang disebabkan oleh gangguan fisik tadi.Faktor lain yang juga mempengaruhi ingatan adalah usia. Ingatan yang paling kuat terjadi pada masa anak-anak yaitu pada usia 10-14 tahun. Sedang orang yang sudah lanjut usia akan mengalami kesulitan jika diminta untuk mengingat apa


60 yang sudah dipelajari ataupun dialaminya karenanya gejala yang paling umum ditemui pada masa ini adalah pikun. 2.Hubungan memori dan belajar Para ahli sepakat bahwa terdapat hubungan yang erat antara memori dan belajar seperti yang telah dikemukakan bahwa memori sesungguhnya adalah fungsi mental yang bekerja menangkap informasi dari stimulus, menyimpannya, dan mengungkapkannya kembali bila diperlukan. sedang proses belajar yang kita ketahui adalah sebuah proses yang melibatkan pengolahan dan penyimpanan informasi, dan hasil belajar bisa diketahui melalui proses pengungkapan kembali apa yang telah diketahui oleh siswa. Dengan demikian, dalam belajar dibutuhkan pemanfaatan kemampuan memori oleh siswa guna menyerap informasi yang diterima, menyimpannya, dan memunculkannya kembali saat menjawab soal ulangan atau ujian. 3. Penelitian-penelitian dibanding memori memberikan implikasi terhadap pembelajaran sebagai berikut: a.Guru harus memandang tugas mereka adalah untuk membantu siswa membentuk record permanen terhadap informasi yang disajikan di kelas. b. Dalam memberikan tes, guru harus memberikan cukup clue dalam pertanyaan-pertanyaan di ajukan untuk memaksimalkan kesempatan bagi siswa untuk mengingat informasi. c. Guru harus menggunakan berbagai metode untuk meningkatkan pemrosesan "intern" terhadap bahan pelajaran. d.Karena semua informasi rentan untuk dilupakan serta memiliki efek jarak dan interferensi, guru harus mengurangi efek luka Dengan cara meningkatkan latihan yang terdistribusi dan mengingatkan secara berkala tentang informasi.


61 D. Proses pemecahan masalah dalam pembelajaran 1. Definisi pemecahan masalah Pemecahan masalah adalah suatu proses atau upaya individu untuk merespon atau mengatasi halangan atau kendala ketika suatu jawaban atau metode jawaban belum tampak jelas. Pada umumnya masalah matematika dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu masalah rutin dan masalah tidak rutin. Masalah rutin adalah masalah yang merupakan latihan biasa yang dapat diselesaikan dengan prosedur yang sudah lazim digunakan. Sedangkan masalah tidak rutin adalah masalah yang untuk menyelesaikannya diperlukan pemikiran lebih lanjut karena prosedurnya tidak sejelas masalah rutin atau dengan kata lain, masalah tidak rutin menyajikan situasi baru yang belum pernah dijumpai sebelumnya. Dalam situasi baru yang dimaksud ada tujuan yang jelas ingin dicapai tetapi cara pencapaiannya tidak segera muncul dalam benak siswa. Pemecahan masalah merupakan perwujudan dari suatu aktivitas mental yang terdiri dari bermacam-macam keterampilan dan tindakan kognitif yang dimaksud untuk mendapatkan solusi yang benar dari masalah. 1.Faktor-faktor kognitif yang mempengaruhi pemecahan masalah Terdapat beberapa faktor kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Faktor-faktor tersebut meliputi: a) Kemampuan verbal: kemampuan seseorang dalam memahami dan menggunakan bahasa secara efektif. Contohnya: Bayangkan seseorang yang memiliki kemampuan verbal yang baik. Mereka mungkin lebih mudah memahami instruksi atau petunjuk tertulis, dan dapat mengartikulasikan pemikiran mereka dengan jelas saat berkolaborasi dengan orang lain. b) Kemampuan spasial: kemampuan seseorang dalam memahami dan memanipulasi objek-objek dalam ruang. Contohnya: seseorang memiliki kemampuan spasial yang kuat. Mereka mungkin lebih baik dalam memvisualisasikan objek-objek dalam ruang, seperti memecahkan teka-teki tiga dimensi atau merakit model.


62 c) Kemampuan numerik: kemampuan seseorang dalam memahami dan menggunakan angka. Contohnya: Bayangkan seseorang yang memiliki kemampuan numerik yang baik. Mereka mungkin lebih cepat dalam melakukan perhitungan matematika atau menganalisis data angka. d) Kemampuan logis: kemampuan seseorang dalam berpikir secara logis dan menganalisis informasi. Misalkan seseorang memiliki kemampuan logis yang tinggi. Mereka mungkin lebih baik dalam mengidentifikasi pola, membuat inferensi, atau menyelesaikan teka-teki logika. e) Kemampuan memori kerja: kemampuan seseorang dalam mengingat informasi dan menggunakan informasi tersebut untuk menyelesaikan masalah. Contoh: Bayangkan seseorang dengan kemampuan memori kerja yang kuat. Mereka mungkin dapat dengan mudah mengingat informasi penting saat menyelesaikan masalah, seperti aturan atau langkah-langkah procedural. 2. Langkah-langkah dalam pemecahan masalah Langkah-langkah yang harus ada dilalui individu untuk memecahkan problem atau masalah secara efektif. Berikut ini empat langkah pemecahan masalah. 1. Mencari dan memahami problem 2. Menyusun Strategi Pemecahan Problem yang baik 3. Mengeksplorasi Solusi 4. Memikirkan dan Mendefinisikan Kembali problem dan solusi dari waktu ke waktu 5. Lakukan Evaluasi terhadap Hasil Implementasi Solusi


63 BAB 7 INTELEGENSI, MINAT DAN BAKAT A. Definisi Intelegensi, Bakat, dan Minat 1. Intelegensi Intelegensi adalah kapasitas yang ada sejak kita lahir yang dianggap sebagai kemampuan yang paling tinggi oleh roh manusia, dikatakan istimewa karena cuma manusia yang yang memilikinya. Dengan kemampuan intelegensi ini, seseorang dapat melakukan tindakan secara khusus (Abdul Rahman Shaleh, 2004:251). Intelegensi adalah keterampilan untuk memiliki danmengatasi permasalahan, menjadi suatu komponen penentu keberhasilan atau kegagalan siswa dalam menghadapi lingkungan belajar mereka menurut Sriyono, (Heru, 2016). Dalam bukunya "A Comprehensive Dictionary of Psichological and Psychoalitical Terms," English & English menjelaskan bahwa perumpamaan kecerdasan mencakup: a. Kekuatan psikis saat individu bisa memikirkan segala sesuatu. b. Sebuah kumpulan identitas dalam perjalanan berpikir, utamanya dalam pekerjaan yang berkaitan dan melalui proses berpikir (sepertisaling terhubung, mempertimbangkan, dan sepemahaman). c. Keahlian, khususnya kemampuan tingkat tinggi dalam berpikir (dibandingkan dengan kecerdasan. Kecerdasan intelektual). Kamus Webster New World Dictionary of the American Language, definisi kecerdasan berarti: a. Kemampuan dalam memikirkan, melihat, atau memahami; kemampuan memperhatikan keterkaitan-keterkaitan dengan sejenisnya. Oleh karena itu, kemampuan berbeda dengan keinginan dan emosi. b. Keterampilan emosi tinggi termasuk dalam kecerdasan. c. Berpikir merupakan bagian dari kecerdasan.


64 Wechler (1958) menggambarkan intelegensi secara seluruh sebagai cara manusia dalam berpikir sertadengan tetap fokus, juga keterampilan untuk membuat dan menguasai ruang lingkup masyarakat dengan tepat. Intelegensi tidak termasuuk dalam suatu materi, tetapi lebih merupakan konsep ilmiah untuk menjelaskan perilaku individu yang terkait dengan kemampuan intelektual. Interpretasi tentang intelegensi (kecerdasan) ini bervariasi di kalangan ahli. Intelegensi merupakan kemampuan belajar yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dan akan memengaruhi tingkat kemampuan yang diterapkan siswa dalam proses pembelajaran. 2. Bakat Prof. Dr. Soegarda Poerbakawatja mengatakan bahwa bakat ialah potensi dalam satu karakter terbaru yang akan muncul secara realistis ketika diberikan peluang maju dan berkembang (Drs. H. Mustaqim, 2001:140). Crow and Crow juga menganggap bakat sebagai varian keunggulan yang khusus dalam bidang tertentu, seperti seni suara, ilmu tetap, atau prosedur. (Drs. H. Mustaqim, 2001:140). William B. Michael menjelaskan bahwa bakat adalah kapasitas yang dimiliki oleh seseorang yang, dalam melakukan tugas, dipengaruhi oleh latihan yang telah dijalaninya. Menurut S.C Utami Munandar (1985) mendefinisikan keahlian ialah keterampilan yang sudah ada dan harus dikembangkan serta dilatih lebih lanjut untuk mencapai impian yang diinginkan. Bakat melibatkan sema komponen dalam diri tiap manusia, dimulai dari kehidupan awalnya, selanjutnya mengembangkan bakat, ketrampilan, serta suatu kecakapan. Potensi bakat ini bersifat tersembunyi dan mampu berkembang serta diperluas melalui upaya dan pengembangan (Kartini Kartono, 1979) Bakat merupakan kemampuan potensial individu dalam menggapaimasa depan yang cerah. Mengartikan bahwa peluang warisan


65 sangat perlu dikembangkan serta terus diasah sebagai modal terbaik di masa depan. Dengan melatih kemampuan bawaan, seseorang bisa mengasah kemampuan dan keahlian dalam berbagai wawasan serta kreativitas, khususnya pada bidang tertentu. 3. Minat Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Susanto, 2013: 16). Susanto menjelaskan bahwa minat adalah motivasi awal seseorang atau faktor yang memicu ketertarikan atau perhatian secara efektif, mendorong pemilihan objek atau kegiatan yang memberikan keuntungan, kesenangan, dan kepuasan pribadi. Arikunto (1990, halaman 103) menyatakan bahwa minat atau perhatian adalah kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak suatu kegiatan. Alya (2009, halaman 469) mendefinisikan minat sebagai kecenderungan hati yang besar terhadap suatu hal, disertai gairah, dan keinginan. Minat adalah pendorong seseorang agar dapat memberikan perhatian khusus padasatu aktivitas, hingga timbul rasa ingin terlibat untuk melaksanakan suatu hal yang berhubungan dengan ketertarikannya. Ekspresi pada minat terlihat dari keterangan yang mencerminkan dimana seseorang lebih memfavoritkan sesuatu, lalu kemudian dapat tercermin melalui partisipasinya dalam kegaiatan tertentu. Berdasarkan uraian sebagian pakar mengenai minat, bisa diambil kesimpulan bahwasanya minat merupakan salah satu bentuk kecenderungan maupun keinginan terhadap objek tertentu. Minat tersebut muncul dikarenakan disesuaikan oleh kebutuhan sehingga dapat membuat puas dari aspek minat batin individu, yang pada gilirannya memengaruhi dari yang terdapat dalam dirinya, termasuk wawasan dan kreativitasnya.


66 B. Strategi Perkembangan Intelegensi, Bakat, dan Minat 1. Intelegensi Dalam karyanya, Drs. H. Mustaqim menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi dan menyebabkan perbedaan dalam tingkat intelegensi antara individu, yakni: a. Pembawaan Pembawaan merupakan hasil dari watak atau unsur-unsur yang sudah ada semenjak lahir. Skill seseorang untuk mengatasi suatu masalah tergantung pada batas kemampuannya. b. Kematangan Apa yang ada dari fisik seseorang yang mengalami tumbuh kembang. Kematangan sebuah organisme, yang terdiri dari fisik dan psikis, dapat diukur oleh kemampuannya untuk menjalankan fungsi masing-masing. c. Pembentukan Pembentukan mencakup semua kondisi eksternal yang memengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan dikalsifikasikan menjadi terencana, misalnya ketika di sekolah, serta tidak terencana, seperti efek lingkungan di sekeliling. d. Minat dan Pembawaan Khas Minat menunjukkan tindakan seseorang menuju visi ialah motivasi yang mendorong usaha lebih intens dan berkualitas. Apa yang membangkitkan minat seseorang dapat mendorongnya untuk berupaya dengan lebih tekun dan efisien.


67 e. Kebebasan Kebebasan individu untuk menentukan strategi pemecah masalahnya juga menjadi faktor yang memengaruhi intelegensi. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih cara yang paling sesuai bagi mereka dalam menyelesaikan suatu masalah. 2. Bakat Bakat, sebagai potensi khusus, menunjukkan pola perilaku yang unik terkait pengembangan dirinya. Salah satu peserta didik dengan level bakat tinggi dapat lebih efektif dalam memahami segala informasi, pengetahuan, serta keterampilan terkait dalam faktor tertentu ketimbang teman-temannya. Oleh karenanya, penting untuk memberikan pelatihan mendalam guna mengoptimalkan potensi bakat siswa. Peran orangtua juga sangat signifikan dalam pengembangan bakat ini, tetapi mereka perlu bijaksana agar tidak memaksakan kehendak siswa terkait dengan pilihan pendidikan yang mungkin tidak sesuai dengan minat atau keahlian siswa, tanpa persetujuan dari siswa sendiri. Kesalahan dalam hal ini dapat berdampak negatif pada indeks prestasi akademisi peserta didik. Semua peserta didik mempunyai potensi khas yang bisa membantu mereka meraih keberhasilan dalam bidang yang sesuai dengan kemampuan dan minat pribadi mereka. Dengan demikian, bakat dapat dianggap sebagai bentuk kecerdasan yang bersifat spesifik pada aspek dan bidang tertentu. Ini membedakannya dari inteligensi, yang merupakan bentuk kecerdasan umum yang dimiliki oleh semua individu dengan tingkat variasi yang berbeda. 3. Minat Minat muncul ketika individu menerima stimulus melalui lingkungan luar, serta cenderung merasa tertarik oleh satu bagian yang bersifat stabil atau konsisten., diiringi oleh rasa gembira ketika ikut secara aktual dalam hal tersebut. Kesenangan ini timbul dari lingkungan yang menarik. Minat juga dijelaskan menjadi rasa ketertarikan, perhatian, atau


68 keinginan lebih terhadap suatu hal, yang timbul tanpa adanya dorongan eksternal. Minat ini kemudian akan menetap dan berkembang melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sekitar. Pengalaman ini diperoleh melalui berbagai interaksi dengan dunia luar, termasuk melalui latihan dan pembelajaran. Dorongan dari dalam individu menjadi faktor utama yang menciptakan minat belajar, yang dapat berasal dari aspek sosial ataudorongan batin. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah kecenderungan pribadi untuk mengalami kebahagiaan tanpa adanya tekanan, yang dapat menghasilkan perubahan dalam pemahama


69 BAB 8 MOTIVASI, AFEKSI, MOTIF, DAN KOGNISI A. Definisi motivasi dan afeksi 1. Devinisi Motivasi Motivasi (Nanang Hasan Susanto, dan Cindy Lestari, 2018) bermula dari bahasa latin, Movere yang memiliki arti menggerakkan atau pada bahasa Inggrisnya to move (Winardi, 2001:1). Pemahaman lebih jauh mengenai motivasi dijelaskan oleh Michael J. Jucius yang bahwa motivasi ialah kegiatan yang mampu memberikan dukungan terhadap individu atau diri kita sendiri untuk melakukan suatu perbuatan yang diinginkan. Dengan demikian, (Prihartanta, 2015:2). Semangat adalah fenomena psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan maksud tertentu. Jucius juga menjelaskan bahwa semangat juga dapat diwujudkan dalam bentuk upaya yang menyebabkan individu atau kelompok terdorong melakukan sesuatu karena menginginkan mencapai tujuan yang diinginkannya atau karena ingin mencapai kepuasan sesuai dengan perilakunya, yaitu setiap perilaku (Abdul Rahman Shaleh, 2009) yang dilakukan oleh individu baik yang disengaja (rasional) atau yang tidak disengaja (mekanikal/naluri) pada dasarnya merupakan bentuk untuk menjaga suatu keseimbangan hidup. Jika keseimbangan ini terganggu, maka akan muncul dorongan untuk melaksanakan aktivitas guna mengembalikan keseimbangan prima tubuh. Kegiatan penjagaan keseimbangan ini, kadang terjadi atas dorongan fisiologis semata, tanpa disertai keinginan manusia, seperti tubuh menghasilkan keringat pada saat suhu yang tinggi. Namun terkadang kegiatan tersebut berlangsung atas dasar kehendak tertentu, misalnya minum pada saat haus.


70 2. Teori teori menurut para ahli: 1) Purwanto (Indrati Endang, 2014) menguraikan bahwa semangat merupakan suatu tindakan yang disadari untuk mendorong, mengarahkan, dan menjaga perilaku suatu individu agar ia tergerak untuk bergerak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil tertentu. 2) Motivasi menurut Vroom (Kiki Cahaya Setiawan, 2015) motivasi ialah sesuatu yang mengarahkan diri kita dalam memutuskan sejauh mana upaya untuk mengerahkan upaya dalam situasi. 3) Abraham Maslow (Nanang Hasan Susanto, dan Cindy Lestari, 2018) menjelaskan motivasi merupakan Sesuatu yang memiliki sifat kekal, tidak akan berakhir, tidak fluktuatif, kompleks, dan hal itu sering kali merupakan ciri umum dalam setiap kegiatan individu. Jadi (Purwa Atmaja Prawira, 2014) yang dapat di fahami dari beberapa penjelasan dan pendapat mengenai motivasi yang telah dijabarkan di atas, secara lebih padat dan singkat dapat disimpulkan bahwa motivasi pada dasarnya adalah suatu faktor untuk meningkatkan aktivitas dalam mencapai suatu tujuan, termasuk di dalamnya proses pembelajaran 3. Definisi Afeksi Menurut Diener (Eneng Nurlaili Wangi, dan Farras Rizky Annisaa, 2015) pengertian afeksi ialah penilaian individu tentang peristiwa-peristiwa yang dihadapi dalam hidup suatu individu. Sementara itu afeksi positif dan negatif menjelaskan sebuah mood dan emosi terhadap pengalaman yang berlangsung seiring hidup suatu individu. Evaluasi terhadap afeksi ini terdiri dari gambaran suasana hati dan emosi. Afeksi positif ialah gabungan dari dorongan dan halhal yang menggembirakan (pleasantness), dan mencakup emosi-emosi sama halnya aktif dan bahagia. Selain itu, afeksi positif dapat dilihat melalui merasakan emosi dan perasaan yang menggembirakan. Afeksi yang menggembirakan mampu dijelaskan berupa emosi–emosi spesifik seperti kegembiraan, kasih saying, cinta dan rasa bangga. Afeksi negatif adalah gabungan dari dorongan dan hal-hal yang tidak menggembirakan, dan terdapat di dalamnya yaitu emosi-emosi seperti kecemasan, kemarahan dan ketakutan.


71 afeksi yang tidak menggembirakan memuat dari beragam emosi-emosi khusus, layaknya rasa malu, kecemasan, penderitaan, kemarahan dan bersalah. Afeksi (Eneng Nurlaili Wangi, dan Farras Rizky Annisaa, 2015) mempunyai tugas yang sangat penting dalam kehidupan setiap orang, terpenting dalam hubungan sosial setiap individu baik itu di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Afeksi dapat mempengaruhi sikap dan interaksi sosial seseorang, serta mempengaruhi kesehatan psikologis serta fisik suatu individu. Pemenuhan kebutuhan afeksi sangatlah penting bagi anak-anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Ada beberapa langkah untuk memenuhi kebutuhan afeksi, seperti melimpahkan perhatian, kasih sayang, dan dukungan emosional. B. Definisi motif dan kognisi 1. Definisi motif Motif (Nanang Hasan Susanto, dan Cindy Lestari, 2018) dapay diartika sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri suatu individu yang mendorong untuk melakukan sesuatu (driving force). Adanya motif tidak hanya sendiri, tetapi saling berkesinambungan dengan faktor-faktor lainnya, baik faktor eksternal, dan faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut juga motivasi Menurut Sperling, (Ayok Ariyanto, dan Sulistyorinia, 2020) “Motive is defined as a tendency to activity, started by a drive and ended by an adjustment. The adjustment is said to satisfy the motive Motif didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untu beraktivitas, dimulai dari dorongan dalam diri dan diselesaikan dengan penyesuaian diri. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa motif adalah suatu kekuatan yang terdapat dalam diri suatu individu, yang menyebabkan individu tersebut melakukan atau bertindak. Motif tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah laku seseorang, berupa dorongan, rangsangan, atau pembangkin tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. 2. Definisi Perspektif Kognisi Menurut perspektif kognitif, (John W. Santrock, 2013) Pikiran siswa akan merangsang semangat mereka. Baru-baru ini timbul minat yang signifikan terhadap semangat dari sudut pandang kognitif (pintrich dan schunk, 2002).


72 Ketertarikan ini difokuskan pada gagasan-gagasan seperti semangat internal siswa untuk mencapai atribusi mereka, dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka. bahwa mereka mampu mengendalikan kontrol lingkungan mereka secara baik. 3. Pendekatan Kognitif Terhadap Motivasi Pendekatan kognitif terhadap motivasi (Merv Stapleton, 2018). menaruh perhatian pada apa dan bagaimana kita berfikir tentang perilaku kita dan perencanaan yang kita lakukan untuk mencapai tujuan. Satu pendekatan kognitif terhadap motivasi ialah pendekatan visualisasi, sedangkan pendekatan kedua menaruh perhatian pada ciri bawaan motivasional. C. Hirarki Kebutuhan Maslow Abraham Maslow (Tri Andjarwati, 2015) berpendapat bahwa pada dasarnya suatu individu itu baik dan dapat menunjukkan bahwa individu memiliki dorongan yang tumbuh secara terus menerus dan memiliki potensi besar. Sistem hirarki kebutuhan, dikembangkan oleh Maslow, merupakan pola yang biasanya digunakan untuk menggolongkan motif setiap manusia. Sistem hirarki (Wallace, Goldstein dan Nathan, 2007: 277). kebutuhan meliputi lima kategori motif yang disusun dari kebutuhan yang paling rendah yang harus dipenuhi dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Semua tingkat kebutuhan sebagaimana diuraikan oleh Hamner dan Organ ditunjukkan dalam tingkatan kebutuhan berikut: 1) Kebutuhan Fisiologis Makanan, air, seks, tempat perlindungan. 2) Kebutuhan Rasa aman Perlindungan terhadap bahaya, ancaman, dan jaminan keamanan. Perilaku yang menimbulkan ketidakpastian berhubungan dengan kelanjutan pekerjaan atau yang merefleksikan sikap dan perbedaan, kebijakan administrasi yang tidak terduga akan menjadi motivator yang sangat kuat dalam hal rasa aman pada setiap tahap hubungan kerja.


73 3) Kebutuhan Sosial Memberi dan menerima cinta, persahabatan, kasih saying, harta milik, pergaulan, dukungan. Jika dua tingkat kebutuhan pertama terpenuhi seseorang menjadi sadar akan perlunya kehadiran teman. 4) Kebutuhan Harga Diri Kebutuhan akan prestasi, kecukupan, kekuasaan, dan kebebasan. Intinya hal ini merupakan kebutuhan untuk kemandirian atau kebebasan. Status, pengakuan, penghargaan, dan martabat. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan akan harga diri. 5) Kebutuhan Aktualisasi Diri Kebutuhan untuk menyadari kemampuan seseorang untuk kelanjutan pengembangan diri dan keinginan untuk menjadi lebih dan mampu untuk menjadi orang. (Kondisi kehidupan industri modern hanya memberi sedikit kesempatan untuk kebutuhan mengaktualisasikan diri untuk menemukan pernyataan). D. Faktor-Faktor Kognitif Motivasi dan Afeksi Faktor-faktor kognitif (Simanjuntak, Dkk, 2015) memainkan peran penting dalam motivasi dan afeksi seseorang. Berikut adalah beberapa faktor kognitif yang dapat mempengaruhi motivasi dan afeksi: 1) Kesuksesan dan kegagalan masa lalu Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi motivasi dan afeksi seseorang. Kesuksesan masa lalu dapat meningkatkan motivasi dan afeksi positif, sedangkan kegagalan masa lalu dapat menurunkan motivasi dan afeksi negatif. 2) Isyarat situasional Isyarat situasional dapat mempengaruhi motivasi dan afeksi seseorang. Isyarat situasional yang positif dapat meningkatkan motivasi dan afeksi positif, sedangkan isyarat situasional yang negatif dapat menurunkan motivasi dan afeksi negatif. 3) Minat Minat adalah faktor kognitif yang dapat mempengaruhi motivasi dan afeksi seseorang. Jika seseorang memiliki minat yang tinggi terhadap suatu hal, maka motivasi dan afeksi positif akan meningkat. 4) Harapan


74 Harapan adalah faktor kognitif yang dapat mempengaruhi motivasi dan afeksi seseorang. Jika seseorang memiliki harapan yang tinggi terhadap suatu hal, maka motivasi dan afeksi positif akan meningkat. 5) Tujuan Tujuan adalah faktor kognitif yang dapat mempengaruhi motivasi dan afeksi seseorang. Jika seseorang memiliki tujuan yang jelas dan spesifik, maka motivasi dan afeksi positif akan meningkat. 6) Atribusi Jika seseorang mengatribusikan keberhasilan atau kegagalan pada faktor internal, maka motivasi dan afeksi positif akan meningkat. Namun, jika seseorang mengatribusikan keberhasilan atau kegagalan pada faktor eksternal, maka motivasi dan afeksi negatif akan meningkat. 7) Pengakuan Pengakuan adalah faktor kognitif yang dapat mempengaruhi motivasi dan afeksi seseorang. Jika seseorang mendapatkan pengakuan yang cukup atas prestasinya, maka motivasi dan afeksi positif akan meningkat. 8) Kepercayaan diri Kepercayaan diri adalah faktor kognitif yang dapat mempengaruhi motivasi dan afeksi seseorang. Jika seseorang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, maka motivasi dan afeksi positif akan meningkat. 9) Pengetahuan Pengetahuan adalah faktor kognitif yang dapat mempengaruhi motivasi dan afeksi seseorang. Jika seseorang memiliki pengetahuan yang cukup tentang suatu hal, maka motivasi dan afeksi positif akan meningkat. 10) Sikap Sikap adalah faktor kognitif yang dapat mempengaruhi motivasi dan afeksi seseorang. Jika seseorang memiliki sikap yang positif terhadap suatu hal, maka motivasi dan afeksi positif akan meningkat.


75 BAB 9 RAGAM STRATEGI PEMBELAJARAN A. Pengertian Strategi Pembelajaran Mc Leod ( Mohammad Asrori, 2013) menyatakan bahwa secara harfiah, kata "strategi" dalam bahasa Inggris dapat diartikan sebagai seni melaksanakan strategem, yaitu siasat atau rencana. Menurut Muhibbin Syah (Mohammad Asrori,2013). Penggunaan istilah "strategi" seringkali bervariasi dalam banyak konteks. Dalam konteks pembelajaran, Nana Sudjana juga menjelaskan bahwa strategi mengajar adalah "taktik" yang diterapkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk memengaruhi siswa mencapai tujuan pembelajaran (TIK) secara efektif dan efisien, Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, (Mohammad Asrori, 2013). Strategi Pembelajaran, secara substansial, merupakan kerangka kerja bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dengan menggabungkan pengetahuan dan keterampilan dalam memanfaatkan semua sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan tersebut. Strategi Pembelajaran adalah pendekatan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pengayaan, dan remedial, yang melibatkan pemilihan dan penentuan perubahan perilaku, pendekatan prosedur, metode, teknik, serta norma-norma atau batasan keberhasilan. B. Ragam Strategi Pembelajaran 1. Srategi Pembelajaran Akselerasi Akselerasi dalam pendidikan merupakan program yang dirancang untuk membantu peserta didik yang mempunyai pengetahuan dan pemahaman di atas rata-rata dalam rnuntaskan masa belajar yang cocok dengan tingkat kemampuan mereka. Akselerasi ini dapat dilihat pada dua pengertian: a. Akselerasi sebagai pola pelayanan pembelajaran: dalam model ini, kelas memungkinkan siswa yang mempunyai keterampilan lebih diberi peluang mengikuti pembelajar pada kelas yang tingkatan yang lebih tinggi.


76 b. Akselerasi program atau kurikulum: dalam model ini, peringkasan program diberikan kepada siswa yang seharusnya menyelesaikan studi SLTP atau SMU dalam waktu lebih singkat dengan menggunakan kurikulum berdiferensiasi. Misalnya, siswa yang seharusnya menyelesaikan studi SLTP atau SMU dalam tiga tahun diprogram untuk dapat menyelesaikan materi kurikulum (yang telah dideferensiasi) dalam waktu dua tahun. Dalam konteks pendidikan, ada beberapa istilah yang sering digunakan, seperti Semester Gasal dan Semester Genap, yang merupakan komponen waktu terkecil yang dimanfaatkan untuk menyatakan durasi pada proses kegiatan pembelajaran suatu program pada suatu jenjang pendidikan. Selain itu, masa studi merupakan masa studi terjadwal yang perlu ditempuh oleh anak perkuliahan sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan, dan batas waktu studi adala hingga waktu maksimal yang diizinkan untuk mahasiswa menuntaskan studi Dapat disimpulkan, Akselerasi merupakan strategi pendidikan yang dimaksudkan untuk memungkinkan siswa dengan kemampuan atau kecerdasan di atas rata-rata untuk mengejar dan menuntaskan tingkat pendidikan mereka lebih cepat. Dalam konteks pendidikan, akselerasi bisa mencakup mengizinkan siswa untuk naik ke tingkatan yang lebih tinggi daripada teman sebaya mereka atau menggunakan kurikulum yang telah disesuaikan sehingga mereka dapat menyelesaikan proyek pendidikan dalamjangkaa waktu yang lebih singkat. Tujuan dari akselerasi adalah untuk menyediakan pendidikan yang sesuai dengan potensi siswa supernormal dan memungkinkan mereka untuk mencapai perkembangan optimal. Pembelajaran akselerasi bertujuan untuk mengoptimalkan pengembangan seluruh potensi anak sehingga mereka dapat mencapai prestasi sesuai dengan harapan pendidikan, memberikan manfaat bagi warga, dan kontributif bagi bangsa. Kehadiran pendidikan khusus yang terstruktur dan teratur sangat penting, karena tanpa hal tersebut, anak tidak dapat secara alami mengembangkan bakat intelektualnya secara maksimal atau meraih prestasi yang hebat. Sehingga, perlu dilakukan upaya untuk memengaruhi


77 perkembangan anak agar mereka dapat mengaktualisasikan potensi secara optimal melalui pendidikan khusus ini. Pendidikan tersebut tidak hanya menyangkut aspek kecerdasan, tetapi juga mencakup aspek-aspek psikologis individu, sosial, emosional, moral, jasmani, dan komponen lainnya. Dengan pendekatan ini, mereka akan berkembang menjadi individu yang unggul, memiliki moralitas, jiwa sosial, dan siap untuk menyumbangkan hasil karyanya demi kepentingan bangsa dan negara. Southern dan Jones mencatat sejumlah kelebihann dari penerapan program akselerasi bagi siswa berkualitas, sebagai berikut: a. Meningkatkan efisiensi belajar. Siswa yang telah memahami materi dan menguasai kurikulum pada tingkat sebelumnya akan mengalami peningkatan dalam hal belajar yang lebih baik dan efisien. b. Meningkatkan efektivitas. Siswa yang belajar di tingkat kelas yang sesuai dan sudah memahami keterampilan sebelumnya dianggap sebagai peserta didik yang paling efektif. c. Penghargaan. Peserta didik yang berhasil mencapai tingkat tertentu berhak mendapatkan penghargaan atas prestasi yang telah mereka raih. d. Meningkatkan waktu untuk karir. Pengurangan waktu belajar akan meningkatkan produktivitas siswa, penghasilan, dan aspek kehidupan pribadi mereka di masa depan. e. Memungkinkan siswa bergabung dengan kelompok sebaya baru. Melalui program akselerasi, siswa dapat bergabung dengan peserta didik lain yang memiliki kemampuan intelektual dan akademis yang sejajar. f. Ekonomis. Sekolah dapat memanfaatkan keuntungan tanpa perlu mengeluarkan biaya besar untuk mendidik guru khusus anak berbakat. 2. Strategi Pembelajaran Inquary-Discovery Learning a. Pembelajaran Inquary Learning Inquiry learning adalah pendekatan pembelajaran yang mengundang siswa untuk aktif bertanya dan melakukan eksperimen secara mandiri sepanjang proses belajar. Dalam pola pembelajaran inquiry, siswa bertanggung jawab untuk mencari materi pembelajaran secara mandiri, menyelidiki materi dengan myampaikan pertanyaan, dan melaksanakan riset atau penelitian secara independen. Terbentuk dari dua kata, inquiry


78 dan learning, inquiry learning mengacu pada kegiatan pembelajaran yang menggarisbawahi pada rasa ingin tahu peserta untuk menyelidiki apa yang akan dipelajari mereka. Model pembelajaran ini fokus pada pengembangan keahlian penyelidikan dan kebiasaan berpikir, memungkinkan siswa untuk terus mencari pengetahuan. Inquiry learning memberikan peluang bagi siswa untuk menyelidiki masalah, sementara bagi guru, ini merupakan serangkaian tahapan yang mendorong peserta didik untuk menemukan jawaban atas rasa ketertarikanya melalui pemikiran kritis. Dengan kata lain, peserta didik diminta untuk berpikir kritis, logis, mengidentifikasi masalah, dan menemukan jawaban sendiri dengan mengaktifkan seluruh kemampuan mereka. Pendekatan ini dapat mengoptimalkan dan mengembangkan keahlian siswa yang telah dimiliki sebelumnya. Perlu diingat bahwa proses belajar-mengajar berbasis inkuiri bukan sekadar metode, melainkan sebuah proses yang memiliki potensi untuk memperbaiki keterlibatan intelektual dan pengetahuan mendalam para siswa. b. Discovery Learning Menurut John W. Santrock (2008) , pembelajaran penemuan merupakan proses di mana murid mengembangkan pemahaman secara mandiri. Berbeda dengan metode arahan langsung, di mana pengajar menyampaikan informasi dengan secara langsung terhadap peserta didik, dalam pembelajaran penemuan, peserta didik harus mencari informasi secara mandiri. Pendekatan ini sejalan dengan pemikira Piaget yang menyatakan bahwa setiap kali informasi diberikan kepada peserta didik, proses pembelajaran tidak berlangsung. John Dewey dan psikolog kognitif Jerome Brunes mendukung konsep pembelajaran penemuan dengan memotivasi guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara mandiri. Mereka berpendapat bahwa pembelajaran penemuan memotivasi peserta didik untuk berfikir independen dan mendapatkan cara mengorganisir serta memperoleh pemahaman. Pendekatan ini juga membangkitkan rasa keingintahuan siswa. Dalam pembelajaran penemuan, guru memfasilitasi proses ini dengan memberikan aktivitas yang mendorong siswa untuk secara aktif mencari


79 jawaban. Setelah memberikan aktivitas tersebut, peran guru bergeser menjadi pemimpin diskusi dan penyedia jawaban atas pertanyaan siswa. Untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran penemuan, guru perlu memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dan senang menemukan solusi masalah sendiri. Terbukti bahwa pendekatan pembelajaran penemuan sangat berhasil dalam konteks pembelajaran sains. Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang belajar sains melalui aktivitas dan sistem pembelajaran penemuan cenderung mencapai nilai lebih tinggi daripada siswa yang diajari dengan proses belajar mengajar langsung, baik di tingkat SD maupun SMP. Namun, sebagian besar metode pembelajaran penemuan yang diterapkan di sekolah tidak bersifat "murni." Dalam pembelajaran penemuan "murni," siswa didorong untuk belajar mencari tahu sendiri dengan sedikit atau tanpa instruksi langsung. Namun, pembelajaran mandiri tidak selalu efektif untuk semua siswa. Sebagai contoh, memberikan materi kepada siswa dan membiarkan mereka belajar sendiri bisa menyebabkan kesalahan pemahaman dan penggunaan strategi yang tidak efektif dalam mencari informasi. Bahkan, ada peserta didik yang mungkin sama sekali tidak berhasil dalam mengakses pemahaman. Dalam beberapa kasus, terutama untuk pelajaran dasar seperti penjumlahan dan pengurangan, pengajaran langsung mungkin lebih efektif. Seiring dengan penggunaan pembelajaran penemuan, guru mulai menyadari perlunya modifikasi untuk meningkatkan efektivitasnya. Inilah yang membawa konsep proses belajar mengajar penemuan dengan bimbingan (guided discovery learning), di mana peserta didik didorong untuk mengembangkan pemahaman mereka sendiri, tetapi juga mendapat bantuan berupa pertanyaan dan panduan dari pengajar. 3. Strategi Pembelajaran Saintific Learning Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah merujuk pada suatu proses pembelajaran yang terstruktur, dimulai dari pengamatan, pertanyaan, pengumpulan data, asosiasi, hingga komunikasi, dengan tujuan meningkatkan pengembangan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan mahasiswa agar memenuhi standar ilmiah. Pengetahuan yang diperoleh melibatkan


80 dimensi faktual, konseptual, prosedural, atau metakognitif, yang diperoleh melalui pengalaman indrawi mahasiswa dari berbagai sumber. Menurut Suastra (Wiyanto,2017), sains pada dasarnya memiliki tiga komponen utama, yakni produk, proses, dan sikap. Sebagai produk, sains mencakup fakta-fakta, ide-ide, dan prinsip-prinsip. Sebagai proses, sains adalah rangkaian terstruktur dan sistematis untuk menemukan ide, prinsip, hukum, dan gejala. Menjadi sikap, sains dinginkan mampu membentuk sifat. Beberapa tujuan proses belajar mengajar melalui metode saintifik mencakup: a. Peningkatan kemampuan intelektual, terutama dalam kemampuan berpikir siswa yang lebih meningkat; b. Pembentukan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan problem secara terorganisir; c. Terbentuknya kondisi pembelajaran di mana peserta didik merasa bahwa belajar adalaah kebutuhan; d. Pencapaian hasil belajar yang meningkat; e. Pelatihan siswa dalam menyampaikan pemikiran-pemikiran, khususnya melalui penulisan artikel ilmiah; dan f. Pengembangan karakter peserta didik. Sementara itu, metode saintifik mempunyai karakteristik adalah sebagai berikut: a. Berfokus pada peserta didik; b. Melibatkan keahlian pada tahap sains dalam membangun ide, hukum, atau prinsip; c. Melibatkan tahap-tahap kognitif yang memili potensi merangsang progress intelektual, terutama keahlian berpikir siswa dengan tingkat yang lebih tinggi; d. Mampu mengembangkan karakter peserta didik 4. Strategi Pembelajaran Teacher Center Model pembelajaran Teacher Centered Learning (TCL) merupakan pendekatan yang menempatkan guru sebagai fokus utama dalam proses pembelajaran. Dalam TCL, guru memiliki peran sentral sebagai sumber utama informasi, sedangkan peserta didik berperan sebagai penerima informasi.


81 Pengajar dalam TCL bertanggung jawab atas perencanaan dan pengaturan proses pembelajaran, termasuk penentuan materi yang akan diajarkan dan mengarahkan perkembangan siswa. Streategi Instruksional Teacher Center a. Mengorientasikan. Menurut Joyce & Weil ( John W. Santrock, 2008) sebelum mempersembahkan dan menerangkan materi baru, susun rangkuman pelajaran dan pandu siswa menuju materi yang baru : 1) Tinjau kegiatan dari hari sebelumnya; 2) Diskusikan tujuan pembelajaran; 3) Sampaikan petunjuk tugas dengan jelas dan eksplisit; dan 4) Berikan penilaian kembali terhadap pembelajaran hari ini. Orientasi awal dan struktur pembelajaran pada tahap awal memiliki dampak yang signifikan pada peningkatan prestasi siswa, Fisher dkk (John W. Santrock, 2008) . Advance organizer merupakan sebuah metode dan teknik pembelajaran yang digunakan untuk menyajikan kerangka dasar materi pembelajaran dan memandu siswa ke arah materi yang akan diajarkan, Ausubel (John W. Santrock, 2008). Advance organizer dapat digunakan ketika memulai suatu pelajaran dengan tujuan membantu siswa memahami gambaran keseluruhan tentang apa yang hendak dipelajari dan bagaimana pengetahuan tersebut relevan. Advance organizer memiliki dua bentuk utama, yaitu expository dan comparative. Expository advance organizer memberikan siswa pemahaman dasar yang diperlukan untuk memahami materi yang akan datang. Pada awal setiap bab buku, garis besar dan tujuan pembelajaran, termasuk expository advance organizer, dapat digunakan. Pendekatan lainnya adalah dengan menggambarkan topik pelajaran dan mengapa topik tersebut penting untuk dipelajari. Comparative advance organizer mengenalkan materi baru yang menghubungkannya pada pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa.


82 Sebagai contoh, dalam pelajaran sejarah , pengajar dapat menghubungkan invasi Spanyol ke Meksiko dengan pembukaan jalur trans-Atlantik dan perubahan yang terjadi di Eropa dan Amerika. Guru juga dapat mengundang siswa untuk merenungkan bagaimana topik Aztec ini berkaitan dengan penjelajahan Columbus yang sudah mereka pelajari minggu sebelumnya. Pengajaran, Penjelasan, dan Demonstrasi. b. Metode Pengajaran dengan paparan/ceramah (lec-turing) Penjelasan dan demonstrasi merupakan kegiatan yang biasa dijalankan pengajar dalam pendekatan secara langsung. Penelitian menunjukkan bahwa pengajar yang efektif memanfaatkan lebih banyak waktu untuk menjelaskan dan mendemonstrasikan materi baru, Rosenshine (John W. Santrock, 2008). Walaupun terkadang kita merasa bosan dengan penjelasan, namun terdapat momen-momen tertentu di mana kita tertarik dan banyak mempelajari dari pembahasan guru. c. Pertanyaan dan Diskusi. Menurut Weinstein (John W. Santrock, 2008) Diskusi dan pertanyaan penting diintegrasikan ke bentuk pendekatan arahan berpusat pada guru. Dalam menggunakan metodi ini, beberapa pedoman dan strategi untuk memberikan penjelasan atau ceramah yang efektif perlu dibahas 1) Menyampaikan informasi dan menggerakkan minat siswa terhadap suatu pembelajaran. 2) Memperkenalkan suatu topik sebelum siswa membacanya, atau memberikan instruksi tentang metode dalam melakukan suatu tugas. 3) Merangkum atau mensintesis informasi sesudah diskusi atau penelitian. 4) Memberikan sudut pandang pilihan lain atau menjelaskan isu sebelum dimulainya diskusi. 5) Menjelaskan materi yang susah dipahami oleh siswa. 5. Strategi Pembelajaran Learner Center Beberapa pendapat ahli mengenai pengertian learning center:


83 a. “A Learning Assistance Center is any place where learners, learner data, and learning facilitators are interwoven into a sequential, cybernetic, individualized, people oriented system to service all students (learners) and faculty (learning facilitators) of any institution for whom learning by its students is important” , Christ (John W. Santrock, 2008) . “Pusat Bantuan Pembelajaran adalah tempat di mana peserta didik, data peserta didik, dan fasilitator pembelajaran terjalin ke dalam sistem yang berurutan, cybernetic, individual, berorientasi pada orang untuk melayani semua siswa (peserta didik) dan dosen (fasilitator pembelajaran) dari institusi mana pun yang belajar dengan cara mereka sendiri. siswa itu penting” , Christ (John W. Santrock, 2008) . b. “A Learning Center is an amalgamation of four services: library, audiovisual service, nontraditional learning activities (including tutoring), and instructional development service (that is, the center assists faculty members in developing new teaching strategies, materials, and courses)” Peterson, (John W. Santrock, 2008) “Pusat Pembelajaran merupakan gabungan dari empat layanan: perpustakaan, layanan audiovisual, kegiatan pembelajaran non-tradisional (termasuk bimbingan belajar), dan layanan pengembangan pengajaran (yaitu, pusat tersebut membantu anggota fakultas dalam mengembangkan strategi pengajaran, materi, dan kursus baru) ” Peterson, (John W. Santrock, 2008) Berdasarkan bendapat ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pusat Bantuan Pembelajaran adalah tempat di mana peserta didik, data peserta didik, dan fasilitator pembelajaran terintegrasi dalam suatu sistem yang bersifat terstruktur, bersifat cybernetic, berorientasi pada individu, dan berfungsi untuk melayani semua siswa dan dosen dari berbagai institusi yang belajar dengan cara mereka sendiri. Pusat Pembelajaran ini menggabungkan empat layanan utama, yaitu perpustakaan, layanan audiovisual, kegiatan pembelajaran non-tradisional (termasuk bimbingan belajar), dan layanan pengembangan pengajaran, dengan tujuan membantu anggota fakultas dalam mengembangkan strategi pengajaran, materi, dan kursus baru. Pusat Pembelajaran bertujuan untuk memastikan bahwa siswa


84 menjadi fokus utama dalam pendekatan pembelajaran yang beragam dan fleksibel. Menurut Jones, Rasmussen, & Moffit ( John W. Santrock, 2008) salah satu strategi instruksional berpusat pada pembelajar adalah pembelajaran berbasis problem. Fokus utama pembelajaran berbasis masalah adalah pada penyelesaian masalah kehidupan nyata. Kurikulum yang mengusung pendekatan ini memberikan masalah nyata kepada siswa, yakni masalah yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, juga membahas dua cara lainnya, yaitu pertanyaan esensial dan pembelajaran penemuan. a. Pertanyaan Esensial. Pertanyaan esensial merupakan pertanyaan yang mencerminkan inti dari program studi, hal yang paling penting untuk diselidiki dan dikaji oleh siswa. Sebagai contoh, dalam suatu pembelajaran, pertanyaan esensialnya mungkin merupakan: "Apa makna dari terbang?" Siswa akan menjelajahi pertanyaan ini melalui pemeriksaan dari berbagai makhluk mulai dari ikan, burung, tawon, hingga pesawat bolak-balik, sekalipun sampai ke gagasan bahwa ide dan waktu juga dapat "terbang". Awalan pernyataan ini kemudian diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan yang lain seperti "Bagaimana dan mengapa makhluk terbang di alam?" "Bagaimana penerbangan memengaruhi manusia?" dan "Bagaimana masa depan penerbangan?" Pertanyaan esensial semacam ini dapat membingungkan siswa, mendorong mereka untuk berpikir, serta memotivasi rasa keingin tahuan mereka. Pertanyaan esensial merupakan pilihan yang inovatif, di mana dengan sedikit tambahan perubahan, pertanyaan yang mungkin kurang menarik misal "Apa efek dari Perang Sipil?" dapat dirubah menjadi pertanyaan yang lebih menarik seperti "Apakah Perang Sipil masih berlanjut?" b. Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Pembelajaran penemuan merupakan suatu metode di mana siswa membentuk pemahaman sendiri. Pembelajaran penemuan tidak sama dengan pendekatan instruksi langsung, yang mana guru memberikan penjelasan secara langsung informasi kepada siswa.


85 Menurut Jack Truschel dan David L. Reedy (Y Duna S, 2018), Learning Center, yang berperan sebagai pusat peningkatan kecerdasan, memiliki berbagai aspek dan tujuan. Fokus pembelajaran masyarakat pada umumnya juga mencakup beberapa tujuan. Antara lain : a. Membuar peserta didk jadi pelajar yang mandiri. b. Meningkatkan rasa percaya diri peserta didik. c. Mengurangi tingkat stres peserta didik. d. Meningkatkan nilai akademis peserta didik. b. Membantu peserta didik memahami cara belajar yang cocok dengan kemampuan mereka. c. Memperluas wawasan pada peserta didik.. d. Memberikan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan tugas dengan baik. e. Mengajarkan siswa untuk mendefinisikan dan menuntaskan masalah dengan efektif. f. Meningkatkan keahlian peserta didik dalam penggunaan teknologi. g. Memberi kemampuan kepada siswa untuk mempersiapkan tujuan hidup mereka selanjutnya. 6. Strategi Pembelajaran Cooperative Learning Menurut Depdiknas (Widya Nuriyanti,dkk, 2023), pembelajaran kooperatif, atau cooperative learning, merujuk pada konsep 'sifat kerja sama' atau 'mampu membantu'. Menurut Arends (Widya Nuriyanti,dkk, 2023), model pembelajaran kooperatif melibatkan partisipasi siswa dalam proses belajar secara berkelompok, umumnya terdiri dari 4 hingga 5 individu, yang dibentuk dengan keanggotaan yang beragam, disesuaikan dengan tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etnis atau ras yang berbeda. Strategi pembelajaran kooperatif menekankan pengklasifikasian peserta didik sesuai dengan tingkat kemampuan akademis yang tidak sama dalam suatu kelompok kecil. Hal ini bukan berarti pendidik melakukan diskriminasi terhadap siswa, melainkan membantu mereka mengetahui materi sesuai dengan kemampuan individu masing-masing. Adapun manfaat dari cooperative learning meliputi:


86 a. Mengembangkan perilaku kooperatif Cooperative learning dapat mengembangkan perilaku kooperatif dan meningkatkan hubungan antarsiswa. Siswa belajar lebih banyak dari interaksi dengan teman-teman mereka, memperoleh pemahaman yang lebih luas dari yang diajarkan, dan dapat meningkatkan kemampuan serta prestasi akademik mereka. b. Merangsang ide baru Interaksi dan diskusi yang aktif dalam pembelajaran kooperatif dapat merangsang terciptanya ide-ide baru. Proses ini mampu meningkatkan perkembangan intelektual siswa, mendorong mereka untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah, dan menemukan informasi baru yang saling berkaitan. c. Meningkatkan hubungan antarsiswa Cooperative learning efektif dalam memperbaiki jalinan antarsiswa dengan tidak memandang perbedaan, ras, suku, etnis, atau latar belakang multikultural di kelas. Teknik ini juga memperkuat kebersamaan siswa, membantu mereka dalam mengatasi permasalahan bersama dengan mudah. d. Meningkatkan prestasi akademik Selain meningkatkan kemampuan sosial, cooperative learning juga memiliki dampak positif terhadap prestasi akademik, baik dalam pemahaman individu maupun kelompok. e. Meningkatkan solidaritas sosial Cooperative learning dapat pula meningkatkan solidaritas sosial di kalangan para siswa. Dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran kooperatif, diharapkan terbentuk generasi yang bukan hanya unggul dalam aspek akademik, tetapi juga memiliki kesadaran solidaritas sosial yang kuat.


87 C. Teknologi Dalam Pembelajaran Inovasi dalam pendidikan melibatkan teknologi pendidikan sebagai elemen tak terpisahkan. Inovasi adalah konsep utama, sementara teknologi pendidikan merupakan alat pelaksanaannya. Peran teknologi dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas harus diakui, dan teknologi ini terkait erat dengan pemecahan masalah yang dihadapi manusia. Oleh karena itu, teknologi pendidikan dapat dilihat sebagai hasil akhir dari sebuah proses inovasi. Dapat disimpulkan bahwa, teknologi pendidikan bukan hanya aspek ilmiah, tetapi juga sebagai sumber informasi dan alat pembelajaran yang sesuai dengan keperluan pendidikan, yang mendukung proses belajar. Terdapat tiga peranan inti dari teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan dalam kegiatan belajar, termasuk: 1. Teknologi informasi sebagai alat digunakan sebagai dukungan bagi guru atau siswa untuk memfasilitasi proses belajar-mengajar, seperti dalam mengelola teks, mengelola data numerik, membuat elemen visual, mengembangkan database, menciptakan program administratif peserta didik, guru, dan staf, serta memanajemen data terkait kepegawaian, keuangan, dan lainnya 2. Teknologi memiliki peran sebagai cabang ilmu pengetahuan. Hal ini menjadikan teknologi sebagai komponen penting dari mata pelajaran yang harus dikuasai oleh para siswa. Contohnya, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menjadi bagian dari kurikulum di berbagai sekolah, baik negeri maupun swasta. 3. Teknologi informasi berperan ganda sebagai materi dan alat bantu dalam proses belajar. Teknologi dianggap sebagai materi pelajaran sekaligus alat yang membantu siswa untuk mempelajari suatu kemampuan dengan bantuan komputer. Dalam konteks ini, komputer telah diprogram sedemikian rupa untuk membimbing siswa secara bertahap dengan prinsip pembelajaran yang komprehensif guna mencapai penguasaan kompetensi. Dalam peran ini, teknologi tidak hanya menjadi alat, tetapi juga berfungsi sebagai fasilitator, penyampai informasi, motivator, dan penilai, seperti halnya seorang guru. 4. Pemanfaatan TIK dalam dunia pendidikan juga membantu mengurangi disparitas dalam penguasaan teknologi mutakhir. Setidaknya, terdapat dua manfaat yang dapat dihasilkan melalui implementasi pendidikan berbasis TIK..


88 Pertama, sebagai motivasi bagi pelaksana pendidikan (termasuk guru) untuk lebih apresiatif dan berinovatif. Kedua, memberikan kesempatan luas pada pendidik dan peserta didik dalam memanfaatkan setiap potensi yang ada untuk memperoleh sumber informasi yang tidak terbatas. Teknologi akan menjadi bagian dari pembelajaran. Adapun beberapa cara yang dapat digunakan untuk memilih dan menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran 1. Pilihlah teknologi dengan tujuan membantu siswa melakukan eksplorasi aktif, menyusun, dan mere-strukturisasi informasi. Cari perangkat lunak yang memungkinkan siswa segera mengakses informasi. Menurut satu ulasan, peningkatan pembelajaran siswa dapat terjadi jika informasi disajikan dalam format multimedia yang merangsang mereka untuk secara aktif memilih, mengorganisir, dan mengintegrasikan informasi visual dan verbal. Konsultasikan dengan ahli media sekolah untuk menemukan perangkat lunak terbaik. Katalog perangkat lunak, jurnal pendidikan, dan basis data pendidikan seperti ERIC juga dapat dijadikan sumber daya yang bermanfaat.. 2. Ann Brown dan Joe Campione (John. W. Santrock , 2008) berpendapat bahwa pendidikan harus menciptakan komunitas pembelajar dan teknologi seperti Web dan e-mail dapat digunakan sebagai alat untuk memfasilitasi pembelajaran kolaboratif dan pembelajaran dunia nyata, di mana siswa dapat bekerja sama untuk memecahkan masalah dan mengembangkan proyek inovatif serta berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai tempat. 3. Pilihlah teknologi yang menampilkan contoh yang menguntungkan untuk siswa. Saat Anda mengajak seseorang dari komunitas untuk berbicara di depan kelas Anda, pertimbangkan peran yang dimainkan orang tersebut. Ingat kaji ulang kami sebelumnya tentang pengawasan teknologi untuk memelihara kesetaraan etnis dan budaya. Pastikan bahwa figur yang dikaitkan dengan teknologi oleh siswa adalah individu yang menjadi contoh positif. Dalam pengajaran, keterampilan penggunaan teknologi sangat penting, tetapi tidak harus menjadi perhatian utama. Anda harus mampu mengoperasikannya, menunjukkannya, mengarahkan, dan mengawasi


89 penggunaannya teknologi, serta menggunakan teknologi tersebut untuk mengembangkan motivasi siswa dalam belajar aktif dan berkomunikasi secara efisien. Meskipun teknologi terbaru mungkin tidak berguna bagi siswa kecuali Anda mampu membimbing mereka dalam penggunaannya, mengajukan pertanyaan yang relevan tentang materi, dan menyesuaikannya dengan kebutuhan siswa. Dengan mempertimbangkan peran teknologi dalam pengajaran, Anda akan mampu meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran, serta memastikan bahwa siswa merasa lebih termotivasi dalam belajar. Untuk terus memperbarui pengetahuan dan keterampilan Anda di bidang teknologi, penting untuk terus mengikuti perkembangan teknologi digital. Anda perlu bersikap terbuka terhadap perkembangan tersebut, mengikuti berita terkini di bidang teknologi melalui publikasi pendidikan, dan mengambil kursus pendidikan komputer untuk meningkatkan keahlian Anda. Dengan demikian, Anda akan menjadi contoh yang signifikan bagi siswa Anda dalam hal sikap Anda terhadap teknologi, kemampuan Anda menggunakan teknologi secara efektif, dan keterampilan Anda dalam menyampaikan cara penggunaannya kepada siswa. Dalam konteks studi komputer dan pendidikan di banyak negara, faktor utama dalam penerapan teknologi informasi yang berhasil di kelas adalah kompetensi guru dalam menggunakan teknologi dan sikap positif terhadap teknologi.


90 BAB 10 ASSESSMENT DAN PENGUKURAN A. Konsep Dasar Assessment Pembelajaran Assesmen dalam bahasa Inggris disebut dengan ”Assesment” yang dimana mengandung makna taksiran/penaksiran, penilaian, penilaian keadaan, beban, pembebanan atau pemikulan. Begitupun juga dalam bahasa Indonesia, istilah assesmen sering dipadankan dengan penilaian. Selain itu, banyak ahli yang juga mengemukakan pengertian assesmen. Menurut Firman (dalam Dr.Sumardi : 2020 : 13), assesmen merupakan proses penentuan informasi yang dilakukan serta penggunaan informasi tersebut untuk melakukan pertimbangan sebelum keputusan. Wortham (dalam Dr. Sumardi, 2020 : 15), menyatakan bahwa assesmen merupakan proses pengumpulan informasi untuk memahami apa yang diketahui anak dan mengetahui apa yang bisa dilakukan anak sehari-hari. Kemudian, pendapat Mindes (dalam Wibowo, 2015 : 67) mengemukakan bahwa assesmen adalah proses pengumpulan informasi untuk membuat keputusan tentang anak. Pendapat Mindes, dkk. Menggariskan bahwa assesmen itu proses, alat pembuat keputusan, diterapkan untuk individu atau kelompok dan hasil yang umum (generates). Sedangkan pengertian assesmen pembelajaran secara umum adalah, suatu proses atau upaya untuk memperoleh sejumlah informasi mengenai perkembangan peserta didik selama kegiatan pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh pendidik untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar peserta didik. Pelaksanaan assesmen di sekolah maupun di perguruan tinggi merupakan bagian dari proses pembelajaran yakni refleksi pemahaman terhadap perkembangan atau kemajuan peserta didik secara individual. Assesmen itu sendiri dapat dilakukan tanpa evaluasi, tetapi evaluasi tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya assesmen (Wahyu, Sopian : 2020). Assesmen dibagi ke dalam dua kelompok yakni, assesmen tradisional dan assesmen alternatif. Assesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu yang tergolong ke dalam assesmen altenatif (non-tes) adalah essay/uraian, penilaian praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, penilaian oleh teman sebaya, penilaian diri (self assesment), portofolio, observasi, diskusi dan interviuw (wawancara). Assesmen secara kronologis membantu guru dalam memonitor siswa. Oleh karena itu, assesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan. Pada hakikatnya assesmen menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam mengungkap penguasaan konsep siswa, assesmen tidak hanya mengungkap konsep yang telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana


91 suatu konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini assesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya. B. Konsep Dasar Pengukuran dalam Pembelajaran Pengukuran (measurement) merupakan cabang dari ilmu statistika terapan yang bertujuan membangun dasar-dasar pengembangan tes yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan tes yang berfungsi secara optimal, valid, dan reliabel. Pengukuran dalam psikologi adalah suatu prosdur pemberian angka (kuantifikasi) terhadap atribut-atribut psikologi (kepribadian, inteligensi, bakat, dan prestasi belajar Suryabrata (dalam Yaya Sunary, 2016 : 67). Pengukuran ini digunakan untuk menentukan angka yang merepresentasikan karakteristik individu atau objek tertentu. Dalam konteks pembelajaran, angka-angka itu mengacu pada skor yang diperoleh oleh peserta didik setelah mengikuti ujian atau tes tertentu. Proses penentuan angka ini tidak boleh dilakukan secara sembarangan, tetapi harus dilakukan secara hati-hati berdasarkan prosedur yang telah ditentukan, dan prosedur itu harus dapat diulang-ulang. Noehi Nasoetion (dalam Ghufron Anik, 2014 : 51) memberikan batasan pengukuran, yaitu pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Pengukuran dapat dilakukan dengan cara menaksir prestasi siswa, yaitu guru melakukan pengukuran dengan membaca apa yang dilakukan siswa (misalnya mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang dikatakan). Kemudian dari hasil pengukuran dapat diambil keputusan tentang kondisi siswa misalnya dinaikkan, diluluskan, dan sebagainya. Hasil pengukuran tersebut biasanya dinyatakan dengan score kuantitatif. C. Ragam Assesment dalam Pembelajaran Ada berbagai ragam assessment yang dapat digunakan dalam konteks pendidikan. Setiap jenis assessment memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda. Berikut adalah beberapa ragam assessment yang umum digunakan antara lain : (Arikunto, 2020 : 18) 1. Assesmen Diagnosis Assesmen ini digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan awal peserta didik sebelum memulai suatu program atau pembelajaran. Ini dilakukan untuk memantau perkembangan siswa dari sisi kognitif dan non kognitifnya. Hasil dari assesmen ini adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar para peserta didik. Dengan demikian, guru akan mengetahui apa yang harus dilakukan setelah melakukan assesmen diagnosis tersebut. Contoh dari asessmen diagnosis seperti, rubrik, observasi, kuesioner, refleksi, dan esai. Tujuan assesmen ini adalah untuk menentukan tingkat pengetahuan awal, keterampilan, atau pemahaman peserta didik. 2. Assesmen Formatif Assesmen formatif ini dilakukan selama proses pembelajaran untuk memberikan umpan balik kontinu kepada peserta didik dan instruktur. Fungsi dari asesmen ini adalah untuk


92 memastikan bahwa peserta didik telah mencapai kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran yang dilakukan tersebut. Sebagai contoh, assesmen ini dapat dilakukan dengan beberapa cara di antaranya, meminta siswa untuk menjelaskan kembali beberapa hal yang telah dipelajari ketika kelas masih berlangsung, bisa juga dalam bentuk diskusi setelah melakukan eksperimen, atau melakukan penilaian diri sendiri atau sesama. Tujuan dilakukan assesmen ini adalah untuk memandu proses pembelajaran, memberikan bimbingan, dan membantu peserta didik untuk meningkatkan pemahaman mereka. 3. Assesmen Sumatif Adapun assesmen sumatif ini dilakukan pada akhir suatu periode pembelajaran untuk menilai pencapaian akhir peserta didik. Untuk hasil penilaian ini, biasanya akan dimasukkan ke dalam rapor. Contoh dari assesmen sumatif seperti, praktik, melakukan projek, tes tulis, tes lisan, atau penugasan. Semua tes tersebut untuk mengukur hasil pembelajaran yang telah dilakukan oleh peserta didik secara keseluruhan. Umumnya, assesmen ini dilakukan sekali dalam satu semester. Adapun tujuan dari assesmen ini adalah untuk memberikan gambaran keseluruhan tentang pemahaman dan keterampilan peserta didik setelah menyelesaikan suatu program. D. Teknik-Teknik Assesmen dalam Pembelajaran Berikut adalah beberapa teknik yang dapat digunakan dalam assesmen pembelajaran antara lain : (Syamsul Bachri Thalib, 2021 : 78) 1. Observasi (Pengamatan) Saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, observasi dapat dilakukan oleh pendidik untuk mengetahui apa yang sudah dan belum dikuasai oleh peserta didik. 2. Bertanya (Questioning) Jawaban peserta didik terhadap pertanyaan pendidik dapat memberikan gambaran yang baik tentang kemajuan penguasaan kompetensi mereka. Pertanyaan harus dirumuskan dan disampaikan dengan baik oleh pendidik kepada peserta didik secara lisan. Peserta didik diberi waktu yang cukup untuk berpikir. 3. Diskusi Diskusi membangun pengetahuan dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Diskusi memungkinkan peserta didik untuk meningkatkan wawasan dan kedalaman pemahaman mereka sekaligus meluruskan informasi yang salah. 4. Penilaian Diri Sendiri dan Teman Penilaian Diri dan penilaian antar teman menjadikan peserta didik mengevaluasi dirinya sendiri atau teman sekelasnya mengenai kemajuan belajarnya dan melakukan refleksi atas proses pembelajaran mereka. Pendidik dapat memeriksa hasil penilaian diri peserta didik maupun penilaian antar teman untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan peserta didik.


93 Penilaian diri dan antar teman ini dapat juga kita tambah dengan penilaian oleh orang tua terhadap anaknya selama di rumah. 5. Penugasan Asesmen formatif dapat dilakukan pendidik dengan cara memberi tugas yang dapat dikerjakan peserta didik sebagai pekerjaan rumah (PR). Tugas tersebut dapat dikerjakan secara individu atau kelompok. Dari hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh peserta didik, pendidik dapat mengetahui perkembangan peserta didik dalam menguasai materi/kompetensi secara kelompok atau individu. Selanjutnya pendidik memberi umpan balik dan merancang pembelajaran yang tepat untuk memfasilitasi peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. E. Syarat-Syarat Instrumen Pengukuran dalam Pembelajaran Menurut Hadi (dalam Ana Ratna Wulan, 2019 : 245) menjelaskan bahwa ada tiga syarat utama yang harus dimiliki oleh suatu instrument pengukuran dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut : 1. Validitas (Kesahihan) Validitas mengacu pada sejauh mana suatu instrumen pengukuran benar-benar mengukur apa yang diinginkan. Validitas adalah ukuran sejauh mana suatu instrumen memberikan hasil yang akurat dan sesuai dengan tujuan pengukuran. Suatu instrumen dinyatakan sahih jika instrumen tersebut mampu mengukur apa yang ingin diungkapkan, mampu menembak dengan jitu sasaran yang ditembak. Secara umum, terdapat beberapa jenis validitas, termasuk validitas isi (apakah instrumen mencakup semua aspek yang seharusnya diukur), validitas konstruk (apakah instrumen mengukur konsep atau karakteristik yang diinginkan), dan validitas kriteria (apakah hasil instrumen berkorelasi dengan kriteria eksternal yang dapat diukur). 2. Realibilitas Reliabilitas atau keandalan adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat pengukur yang sama. Perhitungan reliabilitas harus dilakukan hanya pada item-item yang sudah memiliki validitas. Jadi, kita harus menghitung validitas lebih dahulu sebelum menghitung reliabilitasnya. 3. Ketelitian Ketelitian mengacu pada akurasi instrumen dalam mengukur variabel atau fenomena yang diinginkan. Hal ini melibatkan ketepatan teknis instrumen dan metode pengukuran yang digunakan. Instrumen yang teliti memberikan hasil yang mendekati nilai sebenarnya dari variabel yang diukur.


94 F. Hubungan antara Assessment dengan Pengukuran dalam Suatu Pembelajaran Menurut Philips (dalam Anita Yus, 2016 : 69) Assessment dan pengukuran merupakan dua konsep yang saling terkait dan seringkali digunakan secara bersamaan dalam konteks pembelajaran. Assessment merujuk pada proses pengumpulan informasi tentang kemajuan dan pencapaian siswa, sementara pengukuran lebih mengacu pada penggunaan instrumen atau metode tertentu untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai. Meskipun keduanya memiliki perbedaan subtansial, keterkaitan di antara keduanya memunculkan hubungan yang erat dalam mendukung perbaikan dan evaluasi pembelajaran. Pertama, assessment menjadi pondasi bagi pengukuran dalam mengevaluasi pemahaman dan kemampuan siswa. Dalam proses pembelajaran, guru menggunakan berbagai metode assessment, seperti tes, proyek, dan tugas, untuk mengumpulkan data tentang sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Assessment memberikan gambaran komprehensif tentang kekuatan dan kelemahan siswa, membantu guru dalam merancang instruksi yang lebih efektif. Sedangkan, pengukuran menjadi alat konkret yang digunakan untuk menghitung hasil dari assessment tersebut. Misalnya, hasil tes dapat diukur dengan menggunakan skala numerik atau kategori tertentu, memberikan ukuran kuantitatif terhadap pencapaian siswa. Kedua, assessment dan pengukuran berperan penting dalam memberikan umpan balik kepada siswa. Assessment memberikan peluang bagi siswa untuk merespons terhadap pembelajaran mereka, sementara pengukuran memberikan parameter konkret untuk umpan balik tersebut. Melalui assessment, siswa dapat mengetahui area di mana mereka telah berhasil dan dimana mereka perlu meningkatkan. Sedangkan, pengukuran seperti penilaian skala, memberikan kerangka yang jelas untuk memahami sejauh mana siswa mencapai standar tertentu dan apa yang dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, keduanya bekerja bersama-sama untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang responsif dan adaptif. Ketiga, Menurut Paul Black (dalam Firman, 2016 : 14) assessment dan pengukuran memiliki peran dalam meningkatkan kualitas pengajaran. Guru dapat menggunakan data assessment untuk merefleksikan efektivitas metode pengajaran mereka dan membuat penyesuaian yang diperlukan. Sedangkan, pengukuran khususnya yang berkaitan dengan standar pembelajaran, memberikan panduan konkret tentang sejauh mana kompetensi telah tercapai dan di mana perbaikan dapat dilakukan. Dengan menganalisis hasil assessment dan pengukuran, guru dapat mengembangkan strategi pengajaran yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Dalam keseluruhan, assessment dan pengukuran membentuk suatu kesatuan yang tak terpisahkan dalam konteks pembelajaran. Assessment memberikan data penting tentang kemajuan siswa, sementara pengukuran memberikan kerangka kerja untuk mengukur dan menginterpretasi data tersebut. Keduanya bekerja bersama-sama untuk memberikan umpan balik kepada siswa dan guru, serta dapat meningkatkan kualitas pengajaran. Oleh karena itu, sebagai bagian integral dari


95 siklus pembelajaran, hubungan erat antara assessment dan pengukuran menjadi kunci dalam mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.


Click to View FlipBook Version