The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Membahas Tentang Konsep Jepara Baru untuk menuju Jepara yang lebih baik

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by zaenalarifin1069, 2022-06-14 04:00:38

Jepara Baru

Membahas Tentang Konsep Jepara Baru untuk menuju Jepara yang lebih baik

Keywords: Jepara Kota Riko

dipelupuk matanya yang sempat disampaikan kepada adiknya Roekmini dan
kepada suaminya sendiri.

Roekmini pernah menulis surat kepada sahabat Kartini yang bernama
Nellie van Kol (Nyonya van Kol) pada tanggal 21 Juni 1905 :

“Tanda-tanda apakah yang pernah diberikan Ayunda tercinta sebelum wafatnya ?,
Tatkala masih gadis dan kami bertiga masih kumpul, Ayunda sering bilang bahwa ia
tidak mau hidup lama lebih dari 25 tahun. Waktu ia mengandung, ia berkali-kali menulis
kepada saya : Kalau saya umpamanya tidak dapat merawat anakku lagi, maukah kamu
memeliharanya ?, Meskipun kata-kata itu menyeyat hatiku, tetapi aku tidak mau
memikirkanya lebih dalam. Saya kira wanita dalam keadaan hamil biasa kadang-kadang
merasa susah, tetapi Ayunda merasa yakin benar. Kalau suaminya bicara tentang hari
kemudian dan tentang kemungkinan bahwa ia meninggal lebih dahulu, maka Kartini
memotong (pembicaraan suaminya) : tidak, Kanda, dari kita berdua , aku yang nanti
meninggal lebih dahulu, lihat saja nanti..(ungkap Kartini)”.

Kartini dalam penggalan surat yang lain juga pernah mengutarakan
tentang apa yang akan terjadi dalam 100 tahun yang akan terjadi, suatau zaman
baru yang ia sangat nantikan walaupun ia menyadari bahwa zaman itu ia sendiri
tidak bisa menyaksikanya sendiri.

” Perubahan dalam seluruh dunia Bumiputra kami akan terjadi : titik baliknya sudah
ditakdirkan, tetapi kapan ?, inilah masalahnya. Kita tidak bisa mempercepat jam revolusi.
Mengapa justru kami di dalam daerah pedalaman yang jauh, diujung negeri, mempunyai
pikiran memberontak demikian !. Teman-teman saya di sini berkata, bahwa lebih
bijaksana bagi kami jika kami tidur dulu 100 tahun lamanya. Kalau kami bangun
kembali maka saat itulah waktu yang baik untuk kami...Jawa sudah sampai sejauh yang
kami inginkan”

Selama Kartini tinggal bersama suaminya di Rembang suasana Rembang
tidak seramah ketika di hidup di Jepara, namun di Rembang pula cita-citanya
untuk mnjadi seorang guru dan mendirikan sekolah terwujud serta pandangan-
pandangan Kartini tentang poligami, kondisi sosial adat jawa dan pandangan
negatif tentang Islam mulai mengendor dan disisi lain justru ia mendapatkan
kebahagiaan bersama suaminya dan dari sini pula ia dapat belajar Al-qur’an
dengan tekun, Al-qur’an yang pernah ia terima dari Kiyai Sholeh Darat sebagai
hadiah pernikahanya pada tanggal 12 November 1903.

51

Ada sedikit cerita bahwa tatkala Kartini meninggal, diseluruh Kabupaten
Rembang baerbau semerbak harumnya bunga melati. Melati adalah lambang
kesucian. Bahkan WS. Supratman telah mengabadikan nama Kartini dalam
sebuah lagunya yang berjudul : Ibu Kita Kartini

Ibu kita Kartini, Putri sejati, Putri Indonesia, Harum namanya , Ibu kita Kartini ,
Pendekar bangsa, Pendekar kaumnya, Untuk merdeka, Wahai ibu kita Kartini,
Putri yang mulia, Sungguh besar cita-citanya.....Bagi Indonesia

Selama hidup di Rembang semula ia tidak cocok dengan lingkungan, ia
merasa tidak suka dengan sikap dan kunjungan kaum feodalis dari para punggawa
untuk mengambil hati, ia merasa Rembang tidak seramah Kabupaten Jepara
dimana ia pernah dilahirkan, melihat gelagat Kartini yang seperti itu dimana cita-
citanya yang terus berkobar untuk bisa mendidik kaumnya akhirnya suaminya
memberikan dukungan kepada Kartini dengan membantunya mendirikan sekolah
wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang.
Dari sinilah sejarah pondasi awal bagi pendidikan nasional dimulai.

Murid-murid Kartini berawal dari enam orang siswi yang berasal dari
anak tirinya, pada bulan Januari 1903, Roekmini melaporkan perkembangan
sekolah yang dikelola Kartini kepada Nyonya Abendanon bahwa Kartini sudah
memiliki murid 15 siswi dan pada bulan Februari 1903 jumlahnya semakin
bertambah sehingga semuanya berjumlah 20 siswi.

Disamping enam murid yang bersal dari anak-anak tirinya tersebut,
diantara ke 20 siswinya ada seorang yang sudah menikah, 2 orang anak berusia 5
tahun dan seorang siswi yang baru berumur 3,5 tahun. Miskipun muridnya
tersebut baru 20 siswi namun menjadi kebanggaan tersendiri bagi Kartini telah
dapat mewujudkan cita-citanya untuk bisa ikut serta dalam mencerkaskan
bangsanya terutama kaum perempuan. Dari sini pula pendidikan bagi
masyarakat Jawa secara formal dimulai

Kemudian apa yang telah dilakukan Kartini tersebut diikuti wanita-
wanita lainya dengan mendirikan Sekolah Kartini. Jadi Kartini bisa dikatakan
sebagai pelopor pendiri pendidikan formal bagi masyarakat Jawa terutama bagi
kaum perempun yang waktu itu belum ada. Dari sejarah singkat kehidupan
Kartini ini banyak hal yang dapat kita ambil manfaatnya dalam kehidupan kita
sehari-hari, begitu juga bagi masyarakat Jepara hendaknya dapat mengambil
pelajaran berharga dari Kartini.

52

KRJB pada kesempatan ini mencoba sedikit memberikan gagasan di
bidang pendidikan yang digali dari nilai-nilai sejarah dan budaya kearifan lokal
yaitu yang diambil dari sejarah kehidupan RA. Kartini dengan sedikit melakukan
inprovisasi kurikulum 2013.

Adapun yang dimaksud gagasan disini adalah berkaitan dengan Konsep
Pendidikan Berwawasan Masa Depan, Konsep ini diharapkan dapat menjadi
pencerahan dalam dunia pendidikan kita, terutama dalam peningkatan mutu
pendidikan di Kabupaten Jepara.

F. Kartini , Jong Java dan STOVIA

Istilah Jong Java untuk kali pertama telah diperkenalkan oleh RA
Kartini beserta teman-temanya di STOVIA dengan adanya rintisan organisasi
tersebut timbul adanya kesadaran dalam berorganisasi dikalangan kaum muda
sebagai upaya menumbuhkan semangat nasionalisme dalam berbangsa dan
bernegara,. dengan cita-cta melepaskan diri dari cengkeraman Kolonial Belanda.

RA. Kartini juga merupakan sosok wanita yang suka berorganisasi dan
pandai beradaptasi dengan lingkungan dimana ia berada, supel, jujur, tutur
katanya juga lembut dan bersahaja serta tidak sombong sehingga banyak sekali
sahabat-sahabat Kartini yang kagum kepadanya

Profil Kartini yang seperti ini adalah sangat dibutuhkan bagi para wanita
Indonesia terutama Wanita Jepara, seorang wanita seharusnya bisa mengambil
banyak pelajaran berharga dari sosok kepribadian Kartini tersebut dan jangan
hanya mengenang Kartini melalui peringatan hari-hari Kartini sebatas kegiatan
simbolik dan formalitas, melaikan bagaimana para wanita bisa mewarisi
kepribadian dan kecerdasan beliau yang begitu berharga.

Untuk itulah RA. Kartini yang dulunya berkeinginan untuk belajar
menjadi guru di Batavia akhirnya menjadi kandas, kegagalan ini juga pernah
dialaminya ketika selepas dari Europese Lagere School (ELS) bercita-cita untuk
meneruskan studinya di Belanda, namun semangatnya untuk maju tidak pernah
kendor. Bahkan RA. Kartini bersama teman-temanya dari pelajar STOVIA (
School tot Opleiding van Inlandsche Art atau sekolah dokter Bumiputra) pada
tahun 1903 berhasil mendirikan Komunitas Kaum Muda yang diberi nama “Jong
Java”.

53

Perjuangan Kartini ini juga didukung keempat orang saudaranya, yaitu
Roekmini, Kardinah, Kartinah, dan Soematri. Keempat bersaudara ini
berpartisipasi dalam gerakan nasional di masa awal, membuka sekolah untuk
perempuan, menulis opini soal pendidikan dan politik, bahkan menjadi
penandatangan Jong Java yang mewakili aspirasi politik di masa awal.

RA. Kartini dalam suratnya menulis tentang Jong Java tersebut :

“Kami telah mendapat banyak pengikut. Angkatan muda kita telah mendukung
sepenuhnya ” Jong Java” akan membangun persatuan.....Bunda harus membaca surat-
surat dari pejoeang-pejoeang kami yang bersemangat itu, orang-orang muda yang kelak
akan bekerja di tengah-tengah bangsanya ......bernyala-nyala hati saya, bergembira akan
zaman baru... ”

“...Tahukah kamu apa semboyanku? “aku mau” !, dan kedua patah kata yang ringkas itu
sudah beberapa kali mendukung membawa aku melintasi gunung keberatan dan
kesusahan, Kata “aku tiada dapat ” melenyapkan rasa berani ......peliharalah api berani
gembira itu, janganlah biarkan padam !....” ( Surat pada Nona Stella 12 Januari 1900).

Adapun yang dimaksud Jong Java oleh RA. Kartini adalah sebuah
komunitas tempat berkumpul dan berdiskusinya para kaum muda terpelajar untuk
melakukan gerakan moral dalam ikut serta membangun kemajuan bangsanya
yang dirasa pada saat itu “Masyarakat Jawa” tidak lagi memperdulikan nasib
bangsanya sendiri yang terjajah oleh Kolonial Belanda. RA. Kartini benar-benar
ingin mengajak teman-temanya dan para penguasa pribumi untuk bangkit dari
tidurnya yang panjang.

RA. Kartini dalam konteks sejarah nasional Indonesia adalah pemutus
mata rantai sejarah masa lalu dan pembuka awal babak baru Indonesia sehingga
Kartini bisa dikatakan sebagai simbol pelopor pergerakan nasionalisme pertama
Indonesia yang dikemudian hari diikuti jejaknya oleh Budi Utomo dan Trikoro
Dharmo yang sama-sama dari STOVIA meskipun berbeda generasi mereka
sama-sama mempunyai keinginan dalam menanamkan semangat nasionalisme
menuju kemerdekaan Indonesia.

Setelah RA Kartini meninggal dunia istilah Jong Java mulai memudar
dan disusul berdirinya organisasi baru yaitu Budi Utomo. Pada hari Minggu, 20
Mei 1908 , pada pukul sembilan pagi, bertempat di salah satu ruang belajar
STOVIA , Dr. Soetomo yang dibantu para mahasiswa STOVIA yaitu Goenawan
Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908.

54

Penggagas utama Boedi Oetomo adalah Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan tetapi tidak bersifat
politik. Dalam perjalanaya para pemuda juga menyadari bahwa tugas mereka
sebagai mahasiswa kedokteran masih banyak, di samping harus berorganisasi.
Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa "kaum tua" yang harus memimpin
Budi Utomo, sedangkan para pemuda sendiri akan menjadi motor yang akan
menggerakkan organisasi itu.

Sebenarnya pondasi awal pergerakan nasional Indonesia adalah diawali
RA. Kartini kemudian dilanjutkan Budi Utomo sebuah pergerakan yang
bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia . Maka sejak tanggal berdirinya Budi
Utomo yaitu setiap tanggal 20 Mei 1908 diperingati Hari Kebangkitan Nasional.

Sepuluh tahun pertama Budi Utomo mengalami beberapa kali
pergantian pemimpin organisasi. Kebanyakan memang para pemimpin berasal
kalangan "priayi" atau para bangsawan dari kalangan keraton, seperti Raden
Adipati Tirtokoesoemo, bekas Bupati Karanganyar (presiden pertama Budi
Utomo), dan Pangeran Ario Noto Dirodjo dari Keraton Pakualaman dan setelah
konggres Budi Utomo untuk kali pertamanya pada tanggal 3-5 Oktober 1908,
diangkatlah Raden Adipati Tirtokoesoemo (mantan bupati Karanganyar).

Hingga diadakannya kongres yang pertama ini, Budi Utomo telah
memiliki tujuh cabang di beberapa kota, yakni Batavia, Bogor, Bandung,
Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo. Organisasi yang bermunculan
pada era Budi Utomo adalah muncullah Indische Partij, pendirinya adalah
Douwes Dekker, seorang Indo-Belanda yang sangat properjuangan bangsa
Indonesia, dan Sarekat Islam.

STOVIA dalam sejarah Indonesia telah melahirkan banyak sosok
pemimpin bangsa termasuk Jong Javanya RA. Kartini, Boedi Utomo dan
Trikoro Dharma, akan tetapi sejak kongres Budi Utomo pertama, kepengurusan
Budi Utomo diambil alih kaum priayi (bangsawan) dan para pegawai negeri.
Tindakan tersebut membuat para pemuda kecewa kemudian keluar dari Budi
Utomo dan mendirikan organisasi Trikoro Dharmo pada tanggal 7 Maret 1915 di
Batavia.

Para pemimpinnya, antara lain R. Satiman Wiryosanjoyo (ketua),
Sunardi atau Wongsonegoro (wakil ketua), Sutomo (sekretaris), dan pengurus
lainnya, seperti Muslich, Musodo, dan Abdul Rachman. Trikoro Dharmo hanya

55

untuk anak-anak sekolah menengah yang berasal dari Pulau Jawa dan Madura.
Trikoro Dharmo artinya tiga tujuan mulia.

Ketiga tujuan mulia itu adalah:

1. Mengadakan hubungan antara para pelajar Pribumi yang be-lajar di
sekolah-sekolah tinggi dan menengah, dan juga di kursus-kursus
pendidikan lanjut dan vak.

2. Membangkitkan dan meningkatkan minat terhadap kesenian dan bahasa
Nasional.

3. Memajukan pengetahuan umum para anggota.

Pada tahun 1918 lewat kongresnya yang pertama di Solo, nama Trikoro
Dharmo diubah menjadi Jong Java. Hal itu dimaksudkan agar para pemuda dari
luar Pulau Jawa yang tata sosialnya berlandaskan budaya Jawa bersedia menjadi
anggota Jong Java. Kegiatan Jong Java berkisar pada masalah-masalah sosial dan
kebudayaan. Misalnya, pemberantasan buta huruf, kepanduan, dan kesenian.
Jong Java tidak ikut terjun dalam dunia politik dan tidak pula mencampuri urusan
agama tertentu. Anggotanya dilarang menjalankan aktivitas politik atau menjadi
anggota partai politik.

Dalam perkembanganya banyak bermunculan organisasi-organisasi lain
berdiri yang terinspirasi Trikoro Dharma (Jong Java) antara lain :

1). Jong Sumateranen Bond (9 Desember 1917)

Sejalan dengan lahirnya Trikoro Dharmo (1915) yang berubah nama
menjadi Jong Java (1918), pada tanggal 9 Desember 1917 di Batavia berdiri Jong
Sumateranen Bond. Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:

Berdirinya Jong Sumateranen Bond dapat diterima oleh para pemuda
Sumatra yang berada di kota-kota lainnya. Oleh karena itu, dalam waktu singkat
organisasi ini sudah mempunyai cabang di Bogor, Serang, Sukabumi, Bandung,
Purworejo, dan Bukittinggi. Dari organisasi inilah kemudian muncul tokoh-tokoh
nasional, seperti Moh. Hatta, Muh. Yamin, dan Sutan Syahrir. Makin tebalnya
jiwa nasional di kalangan pemuda Sumatera menyebabkan nama Jong
Sumateranen Bond yang menggunakan istilah Belanda diubah menjadi Pemoeda
Soematera.

3) Jong Ambon

56

Jong Ambon didirikan pada tahun 1918. Sebelum itu, sebenarnya telah
lahir berbagai organisasi yang didirikan oleh orang-orang Ambon. Misalnya,
Ambonsch Studiefonds (1909) oleh Tehupeilory; Ambons Bond (1911) untuk
pegawai negeri: Mena Muria (1913) di Semarang; Sou Maluku Ambon di
Ambon. Organisasi tersebut bertujuan memajukan ekonomi suku bangsa Ambon.

4) Jong Minahasa dan Jong Celebes

Jong Minahasa didirikan pada tanggal 25 April 1919 oleh tokoh muda
Minahasa, Ratu Langie. Jong Minahasa tampaknya sebagai lanjutan dari
organisasi yang telah dibentuk sejak 1912 di Semarang, yaitu Rukun Minahasa.
Pada tahun 1917 muncul pula organisasi Minahasa Celebes di Jakarta. Akan
tetapi, dalam kenyataan Jong Minahasa dan Jong Celebes tidak dapat tumbuh
karena jumlah pelajar dari Sulawesi tidak banyak.

5) Perkumpulan Pemuda Daerah Lainnya

Pergerakan pemuda dari daerah lainnya yang muncul pada masa
Pergerakan Nasional, antara lain sebagai berikut:

a) Sekar Rukun (1920) didirikan oleh para pemuda Sunda di Jakarta.
b) Pemuda Betawi didirikan oleh para pemuda asli Jakarta yang dipimpin oleh
Husni Thamrin.
c) Amorsch Verbond didirikan di Makassar (8 Juni 1922) untuk suku Timor.
d) Jong Batak Bond didirikan untuk suku Batak pada tahun 1926.

Dari uraian tersebut Kartini sangatlah mempunyai peran strtegis dalam
peletakan dasar pergerakan nasional sebelum adanya organisasi pribumi yang
secara resmi melakukan pergerakan nasional dalam menuju kemerdekaan
Indonesia. Peristiwa penting dan bersejarah pasca Jong Java, Budi Utomo dan
organisasi lainya adalah adanya sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.

Memang selama ini telah terjadi pergeseran dan pengkaburan sejarah
tentang adanya Jong Java, dimana kebanyakan beranggapan bahwa Jong Java
adalah organisasi pergerakan nasional pertama yang lahir pada tahun 1915 yang
dipimpin R. Satiman Wiryosanjoyo dan teman-temanya.

Akan tetapi yang perlu diluruskan adalah bahwa istilah Jong Java untuk
kali pertama digunakan oleh RA. Kartini beserta teman-temanya dari STOVIA,
lihat isi surat RA. Kartini :

57

“Kami telah mendapat banyak pengikut. Angkatan muda kita telah mendukung
sepenuhnya ” Jong Java” akan membangun persatuan.....Bunda harus membaca surat-
surat dari pejoeang-pejoeang kami yang bersemangat itu, orang-orang muda yang kelak
akan bekerja di tengah-tengah bangsanya ......bernyala-nyala hati saya, bergembira akan
zaman baru... ”

Dalam pentas sejarah nasional dengan berubahnya penggunaan nama
organisasi Trikaro Dharma yang berdiri tahun 1915 berubah nama baru yaitu
Jong Java setelah hasil konggresnya di Solo pada Tahun 1918 maka masyarakat
umum menyangka bahwa istilah Jong Java baru muncul dalam dekade 1915-
1918, kemudian disisi lain apa yang pernah dilakukan RA. Kartini dengan teman-
temanya dari STOVIA menjadi tenggelam seakan tidak pernah ada.

Untuk itulah bagi generasi muda penerus bangsa harus bisa lebih
mencermati perjalanan sejarah Indonesia khususnya sejarah RA Kartini lebih jeli
dan mendalam sehingga kita bisa melihat sosok RA Kartini lebih utuh dan tidak
terpenggal oleh subjektitivitas sejarah.

58

BAB V
RA. KARTINI DAN KONSEP PENDIDIKAN

BERWAWASAN MASA DEPAN

A. Konsep Pendidikan Berwawasan Masa Depan
1. Landasan Yuridis

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa
pembentukan Pemerintah Negara Indonesia yaitu antara lain untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-
Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (3) memerintahkan agar Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

Dalam mengimplentasikan amanat UUD 1945 tersebut telah diwujudkan
pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Bahwa Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor
pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa,
mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi
manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman
yang selalu berubah.

Bahwa hakekat pendidikan itu sendiri adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.

Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal
sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan karakter.

59

Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta
didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi
faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia
sepanjang jaman.

Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum
merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan
untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik.
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah
satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

Dalam sejarah pengembangan kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami beberapa kali penyempurnaan, yang terbaru sekarang ini adalah
gencar-gencarnya penerapan Kurikulum 2013. Jika kita cermati penekanan
kurikulum 2013 adalah mengenai Kompetensi Inti yang berisi kebiasaan berfikir
dan bertindak yang merupakan perwujudan sikap, ketrampilan dan pengetahuan
yang dipelajari selama dalam proses belajar mengajar.

Jadi kurikulum 2013 lebih menekankan struktur pencapaian sikap,
ketrampilan dan pengetahuan, sedangkan kurikulum sebelumnya lebih
menekankan pada Pengetahuan, Sikap dan Ketrampilan. Dengan adanya
pencapaian sikap yang dimasukkan dalam kurikulum 2013 ini maka diharapkan
akan ada perubahan sikap peserta didik adalah hal yang sangat penting dan
utama dalam kegiatan belajarnya sebab bagi peserta didik yang sudah
mempunyai kesadaran terlebih dahulu untuk membiasakan diri bersikap baik
(berakhlak mulia), jujur dan disiplin maka dengan sendirinya mereka akan lebih
menghargai gurunya saat proses belajar berlangsung dan lebih mudah dalam
menyerap ilmu dengan baik.

Kurikulum 2013 memberi pesan moral bagi peserta didik untuk lebih lebih
mengutamakan sikap yang baik, jujur dan disiplin serta mendorong pada
kesadaran diri akan pentingnya mencari ilmu. Jadi pendidikan bukan lagi sebuah
keterpaksaan melainkan pendidikan adalah sebuah kebutuhan individu yang
bermanfaat untuk dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsanya sebagai

60

jawaban atas persoalan-persoalan kehidupan manusia di masa sekarang ataupun
dimasa-masa yang akan datang.

Dengan demikian setiap manusia di tuntut untuk memiliki kesiapan dan
kemampuan daya adaptasi terhadap nilai-nilai baru, lebih kreatif untuk
melakukan upaya inovasi dan daya saing untuk tetap bisa eksis di tengah-tengah
arus globalisasi dan tekhnologi yang terjadi seperti sekarang ini.

Kemampuan dasar yang harus dimiliki dan dipersiapkan dalam
membentuk pribadi peserta didik dalam proses pendidikan adalah memberikan
wawasan masa depan dengan menanamkan sikap budi pekerti yang baik,
menanamkan kesadaran dalam mempelajari ilmu pengetahuan sebagai kebutuhan
dan bukan sebagai suatu keterpaksaan, mempunyai ketrampilan dalam
menghadapi kebutuhan dan tantangan lingkungan disekitarnya serta dapat
menumbuhkan dalam setiap sanubari peserta didik sikap patriotis dan rasa
nasionalisme untuk selalu cinta tanah air yang kesemuanya itu dilandasi atas rasa
keimanan, ketakwaaan dan aklah mulia (budi pekerti yang baik)

2. Desentralisasi Pendidikan

Persoalan pendidikan yang dikembangkan tidak bisa lepas dari warisan
budaya dan kehidupan masa kini perlu diarahkan untuk memberi kemampuan
bagi peserta didik menggunakannya bagi kehidupan masa depan terutama masa
dimana dia telah menyelesaikan pendidikan formalnya.

Dengan demikian sikap, keterampilan dan pengetahuan yang menjadi
materi pendidikan harus dapat digunakan untuk kehidupan paling tidak satu
sampai dua dekade dari sekarang. Maksudnya Materi pendidikan yang
dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan dan dikembangkan dalam
kurikulum harus menjadi dasar bagi peserta didik untuk dikembangkan dan
disesuaikan dengan kehidupan mereka sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan
warganegara yang produktif serta bertanggungjawab di masa mendatang.

Oleh karena itu Konsep Pendidikan Berwawasan masa depan menjadi
sangat mendesak untuk bisa diterapkan dalam dalam meningkatkan mutu
pendidikan dengan lebih memanfaatkan dan memaksimalkan peluang yang telah
diberikan pemerintah melalui sistem desentralisasi pendidikan.

ahwa upaya pemerintah dengan melakukan berbagai upaya dalam
meningkatkan mutu pendidikan nasional tidak akan menumukan hasil yang
maksimal manakala tidak diimbangi dengan peran serta pemerintah daerah

61

dengan sungguh-sungguh. Pemerintah daerah jangan hanya menunggu dan
menerima dari pemerintah pusat saja bagaikan orang yang hanya berdoa tetapi
tidak mau bersungguh-sungguh untuk berinovasi dan kreatif dalam meningkatkan
mutu pendidikan di daerahnya.

Apa yang telah dilakukan pemerintah pusat hanyalah kebijakan yang
bersifat makro sedangkan untuk mengimplentasikan dalam meningkatkan mutu
pendidikan ditingkat daerah dibutuhkan kebijakan micro karena pemerintah
daerahlah yang lebih tahu tentang kondisi daerahnya termasuk dalam penerapan
Kurikulum 2013, sehingga pemerintah daerahpun juga harus ada keberanian
dalam melakukan improvisasi kurikulum 2013 agar lebih terarah dan tepat
sasaran bagi peserta didik yang ada di daerahnya.

Konsep Pendidikan Berwawasan masa depan ingin mengajak pemerintah
daerah untuk lebih proaktif dalam pengelolaan pendidikan dan peningkatan mutu
pendidikan di daerahnya dengan mengacu kebijakan pemerintah pusat dan
memaksimalkan Undang-Undang Nomer 22 tahun 1999 dan berbagai peratuaran
pemerintah bahwa pendidikan merupakan kewenangan wajib yang harus dilaksanakan
oleh pemerintah daerah/kota. Tujuan diserahkan pendidikan dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah adalah untuk memberikan kewenangan yang luas,
nyata dan bertanggungjawab kepada daerah sehingga daerah lebih memiliki
peluang yang luas untuk mengatur dan melaksanakan kewenangan atas prakarsa
sendiri sesuai dengan kepentingan dan potensi masyarakat setempat.

Dengan demikian adanya sisitem desentralisasi ini pula diharapkan seluruh
potensi daerah, aspirasi dan prakarsa daerah untuk meningkatkan pengelolaan
pendidikan dan mutu pendidikan di daerahnya, sehingga akan semakin terbuka
luas terhadap penghormatan terhadap sejarah dan budaya lokal dan
keanekaragaman budaya lokal yang ada di daerah tersebut terangkat dan menjadi
inspirasi dalam mengembangkan mutu pendidikan.

Berangkat dari dasar pemikiran tersebut, maka pada kesempatan ini akan
dipaparkan mengenai konsep pendidikan yang digali dari sumber sejarah dan
budaya kearifan lokal yang pernah ada di Jepara yaitu Tiga Tokoh Wanita
Pahlawan Nusantara dari Jepara : Ratu Shima, Ratu Kalinyamat dan RA Kartini.
Kemudian diformulasikan dalam sebuah konsep pendidikan yang disebut dengan
Konsep Pendidikan Berwaawasan Masa Depan

62

Adapun pembahasan lebih dalam mengenai Ratu Shima dan Ratu
Kalinyamat akan diuraikan lebih mendalam di Buku Jepara Baru Jilid 2 dan 3
yang sebentar lagi akan segera terbit.

B. KONSEP PENDIDIKAN BERWAWASAN MASA DEPAN

1. Pengertian Pendidikan Berwawasan masa depan

Pendidikan Berwawasan Masa Depan adalah segala usaha yang dilakukan oleh
seluruh komponen pendidikan secara maksimal dalam mempersiapkan peserta didik
memiliki kompetensi dasar untuk bisa menjadi pelaku sejarah masa depan sekaligus
sebagai jawaban atas persoalan dan tantangan masa depan yang digali berdasarkan nilai-
nilai sejarah dan kearifan budaya lokal yang dilandasi rasa keimanan, ketaqwaan dan
akhlak mulia

Pendidikan Berwawasan Masa Depan ini kemudian disingkat menjadi
Pesan Masa Depan. Pesan Masa Depan ini diharapkan menjadi salah satu upaya

dalam meningkatkan mutu pendidikan karena ingin mengajak para peserta didik
untuk memotret lebih dekat sejarah ketiga tokoh Wanita Jepara tersebut.

Hasil pemotretan sejarah ketiga tokoh tersebut dijadikan icon pendidikan

yang tertanam dalam diri pribadi peserta didik untuk bisa divisualisasikan dalam
kehidupan nyata sebagai jawaban atas tantangan masa depan.

Potret Sejarah Ratu Shima menggambarkan sosok pemimpin yang
mengajarkan tentang nilai-nilai kejujuran dan keadilan, Potret Ratu Kalinyamat
menggambarkan sosok pemimpin yang pemberani, tegas, trampil dan berjiwa
patriotik yang cinta tanah air serta religius sedangkan potret RA Kartini sebagai
sosok wanita yang cerdas, anggun dan berakhlak mulia serta perintis pendidikan
formal pertama di Indonesia yang sangat mencitai kaumnya untuk diangkat

derajatnya melalui dunia pendidikan.

Dengan mengurai kembali sejarah ketiga tokoh wanita Jepara ini
diharapkan akan tumbuh kembali ribuan dan jutaan peserta didik untuk
mendambakan kembali belaian kasih sayang ibu pertiwi Ratu Shima, Ratu
Kalinyamat dan RA Kartini sebagai idola budaya yang dapat diserap peserta
didik dalam menjawab tantangan masa depan menuju kejayaan daerah dan
bangsanya.

2. Kompetensi Utama Dalam Pesan Masa Depan

63

Satu hal yang harus kita perhatikan dalam Pesan Masa Depan adalah
adanya kesamaan visi dalam cara memandang pendidikan, pendidikan jangan
lagi dijadikan area bisnis dan kepentingan elite tertentu serta menjadikan
peserta didik menjadi objek pendidikan melainkan menjadikan pendidikan
menjadi tanggungjawab setiap individu sebagai warga negara Indonesia untuk
mempersiapkan generasi masA depan sebagai pelaku sejarah masa depan yang
dibekali rasa keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia.

Kompetensi Utama dalam Pesan Masa Depan yang harus kita
perhatikan adalah sebagai berikut :

a. Kompetensi nilai-nilai Religius
Yaitu kemampuan yang harus dicapai peserta didik yang diserap dari nilai-

nilai ajaran agama dan nilai-nilai Pancasila agar semakin beriman , bertaqwa dan
beraklak mulia yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan nyata sehingga ilmu
agama dan nilai-nilai Pancasila benar-benar dapat bermanfaat bagi dirinya
sendiri, keluarga, lingkungan masyarakat, agama dan bangsanya.

b. Kompetensi profesionalitas
Yaitu kemampuan yang harus dicapai peserta didik untuk bisa menguasai

keahlian di bidang tertentu yang ditunjang dengan ilmu pengetahuan yang cukup
dan relevan dengan kemajuan zaman yang sedang dan /atau akan dia hadapi
dimasa sekarang ataupun di masa depan

Dengan demikian peserta didik tidak lagi menjadi generasi yang membebani
dirinya sendiri dan lingkungan masyarakatnya tetapi menjadi generasi yang
produktif dan berkualitas yang sanggup menemukan ilmu-ilmu pengetahuan yang
baru, siap menjadi pemimpin yang jujur, adil dan tegas sekaligus siap untuk
menjadi pelaku sejarah masa depan.

c. Kompetensi rasa kesetiakawanan
Yaitu kemampuan yang harus dimiliki peserta didik untuk mempunyai

rasa kesetiakawanan, kepedulian sosial, cinta tanah air dan mampu memberikan
sumbangsih terbaiknya terhadap kesejahteraan masyarakat dan bangsanya.
Dengan demikian peserta didik diharapkan tidak lagi bersifat egois dan
individualis melainkan akan semakin tumbuh rasa kesetiakawanan terhadap
sesama, lingkungan sekolah dan masyarakat dimanapun dia berada.

64

d. Kompetensi antisipatif masa depan
Yaitu kemampuan yang harus dimiliki peserta didik untuk bisa mengantisipasi

perubahan zaman dengan hadirnya pengaruh budaya asing melalui era globalisasi
dan informasi khususnya kemajuan di bidang Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi.
Oleh karenanya peserta didik harus mempunyai wawasan ke depan dalam
mengantisipasi perubahan-perubahan yang akan terjadi di masa depan secara
lebih mendalam.

e. Kompetensi penggalian budaya lokal
Yaitu kemampuan yang harus dimiliki peserta didik untuk mengenal lebih

dekat sejarah dan budaya lokal yang ada disekitarnya dimana dia tinggal. Peserta
didik diharapkan juga mempunyai kemampuan untuk mendiskripsipkan dan
mengambil nilai-nilai positif untuk dapat dicontoh dan dikembangkan dalam
kehidupan sehari-harinya.

f. Kompetensi ketrampilan dan kewirausahaan
Yaitu kemampuan yang harus dimiliki peserta didik untuk menjadi generasi

yang produktif dengan mengembangkan wawasan kerwirausahaan yang mandiri.
Pendidikan dipandang bukan lagi menjadi suatu keterpaksaan melainkan
pendidikan dipandang sebagai solusi terbaik untuk diri sendiri agar bisa keluar
dari kegelapan dunia sekaligus persiapan dalam menyongsong masa depan yang
lebih baik dengan berbekal ketrampilan dan kewirausahaan.

g. Kompetensi Leadership
Yaitu kemampuan yang harus dicapai peserta didik untuk bisa menguasai

ilmu kepemimpinan agar bisa menjadi calon-calon pemimpin masa depan, peserta
didik tidak hanya disibukkan dengan berbagai mata pelajaran yang ada tetapi juga
diajarkan bagaimana menjadi seorang pemimpin yang hebat yang sanggup
menggenggam dunia seperti kejayaan leluhurnya yang pernah ada dalam sejarah
lokal maupun nasional

Dari ketujuh kompetensi utama dalam pengembangan Pesan Masa Depan
ini diharapkan peserta didik mempunyai kepribadian yang utuh dan
mempunyaii wawasan masa depan yang cukup. Ketujuh kompetensi utama
tersebut merupakan manifestasi sejarah yang telah dimilik keluarga besar RA.
Kartini yang ditularkan secara turun temurun terutama Kakek Kartini, sehingga
out put yang dihasilkan dari pendidikan berwawasan masa depan ini telah
melahirkan keluarga besar RA Kartini sebagai penerus perjuangan bangsa yang
cerdas dan sekaligus sebagai pelaku sejarah.

65

C. PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

1. Pengertian Mutu Pendidikan

Yaitu suatu standar yang telah disusun sebelumnya yang berfungsi untuk
mengetahui kualitas pendidikan yang dapat diukur baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Sedangkan yang dimaksudkan dengan Peningkatan Mutu Pendidikan
adalah segala daya upaya untuk meningkatkan hasil belajar yang lebih maksimal
yang pencapaianya dapat diukur baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui dua
strategi yaitu peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi pada hasil prestasi
akademik dan peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi pada hasil
penguasaan ketrampilan yang sesungguhnya tanpa adanya rekayasa pendidikan.
Pendidikan tidak lagi dipandang sebagai objek mencari keuntungan instan
semata yang diproyekkan begitu juga siswa tidak lagi dininabobokkan dengan
diberi nilai bagus-bagus sedangkan nilai akademiknya tidak sepadan dengan
kualitas yang dimilikinya

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Mutu Pendidikan

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terhadap peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia, yaitu :

a. Kurikulum
b. Tenga Pendidik dan Kependidikan
c. Manajemen Sekolah
d. Sejarah dan budaya lokal
e. Sarana dan Prasarana
f. Lingkungan Masyarakat

Dengan demikian dalam peningkatan mutu pendidikan adalah sangat
dibutuhkan kurikulum yang fleksibel dan berkualitas, tersedianya tenaga pendidik
dan kependidikan yang berkualitas serta mempunyai kualifikasi di bidangnya,
Kepala sekolah yang sanggup memimpin dengan jujur, adil dan tegas serta
mempunyai keberanian dalam melakukan perubahan, menghormati dan
mengambil manfaat dari nilai-nilai budaya lokal serta tersedianya sarana dan
prasaran yang representatif sekaligus bisa saling sinergi antara lingkungan
pendidikan dan lingkungan masyarakat.

66

Dalam pelaksanaan Pesan Masa Depan tidak hanya memfokuskan peserta
didik senantiasa menjadi objek pendidikan dan objek kepentingan dalam usaha
peningkatan mutu pendidikan melainkan Pemerintah Daerah, Kepala sekolah,
tenaga pendidik dan kependidikan serta lingkungan masyarakat dan orang tua
harus mempunyai tanggungjawab yang besar dalam melayani apa yang menjadi
kebutuhan peserta didik untuk bisa menjadi sosok pribadi yang utuh dan
berkualitas yang bisa dipersembahkan kepada ibu pertiwi sebagai penerus generasi
bangsa

D. IMPROVISASI KURIKULUM 2013

Kurikulum merupakan salah satu komponen pokok dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan, seperti yang telah kita ketahui bahwa titik tekan
kurikulum 2013 adalah berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Jika dicermati
penekanan kurikulum 2013 adalah mengenai Kompetensi Inti yang berisi
kebiasaan berfikir dan bertindak yang merupakan perwujudan sikap, ketrampilan
dan pengetahuan yang dipelajari selama dalam proses belajar mengajar. Jadi
kurikulum 2013 lebih menekankan struktur pencapaian sikap, ketrampilan dan
pengetahuan, sedangkan kurikulum sebelumnya lebih menekankan pada
Pengetahuan, Sikap dan Ketrampilan.

Dengan adanya pencapaian sikap yang dimasukkan dalam kurikulum 2013
ini maka diharapkan akan ada perubahan sikap peserta didik yang sangat
penting dan utama dalam kegiatan belajarnya, karena telah mempunyai
kesadaran terlebih dahulu untuk membiasakan diri bersikap baik (berakhlak
mulia), jujur, adil dan disiplin maka dengan sendirinya mereka akan lebih
menghargai gurunya saat proses belajar berlangsung serta akan lebih mudah pula
dalam menyerap ilmu dengan baik. Pendidikan bagi peserta didik daiharapkan
bukan lagi menjadi suatu keterpaksaan melainkan pendidikan dipandang sebagai
solusi terbaik untuk bisa keluar dari zona kegelapan dunia sekaligus persiapan
dalam menyongsong masa depan yang lebih baik.

E. MEMAHAMI MAKNA IMPROVISASI KURIKULUM
1. Pengertian Improvisasi Kurikulum 2013

Yaitu mengkombinasikan terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 yang masih bersifat
makro (Nasional) dengan usaha-usaha pengembangan kurikulum yang bersifat mikro
(kedaerahan) sehingga tercipta formulasi kurikulum yang lebih fleksibel sehingga akan
lebih mudah diserap peserta didik secara lebih maksimal.

67

Jika hasil improvisasi kurulum 2013 dikaitkan dengan ketiga tokoh wanita
Jepara tersebut maka akan terjadi persenyawaan tematik baru dalam
pengembangan kurikulum yang lebih nyata dan fleksibel kepada peserta didik.
Mengacu hasil Improvisasi Kurikulum 2013 yang bersifat mikro (Daerah) akan
memotret kurikulum 2013 yang masih bersifat makro (nasional) kemudian akan
diklasifikasikan menjadi beberapa bagian utama sebagai pendukung Pesan Masa
Depan, yaitu :

1). Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti yaitu pelaksaan pendidikan yang lebih
menitik beratkan pada pencapaian sikap peserta didik untuk menjadi sosok
pribadi yang utuh yaitu beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia yang dapat
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga maupun
lingkungan masyarakat. Adapun pilar utama penyangga pendidikann Agama
dan budi pekerti adalah Pendidikan Agama (mata pelajaran agama yang
serumpun) dan nilai-nilai positif budaya lokal yang telah berkembang dan
diyakini di linkungan gmasyarakat dimana peserta didik berada.

Contoh sederhana untuk Pelajaran Agama Islam, Jika menerangkan
masalah kejujuran dan keadilan maka peserta didik bisa meneladani Nabinya,
yaitu Rasul Muhammad SAW sebagai sosok yang jujur dan adil. Sedangkan
untuk menerangkan kejujuran dan keadilan dalam konteks budaya lokal maka
peserta didik bisa diterangkan mengenai sejarah kepemimpinan Ratu Shima
Jepara yang juga terkenal jujur dan adil dalam menegakkan suatu kebenaran
meskipun anaknya sendiri yang melakukan kesalahan maka hukum haruslah
tetap ditegakkan dan sebagainya

Pendidikan Agama lebih menitikberatkan pada penguasaan peserta didik
terhadap agama yang diyakini selama ini sedangkan budi pekerti juga melatih
peserta didik untuk bersopan santun dan mempunyai kepekaan sosial terhadap
apa yang terjadi di lingkungan masyarakatnya sehingga tidak cuek bebek atas
suatu persoalan yang ada. Seorang siswa hendaknya senantiasa dibimbing dan
diarahkan untuk membiasakan diri menguasai dan mengamalkan agama yang
dipeluknya selama ini serta mau melakukan hal-hal positif dan semaksimalkan
mungkin dihindarkan dari sikap dan kebiasaan-kebiasaan yang bersifat negatif.

Dengan adanya pendidikan agama dan budi pekerti tersebut seorang siswa
lebih memahami dan mengerti agama yang diyakini selama ini lebih mendalam
dan tidak lagi hanya mengandalkan kecerdasan otaknya saja tetapi juga

68

memperhatikan kehalusan dan kecerdasan budi pekerti untuk diaplikasikan
dalam kehidupan sehar-hari.

Dengan kata lain Pendidikan gama dan Abudi pekerti akan lebih
menekankan pada kejernihan dan keteguhan hati dalam mempertahankan
prinsip-prinsip moral dan spiritual yang bersumber pada norma-norma agama,
hukum, budaya dan adat-adat yang ada di masyarakat untuk diaplikasikan dalam
kehidupan nyata berupa prilaku positif serta mendorong terwujudnya kepekaan
sosial yang bisa lebih memperhatikan sesama.

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti lebih menanamkan prinsip yang kuat
kepada peserta didik bahwa Pendidikan Agama adalah bukan Mata Pelajaran
yang hanya sekedar bersifat teoritik melainkan Mata apelajaran yang
mengandung makna dan filosofis yang tinggi yang berkaitan dengan tata cara
beribadah kepada Sang Pencipta dan hubunganya dengan sesama manusia
sehingga diperlukan sebuah sikap dan budi pekerti yang mulia agar bisa
mempraktekkan dan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan nyata.

Tujuan akhir pendidikan Agama dan budi pekerti adalah terwujudnya
peradaban baru umat manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia serta
mempunyai kepekaan sosial yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga,
lingkungan, agama , nusa dan bangsanya.

2). Pendidikan Universal

Yaitu pelaksaan pendidikan yang lebih menitik beratkan pada pencapaian
sikap peserta didik untuk menjadi sosok ilmuwan yang bisa menemukan teori-
teori baru atau penemuan-penemuan tekhnologi baru yang diperolehnya selama
dalam proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah baik dengan bimbingan
gurunya maupun yang bersifat autodidak

Adapun pilar utama penyangga pendidikan universal adalah Ilmu
Pengetahuan Umum (mata pelajaran umum yang serumpun non bahasa) dan
nilai-nilai positif budaya lokal serta ketersedian sarana dan prasarana yang ada di
wilayah daerah tersebut.

Pendidikan Universal akan melatih peserta didik untuk lebih bisa berfikir
kritis, analisis dan kreatif agar bisa menemukan teori-teori baru atau penemuan-
penemuan tekhnologi baru dalam mempelajari keberadaan alam semesta ini dan
mengembalikan persoalan semua itu kepada Allah SWT karena Alam semesta ini

69

pada hakekatnya adalah tercipta atas kuasa Allah SWT dan peserta didik
mempunyai kewajiban untuk mempelajari agar manusia dapat menyesuaikan dan
berevolusi dalam menghadapi setiap adanya perubahan zaman mulai dari kisah
zaman Nabi Adam sampai zaman masa kini hinggi berakhirnya alam semesta ini
dengan datangnya Hari Kiamat.

Contoh sederhana dalam ilmu fisika, jika seorang ilmuwan menemukan
planet baru dalam tata surya maka yang perlu dikedepankan adalah rasa syukur
kepada Allah dan semakin menambah keyakinan dan ketaqwaan kepada Allah
serta menyikapi hasil penemuanya tersebut dengan penuh rendah hati.

Contoh tersebut diatas sangat berbeda dengan gaya pendidikan sekuler
dimana seorang ilmuwan lebih menitikberatkan kepada kesombongan akal
manusia sehingga akal manusia sangat di dewa-dewakan dan menganggapnya
penemuan-penemuan baru yang diperolehnya merupakan hasil karya sendiri yang
tidak ada relevansinya dengan ilmu agama ataupun Tuhanya.

Adapun mata pelajaran yang bisa diklasifikasikan dalam pendidikan
universal adalah sebagai berikut :
a. Tingkat SD/MI sampai dengan SMP/MTs (Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu

Pengetahuan Sosial)
b. Tingkat SLTA /SMA

1). Ilmu Pengetahuan Alam ( Biologi, Fisika dan Kimia )
2). Ilmu Pengetahuan Sosial (Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi dan
Antropologi).
3). Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA)
4). Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi (SMK)
5). Sejarah Indonesia dan Dunia

Tujuan akhir pendidikan universal adalah terwujudnya sosok manusia
yang bertanggung jawab, kreatif dan inovatif dengan penemuan-penemuan baru
dibidang sains dan tekhnologi yang dapat bermanfaat bagi kepentingan umat
manusia melalui kecerdasan akal pikiranya yang telah diberikan Tuhan
kepadanya sehingga dapat mensejahterakan kehidupan di bumi ini sekaligus
sebagai khalifah (pemimpin) di bumi yang senantiasa akan menambah keimanan
dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Dengan demikian sikap sombong dan mendewa-dewakan akal pikiranya
menjadi tidak tertanam dalam diri seorang ilmuwan tersebut karena justru

70

mereka semakin menemukan sesuatu yang baru maka semakin mengagumi
adanya alam semesta dan mengakui atas kebesaran dan kekuasaan Tuhanya.

3). Pendidikan Kecakapan Berhitung dan Berbahasa

Pendidikan Ketrampilan dan Kecakapan yang dimaksudkan disini adalah
pendidikan ketrampilan yang berorientasi pada pencapaian sikap mental dan
kecakapan motorik yang harus dimiliki peserta didik setelah melakukan kegiatan
proses belajar mengajar dengan komposisi 50 % teuori dan 50 % praktek.

Adapun mata pelajaran yang bisa diklasifikasikan dalam pendidikan
ketrampilandan kecakapan adalah sebagai berikut :

a. Kecakapan Berhitung
Seorang peserta didik mulai tingkat dasar sebelum benar-benar dapat

mengikuti standar kurikulum nasional yang berlaku maka kepala satuan
pendidikan harus benar-benar dapat memfokuskan penguasaan dasar anak dalam
belajar berhitung.

Kepala sekolah melalui guru matematika berkewajiban melakukan
penyisiran menyeluruh terhadap peserta didik yang belum bisa mempunyai
kecakapan dasar berhitung dikelompokkan tersendiri untuk diberii jam tambahan
sedang metode yang digunakan haruslah lebih kreatif, inovatif dan
menyenangkan anak.
Dengan demikian ada perlakuan yang berbeda dalam belajar matematika ini,
yaitu :

a) Sebelum anak betul-betul mempunyai kecakapan berhitung tingkat
dasar, maka jangan dimasuki materi kurikulum yang ada untuk hanya
sekedar mengejar tarjet materi seperti apa yang ada di dalam buku
pelajaran akan tetapi seorang kepala sekolah dan guru matematika harus
mempunyai upaya-upaya maksimal bagaimana agar seluruh potensi yang
dimiliki anak dalam berhitung bisa tergali, baru kemudian peserta didik
belajar berlahan mempelajari materi yang sudah digariskan dalam
kurikulum.

b) Menyediakan jam tambahan secara khusus bagi siswa yang mempunyai
kecakapan berhitung ditingkat menengah kebawah, mereka diusahan agar
bagaimana caranya mereka memiliki kecakapan berhitung secara lebih
maksimal.

71

b. Kecakapan Berbahasa , Kecakapan Berbahasa lebih beorientasi pada
penguasaan peserta didik agar lebih trampil dan lebih cakap dalam berbahasa
yang dilakukan secara lebih intens dengan porsi 50 : 50, sehingga konsekwensinya
adalah bagaimana agar sisiwa dapat mempunyai kemampuan berbahasa yang bisa
dipraktekkan secara langsung dan berkesimbungan sebab masalah berbahasa
adalah sudah menjadi kebutuhan dan bagian dari kehidupan manusian itu
sendiri.

Seorang pendididik dalam Penddidikan Kecakapan Berhitung dan
Berbahasa baik ditingkat SD/MI sampai SLTA tidak bisa sembarang tenaga
pendidik akan tetapi harus mempunyai legalisasi khusus diluar pendidikan
formal. Contoh seorang guru bahasa Inggris yang mengajar peserta didiknya
maka dia harus bisa menguasai bahasa Inggris dengan kecakapan berbahasa aktif
bukan passif.

Adanya Indikasi guru-guru sertifikasi bahsa Inggris dan matematika yang
ada selama ini belum menjamin adanya kecakapan dan penguasaan bahasa
Inggris aktif, dan juga kemampuan metodologi berhitung untuk matematika.
Karena kedua mapel Inggris dan matematika ini sangat berpengaruh terhadap
Ujian Nasional maka juga harus diperlakukan yang berbeda dalam
meningkatkatkan kualitas pendidikan untuk keduanya.

Hal ini sangat penting mengingat baik bahasa Inggris maupun matematika
bukan hanya dipelajari secara teoritis melainkan harus dipraktekkan. Pendidik
harus bisa merubah paradigmanya dalam mengajarnya, yaitu bagaimana peserta
didik harus mampu menguasai kecakapan berbahasa Inggris dan mahir dalam
penguasaan dasar berhitung, bukan hanya sekedar mentranfer ilmu kepada
peserta didik dengan sekedar mengejar materi-materi yang ada di kurikulum
semata. Contoh pendidikan yang pernah dialami RA. Kartini bahwa di dalam
usianya yang sangat masih muda sudah bisa menguasai bahasa asing (Bahasa
Belanda) dan dengan kecakapanya dalam penguasaan Bahasa Belanda, beliau
bisa dikenal dan bisa mempengarui budaya baik ditingkat nasional maupun
internasional (baca kembali Bab I)

Kondisi semacam itu dulu belum ada kebijakan pemerintah pusat atau
undang-undang yang mengatur tentang pendidikan nasional akan tetapi kenapa
RA Kartini bisa tampil cemerlang dengan penguasaan bahasa yang fasih, pntar
menulis surat ataupun buku serta trampil berhitung dan sebagainya ?. Dibalik
rahasia kesuksesan beliau inilah yang harus kita gali lebih dalam diantaranya
adalah pengembangan adanya pendidikan berwawasan masa depan ini. Selain

72

Bahasa Inggris, adanya Bahasa Jawa dalam Pendidikan nasional meskipun
masuk pada muatan lokal maka hal ini juga sangat diperlukan terutama
bagaimana siswa dapat menguasai tulisan Jawa yang selama ini mulai tergusur
bisa ditampilkan kembali sekaligus menjadi icon yang kuat bagi masyarakat Jawa
saat ini Sedangkan Mapel Bahasa Arab untuk Sekolah agama juga bisa
memasukkan Mapel tersebut ke dalam katagori Pendidikan Kecakapan
Berhitung dan Berbahasa

4). Pendidikan Ketrampilan dan Kewirausahaan.

Pendidikan Keterampilan merupakan mata pelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam berbagai pengalaman apresiasi
maupun pengalaman berkreasi untuk menghasilkan suatu produk berupa benda
nyata yang bermanfaat langsung bagi kehidupan siswa. Dalam mata pelajaran
Keterampilan, siswa melakukan interaksi terhadap benda-benda produk kerajinan
dan teknologi yang ada di lingkungan siswa, dan kemudian berkreasi
menciptakan berbagai produk kerajinan maupun produk teknologi, sehingga
diperoleh pengalaman konseptual, pengalaman apresiatif dan pengalaman kreatif.

Orientasi penekanan terhadap Pendidikan Keterampilan dan kewirauasahaan
adalah melakukan penggalian terhadap bakat , minat dan potensi yang dimiliki
peserta didik untuk bisa dikembangkan melalui Pendidikan Ketrampilan dan
Wira usaha sekaligus pihak sekolah menfasilitasi dalam melakukan aktivitas
produksi benda hasil kerajinan untuk dipasarkan atau produk yang bisa diserap
masyarakat khususnya berdasarkan kondisi dan situasi daerah setempat. Jadi
peserta didik tidak hanya bisa trampil dalam memproduksi tetapi bagaimana
hasil ketrampilan produksi tersebut dapat dipasarkan dan mendorong peserta
didik untuk belajar juga tentang kewirausahaan agar nantinya jika terjun di
lingkungan masyarakat tidak canggung lagi dan tidak gaptek

Oleh karena itu dalam Pendidikan Ketrampilan dan kewirausahaan ini
ibarat 2 sisi mata uang yang idak terpisahkan, dalam hal ini peranan Kepala
Sekolah sangat mutlak dibutuhkan untuk mencari terobosan-terobosan baru
dalam upaya membangun komunikasi di bidang usaha baik dengan pemerintah,
lingkungan sekitar maupunn pihak perusahaan atau pelaku usaha

5). Pendidikan Moral Pancasilal dan Wawasan Kebangsaan

Diakui atau tidak bahwa kondisi moral bangsa Indonesia selama ini
dalam kondisi yang sangat memperhatinkan, hancurnya moralitas bangsa tidak
hanya terjadi di kalangan orang awan dan dunia remaja akan tetapi sudah sangat

73

menjalar terhadap sendi-sendi birokrasi, legislatif bahkan intitusi penegak hukum
Polri dan Mahkamah Konstitusi sekalipun seperti kasus hukum yang menimpa
Ketua Mahkamah Konstitusi akhir-akhir ini di bulan Oktober 2013.

Apa yang terjadi selama ini mengenai hancurnya moralitas bangsa
merupakan cerminan kondisi bangsa yang telah gagal dalam mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa seperti yang diisyaratkan dalam
Pancasila dan UUD 1945.

Kondisi semacam ini sebenarnya juga tidak terlepas dari sistem pindidikan
nasional kita, dimana selamana ini pendidikan kita hanya merangsang siswanya
untuk lebih menekankan kecerdasan akal dan mengabaikan pendidikan agama
dan pendidikan moral Pancasila.

Faktanya dalam sistim pendidikan nasional hanya selalu menekankan
pendidikan umum ( Bhs Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika) sebagai
tolak ukur Ujian Nasional sebagai nilai akademik sehingga mau tidak mau siswa
akan mengejarnya sampai melupakan Pendikan Agama dan nilai-nilai moral
Pancasila karena dimata mereka Pendidikan Agama bukan lagi sebuah tuntutan.

Begitu juga nilai-nilai moral Pancasila dan UUD 45 juga terlepas dari
sebuah keharusan dalam Ujian Nasional , oleh karenanya sebaiknya Pendidikan
Agama dn nilai-nilai moral Pancasila dimasukkan dalam Ujian Nasional sebagai
bagian dari nilai akademik agar mereka lebih memahami dan mengenal lebih
dalam agamanya masing-masing dan nilai-nilai moral Pancasila dan UUD 45.

6). Pendidikan Seni Budaya dan Olah Raga

Pendidikan Seni Budaya dan Olah Raga merupakan pelajaran yang sangat
dibutuhkan oleh peserta didik karena dapat mendorong peserta didik untuk lebih
bisa berkreatif di bidang seni dan budaya hanya saja yang perlu ditegaskan disini
adalah bahwa di bidang Seni Budaya haruslah benar-benar disesuaikan dengan
kondisi dan tantangan zaman seperti sekarang ini begitu juga dengan pendidikan
Olah rara bagaimana agar peserta didik mempunyai prestasi yang lebih
maksimal.

Dalam Kurikulum 2013 Pendidikan Seni Budaya dirancang untuk
memperkuat kompetensi siswa dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap
secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam perumusan kompetensi
dasar tiap mata pelajaran, sehingga kompetensi dasar tiap mata pelajaran
mencakup kompetensi dasar kelompok sikap, kompetensi dasar kelompok

74

pengetahuan, dan kompetensi dasar kelompok keterampilan. Semua mata
pelajaran dirancang mengikuti rumusan tersebut, termasuk Pendidikan Seni
Budaya ini juga tunduk pada ketentuan tersebut.

Seni Budaya bukan aktivitas dan materi pembelajaran yang dirancang hanya
untuk mengasah kompetensi keterampilan peserta didik sebagaimana dirumuskan
selama ini. Seni Budaya harus mencakup aktivitas dan materi pembelajaran yang
memberikan kompetensi pengetahuan tentang karya seni budaya dan kompetensi
sikap yang terkait dengan seni budaya. Seni Budaya dalam Kurikulum 2013
dirumuskan untuk mencakup sekaligus studi karya seni budaya untuk mengasah
kompetensi pengetahuan, baik dari karya maupun nilai yang terkandung di
dalamnya, praktik berkarya seni budaya untuk mengasah kompetensi
keterampilan, dan pembentukan sikap apresiasi terhadap seni budaya sebagai
hasil akhir dari studi dan praktik karya seni budaya.

Pembelajarannya dirancang berbasis aktivitas dalam sejumlah ranah seni
budaya, yaitu seni rupa, tari, musik, dan teater yang diangkat dari tema-tema seni
yang merupakan warisan budaya bangsa. Selain itu juga mencakup kajian warisan
budaya yang bukan berbentuk praktik karya seni budaya. Aktivitasaktivitas
tersebut tidak hanya terkait dengan studi dan praktik karya seni budaya,
melainkan juga melalui pelibatan aktif tiap peserta didik dalam kegiatan seni
budaya yang diselenggarakan oleh kelas maupun sekolah. Sebagai mata pelajaran
yang mengandung unsur muatan lokal, tambahan materi yang digali dari kearifan
lokal dan relevan sangat diharapkan untuk ditambahkan sebagai pengayaan
dalam mempelajari Ilmu Seni Budaya dari ini.

Kondisi semacam ini bisa memberi peluang Pemerintah Daerah Jepara dan
Kepala Sekolah melalui tenga pendidik pada Mapel Pendidikan Seni Budaya
untuk mengangkat Tradisi Budaya dan Sejarah Lokal seperti Sejarah Ratu Shima,
Ratu Kalinyamat dan RA Kartini untuk bisa dimasukkan dalam kegiatan
pementasan teater sekolah dan sebagainya sebagai upaya pengembangan kearifan
budaya lokal.

Dengan adanya desentralisasi pendidikan nasional maka tidak ada alasan
lagi bagi pemerintah daerah melalui dinas yang terkait seperti Disdikpora dan
Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) untuk mengabaikan adanya sejarah
dan budaya kearifan lokal seperti tiga tokoh pahlawan Jepara seperti Ratu
Shima, Ratu Kalinyamat dan RA Kartini untuk dimasukkan ke dalam kurikulum
pendidikan muatan lokal atau di selipkan ke dalam materi Kurikulum Nasional

75

seperti Mapel Bahasa Indonesia ( untuk materi Cerita), Seni Budaya (
mengangangkat Cerita dalam seni teater) dan sebagainya. Persoalanya sekarang
adalah tinggal adanya keamauan atau tidak pemerintah daerah untuk menganggat
ke tiga tokoh tersebut ke dalam dunia pendidikan kita sebagai upaya ijtihat
pendidikan dalam memaksimalkan sejarah lokal sebagai upaya improvisasi
kurikulum 2013

76

BAB IV
MENGKAJI ULANG MAKNA EMANSIPASI WANITA

B. Pengertian Emansipasi Wanita

Emansipasi secara bahasa adalah persamaan hak, emansipasi identik
kaitanya dengan wanita sehingga lebih dikenal dengan emansipasi wanita,
sedangkan secara istilah emansipasi wanita adalah suatu usaha yang diupayakan
untuk memperjuangkan nasib dan hak-hak kaum wanita yang selama ini dirasa belum
proporsional sekaligus sebagai upaya dalam memenuhi kewajibanya seorang wanita tanpa
harus keluar dari qodrati seorang wanita.

Sekarang ini pemahaman emansipasi wanita terkadang keluar dari hakekat
konteks emansipasi wanita itu sendiri dimana ingin menempatkan wanita untuk
dipersamakan kedudukanya dengan lelaki disegala bidang tanpa memperhatikan
sifat-sifat kodrati seorang wanita yang diberikan Tuhan kepadanya.

Untuk itulah makna emansipasi wanita harus dikaji ulang dan diluruskan
kembali pada porsinya sehingga tidak salah kaprah dalam memahaminya.
Emansipasi wanita memang perlu untuk diperjuangkan mengingat dalam lintasan
sejarah kaum perempuan senantiasa dinomorduakan dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan maupun pemerintahan bahkan dimata agama-agama samawi
seperti Yahudi dan Masehi perempuan mendapat porsi yang sangat
mengecewakan, akan tetapi emansipasi wanita dalam konteks sekarang adalah
layak untuk dihargai dan dihormati dan ditempatkan pada posisi sesuai dengan
kodrai seorang wanita yang sama-sama mempunyai hak dalam segala bidang dan
disisi lain seorang wanita juga harus bisa membagi peranya sebagai ibu rumah
tangga yang siap melahirkan dan bisa mendidik anak-anaknya untuk menjadi
anak yang berbakti kepada kedua orangtuanya serta berguna bagi agama, nusa
dan bangsa.

Mengenai kedudukan wanita kaitanya dengan emansipasi wanita tidak
terlepas dari akar permasalahan yang terjadi di masing-masing agama samawi
yang ada selama ini dalam memandang seorang wanita. Ketiga agama samawi
yang asli yaitu : Yahudi , Nasrani dan Islam bersepakat terhadap satu kebenaran,
yaitu: bahwasanya Allah yang telah menciptakan laki-laki dan perempuan dan
Dia-lah pencipta alam semesta ini dengan segala isinya.

77

Namun muncul perbedaan di antara ke tiga Agama tersebut setelah
diciptakannya lelaki pertama (Adam as.) dan perempuan pertama (Hawa). Pada
akidah orang-orang Yahudi dan Masihi, Allah mengharamkan kepada Adam dan
Hawa untuk makan buah dari pohon yang diharamkan, akan tetapi ular
membisikkan kepada Hawa agar memakan buah dari pohon tersebut dan Hawa
membisikkan kepada Adam agar makan bersamanya.

Dan ketika Allah mencela Adam terhadap apa yang dia perbuat, Adam
melimpahkan semua dosa kepada Hawa. Lalu Adam berkata: “Sesungguhnya dia
adalah wanita yang Engkau jadikan bersamaku, dia yang telah memberiku buah dari
pohon itu maka aku memakannya", (Bagian Kitab "Perjanjian Lama" penciptaan
12:3). Dan Tuhan berfirman terhadap wanita tersebut: "Banyak, kebanyakan
susahmu ketika kamu hamil, dan akan merasakan sakit ketika melahirkan. Dan Dia
berfirman kepada Adam karena kau mendengarkan perkataan isterimu dan kau telah
memakan buah pohon tersebut yang Aku telah wasiatkan kepadamu dengan perkataan
jangan kau makan dari buah pohon tersebut, bumi dilaknat karena perbuatanmu. Dengan
susah payah kau akan makan darinya setiap hari di kehidupanmu”. (Bagian Kitab
“Perjanjian Lama” penciptaan).

Sedangkan dalam pandangan Islam telah disebutkan kisah permulaan
penciptaan beberapa kali dalam al-Qur`an, misalnya:

Allah Swt.berfirman: “Wahai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu
di surga, serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai,
dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, sehingga kamu berdua menjadi orang-
orang yang zalim. Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk
menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan
syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan
supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam
surga)”.

Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk
orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua”. Maka syaitan membujuk keduanya
(untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu
itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya
dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka:

“Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan
kepadamu: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua”.

78

Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah
kami termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Al-A`raaf: 19-23).

Dengan mengamati dua faham tersebut tentang permulaan penciptaan,
kita mendapati perbedaan yang sangat inti, sebab al-Qur`an bertolak belakang
dengan Injil. Al-Qur`an menjadikan dosa tersebut untuk Adam dan Hawa berdua.
Dan tidak terdapat di bagian manapun dalam al-Qur`an yang mengatakan
bahwasanya Hawa yang merayu (memberi) Adam untuk memakan buah dari
pohon tersebut, atau bahwasanya Hawalah yang pertama memakan buah tersebut
sebelum Adam, Maka Hawa dalam al-Qur`an tidak mengkhianati Adam atau
menipunya. Dan rasa sakit ketika melahirkan bukan hukuman dari Allah Swt.,
karena Allah (sebagaimana disebutkan dalam al-Qur`an) tidak menghukum
seseorang dengan dosa orang lain. Maka Adam dan Hawa as. melakukan maksiat
dan keduanya meminta ampunan kepada Allah Swt. dan Allah-pun telah
mengampuni keduanya.

Sesungguhnya gambaran Hawa dalam Injil bahwasanya dialah yang
telah menggoda Adam mempunyai dampak yang negatif terhadap gambaran
perempuan dalam akidah orang-orang Yahudi dan Masihi, perempuan diyakini
bahwasanya dia mewarisi dosa dari ibunya (Hawa dalam Injil). Kemudian dari
pada itu, perempuan tidak dapat dipercaya dan tidak berakhlak. Dan diyakini
juga bahwa haid, hamil, melahirkan adalah hukuman untuk perempuan terhadap
dosa Hawa yang abadi. Agar kita bisa melihat lebih jauh dampak negatif ini
terhadap posisi perempuan, seyogyanya bagi kita untuk melihat kepada sebagian
kitab-kitab penting orang-orang Yahudi dan Masihi.

Pada Kitab Perjanjian Lama sebagai kitab yang disucikan dan kita
mengambil bagian-bagian dari bab Hikmah, yang berbunyi:

“Maka aku mendapati lebih pahit dari kematian yaitu perempuan tukang pemasang
perangkap (penipu), hatinya berjaring dan di kedua tangannya terdapat tali. Orang yang
saleh di depan Allah akan diselamatkan darinya, adapun orang yang pendosa akan
terperangkap olehnya. Lihatlah! Ini aku telah mendapatinya, ucapan al-jaami`ah. Sedikit
demi sedikit saya akan mendapatkan hasil yang senantiasa jiwaku mencarinya lalu aku
tidak mendapatkannya. Satu laki-laki di antara seribu aku telah mendapatinya,
sedangkan perempuan diantara mereka semua aku tidak menemukannya”. (Jaamiah 7:
26-28).

79

Dan di dalam Injil orang-orang Katolik, yang berbunyi: “Tidak ada satupun
kesalahan yang sebanding dengan kesalahan perempuan, karena setiap kesalahan
disebabkan oleh perempuan, dan dengan sebab perempuan kita semua akan mati”.
(Ecclesiasticus 25: 19,24). Seorang pendeta Yahudi telah menghitung bahwa ada
sembilan laknat bagi perempuan disebabkan jatuh dari Firdaus “Bagi perempuan
sembilan laknat kemudian mati: haid, darah keperawanan, letih karena hamil,
melahirkan, mendidik anak, menutup kepalanya seolah-olah dia berada di tukang besi,
dilubangi telinganya seperti budak perempuan, tidak diperhitungkan kesaksiannya, dan
setelah ini semua mati”. Oleh karena itu, seluruh manusia terlahir dalam keadaan
berdosa, agar Allah memberikan ampun kepada mereka atas kesalahan yang
pertama Isa as. pun dikorbankan (sebagai tebusan) karena dia dianggap sebagai
anak Tuhan, dan mati disalib.

Berdasarkan hal itu, maka Hawa bertanggung jawab atas kesalahannya,
kesalahan suaminya dan kesalahan yang pertama untuk setiap manusia serta
bertanggungjawab atas meninggalnya anak Tuhan. Dengan kata lain, disebabkan
perbuatan seorang perempuan seluruh manusia jatuh dari Surga Firdaus. Akan
tetapi, bagaimana dengan anak-anak perempuannya? Semuanya berdosa juga
seperti dia, dan wajib bagi mereka untuk difonis bahwasanya mereka berdosa, dan
ini yang di katakan oleh Pendeta Paul dalam Kitab Perjanjian Baru: “Perempuan
diajarkan diam dengan penuh kerendahan, akan tetapi aku tidak mengizinkan bagi
perempuan untuk belajar dan berkuasa atas laki-laki. Akan tetapi dia harus diam, karena
Adam yang pertama kemudian Hawa, dan Adam tidak merayu akan tetapi isterinyalah
yang merayu lantas terjadi pelanggaran tersebut”. (1 Timautsaus 2: 11-14). Dan di
dalam Injil orang-orang Katolik, yang berbunyi: “Tidak ada satupun kesalahan yang
sebanding dengan kesalahan perempuan, karena setiap kesalahan disebabkan oleh
perempuan, dan dengan sebab perempuan kita semua akan mati”. (Ecclesiasticus 25:
19,24).

Dibandingkan dengan agama orang-orang Yahudi pengaruh ini lebih
banyak terjadi dalam agama orang-orang Masihi, karena kesalahan Hawa
berpengaruh besar pada akidah orang-orang Masihi.

Oleh sebab itu, periode Isa as. di bumi berasal dari maksiat Hawa
terhadap Tuhan. Hawa adalah orang yang pertama kali melakukan maksiat
kemudian merayu Adam untuk melakukan maksiat yang dia lakukan, maka Allah
mengusir keduanya dari surga dan keduanya turun ke bumi, dan bumi
mendapatkan laknat karena perbuatan keduanya. Allah tidak akan mengampuni

80

keduanya karena kesalahan ini, dan kesalahan ini akan terus berpindah ke seluruh
manusia.

Gerakan emansipasi wanita timbul dilatarbelakangi perbedaan prinsip
dalam memandang sosok wanita, dimana dalam catatan sejarah agama samawi
Yahudi dan Masehi seorang wanita kurang mendapat tempat kareana
memandang Hawa istrinya Adam telah melakukan kesalahan besar dan
berimplikasi dalam ajaran akidahnya yang mengakar dalam kehidupan sosial
masyarakat pada saat itu, jadi emansipasi wanita sebagai simbul perjuangan para
wanita Yahudi dan Masehi dalam memperoleh hak dan kebebasanya seorang
wanita yang sesungguhnya.

Dan hal ini juga yang terjadi di kalangan Arab orang-orang kafir yang
sangat tidak menghargai tentang seorang wanita dalam status sosialnya di
masyarakat, sebelum Islam muncul, mereka mengubur hidup-hidup anak-anak
perempuan. Akhirnya Islam sebagai agama penyempurna melalui Rasul
Muhammad SAW sebagai Nabi akhir zaman dengan Al-Qur`an sebagai wahyu
dan pedoman hidup Nabi Muhammad SAW dan umat Islam, dengan tegas
menjelaskan bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan yang tercela ini:

"Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan,
hitamlah (merah padamlah) mukanya dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya
dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya, apakah dia
akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke
dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan
itu". (QS. An-Nahl: 58-59).

Seandainya al-Qur`an tidak mengharamkan perbuatan yang keji ini,
maka akan berlangsung secara terus menerus sampai sekarang, karena al-Qur`an
tidak membedakan antara anak laki-laki dan anak perempuan.

Islam tidak menentang emansipasi wanita tetapi Islam adalah pejuang
emansipasi wanita modern periodesasi Jahiliyyah dan memberikan solusi positif
atas persoalan wanita yang mengalami penindasan-penindasan dan penghinaan
yang terjadi pada saat itu yang sudah membudaya di kalangan masyarakat
jahiliyah sebagai implikasi adanya tradisi zaman Romawi kuno dan ajaran
Yahudi dan Masehi.

Emansipasi wanita dalam Islam justru telah diatur dalam Al-quran itu
sendiri, karena pada prinsipnya Islam menghargai dan mengormati kedudukan

81

wanita secara proporsional, sedangkan emansipasi wanita yang diperjuangkan
RA. Kartini lebih dijiwai nilai-nila Al-quran seperti yang dituangkan dalam
suratnya yang dikirim kepada Dr. Anton tersebut.

Emansipasi wanita yang selama ini berkembang kearah negatif, dipandang
telah keluar dari hakekat emansipasi wanita yang dicita-citakan Kartini,
emansipasi

wanita yang sekarang berkembang dengan gerakan feminimisme, pluralisme dan
humanisme lebih cendrung atas ide H Stella sebagai tokoh penggerak emansipasi
wanita dunia yang dilatarbelangi kaum freemason, karena biografi Stella adalah
berdarah Yahudi seperti yang telah diakuinya sendiri.

Persoalanya sekarang adalah apakah kaum wanita yang selama ini
mengagumi dan mengakui perjuangan emansipasi wanita yang dilakukan Kartini
yang diperingati setiap tanggal 21 April oleh bangsa Indonesia sudah memahami
betul dari intisari emansipasi wanita yang dicita-citakan Kartini? Apakah kaum
wanita kita hanya ikut-ikutan memperingati Hari Kartini saja, dan tidak bisa
membedakan mana emansipasi ala Kartini dengan emansipasi wanita ala Estella
H Zeehandelaar , sahabat Kartini ?

C. RA. Kartini Dan Emansipasi Wanita

Kartini dalam menyikapi adat istiadat yang terjadi di lingkungan
Kadipaten Jepara dan masyarakat Jawa pada umumnya saat itu merasa dirinya
dan masyarakat Jawa terkungkung oleh adat budaya tersebut dan menganggap
bahwa masyarakat Eropalah yang layak untuk menjadi kiblatnya , Kartini merasa
tertarik wanita-wanita Eropa yang dinilainya sangat maju dan modern. Setelah
Kartini menyelami pola kehidupan dan budaya orang Eropa terutamanya
wanitanya dan para pencandu kokain yang dianggap Kartini telah merusak moral
bangsanya serta tidak deiberikanya pendidikan untuk pribumi terutama kaum
perempuan, maka pandangan Kartini tentang Eropa berbeda.

Setelah Kartini menyadari, sebenarnya yang diinginkanya Kartini
kaitanya dengan emansipasi wanita adalah seperti yang terungkap dalam suratnya
yang dikirim kepada Prof. Anton Dan Nyonya, 4 Oktober 1902

“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan
sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki
dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali
bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang

82

diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang
pertama-tama “ (Surat Kartini kepada Prof. Anton Dan Nyonya, 4 Oktober 1902).

Dari tulisan Kartini tersebut tentu dapat dipahami bahwa yang
dimaksud dengan emansipasi wanita bagi Kartini adalah memohon kepada
masyarakat dunia melalui Prof. Anton Dan Nyonya agar masyarakat Jawa terutama
kaum perempuan mendapatkan pengajaran dan pendidikan yang layak dan hal itu
dilakukanya bukan semata-mata ingin menjadikan anak perempuan menjadi
saingan laki-laki melainkan adanya suatu keyakinan bahwa manakala kaum
wanita diberi pengajaran dan pendidikan yang cukup maka kaum wanita dapat
melakukan kewajibanya sebagai seorang ibu yang baik yang pada akhirnya dapat
mendidik dan memperhatikan anaknya dalam lingkungan keluarga.

Konsep Kartini ini bila bisa dipraktekkan tentu akan mempunyai
implikasi yang luar biasa terhadap nasib kaum perempuan sekaligus bisa
menyelamatkan para generasi muda dari didikan salah asuh. Peranan wanita
dalam keluarga sangatlah penting terutama dalam membangun keharmonisan
keluarga karena wanita telah memahami dirinya sendiri sesuai sifat kodrati yang
telah dimilikinya.

Pada dasarnya emansipasi yang berkembang selama ini yang lebih
condong skuler bukanlah yang Kartini inginkan melaikan upaya-upaya yang
telah dilakukan sahabat-sahabat Kartini pada saat itu dan menjadikan icon
Kartini sebagai simbul emansipasi wanita Jawa seperti yang ia inginkan mengingat
Kartini yang sudah meninggal dunia diusia yang masih muda.

Sahabat-sahabat Kartini yang dulu sangat getol dalam memperjuankan
emansipasi wanita beraliran skuler dan memperjuangkan sosialisme dan
humanisme, feminimisme termasuk ide-ide tentang kesetaraan gender dan
pluralisme adalah kepada H. Stella Zeehandelaar, dialah pejuang emansipasi
wanita Eropa yang berhasil mewujudkan gerakan emansipasi wanita bercirikan
kesataraan gender antara pria dan wanita dalam segala bidang serta
mengenalkan cara-cara berpakaian minim sebagai mode sebagaimana yang telah
diterapkan dalam budaya masyarakat Eropa. Mengenai persahabatannya dengan
Kartini, Stella pernah menulis surat kepada Ny. Nellie van Koll, tertanggal 28
Juni 1902, yang mengatakan, “Kartini dilahirkan sebagai seorang Muslim, dan saya
dilahirkan sebagai seorang Yahudi. Meskipun demikian, kami mempunyai pemikiran yang
sama tentang Tuhan…”

83

Dalam catatan sejarah Stella yang merupakan keturunan Yahudi dan
sudah tinggal lama di Belanda adalah seorang wanita yang aktif dibidang
organisasi dimana ia terlibat langsung sebagai anggota Social Democratische
Arbeiders Partij (SDAP), partai pengusung sosialis-demokrat di negeri Belanda yang
ketika itu memperjuangkan sosialisme, humanisme dan feminimisme termasuk
ide-ide tentang kesetaraan gender dan pluralisme.

Jika memang demikian adanya lalu bagaimana nasib konsep
emansipasi wanita ala RA. Kartini yang dia cita-citakan selama ini sebagaimana
yang tertuang dalam suratnya tersebut ?, Jika anda perhatikan pelaksanaan
emansipasi wanita yang sekarang ini melanda generasi muda bangsa ini, apakah
mengikuti aliran RA. Kartini atau aliran H. Stella Zeehandelaar ?

D. Kedudukan Wanita Dalam Islam

Dalam pandangan Islam kedudukan seorang wanita terutama seorang ibu
sangat dimuliakan sesuai dalam al-Qur`an mewasiatkan untuk berbuat baik
(berbakti) kepada kedua orangtua setelah ibadah kepada Allah Swt.:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
memeliharamu. Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya dengan
perkataan “Ah” dan janganlah kamu membentak keduanya dan ucapkanlah pada
keduanya perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil””. (QS. Al-
Israa`: 23-24). Jadi setelah menyembah kepada Allah SWT, maka selanjutnya
adalah berbuat baik kepada kedua orang tuan yaitu bapak dan ibunya sehingga
kedudukan antara ayah dan ibu adalah sama namun berbeda secara kodrati.

Islam telah menguatkan tentang pentingnya posisi seorang ibu yang mulia
dan memberi penghormatan atas jasa-jasanya dalam periodesasi mengandung :
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orangtua ibu
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang
tuamu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu”. (QS. Luqman: 14).

Kemudian Rasulullah Muhammad Saw. telah menggambarkan posisi ibu
dalam Islam dengan keunggulan, telah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah

84

Saw. lalu berkata: “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku bergaul
dengannya dengan baik?” Rasulullah menjawab: “Ibumu…!”, lalu laki-laki itu
berkata: “Kemudian siapa?” Rasulullah menjawab: “Kemudian ibumu…”, kemudian
ia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Rasulullah menjawab: “Kemudian ibumu…”,
lalu ia bertanya lagi: “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah Saw. menjawab:
“Kemudian bapakmu”. (HR Bukhari dan Muslim).

Setiap orang muslim sangat dianjurkan untuk menghormati orang tuanya
khususnya kepada seorang ibu seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW
tersebut, hal ini mengandung maksud bahwa Islam sangat menghargai kaum
perempuan dan tidak diperkenankan kaum lelaki mau menangnya sendiri, bagi
Islam yang penting adalah terletak pada amal kebaikan dan ketaatanya kepada
Allah dan Rasul-Nya, dengan demikian Allah akan menyediakan ampunan dan
pahala yang besar baik kepada lelaki maupun perempuan.

Allah Swt berfirman dalam al-Qur`an al-Karim: "Sesungguhnya laki-laki
dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan
perempuan yang tetap dalam keadaannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki
dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu`, laki-laki dan
perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan
perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yag banyak
menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar". (QS. Al-Ahzab: 35).

"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebagian yang lain, mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf,
mencegah dari yang munkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka
ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. At-Taubah: 71).

E. Mengembalikan Arti Emansipasi Wanita dalam Mewarisi Perjuangan
Kartini

Sebagai bangsa yang mengakui perjuangan Kartini bahkan Pemerintah
memberi gelar Pahlawan Nasional yang telah dituangkan dalam Keputusan
Presiden, maka kita harus mengetahui dan memahami tentang emansipasi wanita
yang dicita-citakan Kartini.

Emansipasi wanita yang diinginkan Kartini adalah sesuai suratnya : “Kami
di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-

85

kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki
dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali
bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang
diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang
pertama-tama “ (Surat Kartini kepada Prof. Anton Dan Nyonya, 4 Oktober 1902).

Memahami emansipasi wanita ala Kartini pada prinsipnya ada 5 hal
penting yang harus kita cermati dalam suratnya tersebut :

1. Adanya hak bagi perempuan untuk sama-sama menerima pengajaran dan
pendidikan

2. Wanita tidak mengambil alih dan tidak menyaingi posisi kaum lelaki dalam
segala bidang tetapi tetap mempunya hak untuk berekspresi dan berprestasi
dalam segala bidang sesuai sifat kodrati seorang wanita

3. Wanita tetap pada posisinya sebagai seorang ibu rumahtangga yang
mempunyai kewajiban berbuat baik terhadap suaminya serta kewajibanya
dalam mendidik anaknya

4. Menjadikan wanita lebih cakap dan pandai dalam mendidik anaknya
sekaligus menjadikan lingkungan keluarga sebagai sebagai pondasi awal
dalam membangun watak dan karakter seorang anak

5. Tetap menjadikan seorang wanita sebagai sosok wanita yang anggun, mulia
dan memiliki sopan santun dan rasa malu serta tidak lepas dari sifat kodrati
seorang wanita yang telah diberikan kepadanya.

Dengan demikian bagi seorang wanita yang benar-benar ingin mewarisi
cita-cita Kartini dalam memperjuangkan emansipasi wanita, maka setidak-
tidaknya harus memenuhi kelima unsur pokak tersebut.

Akan tetapi makna emansipasi wanita dalam era globalisasi dan
informasi sekaranga ini makna emansipasi wanita lebih cendrung bergeser makna
dan penerapanya dan hal ini tidak terjadi begitu saja melainkan sudah terpola
yang dilakukan pihak-pihak lain yang bersengaja untuk merubah sifat kodrati
seorang waniti demi kepentingan mereka dalam mewujudkan cita-citanya dan
ambisinya untuk menguasai dunia.

Kita masih ingat siapa sahabat Kartini yang bernama Stella keturunan
Yahudi dan sudah tinggal lama di Belanda dia adalah seorang tokoh wanita
Yahudi yang aktif dibidang organisasi dimana ia terlibat langsung sebagai
anggota Social Democratische Arbeiders Partij (SDAP), partai pengusung sosialis-
demokrat di negeri Belanda yang ketika itu memperjuangkan sosialisme,

86

humanisme dan feminimisme termasuk ide-ide tentang kesetaraan gender dan
pluralisme.

Generasi baru tokoh wanita Yahudi yang sealiran dengan Stella adalah
Betty Friedan berstatus kewarganegaraan Amirika, Betty Friedan sendiri terlahir
dengan nama Betty Naomi Goldstein pada tanggal 4 Februari tahun 1921,
Friedan adalah seorang tokoh feminis liberal yang ikut mendirikan dan kemudian
diangkat sebagai presiden pertama National Organization for Woman pada tahun
1966. Ia menjadi pemimpin aksi unjuk rasa untuk mendobrak UU di Amerika
yang melarang aborsi dan pengembangan sifat-sifat maskulin oleh wanita.

“Jadi saya pikir pada saat itu setiap wanita akan bereaksi dengan berbagai cara yang
berbeda. Beberapa wanita pada saat itu tidak akan memasak, sedangkan yang lainnya
akan terlibat dialog dengan suami mereka. Di Seluruh negeri beberapa wanita akan keluar
untuk berunjuk rasa. Mereka akan menekan anggota Kongres Senator agar meluluskan
undang-undang yang mempengaruhi peran wanita. “

Kalimat di atas diucapkan Betty Friedan untuk menyambut demo besar-
besaran wanita pada tanggal 26 Agustus 1970 di Amerika Serikat. Puncak
momentumnya terjadi setelah ia berhasil mengarang “The Feminine Mystique“.
Buku yang menjadi rujukan kaum feminis ini menggambarkan peranan wanita
dalam masyarakat industri. Di situ, Friedan mengkritik habis peran ibu rumah
tangga penuh waktu yang baginya sangat mengekang dan jauh dari penghargaan
terhadap hak wanita.

Buku Freidan pun terjual laris. The Feminine Mystique berubah menjadi
“rujukan” bagi kaum wanita dan ia digadang-gadang sebagai pencetus feminisme
gelombang kedua setelah ombaknya pernah menyapu dunia abad 18.

Teori yang sangat ternama sekali darinya adalah apa yang disebut oleh
Freidan dengan istilah Androgini. Androgini sendiri adalah istilah yang
digunakan untuk menunjukkan pembagian peran yang sama dalam karakter
maskulin dan feminin pada saat yang bersamaan. Istilah ini berasal dari dua kata
dalam bahasa Yunani yaitu ανήρ (anér, yang berarti laki-laki)
dan γυνή (guné, yang berarti perempuan) yang dapat merujuk kepada salah satu
dari dua konsep terkait tentang gender.

87

Namun sejatinya, kata Androgini muncul pertama kali sebagai sebuah kata
majemuk dalam Yudaisme Rabinik sebagai alternatif untuk menghindari kata
hemaprodit yang bermasalah dalam tradisi Yahudi.

Jutaan pria Amerika pun akhirnya dilemahkan dan dipisahkan dari
hubungannya dengan keluarga (dunia dan masa depan). Wanita Amerika
diperdaya hingga mencurahkan diri dalam karir keduniaan ketimbang dalam
kasih-sayang tiada akhir kepada suami dan anak-anaknya. Banyak wanita sudah
tak layak untuk menjadi isteri dan ibu. Orang-orang, yang terisolasi dan sendirian,
terhalangi (pertumbuhannya) dan lapar akan kasih sayang, mudah sekali dibodohi
dan dimanipulasi. Tanpa pengaruh sehat kedua orangtua yang mencintai,
begitulah anak-anak mereka jadinya. Kondisi semacam ini dirancang untuk
memperlemah struktur sosial dan budaya Amerika dan masyarakat dunia dalam
rangka mengenalkan New World Order sebagai sebuah fasisme yang ramah. Para
pendukungnya adalah orang-orang berlagak suci yang menjadi kaya dan
berpengaruh darinya. Mereka meliputi golongan pendusta dan timpang moral
yang bekerja untuk elit dalam beragam kapasitas: pemerintahan, pendidikan, dan
media.

Dari uraian tersebut diatas maka dapat kita simpulkan mengenai
emansipasi wanita dalam versi Yahudi yang secara langsung atau tidak langsung
telah menetas dan mempengaruhi masyarakat dunia termasuk Indonesia,
walaupun bangsa kita tidak mengakui Agama Yahudi sebagai agama yang
berlaku dan berkembang di Indonesia namun pengaruhnya terhadap nilai-nilai
budaya bangsa Indonesia sangat terasa dan telah berakar kuat di tengah-tengah
masyarakat.

Ada 5 hal pokok yang perlu kita cermati dalam memahami emansipasi
wanita ala dunia Barat yang yang dikembangkan Stella dan Betty yang pada
prinsipnya adalah tersebut :

1. Memandang jika seorang wanita hanya berperan sebagai ibu rumah tangga
penuh waktu adalah sangat mengekang dan jauh dari penghargaan terhadap
hak wanita.

2. Wanita didorong untuk berani bersaing terhadap suaminya dan sekaligus
sebagai pesaing terhadap posisi kaum lelaki dalam segala bidang tanpa
memperhatikan sifat kodrati seorang wanita

3. Wanita mengabaikan posisinya sebagai seorang ibu rumahtangga dan tidak
mempunyai kewajiban terhadap suami serta tidak berkewajibanya pula
dalam mendidik anaknya, seorang wanita bisa saja menyuruh orang lain atau

88

pembantunya dalam mengasuhnya. Pendidikan yang utama terhadap
anaknya seharusnya menjadi tanggungjawab seorang ibu telah diserahkan ke
alam karena kesibukan seorang ibu dalam berkarier.
4. Menjadikan wanita tampil lebih feminim dengan gaya berpakain yang serba
minim dengan mengabaikan etika dan estitika, seorang wanita bebas dalam
berpakaian meskipun hanya dengan CD dan BH sekalipun bahkan
bertelanjang sekalipun tidak terlalu dipermasalahkan, mulai wanita dari
kalangan anak-anak, remaja, orang tua sampai nenek-nenek sekalipun.
5. Seorang wanita harus tampil feminim tetapi juga disaat yang lain harus bisa
tampil maskulin sehingga keluar sifat kodrati seorang wanita , seorang wanita
harus bisa membagi peran yang sama kapan harus tampil feminim dan
maskulin.

Dengan demikian kita sebagai bangsa Indonesia benar-benar harus bisa
memahami dan membedakan emansipasi wanita dalam konteks keIndonesiaan
yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dengan emansipasi wanita
dalam konteks budaya Barat yang cendrung sekuler dan bebas yang bersumber
dari budaya Barat yang jauh dari nilai budaya bangsa kita sendiri.

Dengan kata lain bahwa emansipasi wanita berdasarkan sumber
budaya bisa dibedakan menjadi 2 macam, yaitu emansipasi wanita Indonesia dan
emansipasi wanita skuler.

Pertama : Emansipasi wanita Indonesia adalah emansipasi wanita yang digali atau
bersumber pada nilai-bilai budaya bangsa Indonesia sendiri untuk dapat dijadikan
barometer wanita Indonesia dalam memahami jati diri seorang wanita sekaligus
sebagai pedoman seorang wanita dalam berprilaku dan berbudaya yang
mencerminkan adat dan budaya bangsa Indonesia.

Tokoh wanita Indonesia yang dijadikan icon atau simbul Emansipasi
Wanita Indonesia adalah RA. Kartini. Meskipun tokoh wanita penggerak
emansipasi wanita di Indonesia bukan hanya Kartini saja akan tetapi jangan
hanya bisa menghujat Kartini tanpa solusi, tetapi bagaimana mereka bisa
mengupayakan tokoh-tokoh wanita tersebut diakui oleh pemerintah sekarang ini,
karena Kartini sendiri tidak pernah berpesan kepada Presiden Soerkarno untuk
dijadikan sebagai Pahlawan Nasional.

Begitu juga bila ada sebagian umat Islam mempertanyaan eksistensi
emansipasi wanita tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, maka perlu juga
dipertanyakan dari sudut pandang mana Islam melarang emansipasi wanita.

89

Apakah penilain tersebut berdasarkan penilaian subyektif atas ketidaktauan
makna dan hakekat emansipasi wanita dalam berbagai ragam dan versinya atau
dari sudut pandang mereka yang mana untuk dijadikan pijakan penilaian tersebut
?
Kedua : Emansipasi wanita skuler adalah emansipasi wanita yang digali atau
bersumber pada nilai-nilai budaya Barat yang lebih didominasi pemikiran dan
budaya kaum Yahudi Fundamentalis (Freemason) yang cendrung mengarah gaya
hidup bebas, feminimisme, dan menuntut adanya persamaan hak mutlak atas
laki-laki dan perempuan dengan mengabaikan sifat kodrati seorang wanita yang
tidak mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Tokoh wanita penggerak
emansipasi wanita skuler adalah stella dan Berty, kedua tokoh terkenal dunia
yang sangat aktif dalam menyuarakan emansipasi wanita skuler adalah sama-
sama berdarah Yahudi yang tergabung dalam jaringan internasional Freemason.

Dengan demikian sebagai bangsa Indonesia harus arif dan bijaksana
dalam memahami makna dan hakekat emansipasi wanita dan bisa membedakan
emansipasi wanita Indonesia dan emansipasi wanita skuler tersebut, sehingga kita
benar-benar bisa lebih mengkaji lebih dalam makna dan hakekat emansipasi
wanita itu sendiri.

Wanita Indonesia memang harus bisa mewarisi emansipasi wanita
yang dicita-citakan Kartini yang bersumber dari nilai-nilai budaya bangsa dan
jangan terjebak oleh emansipasi wanita yang bersumber dari nilai-nilai akar
budaya Barat yang telah terkontaminasi pemikiran dan budaya kaum skuler.

90

BAB IV
MENGAMBIL HIKMAH SEJARAH RA KARTINI

DALAM ERA JEPARA BARU

A. HIHKMAH DIBIDANG PENDIDIKAN

Menurut pandangan RA. Kartini bahwa untuk membangkitkan rasa
berbangsa maka haruslah dimulai dari kalangan atas (bangsawan) sampai
kalangan bawah pertama-tama yang harus dimulai/dibutuhkan adalah
pendidikan nalar dan budi pekerti (“Naast’t hoofd hart geleid worden”)
sebagaimana yang diungkapkan Dri Arbaningsih dalam “Kartini dari Sisi Lain”,
2005:4

Salah satu usaha yang dirintis RA. Kartini dalam mewujudkan gagasan
dan ide-idenya tersebut adalah disamping membentuk Komunitas Kaum Muda
yang diberi nama “Jong Java”, dia juga mendirikan sekolah untuk kaum
perempuan, cita-citanya untuk mengangkat drajat kaum wanita dan memajukan
pendidikan kaum wanita tersebut berhasil diwujudkan setelah menikah dengan
RTAA. Djojohadiningrat, dia diberi kesempatan oleh suaminya untuk
mendirikan sekolah wanita di teras timur Rembang kompleks kantor kabupaten.

Bila diamati konsep pendidikan RA. Kartini adalah konsep pendidikan
berwawasan masa depan yang mengembangan proses pendidikan yang
berorientasi pada pengembangan kebebasan cara berfikir kreatif-inovatif (daya
nalar) yang diimbangi dengan mengutamakan sikap sopan santun (budi pekerti)
yang baik dalam pergaulan sehari-hari baik disekolah maupun di masyarakat serta
membangun ketrampilan siswa yang didasarkan pada watak dan potensi yang
dimilikinya seorang anak untuk diproses dan dikembangkan secara maksimal
sekaligus mendorong anak untuk menemukan jati dirinya melalui kesadaran
dalam belajar dan mau bertirakat (puasa dan berdoa),

menurutnya membangun semangat anak haruslah tetap dipupuk dan
dibesar-besarkan oleh pendidik laksana bunga melati yang berkembang di dalam
hati.Tugas seorang guru adalah bukan sekedar mentransfer ilmu, melainkan harus
bisa membimbing dan mengarahkan, memotivasi dan memberikan rasa kasih
sayang dengan ketulusan hati sehingga terjalin komunikasi dan ikatan emosional
yang berkesinambungan antara seorang anak dan gurunya. Menurut Kartini
untuk menjadi seorang guru jangan setengah hati dan sekedar menjalankan tugas
tetapi juga harus berani bertanggungjawab atas pilihanya tersebut sebagai guru.
Metode dan bahasa pengajaran haruslah disesuaikan dengan bahasa yang

91

dimengerti oleh anak, kondisi dan kemampuan seorang anak juga harus sesuai
bahasa yang bermula dan sesuai pula dengan tahapan demi tahapan
pertumbuhan anak tersebut.

Pengalaman Kartini atas guru ngajinya pertama yang tidak mau
menerjemahkan isi Al-qur’an saat belajar dengan gurunya justru mematikan
semangatnya Kartini untuk belajar Al-qur”an sehingga atas kekecewaan Kartini
kemudian ngambek tidak mau belajar mengaji Al-qur’an, tetapi dengan guru
ngajinya yang kedua yaitu dengan Kyai Sholeh Darat justru Kartini terlihat
bersemangat untuk belajar Al-qur’an lebih dalam, sehingga kualitas guru dalam
proses kegiatan belajar mengajar adalah mutlak sangat dibutuhkan.

Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah agar seorang anak mempunyai
budi pekerti yang baik dan memiliki daya kemampuan berfikir kreatif-inovatif
yang dapat mengembangkan bakat, ketrampilan dan potensi yang ada di dalam
dirinya untuk itulah perlu dijaga supaya tetap berkembang di dalam hati
bagaikan bunga melati, kemudian pada akhirnya seorang siswa mempunyai
kebiasaan sikap dan prilaku budi pekerti yang mulia. dan bisa beradaptasi dengan
masyarakat, dan ilmunya bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarganya, untk
kepentingan masyarakat, termasuk agama, nusa dan bangsanya.

Dengan kata lain bahwa pendidikan bukan hanya sebatas proses
formalitas semata untuk mengejar nilai akademis semata dan hanya untuk
memenuhi kebutuhan ilmu untuk dirinya sendiri, tetapi bagaimana proses
pendidikan tersebut dapat bermanfaat bagi orang lain dan membekas dalam diri
seorang anak secara berkesinambungan yang diwujudkan dalam sikap sopan
santun, taat beribadah, menghormati kepada orang tua dan gurunya.

Surat RA. Kartini kepada Nyonya Abendanon, 15 Agustus 1902 :

“Ada suatu kali datang seorang anak kepada seorang perempuan tua, bertanyalah orang
tua itu...”apa kehendakmu nak..?, karena tiada barang suatu apa kepunyaanku, tiada
makanan yang enak-enak, tiada barang perhiasan maupun pakaian...?”, dan jawab anak
itu : “...bukan barang yang enak-enak ibu, bukanlah barang perhiasan, bukan pakaian
yang aku kehendaki...wahai ibu, berilah saya bunga melati yang berkembang di dalam
hati” ...bagaimana rasanya, aduhai....dengarkanlah dia dalam bahasa yang bermula,
dengarlah permintaan anak itu, alangkah manisnya, di dalamnya maksudnya,
perumpamaan tembangnya....yooo naaa ...sekar melati ingkang mekar ing njeroning
ati......Tuan, kami kini sedang mempelajari nyanyian bukan nyanyian beriang-riang hati,
adakah pernah engkau dengar bangsa kami bernyanyi riang-riang? pada pesta yang

92

seriang-riangya?.....hidup ini adalah rindu bukanlah nyanyian keriangan hati. Alangkah
indahnya bagaikan di dalam mimpi terdengar suara lagu yang suci ,damai, rata, nyaring
membawa kami melambung tinggi ke taman surga bahagia .....”

Dalam kelanjutan surat RA. Kartini tersebut dijelaskan bahwa dalam
mendidik anak haruslah juga mendidik watak dan memupuk kemauan anak
sebesar-besarnya secara terus menerus, dan untuk bisa menerima pelajaran yang
diibaratkan bunga-bunga yang berkembang banyak sekali yang tiada habis, tidak
bisa diperoleh dengan begitu saja, melainkan haruslah membelinya yaitu dengan
puasa (sunnah), berjaga-jaga waktu (mengerjakan sholat lima waktu dengan
istiqomah), senantiasa bersepikan diri untuk senantiasa bertafakkur/berdzikir
kepada Allah adalah dapat membuka nur cahaya Allah ke dalam hati seseorang,
mustakhil bagi kita untuk memperoleh nur cahaya itu tanpa mau berusaha
dengan sungguh-sungguh....habis malam terbitlah siang dari kegelapan terbitlah
cahaya terang.

Bahwa watak (character) dan kepribadian (personality) adalah satu dan
sama, akan tetapi, dipandang dari segi yang berlainan. Kalau orang hendak
mengadakan penilaian (jadi mengenakan norma), maka lebih tepat dipakai istilah
“watak”; tapi kalau bermaksud menggambarkan bagaimana adanya (jadi tidak
melakukan penilaian) lebih tepat dipakai istilah “kepribadian.” ,, jadi watak,
walaupun pada dasarnya telah ada tetapi masih bisa mengalami pertumbuhan
atau perkembangan.Watak sangat bergantung pada faktor-faktor eksogen
(lingkungan pendidikan, pengalaman, dan sebagainya). Untuk itulah kenapa RA.
Kartini sangat menganjurkan pendidikan watak secara terus menerus.

Belajar dari sejarah dan kehidupan Kartini tersebut dapat diformulasikan
sebuah konsep baru yang disebut dengan Konsep Pendidikan Berwawasan Masa
Depan yang disingkat Pesan Masa Depan seperti yang pernah dijelaskan dalam
uraian terdahulu

B. GEMAR MEMBACA KUNCI SUKSES RA. KARTINI

Nama besar RA Kartini yang terkenal baik di dalam negeri maupun
sampai keluar negeri adalah tidak dengan mudah didapatkatanya begitu saja
tetapi sangat dibutuhkan sebuah kedisplinan dan kesungguhan hati dalam dan
dukungan keluarga besar Kartini itu sendiri yang sangat memperhatikan
,pendidikan bagi anak-anaknya.

93

Sejak masih sekolah sampai Kartini menamatkan sekolah di Europese
Lagere School (ELS), Kartini termasuk gadis yang rajin membaca buku, Kartini
menyadari bahwa dengan membaca buku maka wawasanya akan bertambah luas
dan dengan membaca buku maka Kartini dapat membuka jendela dunia apalagi
Kartini diusianya yang masih muda sudah cakap berbahasa Belanda.

Adapun buku-buku tersebut adalah kebanyakan berbahasa Belanda dan
Kartini dengan santainya dapat menguasainya dengan bagus, baik melalui
majalah maupun buku-buku secara langsung.

Kartini dalam mengisi hari-harinya saat masa pingitan selalu mengasah
pengetahuanya dengan membaca surat kabar, majalah dan buku-buku yang
sekiranya dapat membuka jendela dunia untuk mengantarkan dirinya mencapai
impian dan cita-citanya, adapun bacaan-bacaan Kartini tersebut antara lain :
Surat Kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brosshooft, Majalah
Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan, Majalah Wanita Belanda De Hollandse
Leile dengan mengirimkan beberapa kali tulisanya untuk dimuat di sana.

Diantara buku-buku bacaan Kartini berbahasa Belanda yang dibacanya
sebelum umur 20 tahun adalah : Max Havelaar, Surat-surat Cinta karya
Multatuli, De Stille Kraacht (kekuatan ghaib) karya Louis Coperus, buku karya-
karya Van Eeden yang bermutu tinggi, Agusta de Witt, Buku Roman Feminis
Karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan buku Karya Berta Von Suttner
yang berjudul Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata), masih ada lagi buku-buku
lain yang pernah diberikan oleh Ny. Abendanon kepada RA. Kartini

Mengenai membaca adalah sangat penting dalam kehidupan manusia
karena dengan membaca seseorang dapat mengetahui sesuatu yang
sebeluangmnya tidak diketahuinya . Apa yang dilakukan Kartini mengenai
kegemaranya membaca adalah sangat penting diconntoh.

Dalam Agama Islam (agama yang dianut RA Kartini) bahwa membaca
merupakan salah satu pesan penting dalam wahyu pertama yang turunkan
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW saat menerima wahyu pertama
kenabihanya di Gua Hira. Adapun bunyi wahyu pertama yang diberikan kepada
Nabi Muhammad SAW diabadikan dala m Kitab Al-Qur’an pada Surat Al Alaq
ayat : 1-5, yaitu :

94

‘' Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang
mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Al-Alaq 96: 1-5) ”

Saat itu Nabi Muhammad berusia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari ketika ayat
pertama pengangkatannya sebagai rasul disampaikan kepadanya. menurut
perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3
bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah atau tahun masehi
(penanggalan berdasarkan matahari).

Belajar dari sejarah dan kehidupan Kartini tersebut yang berkaitan dengan
kegemaranya dalam membaca adalah sangat perlu kita contoh khususnya bagi
generasi muda masa depan. Belajar dari kehidupan Kartini pula diharapkan akan
menjiwai para pelajar kita untuk membiasakan dan membudayakan gemar
membaca. Begitu juga bahwa kegemaranya membaca itu pula merupakan
perwujudan dari ajaran Al-Qur’an dalam Surat Al Alaq ayat : 1-5.

C. SOSOK WANITA YANG ANGGUN DAN TAAT KEPADA ORANG
TUA

Catatan penting tentang sosok Kartini adalah seorang wanita yang sangat
anggun dan patuh kepada orang tuanya. Kepribadian Kartini yang begitu
bersahaja merupakan cerminan dari hasil pendidikan yang diperolehnya dalam
keluarga besar Kartini yang sangat menghormati sopan santun dan
mengedepankan kedisplinan yang tinggi.

RA Kartini mempunyai tutur sapa yang lembut, bijaksana dan tegas serta
berpendirian kuat dalam mempertahankan dan memperjuangkan cita-citanya
termasuk cita-citanya untuk mendidik para kaumnya dan memerdekakan
bangsanya dari penindasan kolonial Belanda pada saat itu.

Dalam membangunan hubungan harmonis dengan keluarganya, Kartini
bahkan merelakan dirinya untuk lebih memilih merawat ayahnya yang sedang
sakit-sakitan dari pada harus memaksakan untuk melanjutkan cita-citanya, bagi
Kartini delamatis yang dialami Kartini tersebut sungguh suatu pilihan yang sangat
berat namun sekali lagi Kartini lebih mencintai ayahnya dan merawatnya dengan
ketulusan hatinya.

95

Bagi generasi muda kita sungguh sangat baik jika mau mengambil hikmah
atas kisah Kartini tersebut bahwa peranan orang tua adalah sangat penting bagi
kehidupan anak-anaknya sehingga seorang anak adalah wajib baginya untuk taat
kepada orang tuanya.

D. TEGUH DALAM BERPENDIRIAN DAN BERSIKAP

Disaat rasa keingintahuan tentang dunia Eropa, Kartini berkeinginan untuk
memiliki sahabat dari Eropa karena Kartini pada saat itu menganggap peradaban
Eropalah yang paling baik pada saat itu sehingga dalam waktu singkat Kartini
memiliki banyak teman dari Eropa.

Tanpa disadari Kartini ternyata banyak teman-temanya bahkan ada yang
mempengaruhi pola pikiranya agar ikut terlelap dalam pikiran budaya Eropa,
namun pada akhirnya Kartini tersadar bahwa setelah dikaji dan diperdalam
tentang kehidupan Budaya Barat adalah tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya
Jawa yang selama ini diperjuangkan Kartini dan para leluhurnya. Untuk itulah
Kartini mengambil sikap tegas untuk melawanya walaupun Kartini tidak
melawan Kolonial Belanda dengan mengankat senjata, tetapi Kartini berani
mengambil sikap tegas untuk melawanya melalui tulisan-tulisanya serta merintis
adanya Jong Java dan mendirikan pendidikan.

Keteguhan Kartini tersebut layak kita diperhatikan para generasi muda
kita, sebaiknya kita harus juga mempunyai keteguhan jiwa dalam menghadapi
derasnya arus globalisasi dan informasi seperti sekarang ini jikatidak hati-hati
dalam memanfaatkanya tersebut justru banyak pemudaq kita yang tergelincir ke
lembah kemaksiatan yang berakibat rusaknya moralitas genrasi kita.

Untuk itulah dengan mengamnbil manfaat dari sejarah Kartini atas
ketuguhan hatinya daklam menghadapi perkembangan zaman yang dinilai
kurang sesuai denganb uadaya bangsa.

E. SUKA BERFIKIR KRITIS, KREATIF DAN INOVATIF

Kartini terkenal sebagai sosok wanita yang cerdas, kritis dan kreatif, karena
dia tidak mau menerima sesuatu yang ada begitu saja. Kecerdasan Kartini telah
membawanya kepada kecermelanganya sehingga segala persoalan yang Kartini
hadapi, beliau selalu ingin mencari jawabanya untuk diselesaikan dan tidak mau
menunda-nunda pekerjaan tersebut.

96

Pertemuanya dengan Kiyai Sholeh Darat dengan Kartini adalah merupakan
contoh nyata bahwa kekritisan dan kekreatifan Kartini adalah sangat diperhatikan
yaitu mengenai usulan Kartini kepada Kiyai Sholeh Darat untuk
menterjemahkan Al-qur’an ke dalam bahasa Jawa yang pada saat itu belum ada
secara resmi orang Jawa yang mau menerjemahkan Al-qiran.

Beberapa pemikiran Kartini yang sangat penting untuk kita perhatikan
adalah sebagai berikut :

1. Pemikiran RA Kartini tentang Emansipasi Wanita

RA. Kartini sekarang ini lebih populer dengan sebutan Wanita Pejuang
Emansipasi Wanita Indonesia karena memang Kartini sosok yang berjiwa
nasionalis dan lebih mementingkan perjuangan Bangsanya terutama dalam
memperjuangkan pendidikan bagi kaum wanita.

Bagi Kartini Wanita adalah mempunyai peranan yang sangat strategis
dalam membangun karakter bangsa melalui pendidikan yang diawali di
lingkungan keluarga, jika aeorang wanita sudah cakap dalam mendidik anak-
anaknya di lingkungan keluarga maka sangat berpengaruh terhadap kepribadian
atau karakter anak tersebut sehingga mempunyai kepribadian yang mulia.

Sebenarnya yang diinginkanya Kartini kaitanya dengan emansipasi
wanita adalah seperti yang terungkap dalam suratnya yang dikirim kepada Prof.
Anton Dan Nyonya, 4 Oktober 1902

“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan
sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki
dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali
bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang
diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang
pertama-tama “ (Surat Kartini kepada Prof. Anton Dan Nyonya, 4 Oktober 1902).

Langkah dan pemikiran Kartini tentang emansipasi wanita tersebut
merupakan gambaran pemikiran sosok wanita yang menggambarkan sebuah
kecerdasan intelektual untuk menatap masa depan yang luas dan tidak hanya
berfikir apa adanya seperti kebanyakan orang pada saat itu. Bagi generasi
sekarang ini hendaknya juga harus mempunyai wawasan ke depan yang lebih luas

97

dalam memotret masa depan setidaknya dalam 100 tahun kedepan yang nantinya
bisa dilaksanakan secara bertahap dan pada akhirnya bisa diteruskan oleh
generasi berikutnya dalam beberahal yang nilai sangat positif dan bermanfaat.

Pendididkan Berwawasan Masa Depan mengajak generasi muda untuk
membiasakan diri dalam memotret masa depan dengan memanfaatkan seluruh
potensi dan kemampuanya untuk menuju yang lebih baik, menuju kemakmuran
dan kejayaan Jepara dan bangsanya,

2. Pemikiran RA Kartini tentang Poligami

Masalah poligami pada masa Kartini adalah sesuatu yang lumrah bahkan
ayahnya sendiri adalah seorang pelaku pologami, meskipun Kartini menetang
poligami pada saat itu namun yang harus dicermati adalah keberanian Kartini
dalam mengkrisisi persoalan poligami. Bagi Kartini poligami dianggap sesuatu
yang dianggap dosa meskipun di dalam agama Islam melegalkan tentang
poligami akan tetapi seiring waktu akhirnya setekah Kartini memahami esensi
poligami dalam Islam Kartinipun menyadarinya dan merelakan dirinya untuk
diperistri Bupati Rembang yang pada saat itu sudah mempunyai 3 istri.

Pelajaran berharga dari Kartini dalam mengankat topik poligami, setidaknya
telah menyegarkan kembali persoalan poligami yang telah ada sebelumnya dan
tidak ada yang berani mempersoalkan masalah poligami karena dianggap sesuatu
yang tidak perlu dibicarakan lagi karena dari sisi ajaran Agama Islam adalah
diperboilehkan.

Setidaknya sikap kritis Kartini tersebut semakin mempertegas esensi pokok
masalah poligami bahwa poligami ternyata tidak bisa hanya digunakan topeng
hukum untuk melegalkan seorang lelaki untuk mempunyai banyak istri, akan
tetapi seorang laki-laki yang berkeinginan berpoligami haruslah memenuhi
kreteria-kreteria yang telah digariskan dalam Al-qur’an.

Dalam ajaran Islam diperbolehkan poligami berdasarkan dalil Al-Qur`an
akan tetapi dengan beberapa syarat:

“Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim
(bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi:
dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka
(nikahilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki, yang demikian itu adalah
lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”. (QS. An-Nisaa: 3).

98

Dalam al-Qur`an tidak menganjurkan bagi orang-orang mukmin untuk
berpoligami tapi hanya memberikan toleransi terhadap hal tersebut serta sebagai
solusi atas adanya beberapa anak yatim perempuan , janda-janda dan bilangan
perempuan yang lebih banyak dibanding kaum lelaki dilihat dari statistik jumlah
penduduk dunia, mengingat agama Islam merupakan agama untuk sekalian alam
(rahmatallilalamin) yang berlaku di seluruh belahan dunia sesuai dengan waktu
dan tempat.

Poligami dalam Islam untuk seorang lelaki tersebut harus dapat berlaku
adil baik dalam memenuhi nafkah lahir maupun batin terhadap istri-istrinya
termasuk kepentingan pendidikan anak-anaknya, tidak menganiaya dan
menelantarkan istri-istrinya, serta tidak semata-mata mengutamakan kepuasan
hawa nafsu atas rasa bosan terhadap istri pertamanya untuk memperoleh warna
baru dalam kenikmatan hubungan suami istri. Jika pelaku poligami telah
menyimpang dari ketentuan yang telah digariskan dalam Al-quran tentulah sangat
berdosa di mata Allah SWT.

Bagi generasi muda bangsa apa yang telah dilakukan Kartini dalam
mengkritisi masalah poligami adalah seolah memberi pesan kepada kita semua
agar berhati-hati dalam persoalan poligami, karena meskipun poligami
diperbolehkan tetapi poligami dalam Islam bukan sesuatu yang dianjurkan
melainkan sebuah solusi atas persoalan yang ada dalam lintas waktu, sejarah,
geografis dan lonjakan populasi dunia karena Islam adalah agama rahmah
seluruh alam (Rahmatal lil ‘alamin) yang tidak hanya berlaku di masyarakat Jawa
saja sehingga masalah poligami merupakan persoalan yang universal

3. Pemikiran RA Kartini tentang Pendirian Organisasi Jong Java.

RA. Kartini juga merupakan sosok wanita yang suka berorganisasi dan
pandai beradaptasi dengan lingkungan dimana ia berada, supel, jujur, tutur
katanya juga lembut dan bersahaja serta tidak sombong sehingga banyak sekali
sahabat-sahabat Kartini yang kagum kepadanya

Profil Kartini yang seperti ini adalah sangat dibutuhkan bagi para wanita
Indonesia terutama Wanita Jepara, seorang wanita seharusnya bisa mengambil
banyak pelajaran berharga dari sosok kepribadian Kartini tersebut dan jangan
hanya mengenang Kartini melalui peringatan hari-hari Kartini sebatas kegiatan
simbolik dan formalitas, melaikan bagaimana para wanita bisa mewarisi
kepribadian dan kecerdasan beliau yang begitu mulia dan bersahaja. Bahkan RA.
Kartini bersama teman-temanya dari pelajar STOVIA ( School tot Opleiding van

99

Inlandsche Art atau sekolah dokter Bumiputra) pada tahun 1903 berhasil
mendirikan Komunitas Kaum Muda yang diberi nama “Jong Java”.

Perjuangan Kartini ini juga didukung keempat orang saudaranya, yaitu
Roekmini, Kardinah, Kartinah, dan Soematri. Keempat bersaudara ini
berpartisipasi dalam gerakan nasional di masa awal, membuka sekolah untuk
perempuan, menulis opini soal pendidikan dan politik, bahkan menjadi
penandatangan Jong Java yang mewakili aspirasi politik di masa awal.

RA. Kartini dalam suratnya menulis tentang Jong Java tersebut :

“Kami telah mendapat banyak pengikut. Angkatan muda kita telah mendukung
sepenuhnya ” Jong Java” akan membangun persatuan.....Bunda harus membaca surat-
surat dari pejoeang-pejoeang kami yang bersemangat itu, orang-orang muda yang kelak
akan bekerja di tengah-tengah bangsanya ......bernyala-nyala hati saya, bergembira akan
zaman baru... ”

“...Tahukah kamu apa semboyanku? “aku mau” !, dan kedua patah kata yang ringkas
itu sudah beberapa kali mendukung membawa aku melintasi gunung keberatan dan
kesusahan, Kata “aku tiada dapat ” melenyapkan rasa berani ......peliharalah api berani
gembira itu, janganlah biarkan padam !....” ( Surat pada Nona Stella 12 Januari 1900).

Adapun yang dimaksud Jong Java oleh RA. Kartini adalah sebuah
komunitas tempat berkumpul dan berdiskusinya para kaum muda terpelajar
untuk melakukan gerakan moral dalam ikut serta membangun kemajuan
bangsanya yang dirasa pada saat itu “Masyarakat Jawa” tidak lagi
memperdulikan nasib bangsanya sendiri yang terjajah oleh Kolonial Belanda.
RA. Kartini benar-benar ingin mengajak teman-temanya dan para penguasa
pribumi untuk bangkit dari tidurnya yang panjang.

RA. Kartini dalam konteks sejarah nasional Indonesia adalah pemutus mata
rantai sejarah masa lalu dan pembuka awal babak baru Indonesia sehingga
Kartini bisa dikatakan sebagai simbol pelopor pergerakan nasionalisme pertama
Indonesia yang dikemudian hari diikuti jejaknya oleh Budi Utomo dan Trikoro
Dharmo yang sama-sama dari STOVIA meskipun berbeda generasi mereka
sama-sama mempunyai keinginan dalam menanamkan semangat nasionalisme
menuju kemerdekaan Indonesia.

Sebenarnya pondasi awal pergerakan nasional Indonesia adalah diawali
RA. Kartini kemudian dilanjutkan Budi Utomo sebuah pergerakan yang

100


Click to View FlipBook Version