The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Strategi Pendidikan Lingkungan Berbasis Al-Qur'an di Pesantren Tahfizh mencakup integrasi ajaran Al-Qur'an tentang tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi dalam kurikulum pendidikan, serta penerapan praktik ramah lingkungan seperti pengelolaan sampah, konservasi air, dan kepedulian terhadap keberagaman alam dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Dengan demikian, pesantren Tahfizh tidak hanya menjadi tempat pembelajaran agama Islam, tetapi juga menjadi pusat pembentukan karakter yang peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by penamudamedia, 2024-03-02 03:48:32

Strategi Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Al-Quran

Strategi Pendidikan Lingkungan Berbasis Al-Qur'an di Pesantren Tahfizh mencakup integrasi ajaran Al-Qur'an tentang tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi dalam kurikulum pendidikan, serta penerapan praktik ramah lingkungan seperti pengelolaan sampah, konservasi air, dan kepedulian terhadap keberagaman alam dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Dengan demikian, pesantren Tahfizh tidak hanya menjadi tempat pembelajaran agama Islam, tetapi juga menjadi pusat pembentukan karakter yang peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

STRATEGI PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS AL QURAN Copyright© PT Penamudamedia, 2024 Penulis: Kholid Abdul Aziz, M.Pd. ISBN: 978-623-88948-6-4 Desain Sampul: Tim PT Penamuda Media Tata Letak: Enbookdesign Diterbitkan Oleh PT Penamuda Media Casa Sidoarium RT 03 Ngentak, Sidoarium Dodeam Sleman Yogyakarta HP/Whatsapp : +6285700592256 Email : [email protected] Web : www.penamuda.com Instagram : @penamudamedia Cetakan Pertama, Maret 2024 viii + 118, 15x23 cm Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin Penerbit


v Kata Pengantar Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’alaa yang telah memberikan kemudahan sehingga buku ini bisa terselesaikan dan menjadi bacaan yang layak untuk masyarakat. Pendidikan lingkungan merupakan aspek krusial dalam upaya melestarikan alam dan menjaga keberlanjutan lingkungan hidup. Dalam konteks pesantren tahfizh, pendidikan lingkungan yang berbasis pada nilai-nilai Al-Qur'an menjadi sebuah inovasi yang memadukan antara pengetahuan agama dan pemahaman tentang keberlanjutan lingkungan. Melalui pendekatan ini, pesantren tahfizh tidak hanya menjadi tempat untuk memperdalam pemahaman agama, tetapi juga menjadi pusat pengembangan kesadaran lingkungan yang berkelanjutan. Dalam buku ini, kami hadirkan serangkaian strategi pendidikan lingkungan yang mengintegrasikan ajaran Al-Qur'an dengan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari di pesantren. Semoga buku ini dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam upaya menjaga harmoni antara manusia dan alam, sesuai dengan ajaran agama Islam yang mengedepankan tanggung jawab sosial dan kelestarian alam. Kota, Februari 2024 Penulis


vi Daftar Isi Kata Pengantar ............................................................... v Daftar Isi ....................................................................... vi Bab 1 - Ruang Lingkup dan Dinamika Pesantren Tahfizh .... 1 A. Konteks Pesantren Tahfizh dan Lingkungannya..............................1 B. Urgensi Pendidikan Lingkungan Berbasis Al-Qur'an .....................10 Bab 2 - Pemahaman Al-Qur'an dalam Konteks Lingkungan 16 A. Ajaran Al-Qur'an tentang Lingkungan ...........................................17 B. Responsibilitas Umat Muslim terhadap Alam...............................23 C. Hubungan Antara Kesejahteraan Lingkungan dan Iman...............30 Bab 3 - Model Pendidikan Lingkungan Berbasis Al-Qur'an 37 A. Konsep dan Prinsip Pendidikan Lingkungan..................................38 B. Integrasi Al-Qur'an dalam Kurikulum Pendidikan Pesantren........53


vii C. Pembentukan Kesadaran Lingkungan melalui Pengajaran AlQur'an............................................................................................56 Bab 4 - Implementasi Strategi Pendidikan Lingkungan di Pesantren Tahfizh ............................................. 60 A. Identifikasi Tantangan dan Peluang ..............................................60 B. Pengembangan Program di Lingkungan Pesantren ......................69 C. Peran Guru dan Pengurus Pesantren dalam Pendidikan Lingkungan ....................................................................................75 Bab 5 - Budaya Hidup Sehat Berbasis Al-Qur'an ............... 77 A. Kesehatan dalam Perspektif Al-Qur'an .........................................78 B. Strategi Pendidikan Kesehatan di Pesantren Tahfizh....................80 C. Integrasi Aspek Kesehatan dalam Kegiatan sehari-hari di Pesantren ......................................................................................87 Bab 6 - Evaluasi dan Peningkatan Berkelanjutan .............. 94 A. Evaluasi Efektivitas Strategi Pendidikan Lingkungan ....................95 B. Peningkatan Kontinu Berdasarkan Hasil Evaluasi .......................106 C. Replikasi Model pada Pesantren Lain .........................................108 Daftar Pustaka ......................................................... 115


viii


1 Ruang Lingkup dan Dinamika Pesantren Tahfizh A. Konteks Pesantren Tahfizh dan Lingkungannya Pesantren, sebagai institusi pendidikan Islam tradisional di Indonesia, memiliki sejarah panjang yang melibatkan perkembangan dan transformasi dari zaman ke zaman. Asal-usul pesantren dapat ditelusuri kembali hingga masuknya agama Islam ke wilayah Nusantara pada abad ke-13 Masehi. Pada awalnya, pesantren lebih dikenal dengan 1


2 istilah "pondok" atau "langgar", tempat para ulama dan pengajar agama Islam memberikan pengajaran kepada para murid yang tinggal bersama dalam lingkungan yang sederhana. Namun, perkembangan pesantren semakin berkembang pesat seiring dengan waktu dan berbagai perubahan sosial, politik, dan budaya di Indonesia. Salah satu titik penting dalam sejarah pesantren adalah masa penyebaran agama Islam di Indonesia, yang dibawa oleh para ulama dan pedagang dari berbagai daerah di Asia dan Timur Tengah. Mereka mendirikan pondok-pondok kecil di berbagai wilayah untuk menyebarkan ajaran Islam dan mendidik generasi berikutnya. Kemudian, seiring dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, seperti Kesultanan Demak, Kesultanan Banten, dan Kesultanan Mataram, pesantren menjadi semakin berkembang dan mendapat dukungan dari penguasa setempat. Pada masa kolonialisme Belanda, pesantren sering menjadi pusat perlawanan terhadap penjajahan. Banyak pesantren yang menjadi tempat berkumpulnya pejuang kemerdekaan dan menjadi basis gerakan perlawanan. Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, pesantren terus berperan sebagai lembaga pendidikan Islam yang memegang peranan penting dalam menjaga identitas keislaman dan kebudayaan bangsa. (Rambe et al., 2019)


3 Hingga saat ini, pesantren tetap menjadi salah satu lembaga pendidikan yang sangat dihormati dan memainkan peran vital dalam menyebarkan ajaran Islam serta memelihara budaya dan tradisi lokal. Meskipun mengalami transformasi besar dalam hal kurikulum, metode pengajaran, dan fasilitas, pesantren tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional dan terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Tokoh yang berperan utama dalam mengenalkan pesantren Sunan Kalijaga, yang nama aslinya Raden Mas Said, merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah penyebaran agama Islam di tanah Jawa, Indonesia. Beliau adalah salah satu dari sembilan wali (Wali Sanga) yang dikenal sebagai pemimpin spiritual yang berpengaruh pada masa penyebaran Islam di Nusantara. Sunan Kalijaga dikenal karena kearifan dan kelembutan dalam menyebarkan ajaran Islam, serta kemampuannya dalam menyatukan unsur-unsur kebudayaan Jawa dengan ajaran Islam. Sebagai seorang ulama dan sufi, Sunan Kalijaga mendirikan berbagai pesantren di Jawa, yang menjadi pusat


4 penyebaran dan pengajaran agama Islam. Pesantrenpesantren yang didirikan oleh beliau tidak hanya menjadi tempat untuk mempelajari agama Islam, tetapi juga tempat untuk belajar tentang kebudayaan Jawa yang islami. Sunan Kalijaga mengajarkan ajaran Islam dengan cara yang santun dan penuh kasih, sehingga berhasil menarik banyak masyarakat Jawa untuk memeluk agama Islam. Selain mendirikan pesantren, Sunan Kalijaga juga dikenal karena kontribusinya dalam bidang seni dan budaya. Beliau menciptakan banyak syair-syair dan lagulagu religius yang menjadi bagian integral dari tradisi Islam Jawa. Sunan Kalijaga juga terkenal karena menciptakan berbagai macam upacara keagamaan, seperti slametan dan tahlilan, yang masih dipraktikkan secara luas di masyarakat Jawa hingga saat ini. Melalui pengajaran yang bijaksana dan praktik keagamaan yang bersifat inklusif, Sunan Kalijaga berhasil menjadikan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya mengajarkan agama Islam, tetapi juga menghargai dan melestarikan budaya lokal. Warisan spiritual dan kebudayaan yang ditinggalkan oleh Sunan Kalijaga terus menjadi bagian penting dari identitas keislaman dan kejawen di Jawa, dan pesantren-pesantren yang didirikannya tetap menjadi pusat kegiatan keagamaan dan kebudayaan yang penting hingga saat ini. (Mahmudah, 2017)


5 Konsep Tahfidz Tahfidz merupakan istilah dalam bahasa Arab yang berarti "memorialisasi" atau "penghafalan". Dalam konteks Islam, konsep tahfidz merujuk pada usaha untuk menghafal Al-Qur'an secara lengkap, mulai dari awal hingga akhir. Praktik tahfidz telah menjadi bagian integral dari pendidikan Islam di pesantren-pesantren tradisional dan madrasah-madrasah di seluruh dunia Muslim. Konsep tahfidz tidak hanya sekadar menghafal ayatayat Al-Qur'an secara mekanis, tetapi juga mencakup pemahaman dan penghayatan terhadap makna dan ajaran yang terkandung di dalamnya. Para santri yang belajar tahfidz biasanya memulai dengan membaca Al-Qur'an dengan lancar, kemudian secara bertahap menghafal suratsurat pendek hingga panjang. Proses tahfidz memerlukan kesabaran, ketekunan, dan disiplin yang tinggi dari para pelajar. Biasanya, mereka akan menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari untuk mengulang-ulang membaca dan menghafal ayat-ayat AlQur'an. Selain itu, proses tahfidz juga melibatkan bimbingan dan pembinaan langsung oleh guru atau ustadz yang ahli dalam ilmu tajwid dan qira'at (bacaan Al-Qur'an). Tujuan utama dari konsep tahfidz adalah untuk menjaga keaslian dan keotentikan Al-Qur'an, serta memastikan


6 bahwa kitab suci tersebut tetap terpelihara dari perubahan dan penyimpangan. Selain itu, tahfidz juga dianggap sebagai ibadah yang sangat mulia dan pahala yang besar bagi mereka yang melakukannya dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. (Daulay, 2019) Seputar Pesantren Tahfidz Pesantren Tahfidz, sebagai lembaga pendidikan Islam yang mengutamakan pengajaran Al-Qur'an, merupakan pusat pembelajaran yang memainkan peran penting dalam kehidupan santri dan masyarakat sekitarnya. Di dalam pesantren tahfidz, para santri tidak hanya diajarkan untuk membaca dan menghafal Al-Qur'an, tetapi juga diajak untuk memahami dan menghayati ajaran yang terkandung di dalamnya. Lingkungan pesantren tahfidz, baik itu meliputi masjid, asrama, maupun area belajar, merupakan tempattempat yang sarat dengan nilai-nilai keagamaan dan keilmuan. Santri tidak hanya belajar dari kitab suci, tetapi juga dari interaksi sosial dan kehidupan sehari-hari di pesantren. Interaksi antara pesantren tahfidz dan lingkungannya tidak hanya terbatas pada aspek internal pesantren, tetapi juga mencakup hubungan dengan masyarakat sekitar.


7 Pesantren tahfidz sering kali menjadi pusat kegiatan keagamaan di masyarakat, seperti pengajian, tadarusan, dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Selain itu, pesantren tahfidz juga berperan dalam memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sekitarnya, baik melalui programprogram pendidikan, sosial, maupun lingkungan. Dalam konteks pendidikan lingkungan yang berbasis Al-Qur'an, pesantren tahfidz memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan yang membawa nilai-nilai keagamaan dan kepedulian lingkungan kepada masyarakat. Dengan memanfaatkan ajaran Al-Qur'an sebagai landasan, pesantren tahfidz dapat mengajak para santri dan masyarakat sekitarnya untuk menjaga kelestarian alam, merawat lingkungan, dan menjadi agen perubahan yang bertanggung jawab terhadap bumi Allah SWT. Dengan demikian, pesantren tahfidz dan lingkungannya menjadi pusat pendidikan lingkungan yang tidak hanya berorientasi pada pembelajaran Al-Qur'an, tetapi juga pada pengembangan kesadaran dan tanggung jawab sosial terhadap lingkungan.. Dinamika Pesantren Tahfidz Dinamika internal pesantren melibatkan beberapa aspek kunci, termasuk struktur organisasi, pola pengajaran,


8 dan nilai-nilai yang ditanamkan kepada santri. (Ahillah, 2022) 1. Struktur Organisasi Struktur organisasi dalam pesantren tahfizh memiliki peran penting dalam menjaga keteraturan dan kelancaran berbagai aktivitas di lingkungan pesantren. Pimpinan utama dalam pesantren adalah seorang kyai atau pemimpin spiritual yang bertanggung jawab atas arah dan kebijakan umum pesantren serta memberikan bimbingan spiritual kepada santri. Kyai biasanya didampingi oleh sejumlah ustadz dan tenaga pendidik yang mendukung dalam proses pengajaran dan pembimbingan. Struktur hierarki hadir untuk mengatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota staf, yang mencakup pembagian peran administratif, pengajaran Al-Qur'an, pembimbingan santri, dan kegiatan lainnya. Dengan adanya struktur ini, setiap anggota staf memiliki peran yang jelas sesuai dengan bidang dan keahliannya masing-masing, sehingga memungkinkan pesantren untuk beroperasi dengan efisien dan efektif. Selain itu, struktur organisasi juga memfasilitasi komunikasi yang baik antara pimpinan dan staf serta memungkinkan pengambilan keputusan yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan pendidikan dan spiritual pesantren secara optimal.


9 2. Pola Pengajaran Pola pengajaran dalam pesantren tahfizh memiliki ciri khas tersendiri yang menitikberatkan pada pengajaran Al-Qur'an sebagai fokus utama. Santri diajarkan secara intensif untuk membaca, menghafal, dan memahami isi Al-Qur'an dengan mendalam. Metode pengajaran yang diterapkan cenderung bersifat tradisional, yang menekankan nilai-nilai keuletan, kedisiplinan, dan ketekunan dalam belajar Al-Qur'an. Para ustadz dan guru menggunakan pendekatan yang teruji waktu untuk membantu santri dalam menguasai keterampilan membaca dan menghafal Al-Qur'an secara efektif. Dengan pendekatan ini, pesantren tahfizh membentuk lingkungan belajar yang kental dengan suasana keagamaan, di mana setiap santri didorong untuk mengembangkan hubungan yang mendalam dengan Al-Qur'an serta menumbuhkan sikap ketekunan dan kesungguhan dalam mengejar ilmu agama. 3. Nilai-nilai yang Ditanamkan kepada Santri Nilai-nilai yang ditanamkan kepada santri di pesantren tahfizh mencakup kejujuran, kesederhanaan, kerja keras, dan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri, sesama, dan lingkungan. Pesantren mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari santri melalui adab, tata krama, dan kegiatan keagamaan dan sosial. Dengan demikian, pesantren tahfizh


10 tidak hanya menjadi tempat untuk mempelajari AlQur'an, tetapi juga sebagai wadah untuk membentuk karakter yang kuat dan moral yang baik pada setiap santri. Dengan demikian, dinamika internal pesantren tidak hanya mencakup aspek pendidikan formal, tetapi juga pembentukan karakter dan moralitas yang kuat bagi santri. B. Urgensi Pendidikan Lingkungan Berbasis Al-Qur'an Peran pendidikan lingkungan berbasis Al-Qur'an dalam membentuk akhlak anak Pendidikan lingkungan berbasis Al-Qur'an memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk akhlak anak. Al-Qur'an tidak hanya sebagai pedoman dalam beribadah, tetapi juga sebagai sumber ajaran tentang etika dan moral yang harus diikuti dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa peran penting pendidikan lingkungan berbasis Al-Qur'an dalam membentuk akhlak anak: (Sari, 2017) 1. Kesadaran akan Tanggung Jawab: "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekalikali tidak dapat menembus bumi dan tidak akan sampai setinggi gunung." (QS. Al-Israa: 37)


11 Ayat QS. Al-Israa: 37 menegaskan pentingnya sikap rendah hati dan tidak sombong dalam berinteraksi dengan alam. Al-Qur'an mengajarkan bahwa manusia adalah khalifah di bumi yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan merawat alam semesta dengan penuh kesadaran. Pendidikan lingkungan berbasis AlQur'an menggunakan ayat ini sebagai landasan untuk mengajarkan kepada anak-anak tentang pentingnya menyadari tanggung jawab mereka sebagai khalifah di bumi. Anak-anak diajarkan bahwa setiap tindakan mereka memiliki dampak pada lingkungan, dan bahwa mereka bertanggung jawab untuk bertindak dengan cara yang baik dan bertanggung jawab terhadap alam. Dengan memahami ajaran ini, diharapkan anak-anak akan tumbuh menjadi individu yang sadar akan perannya dalam menjaga kelestarian alam dan bertindak dengan rendah hati serta penuh tanggung jawab dalam interaksi mereka dengan lingkungan. 2. Kepedulian terhadap Makhluk Lain: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi, melainkan Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan Dia mengetahui tempat berteduhnya dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh)." (QS. Hud: 6) Ayat QS. Hud: 6 menegaskan bahwa Allah SWT adalah yang memberi rezeki kepada semua makhluk


12 hidup di bumi, termasuk binatang melata. Al-Qur'an mengajarkan bahwa Allah SWT memiliki perhatian dan kasih sayang yang meliputi semua ciptaan-Nya. Pendidikan lingkungan berbasis Al-Qur'an menggunakan ayat ini sebagai landasan untuk mengembangkan empati dan kepedulian anak-anak terhadap makhluk hidup lainnya, baik itu tumbuhan, hewan, maupun lingkungan sekitar. Anak-anak diajarkan untuk memahami bahwa setiap makhluk memiliki hakhaknya sendiri dan layak dihormati, serta untuk memperlakukan mereka dengan keadilan dan belas kasih seperti yang diajarkan oleh Al-Qur'an. Dengan memahami ajaran ini, diharapkan anak-anak akan tumbuh menjadi individu yang peduli dan bertanggung jawab terhadap semua makhluk ciptaan Allah SWT, serta berkontribusi dalam menjaga keseimbangan alam. 3. Menghargai Keanekaragaman Alam: "Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk yang Allah sebarkan padanya berbagai-bagai warna. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam dan siang, matahari dan bulan. Tidaklah sujud kepada Allah, orang yang mengingkari (keberadaanNya)." (QS. AnNahl: 13)


13 Ayat QS. An-Nahl: 13 menggambarkan keindahan dan keanekaragaman alam sebagai bukti kebesaran Allah SWT. Al-Qur'an menegaskan bahwa keberagaman alam, baik dalam warna, bentuk, maupun fungsi, adalah tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya. Pendidikan lingkungan berbasis Al-Qur'an menggunakan ayat ini sebagai landasan untuk mengajarkan anakanak tentang pentingnya menghargai dan menghormati keanekaragaman alam. Anak-anak diajarkan untuk memandang alam sebagai manifestasi dari keagungan Allah SWT, yang layak dihormati dan dijaga dengan penuh kebijaksanaan. Dengan memahami ajaran ini, diharapkan anak-anak akan belajar untuk memperlakukan semua ciptaan Allah dengan penuh hormat dan tanggung jawab, serta menjadi pelindung alam yang peduli terhadap kelestarian lingkungan. 4. Menghindari Pemborosan dan Konsumsi Berlebihan "Dan janganlah kamu mubadzir (pemboros), sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudarasaudara setan; dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al-Israa: 26-27) Ayat QS. Al-Israa: 26-27 menegaskan larangan terhadap pemborosan dan konsumsi berlebihan. AlQur'an mengajarkan bahwa pemborosan merupakan perilaku yang tidak disenangi oleh Allah SWT dan dikatakan sebagai perilaku yang mirip dengan saudara-


14 saudara setan yang ingkar kepada Tuhannya. Pendidikan lingkungan berbasis Al-Qur'an menggunakan ayat ini sebagai landasan untuk mengajarkan anak-anak tentang nilai-nilai kesederhanaan, penghematan, dan kebijaksanaan dalam menggunakan sumber daya alam. Anak-anak diajarkan untuk menghindari perilaku pemborosan dan konsumsi berlebihan, serta untuk menggunakan sumber daya alam secara bijaksana dan bertanggung jawab. Dengan memahami ajaran AlQur'an ini, diharapkan anak-anak akan menjadi individu yang peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan serta menjaga keseimbangan dalam kehidupan mereka. 5. Konservasi Lingkungan: "Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah (bumi) itu baik-baik saja. Dan, bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang." (QS. Al-A'raf: 56) Pada ayat QS. Al-A'raf: 56, Al-Qur'an menegaskan pentingnya menjaga kelestarian alam dan mencegah kerusakan lingkungan. Ayat ini mengajarkan kepada umat manusia untuk tidak merusak bumi setelah diberikan kesempurnaan oleh Allah SWT. Pendidikan lingkungan berbasis Al-Qur'an menggunakan ayat ini sebagai landasan untuk menginspirasi anak-anak agar


15 menjadi agen perubahan dalam menjaga kelestarian alam. Melalui tindakan nyata seperti mengurangi sampah, menjaga kebersihan lingkungan, dan mendukung upaya-upaya pelestarian alam, anak-anak diajarkan untuk mengaplikasikan nilai-nilai Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pendidikan lingkungan berbasis Al-Qur'an tidak hanya membantu anak-anak memahami pentingnya keberlanjutan lingkungan, tetapi juga mendorong mereka untuk mengambil tindakan konkret dalam menjaga dan melestarikan alam. Dengan demikian, pendidikan lingkungan berbasis Al-Qur'an tidak hanya membentuk akhlak anak secara individu, tetapi juga membantu mereka untuk menjadi bagian dari masyarakat yang peduli dan bertanggung jawab terhadap alam dan lingkungan sekitar. Ini merupakan bagian integral dari pendidikan Islam yang holistik, yang mengajarkan nilai-nilai spiritual dan moral serta keterlibatan aktif dalam menjaga kelestarian alam semesta.


16 Pemahaman Al-Qur'an dalam Konteks Lingkungan emahaman Al-Qur'an dalam konteks lingkungan mencakup tiga aspek utama: ajaran Al-Qur'an tentang lingkungan, responsibilitas umat Muslim terhadap alam, dan hubungan antara kesejahteraan lingkungan dengan iman. Pertama, Al-Qur'an memberikan banyak ajaran dan petunjuk yang menggarisbawahi pentingnya menjaga alam dan semua makhluk di dalamnya. Hal ini tercermin dalam ayat-ayat yang menekankan keindahan dan keanekaragaman alam sebagai bukti kebesaran Allah SWT. Selanjutnya, Al-Qur'an juga menegaskan bahwa umat Muslim memiliki tanggung jawab P 2


17 moral dan etis untuk merawat alam semesta sebagai amanah dari Allah. Ini termasuk menjaga kelestarian alam, menghindari pemborosan, dan memperlakukan makhluk ciptaan Allah dengan penuh rahmat dan keadilan. Terakhir, Al-Qur'an mengajarkan bahwa kesejahteraan lingkungan dan iman memiliki keterkaitan yang erat. Menjaga lingkungan yang bersih dan sehat merupakan bagian integral dari ibadah dan pengabdian kepada Allah, sementara kerusakan lingkungan dapat mengancam iman dan kesejahteraan umat manusia. Dengan memahami dan mengimplementasikan ajaran-ajaran Al-Qur'an ini, umat Muslim diharapkan dapat menjadi pelindung alam yang bertanggung jawab dan mendukung terciptanya keseimbangan ekologis serta spiritual di muka bumi. A. Ajaran Al-Qur'an tentang Lingkungan Ajaran Al-Qur'an tentang lingkungan menggarisbawahi pentingnya menjaga dan memelihara alam sebagai tugas manusia sebagai khalifah di bumi. Al-Qur'an mengajarkan bahwa alam semesta adalah ciptaan Allah yang indah dan harmonis, yang harus dijaga kelestariannya. Ayat-ayat AlQur'an menyuarakan kebutuhan untuk menghindari pemborosan, memelihara keanekaragaman hayati, dan menghormati setiap makhluk ciptaan Allah. Dengan demikian, ajaran Al-Qur'an memberikan landasan spiritual bagi upaya konservasi lingkungan dan tanggung jawab


18 moral bagi umat manusia dalam menjaga kelestarian alam semesta. (Munir, 2019) Surat Ar-Rum (30:41-42) Surat Ar-Rum, ayat 41-42 menegaskan fenomena kerusakan di darat dan di laut yang disebabkan oleh tangan manusia, menggambarkan dampak buruk dari perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan. Ayat-ayat tersebut juga mengingatkan bahwa Allah memberikan konsekuensi atas perbuatan manusia, baik yang baik maupun yang buruk, sebagai pengingat akan tanggung jawab manusia terhadap ciptaan Allah. Dalam konteks ini, ayat-ayat tersebut mengajarkan pentingnya refleksi dan introspeksi atas tindakan manusia terhadap lingkungan, menegaskan bahwa kesadaran akan tanggung jawab terhadap alam merupakan bagian integral dari keyakinan dan ketaatan kepada Allah. Surat Al-Mulk (67:15) Surat Al-Mulk, ayat 15, menyatakan bahwa bumi diciptakan oleh Allah sebagai tempat tinggal yang nyaman


19 bagi manusia. Ayat ini mengajarkan pentingnya rasa syukur atas karunia Allah berupa bumi yang subur dan menguntungkan bagi manusia. Selain itu, ayat tersebut menekankan bahwa manusia harus menghargai rezeki yang diberikan Allah dan menjaga bumi dengan penuh tanggung jawab. Dalam konteks ini, manusia diajarkan untuk bersikap bijaksana dalam menggunakan sumber daya alam yang diberikan Allah, sebagai bentuk penghargaan atas karunia-Nya. Surat Al-An'am (6:141) Surat mengandung ajaran yang menekankan pentingnya tidak menyia-nyiakan makanan. Allah SWT melarang pemborosan dan penggunaan sumber daya alam secara berlebihan. Hal ini mencerminkan pedoman Islam untuk menjaga keseimbangan alam dan menghindari tindakan yang merugikan lingkungan. Pesan ini juga mengajarkan nilai-nilai kesederhanaan, penghematan, dan kebijaksanaan dalam menggunakan sumber daya alam. Dengan tidak menyia-nyiakan makanan dan sumber daya alam lainnya, umat Muslim diajarkan untuk bersyukur atas nikmat Allah dan memperlakukan ciptaan-Nya dengan penuh tanggung jawab. Kesadaran akan pentingnya menjaga alam dan tidak membazirkan nikmat yang diberikan Allah menjadi bagian


20 integral dari ajaran Al-Qur'an yang dapat membimbing perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Surat Al-An'am (6:141) Ayat dalam surat ini menekankan pentingnya tidak menyia-nyiakan makanan. Allah SWT melarang pemborosan dan penggunaan sumber daya alam secara berlebihan. Hal ini mencerminkan pedoman Islam untuk menjaga keseimbangan alam dan menghindari tindakan yang merugikan lingkungan. Pesan ini juga mengajarkan nilainilai kesederhanaan, penghematan, dan kebijaksanaan dalam menggunakan sumber daya alam. Dengan tidak menyia-nyiakan makanan dan sumber daya alam lainnya, umat Muslim diajarkan untuk bersyukur atas nikmat Allah dan memperlakukan ciptaan-Nya dengan penuh tanggung jawab. Kesadaran akan pentingnya menjaga alam dan tidak membazirkan nikmat yang diberikan Allah menjadi bagian integral dari ajaran Al-Qur'an yang dapat membimbing perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari.


21 Surat Al-A'raf (7:56) Ayat dalam surat ini menegaskan bahwa Allah telah menciptakan bumi dan segala isinya dengan sebaikbaiknya. Ayat ini menggarisbawahi pentingnya menjaga kelestarian alam sebagai bentuk penghormatan terhadap ciptaan-Nya. Dengan menyatakan bahwa Allah telah menciptakan bumi dan isinya dengan sebaik-baiknya, ayat ini mengajarkan umat manusia untuk menghargai keindahan dan keberagaman alam serta menjaga keseimbangan ekosistem yang telah diciptakan Allah SWT. Pesan ini mencerminkan ajaran Islam tentang tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi untuk merawat dan menjaga lingkungan sebagai bentuk ibadah kepada Sang Pencipta. Surat Ar-Rahman (55:10) Ayat ini menyatakan bahwa Allah menciptakan bumi sebagai tempat bagi manusia dan menyediakan berbagai macam buah-buahan sebagai rezeki. Ayat ini menekankan pentingnya bersyukur atas nikmat-Nya yang melimpah dan menjaga kelestarian lingkungan untuk generasi mendatang. Dengan menyebutkan bahwa Allah telah memberikan


22 berbagai macam buah-buahan sebagai rezeki bagi manusia, ayat ini mengingatkan umat manusia untuk menghargai keberlimpahan alam dan menjaga bumi sebagai amanah dari Allah SWT. Pesan ini memperkuat ajaran Islam tentang pentingnya menjaga lingkungan sebagai bentuk penghormatan terhadap ciptaan-Nya serta kesadaran akan tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi. Dengan poin-poin ini, kita dapat memahami pesanpesan yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut tentang pentingnya menjaga dan merawat lingkungan serta memperlakukan alam dengan penuh tanggung jawab. Dari serangkaian ayat Al-Qur'an yang menekankan pentingnya menjaga lingkungan adalah bahwa Al-Qur'an memberikan pedoman yang jelas tentang tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi. Ayat-ayat tersebut mengajarkan bahwa Allah SWT menciptakan alam semesta dan memberikan sumber daya alam sebagai karunia-Nya kepada manusia. Namun, manusia juga diberi tanggung jawab untuk merawat dan menjaga lingkungan tersebut dengan penuh tanggung jawab. Al-Qur'an menegaskan larangan terhadap perbuatan yang merusak lingkungan, seperti pemborosan, kefasikan, dan kerusakan yang disebabkan oleh tangan manusia. Selain itu, Al-Qur'an juga mengajarkan nilai-nilai kesyukuran, penghargaan, dan keseimbangan dalam menggunakan sumber daya alam. Dengan demikian, kesimpulan


23 yang dapat diambil adalah bahwa Al-Qur'an memberikan landasan moral dan etis yang kuat bagi umat manusia untuk menjaga dan merawat lingkungan sebagai bagian dari ibadah kepada Allah SWT dan sebagai bentuk tanggung jawab sebagai hamba-Nya. B. Responsibilitas Umat Muslim terhadap Alam Responsibilitas umat Muslim terhadap alam merupakan konsep yang sangat penting dalam ajaran Islam. Al-Qur'an dan hadis Rasulullah Muhammad SAW memberikan arahan yang jelas tentang tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi untuk menjaga dan merawat lingkungan. Umat Muslim dipandang sebagai pengelola yang diberi amanah oleh Allah SWT untuk menjaga keseimbangan alam dan mencegah kerusakan yang disebabkan oleh tangan manusia. Tanggung jawab umat Muslim terhadap alam meliputi berbagai aspek yang mencerminkan ajaran Islam tentang pelestarian lingkungan: (Abusama et al., 2020) 1. Menjaga Kebersihan Lingkungan Menjaga kebersihan lingkungan merupakan prinsip yang sangat ditekankan dalam ajaran Islam, yang mengajarkan umatnya untuk memandang kebersihan sebagai bagian integral dari iman. Hal ini mencakup berbagai aspek, seperti menjaga kebersihan air, udara, dan tanah agar terhindar dari pencemaran


24 dan polusi. Rasulullah SAW sendiri memberikan teladan dengan menyuruh umatnya untuk membersihkan jalanan dan tempat-tempat umum. Tindakan membersihkan jalanan tidak hanya menjadikan lingkungan lebih nyaman dan aman, tetapi juga merupakan bentuk ibadah dan penghormatan terhadap lingkungan yang Allah ciptakan. Dengan demikian, menjaga kebersihan lingkungan bukan hanya merupakan kewajiban sosial, tetapi juga merupakan bagian penting dari ibadah dan pengabdian kepada Allah SWT. 2. Menghindari Pemborosan Sumber Daya Alam Umat Muslim diajarkan untuk menghindari pemborosan sumber daya alam seperti air, tanah, dan energi. Prinsip ini sejalan dengan ajaran Islam tentang kesederhanaan dan penghematan. Rasulullah SAW memberi teladan dengan mengajarkan umatnya untuk tidak berlebihan dalam menggunakan air, bahkan ketika berada di tepi sungai yang mengalir deras. Ini menunjukkan betapa pentingnya penghormatan terhadap sumber daya alam yang Allah ciptakan. Dengan menghindari pemborosan sumber daya alam, umat Muslim dapat menjaga keseimbangan ekologis dan berkontribusi pada keberlangsungan lingkungan hidup serta kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan.


25 3. Melindungi Keanekaragaman Hayati Umat Muslim memiliki tanggung jawab untuk melindungi keanekaragaman hayati, termasuk pelestarian hutan, lahan basah, dan habitat alami lainnya. Hal ini sejalan dengan ajaran Al-Qur'an yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem sebagai manifestasi dari kebesaran dan kebijaksanaan Allah SWT. Dengan menjaga keberagaman makhluk hidup dan ekosistemnya, umat Muslim berkontribusi pada keberlangsungan kehidupan semua ciptaan Allah. Melindungi keanekaragaman hayati adalah wujud penghormatan terhadap ciptaan Allah dan upaya untuk menjaga keseimbangan alam demi kesejahteraan umat manusia serta kelangsungan hidup generasi mendatang. Dengan mempraktikkan nilai-nilai ini, umat Muslim dapat menjalankan tanggung jawab mereka sebagai khalifah di bumi dengan cara yang sesuai dengan ajaran agama mereka dan memberikan kontribusi positif dalam menjaga kelestarian alam. Responsibilitas ini tidak hanya bersifat individual, tetapi juga bersifat kolektif, di mana umat Muslim diharapkan untuk bekerja sama dalam upaya menjaga kelestarian alam untuk kebaikan bersama dan generasi mendatang. Dalam konteks modern, tanggung jawab terhadap alam juga mencakup penggunaan teknologi dan


26 inovasi secara bijaksana untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Dengan demikian, responsibilitas umat Muslim terhadap alam adalah bagian integral dari praktik keagamaan mereka dan merupakan wujud nyata dari kepatuhan kepada ajaran Islam. Fenomena atau realita yang muncul adalah semakin meningkatnya kesadaran umat Muslim terhadap tanggung jawab mereka terhadap alam dan lingkungan. Hal ini tercermin dalam berbagai inisiatif dan gerakan yang dilakukan oleh komunitas Muslim di seluruh dunia untuk menjaga kebersihan lingkungan, mengurangi pemborosan sumber daya alam, dan melindungi keanekaragaman hayati. Misalnya, masyarakat Muslim mulai mengadopsi praktik-praktik ramah lingkungan dalam kehidupan seharihari, seperti daur ulang, penghematan air, dan penggunaan energi terbarukan. Selain itu, terdapat juga upaya untuk membangun kesadaran dan pemahaman akan ajaran AlQur'an tentang perlindungan lingkungan melalui programprogram pendidikan, khutbah Jumat, dan kegiatan sosial lainnya. Fenomena ini menunjukkan pergeseran paradigma dan kesadaran yang semakin meningkat di kalangan umat Muslim tentang pentingnya menjaga alam sebagai bagian integral dari ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT. Selain fenomena positif dalam hal kesadaran lingkungan di kalangan umat Muslim, juga terdapat fenomena


27 buruk atau pengingkaran tanggung jawab terhadap lingkungan. Beberapa di antaranya termasuk: 1. Pencemaran Lingkungan: Masih terjadi tindakantindakan yang menyebabkan pencemaran lingkungan oleh sebagian umat Muslim, seperti pembuangan limbah industri yang tidak terkendali, penggunaan bahan kimia berbahaya, dan polusi udara dan air. 2. Eksploitasi Sumber Daya Alam: Beberapa individu atau kelompok mungkin terlibat dalam eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam, seperti penebangan liar hutan, overfishing di perairan, dan penggundulan lahan yang tidak berkelanjutan. 3. Ketidak pedulian terhadap Keanekaragaman Hayati: Meskipun Al-Qur'an menekankan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati, masih ada ketidakpedulian terhadap keberlangsungan hidup spesies-spesies tertentu dan kerusakan terhadap habitat alami mereka. 4. Ketidak sesuaian Praktik Konsumsi dengan Ajaran Agama: Beberapa praktik konsumsi modern, seperti pembelian barang-barang mewah yang tidak terlalu diperlukan atau penggunaan sumber daya secara berlebihan, mungkin tidak selaras dengan nilai-nilai kesederhanaan dan penghormatan terhadap lingkungan yang diajarkan dalam Islam.


28 Fenomena buruk ini menunjukkan perlunya terusmenerusnya pendidikan dan kesadaran lingkungan dalam komunitas Muslim, serta perlunya adanya tindakan nyata untuk mengubah perilaku yang merugikan lingkungan menjadi lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Penyebab fenomena buruk atau pengingkaran tanggung jawab terhadap lingkungan dalam komunitas Muslim dapat bervariasi dan melibatkan faktor-faktor berikut: 1. Kurangnya Kesadaran: Salah satu penyebab utama adalah kurangnya kesadaran atau pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan dan tanggung jawab sebagai khalifah di bumi. Beberapa individu mungkin tidak memahami implikasi dari tindakan mereka terhadap lingkungan. 2. Prioritas Ekonomi: Kebutuhan akan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan kadang-kadang mengalahkan kepedulian terhadap lingkungan. Aktivitas ekonomi yang berorientasi pada profit seringkali mengabaikan dampak lingkungan dalam rangka mencapai keuntungan yang lebih besar. 3. Kurangnya Regulasi dan Penegakan Hukum: Ketidaktegasan dalam regulasi lingkungan dan kurangnya penegakan hukum dapat memberikan kesempatan bagi perilaku yang merugikan lingkungan untuk terus berlanjut tanpa konsekuensi yang sesuai.


29 4. Kurangnya Edukasi dan Pendidikan: Ketidaktahuan tentang prinsip-prinsip lingkungan yang sehat dan tanggung jawab sebagai umat Muslim dapat disebabkan oleh kurangnya pendidikan dan kesadaran lingkungan di kalangan komunitas. 5. Budaya Konsumtif: Budaya konsumtif yang mendorong pemborosan sumber daya alam dan penggunaan berlebihan juga dapat menjadi penyebab pengingkaran tanggung jawab terhadap lingkungan. Konsumsi berlebihan seringkali dianggap sebagai simbol status sosial atau keberhasilan. 6. Konflik Prioritas: Terkadang, kepentingan lingkungan harus bersaing dengan kepentingan politik, ekonomi, atau sosial lainnya dalam pengambilan keputusan yang kompleks. Prioritas yang salah atau ketidakkonsistenan dalam kebijakan dapat menyebabkan pengabaian terhadap masalah lingkungan. Semua faktor ini dapat saling berkaitan dan memperparah masalah pengingkaran tanggung jawab terhadap lingkungan dalam komunitas Muslim. Oleh karena itu, langkah-langkah untuk meningkatkan kesadaran, pendidikan, regulasi, dan penegakan hukum menjadi penting untuk mengatasi penyebab-penyebab ini.


30 C. Hubungan Antara Kesejahteraan Lingkungan dan Iman Hubungan antara kesejahteraan lingkungan dan iman dalam konteks Islam merupakan hal yang sangat penting. Islam mengajarkan bahwa manusia adalah khalifah atau pemimpin di bumi yang diberi tanggung jawab untuk menjaga dan merawat alam semesta sesuai dengan kehendak Allah SWT. Dengan demikian, pemeliharaan lingkungan bukan hanya masalah praktis, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang dalam. Kesejahteraan lingkungan dan iman saling terkait dalam beberapa cara: (Anggoro et al., 2019) 1. Tindakan Tanggung Jawab Tindakan tanggung jawab terhadap lingkungan adalah cerminan dari nilai-nilai moral dan religius setiap Muslim. Sebagaimana diajarkan dalam ajaran Islam, menjaga kebersihan, menghindari pemborosan, dan melindungi keanekaragaman hayati merupakan bagian tak terpisahkan dari kewajiban umat Muslim sebagai hamba Allah SWT. Menjaga kebersihan lingkungan, baik itu air, udara, atau tanah, adalah wujud dari rasa hormat terhadap ciptaan Allah yang harus dijaga dengan baik. Selain itu, menghindari pemborosan sumber daya alam seperti air dan energi adalah bentuk penghargaan terhadap nikmat Allah yang harus dijaga dengan penuh kesadaran. Selanjut-


31 nya, melindungi keanekaragaman hayati adalah tugas yang diberikan Allah kepada manusia sebagai khalifah di bumi, yang mengharuskan kita untuk menjaga keseimbangan ekosistem demi keberlangsungan hidup semua makhluk-Nya. Dengan demikian, tindakan tanggung jawab terhadap lingkungan bukan hanya sekadar kewajiban moral, tetapi juga ibadah yang mendatangkan pahala dalam pandangan Allah SWT. 2. Refleksi atas Karunia Allah Refleksi atas karunia Allah melalui kesejahteraan lingkungan adalah sebuah panggilan bagi umat Muslim untuk merenungkan keagungan penciptaan-Nya. Melalui keanekaragaman alam yang indah dan harmonis, umat Muslim diingatkan akan kemurahan Allah dan kekuasaan-Nya yang tak terhingga sebagai Pencipta seluruh alam semesta. Dalam keindahan alam yang tercipta, terpancarlah kebesaran-Nya yang maha sempurna. Dalam ciptaan yang penuh keajaiban itu, umat Muslim diingatkan akan betapa besar nikmat dan anugerah yang telah diberikan Allah. Dengan merenungkan keindahan alam dan menjaga kelestarian lingkungan, umat Muslim diberi kesempatan untuk mendalami iman dan mengekspresikan rasa syukur mereka atas nikmat-Nya yang tiada taranya. Selain itu, melalui penghormatan terhadap keanekaragaman alam, umat Muslim juga menghormati Sang Pencipta


32 yang maha bijaksana. Dengan demikian, refleksi atas karunia Allah melalui kesejahteraan lingkungan bukan hanya sebagai bentuk rasa syukur, tetapi juga sebagai wujud pengakuan akan kebesaran dan kekuasaan-Nya yang memancar melalui ciptaan-Nya yang indah dan sempurna. 3. Ujian dan Pertanggungjawaban Ujian dan pertanggungjawaban atas perlakuan manusia terhadap lingkungan adalah salah satu aspek penting dalam ajaran Islam. Allah SWT akan menguji manusia tentang bagaimana mereka telah menjaga dan merawat bumi yang telah dipercayakan kepada mereka sebagai khalifah di muka bumi. Di akhirat, setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan dan tindakannya selama hidupnya, termasuk dalam hal perlakuan terhadap lingkungan. Allah SWT akan menanyakan apakah manusia telah menjaga kelestarian alam dan memperlakukan ciptaan-Nya dengan penuh tanggung jawab dan kebijaksanaan. Kesadaran akan pertanggungjawaban di hadapan Allah ini menjadi pendorong bagi umat Muslim untuk bertindak dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab terhadap lingkungan, karena kesejahteraan lingkungan dan iman saling terkait dalam konteks pertanggungjawaban di hadapan Sang Pencipta. Dengan menjaga lingkungan, umat Muslim tidak hanya menjaga bumi


33 sebagai amanah dari Allah, tetapi juga menunjukkan ketaatan dan keimanan mereka kepada-Nya. Sebaliknya, pengabaian terhadap tanggung jawab tersebut akan menjadi bukti ketidakpatuhan manusia terhadap perintah Allah, yang pada akhirnya akan menjadi pertimbangan di akhirat. Oleh karena itu, kesadaran akan ujian dan pertanggungjawaban di akhirat menjadi pendorong bagi umat Muslim untuk bertindak secara bijaksana dan bertanggung jawab terhadap lingkungan, sebagai bagian dari ibadah dan ketaatan mereka kepada Allah SWT. 4. Keadilan Sosial Keadilan sosial merupakan prinsip utama dalam ajaran Islam yang mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk perlakuan terhadap lingkungan. Kesejahteraan lingkungan yang dijaga dan dipelihara juga memiliki kaitan erat dengan keadilan sosial dalam Islam. Merusak lingkungan dapat mengakibatkan dampak buruk pada kehidupan manusia dan makhluk lainnya, seperti hewan dan tumbuhan, yang bertentangan dengan prinsip keadilan yang dijunjung tinggi dalam ajaran Islam. Dalam Islam, setiap individu memiliki hak untuk hidup dalam lingkungan yang sehat dan aman. Oleh karena itu, melindungi lingkungan dari kerusakan merupakan bagian dari kewajiban sosial umat Muslim


34 untuk menjaga keadilan dalam masyarakat. Tindakan merusak lingkungan dapat mengakibatkan ketidakadilan terhadap individu dan komunitas yang bergantung pada lingkungan tersebut untuk kehidupan mereka, seperti pemanasan global, polusi udara, pencemaran air, dan kerusakan habitat. Pentingnya keadilan sosial dalam konteks lingkungan juga tercermin dalam konsep wasatiyyah atau tengahtengah yang diajarkan dalam Islam. Islam mengajarkan umatnya untuk mencari keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam hubungan antara manusia dan alam. Dengan menjaga keseimbangan ekologis, umat Muslim dapat memastikan bahwa hak-hak setiap makhluk hidup dihormati dan keadilan sosial terwujud dalam lingkungan mereka. Oleh karena itu, kesejahteraan lingkungan yang dipelihara juga merupakan wujud dari keadilan sosial dalam Islam. Umat Muslim diajarkan untuk bertanggung jawab secara sosial terhadap lingkungan, melindunginya dari kerusakan, dan memastikan bahwa hak-hak semua makhluk hidup dihormati. Dengan demikian, keadilan sosial dan kesejahteraan lingkungan saling terkait dan menjadi bagian integral dari prinsip-prinsip ajaran Islam. Dengan memahami hubungan ini, umat Muslim diharapkan untuk bertindak dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan kepedulian terhadap lingkungan,


35 sebagai wujud iman dan ibadah kepada Allah SWT serta sebagai bentuk penghormatan terhadap ciptaan-Nya. Pesantren tahfidz memiliki peran yang sangat penting dalam menghubungkan kesejahteraan lingkungan dengan iman umat Muslim. Sebagai pusat pendidikan Islam yang menekankan pengajaran Al-Qur'an, pesantren tahfidz memiliki kesempatan unik untuk membentuk pemahaman yang mendalam tentang pentingnya menjaga lingkungan dalam kerangka ajaran Islam. Salah satu peran utama pesantren tahfidz adalah mendidik santri tentang nilai-nilai Islam yang berkaitan dengan kepedulian terhadap lingkungan. Mereka diajarkan untuk menghargai ciptaan Allah SWT, memahami tanggung jawab mereka sebagai khalifah di bumi, dan menjaga kelestarian alam sebagai bagian integral dari iman dan ibadah kepada Allah SWT. Pesantren juga dapat memberikan contoh praktik yang baik dengan menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan di lingkungan pesantren, seperti pengelolaan sampah yang baik, konservasi air, dan pelestarian alam. Melalui pendekatan pembelajaran aktif, pesantren dapat melibatkan santri dalam proyek-proyek lingkungan dan kegiatan penghijauan untuk membantu mereka memahami secara langsung pentingnya menjaga lingkungan dalam kerangka ajaran Islam. Dengan demikian, pesantren tahfidz memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan positif dalam upaya menjaga kesejahteraan lingkungan dan memperkuat


36 iman umat Muslim, serta membentuk generasi yang peduli dan bertanggung jawab terhadap alam semesta sebagai bagian integral dari praktik kehidupan beragama mereka.


37 Model Pendidikan Lingkungan Berbasis Al-Qur'an odel Pendidikan Lingkungan Berbasis Al-Qur'an merupakan pendekatan pendidikan yang menekankan penggunaan ajaran Al-Qur'an sebagai landasan untuk memahami, menghargai, dan menjaga lingkungan. Pendekatan ini mengintegrasikan nilai-nilai Islam dan prinsipprinsip lingkungan dalam proses pembelajaran, dengan tujuan membentuk sikap dan perilaku yang bertanggung jawab terhadap alam. Model ini menekankan pentingnya kesadaran M 3


38 akan kebesaran Allah SWT sebagai Pencipta alam semesta, tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi, dan hubungan yang erat antara kesejahteraan lingkungan dan iman. Dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an sebagai pedoman, pendidikan lingkungan berbasis Al-Qur'an memadukan aspek spiritual, moral, dan praktis dalam menjaga alam. Hal ini mencakup pemahaman tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, menghindari pemborosan sumber daya alam, dan melindungi keanekaragaman hayati sebagai bagian dari ibadah kepada Allah SWT. Dengan demikian, model ini bertujuan untuk membentuk generasi Muslim yang memiliki kesadaran ekologis tinggi, bertindak secara bertanggung jawab terhadap lingkungan, dan menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari mereka. A. Konsep dan Prinsip Pendidikan Lingkungan Konsep dan Prinsip Pendidikan Lingkungan mencakup serangkaian ide dan nilai yang menjadi dasar dalam pengembangan program pendidikan yang berfokus pada pemahaman, penghargaan, dan perlindungan terhadap lingkungan.


39 Konsep pendidikan lingkungan Pendidikan lingkungan adalah suatu pendekatan dalam proses pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, kesadaran, dan keterlibatan individu dalam isu-isu lingkungan. Pendekatan ini tidak hanya mengajarkan tentang aspek-aspek lingkungan, tetapi juga mendorong individu untuk mengembangkan sikap, nilai, dan keterampilan yang diperlukan untuk bertindak secara bertanggung jawab dalam menjaga, melindungi, dan memperbaiki lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan berusaha untuk menciptakan hubungan yang seimbang antara manusia dan alam, serta mendorong adopsi perilaku yang ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum konsep ini menekankan pentingnya memperkuat kesadaran ekologis individu, kelompok, dan masyarakat dalam menjaga keseimbangan alam. Dengan konsep ini, pendidikan lingkungan bertujuan untuk membentuk individu yang peduli, bertanggung jawab, dan proaktif dalam menjaga alam serta memperjuangkan keadilan lingkungan untuk kesejahteraan bersama. Salah satu teori yang sering dikaitkan dengan konsep pendidikan lingkungan adalah teori "ekologi manusia" atau "teori ekologi kognitif". Teori ini menyoroti hubungan kompleks antara manusia dan lingkungan alam, dengan


40 fokus pada bagaimana individu memahami, berinteraksi, dan bereaksi terhadap lingkungan mereka. Konsep utama dalam teori ini adalah bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap lingkungan fisik dan sosial di sekitar mereka. Teori ini menekankan bahwa individu membangun pemahaman mereka tentang lingkungan melalui pengalaman langsung, interaksi sosial, dan pengaruh budaya. Dengan demikian, pendidikan lingkungan yang efektif harus memperhitungkan konteks sosial dan budaya di mana individu berada, serta memfasilitasi pengalaman langsung yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang lingkungan dan dampak perilaku mereka terhadapnya. Teori ini juga menyoroti pentingnya perubahan perilaku individu dan kelompok dalam menciptakan perubahan positif dalam keberlanjutan lingkungan. Perkembangan konsep pendidikan lingkungan berbasis teori ekologi manusia telah melalui beberapa tahapan seiring waktu. Pada awalnya, pendidikan lingkungan cenderung berfokus pada penyampaian informasi tentang isu-isu lingkungan kepada masyarakat. Namun, seiring dengan pemahaman yang semakin berkembang tentang kompleksitas hubungan antara manusia dan lingkungan, pendekatan pendidikan lingkungan mulai berubah. Perkembangan selanjutnya adalah menuju pendekatan yang lebih holistik dan berbasis aksi, di mana pendidikan


41 lingkungan tidak hanya bertujuan untuk menyediakan pengetahuan tentang isu-isu lingkungan, tetapi juga untuk mendorong tindakan nyata yang berkelanjutan dan perubahan perilaku. Ini melibatkan pengintegrasian nilainilai sosial, budaya, dan spiritual dalam pendidikan lingkungan, serta pemberdayaan individu untuk berpartisipasi dalam upaya pelestarian lingkungan. Selain itu, pendidikan lingkungan juga semakin diarahkan pada pengembangan keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan mengatasi tantangan lingkungan. Ini mencakup keterampilan berpikir kritis, kolaborasi, serta kemampuan untuk mengambil keputusan yang berkelanjutan dalam konteks lingkungan. Perkembangan terbaru dalam pendidikan lingkungan mencakup penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan aksesibilitas dan efektivitas pembelajaran, serta penekanan pada inklusivitas dan keadilan dalam pendidikan lingkungan untuk memastikan bahwa semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk terlibat dalam upaya pelestarian lingkungan. Dengan demikian, perkembangan konsep pendidikan lingkungan terus bergerak menuju pendekatan yang lebih holistik, berbasis aksi, dan inklusif untuk mempromosikan pemahaman yang lebih dalam dan tindakan yang lebih efektif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. (Jickling & Wals, 2019).


42 Prinsip pendidikan lingkungan Prinsip-prinsip pendidikan lingkungan mencakup sejumlah aspek yang mendasari pendekatan, tujuan, dan pelaksanaan pembelajaran dalam konteks lingkungan. Beberapa prinsip utama yang menjadi pedoman dalam pendidikan lingkungan antara lain: 1. Holisme Prinsip holisme dalam pendidikan lingkungan menekankan pentingnya memperlakukan lingkungan sebagai sebuah sistem yang kompleks, di mana berbagai aspek saling terkait dan memengaruhi satu sama lain. Ini berarti pendidikan lingkungan tidak hanya memperhatikan aspek-aspek ekologi, tetapi juga mempertimbangkan faktor-faktor sosial, ekonomi, dan budaya dalam memahami isu-isu lingkungan dan mencari solusi yang berkelanjutan. Sebagai contoh, ketika mempelajari masalah deforestasi, pendidikan lingkungan yang holistik tidak hanya mempertimbangkan dampaknya terhadap ekosistem hutan dan keanekaragaman hayati, tetapi juga implikasinya terhadap masyarakat lokal yang bergantung pada hutan untuk kehidupan dan mata pencaharian mereka, serta faktor ekonomi yang mendorong praktek-praktek tersebut. Dengan mengadopsi pendekatan holistik,


Click to View FlipBook Version