93 Dengan memperhatikan hal di atas secara konsisten, pesantren menciptakan lingkungan yang sehat, aman, dan nyaman bagi para santri. Hal ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik mereka, tetapi juga membantu menciptakan kondisi yang mendukung kesejahteraan mental dan spiritual para santri, sehingga mereka dapat fokus pada pembelajaran dan pengembangan diri secara optimal.
94 Evaluasi dan Peningkatan Berkelanjutan valuasi dan peningkatan berkelanjutan merupakan bagian integral dari implementasi program pendidikan lingkungan di pesantren. Proses evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas program yang telah dilaksanakan, mengidentifikasi keberhasilan dan tantangan yang dihadapi, serta mengevaluasi dampaknya terhadap kesadaran lingkungan dan perilaku santri. Evaluasi dilakukan secara E 6
95 berkala untuk memastikan bahwa program tetap relevan dan responsif terhadap perubahan lingkungan dan kebutuhan pesantren. Berdasarkan hasil evaluasi, dilakukan peningkatan berkelanjutan melalui perbaikan program, pengembangan strategi baru, dan pelibatan aktif stakeholder untuk memastikan keberlanjutan dan kesuksesan program pendidikan lingkungan di pesantren. Dengan pendekatan ini, pesantren dapat terus meningkatkan kontribusinya dalam menjaga lingkungan dan membentuk generasi yang peduli terhadap kelestarian alam. A. Evaluasi Efektivitas Strategi Pendidikan Lingkungan Evaluasi efektivitas strategi pendidikan lingkungan merupakan langkah penting dalam memastikan bahwa program yang dilakukan di pesantren dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan secara efektif. Proses evaluasi ini mencakup berbagai aspek, mulai dari penilaian terhadap pencapaian tujuan program hingga dampaknya terhadap kesadaran lingkungan dan perilaku santri. Evaluasi tersebut dapat dilakukan melalui beberapa langkah yang terstruktur dan komprehensif. (Munawwaroh, 2018) 1. Menetapkan indikator kinerja Pada tahap awal evaluasi, penetapan indikator kinerja yang jelas dan terukur sangat penting untuk memastikan bahwa tujuan program pendidikan lingkungan dapat dievaluasi secara efektif. Indikator kinerja ini harus mencakup berbagai aspek baik dari
96 segi kuantitatif maupun kualitatif, sehingga memberikan gambaran yang komprehensif tentang pencapaian program. Berikut adalah detail dari beberapa aspek yang dapat menjadi indikator kinerja: a. Jumlah Santri Terlibat: Indikator ini mengukur seberapa banyak santri yang aktif terlibat dalam kegiatan lingkungan yang diselenggarakan oleh pesantren. Ini dapat mencakup partisipasi dalam penanaman pohon, kegiatan pembersihan lingkungan, seminar kesehatan, atau program-program lain yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan. b. Jumlah Pohon yang Ditanam: Untuk mengevaluasi dampak program dalam memperbaiki kondisi lingkungan, jumlah pohon yang ditanam dapat menjadi indikator kuantitatif yang penting. Hal ini mencerminkan upaya nyata dalam menjaga kelestarian alam dan meningkatkan ketersediaan oksigen serta penyerapan karbon dioksida. c. Jumlah Sampah yang Didaur Ulang: Indikator ini mengukur efektivitas program dalam mengelola sampah dengan baik. Jumlah sampah yang berhasil didaur ulang dapat menjadi tolok ukur yang baik untuk mengevaluasi keberhasilan program dalam meminimalkan dampak negatif lingkungan akibat sampah.
97 d. Perubahan Sikap dan Perilaku Santri: Aspek kualitatif ini melibatkan evaluasi terhadap perubahan sikap dan perilaku santri terkait lingkungan. Hal ini dapat diukur melalui survei atau wawancara yang menilai kesadaran, pengetahuan, sikap, dan tindakan santri terhadap isu-isu lingkungan sebelum dan setelah mengikuti program. Dengan menetapkan indikator kinerja yang komprehensif seperti di atas, pesantren dapat memiliki dasar yang kuat untuk mengevaluasi efektivitas program pendidikan lingkungan. Indikator kinerja ini memungkinkan pengukuran yang lebih objektif terhadap pencapaian tujuan program serta memberikan pandangan yang lebih lengkap tentang dampaknya terhadap kesadaran lingkungan dan perilaku santri. 2. Pengumpulan data Setelah menetapkan indikator kinerja, langkah berikutnya dalam evaluasi efektivitas program pendidikan lingkungan adalah pengumpulan data yang berkaitan dengan pencapaian indikator tersebut. Proses pengumpulan data ini memungkinkan pesantren untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang sejauh mana tujuan program telah tercapai dan bagaimana dampaknya terhadap santri dan lingkungan sekitarnya. Berbagai metode pengumpulan data dapat digunakan, antara lain:
98 a. Observasi Langsung: Pengamat dari pesantren dapat melakukan observasi langsung terhadap berbagai kegiatan lingkungan yang dilakukan oleh santri, seperti penanaman pohon, pembersihan lingkungan, atau partisipasi dalam seminar kesehatan. Observasi ini dapat memberikan pemahaman langsung tentang tingkat partisipasi dan keterlibatan santri dalam kegiatan tersebut. b. Wawancara: Wawancara dengan santri dan staf pengajar merupakan cara yang efektif untuk memperoleh informasi tentang persepsi, pengalaman, dan dampak program pendidikan lingkungan. Dalam wawancara ini, pesantren dapat menanyakan tentang perubahan sikap, pengetahuan, dan perilaku santri terkait lingkungan sebelum dan setelah mengikuti program. c. Survei: Survei dapat dilakukan untuk mengumpulkan data secara sistematis dari sejumlah responden, baik santri maupun staf pengajar. Survei ini dapat mencakup pertanyaan tentang kesadaran lingkungan, partisipasi dalam kegiatan lingkungan, dan persepsi terhadap efektivitas program. Data dari survei dapat memberikan gambaran yang lebih luas dan representatif tentang dampak program.
99 d. Dokumentasi Kegiatan: Dokumentasi seperti foto, video, atau catatan kegiatan juga dapat menjadi sumber data yang berharga. Dokumentasi ini mencatat berbagai kegiatan lingkungan yang dilakukan selama program berlangsung, serta mencatat perkembangan dan pencapaian yang terjadi dari waktu ke waktu. Penting untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan berkualitas dan representatif agar evaluasi efektivitas program dapat dilakukan secara objektif. Dengan memiliki data yang komprehensif dan akurat, pesantren dapat mengevaluasi pencapaian program secara lebih mendalam dan merencanakan langkah-langkah perbaikan atau peningkatan yang diperlukan untuk masa depan. 3. Analisis data Setelah data terkumpul, tahap selanjutnya dalam evaluasi efektivitas strategi pendidikan lingkungan adalah analisis data. Analisis ini dilakukan untuk mengevaluasi pencapaian tujuan program serta mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari strategi yang telah dilaksanakan. Berikut adalah langkahlangkah yang dilakukan dalam analisis data: a. Pengolahan Data: Data yang telah terkumpul perlu diolah agar dapat dianalisis dengan lebih efektif.
100 Proses pengolahan data meliputi penyusunan, penyortiran, dan pengelompokan data berdasarkan indikator kinerja atau tujuan program. Hal ini memungkinkan untuk memahami dengan lebih baik informasi yang terkandung dalam data tersebut. b. Analisis Kuantitatif: Jika data yang terkumpul bersifat kuantitatif, seperti jumlah santri yang terlibat dalam kegiatan lingkungan atau persentase peningkatan kesadaran lingkungan, maka analisis kuantitatif dapat dilakukan. Analisis ini melibatkan penggunaan metode statistik untuk mengidentifikasi pola atau tren dalam data, seperti perubahan sebelum dan sesudah program atau perbedaan antara kelompok yang berbeda. c. Analisis Kualitatif: Selain itu, jika data yang terkumpul bersifat kualitatif, seperti hasil wawancara atau observasi, maka analisis kualitatif dapat dilakukan. Analisis ini melibatkan pembacaan dan interpretasi terhadap data secara mendalam untuk mengidentifikasi tema, pola, atau insight yang muncul dari data tersebut. d. Evaluasi Pencapaian Tujuan: Setelah data dianalisis, evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana tujuan program telah tercapai. Ini melibatkan perbandingan antara hasil yang dicapai
101 dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika tujuan telah tercapai, maka program dapat dianggap efektif. Namun, jika tidak, perlu dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor penyebab dan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan. e. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan: Analisis data juga memungkinkan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari strategi yang telah dilaksanakan. Kekuatan adalah hal-hal yang telah berkontribusi terhadap keberhasilan program, sedangkan kelemahan adalah hal-hal yang menjadi hambatan atau kendala dalam pencapaian tujuan. Identifikasi ini penting untuk merencanakan langkah-langkah perbaikan atau pengembangan di masa mendatang. Dengan melakukan analisis data secara komprehensif, pesantren dapat memahami dengan lebih baik dampak dari program pendidikan lingkungan yang telah dilaksanakan dan merencanakan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitas program di masa mendatang. 4. Pembahasan dan refleksi Setelah analisis data selesai dilakukan, langkah berikutnya adalah melakukan pembahasan dan refleksi bersama antara pihak-pihak terkait. Hal ini melibatkan
102 guru, pengurus pesantren, dan santri untuk mengevaluasi pelaksanaan program serta mencari solusi atau rekomendasi perbaikan yang dapat meningkatkan efektivitasnya. Berikut adalah tahapan pembahasan dan refleksi yang dapat dilakukan: a. Pertemuan Evaluasi: Diadakan pertemuan khusus yang melibatkan semua pihak terkait, termasuk guru, pengurus pesantren, dan santri yang terlibat dalam program pendidikan lingkungan. Pertemuan ini bertujuan untuk secara kolektif mengevaluasi hasil dan pengalaman dari program yang telah dilaksanakan. b. Diskusi Hasil Analisis: Hasil analisis data disampaikan kepada semua pihak terkait dalam pertemuan evaluasi. Data yang telah diolah dan hasil evaluasi tujuan program dibahas secara terbuka dan transparan. Setiap aspek dari program dievaluasi dengan teliti untuk mengidentifikasi apa yang telah berhasil dan apa yang perlu diperbaiki. c. Pencarian Solusi dan Rekomendasi: Dalam diskusi tersebut, pihak-pihak terkait diajak untuk berpartisipasi dalam pencarian solusi dan rekomendasi perbaikan. Ide-ide dan saran-saran dari berbagai pihak didiskusikan secara kolaboratif untuk mencari cara terbaik untuk meningkatkan efektivitas program. Diskusi ini juga dapat
103 mencakup identifikasi faktor-faktor penyebab keberhasilan atau kegagalan program. d. Perencanaan Tindak Lanjut: Berdasarkan hasil diskusi, perencanaan tindak lanjut dilakukan untuk mengimplementasikan solusi dan rekomendasi perbaikan. Langkah-langkah perbaikan yang diidentifikasi diintegrasikan ke dalam rencana kerja yang lebih lanjut. Setiap pihak terlibat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindak lanjut sesuai dengan perannya masing-masing. e. Monitoring dan Evaluasi Lanjutan: Setelah tindakan perbaikan diimplementasikan, dilakukan monitoring dan evaluasi lanjutan untuk menilai dampak dari langkah-langkah tersebut. Proses ini membantu dalam memastikan bahwa perbaikan yang dilakukan efektif dan berkelanjutan dalam meningkatkan kualitas program pendidikan lingkungan di pesantren. Melalui kerjasama semua pihak terkait dalam pembahasan dan refleksi bersama, pesantren dapat memastikan bahwa rekomendasi perbaikan yang diusulkan sesuai dengan kebutuhan dan dapat diterima oleh semua pihak. Hal ini juga meningkatkan tingkat keterlibatan dan komitmen dari seluruh komunitas pesantren dalam upaya meningkatkan efektivitas program pendidikan lingkungan.
104 5. Penyusunan laporan evaluasi Langkah terakhir dari proses evaluasi adalah penyusunan laporan evaluasi yang komprehensif. Laporan ini akan menyajikan temuan, kesimpulan, serta rekomendasi untuk perbaikan berdasarkan hasil evaluasi program pendidikan lingkungan di pesantren. Berikut adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penyusunan laporan evaluasi: a. Pengumpulan Data: Data dari seluruh tahapan evaluasi harus dikumpulkan dan disusun dengan rapi. Ini termasuk data-data hasil analisis, catatan dari pertemuan evaluasi, tanggapan dari pihakpihak terkait, dan informasi lain yang relevan dengan program pendidikan lingkungan. b. Analisis dan Interpretasi: Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara mendalam untuk mengevaluasi pencapaian tujuan program, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, serta menarik kesimpulan yang relevan. Interpretasi data ini penting untuk memahami dampak dan efektivitas program. c. Penyusunan Temuan dan Kesimpulan: Berdasarkan analisis data, temuan dan kesimpulan utama dari evaluasi dipaparkan secara jelas dan ringkas dalam laporan. Ini mencakup pencapaian tujuan program, evaluasi efektivitas strategi
105 pendidikan lingkungan, serta identifikasi tantangan dan peluang yang dihadapi. d. Rekomendasi untuk Perbaikan: Berdasarkan temuan dan kesimpulan, rekomendasi konkret diajukan untuk meningkatkan efektivitas program pendidikan lingkungan di pesantren. Rekomendasi ini harus praktis, dapat diimplementasikan, dan sesuai dengan kebutuhan pesantren serta tujuan jangka panjangnya. e. Penyusunan Laporan: Laporan evaluasi disusun dengan format yang jelas dan sistematis, dimulai dari pendahuluan yang menjelaskan tujuan dan konteks evaluasi, diikuti dengan pembahasan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi. Laporan ini juga dapat mencakup ringkasan eksekutif untuk memudahkan pemahaman. f. Penyampaian Laporan: Setelah selesai disusun, laporan evaluasi disampaikan kepada pihak-pihak terkait, termasuk guru, pengurus pesantren, dan stakeholder lainnya. Penyampaian laporan ini dapat dilakukan melalui pertemuan khusus, presentasi, atau distribusi secara tertulis. g. Pemantauan dan Tindak Lanjut: Setelah laporan evaluasi disampaikan, langkah selanjutnya adalah melakukan pemantauan dan tindak lanjut terhadap rekomendasi yang diajukan. Hal ini penting untuk
106 memastikan bahwa perbaikan yang direkomendasikan diimplementasikan dengan baik dan program pendidikan lingkungan terus berkembang sesuai dengan hasil evaluasi. Dengan menyusun laporan evaluasi yang komprehensif dan menjalankan tindak lanjut yang efektif, pesantren dapat memastikan bahwa program pendidikan lingkungan mereka terus meningkat dan memberikan kontribusi yang signifikan dalam menjaga kelestarian alam serta membentuk generasi yang peduli terhadap lingkungan. B. Peningkatan Kontinu Berdasarkan Hasil Evaluasi Tindakan peningkatan kontinu berdasarkan hasil evaluasi merupakan komponen krusial dalam menjaga dan meningkatkan efektivitas program pendidikan lingkungan di pesantren. Proses ini dimulai dengan analisis mendalam terhadap hasil evaluasi yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam tahap ini, pihak terkait, termasuk guru, pengurus pesantren, dan santri, bekerja sama untuk mengidentifikasi kekuatan yang perlu dipertahankan, kelemahan yang perlu diperbaiki, serta peluang dan tantangan yang mungkin dihadapi. Dengan pemahaman yang jelas tentang kondisi program saat ini, langkah selanjutnya adalah menetapkan prioritas-prioritas peningkatan yang perlu diambil. Hal ini melibatkan diskusi yang mendalam dan pemilihan area-
107 area yang memiliki dampak signifikan terhadap tujuan program. Setelah prioritas peningkatan ditetapkan, tim pengelola program merencanakan tindakan-tindakan perbaikan yang konkret dan terukur. Rencana ini mencakup langkahlangkah spesifik yang harus diambil, tanggung jawab masing-masing pihak, waktu pelaksanaan, serta alokasi sumber daya yang diperlukan. Implementasi tindakan perbaikan dilakukan secara hati-hati dan terkoordinasi, dengan memastikan bahwa setiap langkah dijalankan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Selama proses implementasi, monitorisasi dan evaluasi berkelanjutan dilakukan secara terus-menerus. Data yang terkumpul dari pemantauan tersebut digunakan untuk mengevaluasi kemajuan implementasi serta mengidentifikasi hambatan-hambatan yang mungkin timbul. Berdasarkan hasil evaluasi, dilakukan penyesuaian dan perbaikan yang diperlukan dalam rencana tindakan. Fleksibilitas dalam mengadaptasi strategi menjadi kunci dalam mengatasi tantangan yang muncul di lapangan. Pentingnya keterlibatan stakeholder dalam proses peningkatan kontinu tidak boleh diabaikan. Melibatkan semua pihak terkait, termasuk guru, pengurus pesantren, santri, dan orang tua, dalam diskusi dan pengambilan keputusan akan memperkuat dukungan terhadap program dan meningkatkan keterlibatan dalam implementasi
108 tindakan perbaikan. Komunikasi terbuka dan transparan tentang kemajuan dan hasil dari upaya peningkatan juga penting untuk membangun kepercayaan dan keterlibatan yang lebih besar dalam proses. Terakhir, evaluasi dan pembelajaran berkelanjutan menjadi siklus yang harus terus berlanjut. Hasil evaluasi menjadi masukan penting untuk perbaikan selanjutnya, sementara pembelajaran dari pengalaman-pengalaman sebelumnya akan membantu dalam menghindari kesalahan yang sama di masa depan. Dengan menjaga siklus evaluasi dan pembelajaran ini berjalan, pesantren dapat memastikan bahwa program pendidikan lingkungan mereka terus berkembang dan memberikan dampak yang positif bagi lingkungan dan masyarakat secara keseluruhan. C. Replikasi Model pada Pesantren Lain Replikasi model pendidikan lingkungan yang sukses pada pesantren lain memerlukan pendekatan yang cermat dan terencana. Langkah pertama dalam proses replikasi adalah memahami konteks dan karakteristik masing-masing pesantren yang akan menjadi sasaran replikasi. Ini termasuk memahami kebutuhan dan tantangan yang unik, sumber daya yang tersedia, serta kebijakan dan budaya yang ada di pesantren tersebut.
109 Setelah memahami konteks, langkah berikutnya adalah menyesuaikan model pendidikan lingkungan yang telah terbukti berhasil dengan kebutuhan dan karakteristik pesantren yang dituju. Ini dapat melibatkan penyesuaian dalam kurikulum, metode pengajaran, kegiatan-kegiatan praktis, serta strategi pengelolaan program. Penyesuaian ini penting untuk memastikan bahwa model pendidikan lingkungan dapat diintegrasikan dengan lancar ke dalam pesantren target dan mencapai dampak yang diinginkan. Selanjutnya, penting untuk melibatkan semua pihak terkait dalam proses replikasi, termasuk guru, pengurus pesantren, santri, dan orang tua. Komunikasi yang efektif dan partisipasi aktif dari semua pihak akan memastikan dukungan yang kuat dan pemahaman yang mendalam tentang tujuan dan manfaat program pendidikan lingkungan. Selama proses replikasi, penting untuk melakukan pemantauan dan evaluasi secara terus-menerus untuk mengukur kemajuan dan dampak program. Data yang terkumpul dari pemantauan dan evaluasi ini dapat digunakan untuk melakukan penyesuaian dan perbaikan yang diperlukan dalam implementasi program. Terakhir, sharing dan diseminasi hasil dari replikasi model pendidikan lingkungan yang sukses kepada pesantren lain adalah langkah penting dalam memperluas dampak program. Ini dapat dilakukan melalui workshop,
110 seminar, atau pertemuan lintas pesantren untuk berbagi pengalaman, pembelajaran, dan praktik terbaik antar pesantren. Dengan pendekatan yang terencana dan melibatkan semua pihak terkait, replikasi model pendidikan lingkungan yang sukses di pesantren lain dapat menjadi sarana yang efektif untuk memperluas dampak positif dalam menjaga kelestarian alam dan membentuk generasi yang peduli terhadap lingkungan di seluruh pesantren di Indonesia. Manfaat dan kendala Replikasi model pendidikan lingkungan di pesantren lain memiliki sejumlah manfaat yang signifikan, antara lain: 1. Peningkatan Kesadaran Lingkungan Dengan menyebarkan model pendidikan lingkungan yang terbukti berhasil, pesantren lain dapat meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan santri dan anggota pesantren lainnya. Hal ini dapat menghasilkan perubahan sikap dan perilaku yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan.
111 2. Pembentukan Generasi yang Peduli terhadap Lingkungan Replikasi model pendidikan lingkungan dapat membantu dalam membentuk generasi yang lebih peduli terhadap lingkungan di pesantren lain. Dengan melibatkan santri secara aktif dalam kegiatan pendidikan lingkungan, pesantren dapat menghasilkan individu yang memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi agen perubahan dalam menjaga kelestarian alam. 3. Peningkatan Kesehatan dan Kesejahteraan Melalui pendidikan lingkungan, pesantren dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan dan kesejahteraan bagi santri. Dengan menerapkan praktik-praktik sehat seperti pola makan yang baik, olahraga teratur, dan kegiatan lingkungan yang bersih, pesantren dapat memberikan kontribusi positif terhadap kesehatan dan kesejahteraan santri. 4. Pemberdayaan Komunitas Pesantren Replikasi model pendidikan lingkungan juga dapat memperkuat dan memberdayakan komunitas pesantren secara keseluruhan. Dengan melibatkan semua pihak terkait dalam proses replikasi, pesantren dapat membangun kerjasama yang kuat dan meningkatkan kapasitas mereka dalam menjaga kelestarian alam.
112 5. Kontribusi terhadap Keberlanjutan Lingkungan Melalui penanaman nilai-nilai lingkungan yang berkelanjutan, replikasi model pendidikan lingkungan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keberlanjutan lingkungan di tingkat lokal dan global. Dengan melatih generasi muda untuk menjadi pemimpin yang peduli terhadap lingkungan, pesantren dapat membantu menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi bumi ini. Dengan demikian, replikasi model pendidikan lingkungan di pesantren lain memiliki potensi untuk memberikan manfaat yang luas, baik bagi pesantren itu sendiri maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Meskipun replikasi model pendidikan lingkungan di pesantren lain memiliki manfaat yang signifikan, namun ada beberapa kendala yang mungkin dihadapi dalam proses replikasi tersebut: 1. Perbedaan Konteks Lokal Setiap pesantren memiliki konteks dan kondisi lokal yang unik, termasuk faktor geografis, budaya, sosial, dan ekonomi. Perbedaan ini dapat menjadi hambatan dalam mereplikasi model pendidikan lingkungan yang berhasil dari satu pesantren ke pesantren lain yang memiliki konteks yang berbeda.
113 2. Keterbatasan Sumber Daya Replikasi model pendidikan lingkungan mungkin terhambat oleh keterbatasan sumber daya, seperti dana, fasilitas, dan tenaga pengajar. Pesantren yang kurang memiliki sumber daya mungkin menghadapi kesulitan dalam meniru atau menyesuaikan model pendidikan lingkungan yang sudah ada. 3. Kesadaran dan Penerimaan Tidak semua pesantren dan komunitasnya memiliki kesadaran dan penerimaan yang sama terhadap pentingnya pendidikan lingkungan. Beberapa pesantren mungkin menghadapi tantangan dalam mengubah sikap dan perilaku yang sudah ada serta menghadapi resistensi dari pihak-pihak tertentu. 4. Kesulitan dalam Penyesuaian Model pendidikan lingkungan yang berhasil di satu pesantren mungkin tidak langsung dapat diterapkan di pesantren lain tanpa penyesuaian. Proses penyesuaian tersebut dapat memerlukan waktu, upaya, dan komitmen yang cukup besar dari semua pihak terkait. 5. Kurangnya Dukungan dan Kerjasama Replikasi model pendidikan lingkungan dapat terhambat oleh kurangnya dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk pimpinan pesantren, staf pengajar, santri, orang tua, dan masyarakat setempat. Tanpa dukungan yang kuat dari semua pihak terkait,
114 proses replikasi dapat mengalami kendala yang signifikan. 6. Ketidaksiapan Institusi Beberapa pesantren mungkin tidak siap secara institusional untuk mereplikasi model pendidikan lingkungan yang kompleks dan terstruktur. Kurangnya pengalaman, keahlian, atau infrastruktur pendukung dapat menjadi kendala dalam menjalankan program pendidikan lingkungan dengan efektif. Mengatasi kendala-kendala ini memerlukan komitmen, kerjasama, dan upaya bersama dari semua pihak terkait, serta adopsi pendekatan yang inklusif, adaptif, dan berkelanjutan dalam proses replikasi model pendidikan lingkungan di pesantren lain.
115 Daftar Pustaka Abidin, Z. (2017). Ekologi Dan Lingkungan Hidup Dalam Perspektif Alquran. MIYAH: Jurnal Studi Islam, 13(01), 178–193. Abusama, Q., Asiah, S., & Yasin, Z. (2020). Actuating Pendidikan Dalam Pandangan Al-Qur’an Dan Hadits. Jurnal Al Himayah, 4(2), 298–310. Ahillah, T. (2022). Dinamika Mahasiswa Penghafal Al-Qur’an (Studi Kasus di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Putri Nurul Furqon Malang). Universitas Islam Malang. Anggoro, B. S., Haka, N. B., & Hawani, H. (2019). Pengembangan Majalah Biologi Berbasis Al-Qur’an Hadist Pada Mata Pelajaran Biologi Untuk Peserta Didik Kelas X Di Tingkat SMA/MA: The Development of Al-Qur’an Hadith based on Biology Subject for Class X Student High Scholl/MA Level. Biodik, 5(2), 164–172. Daulay, H. H. P. (2019). Pendidikan Islam di Indonesia: historis dan eksistensinya. Prenada Media. Glaab, K. (2022). The green, the secular, and the religious: the legitimacy of religious environmentalism in global
116 climate politics. In Religious Environmental Activism (pp. 268–281). Routledge. Hadi, A. (2020). Konsep dan praktek kesehatan berbasis ajaran islam. Al-Risalah: Jurnal Studi Agama Dan Pemikiran Islam, 11(2), 53–70. Jickling, B., & Wals, A. E. J. (2019). Globalization and environmental education: Looking beyond sustainable development. In Curriculum and environmental education (pp. 221–241). Routledge. Kusnandi, K. (2017). Integrasi Kurikulum Berbasis Pesantren pada Lembaga Pendidikan. Jurnal Kependidikan, 5(2), 279–297. Mahmudah, R. (2017). Konsep Pendidikan Tahfidz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Binaul Ummah Rawa Denok-Depok. Muhammad, A. (2022). Urgensi Pelestarian Lingkungan Hidup dalam Al Quran. PILAR, 13(1), 67–87. Munawwaroh, M. (2018). Konsep kesehatan jiwa dalam alqur’an. UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Munir, S. (2019). Pendidikan pelestarian lingkungan dalam prespektif al-qur’an. Institut PTIQ Jakarta. Qutni, D. (2021). Efektivitas Integrasi Kurikulum Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik (Studi Di Smp Daarul Qur’an Internasional Tangerang Internasional Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an). Jurnal Tahdzibi:
117 Manajemen Pendidikan Islam, 3(2), 103–116. Rambe, P., Nurjan, S., & Laksana, S. D. (2019). Manajemen Pendidikan Islam Berbasis Tahfidz di Pondok Pesantren Tahfizh QurAn Ahmad Dahlan Ponorogo. TARBAWI: Journal on Islamic Education, 3(1), 61–72. Rodin, D. (2017). Alquran dan konservasi lingkungan: Telaah ayat-ayat ekologis. Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam, 17(2), 391–410. Sari, D. P. (2017). Pendidikan karakter berbasis al-quran. Islamic Counseling: Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam, 1(1), 1–24.
118 Tentang Penulis Kholid Abdul Aziz. Lahir di serang banten pada tanggal 13 April 1998. Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan bapak H. Suhaemi dan Ibu Sulhatunnafsiah. Penulis pernah sekolah di SDN Songgom Jaya, Pesantren Modern Kulni, Universitas Djuanda Bogor dan Universitas PTIQ Jakarta. Saat ini mengabdi di Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Daarul ‘Uluum Lido.
119