91 menurut Influencer Marketing Hub didapat data sepanjang tahun 2022 affiliate marketing menjadi industri pemasaran digital senilai $12 miliar dollar AS. 2. Content Marketing (Pemasaran Konten) Content marketing merupakan penggunaan konten atau kisah cerita dan berbagi informasi untuk meningkatkan kesadaran merek. Tujuannya yaitu agar pembaca atau penonton mengambil tindakan untuk menjadi seorang customer, seperti meminta informasi lebih lanjut, mendaftar ke list email, atau langsung melakukan pembelian. Konten dapat merujuk pada postingan blog, buku, video digital, podcast, dan masih banyak lagi. Content marketing bekerja secara symbiosis dengan jenis pemasaran digital lainnya, karena secara umum pemasar digital menggabungkannya dengan optimasi mesin pencari SEO ke dalam konten situs web tertentu. Konten dibuat dan dibagikan sebagai postingan media sosial dan juga pemasaran dengan email. 3. Email Marketing (Pemasaran Email) Pemasaran menggunakan email masih menjadi salah satu media pemasaran digital yang efektif, meskipun kemudian muncul media sosial, aplikasi seluler, dan saluran lainnya. Para pemasar terlatih yang menggunakan email sebagai media pemasarannya tidak hanya mengetahui cara membuat bahasa iklan yang menarik, namun juga memahami jangkauan pasar yang optimal dan terampil menganalisis data
92 interaksi dengan customer, serta membuat keputusan strategis berdasarkan data yang didapat. Perangkat lunak email marketing dapat menawarkan banyak ukuran analitis yang berbeda, namun dua hal yang selalu berusaha ditingkatkan oleh pemasar adalah open rate (presentase penerima yang membuka email) dan click-through ratio (jemlah penerima yang membuka email dan mengklik pada tautan di email). 4. Marketing Analytics (Analisis Pemasaran) Salah satu keuntungan utama pemasaran digital yaitu sangat dapat melacak dan mengukur perilaku pengguna pada tingkat yang sangat detail, misalkan: a. berapa kali pengguna mengklik sebuah link; b. berapa banyak waktu yang dihabiskan di halaman web; c. seberapa sering pengguna membuka email; d. dan masih banyak lagi. Tidak hanya memungkinkan para pemasar untuk mempelajari apa yang sukses dan tepat dilakukan terhadap konsumen, tetapi juga dapat menunjukkan nilai mereka terhadap produk atau jasa bisnis. Memahami semua data dan menggunakan untuk membuat keputusan strategis merupakan bagian penting dari pemasaran digital. Salah satu media yang banyak digunakan untuk analysis marketing yaitu Google Analytics, yang dapat disesuaikan dengan berbagai cara untuk mengukur:
93 a. bagaimana kinerja situs; b. kata kunci mana yang membawa pengguna ke situs; c. bagaimana pengguna bernavigasi; d. dan masih banyak lagi. 5. Mobile Marketing (Pemasaran Seluler) Jenis pemasaran digital ini difokuskan untuk menjangkau target pasar melalui smartphone atau tablet mereka. Mobile Marketing menjangkau orang-orang melalui pesan teks, media sosial, situs web, email, dan mobile application. Pemasar dapat menyesuaikan penawaran atau konten khusus pada suatu lokasi geografis atau waktu tertentu, misalkan: terhadap pelanggan yang masuk took tertentu atau pengunjung yang mendatangi event tertentu. Berdasarkan data Statista bahwa 46% responden menyatakan menghabiskan waktu antara lima sampai dengan enam jam sehari di depan layar handphone mereka. Dengan minimal 40 menit sehari di aplikasi media sosial, dengan pengguna terbesar yaitu Facebook dan Instagram. Dengan penjualan e-commerce diperkirakan melampaui 5,7 dtriliun dollar AS. Ini menyampaikan pesan: ‚pelanggan potensial bisnis anda ada di ponsel mereka!‛. 6. Pay-per-Click/PPC (Bayar-per-Klik) Pay-per-click (PPC) mengacu pada iklan berbayar dan hasil mesin pencari yang dipromosikan. Pay-per-click merupakan bentuk media pemasaran digital jangka pendek, artinya setelah
94 pemasar tidak lagi membayar, maka iklan tersebut tidak ada lagi di internet. Seperti SEO, Pay-per-click merupakan cara untuk meningkatkan traffic pencarian ke bisnis online yang ditawarkan. Pay-per-click dapat merujuk pada iklan yang dilihat di bagian atas dan samping halaman hasil pencarian, browsing web tertentu, menonton video di Youtube, dan menggunakan mobile apps tertentu. Yang membedakan pay-per-click (PPC) dengan search engine optimization (SEO) yaitu dalam PPC pemasar hanya membayar untuk hasilnya. Dalam model PPC biasanya sepeerti iklan Google AdWaords, pemasar hanya akan membayar bila ada seseorang mengeklik iklan dan membuka situs web yang ditautkan. Menariknya, saat merancang iklan PPC, pemasar juga dapat memilih apakah akan dipromosikan atau ditampilkan kepada pengguna handphone di seluruh dunia atau hanya dalam wilayah geografis tertentu. 7. Search Engine Optimization/SEO (Optimasi Mesin Pencari) Tujuan search engine optimization (SEO) yaitu membuat merek atau bisnis mendapat peringkat lebih tinggi di hasil pencarian Google, yang pada akhirnya meningkatkan traffic mesin pencari ke situs web bisnis tersebut. Agar tepat sasaran, pemasar SEO meneliti kata dan frase yang digunakan konsumen untuk mencari informasi online dan menggunakan istilah tersebut dalam konten mereka. Penting untuk dipahami bahwa salah satu hal yang membuat SEO menantang yaitu bahwa jawaban atas pertanyaan
95 ini selalu bergantung pada mesin pencari dan algoritme terbarunya. 8. Social Media Marketing/SMM (Pemasaran Media Sosial) Social Media Marketing mencakup semua pemasaran yang menggunakan saluran mesia sosial. Saat ini, hampir semua pengguna handphone mengenal dan menggunakan media sosial. Pemasar dengan media social media marketing harus melakukan penguasaan rekayasa dan gejala sosial dengan pendekatan yang terintegrasi dan strategis, karena pemasaran dengan media sosial lebih dari sekedar membuat postingan untuk channel sosial dan menanggapi komentar. Agar efektif menjaga postingan tetap konsisten, tersedia banyak online tools yang saat ini tersedia untuk mengotomatisasi postingan di media sosial. Bagian terpenting dari social media marketing yaitu dalam hal analisisnya. Pemasar media sosial harus pandai menganalisis kinerja postingan mereka dan membuat strategi berdasarkan data yang dimiliki, untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja postingan di media sosial dan menerapkan strategi baru di postingan berikutnya. C. Pemilihan Media Pemasaran Digital Untuk itu penting untuk memilih media pemasaran digital yang akan digunakan para pemasar, meskipun mungkin sulit untuk memilih mana yang paling cocok.
96 Beberapa faktor utama yang harus dipertimbangkan ketika memilih media pemasaran digital di antaranya: 1. Mengidentifikasi tujuan bisnis dan diselaraskan dengan strategi pemasaran Strategi pemasaran yang berbeda akan lebih efektif dalam mencapai tujuan bisnis yang berbeda. Bersikap spesifik atas tujuan yang ditetapkan untuk diarahkan agar pemasaran menjadi lebih efektif. Jika ingin mencari hasil yang cepat, promosi melalui iklan berbayar mungkin bisa membantu. Di sisi lain, penggunaan social media marketing akan menjadi pilihan yang lebih baik untuk membangun kesadaran akan merek. 2. Memahami target pasar Memahami target pasar akan menyesuaikan pesan pemasaran dan memilih strategi pemasaran digital yang sesuai dengan pesan tersebut. Strategi pemasaran yang berbeda akan menarik demografi yang berbeda, sehingga penting untuk mengetahui kecenderungan minat dan perilaku konsumen. 3. Mempertimbangkan anggaran Beberapa strategi pemasaran digital, seperti iklan pay-per-click atau pemasaran dengan influencer, bisa memakan biaya yang besar. Sementara strategi lainnya, seperti social media marketing (pemasaran media sosial) atau pemasaran menggunakan email, lebih murah dan terjangkau bagi kalangan pemasar berbiaya rendah.
97 Penting untuk mempertimbangkan anggaran dengan cermat dan memilih strategi yang akan memberikan keuntungan atas investasi terbaik untuk bisnis yang dilakukan. 4. Mengevaluasi sumber daya manusia Bila memiliki sumber daya manusia atau tim kecil yang mumpuni, mungkin bisa menerapkan media pemasaran digital content marketing dan SEO, karena membutuhkan skill, waktu, dan upaya yang signifikan untuk dijalankan secara efektif. Bila memiliki sumber daya manusia atau tim kecil yang terbatas, media pemasaran digital seperti social media marketing atau pemasaran email mungkin lebih mudah dikelola dengan skill dan waktu yang terbatas. 5. Menguji dan mengulang strategi pemasaran Terakhir, penting untuk menguji dan mengulangi strategi pemasaran digital yang digunakan secara terus menerus. Tidak ada pendekatan universal dalam pemasaran digital, bahkan apa yang berhasil saat ini, mungkin tidak akan berhasil di pekan berikutnya. Dengan terus menguji dan mengulangi strategi pemasaran, dapat mengidentifikasi keberhasilan atau kegagalan strategi yang telah dilakukan, untuk kemudian menyesuaikan strategi penggunaan media pemasaran digital selanjutnya.
98
99
100 ANUSIA memiliki kebutuhan yang tentu tidak terhingga meski kebutuhan maupun keinginan sudah terpenuhi. Oleh karena kebutuhan yang semakin meningkat maka hal tersebut dapat meningkatkan pendapatan produsen dan keberlangsungan perusahaannya hingga tercipata keseimbangan antara kebutuhan dan produksi. Berbagai hal lainnya juga menjadi sebuah evaluasi oleh produsen dan berbagai perusahaan agar sebuah produk dapat memuaskan para konsumen sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Barang dan jasa yang sudah diproduksi perlu strategi khusus untuk dipasarkan kepada masyarakat. Pemasaran menjadi hal yang sangat penting dan krusial bagi banyak perusahaan terkemuka (Hery, 2021). Pemasaran merupakan sebuah proses dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan barter produk yang memiliki nilai (Kotler & Keller, 2009). Era modern saat ini kemampuan teknologi yang berkembang memudahkan berbagai bidang industri dalam proses mengkomersilkan hasil produk barang dan jasa yang dikenal dengan Electronic Commerce (e-commerce ) (Fauzi & Kadi, 2021). E-commerce adalah suatu proses membeli dan menjual produk-produk secara elektronik oleh konsumen dari perusahaan ke perusahaan dengan komputer sebagai perantara transaksi bisnis. Masyarakat modern memanfaatkan e-commerce dalam proses berbelanja saat ini dengan berbagai penawaran dan kemudahan. E-commerce menjadi alternatif bagi kalangan usaha yang ingin menjual produk melalui kemajuan teknologi di era revolusi industri 4.0. Menjual produk perlu tata kelola baik sehingga konsumen dapat memutuskan untuk membeli produk yang ditawarkan (Kotler & Keller, M
101 2009). Pemanfaatan kemajuan teknologi sekarang ini memberikan berbagai kemudahan di sektor ekonomi bisnis. Maka dalam bab ini akan diulas secara ringkas mengenai teknik dan strategi e-commerce dalam proses pemasaran. A. Tujuan dan Manfaat Di abad 21 saat ini perilaku konsumen yang berubah membuat sistem e-commerce semakin ringkas, dalam artian bahwa e-commerce dapat diakses melalui smartphone (gawai) masing-masing. Sebagai contoh seorang konsumen yang ketika berbelanja hingga melakukan transaksi tidak perlu datang ke lokasi, melainkan hanya membuka aplikasi di dalam gawai sampai proses kurir mengantarkan barang ke alamat yang dituju. Bahkan sekarang seorang siswa sekolah hingga perintis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) bisa memanfaatkan penyedia lapak online yang disebut dengan e-commerce tersebut (Cay & Irnawati, 2020). Perubahan perilaku berbelanja konsumen dapat dikaji pada bidang psikologi konsumen karena di dalamnya terdapat manusia dalam pengambilan keputusan membeli sebagai konsumen (Razak, 2016). Karena mengkonsumsi barang dan jasa merupakan aspek yang penting dari perilaku manusia (Munandar, 2021). Perubahan perilaku konsumen dan keputusan membeli menuntut para produsen agar semakin kreatif dan inovatif dalam menyajikan produknya (Alfan, 2019). Sebagai produsen yang memanfaatkan ecommerce perlu strategi agar sebuah produk dapat menarik konsumen ketika berselancar di dunia maya.
102 Pengguna smartphone (gawai) di Indonesia semakin meningkat dari tahun 2017 dengan 74,9 juta dan tercatat tahun 2019 meningkat menjadi 92 juta pengguna (Nanda, 2018). Maka dari itu, menjadi prospek bahwa orientasi belanja dapat beralih melalui dunia maya. Membangun dan mengimplementasikan sebuah sistem e-commerce bukanlah sebuah proses atau program ‚sekali jadi‛, namun merupakan suatu sistem yang perlahan-lahan berkembang terus-menerus sejalan dengan perkembangan perusahaan (Indrajit, 2002). Bernilai dengan orang lain. Manajemen pemasaran merupakan sebuah seni serta teknik dalam memilih pasar target, meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan konsumen dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai konsumen yang unggul (Kotler & Keller, 2009). Selain itu manfaat dan tujuan dari penggunaan e-commerce mampu memberi dampak yang baik bagi industri terutama UMKM karena konsumen dapat menjangkau produk setiap saat dan kapanpun melalui gawai yang dimiliki. Oleh karena itu, terdapat beberapa strategi yang dapat dimanfaatkan bagi pengguna e-commerce secara efektif saat melakukan manajemen pemasaran agar efektif. B. Kenali Konsumen Memasarkan produk tidaklah sebatas mempromosikan barang dan jasa kepada masyarakat secara sporadis. Dalam artian bahwa dalam proses promosi hingga memasarkan perlu mengenal target calon konsumen. Tujuan mengenali calon konsumen agar
103 dalam proses menawarkan barang langsung kepada target yang dituju. Hal ini akan menguntungkan marketing dalam menetukan segmentasi pasar yang tepat, sehingga harus dilakukan riset lapangan terlebih dahulu (Nanda, 2018). Perlu diketahui bahwa perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan seperti faktor budaya, sosial, dan pribadi (Kotler & Keller, 2009). Peneliti konsumen telah menemukan bukti bahwa di setiap kelas sosial terdapat faktor-faktor gaya hidup tertentu, seperti sikap, kepercayaan, kegiatan dan perilaku bersama yang cenderung membedakan anggota setiap kelas dari anggota kelas sosial lainnya (Razak, 2016). Menentukan individu sesuai kebutuhan maka seorang marketing dapat menentukan pasar pelanggan utama bagi produknya. Karena karaktersitik dan faktor psikologi konsumen yang berbeda-beda dapat menentukan arah kita dalam memasarkan produk secara efektik melalui e-commerce ke depan (Alfan, 2019). Oleh karena itu, mengenal konsumen melalui riset lapangan dapat dengan melakukan analisis kelayakan bisnis (Hery, 2021), sehingga nantinya mudah mengklasifikasikan kelas sosial konsumen sesuai dengan kebutuhan produk pasar masing-masing. C. Promosi dan Upselling Produk Sebuah produk dam bentuk barang ataupun jasa agar dikenal oleh masyarakat umum sebaiknya dilakukan promosi secara terus-menerus atau berkala. Hal ini agar masyarakat dapat mengenal produk yang dihasilkan perusahaan sesuai dengan kebutuhan
104 konsumen. bila sebuah produk tidak pernah dipromosikan maka konsumen tidak akan mengenal produk yang telah diciptakan meskipun produk atau jasa memiliki nilai kegunaan yang tinggi. Bilamana perusahaan hanya memproduksi namun tidak melakukan promosi kepada konsumen, maka akan mengalami penurunan profit yang cukup drastis karena kompetisi pasar. Biasanya sebuah produk dan jasa akan dipromosikan melalui brosur kertas yang disebar. Namun seiring kecanggihan penggunaan teknologi saat ini, internet digunakan secara optimal dalam sektor bisnis guna meningkatkan branding produk yang dihasilkan. Misalnya menampilkan profil perusahaan melalui berbagai media sosial internet sehingga membuat siklus profil kepada konsumen yang mengunjungi (Indrajit, 2002). Promosi tidak hanya dilakukan satu atau dua kali saja, namun sebaiknya dilakukan secara terus menerus dan di waktu yang tepat. Selain melakukan promosi kita juga dapat melakukan upselling produk. Upselling merupakan sebuah teknik dan strategi yang menjadi upaya produsen dalam meningkatkan penjualan sembari melakukan promosi. Upselling produk adalah praktik guna untuk meningkatkan nilai penjualan dengan menjual produk atau layanan yang lebih mahal atau versi premium dari produk dan masih terkait dengan apa yang sudah dibeli oleh konsumen. Teknik dari upselling produk memiliki tujuan untuk menggoda dan mengajak konsumen agar segera melakukan upgrade produk sebelumnya ke versi yang lebih mahal dari pembelian sebelumnya. Manfaat dari
105 upselling produk agar konsumen loyal kepada produk yang telah dibeli (Himawan, 2012). Dengan meningkatkan loyalitas konsumen maka profit perusahaan juga semakin tercapai karena konsumen akan rela berlangganan atau menjadi member. D. Menerapkan Search Engine Optimization (SEO) Penerapan pemasaran melalui e-commerce merupakan teknik pemasaran yang paling strategis pada era modern saat ini, namun perlu diperhatikan bahwa teknik ini dapat diaplikasian oleh berbagai kalangan. Pemanfaatan melalui e-commerce juga harus memperhatikan kriteria terutama dalam mengoptimalkan indeksasi di internet yang dikenal dengan Search Engine Optimization (SEO). SEO merupakan pengoptimalan pada mesin pencari di internet untuk memungkinkan halaman web muncul di halaman pertama pencarian mesin pencari internet seperti Google, Bing, Yahoo, dan lainnya. Agar konsumen lebih mengenal produk melalui e-commerce yang ditawarkan, mengoptimalkan SEO menjadi strategi pemasaran digital yang berguna untuk meningkatkan peringkat pada situs web, blog, aplikasi. Tujuan menerapkan SEO agar produk berada di peringkat atas melalui hasil pencarian internet dari kata kunci pilihan konsumen saat berselancar di dunia maya. Penerapan SEO merupakan strategi paling efektif bagi pemasara yang menggunakan e-commerce (Nanda, 2018). Dengan menerapkan SEO dapat membantu mempromosikan produk kepada konsumen di area sekitar penjual produk.
106 E. Gambar dan Deskripsi Produk Dalam melakukan promosi menggunakan media internet perlu hal menarik untuk ditampilkan sebagai hasil presentasi dari sebuah produk dari perusahaan. Hal tersebut bertujuan agar konsumen tertarik ketika melihat sebuah produk atau layanan yang hendak ditawarkan kepada konsumen. Foto atau gambar memberikan efek visual tanpa harus medeskripsikan secara rinci dan detail melalui teks. Konsumen juga akan tertarik apabila di dalam gambar produk terdapat berbagai efek yang dapat menarik perhatian dan menambah memory storage calon konsumen secara visual (Munandar, 2021). Menjajakan sebuah produk kepada konsumen secara online menggunakan media e-commerce perlu strategi khusus agar konsumen tidak bingung dengan produk yang ditawarkan. Sama halnya berjualan di pasar atau di lapak konvensional pada umumnya seorang marketing berupaya mengenalkan produknya dengan cara menjelaskan atau mendeskripsikan secara detail produk yang dimaksud. Melalui penjelasan dari seorang marketing konsumen merasa bahwa sebuah produk tersebut sesuai dengan kebutuhan dirinya seperti kegunaan, ukuran, dan manfaatnya. Mendeskrispikan produk pada e-commerce merupakan hal yang wajib bagi para produsen agar barang yang akan dibeli sesuai dengan kriteria konsumen. Deskripsi dan keterangan hendaknya diberikan di bawah gambar produk agar konsumen dapat mengilustrasikan produk melalui ukuran-ukuran, bentuk, bahan dasar, dan sebagainya. Mengapa hal ini mesti dilakukan? Karena dunia maya atau e-commerce
107 hanya berupa visualisasi yang di tiap ukuran gawai berbeda-beda, oleh karena itu pentingnya mendeskripsikan gambar produk dengan teks menjadi nilai tambah bagi para produsen dan marketing agar konsumen lebih preventif saat melakukan pepbelian. F. Mengutamakan Pelayanan Konsumen Sebuah produk yang ditawarkan hingga ke tangan konsumen merupakan tanggung jawab produsen atau perusahaan yang menjualnya. Oleh karena itu, pelayanan purna dan pasca jual biasanya menjadi sorotan konsumen di setiap produk apalagi produk barang yang ditawarkan sangat diminati oleh banyak konsumen. Layanan customer service menjadi manfaat bagi produsen atau perusahaan yang menjual produk bagi konsumen. Tentu saja setiap produk yang dihasilkan oleh produsen tidak seratus persen sempurna sesuai dengan yang ditawarkan. Melalui hasil penlitian bahwa keputusan pembelian dipengaruhi sebesar 65% dalam hal melakukan pelayanan yang terbaik, sehingga banyak konsumen merasa puas dengan membeli produk menggunakan ecommerce (Alfan, 2019). Oleh karena itu sebuah produk yang telah ditawarkan pada konsumen tidak hanya mengutamakan profit bagi perusahaan yang memasarkan namun perlu diperhatikan dalam pelayanan kepada konsumen. G. Memanfaatkan Media Sosial Perkembangan media sosial era modern saat ini semakin masiv dan penggunaanya juga bervariasi. Berbagai bidang perusahaan telah menggunakan media
108 sosial sebagai profil perusahaan mereka guna mengenalkan berbagai produk dan jasa kepada para konsumen. Bedasarkan hasil data mengungkap bahwa terdapat 160 juta penduduk global pengguna aktif media sosial (Cay & Irnawati, 2020). Oleh karena itu strategi pemasaran tidak hanya diterapkan hanya pada marketplace saja namun bisa melalui pemanfaaatan media sosial dalam melakukan promosi aatau penawaran. Perilaku konsumen yang sudah berubah saat ini memberikan keuntungan dari berbagai kalangan termasuk UMKM yang sedang berkembang. Media sosial menjadi alternatif bagi pelaku usaha guna mempromosikan produk dengan berbagai kreativitas dan inovasi kepada konsumen (Henry, 2021). Oleh karena itu media sosial menjadi alternatif yang tepat bila digunakan dalam memasarkan sebuah produk dengan mempertimbangakn pengguna aktif internet saat ini. Melalui trend yang sering muncul di media sosial dapat memberi perskspektif yang baru dalam menawarkan barang atau jasa. Misalnya, dengan membuat himbauan atau ajakan dengan membuat video pendek yang di dalamnya terselip produk yang dipasarkan secara visual. Melalui perspektif tersebut masyarakat lebih tertarik dan lebih yakin bahwa produk yang ditawarkan merupakan sebuah kebutuhan yang selama dicari oleh konsumen. Potensi persebaran melalui media sosial kepada konsumen tidak menjadi halangan bagi pelaku usaha dalam memasarkan produk.
109 H. Diskon Dan Gratis Ongkir Selain melakukan promosi secara terus-menerus dan berkala sebaiknya sebuah produsen memberikan harga khusus atau potongan harga kepada konsumen. Potongan harga menjadi teknik alternatif dalam proses marketing sehingga dapat meningkatkan atensi konsumen terhadap produk yang hendak dijual. Melalui voucher konsumen dipaksa untuk membeli barang dengan harga tertentu hingga mendapatkan voucher yang dapat digunakan untuk melakukan transaksi pada periode berikutnya. Teknik ini dapat menarik minat dengan menerapkan barang yang diincar konsumen sebagai barang yang mendapat potongan voucher dengan gratis ongkos kirim (ongkir). Ongkir biasanya menjadi pertimbangan bagi konsumen untuk membeli sebuah produk pada ecommerce . Melalui biaya ongkir yang tinggi biasanya konsumen enggan untuk melakukan checkout atau pembayaran karena di rasa biaya yang lebih mahal dibandingkan produk itu sendiri. Strategi dalam penerapan gratis ongkir dilakukan dengan minimal pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Teknik ini juga dikenal dengan price discrimination dengan menerapkan harga dan gratis ongkir yang beda pada produk tertentu (Himawan, 2012). Penerapan strategi gratis ongkir sudah banyak dilakukan oleh berbagai marketing dan produsen di hari-hari spesial atau event-event tertentu. . Hal ini berguna agar konsumen banyak membeli produk yang berada pada etalase e-commerce. Strategi ini akan sangat terasa terutama pada event-event besar di dunia e-commerce seperti di tanggal kembar tanggal 1 bulan
110 Januari (1.1), tanggal 2 bulan Februari (2.2), tanggal 3 bulan Maret (3.3), dan seterusnya hingga tanggal dan bulan kedua belas (12.12). Tujuan gratis ongkir terutama di event-event tertentu berguna untuk menarik minat konsumen dan memudahkan konsumen mengingatnya karena terdapat garansi gratis ongkir. Penerapan biasanya berada di tanggal yang dianggap ‚cantik‛ atau ‚kembar‛, saat ini biasa dikenal dengan hari belanja online nasional (Harbolnas). Melalui penerapan gratis ongkir ini konsumen akan mempertimbangkan selisih harga saat akan melakukan checkout atau pembayaran.
111
112 EBERHASILAN atau kegagalan bisnis dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk seberapa baik perusahaan tersebut dapat mempengaruhi konsumen untuk mendukungnya. Tentu saja, setiap pemilik bisnis ingin produknya berjalan dengan baik di pasar. Oleh karena itu, banyak pebisnis berusaha menawarkan barang atau jasa mereka kepada semua orang sebagai bagian dari promosi pemasaran mereka dengan harapan bahwa mereka akan menerima reaksi yang menguntungkan dan dapat memenuhi permintaan semua orang. Namun, pelanggan sering melakukan pembelian yang tidak sesuai dengan niat, keinginan, atau persyaratan mereka, yang menghasilkan kinerja produk di bawah standar. Beberapa pemilik bisnis baru mungkin masih sering berjuang untuk mengidentifikasi target pasar mereka. A. Definisi Ide segmentasi pasar berasal dari teori ekonomi, di mana bisnis membagi pasar menjadi segmen heterogen yang berbeda berdasarkan satu atau lebih atribut, seperti usia, pendapatan, geografi, gaya hidup, dan perilaku, untuk menghitung ukuran Total Addressable Market (TAM), yang digunakan untuk memperkirakan jumlah pelanggan potensial (Blank dan Dorf, 2012). Adanya kata segmentasi dan pasar, yang bersama-sama membentuk frasa "segmentasi pasar," masing-masing memiliki arti yang berbeda. Segmentasi mengacu pada pengelompokan, pasar adalah tempat pertemuan bagi penjual dan pelanggan. Secara alami, berbagai pembeli dengan berbagai kebiasaan dan perilaku akan hadir di pasar. Karena heterogenitas ini, pasar suatu produk heterogen dibandingkan dengan homogen. Akibatnya, K
113 pembagian pasar dapat dikatakan segmentasi pasar. Pasar dapat dibagi menjadi beberapa kelompok pelanggan, dan masing-masing kelompok ini dapat menuntut barang atau taktik pemasaran yang berbeda karena preferensi, karakteristik, atau kebiasaan mereka yang bervariasi. Selain itu, (Kotler dan Keller, 2012; Tjiptono, 2011) menjelaskan bahwa proses segmentasi adalah suatu kegiatan dalam mengelompokkan pasar yang heterogen secara keseluruhan ke dalam segmen-segmen yang memiliki kesamaan, baik dalam kebutuhan, keinginan, perilaku, maupun tanggapan terhadap program pemasaran yang lebih spesifik. Memahami segmentasi pasar adalah solusi yang tepat dan hal pertama yang perlu dilakukan sebagai hasilnya. Segmentasi pasar adalah elemen kunci dari pengembangan strategi. Segmentasi pasar, menurut pendapat beberapa pebisnis, adalah keterampilan menemukan dan merebut kemungkinan pasar. Segmen pasar dapat berupa kelompok yang cukup besar yang dapat dikenali dalam pasar karena preferensi bersama, daya beli, lokasi, pola pembelian, dan kebiasaan membeli. Misalnya, produsen mobil dapat mengklasifikasikan konsumen ke dalam empat kategori besar: mereka yang mencari transportasi dasar, mereka yang mencari kinerja tinggi, mereka yang mencari kemewahan, dan mereka yang mencari kenyamanan. Membandingkan pemasaran segmen dengan pemasaran massal, ada berbagai keuntungan. Untuk target pasar tertentu, bisnis dapat mengembangkan penawaran produk atau layanan yang lebih kohesif dan menetapkan harga yang wajar.
114 Pilihan outlet komunikasi dan distribusi menjadi lebih sederhana. Dalam perkembanganya, Segmen pasar meliputi berbagai hal yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pemasaran Relung adalah pengelompokan yang lebih khusus, terutama pasar kecil dengan kriteria tertentu. Sebuah kelompok yang menginginkan manfaat tertentu yang berbeda dari yang diinginkan oleh kelompok lain biasanya didefinisikan oleh pemasar sebagai kelompok yang telah dibagi segmentasinya. Contohnya, segmen pecandu rokok mencakup mereka yang berusaha untuk berhenti dan mereka yang tidak peduli. Pemasar relung sering diyakini memahami tuntutan mereka dengan sangat baik sehingga mereka bersedia membayar biaya yang lebih tinggi. Misalnya, pelanggan setia percaya bahwa Lamborghini menawarkan paket manfaat bagi penggunanya dalam bentuk layanan produk, itulah sebabnya mobil Lamborghini sangat mahal. Berikut ini termasuk hal hal yang menggambarkan pemasaran relung: pemasar tidak mungkin menarik pesaing tambahan; Klien pemasar relung memiliki serangkaian keinginan yang sama sekali berbeda; Mereka bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk bisnis yang paling memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan fokus pada ceruk tertentu, bisnis dapat memotong biaya, dan spesialisasi yang mereka pilih biasanya memiliki pangsa pasar, pendapatan, dan potensi pertumbuhan yang cukup besar.
115 2. Pemasaran Lokal Adalah pemasaran yang diadaptasi dengan kebutuhan dan keinginan kelompok pelanggan lokal (wilayah perdagangan, lingkungan sekitar, bahkan pembicaraan individual). Seperti contohnya adalah Bank Rakyat Indonesia menyediakan bauran pelayanan perbankan dicabang-cabangnya, yang bergantung pada kondisi demografis dilingkungan sekitar bank tersebut. Memanfaatkan uang pemasaran dan iklan secara lebih efektif adalah tujuan dari rencana pemasaran lokal. Semua ukuran organisasi dapat memperoleh manfaat dari penggunaan pemasaran digital. 3. Pemasaran individual adalah upaya komunikasi dua arah yang bersifat interaktif yang dilakukan antara penjual untuk menawarkan suatu produk agar dapat menarik minat calon pembeli. Pelanggan diperlakukan sebagai individu selama berabadabad; Sama seperti penjahit menciptakan pakaian, tukang sepatu menciptakan sepatu untuk orangorang. Saat ini, sebagian besar pemasaran bisniske-bisnis dibangun sesuai pesanan, dengan perusahaan manufaktur menyesuaikan kebutuhan pasokan, logistik, dan keuangan untuk setiap klien. Kapasitas untuk menghasilkan item dan komunikasi yang disesuaikan secara khusus secara massal untuk memenuhi kebutuhan klien tertentu dikenal sebagai pembuatan pesanan massal.
116 B. Manfaat dan Keterbatasan Segmentasi pasar Perusahaan dapat mengatasi tuntutan pasar yang menjadi fokus pemasaran mereka dengan menggunakan segmentasi pasar. Perusahaan dapat melakukan upaya pemasaran dengan tujuan yang lebih besar dan penggunaan sumber daya yang lebih efektif dan efisien dengan mengelompokkan pasar mereka. Ada keuntungan yang signifikan untuk segmentasi target konsumen berdasarkan sifat mereka, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Berikut beberapa manfaat melakukan segmentasi pasar dalam suatu bisnis : 1. Pemilik bisnis berada dalam posisi bersaing yang lebih baik 2. Pemilik bisnis dapat mengalokasikan anggarannya secara lebih tepat pada berbagai segmen pasar 3. Pemilik bisnis dapat menyesuaikan produk atau jasa yang ditawarkan agar sesuai dengan permintaan pasar 4. Pemilik bisnis dapat mengidentifikasikan peluang pasar yang menunjukkan kesempatan bagi pengembangan produk baru 5. Pemilik bisnis dapat mengidentifikasi konsumen baru yang potensial. Menurut Kasali, selain memberikan manfaat yang besar, dalam menerapkan segmentasi pasar ada keterbatasan-keterbatasannya. Keterbatasanketerbatasan tersebut antara lain : 1. Beban biaya lebih besar 2. Memerlukan komitmen korporat 3. Menyediakan informasi yang umum, bukan individu
117 C. Variabel dalam Segmentasi Menurut (Tjiptono, 2008; Kotler dan Keller, 2012; Rivai et al., 2017), untuk melakukan segmentasi pasar, dimensi konsumen berperan penting dalam menentukan segmentasi yang digunakan sebagai dasar pengelompokan yang tepat untuk mewujudkan rencana strategi pemasaran. Adapun variabel – variabel yang terdapat pada segmentasi pasar untuk pasar konsumen adalah sebagai berikut : 1. Segmentasi Geografis Segmentasi geografis adalah proses memecah pasar menjadi beberapa unit geografis berdasarkan kriteria geografis seperti negara bagian, provinsi, kota, kabupaten, wilayah, lokasi tertentu, kompleks perumahan, atau bahkan lingkungan rumah tangga. Pemasar menggunakan segmentasi geografis untuk memastikan bahwa item yang mereka pasarkan sesuai untuk segmen target berdasarkan sejumlah kriteria yang telah ditentukan. Sambil menawarkan barang dan layanan yang memenuhi kriteria yang sama untuk segmen tersebut, pemasar memilih segmen dengan segmen geografis yang lebih kecil. Misalnya, menyediakan produk untuk busana muslim dan hijab, pemasar memilih segmen suatu negara seperti Indonesia, sebab di Indonesia dikenal negara yang Sebagian besar masyarakatnya beragama islam yang tentu saja kaum perempuan membutuhkan busana muslim dan hijab. 2. Segmentasi Demografi Segmentasi demografis mengidentifikasi target pasar untuk produk, kelompok yang berdasarkan lingkungan tempat tinggal mereka. Target pasar
118 tersegmentasi oleh pemasar menurut faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, ras, generasi, agama, kebangsaan, status perkawinan, tingkat pendapatan, status sosial, jumlah anggota keluarga, dan siklus hidup keluarga (misalnya, anak-anak, remaja, dewasa, menikah / belum menikah, keluarga muda dengan satu anak, orang dengan banyak anak, keluarga dengan anak yang bekerja, dll.). Berikut ini adalah bagaimana variabel demografis tertentu telah digunakan untuk melakukan segmentasi pasar : a. Usia dan tahap siklus hidup Keterampilan dan preferensi konsumen berkembang seiring bertambahnya usia. Ilustrasi paling sederhana adalah minuman susu di mana barang terdaftar selama satu hingga tiga bulan, tiga hingga enam bulan, dan seterusnya. b. Jenis Kelamin Segmentasi menurut jenis kelamin biasanya diterapkan pada produk pakaian, penataan rambut, kosmetik dan majalah. Kadang – kadang pemasar akan akan melihat peluang bagi segmentasi berdasarkan jenis kelamin. Misalnya adalah iklan produk rokok, dimana dalam iklan tersebut lebih condong mengarah ke kejantanan seorang pria. c. Penghasilan Segmentasi ini didasarkan melalui tingkat penghasilan individu atau suatu masyarakat. Dalam hal ini perusahaan akan memasarkan produknya berdasarkan besar kecilnya tingkat penghasilan seseorang. Selain itu, semakin tinggi tingkat penghasilan perkapita suatu wilayah, maka barang yang akan ditawarkan pun akan semakin mewah.
119 d. Generasi Membagi segmen pasar yang didasari oleh generasi, dimana setiap generasi diasumsikan memiliki selera yang berbeda – beda. Contoh adalah generasi yang sekarang lagi tenar yaitu generasi millennium atau yang paling baru adalah generasi Z. e. Kelas Sosial Banyak perusahaan memproduksi barang dan atau jasa berdasarkan kelas sosial. Kelas sosial diprediksi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap preferensi seseorang atas mobil, pakaian, perabot rumah, aktifitas rekreasi, kebiasaan membaca, dan lain – lain. D. Segmentasi Psikografi Pada segmentasi psikografis, konsumen dikriteriakan berdasarkan gaya hidupnya (tradisional, modern, hemat, boros, mewah, sederhana, dan lain sebagainya), kepribadian (pecandu produk, pengamat, atau penggemar), status sosial (pendidik, elit, kelas menengah, atau kelas bawah), hobi, latar belakang, dan faktor lainnya. Misalnya, tingkat usia remaja membutuhkan produk seperti sepatu yang lagi trendi, baju dengan model kekinian untuk memenuhi gaya hidupnya. Sementara untuk tingkat usia usia lanjut, selera dan gaya berbusana berbeda dengan remaja. 1. Gaya Hidup Orang-orang yang lebih fokus pada gaya hidup daripada kebutuhan yang mendasari kehidupanya. Kebiasaan konsumsi mereka adalah sebuah hal yang dirasa lebih baik dari cara hidup mereka. Produsen furnitur, minuman beralkohol, dan
120 kosmetik selalu mencari kesempatan memasarkan produknya dalam segmentasi gaya hidup. Namun, segmentasi gaya hidup tidak selalu efektif. Sebagai contoh Nestle memperkenalkan merk khusus kopi yang tidak mengandung cafein bagi orang yang suka bergadang tapi ternyata ia gagal. 2. Kepribadian Pemasar telah mengoptimalkan variabel kepribadian dalam upaya melakukan segmentasi pasar. Mereka melengkapi produk yang dibuat dengan kepribadian merk yang berhubungan dengan kepribadian konsumen. Sebagai contoh kawasaki dan Honda dicirikan mempunyai dua kepribadian yang berbeda. Pembeli Kawasaki bercirikan independen, spontan, maskulin, tanggap terhadap perubahan dan percaya diri. Sementara itu pembeli motor Honda bersifat konserfatif, hemat, memperhatikan harga diri, kurang maskulin, dan berusaha untuk tidak menjadi ekstrem. 3. Nilai Beberapa pemasar mensegmentasikan target pasar mereka dengan didasari nilai-nilai dasar mereka, terutama seperangkat keyakinan yang memandu sikap dan tindakan pelanggan. Prinsipprinsip dasar mengatur keputusan orang dan tujuan jangka panjang pada tingkat yang jauh lebih dalam daripada perilaku atau sikap. Pemasar yang membagi audiens target mereka berdasarkan nilai berasumsi bahwa mereka dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dengan mencapai inti motivasi mereka.
121 E. Segmentasi Tingkah Laku Konsumen dikategorikan tergantung pada perilaku tertentu seperti kebiasaan membeli, minat produk, dan tujuan pembelian, antara lain. Berdasarkan pengetahuan produk mereka, sikap, penggunaan, dan reaksi terhadap item yang disajikan, konsumen dikategorikan. Beberapa faktor, termasuk keuntungan, status, sikap, pengguna, peristiwa, tingkat konsumsi, loyalitas pelanggan, kesiapan konsumen untuk memperoleh barang, dan lain-lain, berfungsi sebagai dasar untuk penciptaan segmen tersebut.. 1. Kejadian Pembeli dapat dibedakan berdasarkan kejadian saat mereka mengembangkan kebutuhan, membeli suatu produk atau memakai suatu produk. Contohnya perjalanan udara dicetuskan oleh kejadian yang berhubungan dengan bisnis, liburan atau keluarga. Perusahaan penerbangan dapat mengkhususkan diri dalam melayani orang – orang yang didominasi oleh salah kejadian tersebut. Misal penerbangan khusus untuk liburan, atau khusus kegiatan keagamaan tertentu. 2. Manfaat Pembeli dapat diklasifikasikan berdasarkan manfaat yang mereka butuhkan. Semakin banyak manfaat yang ditawarkan, maka akan semakin menarik banyak konsumen untuk membeli. 3. Tingkat pemakaian Pasar dapat dibagi menjadi kelompok pemakai produk yang ringan, sedang, dan berat. Pemakai berat biasanya menggunakan prosentase yang kecil dari pasar tetapi merupakan prosentase yang tinggi dalam konsumsi total. Pemasar biasanya lebih suka
122 menarik satu pemakai berat daripada pemakai ringan dan mereka mengubah – ubah usaha promosi supaya sesuai dengan sasaran tersebut. 4. Tingkat kesetiaan Pembeli Suatu pasar dapat dikategorikan berdasarkan pola kesetiaan konsumen. Konsumen dapat setia pada suatu merk tertentu. Pembeli dapat dibagi menjadi empat kelompok menurut tingkat kesetiaan mereka: a. Sangat setia, konsumen yang membeli satu merk sepanjang hidupnya. b. Kesetiaan yang terbagi, konsumen yang setia pada dua merk atau lebih. c. Kesetiaan yang berpindah, konsumen yang beralih dari satu merk ke merk yang lain. d. Berganti – ganti, konsumen yang tidak memperlihatkan kesetiaan pada merk apa pun. Selain itu terdapat variable yang menjadi dasar segmentasi pada pasar industri. Adapun dasar – dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Tahap 1: menetapkan segmentasi makro, yaitu pasar pemakai akhir, lokasi geografis, dan banyaknya langganan. b. Tahap 2: yaitu sikap terhadap penjual, ciri – ciri kepribadian, kualitas produk, dan pelanggan. F. Segmentasi yang efektif Untuk menciptakan strategi pemasaran yang efisien, pengelompokan pasar harus efektif. Menurut Kotler dan Keller (2012), ini dimungkinkan asalkan pengelompokan pasar sesuai dengan kondisi yang diperlukan sebagai berikut:
123 1. Measurable Menurut persyaratan masing-masing segmen, setiap bagian harus dapat diukur dan berbeda. Ini dicapai dengan menemukan dan mengenali atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki pelanggan. Keadaan yang terukur dapat memberikan pengetahuan kualitatif dan kuantitatif mengenai fitur dan atribut pelanggan. ukuran, daya beli, ukuran, dan profil sektor. 2. Substantial Sektor pasar harus menguntungkan dan cukup besar untuk dipasok. Khususnya dalam promosi pemasaran, kelompok pelanggan yang homogen memungkinkan untuk berkomunikasi mereka secara lebih luas dan meningkatkan potensi keuntungan jangka panjang pada perusahaan. 3. Accessible Dengan memusatkan dan menargetkan upaya pemasarannya, setiap segmen yang dipilih harus berhasil diakses atau dicapai. Dalam situasi ini, organisasi akan mendapat manfaat dari segmen yang dilayani memiliki akses mudah ke informasi, komunikasi, dan distribusi. 4. Differentiable Padda umumnya, segmen dapat dipisahpisahkan dengan memberikan respons yang berbeda terhadap setiap elemen, serta bauran pemasaran yang berbeda pula. 5. Actionable Program pemasaran yang efektif, sebaiknya ditetapkan dalam tindakan untuk menarik dan melayani segmen tertentu.
124 6. Viable and Sustainable Strategi jangka panjang dan berkelanjutan pada perusahaan diciptakan untuk melayani setiap segmen. Pertukaran harus dapat memenuhi persyaratan mendasar. Standar-standar ini termasuk memiliki daya beli, siap dan bersemangat untuk bekerja dengan bisnis, dan mampu melakukannya. Selain itu, Menurut Kasali (2011), sebelum suatu segmen dimasuki ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu: a. Segmen seharusnya cukup besar dan potensial sehingga pasarnya dapat menjamin keberlangsungan produksi. b. Segmen seharusnya mempunyai daya dan kesediaan membeli. c. Segmen seharusnya memiliki perbedaan yang jelas dengan segmen lainnya. d. Perlu diidentifikasi apakah sudah ada pemasar yang berada pada segmen tersebut. e. Segmen seharusnya bisa dijangkau secara efektif, dengan media yang mudah dijangkau dan didistribusikan dengan baik. f. Segmentasi seharusnya memiliki sumber daya yang cocok dengan keterampilan sumber daya manusia yang dimiliki. G. Pola Segmentasi Menurut Tjiptono (2008), segmentasi pasar memiliki 3 (tiga) macam pola yang berbeda, yaitu: preferensi homogen, preferensi tersebar dan preferensi perkelompok.
125 1. Preferensi Homogen Pasar dimana konsumen memiliki pilihan barang dan jasa yang relatif sama. 2. Preferensi Tersebar Pada pola ini, pilihan pelanggan terhadap sebuah produk lebih berbeda beda. Pilihan dari produk yang diinginkan oleh konsumen lebih beragam disesuaikan dengan kepribadiaan masingmasing konsumen. 3. Preferensi Terkelompok Preferensi Terkelompok merupakan pola yang menunjukkan bahwa konsumen memiliki preferensi yang berkelompok-kelompok. Konsumen yang berada dalam kelompok sama juga memiliki kesamaan preferensi. Artinya konsumen yang berada dalam kelompok sama cenderung memiliki selera yang sama terhadap suatu produk. Bagi perusahaan yang pertama kali beroperasi di pasar memiliki 3 (tiga) pilihan untuk memasuki preferensi ini, antara lain : a. Perusahaan dapat memposisikan diri di tengah dalam upaya untuk menarik semua pengelompokan saat ini.. b. Perusahaan disebut sebagai pemasaran terpusat dan dapat menempatkan produk di segmen pasar terluas. c. Setiap merek yang diciptakan perusahaan diposisikan di segmen pasar yang terpisah. H. Tahapan Segmentasi Pasar Berikut beberapa tahapan yang harus dilewati untuk menghasilkan segmentasi pasar yang efektif :
126 1. Melakukan Riset Langkah pertama dan terpenting adalah melakukan riset pasar. Para pelaku bisnis harus cukup jelas tentang siapa yang termasuk dalam kategori yang sama. Pastikan orang-orang yang membentuk target pasar berbagi beberapa karakteristik. Sebagai catatan, pria dan wanita tidak dapat ditampilkan dalam segmen yang sama karena mereka memiliki kebutuhan yang berbeda. Ini juga berlaku untuk target pasar, yang mencakup orang tua dan muda, karyawan dan pelajar, dll. 2. Mengidentifikasi Target Pasar Langkah selanjutnya setelah melakukan riset adalah menentukan atau mengidentifikasi target pasar yang diinginkan. Dalam hal ini, para pelaku bisnis sudah harus memiliki tujuan apakah menargetkan konsumen baru atau konsumen lama. Begitu target pasar ditentukan, penting bagi para pelaku bisnis untuk mengetahui seperti apa kebutuhannya. Pebisnis harus sering berinteraksi dengan target pasar untuk bisa mengetahui minat dan permintaan mereka lebih mendalam. Jangan lupa untuk menentukan kriteria yang ingin gunakan dalam menentukan target pasar. Kriteria yang dimaksud ditentukan berdasarkan kondisi demografi, geografis, psikografi, atau perilaku. 3. Menganalisis Data Setelah mengumpulkan semua informasi yang relevan tentang target pasar, pebisnis dapat mulai memproses dan menganalisisnya. Untuk menentukan cara menyiapkan produk dan cara mempromosikannya, diperlukan analisis data. Model SWOT (Strengths, Weaknesses,
127 Opportunities, and Threats) dari setiap segmen pasar dapat digunakan untuk melakukan analisis. Oleh karena itu, membuat rencana ideal untuk menjual produk di setiap segmen akan lebih sederhana. 4. Melakukan Evaluasi Para pelaku bisnis masih perlu menilai setiap sektor bahkan ketika mereka berhasil menetapkan strategi pemasaran. Penilaian ini diperlukan untuk memastikan bahwa target pasar dapat dijadikan patokan dan mendukung segmentasi pasar yang telah selesai. Jangan takut untuk mencoba lagi jika hasilnya ternyata tidak sesuai. berdasarkan standar atau sifat yang telah berubah dari sebelumnya. I. Prosedur Segmentasi Pasar Pengelompokan yang baik harus dilakukan dengan prosedur yang tepat pula. Kasali (2011) menganjurkan prosedur segmentasi yang baik adalah sebagai berikut: 1. Kumpulkan informasi mengenai produk, persaingan, dan konsumen. 2. Pelajari konsumen yang ingin dilayani serta tentukan basis segmentasi yang akan dipergunakan. Semua jenis cara segmentasi tetap harus menjadi dasar dalam perencanaan, tetapi dalam pelaksanaannya, untuk analisis harus mengambil salah satu basis yang dikombinasikan dengan basis demografi. 3. Aplikasikan metodologi untuk mengidentifikasikan sejumlah segmen. 4. Setelah data terkumpul, buatlah profil konsumen pada masing-masing segmen.
128 5. Pilih target segmen yang paling potensial, baik dari segi besar, daya beli maupun kemampuan perusahaan untuk melayaninya. 6. Kembangkan program-program pemasaran yang konsisten dengan yang dipilih melalui program marketing mix. 7. Lakukan evaluasi dengan perbaiki programprogram yang belum sejalan dengan kebutuhan segmen. J. Contoh Segmentasi Pasar Salah satu contoh segmentasi pasar adalah ketika seorang produsen produk kosmetik. ingin produk tersebut menjangkau pasar lebih luas dengan menjadikannya sebagai produk favorit dari berbagai kalangan, termasuk remaja. Karena menginginkan target pasar dari kalangan manapun, maka aspek yang digunakan sebagai dasar pertimbangan ialah melalui segmentasi demografis, apakah produk yang dihasilkan sesuai dengan iklim atau lingkungan. Pebisnis juga bisa meninjau kelompok konsumen berdasar kelas sosial, usia, ataupun latar belakangnya, misal membuat segmentasi khusus untuk produk kecantikan remaja dengan warna – warna make up yang soft dan milenial. Di sisi lain, Anda juga bisa menggunakan segmentasi psikografis, dimana aspek yang diperhatikan ialah terkait bagaimana ketertarikan target pasar terhadap produk kecantikan. Sekarang mari kita beralih ke contoh restoran cepat saji segmentasi pasar produk makanan, seperti McDonald's. Restoran ini telah berkembang menjadi merek besar dengan lokasi di seluruh dunia. Efisiensi, biaya terjangkau, dan pelayanan cepat menjadi
129 prioritas utama perusahaan. McDonald's berhasil memposisikan produk mereka sebagai burger berkualitas tinggi dengan harga terjangkau yang tersedia di mana-mana. Selain itu, layanannya cepat dan sopan. Produk McDonald's terutama ditargetkan untuk mereka yang memiliki jadwal harian yang sibuk, orang yang sudah menikah, dan keluarga dengan anakanak. Demi melayani target pasar, McDonald's mampu memposisikan segmentasi pasarnya.
130 DAFTAR PUSTAKA Assauri, S. (2017) Manajemen Pemasaran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Alma, B. (2017) Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. ALFABETA. Bandung. Adisaputro, G. dan A. Y. (2017). Anggaran Bisnis: Analisis, perencanaan, dan Pengendalian Laba (1st ed.). UPP STIM YKPN. Al-arif, M.Nur Rianto. 2012. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah. Bandung: Alfabeta. Anwar, D. (2001). Kamus lengkap bahasa Indonesia: dilengkapi dengan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Karya Abditama. Aziz, A. (2008). Ekonomi Islam: analisis mikro dan makro. Graha Ilmu. Ariani, D.W. 2003. Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif. Bogor: Ghalia Indonesia. Alfan, A.C. 2019. Karakteristik dan Psikologi Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Kembali Produk Melalui E-commerce . Jurnal Balance, 16(1), 19-30. Blank, S., & Dorf, B. (2012). The startup owner's manual: The step-by-step guide for building a great company. BookBaby, 278-288. Cay, S. & Irnawati, J. 2020. Strategi Pemasaran E-commerce Untuk Meningkatkan Volume Penjualan (Studi Kasus
131 UMKM di Kota Tangerang Selatan). Jurnal Mandiri, 4(2), 160-170. Cahyono, A. S. (2016). Pengaruh media sosial terhadap perubahan sosial masyarakat di Indonesia. Publiciana, 9(1), 140-157. Danang, S. (2013). Perilaku Konsumen (panduan riset sederhana untuk mengenali konsumen). PT Buku Sere. Jakarta. Daryanto. (2011). Manajemen Pemasaran. Cetakan 1. Satu Nusa. Donnelly, J. P. P. and J. H. (2007). Marketing Management: Knowledge and Skills (8th Editio). Marketing Management: Knowledge and Skills, 8/e, by Peter and Donnelly, provides an overview of critical issues in marketing management, helping students to develop the skills necessary to create and sustain successful marketing strategies. Through compre. Escobar-Rodríguez, T., Carvajal-Trujillo, E., & MongeLozano, P. (2014). Factors that influence the perceived advantages and relevance of Facebook as a learning tool: An extension of the UTAUT. Australasian Journal of Educational Technology, 30(2). Fandy Tjiptono, 2008 .Strategi Pemasaran, Edisi III, Yogyakarta : CV. Andi Offset Fauzi, R.U.A., & Kadi, D.C.A. 2021. Perilaku Konsumen dan Strategi. UNIPMA Press. Ferwerda, B., Schedl, M., & Tkalcic, M. (2016). Using instagram picture features to predict users’ personality. Paper presented at the MultiMedia Modeling: 22nd International Conference, MMM
132 2016, Miami, FL, USA, January 4-6, 2016, Proceedings, Part I 22. Gaspersz, Vincent. 2008. Total Quality Management. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Gunawan Adi Chandra and Serli Wijaya (2006) ‘Analisa Segmentasi Penentuan Target Dan Posisi Pasar Pada Restoran Steak Dan Grill Di Surabaya’, Jurnal Manajemen Perhotelan, 2(2), pp. 76–85. Available at: http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/hot/arti cle/view/16513. Hutt, M. D & Speh, T. W. (2010) Business Marketing Management : B2B. 10th Edition. Cengage Learning. Canada Hamzah, Y. I. (2013). Potensi media sosial sebagai sarana promosi interaktif bagi pariwisata Indonesia. Jurnal Kepariwisataan Indonesia, 8(3), 1-9. Hanifah, R. D. (2019). The influence of Instagram travel influencer on visiting decision of tourist destinations for generation. Tourism Proceeding, 235-247. Harahap, M. A., & Adeni, S. (2020). Tren penggunaan media sosial selama pandemi di indonesia. Professional: Jurnal Komunikasi Dan Administrasi Publik, 7(2), 13- 23. Hu, Y., Manikonda, L., & Kambhampati, S. (2014). What we instagram: A first analysis of instagram photo content and user types. Paper presented at the Proceedings of the international AAAI conference on web and social media. Hery, A. 2021. Kewirausahaan Buku Ajar untuk Mahasiswa. Yrama Widya.
133 Himawan, A. 2012. Faktor sukses membangun bisnis ecommerce . Teknomatika, 5(1), 35-42. Indrajit, R.E. 2002. Electronic commerce, strategi dan konsep bisnis di dunia maya. Aptikom. Instagram, I. (2016). Instagram. Facebook, https://www. instagram. com. Keegan, W.J., & Green, M. C. (2017) Global Marketing. 9th Edition. Pearson. Kotler, P., & Keller, K.L. (2016) Marketing Management. 15th Global Edition. Pearson. London. Kotler, P., & Armstrong, G. (2015) Principles of Marketing. 16th Global Edition. Pearson. London. Kotler, P., & Kartajaya, H., Setiawan, I. (2021) Marketing 5.0 : Technology for Humanity. Wiley. Kasali, Rhenald. 2011. Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi, Targeting, dan Positioning. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Kotler, P. T. and Keller, K. L. (2016) Marketing Management (Global Edition). 15th edn. Harlow, England: Pearson Education. Kotler, P., & Keller, K. L. (2009). Marketing management Upper Saddle River. Pearson Prentice Hall. Kotler, P., Kertajaya, H., dan Setiawan, I. (2019). Marketing 4.0: Bergerak dari Tradisional ke Digital. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Kotler, Philip; Armstrong, G. (2008) Prinsip-Prinsip Pemasaran. 12th edn. Jakarta: PT Macan Jaya Cemerlang.
134 Kotler, P., dan Armstrong, G. 2012. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga. Kotler, P. dan Keller, K.L. 2012. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga. Kristianto, P.L. (2016) ‘INTEGRASI ILMU PSIKOLOGI DALAM KEGIATAN PEMASARAN’, Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 6(August), pp. 1169– 1170. Kunto, Y.S. and Pasla, P.R. (2006) ‘Segmentasi Gaya Hidup Pada Mahasiswa Program Studi Pemasaran Universitas Kristen Petra’, Jurnal Manajemen Pemasaran, 1(1), pp. 13–21. Kotler, P., Kartajaya, H., & Setiawan, I. (2019). Marketing 3.0: From products to customers to the human spirit: Springer. Kusumadinata, A. A., Salsabila, A., Ningsih, A. W., Friyadi, E., Rachman, F. F., Karim, M. S., . . . Malik, T. R. (2022). Penyuluhan Pemanfaaatan Sosial Media Instagram Membentuk Branding Usaha Mikro Kecil (UMK). Jurnal Masyarakat Madani Indonesia, 1(3), 149-156. Manullang, M. (2008). Pengantar Bisnis. Gadjah Mada Univesity Press. . Mursid, M. (2015). Manajemen Pemasaran. Bumi Aksara. Munandar, A.S. 2021. Psikologi Industri dan Organisasi. UI Publishing. Nanda, A.Y. 2018. Analisis StrategiPemasaran yang Efektif bagi Pengguna E- Commerce. Jurnal Manajemen dan Inovasi, 1(1), 11-19. Mayfield, A. (2008). What is social media.
135 Messiaen, J. (2017). Influencer Marketıng How The Popularıty Threshold Of Instagram Influencers Impacts Consumer Behavıour: The Moderatıng Role Of Purchase Involvement. Yayımlanmamış Yükseklisans Tezi. Mulyana, M. (2019) ‘Segmentasi Pasar, Penargetan Pasar dan Pemosisian’, Universitas Terbuka, pp. 23–29. Available at: https://osf.io/preprints/inarxiv/tcuj2/. Munandar, D. (2011) ‘Analisis Penentuan Segmen, Target, Dan Posisi Pasar Home Care Di Rumah Sakit Al-Islam Bandung’, Majalah Ilmiah UNIKOM, 6(2), pp. 233– 244. Available at: http://jurnal.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/v06- n02/vol-6-artikel-12.pdf/pdf/vol-6-artikel-12.pdf. Mittal, V., Kaul, A., Gupta, S. S., & Arora, A. (2017). Multivariate features based instagram post analysis to enrich user experience. Procedia computer science, 122, 138-145. Marshall, G. W & Johnston , M. W. (2015) Marketing Management. 2nd Edition. Mc Graw Hill. New York Mc. Kinley, M. (2012) Ethics in Marketing and Communications Towards a Global Perspective. Palgrave Macmillan. New York. Nafarin, M. (2009). Penganggaran Perusahaan. Salemba Empat. Nasution. 2005. Manajemen Mutu Terpadu: Total Quality Management. Bogor: Ghalia Indonesia. Oktaviani, F. (2020). Pemanfaatan Instagram Sebagai Media Komunikasi Komunitas Kpop. VISIONER, 2(1. Juli), 239-248.
136 Prawirosentono, Suyadi. 2002. Manajemen Operasi, Analisis dan Studi Kasus. Jakarta: Bumi Aksara. Prihatiningsih, W. (2017). Motif penggunaan media sosial instagram di kalangan remaja. Communication, 8(1), 51-65. Putri, M. A., Rosmayani, & Rosmita. (2018). Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Saluran Distribusi Usaha Kecil Menengah (UKM) (Survei Pada Kue Bangkit ‚Syempana‛ Di Kota Pekanbaru). Jurnal Valuta, 4(2), 116–137. Priliantini, A., Krisyanti, K., & Situmeang, I. V. (2020). Pengaruh kampanye# PantangPlastik terhadap sikap ramah lingkungan (survei pada pengikut Instagram@ GreenpeaceID). Jurnal Komunika: Jurnal Komunikasi, Media Dan Informatika, 9(1), 40- 51. Philip Kotler, K. L. K. (2005). Marketing Management. Pearson Education. Purba, D., Sinurat, B., & Herman, H. (2021). Utilizing Instagram Social Media on Language Style: An Analysis to Teenagers as Millennial Generations in Their Captions. Anglophile Journal, 2(1), 1-11. Rivai, V. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: dari Teori ke Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada Razak, M. 2016. Perilaku Konsumen. Alauddin University Press. Solomon, M.R.G.W.M. and E.W.S. (2008) Marketing: Real People, Real Choises. 5th edn. Upper Saddle River, NJ: Pearson Education, Inc.
137 Sari, A. C., Hartina, R., Awalia, R., Irianti, H., & Ainun, N. (2018). Komunikasi dan media sosial. Jurnal The Messenger, 3(2), 69. Sen, I., Aggarwal, A., Mian, S., Singh, S., Kumaraguru, P., & Datta, A. (2018). Worth its weight in likes: Towards detecting fake likes on instagram. Paper presented at the Proceedings of the 10th ACM conference on web science. SHIM, J. K., & SHIM, J. G. S. A. I. (2012). Budgeting Basics and Beyond. In Budgeting Basics and Beyond. https://doi.org/10.1002/9781118106754 Soemanagara, R. (2006). Strategic marketing communication: konsep strategis dan terapan. Bandung: Alfabeta. Stanton, William J. & Yohanes Lamarto. (1993) Prinsip Pemasaran. Edisi ke-7. Erlangga. Jakarta Stanton, W. J., Michael, J., Etzel, & Bruce J. Walker. (2013). Fundamentals of Marketing, Tenth Edition,. Mc Graw-Hill International. Tjiptono, F. (2014). Pemasaran Jasa–Prinsip. Penerapan, Dan Penelitian, Andi Offset, Yogyakarta. Tjiptono, Fandy. 2012. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.Tjiptono, F. (2017) Manajemen Pemasaran Jasa. PT Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta Totok, H., & Siti Nur, A. (2021). Pengantar Praktis Pemasaran Digital: UM Purwokerto Press. Utomo, S. B., Sekaryuni, R., Widarjono, A., Tohirin, A., & Sudarsono, H. (2021). Promoting Islamic financial ecosystem to improve halal industry performance in
138 Indonesia: a demand and supply analysis. Journal of Islamic Marketing, 12(5), 992-1011. Wang, Y., Yu, Q., & Fesenmaier, D. R. (2002). Defining the virtual tourist community: implications for tourism marketing. Tourism management, 23(4), 407-417. William Pride, O. C. F. (2019). Marketing. Cengage Learning EMEA. Wardani, E. A. (2019). Mengembangkan promosi pariwisata melalui media sosial Instagram di Kota Semarang. Skripsi, Universitas Semarang. Winarti, C. (2021). Pemanfaatan Sosial Media oleh UMKM Dalam Memasarkan Produk di Masa Pandemi Covid19. Universitas Tanjungpura, 195-206. Ye, J., Zheng, J., & Yi, F. (2020). A study on users' willingness to accept mobility as a service based on UTAUT model. Technological Forecasting and Social Change, 157, 120066. Yulianto, A., Wibowo, U.D.A., Kharismansyah, A.Y., Primadona, dan Syamsudin, H. (2023). GEN Z MARKETING – Menggali Potensi dan Memahami Karakteristik Generasi Z dalam Menerapkan Strategi Pemasaran Digital. Klaten: Penerbit Lakeisha https://www.business.com/articles/how-to-choose-a-digitalmarketing-strategy/ https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/09/20/peng guna-internet-di-indonesia-tembus-213-juta-oranghingga-awal-2023 https://indonesiabaik.id/infografis/orang-indonesia-makinmelek-internet
139 https://www.snhu.edu/about-us/newsroom/business/typesof-digital-marketing
140 TENTANG PENULIS Rezki Fani, S. S., M. M. Penulis lahir pada 02 Juni 1987 di Ujung Pandang. Penulis saat ini mengajar Manajemen Pamasaran Program Studi Manajemen Keuangan Syariah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Parepare. Penulis juga telah bekerja di sebuah perusahaan di Makassar selama lebih dari sepuluh tahun dan tergabung dalam forum Human Resource (HR) Sulawesi Selatan dan Gerakan Nasional Indonesia Kompeten (GNIK) Sulawesi Selatan. Penulis saat ini adalah anggota Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) DPK Makassar. Penulis adalah lulusan strata 1 dari jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UIN Alauddin Makassar. Pada tahun 2014, penulis mendapatkan gelar Magister dalam Manajemen Pemasaran dari program Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia. . Muchammad Agung Miftahuddin, SE., M.Si dilahirkan di Cimanggu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Seluruh jenjang pendidikannya sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi ditempuh di lingkungan lembaga pendidikan Muhammadiyah, kecuali jenjang Magister yang ditempuh di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan lulus pada tahun 2005. Saat ini pria yang memiliki hobby membaca, healing dan olahraga Tenis Lapangan ini tengah