Akuntansi Manajemen 41 1. Anggaran Biaya Anggaran biaya adalah perkiraan biaya yang digunakan untuk melaksanakan sebuah kegiatan bisnis atau proyek lainnya (Mohamadi, 2023). Rencana anggaran biaya (RAB) merupakan alat penting dalam rencana keuangan dan perencanaan bisnis, karena membantu perusahaan dalam mengoptimalkan biaya, mengalokasikan sumber daya, dan mencapai target keuntungan (Mohamadi, 2023). Beberapa langkah dalam membuat rencana anggaran biaya meliputi: a. Mengidentifikasi komponen biaya: Melacak biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi-variabel yang terlibat dalam kegiatan bisnis atau proyek (Mayasari, 2017). b. Mengumpulkan data: Mengumpulkan data terkait dengan biaya, seperti volumen produksi, harga jual, dan biaya (Mohamadi, 2023). c. Membuat proyeksi: Membuat proyeksi biaya berdasarkan data yang dikumpulkan dan perencanaan Perusahaan (Mohamadi, 2023). d. Mengintegrasikan rencana anggaran biaya dengan rencana keuangan: Menghubungkan rencana anggaran biaya dengan rencana keuangan perusahaan untuk mencapai target keuntungan (Mohamadi, 2023). e. Mengujicobakan dan evaluasi: Mengujicobakan rencana anggaran biaya secara berkala-kalip menggunakan data yang sebenarnya dan melakukan
42 Akuntansi Manajemen evaluasi untuk menentukan apakah rencana anggaran biaya efektif dan efisien (Mohamadi, 2023). Dengan membuat rencana anggaran biaya yang akurat dan efektif, perusahaan dapat mengoptimalkan biaya, mengalokasikan sumber daya, dan mencapai target keuntungan. 2. Pengendalian Biaya Produksi Pengendalian biaya produksi merujuk pada upaya untuk mengelola dan memantau biaya-biaya yang terkait dengan proses produksi suatu produk atau jasa. Hal ini meliputi pengawasan terhadap biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, dan biaya produksi lainnya. Pengendalian biaya produksi bertujuan untuk memastikan efisiensi dalam penggunaan sumber daya, mengurangi pemborosan, dan memaksimalkan keuntungan perusahaan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam pengendalian biaya produksi antara lain adalah melakukan analisis terhadap biaya produksi, mengidentifikasi area-area pemborosan, menetapkan standar biaya, dan memantau secara berkala kinerja biaya produksi. Dengan melakukan pengendalian biaya produksi yang efektif, perusahaan dapat meningkatkan daya saing, mengoptimalkan profitabilitas, dan mencapai tujuan keuangan yang telah ditetapkan. 3. Pengendalian Biaya Operasional Pengendalian biaya operasional merujuk pada proses manajemen yang bertujuan untuk mengelola dan memantau biaya-biaya yang terkait dengan operasional perusahaan, termasuk biaya-biaya yang digunakan untuk
Akuntansi Manajemen 43 memperoleh, menghasilkan, memasarkan, dan menjual produk atau layanan, serta biaya-biaya operasional lainnya. Hal ini meliputi pengawasan terhadap biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, biaya pemasaran, dan biaya operasional lainnya. Pengendalian biaya operasional bertujuan untuk memastikan efisiensi dalam penggunaan sumber daya, mengurangi pemborosan, dan memaksimalkan keuntungan perusahaan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam pengendalian biaya operasional antara lain adalah melakukan analisis terhadap biaya operasional, mengidentifikasi area-area pemborosan, menetapkan standar biaya, dan memantau secara berkala kinerja biaya operasional. Dengan melakukan pengendalian biaya operasional yang efektif, perusahaan dapat meningkatkan daya saing, mengoptimalkan profitabilitas, dan mencapai tujuan keuangan yang telah ditetapkan.
44 Akuntansi Manajemen Pendapatan usaha merujuk pada pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha atau hasil usaha. Pendapatan ini berkaitan dengan penjualan produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Sebaliknya, pendapatan luar usaha adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan di luar usaha pokok, seperti pendapatan dari sewa atau komisi. Pendapatan usaha memiliki peran penting dalam operasi perusahaan karena memengaruhi tingkat laba dan kelangsungan hidup perusahaan. Pendapatan usaha juga dapat mempengaruhi nilai aset perusahaan. Oleh karena itu, pengelolaan pendapatan usaha dan luar usaha merupakan bagian penting dari manajemen keuangan perusahaan. 1. Definisi Pendapatan Usaha Pendapatan usaha adalah jumlah total uang yang diterima oleh sebuah perusahaan dari penjualan produk Meilin Veronica
Akuntansi Manajemen 45 atau jasa yang ditawarkan kepada pelanggan. Pendapatan usaha merupakan salah satu komponen utama dalam laporan keuangan sebuah perusahaan, dan hal ini mencerminkan arus masuk uang yang dihasilkan dari aktivitas inti bisnis. Pendapatan usaha biasanya berasal dari berbagai sumber, seperti penjualan produk, penyediaan jasa, sewa, royalti, dan lain sebagainya. Penghitungan pendapatan usaha melibatkan nilai total dari semua transaksi penjualan atau penerimaan. Pendapatan usaha sering kali menjadi indikator kunci dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan. Penting untuk memahami bahwa pendapatan usaha bukanlah keuntungan bersih. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha meliputi: a. Lama usaha: Lama usaha memegang peran penting dalam usaha penjualan. Lama usaha berkaitan dengan banyak sedikitnya pengalaman yang diperoleh pedagang dalam berjualan. Semakin lama usaha seseorang dalam berdagang akan meningkatkan produktivitasnya sehingga dapat menambah yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan (Kolanus et al., 2020). b. Kualitas barang: Kualitas barang yang baik dengan harga yang relatif murah akan mempengaruhi pendapatan usaha (Kolanus et al., 2020). c. Modal usaha: Modal usaha dapat diartikan sebagai dana yang digunakan untuk menjalankan usaha agar tetap berjalan. Modal usaha dapat juga diartikan dari
46 Akuntansi Manajemen berbagai segi yaitu: modal pertama kali membuka usaha, modal untuk melakukan perluasan usaha, dan modal untuk menjalankan usaha sehari-hari[3]. d. Lokasi usaha: Lokasi usaha mempengaruhi pendapatan usaha, karena suatu lokasi yang baik dapat mempengaruhi jumlah pelanggan dan penjualan (Kolanus et al., 2020). e. Pelatihan: Pelatihan pedagang mempengaruhi pendapatan usaha, karena pedagang yang lebih baik akan mempengaruhi produktivitas dan efisiensi dalam menjalankan usaha[2]. f. Pemasaran dan promosi: Pemasaran dan promosi yang efektif dapat meningkatkan penerimaan pendapatan (Kolanus et al., 2020). g. Tren pasar: Tren pasar mempengaruhi permintaan produk atau jasa, sehingga mempengaruhi pendapatan usaha (Accurate, n.d.). h. Regulasi industri: Regulasi industri dapat mempengaruhi pendapatan usaha, karena perubahan dalam regulasi dapat mempengaruhi produksi, penjualan, dan pengusahaan (Accurate, n.d.). i. Perubahan perilaku konsumen: Perubahan perilaku konsumen dapat mempengaruhi permintaan produk atau jasa, sehingga mempengaruhi pendapatan usaha (Accurate, n.d.). j. Diversifikasi produk: Diversifikasi produk memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan berbagai pasar dan peluang pendapatan (Accurate, n.d.).
Akuntansi Manajemen 47 Dalam menghitung pendapatan usaha, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor ini dan menerapkan strategi yang tepat untuk mengoptimalkan pendapatan. 3. Jenis-jenis Pendapatan Usaha Ada beberapa jenis pendapatan usaha yang dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama (Kamus Tokopedia, n.d.)[5]: a. Pendapatan Usaha: Pendapatan ini merupakan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha atau hasil usaha pokok/utama perusahaan. Pendapatan usaha dapat berasal dari penjualan produk atau jasa, bunga dari investasi, dan royalti[5]. b. Pendapatan Operasional: Pendapatan operasional adalah pendapatan yang diterima perusahaan yang berkaitan secara langsung dengan usaha pokok perusahaan. Jenis-jenis dari pendapatan operasional meliputi[5]: 1) Penjualan (Sales): Hasil penjualan barang atau jasa yang menjadi objek usaha pokok/utama dalam perusahaan. 2) Pendapatan Non-Operasional: Pendapatan non-operasional adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam periode tertentu, tetapi bukan diperoleh dari kegiatan operasional utama perusahaan[5]. Beberapa contoh pendapatan non-operasional meliputi pendapatan dari imbal hasil investasi, dividen, bunga, dan capital gain[3].
48 Akuntansi Manajemen Dalam menghitung pendapatan usaha, penting untuk mempertimbangkan jenis pendapatan yang diperoleh dan menerapkan strategi yang tepat untuk mengoptimalkan pendapatan. 1. Analisis Pasar dan Persaingan Analisis pasar dan persaingan adalah proses pengumpulan dan analisis data untuk memahami kebutuhan dan preferensi pelanggan, serta tren dan kondisi pasar yang mempengaruhi permintaan dan persaingan di pasar(Kledo, n.d.; Mohamadi, 2023). Analisis pasar dan persaingan dapat membantu perusahaan dalam mengembangkan strategi pemasaran yang efektif, menentukan harga yang tepat, dan mengoptimalkan keuntungan. Beberapa faktor yang dianalisis dalam analisis pasar dan persaingan meliputi: a. Kebutuhan dan preferensi pelanggan: Analisis ini melibatkan pengumpulan data tentang kebutuhan dan preferensi pelanggan, seperti preferensi merek, harga, kualitas, dan layanan (Kledo, n.d.; Mohamadi, 2023). b. Tren dan kondisi pasar: Analisis ini melibatkan pengumpulan data tentang tren dan kondisi pasar, seperti pertumbuhan pasar, persaingan, dan regulasi industry (Kledo, n.d.; Mohamadi, 2023). c. Analisis pesaing: Analisis ini melibatkan pengumpulan data tentang pesaing, seperti strategi
Akuntansi Manajemen 49 pemasaran, harga, kualitas produk, dan pangsa pasar (Erviana, n.d.; Kledo, n.d.). d. Analisis SWOT: Analisis ini melibatkan identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan dalam pasar (Kledo, n.d.). e. Analisis 5 kekuatan Porter: Analisis ini melibatkan identifikasi kekuatan persaingan dalam pasar, seperti ancaman baru, ancaman pengganti, kekuatan pemasok, kekuatan pembeli, dan persaingan antar pesaing (Kledo, n.d.). Dengan melakukan analisis pasar dan persaingan yang efektif, perusahaan dapat mengembangkan strategi pemasaran yang tepat, menentukan harga yang tepat, dan mengoptimalkan keuntungan. 2. Pengembangan Produk atau Jasa Pengembangan produk atau jasa adalah proses pengembangan produk atau jasa baru atau memperbaiki produk atau jasa yang sudah ada untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan meningkatkan pangsa pasar perusahaan. Pengembangan produk atau jasa melibatkan beberapa tahap, seperti identifikasi kebutuhan pelanggan, pengembangan konsep produk atau jasa, pengujian produk atau jasa, dan peluncuran produk atau jasa ke pasar. Tujuan dari pengembangan produk atau jasa adalah untuk meningkatkan nilai produk atau jasa, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan meningkatkan keuntungan perusahaan. Beberapa strategi pengembangan produk atau jasa meliputi pengembangan produk baru, diversifikasi produk, dan perbaikan produk atau jasa yang sudah ada. Dalam melakukan pengembangan
50 Akuntansi Manajemen produk atau jasa, perusahaan harus mempertimbangkan kebutuhan pelanggan, tren pasar, dan persaingan di pasar untuk menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas dan memenuhi kebutuhan pelanggan. 3. Pemasaran dan Promosi Efektif Pemasaran dan promosi efektif merupakan langkah penting dalam meningkatkan penjualan dan meningkatkan keuntungan perusahaan. Berikut adalah beberapa strategi pemasaran dan promosi yang efektif yang dapat diadopsi: a. Analisis pasar dan persaingan: Memahami kebutuhan pelanggan, tren pasar, dan persaingan di pasar untuk menghasilkan strategi pemasaran yang tepat (Utami, 2023). b. Memberikan potongan harga: Menawarkan diskon atau potongan harga pada produk atau jasa untuk menarik konsumen dan meningkatkan penjualan (Jordhi, 2021). c. Memberikan gratis ongkir: Menyediakan barang gratis atau layanan gratis bersama dengan pembelian produk atau jasa untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan menjimatkan penjualan (Jordhi, 2021). d. Memberikan cashback: Menyediakan uang kembali kepada pelanggan setelah pembelian produk atau jasa untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan menjimatkan penjualan (Jordhi, 2021). e. Mengadakan flash sale: Menawarkan diskon jangka waktu terbatas untuk menyebarkan produk atau jasa dengan harga lebih murah (Jordhi, 2021).
Akuntansi Manajemen 51 f. Promo Buy X Get X+1: Menawarkan diskon atau gratis ongkir setiap kali pelanggan membeli produk atau jasa yang berbeda jumlah atau nilai tertentu (Jordhi, 2021). g. Memberikan rewards berupa gift: Menyediakan hadiah atau reward tangible atau intang untuk pelanggan yang telah melakukan pembelian (Jordhi, 2021). h. Mengadakan pengumpulan poin rewards: Menyediakan diskon atau hadiah terbatas pada setelah pelanggan mengumpulkan poin rewards dari transaksi sebelumnya (Jordhi, 2021). i. Bagi-bagi kupon promo atau vouchers: Menyediakan kupon atau voucher diskon dengan pembelian produk atau jasa lainnya (Jordhi, 2021). j. Pemberian garansi: Menawarkan garansi pada produk atau jasa untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan menjimatkan penjualan (Jordhi, 2021). k. Memberikan promo tematik di hari-hari khusus: Menawarkan diskon atau promosi terbatas pada hari tertentu untuk menghargai pelanggan dan meningkatkan penjualan (Jordhi, 2021). Dalam melaksanakan pemasaran dan promosi efektif, penting untuk memahami kebutuhan dan preferensi pelanggan, serta menggunakan media promosi yang tepat untuk menjangkau target konsumen (Yudhistira, 2023). Dengan melakukan pemasaran dan promosi efektif, perusahaan dapat meningkatkan daya saing, meningkatkan keuntungan, dan mencapai tujuan keuangan yang telah ditetapkan.
52 Akuntansi Manajemen 1. Pengelolaan Keuangan Pengelolaan keuangan melibatkan sejumlah aspek, termasuk pengelolaan dana yang dihimpun dari masyarakat, seperti upeti, pajak, bea dan cukai. Hal ini dilakukan untuk memastikan dana tersebut digunakan secara efisien dan efektif. Selain itu, pengelolaan keuangan juga melibatkan berbagai konsep dan praktik, seperti margin kontribusi, perencanaan keuangan, dan analisis biaya. Pengelolaan keuangan juga mencakup manajemen keuangan, yang berkaitan dengan perencanaan, pengarahan, pemantauan, pengorganisasian, dan pengendalian sumber daya keuangan suatu perusahaan. Ini meliputi berbagai aspek, seperti anggaran, kas, kredit, dan analisis investasi. Dengan demikian, pengelolaan keuangan merupakan bagian integral dari manajemen perusahaan dan melibatkan sejumlah praktik dan konsep yang berbeda. 2. Pengendalian Biaya Pengendalian biaya adalah proses manajemen yang bertujuan untuk mengelola dan memantau biaya-biaya yang terkait dengan operasional perusahaan, termasuk biaya-biaya yang digunakan untuk memperoleh, menghasilkan, memasarkan, dan menjual produk atau layanan, serta biaya-biaya operasional lainnya (Sampoernauniversity, 2022; Sia, 2022). Pengendalian biaya bertujuan untuk memastikan efisiensi dalam penggunaan sumber daya, mengurangi pemborosan, dan memaksimalkan keuntungan perusahaan. Beberapa
Akuntansi Manajemen 53 langkah yang dapat dilakukan dalam pengendalian biaya antara lain adalah melakukan analisis terhadap biaya, mengidentifikasi area-area pemborosan, menetapkan standar biaya, dan memantau secara berkala kinerja biaya. Dengan melakukan pengendalian biaya yang efektif, perusahaan dapat meningkatkan daya saing, mengoptimalkan profitabilitas, dan mencapai tujuan keuangan yang telah ditetapkan (Sampoernauniversity, 2022; Sia, 2022). 3. Pemantauan dan Evaluasi Pendapatan Usaha Pemantauan dan evaluasi pendapatan usaha merupakan proses penting dalam mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan. Hal ini melibatkan pengumpulan dan analisis data terkait pendapatan usaha, serta penilaian terhadap pencapaian target pendapatan. Proses ini dapat dilakukan melalui berbagai metode, seperti observasi lapangan, wawancara, dan pengisian instrumen. Hasil pemantauan dan evaluasi ini kemudian digunakan untuk menyusun rekomendasi dan perbaikan dalam upaya meningkatkan pendapatan usaha. Dengan demikian, pemantauan dan evaluasi pendapatan usaha merupakan bagian integral dari manajemen keuangan perusahaan dan membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik. 1. Peraturan Perpajakan yang Berlaku Peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia terkait dengan beberapa undang-undang yang mengatur tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan
54 Akuntansi Manajemen (kemenkeu, n.d.). Berikut adalah beberapa peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia: a. Undang-undang Pajak: Undang-undang ini mengatur tentang sistem perpajakan, yang meliputi pemungutan pajak, pengawasan, dan penilaian pajak (kemenkeu, n.d.). b. Ketentuan Penggolahan (KPgol): KPgol adalah metode penggolahan pajak yang digunakan untuk mengurangi beban pajak dan memberikan incentif untuk investasi (kemenkeu, n.d.). c. Sistem Perpajakan Terus Disempurnakan (SPT): SPT merupakan sistem yang diharapkan dapat melaksanakan pengendalian administrasi pemungutan pajak, pengawasan, dan penilaian pajak secara rapi, terkendali, dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat Wajib Pajak (kemenkeu, n.d.). d. Kenaikan Cukai Hasil Tembakau: Kenaikan cukai hasil tembakau merupakan salah satu perubahan yang diperkenalkan pada awal tahun 2023[5]. Dalam menjawab peraturan perpajakan yang berlaku, penting untuk memahami ketentuan-ketentuan tersebut dan menerapkan strategi pengelolaan keuangan yang sesuai untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. 2. Penghitungan dan Pelaporan Pajak Pendapatan Usaha Penghitungan dan pelaporan pajak pendapatan usaha melibatkan beberapa langkah penting. Berikut adalah cara penghitungan dan pelaporan pajak pendapatan usaha berdasarkan informasi yang ditemukan dalam sumber yang diberikan:
Akuntansi Manajemen 55 a. Menghitung Penghasilan Kena Pajak: Sebelum melakukan perhitungan pajak penghasilan, perusahaan harus mengetahui jumlah penghasilan bruto yang dihasilkan selama periode kewajiban (Fitriya, 2023). b. Mengatur Pajak Penghasilan: Berdasarkan jumlah penghasilan bruto yang dihasilkan, perusahaan harus mengatur pajak penghasilan yang diperlu dikenakan berdasarkan tarif yang berlaku (Online Pajak, 2022). c. Menghitung Pajak Penghasilan: Untuk menghitung pajak penghasilan, perusahaan harus memperhitungkan pajak penghasilan berdasarkan jumlah penghasilan bruto dan tarif yang berlaku (Fitriya, 2023). d. Melakukan Pelaporan Pajak: Setelah menghitung pajak penghasilan, perusahaan harus melakukan pelaporan pajak ke pemerintah. Pelaporan ini harus dilakukan dalam waktu yang ditentu oleh pemerintah[5]. e. Mengatur Pembayaran Pajak: Setelah melakukan pelaporan pajak, perusahaan harus mengatur pembayaran pajak ke pemerintah. Pembayaran ini juga harus dilakukan dalam waktu yang ditentu oleh pemerintah[5]. Dalam menghitung dan melaporan pajak pendapatan usaha, perusahaan harus memahami perubahan tarif pajak dan perubahan regulasi pemerintah yang mungkin mempengaruhi penghitungan dan pelaporan pajak. Dengan melakukan penghitungan dan pelaporan pajak pendapatan usaha secara tepat, perusahaan dapat
56 Akuntansi Manajemen menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan memastikan pengendalian biaya yang tepat. 3. Strategi Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Strategi pemenuhan kewajiban perpajakan merupakan langkah penting dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan memastikan pengendalian biaya yang tepat. Berikut adalah beberapa strategi pemenuhan kewajiban perpajakan yang dapat diadopsi berdasarkan informasi yang ditemukan dalam sumber yang diberikan: a. Memperbaiki pelayanan: Berbaiki pelayanan agar Wajib Pajak mau membayar pajak secara sukarela dapat meningkatkan kesadaran masyarakat membayar pajak (Sardjono and Kesuma, 2020). b. Meningkatkan jumlah tenaga pemeriksa: Meningkatkan jumlah tenaga pemeriksa di Direktorat Jenderal Pajak untuk Hal ini diharapkan dapat menimbulkan efek jera terhadap masyarakat sehingga dapat menghasilkan (Sardjono and Kesuma, 2020). c. Sosialisasi dan edukasi: Melakukan kegiatan sosialisasi maupun edukasi secara berkelanjutan melalui sosial media dapat membantu meningkatkan kepatuhan pembayaran pajak (Sardjono and Kesuma, 2020). d. Internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan: Melakukan internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan untuk menguatkan moral dan integritas pegawai pajak dapat menguatkan citra Good Governance di Masyarakat (Sardjono and Kesuma, 2020).
Akuntansi Manajemen 57 e. Tax planning: Melakukan perencanaan pajak jangka panjang dan memanfaatkan keringanan pajak yang tersedia dapat membantu menghindari pemborosan pajak dan membayar pajak minimal tetapi sesuai aturan (pajak.io, 2023). f. Memantau dan evaluasi kewajiban perpajakan: Melakukan analisis dan evaluasi kewajiban perpajakan untuk memastikan kepuasan pelanggan dan memantau kinerja pengendalian biaya (Noviana, 2018). g. Menggunakan teknologi: Menggunakan teknologi dalam proses pengendalian biaya dan pengendalian kewajiban perpajakan dapat membantu mengurangi waktu dan biaya yang diserap (Agun et al., 2022). Dengan melakukan strategi pemenuhan kewajiban perpajakan yang efektif, perusahaan dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan memastikan pengendalian biaya yang tepat.
58 Akuntansi Manajemen Menurut Samryn (2012:161) definisi dari manajemen aktivitas adalah sebuah kegiatan manajemen yang memiliki fokus terhadap aktivitas-aktiitas yang ada di dalam perusahaan untuk meningkatkan laba serta nilai yang ditujukan untuk pelanggan. Peningkatan nilai yang dimaksud dalam pengertian tersebut dapat ditunjukkan dengan beberapa kegiatan, seperti melakukan eliminasi atau menghilangkan beberapa aktivitas yang ada di perusahaan yang sudah tidak memberikan keuntungan atau nilai tambah untuk perusahaan. Dengan adanya manajemen aktivitas ini, diharapkan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dapat diefisiensikan. Sehingga dengan adanya hal tersebut, akan berpengaruh terhadap turunnya harga pokok dari barang tersebut, dan perusahaan akan memperoleh keuntungan yang lebih optimal. Estu Unggul Drajat
Akuntansi Manajemen 59 Samryn (2012:161) menjelaskan terdapat beberapa analisis yang dilakukan dalam manajemen aktivitas, diantaranya adalah analisis nilai suatu proses dan analisis penetapan harga pokok produk. Analisis tersebut, menggunakan laporan keuangan dari sistem akuntansi perhitungan biaya berdasar aktivitas (Activity Based Costing – ABC) sebagai sumber utamanya. Kemudian, dari kedua analisis tersebut, didalamnya juga termuat beberapa analisis lainnya, seperti analisis penyebab, aktivitas, dan evaluasi kinerja. Analisis-analisis tersebut nantinya akan dipertemukan dalam dua dimensi, yakni dimensi biaya dan dimensi proses dan dapat ditunjukkan pada gambar berikut ini. Gambar 1. Dimensi Manajemen Aktivitas Seperti yang telah disebutkan di awal, analisis-analisis yang ada di dalam manajemen aktivitas akan dipertemukan pada dua dimensi, yakni dimensi proses dan dimensi biaya. Dimensi proses merupakan dimensi yang menyediakan informasi mengenai aktivitas apa yang sedang dilakukan oleh perusahaan, kenapa aktivitas tersebut dilakukan oleh
60 Akuntansi Manajemen perusahaan, dan seberapa baik aktivitas tersebut dilakukan. Maka dari itu, dalam dimensi proses ini fungsi dari manajemen aktivitas bukan untuk menentukan harga pokok produk, melainkan untuk menentukan proses produksi yang paling efektif dan efisisen. Sementara itu, dimensi biaya merupakan dimensi yang memuat informasi mengenai biaya yang berhubungan dengan sumber daya, fungsi, dan produk. Dimensi biaya sendiri merupakan sebuah proses penetapan harga pokok yang didasarkan pada aktivitas. Sehingga manajemen aktivitas dalam dimensi ini dilakukan untuk menentukan bagaimana cara menentukan biaya produksi agar lebih efisien dengan melakukan beberapa cara, seperti berikut ini: 1. Eliminasi aktivitas, merupakan sebuah cara dalam upaya mengefisienkan biaya produksi dengan melakukan eliminasi atas aktivitas-aktivitas yang tidak mendatangkan nilai bagi perusahaan, atau bahkan mengarah ke pemborosan. Contoh dari kegiatan yang tidak mendatangkan nilai bagi perusahaan adalah kegiatan penjadwalan dan kegiatan penyimpanan (Samryn, 2012:163). Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dieliminasi karena aktivitas tersebut menggunakan waktu dan sumber daya dalam kegiatannya, namun tidak menghasilkan nilai bagi perusahaan. Contohnya, ketika barang disimpan butuh seorang petugas untuk menjaga dan ada waktu yang dihabiskan untuk menyimpan barang tersebut. Namun, selama masa penyimpanan, apakah perusahaan mendapatkan penghasilan? Apakah perusahaan menghasilkan hasil produksi dengan kegiatan penyimpanan? Tidak. Maka dari itu, kegiatan
Akuntansi Manajemen 61 menyimpan barang merupakan salah satu kegiatan yang dapat dieliminasi. 2. Seleksi aktivitas, merupakan sebuah caara pemilihan strategi untuk menentukan rangkaian aktivitas-aktivitas yang dapat menimbulkan biaya paling efisien. Beda strategi, maka akan beda aktivitas yang dilakukan serta biaya yang dikeluarkan juga akan berbeda. Maka dari itu, setiap aktivitas yang dipilih oleh perusahaan akan menentukan biaya yang dikeluarkan nantinya. 3. Reduksi aktivitas, merupakan sebuah cara yang dilakukan dengan pengurangan konsumsi sumber daya dan waktu atas sebuah aktivitas tertentu. 4. Sharing aktivitas, merupakan upaya peningkatan efisiensi dari aktivitas tertentu dengan menggunakan economies of scale. Contohnya, sebuah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang A, dapat di transfer atau dibagikan ke produk X karena biaya tersebut juga turut berperan ketika proses produksi produk X dilakukan. Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem akuntansi yang dipergunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja dari pusat pertanggungjawaban yang ada di dalam perusahaan, sesuai dengan informasi yang dibutuhkan oleh manajer untuk menjalankan fungsi dari setiap pusat pertanggungjawaban sebagai salah satu bentuk pengendalian manajemen. Terdapat beberapa jenis akuntansi pertanggungjawaban, diantaranya adalah pertanggungjawaban berdasar-
62 Akuntansi Manajemen kan keuangan dan pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas (Samryn, 2012). Pertanggungjawaban berdasarkan keuangan merupakan sebuah bentuk pertanggungjawaban atas kinerja keuangan dari perusahaan. Kinerja keuangan merupakan sebuah capaian yang diraih oleh manajemen di dalam sebuah perusahaan dalam melakukan pengelolaan operasional untuk kepentingan perusahaan. Kinerja keuangan dapat diukur dengan menggunakan 3 cara yakni dengan menggunakan ROI, RI, dan EVA (Aripin & Negara, 2021:100). Berikut penjelasan mengenai ketiga cara pengukuraan tersebut: 1. Return on Investment (ROI), merupakan sebuah rasio yang digunakan untuk melihat seberapa tinggi tingkat pengembalian laba atas suatu investasi yang telah ditanamkan. ROI dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: ROI = (Laba setelah pajak : Investasi awal) x 100% 2. Residual Income (RI), merupakan jumlah laba yang dihasilkan dari target pengembalian investasi pada suatu pusat laba. Jika RI lebih dari 0, maka tingkat pengembalian labanya lebih tinggi dari target yang telah ditetapkan. Jika RI sama dengan 0, maka tingkat pengembalian labanya setara atau sama dengan target yang telah ditetapkan. Kemudian, jika RI dibawah 0, maka tingkat pengembalian labanya, lebih kecil dari pada target yang telah ditetapkan. Berikut adalah rumus untuk mencari RI RI = Laba – (Investasi x Target ROI)
Akuntansi Manajemen 63 3. Economic Value Added (EVA), merupakan penekanan laba bersih atas biaya dari modal. Jika EVA bernilai positif, maka manajemen perusahaan mendapatkan nilai tambah. Jika EVA bernilai 0, maka manajemen berada pada titik impas. Serta, jika EVA bernilai negatif, maka tidak terjadi pertumbuhan nilai ekonomis. Berikut ini rumus untuk mencari EVA: EVA = NOPAT – (WACC x IC) Keterangan: NOPAT = Net Operating After Tax = Laba/Rugi setelah bunga - Pajak WACC = Weighted Average Cost of Capital = Presentase hutang dari modal x biaya hutang (1 – persentase pajak) + Persentaase saham preferen dari modal x biaya saham preferen + persentase laba ditahan dari modal x biaya saham biasa. IC = Invested Capital = (Total hutang + ekuitas) - Hutang jangka pendek Sementara itu, pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas merupakan pertanggungjawaban yang lebih berfokus pada proses. Dimensi waktu, kualitas dan efisinesi merupakan dimensi terpenting dari pertanggungjawaban ini. Sehingga, dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan jika pertanggungjawaban berdasarkan keuangan lebih menekankan pada kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan, pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas lebih menekankan pada proses di sebuah perusahaan. Namun, kedua pertanggungjawaban tersebut sama-sama digunakan untuk mengukur kinerja di dalam sebuah perusahaan.
64 Akuntansi Manajemen Menurut (Aripin & Negara, 2021), pengukuran aktivitas adalah kegiatan yang dilaksanakan manajemen untuk mengukur seberapa baik suatu aktivitaas telah dilakukan demi meningkatkan profitabilitas. Pengukuran aktivitas, memiliki fokus terhadap 3 dimensi, diantaranya efisiensi, kualitas, dan waktu. Dimensi yang pertama adalah efisiensi. Efisiensi yang dimaksud dalam dimensi ini, dapat berupa efisiensi operasi, mesin dan persediaan. Contohnya efisiensi mesin dapat ditunjukkan seberapa besar tingkat output yang dihasilkan dari suatu mesin pada tiap jamnya. Dari hasil analisis tersebut, dapat menjadi dasar bagi perusahaan dalam pengambilan strategi guna meningkatkan efisiensi dari suatu mesin produksi. Kemudian dimensi yang kedua adalah kualitas. Dimensi ini, mengacu terhadap seberapa baik output yang dihasilkan dari aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Pengukuran dengan menggunakan dimensi ini dapat dilakukan dengan melakukan pengecekan mengenai berapa banyak produk yang cacat, berapa banyak sisa dari bahan yang telah digunakan, atau berapa persentase dari kegagalan eksternal. Selain itu, pengukuran dengan menggunakan dimensi kualitas, dapat dilihat dari seberapa besar tingkat pembelian konsumen. Jika pembelian konsumen stabil atau meningkat, hal tersebut menunjukkan jika kualitas dari produk yang dihasilkan terjaga atau dalam keadaan yang baik. Sementara itu, jika jumlah pembelian dari konsumen menurun, maka terdapat indikasi jika kualitas dari produk yang dihasilkan turun atau tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Akuntansi Manajemen 65 Lalu, dimensi yang terakhir adalah dimensi waktu. Ada beberapa indikator yang dapat digunakan diantaranya adalah reliability, responsiveness, dan manufacturing cycle efficiency. Reliability dapat dilihat dari seberapa besar tingkat pengiriman yang dilakukan secara tepat waktu. Kemudian responsiveness dapat dilihat dari waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas (cycle time) serta jumlah yang dihasilkan dari suatu waktu tertentu (velocity). Lalu yang terakhir adalah manufacturing cycle efficiency. Indikator ini dapat dilihat dengan cara waktu pemrosesan dibagi dengan (waktu proses ditambah waktu perpindahan, waktu inspeksi dan waktu tunggu). Laporan kualitas merupakan sebuah laporan yang penting jika perusahaan tengah menjalankan perbaikan kualitas dari output yang dihasilkan. Laporan ini dapat menjadi dasar bagi manajemen dalam mengambil kebijakan dan keputusan demi kepentingan perusahaan. Laporan kualitas akan menggunakan biaya aktivitas sebagai acuannya dan disajikan secara periodik. Biaya aktivitas dalam pelaporan kualitas dibedakan menjadi 4 komponen, yakni prevention cost, appraisal cost, internal failure cost, serta external failure cost. Dari keempat komponen tersebut akan dijumlahkan secara keseluruhan dan menghasilkan biaya total. Kemudian, dari biaya total tersebut akan dibandingkan dengan penjualan dengan menggunakan common-size. Lalu biaya kualitas juga dapat disajikan dalam bentuk trend, untuk mengetahui perkembangannya dalam suatu periode tertentu. Menurut Supriyono (2010), terdapat 4 jenis kemajuan yang dapat diukur dan dilaporkan diantaranya:
66 Akuntansi Manajemen 1. Laporan standar kualitas interim, laporan ini dibuat dengan membandingkan biaya kualitas yang sesungguhnya dikeluarkan (biaya kualitas aktual), dengan biaya yang dianggarkan. 2. Laporan biaya kualitas trend satu periode, merupakan laporan biaya kualitas yang dibuat untuk menunjukkan kinerja kualitas selama satu tahun terakhir. Laporan ini dapat digunakan untuk membandingkan jumlah biaya kualitas sesungguhnya pada tahun ini dengan tahun sebelumnya. Sehingga manajemen dapat menilai secara jangka pendek mengenai perbaikan kualitas dan menghasilkan informasi mengenai wilayah yang menghasilkan keuntungan. 3. Laporan trend biaya kualitas, merupakan laporan yang menyediakan informasi mengenai kemajuan kualitas, dari awal perbaikan atau penyempurnaan. Selain itum laporan ini juga menyediakan informasi mengenai perubahan relatif biaya kualitas pada periode sebelumnya. 4. Laporan kualitas jangka panjang, merupakan laporan yang menunjukkan kemajuan yang berhubungan dengan standar jangka panjang. Dari beberapa jenis laporan tersebut, dapat digunakan oleh perusahaan sebagai komponen penting dalam pengambilan keputusan dan meningkatkan daya saing dari perusahaan. Kemudian laporan tersebut juga memiliki beberapa fungsi seperti dapat digunakan untuk mengidentifikasi peluang laba, mengidentifikasi pemborosan dalam aktivitas yang tidak diinginkan oleh pelanggan, serta sebagai alat untuk mengukur kinerja secara objektif.
Akuntansi Manajemen 67 1. Perhitungan Biaya Pelanggan Penghitungan biaya pelanggan merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengetahui, apakah dirinya akan mempertahankan pelanggan dengan skala besar, atau mempertahankan pelanggan dengan skala kecil. Pada umumnya, pelanggan dengan skala besar, akan melakukan pembelian dengan intensitas yang rendah, namun dengan jumlah yang besar disetiap pembeliannya. Hal tersebut berbanding terbalik dengan pelanggan kecil. Intensitas pembelian dari pelanggan kecil akan lebih sering jika dibandingkan dengan pelanggan besar, namun disetiap pembeliannya jumlah barang yang dibeli relatif sedikit. Untuk lebih memahami konsep tersebut, berikut contoh kasus perhitungan biaya pelanggan. Pada tahun 2022, PT Maju Jaya melakukan penjualan sebanyak 1.000.000 unit produk. Penjualan tersebut dilakukan kepada satu pelanggan besar dan sepuluh pelanggan kecil yang memang sudah lama menjadi costumer PT Maju Jaya. Berikut adalah data aktivitas pembelian PT Maju Jaya selama 2022.
68 Akuntansi Manajemen Tabel 1. Data Aktivitas Pembelian PT Maju Jaya selama 2022 Pelanggan Besar Sepuluh Pelanggan yang Lebih Kecil Total Unit yang dibeli 500.000 unit 500.000 unit 1.000.000 unit Pesanan yang dibuat 2 kali 200 kali 202 kali Jumlah tindakan penjualan 10 tindakan 210 tindakan 220 tindakan Biaya produksi $3.000.000 $3.000.000 $6.000.000 Biaya pemenuhan pesanan yang dialokasikan* $202.000 $202.000 $404.000 Biaya tenaga penjualan yang dialokasikan* $110.000 $110.000 $220.000 *Dialokasikan berdasarkan volume penjualan
Akuntansi Manajemen 69 Perhitungan biaya pemenuhan pesananan, untuk satu kali pesanan yang dibuat adalah: Total biaya pemenuhan pesanan/total pesanan yang dibuat = $404.000/202 kali pesanan = $2.000 Maka, biaya pemesanan yang dikeluarkan untuk masing-masing pelanggan adalah sebagai berikut: Pelanggan besar = $2.000 x 2 kali pesanan = $4.000 Pelanggan kecil = $2.000 x 200 kali pesanan = $400.000 Sementara itu, perhitungan biaya tenaga penjualan untuk setiap tindakan penjualan adalah sebagai berikut: Total biaya tenaga penjualan/jumlah tindakan penjualan = $220.000/220 tindakan = $1.000 Maka biaya tenaga penjualan yang dikeluarkan untuk masing-masing pelanggan adalah sebagai berikut: Pelanggan besar = $1.000 x 10 tindakan = $10.000 Pelanggan kecil = $1.000 x 210 tindakan = $210.000 Sehingga dari kedua perhitungan tersebut dapat ditarik kesimpulan yakni, untuk menjual sebanyak 500.000 unit barang kepada pelanggan besar, dibutuhkan biaya sebesar $14.000 ($4.000 + $10.000). Sementara itu, biaya yang dikeluarkan untuk menjual 500.000 unit kepada pelanggan kecil, dibutuhkan biaya sebesar
70 Akuntansi Manajemen $610.000 ($400.000 + $210.000). Dari hal tersebut, dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi manajemen PT Maju Jaya untuk mempertahankan pelanggan besar dari pada pelanggan kecil. 2. Perhitungan biaya pemasok Perhitungan biaya pemasok merupakan sebuah perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengetahui pemasok mana yang perlu dipertahankan, atau pemasok mana yang perlu diganti. Perhitungan ini membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan yang nantinya dapat mempengaruhi biaya pembelian bahan baku yang akan dikeluarkan. Sehingga perhitungan biaya ini penting untuk dilakukan oleh setiap perusahaan. Untuk memahami konsep mengenai perhitungan biaya pemasok, berikut contoh kasus dari perhitungan biaya pemasok tersebut. Pada tahun 2022, PT Maju Jaya memiliki 2 pemasok, yakni PT A dan PT B. Dari masing-masing pemasok tersebut, PT Maju Jaya membeli barang yang sama, yakni barang X dan barang Y. Berikut ini merupakan informasi PT Maju Jaya yang berkaitan dengan biaya kualitas selama tahun 2022: a. Biaya aktivitas yang disebabkan oleh pemasok (misal: kegagalan komponen atau keterlambatan pengiriman)
Akuntansi Manajemen 71 Tabel 2. Biaya Aktivitas yang Disebabkan oleh Pemasok Aktivitas Biaya Perbaikan Produk $800.000 Pengiriman Produk $200.000 b. Data Pemasok Tabel 3. Data Pemasok PT A PT B Produk X Produk Y Produk X Produk Y Harga pembelian unit $20 $52 $24 $56 Unit yang dibeli 80.000 40.000 10.000 10.000 Unit yang gagal 1.600 380 10 10 Keterlambatan pengiriman 60 kali 40 kali 0 0
72 Akuntansi Manajemen Berikut perhitungan biaya perbaikan per produk yang cacat/gagal: Biaya perbaikan produk / total unit yang gagal = $800.000 / (1.600 + 380 + 10 + 10) = $800.000 / 2000 = $400 per unit Karena terdapat barang yang terlambat dikirimkan, maka PT Maju Jaya harus mengeluarkan sejumlah biaya untuk melakukan percepatan pengiriman. Biaya pengiriman produk/total keterlambatan pengiriman = $200.000/(60 + 40) = $200.000/ 100 = $2.000 setiap 1 kali percepatan pengiriman Berikut perhitungan biaya pemasok total untuk masingmasing pemasok.
Akuntansi Manajemen 73 Tabel 4. Perhitungan Biaya Pemasok PT A PT B Barang X Barang Y Barang X Barang Y Biaya pembelian Barang X PT A = $20 x 80.000 unit $1.600.000 PT B = $24 x 10.000 unit $240.000 Barang Y PT A = $52 x 40.000 unit $2.080.000 PT B = $56 x 10.000 unit $560.000 Perbaikan produk Barang X PT A = $400 x 1.600 unit $640.000 PT B = $400 x 10 unit $4.000 Barang Y PT A= $400 x 380 unit $152.000 PT B = $400 x 10 $4.000
74 Akuntansi Manajemen unit Percepatan Pengiriman PT A Barang X = $2.000 x 60 kali $120.000,00 Barang Y = $2.000 x40 kali $80.000,00 BIAYA TOTAL $2.360.000,0 0 $2.312.000,0 0 $244.000,0 0 $564.000,0 0 Jumlah unit 80.000 40.000 10.000 10.000 Biaya total/unit $29,50 $57,80 $24,40 $56,40 Dari perhitungan tersebut, menunjukkan harga barang total setelah ditambah biaya-biaya aktivitas, harga barang X dan Y di PT B lebih rendah daripada PT A. Sehingga dari perhitungan tersebut menjadi salah satu pertimbangan bagi PT Maju Jaya untuk mempertahankan PT B sebagai pemasok.
Akuntansi Manajemen 75 Menurut Nugraha & Junaedi (2014), perhitungan biaya aktivitas atau Activity Based Costing (ABC) adalah cara yang digunakan untuk menghitung biaya dengan melakukan pengalokasian biaya overhead dengan jumlah lebih dari satu, dengan cara memasukkan satu/lebih faktor yang tidak memiliki hubungan dengan volume produksi. Menurut Samryn (2012:148), kegiatan alokasi biaya overhead pada lini pembiayaan produk dengan menggunakan ABC, dapat disederhanakan dengan beberapa tahapan, diantaranya: 1. Pertama, adalah tentukan item dan biaya overhead yang akan dialokasikan. Biaya overhead tersebut, dapat berupa biaya produksi yang tidak memiliki hubungan dengan produk, ataupun tidak dapat ditelusuri hubungannya dengan jumlah output yang dihasilkan. Devi Nur Cahaya Ningsih
76 Akuntansi Manajemen 2. Kedua, identifikasi aktivitas dan atribut dari aktivitas tersebut. Tahapan ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mendefinisikan, mengelompokkan aktivitas beserta atributnya. Hasil dari aktivitas ini berupa daftar aktivitas yang jumlahnya berbeda-beda tergantung kompleksitas tiap perusahaan. 3. Ketiga, identifikasi pool biaya. Tahapan ini merupakan tahapan dimana dilakukannya pembebanan biaya sumber daya dalam aktivitas perusahaan. 4. Keempat, identifikasi dasar alokasi biaya. Tahapan ini berkaitan dengan pembebanan biaya aktivitas sekunder, terhadap biaya aktivitas primer. 5. Kelima, membebankan biaya aktivitas pada objek biaya. Tahapan ini merupakan tahapan final pengalokasian biaya overhead pada tiap lini usaha. Penghitungan biaya berdasarkan aktivitas dinilai lebih akurat. Hal tersebut dikarenakan, dalam biaya berdasarkan biaya aktivitas juga memasukkan biaya yang tidak berkaitan dengan volume produksi. Contohnya, biaya penjadwalan dan biaya inspeksi. Menurut Carter (2009:528), dasar yang digunakan dalam ABC untuk mengalokasikan biaya overhead disebut dengan pemicu (driver). Terdapat dua jenis pemicu, yakni pemicu sumber daya (resource driver) dan pemicu aktivitas (activity driver). Resource driver merupakan sebuah pemicu yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead suatu sumber daya ke aktivitas-aktivitas berbeda yang menggunakan sumber daya tersebut. Sementara itu, activity driver
Akuntansi Manajemen 77 merupakan pemicu yang digunakan untuk mengalokasikan biaya atas suatu aktivitas ke produk, pelanggan atupun objek biaya final yang menggunakan aktivitas tersebut pula. Sementara itu, dalam ABC mengenal 4 tingkatan biaya, diantaranya: 1. Tingkat unit (unit level cost), merupakan sebuah biaya yang pasti akan mengalami peningkatan ketika suatu unit diproduksi. Contoh dari biaya tingkat unit adalah biaya listrik atau biaya bahan bakar mesin. Misalnya perusahaan A memiliki mesin dengan bahan bakar solar. Ketika perusahaan menaikkan jumlah produksi barangnya, maka penggunaan solar akan semakin naik dan jumlah biaya yang dikeluarkan akan semakin besar pula. Maka dari itu, biaya bahan baku merupakan salah satu biaya yang masuk ke dalam biaya tingkat unit, karena konsumsinya dapat dipengaruhi oleh jumlah barang yang diproduksi. 2. Tingkat batch (batch level cost), adalah yang ada dikarenakan karena jumlah batch yang diproduksi. Contohnya, jika perusahaan membeli bahan baku dari pemasok pada batch tertentu, maka biaya pembelian, inspeksi dan penerimaan atas bahan baku yang dibeli pada batch tersebut dapat diakui sebagai biaya tingkat batch. 3. Tingkat produk (product level cost), adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendukung sejumlah produk yang berbeda. Contohnya adalah biaya desain produk, biaya penelitian dan pengembangan produk, serta biaya pembuatan prototype produk.
78 Akuntansi Manajemen 4. Tingkat pabrik (plant level cost), merupakan biaya yang digunakan untuk melakukan pemeliharaan kapasitas di tingkat pabrik. Contohnya adalah biaya sewa, biaya penyusutan, serta biaya pajak properti. Menurut Carter (2009:532), pengambilan keputusan mengenai sebuah biaya akan dibebankan pada tingkatantingkatan tersebut didasarkan pada keputusan dari manajemen, atau dapat disebut dengan arbiter. Sehingga, dalam beberapa kasus terdapat beberapa biaya yang seharusnya dapat dibebankan sebagai biaya tingkat unit, namun biaya tersebut dialokasikan sebagai biaya tingkat pabrik, contohnya adalah biaya konversi serta biaya langsung. Metode perhitungan biaya tradisional merupakan metode yang memperhitungkan biaya berdasarkan jumlah unit yang diproduksi (Wulanda et al., 2022). Semakin banyak jumlah barang yang diproduksi, maka jumlah biaya yang akan dikeluarkan juga akan semakin banyak. Sehingga, dari hal tersebut dapat diketahui jika metode tradisional merupakan sebuah metode pengalokasian biaya overhead didasarkan pada jumlah produksi. Dalam metode tradisional, biaya yang dihitung hanya sebatas biaya produksi saja. Biaya administrasi dan umum, serta biaya pemasaran tidak dimasukkan kedalam biaya produk, melainkan akan dikurangkan secara langsung pada laba bruto nantinya. Sementara itu, metode perhitungan biaya berdasarkan aktivitas merupakan sebuah metode penghitungan biaya
Akuntansi Manajemen 79 dengan memasukkan biaya-biaya lain yang tidak dapat diidentifikasi melalui produk, misalnya biaya yang berkaitan dengan konsumsi sumber daya. Maka dari itu, sistem ini dinilai menggantikan sistem tradisional karena mampu untuk menghasilkan perhitungan biaya yang lebih akurat. Untuk memahami perbedaan perhitungan biaya dari kedua sistem tersebut, berikut contoh kasusnya. Pada tahun 2022, PT Amerta yang berkedudukan di Jakarta Barat menjual 2 jenis produk yakni jeans dan kaos. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan data dari PT Amerta selama tahun 2022. Tabel 1. Data PT Amerta tahun 2022 Kemudian, pada tahun 2022, PT Amerta juga telah menyiapkan anggaran biaya aktivitas yang akan digunakan. Berikut ini merupakan anggaran biaya aktivitas yang telah dibuat oleh manajemen PT Amerta. Keterangan Produk Jeans Kaos Jumlah barang yang di produksi 30.000 120.000 Harga jual $36.000 $18.000 Biaya utama $18.000 $9.000 Jam kerja langsung $15.000 $30.000
80 Akuntansi Manajemen Tabel 2. Anggaran Biaya Aktivitas PT Amerta tahun 2022 Aktivitas Anggaran Cost Rekayasa $900.000 Set up $3.000.000 Perputaran mesin $9.000.000 Pengemasan $600.000 TOTAL $13.500.000 Berikut ini merupakan biaya aktivitas yang sesungguhnya dikeluarkan oleh PT Amerta. Tabel 3. Biaya Aktivitas Sesungguhnya PT Amerta tahun 2022 Aktivitas Konsumsi/Realisasi Total Jeans Kaos Rekayasa (Jam) 18.000 27.000 $45.000 Set up (Jam) 1.200 1.800 $3.000 Perputaran mesin (Jam) 150.000 300.000 $450.000 Pengemasan 15.000 60.000 $75.000 Perintah:
Akuntansi Manajemen 81 Dari data yang dimiliki oleh PT Amerta diatas, hitung dan carilah biaya per unit dengan menggunakan metode hitung tradisional dan metode ABC! 1. Metode Tradisional Total jam kerja langsung (JKL) = JKL jeans + JKL kaos = $15.000 + $30.000 = $45.000 Biaya JKL /unit = Tarif overhead pabrik : JKL = $13.500.000 : $45.000 =$300/JKL Dari perhitungan tersebut, maka dapat diketahui jumlah biaya overhead yang dibebankan adalah sebagai berikut: Tabel 4. Biaya Overhead yang Dibebankan oleh PT Amerta tahun 2022 Produk Total (JKL x Biaya JKL per unit) Unit Overhead/Unit (Total/unit) Jeans $15.000 x $300 = $4.500.000 30.000 $150 Kaos $30.000 x $300 = $9.000.000 120.000 $75 Kemudian, setelah mengetahui jumlah biaya overhead, dilanjutkan dengan melakukan perhitungan biaya per unit dari produk yang dihasilkan oleh PT Amerta.
82 Akuntansi Manajemen Tabel 5. Perhitungan Biaya per Unit PT Amerta tahun 2022 Keterangan Jeans Kaos Biaya utama 30.000 x $18.000 = $540.000.000 120.000 x $9.000 = $1.080.000.000 Biaya overhead 30.000 x $300 = $9.000.000 120.000 x $300 = 36.000.000 Total biaya $549.000.000 $1.116.000.000 Unit produksi 30.000 120.000 Biaya/Unit $18.300 $9.300 2. Perhitungan menggunakan sistem ABC Menghitung tarif aktivitas Tabel 6. Tarif Aktivitas PT Amerta tahun 2022 Aktivitas Anggaran Cost Total Tarif Aktivitas Rekayasa $900.000 $45.000 $20 Set up $3.000.000 $3.000 $1.000 Perputaran mesin $9.000.000 $450.000 $20 Pengemasan $600.000 $75.000 $8 TOTAL $13.500.00 0 $573.000 $1.048
Akuntansi Manajemen 83 Berikut ini merupakan perhitungan biaya overhead yang dibebankan dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh PT Amerta: 1. Produk Jeans Tabel 7. Biaya Overhead yang Dibebankan (Jeans) PT Amerta tahun 2022 Aktivitias Tarif Konsumsi Total BOP BOP/Unit Rekayasa (Jam) $20 $18.000 $360.000 $20 Set up (Jam) $1.000 $1.200 $1.200.000 $1.000 Perputaran mesin (Jam) $20 $150.000 $3.000.000 $20 Pengemasan $8 $15.000 $120.000 $8 TOTAL $1.048 $184.200 $4.680.000 $1.048 2. Produk Kaos Tabel 8. Biaya Overhead yang Dibebankan (Kaos) PT Amerta tahun 2022 Aktivitas Tarif Konsumsi Total BOP BOP/Unit Rekayasa (Jam) $20 $27.000 $540.00 0 $20 Set up (Jam) $1.0 00 $1.800 $1.800. 000 $1.000 Perputaran mesin (Jam) $20 $300.000 $6.000. 000 $20
84 Akuntansi Manajemen Pengemasan $8 $60.000 $480.00 0 $8 TOTAL $1.0 48 $388.800 $8.820. 000 $1.048 Langkah selanjutnya menghitung biaya per unit produk. Tabel 8. Biaya Per Unit Produk PT Amerta tahun 2022 Keterangan Jeans Kaos Biaya utama $540.000.000 $1.080.000.000 Biaya overhead $1.048 x 30.000 unit = $31.440.000 $1.048 x 120.000 = $125.760.000 Total biaya $571.440.000 $1.205.760.000 Jumlah unit yang produksi 30.000 unit 120.000 unit Biaya/unit $19.048 $10.048 Meskipun perhitungan biaya dengan ABC dinilai lebih akurat, namun sistem perhitungan ABC juga memiliki beberapa kelemahan. Berikut ini merupakan beberapa kekuatan dan kelemahan dari sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas atau ABC. 1. Kekuatan a. Penentuan harga pokok lebih akurat, karena memasukkan biaya lain di luar proses produksi yang
Akuntansi Manajemen 85 memiliki hubungan dengan hasil produk. Maka dari itu, perhitungan biaya dengan menggunakan metode ABC dapat dikatakan akurat karena dapat menggambarkan biaya yang sebenarnya dikeluarkan oleh perusahaan. b. Dapat meningkatkan mutu pembuatan keputusan. Seperti yang telah disebutkan pada poin (a), perhitungan biaya dengan menggunakan sistem ABC akan menghasilkan penentuan harga pokok yang lebih akurat. Dengan adanya hal tersebut, ketepatan manajemen dalam mengambil keputusan dapat ditingkatkan. c. Dapat meningkatkan kemampuan dalam mengelola aktivitas-aktivitas yang ada di dalam perusahaan. Hal tersebut dikarenakan, dalam perhitungan biaya secara ABC juga turut memasukkan biaya aktivitas yang digunakan selama proses produksi. Sehingga, dari hal tersebut manajemen dapat mengetahui aktivitas mana yang dapat dieliminasi guna memaksimalkan laba yang akan diperoleh perusahaan. d. Memungkinkan tindakan eliminasi dan perbaikan atas aktivitas yang kurang menguntungkan bagi perusahaan. Ketika manajemen menggunakan perhitungan biaya dengan sistem ABC, maka manajemen akan mengetahui aktivitas mana yang menghasilkan biaya paling besar bagi perusahaan. Selain itu, manajemen juga dapat mengetahui, aktivitas-aktivitas mana yang menghasilkan biaya bagi perusahaan, namun tidak memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Sehingga, ketika
86 Akuntansi Manajemen manajemen mengetahui hal terserbut, manajemen dapat melakukan eliminasi atau pengurangan konsumsi biaya untuk kegiatan tersebut. Maka dari itu, ketika manajemen menggunakan sistem ABC dalam perhitungan biayanya, maka manajemen dapat melakukan tindakan eliminasi dan memperbaiki aktivitas atau kegiatan yang kurang menguntungkan bagi perusahaan. 2. Kelemahan Meskipun sistem ABC memiliki beberapa kelebihan, namun di lain sisi sistem ini juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan dari sistem ini datang karena sulitnya melakukan pembebanan biaya overhead pabrik dan sulit untuk digunakan dalam perusahaan dengan skala kecil. Hal tersebut dikarenakan biaya overhead yang tidak berkaitan atau tidak nampak dalam produk secara langsung akan ikut dibebankan ke dalam harga produk. Contohnya biaya keamanan dengan menggunakan satuan jam kerja. Semakin lama kegiatan yang dilakukan untuk pengamanan produk, maka semakin besar juga biaya yang akan dibebankan ke dalam produk. Sehingga dibutuhkan barang dalam jumlah besar agar biaya tersebut tidak terlalu terasa dampaknya dalam perhitungan biaya pokok produk. Jika perusahaan skala kecil dengan jumlah volume produksi yang kecil pula menggunakan sistem perhitungan biaya dengan menggunakan ABC, maka dapat memungkinkan harga pokok dari barang yang diproduksi akan lebih tinggi. Maka dari itu, dibutuhkan pertimbangan yang matang ketika sebuah perusahaan ingin menggunakan ABC ini.
Akuntansi Manajemen 87 Analisis cost-volume-profit merupakan teknik untuk menghitungdampak perubahan harga jual, volume penjualan, dan biaya terhadap laba untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek,Mulyadi (2015:78). Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2005), Analisis Cost-Volume-Profit (CVP) merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Pada dasarnya analisis CVP menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga maka semua informasi keuangan perusahaan terkandung didalamnya. Dengan analisis ini, suatu peusahaan diharapkan akan dengan mudah memutuskan mengenai harga jual yang tepat untuk suatu produk, produk apa saja yang akan diproduksi/dijual, strategi pemasaran apa yang perlu dilakukan, serta tingkat laba yang diinginkan dan Erawati Kartika
88 Akuntansi Manajemen seterusnya. Dengan analisis ini perusahaan akan mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi pada biaya, volume, dan harga jual dapat mempengaruhi laba usaha. Manajemen merencanakan keuangan dan mengambil keputusan dengan melihat hubungan besarnya biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan dengan besarnya volume penjualan serta laba yang diperoleh pada suatu periode tertentu. Dalam mengambil keputusan, manajemen juga melihat lima elemen penting terkait analisis cost volume profit, yaitu: 1. Harga produk yaitu harga yang ditetapkan di dalam suatu periode tertentu secara konstan. 2. Volume atau tingkat aktivitas yaitu besarnya produk yang dihasilkan dan direncanakan akan dijual di dalam suatu periode tertentu. 3. Biaya variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan secara langsung pada setiap unit barang yang diproduksi. 4. Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik di dalam suatu periode tertentu. 5. Bauran volume produk yang dijual yaitu proporsi volume relatif produk-produk perusahaan yang akan dijual. 1. Margin Kontribusi (Contribution Margin) merupakan selisih antara hasil penjualan dan seluruh komponen beban variabel (produksi, administrasi, dan penjualan) (Sodikin, 2015). Apabila margin kontribusi lebih besar dari biaya tetap, maka perusahaan akan memperoleh laba. Sebaliknya, jika margin kontribusi lebih kecil dari biaya tetap, maka perusahaan akan mengalami kerugian.
Akuntansi Manajemen 89 Namun, apabila margin kontribusi dan biaya tetap sama besar, kondisi inilah yang disebut sebagai titik impas atau perusahaan mengalami break even point. Contoh margin Kontribusi dalam laporan laba rugi Kontribusi, sebagai berikut : Sumber : Hansen Mowen 2. Hubungan Biaya - Volume – Laba dalam bentuk Grafik
90 Akuntansi Manajemen 3. Ratio Margin Kontribusi Rasio margin kontribusi merupakan perbandingan antara margin kontribusi dan penjualan. Rasio ini menunjukkan persentase tiap satu rupiah penjualan yang dapat digunakan untuk menutup beban tetap dan kemudian laba (Sodikin, 2015). Rasio margin kontribusi sangat berguna bagi manajemen untuk mengetahui perubahan margin kontribusi sebagai akibat perubahan setiap rupiah penjualan. Samryn (2012) mengungkapkan margin kontribusi dan rasio margin kontribusi dapat ditentukan dengan formulasi sebagai berikut : a. Margin Kontribusi = Penjualan - Biaya Variabel b. Contoh Ratio margin Kontribusi seperti tampak berikut : Perbandingan antara margin kontribusi dengan total penghasilan. Sumber : hansen Mowen