41 mendengarkan dengan penuh perhatian, memahami perspektif orang lain, dan memberikan dukungan serta bimbingan yang diperlukan. 4. Kepemimpinan Kolaboratif Kepala madrasah mendorong kolaborasi dan partisipasi aktif dari semua anggota komunitas madrasah. Mereka bekerja sama dengan staf pengajar, siswa, dan orang tua siswa dalam pengambilan keputusan, perencanaan program, dan penyelesaian masalah. 5. Kepedulian terhadap Kesejahteraan Siswa Kepala madrasah peduli terhadap kesejahteraan fisik, emosional, dan spiritual siswa. Mereka menciptakan lingkungan yang aman, inklusif, dan mendukung bagi semua siswa, serta memberikan perhatian khusus terhadap siswa yang membutuhkan dukungan tambahan. 6. Konsistensi dan Keadilan Kepala madrasah konsisten dalam penerapan aturan dan kebijakan madrasah, serta memberikan perlakuan yang adil kepada semua anggota komunitas madrasah. Mereka tidak memihak dan memperlakukan semua orang dengan sama, tanpa memandang status atau latar belakang.
42 7. Pengembangan Diri Kepala madrasah terus mengembangkan diri melalui pembelajaran mandiri, pelatihan, dan jaringan profesional. Mereka menjadi contoh yang baik dalam semangat belajar sepanjang hayat dan kesediaan untuk terus berkembang dan berinovasi. 8. Keterbukaan dan Transparansi Kepala madrasah berkomunikasi secara terbuka dan transparan dengan semua anggota komunitas madrasah tentang kebijakan, prosedur, dan keputusan yang dibuat. Mereka memberikan penjelasan yang jelas dan jujur tentang alasan di balik keputusan mereka. (Mulyasa, 2022) Dengan menampilkan teladan yang konsisten dalam perilaku dan tindakan mereka, kepala madrasah dapat memberikan dampak yang positif pada budaya organisasi dan pembentukan karakter siswa di madrasah. B. Membangun Lingkungan Belajar yang Mendukung Pembentukan Karakter Membangun lingkungan belajar yang mendukung pembentukan karakter merupakan tugas yang penting bagi seorang kepala madrasah. Pertama-tama, hal ini melibatkan penciptaan lingkungan fisik yang mendukung, di mana
43 ruang kelas dan area belajar lainnya dirancang untuk mempromosikan nilai-nilai karakter. Lingkungan yang nyaman, terorganisir, dan estetis akan memberikan dorongan bagi siswa untuk merasa aman, terinspirasi, dan fokus dalam proses belajar. Selanjutnya, kepala madrasah harus memastikan bahwa kurikulum dan metode pengajaran yang digunakan mencerminkan nilai-nilai karakter yang diinginkan. Ini mencakup integrasi nilai-nilai Islam dalam setiap mata pelajaran, serta menyediakan waktu dan ruang untuk refleksi dan diskusi tentang moralitas dan etika. Selain itu, kepala madrasah memiliki peran penting dalam membina hubungan yang positif antara staf pengajar dan siswa. Mereka harus memastikan bahwa staf pengajar mendukung dan mempraktikkan nilai-nilai karakter dalam interaksi sehari-hari dengan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas. Kepedulian, empati, dan kesabaran dari staf pengajar adalah contoh konkret dari bagaimana nilai-nilai karakter dapat diterapkan dalam praktik pendidikan seharihari. Selanjutnya, kepala madrasah dapat menggunakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler sebagai sarana untuk memperkuat nilai-nilai karakter. Klub keagamaan, kegiatan amal, dan pengabdian masyarakat adalah contoh kegiatan
44 yang dapat membantu siswa menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari mereka. Selanjutnya, penting bagi kepala madrasah untuk membangun budaya sekolah yang mendukung pertumbuhan holistik siswa. Ini melibatkan pembangunan norma dan ekspektasi yang jelas terkait dengan perilaku yang diharapkan sesuai dengan nilai-nilai karakter. Kepala madrasah harus memberikan contoh yang konsisten dalam menerapkan norma tersebut dan memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa agar mereka dapat terus berkembang dalam aspek moral dan spiritual. Terakhir, kepala madrasah juga dapat memanfaatkan keterlibatan orang tua dalam membangun lingkungan belajar yang mendukung. Melalui komunikasi terbuka dan kolaborasi dengan orang tua siswa, kepala madrasah dapat menciptakan kemitraan yang kuat untuk mendukung pembentukan karakter siswa di dalam dan di luar lingkungan madrasah. Dengan mengintegrasikan semua aspek ini, kepala madrasah dapat menciptakan lingkungan belajar yang berorientasi pada nilai-nilai karakter, membantu siswa tumbuh dan berkembang menjadi individu yang berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam. (Rachman et al., 2023)
45 Dalam konteks pembentukan karakter di madrasah, karakteristik lingkungan belajar yang mendukung dapat mencakup beberapa aspek yang berfokus pada pengembangan moral, spiritual, dan akademis siswa. Rasa aman dan nyaman bagi siswa Rasa aman dan nyaman bagi siswa merupakan aspek penting dalam pembentukan karakter di lingkungan belajar madrasah. Pertama, kehadiran rasa aman memungkinkan siswa untuk merasa tenteram dan fokus dalam proses belajar, tanpa distraksi atau kekhawatiran akan potensi ancaman atau ketidaknyamanan. Hal ini memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi nilai-nilai agama, mengembangkan pemahaman mereka tentang moralitas, dan mengeksplorasi identitas spiritual mereka secara lebih dalam. Selanjutnya, rasa aman juga menciptakan kondisi yang mendukung untuk pertumbuhan emosional dan sosial siswa. Dalam lingkungan yang aman, siswa merasa lebih percaya diri untuk menjalin hubungan dengan sesama, berbagi pengalaman, dan belajar dari orang lain. Hal ini membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial,
46 empati, dan pemecahan masalah yang penting untuk membentuk karakter yang kuat dan berempati. Selain itu, rasa aman dan nyaman memfasilitasi hubungan yang positif antara siswa dan staf pengajar. Ketika siswa merasa didukung dan dihargai oleh staf pengajar, mereka lebih mungkin untuk merasa terbuka dan terhubung dengan lingkungan belajar mereka. Hal ini menciptakan kesempatan bagi staf pengajar untuk memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan yang dibutuhkan oleh siswa dalam pembentukan karakter mereka. Keterwakilan rasa aman juga memberikan landasan yang stabil bagi siswa untuk mengatasi tantangan dan rintangan dalam pembentukan karakter mereka. Dengan merasa didukung dan dihargai, siswa dapat menghadapi kesulitan dengan lebih percaya diri dan tekun, serta melihat kegagalan sebagai bagian dari proses belajar yang normal dan tidak menakutkan. Terakhir, rasa aman dan nyaman yang tercipta dalam lingkungan belajar madrasah tidak hanya mendukung pembentukan karakter individu, tetapi juga memperkuat ikatan komunitas secara keseluruhan. Dengan merasa sebagai bagian dari sebuah komunitas yang peduli dan
47 saling mendukung, siswa lebih mungkin untuk merasa termotivasi untuk berkontribusi secara positif dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi semua anggota komunitas. Dengan demikian, rasa aman dan nyaman bagi siswa merupakan fondasi yang penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pertumbuhan spiritual, moral, dan akademis mereka di madrasah. (Rofiq, 2019) Promosi kolaborasi dan partisipasi aktif Promosi kolaborasi dan partisipasi aktif merupakan aspek krusial dalam membentuk lingkungan belajar yang mendukung pembentukan karakter di madrasah. Pertama, melalui kolaborasi, siswa belajar untuk bekerja sama dengan orang lain dalam mencapai tujuan bersama, memperkuat rasa tanggung jawab kolektif, dan menghargai perbedaan pendapat. Kolaborasi juga mengajarkan keterampilan komunikasi, negosiasi, dan kepemimpinan yang penting dalam mengembangkan karakter yang adaptif dan inklusif. Selanjutnya, dengan mempromosikan partisipasi aktif, siswa diajak untuk terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran, memperkuat rasa kepemilikan terhadap
48 pendidikan mereka sendiri. Ketika siswa merasa bahwa pendapat mereka dihargai dan bahwa mereka memiliki suara dalam pengambilan keputusan, mereka cenderung lebih bersemangat dan terlibat dalam kegiatan belajar. Hal ini membantu mereka mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, kritis, dan refleksi yang esensial dalam pembentukan karakter yang berpikir mandiri dan kreatif. Selain itu, promosi kolaborasi dan partisipasi aktif juga menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung, di mana setiap siswa merasa dihargai dan didorong untuk berkontribusi. Dengan membangun budaya di mana semua suara dihargai dan semua kontribusi diakui, siswa belajar untuk menghormati dan menerima keberagaman, memperkuat nilai-nilai seperti toleransi, kesetaraan, dan empati. Kolaborasi dan partisipasi aktif juga memperluas jangkauan pembelajaran di luar dinding kelas, melibatkan siswa dalam pengalaman praktis yang relevan dengan dunia nyata. Dengan berpartisipasi dalam proyek-proyek kolaboratif dan kegiatan ekstrakurikuler, siswa memiliki kesempatan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka pelajari dalam situasi yang
49 nyata, memperkuat koneksi antara pembelajaran akademis dan pembentukan karakter. Terakhir, promosi kolaborasi dan partisipasi aktif melibatkan komunitas madrasah secara keseluruhan, menciptakan hubungan yang kuat antara siswa, staf pengajar, dan orang tua siswa. Dengan melibatkan semua pemangku kepentingan dalam proses pembelajaran, madrasah menciptakan lingkungan yang kooperatif dan saling mendukung, yang memberikan pondasi yang kokoh bagi pertumbuhan karakter yang positif dan berkelanjutan. (Sriwijayanti, 2021) Fasilitasi refleksi dan kontemplasi Fasilitasi refleksi dan kontemplasi merupakan praktek penting dalam membentuk lingkungan belajar yang mendukung pembentukan karakter di madrasah. Pertama, melalui refleksi, siswa diajak untuk memeriksa dan mengevaluasi pengalaman mereka, pemikiran, dan tindakan mereka dengan lebih dalam. Ini membantu mereka memahami nilai-nilai yang mendasari perilaku mereka dan memperkuat kesadaran akan dampak dari tindakan mereka terhadap diri sendiri dan orang lain.
50 Selanjutnya, kontemplasi memberikan kesempatan bagi siswa untuk merenungkan makna dan tujuan hidup mereka, serta mempertimbangkan nilai-nilai spiritual dan moral yang menjadi landasan bagi karakter mereka. Dalam lingkungan belajar yang memfasilitasi kontemplasi, siswa memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi pertanyaanpertanyaan esensial tentang makna hidup, kebaikan, dan tujuan mereka dalam konteks ajaran agama. Fasilitasi refleksi dan kontemplasi juga membantu siswa mengembangkan keterampilan introspeksi dan pemahaman diri yang penting dalam pembentukan karakter yang autentik dan bermakna. Melalui refleksi yang teratur, siswa belajar untuk mengenali kekuatan dan kelemahan mereka, serta untuk merumuskan tujuan dan nilai-nilai yang mereka anggap penting dalam kehidupan mereka. Selain itu, refleksi dan kontemplasi memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengatasi konflik internal, menemukan kedamaian batin, dan mengembangkan kesejahteraan emosional dan spiritual. Dalam keadaan yang tenang dan reflektif, siswa dapat mengeksplorasi berbagai aspek dari diri mereka sendiri, serta memahami peran mereka dalam hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta.
51 Terakhir, fasilitasi refleksi dan kontemplasi menciptakan lingkungan yang mendukung dalam hal pertumbuhan spiritual dan moral siswa. Dengan memberikan waktu dan ruang bagi refleksi yang teratur, madrasah membantu siswa memperkuat ikatan dengan nilai-nilai agama mereka, menginternalisasi ajaran moral, dan mengembangkan kesadaran etis yang mendalam. Dengan demikian, fasilitasi refleksi dan kontemplasi merupakan bagian integral dari upaya untuk membentuk karakter yang bermakna dan berpusat pada nilai-nilai agama dalam konteks pendidikan di madrasah. (Iflya & Hidayah, 2018) Pembelajaran aktif dan pengalaman langsung Pembelajaran aktif dan pengalaman langsung adalah elemen penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pembentukan karakter di madrasah. Pertama, pembelajaran aktif mendorong siswa untuk terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran, melalui berbagai kegiatan seperti diskusi kelompok, proyek berbasis masalah, dan simulasi. Dengan berpartisipasi secara aktif, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga mengembangkan keterampilan kritis,
52 pemecahan masalah, dan kolaborasi yang penting dalam membentuk karakter yang adaptif dan inovatif. Selanjutnya, pengalaman langsung memberikan siswa kesempatan untuk belajar melalui pengalaman praktis dan kehidupan nyata. Melalui kunjungan lapangan, praktik kerja, atau proyek praktikum, siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang mereka pelajari dalam situasi nyata, memperkuat koneksi antara pembelajaran akademis dan pengembangan karakter. Pengalaman langsung juga membantu siswa mengembangkan keterampilan interpersonal, kepemimpinan, dan kerjasama yang diperlukan dalam membentuk karakter yang komprehensif. Selain itu, pembelajaran aktif dan pengalaman langsung memfasilitasi pengembangan nilai-nilai seperti tanggung jawab, ketekunan, dan kemandirian. Melalui proyek-proyek berbasis masalah atau tanggung jawab tertentu, siswa belajar untuk mengambil inisiatif, mengelola waktu mereka dengan efektif, dan bertanggung jawab atas tindakan mereka. Hal ini memperkuat kesadaran akan pentingnya integritas, disiplin, dan tanggung jawab dalam membentuk karakter yang bertanggung jawab dan etis.
53 Pembelajaran aktif dan pengalaman langsung juga memfasilitasi pembentukan karakter melalui penanaman rasa empati, toleransi, dan penghargaan terhadap keberagaman. Melalui interaksi langsung dengan orangorang dari latar belakang dan perspektif yang berbeda, siswa belajar untuk menghormati perbedaan, memahami perspektif orang lain, dan menjadi lebih sensitif terhadap kebutuhan dan pengalaman mereka. Hal ini memperkuat kesadaran akan nilai-nilai seperti toleransi, inklusivitas, dan keadilan dalam membentuk karakter yang berempati dan inklusif. Terakhir, pembelajaran aktif dan pengalaman langsung membantu siswa membangun keterampilan kritis dalam mengevaluasi informasi, membuat keputusan, dan bertindak secara etis dalam berbagai konteks. Dengan memperoleh pengalaman praktis dalam memecahkan masalah yang kompleks dan menghadapi tantangan dunia nyata, siswa belajar untuk berpikir kritis, mengambil keputusan yang tepat, dan bertindak sesuai dengan nilainilai agama dan etika. Dengan demikian, pembelajaran aktif dan pengalaman langsung adalah sarana yang kuat dalam membentuk karakter yang kuat, bermoral, dan berintegritas dalam konteks pendidikan di madrasah. (Sriwijayanti, 2021)
54 Norma dan aturan yang jelas terkait perilaku yang diharapkan Norma dan aturan yang jelas terkait perilaku yang diharapkan merupakan fondasi penting dari lingkungan belajar yang mendukung pembentukan karakter di madrasah. Pertama, dengan memiliki norma dan aturan yang jelas, siswa diberikan panduan yang konsisten tentang perilaku yang diterima dan tidak diterima dalam lingkungan belajar. Hal ini membantu menciptakan struktur yang stabil dan aman bagi siswa, yang mendorong disiplin pribadi, tanggung jawab, dan penghargaan terhadap otoritas. Selanjutnya, norma dan aturan yang jelas memberikan landasan yang kokoh bagi pengembangan nilai-nilai karakter seperti integritas, rasa hormat, dan tanggung jawab. Ketika siswa mengetahui konsekuensi dari perilaku mereka dan memahami harapan yang diletakkan pada mereka oleh komunitas madrasah, mereka cenderung untuk bertindak secara bertanggung jawab dan mempertimbangkan dampak dari tindakan mereka terhadap diri sendiri dan orang lain. Selain itu, norma dan aturan yang jelas membantu menciptakan lingkungan yang adil dan inklusif, di mana
55 setiap siswa merasa diperlakukan secara konsisten dan setara. Dengan memastikan bahwa aturan diterapkan dengan adil dan tanpa pilih kasih, madrasah membantu memperkuat nilai-nilai seperti keadilan, kesetaraan, dan penghargaan terhadap keberagaman dalam membentuk karakter siswa. Norma dan aturan yang jelas juga memfasilitasi pengembangan keterampilan pengelolaan konflik dan resolusi masalah. Dengan memiliki kerangka yang jelas untuk menyelesaikan perbedaan pendapat atau konflik interpersonal, siswa belajar untuk berkomunikasi secara efektif, mendengarkan dengan empati, dan mencari solusi yang memuaskan bagi semua pihak terlibat. Terakhir, norma dan aturan yang jelas menciptakan lingkungan belajar yang produktif dan teratur, di mana siswa dapat fokus pada pembelajaran dan pertumbuhan pribadi mereka tanpa terganggu oleh perilaku yang mengganggu atau tidak pantas. Dengan menciptakan lingkungan yang terstruktur dan teratur, madrasah membantu memperkuat nilai-nilai seperti disiplin, ketekunan, dan tanggung jawab dalam membentuk karakter siswa. Dengan demikian, norma dan aturan yang jelas merupakan bagian integral dari upaya untuk menciptakan
56 lingkungan belajar yang mendukung pertumbuhan spiritual, moral, dan akademis siswa di madrasah. (Rachman et al., 2023) Keterlibatan orang tua dan komunitas lokal dalam mendukung pembentukan karakter siswa Keterlibatan orang tua dan komunitas lokal memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung pembentukan karakter siswa di madrasah. Pertama, melalui keterlibatan orang tua, madrasah dapat membentuk kemitraan yang kuat antara rumah dan sekolah, menciptakan lingkungan yang konsisten antara kedua lingkungan utama dalam kehidupan siswa. Komunikasi terbuka antara orang tua dan staf pengajar memungkinkan pertukaran informasi tentang perkembangan siswa, serta memfasilitasi kolaborasi dalam mendukung kebutuhan dan aspirasi siswa. Selanjutnya, keterlibatan orang tua membantu menciptakan dukungan yang berkelanjutan bagi pembentukan karakter siswa di luar lingkungan belajar. Orang tua dapat memberikan bimbingan, dukungan moral, dan teladan yang konsisten dalam praktik nilai-nilai agama di rumah, memperkuat pengajaran yang diterima di madrasah. Selain itu, melalui partisipasi dalam kegiatan
57 sekolah dan proyek pembelajaran, orang tua dapat menjadi mitra dalam memperkuat keterampilan sosial, kepemimpinan, dan kemandirian siswa. Selain keterlibatan orang tua, keterlibatan komunitas lokal juga memiliki dampak positif dalam pembentukan karakter siswa. Komunitas lokal dapat menjadi sumber daya yang berharga dalam menyediakan peluang pembelajaran praktis dan penerapan nilai-nilai agama dalam konteks kehidupan nyata. Kolaborasi dengan organisasi atau tokoh masyarakat lokal memungkinkan siswa untuk terlibat dalam kegiatan sosial, pelayanan masyarakat, atau proyek lingkungan yang memperkuat rasa tanggung jawab sosial dan empati. Selanjutnya, keterlibatan komunitas lokal membantu memperluas jaringan dukungan sosial bagi siswa di luar lingkungan sekolah, menciptakan jejaring yang kuat untuk mendukung pertumbuhan karakter yang positif. Kolaborasi antara madrasah dan komunitas lokal juga membantu menciptakan lingkungan yang inklusif dan berdaya, di mana setiap siswa merasa dihargai dan didukung dalam perjalanan mereka menuju kedewasaan dan keberhasilan. Terakhir, keterlibatan orang tua dan komunitas lokal tidak hanya mendukung pembentukan karakter siswa
58 secara individual, tetapi juga memperkuat ikatan komunitas secara keseluruhan. Dengan menggabungkan sumber daya dan energi dari berbagai pemangku kepentingan, madrasah dan komunitas lokal dapat menciptakan lingkungan yang kooperatif dan saling mendukung, yang memberikan pondasi yang kuat bagi pertumbuhan spiritual, moral, dan sosial siswa. Dengan demikian, keterlibatan orang tua dan komunitas lokal adalah elemen integral dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pembentukan karakter siswa di madrasah. (Hilmy, 2019) C. Mengelola Konflik dan Tantangan dalam Membentuk Budaya Organisasi yang Berbasis Karakter Mengelola konflik dan tantangan dalam membentuk budaya organisasi yang berbasis karakter merupakan langkah penting dalam memastikan kesinambungan dan keberhasilan pendidikan karakter di madrasah. Pertama, penting bagi staf pengajar dan pimpinan madrasah untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang sumber-sumber konflik yang mungkin timbul dalam lingkungan madrasah dan bagaimana cara mengatasinya dengan bijaksana. Ini melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi penyebab konflik,
59 mendengarkan dengan empati, dan mencari solusi yang adil dan memuaskan bagi semua pihak terlibat. Kedua, manajemen konflik yang efektif melibatkan pembangunan keterampilan komunikasi yang kuat di antara seluruh anggota komunitas madrasah. Komunikasi terbuka, jujur, dan penuh rasa hormat membantu mencegah terjadinya mispersepsi dan konflik yang tidak perlu, serta memfasilitasi resolusi yang konstruktif ketika konflik timbul. Pembangunan keterampilan komunikasi yang efektif juga membantu memperkuat hubungan interpersonal dan memperkuat ikatan komunitas. Ketiga, manajemen konflik yang efektif memerlukan adopsi pendekatan yang proaktif dalam mengatasi masalah sebelum menjadi konflik yang tidak terkendali. Ini melibatkan pembangunan budaya pembelajaran dan pemecahan masalah di madrasah, di mana setiap tantangan dianggap sebagai kesempatan untuk pertumbuhan dan perbaikan. Dengan mempromosikan sikap terbuka terhadap umpan balik dan kritik konstruktif, madrasah dapat memperkuat kapasitasnya untuk menanggapi perubahan dengan cepat dan secara efektif. Keempat, manajemen konflik yang efektif juga membutuhkan kesediaan untuk mengambil tindakan yang
60 tegas dan adil ketika diperlukan. Ini melibatkan penerapan aturan dan prosedur yang konsisten dan transparan dalam menangani pelanggaran terhadap nilai-nilai karakter dan perilaku yang tidak pantas. Dengan menegakkan standar yang tinggi dan konsisten, madrasah memperkuat budaya organisasi yang berbasis karakter dan memperkuat komitmen terhadap nilai-nilai agama dan moral. Kelima, manajemen konflik yang efektif membutuhkan kesadaran akan pentingnya membangun hubungan yang kuat dan berkelanjutan dengan semua pemangku kepentingan, termasuk siswa, orang tua, staf pengajar, dan komunitas lokal. Kolaborasi dan komunikasi terbuka dengan semua pihak membantu memperkuat dukungan sosial dan menciptakan lingkungan yang inklusif dan berdaya, di mana setiap anggota merasa dihargai dan didukung dalam perjalanan mereka menuju pertumbuhan karakter yang positif dan berkelanjutan. Dengan demikian, mengelola konflik dan tantangan dalam membentuk budaya organisasi yang berbasis karakter membutuhkan komitmen yang kuat, keterampilan komunikasi yang efektif, dan kesediaan untuk belajar dan berkembang secara kontinu sebagai komunitas madrasah. (Syafi’i et al., 2023)
61 trategi kepemimpinan inspiratif dalam praktik melibatkan kemampuan untuk menginspirasi dan meningkatkan motivasi stakeholder madrasah, mulai dari siswa, orang tua, hingga staf pengajar. Melalui pembangunan keterlibatan dan kolaborasi antar anggota madrasah, pemimpin dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung, di mana setiap individu merasa dihargai dan didorong untuk berkontribusi secara positif. Dengan memimpin dengan visi dan tujuan yang jelas, pemimpin madrasah dapat membimbing seluruh komunitas madrasah dalam mewujudkan misi yang bertumpu pada pembentukan karakter yang kuat dan berlandaskan nilai-nilai agama. S
62 A. Menginspirasi dan Meningkatkan Motivasi Stakeholder Madrasah Stakeholder Madrasah merupakan jaringan yang terdiri dari berbagai pihak yang memiliki kepentingan dalam kesuksesan dan perkembangan madrasah. Pertama-tama, siswa adalah salah satu stakeholder utama, karena mereka merupakan subjek utama dari proses pendidikan dan pembelajaran di madrasah. Orang tua atau wali murid juga merupakan stakeholder yang penting, karena mereka memiliki peran krusial dalam mendukung proses pembelajaran anak-anak mereka di rumah dan dalam mengelola kerjasama antara rumah dan madrasah. Selanjutnya, staf pengajar dan tenaga kependidikan memiliki peran yang besar dalam menyediakan lingkungan belajar yang inspiratif dan memfasilitasi perkembangan siswa secara holistik. Kepala madrasah, sebagai pemimpin utama, juga merupakan stakeholder kunci yang bertanggung jawab atas arah strategis dan pengelolaan madrasah secara keseluruhan. Dewan guru, yang mewakili suara dan kepentingan staf pengajar, juga memiliki peran penting dalam proses pengambilan keputusan di madrasah. Terakhir, masyarakat lokal tempat madrasah berada juga
63 termasuk dalam kategori stakeholder, karena mereka dapat memberikan dukungan, sumber daya, dan kesempatan kolaborasi yang penting bagi perkembangan madrasah. Dengan bekerjasama dan berinteraksi secara efektif, stakeholder madrasah dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan dan kesuksesan siswa, serta untuk mencapai visi dan misi pendidikan madrasah secara holistik. Stakeholder madrasah memiliki berbagai fungsi yang krusial dalam mendukung operasional dan pengembangan madrasah, diantaranya : (Artanto, 2022) 1. Siswa a. Subjek utama dalam proses pembelajaran. b. Memberikan umpan balik tentang pengalaman belajar mereka. c. Menerima layanan pendidikan yang disediakan oleh madrasah. 2. Orang Tua atau Wali Murid a. Mendukung pembelajaran anak-anak di rumah. b. Berkolaborasi dengan madrasah untuk membentuk lingkungan pendidikan yang seimbang. c. Menjadi mitra dalam mendukung perkembangan akademik dan karakter anak-anak.
64 3. Staf Pengajar dan Tenaga Kependidikan a. Menyediakan pembelajaran berkualitas. b. Mendukung pertumbuhan siswa secara holistik. c. Mengelola operasional sehari-hari madrasah. 4. Kepala Madrasah: a. Bertanggung jawab atas pengelolaan strategis dan arah pengembangan madrasah. b. Memastikan visi dan misi pendidikan madrasah terwujud. 5. Dewan Guru a. Memberikan umpan balik dan perspektif staf pengajar dalam pengambilan keputusan madrasah. 6. Masyarakat Lokal a. Memberikan dukungan, sumber daya, dan kesempatan kolaborasi bagi perkembangan madrasah. b. Memastikan keterhubungan madrasah dengan kebutuhan dan harapan komunitas tempat madrasah berada. Menginspirasi dan meningkatkan motivasi stakeholder madrasah adalah aspek kunci dari kepemimpinan yang efektif dalam konteks pendidikan. Pemimpin madrasah harus mampu membangkitkan semangat dan komitmen yang tinggi dari seluruh anggota komunitas madrasah,
65 termasuk siswa, orang tua, staf pengajar, dan dewan guru. Salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah melalui komunikasi yang efektif tentang visi, misi, dan nilai-nilai yang ingin dicapai bersama. Pemimpin yang mampu menyampaikan pesan-pesan ini dengan jelas dan meyakinkan dapat menginspirasi stakeholder madrasah untuk bergerak menuju tujuan bersama dengan semangat yang tinggi. Selain itu, menginspirasi stakeholder madrasah juga melibatkan memberikan teladan yang positif. Seorang pemimpin yang memiliki integritas, etos kerja yang tinggi, dan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai yang dianut oleh madrasah akan menjadi contoh yang baik bagi anggota komunitas madrasah. Keteladanan ini dapat merangsang motivasi dan dedikasi anggota madrasah untuk berusaha mencapai standar yang sama tingginya. Selanjutnya, meningkatkan motivasi stakeholder madrasah juga melibatkan memberikan pengakuan atas kontribusi mereka. Pengakuan atas kinerja yang baik, prestasi, dan upaya keras dari siswa, staf pengajar, dan dewan guru adalah cara yang efektif untuk meningkatkan motivasi dan memperkuat rasa percaya diri mereka. Dukungan dan apresiasi yang diberikan oleh pemimpin
66 madrasah dapat memberikan dorongan tambahan bagi stakeholder madrasah untuk terus berprestasi dan berkontribusi secara positif terhadap kesuksesan madrasah. (Sriwijayanti, 2021) Dalam keseluruhan, menginspirasi dan meningkatkan motivasi stakeholder madrasah merupakan bagian integral dari kepemimpinan yang efektif dalam mencapai visi dan misi pendidikan madrasah. Pemimpin yang mampu menggerakkan dan memotivasi anggota komunitas madrasah untuk berpartisipasi aktif dan berkontribusi secara maksimal akan membantu membangun budaya organisasi yang dinamis, kolaboratif, dan berorientasi pada pencapaian hasil yang optimal. B. Membangun Keterlibatan dan Kolaborasi Antar Anggota Madrasah Keterlibatan dan kolaborasi antar anggota madrasah memiliki peran penting dalam meningkatkan efektivitas dan keberhasilan institusi pendidikan. Pertama-tama, keterlibatan anggota madrasah menciptakan rasa kepemilikan dan tanggung jawab bersama terhadap tujuan dan misi madrasah. Ketika setiap individu merasa memiliki kontribusi yang berarti dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan program-program pendidikan,
67 mereka akan lebih termotivasi untuk berpartisipasi secara aktif dan berdedikasi dalam mencapai tujuan bersama. Selain itu, kolaborasi antar anggota madrasah memungkinkan pertukaran ide, pengalaman, dan praktik terbaik yang dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran. Dengan berbagi pengetahuan dan keterampilan, staf pengajar dapat saling mendukung dan memperkuat satu sama lain, menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan inspiratif bagi siswa. Kolaborasi juga memfasilitasi inovasi dalam pengembangan kurikulum, metode pengajaran, dan strategi pembelajaran yang lebih efektif dan relevan dengan kebutuhan siswa dan perkembangan zaman. Selanjutnya, keterlibatan dan kolaborasi antar anggota madrasah membantu membangun hubungan interpersonal yang kuat dan saling percaya di antara seluruh anggota komunitas madrasah. Dengan bekerja sama dalam mencari solusi terhadap tantangan dan masalah yang dihadapi, mereka dapat memperkuat ikatan komunitas, meningkatkan komunikasi, dan menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan inklusif. Hal ini juga memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas dalam mencapai visi dan
68 misi bersama, serta membangun budaya organisasi yang dinamis dan berorientasi pada hasil. Terakhir, keterlibatan dan kolaborasi antar anggota madrasah juga memperkuat hubungan dengan stakeholder eksternal, seperti orang tua siswa, masyarakat lokal, dan lembaga pendidikan lainnya. Dengan membuka saluran komunikasi dan kerjasama yang efektif dengan pihak-pihak terkait, madrasah dapat memperluas jaringan dukungan dan sumber daya, meningkatkan partisipasi orang tua dalam pendidikan anak-anak mereka, dan memperkuat kontribusi positif madrasah terhadap pembangunan komunitas secara keseluruhan. (Rasyid, 2019) Secara keseluruhan, keterlibatan dan kolaborasi antar anggota madrasah tidak hanya memperkuat kesatuan dan kohesi internal institusi, tetapi juga memperluas dampak dan efektivitas madrasah dalam memberikan pendidikan yang berkualitas dan relevan bagi peserta didik serta masyarakat yang dilayaninya.
69 Bagaimana cara membangunan keterlibatan dan kolaborasi? Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangun keterlibatan dan kolaborasi antar anggota madrasah: (Margareth, 2017) 1. Komunikasi Terbuka dan Jelas Memastikan adanya saluran komunikasi yang terbuka dan jelas antara seluruh anggota madrasah. Ini dapat dilakukan melalui rapat reguler, forum diskusi, atau sarana komunikasi lainnya yang memungkinkan para anggota madrasah untuk berbagi ide, informasi, dan masalah yang dihadapi. 2. Mendorong Partisipasi Aktif Mendorong partisipasi aktif dari seluruh anggota madrasah dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan program-program pendidikan. Memberikan kesempatan kepada staf pengajar, siswa, dan orang tua untuk berkontribusi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan dan kegiatan madrasah.
70 3. Pengakuan dan Apresiasi Memberikan pengakuan dan apresiasi atas kontribusi dan prestasi yang diberikan oleh seluruh anggota madrasah. Ini dapat dilakukan melalui penghargaan, penghargaan karyawan, atau pengakuan secara publik atas upaya dan hasil yang telah dicapai. 4. Pelatihan dan Pengembangan Keterampilan Menyediakan pelatihan dan pengembangan keterampilan bagi seluruh anggota madrasah, termasuk staf pengajar, untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam bekerja secara kolaboratif dan efektif. Pelatihan ini dapat mencakup keterampilan komunikasi, kepemimpinan, manajemen konflik, dan kerja tim. 5. Pembentukan Tim Kerja Membentuk tim kerja lintas disiplin atau lintas unit untuk menyelesaikan proyek-proyek khusus atau menangani masalah-masalah tertentu. Pembentukan tim kerja ini memungkinkan kolaborasi antar anggota madrasah yang memiliki keahlian dan latar belakang yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.
71 6. Pembagian Tanggung Jawab dan Peran Membagikan tanggung jawab dan peran dengan adil di antara anggota madrasah, dengan memperhatikan keahlian, minat, dan kebutuhan mereka. Ini akan meningkatkan rasa memiliki dan keterlibatan anggota madrasah dalam mencapai tujuan bersama. 7. Budaya Organisasi yang Terbuka dan Responsif: Membangun budaya organisasi yang terbuka, responsif, dan inklusif di mana semua anggota madrasah merasa didengar, dihargai, dan didukung dalam berpartisipasi dan berkolaborasi. Budaya organisasi yang positif akan membantu memperkuat keterlibatan dan kolaborasi antar anggota madrasah secara keseluruhan. (Mulyasa, 2022) C. Memimpin dengan Visi dan Tujuan yang Jelas untuk Mewujudkan Madrasah Berbasis Karakter Kepala madrasah memiliki peran yang cukup signifikan dalam memimpin dengan visi dan tujuan yang jelas untuk mewujudkan madrasah berbasis karakter. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh kepala madrasah: (Suryadi et al., 2023)
72 1. Menyusun Visi dan Misi Yang Jelas Menyusun visi dan misi yang jelas merupakan langkah krusial dalam membangun madrasah berbasis karakter yang efektif. Kepala madrasah perlu melibatkan berbagai pihak, termasuk staf pengajar, orang tua, siswa, dan pihak terkait lainnya, dalam proses penyusunan ini. Kolaborasi ini memastikan bahwa visi dan misi yang dibuat mencerminkan aspirasi bersama dan memperoleh dukungan luas dari seluruh komunitas madrasah. Visi yang ditetapkan haruslah menggarisbawahi komitmen madrasah dalam mengembangkan karakter yang kuat dan nilai-nilai Islam dalam proses pendidikan. Misinya haruslah terukur, mencakup langkah-langkah konkret yang akan diambil untuk mewujudkan visi tersebut, seperti pengembangan kurikulum berbasis karakter, pelatihan staf pengajar dalam pendidikan moral dan nilai-nilai Islam, serta keterlibatan orang tua dalam mendukung pembentukan karakter siswa. Dengan memiliki visi dan misi yang jelas dan terukur, madrasah dapat memberikan arah yang jelas bagi seluruh anggotanya dan meningkatkan fokus mereka dalam mencapai tujuan bersama yang berkualitas dan berorientasi pada karakter.
73 2. Komunikasi yang Terbuka dan Konsisten Komunikasi yang terbuka dan konsisten merupakan pondasi penting dalam membangun kesepahaman dan komitmen terhadap visi, misi, dan tujuan madrasah. Kepala madrasah harus secara teratur berkomunikasi dengan seluruh anggota madrasah untuk memastikan bahwa pesan-pesan terkait visi, misi, dan tujuan madrasah disampaikan dengan jelas dan dapat dipahami oleh semua pihak. Ini dapat dilakukan melalui berbagai saluran komunikasi, seperti pertemuan-pertemuan rutin, publikasi dalam surat kabar madrasah, atau bahkan melalui media sosial. Dengan mengadopsi pendekatan komunikasi yang terbuka, anggota madrasah akan merasa didengar dan dihargai, sehingga memperkuat pemahaman mereka terhadap arah yang diinginkan oleh madrasah. Selain itu, konsistensi dalam komunikasi penting untuk menjaga kesinambungan dan stabilitas dalam pelaksanaan visi dan misi madrasah. Dengan memperkuat komunikasi yang terbuka dan konsisten, kepala madrasah dapat membangun budaya organisasi yang inklusif dan berorientasi pada tujuan bersama, yang pada gilirannya akan meningkatkan efektivitas
74 dan keberhasilan madrasah dalam mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas dan berbasis karakter. 3. Memberikan Teladan yang Positif: Memberikan teladan yang positif adalah salah satu aspek kunci dalam kepemimpinan kepala madrasah. Sebagai figur otoritatif, kepala madrasah harus mengemban tanggung jawab untuk menjadi panutan yang meyakinkan bagi seluruh anggota madrasah. Dengan mempraktikkan nilai-nilai karakter seperti integritas, keadilan, dan rasa tanggung jawab dalam perilaku sehari-hari, kepala madrasah dapat mempengaruhi dan mengilhami anggota madrasah untuk mengadopsi sikap dan prinsip yang sama. Melalui tindakan dan keputusan yang konsisten dengan nilai-nilai yang dipegang, kepala madrasah membangun fondasi yang kokoh untuk budaya organisasi yang berorientasi pada karakter. Dengan menjadi teladan yang konsisten, kepala madrasah membuka jalan bagi penanaman nilai-nilai karakter yang mendalam dalam kesadaran dan praktek seharihari anggota madrasah, menciptakan lingkungan di mana integritas, keadilan, dan tanggung jawab menjadi norma yang dihargai dan dijunjung tinggi. Dengan
75 demikian, melalui teladan yang positif, kepala madrasah berperan penting dalam membentuk budaya organisasi yang kokoh dan berbasis karakter, yang pada akhirnya memengaruhi pengalaman belajar siswa dan kualitas pendidikan secara keseluruhan. 4. Mendorong Inovasi dan Pembaharuan: Mendorong inovasi dan pembaharuan merupakan tanggung jawab utama kepala madrasah dalam memastikan kemajuan dan kesesuaian madrasah dengan tuntutan zaman. Kepala madrasah harus menjadi pendorong utama di balik adopsi pendekatan pembelajaran dan manajemen sekolah yang inovatif dan sesuai dengan visi serta tujuan madrasah. Dengan memberikan dukungan kepada staf pengajar dan tenaga administrasi untuk menciptakan dan mengimplementasikan ide-ide baru, kepala madrasah memfasilitasi lingkungan yang merangsang kreativitas dan inovasi. Selain itu, kepala madrasah juga harus memperhatikan pengembangan program-program yang mendukung pembentukan karakter dan nilai-nilai Islami di antara siswa. Hal ini dapat meliputi peningkatan kurikulum yang menekankan pendidikan karakter, pelatihan khusus untuk staf pengajar dalam
76 pendidikan moral dan spiritual, serta penerapan kegiatan ekstrakurikuler yang mempromosikan nilainilai keIslaman. Dengan mendorong inovasi dalam pendekatan pembelajaran dan manajemen sekolah, serta mengutamakan pengembangan program-program yang memperkuat pembentukan karakter, kepala madrasah tidak hanya memastikan keberlanjutan dan relevansi madrasah, tetapi juga memberikan kontribusi yang berarti terhadap perkembangan pribadi dan akademik siswa. Sebagai pemimpin, kepala madrasah memiliki peran strategis dalam memelihara iklim inovasi dan pembaharuan yang berkelanjutan, yang pada gilirannya akan meningkatkan efektivitas madrasah dalam mencapai visi dan misi pendidikannya. 5. Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan: Melakukan evaluasi dan perbaikan berkelanjutan merupakan langkah krusial dalam memastikan kesesuaian dan kemajuan madrasah menuju visi dan tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai pemimpin, kepala madrasah harus secara teratur melakukan evaluasi terhadap progres dan pencapaian madrasah dalam mencapai tujuan berbasis karakter yang telah
77 ditetapkan. Evaluasi ini harus mencakup berbagai aspek, seperti kualitas pembelajaran, pengembangan karakter siswa, keterlibatan orang tua, dan efektivitas manajemen sekolah. Dengan melakukan evaluasi yang cermat, kepala madrasah dapat mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi madrasah, serta menentukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan relevansi pendidikan madrasah. Selain itu, kepala madrasah harus bersedia untuk membuat perubahan yang diperlukan berdasarkan hasil evaluasi tersebut. Ini mungkin termasuk pengembangan kebijakan baru, penyesuaian kurikulum, atau perbaikan proses manajemen. Dengan mengambil tindakan yang tepat berdasarkan temuan evaluasi, kepala madrasah dapat memastikan bahwa madrasah tetap relevan dan responsif terhadap kebutuhan dan harapan siswa, orang tua, dan masyarakat. Selain itu, sikap terbuka dan proaktif terhadap evaluasi dan perbaikan juga dapat memperkuat kepercayaan dan dukungan dari berbagai stakeholder madrasah. Dengan demikian, melalui praktik evaluasi dan perbaikan berkelanjutan, kepala madrasah dapat memastikan bahwa madrasah terus
78 berkembang dan meningkatkan kualitas pendidikan serta pembentukan karakter siswa secara efektif. 6. Mengembangkan Kemitraan dan Jaringan Luas: Mengembangkan kemitraan dan jaringan luas merupakan aspek penting dalam kepemimpinan kepala madrasah untuk memastikan kesuksesan implementasi program-program karakter dan nilai-nilai Islami dalam madrasah. Kepala madrasah harus mengambil peran aktif dalam membangun hubungan yang kuat dengan pihak terkait, termasuk orang tua, masyarakat lokal, dan lembaga pendidikan lainnya. Dengan membangun kemitraan yang solid, kepala madrasah dapat memperluas sumber daya dan dukungan yang tersedia untuk madrasah, termasuk sumber daya finansial, manusia, dan material. Selain itu, kemitraan dengan orang tua dapat memungkinkan kepala madrasah untuk melibatkan mereka secara aktif dalam pendidikan karakter anak-anak mereka di rumah, sehingga menciptakan sinergi antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Di sisi lain, kemitraan dengan masyarakat lokal dapat membuka pintu untuk kolaborasi dalam penyelenggaraan program-program karakter yang
79 melibatkan partisipasi aktif warga masyarakat, seperti kegiatan sosial, kegiatan amal, atau proyek-proyek pengembangan masyarakat. Selain itu, kepala madrasah juga dapat memanfaatkan jaringan dengan lembaga pendidikan lainnya untuk berbagi sumber daya, pengalaman, dan praktik terbaik dalam memperkuat pembentukan karakter siswa dan mempromosikan nilai-nilai Islami dalam pendidikan. Dengan demikian, melalui mengembangkan kemitraan dan jaringan yang luas, kepala madrasah dapat meningkatkan efektivitas program-program karakter dan memperluas dampak positif madrasah dalam membentuk karakter siswa serta memperkuat nilainilai Islami dalam masyarakat secara keseluruhan.
80 enilaian kepemimpinan dan evaluasi pencapaian madrasah berbasis karakter melibatkan serangkaian proses yang komprehensif untuk mengukur dan memahami efektivitas kepemimpinan inspiratif kepala madrasah serta kesuksesan program pembentukan karakter di madrasah. Ini mencakup penggunaan berbagai alat dan metode penilaian untuk mengevaluasi kinerja kepala madrasah dalam memimpin dengan visi dan integritas, serta efektivitas programprogram yang dirancang untuk membentuk karakter siswa. Evaluasi ini tidak hanya bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, tetapi juga untuk mengarahkan pengembangan berkelanjutan dan peningkatan kualitas kepemimpinan dan pembentukan karakter di madrasah, melalui tindakan perbaikan yang sesuai dan penyesuaian P
81 strategis untuk mencapai tujuan berbasis karakter yang telah ditetapkan. A. Alat dan Metode Penilaian Kepemimpinan Inspiratif Kepala Madrasah Alat dan metode penilaian kepemimpinan merujuk pada berbagai pendekatan dan teknik yang digunakan untuk menilai kinerja dan efektivitas seorang pemimpin dalam menjalankan tanggung jawabnya. Ada beberapa alat yang umum digunakan dalam penilaian kepemimpinan, yang mencakup: (Iflya & Hidayah, 2018) 1. Penilaian Diri Pemimpin menilai dirinya sendiri melalui pertanyaan terstruktur atau kuesioner yang dirancang untuk mengevaluasi berbagai aspek kepemimpinan, seperti keterampilan komunikasi, kepemimpinan tim, dan pengambilan keputusan. 2. Penilaian oleh Atasan Langsung atau Bawahan Atasan langsung dan bawahan pemimpin memberikan umpan balik tentang kinerja dan gaya kepemimpinan mereka. Ini bisa dilakukan melalui wawancara, survei, atau evaluasi formal.
82 3. Penilaian oleh Rekan Sejawat Rekan sejawat pemimpin, seperti sesama manajer atau kolega di bidang yang sama, memberikan perspektif tentang kinerja dan kontribusi pemimpin dalam lingkungan kerja. Selain itu, metode penilaian kepemimpinan juga mencakup: 1. Observasi Langsung Mengamati secara langsung tindakan, keputusan, dan interaksi seorang pemimpin dengan bawahannya atau dalam situasi tertentu untuk mengevaluasi kinerja mereka. 2. Wawancara Melakukan wawancara formal dengan pemimpin untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang pendekatan mereka terhadap kepemimpinan, tujuan, dan tantangan yang mereka hadapi. 3. Analisis Dokumen Meninjau dokumen terkait kinerja dan pencapaian pemimpin, seperti laporan kinerja, rencana strategis, atau evaluasi kinerja sebelumnya.
83 4. Pemetaan Kompetensi Mengidentifikasi dan mengevaluasi kompetensi kepemimpinan yang diperlukan untuk sukses dalam peran tersebut, dan membandingkan kinerja pemimpin dengan standar yang ditetapkan. 5. 360-Derajat Feedback Mengumpulkan umpan balik dari berbagai pihak, termasuk atasan, bawahan, rekan sejawat, dan bahkan pelanggan atau mitra bisnis, untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang kinerja dan gaya kepemimpinan. Pilihan alat dan metode ini akan disesuaikan dengan konteks organisasi dan tujuan evaluasi yang spesifik, serta kebutuhan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap dan akurat tentang kinerja seorang pemimpin. Penulis, dalam penelitian sebelumnya telah melakukan penilaian kepemimpinan inspiratif kepala madrasah dengan melibatkan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang kualitas kepemimpinan dan efektivitas program pembentukan karakter di madrasah. Penelitian yang berlokasi di MIT Nurul Falah Masohi, Kabupaten Maluku Tengah melibatkan
84 informan sebanyak 5 orang yang memiliki peran relevan dalam konteks madrasah, seperti kepala sekolah, kaur kurikulum, guru kelas, orangtua siswa, dan pengawas. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dengan menggunakan pendekatan ini, penelitian bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang kinerja kepemimpinan inspiratif kepala madrasah serta efektivitas program pembentukan karakter di madrasah tersebut. Hasilnya, mengungkap bahwa bahwa Kepala Madrasah Islam Terpadu (MIT) dalam menjalankan perannya mengadopsi kombinasi gaya kepemimpinan demokrasi dan otokrasi. Kepemimpinan beliau ditandai dengan pemberian wewenang yang luas kepada para bawahannya, yang tercermin dalam partisipasi mereka dalam proses pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah. Setiap kali terdapat permasalahan, Kepala MIT selalu melibatkan para bawahan sebagai bagian dari tim yang terlibat dalam mencari solusi. Dalam menjalankan tugasnya, Kepala MIT memberikan informasi yang jelas tentang tugas dan tanggung jawab kepada bawahannya, namun dalam pengambilan keputusan, beliau senantiasa mengikutsertakan anggota stafnya untuk bermusyawarah.
85 Selain itu, Kepala MIT memberikan kepercayaan kepada para guru untuk mendidik siswa dengan tetap berkoordinasi dan mendapat pengawasan dari kepala madrasah. Kepala MIT, Sitti Syairah, juga menunjukkan sikap terbuka terhadap kritik, saran, dan pendapat demi kemajuan madrasah. Salah satu upaya yang dilakukan kepala madrasah dalam mewujudkan madrasah berbasis karakter adalah dengan bekerja sama dengan Indonesia Heritage Foundation (IHF) untuk mendapatkan panduan dan pendampingan. Sebagai hasil dari kerjasama tersebut, panduan yang digunakan untuk melaksanakan program pembentukan karakter adalah 9 Pilar Karakter milik IHF. (Setyawati, 2023) Langkah-langkah yang diambil oleh Kepala MIT untuk mewujudkan madrasah berbasis karakter antara lain adalah mengikuti pelatihan dan pendampingan sekolah karakter, melaksanakan program mentoring guru, menyelenggarakan rapat kerja untuk penyusunan kurikulum berbasis karakter, serta memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa. Dengan pendekatan yang holistik dan langkah-langkah yang terarah, Kepala MIT bertekad untuk menjadikan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya menghasilkan siswa yang cerdas secara
86 akademik, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan bernilai. B. Mengevaluasi Efektivitas Program Pembentukan Karakter di Madrasah Masih mengacu pada hasil penelitian penulis sebelumnya, terkait langkah-langkah yang diambil oleh Kepala MIT untuk mewujudkan madrasah berbasis karakter antara lain diantaranya mengikuti pelatihan dan pendampingan sekolah karakter, melaksanakan program mentoring guru, menyelenggarakan rapat kerja untuk penyusunan kurikulum berbasis karakter, serta memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa. (Setyawati, 2023). Secara realita, detail langkah-langkah tersebut adalah : 1. Mengikuti Pelatihan dan Pendampingan Sekolah Karakter Langkah pertama yang diambil oleh Kepala Madrasah Islam Terpadu (MIT) adalah mengikuti pelatihan dan mendapatkan pendampingan dari lembaga atau organisasi yang memiliki keahlian dalam pengembangan sekolah berbasis karakter. Melalui pelatihan ini, kepala madrasah bersama staf pengajar dapat memperoleh pengetahuan yang mendalam
87 tentang konsep dan prinsip dasar pembentukan karakter dalam konteks pendidikan. Mereka juga dapat mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk merancang dan mengimplementasikan program karakter yang sesuai dengan nilai-nilai madrasah. Pendampingan dari lembaga yang ahli dalam bidang ini memungkinkan mereka untuk mendapatkan panduan dan arahan yang konkret sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh madrasah mereka. Dengan demikian, pelatihan dan pendampingan ini menjadi fondasi penting bagi langkah-langkah selanjutnya dalam membangun madrasah berbasis karakter. 2. Melaksanakan Program Mentoring Guru Langkah kedua yang diambil oleh Kepala Madrasah Islam Terpadu (MIT) adalah melaksanakan program mentoring guru. Dalam program ini, para guru diberikan bimbingan, arahan, dan dukungan untuk mengembangkan kompetensi mereka dalam mendidik dan membentuk karakter siswa. Melalui berbagai kegiatan mentoring, seperti sesi diskusi, observasi pembelajaran, atau pembinaan individu, guru-guru dapat memperbaiki praktik mengajar mereka dan meningkatkan pemahaman tentang bagaimana
88 mengintegrasikan pembentukan karakter ke dalam kurikulum dan kegiatan sehari-hari di kelas. Program mentoring ini juga memberikan kesempatan bagi guru untuk berbagi pengalaman, belajar dari praktik terbaik, dan mendapatkan umpan balik yang konstruktif untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran karakter di madrasah. Dengan demikian, melalui program mentoring guru, Kepala MIT dapat memastikan bahwa semua staf pengajar terlibat secara aktif dalam upaya pembentukan karakter siswa. 3. Menyelenggarakan Rapat Kerja untuk Penyusunan Kurikulum Berbasis Karakter Langkah ketiga yang diambil oleh Kepala Madrasah Islam Terpadu (MIT) adalah menyelenggarakan rapat kerja dengan staf pengajar untuk merancang dan menyusun kurikulum yang berfokus pada pembentukan karakter siswa. Rapat kerja ini menjadi forum diskusi yang penting di mana para guru dapat berkolaborasi untuk merumuskan tujuan, strategi, dan isi kurikulum yang mendukung pembentukan karakter. Dalam rapat ini, staf pengajar dapat menyusun rencana pembelajaran yang memperkuat nilai-nilai karakter dalam setiap mata pelajaran, termasuk cara mengintegrasikan aspek karakter ke dalam metode
89 pengajaran dan kegiatan ekstrakurikuler. Dengan demikian, penyelenggaraan rapat kerja untuk penyusunan kurikulum berbasis karakter memastikan bahwa pendekatan pembelajaran yang konsisten dan terpadu diterapkan di seluruh madrasah, sehingga memberikan landasan yang kuat untuk pembentukan karakter siswa. 4. Memberikan Bimbingan dan Konseling kepada Siswa Langkah terakhir yang diambil oleh Kepala Madrasah Islam Terpadu (MIT) adalah memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa sebagai bagian dari upaya pembinaan karakter. Melalui program ini, siswa diberikan panduan, nasihat, dan dukungan untuk mengembangkan sikap, nilai, dan perilaku yang positif. Bimbingan dan konseling dapat dilakukan secara individu atau kelompok, tergantung pada kebutuhan dan kondisi siswa. Melalui sesi bimbingan, siswa diberi ruang untuk mengeksplorasi potensi dan tantangan mereka, serta menerima arahan untuk mengatasi masalah atau kesulitan yang mereka hadapi. Selain itu, konselor atau guru pembimbing juga dapat memberikan nasihat yang konstruktif dan membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai karakter dan pentingnya
90 perilaku yang etis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, melalui program bimbingan dan konseling, kepala madrasah memastikan bahwa pembinaan karakter siswa dilakukan secara holistik dan menyeluruh, sehingga mendukung terwujudnya madrasah berbasis karakter yang berkualitas. Untuk mengevaluasi langkah-langkah yang diambil oleh Kepala MIT dalam mewujudkan madrasah berbasis karakter, beberapa langkah evaluasi yang dapat dilakukan meliputi: (Jejen, 2016) 1. Survei atau Kuesioner Kepala madrasah dapat membuat survei atau kuesioner yang diberikan kepada seluruh stakeholder madrasah, termasuk staf pengajar, siswa, orang tua, dan anggota masyarakat, untuk menilai efektivitas langkah-langkah yang telah diambil. Pertanyaan dalam survei dapat berkaitan dengan persepsi mereka tentang peningkatan karakter siswa, keberhasilan program mentoring guru, dan kepuasan terhadap penyelenggaraan rapat kerja untuk penyusunan kurikulum. 2. Analisis Data Kuantitatif Kepala madrasah dapat melakukan analisis data kuantitatif terkait dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan untuk madrasah berbasis karakter.