91 Misalnya, mereka dapat menganalisis data prestasi akademik siswa sebelum dan sesudah implementasi program, tingkat kehadiran siswa, atau hasil survei kepuasan siswa dan orang tua. 3. Wawancara atau Fokus Kelompok Kepala madrasah dapat melakukan wawancara atau diskusi fokus kelompok dengan stakeholder madrasah untuk mendapatkan insight lebih mendalam tentang persepsi dan pengalaman mereka terkait dengan langkah-langkah yang telah diambil. Wawancara ini dapat memberikan pemahaman yang lebih kaya tentang dampak dari pelatihan, mentoring guru, rapat kerja, dan bimbingan siswa. 4. Observasi Langsung Kepala madrasah atau tim evaluasi dapat melakukan observasi langsung terhadap pelaksanaan langkah-langkah tersebut di lapangan. Mereka dapat mengamati interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran, partisipasi dalam rapat kerja, serta proses bimbingan dan konseling yang dilakukan kepada siswa. 5. Analisis Dokumen Kepala madrasah dapat melakukan analisis dokumen terkait dengan implementasi langkah-langkah
92 tersebut, seperti hasil rapat kerja, laporan kegiatan mentoring guru, atau catatan bimbingan dan konseling. Analisis ini dapat memberikan gambaran tentang kesesuaian antara rencana dan realisasi, serta mencari potensi perbaikan yang dapat dilakukan. Dengan menggabungkan berbagai metode evaluasi ini, kepala madrasah dapat memperoleh pemahaman yang holistik tentang efektivitas langkah-langkah yang telah diambil dalam mewujudkan madrasah berbasis karakter. Evaluasi yang baik akan memberikan masukan yang berharga untuk perbaikan dan pengembangan programprogram yang lebih efektif di masa mendatang. C. Pengembangan Berkelanjutan dan Peningkatan Kualitas Kepemimpinan dan Karakter Pengembangan berkelanjutan merupakan langkah penting dalam menjaga dan meningkatkan kualitas madrasah berbasis karakter. Dalam konteks Kepala MIT, pengembangan berkelanjutan dapat dilakukan melalui beberapa cara: (Umam, 2019) 1. Pelatihan dan Workshop Pelatihan dan workshop merupakan sarana efektif bagi kepala MIT untuk terus mengembangkan diri
93 mereka sendiri. Dengan mengikuti pelatihan dan workshop yang fokus pada kepemimpinan, pendidikan karakter, dan pengelolaan madrasah, kepala madrasah memiliki kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru yang dapat diterapkan secara langsung dalam pengembangan madrasah. Dalam konteks ini, pelatihan mungkin mencakup berbagai topik seperti strategi kepemimpinan yang efektif, teknik manajemen konflik, pendekatan dalam pembentukan karakter siswa, pengelolaan sumber daya, dan inovasi dalam pendidikan. Workshop juga dapat memberikan platform bagi kepala madrasah untuk berbagi pengalaman, belajar dari praktik terbaik, dan berkolaborasi dengan sesama pemimpin pendidikan. Dengan terus mengembangkan diri melalui pelatihan dan workshop, kepala madrasah dapat menjadi lebih kompeten dalam mengelola dan memimpin madrasah mereka menuju visi yang lebih baik. 2. Pembinaan dan Konsultasi Kepala MIT juga dapat memperoleh pembinaan dan konsultasi dari ahli atau lembaga yang memiliki keahlian khusus dalam pengembangan madrasah berbasis karakter. Melalui pembinaan ini, kepala
94 madrasah mendapatkan arahan dan dukungan yang dibutuhkan dalam merencanakan dan melaksanakan program-program karakter yang efektif di madrasah mereka. Para ahli dapat memberikan wawasan yang berharga tentang pendekatan terbaik dalam pembentukan karakter siswa, menyediakan strategi untuk menangani tantangan tertentu yang mungkin muncul, dan membantu dalam mengevaluasi efektivitas program yang telah diimplementasikan. Selain itu, melalui konsultasi reguler, kepala madrasah dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang dinamika madrasah mereka dan mendapatkan saran praktis untuk terus memperbaiki dan mengembangkan upaya pembentukan karakter. Dengan memanfaatkan pembinaan dan konsultasi ini, kepala madrasah dapat memastikan bahwa mereka tetap berada di jalur yang benar dalam mewujudkan visi madrasah berbasis karakter yang diinginkan. 3. Jaringan Kolaboratif Kepala MIT juga dapat memanfaatkan jaringan kolaboratif dengan kepala madrasah lainnya, baik di tingkat lokal maupun nasional, untuk bertukar pengalaman, ide, dan praktik terbaik dalam pembangunan madrasah berbasis karakter. Melalui
95 kolaborasi ini, kepala madrasah dapat memperoleh wawasan yang berharga dari pengalaman kolega mereka dalam menghadapi tantangan yang serupa dalam pembentukan karakter siswa. Diskusi dan pertukaran gagasan di antara kepala madrasah dapat memunculkan ide-ide inovatif baru untuk diterapkan di madrasah masing-masing. Selain itu, kolaborasi ini juga dapat menciptakan peluang untuk kerjasama dalam mengimplementasikan program-program karakter yang lebih luas dan lebih efektif, seperti pertukaran siswa atau program pembelajaran bersama. Dengan memanfaatkan jaringan kolaboratif ini, kepala MIT dapat memperluas wawasan mereka, memperkaya keterampilan kepemimpinan, dan memperkuat upaya mereka dalam membentuk karakter siswa di madrasah. 4. Evaluasi dan Perbaikan Kepala MIT juga perlu secara rutin melakukan evaluasi terhadap program-program yang telah diimplementasikan, serta mengidentifikasi area-area yang perlu perbaikan. Dengan demikian, mereka dapat memastikan bahwa program-program tersebut tetap relevan dan efektif dalam membentuk karakter siswa di madrasah. Evaluasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti survei kepada siswa, orang tua, dan staf
96 pengajar untuk mengukur persepsi mereka terhadap efektivitas program. Selain itu, data hasil belajar dan perkembangan karakter siswa juga perlu dianalisis secara berkala untuk melihat dampak nyata dari program-program yang telah dilaksanakan. Setelah melakukan evaluasi, kepala MIT perlu melakukan perbaikan dan penyesuaian sesuai dengan temuan yang diperoleh. Hal ini dapat mencakup revisi terhadap program-program yang ada, pengembangan strategi baru, atau penambahan sumber daya yang diperlukan. Dengan demikian, madrasah dapat terus meningkatkan kualitas program pembentukan karakter mereka dan memastikan bahwa setiap langkah yang diambil sesuai dengan visi dan misi madrasah dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang berkualitas dan berbasis karakter. 5. Peningkatan Kualitas Staf Selanjutnya, Kepala MIT dapat memberikan dukungan dan kesempatan bagi staf pengajar untuk terus mengembangkan diri mereka dalam mendidik dan membentuk karakter siswa. Ini dapat dilakukan melalui pelatihan, pembinaan, dan penghargaan atas kontribusi yang telah diberikan. Kepala madrasah dapat mengorganisir pelatihan reguler atau workshop yang
97 fokus pada pengembangan keterampilan mengajar yang berorientasi pada pembentukan karakter, serta memberikan akses kepada staf untuk mengikuti program pelatihan eksternal yang relevan. Selain itu, mereka juga dapat memberikan pembinaan secara individu atau kelompok, di mana staf dapat menerima umpan balik konstruktif tentang kinerja mereka dalam membentuk karakter siswa. Selama proses pembinaan, kepala madrasah dapat berbagi praktik terbaik, memberikan dukungan, dan memberikan arahan untuk membantu staf meningkatkan kualitas pengajaran mereka. Selain itu, penting bagi kepala madrasah untuk mengakui dan menghargai kontribusi yang telah diberikan oleh staf dalam upaya pembentukan karakter siswa. Pemberian penghargaan atau apresiasi atas kinerja yang baik dapat menjadi motivasi tambahan bagi staf untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas pengajaran mereka. Dengan meningkatkan kualitas staf pengajar, madrasah dapat lebih efektif dalam mencapai tujuan pembentukan karakter siswa dan menjaga kualitas pendidikan secara keseluruhan.
98 Dengan mengimplementasikan langkah-langkah ini secara konsisten, kepala MIT dapat memastikan bahwa madrasah terus berkembang dan menjadi lembaga pendidikan yang berdaya, yang tidak hanya memberikan pengetahuan akademik tetapi juga membentuk karakter yang kuat pada generasi muda.
99 enanggapi tantangan kontemporer dalam pendidikan karakter, penting bagi lembaga pendidikan seperti madrasah untuk memahami dan mengatasi berbagai tantangan yang muncul dalam era digital. Strategi yang efektif untuk menghadapi perubahan sosial yang cepat adalah dengan membangun madrasah berbasis karakter yang tangguh dan responsif. Ini melibatkan upaya untuk memperkuat ketahanan karakter siswa dalam menghadapi berbagai tantangan eksternal, baik dari lingkungan sekitar maupun pengaruh dari media sosial dan teknologi digital. Dengan pendekatan holistik yang mencakup strategi pembelajaran yang inovatif, pembinaan karakter, dan keterlibatan komunitas, madrasah dapat menjadi agen M
100 perubahan yang kuat dalam membentuk generasi yang memiliki karakter yang kokoh dan berintegritas. A. Tantangan Global dalam Pembentukan Karakter pada Era Digital Tantangan global dalam pembentukan karakter pada era digital mencakup berbagai perubahan yang memengaruhi bagaimana individu, khususnya generasi muda, membentuk nilai, sikap, dan perilaku mereka. Pertama, era digital telah mengubah lanskap media dan informasi, memberikan akses yang lebih besar terhadap konten dari berbagai sumber. Meskipun memberikan manfaat dalam hal pembelajaran dan konektivitas, namun, penggunaan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan eksposur terhadap konten yang tidak sesuai, seperti kekerasan atau pornografi, yang berpotensi merusak karakter dan moralitas individu. Kedua, perkembangan teknologi juga telah mengubah dinamika sosial, dengan meningkatnya penggunaan media sosial dan perangkat mobile. Interaksi langsung yang berkurang dan lebih banyaknya waktu yang dihabiskan di dunia maya dapat menghambat perkembangan keterampilan sosial, empati, dan komunikasi interpersonal yang penting dalam membentuk karakter yang kuat dan
101 positif. Selain itu, adopsi teknologi juga membawa risiko seperti cyberbullying, kecanduan online, dan kurangnya privasi, yang dapat merusak kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis individu. Ketiga, perubahan nilai dan budaya yang terjadi akibat globalisasi memperumit proses pembentukan karakter. Pertukaran budaya yang cepat dan arus informasi yang tak terbatas dapat menyebabkan konflik nilai dan kebingungan identitas, terutama di kalangan generasi muda yang rentan terhadap pengaruh luar. Dalam konteks ini, pendidikan karakter perlu menekankan penghargaan terhadap keberagaman budaya sambil memperkuat nilai-nilai universal seperti kejujuran, empati, dan tanggung jawab. Keempat, pentingnya perlindungan privasi dalam era digital menimbulkan tantangan baru dalam pengembangan karakter. Eksploitasi data pribadi, kehilangan privasi, dan risiko identitas online merupakan ancaman yang harus diatasi dalam upaya pembentukan karakter yang sehat. Individu perlu dilengkapi dengan pemahaman yang kuat tentang pentingnya privasi dan keamanan online serta keterampilan untuk mengelola risiko yang terkait dengan berbagi informasi pribadi di dunia digital.
102 Kelima, menghadapi kompleksitas tantangan ini, pendidikan karakter harus menyesuaikan diri dengan konteks digital. Ini memerlukan pendekatan yang holistik, yang melibatkan kerjasama antara lembaga pendidikan, keluarga, masyarakat, dan teknologi. Program pendidikan karakter perlu menyertakan aspek digital literacy, mengajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk navigasi yang aman dan bertanggung jawab dalam lingkungan online. Terakhir, dalam menghadapi tantangan global ini, penting bagi pendidikan karakter untuk mempromosikan pengembangan karakter yang kuat dan positif yang sesuai dengan nilai-nilai universal serta kebutuhan kontemporer. Pendidikan harus memberikan pengalaman belajar yang mendalam, mendorong refleksi dan diskusi, serta membangun keterampilan sosial dan emosional yang diperlukan untuk mengatasi tantangan dalam era digital dan memperkuat karakter individu untuk masa depan yang lebih baik. (Sriwijayanti, 2021)
103 B. Strategi Menghadapi Tantangan dan Perubahan Sosial dalam Membangun Madrasah Berbasis Karakter Perubahan sosial yang mungkin muncul akibat tantangan global dalam pembentukan karakter pada era digital mencakup beberapa aspek, diantaranya : (Hermanto, 2018) 1. Pergeseran dinamika interaksi sosial menjadi semakin terlihat, di mana lebih banyak individu menghabiskan waktu di dunia maya daripada berinteraksi secara langsung. Ini dapat mengurangi keterampilan sosial, empati, dan kemampuan komunikasi interpersonal yang penting dalam membangun hubungan yang sehat dan karakter yang kuat. 2. Terjadi peningkatan risiko terhadap fenomena seperti cyberbullying dan perilaku agresif online. Anonimitas dalam lingkungan digital dapat memicu tindakan yang tidak pantas atau bahkan merugikan, mengancam kesejahteraan emosional dan mental individu. Hal ini menyoroti pentingnya pengembangan karakter yang mencakup kemampuan untuk menghadapi konflik secara konstruktif dan memperlakukan orang lain dengan hormat, bahkan dalam lingkungan daring.
104 3. Era digital juga memberikan akses yang lebih besar terhadap konten yang tidak sesuai atau berbahaya, seperti kekerasan, pornografi, atau radikalisasi online. Paparan terhadap konten-konten tersebut dapat mempengaruhi persepsi nilai dan moralitas individu, mengancam pembentukan karakter yang positif dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, perlunya kesadaran dan pengawasan yang lebih besar dari pihak orang tua dan lembaga pendidikan terhadap aktivitas online anak-anak menjadi sangat penting. 4. Tantangan juga muncul dalam mengelola informasi yang tersebar luas dan tidak terverifikasi di media sosial dan platform online lainnya. Individu mungkin menghadapi kesulitan dalam membedakan antara informasi yang akurat dan tidak akurat, yang dapat mempengaruhi persepsi mereka terhadap realitas dan nilai-nilai yang mereka anut. Hal ini menekankan pentingnya pembangunan keterampilan kritis, seperti kemampuan untuk melakukan penelitian dan evaluasi informasi, dalam membentuk karakter yang kritis dan bertanggung jawab. 5. Globalisasi juga membawa arus informasi dan pengaruh budaya yang lebih cepat dan luas, yang dapat menghasilkan perubahan nilai dan identitas sosial yang
105 cepat. Generasi muda mungkin lebih rentan terhadap pengaruh luar dari media dan budaya populer, yang dapat menyebabkan konflik nilai internal dan kebingungan identitas. Dalam menghadapi perubahan sosial ini, penting bagi pendidikan karakter untuk menekankan nilai-nilai universal yang berkelanjutan serta mempromosikan penghargaan terhadap keberagaman budaya dan perspektif. Bagaimana strategi untuk mengatasinya? Berikut adalah beberapa strategi untuk mengatasi tantangan global dalam pembentukan karakter pada era digital: (Helmina Dewi & Lazwardi, 2022) 1. Pendidikan Karakter Terintegrasi Pendidikan karakter terintegrasi merupakan pendekatan yang penting dalam menghadapi tantangan global dalam pembentukan karakter pada era digital. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam kurikulum sekolah secara menyeluruh, baik melalui mata pelajaran yang ada maupun program ekstrakurikuler, sekolah dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan siswa secara holistik. Misalnya, dalam pelajaran matematika
106 atau sains, siswa dapat diajarkan untuk menerapkan prinsip tanggung jawab dan integritas dalam menyelesaikan tugas atau eksperimen. Di sisi lain, program ekstrakurikuler seperti klub sosial atau kegiatan pelayanan masyarakat dapat menjadi wadah untuk mengembangkan nilai-nilai seperti empati dan rasa hormat melalui interaksi sosial yang positif. Pentingnya pendidikan karakter terintegrasi adalah memastikan bahwa siswa tidak hanya belajar tentang nilai-nilai moral, tetapi juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks online maupun offline. Dengan demikian, pendekatan ini membantu siswa memahami relevansi nilai-nilai karakter dalam berinteraksi di dunia digital yang semakin kompleks dan beragam. (Elvi Rahmi et al., 2023) 2. Pengembangan Keterampilan Literasi Digital Dalam menghadapi tantangan global dalam pembentukan karakter pada era digital, pengembangan keterampilan literasi digital menjadi strategi kunci. Pendidikan tentang literasi digital tidak hanya mencakup aspek teknis penggunaan teknologi, tetapi juga kemampuan untuk menilai keaslian informasi, mengelola privasi online, mengidentifikasi risiko, dan
107 bertindak secara etis dalam berinteraksi di platform digital. Misalnya, siswa perlu dilatih untuk secara kritis mengevaluasi informasi yang ditemui di internet, memahami konsekuensi dari berbagi informasi pribadi secara online, dan menghormati privasi orang lain. Selain itu, penting juga untuk mengajarkan kepada siswa bagaimana mengidentifikasi risiko dan ancaman yang mungkin muncul dalam dunia digital, seperti penipuan online atau perilaku cyberbullying, serta bagaimana menghadapinya dengan bijaksana. Dengan demikian, pengembangan keterampilan literasi digital akan membantu siswa menjadi pengguna teknologi yang cerdas, bertanggung jawab, dan etis dalam interaksi online 3. Pengawasan dan Dukungan Orang Tua Dalam menghadapi tantangan global dalam pembentukan karakter pada era digital, pengawasan dan dukungan orang tua menjadi strategi penting lainnya. Orang tua perlu didorong untuk terlibat aktif dalam memantau dan membimbing aktivitas online anak-anak mereka. Ini dapat dilakukan melalui pengaturan batasan waktu penggunaan perangkat digital, penggunaan kontrol orang tua yang tersedia di berbagai platform, dan membuka saluran komunikasi
108 terbuka untuk membahas isu-isu yang muncul dalam interaksi online anak-anak. (Helmina Dewi & Lazwardi, 2022) Dengan memantau aktivitas online anak-anak mereka, orang tua dapat membantu melindungi mereka dari konten yang tidak pantas atau berbahaya, serta memberikan bimbingan tentang perilaku yang aman dan etis dalam berinternet. Selain itu, dengan mendukung komunikasi terbuka antara orang tua dan anak-anak, orang tua dapat menjadi sumber dukungan dan pemahaman yang penting bagi anak-anak mereka dalam menghadapi tantangan dan risiko di dunia digital. Dengan demikian, peran orang tua dalam mengawasi dan mendukung aktivitas online anak-anak menjadi bagian integral dari strategi untuk membangun karakter yang kuat dalam era digital. 4. Pembinaan Etika Digital Untuk mengatasi tantangan global dalam pembentukan karakter pada era digital, strategi yang penting adalah pembinaan etika digital. Ini melibatkan mengajarkan pentingnya etika digital kepada anakanak, termasuk bagaimana berperilaku dengan baik dan bertanggung jawab di dunia maya. Hal ini mencakup menghindari perilaku negatif seperti
109 cyberbullying, tidak menyebarkan informasi palsu, serta memperlakukan orang lain dengan hormat dalam setiap interaksi online. Pembinaan etika digital dapat dilakukan melalui kurikulum sekolah yang menyeluruh, dengan memasukkan pelajaran tentang pentingnya perilaku online yang etis dalam pembelajaran sehari-hari. Selain itu, orang tua juga dapat memainkan peran penting dalam membina etika digital anak-anak mereka dengan memberikan teladan yang baik dalam perilaku online dan terlibat dalam diskusi terbuka tentang nilai-nilai moral dan etika dalam penggunaan teknologi. Dengan membangun pemahaman yang kuat tentang etika digital dan mendorong perilaku yang positif di dunia maya, kita dapat membantu membentuk karakter yang kuat dan bertanggung jawab pada generasi masa depan. 5. Peningkatan Kesadaran dan Keterampilan Kritis Untuk mengatasi tantangan global dalam pembentukan karakter pada era digital, penting untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan kritis. Ini dapat dilakukan dengan mendorong pengembangan keterampilan kritis dalam memahami dan mengevaluasi informasi yang ditemui di dunia maya.
110 Hal ini mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi dan menghindari konten yang berbahaya atau tidak pantas serta memahami implikasi sosial dan moral dari tindakan online. Sekolah dapat memasukkan pelajaran tentang keterampilan kritis ini ke dalam kurikulum mereka, dengan menekankan pentingnya memeriksa kebenaran informasi sebelum membagikannya atau bertindak berdasarkan informasi tersebut. Selain itu, orang tua juga dapat membantu dengan membimbing anak-anak mereka untuk menjadi pengguna yang cerdas dan kritis dalam mengonsumsi konten online, serta mengajarkan mereka untuk mempertimbangkan dampak dari tindakan online mereka terhadap diri mereka sendiri dan orang lain. Dengan meningkatkan kesadaran dan keterampilan kritis ini, kita dapat membantu membangun karakter yang kuat dan bertanggung jawab di era digital ini. 6. Kemitraan dengan Komunitas Online yang Aman Untuk mengatasi tantangan global dalam pembentukan karakter pada era digital, penting untuk menjalin kemitraan dengan komunitas online yang aman. Ini melibatkan pengembangan kemitraan dengan platform online, organisasi masyarakat sipil, dan lembaga lainnya yang berfokus pada keamanan
111 dan pendidikan digital. Melalui kemitraan ini, sekolah dan orang tua dapat memperoleh akses kepada sumber daya dan dukungan tambahan untuk pendidikan karakter dalam lingkungan online. Platform online dapat memberikan informasi dan alat untuk membantu pendidikan karakter, seperti panduan untuk mengelola privasi dan keamanan online, serta saran tentang cara berinteraksi secara positif di dunia maya. Selain itu, organisasi masyarakat sipil dan lembaga pendidikan dapat menyediakan pelatihan dan sumber daya yang lebih mendalam tentang literasi digital dan etika online. Dengan bekerja sama dalam kemitraan ini, kita dapat menciptakan lingkungan online yang lebih aman dan mendukung bagi pembentukan karakter yang positif di era digital ini. (Amin & Muttaqin, 2022) 7. Model Perilaku Positif Model perilaku positif merupakan strategi penting dalam mengatasi tantangan global dalam pembentukan karakter pada era digital. Kepala sekolah dan guru dapat menjadi contoh yang baik dengan menunjukkan perilaku positif dalam penggunaan teknologi dan media sosial. Hal ini meliputi praktik etika online yang baik, seperti berkomunikasi secara jujur dan menghormati, serta memberikan inspirasi dalam penggunaan
112 teknologi untuk tujuan pendidikan dan pemberdayaan. Dengan menjadi teladan dalam perilaku online, kepala sekolah dan guru membantu menciptakan lingkungan yang positif dan aman di dunia maya, yang kemudian akan memengaruhi siswa dan anggota komunitas sekolah untuk mengikuti jejak yang sama. Dengan demikian, model perilaku positif ini menjadi bagian integral dari upaya pendidikan karakter yang holistik di era digital ini. C. Membangun Ketahanan Karakter dalam Menghadapi Tantangan Eksternal Tantangan eksternal yang dihadapi oleh siswa dalam mengembangkan karakter mereka seringkali menuntut pendekatan yang komprehensif dan terstruktur. Di era yang dipenuhi dengan perubahan dan kompleksitas, ketahanan karakter menjadi sebuah kebutuhan yang semakin mendesak. Bagaimana kita dapat membantu siswa menghadapi tantangan-tantangan ini dengan penuh keyakinan dan keteguhan hati? Pertama-tama, penting untuk menyadari bahwa ketahanan karakter bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh semua orang secara alami. Sebagian besar siswa membutuhkan bimbingan dan pendidikan untuk
113 mengembangkan sifat-sifat seperti keteguhan hati dan keberanian. Oleh karena itu, sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam membantu siswa mengatasi tantangan eksternal tersebut. Salah satu langkah awal yang bisa diambil oleh sekolah adalah menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan karakter. Suasana sekolah yang positif, inklusif, dan penuh kasih sayang dapat memberikan landasan yang kuat bagi perkembangan karakter siswa. Dalam lingkungan seperti ini, siswa merasa didukung dan diberdayakan untuk berkembang secara pribadi dan emosional. Selain itu, penting juga untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan yang diperlukan untuk mengelola emosi dan stres. Banyak dari tantangan eksternal yang dihadapi oleh siswa dapat memicu reaksi emosional yang kuat. Dengan memperkuat keterampilan ini, siswa dapat belajar bagaimana merespons tantangan dengan lebih tenang dan rasional. Kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan komunitas lokal juga merupakan kunci dalam membangun ketahanan karakter. Ketika semua pihak terlibat aktif dalam mendukung perkembangan siswa, mereka memiliki sumber
114 daya yang lebih besar untuk mengatasi tantangan eksternal. Ini juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk melihat contoh yang positif dan kuat dalam kehidupan sehari-hari mereka. (Amin & Muttaqin, 2022) Dalam menghadapi tantangan eksternal, penting untuk mengingat bahwa setiap siswa memiliki kekuatan dan kelemahan mereka sendiri. Oleh karena itu, pendekatan yang personal dan diferensiasi dalam pembinaan karakter sangatlah penting. Dengan memahami kebutuhan dan potensi setiap siswa, sekolah dapat memberikan dukungan yang lebih efektif dan terarah.
115 anajemen SDM dan gaya kepemimpinan merupakan dua aspek yang saling terkait dan mempengaruhi di dalam sebuah organisasi pendidikan seperti madrasah. Pentingnya manajemen SDM dalam mendukung gaya kepemimpinan inspiratif sangatlah signifikan, karena pengelolaan sumber daya manusia yang efektif mampu menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi pengembangan karakter dan kinerja individu. Strategi manajemen SDM yang berorientasi pada pembentukan karakter menjadi landasan yang kuat bagi keberhasilan gaya kepemimpinan yang inspiratif, sementara integrasi gaya kepemimpinan dalam pengembangan sumber daya manusia madrasah menjadi kunci untuk mencapai visi dan tujuan organisasi yang terkait dengan pembangunan karakter dan kualitas pendidikan secara keseluruhan. M
116 A. Pentingnya Manajemen SDM dalam Mendukung Gaya Kepemimpinan Inspiratif Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan proses strategis yang bertujuan untuk mengelola tenaga kerja dalam suatu organisasi. Fokus utama manajemen SDM adalah pada pengelolaan, pengembangan, perekrutan, retensi, dan penggunaan efektif sumber daya manusia yang ada. Di dalam konteks madrasah, manajemen SDM melibatkan berbagai kegiatan seperti perencanaan kebutuhan tenaga kerja, perekrutan dan seleksi staf pengajar, penilaian kinerja, pengembangan keterampilan, pengaturan gaji dan tunjangan, serta menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. Manajemen SDM juga mencakup aspek pengaturan kebijakan dan prosedur terkait dengan karyawan, termasuk peraturan mengenai hak dan kewajiban, kebijakan kesejahteraan karyawan, serta perlindungan terhadap hakhak pekerja. Selain itu, manajemen SDM juga berperan dalam menciptakan budaya organisasi yang positif, di mana setiap anggota madrasah merasa dihargai, didukung, dan memiliki kesempatan untuk berkembang.
117 Dalam praktiknya, manajemen SDM memerlukan pendekatan yang holistik dan terpadu. Ini mencakup identifikasi kebutuhan sumber daya manusia, perencanaan strategis untuk memenuhi kebutuhan tersebut, implementasi kebijakan dan program-program pengembangan karyawan, serta evaluasi terus-menerus untuk memastikan efektivitas dan kesesuaian dengan tujuan organisasi. Manajemen SDM yang efektif di madrasah memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan pembangunan karakter siswa serta kualitas pendidikan secara keseluruhan. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung gaya kepemimpinan inspiratif di sebuah organisasi, termasuk di madrasah. Pentingnya manajemen SDM dalam mendukung gaya kepemimpinan yang inspiratif terletak pada kemampuannya untuk mengelola, mengembangkan, dan memotivasi staf pengajar serta anggota tim lainnya agar mencapai potensi terbaik mereka. Dalam konteks madrasah, manajemen SDM yang efektif membantu dalam merencanakan, merekrut, dan mengelola staf pengajar yang berkualitas, yang merupakan kunci utama dalam membentuk lingkungan belajar yang positif dan produktif. Selain itu, manajemen SDM yang baik juga mendukung
118 dalam pembangunan budaya organisasi yang inklusif, di mana setiap anggota madrasah merasa dihargai, didukung, dan memiliki kesempatan untuk berkontribusi secara maksimal. Dengan demikian, manajemen SDM yang kuat dapat menjadi fondasi yang kokoh bagi gaya kepemimpinan inspiratif yang berhasil, yang pada gilirannya akan memperkuat kinerja dan pencapaian madrasah secara keseluruhan. (Puspasari, 2023) Prinsip dan Praktik Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik mencakup sejumlah prinsip dan praktik yang dapat mendukung pencapaian tujuan organisasi serta pengembangan individu. Pertama-tama, dalam proses rekrutmen dan seleksi, manajemen SDM yang baik menuntut kehati-hatian untuk memastikan bahwa organisasi mendapatkan staf yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan. Ini melibatkan penentuan kebutuhan posisi yang jelas, penyebaran iklan pekerjaan yang tepat, serta penyaringan dan seleksi kandidat yang cermat. Selanjutnya, manajemen SDM yang efektif melibatkan pembangunan kompetensi melalui pelatihan dan
119 pengembangan yang berkelanjutan. Ini berarti menyediakan pelatihan yang relevan dan bermanfaat bagi staf untuk meningkatkan keterampilan mereka dan meningkatkan produktivitas. Hal ini juga mencakup pengembangan program pengembangan karir yang menyeluruh, memberikan kesempatan bagi staf untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan mereka sesuai dengan kebutuhan organisasi dan ambisi pribadi. Selain itu, manajemen SDM yang baik mencakup pengelolaan kinerja yang efektif. Ini melibatkan penetapan tujuan yang jelas, pemantauan kinerja secara teratur, umpan balik yang jujur dan konstruktif, serta pengakuan atas prestasi yang telah dicapai. Dengan memastikan bahwa staf merasa dihargai dan didorong untuk mencapai hasil yang lebih baik, manajemen kinerja yang baik dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan staf. Manajemen SDM yang berkualitas juga memperhatikan aspek kesejahteraan dan kepuasan kerja staf. Ini melibatkan pengaturan kompensasi yang adil dan kompetitif, menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman, serta memberikan kesempatan pengembangan karir yang jelas. Dengan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung,
120 organisasi dapat meningkatkan retensi staf dan memastikan kesejahteraan mental dan emosional mereka. Terakhir, manajemen SDM yang baik juga melibatkan komunikasi yang terbuka dan transparan antara manajemen dan staf. Ini menciptakan atmosfer kerja yang kolaboratif dan berorientasi pada tujuan bersama, di mana staf merasa didengar dan dihargai. Dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif, organisasi dapat membangun hubungan yang kuat antara manajemen dan staf, yang pada gilirannya dapat meningkatkan keterlibatan dan kinerja keseluruhan. (Umam, 2019) B. Strategi Manajemen SDM yang Berorientasi pada Pembentukan Karakter Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) yang berorientasi pada pembentukan karakter memperhatikan bagaimana nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diinginkan dalam budaya organisasi tercermin dalam kebijakan dan praktik manajemen. Salah satu strategi utama dalam hal ini adalah pembentukan budaya organisasi yang mendukung pembentukan karakter. Ini melibatkan penyusunan nilainilai inti yang jelas dan diartikulasikan dengan jelas kepada seluruh anggota organisasi, serta pengenalan praktikpraktik yang mendorong dan memperkuat karakter positif.
121 Selanjutnya, strategi manajemen SDM yang berorientasi pada pembentukan karakter melibatkan pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam semua aspek kegiatan SDM, termasuk rekrutmen, pelatihan, evaluasi kinerja, dan pengembangan karir. Hal ini berarti memperhatikan bagaimana proses rekrutmen dan seleksi dapat mengidentifikasi kandidat yang memiliki nilai-nilai yang selaras dengan budaya organisasi, serta menyediakan pelatihan yang memperkuat karakteristik kunci seperti integritas, empati, dan tanggung jawab. Tidak hanya itu, strategi ini mencakup pengembangan program pengembangan karakter yang khusus dirancang untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan individu terhadap nilai-nilai karakter yang diinginkan. Program ini dapat mencakup pelatihan, workshop, dan kegiatan pengembangan diri lainnya yang bertujuan untuk membantu staf menginternalisasi nilai-nilai tersebut dan menerapkannya dalam perilaku sehari-hari. Kemudian, manajemen SDM yang berorientasi pada pembentukan karakter juga memperhatikan peran kepemimpinan dalam mempromosikan dan memperkuat budaya organisasi yang berbasis karakter. Ini melibatkan pelatihan dan pengembangan pemimpin untuk menjadi
122 teladan yang baik dalam mempraktikkan nilai-nilai yang diinginkan, serta memberikan dukungan dan bimbingan kepada staf dalam pengembangan karakter mereka. Selain itu, strategi ini melibatkan penggunaan sistem penghargaan dan pengakuan yang dirancang untuk menghargai dan memperkuat perilaku dan prestasi yang sesuai dengan nilai-nilai karakter yang diinginkan. Ini dapat mencakup penghargaan karyawan, pengakuan publik, atau insentif lainnya yang mendorong staf untuk terus memperbaiki dan memperkuat karakter mereka. Terakhir, manajemen SDM yang berorientasi pada pembentukan karakter melibatkan evaluasi terus-menerus terhadap efektivitas strategi-strategi yang diimplementasikan dan penyesuaian yang diperlukan. Ini melibatkan pengumpulan umpan balik dari staf dan pemantauan terhadap bagaimana nilai-nilai karakter tercermin dalam budaya dan praktik organisasi secara keseluruhan. Dengan melakukan evaluasi dan perbaikan berkelanjutan, organisasi dapat memastikan bahwa manajemen SDM yang mereka terapkan secara efektif mendukung pembentukan karakter yang diinginkan dalam budaya organisasi mereka. (Rasyid, 2019)
123 C. Integrasi Gaya Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia Madrasah Integrasi gaya kepemimpinan dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) madrasah melibatkan pengakuan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin memiliki dampak signifikan pada pengembangan dan pengelolaan SDM. Model integrasi yang efektif dapat menerapkan beberapa langkah berikut : (Artanto, 2022) 1. Analisis Gaya Kepemimpinan Analisis gaya kepemimpinan merupakan langkah awal yang krusial dalam mengintegrasikan kepemimpinan dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) madrasah. Proses ini melibatkan evaluasi yang cermat terhadap cara pemimpin madrasah berinteraksi dengan staf dan siswa. Perhatian khusus diberikan pada bagaimana pemimpin memfasilitasi komunikasi, memberikan arahan, dan memberikan dukungan kepada anggota madrasah. Selain itu, analisis juga mencakup cara keputusan dibuat dalam madrasah, apakah lebih cenderung otoriter, partisipatif, atau demokratis.
124 Dengan memahami proses pengambilan keputusan, dapat diketahui sejauh mana pemimpin melibatkan staf dan siswa dalam pembuatan keputusan yang memengaruhi mereka. Selanjutnya, analisis gaya kepemimpinan juga mencermati sejauh mana visi dan nilai-nilai madrasah tercermin dalam praktek kepemimpinan. Visi yang jelas dan nilai-nilai yang kuat merupakan fondasi untuk gaya kepemimpinan yang efektif dan bermakna. Oleh karena itu, melalui analisis ini, dapat diidentifikasi sejauh mana gaya kepemimpinan mendukung pencapaian visi dan implementasi nilai-nilai madrasah secara konsisten dan autentik. 2. Penentuan Nilai dan Tujuan Madrasah Penentuan nilai-nilai dan tujuan madrasah merupakan langkah krusial berikutnya dalam integrasi gaya kepemimpinan dalam pengembangan SDM. Setelah gaya kepemimpinan teridentifikasi, penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai dan tujuan madrasah selaras dengan gaya kepemimpinan tersebut. Misalnya, jika madrasah mengadopsi kepemimpinan partisipatif, di mana partisipasi, keterbukaan, dan kolaborasi dihargai, maka nilai-nilai tersebut harus diperkuat dalam strategi pengembangan SDM. Proses
125 ini melibatkan identifikasi nilai-nilai inti yang ingin ditekankan dalam madrasah dan penetapan tujuan yang sesuai dengan visi dan misi madrasah. Dengan demikian, nilai-nilai dan tujuan madrasah tidak hanya menjadi landasan filosofis, tetapi juga menjadi panduan praktis dalam setiap aspek pengembangan SDM. Hal ini membantu memastikan konsistensi antara gaya kepemimpinan yang diterapkan dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh madrasah, sehingga memperkuat keselarasan antara kepemimpinan dan budaya organisasi. 3. Pengembangan Program Pengembangan SDM Pengembangan program pengembangan SDM menjadi langkah berikutnya yang krusial. Berdasarkan analisis gaya kepemimpinan dan nilai-nilai madrasah, program-program ini dapat dirancang untuk memperkuat dan memperluas gaya kepemimpinan yang diinginkan. Ini melibatkan penyusunan berbagai kegiatan seperti pelatihan, workshop, dan pembinaan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi staf. Program-program ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis dan keprofesionalan staf, tetapi juga untuk membentuk karakter dan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai madrasah.
126 Misalnya, jika kepemimpinan yang kolaboratif ditekankan, maka program pengembangan dapat difokuskan pada pelatihan keterampilan kerja sama, komunikasi efektif, dan kepemimpinan berbasis tim. Selain itu, program ini juga harus memberikan dukungan bagi pertumbuhan pribadi dan profesional staf, mengakomodasi aspirasi individu dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk berkembang dalam karier mereka. Dengan demikian, program pengembangan SDM tidak hanya menjadi sarana untuk meningkatkan kinerja staf, tetapi juga sebagai wadah untuk membentuk kepemimpinan yang efektif dan menciptakan lingkungan kerja yang dinamis dan bermakna. 4. Implementasi Praktik Manajemen Kinerja Implementasi praktik manajemen kinerja merupakan aspek penting dalam integrasi gaya kepemimpinan dalam pengembangan sumber daya manusia madrasah. Hal ini berarti sistem evaluasi kinerja harus sesuai dengan gaya kepemimpinan yang digunakan. Misalnya, jika gaya kepemimpinan bersifat kolaboratif, maka sistem evaluasi kinerja harus mendorong dialog dan partisipasi antara pemimpin dan
127 staf dalam menetapkan serta mengevaluasi tujuan dan harapan kinerja. Proses evaluasi kinerja harus melibatkan komunikasi dua arah yang terbuka, di mana staf memiliki kesempatan untuk memberikan masukan tentang penilaian kinerja mereka dan meninjau perkembangan mereka bersama-sama dengan pemimpin. Selain itu, praktik manajemen kinerja juga harus didasarkan pada pengukuran yang obyektif dan transparan terhadap pencapaian tujuan dan pengembangan karyawan. Ini melibatkan penetapan sasaran kinerja yang realistis dan terukur yang mencerminkan nilai-nilai dan tujuan madrasah secara keseluruhan. Dengan demikian, implementasi praktik manajemen kinerja yang sesuai dengan gaya kepemimpinan memungkinkan pencapaian tujuan organisasi yang lebih baik serta meningkatkan motivasi dan keterlibatan staf. 5. Pembinaan dan Pengembangan Tim Pembinaan dan pengembangan tim menjadi aspek krusial dalam integrasi gaya kepemimpinan dalam pengembangan sumber daya manusia madrasah. Membangun tim kerja yang solid dan sejalan dengan gaya kepemimpinan dan nilai-nilai madrasah menjadi prasyarat penting untuk mencapai tujuan yang
128 ditetapkan. Hal ini melibatkan upaya pembinaan individu dalam tim, di mana setiap anggota tim diberikan dukungan, arahan, dan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan potensi mereka. Selain itu, penting juga untuk memfasilitasi kerja sama dan kolaborasi di antara anggota tim dengan mempertimbangkan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilakukan melalui pembentukan kelompok kerja lintas disiplin atau lintas unit, di mana anggota tim dapat saling mendukung dan melengkapi satu sama lain dalam mencapai tujuan bersama. Melalui pembinaan dan pengembangan tim yang efektif, madrasah dapat memastikan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan dapat tercermin dalam kualitas kerja tim dan kontribusi positif anggota tim terhadap pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. 6. Evaluasi dan Penyesuaian Evaluasi dan penyesuaian menjadi tahapan penting dalam integrasi gaya kepemimpinan dalam pengembangan sumber daya manusia madrasah. Proses evaluasi ini memungkinkan pemimpin madrasah untuk memeriksa efektivitas program dan
129 praktik yang telah diterapkan dalam pengembangan sumber daya manusia. Evaluasi ini dapat dilakukan melalui berbagai metode, termasuk survei, wawancara, dan analisis data kinerja. Dari hasil evaluasi tersebut, pemimpin madrasah dapat mengidentifikasi keberhasilan dan tantangan yang dihadapi dalam mengintegrasikan gaya kepemimpinan dengan pengembangan SDM. Selanjutnya, berdasarkan temuan evaluasi, dilakukan penyesuaian dan perubahan yang diperlukan untuk meningkatkan kesesuaian antara gaya kepemimpinan, nilainilai, dan tujuan madrasah dengan praktik pengembangan SDM yang dilakukan. Penyesuaian ini dapat mencakup pembaharuan program pelatihan, peningkatan komunikasi antara pemimpin dan staf, atau revisi kebijakan manajemen kinerja. Dengan demikian, evaluasi dan penyesuaian menjadi siklus berkelanjutan yang memungkinkan madrasah untuk terus memperbaiki dan mengoptimalkan praktik pengembangan SDM sesuai dengan kebutuhan dan perubahan konteks organisasi dan lingkungan eksternalnya.
130 Daftar Pustaka Amin, M., & Muttaqin, I. (2022). Karakteristik Kepemimpinan Pendidikan Islam Ideal di Era Digital. Arfannur, 3(1), 21–30. https://doi.org/10.24260/arfannur.v3i1.625 Arifin, I. (2017). Kompetensi kepribadian kepala sekolah berbasis moral spiritual dalam mengimplementasi pendidikan karakter. Dosen AP Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Artanto, D. (2022). Strategi Kepemimpinan Transformasional untuk Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan Islam. Adaara: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 12(2), 108–122. https://doi.org/10.30863/ajmpi.v12i2.2706 Elvi Rahmi, Moh. Muslim, & Yusnia Binti Kholifah. (2023). Kepemimpinan Visioner Kepala Madrasah Di Era Digital. El-Rusyd : Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah STIT Ahlussunnah Bukittinggi, 7(2), 41–48. https://doi.org/10.58485/elrusyd.v7i2.134 Helmina Dewi, W., & Lazwardi, D. (2022). Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kualitas
131 Pendidikan Pada Era Digital. Mindset: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1, 54–61. https://doi.org/10.58561/mindset.v1i1.29 Hermanto, H. (2018). Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Budaya Organisasi, Dan Orientasi Strategis Terhadap Kinerja Organisasi Melalui Peran Mediasi Knowledge Management (Studi Pada PDAM Di Nusa Tenggara Barat). INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis Dan Manajemen Indonesia, 1(3), 343–356. https://doi.org/10.31842/jurnal-inobis.v1i3.41 Hilmy, M. (2019). Kepemimpinan modern berbasis karakter pesantren. Jurnal Pendidikan Agama Islam: Journal of Islamic Education Studies, 7(2), 89–106. Iflya, M. G., & Hidayah, S. N. (2018). Upaya Kepala Madrasah dalam Membina Budaya Organisasi dan Kinerja Guru dalam Pembelajaran di MIN 5 Majalengka. MANAGERIA: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 3(1), 21–45. https://doi.org/10.14421/manageria.2018.31- 02 Jejen, M. (2016). Redesain kependidikan guru teori,kebijakan dan praktik. 1–23. .ال عرب ية ال لغة دري ست طرق Title No). 2017. (H, Margareth Экономика Региона, 32.
132 Mulyasa, H. E. (2022). Manajemen pendidikan karakter. Bumi Aksara. Puspasari, M. D. (2023). Penerapan Kepemimpinan Transformasional dalam Pengelolaan Madrasah Modern. RERRESH: Manajemen Pendidikan Islam, 1(2), 40–47. Rachman, E. A., Humaeroh, D., Sari, D. Y., & Mulyanto, A. (2023). Kepemimpinan Visioner Dalam Pendidikan Karakter. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 9(2), 1024–1033. Rasyid, R. (2019). Kepemimpinan Transformatif K. H. Ahmad Dahlan Di Muhammadiyah. Humanika, 18(1), 50–58. https://doi.org/10.21831/hum.v18i1.23128 Rofiq, C. (2019). Kepemimpinan Transformasional Dalam Lembaga Pendidikan Madrasah. Jurnal Penelitian Agama, 20(2), 203–226. https://doi.org/10.24090/jpa.v20i2.2019.pp203-226 Rony, R. (2021). Urgensi Manajemen Budaya Organisasi Sekolah Terhadap Pembentukan Karakter Peserta Didik. Tafkir: Interdisciplinary Journal of Islamic Education, 2(1), 98– 121. https://doi.org/10.31538/tijie.v2i1.26 Setyawati, N. D. (2023). GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM MEWUJUDKAN MADRASAH
133 BERBASIS KARAKTER DI MIT NURUL FALAH MASOHI KABUPATEN MALUKU TENGAH. Sriwijayanti, R. P. (2021). Manajemen Pendidikan Karakter Dalam Membangun Budaya Sekolah. Pedagogy : Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 8(1), 66–79. https://doi.org/10.51747/jp.v8i1.707 Suryadi, I., Pamungkas, R. W. P., Wahyudi, F. S., & Wibowo, T. S. (2023). Peran Kepemimpinan Efektif dalam Meningkatkan Kualitas Manajemen Pendidikan. Journal Of International Multidisciplinary Research, 1(2), 129– 145. Syafi’i, A., Saied, M., & Hakim, A. R. (2023). Efektivitas Manajemen Pendidikan dalam Membentuk Karakter Diri. Journal of Economics and Business UBS, 12(3), 1905–1912. Umam, M. K. (2019). Dimensi Kepemimpinan Transformatif Era Disrupsi Perspektif Manajerial Birokrasi. AL-WIJDÁN: Journal of Islamic Education Studies, 4(2), 126–146.
134 Tentang Penulis Nunung Dwi Setyawati lahir di Temanggung pada tanggal 10 April 1072. Pendidikan SD sampai SMA ditamatkan di kota kelahiran dan di kota Semarang. Masa kuliahnya di tempuh di IPB Bogor dan Pendidikan Pasca sarjana di IAIN Ambon. Sejak tahun 2021 hingga sekarang beliau menjabat sebagai kepala madrasah pada MTs Negeri 2 Maluku Tengah, dan beliau konsen untuk menulis tentang tugas-tugas atau peran sebagai kepala madrasah. Beliau memiliki hobi menulis dan mengembangkan diri dengan mengikuti kelas menulis online yang dibimbing oleh Cahyadi Takariawan. Pernah mengikuti sayembara menulis cerpen Ramadan dan beberapa karyanya diterbitkan dalam bentuk buku Antologi.
135