The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini membahas pentingnya komunikasi yang baik dalam mencapai tujuan organisasi, membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dan mempengaruhi keputusan bisnis yang sukses.

Dalam buku ini, pembaca akan diperkenalkan pada konsep dasar komunikasi bisnis, termasuk komunikasi lisan, tertulis, dan non-verbal. Penulis membahas tentang penggunaan bahasa yang jelas dan tepat, penggunaan teknologi komunikasi modern, dan strategi persuasif yang efektif.

Buku ini juga mengulas berbagai bentuk komunikasi bisnis, seperti presentasi, rapat, laporan, surat, dan komunikasi elektronik. Pembaca akan diberikan wawasan tentang bagaimana menyusun pesan yang terorganisir, mengelola pertemuan yang efisien, dan menulis dokumen yang profesional.

Selain itu, buku ini menjelaskan pentingnya pemahaman budaya dan konteks dalam komunikasi bisnis. Pembaca akan mempelajari bagaimana beradaptasi dengan gaya komunikasi yang berbeda, menghormati nilai-nilai budaya, dan mengatasi hambatan komunikasi yang mungkin muncul.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by penamudamedia, 2024-03-02 03:35:40

Komunikasi Bisnis

Buku ini membahas pentingnya komunikasi yang baik dalam mencapai tujuan organisasi, membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dan mempengaruhi keputusan bisnis yang sukses.

Dalam buku ini, pembaca akan diperkenalkan pada konsep dasar komunikasi bisnis, termasuk komunikasi lisan, tertulis, dan non-verbal. Penulis membahas tentang penggunaan bahasa yang jelas dan tepat, penggunaan teknologi komunikasi modern, dan strategi persuasif yang efektif.

Buku ini juga mengulas berbagai bentuk komunikasi bisnis, seperti presentasi, rapat, laporan, surat, dan komunikasi elektronik. Pembaca akan diberikan wawasan tentang bagaimana menyusun pesan yang terorganisir, mengelola pertemuan yang efisien, dan menulis dokumen yang profesional.

Selain itu, buku ini menjelaskan pentingnya pemahaman budaya dan konteks dalam komunikasi bisnis. Pembaca akan mempelajari bagaimana beradaptasi dengan gaya komunikasi yang berbeda, menghormati nilai-nilai budaya, dan mengatasi hambatan komunikasi yang mungkin muncul.

Komunikasi Bisnis | 41 kelompok yang berbeda latar belakang, yang membawa budaya sehingga timbul budaya baru antara masyarakat pendatang dan penduduk asli di daerah tersebut (Waluya, 2007; Noor, 2020). C. Hakikat Komunikasi Antar Budaya Menurut Heryadi & Silvana (2013), terdapat beberapa macam pada hakikat komunikasi antar budaya yaitu sebagai berikut. 1. Enkulturasi. Enkulturasi mengacu pada proses yang mana kultur atau budaya ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Asroriah, 2021). Kita bisa mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Dan bagi orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru utama dalam bidang kultur. 2. Akulturasi. Akulturasi mengacu pada proses yang mana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lainnya (Wono et al., 2021). D. Prinsip Komunikasi Antar Budaya Sari (2019) menjelaskan prinsip dalam komunikasi antar budaya adalah sebagai berikut. 1. Relativitas bahasa. Gagasan umum bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan juga perilaku yang paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan di sepanjang tahun 1930-


42 | Komunikasi Bisnis an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa mempengaruhi proses kognitif kata. Karena bahasabahasa di dunia sangat berbeda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia. 2. Bahasa sebagai cermin budaya. Bahasa tentu mencerminkan suatu budaya. Semakin besar perbedaan budayanya, maka semakin nampak perbedaan komunikasinya, baik dalam bahasa maupun dalam isyarat non verbal. Semakin besar perbedaan antara budaya maka semakin sulit pula komunikasi untuk dilakukan. 3. Mengurangi ambigu antar budaya. Semakin besar perbedaan antar budaya, maka semakin besarlah ketidakpastian dan ambiguitas dalam sebuah komunikasi. Banyak dari komunikasi kita yang berusaha mengurangi ketidakpastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena ketidakpastian dan ambiguitas yang lebih besar, maka diperlukan lebih banyak pula waktu dan juga upaya untuk mengurangi ketidakpastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna. 4. Perbedaan antar budaya. Semakin besar perbedaan antar budaya, maka semakin besar pula kesadaran diri para partisipan selama komunikasi berlangsung. Hal ini memiliki konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih


Komunikasi Bisnis | 43 waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Dan negatifnya, tentu ini akan membuat kita terlalu berhatihati, tidak spontan, dan kurang percaya diri. 5. Interaksi awal dan perbedaan antar budaya. Perbedaan antar budaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun kita selalu menghadapi kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antar budaya. 6. Memaksimalkan hasil interaksi. Dalam komunikasi antar budaya seperti dalam semua komunikasi, kita tentu berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (dalam Nasrullah, 2018) mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antar budaya. Sebagai contoh, orang akan berinteraksi dengan orang lain yang mereka pikirkan akan memberikan hasil positif. E. Tujuan Komunikasi Antar Budaya Siregar (2015) menjelaskan tujuan komunikasi antar budaya yaitu sebagai berikut. 1. Menyadari dan memahami budaya sendiri. 2. Lebih peka secara budaya. 3. Memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya lain untuk menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan dengan orang tersebut.


44 | Komunikasi Bisnis 4. Lebih memahami budaya sendiri. 5. Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang. 6. Mempelajari keterampilan komunikasi yang membuat seseorang mampu menerima gaya dan isi komunikasinya sendiri. 7. Membantu dalam memahami kontak antar budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memelihara wacana dan makna bagi para anggotanya. 8. Membantu dalam memahami model-model, konsepkonsep dan aplikasi-aplikasi bidang komunikasi antar budaya. 9. Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat dipelajari secara sistematis, dibandingkan dan dipahami. F. Bentuk Komunikasi Antar Budaya Prakoso (2019) menjelaskan bentuk-bentuk komunikasi antar budaya yaitu sebagai berikut. 1. Komunikasi antara kelompok agama yang berbeda. Misalnya, antara orang Katolik Roma dengan Episkop, atau antara orang Islam dengan Yahudi. 2. Komunikasi antara subkultur dan kultur yang berbeda. Misalnya, antara dokter dan pengacara, atau antara tunanetra dan tunarungu. 3. Komunikasi antara subkultur dan kultur yang dominan. Misalnya, antara kaum homoseks dan kaum heteroseks, atau antara kaum manula dengan kaum muda.


Komunikasi Bisnis | 45 4. Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda, yaitu antara pria dan wanita. G. Dimensi dalam Proses Komunikasi Antar Budaya Ada tiga dimensi dalam mencari kejelasan dan mengintegrasi berbagai konsep kebudayaan dalam komunikasi antar budaya, yaitu tingkat masyaraat kelompok budaya dari para partisipan, konteks sosial terjadinya proses komunikasi antar budaya, dan saluran yang dilalui oleh pesan komunikasi antar budaya, baik secara verbal maupun nonverbal (Betaubun, 2023). Adapun dimensi dalam proses komunikasi antar budaya yitu sebagai berikut. 1. Komunikasi antar budaya merujuk pada bermacam tingkatan lingkup dan kompleksitas organisasi sosial. 2. Komunikasi antar budaya merujuk pada sosial komunikasi antar budaya yang meliputi organisasi, pendidikan, akulturasi imigran, difusi inovasi, dan sebagainya. Pada dasarnya, komunikasi dalam semua konteks sosial memiliki persamaan dalam unsusr-unsur dasar dan proses komunikasi, tetapi dengan pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang pengalaman individu membentuk pola persepsi, pemikiran, penggunaan pesan verbal dan perilaku nonverbal dan hubungan yang ada di dalamnya (Milyane et al., 2023). 3. Berkaitan dengan saluran komunikasi. Saluran tersebut dibagi atas saluran antar pribadi/ perseorangan dan media massa.


46 | Komunikasi Bisnis H. Pentingnya Mempelajari Komunikasi Antar Budaya Rizak (2018) memaparkan manfaat mempelajari komunikasi antar budaya adalah sebagai berikut. 1. Mengatasi hambatan-hambatan budaya untuk berhubungan maupun berkomunikasi dengan pihak lain. 2. Pemahaman akan individu maupun kelompok lain secara lintas budaya dan antar pribadi adalah suatu usaha yang dilakukan yang sangat membutuhkan keberanian dan kepekaan. 3. Pengalaman yang diperoleh dari komunikasi antar budaya dapat menyenangkan dan menumbuhkan kepribadian. 4. Keterampilan komunikasi yang diperoleh memudahkan perpindahan seseorang dari pandangan yang monokultural terhadap interaksi manusia yang pandangan multikultural. 5. Memahami bahwa perbedaan-perbedaan yang terdapat pada individu maupun kelompok salah satu faktornya didasari oleh budaya mendasar yang berlaku. 6. Perbedaan-perbedaan budaya menandakan kebutuhan akan penerimaan dalam komunikasi, namun perbedaanperbedaan tersebut secara arbitrer tidaklah menyusahkan atau memudahkan.


Komunikasi Bisnis | 47 nteraksi sosial yang terjadi di dalam organisasi yang terdiri dari interaksi sosial antar individu, antar divisi dan departemen bahkan interaksi sosial dengan pihak ekstenal tidak akan mungkin terjadi tanpa diawali dengan adanya nilai, persepsi dan sikap yang melekat di dalam diri masing-masing individu. Nilai, persepsi dan sikap individu juga kerap menjadi indikator penilaian bagi organisasi dalam memilih kandidatkandidat karyawan yang unggul sekaligus menjadi kriteria penilaian terhadap kinerja tahunan karyawan. Namun hal tersebut kadang diabaikan oleh masing-masing individu di dalam organisasi yang kurang memahami akan konsep ketiga hal tersebut sehingga seorang individu di dalam organisasi sering mengalami kegagalan di dalam proses seleksi dan penerimaan karyawan atau promosi jabatan akibat penilaian kinerja yang I Nathaniel Antonio Parulian


48 | Komunikasi Bisnis buruk serta tidak dianggap memiliki nilai-nilai yang baik dan benar, tidak mampu menginterpretasikan makna dari pesanpesan dan informasi yang ada di dalam organisasi sampai sikap dan perilaku yang dianggap menyimpang. Oleh karena itu, ketiga komponen inilah yang akan menjadi topik utama yang akan dibahas sesuai dengan pendapat para ahli yang disertai contoh-contoh yang relevan. Sebagai pembuka bab ini, Robbins & Judge (2018) menguraikan pandangannya mengenai definisi nilai sebagai sebuah keyakinan dasar yang berhubungan dengan cara bertindak serta mengandung unsur penilaian karena nilai membawa gagasan individu tentang hal yang baik dan benar. Robbins & Judge (2018) berpendapat bahwa masing-masing individu di dalam organisasi memiliki hierarki nilai yang berbedabeda seperti menitikberatkan pada nilai-nilai kebebasan, kesenangan, harga diri, kejujuran, kepatuhan, dan kesetaraan. Masing-masing nilai ini dianggap cenderung relatif stabil dan bertahan lama sehingga pada akhirnya akan membentuk dorongan (motivasi) untuk saling memahami sikap antar individu di dalam organisasi serta memengaruhi terbentuknya persepsi. Persepsi merupakan suatu proses dimana individu mengorganisasikan lalu menginterpretasikan pesan-pesan yang ia tangkap melalui panca Indera lalu dilanjutkan dengan memberikan makna terhadap pesan-pesan yang ia tangkap. Namun, makna yang terbentuk di dalam kognisi masing-masing individu bisa saja berbeda secara substansial dengan kenyataan obyektif yang ada (Robbins et al., 2018). Perbedaan persepsi yang umum terjadi di dalam organisasi terkait lokasi, kondisi, penugasan, gaji dan tunjangan serta kepedulian manajemen puncak terhadap seluruh karyawannya.


Komunikasi Bisnis | 49 Tetapi pada prakteknya, masing-masing individu memiliki perbedaan kesepakatan dan kesan meskipun tugas pekerjaan dan kondisi kerja yang mereka alami sama dan identik (Robbins et al., 2018). Ia menilai perbedaan persepsi yang terjadi di dalam organisasi diakibatkan adanya perbedaan pengalaman masingmasing individu. Jika ada seorang karyawan dengan karyawan lainnya yang mempunyai kesamaan pengalaman di dalam fase hidup sebelumnya maka kemungkinan besar akan memiliki pemaknaan (penafsiran) yang sama dan sebaliknya yang pada akhirnya dapat menciptakan sikap yang terbentuk pada masingmasing diri individu. Kriyantono (dalam Benedict & Ariestya, 2020), berpendapat mengenai definisi sikap sebagai suatu kecenderungan individu dalam berpikir, menggunakan perasaan, berpendapat serta berperilaku terhadap suatu objek. Sikap yang tampak di dalam diri masing-masing individu dibentuk oleh beberapa komponen yang terdiri dari: pengetahuan (kognitif), penilaian (afektif), dan perilaku tertentu. Fenomena sosial sederhana yang kerap terjadi di dalam ruang lingkup organisasi terkait sikap individu ialah ekspresi penerimaan atau penolakan terhadap penugasan yang diberikan. Penerimaan atau penolakan penugasan individu diakibatkan oleh faktor pengetahuan (kognitif) dan penilaian (afektif). Individu akan menerima bentuk penugasan yang diberikan oleh atasan jika individu memiliki pengetahuan yang cukup besar mengenai tugas yang akan dilimpahkan kepadanya dan sebaliknya jika individu merasa bahwa bentuk penugasan yang dilimpahkan kepadanya ‚jauh‛ dari kemampuan yang melekat di dalam dirinya, maka individu akan mengekspresikannya melalui sikap penolakan.


50 | Komunikasi Bisnis Berdasarkan definisi nilai, persepsi dan sikap individu yang sudah di paparkan oleh para ahli di atas, maka pada bab ini akan diperluas dengan konsep-konsep teoritis lainnya yang saling berhubungan yang terdiri dari: jenis-jenis nilai, komponen dan tahapan persepsi, faktor yang memengaruhi persepsi, dan karakteristik sikap individu. A. Definisi Nilai Shockley-Zalabak (2015) memberikan pendapatnya mengenai nilai. Ia berpendapat, nilai mengacu pada nilai relatif suatu kualitas atau objek. Nilai merupakan apa yang membuat sesuatu diinginkan atau tidak diinginkan. Nilai adalah seperangkat sikap yang merupakan penilaian subjektif tentang nilai relatif suatu kualitas atau objek. Johannesen (dalam Shockley-Zalabak, 2015) menyatakan bahwa nilai dapat dipandang sebagai konsepsi tentang yang sesuatu yang dianggap baik serta dapat memotivasi perilaku manusia dalam menentukan pilihan dan pengambilan keputusan. Ia menguraikan jenis-jenis nilai yang kerap kali ada di dalam diri individu antara lain: prestasi, keamanan finansial, prestise, dan kerja keras adalah nilai-nilai yang memiliki tingkat kepentingan tertentu bagi sebagian besar individu. Sebagai contoh konkret, ketika individu diperhadapkan pada pilihan-pilihan pekerjaan, kemungkinan besar individu tersebut akan dengan hati-hati memeriksa potensi keamanan keuangan dan pekerjaan dari setiap organisasi yang ia lamar. Pelamar kerja akan menerima tawaran gaji yang lebih rendah di perusahaan yang sudah mapan, dibandingkan dengan tawaran gaji yang lebih tinggi disebuah perusahaan yang baru


Komunikasi Bisnis | 51 berdiri yang dianggap berisiko tinggi untuk bangkrut. Di sisi lain, ada pelamar kerja yang memiliki nilai yang berbeda, keberadaan perusahaan baru yang ia lamar sebagai bentuk petualangan dan mampu menciptakaan kegembiraan, dan ia memilih perusahaan baru bukan hanya karena potensi risiko dan masa depan yang tak pasti (Shockley-Zalabak, 2015). Shockley-Zalabak (2015) menyimpulkan mengenai konsep nilai dalam organisasi dan bisnis menjadi bagian penting dari rangkaian sikap kompleks yang memengaruhi perilaku diri kita dan perilaku semua orang yang berinteraksi dengan diri kita. Jika diri kita bertemu dan bercakap-cakap dengan seseorang yang kita temui, dan ia memiliki sikap sebagai seorang yang pekerja keras, maka diri kita cenderung untuk menilai tinggi dan membandingkan posisi seseorang serta memberikan penilaian yang rendah bagi seseorang yang menganggap pekerjaan yang ia lakukan adalah pekerjaan yang tidak menyenangkan, bahkan sampai memberikan label atau nilai yang negatif seperti: malas dan tidak berharga. B. Jenis-jenis Nilai Nilai organisasi (organizational value) merupakan seperangkat ‚keyakinan‛ yang dimiliki oleh pendiri organisasi, sebagai nilai kebenaran yang bersifat permanen, dan menjadi nilai-nilai yang diinginkan, dapat diterima, dan didukung oleh semua individu di dalam organisasi (Gorenak et al. dalam Kusumo et al., 2021). Nilai organisasi berbeda dengan nilai-nilai lainnya, karena merupakan sekumpulan nilai yang bersifat kolektif dan hidup serta menjadi dasar


52 | Komunikasi Bisnis aktivitas dan kinerja organisasi (Bourne et al. dalam Kusumo et. al, 2021). Nilai organisasi yang dianggap sebagai nilai kebenaran sehingga dapat diterima oleh semua individu di dalam organisasi tidak akan mungkin tercipta dari nilai-nilai individu. Nilai-nilai individu yang dapat melekat di dalam organisasi terdiri dari: 1. Nilai sosial (social value) merupakan cerminan prinsip, perilaku, sikap individu yang membentuk pandangan, pemahaman, tujuan hidup yang memengaruhi keputusan individu. Nilai sosial ini berkembang dalam sisi kehidupan material dan spiritual individu yang pada akhirnya akan memberikan makna pada kehidupan individu tersebut serta masyarakat di sekelilingnya. Nilai sosial yang tumbuh dalam diri manusia merupakan hasil interaksi sesama manusia yang kemudian membentuk keseluruhan nilai dalam diri individu (Bolat & Korkmaz dalam Kusumo, 2021). 2. Nilai moral (moral value) didefinisikan sebagai hal yang menentukan baik atau buruknya perilaku manusia. Hal yang disampaikan di dalam nilai moral berupa nasehat tentang perbuatan baik atau buruk lalu dikaitkan dengan perubahan perilaku dan cara berpikir individu. Hal-hal yang dikemukakan dalam nilai moral ditujukan agar kehidupan manusia menjadi lebih baik (Nasir et al. dalam Kusumo et al., 2021). 3. Nilai spiritual (spiritual value) merupakan bagian dari nilai budaya khususnya budaya sosial serta keyakinan dan akan nilai-nilai kebaikan sesorang. Nilai spiritual dapat tumbuh berkembang ketika individu berkunjung atau berada di tempat-tempat suci sehingga individu


Komunikasi Bisnis | 53 dapat lebih mudah merasakan dan mengalami sentuhan spiritual (Huang et al. dalam Kusumo, 2021). Namun, nilai spiritual seseorang juga dapat tercipta saat individu berada di tempat-tempat di luar tempat yang dianggap suci termasuk di dalam organisasi. Berdasarkan uraian dari ketiga jenis nilai yang terbentuk di dalam diri masing-masing individu inilah yang di adopsi ke dalam organisasi untuk dipakai untuk membangun hubungan kerja dengan sesama anggota organisasi yang lain. C. Definisi Persepsi Wood (2013) menyatakan definisi persepsi sebagai proses aktif untuk menciptakan makna dengan cara menyeleksi, menyusun dan menginterpretasi individu, objek, peristiwa, situasi atau fenomena sosial lainnya. Persepsi merupakan proses aktif, dimana tiap-tiap individu secara aktif dapat merasakan apa yang terjadi pada dirinya sendiri, pada orang lain dan interaksi sosial yang terlibat di dalamnya. Wood (2013) melanjutkan pandangannya terhadap konsep persepsi sebagai cara individu dalam memilih informasi yang ia anggap penting, lalu informasi tersebut akan disusun dan di organisasikan. Ia juga menegaskan masing-masing individu akan memberikan makna pada sebuah peristiwa tergantung dari interpretasi yang diberikan padanya serta membutuhkan banyak energi untuk menciptakan suatu makna dari sebuah peristiwa.


54 | Komunikasi Bisnis Menginga t Penyimpa nan Penafsira nEvaluasi Organisas i Stimulasi D. Komponen dan Tahapan Persepsi DeVito (2023) membagi komponen dan tahapan persepsi menjadi 5 (lima) bagian yang terdiri dari: Gambar 1. Bagan Tahapan Persepsi Komunikasi Organisasi Sumber: DeVito (2023) 1. Tahap Satu: Stimulasi. Pada tahap pertama, panca indera individu akan distimulasi— misalnya, seorang karyawan menerima pesan instan yang dikirimkan oleh atasan melalui aplikasi pesan singkat. Hal ini akan merangsang dan menarik perhatian sehingga menciptakan pandangan karyawan terhadap pesan singkat yang dikirimkan oleh atasan dibandingkan dengan pesan yang dikirimkan oleh orang lain dalam satu aplikasi pesan singkat yang sama, maka dengan kata lain karyawan telah melakukan seleksi pesan. Ketika karyawan melakukan seleksi pesan, maka karyawan telah memperhatikan dan melakukan antisipasi demi memenuhi kebutuhannya (McLeod dalam DeVito, 2023) yakni tetap menjaga hubungan baik dengan atasan dengan memprioritaskan merespon pesan singkat yang dikirimkan oleh atasan kepadanya.


Komunikasi Bisnis | 55 Selain itu pada tahap satu ini, individu dalam organisasi melewati tahap seleksi pesan saja melainkan ia akan melalui tahap paparan selektif yakni individu akan terpapar dengan pesan yang mengonfirmasi keyakinan individu dan berkontribusi pada tujuan individu untuk memuaskan dirinya sendiri. Sebagai contoh, seorang karyawan dalam organisasi cenderung akan membaca pesan-pesan yang baru saja dikirimkan kepada atasan. Kondisi tersebut merupakan signal bahwa karyawan telah telah membuat keputusan yang tepat untuk merespon pesan yang dikirimkan kepada atasannya. 2. Tahap Kedua: Organisasi. Pada tahap kedua, individu akan mengatur pesan-pesan atau informasi yang ditangkap oleh panca indera. Individu akan mengatur persepsi mereka dengan: aturan, skema, dan skrip. Ketika individu mengorganisasian persepsi, ia akan melakukannya berdasarkan aturan atau dengan kata lain individu akan mempersepsikan objek yang secara bersama-sama sebagai satu kesatuan atau dapat dikatakan sebagai milik bersama. Aturan lainnya adalah aturan kesamaan. Objek yang secara fisik mirip dianggap sebagai milik bersama dan akan membentuk satu kesatuan. Prinsip kesamaan ini mungkin membuat individu melihat orang lain yang berpakaian serupa cenderung membangun kelompok secara bersama. Hal ini terjadi pula pada sekelompok karyawan yang bekerja pada bidang pekerjaan yang sama, yang menetap di dalam gedung yang sama akan membentuk kelompok menjadi satu kesatuan. Sebaliknya, ketika individu menangkap pesan atau


56 | Komunikasi Bisnis pendapat yang sangat berbeda satu sama lain maka individu menyimpulkan bahwa keduanya tidak cocok untuk membangun satu kelompok bersama. Jika ada individu atau karyawan yang menggunakan jenis pakaian yang berbeda jenis dari orang lain yang ada di dalam sebuah kelompok kerja, maka individu tersebut akan dianggap terlalu kontras dengan karyawan yang lain. 3. Tahap Tiga: Interpretasi–Evaluasi. Langkah interpretasievaluasi dalam persepsi sangat dipengaruhi oleh pengalaman, kebutuhan, keinginan, nilai-nilai, keyakinan tentang apa yang terjadi atau seharusnya terjadi, harapan, fisik dan keadaan emosi, dan sebagainya. Interpretasi-evaluasi individu dipengaruhi oleh aturan-aturan, skema, dan skrip serta berdasarkan jenis kelamin seseorang. Sebagai contoh, seorang perempuan akan cenderung memandang orang lain secara lebih positif dibandingkan laki-laki (Winquist, Mohr & Kenny dalam DeVito, 2023). Jika dikaitkan dengan peristiwa atau interaksi sosial yang terjadi di dalam organisasi, terjadi pada karyawan baru yang bergabung umumnya di perkenalkan kepada seluruh karyawan yang berada di dalam internal organisasi. Karyawan baru itu kemungkinan besar akan menerapkan skema pada orang-orang yang baru pertama kali ia temui dan akan cenderung memandang orang lain sebagai sosok yang berbeda-beda yang terdiri dari: kuat, ambisius, pekerja keras, dsb. Hal ini juga dilakukan oleh karyawan baru saat ia pertama kali bergabung di perusahaan atau organisasi tempat ia bekerja sebelumnya, dengan kata lain, ketika seorang karyawan baru melihat orang-orang lain yang ia jumpai, ia


Komunikasi Bisnis | 57 menggunakan filter skema dan ia juga telah melakukan evaluasi terhadap skema tersebut. Di sisi lain, interpretasi dan evaluasi individu dalam organisasi akan bekerja saat individu hadir pada suatu pertemuan yang dihadiri oleh seluruh karyawan. Masingmasing individu akan menerapkan skrip kepada acara pertemuan ini dan akan menafsirkan setiap perilaku atau tindakan dari peserta pertemuan. Masing-masing individu akan menilai perilaku atau tindakan yang dilihat sebagai hal yang pantas atau tidak pantas. Semuanya itu bergantung pada skrip yang dilekatkan pada perilaku atau tindakan tersebut. Penilaian terhadap karyawan lain seringkali bersifat etnosentris, dimana ketika individu memberikan penilaian terhadap orang lain akan menggunakan skema dan skrip yang dibuat berdasarkan keyakinan dan pengalaman budaya diri sendiri. Individu dapat dengan mudah menerapkan skema dan skrip diri sendiri pada karyawan lainnya serta dengan cepat untuk membuat kesimpulan bahwa jika karyawan lain melakukan hal-hal yang sesuai skrip diri kita sendiri, maka akan dianggap sebagai suatu hal yang benar, sebaliknya jika karyawan lain melakukan hal-hal yang bertentangan dengan skrip yang melekat di dalam benak diri kita sendiri, maka mereka akan dianggap salah. 4. Tahap Empat: Memori. Pada tahap ini hasil interpretasi yang diperoleh pada tahap sebelumnya, lalu di evaluasi dan disimpan ke dalam memori yang terdapat di dalam kognisi individu. Jika mengacu pada peristiwa yang terjadi di dalam organisasi, maka contoh peristiwa akan nama-nama


58 | Komunikasi Bisnis individu yang bersedia menerima kehadiran individu lain terhadap cara berpakaian dengan warna dan tema yang sama maka informasi atau pesan ini akan di catat dan di rekam di dalam memori yang terdapat di dalam kognisi individu dan sebaliknya. Hal tersebut akan mempengaruhi cara masing-masing individu bersikap termasuk di dalam mempertahankan hubungan sosial yang terjalin di antara keduanya. 5. Tahap Lima: Mengingat Kembali. Pada tahap terakhir pada seluruh rangkaian tahapan persepsi ini merupakan tahap mengingat kembali hasil interpretasi yang telah disimpan di dalam kognisi individu dalam bentuk memori. Individu akan melakukan rekonstruksi atas pesan-pesan yang telah di dengar atau di lihat, namun individu hanya mengambil bagian yang sangat bermakna saja. Pada tahap ini juga terjadi sebuah peristiwa individu yang tidak memiliki tempat untuk menyimpan informasi sehingga membuat individu kehilangan atau melupakan informasi tersebut. Sebagai contoh peristiwa yang terjadi di dalam organisasi, yaitu tekait dengan adanya sikap etnosentris yang pernah dilakukan oleh individu sebelumnya. Jika pada tahap sebelumnya ia menganggap bahwa pengalaman budayanya merupakan tradisi yang terbaik, maka pada perjalanan waktu yang ia alami, ia mengalami konflik di dalam organisasi dengan individu yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengannya sehingga ketika ia berusaha menyelesaikan konflik yang terjadi, ia melakukan usaha untuk mengingat-ingat kembali informasi sekaligus berupaya untuk merekonstruksi pesan itu yang berfungsi sebagai bentuk


Komunikasi Bisnis | 59 pembuktian kepada dirinya dan individu lainnya di dalam organisasi bahwa pengalaman dan latar belakang budayanya-lah yang lebih unggul dari budaya dan tradisi individu yang sedang menghadapi konflik bersama dengannya. E. Faktor yang Memengaruhi Persepsi Rahmatullah (dalam Zuraida, 2023) menguraikan faktor yang mempengaruhi persepsi individu menjadi dua komponen: 1. Faktor internal, merupakan faktor yang melekat pada diri masing-masing individu yang terdiri dari: a. Fisiologis. Ragam pesan dan informasi yang masuk ke dalam diri individu, ditangkap melalui panca indera. Pesan dan informasi yang diperoleh oleh individu memengaruhi usaha individu untuk mempersepsi sesuatu objek sehingga menghasilkan interpretasi terhadap objek dan lingkungan sosial yang berbeda-beda. b. Perhatian. Tiap-tiap individu memerlukan sejumlah energi untuk memperhatikan dan fokus terhadap suatu bentuk fisik atau objek dengan menggunakan sisi psikologis. c. Minat. Persepsi individu terhadap suatu objek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi yang digerakkan atau diarahkan untuk mempersepsi objek tersebut. d. Kebutuhan yang searah. Faktor yang ini dapat dilihat tergantung dari bagaimana kuatnya seseorang individu untuk mencari dan menemukan objek-


60 | Komunikasi Bisnis objek yang berperan sebagai pesan atau informasi yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan kebutuhannya. e. Pengalaman. Pengalaman juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Persepsi individu yang terbentuk dalam benaknya tergantung dari memori (ingatan) dalam mengingat kejadian atau peristiwa yang telah terjadi di masa lampau sehingga berfungsi sebagai rangsangan dalam memaknai sebuah objek atau peristiwa sosial yang ia lihat atau dengar saat ini. f. Suasana hati. Sisi emosi individu juga mampu memengaruhi persepsi seseorang. Perasaan yang dialami individu pada saat-saat tertentu dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima pesan atau informasi, bereaksi dan mengingat pesan atau informasi tersebut. 2. Faktor Eksternal, merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi individu yang berasal dari lingkungan sosial dan objek-objek yang terlihat. Elemen-elemen tersebut dapat juga berpotensi untuk mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan memengaruhi bagaimana individu merasakan atau menerimanya. Adapun faktor-faktor eksternal yang memengaruhi persepsi terdiri dari: a. Ukuran dan penempatan dari objek atau stimulus. Faktor ini berhubungan dengan besar atau kecilnya suatu objek. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besar dari ukuran suatu objek, maka akan semakin mudah dimaknai. Besar atau kecilnya suatu objek ini


Komunikasi Bisnis | 61 memengaruhi perhatian individu yang bermuara pada pembentukan persepsi. b. Keunikan dan kekontrasan. Objek yang memiliki keunikan dari sisi penampilan objek tersebut maka akan menstimulasi individu untuk memberikan perhatiannya kepada objek tersebut. Hal ini disebabkan oleh kondisi dimana terdapat objekobjek yang belum direkam di dalam memori (ingatan) serta menciptakan kondisi diluar dugaan individu atau individu belum memiliki pengalaman dalam melihat objek atau mendengar pesan verbal yang ia tangkap. c. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus yang berasal dari sisi luar individu akan memberikan pemaknaan yang lebih kuat dan kekuatan dalam mempersepsikan sebuah objek diakibatkan oleh intensitas yang lebih sering untuk memperhatikan objek jika dibandingkan dengan objek yang hanya sekali dilihat. d. Gerakan (motion). Individu akan cenderung memberikan perhatian terhadap objek yang memberikan gerakan-gerakan yang berada dalam jangkauan pandangan dibandingkan objek yang diam. F. Definisi Sikap Individu Sikap pada dasarnya merupakan prinsip yang ditanamkan di dalam benak dan diri individu berdasarkan kepribadian, keyakinan, dan perasaannya menyangkut suatu gagasan, situasi atau lingkungan yang dihadapinya Sikap juga mencerminkan tentang bagaimana seseorang merasakan


62 | Komunikasi Bisnis sesuatu. Hal tersebut yang diadopsi oleh organisasi sehingga tiap organisasi cenderung fokus pada sikap individu karena hal tersebut yang berkaitan dengan proses penyelesaian pekerjaan (Sulle et al., dalam Nasution, 2019). Robbins dan Judge (dalam Nasution, 2019) juga memberikan sumbangsihnya terhadap definisi sikap yang merupakan pernyatan evaluatif baik yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu atau peristiwa sehingga sikap dapat digolongkan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pekerjaan dan juga komitmen didalam berorganisasi. G. Karakteristik Sikap Individu Perloff (2017) merangkum hasil pengamatannya terkait karakteristik sikap yang terbagi menjadi beberapa kriteria yang terdiri dari: 1. Sikap terbentuk dari proses belajar. Tiap-tiap individu yang dilahirkan tidak langsung membentuk sikap yang melekat di dalam diri masing-masing individu melainkan individu memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai sikap melalui proses sosialisasi di masa kanakkanak dan remaja. Sebagai contoh, seorang anak yang lahir, tumbuh dan berkembang di dalam unit-unit sosial tertentu pada dasarnya tidak dibekali secara alamiah dengan sikap untuk mendiskriminasi anak-anak lainnya dengan warna kulit atau preferensi agama yang berbeda. Namun, seiring berjalannya waktu, anak-anak tersebut dapat membentuk sikap berprasangka buruk terhadap individu lain akibat dari proses belajar dan sosialisasi yang


Komunikasi Bisnis | 63 mereka terima dari unit-unit sosialnya untuk belajar membenci individu lain. Hal inilah yang menjadi fenomena sosial yang terjadi di dalam organisasi, sikap yang melekat di dalam diri masing-masing individu di dalam organisasi tergantung pada proses belajar yang terjadi pada fase perkembangan hidup individu di masamasa sebelumnya. Oleh karena itu, sikap individu yang tampak di dalam organisasi akan sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh pendidikan budaya dan sosial di tempat individu dibesarkan. Selain itu, sikap berbeda-beda yang melekat di dalam diri individu dipengaruhi oleh pola asuh sosial sehingga menciptakan potensi untuk berkelompok dengan individu yang memiliki latar belakang pola asuh yang sama untuk berbagi sikap yang sama (Bishop dalam Perloff, 2017). Itulah sebabnya, pada beberapa individu mengalami kejutan budaya organisasi saat mengetahui individu dari kelompok yang berbeda akan mempunyai pandangan yang sangat berbeda mengenai peristiwa atau isu-isu sosial tertentu. 2. Sikap bersifat emosional dan evaluatif. Jika individu telah menyadari akan fungsi sikap di tengah-tengah lingkungan sosialnya maka ia telah mampu membuat kategori dan penilaian yang berasal dari nilai. Eagly dan Chaiken (dalam Perloff, 2017) mengutarakan pendapatnya mengenai sikap yang tampak pada diri masing-masing individu atau orang lain selalu melibatkan sisi emosi individu. Sikap individu yang melibatkan sisi emosi dalam bentuk ungkapan hasrat dan kebencian, daya tarik dan penolakan, suka dan tidak suka. Selain itu, sikap individu terbentuk dari


64 | Komunikasi Bisnis emosi afeksi yang diperoleh dari penghargaan dan hukuman (Dillard, Zanna & Rempel, dalam Perloff, 2017). Perloff (2017) menyimpulkan bahwa sikap dapat dianggap sebagai bentuk rangkuman yang dapat menjadi bahan evaluasi terhadap isu-isu atau orang lain. Selain itu, sikap individu juga dianggap sebagai suatu hal yang rumit, karena memiliki komponen yang berbeda-beda dan dibentuk dengan cara yang berbeda. Model klasik menekankan bahwa sikap dapat diungkapkan melalui pikiran, perasaan, dan perilaku (Breckler dalam Perloff, 2017). Sikap masing-masing individu tidak selalu konsisten melainkan juga terdiri dari sikap yang kontradiktif terhadap isu yang sama. Sebagai contoh, sikap individu terhadap peran laki-laki dan perempuan merupakan suatu hal yang besar dan kompleks yang memiliki perbedaan karena terdiri dari sub-komponen seperti keyakinan, niat, dan perasaan. 3. Sikap memengaruhi pemikiran dan tindakan. Sikap serta nilai-nilai mampu mengatur aspek sosial individu. Sikap serta nilai-nilai yang melekat di dalam diri individu memungkinkan individu untuk membuat kategori terhadap orang lain, tempat, dan peristiwa dengan cepat dan untuk menggali informasi tentang apa yang sedang terjadi. Sikap juga memengaruhi perilaku yang memandu tindakan individu dalam melakukan apa yang diyakini. Dalam masyarakat sosial yang majemuk, konsistensi antara sikap dan perilaku adalah hal yang penting dan patut dihargai, setiap individu dituntut untuk berusaha dalam mempraktikkan apa yang dinasehatkan.


Komunikasi Bisnis | 65 Sikap individu datang dalam berbagai bentuk dan ukuran, ada beberapa sikap individu yang bersifat kuat namun disisi lain terdapat sikap individu yang lemah dan rentan terhadap pengaruh. Sikap individu juga mengandung unsur-unsur yang tidak konsisten atau dengan kata lain sikap individu merupakan bentuk entitas yang kompleks dan dinamis. Sherif (dalam Perloff, 2017) merangkum sikap indivdu sebagai sesuatu terbentuk dari apa yang telah dipelajari dari anggota keluarga, anggota kelompok, dan masyarakat yang mampu membuat individu bereaksi terhadap lingkungan sosialnya dengan cara yang konsisten dan khas, tidak netral, karena sikap individu dapat menentang bagi hal yang tidak menguntungkan bagi dirinya.


66 | Komunikasi Bisnis embina dan mengelola sebuah hubungan yang baik dengan para pelanggan telah menjadi aspek penting yang menjadi prioritas dalam bisnis selain kelengkapan dan ketersediaan sumber daya dari suatu perusahaan. Proses yang dimulai dengan menciptakan sampai berlanjut pada tahap membina hubungan yang baik dengan para pelanggan diyakini menjadi kunci kesuksesan dalam aktivitas bisnis untuk seluruh bidang apapun (Prasetyo et al., 2018). Sebenarnya kehadiran dari aktivitas bisnis adalah sebagai upaya guna memenuhi kebutuhan dari para pelanggan, memenuhi segala apa yang dikehendaki serta diinginkan para pelanggan dalam aktivitas kesehariannya. Keberagaman aktivitas tersebut tentunya membutuhkan suatu kelengkapan untuk dipenuhi dengan optimal oleh para perusahaan bisnis. Kehadiran dari perusahaan M Farah Putri W. L.


Komunikasi Bisnis | 67 menjadi poin penting dalam memenuhi sebuah kebutuhan, harapan, dan keinginan pelanggan. Hubungan antara perusahaan dan pelanggan terlihat sebagai sebuah hubungan yang sederhana. Namun, dalam proses praktiknya bahwa banyak perusahaan telah terbukti mengalami kegagalan dalam membina sebuah hubungan baik dengan para pelanggannya. Kegagalan ini disebabkan karena adanya kesalahan ketika menginterpretasikan apa yang menjadi keinginan para pelanggan. Selain itu, kegagalan tersebut juga dapat menjadi sebuah cerminan dari buruknya suatu perusahaan dalam melakukan praktik komunikasi dengan para pelanggannya. Mengingat urgensi komunikasi perusahaan dengan para pelanggan, maka dibutuhkan sebuah strategi/teknik/cara berkomunikasi yang baik. Awalnya perusahaan menggunakan sebuah pendekatan tunggal dalam menjalin komunikasi dengan para pelanggan. Pendekatan tunggal ini terlalu sederhana sehingga dampak yang dihasilkan menjadi kurang optimal (Panuju, 2019). Akhirnya, perusahaan kemudian mengadaptasi pendekatan multidimensi atau multikompleks karena dinilai relevan dengan kebutuhan beserta dengan keinginan para pelanggan itu sangat bervariasi. Pendekatan komunikasi variatif ini biasanya disebut dengan Komunikasi Pemasaran Terpadu (Integrated Marketing Communication/IMC). IMC dikenal sebagai pendekatan yang dapat menggambarkan sebuah proses yang dimulai dari perencanaan komunikasi pemasaran yang komprehensif sampai proses evaluasi peranan yang strategis dari elemen-elemen komunikasi pemasaran agar dapat memberikan sebuah dampak, kejelasan dan konsistensi yang optimal (Prasetyo et al., 2018). Elemen komunikasi pemasaran ini terdiri dari interactive


68 | Komunikasi Bisnis marketing, public relation, sales promotion, advertising, dan direct selling (Arianto, 2021). Model komunikasi pemasaran terpadu juga mengacu pada konsep 4P yang terdiri dari product, place, promotion, dan price. Kemunculan implementasi strategi 4P dalam proses komunikasi pemasaran terpadu menjadi bukti adanya kolaborasi penggunaan iklan dan public relation (Arianto, 2021). Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dari implementasi IMC yaitu dapat memengaruhi konsumen atau masyarakat umum melalui pemanfaatan elemen promosi pada level kognisi; affeksi; dan konasi. IMC adalah konsep yang melakukan penggabungan elemen promosi baik yang berbentuk soft sell ataupun hard sell (Silviani & Darus, 2021). Soft sell ini terdiri dari interactive marketing, CSR, public relation, dan advertising yang memiliki tujuan untuk mempu memengaruhi pelanggan pada level afeksi dan kognisi. Sementara hard sell terdiri dari sales promotion, direct marketing, dan personal selling sebagai upaya untuk dapat memengaruhi para pelanggan pada level konasi. A. Definisi Komunikasi Pemasaran Terpadu Awalnya komunikasi pemasaran terpadu/ Integrated Marketing Communications (IMC) dinilai sebagai sebuah konsep mengenai perencanaan komunikasi pemasaran sampai pada evaluasi (Silviani & Darus, 2021). Adapun tujuannya yaitu meningkatkan nilai tambah dari suatu kombinasi yang strategis serta beragam mengenai public relation, promosi penjualan, respon langsung, dan teknik periklanan yang dilaksanakan secara optimal dan konsisten agar dapat berjalan secara efektif dan efisien.


Komunikasi Bisnis | 69 Selanjutnya, IMC juga telah dikenal luas sebagai suatu konsep yang berfokus pada proses pengelolaan dalam tiga pilar yang strategis dalam komunikasi yang terdiri dari khalayak; saluran; dan hasil untuk sebuah program dari komunikasi merek yang berkesinambungan (Silviani & Darus, 2021). Setelahnya, komunikasi pemasaran telah menambahkan satu pilar kembali yang dinilai relevan dengan perkembangan zaman yaitu pesan atau content. Kehadiran dari media digital saat ini telah menciptakan sebuah pergeseran atau perubahan perspektif antara pendekatan komunikasi pemasaran tradisional dan modern (Sukoco, 2019). Komunikasi pemasaran modern berbasis khalayak atau dikenal IMC audience-driven yang dapat berupa pendekatan komunikasi massal dan komunikasi pemasaran menuju komunikasi yang berkonsep one-to-one marketing (Silviani & Darus, 2021). Selanjutnya, pemasaran transaksional bertransformasi menuju ke relational marketing. Lebih lanjut, saat ini komunikasi pemasaran tidak lagi fokus pada produk namun telah beralih pada konsep consumer-focused business serta strategi pemasaran untuk memberikan sebuah manfaat, solusi, dan untuk menjaga pelanggan sesuai keunikannya. Pergeseran lainnya yaitu dari output sebuah aktivitas menjadi lebih fokus pada outcome; konsep pemasaran 4P beralih ke IMC 4C yang meliputi consumer, communication, convenience, consumer costs); periklanan yang monologis ke yang bersifat dialogis; fokus pada khalayak massal melalui pesan yang generik menuju pada konsumen dengan prospektif melalui pesan spesifik; peralihan dari media tradisional menuju ke konvergensi media (digital, interactive, relevant, multiplei); beralih dari sebuah kebiasaan membombardir para khalayak dengan


70 | Komunikasi Bisnis banyak pesan berisi iklan telah bergeser menjadi lebih fokus pada Pembangunan sebuah ikatan atau hubungan; pergeseran dari yang semulah memprioritaskan Unique Selling Proposition (USP) menjadi fokus ke Extra Value Proposition (EVP); dan terakhir yaitu bahwa telah beralih dari penggunaan metode riset yang menekankan pada sikap dan pemahaman pasar (seperti brand awareness dan brand recall) menjadi lebih berfokus terhadap dinamika dari pengukuran perilaku secara akuntabel (Prasetyo et al., 2018). Komunikasi pemasaran diartikan sebagai sebuah proses mengenai pertukaran informasi yang isinya tentang persuasi yang dapat mengakibatkan proses pemasaran mampu berjalan secara efektif maupun efisien (Arianto, 2021). Selain itu, komunikasi juga dipandang sebagai suatu bentuk komunikasi yang tujuannya yaitu sebagai penguat strategi pemasaran yang bermanfaat untuk menjangkau segmentasi lebih luas. Komunikasi pemasaran saat ini telah berkembang dengan memanfaatkan alat (tools) dalam rangka memengaruhi masyarakat umum dengan cara periklanan, pemasaran langsung, penjualan pribadi, sponsor, promosi, dan hubungan masyarakat. B. Tujuan Komunikasi Pemasaran Terpadu Apakah menurut Anda komunikasi ini penting dalam aktivitas bisnis? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut tentunya perlu adanya pemahaman dalam tiga hal berikut ini. Pertama yaitu bahwa komunikasi pemasaran itu diimplementasikan dengan tujuan untuk menyebarkan sebuah informasi/komunikasi informatif (Prasetyo et al., 2018). Kedua yakni bahwa komunikasi pemasaran


Komunikasi Bisnis | 71 dilaksanakan dengan maksud supaya dapat memengaruhi siapapun atau seseorang untuk tertarik dan membuat keputusan pembelian atau dikenal dengan komunikasi persuasi. Ketiga adalah komunikasi dijadikan sebagai alat untuk mengingatkan khalayak umum agar bersedia untuk memutuskan pembelian berulang (komunikasi untuk mengingatkan kembali. Dengan demikian, efektivitas dari suatu komunikasi pemasaran telah menjadi sebuah kunci utama bagi kesuksesan para pemasaran dalam menjual suatu produk yang ada. Menurut Prasetyo et al., (2018) sebuah proses mengenai komunikasi pemasaran yang ideal dan baik tentunya akan memiliki dampak terhadap tiga aspek utama. 1. Efek kognitif yang merupakan pendorong untuk membantu dalam membentuk kesadaran mengenai informasi tertentu. 2. Efek afektif yang merupakan pendorong untuk memberikan suatu pengaruh untuk menjalankan aktivitas tertentu (dalam hal ini harapannya adalah reaksi pembelian). 3. Efek konatif atau sebuah perilaku untuk membentuk suatu pola khalayak dengan tujuan menjadi perilaku yang selanjutnya (dalam hal ini harapannya muncul perilaku pembelian ulang. Dampak dari komunikasi pemasaran yang dijalankan secara efektif akan menimbulkan dampak positif yang optimal. Dampak yang dimaksud dapat dilihat dari beberapa tahapan dan posisi dari konsumen atau pelanggan dalam memberikan respon serta memahami sebuah produk berdasarkan hasil interaksi dalam aktivitas komunikasi pemasaran (Sukoco, 2019). Tahapan ini terdiri dari beberapa


72 | Komunikasi Bisnis tingkatan yaitu tahap mengetahui atau kenal (knowing); tahap merasakan/hasrat/feelings; dan tahap tindakan terpengaruh/action. C. Perencanaan Program Komunikasi Pemasaran Dalam menyusun perencanaan program komunikasi pemasaran tidak ada standar atau aturan yang baku. Berikut ini akan diuraikan langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan program komunikasi pemasaran menurut Prasetyo et al. (2018). 1. Penggalian Data serta Analisis SWOT Tahap analisis situasi dengan dasar SWOT dalam komunikasi pemasaran perlu dilakukan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan strategi. Datadata yang menjadi pertimbangan dalam analisis ini adalah sebagai berikut. a. Kondisi internal di perusahaan yang perlu dipahami berkaitan dengan data trend penjualan dan market share; karakteristik produk/jasa meliputi manfaat dan unique selling proposition (USPs); features; positioning dari produk; dan hasil evaluasi mengenai kegiatan komunikasi pemasaran yang telah dilaksanakan sebelumnya. b. Kondisi eksternal perusahaan ini berkaitan dengan kondisi tentang pangsa pasar (target market); tren di masyarakat; potensi daya dukung yang berasal dari pemerintah atau lingkungan; dan kondisi dari para pesaing termasuk dengan aktivitas komunikasi pemasaran dari pesaing.


Komunikasi Bisnis | 73 2. Penentuan Tujuan Perencanaan dalam aktivitas komunikasi pemasaran sebagai sarana untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan baik yang bersifat jangka pendek/ menengah/panjang. Tujuan dasar dari komunikasi pemasaran untuk membuat konsumen tertarik dengan brand, memilih selanjutnya mengkonsumsi suatu brand; serta memperluas jangkauan pasar brand. a. Tujuan pemasaran ini dapat berisi mengenai tujuan dari pencapaian suatu perusahaan mengenai Tingkat penjualan, mendapatkan suatu brand awareness ketika launching produk baru; peningkatan untuk pangsa pasar, dan lainnya. b. Tujuan komunikasi dapat dilihat melalui bagaimana suatu komunikasi itu dapat memberikan pengaruh dalam benak seorang target audience. Misalnya ketika diamati dari sisi attitude; awareness, trial, dan interest. c. Behavioral objectives meliputi aktivitas pembelian beserta pembelian ulang dari suatu produk. Aktivitas lainnya dapat berupa kegiatan mengunjungi sebuah showroom; permintaan untuk memperoleh informasi yang lebih detail mengenai produk, dan mencoba sampel. 3. Penentuan Segmentasi Pasar dan Target Pasar Segmentasi ialah pengkategorian bagi siapa saja yang dinilai sesuai untuk dijadikan target market suatu perusahaan (Arianto, 2021). Hasil riset yang dilakukan mengenai segmentasi sangat dibutuhkan sebagai


74 | Komunikasi Bisnis informasi untuk mendapatkan pemahaman secara mendalam mengenai konsumen atau target market. Langkah selanjutnya setelah melakukan segmentasi yaitu menentukan target atau memilih siapa yang benarbenat tepat untuk dijadikan sasaran utama maupun sekunder bagi suatu produk. Fungsinya adalah agar ketika melakukan formulasi pesan dapat dilakukan penyesuaian untuk tingkat pemahaman bagi target audience. Tahapan ini harus dilaksanakan sebelum sebuah perusahaan melakukan penyusunan suatu objectives. Target pada aktivitas komunikasi pemasaran berfokus terhadap tiga aspek. Pertama, konsumen yang saat ini telah ada serta prediksi yang akan melakukan pembelian ulang maupun memberikan pengaruh terhadap proses keputusan pembelian lainnya. Kedua, target yang membutuhkan suatu perhatian khusus yang disebabkan oleh beberapa alasan seperti mengenal suatu brand namun tidak melakukan pembelian; memperoleh service buruk; kelambatan ketika pengambilan keputusan mengenai pembelian. Ketiga, target yang memang belum pernah melakukan sebuah pembelian produk tersebut sebelumnya namun berpotensi untuk menjadi konsumen di masa yang akan datang (prospek)(Arianto, 2021). 4. Formulasi Strategi & Taktik Komunikasi Formulasi strategi adalah perencanaan dengan berfokus terhadap penggunaan cara seperti apa untuk mencapai sebuah tujuan. Dalam perencanaan komunikasi pemasaran, strategi ini dapat berwujud suatu


Komunikasi Bisnis | 75 ringkasan tentang marketing communication mix yang akan digunakan beserta alasan pemilihannya. Setelah mengetahui hasil dari analisis SWOT; tujuan; segmen; dan target maka langkah selanjutnya yaitu membuat formulasi marketing communication mix beserta media yang akan digunakan. a. Menentukan Marketing Communication Mix melalui pemilihan alat/tools komunikasi pemasaran yang terdiri dari personal selling; iklan; public relation; sales promotion dan lainnya yang tentunya mempunyai kelebihan serta kelemahannya. Perusahaan dapat memilih alat untuk komunikasi pemasaran dengan memperhatikan tujuan serta kemampuan mengenai anggaran dari perusahaan. b. Membuat ide besar dengan berfokus terhadap keseluruhan bentuk komunikasi dengan tujuan untuk dapat memberikan arah pada desain pesan serta cara penyampaian pesan yang harus dapat merefleksikan eksekusinya. Ketika memformulasikan pesan ada tiga aspek yang harus diperhatikan yaitu isi pesan serta daya tarik pesan; format pesan; dan kredibilitas sumber. Pertama, isi pesan dan daya tarik pesan ini artinya bahwa pesan harus memuat sebuah ide/tema/kata-kata yang unik sehingga menjual. Setidaknya dapat memuat salah satu dari tiga tipe isi dan daya tarik pesan yang terdiri dari rational appeals (mengenai kualitas, manfaat, value, dan tampilan sebuah produk); emotional appeals (asosiasi yang unik yang seperti emosi positif berupa


76 | Komunikasi Bisnis kemewahan dan emosi negatif berupa rasa takut bersalah atau dapat dengan membuat humor yang membuat pesan menjadi menarik); dan moral (berkaitan pada hal yang dinilai benar maupun salah serta dengan keterkaitan pada budaya dan kepercayaan dalam kelompok masyarakat). Kedua, format pesan ini berkaitan dengan media cetak terutama pada tata letak iklan, pemilihan warna, dan ilustrasinya. Selanjutnya, untuk pesan di radio ini berkaitan pada pemilihan kata dan kualitas dari suara. Sementara, untuk pesan yang ditayangkan di televisi perlu memperhatikan wardrobe, gambar, dan gesture. Ketiga, kredibilitas sumber ini berkaitan dengan siapa orang yang menyampaikan pesan haruslah telah memiliki kredibilitas yang tinggi. Kredibilitas ini dapat teridentifikasi dari apakah seseorang ini memiliki keahlian secara pengetahuan (expertise); dapat dipercaya (trustworthiness); dan disukai serta menarik (likeability). c. Memilih bauran media, strategi untuk pemilihan media harus sejalan dengan strategi pesan. Media yang dipilih tentunya bersifat netral serta mempunyai keterjangkauan luas. Perusahaan harus memilih media untuk masing-masing target audience dan agency dalam hal ini harus dapat membangus sebuah strategi bauran media dengan tepat. d. Rasionalitas maksudnya bahwa pesan atau pernyataan yang disampaikan itu harus rasional. Hal


Komunikasi Bisnis | 77 ini karena biaya untuk produksi atau penempatan media itu tidak sedikit yang perlu dikeluarkan. 5. Perencanaan Personel Dalam perencanaan program komunikasi pemasaran perlu direncanakan juga personel atau orang yang dibutuhkan untuk terlibat dalam implementasi perencanaan komunikasi pemasaran. Penentuan personel ini juga disesuaikan dengan posisi atau jabatan dan juga perlu disusun tugas-tugasnya (job description). Pilihlah personel yang tepat untuk mengisi setiap posisi agar implementasi perencanaan komunikasi pemasaran dapat berjalan lancar. 6. Penentuan Anggaran Pada prinsipnya anggaran itu harus bersifat realistis, praktis, serta dapat diimplementasikan. Adapun lima elemen utama dalam proses penyusunan anggaran yang berkaitan dengan komunikasi pemasaran sebagai berikut. a. Biaya Sumber Daya Manusia (Personnel Cost) meliputi untuk seluruh personel yang terlibat dalam keseluruhan aktivitas komunikasi pemasaran dan dapat dinyatakan keterlibatannya dalam bentuk jam maupun hari kerja. b. Biaya Produksi Materi (Material Cost) terdiri dari material untuk mendukung taktik (brosur, spanduk, seragam, dan lain-lain) dan material untuk riset (kuesioner). c. Biaya pembelian uang dan waktu pada media komersial (Media Cost) di radio, televisi, surat


78 | Komunikasi Bisnis kabar, dan majalah atau pada periklanan yang lainnya. d. Agency Fee ini merupakan biaya yang dibebankan karena menyewa agency dapat terdiri dari project fees (biaya tetap atau paket harga dari sebuah project); retainer fees (biaya bulanan yang besarannya tetap atas sewa konsultan); dan performance fees (biaya yang ditagihkan berdasarkan kesuksesan yang dicapai atau melebihi dari tujuan). e. Biaya Peralatan dan fasilitas meliputi biaya kapital yang berasal dari peralatan yang telah dibeli untuk implementasi taktik. f. Biaya administrasi seperti biaya pengiriman, telepon, fotocopy, dan perjalanan untuk mendukung kegiatan komunikasi pemasaran. 7. Penjadwalan Kegiatan Komunikasi Pemasaran Penjadwalan ialah komponen yang dasar dalam sebuah taktik komunikasi pemasaran. Pembuatan timeline memiliki keuntungan yaitu dapat memudahkan untuk mendelegasikan suatu pekerjaan serta dapat digunakan sebagai rekaman kegiatan yang tentunya telah dilaksanakan sebagai upaya untuk proses penagihan. Penjadwalan kegiatan komunikasi pemasaran dapat berbentuk flowchart yang secara visual dapat memudahkan untuk merekam dan proses menelusuri kegiatan yang akan, sedang, dan telah dilaksanakan.


Komunikasi Bisnis | 79 emanfaatan evolusi digital yang luas telah menunjukkan manfaat yang signifikan bagi pengecer, produsen, dan perusahaan jasa (Pasaribu, 2023, p. 23–24). Kemajuan teknologi, serta perkembangan dunia digital dan internet, telah memberikan dampak yang substansial terhadap bidang bisnis. Menurut Istiqomah (2023, p. 73), transformasi dari metode komunikasi bisnis yang sebelumnya berorientasi pada pendekatan tradisional menjadi metode digital telah mengubah paradigma interaksi bisnis dengan konsumen. Teknologi digital telah memfasilitasi komunikasi yang lebih langsung dan interaktif dalam bentuk pemasaran elektronik (e-marketing) melalui berbagai platform seperti email, media sosial, dan situs web perusahaan. Pergeseran ini menciptakan peluang baru untuk strategi komunikasi pemasaran yang lebih efektif dan efisien, memungkinkan perusahaan untuk mengubah cara perusahaan P Theresia Lavietha Vivrie Lolita


80 | Komunikasi Bisnis mempromosikan produk dan layanan mereka sehingga menjangkau audiens yang lebih luas dan memantau perkembangan strategi pemasaran mereka secara real-time. Pemasaran elektronik (e-marketing) merupakan strategi pemasaran yang memanfaatkan teknologi internet dengan situs web sebagai perantara utamanya. Konsep e-marketing pada dasarnya mirip dengan pemasaran tradisional, namun perbedaannya terletak pada media yang digunakan. E-marketing menggunakan media daring, yang dapat berupa situs web, jejaring sosial, email, blog, atau bahkan aplikasi di perangkat seluler (Ismail, 2023). Dengan e-marketing, pelaku bisnis dapat menjangkau pasar yang lebih luas, menarik pelanggan atau konsumen baru, serta meningkatkan volume penjualan dengan jumlah yang lebih banyak (Budianto, 2023, p. 2). Istiqomah (2023, p. 77) juga menyatakan bahwa di era emarketing saat ini, pemasaran digital telah mengambil alih berbagai fungsi dari pemasaran tradisional melalui pemanfaatan platform digital yang beragam. Pemasaran melalui email (email marketing) telah menjadi salah satu alat pemasaran paling efektif yang dapat dimanfaatkan oleh bisnis untuk menjangkau dan berinteraksi dengan pelanggan. Email marketing bersama dengan alat lainnya, seperti media sosial, pemasaran konten, dan optimisasi mesin pencari (SEO), telah menjadi instrumen yang kini menjadi tulang punggung strategi pemasaran untuk mencapai konsumen secara efektif dan efisien. Email marketing memungkinkan bisnis untuk berkomunikasi langsung dengan pelanggan dan calon pelanggan. Melalui email, bisnis dapat menginformasikan penawaran produk terbaru, promosi khusus, berita perusahaan, dan konten bernilai tambah lainnya. Bismo, Putra, dan Melysa (2019, p. 109) menyebutkan bahwa email marketing telah terbukti memiliki dampak signifikan terhadap


Komunikasi Bisnis | 81 niat pembelian. Pernyataan ini bisa relevan dalam konteks perusahaan yang berorientasi pada konsumen (B2C) dan dalam lingkup perusahaan yang berorientasi pada bisnis lainnya (B2B) (Putri et al., 2022, p. 62). Kurniawan dan Yuniarinto (2018, p. 3) menyebutkan bahwa konsumen semakin menunjukkan tingkat sensitivitas mereka yang signifikan terhadap variabel harga dari sebuah produk atau jasa. Mengingat hal ini, sebagai konsekuensinya, email marketing, sebagai salah satu bentuk dari strategi komunikasi bisnis digital, menawarkan keunggulan dalam konteks promosi, karena memungkinkan komunikasi yang lebih personal. Dengan pendekatan yang lebih personal ini, diharapkan dapat memfasilitasi peningkatan daya tarik bagi calon konsumen dengan lebih efisien. Tujuan utama dari pemanfaatan email marketing adalah untuk membina dan memperkuat hubungan jangka panjang dengan konsumen, memperbesar volume penjualan dan keuntungan, serta memperluas kesadaran terhadap merek. Menurut Kent dan Brandal (2003) tujuan dari email marketing adalah untuk menginisiasi, memelihara, dan memperluas komunikasi dengan penerima sepanjang waktu, yang pada akhirnya akan menghasilkan konsumen yang lebih loyal dan menguntungkan (Reimers, Chao and Gorman, 2016, p. 310). Bab ini membahas berbagai strategi yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan bisnis melalui pemanfaatan email marketing secara efektif, mulai dari manfaat, pemahaman audiens, strategi, taktik dalam menyusun konten yang menarik, hingga mengukur performa kampanye sebagai bagian dari praktik terbaik email marketing. Dengan memahami konsep email marketing serta mengimplementasikan strategi yang tepat,


82 | Komunikasi Bisnis email marketing dapat menjadi senjata ampuh dalam memacu pertumbuhan sebuah bisnis di era digital. A. Definisi Email Marketing Menurut Istiqomah (2023, p. 76), pemasaran melalui email (email marketing) merupakan strategi pemasaran digital yang memanfaatkan email sebagai medium utama untuk berkomunikasi dan membangun hubungan lebih dekat dengan konsumen. Lahiji (2016) pun mengartikulasikan email marketing sebagai mekanisme komunikasi di mana surat elektronik (surel) dijadikan medium untuk menyampaikan pesan kepada individu atau kelompok konsumen (Bismo, Putra, and Melysa, 2019, p. 110). Fungsi dari email marketing meliputi distribusi iklan, permintaan bisnis atau donasi, dan segala bentuk komunikasi email yang ditujukan untuk memperkuat loyalitas, kepercayaan, atau kesadaran merek. Email marketing merupakan instrumen yang hemat biaya dan responsif dalam mempromosikan dan membangun interaksi dengan pelanggan. Budianto (2023, p. 3) menyatakan bahwa email marketing menjadi salah satu bentuk pemanfaatan teknologi yang bahkan tidak hanya meningkatkan efisiensi dan produktivitas tetapi juga memperkuat hubungan antar individu dan tim lintas negara serta memperluas jangkauan komunikasi dan kolaborasi global. Menurut Kurniawan dan Yuniarinto (2018, p. 5), email marketing merupakan aktivitas pemasaran yang dilakukan dengan cara mengirimkan email berisi informasi secara berkala kepada konsumen potensial, yakni konsumen yang telah mendaftarkan alamat email mereka untuk menerima


Komunikasi Bisnis | 83 email tersebut. Strategi email marketing melibatkan pengiriman pesan atau konten yang disesuaikan dengan audiens tertentu, yang mencakup informasi, penawaran khusus, atau konten edukatif dengan tujuan utama untuk membina hubungan yang lebih dekat dengan pelanggan (Thanos & Dizon, 2023, p. 150). Email marketing tidak hanya terbatas pada pengiriman pesan promosional, tetapi juga memungkinkan merek untuk fokus pada keberlanjutan hubungan dengan pelanggan dengan menggunakan pendekatan yang lebih personal. Selain itu, Jara dan Putra (2021, p. 112) menyatakan bahwa email marketing ini dianggap sangat efektif dalam menawarkan nilai, menganalisis data, serta membangun dan mempertahankan hubungan yang harmonis antara konsumen dan penjual, juga dengan target konsumen. Email yang dikirimkan sebaiknya berisi iklan yang singkat, mudah dipahami, konsisten, dan berisi informasi yang menarik. Aktivitas ini dianggap sebagai salah satu instrumen pemasaran yang paling efektif karena dapat digunakan sebagai metode untuk mempertahankan konsumen dan meningkatkan kesadaran konsumen terhadap keberadaan produk atau jasa yang ditawarkan. B. Manfaat Email Marketing Oktarina dan Sartika (2024, p. 33) menemukan bahwa email marketing terus menunjukkan efektivitasnya sebagai saluran komunikasi langsung dari bisnis dengan pelanggan maupun calon pelanggan. Melalui email, bisnis dapat menyampaikan informasi terkini, promosi, dan konten bernilai tambah kepada audiens target. Berdasarkan hasil


84 | Komunikasi Bisnis riset dari Bismo, Putra, dan Melysa (2019, p. 109), email marketing merupakan strategi efektif yang memungkinkan perusahaan untuk menjangkau konsumen yang berpotensi tertarik dengan penawaran promosi. Dengan membangun kepercayaan dan mendapatkan persetujuan dari konsumen untuk menerima komunikasi melalui email, perusahaan dapat meningkatkan probabilitas konsumen untuk memiliki niat membeli. Selain itu, menurut Istiqomah (2023, p. 76), email marketing memungkinkan perusahaan untuk berkomunikasi secara langsung dan personal dengan pelanggan yang dapat menciptakan persepsi bahwa perusahaan tersebut memperhatikan dan memahami kebutuhan individu dari setiap konsumen. Salah satu bentuk dari email marketing adalah yang memanfaatkan prinsip pemasaran berbasis izin (permissionbased marketing), yakni konsumen memberikan izin kepada perusahaan untuk mengirimkan informasi email marketing (Reimers, Chao and Gorman, 2016, p. 310). Dengan pendekatan ini, perusahaan dapat mempersonalisasi pesan mereka, sehingga meningkatkan relevansi dan daya tarik bagi konsumen. Dampaknya, hal ini dapat berkontribusi pada peningkatan niat membeli, yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan penjualan dan pertumbuhan bisnis. Menurut Gunelius (2018, p. 13), email marketing sangat efektif untuk pertumbuhan bisnis karena menawarkan beberapa manfaat utama, sebagai berikut: 1. Biaya yang rendah. Biaya yang dibutuhkan untuk email marketing jauh lebih rendah dibandingkan dengan iklan berbayar lainnya. Email marketing sangat hemat biaya (cost-effective) karena penyedia layanan email marketing biasanya menawarkan perangkat lunak mereka dengan


Komunikasi Bisnis | 85 biaya bulanan yang relatif rendah. Biaya yang dikenakan bisa berdasarkan jumlah pelanggan dalam daftar email (mailing list), jumlah pesan yang dikirim per bulan, atau kombinasi dari keduanya. Biaya awal dari sebuah kampanye email marketing biasanya cukup rendah dan akan meningkat seiring penambahan lebih banyak pelanggan ke daftar email atau pengiriman lebih banyak pesan. 2. Konversi yang tinggi. Konversi merupakan perubahan status pengguna dari hanya menjadi penerima pesan menjadi pelanggan atau pengguna aktif produk atau jasa yang ditawarkan. Tingkat konversi yang tinggi dapat dicapai melalui beberapa strategi, misalnya personalisasi pesan khusus, penyampaian pesan yang ditargetkan dan relevan, serta penggunaan desain dan tampilan email yang menarik. Istiqomah (2023, p. 76) menyebutkan bahwa dengan personalisasi, pesan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi masing-masing individu, sehingga meningkatkan keterlibatan dan kemungkinan konversi. 3. Penargetan (targeting) yang baik. Targeting adalah kemampuan untuk mengirimkan pesan atau konten yang disesuaikan dengan lokasi, usia, jenis kelamin, minat, preferensi, perilaku, atau demografis tertentu lainnya dari setiap pelanggan atau prospek. Targeting yang tepat memungkinkan email marketing menjadi lebih efektif karena dapat mencapai audiens yang tepat dengan pesan yang relevan. Sehingga, relevansi pesan yang dikirimkan kepada setiap pelanggan meningkat, yang pada nantinya dapat meningkatkan tingkat keterbukaan (open rate), tingkat klik, dan tingkat konversi (conversion rate).


86 | Komunikasi Bisnis 4. Metrik yang mudah diukur. Performa email marketing mudah untuk diukur lewat metrik seperti tingkat keterbukaan (open rate), click through rate (CTR), unsubscribe rate, dan lainnya. Pengukuran metrik ini memungkinkan perusahaan untuk mengevaluasi dan mengoptimalkan strategi email marketing mereka. Dengan memahami apa yang berhasil dan apa yang perlu diperbaiki, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih baik dan lebih tepat waktu tentang bagaimana merancang, menargetkan, dan mengirimkan pesan email mereka. Selain itu, metrik ini juga dapat digunakan untuk menguji dan membandingkan efektivitas berbagai pendekatan atau versi email, sehingga membantu perusahaan untuk terus meningkatkan dan mengembangkan strategi email marketing mereka. Dengan mempertimbangkan berbagai manfaat yang telah disebutkan di atas, terlihat bahwa email marketing merupakan alat pemasaran yang sangat efektif dan efisien. Oktarina dan Sartika (2024, p. 33) menyebutkan bahwa dengan mengimplementasikan strategi email marketing yang efektif, perusahaan dapat menyampaikan informasi mengenai promosi eksklusif, pemutakhiran produk, atau konten yang memberikan nilai tambah kepada konsumen, dan akan mendapatkan manfaat email marketing, yakni kemampuannya dalam mencapai konversi yang tinggi, penargetan audiens yang akurat, hingga kemudahan dalam mengukur metrik kinerja. Email marketing menawarkan berbagai keuntungan yang dapat membantu perusahaan dalam mencapai tujuan komunikasi bisnis mereka.


Komunikasi Bisnis | 87 C. Strategi Email Marketing Untuk memaksimalkan potensi email marketing dalam memajukan bisnis, diperlukan strategi yang tepat. Strategi ini dapat menjadi alat yang efektif untuk mencapai tujuannya, seperti membangun hubungan dengan pelanggan, meningkatkan kesadaran merek, maupun menghasilkan penjualan atau prospek. Putri et al. (2022, p. 62) menekankan bahwa pengembangan strategi merupakan komponen krusial dalam implementasi email marketing. Namun, sebelum merancang strateginya, ada keharusan untuk memilih dan memanfaatkan perangkat email yang sesuai. Lebih lanjut, berikut adalah tahapan yang bisa dijalani ketika sebuah bisnis ingin menerapkan strategi email marketing: 1. Tujuan kampanye: Dengan menentukan tujuan kampanye email marketing, misalnya meningkatkan penjualan atau trafik website, tahap ini menjadi langkah awal yang krusial dalam merancang strategi email marketing yang efektif. Tujuan kampanye harus jelas dan spesifik, karena akan menentukan arah dan isi dari pesan yang akan dikirimkan. Tujuan ini bisa beragam, mulai dari meningkatkan penjualan produk atau layanan, membangun kesadaran merek, memperluas basis pelanggan, hingga mempertahankan hubungan dengan pelanggan yang sudah ada. Misalnya, jika tujuan utamanya adalah meningkatkan penjualan, maka konten email bisa berfokus pada penawaran khusus, diskon, atau informasi produk terbaru. Sementara itu, jika tujuan kampanye adalah untuk membangun hubungan dengan pelanggan, maka email bisa berisi konten yang lebih informatif dan edukatif, seperti buletin (newsletter) atau


88 | Komunikasi Bisnis update terbaru tentang industri yang relevan. Dengan demikian, penentuan tujuan yang tepat akan memandu perusahaan dalam merancang konten email yang relevan dan menarik bagi target audiens, serta mengukur keberhasilan kampanye berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. 2. Segmentasi audiens: Dengan melakukan segmentasi audiens berdasarkan data seperti demografi dan perilaku agar email lebih personal, tahap ini memungkinkan pesan pemasaran disesuaikan secara lebih personal dan relevan dengan kebutuhan serta minat masing-masing segmen audiens. Proses ini melibatkan pengelompokan daftar langganan email berdasarkan kriteria tertentu, seperti demografi (usia, jenis kelamin, dan lokasi), perilaku (riwayat pembelian, dan interaksi dengan email sebelumnya), dan minat individu. Dengan melakukan segmentasi, perusahaan dapat meningkatkan efektivitas kampanye email marketing mereka dengan menyajikan konten yang lebih ditargetkan, yang bisa meningkatkan tingkat keterlibatan, konversi, dan loyalitas pelanggan. Segmentasi memungkinkan pemasar untuk mengirimkan rekomendasi yang dipersonalisasi, penawaran khusus, dan informasi yang relevan, yang semuanya dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari setiap segmen audiens, sehingga menciptakan pengalaman yang lebih memuaskan dan meningkatkan peluang untuk mencapai tujuan pemasaran. 3. Nilai tambah: Dengan memberikan nilai tambah dalam setiap email yang dikirim seperti konten eksklusif atau penawaran khusus. Menurut Kurniawan dan Yuniarinto


Komunikasi Bisnis | 89 (2018, p. 3), strategi ini melibatkan pengiriman pesan yang disesuaikan dengan audiens tertentu, yang mencakup informasi, penawaran khusus, atau konten edukatif dengan tujuan utama untuk membina hubungan yang lebih dekat dengan pelanggan. Email marketing tidak hanya terbatas pada pengiriman pesan promosional, tetapi juga memungkinkan merek untuk fokus pada keberlanjutan hubungan dengan pelanggan dengan menggunakan pendekatan yang lebih personal. Dalam konteks perusahaan, konten email harus memberikan nilai tambah kepada pelanggan, membangun kepercayaan, dan mendorong interaksi lebih lanjut (Ismail, 2023, p. 1–3). Elemen tersebut dapat mencakup penawaran yang tidak tersedia untuk umum (eksklusif), informasi mengenai potongan harga, produk terkini, atau layanan pengiriman tanpa biaya, yang mempermudah konsumen untuk mengetahui apakah terdapat potongan harga dan pembaruan pada beberapa produk. Dengan demikian, konsumen dapat memperoleh barang dengan sangat cepat dan tidak ketinggalan diskon yang diberikan (Kurniawan & Yuniarinto, 2018, p. 3). Ditambah lagi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Merisavo dan Raulas (2004), dengan menyoroti produk baru yang relevan dan promosi tertentu, strategi email marketing dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan konsumen untuk mencari dan membeli produk (Reimers, Chao and Gorman, 2016, p. 310). 4. Otomatisasi alur kerja email marketing. Proses ini akan membuat sehingga proses email marketing menjadi lebih efisien. Otomatisasi alur kerja dalam kampanye email marketing merupakan sebuah proses ketika berbagai


90 | Komunikasi Bisnis tugas dan proses dalam kampanye email diotomatiskan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Termasuk di dalamnya adalah penggunaan teknologi untuk mengotomatiskan tugas-tugas seperti pengiriman email, segmentasi audiens, personalisasi pesan, dan pengukuran hasil kampanye. Misalnya, pada otomatisasi untuk penjadwalan pengiriman email berdasarkan pemicu tertentu, dengan mengatur sistem untuk secara otomatis mengirim email selamat datang (welcoming email) kepada pelanggan baru yang mendaftar untuk buletin (newsletter) yang sudah ditawarkan. 5. Email penyambutan (welcoming email). Email penyambutan yang terautomasi dapat dikirimkan beberapa menit setelah pelanggan baru mendaftar dan bergabung. Fitur ini membantu perusahaan memberikan respon cepat dan personal kepada pelanggan baru, yang dapat meningkatkan keterlibatan dan loyalitas pelanggan. Email pengingat (reminder email maupun follow-up email) juga dapat secara rutin dikirimkan kepada konsumen yang telah lama berinteraksi. Seperti yang Kurniawan dan Yuniarinto (2018, p. 3) sarankan, strategi email marketing dapat dijalankan secara berkesinambungan dan prosesnya dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efisien. 6. Beberapa teknik lainnya yaitu desain email yang responsif, personalisasi konten, pengukuran metrik seperti open rate dan klik, hingga optimasi berdasarkan hasil uji A/B (A/B testing) atas subjek email dan konten. Merisavo (2004) pun dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa email marketing merupakan strategi


Click to View FlipBook Version