The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Keberhasilan pada sebuah proses pembelajaran hakikatnya ditentukan oleh persiapan yang matang oleh seorang guru serta kerjasama yang baik antar peserta didik. Tujuan pembelajaran sejatinya mewujudkan pengelolaan spiritual, kematangan emosional, intelektual, keterampilan, serta pendidikan karakter pada individu peserta didik. Semua ini membutuhkan kecakapan yang bagus secara maksimal dan utuh.

Pada lingkup pembelajaran, banyak sekali komponen yang harus dipersiapkan mulai dari pra- pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan pasca pembelajaran. Penggunaan aplikatif strategi. model, metode, sampai dengan bantuan media saat pembelajaran berlangsung menjadi ciri indikator kematangan dalam proses belajar mengajar. Cakupan tersebut akan membantu guru dalam merancang pembelajaran abad-21 yang mecakup 6C yakni Character, Citizenship, Critical Thinking, Creativity, Communication, and Collaboration.

Komponen tersebut selaras dengan pendidikan pancasila yang memuat komponen Karakter dan Kewaraganegaraan. Pendidikan Pancasila di Sekolah Dasar menjadi mata pelajaran wajib yang penting untuk diajarkan secara komperehensif melalui pembelajaran aplikatif yang sesuai jenjang setiap fase pada kurikulum merdeka. Muatan tersebut harus mencakup persiapan pembelajaran sampai dengan assesment yang digunakan oleh guru.

Buku Pembelajaran Pendidikan Pancasila Sekolah Dasar ini menyuguhkan uraian serta ulasan secara komperehensif yang disajikan kepada pembaca untuk dijadikan rujukan dalam menyusun pembelajaran yang aktif maupun digunakan para akademisi sebagai sitasi pembuatan karya ilmiah. Dengan demikian, pendidikan pancasila bukan hanya sekedar dipelajari secara teori saja namun juga pengaplikasian di lapangan yang mencerminkan nilai-nilai kewarganegaraan yang positif.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by penamudamedia, 2024-06-23 02:22:35

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DI SEKOLAH DASAR

Keberhasilan pada sebuah proses pembelajaran hakikatnya ditentukan oleh persiapan yang matang oleh seorang guru serta kerjasama yang baik antar peserta didik. Tujuan pembelajaran sejatinya mewujudkan pengelolaan spiritual, kematangan emosional, intelektual, keterampilan, serta pendidikan karakter pada individu peserta didik. Semua ini membutuhkan kecakapan yang bagus secara maksimal dan utuh.

Pada lingkup pembelajaran, banyak sekali komponen yang harus dipersiapkan mulai dari pra- pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan pasca pembelajaran. Penggunaan aplikatif strategi. model, metode, sampai dengan bantuan media saat pembelajaran berlangsung menjadi ciri indikator kematangan dalam proses belajar mengajar. Cakupan tersebut akan membantu guru dalam merancang pembelajaran abad-21 yang mecakup 6C yakni Character, Citizenship, Critical Thinking, Creativity, Communication, and Collaboration.

Komponen tersebut selaras dengan pendidikan pancasila yang memuat komponen Karakter dan Kewaraganegaraan. Pendidikan Pancasila di Sekolah Dasar menjadi mata pelajaran wajib yang penting untuk diajarkan secara komperehensif melalui pembelajaran aplikatif yang sesuai jenjang setiap fase pada kurikulum merdeka. Muatan tersebut harus mencakup persiapan pembelajaran sampai dengan assesment yang digunakan oleh guru.

Buku Pembelajaran Pendidikan Pancasila Sekolah Dasar ini menyuguhkan uraian serta ulasan secara komperehensif yang disajikan kepada pembaca untuk dijadikan rujukan dalam menyusun pembelajaran yang aktif maupun digunakan para akademisi sebagai sitasi pembuatan karya ilmiah. Dengan demikian, pendidikan pancasila bukan hanya sekedar dipelajari secara teori saja namun juga pengaplikasian di lapangan yang mencerminkan nilai-nilai kewarganegaraan yang positif.

43 sngat penting dan menjadi bagian utama dari kurikulum. Sekolah dasar memiliki peran besar bagi perkembangan akademik dan perkembangan kepribadian anak. Meskipun pencapaian akademik memiliki nilai yang penting. Pendidikan karakter tidak kalah penting untuk anak anak di masa depan. Pendidikan karakter bertujuan untuk mengembangkan rasa tanggung jawab pada siswa sekolah dasar. Saat siswa di berikan pengajaran mengenai tanggung jawab, mereka menyadari bahwa setiap tindakan yang mereka buat memiliki konsekuensi. Mereka akan di ajarkan tanggung jawab atas perilaku dan pilihan yang mereka buat. Guru dapat memotivasi siswa agar mengambil tanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka dengan menetapkan tujuan dan memantau perkembangan mereka. Siswa diharapkan dapat belajar mengelola waktu secara efektif dan menjadi pihak yang bertanggung jawab terhadap kemajuan belajar mereka. Pendidikan karakter mengembangkan keterampilan kepemimpinan pada siswa. Ketika siswa belajar bekerja secara kolaboratif dalam tim, mereka mengembangkan keterampilan komunikasi dan pemecahan masalah. Mereka belajar akan inisiatif dan memimpin dan memberikan contoh. Guru dapat mendorong siswa untuk mengambil peran kepemimpinan dikelas dengan mengerjkan tugas proyek. misalnya, seorang guru dapat meminta siswa bekerja sama dalam kelompok untuk merencanakan acara sekolah.


44 Dengan melakukan itu, siswa belajar bekerja secara kolaboratif atau bersama sama dan membuat keputusan. Meskipun pendidikan karakter mrmiliki banyak manfaat. namun, terdapat banyak tantangan dalam penerapan nya di sekolah dasar. Salah satu tantangan terbesarnya adalah kurangnya sumber daya dan perdanaan untuk program pendidikan karakter tersebut. Banyak sekolah tidak mempunyai sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan program pendidikan karakter, memandangnya sebagai gangguan dari pembelajaran akademis. Warsono,2010 dalam (Anastasya & Dewi, 2021) pendidikan karakter didefinisikan sebagai langkahlangkah panduan yang di berikan kepada siswa untuk membentuk individu yang utuh, memiliki karakter dalam aspek hati, pikiran, fisik, serta dimensi emosional dan spiritual. Karakter diartikan sebagai sifat – sifat positif yang menjadi kualitas unik dari diri seseorang. Karakter yang bersandar pada Pancasila mengindikasikan bahwa setiap aspek karakter harus mencerminkan kelima sila Pancasila secara menyeluruh dan komprehensif (Saeful Rahmat,2016). Konsep ini di uraikan sebagai berikut: 1. Bangsa yang Berketuhanan Yang Maha Esa a. Mempercayai dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan


45 masing-masing, dengan landasan pada kemanusiaan yang adil dan beradab. b. Memberikan hormat, menghormati, dan bekerja sama antar pemeluk keercayaan yang beragam, untuk menjaga keharmonian hidup. c. Menghargai kebebasan beribadah menurut agama dan keyakinan pribadi, d. Jamgan menekan agama atau kepercayaan orang lain. e. Menolak kepercayaan atheisme di Indonesia 2. Bangsa yang mengedepankan keadilan dan keberadaban dalam kemanusiaan karakter individu tercermin melalui: a. Pengakuan kesetaraan, hak, dan tanggung jawab bersama di antara masyarakat b. Mencintai sesama manusia c. Menumbuhkan sikap toleran d. Menghindari perbuatan kasar pada orang lain e. Kami menghormati nilai nilai Pancasila 3. Bangsa yang mengedepankan persatuan dan solidaritas bangsa Kepribadian seseorang dapat dikenal sebagai berikut: a. Mengutamakan persatuan, kestuan, kepentingan, dan keamanan bangsa atau bangsa di atas kepentingan perseorang atau kelompok. b. Kesediaan berkorban demi kebaikan bangsa dan negara, melebihi kepentingan individu atau kolektif


46 c. Menanamkan rasa cinta tanah air dan bangsa. d. Mengakui diri sebagai anggota bangsa Indonesia dan merasa terhubung dengan tanah air. e. Menjalin interaksi sosial untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan asas Bhineka Tunggal Ika 4. Bangsa yang menjunjung tinggi demokrasi dan menjungjung tinggi hukum dan hak asasi manusia. Ciri – ciri yang tampak adalah: a. Mengutamakan kepentingan bangsa dan masyarakat b. Jangan melaksanakan kehendak pribadimu pada orang lain. c. Memberi nilai tinggi pada musyawarah dalam pengambilan keputusan demi kepentingan bersama d. Semangat kekeluargaan mendominasi dalam proses musyawarah untuk mencapai kesepakatan. e. Menerima dan melaksankan hasil keputusan musyawarah dengan itikad baik dan tanggung jawab 5. Bangsa yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan karakter yang terlihat mencakup: a. Mengutamakan akhlak mulia dan mencerminkan sikap kekeluargaan serta semangat gotong royong b. Bersikap autentik c. Jaga keseimbangan hak dan tanggung jawab


47 d. Menghormati hak-hak perorangan e. Saya senang bisa membantu orang lain Melalui pendidikan karakter berdasarkan Pancasila, kami berharap dapat menghasilkan generasi muda yang berkarakter tinggi berintregritas yang mampu memahami, menganalisa dan menajawab tantangan yang di hadapi oleh negaranya. Pendidikan karakter pada tingkat sekolah dasar memegang peranan penting sebagai langkah awal dalam pengembangan karakter siswa sekolah dasar. Hal ini diperlukan siswa sekolah dasar sedang dalam tahap tumbuh kembang anak (Devina Norlita, Putri Wanda Nageta,2023). Secara keseluruhan, pendidikan karakter mempunyai peran yang penting dalam sistem pendidikan sekolah dasar. Program ini sangat diperlukan karena program ini memajukan tanggung jawab, keterampilan, kedisiplinan dan nilai nilai lainnya yang sanagat di perlukan agar siswa dapat menjadi warga negara yang berkualitas dan berhasil di masa depan. Namun, mendapatkan ada beberapa hambatan dalam melakukan program ini. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk mengalokasikan sumber daya dan dana untuk mendukung program ini untuk di jadikan program ini menjadi kepentingan utama. Sehingga tujuan dari pendidikan karakter adalah untuk membentuk pondasi moral yang berkualitas di tingkat sekolah dasar. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk potensi anak sekolah dasar agar dapat


48 tumbuh menjadi seorang yang berakhalak mulia. Karena itu, pendidikan karakter penting sekali dan harus di laksanakan dan dilakukan secara efektif. Dengan mempelajari nilai-nilai seperti kejujuran, kebaikan, dan tanggung jawab dapat membuat anak menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan berintregritas.


49 BAB II STRATEGI, MODEL, METODE, dan MEDIA PEMBELAJARAN


50 A. Strategi pembelajaran Esensinya, istilah "strategi" kerap kali didengar serta dipakai pada militer, yang bermaksud mengerahkan semua kemampuan Anda untuk menang dalam perang. Strategi (strategos: bahasa Yunani) yang termula dari kata stratos, yang mempunyai makna militer, dan ago, yang bisa dikatakan sebagai memimpin. Kata stratego, yang berarti "kata kerja", memiliki asal dari kata "merencanakan". Diketahui, bahwa jendral (Strategos atau Strategus), yang serupa berarti perwira negara (State Officer), merupakan jenderal yang memimpin tentara dan merencanakan strategi yang digunakan sebagai mengarahkan mereka menuju kemenangan. Namun pada akhirnya, terdapat pengertian berkenaan dengan konsep strategi pada konteks pendidikan. Menurut JR. David, "strategi" bisa secara umum didefinisikan sebagai rencana, metode, maupun runtutan tindakan yang dirancang/desain guna mencapai tujuan pendidikan yang dituju. Strategi pembelajaran, dikutip dari Suparman, adalah gabungan dari urutan kegiatan, cara mengatur mata pelajaran, siswa, peralatan dan bahan, serta alokasi waktu yang digunakan guna mencapai tujuan pembelajaran. B. Model pembelajaran Desain Kerangka konseptual yang di istilahkan dengan model pembelajaran melukiskan cara sistematis untuk mengorganisasikan pengalaman belajar guna mencapai tujuan belajar yang telah di tentunkan. Model


51 pembelajaran dalam hal lain memiliki peranan fungsional sebagai pedoman untuk segenap perancang pembelajaran serta pendoidik dalam mengelola perencanaan maupun implementasi pelaksanaan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran adalah desain pembelajaran yang di implementasikan mulai dari awalan proses belajar dari awal sampai akhir. dalam hal ini melingkupi bagaimana guru dan siswa berinteraksi, desain pembelajaran tertentu yang membantu bahan ajar khusus, dan bagaimana interaksi antara guru dan siswa terjadi selama proses pembelajaran. Metode ataupun teknik penyajian secara sistematis yang diimplementasikan guna mengatur pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, bisa disebut sebagai model pembelajaran. Model pembelajaran pada hakikatnya sangat membantu guru guna merancang pembelajaran yang siginifikan dalam ketercapaian proses belajar mereka C. Metode pembelajaran 1. Metode ceramah Salah satu metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru mengajar merupakan metode ceramah. Metode ceramah biasanya sering diartikan pada metode konvensional. Sebab, seringkali sejak turun temurun metode satu ini sudah diaplikasian oleh kebanyakan guru dalam mengajar di kelas. Banyak dijumpai pada kegiatan pembelajaran guru


52 menjelaskan materi yang diajarkan didepan secara masif. Komunikasi yang digunakan guru dalam mengajar juga di perhatikan sehingga perhatian terpusat pada guru (teacher center). Interaksi kepada siswa secara edukatif selalu dilakukan oleh guru. Adapun kelebihan dan kekurangan pada metode pengajaran ini. a. Kelebihan dari pengaplikasian metode ceramah 1) Pada saat kegaiatan KBM, guru dimudahkan dalam penguasaan mengajar didalam kelas 2) Mudah diaplikasikan di setiap kegiatan 3) Tidak memerlukan media tertentu 4) Praktis, sehingga tidak menyulitkan dalam implementasinya 5) Bisa diikuti oleh siswa dalam jumlah yang besar 6) Dan guru lebih mudah menerangkan bahan pembelajaran secara vokal b. Kekurangan dari penggunaan metode ceramah yang bisa dilihat 1) Siswa akan merasakan kejenuhan karena hanya terfokus dominan pada penyampaian yang dipaparkan guru 2) Akan menjadi membosankan jika durasi yang dilakukan terlalu lama 3) Banyak siswa akan menjadi lebih pasif ketika di kelas


53 4) Dan monoton karena hanya berpusat pada guru 2. Metode proyek Metode proyek merupakan sebuah cara guru dalam mengajar dengan memadukan unsur-unsur pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki korelasi pada pembelajaran yang dilakukan sehingga siswa lebih segan untuk tertarik dalam belajar. Dengan kata lain metode proyek memberikan kesempatan siswa untuk mengeksplore pengalaman dan penugasan yang diberikan secara komperehensif. Melalui metode proyek, pembelajaran lebih terasa hidup dan siswa menjadi dilibatkan dalam proses pembelajaran ini. Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode proyek yakni a. Kelebihan dari penerapan metode proyek 1) Membentuk pola pikir pada siswa dalam memecahkan masalah berdasarkan pengetahuan maupu pengalaman pada kehidupan sehari-hari. Sehingga pola berpikir yang awal mulanya terbatas/sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh. 2) Siswa lebih dibiasakan pada penerapan pengetahuan, sikap, keterampilan secara terpadu melalui kegiatan praktis sehingga mampu berdampak dalam kehidupan seharihari individu siswa.


54 b. Kekurangan dari penerapan metode proyek 1) Pada esensinya kurikulum yang diterapkan di indonesia sudah berjalan dengan lancar. Namun untuk menunjang penerapan metode ini masih belum disepenuhnya di aplikasikan pada tiap pembelajaran 2) Perlu persiapan yang matang 3) Mempertimbangkan topik yang tepat pada kebutuhan dalam pembelajaran sehingga harus memiliki fasilitas yang cukup atau pendukung lainnya 3. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan dalam pembelajaran oleh seorang guru guna meningkatkan kinerja para siswa ialah. Seringkali metode demonstrasi ini di istilahkan pada metode mengajar melalui memperagakan sesuatu melalui kegiatan di dalam proses pembelajaran. Menurut Muhibbin Syah (2000), metode demonstrasi adalah sebuah metode yang di implementasikan dalam pembelajaran untuk mengajar melalui cara memeperagakan barang, suatu kejadian, maupun aturan, bisa jadi suatu kegiatan, baik secara langsung ataupun bisa dengan media pengajaran yang selaras dengan pokok inti bahasan. Pada dasarnya, pendidik sebagai seorang guru patut memberikan pembelajaran yang efektif kepada siswa. Salah satunya ialah dengan menggunakan


55 metode demonstrasi. Sebab, selain menjadi solusi alternatif pada pelaksanaan pembelajaran, ini bisa membantu para siswa untuk mengajak siswa dalam mengamati sesuatu hal secara cakap. Adapun kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi ialah: a. Kelebihan Metode Demonstrasi 1) Meminimalisir kemungkinan siswa guna melakukan kesalahan, sebab hal tersebut dilalukan pengamatan secara langsung. 2) Siswa dapat memusatkan perhatiannya pada sebuah hal-hal yang penting 3) Siswa merasa lebih segan untuk melakukan karena tidak bersifat monoton teacher center 4) Siswa lebih memahami dengan terbantunya memahami jelas jalanya kegiatan belajar 5) Melatih keterampilan dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran b. Kelemahan Metode Demonstrasi 1) Siswa akan lebih banyak aktivitas yang melibatkan fisik atau panca indera untuk aktif sehingga sedikit lebih letih 2) Siswa akan merasa kebingungan dalam penjelasan maupun materi jikalau guru tidak memberikan penjelasan, penguasaan materi, maupun penguatan kepada siswa. 4. Metode eksperimen Metode eksperimen adalah metode yang diaplikasikan melalui kegiatan percobaan yang


56 dilakukan guna melatih siswa untuk melakukan sebuah percobaan. Melalui metode ini, siswa diharapkan bisa sepenuhnya untuk terlibat pada tahapan perencanaan eksperimen, pengaplikasian, dapat menemukan fakta, telibat langsung dalam mengumpulkan data, serta menenuntaskan/memecahkan masalah yang dihadapi secara nyata. Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode eksperimen ialah; a. Kelebihan pada metode eksperimen 1) Biasanya, guru secara tidak langsung memberikan ruang dan mengajak siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran. Pada hal tersebut, umumnya permasalahan yang diselesaikan oleh siswa akan di tuntaskan melalui percobaan. 2) Bersifat ilmiah, biasanya siswa akan lebih percaya dengan hasil yang akurat dikarenakan percobaan yang dilakukan. Guru lebih segan dan memberikan penjelasan sehingga siswa tidak akan merasa kebingungan atas yang sudah dilakukan 3) Melatih para siswa untuk terampil serta berpengalaman dalam menguji coba atau melakukan percobaan. Dikarenakan siswa menempuh langkah-langkah percobaan untuk menyelesaikan masalah.


57 b. Kekurangan pada metode eksperimen 1) Biasanya memerlukan persiapan dan alat-alat yang tidak sedikit berdasarkan kebutuhan 2) Alat-alat yang tidak lengkap, biasanya menjadikan percobaan tidak maksimal dan tidak sempurna 3) Kebutuhan konten percobaan yang berbeda, sehingga memerlukan durasi waktu yang lama dan berbeda. 4) Apabila guru tidak menguasai materi dan penguasaan yang cukup, maka hasil yang didapatkan tidak maksimal sesuai ekspetasi 5. Metode pemberian tugas dan resitasi Metode pemberian tugas dan resitasi banyak digunakan oleh guru untuk pembelajaran dan penugasan. Pada sekolah dasar, ini seringkali ada pada tiap pembelajaran. Metode pemberian tugas dan resitasi pada hakikatnya mempunyai makna yakni guru akan memerintahkan siswa mereka untuk membaca, namun pula dengan tambahan upaya mencari memadukan dari buku-buku serta sumber lain sebagai perbandingan. Atau bisa juga siswa menelisik pada pengamatan di lingkungan sekitar. Sehingga dengan demikian, pemberian tugas yang diberikan kepada siswa adalah suatu yang harus diselesaikan siswa tanpa terikat tempat. Adapun kelebihan dan kekurangan metode pemberian tugas dan resitasi sebagai beriku


58 a. Kelebihan metode pemberian tugas dan resitasi 1) Pengetahuan yang diperoleh dari siswa melalui hasil belajar berdasarkan yang dilakukan sendiri biasanya akan diingat lebih lama. 2) Siswa akan dituntut dan memiliki kesempatan untuk mempupuk perkembangan, keberanian, tanggungjawab, atas yang mereka lakukan sendiri. b. Kekurangan metode pemberian tugas dan resitasi 1) Pada kasus lain, biasanya siswa ada memiliki kendala yang tidak terduga sehingga bisa menghambat pekerjaan 2) Biasanya pemberian tugas dilakukan tanpa adanya pendampingan memicu ketidakmasksimalan hasil pekerjaan 6. Metode diskusi Diskusi merupakan solusi alternatif respon dalam menemukan solusi dalam memecahkan masalah dari berbagai problem kehidupan. Metode diskusi ini bukan merupakan metode baru yang dikenalkan. Seringkali siswa, guru, dan sekolah melakukan diskusi baik didalam pembelajaran ataupun luar pembelajaran. Siswa pada saat pembelajaran seringkali berkomunikasi antar teman, baik itu dalam cakupan bahasan materi ataupun tidak. Pada metode diskusi ini, guru memberikan banyak ruang terbuka siswa


59 untuk berkomunikasi dan berdiskusi antar kelompok maupun patner belajar. Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode diskusi sebagi berikut a. Kelebihan penerapan metode diskusi 1) Memberikan kesempatan dan menyadarkan siswa untuk bisa peka dan memecahkan permasalahan melalui berbagai cara/jalan 2) Melatih komunikasi dan kepekaan siswa dalam prinsip musyawarah mufakat 3) Membentu siswa untuk lebih aktif dan berpikir konstruktif, sehingga bisa memberikan tawaran solusi dan keputusan yang terbaik 4) Membiasakan siswa untuk lebih bijak dan mendengarakan pendapat orang lain meskipun memiliki perbedaan pendapat b. Kekurangan metode diskusi 1) Tidak cocok disarankan diimplementasikan pada kelompok besar 2) Peserta siswa diskusi mendapat informasi yang terbatas 3) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang gemar suka berbicara, dan 4) Biasanya orang yang menghendaki pendekatan yang lebih formal


60 7. Metode latihan Metode latihan adalah metode yang sering di juluki dengan metode training, yakni suatu cara mengajar yang biasanya dilakukan guna menanamkan seuatu kebiasaan-kebiasaan tertentu yang bisa melatih kemampuan siswa. Selain itu, metode latihan ini akan memupuk kebiasaan-kebiasaan siswa untuk mengasah ketangkasan, kesempatan, keterampilan siswa dalam suatu hal. Latihan yang terus dilakukan berulang-ulang dengan hal yang sama ataupun berbeda akan memberikan suatu pembiasaan yang bagus pada individu siswa. Siswa akan bisa merasakan praktik secara nyata. Adapun kelebihan dan kekurangan metode latihan a. Kelebihan metode latihan 1) Cocok untuk di terapkan pada siswa guna mengasah kecakapan motorik seperti melafalkan huruf, menulis, membuat proyek sampai dengan menggunakan alat-alat. 2) Bisa di gunakan untuk melatih kacakapan mental seperti kegiatan menghitung perkalian, penjumlahan, pembagian, simbol/tanda, dan lain sebagainya 3) Membentuk kebiasaan secara konsisten untuk menambah durasi kecepatan dan ketepatan pelaksanaan.


61 8. Metode picture and picture Berikut langkah-langkah dari metode ini: a. Permulaan, guru dikelas harus memaparkan kompetensi yang akan di capai b. Menyajikan bahan/materi sebagai pengantar c. Guru menyiapkan, memantik, dan menyuguhkan gambar aktivitas kegitan yang berhubungan dengan materi d. Guru menunjuk/memanggil siswa dengan bergantian guna memasang/megurutkan gambar yang ada menjadi susunan yang logis e. Guru memantik untuk memancing pertanyaan landasan pemikiran atas urutan gambar yang disusun f. Berdasarkan urutan tersebut, guru mengambil alih untuk mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan capaian kompetensi yang akan di capai g. Terakhir, siswa akan dituntun untuk menyimpulkan/merangkum materi yang mereka dapatkan. 9. Metode numbered head together/ kepala bernomor Adapun langkah-langkah dari metode ini: a. Awal permulaan, siswa bisa di bagi dalam sebuah kelompok yang kemudian pada setiap siswa dalam kelompok mendapatkan nomor


62 b. Kemudian guru menyuguhkan tugas serta masingmasing kelompok mulai mengerjakan tugas sesuai porsi yang diterima c. Setiap kelompok diberikan kebebasan untuk menemukan jawaban dengan mendiskusikan jawaban yang benar serta bisa memastikan tiaptiap individu dalam kelompok mampu mengerjakan secara benar d. Berikutnya guru memanggil salah satu nomor pada siswa, kemudian mereka melaporkan hasil pekerjaan yang dikerjakan secara bersama e. Rekan-rekan siswa yang lain dipersilakan untuk memberikan tanggapan dan dilakukan secara berkala, serta guru bisa menunjuk nomor lain berikutnya f. Siswa dipersilakan untuk menyusuan kesimpulan berdasarkan materi yang telah di pelajari 10. Metode cooperative script Skrip kooperatif adalah sebuah metode belajar, cara kerja metode ini yakni siswa akan berpasangan dan bergantian secara lisan guna mengihtisarkan porsi bagian-bagian berdasarkan materi yang dipelajari. Adapun langkah-langkah pembelajaran dari metode ini yakni; a. Pertama, guru bisa membagi siswa menjadi berpasang-pasangan


63 b. Guru memaparkan materi serta memberikan kesempatan siswa untuk membacanya dan membuat ringkasan c. Guru serta siswa menunjuk urutan siswa yang berperan pertama menjadi pembicara serta bergantian menjadi pendengar. Hal tersebut dilaksanakan secara bergantian d. Kemudian pembicara memaparkan untuk membaca ringkasannya selengkap mungkin dengan memasukan ide-ide pokok. Kemudian pendengar menyimak/mengkoreksi ide-ide pokok yang kurang lengkap untuk membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya. e. Berganti tukar peran, peran yang mulanya sebagai pembicara akan bertukar menjadi pendengar dan sebaliknya. f. Bersama guru, siswa diberikan kesempatan untuk bersama-sama membuat kesimpulan dari kegiatan yang telah dilaksanakan tersebut g. Terakhir, guru menutup pembelajaran 11. Metode jigsaw/ model tim ahli Langkah-langkah metode metode ini: a. Untuk pembagian awal, siswa dikelompokan kedalam menjadi 4 team b. Pada porsi yang sama, tiap orang dalam team diberikan bagian materi yang berbeda


64 c. Pada penugasan yang diberikan, materi pada tiap individu dalam team berbeda d. Pada anggota dari team yang berbeda, mereka yang sudah mempelajari bahan materi yang sama, maka akan dikelompokan pada kelompok baru (keompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka. e. Setelah selesai melaksanakan berdiskusi, sebagai team ahli, setiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar rekan satu team mereka tentang subbab yang mereka kuasai. Namun, anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh. f. Tiap team ahli di persilakan mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas g. Kemudian guru dipersilakan memberikan feedback kepada seluruh siswa, yang mana hal demikian mencakup seluruh materi yang telah didiskusikan oleh siswa h. Terakhir, guru menutup pembelajaran 12. Metode mind mapping Metode Mind Mapping ini merupakan metode yang sangat cocok digunakan sebagai pengetahuan permualaan siswa ataupun untuk menemukan jalan pintas alternatif jawaban suatu soal. Berikut langkahlangkah metode ini: a. Awal permualaan, guru menyampaikan output atau capaian kompetensi yang akan dicapai


65 b. Guru memberikan paparan konsep/persoalan yang akan ditanggapi oleh siswa serta alangkah baiknya persoalan/permasalahan yang memiliki alternatif jawaban c. Selanjutnya siswa membentuk kelompok yang masing-masing kelompok terdiri beranggotakan 2-3 orang d. Pada tiap kelompok akan merekap/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi e. Setiap dari kelompok nmembacakan hasil diskusi mereka. Sementara itu, guru sembari mencatat di papan serta mengklasifikasi kelompok berdasarkan kebutuhan guru f. Berdasarkan data-data yang diberikan guru di papan, siswa di harapkan untuk diminta membuat kesimpulan atau bisa dengan guru memberi perbandingan sesuai dengan konsep yang telah disediakan guru. 13. Metode Make a Match (mencari pasangan) Berikut langkah-langkah dari metode ini: a. Bagian awal, guru mempersiapkan beberapa kartu yang mana kartu tersebut berisi beberapa konsep atau topik yang bisa sesuai dengan topik. Sebagian pada kartu tersebut berisi soal serta bagian lainnya berisi jawaban. b. Tiap siswa mendapatkan jatah satu buah kartu c. Siswa akan memikirkan jawaban/soal atas kartu yang dirinya pegang


66 d. Kemudian setiap individu siswa dipersilakan untuk mencari pasangan jodoh yang cocok dengan kartu yang dirinya pegang (kartu soal dengan kartu jawabannya) e. Setiap dari siswa, mereka harus mencocokan kartu dengan durasi batasan waktu yang telah diberikan kemudian akan diberikan poin f. Setelah satu babak selesai, kartu supaya dikocok lagi supaya tiap siswa bisa mendapat kartu yang berbeda daripada sebelumnya, dan seterusnya g. Kemudian siswa diperintahkan untuk membuat kesimpulan atas kegiatan yang telah dilakukan, pada sesi akhir guru bisa mengakhiri pembelajaran. 14. Metode bertukar pasangan Adapun langkah-langkah dari metode ini yakni: a. Setiap dari siswa berhak mendapatkan pasangan, dalam hal ini bisa menyesuaikan. Guru bisa menunjuk ataupun siswa diberikan kebebasan sendiri untuk memilih pasangannya secara mandiri sesuai keinginan dan kebutuhan b. Guru memberikan tugas kepada siswa sesuai pasangannya dan mengerjakan bersama c. Pasca tugas dikerjakan, tiap pasangan akan bergabung dengan pasangan yang lain d. Kemudian kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, lalu pasangan yang baru saling


67 menanyakan serta mencari kepastian jawaban mereka e. Temuan baru yang mereka peroleh dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan yang semula. 15. Metode Snowball Throwing Adapun langkah-langkah dari metode ini: a. Awalan, guru menyampaikan materi yang akan bahas b. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok c. Kemudian guru mengumpulkan masing-masing perwakilan ketua kelompok guna memberikan penjelasan mengenai materi d. Para ketua kelompok kembali kepada team anggota masing-masing guna mengulas dan menjelaskan materi yang sudah di sampaikan guru e. Berikutnya, tiap-tiap dari siswa diberikan sebuah lembar kertas/lembar kerja. Kemudian menuliskan satu pertanyaan (apapun) yang berkenaan dengan materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok f. Kerta yang berisi pertanyaan tadi kemudian dibentuk seperti bola dan dilempar dari satu siswa kepada siswa yang lain selama kurang lebih 15 menit g. Pasca waktu melempar sudah habis, masingmasing siswa akan mendapatkan satu bola kertas


68 yang berisi pertanyaan. Kemudian siswa tersebut lalu diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis pada kertas tersebut secara bergantian. h. Guru memberikan evaluasi berkaitan dengan materi yang baru saja dijelaskan i. Terakhir, guru menutup pembelajaran seperti biasanya. D. Media Pembelajaran 1. Konsep media pembelajaran Kata media pastinya sudah tidak asing bagi semua orang ketika dikaitkan dengan sebuah pembelajaran. Sebagai mahasiswa di dunia pendidikan dasar, kata media sudah menjadi makanan rutinan dalam sebuah pembelajaran yang dikaitkan dengan kebutuhan dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dalam konteks pendidikan, media diartikan sebagai alat yang membantu para guru guna memamparkan ringkas yakni materi kepada peserta didik sebagai subjek utama guna mencapai pada ranah tujuan utama dari sebuah pembelajaran yang telah ditetapkan. Peran media pada hakikatnya memiliki kegunaan bagi guru sebagai alat yang membantu dalam transfer ilmu sehingga membuat banyak dari para peserta didik akan lebih paham dan dimudahkan guna memahami konteks materi yang selayaknya telah disampaikan. Ketika pendidik mengaplikasikan


69 sebuah media pembelajaran maka peserta didik akan mendapatkan pengalaman belajar yang baru dan bervariasi sehingga merangsang peserta didik untuk terus belajar. Selain sebagai media alat pembelajaran sebenarnya media juga bisa berbentuk sebagai alat komunikasi antar satu pihak dengan pihak lain seperti contohnya alat komunikasi HP yang digunakan sebagai alat hubung atau media berkomunikasi yang perannya saat ini tidak bisa dipungkiri bahwasanya HP sudah menjadi alat media komunikasi berbasis modern di era Revolusi Industri 4.0 saat ini. Menurut Gagne dalam ulasanya pada buku Manajemen Kelas yang ditulis oleh Euis karwati dan Donni Juni Priansa menegaskan secara eksplisit bahwasannya media pembelajaran yakni bisa diberikan pemahaman yaitu bermacam jenis komponen yang berhubungan pada setiap elemen termasuk perangkat, bahan, sampai dengan lingkungan peserta didik sehingga memberikan pengaruh sampai akhirnya bisa memotivasi peserta didik untuk belajar. Media pembelajaran pada sisi lain bisa diartikan pula sebagai serangkap sesuatu yang mampu digunakan/ di implementasikan untuk menyalurkan sebuah pesan (materi) dari pendidik yakni guru kepada peserta didik sehingga dalam hal ini, secara masif mampu merangsang pada pikiran, perasaan siswa tersebut, minat yang ada, dan juga pula perhatian peserta didik supaya proses pem-


70 belajaran bis terlaksana dengan masimal dan efektif. Pernyataan ini selaras dengan output peserta didik yang dapat memahami materi dalam proses pembelajaran. 2. Jenis-jenis Media Pembelajaran Dalam instrumen pembelajaran di dunia pendidikan tentunya media sebagai alat penyampaian komunikasi serta bentuk peraga yang digunakan pendidik agar dapat memudahkan peserta didik memahami untuk materi. Bentuk kreatifitas pendidik sangatlah dibutuhkan sebagai pengajar, yang tentunya harus bisa membedakan kriteria dan macam media yang cocok sesuai kategori umur peserta diik nya. Media pembelajaran dikenal dalam beragam jenis dan bisa digolongkan berupa kelompok seperti media audio yang secara hakikatnya berfokus pada pendengaran, media visual yang kini bisa dilihat memainkan peran pada indera pengelihatan, media audio visual yang mengandalkan secara kuat indera pendengaran serta penglihatan pada sebuah pokok kegiatan, dan adapula berbantuan multimedia yang saat ini terlihat jelas juga melibatkan jenis media guna menstimulus semua indera pada satu inti kegiatan. Berdasarkan ragam jenis tersebut media pembelajaran yang dapat digunakan yaitu : a. Media cetak. Media cetak sudah tidak asing ditelinga publik khususnya para pelajar yang


71 banyak dijumpai hampir ditempat manapun. Banyak sekali contoh media cetak seperti koran, majalah, modul, jurnal, buku, dll. b. Media pajang. Media pajang tentunya sampai saat ini masih terus digunakan karena keberadaannya sangat membantu sekali dalam media pembelajaran. Biasanya berupa papan tulis, white board, kanvas, dll. c. Media peraga dan eksperimen. Biasanya peralatan tersebut banyak dijumpai di laboraturium seperti alat optik, kerangka organ manusia, tabung erlenmeyer, dll. d. Media Televisi. Saat ini televisi sudah bukan menjadi barang yang sulit ditemukan dan bukan barang mewah. Banyak sekali informasiinformasi maupun berita yang ditayangkan sehingga semua kalangan dapat mendapatkan informasi terupdate. e. Media komputer. Di era saat revolusi 4.0 saat ini komputer maupun laptop menjadi kebutuhan primer hampir seluruh publik. Keberadaannya dalam dunia pendidikan sudah menjadi media nomor 1 yang wajib ada dalam instansi tersebut. Jaringan akses informasi dan tugas-tugas kantor serta siswa sudah tidak dapat dipisahkan lagi. Disamping banyak sisi positif dari komputer, masih banyak juga sisi negatif yang harus


72 dihindari agar tidak membuat keberadaannya disalahgunakan. f. Media internet, saat ini perkembangan teknologi tidak dapat dilepaskan dengan internet dan koneksi. Sebagai media yang sangat berpengaruh di era saat ini tentunya akses internet haruslah sepadan dengan penggunaan yang sangat banyak diseluruh dunia. 3. Kriteria media belajar yang baik Menggunakan media didalam suatu proses pembelajaran bukan suatu hal yang umum lagi karena memudahkan pendidik ketika penyampaian materi secara real dan abstrak. Didukungnya kondisi kelas yang nyaman, strategi serta metode pengajaran yang baik digunakan akan membuat proses belajar mengajar menjadi efektif dan fleksibel. 4. Manfaat media pembelajaran Media pembelajaran memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (pendidik) kepada penerima (peserta didik). Menurut M. Suyanto didalam buku Manajemn belajar&pembelajaran karangan Nursalim menyebutkan manfaat media pembelajaran yaitu: a. Materi dapat disampaikan secara seragam, artinya keberadaan media dapat memudahkan pendidik dalam menyampaikan materi karena satu materi yang disiapkan dapat digunakan untuk semua


73 peserta didik dalam pelajaran yang sama meskipun berada dalam kelas yang berbeda. b. Pelajaran menjadi lebih jelas, menarik dan interaktif, artinya peserta didik mudah dalam menangkap serta memahami materi dengan cara penyampaian yang dikemas secara menarik dan edukatif. c. Meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga, artinya bisa memanage atau mempersingkat waktu yang dibutuhkan serta tenaga yang dikeluarkan sehingga materi mejadi lebih ringkas dan fleksibel. d. Meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik, artinya keberadaan dan penggunaan media dalam pembelajaran diharapkan dapat meingkatkan kualitas hasil peserta didik. e. Proses belajar dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun, artinya keberadaan media menjadikan pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja asalkan bisa menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan sosial sekitar. f. Menumbuhkan cara pandang dan sikap positif peserta didik terhadap materi belajar, artinya kesan peserta didik terhadap materi dan proses belajar adalah penting. Dengan bantuan media yang ada membuat peserta didik bisa menggali ilmu dengan pemahaman yang mereka tangkap melalui penyampaian sederhana.


74 BAB III KURIKULUM PENDIDIKAN PANCASILA DI SEKOLAH DASAR


75 A. Tujuan Pendidikan Pancasila dengan Good Citizen Guru merupakan praktisi pendidikan yang langsung berhadapan dengan subjek belajar, yaitu peserta didik. Jalan untuk menjadi guru harus ditempuh dalam beberapa tahap. Seorang mahasiswa harus menyelesaikan pendidikan strata satu dan dilanjutkan dengan program profesi selama satu tahun. Belum selesai hingga menyelesaikan pendidikan, para mahasiswa calon guru ini harus lulus tes terlebih dahulu hingga akhirnya mengantongi sertifikat pendidik yang menjadi bukti legalitasnya menjadi seorang guru yang kompeten. Setelah banyaknya proses yang harus dilewati untuk menjadi guru, kemudian muncul pertanyaan akan menjadi guru yang seperti apa, apa yang akan kuubah dalam dunia pendidikan, apa kontribusi yang akan aku lakukan sebagai guru. Menjadi seorang guru adalah sebuah tanggung jawab yang besar. Profesi guru melekat tidak hanya di tempat kerja, tetapi juga di kehidupan sehari-hari. Guru menjadi sosok yang dimodelkan oleh masyarakat sebagai insan atau warga negara yang baik. Kompetensi pribadi dan sosial dari guru menjadi hal penting yang harus diperhatikan bahkan setelah seorang guru lepas dari jam kerjanya. Secara pribadi guru harus memiliki nilai luhur yang tertuang dalam sikap perilaku sehari-hari. Kompetensi sosial juga menjadi bagian penting dimana guru harus memahami perannya yang tidak terpisahkan


76 dari lingkungan masyarakat dan interaksi sosial di dalamnya. Hal ini menjadi ukuran dan contoh bagi masyarakat lingkungan sekitar. Besarnya peran guru yang bahkan melebar hingga di luar jam dan tempat dinas menjadikan seorang guru memiliki banyak misi yang berkaitan dengan pembangunan sumber daya manusia. Guru mulai dari tingkat pendidikan paling bawah hingga perguruan tinggi merupakan sebuah kesatuan atau misi untuk mencapai tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang juga tertuang pada alenia keempat Pembukaan Undang Undang Dasar. Guru dan pendidik sebagai ujung tombak dan garda pertama dari berjalannya pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi keberlangsungan peradaban bangsa. Melalui pendidikan, bangsa Indonesia dipersiapkan untuk bisa mandiri dan mencukupi kebutuhan hidupnya dan berlajut hingga pengembangan diri untuk menjadi bangsa yang semakin sejahtera dan mampu hidup berdampingan antar warga negara. Melalui pendidikan, bangsa belajar untuk memiliki kehidupan yang lebih baik dengan cara yang baik pula. Upaya untuk menjaga perdamaian lingkungan dan interaksi antar warga pun perlu menjadi inti nilai dari upaya belajar yang dilakukan oleh setiap orang. Adanya pendidikan dan guru serta pendidik yang terlatih merupakan bentuk komitmen untuk membekali generasi muda. Banyak mata pelajaran dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada setiap praktik pendidikan yang ada. Baik pendidikan formal, nonformal,


77 maupun informal memiliki tujuan dan kurikulum yang tersusun dan menjadi pedoman dalam kegiatan belajar mengajar. Pada setiap jenjang pendidikan, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan atau yang saat ini disebut Pendidikan Pancasila (dalam Kurikulum Merdeka), selalu menjadi mata pelajaran wajib. Kate Brown dan Stephen Fairbrass (2009:3) menyebutkan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan pad akhirnya adalah untuk berkontribusi demi kelangsungan dan pengembangan masyarakat yang adil dan demokratis, dengan keterlibatan warga negara yang dinamis dan aktif sebagai individu melalui berbagai bentuk masyarakat di lingkungan sosial. Sunarso dkk (2008:1) juga menyebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan kurikuler, teoritik, dan pragmatis. Secara kurikuler Pendidikan Kewarganegaraan menjadi subjek pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengembangkan individu agar menjadi warga negara yang berakhlak mulian, partisipatif, cerdas, dan bertanggung jawab. Secara teoritik Pendidikan Kewarganegaraan dirancancang memuat aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang terintegrasi dalam konteks ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, demokratis, serta bela negara. Pendidikan Kewarganegaraan secara pragmatis merupakan perwujudan dari teori yang telah dipelajari agar dapat diamalkan dan menjadi tindakan pada kehidupan sehari-hari sebagai warga negara yang baik.


78 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 37 dituliskan bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajraan wajib yang harus diajarkan pada kurikulum pendidikan dasar hingga menengah di Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan, atau dalam kurikulum merdeka disebut Pendidikan Pancasila, dikembangkan menjadi mata pelajaran yang mencakup banyak kommpetensi yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didikan menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu cara untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan menumbuhkan kecerdasan kewaganegaraan (civic intellegence). Kecerdakan kewarganegaraan merupakan sebuah prasayarat untuk terwujudnya budaya kewarganegaraan yang sesuai dengan atmosfer negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Winataputra (2016: 22) menuliskan bahwa pendidikan kewarganegaraan memiliki tugas yaitu: 1. Mengembangkan potensi peserta didik secara progresif dan berkelanjutan 2. Memfasilitasi kematangan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat, bangsa, dan negara


79 3. Membangun budaya dan keadaban kewarganegaraan sebagai salah satu determinan kehidupan yang demokratis Pendidikan Kewarganegaraan atau pada Kurikulum Merdeka disebut Pendidikan Pancasila difokuskan pada tiga komponen, yaitu; civic knowlende (pengetahuan kewarganegaraan), civic skills (keterampilan kewarganegaraan), dan civic disposition (karakter kewarganegaraan). Civic knowledge merupakan materi substansi yang harus diketahui oleh setiap warga negara Indonesia, dalam hal ini diajarkan pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila di bangku sekolah. Pada prinsipnya hal yang harus diketahui adalah terkait hak dan kewajiban sebagai warga negara, struktur dan sistem politik serta pemerintahan, nilai-nilai universal dalam masyarakat demokratis, cara-cara kerja sama untuk mewujudkan kemajuan bersama, serta hidup berdampingan dengan damai dalam masyarakat nasional maupun global. Civic skills adalah keterampilan yang dikemabangkan dari civic knowledge agar apa yang sudah diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan berbangsan dan bernegara maupaun dalam menghadapi permasalahan sehari-hari. Civic skills mencakup keterampilan intelektual dan keterampilan partisipasi. Civic disposition merupakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh setiap warga negara untuk mendukung efektivitas partisipasi politik, berfungsi sebagai sistem politik yang sehat, berkembangnya martabat dan harga diri serta


80 kepentingan umum. Pendidikan Pancasila merupakan pendidikan nilai, moral atau karakter, dan kewarganegaraan dengan kekhasan Indonesia. Hal tersebut menjadikan Pendidikan Pancasila dapat membangun bangsa Indonesia sebagai insan atau warga negara yang memiliki harkat dan martabat serta bermoral dan memiliki jati diri dan karakter bangsa Indonesia. Membekali peserta didik agar tumbuh dan bisa hidup dalam masyarakat secara baik merupakan sebuah agenda besar dalam pendidikan khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan Pancasila. Perlu adanya kajian mendalam tentang apa saja yang harus diajarkan dan dijadikan dasar dalam pengajaran serta sesuai dengan tiga komponen (civic knowledge, civic skills, dan civic disposition). Badan Standar Nasional Pendidikan menguraikan ruang lingkup Pendidikan Pancasilan dan Kewarganegaraan sebagai berikut: 1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa Hal yang menjadi bahasan pada lingkup persatuan dan kesatuan bangsa antara lain; hidup rukun dalam perbedaan, sinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan NKRI, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI, keterbukaan, dan jaminan keadilan. 2. Norma, Hukum, dan Peraturan Bahasan pada lingkup norma, hukum dan peraturan yaitu; tertib dalam kehidupan kelaurga, tata


81 tertib di sekola, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional. 3. Hak Asasi Manusia Hak asasi manusia meliputi; hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, ponghormatan, dan perlindungan HAM. 4. Kebutuhan Warga Negara Bahasan lingkup kebutuhan warga negara yaitu; hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, dan persamaan kedudukan warga negara. 5. Konstitusi Negara Lingkup konstitusi negara membahas antara lain; proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, serta hubungan dasar negara dengan konstitusi. 6. Kekuasaan dan Politik Kekuasaan dan politik meliputi; pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintahan pusat, demokrasi dan sistem


82 politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan pers dalam masyarakat demokrasi. 7. Pancasila Bahasan pada Pancasila meliputi; kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dan Pancasila sebagai ideologi terbuka. 8. Globalisasi Bahasan pada lingkup globalisasi yaitu; globalisasi di lingkungan, politik luar negeri Indonesia, dampak globalisasi, hubungan internasional dan ogranisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi. Menjadi warga negara yang baik atau good citizen sering kali dikaitkan dengan tujuan dan fungsi dari pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pada era globalisasi abad 21 ini sangat penting untuk menjadi manusia yang baik tidak hanya terhadap dirinya tetapi orang lain dan lingkungan sekitar. Kemajuan ilmu dan teknologi serta cepatnya arus informasi menjadikan muncul tantangan dan masalah baru yang sebelumnya tidak ada, baik dalam bentuk sosial maupun yang menyangkut fisik lingkungan. Pergeseran dan perubahan budaya sudah bukan menjadi hal asing bagi anak-anak pada zaman sekarang. Muncul fenomena sosial baru yang terkadang tidak sesuai dengan nilai dan ajaran luhur


83 bangsa Indonesia menjadi ancaman yang serius jika tidak diantisipasi dengan tepat. Perlu adanya kesiapan diri dari setiap bangsa dalam menghadapi tantangan yang muncul di abad 21. Dalam hal ini Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan harus lebih adaptif dalam menghadapi perubahan yang semakin cepat. Kebutuhan masyarakat abad 21 akan semakin kompleks dan butuh sebuah prespektif lain dalam memandang tantangan cepatnya arus globalisasi dan teknologi dari sisi kewarganegaraan. Oleh karena itu muncullah konsepsi kewarganegaraan multidimensi. Kewarganegaraan multidimensi dikembangkan pada semua aspek pendidikan baik kurikulum dan pedagogi, pemerintah dan organisasi, serta hubungan sekolah dan masyarakat (John J. Cogan dan Ray Derricot, 2000). Kewarganegaraan multidimensi memuat dimensi personal, dimensi sosial, dimensi spasial, dan dimensi temporal. Dimensi personal artinya pada kewarganegaraan mencakup komitmen seseorang pada etika sebagai warga negara yang baik, memiliki tanggung jawab moral, pikiran, dan sikap baik pada individu maupun kelompok sosial. Dimensi sosial memiliki arti bahwa perlu adanya hubungan dan interaksi dalam bentuk kerja sama atau gotong royong untuk mewujudkan lingkungan sosial yang ideal. Dimensi spasial artinya bahwa setiap warga negara diharapkan mampu memiliki jangkauan interaksi dan komunikasi yang luas. Tidak hanya pada tingkat lingkungan sekitar atau regional tetapi juga ke masyarakat


84 yang cangkupannya lebih luas bahkan internasional. Hal ini tentu tetap dengan memperhatikan dimensi personal dan sosial agar tetap tercipta lingkungan interaksi yang nyaman bagi semua. Dimensi temporal memiliki arti bahwa seorang warga negara yang baik harus memperhatikan kondisi lampau dan prediksi yang akan datang dalam menghadapi tantangan pada zaman sekarang atau masalah yang muncul saat ini. Dimensi temporal memberi pertimbangan yang lebih luas karena merujuk pada situasi yang pernak menjadi pengalaman di masa lalu dan mempertimbangkan kemungkinan yang akan datang untuk menghadapi masalah saat ini dengan baik. Warga negara pada abad 21 memiliki kompetensi yang berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Begitu banyak tantangan dan perubahan yang sangat cepat membuat mereka harus lebih kompeten sesuai dengan zamannya. Terdapat 6 kompetensi keterampilan yang harus dimiliki oleh warga pada abad 21 yang dikenal dengan 6C (caracter, citizenship, critical thinking, creativity, collaboration, dan communication). Lebih lanjut, John J. Cogan dan Ray Derricot (2000) menuliskan karakteristik kewarganegaraan yang perlu dimiliki warga abad 21, yaitu; kemampuan melihat dan menganalisis masalah sebagai masyarakat global; kemampuan bekerja sama dengan kooperatif dan bertanggung jawab; kemampuan memahami dan menerima perbedaan; kemampuan berpikir kritis dan sistematis; kemampuan menyelesaikan masalah atau


85 konflik dengan baik; memiliki gaya hidup yang memelihara lingkungan dan tidak konsumtif; melindungi dan sensitive terhadap isu hak asasi manusia; serta minat dan keinginan untuk turut andil dalam kehidupan politik baik di tingkat terbawah, nasional, hingga internasional. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan hadir untuk membentuk generasi muda memiliki karakteristik yang sesuai dengan abad 21 sekaligus menjadi warga negara yang baik. Perubahan paradigma pembelajaran Pendidikan Pancasila yang tidak lagi konvensional dan lebih interaktif dengan peserta didik menjadi sebuah cara yang bisa dilakukan guru. Cara-cara konvensional seperti indoktrinasi, ceramah, dan hafalan bukan lagi cara yang efektif dan dianjurkan untuk bisa membentuk peserta didik menjadi generasi yang bisa diandalkan dan mampu menghadapai tantangan abad 21. Perlu adanya penyesuaian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada bagian penyusunan kurikulum, praktik pembelajaran di kelas, menjadikan sekolah sebagai model kehidupan masyarakat yang juga sekaligus didukung dengan membentuk masyarakat yang edukatif bagi perkembangan peserta didik setelah keluar dari sekolah. Kemudian semua akan kembali pada kompetensi guru yang cakap dan profesional untuk dapat menghadirkan pembelajan dan iklim belajar di sekolah yang mampu menunjang pengembangan kompetensi serta potensi peserta didik.


86 B. Pendidikan Pancasila di Kurikulum Merdeka Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum paling muda yang terdapat pada sistem pendidikan Indonesia saat ini. Kurikulum Merdeka berawal sebagai bentuk adaptasi atas adanya pandemi covid-19 yang membatasi kegiatan belajar mengajar, baik dari tingkat dasar hingga tinggi. Kurikulum ini terus dikembangkan menjadi sebuah kurikulum yang lebih fleksibel dan fokus pada materi esensial serta pengembangan karakter peserta didik. Karakter peserta didik yang akan dikembangkan dikenal dengan Profil Pelajar Pancasila. Terdapat enam dimensi profil pelajar pancasila yang menjelma sebagai visi pendidikan Indonesia, yaitu; beriman dan berataqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; berkebhinnekaan global; gotong royong; kreatif; beranalar kritis; dan mandiri. Kurikulum Merdeka dikatakan fleksibel karena guru diberi kebebasan untuk menyesuaikan pembelajaran dengan keadaan peserta didik serta lingkungan sosial budaya setempat. Perbedaan yang cukup kentara dari Kurikulum Merdeka dan kurikulum sebelumnya, Kurikulum 2013, adalah munculnya kembali mata pelajaran yang berdiri sendiri, bukan dalam kesatuan tema. Pada kurikulum merdeka mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berubah penamaan menjadi Pendidikan Pancasila. Pada kurikulum 2013 struktur materi Pendidikan Pancasilan dan Kewarganegaraan (PPKn)


87 meliputi Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sedangkan Pendidikan Pancasila pada Kurikulum Merdeka lebih fokus pada pengembangan nilai karakter dan moral peserta didik yang mengacu pada enam Profil Pelajar Pancasila. Fokus tujuan Pendidikan Pancasila pada Kurikulum Mereka pada peningkatan nilai karakter peserta didik dalam menghadapi tatangan perubahan zaman agar tidak pudar dan kelaur dari nilai dan moral Indonesia. Hal ini fleksibel dan disesuaikan dengan perkembangan zaman, serta membutuhkan profesionalisme dan kecermatan guru dalam meramu pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Pendidikan Pancasila dijelaskan dalam Kurikulum Merdeka merupakan sebuah mata pelajran yang berisi muatan pendidikan Pancasila dan pendidikan kewarganegaraan yang betujuan membentuk peserta didik menjadi warga negara yang cerdas, amanah, jujur, dan bertanggung jawab. Pendidikan Pancasila merupakan salah satu mata pelajaran yang mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, diaplikasikan melalui praktik belajar kewarganegaraan berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada Kurikulum Merdeka tujuan belajar Pendidikan Pancasila adalah sebagai berikut: 1. Berakhlak mulia dengan didasari keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui


88 sikap mencintai sesama manusia, lingkungan, dan negara untuk mewujudkan persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial dengan menanamkan penyadara, keteladanan, dan pembiasaan. 2. Memahami makna dan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup, dan ideologi negara, serta mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 3. Mematuhi konstitusi dan norma yang berlaku serta menyelaraskan perwujudan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di masyarakat global. 4. Memahami jati diri sebagai bagoan dari bangsa Indonesia yang berbineka dan berupaya untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, serta bersikap adil dan menghargai perbedaan SARA, status sosial ekonomi, jenis kelamin, dan penyandang disabilitas. 5. Mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berpera aktif dalam menciptakan perdamaian dunia. Pendidikan Pancasila pada Kurikulum Merdeka berisi empat elemen yaitu Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, masih sama dengan Kurikulum 2013. Penjabaran empat elemen Pendidikan Pancasila adalah sebagai berikut:


89 1. Pancasila Memahami sejarah kelahiran, perumusan, dan penetapan pancasila, dan kedudukannya sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa dan ideologi negara, serta makna, nilai, dan hubungan sila-sila Pancasila sebagai suatu kesatuan yang utuh; memahami bendera, lagu kebangsaan, dan bahasa Indonesia; memahami hubungan Pancasila dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; menerapkan cara berpikir dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta menunjukkan sikap bangga sebagai anak Indonesia. 2. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Mematuhi peraturan dan norma yang belaku; menjalankan hak dan kewajiban; menunjukkan perilaku demokratis dalam perumusan peraturan; dan memahami periodisasi pemberlakuan serta perubahan Undang-Undang Negara Republik Indonesia. 3. Bhinneka Tunggal Ika Menunjukkan rasa bangga terhadap jati diri sebagai bangsa Indonesia; memahami Bhinneka Tunggal Ika sebagai modal sosial untuk membangun kesadaran dan memberikan Solusi yang berkeadilan;


90 menjaga, melestarika, dan mengembangkan tradisi, kearifan local, dan budaya dalam masyarakat global. 4. Negara Kesatuan Republik Indonesia Mengkaji karakteristik lingkungan tempat tinggal dan sekitarnya; memahami bentuk negara, bentuk pemerintahan, sistem pemerintahan, dan lembagalembaga negara dalam mewujudkan Pembangunan nasional berdasarkan Pancasila, melaksanakan praktik demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memahami sistem pertahanan dan keamanan negara, peran Indonesia dalam hubungan antarbangsa dan negara, serta Solusi terkait ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) sebagai wujud bela negara. Secara lebih detail, penjabaran empat elemen pada Pendidikan Pancasila disajikan dalam Capaian Pembelajaran (CP) yang menjadi acuan bagi guru untuk mengembangkan instrumen pembelajaran. Fleksibilitas yang ditawarkan Kurikulum Merdeka tetap mengacu pada Capaian Pembelajaran yang nantinya akan dikembangkan sesuai dengan keadaan peserta didik serta lingkungan belajarnya oleh guru. Berikut Capaian Pembelajaran (CP) Pendidikan Pancasila pada tingkat sekolah dasar bedasarkan fasenya:


91 Fase A Kelas 1 dan 2 SD Capaian Umum: Peserta didik mengidentifikasi dan menghargai identitas dirinya sesuai dengan jenis kelamin, hobi, bahasa, serta agama dan kepercayaan di lingkungan rumah dan sekolah; mengenal karakteristik lingkungan tempat tinggal dan sekolah sebagai bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; mengenal bendera negara, lagu kebangsaan, simbol dan sila-sila Pancasila dalam lambang negara Garuda Pancasila; mematuhi aturan di lingkungan keluarga dan menceritakannya; mengenal para perumus Pancasila dan menerapkan nilai-nilai Pancasila; serta mempraktikkan sikap dan perilaku menjaga lingkungan tempat tinggal dan sekolah. Capaian Per Elemen Pancasila Peserta didik mampu mengenal bendera negara, lagu kebangsaan, simbol dan sila-sila Pancasila dalam lambang negara Garuda Pancasila, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga; mengenal para perumus Pancasila. UUD RI 1945 Peserta didik mampu mengenal aturan di lingkungan keluarga; menceritakan contoh sikap mematuhi aturan di lingkungan keluarga; serta menunjukkan perilaku mematuhi aturan di lingkungan keluarga. Bhinneka Peserta didik mampu mengidentifikasi dan


92 Tunggal Ika menghargai identitas dirinya sesuai dengan jenis kelamin, hobi, bahasa, serta agama dan kepercayaan di lingkungan rumah dan sekolah. NKRI Peserta didik mampu mengenal karakteristik lingkungan tempat tinggal dan sekolah sebagai bagian dari wilayah NKRI; mampraktikkan sikap dan perilaku menjaga lingkungan temapt tinggal dan sekolah; menceritakan bentuk kerja sama dalam keberagaman di lingkungan temapt tinggal dan sekolah. Fase B Kelas 3 dan 4 SD Capaian Umum: Peserta didik menghargai perbedaan identitas diri, keluarga, dan teman-temannya; bangga menjadi anak Indonesia yang memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan; mengidentifikasi lingkungan tempat tinggal sebagai bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; menunjukkan sikap kerja sama dalam berbagai bentuk keberagaman yang terikat persatuan dan kesatuan; melaksanakan aturan, hak dan kewajiban sebagai anggota keluarga, warga sekolah, dan lingkungan tempat tinggal; dan menerapkan makna sila-sila Pancasila dan meneladani karakter para perumus Pancasila. Capaian Per Elemen Pancasila Peserta didik mampu menunjukkan makna sila-


Click to View FlipBook Version