Strategi Sistem Informasi 139 A. Pengertian dan Pentingnya Transformasi Digital Transformasi digital adalah proses yang mengadopsi teknologi digital untuk menciptakan atau memodifikasi proses bisnis, budaya, dan pengalaman pelanggan agar memenuhi kebutuhan pasar yang terus berubah. Menurut Westerman, Bonnet, dan McAfee (2019), transformasi digital melibatkan perubahan signifikan dalam cara bisnis beroperasi dan memberikan nilai kepada pelanggan melalui penerapan teknologi digital di seluruh aspek organisasi. Mereka menekankan bahwa transformasi ini tidak hanya tentang teknologi itu sendiri, tetapi juga tentang bagaimana teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja dan daya saing perusahaan. Vial (2019) mendefinisikan transformasi digital sebagai perubahan yang terjadi pada organisasi melalui kombinasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dengan strategi, proses, dan struktur organisasi untuk menciptakan nilai baru. Menurut Vial, transformasi digital adalah proses dinamis yang melibatkan integrasi teknologi digital dalam semua area bisnis, yang berdampak pada cara organisasi berinteraksi dengan pelanggan, mengelola operasi, dan menciptakan produk atau layanan baru. Ia menekankan pentingnya adaptasi organisasi terhadap perubahan teknologi dan pasar untuk tetap relevan dan kompetitif. Sementara itu, Bharadwaj et al. (2018) melihat transformasi digital sebagai integrasi teknologi digital dalam semua aspek bisnis, yang mencakup perubahan dalam strategi, struktur dan proses. Mereka menggaris-
140 Strategi Sistem Informasi bawahi bahwa transformasi digital tidak hanya tentang mengadopsi teknologi baru, tetapi juga melibatkan perubahan fundamental dalam budaya organisasi dan cara berpikir. Transformasi ini mencakup penerapan teknologi seperti analitik data besar, kecerdasan buatan dan Internet of Things (IoT) untuk meningkatkan efisiensi operasional, inovasi produk, dan pengalaman pelanggan. Mereka menekankan bahwa keberhasilan transformasi digital bergantung pada kepemimpinan yang visioner dan keterlibatan seluruh organisasi dalam proses perubahan. Pentingnya Transformasi Digital Transformasi digital sangat penting karena memungkinkan organisasi untuk meningkatkan efisiensi operasional mereka secara signifikan. Dengan mengadopsi teknologi digital seperti otomatisasi, analitik data besar, dan kecerdasan buatan, perusahaan dapat mengotomatisasi tugas-tugas rutin dan berulang, mengurangi kesalahan manusia dan mempercepat proses bisnis. Hal ini tidak hanya mengurangi biaya operasional tetapi juga meningkatkan produktivitas karyawan. Misalnya, otomatisasi dalam rantai pasokan dapat mengoptimalkan pengelolaan inventaris dan distribusi, sementara analitik data dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam untuk pengambilan keputusan yang lebih tepat dan cepat. Selain itu, transformasi digital juga menjadi kunci dalam meningkatkan pengalaman pelanggan. Teknologi digital memungkinkan perusahaan untuk memahami kebutuhan dan preferensi pelanggan dengan lebih baik melalui analisis data pelanggan. Dengan informasi ini, perusahaan dapat menawarkan layanan yang lebih
Strategi Sistem Informasi 141 personal dan responsif, meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan. Platform digital seperti e-commerce, aplikasi seluler, dan media sosial juga memberikan cara baru bagi perusahaan untuk berinteraksi dengan pelanggan mereka, menyediakan layanan yang lebih mudah diakses dan nyaman. Ini sangat penting dalam dunia yang semakin terhubung dan kompetitif di mana pelanggan mengharapkan layanan yang cepat dan efisien. Transformasi digital tidak kalah penting untuk mempertahankan daya saing organisasi di pasar yang cepat berubah. Dengan teknologi yang terus berkembang, perusahaan harus terus berinovasi dan menyesuaikan strategi bisnis mereka untuk tetap relevan. Transformasi digital memungkinkan organisasi untuk mengembangkan model bisnis baru, mengeksplorasi peluang pasar baru, dan merespons perubahan tren dengan lebih cepat. Misalnya, penggunaan teknologi seperti Internet of Things (IoT) dapat membuka peluang baru dalam pengembangan produk dan layanan yang lebih cerdas dan terhubung. Perusahaan yang gagal bertransformasi digital berisiko tertinggal dari pesaing yang lebih inovatif dan adaptif, yang dapat mengancam keberlanjutan bisnis mereka di jangka panjang. B. Elemen Utama Transformasi Digital Transformasi digital tidak hanya melibatkan penerapan teknologi baru, tetapi juga mencakup perubahan mendasar dalam berbagai aspek organisasi untuk menciptakan nilai yang berkelanjutan dan daya saing yang kuat. Dalam proses ini, terdapat beberapa elemen utama
142 Strategi Sistem Informasi yang harus diperhatikan oleh setiap organisasi. Elemenelemen ini mencakup teknologi kunci yang mendorong perubahan, budaya dan kepemimpinan yang mendukung, penataan ulang proses bisnis dan model operasional, serta fokus pada peningkatan pengalaman pelanggan. Memahami dan mengintegrasikan elemen-elemen ini secara efektif adalah langkah untuk mencapai keberhasilan dalam transformasi digital dan memastikan bahwa perusahaan mampu beradaptasi dan berkembang dalam lanskap bisnis yang terus berubah. 1. Teknologi Kunci Teknologi kunci adalah elemen pertama dan paling mencolok dalam transformasi digital. Beberapa teknologi utama yang mendorong transformasi ini meliputi kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), analitik data besar (Big Data), komputasi awan (Cloud Computing), dan blockchain. Kecerdasan buatan, misalnya, dapat digunakan untuk mengotomatisasi proses, meningkatkan layanan pelanggan dengan chatbots, dan memberikan wawasan yang lebih baik melalui analitik prediktif. IoT memungkinkan perangkat untuk berkomunikasi satu sama lain, menciptakan ekosistem yang terhubung dan memberikan data real-time yang dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan pengalaman pelanggan. Big Data dan analitik memungkinkan perusahaan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan mengekstrak nilai dari data dalam jumlah besar untuk pengambilan keputusan yang lebih baik. Komputasi awan menyediakan fleksibilitas dan skalabilitas yang
Strategi Sistem Informasi 143 diperlukan untuk menyimpan dan mengelola data dengan efisien, sementara blockchain menawarkan keamanan dan transparansi yang lebih baik dalam transaksi digital. (Legner et al., 2017) 2. Budaya dan Kepemimpinan Budaya organisasi dan kepemimpinan merupakan elemen kunci yang menentukan keberhasilan transformasi digital. Transformasi digital membutuhkan perubahan budaya yang signifikan, di mana inovasi dan adaptasi terhadap teknologi baru menjadi bagian dari nilai inti perusahaan. Kepemimpinan yang visioner dan mendukung sangat penting untuk mendorong perubahan ini. Pemimpin harus mampu menginspirasi dan memotivasi tim mereka, serta menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan inisiatif digital. Selain itu, kepemimpinan harus memastikan adanya komunikasi yang efektif di seluruh organisasi mengenai visi dan tujuan transformasi digital. Dengan dukungan dari puncak organisasi, perubahan budaya dapat dipercepat dan resistensi terhadap perubahan dapat diminimalkan. (Akbar & Noviani, 2019) 3. Proses Bisnis dan Model Operasional Transformasi digital tidak hanya tentang adopsi teknologi baru tetapi juga tentang bagaimana teknologi tersebut diintegrasikan ke dalam proses bisnis dan model operasional yang ada. Perusahaan harus mengevaluasi dan merancang ulang proses bisnis mereka untuk memanfaatkan teknologi digital dengan maksimal. Ini mungkin melibatkan peruba-
144 Strategi Sistem Informasi han dalam alur kerja, pengurangan langkah-langkah manual, dan pengembangan proses yang lebih responsif dan agile. Selain itu, perusahaan perlu mengembangkan model operasional yang mendukung inovasi dan skalabilitas. Ini bisa berarti mengadopsi pendekatan agile dalam pengelolaan proyek, memanfaatkan komputasi awan untuk skalabilitas, dan membangun infrastruktur IT yang fleksibel dan dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kebutuhan bisnis. (Suprihadi & Kom, 2020) 4. Pengalaman Pelanggan Pengalaman pelanggan adalah fokus utama dalam banyak inisiatif transformasi digital. Teknologi digital memungkinkan perusahaan untuk lebih memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan mereka dengan cara yang lebih personal dan tepat waktu. Dengan analitik data, perusahaan dapat melacak perilaku pelanggan dan mengidentifikasi tren serta preferensi. Ini memungkinkan mereka untuk menawarkan produk dan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu pelanggan, meningkatkan kepuasan dan loyalitas. Selain itu, platform digital seperti aplikasi seluler dan media sosial memungkinkan interaksi yang lebih langsung dan responsif dengan pelanggan. Transformasi digital juga dapat mempercepat waktu respons dan meningkatkan kualitas layanan pelanggan melalui otomatisasi dan penggunaan chatbots atau asisten virtual. (Samman, n.d. 2018) Dengan memahami dan mengintegrasikan elemen-elemen utama ini, organisasi dapat memak-
Strategi Sistem Informasi 145 simalkan manfaat dari transformasi digital dan menciptakan nilai yang berkelanjutan bagi bisnis mereka. Setiap elemen memainkan peran penting dalam memastikan bahwa inisiatif transformasi digital tidak hanya diterapkan dengan baik tetapi juga menghasilkan dampak positif yang signifikan bagi organisasi dan pelanggannya. C. Implementasi Transformasi Digital dalam Strategi Sistem Informasi Perencanaan strategis adalah langkah pertama dan krusial dalam implementasi transformasi digital dalam strategi sistem informasi. Ini melibatkan penilaian menyeluruh terhadap kebutuhan bisnis, potensi teknologi, dan tujuan jangka panjang organisasi. Dalam tahap ini, perusahaan harus mengidentifikasi area yang paling membutuhkan perubahan digital dan menetapkan prioritas berdasarkan dampaknya terhadap bisnis. Penyusunan roadmap digital yang jelas, yang mencakup milestone dan indikator kinerja utama (KPI), sangat penting untuk memandu proses transformasi. Selain itu, perencanaan strategis harus mempertimbangkan alokasi sumber daya yang tepat, termasuk anggaran, tenaga kerja, dan infrastruktur teknologi, untuk mendukung inisiatif digital. (Merali et al., 2012) Pengelolaan proyek transformasi digital memerlukan metodologi yang sistematis dan disiplin untuk memastikan bahwa setiap inisiatif berjalan sesuai rencana dan mencapai hasil yang diharapkan. Pendekatan manajemen proyek yang agile sering digunakan dalam konteks ini
146 Strategi Sistem Informasi karena fleksibilitas dan kemampuan adaptasinya terhadap perubahan. Manajemen perubahan juga menjadi elemen penting, di mana komunikasi yang efektif dan pelatihan yang memadai harus diberikan kepada karyawan untuk mengurangi resistensi terhadap perubahan. (Lee et al., 2018)Selain itu, pemantauan dan evaluasi berkelanjutan terhadap kemajuan proyek, termasuk identifikasi dan mitigasi risiko, sangat penting untuk memastikan keberhasilan implementasi. Hal yang tidak kalah penting adalah integrasi teknologi dan sistem yang merupakan aspek teknis yang kritis dalam transformasi digital. Ini mencakup integrasi berbagai teknologi baru seperti AI, IoT, dan cloud computing ke dalam sistem informasi yang sudah ada. Proses ini sering kali memerlukan pembaruan infrastruktur IT dan pengembangan aplikasi baru yang dapat berinteraksi dengan sistem lama. (Pearlson et al., 2024). Selain itu, integrasi yang berhasil harus memastikan bahwa data dapat mengalir dengan lancar di seluruh sistem, memungkinkan analitik yang lebih baik dan pengambilan keputusan yang lebih cepat. Perusahaan juga perlu memastikan bahwa sistem yang baru diintegrasikan dapat beradaptasi dengan perubahan dan skala sesuai dengan kebutuhan bisnis yang berkembang. Implementasi transformasi digital dalam strategi sistem informasi memerlukan pendekatan yang terstruktur dan menyeluruh. Mulai dari perencanaan strategis yang matang hingga pengelolaan proyek yang disiplin, serta integrasi teknologi yang mulus dan pembelajaran dari studi kasus, setiap langkah harus
Strategi Sistem Informasi 147 dilaksanakan dengan perhatian penuh terhadap detail dan tujuan jangka panjang. (Rainer et al., 2020)Dengan demikian, perusahaan dapat memastikan bahwa mereka tidak hanya mengadopsi teknologi baru, tetapi juga benarbenar mentransformasi cara mereka beroperasi dan berinteraksi dengan pelanggan untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. D. Evaluasi dan Pengukuran Keberhasilan Transformasi Digital Evaluasi dan pengukuran keberhasilan transformasi digital merupakan tahap krusial dalam memastikan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan potensi penuh teknologi digital untuk mencapai tujuan bisnis dan strategis mereka. Proses evaluasi dimulai dengan penetapan metrik kinerja utama (KPI) yang relevan, yang dapat mencakup peningkatan efisiensi operasional, penurunan biaya, peningkatan pendapatan, atau peningkatan kepuasan pelanggan. KPIkPI ini harus didasarkan pada tujuan-tujuan strategis perusahaan dan harus dapat diukur secara objektif untuk memonitor kemajuan dan dampak dari transformasi digital. Selanjutnya, analisis dampak adalah langkah penting untuk memahami secara mendalam bagaimana transformasi digital mempengaruhi berbagai aspek bisnis. Analisis ini tidak hanya melibatkan pengukuran finansial seperti ROI (Return on Investment), tetapi juga dampaknya terhadap operasional perusahaan, efisiensi kerja dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan pasar. Dengan melakukan analisis yang komprehensif, perusahaan dapat
148 Strategi Sistem Informasi mengevaluasi apakah transformasi digital telah memberikan nilai tambah yang diharapkan dan mengidentifikasi area di mana penyesuaian atau perbaikan lebih lanjut diperlukan. (Widianto, 2014) Selain itu, tantangan yang dihadapi selama proses transformasi digital harus diidentifikasi dan diatasi dengan bijak. Resistensi terhadap perubahan dari karyawan, kesulitan dalam mengintegrasikan teknologi baru dengan sistem yang sudah ada, dan masalah keamanan data adalah beberapa contoh tantangan yang umum. Mengatasi tantangan ini memerlukan pendekatan yang holistik, termasuk manajemen perubahan yang efektif, pelatihan karyawan yang tepat, dan pemahaman mendalam tentang kebutuhan teknis dan organisasional perusahaan. Penting juga untuk menerapkan proses evaluasi berkelanjutan yang tidak hanya fokus pada hasil akhir tetapi juga pada proses transformasi itu sendiri. Evaluasi berkelanjutan memungkinkan perusahaan untuk memantau kemajuan secara rutin, mengidentifikasi perubahan lingkungan bisnis yang mempengaruhi, dan melakukan penyesuaian strategis yang diperlukan. Dengan demikian, perusahaan dapat memastikan bahwa mereka tetap responsif terhadap dinamika pasar dan dapat memaksimalkan dampak positif dari inisiatif transformasi digital mereka. Terakhir, pembelajaran dari evaluasi dan pengukuran keberhasilan transformasi digital adalah kunci untuk meningkatkan strategi di masa depan. Dengan memahami apa yang telah berhasil dan apa yang belum berhasil, perusahaan dapat memperbaiki pendekatan mereka
Strategi Sistem Informasi 149 dalam mengadopsi teknologi baru, mengelola perubahan organisasional, dan mengoptimalkan investasi teknologi mereka. Pembelajaran ini juga memungkinkan perusahaan untuk membangun kapabilitas internal yang lebih kuat dalam menghadapi tantangan teknologi masa depan dan mempertahankan keunggulan kompetitif dalam industri mereka. E. Hambatan Transformasi Digital Dalam upaya mendukung pengembangan komunitas digital di Asia Tenggara, Pemerintah Republik Indonesia menghadapi beberapa hambatan dalam percepatan transformasi digital yang inklusif. Salah satu hambatan utama adalah tantangan terkait dengan infrastruktur konektivitas yang masih heterogen di berbagai wilayah. Meskipun upaya untuk menyediakan konektivitas yang memadai terus ditingkatkan, kesenjangan digital antar wilayah tetap menjadi kendala serius dalam memastikan akses yang merata terhadap teknologi digital. Selain itu, masalah kedua terletak pada pemanfaatan data yang optimal dan berkelanjutan. Meskipun pemerintah telah mengedepankan pentingnya pemanfaa-tan data dalam transformasi digital, prinsip-prinsip kedaulatan data dan keamanan informasi juga menjadi perhatian utama. Perlindungan data pribadi dan kebijakan yang memastikan kontrol yang tepat terhadap penggunaan data tetap menjadi fokus dalam strategi transformasi digital. Tantangan lainnya adalah resistensi terhadap perubahan dari berbagai pihak terkait, baik dari sektor publik maupun swasta. Perubahan paradigma dan
150 Strategi Sistem Informasi adaptasi terhadap teknologi baru sering kali menghadapi penolakan atau ketidakpastian, yang memerlukan pendekatan manajemen perubahan yang kuat dan komunikasi yang efektif untuk mengatasi. Di samping itu, kerja sama luar negeri dalam hal transformasi digital juga menjadi kunci penting namun kompleks. Meskipun Pemerintah Indonesia aktif dalam berbagai kerangka kerja sama internasional dan regional, harmonisasi kebijakan dan standar antarnegara sering kali memerlukan negosiasi yang intensif dan kerja sama yang lebih erat. Terakhir, upaya untuk memastikan inklusivitas dalam transformasi digital juga menjadi tantangan tersendiri. Meskipun banyak inisiatif yang bertujuan untuk memastikan bahwa manfaat dari teknologi digital dapat dirasakan secara merata oleh semua lapisan masyarakat, realitasnya masih menunjukkan adanya kesenjangan akses dan kecakapan digital yang perlu diatasi lebih lanjut. (Eko, 2022) Secara keseluruhan, meskipun ada kemajuan yang signifikan dalam upaya transformasi digital di Indonesia dan Asia Tenggara, mengatasi hambatan-hambatan ini akan memerlukan strategi yang terpadu, kolaborasi lintas sektor yang kuat, dan komitmen yang berkelanjutan dari semua pihak terkait.
Strategi Sistem Informasi 151 Evaluasi Kinerja dan Efektivitas Strategi Sistem Informasi Fauzan Asrin, S.Kom., M.Kom. A. Pengertian Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Pada dasarnya makna evaluasi kinerja sistem informasi sama halnya dengan pengukuran kinerja sistem informasi. Dimana secara definisi suatu kegiatan mengidentifikasi, menganalisis apakah adanya suatu program yang direncanakan sebelumnya sesuai dengan apa yang diharapkan. Makna evaluasi juga dapat deiberikan pengertian sebagai proses pengkajian yang dilakukan dari data dan informasi yang dikumpulkan untuk mendapatkan bahan perbaikan dari objek yang diteliti (Putra, Maghreza Surya, Kraugusteeliana and Pradnyana, I Wayan Widi, 2021).
152 Strategi Sistem Informasi Sementara itu makna kinerja sistem informasi merupakan suatu algoritma yang di instruksikan oleh programmer ke dalam suatu sistem informasi untuk menunjang pekerjaan manusia untuk diselesaikan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat berdasarkan regulasi organisasi. Sejatinya sistem informasi yang dibangun bertujuan untuk memudahkan seluruh pekerjaan manusia yang dianggap sulit untuk dikerjakan baik secara efektif maupun efisien. Pengukuran kinerja sistem bertujuan untuk penetapan, pengumpulan, analisis, pelaporan dan pengambilan keputusan mengenai semua ukuran kinerja dalam sebuah sistem. Semua ukuran kinerja sistem informasi merupakan cara baru dalam mendukung kinerja organisasi maupun perusahaan dalam mengerahkan, memproses data, dan memberikan layanan informasi yang berguna dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian (Putra, 2020). Mudah dalam mengakses data, dimanapun dan kapanpun tidak terbatas oleh ruang dan waktu, ditambah lagi keakuratan dan kecepatan akses data menjadi sebuah nilai tambah bagi fungsi sistem informasi. Suatu organisasi dapat bertahan ketika mereka membuat sistem informasi manajemen untuk melakukan penambahan permintaan terhadap fungsi sistem informasi atau adanya pengembangan sistem menjadi lebih baik. Di era yang serba teknologi, akan sangat tertinggal apabila sebuah organisasi mempertahankan budayanya dengan cara tidak menggunakan sistem informasi di dalamnya.
Strategi Sistem Informasi 153 B. Contoh Metodologi Evaluasi Kinerja Sistem Ada banyak metodologi yang dapat digunakan dalam menilai dan mengukur kinerja sistem informasi. Metodologi ini digunakan sesuai dengan kebutuhan pada sistem informasi yang diterapkan. Berikut metodologi yang dapat digunakan. 1. Cobit 5 2. Balanced Scorcard 3. IT/IL 1. COBIT 5 COBIT 5 adalah kerangka kerja terintegrasi yang mencakup semua divisi, karyawan dan tim dalam perusahaan (Putra, Maghreza Surya, Kraugusteeliana and Pradnyana, I Wayan Widi, 2021). COBIT menggabungkan kebutuhan dan proses organisasi dan manajemen IT dengan tata Kelola perusahaan. Berikut framework yang ada pada cobit 5: Gambar 2. Framework COBIT 5
154 Strategi Sistem Informasi Pada gambar 2 merupakan bagian dari COBIT 5 secara utuh, dimana fokus pada COBIT 5 for Information Security lebih ditekankan pada keamanan informasi dan memberikan gambaran secara detil dan praktikal tentang panduan bagi para profesional keamanan informasi dan orang-orang yang merupakan bagian dari enterprise yang memiliki ketertarikan di bidang keamanan informasi. 2. Balanced Scorecard Adalah metodologi kerangka kerja manajemen strategis yang diterapkan oleh organisasi atau perusahaan untuk mengevaluasi dan memonitoring kinerja dari berbagai perspektif yang berbeda dan seimbang (Agani, Munadi and Subianto, 2018). Konsep yangdikenalkan tahun 1992 ini dibuat sebagai solusi untuk memberikan pandangan yang lebih komprehensif terkait kinerja perusahaan. Tidak hanya fokus pada aspek finance, balanced Scorecard merupakan cara yang juga memperhatikan sudut pandang yang lain, yaitu customer, proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Ada beberapa fungsi balances scorecard dibawah ini: a. Strategi Lebih Terstruktur: pada bagian ini strategi bisnis menjadi lebih terstruktur dan logis karena berlandaskan pada sekumpulan data yang akurat. Selain itu, penerapan yang dipilih juga bersifat sistematis langkah demi langkah sehingga memudahkan pelaku bisnis memonitoring perkembangannya.
Strategi Sistem Informasi 155 b. Memudahkan Komunikasi Strategi Bisnis: pada dasarnya metodologi dengan serangkaian rencana strategis yang disusun dalam bentuk pemetaan teoritis sehingga lebih mudah dipahami orang lain. Dengan begitu, karyawan dapat memahami tujuan inti bisnis dan strategi yang diterapkan untuk mencapai kesuksesan organisasi. c. Menjaga Strategi Tetap Berjalan: Fungsi lain dari metodologi ini juga mencakup monitoring, untuk memastikan strategi yang ditetapkan berjalan dengan baik demi tercapainya tujuan bersama. Hal ini juga membantu proses penilaian dan peninjauan kembali apabila diperlukan penyesuaian strategi bisnis yang lebih terkait. d. Menyelaraskan Strategi Departemen: Penggunaan balanced scorecard merupakan cara yang tepat untuk memastikan setiap departemen dalam perusahaan memiliki pandangan sama dan tujuan selaras dengan visi perusahaan dan tidak ada yang namanya visi per individu. Sehingga, strategi yang diterapkandi setiap departemen juga dapat menunjang tercapainya tujuan bisnis bersama. 3. Framework IT/IL Framework ini berfokus pada pengukuran yang dilakukan secara terus menerus untuk mengembangkan, meningkatkan dan memperbaiki kualitas layanan TI baik dari sudut pandang bisnis maupun dari sudut pandang pelanggan (Putri, Natasya Eka; Mursityo, Yusi Tyroni; Perdanakusuma, 2018). Berikut gambar 2 terkait framework IT/IL.
156 Strategi Sistem Informasi Gambar 2. Framework IT/IL Pada gambar 2 diatas ITIL tetap menyediakan daftar rujukan yang baik pada organisasi. Yang bersifat luwes, kelenturan dan terukur ini merupakan suatu hal yang menjadi landasan divisi IT. Dalam membuat dan konsisten terhadap hal tersebut bergantung pada proses dan pengetahuan yang jelas serta keakuratan mengenai arsitektur IT. ITIL disiapkan untuk mendukung organisasi dalam penerapan IT dan sebagai pondasi yang kuat. Lingkungan yang baik serta budaya organisasi yang baik tidak memerlukan banyak tenaga atau pikiran
Strategi Sistem Informasi 157 dalam pekerjaan, dan mengatur layanan manajemen perusahaan. ITIL memberikan keseimbangan dan jaminan kualitas yang dibutuhkan organisasi maupun perusahaan. Sering kali bisnis menjumpai tekanan yang lebih, dalam memanajemen sesuai waktu, keterbaharuan menjadi tidak begitu bermakna jika bisnis kehilangan kemampuan untuk menghasilkan sesuatu diakibatkan oleh masalah kesiapan sistem. Framework ini selalu memberikan hasil yang sama dan kukuh terhadap pengoptimalan nilai bagi teknologi baru yang dikembangkan di era digital. Sementara itu, budaya organisasi dalam perjalanan perubahan yang semulanya konvensional menjadi digital, harus lebih cepat, lebih berisiko, dapat digunakan di berbagai platform dan membuat rancangan konstruksi sistem. Framework ini berusaha menciptakan pelaksanaan terbaik untuk keutuhan dalam lingkungan yang maju dan beraneka ragam. ITIL tetap menjadi rujukan bagi organisasi untuk penerapan tata kelola IT dan fokus pada penyelarasan layanan IT dengan kebutuhan pelanggan. C. Ruang Lingkup Efektivitas Strategi Sistem Informasi Ruang lingkup efektivitas strategi sistem informasi digambarkan dalam bentuk flowchart pada gambar 1 dibawah ini:
158 Strategi Sistem Informasi Tujuan dan Sasaran Kinerja Sistem Sekarang Toleransi Kinerja Analisis Trend Masalah ? Abaikan Perhatian Ya Tidak Gambar 3. Ruang lingkup efektivitas strategi sistem informasi Gambar 3 diatas merupakan ruang lingkup efektivitas strategi sistem informasi dimana terdiri dari tujuan dan sasaran dari sistem informasi, kemudian mengukur kinerja sistem yang berjalan, melihat toleransi kinerja menuju trend analisis, dan memberikan pilihan dalam keputusan apakah di abaikan atau menjadi suatu perhatian. 1. Tujuan Sistem informasi harus mempunyai goal pada setiap departemen yang menerapakan sistem informasi tersebut. Misalnya, tujuan dari penginputan data adalah dapat menyelesaikan 40.000 input data transaksi per hari. 2. Kinerja Sistem Sekarang Secara berkala setiap departemen, evaluasi diukur untuk menentukan kinerjanya. Misalnya program penginputan data akan diukur dan dinilai berapa banyak transaksi yang berhasil diproses dalam setiap hari.
Strategi Sistem Informasi 159 3. Toleransi Kinerja (Batasan Kinerja) Kinerja suatu sistem informasi ditetapkan sebagai batas kewajaran terhadap sasaran kinerja sistem informasi. Contohnya tujuan aplikasi penginputan data yaitu dapat menyelesaikan 40.000 input data setiap hari dan misalnya diputuskan penyimpangan adalah 4.000 transaksi. Kemudian diketahui ternyata kinerja sistem hanya mampu menyelesaikan kurang dari 36.000 transaksi, artinya sistem dapat dianggap memiliki potensi kesalahan. 4. Trend Analysis (Analisa Kecenderungan) Penyimpangan antara tujuan dan kinerja ditempatkan selama periode waktu tertentu untuk melihat apakah terdapat kecenderungan kinerja yang memburuk. Apabila dalam analisis kecenderungan terdapat trend positif maka masalah harus segera dicari sebelum dampaknya membesar pada kinerja sistem informasi. 5. Perhatian Masalah Masalah-masalah yang kemungkinan muncul dalam sistem yang berjalan saat ini seharusnya segera dibahas pada departemen sistem informasi untuk dianalisis lebih lanjut. Dan apabila sama dapat ditemukan akarnya, maka diberikan rekomendasi terhadap evaluasi yang dilakuakan, apakah rekomendasinya berupa perubahan sistem, seperti, pengembangan lebih lanjut, atau pembuatan sistem baru yang lebih baik daripada sistem sebelumnya.
160 Strategi Sistem Informasi Kemitraan dan Aliansi Strategis dalam Sistem Informasi Putra, S.T., M.Eng. A. Pendahuluan 1. Definisi kemitraan dalam konteks sistem informasi Kemitraan dalam konteks sistem informasi merujuk pada kerjasama antara dua atau lebih entitas (baik perusahaan, organisasi, ataupun individu) yang berbagi sumber daya, teknologi, dan informasi guna mencapai tujuan bersama terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sistem informasi (Singgalen, 2023). Kemitraan dalam sistem informasi dapat melibatkan berbagai pihak, seperti perusahaan dengan vendor teknologi, perusahaan dengan lembaga riset atau akademisi, atau bahkan kemitraan antara pesaing dalam industri (Ngamal and Perajaka, 2022).
Strategi Sistem Informasi 161 Dalam kemitraan sistem informasi, setiap pihak biasanya saling menguntungkan dan saling berbagi keahlian, sumber daya dan informasi yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi, inovasi, serta daya saing dalam dunia bisnis. Kemitraan dalam sistem informasi hendaknya dibangun atas dasar kepercayaan, kejujuran, dan komunikasi yang efektif agar tujuan bersama dapat tercapai secara optimal (Herlina, 2018). Dengan demikian, kemitraan dalam konteks sistem informasi bisa dianggap sebagai kolaborasi strategis di antara pihak-pihak yang berbeda untuk mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi guna mencapai keunggulan kompetitif dan memperkuat posisi di pasar. 2. Definisi aliansi strategis dalam konteks sistem informasi Aliansi strategis dalam konteks sistem informasi merujuk pada kolaborasi atau kerjasama antara dua atau lebih organisasi atau entitas untuk saling menguntungkan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sistem informasi guna mencapai tujuan bersama yang strategis (Jundillah et al., 2023). Aliansi strategis dalam hal ini dapat melibatkan berbagai tindakan seperti berbagi sumber daya, teknologi, informasi, atau pengembangan bersama dalam bidang sistem informasi (Putra and Fadhilah, 2023). Dalam konteks aliansi strategis sistem informasi, kolaborasi antar entitas dapat melibatkan berbagai pihak seperti perusahaan dengan vendor teknologi,
162 Strategi Sistem Informasi perusahaan dengan lembaga riset/akademisi, perusahaan dengan pesaing atau mitra strategis, serta konsorsium perusahaan dalam sebuah proyek bersama. Tujuan dari aliansi strategis sistem informasi biasanya mencakup peningkatan efisiensi operasional, peningkatan kualitas layanan, inovasi produk atau layanan, pengembangan teknologi baru, atau ekspansi pasar (Aji et al., 2023). Dalam membangun aliansi strategis dalam sistem informasi, penting untuk memperhatikan aspek-aspek seperti kepercayaan, saling menguntungkan, visi bersama, kerangka kerjasama yang jelas, serta manajemen risiko. Aliansi strategis dalam sistem informasi dapat menjadi salah satu strategi penting yang digunakan oleh organisasi untuk meningkatkan daya saing, mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi, dan mencapai tujuan strategis secara bersamasama (Suprihadi, 2020). 3. Tujuan dari kemitraan dan aliansi strategis dalam sistem informasi Tujuan dari kemitraan dan aliansi strategis dalam sistem informasi meliputi beberapa hal, antara lain: a. Peningkatan Efisiensi Operasional: Dengan adanya kemitraan dan aliansi strategis dalam sistem informasi, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional dalam pengelolaan data, proses bisnis, dan sistem informasi. Kerjasama dengan mitra strategis dapat membantu dalam mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan
Strategi Sistem Informasi 163 teknologi untuk mencapai efisiensi yang lebih baik. b. Pengembangan Inovasi dan Teknologi: Melalui kemitraan dan aliansi strategis, perusahaan dapat mengakses sumber daya teknologi dan inovasi yang lebih luas. Kolaborasi dengan mitra potensial dapat menghasilkan ide-ide baru, pengembangan teknologi terkini, dan inovasi dalam penggunaan sistem informasi untuk memperkuat daya saing perusahaan. c. Peningkatan Kualitas Layanan: Dengan adanya kemitraan dan aliansi strategis dalam sistem informasi, perusahaan dapat meningkatkan kualitas layanan yang diberikan kepada pelanggan. Kolaborasi dengan mitra yang memiliki keahlian dan pengalaman tertentu dapat membantu meningkatkan layanan yang lebih responsif, efisien, dan berkualitas. d. Ekspansi Pasar dan Penguasaan Industri: Kemitraan dan aliansi strategis dalam sistem informasi dapat membantu perusahaan dalam memperluas jangkauan pasar dan memperoleh pangsa pasar yang lebih besar. Kerjasama dengan mitra strategis yang memiliki pengaruh atau kehadiran kuat dalam industri tertentu dapat membantu perusahaan untuk memperluas bisnisnya secara efektif. e. Meningkatkan Daya Saing dan Keunggulan Kompetitif: Tujuan utama dari kemitraan dan aliansi
164 Strategi Sistem Informasi strategis dalam sistem informasi adalah untuk meningkatkan daya saing perusahaan dan menciptakan keunggulan kompetitif di pasar. Dengan bekerjasama dengan mitra yang tepat, perusahaan dapat memanfaatkan keahlian B. Pentingnya Kemitraan dan Aliansi Strategis dalam Sistem Informasi Kemitraan dan aliansi strategis dalam sistem informasi memainkan peran penting dalam keberhasilan dan keberlanjutan organisasi di era digital saat ini (Saputra et al., 2023). Berikut beberapa alasan mengapa kemitraan dan aliansi strategis ini sangat penting: 1. Akses ke Teknologi Terbaru Kemitraan strategis memungkinkan organisasi untuk mengakses teknologi terbaru tanpa harus mengembangkan sendiri. Dengan berkolaborasi dengan perusahaan teknologi, organisasi dapat memanfaatkan inovasi terkini yang mendukung operasional dan layanan mereka. 2. Mengurangi Biaya dan Risiko Membangun sistem informasi yang canggih seringkali memerlukan investasi besar dan mengandung risiko tinggi. Dengan menjalin kemitraan, organisasi dapat berbagi biaya dan risiko ini, sehingga lebih mudah untuk mengimplementasikan teknologi baru dan memperbarui infrastruktur TI mereka.
Strategi Sistem Informasi 165 3. Mempercepat Inovasi dan Time-to-Market Aliansi strategis memungkinkan organisasi untuk mempercepat proses inovasi dan pengenalan produk baru ke pasar. Kolaborasi dengan mitra yang memiliki keahlian khusus dapat membantu mempercepat siklus pengembangan dan implementasi solusi TI. 4. Meningkatkan Kompetensi Inti Dengan berfokus pada kompetensi inti dan membentuk kemitraan untuk aspek yang kurang dikuasai, organisasi dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional mereka. Mitra yang ahli dalam bidang tertentu dapat menangani aspek-aspek teknis atau spesifik, sementara organisasi fokus pada keunggulan kompetitif utama mereka. 5. Peningkatan Skala dan Jangkauan Pasar Melalui kemitraan, organisasi dapat memperluas skala operasional dan jangkauan pasar mereka. Misalnya, perusahaan dapat memanfaatkan jaringan distribusi dan pemasaran mitra untuk menjangkau pasar baru atau memperluas penawaran produk dan layanan mereka. 6. Akses ke Sumber Daya dan Keahlian Aliansi strategis sering kali menyediakan akses ke sumber daya manusia, keahlian, dan pengetahuan yang mungkin tidak tersedia di dalam organisasi. Mitra yang memiliki spesialisasi tertentu dapat memberikan dukungan teknis, pelatihan, dan konsultasi yang berharga.
166 Strategi Sistem Informasi 7. Keberlanjutan dan Keunggulan Kompetitif Kemitraan yang sukses dapat berkontribusi pada keberlanjutan jangka panjang organisasi. Dengan terus berkolaborasi dan berinovasi bersama mitra strategis, organisasi dapat mempertahankan keunggulan kompetitif mereka di pasar yang semakin dinamis. Contoh Implementasi Kemitraan dalam Sistem Informasi: a. Kemitraan antara perusahaan teknologi dan institusi keuangan: Banyak bank yang bermitra dengan perusahaan fintech untuk menyediakan layanan digital yang lebih cepat dan aman kepada nasabah mereka. b. Aliansi strategis antara perusahaan manufaktur dan penyedia solusi IoT: Perusahaan manufaktur dapat meningkatkan efisiensi operasional mereka dengan memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT) melalui kerjasama dengan perusahaan teknologi yang mengkhususkan diri dalam solusi IoT. Kemitraan dan aliansi strategis dalam sistem informasi tidak hanya membantu mengatasi tantangan teknis dan keuangan, tetapi juga membuka peluang baru untuk inovasi, efisiensi, dan ekspansi pasar. Dengan memanfaatkan kekuatan dan keahlian mitra strategis, organisasi dapat lebih efektif menghadapi dinamika pasar dan perubahan teknologi yang cepat.
Strategi Sistem Informasi 167 C. Jenis Kemitraan dan Aliansi Strategi antara perusahaan dan vendor teknologi Kemitraan dan aliansi strategis antara perusahaan dan vendor teknologi bisa bervariasi tergantung pada tujuan, kebutuhan, dan strategi bisnis kedua belah pihak (Sudarso et al., 2020). Berikut adalah beberapa jenis kemitraan dan aliansi yang umum terjadi: 1. Kemitraan Teknologi Bentuk kemitraan di mana perusahaan bekerja sama dengan vendor teknologi untuk mengembangkan, mengimplementasikan, atau meningkatkan teknologi tertentu. Contoh umum termasuk: a. Implementasi Perangkat Lunak: Perusahaan bermitra dengan vendor perangkat lunak untuk menginstal dan mengonfigurasi aplikasi yang mendukung operasi bisnis. b. Pengembangan Bersama: Perusahaan dan vendor teknologi bersama-sama mengembangkan produk atau solusi baru yang menggabungkan keahlian kedua belah pihak. 2. Kemitraan Penyedia Layanan Terhadap Manajemen (Managed Services) Dalam kemitraan ini, perusahaan mengalihdayakan sebagian atau seluruh manajemen infrastruktur TI mereka kepada vendor. Layanan yang disediakan dapat mencakup:
168 Strategi Sistem Informasi a. Manajemen Infrastruktur TI: Vendor mengelola server, jaringan, dan perangkat keras lainnya. b. Layanan Keamanan Siber: Vendor menyediakan layanan keamanan untuk melindungi data dan infrastruktur perusahaan. 3. Kemitraan Integrasi Sistem Kemitraan ini melibatkan integrasi solusi teknologi dari vendor ke dalam sistem yang sudah ada di perusahaan. Ini bisa meliputi: a. Integrasi Perangkat Lunak: Menghubungkan aplikasi baru dengan sistem yang sudah ada untuk memastikan data dan proses berjalan lancar. b. Integrasi Data: Menggabungkan berbagai sumber data agar dapat dianalisis secara komprehensif. 4. Kemitraan Infrastruktur Cloud Banyak perusahaan sekarang bermitra dengan penyedia layanan cloud untuk memindahkan infrastruktur TI mereka ke cloud. Ini bisa mencakup: a. Penyediaan Infrastruktur Sebagai Layanan (IaaS): Menggunakan layanan cloud untuk menggantikan atau melengkapi pusat data fisik. b. Platform Sebagai Layanan (PaaS): Membangun, menguji, dan menerapkan aplikasi di platform cloud yang disediakan oleh vendor.
Strategi Sistem Informasi 169 5. Kemitraan Penyedia Layanan Aplikasi (ASP) Dalam model ini, vendor menyediakan aplikasi yang diakses oleh perusahaan melalui internet. Contoh: a. Software as a Service (SaaS): Perusahaan menggunakan aplikasi yang dihosting oleh vendor (misalnya, CRM, ERP). 6. Kemitraan Konsultasi dan Pelatihan Vendor teknologi sering menyediakan layanan konsultasi dan pelatihan untuk membantu perusahaan mengoptimalkan penggunaan teknologi mereka. Ini termasuk: a. Konsultasi Strategi TI: Membantu merancang strategi TI yang selaras dengan tujuan bisnis. b. Pelatihan dan Pengembangan: Memberikan pelatihan kepada staf perusahaan tentang teknologi baru. 7. Kemitraan R&D (Penelitian dan Pengembangan) Beberapa perusahaan bekerja sama dengan vendor teknologi dalam penelitian dan pengembangan untuk menciptakan produk atau solusi inovatif. Ini termasuk: a. Kolaborasi Inovasi: Mengembangkan teknologi baru atau peningkatan produk yang ada. b. Proyek Bersama: Menjalankan proyek penelitian bersama yang dapat menghasilkan paten atau produk baru.
170 Strategi Sistem Informasi 8. Kemitraan Outsourcing Dalam kemitraan outsourcing, perusahaan mengalihdayakan beberapa fungsi TI mereka kepada vendor teknologi. Contoh: a. Outsourcing Pengembangan Perangkat Lunak: Mengontrak vendor untuk mengembangkan aplikasi tertentu. b. Outsourcing Dukungan Teknis: Vendor menyediakan dukungan teknis bagi pengguna akhir perusahaan. Contoh Implementasi a. Microsoft dan Nokia: Kolaborasi untuk mengembangkan dan memasarkan perangkat Windows Phone. b. Apple dan IBM: Aliansi untuk menciptakan aplikasi bisnis berbasis iOS dan menyediakan layanan analitik dan keamanan. Jenis-jenis kemitraan dan aliansi strategis ini memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan keahlian dan sumber daya vendor teknologi, meningkatkan efisiensi operasional, dan tetap kompetitif di pasar yang cepat berubah. Dengan memilih jenis kemitraan yang tepat, perusahaan dapat mencapai tujuan bisnis mereka lebih efektif dan efisien.
Strategi Sistem Informasi 171 D. Jenis Kemitraan dan Aliansi Strategis antara perusahaan dan lembaga riset/akademisi Kemitraan dan aliansi strategis antara perusahaan dan lembaga riset atau akademisi adalah penting untuk memacu inovasi, penelitian, dan pengembangan produk baru (Nur et al., 2020). Kolaborasi ini memungkinkan transfer pengetahuan dan teknologi antara sektor akademik dan industri. Berikut adalah beberapa jenis kemitraan dan aliansi strategis yang umum terjadi antara perusahaan dan lembaga riset atau akademisi: 1. Klaborasi Penelitian dan Pengembangan (R&D) Ini adalah kemitraan di mana perusahaan dan lembaga riset bekerja sama untuk melakukan penelitian yang berorientasi pada inovasi. Contoh: a. Proyek Penelitian Bersama: Mengembangkan teknologi baru atau meningkatkan teknologi yang ada. b. Laboratorium Bersama: Mendirikan fasilitas penelitian yang didanai bersama dan dioperasikan oleh kedua belah pihak. 2. Program Magang dan Co-op Kemitraan ini melibatkan program magang atau co-op, di mana mahasiswa mendapatkan pengalaman kerja di perusahaan sebagai bagian dari pendidikan mereka. Contoh: a. Magang Penelitian: Mahasiswa bekerja di proyek penelitian di perusahaan.
172 Strategi Sistem Informasi b. Program Co-op: Mahasiswa bergantian antara studi akademis dan pekerjaan penuh waktu di perusahaan. 3. Sponsorship Penelitian Perusahaan mendanai penelitian yang dilakukan oleh lembaga akademik atau riset. Ini dapat mencakup: a. Sponsorship Proyek: Mendukung proyek penelitian tertentu yang relevan dengan bisnis perusahaan. b. Beasiswa Penelitian: Memberikan dana kepada mahasiswa atau peneliti untuk melakukan penelitian di bidang yang diminati perusahaan. 4. Transfer Teknologi dan Lisensi Kemitraan ini melibatkan transfer teknologi dari lembaga riset ke perusahaan, biasanya melalui perjanjian lisensi. Contoh: a. Lisensi Teknologi: Perusahaan mendapatkan hak untuk menggunakan teknologi yang dikembangkan oleh lembaga riset. b. Spin-off dan Start-up: Membentuk perusahaan baru berdasarkan teknologi atau penemuan dari lembaga riset. 5. Konsorsium Penelitian Konsorsium melibatkan beberapa perusahaan dan lembaga riset yang bekerja sama dalam proyek penelitian besar. Contoh:
Strategi Sistem Informasi 173 a. Konsorsium Industri: Berbagai perusahaan dalam satu industri bekerja sama dengan lembaga riset untuk mengatasi tantangan umum. b. Proyek Multidisiplin: Berbagai lembaga riset dan perusahaan dari disiplin ilmu yang berbeda bergabung untuk penelitian kompleks. 6. Program Pendidikan dan Pelatihan Kemitraan ini bertujuan untuk mengembangkan kurikulum dan program pelatihan yang relevan dengan kebutuhan industri. Contoh: a. Kurikulum Bersama: Merancang kursus yang melibatkan masukan dari perusahaan tentang keterampilan yang dibutuhkan di pasar kerja. b. Pelatihan Berkelanjutan: Program pelatihan bagi karyawan perusahaan yang disediakan oleh lembaga akademik. 7. Konferensi dan Seminar Bersama Mengadakan acara bersama untuk berbagi pengetahuan dan hasil penelitian. Contoh: a. Konferensi Ilmiah: Acara di mana peneliti dan praktisi industri mempresentasikan temuan terbaru mereka. b. Workshop dan Seminar: Sesi pelatihan yang diselenggarakan bersama untuk berbagi praktik terbaik dan inovasi terbaru.
174 Strategi Sistem Informasi 8. Fellowship Industri-Akademik Program yang memungkinkan peneliti akademis untuk bekerja di perusahaan, dan sebaliknya. Contoh: a. Fellowship Peneliti: Peneliti akademis menghabiskan waktu tertentu bekerja di proyek perusahaan. b. Kunjungan Industri: Karyawan perusahaan bekerja sementara di lembaga akademik untuk proyek penelitian. Contoh Implementasi a. Google dan Universitas Stanford: Kolaborasi yang melibatkan proyek-proyek penelitian di bidang kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin. b. IBM dan MIT: Aliansi untuk penelitian dan pengembangan di bidang kecerdasan buatan, termasuk pendirian MIT-IBM Watson AI Lab. Kemitraan dan aliansi strategis antara perusahaan dan lembaga riset/akademisi memungkinkan sinergi antara pengetahuan teoretis dan aplikasi praktis. Kolaborasi ini tidak hanya mendorong inovasi dan pengembangan teknologi baru, tetapi juga membantu dalam menciptakan tenaga kerja yang terlatih dan siap menghadapi tantangan industri. Dengan memanfaatkan keahlian akademis dan kebutuhan praktis perusahaan, kemitraan ini dapat menghasilkan manfaat yang signifikan bagi kedua belah pihak.
Strategi Sistem Informasi 175 Tantangan Masa Depan dan Agenda Strategis Sistem Informasi Setiawan Assegaff, St, Mmsi, Ph.D ada bab ini kita akan berdiskusi tentang tantangan dalam pengelolaan Sistem Informasi. Berbicara tentang Sistem Informasi saat ini maka kita tidak dapat melepaskan diri dari perkembangan teknologi digital. Sebelum membahas apa saja tantangan pengelolaan sistem Informasi, maka akan sangat baik bagi kita untuk memahami terlebih dahulu terkait Lanskap Teknologi Digital di Indonesia pada Tahun 2024 ini. Perkembangan Teknologi Digital akan sangat tergantung dengan pertumbuhan pengguna internet, peng-guna media sosial dan koneksi mobile. Dimana kita mengeta-hui bahwa trenndanya adalah system Informasi Sebagian besar telah berbasis internet dan banyak yang dikembangkan dengan akses aplikasi mobile dan media sosial. P
176 Strategi Sistem Informasi Pertumbuhan Pengguna Internet Pada awal tahun 2024, Indonesia mencatatkan 185,3 juta pengguna internet, yang merupakan 66,5 persen dari total populasi negara ini. Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam penetrasi internet dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Laporan dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) juga menunjukkan bahwa penetrasi internet di Indonesia meningkat dari 78,1 persen pada tahun 2023 menjadi 79,5 persen pada tahun 2024. Ini mencerminkan semakin meningkatnya peran internet dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, baik untuk komunikasi, perdagangan, maupun hiburan. (Social, 2024) Data Pengguna Internet tersebut juga bersinergi dengan Jumlah Pengguna Media Sosial. Pengguna Media Sosial Jumlah pengguna media sosial di Indonesia mencapai 139 juta orang, yang setara dengan 49,9 persen dari total populasi. Hal ini menunjukkan bahwa hampir separuh dari populasi Indonesia aktif di media sosial, menandakan pentingnya platform ini sebagai alat untuk berkomunikasi, berbagi informasi dan menjalankan bisnis.(Social, 2024) Koneksi Mobile Jumlah koneksi seluler di Indonesia tercatat mencapai 353,3 juta, yang berarti ada 126,8 persen dari total populasi memiliki lebih dari satu koneksi seluler. Angka ini menunjukkan bahwa banyak individu memiliki lebih dari satu perangkat atau kartu SIM, yang memungkinkan mereka untuk tetap terhubung secara fleksibel dan efisien.(Social, 2024) Data terkait Pengguna Internet, Media Social dan Koneksi Mobile diatas menggambarkan potensi besar yang dimili Sistem Informasi untuk dapat meberikan benefit besar bagi
Strategi Sistem Informasi 177 keberlangsungan Organisasi. Walaupun terdapat Peluang yang sangat Potensial, perlu disadari bahwa Implementasi Sistem Informasi saat ini dihadapkan dengan tatantangan yang tidak mudah. Tuntutan dari stakeholeder yang dinamis, perubahan geopolitik dan ekonomi serta persaingan yang lebih kompetitif membuat Implementasi Sistem Informasi pada sebuah Organisasi mengahadapi tantangan yang besar. Diantara tantangan yang perlu mendapatkan perhatian organisasi adalah sebagai berikut: A. Kompleksitas Infrastruktur Teknologi Informasi Infrastruktur Teknologi Informasi (TI) telah menjadi tulang punggung bagi hampir semua organisasi modern. Ini adalah fondasi yang memungkinkan aliran informasi yang efisien, komunikasi yang lancar, dan pengambilan keputusan yang tepat waktu. Namun, di balik keberhasilannya, infra-struktur TI juga menjadi sumber tantangan yang signifikan bagi para pengelola sistem informasi. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah kompleksitas infrastruktur TI.(Huang et al., 2022) Kompleksitas infrastruktur TI merujuk pada berbagai elemen, platform, aplikasi, dan teknologi yang digunakan dalam suatu lingkungan TI organisasi. Hal ini mencakup perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), jaringan, penyimpanan data, dan berbagai sistem yang saling terhubung. Kompleksitas ini semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan bisnis yang berkembang.(Shobande et al., 2024)
178 Strategi Sistem Informasi Pertama-tama, pertumbuhan volume dan ragam data merupakan salah satu aspek utama dari kompleksitas infrastruktur TI. Organisasi modern menghasilkan dan mengumpulkan jumlah data yang semakin besar dari berbagai sumber, mulai dari transaksi pelanggan hingga data operasional internal. Mengelola dan menyimpan data dalam skala yang semakin besar memerlukan infrastruktur yang mampu menangani kapasitas tersebut tanpa mengorbankan kinerja atau keamanan. Kedua, keharusan untuk mengintegrasikan berbagai sistem dan aplikasi menjadi tantangan yang serius. Banyak organisasi memiliki beragam sistem dan aplikasi yang digunakan dalam berbagai departemen dan fungsi. Mengintegrasikan sistem-sistem ini agar dapat saling berko-munikasi dan berbagi data secara efisien adalah tugas yang kompleks. Kurangnya integrasi dapat mengakibatkan terjadi-nya silo data, di mana informasi terperangkap dalam sistem tertentu dan sulit diakses oleh pihak lain yang membutuhkan-nya. Selanjutnya, perubahan dan pembaruan teknologi yang cepat juga menjadi bagian dari kompleksitas infrastruktur TI. Teknologi TI terus berkembang dengan cepat, dengan munculnya inovasi baru dan pembaruan yang diperlukan untuk menjaga keamanan dan ketersediaan sistem. Pengelola sistem informasi harus selalu waspada terhadap perkemba-ngan teknologi terbaru dan memastikan bahwa infrastruktur TI mereka dapat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut tanpa mengganggu operasi organisasi.(Shobande et al., 2024)
Strategi Sistem Informasi 179 Terakhir, keterbatasan sumber daya dan anggaran sering menjadi faktor pembatas dalam mengelola kompleksitas infrastruktur TI. Investasi yang diperlukan untuk membangun dan memelihara infrastruktur TI yang tangguh dapat menjadi beban yang berat bagi banyak organisasi, terutama mereka yang beroperasi dengan anggaran terbatas. Pengelola sistem informasi harus dapat melakukan alokasi sumber daya dengan bijak dan menemukan solusi yang efisien secara biaya untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur TI organisasi. Dalam menghadapi tantangan ini, para pengelola sistem informasi harus mengambil pendekatan yang cermat dan strategis. Konsolidasi infrastruktur, virtualisasi, dan cloud computing dapat membantu mengurangi kompleksitas dan meningkatkan fleksibilitas infrastruktur TI. Selain itu, investasi dalam integrasi sistem, keamanan informasi, dan manajemen risiko dapat membantu organisasi mengelola kompleksitas dengan lebih efektif sambil meminimalkan potensi dampak negatif. Dengan memahami dan mengatasi tantangan yang terkait dengan kompleksitas infrastruktur TI, organisasi dapat me-mastikan bahwa sistem informasi mereka tetap tangguh, efisien, dan relevan dalam mendukung tujuan bisnis mereka di era digital yang terus berubah. era yang didorong oleh teknologi informasi, organisasi sering kali dihadapkan pada kebutuhan untuk mengubah sistem informasi mereka agar tetap relevan dan efisien. Implementasi perubahan sistem informasi menjadi kunci untuk menjawab tantangan ini. Artikel ini akan membahas
180 Strategi Sistem Informasi konsep dasar yang mendasari proses implementasi perubahan sistem informasi, termasuk definisi implementasi perubahan, peran sistem informasi dalam organisasi dan alasan mengapa implementasi perubahan sistem informasi menjadi kritis. B. Kebutuhan Data yang Terus Berkembang Organisasi modern menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan akan data yang terus berkembang dengan cepat. Sebagai contoh, pertumbuhan bisnis yang pesat atau peningkatan interaksi pelanggan dapat menghasilkan volume data yang besar dalam waktu singkat. Salah satu studi kasus yang mencerminkan tantangan ini adalah perusahaan e-commerce "TechMart". TechMart, salah satu platform e-commerce terkemuka saat ini, memiliki sejarah yang menarik dalam pengembangan dan penerapan teknologi informasi dalam pengelolaan data pelanggan mereka. Didirikan pada awal tahun 2000-an sebagai proyek kecil oleh sekelompok pengusaha teknologi yang bersemangat, TechMart telah tumbuh menjadi salah satu destinasi belanja online paling populer di dunia. Awalnya, TechMart dimulai dengan visi sederhana untuk menyediakan akses mudah dan nyaman ke berbagai produk teknologi, mulai dari perangkat keras komputer hingga perangkat lunak dan aksesoris elektronik. Dengan mengguna-kan platform e-commerce, mereka dapat menjangkau pelang-gan potensial di seluruh dunia dan menyediakan layanan belanja yang aman dan efisien.
Strategi Sistem Informasi 181 Seiring dengan pertumbuhan bisnis mereka, TechMart mulai mengumpulkan data pelanggan secara signifikan dari setiap transaksi dan interaksi dengan situs web mereka. Data ini mencakup preferensi pembelian, riwayat transaksi, informasi kontak dan perilaku belanja lainnya. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, TechMart mengelola dan menganalisis data ini untuk mendapatkan wawasan berharga tentang perilaku pelanggan dan tren pasar.(Luu, 2021) TechMart, sebuah platform e-commerce yang sedang berkembang pesat, menghadapi masalah dalam mengelola data transaksi pelanggan yang semakin meningkat. Jumlah pengguna dan transaksi yang terus bertambah setiap hari menghasilkan volume data yang luar biasa besar. Para pengelola sistem informasi di TechMart harus berjuang untuk menyediakan infrastruktur yang skalabel dan efisien untuk mengelola dan menyimpan data tersebut. (Nguyen et al., 2024) TechMart menggunakan berbagai teknologi informasi dalam pengelolaan data pelanggan mereka: 1. Sistem Manajemen Basis Data (Database Management System): TechMart menggunakan sistem manajemen basis data canggih untuk menyimpan dan mengelola data pelanggan mereka dengan aman dan efisien. Dengan menggunakan basis data relasional yang kuat, mereka dapat menyimpan jutaan entri data pelanggan dan mengaksesnya dengan cepat saat diperlukan. 2. Analisis Data (Data Analytics): TechMart menggunakan teknik analisis data untuk menggali wawasan
182 Strategi Sistem Informasi berharga dari data pelanggan mereka. Ini mencakup analisis pola belanja, segmentasi pelanggan, prediksi perilaku pembelian dan penentuan strategi pemasaran yang lebih efektif. 3. Pengolahan Big Data: Seiring dengan pertumbuhan volume data, TechMart menggunakan teknologi pengolahan big data untuk mengelola dan menganalisis data pelanggan dalam skala yang besar. Teknologi ini memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi tren dan pola yang lebih kompleks yang mungkin tersembunyi dalam data yang besar. 4. Penggunaan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence): TechMart mengadopsi kecerdasan buatan untuk meningkatkan pengalaman belanja pelanggan mereka. Dengan menggunakan algoritma machine learning, mereka dapat menyesuaikan rekomendasi produk, menyesuaikan penawaran, dan meningkatkan responsivitas situs web mereka sesuai dengan preferensi dan perilaku pelanggan. 5. Keamanan Informasi: TechMart menginvestasikan secara besar-besaran dalam keamanan informasi untuk melindungi data pelanggan mereka dari ancaman cyber. Ini termasuk implementasi enkripsi data, pemantauan keamanan real-time dan pelatihan karyawan tentang praktik keamanan yang baik. Melalui penerapan teknologi informasi yang inovatif, TechMart telah berhasil membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan mereka, meningkatkan loyalitas pelanggan, dan menciptakan pengalaman belanja online
Strategi Sistem Informasi 183 yang lebih personal dan memuaskan. Sejarah mereka adalah contoh yang mengilhami tentang bagaimana teknologi informasi dapat menjadi kekuatan utama dalam mengelola data pelanggan dan mengembangkan bisnis secara signifikan dalam era digital yang terus berkembang.(Luu, 2021). 9. Keamanan data dan Kepatuhan terhadap Regulasi Tantangan berikutnya adalah terkait dengan keamaan data dan kepatuhan terhadap regulasi. Di samping kebutuhan akan data yang berkembang, keamanan data juga menjadi prioritas utama. Ancaman cyber semakin canggih dan beragam, mengharuskan organisasi untuk terus meningkatkan pertahanan mereka terhadap serangan cyber. (Wijaya et al., 2023) Keamanan dan kepatuhan regulasi juga merupakan tantangan penting yang terkait dengan kompleksitas infrastruktur TI. Dengan semakin meningkatnya ancaman keamanan cyber, organisasi harus mengambil langkahlangkah yang kuat untuk melindungi data sensitif dan mengamankan infrastruktur mereka dari serangan yang berpotensi merusak. Di samping itu, banyak industri menghadapi berbagai regulasi yang mengatur perlindungan data dan privasi, seperti GDPR di Uni Eropa atau HIPAA di Amerika Serikat. Mematuhi persyaratan ini sambil mempertahankan kinerja sistem merupakan tugas yang menantang bagi para pengelola sistem informasi.(Kobko et al., 2023) Ancaman cyber semakin canggih dan beragam, mengharuskan organisasi untuk terus meningkatkan
184 Strategi Sistem Informasi pertahanan mereka terhadap serangan cyber. (Agrawal, 2016) Sebagai contoh, perusahaan keuangan "SecureBank" menjadi target serangan ransomware yang parah, mengancam keamanan dan privasi data pelanggan mereka. SecureBank adalah salah satu lembaga keuangan terkemuka yang telah beroperasi selama beberapa dekade. Didirikan pada tahun 1980-an, SecureBank awalnya dimulai sebagai bank lokal kecil yang menyediakan layanan perbankan konvensional kepada masyarakat lokal. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan pertumbuhan bisnis, SecureBank mulai berkembang dan berekspansi menjadi lembaga keuangan yang lebih besar dan lebih kompleks. Seiring dengan kemajuan teknologi, SecureBank mengadopsi sistem informasi yang lebih canggih untuk mengelola operasinya. Mereka mulai menggunakan komputer dan jaringan lokal untuk memproses transaksi perbankan, menyediakan layanan perbankan online kepada nasabah, dan mengelola data pelanggan dengan lebih efisien. Namun, dengan semakin luasnya penetrasi internet dan kegiatan perbankan online, SecureBank juga menjadi target potensial bagi para penjahat cyber. Pada suatu saat, SecureBank mengalami serangan siber yang parah yang mengancam keamanan data pelanggan dan integritas sistem mereka. Serangan ini disebabkan oleh serangan ransomware yang memblokir akses ke data penting dan menuntut pembayaran uang tebusan untuk memulihkan akses. Serangan ini meng-
Strategi Sistem Informasi 185 akibatkan gangguan serius dalam operasi perbankan SecureBank dan menimbulkan kerugian finansial yang signifikan. Serangan siber ini menjadi peringatan keras bagi SecureBank akan pentingnya meningkatkan keamanan sistem informasi mereka. Setelah mengatasi insiden tersebut, SecureBank mengambil langkah-langkah proaktif untuk memperkuat pertahanan mereka terhadap serangan cyber di masa depan. Mereka meningkatkan sistem deteksi ancaman, melaksanakan kebijakan keamanan yang lebih ketat, dan meningkatkan kesadaran keamanan karyawan melalui pelatihan dan pendidikan yang teratur. Sejarah SecureBank dan insiden serangan siber yang mereka alami menyoroti pentingnya kesadaran dan kewaspadaan dalam mengelola sistem informasi, terutama dalam era digital yang penuh dengan ancaman cyber yang semakin canggih. Melalui pengalaman mereka, SecureBank belajar bahwa investasi dalam keamanan cyber adalah investasi yang penting dan harus menjadi prioritas utama bagi setiap organisasi yang bergantung pada teknologi informasi untuk operasinya.(Agrawal, 2016) C. Regulasi Pemerintah yang Relevan Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah juga telah memperkenalkan regulasi yang relevan untuk melindungi keamanan dan privasi data. Sebagai contoh, Uni Eropa telah menerapkan General Data Protection Regulation (GDPR), yang mengatur perlindungan data dan privasi
186 Strategi Sistem Informasi warga Uni Eropa. Organisasi yang tidak mematuhi regulasi ini dapat menghadapi sanksi berat, termasuk denda yang signifikan. Di negara lain, seperti Amerika Serikat, regulasi seperti Health Insurance Portability and Accountability Act (HIPAA) mengatur perlindungan data kesehatan dan informasi pasien. Organisasi kesehatan harus memastikan kepatuhan mereka terhadap regulasi ini untuk melindungi data sensitif pasien mereka. Dengan demikian, pengelola sistem informasi di berbagai organisasi di seluruh dunia dihadapkan pada tantangan yang kompleks terkait dengan kebutuhan dan keamanan data yang terus berkembang. Dengan mengadopsi teknologi dan kebijakan yang tepat, serta mematuhi regulasi yang relevan, mereka dapat mengelola risiko dengan lebih efektif dan memastikan keamanan serta integritas data bagi organisasi dan pelanggannya. perubahan sistem informasi merujuk pada serangkaian langkah dan proses yang diperlukan untuk mengganti, meningkatkan, atau menyesuaikan sistem informasi dalam suatu organisasi. Ini bisa mencakup pengenalan teknologi baru, pembaruan perangkat lunak, restrukturisasi sistem yang ada, atau bahkan transformasi digital secara menyeluruh D. Agenda Strategis Sistem Informasi Setelah kita dibagian sebelumnya berdiskusi tentang tantangan masa depan dari implementasi Sistem Informasi, maka pada bagian ini kita akan membahas apa aganda kedepan yang secara strategis perlu menjadi
Strategi Sistem Informasi 187 perhatian agar implementasi dapat berjalan dengan baik dan memberikan benefit positif bagi organisasi dan stakeholdernya. Satu isu vital terkait dengan agenda strtaegis kedepan adalah terkait dengan bagaimana memastikan bahwa Sistem Informasi secara sukses dapat berjalan. Untuk itu kita perlu memahami factor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesuksesan Sistem Informasi. Kesuksesan sistem informasi bergantung pada kombinasi berbagai faktor yang saling berinteraksi dan mendukung satu sama lain. Kualitas sistem, keterlibatan pengguna, dukungan manajemen, perencanaan strategis, dan manajemen perubahan adalah beberapa elemen kunci yang dapat menentukan apakah SI akan memberikan manfaat yang diharapkan atau tidak. Organisasi yang berhasil mengelola faktor-faktor ini dengan baik akan lebih mungkin untuk melihat implementasi SI yang sukses dan memberikan kontribusi positif terhadap kinerja dan efektivitas bisnis mereka.(Jaafreh, 2017) Faktor-faktor ini saling terkait dan dapat berdampak signifikan terhadap keberhasilan atau kegagalan implementasi SI. Berikut ini beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap kesuksesan sistem informasi berdasarkan dokumen yang telah dikaji:(Jaafreh, 2017) 1. Kualitas Sistem dan Informasi Kualitas sistem dan informasi adalah elemen penting dalam memastikan kepuasan pengguna dan efektivitas SI. Model yang diperkenalkan oleh DeLone dan McLean (1992) mengidentifikasi tiga dimensi
188 Strategi Sistem Informasi utama yang harus dipantau: kualitas layanan, kualitas informasi, dan kualitas sistem. Kualitas sistem melibatkan aspek teknis seperti reliabilitas, responsivitas dan ketersediaan, sementara kualitas informasi mencakup akurasi, relevansi, dan ketepatan waktu informasi yang disediakan oleh SI. 2. Kepuasan Pengguna Kepuasan pengguna merupakan indikator penting dari kesuksesan SI. Pengguna yang puas cenderung lebih sering menggunakan sistem, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi organisasi. Studi menunjukkan bahwa kualitas informasi dan sistem sangat mempengaruhi kepuasan pengguna. Kepuasan pengguna juga dapat ditingkatkan dengan melibatkan mereka dalam proses pengembangan dan implementasi SI, sehingga sistem yang dihasilkan lebih sesuai dengan kebutuhan dan harapan mereka. 3. Dukungan Manajemen dan Sponsor Eksekutif Dukungan dari manajemen atas sangat penting untuk kesuksesan SI. Manajemen yang mendukung akan menyediakan sumber daya yang diperlukan dan mendorong budaya organisasi yang mendukung inovasi teknologi. Sponsor eksekutif yang aktif juga dapat memainkan peran kunci dalam mengarahkan dan memfasilitasi implementasi SI, serta memastikan bahwa proyek tetap selaras dengan strategi dan tujuan bisnis.