METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF Copyright© PT Penerbit Penamuda Media, 2024 Penulis: Dr. Fery Agusman Motuho Mendrofa, M.Kep, Sp.Kom Kristiana Susilowati, SKM, M.M ISBN: 978-623-8586-62-2 Desain Sampul: Tim PT Penerbit Penamuda Media Tata Letak: Enbookdesign Diterbitkan Oleh PT Penerbit Penamuda Media Casa Sidoarium RT 03 Ngentak, Sidoarium Dodeam Sleman Yogyakarta HP/Whatsapp : +6285700592256 Email : [email protected] Web : www.penamuda.com Instagram : @penamudamedia Cetakan Pertama, Juni 2024 x + 153, 15x23 cm Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin Penerbit
v uji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah-Nya yang melimpah dalam proses penulisan buku ajar ini tentang metodologi penelitian kualitatif. Buku ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam kepada para pembaca tentang pendekatan kualitatif dalam penelitian, yang diharapkan dapat menjadi panduan yang berguna bagi mahasiswa, peneliti, dan praktisi dalam menjalankan penelitian dengan perspektif kualitatif. Isi buku ini mencakup berbagai konsep dasar dalam metodologi penelitian kualitatif, mulai dari perumusan masalah penelitian, pemilihan desain penelitian yang tepat seperti studi kasus, fenomenologi, etnografi, hingga teknik pengumpulan dan analisis data. Kami berusaha menyajikan konten yang komprehensif namun tetap mudah dipahami, dilengkapi dengan contoh-contoh nyata dan teknik-teknik praktis yang dapat diterapkan secara langsung dalam penelitian. Kami juga memperkenalkan beragam pendekatan analisis data kualitatif seperti analisis tematik, grounded theory, dan metode komparatif, sehingga pembaca dapat memperdalam pemahaman mereka dalam mengolah dan menginterpretasi data kualitatif. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah turut serta dalam proses penulisan buku ini. Harapan kami adalah buku ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan praktik penelitian kualitatif di berbagai bidang. Semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca untuk P
vi meningkatkan keterampilan dalam melakukan penelitian yang berkualitas dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat pada umumnya. April 2024 Penulis
vii ............................................................... v ....................................................................... vii . ........................................................ 1 . ............ 5 . .................................... 23 . .................................... 43
viii . ......................................... 55 . ............................ 79 . ............. 95 . .......................................................... 111
ix . ............................................................ 141 ............................................................. 144 ................................................................... 147 .................................................................... 151 ........................................................... 153
x
akekat atau inti dari penelitian kualitatif adalah pemahaman yang mendalam terhadap fenomena manusia dan lingkungannya, dengan menekankan interpretasi makna, konteks, dan proses yang terlibat. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menggali dan memahami kompleksitas realitas sosial secara holistik, menggabungkan perspektif subjektif dan interpretatif dalam memahami dunia manusia. Pendekatan kualitatif memfokuskan perhatian pada bagaimana orang memahami dan memberi makna pada pengalaman mereka, serta bagaimana konteks sosial dan budaya mempengaruhi pandangan dan tindakan mereka. Metodologi ini tidak hanya berusaha untuk mengukur atau menjelaskan fenomena, tetapi juga untuk menjelaskan proses-proses yang terjadi di balik fenomena tersebut. Oleh karena itu, penelitian kualitatif sering kali bersifat deskriptif dan bersifat eksploratif, mengarah pada pemahaman yang men-dalam dan nuansawan atas subjek penelitian. Salah satu aspek penting dari penelitian kualitatif adalah fleksibilitasnya dalam merespons dinamika dan kompleksitas fenomena yang diteliti. Peneliti kualitatif cenderung menggunakan pendekatan iteratif dan beradaptasi dengan perubahan yang mungkin terjadi selama proses penelitian. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan wawasan yang lebih kaya dan kontekstual tentang topik penelitian, menggali perspektif yang mungkin terlewatkan oleh pendekatan kuantitatif yang lebih terstruktur. Hakekat penelitian kualitatif juga terletak pada penggunaan teknik pengumpulan data yang bersifat deskriptif, seperti wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan analisis teks H
atau dokumen. Peneliti mengandalkan interaksi langsung dengan partisipan dan konteks di mana fenomena terjadi untuk memperoleh pemahaman yang mendalam dan kontekstual. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara induktif, di mana temuan atau pola-pola yang muncul dari data menjadi dasar untuk pengembangan teori atau konsep baru. Dengan demikian, hakekat penelitian kualitatif melibatkan pencarian pemahaman yang lebih mendalam tentang realitas sosial melalui interpretasi, deskripsi, dan konteks. Pendekatan ini memberikan kontribusi yang berharga dalam mengembangkan pengetahuan tentang makna, nilai, dan pengalaman manusia dalam berbagai konteks budaya dan sosial. Metodologi penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang esensial dalam ilmu pengetahuan sosial dan humaniora karena menawarkan wawasan yang mendalam terhadap kompleksitas fenomena manusia. Dalam metodologi ini, peneliti tidak hanya berfokus pada angka dan statistik, tetapi juga pada interpretasi makna, proses, dan konteks yang melingkupi fenomena yang diamati. Pendekatan kualitatif memungkinkan peneliti untuk menangkap keunikan dan kompleksitas manusia serta realitas sosial dengan cara yang tidak mungkin dilakukan melalui penelitian kuantitatif saja. Buku ini dihadirkan sebagai panduan komprehensif bagi mahasiswa untuk memahami dan menguasai prinsip-prinsip, konsep, dan teknik-teknik kunci dalam penelitian kualitatif. Ruang lingkup buku ini mencakup berbagai aspek metodologi penelitian kualitatif, mulai dari tahap perumusan masalah penelitian hingga analisis data dan interpretasi hasil. Pembaca akan dipandu untuk memahami beragam desain penelitian kualitatif seperti studi kasus, fenomenologi, etno-
grafi, dan grounded theory, serta teknik-teknik pengumpulan data seperti wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan analisis dokumen. Tujuan utama buku ini adalah memberikan pemahaman yang kokoh dan praktis kepada pembaca, baik mahasiswa, peneliti, maupun praktisi, dalam merancang dan melaksanakan penelitian kualitatif yang berkualitas dan bermakna. Penulis percaya bahwa pemahaman yang mendalam tentang metodologi penelitian kualitatif akan memberikan landasan yang kuat bagi pembaca untuk mengembangkan wawasan analitis dan interpretatif yang diperlukan dalam memecahkan masalah kompleks di berbagai bidang. Dengan menguasai teknik-teknik seperti pengamatan partisipatif, analisis tematik, dan triangulasi data, pembaca akan dapat menghasilkan penelitian yang relevan dan mendalam. Buku ini juga bertujuan untuk mendorong pembaca untuk menghargai keragaman epistemologi dan pendekatan dalam penelitian kualitatif serta mempertimbangkan implikasi etis dalam setiap langkah penelitian. Penulis berharap buku ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan keilmuan dan praktik penelitian kualitatif di berbagai disiplin ilmu. Dengan memfasilitasi pemahaman yang kokoh tentang metodologi ini, kami berharap pembaca dapat meraih keberhasilan dalam menjalankan penelitian yang mendalam dan memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan secara luas. Terima kasih atas minat dan dukungan pembaca terhadap buku ini, semoga bermanfaat dan menjadi sumber inspirasi dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan penelitian kualitatif.
etelah mempelajari bab ini, mahasiswa akan memperoleh pemahaman yang mendalam tentang Filosofi dan Pendekatan Penelitian Kualitatif yang mencakup dua aspek utama. Pertama, mereka akan memahami dasar-dasar filosofis yang menjadi landasan metodologi penelitian kualitatif, termasuk epistemologi subjektivitas, konstruksi realitas, dan interpretasi sosial. Hal ini akan membantu mereka mengenali bahwa penelitian kualitatif menekankan pemahaman makna yang subjektif dan kompleks dari perspektif partisipan, serta mengakui bahwa realitas sosial dapat dipahami secara beragam tergantung pada konteks dan pengalaman individu. Kedua, mahasiswa juga akan mengenal berbagai pendekatan utama dalam penelitian kualitatif, seperti studi kasus, etnografi, fenomenologi, grounded theory, dan analisis teks, yang masing-masing memberikan kerangka kerja metodologis yang unik untuk menggali fenomena sosial dengan kedalaman dan konteks yang sesuai. Dengan memahami filosofi dan pendekatan ini, mahasiswa akan dapat mengembangkan landasan yang kokoh untuk merancang dan melaksanakan penelitian kualitatif yang bermakna dan berkualitas. Filosofi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari pertanyaan-pertanyaan fundamental mengenai eksistensi, pengetahuan, nilai-nilai, logika, etika, dan hubungan antara manusia dengan dunia di sekitarnya. Secara etimologis, kata "filosofi" berasal dari bahasa Yunani kuno, di mana "philos" berarti cinta atau kasih, dan "sophia" berarti kebijaksanaan atau pengetahuan. Oleh S
karena itu, filosofi sering diartikan sebagai cinta terhadap kebijaksanaan atau pengetahuan. Filosofi mencoba untuk memahami esensi dan makna dari keberadaan manusia dan alam semesta secara keseluruhan. Para filsuf mempertanyakan asumsi-asumsi dasar tentang realitas, pengetahuan, nilai, dan cara kita berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. Mereka menggunakan argumen rasional dan analisis konseptual untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan filosofis dan memahami aspek-aspek esensial dari kehidupan manusia. Dalam sejarahnya, filosofi telah menjadi landasan penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran manusia. Banyak disiplin ilmu, seperti fisika, biologi, psikologi, dan sosiologi, memiliki akar filosofis yang kuat. Filosofi membantu menyusun dasar-dasar logika, metodologi, dan etika yang digunakan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan praktik kehidupan sehari-hari. Secara umum, bidang-bidang utama dalam filosofi meliputi metafisika (memahami sifat dasar dari realitas), epistemologi (memahami sumber, batasan, dan validitas pengetahuan), etika (memahami nilai-nilai dan prinsipprinsip moral), logika (memahami struktur argumen yang baik), estetika (memahami keindahan dan seni), serta filsafat politik (memahami struktur dan tujuan dari pemerintahan dan masyarakat). (Anggito & Setiawan, 2018) Dengan demikian, filosofi berfungsi sebagai refleksi kritis terhadap pemahaman kita tentang dunia dan menjadi wahana untuk mengeksplorasi pertanyaan-
pertanyaan yang mendalam mengenai eksistensi dan kehidupan manusia. Filosofi juga memberikan kerangka kerja intelektual yang penting bagi perkembangan pengetahuan, pemikiran, dan budaya manusia. Dasar-dasar filosofis penelitian kualitatif mencerminkan pandangan epistemologis yang mendasari pendekatan ini dalam memahami realitas sosial dan fenomena manusia. Pertama-tama, penelitian kualitatif dipermeosikan oleh konstruktivisme sosial yang memandang bahwa realitas sosial adalah hasil dari konstruksi sosial yang terus-menerus oleh individu dan kelompok. Artinya, pengetahuan tentang dunia tidak bersifat obyektif atau terlepas dari konteks sosial, tetapi dibentuk oleh persepsi, interpretasi, dan interaksi manusia dengan lingkungan mereka. Pemahaman ini menekankan pentingnya memahami makna subjektif yang diberikan oleh individu terhadap pengalaman mereka. Kedua, filosofi hermeneutika atau interpretatif juga menjadi landasan penting dalam penelitian kualitatif. Pendekatan ini mengakui kompleksitas dalam memahami realitas sosial dan menekankan proses interpretasi yang diperlukan untuk menggali makna di balik tindakan dan pengalaman manusia. Hermeneutika menyoroti bahwa peneliti harus terlibat dalam proses interpretasi yang mendalam dan reflektif untuk memahami konteks, nilainilai, dan norma yang membentuk realitas subjektif individu. Selain itu, konstruksi realitas sosial dalam penelitian kualitatif juga dipengaruhi oleh fenomenologi. Pemahaman fenomenologi menekankan pengalaman subjektif
individu sebagai fokus utama penelitian. Dalam konteks penelitian kualitatif, pendekatan fenomenologis membantu peneliti dalam memahami dan menggali pengalaman langsung subjek penelitian tanpa terjebak dalam penilaian atau interpretasi eksternal. (Ahmadi & Rose, 2014) Pemahaman epistemologi yang terkandung dalam penelitian kualitatif juga mencakup konsep relativisme, yang menekankan bahwa pengetahuan dan makna adalah relatif dan bergantung pada konteks, budaya, dan pengalaman individu. Relativisme mempertanyakan ide universalitas dalam pengetahuan dan menekankan pluralitas pandangan yang dapat ada di antara individu atau kelompok yang berbeda. Di samping itu, penelitian kualitatif juga diilhami oleh teori kritis, yang menyoroti aspek-aspek kekuasaan, struktur sosial, dan konflik dalam masyarakat. Teori kritis memandang penelitian sebagai alat untuk mengungkap dan mengkritisi ketidakadilan sosial serta dominasi kekuasaan yang dapat memengaruhi pengalaman dan persepsi individu. (Saebani, 2008) Akhirnya, konstruktivisme sosial, hermeneutika, fenomenologi, relativisme, dan teori kritis adalah beberapa dasar filosofis yang memengaruhi pendekatan penelitian kualitatif. Memahami prinsip-prinsip epistemologis ini penting karena membantu peneliti mengakui kompleksitas realitas sosial, menghormati perspektif subjektif individu, dan menghadapi tantangan dalam menggali fenomena manusia dengan mendalam dan bermakna.
Pendekatan utama dalam penelitian kualitatif mencakup beberapa metode yang secara mendalam memungkinkan peneliti untuk memahami fenomena sosial dan manusia. Keseluruhan pendekatan-pendekatan berikut memberikan cara yang berbeda dan beragam untuk mendekati dan menginterpretasi realitas sosial dalam konteks penelitian kualitatif : Etnografi Etnografi merupakan pendekatan penelitian kualitatif yang mendalam untuk memahami dan menggambarkan kehidupan serta budaya suatu kelompok atau komunitas secara holistik. Definisi etnografi mencakup proses pengamatan partisipatif di mana peneliti terlibat secara langsung dalam kehidupan sehari-hari subjek penelitian untuk memahami nilai-nilai, norma, praktik, dan makna yang terkandung dalam konteks budaya tersebut. Karakteristik utama dari etnografi adalah penggunaan metode observasi intensif, wawancara mendalam, dan analisis deskriptif yang mendalam untuk mendokumentasikan kehidupan dan pengalaman subjek penelitian. Etnografi bertujuan untuk menggali perspektif dari dalam kelompok atau komunitas yang diteliti dan menangkap nuansa dan kompleksitas budaya yang terkandung di dalamnya. Proses etnografi biasanya melibatkan peneliti yang tinggal di lapangan untuk jangka waktu tertentu, secara langsung berinteraksi dengan anggota komunitas, dan mengamati kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
karakteristik utama dari etnografi adalah keterlibatan yang mendalam dan jangka panjang dalam konteks yang diteliti, serta kemampuan untuk memahami dan merekam informasi yang beragam tentang budaya dan praktik sosial subjek penelitian. Salah satu keunggulan utama dari etnografi adalah kemampuannya untuk memberikan pemahaman yang mendalam dan kontekstual terhadap kehidupan dan pengalaman subjek penelitian. Dengan terlibat secara langsung dalam kehidupan sehari-hari subjek penelitian, etnografi memungkinkan peneliti untuk memahami nilainilai budaya, norma, dan praktik yang mungkin sulit dipahami dari luar. Hasil dari penelitian etnografi seringkali menghasilkan deskripsi yang kaya dan nuansawan tentang kehidupan sosial dan budaya, sehingga memberikan wawasan yang mendalam tentang masyarakat yang diteliti. (Rukin, 2019) Selain itu, etnografi juga mampu menghasilkan data yang lengkap dan mendalam tentang konteks sosial dan budaya yang diteliti. Metode observasi partisipatif memungkinkan peneliti untuk mengamati secara langsung interaksi antarindividu, struktur sosial, dan proses budaya yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ini memberikan keunggulan dalam mendokumentasikan dan menganalisis fenomena sosial secara menyeluruh, sehingga menghasilkan pengetahuan yang relevan dan bermakna tentang kelompok atau komunitas yang diteliti. Dalam konteks pendidikan dan penelitian antropologi, etnografi juga memberikan keunggulan dalam membangun hubungan yang kuat antara peneliti dan subjek
penelitian. Keterlibatan langsung dan interaksi yang intensif memungkinkan terbentuknya hubungan saling percaya antara peneliti dan anggota komunitas, sehingga memfasilitasi pengumpulan data yang akurat dan mendalam tentang kehidupan sosial dan budaya. Hal ini menjadi penting untuk memastikan kualitas dan validitas hasil penelitian etnografi. Terakhir, keunggulan lain dari etnografi adalah kemampuannya untuk menghasilkan pemahaman yang kontekstual dan mendalam tentang dinamika sosial dan budaya yang berkembang dari waktu ke waktu. Dengan memerhatikan dan mendokumentasikan perubahan, transformasi, dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari subjek penelitian, etnografi dapat memberikan wawasan yang bernilai tentang proses sosial dan budaya yang berlangsung dalam masyarakat. (Kasiram, 2010) Studi kasus Studi Kasus adalah pendekatan penelitian kualitatif yang mendalam terhadap suatu kasus tunggal atau fenomena tertentu, dengan tujuan untuk memahami dan menganalisis kasus tersebut secara komprehensif. Definisi studi kasus mencakup pengumpulan data yang detail dan mendalam dari sumber-sumber yang beragam, seperti wawancara, observasi, dan dokumen, untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang kasus yang sedang diteliti. Karakteristik utama dari studi kasus adalah pendekatan holistik dalam menganalisis berbagai aspek yang terlibat dalam kasus, dengan fokus pada konteks dan situasi spesifik yang mempengaruhi fenomena tersebut.
Studi kasus memungkinkan peneliti untuk menggali dan menganalisis kasus secara mendalam, dengan mengidentifikasi faktor-faktor kunci, interaksi, dan dinamika yang terlibat dalam kasus tersebut. Proses pengumpulan data yang intensif dan detail membuat karakteristik studi kasus menjadi teliti dan mendalam, menghasilkan pemahaman yang mendalam tentang fenomena yang diteliti. Salah satu keunggulan utama dari studi kasus adalah kemampuannya untuk menyediakan gambaran menyeluruh tentang fenomena atau kasus yang unik atau kompleks. Dengan fokus pada satu kasus tunggal, studi kasus memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi aspek-aspek yang relevan dan spesifik dari kasus tersebut, tanpa kehilangan detail atau kompleksitas yang mungkin terlewatkan dalam pendekatan penelitian lainnya. Keunggulan lain dari studi kasus adalah kemampuannya untuk menghasilkan data kualitatif yang kaya dan mendalam. Melalui wawancara mendalam, observasi langsung, dan analisis dokumen, studi kasus memungkinkan peneliti untuk mendapatkan insight yang mendalam tentang pengalaman, persepsi, dan interaksi yang terlibat dalam kasus yang diteliti. Data kualitatif yang terkumpul dapat memberikan pemahaman yang komprehensif tentang konteks sosial, budaya, dan historis yang mempengaruhi kasus tersebut. Selain itu, studi kasus juga memberikan fleksibilitas dalam pengumpulan dan analisis data. Pendekatan holistik dalam studi kasus memungkinkan peneliti untuk menggunakan berbagai metode pengumpulan data yang
sesuai dengan konteks dan kebutuhan kasus yang diteliti. Hal ini membuat studi kasus menjadi pendekatan yang dapat disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik kasus tertentu. Terakhir, keunggulan studi kasus adalah kemampuannya untuk menyediakan dasar untuk pengembangan teori atau generalisasi dalam konteks yang lebih luas. Meskipun fokus pada satu kasus tunggal, hasil dari studi kasus dapat memberikan kontribusi yang berharga bagi pengembangan teori atau model yang relevan dalam bidang tertentu. Studi kasus juga dapat digunakan sebagai dasar untuk studi lanjutan atau penelitian komparatif untuk menguji validitas dan relevansi temuan dalam konteks yang lebih luas. (Rukin, 2019) Fenomenologi Fenomenologi adalah pendekatan penelitian kualitatif yang berfokus pada pemahaman dan deskripsi mendalam terhadap pengalaman subjektif individu terhadap suatu fenomena atau kejadian. Definisi fenomenologi mencakup analisis yang mendalam terhadap makna dan interpretasi yang diberikan oleh individu terhadap pengalaman mereka, dengan tujuan untuk mengungkap struktur esensial dari fenomena yang diamati. Fenomenologi menekankan pentingnya melihat dunia melalui lensa subjektif individu, tanpa terjebak dalam penilaian atau interpretasi eksternal. Karakteristik utama dari fenomenologi adalah fokus pada pengalaman subjektif individu dan pemahaman
mendalam terhadap makna yang diberikan oleh mereka terhadap dunia di sekitar mereka. Peneliti fenomenologi menggunakan metode deskriptif yang intensif, seperti wawancara mendalam dan observasi reflektif, untuk menggali pengalaman subjektif dan mengidentifikasi pola makna yang muncul dari interaksi manusia dengan dunia mereka. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk menangkap esensi pengalaman manusia secara holistik dan kontekstual. Salah satu keunggulan utama dari fenomenologi adalah kemampuannya untuk memberikan wawasan yang mendalam tentang perspektif subjektif individu terhadap dunia mereka. Dengan fokus pada pengalaman langsung individu, fenomenologi memungkinkan peneliti untuk mendapatkan pemahaman yang kaya tentang cara individu merasakan, memahami, dan memberi makna pada fenomena yang mereka alami. Hasil penelitian fenomenologi seringkali menghasilkan deskripsi yang mendalam dan nuansawan tentang pengalaman manusia yang dapat memperkaya pemahaman kita tentang kehidupan dan realitas subjektif. (Fiantika et al., 2022) Keunggulan lain dari fenomenologi adalah pendekatan yang menekankan pada penjagaan terhadap aspekaspek individual dan kontekstual dari pengalaman manusia. Dengan menghargai keragaman pengalaman subjektif, fenomenologi memungkinkan untuk memahami perspektif individu secara unik tanpa mencoba untuk menggeneralisasi atau mengkategorikan pengalaman secara berlebihan. Hal ini memberikan nilai tambah yang signifikan dalam memahami kompleksitas dan variasi
dalam cara manusia merespons dan menginterpretasikan dunia di sekitar mereka. Selain itu, fenomenologi juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi struktur esensial atau universal dari fenomena manusia. Dengan fokus pada esensi atau inti pengalaman subjektif, peneliti fenomenologi dapat mengungkap pola makna yang muncul secara konsisten dari interaksi manusia dengan dunia mereka. Hal ini memungkinkan untuk mengembangkan teori atau konsep yang relevan dalam memahami sifat dasar dari fenomena manusia. Terakhir, keunggulan fenomenologi juga terletak pada pendekatannya yang reflektif dan introspektif terhadap penelitian. Peneliti fenomenologi sering kali menggunakan refleksi pribadi dan introspeksi untuk memahami implikasi dan makna dari temuan penelitian mereka. Pendekatan ini mendorong keakraban dan kedalaman dalam analisis serta mempromosikan sikap terbuka dan sensitif terhadap pengalaman subjektif individu. (Pahleviannur et al., 2022) Grounded Theory Grounded Theory adalah pendekatan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengembangkan teori baru berdasarkan analisis induktif dari data yang terkumpul. Definisi Grounded Theory mencakup proses sistematik untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi data empiris tanpa adanya hipotesis awal yang tetap, sehingga teori atau kerangka konseptual
berkembang secara organik dari data itu sendiri. Grounded Theory menekankan konstruksi teori yang terhubung erat dengan realitas yang diamati dan berakar pada pengalaman empiris. Karakteristik utama dari Grounded Theory adalah pendekatan induktif dalam mengembangkan teori atau model yang didasarkan pada data yang terkumpul. Peneliti Grounded Theory mulai dengan pengumpulan data yang kaya dan mendalam melalui metode seperti wawancara, observasi, atau analisis dokumen. Data kemudian dianalisis secara sistematis untuk mengidentifikasi pola, kategori, atau tema yang muncul dari data tersebut. Dengan mengelompokkan dan mengorganisir data, peneliti dapat mengembangkan teori yang muncul dari data secara alami. Salah satu keunggulan utama dari Grounded Theory adalah kemampuannya untuk menghasilkan teori yang relevan dan teruji secara empiris. Dengan membangun teori dari data empiris yang terkumpul, Grounded Theory memastikan bahwa teori yang dihasilkan terhubung erat dengan realitas yang diamati dan dapat diuji kevaliditasannya. Pendekatan ini memberikan kontribusi yang signifikan bagi pengembangan pengetahuan dan pemahaman dalam berbagai bidang ilmu. (Satori & Komariah, 2009) Grounded Theory juga memiliki keunggulan dalam memberikan fleksibilitas dan adaptabilitas dalam pengumpulan dan analisis data. Metode Grounded Theory memungkinkan peneliti untuk menggali berbagai aspek dan dimensi dari fenomena yang diteliti, tanpa terikat pada kerangka konseptual atau hipotesis tertentu. Hal ini
memungkinkan untuk mengidentifikasi dan mengeksplorasi tema atau pola yang muncul secara alami dari data tanpa adanya bias. Selain itu, Grounded Theory juga memfasilitasi pengembangan teori yang relevan dan berwawasan ke depan. Dengan mengidentifikasi pola atau tema yang muncul dari data empiris, peneliti Grounded Theory dapat mengembangkan teori atau model yang dapat diaplikasikan dalam konteks yang lebih luas atau digunakan sebagai dasar untuk penelitian lanjutan. Pendekatan ini memberikan nilai tambah yang signifikan dalam menghasilkan pengetahuan yang berarti dan bermanfaat bagi bidang penelitian tertentu. Terakhir, keunggulan Grounded Theory juga terletak pada pendekatannya yang sistematis dan terorganisir dalam mengelola data. Metode Grounded Theory memberikan kerangka kerja yang jelas dan terstruktur untuk mengumpulkan, mengelompokkan, dan menganalisis data empiris, sehingga memastikan bahwa proses penelitian dilakukan secara metodis dan akurat. Hal ini penting untuk memastikan kualitas dan validitas hasil penelitian Grounded Theory. (Muhadjir, 1996) Analisis Wacana Analisis Wacana merupakan pendekatan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengungkap struktur sosial, kekuasaan, atau ideologi yang terwujud dalam penggunaan bahasa. Definisi Analisis Wacana mencakup pemahaman tentang bagaimana teks atau wacana
digunakan untuk mempengaruhi dan mereproduksi norma-norma sosial dan kebudayaan. Karakteristik utama dari Analisis Wacana adalah fokus pada analisis teks secara mendalam untuk mengidentifikasi makna tersirat, penggunaan kata-kata kunci, dan struktur naratif yang terkandung dalam teks. Analisis Wacana menganalisis bagaimana bahasa digunakan untuk merepresentasikan realitas sosial dan mempengaruhi pemahaman kita tentang dunia. Pendekatan Analisis Wacana seringkali melibatkan penggunaan teori-teori kritis atau studi budaya dalam memahami konstruksi sosial melalui bahasa. Karakteristik Analisis Wacana mencakup penggunaan teknik-teknik analisis linguistik dan semiotika untuk mengungkap implikasi kekuasaan, ideologi, atau nilai-nilai yang tersembunyi dalam teks. Penelitian Analisis Wacana dapat melibatkan analisis teks verbal maupun non-verbal, seperti gambar, film, atau media visual lainnya. (Rukin, 2019) Salah satu keunggulan utama dari Analisis Wacana adalah kemampuannya untuk mengungkap hubungan antara bahasa, kekuasaan, dan ideologi dalam masyarakat. Dengan menganalisis bagaimana bahasa digunakan untuk mereproduksi struktur kekuasaan dan norma sosial, Analisis Wacana memungkinkan peneliti untuk memahami konstruksi sosial yang terwujud dalam bahasa dan simbol-simbol komunikasi. Hal ini memberikan wawasan yang mendalam tentang dinamika sosial dan politik dalam masyarakat.
Keunggulan lain dari Analisis Wacana adalah kemampuannya untuk mengungkap implikasi ideologi dan nilai-nilai yang terkandung dalam bahasa. Dengan memerhatikan penggunaan kata-kata kunci, metafora, atau framing dalam teks, Analisis Wacana dapat mengidentifikasi bagaimana ideologi tertentu direproduksi dan dipertahankan melalui bahasa. Hal ini penting untuk memahami konstruksi dan reproduksi budaya serta untuk mengkritisi dominasi kekuasaan dalam masyarakat. Selain itu, Analisis Wacana juga memberikan kontribusi dalam memahami representasi dan konstruksi identitas dalam budaya populer atau media massa. Dengan menganalisis naratif, stereotip, atau framing yang digunakan dalam media komunikasi, Analisis Wacana dapat mengungkap bagaimana identitas kelompok atau individu direpresentasikan dan dipahami dalam masyarakat. Pendekatan ini memberikan wawasan yang kritis terhadap cara-cara produksi dan reproduksi makna dalam budaya kontemporer. Terakhir, keunggulan Analisis Wacana juga terletak pada aplikabilitasnya dalam berbagai konteks penelitian. Analisis Wacana dapat digunakan dalam studi politik, media dan komunikasi, sastra, antropologi budaya, dan berbagai bidang lainnya untuk mengungkap dinamika bahasa dan makna sosial. Kemampuan Analisis Wacana untuk mengidentifikasi struktur kekuasaan, ideologi, dan representasi melalui bahasa menjadikannya pendekatan yang penting dalam memahami dinamika sosial dan budaya dalam masyarakat kontemporer. (Fitrah, 2018)
Dasar-dasar filosofis penelitian kualitatif mencakup pandangan epistemologis dan ontologis yang menekankan pemahaman mendalam terhadap realitas sosial dan subjektivitas manusia. Filosofi penelitian kualitatif menyoroti bahwa pengetahuan tidak hanya bersifat obyektif, tetapi juga terbentuk oleh interpretasi dan konstruksi subjektif. Sementara itu, pendekatan utama dalam penelitian kualitatif meliputi metode-metode seperti etnografi, studi kasus, fenomenologi, Grounded Theory, dan analisis wacana. Setiap pendekatan ini memiliki karakteristiknya sendiri dalam menggali dan memahami fenomena manusia dalam konteks alamiahnya, mulai dari pengamatan langsung kehidupan budaya hingga analisis mendalam terhadap makna subjektif individu.
1. Menurut pandangan filosofis dalam penelitian kualitatif, apa yang menjadi perbedaan utama antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam memahami realitas sosial? Jelaskan dengan merujuk pada epistemologi dan ontologi yang mendasari kedua pendekatan tersebut. 2. Apa makna dari konstruksi sosial dalam konteks filosofis penelitian kualitatif? Jelaskan bagaimana ontologi konstruksi sosial memengaruhi cara kita memahami realitas sosial dalam penelitian kualitatif. 3. Mengapa penting untuk mengakui subjektivitas dan interpretasi dalam penelitian kualitatif? Jelaskan bagaimana pandangan epistemologis tentang pengetahuan subjektif berbeda dari pandangan positivis dalam penelitian kuantitatif. 4. Apa yang dimaksud dengan reduksi fenomenologis dalam konteks penelitian kualitatif? Jelaskan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti fenomenologi untuk mendekonstruksi pengalaman subjektif menjadi esensi atau struktur yang lebih fundamental. 5. Bagaimana peneliti etnografi memperoleh pemahaman mendalam tentang budaya dan nilai-nilai subjektif dalam komunitas yang diteliti? Jelaskan bagaimana keterlibatan langsung dan observasi partisipatif berkontribusi pada proses penelitian etnografi.
etelah menyelesaikan bab ini, mahasiswa akan memperoleh pemahaman mendalam tentang Desain Penelitian Kualitatif yang mencakup beberapa aspek kunci. Pertama, mahasiswa akan memahami pentingnya perumusan masalah penelitian yang jelas dan relevan. Mereka akan belajar bagaimana merumuskan pertanyaan penelitian yang tepat untuk mengarahkan proses penelitian kualitatif. Kedua, mahasiswa akan belajar tentang pemilihan desain penelitian yang tepat sesuai dengan tujuan dan karakteristik penelitian mereka. Mereka akan memahami perbedaan antara berbagai desain penelitian kualitatif seperti studi kasus, etnografi, fenomenologi, grounded theory, dan lainnya, serta bagaimana memilih desain yang sesuai dengan kebutuhan penelitian mereka. Ketiga, mahasiswa akan mendalami proses pengumpulan data dalam penelitian kualitatif. Mereka akan belajar tentang berbagai teknik pengumpulan data seperti wawancara mendalam, observasi partisipatif, analisis dokumen, dan triangulasi data untuk memastikan keakuratan dan keberagaman informasi yang diperoleh dalam penelitian kualitatif. Keseluruhan, pemahaman mendalam tentang desain penelitian kualitatif ini akan memberikan mahasiswa landasan yang kuat untuk merancang dan melaksanakan penelitian kualitatif yang berkualitas dalam bidang studi mereka. Perumusan masalah penelitian adalah langkah awal yang penting dalam proses penelitian, di mana peneliti mengidentifikasi dan merumuskan secara jelas masalah atau pertanyaan penelitian yang ingin dipecahkan atau dijawab melalui penelitian tersebut. Definisi ini melibatS
kan penjelasan tentang esensi dari mengidentifikasi masalah penelitian secara tepat sehingga peneliti dapat memfokuskan upaya mereka dalam mengumpulkan data dan menganalisis informasi yang relevan. Menurut beberapa ahli, perumusan masalah penelitian melibatkan pengidentifikasian masalah atau kebutuhan yang mendasari penelitian yang akan dilakukan. Menurut Kothari (2017), perumusan masalah penelitian adalah langkah kunci dalam proses penelitian yang melibatkan identifikasi kesenjangan pengetahuan atau pertanyaan yang belum terjawab dalam literatur yang ada. Langkah ini diperlukan agar peneliti dapat merumuskan tujuan penelitian yang jelas dan relevan. Selain itu, menurut Bungin (2014), perumusan masalah penelitian merupakan proses mengubah ketidakjelasan menjadi pertanyaan yang jelas dan spesifik sehingga dapat dijawab melalui proses penelitian. Hal ini melibatkan pemahaman mendalam tentang konteks atau latar belakang masalah yang akan diteliti, serta identifikasi variabel-variabel utama yang terlibat dalam penelitian. Leedy and Ormrod (2015) menyatakan bahwa perumusan masalah penelitian juga melibatkan penyusunan pertanyaan penelitian yang memadai dan terfokus. Pertanyaan penelitian haruslah spesifik, terukur, dapat diuji, relevan, dan dapat dijawab secara empiris. Dengan merumuskan pertanyaan penelitian yang tepat, peneliti dapat mengarahkan penelitian ke arah yang jelas dan memberikan landasan yang kuat bagi pengumpulan dan analisis data.
Menurut Sarwono (2016), perumusan masalah penelitian melibatkan identifikasi masalah yang dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan memberikan solusi bagi masalah yang ada di masyarakat. Langkah ini penting agar hasil penelitian memiliki relevansi dan dapat memberikan dampak positif baik dalam dunia akademis maupun praktis. Dengan demikian, perumusan masalah penelitian melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi, merumuskan, dan memvalidasi masalah yang menjadi fokus penelitian secara tepat dan terstruktur. Tujuan perumusan masalah dalam sebuah penelitian Tujuan perumusan masalah dalam sebuah penelitian adalah untuk memberikan arah yang jelas dan beralasan bagi proses penelitian yang akan dilakukan. Perumusan masalah merupakan langkah awal yang kritis dalam merancang penelitian, dan tujuannya adalah sebagai berikut: (Satori & Komariah, 2009) 1. Menetapkan Fokus Penelitian Menetapkan fokus penelitian melalui perumusan masalah adalah langkah kunci dalam proses penelitian. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan arah yang jelas dan spesifik bagi peneliti dalam menjalankan studi mereka. Dengan merumuskan masalah penelitian secara tepat dan spesifik, peneliti dapat mengidentifikasi batasan-batasan yang diperlukan untuk menyelidiki fenomena tertentu. Misalnya, dalam penelitian sosial, perumusan masalah yang
tepat dapat membantu membatasi lingkup penelitian hanya pada variabel-variabel yang relevan dan memiliki hubungan langsung dengan pertanyaan penelitian yang diajukan. Selain itu, perumusan masalah yang tepat juga membantu menghindari kecenderungan untuk menyimpang dari topik utama. Dengan memiliki masalah penelitian yang jelas, peneliti dapat tetap fokus pada aspek-aspek yang paling penting dan relevan dalam penelitian mereka. Hal ini mengurangi risiko terpecahnya perhatian atau energi peneliti karena terlalu banyaknya topik yang ingin diselidiki, sehingga penelitian dapat dilakukan dengan efisien dan efektif. Selanjutnya, menetapkan fokus penelitian melalui perumusan masalah juga membantu dalam mengatur penggunaan sumber daya dengan lebih efisien. Dengan memiliki fokus yang jelas, peneliti dapat mengalokasikan waktu, tenaga, dan dana secara tepat untuk mengumpulkan data dan menganalisis informasi yang relevan. Hal ini penting terutama dalam konteks riset yang memiliki keterbatasan sumber daya, di mana penggunaan sumber daya dengan efisien dapat memastikan kelancaran dan keberhasilan penelitian. Perumusan masalah yang baik juga memberikan kejelasan terhadap tujuan penelitian yang akan dicapai. Dengan menetapkan fokus yang tepat, peneliti dapat memiliki tujuan yang jelas dan terarah dalam menjalankan penelitian mereka. Misalnya, masalah penelitian yang dirumuskan dengan baik dapat membantu menentukan apakah tujuan
penelitian adalah untuk menjelaskan, memahami, menggambarkan, atau menguji hipotesis tertentu. (Ahmadi & Rose, 2014) Dengan demikian, menetapkan fokus penelitian melalui perumusan masalah merupakan langkah awal yang krusial dalam merancang penelitian yang berkualitas. Hal ini tidak hanya membantu memastikan kelancaran dan efisiensi penelitian, tetapi juga memberikan arah yang jelas bagi peneliti untuk menghasilkan hasil penelitian yang bermakna dan relevan dalam bidang studi yang dipilih.. 2. Memberikan Rasionalitas Perumusan masalah dalam penelitian juga bertujuan untuk memberikan rasionalitas atau alasan yang kuat mengapa penelitian ini penting dan perlu dilakukan. Dengan mengidentifikasi masalah yang relevan dan signifikan, peneliti dapat menjelaskan kepentingan dan manfaat dari penelitian tersebut bagi masyarakat ilmiah maupun masyarakat umum. Rationale yang jelas juga membantu meyakinkan pembaca, rekan sejawat, atau pihak lain yang terlibat mengenai pentingnya penelitian dan nilai kontribusinya terhadap bidang studi tertentu. Rasionalitas atau alasan penelitian yang disampaikan melalui perumusan masalah haruslah berbasis pada gap atau kesenjangan pengetahuan yang teridentifikasi. Dengan menggali literatur yang relevan dan mendalam, peneliti dapat menunjukkan bahwa masalah yang akan diteliti belum terjawab secara memadai dalam penelitian sebelumnya. Ini menjadi
dasar yang kuat untuk menjustifikasi perlunya penelitian baru untuk mengisi kesenjangan tersebut. Selain itu, perumusan masalah yang memberikan rasionalitas yang jelas juga membantu menegaskan relevansi penelitian terhadap bidang studi tertentu. Peneliti dapat menjelaskan bagaimana penelitian ini akan berkontribusi dalam memperluas pemahaman atau menyumbangkan informasi baru dalam bidang studi yang dipilih. Rationale yang kuat memberikan landasan yang kokoh bagi peneliti untuk meyakinkan pihak-pihak terkait, seperti dewan pengawas penelitian, lembaga pendanaan, atau komunitas ilmiah, tentang nilai dan manfaat dari penelitian yang akan dilakukan. Selanjutnya, rationale yang disampaikan melalui perumusan masalah juga membantu mengkomunikasikan tujuan dan visi penelitian kepada pembaca atau pihak lain yang terlibat. Peneliti dapat menjelaskan secara rinci mengapa penelitian ini diperlukan, apa yang ingin dicapai, dan bagaimana penelitian ini dapat memberikan kontribusi penting dalam pengembangan pengetahuan dan praktik dalam bidang studi yang bersangkutan. (Barlian, 2016) Sehingga, perumusan masalah yang dilakukan dengan baik tidak hanya mengidentifikasi masalah yang ingin diteliti, tetapi juga memberikan dasar rasional yang kuat untuk meyakinkan pihak-pihak terkait tentang pentingnya penelitian tersebut. Rationale yang jelas dan terstruktur membantu memperkuat argumen peneliti tentang urgensi dan
relevansi penelitian dalam konteks akademis maupun praktis. 3. Mengidentifikasi Kesenjangan Pengetahuan Mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan atau pertanyaan penelitian yang belum terjawab dalam literatur yang ada merupakan salah satu tujuan penting dari perumusan masalah penelitian. Dalam proses ini, peneliti melakukan tinjauan literatur yang cermat untuk mengidentifikasi area-area di mana pengetahuan masih kurang atau belum lengkap. Kesenjangan pengetahuan ini dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab atau area-area yang belum dieksplorasi dengan baik dalam penelitian sebelumnya. Dengan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan ini, peneliti dapat memberikan kontribusi baru terhadap literatur atau pemahaman tentang topik yang diteliti. Penelitian yang dilakukan untuk mengisi kesenjangan pengetahuan ini memiliki nilai yang signifikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan karena membuka peluang untuk penemuan baru atau pengembangan teori yang lebih baik. Dengan menyelesaikan masalah penelitian yang diidentifikasi, peneliti dapat membawa pemahaman kita tentang topik tertentu ke tingkat yang lebih dalam dan lebih maju. Selain itu, mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan juga membantu menjelaskan relevansi dan urgensi penelitian. Peneliti dapat menunjukkan bahwa penelitian ini penting karena akan mengisi
celah pengetahuan yang ada dan menyumbangkan informasi baru yang bermanfaat. Hal ini juga membantu mengkonfirmasi kebutuhan untuk melanjutkan studi tentang topik tersebut, terutama jika topik tersebut memiliki implikasi penting dalam dunia akademis atau praktis. Peneliti yang berhasil mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan juga mampu mengembangkan pertanyaan penelitian yang lebih fokus dan spesifik. Dengan demikian, peneliti dapat merumuskan tujuan penelitian yang jelas untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang muncul dari kesenjangan pengetahuan tersebut. Proses ini memastikan bahwa penelitian dilakukan dengan tujuan yang jelas dan terarah, serta memberikan hasil yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan. (Barlian, 2016) Dengan demikian, mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan melalui perumusan masalah penelitian membantu membawa penelitian ke tingkat yang lebih tinggi. Ini mendorong peneliti untuk berpikir kritis tentang literatur yang ada, menemukan celah pengetahuan yang perlu diisi, dan menyumbangkan kontribusi berharga terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang studi tertentu. 4. Memandu Pengambilan Keputusan Perumusan masalah dalam penelitian memiliki tujuan penting untuk memberikan dasar yang kuat bagi pengambilan keputusan terkait rancangan penelitian secara keseluruhan. Dengan merumuskan masalah penelitian secara jelas dan terdefinisi dengan
baik, peneliti dapat mengarahkan pilihan metode penelitian yang sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan. Selain itu, perumusan masalah yang tepat juga membantu dalam menentukan pemilihan sampel yang representatif, teknik pengumpulan data yang relevan, serta metode analisis yang sesuai untuk menginterpretasikan data dengan validitas dan reliabilitas yang tinggi. Dengan memiliki fokus penelitian yang terdefinisi dengan baik, peneliti dapat mengambil keputusan yang tepat dalam setiap tahap penelitian, menghindari kebingungan, serta memastikan bahwa penelitian dilakukan secara efisien dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 5. Mendorong Pemikiran Kritis Tujuan terakhir dari perumusan masalah dalam penelitian adalah untuk mendorong pemikiran kritis dan analitis pada peneliti. Proses merumuskan masalah melibatkan evaluasi mendalam terhadap situasi atau fenomena yang akan diteliti, serta pemahaman yang baik tentang konteks masalah tersebut. Melalui proses ini, peneliti diajak untuk mempertanyakan secara mendalam tentang esensi masalah, mengidentifikasi aspek yang relevan, dan mengklarifikasi konsep-konsep yang terlibat. Mendorong pemikiran kritis berarti peneliti harus mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan menggali implikasi dari masalah tersebut. Proses evaluasi mendalam ini membantu mengasah keterampilan analitis peneliti dalam mengidentifikasi kelemahan atau kekurangan dalam pemahaman yang
sudah ada, serta menemukan peluang untuk menyumbang pemikiran baru atau pendekatan yang inovatif. Dalam konteks perumusan masalah, peneliti juga dihadapkan pada tugas untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan bermakna untuk dijawab dalam penelitian. Ini melibatkan kemampuan untuk mengaitkan masalah dengan teori-teori yang relevan, mengidentifikasi variabel-variabel kunci, dan merumuskan pertanyaan penelitian yang dapat memberikan kontribusi nyata terhadap literatur yang ada. (Barlian, 2016) Pemikiran kritis yang muncul dari proses perumusan masalah juga membantu peneliti untuk menghindari generalisasi yang terlalu dini atau kesimpulan yang prematur. Peneliti diajak untuk bertanya lebih dalam, menggali implikasi metodologis, teoritis, atau praktis dari masalah yang ingin diteliti, sehingga mendorong terciptanya penelitian yang berbasis bukti dan bermakna. (Moleong, 2017) Dengan demikian, tujuan akhir dari perumusan masalah adalah untuk melatih dan mengembangkan kemampuan pemikiran kritis dan analitis pada peneliti. Proses ini tidak hanya membantu memastikan kualitas dan relevansi penelitian yang dilakukan, tetapi juga memperkaya pemahaman peneliti terhadap fenomena yang mereka teliti serta kontribusinya dalam pengembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut.
Pemilihan desain penelitian yang tepat merupakan langkah krusial dalam merancang sebuah studi kualitatif yang efektif dan berkualitas. Prosedur untuk memilih desain penelitian yang sesuai melibatkan beberapa tahapan yang harus dipertimbangkan dengan cermat oleh peneliti. Pertama, peneliti perlu memahami dengan baik tujuan penelitian dan jenis pertanyaan penelitian yang ingin dijawab. Desain penelitian yang tepat akan sangat tergantung pada apakah penelitian tersebut bersifat deskriptif, eksploratif, menjelaskan hubungan sebabakibat, atau menguji hipotesis tertentu. Misalnya, untuk penelitian deskriptif, studi kasus atau etnografi mungkin menjadi pilihan yang tepat, sementara untuk penelitian yang lebih terfokus pada menjelaskan hubungan sebabakibat, grounded theory atau fenomenologi bisa lebih relevan. (Fiantika et al., 2022) Tantangan utama dalam pemilihan desain penelitian adalah mencocokkan desain dengan kompleksitas dan keunikan dari fenomena yang diteliti. Terkadang, fenomena yang kompleks atau tidak terduga memerlukan desain penelitian yang fleksibel dan adaptif. Selain itu, pemilihan desain juga perlu mempertimbangkan ketersediaan sumber daya seperti waktu, anggaran, dan keahlian peneliti. Desain penelitian yang tepat harus dapat dijalankan secara efisien dalam batasan-batasan ini tanpa mengorbankan validitas dan relevansi. Prosedur selanjutnya dalam pemilihan desain penelitian adalah mengevaluasi kecocokan antara desain dengan jenis data yang akan dikumpulkan. Setiap desain
penelitian memiliki kekuatan dan kelemahan dalam menghadapi berbagai jenis data. Misalnya, jika penelitian membutuhkan pemahaman mendalam tentang pengalaman subjektif individu, maka pendekatan fenomenologi atau studi kasus mungkin lebih sesuai daripada pendekatan eksperimental yang cenderung lebih terstruktur. Selain itu, peneliti perlu mempertimbangkan konteks dan lingkungan di mana penelitian dilakukan. Faktorfaktor seperti budaya, lokasi geografis, dan aksesibilitas terhadap responden atau informan juga mempengaruhi pemilihan desain penelitian. Misalnya, untuk penelitian yang melibatkan studi di tempat-tempat terpencil atau dengan masyarakat yang sulit diakses, pendekatan etnografi mungkin menjadi pilihan yang tepat untuk mendapatkan pemahaman yang dalam dan kontekstual. (Suwendra, 2018) Tantangan lain dalam pemilihan desain penelitian adalah memastikan keabsahan dan keandalan desain tersebut. Peneliti perlu mempertimbangkan apakah desain yang dipilih dapat menghasilkan data yang valid dan dapat diandalkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Hal ini melibatkan pemikiran kritis tentang bagaimana data akan dikumpulkan, diinterpretasikan, dan digunakan untuk mengembangkan temuan penelitian yang bermakna. Selanjutnya, peneliti juga harus memperhitungkan faktor-faktor etis dalam pemilihan desain penelitian. Beberapa desain penelitian mungkin melibatkan interaksi langsung dengan subjek penelitian, sehingga memerlukan
pertimbangan yang cermat terhadap aspek privasi, keamanan, dan kesejahteraan subjek penelitian. Peneliti perlu memastikan bahwa desain penelitian yang dipilih mematuhi standar etika penelitian dan menghormati hakhak subjek penelitian. Tantangan terakhir dalam pemilihan desain penelitian adalah mengelola ekspektasi dan persepsi dari pihak terkait, termasuk rekan sejawat, sponsor penelitian, atau masyarakat ilmiah. Peneliti perlu mampu menjelaskan dengan jelas alasan di balik pemilihan desain penelitian tertentu dan meyakinkan pihak terkait bahwa desain tersebut merupakan pilihan yang tepat untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan. Komunikasi yang efektif tentang proses pemilihan desain penelitian dapat membantu memperoleh dukungan dan kepercayaan yang diperlukan dalam menjalankan penelitian dengan sukses. (Supratiknya, 2022) Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif merupakan tahap penting yang melibatkan proses mengumpulkan informasi yang relevan dan mendalam untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mencapai tujuan studi. Fungsi utama dari pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan informasi yang kaya dan deskriptif mengenai fenomena yang diteliti, memungkinkan peneliti untuk memahami konteks secara mendalam, serta mengembangkan pemahaman yang holistik tentang topik penelitian. Pengumpulan data
kualitatif juga memungkinkan peneliti untuk menggali perspektif subjektif para responden atau partisipan, sehingga memberikan wawasan yang berharga yang sulit diperoleh melalui metode kuantitatif. Salah satu fungsi utama dari pengumpulan data kualitatif adalah untuk mendukung proses analisis yang mendalam dan kontekstual. Data kualitatif umumnya berupa narasi, wawancara, observasi, atau dokumen yang dapat memberikan konteks dan kompleksitas yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data ini memungkinkan peneliti untuk menemukan pola, temuan, atau tema yang muncul dari interaksi antara peneliti dan subjek penelitian, sehingga memperkaya interpretasi dan kesimpulan yang dihasilkan. (Irianto, 2017) Namun, pengumpulan data dalam penelitian kualitatif juga dihadapi oleh berbagai tantangan yang perlu diatasi oleh peneliti. Salah satu tantangan utama adalah masalah subjektivitas dan kecenderungan peneliti dalam mengumpulkan data. Karena data kualitatif sering kali melibatkan interaksi langsung antara peneliti dan subjek penelitian, ada risiko bahwa peneliti dapat mempengaruhi atau memilih data yang mendukung hipotesis mereka sendiri. Oleh karena itu, peneliti perlu waspada terhadap bias dan melakukan upaya untuk meminimalkan pengaruh diri mereka sendiri dalam proses pengumpulan data. Tantangan lainnya dalam pengumpulan data kualitatif adalah memastikan keandalan dan validitas data. Data kualitatif sering kali bersifat subjektif dan terbuka
terhadap interpretasi, sehingga memerlukan upaya tambahan untuk memastikan keandalan atau konsistensi data antara berbagai peneliti atau dalam konteks waktu yang berbeda. Peneliti perlu menggunakan teknik-teknik seperti triangulasi atau pencatatan jurnal untuk memvalidasi temuan dan mengurangi risiko kesalahan interpretasi. Selain itu, pengumpulan data kualitatif seringkali membutuhkan waktu dan upaya yang lebih besar dibandingkan dengan pengumpulan data kuantitatif. Proses wawancara mendalam, observasi partisipatif, atau analisis dokumen memerlukan kesabaran dan ketekunan dalam menangani data yang kompleks dan beragam. Tantangan waktu dan sumber daya menjadi faktor penting yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti dalam perencanaan dan pelaksanaan pengumpulan data. Tantangan lainnya dalam pengumpulan data kualitatif adalah memastikan keamanan dan kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden atau partisipan. Peneliti perlu memastikan bahwa data yang dikumpulkan diperlakukan dengan etika dan menghormati privasi serta hak-hak subjek penelitian. Hal ini melibatkan pengembangan protokol yang jelas dan komunikasi terbuka dengan partisipan tentang penggunaan data yang diperoleh. Selain itu, pengumpulan data kualitatif juga dapat dihadapi oleh tantangan teknis terkait dengan penggunaan teknologi atau perangkat lunak untuk mengelola dan menganalisis data yang besar dan kompleks. Peneliti perlu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang memadai
dalam menggunakan alat-alat analisis kualitatif, seperti perangkat lunak analisis teks atau program komputer untuk memfasilitasi proses analisis data. (Fitrah, 2018) Kesimpulannya, pengumpulan data dalam penelitian kualitatif memiliki fungsi yang penting dalam menghasilkan informasi yang kaya dan mendalam untuk mendukung analisis dan interpretasi penelitian. Namun, proses ini juga dihadapi oleh berbagai tantangan yang perlu diatasi oleh peneliti melalui pendekatan yang hatihati, keterampilan teknis yang memadai, dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip etika penelitian.
Perumusan masalah penelitian, pemilihan desain penelitian yang tepat, dan pengumpulan data dalam penelitian kualitatif merupakan tahapantahapan penting dalam merancang studi kualitatif yang efektif. Perumusan masalah membantu menetapkan fokus penelitian, mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan, dan memberikan dasar rasional bagi pengambilan keputusan terkait rancangan penelitian. Pemilihan desain penelitian yang tepat memerlukan pemahaman mendalam tentang tujuan penelitian, jenis pertanyaan penelitian, dan kompleksitas fenomena yang diteliti, serta mempertimbangkan tantangan seperti ketersediaan sumber daya dan konteks lingkungan. Sementara itu, pengumpulan data kualitatif bertujuan untuk menghasilkan informasi yang kaya dan mendalam, memungkinkan pemahaman kontekstual yang holistik tentang topik penelitian, namun juga dihadapi oleh tantangan terkait subjektivitas, validitas, waktu, etika, teknis, dan keamanan data. Keseluruhan, ketiga tahapan ini saling terkait dan penting untuk menghasilkan penelitian kualitatif yang berkualitas dan bermakna.