The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Pembelajaran yang dipersonalisasi memanfaatkan keterampilan naluri siswa untuk menerapkan teknologi, tetapi ini lebih dari sekadar teknologi dan algoritme. Ini adalah pola pengajaran campuran yang bermakna untuk menambahkan pembelajaran tatap muka, pengajaran berbantuan teknologi, dan kolaborasi siswa-ke-siswa untuk memberikan minat setiap siswa untuk pembelajaran yang lebih mendalam.

Keterlibatan peserta didik dalam penciptaan jalur pembelajaran. Menghormati minat, aspirasi peserta didik, mendorong rasa tanggung jawab untuk belajar, dan melatih kemampuan siswa untuk menavigasi proses pembelajaran.

Penerapan pembelajaran terpadu dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik, dimana peserta didik dihadapkan dengan konsep yang dapat dilihat dari berbagai bidang studi, dari berbagai sudut pandang. Disini peserta didik belajar untuk memahami konsep tersebut dan kemudian menemukan pola hubungan diantara konsep tersebut. Pembelajaran terpadu sangat beerbeda dengan pembelajaran konvensional yang menjelajahi peserta didik dengan ingatan dan hafalan semata dan kurangnya aktifitas dalam perolehan pengetahuan.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by penamudamedia, 2024-06-23 02:42:17

STRATEGI PERSONALISASI GURU (Pembelajaran Yang Efektif)

Pembelajaran yang dipersonalisasi memanfaatkan keterampilan naluri siswa untuk menerapkan teknologi, tetapi ini lebih dari sekadar teknologi dan algoritme. Ini adalah pola pengajaran campuran yang bermakna untuk menambahkan pembelajaran tatap muka, pengajaran berbantuan teknologi, dan kolaborasi siswa-ke-siswa untuk memberikan minat setiap siswa untuk pembelajaran yang lebih mendalam.

Keterlibatan peserta didik dalam penciptaan jalur pembelajaran. Menghormati minat, aspirasi peserta didik, mendorong rasa tanggung jawab untuk belajar, dan melatih kemampuan siswa untuk menavigasi proses pembelajaran.

Penerapan pembelajaran terpadu dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik, dimana peserta didik dihadapkan dengan konsep yang dapat dilihat dari berbagai bidang studi, dari berbagai sudut pandang. Disini peserta didik belajar untuk memahami konsep tersebut dan kemudian menemukan pola hubungan diantara konsep tersebut. Pembelajaran terpadu sangat beerbeda dengan pembelajaran konvensional yang menjelajahi peserta didik dengan ingatan dan hafalan semata dan kurangnya aktifitas dalam perolehan pengetahuan.

93 C. Pendekatan Kolaboratif Dalam konteks Merdeka Belajar, pendekatan kolaboratif sangat penting sebagai salah satu elemen utama yang mendorong peserta didik untuk mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka. Merdeka Belajar menekankan pada keleluasaan dan kemandirian peserta didik dalam menentukan jalannya pembelajaran. Oleh karena itu, pendekatan kolaboratif ini dalam Merdeka Belajar bukan hanya mengenai komunikasiterbuka, tetapi juga tentang memberikan peserta didik peran yang lebih besar dalam membuat sesuatu dan mengarahkan perjalanan pendidikan mereka. Dalam kerangka Merdeka Belajar, pendidik dan peserta didik bukan hanya sebagai peserta yang terpisah dalam proses pembelajaran, tetapi sebagai mitra sejati yang berkolaborasi. Pendidik bukan hanya sebagai sumber pengetahuan, tetapi juga sebagai fasilitator dan pembimbing yang mendukung peserta didik dalam merancangpengalaman belajar mereka sendiri. D. Pemberian Umpan Balik yang Efektif dan Berorientasi Pada Pertumbuhan 1. Pengertian Pembelajaran Efektif Efektif artinya adalah berhasil mencapai tujuan sebagaimana yangdiharapkan. Dengan kata lain, dalam pembelajaran telah terpenuhi apa yang menjadi tujuan dan harapan yang hendak dicapai (Trianto:2011). Proses pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang dapat


94 berhasil mencapai suatu tujuan belajar dari peserta didik sesuai dengan yangdiharapkan oleh pendidik. Aspek efektivitas pembelajaran merupakan kriteria penting dalamsetiap pembelajaran. Suatu pembelajaran yang sering disebut efektif menjadikan pembelajaran yang telah mencapai sebuah tujuan pembelajaran. Tujuan yang diinginkan di dalam pembelajaran tersebut meliputi pembentukan kemampuan, sikap, keterampilan, pengembangan kepribadian, serta kemampuan penguasaan IPTEKS (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni). Terutama pada konteks pembelajaran di SD/MI, sesuatu pembelajaran yang dapat dinilai efektif jika pembelajaran tersebut telah mencapai suatu tujuan yang khusus yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Pembelajaran yang efektif dan memberikan umpan balik itu terjadi pada proses pembelajaran PAIKEM. Pendekatan yang menggunakan PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) adalah sebuah strategi dan terobosan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam dalam rangka mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, denganpenekanan peserta didik belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar (termasuk pemanfaatan lingkungan), supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif (Dewi dkk:2009).


95 2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Efektif Berikut ini dikemukakan prinsip-prinsip pembelajaran efektif, yaitu: a. Mengalami Peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional. Melalui pengalaman langsung pembelajaran akan lebih memberi makna kepada siswa daripada hanya mendengarkan. Misalnya pada mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, supaya siswa dapat mengetahui tentang bagaimana melakukan serve dalam permainan bola voli, maka guru memberikan keempatan kepada siswanya untuk melakukan serve bola. b. Komunikasi Kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan peserta didik. Proses komunikasi yang baik adalah proses komunikasi dimana antara unsur komunikator dan komunikan terdapatsatu arah yang sama. c. Interaksi Kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya interaksi multi arah. Interaksi multi arah yang diharapkan terjadi adalah interaksi transaksional, dimana proses komunikasi antara guru dengan siswa, siswa antara guru, siswa dengan siswa, bahkan siswa dengan lingkungan sekitar memiliki kesiapan yang cukup baik. d. Refleksi


96 Kegiatan pembelajaran memungkinkan peserta didik memikirkan kembali apa yang telah dilakukan. Proses refleksi sangat perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian proses pembelajaran. Kegiatan refleksi ini dilakukan secara bersamaan antaraguru dengan siswa. Adapun juga prinsip-prinsip pada disain pesan pembelajaran atau pembelajaran kontekstual (CTL) yaitu menyampiakan pembelajaran sesuai dengan konsep teknologi pendidikan dan pembelajaran yang pada hakikatnya merupakan kegiatan menyampaikan pesan kepada siswa oleh narasumber dengan menggunakan bahan, alat, teknik, dan dalam lingkungan tertentu (Gafur:1986). Agar penyampaian tersebut efektif, perlu diperhatikan beberapa prisip disain pesan pembelajaran yaitu sebagaiberikut. 3. Kesiapan dan Motivasi (Readiness and Motivation) Prinsip pertama kesiapan dan motivasi menyatakan bahwa jika dalam menyampaikan pesan pembelajaran siswa siap dan motivasi tinggi hasilnya akan lebih baik. Mempunyai makna seperti siap dalam pengetahuan prasyarat, siap mental, dan siap fisik. Untuk mengetahui kesiapan siswa tersebut perlu dilaksanakan tes prasyarat, tes diagnotik,dan tes awal. Jika pengetahuan, keterampilan dan sikap prasyarat untukmempelajari suatu kompetensi belum terpenuhi perlu diadakan pembelajaran atau matrikulasi. Selanjutnya memberikan motivasi berupa dorongan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, termasuk melakukan kegiatan belajar. Dorongan yang


97 dimaksud yaitu bisa berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. 4. Penggunaan Alat Pemusat Pemerhatian (Attention Directing Devices) Prinsip ini menyatakan bahwa jika dalam penyampaian pesan digunakan alat pemusat perhatian, hasil belajar akan meningkat. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa perhatian yaitu terpusatnya mental terhadap suatu objek memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar. Semakin memperhatikan semakin berhasil, semakin tidak memperhatikan semakin gagal. Meskipun penting namun perhatian mempunyai sifat yang sulit dikendalikan dalam waktu yang cukup lama. Karena itu perlu digunakan berbagai alat dan teknik yang mampu mengendalikan atau mengarahkan perhatian. Alat tersebut berupa media seperti gambar, ilustrasi, bagan warna warni, audio, video, alat peraga, penegas visual, penegas verbal, kecerahan, dan lain-lain. Teknik yang dapat digunakan untuk mengendalikan perhatian misalnya gerakan, perubahan, sesuatu yang aneh, lucu, humor, mengagetkan, menegangkan, dan lain-lain. 5. Partisipasi Aktif Siswa (Student’s Active Participation) Dalam kegiatan pembelajaran jika siswa aktif berpartisipasi dan interakti, hasil belajar akan meningkat. Aktivitas siswa meliputi aktivitas mental (melakukan latihan, menjawab pertanyaan, mengarang, menulis, mengerjakan tugas dan sebagainya.


98 6. Perulangan (Repetion) Jika penyampaian pesan pembelajaran diulangulang, maka hasil belajar akan lebih baik. Perulangan dilakukan dengan mengulangi dengan cara dan media yang sama maupun dengan cara dan media yang berbeda. Perulangan dapat pula dilakukan dengan jalan menggunakan kata-kata isyarat tertentu seperti “sekali lagi saya ulangi”, “dengan kata lain”, “singkat kata”, atau “singkatnya”. 7. Umpan Balik (Feedback) Jika dalam penyampaian pesan siswa diberi umpan balik, hasil belajar akan meningkat. Umpan balik adalah informasi yang diberikan kepada siswa mengenai kemajuan belajarnya. Jika salah diberikan pembetulan(corrective feedback) dan jika betul diberi konfirmasi atau penguatan (confirmative feedback). Siwa akan menjadi mantap kalau betul kemudian dibetulkan. Sebaliknya, siswa akan tahu dimana letak kesalahannya jika salah diberi tahu kesalahannya kemudian dibetulkan. Secara teknis, umpan balik diberikan dalam bentuk kunci jawaban yang benar. Komponen pokok strategi pembelajaran (instructional strategy) meliputi kegiatan pendahuluan (preinstructional activities), penyampaian materi pembelajaran (presenting instructional materials), memancing penampilan siswa (eliciting performance), pemberian umpan balik (providing feedback) dan kegiatan tindak lanjut (follow up activities) yang berupa remedial dan pengayaan (remedial and enrichment) (Gafur:1986). Tetapi difokuskan pada


99 komponen strategi pembelajaran yang relevan pada pemberiann umpan balik (providing feedback). Pemberian umpan balik ini adalah sebuah informasi yang diberikan kepada siswa mengenai kemajuan belajarnya. Sebagai contoh setelahmengerjakan soalsoal latihan, siswa diberikan kunci jawaban. Dengan mengetahui kunci jawaban mereka akan mengetahui apakah jawabannya benar atau salah. Umpan balik yang baik adalahumpan balik lengkap. Jikasalah diberi tahu kesalahannya, mengapa salah, dan kemudian dibetulkan. Jika jawaban betul diberikan konfirmasi agar mereka mantap bahwa jawabannya benar. Agar siswa dapat menemukan sendiri jawaban yang benar, ada baiknya umpan balik diberikan tidak secara langsung (delay feedback). Misalnya “jawaban yang benar anda baca lagi pada halaman 46”. E. Teknik Memberikan Umpan Balik Umpan balik adalah perilaku pendidik untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar secara individu dengan cara menanggapi hasil kerja peserta didik sehingga lebih menguasai materi yang disampaikan oleh pendidik. Umpan balik yang dilakukan oleh pendidik antara lain memberikan penjelasan terhadap kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Umpan balik adalah koreksi terhadap jawaban-jawaban atas respon peserta didik dalam mengerjakan tes atau latihan. Umpan balik adalah suatu proses dengan atau akibat dari suatu respon


100 untuk mengontrolnya. 1. Pengertian Umpan Balik Umpan balik merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh pendidik untuk membantu peserta didik dalam memahami suatu pembelajaran dengan cara menanggapi hasil suatu pembelajaran yang dialkukan sampaipeserta didik menguasai materi yang telah disampaikan (Windarsih:2016).Hal ini dilakukan karena mengingat peserta didik merupakan individu yang memiliki kemampuan berbeda-beda dalam memahami pembelajaran. Ada yang cepat tangkap, ada juga yang lambat menangkap.faktor intelegensi yang berbeda-beda menjadi salah satu indikator dalam kelancaran mengikuti proses belajar mengajar. Kemampuan yang berbeda mengakibatkan waktu untuk mencapai tujuan belajar mengajar yang berbeda. Untuk mengatasi perbedaan itu maka dibutuhkan metode yang tepat. Metode mengajar sebagai strategi untuk mencapai tujuan belajar mengajar harus dipilih dan ditentukan lebih dahulu sebelum diselenggarakan kegiatan belajar mengajar. Umpan balik adalah pengetahuan yang diperoleh dan berkenaan dengan sesuatu tugas, perbuatan atau respons yang telah diberikan (Rusli Lutan:1988). Umpan balik atau biasa disebut dengan feedback yaitu pendidik mengobservasi peserta didik secara individu dan menilai bagaimana siswa melakukan aktivitas serta apa yang harus dilakukan pendidik untuk meningkatkan kemampuan peserta didik (Adang Suherman:1988).


101 Umpan balik (Suke Silverius:1991) adalah pemberian informasi yang diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya kepada peserta didik untuk memperbaiki atau meningkatkan pencapaian hasil belajarnya. Umpan balik berkaitan erat dengan kegiatan belajar terdahulu yang dievaluasi dengan suatu alat evaluasi. Hasil evaluasi ini memberikan informasi mengenai sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap materi yang disajikan dalam proses atau kegiatan belajar mengajar. Strategi umpan balik langsung didefinisikan sebagai umpan balik yang segera diberikan setelah pembelajar memberikan respons atau menyelesaikan tugas. Sedangkan strategi tidak langsung didefinikan sebagai lawan dari langsung, yaitu umpan balik yang diberikan beberap jam, beberapa minggu atau sekian lama setelah selesainya sebuah tugas atau ulangan. Perbedaan penggunaan umpan balik dengan strategi langsung dan tidak langsung diduga mempengaruhi hasil pembelajaran. Kapan waktu yang tepat penyampaian umpan balik pengaruhnya tidak diketahui secara pasti, tetapi ada interaksi antara waktu penyampaian umpan balik dan hasil belajar. Umpan balik adalah kegiatan memberikan informasi kepada individu yang berfokus pada kinerja atau perilaku mereka. umpan balik yang diberikan harus disampaikan dengan cara yang positif dan mengarah pada tindakan untuk menegaskan atau mengembangkan kinerja atau perilaku individu. Umpan balik yang diberikan tidak boleh bersifat


102 pribadi dan harus berfokus pada data, fakta, atau contoh bukti yang teramati. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa umpan balik (feedback) adalah informasi yang berkenaan dengan kemampuan peserta didik dan pendidik guna lebih meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh keduanya, baik dalam konteks pembelajaran maupun dalam pelatihan olahraga. Informasi yang dimaksud adalah berkaitan dengan apa yang sudah dilakukan, bagaimana hasilnya, dan apa yang harus dilakukan untuk memperbaikinya. 2. Tujuan Umpan Balik Tujuan umpan balik harus dijelaskan dengan jelas kepada peserta didik di awal pembelajaran. Selanjutnya, aturan, protocol dan etiket harus ditetapkan dan disetujui oleh semua pihak yang terlibat (Lisnasari:2022). Misalnya pendidik mungkin ingin mencapai consensus dengan siswa tentang halhal berikut. a. Umpan balik harus ditujukan pada peningkatan pembelajaran b. Umpan balik harus fokus pada isu daripada orang c. Berikan alasan dan penjelaskan mengapa tidak setuju atau setujudengan peserta didik lain d. Tunjukkan secara eksplisit kemungkinan kesalahan atau kesalahpahaman yang mungkin dimiliki orang lain e. Mengakui kontribusi peserta didik lain sebelum memberikanpandangan yang berbed


103 f. Bandingkan dan kontraskan pendekatan yang berbeda untukmemecahkan suatu item g. Setiap orang harus berkontribusi pada pembelajaran kelompokdengan cara tertentu. h. Angkat tangan jika ingin mengungkapkan ide, dan bebicara secara gantian 3. Fungsi Umpan Balik a. Fungsi informasional yaitu memberikan informasi sejauh mana peserta didik telah menguasai materi yang diterimanya dalam proses atau kebijakan belajar mengajar. b. Fungsi motifasional yaitu motivasi peserta didik untuk belajar. c. Fungsi komunikasional umpan balik berfungsi sebagai media penyampaian hasil evaluasi kepada peserta didik dan bersama peserta didik memberikan Upaya perbaikan dan peningkatan. 4. Jenis-Jenis Umpan Balik Secara umum umpan balik atau yang biasa dikatakan feedback terbagi ke dalam dua jenis yaitu intrinsic feedback dan extrinsic feedback (Apruebo,2005). Intrinsic feedback atau umpan balik intrinsic berkaitan dengan penilaian terhadap dirinya sendiri, tentap sikap, aktivitas dan atau perilaku yang telah dilakukannya, serta tentang kemampuan yang telah ditunjukkannya. Misalnya dalam melaksanakan tugas gerak, apakah aktivitas yang dilakukan sudah sesuai dengan yang diinstruksikan oleh pendidik, apakah sudah mampu menyelesaikan keseluruhan tugas gerak, apakah merasa nyaman dengan alat


104 bantu yang digunakan, atau menilai bahwa rangkaian Gerakan senam telah sesuai dengan urutan yang harus dilakukan. Sedangkan extrinsic feedback adalah umpan balik yang berasaldari luar dirinya. Misalnya koreksi dari pendidik mata pelajaran Pendidikan jasmani atau Gerakan yang sudah dilakukan, mendengarkan omongan dari temannya karena salah memberikan umpan Ketika bermain bola, atau dari lingkungan sekitar seperti cuaca yang terlalu panas sehingga mengharuskannya sering beristirahat di tempat yang teduh. Adang Suherman (1998) mengemukakan beberapa jenis umpan balik berdasarkan kajian dari beberapa literatur. Jenis-jenis umpan balik tersebut diantaranya adalah sebagai berikut. a. General dan Specific Feedback General feedback atau umpan balik umum misalnya berkaitan dengan Gerakan umum, tingkah laku siswa, atau pakaian yang digunakan. General feedback digunakan guru untuk mendorong siswa terus belajar dan mencobanya. Biasanya feedback jenis ini diungkapkan dengan kata-kata seperti: bagus, hebat, mengagumkan. Ungkapan dengan kata-kata ini masih bersifat umum sehingga tidak mencerminkan informasi yang spesifik untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan peserta didik. b. Congruent dan Incongruent Feedback Congruent feedback umpan balik yang terfokus pada aktivitas belajar yang sedang dipelajari peserta didik. Misalnya pada saat peserta didik mempelajari


105 footwork dalam stroke bulu tangkis. Umpan balik yang berhubungan dengan footworks tersebut dapat dikatakan congruent feedback. Sedangkan berhubungan dengan stroke sebagai incongruent feedback. Misalnya yang berkaitan dengan stroke dalam bulu tangkis adalah cara memegang raket, follow through, dan aspek lainnya selainfootworks. c. Simple Feedback Simple feedback adalah umpan balik yang hanya berfokus pada satu komponen keterampilan dalam satu saat. Simple feedback biasanya berisi satu atau duah buah kata kunci (key words) yang menggambarkan aktivitas penyempurnaan dan diulang-ulang sebagai umpan balik selama pembelajaran berlangsung. d. Positive, Netral, dan Negative Feedback Jenis umpan balik yang lain adalah umpan balik positif, umpan balik netral, dan umpan balik negative. Ketiga jenis umpan balik ini paling sering dijumpai dalam kegiatan belajar mengajar penjas yang bersifat praktis di lapangan dan lebih mudah dilakukan oleh pendidik. 5. Kelebihan dan Kelemahan Teknik Umpan Balik Setiap model, metode ataupun strategi pembelajaran pasti memilikikelebihan dan kelemahan masing-masing termasuk explicit instruction. Adapun kelebihan explicit instruction (Trianto,2010) sebagai berikut. a. Pendidik bisa mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh peserta didik


106 sehingga pendidik mempertahankan fokus apa yang harus dicapai oleh peserta didik b. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil c. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dilakukan oleh peserta didik sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan d. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan factual yang terstruktur e. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilanketerampilan eksplisit kepada peserta didik yang berprestasi rendah f. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat dapat di akses secara setara oleh seluruh peserta didik g. Memungkinkan pendidik untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan antusiasme peserta didik Adapun kelemahannya (Trianto, 2010) adalah sebagai berikut. a. Terlalu bersandar pada kemampuan peserta didik untuk mengasimilasikan informasi melalui mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Sementara tidak semua siswa memiliki


107 keterampilan hal-hal tersebut, sehingga guru masih harus mengajarkannya kepada siswa b. Sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, Tingkat pembelajaran pemahaman, gaya bealajr, atau ketertarikan peserta didik c. Kesulitan peserta didik untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal yang baik d. Karena pendidik memainkan peran pusat dalam strategi ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini berbagai macam pada penilaian dan antusiasme pendidik. Jika pendidik tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, dan terstruktur, peserta didik dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka terhambat e. Adanya berbagai hasil penelitian yang menyebutkan bahwa Tingkat struktur dan kendali guru yang dalam kegiatan pembelajaran yang menjadi karakteristik strategi pembelajaran iniberdampak negative terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keinginan tahuan oleh peserta didik.


108 Bab 8 Kolaborasi dan Dukungan Guru A. Pentingnya Kolaborasi Antar Guru dan Dukungan Tim dalamMenerapkan Personalisasi Pembelajaran Pendidik memainkan peran kunci dalam meningkatkan kualitas Pendidikan dan berada di lapangan pusat dalam setiap upaya reformasi pendidikan untuk mengubah hal-hal yang bersifat kualitatif (Supriadi, 2001). Dalam peningkatan kualitas pendidikan pembaruan pengajaran, pengembangan model pembelajaran, penyediaan fasilitas pendidikan dan sejenisnya itu sangatlah


109 penting untuk pendidik (Brand, 1993). Keberhasilan implementasi kebijakan pendidikan tergantung pada tingkatannya di sekolah atau kelas yang mana hal itu dapat ditentukan oleh kompetensi dan komitmen pendidik. Berdasarkan gagasan dan beberapa fakta empiris yang ada maka perlu dilakukan evaluasi sekaligus dicari model perbaikannya untuk meningkatkan keterampilan professional pendidik dalam mencapai Tingkat praktis fungsional mutu pengajaran di kelas. Perbaikan pembelajaran di kelas yang secara langsung akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan secara makro. Dalam konteks ini, evaluasi bertujuan untuk pelaksaaan penelitian tindakan kelas kolaborasi sebagai model untuk meningkatkan keterampilan professional guru. Melalui program penelitian tindakan di kelas dilakukan dalam lingkungan kolaboratif. Peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah dilakukan secara bertahap melalui proses transfer pengetahuan dan keterampilan darimitra kepada pendidik. 1. Pentingnya Penelitian Kolaborasi Pada PTK Penelitian tindakan kelas secara kolaborasi tidak mengacu pada semua komponen (pihak) untuk melakukan hal yang sama. Semua pihak memiliki peran yang berbeda untuk dimainkan, namun dengan peran ini masing-masing pihak ingin mendukung rekonsiliasi dan keberhasilan pelaksanaan PTK. Oleh karena itu, semua pihak harus memahami masalah konkret dan tujuan yang dapat dicapai sejak awal tentang implementasi rencana dan tugas yang dikembangkan Bersama saat setiap fungsi berjalan.


110 Seperti yang dijelaskan diatas, implementasi ini bekerja sama, artinya penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan Kerjasama dengan pihak lain, seperti guru ahli, kepala sekolah, dosen, rekan kerja, atau bisa juga seorang peneliti untuk secara bersamaan melakukan kegiatan penelitian. Jadi PTK membutuhkan partisipasi dari pihak lain sebagai peninjau. Hal ini diperlukan untuk mendukung objektivitas hasil PTK. Kolaborasi yang intens pelaksanaannya, misalnya dengan guru dan sejawat, guru dan kepala sekolah, guru dan dosen atau guru denganpembimbing (Kunandar,2008). Melalui pelaksanaan Kerjasama PTK, beberapa tujuan sekunder (manfaat) dari PTK menjadi lebih terlihat atau tercapai dibandingkan bentuk penelitian lainnya. Berdasarkan pengamatan terhadap suatu masalah konkret dan landasan teori yang relevan, setelah itu tim peneliti merumuskan tujuan dan kriteria keberhasilan riset dan rencana aksi. Pada tahap kegiatan, guru bertanggung jawab penuh atas peneliti lainnya sebagai pengamat atau pengumpulan data lainnya selama prosedur. Sementara itu, selama fase refleksi dan evaluasi, semua kelompok penelitian berkumpul untuk mengevaluasi apa yang telah dicapai atau tujuan penelitian tidak tercapai. Jika itu tidak berhasil, tim peneliti menggali akarnya dan mengidentifikasi alasan tidak mencapai tujuan saat membuat rencana tindakan untuk siklus selanjutnya. Adapun manfaat yang dicapai bila seorang guru mau dan mampu melakukan penelitian tindakan kelas


111 dalam kaitannya dengan komponen pembelajaran (Zainal,2006) adalah sebagai berikut. a. Inovasi pembelajaran b. Pengembangan kurikulum Tingkat sekolah dan kelas c. Meningkatkan profesionalisme guru Agar pelaksanaannya berjalan dengan lancer dan terkendali, maka guru harus mempertimbangkan beberapa prinsip (Hopkins,1992) sebagai kriteria PTK untuk melakukan hal berikut. a. Pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu komitmen dan tanggung jawab utama guru di kelas. PTK merupakan intervensi praktis yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan pembelajaran mengajar, tetapi tidak boleh mengganggu proses belajar karena dapat menjadikan experiental learning. Guru dapat melakukan PTK bersamaan dengan menyelesaikan tugas setiap hati sehingga dia tidak harus meninggalkan hal-hal yang terkait dengan tujuan kurikulum yang harus dipenuhi. Hal ini dimungkinkan karena PTK tidak memerlukan investasi waktu dan tenaga khusus tidak membebani pekerjaan guru. Adanya kolaborasi antar guru dan kepala sekolah. Sekolah dengan peneliti untuk pemahaman, consensus dan pengambilan Keputusan yang pada akhirnya mengarah pada tindakan Bersama. Kolaborasi antarapengajar dan peneliti merupakan salah satu ciri PTK. Melalui kolaborasi tersebut, mereka


112 melakukan penelitian Bersama-sama mengkaji permasalahan yang sebenarnya terjadi antara guru dan siswa. b. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak memakan waktu terlalu lama yang dapat mengganggu pembelajaran. Dalam konteks ini, Gerakan Sebagian atau seluruhnya jika memungkinkan, gunakanlah metode pengumpulan data yang dapat diproses saat belajar yang bisa diambil alih oleh guru dan tetap berfungsi penuh. c. Metode yang digunakan harus cukup reliabel. Penggunaan metodeyang reliabel memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian tindakan yang telah dirumuskan. Dalam hal ini, diakatakan bahwa meskipun pada dasarnya terpaksa memperbolehkan kelonggaran. Namun penerapan asas-asas dasar telaah taat kaidah harus tetap dipertahankan. d. Masalah penelitian tindakan kelas harus menjadi masalah fungsional pembelajaran yang cukup menghibur, jadi guru harus memperlakukannya sebagai bagian dari tanggung jawab professional. Dalam hal ini, jelaslah penggerak utamanya penyelenggaraan PTK merupakan komitmen professional para guru untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk para siswa, perilaku guru yang hanya komunikasi dari fakta-fakta


113 GBPP mensyaratkan penolakan karena dianggap sebagai alasan atau pertimbangan professional. e. Dalam melakukan pekerjaan PTK, guru harus selalu mengikuti prosedur etika. Dalam hal ini misalnya, PTK harus tetap dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip penelitian ilmiah, dan melaporkan hasil sesuai dengan cara penyusunan publikasi ilmiahagar tetap mengutamakan kepentingan siswa. f. Jika memungkinkan, perspektif misi sekolah harus digunakan. Dalam hal ini masalahnya terletak tidak dianggap terbatas dalam konteks kelas atau departemen tertentu. Perspektif yang lebih luas ini tampaknya menjadi lebih penting Ketika lebih dari satu pendidik terlibat dalam PTK kolaboratif. 2. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas Prinsip dalam penelitian tindakan kelas ada beberapa bagian yaitusebagai berikut. a. PTK dilakukan tidak mengganggu komitmennya sebagai pendidik dalam proses belajar artinya seorang guru dalam melaksanakan tugasnya mengikuti kalender akademik, setiap satuan pendidikan telah mengatur silabus yang berkenaan dengan SK dan KD yang harus diselesaikan dalam semesternya. b. Kolaboratif PTK bisa dilakukan dengan guru, kepala sekolah, pengawas, praktisi sehingga mendukung kelancaran pelaksanaannya. Dalam hal ini kolaborasi membantu pelaksanaan tinda-


114 kan baik sebagai observer maupun sebagai pelaksana tindakan dan ini disepakati Bersama sesuai dengan kemampuannya kolaborasi. c. Siklus yang diterapkan hendaknya mengutamakan pada ketercapaian kriteria keberhasilan, dan dikembangkan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Yang terus mengalir menghasilkan siklus baru sampai penelitian tindakan kelas dihentikan. Dalamsiklus terdiri dari beberapa pertemuan atau tindakan setiap pertemuan idealnya tiga pertemuan namun peneliti mempertimbangkan dengan materi pelajaran maka dalam hal ini minimal dua kali pertemuan, RPP yang digunakan dalam penelitian tindakan hendaknya memperhatikan komponen dalam RPP yang menjadi perhatian dalam hal ini adalah pada komponen penilaian, artinya apabila satu RPP akan digunakan untuk satu kali pertemuan maka harus ada penilaian, namun apabila satu RPP untuk dua kalipertemuan maka penilaian dilaksanakan pada pertemuan kedua, penilaian diisi yang dimaksud adalah penilaian untuk mengetahui peningkatan pada aspek kognitif, afektif dan aspek psikomotorik. d. Teknik pengumpulan data dalam hal ini adalah teknik tes dan non tes yang digunakan dalam mengembangkan instrument penilaian. Teknik tes misalnya tes pilihan ganda, menjodohkan, jawaban singkat dan lain-lain. Teknik pengumpulan data diharapkan tidak menuntut waktu dan cara yang berlebihan.


115 e. Metodologi yang digunakan hendaknya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah perihal pengaturan penelitian, subjek penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, analisis data, indicator keberhasilan dan prosedur penelitian. f. Peneliti mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan inovasi metode, strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelas, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis tindakannya. g. Masalah yang terungkap adalah masalah yang benar-benar membuat guru galau sehingga atas dasar tanggung jawab professional, dia didorong oleh hatinya untuk memiliki komitmen dalam rangka menemukan jalan keluarnya melalui PTK. h. PTK dilaksanakan mengikuti kaidah ilmu pengetahuan. B. Pembelajaran Lintas Mata Pelajaran 1. Latar Belakang Pembelajaran Tematik Sesuai dengan tahap perkembangannya, anak SD itu masih melihat sesuatu sebagai suatu keutuhan. Tema tertentu akan menjadi sesuatu yang sifatnya pokok dan sangat penting dalam menstimulasi cara berpikir anak seusia SD. Stimulus yang kontekstual, current, dan menarik akan merangsang rasa keingintahuan siswa. Bagaimana tema itu dibahas dalam sebuah buku, diharapkan dapat menjadi gagasan pokok yang mudah dipahami dan dibicarakan oleh


116 mereka. Oleh karena itu, pembelajaran tematik menjadi strategi pembelajaran yang tepat diterapkan bagi anak SD. Hadirnya pembelajaran tematik menuntut para guru untuk melakukan metode pembelajaran yang tepat. Perlu Langkah cerdas dalam pengoptimalan model pembelajaran yang diberikan. Hal ini karena dalam perancangan dan pelaksanaan evaluasi, lebih mengedepankan pada evaluasi berbasis proses. Guru wajib mendorong dan mendukung pertumbuhan intelektual siswanya. Dalam Permendikbud RI Nomor 57 Tahun 2014 pasal 10 dijelaskan bahwa pedoman mata pelajaran dan pembelajaran tematik terpadu merupakan profil utuh mata pelajaran dan pengembangan muatan mata pelajaran menjadi pembelajaran tematik terpadu yang berisi latar belakang, karakteristik mata pelajaran pengertian, prinsip, kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran, desain pembelajaran, model pembelajaran, penilaian, media dan sumber belajar, dan peran guru sebagai pengembang budaya sekolah. Lebih jelasnya bahwa pembelajaran tematik memberi penekanan pada pemilihan suatu tema yang spesifik dan sesuai dengan materi pelajaran, untuk mengajar satu atau beberapa konsep belajar learning by doing. Artinya, sambil belajar maka anak bisa sambil melakukan sesuatu. 2. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik sering dikatakan dengan


117 pembelajaran terpadu. Hal ini karena pembelajaran tematik menjadi salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga memberikan pengalaman bermakna bagi siswa. Terpadu berarti mengkombinasikan dari aspek pedagogik, epistemologi, sosial, sampai psikologi. Oleh karena itu, realisasinya dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan tema pembelajaran. Pembelajaran tematik berbeda dengan pembelajaran tradisional. Tidak ada lagi model yang memaksa peserta didik untuk sekedar menghafal. Melalui pendekatan tematik, berarti mengedepankan orientasi pada praktik pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan siswa. Hal ini digunakan sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual masing-masing peserta didik. Landasan pembelajaran tematik ini mencakup beberapa landasan seperti landasan filosofis yang berkaitan dengan aliran filsafat, landasan psikologis berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar, serta landasan yuridis berkaitan dengan peraturannormative yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik. Secara konsep, pembelajaran tematik merupakan pengembangan konsep pembelajaran interdisipliner (Jacob, 1989) dan pembelajaran terpadu (Fagory, 1991). Oleh karena itu pembelajaran tematik dirancang berdasarkan tema-tema tertentu, maka menjadi suatu strategi pembelajaran yang melibatkan


118 beberapa pelajaran sehingga memberikan pengalaman yang bermakna. Suatu kepercayaan pada pembelajaran yang memiliki makna. Disamping juga perlu penekanan khusus pada program pembelajaran yang orientasinya fokus pada kebutuhan perkembangan peserta didik. Pembelajaran tematik yaitu pendekatan dalam pembelajaran yang memadukan antara aspek intra mata pelajaran dan antar mata pelajaran sehingga peserta didik dapat memperoleh kompetensi secara utuh dan lebih bermakna. Dikatakan bermakna karena peserta didik diharapkan mampu memahami konsep tema yang dipelajari dengan pengalaman langsung, yang menghubungkan kedua aspek, baik intra maupun antar mata pelajaran. Tema juga ditinjau dari mata pelajaran lainnya. Suksesnya pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh pendidik, peserta didik, sarana prasarana, sumber pembelajaran, kurikulum, maupun cara penilaian. Pembelajaran yaitu kegiatan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga ada proses interaksi antar pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan. Sementara itu, tematik yaitu mengumpulkan dalam satu hal. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah strategi pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa matapelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan. 3. Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik Untuk ruang lingkupnya meliputi semua


119 kompetensi dasar dari semua mata pelajaran kecuali agama. Mata pelajaran dalam hal ini yaitu Bahasa Indonesia, PPKN, Matematika, IPA, IPS, PJOK, serta Seni Budayadan Prakarya yang dipadukan dalam satu tema. Fungsinya sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran mata pelajaran sekaligus. Perpaduan antar mata pelajaran yang selanjutnya disebut dengan pembelajaran tematik mengandung tema, subtema, dan pembelajaran. Untuk meningkatkan softskill dan hardskill peserta didik, maka perlu adanya penanaman kompetensi yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari yang sudah terangkum dalam pembelajaran tematik. 4. Tujuan Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik dapat membantu peserta didik dalam membentuk kebulatan pengetahuan sehingga penguasaan konsep menjadi lebih baik. Peserta didik dapat membangun keterkaitan antara pengetahuandan pengalaman secara ebih komprehensif. Sementara itu, dari sisi waktu bagi pendidik, jauh menjadi lebih hemat. Hal ini karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus diberikan dalam waktu yang relative lebih efektif. Lalu untuk mengurangi atau menghilangkan terjadinya tumpang tindih pada materi, memudahkan untuk melihat hubungan yang bermakna, maupun memudahkan untuk memahami materi secara utuh. Pembelajaran tematik juga menyediakan keluasan pelaksanaan kurikulum dan memberikan tawaran


120 kepada peserta didik sehingga muncul dinamika yang dinamis Ketika pembelajaran berlangsung. Permendikbud RI Nomor 24 Tahun 2016 yang meengatur tentang kurikulum 2013, membagi kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial. Setiap pendidik hendaknya bisa memberikan penilaian secara objektif menggunakan instrument penilaian yang tepat. Jika dijangkau lebih mendalam pemahaman peserta didik terhadapmateri pelajaran akan membuat peserta didik menjadi lebih bergairah belajar. Adapun poin pentingnya jika peserta didik dapat memperoleh pengetahuan baru dan pengalaman baru. Jadi pembelajaran tematik sangat penting diintegrasikan sehingga peserta didik nantinya memiliki kompetensi yang berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 5. Karakteristik Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik memiliki karakteristik yang berpusat pada peserta didik, memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran yang tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, bersifat fleksibel, mengembangkan prinsip belajar sambil bermain yang menyenangkan. Selanjutnya dalam implementasi memiliki keunggulan sebagai berikut. a. Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan Tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia SD b. Kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran bertolakdari minat dan kebutuhan peserta didik


121 c. Kegiatan belajar dipilih yang bermakna dan berkesan bagi pesertadidik sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama d. Memberi penekanan pada keterampilan berpikir peserta didik e. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya f. Mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, seperti kerjasam, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Pada dasarnya yang mencirikan suatu pembelajaran tematik adalah lebih luas. Artinya, dapat dikaitkan dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Selain itu juga holistik, bermakna, otentif, dan aktif. Ciri yang menekankan pada keaktifan peserta didik yang menjadikan peserta didik akan memperoleh pengalaman langsung. Kemudian mendapatkan keterampilan secara utuh, dan mampu mendapatkan pengetahuan secara mandiri. 6. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Tematik Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar, terutama pada saat penggalian tematema, pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan penilaian. Dalam proses penggalian tema- tema perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan mata pelajaran.


122 b. Tema harus bermakna, maksudnya tema yang dipilih untuk dikajiharus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya. c. Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. d. Tema yang dikembangkan harus mampu menunjukkan sebagianbesar minat siswa. e. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa- peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar. f. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat. g. Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar. 7. Aktifitas Siswa dalam Karakteristik Pembelajaran Tematik Berpikir dianggap sebagai suatu proses kognitif, suatu aktifitas Mentas untuk memperoleh pengetahuan. Proses berpikir dihubungkandengan pola perilaku yang lain yang memerlukan keterlibatan aktif pemikir. Setiap orang memiliki pengaturan dari dalam (selfregulation) yang berkembang sepanjang hidupnya seperti kematangan pengalaman, transmisi sosial dan ekuilibrasi (Piaget,2004). Piaget mengungkapkan bahwa proses perolehan pengetahuan diawali dengan terjadinya konflik kognitif yang hanya dapat diatasi melalui self-regulation sehingga pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya darihasil interaksi dengan lingkungannya.


123 Penerapan pembelajaran terpadu dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik, dimana peserta didik dihadapkan dengan konsep yang dapat dilihat dari berbagai bidang studi, dari berbagai sudut pandang. Disini peserta didik belajar untuk memahami konsep tersebut dan kemudian menemukan pola hubungan diantara konsep tersebut. Pembelajaran terpadu sangat beerbeda dengan pembelajaran konvensional yang menjelajahi peserta didik dengan ingatan dan hafalan semata dan kurangnya aktifitas dalam perolehan pengetahuan tersebut. Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan itu dibentuk sendiri oleh peserta didik Ketika berhadapan dengan lingkungan atau objek yang sedang dipelajarinya. Oleh karena itu, kegiatan peserta didik dalam membentuk pengetahuannya sendiri menjadi hal yang sangat penting dalam sistem Piaget. Proses belajar harus membantu dan memungkinkan peserta didik aktif mengkonstruksi pengetahuannya. Dalam hal ini, penekanan pembelajaran aktif terletak pada kebutuhan dan kemampuan peserta didik atau student centre bukan teacher centre. Anak dapat mengkonstruksi pengetahuannya dengan baik, ketika ia diberikan peluang untuk dapat aktif berinteraksi dalam pembelajaran, baik dengan pendidik, media pengajaran, lingkungan sosial, dan sebagainya. Dengan belajar secara aktif, anak dapat mengolah bahan belajar, bertanya secara aktif, dan mencerna bahan dengan kritis, sehingga mampu


124 memecahkan permasalahan, membuat Kesimpulan dan bahkan merumuskan suatu rumusan menggunakan kata-kata sendiri. Peran pendidik sebagai fasilitator, dan motivator sangat penting bagi keberhasilan anak dalam mengkonstruksi pengetahuannya, dan peserta didik bukanlah sebagai pentransfer ilmu pengetahuan semata.


125 Daftar Pustaka Adiani, P., Diniyah, L., Yulistia, N., Kirana, R. F., & Nuraeni, R. (2023). Pentingnya Kolaborasi Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jurnal Kreativitas Mahasiswa, 1(1), 85-91. Afandi, M. (2014). Pentingnya penelitian tindakan kelas bagi guru dalam pembelajaran di sekolah dasar. Jurnal ilmiah pendidikan dasar, 1(1), 1-19. Amalia, A., & Sa’adah, N. (2020). Dampak Wabah Covid-19 Terhadap Kegiatan Belajar Mengajar Di Indonesia. Jurnal Psikologi, 13(2) Arianti. (2017). Urgensi Lingkungan Belajar yang Kondusif dalam Mendorong Siswa Belajar Aktif Didaktika Jurnal Kependidikan, , Vol. 11, No. 1, Juni 2017 Azizah, A. (2021). Pentingnya penelitian tindakan kelas bagi guru dalam pembelajaran. Auladuna: Jurnal Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 3(1), 15-22. Basri, R. U., & Busrah, Z. (2021). Youtube Sebegai Media Pembelajaran PAI di Masa Pandemi Covid-19. AlIshlah: Jurnal Pendidikan Islam, 19(1), 17-30. Bondie, R., & Zusho, A. (2018). Differentiated instruction made practical: Engaging the extremes through classroom routines. Routledge. B Subiyakto, M Mutiani. (2019). Internalisasi nilai pendidikan melalui aktivitas masyarakat sebagai sumber belajar


126 ilmu pengetahuan sosial. Khazanah: Jurnal Studi Islam Dan Humaniora 17 (1) Budiman, H. (2017). Peran teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 8(1), 31-43. Budiman, M. A. (2012). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Kelas Bahasa Inggris. Semantik, 2(1), 9–14. B. Uno, H. . (2010). Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Churiyah, M., Sholikhan, S., Filianti, F., & Sakdiyyah, D. A. (2020). Indonesia education readiness conducting distance learning in Covid-19 pandemic situation. International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding, 7(6), 491. https://doi.org/10.18415/ijmmu.v7i6.1833 Diat, Prasojo, L. (2011). Teknologi Informasi Pendidikan. Yogyakarta: Gaya Media. Gafur, A. (2010). Konsep, prinsip, dan prosedur pengembangan modul sebagai bahan ajar. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 7(1). Hakim, L. (2015). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada Lembaga Pendidikan Islam Madrasah. Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim, 13(1), 37–5. Halverson, R. (2019). Taking a learning sciences perspective to understand personalized learning in schools [Paper presentation]. Presentation at the 2019 Annual


127 Meeting of the American Educational Research Association, Toronto, Canada. Hariningsih, S. (2005). Teknologi Informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hasibuan, I. (2014). Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning). Diambil kembali Jurnal Logaritma (Daring) Vol.II(1):8: http//www.Coursehero/com/file/61990474/214-353-1- smdocx/ (26 September 2020) Hernawan, A. H. (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Tematik di Kelas Awal Sekolah Dasar. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Hidayati, N., Syaikhu, A., & Nugraheny, D. C. (2021). Pemanfaatan Aplikasi WhatsApp sebagai Media Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan STKIP Kusuma Negara III (pp. 406-419). Idris. (2015). Efektifitas Penggunaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal Potensia vol.14, 14(2), 175–190. Jamil, J. (2022). Pengaruh Keterampilan Belajar Mandiri, Disiplin Belajar, dan Keinginan Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa UPBJJ Universitas Terbuka Makassar. Cokroaminoto Journal of Primary Education, 5(1), 120-133. Kamila, F., Bahtiyar, H. A., Putri, M. N., Faida, F., & Fauyan, M. (2021). EFEKTIFITAS PENGGUNAAN YOUTUBE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DARING MI/SD.


128 In Prosiding SEMAI: Seminar Nasional PGMI (Vol. 1, pp. 382-390). Khairani, M., & Nesya, S. R. (2024). Teknik untuk Mendapatkan Umpan Balik dalam Proses Pembelajaran. Jurnal Pendidikan, Bahasa dan Budaya, 3(2), 60-71. Nurhadi, B. Y., & Senduk, A. G. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang Pres. Oishi, I. R. V. (2020). Pentingnya belajar mandiri bagi peserta didik di perguruan tinggi. IKRA-ITH HUMANIORA: Jurnal Sosial Dan Humaniora, 4(1), 108-112. Paz-Albo, J. (2017). Is personalized learning the future of school?. Childhood Education, 93(4), 295-299. Powell, S., Tindal, I., & Millwood, R. (2008). Personalized learning and the Ultraversity experience. Interactive Learning Environments, 16(1), 63-81. Putri, W. P., Fauziyah, S., Khair, M. U. I., & Gusmaneli, G. (2024). Efektivitas Penerapan Teknik Umpan Balik Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik. Intellektika: Jurnal Ilmiah Mahasiswa, 2(4), 01- 13. Qodariah, H., & Rabbani, S. (2022). Pengembangan media pembelajaran ayam MSP materi satuan panjang berbantuan aplikasi Scratch dengan menggunakan model discovery learning untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika pada siswa SD kelas III. Jurnal Profesi Pendidikan (JPP), 1(2), 49-66.


129 Ready, D., Corn, K., Bretas, S., Daruwala, I. (2019). Final impact results from the i2 implementation of Teach to One: Math. Consortium for Policy Research in Education, Teacher’s College Columbia University. https://www. newclassrooms.org/wpcontent/uploads/2019/02/Final-Impact-Results-i3- TtO.pdf Redding, S. (2014). Personal Competencies in Personalized Learning. Center on innovations in learning, Temple University. Saliman, S. (2009). Pendekatan inkuiri dalam pembelajaran. Informasi, 35(2). Senge, W. (2023). Pemanfaatan Smartphone sebagai Media Pembelajaran Mandiri pada Anak di Kabupaten Kupang. PENSOS: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Pendidikan Sosiologi, 1(1), 1-7. Shechtman, N., Roschelle, J., Feng, M., & Singleton, C. (2019). An efficacy study of a digital core curriculum for grade 5 mathematics. AERA Open, 5(2), 233285841985048. doi:10.1177/2332858419850482 Siddik Erdiwicaksono, M. ANALISIS PENGGUNAAN APLIKASI ZOOM SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BISNIS MEMBER MULTILEVEL MARKETING (PT. MELIA SEHAT SEJAHTERA)(Cek similarity). Suryani, N. (2010). Implementasi model pembelajaran kolaboratif untuk meningkatkan ketrampilan sosial siswa. Majalah Ilmiah Pembelajaran, 8(2). Suryoadi, I. C. O. (2022). Pengembangan Strategi Pembelajaran Aktif dan Kreatif dalam Pendidikan


130 Kristen. Tangkoleh Putai, 19(1), 17-35. Walkington, C., & Bernacki, M. (2018). Personalizing algebra to students’ interests: How student funds of knowledge moderate outcomes. International Journal of Artificial Intelligence in Education, 29(1), 58–88. doi:10.1007/ s40593-018-0168-1 Walkington, C., Kamata, A. (2018). An evaluation of a district NGSI learning initiative. Technical Report. https://www.researchgate.net/publication/324953613_ An_Evaluation_of_a_District_NGSI_Personalized_Lear ning_Initiative Wena, M. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Bumi Aksara. Xie, H., Chu, H. C., Hwang, G. J., & Wang, C. C. (2019). Trends and development in technology-enhanced adaptive/personalized learning: A systematic review of journal publications from 2007 to 2017. Computers & Education, 140, 103599. doi:10.1016/j.compedu.2019.103599 Yanti, R. A. (2022). Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Menengah Atas. Griya Cendikia, 7(2), 660-669. Zhou, L., Li, F., Wu, S., & Zhou, M. (2020). “School’s Out, But Class’s On”, The Largest Online Education in the World Today: Taking China’s Practical Exploration During The COVID-19 Epidemic Prevention and Control as An Example. The Largest Online Education in the World Today, 4(2).


131 Tentang Penulis Jasminawati, S.Pd. Lahir di Dasan Lekog, 20 September 2000. Penulis merupakan lulusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Hamzanwadi Pancor Lombok Timur. Saat ini penulis sedang melanjutkan Studi S2 Pendidikan Dasar Universitas Negeri Yogyakarta. Eti Sentia, S.Pd. Lahir di Tanjungpinang, 17 Juli 2000. Penulis merupakan lulusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Saat ini penulis sedang melanjutkan Studi S2 Pendidikan DasarUniversitas Negeri Yogyakarta. Rini Permatasari Bachrun, S.Pd. Lahir di Ujung Pandang, 18 September 1999. Penulis merupakan lulusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Makassar. Saat ini penulis sedang melanjutkan Studi S2 Pendidikan Dasar Universitas Negeri Yogyakarta.


132 Unik Ambar Wati S.Pd., M.Pd., Ph.D. Merupakan dosen aktif mengajar di Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Negeri Yogyakarta. Beliau aktif mengajar dan mengampu perkuliahan seperti Perencanaan Pembelajaran, Strategi Belajar Mengajar, Inovasi Pendidikan, dan Teknologi. Saat ini, beliau juga terlibat aktif di berbagai kegiatan serta riset sehingga banyak mengahasilkan karya publikasi ilmiah.


133


Click to View FlipBook Version