The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini ditujukan untuk para profesional di berbagai bidang, manajer, dan siapa pun yang tertarik memahami dan menerapkan konsep manajemen risiko secara efektif.

Dalam buku ini, pembaca akan diperkenalkan pada konsep

dasar manajemen risiko. Penulis menjelaskan mengapa manajemen risiko penting dalam menghadapi tantangan dan ketidakpastian yang ada di lingkungan bisnis saat ini. Pembaca akan memahami bahwa manajemen risiko bukan sekadar menghindari risiko, tetapi juga mencakup identifikasi, penilaian, dan pengelolaan risiko secara proaktif.

Buku ini membahas berbagai metode dan alat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko dan mengevaluasi dampaknya. Pembaca akan mempelajari teknik analisis risiko, seperti analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats), analisis probabilitas-dampak, dan analisis sensitivitas. Penulis juga menjelaskan tentang pentingnya memprioritaskan risiko dan mengembangkan strategi pengelolaan risiko yang efektif.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by penamudamedia, 2024-03-02 04:13:05

Manajemen Risiko

Buku ini ditujukan untuk para profesional di berbagai bidang, manajer, dan siapa pun yang tertarik memahami dan menerapkan konsep manajemen risiko secara efektif.

Dalam buku ini, pembaca akan diperkenalkan pada konsep

dasar manajemen risiko. Penulis menjelaskan mengapa manajemen risiko penting dalam menghadapi tantangan dan ketidakpastian yang ada di lingkungan bisnis saat ini. Pembaca akan memahami bahwa manajemen risiko bukan sekadar menghindari risiko, tetapi juga mencakup identifikasi, penilaian, dan pengelolaan risiko secara proaktif.

Buku ini membahas berbagai metode dan alat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko dan mengevaluasi dampaknya. Pembaca akan mempelajari teknik analisis risiko, seperti analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats), analisis probabilitas-dampak, dan analisis sensitivitas. Penulis juga menjelaskan tentang pentingnya memprioritaskan risiko dan mengembangkan strategi pengelolaan risiko yang efektif.

MANAJEMEN RISIKO


MANAJEMEN RISIKO Inna Zahara, S.E., M.Acc., PIA., CRP., Agus Holid, S.Pd.I., S.M., Nasruddin, SE., MM., Yustina Prita Andini, M.E ., Nur Halimah, S.ST., M.Tr.P., Jovian Dian Pratama, S.Mat., M.Mat., Sakifah, S.E.I., M.E., Ibnu Aswat, S.E., M.Ak., Ak., Dr. Rolland E. Fanggidae, S.Si., M.M., Rani Eka andatu, M.E., Vina Lusiana, S.Pd., M.Si.


MANAJEMEN RISIKO Copyright© PT Penamudamedia, 2024 Penulis: Inna Zahara, S.E., M.Acc., PIA., CRP., Agus Holid, S.Pd.I., S.M., Nasruddin, SE., MM., Yustina Prita Andini, M.E ., Nur Halimah, S.ST., M.Tr.P., Jovian Dian Pratama, S.Mat., M.Mat., Sakifah, S.E.I., M.E., Ibnu Aswat, S.E., M.Ak., Ak., Dr. Rolland E. Fanggidae, S.Si., M.M., Rani Eka andatu, M.E., Vina Lusiana, S.Pd., M.Si. Editor: Dr. Dian Safitri Pantja Koesoemasari, S.E., M.Si ISBN: 978-623-88978-0-3 Desain Sampul: Tim PT Penamuda Media Tata Letak: Enbookdesign Diterbitkan Oleh PT Penamuda Media Casa Sidoarium RT 03 Ngentak, Sidoarium Dodeam Sleman Yogyakarta HP/Whatsapp : +6285700592256 Email : [email protected] Web : www.penamuda.com Instagram : @penamudamedia Cetakan Pertama, Maret 2024 x + 134, 15x23 cm Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin Penerbit


v Kata Pengantar ami dengan senang hati mempersembahkan buku ini tentang manajemen risiko. Buku ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang konsep dan praktik manajemen risiko yang relevan dalam berbagai konteks. Dalam dunia yang terus berkembang ini, risiko menjadi semakin kompleks dan tidak terhindarkan. Dengan mempelajari dan menerapkan manajemen risiko yang efektif, kita dapat mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko dengan lebih baik. Buku ini dirancang untuk membantu pembaca memahami konsep dasar manajemen risiko, metode analisis risiko, serta alat dan teknik yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak risiko dan memaksimalkan peluang. Kami berharap buku ini dapat menjadi panduan yang berguna bagi para profesional, akademisi, dan praktisi dalam berbagai bidang yang terlibat dalam pengelolaan risiko. Kami berharap pembaca dapat mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dari buku ini untuk meningkatkan keberhasilan dan keberlanjutan organisasi mereka. Terakhir, kami ingin berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan kontribusi dalam pembuatan buku ini. Semoga buku ini memberikan manfaat dan menjadi referensi yang berharga dalam memahami dan mengelola risiko dengan bijak. Hormat kami, K


vi Daftar Isi Kata Pengantar ...................................................................................... v Daftar Isi …………………………………………………………………….vi BAB 1 PENGANTAR MANAJEMEN RISIKO ......................................................... 1 A. Kehidupan Tanpa Risiko?...............................................................1 B. Definisi Manajemen Risiko .............................................................2 C. Standar Manajemen Risiko Organisasi ..........................................4 D. Pentingnya Budaya Sadar Risiko ...................................................6 BAB 2 MANAJEMEN RESIKO ............................................................................ 9 A. Beberapa cara untuk Mengidentifikasi Risiko:............................10 B. Tips untuk menemukan penyedia layanan yang bagus: ............17 C. Cara untuk menilai kualitas layanan penyedia manajemen risk18


vii BAB 3 PEMBELANJAAN RISIKO (RISK FINANCING) ......................................... 21 A. Pengertian Pembelanjaan Risiko................................................. 22 B. Risk Financing Transfer................................................................ 23 C. Risk Retention............................................................................... 26 D. Ikhtisar Faktor Pendorong Dan Penghambat Retention ............ 29 E. Penyediaan Dana.......................................................................... 31 BAB 4 PENGENDALIAN RESIKO ...................................................................... 33 A. Strategi Pengendalian Risiko....................................................... 35 BAB 5 ALOKASI RISIKO PADA PERUSAHAAN ASURANSI ................................. 42 A. Alokasi Risiko................................................................................ 43 B. Asuransi......................................................................................... 44 C. Fungsi dan Manfaat Asuransi ....................................................... 44 D. Jenis-Jenis Asuransi ..................................................................... 45 E. Syarat Risiko Dapat Diasuransikan.............................................. 47 F. Peran Asuransi dalam Mengalokasikan Risiko............................ 48


viii BAB 6 PENDEKATAN KUANTITATIF DALAM PENANGANAN RISIKO.................. 50 A. Pengenalan Pendekatan Kuantitatif ...........................................50 B. Alat dan Teknik Kuantitatif dalam Pengukuran Risiko ...............52 C. Model Statistik dalam Manajemen Risiko ...................................54 D. Penggunaan Teknologi dalam Pendekatan Kuantitatif..............56 E. Integrasi Pendekatan Kuantitatif dalam Pengambilan Keputusan .......................................................................................................58 BAB 7 PENDEKATAN KUALITATIF DALAM PENANGANAN RISIKO .................... 61 A. Analisa...........................................................................................62 B. Pengelolaan..................................................................................63 C. Implementasi manajemen risiko .................................................64 D. Monitoring.....................................................................................64 E. Pendekatan Kualitiatif Dalam Analisa Risiko..............................65 BAB 8 KERUGIAN TERHADAP PENDAPATAN ................................................... 67 A. Definisi Pendapatan dan Kerugian ..............................................67 B. Strategi Mengurangi Kerugian .....................................................72 C. Faktor Eksternal dan Internal Penyebab Kerugian .....................73 D. Mengukur Kerugian dalam Bisnis ................................................75


ix E. Strategi Mengurangi Kerugian ..................................................... 79 F. Aplikasi Praktis dari Strategi Mengurangi Kerugian.................... 81 G. Kasus dan Analisis ........................................................................ 82 BAB 9 ENTERPRISE RISK MANAGEMENT ........................................................ 86 A. Prinsip-prinsip Utama Manajemen Risiko Perusahaan .............. 87 B. Siklus Manajemen Risiko Perusahaan......................................... 87 C. Kerangka Kerja Penilaian Risiko Perusahaan.............................. 88 D. Studi Kasus: Menerapkan Kerangka Kerja Manajemen Risiko Perusahaan dalam Organisasi Global.......................................... 89 E. Model Kematangan ERM .............................................................. 90 BAB 10 RISIKO OPERASIONAL ......................................................................... 93 A. Definisi Risiko Operasional .......................................................... 93 B. Identifikasi Risiko Operasional.................................................... 96 C. Pengukuran Risiko Operasional................................................. 102 BAB 11 ALTERNATIVE RISK TRANSFER ...........................................................104 A. Difinisi Risiko............................................................................... 104 B. Pentingnya Pengelolaan Risiko ................................................. 105


x C. Evolusi Praktik Pengelolaan Risiko............................................106 D. Konsep Dasar ART.......................................................................108 E. Jenis-jenis Risiko yang Dapat Dialihkan....................................109 F. Manfaat dan Tantangan ART......................................................110 G. Instrumen ART yang Umum Digunakan ....................................111 H. Swaps Risiko: Mentransformasi Dinamika Risiko Finansial......112 I. Cat Bonds (Obligasi Asuransi): Merangkul Kreativitas dalam Perlindungan Risiko Bencana Alam...........................................112 J. Captive Insurance Companies: Penguatan Kendali atas Risiko Operasional.................................................................................113 K. Sidecars dan Special Purpose Vehicles (SPV): Optimalisasi Pengelolaan Risiko Portofolio....................................................113 L. Strategi Implementasi ART: Meningkatkan Daya Tahan Bisnis Melalui Inovasi Manajemen Risiko.............................................115 M. Strategi Implementasi ART ........................................................115 N. Penilaian Risiko dan Manajemen Portofolio ART......................118 O. Peran Pemegang Saham dan Pemangku Kepentingan ............118 Daftar Pustaka ................................................................................... 120 Tentang Penulis ................................................................................. 128


Manajemen Risiko 1 PENGANTAR MANAJEMEN RISIKO ‚The biggest risk is not taking any risk… In a world that is changing really quickly, the only strategy that is guaranteed to fail is not taking risks‛ – Mark Zuckerberg (Facebook) pakah mungkin kehidupan tanpa adanya risiko? Pertanyaan fundamental ini sangat terkait dengan Arealita kehidupan saat ini yang banyak disebut oleh


Manajemen Risiko 2 beberapa ahli sebagai jaman era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Jawabannya tentu tidak mungkin. Dalam setiap aktivitas sehari-hari yang kita jalani dapat disadari akan selalu melekat dengan berbagai risiko yang dapat terjadi dengan dampak/eksposur yang tentu berbeda. Bahkan diam tanpa melakukan suatu aktivitas sekali pun, kita memiliki risiko yang harus ditanggung. Jika diam saja melekat suatu risiko, apalagi ketika kita bergerak. Ada banyak risiko yang mungkin terjadi dalam perjalanan dari rumah ke kantor. Misalnya, risiko terlambat karena kemacetan lalu lintas yang tentu saja kemudian harus dilakukan mitigasi agar tidak terjadi dan tujuan sampai di kantor dapat dicapai dengan aman. Apabila dalam aktivitas rutin dan sederhana saja memiliki risiko, apalagi sebuah aktivitas bisnis yang dijalankan oleh perusahaan/entitas yang tentu saja lingkupnya lebih kompleks. Risiko pada dunia bisnis dapat diartikan sebagai faktor eksternal maupun internal yang dapat menyebabkan ketidakpastian (uncertainty) dalam usaha mencapai tujuan/target perusahaan. Ketidakpastian mengacu pada pengertian risiko yang tidak diperkirakan (unexpected risk), sedangkan istilah risiko sendiri mengacu kepada risiko yang yang diperkirakan (expected risk) (Supriyo, 2017). Oleh karena itu, risiko sangat perlu diidentifikasi, dianalisis, dan dikelola responnya. Proses ini yang disebut sebagai pengelolaan atau manajemen risiko (risk management). Pengelolaan risiko merupakan strategic tools untuk mencapai tujuan/sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.


Manajemen Risiko 3 Adanya pengelolaan risiko bukan berarti menahan atau merintangi pekerjaan yang sedang atau akan dilakukan. Pengelolaan risiko justru bersifat sebagai ‘pengaman’ agar dampak negatif yang tidak diharapkan dapat dikelola bahkan diminimalkan. Semakin tinggi tujuan yang ingin dicapai biasanya memerlukan lebih banyak ‘pengaman’ karena semakin tinggi pula risikonya. Oleh karena itu, manajemen risiko dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu sistem pengelolaan risiko yang dilakukan perusahaan secara keseluruhan untuk meningkatkan nilai perusahaan secara optimal. Adapun beberapa definisi dan pengertian manajemen risiko antara lain: Manajemen risiko adalah pekerjaan sistematis pada pengembangan dan implementasi praktis langkah-langkah untuk pencegahan dan meminimalisasi risiko, penilaian efisiensi penerapannya, dan juga kontrol komisi operasi (Drobot et al, 2017). Manajemen risiko ialah kegiatan terkoordinasi untuk mengendalikan dan mengarahkan organisasi terkait dampak ketidakpastian pada sasaran organisasi (ISO 31000:2018) Enterprise Risk Management adalah kerangka yang komprehensif, terintegrasi, untuk mengelola risiko kredit, risiko pasar, modal ekonomis, transfer risiko, untuk memaksimalkan nilai perusahaan (Wiley, 2004) Berdasarkan beberapa definisi diatas, manajemen risiko organisasi mempunyai elemen antara lain: menetapkan tujuan manajemen risiko, penilaian risiko dan ketidakpastian, mengidentifikasi dan mengukur risiko serta


Manajemen Risiko 4 mengendalikan risiko melalui diversifikasi, asuransi, hedging, penghindaran dan lain-lain (Hairul, 2020). Seperti layaknya sebuah proses yang memiliki berbagai tahapan, manajemen risiko juga memiliki standar implementasi yang diterbitkan oleh beberapa institusi antara lain: Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission - Enterprise Risk Management (‚COSO ERM‛) maupun Integrated Framework dan The International Organization for Standardization – Risk Management – Principles and Guidelines (‚ISO 31000‛) baik versi tahun 2009 maupun 2018. Kemudian menarik untuk didiskusikan, manakah standar yang paling baik untuk diimplementasikan apakah COSO ERM atau ISO 31000 (versi 2009 dan 2018)? Terkait hal ini sebuah kajian dilakukan oleh Center for Risk Management & Sustainability (CRMS). Dalam kajian tersebut disebutkan bahwa standar ISO 31000 memiliki kelebihan esensial dalam memberikan panduan detail dan komprehensif untuk mengimplementasikan manajemen risiko. Keunggulan ISO 31000 terhadap COSO ERM terletak pada penetapan prinsip, penetapan konteks eksternal dan pemisahan antara kerangka kerja dengan proses manajemen risiko. Hal ini, didukung dengan fakta bahwa standar ISO 31000 telah diadopsi setidaknya hingga 40 negara (Kusuma, 2020). Namun pada akhirnya, dalam pemilihan standar manajemen risiko dikembalikan dan disesuaikan dengan sasaran/target, konteks, karakteristik serta kebijakan yang


Manajemen Risiko 5 diberlakukan organisasi. Dalam praktiknya, perusahaan dapat mengadopsi dan mengombinasikan komponen tertentu dari kedua standar tersebut yang bertujuan untuk membangun sistem manajemen risiko tersendiri yang efektif dan optimal bagi organisasinya. Gambar 1. COSO ERM Model Gambar 2. ISO 31000:2018 Model


Manajemen Risiko 6 Dalam era bisnis yang terus berkembang dan penuh dengan dinamika ketidakpastian, maka pengembangan dan peningkatan budaya sadar risiko di perusahaan menjadi landasan utama untuk mencapai kesuksesan jangka panjang berkesinambungan. Salah satu prinsip ISO 31000:2018 menyatakan bahwa perilaku manusia dan budaya memengaruhi secara signifikan semua aspek manajemen risiko pada setiap tingkatan organisasi. Berikut strategi yang dapat digunakan untuk menciptakan dan mengembangkan budaya sadar risiko. 1. Pemahaman Risiko sebagai Bagian Integral Perusahaan harus menyadari bahwa risiko adalah bagian tidak terpisahkan dari setiap kegiatan bisnis. Dalam pengembangan budaya sadar risiko, penting untuk memberikan pemahaman mendalam kepada seluruh anggota organisasi tentang jenis-jenis (taksonomi) risiko yang mungkin dihadapi, baik itu risiko operasional, finansial, keamanan, atau reputasi. Workshop, pelatihan, dan seminar rutin dapat menjadi sarana efektif untuk meningkatkan pemahaman ini. 2. Komitmen dari Pimpinan Perusahaan Kepemimpinan yang efektif dan mengartikulasikan komitmen merupakan kunci utama dalam mengembangkan budaya sadar risiko. Pimpinan perusahaan harus menjadi teladan dalam mengintegrasikan sikap proaktif terhadap risiko dalam pengambilan keputusan. Komunikasi terbuka dari pimpinan mengenai risiko dan keputusan strategis perusahaan akan memberikan


Manajemen Risiko 7 contoh positif yang memotivasi karyawan untuk mengikuti jejak yang sama. 3. Penyusunan Kebijakan dan Prosedur Risiko Penyusunan kebijakan dan prosedur risiko yang jelas dan terstruktur membantu memberikan panduan bagi seluruh anggota organisasi dalam mengelola risiko. Menetapkan detail langkah-langkah pencegahan, respons, dan pemulihan, perusahaan memberikan kerangka kerja yang dapat diikuti oleh setiap individu. Kebijakan ini juga dapat memastikan konsistensi dalam penanganan risiko di seluruh organisasi telah dijalankan. 4. Pemberdayaan Karyawan Melibatkan karyawan dalam proses pengelolaan risiko adalah langkah krusial. Perusahaan dapat mendorong partisipasi aktif karyawan dalam pelaporan risiko, memberikan insentif untuk ide-ide inovatif dalam mengelola risiko dan menciptakan platform komunikasi yang memfasilitasi pertukaran informasi tentang risiko di antara departemen karena sangat dimungkinkan kejadian risiko (risk event) dapat berimbas ke lebih dari satu departemen. 5. Penerapan Teknologi dan Sistem Informasi Penggunaan teknologi dan sistem informasi dapat memperkuat budaya sadar risiko. Sistem pelaporan risiko otomatis, analisis data real-time dan dashboard risiko dapat membantu perusahaan dalam mengidentifikasi, mengukur dan mengelola risiko secara lebih efisien. Ini juga memberikan kemampuan untuk merespons dengan cepat dan tepat terhadap perubahan kondisi atau tren risiko.


Manajemen Risiko 8 6. Evaluasi dan Pembelajaran Berkelanjutan Mengadopsi sikap pembelajaran berkelanjutan menjadi penting dalam mengembangkan budaya sadar risiko. Perusahaan harus melakukan evaluasi rutin terhadap efektivitas kebijakan risiko, mengidentifikasi perubahan dalam lingkungan bisnis dan menyesuaikan strategi risiko secara berkala. Proses ini menciptakan siklus umpan balik yang memungkinkan perusahaan untuk terus meningkatkan kemampuannya dalam mengelola risiko. Jika perusahaan berhasil menggabungkan semua aspek ini, maka perusahaan dapat membangun budaya sadar risiko yang kuat dan berkelanjutan. Budaya ini bukan hanya menjadi peningkatan manajemen risiko, tetapi juga menjadi sumber daya yang mendorong inovasi dan pertumbuhan perusahaan. Kesadaran risiko yang terintegrasi dengan baik akan membantu perusahaan menjelma menjadi entitas yang tangguh dan siap menghadapi tantangan masa depan untuk mencapai visi dan misi perusahaan.


Manajemen Risiko 9 MANAJEMEN RESIKO engelola risiko adalah hal yang penting dalam setiap aspek kehidupan. Bagaimana kita dapat mengidentifikasi risiko yang mengancam kesuksesan kita dan mengambil tindakan pencegahan yang sesuai? Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa strategi untuk mengidentifikasi risiko dan meminimalkan dampaknya. Saat kita belajar untuk mengenali risiko yang mungkin terjadi, kita akan lebih mampu mencegah kegagalan dan meningkatkan peluang keberhasilan. Setiap tindakan yang kita lakukan dalam hidup memiliki risiko, mulai dari memulai bisnis baru hingga perjalanan seharihari. Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, penting untuk dapat mengidentifikasi risiko dan mengambil tindakantindakan pencegahan yang sesuai. Dalam artikel ini, kita akan M


Manajemen Risiko 10 membahas beberapa cara untuk mengidentifikasi risiko dan meminimalkan dampaknya. Mengapa Mengidentifikasi Risiko Penting? Mengidentifikasi risiko mungkin bukan tugas yang mudah, tetapi sangat penting untuk mencegah kegagalan dan meningkatkan peluang keberhasilan. Dengan mengenali risiko-risiko yang mungkin terjadi, kita dapat merencanakan tindakan pencegahan dan membuat keputusan yang tepat untuk menghindari dampak negatif atau bahkan memanfaatkan potensi positif dari risiko tersebut. 1. Analisis SWOT - Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats) adalah suatu kerangka kerja yang dapat membantu kita mengidentifikasi risiko yang berkaitan dengan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang terkait dengan suatu perencanaan atau proyek. 2. Wawancara Stakeholder - Wawancara dengan stakeholder penting seperti karyawan, pelanggan, atau pemilik bisnis dapat membantu mengidentifikasi risikorisiko yang mungkin terlewat pada data formal. 3. Analisis Historis - Menganalisis data historis dari pencapaian sebelumnya membantu kita mengenali risiko-risiko yang umumnya terjadi dalam konteks tertentu atau lingkungan tertentu. 4. Strategi untuk Menghindari Risiko: Setelah mengenali risiko yang mungkin terjadi, kita perlu merencanakan tindakan pencegahan yang sesuai. Beberapa strategi yang dapat digunakan untuk menghindari risiko meliputi:


Manajemen Risiko 11 5. Memiliki rencana darurat - Membuat rencana darurat yang rinci untuk mengatasi risiko yang ada. 6. Menghindari risiko - Menghindari risiko dengan tidak memasuki situasi tersebut. 7. Transfer risiko - Mentransfer risiko ke orang atau lembaga lain yang lebih siap untuk mengatasi risiko tersebut, seperti asuransi. Dalam tindakan pencegahan, lebih baik melibatkan semua orang yang terkait dengan risiko yang diidentifikasi. Namun, beberapa orang yang seharusnya terlibat dalam tindakan pencegahan meliputi: Pemilik bisnis atau manajer proyek - Pemilik bisnis atau manajer proyek adalah orang yang bertanggung jawab atas keseluruhan proyek. Mereka harus memahami risiko yang mungkin terjadi dan memimpin tindakan pencegahan. Karyawan - Karyawan yang melakukan pekerjaan terkait harus dilibatkan dalam tindakan pencegahan. Mereka mungkin memiliki pandangan yang berbeda tentang risiko dan juga dapat memberikan beberapa ide bagaimana mengatasi risiko tersebut. Ahli keamanan atau konsultan - Ahli keamanan atau konsultan dapat memberikan pandangan yang objektif dalam mengevaluasi tingkat risiko dan membantu dalam merancang dan menerapkan tindakan pencegahan. Penyedia layanan atau pemasok - Ketika bisnis atau proyek terkait dengan penyedia layanan atau pemasok, mereka juga harus terlibat dalam pengelolaan risiko dan membantu dalam merumuskan tindakan pencegahan yang sesuai.


Manajemen Risiko 12 Staf keamanan - Dalam lingkungan bisnis atau proyek yang kompleks, staf keamanan yang terlatih dapat membantu menentukan risiko dan memberikan saran tentang cara yang paling efektif dalam menangani masalah keamanan. Dalam hal ini, mengidentifikasi risiko merupakan langkah awal untuk meminimalkan risiko dan meningkatkan kesuksesan. Libatkan orang-orang yang tepat dalam tindakan pencegahan, kerja sama dengan mereka untuk menemukan solusi terbaik, dan pastikan sumber daya yang sesuai tersedia untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pemilihan koordinator tindakan pencegahan dapat bervariasi tergantung pada ukuran dan jenis organisasi atau proyek. Biasanya koordinator ini akan ditunjuk oleh pemilik bisnis atau manajer proyek, atau dapat juga dipilih berdasarkan keahlian dan pengalaman dalam pengelolaan risiko. Koordinator ini harus memiliki pemahaman yang baik tentang risiko yang diidentifikasi, memahami strategi pengelolaan risiko, dan memiliki keterampilan kepemimpinan yang dapat menghasilkan pemahaman tim tentang kompleksitas pelaksanaan dan manajemen risiko. Selain itu, seorang koordinator juga harus dapat berkomunikasi dengan baik, mengorganisir dengan baik, dan mampu memotivasi anggota tim untuk mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan. Koordinator tindakan pencegahan akan bertindak sebagai pemimpin untuk memastikan bahwa tugas dan tanggung jawab terkait dengan tindakan pencegahan diberikan dengan tepat dan dilaksanakan di waktu yang tepat pula. Dengan memiliki koordinator yang baik akan


Manajemen Risiko 13 memastikan semua tindakan pencegahan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana, sehingga mencegah dan mengurangi dampak risiko dan membantu keberhasilan proyek atau bisnis. Jika Anda tidak memiliki pengalaman dalam pengelolaan risiko, penting untuk mengambil langkah-langkah untuk memahami dan mempelajari dasar-dasar pengelolaan risiko. Berikut adalah beberapa cara yang akan membantu Anda memulai: Pelajari prinsip-prinsip pengelolaan risiko - Pelajari prinsip-prinsip dasar pengelolaan risiko, seperti mengidentifikasi risiko, menganalisis risiko, mengevaluasi risiko, dan merencanakan tindakan pencegahan. Anda dapat mencari literatur dan buku pelatihan atau mengikuti kursus pelatihan pengelolaan risiko secara online atau darat. Gunakan sumber daya elektronik dan perangkat lunak - Ada banyak sumber daya elektronik dan perangkat lunak, seperti model risiko dan perangkat kalkulator yang dapat membantu Anda memahami dan mempelajari pengelolaan risiko. Anda juga dapat menggunakan template risiko atau perangkat lunak manajemen risiko yang dirancang khusus untuk memberikan panduan dan struktur. Cari bantuan dari ahli - Tanyakan kepada orang-orang yang berpengalaman dalam pengelolaan risiko seperti mentor, konsultan, atau anggota tim lain yang mungkin sudah experienced. Mereka dapat memberikan perspektif yang berharga dan pengalaman yang berguna untuk membantu Anda memahami bagaimana cara mengelola risiko.


Manajemen Risiko 14 Bertanya kepada staf keamanan - Staf keamanan adalah pihak yang spesifik dan terlatih dalam masalah keamanan dan seringkali dapat memberikan saran dan pandangan yang bermanfaat dalam mengelola risiko dan menjalankan proyek dengan lebih aman. Mengelola risiko dapat terlihat rumit, tetapi dengan mempelajari prinsip-prinsipnya dan mencari bantuan di tempat yang tepat, Anda dapat mendapatkan pemahaman yang baik dan meningkatkan kemampuan Anda dalam mengelola risiko. Sebagai tambahan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli terkait, baik di dunia bisnis maupun di dunia online terkait masalah pengelolaan risiko. Cara terbaik untuk memulai belajar pengelolaan risiko adalah dengan memahami prinsip-prinsip dasar pengelolaan risiko dan mengumpulkan sumber daya yang berkualitas tentang topik tersebut. Berikut adalah beberapa cara untuk belajar pengelolaan risiko: Cari literatur - Memulai dengan membaca beberapa buku atau artikel tentang pengelolaan risiko untuk memahami dasar-dasar pengelolaan risiko. Menggunakan buku teks dan sumber daya online, seperti artikel blog, video tutorial, dan publikasi industri dapat menambah pengetahuan lebih tentang pengelolaan risiko. Ikuti kursus - Ambil kursus atau pelatihan di universitas, institut atau lembaga pelatihan untuk mempelajari lebih dalam tentang prinsip-prinsip pengelolaan risiko dan praktik terbaik dalam mengelola risiko. Kursus ini dapat meliputi topik-tepik seperti analisis risiko, manajemen risiko, dan teknik mitigasi risiko.


Manajemen Risiko 15 Bergabung dengan organisasi - Bergabung dengan organisasi atau kelompok yang membahas tentang risiko mungkin juga merupakan pilihan yang baik. Anggota organisasi ini dapat berbagi pengalaman mereka dan memperkenalkan Anda pada praktik terbaik dalam pengelolaan risiko. Anda juga dapat belajar dari presentasi, seminar, dan lokakarya yang diadakan oleh organisasi ini. Gunakan perangkat lunak manajemen risiko - Perangkat lunak manajemen risiko telah tersedia untuk membantu orang belajar pengelolaan risiko. Dengan menggunakan perangkat lunak ini, Anda dapat melihat bagaimana risiko dipilih, digolongkan, dan dianalisis secara sistematis. Perangkat lunak manajemen risiko juga membantu mengembangkan rencana tindakan pencegahan untuk mengatasi risiko. Mencari mentor - Mencari mentor yang ahli dalam pengelolaan risiko dapat memudahkan untuk belajar pengelolaan risiko dengan lebih baik. Mentor dapat membimbing Anda melalui prinsip-prinsip dasar pengelolaan risiko dan memberikan wawasan tentang praktik terbaik dalam pengelolaan risiko. Dalam memulai belajar pengelolaan risiko, tentunya memerlukan waktu dan usaha dalam memahami prinsipprinsip pengelolaan risiko dan terhubung dengan sumber daya kredibel. Namun, dengan berlatih secara teratur dan belajar dari pengalaman, Anda dapat menjadi lebih terlatih dalam mengelola risiko dan meningkatkan pemahaman Anda dalam manajemen risiko. Mencari mentor yang terampil dalam pengelolaan risiko tentunya akan sangat membantu dalam memperdalam


Manajemen Risiko 16 pemahaman Anda tentang topik ini. Berikut beberapa pilihan langkah untuk mencari mentor: Temukan mentor dalam organisasi Anda - Mungkin terdapat rekan atau atasan di organisasi Anda yang memiliki pengalaman dalam pengelolaan risiko dan bersedia membimbing atau memberikan saran dalam mengatasi risiko yang muncul. Menggunakan jaringan internal ini juga dapat memperkuat hubungan profesional dan akan menguntungkan Anda di kemudian hari. Menanyakan pada grup studi atau organisasi profesi - Grup studi atau organisasi profesi sangat penting dalam mencari mentor. Bergabung dengan forum diskusi online dan kelompok LinkedIn, dan bertanya pada anggota apakah mereka bersedia membimbing Anda dalam mengelola risiko. Anda juga bisa bergabung dengan grup studi yang berkaitan dengan pengelolaan risiko, atau bergabung dengan organisasi profesi untuk memperoleh bimbingan dan dukungan yang diperlukan. Menghubungi penyedia layanan risk management - Penyedia layanan keamanan yang berbeda mungkin dapat menawarkan mentoring untuk pengelolaan risiko. Hubungi penyedia layanan yang sangat ahli dalam pengelolaan risiko, dan tanyakan apakah mereka menawarkan program mentoring dalam industri tertentu yang menjadi minat Anda. Pilih mentor secara individual - Jika tidak menjumpai mento dalam organisasi, temukan seseorang yang dapat - menjadi mentor untuk membimbing Anda dalam pengelolaan risiko. Pilih orang yang dihargai dalam industri Anda, memiliki rekam jejak karir yang sukses, dan memiliki pengalaman yang cukup sepanjang waktu mengelola risiko.


Manajemen Risiko 17 Hubungi calon mentor dan ajukan permintaan secara resmi, jelaskan dengan jelas apa yang Anda harapkan dari mentoring Anda. Dalam menemukan mentor, penting untuk menjalin hubungan yang baik dan terus berkomunikasi secara teratur, memperkuat wawasan dan pengetahuan Anda, dan memanfaatkan kesempatan untuk memperkaya pengalaman belajar Anda. Mentoring yang efektif dapat membantu meningkatkan kemampuan Anda dalam pengelolaan risiko, serta membantu membangun karir dan jaringan profesional. 1. Cari referensi - Mencari referensi dari kolega atau mitra bisnis yang Anda percayai dapat membantu dalam menemukan penyedia layanan management risk yang terpercaya dan berkualitas. Orang-orang yang bekerja pada industri atau organisasi yang sama mungkin memiliki pengalaman menggunakan layanan risk management yang bagus. 2. Penyedia Layanan Yang Bereputasi - Carilah penyedia layanan yang memiliki reputasi baik dalam industri mereka dan menerima sertifikasi tertentu sesuai dengan standar industri. Ini menunjukkan bahwa penyedia layanan tersebut telah menjalani pelatihan yang sesuai dalam pengelolaan risiko. 3. Tinjau Portofolio - Tinjau portofolio penyedia layanan risk management sebelum memutuskan untuk menggunakan jasa mereka. Tinjau portofolio mereka terhadap kategori industri, vendor management,


Manajemen Risiko 18 finansial atau biasa lainnya. Periksa layanan apa yang ditawarkan, serta mengunjungi beberapa website yang terkait dengan bidang yang dijalankan. 4. Perbandingan layanan - Lakukan perbandingan layanan dari beberapa penyedia layanan yang mungkin bisa relevan dan dapat disesuaikan dengan perusahaan Anda. Tinjau harge jasa dan kebijakan pembayaran, area pelayanan, dan tanggapan waktu mereka dalam menangani permintaan pelanggan. Dalam memilih penyedia layanan manajemen risiko pengelolaan risiko, sangat penting untuk melakukan pengecekan sebelum memutuskan untuk bekerja sama dalam mengatasi masalah atau potensi risiko. Hal ini akan memperkuat kemampuan Anda dalam mengelola risiko, serta membantu membangun karir dan jaringan profesional. 1. Tinjau ulasan dan referensi - Tinjau ulasan atau testimonial dari klien sebelumnya atau referensi yang diberikan oleh penyedia layanan management risk. Hal ini bisa diakses dengan mencari di internet, forum diskusi, atau melakukan pengawasan langsung. 2. Membandingkan layanan - Membandingkan layanan yang diberikan oleh beberapa penyedia layanan Management Risk dapat menjadi referensi untuk memastikan bahwa layanan yang diberikan berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan Anda. Tinjau layanan yang ditawarkan, metode yang digunakan, harga mereka, dan


Manajemen Risiko 19 periksa apakah mereka menyediakan layanan sesuai dengan kategori industri atau jenis bisnis Anda. 3. Kredibilitas - Menjalankan pemeriksaan dalam hal kredibilitas penyedia layanan Management Risk, seperti sertifikasi dan penghargaan dari industri atau lembaga yang memberikan pengakuan terhadap layanan yang diberikan. Sertifikasi atau penghargaan mendukung kualitas dan keteknikannya dalam pengelolaan risiko. 4. Sumber Daya Manusia - Tinjau keahlian staf atau tenaga profesional yang dimiliki penyedia layanan terkait dengan pengelolaan risiko. Dapatkan informasi tentang latar belakang dan pengalaman profesional mereka dalam mengelola risiko, cara mereka mengatasi krisis dan bagaimana solusi yang biasa diberikan. 5. Komunikasi - Pastikan bahwa komunikasi antara penyedia layanan dan klien dalam menangani dan memecahkan masalah berjalan dengan baik. Penyedia layanan seharusnya memiliki kemampuan komunikasi yang baik, bisa didapatkan dengan berbagai cara seperti email, telepon, ataupun live meeting. Menilai kualitas layanan penyedia manajemen risk akan membantu kita memilih penyedia layanan yang berkualitas dan sesuai. Kualitas layanan ini juga akan memperkuat kemampuan anda dalam mengatasi risiko serta membantu membangun karir dan jaringan profesional. Mengidentifikasi risiko dan mengambil tindakan pencegahan yang sesuai mungkin membutuhkan waktu dan kerja keras, tetapi akan sangat bermanfaat pada jangka panjang. Saat kita terbiasa mengenali potensi risiko, kita akan lebih cermat dan hati-hati dalam membuat keputusan dan


Manajemen Risiko 20 meminimalkan dampak kegagalan. Semoga artikel ini bermanfaat untuk membantu Anda meminimalkan risiko dan sukses dalam menjalani.


Manajemen Risiko 21 PEMBELANJAAN RISIKO (RISK FINANCING) embahas risiko tak lepas dari suatu pengamatan jujur semua orang, suatu peristiwa yang berakibat dari sebuah pelaksanaan kegiatan yang dipilih. Tolok ukurnya menakutkan, mengerikan dan membahayakan. Sesuatu yang mengerikan, dimulai dari level jinak sampai akut. Tentu saja, sejinak apa pun konsep mengerikan jika mengetahui cara menghindari yang terbaik dari yang terburuk maka fenomena mengerikan tetap tabah akan dijalani. Bukankah konsekuensi logis kehidupan harus menjalani asam garam kehidupan atau pahit getir dan nikmatnya proses? Untuk menghindari akumulasi hal yang mengerikan, yang menimbulkan kepanikan maka M


Manajemen Risiko 22 dilakukan tahapan-tahapan terbaik dalam menyusun kepastian (certainty). Dengan memasukkan unsur kepastian dalam menilai, maka ketidakpastian adalah risiko yang akan dialami (Arta et al., 2021). Risiko adalah peristiwa yang tidak pasti. Apabila terjadi, akan memiliki efek positif atau negatif pada satu atau lebih tujuan organisasi. Risiko sebenarnya merupakan suatu hal yang menciptakan kesempatan untuk peristiwa dan semua konsekuensinya yang tidak menyenangkan. Risiko pada dasarnya didefinisikan sebagai konsep multidimensi tentang kemungkinan peristiwa berbahaya dan ketidakpastian yang mempengaruhi tujuan organisasi (Kristiana et al., 2022). Metode pengendalian risiko ditujukan untuk mengurangi kerugian potensial dan mengusahakan agar kerugian-kerugian itu dapat diramalkan. Untuk pengendalian risiko tersebut perusahaan harus melakukan pembelanjaan (pembiayaan) yang berhubungan dengan cara-cara pengadaan dana dalam memulihkan kerugian tersebut. Risk financing merupakan pengadaan dana yang dilakukan oleh perusahaan untuk memulihkan kerugian perusahaan. Risk financing atau pembiayaan risiko biasanya berhubungan dengan cara – cara pengadaan dana untuk memulihkan kerugian (Darmawi, 2016). Pemindahan resiko dapat digolongkan dalam dua cara, yaitu pengendalian resiko dan risk financing transfer. Pemindahan resiko melalui pengendalian resiko tidak memerlukan pengerahan dana. Pengendalian resiko merupakan usaha untuk mengurangi kerugian potensial dan


Manajemen Risiko 23 mengusahakan agar resiko lebih dapat diramalkan. Pembelanjaan resiko merupakan cara pengadaan dana untuk memulihkan kerugian. Pemindahan risiko dapat digolongkan dalam dua cara, pengendalian risiko dan risk financing. Pemindahan risiko melalui cara pengendalian risiko, tidak memerlukan pengarahan dana karena dijalankan dengan : 1. Memindahkan harta atau kegiatan yang bersangkutan kepada pihak lain. 2. Memindahkan tanggung jawab kepada transfree dengan maksud menghilangkan atau mengurangi tanggung jawab transferor terhadap kerugian yang bersangkutan. 3. Menganggap kerugian yang bersangkutan dipikul pihak lain. Tetapi memindahkan risiko melalui risk financing berarti transferor mencari dana eksternal yang akan membayar kerugian yang bersangkutan, jika kerugian itu nanti sungguh terjadi. Risk financing transfer dapat dilakukan dengan cara : 1. Transfer risiko kepada perusahaan asuransi (insurance transfer) Merupakan pemindahan risiko kepada perusahaan asuransi.Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dimana penanggung dengan mendapatkan premi, mengikat trtanggung untuk membebaskannya dari kerugian karena kehilangan, kerugian, atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, yang dapat diminta olehnya karena suatu kejadian yang tidak pasti.


Manajemen Risiko 24 2. Transfer risiko kepada perusahaan lain yang bukan perusahaan asurasi (noninsurance transfer). Kebanyakan pemindahan risiko kepada pihak nonasuransi ini dilakukan melalui kontrak-kontrak bisnis biasa, dan melalui kontrak khusus untuk pemindahan risiko. Banyak isi kontrak ini berkenaan dengan pemindahan tanggung jawab keuangan atas : a. Harta b. Kerugian atas net income c. Kerugian personil d. Tanggung-gugat (liabilities) kepada pihak ketiga Pemindahan ini dapat dibeda-bedakan berdasarkan tanggung jawab yang dipindahkan. Pada keadaan yang ekstrim, transferer hanya memindahkan tanggung jawab keuangannya saja untuk tindakan tak sengaja pihak transferee. Pada keadaan ekstrim yang lain, pihak transferor akan menerima ganti-rugi berkenaan dnegan yang disebutkan dalam kontrak, dan tidak peduli apa penyebab kerugian itu : Apakah kelalaian transferee, pihak ketiga atau bencana alam. Noninsurance transfer ini mempunyai beberapa keterbatasan yang harus diperhatikan oleh manajer risiko yaitu sebagai berikut. 1. Kontrak itu mungkin hanya memindahkan sebagian risiko daripada risiko yang menurut pendcontapat manajer letah dipindahkan kepada pihak luar. Oleh karena itu manajer harus mempelajari isi kontrak itu dengan hati-hati.


Manajemen Risiko 25 2. Bahasa yang tertulis didalamnya adalah Bahasa hukum yang sangat sukar dipahami, karena itu bisa salah mengerti 3. Suatu kontrak bisa dibatalkan oleh pengadilan, jika isinya bertentangan dengan undang-undang atau peraturan pemerintah atau kebijaksanaan pemerintah atau tidak wajar bagi transferee. Contoh noninsurance risk financing transfer a. Melalui suatu perjanjian leasing, lessor bisa memindhakan kepada penyewa tanggung jawab keuangan untuk kerusakan harta atau kecelakaan badan bagi pihak ketiga. Sebelum di tanda tangani perjanjian itu, tanggung jawab seperti itu ada pada lessor. b. Melalui suatu perjanjian leasing, lessee (penyewa) juga bisa menggeserkan kerugian potensialnya kepada lessor, tergantung atas bagaimana bunyi perjanjian itu. c. Dengan melakukan leasing, berarti lessee bebas dari risiko turunnya harga barang yang disewa, atau risiko keusangan ekonomis.Maupun keuangan teknologi logis, dibandingkan jika barang itu miliknya sendiri. d. Pemindahan risiko juga terjadi pada kotrak pengiriman barang, kontrak penyimpanan barang, kontrak pembuatan suatu bangunan dna sebagainya, di aman dalam kontrak dicantumkan adanya pembayaran premi risiko. e. Surety bond, Dalam kontrak yang disebut surety bond terlibat 3 pihak, yaitu pihak surety (penjamin), pihak oblige (yang dijamin) dan pihak principal.


Manajemen Risiko 26 Kontrak itu mungkin hanya nenibdahkan sebagian resiko principal. f. Neutralization, merupakan proes menyeimbangkan kans kerugian atas kans keuntungan. contohnya yang paling popular dalam dunia perdagangan adalah hedging. Hedging ini dilakukan dengan jalan misalnya bersamaan dengan pembuatan kontrak penjualan, maka penjual mengadakan kontrak pembelian dengan pedagang lain untuk barang yang sama jenisnya. Dengan demikian dapat ditutup risiko kenaikan harga, risko putusnya persediaan dan sebagainya (Dewi, 2019). Risk Retention Metode yang paling umum penanganan risiko ialah penanggungan sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan. Sumber dananya diusahakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Penanggungan sendiri ini bisa bersifat pasif atau tidak direncanakan (unplanned retention) bisa bersifat aktif atau direncanakan (planned retention). Dikatakan pasif atau tidak terencana, bila manajer risiko tidak memperhatikan tentang adanya exposure dan karena itu tidak melakukan usaha apapun untuk menanganinya. Sedikit sekali perusahaan yang telah mengidentifikasikan semua exposure terhadap kerugian harta benda, kerugian tanggung-gugat dan kerugian personil. Akibatnya, penanggungan risiko yang tidak terencana ini, merupakan hal yang umum dijumpai bahkan tidan terelakkan. Pada keadaan lain dijumpai pula, bahwa manajer risiko memang awas terhadap exposures, tetapi terus-menerus menunda mengambil keputusan tentang bagaimana menanganinya (Dewi, 2019).


Manajemen Risiko 27 Retention disebut aktif, bila manajer mempertimbangkan metode-metode lain untuk menangani risiko dan kemudian memutuskan secara sadar untuk tidak memindahkan kerugian potensial itu. Kadang-kadang ditemui bahwa risiko yang menurut pertimbangan orang banyak seharusnya tidak ditanggung sendiri, tetapi ternyata ditanggung sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya adapula ditemukan bahwa sesuatu risiko seharusnya ditanggung sendiri, ternyata diasuransikan. Alasan perusahaan melakukan retention Alasan perusahaan melakukan retention dapat digolongkan ke dalam salah satu kategori berikut: 1. Keharusan, karena tidak tersedia alternatif lain Keharusan menanggung sendiri risiko, disebabkan karena tidak mungkin untuk memindahkan risiko itu. Misalnya tanggung jawab untuk tindakan kriminal, dan keusangan yang luar biasa daripada harta. Begitu dengan suatu peril yang dalam keadaan normal dapat diasuransikan, tetapi pada keadaan dimana probabilitas kerugian yang sangat tinggi. Selanjutnya keharusan melaksanakan retention adalah karena belum ada perusahaan asuransi yang mau menanggung risiko seperti itu. 2. Biaya Jika perusahaan memindahkan risiko kepada perusahaan asuransi, maka perusahaan ini harus membayar premi yang dapat dibagi ke dalam dua bagian: a. Loss allowance, yaitu perkiraan pihak asuransi tentang kerugian-harapan pihak tertanggung. b. Loading yang meliputi biaya profit margin, dan perkiraan pengeluaran tak terduga. Loading ini bisa mencapai 30-40% dari premi. Jika perusahaan


Manajemen Risiko 28 bermaksud menanggung sendiri risiko, maka harus mempertimbangkan apakah akan lebih murah, karena menghemat pembayaran premi. 3. Kerugian harapan Jika perusahaan percaya bahwa kerugian-harapan yang dihitungnya lebih rendah dari perkiraan pihak asuransi, maka perusahaan dalam jangka panjang dapat menghemat pengeluaran sebesar selisih kedua perhitungan itu. Bahkan jika kerugian-harapannya sama dengan pihak asuransi, perusahaan ini masih akan memilih retentior. Disamping itu, harus pula diperhatikan perkiran penyebaran kerugian harapan. Jika perusahaan itu menghadapi kerugian yang mungkin tahun berikutnya, lebih besar yang sanggup ditanggungnya, maka perusahaan ini mau membayar asuransi yang lebih besar dari kerugian-harapan, dengan maksud menghilangkan ketidakpastian dalam jangka pendek. Jumlah ekstra yang yang ingin dibayar itu, tergantung atas keparahan kerugian-potensial dan kemampuannya untuk menanggung kerugian tersebut. Misal jika tujuan manajemen risiko adalah ketenangan pikiran dan stabilitas pendapatan, maka perusahaan ini sangat menaruh perhatian pada variasi kerugian tersebut. Sebaliknya jika tujuan perusahaan adalah kelangsungan hidup saja, tidak akan menghiraukan variasi kerugian tersebut. 4. Opportunity cost Opportunity cost menyangkut timing pembayaran premium dibandingkan dengan pengeluaran untuk kerugian. Contoh misalkan premim akan sama atau kurang dari kerugian dan pengeluaran alternatif.


Manajemen Risiko 29 Perusahaan mungkin akan lebih suka menanggung sendiri risiko, jika jarak waktu antara pembayaran premi dan pembayaran kerugian pengeluaran alternatif itu akan memberikan keuntungan lebih besar atas hasil investasi dana cadangan untuk pembayaran kerugian itu. 5. Kualitas daripada servis Sebagian pengusaha percaya bahwa servis yang disediakan oleh penanggung (asuransi) bisa dilaksanakan lebih baik oleh perusahaan itu atau oleh suatu Biro Jasa. Pihak asuransi meragukan bahwa perusahaan dapat menyelenggarakan servis pertanggungan lebih baik dari apa yang disediakan perusahaan asuransi, karena perusahaan itu kekurangan pengalaman dan tenaga profesional (Dewi, 2019). Ikhtisar faktor yang mendorong pemakaian retention dan yang menghalanginya. Hal – hal yang mendorong pemakaian peralatan retention yaitu sebagai berikut (Dewi, 2019): 1. Jika biayanya lebih rendah dari biaya yang dibebankan pihak asuransi. 2. Jika kerugian-harapan (expected losses) lebih rendah dari perkiraan perusahaan asuransi. 3. Jika unit yang menghadapi risiko (exposure unit) banyak, sehingga risiko akan menjadi lebih rendah karena perusahaan itu akan sanggup memperkiraan probabilitas kerugiannya dengan akurat. 4. Tujuan manajemen risiko yang menerima variasi yang besar dalam kerugian tahunan


Manajemen Risiko 30 5. Pembayaran expense dan kerugian yang membengkak selama jangka waktu yang panjang, yang menghasilkan opportunity cost yang besar. • Peluang yang kuat bagi investasi, yang mengakibatkan opportunity cost yang besar 6. Keuntungan pelayanan internal atau noninsurer servicing. Retention dibuat kurang menarik oleh faktor – faktor sebagai berikut: 1. Biaya yang lebih besar daripada biaya yang dibebankan pihak asuransi. 2. Kerugian-harapan (expected losses) lebih besar daripada yang diperkirakan perusahaan asuransi. 3. Exposure unit sedikit jumlahnya, yang berarti bahwa risiko akan tinggi dan perusahaan yang bersangkutan, tidak akan sanggup untuk meramalkan kerugiannya dengan ketepatan yang memuaskan. 4. Ketidakmampuan keuangan menopang maximum possible losses atau maximum probable losses dalam short run. 5. Tujuan manajemen risiko yang dtekankan kepada ‚ketenangan pikiran‛ dan pada variasi laba tahunan kecil. 6. Pembayaran kerugian dan expense membengkak selama jangka waktu yang pendek jadi mengurangi opportunity costs. 7. Peluang investasi yang terbatas serta pengembaliannya (return) yang rendah. 8. Lebih menguntungkannya jasa perusahaan asuransi. 9. Peraturan perpajakan bisa pula menyebabkab retention menjadi kurang menarik.


Manajemen Risiko 31 Penyediaan dana untuk program retention dapat dilakukan dengan salah satu dari cara-cara berikut (Darmawi, 2016): 1. Tidak ada penyediaan sebelumnya cara ini digunakan jika risiko yang ditanggung itu pada suatu waktu yang menmbulkan kerugian, maka kerugian ini ditutup dengan dana yang kebetulan tersedia atau dibebankan pada penghasilan tahun yang bersangkutan. Dalam keadaan seperti ini perusahaan mendapatkan uang tunai dengan jalan yang mahal, misalnya dengan kredit yang bunganya tinggi, atau menjual harta tertentu dengan harga murah. 2. Membentuk dana dan cadangan Cara ini digunakan untuk dana untuk menutup risiko dapat dari cadangan yang setiap tahun di kredit dengan laba yang disisihkan untuk itu. Banyaknya dana yang disisihkan itu adalah sejumlah kerugian yang diperkirakan (expected loss) per tahun. Cara ini memiliki kelemahan antara lain: a. Cadangan adalah pemindahbukuan secara akuntin. Jadi setiap hari belum tentu tersedia uang tunai sebanyak yang tercatat dalam rekening cadangan yang bersangkutan. Oleh karena itu perusahaan mungkin akan mengalami kesulitan mendapatkan uang tunai untuk menutup risiko. b. Penaksiran expected loss itu jarang yang tepat c. Masih dalam pertanyaan apakah pemebntukan dana seperti ini diizinkan oleh pemerintah, jika ditinjau dari sudut perpajakan.


Manajemen Risiko 32 3. Self-insurance Perusahaan membentuk suatu bagian dalam organisasi perusahaan yang diberi nama self-insurer. Secara berkala perusahaan menyetor dana ke selfinsurance ini, seperti halnya perusahaan menyetor premi asuransi. Bagian ini merupakan unit yang otonom, karena itu diberi hak untuk menginvestasikan dan itu sementara dana itu menganggur, asalkan sewaktu-waktu dapat menyediakan uang tunai untuk keperluan menutup risiko, jika tiba-tiba terjadi musibah. Perlu diingat, sel-insurance bukan perusahaan asuransi. 4. Captive insurer Perusahaan mengorganisasikan perusahaan asuransi yang seluruh (sebagian besar) nasabahnya adalah perusahaan itu sendiri, yang disebut ‚captive insurer‛. Keuntungannya adalah captive insurer dapat membeli perlndungan dari perusahaan reasuransi, bedanya dengan self-insurer adalah self-insurer tidak bisa memperoleh perlindungan dari reasuransi. Perlindungan reasuransi lebih fleksibel dan tidak begitu banyak pembatasan. Oleh karena itu perusahaan melalui captive-insurernya dapat membeli perlindungan untuk resiko yang tidak sanggup ditanggung oleh perusahaan asuransi biasa.


Manajemen Risiko 33 PENGENDALIAN RESIKO engendalian adalah proses pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja agar rencana-renana yang dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dapat diwujudkan. Resiko adalah peluang dan konsekuensi atas kejadian yang berdampak secara material terhadap pencapaian sasaran Pengendalian risiko berperan penting dalam manajemen risiko yang akan mengurangi atau meminimalisasi risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Pengendalian resiko adalah tindakan perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk mengurangi atau menghindari risiko yang dihadapinya dalam menyelamatkan perusahaan dari kerugian. Pengendalian risiko merupakan kegiatan mengidentifikasi, menganalisis, dan mengendalikan P


Manajemen Risiko 34 risiko pada kegiatan operasional perusahaan dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi untuk mengurangi kerugian. Contoh kasus: Pada tahun 2013 perusahaan rokok terbesar di Indonesia yaitu PT Gudang Garam menjadi salah satu perusahaan yang mendapat dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang melanda Indonesia saat itu. Pergerakan nilai tukar rupiah yang melemah pada saat itu mempengaruhi emiten-emiten yang ada di bursa dan juga kenaikan suku bungan acuan Bank Indonesai (BI Rate), sehingga keuntungan PT Gudang Gara Tbk juga mengalami penurunan sebesar 0,9%. Selain itu, perusahaan membutuhkan bahan baku utama berupa tembakau dan cengkeh yang berkualitas untuk produk mereka. Sementara kualitas panen tembakau dan cengkeh lokal yang menjadi bahan baku utama tersebut sangatlah bergantung pada cuaca yang tidak menentu mengakibatkan penurunan kualitas panen kedua bahan baku tersebut. Akibatnya, perusahaan mengimpor bahan baku dari luar negeri untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Hal inilah pada akhirnya yang menyebabkan menurunnya pendapatan dan laba bersih perusahaan. Selain itu penurunan pendapatan dan laba bersih PT. Gudang Garam disebabkkan juga oleh aturan pemerintah. Biaya pita cukai dan PPN Gudang Garam pada tahun 2013 mencapai 29 triliun, atau setara 67% dari total beban biaya pokok penjualan Gudang Garam. Jika dibandingkan dengan pendapatan penjualan, maka biaya pita cukai Gudang Garam tahun 2013 setara dengan 54% hasil pendapatan penjualan perusahaan. Artinya, 54% dari total pendapatan penjualan


Manajemen Risiko 35 Gudang Garam tahun 2013 digunakan untuk membayar bea pita cukai dan PPN. Salah satu cara yang dilakukan oleh PT Gudang Garam Tbk untuk menanggulangi risiko tersebut adalah dengan melakukan kebijakan penawaran pensiun dini kepada para karyawannya terutama karyawan borongan sigaret kretek tangan (SKT) dan operasional dengan alasan untuk mengantisipasi dampak buruk yang akan terjadi pada perusahaan dimasa mendatang akibat bertambah ketatnya peraturan industri rokok yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pengendalian risiko merupakan komponen integral dalam manajemen risiko, bertujuan untuk meminimalkan probabilitas dan dampak negatif hal yang tidak diharapkan serta meningkatkan peluang pencapaian tujuan organisasi. Strategi pengendalian risiko merupakan sikap fundamental dalam manajemen risiko, yang bertujuan untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya risiko atau dampak negatifnya. Berbagai strategi pengendalian risiko tersedia dan pemilihan strategi yang tepat bergantung pada karakteristik risiko dan profil organisasi. Klasifikasi strategi pengendalian resiko sebagai berikut: 1. Pengendalian Preventif Pengendalian preventif merupakan strategi penting dalam manajemen risiko untuk meningkatkan keamanan, stabilitas, dan efisiensi organisasi. Penerapan strategi ini secara efektif dan berkelanjutan, dikombinasikan dengan strategi lain, dapat membantu organisasi mencapai keseimbangan optimal antara keamanan dan peluang dalam mencapai tujuannya.


Manajemen Risiko 36 a. Karakteristik Utama Pengendalian Preventif: 1) Proaktif: diterapkan sebelum risiko terjadi, berfokus pada pencegahan dan antisipasi. 2) Pencegahan: menghilangkan atau meminimalkan kemungkinan terjadinya risiko. 3) Pengurangan Eksposur: meminimalkan paparan terhadap situasi berisiko. b. Metode Pengendalian Preventif: 1) Eliminasi: Menghilangkan sumber risiko secara total. 2) Substitusi: Mengganti elemen berisiko dengan alternatif yang lebih aman. 3) Pengendalian Teknik: Menerapkan desain dan modifikasi untuk mengurangi risiko. 4) Pendidikan dan Pelatihan: Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang risiko dan cara pencegahannya. 5) Kebijakan dan Prosedur: Menetapkan kebijakan dan prosedur untuk mengendalikan risiko. c. Keuntungan Pengendalian Preventif: 1) Meningkatkan Keamanan dan Stabilitas 2) Meningkatkan Efisiensi 3) Meningkatkan Ketenangan Pikiran d. Kekurangan Pengendalian Preventif: 1) Biaya Tinggi: Implementasi strategi ini dapat membutuhkan biaya yang besar. 2) Kurangnya Peluang: Menghindari risiko dapat membatasi peluang untuk berkembang dan mencapai tujuan.


Manajemen Risiko 37 3) Ketidakfleksibelan: Strategi ini kurang fleksibel dalam menghadapi perubahan dan situasi yang tidak terduga. 2. Pengendalian Mitigasi Pengendalian mitigasi merupakan strategi penting dalam manajemen risiko untuk meminimalkan konsekuensi negatif risiko dan meningkatkan ketahanan organisasi. Penerapan strategi ini secara efektif dan berkelanjutan, dikombinasikan dengan strategi lain, dapat membantu organisasi mencapai keseimbangan optimal antara keamanan dan peluang dalam mencapai tujuannya. a. Karakteristik Utama Pengendalian Mitigasi: 1) Reaktif 2) Peredaman Dampak 3) Pemulihan b. Metode Pengendalian Mitigasi: 1) Asuransi: Pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi. Contoh: Asuransi kendaraan untuk menanggung biaya kerusakan akibat kecelakaan. 2) Dana Cadangan: Pembentukan dana cadangan untuk menanggung biaya yang terkait dengan risiko. Contoh: Dana cadangan untuk menanggung biaya pemulihan dari kecelakaan kerja. 3) Rencana Kontinjensi: Perumusan rencana untuk menghadapi situasi darurat dan meminimalkan dampaknya. Contoh: Rencana tanggap darurat untuk kecelakaan kerja.


Manajemen Risiko 38 4) Pemberdayaan Karyawan: Pemberian pelatihan dan pengetahuan kepada karyawan untuk menangani situasi darurat. Contoh: Pelatihan simulasi krisis untuk meningkatkan kesigapan karyawan. 5) Pembelajaran dan Peningkatan: Analisis kejadian risiko dan penerapan pembelajaran untuk meningkatkan ketahanan. Contoh: Audit risiko secara berkala untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko baru. c. Keuntungan Pengendalian Mitigasi: 1) Minimalisasi Kerugian: Mengurangi dampak finansial, operasional, dan reputasi dari risiko. 2) Percepatan Pemulihan: Membantu organisasi kembali ke kondisi normal dengan cepat. 3) Peningkatan Ketahanan: Meningkatkan kemampuan organisasi untuk menghadapi situasi yang tidak terduga. d. Kekurangan Pengendalian Mitigasi: 1) Biaya Tinggi: Implementasi strategi ini dapat membutuhkan biaya yang besar. 2) Ketidakpastian: Efektivitas strategi ini bergantung pada banyak faktor, termasuk tingkat keparahan risiko dan kemampuan organisasi. 3) Ketergantungan pada Faktor Eksternal: Efektivitas strategi ini dapat bergantung pada faktor eksternal, seperti bantuan dari pihak luar. 4) Pengendalian Transfer Risiko Pengendalian transfer risiko merupakan strategi esensial dalam tata kelola risiko yang berfokus pada pengalihan beban risiko kepada pihak lain secara legal dan terstruktur.


Manajemen Risiko 39 Penerapan strategi ini secara sistematis dan berkelanjutan berkontribusi pada peningkatan ketahanan organisasi dalam menghadapi situasi yang tidak terduga. a. Karakteristik Utama Pengendalian Transfer Risiko: 1) Pengalihan Beban: Memindahkan tanggung jawab risiko kepada pihak lain secara legal dan terstruktur, dengan definisi hak, kewajiban, dan tanggung jawab yang jelas. 2) Alokasi Biaya Risiko: Menentukan nilai risiko dan biaya pengalihannya secara objektif dan transparan, mempertimbangkan faktor-faktor seperti probabilitas, dampak, dan kompleksitas risiko. 3) Diversifikasi Risiko: Membagi risiko dengan pihak lain untuk meminimalkan dampak negatifnya secara kolektif, meningkatkan stabilitas dan ketahanan organisasi. b. Metode Pengendalian Transfer Risiko: 1) Asuransi: Pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi melalui kontrak polis yang terstandarisasi. 2) Hedging: Pengalihan risiko finansial melalui instrumen keuangan derivatif di pasar keuangan. 3) Outsourcing: Pengalihan tanggung jawab pekerjaan kepada pihak ketiga melalui kontrak outsourcing yang terstruktur. 4) Kemitraan Strategis: Bekerja sama dengan pihak lain melalui perjanjian kemitraan yang saling menguntungkan.


Manajemen Risiko 40 7. Pengendalian Retensi Risiko Pengendalian retensi risiko merupakan strategi penting dalam manajemen risiko untuk meningkatkan efisiensi, fleksibilitas, dan peluang organisasi. Penerapan strategi ini secara efektif dan berkelanjutan, dikombinasikan dengan strategi lain, dapat membantu organisasi mencapai keseimbangan optimal antara keamanan dan peluang dalam mencapai tujuannya. a. Karakteristik Utama Pengendalian Retensi Risiko: 1) Penerimaan Risiko: Kesadaran dan kesediaan organisasi untuk menanggung konsekuensi risiko secara mandiri. 2) Penanggunggungan Dampak: Kemampuan organisasi untuk menanggung biaya dan kerugian yang diakibatkan oleh risiko. 3) Pemanfaatan Peluang: Mengidentifikasi peluang yang tersembunyi di balik risiko dan memanfaatkannya untuk keuntungan organisasi. b. Metode Pengendalian Retensi Risiko: 1) Acceptance: Menerima risiko dan konsekuensinya secara penuh tanpa upaya mitigasi. 2) Self-insurance: Membangun dana cadangan internal untuk menanggung biaya risiko yang mungkin terjadi. 3) Risk Financing: Mengumpulkan dana untuk menanggung biaya risiko di masa depan melalui berbagai instrumen keuangan. c. Keuntungan Pengendalian Retensi Risiko: 1) Efisiensi Biaya: Menghindari biaya transfer risiko yang tinggi, seperti premi asuransi.


Click to View FlipBook Version