41 selama kehamilan, sementara ibu hamil dengan IMT tinggi sebelumnya disarankan untuk mendapatkan lebih sedikit berat badan. Ini bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu hamil dan janin dengan memastikan kenaikan berat badan yang sesuai dengan kebutuhan individu. Untuk mengelola kenaikan berat badan selama kehamilan, penting untuk memperhatikan pola makan yang sehat dan aktifitas fisik yang teratur. Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk membuat rencana gizi yang sesuai dengan kebutuhan individu serta melakukan aktivitas fisik yang aman selama kehamilan. Pengelolaan kenaikan berat badan ini dapat membantu menjaga kesehatan ibu hamil dan janin, serta mengurangi risiko terjadinya komplikasi kesehatan selama kehamilan. Pemantauan kenaikan berat badan secara teratur selama kunjungan ke dokter atau bidan selama kehamilan menjadi langkah penting dalam manajemen kehamilan. Hal ini memungkinkan identifikasi cepat jika ada masalah dengan kenaikan berat badan dan memungkinkan penyesuaian dalam manajemen kehamilan untuk mengurangi risiko komplikasi. Dengan demikian, pemantauan kenaikan berat badan secara teratur dapat membantu menjaga kesehatan ibu hamil dan janin selama masa kehamilan.
42 Referensi Ermamilia, A., Yonika, L., Aulia, B., & Ganap, E. P. (2020). High Prepregnancy Body Mass Index and Excessive Gestational Weight Gain as Obesity-Related Risk Factors of Preeclampsia. Topics in Clinical Nutrition, 35(4), 299- 308. Muhammad, H. F. L., Pahdarina, D., Zahara, N. P., Nugraheni, F., Hanny, T. A., Ermamilia, A., & Huriyati, E. (2021). Diet or exercise: The role of diet and/or exercise on changes of pro-inflammatory markers during a weight loss program in adult women with overweight. Clinical Nutrition ESPEN, 44, 337-341. Muhammad, H. F. L., Safika, E. L., Wahyuni, F. C., Ermamilia, A., & Huriyati, E. (2019). The Effect of Zumba Training on Body Composition, Dietary Intake, Sleep Quality, and Duration in Adult Sedentary Women With Overweight. Topics in Clinical Nutrition, 34(4), 277-286.
43 Bab 8 Stunting pada Tumbuh Kembang Anak tunting pada tumbuh kembang anak merupakan kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan yang menyebabkan tinggi badan mereka lebih pendek dari yang seharusnya sesuai dengan usia mereka. Kondisi ini biasanya terjadi pada masa pertumbuhan awal, terutama pada dua tahun pertama kehidupan, yang merupakan periode kritis dalam perkembangan fisik dan kognitif anak. Faktor-faktor penyebab S
44 stunting sangat beragam, termasuk kekurangan gizi, infeksi kronis, akses yang terbatas terhadap makanan bergizi, serta faktor lingkungan dan sanitasi yang buruk. Dampak stunting pada anak dapat meliputi penurunan kemampuan kognitif, rentan terhadap penyakit infeksi, dan berpotensi mengalami masalah kesehatan jangka panjang, seperti penyakit jantung dan diabetes. Upaya pencegahan dan penanggulangan stunting melibatkan berbagai intervensi yang mencakup aspek gizi, kesehatan, sanitasi, dan pendidikan. Program-program pencegahan stunting sering kali menekankan pentingnya asupan gizi yang cukup, termasuk pemberian ASI eksklusif pada bayi, pendidikan gizi bagi ibu hamil dan menyusui, serta promosi makanan bergizi bagi anak-anak. Selain itu, perbaikan akses terhadap air bersih, sanitasi yang baik, dan layanan kesehatan yang berkualitas juga merupakan bagian penting dari strategi pencegahan stunting. Pentingnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang stunting juga menjadi fokus dalam upaya penanggulangannya. Edukasi mengenai pentingnya pola makan yang sehat, perawatan kesehatan yang baik, serta praktik sanitasi yang benar dapat membantu mengurangi risiko stunting pada anakanak. Selain itu, dukungan dari pemerintah, organisasi nonpemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil sangat diperlukan untuk melaksanakan program-program intervensi yang efektif dalam menanggulangi stunting dan meningkatkan kesejahteraan anak-anak secara menyeluruh. Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan dapat tercapai penurunan angka stunting yang signifikan dan
45 meningkatkan kualitas hidup anak-anak di berbagai belahan dunia. A. Pengertian Stunting dan Faktor-faktor Penyebabnya Stunting adalah kondisi yang merujuk pada kegagalan pertumbuhan pada anak-anak yang mengakibatkan tinggi badan mereka lebih pendek dari rata-rata usia mereka. Hal ini dapat menjadi masalah serius dalam perkembangan fisik dan kognitif anak-anak, serta dapat berdampak negatif pada kesehatan dan kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Faktor-faktor penyebab stunting sangat bervariasi dan seringkali kompleks. Salah satu faktor utama adalah kurangnya asupan gizi yang memadai selama periode pertumbuhan anak. Gizi yang buruk, termasuk kekurangan protein, zat besi, dan vitamin, dapat menghambat pertumbuhan normal dan menyebabkan stunting. Selain faktor gizi, infeksi kronis juga dapat berperan penting dalam penyebab stunting. Anak-anak yang sering terkena infeksi kronis seperti infeksi saluran pernapasan atas atau diare berulang cenderung memiliki pertumbuhan yang terhambat. Infeksi kronis ini dapat mengganggu penyerapan zat gizi dan mempengaruhi metabolisme tubuh, sehingga menyebabkan anak-anak gagal mencapai tinggi badan yang optimal untuk usia mereka. Selain itu, akses terbatas terhadap air bersih dan sanitasi yang layak juga merupakan faktor yang signifikan dalam menyebabkan stunting. Infeksi yang disebabkan oleh polusi air dan sanitasi yang buruk dapat menyebabkan gangguan dalam penyerapan zat gizi dan menyebabkan
46 anak-anak menjadi rentan terhadap stunting. Selain itu, kurangnya akses terhadap perawatan kesehatan yang memadai juga dapat memperburuk kondisi stunting. Anakanak yang tidak mendapatkan perawatan kesehatan yang cukup seringkali tidak mendapat pemantauan pertumbuhan yang tepat atau penanganan yang sesuai jika mereka mengalami masalah kesehatan yang mendasarinya. Dengan memahami faktor-faktor penyebab stunting ini, langkah-langkah pencegahan dan intervensi yang tepat dapat diambil. Pendidikan gizi kepada orang tua, peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi, kampanye penyuluhan tentang praktik-praktik kesehatan yang baik, serta program-program pendidikan kesehatan kepada ibu hamil merupakan beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi stunting pada anak-anak. Dengan upaya yang tepat, stunting dapat dicegah dan anak-anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal untuk mencapai potensi penuh mereka. B. Strategi Mencegah dan Mengatasi Stunting pada Anak Strategi untuk mencegah dan mengatasi stunting pada anak melibatkan serangkaian upaya yang komprehensif dan terkoordinasi. Peningkatan gizi anak menjadi fokus utama dalam upaya ini. Hal ini meliputi pemberian makanan bergizi yang kaya akan zat-zat penting seperti protein, zat besi, dan vitamin kepada anak-anak. Selain itu, penting juga untuk memastikan akses yang memadai terhadap air bersih dan sanitasi. Air bersih dan sanitasi yang baik membantu mencegah infeksi dan gangguan pencernaan yang dapat menghambat pertumbuhan anak.
47 Selain itu, pemberian imunisasi juga merupakan strategi yang penting dalam mencegah stunting. Imunisasi membantu melindungi anak-anak dari berbagai penyakit menular yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Peningkatan akses terhadap layanan kesehatan juga menjadi bagian integral dari strategi ini. Dengan memberikan akses yang lebih baik kepada layanan kesehatan, anak-anak dapat menerima perawatan yang tepat waktu dan efektif untuk masalah kesehatan yang mungkin mempengaruhi pertumbuhan mereka. Selain upaya langsung terkait dengan kesehatan fisik anak, langkah-langkah strategis juga mencakup programprogram pendidikan kesehatan kepada ibu hamil. Pendidikan kesehatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik kepada ibu hamil tentang pentingnya gizi yang adekuat selama kehamilan dan masa menyusui. Selain itu, pendidikan gizi bagi orangtua juga menjadi bagian penting dari strategi ini. Orangtua yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang gizi anak cenderung lebih mampu menyediakan makanan yang sehat dan bergizi bagi anak-anak mereka. Selain program-program pendidikan, kampanye penyuluhan tentang praktik-praktik kesehatan yang baik juga perlu dilakukan secara luas. Kampanye ini dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya praktik-praktik kesehatan seperti mencuci tangan dengan sabun, menjaga kebersihan lingkungan, dan memberikan makanan yang sehat kepada anak-anak. Dengan demikian, strategi untuk mencegah dan mengatasi stunting pada anak harus mencakup berbagai aspek mulai
48 dari gizi, akses terhadap layanan kesehatan, hingga edukasi dan kesadaran masyarakat tentang praktik-praktik kesehatan yang baik. Referensi Ratnasari, D., Paramashanti, B. A., Hadi, H., Yugistyowati, A., Astiti, D., & Nurhayati, E. (2017). Family support and exclusive breastfeeding among Yogyakarta mothers in employment. Asia Pacific journal of clinical nutrition, 26(Supplement). Meylia, K. N., Siswati, T., Paramashanti, B. A., & Hati, F. S. (2022). Fine motor, gross motor, and social independence skills among stunted and non-stunted children. Early Child Development and Care, 192(1), 95- 102. Paramashanti, B. A., & Benita, S. (2020). Early introduction of complementary food and childhood stunting were linked among children aged 6-23 months. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 17(1), 1-8. Paramashanti, B. A., Dibley, M. J., Alam, A., & Huda, T. M. (2022). Wealth-and education-related inequalities in minimum dietary diversity among Indonesian infants and young children: a decomposition analysis. Global Health Action, 15(1), 2040152. Paramashanti, B. A., Huda, T. M., Alam, A., & Dibley, M. J. (2021). Trends and determinants of minimum dietary
49 diversity among children aged 6–23 months: a pooled analysis of Indonesia Demographic and Health Surveys from 2007 to 2017. Public health nutrition, 1-12. Nurhayati, E., Paramashanti, B. A., Astiti, D., & Aji, A. S. (2020). Dietary diversity, vitamin D intake and childhood stunting: a case-control study in Bantul, Indonesia. Malaysian Journal of Nutrition, 26(2). Paramashanti, B. A., & Sulistyawati, S. (2019). Pengaruh integrasi intervensi gizi dan stimulasi tumbuh kembang terhadap peningkatan berat badan dan perkembangan balita kurus. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 15(1), 16-21.
50 Bab 9 Mengelola Kehidratan pada Periode Emas engelola kehidratan selama periode emas kehidupan merupakan aspek penting dalam menjaga kesehatan dan kualitas hidup seseorang. Periode emas ini, yang umumnya merujuk pada usia lanjut atau lansia, sering kali menyertakan tantangan baru dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh. Seiring bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk mempertahankan kadar air yang optimal dapat menurun, sehingga memerlukan perhatian khusus terhadap asupan cairan. M
51 Untuk mengelola kehidratan dengan baik selama periode emas, penting untuk memahami kebutuhan cairan tubuh yang berubah seiring bertambahnya usia. Hal ini melibatkan tidak hanya minum air dalam jumlah yang cukup, tetapi juga memperhatikan asupan cairan dari makanan dan minuman lainnya. Seiring penuaan, rasa haus juga mungkin berkurang, sehingga perlu disadari bahwa tubuh tetap membutuhkan asupan cairan meskipun tidak merasakan haus. Selain itu, kondisi kesehatan tertentu yang umum terjadi pada usia lanjut, seperti diabetes atau penyakit ginjal, juga dapat memengaruhi manajemen kehidratan. Pada kasus-kasus seperti ini, penting untuk berkonsultasi dengan profesional medis untuk menentukan jumlah dan jenis cairan yang tepat untuk dikonsumsi. Selain memperhatikan asupan cairan, juga penting untuk menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko dehidrasi, seperti paparan panas berlebih, aktivitas fisik yang intens, atau konsumsi alkohol dalam jumlah berlebihan. Mengenali tanda-tanda dehidrasi seperti mulut kering, mata kering, atau urine berwarna gelap juga sangat penting untuk segera mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan asupan cairan. Dalam menjaga kehidratan pada periode emas, penting juga untuk memperhatikan keseimbangan elektrolit. Elektrolit seperti natrium, kalium, dan magnesium penting untuk fungsi tubuh yang optimal, dan kekurangan elektrolit dapat terjadi terutama pada kondisi seperti diare atau muntah. Memastikan konsumsi makanan dan minuman yang mengandung elektrolit dalam jumlah yang mencukupi dapat membantu menjaga
52 keseimbangan elektrolit dan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut dan menjaga pola hidup yang sehat, seseorang dapat mengelola kehidratan dengan baik selama periode emas kehidupan mereka, menjaga kesehatan dan kualitas hidup yang optimal. A. Dampak Dehidrasi pada Kesehatan dan Kesejahteraan Dehidrasi adalah kondisi di mana tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang masuk. Tingkat dehidrasi bervariasi dari ringan hingga berat, dan dampaknya mungkin baru terasa ketika kondisi sudah cukup parah. Pada tingkat yang lebih ringan, dehidrasi dapat menyebabkan gejala seperti mulut kering, haus, dan penurunan konsentrasi. Namun, ketika dehidrasi menjadi lebih parah, dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, termasuk penurunan tekanan darah, penurunan volume darah, bahkan hingga kegagalan organ. Tidak hanya mempengaruhi kesejahteraan sehari-hari, tetapi dehidrasi juga memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan. Misalnya, kondisi dehidrasi dapat berhubungan dengan komposisi tubuh, seperti peningkatan risiko obesitas dan penumpukan lemak pada ibu hamil. Dehidrasi kronis selama kehamilan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dan meningkatkan risiko preeklampsia, suatu kondisi serius yang dapat mengancam nyawa ibu dan bayi yang dikandungnya. Keseimbangan cairan tubuh sangat penting untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan. Cairan tubuh
53 memainkan peran kunci dalam menjaga fungsi organ dan sistem tubuh yang optimal. Gangguan keseimbangan cairan tubuh dapat memengaruhi status elektrolit, terutama keseimbangan natrium dan kalium. Ketidakseimbangan elektrolit ini dapat mengganggu fungsi jantung, otak, otot, dan sistem saraf lainnya, menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius. Untuk mengukur tingkat hidrasi tubuh, ada beberapa indikator yang dapat diamati. Ini termasuk warna urin, berat jenis urin, osmolaritas urin, dan kadar natrium dalam tubuh. Warna urin yang lebih gelap dan berbau lebih kuat biasanya merupakan tanda kurangnya hidrasi, sedangkan urin yang lebih ringan dan jernih menunjukkan tubuh yang lebih terhidrasi. Pengukuran berat jenis urin dan osmolaritas juga dapat memberikan petunjuk tentang tingkat hidrasi tubuh. Dengan memahami dampak dehidrasi pada kesehatan dan kesejahteraan, penting untuk mengambil langkahlangkah untuk memastikan tubuh tetap terhidrasi dengan baik. Ini termasuk minum cairan secara teratur, terutama air, dan menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko dehidrasi, seperti olahraga berat atau kondisi cuaca panas. Dengan menjaga keseimbangan cairan tubuh, dapat membantu menjaga kesehatan secara keseluruhan dan mencegah berbagai masalah kesehatan yang terkait dengan dehidrasi.
54 B. Cara Mempertahankan Status Hidrasi yang Optimal selama Periode Emas Untuk mempertahankan status hidrasi yang optimal selama periode emas, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk memastikan keseimbangan cairan tubuh yang tepat. Pertama, penting untuk mengukur status hidrasi secara teratur dengan melihat berbagai indikator, seperti warna, berat jenis, dan osmolaritas urin. Ini dapat dilakukan dengan memantau pola minum dan perilaku buang air kecil. Waktu terbaik untuk mengamati status hidrasi adalah antara jam 2 siang hingga jam 4 sore, karena pada saat itu biasanya terjadi peningkatan kebutuhan cairan tubuh, terutama setelah berbagai aktivitas fisik yang dilakukan sepanjang hari. Selanjutnya, pengelolaan konsumsi air yang baik sangat penting. Ini termasuk minum air setelah bangun tidur untuk menggantikan cairan yang hilang selama tidur, minum sebelum dan sesudah aktivitas fisik untuk mengatasi kehilangan cairan yang disebabkan oleh keringat, dan minum secara teratur selama hari untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh secara keseluruhan. Mempertahankan kebiasaan minum yang sehat dan teratur adalah kunci untuk mencegah dehidrasi, terutama pada ibu hamil yang membutuhkan asupan cairan tambahan untuk mendukung kesehatan mereka sendiri dan perkembangan janin. Selain itu, menggunakan aplikasi kesehatan seperti "Perisai Bumil Plus" dapat membantu ibu hamil memantau kebutuhan hidrasi dan gizi selama kehamilan. Aplikasi ini
55 dapat memberikan peringatan dan rekomendasi yang sesuai dengan kebutuhan individu, membantu ibu hamil untuk tetap terhidrasi dan mendapatkan asupan gizi yang cukup untuk mendukung kesehatan mereka dan perkembangan janin. Dengan adanya teknologi ini, monitoring kebutuhan hidrasi dan gizi dapat menjadi lebih mudah dan efektif bagi ibu hamil, sehingga membantu mereka untuk mempertahankan status hidrasi yang optimal sepanjang masa kehamilan. Terakhir, dalam penelitian mengenai status hidrasi pada ibu hamil, penting untuk memperhatikan batasan kriteria inklusi. Ini bertujuan untuk meminimalkan faktor bias dan memperoleh data yang lebih terfokus. Dengan membatasi kriteria inklusi, penelitian dapat memberikan informasi yang lebih akurat tentang status hidrasi pada ibu hamil, sehingga memungkinkan pengembangan strategi yang lebih efektif dalam mempertahankan keseimbangan cairan tubuh selama periode emas ini. Dengan demikian, langkah-langkah ini dapat membantu ibu hamil untuk tetap sehat dan terhidrasi dengan baik selama kehamilan, mengurangi risiko komplikasi dan memastikan kesejahteraan ibu dan bayi. Referensi Mulyani, E. Y., Hardinsyah, Briawan, D., & Santoso, B. I. (2017). Hydration status of pregnant women in West Jakarta.
56 Asia Pacific journal of clinical nutrition, 26(Supplement). Mulyani, E. Y., Hardinsyah, H., Briawan, D., & Santoso, B. I. (2018). The impact of dehydration in the third trimesters on pregnancy outcome-infant birth weight and length. Jurnal Gizi dan Pangan, 13(3), 157-164. Mulyani, E. Y., Angkasa, D., Stanin, E., & Jus' at, I. (2021). Hydration status count for weight gain on pregnancy period. Nutrition & Food Science.
57 Bab 10 Memahami Hubungan Makanan Tradisional Indonesia dengan Profil Gula akanan tradisional Indonesia memiliki hubungan yang kompleks dengan profil gula dalam tubuh. Secara umum, makanan tradisional Indonesia cenderung kaya akan karbohidrat kompleks yang terdiri dari beras, jagung, umbi-umbian, dan biji-bijian lainnya. Namun demikian, banyak makanan tradisional juga mengandung gula alami, seperti pada buah-buahan, madu, dan gula kelapa. Meskipun gula alami ini lebih baik daripada gula tambahan yang ditemukan dalam makanan olahan, konsumsi yang berlebihan M
58 tetap dapat meningkatkan risiko gangguan metabolisme seperti obesitas dan diabetes. Selain itu, ada juga makanan tradisional yang telah mengalami modifikasi dalam pengolahannya untuk memenuhi selera modern, yang seringkali meningkatkan kandungan gula dan lemaknya. Contohnya adalah makanan ringan seperti kue tradisional, manisan, dan minuman bersoda yang seringkali dikonsumsi secara berlebihan, terutama oleh generasi muda. Konsumsi berlebihan makanan ini dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang cepat dan berkontribusi pada masalah kesehatan jangka panjang. Namun, sebagian besar makanan tradisional Indonesia juga kaya akan serat, vitamin, dan mineral yang penting untuk kesehatan. Misalnya, sayuran dan rempah-rempah yang sering digunakan dalam masakan tradisional memberikan manfaat yang besar dalam mengontrol kadar gula darah dan menjaga kesehatan secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa kunci untuk menjaga profil gula yang sehat adalah dengan memilih makanan tradisional yang seimbang dan membatasi konsumsi makanan olahan yang tinggi gula tambahan dan lemak jenuh. Dalam konteks masyarakat Indonesia yang semakin modern, edukasi tentang pentingnya memilih dan mempersiapkan makanan tradisional yang sehat menjadi semakin penting. Langkah-langkah seperti mempromosikan makanan tradisional yang rendah gula tambahan, mengajarkan cara memasak yang sehat, dan meningkatkan kesadaran akan dampak kesehatan dari konsumsi makanan olahan dapat membantu mengurangi risiko masalah kesehatan terkait gula, serta mempertahankan keanekaragaman dan kelezatan warisan
59 kuliner Indonesia. Dengan demikian, memahami hubungan antara makanan tradisional Indonesia dengan profil gula tidak hanya penting untuk kesehatan individu, tetapi juga untuk keberlanjutan budaya dan tradisi makanan Indonesia secara keseluruhan. A. Analisis Kandungan Gula dalam Makanan Tradisional Pentingnya memahami kandungan gula dalam makanan tradisional tidak dapat diabaikan. Dalam era modern yang cenderung menghadapi masalah obesitas dan penyakit terkait gizi, mengetahui seberapa banyak gula yang terkandung dalam makanan tradisional dapat membantu dalam mengambil keputusan yang lebih sehat terkait pola makan. Dengan memahami tingkat gula dalam makanan tradisional, individu dapat membuat pilihan yang lebih cerdas dalam hal konsumsi makanan sehari-hari. Metode analisis kandungan gula dalam makanan tradisional dapat bervariasi tergantung pada jenis makanan dan tujuan penelitian. Salah satu metode yang umum digunakan adalah analisis laboratorium untuk mengukur kadar gula langsung dalam sampel makanan. Dalam proses ini, teknik-teknik khusus seperti kromatografi atau spektroskopi dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur jumlah gula yang terkandung dalam makanan. Hasil analisis kandungan gula dalam makanan tradisional sering kali mengungkapkan bahwa beberapa makanan mengandung jumlah gula yang lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini dapat menjadi kejutan bagi banyak orang yang mungkin tidak menyadari
60 seberapa banyak gula yang tersembunyi dalam makanan mereka. Dengan demikian, pengetahuan ini dapat menjadi dasar untuk membuat keputusan yang lebih baik terkait pola makan yang sehat. Implikasi kesehatan dari kandungan gula dalam makanan tradisional adalah salah satu perhatian utama yang muncul dari hasil analisis ini. Konsumsi gula berlebihan telah terkait dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih baik tentang kandungan gula dalam makanan tradisional dapat membantu individu untuk mengontrol asupan gula mereka dan mengurangi risiko terkena penyakit-penyakit tersebut. B. Alternatif Gizi yang Sehat dalam Kuliner Tradisional Pentingnya mencari alternatif gizi yang sehat dalam kuliner tradisional menjadi sorotan utama dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Dalam masyarakat di mana makanan tradisional masih menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, peningkatan nilai gizi dalam makanan tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi alternatif gizi yang sehat dalam kuliner tradisional serta untuk menganalisis implikasi dari pengembangan alternatif tersebut. Sejumlah makanan tradisional yang umum dikonsumsi diidentifikasi sebagai objek penelitian. Melalui survei dan studi literatur, daftar makanan ini dikumpulkan untuk kemudian dianalisis secara mendalam. Setiap makanan
61 dievaluasi kandungan gizinya, termasuk protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral, dengan tujuan untuk memahami kontribusinya terhadap asupan gizi harian. Rincian kandungan gizi dari setiap makanan tradisional didokumentasikan dan dibandingkan dengan kebutuhan gizi harian yang direkomendasikan. Analisis ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang seberapa baik makanan tradisional memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dan di mana potensi perbaikan dapat ditemukan. Makanan tradisional sering menjadi bagian penting dalam budaya dan kebiasaan masyarakat. Namun, seringkali kandungan gizi dalam makanan-makanan tersebut tidak memenuhi standar kebutuhan gizi harian. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi alternatif gizi yang sehat dalam kuliner tradisional serta untuk menganalisis implikasi dari pengembangan alternatif tersebut. Dalam proses identifikasi, berbagai makanan tradisional yang sering dikonsumsi dalam masyarakat telah diidentifikasi. Setiap jenis makanan kemudian dianalisis secara mendalam untuk memahami komposisi zat gizinya, termasuk protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Data yang terkumpul kemudian dibandingkan dengan kebutuhan gizi harian yang direkomendasikan, untuk menentukan sejauh mana makanan tradisional tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Selanjutnya, strategi pengembangan alternatif gizi yang sehat dalam kuliner tradisional dikembangkan. Salah satu pendekatan yang diusulkan adalah penggunaan bahan-
62 bahan pengganti untuk meningkatkan kandungan zat gizi tanpa mengorbankan cita rasa dan karakteristik tradisional makanan tersebut. Misalnya, penggantian bahan yang kaya akan zat gizi seperti tepung gandum utuh untuk tepung putih dalam pembuatan roti atau kue dapat meningkatkan kandungan serat dan zat gizi lainnya. Setelah strategi pengembangan alternatif gizi disusun, langkah berikutnya adalah menguji coba dan mengevaluasi dampaknya. Alternatif gizi yang sehat kemudian diimplementasikan dalam masyarakat, dan dampaknya terhadap kesehatan serta kebiasaan makan masyarakat dievaluasi secara menyeluruh. Evaluasi ini penting untuk memahami efektivitas dari pendekatan yang diambil serta untuk mengidentifikasi perubahan yang dibutuhkan. Kesimpulan dari beberapa penelitian memberikan temuan mengenai alternatif gizi yang sehat dalam kuliner tradisional. Implikasinya kemudian dibahas dalam konteks promosi kesehatan dan pencegahan penyakit melalui makanan tradisional yang diperkaya zat gizinya. Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya kuliner tradisional secara lebih optimal.
63 Referensi Stefani, S., Ngatidjan, S., Paotiana, M., Sitompul, K. A., Abdullah, M., Sulistianingsih, D. P., ... & Agustina, R. (2018). Dietary quality of predominantly traditional diets is associated with blood glucose profiles, but not with total fecal Bifidobacterium in Indonesian women. PLoS One, 13(12), e0208815. Stefani, S., & Andayani, D. E. (2021). Nutritional medical therapy in cachexia patient with oesophageal adenocarcinoma metastases on dexamethasone therapy: A case report. JPMA. The Journal of the Pakistan Medical Association, 71(2), S143-S145. Stefani, S., Halim, L., Andayani, D. E., & Witjaksono, F. (2020). Selenium in Hyperthyroidism. World Nutrition Journal, 3(2), 24-37.
64 Bab 11 Peran Omega 3 selama Kehamilan mega-3 adalah jenis lemak yang penting untuk kesehatan tubuh, terutama dalam perkembangan otak dan mata. Selama kehamilan, peran omega-3 menjadi sangat signifikan karena memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Omega-3, terutama asam lemak eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA), memiliki dampak positif pada kesehatan ibu hamil dan perkembangan janin. Asam lemak DHA adalah komponen utama struktur otak dan mata manusia. Selama trimester terakhir kehamilan, janin O
65 mengalami pertumbuhan otak yang pesat, dan kebutuhan akan DHA meningkat secara signifikan. Konsumsi omega-3 yang cukup selama kehamilan dapat membantu memenuhi kebutuhan ini dan mendukung perkembangan otak yang optimal pada janin. Selain itu, omega-3 juga dikaitkan dengan berbagai manfaat kesehatan bagi ibu hamil. Misalnya, omega-3 dapat membantu mengurangi risiko preeklampsia, mengatur tekanan darah, dan mengurangi risiko kelahiran prematur. Selain itu, asupan yang memadai dari omega-3 selama kehamilan juga dapat mengurangi risiko depresi pascamelahirkan pada ibu. Sumber utama omega-3 adalah ikan berlemak, seperti salmon, sarden, dan trout. Namun, selama kehamilan, perlu diperhatikan pilihan ikan yang dikonsumsi karena beberapa jenis ikan mengandung merkuri yang dapat berbahaya bagi perkembangan janin. Suplemen omega-3 juga sering direkomendasikan untuk memastikan asupan yang cukup selama kehamilan, terutama jika konsumsi ikan terbatas. Secara keseluruhan, peran omega-3 selama kehamilan sangat penting untuk mendukung kesehatan ibu hamil dan perkembangan janin, terutama dalam hal perkembangan otak dan mata. Dengan memastikan asupan yang cukup dari sumbersumber makanan yang tepat atau suplemen yang direkomendasikan, ibu hamil dapat memaksimalkan manfaat kesehatan omega-3 untuk diri mereka dan perkembangan janin mereka.
66 A. Pentingnya Asam Lemak Omega 3 untuk Perkembangan Janin Asam lemak omega 3, yang terdiri dari ALA, EPA, dan DHA, memainkan peran penting dalam perkembangan janin dan pencapaian berat badan lahir yang optimal. Penelitian menunjukkan bahwa ALA memiliki korelasi yang signifikan dengan berat badan lahir bayi, sementara peran EPA dan DHA cenderung lebih kompleks. Meskipun demikian, tubuh manusia memiliki kemampuan untuk mengonversi ALA menjadi EPA dan DHA, terutama selama masa kehamilan. Meskipun begitu, konsumsi asam lemak omega 3 dari sumber luar seperti ikan, kacang-kacangan, dan minyak ikan tetaplah penting untuk memastikan pasokan yang cukup selama fase penting perkembangan janin. Selain itu, asam lemak omega 3 juga diyakini memiliki peran dalam perkembangan sistem saraf janin. DHA, khususnya, dikenal sebagai komponen utama struktur otak dan retina mata. Kekurangan DHA selama kehamilan dapat berdampak negatif pada perkembangan otak janin dan bahkan berpotensi meningkatkan risiko masalah neurologis pada anak setelah lahir. Oleh karena itu, konsumsi yang cukup dari sumber asam lemak omega 3, terutama DHA, menjadi penting untuk mendukung perkembangan sistem saraf yang optimal pada janin. Selain efeknya pada perkembangan fisik dan saraf janin, asam lemak omega 3 juga memiliki dampak potensial pada kesehatan mental dan kognitif anak setelah lahir. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa ibu yang
67 mengonsumsi asam lemak omega 3 selama kehamilan cenderung memiliki anak-anak dengan kemampuan kognitif yang lebih baik dan risiko depresi yang lebih rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa asupan asam lemak omega 3 sejak dini dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi perkembangan anak. Selain itu, asam lemak omega 3 juga diyakini memiliki peran dalam mengurangi risiko komplikasi kehamilan, seperti preeklampsia dan kelahiran prematur. Meskipun mekanismenya belum sepenuhnya dipahami, beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara konsumsi asam lemak omega 3 dan penurunan risiko kondisi-kondisi tersebut. Ini menambah urgensi pentingnya memasukkan asam lemak omega 3 dalam pola makan selama kehamilan, tidak hanya untuk kesehatan janin, tetapi juga untuk kesehatan ibu. Secara keseluruhan, pentingnya asam lemak omega 3 dalam perkembangan janin sangatlah signifikan dan tidak dapat diabaikan. Mulai dari dukungan perkembangan fisik, sistem saraf, kesehatan mental, hingga pengurangan risiko komplikasi kehamilan, asam lemak omega 3 memainkan peran penting dalam memastikan kelahiran yang sehat dan perkembangan anak yang optimal. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk memperhatikan asupan asam lemak omega 3 melalui makanan dan suplemen yang sesuai untuk mendukung kesehatan mereka dan masa depan anak mereka.
68 B. Sumber Omega 3 yang Direkomendasikan selama Kehamilan Konsumsi asam lemak omega 3 yang direkomendasikan selama kehamilan sekitar 300-400 gram per minggu, dengan sebagian besar berasal dari sumber ikan berlemak. Meskipun demikian, penting untuk memilih jenis ikan yang tepat untuk dikonsumsi, seperti salmon dan tuna, karena keduanya kaya akan omega 3. Namun, perlu diwaspadai terhadap kandungan merkuri dalam ikan, terutama bagi ibu hamil, sehingga pemilihan ikan yang aman dan berkualitas menjadi kunci dalam memenuhi kebutuhan omega 3. Selain sumber omega 3 dari ikan, konsumsi sumber nabati juga dianjurkan selama kehamilan. Kacang-kacangan seperti kenari, kacang tanah, dan biji rami merupakan contoh makanan nabati yang kaya akan ALA, yang dapat diubah menjadi EPA dan DHA dalam tubuh. Minyak nabati seperti minyak canola dan minyak biji rami juga merupakan sumber yang baik dari asam lemak omega 3, yang dapat menjadi alternatif bagi mereka yang tidak mengonsumsi ikan atau memiliki preferensi vegetarian. Meskipun memperoleh omega 3 melalui makanan adalah cara yang ideal, bagi ibu hamil dengan pola makan yang tidak mencukupi atau memiliki kondisi kesehatan tertentu, konsumsi suplemen omega 3 juga dapat dipertimbangkan. Suplemen omega 3 yang aman dan bermutu dapat membantu memastikan pasokan asam lemak yang cukup selama kehamilan. Namun, sebelum mengonsumsi suplemen, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan terkait untuk memastikan
69 dosis yang tepat dan memperhitungkan faktor-faktor kesehatan individu serta kemungkinan interaksi dengan obat-obatan lain yang mungkin sedang dikonsumsi. Dengan demikian, memperhatikan sumber-sumber omega 3 yang direkomendasikan selama kehamilan menjadi kunci dalam mendukung kesehatan ibu dan perkembangan janin yang optimal. Referensi Angkasa, D., Tambunan, V., Khusun, H., Witjaksono, F., & Agustina, R. (2017). Inadequate dietary alpha-linolenic acid intake among Indonesian pregnant women is associated with lower newborn weights in urban Jakarta. Asia Pacific journal of clinical nutrition, 26(Supplement). Angkasa, D., Agustina, R., Khusun, H., & Prafiantini, E. (2019). Validation of a semi-quantitative food frequency questionnaire for estimating dietary omega-3 fatty acids intake among urban Indonesian pregnant women. PeerRev J Nutr Soc Malays, 25(2), 321.
70 Bab 12 Perspektif Modern tentang Indeks Diet Inflamasi dan Nutrigenetik erspektif modern tentang indeks diet inflamasi dan nutrigenetik menyoroti hubungan kompleks antara makanan yang dikonsumsi dan respon tubuh terhadapnya. Indeks diet inflamasi, yang mengevaluasi dampak inflamasi dari pola makan tertentu, telah menjadi fokus penelitian dalam upaya memahami hubungan antara makanan dan penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan kanker. Konsep ini menekankan pentingnya memperhatikan tidak hanya jumlah makanan yang dikonsumsi, tetapi juga kualitasnya dalam meredakan atau memperburuk peradangan P
71 dalam tubuh. Sementara itu, nutrigenetik menggali bagaimana perbedaan genetik individu dapat memengaruhi respons tubuh terhadap zat gizi yang dikonsumsi. Ini memungkinkan penggunaan informasi genetik untuk menyesuaikan pola makan yang lebih personal dan efektif, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti intoleransi makanan, kecenderungan terhadap penyakit tertentu, dan respon inflamasi yang spesifik pada level genetik. Dalam kombinasi, perspektif modern tentang indeks diet inflamasi dan nutrigenetik menawarkan pendekatan yang lebih holistik dan terpersonalisasi dalam mengoptimalkan kesehatan melalui makanan, dengan mengakui peran penting dari kedua faktor makanan dan genetik dalam menjaga keseimbangan tubuh dan mencegah penyakit. A. Pengertian Indeks Diet Inflamasi dan Hubungannya dengan Kesehatan Indeks Diet Inflamasi adalah sebuah alat atau metode yang digunakan dalam ilmu gizi untuk mengukur seberapa inflamasi yang diinduksi oleh pola makan seseorang. Inflamasi adalah respons alami tubuh terhadap infeksi atau cedera, yang melibatkan pelepasan zat-zat kimia tertentu untuk melindungi tubuh dan mempercepat proses penyembuhan. Namun, inflamasi yang berkelanjutan atau kronis, yang disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat dan gaya hidup yang tidak seimbang, dapat berkontribusi pada perkembangan berbagai penyakit kronis, seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, kanker, dan penyakit autoimun.
72 Indeks Diet Inflamasi mempertimbangkan efek inflamasi potensial dari berbagai jenis makanan berdasarkan penelitian ilmiah tentang dampaknya terhadap respons inflamasi dalam tubuh. Berbagai faktor dapat mempengaruhi tingkat inflamasi dalam tubuh, termasuk jenis lemak, kandungan serat, jenis karbohidrat, serta kandungan antioksidan dan zat gizi lainnya dalam makanan. Makanan yang dianggap merangsang inflamasi umumnya adalah makanan yang tinggi dalam gula tambahan, lemak trans, lemak jenuh, serta makanan yang telah diproses secara intensif. Sebaliknya, makanan yang dianggap memiliki efek anti-inflamasi umumnya adalah makanan yang kaya akan serat, antioksidan, asam lemak omega-3, serta makanan yang minim dalam penggunaan gula tambahan dan lemak jenuh. Hubungan antara Indeks Diet Inflamasi dan kesehatan adalah bahwa pola makan yang menghasilkan skor rendah dalam indeks ini dapat membantu mengurangi risiko inflamasi kronis dan penyakit terkaitnya. Pola makan yang konsisten dengan Indeks Diet Inflamasi yang rendah telah dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, kanker, obesitas, dan penyakit autoimun. Dalam sebuah studi besar yang diterbitkan dalam jurnal "The American Journal of Clinical Nutrition", peneliti menemukan bahwa pola makan yang lebih tinggi dalam skor Indeks Diet Inflamasi berkorelasi dengan peningkatan risiko kematian secara keseluruhan, serta peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan kanker.
73 Dengan memperhatikan Indeks Diet Inflamasi dalam pemilihan makanan sehari-hari, seseorang dapat mengurangi risiko peradangan kronis dan penyakitpenyakit terkaitnya, serta mempromosikan kesehatan secara keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengonsumsi lebih banyak makanan yang kaya akan serat, antioksidan, dan asam lemak omega-3, sementara membatasi konsumsi makanan yang tinggi dalam gula tambahan, lemak trans, dan lemak jenuh. Dengan demikian, Indeks Diet Inflamasi dapat menjadi panduan yang berguna dalam mengembangkan pola makan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan jangka panjang. B. Pemahaman Nutrigenetik dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan Tubuh Dalam konteks penelitian nutrigenetik yang dilakukan oleh penulis di Belanda, inflamasi memegang peran kunci dalam pengaturan ekspresi genetik terkait dengan respon tubuh terhadap penurunan berat badan dan risiko kenaikan berat badan kembali. Inflamasi dapat dipicu oleh konsumsi makanan tertentu yang kaya akan zat gizi makro, seperti lemak jenuh, lemak trans, dan gula tinggi, serta rendahnya konsumsi sayur dan buah. Dalam penelitian tersebut, terdapat temuan bahwa kenaikan berat badan pasca penurunan berat badan dipengaruhi oleh ekspresi gen yang terkait dengan stres dan inflamasi. Meskipun pengukuran status hidrasi dan pengaruhnya terhadap ekspresi genetik tidak secara khusus dibahas dalam penelitian tersebut, pentingnya hidrasi dalam
74 pengelolaan berat badan telah diperhatikan dalam literatur ilmiah sebelumnya. Kadar air dalam tubuh dapat memengaruhi proses inflamasi dan regulasi genetik secara tidak langsung. Oleh karena itu, meskipun tidak secara eksplisit dimasukkan ke dalam penelitian tersebut, pengaturan status hidrasi yang baik dapat menjadi bagian penting dari strategi untuk menjaga keberhasilan penurunan berat badan dan mencegah kenaikan berat badan kembali. Praktiknya, pemahaman tentang pentingnya hidrasi dapat diintegrasikan ke dalam rekomendasi zat gizi yang diberikan kepada individu yang sedang menjalani program penurunan berat badan. Peningkatan konsumsi air dan minuman non-kalori dapat membantu mengurangi inflamasi serta mendukung ekspresi gen yang lebih menguntungkan dalam konteks pengaturan berat badan. Meskipun belum secara spesifik diukur dalam penelitian tersebut, memperhatikan status hidrasi sebagai bagian dari strategi holistik untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat dapat menjadi pertimbangan penting dalam praktik gizi.
75 Referensi Luglio, H. F., Sulistyoningrum, D. C., & Susilowati, R. (2015). The role of genes involved in lipolysis on weight loss program in overweight and obese individuals. Journal of clinical biochemistry and nutrition, 57(2), 91-97. Muhammad, H. F. L., Vink, R. G., Roumans, N. J., Arkenbosch, L. A., Mariman, E. C., & Van Baak, M. A. (2017). Dietary intake after weight loss and the risk of weight regain: macronutrient composition and inflammatory properties of the diet. Nutrients, 9(11), 1205. Luglio, H. F. (2016). Genetic variation of fatty acid oxidation and obesity, a literature review. International Journal of Biomedical Science: IJBS, 12(1), 1. Muhammad, H. F. L., Pramono, A., & Rahman, M. N. (2021). The safety and efficacy of supervised exercise on pregnant women with overweight/obesity: A systematic review and meta‐analysis of randomized controlled trials. Clinical obesity, 11(2), e12428. Muhammad, H. F. L., van Baak, M. A., Mariman, E. C., Sulistyoningrum, D. C., Huriyati, E., Lee, Y. Y., & Wan Muda, W. A. M. (2019). Dietary inflammatory index score and its association with body weight, blood pressure, lipid profile, and leptin in indonesian adults. Nutrients, 11(1), 148. Luglio, H. F., Sulistyoningrum, D. C., Apriliana, N. L., Putri, S. E., Larasati, A., Tsani, A. F. A., ... & Huriyati, E. (2017). The Effect of Combined Aerobic and Strength Training
76 on a Weight Loss and Metabolic Profile. Topics in Clinical Nutrition, 32(2), 152-160. Muhammad, H. F. L., Safika, E. L., Wahyuni, F. C., Ermamilia, A., & Huriyati, E. (2019). The Effect of Zumba Training on Body Composition, Dietary Intake, Sleep Quality, and Duration in Adult Sedentary Women With Overweight. Topics in Clinical Nutrition, 34(4), 277-286. Muhammad, H. F. L., Pratama, S. A., & Hartono, M. N. (2019). The differential response to intermittent fasting diet versus low calorie diet with exercise based on-866 G/A UCP2 gene variation in adults with overweight/obesity. Mediterranean Journal of Nutrition and Metabolism, 12(3), 325-333. Muhammad, H. F. L., Sulistyoningrum, D. C., Huriyati, E., Lee, Y. Y., & Muda, W. A. M. W. (2021). The interaction between energy intake, physical activity and UCP2- 866G/A gene variation on weight gain and changes in adiposity: an Indonesian Nutrigenetic Cohort (INDOGENIC). British Journal of Nutrition, 125(6), 611- 617. Muhammad, H. F. L., Pahdarina, D., Zahara, N. P., Nugraheni, F., Hanny, T. A., Ermamilia, A., & Huriyati, E. (2021). Diet or exercise: The role of diet and/or exercise on changes of pro-inflammatory markers during a weight loss program in adult women with overweight. Clinical Nutrition ESPEN, 44, 337-341.
77 Bab 13 Ketahanan Pangan dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Mental etahanan pangan adalah kemampuan suatu individu, rumah tangga, atau komunitas untuk memperoleh akses yang aman, cukup, dan berkualitas terhadap makanan yang mencukupi kebutuhan gizi serta mencakup aspek keamanan pangan, ketersediaan pangan, aksesibilitas, dan keberlanjutan. Dalam konteks kesejahteraan mental, ketahanan pangan memiliki dampak yang signifikan. K
78 Ketidakstabilan dalam akses terhadap makanan yang cukup dan berkualitas dapat menyebabkan stres dan kecemasan pada individu dan rumah tangga. Ketika seseorang tidak yakin apakah mereka akan memiliki cukup makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka, hal ini dapat menyebabkan ketegangan mental yang berkelanjutan. Kondisi ini juga dapat memicu masalah kesehatan mental yang lebih serius, seperti depresi dan kecemasan kronis. Selain itu, kurangnya keamanan pangan juga dapat menyebabkan perasaan ketidakamanan dan kekhawatiran terhadap masa depan, terutama bagi keluarga yang bergantung pada akses terhadap makanan untuk kelangsungan hidup mereka. Rasa tidak mampu untuk menyediakan makanan yang cukup bagi keluarga juga dapat merusak harga diri dan menyebabkan tekanan psikologis yang berlebihan. Ketahanan pangan yang buruk juga dapat mempengaruhi pola makan dan gizi individu. Kurangnya akses terhadap makanan bergizi dapat menyebabkan defisiensi gizi dan masalah kesehatan yang terkait, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kesejahteraan mental seseorang. Kondisi seperti kurang gizi dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan mood, yang dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup dan kecenderungan terhadap masalah mental. Dengan demikian, ketahanan pangan yang baik tidak hanya penting untuk menjaga kesehatan fisik, tetapi juga kesejahteraan mental individu dan komunitas. Upaya untuk meningkatkan akses terhadap makanan yang cukup dan berkualitas, serta memastikan keamanan pangan bagi semua orang, dapat berkontribusi secara signifikan terhadap
79 meningkatnya kesejahteraan mental dan kualitas hidup secara keseluruhan. A. Pengertian Ketahanan Pangan dan Keterkaitannya dengan Kesejahteraan Mental Ketahanan pangan adalah konsep yang mencakup kemampuan individu, rumah tangga, atau komunitas untuk memiliki akses yang aman, cukup, dan berkualitas terhadap makanan yang mencukupi kebutuhan gizi serta mencakup aspek keamanan pangan, ketersediaan pangan, aksesibilitas, dan keberlanjutan. Kesejahteraan mental, di sisi lain, mengacu pada kondisi psikologis, emosional, dan sosial yang memungkinkan individu untuk merasa bahagia, seimbang, dan mampu mengatasi tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Keterkaitan antara ketahanan pangan dan kesejahteraan mental sangat erat, karena ketidakstabilan dalam akses terhadap makanan yang cukup dan berkualitas dapat mempengaruhi kondisi psikologis individu dan rumah tangga secara signifikan. Pertama, ketidakpastian terkait dengan akses terhadap makanan yang mencukupi dapat menyebabkan stres dan kecemasan. Individu yang tidak yakin apakah mereka akan memiliki cukup makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka sering kali merasa tertekan dan khawatir tentang masa depan. Ketegangan ini dapat mengganggu keseimbangan emosional dan menyebabkan ketidakstabilan mental yang berkelanjutan, yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada kesejahteraan secara keseluruhan. Kedua, kurangnya keamanan pangan juga dapat menciptakan rasa tidak aman dan kekhawatiran. Keluarga
80 yang menghadapi ketidakpastian terkait dengan akses terhadap makanan sering kali merasa tidak mampu untuk melindungi anggota keluarga mereka dari kelaparan atau kekurangan gizi. Hal ini dapat merusak harga diri dan menyebabkan tekanan psikologis yang signifikan, terutama pada individu yang merasa bertanggung jawab atas kesejahteraan keluarga mereka. Ketiga, pola makan dan zat gizi yang tidak seimbang akibat kurangnya akses terhadap makanan bergizi juga dapat mempengaruhi kesejahteraan mental. Defisiensi gizi dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik yang berdampak pada fungsi kognitif dan mood individu. Misalnya, kekurangan vitamin dan mineral tertentu dapat berkontribusi pada depresi, kelelahan, dan ketidakstabilan emosional lainnya, yang semuanya dapat memengaruhi kesejahteraan mental secara keseluruhan. Keempat, kurangnya akses terhadap makanan yang berkualitas juga dapat memengaruhi perasaan identitas dan kepuasan diri. Individu yang tidak mampu memilih dan mengakses makanan yang sesuai dengan preferensi atau kebutuhan diet mereka mungkin merasa tidak dihargai atau terpinggirkan. Hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial dan masalah kesehatan mental lainnya, karena rasa tidak diterima dalam masyarakat dapat merusak kesejahteraan psikologis seseorang. Kelima, peningkatan akses terhadap makanan yang aman, cukup, dan berkualitas dapat memiliki dampak positif yang signifikan pada kesejahteraan mental individu dan komunitas secara keseluruhan. Dengan menjamin bahwa individu memiliki akses terhadap makanan yang
81 mencukupi kebutuhan gizi mereka, serta menyediakan dukungan untuk pola makan yang seimbang dan bergizi, dapat membantu mengurangi stres, meningkatkan keseimbangan emosional, dan meningkatkan harga diri. Dengan demikian, investasi dalam ketahanan pangan dapat menjadi salah satu strategi yang efektif dalam meningkatkan kesejahteraan mental secara luas. B. Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan untuk Kesehatan Mental Strategi peningkatan ketahanan pangan untuk kesehatan mental sangat terkait dengan pendidikan dan pengetahuan mengenai gizi. Membangun kemandirian dalam individu merupakan langkah penting untuk menciptakan dorongan yang kuat dalam menjaga ketahanan pangan dan mengatasi masalah gizi. Perbaikan pola makan kronis yang mendasari masalah gizi juga diperlukan untuk menghindari pemrograman kronis yang tidak tepat terhadap makanan. Optimalisasi ketahanan pangan harus disesuaikan agar individu dapat dengan mudah mengakses, mendapatkan, dan memanfaatkan makanan dengan lebih baik. Salah satu keterkaitan yang diangkat dalam diskusi adalah antara peningkatan angka kemiskinan dengan kecenderungan perut buncit. Kemiskinan dapat memengaruhi prioritas pengeluaran individu, di mana makanan menjadi fokus utama dengan tujuan untuk merasa kenyang terlebih dahulu, tanpa memperhatikan kualitas gizi yang diperlukan. Prioritas ini bisa memicu konsumsi makanan tinggi kalori dan rendah
82 zat gizi, yang pada gilirannya dapat menyebabkan penumpukan lemak di perut. Faktor lain yang memengaruhi kecenderungan perut buncit adalah pemahaman yang kurang mengenai gizi, yang membuat individu cenderung memilih makanan dengan kandungan kalori tinggi tanpa memperhatikan aspek gizi yang seimbang. Selain itu, hubungan antara ketahanan pangan dan gejala depresi juga dibahas. Depresi dapat memengaruhi perilaku makan seseorang, di mana mereka cenderung mencari kenyamanan melalui konsumsi makanan tinggi gula dan karbohidrat. Konsumsi makanan ini dapat menyebabkan penumpukan lemak, termasuk di perut, yang pada akhirnya dapat memperburuk kondisi fisik dan mental individu. Di sisi lain, kondisi ketahanan pangan yang buruk juga dapat memicu stres dan depresi karena ketidakpastian dalam memenuhi kebutuhan makanan. Pengukuran gejala depresi menggunakan kuesioner CESD dipilih karena ketersediaan data sekunder dari Indonesia Family Life Survey. Meskipun bukan instrumen yang ideal, kuesioner ini dapat memberikan gambaran umum mengenai tingkat depresi dalam populasi. Namun, penting untuk diingat bahwa hasil dari kuesioner ini hanya mencerminkan gejala depresi secara umum, dan tidak memberikan informasi langsung mengenai penyebab stres atau depresi individu. Selain itu, dalam penelitiannya, penulis juga melakukan pengukuran menggunakan Body Shape Index (BSI) sebagai salah satu variabel penelitian. BSI merupakan ukuran yang dapat menggambarkan distribusi lemak di perut, yang dapat
83 memberikan informasi tambahan mengenai risiko kesehatan seseorang. Perbedaan utama antara BSI dan Body Mass Index (BMI) adalah kemampuan BSI untuk menggambarkan bentuk tubuh seseorang dan distribusi lemak di dalamnya, sementara BMI hanya mengukur berat badan relatif terhadap tinggi badan tanpa memperhitungkan distribusi lemak. Ini memungkinkan BSI untuk memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai risiko kesehatan terkait obesitas. Dalam keseluruhan diskusi, penting untuk menyadari keterkaitan antara ketahanan pangan, perilaku makan, kesehatan mental, dan kondisi fisik seseorang. Strategi peningkatan ketahanan pangan tidak hanya melibatkan upaya untuk memperbaiki akses terhadap makanan yang cukup dan berkualitas, tetapi juga memperhatikan aspekaspek psikologis dan perilaku yang mempengaruhi pola makan dan kesehatan secara keseluruhan. Referensi Isaura, E. R., Chen, Y. C., Adi, A. C., Fan, H. Y., Li, C. Y., & Yang, S. H. (2019). Association between depressive symptoms and food insecurity among Indonesian adults: results from the 2007–2014 Indonesia family life survey. Nutrients, 11(12), 3026. Isaura, E. R., Chen, Y. C., & Yang, S. H. (2018). The association of food consumption scores, body shape index, and
84 hypertension in a seven-year follow-up among Indonesian adults: A longitudinal study. International journal of environmental research and public health, 15(1), 175.
85 Bab 14 Aktivitas Fisik: mengapa Penting dan Bagaimana Hubungannya dengan Gizi? ktivitas fisik adalah bagian penting dari gaya hidup sehat yang berperan dalam menjaga kesehatan fisik dan mental seseorang. Pentingnya aktivitas fisik tidak hanya terbatas pada pemeliharaan kebugaran tubuh, tetapi juga memainkan peran penting dalam menjaga berat badan yang sehat, meningkatkan kualitas tidur, memperbaiki mood, dan mengurangi risiko penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, dan obesitas. A
86 Hubungan antara aktivitas fisik dan gizi sangatlah erat. Aktivitas fisik memengaruhi kebutuhan gizi tubuh, karena saat bergerak tubuh akan menggunakan energi yang berasal dari makanan yang dikonsumsi. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan gizi yang tepat sangat penting untuk mendukung aktivitas fisik yang optimal. Gizi yang tepat sebelum, selama, dan setelah aktivitas fisik dapat membantu meningkatkan performa, mempercepat pemulihan otot, dan mengurangi risiko cedera. Selain itu, aktivitas fisik juga memengaruhi metabolisme tubuh. Dengan bergerak secara teratur, metabolisme tubuh akan meningkat, sehingga meningkatkan pembakaran kalori dan pembentukan otot. Oleh karena itu, orang yang aktif secara fisik cenderung memiliki kebutuhan kalori yang lebih tinggi daripada mereka yang kurang aktif. Penting bagi mereka untuk memastikan bahwa asupan makanan mereka mencukupi untuk mendukung kebutuhan energi yang diperlukan. Aktivitas fisik juga memengaruhi perilaku makan seseorang. Orang yang aktif secara fisik cenderung lebih sadar akan pola makan mereka dan memilih makanan yang memberikan energi dan gizi yang dibutuhkan untuk mendukung aktivitas mereka. Selain itu, aktivitas fisik juga dapat membantu mengurangi keinginan untuk mengonsumsi makanan tinggi lemak dan gula yang kurang bergizi. Dalam keseluruhan, aktivitas fisik merupakan komponen penting dalam menjaga kesehatan secara keseluruhan dan memiliki hubungan yang kuat dengan gizi. Memahami pentingnya aktivitas fisik dan memastikan asupan zat gizi yang cukup adalah langkah-langkah penting dalam mencapai gaya hidup sehat dan berkelanjutan.
87 A. Manfaat Aktivitas Fisik untuk Kesehatan dan Gizi Aktivitas fisik tidak hanya penting untuk menjaga kesehatan fisik, tetapi juga memiliki dampak yang signifikan pada gizi dan kesejahteraan secara keseluruhan. Pertama-tama, aktivitas fisik secara langsung membantu mengontrol berat badan dengan membakar kalori yang berlebihan dalam tubuh. Dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur, seseorang dapat mengatur berat badannya secara efektif, mencegah obesitas, dan mengurangi risiko terjadinya berbagai penyakit terkait obesitas seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung. Selain itu, aktivitas fisik juga memainkan peran penting dalam meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah. Melalui latihan aerobik seperti jogging, berenang, atau bersepeda, seseorang dapat memperkuat otot jantung, meningkatkan sirkulasi darah, dan menurunkan tekanan darah. Ini membantu dalam pencegahan penyakit jantung dan stroke serta meningkatkan fungsi kardiovaskular secara keseluruhan. Tidak hanya itu, aktivitas fisik juga berkontribusi pada kesehatan tulang dan otot. Latihan kekuatan seperti angkat beban membantu memperkuat tulang dan otot, serta meningkatkan kepadatan tulang. Hal ini sangat penting dalam mencegah osteoporosis dan cedera tulang atau otot, terutama pada usia lanjut. Selain manfaat fisiknya, aktivitas fisik juga memiliki dampak positif pada kesejahteraan mental. Melalui aktivitas fisik, tubuh menghasilkan endorfin, yang dikenal sebagai hormon kebahagiaan. Ini dapat mengurangi stres,
88 kecemasan, dan depresi, serta meningkatkan kualitas tidur dan mood secara keseluruhan. Terakhir, aktivitas fisik membantu menjaga keseimbangan gizi dengan meningkatkan kesadaran akan pola makan yang sehat. Seseorang yang aktif fisik cenderung lebih peduli dengan apa yang mereka konsumsi, memilih makanan yang memberikan gizi yang dibutuhkan untuk mendukung aktivitas mereka. Dengan demikian, aktivitas fisik bukan hanya tentang menjaga kesehatan fisik, tetapi juga memainkan peran penting dalam mendukung gizi yang optimal dan kesejahteraan secara menyeluruh. B. Rencana Latihan dan Gizi yang Mendukung Kesehatan Tubuh Pentingnya kombinasi latihan kardio dan kekuatan dalam menjaga kesehatan tubuh, terutama pada wanita hamil. Latihan kardio membantu dalam pembakaran kalori secara efektif, sementara latihan kekuatan memperkuat otot dan meningkatkan metabolisme. Hal ini membantu mengontrol berat badan dan meningkatkan basal metabolic rate (BMR), yang berarti tubuh dapat membakar lebih banyak kalori bahkan saat istirahat. Latihan kekuatan juga memainkan peran penting dalam menjaga massa otot dan meningkatkan keseimbangan gula darah serta sensitivitas insulin. Namun, banyak orang, terutama wanita, enggan melakukan latihan kekuatan karena takut akan meningkatkan massa otot secara berlebihan. Latihan kekuatan penting untuk menjaga kesehatan tubuh,
89 terutama pada usia lanjut. Sarkopenia, penurunan massa otot yang terjadi seiring bertambahnya usia, dapat dihindari atau diperbaiki melalui latihan kekuatan yang tepat. Selain itu, latihan kekuatan juga memperbaiki produksi hormone pertumbuhan dan fungsi metabolisme. Peran latihan kekuatan juga sangat penting pada masa pertumbuhan anak-anak dan remaja. Latihan kekuatan membantu dalam pembentukan postur tubuh yang baik, meningkatkan fungsi tulang, dan memperbaiki ekspresi genetik. Hal ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga pada kesehatan mental dan kognitif, termasuk peningkatan daya tahan tubuh terhadap stres oksidatif. Namun, penting untuk melakukan latihan kekuatan dengan benar dan sesuai porsinya, serta berkonsultasi dengan ahli untuk memilih jenis latihan yang tepat. Selain itu, VO2 Max merupakan parameter penting dalam mengukur kebugaran tubuh, terutama ketahanan atau endurance. VO2 Max mengukur kemampuan tubuh dalam menyerap dan menggunakan oksigen selama aktivitas fisik. Semakin tinggi VO2 Max seseorang, semakin banyak oksigen yang dapat digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan energi, yang berarti kemampuan tubuh untuk bekerja lebih lama dan lebih efisien meningkat. Pengukuran VO2 Max dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti menggunakan spirometer atau melihat waktu pemulihan denyut nadi setelah aktivitas fisik. Ini membantu dalam merancang program latihan yang sesuai untuk meningkatkan kebugaran tubuh secara keseluruhan.
90 Referensi Sitoayu, L., Yuslaili, N., & Kuswari, M. (2020). Hubungan Asupan Zat Besi, Kadar Hb dan Kebugaran Jasmani Remaja Vegetarian di Pusdiklat Buddhis Maitreyawira. Physical Activity Journal (PAJU), 2(1), 11-25. Gifari, N., Nuzrina, R., Kuswari, M., Hutami, N. T., & Ghalda, A. (2020). Relationship between nutrition knowledge and aerobic fitness in young gymnasts. Science of Gymnastics Journal, 12(2), 195-224. Avissa, A., Kuswari, M., Nuzrina, R., Gifari, N., & Melani, V. (2021). Pengaruh program latihan olahraga dan edukasi gizi terhadap komposisi tubuh, lingkar perut dan lingkar panggul pada wanita usia produktif di depok. Physical Activity Journal (PAJU), 2(2), 176-192. Gifari, N., Martianto, D., & Kuswari, M. (2021). Effect of highintensity interval training and pre-meal water consumption on lipid profile in overweight and obese students. Malaysian Journal of Nutrition, 27(1). Kuswari, M., Setiawan, B., & Rimbawan, R. (2015). Frekuensi senam aerobik intensitas sedang berpengaruh terhadap lemak tubuh pada mahasiswi IPB. Jurnal Gizi dan Pangan, 10(1). Kuswari, M., Handayani, F., Gifari, N., & Nuzrina, R. (2020). Relationship of Energy Intake, Macro and Micro Nutrients to Physical Fitness of Athletes of Dyva Taekwondo Centre Cibinong. JUARA: Jurnal Olahraga, 5(1), 19-30.