Bahan Persidangan XXI Majelis Sinode
Gereja Kristen Indonesia
2021
6. Bersama BPMSW dan Jemaat terkait yang menjadi penerima Persidangan Majelis Sinode,
mempersiapkan pelaksanaan Persidangan Majelis Sinode.
7. Bersama Wakil Sekretaris Umum menyusun konsep akta/ Persidangan Majelis Sinode,
risalah Rapat Kerja, Rapat Koordinasi, Rapat BPMS, dan menyelesaikannya tepat waktu.
8. Menghadiri dan berperan serta dalam setiap rapat BPMS.
9. Mengatur dan melaksanakan tugas surat menyurat BPMS.
10. Menyusun konsep kebijakan Sinode.
11. Bersama Ketua (Kespel dan Kemitraan), menyusun program kerja dan rencana anggaran
bidang Kesaksian-Pelayanan dan Kemitraan serta melaksanakannya.
12. Bersama Ketua (SDM), menyusun program kerja dan rencana anggaran bidang Sumber
Daya Manusia serta melaksanakannya.
13. Melakukan monitoring dan memfasilitasi pelaksanaan program kerja dan rencana
anggaran.
14. Bersama bendahara menyetujui pencairan anggaran atau pengeluaran uang.
15. Bersama Wakil Sekum memimpin kantor Sinode.
JOB REQUIREMENT
1. Menghayati pelayanan Sekretaris Umum sebagai panggilan spiritual.
2. Pendeta GKI dengan masa pelayanan minimal 10 tahun di GKI
3. Berusia max. 56 tahun
4. Memegang ajaran dan menunjukan kelakuan yang sesuai dengan Firman Allah dan ajaran
GKI.
5. Mau dan mampu bekerjasama dengan orang lain.
6. Mempunyai pengalaman pelayanan di lingkup Sinode, Sinode Wilayah dan Klasis
7. Mempunyai komitmen dan dedikasi yang tinggi dalam pelayanan
8. Mempunyai kemampuan di bidang kesekretariatan dan mengelola informasi
9. Mempunyai kemampuan untuk menyusun konsep kebijakan sinode.
10. Mampu berkomunikasi dengan baik, lisan maupun tulisan.
11. Mengatur masalah kepegawaian kantor Sinode
WAKIL SEKRETARIS UMUM
JOB DESCRIPTION
1. Jika Sekretaris Umum berhalangan, bersama Ketua Umum atau Ketua lainnya mewakili
BPMS di dalam maupun di luar pengadilan
2. Sesuai dengan penugasan, mewakili BPMS menghadiri pertemuan-pertemuan dalam
rangka kerjasama dengan gereja lain/badan/yayasan atau pemerintah.
3. Bersama Sekretaris Umum dan Ketua-ketua membuat konsep Laporan Pertanggung-
jawaban BPMS, Raker BPMS, Rakor BPMS, dan menyelesaikannya tepat waktu.
4. Bersama Sekretaris Umum dan Ketua membuat konsep bahan Persidangan Majelis
Sinode, Raker BPMS, Rakor BPMS, dan menyelesaikannya tepat waktu.
5. Bersama-sama dengan Sekretaris Umum dan Ketua menyusun konsep akta Persidangan
Majelis Sinode, risalah Rapat Kerja, Rapat Koordinasi dan menyelesaikannya tepat waktu.
6. Menghadiri dan berperan serta dalam setiap Rapat BPMS, Rapat Kerja, Rapat Koordinasi
dan Persidangan Majelis Sinode
7. Bersama dengan Sekum menyusun rencana kerja dan RAPP Kantor Sinode.
-5-
Bahan Persidangan XXI Majelis Sinode
Gereja Kristen Indonesia
2021
8. Bersama-sama dengan Ketua (Persekutuan), menyusun program kerja di bidang
Persekutuan, serta melaksanakannya.
9. Bersama dengan Ketua (Sarpen), menyusun program kerja dan RAPP bidang Sarpen serta
melaksanakannya.
10. Bersama Sekum memimpin kantor Sinode.
JOB REQUIREMENT
1. Menghayati pelayanan Wakil Sekretaris Umum sebagai panggilan spiritual.
2. Pendeta GKI dengan masa pelayanan minimal 10 tahun di GKI
3. Berusia max. 56 tahun
4. Memegang ajaran dan menunjukan kelakuan yang sesuai dengan Firman Allah dan ajaran
GKI.
5. Mau dan mampu bekerjasama dengan orang lain.
6. Mempunyai pengalaman pelayanan di lingkup Sinode Wilayah dan Klasis
7. Mempunyai komitmen dan dedikasi yang tinggi dalam pelayanan
8. Mampu berkomunikasi dengan baik, lisan maupun tulisan.
9. Mengatur masalah kepegawaian kantor Sinode
BENDAHARA UMUM
JOB DESCRIPTION
1. Menjadi penanggung jawab atas pengelolaan harta milik GKI yang di Sinode
2. Bersama Wakil Bendahara menyusun kebijakan perbendaharaan GKI dan keuangan
BPMS.
3. Menyusun konsep rencana anggaran penerimaan dan pengeluaran tahunan dan empat
tahunan BPMS beserta Badan-badan Pelayanannya.
4. Melaksanakan manajemen dana.
5. Bersama bidang sarpen melaksanakan program penggalangan dana dan pemanfaatannya
bagi kepentingan pelayanan Sinode GKI, serta melaporkan aktivitas beserta hasilnya pada
BPMS secara berkala.
6. Bertanggungjawab atas pengelolaan Lembaga Dana, Badan Kesejahteraan, Harta Milik
dan Keuangan GKI/BPMS dan melaporkannya pada BPMS maupun PMS secara berkala
JOB REQUIREMENT
1. Menghayati pelayanan Bendahara Umum sebagai panggilan spiritual
2. Penatua GKI dengan masa pelayanan minimal 6 tahun di GKI diutamakan yang memiliki
pendidikan minimal S1 di bidang ekonomi jurusan manajemen keuangan atau akuntansi
3. Berusia max. 60 tahun.
4. Memegang ajaran dan menunjukkan kelakuan yang sesuai dengan Firman Allah dan
ajaran GKI.
5. Mau dan mampu bekerjasama dengan orang lain.
6. Mempunyai pengalaman pelayanan di lingkup Klasis dan Sinode Wilayah
7. Mempunyai komitmen dan dedikasi yang tinggi dalam pelayanan.
8. Memiliki kemampuan di bidang manajemen keuangan.
9. Tidak pernah terkena kasus keuangan baik di dalam organisasi gereja maupun dalam
masyarakat.
-6-
Bahan Persidangan XXI Majelis Sinode
Gereja Kristen Indonesia
2021
10. Berpengalaman dalam bidang pengelolaan keuangan.
11. Mampu melaksanakan perbendaharaan dan keuangan BPMS dan Sinode GKI.
12. Mampu melaksanakan pengadaan dan pemeliharaan inventaris BPMS.
13. Mampu mengkoordinir penyusunan kebijakan perbendaharaan GKI dan keuangan BPMS.
14. Mampu menyusun rencana anggaran penerimaan dan pengeluaran tahunan dan empat
tahunan BPMS beserta Badan-badan Pelayanannya.
15. Mampu melaksanakan manajemen dana dan investasi
16. Mampu mengkoordinir, memanajemen, memonitor dan melaporkan pelaksanaan
kegiatan/program-program Lembaga Dana, Badan Kesejahteraan serta pengelolaan harta
milik dan keuangan GKI.
17. Mampu mengorganisir organisasi penggalang dana GKI, baik secara konvesional maupun
non konvesional, sesuai Tata Gereja dan Tata Laksana GKI dan keputusan PMS/BPMS,
untuk kepentingan GKI.
18. Mampu mempertanggungjawabkan Laporan Keuangan secara periodik sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku.
19. Mampu berkomunikasi dengan baik, lisan maupun tulisan.
WAKIL BENDAHARA UMUM
JOB DESCRIPTION
1. Menjadi penanggung jawab atas administrasi perbendaharaan dan keuangan BPMS dan
Sinode GKI
2. Membantu Bendahara Umum menyusun kebijakan perbendaharaan GKI dan keuangan
BPMS.
3. Membantu bendahara Umum mengawasi pelaksanaan kebijakan keuangan dan
perbendaharaan, termasuk pelaksanaan anggaran, manajemen dana dan investasi
4. Melaksanakan administrasi terhadap hasil penggalangan dana dan pemanfaatannya bagi
kepentingan pelayanan Sinode GKI.
5. Membuat Laporan Keuangan hasil kegiatan operasional rutin maupun insidentil dalam
rapat BPMS maupun PMS dan Raker secara berkala.
6. Menggantikan Bendahara Umum, jika yang bersangkutan berhalangan.
JOB REQUIREMENT
1. Menghayati pelayanan Wakil Bendahara Umum sebagai panggilan spiritual
2. Penatua GKI dengan masa pelayanan minimal 6 tahun di GKI
3. Berusia max. 60 tahun.
4. Memegang ajaran dan menunjukkan kelakuan yang sesuai dengan Firman Allah dan
ajaran GKI.
5. Mau dan mampu bekerjasama dengan orang lain.
6. Mempunyai pengalaman pelayanan di lingkup Klasis dan Sinode Wilayah
7. Mempunyai komitmen dan dedikasi yang tinggi dalam pelayanan.
8. Memiliki kemampuan di bidang akuntansi
9. Mampu mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan administrasi perbendaharaan dan
keuangan BPMS.
10. Mampu mengawasi pelaksanaan kebijakan perbendaharaan GKI dan keuangan BPMS
termasuk pelaksanaan anggaran, manajemen dana dan investasi.
-7-
Bahan Persidangan XXI Majelis Sinode
Gereja Kristen Indonesia
2021
11. Mampu memonitor hasil penggalangan dana dan pemanfaatannya bagi kepentingan
pelayanan Sinode GKI
12. Mampu menggantikan Bendahara Umum jika yang bersangkutan berhalangan.
ANGGOTA
Anggota BPMS dibagi atas 4 (empat) bidang, yaitu :
1. Bidang Persekutuan
2. Bidang Kesaksian-Pelayanan dan Kemitraan
3. Bidang SDM
4. Bidang Sarana Penunjang
Tugas masing-masing personalia diatur dalam kelompok masing-masing dan melaksanakan
pertanggungjawaban sesuai dengan bidangnya.
JOB DESCRIPTION
1. Bersama Ketua memimpin salah satu bidang pelayanan
2. Bersama Ketua dan Sekretaris Umum atau Wakil Sekretaris Umum menyusun program
kerja dan rencana anggaran salah satu bidang pelayanan serta melaksanakannya.
JOB REQUIREMENT
1. Menghayati pelayanan Anggota BPMS sebagai panggilan spiritual
2. Pendeta atau Penatua GKI dengan masa pelayanan minimal 6 tahun di GKI
3. Berusia max. 50 tahun untuk Pendeta, dan 55 tahun untuk Penatua.
4. Memegang ajaran dan menunjukkan kelakuan yang sesuai dengan Firman Allah dan
ajaran GKI.
5. Mau dan mampu bekerjasama dengan orang lain
6. Mempunyai pengalaman pelayanan di lingkup Sinode Wilayah atau Klasis.
7. Mempunyai komitmen dan dedikasi yang tinggi dalam pelayanan
8. Memiliki minat dan pengalaman di bidang pelayanan yang diembannya.
9. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan mengorganisir kegiatan di bidang yang
dilayaninya.
10. Mampu berkomunikasi dengan baik, lisan maupun tulisan.
-8-
Bahan Persidangan XXI Majelis Sinode
Gereja Kristen Indonesia
2021
KUALIFIKASI DAN TUGAS PERSONALIA BPHMS GKI 2022-2026
JOB DESCRIPTION
1. Memeriksa laporan keuangan BPMS, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
dengan memperhatikan bukti-bukti pendukung yang sah, aspek-aspek ketelitian.
2. Memeriksa kesesuaian pelaksanaan kegiatan keuangan dengan anggaran dan
kebijakan yang berlaku.
3. Memberi opini terhadap laporan keuangan
4. Memberi saran perbaikan atas sistem dan prosedur akuntansi yang dioperasikan.
5. Melaporkan hasil pekerjaannya kepada Majelis Sinode.
JOB REQUIREMENT
1. U m u m
1.1 Anggota sidi GKI dan bukan anggota BPMS yang sekurang-kurangnya 2 (dua)
tahun terakhir tidak berada di bawah penggembalaan khusus.
1.2 Berusia maksimal 60 tahun.
1.3 Bersedia melayani pekerjaan Tuhan dalam lingkup sinode.
1.4 Mempunyai minat dalam bidang pelayanan perbendaharaan dan keuangan.
1.5 Mampu memikirkan, merencanakan dan melaksanakan tugasnya.
1.6 Mempunyai pengalaman pelayanan dalam lingkup klasis dan sinode wilayah.
1.7 Dapat melakukan tugasnya dengan bertanggung jawab.
1.8 Dapat dan mau bekerjasama dengan orang lain.
1.9 Tidak mempunyai "hubungan dekat" dengan Bendahara BPMS (yaitu hubungan
antara suami-isteri, orangtua- anak, mertua-menantu dan saudara sekandung).
2. Khusus
2.1 Mempunyai pengetahuan yang cukup dalam bidang perbendaharaan dan keuangan.
2.2 Mempunyai kemampuan di bidang akuntansi.
2.3 Mampu melakukan pekerjaan dengan teliti dan rapi.
-9-
Dokumen 3 – Kualifikasi dan Tugas Personalia BP
No. PERSIDANGAN MAJELIS KLASIS KEP
1. PMK GKI KLASIS JAKARTA I Menerima, dengan cata
a. Istilah-istilah yang m
versi bahasa Indone
Contoh:
Uraian Tugas (Job D
Persyaratan (Job Re
b. Di dalam persyarata
satu butir yaitu: Tid
saudara sekandung
2. PMK GKI KLASIS JAKARTA II Menerima.
3. PMK GKI KLASIS SEMARANG BARAT Menerima.
4. PMK GKI KLASIS SEMARANG TIMUR Menerima.
5. PMK GKI KLASIS MAGELANG Menerima.
6. PMK GKI KLASIS YOGYA Menerima.
7. PMK GKI KLASIS SOLO Menerima.
8. PMK GKI KLASIS PURWOKERTO Menerima.
PMS dan BPH MS GKI periode 2022-2026.
PUTUSAN / PENJELASAN / KETERANGAN LAINNYA
atan:
mempunyai padanan dalam bahasa Indonesia, lebih baik dicantumkan
esia dari istilah tersebut.
Description)
equirement)
an (job requirement) untuk seluruh personalia BPMS GKI perlu ditambah
dak mempunyai hubungan suami-istri, orang tua-anak, mertua-menantu,
g dan saudara ipar dengan sesama personalia BPMS GKI.
Bahan Persidangan XXI Majelis Sinode
Gereja Kristen Indonesia
2021
Dokumen 4:
URAIAN TUGAS DAN MEKANISME KERJA
PANITIA PEMILIHAN PERSONALIA BPMS GKI 2022-2026
1. Pengangkatan dan Pertanggung-jawaban
1.1 Ketua dan anggota Panitia Pemilihan Personalia BPMS GKI diangkat dan ditetapkan
dalam Persidangan Majelis Sinode BPMS GKI
1.2 Panitia Pemilihan Personalia BPMS GKI melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pelaksanaan dan hasil kerjanya kepada Majelis Sinode
2. Struktur
Struktur Panitia Pemilihan Personalia BPMS GKI diatur sebagai berikut:
2.1 Ketua (1 orang)
2.2 Sekretaris (1 orang)
2.3 Anggota (7 orang)
2.4 Ketua, sekretaris, dan anggota Panitia Pemilihan Personalia BPMS GKI merupakan
perwakilan dari BPMS GKI (3 orang) dan BPMSW-BPMSW (masing-masing 2 orang).
3. Uraian Tugas dan Mekanisme Kerja
Tugas-tugas Panitia Pemilihan Personalia BPMS GKI diatur sebagai berikut:
3.1 Menjaring nama-nama calon personalia BPMS GKI yang memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan
3.2 Mengkonsultasikan nama-nama calon personalia BPMS GKI kepada BPMSW asal calon
personalia
3.3 Mengkonsultasikan nama-nama calon personalia BPMS GKI kepada BPMS GKI
3.4 Menghubungi calon personalia untuk meminta kesediaan
3.5 Berkonsultasi atau berdialog dengan MJ asal calon personalia
3.6 Menetapkan nama-nama calon personalia BPMS GKI
3.7 Menginformasikan hasil akhir nama-nama calon personalia GKI kepada BPMS GKI
3.8 Menyampaikan laporan kepada Majelis Sinode.
Dokumen 4 – Uraian Tugas dan Mekanisme Kerja
No. PERSIDANGAN MAJELIS KLASIS KEP
1. PMK GKI KLASIS JAKARTA I Menerima.
2. PMK GKI KLASIS JAKARTA II Menerima.
3. PMK GKI KLASIS SEMARANG BARAT Menerima.
4. PMK GKI KLASIS SEMARANG TIMUR Menerima.
5. PMK GKI KLASIS MAGELANG Menerima.
6. PMK GKI KLASIS YOGYA Menerima.
7. PMK GKI KLASIS SOLO Menerima.
8. PMK GKI KLASIS PURWOKERTO Menerima.
a Panitia Personalia BPMS GKI periode 2022-2026.
PUTUSAN / PENJELASAN / KETERANGAN LAINNYA
1
PEMANDANGAN UMUM
BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE (BPMS)
GEREJA KRISTEN INDONESIA (GKI)
I. Gambaran dan Tantangan Kontekstual Hidup Menggereja
Di awal masa pelayanan Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) Gereja Kristen Indonesia (GKI)
periode 2018 – 2022 ini beberapa kali kami menyampaikan semacam tagline informal bagi
pelayanan GKI, yaitu ‘menggereja yang gembira’. Tema ini sempat menjadi topik di PMSW GKI
SW Jawa Tengah pada tahun 2019 dan beberapa pembinaan di jemaat. Secara sederhana
‘kegembiraan’ di sini dapat dikaitkan dengan iklim menggereja yang menyenangkan, kompak
dan bersemangat. Kegembiraan atau joyfulness adalah sebuah suasana yang dapat
memampukan gereja untuk menghadapi berbagai tantangan dan tanggungjawab. Tetapi
tentu kegembiraan sebagai iklim tidak dapat begitu saja muncul tanpa dukungan elemen-
elemen lain dalam gereja. Dalam beberapa literatur terkait hidup menggereja, iklim yang
positif seperti kegembiraan ini dapat terwujud ketika didukung oleh kepemimpinan yang
relasional, relasi struktural yang cair, tujuan yang jelas dan relevan, serta gambaran gereja
yang dihidupi atau pemahaman inti tentang siapa dan mau apa gereja itu di tengah dunia
(Ford 2008; Hendriks 2006; Ward 2002). Catatan dan refleksi ini menjadi semacam nilai dan
motivasi untuk mewujudkan visi GKI yang lebih besar dan derap bersama sebagai gereja.
Rapat kerja pertama BPMS dan BPMSW-BPMSW pada tahun 2019 membicarakan gereja yang
cair sebagai semangat untuk menghadirkan GKI yang adaptif dan gembira di tengah konteks
dan perubahan dunia untuk memahami dan menghadirkan cinta kasih Kristus. Di sini BPMS
GKI secara sederhana dalam segala keterbatasannya berupaya untuk mewujudkan hal ini
melalui kepemimpinan GKI yang juga mengutamakan semangat relasional – pastoral dan
berharap bahwa semangat ini juga dapat dirasakan dan tersebar dalam iklim menggereja di
setiap lingkupnya.
Hal lebih jauh dalam mewujudkan iklim menggereja yang gembira, kita juga tidak bisa
mengabaikan pembicaraan mengenai gambaran gereja yang dihidupi oleh anggota jemaat
(lived ecclesiology). Dalam perspektif spiritual, kegembiraan sejati dalam hidup menggereja
adalah ketika seluruh anggota jemaat mengalami perjumpaan dengan Allah dan menemukan
nilai keutamaan, makna serta tujuan hidup yang dapat diperjuangkan (bdk. Mzm 98:4; 40:17;
Yes 52:9; Luk 15:4-7; Mat 13:20,23; 25:37-40). Di sini menggereja yang gembira adalah soal
kemampuan gereja dalam membangun spiritualitas dan imannya yang bukan berhenti pada
dogma dan tradisi, melainkan dalam dinamika pencarian dan perjumpaan dengan Allah di
tengah konteks dunia, termasuk perubahan-perubahan yang ada. Gereja yang gembira adalah
gereja yang memenuhi panggilan Allah (vocation). Di sini gereja mencari dan berjumpa
dengan Allah di dalam Kristus dan melalui Roh Kudus, menemukan nilai keutamaan dan
makna panggilannya (virtue), dan pada akhirnya mampu mempertajam visi – misinya (vision)
(bdk. Heelas & Woodhead 2005; Pai 2002). Rasanya sudah seharusnya ini menjadi tanggung
2
jawab di mana GKI sebagai gereja bersungguh-sungguh mengambil bagian dalam peran
menghadirkan pengharapan dan kegembiraan spiritual dalam hidup, baik bagi anggotanya
maupun pada dunia. Pemikiran mengenai geliat gambaran gereja, untuk kembali digali demi
mewujudkan kegembiraan spiritual ini, menemukan momentumnya pada masa pandemi
COVID-19 mulai awal tahun 2020 (kurang lebih 1 tahun lebih sedikit setelah pengangkatan
BPMS GKI periode ini) sampai dengan saat ini.
GKI bersama dengan gereja-gereja lain dan seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia pada
saat ini berada dalam sebuah situasi yang amat luar biasa yang menghadirkan tantangan dan
perubahan besar, akibat pandemi global COVID-19. Setelah satu tahun lebih kita berada
dalam pandemi yang belum menunjukkan perbaikan berarti, gereja seperti berada di
persimpangan jalan yang menuntut dengan keras bagaimana kita akan menunjukkan sikap
dan tindakan kita. Kita bisa dengan mudah melihat keadaan saat ini sebagai sebuah situasi
negatif yang menghadirkan kesulitan bagi kehidupan. Kita dapat membuat daftar panjang
tentang situasi negatif ini, dari masalah kesehatan, ekonomi, psikologi, sosial sampai dengan
masalah rohani. Catatan yang menarik bahwa masyarakat dan komunitas iman seperti gereja
bisa jadi berada dalam kepanikan global yang dapat diekspresikan dalam wujud
ketidakpedulian pada kemanusiaan dan kehidupan bahkan ketika gereja menutupinya
melalui berbagai alasan dan aktivitas keagamaan (lih. Žižek 2020). Tetapi pandemi global ini
tentu juga dapat memberikan kepada kita perspektif di mana semua ini adalah kesempatan
kreatif membangun kebajikan (virtue) dan mempertajam visi baru. Kita tidak akan pernah
menyangkali bahwa pandemi ini memperlihatkan kerapuhan dari kehidupan dan umat
manusia, tetapi justru di dalam setiap kerapuhan inilah, kita yang belajar dan membangun
kedewasaan spiritual dapat menemukan kebajikan dan kedewasaannya. Sebuah kesempatan
yang luar biasa yang diberikan Allah untuk kita lewati sebagai komunitas iman yang
membangun komunikasi iman secara serius. Responss gereja di tengah pandemi COVID-19 ini
pada dasarnya memperlihatkan kesadaran sikap menggereja kita yang seharusnya tidak
kehilangan relevansi yang kuat pada konteks dan dunia (bdk. Yoh 17:18-20; 21:17).
Žižek (2020: 105) mengakhiri tulisan dalam bukunya dengan kalimat: “It is only through this
mortal threat that we can envision a unified humanity.” Žižek bukanlah seorang teolog yang
melakukan refleksi teologis atas bencana kemanusiaan, tetapi ia memperlihatkan ruang
refleksi dan kebajikan (virtue) di tengah bencana kemanusiaan. Hal ini yang semakin
menyadarkan dan mendorong kita sebagai gereja untuk juga turut menghadirkan peran
teologi dan iman yang sungguh-sungguh memiliki kepekaan atas kemanusiaan dan kehidupan
di tengah pandemi. Di bawah ini kami hendak menyampaikan lebih jauh dua catatan reflektif
tentang gereja dan peran pelayanan GKI di tengah dan juga kelak pasca pandemi yang kami
harapkan dapat menjadi arahan umum untuk strategi pelayanan di masing-masing lingkup.
Kami melihat bahwa catatan kami berjalan beriringan untuk saling melengkapi refleksi dan
pemandangan umum yang juga telah dibuat oleh masing-masing BPMSW. Pada bagian akhir
3
kami juga menyampaikan catatan evaluatif kami pada peran dan tanggungjawab BPMS GKI
dengan bidang-bidang yang ada di dalamnya.
1. Gereja dan Pelayanan pada Masa dan Pasca Pandemi: Onsite vs Online
Pada masa pandemi ini ketika gereja harus dibatasi aktivitasnya dengan amat luar biasa,
maka kita harus bersyukur bahwa teknologi internet sudah menjadi bagian dari
masyarakat. GKI sebagai gereja yang sebagian besar wilayah pelayanannya berada di
perkotaan dengan amat cepat beradaptasi dengan mendorong ibadah dan pelayanan
online sebagai solusi. Setiap jemaat berlatih atau bersinergi dengan jemaat lain untuk tetap
hadir dalam wujud pelayanan digital. Yayasan Komunikasi Bersama (YKB), Badan Bina
Warga dan Ignite GKI bekerja keras juga untuk membantu menghadirkan GKI melalui
pelayanan ibadah umum, ibadah intergenerasional, pelayanan khusus anak dan pelayanan
pada remaja-pemuda dalam bentuk online. GKI bersama banyak gereja lain menemukan
kesadaran bahwa pelayanan digital atau online ini menjadi sebuah jalan keluar dan opsi
pada masa pandemi.
Tetapi situasi di atas ini menghadirkan kegelisahan baru bagi banyak anggota gereja.
Apakah gereja pada masa depan akan berubah secara total menjadi gereja online? Apakah
kita masih dapat memelihara anggota jemaat secara maksimal ketika pelayanan dijalankan
secara digital? Apakah persekutuan dan hidup berkomunitas akan tetap dapat terwujud di
tengah-tengah pertemuan-pertemuan online? Apakah individualisme, konsumerisme,
paradigma instant di mana kepentingan-kepentingan pribadi dan sikap kurang reflektif
akan mendominasi masyarakat digital dan menghilangkan nilai-nilai persekutuan dan
spiritualitas yang ada dalam gereja? Pertanyaan-pertanyaan yang tidak mudah dijawab ini
lalu menghadirkan beberapa sikap yang meragukan pelayanan digital sebagai pilihan yang
baik bagi kehidupan menggereja. Bahkan ada pendapat yang secara ekstrim menganggap
bahwa pelayanan digital gereja yang mengarah ke gereja online dapat menjebak gereja
sekadar menjadi ‘penjual’ yang menawarkan program tanpa benar-benar mempedulikan
persekutuan (bdk. Kim 2020). Tetapi di sisi lain kita juga menemukan dorongan luar biasa
untuk melihat pelayanan digital dan gereja online sebagai wujud dan kesempatan gereja
di tengah masyarakat digital untuk berkarya. Gereja dan pelayanan online adalah gereja
yang memiliki kemampuan jelajah yang amat luas karena dapat menjangkau setiap orang
lintas batas dan waktu. Pelayanan digital/online yang dikelola dengan baik dapat
menghadirkan persekutuan-persekutuan baru secara virtual yang juga bermanfaat untuk
proses komunikasi iman (bdk. Spadaro 2014; Drescher 2011). Di sini gereja seolah berada
dalam dilema dan pilihan, onsite atau online.
Kami memahami bahwa memperlawankan pelayanan onsite dan online adalah sikap yang
kurang tepat dan sebagian berangkat dari asumsi yang perlu pemeriksaan. Di sini kami
hendak memperlihatkan secara singkat data lapangan hasil survei yang dilakukan oleh Pdt.
Handi Hadiwitanto pada bulan Mei 2021 melalui Google Form kepada 1057 responsden
4
anggota/simpatisan GKI di lingkungan GKI SW Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur1.
Berdasarkan data lapangan terkait, apakah warga gereja tetap akan beribadah secara
onsite setelah pandemi, kami mendapatkan bahwa ada 64,2% warga gereja di GKI bersikap
untuk selalu akan mengikuti ibadah onsite setelah pandemi. Ada 18% yang mengatakan
akan hadir kadang-kadang; 14,5% tergantung dan hanya 1% yang mengatakan tidak akan
hadir kembali dalam ibadah onsite. Kami kemudian membandingkan dengan pertanyaan
lain tentang ibadah online, yaitu: apakah warga gereja akan hadir ibadah online setelah
pandemi. Hasilnya menunjukkan, hanya ada 12,3% yang dengan tegas mengatakan akan
selalu hadir ibadah online tetapi juga hanya 13,5% yang tegas mengatakan tidak akan hadir
ibadah online. Sisanya ada 35,7% warga gereja mengatakan kadang-kadang akan hadir dan
34% menunjukkan tergantung. Data ini menunjukkan bahwa ibadah onsite masih menjadi
pilihan yang cukup kuat bahkan dinantikan oleh warga gereja pasca pandemi. Sekalipun
memang ada cukup banyak juga warga gereja yang bersedia mempertimbangkan ibadah
online ini, dan hal ini tentu tidak dapat begitu saja diabaikan. Hanya memang kita melihat
sikap bahwa bagi warga gereja ibadah online belum memberikan keyakinan yang kuat
untuk dapat menggantikan aktivitas ibadah onsite yang biasa. Hal ini semakin terkonfirmasi
ketika warga gereja ditanya apakah akan hadir dalam ibadah secara hybrid (onsite – online
bergantian) pasca pandemi. Ada 20,4% yang tegas mengatakan selalu, 29,8% kadang-
kadang, 29,5% tergantung dan 13,5% yang tegas menolak. Hal yang menarik adalah ketika
data ini juga diperiksa berdasarkan golongan usia, maka kelompok usia remaja-pemuda
(13-35 thn) tidak menunjukkan hasil yang berbeda secara signifikan dengan kelompok usia
dewasa (36 – 65 thn).
Kemudian kami memeriksa data terkait aktivitas gerejawi lainnya (di luar ibadah Minggu)
pasca pandemi. Ketika warga gereja ditanya, apakah mereka akan hadir dalam aktivitas
gerejawi secara onsite, mereka yang menunjukkan sikap tegas akan selalu hadir ada 37,5%.
Yang lainnya adalah sebesar 34% kadang-kadang dan 20,1% tergantung. Sisanya bersikap
negatif tidak hadir atau tidak tahu. Ketika kami bandingkan dengan pertanyaan, apakah
akan hadir dalam aktivitas gerejawi online, hasilnya adalah 15,8% yang tegas mengatakan
selalu akan hadir, 41,2% kadang-kadang, 29,9% tergantung. Kami menyadari bahwa
terlibat dalam aktivitas gerejawi di luar ibadah adalah hal yang lebih membutuhkan
komitmen. Ada banyak pilihan dalam bagaimana mengekspresikan iman warga gereja
dalam keseharian mereka. Aktivitas gerejawi adalah sebuah pilihan, yang tampaknya
dibedakan dengan ibadah Minggu yang lebih mengikat dan menunjukkan antusias kuat.
1 Survei dan penelitian ini adalah tentang ‘aktivitas gerejawi, sikap pada agama, spiritualitas dan komunitas
terkait dengan pelayanan onsite dan online’. Survei dilaksanakan dengan metode stratified random sampling di
beberapa jemaat GKI SW Jabar, SW Jateng dan SW Jatim, dan memproses 1057 responden. Tujuan penelitian
adalah: melihat bagaimana sikap anggota jemaat GKI pada aktivitas pelayanan onsite dan online. Kemudian
memahami karakteristiknya yang dikaitkan dengan peran ajaran agama, spiritualitas dan hidup berkomunitas.
Kuesioner dalam bentuk Google Form terdapat di:
http://bit.ly/Survei_Gereja_dan_Pandemi
Hasil penelitian lengkap masih dalam proses pengolahan dan akan didistribusi kepada setiap Sinode Wilayah.
5
Tetapi sebagai salah satu indikator konkret kehidupan menggereja, maka aktivitas gerejawi
di luar ibadah Minggu ini perlu mendapatkan perhatian. Data di atas menunjukkan bahwa
warga gereja juga kembali memperlihatkan kepercayaan pada model onsite yang lebih
kuat dibandingkan online. Dengan demikian maka kita dapat melihat bahwa pelayanan
online tidak begitu saja diminati dengan luar biasa dan akan mendominasi serta
menggantikan pelayanan onsite. Tetapi di sini sikap mereka pada metode online jauh lebih
terbuka dibandingkan dengan sikap mereka pada ibadah online. Ketika diperiksa, apakah
mereka akan hadir dalam aktivitas gerejawi secara hybrid (bergantian onsite – online),
warga gereja yang tegas bersikap mau selalu hadir ada 34,7%, lainnya ada 33,2% kadang-
kadang, 22,2% tergantung, dan sisanya tidak mau atau tidak tahu. Kembali kami juga
menemukan bahwa sikap di atas ini tidak menunjukkan hasil yang berbeda secara
signifikan ketika dibandingkan berdasarkan kelompok usia.
Data deskripsi di atas kemudian diperkuat dengan analisis korelasi untuk memeriksa
masing-masing sikap dengan karakter aktivitas keagamaan yang penting, yaitu peran
ajaran agama, spiritualitas dan rasa berkomunitas (bdk. Possamai 2018; Bass 2013; Heelas
& Woodhead 2005; Tacey 2004). Kami menemukan bahwa ibadah onsite menunjukkan
hubungan dengan karakter aktivitas keagamaan, tetapi ibadah online tidak ada
korelasi/asosisasi apapun. Demikian juga ketika kami memeriksa ibadah yang dilaksanakan
secara hybrid. Warga gereja kembali menunjukkan ketidakyakinan pada metode online
untuk ibadah Minggu. Ibadah-ibadah yang dilaksanakan secara atau memiliki unsur online
nampaknya dipahami tidak memiliki kaitan yang signifikan dengan karakter ajaran,
spiritual dan hidup komunitas. Ketika kami memeriksa aktivitas gerejawi (di luar ibadah
Minggu), kami menemukan hasil yang berbeda. Aktivitas gerejawi yang diselenggarakan
secara onsite, online atau hybrid memiliki hubungan yang signifikan bahkan cenderung
kuat dengan karakteristik peran ajaran agama, spiritualitas dan hidup berkomunitas. Di sini
warga gereja menegaskan bahwa aktivitas gerejawi di luar ibadah Minggu memang
dipahami secara berbeda dengan ibadah Minggu yang memiliki karakter dan peran yang
khas. Mereka memahami dalam aktivitas gerejawi di luar ibadah Minggu, metode onsite
maupun online dapat membantu kualitas pelayanan.
Di sini kami hendak menyampaikan beberapa kesimpulan terkait gereja dan pelayanan
pada masa dan pasca pandemi (onsite - online).
a. Pelayanan online sebagai tanggungjawab menggereja
GKI sebagai bagian dari gereja yang dipanggil dan dipercaya oleh Tuhan untuk
menjalankan pelayanan di tengah masa dan pasca pandemi dan juga di tengah
masyarakat digital saat ini, harus memiliki keterbukaan bahwa pelayanan digital atau
online adalah sebuah pilihan metode dan konteks modern yang tidak dapat kita
abaikan. Warga gereja yang merupakan anggota dari persekutuan GKI adalah juga
bagian dari masyarakat digital saat ini yang melihat pelayanan online sebagai opsi yang
6
terbuka. Karena itu gereja harus memiliki kebajikan untuk bersikap adaptif dan kritis
dalam bersikap pada pelayanan digital atau gereja online.
b. Pelayanan online dan onsite sebagai metode yang beriringan
Pelayanan digital atau online perlu kita lihat lebih jauh setidaknya dalam dua kategori,
yaitu sebagai metode dan sebagai konteks atau kultur. Pertama, pelayanan
digital/online sebagai metode berarti kita akan menjalankan berbagai aktivitas
gerejawi dengan menggunakan teknologi internet dan berbagai platform digital,
bersamaan dengan metode onsite yang selama pandemi ini mulai biasa kita lakukan,
mulai dari ibadah Minggu, ibadah-ibadah kelompok yang lebih kecil, diskusi,
pembinaan, percakapan dan konseling pastoral, rapat dll. Kita semua merasakan
bahwa semakin lama kita juga menyadari berbagai kebutuhan untuk meningkatkan
kualitas agar metode digital/online ini memberikan hasil yang semakin baik bagi
kepentingan warga gereja. Kita perlu menyadari bahwa pelayanan digital/online
bukan lagi kita laksanakan sekadar sebagai bentuk keterpaksaan karena pandemi,
tetapi juga sebagai kebajikan dan visi masa depan gereja. Untuk ini kita harus benar-
benar menyadari pentingnya menjalankan pelayanan digital/online yang tetap mampu
mempertahankan karakter peran ajaran agama, spiritualitas dan hidup berkomunitas.
Ketika karakter ini hilang maka pelayanan online hanya akan menjadi sebuah aktivitas.
Hal ini juga pada dasarnya berlaku sama pada pelayanan tradisional yang dilaksanakan
secara onsite di tengah masyarakat modern. Dengan demikian pertentangan
pelayanan onsite atau online semestinya tidak lagi perlu dilihat sebagai sebuah
pertentangan tetapi sebagai sebuah pilihan dan kebutuhan masyarakat. Pada saat
yang bersamaan aktivitas gerejawi onsite dan online perlu benar-benar memerhatikan
karakteristiknya sebagai gereja. Dalam artikel di Mitra GKI edisi Januari – Juli 2021
Hadiwitanto menulis sebuah kesimpulan bahwa: “…. pertentangan antara pelayanan
online dan onsite adalah sebuah dilema yang salah. Pelayanan onsite pada dasarnya
tidak bisa dan tidak perlu dihilangkan begitu saja karena tetap ada banyak hal yang
membutuhkan perjumpaan fisik yang tidak dapat direduksi dalam pelayanan online.
Demikian pula pelayanan online tidak berarti menjadi aktivitas yang dapat dilakukan
begitu saja dengan mudah sekadar mengikuti trend. Kedua bentuk pelayanan ini pada
akhirnya membutuhkan strategi dan kesungguhan untuk memahami karakternya
serta bermuara pada kemampuan anggota gereja memiliki makna hidup kristiani yang
kuat.”
c. Ibadah Minggu online & onsite
Sebagai sebuah metode, warga gereja melihat bahwa metode online bukanlah hal
yang memuaskan jika dilakukan untuk ibadah Minggu. Ibadah Minggu tampaknya
lebih disukai dengan metode onsite dan dipahami sesuai untuk membangun karakter
aktivitas gerejawi. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan keterbukaan warga gereja
yang melihat metode digital/online sebagai opsi yang menarik bahkan dapat kuat
7
membantu terwujudnya karakteristik aktivitas gerejawi. Hal ini menyadarkan kita
bahwa ibadah Minggu tampaknya dirasakan oleh warga gereja memiliki karakter dan
kultur yang lebih sesuai dengan metode onsite dan tidak dapat tergantikan dengan
metode online. Meskipun metode online tetap dapat menjadi alternatif. Pasca
pandemi ibadah onsite tampaknya tidak akan kehilangan pamor di tengah warga
gereja, sepanjang gereja juga tetap benar-benar memerhatikan kualitas
pelaksanaannya, khususnya terkait karakter dan harapan warga gereja. Hal yang perlu
mendapatkan perhatian adalah, di tengah pandemi yang belum selesai dan
keterbatasan untuk menyelenggarakan ibadah, maka kita perlu memiliki kesadaran
yang kuat bahwa ibadah online adalah hal yang sebenarnya tidak mudah dan berarti
membutuhkan kesungguhan untuk dipersiapkan agar tetap dapat memberikan hasil
dan kualitas yang baik.
d. Pelayanan online dan konteks masyarakat digital
Kategori kedua yang perlu diperhatikan adalah pelayanan digital/online sebagai
konteks atau kultur. Kenyataan bahwa warga gereja ternyata lebih menyenangi ibadah
Minggu secara onsite ketimbang online, tetapi dapat menerima metode online untuk
wujud aktivitas gerejawi lainnya, menunjukkan bahwa ada ciri khas dalam pelayanan
digital/online yang tidak begitu saja dapat cocok untuk semua bentuk
pelayanan/aktivitas gerejawi. Kekhasan dalam pelayanan digital/online terkait dengan
masyarakat digital dan era internet pada masa kini. Di sini kita diajak untuk memahami
lebih dalam sebuah konteks/kultur modern, di mana masyarakat digital dan era
internet itu membangun cara berpikir dan berkomunikasinya sendiri secara khas (lih.
Spadaro 2014; Drescher 2011). Pemahaman yang baik tentang konteks/kultur
masyarakat digital dapat membantu gereja, bukan hanya untuk melaksanakan
pelayanan gerejawi biasa dengan metode digital/online, melainkan juga untuk
mengembangkan pelayanan baru yang kreatif yang sesuai dengan masyarakat digital.
Beberapa karakteristik yang kuat di tengah masyarakat digital yang dapat kita catat
adalah: relasi yang cair, luas dan tidak terbatas pada struktur tradisional;
mengedepankan rasa percaya, kenyamanan dan partisipasi yang bebas; konsep
berjejaring menggantikan struktur institusi tradisional, di mana institusi tidak lagi
mendefinisikan individu, melainkan individu yang mendefinisikan dirinya dan berelasi
dengan individu dan kelompok; instan dan cepat; otoritas yang didapat melalui relasi
yang kuat (bdk. Anderson 2015; Drescher 2011). Apa yang perlu dipersiapkan oleh
gereja modern pada waktu-waktu ini adalah pelayanan digital/online kreatif yang di
satu sisi sesuai dengan karakter masyarakat digital dan di sisi lain tetap mampu
menghadirkan karakter dari aktivitas keagamaan (peran ajaran agama, spiritualitas
dan hidup berkomunitas).
e. Kepemimpinan dan peran anggota/simpatisan jemaat
8
Konsekuensi langsung yang mengikuti pemikiran mengenai dunia digital dan
pelayanan digital di atas adalah kepemimpinan dan peran anggota gereja. GKI perlu
menyiapkan kepemimpinan gerejawi yang memiliki kebajikan dan kesungguhan untuk
memasuki era reformasi digital. Di sini kepemimpinan tidak lagi dapat bersikap secara
kaku mengenai tradisi dan aturan tetapi pertama-tama adalah relasi dan komunikasi.
Data lapangan terkait gambaran gereja memperlihatkan bahwa struktur gereja yang
terlalu mengikat, kaku dan sentralistik selalu menjadi variabel negatif untuk partisipasi
warga gereja dalam aktivitas dan pelayanan (lih. Hadiwitanto 2020). Warga gereja
selalu juga menunjukkan harapan yang kuat tentang hidup berkomunitas yang
memberikan ruang pada rasa nyaman, relasi, nilai-tujuan bersama yang jelas, ruang
partisipasi dan keterlibatan. Di sini kepemimpinan yang justru kaku, tidak relasional
dan tidak melibatkan, bahkan tidak memperlihatkan keteladanan terkait nilai-tujuan
bersama, benar-benar akan menjadi penyebab dari menurunnya tingkat partisipasi
warga gereja. Sebaliknya melalui kepemimpinan yang adaptif di tengah masyarakat
digital modern maka kita dapat dituntun memasuki relasi – komunikasi dan
membangun gereja sebagai komunitas iman modern. Salah satu wujud kepemimpinan
adaptif di tengah masyarakat digital ini adalah dengan berbagi dan menyiapkan warga
gereja untuk berperan dalam ajaran agama yang ramah dan kontekstual, spiritualitas
yang terbuka dan hidup berkomunitas yang kuat. Dunia digital memungkinkan setiap
orang untuk memiliki ‘microphone’-nya sendiri untuk berbicara dan didengarkan
secara luas. Banyak orang termasuk warga gereja telah menjadi influencer dalam level
mikro di tengah masyarakat, menjadi terpercaya dan membentuk jejaringnya bahkan
terlibat dalam komunitas-komunitas virtual. Hal ini menantang kepemimpinan dan
kebijaksanaan gereja untuk merangkul, bekerjasama dan menyiapkan warga gereja
untuk menjadi gereja dan berperan dalam merawat komunitas dan membangun
komunikasi iman secara kontekstual.
2. Keluarga dan Rumah sebagai Gereja: Tantangan Menggereja di tengah Keterbatasan
Pada refleksi no. 1 di atas kita sudah mendalami tanggungjawab gereja terkait pelayanan
digital/online dan juga pelayanan onsite. Keduanya kita bicarakan dalam kaitannya dengan
karakteristik aktivitas keagamaan, yaitu peran ajaran agama yang ramah & kontekstual,
spiritualitas yang terbuka membangun tujuan, nilai dan makna dalam tindakan, serta soal
hidup berkomunitas sebagai wujud persekutuan dan pelayanan. Di sini kita bukan hanya
berbicara tentang metode dan konteks masyarakat digital, tetapi juga pada dasarnya kita
harus memerhatikan pencapaian karakter aktivitas keagamaan sebagai wujud dari hidup
menggereja yang konkret.
Di dalam banyak kesempatan percakapan tentang pelayanan online di tengah pandemi ini,
beberapa kali muncul kecemasan tentang kelompok yang tertinggal bahkan terabaikan
karena berbagai keterbatasan, seperti akses internet, dan ketersediaan gawai, metode,
dan karakter masyarakat itu sendiri. Sedangkan pelayanan onsite sendiri belum bisa
9
berfungsi secara maksimal karena berbagai pembatasan akibat pandemi. Kelompok lanjut
usia adalah kelompok yang paling sering disebutkan sebagai mereka yang memiliki banyak
keterbatasan. Selain itu ada juga masyarakat di daerah atau masyarakat lemah yang sulit
akses internet, dan anak-anak sebagai kelompok-kelompok yang tidak begitu saja dapat
terpenuhi kebutuhan spiritualnya melalui pelayanan digital/online. Di sini kita menghadapi
tantangan pelayanan gereja, di satu sisi yang belum merangkul semua golongan, dan di sisi
lain tantangan untuk memenuhi tanggungjawab karakteristik aktivitas keagamaan yang
sudah berkali-kali disebutkan.
Catatan di atas membawa kami pada kesadaran pada salah satu hal paling inti dan
mendasar dalam hidup menggereja, yaitu orang-orang beriman itu sendiri yang adalah
bagian dari keluarga Allah dan setia dalam relasinya dengan Allah (bdk. Hellerman 2009).
Orang-orang beriman yang membangun diri secara benar akan menjadi inti serta dasar
yang kuat yang dapat menahan gereja dari berbagai goncangan dan tantangan, termasuk
ketika gereja berada di tengah pandemi global pada saat ini (bdk. Mat 7:24-25). Di sini kita
sedang membicarakan gereja sebagai komunitas organik dan komunitas basis di mana
iman, kebajikan kristiani dan spiritualitas sungguh-sungguh digali secara mandiri, bukan
bergantung pada elit religius tertentu. Berbicara tentang komunitas organik dan komunitas
basis maka jelas kita tidak berfokus pada organisasi, wujud pelayanan formal, apalagi
hirarki gereja, karena fokus ada pada bagaimana orang-orang beriman itu sendiri yang
mendefinisikan dirinya, menemukan nilai-nilai Kristiani yang mereka pahami dalam
konteks kehidupan, dan kemudian mengikatkan diri dalam komunitas iman (bdk. Margana
2004). Di dalam kesadaran ini kami memahami bahwa komunitas organik dan komunitas
basis yang paling relevan adalah keluarga atau rumah dan lingkungan terdekatnya.
Kesadaran keluarga dan rumah sebagai gereja sebenarnya secara formal sudah diperingati
dalam bulan keluarga dan telah diselenggarakan bertahun-tahun di lingkungan GKI. Tetapi
apakah tradisi bulan keluarga itu sudah menghasilkan sikap iman dan kesadaran yang kuat
tentang keluarga sebagai gereja dan bukan sekadar mengadakan seremoni atau aktivitas
tahunan di gereja adalah pertanyaan yang perlu dijawab. Di sisi yang lain pandemi,
keterbatasan dan kerapuhan masyarakat pada saat ini menuntut kekuatan yang mendasar
yang datang dari relasi sederhana yang justru paling memungkinkan, yaitu dalam
komunitas keluarga. Maka pada saat ini kami hendak mengajak GKI untuk melihat urgensi
dan relevansi yang kuat untuk memerhatikan keluarga dan rumah sebagai gereja dan
komunitas iman (Bdk. Corpuz & Sarmiento 2020; Balswick & Balswick 2007; Thompson
1999). Gerakan keluarga dan rumah sebagai gereja pada saat yang bersamaan juga
memenuhi panggilan gereja intergenerasional yang selama ini masih ada dalam proses
belajar dan mencari bentuknya. Gereja intergenerasional adalah wujud keramahtamahan
gereja untuk merangkul setiap kelompok usia dan membangun ruang untuk dapat belajar
bersama. Hal ini bukan sekadar pelayanan dan aktivitas formal tetapi juga paradigma dan
sikap. Di dalam keluarga dan rumah yang memiliki kesadaran sebagai gereja maka
10
komunitas organik, komunitas basis dan gereja intergenerasional justru terwujud secara
konkret untuk menghadapi pandemi dan menjamin keberadaan gereja pasca pandemi.
II. Pelayanan BPMS GKI dan Tantangannya
Dalam kesempatan ini kami juga hendak menyampaikan secara singkat catatan evaluasi
pelayanan BPMS GKI dan tantangan kepemimpinan GKI serta hidup menggereja yang harus
dibangun dalam setiap lingkupnya. Secara umum kami dapat menyampaikan rasa syukur
bahwa gerak bersama sebagai GKI dan rasa percaya untuk saling mendukung, melayani dan
bersekutu sebagai gereja kami rasakan semakin menguat. Dalam dinamika relasi secara
formal melalui pertemuan-pertemuan seperti rapat kerja BPMS dengan BPMSW-BPMSW,
perlawatan-perlawatan, maupun relasi – koordinasi informal dalam membicarakan dan
mewujudkan pelayanan bersama sebagai GKI dapat berjalan dengan menggembirakan. Tetapi
apa yang kami juga senantiasa sadari adalah peran kepemimpinan di lingkup sinode yang juga
harus terumuskan secara lebih kuat dan terwujud dalam tugas dan tujuan yang semakin
relevan dan kreatif untuk kehidupan menggereja GKI secara keseluruhan. Harus kami akui
BPMS menginvestasikan amat banyak waktu dan tenaga pada persoalan-persoalan personalia
yang secara klasik memang sudah menjadi tantangan lama kita. Sedangkan pemikiran dan
kebijakan teologis gerejawi yang menuntut kekritisan dan dinamika pelayanan yang kuat serta
mengarahkan visi bersama sebagai gereja perlu lebih diupayakan, setidaknya dalam sinergi
yang baik bersama dengan Sinode-Sinode Wilayah. Tentu selama ini kami sudah
mengupayakan hal itu terwujud melalui pemikiran, nilai dan visi yang kami selalu bagikan
dalam persidangan dan rapat-rapat gerejawi, termasuk juga pada saat ini. Tetapi kembali
bahwa kita harus bergerak semakin baik dan dinamis mengingat perubahan dan tantangan
yang ada di depan kita menuntut gereja yang bukan hanya adaptif tetapi gereja yang memiliki
kemampuan untuk berperan menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Surga di dunia.
1. Bidang Sumber Daya Manusia
Dalam bidang ini hal-hal yang menjadi subyek pelayanan adalah dari calon mahasiswa
teologi dan kader pendeta GKI sampai dengan para pendeta aktif dan pendeta emeritus.
Kami bersyukur bahwa seluruh proses pembinaan dan manajemen sumber daya
manusia dalam kenyataannya berjalan dan sinergi yang baik bersama dengan Sinode-
Sinode Wilayah. Tetapi tidak dapat disangkali bahwa tantangan dan persoalan yang
muncul seiring dengan dinamika dan perubahan dalam kehidupan pelayanan menuntut
proses pembinaan, perencanaan dan manajemen SDM yang semakin mumpuni tanpa
kehilangan sifat pastoral dan kreativitasnya, baik di BPMS, KKS, BPMSW maupun KKSW.
Tentu pemikiran ini bukan hanya terkait dengan permasalahan yang muncul pada
personalia kependetaan atau kepenatuaan saja, melainkan juga strategi besar untuk
menyiapkan sistem dan manajemen kepemimpinan gereja yang adaptif dan memiliki
kebajikan serta visi. Salah satunya yang sudah menjadi catatan kami sejak beberapa
rapat kerja yang lalu adalah strategi penempatan kader yang lebih dinamis.
11
2. Bidang Persekutuan
Seperti yang kami sampaikan di atas kami bergembira bahwa warga dan pimpinan
gereja di masing-masing lingkup menunjukkan kesediaan untuk berderap bersama
melalui berbagai kesepakatan dan aktivitas yang kita ambil sebagai GKI. Perlawatan dan
pembicaraan-pembicaraan yang terjadi bersama juga sejauh ini dapat berjalan dengan
semangat kegembiraan dan kasih. Tetapi tentu kami memiliki catatan dalam bidang ini
terutama pada inovasi pemikiran teologis mengenai hidup menggereja dan konteks
perubahan serta tantangan yang melibatkan masing-masing lingkup dan tersebarkan
melalui publikasi atau bahan-bahan pembinaan bersama. Pemikiran mengenai hidup
menggereja pasca pandemi, tantangan pemahaman dan pelaksanaan sakramen,
revitalisasi liturgi dan pembangunan gereja multi spiritual, teologi lingkungan, teologi
disabilitas dsb. adalah beberapa contoh dari sekian banyak hal lain yang memerlukan
respons dan proses komunikasi iman. Salah satu komisi yang bekerja keras pada saat ini
dan masih terus berjalan adalah Komisi Tata Gereja yang berupaya menghasilkan
amandemen Tata Gereja yang kita semua harapkan berangkat dari dinamika tajam
pemikiran teologis maupun pengalaman praktis gereja secara umum dan GKI secara
khusus. Pada tahun pelayanan yang berjalan saat ini dan juga ke depan, kami hendak
berupaya menginvestasikan tenaga dan waktu secara lebih banyak pada hal-hal terakhir
ini.
3. Bidang Kesaksian, Pelayanan dan Kemitraan
Sampai dengan saat ini relasi oikumenis GKI dengan gereja dan lembaga-lembaga
gerejawi lainnya dan juga lembaga-lembaga mitra yang ada berjalan secara normal. Di
lingkup lokal maupun wilayah GKI memainkan peran cukup aktif melalui keterlibatan
personalia anggota atau pendeta GKI. Karya Tim GKI yang dijalankan melalui Tim GKI di
wilayah-wilayah tentu juga menjadi wujud diakonia sosial yang konkret di tengah
berbagai bencana kemanusiaan. Di lingkup sinode sendiri GKI tetap mempertahankan
kerjasama dan peran oikumenisnya melalui kehadiran serta kontribusi konkret dengan
lembaga-lembaga mitra. Sambil kami juga mencoba untuk menyadari peran koordinatif
yang semakin nyata yang bagaimanapun harus diemban oleh BPMS GKI. Catatan
evaluatif untuk pengembangan bidang kesaksian, pelayanan dan kemitraan ada pada
pengembangan inisiatif dan inovasi dalam relasi oikumenis, baik melalui wujud
keterlibatan langsung GKI dalam gerakan dan aksi oikumenis maupun dalam pembinaan
serta pertemuan-pertemuan koordinatif GKI di semua lingkup.
4. Bidang Sarana Penunjang dan Keuangan
Pandemi yang mengubah banyak pola komunikasi, rapat dan pertemuan-pertemuan
memberikan dampak yang menarik, yaitu anggaran rapat yang cukup besar yang tidak
digunakan, meskipun rapat-rapatnya sendiri tetap dapat berjalan melalui media digital.
Hal ini kami syukuri sebagai kesempatan dan ruang yang Tuhan berikan kepada GKI
untuk dapat melakukan efisiensi dan mengatasi persoalan keuangan yang dialami oleh
12
kita semua, dan juga mengatasi tanggungjawab keuangan BPMS yang masih harus
diselesaikan dan merupakan pekerjaan rumah kami sejak beberapa tahun lalu. Pada
saat bersamaan kami menyadari bahwa ada banyak pola komunikasi dan rapat yang
dilakukan secara hybrid pada masa pasca pandemi di depan sehingga keterbatasan
jarak, waktu dan dana dapat diatasi melalui media digital. Kami kembali bersyukur
bahwa derap bersama GKI melalui TJBS sampai dengan saat ini dapat berjalan secara
positif dalam kesepakatan yang kita ambil bersama melalui rapat kerja BPMS – BPMSW.
Komitmen sebagai wujud persembahan dan gerak persekutuan sebagai gereja ini yang
membangun nilai serta visi yang mengikat kita bersama sebagai GKI. Tentu dalam
kesempatan ini kami juga hendak menyampaikan catatan evaluasi kami terutama pada
kesungguhan bidang sarana penunjang ini untuk mengupayakan dana inkonvensional
melalui aset yang kita miliki maupun inovasi lainnya. Pemikiran ke arah ini sudah
beberapa kali dibicarakan tetapi masih membutuhkan strategi dan perencanaan yang
matang untuk realisasinya.
Demikian pemandangan umum yang adalah refleksi dan evaluasi kami atas hidup menggereja
kita sebagai GKI. Semoga Allah Tritunggal menyertai kita bersama dalam mewujudkan
tanggungjawab hidup menggereja yang gembira dan memperjuangkan kehendak Allah.
Selamat bersidang.
Badan Pekerja Majelis Sinode
Gereja Kristen Indonesia
Juni 2021
Pemandangan Umum BPMS GKI.
No. PERSIDANGAN MAJELIS KLASIS KEP
1. PMK GKI KLASIS JAKARTA I Menerima.
2. PMK GKI KLASIS JAKARTA II Menerima.
3. PMK GKI KLASIS SEMARANG BARAT Menerima.
4. PMK GKI KLASIS SEMARANG TIMUR Menerima.
5. PMK GKI KLASIS MAGELANG Menerima.
6. PMK GKI KLASIS YOGYA Menerima.
7. PMK GKI KLASIS SOLO Menerima, dengan cata
BPMS merancang k
BPMS mempertajam
BPMS perlu mempe
bergerak khusus di
8. PMK GKI KLASIS PURWOKERTO Menerima.
PUTUSAN / PENJELASAN / KETERANGAN LAINNYA
atan :
kerangka acuan untuk pengembangan misi gereja di masa pandemi.
m bangunan pengajaran GKI di masa pandemi dan paska pandemi.
ertimbangkan pekerja khusus di luar Sekum dan Wasekum seperti yang
bidang kemanusiaan, kebencanaan, kesenian, budaya, dan sebagainya.
UTUSAN MK GKI KLASIS DALAM PANOM BPMSW & BPHM SW
No. PERSIDANGAN MAJELIS KLASIS Pdt. M. R. Kurniadi Sara
1. PMK GKI KLASIS JAKARTA I Pnt. Johnny Tamarinda
2. PMK GKI KLASIS JAKARTA II Pdt. Rahmat Paska Raja
3. PMK GKI KLASIS SEMARANG BARAT Pdt. Jerdi Stevan
4. PMK GKI KLASIS SEMARANG TIMUR Pdt. Hernadi Kurniawan
5. PMK GKI KLASIS MAGELANG Pdt. Yussac Cahya Krist
6. PMK GKI KLASIS YOGYA September 2021)
Pdt. Ayub Sektiyanto
7. PMK GKI KLASIS SOLO Pdt. Setyo Pranowo
8. PMK GKI KLASIS PURWOKERTO
UNSUR BPMSW GKI SW JATENG : Pdt. Henny Yulianti dan Pnt. Bonnie
UTUSAN MK GKI KLASIS DALAM PANOM UTUSAN MSW GKI SW
No. PERSIDANGAN MAJELIS KLASIS KEP
1. PMK GKI KLASIS JAKARTA I Pdt. Setyo Haryo Maha
2. PMK GKI KLASIS JAKARTA II Pdt. Guntur Wibisono.
3. PMK GKI KLASIS SEMARANG BARAT Pdt. Ponco Tri Handoko
4. PMK GKI KLASIS SEMARANG TIMUR Pdt. Utomo.
5. PMK GKI KLASIS MAGELANG Pdt. Hernadi Kurniawan
6. PMK GKI KLASIS YOGYA Pdt. Benaya Agus Dwih
7. PMK GKI KLASIS SOLO Pdt. Erny Stientje Sendo
8. PMK GKI KLASIS PURWOKERTO Pdt. Dinna Dwi Putrant
UNSUR BPMSW GKI SW JATENG : Pdt. Henny Yulianti dan Pnt. Ima Lis
GKI SW JATENG 2023-2027
NAMA UTUSAN
agih
ang
agukguk
n
tianto (diganti menjadi Pdt. Guratan Pamentasing Pragolaesa per 7
e Andreas
W JATENG KE P XXI MS GKI 2021
PUTUSAN / PENJELASAN / KETERANGAN LAINNYA
anduro.
o.
n.
hartanta.
ow.
ti.
styawati
Liturgi Doa Malam
Persidangan XIV Majelis Sinode Wilayah GKI SW Jawa Tengah
09 September 2021
“Meneduh dan Melambat”
SAAT HENING
DOA PEMBUKA
Hari ini, Tuhan,
Dengan sikap hati terarah pada maksud-Mu,
dalam cakap yang riuh dan penuh,
kami berserah pada hikmat yang Engkau beri.
(jeda singkat, umat diajak untuk menyadari nafas secara perlahan)
Perlahan-lahan, kami meneduhkan diri,
Memasuki tenang yang menghanyut
Menyadari tubuh kami melayut1
(jeda singkat, umat diajak untuk menyadari nafas secara perlahan)
Hadir-Mu Tuhan, kami rasakan,
Dalam siap dan sigap, tadi kami bercakap,
Maupun lelah dan lemah tubuh kami saat ini.
Kami sambut rahmat-Mu. Amin.
KJ 454 - INDAHNYA SAAT YANG TEDUH
Indahnya saat yang teduh menghadap takhta Bapaku:
kunaikkan doa padaNya, sehingga hatiku lega.
Di waktu bimbang dan gentar, jiwaku aman dan segar;
‘ku bebas dari seteru di dalam saat yang teduh.
Indahnya saat yang teduh dengan bahagia penuh.
Betapa rindu hatiku kepada saat doaku.
Bersama orang yang kudus kucari wajah Penebus;
dengan gembira dan teguh kunanti saat yang teduh.
Indahnya saat yang teduh penampung permohonanku
kepada yang Mahabenar yang bersedia mendengar.
1 melentur
Sejak kulihat wajahNya, ‘ku yakin pada firmanNya
dan menyerahkan bimbangku di dalam saat yang teduh.
REFLEKSI
Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu:
seumpama orang yang menaburkan benih di tanah,
lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun,
dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi,
bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.
Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya,
lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.
Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit,
sebab musim menuai sudah tiba." Markus 4:26-29
Apa yang saudara lakukan jika dalam perjalanan, tiba-tiba hujan turun
dengan deras? Tentu kita akan melambat dan berteduh mencari perlindungan.
Di bawah peneduh, kita mulai memikirkan apa yang harus dilakukan untuk
dapat melanjutkan perjalanan. Di tengah dunia yang penuh dengan kemelut,
gereja dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dan bergerak seirama. Kita
berpacu seolah-olah takut akan tertinggal dan tenggelam dalam peradaban.
Lalu, tetiba tanpa diduga, pandemi bagaikan hujan deras yang memaksa kita
untuk merespons, bagaimana gereja-Nya tetap berfungsi, berjalan di tengah
ketidaktahuan akan apa yang terjadi di depan. Kita bergulat tanpa tahu kapan
pandemi ini akan berakhir dan terus berupaya tidak kehilangan jati diri
sebagai mitra Allah dalam misi-Nya.
Masih relevan rasanya apa yang dikatakan Pierre Teilhard de
Chardin,“Yang terutama ialah, percaya pada karya Allah yang (terlihat) lambat.
Kita tak sabar dalam segala hal, untuk mencapai garis akhir tanpa tunda. Kita
ingin melompati tahap-tahap yang ada. Kita ingin segera tiba di masa yang
baru. Namun segala kemajuan terjadi dengan melalui berbagai tahapan yang
tidak menentu, dan itupun membutuhkan waktu.”
Hari ini dan esok hari adalah waktu dimana kita menyatukan hati dan
pikiran, mencari kehendak Tuhan bagi gereja-Nya. Malam ini adalah satu jeda,
bagi kita untuk melambat, menyadari bahwa Tuhan tetap berkarya walau kita
terlelap. Ketergesaan tidak akan menolong kita mencuri langkah dalam
mengerjakan tugas panggilan kita. Mari kita izinkan tubuh ini beristirahat, dan
Tuhan berkarya dalam diam. Esok hari, kita melanjutkan karya Tuhan melalui
perjumpaan kembali.
DOA PENUTUP
Ibadah Penutup
Persidangan XIV Majelis Sinode Wilayah GKI SW Jawa Tengah
10 September 2021
“Kuat tapi Lentur”
BERGEREJA DENGAN LANDASAN IMAN KRISTEN YANG BENAR
TAPI INKLUSIF DAN KREATIF
SAAT HENING umat berdiri
umat duduk
VOTUM DAN SALAM
PF : Pertolongan kita adalah di dalam nama
Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus.
U : AMIN!
PF : Tuhan beserta kita.
U : DAN BESERTAMU JUGA!
PKJ 105:1-3 – GEREJA BAGAI BAHTERA
Gereja bagai bahtera di laut yang seram
mengarahkan haluannya ke pantai seberang.
Mengamuklah samudera dan badai menderu;
gelombang zaman menghempas, yang sulit ditempuh.
Penumpang pun bertanyalah selagi berjerih:
Betapa jauh, dimanakah labuhan abadi?
Refrein:
Tuhan, tolonglah! Tuhan, tolonglah!
Tanpa Dikau semua binasa kelak.
Ya Tuhan tolonglah!
Gereja bagai bahtera diatur awaknya,
setiap orang bekerja menurut tugasnya.
Semua satu padulah, setia bertekun,
demi tujuan tunggalnya yang harus ditempuh.
Roh Allah yang menyatukan, membina, membentuk
di dalam kasih dan iman dan harap yang teguh.
Kembali ke Refr.
1
PELAYANAN FIRMAN umat berdiri
DOA EPIKLESE 2
PEMBACAAN ALKITAB
KHOTBAH : “KUAT TAPI LENTUR”
SAAT HENING
NKB 230 – BERDERAPLAH SATU
Berderaplah satu, pertegap langkahmu!
Junjunglah panggilanNya, perjuangkan kasihNya!
Bergandengan erat, rintanganmu berat,
‘tuk masyhurkan beritakan perdamaian kekal.
Kristus adalah Kepala G’rejaNya,
RohNya pun tetap membimbing umatNya.
Berbarislah utuh, bersatulah teguh,
hai seluruh Gereja Kristen Indonesia!
Majulah serentak dengan langkah tegap
dan berdoa, berkarya dalam hidup semesta!
Dengan iman teguh, kerahkan dayamu,
kebenaran wujudkan demi sesamamu!
Kristus adalah Kepala G’rejaNya,
RohNya pun tetap membimbing umatNya.
Berbarislah utuh, bersatulah teguh,
hai seluruh Gereja Kristen Indonesia!
PENGUTUSAN
PF : Arahkanlah hatimu kepada Tuhan.
U : KAMI MENGARAHKAN HATI KEPADA TUHAN!
PF : Jadilah saksi Kristus di tengah dunia!
U : SYUKUR KEPADA ALLAH
PF : Terpujilah Tuhan.
U : KINI DAN SELAMANYA!
BERKAT
PF : (menyampaikan berkat)
U : (menyanyikan) HALELUYA [5x] AMIN [3x].
-
Data Peserta P XIV MSW GKI SW Jateng | 9 - 10 Sept 2021 | Zoom Meeting
MK GKI KLASIS JAKARTA 1 Penatua GKI Taman Cibunut Bandung MK GKI Klasis Jakarta 1
1 Kartika Singarimbun Pendeta GKI Kelapa Cengkir Jakarta MK GKI Klasis Jakarta 1
2 Gatot Pujo Tamtama Pendeta GKI Taman Cibunut Bandung MK GKI Klasis Jakarta 1
3 Samuel Adi Perdana Penatua GKI Depok MK GKI Klasis Jakarta 1
4 Lindawati Perangin-angin Pendeta GKI Jatimurni Bekasi MK GKI Klasis Jakarta 1
5 Christian Hutabarat Penatua GKI Kelapa Cengkir MK GKI Klasis Jakarta 1
6 Andrias Pendeta GKI Pasteur Bandung MK GKI Klasis Jakarta 1
7 Denni Setiawan Pendeta GKI Pulo Mas MK GKI Klasis Jakarta 1
8 Setyo Haryo Mahanduro
Penatua GKI Karawaci MK GKI Klasis Jakarta 1
9 Peter Wiradjaja Pendeta GKI Jatiasih Bekasi MK GKI Klasis Jakarta 1
10 Budiningrum Sunny Nurwidya
MK GKI KLASIS JAKARTA 2
1 Adrianus Patiung Penatua GKI Ciledug Raya MK GKI Klasis Jakarta 2
GKI Cinere MK GKI Klasis Jakarta 2
2 Guntur Wibisono Pendeta GKI Bintaro Utama MK GKI Klasis Jakarta 2
GKI Sarua Indah MK GKI Klasis Jakarta 2
3 Johnny L. Tamarindang Penatua GKI Serpong MK GKI Klasis Jakarta 2
GKI Serpong MK GKI Klasis Jakarta 2
4 Jojor Sri Rezeki Tobing Penatua GKI Bintaro Utama MK GKI Klasis Jakarta 2
GKI Bintaro MK GKI Klasis Jakarta 2
5 Johanes Wisnu Brata Penatua GKI Kebayoran Baru MK GKI Klasis Jakarta 2
GKI Sarua Indah MK GKI Klasis Jakarta 2
6 Aslan Sianipar Penatua
7 Yohannes Augustha Bambang SethiawaPnendeta
8 Matius Mulyono Penatua
9 Neil Aldrin Appola Matondang Penatua
10 Agus Wijaya Pendeta
MK GKI KLASIS SEMARANG BARAT Pendeta GKI Gondomono Semarang MK GKI Klasis Semarang Barat
1 Supadmo Pendeta GKI Weleri Plelen MK GKI Klasis Semarang Barat
2 Betharia Kristine Setyaningrum Pendeta GKI Gereformeerd Semarang MK GKI Klasis Semarang Barat
3 Rahmat Paska Rajagukguk Penatua GKI Beringin Semarang MK GKI Klasis Semarang Barat
4 Hanna Oei Lie Siang Penatua GKI Gondomono MK GKI Klasis Semarang Barat
5 Roshayati Hartono Pendeta GKI Pemalang MK GKI Klasis Semarang Barat
6 David Nugrahaning Widi Pendeta GKI Pekalongan MK GKI Klasis Semarang Barat
7 Yosua Agung Nugroho Hadiusodo Pendeta GKI Stadion MK GKI Klasis Semarang Barat
8 Ponco Trihandoko
Penatua GKI Tegal MK GKI Klasis Semarang Barat
9 Iwan Kurniawan Penatua GKI Gereformeerd MK GKI Klasis Semarang Barat
10 Merry Herlina Saragih
MK GKI KLASIS SEMARANG TIMUR
1 David Christianto Indro Cahyono Pendeta GKI Genuk Indah Semarang MK GKI Klasis Semarang Timur
GKI Lasem MK GKI Klasis Semarang Timur
2 Imanuel budidharma Pendeta GKI Juwana MK GKI Klasis Semarang Timur
GKI Blora MK GKI Klasis Semarang Timur
3 Robinson J.H.Siahaan Pendeta GKI Taman Majapahit MK GKI Klasis Semarang Timur
GKI Karangsaru MK GKI Klasis Semarang Timur
4 Vania Natasha Pendeta GKI Karangsaru MK GKI Klasis Semarang Timur
GKI Cepu MK GKI Klasis Semarang Timur
5 Stefany Hanajuwaningsih Tanuwidjaja Penatua GKI Peterongan MK GKI Klasis Semarang Timur
GKI Purwodadi MK GKI Klasis Semarang Timur
6 Utomo Pendeta
7 Wibowo Djayaprana Penatua
8 Lie Thien Siang Pendeta
9 Jerdi Stevan Pendeta
10 Liliana Penatua
MK GKI KLASIS MAGELANG Pendeta GKI Pajajaran Magelang MK GKI Klasis Magelang
1 Lery Tulus Lumban Tobing Pendeta GKI Muntilan MK GKI Klasis Magelang
2 Kristiani Santoso Pendeta GKI Pajajaran Magelang MK GKI Klasis Magelang
3 Eka Setiawan Tejo Kesuma Pendeta GKI Ambarawa MK GKI Klasis Magelang
4 Hernadi Kurniawan Penatua GKI Soka Salatiga MK GKI Klasis Magelang
5 David Adechandra Ashedica Pesudo Penatua GKI Banjarnegara MK GKI Klasis Magelang
6 Yose Emeraldo Theofilus Penatua GKI Salatiga MK GKI Klasis Magelang
7 Hendra Aribowo Pendeta GKI Salatiga MK GKI Klasis Magelang
8 Helen Ruth Manurung Penatua GKI Pahlawan MK GKI Klasis Magelang
9 Sri Mulyani Penatua GKI Banjarnegara MK GKI Klasis Magelang
10 T. Fiona Sandrawati
MK GKI KLASIS YOGYA Penatua GKI Prambanan MK GKI Klasis Jogja
1 Nia Karenina Pendeta GKI Gejayan MK GKI Klasis Jogja
2 Guratan Pamentasing Pragolaesa Pendeta GKI Wongsodirjan MK GKI Klasis Jogja
3 Benaya Agus Dwihartanta Pendeta GKI Ngupasan MK GKI Klasis Jogja
4 Hadyan Tanwikara Penatua GKI Adisucipto MK GKI Klasis Jogja
5 Agatha Kharis Wibisono Putra Penatua GKI Ngupasan MK GKI Klasis Jogja
6 Etiek Febriyanti Penatua GKI Gejayan MK GKI Klasis Jogja
7 Retno Riadi Penatua GKI Gejayan Yogyakarta MK GKI Klasis Jogja
8 Yohanes Nugroho Wahyu Penatua GKI Adisucipto MK GKI Klasis Jogja
9 Nina Tri Pangesti Penatua GKI Wongsodirjan MK GKI Klasis Jogja
10 I Ketut Mangku
Halaman 1 dari 2
Data Peserta P XIV MSW GKI SW Jateng | 9 - 10 Sept 2021 | Zoom Meeting
MK GKI KLASIS SOLO Pendeta GKI Nusukan MK GKI Klasis Solo
1 Sujanto Putro Waskito Wibowo Penatua GKI Coyudan MK GKI Klasis Solo
2 Andri Prasetya Budhiharjo Penatua GKI Sangkrah Solo MK GKI Klasis Solo
3 Pilipus Supardi Pendeta GKI Wonogiri MK GKI Klasis Solo
4 Markus Firmanto Adji Pendeta GKI Sangkrah Solo MK GKI Klasis Solo
5 Erny Stientje Sendow Penatua GKI Kartasuro MK GKI Klasis Solo
6 Kris Hartono Pendeta GKI Sorogenen MK GKI Klasis Solo
7 Hendrikus Agus Rahardjo Pendeta GKI Coyudan Solo MK GKI Klasis Solo
8 Keshia Hestikahayu Suranta Penatua GKI Kabangan MK GKI Klasis Solo
9 Okta Irawan Penatua GKI Masaran MK GKI Klasis Solo
10 Dewi Mayangsari
MK GKI KLASIS PURWOKERTO Penatua GKI Kutoarjo MK GKI Klasis Purwokerto
1 Andetta Philiea Dorothea Penatua GKI Purworejo MK GKI Klasis Purwokerto
2 Mori John Rajagukguk Pendeta GKI Gatot Subroto Purwokerto MK GKI Klasis Purwokerto
3 Adon Syukmana Pendeta GKI Purwareja Klampok MK GKI Klasis Purwokerto
4 Barmen Brevis Lumbantoruan Penatua GKI Sokaraja MK GKI Klasis Purwokerto
5 Loekas Soesanto Pendeta GKI Gombong MK GKI Klasis Purwokerto
6 Setyo Pranowo Pendeta GKI Banyumas MK GKI Klasis Purwokerto
7 Dinna Dwi Putranti Pendeta GKI D. I. Panjaitan MK GKI Klasis Purwokerto
8 Edward Raymond Setiawan Penatua GKI Karanglewas Purwokerto MK GKI Klasis Purwokerto
9 Vinsensius Indra Penatua GKI Cilacap MK GKI Klasis Purwokerto
10 Renggo Condro Giri Penatua GKI Pondok Indah BPMSW GKI SW Jateng
Pendeta GKI Purworejo BPMSW GKI SW Jateng
BPMSW GKI SW JATENG Pendeta GKI Beringin Semarang BPMSW GKI SW Jateng
Pendeta GKI Pondok Indah BPMSW GKI SW Jateng
1 Hanindia Narendrata Pendeta GKI Purwodadi BPMSW GKI SW Jateng
2 Henny Yulianti Penatua GKI Ampera Jakarta BPMSW GKI SW Jateng
3 Edwart Tambunan Pendeta GKI Masaran BPMSW GKI SW Jateng
4 Bonnie Andreas Pendeta GKI Serpong BPMSW GKI SW Jateng
5 Rita Dwi Lestari Pendeta GKI Pasteur Bandung BPMSW GKI SW Jateng
6 Robert Laoh Pendeta GKI Temanggung BPMSW GKI SW Jateng
7 Enos Bayu Setiyadi Penatua GKI Gejayan BPMSW GKI SW Jateng
8 Yonatan Wijayanto Penatua GKI Sangkrah BPMSW GKI SW Jateng
9 Paulus Kristian Mulyono Penatua GKI Karawaci BPMSW GKI SW Jateng
10 Darmanto Lemuel Penatua GKI Beringin BPMSW GKI SW Jateng
11 Budi Susanto Penatua GKI Pasteur BPMSW GKI SW Jateng
12 Ima Listyawati
13 Michael A.R Palandeng Penatua GKI Palsigunung BPHM SW GKI SW Jateng
14 Roni Herianto Penatua GKI Bintaro Utama BPMSW GKI SW Jateng
15 Rudy Parlin Silaen
Notulis GKI Tegal Notulis P XIV MSW GKI SW Jateng
BPHM SW GKI SW JATENG Notulis GKI Gading Serpong Notulis P XIV MSW GKI SW Jateng
1 Ekowati Tyas Rahayu
2 Adi Budiarso Pendeta Sinode GKJ Bapelsin XXVII GKJ
Pendeta GKI Jombang BPMSW GKI SW Jatim
NOTULIS Pendeta GKI Bromo Malang. BPMSW GKI SW Jatim
1 Felliex Yulio Murlyantara Pendeta GKI Puri Indah BPMSW GKI SW Jabar
2 Harley Jonathan Pendeta GKI Bogor Baru BPMSW GKI SW Jabar
Pendeta GKI Villa Melati Mas BPMS GKI
UTUSAN LAINNYA Pendeta GKI Jatibening BPMS GKI
1 Sundoyo Pendeta Dosen UKDW Fakultas Teologi BPMS GKI
2 Sutrisno Pendeta GKI Pondok Indah Nara Sumber/Pembicara Webinar
3 Didik Tridjatmiko
4 Cordelia Gunawan
5 Darwin Darmawan
6 Pdt. Danny Purnama
7 Pdt. Untari Setyowati
8 Pdt. Handi Hadiwitanto
9 Joas Adiprasetya
Halaman 2 dari 2