The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Modul ini bisa memberikan pemahaman pada mahasiswa tentang isi pembelajaran yang akan dibahas. Kompetensi dasar, menjelaskan target minimal yang harus diketahui oleh mahasiswa. Kemampuan akhir, berisi tentang kemampuan yang harus dipahami oleh mahasiswa. Penjelasan materi berisi intisari pembelajaran yang dibahas. Latihan, digunakan untuk mengukur kemampuan mahasiswa. Rangkuman, berisi ringkasan materi yang telah disajikan. Tes formatif, berisi tes-tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan mahasiswa. Umpan balik dan tindak lanjut, berisi ukuran yang akan digunakan dosen dalam mengukur kemampuan minimal mahasiswa, dan untuk memberikan keputusan bahwa mahasiswa boleh lanjut ke materi berikutnya atau mengulang.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by ekonfuad, 2022-03-17 00:10:45

Auditing

Modul ini bisa memberikan pemahaman pada mahasiswa tentang isi pembelajaran yang akan dibahas. Kompetensi dasar, menjelaskan target minimal yang harus diketahui oleh mahasiswa. Kemampuan akhir, berisi tentang kemampuan yang harus dipahami oleh mahasiswa. Penjelasan materi berisi intisari pembelajaran yang dibahas. Latihan, digunakan untuk mengukur kemampuan mahasiswa. Rangkuman, berisi ringkasan materi yang telah disajikan. Tes formatif, berisi tes-tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan mahasiswa. Umpan balik dan tindak lanjut, berisi ukuran yang akan digunakan dosen dalam mengukur kemampuan minimal mahasiswa, dan untuk memberikan keputusan bahwa mahasiswa boleh lanjut ke materi berikutnya atau mengulang.

Keywords: Auditing

dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya menarik kesimpulan
berdasarkan alasan yang kuat.

Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit harus sah dan relevan. Keabsahan
sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemperolehan bukti tersebut. Bukti
ekstern yang diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan dianggap lebih kuat, dalam
arti dapat lebih diandalkan/dipercaya keabsahan daripada bukti yang diperoleh dari dalam
perusahaan itu sendiri (bukti intern). Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar
jaminan yang diberikan mengenai keandalan data akuntansi dan laporan, pengetahuan auditor
secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi phisik, pengalaman, perhitungan,
dan inspeksi, lebih bersifat menyimpulkan (persuasive evidence) daripada bukti yang bersifat
meyakinkan (convincing evidence).

Menurut konrath (2002 114&115) ada enam tipe bukti audit, yaitu:
1. Physical evidence

Physical evidence terdiri dari segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara, di observasi
atau di inspeksi, danterutama berguna untuk mendukung tujuan eksistensi atau
keberadaan. Contohnya adalah bukti-bukti phisik yang diperoleh dari kas opname,
observasi dari perhitungan phisik persediaan, pemeriksaan phisik surat berharga dan
inventarisasi aktiva tetap.
2. Evidence obtain through confirmation
Confirmation evidence, adalah bukti yang diperoleh mengenai eksistensi, kepemilikan atau
penilaian, langsung dari pihak ketiga diluar klien. Contohnya adalah jawaban konfirmasi
piutang, utang, barang konsinyasi, surat berharga yang disimpan biro administrasi efek
dan konfirmasi dari penasihat hukum klien.
3. Documentary evidence
Documentary evidence, terdiri dari catatan-catatan akuntansi dan seluruh dokumen
pendukung tranksaksi. Contohnya adalah faktur pembelian, copy faktur penjualan, journal
voucher, general ledger, dan sub ledger. Bukti ini berkaitan dengan asersi manajemen
mengenai completeness dan eksistensi dan berkaitan dengan audit trail yang
memungkinkan auditor untuk mentransir dan melakukan vouching atas tranksaksi-
tranksaksi dan kejadian-kejadian dari dokumen ke buku besar dan sebaliknya.
4. Mathematical evidence
Mathematical evidence, merupakan perhitungan, perhitungan kembali dan rekonsiliasi
yang dilakukan auditor. Misalnya footing, cross footing extension dari rincianpersediaan,
perhitungan dan alokasi beban penyusutan, perhitungan beban bunga, laba/rugi penarikan
aktiva tetap, PPH dan accruals. Untuk rekonsiliasi misalnya pemeriksaan rekonsiliasi bank,
rekonsiliasi saldo piutang usaha dan utang menurut buku besar dan sub buku besar,
rekonsiliasi intercompany accounts dan lain-lain.
5. Analytical evidence
Analytical evidence, bukti yang di peroleh dari penelaahan analitis terhadap informasi
keuangan klien. Penelaahan analitis ini harus dilakukan pada waktu membuat
perencanaan audit, sebelum melakukan substantive test pada akhir pekerjaanlapangan
(audit field work). Prosedur analitis bisa dilakukan dalam bentuk:
a. Trend (horizontal) analysis, yaitu membandingkan angka-angka laporan keuangan

tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya dan menyelidiki kenaikan/penurunan
yang signifikan baik dalam jumlah rupiah maupun persentase.
b. Common size (vertical) analysis

44

c. Ratio analysis, misalnya menghitung rasio likuiditas, rasio porfitablitas, rasio leverage
dan rasio manajemen aset

d. Hearsay evidence
Hearsay (oral) evidence, merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor, misalnya pertanyaan-pertanyaan
auditor mengenai pengendalian intern, ada tidaknya contigent liabilitas, persediaan
yang bergerak lambat atau rusak, kejadian penting sesudah tanggal neraca dan lain-
lain.

Complain Test and Subtantive Test

Compliance test (test ketaatan) atau test of recorded transactions adalah test terhadap

bukti-bukti pembukuan yang mendukung tranksaksi yang dicatat perusahaan untuk

mengetahui apakah setiap tranksaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat seusai dengan

sistim dan pencatatan tranksaksi, walaupun jumlah (rupiah) nya tidak material, auditor harus

memperhitungkan pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap efektifitas pengendalian

intern. Juga harus dipertimbangkan apakah kelemahan dalam salah satu aspek pengendalian

intern bisa diatasi dengan suatu “compensating control”.

Misalnya:

Kesalahan yang di Kelemahan I/C Compensanting control

temukan

1. Bukti pengeluaran kas Timbul kemungkinan 1. Subledger hutang selalu di

dan Bukti-bukti pendukung bukti pendukung update dan setiap akhir bulan

tidak Di cap lunas digunakan untuk direconcile dengan saaldo

pembayaran yang kedua hutang dibuku besar

kalinya 2. Perusahaan memiliki

2. Bukti pengeluaran kas Timbul kemungkinan Perusahaan menggunakan

tidak bernomor urut tercetak penyalahgunaan bukti imperst fund system untuk

tersebut untuk pengeluaran < Rp.750.000,-

keuntungan pribadi untuk jumlah > Rp.750.000,-

dibayar dengan giro, yang urutan

nomornya selalu diawasi.

Compliance test biasanya dilakukan untuk transaksi berikut ini:

Jenis Transaksi Jenis Transaksi Sample yang Digunakan

₋ Penjualan Sales test Faktur penjualan
₋ Penerimaan kas Cash receipts test Kwitansi
₋ Pengeluaran kas Cash disbursement test Nomor check/giro
₋ Pembelian Purchase test Purchase order
₋ Pembayaran gaji dan upah Payroll test Daftar gaji
₋ Jurnal koreksi/penyesuaian Journal voucher test Journal voucher

Dalam melaksanakan compliance test, auditor harus memperhatikan hal-hal berikut.
1. Kelengkapan bukti pendukung (supporting documents).
2. Kebenaran perhitungan mathematis (footing, cross footing, extension).
3. Otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang.
4. Kebenaran nomor perkiraan yang di debit/di kredit.
5. Kebenaran posting ke buku besar dan sub buku besar.

45

Compliance test bisa dilakukan pada waktu intern audit dan dilanjutkan setelah
perusahaan melakukan penutupan buku pada akhir tahun.

Substantive test adalah test terhadap kewajaran saldo-saldo perkiraan laporan
keuangan (neraca dan laporan laba rugi).

Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dalam substantive test antara lain:
1. Inventarisasi aktiva tetap
2. Observasi atas stock opname
3. Konfirmasi piutang, utang dan bank
4. Subsequent collection dan subsequent payment
5. Kas opname
6. Pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain.

Jika pada waktu melakukan subtantive test, auditor menemukan kesalahan-kesalahan,
harus dipertimbangkan apakah kesalahan tersebut jumlahnya material atau tidak. Jiika
kesalahan material, auditor harus mengusulkan audit adjustment secara tertulis (dalam bentuk
daftar audit adjustment). Jika usulan adjustment tidak disetujui klien. Dan auditor yakin usulan
adjustment tersebut benar, maka auditor tidak boleh memberikan unqualified opinion.

Kesalahan yang jumlahnya tidak material (immaterial), auditor tetap perlu mengajukan
usulan adjustment, tetapi tidak perlu dipaksakan karena tidak akan mempengaruhi opini
akuntan publik. Dalam melakukan subtantive test, auditor perlu membuat kertas kerja dalam
bentuk working balance sheet, working profit and loss, top schedule dan supporting schedule.

Cara Pemilihan Sampel

Dalam melakukan pemeriksaannya, akuntan publik biasanya tidak memeriksa
keseluruhan tranksaksi dan bukti-bukti yang terdapat dalam perusahaan. Karena kalau
seluruhnya diperiksa, tentunya akan memerlukan waktu yang lama dan memakan biaya yang
besar.

Karena itu tranksaksi-tranksaksi dan bukti-bukti diperiksa secara “test basis” atau
secara sampling. Dari keseluruhan “universe” diambil beberapa sample untuk ditest. Dan dari
hasil pemeriksaan sample, auditor akan menarik kesimpulan mengenai “universe” secara
keseluruhan.

Cara pemilihan sample tidak boleh seenaknya, karena sample tersebut haruslah
mewakili universe secara tepat, karena jika sample yang dipilih tidak tepat, akan sangat
mempengaruhi kesimpulan yang ditarik.

Sample harus dipilih dengan cara tertentu yang bisa dipertanggungjawabkan, sehingga
sample tersebut betul-betul representative.

Menurut PSA No.26:
“Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau
kelompok tranksaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa
karakteristik saldo akun atau kelompok tranksaksi tersebut.”
“Ada dua pendekatan umum dalam samping audit: nonstatistik dan statistik. Kedua
pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sample, serta dalam menghubungkan bukti
audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo atau kelompok tranksaksi yang berkaitan”.

Metode sampling apapun yang digunakan, auditor dianjurkan untuk terlebih dahulu
menyusun “sampling plan”. Beberapa cara pemilihan sampling yang sering digunakan adalah:

46

1. Random/judgement sampling
Pemilihan sample dilakukan secara random dengan menggunakan judgemment si

akuntan publik.
Salah satu cara, misalnya: dalam melakukan test tranksaksi atas pengeluaran kas

auditor menentukan bahwa semua pengeluaran kas yang lebih besar atau sama dengan
Rp.5.000.000,- harus di vouching. Ditambah dua setiap bulan yang berjumlah dibawah
Rp.5.000.000,- Cara lainnya auditor bisa menggunakan random samping table dalam
memilih sample pemilihan sample bisa juga dilakukan dengan menggunakan computer.
2. Block sampling

Dalam hal ini auditor memilih tranksaksi di bulan-bulan tertentu sebagai sample,
misalnya bulan januari, juni dan desember.

Keberhasilan kedua cara diatas walaupun paling mudah, tetapi sangat tergantung
pada judgemment auditor, sebanyak pengalaman auditor, semakin baik hasilnya, dalam
arti sample yang dipilih betul-betul representative. Tetapi jika auditor kurang pengalaman
sample yang dipilih akan kurang representative.
3. Statistical sampling

Pemilihan sample dilkakukan secara ilmiah, sehingga walaupun lebih sulit namun
sample yang terpilih betul-betul representative. Karena memakan waktu yang lebih
banyak, statistical sampling lebih banyak digunakan dalam audit perusahaan yang sangat
besar dan mempunyai internal control yang cukup baik.

Latihan

1) Sebutkan transaksi yang biasanya menggunakan Compliance test?

Jawab:

Jenis Transaksi Jenis Transaksi Sample yang

₋ Penjualan Sales test Digunakan
Faktur penjualan
₋ Penerimaan kas Cash receipts test Kwitansi
Nomor check/giro
₋ Pengeluaran kas Cash disbursement Purchase order
Daftar gaji
₋ Pembelian test

₋ Pembayaran gaji dan Purchase test

upah Payroll test Journal voucher
₋ Jurnal
Journal voucher test

koreksi/penyesuaian

2) Jelaskan pengertian substantive test dan bagaimana prosedur pemeriksaan yang
dilakukan dalam substantive test?
Jawab:
Substantive test adalah test terhadap kewajaran saldo-saldo perkiraan laporan keuangan
(neraca dan laporan laba rugi).
a. Inventarisasi aktiva tetap
b. Observasi atas stock opname
c. Konfirmasi piutang, utang dan bank
d. Subsequent collection dan subsequent payment
e. Kas opname
f. Pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain
47

3) Apa saja yang perlu diperhatikan auditor dalam melaksanakan compliance test?
Jawab:
a. Kelengkapan bukti pendukung (supporting documents).
b. Kebenaran perhitungan mathematis (footing, cross footing, extension).
c. Otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang.
d. Kebenaran nomor perkiraan yang di debit/di kredit.
e. Kebenaran posting ke buku besar dan sub buku besar.

4) Menurut konrath (2002 114&115), ada enam tipe bukti audit. Sebutkan dan jelaskan!
a. Physical evidence
Physical evidence terdiri dari segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara,
diobservasi atau diinspeksi, dan terutama berguna untuk mendukung tujuan
eksistensi atau keberadaan.
b. Evidence obtain through confirmation
Confirmation evidence, adalah bukti yang diperoleh mengenai eksistensi, kepemilikan
atau penilaian, langsung dari pihak ketiga diluar klien.
c. Documentary evidence
Documentary evidence, terdiri dari catatan-catatan akuntansi dan seluruh dokumen
pendukung tranksaksi.
d. Mathematical evidence
Mathematical evidence, merupakan perhitungan, perhitungan kembali dan
rekonsiliasi yang dilakukan auditor.
e. Analytical evidence
Analytical evidence, bukti yang diperoleh dari penelaahan analitis terhadap informasi
keuangan klien.

5) Bagaimana cara pemilihan sampel?
Jawab:
a. Random/judgement sampling
b. Block sampling
c. Statistical sampling

Rangkuman

Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua
informasi penguat yang tersedia bagi auditor. Jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan
buku pedoman akuntansi yang berkaitan, serta catatan seperti lembaran kerja (work sheet)
dan spread sheet yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi
keseluruhannya merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. Menurut konrath (2002
114&115) ada enam tipe bukti audit, yaitu:
1. Physical evidence
2. Evidence obtain through confirmation
3. Documentary evidence
4. Mathematical evidence
5. Analytical evidence

48

Tes Formatif 5

Jawablah pernyataan-pernyataan berikut dengan “Benar” atau “Salah”.
1) Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri atas data akuntansi dan semua

informasi penguat yang tersedia bagi auditor. (Benar/Salah)
2) Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektronik, seperti cek, faktur,

surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi dan representasi tertulis dari pihak yang
mengetahui. (Benar/Salah)
3) Untuk dikatakan kompeten, bukti audit harus sah, relevan dan material. (Benar/Salah)
4) Jika pada waktu melakukan substantive test, auditor menemukan kesalahan yang tidak
material, maka auditor harus mengusulkan audit adjustment. Jika klien menolak untuk
membukukan adjustment tersebut, auditor tidak boleh memberikan unqualified opinion.
(Benar/Salah)
5) Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo
perkiraan atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk
menilai beberapa karakteristik saldo perkiraan atau kelompok transaksi tersebut.
(Benar/Salah)

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Untuk melanjutkan ke materi berikutnya, mahasiswa harus mampu menjawab semua
pertanyaan paling tidak 80% benar. Selamat bagi mahasiswa yang lolos ke materi berikutnya.

Kunci Jawaban

1. Tes formatif 1
1) Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri atas data akuntansi dan semua
informasi penguat yang tersedia bagi auditor. (Benar)
2) Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektronik, seperti cek,
faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi dan representasi tertulis dari pihak yang
mengetahui. (Benar)
3) Untuk dikatakan kompeten, bukti audit harus sah, relevan dan material. (Salah)
4) Jika pada waktu melakukan substantive test, auditor menemukan kesalahan yang tidak
material, maka auditor harus mengusulkan audit adjustment. Jika klien menolak untuk
membukukan adjustment tersebut, auditor tidak boleh memberikan unqualified opinion.
(Salah)
5) Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo
perkiraan atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan
untuk menilai beberapa karakteristik saldo perkiraan atau kelompok transaksi tersebut.
(Benar)

Daftar Pustaka

Agoes, S. (2004). Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Oleh Kantor Akuntan Publik: Edisi
Ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI).

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). (2009). Modul Dilat Pembentukan
Auditor Investigatif “Fraud dan strategi memeranginya”, Ciawi.
49

De Angelo, Linda Elizabet. (1981). Auditor Size And Audit Quality. Journal of Accounting
and Economics, 3, 183-199.

Dutadasanovan, Yoga. (2013). Pengaruh Time Budget Pressure Terhadap Kualitas Audit
Dengan Independensi Sebagai Variabel Intervening. Tesis. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.

Minaryati A.A. & Ridwan M. 2015 Tanggung Jawab Pendeteksian Kecurangan sebagai
Pencegahan Kegagalan Audit (Studi pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta) Jurnal
Trikominika

50

Topik 6:

Kertas Kerja Pemeriksaan

Pendahuluan

Sebelum melaksanakan pengauditan sebaiknya saudara menyiapkan kertas kerja.
Adapun kertas kerja ini berdasarkan prosedur pemeriksaan. Prosedur pemeriksaannya
(general audit) KAP harus berpedoman kepada SPAD Khususnya standar auditing, standar
pengendalian mutu, kode etik Ikatan Akuntan Indonesi dan aturan etika IAI Kantor Akuntan
Publik (sekarang Kode Etik Profesi Akuntan Publik). Semua prosedur audit yang dilakukan
dan temuan-temuan pemeriksaan harus didokumentasikan dalam kertas kerja pemeriksaan.
Kertas kerja pemeriksaan adalah catatan catatan yang dibuat atau dikumpulkan dan disimpan
oleh akuntan public mengenai prosedur pemeriksaan yang ditempuhnya pengujian yang
dilakukannya,

Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan ini, mahasiswa mampu memahami kertas
kerja pemeriksaan. Minimal 95% benar.

Kemampuan Akhir yang Diharapkan

Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan ini, mahasiswa mampu
mengimplementasikan kertas kerja pemeriksaan.

Kegiatan Belajar 6

Pengertian Pengertian Kertas Kerja Pemeriksaan

Dalam menjalankan pemeriksaannya (general audit) KAP harus berpedoman kepada
SPAD Khususnya standar auditing, standar pengendalian mutu, kode etik Ikatan Akuntan
Indonesi dan aturan etika IAI Kantor Akuntan Publik (sekarang Kode Etik Profesi Akuntan
Publik). Semua prosedur audit yang dilakukan dan temuan-temuan pemeriksaan harus
didokumentasikan dalam kertas kerja pemeriksaan. Kertas kerja pemeriksaan adalah catatan
catatan yang dibuat atau dikumpulkan dan disimpan oleh akuntan public mengenai prosedur
pemeriksaan yang ditempuhnya pengujian yang dilakukannya, keterangan yang diperolehnya
dan kesimpulan yang ditariknya sehubungan dengan pemeriksaan (Sari N. Z., 2017). Kertas
kerja pemeriksaan adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan oleh auditor dalam
menjalankan pemeriksaan, yang berasal dari pihak klien, dari analisis yang dibuat oleh auditor,
dari pihak ketiga. Berkas yang berasal dari klien, misalnya: Neraca Saldo (Trial Balance),
Rekonsiliasi Bank (Bank Reconciliation), Analisis Umur Piutang (Accounts Receivable Aging
Schedule), Rincian Persediaan (Final Inventory List), Rincian Liabilities, Rincian Beban Umum
dan Administrasi, Rincian Beban Penjualan, Surat Pernyataan Langganan.

Analisis yang dibuat auditor, misalnya: Berita Acara Kas Opname (Cash Count Sheef),
Pemahaman dan Evaluasi Internal Control, termasuk Internal Control Questionnaires, Analisis

51

Penarikan Aset Tetap, Analisis mengenai cukup tidaknya allowance for bad debts, Working
Balance Sheet (WBS), Working Profit and Loss (WPL), Top Schedule, Supporting Schedule,
Konsep Laporan Audit (konsep Audit Report), Management Letter. Berkas yang diperoleh dari
pihak ketiga, misalnya: Jawaban konfirmasi: Piutang, Kewajiban, Dari Bank, Dari Penasihat
hukum perusahaan. Manajemen Audit Berbasis Kertas Kerja Pemeriksaan (Audit Working
Paper) efektif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa. (Ginting, 2012)

Tujuan Kertas Kerja Pemeriksaan

Kertas kerja pemeriksaan yang merupakan dokumentasi auditor atas prosedur-
prosedur audit, tes-tes yang diadakan, informasi-intormasi yang didapat dan kesimpulan yang
dibuat atas pemeriksaan, analisis, memorandum, surat-surat konfirmasi dan representasi,
ikhtisar dokumen-dokumen perusahaan, rincian-rincian pos neraca dan laba rugi, serta
komentar-komentar yang dibuat atau diperoleh si auditor, mempunyai beberapa tujuan.
(Agoes, 2012)

Tujuan tersebut antara lain: Pertama, Mendukung opini auditor mengenai kewajaran
laporan keuangan. Opini yang diberikan harus sesuai dengan pemeriksaan yang dicantumkan
dalam kertas kerja perusahaan. Kedua, Sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanakan
pemeriksaan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik. Dalam kertas kerja
pemeriksaan harus terlihat bahwa apa yang diatur dalam SPAP telah diikuti dengan baik oleh
auditor. Misalnya melakukan kesalahan pengendalian diri dengan menggunakan kuesioner
kontrol internal, konfirmasi verifikasi, meminta surat pernyataan Langganan dan lain-lain.
Ketiga, Sebagai referensi dalam hal ada pertanyaan dari: Pihak Pajak, Pihak Bank, Pihak Klien
Jika kertas kerja yang lengkap, mempertanyakan apa pun yang diajukan pihak-pihak tersebut,
yang berkaitan dengan audit laporan, bisa dijawab dengan mudah oleh auditor, dengan
menggunakan kertas kerja yang diperiksa sebagai referensi.

Tujuan selanjutnya yaitu sebagai salah satu dasar penilaian asisten (seluruh tim audit)
sehingga dapat mengevaluasi kemampuan asisten sampai dengan mitra, setelah selesai
suatu penugasan. Ini biasa digunakan sebagai salah satu evaluasi dasar pertimbangan untuk
kenaikan jenjang jabatan dan kenaikan gaji. Kelima, sebagai pegangan untuk audit tahun
berikutnya. Untuk persiapan audit tahun berikutnya kertas kerja tersebut dapat dimantaatkan
antara lain: untuk mengecek saldo awal, untuk mengetahui oleh audit staf yang baru
ditugaskan untuk memeriksa klien, untuk mengetahul masalah-masalah yang terjadi di tahun
lalu dan digunakan untuk penyusunan rencana audit plan tahun berikutnya.

Current File dan Permanent File

Kertas kerja pemeriksaan biasanya dikelompokkan dalam: Berkas tahun berjalan
(Current File), Berkas permanen (Permanent File), dan Berkas surat menyurat
(Corespondence File). Current File Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk tahun
berjalan, misalnya: Neraca saldo, Berita Acara Kas, Rekonsilasi Bank, Rincian Piutang,
Rincian Persediaan, Rincian Liabilities, Rincian Biaya, dan lain-lain. Permanent File Berisi
kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk beberapa tahun, misalnya: Akta Pendirian,
Buku Pedoman Akuntansi (Accounting Manual), Kontrak-kontrak, Notulen Rapat.
Correspondence File Berisi korespondensi dengan klien, berupa surat menyurat, facsimile,
email, dan lain lain.

52

Kriteria untuk Pembuatan Kertas Kerja Pemeriksaan yang Baik

Agar kertas kerja pemeriksaan mempunyai manfaat yang optimal, harus dipenuhi
kriteria berikut ini: Pertama, Kertas kerja pemeriksaan harus mempunyai tujuan. Misalnya:
cash count sheet dapat ditrasir dengan angka pada neraca. Kedua, Harus dicegah menulis
kembali kertas kerja pemeriksaan sebab banyak kerugianny antara lain: Membuang waktu,
Dapat salah menyalin. Ketiga, Dalam kertas kerja pemeriksaan harus dijelaskan prosedur
audit apa yang dilakukan dengan menggunakan audit tick mark. Misalnya: periksa aging
schedule, penjumlahan dengan cara footing dan cross footing, Penggunaan tick mark antara
lain: ^ =Footing/cross footing, CB = Confimed Balance <bila cocok>, R.D = Reporting
Difference. Contoh audit tick mark yang biasa digunakan bisa dilihat di Exhibit 7-1. Keempat,
Kertas kerja pemeriksaan harus diindex/cross index. Ada beberapa cara penggunaan index.
alphabetis = A-Z, numerical = 1-Il dan seterusnya, gabungan= A1, A2 dan seterusnya. Kelima,
Kertas kerja harus diparaf oleh orang yang membuat dan me-review working papers sehingga
dapat diketahui siapa yang bertanggung jawab. Keenam, Setiap pertanyaan yang timbul pada
review notes harus terjawab, tidak boleh ada "open question" (pertanyaan yang belum
terjawab). Ketujuh, Pada kertas kerja pemeriksaan harus dicantumkan: Sifat dari perkiraan
yang diperiksa, Prosedur pemeriksaan yang dilakukan, Kesimpulan mengenai kewajaran
perkiraan yang diperiksa, Hal-hal tambahan: Kertas kerja pemeriksaan harus rapih dan bersih,
Kertas kerja pemeriksaan harus mudah dibaca (jelas), Bahasa yang digunakan (Indonesia
atau Inggris) harus baik, Jangan hanya memphoto copy data dari klien tanpa diberi suatu
penjelasan. Terakhir, di bagian muka file kertas kerja pemeriksaan harus dimasukkan Daftar
Isi dan Index kertas kerja pemeriksaan dan contoh paraf seluruh tim pemeriksa yang terlibat
dalam penugasan audit tersebut.

Pemilikan dan Penyimpanan Kertas Kerja Pemeriksaan

Kertas kerja pemeriksaan adalah milik akuntan publik. Hak auditor sebagai pemilik
kertas kerja pemeriksaan terikat pada batasan-batasan moral yang dibuat untuk mencegah
kebocoran-kebocoran (confidentiality) data klien. Walaupun sebagian kertas kerja akuntan
public dapat digunakan sebagai sumber referensi bagi kliennya, namun kertas kerja
pemeriksaan tersebut tidak dapat dianggap sebagai bagian atau pengganti dari catatan
akuntansi klien tersebut. Bila ada pihak lain yang ingin meminjam atau me-review kertas kerja
pemeriksaan baru bisa diberikan atas perseujuan tertulis dari klien yang bersangkutan,
sebaiknya hanya bagian yang diperlukan saja yang dipinjamkan atau diperhatikan. Akuntan
public harus mengambil langkah-langlah yang tepat untuk keamanan kertas kerja
pemeriksaannya dan menyimpan kertas kerja tersebut sesuai dengan peraturan pemerintah
yang berlaku. (Agoes, 2012)

Working Balance Sheet dan Working Profit and Loss

Working balance sheet dan working profit and loss berisi angka-angka perbook, audit
adjustment, saldo per unit yang nantinya akan merupakan angka-angka di neraca dan laba
rugi yang sudah diaudit, serta saldo tahun lalu. Setiap angka-angka yang terantum di WBS
dan WPL akan didukung oleh angka-angka dalam top schedule, untuk itu antara WBS, WPL
dengan top schedule harus dilakukan cross index. WBS biasanya terbagi atas WBS1 untuk
pos-pos asset) dan WBS2 (untuk pos-pos pasiva), sedangkan WPL berisi pos-pos laba rugi.

53

Top Schedule dan Supporting Schedule

Angka-angka dalam top schedule akan didukung oleh angka-angka dalam supporting
schedule untuk itu antara top schedule dan supporting schedule harus dilakukan cross index.
Top schedule akan memperlihatkan saldo per book, audit adjustment, saldo per unit, serta
saldo tahun lalu. Dalam top schedule biasanya dicantumkan kesimpulan atas pos yang
bersangkutan. Sifat perkiraan, prosedur audit yang dilakukan beserta tick mark, audit
adjustment yang diusulkan auditor dan diterima klien, harus tercantum di supporting schedule.
Di semua top schedule dan supporting schedule harus dicantumkan index working paper.

Contoh top schedule dan supporting schedule

Bisa dilihat di bab-bab lainnya (lihat exhibit 13-5 dan exhibit 14-1).
Exhibit 7 – 1

Standard Tickmark

Footing ditempatkan di bawah angka total

<penambahan dan ^

pengurangan> ^ ditempatkan di samping angka total

Cross footing

<penambahan dan ^ ditempatkan di samping kanan hasil

pengurangan> perhitungan

Calculation <selain dari L diletakkan disamping kanan angka

penambahan dan Pengurangan> / diletakkan di samping kanan angka

Dicocokkan dengan general D diletakkan di samping kanan angka

leadger

Dikocokkan dengan subsidiary

ledger

Pemeriksaan dokumen-dokumen

<agreements, polis asuransi, SKP

rampung dan lain-lain>

Vouching Vo diletakkan di samping kanan angka

Pemeriksaan journal entry J diletakkan di samping kanan angka

Pemeriksaan cancelled check C diletakkan di samping kanan angka

Pemeriksaan official receipts r diletakkan di samping kanan angka

Jawaban konfirmasi yang cocok CB diletakkan di samping kanan angka

Jawaban konfirmasi yang tidak RD diletakkan di samping kanan angka

cocok RPO diletakkan di samping kanan angka

Jawaban konfirmasi yang

dikembalikan oleh kantor pos NR diletakkan di samping kanan angka

Bila tidak ada jawaban PBC diletakkan disudut kiri bawah dan

Untuk menandakan bahwa dituliskan tanggal terimanya

schedule dibuat oleh klien

54

Exhibit 7-2 - draft report (konsep laporan)
A1 - audit notes dari senior untuk partner, principle dan manager (PPM)
A2 - <termasuk daftar dari persoalan-persoalan yang penting>.
- review notes dari PPM
A3 - review notes dari senior <auditor in change>.
A - rekonsiliasi antara financial statements dan trial balance.
A4 - data yang penting untuk notes to financial statements.
A5 - trial balance
A6 - adjusting journal entries & reclassification journal entries.
A7 - hasil-hasil dari pemeriksaan subsequent events.
- client representation letter.
- Confirmation letter dan jawabannya untuk/dari penasihat hukum
perusahaan <lawyer/legal consultant>.
A8 - audit plan
- audit program.
- time budget & actual.
daftar working papers yang harus dibuat oleh klien.
A9 - manajement letter.
A10 - catatan-catatan untuk audit yang akan datang.
interim working papers.
- internal control questionnairs.
B- flow chart atau penjelasan tertulis mengenai internal control klien.
test of recorded transaction.
- cash
- marketable securities.
- accounts receivable
C- konfirmasi dan acuan receivable, berikut jawabannya.
D- infentories.
E- observation dari inventory.
EE - prepaid expenses.
F- investment
FF - intercompany account.
G- longterm receivable, other assets.
H- fixed assets.
I- intangible assets.
J- notes payable.
K- accounts payable.
L- tax status.
M- accured expenses.
N- long term loan.
O- deffered income taxes
P- contingent liabilities.
Q- stockholder’s equity.
R- income, cost and expenses
S- subsequent events.
T-
U-
V-

55

Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Pembuatan Kertas Kerja
yang Baik

Ada lima faktor yang harus diperhatikan: Pertama Lengkap, Berisi semua informasi
yang pokok, menentukan komposisi semua data penting yang dicamtumkan dalam kertas
kerja. Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan. Artinya kertas kerja harus jelas
dapat berbicara sendiri, harus berisi imformasi yang lengkap, tidak berisi imformasi yang
belum jelas atau pertanyaan yang belum dijawab. Kedua Teliti, Dalam pembuatan kerja,
akuntan harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan sehingga kertas
kerjanya bebas dari kesalahan tulis dan perhitungan. Ketiga ringkas kertas kerja harus dibatasi
pada imformasi yang pokok-pokok saja yang relevan dengan tujuan pemeriksaan yang
dilakukan serta disajikan dengan ringkas. untuk menghindari rincian-rincian yang tidak perlu.
Analisis yang perlukan oleh seorang akuntan harus merupakan peringkasan dan penapsiran
data dan bukan hanya merupakan penyalinan catatan klien kedalam kertas kerja. Keempat
jelas, kejelasan dalam imformasi kepada pihak-pihak yang akan memeriksa kertas kerja perlu
diusahakan oleh akuntan. Penggunaan ini istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari.
Penyajian imformasi secara sistematik perlu dilakukan. Kelima Rapi, Kerapian dalam
pembuatan kertas kerja dan keteraturan penyusunan kertas kerja akan membantu akuntan
senior dalam menelaah hasil pekerjaan stafnya serta memudahkan memperoleh imformasi
dari kertas kerja tersebut (Zulbahri, 2016).

Latihan

1) Jelaskan pengertian kertas kerja pemeriksaan!
Jawab:
Kertas kerja pemeriksaan adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan oleh auditor
dalam menjalankan pemeriksaan, yang berasal dari pihak klien, dari analisis yang dibuat
oleh auditor, dari pihak ketiga.

2) Sebutkan tujuan kertas kerja pemeriksaan?
Jawab:
a. Mendukung opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan.
b. Sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan Standar
Profesional Akuntan Publik.
c. Sebagai referensi.
d. Sebagai salah satu dasar penilaian asisten (seluruh tim audit) sehingga dapat
mengevaluasi kemampuan asisten sampai dengan mitra, setelah selesai suatu
penugasan.
e. Sebagai pegangan untuk audit tahun berikutnya.

3) Bagaimana kriteria pembuatan kertas kerja pemeriksaan yang baik?
Jawab:
a. Kertas kerja pemeriksaan harus mempunyai tujuan.
b. Harus dicegah menulis kembali kertas kerja pemeriksaan sebab banyak kerugiannya.
c. Dalam kertas kerja pemeriksaan harus dijelaskan prosedur audit apa yang dilakukan
dengan menggunakan audit tick mark.
d. Kertas kerja pemeriksaan harus diindex/cross index.

56

e. Kertas kerja harus diparaf oleh orang yang membuat dan me-review working papers
sehingga dapat diketahui siapa yang bertanggung jawab.

f. Setiap pertanyaan yang timbul pada review notes harus terjawab, tidak boleh ada
"open question" (pertanyaan yang belum terjawab).

g. Pada kertas kerja pemeriksaan harus dicantumkan: Sifat dari perkiraan yang diperiksa,
Prosedur pemeriksaan yang dilakukan, Kesimpulan mengenai kewajaran perkiraan
yang diperiksa, Hal-hal tambahan.

h. Di bagian muka file kertas kerja pemeriksaan harus dimasukkan Daftar Isi dan Index
kertas kerja pemeriksaan dan contoh paraf seluruh tim pemeriksa yang terlibat dalam
penugasan audit tersebut.

4) Kertas kerja pemeriksaan biasanya dikelompokkan dalam: Berkas tahun berjalan (Current
File), Berkas permanen (Permanent File), dan Berkas surat menyurat (Corespondence
File). Sebutkan isi dari masing-masing berkas tersebut?
Jawab:
a. Current File Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk tahun berjalan,
misalnya: Neraca saldo, Berita Acara Kas, Rekonsilasi Bank, Rincian Piutang, Rincian
Persediaan, Rincian Liabilities, Rincian Biaya, dan lain-lain.
b. Permanent File Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk beberapa tahun,
misalnya: Akta Pendirian, Buku Pedoman Akuntansi (Accounting Manual), Kontrak-
kontrak, Notulen Rapat.
c. Correspondence File Berisi korespondensi dengan klien, berupa surat menyurat,
facsimile, email, dan lain lain.

5) Apa saja faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja yang baik?
Sebutkan dan jelaskan!
Jawab:
a. Lengkap. Berisi semua informasi yang pokok, menentukan komposisi semua data
penting yang dicantumkan dalam kertas kerja.
b. Teliti. Dalam pembuatan kerja, akuntan harus memperhatikan ketelitian dalam
penulisan dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari kesalahan tulis dan
perhitungan.
c. Ringkas. Kertas kerja harus dibatasi pada imformasi yang pokok-pokok saja yang
relevan dengan tujuan pemeriksaan yang dilakukan serta disajikan dengan ringkas.
untuk menghindari rincian-rincian yang tidak perlu.
d. Jelas. kejelasan dalam informasi kepada pihak-pihak yang akan memeriksa kertas
kerja perlu diusahakan oleh akuntan.
e. Rapi. Kerapian dalam pembuatan kertas kerja dan keteraturan penyusunan kertas
kerja akan membantu akuntan senior dalam menelaah hasil pekerjaan stafnya serta
memudahkan memperoleh imformasi dari kertas kerja tersebut.

Rangkuman

Prosedur pemeriksaannya (general audit) KAP harus berpedoman kepada SPAD
Khususnya standar auditing, standar pengendalian mutu, kode etik Ikatan Akuntan Indonesi
dan aturan etika IAI Kantor Akuntan Publik (sekarang Kode Etik Profesi Akuntan Publik).
Semua prosedur audit yang dilakukan dan temuan-temuan pemeriksaan harus

57

didokumentasikan dalam kertas kerja pemeriksaan. Kertas kerja pemeriksaan adalah catatan
catatan yang dibuat atau dikumpulkan dan disimpan oleh akuntan public mengenai prosedur
pemeriksaan yang ditempuhnya pengujian yang dilakukannya,

Tes Formatif 6

Jawablah pernyataan-pernyataan berikut dengan “Benar” atau “Salah”.
1) Kertas kerja pemeriksaan adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan oleh auditor

dalam menjalankan audit, yang berasal dari pihak klien dan dari pihak ketiga (bank,
pelanggan dan lain-lain). (Benar/Salah)
2) Kertas kerja pemeriksaan biasanya dikelompokkan dalam: current file, permanent file,
miscellaneous file. (Benar/Salah)
3) Miscellaneous file berisi surat menyurat dengan klien, faksimile, engagement letter, dan
lain-lain. (Benar/Salah)
4) Kertas kerja pemeriksaan harus disimpan oleh auditor minimal selama sepuluh tahun.
(Benar/Salah)
5) Di semua top schedule dan supporting schedule harus dicantumkan index working paper.
(Benar/Salah)

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Untuk melanjutkan ke materi berikutnya, mahasiswa harus mampu menjawab semua
pertanyaan paling tidak 80% benar. Selamat bagi mahasiswa yang lolos ke materi berikutnya.

Kunci Jawaban

1. Tes formatif 1
1) Kertas kerja pemeriksaan adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan oleh auditor
dalam menjalankan audit, yang berasal dari pihak klien dan dari pihak ketiga (bank,
pelanggan dan lain-lain). (Benar)
2) Kertas kerja pemeriksaan biasanya dikelompokkan dalam: current file, permanent file,
miscellaneous file. (Salah)
3) Miscellaneous file berisi surat menyurat dengan klien, faksimile, engagement letter,
dan lain-lain. (Salah)
4) Kertas kerja pemeriksaan harus disimpan oleh auditor minimal selama sepuluh tahun.
(Salah)
5) Di semua top schedule dan supporting schedule harus dicantumkan index working
paper. (Benar)

Daftar Pustaka

Agoes, S. (2012). Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Ginting, J. (2012). Pembelajaran Manajemen Audit Berbasis Kertas Kerja Pemeriksaan.

Jurnal Mediasi, 95.
58

Sari, N. Z. (2017). Pengaruh Audit Lingkungan, Fungsi Pemeriksaan Audit Internal. Jurnal
Akutansi, Audit Dan Sistem Informasi Akutansi (Jasa), 3.

Zulbahri, A. (2016). Kertas Kerja Audit.

59

Topik 7:

Audit Plan, Audit Program, Audit
Procedures, Audit Teknik, Risiko Audit dan
Materialitas

Pendahuluan

Sebelum melaksanakan audit sebaiknya saudara melakukan perencanaan adapun
perencanaan audit meliputi pengembangan strategi yang menyeluruh pelaksanaan dan
lingkup audit yang diharapkan. Sifat, luas, dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran
dan kompleksitas satuan usaha. Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan,
antara lain: a) Masalah yang berkaitan dengan bisnis suatu usaha tersebut dan industri dimana
satuan usaha tersebut beroperasi di dalamnya. b) Kebijakan dan prosedur akuntansi suatu
usaha tersebut. c) Metode yang digunakan oleh satuan usaha tersebut dalam mengolah
informasi akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk
mengolah informasi akunansi pokok perusahaan d) Penetapan tingkat risiko pengendalian
yang direncanakan. e) Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit. f)
Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment). g) Kondisi yang
mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti risiko kekeliruan
atau ketidakberesan yang material atau adanya transaksi antar pihak pihak yang mempunyai
hubungan istimewa. h) Sifat laporan audit yang diharapkan akan diserahkan kepada pemberi
tugas (sebagai contoh, laporan audit tentang laporan keuangan konsolidasi, laporan khusus
untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak atau janji).

Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan ini, mahasiswa mampu memahami audit plan,
audit program, audit procedures, audit teknik, risiko audit dan materialitas. Minimal 95% benar.

Kemampuan Akhir yang Diharapkan

Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan ini, mahasiswa mampu
mengimplementasikan audit plan, audit program, audit procedures, audit teknik, risiko audit
dan materialitas.

Kegiatan Belajar 7

Pengertian Audit Plan

Standar pekerjaan lapangan pertama (IAPI,2011:310.1) berbunyi sebagai berikut:
“Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan semestanya.”

Perencanaan dan supervisi berlangsung terus-menerus selama audit, dan prosedur
yang berkaitan seringkali tumpang tindih (overlap). Auditor sebagai penanggung jawab akhir

60

atas audit dapat mendelegasikan sebagai fungsi perencanaan dan supervisi auditnya kepada
staf lain dalam kantor akuntannya (asisten).

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi yang menyeluruh pelaksanaan
dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, luas, dan saat perencanaan bervariasi dengan
ukuran dan kompleksitas satuan usaha.

Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain:
a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis suatu usaha tersebut dan industri dimana satuan

usaha tersebut beroperasi di dalamnya.
b. Kebijakan dan prosedur akuntansi suatu usaha tersebut.
c. Metode yang digunakan oleh satuan usaha tersebut dalam mengolah informasi akuntansi

yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi
akunansi pokok perusahaan
d. Penetapan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment)
g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti
risiko kekeliruan atau ketidakberesan yang material atau adanya transaksi antar pihak
pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
h. Sifat laporan audit yang diharapkan akan diserahkan kepada pemberi tugas (sebagai
contoh, laporan audit tentang laporan keuangan konsolidasi, laporan khusus untuk
menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak atau janji).

Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan dan supervisi
biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan satuan usaha dan
diskusi dengan staf lain dalam kantor akuntan dan pegawai satuan usaha tersebut. Contoh
prosedur tersebut meliputi :
a. Mereview arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen, laporan keuangan, dan

laporan audit tahun lalu
b. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit dan staf kantor akuntan

yang bertanggung jawab atas jasa non audit bagi satuan usaha.
c. Mengajukan pertanyaan tentang perkembangan bisnis saat ini yang bedampak terhadap

satuan usaha.
d. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan.
e. Membicarakan tipe,luas dan waktu audit dengan manajemen, dewan komisaris, atau

komite audit.
f. Mempertimbangkan dampak diterpkannya pernyataan standar akuntansi dan standar

auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, terutama yang baru.
g. Mengkoordinasikan bantuan dari pegawai satuan usaha dalam penyiapan data.
h. Menentukan luasnya keterlibatan, jika ada, konsultan, spesialis dan auditor interm.
i. Membuat jadwal pekerjaan audit (time schedule)
j. Menentukan dan mengkoordinasikan kebutuhan staf audit.

Supervisi mencangkup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam pencapaian
tujuan audit dan menentukan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah
memberikan instruktur kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-
masalah penting yang dijumpai dalam audit, me-review pekerjaan yang dilaksanakan, dan
menyelesaikan perbedaan pendapat diantara staf audit kantor akuntan. Luasnya supervisi
yang memadai bagi suatu keadaan tergantung atas banyak factor termasuk kompleksitas
masalah dan kualifikasi orang yang melakukan audit.

61

Para asisten yang harus diberi tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur audit yang
mereka laksanakan. Mereka harus diberi tahu hal-hal yang memungkinkan berpengaruh
terhadap sifat, luas, dan saat prosedur yang harus dilaksanakan, seperti sifat bisnis satuan
usaha yang bersangkutan dengan penugasan dan masalah masalah akuntansi dan audit.
Auditor dengan tanggung jawab akhir untuk setiap audit harus mengarahkan asisten untuk
mengemukakan pertanyaan akuntansi dan audit ing signifikan yang muncul dalam audit
sehingga auditor dapat menetapkan seberapa signifikan masalah tersebut.

Pekerjaan yang dilaksanakan oleh asisten harus di-review untuk menentukan apakah
pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara memadai dan menilai apakah hasilnya sejalan
dengan kesimpulan yang disajikan dalam laporan audit.

Auditor harus menyusun Audit plan, segera setelah Engagement letter disetujui oleh
klien.

Isi dari audit plan mencakup:
a. Hal-hal mengenai klien

1) Bidang usaha klien, alamat, nomor telepon, facsimile dan lain-lain.
2) Status hukum perusahaan (berdasarkan akta pendirian)

a) Nama Pemilik
b) Pemodalan
3) Accounting policy (kebijakan akuntansi)
a) Buku-buku yang digunakan :

i. Buku Penjualan
ii. Buku Pembelian
iii. Buku Kas/Bank
iv. Buku Memorial
b) Metode Pembukuan
i. Manual: Tulis tembus dan Biasa
ii. Computer
iii. Mesin Pembukuan
c) Komentar mengenai mutu pembukuan secara umum (membantu dalam menyusun
budget dan pemilihan tenaga tenaga yang akan ditugaskan di klien tersebut).
4) Neraca (laporan posisi keuangan) komparatif dan perbandingan penjualan. Laba/Rugi
tahun lalu dan sekarang Perbandingan antara neraca tahun lalu dan neraca tahun
sekarang/bulan terakhir tahun sekarang agar diperoleh gambaran mengenai ukuran
besar kecilnya perusahaan.
5) Client contact, yaitu mengenai nama orang-orang yang akan sring dihubungi auditor.
Misalnya:
a) Presiden Direktur.
b) Controller, Chief Accounting.
c) Dewan Komisaris dan Komite Audit
Selain itu juga perlu diketahui penasehat hukumnya siapa berikut alamat, nomor
telepon, faks, dan email addreass.
6) Accounting, auditing, & Tax Problem

Harus dijelaskan persoalan persoalan persoalan yang (mungkin) dihadap oleh
klien, seperti:
a) Accounting problem, misalnya: Perubahan metode pencatatan dari manual ke

computer, revolusi fixed asset, perubahan metode atau tarif penyusutan.

62

b) Auditing problem, misalnya: Hasil konfirmasi tahun lalu tidak memuaskan,
perubahan accounting policy

c) Tax problem, misalnya: Adanya restitusi kekurangan penyetoran, adanya 2
pembukuan di dalam perusahaan.

b. Hal hal yang memengaruhi klien
Bisa didapat dari majalah majalah ekonomi/surat kabar, aantara lain: Business

News, ekonomi keuangan Indonesia. Contoh: adanya peraturan peraturan baru yang
dapat mempengaruhi klain.
c. Rencana kerja auditor
Hal hal yang penting antara lain:
1) Staffing

a) Nama partner
b) Nama manager
c) Nama supervisor
d) Nama senior
e) Nama asisten
2) Waktu pemeriksaan;
a) Waktu dimulainya suatu pemerikasaan
b) Berapa lama waktu sampainya kapan
c) Dead line,dalam arti laporan pemeriksaan :

➢ Selesai kapan?
➢ Dikirim kemana dan waktu pemeriksaan?
➢ Kepada siapa report itu dikirim
d) Budget, baik dalam jumlah jam kerja maupun yang memeriksa. tarif yang
dibebankan kepada klien antara lain:
Tarif masing masing staf dan taksiran jumlah jam kerja masing masing staf antara
lain: Partner, Manager Senior, Yunior, Budget per section/area (misal pemeriksaan
piutang 60 jam) terdiri atas: 10 jam incharge, 50 jam asisten
3) Jenis jasa yang dibebankan
a) General Audit.
b) Spesial Audit.
c) Bantuan Administrasi.
d) Menyusun laporan posisi keuangan (Neraca)/Laba Rugi(L/R komprehensif)
e) Perpajakan
4) Bantuan-bantuan yang dapat diberikan klien
a) Mengisi formulir konfirmasi piutang, utang
b) Membuat schedule-schedule: Eging schedule, rincian asset tetap, rincian utang
dan piutang, rincian biaya yang masih harus dibayar.
5) Time schedule
Misal:
Bulan november;
a) Review internal control
b) Tentative audit program (audit program sementara)

Bulan desember:
a) Cash count
b) Observasi persediaan.

63

c) Dan lain lain
Pada time schedule juga ditulis siapa yang mengerjakan berapa dan berapa jam kira
kira waktu yang dibutuhkan.
Pada akhir audit plan dituliskan:
a) Dibuat oleh
b) Review oleh
c) Apporoved oleh

Pengertian Audit Pogram

Setelah audit plant disusun, tetapi sebelum pemeriksaan laporan dimulai, auditor harus
menyusun audit program yang merupakan kumpulan dari prosedur audit yang akan
dijalankaan dan dibuat secara tertulis.

Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten
mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan. Audit program harus menggariskan dengan
rinci, prosedur audit yang menurut keyakinan auditor dilakukan untuk mencapai tujuan audit.
Audit program yang baik harus mencantumkan: Sebagian KAP menggunakan audit program
yang sudah distandarisasi dan digunakan disetiap kliennya, sebagian lagi menggunakan audit
program yang disusun sesuai kondisi dan situasi diperusahaan (tailor mode).

Audit Procedures dan Audit Teknik

Audit procedures adalah langkah-langkah yang harus dijalankan auditor dalam
melaksanakan pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan
penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif.

Audit procedures dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti (audit
evidence) yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan.
Untuk diperlukan audit Teknik yaitu cara untuk memperoleh audit evidence seperti: konfirmasi,
observasi, inspeksi, tanya jawab dan lain lain.

Resiko Audit dan Materialis

Dalam PSA No.25, diberikan pedoman bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko
dan materialitas pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan
berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntansi Indonesia.
a. Risiko audit dan materialitas memengaruhi penerapan standar auditing, khususnya

standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, serta tercemin dalam laporan audit
bentuk baku. Risiko audit dan materilitas, bersama dengan hal-hal lain, perlu
dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit serta dalam
mengevaluasi hasil prosedur tersebut.
b. Adanya risiko audit diakui dengan pernyataan dalam penjelasaan tentang tanggung jawab
dan fungsi auditor independen yang berbunyi sebagai berikut: “Karena sifat bukti audit dan
karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, bukti mutlak,
bahwa salah saji material terdeteksi. Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor
tanpa disadari tidak memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu
laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
c. Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau
keseluruhan, adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku di Indonesia, sedangkan beberapa hal lainnya adalah tidak

64

penting. Frasa “menyajikan secara wajar,dalam semua hal yang material,sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku umum di indonesia” menunjukan keyakinan auditor bahwa
laporan keuangan secara keseluruhan tidak mengandung salah saji material.
d. Laporan keuangan mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau
keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia. Salah saji dapat terjadi sebagai akibat dari kekeliruan
atau kecurangan.
e. Dalam perencanaan audit, auditor berkepentingan dengan masalah-masalah yang
mungkin material terhadap laporan keuangan, auditor tidak bertanggung jawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai bahwaa
salah saji, yang disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan, tidak material terhadap
laporan keuangan.
f. Istilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan. Kekeliruan mencakup: a. Kesalahan dalam
pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber penyusun laporan keuangan.
b. Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan atau salah tafsir
fakta. c. Kekeliruan dalam penerapan standar akuntansi yang berkaitan dengan jumlah
klasifikasi,cara penyajian atau pengungkapan.
g. Meskipun kecurangan merupakan pengertian yang luas dari segi hukum, kepentingan
auditor secara khusus berkaitan dengan tindakan curang yang menyebabkan salah saji
material dalam laporan keuangan. Dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan
auditor dalam audit laporan keuangan salah saji yang timbul dari kecurangan dalam
pelaporan keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap
asset. Dua tipe salah saji ini dijelaskan lebih lanjut dalam SA Seksi 316 (PSA No.32 dan
PSA No.70). Pertimbangan atas kecurangan dalam audit laporan keuangan.Faktor utama
yang membedakan kecurangan dengan kekeliruan adalah apakah tindakan yang
mendasarinya yang berakibat pada salah saji dalam laporan keuangan merupakan
tindakan yang disengaja maupun tidak disegaja.
h. Pada waktu mempertimbangkan tanggung jawab auditor memperoleh keyakinan memadai
bahwa laporan keuangan bebas salah saji material,tidak ada perbedaan penting antara
kekeliruan dan kecurangan. Namun, terdapat perbedaan,dalam hal tanggapan auditor
terhadap salah saji yang terdeteksi. Umumnya kekeliruan yang terisolasi, tidak material
dalam pengolahan data akuntansi atau penerapan standar akuntansi tidak signifikan
terhadap audit. Sebaliknya, bila kecurangan dideteksi, auditor harus mempertimbangkan
implikasi integritas manajemen atau karyawan dan kemungkinan dampaknya terhadap
aspek audit.
i. Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji,secara individual atau secara
gabungan, material, auditor biasanya harus mempertimbangkan sifat dan jumlah dalam
kaitannya dengan sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan disuatu entitas mungkin
tidak material bagi laporan keuangan entitas lain dengan ukuran atau sifat yang berbeda.
Begitu juga,apa yang material bagi laporan keuangan entitas tertentu kemungkinan
berubah dari satu periode ke periode yang lain.
j. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan professional dan
dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan
memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan.
Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan oleh auditor dihubungkan dengan

65

keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Materialitas
adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji
dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi
pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Definisi
tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan menghitungkan keadaan
yang melingkupi dan perlu melibatkan baik pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.
k. Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas baik dalam: a.
Merencanakan audit dan merancang prosedur audit, dan b. Mengevaluasi apakah laporan
keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan stndar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Auditor harus
mempertimbangkan risiko audit dan materialitas untuk hal yang disebutkan pada butir (a)
untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup dan sebagai dasar memadai untuk
mengevaluasi laporan keuangan untuk butir (b).
l. Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa, sehingga risiko audit dapat
dibatasi pada tingkat yang rendah, yang menurut pertimbangan profesionalnya, memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Risiko audit dapat ditentukan dalam
ukuran kuantitatif atau kualitatif.
m. Dalam merencanakan audit, auditor harus menggunakan pertimbangan dalam
menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan awal mengenai
tingkat materialitas dengan suatu cara yang diharapkan, dalam keterbatasan bawaan
dalam proses audit, dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Tingkat materialitas
mencakup tingkat yang menyeluruh untuk masing-masing laporan keuangan pokok,
namun, karena laporan keuangan saling berhubungan, dan sebagaian besar prosedur
audit berhubungan dengan lebih dari satu jenis laporan keuangan,agar efisien, untuk
tujuan.
n. Auditor merencanakan audit untuk mencapai keyakinan memadai guna mendeteksi salah
saji yang diyakini jumlahnya cukup besar, secara individual atau keseluruhan yang secara
kuantitatif berdampak material terhadap laporan keuangan. Walaupun auditor harus
waspada terhadap salah saji yang mungkin material secara kuantitatif, pada umumnya
adalah tidak praktis untuk merancang prosedur pendeteksiannya. SA Seksi 326 (PSA No.
07), Bukti audit paragraph 20 menyatakan bahwa, “auditor pada hakikatnya bekerja dalam
batas-batas ekonomi, agar mempunyai manfaat ekonomi, pendapat auditor harus
dirumuskan dalam jangka waktu dan biaya yang wajar”.
o. Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor mempertimbangkan materialitas
sebelum laporan keuangan yang akan di auditnya selesai di susun. Dalam situasi lain,
namun ia mungkin menyadari bahwa laporan tersebut masih memerlukan modifikasi yang
signifikan. Dalam kedua keadaan tersebut, pertimbangan awal auditor tentang materialitas
mungkin didasarkan atas laporan keuangan interim entitas tersebut yang disatukan atau
laporan keuangan tahunan satu priode atau lebih sebelumnya, asalkan ia pengaruh
perubahan besar dalam entitas tersebut (contoh merger) dan perubahan lain yang relevan
dalam perekonomian secara keseluruhan atau industry yang merupakan tempat entitas
tersebut berusaha.
p. Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, resiko audit terdiri atas (a) resiko yang
meliputi resiko bawaan (inherent risk) dan resiko pengendalian (control risk) bahwa saldo
akun atau golongan transaksi mengandung salah saji (disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan) yang dapat menjadi material terhadap laporan keuangan apabila

66

digabungkan dengan salah saji pada saldo akun atau golongan transaksi lainnya, dan (b)
resiko deteksi (detection risk) bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji tersebut.
Penjelasan berikut menjelaskan resiko audit dalam konteks tiga komponen resiko di atas.
Cara yang digunakan auditor untuk mempertimbangkan komponen tersebut dan
kombinasinya melibatkan pertimbangan professional auditor tergantung pada pendekatan
audit yang dilakukannya.
q. Resiko bawaan dan resiko pengendalian berbeda dengan resiko deteksi. Kedua resiko
yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan
keuangan, sedangkan resiko deteksi berhunbungan dengan prosedur audit dan dapat di
ubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Resiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik
dengan resiko bawaan dan resiko pengendalian. Semakin kecil resiko bawaan dan resiko
pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar resiko deteksi yang dapat diterima.
Sebaliknya, semakin besar adanya resiko bawaan dan resiko pengendalian yang diyakini
auditor, semakin kecil tingkat resiko deteksi yang diterima. Komponen resiko audit ini
ditentukan secara kuantitatif, seperti dalam bentuk persentase atau secara non kuantitatif
yang berkisar. Misalnya, dari minimum sampai maksimun.
AR=IR×CR×DR
Atau DR= AR/IR×CR Dimana :
AR = overall audit risk
IR = inherent risk
CR = control risk
DR = detection risk
r. Resiko deteksi yang dapat diterima oleh auditor dalam merangsang prosedur audit
tergantung pada tingkat yang diinginkan untuk membatasi risiko audit suatu saldo akun
atau golongan transaksi dan tergantung atas penetapan auditor terhadap resiko bawaan
dan resiko pengendalian. Apabila penetapan auditor terhadap resiko bawaan dan resiko
pengedalian menurun, resiko deteksi yang dapat di terimanya akan meningkat. Namun,
auditor tidak boleh sepenuhnya mengandalkan resiko bawaan dan resiko pengendalian
dengan tidak melakukan pengujian substantive terhadap saldo akun atau golongan
transaksi, yang di dalamnya mungkin terkandung salah saji yang mungkin material jika
digabungkan dengan salah saji yang ada pada saldo akun atau golongan transaksi lain.

Latihan

1) Apa yang harus dipertimbangkan oleh auditor dalam audit plan?
Jawab:
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain:
a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis suatu usaha tersebut dan industri di mana
satuan usaha tersebut beroperasi di dalamnya.
b. Kebijakan dan prosedur akuntansi suatu usaha tersebut.
c. Metode yang digunakan oleh satuan usaha tersebut dalam mengolah informasi
akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk
mengolah informasi akunansi pokok perusahaan
d. Penetapan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment).
g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit.

67

h. Sifat laporan audit yang diharapkan akan diserahkan kepada pemberi tugas.

2) Jelaskan pengertian audit procedures dan audit teknik!
Jawab:
Audit procedures adalah langkah-langkah yang harus dijalankan auditor dalam
melaksanakan pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan
penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif.
Audit Teknik yaitu cara untuk memperoleh audit evidence seperti: konfirmasi, observasi,
inspeksi, tanya jawab dan lain lain.

3) Jelaskan pengertian resiko audit dan materialitas!
Jawab:
Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasikan
pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung
salah saji material.
Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau
salah saji dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau
mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi
tersebut.

4) Mengapa auditor harus mempertimbangkan resiko audit dan materialitas?
Jawab:
Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas baik dalam merencanakan
audit dan merancang prosedur audit untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup,
dan mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia untuk mengevaluasi laporan keuangan.

5) Resiko audit terdiri atas (a) resiko yang meliputi resiko bawaan (inherent risk) dan resiko
pengendalian (control risk); dan (b) resiko deteksi (detection risk). Jelaskan masing-
masing resiko tersebut!
Jawab:
Resiko bawaan (inherent risk) dan resiko pengendalian (control risk) bahwa saldo akun
atau golongan transaksi mengandung salah saji (disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan) yang dapat menjadi material terhadap laporan keuangan apabila
digabungkan dengan salah saji pada saldo akun atau golongan transaksi lainnya
Resiko deteksi (detection risk) bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji tersebut.

Rangkuman

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi yang menyeluruh pelaksanaan dan
lingkup audit yang diharapkan. Sifat, luas, dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran
dan kompleksitas satuan usaha. Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan,
antara lain: a) Masalah yang berkaitan dengan bisnis suatu usaha tersebut dan industri dimana
satuan usaha tersebut beroperasi di dalamnya. b) Kebijakan dan prosedur akuntansi suatu
usaha tersebut. c) Metode yang digunakan oleh satuan usaha tersebut dalam mengolah
informasi akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk

68

mengolah informasi akunansi pokok perusahaan d) Penetapan tingkat risiko pengendalian
yang direncanakan. e) Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit. f)
Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment). g) Kondisi yang
mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti risiko kekeliruan
atau ketidakberesan yang material atau adanya transaksi antar pihak pihak yang mempunyai
hubungan istimewa. h) Sifat laporan audit yang diharapkan akan diserahkan kepada pemberi
tugas (sebagai contoh, laporan audit tentang laporan keuangan konsolidasi, laporan khusus
untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak atau janji).

Tes Formatif 7

Jawablah pernyataan-pernyataan berikut dengan “Benar” atau “Salah”.
1) Dalam perencanaan audit, auditor tidak perlu mempertimbangkan masalah yang berkaitan

dengan industri di mana satuan usaha tersebut beroperasi di dalamnya. (Benar/Salah)
2) Audit prosedur adalah langkah-langkah yang harus dijalankan auditor dalam

melaksanakan pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan
penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif. (Benar/Salah)
3) Auditor harus menyusun audit plan, segera setelah pemeriksaan lapangan dimulai.
(Benar/Salah)
4) Resiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasikan
pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung
salah saji material. (Benar/Salah)
5) Resiko audit terdiri atas (a) resiko yang meliputi resiko bawaan (inherent risk) dan resiko
pengendalian (control risk) dan resiko deteksi (detection risk). (Benar/Salah)

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Untuk melanjutkan ke materi berikutnya, mahasiswa harus mampu menjawab semua
pertanyaan paling tidak 80% benar. Selamat bagi mahasiswa yang lolos ke materi berikutnya.

Kunci Jawaban

1. Tes formatif 1
1) Dalam perencanaan audit, auditor tidak perlu mempertimbangkan masalah yang
berkaitan dengan industri di mana satuan usaha tersebut beroperasi di dalamnya.
(Salah)
2) Audit prosedur adalah langkah-langkah yang harus dijalankan auditor dalam
melaksanakan pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak
melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif. (Benar)
3) Auditor harus menyusun audit plan, segera setelah pemeriksaan lapangan dimulai.
(Salah)
4) Resiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak
memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan
yang mengandung salah saji material. (Benar)

69

5) Resiko audit terdiri atas (a) resiko yang meliputi resiko bawaan (inherent risk) dan
resiko pengendalian (control risk) dan resiko deteksi (detection risk). (Benar)

Daftar Pustaka

Agoes, Sukrisno, 2004, Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik Edisi
3, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Agoes, Sukrisno, 2014, Auditing (Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan
Public) Edisi 4 hal 141, Jakarta: Salemba Empat.

American Institute Of Certified Public Accountants (Aicpa). 2002. Consideration Of Fraud
In A Financial Statement Audit. Statement On Auditing Standards 99.

Business Accounting Council (Bac). 2013. Opinion On The Standard Setting To Address
Risks Of Fraud In An Audit. (In Japanese)

70

Topik 8:

Pemeriksaan Kas dan Setara Kas

Pendahuluan

Sebelum melaksanakan audit pemeriksaan kas dan setara kas sebaiknya saudara
memahami apa yang dimaksud dengan kas dan setara kas. Kas dapat dimaknai asset lancar
perusahaan yang sangat menarik dan mudah untuk diselewengkan. Selain itu banyak
transaksi perusahaan yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas. Setara kas (cash
equivalent) adalah investasi yang sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat
dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang
signifikan. Agoes (2012) berpendapat bahwa setara kas bagian dari investasi jangka pendek
dan sangat liquid yang dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk
tujuan investasi atau lainnya. (Sudarto, 2006)

Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan ini, mahasiswa mampu memahami
pemeriksaan kas dan setara kas. Minimal 95% benar.

Kemampuan Akhir yang Diharapkan

Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan ini, mahasiswa mampu melaksanakan
pemeriksaan kas dan setara kas.

Kegiatan Belajar 8

Sifat dan Contoh Kas dan setara Kas

Kas merupakan asset lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah untuk
diselewengkan. Selain itu banyak transaksi perusahaan yang menyangkut penerimaan dan
pengeluaran kas. Karena itu, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecurangan atau
penyelewengan yang menyangkut uang kas perusahaan, diperlukan adanya pengendalian
intern yang baik atas kas dan setara kas.

Rudianto (2012) berpendapat bahwa kas adalah alat pertukaran yang dimiliki
perusahaan dan siap digunakan dalam transaksi perusahaan, setiap saat diinginkan. Demi
alasan keamanan, biasanya perusahaan menyimpan kasnya di bank karena disamping lebih
aman juga untuk mempermudah pengendalian atas arus keluar masuknya harta perusahaan.
Akan tetapi, disamping menyimpan dananya di bank, perusahaan juga selalu memiliki kas
yang disimpan oleh kasir perusahaan atau bagian keuangan dan biasanya disebut kas kecil.
(Akbar, Ridwansyah, & Nurmala)

Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sangat likuid, berjangka pendek
dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa msenghadapi risiko
perubahan nilai yang signifikan. Agoes (2012) berpendapat bahwa setara kas adalah investasi

71

jangka pendek dan sangat liquid yang dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek,
bukan untuk tujuan investasi atau lainnya. (Sudarto, 2006)

Menurut standar Akuntansi Keuangan tahun 1994:
a. Yang dimaksud dengan kas ialah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan

untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.
b. Yang dimaksud dengan bank adalah sisa rekening giro perusahaan yang dapat

dipergunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan umum perusahan.
Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai kas dan setara kas

adalah:
a. Kas kecil dalam rupiah maupun mata uang asing.
b. Saldo rekening giro di Bank dalam rupiah maupun mata uang asing.
c. Bon sementara.
d. Bon-bon kas kecil yang belum di reimbursed.
e. Check tunai yang akan didepositokan.

Yang tidak dapat digolongkan sebagai bagian dari kas dan setara kas pada laporan
posisi keuangan (neraca) adalah:
a. Deposito berjangka.
b. Check mundur dan check kosong.
c. Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu.
d. Rekening giro yang tidak dapat segera digunakan baik di dalam maupun di luar negeri,

misalnya karena dibekukan.

Menurut PSAK No.2, hal 2.2 dan 2.3 (IAI : 2002)
Kas terdiri atas: saldo kas dan rekening giro.

Setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, brjangka pendek dan yang
dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan
nilai yang signifikan.

Setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk
investasi atau tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus segera
dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang telah diketahui tanpa mnghadapi risiko
perubahan nilai yang signifikan. Karenanya, suatu investasi baru dapat memenuhi syarat
sebagai setara kas hanya jika segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang
dari tanggal perolehannya. Investasi dalam bentuk saham tidak termasuk setara kas, sebagai
contoh, saham preferen yang dibeli dan akan jatuh tempo serta tanggal penebusan telah
ditentukan.

Cerukan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan kas perusahaan.
Dalam keadaan tersebut, cerukan termasuk komponen kas dan setara kas.

Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 28)
Setara kas adalah investasi jangka pendek dan sangat likuid yang dimiliki untuk

memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk tujuan investasi atau lainnya. Oleh
karena itu, investasi umumnya diklasifikasikan sebagai setara kas hanya jika akan segera
jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal perolehan. Cerukan bank pada
umumnya termasuk aktivitas pendanaan sejenis dengan pinjaman. Namun, jika cerukan bank
dapat ditarik sewaktu-waktu dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan kas
entitas, maka cerukan tersebut termasuk komponen kas dan setara kas.

72

Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Kas dan Setara Kas

a. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas kas dan setara
kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank
Jika akuntan publik (auditor) dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas
kas dan setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank berjalan
efektif maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan subtansive test bisa dipersempit.
Beberapa ciri internal control yang baik atas kas dan setara kas serta transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas dan bank:
1) Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang menerima dan
mengeluarkan kas dengan yang melakukan pencatatan, memberikan otorisasi atas
pengeluaran dan penerimaan kas dan bank.
2) Pegawai yang membuat rekonsiliasi bank harus lain dari pegawai yang mengerjakan
buku bank.
3) Digunakannya imprest fund system untuk mengelola kas kecil,
4) Penerimaan kas, check, dan giro harus disetor ke bank dalam jumlah seutuhnya
(intact) paling lambat keesokan harinya,
5) Uang kas harus disimpan ditempat yang aman, misalnya di cash box, brankas atau
bank,
6) Uang kas harus dikelola dengan baik, jangan dibiarkan menganggur atau terlalu
banyak disimpan di rekening giro. Jika ada uang kas yang menganggur sebaiknya
disimpan dalam deposito berjangka atau dibelikan surat berharga yang sewaktu-waktu
bisa diuangkan sehingga bisa menghasilkan bunga atau dividen
7) Blanko check dan giro harus disimpan ditempat aman dan harus dihindari
penandatanganan check dalam bentuk blanko. Penandatanganan check harus
dilampirkan bukti-bukti pendukung yang lengkap,
8) Sebaiknya check dan giro ditulis atas nama dan ditandatangani oleh 2 orang untuk
menghindari penyalahgunaan
9) Sebaiknya kasir diasuransikan atau diminta menyerahkan uang jaminan, untuk back
up seandainya terjadi kehilangan atau kecurangan yang dilakukan oleh kasir
10) Digunakan kwitansi yang bernomor urut tercetak (prenumbered),
11) Bukti-bukti pendukung dari pengeluaran kas yang sudah dibayar harus di stempel
lunas, untuk menghindari kemungkinan untuk diproses pembayaran dua kali (double
payment).

b. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di laporan posisi keuangan
(neraca) per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) betul-betul ada dan dimiliki
perusahaan.
Maksudnya auditor harus meyakinkan dirinya bahwa kas dan setara kas yang
dimiliki perusahaan (cash on hand dan in bank) betul-betul ada dan dimiliki perusahaan
dan bukan milik pribadi direksi atau pemegang saham. Karena iru auditor harus melakukan
kas opname dan mengirim konfirmasi bank.

c. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan setara kas.
Jika perusahaan menyisihkan sebagian dana yang dimiliki untuk keperluan

pelunasan obligasi berikut bunganya maka dana tersebut tidak dapat dilaporkan sebagai
bagian dari kas di asset lancar.

Begitu juga jika ada saldo rekening giro yang dibekukan karena perusahaan
tersangkut suatu masalah hokum, maka saldo tersebut tidak boleh di laporkan sebagai

73

bagian dari kas di asset lancar. Hal tersebut harus dijelaskan dalam catatan atas laporan

keuangan.

d. Untuk memeriksa, seandainya ada saldo kas/setara kas dalam valuta asing, apakah saldo

tersebut dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank

Indonesia (BI) pda tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan apakah selisih kurs yang

terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi (komprehensif) tahun berjalan.

Misalkan per 31 Desember 2010 perusahaan mempunyai saldo bank sebesar US

$10.000 yang dibuku besar dicatat dalam rupiah sebesar Rp. 100.000.000,-

Misalkan kurs BI per 31 Desember 2010: kurs jual 1 US $ 9.600,- dan kurs beli 1 US $

9.400,-. Maka saldo US $ 10.000 tersebut dikonversikan dalam rupiah dengan

menggunakan kurs 1 US $ = 9.500,. Karena itu harus dibuat adjustment:

Dr. Rugi selisih kurs Rp. 5.000.000,-

Cr. Bank Rp. 5.000.000,-

Untuk mengoreksi selisih kurs dari saldo bank dalam US $ per tanggal laporan posisi

keuangan (neraca)

e. Untuk memeriksa apakah penyajiannya di laporan posisi keuangan (neraca) sesuai

dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS)

Menurut SAK:

1) Kas dan Setara Kas disajikan di laporan posisi keuangan (neraca) sebagai aset lancar.

2) Kas dan Setara Kas yang penggunaannya dibatasi dapat dimasukkan dalam asset

lancar hanya jika pembatasan tersebut dilakukan untuk menyisihkan dana untuk

melunasi kewajiban jangka pendek atau jika pembatasan tervebut hanya berlaku

selama satu tahun.

3) Saldo kredit pada perkiraan bank disajikan pada kelompok kewajiban sebagai

kewajiban jangka pendek. Saldo kredit dan debit rekening giro pada bank yang sama

dapat digabung dan disajikan pada laporan posisi keuangan (neraca) sebagai satu

kesatuan.

Prosedur Pemeriksaan Kas dan Setara Kas

a. Pahami dan evaluasi internal control atas kas dan setara kas serta transaksi penerimaan
dan pengeluaran kas dan bank
Pahami dan evaluasi internal control atas kas dan setara kas serta transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas dan bank merupakan bagian yang sangat penting dalam
suatu proses pemeriksaan akuntan.
Selain itu hampir semua transaksi perusahaan menyangkut kas dan setara kas.
Hasil evaluasi internal control atas kas dan bank serta transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas dan bank berupa kesimpulan apakah internal control tersebut berjalan
efektif atau tidak. Jika auditor menyimpulkan bahwa internal control efektif, berarti luasnya
pengujian atas kewajaran saldo kas dan setara kas per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) bisa dipersempit, karena kemungkinan terjadinya kesalahan adalah kecil dan jika
kesalahan terjadi akan bias segera ditemukan oleh pihak perusahaan.

b. Buat top schedule kas dan setara kas per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) (misal
per 31-12-2020), atau kalau belum selesai, boleh per 31-10-2010 atau 30-11-2010;
penambahan mutasi akan diperiksa kemudian, apakah ada hal-hal yang unsual (di luar
kebiasaan) atau tidak.

c. Lakukan cash count (perhitungan fisik uang kas) per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca), bias juga sebelum atau sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca)

74

Jika klien menggunakan imperest fund system untuk kas kecilnya, cash count bisa
dilakukan kapan saja karena saldo kas selalu tetap. Tetapi jika digunakan fluctuating fund
system maka cash count sebaiknya dilakukan tidak jauh dari tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) agar tidak mengalami kesulitan sewaktu melakukan perhitungan maju
atau mundur ke tanggal laporan posisi keuangan (neraca) (saldo kas per tanggal cash
count ditambah atau dikurangi dengan penerimaan atau/dan pengeluaran
sebelum/sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
d. Kirim konfirmasi atau dapatkan pernyataan saldo dari kasir dalam hal tidak dilakukan kas
opname

Untuk kas yang berada di cabang jauh dan saldonya tidak besar (misalnyya di Irian
Jaya dengan saldo Rp. 1.000.000) tidak perlu auditor khusus mengunjungi cabang
tersebut untuk melakukan kas opname, karena tidak berimbang cost dan benefit nya.
Sehingga cukup dikirim surat konfirmasi atau diminta pernyataan saldo dari kasir.
e. Kirim konfirmasi untuk seluruh rekening bank yang dimiliki perusahaan

Surat konfirmasi tersebut harus ditandangani oleh pejabat perusahaan yang nama
dan contoh tandatangannya tercantum di “signature card” dan bank perusahaan.
Konfirmasi tersebut bias mencantumkan nomor rekening bank perusahaan, tetapi akan
lebih baik jika nomor rekening tersebut tidak dicantumkan.
f. Minta rekonsiliasi bank per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) (misalkan per 31-12-
2010), kalau terpaksa, karena belum selesai yang Desember, dapat diminta per 31-11-
2010.
g. Lakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank tersebut

Rekonsiliasi bank harus dibuat oleh klien dan tugas auditor adalah memeriksa
kebenaran rekonsiliasi tersebut, serta mengusulkan audit adjustment jika ditemukan suatu
kesalahan.
h. Review jawaban konfirmasi dari bank, notulen rapat dan perjanjian kredit untuk
mengetahui apakah ada batasan dari rekening bank yang dimiliki perusahaan

Saldo rekening bank yang penggunaannya dibatasi untuk jangka waktu lebih dari
1 tahun tidak boleh dikelompokkan sebagai asset lancar dan harus dijelaskan di catatan
atas laporan keuangan mengenai alasan pembatasan tersebut.
i. Pemeriksa interbank transfer kurang lebih satu minggu sebelum dan sesudah tanggal
laporan posisi keuangan (neraca), untuk mengetahui adanya kitting dengan tujuan window
dressing

Check kitting bisa dilakukan jika perusahaan mempunyai lebih dari satu rekening
bank.
j. Pemeriksa transaksi kas sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) (subsequent
payment dan subsequent collection) sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan
lapangan.

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada unrecorded liabilities (kewajiban
yang belum tercatat) per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) yang baru dibayar di
periode berikutnya, baik yang berasal dari pembelian asset ataupun biaya-biaya
perusahaan.
k. Seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam mata uang asing per tanggal laporan
posisi keuangan (neraca), periksa apakah saldo tersebut sudah dikonversikan ke dalam
rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan pada laba
rugi tahun berjalan

75

Kurs tengah BI adalah rata-rata kurs beli dan kurs jual di Bank Indonesia yang bisa
dilihat di surat kabar atau business news.
l. Periksa apakah penyajian kas dan setara kas di laporan posisi keuangan (neraca) dan
catatan atas laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia
(SAK/ETAP/IFRS)

Pada umumnya kas dan setara kas mmerupakan asset lancar, saldo deposito
berjangka tidak boleh dilaporkan sebagai dari kas dan bank, jika ada saldo bank bersaldo
kredit dengan jumlah yang material, harus direklasifikasi sebagai utang jangka pendek.
m. Buat kesimpulan di Top Schedule kas dan setara kas atau di memo tersendiri mengenai
kewajaran dari cash on hand dan in bank, setelah kita menjalankan seluruh prosedur audit
di atas.

Latihan

1) Jelaskan pengertian kas dan setara kas!
Jawab:
Kas adalah alat pertukaran yang dimiliki perusahaan dan siap digunakan dalam transaksi
perusahaan, setiap saat diinginkan.
Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sangat likuid, berjangka pendek dan
yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa msenghadapi risiko
perubahan nilai yang signifikan.

2) Sebutkan contoh dari perkiraan kas dan setara kas?
Jawab:
a. Kas kecil dalam rupiah maupun mata uang asing.
b. Saldo rekening giro di Bank dalam rupiah maupun mata uang asing.
c. Bon sementara.
d. Bon-bon kas kecil yang belum di reimbursed.
e. Check tunai yang akan didepositokan.

3) Bagaimana ciri-ciri internal control yang baik atas kas dan setara kas?
Jawab:
a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang menerima dan
mengeluarkan kas dengan yang melakukan pencatatan, memberikan otorisasi atas
pengeluaran dan penerimaan kas dan bank.
b. Pegawai yang membuat rekonsiliasi bank harus lain dari pegawai yang mengerjakan
buku bank.
c. Digunakannya imprest fund system untuk mengelola kas kecil,
d. Penerimaan kas, check, dan giro harus disetor ke bank dalam jumlah seutuhnya
(intact) paling lambat keesokan harinya,
e. Uang kas harus disimpan ditempat yang aman, misalnya di cash box, brankas atau
bank,
f. Uang kas harus dikelola dengan baik, jangan dibiarkan menganggur atau terlalu
banyak disimpan di rekening giro. Jika ada uang kas yang menganggur sebaiknya
disimpan dalam deposito berjangka atau dibelikan surat berharga yang sewaktu-waktu
bisa diuangkan sehingga bisa menghasilkan bunga atau dividen

76

g. Blanko check dan giro harus disimpan ditempat aman dan harus dihindari
penandatanganan check dalam bentuk blanko. Penandatanganan check harus
dilampirkan bukti-bukti pendukung yang lengkap,

h. Sebaiknya check dan giro ditulis atas nama dan ditandatangani oleh 2 orang untuk
menghindari penyalahgunaan

i. Sebaiknya kasir diasuransikan atau diminta menyerahkan uang jaminan, untuk back
up seandainya terjadi kehilangan atau kecurangan yang dilakukan oleh kasir

j. Digunakan kwitansi yang bernomor urut tercetak (prenumbered),
k. Bukti-bukti pendukung dari pengeluaran kas yang sudah dibayar harus di stempel

lunas, untuk menghindari kemungkinan untuk diproses pembayaran dua kali (double
payment).

4) Sebutkan tujuan dari pemeriksaan kas dan setara kas?
Jawab:
a. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas kas dan setara
kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank.
b. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di laporan posisi
keuangan (neraca) per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) betul-betul ada dan
dimiliki perusahaan.
c. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan setara
kas.
d. Untuk memeriksa, seandainya ada saldo kas/setara kas dalam valuta asing, apakah
saldo tersebut dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank
Indonesia (BI) pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan apakah selisih kurs
yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi (komprehensif) tahun
berjalan.
e. Untuk memeriksa apakah penyajiannya di laporan posisi keuangan (neraca) sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).

5) Bagaimana prosedur audit atas kas dan setara kas?
Jawab:
a. Pahami dan evaluasi internal control atas kas dan setara kas serta transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas dan bank.
b. Buat top schedule kas dan setara kas per tanggal laporan posisi keuangan.
c. Lakukan cash count (perhitungan fisik uang kas) per tanggal laporan posisi keuangan.
d. Kirim konfirmasi atau dapatkan pernyataan saldo dari kasir dalam hal tidak dilakukan
kas opname.
e. Kirim konfirmasi untuk seluruh rekening bank yang dimiliki perusahaan.
f. Minta rekonsiliasi bank per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
g. Lakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank tersebut.
h. Review jawaban konfirmasi dari bank, notulen rapat dan perjanjian kredit untuk
mengetahui apakah ada batasan dari rekening bank yang dimiliki perusahaan.
i. Pemeriksa interbank transfer kurang lebih satu minggu sebelum dan sesudah tanggal
laporan posisi keuangan (neraca), untuk mengetahui adanya kitting dengan tujuan
window dressing.

77

j. Pemeriksa transaksi kas sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
(subsequent payment dan subsequent collection) sampai mendekati tanggal
selesainya pemeriksaan lapangan.

k. Seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam mata uang asing per tanggal laporan
posisi keuangan (neraca), periksa apakah saldo tersebut sudah dikonversikan ke
dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau
dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.

l. Periksa apakah penyajian kas dan setara kas di laporan posisi keuangan (neraca) dan
catatan atas laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).

m. Buat kesimpulan di Top Schedule kas dan setara kas atau di memo tersendiri
mengenai kewajaran dari cash on hand dan in bank, setelah kita menjalankan seluruh
prosedur audit di atas.

Rangkuman

Kas dapat dimaknai asset lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah untuk
diselewengkan. Selain itu banyak transaksi perusahaan yang menyangkut penerimaan dan
pengeluaran kas. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sangat likuid, berjangka
pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi
risiko perubahan nilai yang signifikan. Agoes (2012) berpendapat bahwa setara kas bagian
dari investasi jangka pendek dan sangat liquid yang dimiliki untuk memenuhi komitmen kas
jangka pendek, bukan untuk tujuan investasi atau lainnya. (Sudarto, 2006)

Tes Formatif 8

Jawablah pernyataan-pernyataan berikut dengan “Benar” atau “Salah”.
1) Salah satu tujuan pemeriksaan kas dan bank adalah untuk memeriksa apakah ada

pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan bank. (Benar/Salah)
2) Salah satu ciri internal control yang baik atas kas dan bank adalah: pegawai yang membuat

rekonsiliasi bank harus sama dengan pegawai yang menerjakan buku bank. (Benar/Salah)
3) Check kitting hanya bisa dilakukan kalau suatu perusahaan memiliki dua atau lebih

rekening bank di bank yang berbeda. (Benar/Salah)
4) Kas opname harus dilakukan tepat pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca).

(Benar/Salah)
5) Ada dua jenis konfirmasi bank, yaitu konfirmasi positif dan konfirmasi negatif.

(Benar/Salah)

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Untuk melanjutkan ke materi berikutnya, mahasiswa harus mampu menjawab semua
pertanyaan paling tidak 80% benar. Selamat bagi mahasiswa yang lolos ke materi berikutnya.

78

Kunci Jawaban

1. Tes formatif 1
1) Salah satu tujuan pemeriksaan kas dan bank adalah untuk memeriksa apakah ada
pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan bank. (Benar)
2) Salah satu ciri internal control yang baik atas kas dan bank adalah: pegawai yang
membuat rekonsiliasi bank harus sama dengan pegawai yang menerjakan buku bank.
(Salah)
3) Check kitting hanya bisa dilakukan kalau suatu perusahaan memiliki dua atau lebih
rekening bank di bank yang berbeda. (Benar)
4) Kas opname harus dilakukan tepat pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
(Benar)
5) Ada dua jenis konfirmasi bank, yaitu konfirmasi positif dan konfirmasi negatif. (Benar)

Daftar Pustaka

Agoes, S. (2016). Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Akbar, F. A., Ridwansyah, E., & Nurmala. (n.d.). Audit Kas dan Setara Kas pada PT XYZ

oleh KAP Abubakar Usman dan Rekan. Akbar: Audit Atas Kas dan Setara Kas.
Rudianto, 2012, Pengantar Akuntansi, Jakarta, Penerbit Erlangga Adaptasi IFRS.
Sudarto, T. A. (2006). Pengaruh Perubahan Dana Kas atau Setara Kas Terhadap

Peningkatan Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Pada PT
Bej. Modernisasi, 144.

79

Topik 9:

Pemeriksaan Piutang Usaha dan Piutang
Lainnya

Pendahuluan

Sebelum melakukan pemeriksaan piutang maka saudara harus memhami Standar
Akuntansi Keuangan di mana standar ini menggolongkan piutang, menurut sumber terjadinya,
dalam dua kategori, yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Menurut Soemarso piutang
usaha adalah penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak dengan siapa ia berpiutang:
“Perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain dengan adanya
hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang”.

Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan ini, mahasiswa mampu memahami
pemeriksaan piutang usaha dan piutang lainnya. minimal 95% benar.

Kemampuan Akhir yang Diharapkan

Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan ini, mahasiswa mampu memeriksa piutang
usaha dan piutang lainnya

Kegiatan Belajar 9

Sifat dan Contoh Piutang

Standar Akuntansi Keuangan menggolongkan piutang, menurut sumber terjadinya,
dalam dua kategori, yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain.

Menurut Soemarso piutang usaha adalah penyerahan aktiva atau jasa lain kepada
pihak dengan siapa ia berpiutang: “Perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang
atau perusahaan lain dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran
dalam bentuk uang”.

Piutang merupakan klaim kepada pihak lain, atas uang, barang, atau jasa yang dapat
diterima dalam jangka waktu 1 tahun, atau dalam 1 siklus kegiatan perusahaan. Piutang usaha
adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit. Piutang
lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan.
Piutang usaha dan piutang lain-lain yang diharapkan bisa ditagih dalam waktu satu tahun atau
kurang diklasifikasikan sebagai piutang lancar.

Contoh dari perkiraan perkiraan yang biasa digolongkan sebagai piutang antara lain:
a. Piutang usaha

Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak
produk atau jasa kepada pelanggan. Transaksi paling umum yang menciptakan piutang
usaha adalah penjualan barang dan jasa secara kredit. Piutang tersebut dicatat dengan

80

mendebit akun piutang usaha. Piutang usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan
tertagih dalam periode waktu yang relative pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha
diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar.
b. Wesel tagih

Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah
menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam
setahun. Maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel
biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. Wesel bisa digunakan untuk
menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari
transaksi penjualan maka hal itu kadang-kadang disebut piutang dagang
c. Piutang pegawai

Piutang pada karyawan biasanya terjadi saat sebuah perusahan meminjamkan
dana atau kredit kepada karyawannya. Hal itu akan tercatat sebagai piutang dagang atau
piutang usaha. Contoh yang paling sering kita lihat adalah pinjaman kasbon dimana,
seorang karyawan meminjam sejumlah uang atau mendapatkan jasa dari perusahaan
tempat mereka bekerja. Pembayarannya sesuai dengan besaran jumlah uang yang
dipinjam, jangka waktu dan besaran bunga yang dibebankan dalam piutang tersebut.
d. Piutang bunga

Bunga atas uang yang dipinjamkan oleh perusahaan kepada pihak lain dan bunga
tersebut sudah merupakan hak perusahaan, tetapi pembayaran belum diterima
perusahaan.
e. Uang muka

Penjualan belum diakui sebagai pendapatan perusahaan sehingga dicatat sebagai
Kewajiban Jangka Pendek (Current Liabilities) yang disajikan pada Laporan Neraca
Perusahaan dalam posisi Pasiva.
f. Uang jaminan (refunddable deposit)
g. Piutang lain-lain
h. Allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)

Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus
dilaporkan tersendiri (tidak digabung dengan perkiraan piutang) karena sifatnya yang
berbeda.

Piutang dinyatakan sebesar jumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang
tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca di ikuti dengan
penyisihan untuk piutang yang tidak dapat ditagih.

Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Piutang

Adapun tujuan dari Pemerriksaan (Audit Objectives) Piutang adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik atas

piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
b. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity) dari pada piutang.
c. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup tidaknya

perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)
d. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul

karena pendiskontoan wesel tagih (notes recivable)
e. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan standar akuntansi

yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan/SAK ETAP.

81

Penjelasan atas Tujuan Pemeriksaan
a. Untuk mengetahui apakah terdapat internal control yang baik atas piutang dan transaksi

penjualan, piutang dan penerimaan kas. Jika akuntan publik (auditor) dapat meyakinkan
dirinya bahwa internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan kas berjalan efektif maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan substansive
test bisa dipersempit.
Beberapa ciri internal control yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan kas adalah :
1) Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang melakukan penjualan,

mengirimkan barang, melakukan penagihan, memberikan otorisasi atas penjualan
kredit, membuat faktur penjualan dan melakukan pencatatan.
2) Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak (prenumbered), misalnya
sales order (pesanan penjualan), sales invois (faktur penjualan), delivery order (surat
pengiriman barang), credit memo, official receipt (kwitansi).
3) Digunakan price list dan setiap penyimpanan dari price list atau setiap diskon yang
diberikan kepada pelanggan harus disetujui oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
4) Diadakannya sub buku besar piutang atau kartu piutang (accounts receivable
subledger card) untuk masing- masing pelanggan yang selalu di update
(dimutakhirkan).
5) Setiap akhir bulan dibuat aging schedule piutang (analisis umur piutang).
6) Setiap akhir bulan jumlah saldo piutang dari masing masing pelanggan dibandingkan
(direconcile) dengan jumlah saldo piutang menurut buku besar.
7) Setiap akhir bulan dikirim montly statement of account kepada masing masing
pelanggan.
8) Uang kas, ceheck atau giro yang diterima dari pelanggan harus disetor dalam jumlah
seutuhnya (intact) paling lambat keesokan harinya.
9) Mutasi kredit diperkirakan piutang (buku besar dan sub buku besar) yang berasal dari
retur penjualan dan penghapusan piutang harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan
yang berwenang.
10) Setiap pinjaman yang diberikan kepada pegawai, direksi, pemegang saham dan
perusahaan afiliasi harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang,
didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan dijelaskan apakah dikenakan bunga atau
tidak.
b. Untuk memeriksa validity dan authenticity dari piutang.

Validity maksudnya apakah piutang itu sah, masih berlaku, dalam arti diakui oleh
mempunyai utang. Authenticity maksudnya apakah piutang itu didukung oleh bukti-bukti
yang otentik seperti sales order, delivery order yang sudah ditandatangani oleh pelanggan
sebagai bukti bahwa pelanggan telah menerima barang yang dipesan, dan faktur
penjualan.
c. Untuk memeriksa collecibility piutang dan cukup tidaknya allowance for bad debt.

Collecibility maksudnya adalah kemungkinan tertagihnya piutang. Piutang harus
disajikan dineraca sebesar jumlah yang diperkirakan bisa ditagih. Karena itu, jumlah yang
diperkirakan tidak bisa ditagih harus dibuat penyelisihan dalam jumlah yang cukup. Selain
itu, piutang yang sudah pasti tidak bisa ditagih harus dihapuskan dengan mendebit
perkiraan penyisihan piutang (jika sebelumnya sudah pernah dibuat penyisihan piutang
atau biaya penyisihan piutang (jika belum pernah dibuat penyisihan piutang) dan
mengkredit perkiraan piutang.

82

Auditor harus memeriksa cukup tidaknya allowance for bad debt karena :
1) Jika allowance yang dibuat terlalu besar maka akibatnya piutang disajikan terlalu kecil

(understated) dan biaya penyisihan piutang terlalu besar (overstated) dan laba rugi
terlalu kecil (understated).
2) Jika allowance yang dibuat terlalu kecil maka akibatnya piutang yang disajikan
overstated, biaya penyisihan piutang understated dan laba rugi overstated.
d. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat yang timbul dari pendiskontoan wesel
tagih

Jika perusahaan mempunyai wesel tagih yang didiskontokan ke bank sebelum
tanggal jatuh temponya, maka pada tanggal neraca harus diungkapkan adanya contingent
liability yang berasal dari pendiskontoan wesel tagih tersebut. Karena jika pada tanggal
jatuh tempo si penarik wesel tidak sanggup melunasi wesel tersebut ke bank, maka
perusahaan, yang mendiskontokan wesel tersebut ke bank, yang harus melunasi wesel
berikut bungannya ke bank.
e. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di Neraca sesuai dengan standar akuntansi
keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).

Menurut Standar Akuntansi Keuangan :
1) Piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah

dengan identifikasi yang jelas.
2) Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah

yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti
dengan penyisihan untuk piutang yang dirugikan atau taksiran jumlah yang tidak dapat
ditagih.
3) Saldo kredit piutang individual jika jumlahnya material harus disajikan dalam kelompok
kewajiban.
4) Jumlah piutang yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
5) Kewajiban bersyarat dalam hubungannya dengan penjualan piutang yang disertai
perjanjian untuk dibeli kembali (sale of accounts receivable/notes receivable
discounted with recourse) kepada suatu lembaga keuangan harus dijelaskan
secukupnya).

Prosedur Pemeriksaan (Audit Procedures) Piutang Usaha Yang
Disarankan

a. Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan kas.

b. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule Piutang per tanggal neraca.
c. Minta aging schedule dari piutang usaha per tanggal neraca yang antara lain menunjukkan

nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa subsequent
collections nya. Selain itu perlu juga diminta rincian piutang pegawai, wesel tagih, uang
muka dan lain-lain, per tanggal neraca.
d. Periksa mathematical accuary-nya dan check individual balance ke subledger lalu totalnya
ke general ledger.
e. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice.
f. Kirimkan konfirmasi piutang:
1) Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirimi surat konfirmasi.
2) Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif.

83

3) Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di surat konfirmasi.
4) Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari

perbedaannya.
5) Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi.
g. Periksa subseqent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas
untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian
pemeriksaan lapangan (audit field work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai
subsequent collections hanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode yang
sedang diperiksa.
h. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk mengetahui
kemungkinan adanya contingent liability.
i. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
j. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih
kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-
barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal
neraca. Kalau belum dikirim cari tahu alasannya.
k. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam
periode berikutnya.
l. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan sebagai
jaminan.
m. Periksa apakah penyajian piutang dineraca dilakukan sesuai dengan standar akuntansi
keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
n. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.

Latihan

1) Piutang dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain.
Jelaskan pengertian piutang usaha dan piutang lain-lain!
Jawab:
Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa
secara kredit. Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan
usaha normal perusahaan.

2) Sebutkan contoh dari perkiraan piutang?
Jawab:
Piutang usaha, wesel tagih, piutang pegawai, piutang bunga, uang muka, uang jaminan
(refunddable deposit), piutang lain-lain, allowance for bad debts (penyisihan piutang tak
tertagih).

3) Sebutkan tujuan pemeriksaan piutang?
Jawab:
a. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik
atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
b. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity) dari pada piutang.

84

c. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup tidaknya
perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)

d. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul
karena pendiskontoan wesel tagih (notes recivable)

e. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan/SAK ETAP.

4) Mengapa auditor harus memeriksa cukup tidaknya allowance for bad debt dalam audit atas
piutang?
Jawab:
a. Jika allowance yang dibuat terlalu besar maka akibatnya piutang disajikan terlalu kecil
(understated) dan biaya penyisihan piutang terlalu besar (overstated) dan laba rugi
terlalu kecil (understated).
b. Jika allowance yang dibuat terlalu kecil maka akibatnya piutang yang disajikan
overstated, biaya penyisihan piutang understated dan laba rugi overstated.

5) Bagaimana prosedur audit atas piutang usaha?
Jawab:
a. Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan kas.
b. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule Piutang per tanggal neraca.
c. Minta aging schedule dari piutang usaha per tanggal neraca.
d. Periksa mathematical accuary-nya dan check individual balance ke subledger lalu
totalnya ke general ledger.
e. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales
invoice.
f. Kirimkan konfirmasi piutang:
g. Periksa subseqent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas
untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian
pemeriksaan lapangan (audit field work).
h. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk
mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.
i. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
j. Test sales cut-off dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih
kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca.
k. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam
periode berikutnya.
l. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan sebagai
jaminan.
m. Periksa apakah penyajian piutang dineraca dilakukan sesuai dengan standar akuntansi
keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
n. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.

85

Rangkuman

Standar Akuntansi Keuangan dimana standar ini menggolongkan piutang, menurut
sumber terjadinya, dalam dua kategori, yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Menurut
Soemarso piutang usaha adalah penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak dengan siapa
ia berpiutang: “Perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain
dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang”.

Tes Formatif 9

Jawablah pernyataan-pernyataan berikut dengan “Benar” atau “Salah”.
1) Standar Akuntansi Keuangan menggolongkan piutang, menurut sumber terjadinya, dalam

dua kategori, yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. (Benar/Salah)
2) Saldo piutang dari pelanggan yang menunjukkan “zero balance” atau yang sudah

dihapuskan, tidak perlu lagi dikirimkan konfirmasi piutang. (Benar/Salah)
3) Dalam melakukan compliance test atas penjualan yang biasa diambil sebagai sampel

adalah faktur penjualan. (Benar/Salah)
4) Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan secara kredit.

(Benar/Salah)
5) Jika allowance for bad debt yang dibuat perusahaan terlalu besar, maka akibatnya laba

menjadi terlalu besar (overstated). (Benar/Salah)

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Untuk melanjutkan ke materi berikutnya, mahasiswa harus mampu menjawab semua
pertanyaan paling tidak 80% benar. Selamat bagi mahasiswa yang lolos ke materi berikutnya.

Kunci Jawaban

1. Tes formatif 1
1) Standar Akuntansi Keuangan menggolongkan piutang, menurut sumber terjadinya,
dalam dua kategori, yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. (Benar)
2) Saldo piutang dari pelanggan yang menunjukkan “zero balance” atau yang sudah
dihapuskan, tidak perlu lagi dikirimkan konfirmasi piutang. (Benar)
3) Dalam melakukan compliance test atas penjualan yang biasa diambil sebagai sampel
adalah faktur penjualan. (Salah)
4) Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan secara
kredit. (Benar)
5) Jika allowance for bad debt yang dibuat perusahaan terlalu besar, maka akibatnya laba
menjadi terlalu besar (overstated). (Salah)

Daftar Pustaka

Agoes, S. (2004). Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik.
Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi. 2013. Auditing Buku 1 edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.
86

Islahuzzaman. (2012). Istilah-istilah Akuntansi & Auditing. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
87

Topik 10:

Pemeriksaan Persediaan

Pendahuluan

Sebelum memeriksa persediaan sebaiknya saudara memahami dulu apa itu
persediaan. Menurut standar Akuntansi Keuangan (PSAK: NO. 14, hal 14. 1 s/d 14.2 dan
14.9–IAI, 2002), persediaan merupakan aset: Yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha
normal, dalam proses produksi dan atau perjalanan, atau dalam bentuk bahan atau
perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses atau pemberian jasa. Adapun sifat-
sifat persediaan meliputi: a) Biasanya merupakan aset lancar (current assets) karena masa
perputarannya biasanya kurang atau sama dengan satu tahun. b) Merupakan jumlah yang
besar, terutama dalam perusahaan dagang dan industri. c) Mempunyai pengaruh yang besar
terhadap laporan posisi keuangan (neraca) dan perhitungan laba rugi, karena kesalahan
dalam mementukan persediaan pada akhir periode akan mengakibatkan kesalahan dalam
jumlah aset lancar dan total aset, beban pokok penjualan, laba kotor, dan laba bersih, taksiran
pajak penghasilan, pembagian deviden dan laba rugi ditahan, kesalahan tersebut akan
terbawa ke laporan keuangan berikutnya.

Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan ini, mahasiswa mampu memahami
pemeriksaan persediaan. Minimal 95% benar.

Kemampuan Akhir yang Diharapkan

Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan ini, mahasiswa mampu melakukan
pemeriksaan persediaan.

Kegiatan Belajar 10

Pengertian Persediaan

Menurut standar Akuntansi Keuangan (PSAK: NO. 14, hal 14. 1 s/d 14.2 dan 14.9–IAI,
2002), persediaan merupakan aset:
a. Yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi dan atau perjalanan; atau
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses atau

pemberian jasa.
Adapun sifat-sifat persediaan meliputi:
a. Biasanya merupakan aset lancar (current assets) karena masa perputarannya biasanya

kurang atau sama dengan satu tahun
b. Merupakan jumlah yang besar, terutama dalam perusahaan dagang dan industri
c. Mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan posisi keuangan (neraca) dan

perhitungan laba rugi, karena kesalahan dalam mementukan persediaan pada akhir

88

periode akan mengakibatkan kesalahan dalam jumlah aset lancar dan total aset, beban
pokok penjualan, laba kotor, dan laba bersih, taksiran pajak penghasilan, pembagian
deviden dan laba rugi ditahan, kesalahan tersebut akan terbawa ke laporan keuangan
berikutnya.

Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai persediaan adalah
sebagai berikut:
a. Bahan baku (raw materials)
b. Barang dalam proses (work in process)
c. Barang jadi (finish goods)
d. Suku cadang (spare-part)
e. Bahan pembantu
f. Bahan dalam perjalanan (goods in transit) merupakan barang yang sudah dikirim oleh

supplier tetapi belum sampai di gudang perusahaan.
g. Barang konsinyasi

Consignment out (barang perusahaan yang dititip jual pada perusahaan lain).
Consignment in (barang perusahaan lain yang dititip jual diperusahaan) tidak boleh
dilaporkan/dicatat sebagai persediaan perusahaan.

Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 56-57)
Entitas harus menentukan biaya persediaan dengan menggunkan rumus biaya masuk-

pertama keluar-pertama (MPKP) atau rata-rata terimbang. Rumus biaya yang sama harus
digunakan untuk seluruh persediaan dengan sifat dan pemakaian yang serupa. Untuk
persediaan dengan sifat atau pemakaian yang berbeda, penggunaan rumus biaya yang
berbeda dapat dibenarkan. Metode masuk terakhir keluar pertam (MTKP) tidak diperkenankan
oleh SAK ETAP.

Entitas harus mengukur biaya persediaan untuk jenis persediaan yang normalnya tidak
dapat ditukarkan, barang dan jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu
dengan menggunakan identifikasi khusus atas biaya secara individual.

Entitas harus menguji pada setiap tanggal pelaporan apakah persediaan menurun
nilainya yaitu nilai tercatatnya tidak dapat dipulihkan secara penuh (misalnya karena
kerusakan, keusangan dan penurunan harga. Jika suatu jenis (atau kelompok jenis) dari
persediaan menurun nilainya, maka persediaan harus diukur pada harga jual dikurangi biaya
untuk menyelesaikan dan menjual, serta mengakui kerugian penurunan nilai.

Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Persediaan

Adapun tujuan pemeriksaan (Audit objectives) persediaan sebagai berikut:
a. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas persediaan
b. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada yang

dimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca.
c. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan (volution) sesuai dengan standar

akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
d. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan standar akuntansi

keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
e. Untuk memeriksa apakah terhadap barang-barang yang rusak (defective), bergerak

lambat (slow moving), dan ketinggalan mode (absolescance) sudah dibuatkan allowance
yang cukup.
f. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit.

89

g. Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai pertanggungan yang
cukup

h. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan
(purchase/sales commitmen) yang mempunyai pengaruh besar terhadap laporan
keuangan.

i. Untuk mengetahui apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).

Penjelasan atas Tujuan Pemeriksaan
a. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas persediaan

Jika akuntan publik dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas
perolehan, penyimpanan dan pengeluaran persediaan berjalan efektif, maka luasnya
pemeriksaan dalam melakukan substantive test atas persediaan dapat dipersempit.

Beberapa ciri internal control yang baik atas persediaan adalah:
1) Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara bagian pembelian, penerimaan

barang, gudang, akuntansi dan keuangan.
2) Digunakannya formulir-formulir yang prenumbered (bernomor urut tercetak), seperti:

purchase requisition (permintaan pembelian), purchase order (order pembelian),
delivery order (surat jalan), receiving report (laporan penerimaan barang), sales order
(order penjualan), sates invoice (faktur penjualan).
3) Adanya sistem otorisasi, baik untuk pembelian, penjualan, penerimaan kas/bank,
maupun pengeluaran kas/bank.
4) Digunakannya anggaran {budget) untuk pembelian, produksi, penjualan, dan
penerimaan serta pengeluaran kas.
5) Pemesanan barang dilakukan dengan memperhitungkan economic order quantity dan
iron stock.
6) Digunakannya perpetual inventory system dan stock card, terutama di perusahaan
yang nilai persediaan per jenisnya cukup material.
b. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada yang
dimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca.

Di Amerika pernah terjadi “Robinson Case”, yaitu terdapat perusahaan yang
melaporkan saldo persediaannya sangat besar, yang sebenarnya jumlah tersebut banyak
yang fiktif. Sejak kasus itu akuntan publik diharuskan untuk melakukan pengamatan
terhadap persediaan perusahaan per tanggal neraca, untuk meyakinkan keberadaan
persediaan tersebut. Dalam hal ini saldo persediaan termasuk barang dalam perjalanan
dan barang konsinyasi (hanya consignment out).
c. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan sesuai dengan standar akuntansi
keuangan.

Pada umumnya persediaan dinilai berdasarkan harga perolehan (acquisition cost)
dalam hal ini bisa dipilih metode first in first out (FIFO), last in first out (LIFO) atau Average
cost (moving average atau weighted average).

Untuk barang-barang yang harga jualnya sudah pasti (logam mulia) atau cepat
rusak (hasil pertanian seperti sayuran dan buah-buahan) bisa dinilai berdasarkan harga
jual untuk barang-barang yang usang, rusak atau bergerak lama bisa diadakan penyisihan
(allowance) sehingga sesuai dengan metode lower of cost or market (mana yang lebih
rendah antara harga perolehan dan harga pasar). Dalam keadaan inflasi, penggunaan
FIFO akan mengakibatkan harga pokok penjualan rendah dan laba kotor menjadi tinggi

90

penggunaan LIFO akan menghasilkan laba kotor yang rendah: penggunaan average cost

akan menghasilkan laba kotor yang lebih kecil dibandingkan FIFO tetapi lebih besar dari

penggunaan LIFO.

Dari segi undang-undang pajak tidak diperkenankan menggunakan LIFO karena

berarti pajak yang terutang akan lebih kecil dibandingkan penggunaan FIFO dan average

cost.

d. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan standar akuntansi

keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).

Ada dua sistem pencatatan persediaan yang biasa digunakan, yaitu perpetual

syslem 0 physical (periodical) system. Dalam perpetual system, setiap ada pembelian,

perkiraan persediaan akan didebit, setiap ada penjualan, perkiraan persediaan akan

dikredit. digunakan physical system, perkiraan persediaan tidak pernah didebit waktu

pembedan tidak pemah dikredit waktu ada penjualan. Karena itu jika perusahaan ingin

mengetahui berapa saldo persediaan pada akhir periode, harus dilakukan stock opname

(perhitu fisik persediaan).

Jika perusahaan ingin memperkirakan berapa saldo persediaan pada akhir bulan

tanggal tertentu bisa digunakan Retail Inventory Method atau Gross Profit Method. Namun

demikian pada akhir tahun tetap lerus dilakukan stock opname, agar bisa diketahui berapa

saldo persediaan yang betul-betul dimiliki perusahaan. Perbedaan pencatatan antaa

perpetual dan physical inventory system:

Perpectual Physical

Pembelian : DR persediaan xx - DR pembelian xx -

CR utang/kas - xx CR utang/kas - xx

Penjualan : DR piutang/kas xx - DR piutang/kas xx -

CR penjualan - xx CR penjualan - xx

DR harga pokok penjualan xx -

CR persediaan. - xx

Perpetual system biasanya digunakan pada perusahaan yang jenis persediaannya
tidak banyak tetapi nilai persediaan perunitnya besar, misalnya diler mobil dan toko emas.
Phisical system biasanya digunakan pada perusahaan yang jenis persediaan perunitnya
kecil, misalnya toko bahan bangunan.
e. Untuk mengetahui apakah terhadap barang-barang yang rusak, bergerak lambat dan
ketinggalan mode sudah dibuatkan allowance yang cukup. Barang-barang tersebut di atas
tidak mungkin lagi di jual dengan harga normal, supaya bisa terjual harus dijual dengan
harga obral yang umumnya lebih rendah dari harga perolehannya. Karena itu harus
dibuatkan allowance dalam jumlah yang cukup, dalam arti tidak terlalu kecil (karna akan
mengakibatkan laba terlalu besar) dan tidak terlalu besar (akan mengakibatkan laba terlalu
kecil).
f. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit. Salah satu
bentuk barang jaminan dari kredit yang diperoleh dari bank adalah persediaan. Jika ada
persediaan yang dijadikan jaminan, hal ini harus diungkapkan (didisclose) dalam catatan
atas laporan keuangan (note to financial statement).
g. Untuk mengetahui apakah persediaan di asuransikan dengan nilai pertanggungan
(insurance coverage) yang cukup. Persediaan harus diasuransikan, sehingga seandainya
terjadi kebakaran, bisa diperoleh ganti rugi dari perusahaan asuransi dan perusahaan bisa
terhindar dari kerugian karena kebakaran tersebut. Nilai pertanggungan asuransi harus

91

cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Yang harus diwaspadai adalah,
jika perusahaan mengasuransikan persedian dengan insurance coverage yang terlalu
besar, terutama dalam keadaan bisnis yang lesu, mungkin perusahaan bermaksud
membakar persediaannya agar mendapat keuntungan dari ganti rugi perusahaan
asuransi.
h. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan yang
mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan keuangan. Jika hal tersebut
ditemukan, harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Misalnya : pada
tanggal 24 November 2010, perusahaan menandatangi kontrak penjualan dengan salah
satu pelanggannya untuk menjual 10.000 unit barang X dengan harga jual Rp 100.000 per
unit, penyerahan barang akan dilakukan pada tanggal 13 Februari 2011. Ternyata dibulan
februari 2011 harga pasar barang X tersebut meningkat menjati Rp 130.000 per unit.
Karena sudah ada sales commitment, maka perusahaan mau tidak mau harus tetap
menjual barang tersebut kepelanggannya sebanyak 10.000 unit dengan harga sesuai
kontrak, yaitu Rp 100.000 per unit. Dalam hal ini perusahaan rugi sebesar 10.000 X (Rp
130.000 - Rp 100.000) = Rp 300.000.
i. Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS). Dalam hal ini harus
diketahui sistem pencatatan persediaan yang digunakan perusahaan(perpetual atau
physical system) dan metode penilaian persediaan yang digunakan perusahaan (apakah
berdasarkan harga perolehan, dengan FIFO atau LIFO atau Average cost method),
apakah sudah diterapkan lower of cost or market atas persedian tersebut.

Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 124):
Entitas harus menilai pada setiap tanggal pelaporan apakah persediaan turun nilainya.

Entitas harus membuat penilaian dengan membandingkan jumlah tercatat setiap jenis
persediaan (atau kelompok persediaan yang sama) dengan harga jual dikurangi biaya untuk
menyelesaikan dan menjual. Jika suatu jenis persediaan (atau kelompok jenis persediaan)
turun nilainya, maka entitas harus mengakui kerugian dalam laporan laba rugi atas perbedaan
antara jumlah tercatat dan harga jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan menjual.

Jika tidak praktis untuk menentukan harga jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan
dan menjual setiap jenis persediaan, maka entitas diperkenankan mengelompokkan jenis
persediaan dalam lini produk yang sama tujuan dan pemakaiannya serta diproduksi dan
dipasarkan dalam area geografis yang sama untuk tujuan menguji penurunan nilai.

Prosedur Pemeriksaan (yang disarankan) atas Persediaan

Prosedur pemeriksaan dibagi menjadi tiga terdiri dari complaince test, analytic review,
dan subtantive test. Dalam praktiknya, prosedur pemeriksaan yang dibahas di sini harus
disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang diaudit.

Prosedur pemeriksaan mencakup atas pembelian, penyimpanan, pemakaian dan
penjulan persediaan, karena berkaitan dengan siklus pembelian, utang, dan pengeluaran kas
serta siklus pen jualan, piutang dan penerimaan kas.
a. Prosedur pemeriksaan untuk compliance test

1) Pelajari dan evaluasi internal control atas persediaan.
a) Dalam hal ini biasanya auditor menggunakan internal control questionnaires
b) Lakukan teks transaksi (compliance test) atas pembelian dengan menggunakan
purchase order sebagai sampel. Untuk tes transaksi atas pemakaian (bahan baku)

92

bisa digunakan material requisition sebagai sampel. Untuk tes transaksi atas
penjualan, bisa digunakan faktur penjualan sebagai sampel.
2) Tarik kesimpulan mengenai internal control atas persediaan.

Jika dari tes transaksi auditor tidak menemukan kesalahan yang berarti, maka
auditor bisa menyimpulkan bahwa internal control atas persediaan berjalan efektif.
Karena itu subtantive test atas perssediaan bisa dipersempit.

b. Prosedur Pemeriksaan Subtantive atas Persediaan
1) Lakukan observasi atas stock opname (perhitungan fisik) yang dilakukan perusahaan
(klien)
2) Minta final inventory list dfan lakukan prosedur pemeriksaan berikut ini:
a) Check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian).
b) Cocokan “quantity per book” dengan stock card.
c) Cocokan “quantity per count”dengan count sheet auditor
d) Cocokan “total value” dengan buku besar persediaan.
3) Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out.
4) Periksa unit price dari bahan baku (raw material), barang dalam proses (work in
process), barang jadi (finished goods), bahkan bahan pembantu (supplies).
5) Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum atau
sesudah tanggal neraca.
6) Periksa cukup tidaknya allowance for slow moving (barang-barang yang bergerak
lambat), barang-barang yang rusak dan barang-barang yang ketinggalan mode atau
tidak trend lagi.
7) Periksa kejadian sesudah tanggal neraca (subsequent event).
8) Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembelian
9) Periksa jawaban konfirmasi bank, perjanjian kredit (loan agreement), notulen rapat.
10) Periksa apakah ada sales atau purchase comitment per tanggal neraca.
11) Seandainya ada barang dalam perjalanan (good in transit), lakukan prosedur berikut
ini:
a) Minta rincian good in transit per tanggal neraca
b) Periksa mathematical accuracy
c) Periksa subsquent clearance
12) Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan adjusment jika
diperlukan
13) Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK/ETAP/IFRS.

Penjelasan Prosedur Audit
a. Lakukan observasi atas stock opname yang dilakukan oleh klien.

Stock opname dilakukan terutamauntuk persediaan yang berada digudang
perusahaan. Untuk barang cosignment out dan barang-barang tersimpan di public
werehouse jika jumlahnya materila harus dilakukan stock opname, jika tidak material
cukup dikirim konfirmasi. Stock opname bisa dilakukan pada akhir tahun.

Untuk perusahaan yang internal control lemah, sebaiknya stock opname
dilakukan pada tanggal neraca. Untuk perusahaan yang internal control bsik, stock
opname dilakukan sebelum atau sesudah tanggal neraca. Namun demikian, sebaiknya
tidak terlalu jauh dari tanggal neraca, untuk memudahkan auditor pada waktu

93


Click to View FlipBook Version