The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by elsavianade, 2021-10-03 06:18:43

0 SUNARI PENJOR

0 SUNARI PENJOR

DOI: https://doi.org/10.24843/SP.2021.v5.i01.p01 p-ISSN: 2528-4517

Kesetaraan Gender di Bidang Politik Antara Harapan dan
Realita

Ni Luh Arjani
Program Studi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Unud

[[email protected]]
Denpasar, Bali, Indonesia

Abstrak
Sampai saat ini persoalan kesetaraan gender masih tetap menjadi permasalahan yang
belum terpecahkan, meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah baik
secara nasional maupun internasional. Di Indonesia umumnya dan di Bali khususnya
kesenjangan gender yang masih sangat menonjol adalah di bidang politik. Untuk
mengatasi persoalan ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan quota 30%
keterlibatan perempuan di bidang politik. Selain kebijakan ini, pemerintah Indonesia
juga telah mengeluarkan Inpres No.9 Tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender
(PUG). Kebijakan ini dimaksudkan agar semua program pembangunan
mengintegrasikan isu gender di dalamnya. Namun demikian kebijakan affirmative
action dan PUG ini sampai saat ini belum tercapai, artinya perempuan yang terlibat
sebagai penentu kebijakan di legislative masih sangat minim. Ini artinya antara harapan
dan realitas untuk mewujudkan kesetaraan gender di bidang politik masih belum
berjalan maksimal.

Kata kunci: kesetaraan gender, politik, affirmative action.

1. Pendahuluan sekitar tahun 40-an yang digagas oleh
kaum feminis di dunia barat, kemudian
Wacana kesetaraan gender telah mulai mencuat sekitar tahun 1977 ketika
sekelompok feminis di London tidak lagi
mengemuka di ranah publik sejak lama, memakai isu-isu lama seperti patriarchat
atau sexist dalam membahas hubungan
hanya saja baru populer di masyarakat laki-laki dan perempuan. Ini merupakan
perkembangan yang cerdas, karena
Indonesia sekitar tahun 80-an terutama sebenarnya masalah ketidaksetaraan
hubungan antara laki-laki dan perempuan
sejak dibentuknya Kementerian Negara sebagian besar dibentuk oleh pembedaan
konstruksi “perempuan” dan “laki-laki”
Urusan Peranan Wanita ( Men. UPW) secara sosial budaya, dan bukan secara
biologis (seks atau kelamin). Oleh karena
tahun 1978 yang saat ini menjadi itu, pemindahan wacana ketidaksetaraan
tersebut dari panggung biologis ke
Kementerian Negara Pemberdayaan panggung sosial budaya/gender secara
teoritis lebih efektif (Nugroho, 2008; x).
Perempuan dan Perlindungan Anak Selanjutnya hal ini menjadi semakin

(KPPPA). Melalui lembaga ini

selanjutnya pemerintah

mengimplementasikan berbagai program

yang terkait kesetaraan gender karena

Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG)

menjadi visi dari pembangunan

pemberdayaan perempuan di Indonesia.

Secara historis, gerakan perjuangan

gender mulai muncul kepermukaan

Sunari Penjor: Journal of Anthropology |1
Prodi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Unud

2 | Ni Luh Arjani Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

menarik perhatian banyak ilmuwan sosial yang sama antara laki-laki dan
khususnya kaum feminis.
perempuan dalam jenis pekerjaan yang
Seiring perjalanan waktu, dewasa ini
persoalan gender tidak hanya menjadi sama nilainya. Kemudian pada tahun
isu dilingkup lokal maupun nasional
namun sudah menjadi isu global, terbukti 1984 Pemerintah RI juga telah
dengan dimasukkannya isu ini dalam
berbagai pertemuan/konfrensi wanita meratifikasi Convention the Elimination
tingkat dunia di bawah payung PBB,
seperti pada konfrensi PBB di of all Forms of Discrimination Againt
Kopenhagen (1980), Naerobi (1985), dan
Konfrensi Beijing (1995), yang telah Women (CEDAW) dengan Undang-
melahirkan Convention for Eliminating
Discrimination Againts Woman undang. Nomor 7 Tahun 1984 yang
(CEDAW), dan konfrensi PBB tahun
2000 yang menelorkan deklarasi menghendaki penghapusan segala bentuk
Millenium Development Goals (MDGs)
dengan 8 isu sentral yang salah satu diskriminasi terhadap perempuan.
goalsnya (goals 3) menginginkan
terwujudnya kesetaraan gender dan Berbagai kebijakan dan strategi
pemberdayaan perempuan di tahun 2015.
Namun pada tahun 2015 ternyata target pembangunan juga telah ditempuh oleh
MDGs terkait goals ke tiga (terwujudnya
kesetaraan gender) belum tercapai, oleh pemerintah untuk mewujudkan
karena itu isu kesetaraan gender masih
berlanjut ke sustainable development kesetaraan gender dalam kehidupan
goals (SDGs) yang targetnya tercapai di
tahun 2030. masyarakat, seperti Women in

Munculnya perhatian terhadap isu Development (WID), Women and
gender ini sejalan dengan pergeseran
paradigma pembangunan dari pendekatan Development (WAD), Gender and
keamanan dan kestabilan (security)
menuju pendekatan kesejahteraan dan Divelopment (GAD) dan Gender
keadilan (prosperity) atau dari
pendekatan produksi ke pendekatan Mainstreaming (GM). Pada tahun 2000
kemanusiaan dalam suasana yang lebih
demokratis dan terbuka. Terjadinya Presiden Republik Indonesia
perubahan paradigma pembangunan
seperti ini, menjadi dasar untuk mengeluarkan Inpres Nomor 9 Tahun
mengatasi persoalan ketidakadilan gender
yang masih terjadi di masyarakat. 2000 tentang Pengarusutamaan Gender

Kuatnya komitmen Pemerintah Dalam Pembangunan Nasional. Hal ini
Republik Indonesia untuk mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender sudah dimaksudkan untuk mempercepat
tampak sejak pemerintah meratifikasi
konvensi ILO No. III melalui Undang- terwujudnya kesetaraan gender
undang Nomor 80 Tahun 1957. Payung
hukum ini menggariskan pengupahan diberbagai bidang pembangunan seperti

dalam pembangunan ekonomi,

pendidikan, dan politik.

2. Kesetaraan Gender Di Bidang
Politik Antara Harapan Dan
Kenyataan.
Tahun 2019 dikatakan sebagai tahun

politik karena di tahun ini dilangsungkan
pemilihan umum baik untuk pemilihan
anggota legislative maupun pemilu
presiden. Pada saat ini pula suasana
politik di masyarakat akan memanas
yang dipicu oleh adanya persaingan antar
parpol, kandidat legislative maupun calon
presiden dan wakil presiden. Disisi lain,
isu politik yang cukup hangat menjadi
pembicaraan di ranah publik belakangan
ini adalah isu kesetaraan gender
terutama terkait dengan persyaratan 30%
kuota perempuan bagi parpol yang mau
ikut dalam Pemilu. Jika partai politik

Kesetaraan Gender di Bidang Politik Antara Harapan dan Realita | 3

tidak melibatkan 30% perempuan maka tingkat provinsi dan di semua
parpol tersebut tidak boleh ikut pemilu. kabupaten/kota. jumlah anggota
perempuan hanya 33 orang (8,5%) begitu
Kebijakan yang bersifat sementara pula dengan jumlah DPRD Provinsi Bali
ini (affirmative action) bertujuan untuk dari 55 orang anggota DPRD, hanya 5
meningkatkan partisipasi perempuan di orang ( 9,1%) perempuan. Secara rinci
bidang politik karena selama ini anggota DPRD Provinsi Bali dan
eksistensi perempuan di politik masih Kabupaten/kota berdasarkan jenis
sangat rendah. Meskipun berbagai upaya kelamin periode 2014-2019 seperti
telah dilakukan oleh pemerintah untuk terlihat pada Tabel 2.1. Upaya
mengatasi persoalan gender dan mewujudkan kesetaraan gender
pemberdayaan perempuan baik di bidang masih dihadapkan pada kendala cultural.
lain maupun di bidang politik namun Kendala cultural ditandai dengan adanya
sampai saat ini masalah gender masih pola pikir patriarkhi yang masih kental
cukup menonjol. Persoalan gender di artinya dunia politik hanya dianggap
bidang politik tampak dari ketimpangan pantas dilakoni oleh laki-laki karena
gender yang masih sangat menjolok baik dunia politik identik dengan
di eksekutif, yudikatif maupun di power/kekuasaan dalam pengambilan
legislatif. Kesenjangan gender di keputusan. Disamping itu juga sering ada
eksekutif cukup terlihat dari minimnya pandangan bahwa dunia politik dianggap
perempuan yang menduduki jabatan sebagai ranah yang kotor dan keras
terutama eselon atau jabatan struktural di sehingga kurang diminati oleh kaum
pemerintahan. Sementara di yudikatif perempuan yang secara stereotype
tampak dari minimnya jumlah berjiwa lemah lembut.
perempuan yang menjadi jaksa, hakim,
dan polisi. Kenyataan ini tampak dari Tabel 2.1. Jumlah Anggota DPRD di
data yang dipaparkan pada uraian berikut
ini. Provinsi Bali Periode Tahun 2014-2019

Khusus keterlibatan perempuan di Jenis Kelamin
bidang politik praktis masih sangat kecil,
meskipun secara yuridis dalam Undang- No Kabupaten/Kota L P L + P
undang bidang Politik (UU No.8 Tahun
2012) tentang PEMILU DPR, DPD, dan 1. Klungkung 27 3 30
DPRD, secara tegas memberikan
jaminan terhadap kesetaraan perempuan 2. Kota Denpasar 44 1 45
dan laki-laki dalam pemilu. Undang-
undang ini juga mengamanatkan 3. Karangasem 43 2 45
keterwakilan perempuan minimal 30%
dalam pembentukan dan kepengurusan 4. Tabanan 27 3 30
partai politik dan daftar calon anggota
pemilu legislatif, namun keterlibatan 5. Gianyar 27 4 31
perempuan dalam politik masih sangat
rendah dan pengambil keputusan pada 6. Buleleng 39 6 45
jabatan publik, baik legislatif maupun
eksekutif masih rendah. Ini artinya 7. Jembrana 34 4 38
bahwa antara harapan dan kenyataan
masih belum sesuai. 8. Bangli 28 2 30

Pada tahun 2017 di Provinsi Bali, 9. Badung 37 3 40
dari 389 anggota DPRD yang ada di
10 Provinsi Bali 50 5 55

Jumlah 356 33 389

Sumber : KPU Provinsi Bali

Dari table di atas tergambar bahwa

secara total di Kabupaten/kota di Bali,

representasi perempuan di legislative

(DPRD) hasil pemilu 2014 mencapai

jumlah 389 orang. Dari jumlah ini hanya

8,5%perempuan, selebihnya adalah laki-

laki. Sementara untuk kondisi

keterwakilan perempuan di DPRD

4 | Ni Luh Arjani Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

Kabupaten/kota, pada periode 2014-2019 Tabel: 2.2 Proporsi Anggota KPU
secara kuantitatif di Kabupaten Buleleng Provinsi Bali dan Kab./Kota Menurut
tampak paling tinggi yakni 6 orang jenis Kelamin Periode 2013-2018
(17,5%). Sementara untuk DPRD Kota
Denpasar hanya ada 1 orang (2,5% dan KABUPATEN/ 2013-2018
2.2%) anggota DPRD perempuan.
Sementara untuk DPRD provinsi ada 5 No KOTA/PROVINSI L P JML
orang (9,1%) perempuan. Angka ini
menggambarkan harapan untuk bisa 1 Buleleng 41 5
mencapai angka 30% masih belum
tercapai sebagaimana amanat undang- 2 Jembrana 41 5
undang No 8 Tahun 2012 tentang
Pemilihan Umum. Oleh karena itu 3 Tabanan 32 5
perjuangan untuk meningkatkan
partisipasi perempuan di bidang politik 4 Badung 41 5
masih perlu dilakukan.
5 Denpasar 41 5
Keterlibatan perempuan di bidang
politik tidak hanya terrepresentasi di 6 Gianyar 32 5
parlemen atau legislatif, tetapi juga
sebagai penyelenggara pemilu yang 7 Bangli 41 5
dalam hal ini sebagai anggota Komisi
Pemilihan Umum (KPU) baik di tingkat 8 Klungkung -- -
pusat, provinsi, maupun Kabupaten/kota.
Untuk anggota KPU semua 9 Karangasem 32 5
kabupaten/kota di provinsi Bali periode
2013-2018 jumlah anggota perempuan 10 Bali 23 5
secara umum juga masih menunjukkan
ketimpangan gender kecuali anggota JUMLAH 31 14 45
KPU tingkat provinsi jumlah perempuan
lebih banyak dari laki-laki, dari 5 Sumber: KPU Provinsi Bali, 2013
komisioner, 3 orang (60%) adalah
perempuan. Sementara untuk anggota Realitas yang ditunjukkan oleh data
KPU kabupaten/kota belum semuanya tersebut di atas secara nyata masih
memenuhi kuota 30% seperti tampak belum mencerminkan kesetaraan gender
pada Table 2.2 berikut ini. di bidang politik. Rendahnya partisipasi
perempuan di bidang politik dipengaruhi
Dari table ini tampak bahwa dari 7 oleh beberapa faktor seperti faktor
kabupaten dan satu kota yang sudah ekonomi, mitos yang terkait dengan
memilih anggota KPU hanya tiga sosial budaya, stereotype, serta segregasi
kabupaten yang sudah memenuhi syarat gender dalam bidang pekerjaan (Soetjipto
kuota 30% yakni Kabupaten dalam Notosusanto. 1997; 238-239).
Karangasem, Tabanan dan Gianyar, Sementara menurut Nantri (2003).
sedangkan kabupaten/kota lainnya baru Rendahnya partisipasi perempuan di
mencapai 20%. Untuk Kabupaten bidang politik dipengaruhi oleh faktor
Klungkung belum melakukan pemilihan internal dan ekternal. Faktor internal
anggota KPU periode 2013-2018 karena pada dasarnya bersumber dari dalam diri
saat proses seleksi anggota KPU perempuan itu sendiri terutama karena
kabupaten ini sedang melaksanakan adanya anggapan dari perempuan bahwa
Pilkada. politik itu penuh kekerasan sehingga
merasa enggan ikut terlibat di dalamnya;
perempuan kadangkala tidak percaya diri
sehingga tidak siap mental untuk ikut
bersaing dengan lawan jenisnya.
Sementara faktor ekternal bersumber dari
luar diri perempuan seperti kurangnya
dukungan dari pihak keluarga, dan faktor
kultural ( Arjani, dkk; 2010).

Faktor kultural terutama dipengaruhi
oleh budaya patriarkhi yang masih sangat
kuat tertanam pada masyarakat Bali yang
menganut system kekerabatan patrilineal.

Kesetaraan Gender di Bidang Politik Antara Harapan dan Realita | 5

Dalam konteks ini kekuasaan baik dalam pembangunan di segala bidang termasuk
keluarga maupun masyarakat didominasi bidang politik harus mengintegrasikan
oleh laki-laki. Oleh karena itu, jika isu gender di dalamnya. Disamping itu
perempuan ingin terjun ke ranah publik juga penting peningkatan pendidikan
baik untuk kepentingan mencari nafkah politik bagi perempuan guna menambah
atau berkiprah di dunia politik praktis wawasan dan menumbuhkan kesadaran
kadangkala harus atas seijin suami bagi untuk berpartisipasi di bidang politik.
yang sudah berkeluarga dan seijin orang Terwujudnya kesetaraan gender di
tua bagi mereka yang masih lajang. bidang politik diharapkan dapat
Disamping itu, keterbatasan lain yang memperbaiki nasib perempuan yang
menjadi kendala bagi perempuan untuk selama ini dianggap sebagai insan yang
berpartisipasi di bidang politik adalah yang kurang diperhitungkan baik
modal baik modal sosial, modal budaya kebutuhannya, persoalannya dan
dan modal ekonomi, sementara untuk aspirasinya. Hal ini terjadi karena
bisa masuk ke dunia politik terutama minimnya perempuan yang ikut
menduduki jabatan sebagai anggota menyalurkan aspirasinya di tingkat
legislatif sangat dibutuhkan ketiga modal pengambil kebujakan.
ini.
4. Penutup
Perempuan minim modal sosial Sampai saat ini wacana untuk
karena perempuan mempunyai peran
utama di ranah domestik sehingga relasi mewujudkan kesetaraan gender di bidang
sosial perempuan lebih terbatas politik masih tetap ramai dibicarakan, hal
dibandingkan laki-laki yang secara ini disebabkan karena antara harapan
ideology gender berperan di dunia yang diimpikan sejak beberapa kali
publik. Perempuan minim modal budaya pemilihan umum untuk meningkatkan
terutama pendidikan karena budaya peran perempuan di bidang politik belum
mengutamakan anak laki-laki dalam pernah terwujud. Kebijakan affirmative
pendidikan masih tertanam di masyarakat action melalui quota 30% keterlibatan
yang juga dipengaruhi oleh budaya perempuanpun sudah diundangkan,
patrilineal. Sementara keterbatasan modal namun hal ini belum pernah tercapai. Hal
ekonomi juga erat kaitannya dengan ini dipengauhi oleh berbagai faktor baik
peran utama perempuan di ranah faktor internal maupun ekternal dari
domentik yang identik dengan pekerjaan perempuan itu sendiri.
yang tidak menghasilkan uang,
sedangkan peran utama laki-laki di ranah Daftar Pustaka
public sebagai pencari nafkah yang
dengan sendirinya menghasilkan uang. Arjani, Ni Luh, dkk, 2010. Partisipasi
Perempuan di Bidang Politik
3. Strategi Mewujudkan Kesetaraan di Bali. Hasil Penelitian.
Pusat Studi Wanita UNUD.
Gender Di Bidang Politik Denpasar.

Salah satu hal penting yang perlu KPP & UNFPA, 2005. Panduan dan
Bunga Rampai Pembelajaran
dilakukan secara serius dan konsisten Pengarusutamaan Gender,
Jakarta: KPPPA.
untuk mewujudkan kesetaraan gender di

bidang politik adalah

mengimplementasikan Inpres No. 9 tahun

2000 tentang strategi pengarusutamaan

gender (PUG). Strategi ini dimaksudkan

agar semua kebijakan/ program/kegiatan

6 | Ni Luh Arjani Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

Muhadjir. 2005. Negara dan

Perempuan. Jogyakarta: CV.

Adipura

Nantri, Ayu Putu. 2003. “Perempuan dan
Politik” dalam Jurnal Studi
Gender Srikandi. Vol.III. No.
1 2003. Denpasar. Pusat Studi
Wanita dan Perlindungan
Anak UNUD

Nugroho, Riyant. 2008. Gender dan
Strategi Pengarusutamaannya
di Indonesia. Jogjakarta;
Pustaka Pelajar

Soetjipto, Ani,W. 1997. “Berbagai

Hambatan Partisipasi Wanita

dalam Politik” dalam

Notosusanto ( Penyunting)

Perempuan dan

Pemberdayaan

DOI: https://doi.org/10.24843/SP.2021.v5.i01.p03 p-ISSN: 2528-4517

Membongkar Fungsi Makanan Terkait Ritual Keagamaan
dalam Sanggring Gumeno: Suatu Analisis Antropologi
Kuliner

Mega Rizqianah *, Aliffiati, A.A. Ayu Murniasih
Program Studi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana
[[email protected]], [[email protected]], [[email protected]]

Denpasar, Bali, Indonesia

*Corresponding Author

Abstract
Food and culture are closely related. Food is not only about eating processed food but has
complex symbolic values. Sanggring Gumeno is a culinary tradition related to religion which is
held every night of 23 Ramadan in Gumeno Gresik Village, East Java. Sanggring Gumeno is a
food cooking activity called chicken compote to be served when breaking fast together. Chicken
compote is believed to be a medicine, because it refers to the illness experienced by Sunan
Dalem (Sunan Giri's first son) when broadcasting Islam in Java, especially in Gumeno Village.
In addition, chicken compote contains the complexity of symbolic values in it. The theory used
in this research is the food function theory from Foster and Anderson. This theory is useful for
investigating and unraveling the symbolic values of Sanggring Gumeno. Foster and Anderson
suggest that symbolically food can take the form of at least four expressions, namely (a) social
ties, (b) group solidarity, (c) food and mental tension, and (d) food symbolism in language. The
method used in this study is a qualitative method with observation and interview data collection
techniques. Data analysis used interpretive descriptive analysis. The results showed that
Sanggring Gumeno symbolically represented the religious attitude of the religious community.
Through Sanggring Gumeno, the people of Gresik in general and the people of Gumeno Village
in particular take advantage of this historic moment to tie ties (ukhuwah islamiyah).
Sanggring's function related to religious rituals is found in the existence of social ties (family
gatherings), group solidarity (mutual cooperation), and mental tension (feelings of belonging).

Keywords: sanggring gumeno, religious rituals, culinary anthropology

Abstrak
Makanan dan kebudayaan memiliki kaitan erat. Makanan tidak hanya soal kegiatan santap-
menyantap olahan makanan tetapi menyimpan nilai-nilai simbolik yang kompleks. Sanggring
Gumeno merupakan tradisi kuliner terkait keagamaan yang dilaksanakan tiap malam 23
Ramadan di Desa Gumeno Gresik Jawa Timur. Sanggring Gumeno merupakan kegiatan
memasak makanan bernama kolak ayam untuk dihidangkan ketika buka bersama. Makanan
kolak ayam diyakini sebagai obat, sebab merujuk pada peristiwa sakit yang dialami oleh Sunan
Dalem (putra pertama Sunan Giri) ketika menyiarkan Islam di Jawa khususnya di Desa
Gumeno. Selain itu, kolak ayam menyimpan kompleksitas nilai-nilai simbolik didalamnya.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fungsi makanan dari dari Foster dan
Anderson. Teori tersebut berguna untuk menelisik serta membongkar nilai-nilai simbolik
terhadap Sanggring Gumeno. Foster dan Anderson mengemukakan bahwa secara simbolis
makanan sedikitnya dapat berupa empat ungkapan, yakni (a) ikatan sosial, (b) solidaritas
kelompok, (c) makanan dan ketegangan jiwa, dan (d) simbolisme makanan dalam bahasa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah Metode kualitatif dengan teknik
pengumpulan data observasi dan wawancara. Analisis data menggunakan análisis diskriptif

Sunari Penjor: Journal of Anthropology | 19
Prodi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Unud

20 | Mega Rizqianah , Aliffiati, A.A. Ayu Murniasih Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

interpretatif. Hasil penelitian menunjukkan Sanggring Gumeno secara simbolis
merepresentasikan sikap keberagamaan masyarakat yang agamis. Melalui Sanggring Gumeno
masyarakat Gresik pada umumnya dan masyarakat Desa Gumeno pada khususnya
memanfaatkan momen bersejarah tersebut untuk merekatkan tali silaturahmi (ukhuwah
islamiyah). Fungsi Sanggring terkait ritual keagamaan ditemukan dari adanya ikatan sosial
(pertemuan keluarga), solidaritas kelompok (gotong royong), dan ketegangan jiwa (perasaan
saling memiliki).

Kata kunci: sanggring gumeno, ritual keagamaan, antropologi kuliner

PENDAHULUAN makanan dalam rangka memperkokoh
Makanan tidak hanya sebatas
tingkat kredibilitas suatu kebudayaan.
mencukupi kebutuhan manusia akan
makan, tetapi makanan dapat Indonesia sebagai negara
mencerminkan identitas budaya. Dapat
dikatakan bahwa, makanan adalah multikultur, pastinya memiliki kekayaan
fenomena budaya. Pada tiap makanan
senantiasa menyiratkan simbol-simbol makanan khas tiap daerahnya. Peristiwa
budaya, baik dari segi proses
pemerolehan bahan, cara makan, makan bersama di dalam komunitas
penyajian, hingga aspek-aspek eksternal
yang membentuk makanan tersebut. mengubah aspek egoistik manusia ke
Foster dan Anderson (dalam Danandjaja,
1994) menyatakan bahwa kebudayaan dalam solidaritas dan kesediaan untuk
adalah yang menentukan suatu itu
merupakan makanan atau bukan. Lebih berbagi sebagai saudara (Setiawan,
lanjut Danandjaja dalam bukunya
berjudul Folklor Indonesia (1994) 2016). Beragamnya makanan dengan cita
memberikan penjabaran mengenai
makanan dalam kaitannya dengan rasa khas tiap resepnya, memiliki daya
kebudayaan yang dikategorikan dalam
empat hal, yakni konsep makanan, cara tarik tersendiri bagi konsumen. Selain
memperoleh makanan, cara pengolahan
makanan, dan fungsi makanan. Kaitan sebagai daya tarik, makanan tradisional
antara makanan dan kebudayaan telah
mendapat perhatian dari para antropolog, juga mencerminkan aspek-aspek budaya
terbukti dengan adanya pelbagai tulisan
yang secara masif mengupas ihwal daerah asal makanan tersebut. Salah satu
keberadaan makanan yang disandingkan
dengan eksitensi budaya tertentu. Foster makanan tradisional yang mencerminkan
dan Anderson (dalam Danandjaja, 1994)
mengatakan bahwa secara simbolis fenomena di atas adalah Sanggring
makanan sedikitnya dapat berupa empat
ungkapan, yakni (a) ikatan sosial, (b) Gumeno. Sanggring Gumeno merupakan
solidaritas kelompok, (c) makanan dan
ketegangan jiwa, dan (d) simbolisme tradisi kuliner yang dilaksanakan setiap
makanan dalam bahasa. Hal ini
mencerminkan posisi sentral dari malam 23 Ramadan di Desa Gumeno.

Desa Gumeno adalah sebuah wilayah

(desa) yang berada di Kecamatan

Manyar, Kabupaten Gresik Jawa Timur.

Desa Gumeno merupakan tempat

penyebaran Islam pada masa Sunan

Dalem (putra pertama Sunan Giri).

Terkenalnya Gresik sebagai kota

wali tidak terlepas dari maraknya penyiar

Islam di Gresik, salah satunya di Desa

Gumeno. Peristiwa dakwah Sunan Dalem

di Desa Gumeno tampaknya memberikan

wujud konkret berupa hasil kebudayaan

yang bernama Sanggring Gumeno.

Secara historis, Sanggring Gumeno

bermula dari peristiwa dakwah yang

dilakukan oleh Sunan Dalem. Sunan

Dalem (putra pertama Sunan Giri)

melakukan dakwah di Desa Gumeno

sekitar abad ke-15. Dalam perjalanan

Membongkar Fungsi Makanan Terkait Ritual Keagamaan dalam Sanggring Gumeno… | 21

dakwahnya, ia jatuh sakit. Sakit yang (kesaktian) (Gardjito et al 2017).
Kekuatan tersebut merupakan sebuah
tidak kunjung sembuh, membuat para paradoks tersendiri bagi masyarakat
Jawa, di satu sisi memberikan
santrinya khawatir. Berbagai obat sudah kebahagiaan di sisi lain memberikan
“gangguan”. Oleh sebab itu, untuk
dikonsumsi, kemudian pada malam ke-22 menghindari gangguan yang tidak
diinginkan maka dilaksanakan ritual
Ramadan, Sunan Dalem bermimpi. keagamaan seperti malam selikuran,
selawe, telulikur, dan songolikur, seperti
Dalam mimpinya itu, ia mendapatkan yang dilaksanakan oleh masyarakat
Gresik. Ritual tersebut merupakan
petunjuk tentang obat penyakitnya, yakni konsekuensi logis dari fakta empiris
bahwa Gresik merupakan wilayah
ia harus memakan sebuah makanan dominan penyebaran agama Islam.
Bertolak dari fakta tersebut, penelitian
dengan syarat utamanya ayam jago mengenai Sanggring Gumeno di Desa
Gumeno Gresik Jawa Timur terkait ritual
berusia muda. Sunan Dalem lantas keagamaan menjadi penting dilakukan.

mengutus para lelaki (santri) untuk METODE
Penelitian ini dilakukan dengan
mempersiapkan bumbu-bumbu
menggunakan metode kualitatif. Teknik
masakannya, yakni daun bawang, gula yang digunakan adalah pengamatan,
wawancara mendalam, dan studi pustaka.
jawa, jintan, dan santan kelapa. Pengumpulan data dan informasi yang
dilakukan melalui langkah-langkah:
Sementara itu, santri lainnya mencarikan penentuan lokasi penelitian, penentuan
informan, pengamatan (observasi),
ayam jago muda. wawancara mendalam, dan mendalami
dokumen terkait. Analisis data dilakukan
Sanggring Gumeno menjadi unik dengan teknik deskriptif interpretatif.

sebab tiga hal. Pertama, bahan dasar HASIL DAN PEMBAHASAN

masakannya (kolak ayam) terdiri atas Fungsi Sanggring Gumeno Terkait
Ritual Keagamaan
lima bahan yakni ayam jago, daun
Para antropolog memandang
bawang, jintan, gula merah, dan kelapa. makanan sebagai sebuah bagian dari
kebudayaan. Margaret Mead dalam buku
Bahan tersebut memiliki perbedaan Cultural Patterns and Technical Change
(1960) membicarkan ihwal makanan
dengan kolak pada umumnya, yakni dalam dua bab khusus yakni makanan
dan nutrisi (food and nutrision) pada bab
bahan utamanya adalah ayam, ditambah II dan secara mendalam perihal makanan
dalam bab III cross-cultural studies of
daun bawang, dan jintan. Ayam, daun aspects of technical change. Chillies,
beans, tortillas and coffe with milk and
bawang, dan jintan tidak lumrah

dihidangkan pada kolak pada umumnya

seperti kolak pisang, singkong, dan

kacang ijo. Lima bahan utama tersebut,

kaya akan nutrisi yang berkorelasi

dengan praksis keagamaan di Desa

Gumeno. Kedua, Sanggring Gumeno

diselenggarakan setahun sekali tepat pada

malam ke-23 Ramadan. Ketiga, proses

memasak “disakralkan” (hanya dilakukan

oleh kaum laki-laki), hal ini tentunya

melenceng dari kebiasaan orang Jawa

dalam hal “masak-memasak” yang

seyogyanya dilakukan oleh kaum hawa.

Dalam perkembangannya, Sanggring

Gumeno bukan semata-mata hanya

sebatas pembuatan makanan buka

bersama masyarakat sekitar, akan tetapi

menyimpan nilai-nilai historis yang

kental khususnya terkait ritual

keagamaan. Orang jawa percaya bahwa

di luar dirinya ada kekuatan yang

melebihi dirinya yang disebut kasekten

22 | Mega Rizqianah , Aliffiati, A.A. Ayu Murniasih Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

sugar make up the typical Spanish umumnya dan antropologi kuliner pada
American meal. (Mead, 1960).
khususnya nantinya akan mengarah pada
Selain Margared Mead, tokoh
antropologi yang sering dikutip mengenai nilai-nilai simbolik akan makanan khas
konsepnya akan makanan adalah Lévi-
Strauss dengan segitiga kulinernya. Gumeno tersebut. Nilai-nilai simbolik
Metode tersebut oleh Lévi-Strauss
diterapkan pada makanan. Menurutnya difokuskan pada pembahasan terkait
manusia secara universal memproses
makanannya, lagi pula berbagai jenis fungsi Sanggring Gumeno terkait ritual
makanan mempunyai arti sosial,
keagamaan, yang pada pokoknya keagamaan. Pasalnya makanan senantiasa
mempunyai arti simbolik. Menurut Lévi-
Strauss, akal manusia selalu mencoba merepresentasikan sikap-sikap dan nilai
mencari antara dua ekstrim dalam suatu
kontinum, satu “keadaan antara” yang keberagamaan masyarakat. Kuliner
dapat menghubungkan kedua ekstrim itu
karena mengandung ciri-ciri dari tradisional adalah makanan warisan yang
keduanya. Makanan mentah termasuk
golongan alam sebab tidak mendapat dilakukan secara turun-temurun, dengan
campur tangan manusia, namun di sisi
lain, ia adalah golongan kebudayaan pola dan tradisi masyarakat setempat
sebab berasal dari tumbuh-tumbuhan
yang di tanam atau binatang yang memiliki rasa unik dan gizi yang baik
dipelihara atau diburu (Koentjaraningrat,
2014). (Wridaningsih, 2019).

Sebagaimana hakekat antropologi Orang jawa percaya bahwa di luar
budaya yakni mengungkap kajian
keanekaragaman kebudayaan, upaya dirinya ada kekuatan yang melebihi
mencari unsur-unsur budaya universal,
mengungkapkan struktur sosial, dirinya yang disebut kasekten
interpretasi simbolisme, dan pelbagai
masalah terkait (Saifuddin, 2011). Dalam (kesaktian). Kekuatan tersebut
pengertian kebudayaan juga termasuk
tradisi, dan tradisi dapat diterjemahkan merupakan sebuah paradoks tersendiri
dengan pewarisan atau penerusan norma-
norma, adat istiadat, kaidah-kaidah, bagi masyarakat Jawa, di satu sisi
harta-tahta. Lebih lanjut Peursen (2018)
menyatakan bahwa manusialah yang memberikan kebahagiaan di sisi lain
membuat sesuatu dengan tradisi itu; ia
menerimanya, menolaknya atau memberikan gangguan (Gardjito et al,
mengubahnya. Itulah sebabnya mengapa
kebudayaan merupakan cerita tentang 2017). Acara selikuran ini juga menjadi
perubahan-perubahan; Riwayat manusia
yang selalu memberi wujud baru kepada ajang bersedekah makanan yang telah
pola-pola kebudayaan yang sudah ada.
disiapkan dari rumah dan dikumpulkan
Tinjauan unsur kebertahanan dari
sudut pandang antropologi pada menjadi satu, sebagian diberikan kepada

alim ulama atau tokoh masyatakat untuk

takjil (Gardjito et al, 2017).

Kota Gresik tidak hanya terkenal

dengan sebutan kota industri dengan citra

pabrik Semen Gresik sebagai unggulan.

Jika ditelisik secara mendalam maka

ditemukan peristiwa sejarah yang

kompleks di kota Gresik, khususnya

terkait keagamaan. Posisi strategis dari

kota gresik yakni hanya berjarak kurang

lebih 18 Km dari ibukota jawa Timur

(Surabaya) menjadikan Gresik sebagai

jalur komodifikasi budaya. Salah satu

penanda penting adanya kota Gresik

adalah menjadi pusat penyebaran Islam

di tanah Jawa. Hal ini tidak terlepas dari

peran atau sosok wali songo.

Di kota gresik terdapat dua wali dari

sembilan wali yakni Sunan Maulana

Malik Ibrahin dan Sunan Giri. Sunan

Maulana Malik Ibrahim merupakan wali

pertama yang ada di Pulau Jawa. Makam

Membongkar Fungsi Makanan Terkait Ritual Keagamaan dalam Sanggring Gumeno… | 23

Sunan Maulana Malik Ibrahin berada ikatan/interaksi antara pemberi makanan

pada Jalan Malik Ibrahim di Desa (tuan rumah) dan penerima (tamu).

Gapuro berjarak 200 m dari alun-alun Interaksi antara kedua belah pihak

Kota Gresik. Fakta tersebut memiliki menciptakan keharmonisan kekeluargaan

keterkaitan erat dengan ritual keagamaan, ditambah dengan suasana bulan suci

khususnya di Gumeno. Penjelajahan akan Ramadan.

fungsi makanan sudah dikemukakan oleh Fenomena di atas, selaras dengan

Danandjadja (1994) bahwa jenis pendapat Danandjadja (1994) yang

makanan mempunyai arti simbolik, mengatakan bahwa orang akan merasa

dalam arti mempunyai arti sosial, agama, aman apabila dapat makan bersama

dan lain-lain. Arti sosial dalam arti dengan kawan dan orang yang dikasihi.

mempunyai fungsi kemasyrakatan seperti Dan memang di kebanyakan masyarakat,

untuk mempererat kesatuan desa, makan bersama di muka umum maupun

memperkukuh kedudukan golongan di rumah menunjukkan perasaan tersebut.

tertentu dalam masyarakat, membedakan Selaras dengan cita-cita mulia

status golongan berdasarkan perbedaan masyarakat Gumeno ketika

seks, usia, kasta, dan lain-lain. melaksanakan Sanggring Gumeno, kolak

Arti simbolik itulah pada hakekatnya ayam tidak hanya untuk dinikmati warga

berangkat dari suatu pemahaman setempat, tetapi melampaui kebersamaan

masyarakat budaya akan perasaannya tersebut yakni disajikan untuk para

terhadap makanan disekitarnya. Makanan undangan (tamu) luar Desa Gumeno.

(kolak ayam) tidak hanya sekadar Jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan,

makanan untuk pembuka menu puasa warga sudah melakukan iuran sebesar

(biologis) juga secara implisit 150 ribu untuk berpartisipasi kegiatan

menciptakan hubungan sosial tersebut. Menariknya warga yang iuran

(sosiologis). Foster dan Anderson secara tidak untuk dirinya sendiri tetapi juga

simbolis makanan sedikitnya dapat dibagi porsinya dengan tamu. Hal

berupa empat ungkapan, yakni (a) ikatan tersebut selaras dengan pendapat berikut..

sosial, (b) solidaritas kelompok, (c) “Biasanya untuk pembuatan satu

makanan dan ketegangan jiwa, dan (d) porsi warga iuran sekitar 150 rb.

simbolisme makanan dalam bahasa Satu porsi dibagi dua, separuh

(dalam Danandjadja 1994). Keempat dibawa pulang separuhnya dikelola

ungkapan tersebut dielaborasi untuk tamu. Satu porsi dapat satu

berdasarkan konteks sosial masyarakat ekor ayam (wawancara dengan

Desa Gumeno ketika melaksanakan Suudi, 42 tahun, Ketua Panitia

tradisi Sanggring Gumeno. Sanggring Gumeno, pada Januari

Sanggring Gumeno Sebagai Ikatan 2021).
Sosial
Sikap empati masyarakat Gumeno

lainnya ialah, ketika ditemukan sebagian

Ikatan sosial yang dimaksud merujuk warga yang tidak menyumbang (karena
pada segenap perasaan (mental)
masyarakat ketika proses penjamuan alasan sosial ekonomi dll) juga
makanan berlangsung. Konteks
penjamuan makanan yang dimaksud diperlakukan istimewa, yakni dianggap
ialah ketika proses pelaksanaan buka
bersama untuk menikmati kolak ayam. tamu. “kalau warga tidak ingin daftar
Melalui penjamuan yang dibalut dengan
acara “buka bersama” terjadi (iuran juga boleh menikmati kolak ayam

(hitungannya sebagai tamu) (wawancara

dengan Suudi, 42 tahun, Ketua Panitia

Sanggring Gumeno, pada Januari 2021).

24 | Mega Rizqianah , Aliffiati, A.A. Ayu Murniasih Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

Hal tersebut mencerminkan sikap Antusiasme yang begitu tinggi tidak
hanya dirasakan oleh masyarakat luar
warga Gumeno yang terbuka dalam ranah Gumeno saja. Warga asli Gumeno secara
turun-temurun ketika proses pelaksanaan
ikatan sosial yang lebih luas. Terbukti Sanggring Gumeno, para pemuda serta
anak-anak merasakan sensasi emosional
dengan jumlah tamu (pengujung) yang terhadap acara Sanggring Gumeno,
seolah terjalin interaksi di luar batas nalar
datang pada acara normal (di luar manusia. Misalnya anak-anak kecil jauh-
jauh hari sebelum pelaksanaan Sanggring
pandemi) Sekitar 2000 orang datang ke Gumeno sudah membuat janji (janjian)
dengan teman sebanyanya untuk
Gumeno. Seperti kutipan berikut, “bermain” pada acara tersebut. Terlihat
sederhana memang, tetapi jika ditelisik
“Sekitar 2000-an orang yang datang, lebih dalam, maka terdapat spirit
emosional di dalamnya.
kalau sekarang sampek diluaran
Ikatan yang begitu kuat juga
(desa) dan masih ada yang kleren (di dirasakan oleh kaum muda sekarang
(milenial) akan pelaksanaan Sanggring
pinggir) di jalan, pokoknya ruame Gumeno. Perasaan memiliki akan tradisi
turun-temurun tersebut dipromosikan
(rame sekali). Sudah masuk pintu dengan adaptasi kecanggihan teknologi
informasi. Misalnya mengunggahnya di
gerbang Gumeno saja sudah rame. media sosial seperti Instagram dan
Facebook serta status WhatsApp. Malalui
Kita pernah kesorean datang pengungahan itulah, terjadi interaksi
yang lebih kompleks (dunia maya) akan
akhirnya bingung parkire Sanggring Gumeno.

(parkirnya), karena saking ramenya. “Media yang sering digunakan untuk
menunjukkan kebanggaan menjadi
Tapi ya kita tetap ikut dan senang warga Desa Gumeno salah satunya
kalau saya menyebarkan seluruh
saja”. (wawancara dengan Rike informasi mengenai Sanggring
Gumeno melalui WA, IG, dan FB”.
Nataliawati, 35 tahun, KASI (wawancara dengan Khabib, 17
tahun, warga Desa Gumeno pada
(Disparbud), pada Januari 2021). Januari 2021).
Secara tidak langsung berdampak
Warga yang datang tidak hanya pada meningkatnya antusiasme warganet
(pengguna sosial media) terhadap
berkeinginan untuk menikmati makanan Sanggring Gumeno. Fakta tersebut
mencerminkan adanya suatu ikatan sosial
semata, ada pula warga atau komunitas ketika menyuguhkan makanan berupa
kolak ayam kepada masyarakat.
tertentu yang datang untuk membantu Meminjam istilah Foster dan Anderson
(dalam Danandjadja 1994:188) bahwa
pelaksanaan Sanggring Gumeno. kita tidak mungkin menyuguhkan
makanan terhadap musuh, kalau pun
Meskipun tidak dapat terjun langsung

terhadap pelaksanaan di dapur (karena

sakral) setidaknya komunitas tersebut

membantu proses pelaksanaan (pencarian

bahan, memotong ayam, menyuwir

daging ayam dll).

“H-1 ada biasanya orang-orang dari

Komunitas Cak dan Yuk ikut bantu

acara ini”. (wawancara dengan

Mubarok, 59 tahun, Bendahara

Panitia Sanggring Gumeno, pada

Januari 2021).

Kondisi pandemi saat ini (2020)

pelaksanaan Sanggring Gumeno

diselenggarakan tertutup. Artinya panitia

membuat kolak ayam dengan porsi

sedang hanya untuk warga desa setempat

dan undangan. Akan tetapi hal yang

sudah diwaspadai serta direncanakan

matang tidak “begitu” berhasil untuk

menghambat keinginan warga di luar

Desa Gumeno untuk datang

berpartisipasi terhadap acara tersebut.

Membongkar Fungsi Makanan Terkait Ritual Keagamaan dalam Sanggring Gumeno… | 25

terpaksa maka sedikitnya pada ketika itu Ada kegemberiaan tersendiri ketika
perasaan permusuhan itu dikesampingkan proses acara Sanggring Gumeno
untuk sementara. berlangsung. Tidak heran jika masyarakat
setempat (Gumeno) menyebut tradisi ini
Sanggring Gumeno Sebagai Ungkapan sebagai hari rayanya Desa Gumeno.
Solidaritas Kelompok
“Kalau saya boleh mengatakan,
Semangat menjamu orang yang pertama Sanggring Gumeno ini
sedang berbuka puasa merupakan merupakan sebuah identitas dan
keistimewaan tersendiri. Umat muslim harus kita pertahankan, kedua Desa
berbondong-bondong untuk melipat Gumeno dikenal dengan adanya
gandakan pahalanya di bulan suci tradisi ini. Ketiga tradisi ini
Ramadan. Warga Gumeno melalui tradisi dijadikan ajang hari rayanya
Sanggring menyadari pentingnya hal itu. Gumeno. Jika di Bungah (nama
kecamatan di Gresik) ada hol Mbah
“Sampai sekarang semua kita Soleh, maka Gumeno punya
arahkan pada saat bulan Ramdhan Sanggring Gumeno. Biasanya famili-
untuk ngasik makan orang pahalanya famili jauh datang semua ketika
akan lebih. Walaupun dengan itu acara ini”. (wawancara dengan
Sunan Dalem bisa sembuh tapi kita Ashabul Kahfi, 33 tahun, warga
tidak bicara wilayah itu untuk Desa Gumeno pada Januari 2021).
mengindari salah penafsrian dari Aspek pertemuan keluarga yang
orang awam. Jadi tujuannya sudah tinggal jauh dari kampung halaman
difokuskan pada silaturahmi dan (merantau, menikah, sekolah, bekerja dll)
menjamu tamu saja”. (wawancara dapat dikatakan merupakan pertemuan
dengan M. Syafi’i, 58 tahun, warga emosi (haru, suka, rindu dll) kedua belah
Desa Gumeno pada Januari 2021). pihak atau keluarga yang bersangkutan.
Tradisi Sanggring Gumeno hanya Jika terdapat masalah atau hubungan
dilaksanakan setahun sekali, itu pun yang tidak baik, dengan adanya
hanya di bulan Ramadan. Sekian banyak Sanggring Gumeno (hari rayanya orang
(2000-an) tamu yang datang bukan hanya Gumeno) niscaya perasaan-perasaan
ingin menikmati makanan atau sekedar buruk tersebut disingkirkan.
ingin berbuka puasa, lebih jauh dari pada Tujuan awal adanya Sanggring
itu mereka ingin memupuk tali Gumeno sebagai obat kesembuhan Sunan
silaturahmi kekeluargaan. Dalem, kiranya tidak berlebihan jika
“Kalau makna Sanggring Gumeno makanan kolak ayam menjadi
bisa memupuk silaturahmi, penyembuh “memori kerinduan”
kemudian kita bisa melestarikan keluarga besar. Memang salah satu
budaya. Selain itu bisa fungsi terpenting dari suguhan makanan-
mempersatukan umat, kapan lagi kita makanan tradisional suatu suku bangsa
bisa bertemu, dan semangat sekali adalah untuk memperbaharui perasaan
orang-orang. Karena ada konsep solidaritas kelompok yang ada
memberi makan orang berpuasa”. kemungkinan bagi beberapa anggota
(wawancara dengan Ashabul Kahfi, kelompok sudah mulai luntur
33 tahun, warga Desa Gumeno pada (Danandjadja, 1994).
Januari 2021). Solidaritas yang lebih spesifik juga
Kolega-kolega yang jauh dari warga dirasakan oleh panitia Sanggring
Gumeno pada saat pelaksanaan Gumeno. Setelah acara selesai hingga
Sanggring Gumeno mereka datang persiapan pelaksanaan Sanggring
(pulang) untuk bertemu sanak-familinya.

26 | Mega Rizqianah , Aliffiati, A.A. Ayu Murniasih Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

Gumeno di tahun berikutnya senantiasa kepercayaan akan khasiat makanannya
diselenggarakan kritik-otokritik sesama
anggota panitia untuk keberlangsungan yakni kolak ayam sebagai obat. Hal itu
acara Sanggring Gumeno agar lebih baik.
dapat dibuktikan dengan banyaknya
“Ketika acara penutupan pelaporan
biasanya ditutup dengan konfirmasi warga yang rela jauh-jauh datang ke Desa
kepantiaan, jadi panitia ini tetap
dilanjutkan atau tidak. Mesti ada Gumeno ketika bulan puasa hanya untuk
pembentukan panitia baru untuk
kegiatan selanjutnya. Tapi temen- sekadar menikmati kolak ayam. Selain
temen yang lama tetap membantu,
jadi muda-muda juga digabungkan itu, makanan kolak ayam tidak hanya
sebagai regenerasi:. (wawancara
dengan Ashabul Kahfi, 33 tahun, disediakan di masjid untuk buka
warga Desa Gumeno pada Januari
2021). bersama, warga setempat juga
Solidaritas yang diungkap melalui
Sanggring Gumeno sangat kental dengan membawanya pulang untuk disuguhkan
konsepsi nilai keagamaan (Islam).
Pentingnya menjaga tali silaturahmi serta kepada keluarga besar.
kekeluargaan menjadi spirit tersendiri
untuk melaksanakan acara ini. Tali “Biasanya di rumah disediakan kolak
silaturahmi yang terungkap akan
senantiasa dilaksanakan selama tidak ayam. Jadi kalau ada temen-temen,
bertentangan dengan norma keislaman.
“Asal budaya itu baik kenapa kita kolega yang datang ya kita kasih
tidak dikembangkan, apalagi ini
menyangkut silaturahmi. Karena ada (dijamu) kadang ada kolega yang
semacam kangen-kangenan ketika
acara ini. Saya bisa mengumplkan disuru membawa pulang kolak ayam
anak-anak dan cucu-cucu di rumah.
Jelas-jelas itu positif dan tidak untuk dikasi ke keluarga di
bertentangan dengan syariat agama
islam. (wawancara dengan M. rumahnya. Mereka terus datang
Adron, 73 tahun, warga Desa
Gumeno pada Januari 2021). minta lagi-minta lagi. Artinya orang
Selain solidaritas akan persepsi
perayaan hari raya Desa Gumeno di atas, yang kemarin kesini katanya ibunya
terdapat juga perasaan solidaritas antara
takmir masjid dan pemerintah desa. punya sakit setelah makan itu kok
Takmir masjid dan pemerintah desa
secara solid membagi peran masing- enak. Jadi minta lagi. mungkin kolak
masing untuk melaksanakan kegiatan ini.
ayam ini memang salah satu obat
Sanggring Gumeno dan Ketegangan
Jiwa plus obat ini bukan kreasi kita-kita

Ketegangan jiwa dalam Sanggring karena memang yang buat suruhan
Gumeno mengacu pada kerinduan serta
Sunan Giri atau Sunan Dalem jadi

nggak mungkin merumuskan resep

tidak ada khasiatnya, ya anggap saja

jamune orang lawu (orang dulu)”

(wawancara dengan Ashabul Kahfi,

33 tahun, warga Desa Gumeno pada

Januari 2021).

Makanan dapat mengembalikan

ketenangan orang yang sedang

mengalami ketegangan jiwa

(Danandjadja 1994). Ketegangan jiwa

yang dimaksud terletak pada aspek psikis

individu untuk dapat merasakan kolak

ayam dalam jangka waktu yang lama

(tidak hanya saat buka puasa).

Berdasarkan pemaparan fungsi

Sanggring Gumeno di atas, dapat ditarik

benang merah bahwa pelaksanaan

Sanggring Gumeno secara simbolis

merepresentasikan sikap keberagamaan

masyarakat yang agamis. Dipilihnya

bulan Ramadan sebagai bulan

pelaksanaan merupakan konsekuensi

Membongkar Fungsi Makanan Terkait Ritual Keagamaan dalam Sanggring Gumeno… | 27

logis dari nilai-nilai dan syariat ajaran nilai akulturasi budaya yang ada. Adanya
agama Islam. Bulan Ramadan merupakan akulturasi budaya pada Sanggring
bulan penuh berkah, pada bulan tersebut Gumeno tidak terlepas dari fakta sejarah
umat muslim dianjurkan untuk melipat- bahwa Gresik merupakan pusat
gandakan amal ibadahnya. perdangan antarpulau sekitar abad ke -11.

Melalui Sanggring Gumeno Para pedangang dari Timur tengah
masyarakat Gresik pada umumnya dan (Gujarat, Arab, dan mesir) Cina, dan
masyarakat Gumeno khususnya India datang ke Gresik tidak hanya untuk
memanfaatkan momen bersejarah melakukan perdangangan tetapi juga
tersebut untuk merekatkan tali membawa kepentingan lain seperti
silaturahmi (ukhuwah islamiyah) dan menikah dan menyebarkan agama. Oleh
juga dijadikan sebagai momentum
berbagi bersama. Pelaksanaan di akhir karena itu, penyebutan Gresik sebagai
Ramadan selaras dengan ritual kota santri menjadi identitas kota Gresik.
keagamaan yang biasa dilaksanakan pada Secara sosiologis penyebutan Gresik
masyarakat Jawa seperti acara selikuran, sebagai kota santri merupakan produk
selawe, telulikur, dan songolikur. kultural yang mengartikan bahwa
Penentuan pelaksanaan ritual keagamaan masyarakat gresik merupakan masyrakat
di akhir Ramadan merepsentasikan
perilaku masyarakat untuk menyambut yang agamis.
datangnya malam seribu bulan atau Pada saat pelaksanaan pun tidak
malam lailatul qadar. Malam lailatul
qadar memiliki keistimewaan tersendiri satupun warga yang memanfaatkan kolak
bagi umat muslim, oleh karena itu sebisa ayam untuk diperjual belikan, semua
mungkin pada malam-malam ganjil di makanaan disuguhkan di dalam masjid.
sepuluh Ramadan dilaksankan pelbagai Pada saat makan bersama inilah timbul
acara keagamaan untuk menyambut
bulan penuh ampunan tersebut. memori “nyantri” dengan ciri khas
kebersamaan, atau dalam konsep strata
SIMPULAN sosial disebut dengan sama rata dan sama
Sanggring Gumeno ditinjau dari rasa. Sanggring Gumeno terkait ritual
keagamaan berjalan selaras dengan ajaran
sudut pandang antropologi kuliner agama Islam. Agama Islam mengajarkan
menampilkan konsep-konsep kebudayaan
yang utuh. perilaku budaya masyrakat hubungan sesama manusia (Hablum
Desa Gumeno serta aspek akan struktur Minallah) yaitu tentang hubungan
masyarakat yang solid termanifestasi makhluk dengan Allah SWT dan
dalam pelaksanaan Sanggring Gumeno (Hablum Minannas) yaitu tentang
tiap tahunnya. Melalui cita rasa yang hubungan baik antar manusia satu dengan
khas makanan kolak ayam secara sadar manusia lainnya.
menampilkan akulturasi budaya yang
kompleks. Wangi (bau) daun bawang Salah satu fungsi Sanggring Gumeno
serta jintan yang menyengat menjadikan dalam ritual keagamaan ialah sebagai
para penikmat seolah mengalami ikatan sosial. Ikatan Sosial yang
destinasi rasa antara masakan Timur dimaksud merujuk pada diyakininya
Tengah dan Jawa. Perpaduan rasa manis Sanggring Gumeno sebagai ulang tahun
khas Jawa serta aroma bumbu yang Desa Gumeno. Masyarakat luar serta
kental (jintan) ala masakan Timur
Tengah kemudian disuguhkan dalam kolega Desa Gumeno berbondong-
suasana buka bersama menambah nilai- bondong hadir pada acara tersebut. Pada
momen ini terjadi perekatan solidaritas
sesame umat muslim.

Selain itu, makanan kolak ayam sarat
akan nutrisi yang terkandung dalam lima

bahan dasar utama. nutrisi tersebut
merupakan konsekuensi logis untuk

28 | Mega Rizqianah , Aliffiati, A.A. Ayu Murniasih Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

memperbaiki stamina umat ketika Antropologi, Jakarta: PT Rineka
melaksanakan ibadah puasa. Pelaksanaan Cipta.
acara di akhir Bulan Ramdan menjadi
"penguat" untuk tetap melaksakan ibadah Koentjaraningrat. 2009. Sejarah Teori
puasa. atribut-atribut serta konsepsi di Antropologi I , Jakarta: UI Press.

atas terjalin utuh dan berjalan Koentjaraningrat. 2009. Sejarah Teori
berkelindan membentuk suatu pola yang Antropologi II , Jakarta: UI Press
termuat dalam tradisi kuliner bernama
Sanggring Gumeno.

DAFTAR PUSTAKA Kuntowijoyo, 2008. “Penjelasan
Sejarah” Yogyakarta: Tiara
Wacana

Badcock R. Christopher. 2008. Lévi- Mead, Margaret.1960. Cultural Patterns
Strauss Strukturalisme dan Teori And Technical Change. New York:
Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Mentor Book.
Pelajar.

Danandjadja, James. 1994. Folklore Moelong, J. Lexy. 2002. Metodologi
Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Grafiti. Remaja Rosda Karya.

Gardjito Murdijati, dkk. 2017 Kuliner Nurti Yevita, 2017. “Kajian Makanan
Yogyakarta Pantas dikenang Dalam Perspektif Antropologi”,

sepanjang masa: Jakarta Gramedia Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial
Pustaka Utama Budaya. Juni 2017. Vol. 19.
Universitas Andalas: Fakultas Ilmu
Geertz, Clifford. 1989. Mojokuto, Sosial Dan Politik, Prodi
Dinamika Sosial Sebuah Kota di Antropologi.
Jawa. Jakarta: Grafiti Press.

Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Pals, Daniel L. 2011. Seven Theories Of
Ilmu Sosial dalam Metodologi Religion. Di Terjemahkan Oleh
Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Muzir & Syukri. Yogyakarta:
Utama. IRCioD.

Kodiran. 2010. “Kebudayaan Jawa” Peursen, Van C.A. 2018. Strategi
Kebudayaan. PT. Kanisius:
dalam buku Manusia dan Yogyakarta

Kebudayaan Indonesia.

Djambaran: Jakarta. Rusdi, Moh. 1998. Antropologi Budaya.
Surabaya IKIP University press.

Koentjaraningrat. 1992. Beberapa Pokok Saifuddin, Achmad Fedyani. 2011.
Antropologi Sosial. P.T Dian Antropologi Kontemporer Suatu
Rakyat: Jakarta. Pengantar Kritis Mengenai
Paradigma. Jakarta: Kencana
Koentjaraningrat. 1993. Kebudayaan, Prenada Media Grup.
Mentalitas dan Pembangunan,
Jakarta: Gramedia Pustaka.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Saifuddin, Achmad Fedyani. 2015.
Logika Antropologi Suatu

Membongkar Fungsi Makanan Terkait Ritual Keagamaan dalam Sanggring Gumeno… | 29

Percakapan Imajiner Mengenai
Dasar Paradigma. Prenada Media
Grup: Jakarta.

Sastro Supomo dan Suprihadi,
Menghampiri Kebudayaan, 1982.
Bandung: Alumni.

Setiawan Rudi. 2016 “Memaknai
Kuliner Tradisional diNusantara:
Sebuah Tinjauan Etis” dalam
jurnal RESPONS Volume 21 No.

01. Jakarta: Unika Atma Jaya.

Spradley, James P. 2007. Metode
Etnografi. Cetakan Kedua.
Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sudarwan, dkk. 2019. “Wacana

Keislaman dalam Antropologi

Kuliner Indonesia” Jurnal Kajian

Jurnalisme Volume 03 Nomor 01

Tahun 2019. Universitas

Padjadjaran Program Studi

Jurnalistik, Fakultas Ilmu

Komunikasi.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Penerbit Alfabeta.

Supardan, Dadang. 2009. Pengantar Ilmu
Sosial Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural. Jakarta: PT Bumi
Perkasa.

Wahyudi, Didik dan Arif Nur Ikhsan.
2010. Berdirinya Masjid Sunan
Dalem dan Tradisi Kolak Ayam.
Gresik: Neutron Komputer.

INTERNET
https://gln.kemdikbud.go.id/ diakses 20

Februari 2021)

http://kwriu.kemdikbud.go.id/ diakses 20
Februari 2021)

DOI: https://doi.org/10.24843/SP.2021.v5.i01.p02 p-ISSN: 2528-4517

Penggalian dan Pengembangan Potensi Pariwisata Alam,
Budaya, dan Religi di Rote Ndao, NTT

A. A. Ayu Murniasih*, Purwadi, Aliffiati
Prodi Antropologi FIB UNUD

[[email protected]], [[email protected]], [[email protected]]
*Corresponding Author

ABSTRAK
Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah ”mewujudkan pengembangan pariwisata
yang berorientasi pada nilai-nilai pelestarian lingkungan dan budaya, yang berbasis
masyarakat setempat (community based tourism), termasuk memberi manfaat besar bagi
masyarakat dalam jangka panjang“. Tujuan tersebut hendak dicapai dengan
mewujudkan target khusus penelitian, yaitu merumuskan strategi dalam memecahkan
masalah pengembangan pariwisata yang kompetitif dan berkelanjutan. Adapun hal-hal
yang hendak diketahui dan dipahami dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(a)Potensi alam dan budaya apa saja yang sudah dikembangkan dan akan dikembangkan
di Rote-Ndao ?, (b) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata
?, (c) Bagaimana problematika pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata ?, dan
(d)Bagaimana strategi pengembangan pariwisata yang tepat bagi daerah tujuan wisata
dilakukan?. Metode penelitian yang akan digunakan untuk mencapai tujuan dan target
tersebut di atas adalah metode kualitatif, dan ditunjang metode kuantitatif seperlunya,
berparadigma fenomenologis dan interpretatif. Langkah-langkah yang ditempuh dalam
konteks ini adalah sebagai berikut: (a) pengamatan dan wawancara mendalam, dan (b)
analisis data secara interpretatif dengan pendekatan fenomenologis dengan
menggunakan pendekatan interpretatif.

Kata Kunci : Pariwisata, Pengembangan, dan Berbasis Masyarakat

Pendahuluan Nusa Tenggara Timur memiliki
Sektor pariwisata di era globalisasi, potensi pariwisata, kurang lebih 450
destinasi wisata alam terbaik, dan budaya
merupakan industri terbesar dan terkuat di daerah ini, dia antaranya sudah populer
dalam pembiayaan ekonomi global. di mancanegara seperti Pulau Komodo,
Sektor pariwisata menjadi pendorong Danau Kelimutu, Taman Laut di Alor,
utama perekonomian dunia pada abad ke- Manggarai Barat, Sikka serta lokasi
21, dan menjadi salah satu industri yang selancar di Nemberala-Pulau Rote. NTT
mengglobal. Pemerintah Indonesia telah memiliki posisi strategis karena dekat
memutuskan untuk mengubah ekonomi dengan Bali dan segitiga Kupang-
Indonesia dengan menggunakan sektor Darwin-Dili. Badan Pusat Statistik (BPS)
pariwisata sebagai salah satu pendorong menetapkan NTT sebagai provinsi
utama pertumbuhan. UU No. 10 Tahun termiskin nomor tiga di Indonesia, dan di
2009 menyatakan bahwa pembangunan saat yang sama NTT juga memiliki
kepariwisataan diperlukan untuk sumber daya alam yang melimpah serta
meningkatkan kesetaraan dalam obyek dan destinasi wisata sehingga
kesempatan kerja dan mengatasi sektor pariwisata dapat menjadi mesin
kesulitan bersaing usaha dalam
perekonomian global.

Sunari Penjor: Journal of Anthropology |7
Prodi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Unud

8 | A A Ayu Murniasih, Purwadi, Aliffiati Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

penggerak berkembangnya sektor pembangunan pariwisata pada generasi

ekonomi masyarakat. sekarang ini agar dapat dinikmati untuk

Salah satu wilayah di NTT yang generasi yang akan datang.

sedang mengembangkan Bertolak dari latar belakang di atas,

kepariwisataannya adalah Kabupaten penelitian ini mempunyai tujuan

Rote-Ndao. Rote-Ndao memiliki potensi mewujudkan pengembangan pariwisata

alam dan budaya yang tidak kalah yang berorientasi pada nilai-nilai

menarik bila dibandingkan dengan pelestarian lingkungan dan budaya, yang

wilayah atau tujuan wisata lainnya di berbasis masyarakat setempat

Indonesia, khususnya di Nusa Tenggara (community based tourism), termasuk

Timur dengan aksesibilitas dan memberi manfaat besar bagi masyarakat

jangkauan yang kini lebih mudah. dalam jangka panjang. Secara khusus,

Berdasarkan data dari Executive penelitian ini untuk mengetahui dan

Summary Rencana Induk Pengembangan memahami beberapa hal guna dapat

Infrastruktur PUPR Kepulauan Nusa merumuskan strategi dalam memecahkan

Tenggara, Tahun 2017; menyatakan masalah pengembangan pariwisata yang

bahwa wilayah kabupaten Rote Ndao kompetitif dan berkelanjutan. Adapun

memiliki peran dan fungsi sebagai: (a) hal-hal yang hendak diketahui dan

Kawasan Strategis Nasional (KSN) dipahami dalam penelitian ini adalah

perbatasan, (b) kawasan perbatasan laut sebagai berikut: (1) Potensi alam dan

dengan Australia, (c) Kawasan budaya apa saja yang sudah

Pengembangan Pariwisata Nasional dikembangkan dan akan dikembangkan

(KPPN) Nemberala-Rote Ndao dan di Rote-Ndao ?, (2) Bagaimana

sekitarnya, (d) Kawasan Strategis problematika dan partisipasi masyarakat

Pertahanan Keamanan/kawasan militer; dalam pengembangan pariwisata ?, dan

dengan potensi wilayah pariwisata, (3) Bagaimana strategi pengembangan

perikanan dan garam. pariwisata yang tepat bagi daerah tujuan

Berdasarkan hal tersebut wisata ?

menunjukkan peluang dan potensi

kabupaten Rote-Ndao sebagai salah satu Pembangunan Pariwisata

destinasi pariwisata di Indonesia dan juga Berkelanjutan

dunia yang memikat wisatawan. Penyelenggaraan Pembangunan

Pengembangan pariwisata di Rote-Ndao Pariwisata Berkelanjutan, diarahkan pada

memiliki prospek yang baik karena penciptaan suasana yang adil dan merata

didukung oleh potensi alam dan budaya bagi seluruh warga negara serta suasana

sebagai modal dasar. Namun hal tersebut yang penuh dengan peri kehidupan yang

belum cukup untuk pengembangan seimbang menuju kemakmuran yang adil

pariwisata secara keseluruhan. sejahtera. Kepariwisataan diarahkan pula

Pembangunan kepariwisataan yang sebagai upaya untuk mencintai tanah air,

dilakukan pada hakikatnya harus mempertebal rasa memiliki terhadap apa

ditujukan untuk pemerataan yang ada di negara ini, menimbulkan rasa

pembangunan antar generasi pada masa persatuan dan kesatuan, serta saling

kini maupun masa mendatang. memahami adat dan kebudayaan masing-

Pembangunan pariwisata berkelanjutan masing daerah, menjunjung tinggi norma

(sustainable tourism development) pada agama sebagai pengejawantahan konsep

intinya berkaitan dengan usaha menjamin hidup yang menjaga keseimbangan

agar sumber daya alam, sosial, dan hubungan antara manusia dengan Tuhan

budaya yang dimanfaatkan untuk Yang Maha Esa, hubungan antara

Penggalian dan Pengembangan Potensi Pariwisata Alam, Budaya, dan Religi di Rote Ndao, NTT | 9

manusia dengan sesama manusia, serta berkelanjutan. Hal tersebut hanya dapat

hubungan antara manusia dengan terlaksana dengan sistem

lingkungan. penyelenggaraan kepemerintahan yang

Berdasarkan arah baik (good governance) yang melibatkan

penyelenggaraannya, kepariwisataan partisipasi aktif dan seimbang antara

bertujuan untuk meningkatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat.

pertumbuhan ekonomi, meningkatkan Dengan demikian, pembangunan

kesejahteraan rakyat, menghapus berkelanjutan tidak saja terkait dengan

kemiskinan, mengatasi pengangguran, isu-isu lingkungan, tetapi juga isu

melestarikan alam lingkungan dan demokrasi, hak asasi manusia dan isu lain

sumber daya, memajukan kebudayaan, yang lebih luas. Hingga saat ini konsep

mengangkat citra bangsa, memupuk rasa pembangunan berkelanjutan dianggap

cinta tanah air, memperkukuh jatidiri dan sebagai strategi pembangunan pariwisata

kesatuan bangsa, dan mempererat terbaik. Seperti yang dikemukakan oleh

persahabatan antarbangsa. Tujuan-tujuan Cole (2006) bahwa partisipasi

tersebut tidak hanya diterima oleh masyarakat setempat dan pemerataan

sebagian kecil wilayah saja yang menjadi pendapatan merupakan dua prinsip utama

daerah tujuan wisata, tapi diharapkan dalam pembangunan pariwisata

dapat membawa manfaat pada daerah- berkelanjutan. Berdasarkan penelitiannya

daerah yang saat ini belum menjadi di Flores, Nusa Tenggara Timur, Cole

daerah tujuan wisata nasional atau mengemukakan bahwa pariwisata dilihat

internasional. Suatu manfaat yang dapat dari sudut pandang penduduk setempat

ditingkatkan dan berkelanjutan. memiliki dampak sosial-budaya yang

Pembangunan kepariwisataan yang positif. Nilai-nilai tradisi setempat

dilakukan pada hakikatnya ditujukan dipelihara dan diperkuat kembali.

untuk pemerataan pembangunan Pariwisata merupakan salah satu bagian

antargenerasi pada masa kini maupun dari pembangunan.

masa mendatang. Pembangunan Pembangunan pariwisata yang

berkelanjutan (sustainable development) berkelanjutan dapat dikenali melalui

adalah sebuah upaya pembangunan suatu prinsip- prinsipnya yang dielaborasi.

negara yang meliputi aspek ekonomi, Prinsip-prinsip tersebut antara lain

sosial, lingkungan bahkan budaya untuk partisipasi, keikutsertaan para pelaku

kebutuhan masa kini tetapi tidak (stakeholder), kepemilikan lokal,

mengorbankan atau mengurangi penggunaan sumber daya secara

kebutuhan generasi yang akan datang berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan

sehingga dapat menciptakan masyarakat masyarakat, perhatian terhadap daya

yang dapat berinteraksi satu sama lain dukung, monitor dan evaluasi,

dan juga dengan lingkungan hidup. akuntabilitas, pelatihan serta promosi.

Pembangunan pariwisata Konsep pariwisata berkelanjutan

berkelanjutan didukung secara ekologis menurut Coccossis (1996) harus

sekaligus layak secara ekonomi, juga adil memperhatikan beberapa perspektif,

secara etika dan sosial terhadap yaitu pembangunan pariwisata dalam

masyarakat. Artinya, pembangunan konteks ekonomi, pembangunan

berkelanjutan adalah upaya terpadu dan pariwisata dalam konteks lingkungan,

terorganisasi untuk mengembangkan pembangunan pariwisata berkelanjutan,

kualitas hidup dengan cara mengatur dan pariwisata sebagai strategi dalam

penyediaan, pengembangan, pemanfaatan pembangunan berkelanjutan. Beberapa

dan pemeliharaan sumber daya secara hal yang juga harus diperhatikan dalam

10 | A A Ayu Murniasih, Purwadi, Aliffiati Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

pembangunan pariwisata berkelanjutan menjadi tujuan utama. Walaupun
demikian, wisata budaya pun tak kalah
diantaranya menjamin kualitas pentingnya. Tugas masyarakat dan
instansi terkait dalam konteks ini adalah
kenyamanan pengunjung dan kualitas menjaga kualitas destinasi dengan sebaik
mungkin. Pariwisata berkelanjutan yang
terjaganya lingkungan, menjamin didukung dengan adanya wisata alam dan
wisata budaya yang dimiliki suatu daerah
keberlangsungan dan kontinuitas sumber sangat ditentukan oleh komitmen dan
partisipasi masyarakat, tidak hanya untuk
daya alam dan kebudayaan, serta menarik jumlah wisatawan, tetapi juga
untuk menjaga dan mengembangkan
menjamin harmonitas antara industri kualitas destinasi wisata yang berkorelasi
dengan kehidupan masyarakat.
pariwisata dan pemilik kebudayaan, serta
Lokasi dan Lingkungan Alam
lingkungan. Kabupaten Rote Ndao merupakan

Wisata Alam dan Wisata Budaya kabupaten paling selatan di Indonesia,
sebagai Pariwisata Berkelanjutan sehingga Kabupaten Rote Ndao dijuluki
sebagai “Mutiara Selatan” selain itu
Pariwisata yang dijiwai oleh kabupaten Rote Ndao merupakan
keindahan alam dan keunikan budaya wilayah terdepan dari NKRI. Julukan
menjadi daya tarik bagi wisatawan. sebagai Mutiara Selatan layak diberikan
Keindahan alam bukan hanya kepada Kabupaten Rote Ndao karena
memanjakan indra penglihatan, tetapi memang kondisi alam atau geografisnya
juga memberikan kesegaran bagi jiwa sangat menawan, indah dan benar-benar
dan raga. Wisata alam berkaitan dengan belum mengalami polusi seperti di kota-
tanggung jawab wisatawan, masyarakat, kota kabupaten lainnya di Indonesia.
dan instansi terkait untuk senantiasa
menjaga kelestarian dan kebersihan Ibukota Rote Ndao berada di
lingkungan. Partisipasi masyarakat dalam Lobalain dengan Jl. Ba’a sebagai pusat
mengembangkan wisata alam sangat keramain utama. Rote Ndao memiliki 10
diperlukan, terutama dalam konteks kecamatan yaitu: Rote Barat Daya, Rote
pariwisata berkelanjutan. Barat Laut, Lobalain, Rote Tengah, Rote
Selatan, Pantai Baru,Rote Timur, Landu
Wisata budaya yang dijiwai oleh Leko, Rote Barat, Ndaao Nuse.
kearifan lokal masyarakat juga menjadi Kabupaten Rote Ndao memiliki bentuk
daya tarik tersendiri. Masyarakat sebagai wilayah yang memanjang dari arah
pemilik kebudayaan memiliki tugas sebelah timur laut menuju arah barat
penting untuk senantiasa menjaga tradisi daya, secara astronomis terletak pada
dan kebudayaan yang telah diwariskan 10°25ˈ-11°15ˈ Lintang Selatan dan
secara turun temurun oleh nenek moyang 121°49ˈ-123°26ˈ Bujur Timur. Luas
mereka. Keberlangsungan wisata budaya wilayah secara keseluruhan adalah
sangat ditentukan oleh masyarakat 1.280,1 Km² tersebar pada 96 pulau (71
pemilik kebudayaan itu sendiri. Wisata dihuni) dan 89 tidak dihuni. Batas
budaya tidak hanya memperlihatkan geografisnya yaitu, sebelah utara
kekayaan khasanah suatu suku bangsa, denganLaut Sawu, sebelah selatan
tetapi juga menunjukkan identitas dan dengan Samudera Hindia, sebelah barat
karakter masyarakat suku bangsa. Wisata dengan Laut Sawu, sebelah timur dengan
budaya juga dapat memberi image
tertentu bagi masyarakat pemilik
kebudayaan.

Destinasi pariwisata di Rote Ndao
pada umumnya memiliki karakteristik
destinasi wisata alam. Keindahan
panorama alam berupa hamparan laut,
danau, bahkan pesona pegunungan

Penggalian dan Pengembangan Potensi Pariwisata Alam, Budaya, dan Religi di Rote Ndao, NTT | 11

Selat Pukuafu (BPS Kabupaten Rote sebagaimana umumnya alam NTT, relatif
Ndao, 2017), seperti terlihat pada gambar gersang dan tandus namun ada sebagian
peta di bawah. daerahnya yang subur yang pada
umumnya berada di wilayah dataran
Kondisi alam kabupaten yang rendah dan dekat dengan sumber air.
berdekatan dengan Benua Australia ini

Gambar 1 Peta Kabupaten Rote Ndao

Wilayah Rote Ndao beriklim tropis, oleh Pemerintah Kabupaten Rote Ndao,
dalam satu tahun terdapat dua musim
yaitu musim hujan yang berlangsung dari terlihat pada Visi dan Misi Kabupaten
bulan Desember sampai Maret dan
musim kemarau yang berlangsung dari Rote Ndao tahun 2015-2019. Visi yang
bulan April sampai Nopember, sehingga
hujan dalam satu tahun rata-rata 125 hari. ingin dicapai adalah terwujudnya
Suhu rata-rata di Rote Ndao dalam satu
tahun adalah 28.9°C merupakan suhu masyarakat Rote Ndao yang bermartabat
maksimum terjadi pada bulan Nopember
dan suhu minimum 25.85°C terjadi pada bertumpu pada pengembangan pariwisata
bulan Agustus. Suhu ini terjadi karena
pengaruh musim kemarau dan musim yang didukung oleh pertanian dan
hujan serta pengaruh musim yang terjadi
di benua Australia. Tumbuhan yang perikanan. Misi yang diemban adalah
banyak menghiasi wilayah kabupaten ini
adalah pohon lontar sehingga tidak jarang membangun sarana dan prasarana
orang menjulukinya sebagai pulau seribu
lontar. James Fox (1979) melukiskan kepariwisataan; mendukung
masyarakat Rote sebagai masyarakat
”budaya lontar”. pengembangan daya tarik wisata;

Potensi dan Daya Tarik Pariwisata di melakukan pengembangan sumber daya
Rote Ndao
kepariwisataan ; mengembangkan
Pulau Rote sebagai daya tarik obyek
pariwisata merupakan salah satu bidang kerjasama lintas sektor; membangun
yang diprioritaskan pengembangannya
sistem jaringan informasi dan promosi

kepariwisatan; meningkatkan kuantitas

dan kualitas SDM serta kelembagaan

kepariwisataan; mengembangkan

kepariwisataan berwawasan lingkungan.

Perkembangan pariwisata Kabupaten

Rote Ndao enam tahun terakhir (2012-

2017) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tahun 2017 jumlah dan presentase masih

rendah karena data sampai bulan Juli

2017 (tahun berjalan). Pengunjung sangat

fluktuatif, tahun 2014 jumlah pengunjung

tertinggi, hal ini sangat beralasan karena

12 | A A Ayu Murniasih, Purwadi, Aliffiati Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

pada tahun ini bertepatan digelarnya Rote Ndao mulai dari tahun 2012-2017
beberapa event yang tentunya mendorong (tahun berjalan), sebagai berikut.
wisatawan untuk berkunjung. Berikut
data pengunjung pariwisata di kabupaten

Kunjungan Wisatawan Internasional dan Domestik Kab Rote Ndao Tahun 2012-

2017

No Tahun Wisatawan Prosentase

Internasional Domestik Jumlah

1 2012 1.174 2.164 3.338 18,27

2 2013 1.178 2.210 3.388 18,54

3 2014 1.385 2.699 4.084 22,35

4 2015 1.538 1.107 2.645 14,47

5 2016 1.891 1.399 3.290 18,00

6 2017 667 862 1.529 8,37

Sumber : Diolah dari Data Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rote

Ndao

Potensi obyek dan daya tarik di Pulau yang berada di ujung selatan
kabupaten Rote Ndao sangat beragam wilayah NKRI dengan kekayaan alam
dan tersebar di seluruh wilayah tropis serta daerah pesisir pantai yang
kecamatan di Rote Ndao. Destinasi relatif panjang serta jutaan pohon lontar
pariwisata di Rote Ndao pada umumnya yang tumbuh liar, menambah indahnya
memiliki karakteristik destinasi wisata wilayah kepulauan ini. Potensi alam di
alam. Keindahan panorama alam berupa wilayah Rote Ndao secara umum
hamparan laut, danau, bahkan pesona merupakan daerah pantai, perbukitan,
pegunungan menjadi tujuan utama, padang sabana atau pemandangan alam
walaupun demikian wisata budaya pun yang memiliki pesona alam yang sangat
tak kalah pentingnya. indah, yang tersebar di seluruh
kecamatan kabupaten Rote Ndao.
1. Potensi Wisata Alam Sebaran potensi wisata alam di kabupaten
Rote Ndao sebagai berikut.

Destinasi Wisata Alam di Kabupaten Rote Ndao

No Kecamatan Berkembang Destinasi Wisata Jumlah
10
1 Landu Leko Laut Mati Belum berkembang
5
2 Rote Timur - Danau Oendui
Mulut Seribu
Pantai Kainadi
Pantai Mae’oe
Tanjung Pikuafu
Nisita
Pulau Usu
Gua Sarang Burung
Danau Ledulu

Pantai Oesosole
Teluk Fei

Penggalian dan Pengembangan Potensi Pariwisata Alam, Budaya, dan Religi di Rote Ndao, NTT | 13

3 Pantai Baru - Pantai bajo
Pantai Solokaelutu
4 Rote Tengah Batu Termanu Gua Lakamola 9
Pantai Sosodale
Pantai Batu Ndao 7
5 Rote Selatan Tiang Bendera Benteng Raja Lelenuk 6
Letediu 10
6 Lobalain Tangga 488 Pantai Nusakdale
Pantai Oeledo 4
7 Rote Barat Pantai Utak Pantai Namohodak 8
Laut Oedo
Nita
8 Rote Barat
Daya Batu Ofak
Danau Peto
Oeleak
Sanilai
Pantai Fopo

Namo Ndao
Gua Jepang
Pemandian Oemanu
Pantai Dombo

Exparasi Para layang
Gua Batu Intan
Gua Saina
Pantai Masi Dae
Tanjung Nggolo
Pantai Nasedale
Sailulik
Danau Seda
Danau Bisak

Pantai Oeseda
Pantai Pulau Dengka
Pantai Sai

Fiulain
Pantai Oeseli
Pantai Oebou
Pantai Ndana
Pantai Sanama
Danau Tua
Pantai Nusaa Manuk

9 Rote Barat Pantai Bo’a Danau Oehela

Pantai Nemberala Pantai Tongga 7

Gua Rua Bata Rua

Gua Tara Ndola

Gua Tene Oen

10 Ndao Nuse - Pantai Pulau Do’o

Pantai Pulau Ndao 5

Pantai Pulau Nuse

Gua Duyung

Taman Laut Ndao Nuse

7 63 71

Data: Diolah dari Data Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rote, 2017

14 | A A Ayu Murniasih, Purwadi, Aliffiati Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

Data di atas memperlihatkan pasir putih, air laut yang jernih serta
banyaknya destinasi wisata di Rote Ndao, dapat melihat bayang - bayang hitam.
namun demikian kurang dari 50 % yang Pantai Nemberala juga memiliki
dikembangkan, dan destinasi yang gulungan ombak yang sangat cocok
berkembang adalah yang terletak di Rote untuk peselancar (surfing). Setiap bulan
Selatan dan Rote Barat, hal ini sangat September selalu digelar festival selancar
beralasan karena wilayah kecamatan ini tingkat nasional dan internasional dalam
relative dekat dengan ibukota kabupaten. rangka peningkatan promosi pariwisata.
Pantai Nemberala bagi para peselancar
Wisata pantai menjadi andalan bagi merupakan surga dan menjadi no 2 di
kabupaten Rote Ndao. Dari semua pantai dunia setelah pantai di Hawai.
yang ada di Rote, Pantai Nemberala dan
Pantai Mulut Seribu adalah pantai yang 2. Potensi Wisata Budaya
paling diminati wisatawan asing, Potensi wisata budaya adalah
sehingga menjadi prioritas dalam
pengembangan pariwisata di Rote Ndao. potensi non alam atau non fisik yang
Pantai Mulut Seribu terdapat di dimiliki oleh masyarakat Rote Ndao yang
Kecamatan Rote Timur memiliki berkembang menjadi salah satu potensi
keunggulan taman laut dan budi daya wisata, baik berupa benda-benda seni
mutiara. Pantai Nemberala secara atau karya seni, peninggalan sejarah,
geografis sangat mirip dengan Pantai seperti terlihat pada tabel.
Kuta di Bali. Pantai dengan hamparan

Potensi Wisata Budaya di Kabupaten Rote Ndao

No Destinasi Wisata Wilayah

1 Sasandu, Ti’ilangga atau Soulangga, dan Wilayah Kepulauan Rote Ndao

Anyaman Daun Lontar

2 Kain Tenun Ikat Pulau Ndao, Rote Selatan

3 Gereja Tua Menggelama, Masjid Tua An-Nur, dan Rote Selatan

Rumah Raja Rote

4 Kursi Jaman Batu Lobalain

5 Rumah Raja Dengka, Upacara Hus, dan Tari Rote Barat Laut

Kebalai

6 Rumah Raja Thie Rote Barat Daya

7 Benteng Pertahanan, dan Pukul Kakidi Pantai Baru

8 Meriam VOC Ndao Nuse

Data: Diolah dari Data Lapangan, 2017

Sarana dan Prasarana Penunjang masih perlu ditingkatkan. Jumlah hotel
Pariwisata atau penginapan yang ada dikabupaten
Rote Ndao 23 hotel/penginapan, yang
Potensi wisata yang ada di Rote letaknya lebih banyak berada di
ini ditunjang juga dengan ketersediaan kecamatan Loba Lain, Rote Tengah dan
sarana dan prasarana pariwisata, yaitu Rote Barat. Secara jelas persebaran hotel
hotel atau penginapan dan transportasi atau penginapan di wilayah kabupaten
umum yang menunjang dan Rote Ndao dapat dilihat pada tabel.
memudahkan akomodasi. Meskipun
secara khusus sarana prasarana tersebut

Penggalian dan Pengembangan Potensi Pariwisata Alam, Budaya, dan Religi di Rote Ndao, NTT | 15

Jumlah Akomodasi Hotel Menurut Kecamatan di Kabupaten

Rote Ndao Tahun 2016

No Kecamatan Hotel Kamar Tempat Tidur

Homestay Melati Homestay Melati Homestay Melati

1 Rote Barat - - - - - -

Daya

2 Rote Barat - - - - - -

Laut

3 Lobalain 2 5 18 74 21 163

4 Rote Tengah - 1 - 17 - 33

5 Rote Selatan - - - - - -

6 Pantai Baru - - - - - -

7 Rote Timur - - - - - -

8 Landu Leko - - - - - -

9 Rote Barat - 17 - 129 - 214

10 Ndao Nuse - - - - - -

Jumlah 2 23 18 220 21 410

Sumber : Diolah dari Data Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rote Ndao

Selain persebaran hotel yang tahun ke tahun cenderung tidak ada
tidak merata di tiap kecamatan, juga peningkatan, secara jelas tergambar pada
perkembangan jumlahnya yang dari tabel berikut.

Jumlah Hotel dan Rumah Makan di Kabupaten Rote Ndao

No Tahun Hotel Rumah Makan

Berbintang Non Bintang

1 2012 - 8-

2 2013 - 10 -

3 2014 - 10 37

4 2015 - 10 37

5 2016 - 10 37

Sumber : Diolah dari Data Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Sarana dan prasarana penunjang hari melayani dua kali rute perjalanan
pariwisata lainnya yang telah tersedia Rote-Kupang untuk kapal penumpang,
adalah travel agen, meskipun jumlahnya sedangkan kapal barang pada umumnya
terbatas. Jumlah travel agen berdasarkan berlabuh di Pelabuhan Batu Tua. Jalan-
data dari kantor Dinas Kebudayaan dan jalan hampir 85% dalam kondisi jalan
Pariwisata Kabupaten Rote Ndao ada 3 beraspal bahkan hotmix, terlebih jalan-
travel agen, demikian juga dengan rumah jalan yang menuju ke tempat wisata yang
makan berjumlah 37. Sedangkan untuk terkenal seperti Pantai Nemberala.
moda transportasi khusus untuk angkutan
umum masih terbatas. Bandara udara Strategi Pengembangan Pariwisata di
telah tersedia dengan jumlah jam Rote Ndao
penerbangan dua kali sehari dengan rute
penerbangan Rote-Kupang (pp) dan Transportasi laut di kabupaten Rote
pelabuhan ada 3 yaitu di Ba’a, Pelabuhan Ndao relative lancar, khususnya yang
Baru dan Batu Tua. Kapal penumpang menghubungkan Kepulauan Rote dengan
dan barang dapat langsung bersandar tiga Kupang, namun untuk tranportasi laut
pelabuhan tersebut, rata-rata dalam satu yang menghubungkan Pulau Rote dengan
pulau-pulau kecil lainnya seperti Ndao

16 | A A Ayu Murniasih, Purwadi, Aliffiati Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

Nuse, Ndana, Do’o, Mulut Seribu. masih dalam hal ini adalah Kantor Dinas Kantor

sangat terbatas dan menggunakan perahu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

tradisonal. Padahal pulau-pulau tersebut Kabupaten Rote. Melalui berbagai cara

merupakan daerah dengan potensi alam dari menggelar kegiatan budaya melalui

yang indah atau sebagai daerah tujuan lomba-lomba seni, pembuatan brosur,

wisata. Sehingga jika ada wisatawan film etnografi dan mengadakan event-

yang berkeinginan berkunjung ke pulau event perlombaan baik tingkat nasional

tersebut sangat kesulitan menemukan maupun international seperti surfing di

transportasi karena perahu-perahu Pantai Nemberala yang berlangsung

nelayan tidak setiap saat bisa menuju ke setiap tahun.

pulau itu karena faktor arus laut. Model Pengembangan Desa Wisata

Transportasi jalan darat khususnya Berbasis Kearifan Lokal berdasarkan

jalan raya di kabupaten Rote Ndao secara analisis potensi wilayah, baik potensi

umum relative mengalami perkembangan fisik maupun non fisik serta analisis

yang signifikan, meskipun demikian ada kegiatan wisata dan kearifan local, maka

beberapa bagian yang masih perlu dapat dibuat model pengembangan desa

ditingkatkan. Peningkatan kualitas jalan, wisata sebagai berikut:

khususnya yang berada di wilayah Rote a. Desa Wisata Desa Feapopi,

bagian timur, jalan menuju ke lokasi Kecamatan Rote Tengah, dapat

wisata masih perlu ditingkatkan dijadikan alternatif model

kualitasnya khususnya kualitas fisik pengembangan desa wisata alam dan

jalan. budaya. Pemandangan alam Batu

Kenyamanan dan keamanan suatu Termanu serta legenda tentang Batu

obyek pariwisata sangat ditentukan oleh Termanu, serta upacara meminta hujan

fasilitas yang tidak terlihat penting akan yang masih dilakukan oleh masyarakat

tetapi sangat besar manfaatnya seperti di Batu Termanu.

tempat sampah, public toilet atau kamar b. Desa Kuli, Kecamatan Lobalain,

mandi umum, papan peraturan dan untuk dijadikan desa wisata alam

informasi. Fasilitas ini sangat minim, karena panorama alam indah dan

tempat sampah sangat sulit ditemukan fantastis. Untuk mencapai puncak

bila pun ada tempatnya kurang strategis. lokasi tersebut harus menaiki 488-an

Demikian juga kurangnya papan-papan anak tangga. Obyek wisata ini

informasi dan peraturan sehingga mempunyai luas 30000 m2. Obyek

menimbulkan beberapa masalah karena wisata ini menyuguhkan pesona pantai

pengunjung tidak akan mengetahui dan wisata alam yang sangat indah

bagaimana sikap atau tindakan mereka serta deretan tangga-tangga dan lopo.

saat berkunjung di lokasi wisata. c. Desa Sotimori, Kecamatan Rote

Promosi objek wisata sangat Timur, jarak yang ditempuh dari

diperlukan dalam kerangka ibukota kabupaten ke daerah ini

penyelenggaraan otonomi daerah. Daerah memakan waktu 90 menit dengan

harus memiliki kesadaran untuk menggunakan kendaraan bermotor.

mengoptimalkan potensi wisata yang Laut Mati merupakan Obyek Daya

dimiliki dalam rangka intensifikasi PAD. Tarik Wisata yang sangat

Membangun dan membina komunikasi menyenangkan, apabila menggunakan

yang efektif dengan media dan pers jet ski mengelilingi pulau-pulau kecil

internasional. Strategi pemasaran dengan yang berada di sekitarnya. Obyek

promosi wisata telah dilakukan secara wisata ini memiliki keunikan karena

berkelanjutan oleh pemerintah daerah pasirnya berasal dari kulit kerang

Penggalian dan Pengembangan Potensi Pariwisata Alam, Budaya, dan Religi di Rote Ndao, NTT | 17

(keong). Ikan yang hidup di dalamnya dengan institusi terkait serta stakeholder
adalah ikan mujair (ikan air tawar). Di pariwisata untuk menunjang kelancaran
desa ini masyarakat lebih banyak pariwisata seperti pengadaan dan
bermata pencaharian sebagai nelayan. perbaikan jalan, transportasi serta
Hal ini juga dapat menarik wisatawan fasilitas-fasilitas yang diperlukan di
yang datang ke Desa Sotimori. Selain sekitar lokasi pariwisata. Mengadakan
itu, menikmati wisata alamnya, pelatihan pengembangan sumber daya
wisatawan juga dapat terlibat dalam manusia agar dapat mengelola potensi
kegiatan masyarakat setempat seperti pariwisata secara optimal sehingga
memelihara ikan air tawar, pengembangan pariwisata berjalan
memancing , menenun kain, membuat dengan baik.
kerajinan, dan menari tarian
tradisional. DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan dan Saran Anonim, 2017. Kabupaten Rote Ndao
Dalam Angka, Rote Ndao :
Destinasi pariwisata di Rote Ndao BPS Kabupaten Rote Ndao

pada umumnya memiliki karakteristik

destinasi wisata alam. Keindahan

panorama alam berupa hamparan laut, Arida, Nyoman Sukma, 2009. Meretas
Jalan Ekowisata Bali,
danau, bahkan pesona pegunungan Denpasar : Udayana
University Press.
menjadi tujuan utama, walaupun

demikian wisata budaya pun tak kalah

pentingnya. Secara data statistik dari

kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Coccossis, H.1996. Tourism and
Sustainability: Perspectives
Kabupaten Rote Ndao terdapat 71 and Implications, in
Priestley.
destinasi wisata alam dengan 7 yang

telah berkembang dan 63 belum

berkembang, sedangkan terdapat 15

wisata non alam atau budaya yang telah ---------------G. et al., Sustainable
Tourism? European
dikembangkan. Experiences,
International. UK: Cab.
Strategi yang telah dilakukan oleh

pemerintah khususnya Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Rote Ndao adalah menyelenggarakan Cole, Stroma, 2006. Tradition and

event-event budaya seperti lomba tari, Tourism: Dilemmas in

lomba surfing baik tingkat nasional Sustainable Tourism

maupun international. Semua kegiatan Development, A Case Study

tersebut dilakukan secara from The Ngada Region of

berkesinambungan dan menjadi kegiatan Flores, Indonesia, dalam

rutin tahun. Pengembangan pariwisata Pariwisata Budaya :

berbasis masyarakat dengan membentuk Masalah dan Solusinya,

desa wisata. Yoeti, dkk., Jakarta: PT

Pemerintah daerah agar membentuk Pradnya Paramita.

suatu kebijakan sebagai payung hukum

dalam pengembangan pariwisata, sebagai Fox, James J. 1996. Panen Lontar,
Perubahan Ekologi Dalam
upaya untuk meminimalisir dampak yang Kehidupan Masyarakat
Pulau Rote dan Sawu,
tidak diinginkan dari perkembangan

pariwisata. Meningkatan kerjasama

18 | A A Ayu Murniasih, Purwadi, Aliffiati Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan

Gyanto, 1958. Pulau Roti Pagar Selatan
Indonesia: Djakarta NV.
Ganaco. Kuncoro, Mudrajad

----------------, 2004. Otonomi Daerah
dan Pembangunan Daerah,
Jakarta : Erlangga.

Spillane, James J.,1987. Pariwisata
Indonesia, Yogyakarta :
Kanisius.

Sukaatmadja, I Putu Gde, 2016.

Membangun Ekonomi

Kreatif Berbasis Kearifan

Lokal dalam Menghadapi

Tantangan Global, Bali

Update 2016, Prosiding

Seminar Nasional, Denpasar

: Pusat Kajian Bali UNUD.

Suwantoro, Gamal

----------------, 2004. Dasar-dasar
Pariwisata, Yogyakarta :
ANDI

Yoeti, H.Oka A. dkk., 2006. Pariwisata
Budaya : Masalah dan
Solusinya, Jakarta: PT
Pradnya Paramita.

DOI: https://doi.org/10.24843/SP.2021.v5.i01.p04 p-ISSN: 2528-4517

Kehidupan Remaja dalam Perkembangan Pariwisata di Desa
Ped, Kecamatan Nusa Penida,Bali

Ni Luh Padmi Sami Antari*, Ni Made Wiasti, I Wayan Suwena
Program StudiAntropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana

[[email protected]], [[email protected]], [[email protected]],

Denpasar, Bali, Indonesia
*Corresponding Author

Abstract
This research discusses the lives of adolescents both before and after the development
of tourism in Ped Village, Nusa Penida District. As for the problems that will be
discussed in this research are (1) how the youth lifestyle in the development of tourism
in Ped Village, Nusa Penida District and (2) what are the implications of youth lifestyle
on their social and cultural life in Ped Village, Nusa Penida District. This research is a
qualitative study using personality theory and cultural theory as a basis for answering the
two problems. The results of this study reveal that the lifestyle of adolescents in Ped
Villages before and after the development of tourism, namely changes in behavior and
objects consumed in daily activities. There are implications for the lifestyle of
adolescents, namely the existence of economic and socio-cultural changes in the lives of
adolescents in the Ped Village.

Keywords: Adolescents, lifestyle, Tourism.

Abstrak
Penelitian ini membahas tentang kehidupan remaja baik sebelum dan sesudah
berkembangnya pariwisata di Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida. Adapun
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana gaya hidup
remaja dalam perkembangan pariwisata di Desa Ped kecamatan Nusa Penida dan(2)
bagaimana implikasi gaya hidup remaja terhadap kehidupan sosial budayanya di Desa
Ped Kecamatan Nusa Penida. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
menggunakan teori kepribadian dan teori kebudayaan sebagai landasan untuk
menganalisis kedua permasalahan. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa gaya
hidup remaja di Desa Ped sebelum dan sesudah berkembangnya pariwisata, yaitu
terdapat perubahan perilaku dan benda-benda yang dikonsumsi dalam kegiatan interaksi
yang dilakukan sehari-hari. Adanya implikasi dalam gaya hidup remaja yaitu, adanya
perubahan di bidang ekonomi dan sosial budaya dalam kehidupan remaja di Desa Ped.

Kata Kunci: : Remaja, Gaya Hidup, Pariwisata.

PENDAHULUAN Angel Billabong, Kelingking Beach, Atuh
Nusa Penida merupakan pulau yang Beach, Crystal Bay, Broken Beach, dan
masih banyak lagi objek wisata yang
terletak di sebelah tenggara Pulau Bali terkenal indah. Desa Ped merupakan
yang dipisahkan oleh Selat Badung. Saat sebuah desa yang terletak di Kecamatan
ini daerah Nusa Penida menjadi objek Nusa Penida, Kabupaten Klungkung,
wisata unggulan Bali yang sedang Bali yang terdiri dari enam dusun yakni,
berkembang pesat. Objek pariwisata Dusun Sental, Dusun Seming, Dusun
yang sedang trend di Nusa Penida yaitu

Sunari Penjor: Journal of Anthropology | 30
Prodi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Unud

Kehidupan Remaja dalam Perkembangan Pariwisata di Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida,Bali | 31

Pendem, Dusun Adegan, Dusun Biaung saat ini

dan Dusun Ped yang masing-masingdusun Menurut Putra (2018:74)

terdiri dari beberapa banjar. Sistem mata konsumerisme menjadikan seseorang

pencaharian di Desa Ped dominan atau sekolompok menjalankan perilaku

sebagai petani rumput laut jenis konsumtif atau pemakaian barang-barang

spinosum. Sebelum berkembangnya hasil produksi secara berlebihan dan

pariwisata di Nusa Penida, masyarakat berkelanjutan. Perilaku suka berbelanja

bertumpu pada penghasilan rumput laut, dan budaya hidup boros sebagai salah

namun seiring berkembangnya pariwisata satu contoh sikap konsumtif akan

keadaan rumput laut semakin melemah. membuat manusia menjadi pecandu dari

Masyarakat pun cenderung beralih suatu produk sehingga ketergantungan

profesi ke dalam dunia pariwisata. tersebut sulit untuk dihilangkan.

Sektor pariwisata di Nusa Penida Menurut Steven Miles, (dalam

sudah banyak dikenal, baik oleh kalangan Soedjatmiko 2008:9) konsumerisme

wisatawan domestik maupun merupakan suatu pola pikir atau tindakan

mancanegara. Perkembangan yang di mana orang membeli barang bukan

demikian pesat dapat diamati dari karna membutuhkan barang tersebut,

maraknya bangunan fisik seperti kafe, melainkan karena tindakan membeli

restaurant, serta penginapan sebagai bukti tersebut memberikan kepuasan. Dengan

meningkatnnya secara signifikan kata lain, konsumerisme sebagai wujud

kunjungan wisatawan ke Nusa Penida. pemuasan kebutuhan identitas dan

Banyak bangunan infrastruktur sebagai makna, serta fungsi sosial dan ekonomi.

daya dukung perkembangan pariwisata di Untuk kondisi di Nusa Penida sendiri,

Nusa Penida, membuka peluang kerja memperlihatkan aspek- aspek budaya

bagi generasi muda. Kesempatan tersebut konsumerisme serupa seperti yang

dimanfaatkan oleh kalangan remaja, baik dijelaskan oleh Miles tersebut di atas.

sebagai pekerja tetap maupun pekerja Hal ini tercermin dari perilaku sebagian

tidak tetap. besar kalangan remaja Nusa Penida

Gaya hidup (lifestyle) merujuk pada dalam kehidupan kesehariannya, selain

kepekaan konsumen baru yang hasrat identitas maupun ekonomi, rata-

diidentifikasi oleh Hebdige (1988) rata remaja tersebut juga lebih banyak

sebagai karakter konsumsi modern. terlibat di sektor pariwisata, baik di dalam

Melalui gaya hidup, para konsumen lingkup akomodasi penginapan, maupun

dianggap membawa kesadaran atau lingkup transportasi di Nusa Penida.

kepekaan yang lebih tinggi terhadap Berdasarkan latar belakang di atas,

proses konsumsi (Lury 1998:112). permasalahan yang dibahas dalam

Masuknya pengaruh pariwisata di Nusa penelitian ini (1) bagaimana gaya hidup

Penida berdampak terhadap gaya hidup remaja dalam perkembangan pariwisata

di kalangan remaja. Realitas di Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida

menunjukkan bahwa tidak jarang kafe dan (2) bagaimana implikasi gaya hidup

atau restaurant digunakan sebagai ajang remaja terhadap kehidupan sosial

berkumpul. Globalisasi berpengaruh budayanya dalam perkembangan

signifikan terhadap gaya hidup remaja. pariwisata di Desa Ped, Kecamatan Nusa

Hal tersebut ditandai semakin tingginya Penida.

tingkat konsumerisme, yaitu trend

fashion dari media sosial, transportasi, METODE
Metode yang digunakan dalam
serta alat komunikasi yang tidak hanya
penelitian ini adalah metode kualitatif.
sebagai alat bertukar informasi namun Untuk kepentingan analisis, penulis

menjadi status sosial dari kalangan remaja

32 | N L Padmi Sami Antari, N M Wiasti, I W Suwena Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

menggunakan beberapa teknik miles, konsumerisme telah menjadi kultur
konsumsi yang tidak kita sadari.
pengumpulan data antara lain observasi Konsumerisme meresapi kehidupan
manusia yang pada dasarnya tidak cukup
partisipasi, wawancara mendalam, dan dan selanjutnya menjadi pengikut budaya
konsumen. Konsumerisme memiliki dua
studidokumen. nilai, pertama sebagai wujud pemuasan
kebutuhan identitas dari makna. Kedua
KONSEP sebagai fungsi sosial dan ekonomis
(Soedjatmiko 2008; 9-10).
Gaya Hidup
Kalangan Remaja
Gaya hidup (life style) yang Erikson (1982) melihat masa remaja
ditampilkan antara kelas sosial satu
dengan kelas sosial yang lain dalam sebagai periode latensi sosial, seperti
banyak hal tidak sama, bahkan ada melihat usia sekolah sebagai periode
kecenderungan masing-masing kelas latensi seksual. Masa remaja adalah fase
mencoba mengembangkan gaya hidup adapatif dari perkembangan kepribadian
yang eksklusif untuk membedakan dirinya atau periode mencoba-coba (Feist,
dengan kelas yang lain. Berbeda dengan 2017:246).
kelas sosial rendah yang umumnya
bersikap konservatif di bidang agama, Sarwono (2003) mengemukakan
moralitas, selera berpakaian. (Narwoko definisi remaja yang dikemukakan WHO
2013:183) pada 1974. Disebutkan bahwa remaja
adalah individu yang berkembang dari
Gaya hidup oleh berbagai ahli sering saat pertama kali ia menunjukkan tanda-
disebut merupakan ciri sebuah dunia tanda seksual sekundernya sampai saat ia
modern atau modernitas. Artinya siapa mencapai kematangan seksual, individu
pun yang hidup dalam masyarakat yang mengalami perkembangan
modern akan menggunakan gagasan psikologis dan pola identifikasi dari
tentang gaya hidup untuk kanak-kanak menuju dewasa, dan
menggambarkan tindakannya sendiri individu yang mengalami peralihan dari
maupun orang lain. Menurut Chaney ketergantungan sosial ekonomi menjadi
(2004:40), gaya hidup adalah pola-pola suatu kemandirian (Valentini 2006:6).
tindakan yang membedakan satu orang
dengan yang lain. Cara berpakaian, cara- KERANGKA TEORI
cara kerja, pola konsumsi, bagaimana
individu mengisi kesehariannya Teori Kepribadian
merupakan unsur-unsur yang membentuk Kepribadian menurut Calvin S. Hall
gaya hidup.
dan Gardner Lindzey (2000) kepribadian
Konsumerisme adalah, sesuatu yang memberi tata tertib
Konsumerisme merupakan suatu pola dan keharmonisan terhadap segala macam
tingkah laku berbeda-beda yang
pikir dan tindakan di mana orang dilakukan individu. Jadi kepribadian
membeli barang bukan karena ia meliputi segala corak tingkah laku
membutuhkan barang tersebut, melainkan individu yang terhimpun dalam dirinya,
karena tindakan membeli itu sendiri yang digunakan untuk bereaksi dan
memberikan kepuasan kepadanya. menyesuaikan diri terhadap segala
Dengan kata lain, seseorang terjangkit rangsang, baik yang datang dari luar
konsumerisme selalu selalu merasa bahwa dirinya atau lingkungannya (eksternal)
belanja karena memang ia membutuhkan maupun dari dalam dirinya sendiri
barang tersebut, meskipun pada momen
refleksi berikutnya, ia sadar bahwa tak
membutuhkan barang tersebut. Bagi

Kehidupan Remaja dalam Perkembangan Pariwisata di Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida,Bali | 33

(internal) sehingga corak tingkah lakunya mereka lakukan, mengapa mereka
itu merupakan satu kesatuan fungsional
yang khas bagi individu itu. Dengan kata melakukan, dan apakah yang mereka
lain, segala tingkah laku individu adalah
manifestasi dari kepribadian yang lakukan bermakna bagi dirinya maupun
dimilikinya sebagai perpaduan yang
timbuldari dalam diri dan lingkungannya. orang lain. Gagasan gaya hidup tidak

Teori Kebudayaan selamanya terlihat pada perbedaan pola
Secara umum disebutkan bahwa
konsumsi, namun memeperlihatkan pada
kebudayaan dipandang berasal dari
bahasa Sansekerta buddhayah, yang pola perilaku individu yang mempunyai
diartikan sebagai bentuk jamak dari
konsep budhi dan dhaya (akal). Menurut pilihan, walaupun dengan sumber daya
Ki Hadjar Dewantara dalam (Panjaitan,
2014:5-7) bahwa kebudayaan memiliki yang sama, termasuk pada penilaian
tiga unsur utama yang sama kemudian
dinamai cipta, rasa, dan karsa. Adapun seseorang terhadap barang, tata nilai,
pandangan yang dikemukakan oleh
Koentjaraningrat bahwa munculnya teori status, dan lain-lain.
kebudayaan yang wujudnya tiga,
dikemukakan juga oleh Talcott Parsons Perilaku remaja sebelum
dan A.L. Kroeber, yaitu wujud sistem
ide-ide dan konsep-konsep , wujud berkembangnya pariwisata dimana
rangkaian tindakan, dan wujud aktivitas
berpola manusia. Koentjaraningrat remaja menjalani kehidupan sehari-hari
merumuskan tiga gejala kebudayaan
menjadi : 1). Wujud kebudayaan sebagai layaknya remaja pada umumnya. Remaja
suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,
nilai- nilai, norma-norma, peraturan, dan tersebut berkumpul di tempat yang sudah
sebagainya, 2). wujud kebudayaan
sebagai suatu komplek aktivitas serta mereka sepakati ataupun dengan
tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat, 3). Wujud kebudayaan mengunjungi rumah dari salah satu
sebagai benda-benda hasil karya
manusia. remaja untuk sekedar bercerita, bersantai

HASIL DAN PEMBAHASAN dan makan bersama. Selain tempat

Gaya Hidup Remaja di Desa Ped berkumpul mereka juga rekreasi ke salah
Gaya hidup dapat dikatakan sebagai
satu pantai yang umumnya ramai
pola-pola tindakan yang menjadi
pembeda antara satu orang dengan orang dikunjungi pada saat hari raya Umanis
lain. Dalam kegiatan interaksi yang
dilakukan sehari- hari kita dapat Galungan dan Kuningan. Nusa penida
mengetahui sebuah gagasan gaya hidup
individu tanpa harus menjelaskan apa memiliki bahasa khas yang digunakan
yang dimaksud, oleh sebab itu gaya hidup
membantu seseorang memahami apa yang oleh masyarakat dalam berkomunikasi,

termasuk remaja tersebut yang

menggunakan bahasa Nusa Penida atau

yang lebih dikenal yakni Bahasa Nuse.

Sebelum berkembangnnya pariwisata di

Nusa Penida, anak-anak muda ikut

menggeluti usaha rumput laut. Di mana

remaja tersebut ikut dalam penggarapan

budidaya rumput laut membantu disaat

panen, misalnya ikut terjun ke lahan

rumput laut untuk memetik rumput laut,

mengikat bibit rumput laut diseutas tali

yang terbentang melalui sepotong kayu

yang telah di tancapkan didasar laut,

membersihkan tali dari lumut-lumut yang

menempel, serta ikut menjemur rumput

laut. Remaja di era rumput laut masih

memiliki kebiasaan yang masih terbilang

polos, dengan mengkonsumsi atau

menggunakan handphone untuk mereka

yang baru di jenjang SMP dan SMA. Tak

sedikit bagi orang tua mereka yang tidak

mampu menanggung biaya sekolah

sehingga remaja tersebut memilih untuk

34 | N L Padmi Sami Antari, N M Wiasti, I W Suwena Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

merantau keluar daerah. Begitu pula wisatawan mancanegara, menunjukkan
dengan alat komunikasi, fungsi
handphone yang masih terbilang sangat bahwa peluang bagi pelaku industri
sederhana begitu pula dengan bentuknya
yang jauh berbeda dengan handphone pariwisata semakin besar. Kebutuhan
sekarang.
terhadap tenaga kerja mengalami
Minimnya informasi mengenai
perkembangan fashion bagi anak muda peningkatan serta meningkatkan
sebelum berkembangnya pariwisata saat
itu, remaja tersebut cenderung berpakaian penghasilan masyarakat,tidak terkecuali
yang masih terkesan sopan dengan ciri
perempuan rambut hitam panjang, baju remaja di Desa Ped. Meningkatnya
yang masih panjang dan terbilang sopan,
tidak pendek atau biasa yang disebut penghasilan remaja tersebut,
croptop yang sedang trend sekarang.
Remaja saat itu malu melakukan hal-hal menyebabkan terjadinya perubahan
yang terlihat menonjol, seperti halnya
mewarnai rambut, berlomba-lomba perilaku dengan benda-benda yang
memiliki smartphone terbaru seperti
sekarang, handphone hanyalah sebagai digunakan. Sebagai remaja tentunya akan
alat komunikasi. Kebiasaan nongkrong
pun sangat minim saat itu, di mana update terhadap apapun yang menjadi
tempat nongkrong pun belum ada saat itu
karena wilayah desa Ped masih terbilang perkembangan trend seperti style
sepi, bahkan Desa Ped sudah sepi pada
pukul 08.00 wita karena sudah tidak ada fashion, gadget, gaya rambut dan gaya
aktivitas yang dikerjakan oleh masyarakat
sekitar. hidup lainnya. Acuan berpakaiaan sudah

Setelah berkembangnya pariwisata di seperti trend selebgram jaman sekarang,
mana merupakan salah satu sektor yang
mengalami pertumbuhan yang pesat dan terbiasa dengan gaya kebarat- baratan
sebagai salah satu penyumbang devisa
terbesar di Indonesia setelah minyak seperti pakaian yang terbuka, di waktu
bumi dan gas. Bali merupakan destinasi
wisata terbaik di dunia dalam ajang senggang remaja tersebut menyempatkan
pemilihan destinasi wisata, hotel, dan
pantai terbaik pada tahun 2017 oleh Trip diri untuk refresh dari kegiatan sehari-
Advisor yang dikutip dalam PR News
Wire (2017). Bali memiliki keunikan hari dan tak jarang untuk keperluan
tersendiri dalam dalam bidang wisata, di
mana erat kaitannya dengan nuansa update sosial media mereka. Remaja
budaya religious dan adat istiadat. Salah
satu daerah yang turut mengalami tersebut jalan-jalan baik dengan teman
peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan baik wisatawan nusantara ataupun pacar untuk menghabiskan
maupun mancanegara yaitu kabupaten
Klungkung. waktu libur mereka di spot-spot yang

Besarnya jumlah kunjungan sedang trend. Tanpa disadari gaya hidup
wisatawan baik wisatawan lokal maupun
tersebut muncul oleh pelakunya. Gaya

hidup yang di lakoni oleh para remaja

tentunya tidak terlepas dari peniruan

(imitation) budaya baru yang

berkembang saat ini. Imitasi merupakan

proses sosial atau tindakan seseorang

untuk meniru orang lain, baik sikap,

berpenampilan, gaya bicara, gaya hidup,

bahkan apapun yang dimiliki oleh orang

lain (Ahmadi, 2007:52).

Implikasi Gaya Hidup Remaja di Desa
Ped

Kebudayaan dapat diartikan sebagai
nilai-nilai (values) yang dianut oleh
masyarakat ataupun persepsi yang
dimiliki oleh warga masyarakat terhadap
berbagai banyak hal, kebudayaan juga
juga dapat didefinisikan sebagai
wujudnya, yang mencakup gagasan atau
ide, kelakuan dan hasil kelakuan dalam
Surahman 2013:31 (Koentjaraningrat:
2002). Desa Ped dilatarbelakangi pula

Kehidupan Remaja dalam Perkembangan Pariwisata di Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida,Bali | 35

oleh fenomena perubahan sosial budaya pelengkap seperti halnya penunjang
yang melanda Bali secara umum yang dan penampilan, kebutuhan fashion,
berpotensi membawa perubahan dan handphone dan lain-lain. Dampak
pergeseran pada nilai-nilai budaya konsumsi yang dialami oleh berbagai
agama. Kondisi semacam ini terjadi lapisan masyarakat, tidak terkecuali para
sebagai akibat dari pengaruh masuknya remaja. Sebagai remaja tentunya terus
industri pariwisata, dilihat dari pesatnya update dengan apapun yang menjadi
perkembangan pariwisata yang secara perkembangan trend dan IPTEK seperti
tidak langsung mengubah desa Ped halnya gadget yang dipakai remaja
melalui pergeseran budaya yang terjadi tersebut. Kebutuhan pelengkap di era
dan secara tidak langsung menimbulkan globalisasi saat ini sudah hal yang biasa
implikasi terhadap perubahan gaya hidup untuk dimiliki, selain sebagai pelengkap
baik dari segi ekonomi dan sosial kebutuhan, hal tersebut dipercaya sebagai
budayanya. Meningkatnya lapangan acuan dalam menunjukkan derajat sosial
pekerjaan dari pembangunan akomodasi dari remaja tersebut, sebagai pembuktian
pariwisata di desa Ped telah memberikan identitas kepribadian yang terkesan
dampak yang baik terhadap perubahan eksklusif.
gaya hidup remaja. Pola pikir yang jauh
lebih maju dan terbuka, dimana SIMPULAN
kebanyakan remaja di desa Ped saat Berdasarkan hasil analisis dan
sebelum adanya pariwisata banyak yang
tidak memiliki pekerjaan jelas, pembahasan yang telah dijelaskan, maka
nongkrong di poskambling. Namun dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
berkembangnya pariwisata di desa Ped gaya hidup remaja merupakan bentuk
dapat mengalihkan mata pencaharian pola-pola tindakan yang membedakan
remaja tersebut sehingga mampu satu orang dengan yang lainnya, baik dari
menopang biaya hidup sehari-hari. Selain cara berpakaian, cara-cara kerja, pola
pemenuhan kebutuhan, dengan adanya konsumsi, bagaimana individu mengisi
penghasilan remaja di desa Ped memiliki kesehariannya yang merupakan unsur-
kebiasaan baru yakni secara tidak unsur pembentukan gaya hidup.
langsung mengakibatkan terjadinya Perubahan gaya hidup dikalangan remaja
peniruan terhadap gaya hidup dan budaya sebagai bentuk untuk mengekspresikan
wisatawan. kehidupan kalangan remaja di Desa Ped,
Kecamatan Nusa Penida.
Perubahan konsumsi di mana
meningkatnya penghasilan dan taraf Gaya hidup remaja sebelum
hidup juga menyebabkan terjadinya berkembangnya pariwisata di Desa Ped,
perubahan terhadap pola konsumsi Kecamatan Nusa Penida. Sebelum
remaja. Sebelum berkembangnnya pariwisata masuk ke Nusa Penida,
pariwisata, pendapatan orang tua remaja umumnya masyarakat bertumpu ke
di desa Ped belum seberapa, di mana pertanian dan peternakan. Setelah
hanya mengandalkan dari sektor pertanian berkembangnya pariwisata di Desa Ped
saja. Sehingga untuk pemenuhan menyebabkan masyarakat beralih profesi
kebutuhan sehari-hari seperlunya saja, di bidang akomodasi pariwisata sebagai
termasuk pemenuhan kebutuhan remaja matapencaharian pokok masyarakat,
tersebut. Namun setelah berkembangnya sehingga menimbulkan perubahan
pariwisata, remaja tersebut beralih ke perilaku baik dari sebelum perkembangan
industri pariwisata yang dapat membantu pariwisata yang dominan remajanya
perekonomian, remaja di desa Ped kini hanya melakukan perkumpulan di tempat
rata-rata mampu membeli kebutuhan yang masih sederhana tanpa pekerjaan
pasti dengan konsumsi benda-benda yang

36 | N L Padmi Sami Antari, N M Wiasti, I W Suwena Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

masih terbilang sederhana, dan sesudah Feist, Jess & Feist, Gregory J. 2017.
berkembangnya kehidupan pariwisata, Teori Kepribadian. Edisi 1. Jakarta:
selain perubahan perilaku remaja yang Salemba Humanika
sudah disibukkan dengan pekerjaan
akomodasi pariwisata sehingga Lury, Celia. 1998. Budaya Konsumen.
perkumpulan mereka pun sekarang di Yayasan Obor Indonesia. Jakarta:
Beach Bar, Restaurant, dan tempat Bumi Aksara
nongkrong yang lain. Perubahan tersebut
juga telah merubah remaja dalam Narwoko, DJ, Suyanto,B. 2004.
konsumsi benda-benda yang digunakan
dalamkehidupan sehari-hari. Sosiologi Teks Pengantar dan

Implikasi dari berkembangnya Terapan : Kencana Panjaitan, dkk.
pariwisata terhadap seni budaya
masyarakat dimana terjadinya perubahan 2014. Korelasi Kebudayaan Dan
gaya hidup baik dari segi ekonomi dan
sosial budaya, perubahan konsumsi Pendidikan: Membangun
remaja sehingga berpotensi membawa
pergeseran nilai-nilai budaya agama. Pendidikan Berbasis Budaya Lokal.
Perubahan gaya hidup dimana dengan
berkembangnya pariwisata sebagai Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
matapencaharian remaja untuk menopang
kehidupan sehari-hari sehingga Putra, M. A. 2018. Konsumerisme:
terjadinya perubahan konsumsi baik ‘Penjara’ Baru Hakikat Manusia.
kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan Jurnal Agama dan Masyarakat,
sebagai penunjang penampilan remaja 5(1), 74
dalam mengikuti trend perkembangan
yang sedang diminati. Dari perubahan Surahman, S. 2013. Dampak Globalisasi
tersebut juga menimbulkan dampak yang Media Terhadap Seni dan Budaya
dapat mensejahterakan masyarakat dalam Indonesia. Jurnal Ilmu Komunikasi
perekonomiannya, masyarakat sangat 2(1), 31
terbantu dengan adanya pariwisata
sehingga pemenuhan kebutuhan sehari- Soedjatmiko, Haryanto, 2008. Saya
hari terpenuhi, namun dengan adanya
pariwisata telah menimbulkan dampak Berbelanja, Maka Saya Ada:
yang buruk bagi generasi muda, di mana
remaja semakin tertarik dengan budaya Ketika Konsumsi dan Design
Barat, menggunakan barang-barang yang
terlarang sehingga merusak moral remaja Menjadi Gaya Hidup
di DesaPed, Kecamatan Nusa Penida.
Konsumerisme. Yogyakarta:

Jalasutra

Valentini, dkk, 2006. Identity
Achievement Dengan Intimacy Pada
Remaja SMA. Jurnal Provitae, 2(1),
6

REFERENSI

Ahmadi, Abu.2007. Psikologi Sosi al.
Jakarta: Rineka Cipta

Chaney, David. 2003. Life style : Sebuah

Pengantar Komprehensif.

Yogyakarta : Jalasutra

DOI: https://doi.org/10.24843/SP.2021.v5.i01.p05 p-ISSN: 2528-4517

Pengembangan Gerabah Sebagai Ekonomi Kreatif Berbasis
Budaya Masyarakat Compang Desa Golo Kempo

Klaudia Dewi Putri Jehana*, Aliffiati, I Nyoman Suarsana
Prodi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana
[[email protected]], [[email protected]], [[email protected]]

Denpasar Bali Indonesia
*Corresponding Author

Abstract
The village Golo Kempo has two village children namely Compang village and
Rambang village. Compang village is known as the only village pottery maker. The
ancestors of the Compang community also made pottery made by the ancestors to make
ends meet. In 2017 a group of 10 people was formed and worked on product
development. The result of multiple performance groups and so on in peripherals, are
not just the third type local made by ancestors. The study centers on learning the factors
that led to the development of Compang societies as a culturally based creative
economy and to learn the implications of its development for the people of the study
using qualitative research methods that ethnographic research models by observation
techniques, interviews and literature studies supporting the study are the interviews,
recording tools, camera and writing tools.

Keywords: creative economy, pottery, implications, development

Abstrak
Desa Golo Kempo memiliki dua anak kampung yaitu kampung Compang dan kampung
Rambang. Kampung Compang dikenal sebagai satu-satunya kampung penghasil
gerabah. Nenek moyang masyarakat Compang juga membuat gerabah. Gerabah yang
dibuat oleh nenek moyang hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tahun 2017 dibentuklah kelompok yang beranggotakan 10 orang dan melakukan
pengembangan produk. Hasil produksi kelompok perajin bermacam-macam dan juga
untuk diperjualbelikan, tidak hanya ketiga jenis produk lokal yang dulunya dibuat oleh
nenek moyang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan masyarakat Compang mengembangkan gerabah sebagai ekonomi kreatif
berbasis budaya dan untuk mengetahui implikasi pengembangannya bagi masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan model penelitian
etnografi melalui teknik observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Instrumen
pendukung penelitian adalah pedoman wawancara, alat perekam, kamera dan alat tulis.

Kata kunci: ekonomi kreatif, gerabah, implikasi, pengembangan

PENDAHULUAN karena itu, kesenian merupakan salah
Kesenian merupakan bagian dari satu unsur kebudayaan yang universal
dan dapat ditemukan pada semua
budaya dan merupakan sarana yang kebudayaan di dunia baik dalam
digunakan untuk mengekspresikan rasa masyarakat pedesaan yang terpencil
keindahan dari dalam jiwa manusia. Oleh

Sunari Penjor: Journal of Anthropology | 37
Prodi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Unud

38 | Klaudia Dewi Putri Jehana, Aliffiati, I N Suarsana Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

maupun dalam masyarakat perkotaan Perkembangan gerabah di Indonesia
yang besar dan kompleks. Seni kriya
merupakan karya seni yang dihasilkan tersebar di beberapa wilayah, termasuk di
dengan memanfaatkan keterampilan
tangan manusia dimana karya tersebut wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT),
memperhatikan nilai estetika atau
keindahan dan juga aspek fungsional. salah satunya terdapat di Kampung

Gerabah merupakan salah satu dari Compang Desa Golo Kempo Kecamatan
seni kriya yang sudah lama dikenal oleh
masyarakat nusantara dan digunakan Sano Nggoang Kabupaten Manggarai
dalam kehidupan sehari-hari (Sholichah
& Ratyaningrum, 2015). Awalnya Barat Nusa Tenggara Timur. Kampung
gerabah dibuat untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan peralatan rumah Compang dikenal sebagai kampung
tangga khususnya alat-alat memasak dan
wadah penyimpan makanan. Seiring penghasil gerabah. Kampung Compang
perkembangan zaman kerajinan gerabah
berkembang menjadi bentuk yang lebih Desa Golo Kempo merupakan satu-
indah sebagai penunjang dalam
kehidupan. Di samping itu, produk yang satunya kampung penghasil gerabah di
dihasilkan terus mengalami perbaikan
bentuk dengan desain baru berdasarkan kabupaten Manggarai Barat, sehingga
pengalaman batin perajin. Berbagai
kerajinan gerabah di Indonesia cukup kerajinan gerabah di kampung Compang
maju, hal ini ditandai dengan adanya
keragaman bentuk, fungsi, tema dan terkenal di seluruh wilayah manggarai
ragam hias (Khoirinnisa & Lodra, 2011).
dan masih bertahan hingga sampai
Gerabah merupakan perkakas yang
terbuat dari tanah liat yang kemudian sekarang (Ulfah, 2020:188).
dibakar untuk dijadikan alat-alat yang
berguna untuk membantu kehidupan Gerabah merupakan kerajinan rakyat
manusia yang biasanya berbentuk wadah
(Alfazri et al., 2016). Dalam memenuhi atau kerajinan masyarakat karena dibuat
kebutuhannya, maka gerabah ini dibuat
dalam berbagai macam. Adapun macam- oleh rakyat atau masyarakat itu sendiri
macam gerabah adalah seperti celengan,
kendi, perkakas rumah tangga, dan lain dan bukan buatan mesin. Gerabah sudah
sebagainya. Gerabah sebagai salah satu
benda hasil kebudayaan manusia lama dikenal oleh masyarakat Compang
merupakan unsur yang paling penting
dalam usaha untuk menggambarkan Desa Golo Kempo. Dahulu semua
aspek-aspek kehidupan manusia. Untuk
menghasilkan suatu karya yang masyarakat Compang Desa Golo Kempo
berkualitas tentunya membutuhkan bahan
yang berkualitas pula. Seperti halnya membuat gerabah. Dahulu yang membuat
karya kerajinan gerabah yang
membutuhkan tanah liat yang berkualitas. gerabah adalah kaum perempuan.

Gerabah dibuat hanya untuk memenuhi

kebutuhan mereka pada saat itu berupa

peralatan memasak seperti periuk, kuali

dan kendi dan tidak untuk

diperjualbelikan.

Seiring berjalannya waktu

masyarakat Compang tidak lagi membuat

gerabah. Masyarakat hanya berfokus

pada satu pekerjaan yaitu bekerja sebagai

petani. Membuat gerabah hanyalah orang

tua yang berusia 50 tahun ke atas. Para

orang tua yang berusia 50 tahun ke atas

tidak lagi membuat gerabah karena faktor

usia yang sudah tidak memungkinkan

lagi untuk bekerja. Pada tahun 2017

masyarakat Compang merevitalisasi

pembuatan gerabah dengan tujuan agar

warisan budaya nenek moyang tidak

menghilang dan melakukan

pengembangan dengan membentuk

kelompok yang dapat menghasilkan

produk-produk yang bermacam-macam,

yang tidak hanya produk-produk yang

Pengembangan Gerabah Sebagai Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya Masyarakat Compang …| 39

dahulunya dibuat oleh nenek moyang yang terdapat di Desa Golo Kempo.
Penelitian ini menggunakan metode
melainkan produk-produk baru sesuai observasi-partisipasi dimana peneliti
melibatkan diri secara langsung atau
dengan permintaan konsumen karena berpartisipasi aktif dalam membuat
gerabah sehingga seluruh rangkaian
selain digunakan untuk kebutuhan sehari- kegiatan proses pembuatan gerabah dapat
diamati. Selain itu wawancara yang
hari gerabah yang dibuat oleh kelompok dilakukan oleh peneliti adalah wawancara
mendalam. Dalam hal ini metode
perajin juga untuk diperjualbelikan. wawancara mendalam yang dilakukan
dengan adanya pedoman wawancara atau
Istilah gerabah disebut juga kerajinan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya kepada perajin.
tradisional yang dibiasanya dibuat oleh
Dalam penelitian ini penulis
masyarakat desa karena sejarah menggunakan data primer yaitu data
yang diperoleh secara langsung dari para
perkembangan dari nenek moyang narasumber berupa informan penelitian
yang terpilih seperti perajin gerabah,
mereka, kerajinan ini sudah ditekuni oleh kepala adat, dan kepala desa (Egayanti et
al., 2017). Sedangkan data sekunder
masyarakat secara turun-temurun diperoleh oleh penulis secara tidak
langsung dengan menggunakan buku,
(Khoiriyah & Sabardila, 2020). Gerabah jurnal dan juga naskah yang berkaitan
dengan obyek penelitian.
di Compang Desa Golo Kempo memiliki
Metode analisis data yang digunakan
kekhasan tersendiri yaitu masih dalam penelitian ini adalah analisis data
oleh Miles dan Hubermas. Penelitian ini
mempertahankan kekhasan manggarai menggunakan teori need achievement
dari David C. McClelland dan teori
dari segi bentuk lokal mengingat nenek perubahan dari Karl Max yang dianggap
relevan dalam penelitian ini.
moyang pada zaman dahulu membuat

gerabah untuk kebutuhan sehari-hari

seperti periuk, kendi dan kuali. Pada

masa lampau gerabah hanya digunakan

untuk kebutuhan sehari-hari sebagai

wadah untuk memasak dan juga wadah

sebagai tempat penyimpan kebutuhan

pada saat itu, namun seiring berjalannya

waktu gerabah bertambah fungsi menjadi

salah satu penunjang untuk memenuhi

perekonomian masyarakat. Proses

pembuatan gerabah pada masyarakat

Compang Desa Golo Kempo masih

menggunakan cara tradisional yaitu

secara manual tanpa menggunakan

mesin. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengembangan Gerabah Sebagai
Berdasarkan uraian di atas peneliti Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya

dapat merumuskan beberapa

permasalahan diantaranya: (1) Mengapa

masyarakat Compang Desa Golo Kempo a. Gerabah Sebagai Kerajinan

mengembangkan gerabah sebagai Masyarakat

ekonomi kreatif berbasis budaya? (2) Gerabah merupakan kerajinan

Bagaimana implikasi pengembangan masyarakat karena dibuat oleh

gerabah sebagai ekonomi kreatif berbasis masyarakat itu sendiri dan bukan buatan

budaya?. mesin. Nenek moyang masyarakat

METODE Compang juga membuat gerabah. Jenis
Penelitian ini dilakukan di Compang
gerabah yang dihasilkan oleh nenek
Desa Golo Kempo Kecamatan Sano
Nggoang Kabupaten Manggarai Barat. moyang hanya terdiri dari 3 jenis saja
Compang merupakan sebuah kampung
seperti periuk, kuali dan kendi.

Masyarakat zaman dahulu atau nenek

40 | Klaudia Dewi Putri Jehana, Aliffiati, I N Suarsana Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

moyang semuanya membuat gerabah dan gerabah, proses slip yang bertujuan untuk

yang membuat gerabah adalah kaum menghaluskan dan meratakan pori-pori

perempuan. Gerabah telah menjadi permukaan bagian luar gerabah, proses

bagian hidup masyarakat sejak zaman persiapan pembakaran dengan

dahulu, sehingga gerabah dapat dikatakan mempersiapkan kayu bakar, minyak

sebagai salah satu warisan budaya yang tanah sebagai bahan bakar, menyiapkan

perlu dijaga kelestariannya (Adiputra et jerami dan menyiapkan pewarna yaitu air

al., 2018). Seiring berjalannya waktu, rebusan kulit biji asam dan yang terakhir

masyarakat tidak lagi membuat gerabah adalah proses pembakaran. Gerabah yang

karena yang membuat gerabah adalah telah selesai dibakar kemudian diangkat

para orang tua yang berusia 50 tahun ke dari api dan langsung disemprotkan

atas. Para orang tua yang berusia 50 dengan pewarna yaitu air rebusan kuit

tahun ke atas tidak lagi membuat gerabah biji asam, dan dibiarkan sampai dingin

dikarenakan oleh faktor usia yang tidak kemudian siap untuk digunakan.

memungkinkan lagi untuk bekerja.

Masyarakat kemudian merevitalisasi b. Gerabah Sebagai Ekonomi Kreatif
Bagi masyarakat Compang gerabah
dengan membentuk kelompok dan
merupakan keterampilan yang diwariskan
melakukan pengembangan. Tahun 2017 secara turun-temurun. Pada awalnya
pembuatan gerabah hanya untuk
dibentuklah kelompok yang dinamakan kebutuhan rumah tangga khususnya
keperluan akan perabotan dapur sebagai
Kelompok Gerabah Tanah Liat Compang wadah, namun seiring waktu berkembang
gerabah sebagai salah satu penunjang
yang terdiri dari ketua, sekretaris, ekonomi keluarga, sehingga menjadi
ekonomi kreatif dari masyarakat
bendahara dan anggota. Compang. Meskipun pengembangan
gerabah sebagai ekonomi kreatif
Pembuatan gerabah masih dilakukan oleh beberapa warga yang
tergabung dalam satu kelompok perajin
menggunakan alat tradisional (Putra & yang diberi nama Kelompok Gerabah
Tanah Liat Compang. Seiring waktu
Arif, 2020). Ada alat putar yang terbuat berjalan, yang tergabung dalam
kelompok akan mengajak warga lain
dari kayu, alat penumbuk yang terbuat untuk ikut bergabung. Harga produk
gerabah bervariasi tergantung bentuk dan
dari kayu, barang rongsokan seperti ukurannya (Mudra & Sunarini, 2015).
Untuk produk gerabah seperti periuk
potongan sing yang sudah tidak yang berukuran kecil dijual dengan harga
Rp 20.000. Asbak polos atau tanpa motif
digunakan lagi, pecahan botol, botol kecil yang berukuran kecil dijual dengan harga
Rp 10.000 sedangkan untuk asbak
serta batu kali (Purwasih et al., 2019). bermotif yang berukuran kecil Rp
25.000. Gentong yang berukuran kecil
Proses pembuatan gerabah tersebut dijual dengan harga Rp 50.000. Adapun
alasan perajin mengembangkan gerabah
membutuhkan waktu yang lama sebagai ekonomi kreatif berbasis budaya
adalah untuk mempertahankan budaya
(Indriastuti, 2012:760). Pembuatan

gerabah terdiri dari 11 tahapan

pembuatan mulai dari tahap pengambilan

bahan baku yaitu pengambilan tanah liat

dan tanah cadas, pengeringan tanah liat

dan tanah cadas dengan tujuan untuk

menghilangkan kadar air dalam tanah,

penumbukkan tanah liat dan tanah cadas,

pengayakan tanah liat dan tanah cadas,

pencampuran tanah liat dan tanah cadas,

proses pembentukkan gerabah sesuai

bentuk yang diinginkan menggunakan

roda pemutar, proses pengeringan

gerabah yang sudah dibentuk, proses

penggarukan gerabah yang bertujuan

untuk meratakan permukaan bagian luar

Pengembangan Gerabah Sebagai Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya Masyarakat Compang …| 41

nenek moyang karena nenek moyang perajin. Dengan adanya lapangan
masyarakat Compang juga membuat pekerjaan berbasis kearifan lokal dapat
gerabah. Selain itu dengan mengurangi angka pengangguran
mengembangkan gerabah sebagai sehingga tingkat kemiskinan di pedesaan
ekonomi kreatif berbasis budaya dapat berkurang.
mensejahterakan ekonomi masyarakat
perajin. b. Implikasi Sosial
Implikasi dari pengembangan
c. Faktor Pendukung Dan Faktor
Penghambat Dalam Pengembangan gerabah dibidang sosial adalah mencintai
Faktor pendukung adalah faktor yang produk lokal dengan menggunakan
produk lokal dalam kehidupan sehari-hari
dibutuhkan dalam suatu proses yaitu benda-benda unik dan praktis
pengembangan adalah dukungan dari (Pratiwi, 2019:64), tetap terjaganya
Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan komunikasi yang baik antar perajin
juga dukungan dari Pemerintah desa, maupun antar perajin dengan sesama
ketersediaan bahan baku mudah warga, berkurangnya masalah-masalah
dijangkau karea terdapat diperoleh dari sosial karena masyarakat sudah sibuk
Kampung Compang sehingga mudah dengan pekerjannya masing-masing.
untuk diambil oleh para perajin (Haqqi et Selain itu dapat mengurangi urbanisasi
al., 2016) dan juga partisipasi perajin karena sudah ada lapangan pekerjaan di
untuk mengikuti pameran. Ada beberapa desa sehingga masyarakat tidak lagi ke
hambatan yang dialami oleh para perajin kota untuk mencari pekerjaan.
dalam pengembangan gerabah seperti:
penggunaan teknologi tradisional, c. Implikasi Budaya
ketersediaan bahan pewarna dan juga
pemasaran. Implikasi pengembangan gerabah di

Implikasi Pengembangan Gerabah bidang budaya adalah revitalisasi budaya.
Sebagai Ekonomi Kreatif Berbasis
Budaya Bagi Masyarakat Pengembangan gerabah yang dilakukan

a. Implikasi Ekonomi oleh kelompok perajin merupakan
Implikasi dari pengembangan
revitalisasi budaya nenek moyang dengan
gerabah yang dilakukan oleh kelompok
perajin terhadap bidang ekonomi yaitu tujuan agar tidak punah. Dengan
adanya peningkatan pendapatan keluarga
khususnya bagi para perajin. Dengan merevitalisasi budaya dapat memberi
keahlian yang dimiliki, para perajin
membuat gerabah untuk dijual sehingga keuntungan bagi para perajin karena
dapat meningkatkan pendapatan keluarga
perajin (Vibriyanti, 2015). Adanya dapat meningkatkan pendapatan.
kerajinan gerabah menampakan
kemajuan ekonomi karena dapat Merevitalisasi budaya dengan
meningkatkan pendapatan bagi keluarga
perajin. Semakin meningkatnya menggiatkan kembali pembuatan gerabah
pendapatan keluarga perajin maka
kesejahteraan keluarga pun tercapai. merupakan salah satu cara masyarakat
Terciptanya pekerjaan berbasis kearifan
lokal bagi masyarakat yaitu sebagai perajin untuk menjaga kelestarian budaya

dengan mempertahankan warisan budaya

nenek moyang yaitu kerajinan gerabah

(Sundari & Nainggolan, 2017).

d. Implikasi Religi
Implikasi pengembangan gerabah di

bidang religi adalah penggunaan gerabah
sebagai wadah penyimpanan air suci atau
air berkat yang diletakkan di kapela
tempat ibadah umat katolik Compang
Desa Golo Kempo. Air suci adalah air

42 | Klaudia Dewi Putri Jehana, Aliffiati, I N Suarsana Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

yang telah diberkati oleh seorang Imam selanjutnya diharapkan untuk mengkaji
atau Pastor yang digunakan untuk lebih banyak sumber atau referensi yang
pembaptisan, pentahbisan atau untuk terkait dengan gerabah.
pemberkatan orang, tempat atau benda.
Masyarakat Compang menggunakan REFERENSI
Gentong sebagai wadah penyimpan air
suci yang kemudian bisa diambil oleh Adiputra, Komang., Sudiarna, I. N., &
masyarakat untuk dibawa pulang ke Mudra, I Wayan. (2018). Inovasi
rumah masing-masing. Kerajinan Gerabah I Wayan
Kuturan Di Desa Pejaten
SIMPULAN Kecamatan Kediri Kabupaten
Gerabah merupakan kerajinan Tabanan Provinsi Bali. Jurnal Seni
Rupa dan Desain. 2(22).
masyarakat karena dibuat oleh
masyarakat itu sendiri dan bukan buatan Alfazri., Selian, R. S., & Zuriana, Cut.
mesin. Adapun alasan perajin
mengembangkan gerabah sebagai (2016). Kerajinan Gerabah Di Desa
ekonomi kreatif berbasis budaya adalah
untuk mempertahankan budaya nenek Ateuk Jawo Kecamatan
moyang ksarena nenek moyang
masyarakat Compang juga membuat Baiturrahman Kota Banda Aceh.
gerabah. Selain itu dengan
mengembangkan gerabah sebagai Jurnal Ilmiah Mahasiswa
ekonomi kreatif berbasis budaya dapat
mensejahterakan ekonomi masyarakat Pendidikan Seni Drama, Tari dan
perajin.
Musik. 3(1).
Implikasi pengembangan gerabah
sebagai ekonomi kreatif berbasis budaya Egayanti, Aris., Sukidin., & Ani, H. M.
bagi masyarakat. Dari segi ekonomi, (2017). Perilaku Kewirausahaan
dapat meningkatkan pendapatan keluarga Pengrajin Gerabah Di Kecamatan
perajin, terciptanya lapangan kerja Besuk Kabupaten Probolinggo.
berbasis kearifan lokal, mengurangi Jurnal Pendidikan Ekonomi. 2(11).
angka pengangguran sehingga tingkat
kemiskinan di pedesaan berkurang. Dari Haqqi, Hibatul., Baiquni, M., &
segi sosial, masyarakat mencintai produk Purwohandoyo, Joni. (2016).
lokal sehingga dalam keseharian Strategi Penghidupan Pengrajin
masyarakat juga menggunakan produk Gerabah Di Dusun Klipoh Desa
gerabah, tetap terjaganya komunikasi Wisata Karanganyar Kecamatan
yang baik antar perajin maupun perajin Borobudur Kabupaten Magelang.
dengan sesama warga, mengurangi Jurnal Bumi Indonesia. 4(5).
masalah-masalah sosial dan urbanisasi.
Dari segi budaya, revitalisasi budaya Indriastuti, Miftah. (2012). Analisis
untuk mempertahankan warisan budaya
nenek moyang, sedangkan dari segi religi Faktor Risiko Gangguan
yaitu penggunaan produk lokal seperti
gentong untuk menyimpan air suci. Muskuloskeletal Dengan Metode

Dari simpulan di atas dapat diberikan Quick Exposure Checklist (QEC)
rekomendasi bagi para peneliti lainnya
untuk penelitian berikutnya. Peneliti Pada Perajin Gerabah Di Kasongan

Yogyakarta. Jurnal Kesehatan

Masyarakat. 2(1).

Khoiriyah, Ni’matul., & Sabardila, Atiqa.
(2020). Strategi Keberadaan Di Era
Modern Dalam Meningkatkan Nilai
Jual Industri Kerajinan Gerabah Di

Pengembangan Gerabah Sebagai Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya Masyarakat Compang …| 43

Desa Karungan. Jurnal Pendidikan Vibriyanti, Deshinta. (2015). Peran
Ekonomi dan Kewirausahaan. 1(3).
Kaum Perempuan Dalam Industri
Khoirinnisa, Nurliza., & Lodra, I. N.
(2015). Keramik Gerabah Karya Kerajinan Gerabah Di Desa
Ponimin Tahun 2011. Jurnal
Pendidikan Seni Rupa. 3(3). Banyumulek Lombok Barat Nusa

Mudra, I Wayan., & Sunarini, N. M. R. Tenggara Barat. Jurnal
(2015). Fenomena Reproduksi
Kerajinan Gerabah Serang Banten Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya.
Di Bali. Jurnal Segara Widya. 1(3).
2(17).
Putra, H. A. S., & Arif, Muchlis. (2020).
Gerabah Di Kelurahan Karang
Tuban Tergerus Oleh Budaya
Global. Jurnal Seni Rupa. 3(8).

Purwasih, J. H. G., Wijaya, Mahendra.,
& Kartono, D. T. (2019). Strategi
Bertahan Hidup Perajin Gerabah
Tradisional. Jurnal Antropologi:
Isu-Isu Sosial Budaya. 2(21).

Pratiwi, Rahayu. (2019). Sentra
Kerajinan Gerabah Di Malang.
Jurnal Seni Rupa Warna. 1(7).

Sholichah, Arma’atus., & Ratyaningrum,
Fera. (2015). Pengembangan
Desain Gerabah Di Desa Ngadirejo
Kecamatan Rengel Kabupaten
Tuban. Jurnal Pendidikan Seni
Rupa. 3(3).

Sundari, Jenie., & Nainggolan, E. R.
(2017). E-Marketplace Desa
Gerabah Untuk Pengrajin Di Desa
Bumi Jaya Serang Banten. Jurnal
Industrial Servicess. 1(3).

Ulfah, Maria. (2020). Indentifikasi Dan
Pengelolaan Risiko Rantai Pasok
Sentra Produksi Kerajinan Gerabah
Desa Bumijaya Dengan Metode
House Of Risk. Jurnal Industrial
Servicess. 2(5).

DOI: https://doi.org/10.24843/SP.2021.v5.i01.p06 p-ISSN: 2528-4517

Partisipasi dalam Sharing Economy Melalui Pendekatan
Komunikasi

Luhtfiana Prima*, A. A. Ngurah Anom Kumbara, I Wayan Suwena
Program Studi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Unud

[[email protected]], [[email protected]],
[[email protected]]
Denpasar, Bali, Indonesia
*Corresponding Author

Abstract
In the mid 20th century, tourism has been reached by technology, especially with the internet
network. One of the changes that is the result of technology evolution is the developing model of
production and consumption of goods and services, called the sharing economy. One of the
successful example of sharing economy technology that is currently popular with tourists is
Airbnb. The specific objective of this research is to understand and describe thoroughly the
sharing economy and its implications for cross-cultural communication of hosts and guests in in
North Kuta District. Rhenald Kasali, Professor of FE UI said that "Sharing the economy is an
attitude of participation in economic activities that creates value, independence and
prosperity". Deddy Maulana (in Darmastuti, 2013: 3) states that in a matter of communication,
harmony is the meaning of conversation. According to E.B Taylor, what is called culture is a
form of method used to survive that is owned by certain individuals / groups and then passed on
from generation to generation. The research method used in this research is a qualitative
research. The role of the host in giving an impression of local life is very important in order to
create a good impression on the eyes of guests. Interact and communicate with locals who help
these guests at being able to see things from different point of view. With the role of the host in
introducing local life to the guests, it will lead to an understanding in which generally everyone
has different views about the world and culture in each community. When hosts and guests
communicate, the other party hears different opinions, this, then, builds mutual respect, respect
and compromise. For foreign guests, the cross-cultural communication created Broadens
insight and understanding of political, religion and social status issues that affect the lives of
local residents.

Keywords: Airbnb, Cross Culture, North Kuta District, Sharing Economy.

Abstrak
Pertengahan abad ke 20, pariwisata sudah mulai tersentuh oleh teknologi antara lain jaringan
internet. Salah satu perubahan yang ada akibat dari majunya teknologi yaitu dengan
berkembangnya sebuah model produksi dan konsumsi dari barang dan jasa atau yang disebut
sharing economy. Salah satu kemajuan teknologi sharing economy yang saat ini populer di
kalangan turis adalah Airbnb. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bentuk-bentuk partisipasi tuan rumah dalam komunikasi lintas budaya di Kecamatan Kuta Utara
dan untuk mengetahui implikasi sharing economy terhadap tuan rumah dan tamu asing yang ada
di Kecamatan Kuta Utara. Rhenald Kasali, mengungkapkan bahwa “Sharing economy adalah
sikap partisipasi dalam kegiatan ekonomi yang menciptakan value, kemandirian dan
kesejahteraan”. Deddy Maulana (dalam Darmastuti, 2013:3) menyebutkan bahwa komunikasi
merupakan sebuah kesamaan makna dalam suatu percakapan yang mana percakapan bisa
dikatakan komunikasi apabila adanya suatu keselarasan makna dalam percakapan tersebut.
Menurut E.B Taylor yang disebut dengan budaya merupakan bentuk dari metode yang
digunakan untuk bertahan hidup yang dimiliki oleh individu/ kelompok tertentu kemudian

Sunari Penjor: Journal of Anthropology | 44
Prodi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Unud

Partisipasi dalam Sharing Economy Melalui Pendekatan Komunikasi | 45

diteruskan/ diturunkan dari generasi ke generasi. Metode penelitian yang penulis gunakan pada
penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi dan wawancara daring. Saat tuan rumah dan tamu asing berkomunikasi dan
berinteraksi, kedua belah pihak mendengar pendapat yang berbeda, hal ini kemudian akan dapat
membangun rasa saling menghormati, toleransi dan kompromi. Bagi tamu asing, komunikasi
lintas budaya yang tercipta memperluas wawasan dan pemahaman mengenai masalah politik,
agama, dan status sosial yang memengaruhi kehidupan penduduk setempat.

Kata kunci: Airbnb, Kecamatan Kuta Utara, Lintas Budaya, Sharing Economy

PENDAHULUAN namun disertai dengan dampak negatif. Salah
Pesatnya minat berkunjung wisatawan satu perubahan yang ada akibat dari majunya

domestik dan mancangera yang datang ke teknologi yaitu dengan berkembangnya
pulau Bali menyebabkan meningkatnya sebuah model produksi dan konsumsi dari
peluang bagi investor di Bidang akomodasi barang dan jasa atau yang disebut sharing
liburan seperti hotel-hotel, resor dan economy (Belk, 2014). Contoh sharing
akomodasi liburan lainnya. Dampak yang economy yang berkembang luas di kalangan
mulai dirasakan akibat meningkatnya masyarakat antara lain Uber, Gojek, Grab
wisatawan dalam kunjungannya ke Bali dan Airbnb. Situs-situs dan aplikasi ini telah
dapat dilihat dari banyaknya Villa yang terbukti dapat meringankan pekerjaan dan
diperuntukkan bagi wisatawan maupun aktifitas individu atau kelompok dalam
pribadi tersebar di lokasi strategis di mana memenuhi kebutuhan sehari-hari. Situs-situs
pusat pariwisata berpusat. Khususnya ini menjadi bukti bahwa sharing economy
Kecamatan Kuta Utara yang kini telah antar individu ini merupakan suatu dampak
menjadi lokasi favorit pilihan wisatawan positif dari kemajuan teknologi untuk
mendapatkan barang dan jasa seperti
untuk menghabiskan liburan mereka. Sampai tumpangan, makanan dan penginapan.
saat ini di tahun 2020 tercatat terdapat 3.912 Teknologi ini mencakup dua aspek penting,
Villa tersebar di seluruh penjuru Pulau Bali. teknologi diciptakan untuk memudahkan
manusia untuk melakukan kegiatan atau
Penelitian yang dilakukan oleh hanya mencari informasi, di satu sisi
Bleustein, dkk. (2014), menyebutkan bahwa perkembangan teknologi ini telah
sekitar 23% saat ini manusia lebih menyukai memudahkan sistem pariwisata bagi
traveling yang bukan sekedar mencari wisatawan dalam mencari informasi tentang
kesenangan. Namun juga dapat menambah tempat yang dituju, disisi lain teknologi
wawasan dan pengetahuan, baik itu internet melemahkan sisi fungsi lembaga
pengetahuan sosial, pengetahuan budaya dan pariwisata yang dapat dikatakan sebagai
pengetahuan pengembangan diri. Bepergian industri wisata terbesar dalam beberapa
dari negara satu ke negara lain diketahui dekade (Bhaskara, 2018). Salah satu
dapat membuat individu lebih memahami kemajuan teknologi sharing economy yang
saat ini populer di kalangan turis adalah
dan toleran terhadap budaya baru yang Airbnb.
berbeda dari budaya yang dimiliki individu
(Kinanti, 2016). Menurut Meleo (2016) Airbnb merupakan suatu situs sistem
menyebutkan bahwa “The world is a book, online yang membolehkan pemilik properti
and those who do not travel read only one menyewakan unit properti mereka kepada
page.” yang berarti "Dunia adalah sebuah turis asing dalam jangka waktu yang singkat
buku, dan mereka yang tidak melakukan sebagai pengganti akomodasi seperti hotel.
perjalanan hanya mereka yang membaca satu Airbnb tidak memiliki properti milik sendiri
halaman". Dengan demikian dengan dan tidak juga mengakomodasi tamu
melakukan perjalanan dapat menumbuhkan melainkan sebagai broker. Broker adalah
perspektif yang berbeda dan unik. seorang atau sebuah perusahaan yang

Pertengahan abad ke 20 ini, pariwisata menjembatani transaksi antara penjual dan
sudah mulai tersentuh oleh teknologi antara pembeli yang kemudian mendapatkan komisi
lain jaringan internet. Kemajuan teknologi ini
tidak semuanya mengandung hal positif,

46 | Luhtfiana Prima, AAN Anom Kumbara, I W Suwena Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

jika kedua belah pihak setuju. Dengan kata semaksimal mungkin memverifikasi setiap
lain Airbnb adalah pihak ketiga yang penggunanya, namun situs ini hanya bisa
mengakomodasi tuan rumah dengan tamu. membantu memberikan kompensasi untuk
setiap kerusakan yang terjadi dan
Konsep Airbnb ini merupakan suatu menonaktifkan pengguna yang melanggar
kegiatan sharing economy di mana kegiatan syarat dan ketentuan Airbnb.
ini merupakan suatu cara yang baru bagi
individu atau kelompok yang ingin Pulau Dewata Bali sendiri yang
bertransaksi, mencari pengalaman dan untuk merupakan sebuah pulau eksotis dan didiami
mendapatkan penghasilan. Menurut Hennig oleh pemegang kepercayaan Hindu yang
(2004) berpendapat bahwa pasar digital ini berada di Indonesia. Bali merupakan sebuah
terdiri dari para individu selaku konsumen pulau yang mampu menarik perhatian
(pihak pertama) yang bertransaksi dan wisatawan bukan hanya domestik, tapi juga
terhubung dengan individu lain selaku turis asing (mancanegara) untuk berkunjung
penjual (pihak kedua), di mana penyedia dan Bali juga mendapat gelar pulau terbaik di
situs (platform) sebagai tempat transaksi dunia tahun 2017 menurut TripAdvisor.
dikendalikan oleh pihak ketiga. Salah satu pulau di Indonesia yang masih
menjaga kelestarian budaya, tradisi dan
Keberhasilan Airbnb mencapai kepercayaannya. Tak heran banyaknya
kesuksesan, dengan harga yang relatif lebih wisatawan yang berkunjung ke pulau dewata
murah, tamu yang menginap tentunya dapat ini selalu terjadi peningkatan di setiap
menikmati pengalaman hidup sebagai tahunnya. Selain indahnya pantai-pantai
penduduk asli setempat dengan menjalani eksotis, Pengunjung juga dapat menjumpai
kehidupan dan keseharian penduduk banyak Pura tempat sembahyang umat Hindu
setempat dengan menginap di kediaman yang megah, air terjun, sawah terasiring,
penduduk lokal itu sendiri (Artana, 2014). pertunjukan seni Bali dan masih banyak lagi.
Dengan menginap di akomodasi Airbnb ini,
Tidak hanya objek wisatanya yang membuat
terdapat banyak hal-hal positif yang bisa Bali banyak diminati para wisatawan, namun
didapat oleh tuan rumah maupun tamu yang kehidupan penduduk lokalnya.
menginap, di mana tuan rumah dengan tamu
dapat bertukar budaya atau yang disebut Salah satu daerah di Bali yang paling
dengan lintas budaya. Tuan rumah pada digemari wisatawan asing yaitu Kecamatan
Airbnb biasanya memperkenalkan budaya Kuta Utara. Daerah Kecamatan Kuta Utara
kota tempat tinggalnya kepada tamu, tentang ini tidak sepadat daerah Kuta Selatan dan hal
bagaimana masyarakat lokal memenuhi ini yang membuat Kecamatan Kuta Utara
hidupnya, makanan yang disukai masyarakat, berbeda dari daerah turistik Bali lainnya. Di
dan lain-lain yang tidak bisa didapatkan Kecamatan Kuta Utara Bali dapat ditemukan
apabila turis asing tinggal di hotel. Turis kediaman masyarakat Bali asli yang masih
asing pun juga memiliki budaya tersendiri belum tercampur dengan budaya barat seperti
dari tempat ia berada sehingga terjadi Kuta Selatan, sehingga wisatawan lebih
pertukaran budaya antara tuan rumah dengan memilih tinggal di Kecamatan Kuta Utara
turis asing (Vebrynda, 2012). untuk tinggal di sekitar masyarakat lokal Bali
dan belum tersentuh oleh rombongan turis
Namun perjalanan dan pengalaman lokal maupun turis mancanegara.
Airbnb tidak semuanya sempurna dan baik-
baik saja, terdapat beberapa hal-hal yang Akomodasi di Kecamatan Kuta Utara
tidak diinginkan dapat terjadi. Karena konsep terdapat tiga Villa mewah bernama Villa
Airbnb ini membuka pintu rumah pribadi Negro, Villa Lindo dan Villa Blanko. Villa
terhadap tamu asing, banyak sekali hal yang ini dikelilingi oleh masyarakat lokal Bali,
tidak menyenangkan terjadi antara tuan persawahan dan rumah makan lokal. Ketiga
rumah dan tamu. Walaupun Airbnb selalu Villa ini merupakan Villa yang selalu
sigap 24 jam untuk keamanan pengguna, dipesan oleh wisatawan lokal maupun
tetap saja Airbnb tidak sepenuhnya dapat mancanegara. Villa ini terletak di jantung
menghentikan tindak kriminal oleh Kerobokan. Di desain oleh arsitektur Bali
penggunanya. Airbnb telah berusaha yang profesional yang menggabungkan

Partisipasi dalam Sharing Economy Melalui Pendekatan Komunikasi | 47

konsep modern dengan sentuhan Bali, yaitu lima tingkatan dalam bentuk piramida yaitu
dengan ruang tamu terbuka, sebuah fisiologis, keamanan, cinta dan kasih sayang,
Pelangkiran (tempat pemujaan agama reward, dan aktualisasi diri (Purba 2015).
Hindu), 2-3 kamar tidur, teras kolam renang Motivasi yang paling dasar yaitu semua
yang besar dan fasilitas lainnya yang dapat kebutuhan manusia seperti perasaan sakit,
membuat tamu merasakan sensasi tinggal di rasa kelaparan, rasa kehausan, dan lain-lain.
Bali dengan sentuhan modern. Motivasi keamanan yaitu manusia
membutuhkan perasaan aman dan terlindungi
METODE yaitu merasa aman, nyaman dan terlindungi
Metode penelitian yang penulis gunakan dan jauh dari nara bahaya.

pada penelitian ini merupakan penelitian Sharing Economy
kualitatif. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara observasi dan wawancara Menurut Wikipedia, Sharing economy
daring.
ibarat sebuah payung yang menaungi
KERANGKA TEORI
aktivitas ekonomi melalui transaksi online.
Komunikasi Lintas Budaya
Nadia et. al (2013) bahwa budaya Komunitas usaha bersama ini tumbuh

mempengaruhi komunikasi, dan sebaliknya. berdasarkan hubungan orang ke orang dalam
Sejalan dengan uraian tersebut, Kertamuda &
Haris (2009), menyebutkan bahwa kemudahan mendapatkan layanan usaha
Interculture atau biasa disebut komunikasi
antar kebudayaan merupakan suatu istilah barang atau jasa melalui layanan online.
yang sering digunakan untuk menyebut
komunikasi lintas kebudayaan tanpa dibatasi Sharing economy merupakan gabungan dari
oleh letak geografis, ras dan etnik. Maka dari
itu, komunikasi antar kebudayaan sering berbagai aspek kehidupan yang dibangun
diartikan sebagai analisa rasio atau
perbandingan yang mengutamakan relativitas menggunakan prinsip sosial-ekonomi.
kegiatan suatu kebudayaan. Komunikasi
lintas budaya menurut Matsumoto Aspek-aspek tersebut yaitu SDM (Sumber
(1996:357) menegaskan bahwa idealnya
komunikasi lintas budaya mengarah pada Daya Manusia), fisiologi hingga kemampuan
pertukaran informasi antara orang-orang
yang memiliki latar belakang budaya yang berfikir (intelektual). Dalam Sharing
berbeda.
Motivasi economy berbagai hal dibagi menjadi

Manusia merupakan makhluk yang kelompok tertentu mulai dari produsen,
memiliki kebutuhan dan bertahan hidup guna
mencukupi kebutuhannya tersebut. Dalam distributor, penjualan dan pembelian, jasa
mencukupi kebutuhannya tersebut terdapat
suatu dorongan agar menjadi lebih baik di dan produk, dan kreatifitas. Dimana pada
hari berikutnya atau sering disebut motivasi
(Parasuraman et al., 1988). Hierarki masing-masing aspek tersebut dikerjakan
Kebutuhan merupakan sebuah teori motivasi
yang sangat terkenal, di dalamnya oleh individu/ kelompok berbeda (Benita
terkandung teori bahwa sebenarnya semua
manusia memiliki kebutuhan pokok, dimana Matofska dari The People Who Share,
teori ini diungkapkan oleh Maslow (1984);
(Purba: 2015). Dalam teorinya, Moslow sharing economy). Hasil wawancara
menunjukkan teori kebutuhan terdiri dari
CNNIndonesia.Com terhadap Bapak Rhenald

Kasali. Beliau merupakan pendiri Rumah

Perubahan sekaligus merupakan Guru Besar

FE UI, beliau menjelaskan bahwa sharing

economy juga termasuk dalam ranah

ekonomi, dikarenakan manusia selalu ingin

mencukupi kebutuhannya. "Sharing economy

adalah sikap partisipasi dalam kegiatan

ekonomi yang menciptakan value,

kemandirian, dan kesejahteraan," penjelasan

beliau ketika ditemui oleh

CNNIndonesia.com

HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini merupakan bagian dimana

penulis membahas mengenai hubungan
keterlibatan adanya fenomena sharing

economy yang ada di Kecamatan Kuta Utara.
Hubungan keterlibatan dari sharing economy

ini terjadi karena adanya dorongan atau

48 | Luhtfiana Prima, AAN Anom Kumbara, I W Suwena Sunari Penjor (Vol. 5. No. 1. Maret 2021)

motivasi dari pihak terlibat dalam melakukan bahwa hampir setengah dari tamu asing
kegiatan sharing economy. Pada awal interaksi sosial adalah motivasi utama
pembahasan, sebelum membahas dampaknya hosting oleh tuan rumah. Lebih tepatnya,
kepada pihak-pihak yang terlibat, penulis tuan rumah ini bersosialisasi dengan tamu
mendapati beberapa dorongan atau motivasi mereka, makan bersama, mengatur
tuan rumah dalam kegiatan sharing economy kunjungan, dan bahkan berteman dengan
di Kecamatan Kuta Utara mereka.

Motivasi Tuan Rumah Dalam Kegiatan Implikasi Sharing Economy Terhadap
Sharing Economy Di Kecamatan Kuta Tamu Asing di Kecamatan Kuta Utara
Utara
Selain wawancara daring sebagai
Hirarki Kebutuhan Maslow Abraham metode penelitian yang digunakan untuk
Maslow meyakini bahwa pada dasarnya mengetahui implikasi dari sharing economy
manusia itu baik dan menunjukkan bahwa terhadap tamu asing, ulasan yang ditulis oleh
individu memiliki dorongan yang tumbuh tamu asing yang menginap juga dapat
secara terus menerus yang memiliki potensi memberikan pembahasan yang dapat
besar. Sistem hirarki kebutuhan, menjawab pertanyaan mengenai implikasi
dikembangkan oleh Maslow, merupakan pola sharing economy terhadap tamu asing secara
yang biasa digunakan untuk menggolongkan akurat. Ulasan yang diobservasi merupakan
motif manusia. ulasan yang ditulis tamu asing mulai tahun
2019 hingga ulasan terbaru yaitu ditahun
Gambar 1. Piramida Teori Motivasi Maslow 2020.
Sumber : google.com
Berdasarkan gambar piramida di atas, sistem Peran tuan rumah sering kali menjadi
hirarki kebutuhan meliputi lima kategori faktor wisatawan memilih Airbnb sebagai
motif yang disusun dari kebutuhan yang akomodasi alternatif. Prinsip sharing
paling rendah yang harus dipenuhi terlebih economy pada Airbnb memungkinkan tamu
dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang asing merasakan kehangatan dari
lebih tinggi (Wallace et al., 2007: 277). keramahtamahan tuan rumah masyarakat
lokal di Kecamatan Kuta Utara. Dengan
Implikasi Sharing Economy Terhadap adanya interaksi langsung oleh tamu dengan
Tuan Rumah di Kecamatan Kuta Utara tuan rumah menjadikan liburan dengan
sensasi kehidupan orang lokal.
Implikasi kegiatan sharing economy di
Kecamatan Kuta Utara terhadap tuan rumah Penelitian oleh Hutabarat (2020)
ini diketahui menyebabkan munculnya ikatan menemukan bahwa beberapa tamu cukup
sosial baru: bertemu orang, berteman dan hanya dengan sambutan yang sederhana dari
mengenal satu sama lain, serta peningkatan tuan rumah. Namun juga ada tamu yang
percampuran sosial, karena latar belakang memiliki ekspetasi yang tinggi mengenai
sosio-demografis yang berpotensi berbeda pelayanan dari tuan rumah. 66% responden
dari tamu dan tuan rumah. Selanjutnya, pada Booking.com menginginkan sensasi
dalam kegiatan sharing economy, Airbnb seperti di rumah sendiri. Kemudian 62%
dianggap sebagai yang paling sukses dalam responden merasa informasi dari tuan rumah
menciptakan ikatan sosial baru. Implikasi selaku „orang dalam‟ dalam memberikan
pada penelitian tentang tuan rumah Airbnb informasi sebagai penduduk lokal daerah asal
oleh Schor pada tahun 2015 menemukan sekitar. Di sini turis mengandalkan tuan
rumah untuk menghindari mafia turis yang
biasanya menjebak dengan menetapkan tarif
yang sangat tinggi.

Karena adanya proses interaksi antara
tuan rumah dengan tamu asing, sering kali
hubungan antara tuan rumah dengan tamu
asing berujung dengan pertemanan sehingga
pada titik ini, interaksi tamu dengan tuan


Click to View FlipBook Version