The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by sumiatiwahyudi58, 2022-08-31 21:30:46

SUMIATI BAHAN AJAR (MATERI 2)

SUMIATI BAHAN AJAR (MATERI 2)

ASAL USUL NENEK
MOYANG DAN JALUR
REMPAH

By : SUMIATI

ASAL USUL NENEK MOYANG DAN JALUR REMPAH
TEORI KEDATANGAN DAN HASL BUDAYA
Penulis :
Sumiati
190210302031
Editing & Tata Letak :
Canva.com
Microsoft Word 2010

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2
PETA KONSEP................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ............................................................................................... 4

A. Identitas Modul ......................................................................................... 4
B. Capaian Pembelajaran ............................................................................... 4
C. Deskripsi Singkat Materi.............................................................................. 4
D. Petunjuk Penggunaan Modul ..................................................................... 5
E. Materi Pembelajaran ................................................................................. 6
KEGIATAN BELAJAR....................................................................................... 6
A. Tujuan Pembelajaran................................................................................. 6
B. Uraian Materi............................................................................................ 7
C. Rangkuman ............................................................................................. 55
D. Latihan Soal ............................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 57

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 2

PETA KONSEP

Asal Usul Nenek
Moyang dan Jalur

Rempah

Asal Usul Nenek Jalur Rempah
Moyang Indoensia Masa

Praaksara

Terbentunya Teori-Teori Corak Kehidupan Bukti Arkeologis Bukti Tulis
Kepulauan Kedatangan Hasil Budaya Masa
Indonesia
Praaksara

Masa Berburu Masa Berburu
(Sederhana) (Tingkat Lanjut )

Masa Bercocok zaman
tanam Perundagian

Zaman
Megalithikum

Hasil Kebudayaan
masyarakat
Praaksara

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 3

PENDAHULUAN

A. Identitas Modul

Mata Pelajaran : Sejarah

Kelas :X

Alokasi Waktu : 3 x 45menit

Judul Modul : Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah

B. Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu memahami konsep dasar asal usul nenek moyang dan

jalur rempah; menganalisis serta mengealuasi manusia dalam asal usul nenek
moyang dan jalur rempah; menganalisis serta mengevaluasi asal usul nenek
moyang dan jalur rempah dalam ruang lingkup lokal, nasional, serta global;
menganalisis serta mengevaluasi asal usul nenek moyang dan jalur rempah dalam
dimensi masa lalu, masa kini, serta masa depan; menganalisis serta mengevaluasi
asal usul nenek moyang dan jalur rempah dari pola perkembangan, perubahan,
keberlanjutan, dan keberulangan; menganalisis serta mengevaluasi asal usul nenek
moyang dan jalur rempah secara diakrnosi (kronologi) dan/atau sinkronis.

C. Deskripsi Singkat Materi

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 4

Anak-anak Indonesia jika kalian mengamati gambar di atas tentunya kalian
memahami bila negara kita merupakan negara kepulauan yang terbesar di dunia.
Indonesia tentunya memiliki pula keanekaragaman baik dilihat dari ras, agama,
suku bangsa dan adat istiadatnya. Hal tersebut merupakan kekayaan tersendiri bagi
bangsa kita.

Indonesia merupakan bangsa yang besar. Dari Sabang sampai Merauke
beragam kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia. Mulai dari kekayaan alam,
kekayaan intelektual, kekayaan budaya, dan sebagainya. Dimana hal tersebut tidak
terbentuk dengan sendirinya. Oleh karena itu bahan ajar ini akan membahas
mengenai asal usul nenek moyang dan jalur rempah di Indonesia, yang dimana
nantiknya akan dijabarkan mengenai teori-teori kedatangan dan hasil budayanya.

Berdasarkan informasi di atas maka kegiatan belajar kalian akan belajar
memahami konsep dasar asal usul nenek moyang dan jalur rempah, menganalisis
serta mengealuasi manusia dalam asal usul nenek moyang dan jalur rempah;
menganalisis serta mengevaluasi asal usul nenek moyang dan jalur rempah dalam
ruang lingkup lokal, nasional, serta global, menganalisis serta mengevaluasi asal
usul nenek moyang dan jalur rempah dalam dimensi masa lalu, masa kini, serta
masa depan, menganalisis serta mengevaluasi asal usul nenek moyang dan jalur
rempah dari pola perkembangan, perubahan, keberlanjutan, dan keberulangan,
menganalisis serta mengevaluasi asal usul nenek moyang dan jalur rempah secara
diakrnosi (kronologi) dan/atau sinkronis.

D. Petunjuk Penggunaan Modul
Modul ini ditujukan untuk peserta didik kelas X yang mempelajari Sejarah

Indonesia. Peserta didik diharapkan dapat memanfaatkan modul ini secara
maksimal, dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Sebelum masuk kepada kegiatan pembelajaran, bacalah tujuan
pembelajaran terlebih dulu. Ini penting untuk membantu kamu mencapai
tujuan pembelajaran.

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 5

2. Bacalah secara berurut uraian materi yang disajikan, pastikan kamu
memahami uraian materi yang ditulis, setelah itu jangan lupa baca
rangkuman materi yang telah ditulis, ini membantu kamu menyimpan
informasi lebih dalam.

3. Kerjakan latihan soal, perlu diingat, latihan soal bukan untuk menilai
kompetensi kamu, tapi untuk membantu kamu memahami bagian materi
mana yang belum kamu kuasai.

E. Materi Pembelajaran
1) Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indoensia
a. Terbentuknya Kepulauan Indonesia
b. Teori tentang Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia
c. Corak Kehidupan dan Hasil Budaya manusia pada masa Praaksara
Indonesia
1. Masa Berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
(Budaya Paleolitik)
2. Masa Berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut (Budaya
Mesolitik )

3. Masa Bercocok Tanam Budaya Neolitik
4. Zaman Perundagian(Zaman Logam )
5. Zaman Megalithikum

6. Hasil Kebudayaan Pada masyarakat Praaksara tingkat lanjut
2) Jalur Rempah di Indonesia pada Masa Praaksara

KEGIATAN BELAJAR
ASAL USUL NENEK MOYANG DAN JALUR REMPAH

A. Tujuan Pembelajaran
Dengan mempelajari kegiatan belajar ini kalian diharapan mampu memahami

konsep dasar asal usul nenek moyang dan jalur rempah; menganalisis serta
mengealuasi manusia dalam asal usul nenek moyang dan jalur rempah;
menganalisis serta mengevaluasi asal usul nenek moyang dan jalur rempah dalam

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 6

ruang lingkup lokal, nasional, serta global; menganalisis serta mengevaluasi asal
usul nenek moyang dan jalur rempah dalam dimensi masa lalu, masa kini, serta
masa depan; menganalisis serta mengevaluasi asal usul nenek moyang dan jalur
rempah dari pola perkembangan, perubahan, keberlanjutan, dan keberulangan;
menganalisis serta mengevaluasi asal usul nenek moyang dan jalur rempah secara
diakrnosi (kronologi) dan/atau sinkronis dengan cara melakukan studi litersasi dan
diskusi dengan teman-teman untuk kemudian dilaporakan dalam bentuk tulisan.

B. Uraian Materi
1. Terbentuknya Kepulauan Indoensia

Pergerakan lempeng tektonik diyakini memberikan pengaruh paling besar
terhadap terbentuknya Kepulauan Indoensia. Ketidakstabilan akibat pergerakan
lempeng tektonik sudah dimulai pada masa Mesozoikum, yaitu sekitar 60 juta
tahun yang lalu, dan terus berlanjut pada masa Neoziokum. Jadi, diperkirakan
terbentuknya Kepulauan Indonesia dimulai sekitar 60 juta tahun yang lalu.
Sebelumnya, wilayah yang disebut Kepulauan Indoensia masih meruoakan
bagian dari samudra yang sangat luas yang meliputi hampir seluruh bumi.

Lempeng apa sajakah yang membentuk Kepulauan Indonesia? Indonesia
dibentuk tiga Lempeng besar dunia, yakni Lempeng Indo-Australia, Lemnpeng
Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Lempeng
Pasifik. Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasidik bergerak sangat aktif.
Lempeng-lempeng tersebut bertemu pada satu zona tumbukan yang disebut zona
subduksi.

Perpecahan lempeng-lempeng tersebut mengakibatkan daratan terpecah-
pecah. Benus Eurasia menjadi pulau-pulau yang terpisah satu dengan lainnya.
Sebagian diantaranya bergerak ke selatan membentuk Pulau Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, serta pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan
Banda. Hal yang sama juga terjadi pada Benua Australia. Sebagian pecahannya
bergerak ke utara membentuk pulau-pulau Timor, Kepulauan Nusa Tenggara
Timur, dan sebagian Maluku Tenggara. Pergerakan pulau-pulau hasil pemisahan
kedua benua tersebut telah mengakibatkan wilayah pertemuan keduanya sangat

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 7

labil. Proses yang berlangsung selama berpuluh juta tahun itulah yang
membentuk Kepulauan Indonesia hingga menjadi seperti sekarang ini.

Pergerakan subduksi antara dua lempeng menyebabkan terbentuknya
deretan gunung berapi dan parit (palung) samudra. Contohnya, subduksi antara
Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya
deretan pegunungan Bukit Barisan di Pulau Sumatra dan deretan gunung berapi
di sepanjang Pulau Jawa, Bali, dan Lomnok, serta Palung Jawa (sunda).
2. Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia
a. Teori-Teori Kedatangan dan Hasil Budaya
1) Teori Yunan

Teori Yunan menyatakan asal usul nenek moyang bangsa Indoensia
berasal dari Yunan, Tiongkok. Ada sejumlah ahli yang mendukung teori ini.
Para ahli tersebut R.H Geldern, J.H.C. Kern, J.R. Foster, dan J.R. Logon.

Secara garis besar, teori ini memiliki beberapa dasar utama. Pertama,
teori tersebut didukung oleh penemuan kapak tua di wilayah Nusantara yang
memiliki kesamaan dengan kapak tua yang terdapat di wilayah Asia Tengah.
Hal tersebut menunjukkan ada proses migrasi manusia dari wilayah Asia
Tengah menuju Kepulauan Nusantara.

Selain itu, dasar kedua yang mendasari pendapat bahwa manusia
Indonesia berasal dari Yunan ialah ditemukan adanya kesamaan bahasa yang
berkembang di Kepulauan Nusantara dengan bahasa yang ada di Kamboja,
yaitu bahasa Melayu Polinesia.

Hal tersebut menandakan bahwa penduduk yang berada di Kamboja
berasal dari Yunan dengan cara menyusuir Sungai Mekong. Arus
perpindahan tersbeut selanjutnya diteruskan ketika sebagain dari mereka
melanjutkan perpindahan dan sampai ke eilayah Nusantara. Adanya
kesamaan bahasa Melayu dengan bahasa Cham di Kamboja menunjukkan
adanya hubungan dengan dataran Yunan.

Teori Yunan tak hanya didukung oleh para ahli dari luar negeri,
termasuk juga ahli dalam negeri, yakni Moh. Ali yang menyatakan asal usul
nenek moyang bangsa Indonesia merupakan manusia yang berasal dari

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 8

Yunan yang didasari oleh ada dugaan migrasi atau perpindahan dari daerah
Mongol ke selatan lantaran terdesak dengan bangsa-bangsa lain, khususnya
bangsa yang lebih kuat.

Berdasarkan teori Yunan, proses migrasi tersebut melalui tiga
gelombang, ketiga gelombang tersebut terdiri dari orang Negrito, Proto
Melayu, dan Deoutro Melayu.
2) Teori Nusantara

Teori Nusantara ini sangat berbeda dengan teori Yunan. Dalam teori
Nusantara disebutkan bahwa manusia Indonesia berasal dari bangsa
Indonesia itu sendiri, bukan melalui proses migrasi dari daerah lain. Toeri
Nusantara didukung oleh Mohammad Yamin J. Crawford, Sutan Takdir
Alisyahbana, dan Gorys Keraf.

Dasar teori Nusantara ini mencakuo beberapa hal. Pertama, teori
Nusantara berdasarkan pada bangsa Melayu merupkan bangsa yang telah
memiliki peradaban yang tinggi. Pandangan itu didasari oleh hipotesis bahwa
bangsa Melayu sudah melalui proses perkembangan budaya sebelumnya.
Kesimpulannya bangsa Melayu berasal dan berkembang di Nusantara, bukan
dari luar negeri yang berpindah ke wilayah Nusantara.

Lalu, teori tersebut didukung pula dengan adanya kesamaan anatara
bahasa Melayu dengan bahasa Kamboja dinilai merupakan suatu kebutulan.
Lalu, penemuan Homo soloensis dan homo wajakensisi di Pulau Jawa
memberi tanda bahwa ada peluang bangsa Melayu keturunan manusia kuno
berasal dari Jawa.

Dan, argument terakhir dari teori ini diadasri adanya perbedaan bahasa.
Hal itu tampak dari bahasa Austronesia yang berkembang di daerah
Nusantara dengan bahasa yang berkembang di wilayah Tengah, yaitu bahasa
Indo-Eropa.
3) Teori Out of Africa

Teori ini lebih berbeda lagi dari dua teori sebelumnya. Teori ini
menyatakan bahwa manusia Indonesia berasal dari Afrika. Pendapat ini
berdasarkan kajian ilmu genetika melalui penelitian DNA mitokondria gen

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 9

perempuan dan gen laki-laki. Mereka bermigrasi dari Afrika hingga ke
wilayah Australia. Teori ini juga menyebutkan bahwa manusia Afrika
melakukan perpindahan dari Afrika menuju Asia Barat sekitar 50.000-70.000
tahun yang lalu.

Dalam teori ini, disebutkan bahwa sekitar 70.000 tahun yang lalu, bumi
memasuki akhir dari zaman glasial ketika permukaan air laut menjadi lebih
dangkal disebabkan oleh air yang masih berbentuk gletser. Pada masa itu,
memungkinkan manusia menyeberangi lautan hanya dengan menggunakan
perahu yang masih sederhana.

Manusia Afrika yang melakukan perpindahan menuju Asia terpecah
menjadi beberapa kelompok. Terdapat kelompok yang tinggal sementara
wilayah Timur Tengah (Asia Barat Daya). Kelompok lainnya melakukan
migrasi dengan menyusuri Pantai Semenanjung Arab menuju India, Asia
Timur, Indonesia sampai ke Asutralia.

Hal tersebut diperkuat dengan penemuan fosil laki-laki di wilayah Lake
Mungo. Ada dua jalur migrasi yang diperkirakan ditempuh manusia pada
masa itu, yakni jalur menuju Lembah Sungai Nil yang melintasi Semenajung
Sinai kemudian ke utara melewati Arab Levant dan jalur yang melewati Laut
Merah.
4) Teori Out of Taiwan

Teori Out of Taiwan ini memiliki pandangan mirip dengan teori Out of
Africa. Teori Out of Taiwan menyatakan bahwa asal usul manusia Indonesia
berasal dari kepulauan Famosa atau Taiwan. Teori yang didukung oleh pakat
Harry Truman Simanjuntak didasari sejumlah argumentasi.

Pertama, menurut teori ini, tidak adanya pola genetika yang sama antara
kromosom manusia Indonesia dengan manusia yang berbeda di Tiongkok.
Lalu, masih menurut teori ini, bahasa yang digunakan dan berkembang di
wilayah Nusantara adalah bahasa yang merupakan rumpun Austronesia.
Rumpun Austronesia ini digunakan oleh leluhur bangsa Indonesia yang
menetap di Pulau Formosa.
3. Proto Melayu, Deutro Melayu, dan Melanosoid

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 10

1) Proto Melayu

Bangsa Melayu Tua adalah orang-orang Austronesia dari Asia yang
pertama kali datang ke nusantara pada sekitar tahun 1500 SM. Bangsa Melayu
Tua memasuki wuilayah nusantara melalui du jalur, yaitu: a. Jalur Barat
melalui malaysia –Sumatera b. Jalur Utara atau Timur melalui Fhilipina –
Sulawesi. Bangsa Melayu Tua memiliki kebudayaan yang lebih tinggi dari
pada manusia purba.

Kebudayaan bangsa Melayu Tua disebut kebudayaan batu baru atau
neolithikum. Meskipun hampir semua peralatan merek terbuat dari batu.
Pembuatannya sudah dihaluskan. Hasil budaya zaman ini yang terkenal
adalah kapak persegi yang banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian
Barat ( Sumatera, jawa, Kalimantan,dan Bali ). Menurut penelitian Van
Heekertn di Kalumpang (Sulawesi Utara ) telah terjadi perpaduan antara
tradisi kapak persegi dan kapak lonjong yang dibawa oleh orang-orang
Austranesia yang dating dari arah utara atau melalui Fhilipina dan Sulawesi.
Suku bangsa Indonesia yang termasuk anak keturunan bangsa Proto Melayu
adalah suku Dayak dan Suku Toraja.

2) Deutro Melayu
Pada kurun waktu tahun 400-300 SM adalah gelombang ke dua nenek

moyang bangsa Indonesia dating ke nusantara. Bangsa melayu muda (
Deutero Melayu ) berhasil mendesak dan berasimilsasi dengan pendahulunya,
bangsa proto melayu. Bangsa deuteron Melayu memasuki wilayah nusantara
melalui jalur Barat mereka menempuh rute dari Yunan ( Teluk Tonkin ),
Vietnam, semenanjung Malaysia, dan akhirnya sampai di Nusantara.Bangsa
Deutero Melayu memiliki kebudayaan yang lebih maju dibandingkan bangsa
Proto Melayu karena mereka telah dapat membuat barang-barang dari
perunggu dan besi.

Hasil budayanya yang terkenal adalah kapak corong, kapak serpatu, dan
nekara. Selain kebudayaan logam, bangsa Deutro Melayu juga

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 11

mengembangkan kebudayaan megalithikum,, misalnya menhir / tugu
batu,dolmen / meja batu,sarkopagus/ keranda mayat, kubur batu, dan punden
berundak. Suku bangsa Indonesia yang termasuk ketuirunan bangsa Melayu
muda adalah suku Jawa dan Melayu dan Bugis.
3) Melanosoid

Ras lain yang juga terdapat di Kepulauan Indonesia adalah ras
Melanesoid. Mereka tersebar di lautan Pasifik di pulau-pulau yang letaknya
sebelah Timur Irian dan benua Australia. Di Kepulauan Indonesia mereka
tinggal di Papua. Bersama dengan PapuaNugini dan Bismarck, Solomon,
New Caledonia dan Fiji, mereka tergolong rumpun Melanesoid. Menurut
Daldjoeni suku bangsa Melanesoid sekitar 70% menetap di Papua, sedangkan
30% lagi tinggal di beberapa kepulauan di sekitar Papua dan Papua-Nugini.
Pada mulanya kedatangan Bangsa Melanesoid di Papua berawal saat zaman
es terakhir, yaitu tahun 70.000 SM. Pada saat itu Kepulauan Indonesia belum
berpenghuni. Ketika suhu turun hingga mencapai kedinginan maksimal, air
laut menjadi beku. Permukaan laut menjadi lebih rendah 100 m dibandingkan
permukaan saat ini. Pada saat itulah muncul pulau-pulau baru. Adanya pulau-
pulau itu memudahkan mahkluk hidup berpindah dari Asia menuju kawasan
Oseania.

Bangsa Melanesoid melakukan perpindahan ke timur hingga ke Papua,
selanjutnya ke Benua Australia, yang sebelumnya merupakan satu kepulauan
yang terhubungan dengan Papua. Bangsa Melanesoid saat itu hingga
mencapai 100 ribu jiwa meliputi wilayah Papua dan Australia. Peradaban
bangsa Melanesoid dikenal dengan paleotikum.Pada saat masa es berakhir
dan air laut mulai naik lagi pada tahun 5000 S.M, kepulauan Papua dan Benua
Australia terpisah seperti yang dapat kita lihat saat ini. Pada saat itu jumlah
penduduk mencapai 0,25 juta dan pada tahun 500 S.M. mencapai 0,5 jiwa.

Asal mula bangsa Melanesia, yaitu Proto Melanesia merupakan
penduduk pribumi di Jawa. Mereka adalah manusia Wajak yang tersebar ke
timur dan menduduki Papua, sebelum zaman es berakhir dan sebelum
kenaikan permukaan laut yang terjadi pada saat itu. Di Papua manusia Wajak

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 12

hidup berkelompok-kelompok kecil di sepanjang muaramuara sungai.
Mereka hidup dengan menangkap ikan di sungai dan meramu
tumbuhtumbuhan serta akar-akaran, serta berburu di hutan belukar. Tempat
tinggal mereka berupa perkampungan-perkampungan yang terbuat dari
bahan-bahan yang ringan. Rumah-rumah itu sebenarnya hanya berupa kemah
atau tadah angin, yang sering didirikan menempel pada dinding gua yang
besar. Kemah-kemah dan tadah angin itu hanya digunakan sebagai tempat
untuk tidur dan berlindung, sedangkan aktifitas lainnya dilakukan di luar
rumah. Bangsa Proto Melanesoid terus terdesak oleh bangsa Melayu. Mereka
yang belum sempat mencapai kepulauan Papua melakukan percampuran
dengan ras baru itu. Percampuran bangsa Melayu dengan Melanesoid
menghasilkan keturunan Melanesoid-Melayu, saat ini mereka merupakan
penduduk Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
4. Tahukah kalian bagaimana masyarakat praaksara mempertahankan

kehidupannyaBerdasarkan hasil penelitian berupa fosil dan artefak
diperkirakan manusia praaksara awal mengembangkan pola kehidupan
berburu dan meramu, kemudian berlanjut mereka mulai pandai bercocok
tanam. Yang mengalami peningkatan mulai dari berkebun, berladang (
berhuma ) sampai akhirnya mereka memiliki kepandaian bertani ( bersawah
) Masa Pra aksara adalah masa dimana belum ditemukannya tulisan.

Berdasarkan corak kehidupan masyarakat pra-akasara dibagi
menjadi masa hidup berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok
tanam dan beternak, serta masa perundagian atau masa kemahiran teknik.
Corak kehidupan berlangsung dari yang paling sederhana hingga pembuatan
alatalat dari logam yang membutuhkan keahlian khusus. Dari awalnya hidup
berpindahpindah hingga menetap dengan membuat rumah. Dari yang
awalnya hidup dengan cara mengumpulkan makanan hingga menghasilkan
makanan sendiri. Masa berburu dan mengumpulkan makanan, kadang juga
digunakan istilah meramu makanan, adalah corak kehidupan dasar dari
masyarakat pra-aksara. Kehidupan sangat sederhana, tergantug pada alam.
Manusia purba berpindah-pindah atau nomaden dari satu tempat ke tempat

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 13

yang lain untuk mendapatkan makanan (food gathering). Bagaimana…
apakah kalian penasaran ingin mengetahui bagaimana perkembangan
kehidupan nenek moyang kita dimasa praaksara. ? Silahkan simak penjelasan
berikut ini .

Corak Kehidupan Manusia Purba Pada Masa Berburu dan Meramu
Masa berburu dan meramu disebut juga dengan masa mengumpulkan
makanan (food gathering). Masa berburu dan meramu adalah masa ketika
manusia purba untuk mendapatkan makanan dengan cara berburu dan
mengumpulkan makanan yang tersedia dari alam. Manusia purba pada masa
ini mempunyai ketergantungan yang besar terhadap Apa yang disediakan
oleh alam. Pada umumnya manusia purba pada masa berburu manusia purba
yang tinggal di hutan biasanya berburu binatang antara lain kerbau liar, rusa,
gajah , banteng , badak. Sedangkan manusia purba yang hidup di sekitar
pantai mereka menangkap ikan dan kerrang.

Kegiatan berburu umumnya dilakukan oleh kaum laki-laki, tugas
wanita adalah mengumpulkan makanan yang tersedia di alam sekitar seperti
ubi, buah-buahan, daundaunan dan kacang kedelai. Masa berburu dan
meramu diperkirakan berlangsung pada jaman batu tua ( Palaeolithikum ) ,
Tentu kalian ingat materi pada kegiatan pembelajaran 1 , bahwa pada saat itu
perkakas mereka masih terbuat dari batu yang masih utuh dan belum diproses
sehingga belum dapat digunakan untuk bercocok tanam.

Berdasarkan pola kehidupannya , maka corak kehidupan masa
berburu dan meramu dibagi menjadi 2 tahapan yaitu :

A. Masa Berburu dan Meramu Tingkat awal ( Sederhana)

Pada masa berburu dan meramu tingkat awal ini lingkungan sekitar
manusia purba masih liar, banyak gunung berapi yang masih aktif dan kerap
Meletus, keadaan bumi pun masih belum stabil seperti sekarang. Manusia
purba yang hidup pada masa ini adalah dari Jenis Phitecanthropus dan Homo
Wajakensis

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 14

1) Pola Kehidupan Ekonomi dan Pola Hunian Perkakas
yang dipakai oleh masyarakat pada masa berburu dan meramu

tingkat awal adalah terbuat dari batu yang masih utuh belum diproses ,
oleh sebab itu belum bisa digunakan untuk bercocok tanam. Alat-alat
tersebut digunakan untuk memotong daging dan tulang binatang buruan,
salah contoh alat itu adalah kapak perimbas. Kapak perimbas adalah
sejenis kapak yang terbuat dari batu dan tidak mempunyai tangkai,
perkakas ini belum dapat digunakan untuk bercocoktanam. sehingga
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mereka mengumpulkan bahan
makanan dari alam dan mengolahnya ( Food gathering ), maka dapat
dikatakan kehidupan mereka sangat bergantung pada alam, jika bahan
makan di daerah sekitar mereka habis maka mereka akan pindah ke
daerah lain yang masih banyak tersedia bahan makanan baik tumbuhan
yang bisa mereka petik maupun hewan yang bisa mereka buru.Kondisi
tersebut mendorong mereka untuk melakukan pola kehidupan berpindah
( Nomaden )
2) Sistem Kemasyarakatan

Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan,
masyarakatnya hidup berkelompok-kelompok dalam jumlah yang kecil.
Tetapi hubungan antara kelompoknya sudah erat karena mereka harus
bersama-sama menghadapi kondisi alam yang berat, sehingga sistem
kemasyarakatan yang muncul pada masa tersebut sangat sederhana.
Sekitar 90 persen waktu dihabiskan untuk mencari makan. Manusia
tinggal dalam kelompok kecil, sekitar 10-15 orang. Hidup berkelompok
dan berbagi makanan menguatkan hubungan antarmanusia dan membuat
bertahan hidup lebih mudah. Lakilaki bertugas berburu. Sementara
perempuan bertugas mengolah makanan, mengurus anak, dan mengajari
anak cara meramu makanan.
3) Ciri-ciri kehidupan pada masa berburu dan meramu tingkat awal
ini antara lain:

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 15

a) Manusia pada masa ini hidup secara nomaden (tempat tinggal
berpindahpindah).
b) Kebutuhan untuk hidup sangat bergantung pada alam.
c) Alat-alat bantu yang digunakan dibuat dari batu yang masih kasar.
d) Meraka belum mengenal bercocok tanam

Apakah kalian tahu kenapa manusia purba hidup secara berpindah-
pindah (nomaden)? Ada dua hal yang mempengaruhinya yaitu :
Pergantian musim, pada saat musim kemarau menyebabkan hewan
buruan yang merupakan sumber makanan manusia purba berpindah
tempat untuk mencari sumber air yang lebih baik dan Umbi-umbian dan
binatang buruan di sekitar mulai berkurang
B. Masa Berburu dan Meramu Tingkat Lanjut

Pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut ini kehidupan
manusia prasejarah sedikit lebih maju daripada masa sebelumnya , namun
kehidupan mereka masih tergantung kepada alam. Beberapa contoh alat
yang digunakan pada masa ini antara lain kapak perimbas, alat serpih (
flakes ) dan alat alat dari tulang dan tanduk rusa.

Masa berburu dan meramu tingkat lanjut ini diperkirakan
berlangsung pada masa Messolithikum , yang ditandai dengan terjadinya
perubahan tradisi yang semula mengumpulkan makan ( food gathering )
menuju menghasilkan sendiri bahan makanannya ( food Producing ),
namun belum sepenuhnya mereka dapat memenuhi seluruh kebutuhan
makanan mereka karena perkakas mereka yaitu Kapak Genggam Pebble
hanya bisa digunakan untuk menggembur gemburkan tanah
denagnbercocok tanam dengan cara berkebun.

Anak anak generasi penerus bangsa yang hebat… kalian tentu masih
ingat materi pada kegiatan pembelajaran 1 , bahwa pada masa
Messolithikum ini perkakas mereka masih terbuat dari batu yang diproses
sederhana yaitu dengan membelahnya menjadi dua bagian yang memiliki
sisi sisi yang tajam sehingga sudah dapat digunakan untuk bercocok
tanam secara terbatas yaitu dengan berkebun.

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 16

1) Pola kehidupan Ekonomi dan Pola Hunian
Masyarakat pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut

sudah bercocoktanam sederhana dengan cara berkebun. Dari hasil
kebun ini mereka dapat memenuhi sebagian kebutuhan makanannya ,
ditambah dengan mereka juga harus memenuhi sebagian kebutuhan
makanan mereka dari berburu dan meramu. Sehingga karena mereka
sudah berkebun maka tentu mereka harus menunggui hasil kebunnya
, hal ini mendorong mereka untuk menjalankan pola kehidupan
menetap sementara ( semi sedenter ).

Pola bermukim mereka mulai berubah dari nomaden
menjadi semisedenter karena ketika masyarakat berburu dan meramu
tingkat lanjut telah mampu mengumpulkan makanan dalam jumlah
yang cukup banyak dari hasil berkebunnya , mereka mulai lebih lama
mendiami suatu tempat. Namun karena mereka masih harus
memenuhi sebagian kebutuhan makanan mereka dari berburu, maka
jika bahan makan di alam sekitar mereka sudah habis , mereka akan
berpindah tempat ( nomaden ), kemudian menetap lagi untuk
beberapa waktu Kemudian pengetahuan mereka berkembang untuk
menyimpan dan mengawetkan makanan. Daging binatang buruan
diawetkan dengan cara dijemur setelah terlebih dahulu diberi ramuan.
Mereka bertempat tinggal di gua-gua (abris sous roche). Mereka
memilih gua yang letaknya cukup tinggi di lereng-lereng bukit untuk
melindungi diri dari iklim dan binatang buas. Gambar : Goa Liang
Bua, bekas tempat tinggal masyarakat pada masa Berburu dan
Meramu tingkat lanjut Dengan demikian maka dapat dikatakan masa
kehidupan berburu dan meramu tingkat lanjut di jaman
Messolithikum ini sering disebut sebagai masa peralihan dalam
kehidupan manusia praaksara yaitu peralihan dari food gathering
menuju food producing
2) Sistem Kemasyarakatan
Masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 17

telah mengenal pembagian kerja. Kegiatan berburu banyak dilakukan
oleh kaum laki-laki. Kaum wanita yang tidak banyak terlibat dalam
kegiatan perburuan, lebih banyak di sekitar gua-gua tempat tinggal
mereka.
3) Sitem Kepercayaan
Pada masyarakat berburu dan meramu diduga telah muncul
kepercayaan. Buktinya adalah dengan ditemukannya bukti-bukti
tentang penguburan yang ditemukan di Gua Lawa, Sampung,
Ponorogo, Jawa Timur;Gua Sodong, Dari mayat-mayat yang
dikuburkan tersebut ada yang ditaburi dengan cat merah.
Diperkirakan cat tersebut berhubungan dengan upacara penguburan
yang maksudnya adalah untuk membuktikan kehidupan baru di alam
baka. Di dinding-dinding Gua Leang Pattae, Sulawesi Selatan
ditemukan lukisan cap-cap tangan dengan latar belakang cat merah.
Menurut para ahli hal tersebut mungkin mengandung arti kekuatan
atau simbol kekuatan pelindung untuk mencegah roh-roh jahat. Ada
beberapa gambar jari yang tidak lengkap. Gambar tersebut dianggap
sebagai tanda adat berkabung.
4) Ciri-ciri kehidupan pada masa berburu dan meramu tingkat
lanjut
1. Manusia purba yang tinggal dekat dengan pantai mencari makanan di
laut yang kemudian meninggalkan sampah dapur bekas sisa sisa makanan
atau disebut juga Kjokenmoddinger.
2. Sudah mulai mengenal bercocok tanam namun masih sederhana
(berpindahpindah tergantung kesuburan tanah)
3. Pada masa ini manusia prasejarah hidup secara berkelompok
menempati guagua secara semi-sedenter (tinggal cukup lama di suatu
tempat). Gua-gua yang dihuni umumnya pada bagian atasnya dilindungi
karang atau disebut juga Abris Sous Roche.
4. Pembagian tugas yaitu pria bertugas berburu dan wanita bertugas
bercocok tanam.

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 18

C. Masa Bercocok Tanam Tingkat Awal
Anak anak hebat Indonesia…. Semoga kalian masih

semangat mempelajari kehidupan nenek moyang kita jaman dahulu
yaaa… karena kita akan mempelajari kehidupan nenek moyang kita
dimasa selanjutnya. Kalian tentu pernah mendengar terjadinya kebakaran
hutan , biasanya dimusim kemarau sekitau bulan Juni atau Juli bukan… ?
. kebakaran hutan tersebut selain karena factor alam akibat kemarau
panjang juga disinyalir karena adanya kegiatan membuka ladang dengan
membakar hutan. Hal ini tentu tidak patut dicontoh dan sebaiknya kalian
bisa mengingatkan pada teman kalian tentang perlunya menjaga alam.
Mari kita simak kehidupan nenek moyang kita selanjutnya.
1) Pola Kehidupan Ekonomi dan Pola Hunian
Selain bercocok tanam manusia purba juga memenuhi kebutuhan
hidupnya dari beternak hewan hewan yang dulu mereka buru, sekarang
mereka ternakan. Masa bercocok tanam ini diperkirakan berlangsung
sejak Jaman Neolithikum. Pendukung kebudayaan kehidupan pada jaman
ini adalah sudah dari jenis homo sapiens ( makhluk cerdas ) yang berasal
dari rumpun Melayu.

Pada jaman ini terjadi perubahan besar dalam pola kehidupan
masyarakat purba, yaitu perubahan dalam cara mereka memenuhi
kebutuhan hidupnya dari berburu dan mengumpulkan makan ( food
gathering ) menjadi menghasilkan bahan makanan ( food producing ) dan
perubahan dalam pola huniannya dari berpindah pidah tempat ( nomaden
) menjadi menetap ( sedenter ) .

Perubahan tersebut dipengaruhi oleh perkakas yang mereka miliki
saat itu yaitu Kapak Persegi dan Kapak Lonjong yang dihasilkan dari
proses mengasah batu yang mereka gunakan sebagai perkakas karena
mereka sudah memiliki kepandaian mengasah ( mengupam ). Dengan
diasah maka perkakas mereka sudah lebih tajam dari perkakas
sebelumnya sehingga sudah bisa digunakan untuk menggali tanah untuk
berladang. Selain berladang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 19

mereka juga mengembangkan kegiatan berternak. Hewan hewan yang
dulu mereka buru pada saat ini telah mereka ternakan.

Pola kehidupan berladang dan berternak yang dikembangkan oleh
masyarakat pada masa ini mempengaruhi pola hunian mereka. Cara
bercocok tanam dengan berladang tentu membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk bisa dipanen , sehingga hal ini mendorong mereka untuk
memulai pola kehidupan menetap. Apalagi selain sudah bercocok tanam
mereka juga sudah berternak sehingga bisa kalian bayangkan tentu tidak
mungkin mereka berpindah pindah membawa hewan ternaknya

Pada masa bercocok tanam , hutan belukar dimanfaatkan untuk
dijadikan ladang dengan menanam tanaman seperti padi, sukun, nangka,
jagung, pisang dan lain dengan cara cara tradsisional, sehingga lama
kelamaan tanah disekitar tidak subur dan tidak dapat ditanami lagi
sehingga mengharuskan mereka berpindah mencari tanah lain yang lebih
subur , sistem bercocok tanam seperti ini sering disebut Sistem ladang
berpindah ( berhuma ). Kegiatan seperti ini masih sering dijumpai di
Indonesia seperti di pedalaman Papua dan Kalimantan
2) Sistem Kemasyarakatan

Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami
peningkatan cukup pesat. Masyarakat praaksara pada saat itu telah
memiliki tempat tinggal yang tetap. Mereka memilih tempat tinggal pada
suatu tempat tertentu. Hal ini dimaksudkan agar hubungan antarmanusia
di dalam kelompok masyarakat semakin erat. Eratnya hubungan antar
manusia di dalam kelompok masyarakat merupakan cermin bahwa
manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa anggota masyarakat lain.

Kehidupan sosial yang dilakukan oleh masyarakat pada masa
bercocok tanam ini terlihat dengan jelas melalui cara bekerja dengan
bergotong royong. Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat
selalu dilakukan dengan cara bergotong royong, diantaranya pekerjaan
bertani, merambah hutan, berburu, membangun rumah, dan lainlain. Cara

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 20

hidup bergotong royong itu merupakan salah satu ciri kehidupan
masyarakat.

yang bersifat agraris. Kegiatan gotong royong hingga saat ini masih
tetap dipertahankan terutama di daerah pedesaan. Dalam kehidupan
masyarakat bercocok tanam sudah terlihat peran pemimpin (primus inter
pares). Gelar primus inter pares di Indonesia adalah ratu atau datu(k)
artinya orang terhormat dan yang patut dihormati karena
kepemimpinannya, kecakapannya, kesetiaannya, pengalamannya, dan
lain-lain.
3) Sistem Kepercayaan
Kepercayaan masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami
perkembangan. Mereka telah mempunyai konsep tentang alam dan
kehidupan setelah kematian. Mereka percaya bahwa roh seseorang tidak
lenyap pada waktu meninggal. Penghormatan terhadap nenek moyang
atau kepala suku yang diagungkan tidak berhenti pada waktu kepala suku
telah meninggal. Penghormatan terus berlanjut menjadi sebuah pemujaan.
Kepercayaan tersebut diwujudkan dalam berbagai upacara keagamaan,
seperti persembahan kepala leluhur dan upacara penguburan mayat yang
dibekali dengan benda miliknya. Mereka percaya bahwa roh nenek
moyang selalu mengawasi mereka. Oleh karena itu, mereka selalu
meminta perlindungan dari ancaman kelompok lain, binatang buas, dan
ancaman dari adanya wabah penyakit.

Sistem kepercayaan masyarakat praaksara telah mendorong
berkembangannya kepercayaan animisme dan dinamisme. Kepercayaan
animisme merupakan sebuah sistem kepercayaan yang memuja roh nenek
moyang, sedangkan menurut kepercayaan dinamisme ada benda-benda
tertentu yang diyakini memiliki kekuatan gaib, sehingga benda tersebut
sangat dihormati dan dikeramatkan. Contohnya yaitu kapak yang dibuat
dari batu chalcedon (batu indah) dianggap memiliki kekuatan. Dengan
demikian kepercayaan masyarakat prasejarah adalah Animisme dan
Dinamisme.

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 21

Ciri ciri kehidupan pada masa bercocok tanam dan berternak adalah
antara lain

1. Tekhnologi dalam menghasilkan perkakas untuk memenuhi kebutuhan
mereka telah berkembang dengan dihasilkannya Kapak Lonjong dan
Kapak Persegi terbuat dari batu yang telah diasah

2. Pada masa ini manusia sudah menetap di suatu wilayah secara
berkelompok , hal ini dipengaruhi oleh pola kehidupan ekonomi mereka
yang sudah bercocok tanam dan berternak sehingga tidak memungkinkan
mereka untuk berpindah pindah.

3. Sudah terdapat pola pembagian kerja akibat kegiatan bercocoktanam
yang mereka kembangkan membutuhkan waktu dan perhatian yang lebih
focus, maka ada diantara mereka yang berprofesi sebagai petani, adapula
yang berprofesi sebagai pembuat perkakas yang dibutuhkan dalam
kegiatan pertanian seperti Kapak Lonjong, Kapak Persegi, Tembikar dll

4. Sudah mengenal sistem perdagangan dengan cara barter yaitu
perdagangan yang dilakukan dengan cara tukar menukar antara barang
dengan barang, hal ini terjadi dipengaruhi oleh telah adanya pembagian
kerja pada saat itu

5. Sudah menguasai ilmu astronomi yang mereka gunakan saat mereka
berpindah dari daratan Yunan ke wilayah kepulauan nusantara akibat
kondisi bumi yang sudah terbentuk sempurna ( jaman Holosen ). Sarana
transportasi ini juga digunakan oleh masyarakat purba yang menetap di
wilayah perairan.

D.Masa Bercocok Tanam Tingkat Lanjut ( Masa Perundagian )

Perundagian berasal dari kata Undagi, yang artinya sama dengan
tukang atau seseorang yang memiliki keterampilan atau ahli dalam
melakukan pekerjaan tertentu. Masyarakat perundagian adalah masyarakat
dimana masing-masing orang bekerja sesuai dengan keterampilannya

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 22

masing-masing. Itu berarti, spesialisasi kerja sudah sangat maju pada masa
ini. Zaman ini dimulai sekitar 10.000 tahun yang lalu.

Pada masa ini , manusia purba sudah mengenal bijih logam. Mereka
sudah lebih berpengalaman sehingga dapat mengenali bijih-bijih logam yang
dijumpai meleleh di permukaan tanah. Bijih logam yang ditemukan terutama
berasal dari tembaga. Kemudian mereka membuat alat-alat yang diperlukan
dari bahan bijih logam yang ditemukan

1) Pola Kehidupan Ekonomi dan Pola Hunian
Masa perundagian memiliki peran penting dalam

perkembangan sejarah di Indonesia, hal ini dikarenakan pada masa ini
hubungan antar daerah-daerah di sekitar kepulauan Indonesia sudah
terjalin. Masa ini ditandai dengan adanya keterampilan untuk membuat
alat-alat dari bahan perunggu. Alat tersebut berupa alat yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti peralatan bertani ,
peralatan upacara, dan peralatan berburu. Kepandaian membuat perkakas
dari logam juga berpengaruh terhadap perkakas yang mereka gunakan
untuk bercocok tanam, saat ini mereka menggunakan kapak yang terbuat
dari logam yaitu Kapak Corong . Kapak Corong adalah logam yang diasah
, kemampuan mengasah yang di jaman Neolithikum mereka terapkan
pada batu di jaman ini mereka terapkan pada Logam sehingga
menghasilkan kapak yang lebih tajam dari jaman sebelumnya. Dengan
Kapak Corong yang tajam ini mereka bisa menggunakan untuk membalik
tanah seperti halnya fungsi cangkul, luku atau tractor pada jaman modern
sekarang. Dapat dikatan Kapak Corong adalah prototype dari cangkul,
sehingga pada masa ini mereka mengembangkan pola bercocoktanam
dengan tekhnik bersawah.

Sistem pertanian yang dikenal oleh masyarakat prasejarah pada
awalnya adalah perladangan/huma, yang hanya mengandalkan pada
humus, sehingga bentuk pertanian ini wujudnya berpindah tempat
Selanjutnya masyarakat mulai mengembangkan system persawahan,

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 23

sehingga tidak lagi bergantung pada humus , dan berusaha mengatasi
kesuburan tanahnya melalui kegiatan pengolahan tanah, irigasi dan
pemupukan. Sehingga pada masa ini mata pencaharian utama masyarakat
adalah bertani yang dilakukan secara lebih teratur dan maju yaitu dengan
menggunakan sistem pengairan dan sistem terasering dalam membuat
sawah sawah. Kemakmuran masyarakat dapat dilihat dari telah
berkembangnya teknik pertanian, hal ini mengakibatkan sektor pertanian
mengalami perkembangan yang pesat dan berdampak pada kemajuan
perekonomian. Kemajuan perekonomian ditandai dengan
berkembangnya perdagangan.

Aspek teknologi merupakan unsur yang penting pada masa
perundagian dalam kaitannya dengan perkembangan ekonomi, terutama
ketika teknik peleburan logam untuk membuat perkakas telah dikenal.
Selain itu juga teknologi untuk membuat gerabah juga mengalami
perkembangan. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari semakin
kompleks dan beragam bentuk maupun motif hiasanya. Peternakan pada
zaman ini juga telah maju, hal ini dapat dibuktikan dengan banyak
ditemukan tulang hewan seperti kerbau, kudam babi, anjing dan unggas
di dalam situs- situs pemukiman.
2) Sistem Kemasyarakatan
Dengan semakin kompleksnya aktivitas manusia dalam suatu kelompok,
maka memerlukan adanya suatu sistem pengawasan, sehingga konsep
tentang pimpinan dalam masyarakat semakin terlihat. Pada masa
perundagian pola kehidupan perkampungan atau desa-desa mengalami
perkembangan semakin besar, karena mulai bersatunya beberapa
kampung. Kemunculan perkampungan besar ini disebabkan karena
semakin tingginya frekuaensi perdagangan antar perkampungan dalam
bentuk barter (tukar menukar barang). Jenis barang yang diperdagangkan
pun semakin beraneka ragam karena perdagangan telah mencakup
wilayah yang lebih luas bahkan mencakup Asia Tenggara.
3) Sistem Kepercayaan

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 24

Sistem kepercayaan pada masa perundagian kurang lebih sama dengan
sistem kepercayaan pada masa sebelumnya yaitu Animisme dan
Dinamisme. Kehidupan beragama pada zaman perundagian juga
mengalami perkembangan yang pesat, dapat dilihat dari banyaknya
bangunan megalitikum yang dibuat sebagai tempat pemujaan dan
penghormatan terhadap roh nenek moyang

Berikut ini adalah ciri – ciri kehidupan pada masa perundagian, antara
lain:

1. Kehidupan sosial ekonomi masa perundagian telah meningkat dibandingkan
dengankehidupan masa sebelumnya. Kemampuan mengolah logam khususnya
perunggu dan besi adalah salah satu segi yang membedakan dari masa sebelumnya
yang sama sekali belum mengenal logam.

2. Masyarakatnya sudah teratur.

3. Dalam masyarakat perundagian terdapat kelompok yang mempunyai keahlian
khusus, satu bukti bahwa dalam masyarakat terdapat pembagian kerja yang baik.

4. Bahan untuk membuat perkakas logam seperti seprunggu, timah, dan besi harus
didatangkan dari suatu tempat sehingga terdapat suatu perdagangan yang meliputi
berbagai daerah

5. Kemakmuran pada waktu itu antar lain disebabkan perkembngan tehnik
pertanian khusunya alat-alat besi seperti cangkul dll dan merek telah mengenal
bersawah.

6. Kepercayaan, tidak berbeda dengan masa bercocok tanam yang
membedakannnya hanyalah upacara-upacara lebih mewah dan lebih rumit, benda
yang dipergunakanya lebih indah karena terbuat dari perunggu

E. Jaman logam ( Jaman Perundagian )

Secara harafiah, perundagian berasal dari kata undagi yang berarti seseorang
yang ahli dalam melakukan pekerjaan tertentu. Pada masa ini, kehidupan

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 25

masyarakat boleh dibilang telah berada di tahap yang lebih maju, lantaran sudah
memiliki keterampilan untuk membuat alat-alat dari bahan perunggu. Adapun alat-
alat tersebut nantinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Baik
untuk bertani, berburu ataupun melakukan upacara tertentu. Hasil budaya pada
jaman logam diperoleh dari pengaruh kebudayaan Dongson Vietnam sehingga
mereka dapat memperoleh kepandaian dalam mengolah logam tersebut. Meskipun
pada masa ini telah terdapat hasil kebudayaan jaman logam seperti alat alat dari
logam, namun untuk keperluan sehari hari mereka tetap menggunakan gerabah
maupun alat alat batu lainnya.

Pada jaman Logam orang sudah membuat alat-alat dari logam selain alat-alat
dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam dan mencetaknya menjadi
peralatan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu
yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire
perdue. Kelebihan teknik bivalve dari a cire perdue adalah dapat digunakan berkali
kali. Jaman logam terbagi lagi menjadi 3 : jaman besi, tembaga, dan perunggu.
Indonesia hanya mengalami jaman perunggu dan jaman besi. Pada jaman ini,
manusia mengalami masa perundagian, karena manusia sudah banyak yang
menghasilkan berbagai kerajinan tangan, yang terbuat dari logam. Manusia sudah
mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat yang diinginkan.
Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang
disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue.

a. Jaman perunggu
Perunggu adalah jenis logam yang berasal dari campuran tembaga dengan
timah putih. Pada jaman perunggu ini, masyarakatnya dapat menciptakan
dua macam benda seperti benda untuk kepentingan upacara keagamaan dan
untuk keperluan sehari hari. Adapun hasil kebudayaan pada jaman logam
ini yaitu diantaranya:
 Nekara Perunggu Adalah benda semacam genderang besar dengan
pinggang pada bagian tengahnya dan bagian atas tertutup serta
pembuatannya berasal dari perunggu. Fungsi dari nekara adalah

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 26

untuk simbol status sosial dan sarana upacara, baik upacara
kematian ataupun kesuburan. Selain itu nekara juga berfungsi untuk
memanggil hujan dan memanggil roh leluhur agar turun kedunia
memberikan berkatnya. Hal ini terlihat dalam beberapa nekara yang
memiliki hiasan tertentu.
 Kapak Corong atau Kapak Sepatu
Merupakan hasil kebudayaan jaman logam pada masa perunggu,
yang terbuat dari hasil proses mencetak logam melalui tekhnik
bilvolve maupun a cire perdue, kemudian diasah dimana
kemampuan mengasah sudah mereka kuasai sejak jaman
Neolithikum. Sehingga karena terbuat dari logam yang diasah
memungkinkan bagian penampang Kapak Corong tajam dan bisa
digunakan untuk membalik tanah layaknya cangkul, luku maupun
tractor seperti yang digunakan oleh masyarakat modern sekarang,
itu mengandung arti cara bercocoktanam pada masa ini adalah
bercocoktanam dengan tekhnik bersawah . Kapak corong memiliki
bagian tanggkai menyerupai corong dan bagian tajamnya
menyerupai kapak batu. Bagian corong berguna untuk tempat
pemasangan tangkai kayu yang menyiku menyerupai bentuk kaki.
Maka dari itu kapak corong dapat dinamakan dengan kapak sepatu.
Hasil kebudayaan pada jaman logam seperti kapak corong ini
memiliki ukuran dan bentuk yang beraneka ragam. Ada yang
memiliki bagian tajam melengkung panjang (candrasa) maupun
lurus. Kemudian bagian tangkainya ada yang terbelah dua
menyerupai ekor burung pada layang layang, ada yang lurus maupun
melengkung. Fungsi kapak corong pada jaman perunggu ialah untuk
mencangkul. Sedangkan kegunaan kapak corong kecil ialah untuk
mengerjakan kayu. Adapula kapak corong dengan bagian tajam
melengkung panjang yang berguna untuk tanda kebesaran kepala
suku ataupun untuk upacara. Hasil budaya pada jaman logam seperti
kapak corong ini biasanya dihiasi dengan beberapa pola hiasan jika

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 27

digunakan untuk upacara. Penemuan kapak corong tersebut berada
di Kepulauan Selayar, Sumatra Selatan, dekat Danau Sentani Papua,
Jawa Bali, dan Sulawesi Tengah.
 Bejana Perunggu Merupakan hasil kebudayaan jaman logam pada
masa perunggu. Bejana perunggu ialah benda yang bentuknya
menyerupai gitar Spanyol namun tidak memiliki tangkai. Bejana
perunggu ini mempunyai pola hiasan yang menyerupai huruf J dan
hiasan anyaman. Para ahli di Indonesia menemukan bejana
perunggu di daerah Sumatra dan Madura. Penemuan hasil
kebudayaan pada jaman logam seperti bejana ini berada di daerah
Pnom Penh, Kamboja. Hasil peninggalan jaman perunggu ini
menjadi bukti bahwa kebudayaan logam di Indonesia tergolong
dalam satu kebudayaan logam Asia yang pusatnya terdapat di
Dongson. Maka dari itu di Indonesia terdapat kebudayaan jaman
perunggu yang disebut dengan kebudayaan Dongson. Kebudayaaan
jaman perunggu merupakan hasil asimilasi dari antara masyarakat
asli Indonesia ( proto melayu ) dengan bangsa mongoloid sehingga
membentuk ras deutro melayu ( melayu muda ).
F.Zaman Megalithikum
zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar,karena pada
zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan
yang terbuat dari batu-batu besar. kebudayaan ini berkembang dari zaman
Neolitikum sampai zaman Perunggu. Pada zaman ini manusia sudah
mengenal kepercayaan. Walaupun kepercayaan mereka masih dalam
tingkat awal, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang, namun
kepercayaan ini muncul karena pengetahuan manusia sudah mulai
meningkat.
Secara etimologis kata megalitikum sendiri berasal dari kata mega
yang berarti besar dan lithos yang berarti batu. Menurut keterangan dalam
buku Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu, Nana Supriatna (2008: 29), adapun

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 28

ciri utama dari zaman prasejarah ini ialah dimana manusia pendukungnya
dapat menciptakan bangunan-bangunan besar yang berbahan dasar batu.
Adapun ciri-ciri tersebut ialah sebagai berikut:

 Menggunakan dan meningalkan kebudayaan batu besar
 Berkembang dari zaman neolitikum (batu muda) dan zaman logam
 Mulai tinggal menetap di suatu wilayah
 Telah mengetahui sistem pembagian kerja dan gotong royong
 Terdapat pemimpin kelompok
 Sudah menerapkan food producing atau memiliki kemampuan

bercocok tanam, beternak, dan nelayan
 Membuat alat-alat dari gerabah dan sudah mulai memanfaatkan

logam
 Mulai mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme (memuja

roh nenek moyang)

Berdasarkan bentuk peninggalannya, budaya megalitikum terbagi menjadi dua,
yaitu:

1. Megalith Tua, menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-
1500 SM) dan dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto
Melayu). Contoh bangunannya adalah menhir, punden berundak-undak,
arca-arca statis. Megalith Muda, menyebar ke Indonesia pada zaman
perunggu (1000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson
(Deutro Melayu). Contoh bangunannya adalah peti kubur batu, dolmen,
waruga, sarkofagus dan arca-arca dinamis.

2. Megalith Muda, menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1000-100
SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu).
Contoh bangunannya adalah peti kubur batu, dolmen, waruga, sarkofagus
dan arca-arca dinamis.

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 29

Perkembangan Zaman Batu Besar atau Zaman Megalitikum
diperkirakan sudah ada sejak Zaman Batu Muda hingga Zaman Logam.
Kebudayaan Megalitikum merupakan zaman dimana manusianya
menghasilkan bangunan dari batu besar, pada umumnya diperuntukan bagi
tempat beribadah terhadap arwah nenek moyang dalam sistem
kepercayaan Animisme dan Dinamisme.

Bentuk peninggalan-peninggalan Zaman Megalitikum tersebut
terbuat dari batu besar yang pembentukannya sesuai dengan kepentingan
upacara tertentu. Maka dari itu, hasil kebudayaan Zaman Megalitikum
memiliki maknanya masing-masing. Berikut beberapa peninggalan hasil
budaya pada Zaman Batu Besar, simak yuk!Contoh hasil budaya batu
besar ini antara lain berupa menhir, punden berundak, dolmen,kubur
batu,sarkofagus, waruga, dan berbagai jenis arca yang berukuran besar.
Mari kitabahas satu persatu secara lebih detail.

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 30

a. Menhir

Menhir adalah sebuah tugu atau batu yang tegak, Mempunyai fungsi
sebagai media untukmenghormati orang-orang yang sudah meninggal
yang di tempatkan di suatu tempat. Sertaada juga yang berpendapat bahwa
menhir dibangun untuk tujuan sebagai sarana pemujaanatau penyembahan
kepada arwah nenek moyang

b. Punden berundak
Punden berundak adalah sebuah bangunan yang di susun secara bertingkat-tingkat
yangberfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang, bangunan ini
kemudianberkembang menjadi konsep dasar pada bangunan candi hindu dan candi
buddha.

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 31

c. Kubur batu
Mempunyai bentuk yang menyerupai bangunan kuburan seperti yang
bisa kita lihat sekarang,Biasanya mempunyai susunan batu yang terdiri
atas 2 sisi panjang dan 2 sisi lebar. Sebagianbesar arah dari kubur batu
yang di temukan membujur dari arah timur ke arah barat.

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 32

d. Sarkofagus
Merupakan kubur batu yang mempunyai tutup pada atasnya, Ukuran
antara bagian bawahatau wadah dengan bagian atas atau tutup biasanya
sama besarnya. Biasanya terdapatukir-ukiran yang tedapat didinding
muka sarkofagus

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 33

e. Dolmen

Dolmen biasanya di tempatkan di tempat yang di keramatkan atau di
tempatberlangsungnya upacara yang berhubungan dengan pemujaan roh nenek
moyang.Bangunan megalithik dolmen mempunyai banyak bentuk dan fungsi,
antara lain berfungsisebagai tempat duduk seorang ketua suku atau tempat
meletakkan sesaji.

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 34

f. Arca batu

Arca batu biasanya mempunyai bentuk yang menyerupai binatang / manusia. Yang
mungkindipercaya merupakan perwujudan dari nenek moyang dan menjadi objek
pujaan. Arca batubanyak di temukan di wilayah indonesia antara lain di pasemah,
Sumatra bagian Selatanserta Sulawesi bagian Tenggara

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 35

g. Waruga

Waruga merupakan sebuah kubur batu yang tidak mempunyai bagian tutup,
Bendapeninggalan zaman megalitikum ini banyak ditemukan di situs Gilimanuk di
pulau Bali

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 36

G. Hasil Kebudayaan pada masa Praaksara tingkat lanjut : Tradisi Lisan
A. Tradisi Masyarakat Sebelum Mengenal Tulisan
Dilakukan melalui tradisi lisan, dimana pengertian tradisi lisan itu
sendiri adalah sebagai berikut :
 Tradisi lisan merupakan tradisi yang terkait dengan kebiasaan/ adat
istiadat,menggunakan bahasa lisan dalam menyampaikan
pengalaman sehari-hari dari seseorangkepada orang lain
 Tradisi lisan dapat juga diartikan sebagai penggungkapan lisan dari
satu generasi kegenerasi yang lain,dst.
 Menurut Kuntowijoyo,tradisi lisan merupakan sumber sejarah yang
merekam masalampau masyarakat manusia
Tradisi sejarah masyarakat sebelum menggenal tulisan merupakan tradisi
dalam mewariskan pengalaman masa lalu serta pengalaman hidup sehari-
hari yang terkait dengan adat istiadat,kepercayaan, nilai moral pada generasi
mereka sendiri dan generasi yang akan datang melaluitradisi lisan,

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 37

peringatan-peringatan berupa bangunan serta alat hidup sehari-hari. Tradisi
lisanmengandung kejadian-kejadian sejarah, nilai-nilai moral, keagamaan,
adat istiadat, ceritakhayalan, peribahasa, lagu dan mantra, serta petuah
leluhur.

Tradisi lisan ada sejak manusia memiliki kemampuan
berkomunikasi meskipun belummengenal tulisan tetapi mereka telah
mampu merekam pengalaman masa lalunya

Sebagai contoh tradisi lisan. Aktivitas bercocok tanam sampai
sekarang masih ada karena diwariskan secara bertahap dan turun temurun
dari nenek moyang kita kepada generasi selanjutnya.Aktivitas membuat
gerabah yang mulai dikenal pada masa bercocok tanam yang semakin
berkembang, Bagaimana cara mereka mewariskan keahliannya
1. Tutur

adalah perkataan, atau bahasa percakapan. Adapun yang dimaksud
dalam kaitannyadengan tradisi lisan yaitu tradisi dalam bentuk tuturan,
atau tuturan yang sudah berupa tradisi.Tradisi lisan atau tutur yang
berkembang pada masa lalu berlangsung dari generasi kegenerasi. Pada
tiap generasi tuturan itu menyebar dengan luas artinya tuturan itu
dikenal dandigunkan oleh banyak orang walaupun berjauhan tempat
tinggalnya. Tuturan semacam itudisebut sebagai tuturan rakyat yaitu
yang termasuk dalam cangkupan folklore
2. Tari dan Lagu
Tari adalah salah satu cara masyarakat pra aksara mewariskan masa
lalunya Karena dengantari orang bisa mempelajari tentang tradisi masa
lampau serta meneruskan kepada generasi berikutnya.

Dari berbagai jenis nyanyian rakyat, yang dapat dipertimbangkan
sebagai salah satusumber dari penulisan sejarah adalah nyanyian rakyat
yang bersifat berkisah (narrativefolksong). Nyanyian rakyat yang
tergolong dalam kelompok ini adalah balada dan epos.Perbedaan antara
balada dan Epos terletak pada tema ceritanya. Tema cerita balada
mengenaikisah sentimentil dan romantis, sedangkan cerita Epos atau

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 38

Wiracarita mengenai ceritakepahlawanan. Keduanya memiliki bentuk
bahasa yang bersajak. Nyanyian yang bersifat berkisah ini banyak
terdapat di Indonesia. Di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Baliterdapat Epos yang berasal dari Epos besar Mahabarata dan
Ramayana. Nyanyian rakyat diJawa Tengah dan Jawa Timur juga
disebut sebagai “Gending”. Gending-gending tersebutmasih dibagi lagi
kedalam beberapa jenis, seperti: Sinom, Pucung dan Asmaradhana.
Baladadi Jawa Barat diwakili oleh pantun Sunda.
3. Alat dan Bangunan
Masyarakat pra-aksa telah meninggalkan berbagai macam alat dan
bangunan yang sampaikepada kita. Dengan alat bangunan tersebut kita
bisa mengungkap kehidupan masa lampau
4. Gerabah
Gerabah merupakan benda pecah belah yang terbuat dari tanah liat.
Fungsinya sebagai alatrumah tangga. Alat-alat ini sudah ada sejak
zaman pra sejarah. Pada zaman bercocok tanamgerbah mulai diciptakan
dengan berbagai bentuk untuk melayani berbagai keperluan.
Rumahtangga dan ada pula yang digunakan sebagai alat upacara. Ada
yang dihias dan ada pula yangtidak dihias. Para peneliti prasejarah
sangat memperhatikan temuan gerabah ini karena berbagai bentuk dan
hiasannya menggambarkan tradisi budaya yang telah menghasilkannya
5. Perhiasan
Dengan ditemukannya perhiasan memberikan bukti bahwa manusia
telah gemar dan mampumembuat perhiasan. Pada umumnya bahan
untuk membuat perhiasan adalah bahan-bahanyang mudah didapat
disekitar tempat tinggal mereka. Misalnya kulit kerang, tanah liat
yangdibakar dan manik-manik dari bahan batu. Selain itu batu dan tanah
liat perhiasan juga dibuatdari perunggu seperti gelang dan cincin
perunggu.

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 39

B. Cara Pewarisan Masa Lalu
Seperti yang telah kita bahas pada sub bab sebelumnya bahwa
kebudayaan masyarakat saatini merupakan warisan nenek moyang kita
pada masa lalu. Ada dua
cara pewarisan masalalu oleh masyarakat zaman praaksara
yakni melalui keluarga dan melalui masyarakat
1. Melalui keluarga
Keluarga merupakan lingkup sosial terkecil dari suatu masyarakat.
Darisinilah pewarisankisah-kisah dapat dilakukan secara turun temurun
secara intern meliputi bahasa, acara adat, peraturan keluarga dll.
Penggenalan dilakukan dari hal-hal sederhana yang mudah
dipahamiseperti:
 aspek-aspek material (benda buatan manusia yang dapat diraba
dan dilihat)
 hingga proses pengenalan yang lebih rumit yaitu kebudayaan
non material(kepercayaan, nilai, norma, dan bahasa).
Pewarisan tersebut dilakukan dengan cara sosialisasi adat
istiadat/kebiasaan baik secara:
 Langsung (secara lisan diberitahukan mengenai tradisi
dan adat istiadat yang berlaku)
 tidak langsung (dengan memberi contoh dalam hal
perilaku sehari-hari).
 Selain disampaiakan secara lisan, juga dilakukan melalui
cerita atau dongeng sebab dalam dongeng disisipkan
pesan-pesan mengenai nilai-nilai atau sesuatu yang
dipandang baikuntuk dilakukan maupun mengenai
sesuatu yang dipandang tidak boleh dilakukan.

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 40

3. Melalui masyarakat

Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang mendiami wilayah
tertentu. Setiapmasyarakat dapat memiliki budaya yang berbeda-beda. Mereka
membuat kebudayaan danmewariskannya kepada generasi muda dengan berbagai
cara, antara lain upacara adat,kesenian, bahasa dll. Masyarakat merupakan
sekelompok orang yang memiliki kesamaan budaya, wilayah identitas, dan
berinteraksi dalam suatu hubungan sosial yang tersetruktur

Masyarakat mewariskan masa lalunya melalui:

a. Tradisi dan adat istiadat (nilai,norma yang mengatur perilaku dan
hubungan antarindividu dalam kelompok).

b. Adat istiadat yang berkembang di suatu masyarakat harus dipatuhi
oleh anggota masyarakatdi daerah tersebut. Adat istiadat sebagai
sarana mewariskan masa lalu terkadang yangdisampaikan tidak
sama persis dengan yang terjadi di masa lalu tetapi mengalami
berbagai perubahan sesuai perkembangan zaman. Masa lalu sebagai
dasar untuk terus dikembangkandan diperbaharui.

c. Nasihat dari para leluhur, dilestarikan dengan cara menjaga nasihat
tersebut melaluiingatan kolektif anggota masyarakat dan kemudian
disampaikan secara lisan turun temurundari satu generasi ke
generasi selanjutnya

d. Peranan orang yang dituakan (pemimpin kelompok yang memiliki
kemampuan lebihdalam menaklukkan alam) dalam masyarakat

Contoh:

 Adanya keyakinan bahwa roh-roh harus dijaga, disembah, dan diberikan
apa yang disukainya dalam bentuk sesaji.

 Pemimpin kelompok menyampaikan secar lisan sebuah ajaran yang harus
ditaati oleh anggota kelompoknya.

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 41

 Membuat suatu peringgatan kepada semua anggota kelompok masyarakat
berupa lukisan serta perkakas sebagai alat bantu hidup serta bangunan
tugu atau makam. Semuanya itu dapat diwariskan kepada generasi
selanjutnya hanya dengan melihatnya.

Contoh:

 Benda-benda (kapak lonjong) dan berbagai peninggalan manusia purba
dapat menggambarkan keadaan zaman masyarakat penggunanya.

 Kepercayaan terhadap roh-roh serta arwah nenek moyang dapat termasuk
sejarah lisan sebab meninggalkan bukti sejarah berupa benda-benda dan
bangunan yang mereka buat.

 Seperti: Menhir (tugu batu), merupakan tugu peringgatan bagi generasi
yang akan datang behwa di tugu tersebut terdapat arwah nenek moyang
yang harus disembah

C. Jejak-jejak Sejarah Masyarakat Indonesia sebelum Mengenal Tulisan
Folklor, Mitologi, Legenda, Upacara, dan Lagu-lagu digolongkan dalam
teks lisan sebagai bagian kebudayaan lisan dan dapat dijadikan sebagai
sumber untuk penulisan sejarah (historiografi) setelah dibandingkan
dengan sumber-sumber lain yang sezaman. Terdapat sejarah di
dalamnya yaitu berupa ingatan kolektif yang tersimpan dalam ingatan
manusia yang diwariskan secara turun temurun melalui tradisi lisan.
Melalui tatanan sosial seperti keluarga dan masyarakat, nenek
moyang mewariskan budayanya ke generasi penerus. Nah, darisinilah
kita yang ada di zaman saat ini mendapat kemudahan untuk melacak
jejak sejarah melalui tradisi yang dilakukan oleh masyarakat. Tentunya
kita dapat melacaknya dari tradisi lisan yang dikisahkan secara turun-
temurun. Bentuk tradisi lisan meliputi folklore, mitologi, legenda,
upacara dan lagu-lagu daerah.

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 42

1. Folklore

Berdasarkan asal kata, folklor berasal dari dua kata yaitu folk dan lore. Folk
berarti sekelompok manusia yang memiliki ciri fisik, budaya dan sosial yang khas
sehingga dapat membedakan masyarakat tersebut dengan masyarakat yang lain.
Contohnya masyarakat yang memiliki bahasa yang sama, warna kulit yang sama,
acara adat, agama dan taraf pendidikan yang sama. Sedangkan lore berarti sebagian
kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun melalui lisan maupun suatu
contoh yang disampaikan melalui gerak isyarat. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan
secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan.

Ciri-ciri folklor:

 Folkor diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke
mulut) dari satu generasi ke generasi berikutnya.

 Folklor bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam
bentuk relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu
yang cukup lama(paling sedikit 2 generasi).

 Folklor menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta
pertamanya sudah tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang
bersangkutan merasa memilikinya (tidak diketahui penciptanya)

 Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya
sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan
yang terpendam.

 Folklor terdiri atas banyak versi
 Mengandung pesan moral
 Mempunyai bentuk/berpola
 Bersifat pralogis
 Lugu, polos

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 43

Menurut Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor
dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya,
yaitu:
a. Folklor Lisan
a. Bahasa rakyat seperti logat bahasa (dialek), slang, bahasa tabu,

otomatis.
b. Ungkapan tradisional seperti peribahasa dan sindiran.
c. Pertanyaan tradisonal yang dikenal sebagai teka-teki.
d. Sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair.
e. Cerita prosa rakyat. Menurut William R. Bascom, cerita prosa rakyat

dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu: mite (myth), legenda
(legend), dan dongeng (folktale). Seperti: Malin Kundang dari Sumatra
Barat, Sangkuriang dari Jawa Barat, Roro Jonggrang dari Jawa
Tengah, serta Jaya Prana dan Layonsari dari Bali. Nyanyian rakyat,
seperti: Jali-Jali dari Betawi, Ampar Ampar Pisang dari Kalimantan,
dan Olesio dari Ambon

b. Folklor sebagian Lisan
Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial (sosiofact), meliputi sebagai
berikut:
a. Kepercayaan dan takhayul.
b. Permainan dan hiburan rakyat setempat.
c. Teater rakyat, seperti: lenong, ketoprak, dan ludruk.
d. Tari rakyat, seperti: Tari Tayuban, Doger, Jaran, Kepang, dan Ngibing,
Ronggeng.

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 44

e. Adat kebiasaan, seperti: gotong royong dalam pembuatan jalan, rumah
atau pesta selamatan, dan khitanan.

f. Upacara tradisional, seperti: tingkeban, turun tanah, dan temu manten.
g. Pesta rakyat tradisional, seperti bersih desa sesudah panen, meruwat,

dan selamatan.
c. Folklor bukan Lisan

Foklor ini juga dikenal sebagai artefak (artifact) meliputi sebagai berikut:
a. Arsitektur bangunan rumah yang tradisional, seperti: joglo, di

Jawa,Rumah Gadang di Minangkabau, rumah Beteng di Kalimantan,
dan Honay di Papua.
b. Seni kerajinan tangan tradisional.
c. Pakaian Tradisional
d. Obat-obatan rakyat
e. Alat-alat music tradisional
f. Peralatan dan senjata yang khas tradisional
g. Makanan dan minuman khas daerah

2. Mitologi

a. Mite (myth)
berarti cerita yang memiliki latar belakang sejarah, dipercayai oleh masyarakat
sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak mengandung hal-
hal gaib, dan umumnya ditokohi oleh dewa atau setengah dewa.
b. Mitologi
Mitologi adalah cerita rakyat yang diyakini telah terjadi dan menyangkut
terbentuknya sesuatu atau bertalian dengan terjadinya suatu tempat. Mitologi
sangat dianggap sebagai cerita suci oleh si pemiliknya. Tokoh-tokoh dalam
mitologi biasanya diperankan oleh orang suci, dewa atau manusia setengah
dewa. Contoh mitologi antara lain kisah dewi sri, kisah pemindahan Gunung
Suci Mahameru di India oleh para dewa ke Gunung Semeru, cerita Barong di
Bali dll. Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para
dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kayangan) pada

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 45

masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau
penganutnya. Mitos pada umumnya mengisahkan tentang terjadinya alam
semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang,
bentuk topografi, gejala alam dan sebagiannya. Mitos juga mengisahkan
petualangan para dewa, kisah pecintaan mereka, kisah perang mereka, dan
sebagainya.

Cerita-cerita yang terkandung dalam mite bukanlah sejarah tetapi
didalamnya terdapat unsur-unsur sejarahnya

Contoh mite:
Dewi Sri dari Jawa Tengah dan Bali
Nyai Pohaci dari Jawa Barat
Nyai Roro Kidul Laut Selatan dari Yogyakarta
Mado-Mado (lowalangi) dari Nias
Wahadi dari Timor.

Mitos di Indonesia dibagi menjadi 2 macam berdasarkan tempat asalnya, yakni:

1) Asli Indonesia

2) Berasal dari luar negeri terutama dari India, Arab, dan kawasan Laut Tengah.

Mitos dari luar negeri umumnya sudah mengalami pengolahan lebih lanjut
sehingga tidak terasa lagi keasingannya, karena telah mengalami proses adaptasi.

Sebagai contoh:

Orang jawa telah mengadopsi dewa-dewa serta pahlawan-pahlawan Hindu
sebagai dewa dan pahlawan Jawa. Orang Jawa percaya bahwa mitos yang berasal
dari epos Ramayana dan Mahabarata terjadi di pulau Jawa dan bukan di India.

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 46

3. Legenda

Legenda adalah suatu cerita rakyat yang diyakini benar-benar terjadi dimana
ceritanya dihubung-hubungkan dengan tokoh sejarah tertentu yang memiliki ilmu
atau kesaktian.

Legenda dapat kita bagi menjadi empat kelompok, yakni:

a. Legenda keagamaan yakni legenda yang menceritakan seorang tokoh suci.
Legenda Keagamaan adalah legenda orang-orang yang dianggap suci
atau saleh. Cerita-cerita tersebut dikenal sebagai hagigrafi (legent of the
saint) yang berarti cerita mengenai orang-orang suci. Karya semacam itu
termasuk folklore karena versi asalnya masih tetap hidup di kalangan
masyarakat sebagai tradisi lisan. Contoh: legenda tentang wali songo di
daerah jawa atau legenda tentang Ratu Calon Arang di Bali.

b. Legenda kegaiban atau alam gaib yakni legenda yang menceritakan tentang
alam gaib atau hal-hal yang berbau supranatural. Legenda semacam ini
biasanya berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah
dialami seseorang. Fungsi legenda semacam ini adalah untuk meneguhkan
kebenaran “takhayul” atau kepercayaan rakyat. Contoh legenda ini yaitu
kepercayaan terhadap adanya hantu, gendruwo dan sundel bolong, Legenda
Nyai Roro Kidul di pantai selatan atau legenda tentang Si manis jembatan
Ancol.

c. Legenda perseorangan yakni legenda yang menceritakan tentang tokoh
yang diyakini dulu pernah ada dan terjadi. Legenda perseorangan
merupakan cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap benar-
benar terjadi. Di Indonesia legenda semacam ini banyak sekali. Di Jawa
Timur yang paling terkenal adalah legenda tokoh Panji. Panji adalah
seorang putra raja Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur yang senantiasa

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 47

kehilangan istrinya. Akibatnya, banyak muncul cerita Panji yang temanya
selalu perihal istrinya yang menjelma menjadi wanita lain. Cerita Panji yang
semula merupakan kesusastraan lisan (legenda), namun telah banyak dicatat
orang sehingga mempunyai beberapa versi dalam bentuk tulisan.
Contohnya: Lutung Kasarung dari Jawa Barat, Rara Mendut dan Jaka
Tingkir dari Jawa Tengah dll.

d. Legenda lokal atau legenda setempat yakni legenda yang menceritakan
tentang asal usul terjadinya suatu tempat atau bangunan. Legenda setempat
adalah cerita yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat dan
bentuk topografi, yaitu bentuk permukaan suatu tempat, berbukit-bukit,
berjuarang dan sebagainya. Legenda setempat yang berhubungan dengan
nama suatu tempat misalnya legenda Kuningan. Kuningan adalah nama
suatu kota kecil yang terletak di lereng Gunung Cermai, di sebalah selatan
kota Cirebon, Jawa Barat. Misalnya: legenda tentang terjadinya danau
tangkuban perahu, danau toba atau legenda tentang terjadinya candi
prambanan.

4. Dongeng
Dongeng adalah cerita rakyat yang tidak pernah terjadi tapi tetap diceritakan
dikarenakan berisi nasehat atau petuah yang baik. Dongeng adalah”cerita
pendek” kolektif kesusastraan lisan. Diceritakan untuk hiburan, meskipun
banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau
bahkan sindiran. Tokohnya, biasanya binatang (fables), seperti Si Kancil,
maupun manusia seperti Bawang Merah dan Bawang Putih. Terkadang ada
pergeseran sebuah legenda menjadi dongeng.
Misalnya dongeng Meraksamana dari Papua, Jaka Tarub yang
mencuri pakaian bidadari berasal dari Jawa Timur, “Terjadinya Gunung
Tangkuban Perahu” ke dongeng “Sangkuriang” dapat terjadi karena kini
cerita Sangkuriang oleh sebagian penduduk Sunda sudah dianggap fiktif.

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 48

5. Upacara

Upacara merupakan sebuah tindakan atau acara tertentu yang terkait dengan nilai
adat istiadat, agama dan kepercayaan tertentu. Adapun jenis upacara yang sering
dilakukan oleh masyarakat antara lain upacara pernikahan, kelahiran, kematian,
penyambutan tamu, pengukuhan kepala adat atau kepala suku dll.

Contoh:

Upacara penguburan, mendirikan rumah, membuat perahu, upacara memulai
perburuan, dan upacara perkabungan, upacara pengukuhan kepala suku, upacara
sebelum berperang.

Fungsi Upacara:

1. Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada
kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan
pada mereka.

Upacara tersebut juga dimaksudkan untuk menghindarkan diri dari kemarahan
kekuatan-kekuatan gaib yang seringkali diwujudkan dalam berbagai malapetaka
dan bencana alam. Biasanya terkait dengan legenda yang berkembang di
masyarakat tentang asal usul mereka.

2. Sebagai alat legitimasi tentang keberadaan mereka seperti tertuang dalam
cerita rakyat.

Contoh:

Upacara “Kasodo” oleh masyarakat Tengger di Sekitar Gunung Bromo.

Upacara “Larung Samudra” yaitu melarung makanan ke tengah laut.

Upacara “ Seren Taun” di daerah Kuningan

Upacara “ Mapang Sri” di daerah Parahyangan

Macam-macam upacara:

 Upacara Membuat Rumah

Rumah dipandang memilki nilai magis tersendiri yang diyakini memiliki kekuatan
dan melindungi kehidupan manusia. Sehingga, ketika pertama kali mendirikan
rumah mereka menggunakan berbagai macam sesaji yang dipercayai dapat
mendukung keselamatan keluarga atau orang yang mendirikan rumah, seperti di
daerah Toraja, Bali, dan Madura.

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 49


Click to View FlipBook Version