The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by sumiatiwahyudi58, 2022-08-31 21:30:46

SUMIATI BAHAN AJAR (MATERI 2)

SUMIATI BAHAN AJAR (MATERI 2)

 Upacara kematian/ Penguburan

Muncul ketika adanya kepercayaan bahwa roh orang yang meninggal akan pergi
ke suatu tempat yang tidak jauh dari lingkungan dimana ia pernah tinggal.
Contoh: tradisi penguburan di suku Toraja.

 Upacara Perkawinan

Pada suku Minangkabau, menganut garis keturunan matrilineal, sehingga upacara
perkawinan dilangsungkan di rumah keluarga istri. Berbeda dengan suku Batak
dan Bali yang menganut garis keturunan patrilineal dimana upacara perkawinan
dilangsungkan di rumah keluarga laki-laki.

6. Lagu-lagu daerah (Folksongs)

Lagu-lagu daerah atau yang disebut sebagai tembang rakyat merupakan syair-syair
yang dialunkan dengan irama tertentu serta beredar secara lisan. Setiap kelompok
masyarakat pada zaman dahulu memiliki tembang rakyat yang berbeda-beda dan
memiliki ciri khas tertentu terutama dalam hal bahasa dan logat. Misalnya: tembang
Cublak- Cublak Suweng dan Ilir-Ilir dari Jawa tengah-timur, lagu Kampuang nan
Jauh di Mato dari daerah Sumatra Barat dll

Lagu daerah adalah lagu yang menggunakan bahasa daerah.

Ciri-cirinya:

 Terdiri atas kata-kata dan lagu yang keduanya tidak dapat dipisahkan.
 Sifatnya mudah berubah-ubah (dapat diolah menjadi nyanyian pop)
 Beredar secara lisan diantara kolektif tertentu dan memiliki banyak varian,

berbentuk tradisional.
 Bentuknya sangat beraneka ragam, yakni dari yang paling sederhana

sampai yang cukup rumit.

Contoh:

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 50

Bungong Jeumpa, Ampar-ampar Pisang, Yamko Rambe Yamko, Butet, Kampung
nan Jauh di Mato.
Fungsi nyanyian rakyat:
1. Kreatif, yaitu untuk menghilangkan kebosanan hidup sehari-hari untuk
menghibur diri dan untuk mengiringi permainan anak-anak.
2. Sebagai pembangkit semangat, yaitu nyanyian untuk bekerja.
Holopis Kuntul Baris (Jawa Timur), rambate Rata(Sulawesi Selatan)
3. Sebagai protes sosial, yaitu proses mengenai ketidakadilan dalam masyarakat
atau negara bahkan dunia.
4. Untuk memelihara sejarah setempat dan klan.
“hoho”(Nias),untuk memelihara silsilah klan besar orang Nias yang disebut Mado.
Menurut Brunvand, nyanyian rakyat dapat digolongkan dalam 3 jenis:
a. Nyanyian rakyat yang berfungsi
b. Nyanyian rakyat yang bersifat liris
Nyanyian bersifat liris biasanya sebagai pencetusan rasa haru pengarangnya
(anonim). Nyanyian, dibedakan menjadi dua yaitu:
- nyanyian rakyat liris yang sesungguhnya, contoh: Lagu Cinte Manis
- Nyanyian rakyat liris yang bukan sesungguhnya, contoh: Pok Ame-ame dan Oh
Mama Saya Mau Kawin dari Betawi.
c. Nyanyian rakyat yang bersifat kisah
Contohnya:

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 51

Balada (sentimental) Pantun Sunda

romantik(tentang cinta)

epos (kepahlawanan) Ramayana

NILAI NORMA, DAN TRADISI YANG DIWARISKAN DI DALAM
SEJARAH LISAN INDONESIA

1. Nilai Kesusilaan
Nilai-nilai yang dapat diambil dari sejarah lisan adalah norma-norma

kesusilaan seperti menghormati orang tua, menghormati yang lebih muda serta
sifat unggah-ungguh, andap-asor, sopan santun dan sebagainya.

2. Nilai Hiburan
Tradisi lisan banyak disebar luaskan dalam kehidupan keluarga seperti bapak

bercerita kepada anaknya, kakek bercerita kepada cucunya atau guru kepada
muridnya dalam rangka memberikan hiburan/selingan.

3. Nilai Pendidikan
Selain nilai kesusilaan dan nilai hiburan, tradesilisan dapat memberikan nilai

pendidikan seperti:
 Kwalat kalau nglangkahi (melompati orang tua)
 Berdosa kalau berbohong.

 Menghormati/berbakti kepada orang tua dan sebagainya.

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 52

5. Jalur Rempah di Indonesia pada Masa Praaksara.
Jalur rempah adalah jaringan niaga rempah-rempah yang menghubungkan

antara belahan barat dan timur dunia, yang dimulai dari wilayah timur Nusantara,
melintasi ujung barat Sumatra, India,Sri Lanka, Mesir, Afrika timur, Afrika
selatan, Madagaskar, kemudian daratan Timur Tengah (Asia Barat),
Mediterania, himgga Eropa. Perjalanan melewati jalur ini menempuh jarak lebih
dari 15.000 kilometer.Sebagaimana namanya, rempah utama yang
diperdagangkan meliputi lada, merica, kayu manis, pala, dan cengkih.

Pada masa praaksara, wilayah yang dilintasi jalur rempah membentang
sampai Sri Lanka, India, Afrika, dan Madagaskar. Nenek moyang kita juga
membawa rempah ke Asia Tenggara, termasuk ke Campa (Vietnam dan
Kamboja sekarang). Hal ini terbukti dari penemuan benda-benda logam dari
Dong Son (Vietnam) di wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua.

Kemampuan berlayar nenek moyang Indonesia sejak 4500-5000 yang lalu
ditunjukkan melalui gambar perahu layar dan manusia dengan senjata terselip di
pinggang di sius Liang Kecamatan (Kalimantan Selatan). Mereka adalah
kelompok manusia berbahasa Austronesia, yang masuk ke pedalaman
Kalimantan melalui jalur sungai menggunakan perahu rakit dan dayung. Dalam
perkembangan selanjutnya, dayung sebagai penggerak perahu mulai
digabungkan dengan penggunaan layar sehingga perahu bergerak lebih cepat.

Ada pula lukisan perahu serta lukisan penari dan gendang logam di batu di
situs Here Sorot Entapa di Kisar, Malkuku. Di situs tersebut juga ditemukan
gendang Dong Son dari Vietnam utara dan Tiongkok barat daya kurang lebih
2.500 tahun yang lalu. Penemuan ini menunjukkan pada kurang lebih 2.500
sampai 3.500 tahun yang lalu (Zaman Logam), nenek moyang bangsa Indonesia
telah berlayar hingga ke Vietnam, membarter pala dan cengkih dengan gendang
dan kebutuhan pokok.

Di galeri Mesir, terdapat lukisan yang menggambarkan ekspedisi kapal
besar yang diprakarsai Ratu Hatshepsut (berkuasa 1503-1482 SM). Di bawah

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 53

lukisannya, tertera huruf Hieroglif yang menjelaskan kapal itu membawa pulang
berbagai jenis tanaman dan bahan wewangian untuk pemujaan. Di Terqa, sebuah
situs kuno di Mesopotamia (sekarang Suriah), ditemukan jambangan berisi
cengkih di gudang dapur rumah sederhana tahun 1721 SM (Liggett, 1982).
Selain itu, di dalam lubang hidung Ramses II (1224 SM) ditemukan lada hitam
sebagai bahan pengawetan murni. Rempah-rempah tersebut diyakini dibawa
oelh para pelaut-pelaut Nusantara.

Sementara itu, Manik-manik kaca, karnelian, dan gerabah dari Arikamedu
(India Selatan) banyak ditemukan di Situs Karangagung (Sumatra Selatan), situs
Buni dan Patenggeng (Jawa Barat), dan situs Sembiran (Bali). Benda-benda
tersebut diperkirakan berasal dari tahun 600SM-200 M. Di situs Seririt,
Buleleng, Bali ditemukan cermin perunggu (sebagai bekal kubur) dari zaman
Dinasti Han.Tiongkok (tahun 8-23 M) (Kurniawan, 2014). Kemungkinan besar,
benda-benda tersebut ditukar dengan rempah-rempah.

Berdasarkan informasi dalam kitab –kitab sastra India, sumber emas yang
baru tersebut ada di Nusantara. Itulah cikal bakal pelayaran Nusantara. Dalam
perjalanan waktu, India menyadari emas yang dimaksud dalam kitab adalah
rempah. Selain lada dan kayu manis, ditemukan juga cengkih, pala, kayu
cendana, kapur barus, kemenyan, dan berbagai hasil hutan. Kitab Ramayana
(tahun 200 M) juga menyebutkan sumber kayu gaharu dan cendana berada di
daerah timur Nusantara.

Sejak abad-abad pertama Masehi, kontak dagang Nusantara dengan India
berkembang. India menawarkan tekstil untuk dibarter dengan rempah. Rempah-
rempah Nusantara pun membanjiri pasar Romawi. Romawi ketika itu tengah
mnikmati Pax Romana, yang mengingatkan permintaan atas rempah. (catatan:
Pax Romana adalah periode panjang yang relative damai dan minim ekspansi
militer selama 206 tahun (27 Sm-180 M).

Kontak dagang Tiongkok dengan Nusantara baru dimulai sejak abad 11
M. Berita Tiongkok menyebutkan utusan Raja Bian dari Kerajaan Jawa (Yediao)
berkunjung ke Tiongkok (131 M). Berita dari Dinasti Han (abad 111 M)
menyebutkan tentang kewajiban bagi para pejabat tinggi yang hendak

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 54

menghadap kaisar untuk mengukum cengkih untuk menghilangkan bau mulut.
Sumber lain menyebutkan cengkih dari Maluku yang digambarkan berbentuk
seperti paku. Adanya kontak dengan Tiongkok juga dibuktikan dengan catatan
perjalanan ke Jawa melalui laut dari dua pendeta Buddha, ayitu Fa Hsien (413
M) dan Gunavarman (antara 424-453 M). Dalam berita Tiongkok lainnya,
disebutkan tentang kunjungan dari utusan dari Ho-lo-tan, sebuah negeri di She-
po (Jawa) pada 430 M. Sejak saat itu, Tingkok mendapat pasokan rempah
Nusantara secara berkala, meski dalam jumlah terbatas.

e. Rangkuman
1) Teori kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia yaitu Teori Yunan,
Nusantara,Out of Africa, Out of Taiwan.
2) Asal usul nenek moyang bangsa Indonesia yaitu Proto Melayu, Deutro
Melayu, Dan Melanosoid
3) Jalur rempah pada masa praaksara dapat dibuktikan dengan bukti arkeologis
dan bukti tulis.

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 55

f. Latihan Soal
1. Analisislah teori-teori kedatangan (asal usul) nenek moyang bangsa
Indonesia!
2. Analisislah mengenai proto melayu, deutro melayu, dan melanosid!
3. Analisislan jalur rempah Indonesia pada masa praaksara dalam bukti
Arkeologis!
4. Analisislan jalur rempah Indonesia pada masa praaksara dalam bukti Tulis!

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 56

DAFTAR PUSTAKA
Mariana. 2020. Modul Pembelajaran Sejarah Kelas X. Manusia Purba dan
Asal Usul Nenek Moyang. Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS
dan DIKMEN.

Djoned Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusato. 2009. Sejarah
Nasional Indonesia Jidil 1-2. Jakarta : Balai Pustaka.

Sukendar, Haris. (1998). Album Tradisi Megalitik di Indonesia. Jakarta:
Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Indonesia Dalam Arus Sejarah Jidil 1-2. PT Ichtiar Baru van Hoeve. Jakarta.

Muhammad Khairil. Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indoesia (Sejarah
KElas 10). Diakses 16 Agustus 2022.
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/sejarah/asal-usul-nenek-moyang-bangsa-
indonesia-sejarah-kelas-10/

Asal Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah Page 57


Click to View FlipBook Version