kegiatan materi ada batasan-batasannya. Pada semester 2, terdapat 7 bab yang utama
dijelaskan dalam sub-bab sub-bab yang lebih rinci.
Adapun model pembelajaran atau penyampaian materi untuk menguasai kompetensi
yaitu model cooperativ learning yang mencakup suatu kelompok kecil peserta didik
lalu bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan
suatu tugas, dan mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Selain
itu ada juga metode cerita, suri tauladan maupun praktek langsung untuk metode
praktik langsung sangat cocok diterapkan hanya pada bab-bab tertentu, karena
memang sudah seharusnya dipraktekkan agar para siswa dapat memahami secara
jelas.
B.4.3 Analisis Karakteristik Materi PAI di SMA
Ada 11 bab yang dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik sesuai KI dan KD
pada materi PAI di SMA. Materi PAI yang ada pada tingkat SMA lebih luas dan
mendalam kemudian juga lebih kepada nilai-nilai yang bisa diambil dari tema materi
tersebut, kita bisa mengetahui nya ketika melihat peta konsep. terdapat 11 bab pokok
yang diberikan pada murid atau anak didiknya dalam satu tahun proses
pembelajaran,lalu 11 bab tersebut diberikan dalam jangka waktu 2 semester. Pada
semester pertama ada 5 bab yang diberikan, lalu pada semester 2 terdapat 6 bab
utama. 12
Adapun model pembelajaran ataupun penyampaian materi, seorang guru dapat
memakai teknik yang berbeda-beda yang sesuai dengan materi, sehingga materi
tersebut bisa langsung dengan mudah dipahami. Dalam proses pembelajaran
diharapkan siswa tidak hanya sekedar mengetahui tetapi siswa diharapkan dapat
mempraktekkan. Pada kurikulum k13 ini siswa diharapkan lebih aktif daripada guru
sehingga guru hanya akan mengarahkan dan sisanya yang lebih berperan jika dilihat
12 Dr.Abdyl Rahman,M.Pd., Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Riset Pasar
(Pekanbaru: Guepedia, 2021).
dari materi-materi yang disajikan adalah siswa-siswa nya. Dari penjelasan-penjelasan
diatas, dapat diketahui bahwa pada intinya karakteristik materi PAI yang ada
diberbagai jenjang dan jenis pendidikan yaitu daru SD, SMP, SMA memiliki
karakteristik yang berbeda, hal tersebut bisa dilihat dari isi materi-materi nya, bobot
materi maupun pendalaman materi. 13
Adapun surat keputusan bersama yang dibuat oleh Prof. Mahmud Yunus dari
departemen Agama dan Mr. Hadi dari departemen PPK, yaitu, Tanggal 20 Januari
1951 (Agama), yang berisi rumusan antara lain sebagai berikut ;
A. Pendidikan Agama diberikan mulai kelas IV Sekolah rakyat.
B. Di daerah-daerah yang Agama masyarakat nya kuat, pendidikan Agama dapat
diberikan mulai kelas 1 sekolah, dengan catatan bahwa mutu pengetahuan umum
tidak boleh berkurang.
C. Di sekolah lanjutan tingkat pertama dan tingkat atas (umum dan kejuruan)
diberikan pendidikan agama dua jam setiap minggunya.
D. Pendidikan Agama diberikan kepada murid-murid sedikitnya 10 orang dalam 1
kelas dan mendapat izin dari orang tua atau walinya.
E. Pengangkatan guru Agama,biaya pendidikan Agama dan materi pendidikan
Agama ditanggung oleh Departemen Agama.
Dengan keluarnya peraturan bersama tersebut, maka pendidikan agama secara reuni
masuk dalam sekolah-sekolah negeri dan sekolah-sekolah partikelir, mulai dari SR,
SMP, sampai ke SMA, dan sekolah-sekolah kejuruan.
Penyelenggaraan pendidikam Islam di lembaga sekolah (SD, SMP, SMA,)
melalui mata pelajaran PAI sebetulnya masih dirasa sangat belum cukup. Untuk
sekolah-sekolah umum yang cenderung sekuler lalu sangat mengagung-agungkan
ilmu pengetahuan tentunya sangat tidak bagus mengenai mata pelajaran PAI nya,
yang dimana sekolah-sekolah umum tersebut tidak mengapresiasi dan juga tidak
13 Husaini,H, Hakikat Tujuan Pendidikan Agama Islam Dalam Berbagai Perspektif, vol. 4 No.1, 2021.
memberikan kesempatan terhadap peserta didik untuk lebih mengeksplor diri ke
bidang keagamaan. Pelajaran Agama Islam pada sekolah umum (SD, SMP, SMA,
dan SMK) berdurasi selama 2 jam sedangkan pada sekolah Islam memiliki durasi
yang lebih lama yaitu 7 jam bahkan bisa sampai 9 jam.
Adapun di sekolah umum (SD, SMP, SMA), pelajaran agama islam (PAI)
merupakan bagian kurikulum yang terwujud dalam sebuah mata pelajaran pendidikan
Islam. PAI di sekolah umum (SD, SMP, SMA), tidak terlalu memfokuskan materinya
dan posisi mata pelajaran PAI hanya sebatas "pemanis" kurikulum. Oleh karena itu
lah, agar PAI di SD SMP dan SMA bisa difungsikan dengan baik, maka seorang
pendidik memiliki peran yang sangat penting agar PAI menjadi nilai yang di junjung
tinggi oleh peserta didiknya di sekolah umum, serta diharapkan pendidik juga bisa
mengimplementasikan dan melakukan penghayatan terhadap mata pelajaran PAI. 14
Di dalam kenyataan di lapangan, banyak sekali problematika yang muncul
terhadap Pendidikan Agama Islam di sekolah umum sehingga berakibat tidak
maksimalnya pembelajaran PAI di sekolah, baik di tingkat SD, SMP, SMA, maupun
SMK. Adapun beberapa problematika yang sangat sering terjadi di sekolah umum
terhadap pendidikan agama islam beserta solusinya yaitu dipaparkan sebagai berikut.
1. Manajemen sekolah (peranan kepala sekolah dan guru selain guru agama)
permasalahan dalam hal manajemen yaitu kurang aktifnya kepala sekolah dan guru
selain guru agama dalam memberikan pelayanan pendidikan agama Islam yang
memadai untuk peserta didik. Solusi yang ditawarkan adalah:
A. Menyadarkan pihak manajemen tentang pentingnya memberikan pelayanan
pendidikan agama Islam yang memadai untuk peserta didik.
B. Menyadarkan pihak manajemen tentang kewajiban memberikan pelayanan
pendidikan Agama Islam yang memadai untuk peserta didik.
14 A.Rifqi Amin,M.Pd.I, Pengembangan Pendidikan Agama Islam Reinterpretasi Berbasis Interdispliner
(Yogyakarta,Jl.Paringtritis, n.d.).
2. Kompetensi Tenaga Pendidik
Permasalahan dalam hal tenaga pendidik:
A) Kurangnya keteladanan.
B) Kurangnya kemampuan menguasai materi.
C) Kurangnya kemampuan dalam mengelola kelas.
D) Kurangnya rasa tanggung jawab.
E) Evaluasi hanya berorientasi terhadap penelitian kognitif.
Adapun Solusi yang ditawarkan adalah:
A) Menggalakkan program-program peningkatan kemampuan guru seperti
pemberian beasiswa untuk melanjutkan studi, melaksanakan diklat-diklat dan lain-
lain.
B) Evaluasi mencakup penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik.
3. Peserta didik
Permasalahan yang ada pada peserta didik:
A. Kurangnya minat belajar agama
B. Adanya perbedaan tingkat pemahaman, pengamalan serta penghayatan nilai
agama diantara peserta didik.
Solusi yang ditawarkan adalah:
A) Semua pihak (stakeholder) berusaha menyadarkan peserta didik akan
pentingnya belajar agama Islam.
B) Pemisahan peserta didik dan mengelompokan mereka berdasarkan tingkat
kemampuan yang sama.
4. Dukungan orang tua
Permasalahan yang berkaitan dengan orang tua diantaranya adalah kurangnya
rasa tanggung jawab Dan kepedulian terhadap pendidikan agama anaknya. Adapun
solusi yang sering ditawarkan adalah pihak sekolah sering mengajak POM (Persatuan
orang tua murid) dalam membahas problematikan pendidikan agama Islam di
sekolah.
5. Sarana prasarana.
Di antara permasalahan dalam bidang sarana dan prasarana adalah:
A. Kurang lengkapnya sarana dan prasarana.
B. Kurangnya rasa tanggung jawab dan loyalitas civitas akademik dalam merawat
dan menjaga aset dan sarpras sekolah.
Adapun solusi yang ditawarkan adalah:
A. Pemberdayaan semua pihak terkait (stakeholder) untuk ikut menanggulangi
sarana dan prasarana di sekolah.
B. Pemberian arahan yang berkesinambungan kepada seluruh civitas akademik
dalam hal perawatan aset. 15
15 Sari and Shunhaji, “Perkembangan Kebijakan Pembelajaran Agama Islam Pada Lembaga Pendidikan
di Indonesia,” December 30, 2020.
C.PENUTUP
C.1 Kesimpulan
Perkembangan pendidikan agama islam diawali sejak masa setelah
kemerdekaan Indonesia yang pada saat itu pemerintah dan masyarakat Indonesia
mulai menyadari bahwa umat islam memiliki kontribusi terhadap kemerdekaan dan
keputusan pemerintah dibuktikan dengan dikeluarkannya peraturan mengenai
pendidikan khususnya agama islam. Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi
keimanan (aqidah), keislaman (syari'at) dan ikhsan (akhlak). Semua kajian
pendidikan agama Islam di atas tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan karena
semuanya memiliki keterkaitan dan berdasarkan Al-Qur'an, Sunnah, Ijma, Qiyas.
Oleh karena itu, semua aspek tersebut tidak boleh lepas dari urusan seorang muslim
baik secara personal maupun sebagai makhluk Allah yang memiliki tanggung jawab
sosial.
Secara umum tujuan pendidikan Agama Islam ialah mampu mencetak para insan
kamil yang beriman dan bertaqwa sehingga mampu menjalankan syariat Islam sesuai
dengan tuntunan al-Qur’an dan sunnah. Pendidikan Agma Islam juga bertujuan
menjadikan peserta didik memiliki akhlak mulia dan budi pekerti yang baik sesuai
norma-norma yang ada di masyarakat, serta menyeimbangkan pribadi manusia
melalui spiritual, kecerdasan, rasio, perasaan dan panca indra.
Adapun di sekolah umum (SD, SMP, SMA), pelajaran agama islam (PAI) merupakan
bagian kurikulum yang terwujud dalam sebuah mata pelajaran pendidikan Islam. PAI
di sekolah umum (SD, SMP, SMA), tidak terlalu memfokuskan materinya dan posisi
mata pelajaran PAI hanya sebatas "pemanis" kurikulum. Oleh karena itu lah, agar
PAI di SD SMP dan SMA bisa difungsikan dengan baik, maka seorang pendidik
memiliki peran yang sangat penting agar PAI menjadi nilai yang di junjung tinggi
oleh peserta didiknya di sekolah umum, serta diharapkan pendidik juga bisa
mengimplementasikan dan melakukan penghayatan terhadap mata pelajaran PAI
C.2 Saran
Diharapkan judul makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber
untuk dapat dilakukan sebagai sumber untuk dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai perkembangan keilmuan pendidikan agama islam, ruang lingkup serta
berbagai cakupannya. Diharapkan juga dalam penulisa makalah ini sumber yang
didapatkan dapat memenuhi standar keilmuan dalam pembuatan makalah.
D. Daftar Pustaka
A.Aziz, Asep, Ajas S Hidayatullah, Nurti Budiyanti, and Uus Ruswandi. “Taklim : Jurnal
Pendidikan Agama Islam PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI
SEKOLAH DASAR” 18 No.2 (2020).
Ahmad Suryadi, Rudi. “Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta).” Deepublish, 2018.
Amin,M.Pd.I, A.Rifqi. Pengembangan Pendidikan Agama Islam Reinterpretasi
Berbasis Interdispliner. Yogyakarta,Jl.Paringtritis, n.d.
Faizin, Faizin. “Pendidikan Agama Islam dan Pembentukan Karakter.” Edification
Journal 2, no. 2 (January 3, 2020): 111–21. https://doi.org/10.37092/ej.v1i2.116.
Habbiburrahman,M.Pd.I, DR.H Sayid. Materi Pendidikan Agama Islam. 1. CV.Feniks
Muda Sejahtra, n.d.
Haris Zubaidillah, Muh, and M.Ahmin Sulthan Nuruddaroini. “Jurnal Pendidikan
Agama Islam ANALISIS KARAKTERISTIK MATERI PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI JENJANG SD,SMP DAN SMA.” Addabana 2 No 1 (June 1, 2019).
Huda, Miftahul. “Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia dan Upaya
Penguatannya dalam Sistem Pendidikan Nasional.” Journal of Islamic Education
Research 1, no. 02 (June 29, 2020): 39–53. https://doi.org/10.35719/jier.v1i02.24.
Husaini,H. Hakikat Tujuan Pendidikan Agama Islam Dalam Berbagai Perspektif. Vol.
4 No.1, 2021.
Muhammad. Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam. Vol. 3. 2021, n.d.
Rahman,M.Pd., Dr.Abdyl. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis
Riset Pasar. Pekanbaru: Guepedia, 2021.
Sari, Windy Dian, and Akhmad Shunhaji. “Perkembangan Kebijakan Pembelajaran
Agama Islam Pada Lembaga Pendidikan di Indonesia.” Alim | Journal of Islamic
Education 2, no. 2 (December 30, 2020): 199–214.
https://doi.org/10.51275/alim.v2i2.185.
———. “Perkembangan Kebijakan Pembelajaran Agama Islam Pada Lembaga
Pendidikan di Indonesia.” Alim | Journal of Islamic Education 2, no. 2 (December 30,
2020): 199–214. https://doi.org/10.51275/alim.v2i2.185.
Umar, Mardan. Pendidikan Agama Islam (konsep dasar bagi mahasiswa perguruan
tinggi umum). Jl.Gerilya No.292 Purwokerto Selatan,Kab. Banyumas Jawa Tengah:
CV. Pena Persad, 2020.
Umar,S.Pd.I.,M.Pd, Dr.Mardan, and Dr. Felby Ismail,S.Pd.I.M.Pd. Buku Ajar
Pendidikan Agama Islam. Jawa Tengah: CV. Pena Persada, 2020.
MAKALAH
PROSEDUR PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PAI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar PAI
Dosen Pengampu :
Dr. Agus Setiawan, M.Pd,I
Disusun Oleh Kelompok 4 :
1. Anil Hamdal (2011101052)
2. Bahtiar (2011101040)
3. Lidia (2011101031)
4. Vandea Refina Rusdi (2011101058)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI
MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA
2022
1
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 3
A. Latar Belakang ..............................................................................................3
B. Rumusan Masalah .........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................4
II. PEMBAHASAN.............................................................................................. 5
A. Pengertian Prosedur ......................................................................................5
B. Analisis Bahan Ajar ......................................................................................6
C. Perancangan Bahan Ajar PAI........................................................................8
D. Pengembangan Lanjut Bahan Ajar PAI ......................................................10
E. Evaluasi Bahan Ajar PAI ............................................................................11
F. Revisi dalam Bahan Ajar PAI .....................................................................14
III. PENUTUP ..................................................................................................... 17
A. KESIMPULAN...........................................................................................17
B. SARAN .......................................................................................................17
IV. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 18
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prosedur merupakan hal penting dalam pengembangan bahan ajar
pendidikan Agama Islam. karena prosedur memuat langkah atau cara dalam
proses pembuatan bahan ajar, seperti analisis bahan ajar PAI, perancangan
bahan ajar PAI, evaluasi bahan ajar PAI, dan revisi dalam bahan ajar PAI.
Bahan ajar merupakan bahan atau materi pelajaran yang disusun secara
sistematis yang digunakan para pendidik dan peserta didik dalam proses
pembelajaran (Pannen:1995) jadi bahan ajar haruslah dirancang dan ditulis
dengan kaidah intruksional karena bahan ajar akan digunakan oleh para
pendidik untuk membantu dan menunjang proses pembelajaran.
Pada dasarnya para pendidik harus memiliki banyak kemampuan dalam
mengajar, bukan hanya itu para pendidik juga harus mampu mengembangkan
bahan ajar. Pengembangan bahan ajar mampu membuat pembelajaran lebih
menyenangkan, efektif, efesien, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Bahan ajar yang bersifat sistematis artinya ialah disusun secara ber urut
sehingga memudahkan siswa belajar dalam belajar.
Bahan ajar yang dikembangkan oleh para pendidik mempunyai pengaruh
yang sangat besar untuk menunjang keberhasilan sebuah pembelajaran.
Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat tergantung oleh kemampuan
dan ketepatan pendidik dalam menganalisis bahan ajar, merancang bahan ajar,
mengembangkan bahan ajar, mengevaluasi bahan ajar, dan merevisi dalam
bahan ajar.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut, penyusun merumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pengertian prosedur?
2. Bagaimana analisis bahan ajar PAI?
3. Bagaimana perancangan bahan ajar PAI?
4. Bagaimana pengembangan lanjut bahan ajar PAI?
3
5. Bagaimana evaluasi bahan ajar PAI?
6. Bagaimana revisi dalam bahan ajar PAI?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan yakni, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian prosedur.
2. Untuk mengetahui analisis bahan ajar PAI.
3. Untuk mengetahui perancangan bahan ajar PAI.
4. Untuk mengetahui pengembangan bahan ajar PAI.
5. Untuk mengetahui evaluasi bahan ajar PAI.
6. Untuk mengetahui revisi bahan ajar PAI.
4
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Prosedur
Prosedur adalah rangkaian kegiatan yang telah menjadi pola dan sudah
ditentukan dalam melakukan suatu pekerjaan atau aktifitas. Depdinas dalam
Krisma (2014) merinci prosedur atau langkah-langkah pengembangan bahan
ajar sebagai berikut :
Pertama yaitu menentukan kriteria pokok pemilihan bahan ajar dengan
mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar KD, hal ini
dikarenakan pada setiap aspek dalam SK dan KD memiliki Jenis materi
yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.1
Kedua yaitu mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar materi
pembelajaran dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif (fakta konsep
prinsip dan prosedur) aspek afektif (pemberian respon penerimaan
internalisasi dan penilaian serta aspek psikomotorik gerakan awal semi rutin
dan rutin).
Ketiga yaitu mengembangkan bahan ajar yang sesuai atau relevan
dengan SK-KD yang telah teridentifikasi sebelumnya. Keempat yaitu
mengembangkan sumber bahan ajar. Krisma(2014) menambahkan bahwa
pengembangan suatu bahan ajar harus berdasarkan analisis kebutuhan
peserta didik. Terdapat sejumlah alasan mengapa perlu dilakukan
pengembangan bahan ajar, seperti yang disebutkan oleh Direktorat :
1. Ketersedian bahan sesuai tuntutan kurikulum artinya bahan belajar
yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum
2. Karakteristik sasaran artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik sebagai sasaran
karakteristik tersebut meliputi lingkungan sosial, budaya, geografis,
maupun tahapan perkembangan peserta didik.
3. Pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan
masalah atau kesulitan dalam belajar.
1 Nana, Pengembangan Bahan Ajar (Klaten, Jawa Tengah: Lakeisha, 2019),hal, 25.
5
Dengan demikian pengembangan bahan ajar di sekolah perlu
memperhatikan karakteristik peserta didik dan kebutuhan peserta didik
sesuai kurikulum yaitu menurut adanya partisipasi dan aktivitas peserta
didik lebih banyak dalam pembelajaran. pengembangan lembar kegiatan
peserta didik menjadi salah satu alternatif bahan ajar yang akan bermanfaat
bagi peserta didik menguasai kompetensi tertentu karena lembar kegiatan
peserta didik dapat membantu peserta didik menambah informasi tentang
materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
B. Analisis Bahan Ajar
Analisis Merupakan kata yang sering terdengar pada suatu evaluasi
kegiatan. Analisis sering dilakukan untuk memperoleh kesimpulan
mengenai pelaksanaan kegiatan tersebut. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia, yang dimaksud dengan analisis adalah penyelidikan dan
penguraian terhadap suatu masalah untuk mengetahui keadaan yang sebenar-
benarnya dan proses pemecahan masalah yang dimulai dengan dugaan dan
kebenarannya (Sulchan Yasyin, 1997: 34).
Bahana ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru atau instructor dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan
tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari
suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis
sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara
utuh dan terpadu. Bahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang
diperlukan guru atau instructor untuk perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran. 2
Bahan ajar adalah isi yang diberikan kepada siswa pada saat
berlangsungnya proses belajar mengajar. Melalui bahan ajar ini siswa
diantarkan kepada tujuan pengajaran. Dengan perkataan lain tujuan yang
akan dicapai siswa diwarnai dan dibentuk oleh bahan ajar. Bahan ajar pada
2 Tri Rahayu, “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PAI DI SEKOLAH/ MADRASAH”
XIV (2021): hal 19.
6
hakikatnya adalah isi dari mata pelajaran atau bidang studi yang diberikan
kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang digunakannya. 3
Hal pertama dalam mengembangkan bahan ajar adalah analisis terlebih
dahulu yang perlu dianalisis yaitu karakteristik dan kebutuhan peserta didik
merupakan hal utama yang perlu mendapatkan perhatian. Karakteristik dan
kebutuhan peserta didik perlu diindetifikasi utuk menentukan jenis subtansi
bahan ajar yang dikembangkan. Bahan ajar yang baik adalah bahan ajar
yang sesuai karakterisitk peserta didik dan kebutuhan mereka terhadap
bahan ajar itu.
Pada tahap analisis ini mencoba untuk mengenali siapa peserta didik
dengan perilaku awal dan karakteristik yang dimilikinya, perilaku awal
berkenaan dengan kemampuan bidang ilmu atau mata tataran yang sudah
dimiliki peserta didik. Sementara itu karakteristik awal memberikan
informasi tentang ciri-ciri peserta didik. 4 Jika informasi tentang peserta
didik sudah diketahui maka implikasi terhadap rancangan bahan ajar dapat
ditentukan dan bahan ajar dapat segera dikembangkan. Tahap analisis
merupakan tahap dimana kita menganalisis kebutuhan awal dalam
pembuatan bahan ajar ini. Tahapan ini terdiri dari tiga kegiatan analisis,
sebagai berikut:
1. Analisis Kebutuhan
2. Analisis Kurikulum
3. Pemilihan Jenis Bahan Ajar
Pengenalan yang baik terhadap perilaku awal dan karakteristik awal
peserta didik sangat diperlukan untuk menentukan kebutuhan peserta didik
dan kemudian untuk merancang bahan ajar yang bermanfaat bagi peserta
didik. Dalam menganalisis bahan ajar hal yang paling utama ialah
menganalisis kebutuhan bahan ajar. Berikut ini adalah analisis yang harus
dilakukan dalam menganalisis bahan ajar :
3 Tri Rahayu, “Pengembangan bahan ajar…., hal 20.
4 Nana, Pengembangan Bahan Ajar…., hal 26.
7
1. Analisis SK-KD.
Analisis SK-KD dilakukan untuk menemukan kompetensi-kompetensi
mana yang memerlukan bahan ajar. Dari hasil analisis ini akan dapat
diketahui Berapa banyak bahan ajar yang hendak disiapkan dalam satu
semester tertentu dan jenis bahan ajar mana yang dipilih. Materi
disampaikan dengan ceramah, diskusi, simulasi penyusunan bahan ajar yang
disusun mengacu pada SK-KD5.
2. Analisis sumber belajar .
Sumber belajar yang akan digunakan sebagai bahan ajar harus dilakukan
analisis terlebih dahulu analisis ini dilakukan terhadap ketersediaan
kesesuaian dan kemudahan dalam penggunaannya
3. Pemilihan dan penentuan bahan ajar.
Pemilihan dan penentuan bahan ajar dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu kriteria bahwa bahan ajar harus menarik dapat membantu siswa
untuk mencapai kompetensi sehingga bahan ajar yang dibuat sesuai kebutuhan.
C. Perancangan Bahan Ajar PAI
Pada tahap ini ada beberapa hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan
yaitu perumusan tujuan pembelajaran pemilihan topik mata pelajaran
pemilihan media dan sumber serta pemilihan strategi pembelajaran dengan
ini diharapkan pendidikan dapat menjadikan individu-individu yang mandiri
sebagai pelajar yang mandiri dengan memenuhi kaidah-kaidah yang berlaku
yaitu Audience, Behavior, Condition, dan Degree.6
1. Pemilihan Topik Mata Tataran
Jika tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan dan analisis sudah
dilakukan maka peserta didik sudah mempunyai gambaran tentang
kompetensi yang harus dicapai melalui proses belajar. Dengan demikian,
petatar juga dapat segera menetapkan topik mata tataran dan isinya
mengenai apa saja topik, tema isu yang tepat untuk disajikan dalam bahan
5 Bayu Pradikto and Intan Purnama Dewi, “Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar
Pembelajaran Keaksaraan Fungsional,” n.d., 6.
6 Nana, Pengembangan Bahan Ajar…., hal 26.
8
ajar Sehingga peserta didik dapat belajar dan mencapai kompetensi yang
telah ditetapkan.
Acuan utama pemilihan topik mata kanan adalah Silabus dan analisis
instruksional yang telah penataan miliki. Selanjutnya penatar juga dapat
menggunakan berbagai buku dan sumber belajar serta melakukan
penelusuran pustaka yaitu mengkaji buku-buku tentang Mataram termasuk
ensiklopedia, majalah, dan buku yang ada di perpustakaan.7
2. Membuat Peta Konsep
Peta konsep bertujuan untuk mengetahui jumlah bahan ajar yang akan
kita siapkan dalam semester tertentu. Dengan adanya peta konsep akan
memudahkan untuk menentukan materi, menentukan jumlah bahan ajar
yang harus dibuat.
3. Pemilihan Media dan Sumber
Memilih media yang dibutuhkan untuk menyampaikan topik tataran,
yang memudahkan peserta belajar, serta yang menarik dan disukai peserta.
Kata kuncinya adalah media yang dapat mendorong peserta belajar. Media
itulah yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih.
4. Pemilihan Strategi Pembelajaran
Tahap pemilihan strategi pembelajaran merupakan tahap ketika
merancang aktivitas belajar. Dalam merancang aktivitas belajar, urutan
penyajia harus berhubungan dengan ketentuan
tema/isu/konsep/teori/prinsip/prosedur utama yang harus disajikan dalam
topik mata tataran. Hal ini tidaklah terlalu sulit jika sudah memiliki peta
konsep dari apa yang ingin diajarkan. Jika sudah mengetahuinya, maka
menentukan bagaiman materi itu disajikan, atau secara umum dapat
dikatakan bagaiman struktur bahan ajarnya. Berbagai urutan penyajian dapat
dipilih berdasarkan urutan kejadian untuk kronologis, berdasarkan lokasi,
berdasarkan sebab akibat, dan lain sebagiannya.
7 Nana, Pengembangan Bahan Ajar…., hal 27.
9
D. Pengembangan Lanjut Bahan Ajar PAI
Langkah guru dalam mengembangkan sumber bahan ajar mata pelajaran
PAI selanjutnya adalah dengan cara memperhatikan prinsip-prinsip dalam
pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi artinya materi
pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian
standar kompetensi, prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara
bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa, prinsip
kecukupan artinya hendaknya materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang
dijarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit dan juga tidak boleh terlalu
banyak. Jika sedikit maka akan kurang membantu mencapai standar
kompetensi jika terlalu banyak maka akan membuang waktu dan tenaga
yang tidak perlu dipelajari.8
Jadi guru berupaya untuk mengembangkan referensi atau rujukan dari
buku ataupun kitab lain yang mendukung proses pembelajaran. Bahan ajar
dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, tetapi yang digunakan
dalam pembelajaran PAI adalah:
1. Bahan ajar cetak antara lain, buku paket, modul, lembar kerja siswa,
globe, peta, dan kitab Sirah Nabawi.
2. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video atau film,
orang atau narasumber. 9
Setelah rencana pelaksanaan pembelajaran tersusun hal penting lainnya
ialah adanya interaksi antara guru dan siswa secara efektif dan optimal. Hal
ini akan menumbuhkan pengalaman belajar yang baik dalam diri siswa.
8 Karlina Indrawari, Sayyid Habiburrahman, “Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan
Agama Islam Dengan Metode Al-Qur’an Tematik” 17 No.1 (2019) hal24.
9 Afif Syaiful Mahmudin, “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM OLEH GURU TINGKAT SEKOLAH DASAR,” SITTAH: Journal of
Primary Education 2, no. 2 (October 30, 2021): 104,
https://doi.org/10.30762/sittah.v2i2.3396.
10
Agar guru bisa mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran guru harus
bisa memberikan evaluasi yang terstruktur dan diprogram secara baik10.
Setelah tahap perancangan tahap paling penting adalah melakukan
pengembangan lanjut bahan ajar itu sendiri. Tahap pengembangan ini
merupakan inti (core) dari tahap-tahap lainnya. Tahap sebelumnya
merupakan prasyarat, sementara tahap berikutnya adalah tahap finalisasi.
Jadi semua tahap itu memiliki signifikansi dan urgensinya masing-masing.
Karena merupakan kegiatan inti, pada tahap pengembangan diperlukan kerja
keras dan perhatian lebih. Kerja keras dan perhatian lebih itu diharapkan
dapat menghasilkan produk pengembangan yang optimal, menarik, efisien
dan efektif. Dalam melakukan langkah pengembangan bahan ajar, ada dua
tujuan penting yang perlu dicapai antara lain adalah :
1. Mempro-duksi atau merevisi bahan ajar yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
2. Memilih bahan ajar terbaik yang akan digunakan untuk mendekatan
pembelajaran.11
Pada tahap pengembangan ini diperlukan kerja keras dan perhatian lebih.
Kerja keras dan perhatian lebih itu diharapkan dapat menghasilkan produk
pengembangan bahan ajar yang optimal, menarik, efisien dan efektif.
E. Evaluasi Bahan Ajar PAI
Secara etimologi “evaluasi” berasal dari bahasa inggris yaitu evaluation
dari akar kata value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa arab
disebuut al-qiamah atau al-taqdir yang bermakna penilaian (evaluasi).
Sedangkan kata evaluasi secara harfiah, yaitu al-taqdir atau al-tarbiah yang
sering disebut sebagai evaluasi pendidikan diartikan sebagai penilaian dalam
bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
instansi pendidikan maupun kegiatan yang ada di dalamnya. Pakar ahli
memberikan pendapat tentang pengertian evaluasi diantaranya; Edwin dalam
10 Syaiful Mahmudin, “Pengembangan bahan ajar…., hal 104-105 ,
https://doi.org/10.30762/sittah.v2i2.3396..
11 Rahmat Arofah Cahyadi, “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis ADDIE Model”
halaqah islamic : journal education 3, no. 1 (juni 01 2019) hal, 39
11
Ramayulis berkata bahwa evaluasi mengandung pengertian suatu tindakan
atau proses dalam menentukan nilai sesuatu (Ramayulis, 2002) M. Chabib
Thoha, megartikan evaluasi merupakan kegiatan yang terencana dan
sistematis untuk mengetahui keadaan objek dengan meggunakan instrumen
dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur memperoleh kesimpulan
(Thoha, 1990).
Evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses yamg
sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (ketentuan, kegiatan, keputusan,
unjuk-kerja, proses, orang, objek dan yang lainnya) berdasarkan kriteria
tertentu melalui penilaian Untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara
membandingkan dengan kriteria, evaluator dapat langsung
membandingkan dengan kriteria umum, dapat pula melakukan
pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian membandingkan
dengan kriteria tertentu. Di dalam pengertian yang lain yaitu antara
evaluasi, pengukuran, dan penilaian ialah kegiatan yang bersifat hirarki.12
Sehingga dapat diartikan berkaitan dengan proses pembelajaran maka
tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanannya harus
dilakukan secara berurutan atau sistematik. Dalam hal ini ada kaitan yang
hampir sama namun berbeda, yaitu penilaian dan pengukuran. Pengertian
pengukuran terarah kepada suatu tindakan dalam menentukan kuantitas
sesuatu, oleh karena itu biasanya sangat diperlukan alat bantu. Sedangkan
penilaian atau evaluasi memiliki arti dalam menentukan suatu kualitas atau
nilai akan sesuatu.
Evaluasi belajar dan pembelajaran ialah sebuah proses untuk
menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan melalui
kegiatan penilaian atau pengukuran pembelajaran. Penilaian belajar ialah
hasil akhir dari nilai keberhasillan belajar dan pembelajaran yang dilakukan
secara kualitatif.
12 Ina Magdalena, Alvi Ridwanita, and Aulia, “EVALUASI BELAJAR PESERTA
DIDIK” 2 (2020) hal 119.
12
Dari beberapa pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa evaluasi
pendidikan memiliki beberapa unsur :
1. Evaluasi pendidikan menggali informasi seputar keterwujudan tujuan
pembelajaran yang telah dilaksanakan, tujuan tersebut berupa
perubahan sikap, kemampuan dan keilmuan peserta didik.
2. Evaluasi pendidikan merupakan proses yang terstruktur bukan acak,
evalusai pendidikan didasarkan atas standar yang telah ditentukan.
3. Evaluasi pendidikan mencakup semua aspek pendidikan.
4. Evalusai pendidikan bersifat terus menerus13
Maka dapat disimpulkan evaluasi bahan ajar khusus dalam pembelajaran
PAI adalah untuk menentukan sejauh mana tingkat keberhasilan siswa
dalam mengikuti pembelajaran pai. Pada kondisi dimana para siswa dapat
memahami dan mendapatkan nilai yang sangat memuaskan, maka tentu saja
akan memberikan dampak stimulus dalam proses pembelajaran. Sehingga
evaluasi dalam pendidikan islam adalah melihat sejauh mana keberhasilan
pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai islam sebagai tujuan dari
pendidikan itu sendiri. Evaluasi dalam pendidikan islam telah menjadi
sebuah tolak ukur yang selaras dengan tujuan pendidikannya. Baik itu tujuan
jangka pendek, yaitu membimbing manusia agar hidup selamat dunia,
maupu tujuan jangka panjang untuk kesejahteraan hidup di akhirat nanti
(Jalaludin 1994).
Evaluasi merupakan proses untuk memperoleh beragam reaksi dari
berbagai pihak terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Pada tahap ini,
penilaian terhadap bahan ajar oleh ahli dan penilaian dari sudut pandang
siswa didapatkan hasil berupa tingkat kelayakan bahan ajar. Komentar dan
13 Mubarak Bamualim, “Kedudukan Dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran Bahasa
Arab,” Jurnal Al-Fawa’id : Jurnal Agama dan Bahasa 10, no. 2 (September 30,
2020): 3–4, https://doi.org/10.54214/alfawaid.Vol10.Iss2.141.
13
saran dari ahli pun dijadikan sebagai bahan memperbaiki bahan ajar14.
Reaksi ini hendaknya dipandang sebagai masukan untuk memperbaiki bahan
ajar lebih berkualitas. Evaluasi sangat diperlukan untuk melihat efektivitas
bahan ajar yang dikembangkan. Apakah bahan ajar yang dikembangkan
memang dapat diemngeti, dibaca dengan baik, dan dapat mendorong peserta
untuk belajar. Disamping itu, evaluasi diperlukan untuk memperbaiki bahan
ajar sehingga menjadi bahan ajar yang baik. Secara umum, terdapat 4 cara
untuk mengevaluasi bahan ajar yaitu :
1. Telaah oleh ahli materi (lebih ditekankan pada validitas keilmuan
serta ketepatan cakupan)
2. Uji coba satu-satu (salah seorang peserta mengkaji bahan ajar,
kemudian diminta untuk memberikan komentar tentang
keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan, dan tingkat kesukaran)
3. Uji coba kelompok kecil (satu kelompok kecil mengkaji bahan
ajar, kemudian diminta until memberikan komentar yentang
keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan, dan tingkat kesukaran)
4. Uji coba lapangan (untuk memproleh informasi apakah bahan
ajar dapat mencapai tujian, apakah bahan ajar dianggap memadai
dan seterusnya).
F. Revisi dalam Bahan Ajar PAI
Menurut Arsanti yang di kutip oleh Nasaruddin, revisi bahan ajar
diperlukan dalam penyempurnaan bahan ajar agar lebih menarik dan efektif
pada saat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga memudahkan
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kegiatan revisi
bahan ajar dilakukan sesuai dengan berdasarkan data yang diperolah dari
evaluasi formatif. Revisi bahan ajar dilakukan berdasarkan penilaian
perseorangan, penilaian kelompok kecil, dan hasil uji coba di lapangan
melalui kegiatan revisi dengan pertimbangan:
14 Utari Narulita, “Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan,” n.d.,
50.
14
1. Revisi terhadap isi atau substansi bahan ajar agar lebih akurat
sebagai bahan alat belajar.
2. Revisi terkait dengan prosedur yang digunakan dalam penggunaan
bahan ajar.15
Guswari, Tanjung dan Panjaitan (2021) menyatakan bahwa tujuan dari
revisi bahan ajar adalah untuk mendapatkan efektifitas media dan sumber
pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, dengan
melakukan revisi bahan ajar, dapat diketahui kekurangan dan kelebihan
bahan ajar yang akan digunakan dalam sebuah proses pembelajaran.
Tahapan revisi bahan ajar dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Proses revisi yaitu dimulai dengan meringkas data yang telah
ditemukan.
2. Revisi pembelajaran dilakukan dengan berdasarkan semua
informasi yang telah didapatkan dari evaluasi kelompok kecil atau
dari uji lapangan.
3. Peerbandingan dari berbagai pendekatan juga diikutsertakan dalam
evaluasi formatif
4. Selain beerdasarkan hasi evaluasi, revisi bahan ajar juga dilakukan
sesuai dengan strategi pembelajaran.
Revisi terhapdap materi pembelajaran dilaksanakan agar diperoleh
pemahaman menyeluruh dan informasi seberapa jauh perbaikan yang perlu
dilakukan, melalui langkah-langkah:
1. Memeriksa data mengenai tingkah laku serta memasukan peserta
didik berdasarkan dengan penilaian formatif.
2. Meninjau kembali data pretest dan posttest agar dapat membantu
pendidik untuk mengenali secara tepat masalah dan memutuskan
perubahan apa yang harus dilakukan dalam sebuah proses
pembelajaran untuk masing-masing materi tertentu.
15 Nasruddin et al., Pengembangan Bahan Ajar (Padang: PT. Global Eksekutuf
Teknologi, 2022), 73.
15
3. Mempelajari skor dari pretest untuk menentukan pemahaman dari
peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok terhadap
materi yang telah di ajarkan.
16
III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Prosedur merupakan hal penting dalam pengembangan bahan ajar.
karena prosedur memuat langkah atau cara dalam proses pembuatan bahan
ajar. Hal pertama dalam mengembangkan bahan ajar adalah dengan analisis.
Tahap analisis merupakan tahap menganalisis kebutuhan awal dalam
pembuatan bahan ajar. Tahapan ini terdiri dari tiga kegiatan analisis yaitu,
analisis kebutuhan, analisis kurikulum, pemilihan jenis bahan ajar.
Hasil dari analisis selanjutnya membuat perancangan pada tahap ini ada
beberapa hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan yaitu perumusan tujuan
pembelajaran pemilihan topik mata pelajaran pemilihan media dan sumber
serta pemilihan strategi pembelajaran dengan ini diharapkan pendidikan
dapat menjadikan individu-individu yang mandiri sebagai pelajar yang
mandiri dengan memenuhi kaidah-kaidah yang berlaku yaitu Audience,
Behavior, Condition, dan Degree.
Setelah perancangan langkah guru dalam mengembangkan sumber bahan
ajar mata pelajaran PAI selanjutnya, adalah dengan cara memperhatikan
prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip
relevansi, prinsip konsistensi, prinsip kecukupan. Selanjutnya
pengembangan bahan ajar ini di evaluasi dan revisi. Evaluasi sangat
diperlukan untuk melihat efektivitas bahan ajar yang dikembangkan dan
revisi dapat diketahui kekurangan dan kelebihan bahan ajar yang akan
digunakan dalam sebuah proses pembelajaran.
B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kesempurnaan,
baik dari segi penulisan maupun isi materi. Untuk itu kami berharap kepada
dosen pengampu kami serta teman-teman sekalian dalam memberikan
masukan berupa saran dan kritik yang membangun agar makalah ini dapat
berkembang menjadi lebih baik kedepannya. Semoga makalah kami dapat
memberikan manfaat bagi kita semua yang membacanya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Bamualim, Mubarak. “Kedudukan Dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran Bahasa
Arab.” Jurnal Al-Fawa’id : Jurnal Agama dan Bahasa 10, no. 2
(September 30, 2020): 1–10.
https://doi.org/10.54214/alfawaid.Vol10.Iss2.141.
Magdalena, Ina, Alvi Ridwanita, and Bunga Aulia. “EVALUASI BELAJAR
PESERTA DIDIK” 2 (2020): 11.
Mahmudin, Afif Syaiful. “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA
PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM OLEH GURU
TINGKAT SEKOLAH DASAR.” SITTAH: Journal of Primary Education
2, no. 2 (October 30, 2021): 95–106.
https://doi.org/10.30762/sittah.v2i2.3396.
Nana. Pengembangan Bahan Ajar. Klaten, Jawa Tengah: Lakeisha, 2019.
Narulita, Utari. “Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan,”
n.d., 193.
Nasruddin, Dina Merris, Syahdara Abisa, Putu Ayub, Herman, Sri Jumiyati, Yanti
Kristina, et al. Pengembangan Bahan Ajar. Padang: PT. Global Eksekutuf
Teknologi, 2022.
Pradikto, Bayu, and Intan Purnama Dewi. “Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar
Pembelajaran Keaksaraan Fungsional,” n.d., 6.
Rahayu, Tri. “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PAI DI SEKOLAH/
MADRASAH” XIV (2021): 13.
18
19
MAKALAH
URGENSI PENGEMBANGAN MATERI PAI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Bahan Ajar
Dosen Pengampu: Dr.Agus Setiawan, M.Pd.I
Disusun Oleh Kelompok 5:
Cindy Az-Zahra Putri (2011101235)
Nur Rahmah (2011101255)
Sekar Pandan Arum (2011101258)
Said Zulfikar (2011101254)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS
SAMARINDA 2021/2022
i
DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN....................................................................................................................iii
1. Latar Belakang ....................................................................................................................iii
2. Rumusan Masalah ...............................................................................................................iii
3. Tujuan Masalah................................................................................................................... iv
B. PEMBAHASAN........................................................................................................................ v
1. Pengertian Pengembangan Pendikan Agama Islam ............................................................. v
2. Model-Model Pengembangan PAI....................................................................................viii
3. Tujuan Pengembangan PAI................................................................................................. xii
4. Peran Pentingnya Pengembangan PAI............................................................................... xv
C. PENUTUP.............................................................................................................................. xix
1. Kesimpulan........................................................................................................................ xix
2. Saran.................................................................................................................................. xix
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. xx
ii
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pengembangan PAI dalam rangka pencapaian Indonesia menjadi
negara maju merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam sistem pendidikan
nasional. Pada hakekatnya pengembangan PAI diperlukan bagi umat Islam
dan bangsa Indonesia untuk menghasilkan generasi yang unggul. Yakni,
berprestasi sesuai dengan bidang kecerdasannya masing-masing, misalnya
dalam bidang sosial atau alam. Melalui perkembangan ini, PAI dapat
mengangkat kejayaan (kemajuan) pendidikan Islam. Tentunya semangat
keilmuan, intelektualitas meningkat, dan hasilnya bisa menjadi pelajaran bagi
orang lain. Dari sini, PAI akan terus menghasilkan ilmuwan yang mampu
menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi berbasis Islam. dengan
perkembangan, pendidik, peserta didik, serta semua orang yang peduli dengan
pendidikan Islam dan berpartisipasi dalam pelaksanaan tujuan PAI akan dapat
memfasilitasi. Oleh karena itu, pengembangan PAI dimaksudkan tidak hanya
untuk menyelesaikan masalah, tetapi juga untuk mencegah potensi masalah.
Mencapai tujuan mendidik iman dan taqwa berarti melahirkan manusia yang
kreatif, berilmu, percaya diri, sehat dan mandiri. 1
Selain itu, melalui pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan
belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan tanggung jawab
terhadap lingkungan sosial dan alam, tercipta siswa yang berorientasi pada
aplikasi. Begitu pula dengan pengembangan pendidikan agama Islam, yang
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memahami, menghayati, dan
mengamalkan nilai-nilai agama pada peserta didik serta menyelaraskan
1 Alfauzan Amin, “Pengembangan Bahan Ajar Pai Pokok Bahasan Aspek Akidah Berbasis Pembelajaran
Metafora Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Smpn 17 Kota Bengkulu,” Manhaj: Jurnal
Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat 3, no. 1 (2019): 31,
iii
penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Mendorong kesiapan dan
percepatan peserta didik untuk mengintegrasikan nilai-nilai agama dan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas
maka rumusan masalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud Urgensi pengembangan pai?
2. Bagaimana Model pengembangan pai?
3. Apa Tujuan pengembangan pai?
4. Apa peran penting pengembangan pai?
3. Tujuan Masalah
1. Agar pembaca mengetahui bagaimana urgensi pengembangan pai.
2. Agar pembaca mengetahui bagaimana model pengembangan pai.
3. Agar pembaca mengetahui bagaimana tujuan pengembangan pai
4. Agar pembaca mengetahui bagaimana peran penting pengembangan pai
iv
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian IPengembangan IPendikan Agama IIslam
I I I I I I I I I IPengertian Ipengembangan IPendidikan IAgama Iislam Isebagai
IBudaya ISekolah Ipada Idasarnya Iadalah Isalah Isatu Iusaha Iyang Ibersifat Isadar,
Ibertujuan, ISistematis Idan Iterarah Ipada Iperubahan Itingkah Ilaku Iatau Isikap
Iyang Isejalan Idengan IAjaran-ajaran Iyang Iterdapat dalam IIslam. ISejalan Idengan
Iini, IZakiyah IDaradjat IMengatakan Ibahwa Ipendidikan Iagama IIslam Iadalah
Iusaha Iberupa Ibimbingan IDan Iasuhan Iterhadap Ianak Ididik Iagar Ikelak Isetelah
Iselesai Ipendidikannya IDapat Imemahami Idan Imengamalkan Iajaran Iagama
IIslam Iserta Imenjadikannya ISebagai Iway Iof Ilif.2
I I I I I I I IPendidikan Iagama Imemiliki Iperan Idalam Imelakukan Itransformasi
IReliguitas Ipada Isiswa. ITujuan Ipendidikan Iagama Isejatinya Ibukanlah Isekedar
IMentransfer Ipengetahuan Idan Iketerampilan, Imelainkan Ilebih Imerupakan
ISebuah Iikhtiar Imenumbuhkembangkan Ifitrah Iinsani. IBerfikir Imengenai
IPengembangan Imengajak Iseseorang Iuntuk Iberfikir Ikreatif Idan Iinovatif IDalam
Imelakukan Iperubahan Isebagai Iakibat Idari Ikeprihatian Iterhadap Isuatu IKondisi.
IPengembangan Ipendidikan IAgama IIslam Isebagai Ibudaya Isekolah IBerarti
Ibagaimana Imengembangkan IPAI Idi Isekolah, Ibaik Isecara Ikuantitatif IMaupun
Ikualitatif Idiposisikan Isebagai Ipijkan Inilai,semangat, Isikap Idan IPerilaku Ibagi
Ipara Iactor Isekolah Iseperti Ikepala Isekolah, Iguru, Ipeserta Ididik, ITenaga
Ikependidikan Idan Iseluruh Iwarga Isekolah.
I I IDalam IUU INo. I20 Itahun I2003 Itentang ISisdiknas Ipasal I1 Iayat I1
IDinyatakan Ibahwa;
2 Ismatul Maula and Indra Indra, “Pengembangan Bahan Ajar Desain Pembelajaran PAI Berbasis
Kurikulum 2013,” Jurnal Penelitian Pendidikan 11, no. 1 (2019): 1595–1603.
v
I I I I IPendidikan Iadalah Iusaha Isadar Idan Iterencana Iuntuk Imewujudkan
ISuasana Ibelajar Idan Iproses Ipempelajaran Iagar Ipeserta Ididik Isecara Iaktif
IMengembangkan Ipotensi Idirinya Iuntuk Imemiliki Ikekuatan Ispiritual
Ikeagamaan, Ipengendalian Idiri, Ikepribadian, Ikecerdasan, Iakhlak Imulia ISerta
Iketerampilan Iyang Idiperlukan Idirinya, Imasyarakat, Ibangsa Idan INegara.
I I I I ISelanjutnya Ipada Ipasal I1 Iayat I2 Idinyatakan Ibahwa Ipendidikan Inasional
IAdalah Ipendidikan Iyang Iberdasarkan IPancasila Idan IUndang-Undang IDasar IRI
ITahun I1945 Iyang Iberakar Ipada Inilai-nilai Iagama, Ikebudayaan Inasional
IIndonesia IDan Itanggap Iterhadap Ituntutan Iperubahan Izaman
I I I I IPendidikan IAgama IIslam Ibaik Ipada Ijenjang Ipendidikan Idasar Imaupun
IMenengah Iantara Ilain Ibertujuan Imewujudkan Imanusia IIndonesia Iyang Itaat
IBeragama Idan Iberakhlak Imulia, Iyaitu Imanusia Iyang Iberpengetahuan, Irajin
IBeribadah, Icerdas, Iproduktif, Ijujur, Iadil, Ietis, Iberdisiplin Ibertoleransi, Imenjaga
IKeharmonisan Isecara Ipersonal Idan Isocial Iserta Imengembangkan Ibudaya
IAgama Idalam Ikomunitas Isekolah I(Permen IDiknas, INomor I22 Itahun I2006
ITanggal I23 IMei I2006 Itentang IStandar IIsi Iterutama Ipada Ilampiran IStandar I
IKompetensi Idan IKompetensi IDasar Imata Ipelajaran IPAI. IDengan Idemikian,
IUpaya Ipengembangan IPendidikan IAgama IIslam Isebagai Ibudaya Isekolah Itelah
IMemperoleh Ilegalitas Iyang Ikuat.3
I I I I I I IPengembangan IPendidikan IAgama IIslam Isebagai Ibudaya Isekolah
IMerupakan Isebuah Ialternatif Iuntuk Imengimplementasikan Ieksistensi Idari
INilai-nilai Iajaran IIslam Iyang Isecara Ikonseptual Itertuang Idalam Imata Ipelajaran
IPAI Idi Isekolah Idasar Idan Imenengah. IKarena Imenurut INurkhalis IMajid
IBahwa Ikegagalan IPendidikan IAgama IIslam Idisebabakan Ipembelajaran IPAI
ILebih Imenitikberatkan Ipada Ihal-hal Iyang Ibersifat Iformal Idan Ihafalan, Ibukan
IPada Ipemaknaannya. IProses Ibelajar Imengajar Idiakui Iselama Iini Imasih
3 M Sya’roni, “Penguatan Pendidikan Agama Islam Melalui Budaya Sekolah,” Cendekia 13, no. 02
(2021): 161–65.
vi
IMengejar Itarget Ipencapaian Ikurikulum Iyang Itelah Iditentukan, Ipadahal Iyang
IDiperlukan Ilebih Ipada Isuasana Ikeagamaan.
I I I I IPendidikan IIslam Isaat Iini, Idihadapkan Ipada Iberbagai Perkembangan
Iyang Imeniscayakan Iuntuk Imelakukan Iperubahan IDan Iperbaikan Isehingga
Imampu Imelakukan Ipenyesuaian ITerhadap Iperubahan Itersebut. IPerkembangan
Iilmu Ipengetahuan IDan Iteknologi I(iptek) Imenjadi Itantangan Ibagi Ipendidikan
IIslam, ITerutama Idalam Imenghadapi Iera Iglobalisasi Iyang Itelah Imampu
IMengsistematisasikan Ijarak Idan Iwaktu Iantar Iberbagai Inegara IDalam
Ipertukaran Iinformasi Idan Ipengetahuan, Ikhususnya Idalam IBidang Ipendidikan
IIslam. IPerkembangan Iilmu Ipengetahuan Idan Iteknologi Iitu, Itelah IMelahirkan
Ianeka Imedia Iyang Idapat Idifungsikan Iuntuk IMengembangkan Ipendidikan
IIslam Idimaksud. IJika Ipada Iera IKlasik, Ipendidikan IIslam Ihanya Idapat
Imenjangkau Isasaran IMasyarakat Ilokal Idengan Ikualitas Iyang Irelatif Irendah,
Idengan IAdanya Imulti Imedia, Iterutama Iinternet, Imaka Ipendidikan IIslam IBisa
Iberlangsung Idengan Ijangkauan Itanpa Ibatas, Iwaktu Iyang ISangat Isingkat, Idan
Ikualitas Iyang Ilebih Itinggi. IPara Ipakar IPendidikan IIslam Idituntut Iuntuk
Imenggunakan Idan IMengembangkan Imedia Ipendidikan Iterupdate Isehingga
IPendidikan IIslam Idapat Ibersanding Idengan Ipendidikan Iumum IYang Iakhir-
akhir Iini Imengalami Ilompatan Isignifikan Iyang Isangat IMenggembirakan. IHal
Iini Iakan Iterjadi, Ijika Ipara Ipimpinan Idan IPendidik Idi Iberbagai Ilembaga
Ipendidikan IIslam Imemulai Iuntuk IMeningkatkan Ikualitas Ipendidikan Idan
Ikinerjanya. IJika Itidak, IMaka Icita-cita Imening-katkan Ikualitas Ipendidikan
IIslam IHanyalah Isebuah Iimpian Ibelaka. I
I IEra IRevolusi IIndustri I4.0 I(selanjutnya: IEra I4.0) IMembawa Idampak Iyang
Itidak Isederhana. IIa Iberdampak Ipada ISeluruh Iaspek Ikehidupan Imanusia.4
4 Ferry Doringin, Nensi Mesrani Tarigan, and Johny Natu Prihanto, “Eksistensi Pendidikan Di Era
Revolusi Industri 4.0,” Jurnal Teknologi Industri Dan Rekayasa (JTIR) 1, no. 1 (2020): 43–48,
https://doi.org/10.53091/jtir.v1i1.17.
vii
ITermasuk Idalam Ihal Iini IAdalah Ipendidikan. IEra Iini Iditandai Idengan Isemakin
Isentralnya IPeran Iteknologi Icyber Idalam Ikehidupan Imanusia. IMaka Itak IHeran
Ijika Idalam Idunia Ipendidikan Imuncul Iistilah I“Pendidikan I4.0”. IPendidikan I4.0
I(Education I4.0) Iadalah Iistilah Iumum IDigunakan Ioleh Ipara Iahli Ipendidikan
Iuntuk Imenggambarkan Iberbagai Icara Iuntuk Imngintegrasikan Iteknologi Icyber
Ibaik ISecara Ifisik Imaupun Itidak Ike Idalam Ipembelajaran. I
I I IIni Iadalah Ilompatan Idari Ipendidikan I3.0 Iyang Imenurut IJeff IBorden
Imencakup Ipertemuan Iilmu Isaraf, Ipsikologi Ikognitif, Idan ITeknologi
Ipendidikan. IPendidikan I4.0 Iadalah Ifenomena Iyang IMerespons Ikebutuhan
Imunculnya Irevolusi Iindustri Ikeempat IDimana Imanusia Idan Imesin Idiselaraskan
Iuntuk Imendapatkan ISolusi, Imemecahkan Imasalah Idan Itentu Isaja Imenemukan
IKemungkinan Iinovas Ibaru. Praktek Ipembelajaran IPendidikan Iagama IIslam
IKhususnya Imulai Ibergeser Ipada Itatanan Imodel Ipembelajaran IYang Ilebih
Iberpusat Ipada Ipeserta Ididik I(student Icentered) ISehingga Iguru Ihanya Iberperan
Isebagai Ifasilitator Ibagi Ipeserta IDidik. IDalam Ipembelajaran Iyang Iberpusat
Ipada Ipeserta Ididik, IGuru Isecara Isadar Imenempatkan Iperhatian Iyang Ilebih
Ibanyak IPada Iketerlibatan, Iinisiatif, Idan Iinteraksi Isosial Ipeserta
Ididik...............................;[;’/-=jhhjn66
2. Model-Model Pengembangan PAI
Mengenai pengembangan PAI, sangatlah penting untuk dilakukan, namun
tidak hanya dilakukan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah saja, melainkan
juga pada tingkat pendidikan tinggi pun sudah semestinya dilakukan pengembangan-
pengembangan yang mengacu pada pola perubahan masyarakat serta kebutuhan
peserta didik atau mahasiswa.5
Berkaitan dengan pengembangan PAI, Muhaimin berpendapat bahwa :
5 Rosnaeni Rosnaeni et al., “Model-Model Pengembangan Kurikulum Di Sekolah,” Edukatif : Jurnal
Ilmu Pendidikan 4, no. 1 (2021): 467–73.
viii
"Pemikiran tentang pengembangan pendidikan Islam mengajak seseorang untuk
berfikir anlitis-kritis, kreatif dan inovatif dalam menghadapi berbagai praktik dan isu
aktual di bidang pendidikan untuk di kaji dan ditelaah dari dimensi fundasionalnya
agar tidak kehilangan roh atau spirit Islam". Sedangkan menurut Tafsir ialah bahwa
pengembangan pendidikan Islam harus dilakukan secara mendasar dengan
menjadikan Pendidikan keimanan dalam hal ini pendidikan Agama Islam sebagai ruh
dan inti dari semua proses pendidikan.6
A. Pengembangan PAI di Sekolah Umum
PAI di sekolah umum hanya berkedudukan sebagai mata pelajaran, jadi untuk
pengembangan PAI di sekolah umum titik tekan utamanya bisa kita lihat pada
pengembangan pendidik PAI-nya. Dibutuhkan ketelatenan, kecerdasan, serta
kekreatifan pendidik PAI supaya bisa terjadi pengembangan PAI di sekolah umum
seluas mungkin di tengah-tengah minimnya dukungan. Agar status PAI di sekolah
umum tidak hanya sebagai pemenuhan kewajiban undang-undang, maka sangat perlu
PAI di fungsikan sebagaimana mestinya sebagai suatu nilai yang dijunjung tinggi
oleh peserta didik di sekolah umum.7
B. Pengembangan PAI di Perguruan Tinggi Umum
Dalam pengembangan mata kuliah sudah seharusnya mempertimbangkan
kebutuhan dan relevansinya dengan masing-masing jurusan, sehingga nantinya
matakuliah tersebut akan menjadi sangat bermakna dan terintenalisasi dengan baik
dan benar pada diri mahasiswa. Begitu pula halnya dengan pengembangan PAI di
perguruan tinggi, haruslah menjadikan PAI bukan sebagai ilmu yang sendiri atau
terpisah dengan ilmu-ilmu lainnya (dikotomi keilmuan), tetapi haruslah dapat
6 M P Dr. Hj. Sutiah, PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI TEORI DAN APLIKASINYA (NLC, 2020),
https://books.google.co.id/books?id=WpPsDwAAQBAJ.
7 Anim Purwanto, “Pengembangan Kurikulum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Di Sekolah Dasar
Islam Terpadu,” Jurnal Basicedu 6, no. 1 (2021): 335–42,
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i1.1928.
ix
menyatu dengan ilmu-ilmu lainnya dan sehingga terjadilah koneksi dan dialog antara
Ilmu Agama dan Ilmu Umum. Diperlukan adanya model pengembangan Pendidikan
Agama Islam di perguruan tinggi yang notabenenya memiliki banyak jurusan dan
term keilmuan, yang nantinya dapat mengakomodir terhadap kebutuhan dan
hubungan dengan keilmuan yang dipelajari mahasiswa. Adapun ruang lingkup yang
dapat dikembangkan dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di perguruan tinggi
dapat menyangkut pengembangan sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
perguruan tinggi. Sehingga dengan adanya pengembangan tersebut dapat memberikan
sebuah gambaran yang utuh mengenai model Pendidikan Agama Islam di perguruan
tinggi umum.
Adapun model pengembangan Pendidikan Agama Islam yang ada di
berbagai sekolah umum dan perguruan tinggi di Indonesia, dapat kita lihat dari
model-model di bawah ini.
1. Model Dikotomis
Pada model dikotomis implikasinya terhadap pengembangan
pendidikan agama islam yang lebih berorientasi pada keakhiratan, sedangkan
untuk masalah dunia diangggap tidaklah penting, lalu model ini menekankan
pada pendalaman al-‘ulum al-diniyah (ilmu-ilmu keagamaan) yang menjadi
jalan pintas untuk menuju kebahagiaan akhirat, dan untuk sains (ilmu
pengetahuan) dianggap terpisah dari agama. Pendekatan yang diterapkan
melalui model ini yaitu lebih bersifat keagamaan yang normative, doktriner,
dan absolutis. Diharapkan peserta didik mengarahkan dirinya untuk menjadi
pelaku (actor) yang loyal (setia), serta memiliki commitment (keberpihakan),
dan dedikasi (pengabdian) yang sangat tinggi kepada agama yang dipelajari.
Sedangkan adanya kajian-kajian ilmu yang bersifat empiris, rasional, dan
analitis-kritis dianggap menggoyahkan iman.8
8 Tarbiya Islamica, “PENGEMBANGAN SISTEM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM,” Jurnal Keguruan Dan
Pendidikan Islam 1 (2020): 9–22.
x
2. Model Mekanisme
Pada model mekanisme ini lebih memandang ke berbagai aspek-
aspek, dan pendidikan dipandang sebagai pengembangan seperangkat nilai
kehidupan yang masing-masing bergerak dan berjalan menurut fungsinya.
Aspek-aspek ataupun nilai-nilai kehidupan tersebut terdiri atas nilai agama,
nilai individu, nilai social, nilai politik, nilai ekonomi, nilai rasional, nilai
estetik, nilai biofisik, dan lain-lainnya. Model mekanisme PAI ini lebih
menekankan keluwesan antara nilai umum dan nilai agama, maka model ini
boleh berbaur menjadi satu namun juga bisa juga tidak sama sekali.
3. Model Organism/Sistemik
Pada model ini, dalam konteks pendidikan islam sebenarnya bertolak
dari pandangan bahwa aktivitas kependidikan merupakan suatu sistem terdiri
dari komponen-komponen yang hidup bersama dan bekerja sama secara
terpadu menuju tujuan tertentu, yaitu dengan terwujudnya hidup yang reiligius
dan dijiwai oleh ajaran-ajaran serta nilai-nilai agama. Melalui model ini
diharapksn sistem pendidikan agama islam dapat mengintegrasikan nilai-nilai
ilmu pengetahuan, nilai-nilai agama dan etik, serta mampu melahirkan
manusia-manusia yang menguasai dan menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan,
teknolog, dan seni, serta memiliki kematangan professional dan sekaligus
hidup di dalam nilai-nilai agama.
Adapun model pembelajaran PAI berbasis multikultular yaitu lebih
kepada mengharuskan proses pembelajarannya berlangsung secara efektif
melalui pengajaran efektif (effective teaching) dan belajar aktif (active
learning) dengan memperhatikan keragaman agama para peserta didik.
Mengajarkan tentang agama melibatkan pendekatan kesejarahan dan
perbandingan, sedangkan mengajarkan agama pendekatannya indoktrinasi
dogmatik. Dengan adanya model ini diharapkan peserta didik menjadi aktif
mencari, menemukan, dan mengevaluasi pandangan keagamaan nya sendiri
dengan membandingkannya dengan pandangan keagamaan peserta didik
xi
lainnya. Diharapkan juga melalui model ini, peserta didik menjadi tumbuh
sikap toleransinya, tidak menghakimi, dan melepaskan diri dari sikap fanatik
berlebihan.9
3. Tujuan iiPengembangan iiPAI
i ii ii ii iiTujuan iidari iiperencanaan iipembelajaran iiyakni iisebagai iipedoman
iiguru iidalam iimelaksanakan iipraktek iimengajar. iiDengan iidemikian iiapa
iiyang iidilakukan iiguru iipada iiwaktu iimengajar iibersumber iikepada
iiperencanaan iipembelajaran iiyang iitelah iidibuat iisebelumnya. iiRencana
iipembelajaran iiharus iimemperhatikan iiminat iidan iiperhatian iipeserta
iididik iiterhadap iimateri iistandar iiyang iidijadikan iibahan iikajian. iiDalam
iihal iiini, iiharus iidiperhatikan iiagar iiguru iijangan iihanya iiberperan
iisebagai iitransformator, iitetapi iiharus iiberperan iisebagai iimotivator
iiyang iidapat iimembangkitkan iigairah iibelajar, iiserta iimendorong iipeserta
iididik iiuntuk iibelajar, iidengan iimenggunakan iiberbagai iivariasi iimedia,
iidan iisumber iibelajar iiyangsesuai, iiserta iimenunjang iipembentukan
iikompetensi iidasar.10
ii ii iii Dalam iikonteks iipembelajaran iiPAI, iiperencanaan iisistem
iipembelajaran iiPAI iiadalah iisuatu iipemikiran iipersiapan iiuntuk
iimelaksanakan iitujuan iipengajaran iimelalui iilangkah-langkah iidalam
iipembelajaran iiyang iimenjadi iisuatu iikesatuan iiyang iiterdiri iiatas
iikomponen iiatau iielemen iiyang iisaling iiberinteraksi, iisaling iiterkait,
iiatau iisaling iibergantung iimembentuk iikeseluruhan iiyang iikompleks
iimenjadi iikombinasi iiyang iitersusun iimeliputi iiunsur-unsurmanusiawi,
iimaterial, iifasilitas, iiperlengkapan iidan iiprosedur iiyang iisaling
9 Muslih Qomarudin, “Model Pengembangan Kurikulum PAI Multikultural,” Al-I’tibar : Jurnal
Pendidikan Islam 6, no. 2 (2019): 98–101, https://doi.org/10.30599/jpia.v6i2.647.
10 Tatang Hidayat and Makhmud Syafe’i, Peran Guru Dalam Mewujudkan Tujuan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Rayah Al-Islam, vol. 2, 2018,
https://doi.org/10.37274/rais.v2i01.67.
xii
iimempengaru hiuntuk iimencapai iitujuan iipembelajaran iiPAI. iiTujuan
iidan iimerumuskan iiserta iimengaturpendayagunaan iisumber-sumber
iidaya: iiinformasi, iifinansial, iimetode iidan iiwaktu iiyangdiikuti iidengan
iipengambilan iikepustusan iiserta iipenjelasannya iitentang iipencapaian
iitujuan,penentuan iikebijakan, iipenentuan iiprogram, iipenentuan iimetode-
metode iidan iiprosedurtertentu iidan iipenentuan iijadwal iipelaksanaan
iiprogram. Pembelajaran iiPAI iibertujuan iiuntuk iimeningkatkan
iipemahaman, iikeimanan,penghayatan, iidan iipengamalan iipeserta iididik
iitentang iiagama iiIslam, iisehingga iimenjadi iimanusia iimuslim iiyang
iiberiman iidan iibertakwa iikepada iiAllah iiSubhanahu iiWa iiTa’ālā,
iiserta iiberakhlak iimulia iidalam iikehidupan iipribadi, iikeluarga, iidan
iimasyarakat. iiMeskipun iitujuan iipembelajaran iiPAI iibelum iiterlaksana
iidengan iiideal, iinamun iisetidaknya iiupaya iike iiarah iisana iisudah
iidilakukan. iiOleh iikarena iiitu, iimesti iiada iiupaya iialternatif iiyang
iidilakukan iiguru iiPAI iidalam iimewujudkan iipembelajaran iiPAI iiyang
iiorientasinya iibukan iihanya iidi iikelas.
ii ii ii ii iBerangkat iidari iihal iiini, iimaka iimesti iiada iimetode iilain
iidalam iimewujudkan iitujuan iipembelajaran iiPAI iisupaya iilebih
iiefektif, iisalah iisatunya iidengan iimetode iiriyadoh iiatau iilatihan iidalam
iimelakukan iiberbagai iiibadah iiseperti iishalat iidhuha, iimembaca
iiAlquran, iimelantunkan iikalimat-kalimat iithoyyibah, iidibiasakan
iimembaca iihadis iidan iiintinya iibagaimana iidi iisekolah iitersebut iiada
iirekayasa iiuntuk iimenciptakan iisuasana iireligius iiyang iitentunya iiharus
iimelibatkan iisemua iielemen iiyang iiada iidi iisekolah. 11
11 Noemi Sinkovics, Samia Ferdous Hoque, and Rudolf R. Sinkovics, “Supplier Strategies and Routines
for Capability Development: Implications for Upgrading,” Journal of International Management 24,
no. 4 (2018): 348–68, https://doi.org/10.1016/j.intman.2018.04.005.
xiii
ii ii ii ii ii iiMaka iidari iiitu, iidisinilah iiperan iiguru iiPAI iimesti iimenonjol
iidi iisekolah, iikarena iipendidikan iidi iisekolah iisaat iiini iitengah
iikehilangan iisosok iifigur, iisalah iisatunya iisosok iifigure iiguru iiPAI.
iiDengan iidemikian, iiguru iiPAI iimesti iimenjadi iisosok iifigur iidan
iirujukan iipeserta iididik iidi iisekolah iidalam iimasalah iiapapun. iiTatkala
iiguru iiPAI iisudah iimenjadi iisosok iifigur, iimaka iimata iipelajaran iiPAI
iiakan iidisenangi iipeserta iididik iidaripada iimata iipelajaran iilainnya.
iiDengan iidemikian, iimasuk iimata iipelajaran iiPAI iitidak iimembosankan
iilagi, iijustru iimata iipelajaran iiPAI iiakan iiditunggu-tunggu iioleh iipeserta
iididik, iidan iiitu iitidak iiterlepas iidari iiperan iiguru iiPAI iiyang iimenjadi
iisosok iifigur iidan iiteladan iidi iisekolahnya.i12 ii ii ii
i ii ii ii ii iEvaluasi iidalam iipembelajaran iiPendidikan iiAgama iiIslam
iiharus iidilakukan iikomprehensif iidan iiterintegrasi. iiKedudukan iievaluasi
iisangat iipenting iidalam iipembelajaran iiPendidikan iiAgama iiIslam,
iikarena iievaluasi iimenempati iiposisi iiyang iisangat iisentral iiuntuk
iimengetahui iikeberhasilan iiproses iipembelajaran. iiEvaluasi iidilakukan
iiuntuk iimengetahui iiefektivitas iidan iiefisiensi iipembelajaran iiyang
iidilakukan, iifungsinya iiuntuk iimengetahui iikapasitas iipendidik iidan
iipeserta iididik, iisehingga iibisa iidilakukan iiperbaikan iijika iimemang
iiditemukan iiada iifaktor iiyang iibelum iioptimal iidalam iiproses
iipembelajaran. iiKegunaan iievaluasi iidalam iipembelajaran iiPendidikan
iiAgama iiIslam iiuntuk iiperbaikan, iipenyesuaian, iidan iipenyempurnaan
iiprogram iiberdasarkan iipengalaman iipendidik iiyang iididapatkan
iidilapangan. iiPrinsipnya iiharus iikontinuitas, iikomprehensif, iiterintegrasi,
iiadil, iiobjektif, kooperatif, iipraktis, iikoherensi, iidan iiakuntabilitas.
6Sinkovics, Hoque, and Sinkovics.
xiv
4. Peran Pentingnya Pengembangan PAI
Pengembangan PAI dalam rangka pencapaian Indonesia menjadi
negara maju merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam sistem pendidikan
nasional. Dengan penduduk mayoritas Muslim, Indonesia tidak dapat
dipisahkan dari budaya Muslim, khususnya dalam hal pendidikan Islam.
Diasumsikan bahwa pendidikan, termasuk pendidikan Islam, berperan besar
dalam terwujudnya peradaban bangsa yang setinggi-tingginya. 13 Ditinjau dari
tinjauan sejarah, ternyata dinamika pendidikan Islam bekerja dengan luar
biasa. Sejak lahir hingga dewasa, terdapat masa-masa kemajuan dalam
pendidikan Islam. Dimana, pada masa kejayaan pendidikan Islam, lahirlah
ilmuwan-ilmuwan besar yang berpengaruh di negeri ini. Bahkan, ia juga
memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan Barat modern. meskipun, Setelah itu, karena lemahnya daya
intelektual dan gagasan “pembangunan”, pendidikan Islam memasuki masa
kemunduran. Baru pada awal abad ke-20 tanda-tanda semangat renaisans
dalam pendidikan Islam akhirnya muncul, berkat beberapa perkembangan
yang terjadi selama ini.
Pada hakekatnya pengembangan PAI diperlukan bagi umat Islam dan
bangsa Indonesia untuk menghasilkan generasi yang unggul. Yakni,
berprestasi sesuai dengan bidang kecerdasannya masing-masing, misalnya
dalam bidang sosial atau alam. Melalui perkembangan ini, PAI dapat
mengangkat kejayaan (kemajuan) pendidikan Islam. Tentu saja, semangat
ilmiah dan intelektualitas meningkat, dan hasilnya bisa menjadi pelajaran.
Satu untuk komunitas lain. Berdasarkan hal tersebut, PAI akan terus
menghasilkan ilmuwan yang mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan
13 M P I Rahmat, Pendidikan Agama Islam Multidisipliner Telaah Teori Dan Praktik Pengembangan PAI
Di Sekolah Dan Perguruan Tiggi, Pertama (LKiS, 2017),
https://books.google.co.id/books?id=3NrrDwAAQBAJ.
xv
teknologi berbasis Islam. Salah satu fungsinya adalah untuk menyeimbangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi sekuler yang pergerakannya semakin liar.
Dalam arti, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekuler telah
meningkatkan potensi dehumanisasi.14 Selain itu, PAI ke depan dapat
menciptakan situasi sosial politik khususnya di Indonesia yang lebih kondusif
bagi keamanan, perdamaian, keadilan, pengentasan kemiskinan dan
kesejahteraan.
Secara lebih rinci, perkembangan PAI di semua jenjang dan bentuk
pendidikan Islam menjadi semakin relevan. Padahal, ada beberapa masalah
yang tidak dapat diatasi yang perlu ditangani belakangan ini. Misalnya, yang
pertama adalah isu politik seperti korupsi, kebijakan moneter, nepotisme,
kecurangan pemilu dan daerah, dan pengurus partai yang hanya peduli pada
golongan tertentu. Dua masalah ekonomi antara lain kesenjangan antara kaum
miskin dan borjuis, minimnya kesempatan kerja, dan kurangnya semangat
pemuda untuk berwirausaha. Tiga masalah sosial sosial tersebut antara lain
seks bebas dan seks menyimpang, maraknya merokok di kampus, mutilasi,
kekerasan pra-terorisme, dan ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan.
KeempatPermasalahan keilmuan terletak pada minimnya pengetahuan
umum para ilmuwan yang menghayati agamanya dalam penciptaan teknologi,
minimnya kreasi yang dapat bermanfaat bagi kemajuan bangsa, dan masih
adanya dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. Kelima, masalah
“gesekan” antar ormas Islam yang berujung pada fenomena negatif, seperti
perbedaan pendapat. Dan gesekan harus dapat mengarah pada hal yang
positif, yaitu dalam rangka persaingan dalam bidang kebaikan dan ketakwaan.
Di mana lagi energi umat Islam dihabiskan untuk "perjuangan" dengan umat
Islam itu sendiri. Namun, berlomba-lomba dalam mengembangkan ilmu agar
14 M P Dr. M. Hadi Purnomo, Pendidikan Islam: Integrasi Nilai-Nilai Humanis, Liberasi Dan
Transendensi Sebuah Gagasan Paradigma Baru Pendidikan Islam (Absolute Media, 2020),
https://books.google.co.id/books?id=-lkAEAAAQBAJ.
xvi
bisa bermanfaat bagi umat Islam khususnya dan tentunya masyarakat
Indonesia lainnya.15
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan PAI
merupakan salah satu bentuk nyata dukungan terhadap perkembangan budaya
di masyarakat. Artinya, sudah berkali-kali ditekankan bahwa PAI harus
berkontribusi pada penciptaan budaya yang lebih tinggi. Yakni, salah satunya
adalah budaya yang bercirikan ilmu yang aktif berkembang, mencintai dunia,
bekerja dan mengabdi kepada masyarakat, inspiratif. Anggapan
perkembangan budaya (dalam bidang apapun) tidak akan lepas dari
perkembangan budaya dalam bentuk atau wilayah lain dalam masyarakat.
Kedua budaya tersebut berupa “gagasan atau gagasan” seperti penggunaan
bahasa dalam komunikasi, dan juga berupa “benda” seperti teknologi berupa
telepon genggam. Dengan kata lain, perkembangan PAI terjadi karena
dipengaruhi oleh peristiwa budaya lain, begitu pula sebaliknya. Sebagai
contoh, menyebarkan budaya “literasi” teknologi informasi memungkinkan
generasi muda memperoleh informasi dengan cepat dan mudah. Untuk itu
diperlukan pengembangan PAI berbasis teknologi informasi. Di sisi lain,
dengan berkembangnya PAI berbasis teknologi informasi, dapat
menginspirasi para pakar teknologi informasi dan ilmuwan terkait dengan
semangat untuk menciptakan perangkat dan sumber belajar PAI yang
canggih.16
Dari semua hal di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa
pengembangan PAI adalah gagasan yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai
Islam. Kalaupun dilakukan secara konsisten (masih berlandaskan Al-Qur'an
15 S.P.I.M.P.I. Dr. Hasruddin Dute and M A Dr. M. Zainul Hasani Syarif, Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Dalam Masyarakat Pluralistik (Publica Indonesia Utama, 2021),
https://books.google.co.id/books?id=i-tDEAAAQBAJ.
16Religious Journal, Islamic Education, and Available Online, “IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAI
PADA ANAK USIA DINI DI ERA TEKNOLOGI DIGITAL,” Jurnal Nasional 1, no. 2 (2022): 1–12.
xvii
dan Hadits), dapat mencapai derajat "keutuhan" dalam agama. Perkembangan
PAI juga merupakan faktor keberhasilan penting dalam mewujudkan
kemajuan negara Indonesia. Mengingat keadaan bangsa Indonesia yang
multikultural dan selalu rentan terhadap gesekan. Dapat dikatakan bahwa
pengembangan PAI merupakan langkah penting menuju pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Apalagi PAI merupakan bagian dari sistem pendidikan
yang tidak dapat dipisahkan dari yang lain. Selain itu, pengembangan akan
memudahkan guru, siswa dan semua orang yang peduli dan terlibat dalam
pendidikan Islam untuk mewujudkan tujuan PAI.
xviii
B. C. PENUTUP
1. Kesimpulan
pengembangan Pendidikan Agama Islam sebagai Budaya Sekolah pada
dasarnya adalah salah satu usaha yang bersifat sadar, bertujuan, Sistematis dan
terarah pada perubahan tingkah laku atau sikap yang sejalan dengan Ajaran-ajaran
yang terdapat dalam Islam. Sejalan dengan ini, Zakiyah Daradjat Mengatakan bahwa
pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan Dan asuhan terhadap anak
didik agar kelak setelah selesai pendidikannya Dapat memahami dan mengamalkan
ajaran agama Islam serta menjadikannya Sebagai way of lif.
Pendidikan agama memiliki peran dalam melakukan transformasi
Religuitas pada siswa. Tujuan pendidikan agama sejatinya bukanlah sekedar
Mentransfer pengetahuan dan keterampilan, melainkan lebih merupakan Sebuah
ikhtiar menumbuhkembangkan fitrah insani. Berfikir mengenai Pengembangan
mengajak seseorang untuk berfikir kreatif dan inovatif Dalam melakukan perubahan
sebagai akibat dari keprihatian terhadap suatu Kondisi. Pengembangan pendidikan
Agama Islam sebagai budaya sekolah Berarti bagaimana mengembangkan PAI di
sekolah, baik secara kuantitatif Maupun kualitatif diposisikan sebagai pijkan
nilai,semangat, sikap dan Perilaku bagi para actor sekolah seperti kepala sekolah,
guru, peserta didik, Tenaga kependidikan dan seluruh warga sekolah.
2. Saran
iDengan iadanya ipenulisan imakalah iini, itentunya ikami idari ipenulis
imenyadari ijika iDalam ipenulisan imakalah iini ibanyak isekali idari ikata itidak
isempurna. iOleh ikarena iitu i,saya isangat imembutuhkan isaran idan ikritik idari
ipara ipembaca semoga makalah iini idapat imenambah iwawasan ibagi ipara
ipembaca iterkhususnya ikepada ipenulis.
xix
C. DAFTAR PUSTAKA
Amin, Alfauzan. “Pengembangan Bahan Ajar Pai Pokok Bahasan Aspek Akidah
Berbasis Pembelajaran Metafora Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep
Siswa Smpn 17 Kota Bengkulu.” Manhaj: Jurnal Penelitian Dan Pengabdian
Masyarakat 3, no. 1 (2019): 31. https://doi.org/10.29300/mjppm.v3i1.2342.
Doringin, Ferry, Nensi Mesrani Tarigan, and Johny Natu Prihanto. “Eksistensi
Pendidikan Di Era Revolusi Industri 4.0.” Jurnal Teknologi Industri Dan
Rekayasa (JTIR) 1, no. 1 (2020): 43–48. https://doi.org/10.53091/jtir.v1i1.17.
Dr. Hasruddin Dute, S.P.I.M.P.I., and M A Dr. M. Zainul Hasani Syarif.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Masyarakat Pluralistik. Publica
Indonesia Utama, 2021. https://books.google.co.id/books?id=i-tDEAAAQBAJ.
Dr. Hj. Sutiah, M P. PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI TEORI DAN
APLIKASINYA. NLC, 2020.
https://books.google.co.id/books?id=WpPsDwAAQBAJ.
Dr. M. Hadi Purnomo, M P. Pendidikan Islam: Integrasi Nilai-Nilai Humanis,
Liberasi Dan Transendensi Sebuah Gagasan Paradigma Baru Pendidikan
Islam. Absolute Media, 2020. https://books.google.co.id/books?id=-
lkAEAAAQBAJ.
Hidayat, Tatang, and Makhmud Syafe’i. Peran Guru Dalam Mewujudkan Tujuan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah. Rayah Al-Islam. Vol. 2,
2018. https://doi.org/10.37274/rais.v2i01.67.
Islamica, Tarbiya. “PENGEMBANGAN SISTEM PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM.” Jurnal Keguruan Dan Pendidikan Islam 1 (2020): 9–22.
xx
Journal, Religious, Islamic Education, and Available Online. “IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN PAI PADA ANAK USIA DINI DI ERA TEKNOLOGI
DIGITAL.” Jurnal Nasional 1, no. 2 (2022): 1–12.
Maula, Ismatul, and Indra Indra. “Pengembangan Bahan Ajar Desain Pembelajaran
PAI Berbasis Kurikulum 2013.” Jurnal Penelitian Pendidikan 11, no. 1 (2019):
1595–1603.
Purwanto, Anim. “Pengembangan Kurikulum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT)
Di Sekolah Dasar Islam Terpadu.” Jurnal Basicedu 6, no. 1 (2021): 335–42.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i1.1928.
Qomarudin, Muslih. “Model Pengembangan Kurikulum PAI Multikultural.” Al-
I’tibar : Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 2 (2019): 98–101.
https://doi.org/10.30599/jpia.v6i2.647.
Rahmat, M P I. Pendidikan Agama Islam Multidisipliner Telaah Teori Dan Praktik
Pengembangan PAI Di Sekolah Dan Perguruan Tiggi. Pertama. LKiS, 2017.
https://books.google.co.id/books?id=3NrrDwAAQBAJ.
Rosnaeni, Rosnaeni, Sukiman Sukiman, Apriliyanti Muzayanati, and Yani Pratiwi.
“Model-Model Pengembangan Kurikulum Di Sekolah.” Edukatif : Jurnal Ilmu
Pendidikan 4, no. 1 (2021): 467–73.
Sinkovics, Noemi, Samia Ferdous Hoque, and Rudolf R. Sinkovics. “Supplier
Strategies and Routines for Capability Development: Implications for
Upgrading.” Journal of International Management 24, no. 4 (2018): 348–68.
https://doi.org/10.1016/j.intman.2018.04.005.
Sya’roni, M. “Penguatan Pendidikan Agama Islam Melalui Budaya Sekolah.”
Cendekia 13, no. 02 (2021): 161–65.
xxi
xxii
MAKALAH
PENYUSUNAN BAHAN AJAR
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar PAI I
Dosen Pengampu:
Dr. Agus Setiawan, M.Pd.I.
Disusun Oleh Kelompok 6:
Desfyansyah (2011101108)
Muhammad Fadhillah Rahman (2011101094)
Nur Aulia Fitri (2011101110)
Nurhisyam Arranniri (2011101105)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA
2022