BUKU AJAR PRAKTIKUM
KESELAMATAN PASIEN & KESELAMATAN KESEHATAN
KERJA DALAM KEPERAWATAN
Penyusun:
Patria Asda, S.Kep, Ns., M.PH
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (S1) & NERS i
STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA
2020
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners
STIKES Wira Husada Yogyakarta
BUKU PRAKTIKUM KESELAMATAN PASIEN &
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DALAM KEPERAWATAN
Patria Asda, S.Kep, Ns., M.P.H
© penulis, 2020
Desain Sampul : Tim Kreatif Lintang Pustaka Utama
Setting & Layout : Tim Kreatif Lintang Pustaka Utama
Cetakan keempat: Desember 2020
Diterbitkan oleh:
Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Husada
Jl. Babarsari, Glendongan, Tambak Bayan, Catur Tunggal,
Depok, Sleman, Yogyakarta
Telp. (0274) 485110, 485113, Fax. 485110
ISBN 978-602-6636-22-5
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun,
tanpa izin tertulis dari Penulis dan Penerbit
Buku Ajar Pratikum
ii Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
IDENTITAS MAHASISWA
FOTO
3X4
NAMA MAHASISWA : ………………………………..………………..
NIM : ………………………………..………………..
SEMESTER : ………………………………..………………..
NO HP : ………………………………..………………..
ALAMAT : ………………………………..………………..
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners iii
STIKES Wira Husada Yogyakarta
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (S1) DAN NERS
1. Visi
Menghasilkan Ners yang unggul dalam pengembangan ilmu keperawatan secara
holistik, beretika dan berbudaya pada tahun 2025.
2. Misi
a. Menyelenggarakan pendidikan keperawatan yang professional, beretika dan
berbudaya berlandaskan tata kelola yang sesuai standar akreditasi
b. Mengembangkan penelitian yang berorientasi pada standar pelayanan
kesehatan
c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pengabdian masyarakat yang sesuai
kebutuhan masyarakat
d. Mengembangkan terapi komplementer di bidang keperawatan
3. Perumusan Tujuan
1) Menghasilkan Ners professional, untuk mendukung peningkatan kesehatan
masyarakat secara holistic
2) Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
bidang keperawatan
3) Mengembangkan penyelenggaraan dan tata kelola Perguruan Tinggi yang baik
dengan mengedepankan nilai etika dan budaya.
4) Mengasilkan lulusan yang mampu memadukan Ilmu pengetahuan, teknologi
dan atau seni dibidang kesehatan.
Buku Ajar Pratikum
iv Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Lima belas menit sebelum praktikum dimulai mahasiswa harus sudah siap didepan
laboratorium
2. Mahasiswa harus mengenakan baju praktikum sesuai yang ditetapkan institusi
pendidikan (Jas Laboratorium)
3. Selama di laboratorium mahasiswa harus bersikap sopan dan tidak boleh gaduh
4. Mahasiswa yang terlambat lebih dari 15 menit tidak diperkenankan mengikuti
praktikum
5. Mahasiswa tidak boleh meninggalkan ruang praktikum tanpa ijin
6. Mahasiswa tidak boleh mengenakan kaos tanpa kerah dan tidak boleh mengenakan
celana jeans selama praktikum
7. Bila mahasiswa merusak atau memecahkan alat laboratorium harus mengganti
8. Mahasiswa dengan kehadiran praktikum kurang dari 100% tidak bisa mengikuti
ujian praktikum
SISTEM PENILAIAN UJIAN PRAKTIKUM
1. Ujian praktikum dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
2. Ketrampilan yang diujikan harus dilaksanakan sesuai dengan standar operasional
prosedur (SOP) yang telah ditetapkan oleh Stikes Wira Husada Yogyakarta
3. Batas nilai lulus ≥ 75% dan critical point dilakukan
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners v
STIKES Wira Husada Yogyakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas selesainya penyusunan buku praktikum Mata
kuliah keselamatan pasien dan keselamatan kerja dalam keperawatan bagi mahasiswa
semester III Prodi keperawatan (S1) & Ners. Buku ini untuk membantu mahasiswa dalam
melaksanakan kegiatan praktikum di laboratorium keperawatan.
Disadari bahwa buku ini masih banyak kekurangannya, sehingga kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan buku
ini. Akhirnya kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan buku ini.
Yogyakarta, Desember 2020
Penyusun
Buku Ajar Pratikum
vi Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman judul ............................................................................................... i
Halaman ISBN .............................................................................................. ii
Identitas Mahasiswa ..................................................................................... iii
Visi – Misi Prodi IKP-Ners ........................................................................... iv
Tata Tertib Praktikum ................................................................................... v
Sistem Penilaian Praktik Laboratorium ......................................................... v
Kata Pengantar ............................................................................................. vi
Daftar isi ....................................................................................................... vii
Cuci Tangan ………………………………………………………….................. 1
Pemasangan Alat Pelindung Diri (APD) ……………………………………..... 7
Pengkajian resiko Jatuh bagi pasien Anak dan dewasa ............................... 13
Body Alignment …………………………………………………....................... 21
Pengelolaan alat Medis …………………………………………………............ 31
Pengelolaan pasien dengan Pemberian Anastesi ........................................ 39
Standar keamanan pasien :Pengenalan Setting RS ………………………... 48
Kerja sama Tim Efektif (SBAR)……………………………………................... 52
Aplikasi 12 Benar dalam pemberian obat …………………………................ 55
Daftar Pustaka .............................................................................................. 59
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners vii
STIKES Wira Husada Yogyakarta
Buku Ajar Pratikum
viii Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
CUCI TANGAN
Pengertian :
Membersihkan tangan dari segala kotoran, dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan
dengan cara tertentu sesuai kebutuhan.
Tujuan :
1. Mencegah terjadinya infeksi silang melalui tangan
2. Menjaga kebersihan perorangan
Peralatan :
1. Bak cuci dengan kran air mengalir (sesuaikan dengan kondisi yang ada)
2. Sabun cair atau desinfektan
3. Handuk kecil atau tissue
4. Sikat kuku ( tidak menjadi suatu keharusan)
5. Tempat untuk handuk kotor
Standar cuci tangan :
1. Dorong ke atas lengan baju seragam sampai sebatas siku atau diatas siku. Lepaskan
perhiasan dan jam tangan.
2. Berdiri di depan bak cuci, jaga agar tangan dan seragam jangan sampai menyentuh
bak cuci. Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir,
jaga agar tangan dan lengan bawah lebih tinggi daripada siku.
3. Gunakan sabun di bagian telapak tangan yang telah basah. Usap dan gosok dengan
lembut pada kedua telapak tangan selama kurang lebih 10-15 detik, sehingga
menghasikan busa.
4. Gosok masing- masing pungung tangan secara bergantian dengan jari jemari saling
masuk untuk membersihkan sela-sela jari.
5. Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan jari-jari saling masuk.
6. Gosokan ujung jari (buku-buku) dengan merapatkan jari tangan kanan terus gosokan
ke telapak tangan kiri, bergantian,
7. Gosok dan putar ibu jari kiri dengan telapak tangan kanan, lalu ibu jari kanan dengan
telapak tangan kiri.
8. Kuncupkan ujung-ujung jari / ujung kuku tangan kiri pada telapak tangan kanan,
gosok dan putar lalu lakukan secara bergantian. Gunakan sikat bila kuku sangat kotor.
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 1
STIKES Wira Husada Yogyakarta
9. Terakhir, menggosok kedua pergelangan tangan dengan cara diputar dengan telapak
tangan bergantian.
10. Setelah itu bilas dengan menggunakan air bersih dan mengalir, jaga agar telapak
tangan diatas dan siku di bawah. Lalu keringkan dengan handuk / tissue. Letakkan
handuk/ buang tissue pada tempat yang telah disediakan.
11. Tutup kran dengan menggunakan lap atau tissue, bila tidak ada, dapat menggunakan
siku.
Yang perlu diperhatikan :
a. Bila ada luka, harap dilaporkan. Beberapa institusi melarang perawat yg luka
tangannya untuk kontak dengan klien.
b. Cuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah kontak dengan klien.
Buku Ajar Pratikum
2 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 3
STIKES Wira Husada Yogyakarta
STANDAR OPERATING PROSEDUR
CUCI TANGAN BERSIH
NAMA MAHASISWA : …………………………………….
NIM : ……………………………………
NO ASPEK YANG DINILAI PENCAPAIAN
YA TDK
1. Persiapan alat dan bahan :
• Bakcuci / wastafel dengan Air / kran mengalir
• Sabun cair / desinfektan
• Handuk
• Tempat handuk kotor
2 Buka kran dan atur aliran air.
3 Basahi telapak tangan sampai pergelangan tangan lalu ambil
sabun cair/desinfektan secukupnya
(1-2ml). Gosok hingga berbusa.
4 Gosok telapak tangan dengan telapak tangan
5 telapak tangan menggosok punggung tangan dan sela-sela
jari
6 Gosok sela – sela jari tangan bergantian kiri dan kanan
7 Lakukan gerakan mengunci pada kedua tangan
8 Putar ibu jari kiri dan kanan
9 Lakukan putaran pada ujung jari dan kuku dengan gerakan
memutar
10 Bilas tangan dengan air mengalir sampai kepergelangan
tangan
11 Tutup kran
12 Keringkan tangan dengan handuk bersih. Tempatkan handuk
kotor pada tempat yang telah disediakan.
TOTAL
Nilai = Jumlah YA x 100% Yogyakarta, ........................
12 Evaluator
Lulus apabila :
Nilai minimal 75 (................................)
Buku Ajar Pratikum
4 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
STANDAR OPERATING PROSEDUR
CUCI TANGAN STERIL
NAMA MAHASISWA : …………………………………….
NIM : ……………………………………
NO ASPEK YANG DINILAI PENCAPAIAN
YA TDK
1. Persiapan alat dan bahan :
• Bak cuci / wastafel dengan Air / kran mengalir
• Sabun cair / desinfektan
• Sikat kuku
• Handuk
• Tempat handuk kotor
2* Lengan baju dinaikkan sampai sebatas siku. Perhiasan dan
jam tangan dilepas.
3. Atur jarak berdiri dengan bak cuci.
4. Buka kran dan atur aliran air.
5. Basahi tangan sampai atas siku lalu ambil sabun cair/
desinfektan secukupnya (1-2ml). Gosok hingga berbusa.
6* Palm to palm (telapak tangan dengan telapak tangan
digosokkan)
7* Palm over dorsum with fingers interlaced (telapak tangan
menggosok punggung tangan dan sela-sela jari)
8* Palm to palm wirh fingers interlaced (telapak tangan dengan
telapak tangan dan menggosok sela-sela jari).
9* Back of fingers to opposing palm (punggung jari digosokkan
ke telapak tangan yang berlawanan)
10* Rotate thumb in palm (ibu jari di putar di dalam telapak
tangan).
11* Rotate fingers in palm (putar/maju mundur ujung-ujung jari
pada telapak tangan yang berlawanan).
12. Tuang sabun cair pada sikat dan sikat kuku jari tangan.
13. Sikat telapak tangan dan punggung telapak tangan
14. Sikat lengan bawah bagian luar dan dalam bergantian.
15* Bilas tangan dengan air mengalir mulai dari ujung jari hingga
ke siku. Lakukan hingga bersih.
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 5
STIKES Wira Husada Yogyakarta
16* Tutup kran menggunakan siku/handuk.
17. Keringkan tangan dengan handuk bersih. Tempatkan handuk
kotor pada tempat yang telah disediakan.
18. Berjalan keruang ganti dengan posisi tangan di atas/ujung jari
lebih tinggi dari siku.
TOTAL
Nilai = Jumlah YA x 100% Yogyakarta, ........................
18 Evaluator
Lulus apabila :
- Batas Nilai 75 (................................)
- Critical point dilakukan
Buku Ajar Pratikum
6 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI
PenggunaanAPD (alat pelindung diri) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan
standar (Universal Precaution). Penggunaan APD perlu pengawasan, karena dengan
penggunaan APD yg tidak tepat akan menambah biaya bagi institusi kesehatan
Pengertian APD
Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat yg digunakan oleh tenaga kerja utk
melindungi seluruh/ sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/
kecelakaan kerja. Jenis tindakan yang beresiko mencakup tindakan rutin, tindakan bedah
tulang, otopsi danperawatan gigi dimana menggunakan bor dengan kecepatan putar
yang tinggi (Depkes, 2010).
Tujuan penggunaan APD
Melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan darah, semua jenis cairan
tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien
Jenis Alat Pelindung Diri
1. Topi
2. Baju Kerja / Celemek / Skort
3. Sepatu Karet / Bot
4. Sarung Tangan
5. Masker
6. Kaca Mata/ Pelindung Mata
PENUTUP KEPALA/ TOPI/ KAP
Tujuan pemakaian :
Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas
terhadap alat –alat daerah steril dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala / rambut
petugas dari percikan bahan bahan dari pasien. Kap yang baik harus dapat menutup
semua rambut petugas
Manfaat penutup kepala
1. Bagi Petugas: Terhindar dari paparan / percikan darah dan cairan tubuh
2. Bagi Pasien: Mencegah jatuhnya mikroorganisme dari rambut dan kulit petugas
kepada pasien
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 7
STIKES Wira Husada Yogyakarta
Indikasi Pemakaian Tutup Kepala
1. Tindakan operasi
2. Tindakan invasif
3. Tindakan intubasi
4. Penghisapan lender
SKORT/ JAS/ CELEMEK
Tujuan :
Melindungi petugas dari kemungkinan genangan / percikan darah atau cairan tubuh
lainnya yang dpt mencemari baju petugas
Jenis Skort
• Tidak kedap air
• Kedap air
• Steril
• Non steril
Persiapan
1. Celemek
2. Kantong cucian ( ember pakaian kotor )
TAHAP KERJA
1. Mencuci tangan
2. Memakai celemek / skort menutupi semua pakaian luar
3. Melepas skort dgn bagian dlm disebelah luar
4. Masukkan ke dlm kantong cucian / ember
5. Mencuci tangan
Yang Perlu diperhatikan:
1. Skort yang akan dipakai bersih dan tali/kancingnya lengkap
2. Sesuai dengan ukuran
3. Tidak memakai skort diluar kamar pasien
4. Mengganti skort yang basah
5. Skort dipakai hanya satu kali, kemudian di bersihkan baru dapat digunakan lagi
Buku Ajar Pratikum
8 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
SEPATU PELINDUNG
Tujuan :
Melindungi kaki petugas dari tumpahan / percikan darah , cairan tubuh lainnya yang
kebetulan menetes pada kaki dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam /
kejatuhan alat kesehatan
Jenis Sepatu Pelindung:
1. Sepatu karet / plastik yg menutupi seluruh ujung dan telapak kaki
2. Sepatu pelindung hrs digunakan selama didlm ruang operasi dan tidak boleh dipakai
ke luar
3. Sandal , sepatu terbuka dan telanjang kaki tidak dianjurkan
SARUNG TANGAN (HANDSCOON)
Tujuan penggunaan sarung tangan :
Melindungi tangan dari kontak dengan darah , cairan tubuh, sekret, ekskreta, mukosa,
kulit yang tidak utuh, dan benda yang terkontaminasi
Indikasi Penggunaan sarung tangan:
Akan melakukan tindakan yang kontak atau yang diperkirakan akan terjadi kontak dengan
darah , cairan tubuh , sekret, ekskreta , kulit yang tidak utuh , selaput lendir pasien dan
benda yang terkontaminasi
Manfaat Pemakaian Sarung Tangan
1. Petugas : Mencegah kontak tangan dengan darah, cairan tubuh, benda yang
terkontaminasi
2. Pasien : Mencegah kontak mikroorganisme dari tangan petugas memakai sarung
tangan steril
Jenis sarung tangan
1. Sarung tangan bersih
2. Sarung tangan steril
3. Sarung tangan rumah tangga
Persiapan alat
1. Sarung tangan steril
2. Bengkok berisi larutan desinfektan
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 9
STIKES Wira Husada Yogyakarta
Tahap kerja
1. Mencuci tangan
2. mengambil sarung tangan
3. Memasukkan jari jari tangan sesuai dgn jari jari sarung tangan
4. Lakukan juga dengan tangan yang lain
5. Melepas sarung tangan, kemudian masukkan kedalam bengkok berisi larutan
desinfektan
6. Mencuci tangan
Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sarung tangan:
1. Menjaga kesterilan sarung tangan
2. Tidak menyentuh benda benda lain ( yang tidak steril )
3. Cuci tangan sebelum memakai dan sesudah melepaskan sarung tangan
4. Gunakan sarung tangan berbeda utk setiap pasien
5. Pahami tehnik memakai dan melepaskan sarung tangan, terutama untuk sarung
tangan steril
MASKER
Manfaat Penggunaan Masker
1. Petugas : mencegah membran mukosa petugas terkena kontak dgn percikan darah
dan cairan tubuh
2. Pasien mencegah kontak droplet dari mulut dan hidung petugas yang mengandung
mikroorganisme saat bicara , batuk ,bersin
Persiapan
1. Masker
2. Tempat masker
3. larutan desinfektan
Tahap kerja
Memasang masker
1. Memasang masker menutupi hidung dan mulut kemudian mengikat tali talinya
2. bagian atas lewat atas telinga ke belakang kepala
3. bagian bawah di belakang leher
Buku Ajar Pratikum
10 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
Menanggalkan masker
1. Menanggalkan masker dg melepaskan tali talinya
2. Masker dilipat dgn kedua permukaan dalamnya bertemu
3. Masker dimasukkan ke tempat khusus / direndam dengan larutan desinfektan
Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan masker
1. Masker dipakai satu kali
2. Jika sdh lembab harus diganti karena tidak efektif lagi
3. Jangan menggantung masker di leher dan kemudian dipakai lagi
4. Tidak memakai masker ke luar dari lingkungan pasien
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 11
STIKES Wira Husada Yogyakarta
STANDAR OPERATING PROSEDUR
PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI
NAMA MAHASISWA : …………………………………….
NIM : ……………………………………
NO ASPEK YANG DINILAI PENCAPAIAN
YA TDK
1. Persiapan alat
Alat pelindung Diri yang akan digunakan:
- Topi/Kaca Mata/ Pelindung Mata
- Baju Kerja / Celemek / Skort
- Sepatu Karet / Bot
- Sarung Tangan
- Masker
2 Melakukan pengecekan kelengkapan APD yang akan
digunakan (ada rusak/ robek)
Alat yang rusak diganti dengan yang baru
3. Lakukan pemasangan APD sesuai Prosedur*
4. Setelah selesai di gunakan lepaskan APD
- Topi dibuang ke tempat sampah
- Pelindung mata di bersihkan dan disimpan ke tempatnya
- Skort di bersihkan dengan cairan desinfektan lalu
dikeringkan
- Sepatu karet di simpan pada tempatnya
- Sarung tangan dan masker dibuang ke tempat sampah
5. Lakukan cuci tangan bersih
TOTAL
Nilai = Jumlah YA x 100% Yogyakarta, ........................
5 Evaluator
Lulus apabila :
- Nilai minimal 75 (................................)
Buku Ajar Pratikum
12 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
PENILAIAN RESIKO JATUH
BAGI PASIEN ANAK DAN DEWASA
Penilaian Resiko Jatuh merupakan suatu penilaian terhadap faktor – faktor yang
dapat menyebabkan pasien jatuh. Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan oleh
penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yaitu seseorang mendadak terbaring /
terduduk di lantai / tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran
atau luka.
Tujuan kegiatan:
Penilaian ini merupakan proses untuk mencegah kejadian jatuh pada pasien, dengan cara:
1. Mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko tinggi jatuh dengan menggunakan
“assement resiko jatuh”
2. Melakukan asesmen ulang pada semua pasien (setiap hari)
3. Melakukan asesmen yang berkesinambungan terhadap pasien yang berisiko jatuh
dengan menggunakan “asesmen risiko jatuh harian”
4. Menetapkan standar pencegahan dan penanganan risiko jatuh secara
komprehensif
Penilaian resiko jatuh biasa di gunakan pada:
1. Pasien yang akan dirawat inap di rumah sakit
2. Pasien yang akan dipindahkan dari satu unit ke unit yang lain
3. Pasien yang dirawat inap lebih dari 2 minggu, dilakukan secara regular
4. Pasien dengan riwayat jatuh sebelumnya
5. Pasien yang kondisinya berubah menjadi lebih buruk
6. Setelah pergantian perawat
Upaya yang di lakukan untuk mengurangi kejadian pasien jatuh di rumah sakit antara lain:
1. Membiasakan pasien dengan lingkungan sekitarnya
2. Menunjukkan pada pasien alat bantu panggilan darurat
3. Posisikan alat bantu panggil darurat dalam jangkauan
4. Posisikan barang-barang pribadi dalam jangkauan pasien
5. Menyediakan pegangan tangan yang kokoh di kamar mandi, kamar dan lorong
6. Posisikan sandaran tempat tidur rumah sakit di posisi rendah ketika pasien sedang
beristirahat, dan posisikan sandaran tempat tidur yang nyaman ketika pasien tidak
tidur
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 13
STIKES Wira Husada Yogyakarta
7. Posisikan rem tempat tidur pasien terkunci pada saat berada di bangsal rumah sakit;
jaga roda kursi roda di posisi terkunci ketika stasioner
8. Anjurkan pasien untuk menggunakan alas kaki yang nyaman, baik, dan tepat;
9. Gunakan lampu malam hari atau pencahayaan tambahan
10. Kondisikan permukaan lantai bersih dan kering dengan membersihkan semua
tumpahan
11. Perawat selalu mengkondisikan daerah perawatan pasien rapi; serta menjaga
keamanan ketika membantu pasien pada saat akan ke tempat tidur dan
meninggalkan tempat tidur.
Ada dua tipe skala resiko jatuh yang sering dipakai yaitu :
1. Morse Fall Scale (MFS) / Skala Jatuh dari morse Untuk Dewasa
2. Humpty Dumpty Fall Scale (HDFS) / Skala Jatuh Humpty Dumpty Untuk Pediatrik
1. Morse Fall Scale (MFS)
Skala ini biasa dipakai untuk mengukur tingkat resiko jatuh pada orang dewasa.
Tabel skala jatuh dari morse dapat dilihat dibawah ini:
No Pengkajian Skala Nilai Ket
1 Riwayat jatuh : apakah lansia pernah jatuh Tidak 0
dalam 3 bulan terakhir. Ya 25
Tidak 0
2 Diagnosa sekunder : Apakah Lansia memiliki
lebih dari satu penyakit. Ya 15
0
3 Alat Bantu jalan :
Bedrest / dibantu perawat
Kruk / tongkat / walker. 15
Berpegangan pada benda – benda sekitar. 30
(Kursi, lemari, meja)
4 Teraphy intravena : Apakah saat ini lansia Tidak 0
terpasang infus. Ya 20
0
5 Gaya Berjalan / cara Berpindah:
Normal / Bedrest / immobile (tidak dapat 10
bergerak sendiri)
Lemah tidak bertenaga.
Gangguan atau tidak normal (pincang atau 20
diseret).
Buku Ajar Pratikum
14 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
6 Status mental: 0
Lansia menyadari kondisi dirinya. 15
Lansia mengalami keterbatasan daya ingat.
Total Nilai
Berdasarkan nilai dari tabel tersebut nanti kita akan dapat mengklasifikasikan atau
mendapatkan nilai sehingga kita dapat menentukan tingkat resiko jatuh dari pasien yang
kita nilai dengan ketentuan skala morse dibawah ini.
Tingkatan Resiko Nilai MPS Tindakan
Tidak Beresiko
Resiko Rendah 0 - 24 Perawatan Dasar
Resiko Tinggi 25 - 50 Pelaksanaan Intervensi Pencegahan Jatuh
Standar.
≥51 Pelaksanaan Intervensi Pencegahan Jatuh resiko
tinggi
2. Humpty Dumpty Fall Scale (HDFS)
Skala ini biasa dipakai untuk mengukur tingkat resiko jatuh pada Pediatrik atau
anak – anak.
Parameter Kriteria Nilai Skor
Usia < 3 tahun 4
3-7 tahun 3
7-13 tahun 2
≥ 13 tahun 1
Jenis kelamin Laki-laki 2
Perempuan 1
Diagnosis Diagnosis neurologi 4
3
Perubahan oksigenasi (diagnosis
respiratorik, dehidrasi, anemia, anoreksia,
sinkop, pusing
Gangguan perilaku/psikiatri 2
Diagnosis lainnya 1
Gangguan kognitif Tidak menyadari keterbatsan lainnya 3
Lupa akan adanya keterbatasan 2
Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 15
STIKES Wira Husada Yogyakarta
Faktor lingkungan Riwayat jatuh/bayi diletakan di tempat 4
tidur dewasa 3
Pasien menggunakan alat bantu/bayi 2
1
diletakan dalam tempat tidur bayi/perabot 3
2
rumah 1
Pasien diletakan pada tempat tidur 3
Area diluar rumah sakit 2
1
Pembedahan/ Dalam 24 jam
sedasi/ Dalam 48 jam
anestesi >48 jam atau tidak menjalani
pembedahan/sedasi/anestesi
Penggunaan Penggunaan multiple: sedative,
medika mentosa obat hipnosis, barbiturate, fenotiazi,
antidepresan, pencahar, diuretik, narkose
Penggunaan salah satu obat diatas
Penggunaan medikasi lainnya/tidak ada
medikasi
Jumlah skor Humpty Dumpty
Skor assessment resiko jatuh : (skor minimum 7, skor maksimum 23)
Skor 7-11 : Resiko rendah
Skor ≥12 : Resiko tinggi
Buku Ajar Pratikum
16 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
STANDAR OPERATING PROSEDUR
PENILAIAN RESIKO JATUH UNTUK DEWASA
NAMA MAHASISWA : …………………………………….
NIM : ……………………………………
NO ASPEK YANG DINILAI PENCAPAIAN
YA TDK
Tahap Pre Interaksi
1. Persiapan alat
- Kertas
- Alat tulis
- Ceklist penilaian resiko jatuh Morse Fall Scale (MFS)
- Sarung tangan (bila diperlukan)
2 Cuci tangan
Tahap Orientasi
3 Mengucapkan salam
4 Menjelaskan maksud dan tujuan
5 Memberikan kesempatan pasien/ keluarga bertanya
Tahap Kerja
6. Tutup tirai/ jaga privacy
7. Tanyakan riwayat jatuh (apakah pasien pernah jatuh dalam
3 bulan terakhir)
8. Tanyakan diagnosa sekunder : Apakah pasien memiliki lebih
dari satu penyakit.
9. Observasi alat bantu mobilisasi pasien:
- Bedrest / dibantu perawat
- Kruk/ tongkat/ walker
- Berpegangan pada benda-benda sekitar (kursi, lemari,
meja)
10 Observasi teraphy intravena (Apakah saat ini lansia
terpasang infus)
11 Observasi gaya Berjalan / cara Berpindah:
- Normal / Bedrest / immobile (tidak dapat bergerak
sendiri)
- Dapat bergerak tetapi lemah tak bertenaga
- Terdapat gangguan/ abnormal (pincang atau diseret)
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 17
STIKES Wira Husada Yogyakarta
NO ASPEK YANG DINILAI PENCAPAIAN
YA TDK
12 Observasi Status mental:
- Lansia menyadari kondisi dirinya.
- Pasien mengalami keterbatasan daya ingat
Tahap Terminasi
13 Evaluasi perasaan klien
14 Simpulkan hasil kegiatan
15 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
16 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
17 Cuci tangan
Dokumentasi
18 Catat waktu kegiatan, hasil pemeriksaan, tanda tangan dan
nama perawat
TOTAL
Nilai = Jumlah YA x 100% Yogyakarta, ........................
18 Evaluator
Lulus apabila :
- Nilai minimal 75 (................................)
Buku Ajar Pratikum
18 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
STANDAR OPERATING PROSEDUR
PENILAIAN RESIKO JATUH UNTUK PASIEN ANAK
NAMA MAHASISWA : …………………………………….
NIM : ……………………………………
NO ASPEK YANG DINILAI PENCAPAIAN
YA TDK
Tahap Pre Interaksi
1. Persiapan alat
- Kertas
- Alat tulis
- Ceklist penilaian resiko jatuh HDFS
- Sarung tangan (bila diperlukan)
2 Cuci tangan
Tahap Orientasi
3 Mengucapkan salam
4 Menjelaskan maksud dan tujuan
5 Memberikan kesempatan pasien/ keluarga bertanya
Tahap Kerja
6. Tutup tirai/ jaga privacy
7 Catat usia dan jenis kelamin pasien
8 Catat diagnosis pasien:
- Diagnosis neurologi
- Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, dehidrasi,
anemia, anoreksia, sinkop, pusing, dll)
- Gangguan perilaku/psikiatri
- Diagnosis Lainnya
9 Tanyakan faktor lingkungan yang mempengaruhi resiko jatuh:
- Riwayat jatuh/bayi diletakan di tempat tidur dewasa
- Pasien menggunakan alat bantu/bayi diletakan dalam
tempat tidur bayi/perabot rumah
- Pasien diletakan pada tempat tidur
- Riwayat jatuh di area diluar rumah sakit
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 19
STIKES Wira Husada Yogyakarta
NO ASPEK YANG DINILAI PENCAPAIAN
YA TDK
10 Observasi riwayat pembedahan/penggunaan sedasi/anastesi:
- Dalam 24 jam post pembedahan
- Dalam 48 jam post pembedahan
- >48 jam atau tidak menjalani pembedahan/sedasi/
anestesi
11 Tanyakan dan observasi riwayat dan penggunaan
Medikamentosa:
- Penggunaan multiple: sedative, obat hipnosis,
barbiturate, fenotiazi, antidepresan, pencahar,
diuretik, narkose
- Penggunaan salah satu obat diatas
- Penggunaan medikasi lainnya/tidak ada medikasi
Tahap Terminasi
12 Evaluasi perasaan klien
13 Simpulkan hasil kegiatan
14 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
15 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
16 Cuci tangan
Dokumentasi
17 Catat waktu kegiatan, hasil pemeriksaan, tanda tangan dan
nama perawat
TOTAL
Nilai = Jumlah YA x 100% Yogyakarta, ........................
17 Evaluator
Lulus apabila :
- Nilai minimal 75 (................................)
Buku Ajar Pratikum
20 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
BODY ALIGNMENT
Body alignment atau Postur tubuh merupakan susunan geometris dari bagian-
bagian tubuh yang berhubungan dengan bagian tubuh lain. bagian yang dipelajari dari
postur tubuh adalah persendian, tendon, ligamen, dan otot. Apabila keempat bagian
terscabut digunakan dengan benar dan terjadi keseimbangan, maka dapat menjadikan
fungsi tubuh maksimal, seperti dalam posisi duduk, berdiri dan berbaring yang benar.
Kesejajaran tubuh atau postur merupakan istilah yang sama dengan posisi sendi,
tendon, ligament, dan otot ketika posisi berdiri, duduk, dan berbaring. Kesejajaran tubuh
yang benar mengurangi ketegangan pada struktur muskuloskeletal, mempertahankan
tonus otot secara adekuat, dan menunjang keseimbangan.
Dalam mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat, perawat mengangkat klien
dengan benar, menggunakan teknik posisi yang tepat, dan memindahkan klien dengan
aman dari tempat tidur ke kursi atau dari tempat tidur ke brankar. Prosedur-prosedur
tersebut digambarkan sebagai prinsip mekanika tubuh yang diperlukan untuk menjaga
atau memperbaiki kesejajaran tubuh.
Manfaat Body Aligment
Postur tubuh yang baik dapat
1. Meningkatkan fungsi tangan dengan baik,
2. Mengurangi jumlah energi yang digunakan,
3. Mempertahankan keseimbangan,
4. Mengurangi kecelakaan
5. Memperluas ekspansi paru
6. Meningkatkan sirkulasi renal dan gastrointestinal.
Prinsip Body Aligment
Untuk mendapatkan postiur tubuh yang benar, terdapat beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan, di antaranya:
1. Keseimbangan dapat dipertahankan jika garis gravitasi (line of gravity -garis
imaginer vertikal) melewati pusat gravitasi (center of gravity-titik yang berada di
pertengahan garis tubuh) dan dasar tumpuan (base of support-posisi menyangga
atau menopang tubuh).
2. Jika dasar tumpuan lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah, kestabilan dan
keseimbangan akan lebih besar.
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 21
STIKES Wira Husada Yogyakarta
3. Jika gravitasi bc:rada di luar pusat dasar tumpuan, enc:rgi akan lebih banyak
digunakan untuk mempertahankan keseimbangan.
4. Dasar tumpuan yang luas dan bagian-bagian dari postur tubuh yang baik akan
menghemat energi dan mencegah kelelahan otot.
5. Perubahan dalam posisi tubuh membantu mcncegah ketidaknyamanan otot.
6. Memperkuat otot yang lemah dapat membantu menc;egah kekakuan otot dan
ligamen.
7. Posisi dan aktivitas yang bervariasi dapat membantu mempertahankan otot dan
mencegah kelelahan.
8. Pergantian antara masa aktivitas dan istirahat dapat mencegah kelelahan.
9. Membagi keseimbangan antara aktivitas pada lengan dan kaki untuk mencegah
beban belakang.
10. Postur yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri, kelelahan
otot, dan kontraktur.
Teknik Mengangkat
Perawat beresiko mengalami cedera otot lumbal ketika mengangkat, memindahkan,
atau mengubah posisi klien imoblisasi. Sebelum mengangkat, perawat harus mengkaji
kemampuan mengangkat klien atau objek yang akan diangkat dengan menentukan
kriteria dasar cara mengangkat sebagai berikut :
1. Posisi beban.
Beban yang akan diangkat berada sedekat mungkin dengan pengangkat. Posisikan
objek pada keadaan seperti di atas ketika perawat menggunakan gaya mengangkat
dikarenakan objek berada dalam potongan sama (Stamp,1989).
2. Tinggi objek. Tinggi yang paling baik untuk mengangkat vertikal adalah sedikit di atas
jari tengah seseorang dengan lengan tergantung disamping (Owen dan Garg, 1991).
3. Posisi tubuh.
Ketika posisi tubuh pengangkat bervariasi dengan tugas mengangkat yang berbeda,
maka petunjuk umum berikut mampu dipakai untuk sebagian besar keadaan. Tubuh
diposisikan dengan batang tubuh tegak sehingga kelompok otot-otot multipel sama
dengan cara yang sinkron.
4. Berat maksimum. Setiap peawat harus mengetahui berat maksimum yang aman untuk
diangkat, aman bagi perawat dan klien. Objek yang terlalu berat adalah jika beratnya
sama dengan atau lebih dari 35 % berat badan orang yang mengangkat. Oleh karena
itu, perawat yang beratnya 59,1 kg tidak mencoba mengangkat klien imobilisasi yang
beratnya 45,5 kg. Meskipun nampaknya perawat mungkin mampu melakukannya, hal
Buku Ajar Pratikum
22 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
ini akan berisiko klien jatuh atau menyebabkan cedera punggung perawat.
5. Ketika mengangkat perawat harus mengikuti prosedur yang dibuat untuk melindungi
sistem muskuloskeletal. Mengangkat objek dari tempat tidur tinggi meningkatkan
resiko karena lebih sulit mempertahankan keseimbangan tubuh. Untuk meraih objek
yang berada di atas kepala, orang sering berdiri menjinjit dengan kakinya bersamaan
sehingga menurunkan dasar topangan, menaikkan pusat gravitasi dan pada akhirnya
menurunkan keseimbangan mereka.
6. Hati-hati saat menggunakannya pada klien yang mengalami trauma medula spinalis.
Jika klien harus dipindahkan maka papan pemindah harus ditempatkan di bawah
klien untuk mempertahankan kesejajaran spinal sebelum memindahkan ke brankar.
7. Klien harus dipersiapkan untuk pemindahan dan minta bantuan jika memungkinkan.
Lingkungan harus bebas dari penghalang dan alat-alat yang tidak dibutuhkan harus
dipindahkan dari tempat tidur. Brankart harus ditempatkan sudut kanan tempat tidur
sehingga pengangkat dapat berputar ke depan brankar dan memindahkan klien
dengan cepat.
Teknik Mengubah Posisi
Klien yang mengalami gangguan fungsi sistem skeletal, saraf atau otot dan peningkatan
kelemahan serta kekakuan biasanya membutuhkan bantuan perawat untuk memperoleh
kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat tidur atau duduk.
Teknik Memindahkan
Perawat biasa memberi perawatan pada klien imobilisasi yang harus diubah posisi,
dipindahkan di atas tempat tidur, dan harus dipindahkan dari tempat tidur ke kursi ataupun
brankart. Mekanika tubuh yang sesuai memungkinkan perawat untuk mengangkat,
menggerakkan, atau memindahkan klien dengan aman dan juga melindungi perawat
dari cedera sistem muskuloskeletal.
Meskipun perawat menggunakan berbagai teknik memindahkan, berikut ini merupakan
petunjuk umum yang harus diikuti saat memindahkan pada setiap prosedur pemindahan:
1. Naikkan sisi bergerak pada sisi tempat tidur pada posisi berlawanan dengan perawat
untuk mencegah klien jatuh dari tempat tidur.
2. Tinggikan tempat tidur pada ketinggian yang nyaman.
3. Kaji imobilisasi dan kekuatan klien untuk menentukan bantuan klien yang dapat
digunakan saat memindahkan.
4. Tentukan kebutuhan akan bantuan.
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 23
STIKES Wira Husada Yogyakarta
5. Jelaskan prosedur dan gambarkan apa yang diharapkan dari klien.
6. Kaji kesejajaran tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali memindahkan.
Perawat yang menggunakan teknik memindahkan atau menggerakkan untuk pertama
kalinya harus meminta pertolongan untuk mengurangi risiko cedera pada klien dan
perawat. Perawat harus juga mengetahui kekuatan dirinya dan keterbatasannya.
Memindahkan klien imobilisasi sendirian merupakan hal yang tersulit dan berbahaya.
Memindahkan klien
Klien membutuhkan tingkat bantuan yang bervariasi untuk mengangkat dari tempat
tidur, menggerakkan ke posisi miring, atau duduk di sisi tempat tidur. Untuk menentukan
apakah klien mampu melakukan sendiri dan berapa banyak orang yang dibutuhkan
untuk membantu mengangkat klien di atas tempat tidur, perawat mengkaji klien untuk
menentukan apakah penyakit klien ada kontraindikasi dalam pengerahan tenaga (seperti
penyakit kardiovaskular). Kemudian, perawat menentukan apakah klien memahami apa
yang diharapkan. Jika ada, dibutuhkan beberapa perawat untuk menggerakkan klien
diatas tempat tidur. Perawat kemudian menentukan tingkat kenyaman klien. Perawat
juga mengevaluasi kekuatan pribadi dan pengetahuan prosedur. Pada akhirnya perawt
menentukan apakah klien terlalu berat atau klien tidak bisa bergerak sehingga perawat
menyelesaikan prosedur sendirian.
Memindahkan Klien dari Tempat Tidur ke Kursi
Hal ini dilakukan oleh perawat dengan bantuan klien dan tidak dilakukan pada
klien yang tidak dapat membantu. Perawat menjelaskan prosedur pada klien sebelum
pemindahan. Kursi ditempatkan dekat tempat tidur dengan punggung kursi sejajar dengan
bagian kepala tempat tidur. Penempatan kursi memungkinkan perawat berputar dengan
klien dan memindahkan berat badan klien dengan cepat.
Pemindahan yang aman adalah prioritas pertama. Perawat yang ragu-ragu dengan
kekuatannya ataupun kemampuan klien untuk membantu, harus meminta bantuan. Klien
harus duduk dan menjuntaikan kakinya di sisi tempat tidur sebentar sebelum berdiri.
Kemudian klien harus berdiri di sisi tempat tidur untuk beberapa menit sehingga klien
dapat dengan cepat menurunkan punggungnya ke tempat tidur pada kasus pusing atau
pingsan. Ketika memindahkan klien imobilisasi dari tempat tidur ke kursi roda perawat
harus menggunakan mekanika tubuh yang tepat dan apabila memungkinkan kerjasama
diperoleh sebanyak mungkin.
Buku Ajar Pratikum
24 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
Memindahkan Klien dari Tempat Tidur ke Brankart
Klien imobilisasi yang dipindahkan dari tempat tidur ke brankar atau dari tempat
tidur ke tempat tempat tidur harus membutuhkan tiga orang pengangkat. Teknik ini bagus
dilakukan jika orang-orang yang memindahkan mempunyai kesamaan tinggi. Jika pusat
gravitasi mereka sama, mereka mengangkat sebagai suatu tim. Cara lain memindahkan
klien adalah dengan menggunakan kain pengangkat yang ditempatkan di bawah klien.
Kain pengangkat berguna sebagai ayunan ketika klien dipindahkan ke brankar.
Pada teknik ini, perawat perlu berada di sisi berlawanan dari tempat tidur dan berpegang
pada kain pengangkat ketika memindahkan klien ke brankar. Brankar dan tempat tidur
ditempatkan berdampingan sehingga klien dapat dipindahkan dengan cepat dan mudah
dengan menggunakan kain pengangkat.
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 25
STIKES Wira Husada Yogyakarta
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MEMBANTU KLIEN BANGUN DARI TEMPAT TIDUR
NAMA MAHASISWA :
NIM :
NO ASPEK YANG DINILAI PENCAPAIAN
YA TDK
Tahap Pre Interaksi
1 Cek file
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap Orientasi
4 Beri salam & perkenalkan diri
5 Jelaskan tujuan & alasan dilakukan tindakan
6 Beri kesempatan klien bertanya
Tahap Interaksi
7 Siapkan lingkungan
8 Atur tempat tidur pada posisi rata & rodanya dikunci
9 Rentangkan kaki klien
10 Anjurkan klien untuk memejamkan matanya
11 Fleksikan leher ke arah kepala
12 letakkan salah satu tangan perawat di bawah bahu & bantu klien
untuk duduk
13 Anjurkan klien untuk mebuka matanya perlahan
14 Sangga punggung klien sambil sedikit-dikit dilepas
15 Kaji ulang kelurusan tubuh klien
16 Kembalikan pasien pada posisi semula, apabila sudah merasa
capek.
Tahap Terminasi
17 Evaluasi klien
18 Akhiri tindakan, kontrak waktu selanjutnya
19 Cuci tangan
20 Dokumentasi
Nilai = Jumlah pencapaian YA x 100% Evaluator
20
Lulus apabila :
- Nilai minimal 75 (................................)
Buku Ajar Pratikum
26 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MEMINDAHKAN KLIEN DARI TEMPAT TIDUR KE KURSI RODA
NAMA MAHASISWA :
NIM :
NO ASPEK YANG DINILAI PENCAPAIAN
YA TDK
Tahap Pre Interaksi
1 Cek file
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap Orientasi
4 Beri salam & perkenalkan diri
5 Jelaskan tujuan & alasan dilakukan tindakan
6 Beri kesempatan klien bertanya
Tahap Interaksi
7 Siapkan lingkungan
8 Atur posisi kursi pada sudut 45o terhadap tempat tidur
9 kunci kursi roda,siapkan sandal
10 Kedua kaki klien digeser ke tepi tempat tidur
11 Bantu untuk duduk, tunggu beberapa saat
Bantu klien turun dari tempat tidur(anjurkan tangan kanan
12 klien memegang sandaran tangan kursi roda & tangan kiri
memeluk perawat)
13 Pegang tangan & peluk pinggang klien
14 Bantu klien duduk di atas kursi roda
15 Buka sandaran kaki, letakkan kaki pada sandaran
16 Kaji kelurusan tubuh klien
17 Buka kunci kursi roda, apabila kursi roda akan dijalankan
18 Atur posisi kursi roda, apabila pasien akan kembali ke
tempat tidur. Lalu kunci
19 Buka sandaran kaki
Bantu klien berdiri dan naik ke tempat tidur(tangan yang satu
20 memegang sandaran tangan kursi roda lalu pindah ke tepi
tempat tidur & tangan satunya memeluk perawat).
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 27
STIKES Wira Husada Yogyakarta
Tahap Terminasi Evaluator
21 Evaluasi perasaan klien
22 Akhiri tindakan dengan cara yang baik
23 Bereskan alat
24 Cuci tangan
25 Dokumentasi
Nilai = Jumlah YA x 100%
25
Lulus apabila : Nilai minimal 75 (................................)
Buku Ajar Pratikum
28 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MEMINDAHKAN KLIEN DARI TEMPAT TIDUR KE TEMPAT TIDUR LAIN
(BRANKART)
NAMA MAHASISWA :
NIM :
NO ASPEK YANG DINILAI PENCAPAIAN
YA TDK
Tahap Pre Interaksi
1 Cek file
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan
Tahap Orientasi
4 Beri salam & perkenalkan diri
5 Jelaskan tujuan & alasan dilakukan tindakan
6 Beri kesempatan klien bertanya
Tahap Interaksi
7 Siapkan lingkungan
8 Atur posisi brankart/tempat tidur 45o dengan tempat tidur
pasien di bagian kaki.
9 Kunci brankart/tempat tidur
Ketiga perawat berdiri di samping tempat tidur pasien dengan
10 posisi perawat tertinggi berada di bagian kepala & perawat
terendah di bagian kaki.
11 Lipat kedua tangan klien di dada.
Tangan perawat I (di bagian kepala) satu di leher & yang satunya
12 di punggung pasien, sedang perawat II (tengah), tangan yang
satu di pinggang & tangan yang satunya di bawah pantat pasien
& perawat III(di kaki pasien), kedua tangan mengangkat kaki
13 Ambil posisi satu kaki di depan yang lainnya
14 Angkat klien bersamaan(salah satu perawat memberi aba-
aba)
15 Letakkan tubuh klien ke tempat tidur/brankart secara
bersama-sama
16 Atur posisi klien
17 Pasang pengaman brankart/tempat tidur
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 29
STIKES Wira Husada Yogyakarta
18 Buka kunci brankart/tempat tidur
19 Dorong brankart/tempat tidur dengan posisi kepala klien berada
di belakang.
Tahap Terminasi
20 Evaluasi klien
21 Akhiri tindakan
22 Bereskan alat
23 Cuci tangan
24 Dokumentasi
Nilai = Jumlah YA x 100%
24 Evaluator
Lulus apabila :
- Batas Nilai 75 (................................)
Buku Ajar Pratikum
30 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
PENGELOLAAN ALAT MEDIS
Karakteristik Limbah Rumah Sakit
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila dibanding
dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah
rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah
sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah medis dan non medis
baik padat maupun cair.
Limbah medis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi,
farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang
menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa membahayakan
kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Bentuk limbah medis bermacam-macam dan
berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti
jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau
bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan
cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau
radioaktif.
2. Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
• Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular (perawatan intensif)
• Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari
poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular
3. Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh,
biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
4. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi
dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi
sitotoksik. Limbah yang terdapat limbah sitotoksik didalamnya harus dibakar dalam
incinerator dengan suhu diatas 1000oc
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 31
STIKES Wira Husada Yogyakarta
5. Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang
terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat,
obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan dan limbah
yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.
6. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam
tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
7. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal
dari antara lain tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis;
dapat berbentuk padat, cair atau gas. Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit
mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.
8. Limbah Plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan
sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat
dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan
sampah non medis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini
bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol),
sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus,
sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan rumah
sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah sakit
bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah
sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada
(laboratorium, klinik dll).
Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen.
Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik
dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada
umumnya seperti BOD, COD, TTS, pH, mikrobiologik, dan lain lain.
Melihat karakteristik yang ditimbulkan oleh buangan/limbah rumah sakit seperti
tersebut diatas, maka konsep pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem dengan
berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal sebagai Sistem Manajemen
Buku Ajar Pratikum
32 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
Lingkungan (Environmental Managemen System) dan diadopsi Internasional Organization
for Standar (ISO) sebagai salah satu sertifikasi internasioanal di bidang pengelolaan
lingkunan dengan nomor seri ISO 14001 perlu diterapkan di dalam Sistem Manajemen
Lingkungan Rumah Sakit.
Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan, perlu dilakukan
penggolongan limbah. Dalam kaitan dengan pengelolaan, limbah medis dikategorikan
menjadi 5 golongan sebagai berikut :
Golongan A :
Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar bedah.
Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.
Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai/jaringan hewan
dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan dreesing.
Golongan B :
Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam lainnya.
Golongan C :
Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk dalam
golongan A.
Golongan D :
Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
Golongan E :
Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.
Secara singkat pengelolaan pengelolaan dan pembuangan limbah medis adalah sebagai
berikut
1. Pengumpulan ( Pemisahan Dan Pengurangan )
Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu
yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan: kelancaran penanganan dan
penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah
B3 dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 33
STIKES Wira Husada Yogyakarta
pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas
dan pembuangan.
2. Penampungan
Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau
berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload.
Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi
kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna
seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana
kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius,
kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong
berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong
berwarna hitam dengan tulisan “domestik”
3. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal.
Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan
atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya
digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara
berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja
khusus.
Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan
di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan
yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk
memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer
khusus, harus kuat dan tidak bocor.
4. Pengolahan dan Pembuangan
Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis tergantung
pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan
peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap
masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis (medical waste) yang mungkin
diterapkan adalah :
• Incinerasi
• Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu
121 C)°
• Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau
formaldehyde)
Buku Ajar Pratikum
34 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
• Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia
sebagai desinfektan)
• Inaktivasi suhu tinggi
• Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti Co60
• Microwave treatment
• Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)
• Pemampatan/pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang
terbentuk.
5. Incinerator
Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan digunakan
di rumah sakit antara lain: ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan
volume sampah medis yang akan dibakar dan disesuaikan pula dengan pengaturan
pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur
pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu,
serta perangkap untuk melindungi incinerator dari bahaya kebakaran.
Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi volume
sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik
menjadi non toksik, infeksius menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan relatif
tidak luas, pengoperasinnya tidak tergantung pada iklim, dan residu abu dapat
digunakan untuk mengisi tanah yang rendah. Sedangkan kerugiannya adalah tidak
semua jenis sampah dapt dimusnahkan terutama sampah dari logam dan botol, serta
dapat menimbulkan pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan pollution control
berupa cyclon (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu). Hasil pembakaran
berupa residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dan ditimbun dilahan yang
rendah. Sedangkan gas/pertikulat dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui
sarana pengolah pencemar udara yang sesuai.
Persyaratan Pewadahan Limbah Medis
Syarat tempat pewadahan limbah medis, antara lain :
• Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai
permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
• Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan yang
terpisah dengan limbah non-medis.
• Kantong plastik di angkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah
terisi limbah.
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 35
STIKES Wira Husada Yogyakarta
• Untuk benda-benda tajam hendaknya di tampung pada tempat khusus (safety box)
seperti botol atau karton yang aman.
• Syarat benda tajam harus ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol,
jeregen atau karton yang aman.
• Tempat pewadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik yang tidak langsung kontak
dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan desinfektan apabila akan
dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang telah di pakai dan
kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi.
Label dan Wadah Limbah Medis
Standar lain yang harus dipenuhi dalam pewadahan limbah medis ini menyangkut
penggunaan label yang sesuai dengan kategori limbah. Detail warna dan lambah label
pada wadah limbah medis sebagai berikut :
Standar pewadahan dan penggunaan kode dan label limbah medis ini berfungsi untuk
memilah-milah limbah diseluruh rumah sakit sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan di
tempat sumbernya :
Beberapa ketentuan juga memuat hal berikut ini
1. Bangsal harus memiliki minimal dua macam tempat limbah, satu untuk limbah medis
(warna kuning) dan satunya lagi untuk non-medis (warna hitam).
Buku Ajar Pratikum
36 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
2. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah medis.
3. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai limbah
non-medis.
4. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah medis
dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang.
Sedangkan persyaratan yang ditetapkan sebagai tempat pewadahan limbah non-medis
sebagai berikut :
• Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai
permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
• Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
• Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan kebutuhan.
• Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau apabila 2/3
bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut supaya tidak menjadi
perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 37
STIKES Wira Husada Yogyakarta
STANDAR OPERATING PROSEDUR
PENGELOLAAN ALAT MEDIS
NAMA MAHASISWA : ……………………………………. PENCAPAIAN
YA TDK
NIM : ……………………………………
NO ASPEK YANG DINILAI
Tahap Pre Interaksi
1. Persiapan alat
- Disposable box
- Tempat sampah
- Sarung tangan
- Alat – alat sesuai dengan prosedur tindakan yang akan diberikan
Tahap Orientasi
2 Mengucapkan salam
3 Menjelaskan maksud dan tujuan
4 Memberikan kesempatan pasien/ keluarga bertanya
Tahap Kerja
5 Gunakan sarung tangan
6 Melakukan tindakan kepada pasien sesuai prosedur
7 Berpamitan kepada pasien
8 Merapikan alat
9 Alat – alat medis di cuci dengan sabun dan di keringkan
10 Alat yang akan disterilkan di masukkan ke dalam bak instrument
dan di bungkus dengan plastik khusus
11 Spuit dan benda tajam habis pakai di masukkan ke disposable box
(warna kuning)
12 Tempat sampah medis yang berisi kassa dan sisa alat medis di ikat
dan di masukkan ke tempat pembuangan khusus
13 Cuci tangan
Dokumentasi
14 Catat waktu kegiatan, hasil pemeriksaan, tanda tangan dan nama
perawat
TOTAL
Nilai = Jumlah YA x 100% Yogyakarta, ........................
14 Evaluator
Lulus apabila :
- Nilai minimal 75 (................................)
Buku Ajar Pratikum
38 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
PENGELOLAAN PASIEN DENGAN PEMBERIAN ANASTESI
PERSIAPAN DAN PERAWATAN PRE OPERASI
Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja
bedah. Hal-hal yang perlu dikaji dalam tahap pra oprasi adalah pegetahuan tentang
persiapan pembedahan, dan kesiapan psikologis. Prioritas pada prosedur pembedahan
yang utama adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga
tentang tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidak tahuan
klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit serta
petugas kesehatan dari klien dan keluarganya mengenai tindakan tersebut.
A. Rencana tindakan :
1. Pemberian pendidikan kesehatan pre operasi.
Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencangkup penjelasan mengenai
berbagai informasi dalam tindakan pembedahan. Informasi tersebut diantaranya
tentang jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang
di perlukan, pengiriman ke kamar bedah, ruang pemulihan, dan kemungkinan
pengobatan setelah bedah.
2. Persiapan diet
Sehari sebelum bedah, pasien boleh menerima makanan biasa. Namun, 8
jam sebelum bedah tersebut dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan.
Sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum operasi, sebab makanan
dan cairan dalam lambung dapat menyebabkan aspirasi.
3. Persiapan kulit
Dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari
mikroorganisme dengan cara menyiram kulit dengan sabun heksakloforin atau
sejenisnya yang sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat
rambut, maka harus di cukur.
B. Pencegahan cedera
Untuk mengatasi risiko terjadinya cedera, tindakan yang perlu dilakukan sebelum
pelaksanaan bedah adalah:
1. Cek identitas pasien.
2. Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya cincin, gelang,
dan lain-lain.
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 39
STIKES Wira Husada Yogyakarta
3. Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.
4. Lepaskan kontak lensa.
5. Lepaskan protesis.
6. Alat bantu pendengaran dapat dapat digunakan jika pasien tidak dapat mendengar.
7. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih.
8. Gunakan kaos kaki anti emboli jika pasien berisiko terjadi tromboflebitis.
PERSIAPAN DAN PERAWATAN INTRA OPERASI
Intra operasi (bedah) merupakan masa pembedaahan dimulai sejak ditransfer ke meja
bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemulihan. Hal yang perlu di dikaji
dalam intrabedah adalah pengaturan posisi pasien. Berbagai masalah yang terjadi selama
pembedahan mencakup aspek pemantauanfisiologis perubahan tanda vital, sistem
kardiovaskular, keseimbangan cairan, dan pernafasan. Selain itu lakukan pengkajian
terhadap tim, dan instrumen pembedahan, serta anestesia yang diberikan.
A. Rencana tindakan:
1. Penggunaan baju seragam bedah.
Penggunaan baju seragam bedah didesain khusus dengan harapan dapat
mencegah kontaminasi dari luar. Hal itu dilakukan dengan berprinsip bahwa
semua baju dari luar harus diganti dengan baju bedah yang steril, atau baju
harus dimasukkan ke dalam celana atau harus menutupi pinggang untuk
mengurangi menyebarnya bakteri, serta gunakan tutup kepala, masker, sarung
tangan, dan celemek steril.
2. Mencuci tangan sebelum pembedahan.
3. Menerima pasien di daerah bedah.
Sebelum memasuki wilayah bedah, pasien harus melakukan pemeriksaan
ulang di ruang penerimaan untuk mengecek kembali nama, bedah apa yang
akan dilakukan, nomor status registrasi pasien, berbagai hasil laboratorium dan
X-ray, persiapan darah setelah dilakukan pemeriksaan silang dan golongan
darah, alat protesis, dan lain-lain.
4. Pengiriman dan pengaturan posisi ke kamar bedah.
Posisi yang dianjurkan pada umumnya adalah telentang, telungkup,
trendelenburg, litotomi, lateral, atau disesuaikan dengan jenis operasi yang
akan dilakukan.
5. Pembersihan dan persiapan kulit.
Pelaksanaan tindakan ini bertujuan untuk membuat daerah yang akan dibedah
bebas dari kotoran dan lemak kulit, serta mengurangi adanya mikroba. Bahan
Buku Ajar Pratikum
40 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
yang digunakan dalam membersihkan kulit ini harus memiliki spektrum khasiat,
kecepatan khasiat, potensi yang baik dan tidak menurun apabila terdapat kadar
alkhohol, sabun deterjen, atau bahan organik lainnya.
6. Penutupan daerah steril.
Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan duk steril agar tetap
sterilnya di daerah seputar bedah dan mencegah berpindahnya mikroorganisme
antara daerah steril dan tidak.
7. Pelaksanaan anestesia.
Pelaksanaan anestesia dapat dilakukan dengan berbagai macam, antara lain
anestesia umum, inhalasi atau intravena, anestesia regional, dan anestesia
lokal.
8. Pelaksanaan pembedahan.
Setelah dilakukan anestesia, tim bedah akan melaksanakan pembedahan
sesuai dengan ketentuan pembedahan.
PERSIAPAN DAN PERAWATAN POST OPERASI
Post Operasi (pasca bedah) merupakan masa setelah dilakukan pembedahan
yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya.
Setelah tindakan pembedahan (post operasi) ada beberapa hal yang perlu dikaji
diantaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan napas, sirkulasi dan perubahan tanda
vital yang lain, keseimbangan elektrolit, kardiovaskular, lokasi daerah pembedahan
dan sekitarnya, serta alat-alat yang digunakan dalam pembedahan. Selama periode ini
proses asuhan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium
fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang
cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan
cepat, aman dan nyaman.
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah
masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang
cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama
perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini,
asuhan postoperasi sama pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 41
STIKES Wira Husada Yogyakarta