A. Hal – hal yang harus diperhatikan pada pasien post operasi
1. Mempertahankan jalan nafas
Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan mayo/gudel.
2. Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas
melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul.
3. Mempertahakan sirkulasi darah
Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian caiaran
plasma ekspander.
4. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan
pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin
saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga perlu dipantau kondisi
vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk dilakukan obeservasi
terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.
5. Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien. Cairan
harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi akibat
perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru menjadi beban bagi jantung
dan juga mungkin terkait dengan fungsi eliminasi pasien.
6. Mempertahankan kenyamanan dan mencegah resiko injury
Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan
beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman
dan pasang side railnya. Nyeri biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan
intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan medi terkait dengan
agen pemblok nyerinya.
TAHAPAN KEPERAWATAN POST OPERATIF
Perawatan post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :
1. Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi (recovery
room)
2. Perawatan post anastesi di ruang pemulihan (recovery room)
3. Transportasi pasien ke ruang rawat
4. Perawatan di ruang rawat
Buku Ajar Pratikum
42 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
Keterangan:
1. Pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan
Pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan atau unit perawatan
pasca anastesi (PACU: post anasthesia care unit) memerlukan pertimbangan-
pertimbangan khusus. Pertimbangan itu diantaranya adalah letak insisi
bedah, perubahan vaskuler dan pemajanan. Letak incisi bedah harus selalu
dipertimbangkan setiap kali pasien pasca operatif dipidahkan. Banyak luka
ditutup dengan tegangan yang cukup tinggi, dan setiap upaya dilakukan untuk
mencegah regangan sutura lebih lanjut. Selain itu pasien diposisikan sehingga
ia tidak berbaring pada posisi yang menyumbat drain dan selang drainase.
Pasien harus dipindahkan secara perlahan dan cermat. Segera setelah pasien
dipindahkan ke brankard atau tempat tidur, gaun pasien yang basah (karena
darah atau cairan lainnnya) harus segera diganti dengan gaun yang kering untuk
menghindari kontaminasi. Selama perjalanan transportasi tersebut pasien diselimuti
dan diberikan pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail harus dipasang untuk
mencegah terjadi resiko injury.
Selain hal tersebut diatas untuk mempertahankan keamanan dan kenyamanan
pasien. Selang dan peralatan drainase harus ditangani dengan cermat agar dapat
berfungsi dengan optimal. Proses transportasi ini merupakan tanggung jawab
perawat sirkuler dan perawat anastesi dengan koordinasi dari dokter anastesi
yang bertanggung jawab.
2. Perawatan Post Anastesi Di Ruang Pemulihan (Recovery Room)
Setelah selesai tindakan pembedahan, paseien harus dirawat sementara di ruang
pulih sadar (recovery room : RR) sampai kondisi pasien stabil, tidak mengalami
komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang perawatan
(bangsal perawatan).
PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi. Hal ini
disebabkan untuk mempermudah akses bagi pasien untuk (1) perawat yang
disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat anastesi) (2) ahli anastesi dan
ahli bedah (3) alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.
Alat monitoring yang terdapat di ruang ini digunakan untuk memberikan penilaian
terhadap kondisi pasien. Jenis peralatan yang ada diantaranya adalah alat bantu
pernafasan : oksigen, laringoskop, set trakheostomi, peralatan bronkhial, kateter
nasal, ventilator mekanik dan peralatan suction. Selain itu di ruang ini juga harus
terdapat alat yang digunakan untuk memantau status hemodinamika dan alat-
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 43
STIKES Wira Husada Yogyakarta
alat untuk mengatasi permasalahan hemodinamika, seperti : apparatus tekanan
darah, peralatan parenteral, plasma ekspander, set intravena, set pembuka jahitan,
defibrilator, kateter vena, torniquet. Bahan-bahan balutan bedah, narkotika dan
medikasi kegawatdaruratan, set kateterisasi dan peralatan drainase.
Selain alat-alat tersebut diatas, pasien post operasi juga harus ditempatkan pada
tempat tidur khusus yang nyaman dan aman serta memudahkan akses bagi
pasien, seperti : pemindahan darurat. Dan dilengkapi dengan kelengkapan yang
digunakan untuk mempermudah perawatan. Seperti tiang infus, side rail, tempat
tidur beroda, dan rak penyimpanan catatan medis dan perawatan. Pasien tetap
berada dalam PACU sampai pulih sepenuhnya dari pegaruh anastesi, yaitu tekanan
darah stabil, fungsi pernafasan adekuat, saturasi oksigen minimal 95% dan tingkat
kesadaran yang baik.
Kriteria penilaian yang digunakan untuk menentukan kesiapan pasien untuk
dikeluarkan dari PACU adalah :
1. Fungsi pulmonal yang tidak terganggu
2. Hasil oksimetri nadi menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat
3. Tanda-tanda vital stabil, termasuk tekanan darah
4. Orientasi pasien terhadap tempat, waktu dan orang
5. Haluaran urine tidak kurang dari 30 ml/jam
6. Mual dan muntah dalam kontrol
7. Nyeri minimal
Buku Ajar Pratikum
44 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
STANDAR OPERATING PROSEDUR
PENGELOLAAN PASIEN PRE ANASTESI
NAMA MAHASISWA : …………………………………….
NIM : ……………………………………
NO ASPEK YANG DINILAI PENCAPAIAN
YA TDK
Tahap Pre Interaksi
1. Persiapan alat
- Tensimeter
- Stetoskop
- Thermometer
- Jam tangan
- Alat pencukur rambut/ silet
- Baju operasi
Tahap Orientasi
2 Mengucapkan salam
3 Menjelaskan maksud dan tujuan
4 Memberikan kesempatan pasien/ keluarga bertanya
Tahap Kerja
5 Lakukan pengukuran tanda – tanda vital
6 Informasikan kepada pasien untuk berpuasa minimal 8 jam
7 Lakukan pembersihan rambut di area sekitar tempat yang
akan di operasi
8 Informasikan pasien untuk melepaskan semua perhiasan,
gigi palsu, alat bantu dengar dan soft lens jika ada
9 Informasikan pasien untuk membersihkan cat kuku
10 Siapkan pakaian operasi untuk dikenakan pada saat akan
berangkat ke kamar operasi
Tahap Terminasi
11 Evaluasi perasaan klien
12 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
13 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 45
STIKES Wira Husada Yogyakarta
NO ASPEK YANG DINILAI PENCAPAIAN
YA TDK
Dokumentasi
14 Catat waktu kegiatan, hasil pemeriksaan, tanda tangan dan
nama perawat
TOTAL
Nilai = Jumlah YA x 100% Yogyakarta, ........................
14 Evaluator
Lulus apabila :
- Nilai minimal 75 (................................)
Buku Ajar Pratikum
46 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
STANDAR OPERATING PROSEDUR
PENGELOLAAN PASIEN POST ANASTESI
NAMA MAHASISWA : …………………………………….
NIM : ……………………………………
NO ASPEK YANG DINILAI PENCAPAIAN
YA TDK
Tahap Pre Interaksi
1. Persiapan alat
- Tensimeter
- Stetoskop
- Thermometer
- Jam tangan
- Tabung Oksigen dan nasal kanul
- Baju ganti untuk pasien
Tahap Orientasi
2 Mengucapkan salam
3 Menjelaskan maksud dan tujuan
4 Memberikan kesempatan pasien/ keluarga bertanya
Tahap Kerja
5 Lakukan pengukuran tanda – tanda vital
6 Cek status kesadaran
7 Posisikan pasien setengah duduk/ naikkan bagian kepala tempat
tidur pasien
8 Pasang oksigen bila diperlukan
9 Ganti baju operasi pasien
10 Pasang siderail/ pagar tempat tidur pasien
Tahap Terminasi
11 Evaluasi perasaan klien
12 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
13 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
Dokumentasi
14 Catat waktu kegiatan, hasil pemeriksaan, tanda tangan dan nama
perawat
TOTAL
Nilai = Jumlah YA x 100% Yogyakarta, ........................
14 Evaluator
Lulus apabila :
- Nilai minimal 75 (................................)
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 47
STIKES Wira Husada Yogyakarta
PENGENALAN SETTING RS
(STANDAR KEAMANAN UMUM)
A. HAL – HAL YANG DI LAKUKAN OLEH PERAWAT SAAT MENERIMA PASIEN BARU:
1. Melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai format
2. Memperkenalkan pasien baru dengan pasien lama di sebelahnya (tanpa
menyebutkan diagnosa/ penyakitnya)
3. Mengorientasikan pasien terhadap ruangan tentang hal berikut:
a. Setting Rumah sakit
b. Informasikan letak lift
c. Cara mengatur posisi tempat tidur, naik turun bagian kepala, memasang
pagar tempat tidur
d. Letak bel untuk memanggil perawat
e. Letak kamar mandi
f. Letak Tangga darurat (Jalur Evakuasi)
g. Letak ruang jaga perawat (Nurse Station)
h. Tempat menyimpan alat pemadam kebakaran
4. Pada saat terjadi bencana alam pasien dan keluarga tidak di anjurkan
menggunakan lift
5. Jelaskan siapa perawat yang bertanggung jawab di ruang rawat tersebut dan
dokter yang bertanggung jawab sesuai pilihan pasien
6. Berikan informasi tentang jam visite (kunjungan) dokter
7. Berikan informasi tentang hak dan kewajiban pasien
8. Berikan informasi tentang tata tertib pasien dan pengunjung, yang meliputi:
a. Tidak boleh merokok
b. Tidak boleh membawa anak usia kurang dari 12 tahun
c. Tidak boleh membawa barang berharga
d. Jam kunjung(bezuk):
1) Pagi : jam 10.00 – 12.00
2) Sore : Jam 16.00 – 18.00
9. Berikan kartu tunggu pada keluarga pasien
10. Keluarga yang menunggui pasien maksimal 2 (dua) orang
11. Penjaga pasien (keluarga) tidak diperkenankan membuat kegaduhan/ keributan
terutama pada malam hari
12. Dilarang merokok di dalam RS, bagi keluarga/ penunggu pasien yang merokok
bisa di kantin atau di taman
Buku Ajar Pratikum
48 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
13. Anjurkan pasien menandatangi format penerimaan pasien, yang berisi bukti
bahwa pasien dan keluarga telah mendapatkan penjelasan hal – hal yang
tersebut diatas
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 49
STIKES Wira Husada Yogyakarta
STANDAR OPERATING PROSEDUR
PEMBERIAN INFORMASI STANDAR KEAMANAN UMUM RS
NAMA MAHASISWA : …………………………………….
NIM : ……………………………………
NO ASPEK YANG DINILAI PENCAPAIAN
YA TDK
Tahap Pre Interaksi
1. Membaca rekam medis pasien
2. Persiapan alat
- Buku catatan
- Alat tulis
- Lembar pernyataan telah menerima informasi
Tahap Orientasi
3 Mengucapkan salam
4 Menjelaskan maksud dan tujuan
5 Memberikan kesempatan pasien/ keluarga bertanya
Tahap Kerja
6 Informasikan tentang setting Rumah sakit (berapa lantai,
letak lift, ruang penting yang mungkin dikunjungi pasien dan
keluarga misalnya letak laboratorium, radiologi, farmasi)
7 Informasikan tangga darurat (jalur evaluasi bila terjadi
bencana) dan alat pemadam kebakaran
8 Informasikan untuk tidak menggunakan lift apabila terjadi
bencana alam misalnya gempa bumi
9 Informasikan jam kunjung bagi pasien dan keluarga (pagi jam
berapa dan sore jam berapa)
10 Informasikan tata tertib bagi pengunjung dan penunggu
pasien (tidak membuat kegaduhan, harus membawa kartu
tunggu)
11 Informasikan area khusus untuk perokok karena dilarang
merokok di dalam bangunan rumah sakit
12 Ajarkan cara meninggikan/ menurunkan kepala tempat tidur
dan memasang siderail tempat tidur
13 Ajarkan cara menggunakan telepon dan bel untuk memanggil
perawat
Buku Ajar Pratikum
50 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
NO ASPEK YANG DINILAI PENCAPAIAN
YA TDK
14 Anjurkan pasien menandatangani lembar pernyataan telah
mendapatkan informasi standar kemanan rumah sakit
Tahap Terminasi
15 Evaluasi pengetahuan pasien terkait informasi yang telah
diberikan
16 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
17 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
Dokumentasi
18 Catat waktu kegiatan, kegiatan yang telah dilakukan dan
informasi yang telah diberikan, tanda tangan dan nama
perawat
TOTAL
Nilai = Jumlah YA x 100% Yogyakarta, ........................
18 Evaluator
Lulus apabila :
Nilai minimal 75 (................................)
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 51
STIKES Wira Husada Yogyakarta
KERJA SAMA TIM EFEKTIF (SBAR)
SBAR adalah Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit yang
terdiri dari Situation, Background, Assessment, Recommendation. Metoda komunikasi
ini digunakan pada saat perawat melakukan timbang terima (handover) ke pasien.
Keuntungan dari penggunaan metoda SBAR:
1. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.
2. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan
kondisi pasien.
3. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.
TEHNIK PELAKSANAAN SBAR:
S : Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
1. Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan, serta dokter
yang merawat
2. Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah
teratasi/ keluhan
Contoh Penerapan Rumah Sakit :
1. Pemindahan pasien : isi dengan tanggal, waktu, dari ruang asal ke ruang tujuan
pemindahan
2. Diagnosa medis : isi dengan diagnosa medis yang terakhir diputuskan oleh dokter
yang merawat
3. Masalah utama keperawatan saat ini, isi dengan masalah keperawatan pasien yang
secara aktual pada pasien yang wajib dilanjutkan diruang kepindahan yang baru
B : Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini)
1. Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap diagnosis
keperawatan
2. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan obat
– obatan termasuk cairan infus yang digunakan
3. Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respon pasien dari setiap diagnosis
keperawatan
4. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan obat
– obatan termasuk cairan infus yang digunakan
5. Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis
Buku Ajar Pratikum
52 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
Contoh Penerapan Rumah Sakit :
1. Riwayat alergi/reaksi obat : isi dengan apa jenis alergi yang diderita atau jenis reaksi
obat tertentu pada pasien dulu hingga sekarang
2. Hasil investigasi abnormal : isi keadaan abnormal/keluhan saat pasien datang ke
RS sehingga mengharuskan pasien tersebut dirawat (riwayat keluhan saat masuk
rumah sakit)
A : Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini)
1. Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda vital, skor
nyeri, tingkat kesadaran, braden score, status restrain, risiko jatuh, pivas score,
status nutrisi, kemampuan eliminasi, dan lain – lain.
2. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung
Contoh Penerapan Rumah Sakit :
1. Observasi terakhir, GCS: Eye, Verbal, Motorik (EVM) : isi dengan vital sign dan
tingkat kesadaran pasien secara numerik. contoh : E 4, V 5 M 6
2. BAB dan BAK, diet, mobilisasi, dan alat bantu dengar, isi / di ceklist sesuai keadaan
pasien
3. Luka decubitus : isi dengan kondisi saat ini (misalnya ada pus, jaringan nekrotik,
dll,) lokasi dan ukurannya juga dilengkapi
4. Peralatan khusus yang diperlukan: isi misalnya WSD, colar brace, infuse pump dl
R : Recommendation
Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan (refer to nursing
care plan) termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan keluarga.
Contoh Penerapan Rumah Sakit :
1. Konsultasi, fisiotherafi dll, isi dengan rencana konsultasi, rencana fisiotherafi dll
2. Obat, barang dan berkas-berkas yang lain : isi jumlah barang / berkas
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 53
STIKES Wira Husada Yogyakarta
STANDAR OPERATING PROSEDUR
KOMUNIKASI S-BAR
NAMA MAHASISWA : …………………………………….
NIM : ……………………………………
NO ASPEK YANG DINILAI PENCAPAIAN
YA TDK
Tahap Pre Interaksi
1. Membaca rekam medis pasien
2. Persiapan alat
- Buku catatan
- Alat tulis
Tahap Kerja
3 Membuka kegiatan dengan cara yang baik
4 Sampaikan Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
5 Sampaikan Background (info penting yang berhubungan dengan
kondisi pasien terkini)
6 Sampaikan Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien
saat ini)
7 Sampaikan Recommendation (Rekomendasikan intervensi
keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan termasuk
discharge planning dan edukasi pasien dan keluarga)
8 Berikan kesempatan tim untuk bertanya sebagai klarifikasi data
Tahap Terminasi
9 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
Dokumentasi
10 Catat waktu kegiatan, kegiatan yang telah dilakukan dan
informasi yang telah diberikan, tanda tangan dan nama
perawat
TOTAL
Nilai = Jumlah YA x 100% Yogyakarta, ........................
17 Evaluator
Lulus apabila :
Nilai minimal 75 (................................)
Buku Ajar Pratikum
54 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
APLIKASI 12 BENAR DALAM PEMBERIAN OBAT
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan
pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga
mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang
manfaat dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki
peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan
mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha
membantu klien dalam membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,
mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan turut serta bertanggungjawab dalam
pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama dengan tenaga kesehatan lain.
Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat yang diberikan
harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan sesuai resep dan selalu
menggunakan prinsip 12 benar, yaitu:
1. Benar Obat
Sebelum mempersiapkan obat ketempatnya perawat harus memperhatikan
kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat
penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat
penyimpanan. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus
dikembalikan ke bagian farmasi.
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang
yang asing harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk
menanyakan nama generik atau kandungan obat. Jika pasien meragukan obatnya,
perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk
apa obat itu diberikan. Ini membantu perawat mengingat nama obat dan kerjanya.
2. Benar Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus
diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi
alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan
lain-lain sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien.
a. Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien
b. Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang
bersangkutan
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 55
STIKES Wira Husada Yogyakarta
c. Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan
diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya
obat dan dosis obat yang diresepkan/diminta, pertimbangan berat badan klien
(mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosisi obat harus dihitung kembali dan diperiksa
oleh perawat lain
d. Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu
3. Benar Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan
cara mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor register,
alamat dan program pengobatan pada pasien.
a. Klien berhak untuk mengetahui alasan obat
b. Klien berhak untuk menolak penggunaan sebuah obat
c. Membedakan klien dengan dua nama yang sama
4. Benar Cara Pemberian
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon
yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan.
Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
5. Benar waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang dprogramkan, karena
berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
a. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
b. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti
dua kali sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari sehingga
kadar obat dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan
c. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang
mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang
memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang
waktu tertentu
d. Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan
atau bersama makanan
e. Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi
mukosa lambung bersama-sama dengan makanan
Buku Ajar Pratikum
56 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
f. Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah
dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang
merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat
6. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa
obat itu diberikan. Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di
rumah sakit. Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah
diberikan serta respon klien terhadap pengobatan.
7. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien
Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pendidikan kesehatan pada
pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan obat seperti
manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar, alasan terapi
obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pembeian obat,
efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan
obat dengan makanan, perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari selama sakit, dan sebagainya.
8. Benar tidak expired (tidak kadaluarsa)
Obat yang akan diberikan harus dicek benar tidak expired (kadaluarsa). Selalu cek
tanggal kadaluarsa pada kemasan
9. Benar Pengkajian
Perawat selalu memeriksa TTV (Tanda-tanda vital) sebelum pemberian obat.
10. Benar Evaluasi
Perawat selalu melihat/memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya.
11. Benar Reaksi Terhadap Makanan
Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat itu harus
diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk memperoleh kadar yang
diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin, dan sebaiknya
ada obat yang harus diminum setelah makan misalnya indometasin.
12. Benar Reaksi Dengan Obat Lain
Perawat harus memahami reaksi obat apakah memiliki interaksi yang negatif apabila
diberikan bersamaan. Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol diberikan
dengan omeprazol penggunaan pada penyakit kronis.
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 57
STIKES Wira Husada Yogyakarta
STANDAR OPERATING PROSEDUR
12 BENAR PEMBERIAN OBAT
NAMA MAHASISWA : …………………………………….
NIM : ……………………………………
NO ASPEK YANG DINILAI PENCAPAIAN
YA TDK
Tahap Pre Interaksi
1. Membaca rekam medis pasien
2. Persiapan alat
- Buku catatan
- Alat tulis
- Obat-obatan
Tahap Orientasi
3 Mengucapkan salam
4 Menjelaskan maksud dan tujuan
5 Memberikan kesempatan pasien/ keluarga bertanya
Tahap Kerja
6 Membuka kegiatan dengan cara yang baik
7 Lakukan tindakan pemberian obat dengan melakukan prinsip
12 benar
Tahap Terminasi
8 Evaluasi respon pasien
9 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
10 Berikan reinforcement positif
Dokumentasi
11 Catat waktu kegiatan, kegiatan yang telah dilakukan dan
informasi yang telah diberikan, tanda tangan dan nama
perawat
TOTAL
Nilai = Jumlah Ya x 100% Yogyakarta, ........................
11 Evaluator
Lulus apabila :
Nilai YA minimal 75 (................................)
Buku Ajar Pratikum
58 Keselamatan Pasien & Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, I., 2018, Manajemen keselamatan pasien, Penerbit deepublish
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (2017). Standar Nasional Akreditasi Rumah
Sakit, Edisi 1, Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Jakarta
Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (2015), Pedoman Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, Jakarta
Ramli, S. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dian Rakyat.
Jakarta
Tutiani, dkk. 2017. Manajemen keselamatan pasien, Bppsdmk Kemenkes
Undang-undang kesehatan RI nomor 36 tahun 2009
WHO, (2011), WHO patient safety curriculum guide: multi-professional edition
Program Studi Keperawatan (S1) dan Ners 59
STIKES Wira Husada Yogyakarta