The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

E-BOOK atau MODUL FISIOLOGI HEWAN-INDAH PUTRI NINGSIH (193010209009)

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by indahputriningsih02, 2022-03-21 00:29:08

E-BOOK atau MODUL FISIOLOGI HEWAN-INDAH PUTRI NINGSIH (193010209009)

E-BOOK atau MODUL FISIOLOGI HEWAN-INDAH PUTRI NINGSIH (193010209009)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan atas Rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan E-book tentang materi fisiologi hewan. E-book ini penulis ajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Fisiologi Hewan”.

Penulis mengucapkan terimakasih terutama kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah
“Fisiologi Hewan” Prof. Dr. Agus Haryono, M.Si, Elga Araina, S.Si, M.Pd dan Ririn Fahrina,
S.Pd, M.Pd, sehingga Ebook ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa E-book ini masih jauh dari kesempurnaan, baik materi maupun
teknik penulisannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, sehingga E-book ini bisa mencapai kesempurnaan sebagaimana mestinya.

Semoga E-book ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca khususnya
terhadap penulis. Atas kritik dan saran yang diberikan penulis ucapkan terimakasih.

Palangka Raya, 17 Maret 2022

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB 1 OSMOREGULASI ............................................................................................... 1
A. Pengertian Osmoregulasi ......................................................................................... 1
B. Peranan Osmoregulasi.............................................................................................. 1
C. Prinsip-Prinsip Osmoregulasi................................................................................... 2
D. Osmoregulator dan osmokonfomer.......................................................................... 3
E. Organ Osmoregulasi................................................................................................. 4
F. Osmoregulasi hewan vertebrata ............................................................................... 7

BAB II SISTEM INTEGUMEN ...................................................................................... 13

A. Pengertian Sistem Integumen................................................................................... 13
B. Fungsi Sistem Integumen ......................................................................................... 13
C. Sistem Integumen Pada Pisces ................................................................................. 14
D. Sistem Integumen Pada Amfibi ............................................................................... 17
E. Sistem Integumen Pada Reptil ................................................................................. 19
F. Sistem Integumen Pada Aves................................................................................... 23
G. Sistem Integumen Pada Mamalia............................................................................. 24

BAB III NUTRISI DAN SISTEM PENCERNAAN ...................................................... 28

A. Pengertian Nutrisi...................................................................................................... 28
B. Jenis-Jenis Nutrisi Yang Diperlukan Hewan............................................................. 28
C. Tahap pengelolaan Makanan..................................................................................... 29
D. Sistem Pencernaan Pada Vertebrata .......................................................................... 30

BAB IV SISTEM PEREDARAN DARAH ..................................................................... 37

A. Pengertian Sistem Peredarah Darah .......................................................................... 37
B. Sistem Peredarah Darah Pada Pisces......................................................................... 37
C. Sistem Peredaran Darah Pada Amfibi ....................................................................... 39
D. Sistem Peredaran Darah Pada Reptil ......................................................................... 40

ii

E. Sistem Peredaran Darah Pada Aves .......................................................................... 41
F. Sistem Peredaran Darah Pada Mamalia .................................................................... 42
BAB V SISTEM RESPIRASI .......................................................................................... 45
A. Pengertian Dari Sistem Respirasi .............................................................................. 45
B. Fungsi Sistem Respirasi ......................................................................................... 45
C. Proses Ransport Oksigen Saat Respirasi ................................................................... 45
D. Proses Transoort Karbondioksida Saat Respirasi...................................................... 47
E. Mekanisme Pengaturan Respirasi.............................................................................. 47
F. Sistem Respirasi Pada Hewan Vertebrata ................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 61

iii

BAB I
OSMOREGULASI

A. Pengertian Osmoregulasi

Secara umum, proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme
pengaturan tekanan osmose. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan
konsentrasi tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak
air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan
mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang
zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.

Dalam proses inti osmoregulasi, terjadi suatu peristiwa osmosis, dimana perpindahan
cairan yang encer ke cairan yang pekat shingga akan tercipta suatu kondisi konsentrasi yang
sama dan disebut dengan isotonis. Isotonis adalah dua macam larutan yang mempunyai
tekanan osmotik sama (isoosmotik) Pada kondisi osmoregulasi: isotonis adalah tekanan
osmotik dua macam cairan misal: tekanan osmotik antara cairan tubuh dan air laut
(lingkungan hidup hewan).

B. Peranan Osmoregulasi

Osmoregulasi memiliki peranan sangat vital bagi hewan. Peranan tersebut adalah:

a. Mengatur jumlah air yang terkandung di dalam cairan tubuh sehingga tekanan osmotik
tetap stabil.

b. Menjaga dan mengatur kestabilan kadar zat-zat terlarut dalam cairan tubuh seperti ion
Na, K, Mg, Ca, Fe, H, Cl, I dan PO4. Ion-ion ini sangat vital dalam metabolisme seperti
kerja enzim, sintesis protein, pigmen respirasi, permiabilitas otot, aktivitas listrik saraf
dan kontraksi otot.

c. Mengatur dan menjaga kestabilan pH cairan tubuh.

1

C. Prinsip-Prinsip Osmoregulasi

Terhadap lingkungan hidupnya, ada hewan air yang membiarkan konsentrasi cairan
tubuhnya berubah-ubah mengikuti perubahan (osmokonformer). Kebanyakan invertebrata
laut tekanan osmotic cairan tubuhnya sama dengan tekanan osmotic air laut. Cairan tubuh
demikian dikatakan isotonik atau isosmotik dengan medium tempat hidupnya. Bila terjadi
konsentrasi dalam mediumnya, maka cairan tubuhnya disesuaikan dengan perubahan
tersebut (osmokonformitas). Sebaliknya ada hewan yang mempertahankan agar tekanan
osmotik cairan tubuhnya relative konstan lebih rendah dari mediumnya (hipoosmotik) atau
lebih tinggi dari mediumnya (hiperosmotik). Untuk mempertahankan cairan tubuh relatif
konstan, maka hewan melakukan regulasi osmotic (osmoregulasi), hewannya disebut
regulator osmotic atau osmoregulator. Ada dua macam regulasi osmotic yaitu regulasi
hipoosmotik dan regulasi hiperosmotik. Pada regulator hipoosmotik, misalnya ikan air laut,
hewan ini selalu mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya lebih tinggi daripada
mediumnya (air tawar).

Beberapa hewan ada yang toleran terhadap rentangan luas konsentrasi garam
mediumnya, hewan demikian di sebut euryhaline. Sedangkan hewan lain hanya toleran
terhadap rentangan yang sempit konsentrasi garam mediumnya, hewan demikian disebut
stenohaline Fenomena lain yang biasanya berhubungan sangat dekat dengan tingkat
perkembangan kapasitas osmoregulasi adalah kemampuan hewan mengontrol kadar air
dalam tubuhnya. Osmokonformitas rupanya adalah hasil kombinasi dari ketidakmampuan
hewan mengontrol volume tubuh dan ketidakmampuan mengontrol isi larutan tubuh.
Sebaliknya osmoregulasi merupakan manifestasi perkembangan kemampuan yang baik dari
kedua proses tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa hewan osmokonformer juga
merupakan konformer volume, sebaliknya osmoregulator juga merupakan regulator
volume.

Ada tiga pola regulasi :

a. Regulasi hiperonik atau hiperamok, yaitu pengaturan secara aktif konsentrasi cairan
tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi media, misal pada potadrom (ikan air tawar)
Potadrom mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya dengan mengurangi minum
danmemperbanyak urineOsmoregulasi beberapa golongan ikan (Telesostei).

2

b. Regulasi hipotonik atau hipoosmorik, yaitu pengaturan secara aktif konsentrasi cairan
tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi media, misal: pada oscandrom (ikan air laut),
Oseanodrom memperbanyak minum dan mengurangi volume urine. Diadrom,
melakukan aktivitas osmoregulasi seperti petadrom bila berada di air tawar dan seperti
oscanodrom bila berada di air laut.

c. Regulasi isotonik atau soosmotik, yaitu bila konsentrasi cairan tubuh sama dengan
konsentrasi media, misalnya ikan-ikan pada daerah estuarine (ikan eurihaline) contohnya
Ikan eurihalin, konsentrasi cairan tubuhnya hampir sama dengan lingkungannya,
sehingga hanya sedikit melakukan osmoregulasi.

D. Osmoregulator dan osmokonfomer

Secara umum, hewan dibagi menjadi dua kategori besar dalam hal respon mereka
terhadap stres osmotik yaitu osmoregulator, hewan yang mampu mempertahankan
osmolaritas internalnya ketika berbeda dari lingkungan eksternal, dan osmokonformer yaitu
hewan yang mengubah konsentrasi osmotik cairan tubuhnya untuk berkonformasi dengan
medium eksternalnya. Umumnya vertebrata adalah osmoregulator ketat, karena mereka
mampu mempertahankan ionik dan keseimbangan osmotik dalam batas yang sempit;
meskipun hagfish, kelompok basal vertebrata, adalah pengecualian penting (Sardella,
Baker, and Brauner, 2009: 271).

Sebaliknya, invertebrata biasanya dikategorikan sebagai osmokonformers ketat, karena
banyak dari mereka tampaknya berada da lam keseimbangan osmotik dengan air laut pada
kisaran salinitas sempit. Namun, ada banyak pengecualian termasuk tardigrade laut
Halobiotus crispae serta beberapa anggota Crustacea (Halberg, 2012: 12).

Hewan yang digambarkan sebagai osmokonformer sebenarnya mempertahankan
sedikit perbedaan antara lingkungan internal dan eksternal. Sebagai contoh adalah kepiting
laut yang tetap mempertahankan konsentrasi garam dalam tubuhnya untuk tetap tinggi
setelah dipindahkan ke air payau yang lebih rendah kadar garamnya. Hewan air tawar
memiliki cairan tubuh yang secara osmotik lebih pekat daripada medium eksternal, sehingga
disebut sebagai kelompok hiperosmotik. Dengan demikian, konsekuensinya maka air
dengan mudah memasuki jaringan ikan tersebut, dan akan memengaruhi zat terlarut dalam
caitan tubuhnya. Namun, karena adanya osmoregulasi, maka pemasukan air ke dalam
jaringan bisa diminimalisir sehingga fisiologi tetap berjalan normal. Jika hewan tersebut

3

memiliki konsentrasi osmotik lebih rendah daripada medium eksternalnya, seperti pada
kelompok ikan teleostei di laut, maka disebut sebagai hiposmotik. Konsekuensinya air akan
keluar dari jaringan tubuh ikan teleostei, namun dengan adanya osmoregulasi, maka hal
tersebut bisa diatasi. Jika dua sistem misalnya antara cairan tubuh dengan medium
eksternalnya memiliki konsentrasi osmotik yang sama maka disebut sebagai isosmotik.

Kelompok hewan osmokonformer akan mengalami peningkatan konsentrasi osmotik
cairan tubuh apabila osmotik cairan eksternalnya meningkat, begitu sebaliknya. Jika hewan
mengalami peningkatan perubahan konsentrasi cairan tubuh dalam rentang yang luas
disebut eurihalin. Adapun kelompok osmoregulator disebut stenohalin karena umumnya
tidak terlalu kuat untuk menghadapi perubahan osmotik eksternal sehingga rentang
toleransinya tidak terlalu luas terhadap dinamika osmotik cairan eksternal. Kelompok
osmoregulator terbagi dua, yaitu kelompok hipoosmotik regulator dan hiperosmotik
regulator. Jika hewan mampu mempertahankan konsentrasi cairan tubuh lebih rendah
daripada lingkungan eksternalnya maka dikelompokkan ke dalam hipoosmotik regulator.
Contohnya adalah beberapa spesies crustacea. Jika hewan mampu mempertahankan
konsentrasi cairan dalam tubuh lebih tinggi daripada di lingkungan eksternal digolongkan
ke dalam hiperosmotik regulator. Contohnya adalah kepiting. Adapun semua hewan
terestrial adalah osmoregulator yang dapat juga bersifat eurihalin atau stenohalin.

E. Organ Osmoregulasi

Organ osmoregulator adalah organ khusus yang terlibat dalam mempertahankan ionik
dan homeostasis osmotik. Organ spesifik yang memediasi proses ini dapat bervariasi di
antara berbagai kelompok hewan. Namun, dasar molekuler dan mekanisme spesifik zat
terlarut dan transportasi air menunjukkan pola yang sangat konvergen/homolog di berbagai
jenis sel epitel hewan.

1. Insang

Insang ikan adalah organ utama untuk regulasi osmotik dan ionik, regulasi asam-
basa, dan pembuangan limbah nitrogen, serta praga utama untuk pertukaran gas. Insang
pada ikan lamprey air tawar, elasmobranchiata, dan teleostseii adalah organ utama
untuk menyerap ion dari lingkungan encer, sedangkan insang pada lamprey laut dan

4

ikan teleostei laut adalah organ utama utama sekresi garam (Evans, Piermarini, & Choe,
2005: 120).

2. Ginjal dan Kantung Kemih

Ginjal lamprey dan elasmobranchiata semuanya memiliki glomerulus nefron, yang
juga berlaku pada ikan air tawar dan spesies teleostei eurihalin. Pada teleostei laut,
glomerulus ginjal jumlahnya sedikit atau pada banyak kasus, kekurangan glomeruli.
Pada ikan air tawar, filtrasi glomerulus dan laju aliran urin tinggi, karena jumlahnya
berlebihan membuat urin encer sehingga perlu menge luarkan air berlebih yang
diperoleh melalui osmosis insang dan meminimalkan hilangnya ion dalam urin. Pada
beberapa ikan air tawar, kandung kemih berperan meningkatkan reabsorpsi ion urin.
Epitelnya memiliki permeabilitas osmotik yang rendah, sehingga memastikan urin yang
sangat hipotonik (Marshall & Grosell, 2006: 181).

Sebaliknya, ginjal dari spesies laut kekurangan glomeruli sehingga menghasilkan
jumlah urin yang sangat sedikit, dengan peran utama osmoregulasi adalah ekskresi
kelebihan ion divalen (terutama Mg2 +, SO4 2) yang diserap oleh usus dari air laut yang
terserap melalui makanan. Unit fungsional ginjal vertebrata adalah nefron, yang terdiri
dari unit filtrasi dan tubulus ginjal. Proses penyaringan yang terjadi di unit filtrasi
(kapsul glomerulus dan Bowman) adalah bersifat ‘Pasif’ yaitu sepenuhnya digerakkan
oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh jantung, sedangkan proses reabsorpsi dan
sekresi berlangsung karena adanya spesialisasi epitel tubulus ginjal (Schmidt-Nielsen,
1980: 344).

3. Saluran Pencernaan

Anatomi saluran pencernaan sangat bervariasi tergantung spesies hewan dan
berkaitan dengan makanan dan cara memperolehnya. Meskipun demikian, pada ikan
ataupun hewan lainnya, saluran pencernaan memiliki peran penting dalam
osmoregulasi karena pencernaan bergantung pada sekresi dan penyerapan elektrolit
(Karasov dan Hume, 1997).

Ikan laut juga minum air dan menggunakan saluran pencernaan sebagai organ
osmoregulasi utama untuk menyerap air untuk mengimbangi kerugian osmotik. Proses

5

ini dimulai dengan desalinisasi esofagus dan regulasi sfingter jantung. Sfingter jantung
biasanya mengatur perjalanan makanan ke dalam lambung dari kerongkongan dan
mengatur sfingter pilorik bagian chyme ke dalam usus. Proses penyerapan dan sekresi
usus berlangsung dan menghasilkan keluaran berupa cairan dubur. Secara khusus,
posterior usus mengeluarkan HCO3, yang mengendapkan karbonat Mg2 + dan Ca2+ di
lumen usus dan dengan demikian mengurangi osmolalitas chyme. Lebih lanjut
pengambilan air kemudian dimungkinkan (Marshall & Grosell, 2006: 182).

4. Kelenjar Rektum pada Elasmobranchiata

Kelenjar rektum elasmobranch laut mengeluarkan cairan atau urin yang sangat
terkonsentrasi (NaCl hingga 1,0 M). Sekresi ini mengalir melalui sebuah saluran yang
mengarah ke dalam usus, distal ke katup spiral. Tubulus sekretoris terdiri dari banyak
ionosit yang memiliki membran basolateral yang sangat diperluas dan memiliki
penampilan yang mirip dengan sel-sel yang terkait dengan organ saltsecreting
vertebrata lainnya di reptil laut dan burung (Burger, 1965: 192).

5. Kulit, Membran Operkular, dan Kantung Yolk

Beberapa ikan memiliki kulit yang sangat vaskularisasi yang mengandung banyak
ionosit dengan kemampuan transportasi ion (Leblanc, Wood, Fudge, & Wright, 2010:
84). Pada ikan gobi, diperkirakan 10-20% dari total transpor ion dilakukan melintasi
permukaan kulit. Membran opercular killifish (Fundulus heteroclitus) dan nila
(Oreochromis mossambicus) banyak digunakan sebagai model untuk mempelajari
transportasi dan regulasi ion (Marshall et al., 1997: 23).

Membran kantung kuning telur sebelum menetas berfungsi sebagai permukaan ion
oregulator tunggal. Banyaknya ionosit yang terdiferensiasi menjadi sistem model
informatif untuk sekresi ion pada seabass (Dicentrarchus labrax) (Sucre´, E,
Charmantier-Daures, M, Grousset and, E Cucchi-Mouillot, 2011: 27) dan penyerapan
ion pada zebrafish (Kumai, & Perry, 2011: R1517). Membran yolksac sangat membantu
dalam menyelesaikan regulasi mekanisme penyerapan air tawar, kerja H +/ATPase dan
transportasi amonium melalui Rhcg1 (Kumai, & Perry, 2011: R15125).

6

F. Osmoregulasi hewan vertebrata
Osmoregulasi pada hewan vertebrata adalah sebagai berikut :
1. Osmoregulasi pada ikan

https://images.app.goo.gl/qws5FnQcjpozYC7P8
Ikan-ikan yang hidup di air tawar mempunyai cairan tubuh yang bersifat hiperosmotik
terhadap lingkungan, sehingga air cenderung masuk ketubuhnya secara difusi melalui
permukaan tubuh yang semipermiable. Bila hal ini tidak dikendalikan atau diimbangi, maka
akan menyebabkan hilangnya garam-garam tubuh dan mengencernya cairan tubuh,
sehingga cairan tubuh tidak dapat menyokong fungsifungsi fisiologis secara normal. Ginjal
akan memompa keluar kelebihan air tersebut sebagai air seni. Ginjal mempunyai glomerulus
dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan
garam- garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-
banyaknya. Ikan laut hidup pada lingkungan yang hipertonik terhadap jaringan dan cairan
tubuhnya, sehingga cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang, dan kemasukan
garam-garam. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan ‘minum’air laut. Sebanyak-banyaknya.
Dengan demikian berarti pula kandungan garam akan meningkat dalam cairan tubuh.
Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini dan kelebihan garam harus dihilangkan. Karena
ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk mempertahankan air, volume air seni lebih
sedikit dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubulus ginjal mampu berfungsi sebagai
penahan air. Jumlah glomerulus ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil
dari pada ikan air tawar.

7

2. Osmoregulasi Pada Amfibi

https://images.app.goo.gl/K6B5aa8p3SCsTiPy9

Sebagian besar Amphibi adalah hewan air atau semi akuatik. Telurnya diletakkan dalam
air, dan larvanya adalah hewan air yang bernafas dengan insang. melalui metamorphosis,
kebanyakan Amphibi (tidak semua) mengubah alat pernafasannya dengan paru-paru.
Beberapa salamander tetap memiliki insang dan tetap hidup dalam air setelah dewasa. Dan
kebanyakan katak dilain pihak berubah menjadi hewan darat, meskipun biasanya masih
tetap memilih habitat berair.

Regulasi osmotic Amphibi mirip ikan air tawar, kulitnya berperan sebagai organ
osmoregulasi utama. Pada saat hewan berada dalam air tawar, terdapat aliran osmotic air ke
dalam tubuhnya melalui kulit. Sehingga urin yang akan dikeluarkan akan menjadi sangat
encer. Sebaliknya, apabila tidak sedang berada di air, katak dapat mereabsorbsi kembali air
yang terdapat di kandung kemih. Sehingga, urin yang akan dihasilkan akan menadi pekat.
Barsama urin ikut terbuang garam-garam. Selain itu, garamdan mineral juga dapat
dilepaskan melalui kulitnya.

Katak dan salamander umumnya adalah hewan air tawar, akan mati dalam beberapa
jam bila ditaruh dalam air Laut, jadi katak dan salamander adalah regulator hiperosmotik
sempit. Namun ada sejenis katak pemakan kepiting, hidup didaerah rawa mangrove,
mencari makan dan berenang dalam air laut.Pada saat katak berada dalam air laut ia menjadi
hewan hiosmotik. Untuk mencegah kehilangan air osmotic melalui kulitnya, katak
menambah umlah urea dalam darahnya, yang dapat mencapai 480 mmol urea perliter.
Mekanisme ini beralasan, sebab kulit amphibi relative permeable terhadap air, sehinggan
secara sedarhana untuk mencegah kehilangan air dibuat konsentrasi osmoticdarah seperti
mediumnya.

8

Karena urea essensial bagi katak untuk hidup normal, maka urea ditahan dalam tubuh
dan tidak diekskresikan bersama urin. Pada hiu, urea ditahan melalui reabsorbsi aktif dalam
tubuli ginjal. Pada katak pemakan kepiting, urea ditahan dengan mereduksi volume urin
pada saat katak berada dalam air laut. Nampaknya urea tidak direabsorbsi secara aktif, sebab
konsentrasi urea dalam urin tetap dalam keadaan sedikit di atas urea dalam plasma. Katak
pemakan kepiting, yang muda memiliki toleransi lebih besar terhadap salinitas tinggi dari
pada yang dewasa. Pada katak muda, pola regulasi osmotiknya mirip dengan teleostei
sedangkan yang dewasa mirip Elasmobrankhii.

3. Osmoregulasi pada reptilia
Hewan dari kelas reptile, meliputi ular, buaya, dan kura-kura memiliki kulit yang

kerimg dan bersisik. Keadaan kulit yang kering dan bersisik tersebut diyakini merupakan
cara beradaptasi yang baik terhadap kehidupan darat, yakni agar tidak kehilangan banyak
air. Untuk lebih menghemat air, hewan tersebut menghasilkan zat sisa bernitrogen dalam
bentuk asam urat, yang pengeluaran hanya membutuhkan sedikit air. Selain itu, Reptil
juga melakukan penghematan air dengan menghasilkan feses yang kering. Osmoregulasi
ular yang suhu tubuhnya bergantung dengan suhu lingkungannya. Ular kehilangan
sebagian panas dengan cara pendinginan secara evaporasi dari permukaan lembab yang
terpapar ke lingkungan. Konveksi juga turut berkonstribusi terhadap hilangnya Danas
ular, ketika ada aliran air atau udara yang lewa di atas bagian tubuhnya. Evaporasi dari
sistem respirasi ular dapat ditingkatkan dengan cara panting (menjulurkan lidah ke luar).
Ular mengenali keberadaan musuh dengan panas yang dihasilkan dari tubuh musuhnya
melalui organ pembau (organ jacobson) yang berada di dalam rongga hidung ular.

Bahkan, Kadal dan kura-kura pada saat mengalami dehidrasi mampu memanfaatkan
urin encer yang dihasilkan dan disimpan dikandung kemihnya dengan cara
mereabsorbsinya. Bisa ular keluar dari gigi maksila yang panjangnya kurang lebih 4cm.
didalam gigi terdapat saluran yang terhubung ke kelenjar bias. Begitu ular menggigit,
kelenjar ini berkontraksi dan mengalirkan bias dengan kekuatan dahsyat, melalui saluran
didalam gigi ke tubuh korbannya.

9

4. Osmoregulasi pada Aves

https://images.app.goo.gl/gdu74LPo8XaQ2JsaA
Pada burung pengaturan keseimbangan air ternyata berkaitan erat dengan proses
mempertahankan suhu tubuh. Burung yang hidup didaerah pantai dan memperoleh
makanan dari laut (burung laut) menghadapi masalah berupa pemasukan garam yang
berlebihan. Hal ini berarti bahwa burung tersebut harus berusaha mengeluarkan
kelebihan garam dari tubuhnya. Burung mengeluarkan kelebihan garam tersebut melalui
kelenjar garam, yang terdapat pada cekungan dangkal dikepala bagian atas, disebelah
atas setiap matanya, didekat hidung. Apabila burung laut menghadapi kelebihan garam
didalm tubhnya, hewan itu akan menyekresikan cairan pekat yang banyak mengandung
NaCl. Kelenjar garam ini hanya aktif pada saat tubuh burung dijenuhkan oleh garam.
5. Osmoregulasi pada Mamalia

https://images.app.goo.gl/pNyBNetcZTiL35Pr8
Pada mamalia kehilangan air dan garam dapat terjadi lewat keringat. Sementara, cara
mereka memperoleh air sama seperti vertebrata lainnya, yaitu dari air minum dan
makanan. Akan tetapi, untuk mamalia yang hidup dipadang pasir memperoleh air denga
cara minum merupakan hal yang mustahil sebagai contoh kangguru. Kangguru tidak
minum air, tetapi dapat bertahan dengan menggunakan air metabolic yang dihasilkan dari

10

oksidasi glukosa. Mamalia laut tidak memiliki kelenjar garam seperti pada burung laut
dan reptile atau insang pada ikan. Mereka mempunyai ginjal dengan kemampuan efisien
dalam memproduksi urine yang sangat hipertonik. Untuk membantu kerja ginjal mamalia
laut tidak minum air laut tapi hanya menelan air bersama makanan yang dimakan.
Sumber air lain adalah air metaboliknya. Pada mamalia Laut yaitu lumba-lumba dan ikan
paus Masalah pemasukan garam yang terlalu banyak yang masuk bersama makanan,bisa
Diatasi dengan organ ginjal yang sangat efisien yang dapat menghasilkan urin yang
kepekatannya 3 – 4 kali dari ciran plasman .

11

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Osmoregulasi adalah proses yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup dalam upaaya
mempertahankan kondisi cairan yang sesuai dengan fisiologis tubuhnya. Pengaturan ini
dilakukan berupa mempertahankan cairan tubuh, mengeluarkan cairan, menambah cairan,
dan dapat pula dengan pengaturan zat terlarut. Zat terlarut yang berasal dari sisa
metabolisme harus dibuang, zat-zat tertentu dalam jumlah berlebih di dalam tubuh juga
harus dibuang, sebaliknya zat-zat tertentu yang dibutuhkan tubuh harus dipertahankan.
Pengaturan cairan di dalam tubuh diatur oleh sistem ekskresi yang terdiri dari ginjal, kulit,
hati, dan paru-paru/insang.

2. Peran osmoregulasi bagi hewan ada 3 yaitu mengatur jumlah air yang terkandung didalam
cairan tubuh sehingga osmotik tetap stabil, menjaga dan mengatur kestabilan kadar zat-zat
terlarut dalam cairan tubuh dan mengatur dan menjaga kestabilan pH cairan tubuh.

3. Prinsip dasar osmoregulasi terdapar 3 pola regulasi yaitu regulasi hipertonik atau
hiperamok, regulasi hipotonik atau hipoosmotik dan regulasi isotonik atu soosmotik.

4. Hewan dibagi menjadi dua kategori besar dlam hal respon mereka terhadap stres osmotik
yaitu osmoregulator yaitu hewan yang mampu memprtahankan osmolaritas internalnya
ketika berbeda dari lingkungan eksternal, dan osmokonformer yaitu hewan yang
mengubah konsentrasi osmotik cairan tubuhnya untuk berkonfirmasi dengan medium
eksternalnya.

5. Organ osmoregulator adalah organ khusus yang terlibat dalam mempertahankan ionik dan
homeostasis osmotik. Organ spesifik yang memediasi proses ini dapat bervariasi di antara
berbagai kelompok hewan. Namun, dasar molekuler dan mekanisme spesifik zat terlarut
dan transportasi air menunjukkan pola yang sangat konvergen/homolog di berbagai jenis
sel epitel hewan. Organ tersebut adalah insang, ginjal, dan kantung kemih, saluran
pencernaan dan kelenjar rektum pada elasmobranchiata serta kulit, membran operkular,
dan kantung yolk.

6. Osmoregulasi pada hewan vertebrata yaitu osmoregulasi pada pisces, osmoregulasi pada
amfibi, osmoregulasi pada reptil, osmoregulasi pada aves, osmoregulasi pada mamalia.

12

BAB II
SISTEM INTEGUMEN

A. Pengertian Sistem Integumen
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,

melindungi,dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini sering
kali merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu,
sisik,kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kata ini berasal dari
bahasaLatin " integumentum", yang berarti "penutup". Sistem integumen merupakan suatu
sistem yang sangat bervariasi, sehingga strukturnya tersusun oleh organ atau struktur
tertentu dengan memiliki fungsi yang bermacam-macam. Sistem integumen dapat dianggap
terdiri dari kulit yang sebenarnya dan derivat-derivat dari kulit. Kulit adalah suatu organ
tubuh yang terletak paling luar, struktur nya cukup kompleks dan memiliki beberapa fungsi
vital.

B. Fungsi Sistem Integumen

Adapun fungsi sistem integument, diantaranya adalah sebagai berikut :

• Sebagai pelindung dari kekeringan, invasi mikroorganisme, sinar ultraviolet, dan
mekanik, kimia, atau suhu.

• Sebagai penerima sensasi berupa sentuhan, tekanan, nyeri dan suhu.
• Sebagai pengatur suhu yaitu untuk menurunkan kehilangan panas saat suhu dingin dan

meningkatkan kehilangan panas saat suhu panas.
• Sebagai fungsi metabolik yaitu menyimpan energi melalui cadangan lemak; sintesis

vitamin.
• Sebagai fungsi Ekskresi yaitu mengeluarkan keringat, minyak dan garam.

Sebagai alat ekskresi. kulit berfungsi mengeluarkan keringat. Fungsi kulit yang lain,
antara lain melindungi tubuh terhadap gesekan, kuman, penyinaran, panas. dan zat kimia;
mengatur suhu tubuh; menerima rangsang dari luar: serta mengurangi kehilangan air.
Kelenjar keringat menyerap air dan garam, terutama garam dapur dan darah di pembuluh
kapiler. Keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori di permukaan kulit akan menyerap
panas tubuh sehingga suhu tubuh menjadi tetap. Pada keadaan normal. keringat akan keluar

13

dari tubuh sebanyak sekitar 50 mL setiap jam. Beberapa faktor yang dapat memacu
pengeluaran keringat. antara lain peningkatan aktivitas tubuh. peningkatan suhu lingkungan,
dan goncangan emosi. Emosi akan merangsang saraf simpatis untuk memperkecil.

C. Sistem Integumen Pada Pisces

https://www.slideshare.net/evatyas/sistem-integumen-32734815
Sistem integumen atau penutup tubuh ikan adalah kulit beserta drivat-drivatnya, seperti
sisik dan kelenjar beracun. Sistem integumen pada seluruh makhluk hidup merupakan
bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat makhluk hidup
tersebut hidup atau berada. Yang termasuk dalam sistem integumen pada ikan adalah kulit
beserta drivat, contohnya adalah sisik dan kelenjar beracun.
a. Kulit

Kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan luar yang disebut Epidermis dan lapisan
dalam yang disebut Dermis atau Corium.
• Epidermis

Merupakan lapisan luar dari kulit, kulit pada bagian epidermis ini selalu basah
yang disebabkan oleh lendir yang dihasilkan suatu sel kelenjar di bagian dalam
epidermis. Lendir, pada lapisan ini terdapat suatu sel kelenjar berbentuk piala yang
dapat menghasilkan suatu zat (semacam glycopretein) yang dinamakan mucin. Jika
zat tersebut bersentuhan dengan air maka akan berubah menjadi lendir, dan
menyebabkan kulit pada bagian epidermis ini selalu basah. Pada ikan yang tidak
memiliki sisik lendir yang dihasilkan lebih banyak daripada ikan yang memiliki sisik.
Fungsi lendir pada ikan itu sendiri adalah untuk mengurangi gesekan tubuh dengan
air yng membuat ikan dapat berenang lebih cepat, pada ikan belut sendiri digunakan
untuk mempertahankan diri dari mangsa khususnya manusia yang membuat tubuhnya
licin dan sulit digenggam. Selain itu lendir juga berperan dalam proses osmoregulasi
sebagai lapisan semipermiabel yang mencegah keluar masuknya air melalui kulit,
serta mencegah infeksi dalam penutupan luka.

14

• Dermis
Lapisan kulit dalam atau dermis akan lebih tebal dari lapisan kulit luar. Dermis

mengandung pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat. Lapisan ini juga berperan
dalam proses pembentukan sisik pada ikan yang bersisik. Terdapat macam-macam
sisik ikan, yang diantaranya :
▪ Sisik Pelacoid

Sisik Placoid atau dermal denticle, yaitu sisik yang biasa dimiliki oleh kelompok
Elasmobranchii dan Chondrichthyes disebut dermal denticle. Sisik ini terbentuk
seperti pada gigi manusia dimana bagian ectodermalnya memiliki lapisan email
yang disebut sebagai vitrodentin dan lapisan dalamnya ‘disebut dentine yang berisi
pembuluh dentinal.
▪ Sisik Ctenoid

Sisik Ctenoid terdapat pada ikan bertulang sejati (Teleostei) yang mempunyai
jari-jari sirip keras (Acanthopterygii). Berbentuk pipih, tipis dan transparan, tidak
mengandung dentine atau enamel, serta pada bagian posterior terdapat semaam
duri-duri kecil atau Ctenii. Pada bagian luar sisik terdapat tonjolan-tonjolan
melingkar (circuli) dan garis memusat (Radius).
▪ Sisik Cycloid

Sisik Cycloid terdapat pada ikan Teleostei yang memiliki jari-jari lunak pada
siripnya (Malacopterygii). Betuk sisik ini lebih bulat dan tidak mengandung
dentine atau enamel. Pada bagian luar sisik terdapat tonjolantonjolan melingkar
(circuli) dan garis memusat (Radius). Pada ikan dari daerah subtropis, circuli dapat
digunakan untuk menentukan umur ikan.
▪ Sisik Cosmoid dan Ganoid
a. Sisik Cosmoid Sisik Cosmoid terdapat pada ikan yang sudah menjadi fosil atau

terdapat pada ikan primitif seperti ikan Latimeria dan sisik ini permukaan luar
berlapis denticulate.
b. Sisik Ganoid Sisik Ganoid terdapat pada ikan-ikan Acanthopterygii contohnya
ikan Acipencer serta pada lapisan luar sisik dibentuk dari substansi garam
anorganik yang keras (ganoine).

Kelenjar Beracun
Kelenjar Beracun juga terdapat pada sistem integumen, dimana kelenjar beracun ini

merupakan derivat kulit yang merupakan modifikasi kelenjar yang mengeluarkan lendir.
15

Kelenjar beracun ini berfungsi sebagai alat mempertahankan diri, menyerang atau
melumpuhkan mangsa. Ikan-ikan yang sistem integumennya mengandung kelenjar beracun
antara lain ikan-ikan yang hidup disekitar karang, ikan lele dan sebangsanya (Siluroidea),
dan golongan Elasmobranchii (Dasyatidae, Chimaeridae, Myliobathidae). Beberapa jenis
ikan buntal (Tetraodontidae) juga terkenal beracun, tetapi racunnya bukan berasal dari
sistem integumennya, melainkan dari kelenjar empedu.

Warna pada sistem integument
Warna ikan tersebut dikarenakan oleh schemachrome (karenakonfigurasi fisik) dan

biochrome (pigmen pembawa warna). Schemachrome putih terdapat pada rangka,
gelembung renang sisik dan testes; biru dan ungu pada iris mata; warna-warna pelangi pada
sisik, mata dan membran usus.

Yang termasuk biochrome ialah :

• Carotenoid; berwarna kuning, merah dan corak lainnya
• Chromolipoid; berwarna kuning sampai coklat
• Indigoid; berwarna biru, merah dan hijau
• Melanin; kebanyakan berwarna hitam atau coklat
• Porphyrin atau pigmen empedu; berwarna merah, kuning, hijau, biru dan coklat
• Flavin; berwarna kuning tetapi sering dengan fluoresensi kehijau-hijauan
• Purin; berwarna putih atau keperak-peraka
• Pterin; berwarna putih, kuning, merah dan jingga

Organ cahaya pada sistem integumen
Cahaya yang dikeluarkan oleh jasad hidup dinamakan bioluminescens. Terdapat dua

sumbercahaya yang dikeluarkan oleh ikan dan keduanya terdapat pada kulit. Ikan-ikan yang
dapat mengeluarkan cahaya umumnya tinggal di bagian laut dalam dan hanya sedikit yang
hidup diperairan dangkal. Sebagian dari padanya bergerak ke permukaanuntuk mencari
makanan. Di laut dalam terletak antara 300 – 1000 meter dibawahpermukaan laut. Sel pada
kulit ikan yang dapat mengeluarkan cahaya disebutsel cahaya atau photophore (photocyt).
Ini biasanya terdapat pada golonganElasmobranchii (Sphinax, Etmopterus, Bathobathis
moresbyi) dan Teleostei(Stomiatidae, Hyctophiformes, Batrachoididae).

16

D. Sistem Integumen Amfibi

https://www.slideshare.net/evatyas/sistem-integumen-32734815
Amphibi bernapas dengan kulitnya yang lembut dan bersih, tanpa bulu, tanpa Sisik.
Kulit tersusun atas :
• Epidermis pada epidermis sebelah bawah merupakan lapisan sel germ yang selalu
menghasilkan lapisan jangat yang setiap waktu bisa terkelupas. Tiap bulan selama musim
hujan di bawah lapisan jagat dibentuk lapisan jangat baru, sewaktu lapisan jangat yang
lama terkelupas telah ada penggantinya. Biasanya kulit jangat yang terlepas ditelan
kembali.
• Dermis Pada dermis terdapat jaringan ikat, di sebelah luar jaringan tersebut terdapat
jaringan seperti karet busa yang mengandung banyak kelenjar dan pigmen. Bagian
sebelah dalam dari dermis terdapat jaringan-jaringan padat berupa jaringan ikat
selanjutnya di sebelah bawah jaringan dermis terdapat saraf dan pembuluh darah.
Kulit amfibi adalah permeabel terhadap air dan sarat dengan kelenjar lendir yang
banyak, mencegah kulit dari kekeringan.Kulit juga memfasilitasi pertukaran gas yang
memungkinkan amfibi untuk bernapas ketika mereka menjalani hibernasi.Kulit dicegah dari
kerusakan oleh predator, banyak amfibi telah berevolusi, kelenjar racun di kulit dan
toksisitas dari kelenjar bervariasi sesuai dengan spesies. Racun yang dikeluarkan oleh
beberapa amfibi yang fatal bagi manusia juga tapi sisanya memiliki efek yang sangat sedikit
atau ringan. Kelenjar yang bertanggung jawab untuk produksi toksin adalah kelenjar
paratoid yang melepaskan bufotoxin dan terletak di belakang telinga katak dan kodok
tertentu sementara di salamander mereka hadir tepat di belakang mata.
Struktur yg menutupi ini dibatasi oleh adanya struktur dinamis tertentu khas vertebrata
misalnya, adanya lapisan luar yang sangat cornified yang mengalami molting reguler dan
proses ini dikendalikan oleh hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis dan tiroid. Kutil
atau thickenings lokal adalah karakteristik kodok. Bagian luar kulit ditumpahkan secara
periodik dalam satu potong, sementara pada mamalia dan burung itu tertumpah dalam serpih
dan mereka juga dikenal untuk makan kulit sloughed. Kromatofora juga dikenal sebagai sel-

17

sel pigmen yang bertanggung jawab untuk warna kulit amfibi dan disusun dalam tiga
lapisan. Tiga lapisan biasanya termasuk sel-sel yang dikenal sebagai melaophores,
guanophores dan lipophores. Banyak spesies yang juga dikenal untuk mengubah warna kulit
mereka dan ini benar-benar di bawah kendali kelenjar pituitari. Warna yang sangat terang
biasanya menunjukkan bahwa kulit sarat dengan kelenjar racun.

Kulit Amfibi/Amphibia sangat penting dalam respirasi dan proteksi. Pada kulit amphibi
terdapat kelenjar kulit yang terbagi atas dua macam yaitu:
• Glandulae mucosa (kelenjar lendir) yang menghasilkan lendir bening untuk

memudahkan katak melepaskan diri bila ditangkap.
• Glandulae toxicon (kelenjar racun) yang menghasilkan zat racun pada tingkat tertentu

dapat secara efektif mematikan hewan lain.
Racun yang terdapat pada Amfibi/Amphibia sangat bervariasi. Kodok yang hidup di

laut (Bufo marinus) racunnya sangat manjur untuk membunuh anjing. Studi tentang kodok
neotropik dari keluarga Dendrobatidae yang baracun, menunjukkan bahwa racun itu
merupakan steroid alkaloid yang berefek pada saraf dan aktivitas otot sel korban. Tipe racun
lain pada amphibi adalah neurotoksin, halusinogen, vasokonstriktor, hemolitik, dan local
irritant.

Kelenjar mukus dan kelenjar racun pada Amfibi/Amphibia dikelompokkan sebagai
kelenjar alveolar. Kelenjar alveolar adalah kelenjar yang tidak mempunyai saluran
pengeluran tetapi produknya dikeluarkan lewat dinding selnya sendiri secara alami. Akat
tetapi ada juga beberapa amphibi yang mempunyai kelenjar alveolar tubular, kelenjar
demikian sering ditemukan di ibu jari pada katak dan kodok dan terkadang juga ditemukan
di bagian dadanya.

Kelenjar ini menjadi fungsional selama musim reproduksi selama musin reproduksi dan
mengeluarkan cairan yang membantu pejantan dalam melekatkan diri ke betina selama
musim kawin, bahkan pada salamander terdapat kelenjar tubular pada dagu pejantannya
yang mengeluarkan cairan khusus untuk menarik betina selama musim reproduksi.
a. Anura

Urutan ordo Anura meliputi katak dan kodok. Anggota dari order dengan kulit halus
yang sering disebut sebagai katak sementara mereka dengan kulit warted dikenal sebagai
kodok.
b. Caudata

18

Urutan ordo Caudata meliputi salamander dan salah satu penyusunnya keluarga,
family Salamandridae, meliputi salamander benar dan kadal air. Mereka mungkin darat
atau air tetapi banyak menghabiskan bagian dari tahun di habitat masing-masing. Ketika
di darat, mereka kebanyakan menghabiskan hari tersembunyi di bawah batu atau kayu
bulat atau di vegetasi padat, yang muncul pada sore dan malam untuk pakan untuk cacing,
serangga dan invertebrata lain.

E. Sistem Integumen Reptil

https://www.slideshare.net/evatyas/sistem-integumen-32734815
Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka bentuk, terkecuali
anggota suku Amphisbaenidae yang tak bersisik. Sisik-sisik itu dapat berukuran amat halus,
seperti halnya sisik-sisik yang menutupi tubuh cecak, atau pun berukuran besar seperti yang
dapat kita amati pada tempurung kura-kura. Sisik-sisik itu berupa modifikasi lapisan kulit
luar (epidermis) yang mengeras oleh zat tanduk, dan terkadang dilengkapi dengan pelat-
pelat tulang di lapisan bawahnya, yang dikenal sebagai osteoderm.
Beberapa bentuk sisik yang umum pada reptil adalah: sikloid (cenderung datar
membundar), granular (berbingkul-bingkul), dan berlunas (memiliki gigir memanjang di
tengahnya, seperti lunas perahu). Perbedaan bentuk dan komposisi sisik-sisik ini pada
berbagai bagian tubuh reptil biasa digunakan untuk mengidentifikasi spesies hewan
tersebut.
Integument pada Reptilia umumnya juga tidak mengandung kelenjar keringat. Lapisan
terluar dari integument yang menanduk tidak mengandung sel-sel saraf dan pembuluh darah.
Bagian ini mati, dan lama-lama akan mengelupas. Permukaan lapisan epidermal mengalami
keratinisasi. Lapisan ini akan ikut hilang apabila hewan berganti kulit. Pada calotes
(bunglon) integument mengalami modifikasi warna. Perubahan warna ini dikarenakan
adanya granulea pigment dalam dermis yang terkumpul atau menyebar karena pengaruh
yang bermacam-macam. Pada calotes (bunglon) perubahan ini relatif cepat, karena selalu
dibawah kontrol sistem nervosum outonomicum.

19

Reptilia merupakan salah satu kelas dari vertebrata yang terdiri dari tiga ordo , yaitu
ordo Testudinata (Chelonia), Ordo squamata, ordo Crocodilia/Loricata.
a. Ordo Chelonia

Kura-kura dan penyu adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk golongan
reptil. Bangsa hewan yang disebut (ordo) Testudinata (atau Chelonians) ini khas dan
mudah dikenali dengan adanya ‘rumah’ atau batok (bony shell) yang keras dan kaku.
Batok kura-kura ini terdiri dari dua bagian. Bagian atas yang menutupi punggung disebut
karapas (carapace) dan bagian bawah (ventral, perut) disebut plastron. Kemudian setiap
bagiannya ini terdiri dari dua lapis. Lapis luar umumnya berupa sisik-sisik besar dan
keras, dan tersusun seperti genting; sementara lapis bagian dalam berupa lempeng-
lempeng tulang yang tersusun rapat seperti tempurung. Perkecualian terdapat pada
kelompok labi-labi (Trionychoidea) dan jenis penyu belimbing, yang lapis luarnya tiada
bersisik dan digantikan lapisan kulit di bagian luar tempurung tulangnya.

Integumen Chelonia sp/kura-kura
1. Carapace (dorsal) Pada bagian carapace (dorsal) terdiri atas nukhal yang merupakan
suatu seri dari pelat-pelat tanduk yang letaknya di tengah dari depan belakang
berturut-turut yang terletak di bagian atas (antara marginal) berjumlah satu buah.
Marginal yang merupakan bagian-bagian yang menjadi pinggir perisai yang
berbentuk segi empat dan berjumlah 22. Kostal yang terletak diantara neural dan
marginal dan bersatu dengan rusuk. Pigal yang terletak dibagian belakang di antara
marginal dan berjumlah dua buah serta neural yang terletak di tengah dan diantara
pelat-pelat konstrak, dibagian depan juga berbatasan dengan pigal dan neural
berjumlah lima.
2. Plastron Plastron (ventral) terdiri atas gular yang merupakan bagian luar yang paling
kecil dan letaknya paling depan dan berjumlah dua buah. Humeral yang merupakan
bagian yang terletak diantara gular dan pectoral yang berjumlah dua buah. Pectoral
yang terletak diantara humeral dan abdominal serta memiliki jumlah sepasang.
Dimana abdominal terletak diantara pectoral dan femoral yang merupakan bagian
yang paling besar dari plastron dan berjumlah dua buah serta anal yang terletak
paling belakang (setelah femoral) dan berjumlah dua buah.

b. Ordo squamata

20

Ular, sebagaimana reptil lainnya, memiliki sisik-sisik yang menutupi kulitnya.
Tubuh ular tertutupi seluruhnya oleh sisik-sisik, yang memiliki beraneka bentuk dan
ukuran, tersebut. Sisik-sisik itu berfungsi untuk melindungi tubuh, membantu
pergerakan ular, mempertahankan kelembaban, berguna dalam kamuflase dan
mengubah penampilan, dan untuk beberapa kasus juga membantu dalam menangkap
mangsa (misalnya pada ular kadut).

Sisik ular juga berevolusi dan berubah untuk melayani fungsi-fungsi tertentu,
misalnya sisik bening serupa kaca arloji yang melindungi mata ular.Serta yang paling
aneh mungkin adalah ‘kerincingan’ di ekor ular derik Amerika Utara, yang terbentuk
dari sisik-sisik mati yang tertinggal ketika ular melungsung (berganti kulit). Sisik-
sisik ular terutama berguna manakala ular bergerak, yakni untuk mengurangi gesekan
dengan substrat atau lingkungannya. Gesekan adalah sumber utama kehilangan energi
pada pergerakan (lokomosi) ular.

Sisik-sisik ventral (perut), yang berukuran besar dan lebar, licin dan minim friksi;
sementara pada beberapa jenis ular pohon, sisik-sisik ini memiliki lekuk atau lunas di
tepinya yang berguna untuk ‘memegang’ cabang dan ranting pepohonan. Kulit dan
sisik-sisik ular membantu mempertahankan kelembaban tubuhnya. Ular juga dapat
merasai getaran baik yang berasal dari tanah maupun dari udara, dan mampu
membedakannya dengan menggunakan sistem resonansi internal yang rumit, yang
kemungkinan melibatkan peranan sisik di dalamnya. Sebagian ular-ular primitif
seperti boa memiliki kepala yang tertutupi oleh sisik-sisik kecil tak beraturan. Namun
kebanyakan ular memiliki sisik-sisik besar yang menutupi kepalanya, yang disebut
perisai (shields). Pola dan susunan perisai-perisai ini berbeda-beda dari spesies ke
spesies, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi jenisnya.

Sisik ular merupakan modifikasi dan diferensiasi dari lapisan kulit terluar atau
epidermis.Sisik-sisik ini terbuat dari keratin, bahan yang sama yang menyusun kuku
dan rambut.Tiap sisik memiliki permukaan luar dan dalam, sisik-sisik ini saling
menutupi pada pangkalnya, seperti susunan genting.

Setiap individu ular menetas dengan jumlah sisik yang tetap; sisik-sisik ini tidak
bertambah atau berkurang sejalan dengan bertambahnya umur ular. Meski demikian,
sisik-sisik ini bertambah besar ukurannya, dan kadang-kadang berubah bentuknya,
setiap kali melungsung. Sisik-sisik ini tertancap sedemikian rupa di kulit di sekitar
mulut dan sisi tubuh, memungkinkan kulit itu mengembang sehingga ular dapat
menelan mangsa yang berukuran lebih besar dari diameter tubuhnya.

21

Sisik-sisik ular memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Sisik-sisik ini
bisa jadi berbutir-butir (granular), datar dan halus, atau berlunas, yakni memiliki
tonjolan memanjang serupa lunas perahu. Sering pula sisik-sisik ini memiliki pori,
lubang, bintil, atau bentuk-bentuk halus yang dapat diamati dengan mata telanjang
maupun yang harus menggunakan mikroskop. Sisik-sisik ular mungkin juga berubah
bentuk dengan fungsi khusus, sebagaimana halnya kerincingan (rattle) pada ekor ular
derik. Contoh modifikasi yang lain adalah sisik tansparan yang menutupi mata ular.
Sisik yang serupa kaca arloji ini dikenal sebagai brille atau spectacle. Sisik ini
dianggap sebagai kelopak mata yang menyatu, dan turut mengelupas ketika ular
berganti kulit.

Sisik-sisik pada tubuh bagian atas atau punggung dikenal sebagai sisik dorsal atau
kostal (costal). Sisik-sisik ini tersusun sebagai genting, yang disebut susunan
imbrikata (imbricate), serupa dengan susunan sisik pada tubuh kadal dan bunglon.
Sisik-sisik dorsal tersusun berderet-deret di sepanjang tubuhnya, deretan berikutnya
terletak sedikit bergeser, sehingga sisik-sisik ini –dari satu deret ke deret sebelahnya-
nampak lurus pada garis diagonal. Kebanyakan jenis ular memiliki deretan sisik yang
ganjil jumlahnya, kecuali pada beberapa spesies semisal ular sapi (Zaocys).
Sementara, pada beberapa spesies ular laut dan ular-ular akuatik lainnya, sisik-sisik
ini berbutir-butir (granular) dan deretannya tak bisa dihitung.

Deretan sisik-sisik ini bervariasi banyaknya, biasanya dihitung pada kira-kira
tengah panjang tubuh ular. Terkadang dihitung pada tiga tempat, yakni beberapa jauh
setelah leher; tengah badan; dan beberapa jauh sebelum anus. Ular Spilotes pullatus
memiliki sepuluh deret sisik dorsal pada tengah badan, ular tangkai (Calamaria spp.)
memiliki 13 deret, ular sanca antara 65–75 deret, dan ular kadut sekitar 130–150 deret.
Kebanyakan ular dari suku Colubridae, yakni suku ular yang terbesar, memiliki 15,
17, atau 19 deret sisik.

c. Ordo Crocodilia/Loricata
Ordo crocodylia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di antara

reptil lain. Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung sisiksisik
itu tersusun teratur berderat ke arah ternversal dan mengalami penulangan membentuk
perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada
bagian ventral berbentuk segi empat. Contoh buaya irian, Panjang tubuhnya sampai
sekitar 3,35 m pada yang jantan, sedangkan yang betina hingga sekitar 2,65 m. Buaya

22

ini memiliki sisik-sisik yang relatif lebih besar daripada buaya lainnya apabila
disandingkan. Di bagian belakang kepala terdapat 4–7 sisik lebar (post-occipital
scutes) yang tersusun berderet melintang, terpisah agak jauh di kanan-kiri garis tengah
tengkuk. Sisik-sisik besar di punggungnya (dorsal scutes) tersusun dalam 8–11 lajur
dan 11–18 deret dari depan ke belakang tubuh. Sisik-sisik perutnya dalam 23–28 deret
(rata-rata 25 deret) dari depan ke belakang.

F. Sistem Integumen Aves

https://www.slideshare.net/evatyas/sistem-integumen-32734815
Tubuh dibungkus oleh kulit yang seolah-olah tak melekat pada otot. Dari kulit akan
muncul bulu, yang merupakan hasil pertumbuhan epidermis menjadi bentuk ringan,
fleksibel, dan sebagai pembungkus tubuh sangat resisten. Pertumbuhan serupa pada sisik
reptilia. Pada mulanya bulu sebagai papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi
epidermis. Dasar kuncup bulu itu melekuk kedalam pada tepinya sehingga terbentuk
foliculus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari
kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang sangat halus, sedang epidermis
membentuk lapisan penyusun rusuk bulu. Sentral kuncup bulu itu mempunyai bagian
epidermis yang lunak yang mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan
dalam proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya.
Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi tiga macam yakni :
a. Filoplumae, sebagai rambut yang diujungnya bercabang-cabang pendek halus (hair
feather);
b. Plumulae, berbentuk hampir sebagai filoplumae dengan perbedaan detail (down
feathers);
c. Plumae, merupakan bulu yang sempurna (contour feather).

23

Menurut letaknya bulu digolongkan menjadi :
a. Tectrices, yang menutupi badan.
b. Reetrices, yang berpangkal pada ekor, vexillumnya simetris karena berfungsi sebagai

kemudian.
c. Remiges, yang terdapat pada sayap dan dibagi atas :

• Remiges primariae yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal
pada metacapalia.

• Remiges secundariae yang melekatya secara cubital pada radiol ulna.
d. Parapterum, yang menutupi daerah bahu.
e. Ala spuria, sebagai bulu kecil yang menempel pada poluk (ibu jari).

Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh
tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang
pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal
yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada
tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput
epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus,
sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai
bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat
makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya Berdasarkan susunan
anatomis bulu dibagi menjadi: Filoplumae, Plumulae, Plumae, Barbae.
Susunan plumae terdiri dari :
a. Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu.
b. Calamus, yaitu tangkai pangkal bulu.
c. Rachis, yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga di

dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan.
d. Vexillum, yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-cabang

lateral dari rachis

G. Sistem Integumen Mamalia
Binatang menyusui atau mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang terutama

dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber
makanan anaknya. Mamalia memliki integumen yang terdiri dari tiga lapisan: paling luar
adalah epidermis, yang tengah adalah dermis, dan paling dalam adalah hipodermis.

24

a. Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan vaskuler. Tersusun atas epitelium
berlapis dan terdiri dari atas sejumlah lapisan sel yang disusun atas dua lapis yang jelas
tampak, yaitu selapis lapisan tanduk dan selapis zona germinalis, epidermis tidak berisi
pembuluh darah, saluran kelenjar keringat menembus epidermis dan mendampingi rambut.
Sel epidermis membatasi folikel rambut, dan di atas epidermis terdapat garis lekukan yang
berjalan sesuai dengan papil dermis di bawahnya. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari
lapisan yang paling atas sampai yang terdalam):

• Stratum Komeum, terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
• Stratum Lusidum, lapisan ini berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal

telapak kaki dan telapak tangan, tidak tampak pada kulit tipis.
• Stratum Granulosum lapisan ini ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang

intinya di tengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan
granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin.
• Stratum Spinosum, pada lapisan ini terdapat berkas-berkas filamen yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk
mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada
tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum
dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai
lapisan malfigi, dan juga terdapat sel langerhans.
• Stratum Germinativum, pada lapisan ini terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis
diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia
dan faktor lain. Lapisan stratum germinativum ini merupakan satu lapis sel yang
mengandung melanosit.

b. Dermis
Pada lapisan dermis terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, folikel rambut,

kelenjar keringat, syaraf dan sel fibroblast. Fibroblast ini berfungsi menghasilkan
kollagen, yang sangat penting peranannya terhadap kekenyalan dan elastisitas kulit.
Selain itu pada lapisan ini juga terdapat reseptor yang berfungsi untuk merasakan sensasi
raba dan nyeri.

25

c. Hipodermis
Merupakan bagian terdalam dari kulit, yang terdiri dari banyak sel lemak sehingga

berfungsi sebagai bantalan terhadap cedera dan membantu dalam mempertahankan panas
tubuh.

26

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan

menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini sering kali merupakan
bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar
keringat dan produknya (keringat atau lendir).
2. Fungsi sistem integument yaitu Sebagai pelindung dari kekeringan, invasi mikroorganisme,
sinar ultraviolet, dan mekanik, kimia, atau suhu, Sebagai penerima sensasi berupa sentuhan,
tekanan, nyeri dan suhu, Sebagai pengatur suhu yaitu untuk menurunkan kehilangan panas
saat suhu dingin dan meningkatkan kehilangan panas saat suhu panas, Sebagai fungsi
metabolik yaitu menyimpan energi melalui cadangan lemak; sintesis vitamin, Sebagai
fungsi Ekskresi yaitu mengeluarkan keringat, minyak dan garam.
3. Sistem integumen pada hewan vertebrata yaitu sistem integumen pada pisces, sistem
integumen pada amfibi, sistem integumen pada reptil, sistem integumen pada aves dan
sistem integumen pada mamalia.

27

BAB III
NUTRISI DAN SISTEM PENCERNAAN

A. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah substansi organik yang organik yang dibutuhkan organisme untuk

dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan
kesehatan. Nutrisi didapatkan didapatkan dari makanan makanan dan cairan yang
selanjutnya selanjutnya diasimilasi diasimilasi oleh tubuh. Makan dan minum adalah sangat
penting bagi setiap mahluk hidup demi kelangsungan hidupnya. Di bawah ini adalah nutrisi
yang dibutuhkan yang dibutuhkan oleh hewan untuk melangsungkan hidunya antara lain
adalah karbohidrat yang digolongkan menjadi monosakarida atau gula sederhana ( satu unit
aldehida atau keton ), protein yang terdiri dari unsur-unsur pembentuk protein protein yang
disebut disebut asam amino yaitu sebuah gugus karboksil karboksil serta sebuah atom
hidrogen dan terbagi menjadi dua asam amino essensial dan non essensial. Lemak dan
minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa
organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut pelarut
organik organik non-polar. Vitamin, merupakan merupakan molekul molekul organik
organik yang diperlukan diperlukan makanan makanan dalam jumlah yang sangat kecil
dibandingkan dengan jumlah asam amino esensial dan asam lemak yang diperlukan oleh
hewan dalam jumlah yang yang sangat besar. Mineral, nutrien anorganik, yang umumnya
diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil.

B. Jenis-Jenis Nutrisi Yang Diperlukan Hewan
Hewan mendapatkan bahan bakar (energi kimia) yang memberi energi bagi kerja sel-

sel tubuhnya dari oksidasi molekul organik, karbohidrat , protein dan lemak. Monomer
setiap bahan – bahan ini dapat digunakan sebahgai bahan bakar untuk menghasilkan ATP
melalui respirasi seluler,meskipun umumnya karbohidrat dan lemak merupakan penghasil
penghasil bahan bakar utama. Lemak sangat kaya akan energi; energi; oksidasi oksidasi
lemak membebaskan membebaskan energi sekitar sekitar dua kali jumlah energi yang
dibebaskan dari karbohidrat atau protein dalam jumlah yang sama.

Disamping sebagai bahan bakar dan kerangka karbon, makanan seekor hewan juga
harus menyediakan nutrien esensial, bahan – bahan yang harus diperoleh atau didapatkan

28

dalam bentuk siap pakai karena sel – sel hewan tidak dapat membuatnya dari bahan mentah
apapun. Terdapat empat kelas nutrien esensial: asam amino esensial, asam lemak esensial,
vitamin dan mineral. Hewan memerlukan 20 asam amino untuk membentuk protein, dan
sebagian besar spesies hewan dapat mensintesis sekitar separuh diantarnya, selama
makananya mengandung nitrogen organik. Asam amino sisanya , asam amino esensial,
harus diperoleh dari makan dalam bentuk siap pakai. Asam lemak esensial, asam lemak
yang tidak dapat disintesis oleh hewan, adalah asam lemak tidak jenuh jenis tertentu.
Vitamin adalah molekul organik yang diperlukan makanan dalam jumlah jumlah yang
sangat kecil dibandingkan dibandingkan dengan jumlah asam amino esensial dan asam
lemak yang diperlukan oleh hewan dalam jumlah yang sangat besar. Mineral, nutrien
anorganik, yang umumnya diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil.

C. Tahap pengelolaan Makanan
Empat tahapan utama dalam pengolahan makanan adalah penelanan, pencernaan,

penyerapan, dan pembuangan. pembuangan.
• Penelanan (ingestion) : tindakan memakan (tahapan awal pengolahan makanan).
• Pencernaan (digestion) : adalah proses perombakan makanan menjadi molekul –
molekul yang cukup kecil sehingga dapat diserap oleh tubuh. Dua tahapan terakhir
pengolahan makanan terjadi setelah makanan itu ditelan.
• Penyerapan (absorption) : sel – sel hewan akan mengambil (menyerap) molekul kecil
seperti asam amisno dan gula sederhana dari kompartemen pencernaan.
• Pembuangan (eliminasi) : terjadi ketika bahan yang tidak tercerna keluar dari saluran
pencernaan.
Pencernaan terjadi dalam kompartemen khusus yaitu intraseluler dan ekstraseluler.

Pencernaan intraseluler, di mulai dari vakuola makanan, organel seluler di mana makanan,
organel seluler di mana enzim hidrolitik merombak makanan erombak tanpa mencerna
sitoplasma sel sendriri, adalah kompartemen yang paling paling sederhana. Protista
heterofilik mencerna makanannya dalam vakuola makanan, umumnya setelah menelan
makanan melalui fagositosis atau pinositosis. Vakuola makanan menyatu dengan lisosom,
yang merupakan organel yang mengadung enzim hidrolitik. Keadaan ini memungkinkan
makanan bercampur dengan enzim, sehingga pencernaan terjadi secara aman di dalam suatu
kompartemen yang terbungkus oleh membran. Sedangkan pencernaan ekstraseluler yaitu,
perombakan makanan di luar sel. Pencernaaan ekstraseluler terjadi di dalam kompartemen

29

yang bersambungan, melalui saluran – saluran, dengan bagian luar agian luar tubuh hewan.
Banyak hewan dengan tubuh yang relatif relatif sederhana memiliki kantung pencernaan
dengan pembukaan tunggal. Kantung Ini yang disebut disebut rongga gastrovaskuler, yang
berfungsi dalam pencernaan dan distribusi nutrien ke seluruh tubuh (yang merupakan alasan
mengapa ada kata vaskuler dalam istilah tersebut).

D. Sistem Pencernaan Pada Vertebrata
Sistem pencernaan pada vertebrata merupakan sistem pencernaan yang sudah

sempurna, dimana sistem pencernaannya terjadi secara ekstrasel. Organ pencernaan pada
hewan vertebrata meliputi saluran pencernaan (tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan
(glandula digestoria).
1. Sistem Pencernaan Pada Pisces

https://images.app.goo.gl/f7d8uwi5dFDc2VHT7
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam
rongga mulut terdapat gigigigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan
lidahyang pendek terdapat pada dasar mulut, lidah itu tidak dapat digunakan seperti lidah
pada hewan lainnya lainnya karena tidak dapat digerakan digerakan serta banyak banyak
menghasilkan lendir, menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan tidak menghasilkan
ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui melalui faring
yang terdapat yang terdapat di daer di daerah sekitar ah sekitar insang. insang.
Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak
dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke
lambung, lambung lambung, lambung pada umum-nya pada umum-nya membesar, t
membesar, tidak jelas batasnya batasnya dengan usus. Pada beberapa beberapa jenis ikan,
terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan penyerapan makanan.
makanan. Dari lambung, lambung, makanan makanan masuk keusus yang berupa pipa
panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. besarnya. Usus bermuara bermuara

30

padaanus. padaanus. Kelenjar Kelenjar pencernaan pencernaan pada ikan, meliputi
meliputi hati dan pankreas. pankreas. Hati merupakan merupakan kelenjar yang
berukuran besar, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan rongga badan dan
mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta
bagian yang menuju ke arah punggung. Fungsi hati menghasilkan empedu yang disimpan
dalam kantung empedu untuk membantu proses pencernaan pencernaan lemak. Kantung
Kantung empedu berbentuk berbentuk bulat, berwarna berwarna kehijauan kehijauan
terletak terletak di sebelah sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung.
Kantung empedu berfungsi berfungsi untuk menyimpan menyimpan empedu dan
disalurkan disalurkan ke usus bila diperlukan. Pankreas merupakan organ yangberukuran
mikroskopik sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, fungsi pankreas, antara lain
mengh antara lain menghasilkan enzim asilkan enzim – enzim pencernaan dan hormon
insulin.

2. Sistem Pencernaan Pada Amfibi

https://images.app.goo.gl/7RqoCyHzVQoXBLNM7
Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hampir sama dengan ikan, meliputi
saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. pencernaan. salah satu binatang binatang
amphibi amphibi adalah katak. Makanan katak berupa hewan-hewan kecil (serangga).
Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati berwarna merah
kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi
mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan.
pankreas pankreas berwarna berwarna Kekuningan, Kekuningan, melekat melekat
diantara diantara lambung dan usus dua belas jari (duadenum). Pancreas berfungsi
berfungsi menghasilkan menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada
duodenum.

31

3. Sistem Pencernaan Pada Reptil

https://images.app.goo.gl/13DBP1KFMQMi5chg8
Sebagaimana pada ikan dan amfibi, sistem pencernaan makanan pada reptile
meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Reptil umumnya karnivora
(pemakan daging). Secara berturut-turut saluran pencernaan pada reptil meliputi :
• Rongga mulut
Bagian rongga mulut disokong oleh rahang atas dan bawah,masing-masing memiliki
deretan gigi yang berbentuk kerucut, gigi menempel padagusi dan sedikit
melengkung ke arah rongga mulut. Pada rongga mulut juga terdapat lidah yang
melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua.
• Esofagus (kerongkongan)
• Ventrikulus (lambung)
• Intestinum Terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada anus.
Pencernaan Buaya Kelenjar pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung empedu,
dan pankreas. Hati pada reptilian memiliki dua lobus (glambir dan yang berwarna
kemerahan). Kantung empedu terletak pada tepi sebelah kanan hati. Pankreas berada di
antara lambung dan duodenum, berbentuk pipih kekuning-kuningan.

4. Sistem Pencernaan Pada Aves

https://images.app.goo.gl/epgUZTUfyJAMZ6yA6
Hewan unggas memiliki pencernaan monogastrik (perut tunggal) yang berkapasitas
kecil. Makanan ditampung di dalam crop kemudian empedal/gizzard terjadi penggilingan
sempurna hingga halus. Makanan yang tidak tercerna akan keluar bersamaekskreta, oleh
karena itu sisa pencernaan pada unggas berbentuk cair (Girisenta, 1980). Unggas

32

mengambil makanannya dengan paruh dan kemudian terus ditelan. Makanan tersebut
disimpan dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus dan kemudian digiling dalam empedal. Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas. Fungsi utama alat tersebut adalahuntuk memperkecil
ukuran partikel-partikel makanan.

Dari empedal makanan yang bergerak melalui lekukan usus yang disebutduodenum,
yang secara anatomis sejajar dengan pankreas. Pankreas tersebutmempunyai fungsi
penting dalam pencernaan unggas seperti hanya pada spesies-spesieslainnya. Alat
tersebut menghasilkan getah pankreas dalam jumlah banyak yangmengandung
enzimenzim amilolitik, lipolitik dan proteolitik. Enzim-enzim tersebut berturut-turut
menghidrolisa pati, lemak, proteosa dan pepton. Empedu hati yangmengandung amilase,
memasuki pula duodenum. Bahan makanan bergerak melaluiusus halus yang dindingnya
mengeluarkan getah usus. Getah usus tersebut mengandung erepsin dan beberapa enzim
yang memecah gula.

Erepsin menyempurnakan pencernaan protein, dan menghasilkan asam amino,
enzim yang memecah gula mengubah disakharida ke dalam gula-gula sederhana
(monosakharida) yang kemudian dapat diasimilasi tubuh. Penyerapan dilaksanakan
melalui villi usus halus. Unggas tidak mengeluarkan urine cair. Urine pada unggas
mengalir ke dalam kloaka dan dikeluarkan bersama-sama feses. Organ pencernaan pada
burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan
pada burung terdiri atas:
• Paruh , merupakan modifikasi dari gigi
• Rongga mulut , terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga

mulut dan tanduk
• Faring dan Esofagus . Faring : berupa saluran pendek, danesofagus: pada burung

terdapat pelebaran pada bagian ini disebuttembolok, berperan sebagai tempat
penyimpanan makanan yang dapatdiisidengan cepat,
• Lambung terdiri atas :
1. Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak menghasilkan enzim

pencernaan,dinding ototnya tipis.
2. Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal. Pada

burungpemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan Bersama
makanan yang berguna untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai ”
hen’steeth”.

33

• Intestinum, terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka. Usus
halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.Sedangkan kelenjar
pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas. Tetapi pada burung
merpati tidak terdapat kantung empedu.

5. Sistem Pencernaan Pada Mamalia

https://images.app.goo.gl/rDd4A9JLP4ew73rb6
Hewan pemamah biak atau Ruminansia adalah sekumpulan hewan pemakan
tumbuhan (herbivora) yang mencerna makanannya dalam dua Langkah : pertama dengan
menelan bahan mentah, kemudian mengeluarkan makanan yang sudah setengah
dicernadari perutnya dan mengunyahnya lagi. Lambung hewan-hewan ini tidak hanya
memilikisatu ruang (monogastrik) tetapi lebih dari satu ruang (poligastrik, harafiah:
berperut banyak).
Proses pencernaan pakan pada ternak ruminansia terdiri dari : Pencernaan Mekanis,
dilakukan di dalam mulut dan Pencernaan Fermentatif, dilakukan oleh mikroba dalam
rumen. serta Pencernaan Hidrolisis, dilakukan oleh enzim-enzim pencernaan.
Proses pengolahan pakan dilakukan dengan cara memamah biak (ruminasi).Pakan
berserat (hijauan) akan disimpan sementara di dalam rumen. Pada saat hewan beristirahat
pakan akan ditarik kembali ke mulut (proses regurgitasi), untuk dikunyah (proses
remastikasi). Selanjutnya pakan akan ditelan (proses redeglutasi), untuk dicerna oleh
enzim-enzim mikroba. Di dalam perut, pakan akan diolah di 4 kompartemen perut, yaitu:
• Retikulum

Retikulum sering disebut sebagai perut jala atau hardware stomach.Retikulum
berbatasan langsung dengan rumen, akan tetapi diantara keduanya tidak ada dinding
penyekat. Pembatas diantara retikulum dan rumen yaitu hanya berupa lipatan,
sehingga partikel pakan menjadi tercampur.
• Rumen

34

Rumen pada sapi dewasa merupakan bagian yang mempunyai proporsi
yangtinggi dibandingkan dengan proporsi bagian lainnya. Rumen terletak di rongga
abdominal bagian kiri. Rumen sering disebut juga dengan perut beludru. Hal tersebut
dikarenakan pada permukaan rumen terdapat papilla. Pada retikulum dan rumen
terjadi pencernaan secara fermentatif, karena pada bagian tersebut terdapat mikroba
dengan jumlah bermilyar-milyar.
• Omasum

Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya berbuku-
buku. Derajat Keasaman (pH) omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum
dan abomasum terdapat lubang yang disebut omaso abomasal orifice. Fungsi omaso
abomasal orifice adalah untuk mencegah digesta yang adadi abomasum kembali ke
omasum.
• Abomasum

Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Derajat keasaman (pH) pada
abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Permukaan abomasums dilapisi
oleh mukosa yang berfungsi untuk melindungi dinding sel agar tidak tercerna oleh
enzim yang dihasilkan oleh abomasum.

35

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut :
1. Nutrisi adalah substansi substansi organik organik yang dibutuhkan dibutuhkan organisme

organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan.
Nutrisi didapatkan dari makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh.
2. Hewan mendapatkan bahan bakar (energi kimia) yang memberi energi bagi kerja sel – sel
tubuhnya dari oksidasi molekul organik, karbohidrat, protein dan lemak.
3. Empat tahapan utama dalam pengolahan makanan adalah penelanan, pencernaan,
penyerapan, dan pembuangan.
4. Sistem pencernaan pada vertebrta terdiri dari sistem pencernaan pada pisces, sistem
percernaan pada amfibi, sistem pencernaan pada reptil, sistem pencernaan pada aves dan
sistem pencernaan pada mamalia.

36

BAB IV
SISTEM PEREDARAN DARAH

A. Pengertian sistem peredaran darah pada hewan
Sistem peredaran darah merupakan suatu sistem organ yang berfungsi untuk

memindahkan zat dan nutrisi ke dan dari sel. Pada hewan, sistem peredaran darah terbagi
menjadi sistem peredaran darah terbuka dan tertutup. Hal yang membedakan dari kedua
jenis tersebut adalah dari tempat mengalirnya cairan tubuh. Sistem peredaran darah terbuka,
peredaran cairan pada tubuh hewan tidak akan melalui pembuluh-pembuluh khusus.
Sementara pada sistem peredaran darah tertutup, cairan tubuh hewan akan melalui organ
khusus, seperti pembuluh-pembuluh.

1. Sistem peredaran darah terbuka

Pada sistem peredaran darah terbuka, peredaran darahnya dialirkan tanpa melalui
pembuluh darah yang ada dalam tubuh. Dengan kata lain, darah keluar dari jantung dan
mengalir melalui rongga tubuh. Kemudian, darah akan kembali ke dalam pembuluh dan
menuju jantung. Selain itu, peredaran darah terbuka juga dibantu oleh gerakan otot tubuh
hewan, sehingga aliran darahnya lambat akibat tekanan darahnya rendah. Organ sistem
peredaran darah terbuka terdiri dari organ jantung, sejumlah rongga, dan sejumlah arteri.

2. Sistem peredaran darah tertutup
Sistem peredaran darah tertutup pada hewan, darah akan mengalir ke seluruh tubuh

melalui pembuluh darah. Nantinya, darah yang terdapat di pembuluh akan dipompa oleh
jantung ke seluruh tubuh. Setelah itu, darah akan kembali ke jantung melalui pembuluh
juga. Organ sistem peredaran darah tertutup cukup lengkap, yakni terdiri dari organ
jantung, pembuluh aorta, pembuluh arteri, pembuluh vena, pembuluh kapiler, plasma
darah, dan sel darah.

B. Sistem Peredaran Darah Pada Pisces

Jantung ikan terdapat di dalam cavum pericardii. Ia terdiri atas sinus venosus, atrium,
ventriculus, dan bulbus arteriousus. Jantung pada ikan terdiri atas 2 ruang yaitu : sebuah
bilik (ventrikel) dan sebuah seeambi (atrium) dan berisi darah yang tidak mengandung O2.

37

Jantung terletak di bawah faring di dalam rongga perikardium, yaitu bagian dari rongga
tubuh yang terletak di anterior (muka). Selain itu, terdapat organ sinus venosus, yaitu
struktur penghubung berupa rongga yang menerima darah dari vena dan terbuka di ruang
depan jantung.

Darah ikan tampak pucat dan volumenya relatif sedikit jika dibandingkan dengan
vertebrata darat. Plasma darah mengandung sel darah merah yang berinti dan sel darah putih
dan lien (limpa) sebagai bagian dari sistem peredaran, terdapat di dekat lambung dan
dilengkapi dengan pembuluh-pembuluh limpa.

https://images.app.goo.gl/XYDBB47K1h4nK9HW9
Jadi, sistem kardiovaskular ikan terdiri dari jantung, pembuluh darah, arteri, darah, dan
kapiler. Kapiler adalah pembuluh mikroskopis yang membentuk jaringan disebut kapiler
bed, dimana darah arteri dan vena saling terkait. Kapiler memiliki dinding tipis yang
memfasilitasi difusi, suatu proses dimana oksigen dan nutrisi lain dari darah arteri yang
ditransfer ke dalam sel. Pada saat yang sama, karbon dioksida dan limbah bahan pindah ke
kapiler sirkulasi darah pada ikan. Jenis aliran sirkulasi pada ikan bertipe sirkulasi tunggal.
Kapiler mengandung darah terdeoksigenasi (mengandung karbon dioksida) yang
mengalir ke vena kecil yang disebut venula, yang pada gilirannya mengalir ke vena yang
lebih besar. Vena membawa darah terdeoksigenasi ke sinus venosus, yang seperti ruang
koleksi kecil. Sinus venosus memiliki sel-sel alat pacu jantung yang bertanggung jawab
untuk memulai kontraksi, sehingga darah tersebut akan dipindahkan ke dalam atrium
berdinding tipis, yang memiliki sangat sedikit otot. Atrium menghasilkan kontraksi lemah
sehingga mendorong darah ke ventrikel. Ventrikel adalah struktur berdinding tebal dengan
banyak otot jantung. Ini menghasilkan tekanan yang cukup untuk memompa darah ke
seluruh tubuh. Ventrikel memompa darah di dalamnya menjadi bulbus arteriosus, ruang
kecil dengan komponen elastis. Sementara bulbus arteriosus adalah nama ruang pada teleost
(rayfinned, ikan bertulang), struktur ini dikenal sebagai konus arteriosus pada elasmobranch
(ikan dengan kerangka tulang rawan dan sisik placoid). Konus arteriosus memiliki banyak

38

katup dan otot, sedangkan bulbus arteriosus tidak memiliki katup. Fungsi utama dari struktur
ini adalah untuk mengurangi tekanan nadi yang dihasilkan oleh ventrikel, untuk
menghindari kerusakan pada insang yang berdinding tipis.

Insang adalah organ pernapasan utama ikan. Mereka memfasilitasi pertukaran gas, yaitu
penyerapan oksigen dari air dan penghapusan karbon dioksida. Arteri membawa darah
beroksigen (dari insang) ke seluruh tubuh. Arteri bercabang ke arteriol, yang mengalir ke
kapiler, di mana darah arteri menjadi darah vena, karena pasokan oksigen dan nutrisi lainnya
ke sel dan menyerap karbon dioksida dan bahan limbah. Darah dari vena diteruskan ke
jantung, yang memompa ke insang, di mana karbon dioksida akan diganti dengan oksigen.
Darah beroksigen dipasok ke sel-sel dalam tubuh, dan siklus terus berulang.

Gambar Aliran peredaran darah pada Ikan

https://images.app.goo.gl/o4MqhmkjgAZCrewP8
C. Sistem Peredaran Darah Pada Amfibi

Amphibi memiliki sistem peredaran darah tertutup dan ganda. Sistem peredaran darah
tertutup adalah adanya peredaran darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah.
Sedangkan sistem peredaran darah ganda adalah darah melewati jantung sebanyak dua kali
dalam sekali perputarannya. Jantung yang dimiliki Katak terdiri atas 3 ruang yaitu satu
atrium kanan, satu atrium kiri dan satu ventrikel. Selain itu, katak memiliki satu organ
bernama sinus venosus. Sinus venosus adalah saluran penampungan darah dari pembuluh
yang akan masuk ke atrium. Jantung pada katak akan selalu dialiri darah yang mengandung
oksigen dan karbondioksida.

https://images.app.goo.gl/Uj2Q4t7CUfpG9EHZ8

39

Aliran darah diawali dari seluruh tubuh yang kaya CO2 masuk ke jantung melalui vena
kava. Darah ini mula-mula berkumpul di sinus venosus dan akan masuk ke atrium kanan,
dan menuju ventrikel, lalu dipompa menuju paru-paru. Selanjutnya, darah dari paru-paru
yang kaya O2 masuk ke atrium kiri dan menuju ventrikel. Selain dari paru-paru, O2 juga
dapat diperoleh melalui kapiler-kapiler di bawah kulit. O2 ini masuk ke dalam kulit secara
difusi. Di dalam ventrikel akan terjadi pencampuran antara darah dengan kandungan
oksigen tinggi dengan darah yang kandungan okseigennya rendah. Setelah berada di
ventrikel, darah dengan kualitas oksigen tinggi akan diedarkan ke seluruh tubuh sedangkan
darah yang masih rendah oksigen akan kembali menuju paru-paru sampai mendapatkan
oksigen. Aorta yang ada dalam mekanisme peredaran darah pada katak akan membantu
penyebaran oksigen ini ke seluruh bagian tubuh katak. Aorta yang terbagi ke dalam tiga
arteri ini memiliki sistem khusus untuk mengalirkan darah dengan kandungan oksigen tinggi
menuju otak, organ dalam tubuh dan jaringannya, serta kulit dan paru-paru. Kulit amfibi
juga berperan sebagai alat pernapasan. Oksigen masuk melalui kulit secara difusi, ke
kapiler-kapiler di bawah kulit. Darah beredar dari jantung ke seluruh tubuh, kemudian
kembali lagi ke jantung. Selain itu, juga terjadi aliran darah dari jantung menuju paru-paru,
kemudian kembali lagi ke jantung.

D. Sistem Peredaran Darah Pada Reptil

https://images.app.goo.gl/sUGhsNV3bP5vVwHY9
Sistem peredaran darah pada reptilia lebih berkembang jika dibandingkan dengan
sistem peredaran amfibi karena adanya pemisahan darah yang beroksigen dan tidak
beroksigen dalam jantung. Jantung reptilia terletak di rongga dada di bagian depan ventral.
Sistem peredaran darah pada reptil berjenis peredaran darah tertutup ganda.
Jantung reptilia terdiri atas 3 ruang yaitu 2 atria dan 1 ventrikulus, kecuali pada
crocodilia dan alligator. Tetapi ventrikulus cordis dari jantung yang beruang tiga,
sebenarnya terbagi dua oleh suatu septum yang disebut septum interventricularis yang

40

membentang dari apex cordis sampai ke pusat cor, sehingga seolah-olah cor semua reptilia
beruang empat. Perlu diketahui bahwa septum interventricularis tadi belum sempurna
sehingga masih ada percampuran darah antara bagian dexter dan sinister. Pada buaya, sekat
ventrikel terdapat suatu lobang yang disebut foramen panizzae yang dapat berfungsi untuk
memastikan penyebaran oksigen yang memadai untuk sistem pencernaan, dan menjaga
sirkulasi dan keharmonisan tekanan darah yang ada pada jantung pada saat berenang.

Reptilia mempunyai sirkulasi ganda yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmone yang
mengalirkan darah dari jantung ke jaringan pertukaran-gas dalam paru-paru dan kembali ke
jantung. Pada satu ordo reptilia, crocodilia, ventrikel secara sempurna terbagi menjadi bilik
kiri dan bilik kanan. Proses sirkulasi pada reptilia. Darah dari vena masuk ke jantung melalui
sinus venosus menuju ke serambi kanan, kemudian bilik kanan. Darah yang berasal dari
paru-paru, melalui arteria pulmonalis, masuk ke serambi kiri kemudian ke bilik kiri. Dari
bilik kiri, darah dipompa keluar melalui sepasang arkus aortikus, Dua arkus aortikus ini lalu
menghubungkan diri menjadi satu membentuk aorta dorsalis yang menyuplai darah ke
alatalat dalam, ekor, dan alat gerak belakang. Dari seluruh jaringan tubuh, darah menuju ke
vena, kemudian menuju sinus venosus dan kembali ke jantung.

E. Sistem Peredaran Darah Pada Aves

https://images.app.goo.gl/PbQEY6KT4VnQdMXv5
Pada dasarnya sistem peredaran darah pada kelas Aves hampir mirip dengan sistem
peredaran darah pada kerja jantung kelas Mamalia. Sistem peredaran darah pada kelas Aves
juga menggunakan peredaran darah ganda dan sistem peredaran darah tertutup. Oleh karena
itu, dalam satu kali darah mengalir, darah melewati jantung sebanyak dua kali yaitu saat
peredaran darah kecil dan pereradan darah besar. Bagian bagian pada jantung kelas Aves
mirip dengan jantung kelas Mamalia. Jantung burung berbentuk kerucut dan terbungkus
selaput pericardium. Jantung memiliki empat ruang seperti atrium kanan, atrium kiri, bilik
kanan, dan bilik kiri diantara ruang – ruang pada jantung juga terdapa sekat ( septum) yang

41

bentuknya sudah sempurna sehingga darah yang kaya akan oksigen ( O2 ) dan karbon
dioksida ( CO2) tidak akan tercampur.

Darah yang kaya akan karbon dioksida (CO2) yang berasal dari seluruh tubuh mengalir
ke jantung, pada atrium kanan lalu ke ventrikel kanan. Dari ventrikel kanan darah dipompa
menuju paru-paru melalui arteri pulmonalis. Dari paru – paru darah yang kaya oksigen (O2)
mengalir menuju ke atrium kiri melalui ventrium kiri untuk dipompa melalui Aorta. Dari
Aorta darah kaya oksigen (O2) akan diedarkan ke seluruh tubuh. Darah mengandung karbon
dioksida ( CO2)dari kapiler jaringan tubuh akan dialirkan kembali ke atrium kanan jantung.

Peredaran darah kecil pada aves yaitu berawal dari darah mengalir yang berasal dari
seluruh tubuh ke ventrikel kanan. Kadungan karbon dioksida pada jantung dipompa menuju
paru – paru melalui arteri pulmonalis untuk melepaskan kandungan karbon dioksida (CO2)
pada darah dan mengikat oksigen ( O2). Darah tersebut akan mengalir dan masuk ke atrium
kiri,dan akhirnya darah ke ventrikel kiri. Perdaran darah besar pada kelas Aves sama dengan
peredaran darah kecil hanya saja sitambah dengan proses selanjutnya yaitu darah kaya
oksigen ( O2 )yang berasal dari ventrikel kiri diedarkan menuju ke seluruh tubuh tepatnya
sel – sel tubuh. Pada sel- sel tubuh ini kandungan oksigen ( O2) dalam darah akan dilepaskan
dan karbondioksida (CO2) diikat sebagai sisa metabolism sel tubuh. Kelmudian darah yang
banyak mengandung karbon dioksida (CO) akan dialirkan kembali menuju jantung tepatnya
pada atrium kiri.

F. Sistem Peredaran Darah Pada Mamalia
Sistem sirkulasi pada mamalia adalah sistem yang paling komples dan berkembang.

Jantung mamalia memiliki 4 ruang antara lain 2 atrium dan 2 ventrikel yang lengkap dengan
katup jantungnya yang terbentuk sempurna. Atrium kanan menerima darah miskin akan
oksigen (darah deoksi) dari badan, dan ventrikel kanan memompa darah dengan kuat ke
paru – paru untuk melepaskan karbon dioksida dan mengambil persediaan oksigen yang
segar. Darah oksigen kemudian kembali ke atrium kiri, dan dipompa keluar dengan kuat
kesemua organ – organ dan jaringan tubuh. Dengan pernyataan tersebut, maka mamalia
termasuk golongan berdarah panas.

Jantun mamalia dibagi oleh dua septum atriorum dan septum ventriculorum. Antara
atrium dan ventriculus terdapat valvula atrioventricularis yang menghindari mengalirnya
darah dari ventriculus ke atrium. Di dalam pangkal aorta terdapat valvulae semilunares.
Jantung terdapat di dalam suatu kandungan, yang dindingnya dibentuk oleh perikardum.

42

Pada pangkal aorta dan arteri pulmonalis pada tempat masuknya vena cava dan vena
pumonales, perikardium melipat menjadi epikardium yang melapisi dataran luar dinding
jantung. Jantung terdapat diantara kedua pulmonales.
Peredaran darah pada mamalia dibedakan menjadi dua yakni peredaran darah kecil dan
peredaran darah besar.

• Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah yang dimulai dari jantung menuju kapiler
paru-paru, lalu kemudia kembali lagi masuk ke jantung. Darah yang berasal dari
paruparu diangkut melewati arteri pulmonari dan kembali menuju jantung melewati
vena pulmonari.

• Peredaran darah besar ialah peredaran darah yang dimulai dari jantung sebagai
pemompa darah menuju ke semua penjuru jaringan tubuh mamalia, lalu kembali lagi
masuk ke jantung. Pengangkutan darah yang keluar dari jantung melewati pembuluh
aorta yaitu pembuluh nadi yang berukuran besar. Pembuluh ini memiliki percabangan
pendek sebanyak dua yaitu satu cabang mengangkut darah yang mengandung oksigen
menuju bagian kepala dan lengan. Sedangkan cabang satunya lagi mengangkut darah
ke berbagai penjuru tubuh hewan mamalia.

43

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Sistem peredaran darah merupakan suatu sistem organ yang berfungsi untuk memindahkan

zat dan nutrisi ke dan dari sel. Pada hewan, sistem peredaran darah terbagi menjadi sistem
peredaran darah terbuka dan tertutup.
2. Pada ikan mempunyai atrium tunggal dan sebuah vartikel yang memompa darah ke insang
untuk oksigenasi (mengangkut oksigen). Peredaran darah pada pisces disebut peredaran
darah tunggal.
3. Amphibi memiliki jantung beruang tiga yaitu dua atrium dan sebuah vartikel.peredaran
darah pada amphibi memiliki peredaran darah ganda.
4. Jantung pada reptilia beruang empat dengan sekat yang tidak sempurna. Perbandingan
antara jantung amphibi dan jantung reftilia yaitu dalam jantung reftilia tidak terjadi
percampuran darah miskin-oksigen dan darah kaya-oksigen.
5. Aves dan mamalia merupakan hewan endotermik yang mempunyai jantung dengan empat
ruang yang mempertahankan darah dengan darah yang miskin oksigen.aves dan mamalia
memiliki jantung yang beruang empat yaitu dua ventrikel dan dua atrium. Peredaran darah
reptile, mamalia, aves, tergolong peredaran darah ganda.

44

BAB V
SISTEM RESPIRASI

A. Pengertian Dari Sistem Respirasi
Pernapasan (Respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang,mengandung

(oksigen) serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai
sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Pertukaran gas O2 dan CO2 dalam tubuh makhluk hidup
disebut pernapasan atau respirasi. O2 dapat keluar masuk jaringan melalui difusi. Pada
dasarnya metabolisme yang normal dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan oksigen dan
karbondioksida. Pada hewan vertebrata terlalu besar untuk dapat terjadinya interaksi secara
langsung antara masing-masing sel tubuh dengan lingkungan luar tubuhnya. Untuk itu
organ-organ tertentu yang bergabung dalam system pernapasan dikhususkan untuk
melakukan pertukaran gas-gas pernapasan bagi keperluan seluruh tubuhnya. Ada dua tahap
pernapasan, tahap pertama oksigen masuk ke dalam dan pengeluaran karbondioksida ke luar
tubuh melalui organ-organ pernapasan disebut respirasi eksternal, dan pengangkutan gas-
gas pernapasan dari organ-organ pernapasan ke jaringam tubuh atau sebaliknya dilakukan
oleh sistem sirkulasi. Tahap kedua adalah pertukaran O2 dari cairan tubuh (darah) dengan
CO2 dari sel-sel dalam jaringan, disebut respirasi internal. Difusi gas-gas pernapasan antara
lingkungan dengan pembuluh darah yang terdapat di bawah pembuluh respiratoris dapat
terjadi jika permukaan tempat terjadinya pertukaran gas harus cukup luas dan tipis, selalu
basah dan permeabel terbadap gas-gas pernapasan, dan terdapat perbedaan konsentrasi gas-
gas pernapasan antara medium dan di luar darah.

B. Fungsi Sistem Respirasi
Sistem respirasi memiliki fungsi utama untuk memasok oksigen ke dalam tubuh serta

membuang CO2dari dalam tubuh.

C. Proses Transpor Oksigen Saat Respirasi
Transpor oksigen dalam darah terjadi dengan dua cara, yaitu dengan cara sederhana

(terlarut dalam plasma darah ) atau dengan cara diikat oleh pigmen respirasi, yaitu senyawa
khusus yang dapat mengikat dan melepas oksigen secara bolak-balik.

45

Beberapa hewan invertebrata sederhana mentranspor oksigen dengan cara
melarutkannya dalam darah. Sebenarnya, cara semacam itu tidak efektif, namun masih dapat
memenuhi kebutuhan tersebut karena invertebrata sederhana umumnya memiliki tingkat
metabolisme yang rendah. Hewan yang memiliki tingkat perkembangan labih tinggi
biasanya mempunyai aktifitas metabolisme yang lebih tinggi biasanya mempunyai aktifitas
metabolisme yang lebih tinggi dan ukuran tubuh lebuh besar. Mereka memerlukan oksigen
dalam jumlah yang lebih besar pula. Oleh karena itu, hewan tingkat tinggi memerlukan cara
pengangkutan oksigen yang lebih efektif, yakni dengan bantuan pigmen respirasi. Pigmen
respirasi merupakan protein dalam darah (dalam sel darah atau plasma) yangg memiliki
afinitas/ daya gabung tinggi terhadap oksigen. Pigmen respirasi sangat diperlukan oleh
darah / cairan tubuh untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen. Ada beberapa
macam pigmen respirasi yang dapat ditemukan pada berbagai hewan.

Keberadaan pigmen respirasi dalam darah/ cairan tubuh benar-benar dapat
meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen secara bermakna. Sebagai contoh,
keberadaan pigmen hemoglobin dalam darah mamalia dapat meningkatkan kapasitas
pengangkutan O2 oleh darah sebesar 20 kali lipat sehingga setiap 100 ml darah dapat
membawa 20 ml oksigen. Tanpa hemoglobin, darah hanya dapat mengangkut oksigen
sebanyak 1 ml per 100 ml darah.

Nama Jenis Lokasi Warna pigmen Contoh
pigmen logam
Hemosianin Cu++ Teroksigenasi Tak hewan

Klorokruorin Fe++ teroksigenasi
Hemeritin Fe++
Hemoglobin Fe++ Plasma Biru Tak Ketam,

berwarna udang dan

siput

Plasma Hijau Hijau Cacing

Plasma darah Merah Kuning Sipumkulid

dan sel darah pucat

Plasma darah Merah Keunguan Beberapa

dan sel darah cacing

pipih,

beberapa

moluska.

46


Click to View FlipBook Version